KARYA TULIS ILMIAH. Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma (Amd. PK) dari Program Studi DIII RMIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARYA TULIS ILMIAH. Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma (Amd. PK) dari Program Studi DIII RMIK"

Transkripsi

1 TINJAUAN DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PENDERITA, LOS, DAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT PADA KASUS TYPHOID PASIEN BPJS PBI DI RSUD Dr. M. ASHARI KABUPATEN PEMALANG BULAN JANUARI - APRIL TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma (Amd. PK) dari Program Studi DIII RMIK Oleh : ESSI MAZIDAH D PROGRAM STUDI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2014

2 HALAMAN HAK CIPTA 2014 Hak Cipta Karya Tulis Ilmiah Ada Pada Peneliti

3 HALAMAN PERSETUJUAN TINJAUAN DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PENDERITA, LOS, DAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT KASUS TYPHOID PASIEN BPJS PBI DI RSUD DR. M. ASHARI KABUPATEN PEMALANG BULAN JANUARI- APRIL TAHUN 2014 Disusun oleh: ESSI MAZIDAH D Disetujui untuk dipertahankan dalam ujian karya tulis ilmiah Tanggal : 18 Juli 2014 Pembimbing Kriswiharsi Kun S, SKM, M.Kes (Epid)

4 HALAMAN PENGESAHAN TINJAUAN DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PENDERITA, LOS, DAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT KASUS TYPHOID PASIEN BPJS PBI DI RSUD DR. M. ASHARI KABUPATEN PEMALANG BULAN JANUARI-APRIL TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH TAHUN 2014 Disusun oleh: ESSI MAZIDAH D Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang Semarang,18 Juli 2014 Tim Penguji Ketua : Maryani Setyowati, M. Kes (...) Anggota :1. Eny Mahawati, M. Kes (...) 2. Kriswiharsi Kun S, SKM, M. Kes (...) Mengetahui, Dekan Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes

5 HALAMAN PERSEMBAHAN Karya Tulis ini secara khusus kupersembahkan kepada: Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga atas izinnya semua ini dapat terlampaui Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa atnya di hari akhir kelak Pembimbingku Bu Kriswiharsi yang telah banyak membantuku Abah dan mamah yang tidak henti-hentinya mendoakanku dan mendukungku dalam hal apapun Teman-teman KCC seperjuangan yang tidak akan kulupa Temen-teman Prodi RMIK angkatan 2011 yang sudah 3 tahun berjuang bersama Semua yang telah membantu dan mendukungku yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Thank you so much...

6 RIWAYAT HIDUP Nama : Essi Mazidah Tempat, tanggal lahir : Pemalang, 21 September 1993 Jenis Kelamin Agama Alamat : Perempuan : Islam : RT 29/ RW 03 Randudongkal Kab. Pemalang Pendidikan : 1. TKM Salafiyah Randudongkal, tahun SD Negeri 07 Randudongkal, tahun SMP Negeri 1 Randudongkal, tahun SMA Negeri 1 Pemalang, tahun Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun

7 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul Tinjauan Deskriptif Karakteristik Penderita, LOS, dan Epidemiologi Penyakit Pada Kasus Typhoid Pasien BPJS PBI di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang Bulan Januari-April Tahun Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program studi D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan tersusun dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. H. Edi Noersasongko, M.Kom selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 2. Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 3. Arif Kurniadi, M.Kom, selaku Ka. Program Studi D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 4. Kriswiharsi Kun Saptorini, SKM, M.Kes (Epid) selaku pembimbing. 5. Dr. H. Sholahudin selaku Direktur RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang. 6. H. Suwaryo, S.Kep Kepala Instalasi Rekam Medis RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang.

8 7. Seluruh Dosen Rekam Medis dan Informasi Kesehatan yang telah memberikan berbagai macam ilmu baik formal maupun informal kepada penulis. 8. Seluruh staf karyawan Instalasi Rekam Medis RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini. Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan penulis harapkan untuk menjadi masukan guna peningkatan pelayanan di rumah sakit. Semarang, Juli 2014 Penulis

9 PROGRAM STUDI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2014 ABSTRAK ESSI MAZIDAH TINJAUAN DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PENDERITA, LOS, DAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT PADA KASUS TYPHOID PASIEN BPJS PBI DI RSUD DR. M. ASHARI KABUPATEN PEMALANG BULAN JANUARI-APRIL TAHUN 2014 xv + 58 Hal + 11 Tabel + 4 Gambar + 3 Lampiran Salah satu indikator rawat inap untuk menilai efisiensi pelayanan kesehatan rawat inap yaitu AvLOS (Average Length Of Stay) yang merupakan rata - rata jumlah hari pasien rawat inap tinggal di rumah sakit. Pembayaran klaim BPJS didasarkan atas LOS rata-rata standar INA CBG s. Apabila rata-rata LOS di rumah sakit melebihi standar INA CBG s maka kemungkinan berdampak pada segi finansial rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita, LOS, dan epidemiologi penyakit pada kasus Typhoid pasien BPJS PBI di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang bulan Januari-April tahun Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode observasi langsung dan pendekatan cross sectional. Populasi yang diteliti pada penelitian ini adalah 62 DRM kasus Typhoid yang didapat dari indeks penyakit Typhoid yang dirawat inap pada bulan Januari-April tahun 2014 di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang, sampel adalah total populasi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pada bulan Januari-April 2014 terdapat 62 kasus dan paling banyak pada bulan Februari yaitu 21 pasien, menyerang pada golongan umur 5-14 tahun (39%), dengan jenis kelamin laki-laki (58%), lama dirawat maksimum 3 hari (27%), keparahan level I yaitu sebesar 71%, memiliki diagnosis lain sebesar 37,1% sedangkan yang tidak memiliki diagnosis lain sebesar 62,9%, yang memiliki diagnosa lain pada kelompok yang sesuai LOS INA-CBG s (41,5%) lebih besar daripada yang tidak sesuai LOS INA-CBG s (33,3%). Penderita Typhoid yang memiliki komplikasi lebih kecil (9,7%) daripada yang tidak memiliki komplikasi (90,3%). Persentase yang memiliki komplikasi pada kelompok yang tidak sesuai LOS INA-CBG s (22,2%) lebih besar daripada kelompok yang sesuai LOS INA-CBG s (7,5%). Disarankan kepada pihak rumah sakit agar mengadakan sosialisasi kepada perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lain tentang LOS INA- CBG s agar dapat bekerja sama dalam menerapkan clinical pathway di rumah sakit sehingga LOS riil sesuai dengan LOS INA-CBG s. Kata kunci : Typhoid, Lama dirawat (LOS), INA-CBG s Kepustakaan : 16 buah ( )

10 DIII MEDICAL RECORD AND HEALTH INFORMATION STUDY PROGRAM FACULTY OF HEALTH DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2014 ABSTRACT ESSI MAZIDAH DESCRIPTION THE CHARACTERISTIC OF PATIENT, LOS, AND EPIDEMIOLOGYCAL DISEASE CASES OF TYPHOID BPJS PBI S PATIENTS IN RSUD DR. M. ASHARI KABUPATEN PEMALANG MONTHS JANUARI-APRIL 2014 xv + 58 Pages + 11 Tables + 4 Picts + 3 Attachments One of indicators to asses the efficiency of inpatient health services namely AvLOS (Average Length of Stay) which is the average number of days of inpatient hospital stay. BPJS claim payments based on the average of INA-CBG s LOS standard. If the LOS average in hospital exceeds the LOS INA-CBG s standard, possibilities impact to hospital financial. The purpose of this study was to determine the characteristics of patients, LOS, and the epidemiology of the disease in the case of typhoid patients in RSUD Dr. M. Ashari Pemalang months from January to April The method used was descriptive method of direct observation and crosssectional approach. The population examined in this study were 62 medical record cases of typhoid who are hospitalized months Januari- April in RSUD Dr. M. Ashari Pemalang. Based on the results, that in January-April 2014 there were 62 cases and mostly in February with 21 patients, attacking the 5-14 year age group (39%), with male gender (58%), length of stay maximum of 3 days (27%), the severity level of I is equal to 71%, have another diagnosis 37.1% while the other did not have a diagnosis of 62.9%, which has another diagnosis in the appropriate group INA-CBG's LOS (41,5%) more higher than inappropriate INA-CBG s LOS (33.3%). Typhoid Patients who have complications (9.7%) less than those without complications (90.3%). Percentage who have complications in the group of inappropriate INA- CBG s LOS (22.2%) greater than appropriate INA-CBG's LOS (7,5%). It was recommended to the hospital to conduct outreach to nurses, physicians, and other health professionals about INA-CBG's LOS, cooperate in implementing clinical pathways in hospitals so that the real LOS appropriate with INA-CBG's LOS. Keywords: Typhoid, Length Of Stay (LOS), INA-CBG s Bibliography: 16 pieces ( )

11 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Hak Cipta... ii Halaman Persetujuan... iii Halaman Pengesahan... iv Halaman Persembahan... v Halaman Riwayat Hidup... vi Kata Pengantar... vii Abstrak Daftar Isi Daftar Tabel... ix... xi... xiii Daftar Gambar... xiv Daftar Lampiran... xv BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian... 4 D. Manfaat Penelitian... 5 E. Lingkup Penelitian... 5 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis... 7 B. Statistik Rumah Sakit... 9 C. Standar Pelayanan di Rumah Sakit D. Indikator Kinerja Rumah Sakit E. Indikator Statistik Rawat Inap... 14

12 F. Indikator Kualitas Pelayanan Unit Rawat Inap G. INA-CBG s H. BPJS I. Typhoid J. Epidemiologi Deskriptif K. Variabel Epidemiologi L. Kerangka Teori M. Kerangka Konsep BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Variabel Penelitian C. Definisi Operasional D. Populasi Penelitian E. Instrumen Penelitian F. Pengumpulan Data G. Pengolahan Data H. Analisis Data BAB IV : HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian B. Hasil Pengamatan C. Pembahasan BAB V : PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA... 57

13 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Data Rumah Sakit...37 Tabel 4.2 Jumlah Kasus Typhoid Januari April...42 Tabel 4.3 Prosentase Lama Dirawat Pasien Typhoid...43 Tabel 4.4 Prosentase Kesesuaian Lama Dirawat dengan LOS INA-CBG s...44 Tabel 4.5 Prosentase Severity Pasien Typhoid...46 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kasus Typhoid Berdasarkan Diagnosa Lain...46 Tabel 4.7 Jumlah dan Jenis Diagnosis Lain Penderita Typhoid...46 Tabel 4.8 Tabulasi Silang Kategori LOS dan Diagnosa Lain...47 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kasus Typhoid Berdasarkan Komplikasi...48 Tabel 4.10 Daftar Kasus Typhoid dengan Komplikasi...48 Tabel 4.11 Tabulasi Silang Kategori LOS dan Komplikasi...49

14 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Bagan Kerangka Teori Gambar 3.2 Bagan Kerangka Konsep Gambar 4.1 Grafik Prosentase Penderita Typhoid Berdasarkan Umur Gambar 4.2 Grafik Prosentase Penderita Typhoid Berdasarkan Jenis Kelamin... 45

15 DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat Izin Melakukan Penelitian 2. Surat Keterangan Telah Melakukan penelitian 3. Checklist Pasien BPJS PBI Kasus Typhoid Bulan Januari-April 2014

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu institusi pemberi layanan kesehatan yang membutuhkan informasi tentang berbagai data penyakit. Rumah sakit mengutamakan pelayanan kesehatan melalui upaya penyembuhan pasien, rehabilitasi, dan pencegahan gangguan kesehatan. Berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan no 034/Birhub/1979 tentang perencanaan dan pemeliharaan rumah sakit yang menjelaskan bahwa setiap rumah sakit harus merawat statistik yang up to date, yaitu tepat waktu, akurat, dan sesuai dengan kebutuhan. (1) Statistik rumah sakit merupakan statistik kesehatan yang bersumber pada data rekam medis, dimana sistem rekam medis merupakan dasar dari terciptanya sistem informasi kesehatan. (2) Statistik rawat inap digunakan untuk memantau kegiatan yang ada di unit rawat inap, yang digunakan untuk perencanaan maupun pelaporan kepada instansi. Salah satu indikator rawat inap untuk menilai efisiensi pelayanan kesehatan rawat inap yaitu AvLOS (Average Length Of Stay) yang merupakan rata - rata jumlah hari pasien rawat inap tinggal di rumah sakit, tidak termasuk bayi baru lahir. Berdasarkan Barber Johnson, standar ideal efisiensi AvLOS adalah 3-12 hari. (3) Angka LD (Lama Dirawat) dibutuhkan oleh pihak rumah sakit untuk menghitung tingkat penggunaan sarana (utilization management) dan untuk kepentingan finansial (financial reports). Dari aspek medis

17 semakin panjang Lama Dirawat (demikian juga dengan alos) maka bisa menunjukkan kinerja kualitas medis yang kurang baik karena pasien harus dirawat lebih lama (lama sembuhnya). Dari aspek ekonomis, semakin panjang Lama Dirawat (demikian juga dengan alos) berarti semakin tinggi biaya yang nantinya harus dibayar oleh pasien (dan diterima oleh rumah sakit). Jadi, diperlukan keseimbangan antara sudut pandang medis dan ekonomis untuk menentukkan nilai alos yang ideal. (4) Terdapat kaitan antara Lama Dirawat (alos) dengan BPJS yaitu pasien BPJS akan lebih cepat mendapatkan perawatan dikarenakan sistem kapitasi yang mengelompokkan diagnosis dengan tindakan sehingga pelayanan yang diberikan oleh pihak penyedia layanan (rumah sakit) akan terstruktur dan terjamin yang memungkinkan pasien keluar dari rumah sakit lebih cepat. Apabila pasien dirawat lebih lama akan merugikan rumah sakit itu sendiri karena rumah sakit harus membayar sisa dari biaya perawatan dari premi yang dibayarkan pasien setiap bulannya. Sistem jaminan kesehatan BPJS mulai diberlakukan per tanggal 1 Januari 2014 terdiri dari BPJS PBI dan non PBI. BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran) yang dulunya bernama Jamkesmas merupakan pilihan bagi masyarakat yang tergolong tidak mampu untuk membayar biaya kesehatan. Negara memberikan fasilitas ini agar masyarakat yang tidak mampu tetap mendapat jaminan kesehatan. Untuk pembayarannya sendiri di rumah sakit menggunakan sistem paket yaitu INA CBG s yaitu penetapan tarif rumah sakit berdasarkan kelas.

18 Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan peneliti di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang dari laporan 10 besar penyakit rawat inap penyakit yang paling banyak adalah Typhoid. Typhoid atau kesehariannya dikenal dengan nama penyakit tiphus adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan kuman Salmonella typhi. Selain Salmonella typhi typhoid juga bisa disebabkan oleh Salmonella paratyphi namun gejalanya lebih ringan. Demam tifoid terjadi pada berbagai golongan usia terutama pada usia produktif sehingga akan mengakibatkan penurunan produktifitas/prestasi kerja dan prestasi belajar. (16) Dalam penanganan kasus Typhoid memiliki variasi dalam masa perawatannya, standar Typhoid menurut LOS INA-CBG s level I adalah 6,13 hari, level II adalah 8,16 hari, dan level III adalah 10,69 hari. Pada 10 DRM kasus Typhoid pasien rawat inap BPJS PBI yang sebanyak 20% diantaranya terdapat pasien yang memiliki masa perawatan melebihi standar INA CBG s. Pembayaran klaim BPJS didasarkan atas LOS ratarata standar INA CBG s. Apabila rata-rata LOS di rumah sakit melebihi standar INA CBG s maka kemungkinan berdampak pada segi finansial rumah sakit. Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dijelaskan di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang Tinjauan Deskriptif Karakteristik Penderita, LOS dan Epidemiologi Penyakit pada Kasus Typhoid Pasien BPJS PBI di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang bulan Januari- April tahun 2014.

19 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana Deskripsi Karakteristik Penderita, LOS, dan Epidemiologi Penyakit pada Kasus Typhoid Pasien BPJS PBI di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang bulan Januari-April tahun 2014? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui karakteristik penderita, LOS, dan epidemiologi penyakit pada kasus Typhoid pasien BPJS PBI di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang bulan Januari-April tahun Tujuan Khusus a. Mengetahui jumlah kasus Typhoid pada pasien BPJS PBI bulan Januari-April 2014 b. Mengetahui lama dirawat kasus Typhoid pasien BPJS PBI bulan Januari-April 2014 c. Membandingkan LOS pasien BPJS PBI dengan LOS INA-CBG s kasus Typhoid bulan Januari-April 2014 d. Mengetahui umur pasien BPJS PBI dengan kasus Typhoid bulan Januari-April 2014 e. Mengetahui jenis kelamin pasien BPJS PBI dengan kasus Typhoid bulan Januari-April 2014 f. Mengetahui severity/keparahan pasien BPJS PBI dengan kasus Typhoid bulan Januari-April 2014

20 g. Mengetahui diagnosa lain pada pasien BPJS PBI dengan kasus Typhoid bulan Januari-April 2014 h. Mengetahui komplikasi pada pasien BPJS PBI dengan kasus Typhoid bulan Januari-April 2014 D. Manfaat 1. Bagi Institusi Sebagai bahan referensi perpustakaan dan informasi tentang pengembangan ilmu statistik rumah sakit serta sebagai masukan untuk bahan pertimbangan penulis yang akan meneliti dengan topik yang sama. 2. Bagi Rumah Sakit Sebagai alternatif bahan masukan dan pertimbangan dalam menentukan suatu kebijakan yang berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan di rumah sakit. 3. Bagi Peneliti Menambah wawasan serta pengetahuan dalam penerapan ilmu Rekam Medis di rumah sakit khususnya dalam menganalisa karakteristik penderita berdasarkan perbedaan lama dirawat pada satu kasus penyakit. E. Lingkup Penelitian 1. Keilmuan Lingkup keilmuan yang diambil adalah lingkup rekam medis dan informasi kesehatan

21 2. Materi Lingkup materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Statistik Rumah Sakit khususnya indikator LOS 3. Lokasi Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang khususnya di bagian indeksing dan casemix 4. Metode Penelitian ini menggunakan metode observasi 5. Objek Objek yang diamati adalah indeks penyakit kasus Typhoid dan RM 1 dengan kasus yang sama 6. Waktu Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2014

22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis 1. Pengertian Rekam Medis a. Menurut KUBI (Kamus Umum Bahasa Indonesia) rekam medis berarti hasil perekaman yang berupa keterangan mengenai hasil pengobatan pasien, sedangkan rekam kesehatan adalah hasil dari perekaman yang berupa keterangan mengenai kesehatan pasien. b. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 269 tahun 2008 tentang rekam medis disebutkan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan,dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. c. Menurut Huffman EK, 1992 menyampaikan batasan rekam medis adalah rekaman atau catatan mengenai siapa, apa, mengapa, bilamana, dan bagaimana pelayanan yang diberikan kepada pasien selama masa perawatan yang yang memuat pengetahuan mengenai pasien dan pelayanan yang diperolehnya serta memuat informasi yang cukup untuk mengidentifikasi pasien, membenarkan diagnosis dan pengobatan serta merekam hasilnya. (5) 2. Tujuan dan Kegunaan Rekam Medis a. Tujuan Rekam Medis Rekam medis bertujuan untuk menyediakan informasi guna memudahkan pengelolaan dalam pelayanan kepada pasien dan

23 memudahkan pengambilan keputusan manajerial (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, penilaian, dan pengendalian) oleh pemberi pelayanan klinis dan administrasi pada sarana pelayanan kesehatan. Tujuan utama dari rekam medis ini adalah sebagai dokumen kehidupan pasien yang memadai dan akurat sebagai sejarah kesehatannya, yang mencakup penyakit-penyakit dan perawatan perawatan yang diberikan pada masa lampau dan pada saat ini (Huffman, 1994) (15) b. Kegunaan Rekam Medis Menurut Permenkes no. 749a tahun 1969 menyebutkan bahwa rekam medis memiliki 5 manfaat yaitu: 1) Sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien 2) Sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum 3) Bahan untuk kepentingan penelitian 4) Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan 5) Sebagai bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan Sedangkan menurut Gibony (1991), rekam medis mempunyai 6 manfaat atau kegunaan dengan singkatan ALFRED, yaitu: 1) Administration Data dan informasi yang dihasilkan dalam rekam medis dapat digunakan manajemen untuk melaksanakan fungsinya guna pengelolaan berbagai sumber daya. 2) Legal

24 Rekam medis dapat digunakan sebagai alat bukti hukum yang dapat melindungi pasien, provider (dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya) serta pengelola dan pemilik sarana pelayanan kesehatan terhadap hukum. 3) Financial Catatan yang ada dalam dokumen rekam medis dapat digunakan untuk memprediksikan pendapatan dan biaya sarana pelayanan kesehatan. 4) Research Dapat dilakukan penelusuran terhadap berbagai macam penyakit yang telah dicatat kedalam dokumen rekam medis guna kepentingan penelitian. 5) Education Dokumen rekam medis dapat digunakan untuk pengembangan ilmu. 6) Documentation Dapat digunakan sebagai dokumen karena menyimpan sejarah medis seseorang. (6) B. Statistik Rumah Sakit 1. Pengertian Statistik Statistik merupakan pembahasan metode-metode ilmiah untuk pengumpulan data, pengolahan, penyajian, dan analisa maupun untuk dapat menarik kesimpulan yang valid dan membuat putusan yang dapat diterima berdasarkan analisa. (7)

25 2. Pengertian Rumah Sakit a. Rumah sakit adalah suatu badan usaha yang menyediakan dan memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka dan untuk yang melahirkan (World Health Organization). Rumah sakit merupakan sarana upaya kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian (permenkes no.159b/1988) b. Menurut UU NO.44 tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawatinap, rawat jalan dan gawat darurat. Pelayanan rumah sakit juga diatur dalam KODERSI/kode etik rumah sakit, dimana kewajiban rumah sakit terhadap karyawan, pasien dan masyarakat diatur. c. Berdasarkan Pasal 29 ayat (1) huruf f dalam UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Rumah Sakit sebenarnya memiliki fungsi sosial yaitu antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan. (8) 3. Pengertian Statistik Rumah Sakit

26 Statistik rumah sakit yaitu statistik yang bersumber pada data rekam medis sebagai informasi kesehatan yang digunakan untuk memperoleh kapasitas bagi praktisi kesehatan, manajemen dan tenaga medis dalam pengambilan keputusan. (9) 4. Pengertian Statistik Kesehatan Statistik kesehatan adalah aplikasi metode statistik terhadap masalahmasalah bidang kesehatan. Aplikasi di bidang kesehatan antara lain: a. Mengatur statistik kesehatan masyarakat dan mengetahui masalah kesehatan dalam berbagai kelompok masyarakat. b. Membandingkan status kesehatan di suatu tempat dengan tempat yang lain di masyarakat sekarang dengan masyarakat lainnya dan meramal status kesehatan masyarakat dimasa yang akan datang. c. Mengevaluasi tentang perjalanan keberhasilan dan kegagalan dalam suatu program atau pelayanan kesehatan yang sedang dilaksanakan. d. Mengestimasi kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan menentukan target pencapaian tujuan. e. Keperluan penelitian terhadap masalah-masalah kesehatan, KB, lingkungan hidup, dan lain-lain. f. Perencanaan dan sistem administrasi. g. Keperluan publikasi dan media massa. (10) 5. Kegunaan Statistik Rumah Sakit Pengumpulan data statistik yang kemudian diolah menjadi informasi statistik rumah sakit sangat penting bagi rumah sakit. Rekam medis khususnya bagian analising reporting adalah bagian pengolah data

27 untuk menyusun informasi statistik rumah sakit. Statistik rumah sakit biasanya digunakan untuk: a. Perbandingan penampilan rumah sakit masa lalu dan sekarang. b. Sebagai bahan acuan untuk perencanaan, pengembangan rumah sakit atau klinik di masa depan. c. Penilaian penampilan kerja tenaga medis, perawat dan staf lain. d. Biaya rumah sakit atau klinik jika disponsori oleh pemerintah. e. Penelitian. (4) C. Standar Pelayanan di Rumah Sakit Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat, maka tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas dan semakin nyaman semakin mendesak. Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit diperlukan suatu standar pelayanan yang baku. Standar pelayanan rumah sakit terdiri dari 2 hal yaitu: 1. Standar pelayanan rumah sakit, meliputi : a. Administrasi dan manajemen b. Pelayanan medis c. Pelayanan gawat darurat d. Kamar operasi e. Pelayanan intensif f. Pelayanan perinatal resiko tinggi g. Pelayanan keperawatan h. Pelayanan anestesi i. Pelayanan radiologi

28 j. Keselamatan kerja, kebakaran, dan kewaspadaan bencana k. Pemeliharaan sarana l. Perpustakaan m. Pengendalian infeksi di Rumah Sakit n. Pelayanan sentralisasi sentral o. Pelayanan gizi p. Pelayanan medis q. Pelayanan laboratorium r. Pelayanan rehabilitasi medis s. Pelayanan farmasi. 2. Standar Pelayanan Medis Yaitu suatu pedoman yang dijalankan untuk meningkatkan mutu menjadi makin efektif dan efisien. Efisiensi pelayanan medis tercermin dari tingkat jumlah hari pasien rawat inap tinggal di rumah sakit, tidak termasuk bayi lahir di rumah sakit. Angka rata-rata jumlah hari pasien rawat inap tinggal di rumah sakit merupakan informasi yang penting untuk menilai atau mengevaluasi efisiensi pelayanan yang diberikan. (6) D. Indikator Kinerja Rumah Sakit Rumah sakit merupakan salah satu institusi pemberian pelayanan kesehatan yang mengutamakan pelayanan yang dikelola secara profesional. Keberhasilan dalam pengelolaan rumah sakit didukung adanya sumber daya manusia sebagai tenaga kerja profesional sarana dan prasarana yang memadai serta beberapa faktor: faktor-faktor tersebut lebih dikenal indikator kinerja rumah sakit, antara lain :

29 1. Kepuasan pasien 2. Kualitas pelayanan medis 3. Efiisiensi pelayanan medis 4. Kepuasan pegawai rumah sakit terhadap pekerjaan 5. Kualitas limbah cair di rumah sakit. E. Indikator Statistik Rawat Inap 1. Statistik rawat inap digunakan untuk memantau kegiatan yang ada di unit rawat inap, yang juga digunakan untuk menilai dan mengevaluasi kegiatan yang ada di unit rawat inap, untuk perencanaan maupun laporan pada instansi vertikal. Data yang diolah di unit rawat inap disesuaikan dengan kebutuhan data dan informasi oleh manajemen maupun kebutuhan laporan ke instansi diatasnya (Depkes) misalnya : a. Data kunjungan pasien b. Data rujukan c. Data pembayaran d. Data tindakan pasien Data-data di atas dapat diperoleh dari pencatatan yang ada di unit rawat inap, seperti pada: a. Register pelayanan unit rawat inap b. Sensus harian unit rawat inap c. Rekapitulasi sensus harian rawat inap d. Rekapitulasi bulanan rawat inap e. Laporan triwulan (RL 1) 2. Rekapitulasi Sensus Harian Pasien Rawat Inap

30 adalah formulir perantara untuk menghitung dan merekap jumlah pasien rawat inap setiap hari yang diterima dari masing-masing ruang rawat inap. Kegunaannya antara lain: a. Mengetahui jumlah pasien dirawat pada hari yang bersangkutan b. Mengetahui penggunaan tempat tidur c. Merupakan data dasar mengenai pasien dirawat pada hari yang bersangkutan yang harus segera dikirim ke direktur rumah sakit, bidang perawatan dan unit lain yang membutuhkan 3. Rekapitulasi Bulanan Pasien Rawat Inap adalah formulir perantara untuk menghitung dan merekap jumlah pasien rawat inap selama sebulan yang diterima dari masing-masing ruang rawat inap. Kegunaannya antara lain : a. Mengetahui jumlah pasien dirawat selama sebulan dan satu triwulan b. Mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur selama periode bulanan dan triwulan c. Merupakan data dasar mengenai pasien rawat inap yang perlu dilaporkan ke Depkes setiap triwulan pada formulir RL 1 halaman Laporan Triwulan (RL 1) Untuk mengetahui pelayanan unit rawat inap, maka data diatas diolah dalam bentuk pemantauan bulanan, triwulan dan tahunan sesuai dengan kebutuhan managemen rumah sakit maupun pelaporan kepada Dinas Kesehatan. (11)

31 F. Indikator Kualitas Pelayanan Unit Rawat Inap Kualitas pelayanan medis adalah setiap pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan semua pemakai jasa pelayanan kesehatan yang menyelenggarakannya sesuai dengan standar kode etik profesi yang telah ditetapkan. Indikator efisiensi pelayanan unit rawat inap : 1. AvLOS adalah rata-rata jumlah hari pasien rawat inap tinggal di rumah sakit, tidak termasuk bayi lahir di rumah sakit dalam satu periode dengan standar pencapaian 3-12 hari. 2. TOI adalah rata-rata hari tempat tidur tersedia pada periode tertentu yang tidak terisi adalah pasien keluar hidup atau meninggal dan pasien masuk dengan standar pencapaian 1-3 hari. 3. Rasio hari perawatan dengan perawatan rawat inap. (11) G. INA-CBG s 1. Pengertian INA-CBG s INA-CBG s adalah kependekan dari Indonesia Case Base Group s. Sistem INA-CBG s adalah aplikasi yang digunakan sebagai aplikasi pengajuan klaim rumah sakit, puskesmas dan semua Penyedia Pelayanan Kesehatan (PPK) bagi masyarakat miskin Indonesia. Sistem Casemix INA-CBG s adalah suatu pengklasifikasian dari episode perwatan pasien yang dirancang untuk menciptakan kelas-kelas yang relatif homogen dalam hal sumber daya yang digunakan dan berisikan pasien-pasien dengan karakteristik klinik yang sejenis. Case Base Group s yaitu cara pembayaran perawatan pasien berdasarkan

32 diagnosis-diagnosis atau kasus-kasus yang relatif sama. Rumah sakit akan mendapatkan pembayaran berdasarkan rata-rata biaya yang dihabiskan untuk suatu kelompok diagnosis. Dalam pembayaran menggunakan sistem INA-CBG s, baik rumah sakit maupun pihak pembayar tidak lagi merinci tagihan berdasarkan rincian pelayanan yang diberikan, melainkan hanya dengan menyampaikan diagnosis keluar pasien dan kode DRG (Disease Related Group). Besarnya penggantian biaya untuk diagnosis tersebut telah disepakati bersama antara provider/asuransi atau ditetapkan oleh pemerintah sebelumnya. Perkiraan waktu lama perawatan (length of stay) yang akan dijalani oleh pasien juga sudah diperkirakan sebelumnya disesuaikan dengan jenis diagnosis maupun kasus penyakitnya. INA-CBG s merupakan kelanjutan dari aplikasi INA-DRG yang lisensinya berakhir pada tanggal 30 September 2010 lalu. INA-CBG s menggantikan fungsi dari aplikasi INA-DRG. Aplikasi INA-CBG s lebih real dibandingkan dengan INA-DRG karena menekankan pendekatan prosedur dibanding diagnosa, sementara aplikasi INA-CBG s lebih mengedepankan diagnosa dibanding prosedur. 2. Manfaat Bagi pasien, adanya kepastian dalam pelayanan dengan prioritas pengobatan berdasarkan derajat keparahan, dengan adanya batasan pada lama rawat (length of stay) pasien akan mendapat perhatian lebih dalam tindakan medis dari para petugas rumah sakit karena berapapun lama rawat yang dilakukan biayanya sudah ditentukan, dan mengurangi

33 pemeriksaan serta penggunaan alat medis yang berlebihan oleh tenaga medis sehingga mengurangi resiko yang dihadapi pasien. Bagi rumah sakit, mendapat pembiayaan berdasarkan kepada beban kerja sebenarnya, dapat meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan Rumah Sakit, dokter atau klinisi dapat memberika pengobatan yang tepat untuk kualitas pelayanan lebih baik berdasarkan derajat keparahan. Juga meningkatkan komunikasi antar spesialisasi atau multidisiplin ilmu agar perawatan dapat secara komprehensif serta dapat memonitor Quality Assurance dengan cara yang lebih objektif. Rumah sakit dapat perencanaan budget anggaran pembiayaan dan belanja yang lebih akurat. Rumah sakit juga dapat mengevaluasi kualitas pelayanan yang diberikan oleh masing-masing klinisi, keadilan (equity) yang lebih baik dalam pengalokasian budget anggaran, dan mendukung sistem perawatan pasien dengan menerapkan Clinical Pathway. Bagi penyandang dana Pemerintah (provider) dapat meningkatkan efisiensi dalam pengalokasian anggaran pembiayaan kesehatan, dengan anggaran pembiayaan yang efisien, equity terhadap masyarakat luas akan terjangkau, secara kualitas pelayanan yang diberikan akan lebih baik sehingga meningkatkan kepuasan pasien dan provider, dan perhitungan tarif pelayanan lebih objektif serta berdasarkan kepada biaya yang sebenarnya. (12) H. BPJS a. Pengertian BPJS

34 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan.bpjs terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan. Semua penduduk Indonesia diwajibkan menjadi peserta jaminan kesehatan yang di kelola oleh BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia dan telah membayar iuran. Peserta BPJS terdiri dari dua kelompok pertama PBI (Penerima Bantuan Iuran) Jaminan Kesehatan adalah peserta jaminan kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang iuranya dibayari oleh pemerintah sebagai peserta program jaminan kesehatan.peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh pemerintah dan diatur melalui peraturan pemerintah.yang kedua Non PBI terdiri dari pekerja penerima upah dan anggota keluarganya, pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, dan bukan pekerja dan anggota keluarganya. Landasan Hukum BPJS Kesehatan : 1. UUD 1945 amendemen Pasal 28 H ayat 1 bahwa setiap penduduk berhak atas pelayanan kesehatan dan ayat 3 bahwa setiap penduduk berhak atas jaminan sosial; 2. UUD 1945 amendemen Pasal 34 ayat 2 bahwa Negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat; 3. UUD 1945 amendemen Pasal 34 ayat 2 bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas kesehatan yang layak; 4. UU Nomor 3/1992 tentang Jamsostek; 5. PP 69/1991 tentang JPK PNS;

35 6. UU Nomor 23/1992 tentang kesehatan khususnya pasal 26; 7. UU 43/1999 tentang Pegawai Negeri Sipil; 8. PP Nomor 2/2003 tentang Asuransi Kesehatan Pegawai Negeri. b. Manfaat BPJS Kesehatan Manfaat adalah faedah jaminan yang menjadi hak peserta dan anggota keluarganya. Perluasan program Jaminan/Asuransi Kesehatan Nasional (JKN) dan SJSN bertujuan untuk memperluas cakupan penduduk yang memiliki jaminan kesehatan yang memenuhi kebutuhan dasar medis, tanpa membedakan status ekonomi penduduk. Karena mekanisme Jaminan Kesehatan merupakan suatu mekanisme asuransi sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan bersama (gotong royong) yang bersifat wajib, maka badan penyelenggara haruslah bersifat nirlaba. Bentuk yang ideal adalah suatu badan hukum tersendiri, yang bukan perusahaan terbatas dan bukan pula BUMN/BUMD. Setiap peserta BPJS berhak memperoleh manfaat jaminan kesehatan meliputi : 1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non spesialistik mencakup: a) Administrasi pelayanan b) Pelayanan promotif dan preventif c) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis d) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif e) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

36 f) Transfusi darah sesuai kebutuhan medis g) Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama h) Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi 2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan kesehatan mencakup: a. Rawat jalan, meliputi: 1) Administrasi pelayanan 2) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan sub spesialis 3) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis 4) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai 5) Pelayanan alat kesehatan implant 6) Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis 7) Rehabilitasi medis 8) Pelayanan darah 9) Pelayanan kedokteran forensik 10) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan b. Rawat Inap yang meliputi: 1) Perawatan inap non intensif 2) Perawatan inap di ruang intensif 3) Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri. (13) I. Typhoid 1. Pengertian Typhoid

37 adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994). Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi (Arief Maeyer, 1999). Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1996 ). Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (.Seoparman, 1996). Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejalagejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M.1999). Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi. 2. Etiologi Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah

38 orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun. 3. Manifestasi Klinik Masa tunas typhoid hari a. Minggu I Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis,obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut. b. Minggu II Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran. 4. Komplikasi a. Komplikasi intestinal 1) Perdarahan usus 2) Perporasi usus 3) Ilius paralitik b. Komplikasi extra intestinal 1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis. 2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik. 3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

39 4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis. 5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis. 6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis. 7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sindroma katatonia. 5. Penatalaksanaan a. Perawatan. 1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus. 2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan. b. Diet 1) Diet yang sesuai,cukup kalori dan tinggi protein. 2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring. 3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim. 4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari. c. Obat-obatan. 1) Klorampenikol 2) Tiampenikol 3) Kotrimoxazol

40 4) Amoxilin dan ampicillin 6. Pencegahan Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas. 7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari : a. Pemeriksaan Dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid. b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid. b. Biakan darah Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan

41 terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor : 1) Teknik pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung. 2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit. Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali. 3) Vaksinasi di masa lampau Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif. 4) Pengobatan dengan obat anti mikroba. Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif. d. Uji Widal Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji

42 widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu : 1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman). 2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman). 3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman) Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid. 8. Faktor Presipitasi dan Predisposisi Faktor presipitasi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh makanan yang tercemar oleh salmonella typhoid dan salmonella paratyphoid A, B dan C yang ditularkan melalui makanan, jari tangan, lalat dan feses, serta muntah diperberat bila klien makan tidak teratur. Faktor predisposisinya adalah minum air mentah, makan makanan yang tidak bersih dan pedas, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dari wc dan menyiapkan makanan. 9. Patofisiologi Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari

43 tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu. Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia.tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Penyakit Typhoid tidak hanya menyerang pasien dengan jenis kelamin tertentu, siapa saja dan

44 kapan saja dapat menderita penyakit ini termasuk bayi yang dilahirkan dari ibu yang terkena demam typhoid. (14) J. Epidemiologi Deskriptif Penelitian epidemiologi deskriptif dapat mengungkapkan pola terjadinya penyakit pada populasi manusia. Penelitian ini memberikan hasil pengamatan umum yang berkenaan dengan hubungan antara penyakit dan ciri-ciri pokok dari subyek yang diteliti. Ciri-ciri ini mencakup hal-hal yang bersifat pribadi seperti umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan, dan status social. Hal penting lainnya adalah lokasi geografik dan waktu terjadinya penyakit. Jadi, ciri-ciri pokok yang menjadi perhatian utama di dalam epidemiologi deskriptif bisa dirangkumkan dibawah kategori: orang, tempat, dan waktu. (15) K. Variabel Epidemiologi Variabel-variabel epidemiologi adalah ciri-ciri atau faktor risiko yang terdapat pada kelompok penduduk pada suatu waktu dan tempat tertentu serta agent yang menyebabkan terjadinya penyakit. Variable epidemiologi digunakan untuk menganalisa pola distribusi penyakit dalam masyarakat. Variable epidemiologi ada 3 yaitu: 1. Time (waktu) Bila suatu penyakit diamati berdasarkan saat terjadinya (jam, tanggal, bulan atau tahun), maka data yang terkumpul dapat dikelompokkan atau dibandingkan menurut kurun waktu kejadiannya. Hasil

45 pengamatan umumnya menunjukkan adanya variasi kejadian penyakit dalam dimensi waktu. 2. Place (tempat) Dimana terjadinya penyakit merupakan hal yang sangat penting dengan membandingkan kejadian suatu penyakit tertentu dari berbagai lokasi, daerah dapat memberikan atau membantu dalam menentukan faktor penyebab penyakit atau sumber penularan. Tempat adalah suatu konsep geografis yang melukiskan suatu daerah dibatasi garis lintang dengan garis bujur timur dengan ketinggian dari muka laut. Tempat dapat juga dibatasi neos geopolitics (administrasi pemerintahan), Negara, propinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa, dan pedukuhan.tempat juga hanya dibatasi kompleks, asrama, tempat kerja, sekolah, dan lain-lain. Di luar itu juga dapat dibedakan atas rural dan urban antara daerah pantai dengan daerah pegunungan, tingkat social-ekonomi, sehingga ada penyakit-penyakit yang sering terdapat pada daerah-daerah tertentu saja (dengan kasus tinggi). 3. Person (orang) Faktor yang sangat berpengaruh dalam distribusi penyakit pada sekelompok penduduk tertentu yaitu: umur, sex, status perkawinan, kelompok etnis, dan status sosio-ekonomis. (15)

46 L. Kerangka Teori Kasus Typhoid LOS INA-CBG s INA -CBG s: Severity Indeks penyakit: -No.RM -Umur -Jenis kelamin -Lama dirawat -Dx.utama LOS Indeks penyakit: -Time -Place -Person -Dx. Lain RM 1 : -Komplikasi Gambar 3.1 Bagan Kerangka Teori M. Kerangka Konsep Jumlah Kasus Typhoid Lama Dirawat Umur Jenis Kelamin Severity Dx. Lain Komplikasi LOS Gambar 3.2 Bagan Kerangka Konsep LOS INA- CBGs

47 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian 1. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu penulis memanfaatkan data dan hasil-hasil pelayanan terhadap pasien dalam DRM dengan observasi secara obyektif untuk mendapatkan gambaran yang jelas. 2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi langsung dengan melakukan pengamatan dan pencatatan data secara langsung terhadap objek yang akan diteliti di lapangan. 3. Pengamatan dilakukan dengan pendekatan cross sectional yaitu dengan melihat dan mengumpulkan data yang sudah ada. B. Variabel Penelitian 1. Jumlah Kasus Typhoid 2. Lama dirawat (LOS) 3. LOS INA-CBG s 4. Umur 5. Jenis Kelamin 6. Severity 7. Diagnosis lain 8. Komplikasi

48 C. Definisi Operasional Variabel Jumlah Kasus Typhoid Definisi Banyaknya kasus penyakit Typhoid pasien BPJS PBI yang terjadi selama bulan Januari sampai April 2014 di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang berdasarkan observasi pada indeks penyakit. Lama Dirawat (LOS) Jumlah hari dimana pasien mendapatkan perawatan rawat inap di rumah sakit, sejak tercatat sebagai pasien rawat inap hingga keluar dari rumah sakit berdasarkan tanggal keluar dikurangi tanggal masuk dalam RM 1. LOS INA CBG s Standar yang menunjukkan lama dirawat yang ditunjukkan dalam program INA-CBG s untuk kasus Typhoid. Umur Usia pasien berdasarkan data dalam indeks penyakit kasus Typhoid. Jenis kelamin Jenis kelamin pasien berdasarkan data dalam RM 1. Severity Derajat keparahan pasien kasus penyakit Typhoid yang diperoleh dari

49 hasil grouping data INA CBG s pasien Typhoid. Diagnosa lain Diagnosis selain diagnosis utama yang menggambarkan suatu kondisi dimana pasien mendapatkan pengobatan, atau dimana dokter mempertimbangkan kebutuhankebutuhan untuk memasukannya dalam pemeriksaan kesehatan lebih lanjut berdasarkan RM 1. Komplikasi Suatu kondisi yang muncul selama pasien dirawat di rumah sakit yang memperpanjang LOS (Length Of Stay) pasien Typhoid setidaknya satu hari rawat pada 75% kasus berdasarkan observasi pada RM 1. D. Populasi Penelitian Populasi yang diteliti pada penelitian ini adalah DRM pasien kasus Typhoid sebanyak 62 DRM yang didapat dari indeks penyakit Typhoid yang dirawat inap pada bulan Januari-April tahun 2014 di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang. Sampel adalah total populasi.

50 E. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa checklist untuk mengambil dan mengumpulkan data yang didapat dari indeks penyakit Typhoid, yaitu mencatat nama, no.rm, umur, jenis kelamin pasien, serta mengamati dan meneliti severity, diagnosa lain dan komplikasi yang didapat dari indeks penyakit serta melihat lama pasien dirawat berdasarkan tanggal masuk dan tanggal keluar yang tercantum dalam indeks penyakit kemudian dimasukkan kedalam checklist. F. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara mengamati secara langsung data morbiditas pasien BPJS PBI kasus penyakit Typhoid pada bulan Januari sampai April tahun 2014 dari indeks penyakit dan RM 1 pasien kasus Typhoid. G. Pengolahan Data Pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah: 1. Collecting, yaitu mengumpulkan data kasus Typhoid 2. Editing, yaitu melakukan koreksi atau memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan. 3. Klasifikasi, yaitu mengelompokkan data sebelum dimasukkan dalam tabel 4. Tabulating, yaitu menampilkan data-data dalam bentuk tabel untuk memudahkan analisis.

51 H. Analisis Data Analisis data yang dilakukan adalah dengan analisis data secara deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan data yang telah terkumpul, menguraikan hasil pengamatan untuk dibandingkan dengan teori sehingga dapat diambil suatu kesimpulan dengan membandingkan LOS riil dengan LOS INA CBG s yang dijadikan standar rumah sakit.

52 BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang berlokasi awal di jalan Ketandan 12 Pemalang dengan nama RSU Pemalang, merupakan RSU kelas D dengan 76 tempat tidur sampai dengan tahun Tahun 1979/ 1980 Pemerintah Daerah Kabupaten Pemalang mendirikan Rumah Sakit baru di jalan Gatot Subroto Bojongbata Pemalang di atas tanah seluas 4,7 Ha yang sekarang menjadi lokasi RSUD Dr. M. Ashari dengan sumber dana APBD II, APBD I, APBN, dan swadaya. Pada tahun 1982 RSU mulai beroperasional. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 233/ Menkes/S.K/ VI/ 1983 tentang Penetapan Tambahan Beberapa Rumah Sakit Pemerintah Sebagai Rumah Sakit Umum Pemerintah Kelas B dan C maka pada tahun 1983 Badan RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang meningkat dari Visi dan Misi RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang a. Visi RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang Rumah Sakit Pilihan Utama Masyarakat Pemalang dan sekitarnya. b. Misi RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang 1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu prima dan memuaskan

53 2) Memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi semua golongan masyarakat 3) Memberikan kontribusi nyata untuk pendidikan dan latihan kesehatan yang terintegrasi dengan pelayanan dalam rangka peningkatan mutu sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan serta teknologi kesehatan. c. Motto RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang Ramah, Cepat, Tepat, dan Ikhlas. 2. Pelayanan kesehatan RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang Pelayanan kesehatan yang ada di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang meliputi: a. Instalasi Rawat Jalan Instalasi rawat jalan melayani kunjungan rawat jalan klinik spesialis dan non spesialis 1) Klinik spesialis Terdapat 11 klinik spesialis di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang yang meliputi spesialis anak, spesialis bedah, spesialis bedah gigi & mulut, spesialis kebidanan & penyakit kandungan, spesialis mata, spesialis orthopedi, spesialis penyakit dalam, spesialis penyakit kulit & kelamin, spesialis rehabilitasi medis, spesialis saraf, spesialis THT dan spesialis kesehatan jiwa. 2) Klinik non spesialis

54 Terdapat 9 klinik non spesialis di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang yang meliputi klinik umum, klinik gigi & mulut, klinik konsultasi gizi, klinik laktasi, klinik psikologi, klinik TBC, klinik VCT, klinik konsultasi Diabetes melitus, dan klinik KIR/ General Check Up. b. Instalasi Gawat Darurat Pelayanan Gawat Darurat di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang buka 24 jam, menangani pasien yang menderita sakit dan cidera yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya yang harus segera ditangani oleh dokter. Didukung oleh tenaga medis dan paramedis dengan sertifikasi PPGD (Penanganan Penderita Gawat Darurat). c. Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang mempunyai kapasitas 278 tempat tidur untuk melayani pasien rawat inap. Terdiri dari 15 ruang diantaranya adalah ruang garuda, merak, kepodang, kasuari, cucakrowo, merpati, cendrawasih, rajawali, elang, gelatik, IPKR, ICU, isolasi, Oneday Care, dan perinatologi. d. Instalasi Perawatan Intensif (ICU) RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang memiliki fasilitas perawatan intensif yang khusus bagi pasien yang memerlukan perawatan dan obsevasi intensif dan komprehensif. e. Instalasi Bedah Sentral (IBS) Instalasi Bedah Sentral (IBS) memberikan pelayanan kepada pasien yang memerlukan tindakan pembedahan, baik untuk kasus-

55 kasus bedah terencana (elektif) maupun untuk kasus-kasus bedah darurat (emergency). f. Instalasi Pelayanan Kesehatan Reproduksi Pelayanan kesehatan reproduksi merupakan pelayanan unggulan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu dan anak, KB, kesehatan remaja, pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS, kesehatan usia lanjut, dan pelayanan terpadu kekerasan dalam rumah tangga. g. Instalasi Haemodialisa Instalasi Haemodialisa RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang melayani pasien gagal ginjal untuk melakukan cuci darah, dilengkapi dengan 12 mesin pencuci darah diharapkan bisa melayani pasien lebih banyak tanpa harus antri. h. Instalasi Neonatus/ Perinatologi Instalasi Neonatus/ Perinatologi RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang melayani pasien bayi baru lahir, baik yang sehat maupun mempunyai masalah tertentu. Dilengkapi dengan 8 inkubator dan perinatologi isolasi yang dilengkpi dengan 1 inkubator untuk pasien bayi dengan asfiksia berat/ penyakit lain yang perlu penanganan khusus. i. Instalasi Rehabilitasi Medis Rehabilitasi medis RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang memberikan pelayanan fisioterapi, terapi wicara, okupasi terapi dan psikologi yang komprehensif, mencegah/ megurangi keterbatasan (impairment), hambatan (disabilyty), dan kecacatan (handycap). j. Instalasi Rekam Medis

56 Instalasi Rekam Medis RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang memberikan pelayanan yang sangat penting berkaitan dengan Dokumen Rekam Medis pasien. Data rekam medis digunakan untuk mendokumentasikan kronologis terapi atau tindakan medis kepada pasien dan juga untuk analisa dan evaluasi terhadap kondisi dari pasien rawat inap, rawat jalan, ataupun gawat darurat serta unit lainnya. k. Instalasi Bank Darah Instalasi Bank Darah melayani kebutuhan darah selama 24 jam. Bank darah tidak melakukan pengambilan darah sendiri melainkan hanya menerima darah siap pakai dari UDD-PMI. Pelayanan lain di bank darah adalah uji saring terhadap penyakit yang ditularkan melalui transfusi dan pengecekan golongan darah. l. Instalasi Pelayanan Penunjang Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang dibantu oleh bagian penunjang yang meliputi: instalasi farmasi, instalasi laboratorium, instalasi radiologi, instalasi gizi, instalasi pengelolaan linen, instalasi sterilisasi sentral (CSSD), instalasi pemulasaran jenazah, instalasi SIMRS, instalasi pengolahan air limbah, instalasi pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT), instalasi pemeliharaan sarana medis (IPS Medis), dan instalasi pemeliharaan sarana rumah sakit (IPS RS).

57 B. HASIL PENGAMATAN Berdasarkan hasil pengamatan DRM pasien BPJS PBI kasus Typhoid bulan Januari sampai April tahun 2014 RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang peneliti akan menyajikan hasil penelitian terhadap DRM pasien BPJS PBI Typhoid didasarkan pada indikator LOS yang dinilai berdasarkan standar INA-CBG s dalam tabel berikut ini: 1. Jumlah Kasus Typhoid Tabel 4.1 Jumlah Kasus Typhoid Januari April 2014 Bulan Jumlah % Januari Februari Maret April Total Sumber data: Indeks Penyakit dan RM 1 Kasus Typhoid Berdasarkan tabel diatas kasus Typhoid di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang paling banyak terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 34% dan paling sedikit pada bulan Maret yaitu sebesar 16%. 2. Lama Dirawat Tabel 4.2 Prosentase Lama Dirawat Pasien Typhoid Kategori Frekuensi Persentase (%) 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7 hari 8 hari 9 hari ,1 22,6 27,4 14,5 8,1 3,2 4,8 4,8 3,2

58 11 hari 2 3,2 Jumlah Sumber data: RM 1 dan data pasien BPJS PBI Januari-April 2014 Berdasarkan tabel 4.2, menunjukkan bahwa prosentase Lama Dirawat (LOS) tertinggi untuk pasien dengan kasus Typhoid adalah pasien dengan lama perawatan 3 hari yaitu sebesar 27,4% dan yang paling sedikit 6 hari, 9 hari, dan 11 hari yaitu sebesar 3,2%. 3. LOS INA-CBG s Dalam menentukan lama dirawat (LOS) INA-CBG s terdapat tingkat keparahan yang dibagi menjadi 3 level yaitu level I, II, dan III. Standar lama dirawat menurut INA-CBG s: level I adalah 6,13 hari, level II adalah 8,16 hari, dan level III adalah 10,69 hari. Tabel 4.3 Prosentase Kesesuaian Lama Dirawat dengan LOS INA-CBG s Kategori Frekuensi Persentase (%) Sesuai standar INA ,5 CBG s Tidak sesuai standar 9 14,5 INA-CBG s Jumlah Sumber data: RM 1 dan data pasien BPJS PBI Januari-April 2014 Berdasarkan tabel 4.3, didapatkan hasil bahwa pasien Typhoid yang lama perawatannya sesuai dengan LOS INA-CBG s sebesar 85,5% lebih banyak daripada yang tidak sesuai atau melebihi LOS INA-CBG s sebesar 14,5%.

59 4. Umur Penggolongan umur disajikan dalam bentuk grafik pie untuk mengetahui prosentase jumlah penderita kasus typhoid menurut golongan umur. Grafik sebagai berikut: Gambar 4.1 Grafik Prosentase Penderita Typhoid Berdasarkan Umur 5% 0% 11% 11% 13% 21% 39% 1-4 tahun 5-14 tahun tahun tahun tahun >64 tahun Sumber data: RM 1 RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang Dari grafik pie di atas dapat dilihat bahwa penyakit Typhoid lebih banyak menyerang pada golongan umur 5-14 tahun dengan prosentase sebesar 39%. Golongan umur paling sedikit adalah 65 tahun keatas yaitu sebesar 5%. 5. Jenis Kelamin Dilihat dari jenis kelamin frekuensi kasus Typhoid akan disajikan dalam bentuk diagram pie. Gambar sebagai berikut:

60 Gambar 4.2 Grafik Prosentase Penderita Typhoid Berdasarkan Jenis Kelamin 42% 58% L P Sumber data: RM 1 pasien Typhoid Berdasarkan gambar diatas pasien Typhoid BPJS PBI bulan Januari sampai April 2014 di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang yang berjenis kelamin Laki-laki 58% lebih banyak daripada yang berjenis kelamin Perempuan 42%. 6. Tingkat Keparahan/Severity Tabel 4.4 Prosentase Severity Pasien Typhoid Kategori Frekuensi Prosentase (%) I II III ,7 11,3 Jumlah Sumber data: Data pasien BPJS PBI kasus Typhoid Berdasarkan tabel 4.4 tingkat keparahan/severity untuk pasien Typhoid paling banyak adalah level I yaitu sebanyak 71% dan paling sedikit adalah level III yaitu sebesar 11,3%.

ASKEP THYPOID A. KONSEP DASAR

ASKEP THYPOID A. KONSEP DASAR ASKEP THYPOID A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi

Lebih terperinci

TINJAUAN DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PENDERITA, LOS, DAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT PADA KASUS TYPHOID PASIEN BPJS PBI DI RSUD DR. M

TINJAUAN DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PENDERITA, LOS, DAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT PADA KASUS TYPHOID PASIEN BPJS PBI DI RSUD DR. M TINJAUAN DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PENDERITA, LOS, DAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT PADA KASUS TYPHOID PASIEN BPJS PBI DI RSUD DR. M. ASHARI KABUPATEN PEMALANG BULAN JANUARI-APRIL TAHUN 2014 Essi Mazidah Abstract

Lebih terperinci

ASKEP PADA KLIEN DENGAN THYPOID

ASKEP PADA KLIEN DENGAN THYPOID ASKEP PADA KLIEN DENGAN THYPOID OLEH : AHMAD MUFTI S,Kep 1.Definisi Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman

Lebih terperinci

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. **) Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. **) Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro ANALISIS DESKRITIF LAMA PERAWATAN, KARAKTERISTIK PASIEN DAN PEMBIAYAAN PADA KASUS HEMATOLOGI DENGAN TINDAKAN KEMOTERAPI PASIEN BPJS NON PBI PADA TAHUN 2015 DI RSUP DR KARIADI SEMARANG Dwi Ratna Yuliyanti

Lebih terperinci

Laporan Pendahuluan Typhoid

Laporan Pendahuluan Typhoid Laporan Pendahuluan Typhoid Di UGD RSU AL-ISLAM H.M.MAWARDI KRIAN-SIDOARJO DISUSUN OLEH : Rani Nurlelasari 1101040 AKADEMI KEBIDANAN MITRA SEHAT SIDOARJO TAHUN AJARAN 2011-2012 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Setiap tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No.983/Menkes/SK/XI/1992 menyebutkan bahwa rumah sakit umum adalah

BAB I PENDAHULUAN. No.983/Menkes/SK/XI/1992 menyebutkan bahwa rumah sakit umum adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian rumah sakit berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No.983/Menkes/SK/XI/1992 menyebutkan bahwa rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada iklim, tetapi lebih banyak di jumpai pada negara-negara berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. pada iklim, tetapi lebih banyak di jumpai pada negara-negara berkembang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Typus Abdominalis masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang dapat menular pada siapa saja dan menyerang banyak orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penularan penyakit demam typhoid adalah penderita yang aktif,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penularan penyakit demam typhoid adalah penderita yang aktif, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam typhoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dan Salmonella para thypi. Demam thypoid biasanya mengenai saluran

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN KELAS III PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian Rumah Sakit Suatu bagian dari organisasi medis dan sosial yang mempunyai fungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Typhoid atau Typhus Abdominalis adalah suatu infeksi akut yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi. Typhi dengan masa tunas 6-14

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian rumah sakit Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi social dan kesehatan dengan fungsi menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

Lebih terperinci

HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013

HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 Wahyudi 1, Aditya Maulana P.P, S.Farm.M.Sc., Apt.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian 1. Gambaran karakteristik Pasien Hasil penelitian diperoleh jumlah subjek sebanyak 70 pasien. Subjek penelitian yang memenuhi kriteria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka

BAB I PENDAHULUAN. rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Rumah sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Rumah sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki peran sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Fasilitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencari dan menerima pelayanan kedokteran dan tempat pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencari dan menerima pelayanan kedokteran dan tempat pendidikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian Rumah Sakit Menurut Wolfer dan Pena, rumah sakit merupakan tempat orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran dan tempat pendidikan klinik

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN PENGGUNAAN DANA PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. **) Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. **) Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro TINJAUAN SPESIFISITAS PENULISAN DIAGNOSIS PADA SURAT ELIGIBILITAS PESERTA (SEP) PASIEN BPJS RAWAT INAP BULAN AGUSTUS DI RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM SEMARANG PERIODE 2015 Molek Dua na Ahlulia*), Dyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis 1. Pengertian Rekam Medis Berdasarkan PerMenKes Nomor:269/Menkes/PER/III/2008 tentang rekam medis menjelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit akibat infeksi bakteri Salmonella enterica serotipe typhi. Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang timbul secara

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012 HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012 Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia, terutama di negara yang sedang berkembang. Besarnya angka pasti pada kasus demam tifoid di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ). Penyakit Typhoid Abdominalis juga merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN ). Penyakit Typhoid Abdominalis juga merupakan masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Typhoid Abdominalis merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Typhi yang ditandai dengan gangguan pada sistem pencernaan dan terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh status kesehatan masyarakat. Kesehatan bagi seseorang merupakan sebuah investasi dan hak asasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menghimpun beberapa negara di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada tahun 2014. Masyarakat mulai menyadari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang menyerang seperti typhoid fever. Typhoid fever ( typhus abdominalis, enteric fever ) adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang menyerang seperti typhoid fever. Typhoid fever ( typhus abdominalis, enteric fever ) adalah infeksi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan merupakan suatu hal yang paling penting. Dengan hidup sehat kita dapat melakukan segala hal, sehat tidak hanya sehat jasmani saja namun juga sehat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Typhoid Abdominalis atau sering disebut Thypus Abdominalis merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang berpotensi menjadi penyakit multisistemik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal tahun 2014 di Indonesia menyelenggarakan asuransi kesehatan bagi seluruh rakyatnya yakni Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DATA PASIEN MASUK, KELUAR DAN TRANSFER DI TEMPAT PENDAFTARAN PASIEN RSU JATI HUSADA KARANGANYAR

PENGELOLAAN DATA PASIEN MASUK, KELUAR DAN TRANSFER DI TEMPAT PENDAFTARAN PASIEN RSU JATI HUSADA KARANGANYAR PENGELOLAAN DATA PASIEN MASUK, KELUAR DAN TRANSFER DI TEMPAT PENDAFTARAN PASIEN RSU JATI HUSADA KARANGANYAR Wahyu Untari Aji 1, Moch. Arief TQ 2, Antik Pujihastuti 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. PENGETAHUAN PASIEN TYPHOID ABDOMINALIS TENTANG DIET TYPHOID ABDOMINALIS di Rumah sakit Kabupaten Ponorogo

KARYA TULIS ILMIAH. PENGETAHUAN PASIEN TYPHOID ABDOMINALIS TENTANG DIET TYPHOID ABDOMINALIS di Rumah sakit Kabupaten Ponorogo KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PASIEN TYPHOID ABDOMINALIS TENTANG DIET TYPHOID ABDOMINALIS di Rumah sakit Kabupaten Ponorogo Oleh: SITI ROKAYAH NIM: 11612092 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

: Queue, TPPRJ, labor requirement

: Queue, TPPRJ, labor requirement ANALISA DESKRIPTIF LAMA PERAWATAN (LOS) PASIEN RI JAMKESMAS PADA KASUS PENYAKIT KANKER PAYUDARA (CA MAMMAE) DENGAN TINDAKAN MASTEKTOMI YANG DIRAWAT DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG TAHUN 2012. Mentari Mariana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang harus diperhatikan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang harus diperhatikan setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang harus diperhatikan setiap orang demi mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan

Lebih terperinci

Laporan Pendahuluan Thypoid Fever (Demam Thypoid)

Laporan Pendahuluan Thypoid Fever (Demam Thypoid) Laporan Pendahuluan Thypoid Fever (Demam Thypoid) A. Konsep Penyakit 1. Definisi PengertianDemam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenaisaluran pencernaan dengan gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Demam Typhoid (typhoid fever) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Demam Typhoid (typhoid fever) merupakan salah satu penyakit BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demam Typhoid (typhoid fever) merupakan salah satu penyakit menular yang erat hubungannya dengan lingkungan, terutama lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universal Health Coverage merupakan sistem penjaminan kesehatan yang memastikan semua orang dapat menerima pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan tanpa harus mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deklarasi Universal Hak Azasi Manusia oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi Atik Dwi Noviyanti 1, Dewi Lena Suryani K 2, Sri Mulyono 2 Mahasiswa Apikes Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan juga merupakan pondasi pembangunan bangsa seperti yang tercantum dalam undang undang dasar (UUD 45) pasal 28

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan Kesehatan merupakan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar

Lebih terperinci

TINJAUAN LAMA DIRAWAT PASIEN BPJS PENYAKIT DIARE DENGAN DAN TANPA KOMPLIKASI SELAMA TRIWULAN I TAHUN 2014 DI RSUD DR. M. ASHARI KABUPATEN PEMALANG

TINJAUAN LAMA DIRAWAT PASIEN BPJS PENYAKIT DIARE DENGAN DAN TANPA KOMPLIKASI SELAMA TRIWULAN I TAHUN 2014 DI RSUD DR. M. ASHARI KABUPATEN PEMALANG TINJAUAN LAMA DIRAWAT PASIEN BPJS PENYAKIT DIARE DENGAN DAN TANPA KOMPLIKASI SELAMA TRIWULAN I TAHUN 2014 DI RSUD DR. M. ASHARI KABUPATEN PEMALANG Ovia Ayu Fellasufa Abstract Diarrhea is a disease in which

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEPUASAN PASIEN UMUM, ASKES, DAN JAMKESMAS TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP KASUS BEDAH TULANG DI RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. DR.

PERBEDAAN KEPUASAN PASIEN UMUM, ASKES, DAN JAMKESMAS TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP KASUS BEDAH TULANG DI RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. DR. PERBEDAAN KEPUASAN PASIEN UMUM, ASKES, DAN JAMKESMAS TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP KASUS BEDAH TULANG DI RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

SELISIH LAMA RAWAT INAP PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELLITUS TIPE 2 ANTARA RILL DAN PAKET INA-CBG

SELISIH LAMA RAWAT INAP PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELLITUS TIPE 2 ANTARA RILL DAN PAKET INA-CBG INTISARI SELISIH LAMA RAWAT INAP PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELLITUS TIPE 2 ANTARA RILL DAN PAKET INA-CBG s SERTA HUBUNGAN BIAYA RAWAT INAP TERHADAP BIAYA RILL DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 Ary Kurniawan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah sakit 1. Pengertian rumah sakit Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan yang kompleks, padat pakar, danpadat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan rumah

Lebih terperinci

JURNAL VISIKES - Vol. 10 / No. 1 / April 2011

JURNAL VISIKES - Vol. 10 / No. 1 / April 2011 AKURASI KODE DIAGNOSIS UTAMA PADA RM 1 DOKUMEN REKAM MEDIS RUANG KARMEL DAN KARAKTERISTIK PETUGAS KODING RAWAT INAP RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS PERIODE DESEMBER 2009 Hetty Rahayu*), Dyah Ernawati**),

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK. sakit umum terbesar di daerah Pekanbaru, Riau. Rumah Sakit ini berada di Jalan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK. sakit umum terbesar di daerah Pekanbaru, Riau. Rumah Sakit ini berada di Jalan 6 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Objek Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad merupakan salah satu dari rumah sakit umum terbesar di daerah Pekanbaru, Riau. Rumah Sakit ini berada di Jalan Diponegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan mutu pelayanan, rumah sakit harus memberikan mutu pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan mutu pelayanan, rumah sakit harus memberikan mutu pelayanan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana yang memberikan pelayanan kesehatan. Dalam meningkatkan mutu pelayanan, rumah sakit harus memberikan mutu pelayanan yang sesuai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional telah diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk

Lebih terperinci

PEMODELAN LAJU KESEMBUHAN PASIEN RAWAT INAP TYPHUS ABDOMINALIS

PEMODELAN LAJU KESEMBUHAN PASIEN RAWAT INAP TYPHUS ABDOMINALIS PEMODELAN LAJU KESEMBUHAN PASIEN RAWAT INAP TYPHUS ABDOMINALIS (DEMAM TIFOID) MENGGUNAKAN MODEL REGRESI KEGAGALAN PROPORSIONAL DARI COX (Studi Kasus di RSUD Kota Semarang) SKRIPSI Disusun oleh: Nama :

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA KLAIM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN TINGKAT LANJUTAN PADA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, 06 JANUARI 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 11 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 11 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALUYO JATI KRAKSAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan tempat yang didirikan untuk menyediakan tempat tidur pasien, pelayanan medis, dan perawatan lanjutan untuk diagnosis dan perawatan tenaga medis

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN 2016 016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH (JAMKESDA) KABUPATEN BINTAN TAHUN 2017 DENGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional pada Pelayanan Kesehatan Primer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional pada Pelayanan Kesehatan Primer BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jaminan Kesehatan Nasional 2.1.1. Definisi Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DI KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base Groups) digunakan untuk proses

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN KLAIM JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PELAKSANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

PELAKSANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PELAKSANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DIAN HASTUTY, APT BPJS Kesehatan Cabang Utama Surabaya 1 Per.Pres. RI Nomor : 111 Tahun 2013 pasal 6 : (1) Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat WAJIB dan mencakup

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode / Nama Mata Kuliah : D22.5304/ SIK II Revisi ke : 3 Satuan Kredit Semester : 3 SKS (2 T, 1 P) Tgl revisi : 1 Agustus 2014 Jml Jam kuliah dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid akut merupakan penyakit infeksi akut bersifat sistemik yang disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang dikenal dengan Salmonella

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella sp. Demam tifoid merupakan masalah yang serius di negara berkembang,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kepustakaan : 11 ( )

ABSTRAK. Kepustakaan : 11 ( ) ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR DI UNIT PELAYANAN PENYAKIT DALAM DI BANGSAL CEMPAKA 1 DAN CEMPAKA 2 BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON DI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2012 Nanang Sukma Kurniawan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1204/Menkes/SK/X/2004. pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. (14) 340/MENKES/PER/III/2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1204/Menkes/SK/X/2004. pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. (14) 340/MENKES/PER/III/2010 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian Rumah Sakit a. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004 Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON PADA BANGSAL KELAS III DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI PERIODE TRIWULAN TAHUN

ANALISIS EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON PADA BANGSAL KELAS III DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI PERIODE TRIWULAN TAHUN ANALISIS EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON PADA BANGSAL KELAS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI PERIODE TRIWULAN TAHUN 2012 Dwianto 1, Tri Lestari 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dari pembangunan nasional. Tujuan utama dari pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. penting dari pembangunan nasional. Tujuan utama dari pembangunan di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dibidang kesehatan merupakan salah satu bagian yang penting dari pembangunan nasional. Tujuan utama dari pembangunan di bidang kesehatan adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : ASTRI SRI WARIYANTI J

Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : ASTRI SRI WARIYANTI J HUBUNGAN ANTARA KELENGKAPAN INFORMASI MEDIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PADA DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013 Skripsi ini Disusun guna Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella thypi (S thypi). Pada masa inkubasi gejala awal penyakit tidak tampak, kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 1 Januari Jaminan Kesehatan Nasional ialah asuransi

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 1 Januari Jaminan Kesehatan Nasional ialah asuransi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan UU 24/2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), maka program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dimulai pada tanggal 1 Januari 2014. Jaminan

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kebijakan pemerintah bidang kesehatan yang terintegrasi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1400, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Jaminan Kesehatan Nasional. Pelayanan. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN

Lebih terperinci

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013 Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen Disampaikan pada DIALOG WARGA TENTANG PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Kebumen, 19 September 2013 SISTEM KESEHATAN NASIONAL

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit merupakan salah satu subsistem pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT... i ii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian penyakit Tifoid (Thypus) di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian penyakit Tifoid (Thypus) di masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk mengatasi masalah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PASIEN RUJUKAN MASUK RAWAT INAP PADA TAHUN 2010 DAN 2011 DI RSUD SRAGEN

KARAKTERISTIK PASIEN RUJUKAN MASUK RAWAT INAP PADA TAHUN 2010 DAN 2011 DI RSUD SRAGEN KARAKTERISTIK PASIEN RUJUKAN MASUK RAWAT INAP PADA TAHUN 2010 DAN 2011 DI RSUD SRAGEN Karunia Hapsari 1, Moch. Arief TQ 2, Tri Lestari 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar 1, Dosen APIKES Mitra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) 2.1.1. Definisi Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum

Lebih terperinci

ABSTRAK. UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN TUBEX-TF DAN WIDAL TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID

ABSTRAK. UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN TUBEX-TF DAN WIDAL TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID ABSTRAK UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN TUBEX-TF DAN WIDAL TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID Melisa, 2010, Pembimbing I : Penny S.M., dr., Sp.PK., M.Kes Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang fungsi utamanya memberikan pelayanan, perawatan, dan pengobatan kepada seluruh pasien, baik rawat inap, rawat jalan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Kesehatan RI,Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis,Jakarta: 2008

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Kesehatan RI,Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis,Jakarta: 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Pelaksanan Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Pelaksanan Jaminan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan perkembangan pelayanan kesehatan, pemerintah sedang menggalakkan pelaksanaan program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS

Lebih terperinci

TINJAUAN LAMA DIRAWAT PASIEN BPJS PENYAKIT DIARE DENGAN DAN TANPA KOMPLIKASI SELAMA TRIWULAN I TAHUN 2014 DI RSUD DR. M. ASHARI KABUPATEN PEMALANG

TINJAUAN LAMA DIRAWAT PASIEN BPJS PENYAKIT DIARE DENGAN DAN TANPA KOMPLIKASI SELAMA TRIWULAN I TAHUN 2014 DI RSUD DR. M. ASHARI KABUPATEN PEMALANG TINJAUAN LAMA DIRAWAT PASIEN BPJS PENYAKIT DIARE DENGAN DAN TANPA KOMPLIKASI SELAMA TRIWULAN I TAHUN 2014 DI RSUD DR. M. ASHARI KABUPATEN PEMALANG KARYA TULIS ILMIAH Disusun guna memenuhi salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengutamakan kepentingan pasien. Rumah sakit sebagai institusi. pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang bermutu kepada

BAB I PENDAHULUAN. mengutamakan kepentingan pasien. Rumah sakit sebagai institusi. pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang bermutu kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU RI No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 1 ayat (1) Rumah Sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Rekam Medis menurut Huffman EK, diagnosa dan pengobatan serta merekam hasilnya. (6)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Rekam Medis menurut Huffman EK, diagnosa dan pengobatan serta merekam hasilnya. (6) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit Rumah sakit adalah bagian yang integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang dihubungkan melalui rencana pembangunan kesehatan. (1) B. Rekam Medis 1.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki standar mutu pelayanannya. Dengan adanya peningkatan mutu

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki standar mutu pelayanannya. Dengan adanya peningkatan mutu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern ini kondisi persaingan antar rumah sakit di Indonesia semakin tinggi, setiap rumah sakit saling berpacu untuk memperbaiki standar mutu pelayanannya.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2014 No.39,2014 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul; Petunjuk pelaksanaan, Peraturan Daerah,Kabupaten Bantul, sistem, jaminan kesehatan,daerah BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci