BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang harus diperhatikan setiap

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang harus diperhatikan setiap orang demi mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan memiliki peran yang sangat penting. Fungsi rumah sakit diantaranya mengadakan pelayanan pengobatan, pemulihan kesehatan, pemeliharaan, dan meningkatkan kesehatan perorangan. Berdasarkan UU No. 4 Tahun 2009, rumah sakit merupakan sebuah institusi pelayanan kesehatan yang mengadakan pelayanan kesehatan perorangan dengan menyediakan layanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat secara paripurna. Penggolongan rumah sakit berdasarkan jenis pelayanannya dibagi menjadi dua, yakni rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Berdasarkan data statistik pada Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI 2015, diperoleh informasi bahwa jumlah rumah sakit di Indonesia menurut pengelola dan provinsi tahun 2014 sebanyak yang terdiri dari rumah sakit umum dan 553 rumah sakit khusus. Sedangkan jenis rumah sakit berdasarkan pengelolaannya dibagi menjadi rumah sakit publik dan rumah sakit privat. Rumah sakit merupakan rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Berbeda dengan rumah sakit pemerintah, rumah sakit privat dikelola oleh badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas atau persero dengan tujuan mendapatkan profit. Rumah sakit publik atau rumah sakit pemerintah memiliki fungsi sosial dalam memberikan layanan kesehatan, sehingga rumah sakit tidak berorientasi

2 mendapatkan profit. Seperti yang tertera dalam UU No. 44 Tahun 2009 bahwa rumah sakit berasaskan Pancasila yang didasari nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan, dan keselamatan pasien, serta memiliki fungsi sosial. Fungsi sosial tersebut diantaranya dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin, ambulan gratis, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan. Dalam memberikan pelayanan kesehatan, rumah sakit wajib memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal dengan menyajikan berbagai fasilitas yang harus dipenuhi dalam rangka memberikan masyarakat pelayanan kesehatan yang optimal. Begitu pula dengan rumah sakit publik atau rumah sakit pemerintah harus memberikan jasa layanan yang berkualitas namun dengan biaya yang terjangkau. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 59 Tahun 2014 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam penyelenggaraan program jaminan kesehatan terdapat istilah tarif Indonesian - Case Based Groups atau disebut juga dengan tarif INA-CBGs yang merupakan sejumlah atau besaran pembayaran klaim kepada fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan atas paket layanan yang didasarkan pada penggolongan diagnosis penyakit dan prosedur oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS kesehatan). BPJS kesehatan merupakan suatu badan hukum publik yang dibentuk pemerintah dengan tujuan untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. BPJS ini berperan sebagai pelaksana Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan BPJS 2

3 menerapkan tarif INA-CBGs model pembayaran yang digunakan BPJS kesehatan dalam mengganti klaim yang ditagihkan oleh rumah sakit seperti yang dikutip dari Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013 mengenai Jaminan Kesehatan bahwa pola pembayaran kesehatan di tingkat lanjutan menggunakan sistem pola pembayaran Indonesian - Case Based Groups (INA-CBGs) oleh BPJS Kesehatan. INA-CBGs adalah sistem pembayaran dengan sistem paket berdasarkan jenis penyakit yang diderita pasien. Rumah sakit akan mendapatkan pembayaran berdasarkan penghitungan tarif INA-CBGs yang merupakan rata-rata biaya yang dihabiskan untuk sekelompok diagnosis. Misalnya, seorang pasien yang menderita malaria, dalam sistem INA-CBG telah diperhitungkan layanan apa saja yang diterima pasien dari pengobatan sampai dinyatakan sembuh. Sistem pembayaran dengan INA-CBGs yang digunakan Jaminan Kesehatan Nasional diperkirakan tidak merugikan rumah sakit karena sebagian besar tarifnya diatas standar. Namun, terdapat beberapa tarif yang lebih rendah sehingga rumah sakit harus lebih bijaksana dalam mengelola keuangan khususnya dengan pola INA-CBGs karena ada kemungkinan jika terdapat tindakan yang ternyata menghabiskan cost yang tidak efektif. Hal tersebut bisa menimbulkan risiko dimana rumah sakit pemerintah yang bersifat non-profit oriented diminta optimal dalam memberikan pelayanan kesehatan namun tetap dengan biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Pada tanggal 6 Oktober 2014, Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RS UGM) dilaksanakan penandatanganan kerjasama antara UGM dan BPJS Kesehatan sehingga secara resmi RS UGM telah menjalin kerjasama dengan BPJS kesehatan. Oleh karena itu, rumah sakit harus memperhitungkan biaya 3

4 secara tepat agar dapat mengatasi risiko tersebut sehingga rumah sakit tetap dapat menjalankan operasi kegiatannya dan melayani masyarakat secara terus menerus tanpa ada kendala sumber daya dana. RS UGM menyediakan berbagai layanan kesehatan, salah satunya adalah instalasi radiologi. Radiologi berguna untuk melihat bagian tubuh manusia dengan menggunakan pancaran atau radiasi gelombang, baik gelombang elektromagnetik maupun gelombang mekanik. Terdapat beberapa jenis pemeriksaan di instalasi radiologi dengan berbagai peralatan berbasis teknologi yang kurang diketahui khalayak. Rumah sakit sangat berkaitan dengan unit cost dan tarif yang dibebankan kepada pasien dalam menghitung biaya operasionalnya. Menurut Kemenkes RI No 560/MENKES/SK/IV/2003 mengenai Pola Tarif Perjan Rumah Sakit, penghitungan tarif rumah sakit berdasarkan unit cost per jenis pelayanan dan perawatan. Unit cost adalah besaran biaya satuan per pelayanan yang diberikan dan dihitung sesuai standar akuntansi biaya yang berlaku di rumah sakit. Salah satu rumah sakit pemerintah di Yogyakarta yang menerapkan unit cost dalam penentuan tarif adalah RS UGM. RS UGM didirikan pada tanggal 4 Januari 2010 yang awalnya bernama Hospital Akademik. Tujuan didirikannya RS UGM ini untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat sekaligus sebagai sarana pendidikan bagi calon dokter dan calon dokter spesialis. Penghitungan tarif dalam RS UGM juga disesuaikan dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Menghitung unit cost per pemeriksaan yang diberikan merupakan hal yang penting untuk ditelusuri, selain sebagai acuan penentuan tarif, juga sebagai pedoman pengambilan keputusan dalam menentukan strtategi keuangan rumah sakit. Selain itu, analisis unit cost dapat digunakan sebagai 4

5 pedoman dalam menyusun anggaran dan subsidi, serta sebagai dasar dalam menentukan tarif pelayanan rumah sakit yang terjangkau bagi masyarakat. Penghitungan unit cost juga dapat diperoleh informasi apakah subsidi silang, yaitu masyarakat kalangan atas telah menyubsidi masyarakat yang berkemampuan ekonomi rendah, secara tepat dalam menentukan tarif yang dibebankan sesuai prinsip gotong royong atau belum. Salah satu layanan RS UGM kepada masyarakat dalam bentuk layanan radiologi. Instalasi radiologi terdiri dari berbagai jenis pemeriksaan, diantaranya Thorax, Ektremitas Inferior, Columna Vertebralis, Ektremitas Superior, Abdomen, Sacrum, Oranium, Kontras, Ultrasonografi, Bone Mass Densitometri, Ultrasonografi Doopler, dan Pemeriksaan MCU. Tarif instalasi radiologi ini hasil penambahan dari tarif jasa sarana dan jasa pelayanan. Metode penghitungan yang diterapkan RS UGM dalam menentukan besaran tarif saat ini adalah dengan menggunakan biaya sesungguhnya (actual cost). Tarif tersebut juga ditentukan dengan mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat. Menghitung unit cost dari setiap pemeriksaan sangat perlu dilakukan RS UGM untuk mengetahui apakah tarif yang dibebankan sudah akurat. Pada tarif tersebut dikhawatirkan adanya pembebanan biaya yang terlalu tinggi atau terlalu rendah pada setiap jenis pemeriksaan. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara, penulis mendapatkan informasi bahwa pelayanan RS UGM termasuk radiologi menggunakan sistem pembayaran yang ditetapkan BPJS Kesehatan sehingga RS UGM mendapat penggantian klaim dari BPJS Kesehatan namun dengan nominal yang telah ditetapkan dalam sistem INA-CBGs yang diperkirakan tidak merugikan rumah sakit. Namun pada kenyataannya, RS UGM lebih sering 5

6 mengalami kerugian dan harus menutupi biaya pasien. Akan tetapi, hingga saat ini RS UGM masih berjalan dan tetap memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas pada pasiennya mengingat RS UGM merupakan rumah sakit publik yang lebih mengutamakan penyediaan pelayanan jasa yang bekualitas dengan harga yang terjangkau bagi pasien daripada mengejar profit sehingga RS UGM diharuskan bijaksana dan teliti dalam menentukan tarif rumah sakit dengan menggunakan metode penghitungan yang tepat agar RS UGM masih tetap menjalankan operasinya dan memberikan pelayanan kesehatan secara optimal. Maka dari itu, dibutuhkan pembanding mengenai unit cost yang berlaku di RS UGM dengan metode penghitungan lainnya. Dalam menghitung biaya, terdapat dua sistem yang sering digunakan oleh organisasi, yakni sistem tradisional dan sistem ABC (Mulyadi, 2014). Namun, sistem tradisional memiliki kelemahan dalam menghitung biaya. Kelemahan tersebut diantaranya adalah distorsi biaya. Distorsi biaya disebabkan adanya ketidaktepatan dalam pembebanan biaya sehingga terjadilah kesalahan dalam menentukan biaya, perencanaan, pengendalian, dan pembuatan keputusan. Akan tetapi, kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional tersebut dapat diatasi dengan menggunakan metode penghitungan ABC. Penghitungan dengan menggunakan metode ABC ini akan menyediakan informasi yang rinci mengenai sumber daya yang telah digunakan pada setiap aktivitas yang dilakukan dalam menghasilkan sebuah produk atau jasa. Oleh karena itu, peneliti tertarik dalam melakukan analisis penghitungan unit cost di instalasi radiologi dengan menggunakan metode ABC. Metode ini dapat menyajikan informasi biaya yang lebih akurat berdasarkan aktivitas yang dilakukan. 6

7 1.2 Rumusan Masalah Peneliti akan membahas mengenai analisis penghitungan unit cost pada instalasi radiologi menggunakan metode ABC di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada. Rumusan masalah tersebut adalah : a. Berapa biaya satuan (unit cost) pada instalasi radiologi berdasarkan activity based costing? b. Berapa selisih unit cost pada instalasi radiologi berdasarkan activity based costing dengan unit cost yang berlaku di RS UGM? 1.3 Tujuan Penelitian Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung unit cost di instalasi radiologi. Secara spesifik, penelitian ini bertujuan untuk: a. Menghitung biaya satuan yang dikeluarkan pada instalasi radiologi berdasarkan jenis layanan pemeriksaan menurut activity based costing. b. Membandingkan dan menganalisis unit cost pada instalasi radiologi berdasarkan activity based costing dengan unit cost yang berlaku di rumah sakit sesuai dengan jenis pemeriksaannya. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: a. Menyediakan informasi unit cost instalasi radiologi RS UGM berdasarkan metode activity based costing dan dapat digunakan sebagai salah satu pengambilan keputusan strategi bisnis. b. Sebagai pembanding biaya bagi RS UGM mengenai unit cost antara metode activity based costing dengan unit cost yang berlaku di RS UGM saat ini khususnya di instalasi radiologi yang dapat digunakan sebagai 7

8 bahan pertimbangan dalam memperhitungkan besaran tarif layanan selanjutnya yang lebih tepat. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Peneliti membatasi penelitian ini pada penentuan unit cost di instalasi pemeriksaan radiologi Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada. Informasi yang digunakan berupa informasi keuangan periode Sistematika Penulisan Dalam penulisan penelitian ini, penulis membaginya ke dalam beberapa bab. Bab tersebut mencakup : I. PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang latar belakang permasalahan yaitu mengenai penghitungan biaya satuan (unit cost) di rumah sakit. Selain itu, bagian ini membahas mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, serta sistematika penulisan. II. LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang landasan teori serta referensi yang menjadi dasar dan penunjang dalam penelitian. III. METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang bagaimana penelitian dilakukan, metode penelitian, dan cara mengumpulkan data. IV. PEMBAHASAN Bab ini memaparkan hasil analisis dari data-data yang telah dikumpulkan sebelumnya. Analisis yang dilakukan dilihat dari metode activity based costing. 8

9 V. PENUTUP Bab ini memaparkan kesimpulan dan saran dari penelitian ini. 9