PERUBAHAN ALAT MUSIK PENGIRING TAYUB DI DESA SULURSARI KECAMATAN GABUS KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERUBAHAN ALAT MUSIK PENGIRING TAYUB DI DESA SULURSARI KECAMATAN GABUS KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI"

Transkripsi

1 PERUBAHAN ALAT MUSIK PENGIRING TAYUB DI DESA SULURSARI KECAMATAN GABUS KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Yusak Suluh Putra Karunia NIM JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016

2 PERSETUJUAN Skripsi yang berjudul Perubahan Alat Musik Pengiring Tayub di Desa Sulursari Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan ini telah disetujui Pembimbing untuk diujikan. Yogyakarta, 9 September 2016 Yogyakarta, 9 September 2016 Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. AM. Susilo Pradoko, M.Si. Francisca Xaveria Diah.K, S.Pd., M.A. NIP NIP ii

3 PENGESAHAN Skripsi yang berjudul Perubahan Alat Musik Pengiring Tayub di Desa Sulursari Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan ini telah dipertahankan di Dewan Penguji pada tanggal 23 September 2016 dan dinyatakan lulus DEWAN PENGUJI Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal Drs. Sritanto, M.Pd Ketua Penguji : F.X.Diah Kristianingsih, S.Pd., M.A Sekretaris Penguji :... Yunike Juniarti Fitria, S.Pd., M.A Penguji I :... Dr. AM. Susilo Pradoko, M.Si Penguji II :... Yogyakarta, Oktober 2016 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Dekan, Dr. Widyastuti Purbani, M.A. NIP: iii

4 PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Yusak Suluh Putra Karunia NIM : Jurusan Fakultas : Pendidikan Seni Musik : Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri. Sepanjang sepengetahuan saya, karya ilmiah ini tidak berisi materi-materi yang ditulis oleh orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim. Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya. Yogyakarta, 27 Juni 2016 Penulis Yusak Suluh Putra Karunia iv

5 MOTTO Memberikan yang terbaik v

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena berkat dan anugrahnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul Perubahan Alat Musik Pengiring Tayub di Desa Sulursari Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan. Selama penyusunan skripsi ini penulis juga mendapatan dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis menucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. AM. Susilo Pradoko, M.Si. selaku Dosen pembimbing I. 2. Francisca Xaveria Diah.K, S.Pd., M.A. selaku Dosen pembimbing II. 3. Bapak Djayat, Bapak Supriyadi dan Bapak Cipto yang telah memberikan informasi, ijin dan waktu untuk memperoleh data penyusunan skripsi. 4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dorongan serta bantuan selama penyusuna skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna, dan oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan bagi penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Yogyakarta, 27 Juni 2016 Penulis Yusak Suluh Putra Karunia vi

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i PERSETUJUAN... ii PENGESAHAN...iii PERNYATAAN... iv MOTTO... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x ABSTRAK... xi BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Fokus Permasalahan... 5 C. Tujuan... 6 D. Manfaat... 6 BAB II... 8 KAJIAN TEORI Kebudayaan Akulturasi Kesenian Tayub Musik Pengiring Gamelan A. Penelitian Yang Relevan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian B. Lokasi dan Waktu Penelitian C. Informan D. Teknik Pengumpulan Data Observasi vii

8 2. Wawancara Dokumentasi E. Instrumen F. Analisa Data Reduksi Data Penyajian data Kesimpulan G. Keabsahan Data BAB IV PERUBAHAN ALAT MUSIK PENGIRING TAYUB DI DESA SULURSARI KECAMATAN GABUS KABUPATEN GROBOGAN A. Periode Tahun 1985 Hingga Tahun Kelompok Balungan (Saron I, Saron II, Demung dan Peking) Kelompok Garap (Bonang Barung, Bonang Penerus dan Gambang) Kelompok Struktural (Kethuk dan Kenong, Kempul dan Gong) Kendhang Jawa Kelompok yang dikurangi (Rebab, Siter, Suling, Gender, Slenthem) Penyajian Lagu dan Setting B. Periode Tahun 1994 Hingga Tahun Jedor dan Jes Kendhang Jaipong Keyboard Penyajian Lagu dan Setting Bagan Perubahan Alat Musik Pengiring Tayub BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Alat musik pengiring Tayub Gambar 2. Alat musik pengiring Tayub Gambar 3. Ledhek Gambar 4. Alat musik saron I Gambar 5. Alat musik saron I (kanan) dan saron II (kiri) Gambar 6. Alat musik demung Gambar 7. Alat musik peking Gambar 8. Alat musik bonang barung (kiri) dan bonang penerus (kanan) Gambar 9. Alat musik gambang Gambar 10. Alat musik kethuk (pecon kecil) dan kenong (pecon besar) Gambar 11. Alat musik kempul Gambar 12. Alat musik gong Gambar 13. Alat musik kendhang Jawa Gambar 14. Alat musik suling dan rebab Gambar 15. Alat musik gender (kiri atas), slenthem (kiri bawah), siter (kanan) Gambar 16. Alat musik jedor dan jes Gambar 17. Alat musik jes dengan empat baut Gambar 18. Alat musik kendhang jaipong Gambar 19. Alat musik kendhang jaipong buatan lokal Gambar 20. Alat musik keyboard Gambar 21. Alat musik pengiring Tayub Gambar 22. Ledhek dan Penayub Gambar 23. Bagan perubahan alat musik pengiring Tayub ix

10 DAFTAR LAMPIRAN RAMBU-RAMBU WAWANCARA HASIL WAWANCARA GLOSARIUM SURAT KETERANGAN x

11 PERUBAHAN ALAT MUSIK PENGIRING TAYUB DI DESA SULURSARI KECAMATAN GABUS KABUPATEN GROBOGAN oleh: Yusak Suluh Putra Karunia NIM ABSTRAK Penelitian ini membahas mengenai perubahan alat musik pengiring Tayub di Desa Sulursari Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan perbedaan penggunaan alat musik pengiring Tayub dari tahun 1985 hingga tahun1993 dan tahun 1994 sampai tahun Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi, untuk mendeskripsikan perubahan alat musik kesenian Tayub. Informan penelitian adalah kelompok paguyuban Tayub dan masyarakat di Desa Sulursari. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Untuk menganalisa data menggunakan reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Uji keabsahan data penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Periode tahun 1985 sampai tahun 1993, alat musik pengiring Tayub menggunakan alat musik gamelan lengkap yaitu: bonang barung, bonang penerus, saron I, saron II, peking, demung, gender, slenthem, gambang, rebab, siter, suling, kendhang, kenong, kethuk, kempul, dan gong. (2) Perubahan alat musik pengiring Tayub mulai berkembang tahun 1994 seiring dengan masuknya musik campursari yakni mengakulturasikan gamelan dengan alat musik jedor dan jes, diikuti kendhang jaipong dan keyboard. Proses akulturasi turut mengurangi alat musik rebab, siter, suling, slenthem dan gender. (3) Perubahan alat musik mengakibatkan perubahan penyajian musik dalam hal lagu yang dibawakan serta setting. Konsep pokok fungsi alat musik gamelan tidak berubah, namun disesuaikan dengan lagu dan pembawaan musik Tayub serta perubahan alat musiknya. Kata kunci: Perubahan alat musik, musik pengiring, Tayub xi

12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tayub merupakan sebuah kesenian yang lahir dari adat istiadat Jawa. Meskipun Tayub merupakan kesenian yang lahir dan berkembang di Jawa, tidak semua wilayah mengadakan kesenian ini. Asal kata Tayub adalah dari sebuah ungkapan ditata ben guyub atau yang dalam bahasa Indonesia berarti diatur agar tercipta kerukunan. Keberadaan Tayub berpangkal pada cerita kedewataan (para dewa-dewi), yaitu ketika dewa-dewi mataya (menari berjajar-jajar) dengan gerak yang guyub (serasi). Rabimin (2010:219) menjelaskan Tayub berasal dari kata bahasa Jawa yaitu ditata kareben guyub (diatur agar bersatu). Dari pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa tingkah dan gerak harus kompak lahir batin, kompak antar penari wanita dengan penari pria dan penabuh gamelan. Di dalam kesenian Tayub terdapat empat bagian, yaitu pramuladi, pengrawit, waranggana dan pengibing. Pramuladi yaitu seseorang yang mengatur jalannya pegelaran Tayub. Pengrawit adalah sekelompok orang yang mempunyai tugas untuk memainkan seperangkat alat musik gamelan. Waranggana atau ledhek adalah penari wanita dan juga penyanyi dalam pertunjukan Tayub. Jadi pengrawit mempunyai tugas untuk mengiringi waranggana menyanyi dan menari dengan bunyi-bunyian yang dihasilkan oleh alat musik gamelan. Pengibing adalah para laki-laki yang menemani waranggana menari dengan gerakan luwes dan bebas seiring dengan alunan musik. 1

13 2 Pertunjukan Tayub dipentaskan dalam upacara bersih desa dan upacara perkawinan. Tayub yang dipentaskan dalam upacara bersih desa mempunyai peranan penting, yaitu sebagai harapan dan doa agar mendapatkan kesuburan tanah, hasil panen yang melimpah, ketenangan, keselamatan dan kesejahteraan masyarakat. Pertunjukan Tayub dalam upacara perkawinan ditandai dengan tampilnya sesepuh desa menari berpasangan dengan penari perempuan atau ledhek yang melambangkan seorang pria membelah rahim wanita untuk mendapatkan kesuburan, agar cepat mendapatkan anak. Waktu pertunjukan dilaksanakan pada dua pembagian yaitu siang hari ( WIB), dan malam hari dari pukul WIB sampai WIB, namun saat ini pertunjukan kesenian Tayub malam hari hanya dibatasi hingga pukul WIB dikarenakan kebijakan dari pihak kepolisian. Masyarakat Kabupaten Grobogan dan khususnya Desa Sulursari bangga memiliki dan melestarikan kesenian Tayub hingga sekarang. Kendati potensi kesenian tradisional rakyat sekarang tidak luput dari masalah, tantangan, atau hambatan. Hal ini menimbulkan pertanyaan, mengapa pertunjukan Tayub dalam kehidupan masyarakat masih mampu bertahan dan tetap hidup di tengah-tengah perkembangan musik modern yang berkembang begitu pesat. Seiring perubahan budaya yang sedemikian cepat yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak acara-acara televisi, radio, dan kaset yang berpengaruh terhadap masyarakat, membuat masyarakat terbiasa melihat dan mendengarkan lagu-lagu campursari dan dangdut. Tuntutan masyarakat yang sedemikian rupa tersebut membuat seniman Tayub termotivasi untuk mengadakan

14 3 perubahan tampilan atau kemasan dalam pementasan keseniannya untuk dapat hidup dan berkembang di antara masyarakat. Perubahan dan perkembangan Tayub yang terjadi saat ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat, sehingga banyak masyarakat sangat antusias. Perubahan alat musik pengiring Tayub berjalan saling beriringan dengan perkembangan-perkembangan pesat dari lagu, alat musik dan lain sebagainya yang terus berkembang hingga saat ini. Melihat hal tersebut sebenarnya membawa kekhawatiran bagi seniman dan kesenian tradisional yang telah tumbuh berkembang di Indonesia dengan peradaban kehidupan masyarakat, karena bisa saja lenyap ditelan jaman yang terus berkembang. Tuntutan dari masyarakat memaksa seniman untuk melakukan perubahan dan inovasi terhadap kesenian Tayub. Mulai dari tuntutan lagu campursari, dangdut, langgam dan lainnya hingga memaksa untuk terus melestarikan kesenian Tayub. Inovasi perkembangan dan pembaruan untuk kesenian Tayub dalam hal alat musik dipilih seniman untuk menjawab berbagai tuntutan masyarakat tersebut. Saat ini fungsi-fungsi dari kesenian tradisional mulai bergeser ke arah hiburan dan tontonan, sehingga membuat para seniman lebih mengedepankan permintaan dan keinginan dari masyarakat dalam sebuah pertunjukan. Perlu bagi para seniman Tayub melakukan inovasi-inovasi baru dalam berkarya yang kemasan pertunjukannya disesuaikan dengan permintaan dari masyarakat. Meskipun sedikit mengesampingkan unsur seni yang dipertunjukan, namun inovasi yang tercipta menjadi warna seni yang baru tanpa mengubah dasar dari seni yang lama.

15 4 Masyarakat Desa Sulursari mulai mengenal jenis musik campursari sekitar tahun Campursari mulai masuk dengan musik yang dekat dengan masyarakat menjadikan campursari cepat diterima dan disukai masyarakat. Alat musik campursari merupakan perpaduan antara gamelan dan alat musik modern dengan mencampurkannya dalam musik baru dan konsep baru. Pengaruh musik campursari yang masuk dan sudah mendapatkan hati masyarakat menjadikan seniman Tayub berinovasi dengan menambahkan alat musik yang digunakan seperti alat musik campursari. Setiap alat musik pengiring Tayub memiliki fungsi masing-masing dalam sebuah pertunjukan dan sajian musik. Meskipun fungsi masing-masing alat musik pengiring Tayub berbeda, tetapi kepaduan setiap alat musik mampu terjalin harmonis. Perubahan alat musik pengiring Tayub turut serta mengubah fungsi alat musik yang sebelumnya, baik dalam hal cara bermain maupun fungsi alat musik dalam sajian musik Tayub. Perubahan-perubahan dalam alat musik pengiring Tayub tidak lepas dari kreativitas yang mempengaruhi penyajian musik. Kreativitas dalam seni musik berbentuk usaha individu untuk menemukan hal-hal yang baru dengan latar belakang apresiasi dan proses yang memberikan stimulus untuk berkreativitas juga membangkitkan rasa untuk berinovasi dengan pengalaman-pengalaman yang sudah ada dan menemukan ide-ide baru dalam berkreativitas seni. Kreativitas yang muncul menjadikan perubahan musik pengiring Tayub yang dahulu menggunakan lagu karawitan menjadi berkembang mengikuti perkembangan jenis musik dan lagu hingga

16 5 sekarang. Perubahan jenis musik yang terjadi mempengaruhi perubahan penyajian musik pengiring Tayub dalam hal lagu dan setting. Berdasarkan dokumentasi yang telah ditemukan yaitu foto pertunjukan Tayub oleh kelompok seniman Desa Sulursari tahun 1985, pertunjukan Tayub menggunakan alat musik gamelan lengkap. Dengan demikian, dokumentasi tersebut membatasi penelitian dalam mendekripsikan alat musik pengiring Tayub sebelum terjadi perubahan. Meninjau uraian penjelasan masalah yang muncul, pertunjukan Tayub sangat menarik untuk dilihat dari sisi penari maupun jenis iringan musiknya. Penelitian ini akan membahas pertunjukan Tayub dilihat dari sisi perubahan alat musik iringannya. Penelitian ini dilakukan karena sejauh pengetahuan peneliti belum pernah ada penelitian sebelumnya yang membahas tentang perubahan alat musiknya. B. Fokus Permasalahan Berdasarkan uraian dalam latar belakang yang luas mengenai unsur-unsur dan identifikasi masalah, maka peneliti membatasi pokok bahasan masalah serta lebih fokus dalam ruang lingkup perubahan alat musik pengiring Tayub di Desa Sulursari, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan. Fokus permasalahan dalam ruang lingkup perubahan alat musik Tayub periode tahun 1985 hingga tahun 1993 dan periode tahun 1994 hingga tahun 2016 saat penelitian ini berlangsung.

17 6 C. Tujuan Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perubahan alat musik pengiring Tayub di Desa Sulursari, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan dalam ruang lingkup perubahan alat musik Tayub periode tahun 1985 hingga tahun 1993 dan periode tahun 1994 hingga tahun 2016 saat penelitian ini berlangsung. D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Memberikan wawasan perubahan alat musik pengiring Tayub di Desa Sulursari, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan serta untuk mendeskripsikan perubahan alat musik Tayub periode tahun 1985 hingga tahun 1993 dan periode tahun 1994 hingga tahun 2016, sebagai sarana dokumentasi kebudayaan dan kesenian Tayub yang lahir dan berkembang serta memiliki nilai budaya yang tinggi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi pemerintah daerah, penelitian ini dapat menjadi acuan dan pandangan serta sebagai kesenian warisan leluhur yang patut untuk dilestarikan dan dihargai, serta perlu untuk mendapatkan dukungan secara moral maupun material sekaligus membina seniman kesenian Tayub dan seluruh komponen masyarakat akan upaya mempertahankan budaya kebanggaan masyarakat Sulursari. b. Bagi seniman Tayub, dalam penelitian ini bisa digunakan untuk sarana dokumentasi karya dan perubahan alat musik pengiring Tayub di tengah-tengah perkembangan musik modern, serta memberikan dukungan untuk terus berkarya.

18 7 c. Bagi masyarakat dan penikmat seni, penelitian ini dapat menjadi sarana untuk memberikan wawasan dan berapresiasi seni serta menghargai kesenian tradisional terhusus musik pengiring Tayub. d. Bagi peneliti, penelitian ini mampu menjadi tempat belajar dan menuangkan apresiasi seni dalam kesenian Tayub sebagai bentuk penghargaan dan kebanggaan terhadap perkembangan serta upaya pelestarian keseniantayub.

19 BAB II KAJIAN TEORI 1. Kebudayaan Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soenardi Kebudayaan adalah semua hasil karya, cipta, dan rasa masyarakat (1964:113). Kebudayaan merujuk pada pengetahuan yang diperoleh, yang digunakan orang untuk menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial (Spradley, 2007:6). Menurut Marvin Harris konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompok-kelompok masyarakat tertentu, seperti adat atau cara hidup masyarakat (1968:16). Kebudayaan yang dengan makna lain adalah sebuah kebiasaan dan pola tingkah laku manusia, mengartikan bahwa kebudayaan bukan sesuatu yang mengikat dan bisa berubah atau berganti kapan saja. Kebudayaan yang bersifat situasional yang keberadaannya tergantung pada karakter kekuasaan dan hubunganhubungan yang berubah waktu ke waktu (Abdullah, 2015:10). Kondisi kebudayaan bergantung pada situasi dan cenderung selalu berubah, kebudayaan saat ini mengalami pengaburan batas akibat proses sosial yang berubah. Hal ini menyebabkan landasan budaya menjadi sangat berbeda dengan sebelumnya, sehingga meluasnya pengetahuan budaya dan juga hilangnya loyalitas tradisional yang kemudian memaksa kebudayaan ini menjadi sesuatu yang dipilih bukan yang diterima (Abdullah, 2015:173). 8

20 9 2. Akulturasi Akulturasi terjadi apabila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan lain yang berbeda, sehingga unsur-unsur kebudayaan lain tersebut lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Sumandiyo Hadi (2006:35) menyatakan bahwa Akulturasi sebagai perubahan budaya ditandai dengan adanya hubungan antara dua kebudayaan yang saling memberi dan menerima. Menurut Robert (1989: ) akulturasi digambarkan sebagai pola penyatuan antara dua kebudayaan, yang berarti bahwa kesamaan kedua budaya lebih banyak dari pada perbedaannya, dan saling berinteraksi. Robert.L.Bee dalam Wiyoso (2011:38) menyebutkan bahwa dalam setiap proses terjadinya akulturasi terdapat tiga langkah yang harus dilalui. Ketiga langkah tersebut adalah langkah pertama difusi yaitu perpindahan gagasan atau sifat. Langkah kedua evaluasi yaitu unsur-unsur yang telah melalui difusi tersebut melewati beberapa jenis filter persepsi dan interpretatif. Selanjutnya bila berdasarkan evaluasi tersebut, unsur-unsur tertentu dapat diterima, maka kemudian diintegrasikan ke dalam sistem budaya penerima hingga terjadi penemuan. 3. Kesenian Tayub Tayub adalah seni tari yang terus berkembang dan diminati oleh masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur. Menurut kamus lengkap Bahasa Jawa, Tayub atau

21 10 Tayuban berarti tarian bersama ronggeng untuk bersenang-senang. Tayub berarti diajak berjoget (Mangunsuwito, 2002:542). Suharto (1999:62) mengemukakan bahwa berdasarkan catatan dari Mangkunegaran terdapat keterangan bahwa Tayub berasal dari kata nayub, dan guyub yang berarti rukun bersama. Dua kata tersebut diperkirakan mengalami penggabungan yaitu: mataya (joget atau menari) dan guyub (rukun atau damai) menjadi Tayub. Rabimin (2010:219) menjelaskan Tayub berasal dari kata bahasa Jawa yaitu ditata kareben guyub (diatur agar bersatu). Dari pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa tingkah dan gerak harus kompak lahir batin, kompak antara penari wanita dengan penari pria dan penabuh gamelan. Cahyono (2000:30) mengatakan bahwa Tayub merupakan seni pertunjukan tradisional rakyat yang telah ada pada waktu masyarakat mengenal pertanian, yang berwujud tari berpasangan antara penari wanita yang disebut taledhek atau ledhek, ronggeng atau joget dengan penari pria yang menjadi pengibing atau penayub. Dari pengertian-pengertian tentang Tayub di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Tayub adalah seni tari-tarian yang memiliki makna menari bersama agar tercipta kerukunan dengan penari wanita atau ledhek dan penari pria atau pengibing serta keselarasan dengan penabuh atau pemain musik yang mengiringi pertunjukan Tayub. Dalam pertunjukan Tayub hendaknya terdapat unsur-unsur pertunjukan yang dipentaskan. Adapun unsur-unsur pertunjukan Tayub adalah sebagai berikut:

22 11 a. Ledhek Holt (1999: ) menyatakan bahwa ledhek adalah jantung dari sebuah pesta pertunjukan Tayub. Ledhek dalam Tayub bertugas sebagai penyanyi atau sindhen yang membawakan gendhing atau lagu penari pria atau penayub. Ledhek adalah wanita dalam sebuah pertunjukan Tayub, dimana peran ledhek sangat penting sebagai daya pikat dari pertunjukan untuk berjoget bersama. Sesungguhnya keindahan tari Tayub dapat berasal dari berbagai aspek. Salah satunya aspek daya tarik tari yang pertama-tama muncul pada image penonton adalah sosok atau figur penarinya, kemudian secara stimultan adalah aspek-aspek penunjang penampilan tari (Pratjichno, 2006:132). b. Pengibing Pengibing adalah penari pria yang berjoget bersama ledhek dalam pertunjukan Tayub. Widyastutiningrum (2002:108) mengatakan bahwa pengibing adalah penampilan penari pria bersama joget, biasanya diawali menerima tamu kehormatan yang menyelenggarakan hajat. Seorang pengibing berperan sebagai pendamping ledhek untuk menari, namun tidaklah harus pandai berjoget hanya perlu menggoyangkan badan semampunya, seirama dengan iringan musik. c. Penabuh atau pengrawit Menurut Cahyono (2000):76) pengrawit atau penabuh gamelan memiliki peran untuk mengiringi pertunjukan dan sekaligus berperan sebagai penyanyi latar. Penabuh atau pengrawit menjadi bagian yang penting dalam pertunjukan Tayub sebagai pengiring musik. Tanpa pengiring musik, pertunjukan tidak dapat terlaksana.

23 12 d. Pramuladi atau pramugari Pramuladi atau pramugari adalah pengatur pertunjukan Tayub, dan berperan sebagai penata acara. Pramuladi mengatur urutan penari, mencegah perkelahian, mabuk-mabukan dan mengatisipasi terjadinya pelanggaran asusila (Cahyono, 2000:76). Pramuladi menjadi peran yang penting dalam pertunjukan karena perannya yang sangat vital dalam kelangsungan pertunjukan. e. Penonton Knobler (dalam Mulyadi, 1991:10) mengatakan bahwa aktivitas penghayatan karya seni melibatkan peran subyek (pengamat) dan peran obyek (karya seni), sehingga aktivitas penghayatan merupakan interaksi antara subyek yang memiliki implus estetik dengan obyek yang memiliki kualitas estetik. Penonton tidak hanya sebagai orang yang melihat pertunjukan, namun juga sebagai penikmat dan pengamat seni. Kelima unsur dalam pertunjukan Tayub yaitu: ledhek, pengibing, pengrawit, pramuladi dan penonton memiliki peran yang sama-sama penting. Semua bertugas saling mendukung, sehingga terjalin pertunjukan Tayub yang guyub dan rukun. 4. Musik Pengiring Mengenai pertunjukan Tayub, musik pengiring dan tari mempunyai hubungan erat yang tidak bisa dipisahkan dan saling mendukung. Sebagaimana diketahui bahwa tarian menghasilkan gerakan dan musik menghasilkan ritme, sehingga

24 13 menyatukan keduanya dan saling menyelaraskan dan menjadi bentuk seni yang padu antara gerak dan ritme (McDermott, 2013:40). Musik pengiring memiliki peran penting untuk membawa dan memberikan suasana dan emosi kepada penikmat seni ke dalam ruang dimensi lain. Dalam hal ini selain sebagai musik pengiring, juga berperan menjadi musik ilustrasi karena musik memiliki kekuatan yang hidup (McDermott, 2013:8). Fungsi musik dalam tari di samping untuk memperkuat ekspresi gerak tari, juga didesain sebagai ilustrasi, pemberi suasana dan membangkitkan imaji tertentu pada penonton. Musik pengiring tarian dapat hadir dengan bentuk eksternal maupun internal. Dalam bentuk eksternal, musik hadir dari luar diri penari, sedangkan bentuk internal, musik datang dari tubuh penari, misalnya dengan tepukan, vokal dan sebagainya. Menurut Jazuli (1994:10) fungsi musik dikelompokkan menjadi 3 yaitu: a. Sebagai pengiring tari, berarti peranan musik hanya untuk mengiringi atau menunjang penampilan tari sehingga tidak banyak menentukan isi tarinya. b. Sebagai pemberi suasana tari. c. Sebagai ilustrasi atau pengantar tari yang menggunakan musik baik sebagai pengiring atau pemberi suasana pada saat-saat tertentu saja tergantung kebutuhan garapan tari. 5. Gamelan Menurut Sutardi (2007:8) musik gamelan adalah seni suara kebudayaan, bunyibunyian yang mengungkapkan bahasa musik yang mengandung nilai-nilai norma

25 14 dan budaya Indonesia. Ditinjau dari jumlah alat atau instrumen musik yang digunakan dalam gamelan merupakan bentuk ansambel besar karena merupakan kumpulan berbagai alat musik (Hardjono, 2004:479). Kesenian Tayub menggunakan iringan alat musik gamelan yang pada umumnya alat musik yang digunakan antara lain terdiri dari bonang barung, bonang penerus, kendhang, saron I, saron II, demung, peking, kenong, kethuk, kempul dan gong. Kridolaksono (2001:76) mengatakan bahwa dalam gamelan Jawa terdapat dua laras atau dalam istilah musik disebut tangga nada pentatonik, yaitu laras pelog dan laras slendro. Pelog : 1(ji), 2(ro), 3(lu), 4(pat), 5(mo), 6(nem), 7(pi). Slendro: 1(ji), 2(ro), 3(lu), 5(mo), 6(nem). Lebih lanjut lagi dalam instrumen gamelan Jawa selain mengenal tangga nada atau titi laras, juga mengenal nada dasar atau kunci yang disebut dengan istilah pathet. A. Penelitian Yang Relevan Penelitian yang relevan dan menjadi rujukan peneliti adalah Bentuk Penyajian Musik Iringan Kesenian Tayub di Kabupaten Sragen (2014). Skripsi sarjana dari jurusan seni musik Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta yang diteliti dan ditulis oleh Yogo Pratomo. Penelitian ini mengkaji bentuk penyajian iringan musik kesenian Tayub di masyarakat Kabupaten Sragen. Hasil dari penelitian ini antara lain yaitu bentuk penyajian kesenian Tayub berupa ansambel gamelan Jawa, penyajian gendhing-gendhing wajib kesenian Tayub dan setting pertunjukan Tayub, serta peran alat musik pengiring Tayub. Hasil penelitian tersebut ditarik

26 15 sebuah kesimpulan bahwa musik iringan kesenian Tayub termasuk dalam musik polifoni. Penelitian ini relevan dalam kajian musik iringan Tayub, lagu dan peran alat musik pengiring Tayub. Penelitian lainnya adalah Perkembangan Pertunjukan Kesenian Tayub Di Desa Crewek Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan Tahun (2008). Skripsi sarjana dari jurusan ilmu sejarah Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang yang diteliti dan ditulis oleh Sri Purwatiningsih. Hasil dan penelitian ini adalah menemukan perkembangan pertunjukan kesenian Tayub tahun yaitu perubahan tata cara pertunjukan Tayub sejak tahun 1990-an meninggalkan tata cara lama yang tidak sesuai dengan pandangan agama dan disesuaikan dengan aturan yang dicantumkan pemerintah. Penelitian juga ini meninjau kehidupan penari atau ledhek dalam hal perekonomian dan pendapat masyarakat mengenai perkembangan pertunjukan Tayub. Penelitian ini relevan dalam mengkaji perkembangan kesenian Tayub. Letak relevansi dari kedua penelitian dengan penelitian ini adalah kesenian Tayub dan pendekatan penelitian yang digunakan yaitu dengan pendekatan penelitian kualitatif. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah lokasi penelitian dan pokok bahasan penelitian yang meninjau perubahan alat musik pengiring Tayub.

27 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian dengan judul Perubahan Alat Musik Pengiring Tayub di Desa Sulursari, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan diteliti dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi. Menurut Spradley (2007:13) etnografi adalah suatu kebudayaan yang mempelajari kebudayaan lain untuk membangun suatu pengertian yang sistematik mengenai semua kebudayaan manusia. Etnografi dilakukan dengan terjun meneliti langsung di masyarakat atau kelompok etnis tertentu dengan cara melakukan observasi partisipasi, mengamati langsung masyarakat, pemilik kebudayaan, dengan melakukan wawancara, menghubungi informan sesuai dengan fokus penelitian (Pradoko, 2015:4). Terakhir untuk melengkapi yaitu dengan menggunakan metode deskriptif dan naratif. Alasan menggunakan metode deskriptif dan naratif adalah untuk menjelaskan tentang perubahan alat musik pengiring Tayub dan budaya yang mempengaruhinya, guna menghasilkan data deskritif yang dianalisis berupa kata-kata dan teks mengenai hal penelitian. 16

28 17 B. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Sulursari, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan. Lokasi penelitian dipilih dengan pertimbangan perkembangan kesenian Tayub dari Desa Sulursari sangat berpengaruh di masyarakat Kecamatan Gabus. Seniman dan kelompok kesenian Tayub masih banyak serta pertunjukan Tayub masih besar peminatnya di Desa Sulursari. Aspek lain yang menjadi alasan adalah peneliti lahir dan dibesarkan dari lokasi tersebut, karena menurut Spradley (2007:36) etnografi yang ditulis oleh penulis yang berasal dari kalangan penduduk asli memberikan deskripsi yang lebih dekat dengan sudut pandang penduduk asli. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan April hingga Juni C. Informan Informan dari penelitian ini adalah seniman Tayub dari kelompok Laras Widayat yang diketuai oleh Djayat Susilo dan kelompok Manunggal Rasa yang diketuai oleh Supriyadi, sebagai kelompok kesenian Tayub di Desa Sulursari. Sebagai pelengkap data juga ditambahkan informasi dari Bapak Cipto sebagai tokoh masyarakat selaku pramugari pertunjukan Tayub. D. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan langkah utama dalam penelitian kualitatif. Langkah-langkah pengumpulan data meliputi usaha membatasi penelitian, mengumpulkan informasi melalui observasi dan wawancara, baik yang terstruktur maupun tidak, dokumentasi, materi-materi visual, serta usaha merancang protokol untuk merekam atau mencatat informasi (Creswell, 2014:266).

29 18 1. Observasi Penelitian langsung terjun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti merekam atau menata secara terstruktur maupun semistruktur aktivitas di lokasi penelitian (Creswell, 2014:267). Peneliti juga terlibat sebagai non partisipan atau partisipasi pasif yaitu peneliti hadir ke lokasi orang yang diamati tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut (Sugiyono, 2013:227). Dalam hal menyusun data yang diperoleh dari informan mengenai perubahan alat musik pengiring Tayub di Desa Sulursari, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan, peneliti melakukan observasi dengan objek penelitian yang meliputi: a. Pertunjukan Tayub mengenai perubahan format alat musik pengiring Tayub yang terjadi saat ini. b. Seniman Tayub dan penonton serta pengaruh dalam perubahan alat musik pengiring Tayub. 2. Wawancara Wawancara merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada sekelompok informan untuk dijawab (Danim, 2002:130). Proses pengumpulan data dilakukan secara terstruktur, dimana narasumber mengerti maksud terkait hal yang diwawancarai oleh peneliti. Dalam wawancara dan pengumpulan data telah disiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan terkait penelitian (Sugiyono, 2013:233). Selain hal yang bersifat terstruktur, dalam wawancara juga menerapkan pertanyaan yang

30 19 bersifat tidak terstruktur yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari pertisipan (Creswell, 2014:267). Wawancara penelitian ini dilakukan dengan informan seniman Tayub dari paguyuban Laras Widayat yang diketuai oleh Bapak Djayat Susilo dan Manunggal Rasa yang diketuai oleh Bapak Supriyadi, serta tokoh masyarakat Bapak Cipto yang berperan sebagai pramugari dalam pertunjukan Tayub. Rambu-rambu wawancara dalam pembatasan bahasan penelitian adalah sebagai berikut: a. Perubahan alat musik pengiring Tayub di Desa Sulursari. b. Perubahan fungsi alat musik pengiring Tayub. c. Perubahan penyajian musik pengiring Tayub dalam hal lagu dan setting. Untuk melengkapi data wawancara penelitian, maka pertanyaan terkait rambu-rambu wawancara ditulis dalam lampiran. 3. Dokumentasi Dokumentasi publik seperti koran, makalah, laporan kantor ataupun dokumen privat seperti surat, catatan pribadi dan lain sebagainya menunjang penelitian (Creswell, 2014:267,270). Dengan dokumen tersebut dapat diakses kapan saja dan sebagai bukti tertulis yang berbobot dengan bahasa dan kata-kata tekstual dari partisipan. Data berupa foto, objek-objek seni, video tape, atau segala jenis suara atau bunyi dapat menjadi acuan pengumpulan data (Cresswell, 2014:270). Materi audio visual atau video dalam penelitian perubahan alat musik pengiring Tayub

31 20 di Sulursari berupa video ataupun audio musik pertunjukan Tayub paguyuban Laras Widayat dan Manunggal Rasa dilengkapi dengan foto-foto alat musik dengan format pertunjukan kesenian Tayub. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila di dukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada (Sugiyono, 2013:240). E. Instrumen Penelitian kualitatif merupakan peneliti interpretif, dimana peneliti terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dengan para partisipan. Peran peneliti sebagai instrumen primer dalam pengumpulan data kualitatif (Creswell, 2014:264,294). Peneliti berperan aktif dalam memperoleh data dengan observasi, wawancara dan terjun langsung ke lapangan guna melakukan pengumpulan data, menganalisa dan membuat kesimpulan. F. Analisa Data Analisa data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analisis, dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian dengan maksud analisis data kualitatif bisa melibatkan proses pengumpulan data, interpretasi, dan pelaporan hasil secara serentak dan bersama-sama (Creswell, 2014:274). Menurut Moleong (1998:103) analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disatukan oleh data.

32 Dalam menganalisis data, peneliti melakukan langkah-langkah analisa sebagai berikut: Reduksi Data Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis yang melibatkan transkripsi wawancara, memeriksa materi atau memilah-milah dan menyusun data tersebut ke dalam jenis yang berbeda tergantung pada sumber informasi (Creswell, 2014:276). Mereduksi data yang berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono, 2013:247). Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. 2. Penyajian data Melalui penyajian data, maka data teroganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan sedemikian mudah dipahami. Tahap penyajian data menggunakan pendekatan naratif dengan pembahasan kronologi, tema-tema dan hubungan antar tema, visual atau gambar untuk menyajikan suatu proses, menggambar dan memberikan informasi deskriptif (Creswell, 2014:283) dari perubahan alat musik pengiring Tayub di Sulursari.

33 22 3. Kesimpulan Langkah selanjutnya setelah melakukan reduksi data dan penyajian adalah menyimpulkan data. Data disajikan dalam bentuk deskriptif mengenai Perubahan alat musik Pengiring Tayub di Desa Sulursari, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan untuk diambil kesimpulan atau garis besar sesuai objek penelitian (Sugiyono, 2013:244). G. Keabsahan Data Langkah-langkah analisis data yang telah dijabarkan di atas perlu dilakukan pemeriksaan akurasi dan kredibilitas hasil penelitiannya (Creswell, 2014:284). Dengan menggunakan strategi triangulasi yang mengumpulkan data dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi, hasil yang telah dianalisis telah teruji kredibilitasnya (Sugiyono, 2013:241). Sebagai pendukung keabsahan data, dilakukan pengecekan data dari keseluruhan proses analisis data dengan hasil deskripsi yang padat, kaya dan rinci.

34 BAB IV PERUBAHAN ALAT MUSIK PENGIRING TAYUB DI DESA SULURSARI KECAMATAN GABUS KABUPATEN GROBOGAN A. Periode Tahun 1985 Hingga Tahun Periode pertama penelitian ini berawal pada tahun 1985 hingga tahun Permulaan ini ditinjau berdasarkan terbentuknya kelompok Tayub Laras Widayat yang terbentuk tahun 1985 yang diketuai oleh Bapak Djayat. aku marai manjak ki awet tahun 85 (saya menjadi ketua mulai tahun 85/1985) ungkap Bapak Djayat. Berdasarkan dokumentasi yang telah ditemukan yaitu foto pertunjukan Tayub oleh kelompok seniman Desa Sulursari tahun 1985, pertunjukan Tayub menggunakan alat musik gamelan lengkap. Alat musik pengiring Tayub yang digunakan dalam pertunjukan Tayub adalah seperangkat gamelan atau masyarakat Desa Sulursari menyebutnya gongso. Seperti halnya pada kesenian Karawitan, musik dalam Tayub juga menggunakan lagu atau gendhing Karawitan. Format alat musik pengiring Tayub asli atau sebelum mengalami perubahan adalah: bonang barung, bonang penerus, slenthem, saron I, saron II, peking, demung, gender, kethuk, kenong, kempul, gong, gambang, rebab, suling, siter dan kendhang. Pernyataan tersebut diperkuat dengan penjelasan wawancara Bapak Cipto sebagai berikut: sepisan bonang, kaping kalih balung saron I, saron II, peking, demung terus kethuk, kenong, gong, gambang, kendhang, nek perlu diparingi gender, slenthem. nek komplit ono rebab, siter, suling. 23

35 (pertama bonang, kedua balung saron I, saron II, peking, demung, terus kethuk, kenong, gong, gambang, kendhang, jika perlu ada gender, slenthem, jika lengkap ada rebab, siter, suling). 24 Gambar 1. Alat musik pengiring Tayub (Dok: Teguh, 1985) Gambar 2. Alat musik pengiring Tayub (Dok: Teguh, 1985)

36 25 Gambar 3. Ledhek (Dok: Teguh, 1988) Penyajian pertunjukan musik tidak lepas dari instrumen musik yang berada di dalamnya. Setiap alat musik memiliki fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan kelompok serta karakter alat musiknya. Fungsi alat musik sangat berpengaruh pada sajian musik yang dihadirkan. Meskipun masing-masing alat musik mempunyai fungsi yang berbeda, namun perbedaan itu memberikan keharmonisan dan keselarasan musik yang disajikan. Hal ini disebabkan karena berbedaan karakter alat musik dan fungsi setiap instrumen musik saling mendukung dan melengkapi untuk membuat sajian musik menjadi lebih indah. Fungsi masing-masing alat musik sebagian besar memiliki kesamaan. Dari persamaan fungsi tersebut, maka alat musik pengiring Tayub bisa dikelompokan menurut fungsi dan karakter suara masing-masing alat musik. Adapun pembagian

37 26 kelompok alat musik pengiring Tayub terbagi menjadi tiga, yaitu: kelompok ricikan balungan, kelompok ricikan garap dan kelompok ricikan struktural. Kelompok ricikan balungan yaitu: slenthem, saron, demung dan peking. Kelompok ini memainkan bentuk lagu atau gendhing dalam penyajian musik. Kemudian kelompok ricikan garap alat musiknya adalah: kendhang, bonang, gambang, sindhen atau ledhek, gender, rebab, siter, suling. Kelompok ricikan garap bertugas menghiasi dan memperindah bentuk lagu yang dimainkan kelompok balungan. Lalu kelompok ricikan struktural diantaranya: kendhang, kethuk, kenong, kempul, gong. Kelompok ini adalah kelompok yang memberi ketukan dan mengatur jalannya lagu atau gendhing. 1. Kelompok Balungan (Saron I, Saron II, Demung dan Peking) Saron I, saron II, demung dan peking merupakan salah satu alat musik yang termasuk dalam kelompok balungan dan memainkan bentuk lagu atau gendhing. Laras yang digunakan menggunakan laras slendro dan pelog. Peranan saron I, saron II, demung dan peking sangat penting dalam sajian musik pengiring Tayub, yaitu menjadi patokan ledhek untuk bernyanyi, karena memainkan bentuk lagu atau gendhing. Saron I, saron II, demung dan peking yang berperan sebagai pemangku lagu dimainkan dengan teknik dan cara mipil. Mipil adalah salah satu istilah teknik dan cara memainkan gamelan dengan memukul satu per satu bilah nada.

38 27 Gambar 4. Alat musik saron I (Dok: Yusak, Mei 2016) Bila saron I sebagai pemangku lagu, saron II lebih kepada selingan permainan saron I. Meskipun terkadang saron II juga memainkan bentuk lagu atau gendhing, namun sebagian besar permainan saron II memainkan irama yang berbeda dengan saron I. Irama yang dimainkan dalam saron II juga bisa disebut imbalan pada permainan mipil saron I, jadi suara dan ritme atau irama yang dihasilkan saron I dan saron II seperti saling bersahut-sahutan. Teknik lain yang digunakan saron I maupun saron II adalah teknik cacah. Teknik cacah adalah memainkan variasi bentuk lagu, jadi hanya dilakukan salah satu saron dan saron yang lain hanya mengikuti pola not lagu saja. Hal ini dikarenakan untuk menghindari tabrakan nada yang menimbulkan suara yang keruh.

39 28 Gambar 5. Alat musik saron I (kanan) dan saron II (kiri) (Dok: Yusak, Mei 2016) Fungsi demung memainkan bentuk lagu seperti saron I, hanya saja not yang dimainkan demung lebih sedikit dari saron I. Bila saron I bermain dua kali pukulan maka demung hanya bermain satu kali pukulan. Kecuali pada lagu atau gendhing tertentu yang bersifat lembut dan halus, permainan saron I dan demung cenderung sama. Oleh sebab itu demung juga termasuk dalam pemangku lagu, yang bertugas memainkan not lagu atau gendhing.

40 29 Gambar 6. Alat musik demung (Dok: Yusak, Mei 2016) Mengenai fungsi dari peking, sama halnya dengan saron dan demung, yang bertugas memainkan bentuk lagu atau sebagai pemangku lagu. Lalu teknik dan cara bermain peking juga menggunakan teknik mipil. Teknik mipil instrumen peking dengan memainkan secara rangkap, jadi bila saron memainkan nada satu kali pukulan, maka peking memainkan nada yang sama, sebanyak dua kali pukulan atau bahkan sampai empat pukulan. Permaian peking dengan teknik rangkap menghasilkan satu sajian yang penuh dan berisi. Oleh sebab itu tidak jarang permainan peking juga mengurai lagu atau gendhing dengan menyisipkan nada-nada tambahan agar tidak terkesan monoton atau membosankan.

41 30 Gambar 7. Alat musik peking (Dok: Yusak, Mei 2016) 2. Kelompok Garap (Bonang Barung, Bonang Penerus dan Gambang) Bonang barung, bonang penerus dan gambang merupakan instrumen gamelan pengiring Tayub yang termasuk dalam bagian kelompok garap. Kelompok garap ini bertanggung jawab memberikan hiasan pada lagu. Bonang terdiri dari 12 pecon laras slendro dan 14 pecon laras pelog. Susunan bonang barung meliputi dua baris horisontal, baris bawah untuk oktaf rendah dan baris atas untuk oktaf tinggi. Teknik yang digunakan dalam permainan bonang barung ada beberapa cara, yaitu: mipil, imbalan dengan bonang penerus, gembyang dan kempyung. Teknik mipil biasa digunakan bonang barung saat memainkan buka atau intro lagu. Begitu juga dengan teknik imbalan yang sebenarnya juga menggunakan teknik mipil, hanya saja dimainkan dengan bersahut-sahutan dengan bonang penerus. Lalu teknik gembyang adalah teknik dimana memainkan dua pecon bonang baris

42 31 bawah dan atas yang bernada sama secara bersamaan, yakni permainan yang berdasarkan bentuk lagu atau gendhingnya dengan pola ritme yang sesuai dengan ketukan. Yang terakhir teknik kempyung hampir sama dengan teknik gembyang, dengan memainkan dua nada yang sama baris atas dan bawah namun cara memukulnya hampir bersamaan. Diawali dengan memukul pecon bonang baris bawah lalu disusul dengan pecon bonang baris atas. Bila dalam teknik sticking drum, teknik kempyung hampir sama dengan teknik sticking flam yang menghasilkan dua pukulan hampir bersamaan. Fungsi bonang barung dalam sajian musik pengiring Tayub sangat bervariasi. Bonang barung bisa berperan sebagai buka atau intro lagu dengan teknik mipil. Selain itu dengan dengan teknik mipil juga, bonang barung mampu berperan sebagai sekar atau hiasan lagu dengan memainkan nada-nada tambahan yang diakhiri not sesuai dengan gendhingnya. Teknik permainan bonang penerus sama seperti teknik permainan pada bonang barung, yaitu mipil, imbalan, gembyang dan kempyung. Hal yang berbeda adalah cara dan gaya permainannya, yaitu selalu memainkan nada sinkop. Permainan bonang penerus ini sedikit lebih rumit, melihat selalu pada ketukan sinkop selain itu dengan nada tinggi memainkan ritme rangkap dari bonang barung. Tuntutan bonang penerus adalah memainkan imbalan dengan bonang barung dengan menyesuaikan pola permainan ritme dan teknik yang digunakan oleh bonang barung.

43 32 Gambar 8. Alat musik bonang barung (kiri) dan bonang penerus (kanan) (Dok: Yusak, Mei 2016) Lalu alat musik gambang yang merupakan instrumen yang bertanggung jawab pada sajian musik iringan sekar atau hiasan. Peran gambang dalam menghiasi satu sajian musik iringan Tayub sangatlah penting, dengan menjadikan sebuah komposisi yang lengkap dan berisi. Permainan gambang yang mengisi dan menghiasi kekosongan sajian musik turut menambah nilai estetika dalam musik iringan Tayub dengan memberi nuansa suara kayu yang khas. Gambang merupakan satu-satunya alat musik pengiring Tayub yang termasuk idiophone dengan kayu sebagai sumber bunyinya. Terdiri dari bilah-bilah kayu menyerupai kolintang namun menggunakan laras slendro dan pelog. Teknik yang digunakan dalam memainkan gambang adalah dengan teknik gembyang. Peran gambang yang mengisi dan menghiasi lagu, maka permainan gambang lebih

44 33 mengalir dan bebas tidak terpaku pada gendhing. Meskipun permainan gambang bebas, namun tetap harus diakhiri dengan nada yang sesuai dengan permainan demung. Kebanyakan permainan gambang lebih cenderung memainkan pola dengan interval oktaf dan ritme yang stabil. Sering kali pola permainan yang dimainkan banyak berupa pengulangan ritme dengan melodi yang sama dan sedikit hiasan (ostinato). Meskipun demikian terkadang pola ritme sinkop juga diselipkan dalam sajian iringan musik pengiring Tayub. Gambar 9. Alat musik gambang (Dok: Yusak, Mei 2016) 3. Kelompok Struktural (Kethuk dan Kenong, Kempul dan Gong) Kethuk terdiri dari dua macam, satu untuk laras slendro dengan nada 2 (ro) dan satu untuk laras pelog dengan nada 6 (nem). Kethuk memiliki bentuk yang sama dengan pecon bonang, yang berbeda pada karaktek bunyinya. Karakter suara kethuk yang pendek atau cekak, seringkali tidak terdengar keberadaannya.

45 34 Meskipun tidak terdengar keberadaannya, namun peran kethuk tetap penting dalam satu sajian musik pengirig Tayub sebagai penanda kalimat lagu. Fungsi kethuk dalam sajian musik pengiring Tayub adalah sebagai aksen alur lagu atau gendhing yang dimainkan sehingga menjadi kalimat-kalimat pendek. Selain sebagai aksen, kethuk juga sebagai jembatan permainan kenong, kempul dan gong sehingga saling jalin menjalin. Permainan kethuk sendiri berada pada sela-sela permainan balungan, yakni kethuk ditabuh diantara ketukan-ketukan balungan. Teknik yang digunakan dalam permainan kethuk adalah dengan teknik mipil. Pada penyajian musik pengiring Tayub saat ini, permainan kethuk lebih berkurang. Permainan kethuk saat ini tidak selalu dibunyikan oleh penabuh. Hal ini disebabkan karena penambahan dan perkembangan lagu dalam penyajian musik pengiring Tayub. Dengan penambahan dan perkembangan lagu pengiring Tayub, fungsi kethuk sedikit dikurangi porsinya, karena sajian musik saat ini lebih mengedepankan iringan imbalan dan permainan kendhang jaipong serta jedor dan jes. Kenong merupakan alat musik berupa pecon seperti bonang namun memiliki ukuran yang lebih besar. Begitu juga dengan tabuh kenong, memiliki bentuk yang sama dengan tabuh bonang namun ukuran tabuh kenong lebih besar. Kenong biasanya terdiri dari tujuh sampai delapan pecon, yaitu tujuh pecon pelog dan lima pecon slendro. Nada pecon laras pelog dan laras slendro ada yang sama, sehingga dijadikan satu. Nada masing-masing pecon baik laras pelog maupun slendro disusun melingkari pemain.

46 35 Gambar 10. Alat musik kethuk (pecon kecil) dan kenong (pecon besar) (Dok: Yusak, Mei 2016) Fungsi kenong adalah untuk mempertegas irama akhir kalimat panjang, saling bergantian dengan kempul dan gong. Selain menandai struktur lagu, kenong juga memainkan nada yang sama dengan nada balungan. Pola permainan kenong bisa mendahului nada balungan untuk menuntun alur lagu atau gendhing. Lalu bisa juga permainan kenong yang sedikit terlambat mengikuti nada balungan untuk mendukung rasa pathet. Pola permainan kenong yang mendukung rasa pathet ini sering digunakan dalam penyajian musik pengiring Tayub. Permainan kenong pada lagu campursari lebih padat dan penuh. Kempul merupakan alat musik gamelan yang memiliki bentuk menyerupai gong namun ukurannya lebih kecil. Penempatan kempul dalam penyajian musik berdekatan dengan gong, dan biasanya penabuh kempul dan penabuh gong sama

47 36 atau hanya satu orang. Kempul terdiri dari tujuh buah, yang masing-masing memiliki laras pelog dan laras slendro. Fungsi kempul dalam penyajian musik pengiring Tayub adalah menandai aksen penting dalam lagu gendhing bergantian dengan permainan kenong. Seperti permainan kenong, pola permaian kempul juga ada tiga macam, yakni mendahului nada balungan yang berikutnya untuk menuntun arah lagu, lalu memainkan nada yang sama dengan nada balungan, dan memainkan dengan sedikit terlambat atau menyusul setelah nada balungan untuk menegaskan rasa pathet. Pola permainan kempul terkadang juga memainkan pola permainan seperti gitar bass dalam penyajian musik dengan lagu campursari. Gambar 11. Alat musik kempul (Dok: Yusak, Mei 2016)

48 37 Gong merupakan alat musik pengiring Tayub yang mempunyai ukuran paling besar. Ukuran gong yang besar, membuat gong selalu ditempatkan di belakang. Gong terdiri dari tiga buah gong, yaitu gong suwuk yang ukurannya paling kecil, lalu gong siyem yang ukurannya sedang atau menengah, dan gong ageng yang mempunyai ukuran paling besar. Fungsi gong ageng dalam sajian musik pengiring Tayub adalah sebagai penanda permulaan dan akhir gendhing. Gong ageng mempunyai peran memberikan rasa keseimbangan setelah kalimat lagu atau gendhing yang panjang. Lalu gong suwukan memiliki peran sebagai penanda struktur kalimat lagu pendek. Kemudian gong siyem yang memiliki ukuran sedang ini memiliki peran hampir sama dengan gong suwukan yakni menandai kalimat lagu pendek. Hal yang membedakan adalah nada gong siyem lebih rendah dari gong suwukan. Meskipun permainan gong sangat jarang dan hanya dibunyikan sekali dan dua kali saja, namun permainan gong sangat penting dalam pertunjukan dan penyajian musiknya. Gong memberikan rasa dan jiwa instrumen gamelan.

49 38 Gambar 12. Alat musik gong (Dok: Yusak, Mei 2016) 4. Kendhang Jawa Kendhang adalah salah satu alat musik yang paling penting dalam penyajian musik pengiring Tayub. Peran kendhang yang menjadi patokan dalam membawa alur lagu atau gendhing menjadi fungsi utama kendhang sebagai pamurba irama. Selain mengatur jalannya lagu atau gendhing, kendhang juga sebagai pengatur tempo dan peralihan antar irama. Dalam peralihan irama gendhing, kendhang sangat berperan penting untuk mengajak dan menjembatani instrumen lain untuk beralih irama gendhing. Lalu fungsi lain kendhang adalah memainkan suwuk untuk menghentikan tabuhan gendhing. Kendhang Jawa terdiri dari tiga buah kendhang yaitu kendhang ketipung atau tipung yang berukuran paling kecil, lalu kendhang ciblon yang berukuran sedang,

50 39 dan kendhang ageng atau bem yang berukuran paling besar. Masing-masing kendhang memiliki peran yang berbeda-beda. Kendhang ciblon adalah kendhang yang memiliki porsi paling banyak, karena permainan kendhang ciblon ini memainkan pola irama yang berasosiasi dengan gerak tarian pada pertunjukan Tayub. Teknik yang sering digunakan pada alat musik kendhang ini adalah teknik permainan kendhang kalih yaitu kombinasi permainan antara kendhang ketipung dan kendhang ageng. Permainan kendhang kalih ini selalu dibarengi dengan permainan jedor dan jes sehingga menghasilkan sajian bunyi yang menyatu dan menghentak. Gambar 13. Alat musik kendhang Jawa (Dok: Yusak, Mei 2016) 5. Kelompok yang dikurangi (Rebab, Siter, Suling, Gender, Slenthem) Rebab, siter, suling, gender, slenthem pada periode tahun 1985 sampai tahun 1993 digunakan dalam sajian musik iringan kesenian Tayub. Rebab merupakan alat musik yang memiliki fungsi sebagai pambuka atau awalan lagu. Siter, suling dan gender berfungsi sebagai penghias dan memperindah lagu. Slenthem

51 merupakan keluarga gender namun memainkan bentuk lagu seperti kelompok balungan. Alat musik tersebut merupakan alat musik yang dikurangi atau dihilangkan dalam pertunjukan Tayub setelah mengalami perubahan alat musik. Rebab dihilangkan karena fungsinya yang hanya untuk pambuka atau intro lagu di awal pertunjukan saja. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Bapak Cipto sebagai berikut: kuwi sing dikurangi ngene mas, nek kanggo tayub nek rebab nggo pembukaan pisanan, bar kuwi ra kanggo (itu yang dikurangi, begini mas, kalau untuk Tayub jika rebab untuk pembukaan pertama, setelah itu tidak digunakan) 40 Gambar 14. Alat musik suling dan rebab (Dok: Yusak, Juni 2016) Lalu siter, suling dan gender juga termasuk dihilangkan dalam pertunjukan Tayub karena alat musik ini tergolong sulit untuk dimainkan, sehingga jarang ada penabuh yang bisa memainkan alat musik tersebut. Kemudian slenthem termasuk

52 41 dalam alat musik yang dihilangkan sebab fungsinya yang sama dengan kelompok balungan dan karakter suara yang rendah dan pelan, cenderung tertutupi oleh permainan alat musik lain. Apalagi saat ini ditambahkan alat musik jedor dan jes, yang membuat musik pengiring Tayub disajikan dengan keras dan bersemangat. Gambar 15. Alat musik gender (kiri atas), slenthem (kiri bawah), siter (kanan) (Dok: Yusak, Juni 2016) 6. Penyajian Lagu dan Setting Periode tahun 1985 hingga tahun 1993 pertunjukan Tayub membawakan gendhing musik pengiring yang sama seperti gendhing-gendhing Karawitan yaitu gendhing asli Karawitan. Selain gendhing asli Karawitan, pertunjukan Tayub juga menggunakan lagu-lagu dolanan. Pembawaan pertunjukan Tayub pada periode periode ini yang menyajikan lagu karawitan asli lebih berwibawa dan lembut. Gendhing yang pasti dibawakan saat pembukaan pertunjukan Tayub adalah gendhing momong dan gendhing eleng-eleng atau gendhing bangun jiwa selalu disajikan saat pertujukan Tayub di hajatan pernikahan sebagai nasehat dan

53 wejangan dalam berumah tangga. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Bapak Cipto sebagai berikut: kepinginane sing duwe omah kan kebiasaane eleng-eleng, momong ben ndang duwe putu, kadang-kadang ngono kuwi, ning kadang-kadang bangun jiwa ning gathuke yo momong. (keinginan yang punya rumah kebiasaannya eleng-eleng, momong agar cepat punya cucu, kadang-kadang seperti itu, tapi kadang-kadang bangun jiwa tapi pasangannya juga momong.) Pertunjukan Tayub terbagi dalam dua waktu pertunjukan, yakni siang pukul WIB sampai pukul WIB dan malam hari pukul WIB sampai WIB. Patokan baku dalam penempatan alat musik tidak ada aturannya. Hal ini berkaitan dengan kondisi tempat dan penata gamelan yang bertanggung jawab mengatur posisi gamelan. Penyesuaian penempatan alat musik ditempatkan sesuai dengan kelompok alat musiknya dan saling berdekatan. 42 B. Periode Tahun 1994 Hingga Tahun 2016 Berawal ketika musik campursari yang mulai berkembang dan masuk di masyarakat Desa Sulursari tahun Musik campursari yang masuk mulai diterima dan disukai masyarakat dengan nuansa musik yang baru. Seniman mencoba mengubah alat musik yang dilihat pada pencampuran alat musik dalam musik campursari. Bapak Djayat menjelaskan bagaimana perubahan alat musik mulai terjadi, berikut pernyataaan beliau: yo butohe sak wise eneng campursari iki, enek jaipong sekitare tahun 2004, enek organ ki langgek wae mas tahun 2009, nek opo wi jedor wi yo nganu 94 enek jedor. (ya pokoknya setelah ada campursari ini, ada kendhang jaipong sekitar tahun 2004, ada organ/keyboard ini baru saja mas tahun 2009, kalau jedor itu tahun 94/1994 ada jedor.)

54 Awal perubahan alat musik dicoba dalam pertunjukan Karawitan dengan menambahkan alat musik keyboard, gitar bass, ketipung. Dalam pertunjukan Tayub hanya menambahkan jedor dan jes (bass drum dan simbal) saja, diikuti kendhang jaipong dan keyboard. Hal ini dibenarkan melalui pernyataan yang diungkapkan Bapak Djayat sebagai berikut: Nek karawitan kan enek organ, enek ketipunge, bass modele koyo campursari, nek tayuban gak, eneke yo jedor, jaipong, organ (kalau karawitan ada keyboard, ada ketipung, bass modelnya seperti campursari, kalau tayub adanya ya jedor, kendhang jaipong, keyboard) Setelah mengalami perubahan alat musik, alat musik gamelan ini hanya digunakan sebagian dan beberapa yang dikurangi karena fungsi dan karakter bunyinya kurang sesuai dengan pertunjukan Tayub. Alat yang dikurangi atau tidak digunakan adalah rebab, suling, siter, gender dan slenthem. Alat musik pengiring Tayub di Desa Sulursari telah mengalami perubahan dengan menambahkan alat musik modern berupa jedor (bass drum), jes (simbal), keyboard dan adaptasi dengan kendhang jaipong. Adapun perubahan alat musik pengiring Tayub ini merupakan sebuah perubahan penyajian musik dalam mengikuti perkembangan jaman dan industri musik Jedor dan Jes Berawal dari penambahan alat jedor (bass drum) dan jes (simbal) pada tahun 1994 telah memberikan nuansa baru pada penyajian musik pengiring Tayub. Tidak hanya pada kesenian Tayub, pada Karawitan juga menambahkan jedor dan jes dalam penyajiannya. Semua kelompok ataupun paguyuban Tayub di Desa Sulursari menggunakan jedor dan jes dalam pertunjukannya. Penambahan alat

55 44 musik jedor dan jes telah menambahkan suasana regeng atau semangat dan menyatu pada sajian musik pengiring Tayub, sehingga jedor dan jes menjadi alat musik inti dan pasti dalam setiap pertunjukan Tayub. Gambar 16. Alat musik jedor dan jes (Dok: Yusak, Mei 2016) Jedor atau yang lebih dikenal dengan istilah bass drum, merupakan salah satu alat musik pengiring Tayub tambahan. Jedor merupakan alat musik tambahan namun sekarang menjadi alat musik inti yang tidak bisa ditinggalkan. Bentuk dari jedor seperti bass drum pada alat musik drum band begitu juga dengan alat pemukulnya. Fungsi jedor adalah sebagai penegasan hentakan-hentakan yang dimainkan dan diarahkan oleh kendhang. Karakter bunyi yang dihasilkan jedor bersifat tegas dan menghentak, maka tidak heran jika jedor memberikan suasana semangat pada sajian musik pengiring Tayub. Dengan karakter bunyi dan fungsi

56 45 dari jedor, maka jedor menjadi satu alat musik yang pasti dan harus ada pada pertunjukan Tayub. Selain jedor ada juga jes atau yang lebih dikenal dengan istilah simbal. Bentuk jes sedikit berbeda dengan simbal pada umumnya. Hal yang menjadi perbedaannya adalah pada jes menggunakan semacam baut yang dipasang pada lubang dipinggir jes. Pemberian baut di setiap lubang pada jes memberikan karakter suara bergemirincing, dan jika dibunyikan bersama dengan jedor akan menimbulkan suara yang khas. Cara memainkan jes dipukul dengan menggunakan stick dan baut yang menghiasi di sekitar samping jes dapat dimainkan dengan dipukulkan antara baut dan simbal atau jes. Cara memukulkan baut dengan simbal adalah dengan menggunakan dua jari, jari telunjuk untuk baut atas dan jari tengah untuk baut bawah, lalu dipukulkan pada simbal dengan cara ditarik. Suara baut dan simbal yang dipukulkan menghasilkan bunyi yang menyerupai bunyi hi-hat posisi tertutup. Gambar 17. Alat musik jes dengan empat baut (Dok: Yusak, Mei 2016) Fungsi dari jes hampir sama seperti jedor karena selalu dibunyikan bersamaan dengan jedor yakni sebagai penegas hentakan yang dimainkan kendhang. Selain

57 46 itu, jes juga mampu memberikan ritme atau irama pada sajian musik dengan membunyikan baut dan simbal yang menyerupai bunyi close hi-hat pada drum set. Pemilihan alat musik jedor dan jes ini tidak memiliki kriteria khusus dalam hal merk dan kualitas bunyi yang dihasilkan. Jedor dan jes yang digunakan dalam pertunjukan Tayub merupakan alat musik buatan tangan pengrajin lokal. Bahkan hingga penelitian berlangsung, kondisi jedor dan jes sudah mengalami kerusakan. Meski demikian, kondisi jedor dan jes tidak menjadi hirauan seniman, asal masih berbunyi alat musik tersebut masih digunakan. 2. Kendhang Jaipong Pada Tahun 2004 para seniman Tayub berinisiatif menambahkan kendhang jaipong ke dalam format alat musik pengiring Tayub. Seniman merasa kendhang jaipong cocok untuk irama tarian pada Tayub. Meskipun pada format pertunjukan Tayub sudah memakai kendhang Jawa, namun penambahan kendhang jaipong justru selalu ada dan tidak pernah ditinggalkan. Mengikuti jedor dan jes, alat musik kendhang jaipong juga memberikan suasana semangat pada pertunjukan Tayub. Kendhang jaipong merupakan alat musik tambahan dalam musik pengiring Tayub yang kemudian menjadi alat musik inti pada setiap pertunjukan Tayub. Kendhang jaipong merupakan alat musik yang berbudaya Jawa Barat atau Sunda yang memiliki karakter bunyi yang hampir sama dengan ketipung, sehingga seniman Tayub menambahkannya untuk menggantikan ketipung pada kesenian Campursari dan dangdut. Karakter kendhang jaipong yang lebih padat dan

58 memiliki suara yang khas membuat suasana baru dalam penyajian musik pengiring Tayub. 47 Gambar 18. Alat musik kendhang jaipong (Dok: Yusak, Mei 2016) Seperti peran kendhang Jawa dalam penyajian musik, kendhang jaipong juga memiliki fungsi untuk mengatur tempo dan jalannya lagu. Meski demikian kendhang jaipong tetap sebagai alat musik pelengkap yang memainkan lagu campursari dan dangdut. Selain lagu campursari dan dangdut, kendhang jaipong juga mempunyai lagu wajib khusus irama kendhang jaipong yaitu gendhing bajing loncat dan gendhing sambel kemangi. Sebagaimana pernyataan Bapak Djayat mengungkapkan bahwa: gendhing nggo jaipong sing baku kan gendhing bajing loncat, sambel kemangi. (gendhing untuk kendhang jaipong yang baku gendhing bajing loncat, sambel kemangi.)

59 Posisi kendhang jaipong yang miring memungkinkan penabuh untuk menggunakan teknik permainan dengan kaki dengan cara sliding atau digeser. Dengan teknik ini membuat variasi bunyi yang banyak dan karakternya cocok untuk tarian dan musik dangdut. Kendhang jaipong yang digunakan dalam pertunjukan Tayub tidak memiliki kriteria khusus dalam pemilihan alat. Bahkan para seniman memproduksi dan membuat sendiri kendhang jaipong. Pernyataan ini dikuatkan oleh Bapak Supriyadi yang mengungkapkan bahwa: Kendhang jaipong do gawe dewe, yo lokal lah, buatan sendiri (kendhang jaipong memproduksi sendiri, ya lokal, buatan sendiri). 48 Gambar 19. Alat musik kendhang jaipong buatan lokal (Dok: Yusak, Juni 2016) 3. Keyboard Lalu sekitar pada tahun 2009, seiring perubahan alat musik dan musik campursari, para seniman mulai menambahkan alat musik keyboard. Penambahan keyboard ini dikarenakan industri selera musik mengarah kepada campursari dan

60 dangdut, oleh sebab itu untuk memenuhi selera pasar para seniman menambahkan alat musik keyboard. Kehadiran alat musik keyboard pada musik pengiring Tayub hanya sebagai tambahan dalam sajian musik pertunjukan Tayub. Berbeda dengan tambahan alat musik jedor, jes dan kendhang jaipong, alat musik keyboard hanya sebagai pelengkap musik pertunjukan Tayub. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Bapak Supriyadi sebagai berikut: campursari niku kan musik digathuki gong, nek saiki klenengan digathuki keyboard ngoten. (campursari itu musik digabungkan gamelan, kalau sekarang gamelan digabungkan keyboard begitu.) Meskipun hanya sebagai pelengkap, penambahan alat musik keyboard turut menyempurnakan sajian musik pengiring Tayub, dengan memberikan sajian musik dangdut yang banyak digemari pemuda-pemuda, telah memberi daya tarik dan kepuasan tersendiri untuk penikmat seni. Keyboard merupakan salah satu alat musik modern yang ditambahkan pada format alat musik pengiring Tayub. Selain itu, keyboard juga merupakan satusatunya alat musik pengiring Tayub yang bersifat elektronik dan memiliki sumber bunyinya dari listrik. Kehadiran keyboard dalam pertunjukan Tayub hanya sebagai pelengkap atau tambahan saja. Jadi fungsi keyboard adalah melengkapi pertunjukan Tayub dengan memainkan bagian sajian iringan musik dengan jenis musik campursari dan dangdut. Seperti halnya pertunjukan organ tunggal, peran keyboard dalam musik pengiring Tayub juga demikian. Keyboard memiliki tiruan suara yang begitu banyak dan dilengkapi dengan fitur rekaman, memampukan keyboard untuk menyajikan satu sajian musik hanya dengan keyboard saja. Peran 49

61 keyboard disini mampu menggantikan alat musik lain yang digunakan pada musik campursari dan dangdut, yang dirangkum dan disajikan dalam format midi. Pada penyajian musik campursari dan dangdut yang selalu dimainkan oleh keyboard, biasanya juga diiringi dengan permainan kendhang jaipong. Kendhang jaipong turut melengkapi sajian musik yang dimainkan oleh keyboard, karena karakter bunyi yang dihasilkan dari keyboard bersifat kaku dengan suara-suara sampling. Disamping itu tipe keyboard yang dipakai termasuk seri lama sehingga karakter bunyi yang dihasilkan belum secanggih keyboard tipe serta seri yang terbaru. Meskipun demikian, musik iringan keyboard selalu diminati dan disukai oleh masyarakat terkhusus para pemuda dengan lagu-lagu dangdut yang sedang populer. Selain peran keyboard yang memainkan lagu dangdut dan campursari dengan permainan seperti organ tunggal, terkadang keyboard juga berperan membantu dan melengkapi sajian musik dengan memainkan permainan gitar bass pada lagu campursari sebagai pengganti kempul, karena nadanya lebih cocok dan sesuai dibandingkan nada pada kempul. Lain pula permainan keyboard pada lagu karawitan, yakni memainkan suara snare drum untuk melengkapi permainan jedor dan jes. Perihal tersebut dibenarkan oleh Bapak Djayat yang mengungkapkan bahwa: organ ki gur nunut mas, organ ki mung ngebassi, nek pas dangdutan wi dibarengno menas, meneng yo menas, tapi sing dibarengno gur ricikan antarane saron, demung karo peking wi, karo jaipong jedor wi. (keyboard itu hanya mengikuti mas, keyboard itu hanya memainkan bass, saat musik dangdut dimainkan bersama enak, diam juga enak, tapi yang dimainkan bersama hanya antara saron, demung, dan peking, sekaligus jaipong dan jedor.) 50

62 Permainan keyboard tidak menggantikan fungsi rebab atau suling yang memiliki fungsi untuk buka lagu atau gendhing serta gender atau siter yang memainkan gambangan atau hiasan lagu. Hal ini disebabkan karena pemain keyboard yang lebih memilih untuk istirahat dan kurang inisiatif untuk mengisi kekosongan sajian musik. Menurut Bapak Cipto hal ini turut menghilangkan nilai keindahan musiknya. Berikut pernyataan beliau: yo menghilangkan to,,yo tetepe nek dikurangi yo menghilangkan to corone siter ki menase pol kok, nakmatan keri-keri ditinggal. (ya menghilangkan,,ya tetap kalau dikurangi ya menghilangkan, contohnya siter itu enak banget, ternyata ditinggal.) Tipe dan model keyboard yang digunakan dalam kelompok kesenian Tayub di Desa Sulursari termasuk tipe keyboard buatan lama. Keyboard roland e-86 merupakan keyboard yang digunakan dalam pertunjukan Tayub di Desa Sulursari. Keyboard ini banyak dipilih oleh pemain organ tunggal karena sample suaranya cukup lengkap dan cocok untuk musik campursari dan dangdut. Selain itu midi lagu baru sangat mudah didapatkan dalam format keyboard ini. 51 Gambar 20. Alat musik keyboard (Dok: Yusak, Mei 2016)

63 52 4. Penyajian Lagu dan Setting Penambahan dan pengurangan yang terjadi pada alat musik pengiring Tayub membuat semakin diminati masyarakat. Perubahan alat musik pengiring Tayub yang mengikuti jaman dan industri musik serta selera masyarakat mendapat sambutan baik dari masyarakat. Dengan demikian format alat musik pegiring Tayub yang digunakan sekarang meliputi : bonang barung, bonang penerus, saron I, saron II, demung, peking, kethuk, kenong, kempul, gong, gambang, kendhang jawa, jedor, jes, kendhang jaipong dan keyboard. Gambar 21. Alat musik pengiring Tayub (Dok: Yusak, Mei 2016)

64 53 Gambar 22. Ledhek dan Penayub (Dok: Yusak, Mei 2016) Setelah Campursari muncul dan lagunya banyak digemari masyarakat, mulailah ditambahkan lagu-lagu campursari dalam musik pengiring pertunjukan Tayub. Saat ditambahkan lagu-lagu campursari, diubah pula format alat musik pengiring Tayub. Musik campursari memberikan perubahan yang cukup besar. Mengingat setelah campursari masuk, lagu dengan jenis musik lain mulai dimasukkan ke dalam sajian musik pertunjukan Tayub, seperti jenis musik dangdut. Meskipun telah menambahkan lagu baru, penyajian musik pengiring Tayub juga masih membawakan gendhing karawitan. Salah satu gendhing asli Karawitan yang hingga saat ini masih disajikan adalah gendhing Sinom dan Asmaradana. Lagu wajib dalam pertunjukan Tayub seperti gendhing eleng-eleng dan gendhing momong atau gendhing bangun jiwa dan gendhing momong juga

65 masih dipertahankan sebagai gendhing pembuka pertunjukan Tayub. Bapak Djayat menjelaskan gendhing wajib untuk pertunjukan Tayub sebagai berikut: gendhinge podo wae, tapi eneng wajibe mas, nek tayub wajibe eleng-eleng, momong, ladrang eleng-eleng, lancarane momong. (Gendhing sama saja, tapi ada wajibnya mas, kalau wajib gendhing elengeleng, momong, ladrang eleng-eleng, lancaran momong.) Selain gendhing di atas, gendhing yang masih dipertahankan dan wajib dibawakan saat pertunjukan Tayub sebagai gendhing tarian gambyong yaitu gendhing pareanom. Gendhing ini dibawakan di awal-awal pertunjukan sebelum para ledhek berjoget dengan penayub. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Bapak Djayat sebagai berikut: sak durunge dijogeti sing duwe omah rak gambyong leh, gendhinge pareanom ngangone pelog. (Sebelum menari bersama dengan pemilik rumah tari gambyong dulu, gendhingnya pareanom menggunakan laras pelog.) Senada dengan peryataan Bapak Djayat, Bapak Supriyadi mengungkapkan bahwa: pas pembukaan ledhek arep acak nganggo tari gambyong, gendhing gambyong pareanom. (Waktu pembukaan ledhek memulai pentas dengan tari gambyong, gendhing gambyong pareanom.) Selain penyajian musik pada musik pengiring Tayub, perihal aransemen lagu atau gendhing juga menjadi salah satu yang penting. Aransemen lagu pada musik pengiring Tayub saling berkaitan dengan bentuk penyajian musik yang digunakan. Setiap gendhing yang disajikan sebelum mengalami perubahan alat musik selalu diawali buka atau intro gendhing yang dimainkan oleh salah satu alat musik yang diantaranya bonang, gender, rebab, siter, atau saron. Bentuk sajian 54

66 musik yang digunakan juga seperti Karawitan yang lembut dan berwibawa. Berbeda dengan itu, sekarang buka atau intro pada sajian musik setelah mengalami perubahan alat musik telah diperbarui dengan rasa yang lebih ramai. Mengingat ditambahkannya alat musik jedor (bass drum) dan jes (simbal), menambah rasa penuh hentakan pada setiap sajian musik yang dimainkan. Selain pada buka atau intro, aransemen pada bagian lagu tidaklah jauh berbeda antara sebelum dan setelah penambahan alat musik. Hal yang menjadi perbedaan hanya bentuk irama gendhing yang digunakan saat ini lebih banyak dengan irama rangkep dan keras. Bentuk aransemen menyesuaikan pada gendhing atau lagu yang dibawakan. Bapak Djayat menjelaskan aransemen lagu pertunjukan Tayub saat ini banyak digubah bagian intro, berikut pernyataan beliau: nek campursari mung garapan, digarap neng intro, nganggo spot barang ngono kae to introne dikerasno, corone ompak genjlengan. (Kalau campursari hanya aransemen, diaransemen pada intro menggunakan spot seperti itu, dibuat keras, caranya intro keras.) Pada pertunjukan Tayub juga terdapat satu sajian musik dan aransemen dengan menggunakan beberapa lagu atau gendhing yang dimainkan menjadi satu sajian musik atau medley. Beberapa istilah yang digunakan pada pertunjukan Tayub untuk jenis aransemen medley adalah: methok atau methokipun untuk bahasa ngoko atau kasar, untuk bahasa krama atau halus menggunakan minggahipun. Istilah yang sering digunakan adalah minggahipun. Jika sebelum mengalami perubahan alat musik, pertunjukan Tayub juga sudah mengenal dan menggunakan aransemen lagu dengan medley. Berikut pernyataan Bapak Cipto yang menjelaskan sajian musik medley dalam pertunjukan Tayub: 55

67 padane aku gawe gendhing ayun-ayun ditibakno asmaradana yo bisa,, ditibakno langgam yo bisa, umpanane ngajak dangdut, wi sabet sek terus jaipong ya manut, istilahe gampangane methokipun, opo minggahipun yo apik (Contohnya saya memainkan gendhing ayun-ayun dilanjutkan asmaradana ya bisa, dilanjutkan langgam ya bisa, seumpama dijadikan dangdut itu kendhang sabet / ciblon dulu terus kendhang jaipong, istilahnya methokipun, atau meinggahipin juga bagus.) Penyajian waktu pertunjukan Tayub dalam periode tahun 1994 hingga 2016 juga mengalami perubahan. Perubahan waktu pertunjukan Tayub menjadi lebih singkat, yakni siang pukul sampai pukul dan malam hari pukul sampai pukul dini hari dan bahkan terkadang pukul sudah selesai. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Bapak Supriyadi sebagai berikut: nek riyen, pas kulo pentas pertama dugi jam 2, saiki jam 12 wes rampung, nek siang jam 16 mulai jam 11.30, nek siang riyen kalih sakniki podo. (kalau dulu, waktu saya pentas pertama sampai jam 02.00, sekarang jam sudah selesai, kalau siang jam selesai, muali jam kalau siang, dulu dan sekarang sama.) Penempatan alat musik, tidak mengalami perubahan yang tajam. Penempatan alat musik masih disesuaikan dengan masing-masing kelompok alat musik. Untuk alat musik tambahan seperti kendhang jaipong, jedor dan jes selalu berada di tengah, tepatnya di belakang kendhang Jawa. Lalu dengan keyboard tempatnya selalu dekat dengan pengatur sound. 56

68 57 5. Bagan Perubahan Alat Musik Pengiring Tayub Alat musik periode tahun 1985 sampai tahun 1993 Alat musik periode tahun 1994 sampai tahun 2016 Rebab Saron I Jedor Suling Saron II Jes Siter Peking Kendhang jaipong Gender Demung Keyboard Slenthem Gambang Bonang barung Bonang penerus Kethuk Kenong Kempul Gong Kendhang Jawa Keterangan: : periode alat musik : alat musik yang dikurangi : alat musik yang digunakan selama dua periode : alat musik yang ditambahkan Gambar 23. Bagan perubahan alat musik pengiring Tayub (Dok: Yusak, Juni 2016)

69 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diperoleh kesimpulan perubahan alat musik pengiring Tayub di Desa Sulursari Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan. 1. Alat musik pengiring Tayub periode tahun 1985 hingga tahun 1993 adalah seperangkat gamelan lengkap yaitu: bonang barung, bonang penerus, saron I, saron II, peking, demung, gender, slenthem, kethuk, kenong, kempul, gong, gambang, rebab, suling, siter dan kendhang dengan lagu atau gendhing Karawitan asli. 2. Alat musik pengiring Tayub periode tahun 1994 hingga 2016 berkembang dengan penambahan alat musik jedor dan jes (1994), jaipong (2004) dan keyboard (2010), serta pengurangan alat musik rebab, siter, suling, slenthem dan gender. Penambahan alat musik turut melengkapi sajian musik dalam penambahan lagu campursari dan dangdut. Konsep pokok fungsi alat musik gamelan tidak berubah, namun disesuaikan dengan lagu dan pembawaan musik Tayub serta perubahan alat musiknya. Pertunjukan selalu dibuka dengan tarian gambyong dengan gendhing pareanom. Setelah itu dilanjutkan dengan gendhing wajib ladrang eleng-eleng dan lancaran momong atau ladrang bangun jiwa dan lancaran momong. 58

70 59 B. Saran 1. Bagi para seniman diharapkan memperhatikan fungsi alat musik yang dikurangi supaya perannya tidak hilang dan dapat digantikan oleh alat musik keyboard dengan mengkuasikan bunyi rebab atau suling pada intro atau buka. Pada bagian tengah lagu, keyboard dapat mengkuasikan bunyi siter dan gender dengan sampling suara pada keyboard serta mengatur pembagian suara melalui pemisahan jangkauan keyboard, bagian atas bunyi siter dan bagian bawah bunyi gender. Hal ini dimaksudkan agar musik iringan Tayub yang kaya warna pada periode sebelum terjadi perubahan alat musik tetap ada dan dapat memperindah sajian musik periode sekarang.

71 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Irawan Konstruksi dan Reproduksi KEBUDAYAAN. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cahyono, Agus Kehidupan Seni Pertunjukan Tayub di Blora dan Sistem Transmisinya. Tesis untuk mencapai derajat Sarjana S-2 pada Fakultas Pascasarjana Universitas Gajah Mada. Creswell, John W Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Danim, Sudarwan Menjadi Peneliti Kualitatif: Rancangan Metodologi Presentasi dan Publikasi Hasil Penelitian Untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora. Bandung: CV Pustaka Setia. Hadi, Sumandiyo Seni Dalam Ritual Agama. Yogyakarta: Pustaka Hardjono, Suka Musik Antara Kritik dan Apresiasi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Harris, Marvin The Rise of Antropology Theory. New York: Crowell Holt, Claire Melacak Jejak Perkembangan Seni Indonesia. Terjemahan R.M Soedarsono. Bandung: MSPJ. Jazuli, M Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang: IKIP Semarang Press. Kridolaksono, Harimurti Pengantar Bahasa dan Kebudayaan Jawa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Mangunsuwito Kamus Lengkap Bahasa Jawa. Bandung: CV Yrama Widya. McDermott, Vincent IMAGI-NATION Membuat Musik Jadi Luar Biasa.Yogyakarta: Art Music Today. 60

72 Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Mulyadi, D Apresiasi Seni. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta Pradoko, Susilo Penelitian Kualitatif dan Inspirasi Permasalahan Penelitian. Dalam Makalah Workshop Percepatan Tugas Akhir Skripsi. Jurusan Pendidikan Seni Musik FBS UNY. Pratjichno, Bambang Pornografi Dalam Dunia Seni Tari. Harmonia Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni.Vol VII. No. 2/Mei-Agustus 2006: UNNES Rabimin Makna Kesuburan Dalam Pertunjukan Tayub, dalam Gelar Jurnal Seni dan Budaya 2, hlm Robert H, Lauer Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Bina Aksara. Spradley, James P Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana. Soemardjan, Selo dan Soelaeman Soenardi Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sugiyono Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta. Sutardi, Tedi Mengungkap Keragaman Budaya. Bandung: PT Setia Purna Inves. Suharto, Ben Tayub dan Ritus Kesuburan. Bandung: MSPJ. Widyastutiningrum, Sri Rochana Tayuban dan Perempuan. Antara Realita di Panggung dan di Luar Panggung. Dewa Ruci Vol 1 No.1. Surakarta: Program Pendidikan Pascasarjana STSI Surakarta. Wiyoso, Joko Campursari: Suatu Bentuk Akulturasi Budaya Dalam Musik. Dalam Pengembang Jurnal Harmonia Edisi Khusus. Hlm

73 LAMPIRAN RAMBU-RAMBU WAWANCARA 62

74 Rambu-rambu Wawancara A. Perubahan alat musik pengiring Tayub di Desa Sulursari. 1. Kapan perubahan alat musik pengiring Tayub terjadi perubahan? 2. Apa saja perbedaan alat musik yang digunakan dalam pertunjukan Tayub sebelum dan sesudah tahun 1994? 3. Bagaimana proses perubahan alat musik pengiring Tayub dari tahun 1994 hingga saat ini? 4. Mengapa alat musik pengiring Tayub mengalami penambahan dan pengurangan alat? 5. Bagaimana perkembangan industri musik dan selera musik masyarakat Desa Sulursari? 6. Apakah seniman Tayub tetap mempertahankan musik tradisi dalam pengiring Tayub? 7. Apakah penambahan dan pengurangan alat musik pengiring Tayub menghilangkan nilai dan estetika musik? 8. Bagaimana tanggapan masyarakat melihat perubahan alat musik yang terjadi saat ini? 63

75 64 B. Perubahan fungsi alat musik pengiring Tayub. 1. Apa fungsi masing-masing alat musik pengiring Tayub? 2. Apa perbedaan fungsi alat musik baru (modern) dengan alat musik yang dikurangi dalam sebuah pertunjukan Tayub? 3. Apakah ada perubahan fungsi alat musik pengiring Tayub setelah mengalami penambahan alat musik? 4. Apa saja teknik permainan gamelan yang digunakan dalam pertunjukan Tayub? 5. Apakah ada perbedaan dalam teknik dan cara bermain alat musik sebelum dan sesudah tahun 1994? C. Perubahan penyajian musik pengiring Tayub dalam hal lagu dan setting. 1. Apa perbedaan penyajian alat musik pengiring Tayub sebelum dan sesudah tahun 1994? 2. Bagaimana sajian aransemen musik setelah penambahan alat musik? 3. Bagaimana perbedaan pembawaan musik pengiring Tayub sebelum dan sesudah tahun1994? 4. Bagaimana perbedaan lagu atau gendhing pada pertunjukan Tayub sebelum dan sesudah tahun 1994? 5. Apakah ada patokan lagu atau gendhing yang wajib dibawakan? 6. apakah ada perbedaan waktu pertunjukan antara periode sebelum 1994 dan setelah 1994?

76 LAMPIRAN HASIL WAWANCARA 65

77 66 Hasil Wawancara Narasumber : Djayat Tempat : Sulursari, Nglinduk Rt 03/Rw 06 Hari/ Tanggal : 9 Mei 2016 Pekerjaan Peran Keterangan : Petani : Ketua Paguyuban Laras Widayat : P=Peneliti, NS=Narasumber P : Tayub enten tambahane alat niku bar campursari? NS : yo butohe sak, sak wise eneng campursari iki, enek jaipong sekitare tahun 2004, enek organ ki langgek wae mas tahun 2009, nek opo wi jedor wi yo nganu 94 enek jedor. P NS P NS P NS P NS P : urutan tambahe jedor riyen? : urutan tambahe yo jedor, terus jaipong, terus organ. Wong aku marai manjak ki awet tahun 85 ik, njenengan rung lahir. : nek tambahane niku kepinginane seniman nopo mergi kepinginane masyarakat? : kepinginane seniman, dadi seniman ki pengen kiro-kiro rodo nggenah penak ngono lho kepinginane. : nggeh pas masyarakate do seneng campursari ditambahi ngoten : lha do seneng. : menurute njenengan enten tambahan alat niku nilai Tayub berkurang nopo tambah sae? : nek kanggoku ki gak kurang yo wes ngono kuwi, marai kanggone tayuban yo mas? Nek karawitan kan enek organ, enek ketipunge, bas modele koyo campursari, nek tayuban gak, eneke yo jedor, jaipong, organ. : nek riyen niku tayub nggeh ngagem lagu karawitan?

78 67 NS P NS P NS P NS P NS P NS P NS P NS P : yo podo wae, gendhinge podo wae, tapi eneng wajibe mas, nek tayub wajibe eleng-eleng, momong, ladrang eleng-eleng, lancarane momong. : nek teng tayub niku kathahe ngagem lancaran? : lancaran ki nek wes tengah-tengahan to mas, nek daerah kene sing okeh lancaran mas, nek daerah doplang sing akeh gendhing, bedo. : nek teng gamelan niku, carane nuthuk istilahe nopo mawon? : mipil??bonang ki mipil sak durunge disabet, peking yo mipil, imbalan ki bonang, sing dicacah ki saron. : nek kendhang niku nggeh enten carane? : enek mas, kendhang yo enek note mas, ndisik note ruwet mas, enek kendhang ciblon, kendhang peralihan, sing penting iku pisanane kendhang yo pambuko nganggo peralian sek, ki kendhang loro, tung da wi peralihan, pelaihan to terus ciblon, dadi sing ngatur gong ki, arep kerep arep arang ki sing ngatur kendhang mas, lha nek takok sing ngebari, kendhang ki enek suwuk. : sak wise enten jedor, jaipong organ nopo carane nuthuk benten? :bedo mas, corone nuthuk, nek organ ki nggo selingan..nek kendhang jaipong ki tabuhane gendhing bajing loncat, sambel kemangi. : niku pas ladrang nopo pas lancaran kanggene? : yo nek ladrang lancaran kuwi nganggne kendhang sabet, jaipong ki tabuhane nek lancaran nek didangdutno wi jaipong, gendhing nggo jaipong sing baku kan gendhing bajing loncat, sambel kemangi ngunu wi baku nggo kendhang jaipong. Nek ketawang puspowarno yo ketawang ilir-ilir. : nek campursari pripun? : campursari ki gendhing mung kacek sitik thok, nek campursari mung garapan, digarap neng intro, nganggo spot barang ngono kae to introne dikerasno, corone ompak genjlengan. Nek langgam ki lancaran mas. : fungsine alat sak wise enten tambahan alat nopo enten sing bedo? : gak, gak iso bubrah, jeh ajek, sak upomo mas enek buko bonang nek diselingi organ yo gak bubrah, organ ki gur nunut mas, organ ki mung ngebassi,,nek pas dangdutan wi dibarengno menas, meneng yo menas,,tapi sing dibarengno gur ricikan antarane saron, demung karo peking wi, karo jaipong jedor wi. : gendhing jaman mbiyen kalih sakniki rasane bedo nopo pripun?

79 68 NS P NS P NS : leh yo podo wae, marai jamane ndisik gak enek jaipong, jedor rumangsaku jaman ndisik yo penak, do jeget yo do seneng, marai soko jaman saiki,,njenengan jupuk gambar kae gonge ra penak marai bonange ning ngisor gak sak panggung. Marai saiki tayub ki camburadul, marai manut sing jaluki, nek karawitan nganggo pakem, butohe seni saiki camburadul. : nek teng campursari ngagem laras nopo? : nek campursari okehe pelog. 4, 7 thuthuk kabeh, tuthukane bedo, bedone soko lagune kuwi. : nek awal niku enten gambyong? : mesti, sak durunge dijogeti sing duwe omah rak gambyong leh, gendhinge pareanom ngangone pelog.

80 69 Hasil Wawancara Narasumber Tempat : Cipto : Bungas RT 3/ RW 4, Sulursari Hari/ Tanggal : 2 Mei 2016 Pekerjaan Peran Keterangan : Petani : Tokoh masyarakat, Pramugari : P=Peneliti, NS=Narasumber P : menawi perkembangan Tayub kan enten tambahan? NS : amrih komplite sing jenenge yogo Tayub, sepisan bonang, kaping kalih balung padane omah balung ki cagak, rumah tanpa cagak ra ngadek gampangane,,hehe, ketiga saron I, saron II, peking terus kethuk, kenong, gong, gambang, kendhang, nek perlu diparingi gender, slenthem..nek komplit ono rebab, siter, suling. P : kapan nek nambahi keyboard organ? NS : tahun piro yo?sek, antarane yo 6 tahunan 2009, antarane mas. P : perubahane pas campurasari mlebet? NS : pancen iyo, nek campursari organ, kendhang jaipong, neng yo ono gongsone neng gur balungan, saron I, II, demung kuwi tok..umpamane kan koyo-koyo nggo gong barang yo iso carane, wes komplit nggambangi yo iso. P : urut-uruane tambahane pripun? NS : jaipong sek, organ yo termasuk mburi, sek jaiponge wi, eh jedor rung mau yo? Wi tambahan corone, karo jaipong sek jedor, gathuke jes wi. P : kan enten tambahane alat, lha niku gamelan sing lengkap mau enten sing dikurangi? NS : kuwi sing dikurangi ngene mas, nek kanggo tayub nek rebab nggo pembukaan pisanan, bar kuwi ra kanggo. P : menurut pak cipto tambahan alat wau menghilangkan nilai Tayub? NS : yo menghilangkan to, yo tetepe nek dikurangi yo menghilangkan to corone siter ki menase pol kok, nakmatan keri-keri ditinggal.

81 70 P : tambahan alate niku kepinginane seniman nopo masyarakat? NS : yo tetep seniman to ki, kadang-kadang masyarakat gak mau tahu kok. karepe seni mas. P : fungsi alat kan benten-benten, umpamine kendhang NS : he e kanggone bedo-bedo, kendhang ki pamurba irama, kendhang ono telu, kendhang sabet, tipung karo bem, nek piking nuthuke kan mipil, dobel, sing saro kadang-kadang imbalan, kaang-kadang dicacah nek sing pinter, nek balung kan siji-siji, ompak yo soko balung. P : enten gendhing sing pindah niku istilahe nopo? NS : padane aku gawe gendhing ayun-ayun ditibakno asmaradana yo bisa, ditibakno langgam yo bisa,,umpanane ngajak dangdut tak, tak tung tak deng dang deng dang dut, wi sabet sek terus jaipong ya manut,,istilahe gampangane methokipun, opo minggahipun yo apik. P : kan mpun tambah organ, kan modern terus fungsine berubah? NS : berubah, misale ngene nek enek sing jaluk organ yo organ tok, kadang-kadang yo dibantu gamelan, organe madakno gongsone, kan nek organ gur tut wuru handayani mas yo P : nek gendhing-gendhing sing diagem teng tayub nopo mawon? NS : kuwi kebiasaan nggeh, kepinginane sing duwe omah kan kebiasaane eleng-eleng, momong ben ndang duwe putu, kadang-kadang ngono kuwi, ning kadang-kadang bangun jiwa ning gathuke yo momong

82 71 Hasil Wawancara Narasumber Tempat : Supriyadi : Tamansari, RT 4/RW2, Sulursari Hari/ Tanggal : 14 Juni 2016 Pekerjaan Peran Keterangan : Petani : Ketua Paguyuban Manunggal Rasa : P=Peneliti, NS=Narasumber P NS P NS P NS P : alat musik Tayub riyen nopo mawon? : nggeh gamelan niku to gamelan komplit, sing tambahane niku jedor kalih jaipong, kalih organ biasane. : ditambahi jedor tahun pinten ngertos? Ada yang bilang tahun 94 jedor, jaipong tahun 2004? : mboten ngeleng-ngeleng kulo. nek keyboard niku nembe mawon, nggeh jaman campursari niku to, campursari niku kan musik digathuki gong, nek saiki klenengan digathuki keyboard ngoten. : nek enten sing ngendiko keyboard mlebet tahun 2009 leres mboten? : kemungkinan nggeh saget, wong kulo teng seni niku sekitar tahun 95, niku nggeh dereng enten keyboard ik. : kan sudah ditambah jedor, terus jaipong, lalu alat gamelan yang sebelumnya lengkap, enten dikurangi. NS : neng nek tayub mriki, niku mboten komplit, mboten ngange gender, mbeten ngango rebab ngoten niku. P : kalau pentas dulu gong lengkap, kalau sekarang ada yang dikurangi, berarti ada gender slenthem, rebab, siter suling? NS : nggeh. P : menurut Bapak, alat musik yang dulu sama yang sekarang, cara main terus perannya pada lagu gendhing itu sama atau berbeda? NS : sama. P : kalau lagunya yang dulu dengan sekarang? Kalau yang dulu leres lagu karawitan asli?

83 NS : nggeh, riyen gendhing kan sing akeh karangane wali, kados sinom, ilir-ilir kan mengandung pitutur, nasehat, nek saiki kan jambu alas, lha bedone opo, nek wong ndisik niku tekan saiki jeh kanggo, nek saiki mudah hilang. P : dalam pentas,sing riyen kalih sakniki, cara membawakan lagu ada perbedaan? NS : ada. nek ndisik nek gung jam 12 rung di walik laras,, nek sore laras menyura sik, nek wes walik laras terus laras sanga, nek saiki mpun mboten, saiki mpun bebas marai nopo, nuruti pasar, saiki lagi nyemplung wes di jaluki, nek gak dituruti nesu, piye, hehehe. P : nek waktu pentas pripun? NS : nek riyen, pas kulo pentas pertama dugi jam 2, saiki jam 12 wes rampung, nek siang jam 16 mulai jam nek siang riyen kalih sakniki podo. P : lagu pembukaan Tayuban mesti eleng-eleng, momong leres niku? NS : nggeh, niku karena jalukan, tapi kan kebanyakan wong jowo kan karepe, eleng suk ben iso momong putune,karepe ngoten. pas pembukaan ledhek arep acak nanggo tari gambyong, gendhing gambyong pareanom. P : kembali ke alat, dari sekian banyak alat ada yang paling penting? NS : yo penting kabeh lah, nek kendhang thok yo ra menas, nggeh niku satu kesatuan. P : terus tempat manggone alat, enten carane noto? NS : carane noto niku kari lurah gong, soale niku duwe fungsi dewe-dewe, nek kendhang kan pamurba irama, sing tukang ngatur irama kendhang niku, nek tayuban niku duwe kewajian suwuk umpamane lagu dangdut. nek bonang duwe kewajiban buko, dadi duwe kuasa dewe-dewe P : kan ada tambahan alat jedor nopo enten aturane merke nopo? Kendhange jaipong? NS : mboten enten P : menurut Bapak, sak niki nilai Tayub berubah atau bagaimana? NS : berubah, soale kan sak niki ngladeni pasar niku, nek ndisik gendhing-gendhing sek, jam 12 lagi nglandeni. sak niki mpun mboten, wong sak niki masalah gendhing mboten ngerti gendhing P : kalau sekarang ada tambahan niku leres mergi campursari? NS : nggeh, neng pertama jedor sek, jedor niku mpun suwe, jaman kulo mlebet seni mpun ngange jedor, nek jaipong lagi wae. P : nek kendhang jaipong enten kriteria alat nya? NS : mboten, do gawe dewe, yo lokal lah, buatan sendiri. 72

84 LAMPIRAN GLOSARIUM 73

85 74 GLOSARIUM A Ayak Pamungkas : lagu, gendhing penutup pertunjukan Karawitan. B Balungan Ben Buka : alat musik gamelan yang memainkan bentuk lagu. : agar, supaya. : introduksi dalam sajian Karawitan. C Cacah Cekak Close : teknik permainan gamelan dengan memberikan variasi pada lagu. : pendek. : tutup. D Ditata : diatur. G Gambangan Gambyong Garap Garapan Gembyang Guyub : istilah hiasan lagu. : salah satu tarian-tarian Jawa. : alat musik gamelan yang memainkan hiasan. : aransemen, gubahan lagu. : teknik permainan gamelan dengan dua pemukul yang dibunyikan bersamaan. : rukun. H Hi-hat : salah satu alat musik pada drum set

86 75 I Image Imbalan : gambaran, representasi keadaan visual. : teknik permainan gamelan saling bersahutan. J Jedor Jes : istilah bass drum. : istilah simbal. K Kareben Kempyung Krama : agar, supaya. : teknik permainan gamelan dengan dua pemukul yang dibunyikan hampir bersamaan. : tingkatan bahasa Jawa yang sopan. L Ladrang Lancaran Laras Ledhek : jenis irama yang digunakan dalam musik iringan Tayub. : jenis irama yang digunakan dalam musik iringan Tayub. :susunan nada dalam alat musik gamelan. : penyanyi dan penari dalam pertunjukan Tayub. M Mataya Medley Methok / methokipun Minggahipun Mipil : menari berjajar. : sajian musik yang menggabungkan beberapa lagu menjadi satu : istilah medley lagu dalam tingkatan bahasa Jawa ngoko (kasar, rendah). : istilah medley lagu dalam tingkatan bahasa Jawa krama (sopan, tinggi). : teknik permainan gamelan dengan memukul satu persatu bilah.

87 76 N Nayub Ngoko : menari. : tingkatan bahasa Jawa kasar atau rendah. P Pamurba irama Pathet Pecon : fungsi alat musik yang mengatur irama. : susunan nada dalam suatu laras. : alat musik gamelan yang terbuat dari logam dan berbentuk cekungan yang tengahnya menonjol untuk dipukul atau ditabuh seperti gong, kempul, kenong, ketuk, dan bonang. Pelog Pemangku lagu Penayub / pengibing Pengrawit / penabuh : jenis laras gamelan. : fungsi alat musik yang memainkan bentuk lagu. : penonton yang berpartisipasi menari bersama ledhek. : pemain musik gamelan. Pramuladi / pramugari : pengatur pertunjukan Tayub. R Rangkep Regeng Ricikan : ganda : bersemangat, menyatu. : istilah untuk kelompok jenis alat musik gamelan. S Sekar Setting Sindhen Slendro : kembang, hiasan lagu. : penggambaran mengenai waktu dan tempat : penyanyi untuk kesenian Karawitan. : jenis laras dalam gamelan.

88 77 Sliding Sound Sticking flam Suwuk : teknik permainan alat musik dengan cara digeser. : pengeras suara. : teknik pukulan pada perkusi yang hampir bersamaan. : coda, akhir lagu. T Tabuh : pemukul. W Waranggana : ledhek, penyanyi dan penari pertunjukan Tayub.

89 LAMPIRAN SURAT KETERANGAN 78

90 79

91 80

92 81

93 82

94 83

95 84

96 85

97 86

DASAR-DASAR PENGETAHUAN BELAJAR KARAWITAN UNTUK ANAK SD

DASAR-DASAR PENGETAHUAN BELAJAR KARAWITAN UNTUK ANAK SD DASAR-DASAR PENGETAHUAN BELAJAR KARAWITAN UNTUK ANAK SD Tata Tertib Pelajaran Karawitan Untuk anak SD 1. Ketika datang dari kelas ke ruang gamelan siswa dilarang ribut. 2. Sebelum masuk ruang gamelan siswa

Lebih terperinci

14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya

14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya 14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya Alat musik tradisional asal Jawa Tengah (Jateng) mencakup gambarnya, fungsinya, penjelasannya, cara memainkannya dan keterangannya disajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan banyak suku dan budaya yang berbeda menjadikan Indonesia sebagai bangsa

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Pelaksanaan AKSARA 2017

Petunjuk Teknis Pelaksanaan AKSARA 2017 Petunjuk Teknis Pelaksanaan AKSARA 2017 A. Deskripsi Aksara Aksara (Ajang Kreasi Seni Budaya Airlangga) terdiri dari 2 kategori lomba yaitu lomba tari dan karawitan berskala Nasional yang diadakan oleh

Lebih terperinci

PENGARUH RESONATOR TERHADAP BUNYI NADA 3 SLENTHEM BERDASARKAN SOUND ENVELOPE. Agung Ardiansyah

PENGARUH RESONATOR TERHADAP BUNYI NADA 3 SLENTHEM BERDASARKAN SOUND ENVELOPE. Agung Ardiansyah PENGARUH RESONATOR TERHADAP BUNYI NADA 3 SLENTHEM BERDASARKAN SOUND ENVELOPE Agung Ardiansyah 1108100057 *Pendahuluan 3 * Pendahuluan 01. Latar Belakang Dalam pagelaran gamelan berbeda dengan pagelaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki keanekaragaman budaya dan kaya akan berbagai macam kesenian dengan nilai estetis yang

Lebih terperinci

FUNGSI KESENIAN LEDHEK DALAM UPACARA BERSIH DESA DI DUSUN KARANG TENGAH, DESA NGALANG, GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL SKRIPSI

FUNGSI KESENIAN LEDHEK DALAM UPACARA BERSIH DESA DI DUSUN KARANG TENGAH, DESA NGALANG, GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL SKRIPSI FUNGSI KESENIAN LEDHEK DALAM UPACARA BERSIH DESA DI DUSUN KARANG TENGAH, DESA NGALANG, GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

TIGA KONSEP PENTING: VARIASI, PENGOLAHAN DAN KAIT-MENGAIT. 6.1. Variasi

TIGA KONSEP PENTING: VARIASI, PENGOLAHAN DAN KAIT-MENGAIT. 6.1. Variasi TIGA KONSEP PENTING: VARIASI, PENGOLAHAN DAN KAIT-MENGAIT 77 TIGA KONSEP PENTING: VARIASI, PENGOLAHAN DAN KAIT-MENGAIT Pada bab ini, kita akan membahas tiga konsep teknis yang penting dalam musik Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Musik gamelan telah menjadi identitas budaya masyarakat Indonesia, karena telah hidup membudaya dan menjadi tradisi pada kehidupan masyarakat dalam kurun

Lebih terperinci

Gamelan, Orkestra a la Jawa

Gamelan, Orkestra a la Jawa Gamelan, Orkestra a la Jawa Gamelan jelas bukan musik yang asing. Popularitasnya telah merambah berbagai benua dan telah memunculkan paduan musik baru jazz-gamelan, melahirkan institusi sebagai ruang belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era an banyak bermunculan novel-novel yang berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era an banyak bermunculan novel-novel yang berbahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era 1960-1970an banyak bermunculan novel-novel yang berbahasa Jawa. Hampir tiap penerbit di kota-kota besar di Jawa berlomba membukukan karya-karya bahasa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Campursari karya Manthous dapat hidup menjadi musik. industri karena adanya kreativitas dari Manthous sebagai pencipta

BAB V KESIMPULAN. Campursari karya Manthous dapat hidup menjadi musik. industri karena adanya kreativitas dari Manthous sebagai pencipta BAB V KESIMPULAN Campursari karya Manthous dapat hidup menjadi musik industri karena adanya kreativitas dari Manthous sebagai pencipta produk dan kreativitas dari penyelenggara produk atau produser. Kreativitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat melimpah. Salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat melimpah. Salah satunya adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat melimpah. Salah satunya adalah alat musik daerah, dimana hampir setiap daerah mempunyai alat musik khas daerahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. depan yang lebih baik untuk memperbaiki budaya saat ini. Seperti yang dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. depan yang lebih baik untuk memperbaiki budaya saat ini. Seperti yang dikatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pengertian transformasi budaya adalah perubahan konsep, bentuk, fungsi, dan sifat budaya untuk menyesuaikan konstelasi dunia (Mardimin, 1994: 14). Transformasi

Lebih terperinci

SMK NEGERI 1 JAPARA TAHUN 2017

SMK NEGERI 1 JAPARA TAHUN 2017 SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SEMUA BIDANG KEAHLIAN MODUL SENI BUDAYA ( Seni Musik ) Penulis : Ucu susiawan Ssn SMK NEGERI 1 JAPARA TAHUN 2017 Kompetensi Inti 1. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan

Lebih terperinci

Seni Musik Tradisional Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat

Seni Musik Tradisional Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat Seni Musik Tradisional Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari ribuan pulau yang terbentang dari Papua hingga Aceh. Dari sekian banyaknya pulau beserta

Lebih terperinci

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2.

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2. A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Musik sebagai bagian dari kebudayaan suatu bangsa, merupakan ungkapan serta ekspresi perasaan bagi pemainnya. Kebudayaan juga merupakan cerminan nilai-nilai personal,

Lebih terperinci

Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren

Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren Oleh : Zuliatun Ni mah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa zuliatunikmah@gmail.com

Lebih terperinci

Kiriman Saptono, SSen., Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar.

Kiriman Saptono, SSen., Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar. Melaras Gamelan Jawa, Bagian I Kiriman Saptono, SSen., Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar. Langkah awal yang harus dikerjakan penglaras sebelum membuat embat, terlebih dahulu diawali dengan nggrambyang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan pokok permasalahan yang dikaji penelitian ini menggunakan pendekatan budaya, yaitu pendekatan dengan cara melihat obyek pengkajian sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan data yang ditemukan dapat disimpulkan bahwa slentho

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan data yang ditemukan dapat disimpulkan bahwa slentho BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data yang ditemukan dapat disimpulkan bahwa slentho Gamelan Kyai Kancilbelik Keraton Surakarta mempunyai spesifikasi bentuk, berbeda dengan slentho yang terdapat

Lebih terperinci

ARTIKEL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENINGKATAN KETERAMPILANMEMAINKAN MUSIK KARAWITAN BAGI ANAK-ANAK PADA SANGGAR NOGO KAYUNGYUN

ARTIKEL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENINGKATAN KETERAMPILANMEMAINKAN MUSIK KARAWITAN BAGI ANAK-ANAK PADA SANGGAR NOGO KAYUNGYUN ARTIKEL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENINGKATAN KETERAMPILANMEMAINKAN MUSIK KARAWITAN BAGI ANAK-ANAK PADA SANGGAR NOGO KAYUNGYUN KELUHARAHAN PADANGSARI KECAMATAN BANYUMANIK KOTA SEMARANG Oleh : Ketua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik adalah sebuah bentuk karya seni yang terdiri dari bunyi-bunyian instrumental atau vokal ataupun keduanya, yang menghasilkan sebuah karya yang indah dan harmonis.

Lebih terperinci

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk LAMPIRAN Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk 85 KERANGKA MATERI VIDEO PEMBELAJARAN MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA Materi Pengertian Musik Tradisional Nusantara Lagu Tradisional Nusantara Penggolongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar belakang penelitian, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) ruang lingkup penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

HALAMAN PERSEMBAHAN. Skripsi ini saya persembahkan untuk,

HALAMAN PERSEMBAHAN. Skripsi ini saya persembahkan untuk, HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk, Allah SWT, yang telah memberikan arti serta pembelajaran disetiap detik kehidupan umat manusia. Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi contoh dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembaharuan atau inovasi yang ditandai dengan masuknya gagasan-gagasan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. proses pembaharuan atau inovasi yang ditandai dengan masuknya gagasan-gagasan baru dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni karawitan sebagai salah satu warisan seni budaya masa silam senantiasa mengalami proses pembaharuan atau inovasi yang ditandai dengan masuknya gagasan-gagasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Komposisi Musik Musik memiliki lima unsur yaitu: ritme, melodi, harmoni, ekspresi dan bentuk. Pembagian kelima unsur-unsur musik disini sesuai dengan pendapat Jamalus 1

Lebih terperinci

PADA KARAWITAN GAYA YOGYAKARTA: SUATU KAJIAN MUSIKAL

PADA KARAWITAN GAYA YOGYAKARTA: SUATU KAJIAN MUSIKAL TABUHAN PANCER PADA KARAWITAN GAYA YOGYAKARTA: SUATU KAJIAN MUSIKAL Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 pada Program Studi Seni Karawitan Kompetensi Pengkajian

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Masalah Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar. UNESCO mengemukakan dua prinsip yang relevan pertama, pendidikan harus diletakkan

Lebih terperinci

BENTUK PENYAJIAN MUSIK IRINGAN KESENIAN TAYUB DI KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

BENTUK PENYAJIAN MUSIK IRINGAN KESENIAN TAYUB DI KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI BENTUK PENYAJIAN MUSIK IRINGAN KESENIAN TAYUB DI KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. diciptakannya. Pencapaian sebuah kesuksesan dalam proses berkarya

BAB III PENUTUP. diciptakannya. Pencapaian sebuah kesuksesan dalam proses berkarya 52 BAB III PENUTUP Semua manusia (begitu juga penulis) mempunyai keinginan yang mendalam untuk menemukan titik kesuksesan atas sebuah karya yang diciptakannya. Pencapaian sebuah kesuksesan dalam proses

Lebih terperinci

UKDW LATAR BELAKANG. Sebagai tempat wisata dan edukasi tentang alat musik tradisional jawa. Museum Alat Musik Tradisional Jawa di Yogyakarta.

UKDW LATAR BELAKANG. Sebagai tempat wisata dan edukasi tentang alat musik tradisional jawa. Museum Alat Musik Tradisional Jawa di Yogyakarta. Rupa Seni Pertunjukan Musik Tradisional = dimainkan sendiri maupun sebagai pengiring kesenian tradisional lainnya Luntur karena globalisasi, perkembangan jaman dan pengaruh musik modern LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya memperlihatkan Metalofon, Gambang, Gendeng dan Gong yang

BAB I PENDAHULUAN. umumnya memperlihatkan Metalofon, Gambang, Gendeng dan Gong yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gamelan merupakan sebuah pergelaran seni musik yang pada umumnya memperlihatkan Metalofon, Gambang, Gendeng dan Gong yang dimainkan secara bersamaan dan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

2015 GARAPAN PENYAJIAN UPACARA SIRAMAN CALON PENGANTIN ADAT SUNDA GRUP SWARI LAKSMI KABUPATEN BANDUNG

2015 GARAPAN PENYAJIAN UPACARA SIRAMAN CALON PENGANTIN ADAT SUNDA GRUP SWARI LAKSMI KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adat istiadat merupakan salah satu unsur kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Adat istiadat adalah kebiasaan tradisional masyarakat yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sumedang memang dikenal memiliki beraneka ragam kesenian tradisional berupa seni pertunjukan yang biasa dilaksanakan dalam upacara adat daerah, upacara selamatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan bermanfaat untuk kemajuan bangsa. Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan bermanfaat untuk kemajuan bangsa. Di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk karakter suatu bangsa. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu negara adalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek kepribadian anak yang perlu dikembangkan adalah kreativitas. Maslow & Roger (dalam Sujiono & Sujiono, 2010, hlm. 40) memandang bahwa kreativitas

Lebih terperinci

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½ AKORD BAHAN USBN M = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = 1 4 5 = 2 ½ - 1 Sus 2 = 1 2 5 = 1 2 ½ MUSIK KONTEMPORER Ciri-Ciri Seni Kontemporer secara umum

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER 1

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER 1 PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER 1 1 Standar Kompetensi : 1. Mengapresiasi karya seni rupa PROGRAM SEMESTER SENI RUPA Kompetensi Dasar Indikator Materi

Lebih terperinci

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta Gambar 2. sesaji dalam pementasan topeng Lengger (dok. Ela : Giyanti, 2015) Bentuk penyajian pertunjukan topeng Lengger dalam sebuah rangkaian upacara adat berbeda dengan sajian pertunjukan ketika dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

LOMBA TARI KLASIK DAN KARAWITAN GAYA YOGYAKARTA Pemudaku Beraksi, Budayaku Lestari TINGKAT SMA/SMK DAN SEDERAJAT SE-DIY 2016

LOMBA TARI KLASIK DAN KARAWITAN GAYA YOGYAKARTA Pemudaku Beraksi, Budayaku Lestari TINGKAT SMA/SMK DAN SEDERAJAT SE-DIY 2016 Kerangka Acuan Kegiatan (Term of Reference TOR) LOMBA TARI KLASIK DAN KARAWITAN GAYA YOGYAKARTA Pemudaku Beraksi, Budayaku Lestari TINGKAT SMA/SMK DAN SEDERAJAT SE-DIY 2016 1. Tujuan Penyelenggaraan a.

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMA KASIH...

UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR FOTO... ix DAFTAR NOTASI... x DAFTAR BAGAN... xi DAFTAR PARTITUR... xii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

GARAP REBAB GENDING PLARA-LARA KALAJENGAKEN LADRANG LANGEN SUKA LARAS SLENDRO PATET SANGA

GARAP REBAB GENDING PLARA-LARA KALAJENGAKEN LADRANG LANGEN SUKA LARAS SLENDRO PATET SANGA GARAP REBAB GENDING PLARA-LARA KALAJENGAKEN LADRANG LANGEN SUKA LARAS SLENDRO PATET SANGA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 dalam bidang karawitan Kompetensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Berdasarkan hasil perancangan aplikasi yang telah dilakukan pada bab analisa dan perancangan, selanjutnya dapat di tampilkan beberapa tampilan aplikasi simulasi alat

Lebih terperinci

TARI SELOKA KUSUMAYUDA

TARI SELOKA KUSUMAYUDA 1 TARI SELOKA KUSUMAYUDA DALAM RANGKA WISUDA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PADA TANGGAL 23 FEBRUARI 2013 Disusun oleh: Herlinah JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

2016 PENERAPAN MATERI PELATIHAN MARIMBA D ALAM 2009 CAROLINA GOLD PERCUSSION D I MARCHING BAND GITA SWARA SPANSA KALIMANTAN TENGAH

2016 PENERAPAN MATERI PELATIHAN MARIMBA D ALAM 2009 CAROLINA GOLD PERCUSSION D I MARCHING BAND GITA SWARA SPANSA KALIMANTAN TENGAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Musik pada dasarnya adalah bunyi yang diungkapkan melalui pola ritme yang teratur dan melodi yang indah. Musik tercipta menggunakan berbagai media seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Karya seni adalah merupakan salah satu produk budaya suatu bangsa, dengan sendirinya akan berdasar pada kebhinekaan budaya yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri,

Lebih terperinci

Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Instrumentasi dan Fungsi Instrumen

Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Instrumentasi dan Fungsi Instrumen Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Wujud merupakan salah satu aspek yang paling mendasar, yang terkandung pada semua benda atau peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan istilah seniman. Pada umumnya, seorang seniman dalam menuangkan idenya menjadi sebuah karya

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM. Penyusun: Tim

MODUL PRAKTIKUM. Penyusun: Tim MODUL PRAKTIKUM Penyusun: Tim PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2015 BUKU PANDUAN PANDUAN PRAKTIKUM PENDIDIKAN SENI MUSIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Budaya sangat penting dalam kehidupan masyarakat, karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Budaya sangat penting dalam kehidupan masyarakat, karena dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya sangat penting dalam kehidupan masyarakat, karena dapat mencerminkan ciri khas suatu masyarakat tersebut. Masyarakat memiliki budaya yang terjadi secara turun-temurun

Lebih terperinci

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB ARTIKEL OLEH: AJENG RATRI PRATIWI 105252479205 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SENI DAN DESAIN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

FUNGSI DAN BENTUK PENYAJIAN MUSIK KRUMPYUNG DI DESA HARGOWILIS KULON PROGO YOGYAKARTA

FUNGSI DAN BENTUK PENYAJIAN MUSIK KRUMPYUNG DI DESA HARGOWILIS KULON PROGO YOGYAKARTA Fungsi dan Bentuk Penyajian... (Darma Prayoga) 1 FUNGSI DAN BENTUK PENYAJIAN MUSIK KRUMPYUNG DI DESA HARGOWILIS KULON PROGO YOGYAKARTA FUNCTION AND FORM OF KRUMPYUNG MUSIC PRESENTATION IN HARGOWILIS KULON

Lebih terperinci

TARI KAWUNG ANTEN KARYA GUGUM GUMBIRA

TARI KAWUNG ANTEN KARYA GUGUM GUMBIRA 1 A. LatarBelakangPenelitian BAB I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakansalahsatupusat mempunyaikebudayaankeseniansunda, keseniantersebutdapatmempengaruhimasyarakatjawa Barat khususnya Kota Bandung.BanyaksekalikeanekaragamankesenianSunda

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Yogyakarta khususnya gending-gending soran, agar terus dikaji dan digali, baik oleh

BAB IV PENUTUP. Yogyakarta khususnya gending-gending soran, agar terus dikaji dan digali, baik oleh BAB IV PENUTUP Tugas Akhir ini merupakan usaha untuk penggalian gending-gending tradisi Yogyakarta. Upaya untuk pelestarian dan usaha pengembangan karawitan gaya Yogyakarta khususnya gending-gending soran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolisasinya sebagai ungkapan dari si pencipta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai suku bangsa dan budaya yang beraneka ragam. Budaya maupun kesenian di setiap daerah tentunya berbeda beda.

Lebih terperinci

Analisis Pola Tangga Nada Gendhing Lancaran Menggunakan Algoritma Apriori

Analisis Pola Tangga Nada Gendhing Lancaran Menggunakan Algoritma Apriori Analisis Pola Tangga Nada Gendhing Lancaran Menggunakan Algoritma Apriori Arry Maulana Syarif 1, Khafiiz Hastuti 2 1 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer,Universitas DIan Nuswantoro Jl. Nakula

Lebih terperinci

PAGELARAAN KARAWITAN DI KERATON YOGYAKARTA

PAGELARAAN KARAWITAN DI KERATON YOGYAKARTA PAGELARAAN KARAWITAN DI KERATON YOGYAKARTA MAKALAH Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Wawasan Budaya Nusantara Program Studi Televisi dan Film Jurusan Seni Media Rekam Disusun oleh : SARTIKA DEVI

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rudat adalah salah satu kesenian tradisional yang berkembang di Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Rudat adalah salah satu kesenian tradisional yang berkembang di Jawa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rudat adalah salah satu kesenian tradisional yang berkembang di Jawa Barat. Kesenian rudat tersebut tersebar di berbagai daerah seperti Kabupaten Banten, Kabupaten Bandung,

Lebih terperinci

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gending Karatagan wayang adalah gending pembuka pada pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya

Lebih terperinci

APLIKASI VIRTUAL ALAT MUSIK GRUP BAND MENGGUNAKAN FLASH PROGRAMMING TUGAS AKHIR

APLIKASI VIRTUAL ALAT MUSIK GRUP BAND MENGGUNAKAN FLASH PROGRAMMING TUGAS AKHIR APLIKASI VIRTUAL ALAT MUSIK GRUP BAND MENGGUNAKAN FLASH PROGRAMMING TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika Diajukan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Aplikasi Gamelan Sintetis Laras Pelog

Rancang Bangun Aplikasi Gamelan Sintetis Laras Pelog Rancang Bangun Aplikasi Gamelan Sintetis Laras Pelog Muhammad Husnan Nur Febrianto 1, Muljono, S.Si, M.Kom 2 1 Mahasiswa eknik Informatika, Universitas Dian Nuswantoro Semarang 2 Dosen Pembimbing eknik

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI BAB III ANALISIS KOMPOSISI A. Konsep Penyusunan Komposisi Komposisi musik program Tabuhan Telu Kagitaan terbagi dalam tiga bagian yang masing-masing bagiannya menceritakan tentang suasana yang berbeda.

Lebih terperinci

Perancangan Media Digital Interaktif Gamelan Jawa Timuran sebagai Wadah Pengenalan Alat Musik Tradisional untuk Anak Usia 9-10 Tahun

Perancangan Media Digital Interaktif Gamelan Jawa Timuran sebagai Wadah Pengenalan Alat Musik Tradisional untuk Anak Usia 9-10 Tahun JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) F-74 Perancangan Media Digital Interaktif Gamelan Jawa Timuran sebagai Wadah Pengenalan Alat Musik Tradisional untuk Anak Usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan merupakan hasil cipta manusia dan juga merupakan suatu kekayaan yang sampai saat ini masih kita miliki dan patut kita pelihara. Tiap masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kita adalah Negara yang memiliki beragam kebudayaan daerah dengan ciri khas masing-masing. Bangsa Indonesia telah memiliki semboyan Bhineka Tunggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat Ciamis. Ronggeng gunung sebenarnya masih dalam koridor terminologi ronggeng secara umum, yakni

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN DAN PETUNJUK TEKNIS LOMBA KARAWITAN DAN VOKAL CAMPURSARI AIRLANGGA GAMELAN FESTIVAL 2014

PETUNJUK PELAKSANAAN DAN PETUNJUK TEKNIS LOMBA KARAWITAN DAN VOKAL CAMPURSARI AIRLANGGA GAMELAN FESTIVAL 2014 PETUNJUK PELAKSANAAN DAN PETUNJUK TEKNIS LOMBA KARAWITAN DAN VOKAL CAMPURSARI AIRLANGGA GAMELAN FESTIVAL 2014 UNIT KEGIATAN SURABAYA 2014 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN A. Landasan Teori 1. Kebudayaan Banyak orang mengartikan kebudayaan dalam arti yang terbatas yaitu pikiran, karya, dan semua hasil karya manusia yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Komposisi karawitan yang berjudul lakuku merupakan sebuah karya yang. dalam mewujudkan karya komposisi karawitan dengan judul Lakuku.

BAB IV PENUTUP. Komposisi karawitan yang berjudul lakuku merupakan sebuah karya yang. dalam mewujudkan karya komposisi karawitan dengan judul Lakuku. BAB IV PENUTUP Komposisi karawitan yang berjudul lakuku merupakan sebuah karya yang mengangkat tema tentang perjalanan hidup dan pengalaman spiritual penulis. Dimulai dari dilahirkan di dunia hingga menemukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prastyca Ries Navy Triesnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prastyca Ries Navy Triesnawati, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seni tidak bisa lepas dari produknya yaitu karya seni, karena kita baru bisa menikmati seni setelah seni tersebut diwujudkan dalam suatu karya konkrit,

Lebih terperinci

G L O S A R I 121 GLOSARI

G L O S A R I 121 GLOSARI G L O S A R I 121 GLOSARI aerofon (aerophone) : jenis alat musik yang sumber getar utamanya adalah udara, contohnya: suling, serunai, klarinet. akord : paduan beberapa nada yang dibunyikan pada waktu bersamaan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP No. 1.1) : SMP Negeri 2 Gerokgak

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP No. 1.1) : SMP Negeri 2 Gerokgak RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP No. 1.1) Sekolah : SMP Negeri 2 Gerokgak Mata Pelajaran : Seni Budaya / Seni Rupa Kelas/Semester : IX / I Pertemuan ke : 1-2 Alokasi Waktu : 4 x 40 menit Satandar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah bangsa yang besar. Terdiri dari 33 Provinsi, 17.508 Pulau dan 238 juta penduduk, Indonesia dikenal di mata dunia memiliki kekayaan serta keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... - HALAMAN PENGESAHAN... i. HALAMAN PERNYATAAN... ii. ABSTRAK... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... - HALAMAN PENGESAHAN... i. HALAMAN PERNYATAAN... ii. ABSTRAK... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... - HALAMAN PENGESAHAN... i HALAMAN PERNYATAAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR BAGAN... xiii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. perkawinan Masyarakat Arab di Kota Medan kesimpulan sebagai berikut. a. Upacara Pernikahan Masyarakat Arab di Medan

BAB V PENUTUP. perkawinan Masyarakat Arab di Kota Medan kesimpulan sebagai berikut. a. Upacara Pernikahan Masyarakat Arab di Medan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian terhadap Bentuk Tari Zahifa pada upacara perkawinan Masyarakat Arab di Kota Medan kesimpulan sebagai berikut. a. Upacara Pernikahan Masyarakat Arab di

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PUPUH KINANTI KAWALI

KARAKTERISTIK PUPUH KINANTI KAWALI KARAKTERISTIK PUPUH KINANTI KAWALI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Yussi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan serta pengembangan suatu kesenian apapun jenis dan bentuk kesenian tersebut. Hal itu disebabkan karena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT. 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Seni Pertunjukan dalam Tradisi Masyarakat Seni pertunjukan yang terdapat dalam tradisi masyarakat, umumnya masih banyak ditemui ritual-ritual yang berkenaan dengan sebuah prosesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terdiri dari 17.508 pulau dan 1.128 suku bangsa, oleh karena itu Indonesia dikenal dengan semboyannya Bhinneka Tunggal Ika yang memiliki arti berbeda-beda

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER KARAWITAN DI SMPN 1 SRENGAT BLITAR

PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER KARAWITAN DI SMPN 1 SRENGAT BLITAR PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER KARAWITAN DI SMPN 1 SRENGAT BLITAR Andra Lestari NIM : 10020134022 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sendratasik FBS Unesa Dr. Warih Handayaningrum, M.Pd Dosen Jurusan pendidikan

Lebih terperinci

SUARA DAN GAYA Instrumentasi 1

SUARA DAN GAYA Instrumentasi 1 SUARA DAN GAYA 45 SUARA DAN GAYA VIDEO CD VCD I: track 13 dan 14 Gamelan Jawa Tengah track 15 Kentangan dan geniqng, Benuaq Kaltim track 16 Gondang Sabangunan, Batak Toba track 17 Gong Waning, flores track

Lebih terperinci

1. Kendang. Kendang. 2. Rebab

1. Kendang. Kendang. 2. Rebab MACAM MACAM GAMELAN Gamelan Orkestra adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENTAS TARI Sebagai Pengrawit (Pendukung Karawitan)

DESKRIPSI PENTAS TARI Sebagai Pengrawit (Pendukung Karawitan) Laporan Pengabdian Pada Masyarakat DESKRIPSI PENTAS TARI Sebagai Pengrawit (Pendukung Karawitan) Pentas Seni Tari Disajikan dalam Sebuah Pergelaran Seni di STSI Surakarta, 29 April 2010 Oleh: Dr. Sutiyono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Musik adalah salah satu karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik, yang mengungkapakan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsurunsur musik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan bangsa yang mempunyai kekayaan tradisi dan budaya. Kekhasan serta kekayaan bangsa dalam tradisi dan budaya yang dimiliki, bukti bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Gambar 3.1 Peta Kecamatan Cilimus (Sumber: http://www.kuningankab.go.id/sites/default/files/petakecamatan/cilimus.gif) Lokasi penelitian berada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek 1. Lokasi Lokasi penelitian pembelajaran rampak bedug dilakukan di SD Negeri Cilegon-2, yang berada di Jl. Dewi Sartika No.3 Jombang Cilegon Provinsi Banten

Lebih terperinci

anggota masyarakat di pedesaan.

anggota masyarakat di pedesaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Blora memiliki banyak memiliki kesenian rakyat, salah satunya kesenian pertunjukan ritual kerakyatan tari tayub. Tari tayub itu sendiri adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENTAS TARI Sebagai Pengrawit (Pendukung Karawitan)

DESKRIPSI PENTAS TARI Sebagai Pengrawit (Pendukung Karawitan) Laporan Pengabdian Pada Masyarakat DESKRIPSI PENTAS TARI Sebagai Pengrawit (Pendukung Karawitan) Pentas Seni Tari Disajikan dalam Sebuah Pergelaran Seni di SMK Negeri 8 Surakarta, 26 Januari 2011 Oleh:

Lebih terperinci