TERHADAP KEPUASAN PASIEN PADA ASUHAN KEPERAWATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TERHADAP KEPUASAN PASIEN PADA ASUHAN KEPERAWATAN"

Transkripsi

1 PEMBERIAN LATIHAN ROM AKTIF dan PASIF TERHADAP KEPUASAN PASIEN PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. S DENGAN POST ORIF FRAKTUR HUMERUS MEDIAL SINISTRA DI RUANG MAWAR II RUMAH SAKIT DR. MOEWARDI SURAKARTA DISUSUN OLEH : BRENDI PRANATA NIM.P PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA 2016 i

2 PEMBERIAN LATIHAN ROM AKTIF dan PASIF TERHADAP KEPUASAN PASIEN PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. S DENGAN POST ORIF FRAKTUR HUMERUS MEDIAL SINISTRA DI RUANG MAWAR II RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : BRENDI PRANATA NIM.P PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA 2016 i

3 ii

4 iii

5 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Pemberian Latihan ROM aktif dan pasif terhadap kepuasan pasien pada Asuhan Keperawatan Ny. S dengan Post ORIF Fraktur Humerus Medial Sinistra di Ruang Mawar II Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: 1. Ns. Wahyu Rima Agustin M. Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di STIkes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ns. Meri Oktariani M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Ns. Alfyana Nadya R. M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi DIII Keperawatan yag telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 4. Ns. Joko Kismanto M.Kep, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukanmasukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 5. Ns. Diyah Ekarini, S.Kep, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. iv

6 6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat. 7. Kedua orangtuaku, bapak miyanto dan ibu mujiati, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 8. Teman-teman the house of mourzini, teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril, spiritual dan meminjamkan laptop mereka. Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin. Surakarta, 11 Mei 2016 Brendi Pranata P v

7 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iii iv. vi viii ix BAB I BAB II BAB III PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 B. Tujuan Penulisan 4 C. Manfaat Penulisan 5 TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 7 1. Fraktur 7 2. ROM Nyeri Kepuasan Pasien 43 B. Kerangka teori 46 METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET A. Subjek aplikasi riset 47 B. Tempat dan waktu 47 C. Media dan alat yang digunakan 47 vi

8 D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset 47 E. Alat ukur evaluasi dari aplikasi tindakan berdasarkan riset 48 BAB IV BAB V BAB VI LAPORAN KASUS A. Identitas Klien 50 B. Pengkajian 50 C. Perumusan masalah keperawatan 59 D. Perencanaan 60 E. Implementasi 63 F. Evaluasi 68 PEMBAHASAN A. Pengkajian 74 B. Perumusan masalah keperawatan 82 C. Perencanaan 86 D. Implementasi 91 E. evaluasi 97 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 104 B. Saran 105 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP vii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Skala Numeric Rating Scale (NRS) Gambar 2.2 Verbal Deskriptif Scale (VDS) Gambar 2.3 Pain Asesment Behavioral Scale (PABS) Gambar 2.4 Kerangka Teori...46 Gambar 4.1 Genogram...52 viii

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Usulan Judul Lampiran 2 : Lembar Konsultasi Lampiran 3 : Surat Pernyataan Lampiran 4 : Jurnal Utama Lampiran 5 : Asuhan Keperawatan Lampiran 6 : Log Book Lampiran 7 : Lembar Observasi Lampiran 8 : Lembar Pendelegasian Lampiran 9 : SOP Terapi Latihan ROM Lampiran 10 : Daftar Riwayat Hidup ix

11 x

12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (2011) dalam Ropyanto (2011) kecelakaan lalu lintas menewaskan 1,3 jiwa di seluruh dunia atau 3000 kematian setiap hari dan menyebabkan cedera sekitar 6 juta orang setiap tahunnya, dimana di tahun 2005 terdapat lebih dari 7 juta orang meninggal karena kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik. Berdasarkan laporan kepolisian menunjukan peningkatan 6,72 % dari kejadian di tahun 2009 menjadi insiden di tahun 2010 atau berkisar 168 insiden setiap hari dan meninggal dunia atau 43,15%. Menurut Depkes RI (2007) dalam Ropyanto (2011) insiden kecelakaan merupakan salah satu dari masalah kesehatan dasar selain gizi dan konsumsi, sanitasi lingkungan, penyakit gigi dan mulut, serta aspek moralitas dan prilaku di Indonesia. Kejadian fraktur akibat kecelakaan di Indonesia mencapai 1,3 juta setiap tahun dengan jumlah penduduk 238 juta, dan merupakan angka kejadian di Asia Tenggara. Kejadian fraktur di Indonesia menunjukan bahwa sekitar 8 juta orang mengalami fraktur di Indonesia 5,5% dengan rentang setiap provinsi antara 2,2 sampai 9%. Fraktur ekstremitas bawah memiliki prevelensi sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan. Hasil tim survey Depkes RI (2007) didapatkan 25% penderita fraktur mengalami 1

13 2 kematian, 45% mengalami cacat fisik, 15% mengalami strees psikologi dan bahkan depresi, serta 10% mengalami kesembuhan dengan baik. Fraktur adalah patah tulang biasanya di sebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Price dan Wilson,2006). Fraktur dapat menyebabkan kecacatan pada anggota gerak yang mengalami fraktur, untuk itu diharuskan segera dilakukan tindakan untuk menyelamatkan klien dari kecacatan fisik, sedangkan kecacatan fisik dapat dipulihkan secara bertahap melalui latihan rentang gerak yaitu dengan latihan Range of Motion (ROM) aktif dan pasif, yang merupakan kegiatan penting pada periode post operasi guna mengembalikan kekuatan otot pasien (Lukman dan Ningsih,2009). ROM dibagi menjadi dua yaitu ROM aktif dan ROM pasif.rom aktif adalah latihan rentang gerak yang dapat dilakukan pasien secara mandiri. ROM pasif adalah latihan rentang gerak dengan bantuan perawat (Irfan, 2010, hlm 139). ROM harus dimulai sedini mungkin secara cepat dan tepat sehingga dapat membantu pemulihan fisik yang lebih cepat dan optimal. ROM juga dapat mencegah terjadinya kontraktur dan dapat memberikan dukungan psikologis pada pasien dan keluarga pasien (Muttaqin, 2008) Selama ini yang terjadi di ruangan (Ruang Bedah) RS DR, Moewardi Surakarta pada pasien post orif jarang yang dilakukan penatalaksanaan latihan

14 3 oleh perawat, perawat hanya sekedar menganjurkan pada pasien untuk melakukan mobilisasi dengan menggerakan anggota badan yang di operasi. Akan tetapi karena ketidaktahuan pasien akan pentingnya mobilisasi pasien justru takut melakukan mobilisasi sehingga berdampak pada pasien post orif seperti bengkak atau edema, kesemutan, kekakuan sendi, nyeri dan pucat pada anggota gerak yang di operasi. Disamping itu yang terjadi di ruangan tidak semua pasien yang menjalani operasi mendapatkan fisioterapi, hasil wawancara didapatkan pasien mengatakan kurang puas karena pasien hanya di minta untuk menggerak-gerakan bagian yang dioperasi tanpa dibei cara latihan oleh perawat. Melihat fenomena ini latihan latihan seperti Range of Motion (ROM) sangat menguntungkan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang merugikan bagi pasien di samping mempercepat kesembuhan dan menambah kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan dengan peran perawat sebagai educator dan motivator (Ichanner s, 2009) Kepuasan adalah tingkat rasa puas seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapanya. Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan. Upaya untuk mewujudkan kepuasaan pelanggan total bukanlah hal yang mudah menyatakan bahwa kepuasan pelanggan total tidak mungkin tercapai, sekalipun hanya untuk sementara waktu (Budiharto,2008)

15 4 Kepuasan adalah reaksi emosional terhadap kualitas pelayanan yang dirasakan dan kualitas pelayanan yang dirasakan merupakan pendapat menyeluruh atau sikap yang berhubungan dengan keutamaan pelayanan, dengan kata lain kepuasan pelanggan adalah kualitas pelayanan yang dipandang dari kepentingan konsumen dalam hal ini pasien. (Notoadmojo,2005) Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengaplikasikan tindakan pemberian latihan ROM Aktif dan Pasif terhadap meningkatkan kepuasan pelayanan pasien pasca Post Fraktur Humerus di Ruang Bedah RS DR. Moewardi Surakarta B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Agar penulis mampu mengaplikasikan Pemberian Latihan (Range of Motion Aktif & Pasif) terhadap kepuasan pasien pada Asuhan Keperawatan Ny. S dengan Post Fraktur Humerus Medial Sinistra di Ruang Bedah RS.DR.Moewardi Surakarta secara benar, tepat dan sesuai dengan standart keperawatan secara professional. 2. Tujuan Khusus a). Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. S dengan fraktur Humerus Medial Sinistra b). Penulis mampu merumuskan diagnose keperawatan pada Askep Ny.S dengan post fraktur Humerus Medial Sinistra

16 5 c). Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan Askep pada Ny. S dengan post fraktur Humerus Medial Sinistra d). Penulis mampu melakukan implementasi pada pada Askep Ny. S dengan fraktur Humerus Medial Sinistra e). Penulis mampu melakukan evaluasi pada pada AskepNy. S dengan fraktur Humerus Medial Sinistra f). Penulis mampu menganalisa hasil pemberian Pemberian Latihan Range of Motion aktif dan pasifterhadap Kepuasan Pasien pada Askep Ny. S dengan fraktur Humerus Medial Sinistra di Ruang Bedah RS.DR Moewardi Surakarta C. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis sebagai berikut : 1. Bagi Pasien Sebagai referensi dalam membantu pasien mendapatkan kepuasan pelayanandalam mengatasi gangguan fungsi dan gerakan, mencegah komplikasi, mengurangi nyeri dan odema pada post operasi dan dapat diterapkan secara mandiri. 2. Bagi Rumah Sakit Memberikan masukan kepada manajemen Rumah Sakit DR.Moewardi Surakarta tentang kepuasan pasien rawat inap terhadap pelayanan oleh perawat yang berpengaruh terhadap kepuasan pasien rawat inap dalam

17 6 rangka meningkatkan optimilisasi pelayanan Rumah Sakit kepada pasien sebagai pelanggan. 3. Bagi Instansi Pendidikan Keperawatan Untuk menambah kepustakaan tentang kajian SDM sehingga dapat memberikan masukan bagi peneliti di masa mendatang mengenai penatalaksanaan terapi latihan Range of Motion terhadap kepuasan pasien di Rumah Sakit 4. Bagi penulis Sebagai referensi dalam mengaplikasikan ilmu dan meningkatkan pengalaman dalam melakukan intervensi berbasis riset di bidang keperawatan medikal bedah.

18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Fraktur a. Pengertian Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial (Rasjad, 2010). Fraktur atau patah tulang juga merupakan suatu kondisi terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat, 2005). Fraktur juga merupakan setiap retak atau patah tulang yang disebabkan oleh trauma, tenaga fisik, kekuatan, sudut, keadaan tulang dan jaringan lunak disekitar tulang yang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi disebut lengkap atau tidak lengkap (Price & Wilson, 2006). b. Etiologi Menurut Sachdeva (1996) dalam Jitowiyono (2012) penyebab fraktur dapat dibagi menjadi dua yaitu: 7

19 8 1) Cedera Traumatik Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh: a) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. b) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula. c) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat. 2) Fraktur Patologik Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut: a) Tumor tulang (jinak atau ganas): pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif. b) Infeksi seperti osteomielitis: dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri. c) Rakhitis: suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang memperoleh semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat

20 9 disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah. d) Secara spontan: disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran. c. Klasifikasi Menurut Rasjad (2007) Klasifikasi fraktur sebagai berikut: 1) Klasifikasi Etiologis: a) Fraktur traumatik : terjadi karena trauma tiba-tiba. Trauma bersifat langsung dan tidak langsung. Trauma bersifat langsung yaitu trauma yang menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan (Fraktur yang terjadi biasanya kominutif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan).trauma bersifat tidak langsung yaitu trauma yang dihantarkan ke tempat yang lebih jauh dari daerah fraktur. Misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menimbulkan fraktur klavikula. b) Fraktur patologis : terjadi karena kelemahan tulang akibat kelainan patologis didalam tulang atau tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit paget, metastasis tulang, tumor). c) Fraktur stress terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat.

21 10 2) Klasifikasi Klinis: a) Fraktur terbuka (Compound Fracture) adalah fraktur yang ada hubungannya dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam) atau From Without (dari luar). Menurut Smeltzer dan Bare (2002) Fraktur terbuka digradasi menjadi : grade I dengan luka bersih sepanjang kurang dari 1 cm; grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif; dan grade III luka yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif. b) Fraktur tertutup adalah fraktur yang tidak ada hubungannya dengan dunia luar. c) Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi misalnya:malunion, delayed union, nonunion, infeksi tulang. 3) Klasifikasi Radiologis: a) Lokalisasi : terbagi atas diafisial, metafisial, intra-artikuler, fraktur dengan dislokasi b) Konfigurasi: (1) Fraktur Transversal adalah fraktur sepanjang garis tengah tulang.

22 11 (2) Fraktur Oblique atau Z adalah fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang. (3) Fraktur Spiral adalah fraktur memuntir seputar batang tulang. (4) Fraktur Segmental adalah fraktur garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan (5) Fraktur Kominutif adalah fraktur tulang pecah menjadi beberapa fragmen. (6) Fraktur Depresi adalah fraktur fragmen patahan terdorong ke dalam. (7) Fraktur baji adalah fraktur biasanya pada vertebra karena tulang mengalami kompresi. (8) Fraktur Avulsi adalah fraktur tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendon pada perlekatannya (9) Fraktur pecah (burst) adalah fraktur dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah (10) Fraktur Epifiseal adalah fraktur melalui epifisis. (11) Fraktur Impaksi adalah fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya. c) Menurut ekstensi: Fraktur Greenstick (salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkok), Fraktur total, Fraktur tidak total, Fraktur garis rambut, dan Fraktur Buckle atau torus.

23 12 d) Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya : terbagi atas tidak bergeser dan bergeser. d. Manifestasi Klinis 1) Deformitas Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti: a) Rotasi pemendekan tulang b) Penekanan tulang 2) Bengkak Edema muncul secra cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur. 3) Echumosis dari perdarahan subculaneous. 4) Spasme otot spasme involunters dekat fraktur 5) Tenderness/keempuka n 6) Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan strukur didaerah yang berdekatan. 7) Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan) 8) Pergerakan abnormal 9) Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah 10) Krepitasi (Black,1993:199) dalam Jitowiyono (2012)

24 13 e. Patofisiologi Proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu: 1) Fase Hematum a) Dalam waktu 24 jam timbul perdarahan, edema, hematume disekitar fraktur b) Setelah 24 jam suplai darah disekitar fraktur meningkat 2) Fase granulasi jaringan a) Terjadi 1-5 hari setelah injuri b) Pada tahap phagositosis aktif granulasi jaringan yang berisi pembuluh darah baru fogoblast dan osteoblast. 3) Fase formasi callus a) Terjadi 6-10 hari setelah injuri b) Granulasi terjadi perubahan berbentuk callus 4) Fase ossificasi a) Mulai pada 2-3 minggu setelah fraktur sampai dengan sembuh b) Callus permanent akhirnya terbentuk tulang kaku dengan endapan garam kalsium yang menyatukan tulang yang patah. 5) Fase consolidasi dan remadelling Dalam waktu lebih 10 minggu yang tepat berbentuk callus terbentuk dengan oksifitas oksifitas osteoblat dan osteuctac (Black, 1993:19) dalam Jitowiyono (2012).

25 14 f. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien fraktur antara lain; x-ray, magnetic resonance imaging (MRI), dan scan tulang sangat dimanfaatkan dalam orthopedi. X-Ray atau rontgen adalah pemeriksaan diagnostik yang biasa dihunakan untuk mengetahui masalah fraktur. Karena tulang lebih padat daripada jaringan yang lain maka x-ray tidak dapat menembusnya, bagian yang padat ditunjukkan dengan warna putih pada x- ray. X-ray menyediakan informasi tentang kelainan bentuk, kepadata tulang, dan klasifikasi jaringan lunak (Lewis, 2011). g. Komplikasi 1) Delayed union, menurut Rasjad (2007) fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu yang 3-5 bulan (3 bulan untuk anggota gerak atas dan 5 bulan untuk anggota gerak bawah). Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara normal. Pada pemeriksaan radiografi, tidak akan terlihat gambaran tulang baru pada ujung-ujung fraktur, ada gambaran kista pada ujung- ujung tulang karena adanya dekalsifikasi tulang, gambaran kalus yang kurang disekitar fraktur. Terapi konservatif : pemasangan plester selama 23 bulan, Operatif bila union diperkirakan tidak terjadi maka dilakukan fiksasi interna dan dilakukan pemberian bone graft. 2) Non union, menurut Rasjad (2007) fraktur tidak menyembuh antara 6-8 bulan dan tidak didapatkan konsolidasi sehingga didapatkan

26 15 pseudoarthrosis ( sendi palsu). Ada beberapa tipe antara lain : (1) Tipe I (hypertrophic non union) tidak akan terjadi proses penyembuhan fraktur dan diantara fragmen fraktur tumbuh jaringan fibrus yang masih mempunyai potensi untuk union dengan melakukan koreksi fiksasi dan bone grafting, (2) Tipe II (atrophic non union) disebut juga sendi palsu (pseudoartrosis) terdapat jaringan sinovial sebagai kapsul sendi beserta rongga sinovial yang berisi cairan, proses union tidak akan dicapai walaupun dilakukan imobilisasi lama. Beberapa faktor yang menimbulkan non union seperti disrupsi periosteum yang luas, hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur, waktu imobilisasi yang tidak memadahi, implant atau gips yang tidak memadai, distraksi interposisi, infeksi dan penyakit tulang (fraktur patologis). 3) Malunion, adalah fraktur menyembuh pada saatnya tetapi terdapat deformitas. Tindakan refraktur atau osteotomi koreksi (Rasjad, 2007). h. Penatalaksanaan Pada waktu menangani fraktur ada empat konsep dasar yang harus dipertimbangkan yaitu rekognisi, reduksi, retensi dan rehabilitasi. 1) Rekognisi meliputi diagnosis dan penilaian fraktur, dilakukan anamnesis, pemeriksaan klinis, dan radiologis (Rasjad, 2007). 2) Reduksi fraktur apabila perlu, restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima (Rasjad, 2007).

27 16 3) Rehabilitasi adalah mengembalikan aktivitas fungsional semaksimal mungkin (Rasjad, 2007). Rencana rehabilitasi harus segera dilaksanakan bersamaan dengan pengobatan fraktur (Price & Wilson, 2006). i. Asuhan Keperawatan 1) Pengkajian a) Identitas Klien Meliputi : Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, no. registrasi. b) Keluhan Utama Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.nyeri tersebut bisa akut / kronik tergantun dar lamanya serangan. Unit memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri pasien digunakan : Provoking inciden : Apakah ada peristiwa yang menjadi factor prepitasi nyeri. Quality of pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan pasien. Apakah seperti terbakar, berdenyut / menusuk. Region Radiation, relief : Apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar / menyebar dan dimana rasa sakit terjadi.

28 17 Saverity (scale of pain) : Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien, bisa berdasarkan skala nyeri / pasien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya. Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari / siang hari. c) Riwayat Penyakit Sekarang Pada pasien fraktur/ patah tulang dapat disebabkan oleh trauma / kecelakaan, degenerative dan patologis yang didahului dengan perdarahan, kerusakan jaringan sekirat yang mengakibatkan nyeri, bengkak, kebiruan, pucat / perubahan warna kulit dan kesemutan. d) Riwayat Penyakit Dahulu Apakah pasien pernah mengalami penyakit ini (fraktur) atau pernah punya penyakit menular / menurun sebelumnya. e) Riwayat Penyakit Keluarga Pada keluarga pasien ada / tidak yang menderita osteoporosis, arthritis dan tuberkolosis / penyakit lain yang sifatnya menurun atau menular. f) Pola Fungsi Kesehatan (1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Pada fraktur akan mengalami perubahan / gangguan pada personal hygiene, misalnya mandi, ganti pakaian, BAB dan BAK.

29 18 (2) Pola nutrisi dan metabolisme Pada fraktur tidak akan mengalami penurunan nafsu makan, meskipun menu berubah misalnya makan dirumah gizi tetap sama sedangkan di RS disesuaikan dengan penyakit dan diet pasien. (3) Pola eliminasi Kebiasaan miksi / defekasi sehari-hari, kesulitan waktu defekasi dikarenakan imobilisasi, feses warna kuning dan konsistensi defekasi, pada miksi pasien tidak mengalami gangguan. (4) Pola istirahat dan tidur Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang disebabkan oleh nyeri, misalnya nyeri akibat fraktur. (5) Pola aktivitas dan latihan Aktivitas dan latihan mengalami perubahan / gangguan akibat dari fraktur femur sehingga kebutuhan pasien perlu dibantu oleh perawat / keluarga. (6) Pola persepsi dan konsep diri Pada fraktur akan mengalami gangguan diri karena terjadi perubahan pada dirinya, pasien takut cacat seumur hidup / tidak dapat bekerja lagi.

30 19 (7) Pola sensori kognitif Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan, sedang pada pola kognitf atau cara berfikir pasien tidak mengalami gangguan. (8) Pola hubungan peran Terjadi perubahan peran yang dapat mengganggu hubungan interpersonal yaitu pasien merasa tidak berguna lagi dan menarik diri. (9) Pola penanggulangan stress Perlu ditanyakan apakah membuat pasien menjadi stress dan biasanya masalah dipendam sendiri / dirundingkan dengan keluarga. (10) Pola reproduksi seksual Bila pasien sudah berkeluarga dan mempunyai anak, maka akan mengalami pola seksual dan reproduksi, jika pasien belum berkeluarga pasien tidak akan mengalami gangguan. (11) Pola tat nilai dan kepercayaan Adanya kecemasan dan stress sebagai pertahanan dan pasien meminta perlindungan / mendekatkan diri dengan Allah SWT.

31 20 2). Diagnosa Keperawatan a) Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik (postoperasi fraktur femur) b) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik c) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan keengganan memulai pergerakan d) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif 3). Perencanaan a) Diagnosa Keperawatan 1: Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik (postoperasi fraktur femur) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah nyeri dapat teratasi. Kriteria Hasil: (1) Klien mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik non farmakogi untuk mengurangi nyeri (2) Klien mampu melaporkan bahwa nyeri berkurang (3) Klien mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

32 21 (4) Klien mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Rencana Tindakan : O = Observasi reaksi non verbal dri ketidaknyamanan R/ Mengetahui keadaan pasien N= Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi R/ mengetahui keadaan nyeri pasien termasuk lokasi, durasi dan faktor E = Ajarkan tehnik non farmakologi (relaksasi nafas dalam) R/ Mengatasi atau mengurangi nyeri C = Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik R/ Obat analgesik diharapkan dapat mengurangi nyeri. b) Diangnosa Keperawatan 2 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan internal (perubahan tugor kulit) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tugor kulit dapat kembali normal. Kriteria Hasil : (1) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (2) Perfusi jaringan baik

33 22 (3) Tidak ada tanda-tanda infeksi (4) Tidak ada luka/lesi pada kulit (5) Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor Rencana tindakan: O = Observasi kulit akan adanya kemerahan R/ Mencegah infeksi pada area luka jahitan N = Bersihkan kulit agar tetap bersih dan kering R/ mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan luka E = Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar terutama pada area luka operasi R/ mencegah nyeri akibat ketatnya penggunaan pakaian dan untuk memberkan kenyamanan C = Kolaborasi pemberian lotion atau minyak baby oil pada daerah yang tertekan R/ mencegah terjadinya kerusakan jaringan akibat penekanan c) Diangnosa keperawatan 3 : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan keengganan memulai pergerakan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan hambatan mobilitas fisik dapat teratasi.

34 23 Kriteria Hasil : (1) Klien meningkat dalam aktivitas fisik (2) Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas (3) Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah (4) Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasai (walker) Rencana Tindakan : O = Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi R/ mengetahui mampuan yang dapat pasien lakukan N = Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri sesuai kemampuan R/ meningkatkan kekuatan otot E =Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan R/ Mambah wawasan pasien dalam meningkatkan kekuatan otot C = Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi R/ sebagai suatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan / meningkatkan mobilitas pasien

35 24 d) Diagnosa Keperawatan 4 :Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi/ terkontrol.kriteria Hasil : (1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi (2) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi (3) Jumlah leukosit dalam batas normal (4) Menunjukkan perilaku sehat Rencana Tindakan : O = Observasi adanya tanda tanda infeksi R/ mencegah terjadinya infeksi N = Berikan perawatan luka sesuai dengan prosedur steril R/ mencegah terjadinya infeksi E = Ajarkan pasien dan keluarga cara cara mencegah terjadinya infeksi R/ menigkatkan pengetahuan pada pasien dan keluarga C = Kolaborasi untuk pemberian antibiotik R/ antibiotik mencegah perkembangan mikro-organisme patogen. (Nasrul Effendy, 1995:2-3) dalam Wijaya & Pitri (2013).

36 25 2. Range Of Motion Aktive & Pasive a. Pengertian Range of Motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan masa otot dan tonus otot. Mobilisasi persendian dengan latiohan ROM merupakan salah satu bentuk rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien stroke (Ichanner s, 2009). Pemberian terapi latihan berupa gerakan pasif sangat bermanfaat dalam menjaga sifat fisiologi dari jaringan otot dan sendi.latihan ini dapat diberikan sedini mungkin untuk menghindari adanya komplikasi akibat kurang gerak, seperti adanya kontraktur, kekakuan sendi, dan lainlain.pemberian ROM dapat diberikan dalam berbagai posisi, seperti tidur terlentang, tidur miring, tidur tengkurap, duduk, berdiri atau posisi sesuai dengan alat latihan yang digunakan (Irfan, 2012). Range of motion adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, di mana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. (Potter dan Perry, 2006). Tujuan Range of Motion (ROM) adalah mempertahankan atau memelihara fleksibilitas dan kekutan otot, memelihara mobilitas

37 26 persendian, merangsang sirkulasi darah, mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur, mempertahankan fungsi jantung dan pernafasan, (Potter dan Perry, 2006) sedangkan manfaat latihan rom adalah mempertahankan tonus otot, meningkatkan mobilisasi sendi, memperbaiki toleransi otot untuk latihan, meningkatkan masa otot, mengurangi kehilangan tulang, (Mutaqqin,2008) 1) Klasifikasi Latihan ROM meliputi (Potter dan Perry, 2006). a) Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan pasien dengan bantuan perawat setiap gerakan. b) Latihan ROM aktif adalah latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa bantuan perawat di setiap gerakan yang dilakukan. 2) Tujuan Range of Motion (ROM) (Potter dan Perry, 2006) a) Mempertahankan atau memelihara fleksibilitas dan kekutan otot. b) Memelihara mobilitas persendian c) Merangsang sirkulasi darah d) Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur. e) Mempertahankan fungsi jantung dan pernafasan. 3) Manfaat Range of Motion (ROM) (Muttaqin, 2008) a) Mempertahankan tonus otot b) Meningkatkan mobilisasi sendi c) Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

38 27 d) Meningkatkan masa otot e) Mengurangi kehilangan tulang 4) Prinsip Dasar Latihan ROM (Muttaqin, 2008) a) ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari. b) ROM dilakukan perlahan dan hati-hati agar tidak melelahkan pasien. c) Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosis, tanda vital, dan lamanya tirah baring. d) ROM sering diprogramkan oleh dokter dan dikerjakan oleh fisioterapi atau perawat. e) Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki. f) ROM dapat dilakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang dicurigai mengalami proses penyakit. g) Melakukan ROM harus sesuai dengan waktunya, misalnya setelah mandi atau perawatan rutin telah dilakukan. 5) Jenis jenis ROM (Carpenito, 2009). a) ROM Pasif adalah gerakan otot klien yang dilakukan oleh orang lain dengan bantuan oleh klien.

39 28 b) ROM Aktif Asitif adalah kontraksi otot secara aktif dengan bantuan gaya dari luar seperti terapis, alat mekanis atau ekstremitas yang sedang tidak dilatih. c) ROM Aktif adalah kontraksi otot secara aktif melawan gaya gravitasi seperti mengangkat tungkai dalam posisi lurus. d) ROM Aktif Resistif adalah kontraksi otot secara aktif melawan tahanan yang diberikan, misalnya beban. 6). Gerakan- gerakan ROM (Carpenito, 2009). a) Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan Cara : (1) Jelaskan prosedur yang kan dilakukan (2) Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekukdengan lengan. (3) Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegangpergelangan tangan pasien. (4) Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin. (5) Catat perubahan yang terjadi. b) Fleksi dan ekstensi siku Cara : (1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. (2) Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapakmengarah ke tubuhnya.

40 29 (3) Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya mendekat bahu. (4) Lakukan dan kembalikan keposisi sebelumnya. (5) Catat perubahan yang terjadi. c) Pronasi dan supinasi lengan bawah Cara : (1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. (2) Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk. (3) Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tanganpasien dengan tangan lainnya. (4) Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya. (5) Kembalikan ke posisi semula. (6) Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap kearahnya. (7) Kembalikan ke posisi semula. (8) Catat perubahan yang terjadi. d) Pronasi fleksi bahu Cara : (1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. (2) Atur posisi tangan pasien disisi tubuhnya.

41 30 (3) Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasiendengan tangan lainnya. (4) Angkat lengan pasien pada posisi semula. (5) Catat perubahan yang terjadi. e) Abduksi dan Adduksi Bahu Cara : (1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. (2) Atur posisi lengan pasien disamping badannya. (3) Letakkan satu tangan perawat diatas siku pasien dan pegang tangan pasiendengan tangan lainnya. (4) Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah perawat (Abduksi). (5) Gerakkan lengan pasien mendekati tubuhnya (Adduksi) (6) Kembalikan ke posisi semula. (7) Catat perubahan yang terjadi. f) Rotasi Bahu Cara : (1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. (2) Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk. (3) Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegangtangan pasien dengan tangan yang lain.

42 31 (4) Gerakkan lengan bawah kebawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan menghadap kebawah. (5) Kembalikan posisi lengan keposisi semula. (6) Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan menghadap keatas. (7) Kembalikan lengan ke posisi semula. (8) Catat perubahan yang terjadi. g) Fleksi dan Ekstensi Jari-jari Cara : (1) Jelaskan prosedur yang akan di lakukan. (2) Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan, sementara tang lain memegang kaki. (3) Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah (4) Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang. (5) Kembalikan ke posisi semula. (6) Catat perubahan yang terjadi. h) Infersi dan efersi kaki Cara : (1) Jelaskan prosedur yang akan di lakukan. (2) Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegangpergelangan kaki dengan tangan satunya.

43 32 (3) Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya. (4) Kembalikan ke posisi semula (5) Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain. (6) Kembalikan ke posisi semula. (7) Catat perubahan yang terjadi. i) Fleksi dan ekstensi pergelangan Kaki Cara : (1) Jelaskan prosedur yang akan di lakukan. (2) Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan yanglain di atas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rilek. (3) Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada pasien. (4) Kembalikan ke posisi semula. (5) Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien. (6) Catat perubahan yang terjadi. j) Fleksi dan Ekstensi lutut. Cara : (1) Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.

44 33 (2) Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien dengantangan yang lain. (3) Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha. (4) Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin. (5) Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke atas. (6) Kembali ke posisi semula. (7) Catat perubahan yang terjadi. k) Rotasi pangkal paha Cara : (1) Jelaskan prosedur yang akan di lakukan. (2) Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan yang laindi atas lutut. (3) Putar kaki menjauhi perawat. (4) Putar kaki ke arah perawat. (5) Kembalikan ke posisi semula. (6) Catat perubahan yang terjadi. l) Abduksi dan Adduksi pangkal paha. Cara : (1) Jelaskan prosedur yang akan di lakukan. (2) Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan padatumit.

45 34 (3) Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari tempat tidur,gerakkan kaki menjauhi badan pasien. (4) Gerakkan kaki mendekati badan pasien. (5) Kembalikan ke posisi semula. (6) Catat perubahan yang terjadi. Penilaian kekuatan otot (Sjamsuhidajat & De Jong, 2010) 1). Derajat 0 : Artinya otot tak mampu bergerak/lumpuh total, misalnya jika tapak tangan dan jari mempunyai skala 0 berarti tapak tangan dan jari tetap saja ditempatkansudah diperintahkan untuk bergerak. 2). Derajat 1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakkan pada persendian yang harus digerakkan oleh otot tersebut. 3). Derajat 2 : Dapat menggerakan otot atau bagian yang lemah sesuai perintah misalnya tapak tangan disuruh telungkup atau lurus bengkok tapi jika ditahan sedikit saja sudah tak mampu bergerak. 4). Derajat 3 : Dapat menggerakkan otot daengan tahanan minimal misalnya dapat menggerakan tapak tangan dan jari. 5). Derajat 4 : Tangan dan jari dapat bergerak dan dapat melawan hambatan yang ringan.

46 35 6). Derajat 5 : Bebas bergerak dan dapat melawan tahanan yang setimpal (normal) 3. Nyeri a. Definisi Nyeri adalah suatu fenomena yang sering dijumpai oleh petugas kesehatan terutama perawat (Harahap, 2011).International Association for the Study of Pain, IASP (2011) mendefinisikan nyeri sebagai suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan. Sedangkan menurut Mustawan (2008) nyeri merupakan keluhan yang paling sering diungkapkan pasien dengan tindakan pembedahan atau operasi.sedangkan menurut Wartonah (2005), nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda-beda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatnya dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.

47 36 b. Klasifikasi Nyeri 1) Klasifiasi Nyeri Berdasarkan Awitan Menurut Tamsuri (2006) menjelaskan bahwa nyeri berdasarkan waktu kejadian dapat dikelompokan sebagai nyeri akut dan kronis. a) Nyeri akut Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu atau durasi 1 detik sampai dengan kurang dari 6 bulan.nyeri akut biasanya menghilang dengan sendirinya dengan atau tanpa tindakan setelah kerusakan jaringan menyembuhkan. b) Nyeri kronis Nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam waktu lebih dari 6 bulan.nyeri kronis umumnya timbul tidak teratur, intermitten, atau bahkan persisten.nyeri ini menimbulkan kelelahan mental dan fisik bagi penderitanya. 2) Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi Berdasarkan lokasi nyeri, nyeri dapat dibedakan menjadi enam jenis, yaitu nyeri superfisial, nyeri somatik dalam, nyeri viseral, nyeri alih, nyeri sebar, dan nyeri bayangan fantom(tamsuri, 2006).

48 37 a) Nyeri superfisial adalah nyeri yang timbul akibat stimulasi terhadap kulit seperti pada laserasi, luka bakar, dan sebagainya. Durasi pendek. b) Nyeri somatik dalam (deep somatic pain)adalah nyeri yang terjadi pada otot tulang serta struktur penyokong lainnya, umumnya nyeri bersifat tumpul dan distimulasi dengan adanya perenggangan dan iskemia. c) Nyeri viseral adalah nyeri yang disebabkan oleh kerusakan organ internal. Nyeri yang timbul bersifat difus dan durasinya cukup lama. Sensasi yang timbul biasanya tumpul. d) Nyeri alih (reffered pain) adalah nyeri yang timbul akibat adanya nyeri viseral yang menjalar ke organ lain, sehingga dirasakan nyeri pada beberapa tempat atau lokasi. e) Nyeri sebar (radiasi)adalah sensasi nyeri yang meluas dari daerah asal ke jaringan sekitar. Nyeri jenis ini biasanya dirasakan oleh klien seperti berjalan/bergerak dari daerah asal nyeri ke sekitar atau ke sepanang bagian tubuh tertentu. Nyeri dapat bersifat intermiten atau konstan. f) Nyeri bayang (fantom)adalah nyeri khusus yang dirasakan oleh klien yang mengalami amputasi. Nyeri oleh klien dipersepsi berada pada organ yang telah diamputasi seolah-olah organnya masih ada.

49 38 3) Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Ringan Beratnya a) Nyeri Ringan Nyeri ringan merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas yang ringan.nyeri ringan biasanya pasien secara obyektif dapat berkomunikasi dengan baik. b) Nyeri Sedang Nyeri sedang merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas yang sedang.nyeri sedang secara obyektif pasien mendesis, mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik. c) Nyeri Berat Nyeri berat merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas yang berat. Nyeri berat secara obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang (Wartonah, 2005) c. ManajemenNyeri Manajemen nyeri dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Manajemen farmakologis Manajemen farmakologis dengan menggunakan obat-obatan analgesik untuk mengurangi nyeri. Ada tiga jenis analgesik yaitu:

50 39 a) Non-narkotik dan obat antiinflamasi non steroid (NSAID). Umumnya untuk menghilangkan nyeri ringan dan nyeri sedang, seperti nyeri terkait prosedur pengobatan gigi, dan prosedur bedah minor. b) Analgesik narkotik atau opiat Umumnya untuk nyeri sedang sampai berat, seperti nyeri pasca operasi dan nyeri maligna. Ini bekerja pada sistem saraf pusat untuk menghasilkan kombinasi efek yang mendepresi dan menstimulasi. c) Obat tambahan (adjuvan) atau koanalgesik Meningkatkan kontrol nyeri atau menghilangkan gejala lain yang terkait dengan nyeri atau menghilangkan gejala lain yang terkait dengan nyeri, seperti depresi dan mual. 2) Manajemen Non Farmakologis Manajemen non farmakologis tidak menggunakan obat-obatan untuk mengurangi nyeri, sehingga sebagian dapat digunakan mandiri oleh pasien. Berikut adalah beberapa manajemen non farmakologis: relaksasi, distraksi, bimbingan antisipasi, biofeedback, hipnosis-diri, stimulus kutaneus(perry & Potter, 2006).

51 40 d. Alat Ukur Nyeri Menurut Perry & Potter (2006) alat ukur nyeri sebagai berikut: 1) Numeric Rating Scale (NRS) Lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata.dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan mennggunakan skala 0-10.Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik.apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm. Gambar : 2.1 Skala Numeric Rating Scale (NRS) 2) Verbal Deskriptif Scale (VDS) Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objketif. Skala pendeskripsi verbal merupakan sebuah garis yang terdidi dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari tidak terasa nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan.

52 41 Gambar 2.2 Verbal Deskriptif Scale (VDS) 3) Pain Assesment Behavioral Scale (PABS) Alat ukur nyeri dengan rentang skala nyeri 0 : tidak nyeri, 1-3: nyeri ringan, 4-6 : nyeri sedang, >7 : nyeri berat >7 Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri ringan sedang berat Keterangan : Gambar 2.3 Pain Asesment Behavioral Scale (PABS) 0 =Tidak nyeri 1-3 = Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik. 4-6 = Nyeri sedang : secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

53 42 >7= Nyeri berat: secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi (Wartonah, 2005) dalam Syaiful & Rachmawan, (2014). e. Nyeri Pasca Operasi Tindakan pembedahan adalah suatu tindakan yang dapat mengancam integritas seseorang, baik bio-psiko-sosial maupun spiritual, yang bersifat potensial ataupun aktual.setiap tindakan pembedahan dapat menimbulkan respon ketidaknyamanan berupa rasa nyeri. Pada pasien post operasi seringkali mengalami nyeri hebat meskipun tersedia obatobatan analgesik yang efektif, namun nyeri post operasi tidak dapat diatasi dengan baik, sekitar 50% pasien tetap mengalami nyeri sehingga dapat mengganggu kenyamanan pasien (Wals, 2008). Rasa nyeri merupakan stresor yang dapat menimbulkan stres dan ketegangan dimana individu dapat berespon secara biologis dan perilaku yang menimbulkan respon fisik dan psikis. Pada respon fisik pasien post operasi fraktur femurmeliputi perubahan keadaan umum, wajah, denyut nadi, pernafasan, suhu badan, dan apabila nafas semakin berat dapat menyebabkan colaps kardiovaskuler dan syok, sedangkan respon psikis akibat nyeri dapat merangsang respon stres yang dapat mengurangi sistem imun dalam peradangan, serta dapat menghambat penyembuhan respon

54 43 yang lebih parah akan mengarah pada ancaman merusak diri (Corwin, 2001) dalam Syaiful dan Rachmawan (2014). 4. Kepuasan Pasien a. Pengertian Kepuasan adalah tingkat rasa puas seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapanya. Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan. Upaya untuk mewujudkan kepuasaan pelanggan total bukanlah hal yang mudah menyatakan bahwa kepuasan pelanggan total tidak mungkin tercapai, sekalipun hanya untuk sementara waktu (Budiharto,2008). Kepuasan adalah reaksi emosional terhadap kualitas pelayanan yang dirasakan dan kualitas pelayanan yang dirasakan merupakan pendapat menyeluruh atau sikap yang berhubungan dengan keutamaan pelayanan, dengan kata lain kepuasan pelanggan adalah kualitas pelayanan yang dipandang dari kepentingan konsumen dalam hal ini pasien.(notoadmojo,2005). b. Teori Kepuasan Pasien Menurut Haryanti dan Hadi (2008) ada dua teori dalam memahami kepuasan pada konsumen dalam hal ini terhadap pasien :

55 44 1). The Expectacy Discomfirmation Model Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen adalah hasil perbandingan antara harapan dan pra pembelian atau pemilihan atau pengambilan keputusan (prepurchase expectation) yaitu keyakinan kinerja yang diantisipasi dari suatu produk atau jasa dan dibandingkan dengan hasil yang diperoleh. 2). Equity Theory Dikemukakan oleh stacy adams tahun 1960, dua komponen yang terpenting dari teori ini, yaitu apa yang di dapat (inputs) dan apa yang dikeluarkan (outcomes). Prinsip dari teori ini adalah bahwa orang akan merasa puas tergantung pada apakah ia merasakan keadilan (equity) atau tidak atas suatu situasi. Jika input dan outputnya sama apabila dibandingkan dengan input dan output orang/jasa yang dijadikan perbandingan maka kondisi itu disebut puas. c. Aspek Aspek Kepuasan pada Pasien Menurut junadi P (2007), bentuk kongret untuk mengukur kepuasan pasien Rumah Sakit ada empat aspek yang dapat diukur yaitu : 1). Kenyamanan, aspek ini dijabarkan dalam pertanyaan tentang hal yang menyenangkan dalam semua kondisi, lokasi rumah sakit, kebersihan, kenyaman ruangan, makanan dan minuman, peralatan ruangan, tata

56 45 letak, penerangan, kebersihan WC/kamar mandi, pembuangan sampah, kesegaran ruangan, dan lain sebagainya. 2). Hubungan pasien dengan petugas Rumah Sakit, dapat diabarkan dengan pertanyaan petugas yang mempunyai kepribadian baik yang mendukung jalannya pelayanan prima terjadi yang menyangkut keramahan, informasi yang diberikan sejauh mana tingkat komunikasi, dukungan, tanggapan dokter/perawat di ruang IGD,rawat jalan, rawat inap, farmasi, kemudahan dokter/perawat dihubungi, keteraturan pemberian makanan, obat, pengukuran suhu dan lain sebagainya. 3). Kompetensi teknis petugas, dapat dijabarkan dalam pertanyaan mengenai keterampilan, pengetahuan dan kualisifikasi petugas yang baik seperti kecepatan pelayanan pendaftaran, keterampilan dalam penggunaan teknologi, pengalaman petugaas medis, gelar medis yang dimiliki, terkenal, keberanian mengambil tindakan, dsb. 4). Biaya, dapat dijabarkan dalam pertanyaan berkaitan dengan jumlah yang harus diberikan atas pelayanan yang telah didapatkan, seperti kewajaran biaya, kejelasan komponen biaya, biaya pelayanan, perbandingan dengan rumah sakit yang sejenis lainnya, tingkat masyarakat yang berobat, ada tidaknya keringanan bagi masyarakat miskin.

57 46 B. KERANGKA TEORI (Jitowiyono, 2012 ; Sjamsuhidajat & De Jong, 2010 ; Nanda Nic-Noc,2013) Kecelakaan Jatuh Cedera Tumor Tulang Infeksi Rakhitis Nyeri Fraktur Intoleransi aktivitas Hambatan Mobilitas Fisik Gangguan Integritas Kulit Resiko Infeksi Terapi Latihan (Range of Motion) Aktif & Pasif Ansietas Peningkatan Kekuatan Otot dan fungsi gerak Kepuasan Pelayanan Pasien Gambar 2.1 Kerangka Teori

58 BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET A. Subjek Aplikasi Riset Tindakan dilakukan pada pasien post operasi fraktur humerus medial sinistra di ruang rawat inap Mawar II RS DR. Moewardi B. Tempat dan Waktu 1. Tempat : Ruang Rawat Inap Mawar II RS. DR. Moewardi 2. Tanggal : 4 Januari Januari 2016 C. Media dan Alat yang digunakan 1. Lembar Kuesioner Kepuasan Pasien 2. Lembar Observasi Pasien 3. Lembar panduan SOP Latihan Range of Motion D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset Fase Orientasi : 1. Memberi salam atau menyapa klien 2. Memperkenalkan diri 3. Menjelaskan tujuan tindakan 4. Menjelaskan langkah prosedur 47

ROM (Range Of Motion)

ROM (Range Of Motion) Catatan : tinggal cari gambar ROM (Range Of Motion) A. Pengertian Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau persendian yang diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena

Lebih terperinci

ROM (Range Of Motion)

ROM (Range Of Motion) ROM (Range Of Motion) Pengertian Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau persendian yang diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas, atau trauma.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan umumnya di karenakan rudapaksa (Mansjoer, 2008). Dikehidupan sehari hari yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara berkembang dan menuju industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat terutama dalam bidang penggunaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 7-9 Agustus 2014 di Ruang Prabu Kresna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penatalaksanaanpatah tulang, sebab seringkali penanganan patah tulang ini. kekerasan yang timbul secara mendadak (Syaiful, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. penatalaksanaanpatah tulang, sebab seringkali penanganan patah tulang ini. kekerasan yang timbul secara mendadak (Syaiful, 2009). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Seiring dengan perkembangan jaman, salah satu dampak kemajuan teknologi adalah semakin padatnya arus lalu lintas dewasa ini mengakibatkan meningkatnya angka kecelakaan

Lebih terperinci

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik LAMPIRAN 1 Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Stroke Non Hemoragik A. Pengertian Latihan aktif dan pasif / ROM adalah merupakan suatu kebutuhan manusia untuk melakukan pergerakan

Lebih terperinci

Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi:

Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi: DEFINISI Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literature. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar adalah suatu kerusakan integritas pada kulit atau kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia, radiasi dan arus listrik. Berat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mendapatkan peringkat kelima atas kejadian kecelakaan lalulintas di dunia. Kecelakaan lalulintas dapat menyebabkan berbagai dampak, baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan masyarakat ada beberapa kegiatan atau aktivitas fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi tubuh, karena di dalam otak terdapat berbagai pusat kontrol seperti pengendalian fisik, intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada saluran pencernaan (gastrointestinal) merupakan sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan medik. Kasus pada sistem gastrointestinal

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana

Lebih terperinci

Tindakan keperawatan (Implementasi)

Tindakan keperawatan (Implementasi) LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN No. Dx Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari/ Pukul tanggal 1 Senin / 02-06- 14.45 15.00 15.25 15.55 16.00 17.00 Tindakan keperawatan (Implementasi) Mengkaji kemampuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma /ruda paksa atau tenaga fisik yang ditentukan

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. berhubungan dengan asetabulum menbentuk kepala sendi yang disebut kaput

BAB I KONSEP DASAR. berhubungan dengan asetabulum menbentuk kepala sendi yang disebut kaput BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Sistem muskuloskeletal adalah suatu sistem yang terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligamen, tendon, fascia, bursae, dan persendian (Depkes, 1995: 3). Fraktur adalah

Lebih terperinci

IKRIMA RAHMASARI J

IKRIMA RAHMASARI J PENGARUH RANGE OF MOTION (ROM) SECARA DINI TERHADAP KEMAMPUAN ACTIVITIES DAILY LIVING (ADL) PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI RSUI KUSTATI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) MOBILISASI DAN PENCEGAHAN STROKE BERULANG DI RUANGAN SYARAF RSUP DR. M DJAMIL PADANG

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) MOBILISASI DAN PENCEGAHAN STROKE BERULANG DI RUANGAN SYARAF RSUP DR. M DJAMIL PADANG SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) MOBILISASI DAN PENCEGAHAN STROKE BERULANG DI RUANGAN SYARAF RSUP DR. M DJAMIL PADANG Oleh : KELOMPOK C13 FIRDA DAMBA WAHYUNI 1110324071 MAHARANI Z 0810321011 VIVI OKTASARI

Lebih terperinci

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Meningkatnya tingkat sosial dalam kehidupan masyarakat dan ditunjang pula oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan berdampak pada peningkatan usia harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Post operasi merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat,

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunya mengalami peningkatan, total jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan pusat statistik,

Lebih terperinci

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang 3. PERENCANAAN TINDAKAN PERAWATAN NO DIAGNOSA KEPERAWATAN Gangguan rasa nyaman TUJUAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN Tujuan : RENCANA TINDAKAN - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : RASIONAL - Nyeri dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Fraktur atau patah tulang merupakan suatu kondisi terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.trauma yang menyebabkan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN (KONTRAKTUR)

LAPORAN PENDAHULUAN (KONTRAKTUR) LAPORAN PENDAHULUAN (KONTRAKTUR) I. KONSEP DASAR MEDIS A. Definisi 1. Kontraktur merupakan suatu keadaan patologis tingkat akhir dari suatu kontraksi. Umumnya kontraktur terjadi apabila pembentukan sikatrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perkembangan dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkat pesat. Kemajuan di bidang teknologi membawa manfaat yang besar bagi manusia. Penambahan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh RATRI DYAH SABATIANA NPM

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh RATRI DYAH SABATIANA NPM STUDI KASUS PADA Sdr A UMUR 21 TAHUN YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST ORIF ANTEBRACHII DEXTRA DI RUANG FLAMBOYAN RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI KARYA TULIS ILMIAH Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia. Maka Islam menegaskan perlunya

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia. Maka Islam menegaskan perlunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia. Demikian sabda Nabi Muhammad SAW. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN Di Ruang Dahlia 2 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN Di Ruang Dahlia 2 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN Di Ruang Dahlia 2 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tugas Mandiri Stase Praktek Keperawatan Dasar Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan

BAB I PENDAHULUAN. atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, lempeng epiphyseal atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan lunak, tekanan fisik yang

Lebih terperinci

SKRIPSI SULASTRI J

SKRIPSI SULASTRI J PERBEDAAN TINGKAT NYERI ANTARA KELOMPOK KONTROL DAN EKSPERIMEN SETELAH DIBERIKAN TERAPI MUSIK PADA PASIEN POST OP FRAKTUR FEMUR DI RUANG RAWAT INAP BEDAH RUMAH SAKIT KARIMA UTAMA KARTASURA SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

trauma pada flexsus brachialis, fraktur klavikula, dan fraktur humerus

trauma pada flexsus brachialis, fraktur klavikula, dan fraktur humerus Asuhan neonatus, bayi, dan balita trauma pada flexsus brachialis, fraktur klavikula, dan fraktur humerus Oleh: Witri Nofika Rosa (13211388) Dosen Pembimbing Dian Febrida Sari, S.Si.T STIKes MERCUBAKTIJAYA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Stroke Non Hemoragik Menurut kriteria WHO, stroke secara klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN FRAKTUR TENTANG TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2014

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN FRAKTUR TENTANG TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2014 GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN FRAKTUR TENTANG TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RSUD 1* Bejo, 2 Wahyudin 1,2 Akademi Keperawatan Prima Jambi *Korespondensi penulis : santosobejo43@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan kehidupan masyarakat sekarang telah mengalami perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan kehidupan masyarakat sekarang telah mengalami perubahan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan kehidupan masyarakat sekarang telah mengalami perubahan dalam berbagai bidang. Misalnya dalam bidang ilmu dan teknologi secara tidak langsung dapat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Diajukan pada Laporan Akhir Kasus Longitudinal MS-PPDS I IKA FK-UGM Yogyakarta 1

BAB V KESIMPULAN. Diajukan pada Laporan Akhir Kasus Longitudinal MS-PPDS I IKA FK-UGM Yogyakarta 1 BAB V KESIMPULAN Osteogenesis imperfekta (OI) atau brittle bone disease adalah kelainan pembentukan jaringan ikat yang umumnya ditandai dengan fragilitas tulang, osteopenia, kelainan pada kulit, sklera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Fraktur merupakan kondisi ketika tulang mendapat tekanan yang melebihi kekuatan dari tulang tersebut sehingga menyebabkan terjadinya patah tulang (Atlas of pathophysiology,

Lebih terperinci

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. S DENGAN POST OPERASI FRAKTUR RADIUS SINISTRA 1/3 DISTAL DI RUANG FLAMBOYAN I RSUD SALATIGA DI SUSUN OLEH

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN RANGE OF MOTION (ROM)

SATUAN ACARA PENYULUHAN RANGE OF MOTION (ROM) SATUAN ACARA PENYULUHAN RANGE OF MOTION (ROM) Dosen Pembimbing: Iis Fatimawati, S.Kep.Ns,M.Kes Oleh : Astriani Romawati 141.0020 Lina Ayu Dika 141.0057 Miftachul Rizal H. 141.0064 Varinta Putri P. 141.0103

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan pemberian latihan ROM aktif pada pasien stroke non hemoragik untuk meningkatkan kekuatan otot pada Tn. M berusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Stroke atau gangguan peredaran darah otak ( GPDO) merupakan penyakit neurologik yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KESEHATAN JUS SELEDRI KOMBINASI WORTEL DAN MADU TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HIPERTENSI

PENDIDIKAN KESEHATAN JUS SELEDRI KOMBINASI WORTEL DAN MADU TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HIPERTENSI PENDIDIKAN KESEHATAN JUS SELEDRI KOMBINASI WORTEL DAN MADU TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HIPERTENSI Ny. S PADA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN HIPERTENSI DI DESA BANJAR REJO KECAMATAN GONDANGREJO

Lebih terperinci

FIRMAN FARADISI J

FIRMAN FARADISI J PERBEDAAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI MUROTAL DENGAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI FRAKTUR EKSTREMITAS DI RUMAH SAKIT Dr.MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : POST ORIF FIBULA SINISTRA DI RUANG ANGGREK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : POST ORIF FIBULA SINISTRA DI RUANG ANGGREK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : POST ORIF FIBULA SINISTRA DI RUANG ANGGREK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO Disusun oleh : FAJAR MUKHLIS GUNAWAN J.200.090.057 KARYA

Lebih terperinci

PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN

PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. M DENGAN POST OPERASI FRAKTURDI RUANG MAWAR RSUD Dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI DISUSUN OLEH : UMI OCTAVIANA NIM.P.13055

Lebih terperinci

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Dislokasi Sendi Panggul Dislokasi sendi panggul banyak ditemukan di Indonesia akibat trauma dan sering dialami oleh anak-anak. Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang, jenis dislokasi sendi panggul yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 2 yaitu fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit. fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 2 yaitu fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit. fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan pada fragmen tulang. Fraktur dibagi menjadi 2

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 4 BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Range of Motion (ROM) 1. Pengertian Range Of Motion (ROM), merupakan istilah baku untuk menyatakan batas/besarnya gerakan sendi baik normal. ROM juga di gunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembedahan adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan tubuh ini umumnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi dengan perkembangan teknologi di berbagai bidang termasuk informasi, manusia modern semakin menemukan sebuah ketidak berjarakan yang membuat belahan

Lebih terperinci

PERMASALAHAN LALU LINTAS DI PERKOTAAN

PERMASALAHAN LALU LINTAS DI PERKOTAAN PERMASALAHAN LALU LINTAS DI PERKOTAAN KELOMPOK 3 Ana Nurjanah Eny Haryati Harfah Masady Maryanti Poniman Tita Dewi Maharani Widya KASUS Seorang laki2 berusia 40 tahun, dua minggu yang lalu mengalami kecelakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan ke arah perkembangan di bidang industri yang lebih maju. Hal ini ditandai dengan munculnya industri-industri

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

Apakah Anda menderita nyeri. MAKOplasty. pilihan tepat untuk Anda

Apakah Anda menderita nyeri. MAKOplasty. pilihan tepat untuk Anda Apakah Anda menderita nyeri MAKOplasty pilihan tepat untuk Anda Jangan biarkan radang sendi menghambat aktivitas yang Anda cintai. Tingkatan Radang Sendi Patellofemoral compartment (atas) Medial compartment

Lebih terperinci

NUR INDAH LESTARI NIM.P.11103

NUR INDAH LESTARI NIM.P.11103 PEMBERIAN TERAPI MUSIK TERHADAP PERUBAHAN INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN Nn. S DENGAN POST LUMPEKTOMI FIBROADENOMA MAMMAE (FAM) SINISTRA DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT DAERAH SUKOHARJO Karya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Citra diri merupakan sebuah keadaan dalam pikiran tentang diri. Anda, kehilangan citra dirinya dan merasa buruk tentang diri mereka

BAB 1 PENDAHULUAN. Citra diri merupakan sebuah keadaan dalam pikiran tentang diri. Anda, kehilangan citra dirinya dan merasa buruk tentang diri mereka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Citra diri merupakan sebuah keadaan dalam pikiran tentang diri Anda, kehilangan citra dirinya dan merasa buruk tentang diri mereka sendiri karena kegagalan dan kekecewaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hemoragik di Jawa Tengah adalah 0,03%. Sedangkan untuk stroke non

BAB I PENDAHULUAN. hemoragik di Jawa Tengah adalah 0,03%. Sedangkan untuk stroke non BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dekubitus merupakan luka yang timbul karena tekanan terutama pada bagian tulang-tulang yang menonjol akibat tirah baring yang lama di tempat tidur. Kasus dekubitus dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan 80% populasi akan mengalami nyeri punggung bawah pada

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan 80% populasi akan mengalami nyeri punggung bawah pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diperkirakan 80% populasi akan mengalami nyeri punggung bawah pada suatu saat dalam hidup mereka. Kerusakan punggung dan tulang belakang, suatu masalah kesehatan

Lebih terperinci

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut Konsep kenyamanan Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai fungsi yang berbeda dan saling mempengaruhi. Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh yang cepat seperti

Lebih terperinci

STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI

STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI Oleh : Meivita Dewi Purnamasari, S.Kep KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam BAB I PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum, dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lalu lintas yang cukup tinggi. Data Kepolisian RI tahun 2009 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. lalu lintas yang cukup tinggi. Data Kepolisian RI tahun 2009 menyebutkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kecelakaan lalu lintas yang cukup tinggi. Data Kepolisian RI tahun 2009 menyebutkan sepanang tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang berarti sendi dan itis yang berarti inflamasi. Osteoarthritis tergolong penyakit

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF LAMPIRAN SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF Pokok bahasan Sub Pokok bahasan : Latihan fisik rentang derak/ Range Of Motion (ROM) : Mengajarkan latihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trauma atau aktifitas fisik dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada. dan terjadi fraktur radius 1/3 (Thomas, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. trauma atau aktifitas fisik dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada. dan terjadi fraktur radius 1/3 (Thomas, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fraktur merupakan suatu perpatahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi mungkin tidak lebih dari suatu retakan atau primpilan korteks, biasanya patahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Menurut Badan Pusat Statistik BPS (2010), diketahui jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Menurut Badan Pusat Statistik BPS (2010), diketahui jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik BPS (2010), diketahui jumlah penduduk indonesia mencapai 237 juta jiwa lebih, setelah merdeka hingga sampai tahun 2010 telah dilakukan enam

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI) Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI) Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI) Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi Di Susun Oleh: EKO BUDIARTO NIM : 2016131022 PROGRAM PROFESI NERS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkecepatan tinggi seperti sekarang ini. Selain ltu insidensi trauma

BAB I PENDAHULUAN. berkecepatan tinggi seperti sekarang ini. Selain ltu insidensi trauma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Trauma sistem muskuloskeletal sering ditemukan pada zaman kendaraan berkecepatan tinggi seperti sekarang ini. Selain ltu insidensi trauma muskuloskeletal meningkat,

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

DEWI BARIRIET BAROROH PSIK FIKES UMM 2014/2016. Patah tulang Adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya

DEWI BARIRIET BAROROH PSIK FIKES UMM 2014/2016. Patah tulang Adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya DEWI BARIRIET BAROROH PSIK FIKES UMM 2014/2016 Definisi Patah tulang Adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya Penyebab Pukulan langsung Gaya meremuk Gerakan puntir

Lebih terperinci

Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berat ringannya fraktur.

Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berat ringannya fraktur. Definisi fraktur Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa

Lebih terperinci

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian

Lebih terperinci

nonfarmakologi misalnya, teknik

nonfarmakologi misalnya, teknik LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN Hari Pertama Hari/ tanggal/ Waktu Rabu, 20 Mei 2015 Pukul 09.00-10.30 No. Implementasi DX 1. 9. Mengkaji keluhan nyeri meliputi lokasi, karakteristik, awitan/durasi, frekuensi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keperawatan secara holistik akan memandang masalah yang dihadapi pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Oleh : LENY MUSTIKA PUTRI J 100 050 049 KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

Patofisiologi Tulang yang mengalami fraktur biasanya diikuti kerusakan jaringan di sekitarnya, seperti di ligamen, otot tendon, persarafan dan pembulu

Patofisiologi Tulang yang mengalami fraktur biasanya diikuti kerusakan jaringan di sekitarnya, seperti di ligamen, otot tendon, persarafan dan pembulu Fraktur Femur Fraktur Femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang atau osteoporosis.

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN B. KLASIFIKASI

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN B. KLASIFIKASI BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Fraktur / patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan / atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. (Mansjoer, 2000) Fraktur adalah patah

Lebih terperinci

CHECKLIST ANAMNESIS KASUS NYERI KEPALA

CHECKLIST ANAMNESIS KASUS NYERI KEPALA CHECKLIST ANAMNESIS KASUS NYERI KEPALA No. Aspek yang Dinilai Contoh/Parameter 1. Mengucap salam...assalamualaikum wr wb... 2. Memperkenalkan diri dan membina sambung rasa...perkenalkan saya Andi saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (21,8%) diantaranya persalinan dengan Sectio Caesarea (Hutapea, H, 1976).

BAB I PENDAHULUAN. (21,8%) diantaranya persalinan dengan Sectio Caesarea (Hutapea, H, 1976). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak dua dekade terakhir ini telah terjadi kecenderungan operasi sesar (SC) semakin diminati orang. Angka kejadian operasi sesar di Amerika Serikat meningkat dari 5,5%

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor A. DEFINISI Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENDIDIDKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT STROKE DAN ROM (RANGE OF MOTION)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENDIDIDKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT STROKE DAN ROM (RANGE OF MOTION) SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENDIDIDKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT STROKE DAN ROM (RANGE OF MOTION) DISUSUN OLEH: HUSNUL UMAM 1311166500 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU 2014 SATUAN ACARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi pada orang dewasa, salah satu manifestasi klinis penyakit jantung

BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi pada orang dewasa, salah satu manifestasi klinis penyakit jantung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan tipe penyakit jantung yang paling banyak terjadi pada orang dewasa, salah satu manifestasi klinis penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

Clinical Science Session Pain

Clinical Science Session Pain Clinical Science Session Pain Disusun oleh : Nurlina Wardhani 1301-1214-0658 William Reinaldi 1301-1214-0503 Preseptor : Arnengsih, dr., Sp.KFR BAGIAN ILMU KESEHATAN FISIK DAN REHABILITASI FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuat sayatan serta diakhiri dengan penutupan dan penjahitan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI CLOSE FRAKTUR RAMUS PUBIS DEXTRA DAN SINISTRA

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI CLOSE FRAKTUR RAMUS PUBIS DEXTRA DAN SINISTRA PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI CLOSE FRAKTUR RAMUS PUBIS DEXTRA DAN SINISTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI BANGSAL MAWAR RSUD. DR. MOEWARDI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam. yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam. yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam pembangunan nasional di bidang kesehatan. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan

Lebih terperinci

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi. I. Rencana Tindakan Keperawatan 1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi. a. Tekanan darah siastole

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

Oleh: IDA WAHYU NINGSIH J KARYA TULIS ILMIAH

Oleh: IDA WAHYU NINGSIH J KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF FRAKTUR TIBIA 1/3 MEDIAL DAN FIBULA 1/3 PROKSIMAL DEKSTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI BANGSAL BOUGENVILLE RUMAH SAKIT ORTHOPEDI. Prof. Dr.

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILITAS

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILITAS LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILITAS DISUSUN OLEH: PUTU EKA ANGGA RIANTINI P. 17420112108 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEMARANG JURUSAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan persalinan dengan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang persalinan dengan sectio

Lebih terperinci

YOU WANDA FADLANI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

YOU WANDA FADLANI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA EFEKTIVITAS TERAPI PERILAKU KOGNITIF DISTRAKSI TERHADAP INTENSITAS NYERI PASIEN DENGAN FRAKTUR FEMUR YANG TERPASANG TRAKSI DI RUMAH SAKIT PUTRI HIJAU TINGKAT II MEDAN TAHUN 2012 SKRIPSI Oleh YOU WANDA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial (Brunner & Suddarth, 2005).

Lebih terperinci