Evaluasi Kesesuaian Tambak Garam Ditinjau Dari Aspek Fisik Di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Evaluasi Kesesuaian Tambak Garam Ditinjau Dari Aspek Fisik Di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati"

Transkripsi

1 Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di: Evaluasi Kesesuaian Tambak Garam Ditinjau Dari Aspek Fisik Di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Renaldi Bahri Tambunan, Hariyadi, Adi Santoso *) Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedharto, SH, Tembalang Semarang Telp./Fax: (024) Abstrak Garam merupakan salah satu komoditas strategis nasional di bidang kelautan. Usaha meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi garam belum menjadi prioritas utama bagi petambak garam di Kecamatan Juwana. Hal tersebut dikaji mengenai evaluasi kesesuaian tambak garam ditinjau dari aspek fisik Di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati dengan pendekatan beberapa faktor yaitu klimatologi, permeabilitas tanah, bentuk jenis tanah dan topografi. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi tingkat kesesuaian lahan tambak garam di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Penelitian ini menggunakan beberapa analisis fisik tambak garam yaitu permeabilitas tanah, bentuk dan jenis lahan, kondisi iklim dan penilaian kesesuaian fisik tambak garam. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penilaian kajian evaluasi kesesuaian fisik tambak garam di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati secara memiliki kesesuaian fisik tambak kategori kelas kesesuaian sangat sesuai (S1) guna tambak garam nasional. Kata kunci: garam, tanah, penilaian kesesuaian fisik, iklim. Abstract Salt is one of the national strategic commodities in the field of marine. Effort to increase the quantity and quality of salt production has not been a priority for farmers in Juwana. It examined regarding evaluated the suitability of the physical land of salt embankment in Pati Juwana to approach some of the factors are soil permeability, climatology, soil type and topography of the form. The purpose of this research is to know and study the suitability of the salt level land embankment in district Juwana, Pati. This research using several physical analysis of the permeability of soil, land forms and types, climatic conditions and scoring physical suitable of salt embankment. The results of this study indicate that the suitability of physical salt embankment in Juwana, Pati has a physical suitability class is very suitable (S1) to produce a national salt. Keywords: salt, land, scoring suitability psychics, climate. *) Penulis penanggung jawab

2 Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 182 Pendahuluan Garam merupakan salah satu komoditas strategis nasional di bidang kelautan. Luas tambak garam di Indonesia sekitar hektar dan terletak di berbagai tempat di Indonesia, terbesar di pulau Jawa dan Madura. Dari data kementrian kelautan dan perikanan terdapat tambak garam di pulau Jawa seluas ha (Jawa Timur di luar Madura ha, Jawa Tengah ha dan Jawa Barat ha) dan di pulau Madura ha. Garam juga dihasilkan di Provinsi Nusa Tenggara Barat ha, Sulawesi Selatan ha, Sumatera dan lain-lainnya ha. Data Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah luas tambak garam di Kabupaten Pati sekitar 2.721,491 Ha dengan jumlah produksi dari tahun 2009 hingga 2011 sekitar ,28 ton. Penelitian aspek fisik tambak garam sebagai salah satu dasar untuk penentuan kesesuaian tambak garam, yang merupakan proses untuk melakukan pendugaan potensi sumberdaya lahan dan menilai kualitas bagi usaha pertambakan dengan penelitian aspek fisik tambak garam. Keberadaan tambak garam di Kecamatan Juwana menimbulkan Materi dan Metode Materi yang digunakan dalam penelitian ini berupa parameter fisik tanah yang meliputi kemiringan pantai, permeabilitas tanah, tekstur tanah, jenis tanah, suhu udara dan iklim. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada saat penelitian. Metode deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tetapi hanya menggambarkan hal yang ada tentang suatu variable, gejala ataupun keadaan (Arikunto, 1995). Penentuan lokasi sampling dengan menggunakan purposive sampling yaitu penentuan lokasi sampling dengan beberapa pertimbangan tertentu oleh peneliti (Sudjana, 1992). Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan yaitu persiapan, pertanyaan mengenai kesesuaian lahan dalam usaha tambak garam yang masih berproduksi. Kecamatan Juwana merupakan salah satu daerah penghasil garam terbesar di Kabupaten Pati. Luas tambak garam di Kecamatan Juwana terus meningkat tiap tahunnya tetapi hasil produksi tambak garam kian fluktuatif. Permasalahan ini menunjukan ketidak seimbangan antara luas lahan tambak garam yang ada di Juwana terhadap kuantitas hasil produksi. Pembatasan masalah pada studi ini mengevaluasi kesesuaian tambak garam dari aspek fisik di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah dengan menggunakan analisis variabel yang mempengaruhi fisik tambak garam yang mencakup kemiringan pantai, permeabilitas tanah, tekstur dan jenis tanah, dan didukung keadaan iklim di wilayah Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengkaji dan mengevaluasi kesesuaian lahan tambak garam dan mengetahui kondisi fisik tambak garam di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. pengukuran dan pengamatan lapangan, dan Tahap pasca lapangan. Persentase kemiringan pantai diperoleh dengan rumus: H x 100% Keterangan: D H: Tinggi tongkat (m) D: Panjang tali (m) Dalam memperoleh contoh tanah yang baik dan tanah di dalam tabung tetap seperti keadaan lapangan (tidak terganggu), maka perbandingan antara luas permukaan tabung logam bagian luar (tebal tabung) dan luas permukaan tabung bagian dalam tidak lebih dari 0,1. Perbandingan luas permukaan tabung bagian dalam dan

3 Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 183 tabung bagian luar dapat menggunakan rumus sebagai berikut: (D i 2 - D d 2 ) : D d 2 < 0,1 Keterangan: D i : diameter tabung bagian dalam D d : diameter tabung bagian luar (Balitbangdeptan, 2006). Adapun rumus untuk menghitung penilaian kelas kesesuaian fisik tambak garam yaitu : IKG = ( Ni/Nmaks) x 100% Keterangan: IKG : indeks kesesuaian garam Ni : nilai parameter ke-i (bobot x skor) N maks : nilai maksimum dari suatu kategori fisik tambak (Yulianda, 2007). Hasil dan Pembahasan Kesesuaian Fisik Tambak untuk Menghasilkan Garam jenis tanah yang disajikan dalam Tabel 1. Berdasarkan pengukuran dan analisa laboratorium didapat tekstur dan Tabel 1. Tekstur Tanah Tambak Garam Kecamatan Juwana Pati Titik sampling Perbandingan Pertikel Tanah (%) Pasir Lanau Lempung A B C Rata-rata (Hasil Penelitian, 2011). Tabel 1 menunjukkan pada stasiun A tekstur tanah adalah lanau berlempung yang terdiri dari lanau dengan presentase rata-rata 62,49 % dan lempung sebesar 31,07 % dan pasir sebesar 6,44 %. Pada stasiun B memiliki substrat tanah lanau dengan presentase lanau sebesar 88,81 % dan lempung sebesar 4,71 % dan pasir sebesar 6,48 % sedangkan pada stasiun C memiliki substrat tanah lanau berpasir dengan presentase lanau 72,54 % dan Tabel 2. Permeabilitas Tanah Tambak Garam Kecamatan Juwana Pati lempung sebesar 3,36 % dan pasir sebesar 24,10 %. Berdasarkan perbandingan partikel tanah pada tabel di atas, tanah tambak garam Desa Genengmulyo dan Desa Bakaran Kulon Kecamatan Juwana Kabupaten Pati tekstur lanau tidak murni, cukup sesuai untuk dijadikan tambak garam. Hasil pengamatan lapangan di Kecamatan Juwana mempunyai jenis tanah aluvial. (Hasil Penelitian, 2011). Titik Sampling Permeabilitas Tanah (k) A 1,03 x 10-6 B 1, 33 x 10-6 C 1,77 x 10-5

4 Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 184 Berdasarkan pengukuran dan analisis laboratorium pengukuran permeabilitas tanah yang disajikan dalam Tabel 2 di Desa Genengmulyo dan Desa Bakaran Kulon, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati memiliki permeabilitas sangat rendah yaitu pada stasiun A nilai permeabilitas tanah 1,33 x 10-6, stasiun B 1,77 x 10-5 dan pada Stasiun B 1,03 x Berdasarkan hasil pengujian ukuran butir, dapat disimpulkan mengenai permeabilitas tanah secara umum wilayah penelitian yaitu memiliki permeabilitas tanah yang sangat rendah karena memiliki tekstur tanah lanau tidak murni terdiri campuran pasir dan lempung. Tabel 3. Kelerengan Pantai Kecamatan Juwana Pati Titik Sampling Kelerengan (%) A 1,30% B 0,56% C 0,8% (Hasil Penelitian, 2011). Tabel 3 menunjukkan hasil pengukuran dan pengamatan lapangan kelerengan pantai Hasil Penilaian Kesesuaian Kondisi persyaratan yang digunakan dalam penilaian kondisi fisik tambak garam berdasarkan data penelitian yang terdiri dari 5 parameter meliputi permeabilitas Kecamatan Juwana yaitu 1,30%, 0,56% dan 0,8%. Hasil pengukuran data suhu udara yang tercatat di stasiun Klimatologi Semarang pada tahun 2011 rata-rata adalah 28.8 C dengan suhu minimum berkisar 27.2 C terjadi pada bulan Januari, Februari dan Desember, sedangkan suhu maksimum berkisar 29.9 C terjadi pada bulan Juni. Data lama penyinaran matahari Kecamatan Juwana Kabupaten Pati yang diperoleh dari stasiun Klimatologi semarang yang tercatat rata-rata adalah 74,5%. Lama penyinaran matahari maksimum terjadi pada bulan September dengan lama penyinaran ratarata 89% dan lama penyinaran minimum terjadi pada bulan Januari dengan lama penyinaran matahari 54% (Stasiun Klimatologi Semarang, 2011). Data kelembaban Kecamatan Juwana Kabupaten Pati yang diperoleh dari stasiun Klimatologi semarang yang tercatat rata-rata adalah 53,03 %. Kelembaban udara maksimum terjadi pada bulan januari dengan kelembaban rata-rata 76% dan kelembaban udara minimum terjadi pada bulan Agustus dan September dengan kelembaban udara 41%. tanah, kelerengan pantai, bentuk lahan dan jenis tanah, suhu udara. Kriteria persyaratan yang digunakan untuk kondisi fisik tambak garam Tersaji pada Tabel 16. Parameter Data di Lapangan Kelas Bobot Skor Ni: B x S Permeabilitas tanah (k) Sangat rendah S Kelerengan Pantai 0-2 % S Jenis lahan alluvial S Tekstur tanah Lanau tidak murni S Suhu udara ( C) 28,8 S Lama Penyinaran 74,5 S Matahari(%) Kelembaban Udara 53,03 S Total ( Ni) (Hasil penelitian, 2011). Maka didapat indeks kesesuaian fisik tambak garam dan dapat disimpulkan bahwa daerah penelitian ini sangat sesuai (S1) untuk tambak garam. Berdasarkan metode analisis penilaian (scoring) evaluasi kesesuaian tambak garam didapat bahwa tambak garam di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati memiliki kelas kesesuaian tambak garam sangat sesuai (S1). Hal ini berdasarkan parameter persyaratan tambak garam menurut Purbani (2003) untuk lokasi tambak garam dibutuhkan kondisi tambak garam yang terdiri dari beberapa

5 Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 185 parameter yaitu ketinggian dari permukaan laut, topografi tanah (kemiringan pantai), sifat fisis tanah, permeabilitas tanah, suhu udara dan kondisi komponen - komponen klimatologi seperti curah hujan, kecepatan angin, lama penyinaran matahari dan kelembaban udara. parameter jenis tanah lahan pada lokasi pada kategori kelas S1 (sangat sesuai). Jenis lahan tersebut mempunyai peranan sangat penting untuk menentukan tanah tersebut memenuhi syarat untuk pertambakan, semakin kompak teksturnya semakin baik tanah tersebut untuk dijadikan tambak. Menurut Soeseno (1988), tanah alluvial berasal dari endapan lempung dan tersebar merata di dataran aluvial. Bahan induknya berasal dari kolovium dan aluvium, berwarna coklat keabu-abuan, tekstur lempung dan struktur pejal, konsistensi teguh pada waktu lembab dan plastis jika basah serta keras jika kering. Tanah yang baik untuk pertambakan garam adalah liat berpasir atau liat berlumpur yang umumnya terbentuk dari hasil endapan (alluvial) (Afrianto dan Liviawaty 1991). Kualitas tanah berperan penting dalam usaha penggaraman, bukan hanya karena pengaruh terhadap produktivitas maupun kualitas air yang berada diatasnya, namun juga karena faktor kesesuaiannya untuk konstruksi tambak garam dan selokan disekitar tambak (Pillay dan Kutty 2005). parameter tekstur tanah pada lokasi pada kategori kelas S1 (sangat sesuai). Menurut Acosta (1977) dalam Ghufran (2011) bahwa tanah liat dan berlumpur sangat baik dijadikan tambak karena tanah yang demikian sangat keras dan akan retak-retak bila dikeringkan sedangkan dalam kondisi basah mempunyai kemampuan yang baik dalam menahan air dan tanah liat berpasir atau lempung berpasir sangat cocok bila dijadikan tambak garam. Tanah terdiri dari mineral dan bahan organik dari berbagai ukuran. Mineral tersebut terdapat dalam pertikel tanah yang berupa tanah liat (clay), Lumpur (silt), dan pasir (sand), sedangkan bahan organik terdapat sebagai bahan didalam berbagai proses perairan. Tanah yang digunakan untuk lokasi tambak ditentukan pada daerah yang masih berada di daerah pasang surut. Ketinggian seluruh tempat itu tidak boleh melebihi tinggi permukaan air pasang tertinggi dan juga tidak boleh kurang (lebih rendah) dari permukaan air surut terendah. parameter permeabilitas tanah pada lokasi pada kategori kelas S1 (saangat sesuai). Menurut Purbani (2003), Permeabilitas tanah dalam tambak garam harus sangat rendah dan retak dalam kondisi yang lembab. Jenis tanah sangat ditentukan oleh banyaknya komposisi pasir, lumpur dan tanah liat. Jenis tanah yang dipilih untuk tambak harus kedap air (tidak porous) yang memiliki permeabilitas yang sangat rendah. Dalam hasil penelitian ini tanah Kecamatan Juwana memiliki permeabilitas tanah yang sangat rendah yaitu bernilai 1,772 x 10-5 dan 1,036 x Permeabilitas tanah mempengaruhi kecepatan perembesan (kebocoran) air laut kedalam tanah tambak saat di peminihan ataupun di meja. Kecepatan perembesan ini lebih besar daripada kecepatan penguapannya, apalagi bila terjadi hujan selama pembuatan garam, maka tidak akan dihasilkan garam. Jenis tanah mempengaruhi pula warna dan ketidakmurnian (impurity) yang terbawa oleh garam yang dihasilkan parameter kelerengan pantai pada lokasi pada kategori kelas S1 (sangat sesuai). Kemiringan lahan pada lokasi penelitian sangat menentukan kesesuaian lahan tambak garam berdasarkan pengamatan lapangan kemiringan lokasi penelitian berkisar antara 0,56 % - 1,3% yang sangat cocok dijadikan tambak garam. Hal ini sangat mendukung dalam prosesn pembuatan karena menurut Purbani (2003), tambak garam dikehendaki tanah landai atau kemiringan yang kecil karena digunakan memudahkan aliran air dan meminimalisir biaya konstruksi. Dalam

6 Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 186 membuat tambak ketinggiannya harus disesuaikan dengan perbedaan pasang surut. Pada umumnya pasang surut di Indonesia adalah 1 2 meter, kecuali di Jawa Timur yang mempunyai ketinggian pasang sampai 3 meter (Hadi, 1988). parameter suhu udara pada lokasi penelitian diberi bobot 4 dan skor 4 sehingga nilai indeksnya 16 dan masuk pada kategori kelas S2 (cukup sesuai). Suhu udara dilokasi penelitian mempunyai rata-rata bulanan berkisar 28,8 0 C hal ini terjadi disebabkan kondisi pengukuran suhu udara secara umum di wilayah Kabupaten Pati. Suhu udara mempengaruhi produktifitas tambak garam yang berguna untuk mempercepat penguapan dalam tambak garam air laut menjadi garam. Menurut Purbani (2003) untuk menghasilkan kualitas garam dibutuhkan lokasi garam yang memiliki suhu udara lebih dari 32 0 C. Faktor pendukung syarat tambak garam menurut Purbani (2003), yaitu komponen-komponen klimatologi seperti curah hujan, jumlah hari hujan dan kecepatan angin. Hasil dari pengolahan data curah hujan dan hari hujan pada Kecamatan Juwana memiliki curah hujan dan hari hujan yang sangat rendah memiliki rata-rata bulanan pada tahun 2011 yaitu 43,621 mm hal ini diperkuat oleh peta curah hujan RTRW Kabupaten Pati Curah hujan dan hari hujan dalam setahun merupakan indikator saling berkaitan erat dengan panjang kemarau yang kesemuanya mempengaruhi daya penguapan air laut. Menurut Ghufran (2011), penentuan lokasi tambak garam dapat dilihat berdasarkan curah hujan dan ditentukan oleh bulan basah dan bulan kering yang terjadi pada lokasi tambak garam. Berdasarkan dengan klasifikasi iklim dari Schimidt Ferguson Kecamatan Juwana termasuk dalam tipe iklim F yang bersifat kering. Tipe iklim berpengaruh dalam menentukan lokasi tambak garam karena berkaitan dengan lama penyinaran dan kelembaban suatu daerah. Pada lokasi penelitian kelembaban dan lama penyinaran matahari hanya mendapati kelas sesuai karena hal ini menggambarkan kondisi iklim secara umum di Kabupaten Pati. Komponen-komponen iklim juga mempengaruhi tambak garam. Menurut Purbani (2003), syarat kelembaban udara dan lama penyinaran matahari pada tambak garam yaitu untuk kelembaban kurang dari 50% dan penyinaran matahari maksimal 100%. Besarnya kelembaban udara suatu daerah merupakan faktor yang menstimulasi curah hujan. Keadaan kelembaban suatu daerah berbeda-beda, pada umumnya kelembaban tinggi berada pada khatulistiwa, sedang bentang terendah pada lintang 40 0 pada daerah ini disebut horse latitude yang memiliki curah hujannya kecil. Kecepatan angin sangat berpengaruh dalam penentuan lokasi tambak garam mempengaruhi kecepatan penguapan air, dimana makin besar evaporasi (penguapan) maka makin besar jumlah kristal garam yang mengendap. Kecepatan rata-rata setahun 7,5 knots dengan arah pergerakan arah angin dominan ke utara. Angin berpengaruh dalam membawa penguapan yang terjadi disekitar tambak menuju laut. Iklim merupakan salah satu parameter penting untuk menilai kelas evaluasi kesesuaian lahan tambak garam guna memperbaiki kualitas tanah. Lahan merupakan bagian dari bentang alam yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi, tanah yang semuanya secara potensial berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Evaluasi lahan memerlukan sifat-sifat fisik lingkungan suatu wilayah yang dirinci kedalam kualitas lahan. Kualitas lahan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristk lahan. Diadopsi dari Yulianda (2007) bahwa matriks persyaratan parameter kesesuaian tambak garam untuk tingkat sangat sesuai (S1) harus memiliki Indeks Kesesuaian Garam (IKG) yaitu bernilai %. Berdasarkan hasil penilaian parameter-parameter di lokasi penelitian mempunyai Indeks Kesesuaian yaitu bernilai 91,42 %. Maka dapat disimpulkan bahwa lokasi penelitian ini sangat sesuai (S1) untuk tambak garam. Hal ini didukung oleh keterkaitan antara faktor-faktor fisik tambak garam. Menurut Mangunsukardjo(1994), fungsi evaluasi sumber daya lahan memberikan pengertian tentang hubungan-hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta

7 Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 187 memberikan informasi kepada perencana Kesimpulan Berdasarkan penilaian evaluasi kesesuaian tambak garam ditinjau dari aspek fisik di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati dapat disimpulkan bahwa secara fisik pada lokasi penelitian memiliki kesesuaian tambak garam kategori kelas kesesuaian sangat sesuai (S1). tentang berbagai perbandingan. Ucapan Terima kasih Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Ir. Hariyadi, M.T selaku dosen pembimbing utama, Bapak Ir. Adi Santoso, M.Sc selaku dosen pembimbing anggota yang selalu memberikan saran dan masukan dalam pembuatan jurnal ilmiah ini. Daftar Pustaka Afrianto, E. dan E. Liviawaty Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius, Yogyakarta. Arikunto, S Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Balai Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian Sifat Fisik Tanah dan Metode Analaisisnya. Balai penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian, Jakarta Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah Informasi Data Garam Jawa Tengah. Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah, Semarang. Ghufran Budi Daya Ikan Bandeng untuk Umpan. Akademia, Jakarta. Hadi Teknik Budidaya Bandeng di Tambak. Panebar Swadaya, Jakarta. Mangunsukardjo, K. Geomorfologi dan Terapannya. Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta. Purbani, Buku Panduan Pembuatan Garam Bermutu. Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan. Soeseno, S Bercocok Tanam Secara Hidroponik. Jakarta : Gramedia. Sudjana Teknik Analisis Regresidan Korelasi. Tarsito. Bandung. Yulianda, F Buku Pedoman Wisata Pesisir dan Laut. Jakarta..

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengusahaan Garam di Indonesia

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengusahaan Garam di Indonesia 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengusahaan Garam di Indonesia Menurut Raharjo (1984), secara prinsip garam diproduksi dengan tiga cara. Cara pertama yaitu menambang batu garam (shaft mining). Cara ini hampir sama

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Gambaran Umum Kota Surakarta 3.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah Kota Surakarta secara geografis terletak antara 110 o 45 15 dan 110 o 45 35 Bujur Timur dan antara

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Kecamatan Mangarabombang merupakan salah satu Kecamatan yang berada di wilayah pesisir Kabupaten Takalar. Secara geografis, kecamatan Mangara Bombang berada pada posisi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara 4.1.1 Kondisi Geografis Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, terletak di bagian selatan

Lebih terperinci

BAB I GEOGRAFI. Kabupaten Tegal Dalam Angka

BAB I GEOGRAFI. Kabupaten Tegal Dalam Angka BAB I GEOGRAFI A. LETAK GEOGRAFI Kabupaten Tegal merupakan salah satu daerah kabupaten di Propinsi Jawa Tengah dengan Ibukota Slawi. Terletak antara 108 57'6 s/d 109 21'30 Bujur Timur dan 6 50'41" s/d

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 16 5.1 Hasil 5.1.1 Pola curah hujan di Riau BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Data curah hujan bulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa curah hujan di Riau menunjukkan pola yang sama dengan

Lebih terperinci

Zainul Hidayah. Dosen Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura ABSTRAK

Zainul Hidayah. Dosen Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura ABSTRAK PEMODELAN DINAMIKA SISTEM EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA GARAM RAKYAT DI PESISIR SELAT MADURA (STUDI KASUS KONVERSI LAHAN GARAM TRADISIONAL MENJADI LAHAN GARAM GEOMEMBRAN) Zainul Hidayah Dosen

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret-Agustus 2015 9 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik, Universitas

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) Kesesuaian Lahan Perikanan berdasarkan Faktor-Faktor Daya Dukung Fisik di Kabupaten Sidoarjo Anugrah Dimas Susetyo dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014). I. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah dan Lahan Tanah merupakan sebuah bahan yang berada di permukaan bumi yang terbentuk melalui hasil interaksi anatara 5 faktor yaitu iklim, organisme/ vegetasi, bahan induk,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Geomorfologi Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuklahan yang menyusun permukaan bumi, baik diatas maupun dibawah permukaan air laut dan menekankan pada asal mula

Lebih terperinci

Udayana, Denpasar. Alamat (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK

Udayana, Denpasar. Alamat   (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan Volume 8,No. 2, Oktober 2017 ISSN: 2086-3861 E-ISSN: 2503-2283 KAJIAN KUALITAS AIR DAN PENILAIAN KESESUAIAN TAMBAK DALAM UPAYA PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super Solusi Quipper F. JENIS TANAH DI INDONESIA KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami jenis tanah dan sifat fisik tanah di Indonesia. F. JENIS TANAH

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret 2016 - Agustus 2016 73 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik,

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN SIFAT LAHAN SAWAH DENGAN PRODUKTIVITAS PADI DI KAWASAN PESISIR KECAMATAN PASEKAN KABUPATEN INDRAMAYU

2015 HUBUNGAN SIFAT LAHAN SAWAH DENGAN PRODUKTIVITAS PADI DI KAWASAN PESISIR KECAMATAN PASEKAN KABUPATEN INDRAMAYU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan, sehingga memiliki kawasan pesisir yang luas dari tiap wilayah pulaunya. Kawasan pesisir ini digunakan oleh penduduk Indonesia

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL KAWASAN PESISIR

TEKNOLOGI PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL KAWASAN PESISIR TEKNOLOGI PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL KAWASAN PESISIR Oleh : Sunarto Gunadi *) Abstrak Lahan pesisir sesuai dengan ciri-cirinya adalah sebagai tanah pasiran, dimana dapat dikategorikan tanah regosal seperti

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 6 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Penelitian Secara administrasi, lokasi penelitian berada di Kecamata Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Sebelah utara Sebelah selatan Sebelah timur Sebelah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian Daerah yang digunakan sebagai tempat penelitian merupakan wilayah sub DAS Pentung yang

Lebih terperinci

HALAMAN PERSETUJUAN KATA PENGANTAR

HALAMAN PERSETUJUAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI vi HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR PETA... xi INTISARI... xii

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320 28 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Kepulauan Krakatau terletak di Selat Sunda, yaitu antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Luas daratannya sekitar 3.090 ha terdiri dari Pulau Sertung

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat 4 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Agroekologi Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 3.1.Tempatdan Waktu penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.1 Tempat Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di Desa Taima, Kecamatan Bualemo, Kabupaten Banggai, karena merupakan daerah yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB KARAKTERISTIK TANAH Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB Pendahuluan Geosfer atau bumi yang padat adalah bagian atau tempat dimana manusia hidup dan mendapatkan makanan,, mineral-mineral

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PERUSAHAAN

KONDISI UMUM PERUSAHAAN KONDISI UMUM PERUSAHAAN Sejarah Kebun PT. National Sago Prima dahulu merupakan salah satu bagian dari kelompok usaha Siak Raya Group dengan nama PT. National Timber and Forest Product yang didirikan pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1.1 Sejarah Perkembangan Ikan Bandeng Ikan bandeng mempunyai nama Latin Chanos chanos, yang merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1.1 Sejarah Perkembangan Ikan Bandeng Ikan bandeng mempunyai nama Latin Chanos chanos, yang merupakan 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Sejarah Perkembangan Ikan Bandeng Ikan bandeng mempunyai nama Latin Chanos chanos, yang merupakan sejenis ikan laut yang tersebar dari Pantai Afrika Timur sampai Kepulauan Timotu,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya LEMBAR KERJA SISWA KELOMPOK :. Nama Anggota / No. Abs 1. ALFINA ROSYIDA (01\8.6) 2.. 3. 4. 1. Diskusikan tabel berikut dengan anggota kelompok masing-masing! Petunjuk : a. Isilah kolom dibawah ini dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang dimiliki oleh manusia. Tanah merupakan media utama dimana manusia bisa mendapatkan bahan pangan, sandang, papan,

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA 1. TINJAUAN UMUM 1.1. Curah Hujan Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang jatuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan juga termasuk produk yang tidak memiliki subtitusi (Suhelmi et al.,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan juga termasuk produk yang tidak memiliki subtitusi (Suhelmi et al., BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Garam merupakan komoditas yang keberadaannya sangat penting dan belum ada produk tertentu yang dapat menggantikannya berdasarkan aspek fungsi dan kegunaannya. Garam

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, desain penelitian

Lebih terperinci

KONDISI W I L A Y A H

KONDISI W I L A Y A H KONDISI W I L A Y A H A. Letak Geografis Barito Utara adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah, berada di pedalaman Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi 4 o

Lebih terperinci

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Kabupaten Dompu secara geografis terletak di antara 117 o 42 dan 180 o 30 Bujur Timur dan 08 o 6 sampai 09 o 05 Lintang Selatan. Kabupaten Dompu

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara agraris yang amat subur sehingga tidak dapat dipungkiri lagi sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Data dalam Badan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR PETA... xiii INTISARI...

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu jenis tanaman budidaya yang dimanfaatkan bagian akarnya yang membentuk umbi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro BAB III DATA LOKASI 3.1 Data Makro 3.1.1 Data Kawasan wilayah Kabupaten Sleman yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang (Provinsi Jawa Tengah) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI Pengetahuan tentang faktor penentu kepekaan tanah terhadap longsor dan erosi akan memperkaya wawasan dan memperkuat landasan dari pengambil

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI IKLIM, TANAH DAN IRIGASI PADA LAHAN POTENSIAL PERTANIAN DI KABUPATEN KARO

IDENTIFIKASI IKLIM, TANAH DAN IRIGASI PADA LAHAN POTENSIAL PERTANIAN DI KABUPATEN KARO IDENTIFIKASI IKLIM, TANAH DAN IRIGASI PADA LAHAN POTENSIAL PERTANIAN DI KABUPATEN KARO SKRIPSI OLEH : NICO LERYSONE 020308027/TEP DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang Balai Pelaksana Teknis Bina Marga atau disingkat menjadi BPT Bina Marga Wilayah Magelang adalah bagian dari Dinas

Lebih terperinci

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali. 4.5. Iklim 4.5.1. Tipe Iklim Indonesia merupakan wilayah yang memiliki iklim tropis karena dilewati garis khatulistiwa. Iklim tropis tersebut bersifat panas dan menyebabkan munculnya dua musim, yaitu musim

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat dan rahmat Nya kami dapat menyusun laporan dan laporan Prakiraan Musim Kemarau 2016 di wilayah Propinsi Banten

Lebih terperinci

IV. SIFAT FISIKA TANAH

IV. SIFAT FISIKA TANAH Company LOGO IV. SIFAT FISIKA TANAH Bagian 2 Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS SIFAT SIFAT FISIKA TANAH A. Tekstur Tanah B. Struktur Tanah C. Konsistensi Tanah D. Porositas Tanah E. Tata Udara Tanah F. Suhu

Lebih terperinci

KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA

KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 357-365 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahanpertanaman ubi kayu yang telah ditanami

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahanpertanaman ubi kayu yang telah ditanami 22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahanpertanaman ubi kayu yang telah ditanami selama 35 tahun dan kebun campuran di Desa Adi Jaya, Kecamatan Terbanggi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM 69 4. DESKRIPSI SISTEM SOSIAL EKOLOGI KAWASAN PENELITIAN 4.1 Kondisi Ekologi Lokasi studi dilakukan pada pesisir Ratatotok terletak di pantai selatan Sulawesi Utara yang termasuk dalam wilayah administrasi

Lebih terperinci

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran hutan merupakan fenomena yang sering terjadi di Indonesia (Stolle et al, 1999) yang menjadi perhatian lokal dan global (Herawati dan Santoso, 2011). Kebakaran

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Citra MODIS Terra/Aqua Jawa 24 Terkoreksi Radiometrik Data CH Koreksi Geometrik Bogor & Indramayu Malang *) & Surabaya *) Eo Lapang Regresi Vs Lapang Regeresi MODIS Vs lapang Hubungan dengan Kekeringan

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di : JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 20-26 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/maquares KONVERSI TONASE AIR DENGAN BERAT GARAM YANG TERBENTUK

Lebih terperinci

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah 1. List Program Untuk Menu Utama MPenjelasan_Menu_Utama.Show 1 2. List Program Untuk Penjelasan Menu Utama MPenjelasan_Tanah.Show 1 3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah MSifat_Bentuk2.Show

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya lahan merupakan komponen sumberdaya alam yang ketersediaannya sangat terbatas dan secara relatif memiliki luas yang tetap serta sangat bermanfaat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tangga 24 Agustus 5 Oktober 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tangga 24 Agustus 5 Oktober 2014. III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tangga 24 Agustus 5 Oktober 2014. Lokasi pelaksanaan penelitian ini di Desa Purworejo Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN WISATA PANTAI DI PANTAI KRAKAL KABUPATEN GUNUNGKIDUL

ANALISIS KESESUAIAN WISATA PANTAI DI PANTAI KRAKAL KABUPATEN GUNUNGKIDUL ANALISIS KESESUAIAN WISATA PANTAI DI PANTAI KRAKAL KABUPATEN GUNUNGKIDUL Fadhil Febyanto *), Ibnu Pratikto, Koesoemadji Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kabupaten Pati 4.1.1 Kondisi geografi Kabupaten Pati dengan pusat pemerintahannya Kota Pati secara administratif berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN Letak Geografis dan Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan terletak di timur propinsi Banten dengan titik kordinat 106 38-106 47 Bujur Timur dan 06 13 30 06 22 30 Lintang

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI BAB II KONDISI WILAYAH STUDI Kondisi wilayah studi dari DAS Sengkarang meliputi : kondisi topografi, cuaca, geologi, hidrologi, geoteknik, kondisi sungai Sengkarang, kondisi sungai Meduri, kondisi sungai

Lebih terperinci

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Rosihan Rosman dan Hermanto Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ABSTRAK Nilam merupakan salah satu komoditi ekspor

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

Tingkat Kenyamanan Iklim Daerah Tujuan Wisata Di Pulau Jawa Bagian Tengah Dengan Menggunakan Tourism Climate Index

Tingkat Kenyamanan Iklim Daerah Tujuan Wisata Di Pulau Jawa Bagian Tengah Dengan Menggunakan Tourism Climate Index Tingkat Kenyamanan Iklim Daerah Tujuan Wisata Di Pulau Jawa Bagian Tengah Dengan Menggunakan Tourism Climate Index Herwina Dewani, Sobirin, Djoko Harmantyo Departemen Geografi, Fakultas Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran Tipe Iklim Beberapa Wilayah di Kalimantan Tengah

Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran Tipe Iklim Beberapa Wilayah di Kalimantan Tengah MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 2, Agustus 2016 Artikel Hasil Penelitian, Hal. 9-17 Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran Tipe Iklim Beberapa Wilayah di Kalimantan Tengah Sari Marlina

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Berikut adalah metode penelitian yang diusulkan : Pengumpulan Data Peta Curah Hujan tahun Peta Hidrologi Peta Kemiringan Lereng Peta Penggunaan Lahan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN

KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN 4.1 Topografi dan Tata Sungai DAS Citarum Hulu merupakan suatu cekungan yang dikelilingi oleh pegunungan Tangkuban Perahu di daerah utara dengan puncaknya antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian. 1. Letak. timur adalah 51 Km dan dari utara ke selatan adalah 34 Km (dalam Peta Rupa

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian. 1. Letak. timur adalah 51 Km dan dari utara ke selatan adalah 34 Km (dalam Peta Rupa digilib.uns.ac.id 53 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak a. Letak Astronomis Kabupaten Rembang terletak diantara 111 o 00 BT - 111 o 30 BT dan 6 o 30 LS - 7 o 00 LS atau dalam

Lebih terperinci

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.2 Oktober 2009 ISSN :

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.2 Oktober 2009 ISSN : Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.2 Oktober 2009 ISSN : 1907-9931 ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH PESISIR UNTUK PARIWISATA DENGAN MEMANFAATAN CITRA SATELIT DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI SEBAGIAN BALI

Lebih terperinci

Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Penetapan Potensi Lahan Budidaya Perikanan di Kabupaten Sumedang *)

Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Penetapan Potensi Lahan Budidaya Perikanan di Kabupaten Sumedang *) Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Penetapan Potensi Lahan Budidaya Perikanan di Kabupaten Sumedang *) Geographic Information System application to determine the potential area of aquaculture in

Lebih terperinci