HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI SISWI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Persyaratan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI SISWI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Persyaratan"

Transkripsi

1 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI SISWI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan AYUDHIA PRATIWI R PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS commit SEBELAS to user MARET SURAKARTA 2011

2 HALAMAN VALIDASI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI SISWI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN KARYA TULIS ILMIAH AYUDHIA PRATIWI R Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Studi Pada hari Rabu, 2 Juni 2011 ii

3 iii

4 ABSTRAK Ayudhia Pratiwi, R , HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI SISWI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN. Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Status gizi memiliki potensi menimbulkan gangguan pada kesehatan reproduksi remaja wanita. Obesitas yang berlanjut sampai masa dewasa akan mengakibatkan maturitas seksual lebih awal dan ketidakteraturan siklus menstruasi. Sedangkan kekurangan nutrisi pada seorang siswi akan mengakibatkan penurunan fungsi reproduksi. Keduanya dapat menimbulkan gangguan belajar pada seorang siswi sehingga berpengaruh pada prestasi di bidang akademik maupun non-akademik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi siswi SMA Negeri 1 Mojolaban. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan metode simple random sampling. Besar sampel adalah 183 siswi SMA Negeri 1 Mojolaban yang telah mengalami menstruasi lebih dari 2 tahun. Data keteraturan siklus menstruasi diperoleh dengan wawancara dari 3 siklus menstruasi terakhir secara berurutan. Data status gizi diperoleh dari pengukuran indeks massa tubuh dan kemudian dianalisis menggunakan uji Chi Square dengan bantuan program SPSS versi 15.0 for Windows. Dari penelitian didapatkan hasil p value (sig) sebesar 0,003. Dapat disimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi. Kata kunci : Status Gizi, Siswi, Keteraturan Siklus Menstruasi iv

5 ABSTRACT Ayudhia Pratiwi, R , CORRELATION BETWEEN NUTRITIONAL STATUS AND MENSTRUATION CYCLE REGULARITY ON FEMALE STUDENTS AT MOJOLABAN 1 STATE SENIOR HIGH SCHOOL. Diploma IV of Midwifery Medical Faculty of Sebelas Maret University Surakarta. Nutritional status has potential to become female adolescent reproduction health disturbance. Obesity which continue until adult will be result in earlier maturity of sexual and unregularity of menstruation cycle. Meanwhile, nutrition insufficiency in female student will impact in decrease of function reproduction. Both of them have result learning problem for female student, and the last make influence in academic or non academic achievement. This research is aimed to analyze correlation between nutritional status and menstruation cycle regularity on female students at Mojolaban 1 State Senior High School. This research used analytic observational design with cross sectional approach and simple random sampling. Total sample were 183 female students at Mojolaban 1 State Senior High School who had been starting menstruation cycle at least two years. Data about menstruation cycle female students were obtained from interview, which observed by last of three menstruation cycle. Data nutritional status were obtained by measure of body mass indeks and then analyzed used Chi Square Test in SPSS 15.0 for windows. From this research has been resulted p value (sig) 0,003. It be concluded there were significant correlation between nutritional status and menstruation cycle regularity. Keywords : Nutritional Status, Female Students, Menstruation Cycle Regularity v

6 MOTTO Ya Allah muliakanlah aku dengan cahaya ilmu dan kecepatan pemahaman, keluarkanlah aku dari kegelapan, keraguan, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-mu, ajarilah aku rahasia-rahasia hikmah-mu. Hadapi masalah sebagai bagian yang tak terelakkan dari hidup dan jika masalah datang, tegakkan kepala. Tatap masalah langsung di matanya dan katakan, Saya akan lebih besar dari kamu. Kamu tak bisa mengalahkan saya (Ann Landers ) vi

7 PERSEMBAHAN Karya Tulis Ilmiah ini ku persembahkan kepada Kedua Orangtua Beno Suharjo dan Sri Sularni Terima kasih atas doa-doa yang sungguh mustajab. Terima kasih telah mengajarkan Ayu banyak hal, tidak ada yang pernah menyayangi dan mencintai Ayu seperti kalian dan terima kasih untuk segalanya. My big sista and My twin sista Septyana Galuh ASD & Yulia Pratiwi Yang selalu menyayangi, memotivasi dan mendukung Ayu, selalu mengingatkan Ayu untuk menyelesaikan KTI ini, terima kasih untuk segalanya. Keluarga Besar Wiryosuwignyo & Keluarga Besar Joyo Sukarto Wildan Arsyad Zaki Seseorang terbaik yang telah Allah janjikan untuk menemaniku. Untuk semua pegorbanan, kerja keras, kesabaran, pengertian dan perhatian yang selalu membuat Ayu kuat menghadapi semuanya. Temen-temen Teman-teman ku (Christine, Dian, Nunung, Dewi) Makasih atas dukungan dan semangatnya dan Temen-temen seperjuangan 2007 Ayo buktikan kalau kita yang terbaik..!!! vii

8 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi Siswi SMA Negeri 1 Mojolaban, untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan. Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, baik berupa bimbingan, dorongan dan nasehat-nasehat, oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS, Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR, Dekan Fakultas Kedokteran Sebelas Maret Surakarta. 3. H. Tri Budi Wiryanto, dr. Sp.OG(K), Kepala Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku Dewan penguji yang telah memberikan masukan dan saran untuk kebaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah. 4. Mochammad Arief Tq, dr, MS, PHK, Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Drs. Widardo, M.Sc selaku pembimbing utama atas segala petunjuk, bimbingan, motivasi dan saran bagi penulis. viii

9 6. Erindra Budi C, S.Kep, Ns, M.Kes selaku pembimbing pendamping atas segala petunjuk, bimbingan, motivasi dan saran bagi penulis. 7. Prof. DR. Bhisma Murti, dr., MPh, M.Sc, PHD selaku pembimbing pakar atas segala petunjuk, bimbingan, motivasi dan saran bagi penulis. 8. Ika Sumiyarsi, S.SiT, M. Kes, Sekretaris Penguji yang telah memberikan masukan dan saran untuk kebaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah. 9. Drs. Narman, M.M, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Mojolaban, atas ijin yang diberikan untuk melakukan penelitian ini. 10. Seluruh Dosen dan karyawan Program Studi D IV Kebidanan Fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu dalam penyusunan Studi Kasus ini. 11. Keluargaku tercinta atas do a, motivasi dan semangat dalam penyusunan karya tulis ini. 12. Ab zaki atas perhatian dan motivasi dalam penyusunan karya tulis ini. 13. Siswi SMA Negeri 1 Mojolaban, atas ketersediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. 14. Temen-temen mahasiswa D IV Kebidanan angkatan 2007 Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 15. Semua pihak yang terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan Studi Kasus ini. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan Studi Kasus ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Wassalamu alaikum Wr. Wb ix

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN VALIDASI... ii HALAMAN PENGESAHAN.....iii ABSTRAK.....iv MOTTO.....vi PERSEMBAHAN....vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI......x DAFTAR TABEL....xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Perumusan Masalah C. Tujuan D. Manfaat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Siklus Menstruasi B. Status Gizi C. Hubungan Status Gizi Terhadap Keteraturan Siklus Menstruasi..16 D. Kerangka Konsep E. Hipotesa BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian C. Populasi Penelitian x

11 D. Sampel dan Teknik Sampling E. Besar Sampel F. Kriteria Restriksi G. Identifikasi Variabel Penelitian H. Definisi Operasional I. Cara Kerja J. Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden B. Data Status Gizi C. Data Keteraturan Siklus Menstruasi D. Pengujian Hipotesa BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden B. Status Gizi C. Keteraturan Siklus Menstruasi D. Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Hal Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia Tabel 3.1 Tabel kontingensi 2x Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Responden Berdasarkan Kelas Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Menarche Tabel 4.4 Distribusi Tingkat Status Gizi Tabel 4.5 Distribusi Keteraturan Siklus Menstruasi Tabel 4.6 Tabel Kontingensi 2x3 Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi Tabel 4.7 Uji Korelasi Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi xii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Gambar 4.1 Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi Hal xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Lampiran 2. Lembar Tabel Chi Square Lampiran 3. Surat Keterangan Tera Ulang Lampiran 4. Surat Keterangan dari Badan Perencanaan Daerah Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 6. Surat Ijin Peminjaman Alat Lampiran 7. SOP Pemeriksaan Antropometri Pengukuran Berat Badan Lampiran 8. SOP Pemeriksaan Antropometri Pengukuran Tinggi Badan Lampiran 9. Surat Permohonan ke Responden Lampiran 10. Persetujuan Responden Lampiran 11. Panduan Wawancara Lampiran 12. Tabulasi Data Hasil Penelitian Lampiran 13. Crosstabs Uji Chi Square Lampiran 14. Lembar Konsultasi Pembimbing Utama Lampiran 15. Lembar Konsultasi Pembimbing Pendamping Lampiran 16. Daftar Riwayat Hidup xiv

15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi masyarakat merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia. Beban pembangunan bidang kesehatan nasional akan semakin berat dengan adanya masalah gizi ganda yaitu fenomena gizi buruk dan pelbagai persoalan yang menyertainya di satu sisi dan fenomena kegemukan serta obesitas di sisi lainnya yang sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan yang lain (Hadi, 2005). Di Indonesia hingga tahun 2004 prevalensi gizi baik 63,9%; gizi kurang 13,7% dan gizi lebih 22,4% (Badan Litbangkes, 2005). ICRW melalui beberapa penelitian dibeberapa negara, menemukan status gizi kurang pada remaja perempuan sebesar 23 53%. Di Indonesia pada tahun remaja putri yang menderita status gizi kurang sekitar 50%. Pada remaja putri di kota Padang ditemukan status gizi kurang tingkat ringan sebesar 30,7% dan 6,8% untuk kekurangan gizi tingkat berat (Santy, 2006). Di Amerika Serikat, lebih dari 60% orang dewasa dan 30% dari anak-anak dan remaja dikategorikan kelebihan berat badan dan obesitas (Apovian, 2007). Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi berat badan lebih pada penduduk berusia 15 tahun adalah 13,9% untuk laki-laki dan perempuan sebesar 23,8% (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Status gizi remaja saat ini akan commit berdampak to user pada status gizinya di kemudian hari. Oleh sebab itu, pola konsumsi remaja saat ini akan menentukan status 1

16 2 gizinya di kemudian hari (Ratna, 2008). Bila konsumsi melebihi jumlah kebutuhan tubuh, akan terjadi suatu keadaan gizi lebih. Sebaliknya konsumsi yang kurang akan memberikan kondisi kesehatan gizi kurang atau kondisi defisiensi (Anonim, 2008). Kehidupan reproduksi seorang wanita dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang berpotensi menimbulkan gangguan. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah status gizi. Ciri remaja wanita yang mampu melakukan kehidupan reproduksi adalah telah menstruasi. Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut pada akhirnya akan membentuk siklus menstruasi (Cunningham, 2005). Pada status gizi lebih (overweight dan obesitas) biasanya mengalami anovulatory chronic atau menstruasi tidak teratur secara kronis (Karyadi, 2007). Karena cenderung memiliki sel-sel lemak yang berlebih, sehingga memproduksi estrogen yang berlebih. Sedangkan pada status gizi kurang (underweight) akan terjadi kekurangan berat badan dan tidak mempunyai cukup sel lemak untuk memproduksi estrogen yang dibutuhkan untuk ovulasi dan menstruasi sehingga bisa mengakibatkan siklus menstruasi tidak teratur (Evan, 2011). Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah benar terdapat hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi khususnya pada siswi SMA, mengingat status gizi merupakan masalah global yang memberikan berbagai dampak bagi kesehatan manusia, terutama bagi kesehatan reproduksi wanita. Pada penelitian ini, peneliti memilih SMA Negeri 1 Mojolaban sebagai tempat penelitian karena belum ada penelitian tentang hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi siswi SMA yang dilakukan di Kecamatan Mojolaban, commit Kabupaten to user Sukoharjo.

17 3 Sebelumnya penelitian serupa pernah diangkat oleh Ermawati Sudarsono (2008), dengan judul Pengaruh Kelebihan Berat Badan terhadap Keteraturan Siklus Menstruasi pada Remaja di Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel yang dipilih adalah Teknik Purposive Random Sampling. Analisa data menggunakan uji Chi Square dengan α = 0,05. Adapun yang membedakan antara penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada variabel penelitian, tempat dan waktu pengambilan data penelitian serta teknik sampling. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah apakah ada hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi siswi SMA Negeri 1 Mojolaban? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi siswi SMA Negeri 1 Mojolaban. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui status gizi siswi SMA Negeri 1 Mojolaban dengan pengukuran antropometri. b. Untuk mengetahui keteraturan pola siklus menstruasi siswi SMA Negeri 1 Mojolaban.

18 4 c. Mengidentifikasi hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi siswi SMA Negeri 1 Mojolaban. D. Manfaat 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu pertimbangan untuk menambah wawasan tentang hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi siswi SMA. 2. Manfaat aplikatif a. Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat pengetahuan peneliti tentang hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi siswi SMA. b. Subjek Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi subjek penelitian untuk lebih mamahami pentingnya status gizi dalam kesehatan reproduksi dan memacu diri untuk berusaha meningkatkan status gizi yang lebih baik sehingga ketidakteraturan pada siklus menstruasi dapat dihindari.

19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Siklus Menstruasi 1. Pengertian Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Wiknjosastro, 2005). Sedangkan menurut Cunningham (2005), menstruasi merujuk kepada pendarahan yang menyertai penarikan progesteron setelah ovulasi pada siklus non-fertil dan menyebut episode pendarahan endometrium lain pada wanita tidak hamil sebagai perdarahan uterus atau endometrium. Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut pada akhirnya akan membentuk siklus menstruasi yang melibatkan hipofisis, hipotalamus, ovarium dan uterus (Henderson, 2005). Hal ini terjadi dalam interval-interval yang kurang lebih teratur, siklik dan dapat diperkirakan waktunya sejak menarche sampai menopause kecuali saat hamil, menyusui, anovulasi atau mengalami intervensi farmakologis (Pulungan, 2009). 2. Siklus Menstruasi Normal Menurut Cunningham (2005) panjang siklus menstruasi seorang wanita rata-rata 28 hari, dari mulai satu masa menstruasi ke mulai masa yang berikutnya. Lamanya menstruasi biasanya 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama menstruasi itu tetap (Wiknjosastro, 2005). Siklus menstruasi yang berlangsung secara teratur tiap bulan, tergantung kepada serangkaian perubahan hormonal siklik yang melibatkan sekresi 5

20 6 hormon pada berbagai tingkat dalam sistem yang terintegrasi (Proverawati, 2009). Pusat pengendalian hormon dari sistem reproduksi adalah hipotalamus yang mensekresikan gonadotropin releasing hormone (GnRH). GnRH merangsang sekresi 2 hormon yaitu follicle stimulating hormone releasing hormone (FSH-RH) dan luteinizing hormone releasing hormone (LH-RH) (Wiknjosastro, 2007). Kedua hormon tersebut merangsang hipofisis anterior untuk mensekresi follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) yang selanjutnya berikatan dengan reseptor di ovarium menyebabkan terjadinya produksi estrogen dan progesteron ke dalam sirkulasi dan memberikan umpan balik terhadap hipotalamus dalam menghasilkan gonadotropin (Llewllyn, 2002). Menurut Wiknjosastro (2005), mekanisme terjadinya perdarahan menstruasi dalam satu siklus ada 4 fase, yaitu : a. Fase Proliferasi Terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-14 siklus menstruasi. Ditandai dengan menurunnya hormon progesteron sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovarium serta membuat hormon estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak dan menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi dapat memperbaiki dinding endometrium yang robek. Pada akhir dari fase ini terjadi lonjakan penghasilan hormon LH yang sangat meningkat dan menyebabkan terjadinya proses ovulasi.

21 7 b. Fase Pramenstruasi (Fase Sekresi) Terjadi pada hari ke-14 sampai hari ke-28 siklus menstruasi. Pada fase ini menunjukkan masa ovarium beraktivitas membentuk korpus luteum dari sisa-sisa folikel-folikel de Graaf yang sudah mengeluarkan sel telur pada saat terjadinya proses ovulasi. Terjadi peningkatan hormon progesteron yang bermakna yang diikuti oleh penurunan kadar hormonhormon FSH, LH dan estrogen. Keadaan ini digunakan sebagai penunjang lapisan endometrium untuk mempersiapkan dinding rahim dalam menerima hasil konsepsi jika terjadi kehamilan. c. Fase Menstruasi Terjadi pada hari ke-28 sampai hari ke-2 atau 3 siklus menstruasi. Peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek yang diwujudkan dalam pengeluaran darah dari dalamnya. Pada fase ini terjadi kembali peningkatan kadar dan aktivitas hormon-hormon FSH dan estrogen yang disebabkan tidak adanya hormon LH dan pengaruhnya karena produksinya telah dihentikan oleh peningkatan kadar hormon progesteron secara maksimal. d. Fase Regenerasi (Fase Pascamenstruasi) Terjadi pada hari ke-1 sampai hari ke-5 siklus menstruasi. Pada fase ini terjadi proses pemulihan dan pembentukan kembali lapisan endometrium. Sedangkan ovarium mulai beraktivitas kembali membentuk folikel-folikel yang terkandung di dalamnya melalui pengaruh hormonhormon FSH dan estrogen commit yang to sebelumnya user sudah dihasilkan kembali di ovarium.

22 8 3. Keteraturan Siklus Menstruasi Panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya (Wiknjosastro, 2005). Panjang siklus menstruasi mengandung kesalahan ± 3 hari karena waktu keluarnya menstruasi dari ostium uteri eksternum (OUE) tidak dapat diketahui secara tepat dan jam mulainya menstruasi tidak diperhitungkan (Wiknjosastro, 2007). Menurut Nizomy (2002), suatu siklus menstruasi dikatakan teratur apabila berjalan tiga kali siklus dengan lama siklus yang sama. Ketidakteraturan menstruasi adalah kondisi dimana siklus dengan durasi bervariasi dari bulan ke bulan (Tarigan, 2010). Pada siklus menstruasi tidak teratur, biasanya siklus menstruasinya tidak mengalami proses ovulasi (Anovulatoric Cycle) (Hendrik, 2006). Anovulasi terjadi ketika ovarium gagal untuk merilis sebuah oosit, hal ini menunjukkan bahwa ovulasi tidak terjadi (Pendergraft, 2011). Bagi remaja putri, mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur pada masa-masa awal adalah hal yang normal. Mungkin saja remaja putri mengalami jarak antar 2 siklus berlangsung selama 2 bulan atau dalam 1 bulan terjadi 2 siklus (Baziad, 2009). Setelah menarche, pertumbuhan linear melambat untuk 2 tahun berikutnya, yang disebut masa anovulatori. Sehingga dapat diasumsikan pemeriksaan persentase lemak tubuh dan status gizi setelah menarche bisa ditoleransi sampai 2 tahun setelah menarche (Aryati, 2008).

23 9 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keteraturan Siklus menstruasi Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi menurut Wiknjosastro (2005), antara lain : a. Kelebihan berat badan : terjadi gangguan metabolisme estrogen berupa peningkatan produksi estrogen pada wanita dengan kelebihan berat badan sehingga menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur. b. Kekurangan nutrisi : pada seseorang yang tidak cukup makan, tubuh akan berasumsi bahwa tubuh tidak cukup bugar dan kadar estrogen bisa menurun serta bisa berhenti berovulasi (Evan, 2011). c. Penyakit yang berhubungan dengan reproduksi : penyakit reproduksi seperti polycsytic ovary syndrome (PCOS), endometriosis, tumor ovarium, kanker leher rahim dapat menyebabkan perubahan hormon. d. Pengaruh rokok : siklus menstruasi pada perokok berat cenderung lebih pendek dan lebih tidak teratur daripada wanita bukan perokok. Pada kebiasan merokok dapat menyebabkan dismenorea, ketegangan premenstrual, ketidakteraturan menstruasi dan amenorea sekunder. e. Faktor psikososial : stress atau kecemasan bisa mengacaukan siklus haid perempuan karena pusat stres di otak sangat dekat lokasinya dengan pusat pengaturan haid di otak. Gangguan kejiwaan, stress, lingkungan sosial, tekanan-tekanan dapat menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur. (Riani, 2005). f. Kelainan genetik seperti sindrom stein-leventhal, sindrom Sheehan, sindrom forbes-albright, sindrom chusing, sindrom turner, sindrom asherman dan sindrom commit testicular to user feminization dapat menyebabkan terjadinya amenorea primer.

24 10 g. Olahraga berat : seorang perempuan dengan latihan yang dilakukan adekuat atau berlebihan dapat menyebabkan kehilangan berat badan beberapa kilogram (Soetjiningsih, 2004). Status hipoestrogenik biasanya dikaitkan dengan ketidakteraturan menstruasi pada atlet kompetitif (Varney, 2007). h. Konsumsi obat tertentu seperti kontrasepsi hormonal dan obat yang dapat meningkatkan kadar hormon prolaktin sehingga menyebabkan perubahan siklus menstruasi. Metode kontrasepsi akan memanipulasi siklus menstruasi karena hormon-hormon yang diproduksi memaksa tubuh untuk membentuk siklus buatan (Evan, 2011) B. Status Gizi 1. Pengertian Gizi (Nutrition) adalah sebuah proses dalam tubuh makhluk hidup untuk memanfaatkan makanan guna pembentukan energi, tumbuh kembang dan pemeliharaan tubuh (Hartono, 2006). Menurut Paath (2005) status gizi (Nutrition Status) adalah suatu tampilan keadaan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi (Suhardjo, 2003) a. Faktor Langsung : 1) Infeksi : hubungan infeksi dengan status gizi saling timbal balik. Infeksi memperburuk taraf gizi walaupun mendapat makanan yang baik. Sebaliknya gangguan commit gizi to user memperburuk kemampuan seseorang untuk mengatasi penyakit infeksi sehingga mudah terserang penyakit.

25 11 2) Pendapatan keluarga : penghasilan merupakan faktor penting bagi kuantitas dan kualitas konsumsi makanan. Jika pendapatan naik maka jumlah dan jenis makanan cenderung ikut membaik juga. Dengan perbaikan taraf ekonomi maka tingkat gizi pendukung juga akan meningkat. 3) Tingkat pengetahuan : pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi. 4) Tingkat pendidikan : tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. 5) Tingkat konsumsi energi dan protein : keadaan status gizi tergantung dari tingkat konsumsi zat gizi yang terdapat pada makanan seharihari. Konsumsi yang baik kualitas dan kuantitasnya akan memberikan kondisi kesehatan gizi yang optimal. b. Faktor Tidak Langsung : 1) Besarnya keluarga : hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi sangat nyata pada masing-masing keluarga. Pembagian pangan yang tepat kepada setiap anggota keluarga sangat penting untuk mencapai gizi yang baik. 2) Status pekerjaan orang tua : orang tua yang sudah mempunyai pekerjaan penuh tidak commit lagi to dapat user memberikan perhatian penuh

26 12 terhadap anaknya, apalagi untuk mengurusnya. Sehingga asupan nutrisi yang dikonsumsi anak menjadi tidak optimal. 3) Pantangan makanan : pantang terhadap satu atau lebih jenis makanan tidak menutup kemungkinan masalah gizi atau kekurangan gizi akan timbul. 4) Akses kesehatan : dengan akses kesehatan masyarakat yang optimal, kebutuhan kesehatan dan pengetahuan gizi masyarakat akan terpenuhi. 5) Status kesehatan : gizi kurang menghambat reaksi imunologis dan berhubungan dengan tingginya prevalensi dan beratnya penyakit infeksi. Secara umum defisiensi gizi sering merupakan awal dari gangguan dari defisiensi sistem kekebalan. 3. Kebutuhan Gizi Pada Remaja Kebutuhan energi seseorang adalah konsumsi energi yang berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila seseorang mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi (Waryana, 2010). Kebutuhan anak laki-laki berbeda dengan perempuan. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik sehingga membutuhkan energi lebih banyak. Sedangkan aktivitas perempuan biasanya memuncak saat menstruasi sehingga memerlukan protein dan zat besi lebih banyak (Waryana, 2010). Kebutuhan energi yang dibutuhkan oleh remaja putri, mengacu pada tabel RDA, secara garis besar memuncak pada usia 12 tahun sebesar kkal

27 13 kemudian menurun menjadi kkal pada usia 18 tahun. Asupan lemak untuk wanita usia tahun adalah 26 gram/hari. Sedangkan kebutuhan akan protein sebesar 0,27-0,29 g/cm tinggi badan (Arisman, 2007). 4. Klasifikasi Status Gizi Status gizi menurut Almatsier (2003), dibagi menjadi 4 macam, yaitu : a. Status Gizi Buruk Keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. b. Status Gizi Kurang Terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. c. Status Gizi Baik atau Status Gizi Optimal Terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. d. Status Gizi Lebih Terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan. 5. Penilaian Status Gizi Status gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium maupun secara antropometri (Waryana, 2010). Menurut Supariasa (2002), penilaian status gizi dibagi menjadi 2 macam commit yaitu to user :

28 14 a. Secara langsung Pemeriksaan antropometri, pemeriksaan klinis, pemeriksaan biokimia dan pemeriksaan biofisik b. Secara tidak langsung Survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling mudah dan murah. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi (Supariasa, 2002). Arisman (2007) mengungkapkan ukuran tubuh tertentu dapat memberikan keterangan mengenai jenis malnutrisi. Parameter Antropometri menurut Supariasa (2002), antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas (LLA), lingkar kepala, lingkar dada, jaringan lunak. Salah satu indeks antropometri yaitu Indeks Massa Tubuh (IMT) (Supariasa, 2002). Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan petunjuk untuk menentukan status gizi berdasarkan Indeks Quatelet berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (Sjarif, 2002). Menurut Hartono (2006), IMT digunakan untuk mengukur status gizi karena dapat memperkirakan ukuran lemak tubuh yang sekalipun hanya estimasi tetapi lebih akurat daripada berat badan saja. Menurut Permaisih dalam Waryana (2010), IMT direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status gizi pada remaja. IMT = Berat Badan (kg) Tinggi Badan x Tinggi Badan (m²)

29 15 Tabel 2.1. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia Kategori Keterangan IMT Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,00 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,00 18,49 Normal 18,50 24,99 Obesitas Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,00 26,99 Kelebihan berat badan tingkat berat 27,00 Sumber : Depkes dalam Waryana, 2010 Menurut Supariasa (2002), kelebihan penilaian status gizi dengan teknik Antropometri antara lain, pertama adalah prosedur sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Kedua, relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, cukup tenaga terlatih. Ketiga, alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat. Keempat, metode ini tepat dan akurat, karena dibakukan. Kelima, dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau. Keenam, umumnya dapat mengidentifikasi status gizi baik, kurang dan gizi buruk karena sudah ada ambang batas yang jelas. Sedangkan kelemahan teknik Antropometri menurut Supariasa (2002), antara lain, pertama, tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat dan tidak dapat membedakan kekurangan gizi tertentu seperti zink dan Fe. Kedua, faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri. Ketiga, kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas pengukuran antropometri gizi. Keempat, kesalahan terjadi karena pengukuran, perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan, analisis dan asumsi yang keliru.

30 16 Kelima, sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat atau alat tidak ditera dan kesulitan pengukuran. C. Hubungan Status Gizi Terhadap Keteraturan Siklus Menstruasi Status gizi memiliki peranan penting dalam siklus menstruasi. Diperlukan paling tidak 22% lemak dan indeks massa tubuh yang lebih besar dari 19 kg/m 2 agar siklus ovulatorik dapat terpelihara dengan normal. Hal ini dikarenakan selsel lemak melepaskan estrogen yang membantu ovulasi dan siklus menstruasi (Coad, 2007). Menurut Caroline (2001), gangguan menstruasi pada dasarnya berhubungan erat dengan adanya gangguan hormon terutama yang berhubungan dengan hormon seksual pada perempuan yaitu progesteron, estrogen, LH dan FSH. Adanya gangguan dari kerja sistem hormonal ini terkait dengan status gizi. Dimana status gizi akan mempengaruhi metabolisme hormon estrogen pada sistem reproduksi wanita. Kemampuan reproduksi ada di bawah kontrol hipotalamus dengan sinkronisasi oleh susunan saraf pusat yang dipengaruhi oleh kecepatan metabolisme. Kecepatan metabolisme sendiri tergantung pada keadaan gizi. Penambahan lemak memberi kontrol terhadap sekresi hormon gonadotropin, sehingga jaringan lemak merupakan sumber estrogen di luar gonad (hipofisis). Dengan demikian ekskresi estrogen juga dipengaruhi oleh berat badan atau lemak tubuh (Proverawati, 2009).

31 17 Soetjiningsih (2004) berpendapat bila obesitas pada masa anak terus berlanjut sampai masa dewasa akan mengakibatkan menstruasi tidak teratur. Secara khusus jumlah wanita yang mengalami anovulasi akan meningkat bila berat badan meningkat. Namun seberapa gemuk yang akan menyebabkan siklus anovulasi tidak diketahui dengan pasti, yang jelas diet dan berat badan sangat mempengaruhi siklus menstruasi (Paath, 2005). Kondisi kegemukan berkaitan dengan proses perubahan androgen menjadi estrogen (Waryana, 2010). Makanan yang bergizi tinggi dan berlemak tinggi akan mengakibatkan pertambahan berat badan pada perempuan remaja. Kolesterol yang terdapat pada lemak tubuh yang berlebihan merupakan prekursor dari estrogen sehingga produksi estrogen cenderung berlebihan. Dengan begitu, kadar estrogen dalam darah akan meningkat akibat kolesterol tinggi (Wiknjosastro, 2005). Peningkatan cepat kadar estrogen menimbulkan umpan balik positif terhadap hipotalamus dan kelenjar hipofisis sehingga terjadi sentakan peninggian LH. LH yang terlalu cepat keluar menyebabkan hipoandrogenisme kadar testosterone yang rendah sehingga tidak terjadi ovulasi (Wiknjosastro, 2005). Paath (2005), mengatakan bahwa gizi kurang atau terbatas selain akan mempengaruhi pertumbuhan fungsi organ tubuh, juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Kekurangan nutrisi pada seseorang akan berdampak pada penurunan fungsi reproduksi, hormon steroid akan mengalami perubahan yang berdampak pada terjadinya perubahan siklus ovulasi (Waryana, 2010). Menurut Nikmawati (2009) commit remaja perempuan to user yang mempunyai status gizi kurus sekali akan mengalami hambatan dengan menstruasinya. Kehilangan berat

32 18 badan secara besar-besaran dapat menyebabkan penurunan hormon gonadotropin untuk pengeluaran LH dan FSH yang mengakibatkan kadar estrogen akan turun sehingga berdampak negatif pada siklus menstruasi dan ovulasi (Monroe, 2007). Coad (2007) mengatakan bahwa sekresi LH yang terganggu akibat penurunan berat badan dapat menyebabkan pemendekan fase luteal. D. Kerangka Konsep Status Gizi Sistem Saraf Pusat Hipotalamus (GnRH) Kurus Normal Lebih Lemak di Tubuh Hipofisis (FSH dan LH) Ovarium (Hormon Estrogen) Siklus Menstruasi Olahraga berat Konsumsi obat tertentu Pengaruh rokok Psikososial Penyakit Reproduksi Kelainan genetik Keterangan : Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Yang diteliti Tidak diteliti E. Hipotesa Ada hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi siswi SMA Negeri 1 Mojolaban

33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional, untuk mempelajari hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi pada siswi SMA Negeri 1 Mojolaban. Desain penelitian cross sectional ini adalah jenis penelitian yang melakukan pengukuran antara faktor risiko dengan efek pada satu saat dan tidak ada tindak lanjut atau follow up (Sastroasmoro, 2008). B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Mojolaban kecamatan Mojolaban kabupaten Sukoharjo. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret C. Populasi Penelitian Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Objek tersebut dapat berupa manusia, hewan percobaan, data laboratorium, dan lain-lain yang ciri-cirinya akan diteliti (Arief, 2008). 1. Populasi target Menurut Arief (2008), populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran aktif yang parameternya akan diketahui melalui penelitian, tetapi tidak mungkin semua subjek commit dalam populasi to user target akan diamati. 19

34 20 Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMA Negeri 1 Mojolaban. 2. Populasi aktual Populasi aktual yaitu populasi yang lebih kecil sehingga lebih memungkinkan diukur untuk mendapatkan informasi tentang populasi sasaran (Arief, 2008). Populasi aktual dalam penelitian ini adalah siswi SMA Negeri 1 Mojolaban kelas X dan kelas XI semester genap tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 360 orang. D. Sampel dan Teknik Sampling Menurut Murti (2010) sampel didefinisikan sebagai bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu yang akan diamati atau diukur peneliti hingga dianggap dapat mewakili populasinya. Sampel diambil dari populasi aktual dengan teknik simple random sampling, yaitu dihitung terlebih dahulu jumlah subjek dalam populasi aktual yang akan dipilih sampelnya. Kemudian tiap subjek diberi nomor dan dipilih sebagian dari mereka dengan teknik undian yaitu mengambil instrumen undian (kertas) yang telah dikocok terlebih dahulu (Sastroasmoro, 2008). Hal ini sesuai dengan definisi teknik simple random sampling adalah teknik pengambilan subjek dengan mendasarkan pada setiap anggota dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Sugiyono, 2007).

35 21 E. Besar Sampel Menurut Notoatmodjo (2005), untuk menghitung ukuran sampel yang populasinya kurang dari dapat menggunakan rumus : Keterangan: n = Besar sampel N = Besar populasi d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan, yaitu 0,05 Dari populasi aktual didapatkan populasi sebanyak 360 orang yang kemudian dilakukan seleksi pemilihan sampel menggunakan kriteria restriksi dihasilkan bahwa terdapat sebanyak 24 orang yang tidak memenuhi kriteria sebagai sampel. Sehingga besar sampel diambil dari populasi yang telah memenuhi kriteria restriksi yaitu sebanyak 336 orang. Setelah dilakukan penghitungan dengan menggunakan rumus didapatkan besar sampel sebanyak 183 orang. F. Kriteria Restriksi 1. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian pada populasi target dan pada populasi terjangkau/aktual (Sastroasmoro, 2008). Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: a. Siswi SMA Negeri 1 Mojolaban b. Sudah menstruasi lebih dari 2 tahun saat pengambilan data c. Bersedia menjadi subjek penelitian

36 22 2. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi yaitu kriteria dimana subjek yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari penelitian karena pelbagai sebab (Sastroasmoro, 2008). Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah: a. Menderita penyakit reproduksi b. Menghadapi ujian c. Merokok d. Subjek tidak hadir pada saat pengambilan data e. Subjek yang menolak menjadi responden G. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas : Status gizi 2. Variabel Terikat : Keteraturan siklus menstruasi 3. Variabel Luar : a. Terkontrol : 1) Penyakit yang berhubungan dengan reproduksi 2) Pengaruh rokok b. Tidak terkontrol : 1) Faktor psikososial 2) Faktor genetik

37 23 H. Definisi Operasional 1. Variabel bebas : Status Gizi a. Definisi : Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dapat dinyatakan dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). b. Skala : Ordinal 1) Status gizi kurus : IMT < 18,5 2) Status gizi normal : IMT 18,5 24,9 3) Status gizi lebih : IMT Variabel terikat : Keteraturan siklus Menstruasi a. Definisi : Siklus menstruasi teratur adalah jarak antara tanggal mulainya siklus menstruasi yang lalu dengan dimulainya siklus menstruasi berikutnya ditambah atau dikurangi 3 hari pada setiap periodenya selama 3 kali siklus berturut-turut (Wikjosastro, 2007). b. Skala : Nominal dikotomik 1) Siklus menstruasi teratur 2) Siklus menstruasi tidak teratur 3. Variabel luar : a. Faktor psikososial adalah faktor-faktor yang ada di luar tubuh seseorang misalnya cemas sedang menghadapi ujian, konflik dengan teman atau masalah dengan keluarga yang dapat berpengaruh terhadap menstruasi (Suwarni, 2009).

38 24 b. Faktor genetik, pengaruh rokok dan penyakit yang berhubungan dengan reproduksi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap menstruasi. Dalam penelitian ini, faktor-faktor tersebut tidak diukur. I. Cara Kerja 1. Alat ukur a. Wawancara Untuk mendapatkan data responden, siklus menstruasi dihitung selama tiga bulan terakhir. b. Mikrotoise Mikrotoise dengan ketelitian 0,1 cm untuk mengukur tinggi badan. c. Timbangan injak Timbangan injak dengan ketelitian 0,1 kg untuk mengukur berat badan. 2. Cara Pengukuran a. Status Gizi 1) Cara : Siswi SMA yang dijadikan subjek penelitian diukur tinggi dan berat badannya a) Berat Badan Subjek penelitian ditimbang tanpa sepatu dan barang-barang yang dibawanya/dipakai yang dapat mempengaruhi pengukuran. Penimbangan dilakukan dengan posisi berdiri diatas timbangan injak tersebut. Pencatatan langsung dilakukan setelah pengukuran berat badan tersebut. Prosedur lebih lengkap berdasarkan Depkes RI & WHO (2008), commit dapat to dilihat user pada lampiran 7 halaman 51.

39 25 b) Tinggi Badan Pengukuran dilakukan setelah pengukuran berat badan selesai (tidak menggunakan alas kaki), dengan posisi tegak dan pandangan mata lurus ke depan. Prosedur lebih lengkap Depkes RI & WHO (2008) dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 53. c) Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) Didapatkan dengan menghitung berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m²). Kemudian menentukan status gizi subjek penelitian berdasarkan klasifikasi status gizi sesuai hasil perhitungan yang didapat. 2) Hasil ukur : Status gizi kurus (IMT : < 18,50), status gizi normal (IMT : 18,50-24,99) dan status gizi lebih (IMT : 25,00) 3) Skala ukur : Ordinal b. Siklus Menstruasi 1) Cara : Melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner terstuktur berupa checklist pada siswi SMA yang dijadikan subjek penelitian 2) Hasil ukur : Siklus menstruasi teratur dan siklus menstruasi tidak teratur 3) Skala ukur : Nominal dikotomik Sebelum dilakukan pengambilan data, maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu alat (Notoatmodjo, 2005). Menurut Streiner dan Normal dalam commit Murti to user (2003), reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana pengukuran suatu alat pada situasi-situasi yang

40 26 berbeda memberikan hasil yang sama. Uji validitas dan reabilitas untuk alat ukur timbangan injak dilakukan dengan uji kalibrasi dibalai metrologi wilayah Surakarta dengan keterangan uji kalibrasi terdapat pada lampiran 3 halaman 47. J. Analisis Data 1. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian secara langsung (data primer). Data status gizi diperoleh dari hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan responden. Sedangkan data siklus menstruasi diperoleh dari jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat wawancara. 2. Pengolahan Data Kegiatan-kegiatan dalam mengolah data antara lain (Fajar, 2009): a. Editing (pemeriksaan data) yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan untuk mengecek kelengkapan dan kebenaran data. b. Coding (pemberian kode) yaitu merubah data ke dalam bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode-kode tertentu terutama data klasifikasi untuk mempermudah pengolahan. Untuk siklus menstruasi teratur memiliki kode=1 dan siklus menstruasi teratur memiliki kode=0. Sedangkan untuk status gizi kurus memiliki kode=1, status gizi normal memiliki kode=2 dan status gizi lebih memiliki kode=3. c. Data entry (pemasukan data) yaitu membuat file dan memasukkan satu persatu ke dalam file data komputer sesuai paket program statistik komputer yang digunakan (Hidayat, 2007).

41 27 d. Tabulating (penyusunan data) yaitu pengorganisasian data agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis (Budiarto, 2002). 3. Analisis Data Setelah data diolah, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut untuk menolak atau menerima hipotesis penelitian yang ada. Analisis data digunakan untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan memahami hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square (X 2 ). Batas kemaknaan yang dipakai adalah taraf signifikan (α) 0,05. Analisis data ditampilkan dalam tabel 2x3 sebagai berikut : Tabel 3.1 Tabel kontingensi 2x3 Status Gizi Siklus Menstruasi Jumlah Kurus Normal Lebih Teratur a b c a+b+c Tidak Teratur d e f d+e+f Jumlah a+d b+e c+f N Rumus (Hidayat, 2007) : X 2 = Σ (f 0 f e ) 2 f e Keterangan : N X 2 f 0 = Jumlah sampel = Nilai Chi square = Jumlah observasi pada kasus-kasus f e = Jumlah kasus yag diharapkan

42 28 a. Apabila X 2 hitung X 2 tabel maka hasilnya signifikan (H 1 diterima dan Ho ditolak) b. Apabila X 2 hitung X 2 tabel maka hasilnya tidak signifikan (H 1 ditolak dan Ho diterima) c. H 0 = Tidak ada hubungan status gizi dengan siklus menstruasi d. H 1 = Ada hubungan status gizi dengan siklus menstruasi Dalam penelitian ini analisis data dibantu dengan menggunakan program komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows versi 15.0.

43 BAB IV HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengambilan data yang telah dilakukan pada bulan Maret 2011 dengan pengukuran antropometri dan wawancara terstuktur pada siswi SMA Negeri 1 Mojolaban, diperoleh hasil sebagai berikut : A. Karakteristik Responden Subjek penelitian hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi ini dilakukan pada siswi SMA Negeri 1 Mojolaban kelas X dan XI dengan jumlah responden adalah 183 mahasiswi. Distribusi frekuensi jumlah responden berdasarkan kelas tercantum pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Responden Berdasarkan Kelas No Kelas Frekuensi Persentase(%) 1. X 87 47,5 2. XI 96 52,5 Total ,0 Sumber : Data Primer, 2011 Tabel diatas menunjukkan responden terbanyak berasal dari kelas XI yakni sebanyak 96 siswi atau sebesar 52,5%. Sedangkan sebanyak 87 siswi atau sebesar 47,5% berasal dari kelas X. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia No Umur Frekuensi Persentase (%) , , , , ,5 Total ,0 Sumber : Data Primer,

44 30 Tabel 4.2 diketahui bahwa berdasar pembagian kelompok usia responden, jumlah terbesar pada kelompok usia 16 tahun yaitu sebanyak 95 responden (51,9%) disusul kelompok usia 17 tahun sebanyak 50 responden (27,3%), kemudian kelompok usia 15 tahun sebanyak 36 responden (19,7%) dan kelompok usia 14 serta 18 tahun sebanyak 1 responden (0,5%). Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Menarche No Usia Menarche Frekuensi Persentase (%) , , , , ,7 Total ,0 Sumber : Data Primer, 2011 Tabel 4.3 menunjukkan distribusi usia menarche sebagian besar adalah kelompok usia 13 tahun yaitu sebanyak 67 responden (36,6%). Usia menarche paling awal adalah usia 11 tahun yaitu sebanyak 14 responden (7,7%) sedangkan usia menarche paling lama yaitu usia 15 tahun sebanyak 5 responden (2,7%). B. Data Status Gizi Tabel 4.4 Distribusi Tingkat Status Gizi No Status Gizi Frekuensi Persentase(%) 1. Kurus 62 33,9 2. Normal 97 53,0 3. Lebih 24 13,1 Total Sumber : Data Primer, 2011 Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 183 responden, paling banyak responden mempunyai status gizi normal yakni sebanyak 97 siswi (53,0%). Sedangkan distribusi paling sedikit yaitu kelompok responden dengan

45 31 status gizi lebih sebanyak 24 responden (13,1%) dan selain itu kelompok responden dengan status gizi kurus yaitu sebanyak 62 responden (33,9%). C. Data Keteraturan Siklus Menstruasi Tabel 4.5 Distribusi Keteraturan Siklus Menstruasi No Siklus Menstruasi Frekuensi Persentase(%) 1. Teratur 95 51,9 2. Tidak Teratur 88 41,8 Total ,0 Sumber : Data primer, 2011 Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami siklus menstruasi yang teratur yaitu sebanyak 95 responden (51,9%). Sedangkan responden yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 88 responden (41,8%). D. Pengujian Hipotesis Kedua data yang telah berhasil dikumpulkan kemudian di analisis dengan menggunakan rumus Chi Square untuk mengetahui apakah ada hubungan atau korelasi antara status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi. Analisis data dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 15. Berikut ini hasil analisis data antara variabel status gizi dan keteraturan siklus menstruasi.

46 32 Tabel 4.6 Tabel Kontingensi 2x3 Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi Siklus Menstruasi Status Gizi Responden Kurus Normal Lebih Total Teratur Count Expected Count % Total 12.0% 33.3% 6.6% 51.9% Tidak Teratur Count Expected Count % Total 21.9% 19.7% 6.6% 48.1% Total Count Expected Count % Total 33.9% 53.0% 13.1% 100.0% a 0 sel yang memiliki nilai expected kurang dari 5. Minimum nilai expected adalah Sumber: Data Primer, 2011 Gambar 4.1 Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 51.90% 47.10% 33.30% 21.90% 12% 19.70% 6.60% 6.60% Kurus Normal Lebih Jumlah Teratur Tidak Teratur Sumber: Data Primer, 2011 Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa responden dengan status gizi normal menunjukkan siklus menstruasi yang teratur lebih banyak dibandingkan dengan responden yang memiliki status gizi kurus ataupun status gizi lebih. Dilihat dari tabel 4.6 tabel kontingensi 2x3 hubungan status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi, siswi terbanyak pada kelompok yang memiliki status gizi normal dan siklus menstruasi teratur adalah 61 responden (33,3%), disusul kelompok dengan status gizi kurus dan memiliki siklus menstruasi tidak teratur adalah 40 responden (21,9%). commit Selanjutnya to user kelompok status gizi normal dan memiliki siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 36 responden (19,7%).

HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014 i HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014 OLEH: RANI LESTARI B. 110100128 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Siklus Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005), sedangkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH (KTI)

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH (KTI) Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan OLEH : DANTY

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN METODE RELAKSASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU MENGATASI NYERI HAID PADA MAHASISWI D III KEBIDANAN FK UNS KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Yunita Dwiningtyas R

KARYA TULIS ILMIAH. Yunita Dwiningtyas R KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME PADA MAHASISWI PRODI DIII KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Yunita Dwiningtyas R1115092 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang mengenai hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri yang dilakukan di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI Devillya Puspita D. dkk, Hubungan antara Status Gizi dan Siklus Menstruasi... 99 HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI Devillya Puspita D, Selty Tingubun Universitas Respati

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN METODE RELAKSASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU MENGATASI NYERI HAID PADA MAHASISWI D III KEBIDANAN FK UNS KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STRES DAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI SMA MTA SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA STRES DAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI SMA MTA SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA STRES DAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI SMA MTA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan OLEH : TUTI RAHMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi sebagai proses alamiah yang akan terjadi pada setiap remaja, dimana terjadinya proses pengeluaran darah yang menandakan bahwa organ kandungan telah berfungsi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PRAKTIK PALPASI LEOPOLD PADA MAHASISWA DIII KEBIDANAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PRAKTIK PALPASI LEOPOLD PADA MAHASISWA DIII KEBIDANAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PRAKTIK PALPASI LEOPOLD PADA MAHASISWA DIII KEBIDANAN KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Oleh : ROSYIDA

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF PRESTASI BELAJAR SISWA DARI KELUARGA DENGAN POLA ASUH OTORITER DAN DEMOKRATIS ( Penelitian Pada Siswa SMA Negeri I Wonosari )

STUDI KOMPARATIF PRESTASI BELAJAR SISWA DARI KELUARGA DENGAN POLA ASUH OTORITER DAN DEMOKRATIS ( Penelitian Pada Siswa SMA Negeri I Wonosari ) STUDI KOMPARATIF PRESTASI BELAJAR SISWA DARI KELUARGA DENGAN POLA ASUH OTORITER DAN DEMOKRATIS ( Penelitian Pada Siswa SMA Negeri I Wonosari ) KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA SEDAYU WILAYAH KERJA PUSKESMAS JUMANTONO KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA SEDAYU WILAYAH KERJA PUSKESMAS JUMANTONO KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA SEDAYU WILAYAH KERJA PUSKESMAS JUMANTONO KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi merupakan proses alamiah yang terjadi pada setiap perempuan sebagai tanda bahwa organ reproduksi sudah berfungsi matang (Kusmiran, 2014). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN YANG MENDUKUNG PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI TEMPAT KERJA DENGAN PELAKSANAAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN SANGKRAH SURAKARTA

HUBUNGAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN YANG MENDUKUNG PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI TEMPAT KERJA DENGAN PELAKSANAAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN SANGKRAH SURAKARTA HUBUNGAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN YANG MENDUKUNG PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI TEMPAT KERJA DENGAN PELAKSANAAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN SANGKRAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang remaja akan tumbuh dan berkembang menuju tahap dewasa. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga tahap antara lain masa remaja awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Vulva Hygiene dan Kejadian Keputihan Pada Wanita Perimenopause Di Desa Mojo Kecamatan Andong Boyolali

Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Vulva Hygiene dan Kejadian Keputihan Pada Wanita Perimenopause Di Desa Mojo Kecamatan Andong Boyolali Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Vulva Hygiene dan Kejadian Keputihan Pada Wanita Perimenopause Di Desa Mojo Kecamatan Andong Boyolali KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

PENGARUH KEIKUTSERTAAN SENAM AEROBIK TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI DI BENGAWAN SPORT CENTRE SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH KEIKUTSERTAAN SENAM AEROBIK TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI DI BENGAWAN SPORT CENTRE SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH KEIKUTSERTAAN SENAM AEROBIK TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI DI BENGAWAN SPORT CENTRE SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE GENETALIA DENGAN MOTIVASI MERAWAT ORGAN GENETALIA PADA SISWI MTs TA MIRUL ISLAM SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE GENETALIA DENGAN MOTIVASI MERAWAT ORGAN GENETALIA PADA SISWI MTs TA MIRUL ISLAM SURAKARTA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE GENETALIA DENGAN MOTIVASI MERAWAT ORGAN GENETALIA PADA SISWI MTs TA MIRUL ISLAM SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Menyusun Karya Tulis Ilmiah Program

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TERJADINYA MENARCHE PADA REMAJA. (CORRELATION NUTRITIONAL STATUS AND OCCURRED OF MENARCHE AT ADOLESCENT) Elita Rosdiyanti

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TERJADINYA MENARCHE PADA REMAJA. (CORRELATION NUTRITIONAL STATUS AND OCCURRED OF MENARCHE AT ADOLESCENT) Elita Rosdiyanti HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TERJADINYA MENARCHE PADA REMAJA. (CORRELATION NUTRITIONAL STATUS AND OCCURRED OF MENARCHE AT ADOLESCENT) Elita Rosdiyanti Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA PUTRI DI SMK MURNI 1 SURAKARTA

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA PUTRI DI SMK MURNI 1 SURAKARTA HUBUNGAN ANEMIA DENGAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA PUTRI DI SMK MURNI 1 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Oleh : Theresia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan HUBUNGAN ANTARA KETRAMPILAN SOSIAL DAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I DAN II PRODI DIII KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN GIZI ORANG TUA DENGAN OBESITAS PADA BALITA DI PUSKESMAS PENUMPING SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN GIZI ORANG TUA DENGAN OBESITAS PADA BALITA DI PUSKESMAS PENUMPING SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN GIZI ORANG TUA DENGAN OBESITAS PADA BALITA DI PUSKESMAS PENUMPING SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan NURAINI FAUZIAH R1115072

Lebih terperinci

HUBUNGAN KENAIKAN BERAT BADAN IBU HAMIL DENGAN BERAT BAYI BARU LAHIR DI BPM R JATISRONO KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN KENAIKAN BERAT BADAN IBU HAMIL DENGAN BERAT BAYI BARU LAHIR DI BPM R JATISRONO KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN KENAIKAN BERAT BADAN IBU HAMIL DENGAN BERAT BAYI BARU LAHIR DI BPM R JATISRONO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan HAFARI FAJRIA NURIL

Lebih terperinci

HALAMAN SAMPUL HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN ANEMIA DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BATIK 1 SURAKARTA

HALAMAN SAMPUL HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN ANEMIA DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BATIK 1 SURAKARTA HALAMAN SAMPUL HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN ANEMIA DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BATIK 1 SURAKARTA Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan ARLINA

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN CUCI TANGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO TERHADAP KETERAMPILAN CUCI TANGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENYULUHAN CUCI TANGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO TERHADAP KETERAMPILAN CUCI TANGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENYULUHAN CUCI TANGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO TERHADAP KETERAMPILAN CUCI TANGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Oleh

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENYULUHAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP KETERAMPILAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA SISWI KELAS XI SMA N 1 SEWON

PERBEDAAN PENYULUHAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP KETERAMPILAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA SISWI KELAS XI SMA N 1 SEWON PERBEDAAN PENYULUHAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP KETERAMPILAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA SISWI KELAS XI SMA N 1 SEWON KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 Firina Adelya Sinaga, 2015. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk.,mpd.ked Pembimbing II : Cherry

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEPUTIHAN DENGAN SIKAP PERSONAL HYGIENE DI SMK NEGERI 1 NGAWEN GUNUNGKIDUL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEPUTIHAN DENGAN SIKAP PERSONAL HYGIENE DI SMK NEGERI 1 NGAWEN GUNUNGKIDUL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEPUTIHAN DENGAN SIKAP PERSONAL HYGIENE DI SMK NEGERI 1 NGAWEN GUNUNGKIDUL KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT DISMENOREA PRIMER DENGAN PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER PADA SISWI SMA NEGERI 3 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN TINGKAT DISMENOREA PRIMER DENGAN PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER PADA SISWI SMA NEGERI 3 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN TINGKAT DISMENOREA PRIMER DENGAN PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER PADA SISWI SMA NEGERI 3 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP SEKSUAL PADA REMAJA DI SMP N 7 SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP SEKSUAL PADA REMAJA DI SMP N 7 SURAKARTA HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP SEKSUAL PADA REMAJA DI SMP N 7 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Intan Permata

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN JAJANAN SEHAT DENGAN STATUS GIZI ANAK DI SD N 80 NGORESAN SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN JAJANAN SEHAT DENGAN STATUS GIZI ANAK DI SD N 80 NGORESAN SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN JAJANAN SEHAT DENGAN STATUS GIZI ANAK DI SD N 80 NGORESAN SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan INTAN GIOVANI SETYANINGRUM

Lebih terperinci

HUBUNGAN SENAM HAMIL DENGAN NYERI PUNGGUNG PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PAKISJAYA KARAWANG KARYA TULIS ILMIAH OLEH : SITI SURYATI NIM : R

HUBUNGAN SENAM HAMIL DENGAN NYERI PUNGGUNG PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PAKISJAYA KARAWANG KARYA TULIS ILMIAH OLEH : SITI SURYATI NIM : R HUBUNGAN SENAM HAMIL DENGAN NYERI PUNGGUNG PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PAKISJAYA KARAWANG KARYA TULIS ILMIAH OLEH : SITI SURYATI NIM : R1113079 PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN SIKAP MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SDN 15 SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN SIKAP MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SDN 15 SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH digilib.uns.ac.id i HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN SIKAP MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SDN 15 SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDIKATOR OBESITAS DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SD SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN INDIKATOR OBESITAS DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SD SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN INDIKATOR OBESITAS DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SD SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran SRI RETNOWATI G0011200 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI MIND MAP

PENGARUH STRATEGI MIND MAP PENGARUH STRATEGI MIND MAP DAN METAKOGNITIF TERHADAP PRESTASI BELAJAR ASUHAN KEBIDANAN II MAHASISWA SEMESTER III PRODI DIII KEBIDANAN STIKES ABI SURABAYA TESIS Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI MADRASAH ALIYAH AL-MUKMIN NGRUKI SURAKARTA TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI MADRASAH ALIYAH AL-MUKMIN NGRUKI SURAKARTA TAHUN 2015 HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI MADRASAH ALIYAH AL-MUKMIN NGRUKI SURAKARTA TAHUN 2015 Tika Nur Hidayah 1) dan Sab ngatun 2) 2) Dosen AKBID Mamba ul Ulum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan fisik yang lebih dahulu dibanding anak laki-laki, dengan menstruasi awal (menarche) (Winkjosastro, 2007).

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan fisik yang lebih dahulu dibanding anak laki-laki, dengan menstruasi awal (menarche) (Winkjosastro, 2007). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam siklus kehidupan setiap manusia terdapat suatu masa yang disebut dengan masa remaja. Setiap anak ketika memasuki masa remaja akan mengalami perubahan fisik yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN 5 INDIKATOR KADARZI DAN STATUS GIZI BALITA UMUR 6-59 BULAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN 5 INDIKATOR KADARZI DAN STATUS GIZI BALITA UMUR 6-59 BULAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN 5 INDIKATOR KADARZI DAN STATUS GIZI BALITA UMUR 6-59 BULAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA SOSIAL (YOUTUBE) TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI YAYASAN PENDIDIKAN X

PENGARUH MEDIA SOSIAL (YOUTUBE) TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI YAYASAN PENDIDIKAN X PENGARUH MEDIA SOSIAL (YOUTUBE) TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI YAYASAN PENDIDIKAN X KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Oleh: ENDAH WAHYUNINGSIH

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELATIHAN DENGAN PRAKTIK PEMASANGAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) OLEH BIDAN DI KOTA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PELATIHAN DENGAN PRAKTIK PEMASANGAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) OLEH BIDAN DI KOTA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PELATIHAN DENGAN PRAKTIK PEMASANGAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) OLEH BIDAN DI KOTA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Saint

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN PUTTING SUSU LECET PADA IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS SEKARAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN PUTTING SUSU LECET PADA IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS SEKARAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN PUTTING SUSU LECET PADA IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS SEKARAN KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan Frizka Indarningtyas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut

Lebih terperinci

SUCI ARSITA SARI. R

SUCI ARSITA SARI. R ii iii iv ABSTRAK SUCI ARSITA SARI. R1115086. 2016. Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Pengetahuan Ibu tentang Pola Makan Balita di Desa Sambirejo Kecamatan Mantingan Kabupaten Ngawi. Program Studi DIV

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses. kematangan manusia. Pada masa ini merupakan masa transisi antara masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses. kematangan manusia. Pada masa ini merupakan masa transisi antara masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses kematangan manusia. Pada masa ini merupakan masa transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa. Selama masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut WHO dalam RISKESDAS (2010) merupakan suatu keadaan yang utuh, sehat dan sejahtera secara fisik, mental dan sosial, tidak hanya kondisi yang

Lebih terperinci

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12 Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Zulliati 1, Muhammad Basit 2,Tria Dwi Putri 1 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin 2 STIKES

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN Nur Aini Rahmawati 1), Siti Komariyatun 2) Abstrak : Haid adalah perdarahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DAN SIKAP TENTANG SADARI PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DAN SIKAP TENTANG SADARI PADA REMAJA PUTRI HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DAN SIKAP TENTANG SADARI PADA REMAJA PUTRI KARYA TULIS IMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Heldayanti Sirenden R1116037 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional, yaitu pengukuran variabel-variabelnya

METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional, yaitu pengukuran variabel-variabelnya III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA N COLOMADU

HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA N COLOMADU PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA N COLOMADU Naskah Publikasi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Ilmu Gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menstruasi 2.1.1. Definisi Menstruasi Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, merupakan peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA AKSES KE GERAI FAST FOOD DENGAN KONSUMSI FAST FOOD PADA SISWA KELAS XI DAN XII DI MAN 2 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA AKSES KE GERAI FAST FOOD DENGAN KONSUMSI FAST FOOD PADA SISWA KELAS XI DAN XII DI MAN 2 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA AKSES KE GERAI FAST FOOD DENGAN KONSUMSI FAST FOOD PADA SISWA KELAS XI DAN XII DI MAN 2 SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KLASIFIKASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SANGKRAH SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KLASIFIKASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SANGKRAH SURAKARTA HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KLASIFIKASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SANGKRAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. apakah ada hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian anemia pada

BAB V PEMBAHASAN. apakah ada hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian anemia pada BAB V PEMBAHASAN Data yang terkumpul dari penelitian telah dilakukan pengolahan yang diupayakan dapat menjawab pertanyaan penelitian, yaitu untuk mengetahui apakah ada hubungan antara lama menstruasi dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLAN DENGAN KEJADIAN SPOTTING DI PUSKESMAS SANGKRAH SURAKARTA

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLAN DENGAN KEJADIAN SPOTTING DI PUSKESMAS SANGKRAH SURAKARTA HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLAN DENGAN KEJADIAN SPOTTING DI PUSKESMAS SANGKRAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Menyusun Karya Tulis Ilmiah Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas

Lebih terperinci

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Fahmi Fuadah 1 1 Mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA SMK TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMK MUHAMMADIYAH 3 GEMOLONG KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA SMK TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMK MUHAMMADIYAH 3 GEMOLONG KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA SMK TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMK MUHAMMADIYAH 3 GEMOLONG KARYA TULIS ILMIAH Oleh : ROSMALA ATIAN R R1113072 PROGRAM STUDI D4 BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN : PENGARUH STATUS EKONOMI TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI MAHASISWA PRODI DIII KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA SUKOHARJO Tri Suwarni Politeknik Kesehatan Bhakti Mulia Sukoharjo Prodi D-III Kebidanan ABSTRAK

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS GAJAHAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS GAJAHAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS GAJAHAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitianan deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional study yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat

Lebih terperinci

Persepsi masyarakat sekolah tentang peran usaha kesehatan sekolah di sma. negeri 1 Simo Boyolali KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Persyaratan

Persepsi masyarakat sekolah tentang peran usaha kesehatan sekolah di sma. negeri 1 Simo Boyolali KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Persyaratan Persepsi masyarakat sekolah tentang peran usaha kesehatan sekolah di sma negeri 1 Simo Boyolali KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan Karima Utami R 1108018

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infertilitas 1. Definisi Infertilitas atau kemandulan adalah penyakit sistem reproduksi yang ditandai dengan ketidakmampuan atau kegagalan dalam memperoleh kehamilan, walaupun

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU TENTANG MITOS IMUNISASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI KLINIK UTAMA PKU MUHAMMADIYAH SAMPANGAN SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU TENTANG MITOS IMUNISASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI KLINIK UTAMA PKU MUHAMMADIYAH SAMPANGAN SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU TENTANG MITOS IMUNISASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI KLINIK UTAMA PKU MUHAMMADIYAH SAMPANGAN SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dismenore adalah nyeri menstruasi seperti kram pada perut bagian bawah yang terjadi saat menstruasi atau dua hari sebelum menstruasi dan berakhir dalam 72 jam. Terkadang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyusui dan kehamilan merupakan hal yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi wanita. Kembalinya menstruasi dan ovulasi bervariasi setiap ibu postpartum, hal

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIVITAS FISIK DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA DI SMA WARGA KOTA SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIVITAS FISIK DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA DI SMA WARGA KOTA SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIVITAS FISIK DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA DI SMA WARGA KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran WINNY NOVIETTA K NAIBAHO G0011211

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN AWITAN MENOPAUSE PADA GURU WANITA DI SMA NEGERI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN AWITAN MENOPAUSE PADA GURU WANITA DI SMA NEGERI SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN AWITAN MENOPAUSE PADA GURU WANITA DI SMA NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran CANDA ARDITYA G0012046 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN FREKUENSI KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMBIRSARI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN FREKUENSI KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMBIRSARI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN FREKUENSI KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMBIRSARI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana terjadi perkembangan bentuk tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu perkembangan tersebut adalah perkembangan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLAN TERHADAP GANGGUAN POLA MENSTRUASI KARYA TULIS ILMIAH (KTI) Untuk Memenuhi Persyaratan

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLAN TERHADAP GANGGUAN POLA MENSTRUASI KARYA TULIS ILMIAH (KTI) Untuk Memenuhi Persyaratan PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLAN TERHADAP GANGGUAN POLA MENSTRUASI KARYA TULIS ILMIAH (KTI) Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan Oleh: YUNI PURWANINGSIH R1113091

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 36 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Gizi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di area

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

Gangguan Hormon Pada wanita

Gangguan Hormon Pada wanita Gangguan Hormon Pada wanita Kehidupan reproduksi dan tubuh wanita dipengaruhi hormon. Hormon ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada tiga hormon panting yang dimiliki wanita, yaitu estrogen, progesteron,

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain Hospital Based Case Control Study. Prinsip yang mendasari studi ini

Lebih terperinci

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii iii ABSTRAK Tesza Rizky Permata. R1112036. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kepercayaan Diri Mahasiswa Tahun Pertama Prodi D III Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif korelasional atau penelitian hubungan antara dua variabel pada suatu situasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Surakarta. Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Surakarta. Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan observasional analitik. Studi ini dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara tingkat stres dengan tingkat

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KETERATURAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI JURUSAN AKUNTANSI SMK NEGERI I BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KETERATURAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI JURUSAN AKUNTANSI SMK NEGERI I BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KETERATURAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI JURUSAN AKUNTANSI SMK NEGERI I BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Taesiratur Rizkiah 201410104314 PROGRAM STUDI BIDAN

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan SOFIA PARAMITA R

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan SOFIA PARAMITA R HUBUNGAN MOTIVASI PEMENUHAN TARGET KOMPETENSI ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN TERHADAP KETERAMPILAN MAHASISWI KEBIDANAN SEMESTER 4 DALAM MANAJEMEN AKTIF KALA III DI PONEK RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

PENGARUH KETERAMPILAN DOSEN MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT II PADA MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DIII KEBIDANAN FK UNS

PENGARUH KETERAMPILAN DOSEN MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT II PADA MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DIII KEBIDANAN FK UNS PENGARUH KETERAMPILAN DOSEN MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT II PADA MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DIII KEBIDANAN FK UNS KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN AIDS TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TENTANG AIDS DI DESA TUNAH SEMANDING TUBAN KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENYULUHAN AIDS TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TENTANG AIDS DI DESA TUNAH SEMANDING TUBAN KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENYULUHAN AIDS TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TENTANG AIDS DI DESA TUNAH SEMANDING TUBAN KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan Disusun

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan PERBEDAAN KECEMASAN PERSIAPAN PERSALINAN ANTARA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA DAN MULTIGRAIDA TRIMESTER III DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Obesitas, Perkembangan Motorik Kasar, Anak. commit to user. vii

ABSTRAK. Kata kunci : Obesitas, Perkembangan Motorik Kasar, Anak. commit to user. vii ABSTRAK Eka Ayu Handayani, R1115031, 2016. Hubungan Obesitas dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ngoresan Surakarta. Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci