PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TABALONG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TABALONG"

Transkripsi

1 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TABALONG Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong (RHN)

2 PETA WILAYAH KABUPATEN TABALONG ii

3 TIM PENYUSUN Pembina Arianto, S.IP, Si Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong Ketua dr. Rapolo Manik Sekretaris Riko Hastanto Nugroho, SE Anggota Sekretariat Dinas Kesehatan Bidang Promosi Kesehatan Bidang Pelayanan Kesehatan Bidang P2PL Bidang Farmasi Kontributor BPS KabupatenTabalong RSUD H. Badaruddin Tanjung RS Pertamina Tanjung Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan KB Kab.Tabalong iii

4 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nya, penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015 dapat disusun dan diselesaikan dengan baik. Profil kesehatan tahun 2015 ini merupakan lanjutan dari profil tahun sebelumnya. Profil kesehatan ini merupakan salah satu produk dari sistem informasi kesehatan, juga merupakan salah satu wujud akuntabilitasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong terhadap kegiatan program kesehatan di Kabupaten Tabalong. Profil ini merupakan data hasil kegiatan jajaran Kesehatan Kabupaten Tabalong dalam melaksanakan upaya kesehatan. Profil ini menjadikan gambaran hasil pelaksanaan kegiatan kesehatan tahun 2015, meliputi sumber daya sarana, ketenagaan dan upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Proses penyelesaian profil ini berlandaskan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Tabalong Nomor: 46 Tahun 2016 Tanggal 1 Maret Meskipun dalam proses pengumpulan datanya mengalami keterlambatan, namun masih bisa diselesaikan dengan baik. Semoga profil ini memberikan manfaat bagi pihak perencanaan dan pelaku di bidang kesehatan khususnya dan pembangunan Kabupaten Tabalong umumnya. Maret 2016 Tim Penyusun iv

5 SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TABALONG Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Profil kesehatan merupakan salah satu sarana untuk menyampaikan hasil pembangunan kesehatan termasuk juga kinerja dari Dinas Kesehatan Kabupaten. Pada hakekatnya profil kesehatan Kabupaten Tabalong ini merupakan informasi mengenai kondisi dan situasi Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Tabalong. Profil ini merupakan rangkuman kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong dan jajarannya dalam melaksanakan upaya kesehatan. Profil ini sebagai gambaran hasil pelaksanaan kegiatan kesehatan tahun 2015, menyangkut sumber daya sarana, ketenagaan dan upaya kesehatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabillitatif. Data yang disajikan seyogyanya ditindaklanjuti dalam menyusun perencanaan kegiatan kesehatan pada tahun berikutnya, terutama terhadap upaya kesehatan, sarana dan prasarana, dan ketenagaan. Kekurangan ataupun kelemahan hasil pencapaian upaya kesehatan yang ditampilkan kiranya menjadi perhatian serius jajaran kesehatan dan lintas sektor terkait. Kepada tim penyusun profil kesehatan ini, saya ucapkan terima kasih atas kinerjanya yang telah berhasil menyusun profil ini dengan baik. Semoga profil ini dapat memberikan manfaat dan menjadi rujukan bagi perencanaan dibidang kesehatan khususnya dan pembangunan Kabupaten Tabalong pada umumnya. Wassalamualiakum warahmatullahi wabarakatuh. Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong Arianto, S.IP, Si Pembina Tingkat I NIP v

6 DAFTAR ISI Halaman Peta Kabupaten Tabalong... ii Tim Penyusunan... iii Kata Pengantar... iv Sambutan Kepala Dinas Kabupaten Tabalong... v Daftar Isi... vi Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Lampiran... xviii BAB I PENDAHULUAN... 2 A. Latar Belakang... 2 B. Tujuan... 4 C. Sistematika Penyajian... 5 BAB II GAMBARAN UMUM... 8 A. Kondisi Geografis... 8 B. Demografi C. Sosial Ekonomi BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. Umur Harapan Hidup B. Mortalitas/Angka Kematian C. Morbiditas/Angka Kesakitan D. Status Gizi BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN A. Pelayanan Kesehatan Dasar B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan C. Perilaku Hidup Masyarakat D. Keadaan Lingkungan BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. Sarana Kesehatan B. Tenaga Kesehatan C. Pembiayaan Kesehatan BAB VI KESIMPULAN LAMPIRAN vi

7 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 4.1 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Halaman Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Tabalong Tahun Penyakit Terbanyak Kunjungan Rawat Inap Dan Rawat Jalan Di Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun Penyakit Terbanyak Kunjungan Rawat Jalan Di RSUD H. Badaruddin Tanjung Tahun Pola 10 Penyakit Terbanyak Kunjungan Rawat Inap RSUD H. Badaruddin Tanjung Tahun Jumlah Kasus Penyakit Tidak Menular di Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun Tabel Jangkauan Pelayanan Kabupaten Tabalong Tahun Jumlah Prasarana Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun Identitas Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Kabupaten Tabalong Tahun Kondisi Ketenagaan Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun vii

8 DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 2.1 Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Tabalong Tahun Grafik 2.2 Jumlah Desa dan Kelurahan di Kabupaten Tabalong Tahun Grafik 2.3 Jumlah Penduduk di Kabupaten Tabalong Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun Grafik 2.4 Piramida Penduduk Kabupaten Tabalong Tahun Grafik 2.5 Jumlah Penduduk Pria di Kabupaten Tabalong Tahun Grafik 2.6 Jumlah Penduduk Perempuan di Kabupaten Tabalong Tahun Grafik 2.7 Jumlah Rumah Tangga di Kabupaten Tabalong Tahun Grafik 2.8 Kepadatan Penduduk Per Km 2 Kabupaten Tabalong Tahun 2010 s/d Grafik 2.9 Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d 2015(Km 2 ) Grafik 2.10 Jumlah Penduduk Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 2.11 Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 2.12 Rasio Beban Tanggungan di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 2.13 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 2.14 Persentase Penduduk Laki-Laki dan Perempuan Yang Tamat Pendidikan SD-S2 di Kabupaten Tabalong Tahun viii

9 Grafik 2.15 Tingkat Pendidikan Penduduk Laki-laki di Kabupaten Tabalong Tahun Grafik 2.16 Tingkat Pendidikan Penduduk Perempuan di Kabupaten Tabalong Tahun Grafik 2.17 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun keatas yang Melek Huruf Menurut Jenis Kelamin Laki-laki dan Perempuan di Kabupaten Tabalong Tahun Grafik 3.1 Umur Harapan Hidup Kabupaten Tabalong Tahun 2013 sampai dengan Tahun Grafik 3.2 Jumlah Kematian Neonatal (AKN) Per Puskesmas di Kabupaten Tabalong Tahun Grafik 3.3 Angka Kematian Bayi (AKB) per-1000 Kelahiran Hidup di Kabupaten Tabalong Tahun Grafik 3.4 Jumlah Kematian Bayi Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 3.5 Angka Kematian Balita (AKABA) Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 3.6 Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 3.7 Grafik 3.8 Grafik 3.9 Jumlah Kematian Ibu Hamil, Ibu Melahirkan, dan Ibu Nifas Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun Data Kasus Malaria di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Jumlah Malaria Klinis Per Puskesmas Di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 3.10 Jumlah Malaria Positif Per Puskesmas Di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 3.11 AMI, API, dan CFR Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 3.12 Cure Rate TB Paru di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d ix

10 Grafik 3.13 Jumlah Kasus TB di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 3.14 Data Penderita TB Per Puskesmas Di Kabupaten Tabalong Tahun Grafik 3.15 Jumlah Kasus HIV, AIDS, kematian akibat AIDS dan Syphilis di Kabupaten Tabalong Tahun Grafik 3.16 Jumlah Kasus HIV, AIDS, kematian akibat AIDS dan Syphilis menurut kelompok umur di Kabupaten Tabalong Tahun Grafik 3.17 Persentase Realisasi Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Kabupaten Tabalong Tahun 2013 sampai dengan Grafik 3.18 Jumlah Penderita Kusta dan RFT Rate Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 3.19 Jumlah Penderita Campak Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 3.20 Jumlah Penderita campak per Puskesmas di Kabupaten Tabalong tahun 2013 s/d Grafik 3.21 Jumlah Kasus DBD Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 3.22 Jumlah Kasus DBD Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2010 s/d Grafik 3.23 Presentase Penemuan Kasus Diare di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 3.24 Jumlah temuan kasus diare di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 3.25 Jumlah Temuan Kasus Diare Per Puskesmas di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 3.26 Jumlah Penderita Filaria di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 3.27 Jumlah Penderita Kronik Filariasis Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d x

11 Grafik 3.28 Grafik Jumlah Kasus Hipertensi Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 3.29 Jumlah Kasus Diabetes Mellitus (DM) di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 3.30 Persentase BBLR Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 3.31 Jumlah BBLR Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 3.32 Grafik Persentase BBLR Kabupaten Tabalong 2013 s/d Grafik 3.33 Presentase Status Gizi Kurang Balita Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun Grafik 3.34 Persentase BGM dan Gizi Buruk di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.1 Persentase Cakupan K1 Per Puskesmas di Kabupaten Tabalong 2013 s/d Grafik 4.2 Persentase Cakupan K4 Per Puskesmas di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.3 Persentase Cakupan K1 dan K4 Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.4 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Berkompetensi Kebidanan Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.5 Persentase Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Kabupaten Kabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.6 Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.7 Cakupan Pelayanan Kesehatan ibu Nifas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.8 Persentase Cakupan Kunjungan Neonatus Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d xi

12 Grafik 4.9 Persentase Cakupan Kunjungan Bayi Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.10 Persentase Kunjungan Neonatus dan Bayi di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.11 Cakupan Deteksi Tumbuh Kembang Balita Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun Grafik 4.12 Cakupan Deteksi Tumbuh Kembang Anak Balita/Pra Sekolah Di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.13 Persentase Jumlah Bumil dan Neonatal Resti yang di tangani di kabupaten Tabalong tahun 2013 s/d Grafik 4.14 Persentase Jumlah Bumil dan Neonatal Resti yang di tangani Per Puskesmas di Kabupaten Tabalong tahun 2013 s/d Grafik 4.15 Persentase Peserta KB Baru dan KB Aktif Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.16 Persentase Peserta KB Baru dan KB Aktif Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.17 Persentase Peserta KB Aktif di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.18 Persentase Peserta KB Baru Berdasarkan Jenis Kontrasepsi Kabupaten Tabalong Grafik 4.19 Persentase Peserta KB Aktif Berdasarkan Jenis Kontrasepsi Kabupaten Tabalong Grafik 4.20 Persentase Desa/Kelurahan UCI Per Puskesmas di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.21 Persentase Cakupan Desa/Kelurahan UCI di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.22 Persentase Cakupan Imunisasi TT1 Dan TT5 Pada Ibu Hamil Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d xii

13 Grafik 4.23 Persentase Cakupan Imunisasi TT1 Pada Ibu Hamil Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.24 Persentase Cakupan Imunisasi TT2 Pada Ibu Hamil Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.25 BOR Rumah Sakit Di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.26 LOS Rumah Sakit Di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.27 TOI Rumah Sakit Di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.28 NDR Rumah Sakit Di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.29 GDR Rumah Sakit Di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.30 Persentase Jaminan Kesehatan Masyarakat Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.31 Persentase Cakupan Pemberian Vitamin A Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun Grafik 4.32 Persentase Cakupan Pemberian Vit A 2x Pada Balita Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.33 Persentase Cakupan Fe1 dan Fe3 Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun Grafik 4.34 Persentase Pemberian Fe1 dan Fe3 Ibu Hamil Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.35 Jumlah Baduta BGM dan Persentase Baduta BGM Yang Mendapatkan MP ASI Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.36 Jumlah Baduta dan Balita BGM Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun xiii

14 Grafik 4.37 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa Kelas I SD/MI Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.38 Jumlah dan Persentase Pelayanan Usila 60+ Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.39 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila (60+) Berdasarkan Puskesmas Kabupaten tabalong Tahun Grafik 4.40 Jumlah Kejadian Luar Biasa Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.41 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.42 Persentase Cakupan Siswa-siswi yang Mendapatkan Pelayanan Gigi di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.43 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap Di Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.44 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap RSUD H Badaruddin Tanjung Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.45 Persentase Pemanfaatan Puskesmas dan RS Oleh Penduduk Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.46 Persentase Kelengkapan Obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik.4.47 Cakupan Rumah Tangga ber-phbs Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.48 Cakupan Rumah Tangga ber-phbs di Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.49 Persentase Bayi yang diberi ASI Eksklusif Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d xiv

15 Grafik 4.50 Persentase Bayi 0-6 bulan Diberi ASI Eksklusif Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.51 Persentase Rumah Sehat Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.52 Persentase Rumah Tangga Sehat Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.53 Jumlah Penduduk yang Memiliki Akses Air Minum Berkualitas di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 sampai dengan Grafik 4.54 Jumlah Penduduk Yang Memiliki Fasilitas Sanitasi Yang Layak di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.55 Persentase TTU Sehat di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 4.56 Persentase TUPM Sehat per Puskesmas di Kabupaten Tabalong Tahun Grafik 4.57 Jumlah Desa Yang Melaksanakan STBM Kabupaten Tabalong Tahun Grafik 5.1 Jumlah Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 5.2 Persentase Posyandu Aktif (Purnama+Mandiri) Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun Grafik 5.3 Persentase Posyandu Aktif Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 5.4 Grafik 5.5 Jumlah Posyandu Berdasarkan Tingkat Kemandirian Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun Jumlah Posyandu Berdasarkan Tingkat Kemandirian Di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d xv

16 Grafik 5.6 Jumlah Persebaran Tenaga Kesehatan Berdasarkan Tempat Tugas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Tahun Grafik 5.7 Sebaran Tenaga Kesehatan Berdasarkan Jenis Ketenagaan Tahun Grafik 5.8 Jumlah Tenaga Kesehatan Berdasarkan Jenis Ketenagaan Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Tahun Grafik 5.9 Jumlah Dokter Spesialis di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Tahun Grafik 5.10 Jumlah Dokter di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Tahun Grafik 5.11 Jumlah Dokter Gigi di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 5.12 Jumlah Apoteker di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 5.13 Jumlah Ahli Gizi di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 5.14 Jumlah Perawat di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 5.15 Jumlah Bidan di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 5.16 Jumlah Ahli Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 5.17 Jumlah Ahli Sanitasi di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Grafik 5.18 Jumlah Asisten Apoteker di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d xvi

17 Grafik 5.19 Persentase Anggaran Bidang Kesehatan Dari APBD TK.II Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Tahun Grafik 5.20 Anggaran Kesehatan Per Kapita Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d xvii

18 DAFTAR LAMPIRAN Resume Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Tabel Lampiran 1 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk Dan Jumlah Rumah Tangga /Kepala Kelurga Serta Kepadatan Penduduk. Tabel Lampiran 2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok Umur. Tabel Lampiran 3 Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Yang Melek Huruf Dan Ijazah Tertinggi Yang Diperoleh Menurut Jenis Kelamin. Tabel Lampiran 4 Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Tabel Lampiran 5 Jumlah Kematian Neonatal, Bayi, Dan Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 6 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kecamatan, Dan Puskesmas Tabel Lampiran 7 Kasus Baru Tb BTA+, Seluruh Kasus TB, Kasus TB Pada Anak, Dan Case Notification Rate (CNR) Per Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 8 Jumlah Kasus Dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 9 Angka Kesembuhan Dan Pengobatan Lengkap TB Paru BTA+ Serta Keberhasilan Pengobatan Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 10 Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 11 Jumlah Kasus HIV, AIDS, Dan Syphilis Menurut Jenis Kelamin. Tabel Lampiran 12 Persentase Donor Darah Diskrining Terhadap HIV Menurut Jenis Kelamin. Tabel Lampiran 13 Kasus Diare Yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. xviii

19 Tabel Lampiran 14 Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 15 Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun Dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 16 Jumlah Kasus Dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Menurut Tipe/Jenis, Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 17 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat (Release From Treatment/Rft) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 18 Jumlah Kasus AFP (Non Polio) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 19 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 20 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 21 Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 22 Kesakitan Dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 23 Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 24 Pengukuran Tekanan Darah Penduduk 18 Tahun Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 25 Pemeriksaan Obesitas Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 26 Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dengan Metode Iva Dan Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Klinis (CBE) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 27 Jumlah Penderita Dan Kematian Pada KLB Menurut Jenis Kejadian Luar Biasa (KLB). Tabel Lampiran 28 Kejadian Luar Biasa (KLB) Di Desa/Kelurahan Yang Ditangani < 24 Jam. xix

20 Tabel Lampiran 29 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, Dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Kecamatan Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 30 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Tabel Lampiran 31 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Wanita Usia Subur Menurut Kecamatan Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 32 Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Fe1 Dan Fe3 Menurut Kecamatan Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 33 Jumlah Dan Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan Dan Komplikasi Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 34 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 35 Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 36 Jumlah Peserta KB Baru Dan KB Aktif Menurut Kecamatan Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 37 Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 38 Cakupan Kunjungan Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 39 Jumlah Bayi Yang Diberi Asi Eksklusif Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 40 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 41 Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 42 Cakupan Imunisasi Hepatitis B < 7 Hari Dan BCG Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 43 Cakupan Imunisasi DPT-Hb/DPT-Hb-Hib, Polio, Campak, Dan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. xx

21 Tabel Lampiran 44 Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi Dan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 45 Jumlah Anak 0-23 Bulan Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 46 Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 47 Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 48 Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 49 Cakupan Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD & Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 50 Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Tabel Lampiran 51 Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Anak SD Dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 52 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 53 Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk Menurut Jenis Jaminan Dan Jenis Kelamin. Tabel Lampiran 54 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, Dan Kunjungan Gangguan Jiwa Di Sarana Pelayanan Kesehatan. Tabel Lampiran 55 Angka Kematian Pasien Di Rumah Sakit. Tabel Lampiran 56 Indikator Kinerja Pelayanan Di Rumah Sakit. Tabel Lampiran 57 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Ber-PHBS) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 58 Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 59 Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas (Layak) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Tabel Lampiran 60 Persentase Kualitas Air Minum Di Penyelenggara Air Minum Yang Memenuhi Syarat Kesehatan xxi

22 Tabel Lampiran 61 Penduduk Dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban, Kecamatan, Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 62 Desa Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Tabel Lampiran 63 Persentase Tempat-Tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Kecamatan Dan Puskesmas. Tabel Lampiran 64 Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Menurut Status Higiene Sanitasi. Tabel Lampiran 65 Tempat Pengelolaan Makanan Dibina Dan Diuji Petik. Tabel Lampiran 66 Persentase Ketersediaan Obat Dan Vaksin. Tabel Lampiran 67 Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan. Tabel Lampiran 68 Persentase Sarana Kesehatan (Rumah Sakit) Dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (Gadar ) Level I Tabel Lampiran 69 Jumlah Posyandu Menurut Strata, Dan Puskesmas Tabel Lampiran 70 Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut Kecamatan. Tabel Lampiran 71 Jumlah Desa Siaga Menurut Kecamatan. Tabel Lampiran 72 Jumlah Tenaga Medis Di Fasilitas Kesehatan. Tabel Lampiran 73 Jumlah Tenaga Keperawatan Di Fasilitas Kesehatan. Tabel Lampiran 74 Jumlah Tenaga Kefarmasian Di Fasilitas Kesehatan. Tabel Lampiran 75 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat Dan Kesehatan Lingkungan Di Fasilitas Kesehatan. Tabel Lampiran 76 Jumlah Tenaga Gizi Di Fasilitas Kesehatan. Tabel Lampiran 77 Jumlah Tenaga Keterapian Fisik Di Fasilitas Kesehatan. Tabel Lampiran 78 Jumlah Tenaga Keteknisian Medis Di Fasilitas Kesehatan. Tabel Lampiran 79 Jumlah Tenaga Kesehatan Lain Di Fasilitas Kesehatan. Tabel Lampiran 80 Jumlah Tenaga Penunjang/Pendukung Kesehatan Di Fasilitas Kesehatan. Tabel Lampiran 81 Anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota. xxii

23 BAB I PENDAHULUAN Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015

24 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar tercapai peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Indikator derajat kesehatan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK) Tahun ditetapkan sebagai berikut: a)meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun 2005 menjadi 73,7 tahun di tahun 2025, b)menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB) dari 32,3 per seribu kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 15,5 per seribu kelahiran hidup pada tahun 2025, c)menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) dari 262 per seratus ribu terhitung dari kehamilan, persalinan dan masa nifas pada tahun 2005 menjadi 74 pada tahun 2025, d)menurunnya angka Gizi kurang balita dari 26% pada tahun 2005 menjadi 9,5% pada tahun Pencapaian derajat kesehatan berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Selatan tahun 2013, UHH di provinsi Kalimantan Selatan sebesar 64,82 tahun, sementara di Kabupaten Tabalong angka UHH sebesar 63,72 tahun. Menurut data dari BPS Nasional tahun 2012 tingkat AKB secara nasional sebesar 34 bayi per seribu kelahiran hidup sedangkan Prov.Kalsel sebesar 44 bayi per seribu kelahiran hidup. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, Angka Anak Pendek (stunting) di Prov.Kalimantan Selatan sebesar 44%, sementara angka stunting Nasional sebesar 37,2% menurut World Health Organization (WHO) angka stunting pada 30-39% menunjukkan seriusnya permasalahan gizi di suatu wilayah dan angka stunting lebih besar dari 40% menunjukkan beratnya permasalahan gizi di wilayah tersebut. Melihat capaian pembangunan kesehatan berdasarkan indikator tersebut di atas, maka diperlukan kerja yang lebih keras untuk akselerasi capaian program. 2

25 dan peningkatan mutu layanan kesehatan dengan melaksanakan upaya kesehatan yang terpadu. Upaya pembangunan kesehatan telah disusun dalam Sistem Kesehatan Nasional tahun 2012 yang merupakan landasan pengelolaan kesehatan di Indonesia. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) memiliki komponen pengelolaan kesehatan dengan pengelompokan sebagai berikut: (i)upaya kesehatan; (ii)penelitian dan pengembangan kesehatan; (iii)pembiayaan kesehatan; (iv)sumber daya manusia kesehatan; (v)sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan; (vi)manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan; dan (vii)pemberdayaan masyarakat. Informasi kesehatan sebagai bagian dari SKN sangat diperlukan agar upaya kesehatan dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Informasi Kesehatan digunakan sebagai masukan pengambilan keputusan dalam setiap proses manajemen kesehatan baik manajemen pelayanan kesehatan, manajemen institusi kesehatan, maupun manajemen program pembangunan kesehatan atau manajemen wilayah. Disamping itu, Informasi Kesehatan memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap layanan kesehatan. Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong sebagai bagian dari Informasi Kesehatan merupakan salah satu alat untuk menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di suatu wilayah dan merupakan salah satu sarana untuk mengevaluasi hasil penyelenggaraan pembangunan kesehatan Kabupaten. Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong berisi data, informasi gambaran umum dan perilaku penduduk, menggambarkan situasi derajat kesehatan, upaya kesehatan dan sumber daya kesehatan serta pencapaian indikator pembangunan kesehatan di Kabupaten Tabalong. Oleh karena itu Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong ini hendaknya dapat digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kemajuan pembangunan kesehatan di Kabupaten Tabalong dari tahun ke tahun dan menjadi acuan/sarana untuk memantau pencapaian pembangunan kesehatan di daerah. Selain itu Profil Kesehatan Daerah merupakan masukan penting bagi profil Kesehatan Indonesia. Adapun mekanisme dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong ini dengan pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan 3

26 penyajian data. Analisis data dalam penyusunan profil ini dilakukan dengan cara; Pertama berupa analisis secara deskriptif, dengan menggambarkan/menjelaskan data yang terdapat dalam tabel lampiran sesuai karakteristik data yang ditampilkan, termasuk angka rata-rata, angka minimum dan maksimum. Misalnya nilai rata-rata cakupan imunisasi bayi, kisaran cakupan imunisasi bayi. Kedua, analisis secara komparatif, menjelaskan data dengan membandingkan karakteristik data wilayah yang satu dengan wilayah lainnya atau perbandingan data antar waktu, antar jenis kelamin, antar kelompok umur. Ketiga analisis kecenderungan, menjelaskan data dengan membandingkan data antar waktu dalam periode yang relatif panjang. Misalnya kecenderungan jumlah penderita DBD selama lima tahun terakhir. Analisis keempat yaitu analisis hubungan, dengan cara menjelaskan hubungan/keterkaitan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya, misalnya cakupan K4 dengan pemberian 90 tablet Fe. B. TUJUAN Secara umum pembuatan Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong tahun 2015 ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian pembangunan kesehatan dengan mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan tahun Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah : 1. Menyajikan data/informasi mengenai Gambaran Umum dan Perilaku Penduduk Kabupaten Tabalong Tahun 2015; 2. Menyajikan data/informasi mengenai Situasi Derajat Kesehatan Masyarakat Kabupaten Tabalong Tahun 2015; 3. Menyajikan data/informasi mengenai Situasi Upaya Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015; 4. Menyajikan data/informasi mengenai Situasi Sumber Daya Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015; 5. Menyajikan data dan informasi sebagai bahan monitoring dan evaluasi terhadap pencapaian Kabupaten Tabalong Sehat; 4

27 6. Tersedianya data sebagai sarana untuk penyusunan rencana strategis dan rencana tahunan kesehatan serta kemungkinan perubahan RPJMD Kabupaten Tabalong. C. SISTEMATIKA PENYAJIAN Sistematika penyajian Profil Kesehatan adalah sebagai berikut : Bab-1 : Pendahuluan Bab ini berisi penjelasan tentang latar belakang, tujuan pembuatan Profil Kesehatan, ruang lingkup dan sistematika dari penyajiannya. Bab-2 : Gambaran Umum dan Perilaku Penduduk Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Tabalong yaitu meliputi letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan misal kependudukan, ekonomi, pendidikan dan sosial budaya. Bab-3 : Situasi Derajat Kesehatan Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat. Bab-4 : Situasi Upaya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Kabupaten Tabalong. Bab-5 : Situasi Sumber Daya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. 5

28 Bab-6 : Kesimpulan Bab ini menguraikan tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari profil kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun Selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan halhal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraa pembangunan kesehatan. Lampiran Pada lampiran ini berisi resume/angka pencapaian Kabupaten Tabalong dan 81 tabel lampiran data yang merupakan gabungan Tabel Lampiran Indikator Kabupaten Sehat dan Indikator pencapaian kinerja Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan. 6

29 BAB II GAMBARAN UMUM Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015

30 BAB II GAMBARAN UMUM A. KONDISI GEOGRAFIS Kabupaten Tabalong dengan ibukotanya Tanjung, terbentuk sebagai wilayah Kabupaten pada tanggal 1 Desember 1954, terletak pada ujung utara Provinsi Kalimantan Selatan di posisi antara 1 o 18 2 o 25 Lintang selatan dan 115 o o 47 Bujur Timur. Secara geografis, Kabupaten Tabalong terletak pada jalur segitiga emas atau segitiga pertumbuhan diantara lintas Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Batas-batas wilayah Kabupaten Tabalong adalah sebagai berikut : Sebelah Utara Propinsi Kalimantan Timur. Sebelah Timur Propinsi Kalimantan Timur. Sebelah Selatan Kabupaten Hulu Sungai Utara. Sebelah Barat Propinsi Kalimantan Tengah. Berada pada posisi strategis yang dikenal sebagai jalur segitiga emas, Kabupaten Tabalong sebagai pintu gerbang Provinsi Kalimantan Selatan lewat jalur darat dari provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, hal ini memungkinkan Kabupaten Tabalong sebagai pusat perkembangan terutama pada aspek ekonomi dan aspek sosial budaya. Potensi masalah kesehatan yang timbul akibat dari posisi strategis tersebut antara lain akan memudahkan sebaran penyakit dari luar dan tingginya kasuskasus kecelakaan lalu lintas. 1. Luas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan bagian integral dari wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dengan luas wilayah Km 2 atau 10.61% dari luas Provinsi Kalimantan Selatan. Kecamatan terluas di Kabupaten Tabalong adalah Kecamatan Muara Uya seluas Km 2 atau 23.42% dari luas seluruh wilayah Kabupaten Tabalong. Kecamatan yang terkecil adalah Muara Harus yaitu seluas Km 2 atau 1.59% dari luas wilayah Kabupaten Tabalong (tabel lampiran 1). 8

31 Grafik 2.1 Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Tabalong (dalam Km 2 ) Tahun ,00 900,00 800,00 700,00 600,00 500,00 400,00 300,00 200,00 100,00 0,00 161,67 64,06 115,78 62,90 172,10 323,34 118,72 469,77 391,50 323,00 924,16 819,00 Sumber : BPS Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Ditinjau dari topografi, pada umumnya wilayah Kabupaten Tabalong berupa dataran tinggi dan bergunung-gunung di bagian Utara, bagian Tengah merupakan daerah datar dan bergelombang, sedangkan bagian Selatan didominasi oleh dataran rendah dan rawa. 2. Jumlah Kecamatan Wilayah administratif Kabupaten Tabalong dengan ibukotanya Tanjung terdiri dari 12 Kecamatan yang terbagi atas tiga wilayah pengembangan (WPP), bagian utara meliputi Kecamatan Haruai, Bintang Ara, Upau, Muara Uya dan Jaro. Bagian tengah meliputi Kecamatan Tanta, Tanjung dan Murung Pudak serta bagian Selatan meliputi Kecamatan Banua Lawas, Pugaan, Kelua dan Kecamatan Muara Harus (tabel lampiran 1). 3. Jumlah Desa/Kelurahan Jumlah desa/kelurahan di Kabupaten Tabalong ini sebanyak 131 yang terdiri dari 121 desa dan 10 kelurahan, Kecamatan Tanjung dan Banua 9

32 Lawas mempunyai desa terbanyak dengan masing-masing memiliki 15 desa dan yang paling sedikit adalah Kecamatan Upau dengan 6 desa (tabel lampiran 1). Grafik 2.2 Jumlah Desa dan Kelurahan di Kabupaten Tabalong Tahun Sumber : BPS Kabupaten Tabalong Tahun 2015 B. DEMOGRAFI Bagian ini berisi data tentang jumlah, penyebaran penduduk, susunan golongan umur, serta jenis kelamin. Data ini bersifat fundamental yang digunakan untuk menetapkan target, sasaran dan strategi operasional pelayanan kesehatan. 1. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur. Berdasarkan data dari BPS, penduduk Kabupaten Tabalong tahun 2015 berjumlah jiwa yang terdiri dari laki-laki jiwa dan perempuan jiwa (tabel lampiran 2). Data ini menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah penduduk dari tahun 2014 yang berjumlah jiwa, terdiri dari lakilaki jiwa dan perempuan jiwa. 10

33 Grafik 2.3 Jumlah Penduduk di Kabupaten Tabalong Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun LAKI-LAKI WANITA Sumber : BPS Kabupaten Tabalong Tahun Dari grafik 2.3 dapat dilihat bahwa setiap tahunnya jumlah penduduk laki-laki selalu lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Sedangkan rasio jenis kelamin tahun 2015 mengalami perubahan yaitu sebesar 103,16%. Untuk mengetahui piramida penduduk Kabupaten Tabalong tahun 2015 dapat dilihat pada grafik 2.4 berikut : Grafik 2.4 Piramida Penduduk Kabupaten Tabalong Tahun PEREMPUAN LAKI-LAKI Sumber : BPS Kabupaten Tabalong Tahun

34 Banyaknya jumlah penduduk pria dibandingkan dengan penduduk wanita, salah satunya disebabkan karena adanya mobilisasi penduduk pria ke Kabupaten Tabalong untuk bekerja. Keadaan ini bisa dilihat dari pada grafik dibawah ini yang menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan pada penduduk pria usia produktif (20 th - 45 th) tahun 2015 (tabel lampiran 2). Untuk mengetahui jumlah penduduk pria di Kabupaten Tabalong dapat dilihat pada grafik 2.5 berikut : Grafik 2.5 Jumlah Penduduk Pria di Kabupaten Tabalong Tahun USIA PENDUDUK LAKI-LAKI Sumber : BPS Kabupaten Tabalong Tahun Untuk mengetahui jumlah penduduk perempuan di Kabupaten Tabalong dapat dilihat pada grafik 2.6 berikut : Grafik 2.6 Jumlah Penduduk Perempuan di Kabupaten Tabalong Tahun Sumber : BPS Kabupaten Tabalong Tahun USIA PENDUDUK PEREMPUAN

35 2. Jumlah Rumah Tangga/Kepala Keluarga. Setiap tahun terjadi peningkatan jumlah rumah tangga di Kabupaten Tabalong. Pada tahun 2015 terdapat rumah tangga di Kabupaten Tabalong, meningkat 3,1% dari tahun 2014 yang berjumlah rumah tangga (tabel lampiran 1), dan meningkat 5,13% dari tahun 2013 yang berjumlah rumah tangga. Peningkatan jumlah rumah tangga paling banyak terjadi pada wilayah kecamatan Murung Pudak dikarenakan menjadi pusat pengembangan properti Kabupaten Tabalong, dan yang paling sedikit terdapat di wilayah Kecamatan Muara Harus. Rincian jumlah rumah tangga lainnya ditampilkan grafik 2.7 berikut ini: Grafik 2.7 Jumlah Rumah Tangga di Kabupaten Tabalong Tahun B. LAWA S PUGA AN KELU A HARU S TANT A TANJ UNG PUDA K HARU AI B. ARA UPAU UYA JARO Sumber : BPS Kabupaten Tabalong Tahun Kepadatan Penduduk. Kepadatan penduduk di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 adalah 61 jiwa per km 2, Kecamatan Murung Pudak yang terpadat dengan 417 jiwa per km 2, sedangkan Kecamatan Jaro yang terjarang penduduknya yaitu 19 jiwa per km 2 (tabel lampiran 1). Kepadatan penduduk pada tahun 2015 ini meningkat 1,66% dari tahun 2014 yang sebesar 60 jiwa per km 2. 13

36 Untuk lebih rinci dapat dilihat pada grafik 2.8 berikut: Grafik 2.8 Kepadatan Penduduk Per Km 2 Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d ,50 61,00 61,00 60,50 60,00 60,00 59,50 59,00 59,00 58,50 58, Sumber : BPS Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Untuk mengetahui kepadatan penduduk per kecamatan di Kabupaten Tabalong dapat dilihat pada grafik 2.9 : 450,0 400,0 350,0 300,0 250,0 200,0 150,0 100,0 50,0 0,0 Grafik 2.9 Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d 2015 (Km 2 ) B. LAWA S PUGA AN KELU A HARU S TANT A TANJ UNG PUDA K HARU AI B. ARA UPAU UYA JARO ,0 106,3 207,3 98,5 105,5 106,6 401,7 45,9 21,4 23,0 24,9 18, ,0 108,0 210,0 101,0 108,0 109,0 410,0 46,0 22,0 23,0 25,0 19, ,0 110,0 213,0 102,0 110,0 110,0 417,0 47,0 22,0 24,0 26,0 19,0 Sumber : BPS Kabupaten Tabalong Tahun Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 sebanyak jiwa. Jumlah penduduk ini naik 1,61% dari tahun 2014 yang sebanyak

37 Jumlah Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015 jiwa. Jumlah penduduk di Kabupaten Tabalong pada tahun 2013 sebanyak jiwa, maka laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2013 sampai dengan 2014 adalah 3,40%. Untuk mengetahui jumlah penduduk lebih rinci dapat di lihat pada grafik 2.10 berikut : Grafik 2.10 Jumlah Penduduk Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Sumber : BPS Kabupaten Tabalong Tahun Sedangkan untuk mengetahui jumlah penduduk tiap Kecamatan dapat dilihat pada grafik 2.11 berikut : Grafik 2.11 Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d 2015 B. LAWA S PUGA AN KELU A HARU S TANT A TANJ UNG PUDA K Sumber : BPS Kabupaten Tabalong Tahun 2015 HARU AI B. ARA UPAU UYA JARO

38 5. Rasio Beban Tanggungan. Rasio beban tanggungan yaitu membandingkan jumlah penduduk berusia tidak produktif (usia < 15 tahun dan > 64 tahun) dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) Rasio beban tanggungan di Kabupaten Tabalong tahun 2015 sebesar 46% (tabel lampiran 2). Angka ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan Rasio beban tanggungan tahun 2014 sebesar 49%. Perbandingan rasio beban tanggungan dari Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2015 dapat dilihat pada grafik 2.12 berikut : Grafik 2.12 Rasio Beban Tanggungan di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d , Sumber : BPS Kabupaten Tabalong Tahun Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin. Rasio jenis kelamin di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 adalah %, sedikit lebih banyak penduduk laki-laki dibandingkan perempuan (tabel lampiran 2). Sedangkan untuk mengetahui pertumbuhan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kabupaten Tabalong dari Tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada grafik 2.13 berikut : Grafik 2.13 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d pria wanita Sumber : BPS Kabupaten Tabalong Tahun

39 C. SOSIAL EKONOMI 1. Mata Pencaharian Penduduk Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Tabalong, pada tahun 2015, mata pencaharian penduduk di Kabupaten Tabalong terbanyak adalah di sektor Pertanian Tanaman, Peternakan, Perburuan dan Kegiatan Ybdi yaitu sebesar orang, kemudian di urutan kedua di sektor Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor sebanyak orang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1: NO Tabel 2.1 Mata Pencaharian Penduduk KabupatenTabalongTahun 2015 KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA LAKI-LAKI JENIS KELAMIN (PER ORANG) PEREMPUAN T O T A L 1 Pertanian Tanaman, Peternakan, Perburuan dan Kegiatan Ybdi Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor Pertambangan Btu Bara dan Lignit Jasa Pendidikan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial 6 Jasa Peorangan Lainnya Konstruksi Gedung Kehutanan dan Penebangan Kayu Angkutan Darat dan Angkutan Melalui Saluran Pipa 10 Perdagangan, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Motor T O T A L Sumber : BPS Kabupaten Tabalong Tahun Persentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan tamat Pendidikan SD S2. Persentase penduduk yang tamat SMA/MA sebanyak 17%, SMP/MTs sebanyak 20%, SD/MI sebanyak 26% dan tidak tamat sebanyak 27%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 2.14 berikut : 17

40 Grafik 2.14 Persentase Penduduk yang tamat pendidikan SD - S2 Tahun 2015 SD/MI 26% SMP/MTs 20% SMA/MA 17% Tidak Tamat 27% SMK 4% Diploma I/DII 1% Diploma III 1% Diploma S2/S3 0% IV/S1 4% Sumber : BPS Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Sedangkan persentase tingkat pendidikan penduduk berdasarkan jenis kelamin laki-laki di Kabupaten Tabalong yang berusia 10 tahun ke atas dapat dilihat pada grafik 2.15 berikut : Grafik 2.15 Tingkat Pendidikan PendudukLaki-laki tamat pendidikan SD S2 Tahun 2015 SMP/MTs 21% SD/MI 24% SMA/MA 20% Tidak Tamat SD 23% SMK 5% Diploma I/DII 1% Diploma III 1% Diploma IV/S1 4% S2/S3 1% Sumber : BPS Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Untuk persentase tingkat pendidikan penduduk berdasarkan jenis kelamin perempuan di Kabupaten Tabalong yang berusia 10 tahun ke atas dapat dilihat pada grafik 2.16 berikut : 18

41 Persentase Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Grafik 2.16 Tingkat Pendidikan Penduduk Perempuan tamat pendidikan SD - S2 Tahun 2015 SD/MI 27% SMP/MTs 18% SMA/MA 14% Tidak Tamat SD 32% SMK 3% Diploma I/DII 1% Diploma III 1% Diploma IV/S1 4% S2/S3 0% Sumber : BPS Kabupaten Tabalong Tahun Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melek Huruf Menurut Jenis Kelamin Laki-laki dan Perempuan. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan Status Kesehatan. Salah satu indikator mengenai sumbangan pendidikan pada kesehatan adalah angka Melek Huruf. Angka Melek Huruf merupakan angka yang menunjukan kemampuan membaca dan menulis sebagai kemampuan dasar minimal yang harus dimiliki oleh setiap individu diatas 10 tahun. Persentase penduduk berumur 10 tahun keatas yang melek huruf di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 sebesar 98.60%. Untuk mengetahui persentase penduduk usia 10 tahun keatas yang melek huruf menurut jenis kelamin lebih rinci dapat dilihat pada grafik 2.17 berikut : Grafik 2.17 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun keatas yang Melek Huruf Menurut Jenis Kelamin Laki-laki dan Perempuan di Tahun ,00 99,50 99,00 98,50 98,00 97,50 97,00 96,50 Laki - laki 99,52 Sumber : BPS Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Perempuan 97,64 19

42 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN

43 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. UMUR HARAPAN HIDUP (UHH) Derajat Kesehatan tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana/prasarana kesehatan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sosial ekonomi, pendidikan dan faktor lainnya. Faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap angka mortalitas, angka morbiditas dan situasi gizi masyarakat. Angka tersebut dapat digunakan untuk menggambarkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Tabalong. Selain ketiga faktor tersebut pada bagian ini juga diinformasikan mengenai Umur Harapan Hidup (UHH) yang digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk. UHH tahun 2014 berdasarkan data dari BPS Kabupaten Tabalong yaitu 69,39 lebih tinggi dari UHH pada tahun 2013 yaitu 69,36. Sedangkan UHH Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2013 sebesar 64,82. Selengkapnya dapat dilihat pada grafik 3.1 berikut : Grafik 3.1 Umur Harapan Hidup Kabupaten Tabalong 2012 s/d ,31 64,52 69,36 69,39 64, Kal-Sel Tabalong Sumber : BPS Kabupaten Tabalong Tahun

44 B. MORTALITAS/ANGKA KEMATIAN Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu. Mortalitas atau kejadian kematian dalam suatu masyarakat dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi kesehatan masyarakat, keberhasilan pelayanan kesehatan dan keberhasilan program-program pembangunan kesehatan lainnya. Pada bagian ini kita dapat melihat bagaimana gambaran kejadian kematian dalam periode tahun terakhir di Kabupaten Tabalong. 1. Angka Kematian Neonatal (AKN) per Kelahiran Hidup. Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah jumlah penduduk yang meninggal satu bulan pertama setelah kelahiran (0-28 hari) yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada tahun yang sama. Angka kematian Neonatal di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 sebesar 8,2 per kelahiran hidup atau 34 neonatal dari kelahiran hidup. Untuk mengetahui angka kematian neonatal per puskesmas dapat dilihat pada tabel berikut : Grafik 3.2 Jumlah Kematian Neonatal Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun

45 2. Angka Kematian Bayi (AKB) per Kelahiran Hidup. Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat sehingga banyak program kesehatan yang ada ditujukan untuk menurunkan AKB ini. AKB ini didefinisikan sebagai jumlah bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi belum mencapai umur 1 tahun per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu rendah jika AKB kurang dari 20; sedang 20-49, tinggi dan sangat tinggi jika AKB di atas 100 per 1000 kelahiran hidup (Depkes, 2009). Angka kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Tabalong tahun 2015 adalah 9,2 per 1000 kelahiran hidup atau sebanyak 38 bayi dari sejumlah kelahiran hidup sehingga dapat dikategorikan rendah jika dibandingkan dengan tahun 2014 terjadi penurunan. Tahun 2014 AKB-nya 9,5 per 1000 kelahiran hidup atau 38 bayi dari sejumlah kelahiran hidup. Sedangkan tahun 2013, AKB di Kabupaten Tabalong sebesar 12,2 per 1000 kelahiran hidup atau 52 bayi dari sejumlah kelahiran hidup. Untuk lebih rinci dapat di lihat pada grafik 3.3. berikut ini : 14 Grafik 3.3 Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d , ,5 9, Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun

46 Jumlah Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Grafik diatas menunjukkan dari kelahiran hidup terdapat 9 sampai 10 bayi meninggal dunia. Data Absolut kematian bayi tahun 2014 berjumlah 38 bayi. Untuk melihat jumlah kematian bayi per Puskesmas dapat dilihat pada grafik 3.4 berikut : Grafik 3.4 Jumlah Kematian Bayi Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun B. PU LA GA WA AN S KEL UA AG UN G HA RUS TA NT A TA NJU NG Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 HIK UN PU DA K MA BU' UN HA RU AI WI RA NG B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB AN G JAR O Secara Nasional target MDG s untuk angka kematian bayi pada tahun 2015 ditargetkan akan menurun menjadi dua pertiga dari kondisi tahun Target Indonesia Sehat 2015 yaitu 58 per 1000 kelahiran hidup. 3. Angka Kematian Anak Balita (AKABA) per Kelahiran Hidup. Angka kematian anak balita (AKABA) mencerminkan besarnya faktor lingkungan yang berpengaruh pada status kesehatan anak seperti gizi, sanitasi, penyakit menular pada masa kanak-kanak dan kecelakaan yang terjadi didalam dan sekitar rumah. Angka ini juga mencerminkan tingkat dan besarnya kemiskinan, oleh karena itu merupakan indikator yang sensitif untuk menilai tingkat pembangunan ekonomi masyarakat. 24

47 Per 1000 kelahiran hidup Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015 AKABA adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1000 kelahiran hidup. Nilai normatif untuk AKABA berdasarkan pedoman MDGs adalah >140 sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah <20. Pada tahun 2015, di Kabupaten Tabalong tidak terdapat kematian anak balita, baik yang dilaporkan ataupun yang tidak dilaporkan, keadaan ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014 dimana terdapat 4 kematian anak balita yang tidak dilaporkan dan 1 AKABA yang dilaporkan. Sedangkan Angka Kematian Balita (AKABA) tahun 2013 yang dilaporkan nihil. Lebih rinci bisa dilihat pada Grafik 3.5 berikut : 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 Grafik 3.5 Angka Kematian Balita (AKABA) Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun Jumlah Kematian Ibu/Angka Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per kelahiran hidup (DepKes 2009). Angka Kematian Ibu secara langsung digunakan untuk memonitor kematian terkait dengan kehamilan. Jumlah Kematian Ibu di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 sebanyak 6 ibu meninggal dari kelahiran hidup. Angka ini setara dengan 145 per kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2015 ini lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 176 per

48 Jumlah per kelahiran hidup Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015 kelahiran hidup. Gambaran angka kematian ibu sejak tahun 2013 sampai tahun 2015 dapat dilihat pada grafik 3.6, berikut ini : Grafik 3.6 Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Target AKI untuk MDGs tahun 2015 adalah 102 per kelahiran hidup. Kondisi AKI ini masih tinggi di banding target MDGs tahun Dalam upaya percepatan penurunan angka kematian ibu (AKI), di Indonesia sejak tahun 2007 telah dikembangkan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Untuk mengetahui data kematian ibu per puskesmas dapat dilihat pada grafik 3.7 berikut Grafik 3.7 Jumlah Kematian Ibu Hamil, Ibu Melahirkan, dan Ibu Nifas Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun B. LA W AS PU GA AN KE LU A AG UN G HA RU S Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 TA NT A TA NJ UN G HI KU N PU DA K M AB U' UN HA RU AI WI RA NG B. AR A PA UP NA AU AN Ibu Hamil Ibu Hamil Ibu Melahirkan Ibu Melahirkan Ibu Nifas Ibu Nifas UY A RIB AN G JA RO 26

49 C. MORBIDITAS/ANGKA KESAKITAN Morbiditas atau angka kesakitan adalah angka insidensi (jumlah kasus baru) atau prevalensi (jumlah kasus baru+lama) dari suatu penyakit yang terjadi pada populasi dalam kurun waktu tertentu. Morbiditas berhubungan dengan terjadinya atau terjangkitnya penyakit dalam populasi, baik fatal maupun non fatal. Angka morbiditas lebih cepat menentukan keadaan kesehatan masyarakat dari pada angka mortalitas, karena banyak penyakit yang mempengaruhi kesehatan hanya mempunyai mortalitas yang rendah Banyaknya orang sakit menggambarkan kondisi kesehatan suatu wilayah indikator yang biasa digunakan antara lain adalah insiden (Incidence Rate = IR) dan atau Prevalensi (Prevalence Rate = PR), keduanya menunjukkan kejadian penyakit tertentu saja. Bersama dengan prevalensi dan insidensi digunakan juga indikator tingkat kematian suatu penyakit (Case Fatality Rate = CFR). Pola penyakit yang menduduki peringkat 10 penyakit terbanyak kunjungan baik rawat jalan maupun rawat inap di Puskesmas se-kabupaten Tabalong dapat kita lihat pada tabel 3.1 berikut : Tabel 3.1 Data 10 Penyakit Terbanyak Kunjungan Rawat Inap & Rawat Jalan Di Puskesmas se-kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d 2015 NO ISPA Darah Tinggi ISPA Darah Tinggi ISPA Common Cold ISPA Lain Common Cold Hypertensi Common Cold ISPA Lain ISPA Lain Tukak Lambung Diare Mylagia Dermatitis Dermatitis Gastric Ulser Asma Asma Diabetes Mellitus Diare Dyspepsia Tukak Lambung Dyspepsia Tukak Lambung Mylagia Diabetes Mellitus Sumber: Rekapitulasi SP2TP tahun Allergic Contact Dermatitis Dyspepsia

50 Dari data di atas, kasus penyakit infeksi seperti ISPA masih tinggi, demikian pula kunjungan penyakit degeneratif seperti darah Tinggi menunjukkan trend yang terus meningkat. Sedangkan untuk data kunjungan 10 penyakit terbanyak instalasi rawat jalan di RSUD H. Badaruddin pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 3.2 dan 3.3 yang menunjukkan bahwa pola 10 penyakit terbanyak di Rumah Sakit sebagian besar berkisar pada penyakit infeksi dan generatif, meskipun jika dibandingkan tahun sebelumnya, penyakit infeksi telah menunjukkan penurunan sedangkan penyakit degeneratif menunjukkan peningkatan. Lebih rinci dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut : Tabel Penyakit Terbanyak Kunjungan Rawat Jalan Di RSUD H.Badaruddin Tanjung Tahun 2013 s/d 2015 NO Hypertensi 714 Hypertensi 859 Diabetes melitus Diabetes melitus 594 Sumber : RSUD H. Badaruddin Tanjung Tahun 2015 Untuk pola penyakit terbanyak di unit rawat inap dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut : Diabetes melitus 774 Dyspepsia Dyspepsia 485 Dyspepsia 551 Hypertensi TBC Paru 229 Bronchitis 486 Gastroenteritis Akut Common Cold 211 TBC Paru 314 ISPA Myalgia 194 Gastroenteritis 280 Dengue Fever Febris 168 ISPA 267 Hepatitis Gastroenteritis 160 Common Cold 231 TBC Paru Tonsilopharyngitis 124 Chronic Hepatitis 218 Thypoid Fever Asthma Bronchial 106 Typoid fever 163 Penyakit Jantung

51 Tabel 3.3 Pola 10 Penyakit Terbanyak Kunjungan Rawat Inap Di RSUD H.Badaruddin Tanjung Tahun 2013 s/d 2015 NO Gastro enteritis accut Dyspepsia 455 Sumber: RSUD H Badaruddin Tanjung Tahun 2015 Gambaran kondisi kesakitan (morbiditas) yang perlu mendapatkan perhatian, baik penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), penyakit potensial wabah/klb maupun penyakit tidak menular yang dapat dilihat pada uraian berikut. 1. Malaria Malaria yang dikatagorikan sebagai vektor borne desease merupakan salah satu penyakit menular yang upaya penurunan kasusnya terkait dengan komitmen internasional dalam Millenium Development Goals (MDGs). Sampai saat ini malaria masih merupakan permasalahan kesehatan di Indonesia termasuk di Kabupaten Tabalong. Gastro enteritis accut Dengue Haemorrhagic Fever Angka kesakitan malaria selama tahun cenderung fluktuatif. Jumlah penderita malaria klinis di Kabupaten Tabalong yang dilaporkan pada tahun 2015 sebanyak orang dan jumlah malaria positif sebanyak orang dengan API 7,3 per 1000 penduduk. Data malaria positif tahun 2014 sebesar orang dengan API 7,3 per penduduk. Sedangkan Jumlah 378 Demam berdarah dengue Gastroenteritis Akut Febris 333 Dyspepsia 240 Hypertensi Hypertensi 263 Hypertensi 232 Dyspepsia Contusion cerebral 244 Typhoid fever 162 Penyakit Jantung Common Cold Diabetes Mellitus 186 Diabetes Mellitus Chronic Hepatitis 158 ISPA Diabetes Mellitus Typoid Fever 173 Asthma 137 Typoid Fever Stroke 151 Accute Gastritis 124 TBC Paru 10 Dengue Fever 107 Pneumonia 113 Hepatitis

52 Jumlah Jumlah Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015 kematian akibat penyakit Malaria pada tahun 2015 adalah 1 orang dengan CFR 0,06. Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 3.8 berikut : Grafik 3.8 Data Kasus Malaria di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d KLINIS POSITIF MENINGGA L Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 CFR API PER 1000 PENDUDUK ,1 4, ,17 7, ,06 7,33 Penderita Malaria Klinis terbanyak di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 terdapat di wilayah kerja UPT. Puskesmas Jaro sebanyak penderita dan di wilayah kerja UPT. Muara Uya sebanyak penderita. Endemis Malaria di beberapa kecamatan wilayah utara inilah yang menyebabkan Kabupaten Tabalong dikategorikan merah (Hci > 5) kasus malaria di Kalimantan Selatan. Data selengkapnya bisa dilihat pada grafik 3.9 berikut : Grafik 3.9 Jumlah Malaria Klinis Per Puskesmas Di Kabupaten Tabalong Tahun B. PU LA GA WA AN S KEL UA AG UN G HA RUS TA NT A TA HIK NJU UN NG PU DA K MA BU' UN HA RU AI WI RA NG B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB AN G JAR O Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun

53 Jumlah Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Penderita Malaria Positif yang terbanyak di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 terdapat pada wilayah kerja UPT. Puskesmas Jaro sebanyak penderita dan terletak di wilayah kerja UPT. Muara Uya sebanyak 562 penderita. Data selengkapnya bisa dilihat pada grafik 3.10 berikut : Grafik 3.10 Jumlah Malaria Positif Per Puskesmas Di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d 2015 B. PU LA GA WA AN S KEL UA AG UN G HA RU S TA NT A TA HIK NJU UN NG PU DA K MA BU' UN Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 HA RU AI WI RA NG B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB AN G JAR O Sedangkan untuk mengetahui gambaran AMI, API, dan CFR di Kabupaten Tabalong dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 dapat di lihat pada. Grafik 3.11 berikut: Grafik 3.11 AMI, API, dan CFR Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d AMI API 4,8 7,32 7,33 CFR 0,1 0,17 0,16 Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun

54 Desa endemis malaria di Kabupaten Tabalong berjumlah 14 desa yang tersebar di tiga kecamatan : Kecamatan Jaro (Lano, Solan, Garagata, Nalui, Jaro, Namun, Muang, Teratau), kecamatan Muara Uya (Salikong dan Sei Kumap), dan Kecamatan Bintang Ara (Panaan, Dambung dan Hegarmanah). Berdasarkan analisis data di atas ternyata kasus malaria berhubungan erat dengan meningkatnya aktivitas ilegal loging, ilegal mining dan pembukaan lahan perkebunan baru seperti karet, sawit, dan lain-lain. Beberapa kasus diduga adalah kasus impor dari wilayah kaltim dan saat ini dicurigai adanya penularan setempat di desa Solan dan Lano. Dengan API 7,3 artinya setiap 1000 penduduk terdapat 7-8 orang yang menderita malaria positif dan hal inilah yang menyebabkan Kabupaten Tabalong menjadi daerah merah. Apabila API nya < 1 maka barulah daerah/ kabupaten tersebut dikatakan daerah hijau. Hal yang sangat berpengaruh juga dalam kasus malaria adalah mobilitas penduduk yang berasal dari luar kecamatan, kabupaten maupun provinsi. Hubungan hambatan dalam penanganan malaria adalah lemahnya koordinasi lintas sektoral, kurangnya SDM dan masih belum optimalnya pemberdayaan masyarakat setempat. 2. TB Paru Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya (tulang, kulit, dan ginjal). Penyakit ini menyebar dan ditularkan melalui droplet dan udara, dari seseorang yan terinfeksi TB paru. TB Paru menjadi salah satu penyakit yang menjadi target dalam komitmen internasional Millenium Development Goals (MDGs), selain malaria dan HIV/AIDS yang berdampak hadirnya berbagai program yang bertujuan mengendalikan penyakit ini. Gambaran Cure Rate TB Paru di Kabupaten Tabalong dapat dilihat pada grafik 3.12 berikut ini : 32

55 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 Grafik 3.12 Cure Rate TB Paru di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d ,90 68,39 75, Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Penemuan kasus TB Paru BTA+ pada tahun 2015 di Kabupaten Tabalong adalah 153 kasus (15,7 %) dari 972 kasus klinis, terjadi penurunan kasus TB Paru BTA+ bila dibandingkan dengan tahun 2014 yang ditemukan sebanyak 155 kasus (14%) dari kasus klinis. Semua Kasus BTA positif yang temukan telah di obati dengan Cure Rate 75,16%. Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 3.13 berikut : Grafik 3.13 Jumlah Kasus TB di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d ,90 68,39 75,16 0 KLINIS POSITIF PERSENTASE DIOBATI (%) PERSENTASE SEMBUH (%) Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun

56 Jumlah Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Sedangkan untuk mengetahui data penderita TB per Puskesmas dapat di lihat pada grafik 3.14 berikut : Grafik 3.14 Data Penderita TB Per Puskesmas Di Kabupaten Tabalong Tahun B. PU LA GA WA AN S KEL UA AG UN G HA RU S TA NT A TA HIK NJU UN NG PU DA K KLINIS POSITIF DIOBATI SEMBUH MA BU' UN Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 HA RU AI WI RA NG B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB AN G JAR O Rendahnya capaian target berdasarkan IR yang seharusnya adalah berkisar 450 diduga karena adanya perbaikan / peningkatan ekonomi, pendidikan dan kesehatan masyarakat. Disamping itu juga adanya kesulitan untuk mendapatkan data pelayanan pengobatan swasta yang pernah menangani kasus TB. Kendala yang ada dilapangan terhadap penemuan kasus ini adalah penyebaran tenaga laboratorium yang tidak merata di puskesmas dan keengganan masyarakat untuk memeriksakan dahaknya (sputum) ke puskesmas terdekat sehingga tingkat penemuan kasus TB baru belum tercapai sesuai target. Hal yang sangat mendesak untuk dilaksanakan adalah kegiatan AKMS program TB dengan melibatkan lintas program yang ada di Dinas Kesehatan dan Puskesmas. 34

57 3. Infeksi Menular Seksual (termasuk HIV/AIDS) Yang digolongkan ke dalam penyakit IMS antara lain : GO (kencing nanah), Klamidia, Herpes Kelamin, Sifilis (raja singa), Jengger Ayam dan HIV/AIDS. Saat ini Indonesia telah digolongkan sebagai negara dengan tingkat epidemi yang terkonsentrasi (concentrated level epidemic) yaitu adanya prevalensi lebih dari 5% pada sub populasi tertentu. Tingkat epidemi ini menunjukkan tingkat perilaku yang cukup aktif menularkan didalam suatu sub populasi tertentu. Selanjutnya perjalanan epidemi ini akan ditentukan oleh jumlah dan sifat hubungan antara kelompok beresiko tinggi dengan populasi umum. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus (retrovirus) yang menginfeksi sel-sel sistem imunologi sehingga merusak sistem kekebalan manusia. HIV dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi HIV, misalnya melalui hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi, dan penularan dari ibu ke anak yang dilahirkan atau disusui. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi kesehatan seseorang ketika HIV telah merusak sistem kekebalan terhadap penyakit. Pada tahun 2015 di Kabupaten Tabalong dilaporkan terdapat 15 penderita AIDS, 3 orang penderita Syphilis. Dari data yang ada, tidak ada laporan orang yang meninggal karena AIDS (tabel lampiran 11). Untuk dapat melihat gambaran jumlah penderita menurut jenis kelamin dapat dilihat pada grafik 3.15 berikut : Grafik 3.15 Jumlah Kasus HIV, AIDS, kematian akibat AIDS dan Syphilis di Kabupaten Tabalong Tahun HIV AIDS MENINGGAL SYPHILIS KRN AIDS Laki-laki Perempuan Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun

58 Sedangkan untuk dapat melihat gambaran jumlah penderita menurut kelompok umur dapat dilihat pada grafik 3.16 berikut : Grafik 3.16 Jumlah Kasus HIV, AIDS, kematian akibat AIDS dan Syphilis menurut kelompok umur di Kabupaten Tabalong Tahun thn 5-14 thn thn thn thn 50 thn Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Kasus IMS di Tabalong masih rendah capaian penemuannya. Hal ini diduga karena para penderita IMS malu berobat ke sarana kesehatan milik pemerintah dan lebih cenderung memilih berobat ke praktek swasta karena mereka merasa malu kalau penyakitnya diketahui oleh banyak orang. Kasus HIV-AIDS juga terus meningkat meski berbagai upaya telah dilakukan. Sama halnya dengan penyakit IMS, penyakit HIV/AIDS ini sulit dideteksi karena rata-rata penderitanya tidak mmerasa sakit. Kasus IMS dan HIV/AIDS ibarat gunung es, kasus yang muncul ke permukaan sedikit, kemungkinan yang tidak diketahui jauh lebih banyak. Peningkatan kasus IMS dan HIV/AIDS ini diduga juga berhubungan dengan banyaknya lokalisasi terselubung seperti warung remang-remang yang jumlahnya cukup banyak. 4. Pneumonia Pneumonia merupakan penyakit ISPA yang menjadi fokus program kesehatan di Indonesia, karena pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian anak. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan 36

59 paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur dan bisa juga karena menghirup cairan atau bahan kimia (DepKes 2009). Populasi yang dianggap rentan terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun atau orang-orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Dari hasil survey yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005 penyakit pneumonia ditempatkan sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 22,3% dari seluruh kematian bayi dan 23,6% kematian balita. Demikian pula studi mortalitas Riskesdas pada tahun 2007 menunjukkan bahwa proporsi kematian pada bayi karena pneumonia sebesar 23,8% dan pada anak balita 15,5% (Kementerian Kesehatan RI 2010). Di Kabupaten Tabalong, cakupan penemuan penderita pneumonia yang dilaporkan pada tahun 2015 sebanyak 312 kasus (17,5%) dari perkiraan penderita, terdapat peningkatan penemuan dari tahun 2014 yang sebesar 11,5% dari target penderita. Secara rinci bisa dilihat pada grafik 3.17 berikut : Grafik 3.17 Persentase Realisasi Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Kabupaten Tabalong Tahun 2013 sampai dengan , Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun ,59 37

60 5. Kusta Kusta atau lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bila tidak ditangani dengan baik, kusta dapat menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata. Strategi global WHO menetapkan indikator eliminasi Kusta adalah angka penemuan penderita (Newly Case Detection Rate, NCDR) yang menggantikan indikator utama sebelumnya yaitu angka penemuan penderita terdaftar (prevalensi rate < 1/ penduduk). Di Kabupaten Tabalong, jumlah penderita penyakit kusta yang dilaporkan pada tahun 2015 berjumlah 12 orang dengan tipe Multi Basiler (MB). Kasus terbanyak terdapat di wilayah Banua Lawas yaitu sebanyak 8 kasus. Terjadi penurunan jika dibandingkan dengan penderita penyakit kusta yang dilaporkan pada tahun 2014 berjumlah 17 orang dengan tipe Multi Basiler (MB). Secara rinci dapat dilihat pada grafik 3.18 berikut ini : Grafik 3.18 Jumlah Penderita Kusta dan RFT Rate Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Penderita Kusta PB 10 RFT Rate PB (%) Penderita Kusta RFT Rate MB (%) MB Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Yang termasuk dalam katagori PD3I ini adalah Tetanus Neonatorum (TN), Difteri, Pertusis, dan Tetanus non Neonatorum (TNN). 38

61 AFP (Acute Flaccid Paralysis) Angka AFP dinyatakan sebagai jumlah kasus AFP Non Polio yang ditemukan di antara penduduk < 15 tahun per tahun di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. AFP adalah kondisi yang abnormal yang ditandai dengan melemahnya, lumpuhnya atau hilangnya kekuatan otot tanpa penyebab jelas. Hal ini bisa disebabkan oleh penyakit atau trauma yang mempengaruhi syaraf yang berhubungan dengan otot. Pada tahun 2015, di Kabupaten Tabalong tidak dilaporkan adanya kasus AFP. Sedangkan pada tahun 2014 dilaporkan terdapat 2 kasus AFP. Tahun 2013, di Kabupaten Tabalong ditemukan 1 kasus AFP. Target penemuan kasus AFP per tahun adalah 2/ penduduk usia <15 tahun. Campak Campak atau morbili merupakan penyakit infeksi yang akut dan sangat menular, dan sering terjadi pada anak-anak. Campak dapat menular secara langsung maupun tidak langsung melalui pernafasan yang terkontaminasi secret orang yang terinfeksi, pada fase catarhall (ditandai dengan bintik-bintik merah pada kulit, demam, conjunctivitis, bronchitis). Pada tahun 2015 tidak terdapat kasus campak atau morbili yang dilaporkan di Kabupaten Tabalong, sedangkan tahun 2014 terdapat 58 kasus campak atau morbili yang dilaporkan, dan tahun 2013 terdapat 28 kasus campak/morbili yang dilaporkan.untuk lebih rinci dapat dilihat pada grafik 3.19 berikut : Grafik 3.19 Jumlah Penderita Campak Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun

62 Jumlah Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Sedangkan untuk melihat jumlah kasus campak/morbili tiap Puskesmas di Kabupaten Tabalong tahun 2013 s/d 2015 dapat dilihat pada grafik berikut : Grafik 3.20 Jumlah Penderita Campak per Puskesmas di Kabupaten Tabalong Tahun BAN PUG UA AAN LAW AS KEL UA MU ARA HAR US TAN TA TANJ UNG HIKU N MUR UNG PUD AK HAR UAI WIR ANG BINT ANG ARA PAN AAN Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 UPA U MU ARA UYA JAR O 7. Penyakit Potensial Wabah/KLB Demam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai menjangkiti Indonesia sejak tahun 1968 dan sejak itu terus menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia. Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegyptie dan Aedes albopictus ini kerap menimbulkan kepanikan karena penyebarannya yang cepat dan potensial menyebabkan wabah dan kematian. Berdasarkan laporan tahun 2015, di Kabupaten Tabalong terdapat 674 kasus DBD positif yang dilaporkan dengan kasus kematian 6 orang (CFR 0,9%). Data ini menunjukkan terjadinya peningkatan dari 190 kasus DBD positif yang dilaporkan pada tahun 2014 dengan CFR 1,6% (Tabel lampiran 23). Tahun 2013 kasus DBD yang dilaporkan sebanyak 150 kasus DBD dengan CFR 4,7%. Penurunan kasus ini kemungkinan terjadi karena bertambahnya 40

63 Jumlah Jumlah Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015 pengetahuan masyarakat tentang penyakit DBD serta pencegahannya. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada grafik 3.21 berikut : Grafik 3.21 Jumlah Kasus DBD Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d KASUS MENINGGAL Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Sedangkan untuk mengetahui Jumlah Kasus DBD per Puskesmas dapat dilihat pada grafik 3.22 berikut : Grafik 3.22 Jumlah Kasus DBD Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun B. PU LA GA WA AN S KEL UA AG UN G HA RU S TA NT A TA NJ UN G Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 HIK UN PU DA K MA BU' UN HA RU AI WI RA NG B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB AN G JAR O 41

64 Diare Meskipun sudah tidak lagi menempati peringkat tiga besar pola penyakit terbanyak kunjungan puskesmas, penyakit diare masih merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan prioritas di Kabupaten Tabalong. Penyakit diare selain dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi, perilaku dan budaya masyarakat, juga dipengaruhi oleh musim. Pada musim kemarau sering menimbulkan peningkatan kasus sehingga angka kesakitan diare berfluktuasi tergantung pada panjangnya musim kemarau. Penemuan dan penanganan kasus diare di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 dilaporkan (101,7%) dari perkiraan kasus dan dilaporkan tidak terdapat kematian. Data ini menunjukkan adanya penurunan sebanyak 51,9% dari kasus diare dilaporkan pada tahun 2014 sebanyak (179,4%) kasus dari jumlah perkiraan kasus, Tahun 2013 dilaporkan terdapat kasus diare atau sebanyak 39,7 % dari target kasus. Data ini sinergi dengan data PHBS yang juga terjadi penurunan. Kedepan perlu penekanan lebih pada perilaku cuci tangan dengan sabun dan air mengalir yang lebih berkualitas, serta dipraktekkan oleh kader dan seluruh masyarakat, penyediaan air bersih yang memadai dan perilaku buang air besar sembarangan disumber-sumber air harus segera dihapus, sehingga diharapkan terjadi penurunan kasus diare setiap tahunnya. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada grafik 3.23 berikut : Grafik 3.23 Presentase Penemuan Kasus Diare di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d ,69 179, Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun ,71 42

65 Jumlah Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Untuk jumlah penemuan kasus diare di kabupaten Tabalong dapat dilihat pada grafik 3.24 berikut : Grafik 3.24 Jumlah temuan kasus diare di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Sedangkan untuk penemuan kasus diare tiap Puskesmas di Kabupaten Tabalong dapat dilihat pada grafik 3.25 berikut : Grafik 3.25 Jumlah Temuan Kasus Diare Per Puskesmas di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d B. LA WA S PU GA AN KEL UA AG UN G HA RUS TA NT A TA NJU NG Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 HIK UN PU DA K MA BU' UN HA RU AI WI RA NG B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB AN G JAR O 43

66 8. Filariasis Filariasis atau penyakit kaki gajah merupakan penyakit infeksi menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini menyerang saluran dan kelenjar getah bening serta menyebabkan kecacatan seumur hidup dan sampai saat ini masih merupakan permasalahan kesehatan di Indonesia, termasuk juga di Kabupaten Tabalong yang mempunyai wilayah-wilayah endemis penyakit ini. Meskipun penyakit ini tidak menimbulkan kematian, tapi kecacatan yang terjadi menjadi hambatan penderita untuk beraktifitas dan secara estetika dapat menjadi penyebab keengganan penderita untuk bersosialisasi dengan orang lain. Pada tahun 2015, di Kabupaten Tabalong dilaporkan terdapat 11 kasus filariasis, terjadi kenaikan 83% dari tahun 2014 yang sebanyak 6 kasus filariasis (4 kasus baru dan 2 kasus lama). Tahun 2013, kasus filariasis di Kabupaten Tabalong yang dilaporkan sebanyak 11 kasus. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada diagram 3.26 berikut : Grafik 3.26 Jumlah Penderita Filaria di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Untuk mengetahui penderita filariasis kronik tiap puskesmas dapat di lihat pada grafik 3.27 berikut : 44

67 Jumlah Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Grafik 3.27 Jumlah Penderita Kronik Filariasis Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun B. LA WA S PU GA AN KEL UA AG UN G HA RU S TA NT A TA NJ UN G HIK UN PU DA K MA BU' UN HA RU AI WI RA NG B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB AN G JAR O Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun Penyakit Tidak Menular Seiring dengan peningkatan status ekonomi, perubahan gaya hidup dan efek samping modernisasi, maka problem penyakit tidak menular pun cenderung meningkat. Menurut hasil Riskesdas 2007, stroke, hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung lainnya adalah penyakit tidak menular utama penyebab kematian. Berikut beberapa Penyakit Tidak Menular (PTM) yang datanya tersedia Hypertensi, dan Diabetes Mellitus. Tabel 3.4 Jumlah Kasus Penyakit Tidak Menular di Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun No Penyakit Hypertensi DM Jantung ND ND ND 4 Neoplasma Ganas ND ND ND 5 Neoplasma Tidak ganas ND ND ND 6 Struma ND ND ND 7 Kanker Tyroid ND ND ND 8 Kecelakaan ND ND ND 9 Gangguan Jiwa ND Cat: ND = Data tidak tersedia *=Data 2009 per Agustus 2010 (sejak digunakan blangko ICD X) 45

68 Hypertensi Hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah seseorang lebih dari 140 mmhg (tekanan sistolik) dan/atau lebih dari 90 mmhg (tekanan diastolik). Hipertensi berkontribusi secara substansial terhadap risiko penyakit lain antara lain jantung koroner, trombo-embolik, dan stroke dapat mengakibatkan timbulnya kerusakan jantung, otak dan ginjal (DepKes, 2009). Data penderita hipertensi yang diaporkan pada tahun 2015 sebanyak kasus, terjadi penurunan 66 % dari tahun 2014 yang sebanyak kasus. Sedangkan data pada tahun 2013 yang sebanyak kasus. Dilihat dari trend, kasus hipertensi dari tahun 2009 sampai tahun 2014 cenderung fluktuatif menurun. Lebih rinci dapat di lihat pada grafik 3.28 berikut : Grafik 3.28 Grafik Jumlah Kasus Hipertensi Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Sumber: Seluruh Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Diabetes Mellitus (Kencing Manis) Penyakit diabetes mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas kurang/tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh atau bisa disebutkan sebagai suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) didalam darah menjadi `tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat. Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak memberikan respon yang tepat terhadap insulin (DepKes 2009). 46

69 Kasus penyakit DM yang dilaporkan oleh Puskesmas pada tahun 2015 sebanyak kasus. Menurun 43% dari tahun 2014 sebanyak kasus. Sedangkan pada tahun 2013 sebanyak kasus. Angka penemuan kasus penyakit DM ini masih belum menggambarkan penderita DM secara keseluruhan di Kabupaten Tabalong karena masih dianggap fenomena Gunung Es.Untuk lebih rinci dapat dilihat pada grafik 3.29 berikut : Grafik 3.29 Jumlah Kasus Diabetes Mellitus (DM) di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Sumber: Seluruh Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2015 D. STATUS GIZI Status Gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator, antara lain Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, status gizi wanita usia subur Kurang Energi Kronis (KEK) dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). 1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berat Badan Lahir Rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir. BBLR merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR sendiri terbagi dalam 2 kategori yaitu (1) BBLR karena prematur (usia kandungan < 37 minggu) dan (2) BBLR karena intra uterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di Negara berkembang kasus yang ke-2 lebih sering terjadi dikarenakan ibu berstatus gizi buruk, anemia, malaria dan menderita penyakit menular seksual sebelum konsepsi atau pada masa kehamilan (Depkes, 2009). 47

70 Tahun 2015, di Kabupaten Tabalong terdapat 249 kasus BBLR yang dilaporkan atau 6,0% dari bayi baru lahir hidup. Data ini menunjukkan peningkatan kasus 12,7% dari tahun 2014 yang dilaporkan terdapat 221 kasus BBLR atau 5,6% dari bayi baru lahir hidup. Sedangkan pada tahun 2013 dilaporkan terdapat 190 kasus BBLR. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada grafik 3.30 berikut : Grafik 3.30 Persentase BBLR Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun Persentase 14,0 12,0 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 B. PU LA GA WA AN S KEL UA AG UN G HA RU S TA NT A TA HIK NJU UN NG PU DA K ,2 4,9 4,3 9,6 3,2 3,6 9,2 0,8 3,0 5,7 4,5 0,0 6,4 0,0 4,8 2,5 0,0 10,0 MA BU' UN ,8 6,9 4,6 12,4 8,5 4,8 9,8 5,9 5,8 2,5 3,5 0,0 6,2 0,0 11,9 2,4 1,8 7, ,1 5,6 9,0 7,3 5,2 4,8 4,4 2,3 6,6 5,6 8,4 1,1 6,5 4,2 11,6 8,1 4,1 6,6 HA RU AI WI RA NG B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB AN G JAR O Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Sedangkan untuk mengetahui Jumlah BBLR Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d 2015 dapat di lihat pada grafik 3.31 berikut : Grafik 3.31 Jumlah BBLR Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d 2015 Jumlah B. LA WA S PU GA AN KEL UA AG UN G HA RU S TA NT A TA NJ UN G HIK UN PU DA K MA BU' UN HA RU AI WI RA NG B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB AN G JAR O Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun

71 Persentase BBLR Kabupaten Tabalong sejak tahun 2013 s/d 2015 menunjukkan trend yang cenderung mengalami kenaikan. Lebih rinci dapat di lihat pada grafik 3.32 berikut : Grafik 3.32 Grafik Persentase BBLR Kabupaten Tabalong 2013 s/d ,6 4, Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun Gizi Balita Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan(bb) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dan TB tersebut disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan Berat Badan menurut tinggi badan (BB/TB). Angka berat badan dan tinggi badan setiap balita dikonvensikan ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-score) dengan menggunakan baku antropometri WHO Berdasarkan indikator BB/U disebut : (a) gizi buruk jika Z-score < -3,0; (b) gizi kurang Z-score -3 s/d <-2, (c) gizi baik Z-score -2 s/d 2 dan (d) gizi lebih Z-score >2,0. Berdasarkan indikator TB/U disebut: (a) sangat pendek jika Z-score < -3,0, (b) pendek Z-score -3 s/d -2, (c) normal Z-score -2,0. Berdasarkan indikator BB/TB disebut: (a) sangat kurus jika Z-score < -3,0, (b) kurus Z-score -3 s/d < -2, (c) normal Z-score -2 s/d 2 dan (d) gemuk Z- score >2,0. Indikator BB/U memberikan gambaran tentang status gizi yang sifatnya umum, tidak spesifik. Tinggi rendahnya prevalensi gizi buruk atau gizi kurang 49

72 mengindikasikan ada tidaknya masalah gizi pada balita, tetapi tidak memberikan indikasi apakah masalah gizi tersebut bersifat kronis atau akut. Indikator TB/U menggambarkan status gizi yang dipengaruhi kondisi-kondisi yang sifatnya kronis (akibat kondisi yang berlangsung dalam waktu lama). Indikator BB/TB meggambarkan status gizi yang sifatnya akut (akibat yang berlangsung dalam waktu pendek). Indikator BB/TB menggambarkan status gizi yang sifatnya akut (akibat keadaan yang berlangsung dalam waktu pendek). Indikator BB/TB juga digunakan sebagai indikator kegemukan. Pada tahun 2015, dilaporkan di Kabupaten Tabalong terdapat 1 Balita dengan kasus gizi buruk yang terdapat di wilayah UPT. Puskesmas Bintang Ara. Data ini menunjukkan penurunan 70% jika dibandingkan dengan kasus gizi buruk pada tahun 2014 yang dilaporkan sebanyak 3 Balita. Sedangkan kasus gizi kurang di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 yang dilaporkan terdapat 329 Balita gizi kurang mengalami penurunan jumlah kasus sebesar 39% dari tahun 2014 yang dilaporkan terdapat 540 kasus gizi kurang. Rincian selengkapnya dapat dilihat pada grafik berikut ini : Grafik 3.33 Persentase Status Gizi Kurang Balita Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun ,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 3,99 1,69 1,24 0,54 5,35 2,10 1,99 0,00 0,25 0,27 6,93 2,63 2,63 4,11 0,00 0,39 0,24 0,45 Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Untuk persentase gizi kurang di Kabupaten Tabalong sejak beberapa tahun terakhir ini menunjukkan penurunan sebagaimana terlihat pada grafik 3.34 berikut : 50

73 Grafik 3.34 Persentase BGM dan Gizi Buruk di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d ,9 1, ,01 0,01 0, BGM GIZI BURUK Sumber : Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun

74 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN

75 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi Kementerian Kesehatan, perlu dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Upaya-upaya tersebut dapat dilihat pada uraian berikut. A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi. 1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar didalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil dapat mempengaruhi kesehatan janin dalam kandungannya hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi/anaknya. a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4) Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan terhadap ibu hamil oleh petugas kesehatan untuk memelihara kehamilannya yang dilaksanakan sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan. Tujuan pelayanan antenatal adalah mengantarkan ibu hamil agar dapat bersalin dengan sehat dan memperoleh bayi yang sehat, mendeteksi dan mengantisipasi dini kelainan kehamilan, dan deteksi serta antisipasi dini kelainan janin.gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya. Pelayanan antenatal yang dikenal dengan istilah 14T, yaitu timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian tablet Fe, pemberian imunisasi TT, pemeriksaan Hb, pemeriksaan VDRL, perawatan 53

76 payudara, pemeliharaan tingkat kebugaran, temu wicara, pemeriksaan protein urine atas indikasi, pemeriksaan reduksi urine atas indikasi, pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok, dan pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria. K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal yang dilakukan pada trimester pertama kehamilan. Sedangkan K4 adalah kunjungan ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali, yaitu 1 kali pada trimester pertama kehamilan, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Cakupan K1 atau disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal care. Sedangkan cakupan K4 ibu hamil adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar serta paling sedikit 4 kali kunjungan. Kedua angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015, persentase cakupan K1 sebesar 105,4% atau kunjungan dari ibu hamil dan 252 ibu hamil dari luar daerah. persentase cakupan mengalami kenaikan 15,1% dari tahun 2014 yang sebesar 90,3% atau sebanyak kunjungan dari sejumlah ibu hamil (tabel lampiran 29). Sedangkan cakupan tahun 2013 sebesar 93,6% atau sebanyak kunjungan dari sejumlah ibu hamil. Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 4.1 berikut : 54

77 Persentase Persentase Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Grafik 4.1 Persentase Cakupan K1 Per Puskesmas di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d ,0 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 B. PU LA GA WA AN S KEL UA AG UN G HA RU S TA NT A TA NJ UN G Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 HIK UN PU DA K MA BU' UN ,093,870,376,982,2122,91,594,294,087,785,6 0,0 89,2 0,0 95,892,297,5120, ,6105,82,185,977,0117,72,893,691,492,681,7 0,0 72,1 0,0 76,976,3113,104, ,897,897, , , , ,8 105 HA RU AI WI RA NG B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB AN G JAR O Persentase cakupan K4 tahun 2015 sebesar 89,4% atau kunjungan dari ibu hamil. Bila dibandingkan dengan tahun 2014 yang persentase cakupan K4 sebesar 87,5% terjadi kenaikan sebesar 1,9%. Sedangkan persentase cakupan K4 tahun 2013 sebesar 92,1%. Persentase Cakupan K4 lebih rinci dapat dilihat pada grafik 4.2 berikut: Grafik 4.2 Persentase Cakupan K4 Per Puskesmas di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d ,0 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 B.L AW AS PU GA AN KEL UA AG UN G HA RU S TA NT A TA HIK NJU UN NG PU DA K MA BU' UN ,0130,95,574,188,1107,75,183,488,984,982,9 0,0 91,8 0,0 94,496,1130,112, ,1110,74,891,778,799,263,180,988,087,788,5 0,0 64,2 0,0 99,383,9113,98, , ,2 94,8 88, ,5 88,7 95,4 97,2 79, ,2 61,1 81,3 80, ,3 Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 HA RU AI WI RA NG B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB AN G JAR O 55

78 Gambaran ANC (Ante Natal Care) ibu hamil beberapa tahun terakhir memperlihatkan keadaan yang fluktuatif. Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 4.3 berikut : Grafik 4.3 Persentase Cakupan K1 dan K4 Kabupaten Tabalong Tahun ,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 105,4 93,6 90,3 92,1 87,5 K K4 89,4 Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Cakupan kunjungan ibu hamil K4 sangat dipengaruhi oleh tersedianya poskesdes (SARANA), bidan desa (SDM), tersedianya peralatan KIA (SARANA) dan Biaya Operasional yang memadai (DANA). Saat ini, untuk pelayanan K1-K4 hingga persalinan sudah dibiayai oleh pemerintah melalui program Jampersal, JTS, dan Jamkesmas. Selain mengupayakan peningkatan cakupan K4, harus diupayakan pula peningkatan kualitas K4 yang sesuai standar. Salah satu pelayanan yang diberikan saat pelayanan antenatal yang menjadi standar kualitas adalah pemberian zat besi (Fe) 90 tablet dan imunisasi TT (Tetanus Toksoid). Dengan demikian seharusnya ibu-ibu hamil yang tercatat sebagai cakupan K4 juga tercatat dalam laporan pemberian Fe3 dan TT2. b. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Dengan Kompetensi Kebidanan Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Tenaga kesehatan yang kompeten adalah dokter spesialis kebidanan, dokter umum dan bidan. Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu (1) pencegahan infeksi, (2) metode pertolongan persalinan yang 56

79 sesuai standar, (3) merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi dan (4) melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan yang tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan. Di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015, persentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan berkompetensi kebidanan sebesar 94,6%. Jika dibandingkan persentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2014 yang sebesar 97%, terjadi penurunan sebesar 2,4%. Persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan per Puskesmas lebih rinci dapat di lihat pada grafik 4.4 berikut : Grafik 4.4 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Berkompetensi Kebidanan Per Puskesmas Kabupaten TabalongTahun 2013 s/d 2015 Persentase 140,0 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 B. PU LA GA WA AN S KEL UA AG UN G HA RUS TA NT A TA NJU NG HIK UN PU DA K MA BU' UN HA RU AI WIR AN G B. ARA ,8 99,1 96,8 85,1 102, 121, 58,8 112, 100, 95,8 103, 0,0 113, 0,0 41,0 133, 130, 110, ,6 118, 83,0 84,5 96,4 124, 111, 93,4 110, 80,7 99,0 0,0 90,0 0,0 103, 96,7 106, 108, , , ,6 96, , , ,7 93,5 85,3 PA NA AN UP AU UY A RIB AN G JAR O Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan berkompetensi kebidanan di Kabupaten Tabalong beberapa tahun terakhir dapat digambarkan pada grafik 4.5 berikut : 57

80 Grafik 4.5 Persentase Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun ,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 96,6 97,0 94,6 3,4 3,0 5, NAKES NON NAKES Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 c. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Pelayanan nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal 3 kali dengan distribusi: (1) kunjungan nifas pertama (KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 7 hari; (2) kunjungan nifas kedua (KF2) dilakukan pada minggu ke-2 setelah persalinan, dan (3) kunjungan nifas ke-3 (KF3) dilakukan minggu ke-6 setelah persalinan. Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan nifas adalah dokter spesialis kebidanan, dokter umum, perawat dan bidan. Pelayanan yang diberikan meliputi: (1) pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu, (2) pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus); (3) pemeriksaan lokbia dan pengeluaran pervaginam lainnya; (4) pemeriksaan payudara dan anjuran ASI ekslusif 6 bulan; (5) pemberian kapsul Vitamin A IU sebanyak dua kali (2x 24 jam); dan (6) pelayanan KB pasca persalinan. Cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 sebesar 93,6%, terjadi penurunan 1,9% dari tahun 2014 yang sebesar 95,5%. Sedangkan cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas pada tahun 2013 sebesar 96,2%. Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 4.6 berikut: 58

81 Persentase Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Grafik 4.6 Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d ,0 120,0 90,0 60,0 30,0 0,0 B. LA WA S PU KEL GA UA AN AG UN G HA RU S TA NT A TA NJ UN G Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 HIK UN PU DA K MA BU' UN HA RU AI WI RA NG B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB JAR AN O G , , 68, , , 105 0, ,0 41, , , 99, 96, , , 94, 0,0 75, 0,0 91, 89, 73, Jika kita lihat beberapa tahun terakhir, cakupan pelayanan ibu nifas menunjukkan grafik yang fluktuatif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 4.7 berikut ini: Grafik 4.7 Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d , , , ,5 96,2 95,5 94, Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 d. Kunjungan Neonatus dan Kunjungan Bayi Bayi sampai umur kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan 59

82 Persentase Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015 pada neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali pada umur 0-7 hari (KN1) dan satu kali pada umur 8-28 hari (KN2). Di Negara berkembang, saat melahirkan dan minggu pertama setelah melahirkan merupakan periode kritis bagi ibu dan bayinya. Sekitar seperempat hingga separuh kematian bayi berumur kurang dari satu tahun terjadi dalam minggu pertama. Dampak yang dikehendaki dengan berhasilnya kegiatan ini adalah menurunnya Angka Kematian Neonatal. Pada tahun 2015, cakupan kunjungan neonatus KN1 di Kabupaten Tabalong sebanyak 98,9% (4.084 bayi) dari bayi yang ada, terjadi peningkatan 2% dari capaian cakupan kunjungan neonatus tahun 2014 yang sebesar 96,9%. Sedangkan cakupan kunjungan bayi KN Lengkap tahun 2015 sebesar 95,2%, turun 0,2% dari tahun 2014 yang sebesar 95,4% (table lampiran 38). Sedangkan capaian cakupan kunjungan neonatus KN1 tahun 2013 sebesar 105,6% dan KN Lengkap sebesar 99,0%. Untuk rincian cakupan neonatus per puskesmas dapat dilihat pada grafik 4.8 berikut ini: 140,0 120,0 100,0 Grafik 4.8 Persentase Cakupan Kunjungan Neonatus Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun ,0 60,0 40,0 20,0 0,0 B. LA WA S PU GA AN KEL UA AG UN G HA RU S TA NT A TA NJ UN G Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 HIK UN PU DA K MA BU' UN , 95, 97, , , , , , 84, 95, , , 97, 0,0 93, 0, , HA RU AI WI RA NG B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB AN G JAR O 60

83 Persentase Persentase Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Sedangkan untuk mengetahui cakupan kunjungan bayi per puskesmas dapat di lihat pada grafik 4.9 berikut : Grafik 4.9 Persentase Cakupan Kunjungan Bayi Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d ,0 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 B. LA WA S PU GA AN KEL UA Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Kunjungan Bayi oleh Petugas Kesehatan merupakan kelanjutan kunjungan neonatus. Dampak yang ingin dicapai dengan kegiatan ini adalah menurunnya Angka Kematian Bayi. Gambaran cakupan kunjungan neonatus dan bayi di Kabupaten Tabalong sejak tahun 2013 s/d 2015 dapat dilihat pada grafik 4.10 berikut ini: AG UN G HA RU S TA NT A TA NJ UN G HIK UN PU DA K MA BU' UN , , , 68, , 88, 92, 0,0 64, 0,0 81, 92, , , , 96, 95, , , 96, 0,0 75, 0,0 94, , Grafik 4.10 Persentase Kunjungan Neonatus dan Bayi di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d 2015 HA RU AI WI RA NG B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB AN G JAR O Neonatus 105,6 96,9 98,96 Bayi 90,8 95,4 94,23 Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun

84 e. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita (Pra Sekolah) Tumbuh Kembang anak balita mempunyai pengertian bertambahnya ukuran fisik anak balita dari waktu ke waktu yang disertai dengan bertambahnya fungsi tubuh. Cakupan tumbuh kembang balita hanya dapat diketahui melalui penimbangan bulanan secara rutin yang biasanya dilakukan di Posyandu. Pelayanan penimbangan anak dilakukan setiap bulan secara rutin pada 274 posyandu yang ada tersebar di 131 desa/kelurahan dalam wilayah Kabupaten Tabalong. Pengukuran tingkat keberhasilan kegiatan penimbangan balita dipantau dengan sistim SKDN. Target untuk K/S atau liputan program adalah 90% artinya dari semua balita yang ada (S) diharapkan 80% memiliki Kartu Menuju Sehat atau buku KIA (K). Target untuk D/S atau partisipasi masyarakat adalah 60% dan 60% datang ditimbang (D).Target untuk N/S kelangsungan program adalah 50% artinya dari semua balita yang ada (S) 50% naik timbangannya (N). Target untuk N/D keberhasilan penimbangan adalah 60% artinya dari seluruh balita yang datang (D) 60% Naik timbangannya (N). Target D/K adalah 80% artinya dari seluruh balita yang memiliki KMS (K) 80% dari mereka datang kepenimbangan (D). Sesuai dengan fungsinya maka data yang diperoleh dari Posyandu dapat dibagi menjadi dua Kelompok. Pertama, kelompok data yang digunakan untuk memantau pertumbuhan balita. Misalnya, untuk menilai pertumbuhan individu balita apakah berat badannya Naik atau Tidak dan apakah pertumbuhannya berada pada garis normal atau dibawah garis normal (Bawah Garis Merah). Contoh lainnya untuk menilai keadaan pertumbuhan balita disuatu wilayah dengan menghitung persentase balita yang naik timbangannya terhadap balita yang ditimbang (% N/D). Kedua, kelompok data yang digunakan untuk tujuan pengelolaan program/kegiatan di Posyandu (% D/S dan % K/S). Berdasarkan data dari Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, pada tahun 2015 sebanyak balita (84,9%) dari balita telah mendapatkan deteksi tumbuh kembang 62

85 (Tabel lampiran 47). Data ini menunjukkan peningkatan 1,1% dibandingkan dengan persentase cakupan deteksi tumbuh kembang tahun 2014 yang sebesar 83,8%. Sedangkan cakupan deteksi tumbuh kembang balita pada tahun 2013 sebesar 69,9%. Untuk cakupan selengkapnya dapat dilihat pada grafik 4.11 berikut : Grafik 4.11 Cakupan Deteksi Tumbuh Kembang Balita per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun ,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 B. LA W AS PU GA AN KE LU A AG UN G HA RU S TA NT A TA NJ UN G Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 HIK UN PU DA K M AB UU N , 79, 65, 54, 70, 68, 87, 71, 56, 52, 77, 88, 59, 73, 87, 68, , 79, 91, 49, 93, 84, 85, 86, 91, 73, 81, 98, 94, 76, 96, 87, , 76, 89, 76, 94, 83, 87, 85, 83, 73, 97, 82, 82, 62, 75, 91, 84, 91, HA RU AI WI RA NG B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB AN G JA RO Gambaran deteksi tumbuh kembang balita di Kabupaten Tabalong sejak tahun 2013 s/d 2015 dapat di lihat pada grafik 4.12 sebagai berikut: 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 Grafik 4.12 Cakupan Deteksi Tumbuh Kembang Anak Balita/Pra Sekolah Di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d ,9 83,8 84, Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun

86 f. Penanganan Ibu Hamil dan Neonatal Risti/Komplikasi Kegiatan deteksi dini dan penanganan ibu hamil berisiko/komplikasi kebidanan perlu lebih ditingkatkan baik di fasilitas pelayanan kesehatan ibu dan anak maupun dimasyarakat. Risti/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi yaitu meliputi HB<8 g%, Tekanan darah tinggi (sístole>140mmhg, diástole >90 mmhg), oedeme nyata, eklampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan >32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis dan persalinan prematur. Pada tahun 2015, dari ibu hamil di Kabupaten Tabalong, diperkirakan sebanyak 934 (20%) ibu hamil berisiko tinggi dan 899 (96,2%) ibu hamil yang berisiko telah mendapatkan penanganan, baik dengan rujukan ataupun penanganan yang dilakukan oleh petugas kesehatan di wilayah setempat. Sedangkan pada tahun 2014, dari ibu hamil di Kabupaten Tabalong, sebanyak 916 (20%) ibu hamil diperkirakan berisiko tinggi dan 817 (89,2%) ibu hamil telah mendapatkan penanganan. Tahun 2013, sebanyak 889 (20%) dari ibu hamil dideteksi risiko tinggi dan 109,5% diantaranya telah mendapatkan penanganan. Demikian juga dengan penanganan neonatal risiko tinggi di Kabupaten Tabalong, pada tahun 2015 diperkirakan 619 (14,9%) neonatal dari kelahiran hidup berisiko tinggi dan 365 (58,9%) neonatal yang berisiko tinggi telah ditangani (Tabel lampiran 33). Data ini menunjukkan adanya penurunan angka neonatal risiko tinggi sebanyak 5,3% dibandingkan neonatal risti yang ditangani pada tahun 2014 sebesar 336 (53,6%) dari 626 perkiraan neonatal risiko tinggi. Sedangkan neonatal risti yang ditangani pada tahun 2013 yang sebesar 62,4% dari perkiraan neonatal risiko tinggi. Gambaran tentang penanganan deteksi ibu hamil risiko tinggi dan deteksi neonatal risti di Kabupaten Tabalong sejak tahun 2013 s/d 2015 sebagaimana terlihat pada grafik 4.13 berikut : 64

87 Grafik 4.13 Persentase Jumlah Bumil dan Neonatal Risti yang di tangani di Kabupaten Tabalong tahun 2013 s/d ,0 100,0 109,5 89,2 96,25 80,0 60,0 62,4 53,6 58,96 40,0 20,0 0,0 BUMIL RESTI NEONATAL RESTI Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Sedangkan untuk ilustrasi tentang penanganan deteksi ibu hamil resiko tinggi dan deteksi neonatal risti tiap puskesmas di Kabupaten Tabalong sejak tahun 2013 s/d 2015 sebagaimana terlihat pada grafik sebagai berikut : Grafik 4.14 Persentase Jumlah Bumil dan Neonatal Resti yang di tangani Per Puskesmas di Kabupaten Tabalong tahun 2013 s/d 2015 Persentase 350,0 300,0 250,0 200,0 150,0 100,0 50,0 0,0 B. LA W AS PU GA AN KE LU A AG UN G HA RU S Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 TA NT A TA NJ UN G HI KU N PU DA K BUMIL RESTI ,9124,195,34,059,3160,333,71,4100,152,90,2 0,0 123, 0,0 10,565,8 0,0 64,5 BUMIL RESTI ,466,784,941,712,396,1217,89,5140,122,120, 0,0 133, 0,0 17,039,018,175,5 BUMIL RESTI ,29,259,381,727,897,6165,130,105,143,157,95,7117, 0,0 10,061,0 0,0 57,0 NEONATAL RESTI ,832,1149,52,2135, 0,0 217,32,228,089,0100, 0,0 115, 0,0 0,0 28,510,023,6 NEONATAL RESTI ,5 0,0 34,928,635,452,637,495,894,140,8167, 0,0 8,8 0,0 0,0 1,9 17,551,2 NEONATAL RESTI ,6 0,0 85,260,620,846,412,7102,82,441,0149,93,648,455,6 5,5 44,1 0,0 43,8 M AB U' UN HA RU AI WI RA NG B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB AN G JA RO 65

88 2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian, usia subur wanita biasanya pada usia 15 sampai dengan 49 tahun. Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama, baik bertempat tinggal resmi dalam satu rumah ataupun tidak, dimana umur istrinya antara 15 sampai dengan 44 tahun. Pada tahun 2015 dari data yang diperoleh, di kabupaten Tabalong tercatat Pasangan Usia Subur (PUS) dengan peserta KB Aktif (81,3%), dan Peserta KB baru sebanyak (13,4%). Sedangkan tahun 2014 terdata Pasangan Usia Subur (PUS) dengan peserta KB Aktif (73,0%) dan peserta KB Baru ( 12,9% ). Di tahun 2013 tercatat Pasangan Usia Subur (PUS) dengan peserta KB aktif (81,0%) dan peserta KB Baru (15,8%). Lebih rinci dapat di lihat pada grafik 4.15 berikut : Grafik 4.15 Persentase Peserta KB Baru dan KB Aktif Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d , ,8 12,9 13, PESERTA KB BARU PESERTA KB AKTIF Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Sedangkan untuk persentase peserta KB Baru dan KB Aktif Per Puskesmas di Kabupaten Tabalong tahun dapat dilihat pada grafik 4.16 berikut ini : 66

89 Persentase Grafik 4.16 Persentase Peserta KB Baru dan KB Aktif Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d ,0 140,0 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 B. LA WA S PU GA AN KEL UA AG UN G HA RU S Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 TA NT A TA NJ UN G HIK UN PU DA K KB BARU ,810,023,2 0,0 21,213,715,4 0,0 14,2 0,0 16,2 0,0 14,1 0,0 14,015,9 0,0 10,5 KB BARU ,3 13,412,8 0,0 6,6 11,711,2 0,0 25,6 0,0 7,7 0,0 4,0 0,0 6,1 14,6 0,0 5,8 KB BARU ,1 8,7 20,4 0,0 8,3 10,816,5 0,0 11,1 0,0 10,1 0,0 7,9 0,0 11,114,7 0,0 10,1 KB AKTIF ,092,378,2 0,0 90,089,479,6 0,0 79,8 0,0 84,5 0,0 90,8 0,0 79,170,9 0,0 79,3 KB AKTIF ,896,382,7 0,0 146,90,389,7 0,0 55,8 0,0 21,1 0,0 80,5 0,0 93,787,0 0,0 87,4 KB AKTIF ,391,980,6 0,0 89,278,479,1 0,0 74,2 0,0 88,2 0,0 87,7 0,0 81,186,0 0,0 82,1 MA BU UN HA RU AI WI RA NG B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB AN G JAR O Jika kita melihat ke tahun sebelumnya, terjadi fluktuasi terhadap kepesertaan KB aktif, namun trendnya relatif menurun. Lebih rinci dapat di lihat pada grafik 4.17 berikut : Grafik 4.17 Persentase Peserta KB Aktif di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d ,00 80,00 78,00 76,00 74,00 72,00 70,00 68,00 81,00 81,3 73, Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun

90 Berdasarkan data dari Badan Pemberdayaan Masyarakat dan KB tahun 2015, jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh peserta KB Baru adalah suntik sebesar 47,25% disusul oleh pil sebesar 40,86%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 4.18 berikut : Grafik 4.18 Persentase Peserta KB Baru Berdasarkan Jenis Kontrasepsi Kabupaten Tabalong Tahun 2015 OBAT VAGINA 0,00% MOW 0,40% SUNTIK 47,25% PIL 40,86% KONDOM 1,50% IUD 1,30% IMPLANT 7,79% MOP 0,90% Sumber: BPMKB Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Sedangkan untuk peserta KB Aktif tahun 2015, alat kontrasepsi yang digunakan didominasi oleh penggunaan Suntik 43,80% dan Pil 43,20%, lebih rinci dapat dilihat pada grafik 4.19 di bawah ini : Grafik 4.19 Persentase Peserta KB Aktif Berdasarkan Jenis Kontrasepsi Kabupaten Tabalong Tahun 2015 SUNTIK 43,80% MOW 1,20% OBAT VAGINA 0,00% MOP 0,60% PIL 43,20% IMPLANT 7,80% IUD 2,10% KONDOM 1,30% Sumber: BPMKB Kabupaten Tabalong Tahun

91 3. Pelayanan Imunisasi Bayi, anak umur muda maupun orang dewasa sama-sama memiliki risiko terserang penyakit menular yang dapat mematikan seperti : Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Influenza, Typhus, Radang Selaput Otak, Radang paru-paru, dan masih banyak penyakit lainnya. Untuk itu salah satu pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar kelompok berisiko terlindungi adalah melalui imunisasi. Pada saat pertama kali kuman (antigen) masuk ke dalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai pengalaman. Tetapi pada reaksi ke-2 dan ke-3 dan seterusnya tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukkan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. Sehingga ketika diserang oleh penyakit yang telah diberi imunisasinya ke tubuh seseorang, antibodi sudah siap untuk mempertahankan tubuh sehingga dapat dicegah untuk tidak terkena penyakit atau jika terkenapun tidak akan menimbulkan akibat yang fatal. a. Imunisasi Dasar Pada Bayi Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Suatu desa/kelurahan telah mencapai target UCI apabila >80% bayi di desa/kelurahan tersebut mendapat imunisasi lengkap. Jumlah desa yang mencapai UCI di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 adalah 107 desa (81,6%) dari 131 desa/kelurahan yang ada. Data ini lebih tinggi 5,3% dari capaian pada tahun 2014 yang sebesar 76,3% dari 131 desa/kelurahan. Sedangkan capaian pada tahun 2013 yang sebesar 81,7% dari 131 desa/kelurahan. Untuk pencapaian desa yang UCI berdasarkan wilayah kerja Puskesmas dapat dilihat pada grafik 4.20 berikut : 69

92 Grafik 4.20 Persentase Desa/Kelurahan UCI Per Puskesmas di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d 2015 Persentase 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 B. PU LA GA WA AN S KEL UA AG UN G HA RUS TA NT A TA HIK NJU UN NG PU DA K ,7 71, , ,9 0,0 77,8 0,0 66,7 81, ,3 85, , ,3 0,0 77,8 0,0 50,0 54, ,6 85,7 75,0 100, 100, 78,5 100, 100, 100, 100, 100, 100, 100, 0,00 83,3 72,7 100, 100, MA BU' UN Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 HA RU AI WIR AN G B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB AN G JAR O Gambaran pencapaian desa UCI sejak tahun 2013 menunjukkan trend sebagaimana yang dapat dilihat pada grafik 4.21 sebagai berikut : Persentase Grafik 4.21 Persentase Cakupan Desa/Kelurahan UCI di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d ,0 82,0 80,0 78,0 76,0 74,0 72,0 81,7 76, Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun ,68 b. Imunisasi Ibu Hamil Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri yang disebut Clostridium tetani. Tetanus juga bisa menyerang pada bayi (Tetanus Neonatorum) yang ditularkan melalui ibunya yang memang terinfeksi tetanus atau pada saat persalinan. Tetanus merupakan salah satu penyebab kematian bayi di Indonesia. Cakupan imunisasi TT1 dan TT2 Bumil di Kabupaten Tabalong Tahun 2015 masing-masing adalah 19,7% dan 3,1%. Data cakupan imunisasi ini lebih rendah dari cakupan imunisasi tahun 2014 yang sebesar 33,9% untuk TT1 dan 29,2% untuk TT2 (Lampiran Tabel 30). Sedangkan 70

93 cakupan imunisasi tahun 2013 yang sebesar 61,1% untuk TT1 dan 52,5% untuk TT2. Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 4.22 berikut : Grafik 4.22 Persentase Cakupan Imunisasi TT1 sampai TT5 Pada Ibu Hamil Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d 2015 Axis Title 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0, TT1 61,1 33,9 19,71 TT2 52,5 29,2 3,17 TT3 0 4,3 0,79 TT4 0 5,1 0,32 TT5 0 1,0 0,11 Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Sedangkan untuk mengetahui persentase cakupan imunisasi TT1 pada ibu hamil tiap-tiap puskesmas dapat dilihat pada grafik 4.23 berikut : Grafik 4.23 Persentase Cakupan Imunisasi TT1 Pada Ibu Hamil Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d 2015 Persentase 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 B. LA WA S PU GA AN KEL UA AG UN G HA RU S TA NT A TA NJ UN G Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 HIK UN PU DA K MA BU' UN , 56, 41, 53, , 73, 62, 45, 58, 54, 0,0 49, 0,0 15, 55, 88, 79, , ,0 52 0, ,2 41 6, , HA RU AI WI RA NG B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB AN G JAR O 71

94 Sedangkan untuk mengetahui persentase cakupan imunisasi TT2 pada ibu hamil tiap-tiap puskesmas dapat dilihat pada grafik 4.24 berikut : Grafik 4.24 Persentase Cakupan Imunisasi TT2 Pada Ibu Hamil Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d 2015 Persentase 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 B. LA WA S PU GA AN KEL UA AG UN G HA RU S TA NT A TA NJ UN G HIK UN PU DA K MA BU' UN , 46, 37, 29, , 74, 35, 36, 45, 43, 0,0 46, 0,0 18, 63, 82, 87, ,9 7, ,0 33 0, ,4 9,8 9,5 2, , , HA RU AI WI RA NG B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB AN G JAR O Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun Pelayanan Kesehatan Rujukan a. Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Rumah Sakit sebagai salah satu sarana kesehatan memiliki andil besar dalam fungsinya sebagai tempat rujukan kasus-kasus yang tidak dapat ditangani baik ditingkat Puskesmas, Rumah Bersalin maupun sarana/fasilitas kesehatan lainnya. Oleh karenanya, diperlukan keberadaan rumah sakit dengan kelengkapan sumberdaya manusia, fasilitas dan sarana lainnya yangmemadai. Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan rumah sakit antara lain dengan melihat fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan tempat tidurnya, yaitu dengan membandingkan jumlah tempat tidur RS per penduduk. Secara umum, rasio ideal adalah sebesar 75 tempat tidur per penduduk jadi untuk Kabupaten Tabalong setidaknya diperlukan RS dengan kapasitas 150 tempat tidur. Selain rasio tersebut, 72

95 perkembangan rumah sakit juga dapat dilihat dari tingkat pemanfaatan fasilitasnya. Beberapa indikator kesehatan di rumah sakit yang dipantau antara lain : Bed Ocupation Rate (BOR) standar terkait dengan pelayanan Yaitu Persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur Rumah Sakit, dengan standar normal 60-85%. Pada tahun 2015, rata-rata penggunaan tempat tidur di RSUD H. Badaruddin sebesar 92,8% dan untuk rata-rata penggunaan tempat tidur di RS Pertamina sebesar 74,4%. Persentase penggunaan tempat tidur di RSUD H. Badaruddin ini menunjukkan peningkatan jika dibandingkan BOR tahun 2014 dengan rata-rata penggunaan tempat tidur sebesar 70,3% dan untuk rata-rata penggunaan tempat tidur di RS Pertamina terjadi penurunan dari tahun 2013 yang sebesar 80,5%. Sedangkan BOR tahun 2013 dengan rata-rata penggunaan tempat tidur di RSUD H. Badaruddin sebesar 62,1% dan untuk rata-rata penggunaan tempat tidur di RS Pertamina sebesar 90,3%. Dari data tersebut terlihat bahwa baik RSUD H. Badaruddin maupun RS Pertamina sudah memenuhi standar BOR dengan artian tingkat pemanfaatan tempat tidur ke-2 Rumah Sakit tersebut sudah memenuhi standar. Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 4.25 berikut : Grafik 4.25 BOR Rumah Sakit Di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d ,1 70,3 92,89 90,3 80,5 74, BOR RSUD H. BADARUDDIN BOR RS. PERTAMINA TANJUNG Sumber: Rumah Sakit di Kabupaten Tabalong Tahun

96 Lenght Of Stay (LOS) Yaitu rata-rata lama perawatan seorang pasien. Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan memberikan gambaran mutu pelayanan Rumah Sakit. Standar normal LOS adalah 6-8 hari. Rata-rata lama perawatan pasien di RSUD H. Badaruddin pada tahun ,9 hari dan di RS Pertamina 3,5 hari. Rata-rata lama perawatan tahun ,8 hari untuk RSUD H. Badaruddin dan di RS Pertamina 3,2 hari. Tahun 2013 rata-rata lama perawatan pasien di RSUD H. Badaruddin 3,5 hari dan di RS Pertamina 3,1 hari. Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 4.26 berikut : Grafik 4.26 LOS Rumah Sakit Di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d ,00 3,10 3,20 3,52 3,50 3,80 3,99 3,00 2,00 1,00 0,00 LOS RS PERTAMINA LOS RSUD H. BADARUDDIN TANJUNG Sumber: Rumah Sakit di Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Turn Over Interval (TOI) Yaitu interval penggunaan tempat tidur dari saat kosong sampai terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi dari penggunaan tempat tidur. Pada tahun 2015, TOI di RSUD H. Badaruddin adalah 0,3 hari dan TOI di RS Pertamina adalah 1,2 hari. Data ini menunjukkan adanya penurunan TOI di RSUD H. Badaruddin pada tahun 2014 yang sebanyak 1,6 hari dan kenaikan TOI di RS Pertamina tahun 2014 yang sebanyak 0,8 hari. Sedangkan TOI di RSUD H. Badaruddin pada tahun 2013 yang sebanyak 2,2 hari dan RS Pertamina sebanyak 0,3 hari. Penurunan TOI artinya semakin meningkat pemanfaatan sarana kesehatan di Rumah Sakit. Lebih rinci dapat di lihat pada grafik 4.27 berikut : 74

97 Grafik 4.27 TOI Rumah Sakit Di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d ,00 2,20 2,00 1,00 0,30 0,80 1,20 1,60 0,30 0,00 TOI RS PERTAMINA TOI RSUD H. BADARUDDIN TANJUNG Sumber: Rumah Sakit di Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Net Death Rate (NDR) NDR yaitu angka kematian lebih dari 48 jam setelah dirawat untuk tiap 1000 penderita keluar, sedangkan GDR adalah angka kematian umum untuk tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran angka kematian total penderita keluar (hidup+mati). Kedua indikator ini dapat memberikan gambaran mutu pelayanan Rumah Sakit. Nilai NDR tahun 2015 pada RSUD H. Badaruddin adalah 20,2 dan pada RS Pertamina 4,4. Terjadi peningkatan nilai NDR dari tahun 2014 yang sebesar 20,1 untuk RSUD H. Badaruddin dan NDR RS Pertamina 5,4. Sedangkan nilai NDR tahun 2013 yang sebesar 1,7 untuk RSUD H. Badaruddin dan dan tidak ada kematian yang dilaporkan dari RS Pertamina. Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 4.28 berikut: Grafik 4.28 NDR Rumah Sakit Di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d ,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 0,00 5,40 4,46 1,70 1,00 NDR RS PERTAMINA NDR RSUD H. BADARUDDIN ,10 20,21 NDR RS DI TABALONG Sumber: Rumah Sakit di Kabupaten Tabalong Tahun ,50 15,21 75

98 Gross Death Rate (GDR) Nilai GDR tahun 2015 pada RSUD H. Badaruddin adalah 50,12 dan pada RS Pertamina 9,0. Terjadi peningkatan nilai GDR dari tahun 2014 untuk RSUD H. Badaruddin yang sebesar 5,1 per 1000 pasien keluar dan GDR RS Pertamina yang tidak ada data yang dilaporkan pada tahun GDR Pada tahun 2013 untuk RSUD H. Badaruddin adalah 5,1 per 1000 pasien keluar, dan GDR RS Pertamina yang tidak ada data yang dilaporkan pada tahun Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 4.29 berikut : Grafik 4.29 GDR Rumah Sakit Di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d ,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 0,00 9,00 9,92 56,10 50,12 5,10 3,10 GDR RS PERTAMINA GDR RSUD H. BADARUDDIN TANJUNG ,80 GDR RS DI KAB. TABALONG 37,35 Sumber: Rumah Sakit di Kabupaten Tabalong Tahun 2015 b. Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat Sejak tahun 2008, dengan adanya program pengobatan gratis untuk penduduk Kabupaten Tabalong otomatis 100% penduduk Kabupaten Tabalong telah mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan (tabel lampiran 55). Meskipun universal, coverage tersebut masih terbatas pada pelayanan kesehatan dasar saja, sedangkan pelayanan kesehatan rujukan masih mempunyai batasan-batasan pelayanan. Cakupan Jaminan Pelayanan Kesehatan Per Jenis Jaminan dapat dilihat pada grafik berikut : 76

99 Grafik 4.30 Persentase Jaminan Kesehatan Masyarakat Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Pekerja penerima upah (PPU) 18% Pekerja bukan penerima upah (PBPU)/mandiri 3% Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBN 26% Jamkesda 2% Jaminan Kesehatan Nasional 51% Bukan pekerja (BP) 0% Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun Perbaikan Gizi Masyarakat a. Pemberian Kapsul Vitamin A Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakikatnya dimaksudkan untuk menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan, ditemukan beberapa permasalahan gizi yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat, yaitu kekurangan kalori protein, kekurangan Vitamin A, gangguan akibat kekurangan yodium dan anemia gizi besi. Vitamin A adalah salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan mata. Anak yang menderita kurang Vitamin A bila terserang campak, diare atau penyakit infeksi lainnya, penyakit tersebut akan bertambah parah dan dapat menimbulkan kematian. Infeksi akan memperlambat kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan pada saat yang sama akan mengikis habis simpanan Vitamin A dalam tubuh. Kekurangan Vitamin A untuk jangka waktu lama juga akan mengakibatkan terjadinya gangguan pada mata, dan bila anak tidak segera mendapatkan Vitamin A akan mengakibatkan kebutaan. Vitamin A termasuk salah satu zat gizi esensial bagi manusia 77

100 Persentase karena zat gizi ini tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar. Vitamin A dapat diperoleh tubuh melalui bahan makanan alami, bahan makanan yang diperkaya dengan Vitamin A dan kapsul vitamin A dosis tinggi. Pada bulan Februari dan Agustus tahun 2015 telah dilakukan distribusi vitamin A pada bayi dan anak balita, sebagaimana juga telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Adapun cakupan distribusi Vitamin A tahun 2015 pada bayi sebesar 99,9%, anak balita sebesar 99,3%, balita sebesar 99,7% dan cakupan distribusi Vitamin A tahun 2015 pada ibu nifas sebesar 93,6%. Sedangkan cakupan distribusi Vitamin A tahun 2014 pada bayi sebesar 98,5%, anak balita sebesar 96,1%, balita sebesar 99,1% dan pada ibu nifas sebesar 95,5%. Grafik persentase cakupan pemberian Vitamin A masing-masing puskesmas di Kabupaten Tabalong tahun 2015 dapat dilihat pada grafik 4.31 berikut : Grafik 4.31 Persentase Cakupan Pemberian Vitamin A Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun B. LA W AS PU KEL GA UA AN AG UN G HA RU S Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 TA NT A TA NJ UN G HIK UN PU DA K MA BU' UN HA RU AI WI RA NG B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB JAR AN O G BAYI 6-11 BLN , ANAK BALITA BLN , , ,7 BALITA 6-59 BLN , , ,7 IBU NIFAS 57, ,111587,495,610398,379, ,499,181,

101 Sedangkan gambaran pemberian Vitamin A pada balita sebanyak 2 kali beberapa tahun terakhir pada grafik 4.32 berikut : Grafik 4.32 Persentase Cakupan Pemberian Vit A 2x Pada Balita Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d ,00 99,50 99,00 98,50 98,00 97,50 97,00 96,50 96,00 95,50 95,00 96,90 Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun ,1 99, b. Pemberian Tablet Besi (Fe) Pemberian tablet besi (Fe) dimaksudkan untuk mengatasi kasus anemia serta meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan Fe khususnya yang dialami ibu hamil. Anemia gizi merupakan masalah kesehatan yang ikut berperan sebagai penyebab tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi, produktifitas kerja, prestasi olahraga dan kemampuan belajar.wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan masalah gizi terutama anemia akibat kekurangan zat besi (Fe). Nilai-nilai batas normal kandungan Fe dalam darah (KepMenKes RI. No.736a/MenKes/XI/1989) adalah : (1) Hb laki-laki dewasa >13 g/dl, (2) Hb Perempuan dewasa >12 g/dl, (3) Hb anak-anak >11 g/dl dan (4) Hb ibu hamil >11 g/dl. Seseorang dikatakan anemia bila kadar Hb-nya kurang dari nilai baku tersebut di atas. Masalah yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia adalah masih tingginya prevalensi anemia ibu hamil dan sebagian besar penyebabnya adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukkan hemoglobin, sehingga anemia yang ditimbulkan disebut anemia zat besi. Keadaan kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menimbulkan gangguan atau 79

102 Persentase Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015 hambatan pada pertumbuhan baik pada sel tubuh maupun sel otak pada janin. Pada ibu hamil dapat mengakibatkan keguguran, lahir sebelum waktunya, bayi berat lahir rendah (BBLR), perdarahan sebelum serta pada waktu melahirkan dan pada anemia berat dapat menimbulkan kematian ibu dan bayi. Pada anak dapat mengalami gangguan pertumbuhan, tidak dapat mencapai tinggi yang optimal dan anak menjadi kurang cerdas. Cakupan Fe1 ibu hamil di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 adalah 100,4% dan cakupan Fe3 sebesar 89,7%. Untuk cakupan Fe1 ini sudah mencapai target 90% dan Fe3 juga sudah mencapai target 80%. Data cakupan tahun 2015 ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2014 yang Cakupan Fe1 ibu hamil sebesar 90,3% dan cakupan Fe3 sebesar 87,5%. Sedangkan tahun 2013, Cakupan Fe1 ibu hamil sebesar 94,6% dan cakupan Fe3 sebesar 90,0%. Rincian selengkapnya dapat dilihat pada grafik 4.33 berikut : Grafik 4.33 Persentase Cakupan Fe1 dan Fe3 Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun B. LA WA S PU GA AN KEL UA AG UN G HA RU S TA NT A TA NJ UN G Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 HIK UN PU DA K Fe Fe Fe Fe Fe Fe MA BU' UN HA RU AI WI RA NG B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB AN G JAR O 80

103 Sedangkan gambaran mengenai cakupan pemberian Fe1 dan Fe3 di Kabupaten Tabalong sejak tahun 2013 s/d 2015 dapat dilihat pada grafik 4.34 berikut : 110,00 100,00 Grafik 4.34 Persentase Pemberian Fe1 dan Fe3 Ibu Hamil Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d ,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 100,43 94,69 90,08 87,5 90,3 89, Fe1 Fe3 Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 c. Pemberian Pelayanan Pada Baduta dan Balita BGM Pada tahun 2015, di Kabupaten Tabalong dilaporkan terdapat 188 (1,7%) baduta BGM dari baduta yang ditimbang, dan tahun 2014 terdapat 155 (1,8%) balita BGM dari balita yang di timbang. Keseluruhan telah mendapatkan penanganan (100%). Lebih rinci dapat dilihat pada grafik berikut : Grafik 4.35 Jumlah Baduta BGM dan Persentase Baduta BGM Yang Mendapatkan MP ASI Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Anak BGM Gakin MP ASI Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun

104 Sedangkan gambaran jumlah baduta dan balita BGM per Puskesmas dapat dilihat pada grafik 4.36 berikut : Grafik 4.36 Jumlah Baduta dan Balita BGM Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2015 JUMLAH B. LA WA S PU KEL GA UA AN AG UN G HA RU S TA NT A TA NJ UN G HIK UN PU DA K MA BU' UN HA RU AI WI RA NG B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB JAR AN O G Baduta Balita Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun Pelayanan Kesehatan Anak Sekolah a. Penjaringan Kesehatan Siswa SD/MI Hasil Penjaringan kesehatan siswa-siswi SD/MI Kelas 1 dan setingkat di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 sebesar 97,1% dari siswa kelas 1 dan hasil penjaringan Siswa SD dan setingkat sebesar 98,6% dari siswa SD. Hasil penjaringan Siswa SD Kelas 1 ini menunjukkan peningkatan 7,8% dari tahun 2014 yang sebesar 96,9%. Sedangkan penjaringan siswa SD tahun 2013 sebesar 89,1%. Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 4.37 berikut : 100 Grafik 4.37 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa Kelas I SD/MI Kabupaten TabalongTahun 2013 s/d ,9 97, , Sumber: Bidang Promkes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun

105 Persentase Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usia Lanjut Pada tahun 2015, di Kabupaten Tabalong terdapat orang lanjut usia (60 Tahun+). Dari data tersebut, sebanyak orang (56,47%) lanjut usia telah mendapatkan pelayanan kesehatan. Hasil capaian ini lebih rendah 6,86% dibandingkan tahun 2014 sebesar 63,33%. Sedangkan capaian tahun 2013 sebesar 62.65%. Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 4.38 berikut ini : Grafik 4.38 Jumlah dan Persentase Pelayanan Usila 60+ Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d 2015 Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Sedangkan cakupan pelayanan dimasing-masing wilayah kerja Puskesmas dapat dilihat pada grafik 4.39 berikut ini : ,65 63,33 56, Jumlah Usila 60+ Pelayanan Usila (%) Grafik 4.39 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila (60+) Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun B. LA WA S PU GA AN KEL UA AG UN G HA RUS TA NT A TA NJU NG HIK UN PU DA K , ,5 92, ,4 61,8 82,6 61,8 69,3 66,3 0 71,6 0 71,7 50, , ,6 100, 41,7 100, 88,8 65,8 48,2 98,6 81,2 82,9 51,8 0,0 61,2 0,0 68,8 39,1 46,8 45, ,3 51, , ,3 42,7 86,8 64,7 64,4 51,8 68,5 56,6 54,7 41,1 74,4 84,2 MA BU' UN HA RU AI WIR AN G B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB AN G JAR O Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun

106 8. Penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) Pada tahun 2015, di Kabupaten Tabalong tidak terdapat Kejadian Luar Biasa yang dilaporkan. Sedangkan tahun 2014 dilaporkan terjadi 5 kali Kejadian Luar Biasa (KLB) yaitu KLB Malaria AFP 2 kali dan DBD 3 kali. Kejadian ini lebih rendah dari tahun 2013 terjadi 7 kali Kejadian Luar Biasa (KLB) dan tahun 2012 terjadi 10 kali Kejadian Luar Biasa (KLB). Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 4.40 berikut : Grafik 4.40 Jumlah Kejadian Luar Biasa Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d 2015 Jumlah Tahun Sumber: Bidang P2PL Kabupaten Tabalong Tahun 2015 KLB yang dimaksud adalah KLB tanpa keputusan kepala Dinas Kesehatan Kabupaten maupun Provinsi sebagaimana dimaksudkan pada Permenkes 1501/Menkes/Per/X/ Pelayanan Kesehatan Gigi a. Rasio Tambal/Cabut Gigi Tetap. Dari sejumlah kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas pada tahun 2015 dilaporkan sebanyak tumpatan gigi tetap dan 882 pencabutan gigi tetap sehingga rasio tambal/cabut adalah 1,2 (tabel lampiran 50). Terjadi penurunan dibandingkan tahun 2014 yang dilaporkan sebanyak 815 tumpatan gigi tetap dan pencabutan gigi tetap sehingga rasio tambal/cabut adalah 0,8. Pada tahun 2013 dilaporkan sebanyak tumpatan gigi tetap dan pencabutan gigi tetap 84

107 dengan rasio tambal/cabut adalah 0,6. Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 4.41 berikut : Grafik 4.41 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Tumpatan Gigi Tetap Pencabutan Gigi Tetap Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 b. Pemeriksaan dan Perawatan Gigi dan Mulut Murid SD/MI Tahun 2015, dari siswa-siswi Tingkat SD/MI yang dilaporkan di Kabupaten Tabalong, sebanyak 731 (3,7%) siswa/i telah dilakukan pemeriksaan dan tidak ada yang perlu mendapatkan perawatan. Sedangkan pada kegiatan penjaringan yang sasarannya siswa kelas 1 saja, dari sejumlah siswa/i yang di periksa, (97,1%) siswa/siswi telah mendapatkan pelayanan kesehatan. Terjadi penurunan cakupan pemeriksaan dan perawatan gigi dan mulut bila dibandingkan dengan tahun 2014, dari siswa-siswi Tingkat SD/MI yang dilaporkan di Kabupaten Tabalong, sebanyak 681 (3,7%) siswa/siswi tingkat SD/MI mendapatkan pelayanan kesehatan. Sedangkan pada kegiatan penjaringan yang sasarannya siswa kelas 1, dari sejumlah siswa/i yang diperiksa, (96,9%) siswa/siswi telah mendapatkan pelayanan kesehatan. Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 4.42 berikut : 85

108 Grafik 4.42 Persentase Cakupan Siswa-siswi yang Mendapatkan Pelayanan Gigi di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d ,0 60,0 40,0 20,0 0,0 15,5 75,3 73,5 3,7 3, Di Periksa Memerlukan Perawatan Mendapatkan Perawatan Sumber: Puskesmas se-kabupaten Tabalong Tahun 2015 B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN: 1. Jangkauan Pelayanan Puskesmas dan Jangkauan Ke Fasilitas Rujukan No. Terdekat (Rumah Sakit) Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas, terdapat 7 Puskesmas dari total 16 puskesmas yang mempunyai desa dengan jarak tempuh ke sarana puskesmas lebih dari 60 menit yaitu UPT. Puskesmas Bintang Ara, Haruai, Muara Harus, Muara Uya, Pugaan, Ribang dan Tanta. Rincian selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini : Tabel 4.1 Tabel Jangkauan Pelayanan Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Nama Puskesmas Jumlah Jumlah Desa, Kelurahan dan Nagari Jangkauan Desa Terjauh Ke Puskesmas Jangkauan Ke Rujukan Terdekat Desa Kel Waktu Waktu Alat Tempuh Tempuh Transportasi Jam Menit Jam Menit 1 BANUA LAWAS R R-2 2 BINTANG ARA R R-4 3 HARUAI R R-4 4 HIKUN R R-4 5 JARO R R-4 6 KELUA R R-4 7 MUARA HARUS R R-4 8 MUARA UYA R R-4 9 AGUNG R R-4 10 PUDAK R R-4 11 MABU UN R R-4 12 PUGAAN R R-4 13 RIBANG R R-4 14 TANJUNG R R-4 15 TANTA R R-4 16 UPAU R R-4 Jumlah Sumber: Puskesmas se-kabupaten Tabalong Tahun 2015 Alat Transportasi 86

109 2. Cakupan Rawat Jalan dan Rawat Inap. Upaya kesehatan perorangan dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta untuk memelihara, meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan/memulihkan kesehatan perorangan. Upaya pelayanan kepada masyarakat dilakukan secara rawat jalan bagi masyarakat yang mendapat gangguan kesehatan ringan dan pelayanan rawat inap baik secara langsung maupun melalui rujukan pasien bagi masyarakat yang mendapatkan gangguan kesehatan sedang hingga berat. Cakupan kunjungan rawat jalan dan rawat inap Puskesmas maupun Rumah Sakit secara keseluruhan di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 adalah 24,2% dan 5,3% dari sejumlah jiwa penduduk yang ada di Kabupaten Tabalong. Terjadi penurunan cakupan kunjungan rawat jalan dan rawat inap Puskesmas maupun Rumah Sakit secara keseluruhan di Kabupaten Tabalong jika dibandingkan tahun 2014 yang sebesar 88,3% dan 5,9% dari sejumlah jiwa penduduk yang ada di Kabupaten Tabalong (tabel lampiran 54). Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 4.43 berikut : Grafik 4.43 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap Di Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Rawat Jalan Rawat Inap Sumber: Puskesmas se-kabupaten Tabalong Tahun 2015 Sedangkan untuk mengetahui jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat inap di RSUD H. Badaruddin Tanjung dapat dilihat pada grafik 4.44 berikut : 87

110 Grafik 4.44 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap RSUD H. Badaruddin Tanjung Kabupaten TabalongTahun 2013 s/d Rawat Jalan Rawat Inap Sumber: RSUD H Badaruddin Tanjung Tahun 2015 Untuk mengetahui Persentase Pemanfaatan Puskesmas dan Rumah sakit Oleh Penduduk Kabupaten Tabalong dapat di lihat pada grafik 4.45 berikut : Grafik 4.45 Persentase Pemanfaatan Puskesmas dan RS Oleh Penduduk Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d 2015 Persentase ,9 88,3 24,17 5,1 5,9 5, Rawat jalan Rawat Inap Sumber: Puskesmas dan RS se-kabupaten Tabalong Tahun

111 3. Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Laboratorium Dasar dan Rumah Sakit Dengan Spesialis Dasar Dari 2 Rumah Sakit Umum dan 18 Puskesmas (Perawatan dan Non Perawatan) semuanya mempunyai kemampuan Laboratorium Kesehatan (100%). Kedua Rumah Sakit telah memiliki 15 (Lima Belas) spesialis dasar, meskipun sebagian dari dokter spesialis yang dipakai di RS Pertamina adalah dokter spesialis yang bertugas di RSUD H. Badaruddin. 4. Ketersediaan Obat Esensial dan Generik Sesuai Kebutuhan, pengadaan Obat Esensial/Generik dan Persentase Obat Generik Berlogo dalam Persediaan. Upaya kefarmasian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara paripurna. Upaya tersebut dimaksudkan untuk : 1) Menjamin ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan obat generik dan obat esensial yang bermutu bagi masyarakat; 2) Mempromosikan penggunaan obat rasional dan obat generik; 3) Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di farmasi komunitas dan farmasi klinik serta pelayanan kesehatan dasar; 4) Melindungi masyarakat dari penggunaan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan, mutu dan keamanan. Pada umumnya Sarana Pelayanan Kesehatan milik Pemerintah Daerah memberi pelayanan obat generic. Puskesmas, Puskemas Pembantu maupun Polindes 100% menggunakan obat generic. Kelengkapan obat generic oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 dan tahun 2014 sebanyak 100%, artinya semua obat yang ada didalam daftar tersedia. Sedangkan tingkat ketersediaan per item obat bervariasi (tabel lampiran 66). Lebih rinci dapat di lihat pada grafik 4.46 berikut : 89

112 Grafik 4.46 Persentase Kelengkapan Obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Sumber: Bidang Farmasi DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 C. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT 1. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah suatu upaya peningkatan pengetahuan, kesadaran, kemampuan dan kemauan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat bagi pribadi, keluarga dan masyarakat umum yang minimal dapat memberikan dampak yang bermakna terhadap kesehatan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya dalam peningkatan derajat kesehatan, status gizi, pola hidup dan pemanfaatan sarana kesehatan lingkungan agar tercapai derajat kesehatan yang optimal. Pelaksanaan PHBS dilakukan di 5 tatanan, yaitu: 1. Tatanan Rumah tangga 2. Tatanan Sekolah/pesantren 3. Tatanan Tempat kerja 4. Tatanan Tempat umum 5. Tatanan Institusi Kesehatan PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS untuk memerlihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam penggerakan dan kesehatan masyarakat. PHBS di rumah tangga merupakan 90

113 suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan di rumah tangga. Mengacu pada standar pelayanan miniman di bidang kesehatan, pada tahun 2007 digunakan 10 indikator sebagai berikut : Ibu bersalin ditolong oleh petugas kesehatan Ibu memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya s/d usia 6 bulan Bayi/balita ditimbang berat badannya setiap bulan Cuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun Menggunakan WC sehat Menggunakan air bersih Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Melakukan aktifitas fisik setiap hari Makan sayur dan buah setiap hari Tidak merokok di dalam rumah Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan oleh kader pada tahun 2015, cakupan Rumah tangga yang ber-perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) mengalami peningkatan menjadi 58,6% bila dibandingkan cakupan tahun 2013 yang sebesar 55,9%. Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 4.47 berikut : Grafik.4.47 Cakupan Rumah Tangga ber-phbs Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d 2015 Persentase 63,0 62,0 61,0 60,0 59,0 58,0 57,0 56,0 55,0 54,0 53,0 52,0 61,9 58,6 55, Sumber: Bidang PromKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Sedangkan untuk mengetahui Cakupan Rumah Tangga ber-phbs di tiap-tiap wilayah kerja Puskesmas yang ada di Kabupaten Tabalong dapat dilihat pada Grafik 4.48 berikut : 91

114 Grafik 4.48 Cakupan Rumah Tangga ber-phbs di Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d 2015 PERSENTASE 100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 B. LA WA S PUG AAN KEL UA AG UN G TAN HAR TA US TAN JUN G Sumber: Bidang PromKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 HIK UN PUD AK MA BU' UN HAR UAI WIR AN G B. PAN UPA ARA AAN U UYA ,7 56,0 67,5 69,3 67,4 58,0 55,4 74,4 58,7 63,5 59,9 0,0 67,9 0,0 67,7 63,6 78,0 51, ,9 67,5 32,6 39,1 100, 71,6 38,5 51,6 54,6 50,4 46,5 0,0 49,9 0,0 48,3 57,3 82,6 54, ,9 69, ,7 95,9 71, , ,6 50,7 50,8 53,8 57, ,3 89,5 55,8 RIB AN G JAR O 2. Persentase Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif. Pada tahun 2015, di Kabupaten Tabalong dilaporkan sebanyak (59,2%) dari bayi sampai dengan umur 6 bulan mendapatkan ASI Eksklusif. Jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar (65,2%) dari bayi terjadi penurunan sebesar 6%. Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 4.49 berikut : Grafik 4.49 Persentase Bayi yang diberi ASI Eksklusif Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun Persentase B. LA WA S PU KEL GA UA AN AG UN G HA RU S TA NT A TA NJ UN G HIK UN PU DA K MA BU' UN HA RU AI WI RA NG B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB JAR AN O G Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun

115 Gambaran terhadap cakupan ASI Eksklusif beberapa tahun terakhir sebagaimana dapat dilihat pada grafik 4.50 berikut : 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 Grafik 4.50 Persentase Bayi 0-6 bulan Diberi ASI Eksklusif Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d ,0 32,5 Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun ,2 59, D. KEADAAN LINGKUNGAN Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator persentase rumah sehat serta persentase tempat-tempat umum dan pengelolaan makanan sehat. Selain itu disajikan pula beberapa indikator tambahan yang dianggap masih relevan, yaitu persentase rumah tangga menurut sumber air minum, persentase rumah tangga menurut sarana pembuangan air dan tinja. 1. Persentase Rumah Sehat Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang terbuat bukan dari tanah. Jumlah seluruh rumah di Kabupaten Tabalong tahun 2014 terdapat rumah. Dari jumlah tersebut, (67,16%) rumah memenuhi syarat sebagai Rumah Sehat dan rumah belum memenuhi syarat. Pada tahun 2015, tidak ada data mengenai pembinaan rumah yang belum memenuhi syarat, sehingga total rumah yang memenuhi syarat sebagai 93

116 Rumah Sehat sama dengan data tahun Untuk mengetahui persentase rumah sehat per Puskesmas tahun 2015 dapat dilihat pada grafik 4.51 berikut : Grafik 4.51 Persentase Rumah Sehat Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d 2015 Persentase B. PU LA GA WA AN S KEL UA AG UN G HA RUS TA NT A TA NJU NG HIK UN PU DA K MA BU' UN HA RU AI WI RA NG B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB AN G JAR O Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Sedangkan untuk mengetahui gambaran terhadap rumah sehat beberapa tahun terakhir dapat dilihat pada grafik 4.52 berikut : Grafik 4.52 Persentase Rumah Tangga Sehat Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d 2015 Persentase 70,0 69,5 69,0 68,5 68,0 67,5 67,0 66,5 66,0 65,5 69,7 68,37 67, Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun

117 2. Jumlah Penduduk yang Memiliki Akses Air Minum Berkualitas Dari penduduk di Kabupaten Tabalong tahun 2015, penduduk yang mempunyai akses terhadap air minum berkualitas sejumlah (34,91%) penduduk, terdiri dari sarana sumur gali terlindung sejumlah penduduk, sumur bor dengan pompa penduduk, mata air terlindung 400 penduduk, penampungan air hujan 0 penduduk, PDAM/BPSPAM penduduk. Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 4.53 berikut : Grafik 4.53 Jumlah Penduduk yang Memiliki Akses Air Minum Berkualitas Kabupaten Tabalong Tahun Sumur Gali Terlindung Sumur Bor Dengan Pompa Mata Air Terlindungi Penampungan Air Hujan PDAM/BPSPAM Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun Jumlah Penduduk yang Memiliki Fasilitas Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat) Dari penduduk di Kabupaten Tabalong tahun 2015, penduduk yang memiliki fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat) sejumlah (81,7%) penduduk, terdiri dari komunal sejumlah penduduk, leher angsa penduduk, plengsengan penduduk, selengkapnya dapat dilihat pada grafik 4.54 berikut ini : 95

118 Tabel 4.54 Jumlah Penduduk Yang Memiliki Fasilitas Sanitasi Yang Layak di Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Leher Angsa 98% Plengsengan 1% Komunal 1% Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun Persentase Tempat-Tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan Tempat-tempat Umum merupakan tempat atau sarana yang diselenggaraan pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat yang meliputi : sarana kesehatan (Rumah Sakit, puskesmas), sarana sekolah (SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA), dan hotel (bintang dan non bintang). Sedangkan TTU Sehat adalah TTU yang memenuhi standar berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Pada tahun 2015, di Kabupaten Tabalong terdapat 371 Tempat-tempat Umum, sejumlah 298 (80,3%) TTU dikategorikan memenuhi syarat kesehatan. Yang terdiri dari sarana pendidikan 255 sekolah, 19 sarana kesehatan, 24 hotel. Gambaran tentang cakupan TTU Memenuhi Syarat Kesehatan dari tahun 2013 sampai dengan 2015 dapat dilihat pada grafik 4.55 berikut : Grafik 4.55 Persentase TTU Sehat di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d , Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun

119 6. Persentase Tempat Pengolahan Makanan (TPM) menurut status Higiene Sanitasi Tempat pengolahan makanan memenuhi syarat higiene sanitasi merupakan usaha pengelolaan makanan yang meliputi jasa boga atau katering, rumah makan dan restoran, depot air minum, kantin, dan makanan jajanan yang memenuhi persyaratan higiene sanitasi dengan bukti dikeluarkannya sertifikat layak higiene sanitasi. Pada tahun 2015, di Kabupaten Tabalong terdapat Tempat Pengelolaan Makanan (TPM), sejumlah (60,4%) TPM dikategorikan memenuhi syarat higiene sanitasi. Yang terdiri dari 43 Jasa Boga, 41 Rumah Makan/Restoran, 133 Depot Air Minum (DAM), 904 Makanan Jajanan. Gambaran tentang cakupan TPM Memenuhi Status Higiene dari tahun 2013 sampai dengan 2015 dapat dilihat pada grafik 4.56 berikut : Grafik 4.56 Persentase TUPM Sehat per Puskesmas di Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Jumlah B. LA W AS PU GA AN KE LU A AG UN G HA RU S TA NT A TA NJ UN G HI KU N PU DA K M AB U' UN HA RU AI WI RA NG B. AR A PA UP NA AU AN JASA BOGA RUMAH MAKAN DAM MAKANAN JAJANAN UY A RIB AN G JA RO Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun Jumlah Desa Yang Melaksanakan STBM STBM merupakan pendekatan untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi meliputi 5 pilar yaitu tidak buang air besar (BAB) sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman, 97

120 mengelola sampah dengan benar, mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Desa melaksanakan STBM adalah desa yang sudah melakukan pemicuan minimal 1 dusun, mempunyai tim kerja masyarakat/natural Leader, dan telah mempunyai rencana tindak lanjut untuk menuju Sanitasi Total. Pada tahun 2015, dari 131 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Tabalong, yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat sebanyak 131 desa, Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) sebanyak 25 desa. Sedangkan desa STBM sebanyak 0 desa. Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 4.57 berikut: : Grafik 4.57 Jumlah Desa Yang Melaksanakan STBM Kabupaten Tabalong Tahun DESA MELAKSANAKAN STBM DESA STOP BABS DESA STBM Sumber: Bidang P2PL DinKes Kabupaten Tabalong Tahun

121 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

122 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Sumber daya kesehatan adalah semua perangkat keras dan lunak yang diperlukan sebagai pendukung penyelenggaraan upaya kesehatan, seperti fasilitas, perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan pengelolaan kesehatan. Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan menjadi sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan seperti terlihat pada uraian sebagai berikut : A. SARANA KESEHATAN Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Prasarana adalah supply yang diperlukan untuk operasional alat. Sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Prasarana dan sarana kesehatan yang ada di Kabupaten Tabalong sampai tahun 2015 adalah sebagai berikut : Tabel 5.1 Jumlah Prasarana Kesehatan Kabupaten Tabalong tahun 2015 No. Kecamatan Pemkab TNI/Polri Swasta Jumlah 1. Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Bersalin 0 3. Puskesmas Perawatan Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Keliling Puskesmas Pembantu Rumah Bersalin Balai/Pengobatan Klinik Praktik Dokter Bersama Praktik Dokter Perorangan Praktik Pengobatan Tradisional Unit Transfusi Darah Apotik Toko Obat Gudang Farmasi Kesehatan 1 1 Sumber: Bidang YanKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun

123 Rumah Sakit Di Kabupaten Tabalong, terdapat 2 buah Rumah Sakit yaitu Rumah Sakit Umum Daerah H. Badaruddin Tanjung dan Rumah Sakit Pertamina. Keduaduanya mempunyai kemampuan pelayanan Kegawatdaruratan. Puskesmas Jumlah puskesmas di Kabupaten Tabalong sebanyak 18 buah yang terdiri dari 15 Puskesmas Rawat Jalan dan 3 Puskesmas Perawatan, sedangkan Puskesmas Pembantu sebanyak 56 buah dan Poskesdes sebanyak 115 buah. No Tabel 5.2 Identitas Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Kode Puskesmas 1 P Nama Puskesmas BANUA LAWAS Nama Kecamatan BANUA LAWAS Alamat Puskesmas Jl. Lapangan 17 Mei No. Telp Status NP 2 P PUGAAN PUGAAN Jl. A. Yani K NP 3 P KELUA KELUA 4 P P MUNGKUR AGUNG MUARA HARUS Jl. A. Yani Kelua KELUA Jl. A. Yani K NP MUARA HARUS Jl. Pembangunan NP 6 P TANTA TANTA Jl. Pembangunan NP 7 P TANJUNG TANJUNG Jl. A. Yani K 8, NP 8 P MURUNG PUDAK 9 P MABU UN MURUNG PUDAK MURUNG PUDAK 10 P HARUAI HARUAI Jl. Rahayu Pangkalan Jl. A. Yani RT. 03 RW 01 Mabu un Jl. Simpang Tiga Tugu Haruai P NP NP P 11 P UPAU UPAU Jl. Pengelak Raya NP 12 P MUARA UYA 13 P RIBANG MUARA UYA MUARA UYA Jl. Pasar Bangkar, Merinjim P Jl. Bakti Utama NP 14 P JARO JARO Jl. Ir. P. Noor NP 15 P HIKUN TANJUNG Jl. Basuki Rahmat NP 16 P BINTANG ARA BINTANG ARA Jl. Simpang Tiga Rantau Jari 17 - WIRANG HARUAI NP 18 - PANAAN BINTANG ARA Sumber: Bidang PromKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun

124 Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM). Selain sarana dan prasarana kesehatan tersebut di atas, dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada dimasyarakat itu sendiri melalui Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM). Pada tahun 2015, dari 131 desa yang ada tercatat 59 (45,03%) desa siaga, 115 Poskesdes dan 274 Posyandu sebagaimana dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini : Tabel 5.3 Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Desa/ Desa No Kecamatan Kelurahan Siaga Poskesdes Posyandu 1 Banua Lawas Pugaan Kelua Mungkur Agung Muara Harus Tanta Tanjung Hikun Murung Pudak Mabu un Haruai Wirang Bintang Ara Panaan Upau Muara Uya Ribang Jaro Jumlah Sumber: Bidang PromKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Sedangkan untuk mengetahui perkembangan jumlah UKBM di Kabupaten Tabalong dapat dilihat pada grafik 5.1 berikut : 102

125 Persentase Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Grafik 5.1 Jumlah Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Desa Siaga Desa Siaga Aktif Polindes/poskesdes Posyandu Sumber: Bidang PromKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Persentase posyandu aktif yaitu posyandu dengan tingkat kemandirian purnama dan mandiri pada tahun 2015 sebesar 45,26%, tahun 2014 sebesar 57,14% dan tahun 2013 sebesar 56,83%. Persentase Posyandu aktif berdasarkan Puskesmas lebih rinci dapat kita lihat pada grafik 5.2 berikut : Grafik 5.2 Persentase Posyandu Aktif Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun B. LA W AS PU GA AN KE LU A AG UN G HA RU S TA NT A TA NJ UN G HIK UN PU DA K M AB U' UN HA RU AI WI RA NG B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB AN G JA RO Sumber: Bidang PromKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun

126 Jumlah Persentase Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Jumlah posyandu sampai dengan akhir tahun 2015 di Kabupaten Tabalong adalah 274 buah posyandu. Rasio posyandu terhadap desa/kelurahan secara nasional adalah 3,85 atau rata-rata ditiap desa/kelurahan terdapat 4 posyandu, sedangkan untuk Kabupaten Tabalong rasio posyandu terhadap desa/ kelurahan adalah 2,09 atau rata-rata ditiap-tiap desa/kelurahan terdapat 2 posyandu. Sedangkan rasio posyandu per 100 balita adalah 1,21. Perkembangan posyandu aktif Kabupaten Tabalong dapat dilihat pada grafik 5.3 berikut : Grafik 5.3 Persentase Posyandu Aktif Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d ,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 56,83 57, Tahun Sumber: Bidang PromKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun ,26 Sedangkan Jumlah Posyandu berdasarkan tingkat kemandirian tahun 2015 per Puskesmas di Kabupaten Tabalong dapat dilihat pada grafik 5.4 berikut : Grafik 5.4 Jumlah Posyandu Berdasarkan Tingkat Kemandirian Per Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun B. LA WA S PU GA AN KEL UA AG UN G HA RU S TA NT A TA NJ UN G Sumber: Bidang PromKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 HIK UN PU DA K MA BU' UN HA RU AI PRATAMA 1 1 MADYA PURNAMA MANDIRI WI RA NG B. AR A PA NA AN UP AU UY A RIB AN G JAR O 104

127 Jumlah Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Untuk mengetahui perkembangan jumlah Posyandu berdasarkan tingkat kemandirian di Kabupaten Tabalong pada tahun dapat dilihat pada grafik 5.5 berikut : Grafik 5.5 Jumlah Posyandu Berdasarkan Tingkat Kemandirian Di Kabupaten Tabalong Tahun PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI Sumber: Bidang PromKes DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 B. TENAGA KESEHATAN Meskipun upaya pemenuhan kebutuhan SDM Kesehatan telah dilakukan dengan menempatkan tenaga kesehatan di seluruh Indonesia, namun masih belum mencukupi dari segi jumlah, jenis dan kualitas tenaga kesehatan yang dibutuhkan untuk dapat tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Penyelenggaraan upaya kesehatan tidak hanya dilakukan pemerintah, tetapi juga diselenggarakan oleh swasta. Oleh karena itu gambaran situasi ketersediaan tenaga kesehatan baik yang bekerja disektor pemerintah maupun sektor swasta perlu diketahui. 1. Persebaran Tenaga Kesehatan menurut Unit Kerja. Pada tahun 2015 tercatat 699 tenaga kesehatan bekerja di Kabupaten Tabalong, sejumlah 500 orang atau 71,5% bekerja di Puskesmas dan 7 orang atau 1% di Gudang Farmasi, 37 orang atau 5,3% bekerja di RSUD H. Badaruddin Tanjung dan 97 orang atau 13,9% bekerja pada RS Pertamina dan 58 orang atau sejumlah 8,3% bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong. Data lebih rinci dapat dilihat pada grafik 5.6 berikut : 105

128 Grafik 5.6 Jumlah Persebaran Tenaga Kesehatan Berdasarkan Tempat Tugas Kabupaten Tabalong Tahun Puskesmas RSUD RS. Pertamina DinKes Gudang Farmasi Sebaran Tenaga Kesehatan Berdasarkan Jenis Ketenagaan Jumlah total tenaga kesehatan yang ada di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 adalah 699, tenaga kesehatan yang terbanyak adalah perawat sebanyak 175 orang atau 26% dan Bidan sebanyak 138 orang atau 20% dari jumlah tenaga kesehatan yang ada. Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 5.7 berikut : Grafik 5.7 Sebaran Tenaga Kesehatan Berdasarkan Jenis Ketenagaan Tahun 2015 Dokter Umum:43 6% Dokter Spesialis :15 2% Pejabat Struktural:52 8% Staf Penunjang Admin:19 3% Staf Penunjang tekno:1 0% Dokter Gigi:9 1% Tenaga Kesehatan lainnya:88 13% Staf Penunjang perencanaan:0 0% Apoteker:13 2% Teknisi Transfusi Teknisi Darah:0 0% Elektromedis :0 0% Perawat:175 26% Bidan:138 20% Perawat Gigi : 19 3% Sumber: Subbag UmPeg DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Okupasi Terapis:0 0% fisioterafi:2 0% Asisten Apoteker:41 6% Ahli Kes. Masy.:2 0% Gizi:21 3% Sanitasi:21 3% Refraksionis Optisien:0 P. Rontgen:0 0% Rekam Medis 0% 0% Pengelola Program Analis Kes.:27 Kes:0 4% 0% 106

129 Sedangkan untuk mengetahui perkembangan jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Tabalong dari tahun 2013 sampai tahun 2015 dapat dilihat pada grafik 5.8 berikut : Grafik 5.8 Jumlah Tenaga Kesehatan Berdasarkan Jenis Ketenagaan Kabupaten Tabalong Tahun Jumlah Medis Perawat Farmasi Gizi Teknisi Sanitasi Kesmas & Bidan Medis Sumber: Subbag UmPeg DinKes Kabupaten Tabalong Tahun Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit. Rasio Dokter Spesialis per Penduduk Rasio dokter spesialis per penduduk yaitu 6, berarti setiap penduduk diperlukan 6 orang dokter spesialis, dengan jumlah penduduk Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 yang berjumlah jiwa maka dokter spesialis yang dibutuhkan sebanyak sebanyak 15 orang. Saat ini, dokter spesialis yang ada di Kabupaten Tabalong berjumlah 15 orang dengan rasio 6 per penduduk. Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 5.9 berikut : 107

130 Grafik 5.9 Jumlah Dokter Spesialis di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Sumber: Subbag UmPeg DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Rasio Dokter per Penduduk. Rasio dokter umum per penduduk adalah 40 dokter. Artinya dalam penduduk dibutuhkan 40 dokter. Dengan jumlah penduduk pada tahun 2015 adalah jiwa, seharusnya Kabupaten Tabalong mempunyai 95 dokter. Dokter yang ada di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 adalah 43 orang dengan rasio 20 per penduduk. Maka masih kekurangan 52 dokter lagi. Sedangkan pada tahun 2013, terdapat 42 orang dokter dengan rasio 23,2 per penduduk dan Kabupaten Tabalong masih kekurangan 49 dokter. Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 5.10 berikut : Grafik 5.10 Jumlah Dokter di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Kebutuhan dokter dokter yang ada Sumber: Subbag UmPeg DinKes Kabupaten Tabalong Tahun

131 Rasio Dokter Gigi per Penduduk. Rasio dokter gigi per penduduk adalah 11 dokter gigi, artinya untuk setiap penduduk diperlukan 11 orang dokter gigi. Dengan jumlah penduduk pada tahun 2015 adalah jiwa, seharusnya Kabupaten Tabalong mempunyai 26 dokter gigi. Dokter gigi yang ada di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 adalah 9 orang dengan rasio 3,7 per penduduk, sehingga Kabupaten Tabalong masih kekurangan 17 dokter gigi. Tahun 2014, terdapat 8 orang dokter gigi dengan rasio 3.4 per penduduk. Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 5.11 berikut : Grafik 5.11 Jumlah Dokter Gigi di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Kebutuhan dokter gigi dokter gigi yang ada Sumber: Subbag UmPeg DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Rasio Apoteker per Penduduk Rasio Apoteker per penduduk adalah 10 apoteker, artinya untuk setiap penduduk diperlukan 10 orang apoteker. Dengan jumlah penduduk pada tahun 2015 adalah jiwa, seharusnya Kabupaten Tabalong mempunyai 24 apoteker. Apoteker yang ada di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 adalah 13 orang sehingga masih kekurangan 11 apoteker. Pada tahun 2014, terdapat 11 orang tenaga apoteker dan masih kekurangan 13 apoteker. 109

132 Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 5.12 berikut : Grafik 5.12 Jumlah Apoteker di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Kebutuhan Apoteker Apoteker yang ada Sumber: Subbag UmPeg DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Rasio Ahli Gizi per Penduduk. Rasio ahli gizi per penduduk adalah 18 ahli gizi, artinya untuk setiap penduduk diperlukan 18 orang ahli gizi. Dengan jumlah penduduk pada tahun 2015 adalah jiwa, seharusnya Kabupaten Tabalong mempunyai 43 ahli gizi. Ahli gizi yang ada di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 adalah 24 orang dengan rasio 10 per penduduk sehingga masih kekurangan 19 ahli gizi. Sedangkan pada tahun 2014, terdapat 31 orang ahli gizi dengan rasio 13 per penduduk. Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 5.13 berikut : Grafik 5.13 Jumlah Ahli Gizi di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Kebutuhan ahli gizi ahli gizi yang ada Sumber: Subbag UmPeg DinKes Kabupaten Tabalong Tahun

133 Rasio Perawat per Penduduk Rasio Perawat per penduduk adalah 118 perawat, artinya untuk setiap penduduk diperlukan 118 orang perawat. Dengan jumlah penduduk pada tahun 2015 adalah jiwa, seharusnya Kabupaten Tabalong mempunyai 282 perawat. Perawat yang ada di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 sebanyak 175 orang dengan rasio 73 per penduduk, masih kekurangan 107 perawat. Pada tahun 2014, perawat yang ada sebanyak 253 orang dengan rasio 107 per penduduk dan masih kekurangan 25 perawat. Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 5.14 berikut : Grafik 5.14 Jumlah Perawat di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Kebutuhan Perawat Perawat yang ada Sumber: Subbag UmPeg DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Rasio Bidan per Penduduk Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan Ibu dan Anak dipedesaan yang merupakan salah satu prioritas pembangunan kesehatan, maka penempatan bidan didesa menjadi sangat penting. Rasio bidan terhadap penduduk sebanyak 100 bidan, artinya untuk setiap penduduk diperlukan 100 orang bidan. Dengan jumlah penduduk pada tahun 2015 adalah jiwa, seharusnya Kabupaten Tabalong mempunyai 239 orang bidan. Bidan yang ada di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 adalah 138 orang dengan rasio 57 per penduduk, sehingga masih kekurangan 101 tenaga bidan. 111

134 Lebih rinci dapat dilihat grafik 5.15 berikut : Grafik 5.15 Jumlah Bidan di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Kebutuhan Bidan Bidan yang ada Sumber: Subbag UmPeg DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Rasio Ahli Kesehatan Masyarakat per Penduduk Rasio ahli kesehatan masyarakat per penduduk adalah 8 ahli kesehatan masyarakat, artinya untuk setiap penduduk diperlukan 8 ahli kesehatan masyarakat. Dengan jumlah penduduk pada tahun 2015 adalah jiwa, Kabupaten Tabalong memerlukan 19 ahli kesehatan masyarakat. Ahli kesehatan masyarakat yang ada pada tahun 2015 sebanyak 2 orang dengan rasio 0,83 per penduduk, data tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat tahun ini yang ditampilkan merupakan Ahli Kesehatan Masyarakat yang bekerja di Puskesmas, sedangkan ahli kesehatan masyarakat yang bekerja di dinas kesehatan masuk dalam kategori tenaga kesehatan lainnya. Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 5.16 berikut : Grafik 5.16 Jumlah Ahli Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Kabupaten Tabalong Tahun Sumber: Subbag UmPeg DinKes Kabupaten Tabalong Tahun

135 Rasio Ahli Sanitasi per Penduduk. Rasio ahli sanitasi terhadap penduduk sebanyak 10 ahli sanitasi, artinya untuk setiap penduduk diperlukan 10 orang ahli sanitasi. Dengan jumlah penduduk pada tahun 2015 adalah jiwa, seharusnya Kabupaten Tabalong mempunyai 24 orang ahli sanitasi. Ahli sanitasi yang ada di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 sebanyak 21 orang dan masih diperlukan 3 ahli sanitasi. Data tenaga sanitasi tahun ini yang ditampilkan merupakan tenaga sanitasi yang bekerja di Puskesmas dan Rumah Sakit, sedangkan tenaga sanitasi yang bekerja di dinas kesehatan masuk dalam kategori tenaga kesehatan lainnya. Sedangkan pada tahun 2014, kebutuhan Ahli Sanitasi sebanyak 24 orang dan tenaga yang ada sebanyak 20 orang Ahli Sanitasi. Lebih rinci dapat dilihat pada grafik 5.17 berikut ini : Grafik 5.17 Jumlah Ahli Sanitasi di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Kebutuhan Ahli Sanitasi Ahli Sanitasi yang ada 21 Sumber: Subbag UmPeg DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Rasio Tenaga Teknisi Medis per Penduduk Rasio fisioterapis terhadap penduduk adalah 4 orang, artinya untuk setiap penduduk diperlukan 4 orang fisioterapis. Dengan jumlah penduduk pada tahun 2015 adalah jiwa, idealnya Kabupaten Tabalong mempunyai 9 fisioterapis. Fisioterapis yang ada di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 adalah 1 orang dengan rasio 0,4 per penduduk, sehingga masih kekurangan 8 fisioterapis. Pada tahun 2015 terdapat 30 orang teknisi medis yang bekerja di sarana kesehatan terdiri dari 27 orang analis kesehatan dan 3 orang Radiografer. 113

136 Asisten Apoteker+DIII Farmasi per penduduk Rasio Asisten Apoteker per penduduk adalah 18 asisten apoteker, artinya untuk setiap penduduk diperlukan 18 tenaga asisten apoteker. Dengan jumlah penduduk pada tahun 2015 adalah jiwa, seharusnya Kabupaten Tabalong mempunyai 43 asisten apoteker. Asisten apoteker yang ada di Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 adalah 41 orang sehingga memerlukan 2 asisten apoteker lagi. Pada tahun 2014, terdapat 40 orang asisten apoteker dari kebutuhan 44 orang asisten apoteker. Lebih rinci dapat di lihat pada grafik 5.18 berikut : Grafik 5.18 Jumlah Asisten Apoteker di Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Kebutuhan Asisten Apoteker Asisten Apoteker yang ada Sumber: Subbag UmPeg DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Tenaga Kesehatan Lainnya Tenaga kesehatan lainnya yang dimaksud pada profil tahun ini adalah tenaga kesehatan yang tidak berhubungan atau melayani masyarakat secara langsung, baik yang berada di Puskesmas, Rumah Sakit maupun Dinas Kesehatan. Pada tahun 2015, di Kabupaten Tabalong terdapat 88 orang tenaga kesehatan lainnya yang terdiri dari 48 orang tenaga bekerja di Puskesmas, dan 40 orang tenaga di dinas kesehatan. 114

137 Rincian selengkapnya tentang kondisi ketenagaan kesehatan Kabupaten Tabalong tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini: Tabel 5.4 Kondisi Ketenagaan Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015 No Jenis Ketenagaan Target Yang Ada Kekurangan Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi Apoteker Bidan Perawat Ahli Gizi Ahli Sanitasi Ahli Kesehatan Masy. Fisioterapis Keteknisian Medis Lain Asisten Apt.+DIII Farmasi 13 Tenaga Kesehatan Lainnya Sumber: Subbag UmPeg DinKes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa secara umum, dari segi rasio terhadap jumlah penduduk, masih diperlukan tambahan tenaga kesehatan. Sehingga pelayanan terhadap masyarakat dapat terpenuhi. C. PEMBIAYAAN KESEHATAN Gambaran tentang pengalokasian dana APBD Kabupaten Tabalong untuk bidang kesehatan adalah sebagai berikut : Pada tahun 2015 dari total APBD Kabupaten Tabalong yang berjumlah Rp Alokasi dana yang dianggarkan untuk kesehatan Rp atau 12,80% dari APBD, yang tersebar di Puskesmas, Dinas Kesehatan, dan Rumah Sakit. Jika mengaju pada UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan maka anggaran kesehatan sudah melebihi 10% dari Total APBD, akan tetapi anggaran tersebut termasuk gaji pegawai. Data ini menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dari tahun 2014 yang total APBD Kabupaten Tabalong yang berjumlah Rp dengan alokasi dana yang dianggarkan untuk kesehatan Rp atau 11.50% dari APBD. Anggaran kesehatan per kapita pada tahun 2015 adalah Rp ,88 naik dari tahun 2014 yang sebesar Rp ,43, dan anggaran

138 kesehatan per kapita pada tahun 2013 adalah Rp ,51. Lebih rinci dapat di lihat pada grafik 5.19 berikut : Grafik 5.19 Persentase Anggaran Bidang Kesehatan Dari Total APBD TK.II Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d ,8 11,50 9, Sumber : Subbag Perencanaan Dinkes Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Sedangkan untuk melihat alokasi dana kesehatan per kapita penduduk sejak tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada grafik berikut : Grafik 5.20 Anggaran Kesehatan Per Kapita Kabupaten Tabalong Tahun 2013 s/d Sumber : Subbag Perencanaan Dinkes Kabupaten Tabalong Tahun

139 BAB VI KESIMPULAN Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015

140 BAB VI KESIMPULAN Perkembangan Pembangunan Bidang Kesehatan di Kabupaten Tabalong secara umum masih memerlukan peningkatan, ini terbukti dengan Angka Harapan Hidup (AHH) Masyarakat Tabalong pada Tahun 2013 yaitu 69,36 yang meskipun sudah mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya namun masih lebih rendah jika dibandingkan dengan AHH Propinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2013 yang sebesar 64,82. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan menurunkan angka kesakitan masyarakat, namun pola penyakit yang dikenal dengan double borden masih terus terjadi di Kabupaten Tabalong. Artinya penyakit yang lama masih tetap ada, penyakit yang dikira telah dieliminasi dan dianggap tidak ada lagi ternyata masih ada, dan penyakit baru terus bermunculan (flu burung/hiv-aids). Situasi derajat kesehatan tahun 2015 yang ada didalam profil ini digambarkan lewat angka kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas) dan status gizi. Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2015 yaitu 145 per kelahiran hidup, lebih tinggi jika dibandingkan dengan target AKI untuk MDGs tahun 2015 adalah 102 per kelahiran hidup. Angka kematian Bayi (AKB) tahun 2015 yang dilaporkan 9 per kelahiran hidup, mengalami penurunan dari tahun 2014 yang 10 per kelahiran hidup. Angka Kematian Anak Balita (AKABA) tahun 2015 tidak ditemukan, yang berarti mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2014 yang dilaporkan 1 kasus kematian balita. Angka Kematian Neonatal (AKN) tahun 2015 sebanyak 8 per kelahiran hidup. Banyak faktor yang diduga mempengaruhi masih tingginya Angka Kematian ini diantaranya adalah perilaku masyarakat, ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, ketenagaan kesehatan kualitas maupun kuantitas dan dukungan dana dari pemerintah. Angka Kesakitan (Morbiditas) tahun 2015 di Kabupaten Tabalong sebanyak 15 kasus AIDS, namun dilaporkan tidak ada yang meninggal karena AIDS. Penemuan kasus TB Paru BTA + pada tahun 2015 adalah 153 kasus (12,35%) dari 972 kasus klinis, terjadi penurunan dari tahun 2014 yang sebesar 155 kasus (14%) 118

141 dari kasus klinis. Semua Kasus BTA positif yang ditemukan telah diobati dengan Cure Rate 75,16 %. Penemuan kasus pneumonia pada tahun 2014 sebanyak 312 kasus, angka penemuan ini masih jauh dari target yang sebanyak kasus, sedangkan kasus Diare terjadi penurunan pada tahun 2015 sebanyak kasus, meskipun demikian 100% kasus sudah dapat ditangani. Penderita penyakit kusta yang dilaporkan pada tahun 2015 berjumlah 12 orang dengan tipe Multi Basiler (MB). Sedangkan gambaran status gizi tahun 2015 dapat dilihat melalui data kasus BBLR sebesar 6,0% dan gizi buruk sebesar 0,01%, semua kasus telah mendapatkan penanganan dari tenaga kesehatan. Situasi upaya kesehatan tahun 2015 dapat digambarkan dengan kondisi pelayanan kesehatan, akses dan mutu pelayanan kesehatan, perilaku hidup masyarakat dan keadaan lingkungan berada pada kondisi yang bervariasi. Persentase cakupan K1 dan K4 tahun 2015 sebesar 105,4% dan 89,4%, terjadi peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2014 yang persentase cakupan K1 sebesar 90,3% dan K4 sebesar 87,5%. Persentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan berkompetensi kebidanan sebesar 94,63%, terjadi penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar 97%. Cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas tahun 2015 sebesar 93,6%, mengalami penurunan dari tahun 2015 yang sebesar 95,5%. Cakupan kunjungan neonatus KN1 sebesar 98,9% dan cakupan kunjungan bayi KN Lengkap sebesar 94,2%, data ini menunjukkan kenaikan KN1 dan penurunan KN Lengkap dari tahun Jumlah desa yang mencapai UCI adalah 107 desa (81,7%) dari 131 desa/kelurahan yang ada. Data ini lebih tinggi 5,4% dari tahun 2014 yang sebesar 76,3% (100 desa). Cakupan imunisasi TT1 dan TT2 Bumil tahun 2015 adalah 19,7% dan 3,2%, lebih rendah dari cakupan imunisasi tahun 2014 Cakupan imunisasi TT1 33,9% dan TT2 29,2%. Cakupan Fe1 ibu hamil adalah 100,4% dan cakupan Fe3 sebesar 89,7%. Untuk cakupan Fe1 ini sudah mencapai target 90% dan Fe3 juga sudah mencapai target 80%. Hasil Penjaringan kesehatan siswa-siswi SD/MI Kelas 1 di pada tahun 2015 sebesar 97,1%, terjadi peningkatan 0,2% dari hasil Penjaringan kesehatan siswasiswi SD/MI Kelas 1 di pada tahun 2014 sebesar 96,9%, 119

142 Kondisi sumber daya bidang kesehatan yang tergambar dengan kondisi tenaga kesehatan dan sarana kesehatan sebagian masih belum memenuhi standarisasi yang dipersyaratkan untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat di Kabupaten Tabalong. Rasio jumlah tenaga medis/paramedis masih belum tercukupi. 120

143 . LAMPIRAN Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2015

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG - ii - DAFTAR ISI Judul Halaman Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. L P L + P Satuan Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 315 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 59 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 86,900 88,800

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2016

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2016 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 9 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 7 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 113.883 115.084

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 8,972 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 1557 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 5,932,601

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2012

Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2012 Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2012 PETA WILAYAH KABUPATEN TABALONG ii TIM PENYUSUN Pembina dr. H. Syarifudin Basri, Sp.OG Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong Ketua H. Ahmad Rivai SKM.

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 0 TAHUN 0

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 0 TAHUN 0 RESUME PROFIL KESEHATAN 0 TAHUN 0 NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 148,640 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 1034 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015. Profil

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN Satuan Kerja Perangkat Daerah : DINAS KESEHATAN Tahun Anggaran : 2015 PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 Peningkatan Mutu Aktivitas Perkantoran Terselenggaranya

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2014

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2014 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42 Desa/Kel

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2016

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2016 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 3.538 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 135 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 128.162

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118.41 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG i KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LOMBOK BARAT TAHUN 2015 NO INDIKATOR

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 214 Mewujudkan Derajat Kesehatan Masyarakat KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 37,117 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5891 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 181 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 68 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 80.041 90.463

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013 RESUME PROFIL INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 71.681 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 6113 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 6.648.190 6.678.117

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... i ii iii iv v vi Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAJENE PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta ala, karena atas berkat dan rahmatnya sehingga buku "Profil Kesehatan

Lebih terperinci

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si PENYUSUN : ROSMERI PALEBA, S.Si., Apt SAID KUDO, SKM., MPH YONGKI ANU, SST DEBBY JUALITA LEAUA JAMES MAKANONENG PENGUMPUL DATA : JOHANA AIPIPIDELI, SKM Hj.

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 -1- BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN Jl. M. Natsir Simpang Ampek telp/fax (0753) 7464101 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur dan syukur kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-nya, telah

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN TIM PENYUSUN Pengarah dr. Endid Romo Pratiknyo Pj. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pelalawan Penanggung Jawab Zulfan, S.Pi, M.Si Kabid Pengembangan Sumber Daya Dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung system manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DEPOK TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DEPOK TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DEPOK TAHUN 2015 NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 200 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 63 Desa/Kel Tabel

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 695 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 104 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 421.900 424.831

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI JL. PANDANARAN 156 BOYOLALI KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-nya,

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN. Pengarah. dr. Endid Romo Pratiknyo Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pelalawan. Penanggung Jawab. Ketua

TIM PENYUSUN. Pengarah. dr. Endid Romo Pratiknyo Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pelalawan. Penanggung Jawab. Ketua TIM PENYUSUN Pengarah dr. Endid Romo Pratiknyo Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pelalawan Penanggung Jawab Zulfan, S.Pi, M.Si Kabid Pengembangan Sumber Daya Dan Informasi Kesehatan Ketua Melli Oktiana,

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN 2012-2016 P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Segala Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA 2013 (edisi revisi 2014) KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan pemantauan

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK Assalammu alaikum Wr.Wb Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan berkat dan karunianya maka buku Profil Dinas Kesehatan Kota Depok

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 kk KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS KESEHATAN Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2015 KESEHATAN Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Sarana Kesehatan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-nya Buku Profil Kesehatan Kabupaten Grobogan Tahun 2015 dapat diterbitkan.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr. MOHAMMAD IMRON, M.MKes. NIP

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr. MOHAMMAD IMRON, M.MKes. NIP KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso telah dapat menyusun Profil Kesehatan Kabupaten Bondowoso Tahun 2014, yang berisi apa yang telah dikerjakan oleh Dinas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang mengacu

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 1.281 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 460 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 586.021

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2015 HALAMAN JUDU L i TIM PENYUSUN PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2015 PENANGGUNG JAWAB Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah PELAKSANA Kepala UPT. Surveilans Data dan Informasi PENYUSUN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kemurahan dari Alloh yang Maha Kuasa bahwasannya buku Profil Kesehatan Kabupaten Rembang tahun 2012 telah dapat diterbitkan. Buku Profil Kesehatan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2017 Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem KATA PENGANTAR Berkat Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sanghyang Widhi

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Malang Tahun 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Malang merupakan salah satu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Jalan Yos Sudarso No. 09 Palangka Raya Kode Pos Telp/Fax (0536) /

DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Jalan Yos Sudarso No. 09 Palangka Raya Kode Pos Telp/Fax (0536) / Profil Kesehatan 2016 Provinsi Kalimantan Tengah DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Jalan Yos Sudarso No. 09 Palangka Raya Kode Pos 73111 Telp/Fax (0536) 32288825 / E-mail : dkd_kalteng@yahoo.co.id

Lebih terperinci