The 1 st Accounting Conference Faculty of Economics Universitas Indonesia Depok, 7 9 November 2007

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "The 1 st Accounting Conference Faculty of Economics Universitas Indonesia Depok, 7 9 November 2007"

Transkripsi

1 KINERJA OPERASI SEBELUM DAN PASCA PADA INITIAL PUBLIC OFFERINGS DI BURSA EFEK JAKARTA TATANG A GUMANTI Universitas Jember DWI LUSI T SWASTIKA STIE Malangkucecwara Malang Abstract This study examines the operating performance of firm making initial public offerings (IPO) at the Jakarta Stock Exchange. Previous studies, using different approach, found evidence on the tendency that IPO firms experience decreasing performance in the periods after the issue. The approach developed in Jain and Kini (1994) was employed in this study. Using a sample of 19 firms that went public between 1995 and 1996, this study found that on average the firms experience decreasing operating performance. The finding reported here reveals that there is a tendency that in the years prior to IPO date, there seems to be an effort to make reported earnings being managed, indicating earnings management practices which is also asserted by Jain and Kini (1994) Key words: Initial public offering, operating performance, cash flows, ownership retention, initial return. Bridging the Gap between Theory, Research, and Practice 1

2 1. Pendahuluan The 1 st Accounting Conference Penilitian ini mencoba menguji perubahan kinerja operasi perusahaan yang baru melakukan penawaran saham perdana (initial public offering =IPO) atau go public. Pengujian terhadap kinerja operasi perusahaan pasca IPO menarik untuk dilakukan, karena ada bukti yang konsisten di pasar modal bahwa praktek manajemen laba (earnings management) pada periode sebelum go public adalah umum dilakukan oleh perusahaan. Ada indikasi yang kuat bahwa karena praktek manajemen laba pada periode sebelum IPO, manajemen mengalami kesulitan untuk mempertahankan kinerja laba pasca IPO (Jain dan Kini, 1994). Kenyataan ini tidak mengherankan mengingat bahwa jika suatu perusahaan melakukan praktek manajemen laba, maka perusahaan akan mengalami kesulitan dalam mempertahankan kinerja labanya di kemudian hari. Beberapa penelitian terdahulu banyak yang menekankan pada aspek kinerja perusahaan pasca IPO tanpa secara spesifik mencoba untuk menguji dan membandingkan kinerja antara sebelum dan sesudah IPO. Misalnya, Ritter (1991) dan Loughran dan Ritter (1991) menguji kinerja investasi setelah IPO dan Lang (1991) menguji efek pengumuman laba setelah IPO terhadap harga saham. Penelitian yang lain dilakukan oleh Degeorge dan Zeckhauser (1993) yang mencoba menguji kinerja operasi pada perusahaan yang melakukan reverse leverage buyouts (LBO). Sedangkan McLaughlin et al. (1996) menguji kinerja operasi perusahaan yang melakukan penawaran lanjutan (seasoned offering). Mikkelson et al. (1997) mencoba menguji keterkaitan kinerja operasi dan tingkat kepemilikan (ownership) pada perusahaan yang baru go public. Penelitian sejenis yang dilakukan di Indonesia adalah Payamta dan Machfoedz (1999) yang menguji kinerja perbankan sebelum dan sesudah IPO di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini mirip dengan apa yang dilakukan oleh Jain dan Kini (1994) dengan beberapa modifikasi yang disesuaikan dengan karakteristik dari perusahaan yang melakukan IPO di Indonesia. Dalam penelitian ini kami menemukan bukti bahwa perusahaan yang baru go public di pasar modal Indonesia tidak mampu mempertahankan kinerja operasinya dalam jangka waktu sampai dengan tiga tahun setelah go public. Walaupun secara rata-rata perusahaan mampu meningkatkan Bridging the Gap between Theory, Research, and Practice 2

3 penjualan dan juga total aset-nya, peningkatan tersebut tidak dapat atau belum sepenuhnya membawa dampak terhadap perbaikan kinerja operasi. Secara keseluruhan, kami menemukan adanya perbedaan kinerja operasi, khususnya dalam hal kinerja yang terkait dengan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan aliran kas operasi antara sebelum dan sesudah go public. Dalam hal ini, kami menemukan kecenderungan bahwa kinerja operasi mengalami penurunan, khususnya pada tahun kedua setelah perusahaan menjadi milik publik. Hasil temuan ini tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Jain dan Kini (1994) dan juga Mikkelson et al. (1997). Tulisan ini diatur dengan urut-urutan sebagai berikut. Bagian dua membahas tentang penelitian terdahulu dan penjelasan teoritis. Bagian ini diikuti oleh metodologi penelitian yang didalamnya diungkapkan tentang penentuan sampel dan pengukuran variabel. Bagian empat menyajikan hasil penelitian dan analisis tambahan. Bagian akhir dari tulisan ini berisi simpulan, kelemahan, dan saran untuk penelitian yang akan datang. 2. Review Literatur dan Perumusan Hipotesis Go public atau menjadi perusahaan publik merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan perusahaan. Banyak alasan yang melatarbelakangi mengapa perusahaan memutuskan untuk menjadi perusahaan publik. Di antara alasan-alasan tersebut adalah kemungkinan akses terhadap pihak eskternal semakin besar dan juga perusahaan semakin dikenal oleh banyak pihak. Walaupun demikian, ada konsekuensi langsung yang harus dipertimbangkan oleh manajemen sebelum memutuskan untuk go public. Salah satu pertimbangan dimaksud adalah beban biaya tidak langsung yang semakin meningkat, misalnya biaya penerbitan berita atau laporan keuangan, biaya audit dan lain-lain. Penawaran saham pernana merupakan salah satu cara efektif bagi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana sebagai konsekuensi dari semakin besarnya atau berkembangnya perusahaan yang pada gilirannya membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dengan penawaran umum perdana akan terjadi perubahan status perusahaan dari perusahaan tertutup menjadi terbuka dan memberikan konsekuensi tanggung jawab kepada pihak manajemen untuk meningkatkan kinerjanya. Sebagai perusahaan Bridging the Gap between Theory, Research, and Practice 3

4 publik, perusahaan akan selalu menjadi perhatian masyarakat pemodal karena ada andil yang perlu dipertanggungjawabkan yakni modal yang ditanamkan, sehingga peningkatan kinerja perusahaan setelah menjadi perusahaan publik akan diharapkan oleh banyak pihak. Pada saat melakukan penawaran perusahaan harus menyediakan prospektus yang di dalamnya dimuat informasi keuangan dan non-keuangan. Informasi keuangan terdiri dari neraca (balance sheet), laporan laba rugi (income statement), laporan arus kas (cash flow statement), dan penjelasan atas laporan keuangan (notes of financial statement). Sedangkan informasi non keuangan berisi antara lain informasi mengenai underwriter, auditor, konsultan hukum, nilai penawaran saham, persentase saham yang ditawarkan, umur perusahaan, dan informasi lain yang mendukung (Broude, 1997; Sulistyanto dan Wibisono, 2003). Informasi dalam prospektus tersebut dibutuhkan investor dalam proses pembuatan keputusan di bursa (Kim dan Ritter, 1999). Informasi dalam prospektus tersebut akan memberikan gambaran mengenai kondisi, prospek ekonomi, rencana investasi, serta ramalan laba dan dividen yang akan dijadikan dasar dalam pembuatan keputusan rasional mengenai resiko dan nilai saham yang ditawarkan perusahaan (Firth dan Liau-Tan, 1998). Melalui penawaran umum perdana inilah para investor atau pemodal melakukan penilaian terhadap perusahaan yang melaksanakan IPO tersebut. Apabila kinerja perusahaan yang tertuang dalam prospektus baik serta proses penjaminan dari underwriter juga bagus maka para investor cenderung akan merespon dengan baik saham yang ditawarkan oleh emiten. Fenomena ini akan terlihat pada harga saham yang dibeli dari perusahaan yang bersangkutan. Pemesanan saham akan melebihi jatah yang akan diterbitkan (dijual), sehingga fenomena underpricing akan ditemui. Underpricing adalah suatu situasi dimana harga saham perusahaan yang baru go public, biasanya dalam hitungan hari, secara rata-rata lebih tinggi daripada harga penawarannya. Tetapi tidak sedikit perusahaan yang melakukan go public direspon biasa atau bahkan direspon negatif oleh para investor, yang berakibat pada penurunan harga saham pasca IPO. Peristiwa penurunan harga saham pasca IPO biasa dikenal dengan istilah overpricing. Disamping itu, kondisi perekonomian Bridging the Gap between Theory, Research, and Practice 4

5 secara makro dan stabilitas keamanan negara juga menjadi indikator berhasil atau tidaknya proses penawaran umum perdana. Penilaian terhadap kinerja perusahaan sebelum dan sesudah menjadi perusahaan publik sangat penting. Kinerja perusahaan terutama dalam bentuk laporan keuangan diwajibkan untuk dilaporkan secara periodik sebagai wujud dari fungsi full disclosure dari perusahaan publik. Kriteria penilaian terhadap hasil pelaksanaan operasi perusahaan banyak dan bermacam-macam, tergantung dari sudut mana keberhasilan tersebut ditinjau dan pada aspek apa perusahaan tersebut berorientasi. Dalam perusahaan yang berorientasi pada profit, maka indikator keberhasilan perusahaannya adalah jumlah laba yang diperoleh. Laba dipergunakan sebagai salah satu parameter umum untuk menilai keberhasilan manajemen dalam menjalankan tugasnya. Laba yang besar akan mendorong para pemilik modal untuk menanamkan modalnya pada perusahaan guna memperluas usahanya, dan sebaliknya laba yang rendah akan mendorong pemilik modal untuk menarik modalnya. Kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisis laporan keuangan (rasio-rasio keuangan), karena analisis rasio merupakan suatu hubungan dua unsur yang secara sistematis dapat mengetahui keadaan perusahaan, serta merupakan dasar untuk menilai dan menganalisis prestasi perusahaan. Dengan mengetahui hasil penilaian terhadap kinerja perusahaan, maka pengambilan keputusan investasi dapat dilakukan secara lebih baik. Pemerintah juga berkepentingan atas penilaian terhadap kinerja perusahaan sebab mempunyai fungsi yang strategis dalam rangka memajukan dan meningkatkan perekonomian negara. Sedangkan masyarakat bisnis dan pihak-pihak lainnya selalu menginginkan perusahaan-perusahaan di sektor industri sehat dan maju sehingga dapat dicapai efisiensi dana. Pemahaman yang baik terhadap kinerja perusahaan sebelum akan menjadi rekomendasi utama bagi investor dalam membeli saham. Oleh karena itu, kemampuan perusahaan dalam melaporkan laporan keuangan perusahaannya menjadi hal yang sangat diperlukan agar harga pada saat penawaran umum perdana tidak mengalami underpricing atau overpricing berlebihan. Begitu pula kemampuan penjamin emisi harus diperhatikan oleh emiten atau perusahaan yang akan go public Bridging the Gap between Theory, Research, and Practice 5

6 agar para investor meyakini akan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Penilaian kinerja perusahaan setelah menjadi perusahaan publik juga penting dilakukan sebab apabila kinerja perusahaan setelah menjadi perusahaan publik kurang baik atau jelek, maka akan berpengaruh pada harga saham yang beredar di pasar sekunder atau bursa efek. Perusahaan publik dituntut untuk selalu meningkatkan kinerjanya secara terus menerus, agar para investor atau pemegang saham aktif dalam memperdagangkan sahamnya di pasar modal, dan pada akhirnya harga dari saham perusahaan yang bersangkutan bisa bersaing secara kompetitif sehingga saham tersebut bisa dikategorikan menjadi saham yang blue chip. Ada banyak cara untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Salah satu pengukur yang cukup baik adalah dengan menggunakan rasio-rasio kinerja operasi (operating performance) (Jain dan Kini, 1994). Sebagai wujud dari apa yang dicapai perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu, maka kinerja keuangan harus senantiasa baik. Apabila kinerja perusahaan bagus, maka akan menghasilkan prestasi yang bagus pula, begitu juga sebaliknya. Untuk mengetahui prestasi yang dicapai oleh perusahaan perlu dilakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Helfert (1999:68) mengemukakan bahwa dalam mengevaluasi/menilai kinerja perusahaan yang paling berkepentingan adalah pemilik perusahaan dalam hal ini investor, para manajer, kreditor, pemerintah dan masyarakat. Mereka akan menilai perusahaan dengan ukuran keuangan tertentu sesuai dengan tujuannya. Penilaian kinerja perusahaan dapat diketahui melalui perhitungan rasio keuangan dari semua laporan keuangan yang disajikan perusahaan yang dapat berupa lebih dari 35 jenis rasio. Namun demikian, umumnya ukuran yang lazim dipakai dikategorikan dalam lima kelompok utama, yaitu (a) rasio keuntungan, (b) rasio aktivitas, (c) rasio leverage, (d) rasio liquiditas, dan (e) rasio pertumbuhan. Sebagai bagian dari alat penilaian kinerja perusahaan terutama perusahaan industri manufaktur, operating performance yang pernah dipakai oleh Jain dan Kini (1994) dapat digunakan sebagai alat penilaian kinerja perusahaan, maka dalam menilai kinerja perusahaan manufaktur dengan menggunakan kinerja operasi diupayakan menunjukkan kinerja perusahaan yang sesungguhnya. Bridging the Gap between Theory, Research, and Practice 6

7 Rasio-rasio operating performance mencakup rasio operating return on assets, operating cash flow to total asset, sales growth, dan total asset turn over. Operating performance bila diterjemahkan secara bebas kedalam bahasa Indonesia berarti kinerja operasi. Kinerja sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya merupakan prestasi dari suatu kegiatan yang nyata. Sedangkan operasi itu sendiri berarti kegiatan usaha dari perusahaan, yang berkaitan dengan penjualan, perputaran asset, perputaran kas ataupun perubahan permodalan. Proses operasi perusahaan juga mencerminkan aktivitas yang dilakukan perusahaan. Dari aktivitas yang dilakukan tersebut akan menghasilkan laba usaha yang bisa digunakan sebagai tambahan modal baik itu asset maupun aktiva lainnya atau untuk pengembangan usaha. Operating return on assets merupakan rasio yang membandingkan operating income dengan total asset. Operating return on asset diartikan sebagai hasil pendapatan operasional dari investasi yang mencerminkan tingkat hasil (rate of return) dari total investasi perusahaan. Operating income merupakan selisih dari penjualan bersih terhadap harga pokok penjualan ditambah biaya-biaya sebelum depresiasi atau amortisasi. Rasio ini bermanfaat untuk mengukur efektivitas operasional manajemen perusahaan, karena dengan rasio ini akan bisa dibuat kebijakan operasional perusahaan. Operating cash flow to total asset merupakan rasio peredaran uang dari kegiatan operasi (operating cash flow) dengan total asset. Cash flow yaitu masuknya uang ke perusahaan dari hasil penjualan atau penerimaan lainnya dan keluarnya uang dari perusahaan dalam bentuk tunai untuk pemasok barang, pembayaran gaji, dan lain sebagainya. Laporan aliran kas suatu perusahaan mencakup tiga hal, yaitu aliran kas dari aktivitas operasi (operating activities), aliran kas dari aktivitas pendanaan (financing activities), dan aliran kas dari aktivitas investasi (investing activities). Aliran kas dari aktivitas operasi mencerminkan kemampuan perusahaan menghasilkan kas dari aktivitas-aktivitas operasinya. Jika dari aktivitas operasi diperoleh nilai kas bersih positif, berarti perusahaan mampu mengoptimalkan penjualan dan menekan biaya operasinya. Sales growth atau pertumbuhan penjualan merupakan selisih penjualan pada dua periode akuntansi dibagi dengan nilai penjualan di awal periode. Rumus Bridging the Gap between Theory, Research, and Practice 7

8 matematis tingkat pertumbuhan penjualan adalah sebagai berikut (S t S t-1 )/ S t-1, dimana S t adalah penjualan tahun ke-t, dan S t-1 adalah penjualan tahun sebelumnya. Pertumbuhan penjualan ini akan berakibat pada peningkatan modal kerja. Pertumbuhan penjualan yang baik dan konsisten dari waktu ke waktu mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan. Pertumbuhan penjualan yang baik akan menyebabkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba juga baik. Oleh karena itu, rasio pertumbuhan penjualan dapat dijadikan sebagai salah satu ukuran kemampuan perusahaan dalam mengelola usahanya. Total asset turn over merupakan rasio penjualan bersih terhadap total assets. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue (Riyanto, 1998:334). Penurunan penjualan akan mempengaruhi rasio ini. Perputaran total assets yang meningkat menunjukkan pemakaian aset yang efisien, sehingga dapat juga dikatakan bahwa semakin tinggi perputaran aktiva, semakin efisien penggunaan aktiva tersebut (Gitman, 2000). Sebagaimana disebutkan di muka, beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kinerja perusahaan pasca IPO, misalnya Jain dan kini (1994) dan McLaughlin, et.al. (1996), Mikkelson et.al. (1997), Friday et al (2000). Berikut ini disajikan review terhadap penelitian-penelitian dimaksud. Jain dan Kini (1994) meneliti 682 perusahaan yang melakukan IPO dalam kurun waktu mulai 1976 sampai dengan 1988 di New York Stock Exchange untuk mengetahui apakah perusahaan yang melakukan IPO mengalami penurunan kinerja operasi pada beberapa tahun pasca IPO. Mereka menggunakan 5 (lima) variabel sebagai ukuran dari operating performance, yaitu operating return on assets, operating cash flow/assets, sales, assets turnover, dan capital expenditure. Hasil analisis menemukan adanya penurunan kinerja operasi perusahaan (operating performance) sesudah melakukan IPO. Secara implisit mereka menyatakan bahwa penurunan kinerja operasi merupakan akibat dari upaya manajemen untuk menampilkan kinejra keuangannya yang baik pada periode-periode sebelum IPO. Implikasi dari penyataan tersebut adalah praktek atau upaya untuk meningkatkan kinerja keuangan dapat diidentikkan dengan praktek manajemen laba. Artinya, Bridging the Gap between Theory, Research, and Practice 8

9 manajemen perusahaan menggunakan kebijakan-kebijakan akuntansi untuk menaikkan laba yang dilaporkan sebagai upaya untuk menunjukkan kepada calon investor bahwa perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik. McLaughlin, et.al. (1996) meneliti kinerja operasi perusahaan pasca penawaran saham susulan (right issue atau seasoned equity offerings (SEO) selama tahun 1980 sampai dengan 1991 di Amerika Serikat. Variabel penelitian yang diteliti dan sebagai proxy dari operating performance ada empat macam, yaitu cash flow to book value of assets ratio dan cash flow to sales ratio. Hasil analisis menunjukkan bahwa kinerja operasi (the operating performance) menurun secara signifikan pada periode tiga tahun pasca terjadinya seasoned equity issuers dengan tingkat penurunan sebesar 20%. Artinya, manajemen tidak mampu mempertahankan kinerja operasinya pasca SEO. Implikasi dari ditemukannya penurunan kinerja operasi adalah manajemen berusaha untuk menaikkan kinejra perusahaan pada periode-periode sebelum SEO, dalam rangka untuk membuat pemilik saham lama tertarik dalam membeli saham baru yang diterbitkan perusahaan. Mikkelson et.al. (1997) meneliti hubungan antara tingkat kepemilikan saham dan kinerja operasi pasca penawaran saham perdana (IPO) terhadap 283 perusahaan selama empat tahun ( ). Secara khusus Mikkelson et al. meneliti apakah perubahan kepemilikan saham menyebabkan perubahan kinerja operasi perusahaan pasca IPO. Hasil analisis menunjukkan bahwa median operating income turun sampai 12 sen/dollar dari aset sewaktu perusahaan belum go public, sedangkan selam lima tahun masa perdagangan (public trading) menurun sampai 4 sen/dollar. Hal ini dapat dikatakan bahwa kinerja operasi (operating performance) perusahaan mengalami penurunan sesudah penawaran. Friday et al. (2000) meneliti kinerja operasi pasca penawaran saham susulan (seasoned equity offerings (SEO)) pada 200 perusahaan kelompok real estate investment trusts (REITs) yang melakukan SEO pada periode tahun 1990 sampai tahun Rasio aliran kas terhadap nilai buku (cash flow to book ratio), baik yang belum disesuikan dengan industri maupun yang sudah disesuaikan masing-masing perusahaan diuji perubahannya selama tujuh tahun, yaitu tiga tahun sebelum SEO, saat SEO, dan tiga tahun setelah SEO. Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa kinerja operasi perusahaan mengalami penurunan pasca SEO. Bridging the Gap between Theory, Research, and Practice 9

10 Peristiani dan Hong (2004) melakukan penelitian yang melibatkan IPO di Amerika Serikat menunjukkan bukti bahwa kinerja profitabilitas perusahaan, yang dalam hal ini adalah rasio pengembalian aset (return on assets), mengalami penurunan pada periode setelah IPO jika dibandingkan dengan periode sebelum IPO. Pembandingan dengan perusahaan yang secara kapasitas relatif sebanding (matched firms) juga menunjukkan bahwa kinerja perusahaan yang melakukan IPO secara umum lebih jelek. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat kemampulabaan rendah cenderung mengalami kegagalan dalam operasinya dibandingkan dengan perusahaan dengan tingkat kemampulabaan yang tinggi. Secara umum penelitian-penelitian yang mencoba melihat kinerja operasi perusahaan pasca IPO menunjukkan bahwa kinerja perusahaan mengalami penurunan. Jain dan Kini (1994) mengklaim bahwa penurunan tersebut identik dengan terjadinya upaya untuk membuat laporan keuangan menjadi baik pada periode-periode sebelum IPO. Upaya-upaya dimaksud identik dengan praktek manajemen laba. Penelitian yang dilakukan oleh Teoh et al. (1998a) dan Teoh et al. (1998b) secara tegas menunjukkan bahwa praktek manajemen laba pada perusahaan yang akan go public ditemukan merata. Artinya, secara rata-rata ada upaya untuk menaikkan laba yang dilaporkan pada tahun-tahun menjelang IPO. Aksi tersebut nampaknya dipicu oleh adanya harapan agar dengan kinerja keuangan yang baik saham yang akan ditawarkan ke publik dapat diterima pasar dengan baik pula. Jadi, pemilik perusahaan termotivasi untuk menaikkan laba yang dilaporkan dalam upaya memberikan kesan bahwa perusahaan telah dikelola dengan baik. Berdasarkan hasil literatur review, secara umum dapat dinyatakan bahwa ada kecenderungan penurunan kinerja operasi dan kemampulabaan pada periode pasca perusahaan melakukan IPO atau SEO. Ketidakmampuan perusahaan mempertahankan kinerja operasi yang dicapai pada periode sebelum IPO atau SEO sangat mungkin disebabkan oleh tindakan atau upaya yeng menyebabkan kemampualabaan meningkat. Jain dan Kini (1994) menduga bahwa praktek manajemen laba pada periode sebelum IPO merupakan salah satu penyebab dari ketidakmampuan perusahaan dalam mempertahankan kinerja operasinya pasca IPO atau SEO. Bridging the Gap between Theory, Research, and Practice 10

11 Dalam penelitian ini penilaian terhadap kinerja perusahaan menggunakan rasio operating performance seperti yang telah di uraikan sebelumnya, yakni (1) operating return on assets (2) operating cash flows to total assets (3) sales growth, dan (4) total assets turnover. Dengan demikian maka ringkasan hipotesis alternatif (Ha) penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut: Ha : kinerja operasi perusahaan sesudah penawaran umum perdana mengalami penurunan. 3. Metode Penelitian 3.1 Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 1995 dan Sampel penelitian diambil secara purposive sampling, dimana sampel harus memenuhi kriteria berikut. 1. Perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun Penetapan ini dimaksudkan untuk menghindari efek dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun Penetapan tahun 1995 sebagai tahun penelitian dilakukan mengingat peraturan yang mewajibkan perusahaan menyajikan laporan arus kas di dalam laporan keuangannya baru efektif per Januari 1995 sebagaimana diatur dalam Prinsip Standar Akuntansi Keuangan Nomor 2. Walaupun sejumlah perusahaan yang go public tahun 1994 telah menyajikan laporan arus kas di dalam laporan keuangan mereka, tetapi karena belum terstandar-nya format laporan keuangan, maka batasan tahun 1995 perlu dikedepankan. 2. Tersedia laporan keuangan untuk tiga tahun buku sebelum dan dua tahun setelah go public. Penetapan kriteria ini dilandasi anggapan bahwa jika laporan keuangan perusahaan tidak lengkap maka data untuk kebutuhan analisis menjadi kurang lengkap. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian semuanya diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Untuk periode sebelum go public data diperoleh dari prospektus yang diterbitkan perusahaan, sedangkan untuk periode sesudah go public data diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan yang tersedia di Database Jakarta Stock Exchange. Bridging the Gap between Theory, Research, and Practice 11

12 3.2 Pengukuran Variabel The 1 st Accounting Conference Variabel utama yang diteliti dalam tulisan ini adalah kinerja operasi. Variabel pertama yang digunakan sebagai proxy pengukuran kinerja operasi adalah pengembalian operasi terhadap aset (operating return on assets). Dalam hal ini, operating return on assets diukur sebagai nisbah laba operasi terhadap aset total (Jain dan Kini, 1994). Tingkat pengembalian operasi terhadap aset mencerminkan suatu pengukuran efisiensi dalam penggunaan aset. Hal ini berarti bahwa nisbah tersebut menunjukkan seberapa efisien aset yang ada di perusahaan digunakan dalam menghasilkan laba operasi. Ukuran kinerja operasi kedua yang digunakan adalah nisbah aliran kas operasi (operating cash flow) terhadap total aset yang dikenal dengan istilah tingkat pengembalian aliran kas operasi (operating cash flow return on total assets) (Jain dan Kini, 1994). Nisbah ini mencerminkan kinerja operasi yang baik karena aliran kas operasi merupakan komponen utama dalam perhitungan nilai sekarang bersih (net present value) yang digunakan oleh perusahaan. Investor secara langsung atau tidak langsung lebih banyak menekankan analisisnya terhadap kemampuan perusahaan dalam memperoleh kas bersih dari aktivitas operasi. Hal ini tidak lain sebagai cerminan atas kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitas sehariharinya. Variabel ketiga yang diteliti adalah pertumbuhan penjualan (sales growth) yang diukur sebagai selisih penjualan dau tahun dibagi dengan penjualan tahun awal. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kinerja operasinya. Artinya, jika rasio pertumbuhan penjualan meningkat, perusahaan secara ekonomis akan mampu meningkatkan pendapatan operasinya. Variabel keempat yang diteliti adalah tingkat perputaran total aset (total assets turn over) yang diukur sebagai nisbah penjualan terhadap total aset perusahaan. Semakin tinggi rasio perputaran total aset berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan aset-aset yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. Perusahaan dikatakan mengalami peningkatan efisiensi penggunaan asetnya jika rasio perputaran total aset dari waktu ke waktu mengalami peningkatan. Bridging the Gap between Theory, Research, and Practice 12

13 Pengujian kinerja operasi yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada hasil nilai median atas perubahan nilai kinerja operasi periode t terhadap nilai kinerja operasi periode t-1. Sebagaimana disarankan oleh Jain dan kini (1994) dan juga Kaplan (1989), Muscarella dan Vetsuypens (1990), dan Smith (1990), penggunaan nilai median akan lebih representatif karena menghindari potensi kemencengan bilamana nilai rata-rata (mean) yang digunakan. 4. Hasil dan Pembahasan Tabel 1 menyajikan proses pemilihan sampel perusahaan yang digunakan untuk keperluan analisis. Sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel 1, terdapat 36 perusahaan yang melakukan IPO selama dua tahun analisis, yaitu tahun 1995 dan Dari 36 perusahaan yang melakukan IPO, ada delapan perusahaan yang termasuk ke dalam kelompok keuangan bank), asuransi dan real estate. Kedelapan perusahaan tersebut tidak dimasukkan dalam analisis karena ukuran kinerja operasinya secara teori berbeda dengan perusahaan dalam kelompok industri lainnya. Sebanyak sebelas perusahaan akhirnya harus dikeluarkand ari sampel karena laporan keuangannya tidak lengkap. Akhirnya, terpilih 19 perusahaan yang memenuhi kriteria dan ditetapkan sebagai sampel penelitian. Tabel 1: Proses Pemilihan Sampel No Keterangan Jumlah 1 Perusahaan yang go public tahun 1995 dan Perusahaan kelompok keuangan (bank), asuransi, real estat 8 3 Perusahaan non keuangan (bank), asuransi, dan real estat 28 4 Perusahaan yang laporan keuangannya tidak lengkap 11 5 Perusahaan yang laporan keuangannya lengkap 19 6 Sampel akhir 19 Catatan: Jumlah perusahaan yang go public yang disajikan dalam Tabel 1 mungkin berbeda dengan data pada beberapa media. Perbedaan tersebut disebabkan karena dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tanggal go public adalah tanggal dimana perusahaan secara resmi melakukan perdagangan yang pertama kalinya di bursa. Bridging the Gap between Theory, Research, and Practice 13

14 Tabel 2 menyajikan gambaran umum terhadap sampel yang diteliti, yang dibagi menjadi dua panel. Panel A berisi gambaran tentang sampel penelitian yang didasarkan pada tahun go public dan kelompok (jenis) industri. Sebagaimana ditunjukkan dalam Panel A, jumlah perusahaan IPO yang memenuhi kriteria sebagai sampel tahun 1995 adalah 10 perusahaan sedangkan tahun 1996 sebanyak 9 (sembilan) perusahaan. Rata-rata initial return perusahaan yang go public di tahun 1995 adalah -0,82%, sedangkan perusahaan yang go public tahun 1996 memiliki initial return sebesar 6,50%. Hal ini mengindikasikan bahwa secara rata-rata, investor yang berinvestasi pada pasar IPO di tahun 1995 mengalami rugi dimana fenomena ini dikenal sebagai overpricing. Sebaliknya, mereka yang berinvestasi di tahun 1996 mencatatkan keuntungan sebesar 6,50%, atau dikenal dengan sebutan underpricing. Ditinjau dari jenis industri yang terpilih sampelnya, nampak bahwa initial return tertinggi diperoleh dari industri barang-barang konsumsi, yaitu sebesar 8,82%, sedangkan untuk investasi pada industri perdagangan dan jasa mengindikasikan diperolehnya kerugian akibat diperolehnya initial return sebesar -2,70 %. Perbandingan tinggi rendahnya tingkat initial return menurut sektor industrinya untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat initial return antar sektor industri tidak dapat dilakukan karena komposisi jumlah perusahaan pada masing-masing sektor tidak cukup banyak. Panel B berisi gambaran tentang karakteristik dari sampel yang diteliti dengan ukuran return awal (initial return), ownership, harga penawaran dan penerimaan kotor. Jika diperhatikan dari keseluruhan sampel perusahaan yang terpilih, rata-rata initial return adalah 2,65%. Bukti ini secara tegas mendukung salah satu anomali di pasar IPO yang menyatakan bahwa secara rata-rata perusahaan yang melakukan IPO mengalami underpricing, yaitu harga pasar perusahaan secara ratarata lebih tinggi daripada harga penawarannya. Apabila diperhatikan dari tingkat kepemilikan saham atau saham yang ditahan oleh pemilik lama (ownership) yang besarnya rata-ratanya 0,73%, maka hal ini dapat diartikan bahwa hampir seperempat saham yang ada ditawarkan ke publik. Jumlah saham yang ditawarkan ke publik yang terendah adalah 6,6% dan yang tertinggi adalah 90%. Bridging the Gap between Theory, Research, and Practice 14

15 Harga penawaran saham bergerak dari yang terendah sebesar Rp 725,- sampai yang tertinggi sebesar Rp 3.200,-. Rata-rata harga penawaran saham perusahaan yang diteliti adalah Rp Rata-rata penerimaan kotor dari hasil IPO adalah Rp juta dengan penerimaan terendah adalah sebesar Rp juta dan tertinggi sebesar Rp juta. Tabel 2. Ringkasan Deskriptif Statistik Sampel Penelitian (n=19) Panel A: Jumlah Sampel Penelitian dan Kelompok Industri Tahun Jumlah Initial Return (%) ,82 6,50 2,65 Jenis Industri Jumlah Initial Return (%) Pertanian Industri kimia dasar Industri barang-barang konsumsi Industri lain-lain Perdagangan dan jasa Panel B: Karakteristik Sampel Penelitian Ukuran Deskriptif Rata-rata Median Return awal (%) Ownership (%) a Harga Penawaran (Rp) b Penerimaan kotor (Rp juta) c 2,651 0, ,906 0, Standar Deviasi 9,448 0, ,26 1,06 8,82 7,84-2,70 Minimum Maksimum -25,641 0, Keterangan a Ownership merupakan porsi atau bagian saham yang ditahan oleh pemilik lama dan dinyatakan dalam persen. b Merupakan besarnya penawaran yang dihitung dari hasil kali antara jumlah saham yang ditawarkan dan harga jual dan dinyatakan dalam rupiah. c Merupakan nilai penjualan dan total aset satu tahun sebelum go public yang diperoleh dari laporan keuangan lengkap satu tahun dan dinyatakan dalam jutaan rupiah. 16,981 0, Bridging the Gap between Theory, Research, and Practice 15

16 Tabel 3 menyajikan selisih nilai median dan rata-rata yang dinyatakan dalam persentase dan terbagi dalam empat panel sesuai dengan variabel yang diteliti. Uji median dilakukan karena pola distribusi data yang tidak normal. Namun demikian, untuk kelengkapan analisis uji beda rata-rata juga disajikan. Panel A menggambarkan operating return on assets dengan selisih median yang menurun tajam pada tahun pertama setelah IPO, yaitu dari 1,4% menjadi -1,9%, yang signifikan pada tingkat 10%, untuk kemudian meningkat pada tahun kedua menjadi - 1,1% dan ketiga menjadi 2,0%. Jika dibandingkan nilai tahun dasar (bechmark), maka pergerakan dari tahun bechmark ke tahun ke 2 setelah IPO yang secara relatif menurun adalah signifikan pada tingkat 5%. Peningkatan nilai median dari tahun dasar ke tahun ketiga setelah IPO secara statistik tidak signifikan. Tidak ditemukannya indikasi penurunan kinerja operasi pasca IPO yang signifikan dari tahun ke tahun menyebabkan penelitian ini tidak dapat menerima hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa kinerja operasi perusahaan sesudah penawaran umum perdana mengalami penurunan. Pola pergerakan pada nilai median ini diikuti oleh selisih rata-ratanya. Hasil ini konsisten dengan penelitian Jain dan Kini (1994) yang menyimpulkan terjadinya penurunan operating return on assets pasca IPO di tahun pertama, untuk kemudian mengalami peningkatan pada tahun berikutnya tetapi secara rata-rata ada kecenderungan untuk terjadinya peningkatan yang menurun nilai besarannya. Pola seperti ini mengindikasikan bahwa di periode awal IPO, manajemen tidak dapat menghasilkan operating return yang tinggi, namun setelah berjalannya waktu, penyesuaian mulai dilakukan untuk menghasilkan operating return yang semakin meningkat terhadap asset-nya. Panel B menggambarkan pergerakan nilai operating cash flow on assets. Data yang ada menunjukkan selisih median yang meningkat setelah IPO, dimana median perubahan operating cash flow on assets tahun dasar ke tahun ke-nol adalah -2,1% meningkat menjadi 0,7% di tahun pertama pasca IPO. Namun demikian, median operating cash flow on assets menurun di tahun kedua menjadi -2,0%, lalu meningkat lagi di tahun ketiga menjadi 0,6%. Perubahan nilai median operating cash flow on assets tahun dasar (bechmark) ke tahun ketiga pasca IPO signifikan pada tingkat 10%. Fluktuasi nilai median pada masing-masing periode tahun diikuti oleh Bridging the Gap between Theory, Research, and Practice 16

17 pola yang sama pada selisih rata-ratanya. Dari bukti empiris tadi nampak bahwa pergerakan median operating cash flow on assets dari waktu ke waktu tidak dapat diprediksi dengan baik, mengingat terjadi pergerakan yang bervariasi atau naik turun. Namun demikian, secara umum, penelitian ini tidak mampu untuk menerima hipotesis bahwa terjadi penurunan kinerja operasi pasca IPO di Bursa Efek Jakarta. Tabel 3. Kinerja Operasi Perusahaan yang Melakukan IPO (n=19) Ukuran Kinerja Tahun Relatif Terhadap Pelaksanaan IPO Dari -1 ke 0 Dari -1 ke +1 Dari -1 ke +2 Dari -1 ke +3 Panel A: Operating Return on Assets Selisih Median (%) Selisih Rata-rata (%) 1,4 c 2,5-1,9-2,1-1,1 b -1,9 2,0 5,9 Panel B: Operating Cash Flow on Assets Selisih Median Selisih Rata-rata Panel C: Growth of Sales Selisih Median Selisih Rata-rata Panel D: Asset Turnover Selisih Median Selisih Rata-rata Keterangan: a -2,1-6,7-2,29 a 0,7-2,0 0,6 c 8,5-4,6 3,9 a 36,06 56,41 114,41 10,31 c 64,37 b 145,10 b 48,9 a 36,8 58,7 57,7 44,0 74,2 a a 269,86 b 52,1 57,3 signifkan pada tingkat 1%, b singifikan pada tingkat 5%, c signifikan pada tingkat 10%. Tahun 0 adalah tahun dimana perusahaan melakukan IPO. Operating return on assets diukur dengan cara membagi keuntungan operasi (operating profit) dengan total assets. Operating cash flow on assets diukur dengan cara membagi aliran kas dari aktivitas operasi (operating flows) dengan total assets. Growth of sales merupakan pertumbuhan penjualan yang diukur menurut periode waktu tahunan. Asset turnover diukur dengan cara membagi penjualan dengan total assets. Bridging the Gap between Theory, Research, and Practice 17

18 Panel C menggambarkan pertumbuhan penjualan yang semakin tinggi setelah IPO, baik dari tahun dasar ke tahun ke-nol maupun sampai tahun ketiga. Tampak bahwa selisih median signifikan pada tingkat 1%. Hal ini dapat diartikan bahwa perusahaan yang melakukan IPO selama periode penelitian terus mencatatkan penjualan yang naik dari waktu ke waktu. Hal ini juga berarti bahwa secara ekonomis, menjadi perusahaan publik telah mampu ningkatkan kemampuan perusahaan dalam menjual barangnya. Namun demikian, peningkatan penjualan yang terjadi pasca IPO nampaknya belum mampu untuk mendongkrak laba operasi atau aliran kas dari aktivitas operasinya. Kondisi ini dapat diartikan bahwa perusahaan secara rata-rata masih belum mampu menstabilkan aliran kas sebagai bentuk dari terlalu tingginya peningkatan penjualan yang tidak diimbangi oleh kemampuan mengelola usahanya. Panel D Tabel 3 menggambarkan perputaran aset perusahaan yang menunjukkan belum efisiennya penggunaan aset dalam menghasilkan penjualan. Dari hasil analisis memperlihatkan bahwa setelah IPO di tahun pertama diperoleh selisih rata-rata median yang menurun (dari 48,9% menjadi 36,8%), tetapi kemudian mengalami peningkatan di tahun kedua (58,7%) untuk selanjutnya menurun lagi ditahun ketiga (52,1%). Kenyataan ini mengindikasikan bahwa perusahaan secara rata-rata belum mampu mengoptimalkan penggunaan aset dalam bentuk peningkatan penjualan. Atas hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja operasi perusahaan yang melakukan IPO cenderung menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu. Namun demikian, tidak ditemukannya tingkat perbedaan yang signifikan pada semua variabel yang diteliti, kecuali variabel pertumbuhan penjualan (sales growth), maka penelitian ini tidak mampu menerima hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa kinerja operasi perusahaan sesudah penawaran umum perdana mengalami penurunan Memperhatikan temuan sebagaimana ditunjukkan, beberapa hal nampaknya perlu untuk dikaji ulang atau diperhatikan. Pertama, pihak manajemen ingin menunjukkan kepada investor bahwa dengan melakukan IPO, perusahaan memiliki dana untuk terus berupaya melakukan ekspansi, sehingga penjualan meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh pertumbuhan penjualan yang meningkat dari tahun ke tahun. Bridging the Gap between Theory, Research, and Practice 18

19 Namun demikian, peningkatan penjualan yang diperoleh ternyata masih belum mampu untuk mengangkat kinerja operasi lainnya. Rasio operating return on assets dan rasio operating cash flow on assets cenderung menurun dari waktu ke waktu walaupun ada tahun dimana telah terjadi peningkatan. Kedua, peningkatan penjualan yang dicatatkan oleh perusahaan tetapi tidak diikuti dengan peningkatan operating return dapat diartikan bahwa ada sumbersumber yang bocor atau tidak efisien. Kemungkinan adanya kebocoran atau ketidakefisienan penggunaan sumber-sumber yang ada di perusahaan mau tidak mau telah membuat kinerja operasi perusahaan tidak seperti yang diharapkan. Bukti empiris ini secara jelas mendukung temuan yang penelitian di Amerika Serikat, seperti yang dilaporkan oleh Jain dan Kini (1994), Mikkelson et al. (1997), dan Peristiani dan Hong (2004) pada kasus penawaran saham pedana (IPO) atau McLaughlin et al. (1996) dan Friday et al. (2000) pada kasus penawaran saham susulan (SEO). Ketiga, kinerja operasi yang menurun kemudian naik, artinya berfluktuasi, pasca IPO mengindikasikan adanya ketidakmampuan manajemen dalam menjaga kinerja operasi perusahaan. Ditemukannya kecenderungan penurunan kinerja operasi pasca IPO dapat dikaitkan dengan adanya upaya untuk membuat kinerja keuangan sebelum IPO meningkat. Inidikasi bahwa manajemen perusahaan melakukan aktivitas manajemen laba (earnings management) pada periode sebelum IPO bisa jadi merupakan salah satu penyebab yang membuat kinerja pasca IPO cenderung menurun. Artinya, jika perusahaan mencoba untuk meningkatkan kinerja operasi sebelum IPO dengan melakukan manajemen laba, maka dampak dari manajemen laba akan dirasakan pada periode pasca IPO. Penlitian dengan menggunakan sampel perusahaan yang melakukan IPO di pasar Amerika menunjukkan bahwa praktek manajemen laba adalah hal yang biasa ditemukan. Penelitian-penelitian yang ada, misalnya Aharony et al. (1993), Friedlan (1994), dan Teoh, Welch, dan Wong (1998), dan Teoh, Wong, dan Rao (1998), secara empiris menemukan praktek manajemen laba di periode sebelum IPO. Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Gumanti (2003) tidak menemukan praktek manajemen pada kasus IPO tetapi penelitian yang lain, yaitu Gumanti (2001) justru menemukan bukti yang kuat bahwa pada periode dua tahun sebelum go public, manajemen melakukan manajemen laba. Bridging the Gap between Theory, Research, and Practice 19

20 5. Simpulan, Kelemahan, dan Saran The 1 st Accounting Conference Ditemukannya bukti penurunan kinerja operasi tetapi di sisi lain penjualan yang ada justru mengalami kenaikan tidak serta merta dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan kinerja perusahaan buruk. Penafsiran atas temuan ini harus hati hati. Ada kemungkinan bahwa perusahaan yang baru go public tersebut berusaha untuk menunjukkan kepada investor upaya-upaya untuk terus melakukan investasi atau ekspansi, sehingga penjualan yang meningkat tidak serta merta menyebabkan kinerja operasinya membaik. Kemungkinan lain adalah perusahaan yang diteliti tidak dapat terbebas dari efek resesi ekonomi di Indonesia yang mulai terasa akibatnya di tahun Tidak dapat dipungkiri bahwa resesi ekonomi telah membuat banyak perusahaan publik mengalami penurunan kinerja. Secara keseluruhan, penelitian ini menemukan bukti adanya kecenderungan penurunan kinejra operasi pasca IPO. Namun demikian, karena tidak semua dari penurunan tersebut secara statistik signifikan, maka penelitian ini tidak dapat menerima hipotesis yang menyatakan bahwa kinerja operasi perusahaan sesudah penawaran umum perdana mengalami penurunan. Sejumlah kelemahan dapat kiranya disampaikan terkait dengan tidak ditemukannya bukti yang kuat bahwa kinerja oeprasipasca IPO mengalami peurunan. Pertama, kecilnya jumlah sampel dalam penelitian ini, yaitu 19 perusahaan, bisa jadi merupakan salah satu penyebab dari tidak ditemukannya penurunan kinerja operasi yang signifikan. Kedua, rentang waktu penelitian yang relatif pendek juga dapat menjadi salah satu penyebab tidak ditemukannya perbedaan yang signifikan. Ketiga, tidak terbebasnya sampel penelitian dari efek krisis ekonomi juga merupakan kelemahan lain dalam penelitian ini. Mengacu dari beberapa kelemahan tadi, saran yang dapat diajukan untuk penelitian mendatang antara lain adalah sebagai berikut. Pertama, belum mampunya sampel penelitian untuk mewakili emiten di Bursa Efek Jakarta, memungkinkan penelitian yang akan untuk memperbanyak jumlah sampel, baik dalam hal jumlah sektor industri maupun rentang waktu penelitian. Kedua, penelitian yang akan datang dapat juga dilakukan dengan membandingkan kinerja operasi antar industri atau dengan menggunakan variabel-variabel ukuran kinerja operasi lainnya, misalnya variabel-variabel yang murni berbasis aliran kas (cash flow). Namun demikian, untuk Bridging the Gap between Theory, Research, and Practice 20

21 penelitian yang murni berbasis aliran kas, penelitian akan lebih mudah dilakukan jika periode waktunya adalah sesudah tahun 1994, karena laporan arus kas belum diwajibkan sebelum Januari Ketiga, penelitian yang akan datang sebaiknya tidak saja menguji kinerja operasi pasca IPO tetapi juga meneliti ada tidaknya praktek manajemen laba baik pada periode sebelum maupun sesudah IPO agar dapat diketahui apakah penurunan kinerja operasi pasca IPO disebabkan oleh praktek manajemen laba atau bukan. Keempat, penelitian yang akan datang dapat juga menguji hubungan antara kinerja operasi dan tingkat kepemilikan saham, sebagaimana dilakukan oleh Mikkelson et al. (1996). Bridging the Gap between Theory, Research, and Practice 21

22 Daftar Pustaka Broude, P. D., 1997, "Going Public", Journal of Management Consulting, 9(3), Mei. Firth, M., dan C. K. Liau-Tan, 1998, "Auditor Quality, Signaling, and The Valuation of Initial Public Offerings", Journal of Business Finance and Accounting, 25(1): Friday, H.S., S.D. Howton., dan S.W. Howton., 2000, Anomalous Evidence on Operating Performance Following Seasoned Equity Offerings: The Case of REITs, Financial Management, Summer: Gitman, L. J., 2000, Principles of Managerial Finance, International Edition, Ninth Edition, Addison Wesley Publishing Company. Gumanti, T.A., Earnings Management Dalam Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 4(2): Gumanti, T.A., 2003, An Investigation of Earnings Management in Indonesian Manufacturing Initial Public Offerings, Gadjah Mada International Business Journal, 5(3): Jain, B.A., dan O. Kini., 1994, The Post-Issue Operating Performance of IPO Firms, Journal of Finance, 49(5): Kaplan, S., 1989, The Effect of Management Buyouts on Operating Performance and Value, Journal of Financial Economics, 24: Kim, M., dan J. R. Ritter., 1999, Valuing IPO, Journal of Financial Economics, 53(3): Leland, H.E., dan D. Pyle., 1977, Information Asymmetries, Financial Structure, and Financial Intermediation, Journal of Finance, 32(2): McLaughlin, R., A. Safieddine, dan G. K. Vasudevan., 1996, The Operating Performance of Seasoned Equity Issuers: Free Cash Flow and Post-Issue Performance, Journal of Financial Management, 25(4): Bridging the Gap between Theory, Research, and Practice 22

23 Mikkelson, W. H., M. M. Partch, dan K. Shah., 1997, Ownership and Operating Performance of Companies that Go public, Journal of Finance, 44(3): Muscarella, C.J., dan M.R.Vetsupens., 1990, Efficiency and Organizational Structure: A Study of Reverse LBOs, Journal of Finance, 45 (4): Payamta dan M. Machfoedz, 1999, Evaluasi Kinerja Perbankan Sebelum dan Sesudah Menjadi Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta, Kelola 20(8): Peristiani, S., dan G. Hong., 2004, Pre-IPO Financial Performance and Aftermarket Survival, Current Issues and Economics and Finance, 10(2): 1-7. Ritter, J.R., 1991, The Long Run Performance of Initial Public Offerings, Journal of Finance, 46(1), Riyanto, B., 1998, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Kelima, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta. Smith, A., 1990, Corporate Ownership Structure And Performance: The Case Of Management Buyouts, Journal of Financial Economics, 27: Sulistyanto, S., dan H. Wibisono, 2003, Rekayasa Keuangan: Refleksi Sikap Oportunis Manajer?, Seri Kajian Ilmiah, 12(1): Januari. Teoh, S.H., I. Welch, dan J. Wong, 1998a, "Earnings management and the Longterm Market Performance of Initial Public Offerings, Journal of Finance, 53(6): Teoh, S. H, T.J. Wong, dan G.R. Rao, 1998b, Are Accruals During Initial Public Offering Opportunististic?", Review of Accounting Studies, 3: Bridging the Gap between Theory, Research, and Practice 23

I. PENDAHULUAN. tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Perusahaan publik

I. PENDAHULUAN. tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Perusahaan publik 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah perusahaan dikatakan telah menjadi perusahaan publik apabila perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Perusahaan publik adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Initial Public Offerings (IPO) merupakan peristiwa yang penting bagi perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Initial Public Offerings (IPO) merupakan peristiwa yang penting bagi perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Initial Public Offerings (IPO) merupakan peristiwa yang penting bagi perusahaan, dalam hal ini perusahaan menawarkan saham pada publik untuk yang pertama kali. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal. Perkembangan pasar modal Indonesia yang pesat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal. Perkembangan pasar modal Indonesia yang pesat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi Indonesia menunjukkan peningkatan dengan semakin banyaknya perusahaan. Perusahaan ini dalam berkembangnya memerlukan permodalan, hal ini

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HIBAH KOMPETENSI

RINGKASAN EKSEKUTIF HIBAH KOMPETENSI RINGKASAN EKSEKUTIF HIBAH KOMPETENSI UNDERPRICING DAN EARNINGS MANAGEMENT PADA INITIAL PUBLIC OFFERING PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA Oleh: Prof. Drs. Tatang Ary Gumanti, M.Buss.Acc., Ph.D. NIDN 0025116604

Lebih terperinci

Adhisyahfitri Evalina Ikhsan Dosen FE Universitas Syiah Kuala ABSTRACT

Adhisyahfitri Evalina Ikhsan Dosen FE Universitas Syiah Kuala ABSTRACT Jurnal keuangan dan Bisnis Volume 3 No. 3, November 2011 INITIAL PUBLIC OFFERINGS DAN KINERJA PERUSAHAAN Adhisyahfitri Evalina Ikhsan (ririichsan@yahoo.com) Dosen FE Universitas Syiah Kuala ABSTRACT The

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan berkembangnya perekonomian Indonesia, banyak perusahaan yang melakukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, maka perusahaan memerlukan dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dengan produk utamanya laporan keuangan telah lama dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dengan produk utamanya laporan keuangan telah lama dirasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi dengan produk utamanya laporan keuangan telah lama dirasakan manfaatnya sebagai salah satu sarana untuk mengambil keputusan. Mengkomunikasikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efek) saham perusahaan yang akan go public terlebih dahulu dijual di pasar

BAB I PENDAHULUAN. Efek) saham perusahaan yang akan go public terlebih dahulu dijual di pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam proses go public, sebelum saham diperdagangkan di pasar sekunder (Bursa Efek) saham perusahaan yang akan go public terlebih dahulu dijual di pasar perdana yang

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN: SEBELUM DAN SESUDAH INITIAL PUBLIC OFFERING DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN: SEBELUM DAN SESUDAH INITIAL PUBLIC OFFERING DI BURSA EFEK INDONESIA Muchtar Ahmad : Keterpaduan ekonomi karet alam Thailand ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN: SEBELUM DAN SESUDAH INITIAL PUBLIC OFFERING DI BURSA EFEK INDONESIA Adhisyahfitri Evalina Ikhsan Universitas Syiah Kuala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Tujuan laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahan sebagai suati entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahan sebagai suati entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahan sebagai suati entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan mencapai keuntungan sebesar-besarnya. Untuk lebih meningkatkan kinerja perusahaan

Lebih terperinci

: AYU ASTREA NINGSIH B.

: AYU ASTREA NINGSIH B. ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS, SOLVABILITAS, DAN AKTIVITAS TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODE 2002-2005 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk berkembang dan berinovasi guna berjalannya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk berkembang dan berinovasi guna berjalannya kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran sebagai sarana investasi bagi investor dan alternatif sumber dana bagi perusahaan tentunya sangat memberikan manfaat dan keuntungan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan industri sekuritas yang ada pada negara tersebut. Pasar modal merupakan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. dan industri sekuritas yang ada pada negara tersebut. Pasar modal merupakan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang. Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI 2000-2004 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pasar modal bagi perusahaan bagaikan lumbung dana yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pasar modal bagi perusahaan bagaikan lumbung dana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya perekonomian di Indonesia, investasi dalam pasar modal pun turut mengalami perkembangan. Keberadaan pasar modal memiliki peran penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengertian perusahaan atau perseroan dirumuskan sebagai badan hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. pengertian perusahaan atau perseroan dirumuskan sebagai badan hukum yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas, pengertian perusahaan atau perseroan dirumuskan sebagai badan hukum yang merupakan persekutuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada publik atau yang

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada publik atau yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan penambahan modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Hal ini mendorong manajemen untuk memilih salah satu alternatif-alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dunia bisnis semakin hari semakin ketat dan sangat kompetitif. Terbukti jika perusahaan tidak dapat menghadapi tantangan ini sangat banyak perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. distribusi guna memenuhi kebutuhan ekonomis manusia. tambahan modal bagi perusahaan yang telah berada pada tahapan start up, karena

BAB I PENDAHULUAN. distribusi guna memenuhi kebutuhan ekonomis manusia. tambahan modal bagi perusahaan yang telah berada pada tahapan start up, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan adalah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya melakukan produksi dan distribusi guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jogiyanto (1998) dan Anggarwal et al. (2001) mengemukakan bahwa salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Jogiyanto (1998) dan Anggarwal et al. (2001) mengemukakan bahwa salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan penting yang dihadapi oleh hampir semua perusahaan adalah bagaimana mendapatkan modal guna mendukung kegiatan operasionalnya. Jogiyanto (1998)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada suatu iklim bisnis yang kompetitif. Kondisi tersebut. menyebabkan perusahaan-perusahaan harus dapat memiliki good

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada suatu iklim bisnis yang kompetitif. Kondisi tersebut. menyebabkan perusahaan-perusahaan harus dapat memiliki good 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, dengan berbagai peluang dan tantangan yang ada, dunia usaha dihadapkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini persaingan dalam dunia bisnis semakin tinggi. Semakin banyak perusahaan baru yang muncul untuk bersaing dengan perusahaan lama. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang memilih untuk go publik. Yang dimaksud dengan. dapat memperoleh dana yang besar untuk menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang memilih untuk go publik. Yang dimaksud dengan. dapat memperoleh dana yang besar untuk menjalankan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan pasti memerlukan modal untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Untuk mendapatkan modal yang besar, banyak perusahaan yang memilih untuk go publik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu sumber pendanaan perusahaan adalah equity capital yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu sumber pendanaan perusahaan adalah equity capital yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sumber pendanaan perusahaan adalah equity capital yang menggambarkan kepemilikan dalam bentuk common stock dan preferred stock. Perusahaan bertumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maka kewajiban akan pendanaan juga semakin besar jumlahnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maka kewajiban akan pendanaan juga semakin besar jumlahnya. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan semakin lama akan semakin berkembang seiring dengan meningkatnya produktivitas dan performa perusahaan. Modal investasi dulunya dapat dipenuhi dengan utang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sumber dana ekstern pasar modal merupakan suatu pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sumber dana ekstern pasar modal merupakan suatu pengertian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai sumber dana ekstern pasar modal merupakan suatu pengertian abstrak yang mempertemukan dua kelompok yang berhadapan tetapi yang kepentingannya saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peranan yang sangat besar bagi. dalam pasar modal untuk menyediakan fasilitas atau wahana yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peranan yang sangat besar bagi. dalam pasar modal untuk menyediakan fasilitas atau wahana yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan yang sangat besar bagi perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan, pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh perusahaan yang dilaporkan kepada pihak internal maupun

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh perusahaan yang dilaporkan kepada pihak internal maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan hasil dari kegiatan operasional yang dilakukan oleh perusahaan yang dilaporkan kepada pihak internal maupun eksternal perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang sehat adalah perusahaan yang dapat bertahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang sehat adalah perusahaan yang dapat bertahan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan yang sehat adalah perusahaan yang dapat bertahan dalam kondisi ekonomi apapun, yang terlihat dari kemampuannya dalam nemenuhi kewajiban- kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang mau ikut menanamkan modalnya pada perusahaan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang mau ikut menanamkan modalnya pada perusahaan. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejalan dengan berkembangnya perekonomian Indonesia, banyak perusahaan yang melakukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, maka perusahaan memerlukan dana yang relatif

Lebih terperinci

DI BEI. Tugas dan. Diajukan Untuk. Memenuhi. Oleh:

DI BEI. Tugas dan. Diajukan Untuk. Memenuhi. Oleh: ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGANN TERHADAP LABAA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan Initial Public Offering berarti perusahaan harus siap menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan Initial Public Offering berarti perusahaan harus siap menyampaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber modal pada perusahaan perorangan biasanya hanya berasal dari beberapa investor saja. Jika perusahaan bertambah besar maka perusahaan memerlukan tambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan tersebut, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk mencapai atau memperoleh laba maksimal, mengembangkan perusahaan serta menjaga kelangsungan hidup perusahaan (going

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. atau saham baru perusahaan kepada publik atau go public.

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. atau saham baru perusahaan kepada publik atau go public. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam mempertahankan eksistensi dan mengembangkan usaha pada persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan pada umumnya membutuhkan dana yang besar, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di pasar modal atau disebut juga dengan go public. Adapun tujuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. di pasar modal atau disebut juga dengan go public. Adapun tujuan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai suatu entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan mencari keuntungan sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemberian

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemberian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penilaian yang tepat terhadap perusahaan merupakan hal yang wajar bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemberian penilaian tersebut biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi para pengguna laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi para pengguna laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan yang diterbitkan oleh suatu perusahaan harus dapat mengungkapkan kondisi perusahaan yang sebenarnya, sehingga akan bermanfaat bagi para pengguna laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu momen (peristiwa) penting bagi perusahaan adalah saat perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu momen (peristiwa) penting bagi perusahaan adalah saat perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu momen (peristiwa) penting bagi perusahaan adalah saat perusahaan tersebut untuk pertama kalinya menawarkan sahamnya kepada public (IPO : Initial public

Lebih terperinci

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN DAN SIGNALING TERHADAP PENENTUAN HARGA PASAR SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN IPO DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN DAN SIGNALING TERHADAP PENENTUAN HARGA PASAR SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN IPO DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN DAN SIGNALING TERHADAP PENENTUAN HARGA PASAR SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN IPO DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya tujuan perusahaan adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketiga, menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketiga, menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan penting yang dihadapi oleh hampir semua perusahaan adalah bagaimana mendapatkan modal guna mendukung kegiatan operasionalnya. Penambahan dana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan mempunyai beberapa alternatif sumber pendanaan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan mempunyai beberapa alternatif sumber pendanaan untuk membiayai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan mempunyai beberapa alternatif sumber pendanaan untuk membiayai kegiatan operasional dan ekspansi. Salah satu cara bagi perusahaan yang sedang berkembang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan antara elemen satu dengan elemen lain dalam suatu laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dunia usaha dan investasi untuk investor. Setiap perusahaan tentu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. untuk dunia usaha dan investasi untuk investor. Setiap perusahaan tentu memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu tempat dimana sering terjadinya permintaan dan penawaran modal. Peran pasar modal sangat penting sebagai sumber pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh modal tersebut adalah dengan melakukan go public. Go public

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh modal tersebut adalah dengan melakukan go public. Go public BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan yang berbasis bisnis adalah perusahaan yang bertujuan untuk memaksimalisasi nilai perusahaan dan mencari keuntungan yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Peran manajemen keuangan dalam suatu perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Peran manajemen keuangan dalam suatu perusahaan yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran manajemen keuangan dalam suatu perusahaan yaitu berkepentingan untuk menciptakan dan menjaga nilai ekonomis atau kekayaan perusahaan. Konsekuensinya, semua pengambilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan Dalam setiap perusahaan peranan ilmu manajemen sangat penting sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan di Amerika Serikat yang bermula dari krisis kredit perumahan (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada publik atau sering dikenal dengan go public di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada publik atau sering dikenal dengan go public di pasar modal. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk mengembangkan dan memperluas usahanya. Salah satu keterbatasan perusahaan dalam mengembangkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan go public. Dalam proses go public, sebelum diperdagangkan di pasar

BAB I PENDAHULUAN. dengan go public. Dalam proses go public, sebelum diperdagangkan di pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan memiliki berbagai alternatif sumber pendanaan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Salah satu alternatif pendanaan dari luar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam suatu laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Laba didefinisikan dengan pandangan yang berbeda-beda. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan praktisi maupun akademisi, khususnya peneliti akuntansi karena berhubungan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PUBLIK YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI SELAMA DAN SESUDAH KRISIS MONETER

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PUBLIK YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI SELAMA DAN SESUDAH KRISIS MONETER ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PUBLIK YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI SELAMA DAN SESUDAH KRISIS MONETER (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Go Publik Yang Tergabung Di Bursa Efek Indonesia)

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Initial Public Offerings (selanjutnya disebut sebagai IPO) adalah penawaran atau

II. LANDASAN TEORI. Initial Public Offerings (selanjutnya disebut sebagai IPO) adalah penawaran atau 10 II. LANDASAN TEORI 2.1 Initial Public Offerings (IPO) Initial Public Offerings (selanjutnya disebut sebagai IPO) adalah penawaran atau penjualan saham suatu perusahaan untuk pertama kalinya kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambahan dana dalam rangka mengembangkan usahanya yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. tambahan dana dalam rangka mengembangkan usahanya yang sedang berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat, banyak perusahaan melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan modalnya dalam rangka mengembangkan usahanya. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan pasar modal di Indonesia sangat pesat. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan pasar modal di Indonesia sangat pesat. Hal ini dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan pasar modal di Indonesia sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya perusahaan yang melakukan go public. Salah satu alasan mengapa

Lebih terperinci

BAB I. memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar tersebut, seringkali dana yang

BAB I. memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar tersebut, seringkali dana yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk memperluas usahanya, hal ini dilakukan dengan mengadakan ekspansi. Untuk melakukan ekspansi ini perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal adalah tempat bertemunya pihak yang memerlukan dana, yaitu perusahaan dan pihak yang memiliki dana, yaitu investor dan kreditor (selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperjualbelikan sekuritas, atau secara formal pasar modal dapat juga

BAB I PENDAHULUAN. memperjualbelikan sekuritas, atau secara formal pasar modal dapat juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar Modal (capital market) merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian Laba Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan alternatif investasi yang sangat fleksibel bagi para investor. perusahaan atau saham kepada masyarakat (public).

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan alternatif investasi yang sangat fleksibel bagi para investor. perusahaan atau saham kepada masyarakat (public). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal semakin besar perannya sebagai salah satu pendukung gerak roda dunia bisnis. Penyelenggaraan pasar modal mendorong percepatan aktivitas investasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan dan mengelola kegiatan bisnis dengan baik. Hal ini perlu didukung oleh ketersediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang sudah terdaftar (listed) di pasar modal ada kalanya

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang sudah terdaftar (listed) di pasar modal ada kalanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan yang sudah terdaftar (listed) di pasar modal ada kalanya membutuhkan dana segar apabila sumber internal perusahaan maupun pinjaman bank dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. ROA merupakan salah satu indikator untuk mengukur

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. ROA merupakan salah satu indikator untuk mengukur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era persaingan yang sangat ketat, keunggulan kompetitif telah berkembang dan melibatkan pada pentingnya kinerja keuangan perusahaan. Oleh karena itu sangat

Lebih terperinci

Jurnal Dinamika Manajemen

Jurnal Dinamika Manajemen JDM Vol. 1, No. 1, 2010, pp: 27-33 Jurnal Dinamika Manajemen http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jdm PENGARUH RIGHT ISSUE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN Ibnu Khajar Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH GO PUBLIC

ANALISIS KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH GO PUBLIC ANALISIS KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH GO PUBLIC Fitria Susilowati fitria.susilowati@rocketmail.com Lailatul Amanah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT This research

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk memenuhi kebutuhan tersebut ikut menentukan sampai seberapakah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk memenuhi kebutuhan tersebut ikut menentukan sampai seberapakah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Likuiditas Likuiditas merupakan salah satu faktor yang menentukan sukses atau kegagalan perusahaan. Penyediaan kebutuhan uang tunai dan sumber-sumber untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari banyaknya perusahaan yang melakukan Initial Public Offering

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari banyaknya perusahaan yang melakukan Initial Public Offering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas perekonomian Indonesia selalu mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Perkembangan aktivitas perekonomian Indonesia dapat dilihat dari beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyedia sumber pendanaan selain perbankkan. Dana yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyedia sumber pendanaan selain perbankkan. Dana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan guna mengembangkan usahanya melakukan berbagai cara, diantaranya dengan melakukan ekspansi. Untuk memenuhi kebutuhan ekspansi, diperlukan sumber dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal telah mengundang banyak perusahaan nasional maupun patungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal telah mengundang banyak perusahaan nasional maupun patungan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Selama dasawarsa terakhir, pasar modal mulai menunjukkan peranan penting dalam memobilisasi dana untuk menunjang pembangunan nasional. Akses dana dari pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan semakin meningkatnya kemajuan di bidang perdagangan dan perkembangan dalam era globalisasi, Indonesia dihadapkan pada perubahan berbagai aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usahanya adalah dengan cara melakukan go public. Dana yang diperoleh dalam go

BAB I PENDAHULUAN. usahanya adalah dengan cara melakukan go public. Dana yang diperoleh dalam go BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara bagi perusahaan yang sedang berkembang untuk mendapatkan tambahan dana dalam rangka pembiayaan dan pengembangan usahanya adalah dengan cara melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) di dalam suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Underpricing Yolana dan Martani (2005) mendefinisikan underpricing adalah adanya selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. initial return dari hasil kegiatan tersebut (Handayani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. initial return dari hasil kegiatan tersebut (Handayani, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan perekonomian yang didukung oleh peningkatan teknologi dan komunikasi telah menciptakan iklim persaingan yang ketat. Hal ini menuntut perusahaan agar tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia usaha sangat tergantung sekali dengan masalah pendanaan.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia usaha sangat tergantung sekali dengan masalah pendanaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini dunia usaha sangat tergantung sekali dengan masalah pendanaan. Beberapa pakar sepakat bahwa untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil

Lebih terperinci

RIZKA DIAN RACHMAWATI B

RIZKA DIAN RACHMAWATI B PENGARUH CURRENT RATIO, RETURN ON INVESTMENT, RETURN ON EQUITY TERHADAP PERUBAHAN KINERJA (EAT) PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE AND PROPERTY DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan

Lebih terperinci

Repositori STIE Ekuitas

Repositori STIE Ekuitas Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2016-02-13 Pengaruh Persentase Saham Yang Ditawarkan Dan Solvability Ratio Terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan berjalannya waktu kebutuhan akan penambahan modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Perusahaan dalam mengembangkan dan menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini didukung dengan kemajuan di bidang teknologi dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini didukung dengan kemajuan di bidang teknologi dan komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan terjadi secara dinamis di segala bidang. Perkembangan tersebut terasa sangat berdampak pada bidang perekonomian dunia, hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu cara 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan yang berbasis bisnis yang baik adalah perusahaan yang bertujuan untuk memaksimalisasi nilai dari pemilik perusahaan dan mencari keuntungan sebesar-besarnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, perusahaan memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah kelangsungan hidup perusahaan (going concern), laba dalam jangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal semakin besar perannya sebagai salah satu pendukung gerak roda

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal semakin besar perannya sebagai salah satu pendukung gerak roda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal semakin besar perannya sebagai salah satu pendukung gerak roda dunia bisnis. Penyelenggaraan pasar modal akan mendorong percepatan aktivitas investasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam masyarakat bisnis, akuntansi dikenal sebagai bahasa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam masyarakat bisnis, akuntansi dikenal sebagai bahasa. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam masyarakat bisnis, akuntansi dikenal sebagai bahasa. Hal ini dikarenakan fungsi akuntansi yang merupakan media komunikasi diantara para pelaku bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar Modal adalah pasar untuk tempat jual beli surat berharga saham dan surat berharga hutang berjangka panjang dan produk derivatif lainnya. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana alternative

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan informasi yang menunjukkan posisi keuangan untuk menunjukkan kinerja perusahaan, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menarik investor dari luar dalam hal pendanaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menarik investor dari luar dalam hal pendanaan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan-perusahaan yang ingin mengembangkan usahanya membutuhkan dana yang besar. Kebutuhan inilah yang mendasari suatu perusahaan untuk menarik investor dari luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang kekurangan modal atau memiliki modal yang terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang kekurangan modal atau memiliki modal yang terbatas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan yang kekurangan modal atau memiliki modal yang terbatas, membutuhkan sumber pendanaan untuk menunjang kegiatan operasional dan mengembangkan usahanya. Alternatif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pasar Modal Pasar diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk saling mengadakan pertukaran barang dan jasa. Pengertian pasar modal atau bursa efek adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, perekonomian pun turut berkembang dengan pesat. Hal tersebut juga membuat persaingan antar perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan membuat inovasi-inovasi baru di dalam menghadapi persaingan usaha.

BAB I PENDAHULUAN. dan membuat inovasi-inovasi baru di dalam menghadapi persaingan usaha. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan modal suatu perusahaan semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan perusahaan itu sendiri. Perusahaan diharuskan mampu berkembang dan membuat inovasi-inovasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin maju, perusahaan harus berhati-hati dalam mengambil keputusan. Keputusan-keputusan itu haruslah tidak keluar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. likuid dan efisien. Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan

BAB I PENDAHULUAN. likuid dan efisien. Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, pasar modal merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi. Selain itu, pasar modal juga merupakan suatu usaha

Lebih terperinci