FAKTOR RISIKO TERJADINYA PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA PETUGAS PENGANGKUT SAMPAH DI KECAMATAN SEMARANG UTARA TAHUN 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR RISIKO TERJADINYA PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA PETUGAS PENGANGKUT SAMPAH DI KECAMATAN SEMARANG UTARA TAHUN 2015"

Transkripsi

1 FAKTOR RISIKO TERJADINYA PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA PETUGAS PENGANGKUT SAMPAH DI KECAMATAN SEMARANG UTARA TAHUN 2015 SKRIPSI Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dengan peminatan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan Industri (K3LI) SEPTIANA ARDIYANTI NIM. D PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2015 i

2 2015 Hak Cipta Skripsi Ada Pada Penulis ii

3 iii

4 iv

5 v

6 HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini ku persembahkan untuk Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya Papa dan mama ku yang tidak pernah berhenti memberikan doa Dan restu serta kasih sayang dan segala pengorbanannya Keluarga ku yang selalu memberikan semangat Sahabat-sahabat ku yang selalu menemaniku Teman-teman di masa kecil ku sipit,upil dan anik yang tidak henti memberiku motivasi untuk selalu berjuang, jangan takut untuk melangkah kedepan dan semangat dalam memperjuangkan masa depan Dosen pembimbing yang selalu sabar membimbingku dengan lembut seakan seperti Mama no.2 bagiku You All The Best vi

7 RIWAYAT HIDUP Nama : Septiana Ardiyanti Tempat, tanggal lahir : Semarang, 14 September 1993 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat : Perum. Wiratama 1 no.15 Gang.Nila blok.k Semarang Selatan Riwayat Pendidikan 1. SD Negeri 02 Pudakpayung Semarang, SMP Negeri 26 Semarang, SMA Walisongo, Diterima di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun 2011 vii

8 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan Judul Faktor Risiko Terjadinya Penyakit Akibat Kerja pada Petugas Pengangkut Sampah di Kecamatan Semarang Utara Tahun Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar derajat Sarjana S- 1 pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun teknis penulisan karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, oleh karena itu harapan penulis untuk mendapatkan koreksi dan telaah yang bersifat konstruktif agar skripsi ini dapat diterima. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini, banyak memperoleh bantuan baik moril maupun material dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada : 1. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kes sebagai Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 2. Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 3. Suharyo, M.Kes selaku Ketua Prodi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 4. Eko Hartini, ST. M.Kes selaku pembimbing yang telah membimbing baik, sabar dan lembut selama perkuliahan maupun penyelesaian skripsi ini. 5. Seluruh Staf Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan studi. viii

9 6. Papa dan mama tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa serta dorongan moril maupun material yang tak terhingga. 7. Seluruh petugas pengangkut sampah yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian saya. 8. Sahabat-sahabat saya yang membantu, menyemangati dan menemani saya selalu Adityo Totok Endargo, Yuanika P.D, Nana Erliana, Lidya Agrilinda Nindy, Dwie Ernawati dan sahabat-sahabatku lainnya. 9. Teman teman angkatan tahun 2011 Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang bersama sama dalam suka maupun duka dalam proses studi. 10. Dan semua teman teman atau pihak pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih semuanya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis sendiri dalam melaksanakan penelitian dan menyelesaikan studi di Program Studi S1 Kesehatan masyarakat Universitas Dian Nuswantoro. Semarang, 30 Oktober 2015 Penulis ix

10 PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2015 ABSTRAK Septiana Ardiyanti FAKTOR RISIKO TERJADINYA PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA PETUGAS PENGANGKUT SAMPAH DI KECAMATAN SEMARANG UTARA TAHUN 2015 XVII + 60 hal + 19 tabel + 6 gambar + 6 lampiran. Petugas pengangkut sampah dari pemukiman penduduk ke TPS merupakan tenaga kerja yang memiliki risiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit sebagai akibat dari pekerjaannya. Berdasarkan survei pertama pada petugas pengangkut sampah di TPS Kelurahan Kuningan Kecamatan Semarang, diperoleh informasi bahwa penyakit yang paling banyak diderita petugas pengangkut sampah adalah diare, penyakit kulit, dan gangguan saluran pernafasan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor risiko terjadinya penyakit akibat kerja pada petugas pengangkut sampah di Kecamatan Semarang Utara-Kota Semarang. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Metode analisis yang digunakan uji statistik Fisher s Exact dan uji Rank Spearman/Person Correlation. Sampel adalah sebagian dari populasi berjumlah 39 orang. Hasil penelitian diketahui sebagian besar pekerja adalah laki-laki (84.6%), rata-rata berusia 47 tahun, rata-rata mempunyai masa kerja 12.5 tahun dan lama kerja 8 jam, gerobak sampah sebagai sarana pengangkut sampah, responden memakai 2 jenis APD 35.9%, dan 89.7% menderita penyakit akibat kerja (89.7%). Ada hubungan antara jenis sarana dan pemakaian APD dengan terjadinya penyakit akibat kerja. Untuk melindungi kesehatan petugas pengangkut sampah, melengkapi gerobak sampah dengan sekat, meningkatkan pelindungan kesehatan petugas pengangkut sampah dengan pemakaian APD saat berkerja serta membudayakan penerapan cara hidup sehat terhadap petugas pengangkut sampah. Kata kunci : Penyakit Akibat Kerja, Jenis Sarana, Penggunaan APD. Kepustakaan : 27, x

11 UNDERGRADUATE PROGRAM OF PUBLIC HEALTH FACULTY OF HEALTH SCIENCES DIAN NUSWANTORO UNIVERSITY Septiana Ardiyanti ABSTRACT SEMARANG 2015 RISK FACTORS OF OCCUPATIONAL DISEASES ON WASTE TRANSPORTATION OFFICER IN SUB-DISTRICT OF SEMARANG UTARA XVIII + 60 Pages + 19 Tables + 6 Figures + 6 Appendices The waste transportation officer from residential areas to trash shelter has a high risk of suffering from various diseases as the side impact of his work. Initial survey based on the officers of garbage in trash shelter Village of Kuningan Semarang district, obtained information that the disease most suffered by the officer was abdominal pain and diarrhea, skin diseases, and respiratory disorders. The purpose of this study was to analyze the risk factors of occupational disease on waste transportation officer in sub-district of Semarang Utara. The type of study was descriptive analytic conducted by cross sectional approach. Data has been analyzed by d Fisher's Exact test and Spearman Rank / Person Correlation. The sample was 39 peoples. Result showed that the majority of officer was male (84.6%), with average of age 47 years, the worked period was 12.5 years and worked for 8 hours per day, wheelie bins as a tools of garbage, most respondents used 2 types of personal protective equipment (35.9%), and suffering from occupational diseases (89.7%). There was a relationship between the type of vehicle, uses personal protective equipment with the occurrence of occupational diseases. Suggested to protect health of workers garbage, relevant stakeholders are advised to minimize the risk of occupational disease by lowering levels of exposure to garbage against officers, the way of improvements and additions garbage transporter to RW in the garbage there are many which hoard. Keywords : Occupational Disease, garbage, personal protective equipment References : 27, xi

12 DAFTAR PUSTAKA HALAMAN JUDUL... i HALAMAN HAK CIPTA... ii HALAMAN PERNYATAAN SKRIPSI... iii HALAMAN PERSEYUJUAN PUBLIKASI... iv HALAMAN PENGESAHAN... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN RIWAYAT HIDUP... vii HALAMAN PRAKATA... viii ABSTRAK... x HALAMAN DAFTAR ISI... xii HALAMAN DAFTAR TABEL... xv HALAMAN DAFTAR GAMBAR... xvi HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 5 C. Tujuan Penelitian... 5 D. Manfaat Penelitian... 6 E. Keaslian Penelitian... 7 F. Lingkup Penelitian... 9 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sampah dan Karakteristiknya B. Petugas Pengangkut Sampah xii

13 C. Penyakit Akibat Kerja pada Petugas Pengangkut Sampah D. Konsep Penyebab dan Proses Terjadinya Penyakit E. Faktor Risiko Penyakit Akibat Kerja pada Petugas Pengangkut Sampah F. KerangkaTeori BAB III. METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep B. Hipotesis C. Jenis Penelitian D. Variabel Penelitian E. Definisi Operasional F. Populasi dan Sampel G. Pengumpulan Data H. Pengolahan Data I. Analisis Data BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian B. Analisis Hasil Univariat C. Analisis Bivariat BAB V. PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian B. Penyakit Akibat Kerja pada Petugas Pengangkut Sampah C. Uji Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Terjadinya Penyakit Akibat Kerja xiii

14 D. Uji Hubungan Antara Umur dengan Terjadinya Penyakit Akibat Kerja E. Uji Hubungan Antara Masa Kerja dengan Terjadinya Penyakit Akibat Kerja F. Uji Hubungan Antara Lama Kerja dengan Terjadinya Penyakit Akibat Kerja G. Uji Hubungan Antara Jenis Sarana Pengangkut Sampah Yang Digunakan dengan Terjadinya Penyakit Akibat Kerja H. Uji Hubungan Antara Penggunaan APD dengan Terjadinya Penyakit Akibat Kerja BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran Daftar Pustaka xiv

15 HALAMAN DAFTAR TABEL Tabel Hal Tabel 1.1 Keaslian Penelitian... 7 Tabel 3.1 Definisi Operasional Tabel 3.2 Uji Statistik Hipotesis Penelitian Tabel 3.3 Uji Statistik Hipotesis Penelitian Tabel 4.1 Jumlah RW,RT dan Jumlah TPS per Kelurahan Tabel 4.2 Sebaran Penduduk Kecamatan Semarang Utara Tabel 4.3 Hasil Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Petugas Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Umur Petugas Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Petugas Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Lama Kerja Petugas Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Jenis Alat Pengangkut Petugas Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Jenis APD Petugas Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pemakaian APD Petugas Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Jenis Penyakit Akibat Kerja Petugas Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Penderita Penyakit Akibat Kerja Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Kategori Penderita Penyakit Akibat Kerja Tabel 4.13 Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dengan Penyakit Akibat Kerja.. 46 Tabel 4.14 Tabulasi Silang antara Jenis Alat Pengangkut dengan Penyakit Akibat Kerja Tabel 4.15 Kesimpulan Hasil Uji Rank Spearman xv

16 HALAMAN DAFTAR GAMBAR Gambar Hal Gambar 2.1 Hubungan Interaksi Host, Agent, dan Environment Gambar 2.2 Keadaan Keseimbangan Interaksi Host, Agent, Environment Gambar 2.3 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep Gambar 4.1 Gambar TPS di Kelurahan Tanjung Mas Gambar 4.2 Gambar TPS di Kelurahan Bandarharjo Gambar 4.3 Gambar TPS di Kelurahan Bulu Lor xvi

17 DAFTAR LAMPIRAN 1. Kuesioner Penelitian 2. Surat Rekomendasi Penelitian 3. Lampiran Frequency Table 4. Lampiran Uji Bivariat 5. Data SPSS 6. Dokumentasi xvii

18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Sampah merupakan salah satu masalah besar bagi hampir seluruh kota di negara berkembang, terutama yang jumlah penduduknya banyak. Setiap tahun timbulan sampah mengalami peningkatan, disisi lain lahan yang dapat digunakan untuk pengelolaan sampah sangat terbatas sehingga pengelolaan sampah yang dilaksanakan tidak mampu mengatasi masalah yang ada.¹ Di Indonesia, sampah menjadi masalah penting untuk kota yang padat penduduknya seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, serta kota besar lain termasuk Semarang. Hal tersebut disebabkan oleh banyak faktor, yaitu: (1) volume sampah yang sangat besar sehingga melebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan sampah akhir atau TPA, (2) Lahan TPA semakin sempit karena tergeser tujuan penggunaan lain, (3) Teknologi pengelolaan sampah tidak optimal sehingga sampah lambat membusuknya yang mengakibatkan perlunya perluasan areal TPA baru, (4) Sampah yang sudah matang dan telah berubah menjadi kompos tidak dikeluarkan dari TPA, (5) Manajemen pengelolaan sampah tidak efektif sehingga seringkali menjadi penyebab distorsi dengan masyarakat setempat, (6) Pengelolaan sampah dirasakan tidak memberikan dampak positif kepada lingkungan, dan (7) Kurangnya dukungan kebijakan dari pemerintah, terutama dalam memanfaatkan produk sampingan dari sampah sehingga menyebabkan tertumpuknya produk tersebut di TPA.¹ 1

19 2 Di Kota Semarang, dari tahun ke tahun timbulan sampah mengalami peningkatan sejalan dengan pertambahan penduduk. Tahun 2010, dengan penduduk sebanyak 1,534,187 jiwa, timbulan sampah di Kota Semarang sekitar 4, m³/hari. Tahun 2014 penduduk Kota Semarang meningkat menjadi 1,638,942 jiwa dan timbulan sampah juga mengalami peningkatan menjadi 4, m³/hari. Dengan demikian, dalam 4 tahun timbulan sampah di Kota Semarang mangalami peningkatan sebesar 6,83% atau 1,71% per tahun.² Pengelolaan sampah di Kota Semarang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) bersama-sama masyarakat. Pengangkutan sampah dari tempat pemukiman penduduk ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) menjadi tanggung jawab masyarakat, sedangkan pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dilakukan oleh petugas dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang. 3 Kecamatan Semarang Utara merupakan salah satu wilayah Kota Semarang yang memiliki masalah serius dalam hal pengelolaan sampah. Selain banyak pemukiman dengan kepadatan penduduk tinggi, sebagian besar wilayah Kecamatan Semarang Utara merupakan daerah yang sering tergenang banjir. Banjir di sebagian besar wilayah Kecamatan Semarang Utara tidak hanya terjadi pada musim penghujan saja, namun juga terjadi pada musim kemarau yang disebabkan oleh air pasang (rob). Dengan keadaan geografis yang demikian maka proses pembusukan sampah relatif lebih cepat terjadi. Upaya yang dilakukan untuk mencegah timbulnya bau busuk yang sangat mengganggu, pengangkutan sampah ke Tempat

20 3 Pembuangan Akhir (TPA) harus dilakukan sesegera mungkin. Timbulan sampah Kecamatan Semarang Utara tahun 2010 sekitar m³/hari yang merupakan 7,93% dari total timbulan sampah Kota Semarang. Tahun 2014 timbulan sampah di Kecamatan Semarang Utara sekitar m³/hari yang merupakan 8,28% dari total timbulan sampah di Kota Semarang. Dibanding tahun 2010 timbulan sampah di Kecamatan Semarang Utara tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 11,16%. Pengangkutan sampah dari tempat pemukiman penduduk ke TPS dilakukan oleh petugas pengangkut sampah yang wilayah kerjanya meliputi satu Rukun Warga (RW)². Petugas pengangkut sampah dari tempat permukiman penduduk ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) merupakan kelompok tenaga kerja yang memiliki resiko tinggi (high risk group) untuk mengalami gangguan kesehatan akibat terpapar secara terus menerus oleh sampah. Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada 20 Mei 2015 diketahui terhadap 10 petugas pengangkut sampah di TPS Kelurahan Kuningan Kecamatan Semarang, diperoleh informasi bahwa penyakit yang paling banyak diderita petugas pengangkut sampah adalah sakit perut dan diare (40%), penyakit kulit (40%), dan gangguan saluran pernafasan (30%). Mereka telah bekerja sebagai pengangkut sampah antara 2 tahun sampai dengan 11 tahun, yang mulai bekerja antara pukul sampai dengan pukul 07.00, dan selesai antara pukul sampai pukul Jumlah hari kerja Petugas pengangkut Sampah, 50% bekerja setiap hari dan 50% lainnya bekerja 6 hari per minggu.

21 4 Terjadinya penumpukan sampah, selain menimbulkan bau, sampah akan menjadi tempat perindukan serangga terutama lalat dan tikus. Keadaan yang demikian akan menyebabkan timbulnya berbagai jenis gangguan pada masyarakat seperti gangguan estetika dan kenyamanan, serta gangguan kesehatan. Tingginya angka kesakitan akan berpengaruh terhadap produktivitas petugas pengangkut sampah. Pada saat sakit mereka tidak berangkat kerja, sehingga sampah akan menumpuk karena tidak ada petugas yang mengangkut ke TPS. 4 Sampai saat ini penelitian tentang angka kesakitan dari berbagai penyakit yang kemungkinan berhubungan dengan pekerjaan pada petugas pengangkut sampah di Kota Semarang belum pernah dilakukan, termasuk penelitian faktor risiko terjadinya berbagai penyakit tersebut pada petugas pengangkut sampah. Dengan demikian data tentang jenis penyakit yang sering terjadi pada petugas pengangkut sampah, angka kesakitan (prevalensi), serta faktor risiko terjadinya penyakit akibat kerja belum diketahui. Tanpa adanya data seperti diatas maka upaya peningkatan perlindungan terhadap kesehatan petugas pengangkut sampah tidak akan memberikan hasil yang memuaskan. Keadaan inilah yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian dengan judul: Faktor risiko terjadinya penyakit akibat kerja pada petugas pengangkut sampah di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang Tahun 2015

22 5 B. Perumusan Masalah Sebagai perumusan masalah dari penelitian yang akan dilaksanakan adalah: Apa sajakah faktor risiko terjadinya penyakit akibat kerja pada petugas pengangkut sampah di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis faktor risiko terjadinya penyakit akibat kerja pada petugas pengangkut sampah di Kecamatan Semarang Utara - Kota Semarang. 2. Tujuan Khusus. a. Mendiskripsikan karakteristik petugas pengangkut sampah yaitu, jenis kelamin, umur, masa kerja, lama kerja, jenis sarana pengangkut sampah, dan penggunaan APD. b. Mendiskripsikan angka kesakitan penyakit akibat kerja (penyakit saluran pencernaan, penyakit saluran pernafasan, dan penyakit kulit) pada petugas pengangkut sampah. c. Menganalisa tingkat risiko jenis kelamin petugas pengangkut sampah terhadap terjadinya penyakit akibat kerja. d. Menganalisa tingkat risiko umur petugas pengangkut sampah terhadap terjadinya penyakit akibat kerja. e. Menganalisa tingkat risiko masa kerja petugas pengangkut sampah terhadap terjadinya penyakit akibat kerja. f. Menganalisa tingkat risiko lama kerja petugas pengangkut sampah terhadap terjadinya penyakit akibat kerja.

23 6 g. Menganalisa tingkat risiko jenis sarana pengangkut sampah terhadap terjadinya penyakit akibat kerja. h. Menganalisa tingkat risiko penggunaan APD petugas pengangkut sampah terhadap terjadinya penyakit akibat kerja. D. Manfaat Penelitian 1. Keilmuan Dari aspek keilmuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat, khususnya untuk bidang Pengelolaan Sampah. 2. Dinas Kebersihan dan Petamanan Kota Semarang Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya melindungi kesehatan dan keselamatan petugas pengangkut sampah, untuk mempertahankan produktivitasnya. 3. Pengurus Rukun Warga (RW) di Kota Semarang dan Petugas pengangkut sampah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pengelolaan sampah di wilayahnya dengan meningkatkan perlindungan kesehatan dan keselamatan petugas pengangkut sampah agar tetap produktif serta diharapkan akan meningkatkan pengetahuan petugas pengangkut sampah tentang berbagai penyakit yang berhubungan dengan pekerjaannya, serta berbagai faktor risiko terjadinya penyakit tersebut.

24 7 E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja sudah dilakukan beberapa peneliti lain, namun terdapat perbedaan antara penelitian - penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Beberapa penelitian sejenis yang pernah dilakukan, antara lain seperti pada tabel 1.1 Tabel 1.1 Keaslian Penelitian. No Judul Penelitian dan Tahun 1 Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan fungsi paru pada pemulung di TPA Jatibarang Kota Semarang Peneliti Metode Penelitian Hasil Penelitian Haning Nadia Warsatta na 5 Variabel penelitian. 1. Variabel terikat: Gangguan fungsi paru. 2. Variabel bebas: Umur, lama bekerja, durasi kerja, status gizi, penggunaan APD, kebiasaan merokok, dan riwayat penyakit. Sasaran: Pemulung di TPA Jatibarang Kota Semarang. Jenis penelitian:observasional dengan pendekatan crossectional. 60% pemulung menderita gangguan fungsi paru. Tidak ada hubungan antara karakteristik individu dengan terjadinya gangguan fungsi paru. 2 Hubungan praktik kebersihan diri perseorangan pemulung dengan kejadian kecacingan perut pada pemulung kalongan ungaran kabupaten semarang tahun Desty Krisna Wientari 6 Variabel penelitian. 1. Variabel terikat:status kecacingan perut pada pemulung di TPA Kalongan Kabupaten Semarang 2. Variabel bebas: praktik kebersihan badan, praktik kebersihan tangan dan kuku,praktik kebersihan alat makan minum, praktik penggunaan jamban, praktik penggunaan air bersih. Sasaran penelitian:semua pemulung yang tinggal di TPA Kalongan Ungaran Kabupaten Semarang. Rancangan penelitian: Explanatory survey dengan pendekatan cross sectional. 1.Tidak ada hubungan antara praktik kebersihan badan, praktik kebersihan kaki,sera praktik kebersihan alat makan dan minum dengan kejadian kecacingan 2.Ada hubungan antara praktik kebersihan tangan dan kuku, praktik penggunaan jamban / kebiasaan BAB, serta praktik penggunaan air bersih dengan kejadian kecacingan

25 8 No Judul Penelitian dan Tahun 3 Faktor faktor risiko paparan gas ammonia dan hydrogen sulfida terhadap keluhan gangguan kesehatan pada pemulung di TPA Jatibarang, kota Semarang Peneliti Metode Penelitian Hasil Penelitian Roselina Jayanti Kumala sari 7 Variabel penelitian: 1. Variabel terikat: Keluhan gangguan kesehatan. 2. Variabel bebas: Umur, masa kerja, pola paparan, kebiasaan beristirahat, jarak tempat tinggal dengan TPA Sasaran penelitian: Pemulung wanita yang bekerja dan tinggal berdekatan di sekitar TPA Jati barang Ada hubungan antara umur dan masa kerja dengan keluhan gangguan kesehatan. Tidak ada hubungan antara pola paparan, kebiasaan istirahat, dan jarak tempat tinggal dengan keluhan gangguan kesehatan. Perbedaan mendasar antara penelitian yang sudah dilaksanakan seperti pada tabel 1.1 dengan penelitian yang akan dilaksanakan ini terletak pada lokasi penelitian, responden, metoda dan variabel penelitian. Lokasi penelitian Haning Nadia Warsattana dan Roselina Jayanti Kumalasari di TPA Jatibarang Kota Semarang, lokasi penelitian Desty Krisna Wientari di TPA Kalongan Kabupaten Semarang, sedangkan lokasi penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah wilayah Kecamatan Semarang Utara. Sasaran penelitian Haning Nadia Warsattana dan Roselina Jayanti Kumalasari adalah pemulung di TPA Jatibarang, sasaran penelitian lokasi penelitan Desty Krisna Wientari adalah pemulung wanita di TPA Kalongan- Kabupaten Semarang, sedangkan sebagai sasaran dari penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah petugas pengangkut sampah dari tempat permukiman ke TPS di wilayah Kecamatan Semarang Utara. Sebagai variabel terikat dari penelitian Haning Nadia Warsattana adalah gangguan fungsi paru, penelitian Desty Krisna Wientari adalah status kecacingan, dan pada penelitian Roselina Jayanti Kumalasari adalah keluhan gangguan kesehatan. Sedangkan sebagai variabel terikat dari penelitian yang akan dilaksanakan adalah penyakit akibat kerja meliputi penyakit saluran pencernaan, penyakit saluran pernafasan, dan penyakit kulit.

26 9 F. Lingkup Penelitian 1. Lingkup Keilmuan Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian Ilmu Kesehatan Masyarakat bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja. 2. Lingkup Materi Sebagai materi penelitian adalah faktor risiko penyakit akibat kerja pada petugas pengangkut sampah. 3. Lingkup Lokasi Sebagai lokasi penelitian adalah wilayah Kecamatan Semarang Utara - Kota Semarang. 4. Lingkup Metode Penelitian dilaksanakan merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data dilakukan melalui survai dengan menggunakan kuesioner. 5. Lingkup Objek/ Sasaran Sebagai sasaran penelitian adalah petugas pengangkut sampah dari tempat permukiman penduduk ke TPS. 6. Lingkup Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei dan

27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sampah dan Karakteristiknya 1. Pengertian. Definisi tentang sampah telah banyak diberikan oleh para ahli. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut. a. Definisi sampah berdasarkan Undang-Undang Berdasarkan Udang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. 8 b. Definisi sampah berdasarkan Standard Nasional Indonesia Menurut Badan Standarisasi Nasional, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organik dan bahan an organik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. 9 c. Definisi sampah menurut Teti Suryati Menurut Teti Suryati, sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses

28 11 d. Definsi Arif Zulkifli Arif Zulkifli mendefinisikan sampah sebagai suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia atau proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi. 4 Kesamaan dari keempat definisi diatas adalah: (1) bahwa sampah adalah merupakan material yang bersifat padat, dan (2) bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehingga dianggap tidak berguna lagi atau tidak mempunyai nilai ekonomi lagi. 2. Jenis sampah. Penggolongan jenis sampah dapat didasarkan pada komposisi kimia, sifat mengurai, mudah tidaknya terbakar dan berbahaya, yaitu: 4 a. Jenis sampah berdasarkan komposisi kimia. Berdasarkan komposisi kimianya, sampah dibedakan dalam 2 (dua) golongan yaitu: 1) sampah organik, yaitu sampah yang sebagian besar bahannya merupakan senyawa-senyawa organik (contoh sisa sayuran). 2) Sampah anorganik, yaitu sampah yang bahannya merupakan senyawa anorganik (Contoh: kaleng bekas). b. Jenis sampah berdasarkan sifatnya. Berdasarkan sifatnya sampah dibedakan dalam 4 (empat), golongan. 1) Sampah yang secara alami mudah terurai (degradable waste) seperti sisa makanan, potongan daging, serta daun 2) Sampah yang secara alami sulit terurai (non degradable) seperti plastik, kaleng, dan kaca.

29 12 3) Sampah yang mudah terbakar (combustible) seperti kertas, daun kering, dan plastic. 4) Sampah yang tidak mudah terbakar (non combustible) seperti besi, kaleng, dan gelas. 3. Karakteristik sampah. Terdapat 12 karakteristik sampah, yaitu: 11 a. Garbage, adalah sampah yang berupa sisa potongan hewan atau sayuran dari hasil pengolahan yang mudah membusuk, lebab, dan mengandung sejumlah air bebas. b. Rubbish, adalah sampah yang dapat terbakar atau tidak dapat terbakar yang berasal dari rumah, pusat perdagangan, kantor, yang tidak termasuk garbage. c. Ashes, adalah sisa-sisa pembakaran dari zat mudah terbakar baik di rumah, dikantor, dan industri. d. Street sweeping ( sampah jalanan ), adalah sampah yang berasal dari pembersihan jalan dam trotoar baik dengan tenaga manusia maupun tenaga mesin. e. Dead animals, adalah sampah berupa bangkai yang mati karena alam, penyakit atau kecelakaan. f. Household refuse, adalah sampah yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes, yang berasal dari perumahan. g. Abandonded vehicles, adalah sampah yang berupa bangkai-bangkai mobil, truck, kereta api. h. Sampah industry, adalah sampah padat yang bersal dari industryindustri, pengolahan hasil bumi.

30 13 i. Demolition wastes, adalah sampah yang berasal dari pembongkaran gedung. j. Construction wastes, adalah sampah yang berasal dari sisa pembangunan, perbaikan dan pembaharuan gedung. k. Sewage solid, adalah sampah yang berasal dari benda kasar yang umumnya zat organic hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat pengolahan air buangan. l. Sampah khusus, adalah sampah yang memerlukan penanganan khusus misalnya, kaleng cat, zat radiokatif. 4. Ciri-ciri sampah Adapun ciri - ciri sampah antara lain: 11 a. Daun pohon yang gugur b. Seperti kulit pisang dan buah-buahan yang busuk c. Kotoran hewan, seperti kotoran ayam, kotoran kambing, sapi dan lainlain. 5. Sumber-sumber sampah Sumber sampah adalah asal timbulan sampah. Sampah yang ada di sekitar masyarakat dapat berasal dari beberapa sumber berikut: 11 a. Pemukiman penduduk Sampah di suatu pemukiman dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang terdapat di desa atau kota. Jenis sampah yang dihasikan adalah sisa makan dan bahan sisa proses pengolahan makan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), perabotan rumah tangga, abu atau sisa kebun.

31 14 b. Tempat umum dan tempat perdagangan Tempat umum adalah tempat banyak orang yang berkumpul dan melakukan kegiatan termasuk juga perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam ini berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa bangunan, sampah khusus dan terkadang sampah berbahaya. c. Sampah layanan masyarakat milik pemerintah Sarana layanan masyarakat yang dimaksud antara lain, tempat hiburan dan umum, jalan umum, tempat pakir, tempat layanan kesehatan, dan kompleks militer. Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering. d. Industri berat dan ringan Kegiatan industri pada umumnya memiliki sifat distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan tempat ini adalah sampah basah, sampah kering, sisa bangunan, sampah khusus, dan sampah berbahaya. e. Pertanian Sampah yang dihasikan merupakan tanaman dan binatang berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk, dan bahan pembasmi serangga tanaman. 6. Komposisi sampah Bagian terbesar dari sampah kota adalah bahan organik ( sampah basah ) yang mudah busuk atau mudah di uraikan ( biodegradable ). Bahan ini biasanya berjumlah sekitar 60% - 75% dari total volume sampah, sementara sisanya berupa sampah anorganik. 12

32 15 7. Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan dan Lingkungan. a. Pengaruh sampah terhadap kesehatan. Pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan lingkungan akan dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan, yaitu: 1) Menjadi tempat berkembang biak dan sarang serangga dan tikus 2) Menjadi sumber pengotoran tanah 3) Menjadi sumber pengotoran sumber air permukaan dan air tanah. 4) Menjadi sumber dan tempat hidup kuman yang membahayakan kesehatan. 13 b. Sampah sebagai faktor penyebab penyakit. Didalam tumpukan sampah basah banyak mengandung telur cacing maupun penyebab penyakit lainnya. Beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh sampah antara lain adalah penyakit kulit, jamur, dan penyakit saluran pencernaan. Terjadinya penyakit saluran pencernaan dimungkinkan karena sampah bercampur dengan faeces atau muntahan penderita penyakit saluran pencernaan. Bahan-bahan tertentu pada timbunan sampah yang mengandung nitrit dapat menimbulkan alergi dan iritasi, apabila terjadi kontak langsung dengan sampah. 13

33 16 B. Petugas Pengangkut Sampah. Kegiatan operasional pengangkut sampah tergantung pada pola-pola operasional yang digunakan ( cara penyapuan, pengumpulan, pengang kutan, dan pembuangan akhir ) serta kapasitas peralatannya yang dalam hal ini dilakukan oleh petugas pengangkut sampah. Petugas pengangkut sampah dapat di bedakan menjadi 2, yaitu: 3 1. Penarik becak/gerobak Adalah seseorang/ sekelompok orang yang bertugas mengambil serta membersihkan sampah dari rumah tangga ke TPS ( Tempat Pembuangan Sementara ) dengan menggunakan becak/ gerobak sampah atau sarana lain sesuai kebutuhan, selain itu penarik becak/ gerobak bertugas pula untuk menkontrol volume sampah pada kontainer. 2. Penyapu TPS. Adalah seseorang yang menyapu dan membersihkan TPS serta sekitarnya. C. Penyakit Akibat Kerja pada Petugas Pengangkut Sampah. Petugas pengangkut sampah merupakan tenaga kerja yang memiliki risiko tinggi untuk menderita penyakit yang ditimbulkan oleh sampah. Hampir setiap hari mereka mengalami kontak langsung dengan sampah. Oleh karena penyakit - penyakit tersebut terjadi karena pekerjaan yang dilakukan, maka disebut sebagai penyakit akibat kerja. Beberapa Jenis Penyakit akibat kerja yang sering banyak ditemukan pada tenaga kerja, adalah: 14.

34 17 1. Penyakit kulit akibat kerja Penyakit kulit merupakan suatu penyakit yang menyerang pada permukaan tubuh, dan disebabkan oleh berbagai macam penyebab. 15 Beberapa jenis penyakit kulit, adalah: 14 a. Kadas/ kurap/ tinae/ ringwarm Penyakit kadas (tinae) adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh beberapa jamur yang berbeda dan biasanya dikelompokan berdasarkan lokasinya dalam tubuh. Metode termudah yang digunakan untuk diagnosis penyakit kurap adalah tes KOH (seperti diagnosis cruis). b. Tinea versicolar (panu). Panu adalah suatu infeksi jamur yang menyebabkan timbulnya bercak-bercak putih sampai coklat muda pada kulit terutama pada orang dewasa yang disebabkan oleh jamur Pytrosporum Obriculare. Untuk mendiagnosis panu dapat menggunakan sinar ultraviolet. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan mengambil sampel 56 sampel responden pemulung sampah di TPA Jatibarang, diperoleh hasil yaitu 26(46,4%) pemulung menderita Tinea pedis. 16 c. Abses kulit (abses kutaneus) Abses kulit adalah pengumpulan nanah yang disebabkan infeksi bakteri Stapphylococcus. Abses kulit sering terjadi setelah komplikasi dari bisul, cedera, atau setelah luka ringan. Abses kulit biasanya terjadi akibat tidak menggunakan APD pada saat melakukan pekerjaan.

35 18 2. Penyakit Pencernaan akibat kerja Secara garis besar gangguan pencernaan dibedakan menjadi 2 kelompok, yang pertama kelompok penyakit organik, yaitu penyakit yang disebabkan oelh kelainan atau kerusakan organ tubuh manusia. Yang kedua, kelompok gangguan fungsional, penyakit yang dalam pemeriksaan tidak ditemukan kelainan atau perubahan patologis organ maupun fungsi biokimia, hanya fungsi kerja pencernaan kurang lancar. 17 Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan hasil penelitian tidak ada hubungan antara praktik kebersihan badan, praktik kebersihan kaki dan praktik kebersihan alat makan dan minum dengan kejadian kecacingan serta Ada hubungan antara praktik kebersihan tangan dengan kuku, praktik penggunaan jamban/ kebiasaan BAB, dan praktik penggunaan air bersih dengan kejadian kecacingan. 6 Macam-macam penyakit pencernaan: a. Penyakit maag Penyakit maag dalam bahasa Belanda, maag berarti lambung yang dalam kehidupan sehari-hari sering digunakan istilah sakit perut. Gangguan maag dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain kelainan yang timbul pada saluran pencernaan (lambungusus), penyakit organ hati ( hepatitis), pankreas, dan empedu, selain itu pada kasus tertentu disebabkan karena gangguan jantung atau strees psikis yang berlebihan. b. Diare Diare merupakan peristiwa buang air besar yang encer dan berulang kali (mencret). Jika kotoran yang dikeluarkan encer serta

36 19 mengandung lendri dan darah, biasanya disebut disentri. Diare terjadi karena perjalanan chymus terlalu cepat dan resorpsi air di dalam usus besar terganggu. Sedangkan disentri, disebabkan oleh infeksi atau radang lambung dan usus (gastroenteristis) dan dapat pula disebabkan karena keracunan makanan. Menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines 2005, diare dibagi menjadi dua, yaitu diare akut (berlangsung kurang dari 15 hari) dan diare kronis (berlangsung lebih dar 15 hari). 3. Penyakit Saluran Pernafasan. Secara luas, definisi penyakit pernafasan dapat diartikan penyakit yang terjadi karena adanya gangguan sistem pernafasan, pada umumnya disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan. Infeksi saluran pernafasan berdasarkan wilayah infeksinya dibagi menjadi dua, yaitu infeksi saluran pernafas atas dan infeksi saluran pernafas bawah. Infeksi saluran pernafas atas meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis, laringitis, epiglotitis, tonsilitis, otitis. Sedangkan infeksi saluran pernafasan bawah meliputi infeksi pada bronkhus, alveoli seperti bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonia. 18 Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan hasil penelitian 60% pemulung menderita gangguan fungsi paru dan tidak ada hubungan antara karakteristik individu dengan terjadinya gangguan fungsi paru. 5 Penyakit pernafasan antara lain adalah :

37 20 1) Sinusitis : Sinusitis merupakan peradangan pada mukosa sinus paranasal. Peradangan ini biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan atas. Tanda dari penyakit ini adalah hidung tersumbat, sekret hidung yang kental berwarna hijau kekuningan atau jernih, batuk, demam tinggi, sakit kepala. Penularan sinusitis adalah melalui kontak langsung dengan penderita melalui udara. 2) Bronkhitis Bronkhitis adalah kondisi peradangan pada daerah trakheobronkhial. Tanda dari penyakit bronkhitis ini adalah batuk yang menetap bertambah parah, sesak nafas, nyeri telan. Penularan penyakit bronkhitis melalui droplet, sedangkan faktor risiko terjadinya bronkhitis antara lain, merokok, infeksi sinus. D. Konsep Penyebab dan Proses Terjadinya Penyakit. Saat ini teori tentang faktor penyebab penyakit tidak dapat dipisahkan dengan berbagai berbagai faktor yang yang berperan dalam proses kejadian penyakit yang dikembangkan melalui ekologi lingkungan. Berdasarkan konsep ini manusia berinteraksi dengan berbagai faktor penyebab dalam lingkungan tertentu dan keadaan tertentu akan menimbulkan penyakit yang tertentu pula. 19 Pengertian penyebab penyakit telah berkembang dari rantai sebab akibat ke suatu proses kejadian penyakit, yaitu proses interaksi antara manusia (host atau pejamu) dengan penyebab (agent) serta dengan lingkungan (environment).

38 21 Host Environment Agent Gambar 2.1. Hubungan Interaksi Host, Agent, dan Environment Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi, sehingga apabila terjadi perubahan pada salah satu faktor maka akan berpengaruh terhadap faktor yang lain. Dalam keadaan terjadi keseimbang antara ketiga faktor tersebut, seseorang akan dalam kondisi sehat. Agent Host Environment Gambar 2.2. Keadaan Keseimbangan Interaksi Host, Agent, Environment. Sebaliknya, bila salah satu faktor mengalami perubahan maka orang menjadi sakit. Pada keadaan normal, kondisi keseimbangan proses interaksi tersebut dapat dipertahankan, baik melalui intervensi alamiah terhadap salah satu dari ketiga faktor tersebut maupun melalui usaha tertentu manusia

39 22 dalam bidang pencegahan maupun dalam bidang peningkatan derajad kesehatan. 1. Agent (penyebab penyakit). Agent merupakan penyebab kausal terjadinya penyakit, yang dibagi dalam lima kelompok, yaitu: a. Penyebab biologis b. Penyebab nutrisi c. Penyebab kimiawi d. Penyebab fisika e. Penyebab psikis. 2. Host (pejamu). Adalah sifat sifat pada manusia, baik sifat biologis maupun sifat khusus sebagai makhluk sosial. Sifat biologis manusia yang berhubungan dengan terjadinya penyakit adalah: a. Umur, jenis kelamin, ras, dan keturunan, b. Bentuk anatomis tubuh serta fungsi fisiologis dan faal tubuh, c. Keadaan imunitas dan reaksi tubuh terhadap berbagai unsure dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri, d. Kemampuan interaksi antara penjamu dengan penyebab secara biologis, serta e. Status gizi dan status kesehatan secara umum. Sedangkan sifat khusus sebagai makhluk sosial, adalah: a. Kelompok etnik termasuk adat, kebiasaan, agama, dan hubungan keluarga serta hubungan sosial kemasyarakatan,

40 23 b. Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial sehari hari termasuk kebiasaan hidup sehat. 3. Environment (lingkungan). Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam menentukan terjadinya proses interaksi antara penjamu dengan penyebab penyakit dalam proses terjadinya penyakit. Terdapat tiga jenis lingkungan manusia, yaitu lingkungan biologis, lingkungan fisik, dan lingkungan sosial. E. Faktor Risiko Penyakit Akibat Kerja pada Petugas Pengangkut Sampah. Petugas pengangkut sampah merupakan tenaga kerja yang termasuk kelompok risiko tinggi (high risk group) terhadap terjadinya penyakit akibat kerja, khususnya penyakit yang berhubungan dengan sampah. 19 Beberapa faktor risiko penyakit akibat kerja antara lain adalah: a. Jenis kelamin. Jenis kelamin merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang merupakan salah satu variable deskriptif yang dapat memberikan perbedaan angka kejadian penyakit antara pria dan wanita. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena bentuk anatomis, biologis, dan system hormonal yang berbeda. b. Umur Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama, karena umur mempunyai hubungan yang erat dengan keterpaparan. Selain itu umur juga mempunyai hubungan dengan besarnya risiko terhadap penyakit tertentu dan sifat resistensi pada berbagai kelompok tertentu.

41 24 c. Masa kerja. Masa kerja berhubungan dengan lama kontak antara tenaga kerja dengan lingkungan kerja. Dalam kaitan dengan pengangkutan sampah, masa kerja petugas pengangkut sampah berhubungan dengan waktu kontak antara tenaga pengangkut sampah dengan sampah yang diangkut, atau menunjukkan lamanya terjadi paparan oleh sampah. Pada paparan oleh zat berbahaya yang sulit diurai oleh tubuh, masa kerja merupakan faktor risiko yang besar pengaruhnya terhadap terjadinya dampak kesehatan bagi orang yang terpapar. d. Lama bekerja. Lama bekerja merupakan jumlah waktu yang digunakan petugas pengangkut sampah untuk melakukan pekerjaan selama seminggu. Dengan demikian lama bekerja merupakan jumlah jam bekerja selama seminggu yang dinyatakan dalam satuan jam per munggu. Dalam penentuan nilai ambang batas suatu zat toksik di tempat kerja yang bersifat toksik. Lama bekerja berbanding lurus dengan intensitas paparan sampah terhadap petugas pengangkut sampah. e. Jenis Sarana Pengangkut Sampah. Terdapat beberapa jenis sarana yang dapat digunakan untuk mengangkut sampah dari tempat pemukiman penduduk ke TPS. Hubungan antara jenis sarana pengangkut sampah dengan risiko terjadinya penyakit akibat kerja lebih disebabkan oleh intensitas paparan sampah terhadap petugas pengangkut sampah. Perbedaan intensitas paparan sampah disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : (1) faktor jarak petugas dengan sampah yang

42 25 diangkut, (2) posisi dari petugas terhadap sampah yang diangkut, dan (3) Ada tidaknya penghalang dalam proses paparan. f. Pemakaian APD. APD bagi petugas pengangkut sampah bukan hanya melindungi pengguna dari kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja, tapi juga ada yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari terjadinya penyakit. Beberapa jenis APD yang berfungsi mencegah terjadinya penyakit adalah: (a) tutup kepala, (b) pakaian kerja atau verpack, (c) masker penutup mulut dan hidung, (d) kaos tangan, dan (e) sepatu bot)

43 26 F. Kerangka teori. Environment (Lingkungan) Sampah Bahan kimia Mikroba Patogen. Agent Penyakit Akibat Kerja Petugas Pengangkut Sampah Host Karakteristik Petugas Pengangkut Sampah Upaya Pencegahan Pemakaian APD Umur Masa Kerja Jenis Sarana Pengangkut sampah Lama Bekerja Jenis kelamin Diagram 2.3. Proses Terjadinya Penyakit Akibat Kerja pada Petugas Pengangkut Sampah 19

44 BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep. VARIABEL BEBAS VARIABEL TERIKAT Jenis Kelamin Umur Masa Kerja Lama Bekerja Jenis Sarana Pengangkut Sampah PENYAKIT AKIBAT KERJA 1. Penyakit Saluran Pencernaan 2. Penyakit Saluran Pernapasan 3. Penyakit Kulit Penggunaan APD Diagram 3.1. Kerangka Konsep 27

45 28 B. Hipotesis 1. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan terjadinya penyakit akibat kerja 2. Ada hubungan antara umur dengan terjadinya penyakit akibat kerja. 3. Ada hubungan antara masa kerja dengan terjadinya penyakit akibat kerja 4. Ada hubungan antara lama bekerja dengan terjadinya penyakit akibat kerja. 5. Ada hubungan antara jenis sarana pengangkut sampah yang digunakan dengan terjadinya penyakit akibat kerja. 6. Ada hubungan antara penggunaan APD dengan terjadinya penyakit akibat kerja C. Jenis Penelitian Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian deskriptif analitik. yaitu penelitian yang tujuan utamanya untuk membuat gambaran atau diskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif, selanjutnya digali untuk menjelaskan bagaimana dan mengapa suatu fenomena kesehatan itu terjadi. 20 Pendekatan yang diterapkan dalam pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian adalah pendekatan cross sectional. Dengan pendekatan cross sectional observasi atau pengumpulan data dilakukan sekaligus pada suatu saat. Dengan demikian setiap subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada saat pemeriksaan. 20

46 29 D. Variabel Penelitian 1 Variabel Terikat : Penyakit Akibat Kerja 2 Variabel Bebas : a. Jenis Kelamin b. Umur. c. Masa kerja d. Lama Bekerja e. Jenis sarana pengangkut sampah f. Penggunaan APD E. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional NO VARIABE. L 1. Penyakit Akibat Kerja DEFINISI OPERASIONAL SKALA KATEGORI Penyakit saluran pencernaan, penyakit saluran pernafasan akut, dan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur yang diderita petugas pengangkut sampah yang terjadi pada 3 bulan terakhir. Nominal 1. Tidak menderita penyakit akibat kerja 2. Menderita penyakit akibat kerja 2. Jenis Kelamin Jenis kelamin petugas pengangkut sampah berdasarkan keterangan responden Ordinal Nominal 1. Tidak menderita penyakit 2. Menderita 1 penyakit 3. Menderita 2 penyakit 4. Menderita 3 penyakit 1. Laki-laki 2. Perempuan

47 30 Tabel 3.1 Definisi Operasional(Lanjutan) NO VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL SKALA KATEGORI. 3. Umur Umur petugas pengangkut sampah berdasarkan keterangan responden Rasio Dalam satuan tahun 4. Masa Kerja Lama petugas bekerja sebagai pengangkut sampah. 5. Lama Bekerja Sampai saat penelitian dilakukan, Waktu yang digunakan petugas untuk mengangkut sampah dalam 1 hari berdasarkan keterangan responden. Interval Dalam satuan tahun Interval Dalam satuan jam per hari 6. Jenis Sarana Pengangk ut Sampah Jenis sarana yang digunakan untuk mengangkut sampah dari rumah warga ke TPS Nominal 1. Becak sampah 2. Gerobak sampah 7. Penggunaan APD Penggunaan APD oleh petugas pengankut sampah saat bekerja Ordinal 1. Tidak menggunakan APD(masker, sarung tangan, sepatu bot, dan verpack) 2. Menggunakan 1 jenis APD 3. Menggunakan 2 jenis APD 4. Menggunakan 3 jenis APD atau lebih.

48 31 F. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi penelitian adalah semua petugas pengangkut sampah yang ditunjuk warga untuk melaksanakan pengangkutan sampah dari rumah penduduk ke TPS. Berdasarkan data di kantor Camat Semarang Utara, jumlah pengangkut sampah dari rumah penduduk ke TPS di 3 ( tiga ) Kelurahantersebut sebanyak 39 orang dengan rincian: 16 orang di Kelurahan Tanjung Mas, 12 orang di Kelurahan Bandarharjo, dan 11 Orang di Kelurahan Bulu Lor. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya. Sampel dalam penelitian ini adalah petugas pengangkut sampah sebanyak 39 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan Total Sampling. Dimana seluruh petugas pengangkut sampah diambil untuk dijadikan sampel penelitian dan dipilih secara acak. G. Pengumpulan Data 1. Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan untuk penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan adalah: a. Kejadian penyakit akibat kerja petugas pengangkut sampah, b. Jenis kelamin petugas pengangkut sampah c. Umur petugas pengangkut sampah. d. Masa kerja petugas pengangkut sampah

49 32 e. Lama bekerja petugas pengangkut sampah f. Jenis sarana pengangkut sampah g. Penggunaan APD oleh petugas pengangkut sampah. Adapun data sekunder yang dikumpulkan meliputi data tentang karakteristik daerah Kecamatan Semarang Utara yang merupakan lokasi penelitian. Data tersebut meliputi: (1) Data tentang geografi Kecamatan Semarang Utara,(2) Data tentang demografi Kecamatan Semarang Utara, dan (3) Data tentang pengelolaan sampah di wilayah Kecamatan Semarang Utara. Semua data sekunder yang diperlukan, dikutip dari monografi Kecamatan Semarang Utara. 2. Teknik/ Metode/ Prosedur Pengumpul Data Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode observasi dan wawancara. Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang penggunaan APD, sedangkan wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang umur, masa kerja, lama bekerja, dan jenis sarana pengangkut sampah, serta penyakit akibat kerja pada petugas pengangkut sampah. Observasi dan wawancara dilakukan di TPS setelah mendapat persetujuan responden melalui penandatanganan informed consent (formulir persetujuan). 3. Alat Pengumpul Data / Instrumen Penelitian Untuk keperluan pengumpulan data, digunakan 2 (dua) jenis Instrumen penelitian, yaitu formulir pengamatan dan kuesioner (terlampir). Untuk menilai validitas kuesioner yang digunakan sebagai instrument penelitian, dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas.

50 33 a) Uji Validitas Uji validitas instrument yang dilakukan merupakan uji validitas empiris, yaitu validitas yang dinyatakan berdasarkan hasil pengalaman. 21 Dalam uji validitas, jumlah responden sebanyak 10 orang petugas pengangkut sampah di Kelurahan Kuningan, Kecamatan Semarang Utara. Penentuan validitas dilakukan dengan menggunakan koefisen korelasi product moment dari Karl Pearson. Hasil uji validitas, dari 25 item kuesioner, 6 item dinilai tidak valid, karena nilai r xy hitung 0,632 (nilai r xy 33able pada derajad bebas (db) = n 2 = 8 dan α=5%). Item kuesioner yang tidak valid adalah no: 1, 4, 9, 10, 12 dan 17. Item-item lainnya (19 item) dinilai valid, karena nilai r xy hitung > 0, b) Uji Reliabilitas. Untuk melakukan Uji reliabilitas instrument, wawancara dilakukan dua kali terhadap responden yang sama, dengan rentang waktu 5 hari. Hasil uji reliabilitas, instrument dinilai releabel karena nilai hitung koefisien alpha = 0,778, lebih besar dari nilai pada tabel (0,632). 21

51 34 H. Pengolahan Data Pengolahan data yang dilakukan meliputi: 1. Editing. Dilakukan untuk mengoreksi data yang diperoleh untuk mengetahui ada tidaknya kesalahan dalam pendokumentasian. Apabila terdapat kesalahan dilakukan konfirmasi kepada petugas pencari data (surveyor). 2. Coding. Dilakukan untuk mempermudah proses pengolahan data selanjutnya dengan cara memberikan kode tertentu pada formulir pencatatan. 3. Scoring. Merupakan kegiatan pemberian scor (nilai) untuk mempermudah uji statistik yang dilakukan. 4. Tabulating. Tabulasi data dilakukan secara computerize. I. Analisis Data Analisis terhadap data yang diperoleh dari penelitian, dilakukan dalam bentuk analisis univariat dan analisis bivariat. 1. Analisis Univariat. Analisis univariat dilakukan untuk mendiskripsikan seluruh variabel penelitian, baik variable terikat maupun variabel bebas dengan menggunakan analisis table atau grafik. Hasil analisis berupa distribusi frekuensi, tendensi sentral dan sebaran data dari masing-masing variable penelitian.

52 35 2. Analisis Bivariat. Data hasil penelitian diagnosis dengan menggunakan komputer. Analisis bivariat digunakan untuk pengujian hipotesis penelitian. Uji statistik yang digunakan adalah: 1) Uji hubungan Chi square Syarat dari uji Chi-Square yaitu sel mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. Jika syarat uji Chi- Square tidak terpenuhi, maka dipakai uji alternatifnya yaitu alternatif uji Chi-Square untuk tabel 2 x2 adalah Uji Fisher, alternatif uji Chi-Square untuk tabel 2 x K adalah uji Kolmogorov- Sminor, alternatif uji Chi-Square untuk tabel tersebut adalah penggabungan sel. 23 Pengujian hipotesis dari penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji statistik seperti pada table 3.2 Tabel 3.2 Jenis Uji Statistik Hipotesis Penelitian No Variabel Bebas 1. Jenis Kelamin 2. Jenis Sarana Pengangkut Sampah Skala Variabel Terikat Data Nominal Penyakit akibat kerja Nominal Penyakit akibat kerja Skala Uji Statistik Data Nominal Uji hubungan Fisher s Exact Test Nominal Uji hubungan Fisher s Exact Test

53 36 Tabel 3.3 Jenis Uji Statistik Hipotesis Penelitian No Variabel Bebas Skala Data Variabel Terikat 2. Umur Rasio Penyakit akibat kerja 3. Masa Kerja Interval Penyakit akibat kerja Skala Data Ordinal Ordinal Uji Statistik Uji hubungan Pearson Correlation Uji hubungan Rank Spearmen 4. Lama Bekerja 6. Penggunaan APD Interval Ordinal Penyakit akibat kerja Penyakit akibat kerja Ordinal Ordinal Uji hubungan Pearson Correlation Uji hubungan Rank Spearmen

54 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Keadaan Geografi Semarang Utara merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam wilayah administratif Pemerintah Kota Semarang. Luas wilayah Kecamatan Semarang Utara ha, dengan batas wilayah : 1. Utara : Laut Jawa 2. Timur : Kecamatan Semarang Tengah 3. Selatan : Kecamatan Semarang Tengah dan Semarang Barat 4. Barat : Kecamatan Semarang Barat Topografi wilayah Kecamatan Semarang Utara merupakan daratan rendah dengan ketinggian 1 meter dari merpukaan laut. Dengan ketinggian 1 meter dari permukaan laut tersebut menyebabkan sebagian besar wilayah Kecamatan Semarang Utara sering tergenang air saat air laut pasang (rob). Secara administratif, wilayah Kecamatan Semarang Utara terbagi dalam 9 kelurahan, 89 Rukun Warga (RW), dan 706 Rukun Tetangga (RT) serta mempunyai 16 TPS. Jumlah RW di masingmasing kelurahan sangat bervariasi. Kelurahan dengan jumlah RW terbanyak adalah Kelurahan Tanjung Mas (16 RW), sedangkan yang 37

55 38 paling sedikit Kelurahan Penggaron Kidul (4 RW). Data selengkapnya seperti tabel 4.1: Tabel 4.1 Jumlah RW, RT dan Jumlah TPS per Kelurahan Kecamatan Semarang Utara Tahun 2015 No Kelurahan Jumlah RW Jumlah RT Jumlah TPS 1 Bandarharjo Bulu Lor Plombokan Purwosari Kuningan Panggung Lor Panggung Kidul Tanjung Mas Dadap sari Jumlah Keadaan Demografi Penduduk Kecamatan Semarang Utara sebanyak jiwa, terdiri dari laki-laki (48.45%) dan perempuan (51.54%). Dengan demikian sex rasio penduduk Kecamatan Semarang Utara adalah Jumlah penduduk di masing-masing Kelurahan sangat bervariasi. Kelurahan dengan penduduk terbanyak adalah Tanjung Mas ( jiwa) dan yang paling sedikit Kelurahan Panggung Kidul (5.377 jiwa). Data selengkapnya pada tabel 4.2 :

56 39 Tabel 4.2 Sebaran Penduduk Kecamatan Semarang Utara Tahun 2015 No Kelurahan Penduduk Laki-laki Perempuan Jumlah % 1 Bandarharjo Bulu Lor Plombokan Purwosari Kuningan Panggung Lor Panggung Kidul 8 Tanjung Mas Dadap sari Jumlah Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pengelolaan sampah rumah tangga di Kecamatan Semarang Utara dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang dengan melibatkan masyarakat. Pemkot menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk pembuangan sampah, antara lain Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) yang berjumlah 16 TPS, container dan truk pengangkut sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) termasuk biaya operasionalnya, serta gerobak sampah untuk mengangkut sampah dari tempat pemukiman ke TPS. Peran masyarakat adalah mengangkut sampah dari tempat permukiman ke TPS. Pengangkutan sampah dari permukiman penduduk dilakukan oleh petugas pengangkut sampah yang ditunjuk dan digaji oleh masyarakat. Seorang petugas pengangkut sampah bertanggung jawab atas pengangkutan sampah yang berasal dari rumah penduduk untuk dibuang ke TPS yang telah ditetapkan. Wilayah kerja

57 40 petugas pengangkut sampah merupakan wilayah RW, sehingga jumlah seluruh petugas pengangkut sampah di Kecamatan Semarang Utara sama dengan jumlah RW, yaitu sebanyak 89 RW. TPS RW 15 TPS RW 01 Gambar 4.1 TPS di Kelurahan Tanjung Mas Dapat dilihat pada gambar 4.1 bahwa terdapat 2 TPS yaitu yang berada di RW 15 dan RW 01 Kelurahan Tanjung Mas. Dari 2 TPS diatas seluruh TPS terletak diantara permukiman warga. Selain itu terdapat TPS yang berdekatan dengan warung makan, seperti TPS yang berada di RW 1. Jarak yang ditempuh petugas pengangkut sampah untuk mengangkut sampah ke wilayah permukiman warga yaitu meter. Tidak ada pemisahan sampah yang dilakukan oleh petugas, semua sampah dijadikan 1 dalam suatu wadah bersama dari berbagai sumber sampah. Ini sesuai dengan SNI No , bahwa aktivitas penanganan sampah sementara dalam suatu wadah baik dari berbagai sumber umum yang termasuk dalam pewadahan komunal. 22

58 41 TPS RW 10 TPS RW 09 Gambar 4.2 TPS di Kelurahan Bandarharjo Dapat diliahat pada gambar 4.2, bahwa terdapat 2 TPS yang berada di RW 10 dan RW 09. TPS tersebut berada di dekat permukiman warga, berjarak ±50 meter. Terlihat kondisi sampah yang berserakan di luar dan di dalam wadah sampah, petugas menggunakan gerobak untuk mengangkut sampah ke TPS. Gambar 4.3 TPS Kelurahan Bulu Lor Dapat dilihat Gambar 4.3 TPS Kelurahan Bulu Lor terlihat lebih rapi dibandingkan TPS Tanjung Mas dan Bandarharjo. Ada pemisahan

59 42 wadah sampah antara basah dan kering. Ini sesuai dengan SNI No bahwa pewadahan sampah terdiri dari 2 wadah warna yang berbeda, untuk menampung sampah dapur dan sampah halaman. 22 B. Analisis Univariat 1. Jenis Kelamin Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Petugas Pengangkut Sampah No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) 1 Laki-laki Perempuan Jumlah Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar jenis kelamin petugas pengangkut sampah adalah laki-laki (84.6%). 2. Umur Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Umur Pengangkut Sampah Kecamatan Semarang Utara Tahun 2015 Umur (Tahun) Mean Median Minimum Maksimum Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan rata rata umur pekerja adalah 47 tahun, usia terendah pekerja adalah 25 tahun dan umur tertinggi adalah 68 tahun.

60 43 3. Masa Kerja Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pengangkut Sampah Kecamatan Semarang Utara Tahun 2015 Masa Kerja (Tahun) Mean Median Minimum Maximum Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa rata-rata masa kerja pekerja adalah tahun, masa kerja terendah 5 tahun dan masa kerja tertinggi 25 tahun. 4. Lama Kerja Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Lama Bekerja Per/hari Pengangkut Sampah Kecamatan Semarang Utara Tahun 2015 Lama Kerja (Hari/jam) Mean Median Minimum Maximum Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata pekerja bekerja dalam sehari adalah 8 jam, minimal bekerja 5 jam dan maksimal bekerja 12 jam. 5. Jenis Alat Pengangkut Sampah Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Jenis Alat Pengangkut Sampah Kecamatan Semarang Utara Tahun 2015 No Jenis Alat Frekuensi Persentase (%) 1 Becak Gerobak Jumlah Berdasarkan tabel 4.7 bahwa jenis alat pengangkut sampah yang digunakan terbanyak adalah gerobak dengan jumlah petugas 25 orang (64.1%). Volume sampah yang berada di gerobak melebihi kapasitas

61 44 sehingga sampah tercecer dan volume sampah yang berada di gerobak lebih banyak dari pada becak sampah. Bau busuk sampah umum berasal dari proses pembusukan sampah yang beraksi dengan udara lembab, jika dibiarkan terus menerus secara tidak langsung tumpukan sampah yang tidak diangkut akan memyebabkan populasi udara hingga penyakit penafasan. 6. Pemakaian APD Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Jenis APD Petugas Pengangkut Sampah Kecamatan Semarang Utara Tahun 2015 No Jenis APD Frekuensi (%) 1 Tidak memakai APD Helm pelindung Sepatu bot Sarung tangan Masker Pakaian kerja Sepatu bot, sarung tangan Sepatu Bot, sarung tangan, dan Masker Total Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa APD yang banyak diipakai sepatu bot,sarung tangan dengan jumlah orang yang memakainya berjumlah 14 orang (35.9%).

62 45 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pemakaian APD Petugas Pengangkut Sampah Kecamatan Semarang Utara Tahun 2015 No Pemakaian APD Frekuensi (%) 1 Tidak memakai APD Memakai 1 jenis APD Memakai 2 jenis APD Memakai 3 jenis APD Jumlah Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memakai 2 jenis APD sepatu bot,sarung tangan, yaitu sebanyak 14 responden (35.9%). Semakin banyak penggunaan APD yang dipakai oleh petugas pengangkut sampah semakin berkurang penyakit akibat kerja yang dialami oleh petugas pengangkut sampah. 7. Penyakit Akibat Kerja Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Jenis Penyakit Akibat Kerja Petugas Pengangkut Sampah Kecamatan Semarang Utara Tahun 2015 No Jenis PAK Frekuensi Persentase (%) 1 Tidak menderita PAK Pencernaan Pernafasan Kulit Pernafasan dan Kulit Pencernaan, Pernafasan, Kulit Total Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa sebagian besar jenis penyakit akibat kerja yang diderita oleh petugas adalah penyakit kulit (25.6%). Petugas tidak memakai sarung tangan saat mengangkut sampah sehingga petugas terpapar kuman yang ada disampah yang mengakibatkan penyakit kulit seperti gatal-gatal berkepanjangan.

63 46 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Penderita Penyakit Akibat Kerja Petugas Pengangkut Sampah Kecamatan Semarang Utara Tahun 2015 No Penderita Penyakit Akibat Kerja Frekuensi Persentase (%) 1 Tidak menderita sakit Menderita 1 jenis penyakit Menderita 2 jenis penyakit Menderita 3 jenis penyakit Jumlah Berdasarkan table 4.11 menunjukkan bahwa sebagian besar petugas menderita 1 jenis penyakit akibat kerja 25 orang (64.1%). C. Analisis Bivariat Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Kategori Penderita Penyakit Akibat Kerja Petugas Pengangkut Sampah Kecamatan Semarang Utara Tahun 2015 No Kategori Penderita Penyakit Frekuensi Persentase (%) Akibat Kerja 1 Tidak menderita sakit akibat kerja Menderita penyakit akibat kerja Jumlah Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan bahwa sebagian besar petugas pengangkut sampah menderita penyakit akibat kerja (89,7%). Tabel 4.13 Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dengan Penyakit Akibat Kerja Petugas Pengangkut Sampah Kecamatan Semarang Utara Tahun 2015 Jenis Kelamin Penyakit Akibat Kerja Tidak Menderita Penyakit Menderita Penyakit Total F % F % F % Laki-laki Wanita Pvalue (Uji Fisher Exact Test).

64 47 Tabel 4.14 Tabulasi Silang antara Jenis Alat Pengangkut Sampah dengan Penyakit Akibat Kerja Petugas Pengangkut Sampah Kecamatan Semarang Utara Tahun 2015 Jenis Alat Pengangkut Sampah Penyakit Akibat Kerja Tidak Menderita Penyakit Menderita Penyakit Total F % F % F % Becak Gerobak Pvalue (Uji Fisher Exact Test) Tabel 4.15 Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Umur, Masa Kerja, Lama Kerja, Pengunaan APD dengan Penyakit Akibat Kerja No Variabel Bebas Variabel Terikat 1. Umur Penyakit Akibat Kerja 2. Masa Kerja Penyakit Akibat Kerja 3. Lama Bekerja Penyakit Akibat Kerja 4. Penggunaan Penyakit APD Akibat Kerja * Pearson Correlation ** Rank Sperman Nilai p- value Koefisien Korelasi Keterangan 0.171* Tidak Ada Hubungan 0.849** Tidak Ada Hubungan 0.987* Tidak Ada Hubungan 0.002** Ada Hubungan Kekuatan Hubungan Sedang Berdasarkan tabel 4.15 menunjukkan bahwa ada hubungan antara penggunaan APD dengan penyakit akibat kerja hubungan rendah dan arah hubungan bermakna negatife diartikan semakin banyak penggunaan APD yang dipakai oleh pekerja semakin berkurang penyakit akibat kerja yang dialami oleh pekerja.

65 BAB V PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian 1. Penentuan kejadian penyakit tidak didasarkan pada hasil pemeriksaan klinis maupun laboratorium, namun berdasarkan hasil wawancara. Oleh karena itu banyak data penyakit yang false negative, yaitu responden yang sebenarnya sakit namun menyatakan tidak sakit. 2. Terbatasnya kemampuan responden untuk mengingat kembali penyakit yang pernah dialami selama 3 (tiga) bulan terakhir, yang menyebabkan terjadinya bias dari data yang diperoleh. 3. Terbatasnya waktu yang dimiliki responden untuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang diajukan karena wawancara dilakukan di TPS, pada saat responden sedang melaksanakan pekerjaan. Setelah membuang sampah yang diangkutnya, responden harus segera kembali untuk mengambil sampah dari rumah penduduk di RT lainnya. Padahal adakalanya beberapa petugas pengangkut sampah datang di TPS pada waktu yang bersamaan. Dengan keadaan yang demikian, ada kecenderungan responden untuk memberikan jawaban asal-asalan agar bisa segera bekerja kembali. B. Penyakit Akibat Kerja Pada Petugas Pengangkut Sampah Petugas pengangkut sampah merupakan tenaga kerja yang memiliki resiko tinggi untuk menderita penyakit yang ditimbulkan oleh sampah. Hampir setiap hari mereka mengalami kontak langsung dengan sampah. Oleh karena 48

66 49 penyakit-penyakit tersebut terjadi karena pekerjaan yang dilakukan, maka disebut sebagai penyakit akibat kerja. Seiring berkembangnya zaman, TPS menjadi sumber mata pencaharian bagi petugas pengangkut sampah kegiatan yang bergerak di sektor informal ini sangat membantu sistem pengelolaan sampah perkotan. Akan tetapi kondisi lingkungan kerja petugas pengangkut sampah yang langsung berhubungan dengan debu, sampah dan sengatan matahari, serta adanya efek samping dari penggunaan salah satu alat pelindung diri ( APD ) yang digunakan saat bekerja, misalnya sepatu bott. Sepatu bott merupakan salah satu APD yang digunakan petugas saat bekerja mengangkut sampah, guna melindungi kaki dari benda benda tajam dan kotoran kotoran yang dapat menginfeksi. Tetapi tanpa disadari keadaan basah dan lembab di dalam sepatu memegang peran penting dalam perkembangan jamur Tinea Pedis. Hal ini didukung oleh kondisi kerja yang terpapar sinar matahari. Sebagai akibatnya pekerja selalu mengalami kondisi hiperhidrosis ( keringat berlebih ) terutama pada bagian sela sela jari dan telapak kaki, sehingga mengakibatkan kondisi di dalam sepatu bott basah, lembab dan hangat. Hal ini yang memegang peran penting dalam pertumbuhan jamur khususnya Tinea pedis. Infeksi kulit merupakan salah satu menempati urutan pertama jenis penyakit yang di derita oleh petugas pengangkut sampah di semua kelurahan. Salah satunya adalah infeksi kulit pada sela jari kaki dan telapak kaki yang disebabkan oleh jamur atau yang lebih dikenal sebagai Tinea Pedis atau ringworm of the foot. Tinea Pedis disebabkan oleh Trichophyton rubrum yang sering memberikan kelainan menahun. Kejadian Tinea Pedis

67 50 di sela jari banyak ditemukan pada pria dibandingkan pada wanita, Tinea pedis sering ditemukan pada daerah tropis. Berdasarkan tabel 4.10 hasil distribusi frekuensi jenis penyakit akibat kerja pada petugas pengangkut sampah urutan ke dua yang sering di derita oleh petugas penyakit pernafasan dilihat dari hasil pengamatan jenis penyakit batuk dan Influenza merupakan penyakit epidemik yang sangat infeksius dan sering terjadi. Terdapat insidensi influenza yang lebih tinggi pada bulan-bulan musim dingin, infektivitasnya sangat tinggi dan berkisar dari sesaat sebelum gejala timbul sampai sesaat setelah pireksia menghilang, masa inkubasi yang pendek mempermudah penyebaran yang cepat antar petugas pengangkut sampah dan cara penularannya melalui infeksi droplet dan melalui tangan serta barang-barang yang baru terkontaminasi. 26 Hasil dari kuesioner serta distribusi frekuensi jenis penyakit akibat kerja pada petugas pengangkut sampah menunjukkan bahwa penyakit pencernaan (20.5%). Diare disebabkan oleh protozoa koksidia yang baru ditemukan (Cyclospora cayetanensis). Gejala klinis yang timbul berupa diare cair (buang air lebih dari 6 kali perhari), mual, tidak nafsu makan kejang adomen, lelah dan penurunan berat badan tetapi demam jarang terjadi. Median masa inkubasi 1 minggu. 27 penularan terutama pada petugas pengangkut sampah melalui air, dan dapat terjadi baik melalui air minum yang sering bergantian maupun cara pencucian warung makan sekitar TPS yang tidak bersih air menjadi terkontaminasi. Maka dapat dinyatakan penyakit akibat kerja yang dialami petugas pengangkut sampah yang dialami petugas pengangkut sampah yang bekerja di Kelurahan

68 51 Tanjung Mas, Kelurahan Bandarharjo serta Kelurahan Bulu Lor disebabkan oleh paparan lingkungan kerja. C. Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Terjadinya Penyakit Akibat Kerja Menurut teori keseimbangan, terjadinya penyakit disebabkan oleh terganggunya keseimbangan antara pejamu (host) yaitu manusia, penyebab penyakit (agent), dan (Environment). Unsur penjamu dapat dibagi dalam dua kelompok sifat utama, yaitu: (1) sifat yang erat hubungannya dengan manusia sebagai makhluk biologis, dan (2) sifat manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk biologis, manusia memiliki sifat-sifat biologis tertentu, antara lain: jenis kelamin, umur, ras, fungsi fisiologis dan faal tubuh, keadaan imunitas, status gizi dan status kesehatan. 19 Petugas pengangkut sampah di Kecamatan Semarang Utara mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki dan wanita sama, sehingga kemungkinan risiko terjadinya penyakit akibat kerja sama. Berdasarkan uji statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan terjadinya penyakit akibat kerja pada petugas pengangkut sampah. Data yang diperoleh, 6 (enam) petugas pengangkut sampah berjenis kelamin wanita menderita penyakit akibat kerja. Walaupun demikian, volume dan kapasitas seluruh paru antara laki laki dan perempuan berbeda. Volume dan kapasitas seluruh paru pada perempuan 20 25% lebih kecil dari laki laki, dan lebih besar lagi pada atletis serta orang yang bertubuh besar dari pada orang yang bertubuh kecil. Agar terhindar dari risiko terjadinya gangguan kapasitas vital paru, baik laki laki maupun

69 52 perempuan, alangkah baiknya jika mereka menjaga kesehatan dan kebugaran salah satunya dengan olahraga, misalnya dengan jalan jalan pagi, dan sebagainya. 23. Berdasarkan hasil penelitian diketahui petugas pengangkut sampah berjenis kelamin wanita, semuanya menderita penyakit akibat kerja (100%), sedangkan petugas pengangkut sampah berjenis kelamin laki-laki yang menderita penyakit akibat kerja sebanyak 74,4%. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Nur Nasry Noor, tidak ada penyakit yang dapat terjadi hanya disebabkan oleh 1 faktor penyebab tunggal saja, namun disebabkan oleh berbagai unsur yang secara bersamasama mendorong terjadinya penyakit. 19 D. Hubungan Antara Umur Dengan Terjadinya Penyakit Akibat Kerja Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama, karena umur mempunyai hubungan yang erat dengan keterpaparan. Selain itu umur juga mempunyai hubungan dengan besarnya risiko terhadap penyakit tertentu dan sifat resistensi pada berbagai kelompok tertentu. 19 Menurut Suma mur bahwa semakin bertambah usia tenaga kerja maka semakin rentan tenaga kerja terkena penyakit akibat kerja di lingkungan kerjanya, sehingga semakin tua seseorang maka akan menurun fungsi tubuhnya. 24 Tetapi dalam penelitian ini diketahui tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian penyakit akibat kerja pada petugas pengangkut sampah.. Hal ini berlawanan dengan penelitian Roselina pada tahun 2011 yang membuktikan bahwa ada hubungan antara umur dengan keluhan gangguan kesehatan pada pemulung di TPA Jatibarang Kota Semarang. 7 Karena

70 53 peluang mengalami penyakit akibat kerja sama besar untuk setiap rentang umur karena proses kerjanya sama pada pengangkut sampah. Penyakit akibat kerja tidak disebabkan oleh usianya. Selain faktor umur, munculnya penyakit akibat kerja pada seseorang juga terganggu pada daya imunitas atau kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit. 25 E. Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Terjadinya Penyakit Akibat Kerja Masa kerja berhubungan dengan lama kontak antara tenaga kerja dengan lingkungan kerja. Dalam kaitan dengan pengangkutan sampah, masa kerja petugas pengangkut sampah berhubungan dengan waktu kontak antara tenaga pengangkut sampah dengan sampah yang diangkut, atau menunjukkan lamanya terjadi paparan oleh sampah. Pada paparan oleh zat berbahaya yang sulit diurai oleh tubuh, masa kerja merupakan faktor risiko yang besar pengaruhnya terhadap terjadinya dampak kesehatan bagi orang yang terpapar. 19 Responden dalam penelitian ini tidak selalu terpapar sampah tetapi hanya terpapar pada saat berkerja mengangkut sampah. Hasil penelitian diperoleh rata-rata masa kerja yaitu 12 tahun. Berdasarkan hasil uji statistik bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan terjadinya penyakit akibat kerja pada petugas pengangkut sampah. Tetapi hal ini bertolak belakang dengan pernyataan Suma mur yaitu semakin lama masa kerja seseorang semakin besar resiko terjadinya keluhan gangguan kesehatan. 24 Konsep penyebab dan proses terjadinya penyakit telah berkembang dari rantai sebab akibat ke suatu proses kejadian penyakit, yaitu proses

71 54 interaksi antara manusia dengan penyebab serta dengan lingkungan. Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi, sehingga apabila terjadi perubahan pada salah satu faktor maka akan berpengaruh ke faktor yang lain. Dalam keadaan terjadinya keseimbangan antara ketiga faktor tersebut terkait dengan pekerjaan petugas pengangkut sampah akan dalam kondisi sehat. Sebaliknya, bila salah satu faktor mengalami perubahan maka petugas pengangkut sampah menjadi sakit. F. Hubungan Antara Lama Bekerja Dengan Terjadinya Penyakit Akibat Kerja Lama bekerja dari petugas pengangkut sampah identik dengan waktu kontak antara petugas dengan sampah. Lama bekerja petugas pengangkut sampah terbanyak yaitu lama bekerja 8-9 jam (56.4%). Berdasarkan hasil penelitian diketahui tidak ada hubungan antara lama bekerja dengan terjadinya penyakit akibat kerja pada petugas pengangkut sampah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Haning pada tahun 2013 yang menyatakan tidak ada hubungan antara lama bekerja dengan terjadinya gangguan fungsi paru. Pada lingkungan kerja sampah yang ada kemungkinan besar terdapat bakteri, virus, serta zat-zat yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Semakin lama petugas mengalami kontak dengan sampah maka probabilitas petugas terinfeksi bakteri dan virus penyebab penyakit semakin besar. Untuk mengurangi lama paparan terhadap sampah, di upayakan agar lama bekerja petugas pengangkut sampah 8 jam per hari dan 48 jam per minggu dengan cara menambah petugas pengangkut sampah di RW yang timbulan sampahnya besar. Salah satu penyakit yang sering diderita oleh petugas

72 55 pengangkut sampah Influenza merupakan penyakit epidemik yang sangat infeksius dan sering terjadi. Terdapat insidensi influenza yang lebih tinggi pada bulan-bulan musim dingin, infektivitasnya sangat tinggi dan berkisar dari sesaat sebelum gelaja timbul sampai sesaat setelah pireksia menghilang, masa inkubasi yang pendek mempermudah penyebaran yang cepat antar petugas pengangkut sampah dan cara penularannya melalui infeksi droplet dan melalui tangan serta barang-barang yang baru terkontaminasi. 26 G. Hubungan Antara Jenis Sarana Pengangkut Sampah Yang Digunakan Dengan Terjadinya Penyakit Akibat Kerja Berdasarkan hasil uji statistik bahwa ada hubungan antara jenis sarana pengangkut sampah yang digunakan dengan terjadinya penyakit akibat kerja pada petugas pengangkut sampah. Hal ini disebabkan oleh faktor intensitas paparan sampah yang ada adalah kedua jenis sarana pengangkut sampah tersebut terhadap petugas pengangkut sampah. Perbedaan antara becak sampah dengan gerobak sampah dalam proses paparan sampah terhadap petugas pengangkut sampah terletak pada posisi petugas pengangkut sampah pada saat mengangkut sampah dari tempat permukiman ke TPS. Petugas pengangkut sampah dengan gerobak sampah 100% menderita penyakit akibat kerja. Petugas pengangkut sampah berada di belakang sampah sehingga menghadap kearah sampah yang diangkutnya. Dengan posisi sepertii itu petugas pengangkut sampah terpapar oleh sampah dengan intensitas yang tinggi selama mengangkut sampah dari tempat pemukiman ke TPS, apalagi jarak antara bagian wajah petugas

73 56 dengan sampah yang diangkutnya hanya sekitar 1 meter saja. Padahal komposisi sampah di daerah perkotaan, sekitar 60% - 75% merupakan sampah organik (sampah basah) yang mudah busuk atau mudah diuraikan. 12 Selain menimbulkan bau busuk akibat proses pembusukan, sampah organik juga menjadi media berkembang biaknya mikro organisme pathogen, serta banyak terdapat zat-zat yang membahayakan kesehatan. 13 Pada pengangkutan sampah dengan menggunakan becak sampah, petugas berada di depan sampah yang diangkut dengan posisi membelakangi sampah yang diangkut. Dengan demikian petugas pengangkut sampah tidak terpapar sampah yang diangkutnya. Kalau pun terpapar, intensitas paparan jauh lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan becak sampah. Berdasarkan uraian diatas, petugas pengangkut sampah yang menggunakan gerobak sampah sebagai sarana pengangkut sampah memiliki risiko tinggi untuk menderita penyakit akibat kerja (100%) dibandingkan dengan yang menggunakan becak sampah (71.4%). Untuk melindungi petugas pengangkut sampah dari penyakit akibat kerja, melengkapi gerobak sampah dengan sekat (triplek) yang dipasang di bidang yang terletak antara tempat sampah dengan petugas. Dengan pemasangan sekat tersebut akan memperkecil tingkat paparan sampah yang diangkut terhadap petugas pengangkut sampah. Hasil tersebut menunjukan bahwa berdasarkan aspek alat pengangkut sampah, Kelurahan Tanjung Mas, Kelurahan Bandarharjo dan Kelurahan Bulu Lor masuk kategori baik karena telah melaksanaka tahap ke

74 57 tiga dalam pengangkutan sampah, sesuai dengan SNI No yang menyatakan bahwa tahap ketiga pengelolaan sampah adalah tahap pengumpulan sampah. Pengumpulan sampah adalah aktivitas penanganan yang tidak hanya mengumpulkan sampah dari wadah individual dan atau dari wadah komunal (bersama) melainkan juga mengangkutnya ke tempat terminal tertentu, baik dengan pengangkutan langsung maupun tidak. 22 H. Hubungan Antara Penggunaan APD Dengan Terjadinya Penyakit Akibat Kerja Berdasarkan hasil uji korelasi, ada hubungan yang bermakna dengan tingkat keeratan hubungan sedang dan memiliki arah hubungan negatife antara penggunaan APD dengan terjadinya penyakit akibat kerja yang berarti semakin banyak penggunaan APD yang dipakai oleh pekerja semakin berkurang penyakit akibat kerja yang dialami oleh pekerja. APD merupakan alat untuk melindungi diri dari kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan berupa penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja. Oleh karena itu APD harus dipakai oleh pekerja maupun orang yang berada di tempat kerja yang berpotensi untuk menimbulkan gangguan kesehatan. Terdapat beberapa jenis APD, yang masing-masing jenis APD memiliki fungsi yang berbeda-beda. Oleh karena itu penggunaan APD harus disesuaikan dengan resiko yang bisa terjadi di tempat kerja tersebut. Untuk petugas pengangkut sampah, jenis APD yang diperlukan adalah: (1) helm pelindung kepala, (2) masker, (3) sarung tangan, (4) pakaian kerja, (5) sepatu boot. Sebagaian diantara APD tersebut berfungsi untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan

75 58 sebagian lainnya untuk melindungi diri dari kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja. APD yang berfungsi melindungi tubuh adalah helm yang melindungi kepala bila terkena benturan, sarung tangan yang melindungi tangan bagian bawah agar tidak menderita penyakit kulit serta terluka terkena benda tajam, verpack/pakaian kerja untuk melindungi tubuh agar tidak terkena cairan berbahaya, dan sepatu bot untuk melindungi kaki saat menginjak benda tajam. Sedangkan APD yang berfungsi melindungi diri dari terjadinya penyakit akibat kerja adalah masker yang mencegah masuknya bahan berbahaya kedalam saluran pernafasan dan mulut, serta kacamata untuk melindungi mata dara cahaya yang menyilaukan. APD yang paling banyak dipakai petugas pengangkut sampah adalah Sepatu boot dan sarung tangan (35,9%). Hal ini menunjukkan bahwa petugas pengangkut sampah hanya menyadari tentang pentingnya mencegah terjadinya kecelakaan. Namun kesadaran tentang melindungi diri dari terjadinya penyakit akibat kerja sangat kurang karena hanya (5.1%) yang memakai masker.

76 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN G. Kesimpulan 1. Jenis Kelamin responden, 84,6% laki-laki dan 15,4% perempuan. 2. Rata rata umur responden 47 tahun (termuda umur 25 tahun, dan tertua umur 68 tahun). 3. Rata rata masa kerja responden 12,53 tahun, masa kerja terendah 5 tahun dan masa kerja tertinggi 25 tahun. 4. Rata rata lama bekerja responden 8 jam, minimal berkerja 5 jam dan maksimal berkerja 12 jam. 5. Jenis sarana pengangkut sampah yang digunakan, 35,9% becak sampah dan 64,1% gerobak sampah. 6. Pemakaian APD, 23,1% tidak memakai APD dan sebagian besar responden memakai 2 jenis APD (35.9%).. 7. Terjadinya penyakit akibat kerja, 89,7% menderita penyakit akibat kerja dan 10,3% tidak menderita penyakit akibat kerja. 8. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan penyakit akibat kerja petugas pengangkut sampah Kecamatan Semarang Utara. 9. Ada hubungan antara jenis sarana alat pengangkut sampah dengan penyakit akibat kerja petugas pengangkut sampah Kecamatan Semarang Utara. 59

77 Ada hubungan antara penggunaan APD dengan penyakit akibat kerja petugas pengangkut sampah Kecamatan Semarang Utara. 11. Tidak ada hubungan antara umur dengan penyakit akibat kerja petugas pengangkut sampah Kecamatan Semarang Utara. 12. Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan penyakit akibat kerja petugas pengangkut sampah Kecamatan Semarang Utara. 13. Tidak ada hubungan antara lama kerja dengan penyakit akibat kerja petugas pengangkut sampah Kecamatan Semarang Utara. H. Saran 1. Melengkapi gerobak sampah dengan sekat yang dipasang di bidang yang terletak antara tempat sampah dengan petugas. Dengan pemasangan sekat tersebut akan memperkecil tingkat paparan sampah yang diangkut terhadap petugas pengangkut sampah. 2. Meningkatkan perlindungan kesehatan petugas pengangkut sampah dengan pemakaian APD oleh petugas pengangkut sampah saat bekerja. 3. Membudayakan penerapan cara hidup bersih dan sehat terhadap petugas pengangkut sampah.

78 DAFTAR PUSTAKA 1. R.Sudradjat. Mengelola Sampah Kota. Penebar Swadaya. Jakarta Anonim. Perhitungan Timbunan Sampah dan Kebutuhan Sarana Kebersihan Kota Semarang.Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang. Semarang Anonim. Profil Dinas Kebersihan Kota Semarang Dinas Kebersihan dan Petamanan Kota Semarang. Semarang Arif Zulkifli. Dasar-dasar lmu Lingkungan. Salemba Teknika. Jakarta Nadia, Warsattana Haning. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Pemulung Di TPA Jatibarang (Skripsi). FKM UNDIP. Semarang Krisna, Wientari Desty. Hubungan Pratik Kebersihan Diri Perseorangan Pemulung dengan Kejadian Kecacingan Perut pada Pemulung Kalongan Ungaran Kabupaten Semarang..2010(Skripsi). 7. Jayanti, Kumalasari Roselina. Faktor-Faktor Risiko Paparan Gas Ammonia Dan Hydrogen Sulvida Terhadap Keluhan Gangguan Kesehatan Pada Pemulung di TPA Jatibarang (Skripsi).Universitas Dian Nuswantoro. Semarang Anonim. Undang-Undang RI no 18 tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. Sekretaris Negara RI,Jakarta, Anonim.Tata cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta Teti Suryati. Bebas Sampah dari Rumah. PT Agro Media Pustaka. Jakarta, Subarna Undang..Manfaat Pengelolaan Sampah Terpadu. CV Aryhaeko Sinergi Persada. Surakarta Purwendro, Nurhidayat Setyo. Mengolah Sampah Untuk Pupuk dan Pupuk Pestisida Organik. Penerbar Swadaya. Jakarta Anonim. Pedoman Pembuangan Sampah Bagi Petugas Kesehatan Lingkungan.Departemen Kesehatan RI.Jakarta

79 14. Umar Fahmi, A. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Buku Kompas. Jakarta Clevere Susanto dan Made Ari M. Penyakit Kulit dan Kelamin. Nuha Medika.Yogyakarta Dian, Kurniawati Ratna. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Tinea Pedis pada Pemulung di TPA Jatibarang (Tesis). Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semrang Endang L dan V.A Puspadewi. Penyakit maag dan Gangguan Pencernaan. Kanisius. Yogyakarta Umar Fatimah, dkk. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI Nur Nasry N. Epidemiologi. Rineka Cipta. Jakarta Soekidjo Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan.PT. Rineka Cipta. Jakarta Rahmat. Statistika Penelitian. CV. Pustaka Setia. Bandung Indonesia, Standar Nasional. Tata Cara Teknik Operasional Pengolahan Sampah Perkotaan. [Online] [Dikutip: 30 November 2015.] Guyton. Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta Suma mur, P.Hygiene Perusahaan dan Kesehatan erja. Gunung Agung. Jakarta Guyton. AC. Buku Teks Fisiologi. Penerbit EGC. Jakarta Mandal.K Bibhat, dkk. Penyakit Infeksi (edisi keenam). Erlangga. Jakarta Chin, MD, MPH James. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. CV Infomedika. Jakarta

80

81

82 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN FAKTOR RISIKO TERJADINYA PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA PETUGAS PENGANGKUT SAMPAH DI KECAMATAN SEMARANG UTARA TAHUN 2015 Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Umur : Alamat lengkap : Setelah mendengarkan penjelasan tentang maksud dan tujuan serta manfaat dari penelitian ini, maka saya bersedia dan mau berpartisipasi menjadi responden untuk diambil sebagai sampel pada penelitian yang akan dilakukan oleh Septiana Ardiyanti, mahasiswa dari Program S1 Kesehatan Masyarakat Jurusan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan Industri, Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Semarang, 2015 Responden,

83 FORMULIR PENELITIAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA PETUGAS PENGANGKUT SAMPAH DI KOTA SEMARANG TAHUN 2015 A. Identitas responden 1. Nama : 2. Jenis Kelamin : 3. Umur : B. Masa kerja. 3. Sejak tahun berapa bapak/ibu bekerja sebagai pengangkut sampah Jawaban: Tahun 4. Apakah bapak/ibu pernah berhenti bekerja mengangkut sampah? a. Pernah b. Tidak pernah. Untuk responden yang menjawab pernah (jawaban a), dilanjutkan dengan pertamyaan no.3,4, dan Tahun berapa berhenti? Jawaban : Tahun.. 6. Mengapa berhenti? Jawaban :.. 7. Tahun berapa kembali bekerja sebagai pengangkut sampah? Jawaban : Tahun C. Lama kerja. 8. Mulai jam berapa bapak/ibu bekerja mengangkut sampah? Jawaban : Jam. 9. Sampai jam berapa bapak/ibu bekerja mengangkut sampah?

84 Jawaban : Jam. 10. Apakah selama waktu kerja tersebut bapak/ibu beristirahat? a. Istirahat b. Tidak istirahat Untuk responden yang menjawab istirahat, dilanjutkan dengan pertanyaan no.9 dan Dalam sehari, biasanya istirahat berapa kali? Jawaban:.kali 12. Setiap kali istrirahat, berapa kira-kira waktu yang diperlukan? Jawaban:..jam 13. Dalam satu minggu, berapa hari bapak/ibu bekerja mengangkut sampah? Jawaban :..hari 14. Berapa hari sekali sampah dari rumah warga diangkut ke TPS? Jawaban :..hari sekali. 15. Apabila bapak/ibu tidak berangkat kerja, apakah ada yang menggantikan? a. Ada b. Tidak ada D. Penggunaan Sarana Pengangkut Sampah. 16. Jenis sarana pengangkut sampah yang digunakan untuk mengangkut sampah dari rumah warga ke TPS. a. Becak sampah b. Gerobak Tidak E. Pemakaian Alat Pelindung Diri. (Diisi Berdasarkan hasil pengamatan) Petunjuk : berikan tanda rumput ( ) pada kolom yang sesuai

85 No Jenis Alat Pelindung Diri Memakai Tidak 1. Helm pelindung kepala 2. Pakaian kerja berupa verpack lengan panjang 3. Masker 4. Kaos tangan 5. Sepatu boot Pertanyaan untuk petugas yang memakai APD: 17. Dari mana bapak/ibu memperoleh APD tersebut? a. Dari kelurahan/ RW/ RT b. Membeli sendiri. c. Selain jawaban a dan b. Pertanyaan untuk petugas yang tidak memakai APD. 18. Apakah bapak/ibu tidak mempunyai APD? a. Punya b. Tidak punya Untuk yang mempunyai APD, pertanyaan diteruskan ke pertanyaan no Mengapa bapak tidak memakai APD? Jawaban : karena. F. Kejadian Penyakit Akibat Kerja 20. Dalam 3 bulan terakhir apakah bapak/ibu pernah diare? a. Pernah b. Tidak pernah

86 Untuk responden yang menjawab pernah (a), dilanjutkan ke pertanyaan no.19 dan no Sudah berapa kali diare? Jawaban :. 22. Apakah sebelumnya memang sering diare? Jawaban : 23. Dalam 3 bulan terakhir apakah bapak/ibu pernah sakit batuk/flu/sesak nafas? a. Pernah b. Tidak pernah Keadaan kesehatan petugas berdasarkan hasil pengamatan. No Jenis Penyakit Sakit Tidak sakit 1. Batuk 2. Flu 3. Sesak nafas 4. TBC 5. Asma 24. Apakah pada kulit bapak/ibu terdapat panu atau kurap (kadas)? a. Ada. b. Tidak ada. Untuk responden yang menjawab Ada (a), dilanjutkan ke pertanyaan no Apakah panu/ kadas yang terdapat dikulit bapak sudah ada sebelum bekerja sebagai petugas pengangkut sampah? a. Ya. b. Tidak

87 Normality Data Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. Umur * masa_kerja Lama_kerja Pemakaian_APD a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Frekuensi Tabel Statistics Umur masa_kerja Lama_kerja N Valid Missing Mean Median Minimum Maximum Percentiles

88 Umur Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Total

89 masa_kerja Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Total

90 Lama_kerja Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Total Pemakaian_APD Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid tidak memakai APD memakai 1 jenis APD memakai 2 jenis APD

91 memakai 3 jenis APD Total Jenis_APD Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak memakai APD Helm Pelindung Sepatu Bot Sarung Tangan Masker Pakaian kerja Sepatu bot, sarung tangan Sepatu bot, sarung tangan, dan masker Total

92 Uji Chi Square Jenis_Kelamin * Kategori_PAK Crosstabulation Kategori_PAK Tidak menderita penyakit akibat kerja Menderita penyakit akibat kerja Total Jenis_Kelamin Laki-laki Count % within Jenis_Kelamin 12.1% 87.9% 100.0% % within Kategori_PAK 100.0% 82.9% 84.6% % of Total 10.3% 74.4% 84.6% Perempuan Count % within Jenis_Kelamin.0% 100.0% 100.0% % within Kategori_PAK.0% 17.1% 15.4% % of Total.0% 15.4% 15.4% Total Count % within Jenis_Kelamin 10.3% 89.7% 100.0% % within Kategori_PAK 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 10.3% 89.7% 100.0% Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Value df sided) sided) sided) Pearson Chi-Square.810 a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test

93 Linear-by-Linear Association N of Valid Cases b 39 a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is.62. b. Computed only for a 2x2 table Jenis_Alat_Pengangkut * Kategori_PAK Crosstabulation Kategori_PAK Tidak menderita penyakit akibat kerja Menderita penyakit akibat kerja Total Jenis_Alat_Pengangkut Becak Count % within Jenis_Alat_Pengangkut 28.6% 71.4% 100.0% % within Kategori_PAK 100.0% 28.6% 35.9% % of Total 10.3% 25.6% 35.9% Gerobak Count % within Jenis_Alat_Pengangkut.0% 100.0% 100.0% % within Kategori_PAK.0% 71.4% 64.1% % of Total.0% 64.1% 64.1% Total Count % within Jenis_Alat_Pengangkut 10.3% 89.7% 100.0% % within Kategori_PAK 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 10.3% 89.7% 100.0% Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Value df sided) sided) sided) Pearson Chi-Square a 1.005

94 Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases b 39 a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is b. Computed only for a 2x2 table Uji Pearson Correlation dan Uji Rank Spearman Correlations Umur Penderita_Peny akit_akibat_kerj a Umur Pearson Correlation Sig. (2-tailed).171 N Penderita_Penyakit_Akibat_ Kerja Pearson Correlation Sig. (2-tailed).171 N Correlations masa_kerja Penderita_Peny akit_akibat_kerj a Spearman's rho masa_kerja Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)..849 N 39 39

95 Penderita_Penyakit_Akibat_ Kerja Correlation Coefficient Sig. (2-tailed).849. N Correlations Lama_kerja Penderita_Peny akit_akibat_kerj a Lama_kerja Pearson Correlation Sig. (2-tailed).987 N Penderita_Penyakit_Akibat_ Kerja Pearson Correlation Sig. (2-tailed).987 N Correlations Pemakaian_APD Penderita_Peny akit_akibat_kerj a

96 Spearman's rho Pemakaian_APD Correlation Coefficient ** Sig. (2-tailed)..002 N Penderita_Penyakit_Akibat_ Kerja Correlation Coefficient ** Sig. (2-tailed).002. **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). N 39 39

97 DOKUMENTASI

98

99

100

FAKTOR RISIKO TERJADINYA PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA PETUGAS PENGANGKUT SAMPAH DI KECAMATAN SEMARANG UTARA TAHUN 2015

FAKTOR RISIKO TERJADINYA PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA PETUGAS PENGANGKUT SAMPAH DI KECAMATAN SEMARANG UTARA TAHUN 2015 FAKTOR RISIKO TERJADINYA PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA PETUGAS PENGANGKUT SAMPAH DI KECAMATAN SEMARANG UTARA TAHUN 2015 Septiana Ardiyanti*), Eko Hartini**) *) Alumni Fakultas Kesehatan UDINUS 2011 **) Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yang berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah

Lebih terperinci

ANALISIS STRES KERJA KARYAWAN DI PT SINAR PANTJA DJAJA PADA UNIT PRODUKSI SPINNING III DAN UNIT NON PRODUKSI SEMARANG TAHUN 2016 SKRIPSI

ANALISIS STRES KERJA KARYAWAN DI PT SINAR PANTJA DJAJA PADA UNIT PRODUKSI SPINNING III DAN UNIT NON PRODUKSI SEMARANG TAHUN 2016 SKRIPSI ANALISIS STRES KERJA KARYAWAN DI PT SINAR PANTJA DJAJA PADA UNIT PRODUKSI SPINNING III DAN UNIT NON PRODUKSI SEMARANG TAHUN 2016 SKRIPSI Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Derajat kesehatan yang setinggitingginya

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 5 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH LINGKUNGAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH, PERSONAL HYGIENE DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJA DI INDUSTRI TAHU DESA BANYUPUTIH KOTA SALATIGA TAHUN 2015

ANALISIS RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJA DI INDUSTRI TAHU DESA BANYUPUTIH KOTA SALATIGA TAHUN 2015 ANALISIS RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJA DI INDUSTRI TAHU DESA BANYUPUTIH KOTA SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan

Lebih terperinci

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (MASKER) DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN ASMA PADA PEKERJA INDUSTRI BATIK TRADISIONAL DI KECAMATAN BUARAN KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : 08.0285.S

Lebih terperinci

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin. 1. DEFINISI SAMPAH Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Sementara di dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis dan metode penelitian yang dilakukan adalah Explanatory Research (penelitian penjelasan), karena penelitian menjelaskan hubungan variabel

Lebih terperinci

Surahma Asti Mulasari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Surahma Asti Mulasari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta KES MAS ISSN : 1978-0575 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DALAM MENGOLAH SAMPAH DI DUSUN PADUKUHAN DESA SIDOKARTO KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA Surahma

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 237 juta jiwa, masalah kesehatan lingkungan di Indonesia menjadi sangat kompleks terutama

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu menghubungkan antara dua variabel yang saling berhubungan

Lebih terperinci

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampah merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Sampah dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan jumlah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan ABSTRAK Sidik Abdul Azis, R0211046, 2015. Hubungan Pengetahuan Penggunaan APD Masker dengan Kedisiplinan Penggunaannya pada Pekerja Bagian Sewing Garmen di PT. Dan Liris, Sukoharjo, Diploma 4 Keselamatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Kejadian TBC Usia Produktif Kepadatan Hunian Riwayat Imunisasi BCG Sikap Pencegahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Tati Sri Wahyuni R. 0209054 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN a. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Penelitian ini termasuk jenis penelitian Explanatory Recearch atau penelitian penjelasan yaitu menjelaskan adanya hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan VariabelTerikat Status Perkawinan Kejadian Malnutrisi Riwayat Penyakit Aktifitas Fisik Perilaku Merokok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana diterapkan (Nursalam,

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT BAHAYA BAHAN KIMIA TERHADAP DERMATITIS KULIT DAN ISPA PADA PEKERJA LABORATORIUM KIMIA PKBS

PENGARUH TINGKAT BAHAYA BAHAN KIMIA TERHADAP DERMATITIS KULIT DAN ISPA PADA PEKERJA LABORATORIUM KIMIA PKBS PENGARUH TINGKAT BAHAYA BAHAN KIMIA TERHADAP DERMATITIS KULIT DAN ISPA PADA PEKERJA LABORATORIUM KIMIA PKBS SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Putri Septiani R. 0209042

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu untuk mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, khususnya di negara berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara

Lebih terperinci

ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI DESA AJIBARANG WETAN, KECAMATAN AJIBARANG, KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI

ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI DESA AJIBARANG WETAN, KECAMATAN AJIBARANG, KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI DESA AJIBARANG WETAN, KECAMATAN AJIBARANG, KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S1 Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan atas atau yang selanjutnya disingkat dengan ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN. Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar

SATUAN ACARA PENYULUHAN. Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Bahasan : Kesehatan Lingkungan Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah Sasaran : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar Waktu : 25 menit Hari / tanggal : Rabu, 30 April 2014

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK STRES KERJA DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN KINERJA PADA FRONTLINER SINAR MAS SELULLER SEMARANG TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK STRES KERJA DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN KINERJA PADA FRONTLINER SINAR MAS SELULLER SEMARANG TAHUN 2016 HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK STRES KERJA DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN KINERJA PADA FRONTLINER SINAR MAS SELULLER SEMARANG TAHUN 2016 SKRIPSI Disusun guna memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan

Lebih terperinci

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA Imran SL Tobing Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta ABSTRAK Sampah sampai saat ini selalu menjadi masalah; sampah dianggap sebagai sesuatu

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J PROGRAM STUDI S1 GIZI

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J PROGRAM STUDI S1 GIZI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN STATUS PEMBERIAN ASI DI KECAMATAN JATIPURO KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah : VARIABEL BEBAS 1. Kelengkapan APD 2. Lama Penyemprotan 3. Frekuensi Penyemprotan 4. Dosis Penyemprotan 5. Arah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik. Penelitian analitik adalah survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Badan Lingkungan Hidup Kota

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Badan Lingkungan Hidup Kota BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Badan Lingkungan Hidup Kota Gorontalo. 3.1.2. Waktu Penelitian Waktu penelitian

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Lampiran 1. Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN ANGGOTA KOMUNITAS PEMUDA PEDULI LINGKUNGAN TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN SEI KERA HILIR I KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN KOTA

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003) BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi pasien kusta dengan kepatuhan melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel terikat Dukungan Pengelola pasar. Kesiapsiagaan Tanggap darurat kebakaran Peran Pedagang Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian B. Hipotesis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, Jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, Jenis 28 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, Jenis penelitian ini adalah Analitik explanatori/korelasi yaitu bertujuan untuk menemukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, jenis penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, jenis penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan pendekatan cross

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan stroke. Sebagai alat pengumpul data utama

Lebih terperinci

Moch. Fatkhun Nizar Hartati Tuna Ningsih Dewi Sumaningrum Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Moch. Fatkhun Nizar Hartati Tuna Ningsih Dewi Sumaningrum Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN KEPATUHAN DALAM PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PETUGAS LABORATORIUM KLINIK DI RUMAH SAKIT BAPTIS KOTA KEDIRI Moch. Fatkhun Nizar Hartati Tuna Ningsih Dewi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode pendekatan analitik cross sectional yang diarahkan untuk mengetahui hubungan pola makan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian explanatory research yaitu menjelaskan hubungan antara variabel pengetahuan kader tentang DBD dan praktik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research yaitu penelitian yang bersifat penjelasan pada setiap variabelnya melalui

Lebih terperinci

Kata Kunci : Sampah,Umur,Masa Kerja,lama paparan, Kapasitas Paru, tenaga kerja pengangkut sampah.

Kata Kunci : Sampah,Umur,Masa Kerja,lama paparan, Kapasitas Paru, tenaga kerja pengangkut sampah. 1 2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KAPASITAS PARU TENAGA KERJA PENGANGKUT SAMPAH DI KABUPATEN GORONTALO Novalia Abdullah, Herlina Jusuf, Lia Amalaia novaliaabdullah@gmail.com Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III STUDI LITERATUR

BAB III STUDI LITERATUR BAB III STUDI LITERATUR 3.1 PENGERTIAN LIMBAH PADAT Limbah padat merupakan limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organic dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan observasional analitik, yaitu penelitian yang menjelaskan adanya hubungan antara variabel melalui pengajuan hipotesa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan yang kotor merupakan akibat perbuatan negatif yang harus ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. KERANGKA KONSEP Variabel Bebas Variabel Terikat Pengetahuan pelaku industri Sanitasi Hygiene Hasil monitoring keamanan produk industri rumah tangga (PIRT) pada makanan dan

Lebih terperinci

SKIRIPSI POLA KONSUMSI BERDASARKAN KEJADIAN OBESITAS PADA PENDUDUK USIA DEWASA (19 50 TAHUN) DI PULAU SULAWESI BERDASARKAN DATA RISKESDAS 2010

SKIRIPSI POLA KONSUMSI BERDASARKAN KEJADIAN OBESITAS PADA PENDUDUK USIA DEWASA (19 50 TAHUN) DI PULAU SULAWESI BERDASARKAN DATA RISKESDAS 2010 SKIRIPSI POLA KONSUMSI BERDASARKAN KEJADIAN OBESITAS PADA PENDUDUK USIA DEWASA (19 50 TAHUN) DI PULAU SULAWESI BERDASARKAN DATA RISKESDAS 2010 Diajukan untuk melengkapi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis/Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan rancangan cross sectional, untuk mempelajari dinamika korelasi

Lebih terperinci

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN KUSTA PADA KONTAK SERUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG TAHUN 2013 Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI MASKER PADA PEKERJA INDUSTRI MEBEL DI KABUPATEN JEPARA

GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI MASKER PADA PEKERJA INDUSTRI MEBEL DI KABUPATEN JEPARA GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI MASKER PADA PEKERJA INDUSTRI MEBEL DI KABUPATEN JEPARA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Ajar Skripsi Oleh Andrian Setyo Hutomo

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN DAN DISIPLIN KERJA DENGAN KINERJA PETUGAS SURVEILANS DIARE DI DINAS KESEHATAN KOTA SALATIGA

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN DAN DISIPLIN KERJA DENGAN KINERJA PETUGAS SURVEILANS DIARE DI DINAS KESEHATAN KOTA SALATIGA HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN DAN DISIPLIN KERJA DENGAN KINERJA PETUGAS SURVEILANS DIARE DI DINAS KESEHATAN KOTA SALATIGA Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah SI Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu agar bisa dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel

Lebih terperinci

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. 1. Sejarah Perkembangan Timbulnya Pencemaran Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik

Lebih terperinci

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan RATIH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk menggambarkan hubungan antara

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. KataKunci: Pengetahuan, sikap, penggunaan APD, petani pengguna pestisida.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. KataKunci: Pengetahuan, sikap, penggunaan APD, petani pengguna pestisida. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PETANI PENGGUNA PESTISIDA DI DESA KEMBANG SARI KECAMATAN DUMOGA TIMUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Heidy Manggopa*, Paul A.T.

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN UNSUR MANAJEMEN DENGAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS DI KABUPATEN BOYOLALI

SKRIPSI HUBUNGAN UNSUR MANAJEMEN DENGAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS DI KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI HUBUNGAN UNSUR MANAJEMEN DENGAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS DI KABUPATEN BOYOLALI Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : Ardiansah Eko Prasetyo J

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : Ardiansah Eko Prasetyo J SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN SIKAP TERHADAP PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI SENTRA INDUSTRI PANDE BESI DESA PADAS KECAMATAN KARANGANOM KABUPATEN KLATEN Skripsi ini

Lebih terperinci

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN TINDAKAN MENJAGA KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MURID SD SHAFIYYATUL AMALIYYAH PADA TAHUN

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN TINDAKAN MENJAGA KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MURID SD SHAFIYYATUL AMALIYYAH PADA TAHUN 1 HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN TINDAKAN MENJAGA KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MURID SD SHAFIYYATUL AMALIYYAH PADA TAHUN 2011. Oleh: IZZATI AFIFAH AZMI 080100307 FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh : DALU BANGUN FRIDEWA

Lebih terperinci

Bertindak tepat untuk sehat dengan menjaga lingkungan dan kebersihan

Bertindak tepat untuk sehat dengan menjaga lingkungan dan kebersihan Bertindak tepat untuk sehat dengan menjaga lingkungan dan kebersihan Menanam dan merawat pohon Mengelola sampah dengan benar Mulai dari diri sendiri menjaga kebersihan untuk hidup sehat 1 Perubahan Iklim,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun jenis pekerjaan dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. 1

BAB I PENDAHULUAN. ataupun jenis pekerjaan dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja antara lain faktor

Lebih terperinci

SKRIPSI. OLEH : Elisabeth Buku Kumanireng NRP :

SKRIPSI. OLEH : Elisabeth Buku Kumanireng NRP : HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK 6-23 BULAN DI POSYANDU RW III KELURAHAN KEPUTRAN KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA SKRIPSI OLEH : Elisabeth Buku Kumanireng NRP : 9103011008

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang menjelaskan adanya hubungan antara variabel melalui

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang menjelaskan adanya hubungan antara variabel melalui BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, yaitu penelitian yang menjelaskan adanya hubungan antara variabel melalui pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik yaitu untuk mencari hubungan antara variable bebas dan terikat yang dilakukan dengan pendekatan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA, PENGETAHUAN PENGGUNAAN APD, DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENURUNAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA INDUSTRI MEBEL DI DESA LEILEM KECAMATAN SONDER KABUPATEN MINAHASA Jennifer

Lebih terperinci

PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA PADA PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH AKHIR SUWUNG DENPASAR SELATAN TAHUN 2016

PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA PADA PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH AKHIR SUWUNG DENPASAR SELATAN TAHUN 2016 UNIVERSITAS UDAYANA PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA PADA PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH AKHIR SUWUNG DENPASAR SELATAN TAHUN 2016 I KADEK DWI ARTA SAPUTRA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan analitik. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu cross sectional dimana

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TERMINOLOGI MEDIS PETUGAS REKAM MEDIS DENGAN KETEPATAN KODE DIAGNOSIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TERMINOLOGI MEDIS PETUGAS REKAM MEDIS DENGAN KETEPATAN KODE DIAGNOSIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TERMINOLOGI MEDIS PETUGAS REKAM MEDIS DENGAN KETEPATAN KODE DIAGNOSIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. explanatory study dengan pendekatan potong lintang (cross. simultan (dalam waktu yang bersamaan) (Notoatmodjo, 2010,

BAB III METODE PENELITIAN. explanatory study dengan pendekatan potong lintang (cross. simultan (dalam waktu yang bersamaan) (Notoatmodjo, 2010, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik explanatory study dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian deskriptif analitik

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian deskriptif analitik III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional untuk mengetahui faktor-faktor yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SARAPAN PAGI DENGAN SINDROM DISPEPSIA PADA REMAJA DI SMP N 16 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA SARAPAN PAGI DENGAN SINDROM DISPEPSIA PADA REMAJA DI SMP N 16 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA SARAPAN PAGI DENGAN SINDROM DISPEPSIA PADA REMAJA DI SMP N 16 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan RATRI PENNY AWIANTI

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN STRES KERJA PADA ANAK BUAH KAPAL YANG BEKERJA DI KAMAR MESIN KAPAL MANADO-SANGIHE PELABUHAN MANADO TAHUN 2015 Handre Sumareangin* Odi Pinontoan* Budi T. Ratag* *Fakultas

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT REGULER

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT REGULER LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT REGULER Waspadai Penyakit Infeksi Pada Musim Kemarau Oleh : Dra.LilisSuryani.,M.Kes (NIK: 173013/NIDN 0510026801) FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN APD DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PEKERJA BAGIAN WEAVING PT ISKANDARTEX INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN APD DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PEKERJA BAGIAN WEAVING PT ISKANDARTEX INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN APD DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PEKERJA BAGIAN WEAVING PT ISKANDARTEX INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu 5 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian / lebih dari saluran nafas mulai hidung alveoli termasuk adneksanya

Lebih terperinci

: PAMBUDI EKO PRASETYO

: PAMBUDI EKO PRASETYO HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO SKRIPSI Disusun Oleh : PAMBUDI EKO PRASETYO NIM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan dengan tujuan penelitian, maka jenis penelitian ini yang digunakan adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini merupakan Explanatory research yaitu menjelaskan hubungan antara variabel pengetahuan pencegahan penyakit, sikap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian survai analitik. Survei analitik merupakan survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa

Lebih terperinci

B A B III METODE PENELITIAN

B A B III METODE PENELITIAN B A B III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Explanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi korelasi (correlation

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi korelasi (correlation BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah studi korelasi (correlation study) yakni penelitian atau penelaahan hubungan antara variabel pada suatu situasi

Lebih terperinci

Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah. Disusun Oleh : DESI RATNASARI J

Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah. Disusun Oleh : DESI RATNASARI J HUBUNGAN PERSEPSI RISIKO KECELAKAAN DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK) DENGAN KEDISIPLINAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA BAGIAN PRODUKSI JALUR 1 DAN 2 DI PT WIKA BETON BOYOLALI Tbk. Skripsi ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran

Lebih terperinci

Makalah Permasalahan Sampah

Makalah Permasalahan Sampah Makalah Permasalahan Sampah Makalah Permasalahan Sampah 6 NOVEMBER 2014TINGGALKAN KOMENTAR BabI Pendahuluan 1.Latar Belakang Masalah Melihat kondisi lingkungan di sekitar jalan Bubu/Perjuangan yang dipenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian non eksperimental observasional dengan pendekatan cross-sectional.

Lebih terperinci

HUBUNGAN STIMULASI DINI SENSORIS DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 2-3 TAHUN DI PAUD A LESTARI SURABAYA SKRIPSI

HUBUNGAN STIMULASI DINI SENSORIS DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 2-3 TAHUN DI PAUD A LESTARI SURABAYA SKRIPSI HUBUNGAN STIMULASI DINI SENSORIS DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 2-3 TAHUN DI PAUD A LESTARI SURABAYA SKRIPSI OLEH: Feni J. C. Fina NRP: 9103011012 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA

Lebih terperinci

SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PENANGANAN DIARE PADA ANAK USIA 0 5 TAHUN DI POSYANDU CERIA I KELURAHAN TAMBAKREJO SURABAYA

SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PENANGANAN DIARE PADA ANAK USIA 0 5 TAHUN DI POSYANDU CERIA I KELURAHAN TAMBAKREJO SURABAYA SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PENANGANAN DIARE PADA ANAK USIA 0 5 TAHUN DI POSYANDU CERIA I KELURAHAN TAMBAKREJO SURABAYA PENELITIAN CROSSECTIONAL Oleh: Imam Tri Sutrisno NIM.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Rencana Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif korelasional yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (jenis

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan tenaga kerja sebagai sumber daya manusia sangat penting. Oleh karena itu, upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan

Lebih terperinci