KAJIAN KARAKTER PERCAMPURAN PENTATONIK DAN DIATONIK DALAM PEMENTASAN MUSIK TRADISI BADUTAN PADA KESENIAN PALUPI LARAS JUMAPOLO, KARANGANYAR SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN KARAKTER PERCAMPURAN PENTATONIK DAN DIATONIK DALAM PEMENTASAN MUSIK TRADISI BADUTAN PADA KESENIAN PALUPI LARAS JUMAPOLO, KARANGANYAR SKRIPSI"

Transkripsi

1 KAJIAN KARAKTER PERCAMPURAN PENTATONIK DAN DIATONIK DALAM PEMENTASAN MUSIK TRADISI BADUTAN PADA KESENIAN PALUPI LARAS JUMAPOLO, KARANGANYAR SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Marlina Adhy Restiningrum NIM JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016 i

2 PERSETUJUAN Skripsi yang berjudul, Kajian Karakter Percampuran Pentatonik dan Diatonik dalam Pementasan Musik Tradisi Badutan pada Kesenian Palupi Laras Jumapolo, Karanganyar ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diujikan. Yogyakarta, 4 Januari 2016 ii

3 PENGESAHAN Skripsi yang berjudul, Kajian Karakter Percampuran Pentatonik dan Diatonik dalam Pementasan Musik Tradisi Badutan pada Kesenian Palupi Laras Jumapolo, Karanganyar ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 19 Januari 2016 dan dinyatakan lulus. iii

4 PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Marlina Adhy Restiningrum NIM : Jurusan : Pendidikan Seni Musik Fakultas : Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri. Sepanjang sepengetahuan saya, karya ilmiah ini tidak berisi materimateri yang ditulis oleh orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim. Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya. Yogyakarta, 4 Januari 2016 Penulis Marlina Adhy Restiningrum iv

5 MOTTO Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. (Yeremia 29:11) v

6 PERSEMBAHAN Ucapan syukur yang besar kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memimpin dan memberikan kesempatan besar untuk dapat menyelesaikan karya ini. Dan akhirnya karya ini kupersembahkan untuk keluarga tercinta yang tak pernah kehilangan kesabaran untuk menantikan kelulusan : Alm. Singgih Toniyadi (Bapak) Yohana Subekti Handayani (Ibu) Nanang Cristianadi Nugroho (Kakak) Febriana Adhy Pramesti (Kakak) serta Kurniawan Prasetyo sandaran hati yang tidak pernah henti memberi semangat. Teman-teman musik angkatan 2011 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. dan Keluarga Besar Gereja Pemulihan Allah Karangpandan khususnya Pdt Hery Bangun dan Pdt Haryono yang tiada henti mendoakan kelulusan. vi

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kritus yang telah memberikan kesempatan dan kasih yang amat besar hingga akhirnya skripsi yang berjudul Kajian Karakter Percampuran Pentatonik dan Diatonik dalam Pementasan Musik Tradisi Badutan pada Kesenian Palupi Laras Jumapolo, Karanganyar ini dapat terselesaikan dengan lancar. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. AM. Susilo Pradoko, M. Si dan Drs. Pujiwiyana, M. Pd selaku Dosen Pembimbing I dan II yang penuh kesabaran dan kebijaksanaan dalam memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan semangat hingga penulisan karya ini bisa selesai dengan baik. 2. Kelompok paguyuban seni Palupi Laras yang telah memberikan izin serta menyediakan tempat dan waktu untuk penelitian. 3. Sodara Hendi Kristanto, Bapak Ratno, Sodara Wiwin Suhesti, Bapak Hery Sukamto, serta Sodara Agus yang dengan teliti menyediakan waktu, ijin, serta ilmu dalam proses wawancara guna mengambil data penelitian. 4. Video Shoting Ananda Multimedia yang telah membantu dalam proses pengambilan data dalam bentuk video selama penelitian dilakukan. 5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dorongan serta bantuan selama penyusunan skripsi ini. vii

8 Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat diharapkan bagi penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Yogyakarta, 4 Januari 2016 Penulis Marlina Adhy Restiningrum viii

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN...iii HALAMAN PERNYATAAN... iv MOTTO... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN...xv ABSTRAK... xvii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Fokus Permasalahan... 7 C. Rumusan Masalah... 7 D. Tujuan Penelitian... 7 E. Manfaat Penelitian... 8 BAB II. KAJIAN TEORI A. Karakter Musik Melodi Harmoni Irama Tempo...13 B. Akulturasi Budaya Gamelan Jawa dan Kesenian Badutan C. Percampuran Musik 17 D. Tangganada Pentatonik dalam Gamelan Jawa Laras Slendro.20 ix

10 2. Laras Pelog 21 A. Instrumen dalam Gamelan Jawa 22 B. Tangganada Diatonik...24 C. Musik Tradisi Badutan...26 D. Penelitian yang Relevan..28 BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian B. Data Penelitian C. Pengumpulan Data Obsevasi Wawancara Pengumpulan data melalui materi audio dan visual Pengumpulan data dengan dokumen...38 D. Instrumen Penelitian E. Analisis Data Reduksi Data Sajian Data Penarikan Simpulan...42 F. Pengujian Data dan Kesimpulan BAB IV. KAJIAN KARAKTER PERCAMPURAN PENTATONIK DAN DIATONIK DALAM PEMENTASAN MUSIK TRADISI BADUTAN PADA KESENIAN PALUPI LARAS JUMAPOLO, KARANGANYAR..45 A. Karakter Percampuran Pentatonik dan Diatonik dalam Kesenian Badutan 45 x

11 1. Karakter irama dan tempo dalam membawakan lagu-lagu diatonik dan iringan pentatonik Percampuran melodi antara lagu diatonik dan iringan pentatonik dari serangkaian instrumen gamelan Percampuran Harmoni antara lagu diatonik dan iringan pentatonik dari serangkaian instrumen gamelan..109 BAB V. PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 : Contoh Melodi...12 Gambar 2 : Harmoni tiga suara...12 Gambar 3 : Notasi Musik Tangganada Mayor Natural / C Mayor Gambar 4: Notasi Musik Tangganada a minor asli Gambar 5 : Notasi Musik Tangganada a minor harmonis..25 Gambar 6: Notasi Musik Tangganada a minor melodis Gambar 7 : Posisi saat Memainkan Kendang Jaipong Gambar 8: Kendang Jaipong Gambar 9: Tali Lulang yang diikatkan pada jempol kaki Gambar 10 : (a) irama single dan (b) irama doble.50 Gambar 11 : Contoh Pola Kendang yang Mengadaptasi pola drum musik pop...51 Gambar 12 : Beberapa Contoh Variasi Ropel Kendang Jaipong...51 Gambar 13 : Contoh Perubahan Pola Irama Kendang Jaipong dalam Lagu Morena...53 Gambar 14 : Susunan Nada Saron Demung Laras Pelog...56 Gambar 15 : Intro Lagu Morena oleh Saron Demung 57 Gambar 16 : Intro Lagu Marai Cemburu oleh Saron Demung...57 Gambar 17 : Intro Lagu Tresno Waranggono oleh Saron Demung 57 Gambar 18 : Posisi Menabuh Saron Demung.59 Gambar 19 : Percampuran Melodi Saron Demung dengan Lagu Morena...60 xii

13 Gambar 20 : Susunan Nada Instrumen Saron Barung Laras Pelog.68 Gambar 21 : Posisi Menabuh Saron Barung...69 Gambar 22 : Contoh Percampuran Melodi Saron Barung dengan Lagu Morena.69 Gambar 23 : Notasi Lagu Morena yang Dibuat oleh Penabuh Saron Demung 72 Gambar 24 : Contoh Ater pada Saron Barung 75 Gambar 25 : Perbedaan register nada antara instrumen saron demung, saron barung, dan saron panerus dalam laras pelog Gambar 26 : Contoh Percampuran Melodi Saron Penerus/Peking dengan Lagu Morena...84 Gambar 27 : Posisi Menabuh Saron Penerus/Peking...86 Gambar 28 : Susunan Nada Instrumen Bonang Barung dan Bonang Penerus Laras Pelog Gambar 29 : Posisi Menabuh Bonang..92 Gambar 30 : Contoh Percampuran Melodi Bonang dengan Melodi Vokal..92 Gambar 31 : Susunan Nada pada Kenong.100 Gambar 32 : Posisi Menabuh Kenong Gambar 33 : Susunan Nada Kempul dan Gong.101 Gambar 34 : Posisi Menabuh Gong dan Kempul Gambar 35 : Contoh Percampuran Melodi Kenong, Kempul, dan Gong pada Lagu Morena.103 Gambar 36 : Tangganada G minor 110 xiii

14 Gambar 37 : Melodi Lagu Morena Beserta Lirik dan Akord dalam Diatonis.110 Gambar 38 : Contoh Harmoni Hasil dari Percampuran Melodi pada Serangkaian Instrumen Gamelan dengan Vokal pada Lagu Morena..112 xiv

15 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 : Titilaras Gamelan Jawa Slendro..20 Tabel 2 : Titilaras Gamelan Jawa Pelog..21 xv

16 DAFTAR BAGAN Halaman Bagan 1 : Dinamika Interkultural dan Transkultural 18 xvi

17 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian..134 Lampiran 2: Surat Keterangan Wawancara Lampiran 3: Pedoman dan Hasil Wawancara Lampiran 4: Notasi Angka Lampiran 5: Foto-foto Penelitian 178 Lampiran 6 : Tata Panggung dan Penonton Kesenian Badutan 183 Lampiran 7 : Senggak Pesinden Khas Badutan Lampiran 1: Glosarium..187 xvii

18 KAJIAN KARAKTER PERCAMPURAN PENTATONIK DAN DIATONIK DALAM PEMENTASAN MUSIK TRADISI BADUTAN PADA KESENIAN PALUPI LARAS JUMAPOLO, KARANGANYAR Oleh Marlina Adhy Restiningrum NIM ABSTRAK Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah karakter percampuran pentatonik dan diatonik dalam pementasan musik tradisi Badutan pada kesenian Palupi Laras Jumapolo, Karanganyar. Pentatonik adalah pada gamelan sebagai musik pengiring dan diatonik adalah lagu yang dibawakan oleh pesinden. Karakter yang dimaksud adalah dilihat dari unsurunsur musiknya yaitu melodi, harmoni, irama,dan tempo. Penelitian ini dilakukan dengan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi, untuk mendeskripsikan karakter percampuran pentatonik dan diatonik dalam kesenian Badutan. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui 1) observasi, 2) wawancara, 3) Pengumpulan data melalui materi audio dan visual, 4) pengumpulan data dengan dokumen. Dalam menganalisis data menggunakan reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan. Untuk pengujian data dan kesimpulan menggunakan tiga cara yaitu : 1) triangulasi sumber, 2) triangulasi teknik, 3) triangulasi waktu. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1) Melodi : karakter percampuran melodi pentatonik dari serangkaian instrumen gamelan dan diatonik dari lagu yang dibawakan dapat dilihat dari adanya permainan melodi instrumen gamelan yang mengandung unsur memperkuat melodi lagu vokal seperti pada instrumen saron barung pada birama 3 dan 7 terdapat nada sama yang dibunyikan yaitu nada sol dan si. Serta ada pula melodi instrumen gamelan yang tidak mengandung unsur memperkuat melodi vokal, seperti pada melodi instrumen kenong pada birama 1-2, kenong memainkan nada 4 (pat) atau Gis yang tidak sinkron dan berbeda dengan melodi lagu vokal. 2) Harmoni : karakter harmoni kesenian badutan dapat dilihat terdapat penggantian iringan yang seharusnya akord diatonik, seperti akord V dan VI kemudian diganti dengan penggunaan iringan instrumen gamelan yang dimainkan berdasarkan seleh nada, seperti seleh 4 (pat), 6 (nem), 5 (ma), 3 (lu), 7 (pi), 1 (ji). 3) Irama : Irama yang terbentuk dari permainan kendang jaipong meliputi irama single, doble, dan pola drumset. Dalam setiap perpindahan irama terdapat suatu variasi ropel kendang yang membuat suasana Badutan menjadi meriah. 4) Tempo : Kendang jaipong sangat bebas dalam membawakan tempo. Perubahan tempo yang biasa dibawakan adalah alegro dan vivace. Kata Kunci : Karakter Musik, Pentatonik, Diatonik, Badutan xviii

19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang dikenal memiliki suku bangsa dan kebudayaan yang beraneka ragam. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda dan memiliki ke khas-an masing-masing. Kebudayaan sendiri adalah kebiasaan yang dilakukan berdasarkan hasil olah budi pekerti dan akal pikiran. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan koentjaraningrat dalam Widyosiswoyo (2004:31), bahwa kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar serta keseluruhan dari hasil budipekerti. Kebudayaan sendiri memiliki berbagai unsur. Menurut C. Kluckhohn dalam Noorkasiani dkk (2007:14) ada tujuh unsur dalam kebudayaan universal, yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem mata pencarian hidup, sistem teknologi dan peralatan, bahasa, serta kesenian. Salah satu unsur kebudayaan adalah kesenian. Kesenian berasal dari kata dasar seni. Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Hary Sulastyanto dkk (2007:2) Seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaan dan sifat indah, sehingga menggerakan jiwa perasaan manusia. Sedangkan kesenian adalah salah satu alat untuk mencurahkan makna, agar bisa ditumpahkan kepada manusia lain secara tuntas (PutuWijaya, 2001:15). Kesenian sendiri terdiri dari berbagai macam. Antara lain : seni 1

20 patung/pahat, relief, lukis dan gambar, rias, vokal, musik, bangunan, kesusastraan, dan drama. Musik adalah salah satu macam dari kesenian di Indonesia yang banyak mengalami perkembangan menurut tempat dan lokasinya. Di Indonesia setiap daerah dan pulau memiliki musik yang berbeda-beda dengan ciri khas masing-masing. Salah satu musik daerah asli Indonesia adalah kesenian Karawitan. Kesenian Karawitan dimainkan dengan menggunakan instrumen gamelan Jawa. Seni Gamelan Jawa mengandung nilai-nilai historis dan filosofis bagi Bangsa Indonesia. Dikatakan demikian sebab gamelan Jawa merupakan salah satu seni budaya yang diwariskan oleh para pendahulu dan sampai sekarang masih banyak digemari serta ditekuni (Purwadi dan Efendi Widayat, 2005:1). Kata karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit, yang berarti halus, dan Karawitan berarti kehalusan atau keindahan (Prier, 2011: 85). Arti kata karawitan berkaitan dengan musik karawitan sendiri yang terkenal sebagai musik yang halus, cantik, dan indah. Karawitan di Indonesia juga berkembang berdasarkan tempat atau lokasinya. Perkembangan kesenian Karawitan pada masing-masing daerah memiliki perbedaan pada gaya dan macam instrument gamelan yang digunakan. Karawitan di Indonesia sendiri terbagi berdasarkan tempat berkembangnya. Seperti yang dijelaskan Wisnusubroto dalam Purwadi dan Efendi Widayat (2005;6) there are several gamelan ensembles in Indonesia among them are: Gamelan Jawa (Java) from Central/East Java, Gamelan Sunda from 2

21 West Java, Gamelan Bali from Bali, Gamelan Kodhok Ngorek special small ensemble for ceremony, Gamelan Monggang special small ensemble for ceremony, Gamelan Carabalen special small ensemble for ceremony, Gamelan Sekati special ensemble played once a year during maulud/sekaten celebration (the birthday of the prophet Mohammad SAW), Gamelan Sengganen gamelan with thick glass keys, Gamelan Jemblung bamboo instruments from Bagelen, Gamelan Bumbung bamboo idiochord instruments from Kediri. Gamelan Jawa adalah karawitan yang berasal dari Jawa Tengah. Secara filosofis, gamelan Jawa merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa (Purwadi dan Efendy Widayat,2005 : 2). Gamelan Jawa yang lengkap terdiri dari kurang lebih 72 instrumen dan dapat dimainkan oleh niyaga (penabuh) dan pesinden sekitar orang disertai dengan gerong. Instrumen dalam gamelan Jawa secara lengkap terdiri atas : 1. Instrumen Gamelan Slendro antara lain : Gender Barung Slendro, Gender Slendro Penerus, Bonang Penembung Slendro, Bonang Slendro Barung, Bonang Penerus Slendro, Gambang Slendro, Clempung Slendro, Slemtem Slendro, Demung Slendro, Saron Barung Slendro, Saron Peking Slendro, Suling Slendro, Kempul 1 Slendro, Kempul 6 Slendro, Kempul 5 Slendro, Kempul 3 Slendro, Kempul 2 Slendro, Kenong 1 Slendro, Kenong 6 Slendro, Kenong 5 Slendro, Kenong 3 Slendro, Kenong 2 Slendro, Kethuk Slendro, Penonthong 5 Slendro, Penonthong 3 Slendro, Engkuk, Kemong,. 2. Instrumen Gamelan Pelog, antara lain : Gender Pelog 6, Gender Pelog Barang, Gender Pelog 6 Penerus, Gender Pelog Barang Penerus, Bonang Penembung Pelog, 3

22 Bonang Barung Pelog, Bonang Penerus Pelog, Gambang Pelog, Clempung Pelog, Slemtem Pelog, Demung Pelog, Saron Pelog, Saron Peking Pelog, Suling Pelog, Kempul 5 atau 6 Pelog (kalau tumbuk 5/6), Kempul Barang (7) Pelog, Kempul 1 Pelog, Kempul 3 Pelog, Kempul 2 Pelog, Kenong Barang Pelog (7), Kenong 6 Pelog, Kenong 5 Pelog, Kenong 3 Pelog, Kenong 2 Pelog, Kenong 1 Pelog, Rancak Kempyang, Kethuk Pelog, Penonthong 4 Pelog, Penonthong 2 Pelog, 3. Instrumen yang dipakai baik dalam gamelan pelog maupun slendro, antara lain : Rebab, Kecrek, Kendang Gede, Kendang Ciblon, Kendang ketipung, Beduk Besar, Tambur,Gong suwukan, Gong Gede, Kemanak, Kecer Kombali, Kecer Bintang, Kecer Royeh, Kecer Bangkong, Kepyak, Gentha, Celuring, Keprak/Kothak, Zhiter. Gamelan Jawa sering digunakan sebagai pengiring dalam upacara adat, pengiring tarian Jawa dan pengiring dalam kesenian pertunjukan wayang. Gendhing karawitan Jawa ditinjau dari tangganada yang digunakan dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu gendhing pelog dan gendhing slendro. Karawitan adalah seni suara yang menggunakan laras slendro dan laras pelog baik suara manusia atau suara instrument gamelan (Purwadi dan Efendy Widayat, 2005:14). Dalam pertunjukannya, niyaga dan pesinden seluruhnya duduk. Untuk niyaga maupun gerong yang berjenis kelamin lakilaki harus duduk secara bersila. Dan bagi niyaga dan pesinden yang berjenis kelamin wanita diwajibkan untuk duduk secara bersimpuh. Kostum yang dikenakan selama pertunjukan oleh niyaga, pesinden 4

23 dan gerong adalah pakaian tradisi Jawa Tengah. Kebaya untuk wanita dan beskap untuk laki-laki. Dalam memainkan gendhing, seluruh niyaga, pesinden dan pengrawit diwajibkan untuk menjaga perilaku, sopan santun dan tata krama. Hal ini sesuai dengan ajaran kejawen atau kepercayaan masyarakat Jawa bahwa gamelan Jawa adalah sebagai warisan leluhur dan hasil cipta karya manusia yang harus selalu dihargai. Di masa kini, karawitan sudah banyak mengalami perkembangan. Salah satu musik hasil dari perkembangan musik karawitan adalah musik Badutan. Musik Badutan sering juga disebut dengan Sragenan. Disebut Sragenan karena kesenian ini berkembang sesuai gaya dan tradisi masyarakat Sragen, Jawa Tengah. Musik Badutan sudah ada dari ratusan tahun yang lalu. Musik Badutan pada umumnya dimainkan oleh kurang lebih 10 sd. 15 pengrawit, dengan jumlah penyanyi/sinden kurang lebih 2 sampai 3 orang. Pada awalnya musik badutan hampir sama dengan karawitan pada umumnya. Hanya perbedaannya, musik badutan ini dibawakan dengan gaya yang jenaka. Sesekali pesinden melawak dengan gaya khas menggoda para penonton maupun niyaga yang lain. Namun kini musik badutan sudah berkembang jauh sesuai perkembangan zaman dan selera masyarakat. Musik badutan kini menjadi sangat berbeda dengan karawitan pada umumnya. Lagu yang dibawakan dalam Kesenian Badutan adalah lagu-lagu yang sedang populer di Indonesia. Lagu yang dibawakan sangat beragam mulai dari lagu campursari, lagu pop, lagu dangdut, dan lagu keroncong. Namun, uniknya seluruh perangkat alat musik badutan adalah murni alat musik gamelan Jawa 5

24 yang sama dengan karawitan pada umumnya yakni instrumen gamelan Jawa pelog. Dengan alat musik yang menggunakan gamelan Jawa (dengan laras pelog), musik Badutan menjadi sangat unik karena sebagian besar lagulagu/nyanyian yang dibawakan adalah lagu-lagu yang menggunakan tangganada diatonis. Hal ini menjadi sangat menarik untuk diteliti, bagaimana karakter penggabungan antara tangganada pentatonis dan diatonis yang dimainkan secara bersamaan. Karakter musik yang dimaksud adalah pada melodi, irama, harmoni, dan tempo. Meskipun terdengar tidak selaras, namun musik ini sangat populer dan digemari banyak masyarakat khususnya di daerah Sragen, Jumantono, dan daerah sekitarnya. Dalam penyebarannya, kini kelompok kesenian Badutan tidak hanya ada di Sragen Jawa Tengah, namun sudah meluas ke daerah-daerah yang lain. Salah satu kelompok kesenian yang mengangkat musik badutan dalam setiap pementasannya adalah kelompok kesenian Palupi Laras di Desa Bakalan, Jumapolo, Karanganyar. Pementasan musik badutan tersebut sangat digemari baik oleh seluruh lapisan masyarakat, baik anak-anak, kaum muda maupun kaum tua. Hal ini terlihat saat pertunjukan yang diadakan di Jumantono pada tanggal 3 Mei 2015, hampir seluruh penonton ikut berjoget mengikuti irama musik badutan dan menyaksikan pertunjukan hingga berakhir. Musik badutan merupakan musik daerah yang harus dijaga dan dilestarikan. Hal ini dikarenakan musik badutan merupakan aset bangsa 6

25 Indonesia dan mempunyai peran yang penting dalam kehidupan masyarakat pendukungnya. Selain itu, musik badutan dapat menjadi alat pemersatu masyarakat dalam menjaga komunikasi dan kerukunan antar warga. B. Fokus permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti memfokuskan pada karakter percampuran pentatonik dan diatonik dalam pementasan musik tradisi Badutan pada kesenian Palupi Laras, Desa Bakalan Jumapolo Karanganyar. Karakter yang dimaksud adalah dalam percampuran melodi, irama, harmoni, dan tempo dalam lagu diatonik dan iringan pentatonik. C. Rumusan Masalah Berdasarkan fokus masalah tersebut, permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah karakter percampuran melodi antara lagu-lagu diatonik dan iringan pentatonik? 2. Bagaimanakah karakter percampuran harmoni antara lagu-lagu diatonik dan iringan pentatonik? 3. Bagaimanakah karakter irama dalam membawakan lagu-lagu diatonik dan iringan pentatonik, serta percampurannya? 4. Bagaimanakah perbedaan tempo antara lagu-lagu diatonik dan iringan pentatonik, serta percampurannya? 7

26 D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan antara lain untuk : 1. Mendeskripsikan karakter percampuran melodi antara lagu-lagu diatonik dan iringan pentatonik. 2. Mendeskripsikan karakter percampuran harmoni antara lagu-lagu diatonik dan iringan pentatonik. 3. Mendeskripsikan karakter irama dalam membawakan lagu-lagu diatonik dan iringan pentatonik, serta percampurannya. 4. Mendeskripsikan perbedaan tempo antara lagu-lagu diatonik dan iringan pentatonik, serta percampurannya. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil dari Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk mempelajari karakter dari Musik Badutan yang unik dan berbeda dengan musik yang lain. Adalah karakter penggabungan antara tangganada pentatonik dan diatonik yang dimainkan secara bersamaan. Karena kesenian ini merupakan kekayaan daerah, sudah seharusnya kesenian ini dijaga dan dilestarikan serta diwariskan pada generasi muda dengan maksud menjaga eksistensi kesenian tersebut. 8

27 2. Manfaat Praktis a. Bagi Mahasiswa Pendidikan Seni Musik Menambah referensi khususnya dalam Karakter Percampuran Pentatonik dan Diatonik dalam Pementasan Musik Tradisi Badutan. Sehingga mahasiswa akan lebih mengenal dan mudah untuk mempelajari musik daerah ini. b. Bagi Masyarakat Menambah referensi masyarakat mengenai Musik Badutan khususnya dalam Karakter Percampuran Pentatonik dan Diatonik dalam Pementasan Musik Tradisi Badutan. c. Bagi Keluarga Kesenian Badutan Palupi Laras Menambah populer kesenian tersebut, karena setiap masyarakat yang membaca kajian ini akan lebih mengetahui tentang kesenian tersebut. Dan selanjutnya diharapkan banyak masyarakat yang tertarik mengundang kesenian ini untuk tampil, sehingga menambah penghasilan para pemain. Maka dari itu para pemain keseniaan ini akan lebih serius dalam penggarapan musiknya sehingga kesenian Badutan Palupi Laras akan lebih maju dan berkembang. d. Bagi Peneliti Sebagai akses untuk mempelajari Karakter Percampuran Pentatonik dan Diatonik dalam Pementasan Musik Tradisi Badutan serta menjadi pengalaman menuliskan karya ilmiah. 9

28 BAB II KAJIAN TEORI A. Karakter Musik Dalam terminologi psikologi, karakter (character) adalah watak, perangai, sifat dasar yang khas, satu sifat atau kualitas yang tetap terus menerus dan kekal dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasi seorang pribadi (Mujib, 2006:45). Dalam bahasa Indonesia, karakter dapat diartikan sebagai sifat kejiwaan/ tabiat/ watak (Narwanti, 2011:1). Karakter bukan sekedar sebuah kepribadian (personality) karena sesungguhnya karakter adalah kepribadian yang ternilai (Narwanti, 2011:2). Kepribadian dianggap sebagai ciri, karakteristik, gaya, sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan seseorang sejak lahir (Doni Koesoema, 2010:80). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:895) kepribadian diartikan sebagai sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakannya dari orang atau bangsa lain. Dari keseluruhan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan suatu hal yang unik yang hanya ada pada individual ataupun suatu kelompok, yang menjadikannya sebagai ciri atau sifat pembeda dari yang lain. Musik adalah cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai suara kedalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami manusia (Banoe, 2003:288). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 10

29 (2005:766) musik diartikan sebagai nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyibunyi itu). Menurut Masduki (2004:42-43), terdapat beberapa definisi musik diantaranya adalah: 1. Musik adalah seni bunyi yang meliputi segala suara. Kegiatan musik tidak semata instrumental, tetapi juga kegiatan vokal. Musik bukan hanya diatonik, melainkan kegiatan seni bunyi dengan sistem yang manapun. Dari sini dikenal istilah musik populer, musik daerah, musik tradisional, modern, dan kontemporer. 2. Musik adalah produk kebudayaan manusia. Keterkaitan antara musik dan manusia selalu menjadi fokus kajian karena kebudayaan musik adalah produk konseptual Cognitive dan perilaku Behavior masyarakat. 3. Musik adalah bahasa universal, tidak ada etnik di dunia yang tidak bermusik. Dua perspektif dalam memahami musik, yaitu (1) barat, melihat musik berdasarkan fenomena bunyi; (2) timur, memahami musik dengan melihat berbagai konteks dan konsep kultural tempat musik itu tumbuh. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa musik adalah segala macam produk kebudayaan manusia dalam bentuk suara baik instrumental maupun seni bunyi dengan sistem manapun. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter musik adalah suatu hal yang unik dari sebuah karya seni suara oleh manusia baik instrumental maupun seni bunyi dengan sistem manapun. Musik juga memiliki ciri, karakteristik, gaya, sifat khas yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan masyarakat. Maka dari itu muncul lah kesenian-kesenian daerah dan musik rakyat. Sesuai dengan pendapat Dieter Mack (2001:3) suatu musik rakyat atau folklor yang populer selalu merupakan hasil kerjasama masyarakat sendiri, artinya 11

30 masyarakat lah yang aktif dan membuat sesuatu untuk diri sendiri. Adapun dalam kajian ini akan membahas tentang karakter musik Badutan, unsur-unsur musik yang akan dikaji antara lain: 1. Melodi Melodi adalah permainan rangkaian nada-nada yang tersusun atau teratur tinggi-rendahnya sehingga menjadi sebuah lagu. Melodi dimainkan pada awal lagu (intro), diantara bait kedua syair lagu dan refrain (interlude), serta diakhir sebuah lagu (coda). Menurut Prier (2011:113) melodi adalah suatu urutan nada yang utuh dan membawa makna. Contoh Melodi : Gambar 1. Contoh Melodi Sumber : Bentuk Penyajian Musik Iringan Kesenian Tayub di kabupaten Sragen, (Pratama, 2014:7) 2. Harmoni Harmoni adalah keselarasan antara melodi dan ritme dengan menyisipkan hiasan-hiasan (ornament) dan dinamika sehingga melodi dalam lagu bisa dimainkan dengan keras, lembut, terputus-putus, bergelombang, atau bergetar. (Hendro, 2007:2). Contoh Harmoni tiga suara : Gambar 2. Contoh Harmoni Tiga Suara Sumber : Bentuk Penyajian Musik Iringan Kesenian Tayub di kabupaten Sragen, 2014:8 Harmoni juga dapat ditemukan dalam permainan karawitan Jawa. Menurut Purwadi (2009:49) antara lain terdiri dari : 12

31 a. Gembyang : suatu interval yang dipisahkan oleh 4 nada atau 4 bilah instrumen (satu oktaf) b. Kempyung : suatu interval yang dipisahkan oleh 2 nada atau 2 bilah instrumen (kwint) c. Gembyung : suatu interval yang dipisahkan oleh 1 nada atau satu bilah instrumen 3. Irama Irama adalah unsur musik pokok yang menghidupkan penyajian musik berhubungan dengan panjang pendek nada dan tekanan pada melodi, sebagai unsur musik pokok yang pertama (Prier 2011:76). Irama sering pula dikaitkan dengan istilah gaya dalam musik. Menurut Prier (2011: 52) Gaya dalam musik berarti irama dan lagu dalam nyanyian, musik dan sebagainya. Oleh sebab itu untuk memahami dan menguasai bentuk irama dan gaya pada musik musik Badutan adalah dengan mendengar dan melihat langsung pementasan musik tersebut. Irama dalam Karawitan Jawa terdiri dari : a. Irama gropak/suwukan : menurut Sumarsam (1995:354) irama suwukan adalah suatu bagian dari inggah dalam gendhing dimainkan khususnya untuk mengakhiri gendhing. b. Irama lancar : menurut Sumarsam (1995:347) irama lancar adalah irama yang mana perbandingan antara ketukan kerangka gendhing 13

32 dan tingkat kerapatan paling tinggi tabuhan instrumen-instrumen tertentu adalah 1/2. c. Irama Wiled : menurut Sumarsam (1995:354) irama wiled adalah irama yang mana perbandingan antara ketukan kerangka gendhing dan tingkat kerapatan paling tinggi tabuhan instrumen-instrumen tertentu adalah 1/16. d. Irama dadi : menurut Sumarsam (1995:347) irama wiled adalah irama yang mana perbandingan antara ketukan kerangka gendhing dan tingkat kerapatan paling tinggi tabuhan instrumen-instrumen tertentu adalah 1/8. e. Irama rangkep : menurut Sumarsam (1995:347) irama wiled adalah irama yang mana perbandingan antara ketukan kerangka gendhing dan tingkat kerapatan paling tinggi tabuhan instrumen-instrumen tertentu adalah 1/32. f. Irama tanggung : menurut Sumarsam (1995:347) irama wiled adalah irama yang mana perbandingan antara ketukan kerangka gendhing dan tingkat kerapatan paling tinggi tabuhan instrumeninstrumen tertentu adalah 1/4. 4. Tempo Tempo musik berkaitan erat dengan panjangnya hitungan dasar dalam musik dan biasanya terkait dengan not ¼ dan dengan not ½ dalam musik (Prier, 2011:214). Cepat dan lambat pada tempo dapat 14

33 diatur dengan alat pengukur kecepatan yang disebut metronome. Sebuah lagu dan notasi musik biasa terdapat tanda tempo maupun perubahan tempo, misalnya lagu dimainkan menjadi lebih cepat dan lebih lambat. Menurut Purwadi (2009:49) tempo dalam karawitan Jawa, terdiri dari : a. Seseg : Presto, Alegro b. Netral : Allegretto, Moderato c. Tamban : Adagio, Largo B. Akulturasi Budaya Gamelan Jawa dalam Kesenian Badutan Akulturasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2005:24) diartikan sebagai percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi. Akulturasi yang terjadi dalam gamelan Jawa sudah berlangsung semenjak zaman penjajahan Belanda. Hal ini dapat dilihat dari upacara adat kraton yang tercatat Purbadipura dalam Sumarsam (1995:1). Dari tata upacara kraton yang terjadi dari abad ke 19 dan awal abad ke 20 tersebut, terdapat adanya percampuran antara adat tradisi Jawa dan Kolonial Belanda. Adanya permainan bersama dua jenis gamelan dengan orkes gesek Eropa dan berpakaian dengan cara Belanda. Hal tersebut merupakan perwujudan musikal yang unik sebagai suatu akibat reaksi dari orang Jawa terhadap keadaan politik tertentu sepanjang terjadinya hubungan terus menerus antara orang-orang Jawa 15

34 dan Kolonial Belanda (Sumarsam, 1995:3). Hasil penggabungan gagasan-gagasan dan elemen-elemen Eropa ke dalam ritus tradisional Jawa mencerminkan perkembangan alamiah praktek-praktek kebudayaan kraton Jawa (Sumarsam, 1995:6). Percampuran dengan elemen-elemen Eropa ini juga terjadi dalam upacara-upacara penting kraton, antara lain : musik mars militer, musik popular untuk dansa, penghormatan suara meriam dan tembakan salvo, dan tontonan kembang api. Ritual-ritual kraton campuran ini tidak berlangsung lama. Ritual-ritual kraton yang bersifat campuran makin lama makin menipis, walaupun sisa-sisanya masih dapat ditemukan pada awal abad ke 20. Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1950-an dan 1960-an pemerintah mendirikan sekolah gamelan ASKI (Akademi Seni Karawitan Indonesia). Sebagai bagian upaya memasakinikan gamelan, akademi ini juga mendorong anggota pengajar dan mahasiswanya untuk mencipta komposisi-komposisi baru untuk gamelan (Sumarsam, 1996:14). Di Jawa mulai tahun 1970-an, sebagai akibat dari perkembangan riset di sekolahsekolah gamelan, ilmu kesarjanaan gamelan berkembang. Timbulnya teori-teori gamelan karya musisi-musisi Jawa mengakibatkan teori gamelan yang di ilhami pikiran Eropa bercampur dengan perspektif musisi Jawa. Hal ini juga diakibatkan oleh meningkatnya kerjasama antara para teoritisi-teoritisi gamelan, Jawa maupun Barat. Dalam periode ini teoritisi-teoritisi gamelan memperhatikan pentingnya pandangan 16

35 musisi Jawa sebagai bagian pertimbangan masukan untuk meng asli kan teori gamelan. Suasana intelektual tahun 1970-an ini mengingatkan kita pada suasana intelektual pada abad ke-19, ketika intelektual Jawa, Indo, dan Eropa mempunyai hubungan akrab. Sumarsam (1996:15). Di luar kraton, seni gamelan Jawa juga terus mengalami perkembangan. Pertunjukan wayang, tari-tarian, dan karawitan banyak dipergunakan masyarakat sebagai iringan dan hiburan dalam upacaraupacara adat seperti pernikahan, tasyukuran, klenengan dan lain-lain. Pertunjukan seni gamelan juga berkembang ke daerah-daerah pelosok di Jawa Tengah. Adapun persebaran kesenian gamelan ini berkembang mengikuti selera dan gaya daerah-daerah tempat berkembangnya. Minat masyarakat akan gamelan Jawa, membuat banyaknya paguyubanpaguyuban dan grub-grub kesenian gamelan bermunculan di masyarakat. Sragen dan Karanganyar merupakan salah satu tempat berkembangnya seni gamelan secara aktif. Hampir seluruh kelurahan dan kecamatan di daerah Sragen dan Karanganyar memiliki grub kesenian karawitan. Seni gamelan ini berkembang menjadi musik rakyat yang banyak disukai dan dikagumi. Adapun beberapa kesenian rakyat yang merupakan bentuk perkembangan dari gamelan jawa antara lain : Campursari, Campursari Sragenan, Klenengan, Tayub, dan Kesenian Badutan. Kesenian Badutan adalah kesenian tradisi khas masyarakat Sragen yang paling terlihat perkembangannya. Kesenian ini berkembang menjadi 17

36 musik populer bagi masyarakat Sragen dan sekitarnya. Musik Badutan awalnya hampir sama dengan seni karawitan pada umumnya. Hanya perbedaanya sesekali pesinden bergaya jenaka layaknya seorang pelawak dan menggoda pengrawit atau penontonnya. Namun kini kesenian Badutan juga mengalami akulturasi. Akulturasi ini terjadi dengan bercampurnya musik Badutan dengan musik-musik yang sedang populer di Indonesia sekarang. Pada tahun 2000-an sampai 2015-an ini, Musik dangdut sedang menjadi musik yang sangat populer di Indonesia. Hampir seluruh stasiun TV memutarkan musik dangdut dalam berbagai acaranya. Kini muncul lagu-lagu dangdut baru dengan bahasa dan aransement musik yang easy listening atau mudah dihafalkan dan didengarkan sehingga mudah akrab bila mendengarnya. Hal ini menjadikan dangdut sebagai musik populer yang berada pada puncak kejayaannya di Indonesia. Hal ini juga mempengaruhi musik-musik daerah di Sragen khususnya kesenian Badutan. Kesenian Badutan kini mengalami perkembangan dengan bercampurnya Badutan dengan lagu-lagu dangdut Indonesia. Namun, perkembangan ini hanya berlaku pada lagu yang dibawakan saja dan tidak berlaku pada instrumen yang ada pada Kesenian Badutan. Kini Badutan sering dimainkan dengan membawakan lagu-lagu dangdut yang sedang populer di Indonesia. Perkembangan musik Badutan ini juga berlaku pada seluruh grup dan paguyuban Badutan yang ada di Sragen dan daerah sekitarnya. 18

37 C. Percampuran Musik Percampuran sering pula dikaitkan dengan istilah sinkretisme. Musik sinkretik berarti mencampur musik (mixing) dari kategori-kategori yang berbeda (Vincent McDermott dalam Sulistiyanto, 2008: 22). Dari pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa percampuran musik dari kategori yang berbeda disebut dengan sinkretik. Menurut Sulistiyanto (2008:25) percampuran dalam musik sendiri dapat diartikan sebagai percampuran idiom, aspek-aspek musikal yang berasal dari kategori genre musik yang berlainan. Sinkretisme atau percampuran budaya musik ini memiliki berbagai dampak yang muncul dari masyarakat. Berikut adalah bagan proses sinkretisme atau percampuran budaya musik yang terjadi di masyarakat : 19

38 Bagan 1. Dinamika Interkultural dan Transkultural Sumber :. Pendekatan Sinkretik Sebagai Salah Satu Pengembangan Idiom Musik Kontemporer (Vincent McDermott dalam Sulistiyanto, 2008:27) Dari bagan tersebut dapat dilihat bahwa ada tiga reaksi yang terjadi dalam masyarakat saat ada suatu kebudayaan musik baru yang masuk dalam suatu lingkungan masyarakat. Yaitu yang pertama terjadi penolakan. Hal itu akan mengakibatkan adanya rekulturalisasi yang berorientasi terhadap hal yang bersifat mapan sehingga akan melahirkan sikap-sikap yang menolak proses negosiasi dan cenderung bersifat seperti isolasi diri, tradisionalisme, purisme (memegang teguh kemurnian tradisi). Yang kedua adalah terjadinya reaksi selektif. Yaitu memilahmilah secara selektif hal yang dianggap perlu dalam proses kebudayaan. 20

39 Pada tahapan transformasi ini akan mengalami peristiwa transkulturasi (adopsi, adaptasi) yang akan menghasilkan bentuk baru melalui proses peleburan elemen-elemen kebudayaan. Yang ketiga adalah reaksi positif terbuka. Dalam hal ini jika berlangsung dalam waktu yang lama akan terjadi dekulturalisasi dan tradisi suatu bangsa yang sudah berakar secara turun menurun akan hilang. Musik tradisi Badutan dapat digambarkan sebagai suatu kebudayaan yang terlahir karena adanya percampuran atas tradisi murni dengan musik tradisi baru yang berkembang di dalam masyarakat. Apabila digambarkan dalam bagan, musik tradisi Badutan merupakan hasil dari sinkretisme kualitas tambahan. Dalam hal ini, musik badutan terbentuk berawal dari reaksi selektif masyarakat dimana masyarakat dapat memilah-milah musik yang menurut masyarakat adalah musik yang baik dan disukai menurut selera masyarakat. Dimana tradisi murni karawitan masih dijaga dan dicampur dengan musik dangdut yang mana musik tersebut sangat disukai masyarakat pada zaman sekarang. Dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa musik badutan merupakan perwujudan dari sinkretisme kualitas tambahan dimana musik karawitan sebagai musik tradisi murni masih dijaga kemudian dicampur dengan musik dangdut yang merupakan musik yang disukai masyarakat pada masa sekarang. 21

40 D. Tangganada Pentatonik dalam Gamelan Jawa 1. Tangganada Pentatonik Pentatonik menurut Prier (2011:158) adalah istilah untuk sistem nada/ tangganada yang terdiri dari lima nada. Terdapat bermacammacam tangganada pentatonik, namun dalam gamelan Jawa dibagi menjadi 2 macam. Yaitu laras pelog dan laras slendro. Yang dimaksud dengan laras adalah notasi yang dipergunakan dalam gamelan (Yoyok dan Siswandi, 2008:156) a. Laras Slendro Notasi Kepatihan Dulu biasa dibaca Sekarang biasa dibaca 1 Barang Ji 2 Gulu/Jangga Ro 3 Dhadha Lu 5 Lima Ma 6 Enem Nem 1 Barang Cilik Ji cilik Tabel 1. Titilaras Gamelan Jawa Slendro Sumber : Pendidikan Seni Budaya SMP (Yoyok dan Siswandi, 2008 :156) Menurut Prier (2011:202), Bila ditranskripsi ke notasi internasional langkah nada dalam slendro adalah sbb. : do re mi sol - la ; atau tanpa setengah nada. Dalam sistem gamelan Jawa baik laras slendro maupun pelog, dikenal memiliki Pathet. Pathet adalah wilayah atau 22

41 susunan nada didalam laras dan nada-nada tersebut mempunyai fungsi dan kedudukan sendiri-sendiri (Yoyok dan Siswandi, 2008:157). Pathet digunakan dalam memainkan suatu gending jawa. Patet Laras Slendro ada 3 macam, yaitu Slendro Patet Nem, Slendro Patet Sanga, dan Slendro Patet Manyura. Gambar 3. Slendro Patet Nem Gambar 4. Slendro Patet Sanga Gambar 5. Slendro Patet Manyura Sumber : Kamus Musik, 2011: Laras Pelog Dalam Prier (2011:157) Pelog termasuk dalam tangganada pentatonik (5 nada). Namun ternyata alat musik gamelan pelog (misalnya saron di Jawa Tengah) selalu memuat tujuh nada yang disebut menurut urut-urutan yakni : 1 (siji), 2 (loro), 3 (telu), 4 (papat), 5 (lima), 6 (enem), 7 (pitu). Notasi Kepatihan Dulu biasa dibaca Sekarang biasa dibaca 1 Panunggul/manis Ji 2 Gulu/Jangga Ro 23

42 3 Dhadha Lu 4 Pelog Pat 5 Lima Ma 6 Enem Nem 7 Barang Pi Tabel 2. Titilaras Gamelan Jawa Pelog Sumber : Pendidikan Seni Budaya SMP (Yoyok dan Siswandi, 2008 : 15) Menurut Prier (2011:157) Pelog memiliki 3 macam patet/ modus, diantaranya : 1) Modus/Patet Nem : (kira-kira d es f a bes) Gambar 6. Pelog Patet Nem Sumber : Kamus Musik, 2011:154 2) Modus/Patet Barang : (kira-kira e f a bes c) seperti tangganada satu kruis. Gambar 7. Pelog Patet Barang Sumber : Kamus Musik, 2011:154 3) Modus/Patet Lima : (kira-kira g a bes d es) seperti tangganada satu mol. 24

43 Gambar 8. Pelog Patet Lima Sumber : Kamus Musik, 2011:154 Menurut Prier (2011:157) nampak sesuatu yang unik dalam Gamelan Pelog yaitu bahwa nada 2(ro) sekali (dalam Patet Nem) berfungsi sebagai es dan sekali (dalam Patet Barang) sebagai e. Inilah mungkin karena tinggi nada (pitch) dari bilah 2 (ro) dilaraskan antara es dan e, sehingga telinga kita dapat menafsirkan nada ini atau sebagai es atau sebagai e, menjadi suatu kompromi. Ternyata dalam music vocal dan pada alat musik yang dapat dilaraskan (Rebab, Sitar, Suling) ketepatan nada selalu disesuaikan dengan pola mi fa sol si do, maka dalam patet nem nada re diambil nada lebih rendah (es) dan dalam Patet Barang diambil nada lebih tinggi e. Hal serupa terjadi pula dengan nada 5 (ma), dalam Petet Nem berfungsi sebagai a dan dalam Patet Lima berfungsi sebagai as. E. Instrumen dalam Gamelan Jawa bahwa : Instrumen musik gamelan, Yudoyono (1984:15) menjelaskan Gamelan ialah sebuah pernyataan musikal berupa kumpulan alat-alat musik tradisional dalam jumlah besar yang terdapat di pulau Jawa. Gamelan yang lengkap mempunyai kira-kira 75 alat dan dapat dimiankan oleh 30 niyaga (penabuh) dengan disertai 10 sampai 15 pesinden. Instrument gamelan lengkap terdiri atas: 1. Instrumen Gamelan Slendro, terdiri dari : Gender Barung Slendro, Gender Slendro Penerus, Bonang Penembung Slendro, Bonang Slendro Barung, Bonang Penerus Slendro, Gambang 25

44 Slendro, Clempung Slendro, Slemtem Slendro, Demung Slendro, Saron Barung Slendro, Saron Peking Slendro, Suling Slendro, Kempul 1 Slendro, Kempul 6 Slendro, Kempul 5 Slendro, Kempul 3 Slendro, Kempul 2 Slendro, Kenong 1 Slendro, Kenong 6 Slendro, Kenong 5 Slendro, Kenong 3 Slendro, Kenong 2 Slendro, Kethuk Slendro, Penonthong 5 Slendro, Penonthong 3 Slendro, Engkuk, Kemong,. 2. Instrumen Gamelan Pelog, terdiri dari : Gender Pelog 6, Gender Pelog Barang, Gender Pelog 6 Penerus, Gender Pelog Barang Penerus, Bonang Penembung Pelog, Bonang Barung Pelog, Bonang Penerus Pelog, Gambang Pelog, Clempung Pelog, Slemtem Pelog, Demung Pelog, Saron Pelog, Saron Peking Pelog, Suling Pelog, Kempul 5 atau 6 Pelog (kalau tumbuk 5/6), Kempul Barang (7) Pelog, Kempul 1 Pelog, Kempul 3 Pelog, Kempul 2 Pelog, Kenong Barang Pelog (7), Kenong 6 Pelog, Kenong 5 Pelog, Kenong 3 Pelog, Kenong 2 Pelog, Kenong 1 Pelog, Rancak Kempyang, Kethuk Pelog, Penonthong 4 Pelog, Penonthong 2 Pelog, 3. Instrumen yang dipakai baik dalam gamelan pelog maupun slendro, terdiri dari : Rebab, Kecrek, Kendang Gede, Kendang Ciblon, Kendang ketipung, Beduk Besar, Tambur,Gong suwukan, Gong Gede, Kemanak, Kecer Kombali, Kecer Bintang, Kecer Royeh, Kecer Bangkong, Kepyak, Gentha, Celuring, Keprak/Kothak, Zhiter. 26

45 Dalam kesenian Badutan memang tidak semua perangkat gamelan lengkap dipakai. Adapun dalam kajian ini, penelitian difokuskan untuk membahas melodi, harmoni, irama, dan tempo dalam karakter tangganada pentatonik yang dimainkan dalam setiap alat musik Gamelan Jawa yang dipakai dalam kesenian Musik Tradisi Badutan. Antara lain : 1. Saron Barung 2. Saron Penerus/Peking 3. Saron Demung 4. Kenong 5. Kempul 6. Bonang Barung 7. Bonang Penerus 8. Gong 9. Kendang jaipong F. Tangganada Diatonik Menurut Prier (2011:32) Tangganada Diatonik adalah istilah untuk tangganada dengan tujuh nada natural (Heptatonik), dengan langkahlangkah satu atau setengah nada. Berdasarkan uraian pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tangganada diatonik adalah tangganada yang melewati jarak interval satu nada dan setengah nada. Tangganada Diatonik ada 2 macam, antara lain : 1. Tangganada Mayor 27

46 Mayor sejak dulu ditafsirkan sebagai gembira, menyenangkan (Prier,2011:112). Jarak interval tangganada mayor dalam 1 oktaf adalah sebagai berikut: 1 1 ½ ½ Berikut salah contoh notasi musik susunan tangganada mayor : Gambar 3. Notasi Musik Tangganada Mayor Natural / C Mayor (dok. Marlina 2015) 2. Tangganada Minor Menurut Prier (2011:112) tangganada minor ada beberapa macam, antara lain : a. Minor Asli Tangganada minor asli adalah la-si-do-re-mi-fa-sol-la Gambar 4. Contoh Tangganada a minor asli (dok. Marlina 2015) b. Minor Harmonis Tangganada minor harmonis adalah la-si-do-re-mi-fa-sel-la Gambar 5. Notasi Musik Tangganada a minor harmonis (dok. Marlina 2015) c. Minor Melodis Tangganada minor melodis adalah la-si-do-re-mi-fi-sel-la Gambar 6. Notasi Musik Tangganada a minor melodis (dok. Marlina 2015) 28

47 Adapun dalam kajian ini, penelitian difokuskan untuk membahas melodi, harmoni, irama, dan tempo beberapa lagu yang dinyanyikan oleh pesinden dalam tangganada diatonik dalam kesenian Musik Badutan. G. Musik Tradisi Badutan Musik Badutan adalah perkembangan dari musik karawitan. Seluruh instrumen musik yang ada dalam kesenian badutan sama dengan karawitan. Hanya saja kesenian badutan dibawakan dengan format instrumen gamelan yang lebih kecil. Karena tidak semua instrumen gamelan format besar digunakan. Musik Badutan sering juga disebut dengan Sragenan. Disebut sragenan karena musik ini adalah perkembangan kesenian karawitan yang berkembang di daerah Sragen Jawa Tengah. Pemberian nama badutan pada musik ini sesuai dengan arti kata badut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia badut diartikan sebagai pelawak atau berbuat yang lucu-lucu (2005:85). Hal ini sesuai dengan ciri khas kesenian badutan dimana seorang pesinden seringkali membawakan lagu dengan gaya yang jenaka. Sesekali pesinden melawak dan menggoda para penonton maupun para niyaga yang ada disekitarnya. Musik Badutan sering disajikan pada acara pernikahan atau khitanan. Musik Badutan dibawakan oleh kurang lebih niyaga dengan pesinden kurang lebih 3 orang. Kostum yang dikenakan yaitu kebaya untuk pengrawit perempuan dan pesinden, serta beskap untuk 29

48 pengrawit laki-laki. Dalam perkembangannya kini musik badutan tidak hanya ada di Sragen Jawa Tengah namun sudah berkembang ke daerahdaerah lain sekitarnya. Pada awalnya kesenian badutan hampir sama dengan karawitan pada umumnya. Namun, kini musik badutan semakin berkembang menurut perkembangan zaman dan selera masyarakat. Musik badutan kini menjadi sangat berbeda dengan karawitan pada umumnya. Musik badutan sangat tidak terbatas dalam membawakan lagu. Lagu yang dibawakan adalah lagu-lagu yang sedang populer di Indonesia. Lagu yang dibawakan sangat beragam mulai dari lagu campursari, lagu pop, lagu dangdut, dan lagu keroncong. Namun, uniknya seluruh perangkat alat musik badutan adalah murni alat musik gamelan Jawa yang sama dengan karawitan pada umumnya. Dengan alat musik yang menggunakan gamelan jawa (dengan laras pelog dan slendro), musik Badutan menjadi sangat unik karena sebagian besar lagulagu/nyanyian yang dibawakan adalah lagu-lagu yang menggunakan tangganada diatonis. Adapun dalam kajian ini penelitian difokuskan untuk membahas salah satu kelompok Musik Badutan yaitu kelompok kesenian Palupi Laras yang beralamat di Desa Bakalan Jumapolo, Karanganyar, Jawa Tengah. Salah satu kelebihan dari kelompok ini dibanding dengan kelompok yang lain adalah adanya penabuh kendang jaipong yang tergolong masih muda yang menjadikan pembawaan dalam memainkan kendang jaipong tergolong lebih variatif dan meriah dalam sebuah 30

49 pertunjukan musik Badutan. Hal itulah yang membuat kesenian Palupi Laras menjadi lebih gayeng atau seru dibanding kelompok Badutan yang lain. H. Penelitian yang relevan Penelitian yang relevan berisi literatur-literatur yang terkait dengan objek bahasan. Melalui literatur ini diharapkan dapat membantu penulis untuk meneliti sisi lain yang belum pernah diteliti oleh penulis lain. Berikut adalah deskripsi berbagai tulisan tersebut. 1. Yugo Pratomo dalam penelitian tentang Bentuk Penyajian Musik Iringan Kesenian Tayub di Kabupaten Sragen tulisan ini mengulas mengenai bentuk penyajian dari kesenian Tayub di kabupaten Sragen serta unsur-unsur musik seperti melodi, irama, tekstur, tempo dan dinamik yang ada dalam kesenian Tayub. Tayub merupakan salah satu hasil perkembangan dari Seni Gamelan di Jawa sama halnya seperti kesenian Badutan. Instrumen musik yang dipakai dalam Kesenian Tayub sama dengan instrumen yang dipakai dalam kesenian Badutan. Maka dari itu, tulisan ini berfungsi bagi peneliti untuk membandingkan permainan dari masing-masing instrumen gamelan yang dipakai pula dalam kesenian Badutan serta unsur-unsur musik yang ada pula dalam kesenian Tayub dan kesenian Badutan. 2. Gatot Danar Sulistiyanto dalam penelitian tentang Pendekatan Sinkretik sebagai Salah Satu Pengembangan Idiom Musik 31

50 Kontemporer tulisan ini mengulas mengenai perkembangan Seni Gamelan Jawa yang bercampur dengan instrumen-instrumen modern dan karya musik kontemporer pada era modern. Tulisan ini bermanfaat bagi penulis untuk melihat reaksi dari masyarakat ketika tradisi murni yaitu gamelan Jawa kemudian dipadukan dengan musikmusik modern sehingga tercipta karya-karya musik kontemporer serta melihat bagaimana percampuran nada-nada yang terbentuk dari gamelan Jawa yang pentatonik dengan dicampur instrumen-instrumen modern yang diatonik. Dari kedua penelitian tersebut relevansinya bagi penelitian ini adalah untuk membandingkan karakter kesenian Tayub dan kesenian Badutan dalam hal instrumen gamelan yang dipakai serta unsur-unsur musik didalamnya. Kemudian untuk membandingkan karakter dari musik kontemporer hasil percampuran instrumen gamelan dengan instrumeninstrumen modern yang diatonik yang tercipta pula dalam karakter Kesenian Badutan. 32

51 A. Pendekatan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Menurut Moleong (2004:6) metode penelitian kualitatif adalah Penelitian yang menghasilkkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Proses dalam penelitian kualitatif melibatkan upaya-upaya penting, antara lain : mengajukan pertanyaan, menyusun prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para informan atau partisipan, menganalisis data secara induktif, mereduksi, memverifikasi, dan menafsir atau menangkap makna dari konteks masalah yang diteliti (Nugrahani,2014:25). Menurut Malinowski dalam James P Spradlay (2007: xi) tujuan utama penelitian kualitatif dengan melakukan etnografi adalah to graps the native s point ot of view, his relation to life, to relise his vision and his world artinya menangkap sudut pandang native tersebut, hubungannya dengan kehidupan, menyadari visinya, dan dunianya. Sementara menurut Radcliffe Brown (dalam James P Spradlay, 2007: xi) menjabarkan tujuan etnografi sebagai usaha untuk membangun suatu jaringan yang komplek dalam struktur sosial a complex network of social relations, atau social structure. Dikatakan oleh Radcliffe Brown (dalam James P Spradlay, 2007: xi), I use the term social structure to depnote this network of actually 33

52 existing relations. It is this that I regard it as my business to study if I am working. As a social anthropologist yang artinya Saya (Radcliffe Brown) menggunakan istilah struktur sosial untuk menunjuk pada jaringan hubungan yang sedang terjadi itu. Inilah yang saya (Radcliffe Brown) anggap pekerjaan pengkajian saya jika saya bekerja sebagai antropolog sosial. Berdasarkan dua pandangan diatas apabila dikombinasikan, penelitian etnografi bertujuan untuk mendeskripsikan dan membangun struktur sosial dan budaya suatu masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut peneliti tidak hanya melakukan interview dengan beberapa informan, melainkan dengan melakukan observasi sambil berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mendiskripsikan karakter percampuran pentatonik dan diatonik dalam pementasan kesenian Badutan. Variabel dalam penelitian ini adalah karakter percampuran pentatonik dan diatonik, meliputi : unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, dan tempo dari percampuran permainan instrumen gamelan yang digunakan dalam tangganada pentatonik dan lagu dalam tangganada diatonik. B. Tahapan Penelitian Dibagi dalam 3 tahapan yaitu : 1. Pra Penelitian : dilakukan di Desa Bakalan Jumapolo Karanganyar dengan melakukan observasi awal/pra penelitian pada tanggal 3 Mei 2015, 11 Juni 2015, dan 25 Juni Observasi awal ini bertujuan untuk sekedar mengenal dan mengamati instrument yang dipakai 34

53 dalam kesenian badutan, anggota kelompok kesenian, dan waktu kesenian diselenggarakan. 2. Penelitian : penelitian dilakukan dengan observasi serta berpartisipasi langsung dalam setiap persiapan pagelaran Kesenian Badutan serta dalam persiapan pembuatan notasi angka bersama penabuh instrumen saron demung dilakukan pada 17 Agustus 2015, 17 September 2015, 21 September 2015, 26 September Observasi tahap ini bertujuan untuk meneliti lebih lanjut mengenai karakter kesenian badutan yakni melodi, irama, harmoni, dan tempo serta wujud kesenian Badutan secara lebih mendalam. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara langsung kepada beberapa narasumber yaitu Hendi Kristanto selaku Pemimpin Badutan Palupi Laras, Pesinden Wiwin Suhesti, Key informan dan penabuh saron demung Ratno, dan pengamat seni karawitan yaitu Hery Sukamto. Wawancara dilakukan pada tanggal 6 September 2015, 13 September 2015, 20 September 2015, 27 September Pasca Penelitian : dilakukan pada tanggal 2 Oktober 2015 untuk memastikan kembali data yang telah diperoleh selama melakukan penelitian baik observasi maupun hasil wawancara dengan kembali mengamati setiap tahapan penampilan Kesenian Badutan Palupi Laras. 35

54 C. Data Penelitian Bentuk data adalah deskriptif kualitatif mengenai permainan instrumen musik yang digunakan dalam kesenian Badutan Palupi Laras dan lagu yang dibawakan. Sumber data dalam penelitian ini dikelompokkan kedalam dua jenis data yakni data primer dan data sekunder. Data primer adalah melalui wawancara langsung, dengan narasumber Hendi Kristanto selaku pimpinan dalam kelompok kesenian Badutan Palupi Laras, Wiwin Suhesti selaku sinden kesenian Badutan, Ratno selaku key informan dan pemegang instrument demung, Hery Sukamto sebagai pengamat seni karawitan. Dan selanjutnya peneliti turun ke lapangan serta mencatat semua aktivitas dalam lokasi penelitian. Selain itu, peneliti juga mendokumentasikan melalui foto dan video. Kemudian data sekunder, sumber data diperoleh dari buku referensi. Penelitian ini dilakukan pada kelompok Kesenian Badutan Palupi Laras di Desa Bakalan Jumapolo, Karanganyar, Jawa Tengah. Pementasan musik badutan tersebut sangat digemari oleh seluruh lapisan masyarakat, baik anak-anak, kaum muda maupun kaum tua. Kesenian Palupi Laras adalah salah satu kelompok yang masih sangat aktif memainkan musik Badutan. Keistimewaan kelompok Palupi Laras ini adalah penabuh kendang jaipong yang tergolong masih muda dan memiliki kreativitas tinggi dalam membawakan instrument kendang jaipong sehingga mampu memberikan sajian musik yang lebih gayeng dan meriah. Hal ini terlihat saat pertunjukan yang diadakan di Jumantono pada tanggal 3 Mei 2015, 36

55 hampir seluruh penonton ikut berjoget mengikuti irama musik badutan dan menyaksikan pertunjukan hingga berakhir. D. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan guna memperoleh data yang diperlukan sebagai tujuan utama sebuah penelitian. Ada berbagai macam strategi yang digunakan dalam pengumpulan data. Istilah strategi dapat diartikan sebagai kegiatan yang terencana untuk mencapai tujuan dengan menggunakan teknik, taktik, dan kiat tertentu (Nugrahani, 2014:46). Adapun strategi penelitian yang dipakai adalah strategi penelitian etnografi. Strategi penelitian etnografi merupakan salah satu strategi penelitian kualitatif yang di dalamnya peneliti menyelidiki suatu kelompok kebudayaan di lingkungan yang alamiah dalam periode waktu yang cukup lama dalam pengumpulan data utama, data observasi, dan data wawancara (Cresswell, 2010:20). Strategi pengumpulan data yang akan digunakan dalam strategi etnografi, dengan melakukan: 1. Observasi Dalam strategi penelitian etnografi, observasi dilakukan untuk menetapkan informan dan subyek yang akan diteliti. Adapun penelitian yang dipakai adalah informan yang memiliki syarat enkulturasi penuh, keterlibatan langsung, memiliki waktu yang cukup dan non analitis atau informan mendiskripsikan berbagai kejadian dan 37

56 tindakan tanpa analisis mengenai arti, atau signifikansi dari kejadian dan tindakan itu (Spradley dalam Dirgantara, 2012:39). Dalam penelitian ini warga sebagai pemilik budaya adalah anggota grub kesenian yaitu pengrawit, ketua paguyuban, pesinden, serta warga masyarakat sebagai penikmat musik dan penonton. Dalam observasi, peneliti juga melakukan pengamatan. Dalam melakukan pengamatan, peneliti mencatat semua aktivitas dalam lokasi penelitian terutama pada saat pementasan berlangsung. Selain itu peneliti juga mengajukan pertanyaan kepada informan dan partisipan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Peneliti saat melakukan observasi membawa buku sebagai media pencatatan dan alat rekam. Adapun rambu-rambu yang harus ditaati oleh peneliti saat melakukan observasi, antara lain : a. Sejarah Peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan tokoh adat setempat mengenai sejarah lahir dan berkembangnya musik badutan. b. Instrument/Alat musik Peneliti melakukan pengamatan pada alat musik apa saja yang digunakan, tata letak alat-alat gamelan, posisi dan cara memainkannya dengan melihat pentas musik badutan. c. Akulturasi Budaya Observasi dilakukan dengan narasumber tokoh adat sekitar dan 38

57 beberapa anggota pengrawit musik badutan. d. Perpaduan Instrumen dan Nyanyian/Vokal Peneliti melakukan pengamatan pada perpaduan instrument dan nyanyiannya pada saat pentas dan persiapannya. Selain itu juga melakukan wawancara dengan anggota pengrawit dan pesinden. e. Karakter masing-masing Instrumen Karakter yang dimaksud mengacu pada melodi, irama, harmoni, dan tempo. Observasi dilakukan dalam dua tahap yaitu obervasi awal pra penelitian dan observasi saat penelitian. Observasi pra penelitian dilakukan pada tanggal 3 Mei 2015, 11 Juni 2015, dan 25 Juni Pada observasi awal ini bertujuan untuk sekedar mengenal dan mengamati instrument yang dipakai dalam kesenian badutan, anggota kelompok kesenian, dan waktu kesenian diselenggarakan. Observasi tahap saat penelitian dilakukan pada tanggal 17 Agustus 2015, 17 September 2015, 21 September 2015, 26 September 2015, dan 2 Oktober Pada tahap kedua ini observasi dilakukan bertujuan untuk meneliti lebih lanjut mengenai karakter kesenian badutan yakni melodi, irama, harmoni, dan tempo serta wujud kesenian Badutan secara lebih mendalam. 39

58 2. Wawancara Wawancara dalam etnografi sebaiknya dilakukan dengan penuh persahabatan. Wawancara sebaiknya dilakukan ketika informan memiliki banyak waktu misalnya saat hari minggu atau saat libur, sehingga informasi yang didapat lengkap dan lebih mendalam. Wawancara yang dipakai adalah wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur adalah wawancara dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Wawancara ini bertujuan untuk menemukan pemasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya (Sugiyono, 2011:223). Kisi-kisi yang disampaikan dalam melakukan wawancara antara lain : a. Instrumen yang dipakai dalam Kesenian Badutan Wawancara akan dilakukan dengan Hendi Kristanto selaku pimpinan dalam kelompok kesenian Badutan Palupi Laras. Wawancara ini berfungsi untuk mengetahui bagaimana permainan melodi dan fungsi masing-masing instrument gamelan dalam mengiringi lagu-lagu diatonik. b. Lagu-lagu yang biasa dibawakan dalam Kesenian Badutan Wawancara akan dilakukan dengan Wiwin Suhesti selaku pesinden dalam kelompok kesenian Badutan Palupi Laras. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui lagu apa saja yang 40

59 dibawakan oleh pesinden sehingga peneliti dapat mengkaji lagulagu tersebut sebagai lagu diatonik. Dan peran apa saja yang harus dilakoni oleh seorang pesinden. c. Irama dan Tempo yang dimainkan dalam Kesenian Badutan Wawancara akan dilakukan dengan Hendi Kristanto selaku pemegang instrumen kendang sebagai pengendali tempo dan irama dalam Kesenian Badutan. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tempo dan perubahannya pada sebuah lagu dalam permainan Kesenian Badutan. d. Harmoni dan Melodi yang dimainkan dalam Kesenian Badutan Wawancara akan dilakukan dengan Ratno selaku key informan dan pemegang instrumen Saron Demung sebagai pemain melodi intro dan pembuat notasi dalam Kesenian Badutan. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana permainan melodi dari masing-masing intrumen gamelan dan Harmoni dari seperangkat instrument gamelan yang dimainkan secara bersamaan. e. Sejarah Kesenian Badutan Wawancara akan dilakukan dengan Hery Sukamto selaku ketua RT dan tokoh masyarakat desa Bakalan Jumapolo. Beliau juga yang mengetahui perkembangan Kesenian Badutan dari waktu ke waktu. f. Antusias masyarakat mengenai Kesenian Badutan Wawancara dilakukan dengan Agus sebagai penonton dan 41

60 penanggap Kesenian Badutan. Wawancara dilakukan secara langsung atau face to face interview. Dengan wawancara secara langsung, data yang diperoleh akan lebih jelas dan lengkap. Wawancara secara intensif dilakukan pada tanggal 6 September 2015, 13 September 2015, 20 September 2015, 27 September 2015, dan 2 Oktober Wawancara dilakukan dengan pemimpin Paguyuban Palupi Laras Hendi Kristanto, Pesinden Wiwin Suhesti, Pemegang instrument dan key informan demung Ratno, pengamat seni karawitan Hery Sukamto, dan selaku penonton Agus. 3. Pengumpulan data melalui materi audio dan visual. Data ini bisa berupa foto, objek-objek seni, videotape, atau segala jenis suara/bunyi (Creswell, 2010:267). Data dapat berupa foto berisi tentang gambar masing-masing instrumen gamelan dalam kesenian Badutan, serta cara memainkannya. Selain itu juga foto pada saat pementasan berlangsung. Kemudian data berupa video berisi tentang video pementasan Badutan. Dalam pendokumentasian video pada saat pementasan peneliti dibantu oleh ananda video shothing sebagai usaha memenuhi kelengkapan data. 42

61 4. Pengumpulan data dengan dokumen Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2011:240). Dokumen yang berbentuk gambar berisi foto-foto dari kegiatan kesenian Badutan. Dokumen yang berbentuk tulisan berisi tentang catatan sejarah kesenian Badutan dan Gamelan Jawa, serta dokumen yang berupa video pementasan Badutan. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada (Sugiyono, 2011:240). E. Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif, yang berperan sebagai instrument merupakan peneliti sendiri. Instrument bukanlah suatu definisi oprasional atau berupa alat lainnya, melainkan manusianya (peneliti), yang merupakan perabot terlatih, sensitive dan lentur, sehingga mampu menjaring elemen-elemen yang menonjol dan mentargetkan kelengkapan penelitian (Nugrahani, 2014:56). Menurut Sugiyono (2011:222), Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. 43

62 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat-alat pengumpulan data sebagai berikut : 1. Alat Tulis Alat tulis digunakan untuk mencatat informasi sebagai data dari hasil wawancara dan observasi. Alat tulis yang digunakan adalah : pensil/pulpen dan buku memo/notes. 2. Kamera dan Alat Rekam Video Kamera dan alat rekam video digunakan untuk mengambil gambar sebagai bahan dokumentasi dan alat untuk penelitian pada saat proses pementasan musik tradisi Badutan. Kamera dan alat rekam video yang digunakan adalah xiaomi mi4. Dalam perekaman video peneliti juga dibantu oleh ananda video shoting dengan tujuan tercapainya suatu kelengkapan data penelitian. 3. Alat Perekam Suara Alat ini dipergunakan dalam penelitian untuk merekam suara subjek penelitian selama penelitian berlangsung. Terutama pada saat melakukan wawancara. Alat perekam suara yang digunakan adalah xiaomi mi4. F. Analisis Data Menurut Patton dalam Nugrahani (2014:170), analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Singarimbun dan 44

63 Effendi dalam Basrowi dan Suwandi (2008:207), analisis data kualitatif itu dilakukan dengan menginterpretasikan data, untuk mencari makna dan implikasinya yang lebih luas sebagai hasil penelitian. Analisis data model interaktif ini memiliki tiga langkah komponen, antara lain : 1. Reduksi Data Langkah pertama dalam analisis data interaktif adalah reduksi data. Dalam reduksi data, peneliti melakukan proses pemilihan atau seleksi, pemusatan perhatian atau pemfokusan, penyederhanaan dan pengabstraksi dari semua jenis informasi yang mendukung data penelitian yang diperoleh dan dicatat selama proses penggalian data di lapangan (Nugrahani, 2014 :174). Sedangkan menurut Sugiyono (2011:247) mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Pada dasarnya proses reduksi data merupakan langkah analisis data kualitatif yang bertujuan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, memperjelas, membuat fokus, dengan membuang halhal yang kurang penting, dan mengorganisasikan serta mengatur data sedemikian rupa sehingga sajian narasi data dapat dipahami dengan baik, dan mengarah pada simpulan yang dapat dipertanggungjawabkan (Nugrahani,2014: 175). Maka dari itu, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data 45

64 selanjutnya, dan mencari bila diperlukan. Karena selama melakukan penelitian data yang diperoleh dilapangan jumlahnya cukup banyak kompleks dan rumit, maka dari itu perlu dicatat secara rinci dan teliti. Adapun data yang diperoleh adalah karakter percampuran pentatonik dan diatonik, meliputi : instrumen musik yang digunakan dan bentuk permainan dari masingmasing instrumen dalam tangganada pentatonik dan lagu yang dinyanyikan dalam tangganada diatonik, serta unsur-unsur musik seperti irama, melodi, harmoni, dan tempo dalam kesenian Badutan dan wujud pementasan kesenian Badutan. 2. Sajian Data Setelah reduksi data, langkah kedua adalah sajian data. Sajian data adalah sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan kepada peneliti untuk menarik simpulan dan pengambilan tindakan (Nugrahani, 2014:175). Dalam penelitian kualitatif, sajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat tentang karakter percampuran pentatonik dan diatonik, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya (Sugiyono, 2011:249). Dengan demikian maka akan mempermudah memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. 3. Penarikan Simpulan Langkah terakhir dalam analisis data interaktif adalah penarikan simpulan/verifikasi. Penarikan simpulan merupakan 46

65 kegiatan penafsiran terhadap hasil analisis dan interpretasi data (Nugrahani, 2014:176). Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan buktibukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2011:252). G. Pengujian Data dan Kesimpulan Dalam penelitian kualitatif ada beberapa faktor yang mempengaruhi keabsahan data, diantaranya adalah subyektivitas, metode pengumpulan dan sumber data penelitian. Pengujian data hingga memperoleh kesimpulan dapat dilakukan dengan menggunakan triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Menurut Sugiyono (2009:372), Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dijelaskan sebagai berikut: 1. Triangulasi Sumber Triangulasi Sumber yaitu Pengecekan data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam kajian ini yang menjadi sumber wawancara adalah para pemain, penggemar serta penonton Badutan. Hasil 47

66 wawancara berupa instrumen gamelan yang digunakan, kemudian cara memainkan instrumen dalam kesenian Badutan. Selain itu wawancara juga mengenai percampuran melodi, irama, harmoni dan tempo dari serangkaian instrumen gamelan dan vokal yang dinyanyikan oleh pesinden serta kewajiban sang sinden dan MC untuk dapat melawak dan memberi candaan kepada para penonton. Wawancara dilakukan terus-menerus sampai data yang diperoleh sama. 2. Triangulasi Teknik Triangulasi Teknik yaitu pengecekan data pada narasumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam kajian ini data yang diperoleh melalui wawancara, dicek kembali dengan observasi dan dokumentasi. Hasil wawancara berupa instrumen gamelan yang digunakan, kemudian cara memainkan instrumen dalam kesenian Badutan. Selain itu wawancara juga mengenai percampuran melodi, irama, harmoni dan tempo dari serangkaian instrumen gamelan dan vokal yang dinyanyikan oleh pesinden serta kewajiban sang sinden dan MC untuk dapat melawak dan memberi candaan kepada para penonton. Selanjutnya kembali dicocokan dengan hasil observasi pada saat pementasan Kesenian Badutan dan dokumentasi seperti foto atau video. 3. Triangulasi Waktu Triangulasi Waktu yaitu pengecekan data kepada narasumber dengan 48

67 waktu atau situasi yang berbeda. Waktu sering mempengaruhi kredibilitas data, oleh karenanya baik penelitian itu berupa wawancara ataupun observasi dilakukan pada waktu yang lebih bebas dan tidak terikat seperti malam hari atau pada saat para narasumber sedang libur. Tujuannya agar narasumber tidak terburuburu sehingga informasi yang diberikan lebih valid dan lengkap. Hasil wawancara berupa instrumen gamelan yang digunakan, kemudian cara memainkan instrumen dalam kesenian Badutan. Selain itu wawancara juga mengenai percampuran melodi, irama, harmoni dan tempo dari serangkaian instrumen gamelan dan vokal yang dinyanyikan oleh pesinden serta kewajiban sang sinden dan MC untuk dapat melawak dan memberi candaan kepada para penonton. 49

68 BAB IV KAJIAN KARAKTER PERCAMPURAN PENTATONIK DAN DIATONIK DALAM PEMENTASAN MUSIK TRADISI BADUTAN PADA KESENIAN PALUPI LARAS JUMAPOLO, KARANGANYAR A. Karakter Percampuran Pentatonik dan Diatonik dalam Kesenian Badutan Berdasarkan sumber data yang diperoleh dari penelitian dengan melakukan etnografi dan melalui serangkaian wawancara, observasi, dan dokumentasi, diperoleh bahwa bentuk karakter musik badutan disajikan dengan serangkaian instrumen gamelan yang dimainkan secara bersamaan dengan 3 sampai dengan 4 sinden. Urutan pertunjukan badutan diawali dengan karawitan seperti bonangan kemudian dilanjutkan ke bonangan, tembang-tembang kemudian masuk ke gendhing dan diakhiri dengan pertunjukan Badutan sragenan. Pada sesi Badutan sragenan diantara lagu-lagu yang dimainkan terdapat percampuran antara diatonik dari lagu yang dibawakan oleh sinden, dan pentatonik dari serangkaian musik gamelan yang dimainkan bersamaan. Berdasarkan wawancara dengan Hendi Kristanto (27 tahun, 6 September 2015) pada saat masuk dalam sesi Badutan sragenan, instrument gamelan yang dipakai hanyalah kendang jaipong, balungan (saron demung, barung, dan penerus), bonang (barung dan penerus), kenong, kempul serta gong. Karakter musik badutan yang tercipta dari serangkaian instrument gamelan yang dimainkan bersama-sama dipadukan dengan lagu dari sinden, dapat dilihat dari unsur-unsur musiknya adalah sebagai berikut : 50

69 1. Karakter irama dan Tempo dalam membawakan lagu-lagu diatonik dan iringan pentatonik Dalam pertunjukan kesenian Badutan, kendang merupakan instrument penentu inti tempo dan berfungsi sebagai pemimpin dan penentu utama irama dari serangkaian instrument gamelan yang lain. Kendang yang dipakai dalam kesenian badutan adalah kendang jaipong. Penggantian kendang dengan menggunakan kendang jaipong itu lah yang membuat karakter musik badutan menjadi sangat kentara karakternya. Kendang jaipong tersebut juga merupakan instrument yang membuka atau memulai suatu lagu dan kemudian disambut melodi awal oleh saron demung dan kemudian dilanjutkan oleh nyanyian sinden dan instrument gamelan lainnya. Berikut posisi pengendang Badutan saat memainkan Kendang Jaipong : Gambar 7. Posisi saat memainkan Kendang Jaipong (dok. Marlina 2015) 51

70 Gambar 8. Kendang Jaipong (dok. Marlina 2015) Menurut wawancara dengan Hendi Kristanto (27 tahun, 6 September 2015) suara yang dibentuk dari sebuah kendang jaipong sangat beragam mulai dari dlang, tlung, tak, dah, dedlang, det det, plung, bang, tung dan masih banyak lagi. Namun secara sederhana suara dapat di jelaskan dalam 4 macam suara yaitu dlang, tlung, tak, dah. Ada satu teknik permainan kendang jaipong dimana terdapat sebuah tali lulang yang mengikat pada membran kendang, dimana tali tersebut di ikatkan di jempol kaki sang pengendang. Saat di pukul dengan tali ditarik dan diulur akan menimbulkan suara yang sudah berbeda-beda. 52

71 Gambar 9. Tali Lulang yang diikatkan pada jempol kaki (dok. Marlina 2015) Berdasarkan wawancara dengan Hendi Kristanto (27 tahun, 6 September 2015) permainan kendang musik badutan dibagi menjadi 2, yaitu irama single dan irama doble. Permainan single dan doble pada kendang jaipong ini banyak mengadaptasi dari permainan ketipung pada musik dangdut. Dalam hal ini, kendang merupakan satu-satunya instrument yang mendahului atau sebagai pengajak instrument lain untuk masuk dalam irama single maupun doble. Irama single biasanya digunakan pada awalan lagu, kemudian doble biasanya digunakan pada saat masuk reff atau intro tengah dan bait kedua supaya nuansa lagu lebih meriah. Berikut irama single dan doble dari kendang jaipong yang mengadaptasi dari ketipung dangdut : a. 53

72 b. keterangan : dlang tlung tak dah Gambar. 10 (a) irama single dan (b) irama doble (Dok. Marlina 2015) Selain irama single dan doble yang mengadaptasi dari permainan ketipung dangdut, ada pula pola irama kendang jaipong yang mengadaptasi dari permainan drum set pada musik pop. Berikut contoh pola permainan kendang jaipong yang mengadaptasi pola drum pada musik pop : keterangan : dlang tlung tak dah Gambar. 11 contoh pola kendang yang mengadaptasi pola drum musik pop (Dok. Marlina 2015) Dalam mengajak instrument lain masuk ke irama doble, single maupun pola drum, kendang memiliki suatu ropel. Ropel disini dalam istilah musik sering disebut juga dengan fill in. Peran penting dan utama dari instrument kendang adalah membawakan musik Badutan menjadi 54

73 lebih gayeng dan seru melalui variasi-variasi ropel yang dimainkan oleh pengendang. Berikut beberapa macam tipe variasi ropel yang dimainkan oleh kendang : a. b. c. d. e. f. g. dan masih banyak variasi variasi ropel yang lain yang dimainkan oleh pengendang. keterangan : dlang tlung tak dah Gambar. 12 a sd. f beberapa contoh variasi ropel kendang jaipong pada musik badutan (Dok. Marlina 2015) Ropel pada kendangan jaipong bisa dimainkan sesuka pemain kendang. Variasi-variasi ropel tiap pengendang berbeda, tergantung rasa 55

74 dan kreatifitas pengendang. Ropel bisa dimainkan ditengah lagu maupun di awal dan diakhir lagu sesuai kreatifitas di pengendang. Variasi ropel oleh pengendang itulah yang dapat membawa suasana menjadi lebih gayeng dan meriah dalam sebuah pertunjukan musik Badutan. Berikut salah satu contoh urutan pola irama permainan kendang jaipong pada salah satu lagu yang dibawakan yaitu lagu Morena (versi aslinya adalah RnB dan ada pula versi dangdut remix) : 56

75 57

76 keterangan : dlang tlung 58

77 tak dah Gambar 13. Contoh perubahan pola irama kendang jaipong dalam lagu morena (dok. Marlina 2015) Dalam pola kedang jaipong diatas dapat dilihat bahwa urutan dalam membawakan lagu morena diawali dengan ropel. Kemudian masuk ke pola drum pada melodi intro saron demung dan peking/saron penerus. Pada vokal bait pertama diawali dengan ropel masuk ke irama single dengan selipan selipan ropel ditengahnya. Kemudian masuk ke reff kendang jaipong masuk ke irama doble. Masuk kembali ke intro dengan irama pola drum, bait kedua irama single dan reff dengan irama doble hingga selesai. Setiap permainan baik pola drum, irama single maupun doble selalu diselipkan ropel agar nuansa gayeng dan meriah dari permainan kendang jaipong dapat tercapai. Sedangkan tempo mengacu pada cepat lambatnya suatu lagu dimainkan. Pada kesenian badutan, tempo di pegang sepenuhnya oleh instrumen kendang jaipong. Terdapat beberapa perubahan tempo yang biasa dibawakan dalam kesenian badutan. Kendang jaipong sangat bebas dalam membawakan tempo lagu, kendang jaipong boleh tiba-tiba mencepatkan lagu dengan ajakan berupa ropel. Tempo dalam membawakan lagu dari mulai intro pertama hingga bait sebelum reff biasa dimulai dengan tempo stabil alegro dengan irama single. Memasuki reff lagu diawali dengan ropel kendang jaipong masuk ke irama doble, tempo bisa tiba-tiba mencepat atau dalam bahasa musik accelerando 59

78 menjadi vivace. Setelah itu masuk kembali ke bait pertama kembali pada tempo stabil alegro dan diakhir lagu biasa diberi ritardando atau sedikit melambat. Namun perubahan-perubahan tempo diatas sepenuhnya dipegang oleh variasi kendang jaipong. Perubahan tempo dapat berubah sewaktu-waktu sesuai kreatifitas si pengendang. Dan boleh apabila ingin dirubah-rubah oleh pemain kendang jaipong supaya nuansa lebih gayeng atau seru. 2. Percampuran melodi antara lagu diatonik dan iringan pentatonik dari serangkaian instrumen gamelan Percampuran melodi dari serangkaian instrument gamelan dan lagu yang dibawakan oleh pesinden dapat dilihat mulai dari intro hingga lagu selesai. Dalam musik badutan yang berperan membawa melodi utama sebagai intro adalah saron demung laras pelog. Berikut adalah nada-nada yang terdapat pada instrumen saron demung dalam tangganada diatonis : Gambar 14 : Susunan nada saron demung laras pelog (Dok. Marlina 2015) Saron demung terdiri dari dua perangkat yang nantinya di pukul secara imbal. Kecuali pada saat melodi utama, dua perangkat saron demung akan 60

79 bermain bersamaan memainkan melodi intro. Berikut contoh intro dari saron demung laras pelog pada beberapa lagu diatonis, yang nantinya digunakan sebagai penentu dasar nada dari sebuah lagu yang dinyanyikan oleh seorang sinden. a. Intro Lagu Morena oleh saron demung (tempo 150): Gambar 15. Intro lagu morena oleh Saron Demung (dok. Marlina 2015) b. Intro lagu Marai Cemburu oleh saron demung (tempo 150): Gambar 16. Intro lagu Marai cemburu oleh Saron Demung (dok. Marlina 2015) 61

80 c. Intro lagu Tresno Waranggono oleh saron demung (tempo 150) : Gambar 17. Intro Lagu Tresno Waranggono oleh Saron Demung (dok. Marlina 2015) Dari ketiga contoh intro dengan saron demung diatas terdapat nada gis pada saron demung nada pat (4). Sebenarnya nada juga tidak tepat di gis, namun lebih mendekati nada gis bukan g. Jika dilihat dari tangganada yang digunakan, secara diatonik sinden menyanyikan lagu dengan dasar nada Bes, namun terdapat nada Gis pada instrumen saron nada 4 (pat) dimana nada tersebut tidak masuk dalam sebuah tangganada Bes. Hal itu lah yang membuat nada terkesan fals dan tidak pas jika dilihat secara musikal. Karakter kesenian Badutan juga diperkuat oleh percampuran melodi oleh serangkaian instrumen gamelan yang dimainkan bersamasama dengan lagu diatonis yang dinyanyikan oleh pesinden. Berikut beberapa percampuran melodi antara serangkaian instrumen gamelan 62

81 dengan vokal/lagu oleh pesinden pada lagu Morena (versi aslinya adalah RnB dan ada pula versi dangdut remix) : a. Percampuran melodi saron demung dengan melodi lagu morena yang dinyanyikan pesinden Saron demung adalah salah satu alat musik yang terdapat pada gamelan jawa berupa Bilahan bilahan dari perunggu yang disusun berderet diatas kayu dengan lubang dibawahnya sebagai ruang resonanasi. Bilahan nada disusun hanya dalam satu gembyang (satu oktaf). Cara membunyikannya menggunakan sebuah alat pemukul berbentuk menyerupai palu yang terbuat dari kayu, tangan kanan memainkan alat pemukulnya sementara tangan kiri metet (menghilangkan gema) wilahan yang baru saja ditabuh atau dipukul. Gambar 18. Posisi Menabuh Saron Demung (dok. Marlina 2015) Saron demung memiliki peran penting dalam membentuk karakter percampuran melodi dalam kesenian Badutan. Selain sebagai pembawa intro utama, saron demung juga berperan sebagai pengimbal yang mendominasi dengan suara yang lebih keras diantara instrument 63

82 gamelan yang lain. Saron demung bermain sesuai dengan notasi yang telah dibuat dan mengikuti ropel dari kendang jaipong yang terkadang masuk secara mendadak. Berikut contoh percampuran melodi Saron Demung dengan lagu diatonik yaitu lagu Morena yang dinyanyikan oleh pesinden : 64

83 65

84 Gambar 19. Percampuran melodi Saron Demung dengan lagu Morena (dok. Marlina 2015) Pada permainan saron demung diatas, saron demung bermain secara imbal dengan mengikuti notasi yang telah dibuat. Berikut 66

85 adalah percampuran melodi antara saron demung dengan lagu vokal yang dibawakan oleh pesinden : 1. Pada lagu birama ke 1-2, 5-6 Melodi lagu vokal adalah la do la la si do do si la mayoritas nada yang berbunyi adalah la dan do, sedangkan saron demung bermain secara imbal sesuai seleh nada yang jatuh pada seleh 4 (pat) yaitu 4 (pat) dan 6 (nem) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada Gis dan Bb atau le ( ) dan do (1). Dari permainan saron demung tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi vokal karena yang saron demung juga membunyikan nada do. 2. Pada lagu birama ke 3-4 Melodi lagu vokal adalah sol si sol la si do do si la mayoritas nada yang berbunyi adalah nada sol dan si, sedangkan saron demung bermain secara imbal sesuai seleh nada yang jatuh pada seleh 3 (lu) yaitu 3 (lu) dan 5 (ma) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada F dan A atau sol dan si. Dari permainan saron demung tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi vokal karena saron demung juga membunyikan nada sol dan si. 3. Pada lagu birama ke 7-8, Melodi lagu vokal adalah sol si sol, sedangkan saron demung bermain secara imbal sesuai seleh nada yang jatuh pada seleh 3 (lu) yaitu 3 (lu) dan 5 (ma), apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada F dan A atau sol dan si. Dari permainan saron demung 67

86 tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi vokal karena saron demung juga membunyikan nada sol dan si. Pada ketukan terakhir mendadak mengikuti ropel kendang di pukul di nada 1 (ji) atau apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada D, sebagai jembatan menuju seleh 1 (ji) pada birama selanjutnya. 4. Pada lagu birama ke 9-10, Melodi lagu vokal adalah mi do do mi mi mi mi mi mi, sedangkan saron demung mendadak mengikuti ropel dan dipukul pada nada 6 (nem) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada Bes atau do. Dari permainan saron demung tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi vokal karena saron demung juga membunyikan nada do. Dan pada ketukan terakhir saron demung dipukul di nada 5 (ma) atau si. 5. Pada lagu birama ke 11-12, Melodi lagu vokal adalah mi si si mi mi mi mi mi mi, sedangkan saron demung mendadak mengikuti ropel dan dipukul di nada 5 (ma) atau apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada A atau si. Dan pada birama 12 saron demung bermain mengikuti ropel kendang pada nada 7 (pi), 1 (ji), 6 (nem) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah C, D, dan Bb atau re mi do. Pada permainan tersebut saron demung mengandung unsur sebagai penguat melodi vokal karena juga membunyikan nada si dan mi. 6. Pada lagu birama ke 13-14, 68

87 Melodi lagu vokal adalah mi do do mi mi mi mi mi mi, sedangkan saron demung bermain imbal sesuai dengan seleh nada 6 (nem) yaitu 6 (nem) dan 5 (ma) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada Bb dan A atau do dan si. Pada permainan tersebut saron demung mengandung unsur sebagai penguat melodi vokal karena juga membunyikan nada do. 7. Pada lagu birama ke 15, Melodi lagu vokal adalah re mi mi, sedangkan saron demung bermain imbal sesuai dengan seleh yaitu pada nada 6 (nem), 5 (ma), 7 (pi) apabila dikuasikan dalam diatonik yaitu nada Bb, A, dan C atau do si re. Permainan saron demung mengandung unsur penguat melodi vokal karena juga memukul nada re. 8. Pada lagu birama ke 16, Melodi lagu vokal adalah do do do, sedangkan saron demung dipukul mengikuti ropel pada nada 4 (pat) dan 5 (ma) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada Gis dan A atau la si. Permainan saron demung tersebut tidak mengandung unsur penguat melodi vokal karena nada yang dipukul tidak berhubungan dengan melodi lagu vokal. 9. Pada lagu birama ke 17-18, Melodi lagu vokal adalah si do do si do do si do do do do, mayoritas nada yang berbunyi adalah do, sedangkan saron bermain bersama sesuai sesuai dengan seleh nada yaitu nada 6 69

88 (nem) atau apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada Bb atau do. Permainan saron demung mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena juga memukul nada do. 10. Pada lagu birama 19-20, Melodi lagu vokal adalah si la sol sol dan do do do mayoritas nada yang dipukul adalah sol dan do, sedangkan saron demung bermain mengikuti ropel kendang sesuai dengan seleh nada 3 (lu) yaitu pada nada 3 (lu) kemudian ke nada 6 (nem). Apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada F dan Bb atau sol dan do. Permainan saron demung mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena juga memukul nada sol dan do. 11. Pada lagu birama 21-22, 25-26, dan Melodi lagu vokal adalah si do do si do do si do do do do mayoritas nada yang berbunyi adalah do, sedangkan saron demung bermain secara imbal sesuai dengan seleh nada 6 (nem) yaitu 6 (nem) dan 5 (ma). Apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada Bb dan A atau do dan si. Permainan saron demung mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena juga memukul nada do. 12. Pada lagu birama dan Melodi lagu vokal adalah si la sol sol dan do do do mayoritas nada yang dipukul adalah sol dan do, sedangkan saron demung bermain secara imbal sesuai seleh 3 (lu) yaitu pada nada 3 (lu) dan 5 (ma) 70

89 apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada F dan A atau sol dan si. Permainan saron demung mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena juga memukul nada sol. 13. Pada lagu birama 31-32, Melodi lagu vokal adalah mi sol mi re do re mi mi mayoritas nada yang berbunyi adalah mi, sedangkan saron demung bermain sesuai dengan seleh 5 (ma) yaitu pada nada 6 (nem) dan 5 (ma) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada Bes dan A atau do dan si. Permainan saron demung tidak mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena nada yang dipukul tidak sama. Penabuh saron demung memiliki kewajiban yang penting dalam setiap persiapan sebuah pertunjukan badutan. Menurut wawancara dengan Bapak Ratno (38 th, 13 September 2015), penabuh saron demung memiliki kewajiban untuk menyiapkan notasi lagu-lagu yang sedang banyak disenangi oleh para penonton. Hingga pada saat pementasan notasi tersebut dapat dibagikan kepada penabuh yang lain sebagai acuan. Biasa penabuh saron demung selalu mengikuti lagulagu yang sedang populer baik ditelevisi maupun dimasyarakat dan kemudian membuat notasinya beberapa hari sebelum pementasan. Lagu-lagu tersebut merupakan lagu-lagu yang kemungkinan akan di request oleh para penonton kesenian Badutan. 71

90 b. Percampuran melodi saron barung dengan lagu morena yang dinyanyikan pesinden Saron Barung memiliki urutan nada yang sama dengan saron demung. Hanya nada berada 1 oktaf lebih tinggi dengan saron demung. Bentuk instrumen juga lebih kecil dibanding saron demung. Sama seperti halnya saron demung, dalam permainan kesenian badutan hanya saron laras pelog lah yang dipakai. Gambar 20. Susunan nada instrumen saron barung laras pelog (dok. Marlina 2015) Gambar 21. Posisi Menabuh Saron Barung (dok. Marlina 2015) Berikut adalah percampuran melodi antara saron barung dengan melodi vokal lagu morena : 72

91 73

92 74

93 Gambar 22. Contoh Percampuran Melodi Saron Barung dengan Lagu Morena (dok. Marlina 2015) Dari permainan saron barung diatas dapat dilihat bahwa dua perangkat saron barung dipukul secara imbal dengan nada yang berbeda. Nada- 75

94 nada tersebut ditentukan dari istilah seleh nada dalam karawitan. Seleh nada artinya adalah nada pada ketukan terakhir setiap satu bar. Menurut wawancara dengan Bapak Ratno (38 tahun, 13 September 2015) permainan imbal saron barung adalah berdasarkan seleh pada notasi yang telah dibuat oleh penabuh saron demung. Berikut adalah gambar notasi lagu morena yang dibuat oleh penabuh saron demung : Gambar 23. Notasi Lagu Morena yang Dibuat oleh Penabuh Saron Demung (dok. Marlina 2015) Dari notasi diatas dapat dilihat seleh nada ada di nada 6 (nem), 4 (pat), 5 (ma), 3 (lu), 1(ji), dan 7(pi). Imbal saron barung 1 dan 2 dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Apabila pada notasi jatuh pada seleh nada 6 (nem) imbal saron yang dimainkan adalah 2 (ro), 3 (lu), 5 (ma), 6 (nem). Saron barung 1 memainkan nada 2 (ro) dan 5 (ma) pada ketukan down beat, sedangkan saron barung 2 memainkan nada 3 (lu) dan 6 (nem) pada ketukan up beat. 76

95 2) Apabila pada notasi jatuh pada seleh nada 4 (pat) imbal saron yang dimainkan adalah 7 (pi), 6 (nem), 5 (ma), 4 (pat). Saron barung 1 memainkan nada 7 (pi) dan 5 (ma) pada ketukan down beat, sedangkan saron barung 2 memainkan nada 6 (nem) dan 4 (pat) pada ketukan up beat. 3) Apabila pada notasi jatuh pada seleh nada 5 (ma) imbal saron yang dimainkan adalah 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 5 (ma). Saron barung 1 memainkan nada 1 (ji) dan 3 (lu) pada ketukan down beat, sedangkan saron barung 2 memainkan nada 2 (ro) dan 5 (ma) pada ketukan up beat. 4) Apabila pada notasi jatuh pada seleh nada 3 (lu) imbal saron yang dimainkan adalah 7 (pi), 6 (nem), 5 (ma), 3 (lu). Saron barung 1 memainkan nada 7 (pi) dan 5 (ma) pada ketukan down beat, sedangkan saron barung 2 memainkan nada 6 (nem) dan 3 (lu) pada ketukan up beat. 5) Apabila pada notasi jatuh pada seleh nada 3 (lu) imbal saron yang dimainkan adalah 7 (pi), 6 (nem), 5 (ma), 3 (lu). Saron barung 1 memainkan nada 7 (pi) dan 5 (ma) pada ketukan down beat, sedangkan saron barung 2 memainkan nada 6 (nem) dan 3 (lu) pada ketukan up beat. 6) Apabila pada notasi jatuh pada seleh nada 1 (ji) imbal saron yang dimainkan adalah 5 (ma), 3 (lu), 2 (ro), 1 (ji). Saron barung 1 memainkan nada 5 (ma) dan 2 (ro) pada ketukan down beat, 77

96 sedangkan saron barung 2 memaikan nada 3 (lu) dan 1 (ji) pada ketukan up beat. 7) Apabila pada notasi jatuh pada seleh nada 7 (pi) imbal saron yang dimainkan adalah 3 (lu), 5 (ma), 6 (nem), 7 (pi). Saron barung 1 memainkan nada 3 (lu) dan 6 (nem) pada ketukan down beat, sedangkan saron barung 2 memaikan nada 5 (ma) dan 7 (pi) pada ketukan up beat. Keseluruhan aturan imbal saron barung diatas sudah merupakan aturan baku, dan dapat dipakai dalam berbagai lagu yang lain dengan melihat seleh nadanya. Setiap perpindahan seleh nada terdapat pukulan nada yang berbeda yakni disebut dengan ater. Ater dimainkan dengan imbal antara nada seleh dengan nada diatasnya. Gambar 24. Contoh Ater pada Saron Barung (dok. Marlina 2015) Dari contoh diatas apabila seleh nada dari 4 (pat) akan pindah ke 3 (lu), ater dimainkan 1 birama sebelum pindah seleh dengan imbal 78

97 nada 4 (pat) dan 5 (ma). Berikut adalah percampuran melodi antara saron barung dengan lagu vokal yang dibawakan oleh pesinden : 1. Pada lagu birama 1 dan 5 Melodi lagu vokal adalah la do la, sedangkan saron barung bermain imbal sesuai dengan seleh 4 (pat) yaitu pada 7 (pi), 6 (nem), 5 (ma), 4 (pat) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada C, Bes, A, Gis atau re do si le. Permainan saron barung tersebut tidak mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena nada yang dipukul berbeda atau tidak sinkron. 2. Pada lagu birama 2 dan 6 Melodi lagu vokal adalah la si do do si la, sedangkan saron barung bermain imbal ater sesuai dengan seleh 4 (pat) yaitu 4 (pat) dan 5 (ma), apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada Gis dan A atau le dan si. Permainan saron barung tersebut tidak mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena nada yang dipukul berbeda atau tidak sinkron. 3. Pada lagu birama 3 dan 7 Melodi lagu vokal adalah sol si sol, sedangkan saron barung bermain imbal sesuai dengan seleh 3 (lu) yaitu pada 7 (pi), 6 (nem), 5 (ma), 3 (lu) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada C, Bes, A, F atau re do si sol. Permainan saron barung tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal 79

98 karena memiliki nada sama yang dibunyikan yaitu nada sol dan si. 4. Pada lagu birama 4 dan 8 Melodi lagu vokal adalah la si do do si la, sedangkan saron barung bermain imbal ater sesuai dengan seleh 3 (lu) yaitu 3 (lu), 5 (ma) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada F dan A atau sol dan si. Permainan saron barung tersebut tidak mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena nada yang dipukul berbeda atau tidak sinkron. Dan pada ketukan terakhir dipukul di nada 4 (pat) sebagai jembatan untuk birama selanjutnya yang masuk pada seleh 4 (pat) atau apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada Gis. 5. Pada lagu birama 9 Melodi lagu vokal adalah mi do do, sedangkan saron barung bermain imbal berdasarkan seleh 1 (ji) yaitu 5 (ma), 3 (lu), 2 (ro), 1 (ji) apabila dikuasikan dalam diatonik yaitu A, F, Es, D atau si sol fa mi. Permainan saron barung tersebut tidak mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena nada yang dipukul berbeda. Dan pada ketukan terakhir dipukul nada 6 (nem) sebagai jembatan menuju birama selanjutnya yang masuk pada seleh 6 (nem) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah Bes. Pada ketukan terakhir ini saron barung memiliki peran untuk menguatkan melodi lagu vokal karena terdapat nada sama yang dibunyikan yaitu nada Bes atau do. 80

99 6. Pada lagu birama 10 Melodi lagu vokal adalah mi mi mi mi mi mi, sedangkan saron barung bermain imbal ater pada nada 1 (ji) dan 2 (ro) pada ketukan terakhir dipukul nada 5 (ma) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada D, Es, dan A atau mi fa si. Permainan saron barung tersebut tidak mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena nada yang dipukul berbeda atau tidak sinkron. 7. Pada lagu birama 11 Melodi lagu vokal adalah mi si si, sedangkan saron barung bermain imbal pada nada 2 (ro), 3 (lu), 5 (ma) dan terakhir dipukul mengikuti ropel dengan nada 6 (nem) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah Es, F, A, Bes atau fa sol si do. Permainan saron barung tersebut tidak mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena nada yang dipukul berbeda atau tidak sinkron. 8. Pada lagu birama 12 Melodi lagu vokal adalah mi mi mi mi mi mi, sedangkan saron barung bermain mengikuti ropel yaitu pada nada 7 (pi), 1 (ji), 6 (nem) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada C, D, Bes atau re mi do. Permainan saron barung tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena memiliki nada sama yang dibunyikan yaitu nada mi. 9. Pada lagu birama 13 Melodi lagu vokal adalah mi do do, sedangkan saron barung 81

100 bermain imbal sesuai dengan seleh 1 (ji) yaitu 5 (ma), 3 (lu), 2 (ro), 1 (ji) apabila dikuasikan dalam diatonik yaitu A, F, Es, D atau si sol fa mi. Permainan saron barung tersebut tidak mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena nada yang dipukul berbeda atau tidak sinkron. 10. Pada lagu birama 14 Melodi lagu vokal adalah mi mi mi mi mi mi, sedangkan saron barung bermain imbal sesuai dengan seleh 6 (nem) yaitu 2 (ro), 3 (lu), 5 (ma), 6 (nem) apabila dikuasikan dalam diatonik yaitu Es, F, A, Bes atau fa sol si do. Permainan saron barung tersebut tidak mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena nada yang dipukul berbeda atau tidak sinkron. 11. Pada lagu birama 15 Melodi lagu vokal adalah re mi, sedangkan saron barung bermain imbal sesuai dengan seleh 7 (pi) yaitu 3 (lu), 5 (ma), 6 (nem), 7 (pi) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah F, A, Bes, C atau sol si do re. Permainan saron barung tersebut tidak mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena nada yang dipukul berbeda atau tidak sinkron. 12. Pada lagu birama 16 Melodi lagu vokal adalah do do do, sedangkan saron barung bermain mengikuti ropel pada nada 4 (pat) dan 5 (ma) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah Gis dan A atau le si. Permainan 82

101 saron barung tersebut tidak mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena nada yang dipukul berbeda atau tidak sinkron. 13. Pada lagu birama Melodi lagu vokal adalah si do do si do do dan si do do do do do mayoritas nada yang berbunyi adalah do, sedangkan saron barung bermain serentak mengikuti ropel kendang pada nada seleh yaitu 6 (nem) apabila dikuasikan dalam diatonik yaitu nada Bes atau do. Permainan saron barung tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada do. 14. Pada lagu birama Melodi lagu vokal adalah si la sol sol do do do, sedangkan saron barung bermain serentak mengikuti ropel kendang pada nada yaitu 3 (lu) apabila dikuasikan dalam diatonik yaitu nada F atau sol. Pada ketukan terakhir dipukul nada 6 (nem) bila dikuasikan dalam diatonik adalah Bes atau do. Permainan saron barung tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada sol dan do. 15. Pada lagu birama Melodi lagu vokal adalah si do do si do do si do do do do mayoritas nada yang berbunyi adalah do, sedangkan saron barung bermain imbal sesuai dengan seleh 6 (nem) yaitu 2 (ro), 3 (lu), 5 83

102 (ma), 6 (nem) apabila dikuasikan dalam diatonik yaitu Es, F, A, Bes atau fa sol si do. Permainan saron barung tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada si dan do. 16. Pada lagu birama Melodi lagu vokal adalah si la sol sol do do do mayoritas nada yang berbunyi adalah sol dan do, sedangkan saron barung bermain imbal pada 3 (lu) yaitu pada 7 (pi), 6 (nem), 5 (ma), 3 (lu) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada C, Bes, A, F atau re do si sol. Permainan saron barung tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada do dan sol. 17. Pada lagu birama Melodi lagu vokal adalah si do do si do do do si do do do do, sedangkan saron barung bermain mengikuti ropel kendang pada nada 6 (nem) kemudian bermain imbal pada nada 6 (nem) dan 5 (ma) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah Bes dan A atau do dan si. Permainan saron barung tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada do dan si. 18. Pada lagu birama Melodi lagu vokal adalah si la sol sol do do do mayoritas nada yang berbunyi adalah sol dan do, sedangkan saron barung bermain 84

103 serentak mengikuti ropel kendang pada nada yaitu 3 (lu) apabila dikuasikan dalam diatonik yaitu nada F atau sol. Pada ketukan terakhir dipukul nada 6 (nem) bila dikuasikan dalam diatonik adalah Bes atau do. Permainan saron barung tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada sol dan do. 19. Pada lagu birama Melodi lagu vokal adalah si do do si do do mi sol mi re do mayoritas nada yang berbunyi adalah do, sedangkan saron barung bermain imbal sesuai dengan seleh 6 (nem) yaitu 2 (ro), 3 (lu), 5 (ma), 6 (nem) apabila dikuasikan dalam diatonik yaitu Es, F, A, Bes atau fa sol si do. Permainan saron barung tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada do. 20. Pada lagu birama Melodi lagu vokal adalah re mi mi, sedangkan saron barung bermain imbal sesuai dengan seleh 5 (ma) yaitu 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 5 (ma) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah D, Es, F, A atau mi fa sol si. Dan terakhir ditutup dengan ketukan serentak mengikuti ropel pada nada seleh yaitu 5 (ma) atau A. Permainan saron barung tersebut tidak mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena nada yang dipukul berbeda atau tidak sinkron. 85

104 c. Percampuran melodi saron penerus dengan lagu yang dinyanyikan pesinden Saron penerus biasa juga disebut dengan peking. Saron penerus memiliki bentuk yang sama dengan saron barung hanya bentuknya yang lebih kecil dan register nadanya lebih tinggi satu oktaf. Perbedaan instrumen saron panerus, saron demung dan saron barung terdapat pada alat penabuhnya yang dibuat dari tanduk kerbau sedangkan penabuh instrumen saron demung dan saron barung terbuat dari kayu. Berikut adalah nada yang terdapat pada saron panerus dan perbedaan register nada antara instrumen saron demung, saron barung, dan saron panerus : Gambar 25. Perbedaan register nada antara instrumen saron demung, saron barung, dan saron panerus dalam laras pelog (Dok. Marlina 2015) 86

105 Menurut wawancara dengan Bapak Ratno (38 th, 13 September 2015) dalam Kesenian Musik Badutan saron penerus memiliki peranan untuk ikut mengimbal melodi intro saron demung dan turut mengiringi lagu dengan pukulan doble (satu nada dipukul dua kali) dengan mengikuti notasi dan terkadang juga mengikuti melodi lagu. Berikut contoh percampuran melodi saron penerus dalam lagu morena: 87

106 88

107 Gambar 26. Contoh Percampuran Melodi Saron Penerus/Peking dengan Lagu Morena (dok. Marlina 2015) Gambar 27. Posisi Menabuh Saron Penerus/Peking (dok. Marlina 2015) 89

108 Berikut adalah percampuran melodi antara saron penerus/peking dengan lagu vokal yang dibawakan oleh pesinden : 1. Pada lagu birama 1-2, 5-6, Melodi lagu vokal adalah la do la la si do do si la mayoritas nada yang berbunyi adalah la, sedangkankan saron penerus/peking bermain dengan ketukan doble (1 nada dipukul 2 kali) pada nada 6 (nem) dan 5 (ma) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada Bes dan A atau do si. Permainan saron penerus tersebut tidak mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena nada yang dipukul berbeda atau tidak sinkron. 2. Pada lagu birama Melodi lagu vokal adalah mi do do mi mi mi mi mayoritas nada yang berbunyi adalah mi. sedangkankan saron penerus/peking bermain dengan ketukan doble (1 nada dipukul 2 kali) pada nada 6 (nem) dan 5 (ma) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada Bes dan A atau do si. Permainan saron penerus tersebut tidak mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena nada yang dipukul berbeda atau tidak sinkron. 3. Pada lagu birama 17-18, 21-22, Melodi lagu vokal adalah si do do si do do si do do do do do mi mayoritas nada yang berbunyi adalah si do. sedangkankan saron penerus/peking bermain dengan ketukan doble (1 nada dipukul 2 kali) pada nada 6 (nem) dan 5 (ma) apabila dikuasikan dalam 90

109 diatonik adalah nada Bes dan A atau do si. Permainan saron penerus tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada do dan si. 4. Pada lagu birama Melodi lagu vokal adalah si do do si do do mi sol mi re do mayoritas nada yang berbunyi adalah do. sedangkankan saron penerus/peking bermain dengan ketukan doble (1 nada dipukul 2 kali) pada nada 6 (nem) dan 5 (ma) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada Bes dan A atau do si. Permainan saron penerus tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada do. 5. Pada lagu birama 3-4, 7-8, Melodi lagu vokal adalah sol si sol la si do do si la mayoritas nada yang berbunyi adalah sol, sedangkan saron penerus/peking bermain dengan ketukan doble (1 nada dipukul 2 kali) pada nada 3 (lu) dan 5 (ma) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah F dan A atau sol si. Permainan saron penerus tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada sol. 6. Pada lagu birama Melodi lagu vokal adalah mi si si mi mi mi mi mi mi, sedangkan saron penerus/peking bermain dengan ketukan doble (1 nada 91

110 dipukul 2 kali) pada nada 3 (lu) dan 5 (ma) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah F dan A atau sol si. Permainan saron penerus tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada si. 7. Pada lagu birama 19-20, 23-24, Melodi lagu vokal adalah si la sol sol do do do mayoritas nada yang berbunyi aalah sol dan do, sedangkan saron penerus/peking bermain dengan ketukan doble (1 nada dipukul 2 kali) pada nada 3 (lu) dan 5 (ma) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah F dan A atau sol si. Permainan saron penerus tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada sol. 8. Pada lagu birama 9-10 Melodi lagu vokal adalah mi do do mi mi mi mi mi mi, sedangkan saron penerus/peking bermain dengan ketukan doble (1 nada dipukul 2 kali) pada nada 2 (ro) dan 6 (nem) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah Es dan Bes atau fa do. Permainan saron penerus tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada do. 9. Pada lagu birama Melodi lagu vokal adalah si do do si do do si do do do do mayoritas nada yang berbunyi adalah do, sedangkan saron penerus/peking bermain dengan ketukan doble (1 nada dipukul 2 92

111 kali) pada nada 2 (ro) dan 6 (nem) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah Es dan Bes atau fa do. Permainan saron penerus tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada do. 10. Pada lagu birama Melodi lagu vokal adalah re mi mi do do do mayoritas nada yang berbunyi adalah mi do, sedangkan saron penerus/peking bermain dengan ketukan doble (1 nada dipukul 2 kali) pada nada 6 (nem) dan 7 (pi) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah Bes dan C atau do re. Permainan saron penerus tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada do. 11. Pada lagu birama Melodi lagu vokal adalah re mi mi, sedangkan saron penerus/peking bermian dengan ketukan doble (1 nada dipukul 2 kali) pada nada 7 (pi) dan 5 (ma) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah C dan A atau re si. Permainan saron penerus tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada re. 93

112 d. Percampuran melodi bonang barung dan bonang penerus dengan lagu yang dinyanyikan pesinden Instrumen bonang merupakan instrumen gamelan yang termasuk dalam kelompok terbuat dari logam. Dalam seperangkat gamelan, instrumen bonang terdapat dua pasang atau empat instrumen bonang. Terdiri dari sepasang bonang barung dengan laras pelog dan slendro, serta sepasang lagi bonang panerus dengan laras pelog dan slendro. Perbedaan bonang barung dan penerus adalah register nadanya yang masing-masing selisih satu oktaf. Bonang penerus memiliki register satu oktaf lebih tinggi dari bonang barung. Dalam Kesenian Musik Badutan yang dipakai hanyalah bonang laras pelog. Bonang laras pelog dalam satu instrumen terdiri dari dua baris masing-masing terdiri atas tujuh pencu. Baris atas mempunyai nada lebih tinggi satu oktaf dari baris yang bawah. Dalam memainkan instrumen bonang, penabuh menggunakan kedua tangan masingmasing memegang alat pemukul (tabuh) dari kayu yang ujungnya dibalut dengan benang tebal. Berikut adalah susunan nada yang terdapat pada bonang barung dan penerus : Gambar 28 : Susunan nada instrumen bonang barung dan bonang penerus laras pelog 94

113 (Dok. Marlina 2015) Gambar 29. Posisi Menabuh Bonang (dok. Marlina 2015) Berikut adalah salah satu contoh percampuran melodi bonang dengan melodi vokal pada lagu morena : 95

114 96

115 Gambar 30. Contoh Percampuran Melodi Bonang dengan Melodi Vokal (dok. Marlina 2015) Permainan bonang barung dan bonang penerus diatas, dimainkan berdasarkan seleh nada yang terbentuk pada lagu morena. Seleh nada dapat dilihat pada notasi di gambar 28. Permainan bonang berdasarkan seleh nada dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Apabila pada notasi jatuh pada seleh nada 4 (pat), bonang barung memainkan nada 4 (pat) pada ketukan down beat, sedangkan bonang penerus memaikan nada 2 (ro) pada ketukan up beat. 2) Apabila pada notasi jatuh pada seleh nada 3 (lu), bonang barung memainkan nada 3 (lu) pada ketukan down beat, sedangkan bonang penerus memaikan nada 2 (ro) pada ketukan up beat. 3) Apabila pada notasi jatuh pada seleh nada 1 (ji), bonang barung memainkan nada 1 (ji) pada ketukan down beat, sedangkan bonang penerus memaikan nada 6 (nem) pada ketukan up beat. 4) Apabila pada notasi jatuh pada seleh nada 6 (nem), bonang barung memainkan nada 6 (nem) pada ketukan down beat, sedangkan bonang penerus memaikan nada 5 (ma) pada ketukan up beat. 97

116 5) Apabila pada notasi jatuh pada seleh nada 7 (pi), bonang barung memainkan nada 7 (pi) pada ketukan down beat, sedangkan bonang penerus memaikan nada 6 (nem) pada ketukan up beat. 6) Apabila pada notasi jatuh pada seleh nada 5 (ma), bonang barung memainkan nada 5 (ma) pada ketukan down beat, sedangkan bonang penerus memaikan nada 3 (lu) pada ketukan up beat. Berdasarkan wawancara dengan Ratno (38 tahun, 13 September 2015), permainan bonang barung dan bonang penerus terdapat suatu patokan yaitu apabila bonang barung memainkan satu nada berdasarkan seleh misalnya dinada 5 (ma), bonang penerus akan memainkan nada dibawahnya seperti nada 4 (pat) atau nada 3 (lu). Begitu pula dengan seleh nada yang lain. Berikut adalah percampuran melodi antara bonang barung dan bonang penerus dengan lagu vokal yang dibawakan oleh pesinden : 1. Pada lagu birama 1-2, 5-6 Melodi lagu vokal adalah la do la la si do do si la, sedangkan bonang barung bermain sesuai dengan nada seleh 4 (pat) yaitu pada nada 4 (pat) dan bonang penerus bermain pada nada dibawah nada seleh yaitu nada 2 (ro) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada Gis dan Es atau le fa. Permainan bonang tersebut tidak mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena nada yang dipukul berbeda atau tidak sinkron. 98

117 2. Pada lagu birama 3-4, 7-8 Melodi lagu vokal adalah sol si sol la si do do si la mayoritas nada yang berbunyi adalah sol dan do, sedangkan bonang barung bermain sesuai dengan nada seleh 3 (lu) yaitu pada nada 3 (lu) dan bonang penerus bermain pada nada dibawah nada seleh yaitu nada 2 (ro) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada F dan Es atau sol fa. Permainan bonang tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada sol. 3. Pada lagu birama 9 dan 13 Melodi lagu vokal adalah mi do do, sedangkan bonang barung bermain sesuai dengan nada seleh 1 (ji) yaitu pada nada 1 (ji) dan bonang penerus bermain pada nada dibawah nada seleh yaitu nada 6 (nem) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada D dan Bes atau mi do. Permainan bonang tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada mi do. 4. Pada lagu birama 10 dan 14 Melodi lagu vokal adalah mi mi mi mi mi mi, sedangkan bonang barung bermain sesuai dengan nada seleh 6 (nem) yaitu pada nada 6 (nem) dan bonang penerus bermain pada nada dibawah nada seleh yaitu nada 5 (ma) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada Bes dan A atau do si. Permainan bonang tersebut tidak 99

118 mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena nada yang dipukul berbeda atau tidak sinkron. 5. Pada lagu birama 11, Melodi lagu vokal adalah mi si si, sedangkan bonang barung bermain sesuai dengan nada seleh 1 (ji) yaitu pada nada 1 (ji) dan bonang penerus bermain pada nada dibawah nada seleh yaitu nada 6 (nem) apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada D dan Bes atau mi do. Permainan bonang tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada mi. 6. Pada lagu birama 12, Melodi lagu vokal adalah mi mi mi mi mi mi, sedangkan bonang barung bermain sesuai dengan nada seleh 5 (ma) yaitu pada nada 5 (ma) dan bonang penerus bermain pada nada dibawah nada seleh yaitu nada 3 (lu) apabila dikuasikan A dan F atau si fa. Permainan bonang tersebut tidak mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena nada yang dipukul berbeda atau tidak sinkron. 7. Pada lagu birama 15-16, Melodi lagu vokal adalah re mi mi do do do, sedangkan bonang barung bermain sesuai dengan nada seleh 7 (pi) yaitu pada nada 7 (pi) dan bonang penerus bermain pada nada dibawah nada seleh yaitu nada 6 (nem) apabila dikuasikan C dan Bes atau re do. Permainan bonang tersebut mengandung unsur sebagai penguat 100

119 melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada re do. 8. Pada lagu birama 17-18, 21-22, 25-26, Melodi lagu vokal adalah si do do si do do si do do do do, sedangkan bonang barung bermain sesuai dengan nada seleh 6 (nem) yaitu pada nada 6 (nem) dan bonang penerus bermain pada nada dibawah nada seleh yaitu nada 5 (ma) apabila dikuasikan Bes dan A atau do si. Permainan bonang tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada si do. 9. Pada lagu birama Melodi lagu vokal adalah si do do si do do mi sol mi re do, sedangkan bonang barung bermain sesuai dengan nada seleh 6 (nem) yaitu pada nada 6 (nem) dan bonang penerus bermain pada nada dibawah nada seleh yaitu nada 5 (ma) apabila dikuasikan Bes dan A atau do si. Permainan bonang tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada si do. 10. Pada lagu birama 19-20, 23-24, Melodi lagu vokal adalah si la sol sol do do do mayoritas nada yang berbunyi adalah sol do, sedangkan bonang barung bermain sesuai dengan nada seleh 3 (lu) yaitu pada nada 3 (lu) dan bonang penerus bermain pada nada dibawah nada seleh yaitu nada 2 (ro) 101

120 apabila dikuasikan F dan Es atau sol fa. Permainan bonang tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada sol. 11. Pada lagu birama Melodi lagu vokal adalah re mi mi, sedangkan bonang barung bermain sesuai dengan nada seleh 5 (ma) yaitu pada nada 5 (ma) dan bonang penerus bermain pada nada dibawah nada seleh yaitu nada 3 (lu) apabila dikuasikan A dan F atau si sol. Permainan bonang tersebut tidak mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena nada yang dipukul berbeda atau tidak sinkron. e. Percampuran melodi kenong, kempul, dan gong dengan lagu yang dinyanyikan pesinden 1) Kenong Dalam satu set gamelan jawa yang lengkap instrumen kenong terdapat dua belas pencu, yaitu lima buah untuk laras slendro dan tujuh buah untuk laras pelog. Dalam Kesenian Badutan hanya terdapat tujuh buah pencu. Nada dari kelima pencu tersebut enharmonis antara laras pelog dan slendro. Fungsi dari instrumen kenong adalah memainkan irama dasar dan menegaskan irama. Instrumen kenong disusun berbentuk U. 102

121 Keterangan : P : Laras pelog S : Laras slendro Gambar 31. Susunan Nada pada Kenong (dok. Marlina 2015) Gambar 32. Posisi Menabuh Kenong (dok. Marlina 2015) 2) Kempul Kempul disebut juga gong kecil. Satu set kempul terdiri dari kempul pelog dan slendro. Kempul yang berukuran lebih kecil memiliki nada lebih tinggi dari pada kempul yang besar. 103

122 Kempul dimainkan dengan cara dipukul menggunakan pemukul dalam ukuran lebih besar dari pemukul yang digunakan untuk pemukul kenong tapi lebih kecil daripada pemukul gong. Pemukul ini seluruhnya terbuat dari kayu dan bagian yang dipukulkan dilapisi kain tebal. Kempul diletakan dengan cara digantung. Fungsi kempul adalah pemangku irama atau menegaskan irama melodi. Nada pada instrumen kempul dalam istilah musik terdapat nada enharmonis, yaitu satu instrumen kempul memiliki nada yang bisa dipakai untuk dua laras pelog dan slendro, terdapat tiga instrumen kempul yang mempunyai nada enharmonis. Gambar 33. Susunan Nada Kempul dan Gong (dok. Marlina 2015) 3) Gong Gong dimainkan dengan cara dipukul. Gong diletakan denga cara menggantung. Bentuk gong sama persis dengan bentuk kempul, perbedaan terletak pada ukuran gong yang lebih 104

123 besar daripada kempul. Fungsi gong adalah untuk memberi tanda berakhirnya sebuah gatra dan juga untuk menandai mulainya dan berakhirnya gendhing. Gong memiliki bentuk paling besar sehingga memiliki suara paling rendah di antara instrument gamelan lainya. Terdapat tiga macam Gong, yaitu : a) Gong suwukan, gong ini bernada 2 (sedang) : Besarnya di antara kempul dan gong gedhe b) Gong siyem atau gong 1(ji), gong ini bernada 1 (besar) : Besarnya di antara kempul dan gong gedhe c) Gong ageng, gong ini bernada 5 (ma) (sangat besar/rendah) : Gong yang bentuknya paling besar. Dalam Kesenian Badutan yang dipakai hanyalah Gong Ageng dan Gong Suwukan. Gambar 34. Posisi Menabuh Gong dan Kempul (dok. Marlina 2015) 105

124 Berikut adalah contoh percampuran melodi kenong, kempul, dan gong dengan vokal pada lagu morena : 106

125 Gambar 35. Contoh Percampuran Melodi Kenong, Kempul, dan Gong pada Lagu Morena (dok. Marlina 2015) 107

126 Bedasarkan gambar diatas dapat dilihat permainan pada kenong, kempul, dan gong adalah mengikuti seleh nada. Permainan kenong, kempul, dan gong dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Kenong : dipukul pada ketukan ke empat setiap bar sesuai dengan notasi. 2) Kempul : pada seleh nada 1 (ji), 2 (ro), 4 (pat), 5 (ma), 6 (nem), dan 7 (pi) kempul yang dipukul adalah kempul nada 6 (nem). Yang berbeda hanya apabila seleh nada jatuh di nada 3 (lu), kempul yang dipukul adalah kempul nada 3 (lu) 3) Gong : gong yang dipakai adalah Gong Suwukan dan Gong Ageng. Gong Suwukan dimainkan setiap bar kecuali pada akhir lagu. Gong Ageng hanya dipukul saat berakhirnya lagu. Gong suwukan bernada 2 (ro) dan gong ageng bernada 5 (ma) sangat bawah/besar. Berikut adalah percampuran melodi antara kenong, kempul dan gong dengan lagu vokal yang dibawakan oleh pesinden : 1. Pada lagu birama 1-2, 5-6, Melodi lagu vokal adalah la do la la si do do si la, sedangkan kenong dimainkan sesuai dengan seleh yaitu nada 4 (pat), kempul dipukul di nada 6 (nem), dan gong suwukan adalah nada 2 (ro). Apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada Gis, Bes, Es atau le do fa. Permainan kenong, kempul dan gong tersebut tidak mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena 108

127 nada yang dipukul berbeda atau tidak sinkron. 2. Pada lagu birama 3-4, 7-8 Melodi lagu vokal adalah sol si sol la si do do si la, sedangkan kenong dimainkan sesuai dengan seleh yaitu nada 3 (lu), kempul dipukul di nada 3 (lu), dan gong suwukan adalah nada 2 (ro). Apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada F, F, Es atau sol sol si. Permainan kenong, kempul, dan gong tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada sol si. 3. Pada lagu birama 9 dan 13 Melodi lagu vokal adalah mi do do, sedangkan kenong dimainkan sesuai dengan seleh yaitu nada 1 (ji), kempul dipukul di nada 6 (nem), dan gong suwukan adalah nada 2 (ro). Apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada D, Bes, Es atau mi do fa. Permainan kenong, kempul, dan gong tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada mi do. 4. Pada lagu birama 10 dan 14 Melodi lagu vokal adalah mi mi mi mi mi mi, sedangkan kenong dimainkan sesuai dengan seleh yaitu nada 6 (nem), kempul dipukul di nada 6 (nem), dan gong suwukan adalah nada 2 (ro). Apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada Bes, Bes, Es atau do do fa. Permainan kenong, kempul dan gong tersebut tidak 109

128 mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena nada yang dipukul berbeda atau tidak sinkron. 5. Pada lagu birama 11 Melodi lagu vokal adalah mi si si, sedangkan kenong dimainkan sesuai dengan seleh yaitu nada 1 (ji), kempul dipukul di nada 6 (nem), dan gong suwukan adalah nada 2 (ro). Apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada D, Bes, Es atau mi do fa. Permainan kenong, kempul dan gong tersebut tidak mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena nada yang dipukul berbeda atau tidak sinkron. 6. Pada lagu birama 12, Melodi lagu vokal adalah mi mi mi mi mi mi, sedangkan kenong dimainkan sesuai dengan seleh yaitu nada 5 (ma), kempul dipukul di nada 6 (nem), dan gong suwukan adalah nada 2 (ro). Apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada A, Bes, Es atau si do fa. Permainan kenong, kempul dan gong tersebut tidak mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena nada yang dipukul berbeda atau tidak sinkron. 7. Pada lagu birama 15-16, Melodi lagu vokal adalah re mi mi do do do, sedangkan kenong dimainkan sesuai dengan seleh yaitu nada 7 (pi), kempul dipukul di nada 6 (nem), dan gong suwukan adalah nada 2 (ro). Apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada C, Bes, Es atau re do fa. 110

129 Permainan kenong, kempul dan gong tersebut tidak mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena nada yang dipukul berbeda atau tidak sinkron. 8. Pada lagu birama 17-18, 21-22, 25-26, Melodi lagu vokal adalah si do do si do do si do do do do, sedangkan kenong dimainkan sesuai dengan seleh yaitu nada 6 (nem), kempul dipukul di nada 6 (nem), dan gong suwukan adalah nada 2 (ro). Apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada Bes, Bes, Es atau do do fa. Permainan kenong, kempul, dan gong tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada do. 9. Pada lagu birama Melodi lagu vokal adalah si do do si do do mi sol mi re do, sedangkan kenong dimainkan sesuai dengan seleh yaitu nada 6 (nem), kempul dipukul di nada 6 (nem), dan gong suwukan adalah nada 2 (ro). Apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada Bes, Bes, Es atau do do fa. Permainan kenong, kempul, dan gong tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada do. 10. Pada lagu birama 19-20, 23-24, Melodi lagu vokal adalah si la sol sol do do do, sedangkan kenong dimainkan sesuai dengan seleh yaitu nada 3 (lu), kempul dipukul di nada 3 (lu), dan gong suwukan adalah nada 2 (ro). Apabila 111

130 dikuasikan dalam diatonik adalah nada F, F, Es atau sol sol fa. Permainan kenong, kempul, dan gong tersebut mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena terdapat nada yang berbunyi sama yaitu nada sol. 11. Pada lagu birama Melodi lagu vokal adalah re mi mi, sedangkan kenong dimainkan sesuai dengan seleh yaitu nada 5 (ma), kempul dipukul di nada 6 (nem), dan gong suwukan adalah nada 2 (ro). Apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada A, Bes, Es atau si do fa. Permainan kenong, kempul dan gong tersebut tidak mengandung unsur sebagai penguat melodi lagu vokal karena nada yang dipukul berbeda atau tidak sinkron. 12. Pada akhir lagu birama 33 dipukul gong ageng sebagai tanda berakhirnya lagu. Gong ageng bernada 5 (ma) sangat besar/sangat bawah atau apabila dikuasikan dalam diatonik adalah nada A atau si. 3. Percampuran harmoni antara lagu diatonik dan iringan pentatonik dari serangkaian instrumen gamelan Ditinjau secara diatonis, lagu morena yang dibawakan oleh pesinden adalah dinyanyikan dengan dasar nada G minor. Berikut adalah tangganada dari G minor : 112

131 Gambar 36. Tangganada G minor (dok. Marlina 2015) Lagu morena merupakan lagu diatonis, dapat dilihat pada melodi lagu dimana nada do sampai dengan si semua dipakai, kecuali hanya nada fa yang tidak dipakai. Berikut adalah melodi lagu Morena beserta lirik dan akord dalam diatonik : 113

132 Gambar 37. Melodi lagu Morena beserta lirik dan akord dalam diatonis (dok. Marlina 2015) Dari melodi lagu diatas dapat dilihat bahwa sepenuhnya lagu morena adalah merupakan lagu diatonik, yang sangat tidak dimungkinkan untuk diiringi menggunakan alat musik pentatonis seperti gamelan. Namun pada kenyataannya hal tersebut bisa dilakukan. Suatu jenis kesenian baru yang timbul akibat percampuran keduanya yakni kesenian Musik Badutan. Percampuran melodi antara serangkaian instrumen gamelan dengan melodi vokal pada suatu lagu menciptakan suatu harmoni dari 114

133 kesenian musik Badutan yang khas dan tidak dimiliki oleh kesenian yang lain. Berikut adalah contoh potongan harmoni hasil dari percampuran melodi pada serangkaian instrumen gamelan dengan vokal pada lagu morena (lihat lampiran 5) : 115

134 Gambar 38. Contoh potongan harmoni hasil dari percampuran melodi pada serangkaian instrumen gamelan dengan vokal pada lagu morena (dok. Marlina 2015) Pada gambar diatas tampak sangat jelas adanya percampuran nada-nada pentatonis dengan diatonis pada saat mulai bait pertama hingga reff dimana vokal lagu diatonis sudah masuk. Secara pentatonik perpindahan akord diatur oleh adanya notasi yang dibuat berdasarkan seleh nada. 116

135 Berikut adalah percampuran harmoni yang terbentuk jika diurutkan sesuai dengan urutan lagu : 1) Pada lagu birama 1-2 dan 5-6 seleh nada jatuh di nada 4 (pat), dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Saron barung imbal dinada 7 (pi), 6 (nem), 5 (ma), 4 (pat) atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah nada C, Bb, A, Gis. b) Saron penerus dipukul pada nada 6 (nem) dan 5 (ma) atau dikuasikan dalam diatonis adalah Bb dan A. c) Saron demung 4 (pat) dan 5 (ma) apabila dikuasikan dalam diatonis adalah Gis dan Bb. d) Bonang barung dipukul dinada 4 (pat) dan bonang penerus dipukul dinada 2 (ro) apabila dikuasikan dalam diatonis adalah nada Gis dan Es. e) Kenong dipukul di nada 4 (pat) atau bila dikuasikan dalam diatonis Gis. f) Kempul dipukul dinada 6 (nem) atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah Bb. g) Gong suwukan adalah bernada 2 (ro) atau bila dikuasikan diatonis adalah nada Es. Dari semua dapat disimpulkan bahwa terbentuklah suatu percampuran pentatonis dan diatonis dimana akord suatu lagu diatonis yang harusnya jatuh pada akord VI diganti dengan penggunaan instrumen pentatonis gamelan dengan percampuran nada 117

136 diantaranya adalah C, Bb, A, Gis, dan Es. 2) Pada lagu birama ke 3-4, 7-8, 19-20, 23-24, dan seleh nada jatuh di nada 3 (lu), dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Saron barung imbal di nada 7 (pi), 6 (nem), 5 (ma), 3 (lu) atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah C, Bb, A, F. b) Saron penerus dipukul di nada 3 (lu) dan 5 (ma) atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah F dan A. c) Saron demung dipukul imbal dinada 3 (lu) dan 5 (ma) atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah F dan A. d) Bonang barung dipukul di nada 3 (lu) dan bonang penerus dipukul di nada 2 (ro) atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah F dan Es. e) Kenong dipukul di nada 3 (lu) atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah F. f) Kempul dipukul di nada 3 (lu) atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah F. g) Gong suwukan adalah bernada 2 (ro) atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah Es. Dari semua dapat disimpulkan bahwa terbentuklah suatu percampuran pentatonis dan diatonis dimana akord suatu lagu diatonis yang harusnya jatuh pada akord V diganti dengan penggunaan instrumen pentatonis gamelan dengan percampuran nada diantaranya adalah C, Bb, A, F dan Es. 118

137 3) Pada lagu birama ke 9, 11, dan 13 seleh nada jatuh dinada 1 (ji), dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Saron barung imbal di nada 5 (ma), 3 (lu), 2 (ro), 1 (ji) atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah nada A, F, Es D. b) Saron Penerus dipukul di nada 1 (ji) dan 6 (nem) atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah nada D dan Bb. c) Saron demung dipukul di nada 6 (nem) dan 5 (ma) atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah nada Bb dan A. d) Bonang barung dipukul di nada 1 (ji) dan bonang penerus dipukul di nada 6 (nem) atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah D dan Bb. e) Kenong dipukul di nada 1 (ji) atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah nada D. f) Kempul dipukul di nada 6 (nem) atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah nada Bb. g) Gong suwukan bernada 2 (ro) atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah nada Es. Dari semua dapat disimpulkan bahwa terbentuklah suatu percampuran pentatonis dan diatonis dimana akord suatu lagu diatonis yang harusnya jatuh pada akord VI dan V diganti dengan penggunaan instrumen pentatonis gamelan dengan percampuran nada diantaranya adalah A, F, Es, D, Bb,dan Es. 119

138 4) Pada lagu birama ke 10, 14, 17-18, 21-22, 25-26, seleh nada jatuh di nada 6 (nem), dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Saron Barung dipukul imbal di nada 2 (ro), 3 (lu), 5 (ma), 6 (nem) apabila dikuasikan dalam diatonis adalah nada Es, F, A, Bb. b) Saron Penerus dipukul di nada 6 (nem) dan 5 (ma) atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah nada Bb dan A. c) Saron Demung dipukul imbal di nada 6 (nem) dan 5 (ma) atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah nada Bb dan A. d) Bonang barung dipukul di nada 5 (ma) dan 6 (nem) atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah nada A dan Bb. e) Kenong dipukul di nada 6 (nem) atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah nada Bb. f) Kempul dipukul di nada 6 (nem) atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah nada Bb. g) Gong suwukan bernada 2 (ro) atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah nada Es. Dari semua dapat disimpulkan bahwa terbentuklah suatu percampuran pentatonis dan diatonis dimana akord suatu lagu diatonis yang harusnya jatuh pada akord VI diganti dengan penggunaan instrumen pentatonis gamelan dengan percampuran nada diantaranya adalah Es, F, A, Bb,dan Es. 120

139 5) Pada lagu birama ke 12, dan seleh nada jatuh di nada 5 (ma), dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Saron barung dipukul imbal di nada 1(ji), 2 (ro), 3 (lu), 5 (ma) atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah nada D, Es, F, A. b) Saron Penerus dipukul di nada 7 (pi) dan 5 (ma) atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah C dan A. c) Saron Demung dipukul imbal di nada 5 (ma) atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah nada A. d) Bonang barung dipukul dinada 3(lu) dan bonang penerus 5 (ma) atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah nada F dan A. e) Kenong dipukul dinada 5 (ma) atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah nada A. f) Kempul dipukul dinada 6 (nem) atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah nada Bb. g) Gong suwukan bernada 2 (ro) atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah nada Es. Dari semua dapat disimpulkan bahwa terbentuklah suatu percampuran pentatonis dan diatonis dimana akord suatu lagu diatonis yang harusnya jatuh pada akord V diganti dengan penggunaan instrumen pentatonis gamelan dengan percampuran nada diantaranya adalah D, Es, F, A, C dan Bb. 121

140 6) Pada lagu birama ke seleh nada jatuh di nada 7 (pi), sapat dijelaskan sebagai berikut : a) Saron barung dipukul imbal di nada 3 (lu), 5 (ma), 6 (nem), 7 (pi) atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah F, A, Bb, C. b) Saron penerus dipukul di nada 6 (nem) dan 7 (pi) atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah Bb dan C. c) Saron demung dipukul imbal di nada 6 (nem), 5 (ma), 7 (pi) atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah nada Bb, A, dan C. d) Bonang barung dipukul di nada 7 (pi) dan Bonang penerus di nada 6 (nem) atau apabila dikuasikan dalam diatonis adalah nada C dan Bb. e) Kenong dipukul di nada 7 (pi) atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah nada C. f) Kempul dipukul di nada 6 (nem) atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah nada Bb. g) Gong suwukan bernada 2 (ro) atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah nada Es. Dari semua dapat disimpulkan bahwa terbentuklah suatu percampuran pentatonis dan diatonis dimana akord suatu lagu diatonis yang harusnya jatuh pada akord V diganti dengan penggunaan instrumen pentatonis gamelan dengan percampuran nada diantaranya adalah F, A, Bb, C, dan Es. 122

141 7) Pada birama terakhir lagu ditutup dengan dipukulnya Gong ageng yang bernada 5 (ma) sangat rendah atau bila dikuasikan dalam diatonis adalah nada A sangat rendah. 123

142 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan Karakter percampuran pentatonik dan diatonik dalam pementasan musik tradisi Badutan pada Kesenian Palupi Laras Jumapolo, Karanganyar. 1. Karakter percampuran melodi antara lagu-lagu diatonik dan iringan pentatonik dapat dilihat dari adanya peran instrumen gamelan yang mengandung unsur memperkuat melodi lagu vokal dengan dibuktikan adanya nada sama yang dibunyikan. Seperti pada melodi instrumen saron barung pada birama 3 dan 7 terdapat nada sama yang dibunyikan antara saron barung dan melodi lagu vokal yaitu nada sol dan si. Serta ada pula melodi instrumen gamelan yang tidak mengandung unsur memperkuat melodi lagu vokal, dengan permainan melodi tidak sinkron antara melodi gamelan dan melodi lagu vokal. Seperti pada melodi instrumen kenong pada birama 1-2, kenong memainkan nada 4 (pat) atau Gis yang tidak sinkron dan berbeda dengan melodi lagu vokal 2. Karakter harmoni kesenian badutan dapat dilihat dengan adanya penggantian iringan yang seharusnya akord diatonik, seperti akord V dan VI kemudian diganti dengan penggunaan iringan instrumen gamelan yang dimainkan berdasarkan seleh nada, seperti seleh 4 (pat), 6 (nem), 5 (ma), 3 (lu), 7 (pi), 1 (ji). 3. Permainan irama kendang jaipong dibagi menjadi yaitu single, double, dan pola drumset. Dalam membawakan irama menuju doble, single, 124

143 maupun pola drum, kendang jaipong memiliki variasi-variasi ropel. Variasi ropel inilah yang membuat karakter Kesenian Badutan menjadi lebih gayeng dan meriah. 4. Dalam membawakan tempo, kendang jaipong diperbolehkan untuk mengolah tempo sesuai kreatifitas dan rasa penabuh. Sebagian besar pola perubahan tempo adalah alegro kemudian tempo bisa tiba-tiba mencepat menjadi vivace kemudian berubah menjadi alegro dan diakhir lagu biasa diberi ritardando atau sedikit melambat. B. Saran 1. Kepada seluruh pengrawit atau ketua paguyuban Palupi Laras, diharapkan membuat satu bilah tambahan untuk masing-masing perangkat balungan (saron demung, saron barung, dan saron penerus) serta satu buah pencu tambahan untuk bonang (bonang barung dan bonang penerus) serta kenong dengan nada 4 (pat) yang dikuasikan dengan nada G. Bilah dan pencu perangkat gamelan nada 4 (pat) dengan nada G tersebut hanya dimainkan pada saat masuk pada sesi Badutan. Melalui pernggantian nada 4 (pat) tersebut diharapkan suara dari instrumen gamelan dan lagu diatonik dapat lebih selaras dan sinkron. 2. Kepada penabuh instrumen kendang jaipong, diharapkan untuk membuat sebuah rambu-rambu atau kode yang lebih kentara dan dapat dibaca oleh seluruh pengrawit dalam membimbing instrumen gamelan lain memasuki berbagai perubahan tempo yang diharapkan oleh penabuh kendang. 125

144 Melalui hal tersebut diharapkan permainan Badutan Palupi Laras dapat terlihat lebih kompak dan serentak dalam setiap perubahan tempo yang dibawakan. 126

145 Daftar Pustaka Banoe, Pono Kamus musik. Yogyakarta: Kanisius (anggota IKAPI). Creswell, Jhon W Research Design pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Dirgantara, Yuana Agus Pelangi Bahasa Sastra dan Budaya Indonesia : Kumpulan Apresiasi dan Tanggapan. Yogyakarta: Garudhawaca. Endraswara, Suwardi Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi. Sleman: Pustaka Widyatama. Hendro Panduan Praktis Improvisasi Piano Rock & blues. Jakarta: puspa swara, anggota IKAPI. Jamalus Pengajaran musik melalui pengalaman musik. Jakarta: Program Refresher. C, Universitas of Hausen. Koentjoronigrat Sejarah teori antropologi 1. Jakarta: UI press. Koesoema, A. Doni Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo. Mack, Dieter Musik Kontemporer & Persoalan Interkultural. Bandung: Jalasutra Offset. Masduki Menjadi broadcaster profesional. Yogyakarta: pustaka populer LKIS Yogyakarta. Moleong, Lexi J Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya. Narwanti, Sri Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai Dalam Mata Pelajaran. Yogyakarta: Familia. Noorkasiani dkk Sosiologi Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, anggota IKAPI. Nugrahani, Farida Metode Penelitian Kualitatif dalam Bidang Pendidikan Bahasa. Solo: CakraBooks. Prabawanti, Wingit. Pengetahuan Karawitan Daerah Surakarta. Jakarta: CV. SPECTRUM. 127

146 Pratomo, Yugo Bentuk Penyajian Musik Iringan Kesenian Tayub di Kabupaten Sragen. Skripsi untuk mencapai derajat Sarjana S-1 pada Jurusan Pendidikan Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Prier, karl-edmund Kamus Musik. Yogyakarta:Pusat musik liturgi. Purwadi Seni Karawitan I. Yogyakarta: Paradigma Indonesia. Simanungkalit, N Teknik Vokal Paduan Suara. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Soeroso Gamelan A. Jakarta: Ksatrya Gamelan B. Jakarta: Ksatrya. Spradley, James P Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Sugiyono Metode penelitian pendidikan. Bandung: CV. ALFABETA Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: ALFABETA. Sulastyanto, Hary dkk Buku Pelajaran Seni Budaya Untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Grafindo Media Pratama, anggota IKAPI. Sulistiyanto, Gatot Danar Pendekatan Sinkretik Sebagai Salah Satu Pengembangan Idiom Musik Kontemporer. Tugas akhir untuk mencapai derajat Sarjana S-1 pada Jurusan Musik Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Sumarsam Gamelan Interaksi Budaya dan Perkembangan Musikal di Jawa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Supanggah, Rahayu Bothekan Karawitan II: Garap. Surakarta: Program Pascasarjana bekerjasama dengan ISI Press Surakarta. Widayat, Efendi dan Purwadi Seni Karawitan Jawa Ungkapan Keindahan dalam Musik Gamelan. Yogyakarta: Damar Pustaka. Widodo, Sri Keterampilan Gamelan (Ajar Nabuh Gamelan). Sukoharjo: CV. Cendrawasih, anggota IKAPI. Widyosiswoyo, S Ilmu Budaya Dasar. Bogor: Ghalia Indonesia. Wijaya, Putu Sang Teoris Mental: Pertanggungjawaban Proses Kreatif. 128

147 Jakarta :Yayasan Obor Indonesia, anggota IKAPI. Yoyok dan Siswandi Buku Pelajaran Pendidikan Seni Budaya SMP. Yogyakarta: Yudhistira. Yudoyono, Bambang Gamelan Jawa. Jakarta : PT Karya Unipress 129

148 LAMPIRAN

149 LAMPIRAN 1 SURAT IJIN PENELITIAN

150

151

152

153 LAMPIRAN 2 SURAT KETERANGAN WAWANCARA

154

155

156

157

158

159 LAMPIRAN 3 PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA

160 PEDOMANAN WAWANCARA A. Instrumen Gamelan 1. Instrumen apa saja yang di gunakan dalam Kesenian Badutan? 2. Berapa jumlah orang atau pengrawit dalam pementasan kesenian Badutan? 3. Tangganada atau laras apa yang di gunakan dalam instrument tersebut? 4. Apakah ada alat musik melodis modern yang ditambahkan saat membawakan lagu-lagu dangdut/lagu diatonik? 5. Gamelan laras apakah yang digunakan saat membawakan lagu dangdut/lagu diatonik? 6. Apa peran dan fungsi masing masing instrumen gamelan pada kesenian Badutan? B. Percampuran Melodi 1. Bagaimana permainan melodi masing-masing instrument gamelan dalam mengiringi lagu dangdut seperti morena, sakitnya tu disini, atau marai cemburu? 2. Berdasarkan pada apa instrument gamelan dapat memainkan melodi-melodi tersebut dalam mengiringi musik dangdut/lagu

161 diatonik? 3. Apakah ada perubahan cengkok vokal saat menyanyikan lagu dangdut pada kesenian Badutan dengan lagu versi aslinya? 4. Siapakah yang memegang peranan penting dalam membawakan melodi utama dan intro sebelum pesinden masuk? C. Harmoni 1. Saat membawakan lagu dangdut/lagu diatonik apakah ada perubahan pola permainan dalam membawakan instrument gamelan? 2. Bagaimana percampuran permainan seluruh instrument gamelan dengan lagu-lagu dangdut atau lagu diatonik? D. Irama 1. Apakah dalam membawakan lagu dangdut/lagu diatonik masih menggunakan irama seperti lancaran, ladrang, dan ketawang seperti pada gendhing-gendhing karawitan Jawa? 2. Irama apa sajakah yang digunakan saat memainkan kesenian Badutan? 3. Irama apakah yang khas dari sebuah Kesenian Badutan?

162 E. Tempo 1. Apakah ada perubahan tempo saat membawakan lagu asli tembang gamelan dengan lagu dangdut/badutan? 2. Instrumen apakah yang bertindak sebagai pemegang tempo dalam kesenian Badutan? 3. Adakah perubahan tempo dalam membawakan sebuah lagu dangdut atau lagu diatonik dari awal hingga lagu berakhir? F. Lagu dalam Kesenian Badutan 1. Lagu-lagu apa yang biasa disajikan dalam pertunjukan kesenian Badutan? 2. Lagu dangdut apa sajakah yang biasa disajikan dalam pertunjukan kesenian Badutan? G. Sejarah Kesenian Badutan 1. Bagaimana sejarah perkembangan kesenian Badutan? 2. Dalam acara apa kesenian Badutan biasa dimainkan? 3. Bagaimana kostum yang di gunakan para pengrawit dan sindhen? 4. Berapa lama waktu pertunjukan kesenian Badutan?

163 H. Antusias dan Selera Masyarakat 1. Apa yang menjadi perbedaan Badutan Palupi Laras dengan kelompok badutan lainnya? 2. Manakah yang lebih enak didengar, apakah gamelan dengan lagu dangdut/lagu diatonik atau gamelan dengan gendhing-gendhing karawitan jawa seperti pada umumnya?

164 HASIL WAWANCARA Narasumber Tempat : Hendi Kristanto : Bakalan RT 01/RW 01, Jumapolo, Karanganyar Hari/Tanggal : 6 September 2015 Peran : Seniman Jawa Keterangan : P = Peneliti, NS = Narasumber P NS P : Permisi mas, : Ohh mbak lina, silahkan masuk mbak. : ohh ya mas trimakasih. Seperti yang sudah saya sampaikan kemarin, kedatangan saya kesini untuk mengadakan wawancara dengan Mas Hendi. Apakah Mas Hendi sudah siap? NS : Ohh ya mbak., saya sudah siap. P : Alat musik apa saja yang dipakai dalam Kesenian Badutan ya mas? NS : ya yang pasti jadi intinya Seni Badutan itu Kendang Jaipong, terus gamelannya itu Balungan, Balungan itu ada Saron, Demung, Peking, terus Bonang Barung, Bonang Penerus, terus Kenong, Kempul, dan Gong. P : Ohh ya mas. Saya berhenti dulu pada kendang Jaipong. Mengapa Kendang Jaipong Mas Hendi sebut sebagai intinya seni Badutan ya mas?

165 NS : Jadi begini mbak, kalo diibaratkan motor kendang jaipong ini adalah mesinnya motor. Jadi jiwanya seni badutan itu paling penting adalah pada permainan kendang jaipong. Yang membawa rasa gayeng dan meriahnya seni badutan itu adalah alat kendang jaipong ini mbak. Selain itu kendang jaipong adalah alat yang menentukan urutan lagu dan kecepatan lagu. Jadi semua alat gamelan itu ya manutnya sama saya sebagai penabuh kendang jaipong mbak, kalo saya ngajak cepet ya mereka mencepat kalo saya ngajak lambat mereka juga jadi lambat. Bahkan saat pentas kalo waktu sudah malam, kan saya lihat bapak-bapak penabuh gamelan yang lain sudah pada ngantuk saya buat cepet aja biar kaget. Biar gayeng terus gak jadi ngantuk. hahahaha (sambil tertawa) P : hehehehe.. ohh ya ya mas. Jadi kalo bisa saya simpulkan sebenarnya kendang jaipong ini tempo atau kecepatan lagunya boleh diubah-ubah sewaktu-waktu sesuai kreatifitas si pengendang gitu ya mas? NS : Ya betul begitu mbak, orang main kendang jaipong itu rasanya aja yang dipakai. Kalo keliatannya lagu aslinya cepat ya saya mainnya cepat, kalo lambat ya saya lambat. Tp rata-rata temponya setiap lagu hampir sama kok mbak, paling diintro saya buat tempo rata-rata ditengah masuk ke reff itu biasanya saya buat cepat, kemudian masuk lagu bait pertama saya buat rata-rata lagi. Nanti dibelakang saya buat lambat tapi kalo lagunya gayeng

166 diakhir lagu biasanya saya buat cepet banget mbak. Itu terserah kreasi tukang kendangnya aja mbak. P : Kalo tempo intro dibuat cepat, kemudian masuk bait pertama dibuat lambat, kemudian reff kembali dibuat cepat apakah pola perubahan tempo seperti itu sudah menjadi patokan pada setiap lagu yang dibawakan dalam Kesenian Badutan mas? NS : ohh ya tentu gak mbak. Itu saya buat sendiri sesuai kemampuan dan kreatifitas dan rasa saya. Nanti beda lagu kadang juga saya buat beda, nanti seandainya pengendangnya sudah ganti bukan lagi saya kadang nanti perubahan temponya juga sudah lain lagi mbak. P : ohh ya mas. Jadi kalo dilihat dari segi tempo jelas berbeda dengan kendangan karawitan biasa yah mas? NS : Ohh ya jelas berbeda mbak. Lebih semangat Kesenian Badutan, apalagi kalo Kesenian Badutan itu memang nyepaki wong joget e mbak. Kalo karawitan kan gak begitu. Hehehe.. P : Kalo untuk membuat gayengnya mas, saya kemarin kan melihat mas Hendi memainkan suatu fill in atau dalam bahasa drum itu seperti ropel yang dibarengi dengan senggak sinden seperti hokya hokya hake hake (sambil memperagakan) apa benar itu mas yang membuat nuansa menjadi gayeng?

167 NS : ohh iya benar mbak. Dalam istilah kendang jaipong itu juga ropel namanya. Disitulah juga jiwanya seni badutan, tanpa memakai ropel ibarat sayur tanpa garam mbak. Ropel itulah yang membawa nuansa badutan menjadi gayeng dan meriah. Apalagi untuk berjoget mbak enak sekali itu kalo saat saya masukkan ropel nanti bisa menghentak-hentakkan para penonton yang sedang berjoget menjadi lebih semangat. Apalagi ditambah dengan senggaknya sinden wah semakin gayeng mbak. Misalkan begini tak tak tlung tak tlung dah tlung dah dah dlang (sambil memperagakan dengan suara) trus disambut dengan senggakan sinden haaakk e (sambil memperagakan dengan suara) begitu wahh penonton pasti tambah semangat jogetnya mbak. Hehehe.. P : Sedangkan untuk irama mas., saya sendiri kan pernah tau bahwa irama pada karawitan biasa itu ada lancaran, ladrang,dan ketawang untuk kesenian Badutan sendiri iramanya bagaimana mas? NS : Ohh kalo irama di Kesenian Badutan itu dibagi dua mbak yaitu single dan doble. Permainan single dan doble ini pukulannya hampir sama dengan ketipung dangdut. Biasanya single itu saya mainkan pada nyanyian lagu bait pertama nanti masuk di reff saya kasih irama doble biar lebih gayeng. Pada saat intro juga saya kasih doble. Tapi itu juga bukan jadi patokan mbak nanti ganti lagu saya bisa mainnya juga beda, semua tergantung rasa mbak.

168 P : Kalo kemarin waktu pentas saya juga mendengar waktu intro dilagu morena kok seperti bukan irama kendang jaipong biasa itu irama apa ya mas seperti dah dah tak dah dah tak (sambil memperagakan dengan suara)? NS : Ohh itu saya iramanya saya samakan dengan aslinya mbak, kan aslinya itu pake drum dan lagunya kan juga dangdut RnB na pas intro saya ambil tabuhannya sama kaya tabuhan pukulan drum. P NS : Ohh jadi iramanya itu mengadaptasi dari pola irama drum ya mas? : Ya betul seperti itu mbak. Paling tiga itu mbak yang sering saya pakai doble, single, dan pola drum. P : kalo untuk suara yang dihasilkan oleh kendang jaipong itu ada berapa suara mas, dan bagaimana pukulannya? NS : suaranya banyak sekali itu mbak ada dlang, tlung, tak, dah, dedlang, det det, plung, bang, tung wah banyak sekali mbak. kalo saya suruh jelaskan satu satu saya bingung mbak wong itu kan ada lulang yang ditarik dengan jempol kaki saya, itu kalo saya tarik kenceng suaranya beda, kalo saya tarik dikit suaranya udah beda, kalo saya tarik ulur tengah-tengah juga udah beda suaranya wah bingung saya njelaskene mbak wong banyak sekali.

169 P : kalo suara secara sederhana saja mas, Mas hendi kalo ngajarkan orang main kendang jaipong biasanya gimana dulu diperkenalkan suara apa dulu? NS : sebentar-sebentar mbak (sambil mengingat), ohh begini awalnya saya kasih 4 suara dulu tak, tlung, dah, dlang. Kemudian saya ajari irama single dulu dengan suara itu. Kalo tak itu bagian kendang besar itu yang atas atau yang membrane kecil mbak, kalo dah itu bagian kendang besar yang membran besar, kalo tlung itu kendang jaipong seg cilik itu dipukul bareng dengan kendang gede yang membrane kecil mbak, kalo dlang itu kendang jaipong gede itu tak dan dahnya dipukul bareng. Tapi sebenarnya jempol kakinya itu yang menarik lulang itu juga harus dipakai, kalo saya njelaskan detailnya susah mbak, wong itu kebiasaan juga kalo mesti njelaskan pake kata-kata begini susah mbak. Hehehe.. P : ohh ya ya gak papa mas. Sudah cukup penjelasannya. Saya sudah lebih banyak tahu tentang irama dan tempo serta permainan kendang jaipong dalam Kesenian Badutan. Wawancara saya akhiri sampai disini dulu ya mas. Trimakasih untuk waktunya saya mohon pamit. NS : Ohh ya mbak sama-sama. Karanganyar, 6 September 2015 Hendi Kristanto

170 HASIL WAWANCARA Narasumber Tempat : Ratno : Blorong, Ngunut RT 03/RW 06, Jumantono, Karanganyar Hari/Tanggal : 13 September 2015 Peran : Buruh dan Pekerja Seni Karawitan Keterangan : P = Peneliti, NS = Narasumber P NS P : Kulanuwun pak sugeng siang.. : Sugeng siang mbak lina monggo pinarak. : Njih matursuwun pak, sowan kulo mriki bade ngawontenaken wawancara pak, kados punopo ingkang sampun kulo matur kala wingi. Nopo Bapak sampun siap? NS P : Ohh njih mbak, kulo sampun siap. :Menawi kagem wawancara supayanipun jelas ngagem Bahasa Indonesia njih pak? NS P : Ohh njih mbak. : Pertama alat musik apa saja yang diapakai dalam Kesenian Badutan ya pak? NS : Kalo alat musik yang dipakai ini mbak saron, demung, peking, kendang jaipong, bonang barung, bonang penerus, kenong, kempul, kaleh gong.

171 P : Alat musik modern seperti bass elektrik, gitar, atau kybord nopo apa dipakai pak? NS : Ohh mboten mbak nek niku. Masih asli gamelan semua yang dipakai. P : Kalo nadanipun gamelan niku seg diagem nada dasare nopo pak? NS P : biasanipun nadane Bes mbak. : Kalo instrument atau alat gamelan yang dipakai apakah sudah mengalami perubahan nada pak seperti diubah menjadi diatonik do re mi fa sol la si do umpaminipun (sambil memperagakan)? NS : jelas gak mbak kalo diubah nadanya. Jadi begini urutan acaranya itu gak langsung semua masuk ke sesi badutan. Mbak lina kan kemarin juga sudah nonton to? Jadi diawal dibuka dulu dengan karawitan gamelan biasa seperti bonangan, gendhing-gendhing dan tembang, di awal ini gendhing-gendhing ini memang di per untukkan kusus buat orang tua-tua yang duduknya didepan-depan itu, cara jawanya alusan disik gitu mbak. Na baru setelah itu selesai, baru Badutan mulai dimainkan. Semua itu dimainkan dengan alat gamelan yang sama, jadi ndak mungkin kalo diubah nadanya pasti jadi gak enak mbak kalo buat main gendhinggendhing. Jadi kalo gamelan pelog ya masih tetep pelog ji ro lu pat ma nem pi dan slendro ya tetep slendro ji ro lu ma nem ji. (sambil memperagakan dengan suara).

172 P : Ohh ya pak. Kalo untuk sesi Badutan apakah semua gamelan pelog dan slendro semua dipakai ya pak? NS : ohh nggak mbak, kalo sesi badutan cuma gamelan pelog saja yang dipakai, yang slendro nggak dipakai. P : kalo untuk anggota pak, ada berapa jumlah penabuh utau niyaga dan pesinden dalam Kesenian Badutan? NS : Biasane ada sekitar 15 niyaga mbak, kalo pesinden sekitar 3-4. Tapi masuk sesi Badutan nggak semua main alat mbak. Soale kan seperti yang saya jelaskan tadi, sebelum masuk sesi badutan itu ada karawitan seperti biasa na di sesi karawitan itu semua niyaga menabuh, tapi kalo sudah mulai malam Badutan nya mulai keluar nanti nggak semua niyaga main mbak hanya beberapa saja, tp ya nanti kadang mainnya gentian, wong biasane kan pemain gamelan itu disuruh main apa saja bisa asal sudah tau selehnya. Kecuali kendang jaipong kalo itu harus punya keahlian sendiri. P : sebentar pak saya tertarik dengan yang bapak katakan mengenai seleh. Seleh itu jadi artinya gimana pak? NS : Begini mbak seleh nada itu acuan untuk kami sebagai penabuh gamelan untuk memainkan masing-masing alat musik dalam gamelan Badutan. Jadi begini sebentar saya tunjukkan salah satu notasi yang saya punya. (sambil melihat notasi) seleh nada itu jadi begini mbak contohnya di lagu morena ini biasanya notasinya begini diatas ini selain untuk seleh gamelan

173 ini ada acuan intro buat demung na diakhir ini setiap ini kan ada akhirnya(sambil menunjuk notasi) na itu adalah seleh nadanya. Termasuk dibawah ini saat nyanyinya sinden sudah masuk ini yang ditulis dinotasi ini cuma seleh nada saja. Misalnya seperti ini tertulis pat pat lu lu pat pat lu lu ji nem ji ma ji nem pi pi na itu adalah seleh nadanya mbak. P : sebentar pak saya kurang paham untuk bagaimana permainan melodi masing-masing alat gamelannya. Bagaimana bisa notasi hanya satu begini tapi bisa dipakai untuk acuan beberapa instrument atau alat gamelan? NS : jadi begini mbak setiap alat gamelan itu kan punya cara mainnya sendirisendiri misalnya seperti demung itu selain sebagai melodi saat sinden sudah menyanyi dia bertindak sebagai pemangku irama dengan permainan imbal misalnya seleh pat ya mainnya bergantian main di nada pat. Kalo saron itu biasa mengimbal empat nada jadi misal seleh pat itu mainnya pi nem ma pat. Jadi untuk saron ini mainnya dengan nada diatasnya yang nada paling akhir adalah bertindak sebagai selehnya. Kalo peking itu mainnya selehnya di mainkan dua kali atau disebut nuthuke doble. Kalo bonang itu jadi gentian antara bonang barung dan bonang penerus, kalo bonang barung biasa dipukul pas di selehnya misal pat ya dipukul dinada pat, kalo bonang penerus karena suaranya lebih kecil dia dipukul nada dibawahnya seleh misal di notasi tertulis seleh pat ya yang dipukul dinada lu atau ro tinggal enaknya nanti gimana. Kalo kenong itu langsung main

174 di selehnya saja pas dipukulan ke empat jadi contohnya begini ji ro lu tong (sambil memperagakan dengan suara) nanti pindah seleh ya begitu. Na kalo kempul kalo seleh nada ji, ro, pat, ma, nem, pi kempul yang dipukul adalah kempul nada nem, yang beda kalo seleh nada jatuh di nada lu, kempul ya dipukul di nada lu. Trus disambut pukulan gong suwukan tong tong gor tong tong gor (sambil memperagakan dengan suara). Na kalo gong ageng cuma dipukul di akhir lagu. Sudah paham belum mbak? P : ohh ya saya mengerti pak. Mungkin yang saya tanyakan bagaimana dengan nada imbalnya masing-masing instrumen atau alat musik jika misalnya selehnya seperti lagu morena ini pak (sambil menunjuk notasi)? NS P : maksutnya gimana mbak saya kurang paham pertanyaan mbak lina? : misalnya gini pak tadi kan bapak menerangkan kalo imbal saron itu misal seleh pat itu imbalnya pi nem ma pat, misal bonang barung dan penerus seleh pat imbalnya juga pat dan lu atau ro. Na yang saya tanyakan pak bagaimana permainan nadanya jika selehnya bukan lagi di nada pat misalnya dinada-nada lain seperti notasi lagu morena ini? NS : ohh ya saya paham mbak.. Begini saja saya catatkan permainan imbal yang biasa saya mainkan ya mbak? (sambil mencatat di kertas) P NS : Ohh ya pak trimakasih pak. : na ini mbak coba dibaca dan dipahami dulu ngerti nggak yang saya maksut ditulisan ini?

175 P NS : Ohh ya ya pak sudah mengerti saya pak. Trimakasih ya pak? Hhehe.. : iya mbak nggak pa pa. malah seneng saya bisa ngajari begini wong biasa anak-anak muda itu kalo meh ajar karawitan ya siapa lagi kalo bukan saya yang ngajari mbak.. hahaha.. P : Ohh ya ya pak. Hehehe.. Kalo untuk imbal nada seperti yang bapak tuliskan ini apakah bisa dimainkan pada lagu yang lain jika seleh nadanya sama, misalnya selain lagu morena begitu pak? NS : Ya tentu bisa mbak. Makanya seperti yang saya jelaskan tadi kalo seleh nada ini adalah acuannya orang main gamelan badutan kalo sudah tau selehnya ya tau mainnya. Jadi imbal seperti ini bisa mbak dimainkan di lagu yang lain, misalnya ini lagu tresno waranggono ini ada juga seleh lu, na ini mainnya juga sama seperti yang saya tulis ini. Sudah paham mbak? P NS : ohh ya sudah sudah pak. : ohh ya baru ingat saya hampir ketinggalan permainan saron itu tidak hanya main imbal empat nada seperti tadi, tapi ada pula yang main hanya dua nada. Na itu hanya dimainkan satu kali empat hitungan saat mau pindah seleh. Jadi begini misal dari seleh pat saronnya imbal di pi nem ma pat saat mau pindah seleh imbalnya jadi pat dan nada atasnya misal ma jadi pat ma pat ma pat ma begitu (sambil memperagakan dengan suara) itu namanya ater mbak. P : ohh ya pak komplit sekali penjelasan dari bapak. Trimakasih banyak ya

176 pak. NS : iya mbak nggak pa pa santai saja. Hehehe.. gimana masih ada lagi pertanyaannya? P NS : Untuk notasi seperti ini, ini siapa ya pak yang membuat? : ini saya sendiri mbak yang buat saya sebagai pemain saron demung biasanya. Saron demung itu kan punya peran penting ya membawakan intro lagu itu, trus saya biasanya waktu begini santai begini saya manfaatkan buat cari lagu-lagu yang lagi hits paling saya nonton tv atau lihat cah enom-enom itu pada lagi suka lagu apa. Na nanti akan saya buat notasinya dulu buat siap-siap ya mbok menowo besug waktu main pentas tiba-tiba lagunya di reques namanya juga Musik Badutan mbak mainnya lagu juga cuma berdasarkan requesan penonton. P : ohh jadi begitu ya pak. Jadi nanti yang nyiapkan seluruh notasi itu Bapak pada waktu pentas nanti notasi akan disebarkan ke seluruh niyaga gamelan gitu ya pak? NS P : ya betul mbak. Jadi mereka sudah tinggal main saja. : ohh ya ya pak sudah paham dan banyak sekali ilmu yang saya dapat pak. Sekian dulu wawancara saya akhiri. Trimakasih banyak untuk penjelasan dan waktunya ya pak. Kulo nyuwun pamit. Matursuwun.

177 NS : ya mbak sami-sami. Karanganyar, 13 September 2015 Ratno

178 HASIL WAWANCARA Narasumber Tempat : Hery Sukamto : Bakalan RT 01/RW 01, Jumapolo, Karanganyar Hari/Tanggal : 20 September 2015 Peran : Guru SD/PNS dan Pekerja Seni Karawitan Keterangan : P = Peneliti, NS = Narasumber P NS P : Sugeng siang pak. Kulanuwun. : Monggo monggo pinarak mbak. : Njih pak. Sowan kulo mriki bade ngawontenaken wawancara kados punopo ingkang sampun kulo sanjang kala wingi pak. NS P : Ohh njih mbak. : Nyuwun panganpunten kagem wawancara menika kulo ngagem Bahasa Indonesia njih pak supados saged langkung jelas. Nopo bapak sampun siap. NS P NS : njih sampun mbak. : apa yang bapak ketahui tentang kesenian Badutan pak? : kesenian Badutan itu kalo menurut saya Kesenian musik yang terbentuk dari bercampurnya seni karawitan dengan musik dangdut atau musik pop. Tapi paling sering adalah dangdut. Kesenian Badutan biasanya keluar

179 diakhir-akhir karawitan. Kalo karawitan awal-awal itu biasane kan nyepakne tiyang sepuh sepuh supaya bisa menikmati na kalo sudah sampai badutan ini biasane nyepakne cah nom genti buat pada jogetan gitu mbak. P : Ohh iya iya pak. Kalo kesenian Badutan ini lahirnya sekitar tahun berapa ya pak dan bagaimana sejarahnya? NS : wah kalo lahir pastinya gag bisa diprediksi mbak. Soalnya muncul begitu saja dari dulu. Wong kalo dulu saya inget itu pernah disini grub bapak saya dulu diminta main lagu dangdut itu padahal latihannya itu ya karawitan gendhing-gendhing asli eh la kok cah nom-nom tu njaluke ya aneh-aneh mundut lagu itu lagunya dangdut. Kalo orang-orang karawitan asli seperti saya, bapak saya dulu, terus pakar-pakar karawitan asli itu malah podo anyel mbak, soale kaya merusak itu lho. Gething jane nek main yang gitu-gitu, tapi ya gimana lagi wong namanya juga selerane penonton, selerane seg nanggap ya kami sebagai anggota karawitan ya manut saja lah main ya sudah dimainkan nanti ndak ngamuk malah yang pada nonton.. hahaha..jadi semakin kesini Badutan itu ternyata semakin digemari mbak. Mbak lihat saja setiap pertunjukkan, kalo acara karawitan biasa sudah hampir selesai sekitar jam 9 sampai jam 10an malam itu pasti banyak cah nom-nom yang datang dari mana-mana itu pada kumpul nunggu Badutannya keluar. Mereka banyak juga yang datang dari jauh

180 seperti matesih, jumapolo, jatiyoso datang cuma pengen nonton Badutannya mbak. Kalo sudah keluar badutannya waa wes joget semua mbak. Kalo disini bahasanya ngibing. Hehe.. P : ohh jadi sepenuhnya lagu-lagu pada Kesenian Badutan itu sepenuhnya dimainkan berdasarkan seleranya penonton ya pak? NS : iya betul begitu mbak, urutan lagu-lagunya yang dimainkan itu semua yang minta penonton biasane ngasih orek-orekan gitu dikertas terus dikasihkan ke MCnya. Na kalo sekarang Badutan itu lagunya tambah banyak banget mbak apalagi sekitar tahun 2011an sampe sekarang ini dangdut kan baru gila di tv tv mbak. Jadi cah nom nom itu lebih aktif mereka mengenal lagu-lagu dangdut yang baru-baru itu. Na yang kether itu penabuhnya yang bikin notasi harus lebih aktif lihat-lihat kondisi lagulagu yang lagi tren sekarang. P : ohh iya pak. Kalo dari kemarin kan saya lihat Kesenian Badutan itu kan digelar ditempat wong mantenan saja to pak. Na selain ditempat mantenan, Badutan itu digelar di acara apa saja pak? NS : digelar badutan itu tidak hanya dimantenan mbak, seperti dikhitanan, trus acara seperti tujuh belasan, bersih desa, pentas seni se kecamatan gitu biasanya juga ada badutannya mbak. P : kalo dari jumlah pemain pak ada sekitar berapa pak?

181 NS : kalo niyaga itu sekitar 15an orang mbak, nanti ada 1 MC, ada 3-4 sindhen. P NS : Kalo kostumnya saat pentas gimana biasanya pak? : biasanya yang laki-laki memakai berkap dan yang perempuan pakai kebaya mbak, seperti orang karawitan biasanya saja mbak. P NS : kalo untuk waktu pementasannya sekitar jam berapa pak? : ini saya jelaskan kalo acara mantenan saja ya mbak yang paling sering nanggap. Pementasan bisa siang bisa malam mbak. Kalo malam biasa digelar jam 7 malam nanti dibuka dengan bonangan, trus berlanjut ke gendhing atau tembang, baru nanti jam 9 nan atau jam 10 an itu masuk ke Badutan jam setengah 12 sampai jam 12 malam biasanya acara selesai tapi ya tergantung penontonnya lagi kalo njaluk tanduk ya sok punjul mbak. P : Na kalo urutan lagu Badutannya sendiri pak. Kemarin kan saya waktu pementasan mengamati setiap lagu Badutan itu selalu dibuka dengan intro, kemudian lagu masuk bait pertama, reff, kembali ke intro trus bait kedua, reff lagi selesai. Hampir semua seperti itu, apa memang begitu pak urutannya? NS : ohh iya mbak. Diulang dua kali seperti itu kalo bahasa karawitan diarani rong rambahan. Rambahan itu artinya ulangan.

182 P : kalo untuk alat gamelannya pak untuk kesenian Badutan apa saja pak yang dipakai? NS : alatnya ya cuma itu kok mbak balungan saron, demung, peking, bonang barung, bonang penerus, kenong, kempul, gong, dan kendang jaipong. P : kalo untuk nadanya pada alatnya pak apa pernah ada perubahan menjadi diatonik do,re,mi,fa,sol,la,si,do (sambil memperagakan)? NS : ohh gag mbak kalo diubah begitu, wong awalnya juga buat karawitan kok gag enak mbak kalo nadane dirubah. P : kalo menurut Pak Hery sendiri, bagaimana badutan dimasa sekarang pak? NS : ya Badutan itu sekarang semakin diminati mbak. Yang joget dan seg seneng itu ra gur cah nom mbak, wong tuwa tuwa sekarang ya pada gandrung dan nunggu-nunggu pagelaran Badutan setiap ada acara karawitan disini. Ya saya sebagai seniman jawa sekarang ya harus mau mengikuti jaman dan seleranya masyarakat. Ya to mbak? Apa yang disukai masyarakat ya harus bisa diikuti buat saya sendiri begitu. P : ohh ya pak saya sudah lebih banyak memahami tentang kesenian Badutan ini, wawancaranya saya cukupkan sekian dulu ya pak, besug kalo ada yang mau ditanyakan lagi saya tak tanya lagi ke bapak. NS P : ohh ya mbak : trimakasih ya pak, saya mohon pamit.

183 NS : ya ya mbak monggo-monggo nderekne. Karanganyar, 20 September 2015 Hery Sukamto

184 HASIL WAWANCARA Narasumber Tempat : Wiwin Suhesti : Kebak RT:07/RW 10, Jumantono, Karanganyar Hari/Tanggal : 27 September 2015 Peran : Pekerja Seni Keterangan : P = Peneliti, NS = Narasumber P NS P : Kulonuwun mbak wiwin : ohh mbak lina mongo pinarak mlebet mbak. : ohh geh mbak maturnuwun, kedatangan saya kesini mau mengadakan wawancara seperti yang sudah saya sampaikan kemarin mbak. Apakah mbak wiwin sudah siap? NS P NS : ohh ya sudah siap saya mbak. : lagu apa saja ya mbak yang dibawakan dalam kesenian badutan? : kalo lagunya itu ada yang memang badutan asli ada juga yang garap campuran dengan dangdut mbak. Yang ditanyakan yang mana soalnya kalo saya sebutkan semua banyak banget itu mbak. P : yang dicampur dengan dangdut aja mbak yang sering sering dinyanyikan saja.

185 NS : ohh kalo itu lagune biasane ini mbak sakitnya tu disini, trus morena, trus goyang itik, abg tua, bukan cabe-cabean, senandung rindu, cemburu dan rindu, ojo nesu-nesu, satu malam lagi, wedi karo bojomu, dag dig dug, digeol asik, wahh masih banyak banget mbak. P : na kalo pas pertunjukan badutan itu mbak wiwin ambil nada nyanyinya berdasarkan apa mbak? NS : wah ya gampang mbak wong saya nyanyi juga sudah lama, tapi kalo ajaran itu paling gampang ya didengerne demungnya aja mbak pas main melodi la nanti saya ngikuti. P : ohh gitu ya mbak. Merasa kesulitan nggak mbak buat nyanyi badutan dangdut ini? NS : gag tu mbak. Kan saya sudah biasa wong seperti itu nyanyi sama kaya lagu aslinya aja mbak, kaya saya gini kan sering-sering denger lagu-lagu baru aja pasti nanti sudah bisa sendiri. P : kalo kemarin waktu pementasan kan saya denger mbak wiwin juga seperti nggojeki penonton atau niyaga-niyaga itu memang apakah haruskah seperti itu mbak? NS : ohh iya dong mbak ya itulah kemampuan lain yang harusnya sindhen itu punya. Selain cuma suaranya bagus sindhen itu juga harus bisa ndagel supaya suasana juga jadi lebih akrab. Suaranya bagus kalo gag bisa ndagel

186 juga percuma mbak pasti sepi job, soale itu juga jadi perhitungan wong nanggap e mbak, kalo sindhen sudah lucu pasti juga diperhitungkan mbak. P : ohh iya iya mbak jadi seperti ndagel itu juga jadi kewajibannya sindhen ya mbak? NS : iya mbak nanti paling gathuk-gathukan sama MCne sok nanti yen wes ketemu jodone buat ndagel sama MCne nanti bisa membawa suasana menjadi lebih meriah mbak. P : ohh ya mbak. Kalo kemarin saya juga mendengar mbak wiwin menyanyikan lagu anak-anak itu bagaimana mbak? NS P : Na itu juga bagian dari ndagel juga mbak biar tambah meriah. : Kalo yang mbak wiwin hak e atau hok ya hok ya bareng dengan ropel kendhang itu apa namanya mbak? NS : ohh itu senggak mbak. Itu juga berperan penting buat membawa suasana menjadi gayeng mbak, kalo gag ada itunya ndlujur aja ya sepi mbak. P : kalo untuk cengkoknya mbak, mbak wiwin merubah cengkok lagunya gag mbak menjadi pelog atau slendro begitu? NS : ohh ya ndak mbak kalo itu, paling cuma tak tambah senggak senggak aja, kalo nyanyinya ya biasa kaya aslinya aja. P : kalo buat posisi bernyanyinya mbak, gimana apakah seperti sindhen karawitan duduk begitu atau berdiri?

187 NS : kalo posisi itu gayeng berdiri mbak nanti bisa njoget barang, kadang jogetnya sama penonton juga. Na kalo sudah joget kan nanti biasanya dapet sawer juga saya mbak lumayan hehe.. kalo diam saja waahh kurang gayeng gitu mbak. P : ohh ya ya mbak. Sudah banya sekali info yang saya dapat tentang Seni Badutan ini mbak. Wawancara saya cukupkan sampai disini dulu, besug kalo ada yang pengen saya tanyakan lagi nanti tak tanya mbak wiwin lagi. Trimakasih atas waktunya ya mbak, saya mohon pamit. NS : ohh ya mbak. Sama- sama. Karanganyar, 27 September 2015 Wiwin Suhesti

188 HASIL WAWANCARA Narasumber Tempat : Agus Sumarsono : Sringin RT 04/RW 05, Ngunut, Jumantono, Karanganyar Hari/Tanggal : 2 Oktober 2015 Peran : Penonton Keterangan : P = Peneliti, NS = Narasumber P NS P : Selamat malam mas? : Ya selamat malam mbak, ada apa ya? : Saya mahasiswa UNY yang sedang melakukan penelitian dengan grub kesenian palupi laras ini mas, saya mau mengadakan wawancara sedikit dengan mas sebagai penonton, apakah mas bersedia? NS P NS P : oh ya bersedia gak pa pa mbak. : dengan mas siapa mas ini mohon maaf? : saya Agus Sumarsono mbak. : Ohh ya mas. Pertama yang ingin saya tanyakan apa yang mas Agus ketahui tentang Kesenian Badutan? NS : Seni Badutan itu ya klenengan yang membawakan lagu dangdut mbak. Badutan itu diadakan untuk menyiapkan penonton yang ingin berjoget. P : ohh ya mas. Kalo menurut mas Agus lebih enak didengarkan yang mana apakah karawitan biasa atau karawitan Badutan?

189 NS : ya lebih enak Badutan mbak kalo saya wong saya ini dating kesini Cuma mau lihat itunya aja og mbak, pengen ikut joget sama temen disini. Kalo karawitan biasa kan memang nyiapkan untuk orang tua mbak. P NS P : kalo temen-temen mas tadi juga datangnya pas badutannya aja mas? : ohh iya mbak memang anak-anak itu yang ditunggu itu og mbak. Hehe.. : kalo untuk grub Palupi Laras ini memang mas senang atau asal Badutan aja mas pasti datang? NS : Kalo saya Badutan mana aja sering nonton mbak, tapi kalo Palupi laras ini memang saya lebih ngikuti, tukang kendange itu lho mbak orange gayeng kendangane juga gayeng, sindhene juga cantik-cantik.. hehe.. P : ohh ya ya mas. Memang beda yah pembawaan Kesenian Palupi Laras ini mas? NS : ya itu mbak kalo menurut saya tukang kendange gayeng mungkin karena dia masih muda mbak.. P : ohh ya ya mas. Sudah ya mas wawancaranya, trimakasih untuk waktu dan infonya. NS : ya sama-sama mbak. Karanganyar, 2 Oktober 2015 Agus Sumarsono

190 LAMPIRAN 4 NOTASI ANGKA

191 Notasi Marai Cemburu

192 Notasi Munaroh, Ora Po Po, dan Padang Kuning

193 Notasi Morena

194 Notasi Tresno Waranggono

195 Notasi Sakitnya Tu Disini

196 LAMPIRAN 5 HARMONI PERCAMPURAN PENTATONIK DAN DIATONIK DALAM LAGU MORENA

197

198

199

200

201

202

203

204

205

206

207

208

209 Contoh harmoni hasil dari percampuran melodi pada serangkaian instrumen gamelan dengan vokal pada lagu morena (dok. Marlina 2015)

210 LAMPIRAN 6 FOTO-FOTO PENELITIAN

211 Susunan Instrumen Gamelan (Dok Marlina 2015) Peneliti bersama para Pengrawit (Dok Marlina 2015)

212 Posisi Sinden dan MC (Dok Marlina 2015 Posisi Sinden, MC, dan Seluruh Pengrawit (Dok. Marlina 2015)

213 Para Penonton yang Berjoget (Dok Marlina 2015) Interaksi Sinden dan Penonton yang berjoget bersama (Dok Marlina 2015)

214 Seorang penabuh instrumen kendhang jaipong sebagai pengatur irama (Dok Marlina 2015) Penabuh Saron Demung sebagai pemain intro lagu (Dok. Marlina 2015)

DASAR-DASAR PENGETAHUAN BELAJAR KARAWITAN UNTUK ANAK SD

DASAR-DASAR PENGETAHUAN BELAJAR KARAWITAN UNTUK ANAK SD DASAR-DASAR PENGETAHUAN BELAJAR KARAWITAN UNTUK ANAK SD Tata Tertib Pelajaran Karawitan Untuk anak SD 1. Ketika datang dari kelas ke ruang gamelan siswa dilarang ribut. 2. Sebelum masuk ruang gamelan siswa

Lebih terperinci

SMK NEGERI 1 JAPARA TAHUN 2017

SMK NEGERI 1 JAPARA TAHUN 2017 SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SEMUA BIDANG KEAHLIAN MODUL SENI BUDAYA ( Seni Musik ) Penulis : Ucu susiawan Ssn SMK NEGERI 1 JAPARA TAHUN 2017 Kompetensi Inti 1. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan

Lebih terperinci

14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya

14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya 14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya Alat musik tradisional asal Jawa Tengah (Jateng) mencakup gambarnya, fungsinya, penjelasannya, cara memainkannya dan keterangannya disajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan banyak suku dan budaya yang berbeda menjadikan Indonesia sebagai bangsa

Lebih terperinci

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk LAMPIRAN Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk 85 KERANGKA MATERI VIDEO PEMBELAJARAN MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA Materi Pengertian Musik Tradisional Nusantara Lagu Tradisional Nusantara Penggolongan

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMA KASIH...

UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR FOTO... ix DAFTAR NOTASI... x DAFTAR BAGAN... xi DAFTAR PARTITUR... xii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Gamelan, Orkestra a la Jawa

Gamelan, Orkestra a la Jawa Gamelan, Orkestra a la Jawa Gamelan jelas bukan musik yang asing. Popularitasnya telah merambah berbagai benua dan telah memunculkan paduan musik baru jazz-gamelan, melahirkan institusi sebagai ruang belajar

Lebih terperinci

PENGARUH RESONATOR TERHADAP BUNYI NADA 3 SLENTHEM BERDASARKAN SOUND ENVELOPE. Agung Ardiansyah

PENGARUH RESONATOR TERHADAP BUNYI NADA 3 SLENTHEM BERDASARKAN SOUND ENVELOPE. Agung Ardiansyah PENGARUH RESONATOR TERHADAP BUNYI NADA 3 SLENTHEM BERDASARKAN SOUND ENVELOPE Agung Ardiansyah 1108100057 *Pendahuluan 3 * Pendahuluan 01. Latar Belakang Dalam pagelaran gamelan berbeda dengan pagelaran

Lebih terperinci

TIGA KONSEP PENTING: VARIASI, PENGOLAHAN DAN KAIT-MENGAIT. 6.1. Variasi

TIGA KONSEP PENTING: VARIASI, PENGOLAHAN DAN KAIT-MENGAIT. 6.1. Variasi TIGA KONSEP PENTING: VARIASI, PENGOLAHAN DAN KAIT-MENGAIT 77 TIGA KONSEP PENTING: VARIASI, PENGOLAHAN DAN KAIT-MENGAIT Pada bab ini, kita akan membahas tiga konsep teknis yang penting dalam musik Indonesia.

Lebih terperinci

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2.

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2. A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Musik sebagai bagian dari kebudayaan suatu bangsa, merupakan ungkapan serta ekspresi perasaan bagi pemainnya. Kebudayaan juga merupakan cerminan nilai-nilai personal,

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Dari hasil penelitian di atas disimpulkan bahwa Srimpi Pandhelori

BAB IV PENUTUP. Dari hasil penelitian di atas disimpulkan bahwa Srimpi Pandhelori BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian di atas disimpulkan bahwa Srimpi Pandhelori merupakan salah satu kesenian yang ada di Keraton Yogyakarta yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwono VII.

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Yogyakarta khususnya gending-gending soran, agar terus dikaji dan digali, baik oleh

BAB IV PENUTUP. Yogyakarta khususnya gending-gending soran, agar terus dikaji dan digali, baik oleh BAB IV PENUTUP Tugas Akhir ini merupakan usaha untuk penggalian gending-gending tradisi Yogyakarta. Upaya untuk pelestarian dan usaha pengembangan karawitan gaya Yogyakarta khususnya gending-gending soran,

Lebih terperinci

SUARA DAN GAYA Instrumentasi 1

SUARA DAN GAYA Instrumentasi 1 SUARA DAN GAYA 45 SUARA DAN GAYA VIDEO CD VCD I: track 13 dan 14 Gamelan Jawa Tengah track 15 Kentangan dan geniqng, Benuaq Kaltim track 16 Gondang Sabangunan, Batak Toba track 17 Gong Waning, flores track

Lebih terperinci

Seni Musik Tradisional Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat

Seni Musik Tradisional Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat Seni Musik Tradisional Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari ribuan pulau yang terbentang dari Papua hingga Aceh. Dari sekian banyaknya pulau beserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik adalah sebuah bentuk karya seni yang terdiri dari bunyi-bunyian instrumental atau vokal ataupun keduanya, yang menghasilkan sebuah karya yang indah dan harmonis.

Lebih terperinci

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½ AKORD BAHAN USBN M = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = 1 4 5 = 2 ½ - 1 Sus 2 = 1 2 5 = 1 2 ½ MUSIK KONTEMPORER Ciri-Ciri Seni Kontemporer secara umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai suku bangsa dan budaya yang beraneka ragam. Budaya maupun kesenian di setiap daerah tentunya berbeda beda.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI BAB III ANALISIS KOMPOSISI Suita Gambang Semarang untuk Kuartet Gitar dan Erhu merupakan komposisi yang menerapkan struktur suita modern, dimana tidak memiliki bentuk baku seperti yang ada pada suita barok.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan bangsa yang mempunyai kekayaan tradisi dan budaya. Kekhasan serta kekayaan bangsa dalam tradisi dan budaya yang dimiliki, bukti bahwa

Lebih terperinci

Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kota Surakarta. PDSPK, Kemendikbud

Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kota Surakarta. PDSPK, Kemendikbud Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kota Surakarta PDSPK, Kemendikbud DAFTAR ISI A. Pendahuluan B. Pengertian Warisan Budaya Tak Benda C. Hasil Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya

Lebih terperinci

GENDING PLARA-LARA KALAJENGAKEN LADRANG LANGEN SUKA LARAS SLENDRO PATHET SANGA

GENDING PLARA-LARA KALAJENGAKEN LADRANG LANGEN SUKA LARAS SLENDRO PATHET SANGA GARAP GENDER GENDING PLARA-LARA KALAJENGAKEN LADRANG LANGEN SUKA LARAS SLENDRO PATHET SANGA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 dalam bidang karawitan Kompetensi

Lebih terperinci

ARTIKEL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENINGKATAN KETERAMPILANMEMAINKAN MUSIK KARAWITAN BAGI ANAK-ANAK PADA SANGGAR NOGO KAYUNGYUN

ARTIKEL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENINGKATAN KETERAMPILANMEMAINKAN MUSIK KARAWITAN BAGI ANAK-ANAK PADA SANGGAR NOGO KAYUNGYUN ARTIKEL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENINGKATAN KETERAMPILANMEMAINKAN MUSIK KARAWITAN BAGI ANAK-ANAK PADA SANGGAR NOGO KAYUNGYUN KELUHARAHAN PADANGSARI KECAMATAN BANYUMANIK KOTA SEMARANG Oleh : Ketua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Musik gamelan telah menjadi identitas budaya masyarakat Indonesia, karena telah hidup membudaya dan menjadi tradisi pada kehidupan masyarakat dalam kurun

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Pelaksanaan AKSARA 2017

Petunjuk Teknis Pelaksanaan AKSARA 2017 Petunjuk Teknis Pelaksanaan AKSARA 2017 A. Deskripsi Aksara Aksara (Ajang Kreasi Seni Budaya Airlangga) terdiri dari 2 kategori lomba yaitu lomba tari dan karawitan berskala Nasional yang diadakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Seni Budaya di Sekolah Menengah Pertama merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Seni Budaya di Sekolah Menengah Pertama merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Seni Budaya di Sekolah Menengah Pertama merupakan pembelajaran dasar yang memberikan satu kontribusi nyata dalam membangun karakter bangsa melalui

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. didapat beberapa kesimpulan mengenai pancer. Tabuhan pancer yang selama ini

BAB IV KESIMPULAN. didapat beberapa kesimpulan mengenai pancer. Tabuhan pancer yang selama ini BAB IV KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraiakan pada bab sebelumnya, didapat beberapa kesimpulan mengenai pancer. Tabuhan pancer yang selama ini menjadi sesuatu yang sepele dan kurang

Lebih terperinci

UKDW LATAR BELAKANG. Sebagai tempat wisata dan edukasi tentang alat musik tradisional jawa. Museum Alat Musik Tradisional Jawa di Yogyakarta.

UKDW LATAR BELAKANG. Sebagai tempat wisata dan edukasi tentang alat musik tradisional jawa. Museum Alat Musik Tradisional Jawa di Yogyakarta. Rupa Seni Pertunjukan Musik Tradisional = dimainkan sendiri maupun sebagai pengiring kesenian tradisional lainnya Luntur karena globalisasi, perkembangan jaman dan pengaruh musik modern LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

G L O S A R I 121 GLOSARI

G L O S A R I 121 GLOSARI G L O S A R I 121 GLOSARI aerofon (aerophone) : jenis alat musik yang sumber getar utamanya adalah udara, contohnya: suling, serunai, klarinet. akord : paduan beberapa nada yang dibunyikan pada waktu bersamaan

Lebih terperinci

ANALISIS MUSIK CALEMPONG (LAGU MUARA TAKUI) DI KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG KABUPATEN KAMPAR RIAU

ANALISIS MUSIK CALEMPONG (LAGU MUARA TAKUI) DI KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG KABUPATEN KAMPAR RIAU ANALISIS MUSIK CALEMPONG (LAGU MUARA TAKUI) DI KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG KABUPATEN KAMPAR RIAU Sri Martini Guru SMP Negeri 2 Singingi srimartini173@gmail.com ABSTRAK Seni musik calempong Kampar merupakan

Lebih terperinci

FUNGSI KESENIAN LEDHEK DALAM UPACARA BERSIH DESA DI DUSUN KARANG TENGAH, DESA NGALANG, GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL SKRIPSI

FUNGSI KESENIAN LEDHEK DALAM UPACARA BERSIH DESA DI DUSUN KARANG TENGAH, DESA NGALANG, GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL SKRIPSI FUNGSI KESENIAN LEDHEK DALAM UPACARA BERSIH DESA DI DUSUN KARANG TENGAH, DESA NGALANG, GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

GARAP REBAB GENDING PLARA-LARA KALAJENGAKEN LADRANG LANGEN SUKA LARAS SLENDRO PATET SANGA

GARAP REBAB GENDING PLARA-LARA KALAJENGAKEN LADRANG LANGEN SUKA LARAS SLENDRO PATET SANGA GARAP REBAB GENDING PLARA-LARA KALAJENGAKEN LADRANG LANGEN SUKA LARAS SLENDRO PATET SANGA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 dalam bidang karawitan Kompetensi

Lebih terperinci

PERUBAHAN ALAT MUSIK PENGIRING TAYUB DI DESA SULURSARI KECAMATAN GABUS KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI

PERUBAHAN ALAT MUSIK PENGIRING TAYUB DI DESA SULURSARI KECAMATAN GABUS KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI PERUBAHAN ALAT MUSIK PENGIRING TAYUB DI DESA SULURSARI KECAMATAN GABUS KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. pelestarian dan keberlangsungan seni karawitan. Pada gending tengahan dan

BAB IV PENUTUP. pelestarian dan keberlangsungan seni karawitan. Pada gending tengahan dan BAB IV PENUTUP Tugas Akhir dengan kompetensi penyajian adalah sebuah wadah yang pas untuk penggalian gending-gending tradisi. Langkah ini dilakukan dalam upaya pelestarian dan keberlangsungan seni karawitan.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PUPUH KINANTI KAWALI

KARAKTERISTIK PUPUH KINANTI KAWALI KARAKTERISTIK PUPUH KINANTI KAWALI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Yussi

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Sejak diciptakan pada tahun 2008, keberadaan. Saraswati dalam Sidang Senat Terbuka ISI Yogyakarta. Hal ini memberikan

BAB IV PENUTUP. Sejak diciptakan pada tahun 2008, keberadaan. Saraswati dalam Sidang Senat Terbuka ISI Yogyakarta. Hal ini memberikan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Sejak diciptakan pada tahun 2008, keberadaan Mars ISI Yogyakarta menjadi penting dan disejajarkan dengan Himne ISI Yogyakarta serta Tari Saraswati dalam Sidang Senat Terbuka

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Campursari karya Manthous dapat hidup menjadi musik. industri karena adanya kreativitas dari Manthous sebagai pencipta

BAB V KESIMPULAN. Campursari karya Manthous dapat hidup menjadi musik. industri karena adanya kreativitas dari Manthous sebagai pencipta BAB V KESIMPULAN Campursari karya Manthous dapat hidup menjadi musik industri karena adanya kreativitas dari Manthous sebagai pencipta produk dan kreativitas dari penyelenggara produk atau produser. Kreativitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT. 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Seni Pertunjukan dalam Tradisi Masyarakat Seni pertunjukan yang terdapat dalam tradisi masyarakat, umumnya masih banyak ditemui ritual-ritual yang berkenaan dengan sebuah prosesi

Lebih terperinci

I. Uraian Materi Musik Tradisional

I. Uraian Materi Musik Tradisional I. Uraian Materi Musik Tradisional 1. Musik Menelaah tentang musik sangat universal, menurut Soedarsono sepanjang sejarah banyak penyair, filsuf, penulis maupun musikus yang telah berupaya mendefinisikannya.

Lebih terperinci

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang mempunyai ciri khas dan bersifat kompleks, sebuah kebudayaan yang lahir di dalam suatu lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah bangsa yang besar. Terdiri dari 33 Provinsi, 17.508 Pulau dan 238 juta penduduk, Indonesia dikenal di mata dunia memiliki kekayaan serta keanekaragaman

Lebih terperinci

Unsur Musik. Irama. Beat Birama Tempo

Unsur Musik. Irama. Beat Birama Tempo Unsur- Unsur Musik Unsur Musik Bunyi Irama Notasi Melodi Harmoni Tonalitas Tekstur Gaya musik Pitch Dinamika Timbre Beat Birama Tempo Musik adalah bagian dari bunyi, namun bunyi dalam musik berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan daerahnya yang sangat bermacam-macam. Banyaknya kebudayaan yang ada di Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. menyajikan salah satu tafsir garap rebab Gending Peksi Bayak laras slendro

BAB IV KESIMPULAN. menyajikan salah satu tafsir garap rebab Gending Peksi Bayak laras slendro BAB IV KESIMPULAN Proses panjang yang telah dilalui pada akhirnya berhasil mewujudkan dan menyajikan salah satu tafsir garap rebab Gending Peksi Bayak laras slendro pathet nem kethuk 4 kerep dhawah kethuk

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan data yang ditemukan dapat disimpulkan bahwa slentho

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan data yang ditemukan dapat disimpulkan bahwa slentho BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data yang ditemukan dapat disimpulkan bahwa slentho Gamelan Kyai Kancilbelik Keraton Surakarta mempunyai spesifikasi bentuk, berbeda dengan slentho yang terdapat

Lebih terperinci

ARANSEMEN ORKES KERONCONG TENGGARA PADA LAGU KR. KEMAYORAN SEBAGAI KAJIAN MUSIKOLOGI

ARANSEMEN ORKES KERONCONG TENGGARA PADA LAGU KR. KEMAYORAN SEBAGAI KAJIAN MUSIKOLOGI ARANSEMEN ORKES KERONCONG TENGGARA PADA LAGU KR. KEMAYORAN SEBAGAI KAJIAN MUSIKOLOGI TUGAS AKHIR Program Studi S-1 Seni Musik Oleh: Devara Egga Perdana NIM. 1311968013 JURUSAN MUSIK FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

Lebih terperinci

KARAWITAN. Apa itu KARAWITAN?

KARAWITAN. Apa itu KARAWITAN? KARAWITAN Apa itu KARAWITAN? Karawitan merupakan kata benda yang terbentuk dari etimologi kata rawit yang berarti sesuatu yang halus, berbelit-belit, dikerjakan dengan proses yang cermat, mendetail dan

Lebih terperinci

KRUMPYUNG LARAS WISMA DI KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULON PROGO: KELANGSUNGAN DAN PERUBAHANNYA. Skripsi

KRUMPYUNG LARAS WISMA DI KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULON PROGO: KELANGSUNGAN DAN PERUBAHANNYA. Skripsi KRUMPYUNG LARAS WISMA DI KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULON PROGO: KELANGSUNGAN DAN PERUBAHANNYA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 pada Program Studi Seni Karawitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. depan yang lebih baik untuk memperbaiki budaya saat ini. Seperti yang dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. depan yang lebih baik untuk memperbaiki budaya saat ini. Seperti yang dikatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pengertian transformasi budaya adalah perubahan konsep, bentuk, fungsi, dan sifat budaya untuk menyesuaikan konstelasi dunia (Mardimin, 1994: 14). Transformasi

Lebih terperinci

ULANGAN KENAIKAN KELAS VII Semester 2

ULANGAN KENAIKAN KELAS VII Semester 2 DOKUMEN NEGARA SANGAT RAHASIA ULANGAN KENAIKAN KELAS VII Semester 2 Mata Pelajaran : SENI BUDAYA Hari / Tanggal : Kelas/Semester : VII / 2 Waktu :. menit I. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Komposisi Musik Musik memiliki lima unsur yaitu: ritme, melodi, harmoni, ekspresi dan bentuk. Pembagian kelima unsur-unsur musik disini sesuai dengan pendapat Jamalus 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menggunakan berbagai jenis alat musik sebagai satu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. yang menggunakan berbagai jenis alat musik sebagai satu kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik gamelan merupakan salah satu seni tradisional di Indonesia yang menggunakan berbagai jenis alat musik sebagai satu kesatuan musikal. Didalam Kamus Besar

Lebih terperinci

MUSIK ANSAMBEL. A. Pengertian dan Jenis Musik Ansambel. Musik ansambel adalah bermain musik secara. bersama-sama dengan menggunakan beberapa

MUSIK ANSAMBEL. A. Pengertian dan Jenis Musik Ansambel. Musik ansambel adalah bermain musik secara. bersama-sama dengan menggunakan beberapa Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan simbol tempo dalam lagu 2. Menjelaskan makna ansambel 3. Menghubungkan antara simbol nada dengan elemen musik 4. Menghubungkan simbol nada dengan tempo dalam lagu 5. Memainkan

Lebih terperinci

Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Instrumentasi dan Fungsi Instrumen

Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Instrumentasi dan Fungsi Instrumen Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Wujud merupakan salah satu aspek yang paling mendasar, yang terkandung pada semua benda atau peristiwa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hal ini sudah mulai terlihat dari alunan musikalnya yang unik, dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hal ini sudah mulai terlihat dari alunan musikalnya yang unik, dengan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1) Ciri khas musik Rarak Godang Rarak Godang mempunyai ciri khas dan keunikan tersendiri. Hal ini sudah mulai terlihat dari alunan musikalnya yang unik, dengan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian Lagu gedé dalam Karawitan. Sunda Sebuah Tinjauan Karawitanologi, diketahui keunggulan

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian Lagu gedé dalam Karawitan. Sunda Sebuah Tinjauan Karawitanologi, diketahui keunggulan BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Lagu gedé dalam Karawitan Sunda Sebuah Tinjauan Karawitanologi, diketahui keunggulan musikal lagu gedé tidak dapat diragukan. Kompleksitas musik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi merupakan gelombang mekanis longitudinal yang bisa didengar manusia melalui sensor bunyi berupa gendang telinga. Manusia dapat mendengarkan bunyi disebabkan sumber

Lebih terperinci

2015 PERMAINAN GITAR ILLO DJEER DALAM MUSIK KERONCONG TUGU PADA GRUP ORKES KRONTJONG TOEGOE

2015 PERMAINAN GITAR ILLO DJEER DALAM MUSIK KERONCONG TUGU PADA GRUP ORKES KRONTJONG TOEGOE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keroncong merupakan salah satu genre musik hasil daya cipta masyarakat Indonesia. Keberadaan musik keroncong di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh bangsa

Lebih terperinci

PADA KARAWITAN GAYA YOGYAKARTA: SUATU KAJIAN MUSIKAL

PADA KARAWITAN GAYA YOGYAKARTA: SUATU KAJIAN MUSIKAL TABUHAN PANCER PADA KARAWITAN GAYA YOGYAKARTA: SUATU KAJIAN MUSIKAL Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 pada Program Studi Seni Karawitan Kompetensi Pengkajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Seni kebudayaan yang berbeda. Tiap daerah memiliki banyak sekali budaya yang berbeda-beda dan merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang bangsa Indonesia hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

ANALISIS FREKUENSI PADA GONG LARAS SLENDRO

ANALISIS FREKUENSI PADA GONG LARAS SLENDRO 30 Indonesian Journal of Science and Education Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017, pp: 30~35 p-issn: 2598-5213, e-issn: 2598-5205 e-mail: ijose@untidar.ac.id, website: jurnal.untidar.ac.id/index.php/ijose

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Budaya sangat penting dalam kehidupan masyarakat, karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Budaya sangat penting dalam kehidupan masyarakat, karena dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya sangat penting dalam kehidupan masyarakat, karena dapat mencerminkan ciri khas suatu masyarakat tersebut. Masyarakat memiliki budaya yang terjadi secara turun-temurun

Lebih terperinci

Makalah. Teori Dasar Musik. Riko Repliansyah Anisa Purnama Sari. Riski Okta Mayasari. Dosen Pengampu: Pebrian Tarmizi,M.Pd Mata Kuliah : Seni Musik

Makalah. Teori Dasar Musik. Riko Repliansyah Anisa Purnama Sari. Riski Okta Mayasari. Dosen Pengampu: Pebrian Tarmizi,M.Pd Mata Kuliah : Seni Musik Makalah Teori Dasar Musik Dosen Pengampu: Pebrian Tarmizi,M.Pd Mata Kuliah : Seni Musik Disusun oleh kelompok 3 Riko Repliansyah Anisa Purnama Sari Fitri Ramadayanti Riski Okta Mayasari (A1G016091) Kelas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... - HALAMAN PENGESAHAN... i. HALAMAN PERNYATAAN... ii. ABSTRAK... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... - HALAMAN PENGESAHAN... i. HALAMAN PERNYATAAN... ii. ABSTRAK... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... - HALAMAN PENGESAHAN... i HALAMAN PERNYATAAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR BAGAN... xiii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Konsep Penyusunan Komposisi Komposisi musik program Tabuhan Telu Kagitaan terbagi dalam tiga bagian yang masing-masing bagiannya menceritakan tentang suasana yang berbeda.

Lebih terperinci

TARI KAWUNG ANTEN KARYA GUGUM GUMBIRA

TARI KAWUNG ANTEN KARYA GUGUM GUMBIRA 1 A. LatarBelakangPenelitian BAB I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakansalahsatupusat mempunyaikebudayaankeseniansunda, keseniantersebutdapatmempengaruhimasyarakatjawa Barat khususnya Kota Bandung.BanyaksekalikeanekaragamankesenianSunda

Lebih terperinci

Bentuk Penyajian Karya Musik Follow Me, Sebuah Karya Musik Pada Ujian Akhir Karya Musik Jurusan Sendratasik Tahun 2013

Bentuk Penyajian Karya Musik Follow Me, Sebuah Karya Musik Pada Ujian Akhir Karya Musik Jurusan Sendratasik Tahun 2013 Bentuk Penyajian Karya Musik Follow Me, Sebuah Karya Musik Pada Ujian Akhir Karya Musik Jurusan Sendratasik Tahun 2013 Oleh: Tomach Muhrizal T (092134262) Dosen Pembimbing: Budi Dharmawanputra, S.Pd.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi. Kendati demikian, dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi. Kendati demikian, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penciptaan Musik adalah pengungkapan gagasan melalui bunyi, yang unsur dasarnya berupa melodi, irama (ritmik), dan harmoni dengan unsur pendukung berupa gagasan, sifat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BENTUK MUSIK IRINGAN KESENIAN TRADISIONAL WAYANG GOLEK CONDHONG LARAS DESA WONOKROMO COMAL PEMALANG

PERKEMBANGAN BENTUK MUSIK IRINGAN KESENIAN TRADISIONAL WAYANG GOLEK CONDHONG LARAS DESA WONOKROMO COMAL PEMALANG PERKEMBANGAN BENTUK MUSIK IRINGAN KESENIAN TRADISIONAL WAYANG GOLEK CONDHONG LARAS DESA WONOKROMO COMAL PEMALANG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

HALAMAN PERSEMBAHAN. Skripsi ini saya persembahkan untuk,

HALAMAN PERSEMBAHAN. Skripsi ini saya persembahkan untuk, HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk, Allah SWT, yang telah memberikan arti serta pembelajaran disetiap detik kehidupan umat manusia. Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi contoh dari

Lebih terperinci

BAB III KESIMPULAN. digunakan adalah akordion, gambus, bedug, bebano, dan rebana. Kedua etnis ini

BAB III KESIMPULAN. digunakan adalah akordion, gambus, bedug, bebano, dan rebana. Kedua etnis ini 46 BAB III KESIMPULAN Komposisi musik berjudul Puja Kesuma merupakan sebuah komposisi musik yang menginterpretasikan sebuah proses kelahiran yang dilatarbelakangi perpindahan orang tua dari Jawa ke Sumatera

Lebih terperinci

Deskripsi Karawitan Tari Iringan Tari Blantek, Golek Ayun-Ayun, dan Padang Ulan Pada Oratorium Kala Kali Produksi ISI Dps

Deskripsi Karawitan Tari Iringan Tari Blantek, Golek Ayun-Ayun, dan Padang Ulan Pada Oratorium Kala Kali Produksi ISI Dps Deskripsi Karawitan Tari Iringan Tari Blantek, Golek Ayun-Ayun, dan Padang Ulan Pada Oratorium Kala Kali Produksi ISI Dps DALAM RANGKA PELANTIKAN REKTOR ISI DENPASAR DI GEDUNG NATYAMANDALA 5 Juni 2004

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. Pupuh Balakbak Raehan merupakan salah satu pupuh yang terdapat dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. Pupuh Balakbak Raehan merupakan salah satu pupuh yang terdapat dalam BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Pupuh Balakbak Raehan merupakan salah satu pupuh yang terdapat dalam album rekaman Pupuh Raehan volume 1 sanggian Yus Wiradiredja. Pupuh Balakbak Raehan mulai diperkenalkan

Lebih terperinci

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gending Karatagan wayang adalah gending pembuka pada pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI BAB III ANALISIS KOMPOSISI Dalam Bab III ini penulis akan menjelaskan tentang struktur dari semua komposisi. Penulis akan memaparkan secara struktural komposisi, Indahnya Bersama yang terdiri dari lima

Lebih terperinci

FUNGSI DAN BENTUK PENYAJIAN MUSIK KRUMPYUNG DI DESA HARGOWILIS KULON PROGO YOGYAKARTA

FUNGSI DAN BENTUK PENYAJIAN MUSIK KRUMPYUNG DI DESA HARGOWILIS KULON PROGO YOGYAKARTA Fungsi dan Bentuk Penyajian... (Darma Prayoga) 1 FUNGSI DAN BENTUK PENYAJIAN MUSIK KRUMPYUNG DI DESA HARGOWILIS KULON PROGO YOGYAKARTA FUNCTION AND FORM OF KRUMPYUNG MUSIC PRESENTATION IN HARGOWILIS KULON

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pelaku seni khususnya dibidang seni musik, baik sebagai seorang seorang pengajar, praktisi,

Lebih terperinci

MATERI UAS SENI MUSIK SEMESTER 5.

MATERI UAS SENI MUSIK SEMESTER 5. MATERI UAS SENI MUSIK SEMESTER 5. Musik merupakan bagian dari dunia bunyi dan atau dunia suara. Seni Suara adalah bentuk penyampaian isi hati manusia melalui suara yang indah dan artistik. Suara dapat

Lebih terperinci

BENTUK PENYAJIAN MUSIK IRINGAN KESENIAN TAYUB DI KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

BENTUK PENYAJIAN MUSIK IRINGAN KESENIAN TAYUB DI KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI BENTUK PENYAJIAN MUSIK IRINGAN KESENIAN TAYUB DI KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULIAN. Bhineka Tunggal Ika yang artinya walau berbeda beda tetapi tetap satu juga.

BAB 1 PENDAHULIAN. Bhineka Tunggal Ika yang artinya walau berbeda beda tetapi tetap satu juga. 1 BAB 1 PENDAHULIAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang terbentuk dari beberapa pulau. Masyarakatnya terdiri dari berbagai macam suku, ras, agama, adat istiadat dan kebudayaan.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SENI KARAWITAN UNTUK MENUMBUHKAN DAN MENINGKATKAN NILAI KEDISIPLINAN DAN KEBERSAMAAN ANAK

PEMANFAATAN SENI KARAWITAN UNTUK MENUMBUHKAN DAN MENINGKATKAN NILAI KEDISIPLINAN DAN KEBERSAMAAN ANAK PKMI-3-19-1 PEMANFAATAN SENI KARAWITAN UNTUK MENUMBUHKAN DAN MENINGKATKAN NILAI KEDISIPLINAN DAN KEBERSAMAAN ANAK Muhammad Arifin, Miftakhul Huda, Tarmiyanti PS Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

SUSUNAN MUSIK: PERANAN GONG DALAM ENSAMBEL Peranan Ritmis dan Struktural Pemegang Mat

SUSUNAN MUSIK: PERANAN GONG DALAM ENSAMBEL Peranan Ritmis dan Struktural Pemegang Mat SUSUNAN MUSIK: PERANAN GONG DALAM ENSAMBEL 53 SUSUNAN MUSIK: PERANAN GONG DALAM ENSAMBEL Dalam bab 4 kita telah mempelajari beberapa cara untuk membedakan antara jenis atau komposisi musik yang satu dengan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. patalon. Unsur yang menjadi ciri khas dari penyajian gending patalon adalah

BAB IV PENUTUP. patalon. Unsur yang menjadi ciri khas dari penyajian gending patalon adalah BAB IV PENUTUP Penyajian karawitan sampai saat ini telah banyak mengalami pembaharuan dan perkembangan, baik dalam konteks karawitan mandiri maupun iringan. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya gending

Lebih terperinci

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta MRAYUNG. Skripsi

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta MRAYUNG. Skripsi MRAYUNG Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 pada program Studi Seni Karawitan Kompetensi Penciptaan Karawitan Oleh: Wahyu Widodo 1210476012 JURUSAN KARAWITAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa latar belakang proses

BAB IV PENUTUP. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa latar belakang proses BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa latar belakang proses penciptaan komposisi Emplèk-Emplèk Ketepu laras slendro patet manyura aransemen Trustho dapat tercipta karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang dipastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara Etimologi istilah seni berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan merupakan hasil cipta manusia dan juga merupakan suatu kekayaan yang sampai saat ini masih kita miliki dan patut kita pelihara. Tiap masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam dari kebudayaan yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, system mata pencaharian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni musik merupakan bidang seni yang sangat diminati, sebab musik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni musik merupakan bidang seni yang sangat diminati, sebab musik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni musik merupakan bidang seni yang sangat diminati, sebab musik merupakan media hiburan yang sangat efektif. Secara umum, musik merupakan kegiatan kesenian

Lebih terperinci

TEKNIK PERMAINAN PIANO KARYA MUSIK THIS IS IT! Andhika Riptayudo Nugroho. Dosen Pembimbing: Drs. Heri Murbiantoro, M.Pd.

TEKNIK PERMAINAN PIANO KARYA MUSIK THIS IS IT! Andhika Riptayudo Nugroho. Dosen Pembimbing: Drs. Heri Murbiantoro, M.Pd. TEKNIK PERMAINAN PIANO KARYA MUSIK THIS IS IT! Andhika Riptayudo Nugroho Dosen Pembimbing: Drs. Heri Murbiantoro, M.Pd. Abstrak Karya musik This Is It! merupakan karya musik jazz yang tergolong musik absolut.

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEPEKAAN NADA DALAM TANGGA NADA PENTATONIK DAN DIATONIK MELALUI LISTENING SONGS PADA SISWA SMP NEGERI 2 TURI SLEMAN YOGYAKARTA

UPAYA PENINGKATAN KEPEKAAN NADA DALAM TANGGA NADA PENTATONIK DAN DIATONIK MELALUI LISTENING SONGS PADA SISWA SMP NEGERI 2 TURI SLEMAN YOGYAKARTA UPAYA PENINGKATAN KEPEKAAN NADA DALAM TANGGA NADA PENTATONIK DAN DIATONIK MELALUI LISTENING SONGS PADA SISWA SMP NEGERI 2 TURI SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan serta pengembangan suatu kesenian apapun jenis dan bentuk kesenian tersebut. Hal itu disebabkan karena

Lebih terperinci

JURNAL KARAWITAN TARI SARASWATI ISI YOGYAKARTA KARYA SUNYATA

JURNAL KARAWITAN TARI SARASWATI ISI YOGYAKARTA KARYA SUNYATA JURNAL KARAWITAN TARI SARASWATI ISI YOGYAKARTA KARYA SUNYATA Oleh Puji Haryono NIM: 1310508012 JURUSAN KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2017 KARAWITAN TARI SARASWATI

Lebih terperinci

2015 PELATIHAN ANGKLUNG SUNDA DI SANGGAR BAMBU WULUNG DI KECAMATAN SITURAJA KABUPATEN SUMEDANG

2015 PELATIHAN ANGKLUNG SUNDA DI SANGGAR BAMBU WULUNG DI KECAMATAN SITURAJA KABUPATEN SUMEDANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angklung merupakan salah satu jenis kesenian yang telah banyak dikenal oleh masyarakat baik secara lokal di Indonesia maupun di Mancanegara. Khususnya di Indonesia kesenian

Lebih terperinci

1. Kendang. Kendang. 2. Rebab

1. Kendang. Kendang. 2. Rebab MACAM MACAM GAMELAN Gamelan Orkestra adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu

Lebih terperinci

Kendangan Matut. Latar Belakang

Kendangan Matut. Latar Belakang Kendangan Matut Latar Belakang Karawitan Jawa merupakan bentuk musik yang didalamnya penuh dengan garap ricikan atau instrumen gamelan. Garap sendiri merupakan elemen yang harus hadir didalam sajian karawitan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beliau ciptakan, seperti halnya lagu Tuhan adalah kekuatanku yang diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. beliau ciptakan, seperti halnya lagu Tuhan adalah kekuatanku yang diciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan Kekuatan Dan Mazmurku merupakan salah satu lagu yang diciptakan oleh Theodora Sinaga. Theodora Sinaga adalah salah satu pencipta lagu yang ada di kota

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 80 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari pembahasan yang telah dikaji sebelumnya, ada beberapa hal penting dalam kesenian Brai ini. 1. Kesenian Brai memiliki peran serta fungsi tersendiri bagi

Lebih terperinci