BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bab ini akan menguraikan pengertian Kecerdasan Intelektual, kecerdasan Emosional, Pemahaman Akuntansi dan Minat Mahasiswa. Menjabarkan teori yang melandasi penelitian ini dan beberapa penelitian terdahulu yang telah diperluas dengan referensi atau keterangan tambahan yang dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian Teori kecerdasan Menurut Jahja (2011 : 391), kecerdasan merupakan kemampuan untuk melihat suatu pola dan menggambarkan hubungan antara pola dimasa lalu dan pengetahuan di masa depan. Kecerdasan yang sering diasah akan menjadikan seseorang semakin bertambah kecerdasannya. Dengan demikian kecerdasan dapat diartikan sebagai kesempurnaan akal budi seseorang yang diwujudkan dalam suatu kemampuan untuk memperoleh kecakapan-kecakapan tertentu dan untuk memecahkan suatu persoalan atau masalah dalam kehidupan secara nyata dan tepat. 8

2 2.2. Kecerdasan Intelektual Pengertian Kecerdasan Intelektual Menurut Syarif (2014 : 48 ), Istilah Intelek yang berasal dari bahasa Inggris intelelect berarti antara lain,, 1) kekuatan mental dimana manusia dapat berpikir, 2) suatu rumpun nama untuk proses kognitif, terutama untuk aktifitas yang berkenaan dengan berpikir, ( misalnya untuk menghubungkan, menimbang dan memahami), dan 3) kecakapan, terutama kecakapan yang tinggi untuk berpikir. Binet dan Simon Dalam Azwar, (2006 : 5) mendefinisikan Kecerdasan Intelektual sebagai 1) kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan, 2) kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan dan 3) kemampuan untuk mengeritik diri sendiri atau melakukan autocritism. Stoddard Dalam Azwar, (2006 : 6), mendefinisikan intelegensi sebagai bentuk kemampuan untuk memahami yang bercirikan : 1) mengandung kesukaran, 2) kompleks yaitu mengandung bermacam jenis tugas yang harus diatsi dengan baik dalam arti bahwa individu yang inteligen mampu menyerap kemampuan baru dan memadukannya dengan kemampuan yang sudah dimiliki untuk kemudian digunakan dalam menghadapi masalah, 3) abstrak, yaitu mengandung simbol simbol yang memerlukan analisis dan interprestasi, 4) ekonomis, yaitu dapat diselesaikan dengan menggunakan proses mental yang efesien dari segi pengguna waktu, 5) diarahkan pada satu tujuan, yaitu bukan dilakukan 9

3 tanpa maksud melainkan mengikuti suatu arah atau target yang jelas, 6) mempunyai nilai sosial yaitu cara dan hasil pemecahan masalah yang dapat diterima oleh nilai dan norma social dan 7) berasal dari sumber yaitu pola fikir yang membangkitkan kreativitas untuk menciptakan sesuatu yang baru. Menurut Weschler Dalam Milfayetty, (2015 : 57) mendefenisikan intelegensi sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berrpikir secara rasional, serta menghadapi lingkungan dengan efektif. Menurut Walters dan Gardner Dalam Milfayetty, (2015:57) mendefenisikan intelegensi sebagai suatu kemampuan atau serangkaian kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu. Thorndike ( Dalam Milfayetty, 2015 : 58), mendefenisikan bahwa intelegensi dapat diklasifikasikan pada tiga bentuk kemampuan : a) kemampuan abstraksi yaitu kemampuan untuk bekerja dengan menggunakan gagasan dan simbol simbol, b) kemampuan mekanik yaitu suatu kemampuan untuk bekerja dengan menggunakan alat alat mekanis dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang memerlukan aktivitas indra gerak ( sensory-motor) dan c) kemampuan social yaitu kemampuan untuk menghadapi orang lain disekitar diri sendiri dengan cara-cara yang efektif. 10

4 Menurut Sternbeg Dalam Azwar (2006) menemukan bahwa konsepsi orang awam mengenai intelegensi mencakup tiga faktor kemampuan utama, yaitu a) kemampuan memecahkan masalah-masalah praktis yang berciri utama adanya kemampuan berfikir logis, b) kemampuan verbal (lisan) yang berciri utama adanya kecakapan berbicara dengan jelas dan lancar, dan c) kompetensi sosial yang berciri utama adanya kemampuan untuk menerima orang lain sebagaimana adanya. Menurut Syarif (2014 : 70), Tanpa mempertentangkan kedua kelompok tersebut, pekembangan intelektual sebenarnya dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu hereditas, dan lingkungan. Jadi, pengaruh faktor kedua tersebut terhadap perkembangan Intelektual dapat dijelaskan sebagai berikut ini : 1. Faktor Keturunan /Hereditas Berdasarkan teori Nativisme dari Schopenhauer & Limbrosso mengatakan bahwa, perkembangan Individu ini tergantung sepenuh penuhnya pasa faktor hereditas. makdudnya hereditas adalah proses - penurunan sifat - sifat atau ciri ciri dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui plasma benih. Semenjak dalam kandungan, anak telah memiliki sifat sifat yang menentukan daya kerja intelektualnya. Secara potensial anak telah membawa kemungkinan, apakah akan menjadi kemampuan berpikir setaraf normal, diatas normal, atau dibawah normal. Namun, potensi ini tidak akan berkembang atau terwujud secara optimal apabila lingkungan tidak memberikan kesempatan untuk berkembang. 11

5 Oleh karena itu, peranan lingkungan sangat menentukan perkembangan intelektual anak. 2. Faktor Lingkungan Ada 2 unsur lingkunagan yang mempengaruhi perkembangan intelektualnya : a. Keluarga Peran orang tua atau keluarga sangat penting untuk memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga memiliki informasi yang banyak yng merupakan alat bagi anak untuk berpikir. Cara-cara yang digunakan, misalnya memberikan kesemptan kepada untuk merealisasikan ide-idenya, menghargai ide-ide tersebut. b. Universitas Universitas adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan anak termasuk perkembangan berpikir anak. Beberapa cara diantaranya adalah sebagai berikut : Untuk menciptakan interaksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berdialog dengan orang orang yang ahli dan berpengalaman dalam bidang ilmu, serta menunjang, serta menunjang perkembangan intelektual anak. 12

6 Komponen kecerdasan Intelektual Faktor Faktor dasar dalam Konsepsi Awam dan Konsepsi Ahli mengenai Intelegensi ( Sternberg, 1981 dalam Rathus, 1986). Tabel 2.1. Konsepsi Awam dan Konsepsi Ahli Awam Kemampuan Praktis untuk Pemecahan Masalah : 1. Nalar yang baik 2. Melihat hubungan diantara berbagai hal 3. Melihat aspek pemasalahan secara menyeluruh 4. Fikiran terbuka Kemampuan Verbal 1. Berbicara dengan artikulasi yang baik dan fasih. 2. Berbicara lancar 3. Punya pengetahuan dibidang tertentu. Kompetensi Sosial 1. Menerima orang lain seperti adanya 2. Mengakui kesalahan 3. Tertarik pada masalah sosial 4. Tepat waktu bila berjanji Ahli Kemampuan Memecahkan Masalah: 1. Mampu menunjukkan pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi. 2. Mengambil keputusan tepat 3. Menyelesaikan masalah secara optimal 4. Menunjukkan fikiran jernih Intelegensi verbal 1. Kosakata baik 2. Membaca dengan penuh pemahaman 3. Ingin tahu secara intelektual 4. Menunjukkan keingintahuan Intelegensi Praktis 1. Tahu situasi 2. Tahu cara mencapai tujuan 3. Sadar terhadap dunia sekeliling 4. Menunjukkan minat terhadap dunia luar 13

7 2.3. Kecerdasan Emosional Pengertian kecerdasan Emosional Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ginanjar, 2005 : 91), emosi didefinisikan sebagai 1) Luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat, 2) keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis. Menurut Goleman (Dalam Ali, 2004 : 62) dalam mendefinisikan emosi merujuk pada makna yang paling harfiah diambil dari Oxford English Dictionary yang memaknai emosi sebagai kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat, dan meluap luap. Daniel Goleman (1995) mengatakan bahwa emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran pikiran yag khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Istilah Kecerdasan Emosional Pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikologi Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer of New Hampshire untuk menerangkan kualitas kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Menurut Meyer (1990), Kecerdasan Emosional adalah kemampuan untuk memahami perasaan orang lain dan untuk mengatur emosi, yang secara bersama berperan dalam peningkatan taraf hidup seseorang. Kecerdasan Emosional menurut Goleman (2005) dalam Zakiah (2013), menyatakan bahwa kemampuan akademik bawaan, nilai rapor, dan prediksi kelulusan pendidikan tinggi tidak memprediksi seberapa baik kinerja seseorang sudah bekerja atau sebarapa tinggi sukses yang dicapainya dalam hidup. Goleman (2005) menyatakan bahwa seperangkat 14

8 kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif mampu membedakan orang sukses dari mereka yang berprestasi biasa-biasa saja, selain kecerdasan akal yang mempengaruhi keberhasilan orang dalam bekerja. Menurut Ginanjar (2005 : 23) Kecerdasan Emosional adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang kita dan orang lain rasakan, termasuk tepat untuk menangani masalah. Menurut (Mubayidh, 2006), kecerdasan Emosional adalah kemampuan untuk menyikapi pengetahuanpengetahuan emosional dalam bentuk menerima, memahami, dan mengelolanya. Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari Komponen Kecerdasan Emosional Goleman (2003) dalam Zakiah (2013) membagi kecerdasan emosional menjadi lima bagian yaitu tiga komponen berupa kompetensi emosional (pengenalan diri, pengendalian diri dan motivasi) dan dua komponen berupa kompetensi sosial (empati dan keterampilan sosial). Lima komponen kecerdasan emosional tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pengenalan Diri (Self Awareness) Pengenalan diri adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui perasaan dalam dirinya dan digunakan untuk membuat keputusan bagi diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas 15

9 kemampuan diri dan memiliki kepercayaan diri yang kuat. Unsurunsur kesadaran diri, yaitu: a) Kesadaran emosi (emosional awareness), yaitu mengenali emosinya sendiri dan efeknya. b) Penilaian diri secara teliti (accurate self awareness), yaitu mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri. c) Percaya diri (self confidence), yaitu keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri. 2. Pengendalian Diri (Self Regulation) Pengendalian diri adalah kemampuan menangani emosi diri sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati, sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan mampu segera pulih dari tekanan emosi. Unsur-unsur pengendalian diri, yaitu: a) Kendali diri (self-control), yaitu mengelola emosi dan desakan hati yang merusak. b) Sifat dapat dipercaya (trustworthiness), yaitu memelihara norma kejujuran dan integritas. c) Kehati-hatian (conscientiousness), yaitu bertanggung jawab atas kinerja pribadi. d) Adaptabilitas (adaptability), yaitu keluwesan dalam menghadapi perubahan. e) Inovasi (innovation), yaitu mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan, dan informasi-informasi baru. 3. Motivasi (Motivation) Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat agar setiap saat dapat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik, serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif. Unsur-unsur motivasi, yaitu: a) Dorongan prestasi (achievement drive), yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan. b) Komitmen (commitmen), yaitu menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok atau lembaga. c) Inisiatif (initiative), yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan. d) Optimisme (optimisme), yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan. 4. Empati (Emphaty) 16

10 Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Mampu memahami perspektif orang lain dan menimbulkan hubungan saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu. Unsur-unsur empati, yaitu: a) Memahami orang lain (understanding others), yaitu mengindra perasaan dan perspektif orang lain dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka. b) Mengembangkan orang lain (developing other), yaitu merasakan kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan orang lain. c) Orientasi pelayanan (service orientation), yaitu mengantisipasi, mengenali, dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan. d) Memanfaatkan keragaman (leveraging diversity), yaitu menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang. e) Kesadaran politis (political awareness), yaitu mampu membaca arus-arus emisi sebuah kelompok dan hubungannya dengan perasaan. 5. Keterampilan Sosial (Social Skills) Keterampilan sosial adalah kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelasaikan perselisihan, dan bekerjasama dalam tim. Unsur-unsur ketrampilan sosial, yaitu: a) Pengaruh (influence), yaitu memiliki taktik untuk melakukan persuasi. b) Komunikasi (communication), yaitu mengirim pesan yang jelas dan meyakinkan. c) Manajemen konflik (conflict management), yaitu negoisasi dan pemecahan silang pendapat. d) Kepemimpinan (leadership), yaitu membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok dan orang lain. e) Katalisator perubahan (change catalyst), yaitu memulai dan mengelola perusahaan. f) Membangun hubungan (building bond), yaitu menumbuhkan hubungan yang bermanfaat. g) Kolaborasi dan kooperasi (collaboration and cooperation), yaitu kerjasama dengan orang lain demi tujuan bersama. h) Kemampuan tim (tim capabilities), yaitu menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan bersama. 17

11 2.4. Minat Mahasiswa Pengertian Minat Mahasiswa Sebagaimana yang telah digambarkan pada latar belakang penelitian, minat merupakan pilihan penulis yang digunakan sebagai pendukung Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional, jika seorang mahasiswa mempunyai minat yang sangat kuat akan diperkirakan pemahaman akuntansinya juga sangat baik. Ada beberapa definisi minat yang dikemukakan oleh beberapa ahli tentang minat. Menurut W. S. Winkel, minat adalah kecenderungan yang akan menetap dalam subjek merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Rahardjo, ( 2013 : 25), Minat merupakan ketertarikan perasaan seseorang terhadap sesuatu objek. Minat merupakan aspek pribadi individu yang juga perlu dikenali dan dipahami oleh seorang mahasiswa. Sebab minat dapat menjadi kekuatan motivasi. Seorang mahasiswa yang berminat terhadap matakualiah akuntansi, maka harus bekerja keras untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam akuntansi. Sebaliknya mahasiswa yang tidak berminat dengan mata kuliah akuntansi dia akan malas bahkan mungkin saja sama sekali tidak mau mempelajari akuntansi, ia tidak peduli berapa pun nilai akuntansi yang diperolehnya. Minat mahasiswa adalah suatu keinginan yang tidak dapat dipaksakan oleh siapapun untuk melakukan apa yang disukainya 18

12 Menurut Jahja (2011), Minat adalah suatu suatu dorongan yang menyebabkan terikatnya perhatian individu pada objek tertentu seperti pekerjaan, pelajaran, benda, dan orang. Minat berhubungan dengan aspek kognitif, afektif dan motorik dan merupakan sumber motivasi untuk melakukannya. Menurut Jahja (2011), Minat memiliki sifat dan karakter khusus, sebagai berikut : 1. Minat bersifat pribadi ( individual), ada perbedaan antara minat seseorang dan orang lain. 2. Minat menimbulkan efek diskriminatif. 3. Erat hubungannya dengan motivasi, mempengaruhi dan di pengaruhi motivasi 4. Minat merupakan sesuatu yang dipelajari, bukan bawaan lahir dan dapat berubah tergantung pada kebutuhan, pengalaman, dan mode puas, sedangkan kegagalan akan menimbulkan perasaan tidak senang dan mengurangi minat seseorng terhadap kegiatan Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah ketertarikan individu terhadap suatu hal dan individu tersebut merasa senang berkecimpung didalamnya. Apabila seseorang telah memiliki minat terhadap sesuatu maka ia akan memberikan perhatian dan perlakuan khusus terhadap hal tersebut. Sehingga ia akan terus belajar dan berusaha untuk memiliki dan memahami hal tersebut. 19

13 2.5. Tingkat Pemahaman Akuntansi Pengertian Pemahaman Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000 : 74) Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya pengertian; pengetahuan yang banyak. Jika mendapat imbuhan pe-an menjadi pemahaman, artinya (1) proses, (2) perbuatan, (3) cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik-baik supaya paham). Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, dan cara mempelajari baik-baik supaya paham dan pengetahuan banyak. Yang dikatakan Pemahaman adalah cara bagaimana seseorang memiliki kemampuan untuk mengerti dan mengetahui sesuatu yang disampaikan pada pelajaran akuntansi oleh pengajar. Ukuran pemahaman ini adalah adanya respon dari mahasiswa terhadap pelajaran. Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah pengertian dan pengetahuan yang mendalam serta beralasan mengenai reaksi-reaksi pengetahuan atau kesadaran untuk dapat memecahkan masalah suatu problem tertentu denga tujuan mendapatkan kejelasan. 20

14 Pengertian Akuntansi Ada banyak definisi tentang akuntansi. Akuntansi dapat didefinisikan dari sisi akuntansi sebgai sebuah seni, ilmu (science), maupun perekayasaan (technology). Namun, tentu saja defenisi akuntansi dapat dilihat dari prespektif lain. Berikut ini defenisi akuntansi dari presfektif proses. (Halim, 2012): Menurut American Accounting Association, 1966 (Halim, 2012 : 10), Mendefinisikan Akuntansi sebagai proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu organisasi atau entitas yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak yang memerlukan. Menurut Accounting Principle Board, 1970), Mendefenisikan Akuntansi sebagai suatu kegiatan yang fungsinya menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomi yang dimaksudkan agar berguna dalam mengambil keputusan ekonomi membuat pilhan pilihan nalar diantara berbagai alternative arah tindakan. Menurut Suwarjono (2002), akuntansi dapat didefenisikan sebagai seni pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan pelaporan transaksi yang bersifat keuangan yang terjadi dalam suatu perusahaan. Pengertian seni dalam defenisi tersebut dimaksudkkan untuk menunjukkan bahwa akuntansi bukan ilmu pengetahuan eksakta, karena dalam proses penalaran dan perancangan akuntansi banyak terlibat unsur pertimbangan (judgement). 21

15 Pengertian Tingkat Pemahaman Akuntansi Suwardjono (2005: 4) menyebutkan Tingkat pemahaman akuntansi merupakan pengetahuanakuntansi dapat dipandang dari dua sisi pengertian yaitu sebagai pengetahuan profesi(keahlian) yang dipraktekkan di dunia nyata dan sekaligus sebagai suatu disiplinpengetahuan yang diajarkan diperguruan tinggi. Instrumen penelitian dibuat denganmengadopsi indikator-indikator pemahaman akuntansi dari Suwardjono (2005: 4). Napitupulu (2008), Pemahaman juga dapat dilihat dari hasil mahasiswa yang telah dievaluasi oleh pengajar mata kuliah akuntansi dan juga akan dilihat dari jawaban mahasiswa terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti pada mahasiswa. Dengan demikian dapat diberi suatu kesimpulan, bahwa pemahaman akuntansi memiliki tujuan, yaitu : a. Pemahaman pengetahuan akuntansi tanpa menimbulkan kekeliruan tentang arti akuntansi. Artinya jangan sampai mahasiwa mempunyai wawasan yang sempit mengenai ruang lingkup akuntansi baik sebagai pengetahuanmaupun sebagai bidang pekerjaan. b. Menanamkan sifat positif terhadap pengetahuan akuntansi yang cukup luas ruang lingkupnya, khususnya mereka yang tidak mengambil jurusan akuntansi. c. Memotivasi agar pengetahuan akuntansi dimanfaatkan dalam praktik bisnis atau organisasi lain yang keberhasilannya sebenarnya ditentukan oleh informasi keuangan. Maka dapat disimpulkan yang dimaksud dengan Tingkat pemahaman akuntansi adalah proses atau cara mahasiswa jurusan akuntansi dalam memahami mata kuliah akuntansi Komponen Tingkat Pemahaman Akuntansi Melandy dan Aziza (2006), pemahaman akuntansi merupakan suatu kemampuan seorang untuk mengenal dan mengerti tentang akuntansi. Pemahaman akuntansi ini dapat di ukur dari nilai mata kuliah yang meliputi Pengantar Akuntansi, Akuntansi Keuangan Menengah 1, Akuntansi Keuangan Menengah 2, Akuntansi Keuangan Lanjutan 1, Akuntansi Keuangan Lanjutan 2, Auditing 1, Auditing 2, Auditing 3, dan Teori Akuntansi. Mata kuliah tersebut merupakan mata kuliah yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang menggambarkan akuntansi secara umum. 22

16 2.6. Tinjauan Penelitian Terdahulu Melandy dan Aziza (2006). meneliti Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Pemahamn Akuntansi, Kepercayaan Diri sebagai Variabel Pemoderasi dengan Sampel Mahasiswa Akhir Akuntansi pada beberapa perguruan tinggi negeri yang ada di propinsi bengkulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terlihat adanya perbedaan pengenalan diri dan motivasi antara mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri kuat dengan mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri lemah, sedangkan untuk variabel pengendalian diri, empati, dan keterampilan sosial tidak terdapat perbedaan. Pada Penelitian Napitupulu (2009) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional terhadap Pemahaman Pelajaran Akuntansi dengan minat sebagai variabel moderating (Studi pada siswa SMK Bisnis dan Manajemen di Kota Sibolga kelas XII Jurusan Akuntansi). Hasil penelitiannya adalah secara simultan komponen Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional mempunyai pengaruh terhadap pemahaman Pelajaran Akuntansi pada siswa SMK di kota Sibolga, Secara parsial hanya kecerdasaan intelektual yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman akuntansi, sementara variabel kecerdasaan emosional tidak mempunyai pengaruh terhadap pemahaman akuntansi. Jadi kesimpualannya, Hanya Kecerdasaan Intelektual yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman akuntansi, sementara Kecerdasaan Emosional dan Minat sebagai Pemoderasi tidak mempunyai pengaruh terhadap pemahaman akuntansi. 23

17 Yolla (2013), menelitipengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual dan Minat Belajar terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Hasil penelitiannya adalah variabel Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Minat belajar sebagai variabel Moderating berpengaruh signifikan terhadap pemahaman Akuntansi. Zakiah (2013) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Pemahaman Akuntansi (Studi Empiris Mahasiswa Jurusan Akuntansi Angkatan Tahun 2009 di Universitas Jember). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual baik secara parsial maupun simultan berpengaruh positif signifikan terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa jurusan akuntansi angkatan tahun 2009 di Universitas Jember. Selanjutnya disimpulkan juga bahwa kecerdasan intelektual mempunyai pengaruh dominan terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa jurusan akuntansi angkatan tahun 2009 di Universitas Jember. Pada Pasek (2015), melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kecerdasan Intelektual terhadap Pemahaman Akuntansi dengan Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Spritual Sebagai variabel Pemoderasi. Hasil Penelitiannya adalah 1)Kecerdasan intelektual berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemahaman akuntansi. 2) Kecerdasan emosional dapat meningkatkan pengaruh kecerdasan intelektual pada tingkat pemahaman akuntansi secara positif dan signifikan. 3) Kecerdasan spiritual dapat meningkatkan pengaruh kecerdasan intelektual pada tingkat pemahaman akuntansi secara positif dan signifikan 24

18 Berikut adalah penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Pemhahaman Akuntansi, dan Minat yang ditunjukkan dalam tabel dibawah ini : Tabel Tinjauan Penelitian Terdahulu No Nama Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Melandy dan Aziza (2006) Variabel independen: Kecerdasan emosional. Variabel dependen: Pemahaman akuntansi, variabel Moderating: kepercayaan diri Secara simultan komponen kecerdasan emosional saling memiliki pengaruh dan sikronisasi, namun bila dilihat secara parsial hanya ada beberapa komponen yang saling berpengaruh, yaitu pengenalan diri, pengendalian diri, dan motivasi, sedangkan untuk empati dan keterampilan sosial tidak memiliki pengaruh. 2 Ilham Hidayah Napitupulu (2009) Variabel dependen : pemahaman Akuntansi Variabel independen : Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan emosional Variabel Moderating : Minat secara simultan komponen Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional mempunyai pengaruh terhadap pemahaman Pelajaran Akuntansi, Secara parsial hanya kecerdasaan intelektual yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman akuntansi, sementara variabel kecerdasaan emosional tidak mempunyai pengaruh terhadap pemahaman akuntansi. sementara Kecerdasaan Emosional dan Minat sebagai Pemoderasi tidak mempunyai pengaruh terhadap pemahaman akuntansi. 3 Yolla Yorika Variabel Independen : Kecerdasan Emosional, variabel Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan 25

19 (2010) Kecerdasan Intelektual,Minat belajar. Variabel Dependen: Pemahaman Akuntansi. Emosional dan Minat belajar sebagai variabel Moderating berpengaruh signifikan terhadap pemahaman Akuntansi. 4. Farah Zakiah (2013) 5. Nyoman Pasek (2015) Variabel independen: Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spritual, Kecerdasan Spritual Variabel dependen: Pemahaman Akuntansi Variabel Independen : Kecerdasan Intelektual Variabel dependen : Pemahaman Akuntansi Variabel Moderating: Kecerdasan Emosi, Kecerdasan Spritual Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual baik secara parsial maupun simultan berpengaruh positif signifikan terhadap pemahaman akuntansi.. Selanjutnya disimpulkan juga bahwa kecerdasan intelektual mempunyai pengaruh dominant terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa. 1)Kecerdasan intelektual berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemahaman akuntansi. 2) Kecerdasan emosional dapat meningkatkan pengaruh kecerdasan intelektual pada tingkat pemahaman akuntansi secara positif dan signifikan. 3) Kecerdasan spiritual dapat meningkatkan pengaruh kecerdasan intelektual 2.7. Kerangka Konseptual Berdasarkan landasan teori dan masalaah penelitian, maka peneliti mengembangkan kerangka konsep penelitian yang akan diuji secara simultan dan parsial sebagaimana telihat pada gambar

20 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Kecerdasan Intelektual (X1) Pemahaman Kecerdasan Akuntansi (Y) Emosional (X2) Minat (Z) Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting telah diketahui dalam suatu masalah yang akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian dan dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan agar keputusan yang diambil dapat lebih efektif. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu Kecerdasan Intelektual (X1) dan Kecerdasan Emosional (X2) sedangkan variabel dependen (Y) yang digunakan adalah Pemahaman Akuntansi, dan menambah satu variabel lagi yaitu variabel moderating, yang digunakan dalam variabel moderating (Z) adalah Minat. 27

21 2.8. Hipotesis Penelitian Hipotesis menurut Erlina (2011) adalah preposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Preposisi merupakan ungkapan satu pernyataan yang dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya menegnai konsep atau konstruk yang menejelaskn atau mempredisksi fenomena-fenomena. Hipotesi merupakan penjelasan sementara tentang prilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi Hubungan Kecerdasan Intelektual terhadap Tingkat Pemahaman akuntansi Weschler (Dalam Milfayetty, 2015 : 57) mendefenisikan intelegensi sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berrpikir secara rasional, serta menghadapi lingkungan dengan efektif. Para psikolog menyusun berbagai tes untuk mengukur kecerdasan intelektual, dan tes ini menjadi alat memilah manusia ke dalam berbagai tingkatan kecerdasan, yang kemudian lebih dikenal dengan istilah IQ (Intellegence Quotient), yang katanya dapat menunjukkan kemampuan mereka.kecerdasan Intelektual yang tinggi (diatas 120) mahasiswa dianggap punya potensi yang lebih besar untuk berhasil dalam pelajaran dan karena punya masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu,seorang mahasiswa akuntansi yang memiliki kecerdasan intelektual yang baik maka mampu memahami akuntansi dan dapat membaca karena membaca 28

22 dapat meningkatkan pemahaman dan memori, yang semula tidak mengerti menjadi lebih jelas setelah membaca serta menunjukkan keingintahuan terhadap akuntansi. Pada Penelitian Napitupulu (2009), yang meneliti hubungan Kecerdasan Intelektual terhadap pemahaman akuntansi. Hasil penelitian menunjukan secara parsial dan simultan, Kecerdasasn Intelektual mempunyai pengaruh terhadap pemahaman Pelajaran akuntansi Pada Siswa SMK di Kota Sibolga. Jadi hubungan antara Kecerdasan Intelektual dan Pemahaman Pelajaran Akuntansi sangat signifikan dalam meningkatkan Pemahaman Pelajaran Akuntansi. Atas dasar uraian tersebut, maka penelitian ini mengajukan hipotesis pertama sebagai berikut: H1 : Kecerdasan Intelektual berpengaruh terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Hubungan Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Menurut Meyer (1990), Kecerdasan Emosional adalah kemampuan untuk memahami perasaan orang lain dan untuk mengatur emosi, yang secara bersama berperan dalam peningkatan taraf hidup seseorang. Menurut Ginanjar (2005:23) Kecerdasan Emosional adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang kita dan orang lain rasakan, termasuk tepat untuk menangani masalah. 29

23 Penelitian Zakiah (2013) yang menyatakan, kecerdasan emosional ditandai oleh kemampuan pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan kemampuan sosial akan mempengaruhi perilaku belajar mahasiswa yang nantinya juga mempengaruhi seberapa besar mahasiswa dalam memahami akuntansi. Oleh karena itu, Kecerdasan emosional yang baik dapat dilihat dari kemampuan mengenal diri sendiri, mengendalikan diri, memotivasi diri, berempati, dan kemampuan sosial. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik cenderung lebih kuat dalam menghadapi tantangan, berani menggali sesuatu yang baru dan berani mengambil resiko. Karena orang tersebut telah mampu mengendalikan diri memotivasi dirinya sendiri dan mengenal dirinya dengan baik. Seseorang dengan tingkat kecerdasan emosional yang tinggi akan dapat lebih mudah menerima dan memahami sesuatu yang baru yang ia pelajari dibandingkan dengan seseorang yang tingkat kecerdasan emosionalnya lebih rendah. Penelitian lain juga dilakukan oleh Napitupulu (2009), yang meneliti hubungan Kecerdasan Emosional terhadap pemahaman akuntansi. Hasil penelitian menunjukan secara parsial, Kecerdasasn Emosional tidak mempunyai pengaruh terhadap pemahaman Pelajaran akuntansi, Sedangkan Secara simultan mempunyai pengaruh terhadap pemahaman pelajaran akuntansi pada Siswa 30

24 SMK di Kota Sibolga. Dengan demikian Kecerdasan Emosional tidak dapat berdiri sendiri dalam mempengaruhi Pemahaman Pelajaran Akuntansi, namun dapat mempengaruhi Pemahaman Pelajaran Akuntansi secara simultan. Atas dasar uraian tersebut, maka penelitian ini mengajukan hipotesis kedua sebagai berikut: H2 : Kercedasan Emosional berpengaruh terhadap pemahan akuntansi Hubungan Minat Terhadap Kecerdasan Intelektual dan Tingkat Pemahaman Akuntansi Menurut Jahja (2011), Minat adalah suatu suatu dorongan yang menyebabkan terikatnya perhatian individu pada objek tertentu seperti pekerjaan, pelajaran, benda, dan orang. Minat merupakan hal yang penting dalam pengembangan kemampuan seseorang dalam suatu bidang. Minat perlu ditumbuhkan dan dikembangkan karena jika dalam diri individu tumbuh suatu minat terhadap suatu bidang, maka individu tersebut akan dengan mudah mempelajari bidang tersebut sehingga prestasi yang diharapkan dapat tercapai Pada penelitian Napitupulu (2009), telah meneliti hubungan Minat terhadap Kecerdasan Intelektual dan pemahaman akuntansi. Menunjukkan secara parsial dan simultan, Kecerdasan Intelektual dengan Minat sebagai variabel moderating berpengaruh terhadap 31

25 pemahaman pelajaran akuntansi pada siswa SMK di Kota Sibolga. Jadi, hubungan antara Kecerdan Emosional dan Atas dasar uraian tersebut, maka penelitian ini mengajukan hipotesis kedua sebagai berikut : H3 : Hubungan Minat memoderasi pengaruh Kecerdasan Intelektual terhadap Pemahaman Akuntansi Hubungan Minat Terhadap Kecerdasan Emosional dan Tingkat Pemahaman Akuntansi Menurut Goleman (dalam Melandy dan Aziza ; 2006) terdapat lima komponen kecerdasan emosional, yaitu 1) Pengenalan diri (Self awareness), 2) Pengendalian diri (Self regulation), 3) Motivasi (Motivation), 4) Empati (Empathy) dan 5) Keterampilan sosial (Social skills). Dalam kaitannya dengan Pemahaman Akuntansi apabila Seseorang dengan tingkat kecerdasan emosional yang tinggi namun ia tidak memiliki minat namun terhadap Akuntansi maka pengetahuannya mengenai Akuntansi tidak akan berkembangterhadap sesuatu hal dikarenakan ia tidak merasa tertarik dan tidak merasa senang ketika mempelajarinya.dibandingkan dengan seseorang yang tingkat kecerdasan emosionalnya lebih rendah. Minat seseorang tidak dapat dipasakan, minat datang dengan sendirinya walaupun awalnya minat itu diperlihatkan kepada dirinya. 32

26 Penelitian yang dilakukan oleh Widaningrum, Nieke H, Dkk (2008), menunjukkan secara parsial dan simultan variabel minat mampu memoderasi pengaruh sarana pendidikan terhadap tingkat pemahaman mahasiswa terhadap IFRS. Hasil penelitian Napitupulu (2009), telah meneliti hubungan Minat terhadap Kecerdasan Emosional dan pemahaman akuntansi. Menunjukkan secara parsial, Kecerdasan Emosional dengan Minat sebagai variabel moderating tidak berpengaruh terhadap pemahaman pelajaran akuntansi pada siswa SMK di Kota Sibolga.Atas dasar uraian tersebut, maka penelitian ini mengajukan hipotesis kedua sebagai berikut : H4 : Hubungan Minat Memoderasi pengaruh Kecerdasan Intelektual terhadap Pemahaman Akuntansi. 33

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian pustaka 1. Teori Atribusi (attribution theory) Menurut Robbins dan Judge (2008), teori hubungan atau teori atribusi (attribution theory)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Pembelajaran Menurut Dimyati Mahmud, bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena pengalaman. Adapun Winkel menyatakan sebagai semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini akan menguraikan pengertian Motivasi, Intelligent Quotient,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini akan menguraikan pengertian Motivasi, Intelligent Quotient, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LANDASAN TEORI Bab ini akan menguraikan pengertian Motivasi, Intelligent Quotient, Emotional Quotient, Spritual Quotient, Pengetahuan, Minat dan Pendidikan Profesi. Menjabarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu pengaruh kecerdasan emosional terhadap kepuasan kerja. Hal ini termasuk latar belakang penelitian, rumusan

Lebih terperinci

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI PADA MAHASISWA DI SEMARANG

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI PADA MAHASISWA DI SEMARANG PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI PADA MAHASISWA DI SEMARANG Bagas Nuvrianto ( bagas_ndd@yahoo.com ) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Audit atas laporan keuangan sangat diperlukan, terutama bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Audit atas laporan keuangan sangat diperlukan, terutama bagi perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit atas laporan keuangan sangat diperlukan, terutama bagi perusahaan berbadan hukum berbentuk perseroan terbatas yang bersifat terbuka (PT terbuka). Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan Emosional Pada tahun 1990 psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire pertama kali melontarkan istilah kecerdasan

Lebih terperinci

Interpersonal Communication Skill

Interpersonal Communication Skill Modul ke: 07 Dra. Fakultas FIKOM Interpersonal Communication Skill Kecerdasan Emosi Tri Diah Cahyowati, Msi. Program Studi Marcomm & Advertising Emotional Equotion (Kecerdasan Emosi) Selama ini, yang namanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Kecerdasan dan Emosi Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi: kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang merupakan keterampilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki pengertian yang sangat luas. Kecerdasan menurut para ahli adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki pengertian yang sangat luas. Kecerdasan menurut para ahli adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Kecerdasan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), mengartikan bahwa kecerdasan sebagai perihal cerdas (sebagai kata benda), atau kesempurnaan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk mempunyai kepandaian atau kecerdasan otak saja agar dapat memperoleh pekerjaan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berkaitan dengan kecerdasan ganda (multipe intelligences). Gardner, menyatakan bahwa IQ tidak

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berkaitan dengan kecerdasan ganda (multipe intelligences). Gardner, menyatakan bahwa IQ tidak BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kecerdasan Salah satu peneliti tentang kecerdasan manusia adalah Prof. Howard Gardner yang merupakan seorang ahli psikologi kognitif dari Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan hidup sesorang pada dasarnya tergantung pada kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan hidup sesorang pada dasarnya tergantung pada kecerdasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan hidup sesorang pada dasarnya tergantung pada kecerdasan yang dimiliki. Kecerdasan tersebut terdiri dari kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi akan mendapatkan bekal berupa teori yang telah diterima selama perkuliahan, yang nantinya setelah lulus dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka

BAB I PENDAHULUAN. gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak contoh di sekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka yang berpendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan Emosional Menurut Stain dan Book (2002) kecerdasan emosional adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan kedunia yang rumit, aspek pribadi,

Lebih terperinci

Diajukan Oleh : DAMAR CAHYO JATI J

Diajukan Oleh : DAMAR CAHYO JATI J HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UMS ANGKATAN 2007 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat

BAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tinggi dalam bidang akuntansi saat ini dan kedepannya dituntut untuk tidak hanya menghasilkan lulusan yang menguasai kemampuan di bidang akademik,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Kecerdasan Emosional Pada umumnya kecerdasan seseorang hanya diukur berdasalkan kecerdasan akal saja. Kecerdasan akal ini sebagian

Lebih terperinci

BAB II TANJAUAN PUSTAKA

BAB II TANJAUAN PUSTAKA BAB II TANJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Kecerdasan Kecerdasan memiliki pengertian yang sangat luas. Para ahli psikologi mengartikan sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk memperoleh pengetahuann

Lebih terperinci

*( Abdul Ghofur Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan

*( Abdul Ghofur Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan J u r n a l E K B I S / V o l. X / N o. 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 4 512 TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (STUDI EMPIRIS MAHASISWA AKUNTANSI PADA UNIVERSITAS SWASTA DI LAMONGAN) *( Abdul Ghofur Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan diterapkan di. Indonesia pada tahun MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan diterapkan di. Indonesia pada tahun MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan diterapkan di Indonesia pada tahun 2015. MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya sistem perdagangan bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, pengaruh globalisasi bukan hanya membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan juga membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang semakin kompleks, terutama kita yang hidup di perkotaan yang sangat rentan pada perkembangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosional Secara umum kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami secara lebih efektif terhadap daya kepekaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Taksonomi Bloom Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA. Purwati 19, Nurhasanah 20

DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA. Purwati 19, Nurhasanah 20 DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA Purwati 19, Nurhasanah 20 Abstrak. Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga negara agar dapat berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang penting bagi seorang manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang penting bagi seorang manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang penting bagi seorang manusia untuk meningkatkan derajatnya sebagai manusia. Pendidikan terdiri dari berbagai jenjang, salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Perilaku Belajar Mahasiswa Perilaku dalam kamus besar bahasa Indonesia (2005) diartikan dengan tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau

Lebih terperinci

(Survey di Perguruan Tinggi di Surakarta)

(Survey di Perguruan Tinggi di Surakarta) PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI DALAM SISTEM PENDIDIKAN TINGGI AKUNTANSI (Survey di Perguruan Tinggi di Surakarta) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

Tes Inteligensi. Definisi Inteligensi, Sejarah Tes Inteligensi, Faktor Yang Mempengaruhi Inteligensi. Yenny, M.Psi., Psikolog.

Tes Inteligensi. Definisi Inteligensi, Sejarah Tes Inteligensi, Faktor Yang Mempengaruhi Inteligensi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Tes Inteligensi Definisi Inteligensi, Sejarah Tes Inteligensi, Faktor Yang Mempengaruhi Inteligensi Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Inteligensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Perilaku Belajar Mahasiswa Konsep tentang belajar yang dikemukanan Skinner adalah konsep belajar secara sederhana, namun komprehensif. Menurut Skinner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kini telah menjadi dasar penilaian baru. Saat ini begitu banyak orang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kini telah menjadi dasar penilaian baru. Saat ini begitu banyak orang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan akal saja,padahal yang diperlukan sebenarnya bagaimana mengembangkan kecerdasan hati seperti ketangguhan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi, hal ini disebabakan karena banyaknya faktor-faktor diluar faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi, hal ini disebabakan karena banyaknya faktor-faktor diluar faktor 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian sebelumnya Penelitian Trisnawati dkk (2003) menemukan kecerdasan emosional secara statistik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi,

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL

MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL RATRI CANDRA HASTARI 1 1 STKIP PGRI TULUNGAGUNG 1 ratricandrahastari@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Intelligent Quotient

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Intelligent Quotient BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Intelligent Quotient 2.1.1.1 Pengertian Intelligent Quotient Dalam memahami akuntansi adanya intelligent quotient merupakan hal yang penting juga untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi ini, pendidikan menjadi hal yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi ini, pendidikan menjadi hal yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, pendidikan menjadi hal yang penting bagi masyarakat Indonesia agar mampu mengimbangi kemajuan zaman yang sangat pesat, Pendidikan akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian kecerdasan emosional Kecerdasan emosional, secara sederhana dipahami sebagai kepekaan mengenali dan mengelola perasaan sendiri dan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Akhir-akhir ini perhatian para akademisi dan praktisi pendidikan terhadap pendidikan karakter mulai bangkit kembali seiring terbitnya kesadaran akan pentingnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam suatu penelitian, metode sangat diperlukan karena bertujuan untuk memperoleh pemecahan masalah dari suatu masalah yang sedang diteliti agar mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha semakin lama semakin cepat dan sangat bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai permasalahan yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik pengetahuan dan ketrampilan hidup. Prakarsa (1996)

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik pengetahuan dan ketrampilan hidup. Prakarsa (1996) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tinggi tidak sanggup membuat anak didik menguasai dengan baik pengetahuan dan ketrampilan hidup. Prakarsa (1996) mengkritisi pendidikan tinggi akuntansi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORITIK BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan manusia sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai bangsa. Pendidikan tidak

Lebih terperinci

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA oleh: Aulia Ratri Constanty Universitas PGRI Yogyakarta ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menuntut perusahaan untuk dapat mengambil keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menuntut perusahaan untuk dapat mengambil keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi menuntut perusahaan untuk dapat mengambil keputusan strategi yang tepat agar dapat bersaing di lingkungan industri yang semakin ketat dan

Lebih terperinci

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan emosi Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan maupun saat bertanding. Menurut Suranto (2005, dalam Anggraeni, 2013) mengatakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak BAB II LANDASAN TEORI II. A. KREATIVITAS II. A. 1. Pengertian Kreativitas Kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat dan memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang

Lebih terperinci

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI 0 PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (Survei di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Perguruan Tinggi di Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi yang mampu bersaing di dunia kerja (Mawardi, 2011). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi yang mampu bersaing di dunia kerja (Mawardi, 2011). Pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan akuntansi khususnya pendidikan tinggi akuntansi yang diselenggarakan diperguruan tinggi ditunjuk untuk mendidik mahasiswa agar memiliki pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini mengakibatkan persaingan di dunia kerja semakin tinggi dan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini mengakibatkan persaingan di dunia kerja semakin tinggi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi saat ini mengakibatkan persaingan di dunia kerja semakin tinggi dan sangat menuntut profesionalisme dari masing-masing individu dalam bekerja. Seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di era globalisasi. Peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu mengadakan bermacammacam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu mengadakan bermacammacam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu mengadakan bermacammacam aktivitas. Salah satu aktivitas itu diwujudkan dalam gerakan yang dinamakan keija (As'ad, 1991:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan kinerja karyawan menurun. Penurunan kinerja karyawan akan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan kinerja karyawan menurun. Penurunan kinerja karyawan akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun terakhir ini, kecerdasan emosional menjadi bahan pembicaraan yang semakin hangat diperbincangkan. Dalam berbagai teori, kecerdasan emosional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang unik, tidak ada seorang individu yang sama persis dengan individu yang lain. Salah satunya adalah dalam hal kecepatan dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peneliti menganggap bahwa penelitian tentang kecerdasan emosional pada mahasiswa yang bekerja sangat penting, karena siapa pun dapat mengalami emosi, tak terkecuali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada dua teori etika yang dikenal sebagai etika deontologi dan teleologi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada dua teori etika yang dikenal sebagai etika deontologi dan teleologi. 28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori Etika Menurut (Keraf, 1998 dalam Hutahahean dan Hasnawati, 2015) ada dua teori etika yang dikenal sebagai etika deontologi dan teleologi. a. Etika

Lebih terperinci

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERILAKU BELAJAR MAHASISWA TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI, KEPERCAYAAN DIRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERILAKU BELAJAR MAHASISWA TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI, KEPERCAYAAN DIRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI 1 PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERILAKU BELAJAR MAHASISWA TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI, KEPERCAYAAN DIRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI Oleh : Ardiani Ika Sulistyawati Febrina Nafasati Oky Triwinata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan merupakan kunci dari masa depan manusia yang dibekali dengan akal dan pikiran. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja selalu menjadi perbincangan yang sangat menarik, orang tua sibuk memikirkan anaknya menginjak masa remaja. Berbicara tentang remaja sangat menarik karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya di antara

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya di antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah individu yang belajar dan menekuni disiplin ilmu yang ditempuhnya secara mantap, dimana di dalam menjalani serangkaian kuliah itu sangat dipengaruhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERILAKU BELAJAR TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (Studi Empiris pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Jember)

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERILAKU BELAJAR TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (Studi Empiris pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Jember) PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERILAKU BELAJAR TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (Studi Empiris pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Jember) SKRIPSI Oleh : ADITYA PRIMA NUGRAHA NIM. 080810391060

Lebih terperinci

Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM

Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM KeterkaitanKecerdasanEmosionaldenganKinerjaSDM Oleh: Dra. Maria F.Lies Ambarwati, M.M. Peran sumber daya manusia dalam sebuah organisasi sejak dulu hingga saat ini tidak pernah surut sedikitpun. Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan secara sengaja, teratur dan terprogram dengan tujuan untuk mengubah dan mengembangkan perilaku maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebanyakan perusahaan memanfaatkan orang-orang yang ber-

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebanyakan perusahaan memanfaatkan orang-orang yang ber- BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Dewasa ini kebanyakan perusahaan memanfaatkan orang-orang yang ber- Intellectual Quotient (IQ) tinggi dengan memanfaatkan seleksi awal berupa tes kecerdasan intelejensi.

Lebih terperinci

Interpersonal Communication Skill

Interpersonal Communication Skill Modul ke: 01Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Interpersonal Communication Skill Perkenalan Mata Kuliah, Kontrak Belajar dan pemahaman Soft Skill Eppstian Syah As'ari, M.Si Program Studi Periklanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi membawa perubahan yang luas dan mendasar dalam semua aspek masyarakat. Perubahan yang berlangsung cepat menyeluruh,

Lebih terperinci

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI PADA MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI PADA MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI PADA MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI (Survey pada FE Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Tugas Dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk kelangsungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Setiap organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu untuk mencapai keberhasilan, untuk mencapai keberhasilan diperlukan landasan yang kuat berupa Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk dapat menjamin kelangsungan dan perkembangan suatu bangsa yang bersangkutan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

TINJAUAN PUSTAKA Remaja TINJAUAN PUSTAKA Remaja Remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescent yang mempunyai arti tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3

Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3 Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3 Pengenalan Diri Instropeksi SALAH Dilazimkan Menyalahkan: Orang lain Lingkungan akibatnya Tidak percaya diri Tidak

Lebih terperinci

3/22/2012. Definisi Intelek : Kekuatan mental manusia dalam berpikir Kecakapan (terutama kecakapan berpikir) Pikiran dan intelegensi

3/22/2012. Definisi Intelek : Kekuatan mental manusia dalam berpikir Kecakapan (terutama kecakapan berpikir) Pikiran dan intelegensi Definisi Intelek : Kekuatan mental manusia dalam berpikir Kecakapan (terutama kecakapan berpikir) Pikiran dan intelegensi 1 Kumpulan kemampuan seseorang yang memungkinkan memperoleh ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan sosial (social skill) adalah kemampuan untuk dapat berhubungan dan bekerjasama dengan orang lain. Keterampilan sosial meliputi beberapa hal, diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula dengan persaingan di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi dalam proyek konstruksi merupakan hal yang sangat penting.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi dalam proyek konstruksi merupakan hal yang sangat penting. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Proyek Organisasi dalam proyek konstruksi merupakan hal yang sangat penting. Dalam organisasi suatu proyek terdapat makna usaha, kerjasama, dan tujuan yang ingin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. daya tarik baginya. Menurut Slameto (Djamarah, 2008) minat adalah suatu

BAB II KAJIAN TEORETIK. daya tarik baginya. Menurut Slameto (Djamarah, 2008) minat adalah suatu BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Minat Belajar Minat merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh cukup besar dalam belajar. Apabila bahan pelajaran yang tidak sesuai dengan minat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kecerdasan adalah kemampuan kognitif pada suatu individu untuk memberikan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kecerdasan adalah kemampuan kognitif pada suatu individu untuk memberikan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kecerdasan Emosi (Emotional Intelligence) Kecerdasan adalah kemampuan kognitif pada suatu individu untuk memberikan alasan yang baik, belajar dari pengalaman, dan mengahadapi

Lebih terperinci

Kecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara

Kecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara Kecerdasan Emosi Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara DESKRIPSI SINGKAT Mata ajar ini membekali peserta dengan kemampuan menerapkan kecerdasan emosional melalui pembelajaran : Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, kreatif, inovatif, mandiri, dan bertanggung jawab, serta menjadi. Pendidikan akuntansi khususnya pendidikan akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, kreatif, inovatif, mandiri, dan bertanggung jawab, serta menjadi. Pendidikan akuntansi khususnya pendidikan akuntansi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang formal maupun informal bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter tiap mahasiswa guna mencerdaskan bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan organisasi dalam berbagai tuntutan masyarakat dan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan organisasi dalam berbagai tuntutan masyarakat dan zaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan aset paling penting dalam suatu organisasi karena merupakan sumber yang mengarahkan organisasi serta mempertahankan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Proses belajar tersebut tercermin

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Proses belajar tersebut tercermin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Kompetensi a. Pengertian Kompetensi Menurut Wibowo (2011:95) kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan bisnis, operasi fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan bisnis, operasi fungsi-fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi internet semakin banyak dimanfaatkan oleh berbagai organisasi terutama organisasi bisnis, kegiatan dunia usaha yang menggunakan teknologi internet

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu langkah yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu langkah yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu langkah yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik adalah pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Menurut Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari tingkat dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan tinggi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari tingkat dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan tinggi sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas manusia berkaitan erat dengan kualitas pendidikan, yang merupakan rangkaian dari tingkat dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan tinggi sebagai lembaga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi (motivation) melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORETIK 6 BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kecerdasan Intelektual (IQ) Kecerdasan dalam perspektif psikologi memiliki arti yang beraneka ragam. Menurut Chaplin (Syah, 2011), kecerdasan adalah

Lebih terperinci