PENINGKATAN KUALITAS BIBIT TEBU DAN NIRA MENTAH DENGAN TEKNOLOGI LUCUTAN PLASMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN KUALITAS BIBIT TEBU DAN NIRA MENTAH DENGAN TEKNOLOGI LUCUTAN PLASMA"

Transkripsi

1 Isyuniarto, dkk. ISSN PENINGKATAN KUALITAS BIBIT TEBU DAN NIRA MENTAH DENGAN TEKNOLOGI LUCUTAN PLASMA Isyuniarto, Widdi Usada, Suryadi, Agus Purwadi PTAPB BATAN Yogyakarta ABSTRAK PENINGKATAN KUALITAS BIBIT TEBU DAN NIRA MENTAH DENGAN TEKNOLOGI LUCUTAN PLASMA. Telah dilakukan peningkatan kualitas bibit tebu dan nira mentah dengan teknologi lucutan plasma. Sebagai sampel penelitian digunakan bibit tebu yang terinfeksi RSD (Ratoon Stunting Desease) varitas M (BZ 148) dan tebu varitas Bulu Lawang untuk penelitian nira. Bibit tebu yang terinfeksi RSD dipotong masing-masing 3 ruas sebanyak 10 bagal, kemudian diperlakukan dengan waktu ozonisasi 30, 45 dan 60 menit dan variasi ph 6,5 dan 7,0. Sebagai kontrol dipakai HWT (Hot Water Treatment) mini, dengan suhu pemanasan 52 o C, selama 60 menit dan 52 o C, selama 120 menit. Sampel tebu maupun nira dilakukan ozonisasi dengan variasi waktu dan ph. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh kenyataan bahwa dengan pemakaian ozon dapat mengurangi penyakit RSD pada bibit tebu, sedangkan ozonisasi pada nira mentah menunjukkan bahwa pada ozonisasi 5 menit dan ph = 6,5 sudah memberikan nilai Dekstran %Brix yang memenuhi standar yang sudah ditentukan yaitu 0,018. Menurut standar normal nira mentah nilai Dekstran % Brix-nya adalah 0,037 0,085. Diharapkan dengan pemberian ozon ini dapat meningkatkan kualitas bibit tebu dan nira mentah. ABTRACT QUALITY IMPROVEMENT OF SUGAR CANE SEED AND RAW SUGAR LIQUID BY PLASMA DISCHARGE TECHNOLOGY. The quality improvement of sugar cane seed and raw sugar liquid by plasma discharge technology has been done. As a research sampel was used the sugar cane seed contaminated by RSD (Ratoon Stunting Desease) varithy M (BZ 148) and sugar cane of Bulu Lawang. Each seeds of sugar cane infected RSD was cut in 3 segments in a number of 10. It was then treated with the time ozonition 30, 45 and 60 minute and variation of ph 6,5 and 7,0. As a control small HWT (Hot Water Treatment) was used, with the heating temperature 52 o C, for 60 minutes and 52 o C, 120 minute. Sampel of sugar cane and raw sugar liquid was ozonized with the variation of time and ph. From the research conducted was proven that with the ozone usage can lessen the RSD disease at sugar cane seed, while ozonisation at raw sugar liquid for 5 minutes has given a Dextran % Brix value that matchs the assigned standard. It expected that by ozonisation the quality of sugar cane seed and raw sugar liquid could be improved. PENDAHULUAN Akhir-akhir ini banyak dialami industri gula terjadi penurunan nira tebu yang pada akhirnya sangat mempengaruhi produksi gula. Penurunan nira tebu ini salah satunya disebabkan karena penguraian tebu oleh mikroorganisme, karena pemanenan tebu secara mekanis, pembakaran tebu di sawah, tebu yang dipotong-potong (chopped cane). Dapat juga disebabkan karena waktu antara tebang dan giling melebihi 24 jam. (1) Terjadinya penurunan nira tebu atau dekstran ini merupakan sebab utama dari kehilangan sakarosa. Menurut Mochtar (1985), konversi dari sakarosa ke dekstran adalah 25%, berarti setiap 0,01% dekstran yang terbentuk menyebabkan kehilangan sakarosa 0,04%. (2) Disamping itu dekstran juga menyebabkan peningkatan viskositas dari produk yang diolah di pabrik gula bagian akhir, serta perpanjangan kristal sakarosa, sehingga proses pemisahan gula kristal dari masakan dalam putaran menjadi lambat. Akibatnya akan terjadi kehilangan gula yang banyak. Hal ini sangat tidak ekonomis sehingga perlu mendapat perhatian. Telah diteliti oleh Sumarno dkk. (1993), untuk mengatasi keadaan tersebut diatas telah digunakan enzim dektranase, yaitu suatu enzim khusus yang digunakan dalam industri gula untuk memecah atau memotong ikatan beta-1,6 dan 1,4- glukosida dari dekstran. Hidrolisa dekstran ini dalam nira mentah atau nira kental akan menurunkan viskositas nira, sehingga tidak akan mengganggu proses selanjutnya. (3) Namun timbul permasalahan baru yang muncul sehubungan dengan penerapan hidrolisis dekstran pada skala pabrik terutama adalah perancangan instalasi pemecah dekstran. Meskipun Prosiding PPI - PDIPTN 2006

2 138 ISSN Isyuniarto, dkk. hal ini sudah sukses dilakukan dalam skala laboratorium di PG Cepiring, yaitu dengan menggunakan enzim yang harganya sangat mahal karena harus import dari Switzerland. Apabila hal ini diterapkan dalam skala industri akan memerlukan biaya yang besar sekali, sehingga diperlukan suatu terobosan baru mencari cara lain untuk hidrolisis dekstran tersebut. Salah satu cara yang dicoba adalah dengan menggunakan oksidan yang kuat tetapi ramah lingkungan, yaitu ozon (O 3 ). Ozon merupakan oksidator yang sangat kuat, setelah fluor, mudah dibuat dan dikatakan ramah lingkungan karena ozon akan berubah menjadi oksigen, unsur yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. (4) Ozon di alam dapat terbentuk secara alamiah melalui radiasi ultraviolet dari sinar matahari. Hal ini dapat dijelaskan bahwa sinar ultraviolet dari pancaran sinar matahari mampu menguraikan gas O 2 di udara bebas. Molekul oksigen kemudian terurai menjadi 2 buah atom oksigen, proses ini dikenal dengan nama photolysis. Atom oksigen tersebut secara alamiah bertumbukan dengan molekul gas oksigen disekitarnya dan terbentuklah ozon. Reaksi yang terjadi : O 2 + radisi UV 2 O... (1) O + O 2 O 3... (2) elektron e - Gambar 1. Reaksi pembentukan ozon (O 3) Ozon (O 3 ) dapat berfungsi sebagai pembersih, penghilang bau serta sebagai bahan desinfektan yang mampu membunuh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan sebagainya. Dibanding dengan khlorin kekuatan ozon sebagai tenaga desinfektan bisa mencapai 3250 kali lebih cepat serta 50% lebih kuat tenaga oksidatifnya. (5) Mengingat akan efek kegunaan dan kelebihan ozon maka tak mengherankan bila ozon hingga sekarang masih dimanfaatkan untuk sterilisasi air, udara, dan bahan makanan sehingga disamping bahan dapat tahan lama juga bisa lebih aman untuk dikonsumsi. (6) Dalam penelitian ini teknologi pembuatan ozon yang digunakan adalah dengan metoda plasma lucutan terhalang dielektrik atau karena lucutannya yang nyaris tak terdengar maka metode ini sering dikatakan metode plasma lucutan senyap, (7,8) seperti pada Gambar 2. Lucutan senyap merupakan plasma yang tidak seimbang dalam arti elektron-elektron dalam plasma mempunyai tenaga atau temperatur yang jauh lebih tinggi daripada partikel-partikel berat (gas netral) (9). Untuk mendukung penyempurnaan aplikasi dengan metode ini, telah dirancang generator ozon dengan keluaran daya 100 watt. Keunggulan teknologi lucutan senyap dibanding dengan teknologi sinar UV adalah efisiensi ozon yang dihasilkan lebih besar. (4) Gambar 2. Plasma lucutan terhalang dielektrik Ozon dengan potensial oksidasi sebesar 2,07 volt sehingga sangat berpotensi untuk membunuh mikroorganisme patogen, tanpa meninggalkan residu yang berbahaya karena peluruhan ozon adalah molekul oksigen yang sangat akrab bagi manusia. Oleh karena itu perlakuan bibit tebu dengan menggunakan ozon sepertinya tanpa menambahkan sesuatu zat apapun pada bibit tebu tersebut namun akan ada hasilnya sesuai dengan yang diharapkan, yaitu bibit tebu bebas dari bakteri Leifsonia Xyli Subsp Xyli penyebab penyakit RSD (Ratoon Stunting Desease) dan nira yang dihasilkan mempunyai viskositas sesuai dengan yang diharapkan. Disamping itu kendala pada industri gula yang selalu dihadapi saat ini adalah tebu wayu (spoiled) karena beberapa sebab, antara lain : waktu tunggu yang lama (mulai ditebang sampai tebu digiling), tebu terbakar dan sanitasi di penggilingan. Kontaminasi bakteri Leuconostoc Ms dimulai sejak tebu di tebang, bagian tebu yang terluka memudahkan bakteri masuk dalam batang. Begitu pula nira pada proses penggilingan di industri gula lebih banyak terkontaminasi oleh bakteri Leuconostoc Ms sehingga menyebabkan timbulnya dekstran yang berdampak pada penurunan kualitas nira dan kehilangan sakarosa. (2) Pertumbuhan bakteri ini dipacu dengan kondisi ph nira yang relatif rendah (± 4,0), sehingga perlu dilakukan usaha menaikkan ph nira untuk menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Bahan yang digunakan untuk mengatur ph selama ini Prosiding PPI - PDIPTN 2005

3 Isyuniarto, dkk. ISSN adalah dengan menambahkan susu kapur (CaOH 2 ) ke dalam nira mentah hasil penggilingan. Diharapkan dengan penambahan susu kapur ini ph nira mentah menjadi mendekati 7 dan pertumbuhan bakteri Leuconostoc Ms dapat ditekan seminimal mungkin. (10) Untuk ikut berperan aktif memecahkan problem nasional sesuai dengan kemampuan iptek yang dimiliki dalam pembuatan generator ozon dan aplikasinya (4,9) maka BATAN Yogyakarta bekerjasama dengan PTPN X Jawa Timur dan P3GI Pasuruan ikut berpartisipasi menyumbangkan kemampuannya dalam memecahkan problem daerah khususnya dalam teknologi penyiapan bibit tebu yang bebas dari bakteri Leifsonia Xyli Subsp Xyli dan nira mentah hasil penggilingan bebas dari bakteri Leuconostoc Ms, untuk disosialisasikan kepada masyarakat luas pada umumnya dan pada industri gula pada khususnya. Dalam hal ini teknologi pembuatan ozon yang digunakan adalah dengan metoda plasma lucutan terhalang dielektrik (dielectric barrier discharge) (7,8) Keunggulan teknologi lucutan senyap dibanding dengan teknologi sinar UV adalah efisiensi ozon yang dihasilkan lebih besar. Menyadari bahwa teknologi aplikasi ozon untuk penyiapan bibit tebu dan nira mentah yang bebas bakteri di Indonesia masih belum berkembang maka perlu sosialisasi penggunaan ozon yang dihasilkan melalui teknologi plasma lucutan senyap. TATA KERJA Bahan Bibit tebu yang terkontaminasi RSD varitas M (BZ 148), tebu varitas Bulu Lawang (untuk penelitian nira mentah), dan susu kapur Ca(OH) 2. Alat Ozonizer 100 W, buatan P3TM-BATAN Yogyakarta, tangki HWT mini buatan P3GI Pasuruan, ph meter, pompa tekan batang tebu, seperangkat alat analisis Dextran, seperangkat alat analisis Serologi dan alat gilingan tebu. Cara Kerja Peningkatan kualitas bibit tebu Bibit tebu yang terinfeksi RSD dipotong masing-masing 3 ruas sebanyak 10 bagal, kemudian diperlakukan dengan waktu ozonisasi 30, 45 dan 60 menit dan variasi ph 6,5 dan 7,0. Sebagai kontrol dipakai HWT mini, dengan suhu pemanasan 52 o C, 60 menit dan 52 o C, 120 menit (setiap perlakuan HWT dipakai 4 keranjang, 2 keranjang diozonisasi 30 menit dan 2 keranjang tanpa ozonisasi). Analisis serologi dilakukan di P3GI, Pasuruan. Peningkatan kualitas nira mentah Tebu dari varitas Bulu Lawang digiling, kemudian nira mentah yang diperoleh diperlakukan dengan variasi ph 5 dan 6,5 dan waktu ozonisasi 0, 5, 10 dan 15 menit. Hasil proses dianalisis Dextran % Brix-nya di Laboratorium Puslitbang Gula PTPN X Jengkol, Kediri. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari penelitian peningkatan kualitas bibit tebu yang telah dilakukan diperoleh data kualitatif hasil analisis serologi yang dilakukan P3GI Pasuruan. Data kuantitatif belum bisa ditampilkan karena alat analsisis serologi (Bio Radical Model 550) yang ada di P3GI Pasuruan sedang rusak, filternya retak. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Dari pengamatan secara kualitatif tersebut, sekilas dapat dilihat bahwa dengan perlakuan ozon dapat menghilangkan bakteri yang ada dalam pembuluh batang tebu. Tetapi pada ph yang lebih tinggi (> 7), ozon belum dapat membunuh semua bakteri. Hal ini dimungkinkan karena pada saat percobaan airnya dalam keadaan diam. Apabila air untuk merendam tebu tersebut dibuat mengalir (kontinyu), memungkinkan ozon dapat merata keseluruh batang tebu. Tanda positip belum tentu menyatakan bahwa ozon tidak dapat membunuh bakteri dalam batang tebu tersebut, mungkin tidak semua bakteri mati. Sehingga ketika diuji secara kualitatif masih muncul warna bakterinya. Hal ini akan lebih jelas apabila dilakukan uji kuantitatif, tetapi untuk saat ini belum bisa dilakukan. Namun dengan melihat data tersebut dapat dikatakan bahwa ozon memungkinkan untuk menggantikan peranan HWT yang selama ini digunakan di pabrik gula. Apabila hal ini dapat diaplikasikan dalam pabrik gula, maka akan menghemat biaya yang tidak sedikit, karena kebutuhan BBM untuk memanaskan air dapat dihilangkan. Sedangkan dalam nira mentah hasil penggilingan batang tebu sering dijumpai bakteri Prosiding PPI - PDIPTN 2006

4 140 ISSN Isyuniarto, dkk. Leuconoctoc Ms, yaitu salah satu jenis bakteri hama tanaman tebu yang menyerang pembuluh batang tebu. Tanda bahwa tebu terserang bakteri ini dapat diamati pada ruas tebu terdapat bintik-bintik merah. Tabel 1. Data kualitatif analisis serologi pada bibit tebu yang diperlakukan dengan Hot Water Treatment (HWT) dan diozonisasi No. PERLAKUAN Kode Cup Hasil Pengamatan 1 Kontrol Kn + 2 HWT 60 H-1-3 HWT 120 H-2-4 HWT 60, O 3 30, ph 6,5 H-1/O/6,5-5 HWT 120, O 3 30, ph 6,5 H-2/O/6,5-6 O 3 30, ph 6,5 O-30/6,5-7 O 3 45, ph 6,5 O-45/6,5-8 O 3 60, ph 6,5 O-60/ HWT 60, O 3 30, ph 7 H-1/O/7-10 HWT 120, O 3 30, ph 7 H-2/O/7-11 O 3 30, ph 7 O-30/ O 3 45, ph 7 O-45/ O 3 60, ph 7 O-60/7 + Catatan : tanda + menyatakan tebu terserang penyakit RSD tanda menyatakan tebu bebas penyakit RSD Apabila batang tebu terserang bakteri ini, maka nira mentah yang dihasilkan akan menurun karena terbentuk dekstran. Telah diterangkan dimuka bahwa konversi sakarosa ke dekstran adalah 25%, berarti setiap 0,01% dekstran yang terbentuk menyebabkan kehilangan sakarosa 0,04%. (2) Disamping itu dekstran juga menyebabkan peningkatan viskositas dari produk yang diolah di pabrik gula pada bagian akhir proses, serta perpanjangan kristal sakarosa, sehingga proses pemisahan gula kristal dari masakan dalam putaran menjadi lambat. Akibatnya akan terjadi kehilangan gula yang banyak. Hal ini perlu dihindari, untuk mencegah berkurangnya produksi gula. Hasil penelitian peningkatan kualitas nira mentah dengan teknologi ozon pada ph = 5 dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 3 berikut. Tabel 2. Pengaruh penambahan ozon dan kapur terhadap Dekstran % Brix pada ph = 5 WAKTU (menit) DEKSTRAN % BRIX NIRA NIRA + OZON NIRA + OZON + KAPUR 0 0,071-0, ,085 0,066 0, ,106 0,092 0, ,122 0,094 0,155 Dekstran % Brix adalah satuan yang menyatakan banyaknya dekstran yang terjadi dalam nira mentah karena kerja dari bakteri Leuconoctoc Ms. Semakin tinggi harga Dekstran % Brix yang terjadi menunjukkan perusakan nira mentah oleh bakteri Leuconoctoc Ms semakin besar, yang akibatnya mempengaruhi pruduk gula yang dihasilkan. Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa dengan penambahan ozon ke dalam nira mentah pada ph = 5 dapat menghambat perkembangan bakteri Leuconostoc Ms. Prosiding PPI - PDIPTN 2005

5 Isyuniarto, dkk. ISSN Dextran % Brix Waktu ozonisasi ( menit ) Nira Nira + O3 Nira + O3 + kapur Gambar 3. Pengaruh waktu ozonisasi terhadapdekstran % Brix pada ph = 5 Hal ini disebabkan karena ozon merupakan oksidator yang sangat kuat, sehingga bakteri yang akan berkembang dioksidasi dan akhirnya mati. Apabila kedalam nira ditambahkan kapur dan diozonisasi ternyata Dekstran % Brix-nya tinggi. Hal ini disebabkan karena dengan penambahan kapur, partikel yang melayang-layang dalam nira makin tinggi. Adanya partikel-aprtikel semacam ini menyebabkan kerja ozon tidak efektif, karena ozon akan ditangkap oleh partikel tersebut. Karena ozon yang ada dalam nira berkurang maka bakteri dapat berkembang dengan pesat. Akibatnya Dekstran % Brix-nya semakin tinggi, bila dibandingkan dengan nira mentah dan nira mentah yang diozonisasi. Bila ph nira dinaikkan menjadi 6,5, dengan menambahkan susu kapur ternyata mampu menekan kenaikkan dekstran % brix seperti pada Tabel 3 dan Gambar 4. Tabel 3. Pengaruh penambahan ozon dan kapur terhadap Dekstran % Brix pada ph = 6,5 WAKTU DEKSTRAN % BRIX (menit) NIRA NIRA + OZON NIRA + OZON + KAPUR 0 0,013 0,013 0, ,016 0,018 0, ,061 0,056 0,053 Dextran % Brix Waktu ozonisasi ( menit ) Nira Nira + O3 Nira + O3 + kapur radikal akan membunuh bakteri yang ada dalam nira. Sehingga pertumbuhan bakteri dapat dihambat. Dengan membandingkan Dekstran % Brix standar normal nira mentah sebesar 0,037 0,085, (1,3) maka pemberian ozon 5 menit sudah memenuhi standar yang diperlukan. Semakin lama pemberian ozon diberikan ke nira mentah, ternyata membuat Dekstran % Brix semakin besar. Hal ini dimungkinkan karena penambahan ozon tidak mempengaruhi kerja bakteri, mengingat ph nira mentah yang relatif rendah (± 4,0). Pada ph rendah (asam) kerja ozon tidak efektif, Gambar 4. Pengaruh waktu ozonisasi terhadap Dekstran % Brix pada ph 6,5 Dari Tabel 3 dan Gambar 4 tersebut dapat dilihat bahwa dengan menaikkan ph nira mentah sebelum diozonisasi dapat menekan kenaikkan dekstran yang timbul. Cara menaikkan ph nira adalah nira mentah sebelum diozonisasi ditambahkan susu kapur sejumlah tertentu sampai ph mencapai 6,5. Setelah itu baru diozonisasi dengan waktu yang divariasi. Dengan ph yang relatif tinggi menyebabkan kandungan OH - dalam nira bertambah, sehingga OH - dengan ozon akan membentuk OH - radikal, OH - radikal dan oksigen KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa dengan pemakaian ozon dapat mengurangi penyakit RSD pada bibit tebu, meskipun besarannya belum dapat disampaikan karena datanya merupakan data kualitatif. Sedangkan ozonisasi pada nira mentah menunjukkan bahwa pada ozonisasi 5 menit dan ph = 6,5 sudah memberikan nilai Dekstran %Brix yang memenuhi standar yang sudah ditentukan yaitu sebesar 0,018. Menurut standar normal nira mentah nilai Dekstran % Brix-nya adalah 0,037 0,085. Diharapkan dengan pemberian ozon ini dapat Prosiding PPI - PDIPTN 2006

6 142 ISSN Isyuniarto, dkk. meningkatkan kualitas bibit tebu dan nira mentah hasil penggilingan. TERIMA KASIH Dengan telah selesainya penelitian ini diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak/ibu karyawan PTPN X Kediri, Puslitbang Gula Jengkol Kediri, P3GI Pasuruan dan rekan teknisi-rekan P3TM atas bantuan yang diberikan dari awal hingga tersusunnya makalah ini. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan lagi dimasa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA 1. SUMARNO, Rekayasa Instalasi Pemecah Dekstran Secara Enzimatis di Nira mentah PG Cepiring, Majalah Penelitian Gula, ISSN , Vol. XXX (1) Maret, MOCHTAR, H.M., Characterization of Polysacharida of Indonesia Sugar Factory Products, Berita No. 2 BP3G, Pasuruan, SUMARNO, HADI PRAYITNO, Penggunaan Enzim Dektranase dan Talosurf Dalam Nira Mentah di PG Cepiring, (RPTP ), P3GI Pasuruan, WIDDI USADA, SURYADI, AGUS PURWADI, ISYUNIARTO, Litbang Pembuatan Plasma Ozonizer 100 W Untuk Perlakuan Air dan Udara, Proposal Kegiatan /Program Kegiatan T.A PATEL, K., MARCEL, P., What Is Ozone?, Ozone Limited, 30 London Road, Madras , India KRIS TRI BASUKI, WIDDI USADA, AGUS PURWADI, ISYUNIARTO, Ozon dan Aplikasinya, Seminar di PTPN X, Kediri, 1-2 Desember U. KOGELSCHATZ, B. ELIASSON, and M.HIRTH, Ozone Generation From Oxygen And Air : Discharge Physics And Reaction Mechanism, Ozone Science & Engineering, vol 10, pp , U. KOGELSCHATZ, Industrial Ozone Production, presented in International Ozone Symposium, Anniversary of Christian Friedrich Schonbein-the Discoverer of Ozone, Basel, Switzerland, October 21 and 22, 1999, 9. AGUS PURWADI, WIDDI USADA, SURYADI, ISYUNIARTO, Studi dan Pembuatan Generator Ozon Menggunakan Lucutan Listrik, Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah LITDAS Teknologi Nuklir, P3TM BATAN Yogyakarta Selayang Pandang Pabrik Gula Pesantren Baru, PT Perkebunan Nusantara X (Persero), PG Pesantren Baru, Kediri, Januari TANYA JAWAB No Name Nira adalah ikatan organik,apakah ozon yang digunakan tidak merusak niranya sendiri? Mengapa datanya masih kualitatip sehingga belum bisa dibahas? Apa fungsi mengatur Ph dalam penelitian ini? Isyuniarto Secara fisik memang tidak terjadi perubahan wana dan sifat, namun belum pernah kami analisa secara kimia. Tetapi apabila dilihat pada Dxtron % Brix-nya, nira yang dijadikan sampel tidak rusak secara kimia,yang mati adalah bakteri yang ada dalam nira tersebut. Penelitioan ini di PG Pesantern Baru, Kediri, dan analisis serologinya di P3GI Pasuruhan. Karena alatnya sedang rusak, sehingga data yang diperoleh masih kualitatip. Ozon akan bekerja efektif pada kondisi Ph >7,0 (biasa), sehingga sebelum diproses kondisi airnya atau nira mentahnya dikondisikan pada Ph 7,0 menggunakan kapur. Prosiding PPI - PDIPTN 2005

PENINGKATAN KUALITAS BIBIT TEBU DAN NIRA MENTAH DENGAN TEKNOLOGI LUCUTAN PLASMA

PENINGKATAN KUALITAS BIBIT TEBU DAN NIRA MENTAH DENGAN TEKNOLOGI LUCUTAN PLASMA 1.lyulliarto. dkk. ISSN 0216-3128 /37 PENINGKATAN KUALITAS BIBIT TEBU DAN NIRA MENTAH DENGAN TEKNOLOGI LUCUTAN PLASMA Isyuniarto, Widdi Usada, Suryadi, Agus Purwadi PTAPB - BATAN Yogyakarta ABSTRAK PENINGKATAN

Lebih terperinci

Jurnal Kimia Indonesia

Jurnal Kimia Indonesia Jurnal Kimia Indonesia Vol. 2 (1), 2007, h. 1-5 Proses Ozonisasi pada Limbah Cair Industri Gula Isyuniarto, Widdi Usada, Suryadi dan Agus Purwadi Pusat Teknologi Akselerator dan Bahan - BATAN Jogjakarta

Lebih terperinci

Jurnal Kimia Indonesia

Jurnal Kimia Indonesia Jurnal Kimia Indonesia Vol. 2 (1), 2007, h. 31-36 Konstruksi Tabung Lucutan Plasma Pembangkit Ozon 100 watt dan Karakterisasinya Agus Purwadi, Widdi Usada, Suryadi dan Isyuniarto Pusat Teknologi Akselerator

Lebih terperinci

PENGARUH ph DAN OKSIDAN OZON TERHADAP JUMLAH BAKTERI COLIFORM PADA LIMBAH RUMAH SAKIT (Studi Kasus Limbah RSUD Kota Yogyakarta)

PENGARUH ph DAN OKSIDAN OZON TERHADAP JUMLAH BAKTERI COLIFORM PADA LIMBAH RUMAH SAKIT (Studi Kasus Limbah RSUD Kota Yogyakarta) Isyuniarto dan Agus Purwadi ISSN 0216-3128 95 PENGARUH ph DAN OKSIDAN OZON TERHADAP JUMLAH BAKTERI COLIFORM PADA LIMBAH RUMAH SAKIT (Studi Kasus Limbah RSUD Kota Yogyakarta) Isyuniarto, Agus Purwadi Pusat

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU OZONISASI TERHADAP PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS DAN FOSFAT PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT

PENGARUH WAKTU OZONISASI TERHADAP PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS DAN FOSFAT PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT ISSN 1410-6957 Akreditasi No. 129/Akred-LIPI/P2MBI/06/2008 PENGARUH WAKTU OZONISASI TERHADAP PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS DAN FOSFAT PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT Isyuniarto, Andrianto PTAPB - BATAN Yogyakarta

Lebih terperinci

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 2, April 2016, Hal 69-74

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 2, April 2016, Hal 69-74 Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 5, No. 2, April 2016, Hal 69-74 PENERAPAN TEKNOLOGI PLASMA DENGAN MEMANFAATKAN RANCANG BANGUN OZONE GENERATOR UNTUK PENGAWETAN CABAI MERAH (CAPSICUM ANNUUM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran air minum oleh virus, bakteri patogen, dan parasit lainnya, atau oleh zat kimia, dapat terjadi pada sumber air bakunya, ataupun terjadi pada saat pengaliran air olahan

Lebih terperinci

DEGRADASI LIMBAH CAIR INDUSTRI KERTAS MENGGUNAKAN OKSIDAN OZON DAN KAPUR

DEGRADASI LIMBAH CAIR INDUSTRI KERTAS MENGGUNAKAN OKSIDAN OZON DAN KAPUR Isyuniarto, dkk. ISSN 0216-3128 55 DEGRADASI LIMBAH CAIR INDUSTRI KERTAS MENGGUNAKAN OKSIDAN OZON DAN KAPUR Isyuniarto, Widdi Usada dan Agus Purwadi Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan BATAN,

Lebih terperinci

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN IDENTIFIKASI OZON DAN APLIKASINYA SEBAGAI DESINFEKTAN

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN IDENTIFIKASI OZON DAN APLIKASINYA SEBAGAI DESINFEKTAN GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN 141-6957 IDENTIFIKASI OZON DAN APLIKASINYA SEBAGAI DESINFEKTAN Isyuniarto, Widdi Usada, Suryadi, Agus Purwadi, Mintolo, Tri Rusmanto Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi

Lebih terperinci

PLASMA OZONIZER 20 W TERKENDALI SEDERHANA UNTUK PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR

PLASMA OZONIZER 20 W TERKENDALI SEDERHANA UNTUK PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR Widdi Usada, dkk. ISSN 0216 3128 39 PLASMA OZONIZER 20 W TERKENDALI SEDERHANA UNTUK PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR Widdi Usada, Suryadi, Agus Purwadi,Isyuniarto dan Mintolo P3TM BATAN ABSTRAK PLASMA OZONIZER

Lebih terperinci

berbagai cara. Pencemaran udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industri,

berbagai cara. Pencemaran udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah campuran gas yang merupakan lapisan tipis yang meliputi bumi dan merupakan gas yang tidak kelihatan, tidak berasa dan tidak berbau. Pencemaran udara datang

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN OKSIDAN OZON PADA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI UDANG

KAJIAN PENGGUNAAN OKSIDAN OZON PADA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI UDANG ISSN 1410-6957 KAJIAN PENGGUNAAN OKSIDAN OZON PADA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI UDANG Isyuniarto, Agus Purwadi PTAPB - BATAN Yogyakarta ABSTRAK KAJIAN PENGGUNAAN OKSIDAN OZON PADA PENGOLAHAN LIMBAH

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH ZEOLIT DAN OZON PADA NILAI COD, BOD DAN KANDUNGAN Cr DALAM LIMBAH CAIR INDUSTRI KULIT

KAJIAN PENGARUH ZEOLIT DAN OZON PADA NILAI COD, BOD DAN KANDUNGAN Cr DALAM LIMBAH CAIR INDUSTRI KULIT 108, dkk. KAJIAN PENGARUH ZEOLIT DAN OZON PADA NILAI COD, BOD DAN KANDUNGAN Cr DALAM LIMBAH CAIR INDUSTRI KULIT, Widdi Usada, Agus Purwadi dan Suryadi P3TM BATAN ABSTRAK KAJIAN PENGARUH ZEOLIT DAN OZON

Lebih terperinci

STUDI SISTEM OKSIDASI MAJU UNTUK PERLAKUAN AIR

STUDI SISTEM OKSIDASI MAJU UNTUK PERLAKUAN AIR Widdi Usada, dkk. ISSN 0216-3128 243 STUDI SISTEM OKSIDASI MAJU UNTUK PERLAKUAN AIR Widdi Usada, Bambang Siswanto, Suryadi, Agus Purwadi, Isyuniarto ABSTRAK STUDI SISTEM OKSIDASI MAJU UNTUK PERLAKUAN AIR.

Lebih terperinci

OPTIMASI REAKTOR LUCUTAN PLASMA DENGAN SISTEM ALIRAN KONTINYU UNTUK DEGRADASI METILEN BIRU

OPTIMASI REAKTOR LUCUTAN PLASMA DENGAN SISTEM ALIRAN KONTINYU UNTUK DEGRADASI METILEN BIRU OPTIMASI REAKTOR LUCUTAN PLASMA DENGAN SISTEM ALIRAN KONTINYU UNTUK DEGRADASI METILEN BIRU Rizki Ari Nur Aanggraini*, Kusumandari, Teguh Endah Saraswati Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Key Words : spiral cylindrical electrode, dielectric barrier discharge, the ozone concentration, the dissolved ozone concentration, dissolved oxygen

Key Words : spiral cylindrical electrode, dielectric barrier discharge, the ozone concentration, the dissolved ozone concentration, dissolved oxygen Berkala Fisika ISSN : - Vol., No., Juli, hal - Aplikasi Plasma Lucutan Berpenghalang Dielektrik pada Peningkatan Kualitas Air dengan Mengalirkan Air secara Langsung dalam Reaktor Berkonfigurasi Elektroda

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. menerapkan gelombang elektromagnetik, yang bertujuan untuk mengurangi

I PENDAHULUAN. menerapkan gelombang elektromagnetik, yang bertujuan untuk mengurangi I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Iradiasi merupakan salah satu jenis pengolahan bahan pangan yang menerapkan gelombang elektromagnetik, yang bertujuan untuk mengurangi kehilangan akibat kerusakan dan pembusukan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu, jika digiling akan menghasilkan air dan ampas dari tebu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu, jika digiling akan menghasilkan air dan ampas dari tebu, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nira Tebu Tanaman tebu, jika digiling akan menghasilkan air dan ampas dari tebu, kemudian air hasil gilingan itu disaring dan air itu yang di namakan nira dan proses penyaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber air minum sehari-hari. Berkembangnya industri baik dalam skala besar

BAB I PENDAHULUAN. sumber air minum sehari-hari. Berkembangnya industri baik dalam skala besar BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Sebahagian besar penduduk di Indonesia menggunakan air tanah sebagai sumber air minum

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI PERBANDINGAN PERANCANGAN SEWAGE TREATMENT PLANT UNTUK KAPAL CORVETE UKURAN 90 METER, DENGAN MENGGUNAKAN METODE BIOLOGI DAN KIMIAWI

STUDI OPTIMASI PERBANDINGAN PERANCANGAN SEWAGE TREATMENT PLANT UNTUK KAPAL CORVETE UKURAN 90 METER, DENGAN MENGGUNAKAN METODE BIOLOGI DAN KIMIAWI STUDI OPTIMASI PERBANDINGAN PERANCANGAN SEWAGE TREATMENT PLANT UNTUK KAPAL CORVETE UKURAN 90 METER, DENGAN MENGGUNAKAN METODE BIOLOGI DAN KIMIAWI Pendahuluan PENCEMARAN AIR masuknya atau dimasukkannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tebu Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman ini memerlukan udara panas yaitu 24-30 ºC dengan perbedaan suhu musiman tidak lebih dari 6 ºC, perbedaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM OZONIZER UNTUK PENDUKUNG LINGKUNGAN HIDUP IKAN YANG DILENGKAPI DENGAN KONTROL WAKTU MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA8535

PERANCANGAN SISTEM OZONIZER UNTUK PENDUKUNG LINGKUNGAN HIDUP IKAN YANG DILENGKAPI DENGAN KONTROL WAKTU MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA8535 PERANCANGAN SISTEM OZONIZER UNTUK PENDUKUNG LINGKUNGAN HIDUP IKAN YANG DILENGKAPI DENGAN KONTROL WAKTU MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA8535 TUGAS AKHIR Disusun Oleh: Fatlurahman 24040211060001 PROGRAM

Lebih terperinci

PENENTUAN RENDEMEN GULA TEBU SECARA CEPAT 1

PENENTUAN RENDEMEN GULA TEBU SECARA CEPAT 1 2003 Purwono Posted 7 October, 2003 Science Philosophy (PPs 702) Graduate Program / S3 Institut Pertanian Bogor October 2003 Instructors: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Principal) Prof Dr Ir Zahrial Coto

Lebih terperinci

Pengaruh Ozon yang Dibangkitkan Melalui Reaktor Plasma Berpenghalang Dielektrik Elektroda Silinder Spiral Terhadap Pengawetan Cabai

Pengaruh Ozon yang Dibangkitkan Melalui Reaktor Plasma Berpenghalang Dielektrik Elektroda Silinder Spiral Terhadap Pengawetan Cabai Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal. 319-326 Pengaruh Ozon yang Dibangkitkan Melalui Reaktor Plasma Berpenghalang Dielektrik Elektroda Silinder Spiral Terhadap Pengawetan

Lebih terperinci

- Menghantar/memindahkan zat dan ampas - Memisahkan/mengambil zatdengan dicampur untuk mendapatkan pemisahan (reaksi kimia)

- Menghantar/memindahkan zat dan ampas - Memisahkan/mengambil zatdengan dicampur untuk mendapatkan pemisahan (reaksi kimia) 1.1 Latar Belakang Ketel uap sebagai sumber utama penghasil energi untuk pembangkit listrik yang menyuplai seluruh kebutuhan energi dalam pabrik. Dalam melakukan kerjanya, ketel uap membutuhkan adanya

Lebih terperinci

MODIFIKASI TABUNG REAKTOR OZONIZER GUNA PENINGKATAN LAJU PRODUK OZON DAN APLIKASINYA SEBAGAI BAHAN DESINFEKTAN AIR

MODIFIKASI TABUNG REAKTOR OZONIZER GUNA PENINGKATAN LAJU PRODUK OZON DAN APLIKASINYA SEBAGAI BAHAN DESINFEKTAN AIR Agus Purwadi, dkk. ISSN 0216-3128 101 MODIFIKASI TABUNG REAKTOR OZONIZER GUNA PENINGKATAN LAJU PRODUK OZON DAN APLIKASINYA SEBAGAI BAHAN DESINFEKTAN AIR Agus Purwadi, Widdi Usada, Suryadi, Isyuniarto,

Lebih terperinci

SIKLUS OKSIGEN. Pengertian, Tahap, dan Peranannya

SIKLUS OKSIGEN. Pengertian, Tahap, dan Peranannya SIKLUS OKSIGEN Pengertian, Tahap, dan Peranannya Apa yang terbesit dalam pikiran anda bila mendengar kata oksigen? Seperti yang kita tahu, oksigen bagian dari hidup kita yang sangat kita butuhkan keberadaannya.

Lebih terperinci

Perancangan dan Realisasi Pembangkit Korona dengan Sumber DC dari Baterai 12 Volt DC Menggunakan Flyback Converter

Perancangan dan Realisasi Pembangkit Korona dengan Sumber DC dari Baterai 12 Volt DC Menggunakan Flyback Converter Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Juli 2015 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.3 No.2 Perancangan dan Realisasi Pembangkit Korona dengan Sumber DC dari Baterai 12 Volt DC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi (M BOE) Gambar 1.1 Pertumbuhan Konsumsi Energi [25]

BAB I PENDAHULUAN. Energi (M BOE) Gambar 1.1 Pertumbuhan Konsumsi Energi [25] BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan populasi penduduk yang semakin meningkat mengakibatkan konsumsi energi semakin meningkat pula tetapi hal ini tidak sebanding dengan ketersediaan cadangan

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI OLEH : ANDY CHRISTIAN 0731010003 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

SUNARDI. Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta Telp. (0274) Abstrak

SUNARDI. Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta Telp. (0274) Abstrak PENGARUH TEGANGAN LISTRIK DAN KECEPATAN ALIR TERHADAP HASIL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR YANG MENGANDUNG LOGAM Pb,Cd DAN TSS MENGGUNAKAN ALAT ELEKTROKOAGULASI SUNARDI ** Pustek Akselerator dan Proses Bahan BATAN

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR GLUKOSA PADA BIOMASSA BONGGOL PISANG MELALUI PAPARAN RADIASI MATAHARI, GELOMBANG MIKRO, DAN HIDROLISIS ASAM

ANALISIS KADAR GLUKOSA PADA BIOMASSA BONGGOL PISANG MELALUI PAPARAN RADIASI MATAHARI, GELOMBANG MIKRO, DAN HIDROLISIS ASAM ANALISIS KADAR GLUKOSA PADA BIOMASSA BONGGOL PISANG MELALUI PAPARAN RADIASI MATAHARI, GELOMBANG MIKRO, DAN HIDROLISIS ASAM Oleh: Qismatul Barokah 1 dan Ahmad Abtokhi 2 ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PENGARUH OZONISASI TERHADAP DO, BOD DAN PERTUMBUHAN BAKTERI DI DALAM LIMBAH CAIR INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

PENGARUH OZONISASI TERHADAP DO, BOD DAN PERTUMBUHAN BAKTERI DI DALAM LIMBAH CAIR INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT ISSN 1410-6957 PENGARUH OZONISASI TERHADAP DO, BOD DAN PERTUMBUHAN BAKTERI DI DALAM LIMBAH CAIR INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT M. Yazid, Aris Bastianudin, Widdi Usada Pusat Teknologi Akselerator dan Proses

Lebih terperinci

APLIKASI OZON HASIL TEKNOLOGI KIMIA PLASMA UNTUK MEMPERPANJANG UMUR SIMPAN UMBI KENTANG

APLIKASI OZON HASIL TEKNOLOGI KIMIA PLASMA UNTUK MEMPERPANJANG UMUR SIMPAN UMBI KENTANG 118 ISSN 0216-3128, dkk. APLIKASI OZON HASIL TEKNOLOGI KIMIA PLASMA UNTUK MEMPERPANJANG UMUR SIMPAN UMBI KENTANG, Widdi Usada, Suryadi Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN ABSTRAK APLIKASI

Lebih terperinci

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses (utilitas) merupakan bagian penting penunjang proses produksi. Utilitas yang tersedia di pabrik metil tersier butil eter adalah unit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 416 / MENKES / PER / 1990, tentang syarat-syarat kualitas air disebutkan bahwa air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu mengumpulkan data yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, kemudian diolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Terkait dengan kebijakan pemerintah tentang kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) per 1 Juli 2010 dan Bahan Bakar Minyak (BBM) per Januari 2011, maka tidak ada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemurnian nira yang ternyata masih mengandung zat zat bukan gula dari proses

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemurnian nira yang ternyata masih mengandung zat zat bukan gula dari proses BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pemurnian Nira Setelah diperoleh larutan nira dari hasil proses pengilingan. Dilakukan proses pemurnian nira yang ternyata masih mengandung zat zat bukan gula dari

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DENGAN TEKNIK LUCUTAN PLASMA

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DENGAN TEKNIK LUCUTAN PLASMA 20 ISSN 0216-3128 Isyuniarto, dkk. PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DENGAN TEKNIK LUCUTAN PLASMA Isyuniarto, Widdi Usada, Suryadi, Agus Purwadi Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-BATAN ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hampir semua buah buahan dan sayuran bersifat mudah rusak, oleh sebab itu guna mencegah terbuangnya buah atau sayur karena rusak atau tidak dapat dimanfaatkan seluruhnya

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI NIRA MENTAH DAN AMPAS TEBU DI PG CANDI BARU SIDOARJO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI NIRA MENTAH DAN AMPAS TEBU DI PG CANDI BARU SIDOARJO TUGAS AKHIR ST 0315 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI NIRA MENTAH DAN AMPAS TEBU DI PG CANDI BARU SIDOARJO DIKA RHEZTI WITIANDA NRP 1306 030 010 DOSEN PEMBIMBING Dr. Purhadi, M.Sc.

Lebih terperinci

Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Air tanah merupakan sumber air yang sangat potensial bagi manusia, yaitu meliputi 99% dari air bersih yang siap pakai. Kualitasnya pun lebih baik daripada air permukaan

Lebih terperinci

BAB XIII PENUTUP Kesimpulan

BAB XIII PENUTUP Kesimpulan BAB XIII PENUTUP 13.1. Kesimpulan 1. PG. Kebon Agung merupakan perusahaan dalam bidang pangan yang memproduksi gula kristal putih dengan merk dagang PG. Kebon Agung yang dikemas dengan karung gula yang

Lebih terperinci

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP Pengalengan buah dan sayur Kuliah ITP Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi pengalengan atau pembotolan sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak pengalengan atau pembotolan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Air Air adalah zat yang tudak mempunyai rasa, warna, dan bau yang terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H 2 O. Air merupakan suatu larutan yang bersifat

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

AUDIT KINERJA PROSES PENGOLAHAN PADA PABRIK GULA

AUDIT KINERJA PROSES PENGOLAHAN PADA PABRIK GULA AUDIT KINERJA PROSES PENGOLAHAN PADA PABRIK GULA Nyimas Dewi Sartika 1 ABSTRACT Generally on BUMN sugar factory the rendement is lower than private sugar factory. The audit purpose is to know processing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki gugus hemiasetal. Oleh karena itu sukrosa di dalam air tidak berada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki gugus hemiasetal. Oleh karena itu sukrosa di dalam air tidak berada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kimia Gula Komposisi kimia dari gula adalah satu satuan fruktosa yang digabung dengan satu satuan glukosa. Di dalam sukrosa baik fruktosa maupun glukosa tidak memiliki gugus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

Benih tebu SNI 7312:2008. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

Benih tebu SNI 7312:2008. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan Standar Nasional Indonesia Benih tebu ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Persyaratan mutu bibit... 3 4

Lebih terperinci

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu PEMBAHASAN UMUM Tujuan akhir penelitian ini adalah memperbaiki tingkat produktivitas gula tebu yang diusahakan di lahan kering. Produksi gula tidak bisa lagi mengandalkan lahan sawah seperti masa-masa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.. Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu Pabrik Gula Kwala Madu merupakan pabrik gula ke2 (Dua) di Sumatera Utara sesudah pabrik gula Sei

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERPIPAAN PADA PROSES PRODUKSI CARBONATED SOFT DRINK

PERANCANGAN PERPIPAAN PADA PROSES PRODUKSI CARBONATED SOFT DRINK TUGAS 1 MATA KULIAH PERANCANGAN PABRIK PERANCANGAN PERPIPAAN PADA PROSES PRODUKSI CARBONATED SOFT DRINK 1. Feriska Yuanita (105100200111012) 2. Alifian Juantono Sahwal (105100213111003) 3. Nadia Sabila

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM 52 BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses (utilitas) merupakan bagian penting penunjang proses produksi. Utilitas yang tersedia di pabrik PEA adalah unit pengadaan air, unit

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan konsumen terhadap makanan dengan kualitas tinggi tanpa pengawet kimia merupakan suatu tantangan bagi industri pangan saat ini. Pencemaran mikroorganisme pada

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian. III.1 Umum

Bab III Metodologi Penelitian. III.1 Umum Bab III Metodologi Penelitian III.1 Umum Seluruh penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Air Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung dari Bulan Februari hingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH OZONISASI HASIL LUCUTAN PLASMA BERPENGHALANG DIELEKTRIK PADA BERAS TERHADAP PERUBAHAN AMILOGRAFI, KEKERASAN, DAN WARNA

ANALISA PENGARUH OZONISASI HASIL LUCUTAN PLASMA BERPENGHALANG DIELEKTRIK PADA BERAS TERHADAP PERUBAHAN AMILOGRAFI, KEKERASAN, DAN WARNA Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal 61-66 ANALISA PENGARUH OZONISASI HASIL LUCUTAN PLASMA BERPENGHALANG DIELEKTRIK PADA BERAS TERHADAP PERUBAHAN AMILOGRAFI, KEKERASAN,

Lebih terperinci

PENGARUH OZONISASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS WARNA DAN KADAR BESI

PENGARUH OZONISASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS WARNA DAN KADAR BESI PENGARUH OZONISASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS WARNA DAN KADAR BESI (Fe) PADA AIR GAMBUT EFFECT OF OZONATION IN DECREASING COLOR INTENSITY AND LEVEL OF IRON (Fe) IN PEAT WATER Chairul Abdi, Riza Miftahul

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PENDAHULUAN 1. AIR Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat

Lebih terperinci

PENGHAMBATAN DEGRADASI SUKROSA DALAM NIRA TEBU MENGGUNAKAN GELEMBUNG GAS NITROGEN DALAM REAKTOR VENTURI BERSIRKULASI TEUKU IKHSAN AZMI

PENGHAMBATAN DEGRADASI SUKROSA DALAM NIRA TEBU MENGGUNAKAN GELEMBUNG GAS NITROGEN DALAM REAKTOR VENTURI BERSIRKULASI TEUKU IKHSAN AZMI PENGHAMBATAN DEGRADASI SUKROSA DALAM NIRA TEBU MENGGUNAKAN GELEMBUNG GAS NITROGEN DALAM REAKTOR VENTURI BERSIRKULASI TEUKU IKHSAN AZMI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PEMBAGIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

LAMPIRAN 1 PEMBAGIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB LAMPIRAN 1 PEMBAGIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB 1. General Manager Menentukan dan merumuskan kegiatan utama dalam perusahaan untuk pencapaian tujuan umum perusahaan. Mengkoordinir dan mengawasi tugas-tugas

Lebih terperinci

BAB I. Indonesia tidak dapat terus menerus mengandalkan diri dari pada tenaga kerja

BAB I. Indonesia tidak dapat terus menerus mengandalkan diri dari pada tenaga kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam menghadapi persaingan Internasional yang semakin tajam, maka Indonesia tidak dapat terus menerus mengandalkan diri dari pada tenaga kerja yang murah,

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Spectra Nomor 8 Volume IV Juli 06: 16-26 KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Sudiro Ika Wahyuni Harsari

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012 Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 202 ISSN 0852-2979 PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 202 Heri Witono, Ahmad Nurjana

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN Penggunaan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari sangat luas CAKUPAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan Teknologi Pangan Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia

Lebih terperinci

TEBU. (Saccharum officinarum L).

TEBU. (Saccharum officinarum L). TEBU (Saccharum officinarum L). Pada awal abad ke-20 Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor gula nomor dua terbesar di dunia setelah Kuba, namun pada awal abad ke-21 berubah menjadi negara pengimpor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Industri gula adalah salah satu industri bidang pertanian yang secara nyata memerlukan keterpaduan antara proses produksi tanaman di lapangan dengan industri pengolahan. Indonesia

Lebih terperinci

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67 BAB VI REAKSI KIMIA Pada bab ini akan dipelajari tentang: 1. Ciri-ciri reaksi kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi kimia. 2. Pengelompokan materi kimia berdasarkan sifat keasamannya.

Lebih terperinci

Sterilisasi Alat dan Bahan untuk Pengujian Kesehatan Benih

Sterilisasi Alat dan Bahan untuk Pengujian Kesehatan Benih Sterilisasi Alat dan Bahan untuk Pengujian Kesehatan Benih Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1964 perusahaan NV My Handle Kian Gwan diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia, yang bernama PT. Perusahaan Perkembangan Ekonomi Nasional (PPEN)

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SUSU KAPUR DARI LIMBAH GAS ACETYLEN SEBAGAI PENJERNIH NIRA MENTAH. Sri Risnojatingsih Progdi Teknik Kimia FTI-UPNV Jatim ABSTRACT

PENGGUNAAN SUSU KAPUR DARI LIMBAH GAS ACETYLEN SEBAGAI PENJERNIH NIRA MENTAH. Sri Risnojatingsih Progdi Teknik Kimia FTI-UPNV Jatim ABSTRACT 24 Penggunaan Susu Kapur dari Limbah Gas Acetylen Jurnal Penelitian (Sri Risnojatingsih) Ilmu Teknik Vol. 10, No.1 Juni 2010 : 24-28 24 PENGGUNAAN SUSU KAPUR DARI LIMBAH GAS ACETYLEN SEBAGAI PENJERNIH

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIO-OIL DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT MELALUI PIROLISASI

PEMBUATAN BIO-OIL DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT MELALUI PIROLISASI LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN BIO-OIL DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT MELALUI PIROLISASI (Making Bio-oil Using Shell Palm Oil Through Pyrolysis Process) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Berdasarkan data hasil penelitian daya bunuh disinfektan uji terhadap. (Salmonella thyphosa dan Staphylococcus aureus) dibandingkan

BAB VI PEMBAHASAN. Berdasarkan data hasil penelitian daya bunuh disinfektan uji terhadap. (Salmonella thyphosa dan Staphylococcus aureus) dibandingkan BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil penelitian daya bunuh disinfektan uji terhadap bakteri uji (Salmonella thyphosa dan Staphylococcus aureus) dibandingkan larutan fenol, kaporit 4 kali lebih kuat

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN NOTULENSI Pengelompokan Kegiatan Value Added dan Non Value Added No Kegiatan 1. Tebu dibawa ke pabrik menggunakan truk 2. Truk menunggu untuk ditimbang 3. Truk yang berisikan tebu ditimbang 4.

Lebih terperinci

DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI PLASMA ABSTRAK ABSTRACT

DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI PLASMA ABSTRAK ABSTRACT DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI PLASMA Rohmad Salam Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir ABSTRAK DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI

Lebih terperinci

PENGARUH ph TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS WARNA PADA PROSES OZONISASI AIR GAMBUT

PENGARUH ph TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS WARNA PADA PROSES OZONISASI AIR GAMBUT PENGARUH ph TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS WARNA PADA PROSES OZONISASI AIR GAMBUT Siti Aisyah 1, Chairul Abdi 2 dan Riza Miftahul Khair 3 1 Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik,ULM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu demi waktu kini industri baik industri rumahan maupun pabrik semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri meskipun letaknya dekat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi karet alam dunia 8,307 juta ton. Diprediksi produk karet alam

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi karet alam dunia 8,307 juta ton. Diprediksi produk karet alam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai tahun 2004, produksi karet alam Indonesia 1,905 juta ton, masih menempati nomor 2 setelah Thailand sebesar 2,848 juta ton dari produksi karet alam dunia 8,307

Lebih terperinci

KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA I IDENTIFIKASI AIR TERCEMAR

KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA I IDENTIFIKASI AIR TERCEMAR KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA I IDENTIFIKASI AIR TERCEMAR Tabel Hasil Pengamatan Sampel Warna Endapan Suhu ph Ikan Jumlah gerak mulut ikan dalam 1 menit Keadaan akhir Jernih Tidak Tanpa 25-7 35-75 Hidup sumur

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2006, Indonesia telah menggeser Malaysia sebagai negara terbesar penghasil kelapa sawit dunia [1]. Menurut Gabungan Asosiasi Pengusaha Sawit Indonesia (GAPKI)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan dengan hampir-hampir 0,1% dari padanya berupa benda-benda

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIS BAKU BUDIDAYA BIBIT TEBU VARIETAS PS 851 DAN PS 951 PADA TINGKAT KEBUN BIBIT DATAR

PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIS BAKU BUDIDAYA BIBIT TEBU VARIETAS PS 851 DAN PS 951 PADA TINGKAT KEBUN BIBIT DATAR ISSN 1410-1939 PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIS BAKU BUDIDAYA BIBIT TEBU VARIETAS PS 851 DAN PS 951 PADA TINGKAT KEBUN BIBIT DATAR [THE ASSESMENT OF THE APPLICATION OF STANDARD CULTIVATION TECHNIQUE OF SUGARCANE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya melimpah dan mempunyai potensi untuk dikembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya melimpah dan mempunyai potensi untuk dikembangan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Singkong merupakan salah satu komoditas bahan pangan yang keberadaannya melimpah dan mempunyai potensi untuk dikembangan dalam upaya diversifikasi pangan. Kandungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Jumlah energi yang dibutuhkan akan meningkat seiring berjalannya waktu dan meningkatnya jumlah penduduk.

Lebih terperinci

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 4, No. 3, Juli 2015, Hal

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 4, No. 3, Juli 2015, Hal Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 4, No. 3, Juli 2015, Hal 237-242 PENGARUH OZON YANG DIBANGKITKAN MENGGUNAKAN REAKTOR DIELECTRIC BARRIER DISCHARGE PLASMA (DBDP) TERHADAP KONSENTRASI OKSIGEN

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT PG CANDI BARU SIDOARJO. Diajukan oleh : Elizabeth Silvia Veronika NRP: Lovitna Novia Puspitasari NRP:

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT PG CANDI BARU SIDOARJO. Diajukan oleh : Elizabeth Silvia Veronika NRP: Lovitna Novia Puspitasari NRP: LAPORAN KERJA PRAKTEK PT PG CANDI BARU SIDOARJO Diajukan oleh : Elizabeth Silvia Veronika NRP: 5203013008 Lovitna Novia Puspitasari NRP: 5203013045 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

DAMPAK NEGATIF DAN POSITIF PADA BIOLOGI

DAMPAK NEGATIF DAN POSITIF PADA BIOLOGI Nama : Elba Saskia Permatasari No : 14 Kelas : X-IPA-2 DAMPAK NEGATIF DAN POSITIF PADA BIOLOGI Dengan perkembangan bioteknologi, akan memberikan dampak positif maupun dampak negatif bagi makhluk hidup,

Lebih terperinci

Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol)

Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol) Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol) I. TUJUAN Mengamati hasil dari peristiwa fermentasi alkohol II. LANDASAN TEORI Respirasi anaerob merupakan salah satu proses katabolisme yang tidak menggunakan oksigen

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)

Tersedia online di:  Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017) PENURUNAN KADAR COD DAN WARNA PADA LIMBAH ARTIFISIAL BATIK ZAT WARNA TURUNAN AZO MENGGUNAKAN METODE ADSORPSI ARANG AKTIF DAN OZONASI+FeSO 4.7H 2 O Khairunnisa *), Arya Rezagama **), Fajar Arianto **) Departemen

Lebih terperinci

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Telah dilakukan analisis limbah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Water Treatment Air sungai dan Sumur Bor menjadi Air Bersih Proses pengolahan air (water treatment system)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Water Treatment Air sungai dan Sumur Bor menjadi Air Bersih Proses pengolahan air (water treatment system) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Water Treatment Air sungai dan Sumur Bor menjadi Air Bersih Proses pengolahan air (water treatment system) yang merupakan pengolahan air yang tidak layak pakai (air kotor)

Lebih terperinci

Pengeringan Untuk Pengawetan

Pengeringan Untuk Pengawetan TBM ke-6 Pengeringan Untuk Pengawetan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci