RAHADIAN ALIF RACHMAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RAHADIAN ALIF RACHMAN"

Transkripsi

1 SISTEM PENGELOLAAN DAN KONTRIBUSI KEBUN CAMPURAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI DESA SUKADAMAI, KECAMATAN CICANTAYAN, KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT RAHADIAN ALIF RACHMAN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 ABSTRAK Rahadian Alif Rachman. E Sistem Pengelolaan dan Kontribusi Kebun Campuran terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa barat. Dibawah bimbingan Dr.Ir.Iin Ichwandi, MSc.F.Trop dan Soni Trison, S.Hut.MSi. Agroforestry adalah salah satu bentuk hutan rakyat yang merupakan kombinasi antara kehutanan dengan usaha tani secara terpadu dan merupakan nama kolektif untuk sistem penggunaan lahan dan teknologi, dimana tanaman keras berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis palem, bambu, dan sebagainya) ditanam bersamaan dengan tanaman pertanian atau hewan untuk suatu tujuan tertentu. Kebun campuran merupakan salah satu bentuk agroforestry yang dilakukan masyarakat secara tradisional yang dibagi menjadi homegarden dan garden (pekarangan dan tegalan). Pengelolaan kebun campuran banyak dilakukan masyarakat desa sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) dengan jenis tanaman yang diusahakan yaitu tanaman kayu, buah, dan pertanian. Minimnya potensi kayu yang terdapat di sekitar dapat menimbulkan tekanan terhadap kelestarian HPGW. Identifikasi sistem pengelolaan serta kontribusi pendapatan rumah tangga perlu dilakukan sebagai bahan pertimbangan kebijakan yang diambil dalam usaha pemberdayaan masyarakat sekitar HPGW. Penelitian dilaksanakan di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat pada bulan April sampai Mei tahun 2009 dengan unit contoh dibagi menjadi dua, yaitu petani (35 jiwa) dan kebun campuran (4 plot) yang dikelompokan menurut luas kebun campuran yang dimiliki. Data diolah dan dianalisis menggunakan metode kualitatif (pengumpulan data, mengelompokkan, dan identifikasi karakteristik responden dan kebun campuran) dan metode kuantitatif (perhitungan jumlah tanaman dan kontribusi pendapatan). Informasi yang diperoleh selanjutnya dikelompokan dan disajikan dalam bentuk tabulasi angka dan gambar sesuai hasil yang diperoleh. Berdasarkan hasil penelitian diketahui faktor petani mengelola kebun campuran yaitu faktor budaya (31 %), ekonomi (60 %), teknik pengelolaan (6 %), dan ekologi (3 %). Tahapan kegiatan pengelolaan kebun campuran yaitu pemilihan jenis tanaman; pengolahan tanah (penyiangan dan pendangiran); pengadaan benih dan bibit; penanaman; pemeliharaan (pembersihan lahan, pemupukan, dan pemberantasan hama/penyakit); pemanenan; dan pemasaran. Kontribusi kebun campuran terhadap pendapatan rumah tangga yaitu sebesar Rp /tahun (60,6 %) dengan pendapatan dari jenis tanaman kayu sebesar Rp /tahun (16,3 %). Permasalahan utama yang dihadapi petani dalam kegiatan pengelolaan kebun campuran adalah modal (70 %), pembentukan organisasi/lembaga (23 %), keamanan (6 %), dan hama dan penyakit (1%). Perlu dilakukan pembentukan lembaga (kelompok tani/koperasi) oleh pihak berwenang dan penelitian lebih lanjut mengenai strategi pengembangan untuk meningkatkan pendapatan dari jenis tanaman kayu. Kata kunci : Kontibusi pendapatan, kebun campuran, Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW).

3 ABSTRACK Rahadian Alif Rachman. E Management System and Mixed Orchard Contribution Towards Farmers Income at Sukadamai Village, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, West Java. Under supervision Dr.Ir.Iin Ichwandi, MSc.F.Trop and Soni Trison, S.Hut.MSi. INTRODUCTION.Agroforestry is one of community forest design which is combining forestry and agriculture sector in a solid management. Agroforestry also the name that stands for land use system and technology where solid wood plant (trees, perdu, palm-trees, bamboo, etc) planting together with agriculture crops or animals for distinctive goals. Mixed planting is one of agroforestry construction that traditionally implement by society that also can divided into homegarden and garden. Mixed orchard management that organized by society around Gunung Walat Educational Forest (HPGW) including solid wood plants, fruits plants and agriculture crops. Wood potency with minimum quantity is belief will be a leading factor towards forest sustainability in HPGW. Management system identification and income contribution of farmers from mixed orchard need to ensure as strong consideration from policy that will be taken in order to establish society empowerment around HPGW. METHOD.Research is taken place at Sukadamai Village, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, West Java on April through Mai 2009 with two different plot samplings, which is farmers (35 people) and mixed orchard (4 plots) which grouped according to spacious of mixed orchard. Data is analyzed with qualitative method (data gathering, grouping, farmer s characteristic identification and income contribution). After that, data is grouped and presented in a tabulation of numbers and images based on gathered data information. RESULTS.According to the research result, custom is the factors for farmers to manage their mixed orchards (31 %), technique of management (6 %), economy (60 %) and ecology (3 %). Mixed orchard management that farmers accomplished are; land management (weeding and land fertilizing); seed foundation; planting; breeding (land cleaning, fertilizing and cleaning of pest/disease); cutting; and marketing. The contribution of mixed orchard is Rp /year (60,6 %) with the income of solid wood plant is Rp /year (16,3 %). The capital problems of mixed orchard management in Sukadamai Village are economy (70 %), establishment the organization (23 %), security (6 %), and pest/disease attack (1 %). CONCLUSIONS.Organization establishment and forwarding research about strategy to improving farmer s wood income in Sukadamai Village. Keywords: Income contribution, mixed orchard, Gunung Walat Educational Forest (HPGW).

4 i RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 16 Juni 1986 dari pasangan Ir. Latief Mahir Rachman, MSc. MBA. Phd, dan Ina Roslina, SE. Penulis merupakan putra pertama dari lima bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 3 Bogor dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) pada Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti organisasi formal maupun nonformal. Pada tahun penulis aktif mengikuti organisasi Forest Management Student Club di Departemen Media Komunikasi dan Hubungan Luar. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Sistem Pengelolaan dan Kontribusi Kebun Campuran terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat yang dibimbing oleh Dr. Ir. Iin Ichwandi, M.Sc.F.Trop dan Soni Trison, S.Hut M.Si.

5 ii KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, atas segala limpahan rahmat-nya yang memberikan kemudahan kepada penulis, sehingga skripsi dengan judul SISTEM PENGELOLAAN DAN KONTRIBUSI KEBUN CAMPURAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI DESA SUKADAMAI, KECAMATAN CICANTAYAN, KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah membentu memberikan bimbingan, bantuan, dukungan, dan doa sehingga pehulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Sebagai bentuk rasa syukur kepa Allah SWT, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ayah dan Mama tersayang yang telah mencurahkan kasih sayang, doa yang tulus, dukungan moril dan materil. Serta adik-adikku Chia, Ridha, Acit, Izal yang selalu memberikan semangat dan keceriaan dalam hidup. 2. Dr. Ir. Iin Ichwandi, M.Sc.F.Trop dan Soni Trison, S,Hut.M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi, saran serta waktu yang sangat berharga kepada penulis. 3. Prof.Dr.Ir. Fauzi Febrianto, MS dan Dr.Ir. Burhanuddin Masyoed, MS selaku dosen penguji dalam ujian komprehensif. 4. Dosen-dosen Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga kepada penulis. 5. Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala-kepala Urusan, dan staff Desa Sukadamai atas kesediaannya meluangkan waktu dan memberikan informasi kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian. 6. Farah Amanda, terima kasih banyak atas dukungan, motivasi, dan doa. 7. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satupersatu.

6 iii Seperti pepatah mengatakan tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Apabila dalam tulisan ini terdapat terdapat banyak kekurangan pada hakekatnya itu merupakan pantulan dari kekurangan penulis, namun jika sekiranya terdapat butir-butir yang berguna bagi pengembangan ilmu lebih lanjut maka hal ini tidak lain hasil dari bimbingan dan pengarahan dosen pembimbing dan pihak-pihak yang membantu. Namun demikian penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Amin... Bogor, September 2009 Rahadian Alif Rachman

7 iv DAFTAR ISI Hal DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Kerangka Pemikiran Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agroforestry Definisi Agroforestry Ciri-ciri Agroforestry Unsur-unsur Agroforestry Jenis-jenis Agroforestry Kebun Campuran Sistem Pengelolaan Kebun Campuran Manfaat Kebun Campuran Kontribusi Kebun Campuran terhadap Pendapatan Rumah Tangga Faktor Sistem Pengelolaan yang Berpengaruh terhadap Pendapatan Rumah Tangga Input-input Produksi Sistem Pengelolaan Kebun Campuran Penelitian-penelitian Terdahulu BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Batasan Operasional Penelitian... 14

8 v 3.4. Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Contoh Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis Kuantitatif BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Tempat Penelitian Letak Administratif Wilayah Topografi dan Iklim Luas Wilayah dan Pola Penggunaan Lahan Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Karakteristik Responden Sistem Pengelolaan Kebun Campuran Latar Belakang Kegiatan Pengelolaan Tahapan Kegiatan Pengelolaan Pemilihan Jenis Tanaman Pengolahan Tanah Pengadaan Benih dan Bibit Penanaman Pemeliharaan Tanaman Pemanenan Hasil Pemasaran Hasil Kontribusi Pendapatan Kebun Campuran Biaya Pengelolaan Kebun Campuran Pendapatan Kebun Campuran Rumah Tangga Biaya Total Rumah Tangga Pendapatan Rumah Tangga Permasalahan Pengelolaan Kebun Campuran... 47

9 vi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran

10 vii DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Jenis data, sumber data dan teknik pengambilan data Jumlah responden tiap kategori luas kebun campuran Luas dan persentase penggunaan lahan di Desa Sukadamai Jumlah dan persentase penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Sukadamai Jumlah dan persentase penduduk menurut jenis pekerjaan pokok di Desa Sukadamai Jumlah dan persentase responden menurut kelompok jenis umur Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan pokok Latar belakang responden melakukan kegiatan pengelolaan kebun campuran Latar belakang responden dalam memilih jenis tanaman Rata-rata jumlah jenis tanaman menurut kategori luas kebun campuran Asal benih dan bibit berbagai jenis tanaman kebun campuran Jumlah pohon/ha jenis tanaman kayu dan tanaman buah berbagai kategori luas kebun campuran Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan responden pada berbagai jenis tanaman kebun campuran Biaya pengelolaan kebun campuran rata-rata menurut kategori luas kebun campuran dan jenis biaya Pendapatan total kebun campuran rata-rata menurut kategori luas kebun campuran dan jenis pendapatan Pendapatan bersih kebun campuran rata-rata berbagai kategori luas kebun campuran Biaya total rumah tangga rata-rata menurut luas kebun campuran dan jenis pengeluaran Pendapatan total rumah tangga rata-rata menurut luas kebun campuran dan sumber pendapatan Pendapatan bersih rata-rata menurut kategori luas kebun campuran Permasalahan utama pengelolaan kebun campuran responden... 48

11 viii DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Diagram alir kerangka pemikiran penelitian Plot contoh penelitian Peta Desa Sukadamai Berbagai jenis tanaman kebun campuran responden Pola penanaman kebun campuran Pembagian strata tajuk kebun campuran Saluran pemasaran hasil kebun campuran... 38

12 ix DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil rekap kuisioner dan kepemilikan lahan responden Lampiran 2. Profil vertikal berbagai kategori luas kebun campuran Lampiran 3. Harga pupuk dan obat-obatan kebun campuran di Desa Sukadamai Lampiran 4 Harga jual rata-rata berbagai komoditas hasil kebun campuran Lampiran 5 Pendapatan, pengeluaran, dan pendapatan bersih responden

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agroforestry adalah salah satu bentuk hutan rakyat yang merupakan kombinasi antara kehutanan dengan usaha tani secara terpadu. Agroforestry merupakan suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan dan teknologi, dimana tanaman keras berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis palem, bambu, dan sebagainya) ditanam bersamaan dengan tanaman pertanian atau hewan untuk suatu tujuan tertentu. Salah satu bentuk agroforestry yang banyak dilakukan masyarakat desa pada lahan milik di wilayah sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) adalah kebun campuran. Kebun campuran merupakan salah satu bentuk agroforestry yang dilakukan masyarakat desa secara tradisional yang dapat dibagi menjadi homegarden dan garden (pekarangan dan tegalan). Foresta et al. (2000) menyatakan bahwa agroforestry dalam bentuk kebun merupakan sumber inspirasi dan model yang sangat menarik untuk pengembangan pola kehutanan dan pertanian berkelanjutan yang memadukan manfaat ekonomi, perlindungan kesuburan tanah, dan pelestarian keanekaragaman hayati. Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang terletak di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat dibangun sejak tahun 1950an dan dikelola Fakultas Kehutanan IPB sejak tahun 1970an telah berhasil menjadikan areal berhutan yang memberikan banyak manfaat. HPGW yang terletak di Desa Hegarmanah secara langsung berbatasan dengan beberapa desa seperti Desa Cicantayan, Desa Sukadamai, Desa Sekarwangi, Desa Batununggal, dan Desa Sukamulya. Sebagai sistem produksi skala kecil, pengelolaan kebun campuran dilakukan juga oleh masyarakat desa sekitar HPGW yang dijadikan sumber pendapatan dan menyediakan berbagai kebutuhan, yaitu kebutuhan nutrisi (sayur-sayuran dan buah-buahan), tanaman obat-obatan, bahan baku untuk perumahan dan pagar, serta kayu bakar. Minimnya potensi kayu yang terdapat di daerah sekitar HPGW karena sedikitnya jumlah

14 2 tanaman kayu yang diusahakan masyarakat desa sekitar menimbulkan tekanan terhadap HPGW. Pencurian dan perambahan yang dilakukan masyarakat desa sekitar HPGW dalam skala kecil maupun besar secara langsung dapat mengancam kelestarian HPGW. Desa Sukadamai yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu desa yang berada di sekitar HPGW. Seluas 281,325 ha wilayah Desa Sukadamai merupakan wilayah kebun milik masyarakat. Sistem pengelolaan kebun campuran dilakukan oleh sebagian besar masyarakat desa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Identifikasi sistem pengelolaan kebun campuran serta besarnya kontribusi yang diberikan terhadap pendapatan rumah tangga perlu dilakukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan dalam usaha pemberdayaan masyarakat desa sekitar HPGW agar optimalisasi lahan dapat dilakukan sehingga tekanan terhadap HPGW dapat berkurang Perumusan Masalah Pengelolaan kebun campuran yang dilakukan oleh petani di Desa Sukadamai termasuk ke dalam pola agroforestry dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sumber pendapatan, baik sumber pendapatan utama maupun sebagai pendapatan tambahan. Hasil yang diperoleh dari kebun campuran dapat berupa kayu, buah-buahan dan hasil pertanian lainnya. Kajian mengenai sistem pengelolaan dan kontribusi kebun campuran terhadap pendapatan rumah tangga masyarakat dibutuhkan guna mengkaji bagaimana sistem pengelolaan kebun campuran yang dilakukan dan seberapa besar kontribusinya terhadap pemenuhan kebutuhan petani pengelola kebun campuran. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana sistem pengelolaan dilakukan dan permasalahan yang terjadi dalam usaha pengelolaan kebun campuran yang dilakukan petani? 2. Besarnya kontribusi pendapatan dari kegiatan pengelolaan kebun campuran terhadap pendapatan rumah tangga petani?

15 Kerangka Pemikiran Kegiatan pengelolaan kebun campuran merupakan salah satu bentuk pola agroforestry yang dilakukan masyarakat sebagai sumber pendapatan dan pemenuhan kebutuhan, baik kebutuhan yang bersifat jangka pendek maupun kebutuhan yang bersifat jangka panjang. Pengambilan hasil dilakukan masyarakat dari kebun campuran yang mereka miliki dapat berupa kayu, buah-buahan dan hasil pertanian lainnya. Hasil kayu yang diperoleh dapat berupa kayu gelondongan sebagai bahan bangunan maupun kayu bakar sebagai bahan bakar. Studi mengenai sistem pengelolaan kebun campuran dan kontribusinya terhadap pendapatan perlu dilakukan guna mengetahui lebih jauh mengenai kegiatan pengelolaan kebun campuran yang dilakukan sebagai alat pemenuhan kebutuhan. Analisis sistem pengelolaan dilakukan untuk memberikan informasi mengenai bagaimana sistem pengelolaan kebun campuran dan permasalahan yang terjadi, meliputi tahapan kegiatan pengelolaan yang dilakukan petani. Sedangkan analisis kontribusi pendapatan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pendapatan yang berasal dari kebun campuran terhadap pendapatan total rumah tangga petani hutan rakyat di Desa Sukadamai. Pengelolaan dan Pemanfaatan Lahan Kebun Campuran Analisis Sistem Pengelolaan Tanaman Kayu Tanaman Buah Tanaman Pertanian Rumah Tangga Petani Analisis Kontribusi Pendapatan Gambar 1 Diagram alir kerangka pemikiran penelitian.

16 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian mengenai Sistem Pengelolaan dan Kontribusi Kebun Campuran terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat antara lain: 1. Identifikasi sistem pengelolaan kebun campuran dan permasalahan yang terjadi dalam kegiatan pengelolaan kebun campuran yang dilakukan petani di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. 2. Analisis kontribusi pendapatan kebun campuran terhadap pendapatan rumah tangga petani yang meliputi sumber-sumber pendapatan, pendapatan total yang diperoleh, biaya total yang dikeluarkan, dan pendapatan bersih petani Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan dan kontribusi kebun campuran terhadap pendapatan rumah tangga petani dalam usaha pemenuhan kebutuhan sesuai dengan keberadaan dan prinsip kelestarian hutan untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dalam kebijakan yang diambil pihak-pihak terkait dalam usaha pemberdayaan masyarakat desa sekitar HPGW melalui optimalisasi lahan.

17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agroforestry Definisi Agroforestry Agroforestry adalah suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan teknologi, dimana tanaman keras berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis palem, bambu, dsb) ditanam bersamaan dengan tanaman pertanian, dan/atau hewan, dengan suatu tujuan tertentu dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau urutan temporal, dan di dalamnya terdapat interaksi-interaksi ekologi dan ekonomi diantara berbagai komponen yang bersangkutan (Nair 1993). Menurut Satjapradja (1981) agroforestry adalah suatu sistem penggunaan lahan yang merupakan perpaduan kegiatan kehutanan, pertanian, peternakan dan/atau perikanan, ke arah usaha tani terpadu sehingga tercapai optimalisasi dan diversifikasi penggunaan lahan. Pengembangan sistem agroforestry diharapkan dapat memecahkan masalah penggunaan lahan seperti kebutuhan manusia yang beraneka macam diantaranya pangan, sandang, papan, obat-obatan, kayu dan lingkungan hidup yang sehat dapat terpenuhi Andayani (2002) mengatakan bahwa agroforestry merupakan salah satu bentuk pola tanam ganda diversifikasi jenis, dapat terdiri atas kombinasi jenis tanaman yang termasuk dalam kategori tanaman semusim dan tanaman tahunan/keras. Agroforestry sebagai suatu sistem usaha tani diduga dapat memberikan manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan Ciri-ciri Agroforestry Beberapa ciri penting agroforestry yang dikemukakan dalam Hairiah et al. (2003) yaitu : a. Agroforestry biasanya tersusun dari dua jenis tanaman atau lebih (tanaman dan/atau hewan). Paling tidak satu diantaranya tanaman berkayu. b. Siklus sistem agroforestry selalu lebih dari satu tahun.

18 6 c. Ada interaksi (ekonomi dan ekologi) antara tanaman berkayu dengan tanaman tidak berkayu. d. Selalu memiliki dua macam produk atau lebih (multi product), misalnya pakan ternak, kayu bakar, buah-buahan, dan obat-obatan. e. Minimal memiliki satu fungsi pelayanan jasa (service function), misalnya pelindung angin, penaung, penyubur tanah, peneduh sehingga dijadikan pusat berkumpulnya keluarga/masyarakat. f. Untuk sistem pertanian masukan rendah di daerah tropis, agroforestry tergantung pada penggunaan dan manipulasi biomassa tanaman terutama dengan mengoptimalkan penggunaan sisa panen. g. Sistem agroforestry yang paling sederhana pun secara biologis (struktur dan fungsi) maupun ekonomis jauh lebih kompleks dibandingkan sistem budidaya monokultur Unsur-unsur Agroforestry Sistem-sistem agroforestry dipandang dari segi ekologi dan ekonomi lebih kompleks daripada sistem-sistem monokultur. Suatu sistem agroforestry produksinya selalu beraneka ragam, yang saling bergantung satu sama lainnya. Sekurang-kurangnya satu komponen merupakan tanaman keras berkayu, sehingga siklusnya selalu lebih dari satu tahun. Sistem agroforestry juga bersifat lokal, karena harus cocok dengan kondisi-kondisi ekologi dan sosial ekonomi setempat (Kartasubrata 1991). Unsur-unsur dalam agroforestry yang dikemukakan oleh Hairiah et al. (2003) adalah : a. Penggunaan lahan atau sistem penggunaan oleh manusia. b. Penerapan teknologi. c. Komponen tanaman semusim, tanaman tahunan, dan/atau ternak atau hewan. d. Waktu bisa bersamaan atau bergiliran dalam suatu periode tertentu. e. Ada interaksi ekologi, ekonomi, dan sosial.

19 Jenis-jenis Agroforestry Sistem agroforestry di Indonesia menurut Foresta dan Michon (1991) dalam Foresta et al. (2000) terbagi menjadi dua macam yaitu sistem agroforestry sederhana dan sistem agroforestry kompleks. Sistem agroforestry sederhana adalah perpaduan-perpaduan konvensional yang terdiri atas sejumlah kecil unsur, menggambarkan apa yang kini dikenal dengan skema agroforestry klasik. Contoh yang paling sering ditemui yaitu sistem tumpangsari antara jati dengan palawija. Sedangkan sistem agroforestry kompleks merupakan sistem-sistem yang terdiri dari sejumlah besar unsur pepohonan, perdu, tanaman musiman dan atau rumput. Penampakan fisik dan dinamika di dalamnya mirip dengan ekosistem hutan alam primer atau sekunder. Contohnya adalah kebun pepohonan campuran, hutan buatan atau hutan rakyat, dan aneka kebun pekarangan. Satjapradja (1981) dalam rangka diversifikasi dan optimalisasi penggunaan lahan, terdapat berbagai bentuk agroforestry yang dalam pelaksanaannya perlu disesuaikan dengan keadaan fisik-ekologis dan sosial ekonomis setempat. Paling sedikit ada lima jenis agroforestry yang masingmasing dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Agrisilvikultur Agrisilvikultur adalah salah satu bentuk agroforestry tradisional yang merupakan campuran kegiatan kehutanan dan pertanian. Di Perhutani salah satu bentuk dan sistem ini lebih dikenal dengan nama tumpangsari, suatu cara pengelolaan tanah dimana para petani dapat mengusahakan lahan kehutanan dengan jenis tanaman pangan seperti padi, jagung, kayu, kol, dan kentang, di samping tanaman pokok kehutanan seperti jati, pinus, dan rasamala. b. Silvopastural Silvopastural adalah salah satu bentuk agroforestry yang merupakan campuran kegiatan kehutanan dan peternakan, dimana di bawah tegakan hutan seperti Agathis sp., Pinus sp., dan Paraserienthes sp. ditanami rumput-rumputan dan hijauan makanan ternak lainnya secara bersamasama, tanpa merusak tegakan hutan. Bentuk silvopastural ini cocok

20 8 dikembangkan di daerah peternakan dan padang penggembalaan jadi masalah. c. Silvofishery Silvofishery adalah salah satu jenis agroforestry yang merupakan campuran kegiatan kehutanan daerah pantai atau hutan payau dengan usaha perikanan. Beberapa pola penggunaan lahan yang termasuk sistem silvofishery antara lain pembuatan tambak yang memelihara udang dan ikan di hutan payau sekaligus menghutankan kembali dan merehabilitasi hutan payau. d. Agrosilvopastural Agrosilvipastural adalah salah satu jenis agroforestry yang merupakan campuran kegiatan kehutanan, pertanian, dan peternakan dalam suatu lahan secara bersamaan. Dalam lahan tersebut terdapat tanaman berkayu beserta jenis tanaman pertanian lain dan rumput-rumputan atau hijauan sebagai bahan makanan ternak. e. Agrosilvofishery Agrosilvofishery adalah salah satu jenis agroforestry yang merupakan campuran kegiatan kehutanan, pertanian, dan usaha perikanan Kebun Campuran Sistem Pengelolaan Kebun Campuran Menurut salah satu penelitian LP IPB (1990) mengemukakan bahwa sistem pengelolaan kebun campuran, hutan rakyat maupun lahan hak milik masyarakat pada dasarnya bertolak dari tiga sub sistem yang saling berkaitan yaitu sub sistem produksi, sub sistem pengelolaan hasil dan sub sistem pemasaran. Kebun campuran merupakan sebuah perubahan dari konsep lahan pertanian menjadi sebuah hutan atau kebun, namun dalam hal ini merupakan hutan hak milik. Hutan hak milik dalam pengertian menurut peraturan perundang-undangan (UU No. 41 tahun 1999), adalah hutan yang tumbuh di atas tanah dan dibebani hak milik. Definisi ini diberikan untuk membedakannya dari hutan negara, yaitu hutan yang tumbuh di atas tanah yang tidak dibebani hak milik atau tanah negara.

21 9 Michon, Mary dan Bompard (1986) dalam Foresta et al. mengemukakan bahwa dalam mengelola kebun para petani sesungguhnya menerapkan praktik pertanian (menanam, menyiangi, memupuk dan memanen) dan berusaha mengintegrasikan proses alami bahan organik, perputaran unsur hara, dan regenerasi vegetasi. Faktor penentu utama dalam pengelolaan kebun adalah interaksi fungsional antar tanaman, antara tanaman dan tanah, dan antara siklus biologi masing-masing tanaman. Sistem kebun pekarangan di Pulau Jawa merupakan contoh pengelolaan lahan yang berasal dari daerah tropika. Sebagaimana kebun pekarangan lain di dunia, pekarangan di Pulau Jawa tetap bertahan sampai masa ini sebagai sistem produksi skala kecil yang memadukan berbagai fungsi ekologi, ekonomi dan sosial. Kebun-kebun tradisional menghasilkan dan berkembang secara alami, dan hanya memerlukan perawatan minimal. Praktik pengelolaannya sederhana, dan hampir-hampir tidak mengganggu proses-proses alami. Petani mengarahkan proses produksi semata-mata hanya untuk kebutuhan sendiri (buah atau kayu). Pengelolaan kebun tradisional tidak secara langsung memberikan perlakukan semaian dan pohon, yaitu pemangkasan pohon untuk meningkatkan hasil buah, pemilihan anakan pohon, penjarangan kanopi agar cahaya matahari masuk atau penyiangan tumbuhan bawah secara selektif untuk merangsang tumbuhnya spesies yang berharga (Michon dan Mary 1994 dalam Foresta et al.) Manfaat Kebun Campuran Sudiyono (1994) mengemukakan bahwa walaupun hutan hak seperti hutan rakyat dan kebun campuran di Indonesia hanya merupakan sebagian kecil dari luasan total hutan, namun tetap penting karena selain fungsinya untuk perlindungan tata air pada lahan-lahan masyarakat, juga penting bagi pemiliknya sebagai sumber penghasil kayu maupun sumber pendapatan rumah tangga, disamping hasil-hasil lain seperti buah-buahan, daun, kulit kayu, biji dan sebagainya. Salah satu penelitian Michon dan Mary (1994) dalam Foresta et al. di Cibitung, Jawa Barat mengungkapkan bahwa kebun pekarangan campuran masyarakat secara komersil dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sebesar

22 % dari pendapatan total tahunan melalui produksi buah komersil seperti durian, petai dan juga produksi tanaman ekspor seperti cengkeh, pala, dan kopi. Nurhayati (2005) mengemukakan bahwa manfaat kebun campuran yang dirasakan banyak sekali, terutama dapat menambah pendapatan petani. Pola penanaman dengan sistem kebun campuran yang dilakukan dapat berperan sebagai pelindung tanaman lain, sebagai pakan ternak, dapat memperkuat tanah, sehingga tidak terjadi longsor, hasil pemangkasan dari tanaman pelindung (tajuk tinggi) maupun daun-daun yang berguguran juga dapat menyuburkan tanah bila sudah membusuk dan dapat mengurangi intensitas kegiatan penyiangan yang dilakukan karena penutupan tajuk relatif rapat. Masyarakat juga memanfaatkan pekarangan yang ada untuk budidaya sayuran dan beberapa tanaman obat yang juga bermanfaat sebagai bahan makanan dan bumbu masak Kontribusi Kebun Campuran Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Hernanto (1991) mengemukakan bahwa salah satu cara dalam menentukan ukuran pendapatan petani adalah jumlah penerimaan penjualan hasil ditambah penerimaan yang diperhitungkan dengan kenaikan nilai inventaris, dikurangi dengan pengeluaran tunai dan pengeluaran yang diperhitungkan termasuk bunga modal. Pendapatan rumah tangga petani dapat berasal dari pendapatan usaha tani dan pendapatan non-usaha tani. Menurut salah satu penelitian LP IPB (1990) mengenai hutan rakyat, menerangkan bahwa pada dasarnya pengelolaan hutan rakyat merupakan upaya menyeluruh dari kegiatan-kegiatan merencanakan, membina, mengembangkan dan menilai serta mengawasi pelaksanaan kegiatan produksi, pengolahan hasil dan pemasaran secara terencana dan berkesinambungan. Tujuan akhir dari pengelolaan hutan rakyat ini adalah peningkatan peran kayu rakyat terhadap peningkatan pendapatan pemilik atau pengusahanya secara terus-menerus selama daur Faktor Sistem Pengelolaan Kebun Campuran yang Berpengaruh Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Menurut Michon, Mary dan Bompard (1986) dalam Foresta et al. mengemukakan bahwa dalam sistem agroforestry kebun parak di Maninjau,

23 11 Sumatera Barat, hanya tenaga keluarga yang dipakai. Masa paling sibuk dalam pekerjaan yaitu pada musim panen durian, dan pada masa panen kulit manis. Tenaga kerja laki-laki bertugas menebang pohon sementara tenaga kerja perempuan mengupas kulit dan mengeringkannya di desa. Sebagian besar kegiatan pengelolaan agroforestry parak tidak tertentu waktunya dan bila perlu dapat diatur bergiliran. Pengumpulan kayu bakar dan penyiangan biasanya dilakukan oleh perempuan, penanaman oleh laki-laki, sedangkan pemetikan buah-buahan dikerjakan oleh seluruh anggota keluarga. Menebang dan menggergaji kayu dilakukan oleh pekerja khusus yang dibayar dengan barang atau uang tunai. Berdasarkan survei intensif yang dilakukan Suyanto et al. (2001) dalam Otsuka dan Place (2001) di Jambi terhadap para pemilik lahan kayu manis, memperlihatkan bahwa tenaga kerja, terutama tenaga kerja yang berasal dari keluarga, merupakan komponen biaya utama dalam produksi kayu manis. Penggunaan tenaga kerja pada tahun pertama penanaman kayu manis biasanya lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun-tahun berikutnya. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga lebih banyak digunakan pada tiga tahun awal, yang mana tenaga kerja luar keluarga (hired labor) biasanya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan sederhana. Menurut Kasryno (1984), besar kecilnya bagian yang diterima oleh buruh tani dipengaruhi oleh : a. Perkembangan teknologi (yang diukur dengan produktifitas tanah) b. Luas tanah garapan. c. Tingkat pertambahan penduduk. d. Persentase rumah tangga tak bertanah dan petani bertanah sempit. e. Kesempatan kerja di luar sektor pertanian dan perpindahan. f. Tingkat pendapatan rumah tangga.

24 Input-input Produksi Sistem Pengelolaan Kebun Campuran Pengelolaan kebun campuran masyarakat dapat dibagi menjadi empat input produksi, yaitu : a. Pemilihan jenis tanaman Jenis tanaman dapat dipilih berdasarkan kriteria tertentu, misalnya tanaman bersifat intoleran/toleran atau pinir atau sebagainya. Juga dapat menguntungkan baik dari segi ekologi dan ekonomi. Sedangkan dalam pertumbuhannya tanaman tersebut dipengaruhi oleh iklim, kondisi tanah, suhu dan kesesuaian lahan (Jumin 1994). b. Pengolahan tanah Secara umum pengolahan tanah bertujuan untuk menyediakan lahan agar siap tanam dengan meningkatkan kondisi fisik tanah dengan cara merubahnya. Hal ini dilakukan karena tanah merupakan faktor lingkungan yang merupakan sarana hubungan timbal balik dengan tanaman yang tumbuh padanya. Faktor lingkungan tanah meliputi faktor fisik (air, udara, struktur tanah, suhu) dan faktor kimiawi (kemampuan tanah dalam penyediaan nutrisi) (Jumin 1994). c. Pemupukan Pemupukan merupakan kegiatan penambahan energi bentuk kimia ke dalam tanah di sekitar tanaman budidaya agar tanaman dapat tumbuh sebaik dan setinggi mungkin. Terdapat dua jenis pupuk yang biasa digunakan,yaitu pupuk organik dan pupuk buatan. Penambahan pupuk yang mengandung unsur-unsur penting bagi pertumbuhan tanaman hakekatnya ialah menambahkan nutrisi (Soedyanto 1981). d. Pemasaran Produk yang dihasilkan oleh sejumlah besar petani kecil yang tersebar, dikumpulkan, diangkut, disimpan, diolah dan disalurkan melalui berbagai jalur sebelum sampai pada para konsumen yang beraneka ragam tingkat penghasilan, selera dan kesukaannya. Produk-produk itu dihasilkan mengikuti musim, mudah rusak dan bervolume besar. Pemasaran hasilhasil pertanian dapat melalui pemasaran langsung, pedagang dan pertanian kontrak.

25 Penelitian-penelitian Terdahulu Menurut penelitian Riva (1997) yang dilakukan di Kampung Naga, Kecamatan Selawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat menyimpulkan bahwa hasil usaha tani kebun campuran memberikan pendapatan rata-rata bagi petani sebesar Rp /tahun atau sekitar 47,20 % dari pendapatan total petani. Kristiani (2001) melalui penelitiannya menyimpulkan bahwa hasil usaha tani berupa kebun campuran di Desa Jlarem, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah memberikan kontribusi perdapatan terbesar kedua setelah pendapatan lain-lain dengan kontribusi rata-rata pada tahun 2001 yaitu sebesar Rp /tahun atau sekitar 27,92 % dari pendapatan total. Ika dalam penelitiannya di Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat pada tahun 2006 menyimpulkan bahwa kontribusi kebun campuran adalah sebesar Rp /tahun (45,34%) terhadap pendapatan total rumah tangga petani. Kontribusi lainnya berasal dari dari usaha non-tani sebesar Rp /tahun (35,84%), hasil pekarangan sebesar Rp /tahun (18,49 %), sawah sebesar /tahun (9,40 %) dan ternak Rp /tahun (0,93 %). Penelitian mengenai kontribusi kebun campuran juga dilakukan oleh Hutomo Tri di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi pada tahun Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kontribusi kebun campuran terhadap pendapatan total rumah tangga adalah 48,67 % dengan pendapatan bersih rata-rata dari kebun campuran sebesar Rp /ha/tahun. Sedangkan pendapatan total dari lahan monokultur sebesar 14,15 %, pekarangan 0,71 %, ternak 7,6 % dan pendapatan off farm sebesar 28,87 %.

26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat pada bulan April sampai Mei tahun Bahan dan Alat Penelitian Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, alat hitung, kompas, meteran, alat tulis kantor, kamera digital, dan komputer Batasan Operasional Penelitian Batasan operasional diperlukan untuk memberikan pengertian yang seragam mengenai penelitian yang dilakukan. Batasan operasional tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Kebun campuran adalah salah satu bentuk agroforestry di lahan milik petani yang merupakan campuran antara kegiatan kehutanan dan pertanian. 2. Pendapatan total kebun campuran adalah seluruh pendapatan yang diperoleh petani dari komoditas kebun campuran per tahun, meliputi hasil dari hasil kayu, buah-buahan dan tanaman pertanian. 3. Biaya pengelolaan kebun campuran adalah seluruh biaya yang dikeluarkan petani untuk pengelolaan kebun campuran per tahun, meliputi bahan (pupuk, obat dan bibit), tenaga kerja dan pajak lahan. 4. Pengeluaran total rumah tangga petani adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk mencukupi kebutuhan yang meliputi biaya pengelolaan kebun campuran, biaya pangan, sandang, pendidikan, transportasi, pajak dan lainnya.

27 15 5. Pendapatan bersih kebun campuran adalah hasil pengurangan pendapatan total kebun campuran dengan biaya pengelolaan kebun campuran. 6. Pendapatan total petani adalah pendapatan bersih yang diperoleh dari seluruh kegiatan termasuk sumber-sumber diluar pertanian. Sumber pendapatan petani antara lain usaha kebun campuran, sawah, ladang kolam, ternak, gaji karyawan/pns, upah buruh, dagang, PNS dan jenis pekerjaan lain Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder meliputi kondisi umum wilayah penelitian, batas administratif wilayah, kondisi fisik, suhu dan iklim, penggunaan lahan, dan data demografi penduduk diperoleh dari Buku Monografi Desa Sukadamai Tahun 2008, Peta Rupabumi Kabupaten Sukabumi dan website Pemerintah Kabupaten Sukabumi. Data primer terdiri dari dua, yaitu karakteristik responden dan karakteristik sistem pengelolaan kebun campuran. Karakteristik responden meliputi nama, umur, jumlah tanggungan keluarga, kepemilikan lahan, pekerjaan pokok, pendapatan kebun campuran, biaya pengelolaan kebun campuran, pendapatan total rumah tangga, dan biaya total rumah tangga. Sedangkan karakteristik sistem pengelolaan kebun campuran responden meliputi : tahapan kegiatan pengelolaan, jenis tanaman yang diusahakan, dan permasalahan kegiatan pengelolaan kebun campuran. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden menggunakan kuisioner dan pengamatan langsung di kebun campuran responden. Jenis, sumber dan teknik pengambilan data selengkapnya disajikan pada Tabel 1.

28 16 Tabel 1 Jenis data, sumber data dan teknik pengambilan data Jenis Data Sekunder Parameter - Kondisi umum wilayah desa - Batas administratif wilayah - Penggunaan lahan - Data demografi penduduk Sumber Data Buku Monografi Desa Sukadamai, Peta Rupabumi dan website Pemerintah Kabupaten Sukabumi Teknik Pengambilan Data Studi literatur dan pencatatan data sekunder. Primer - Karakteristik responden (umur, tingkat pendidikan pekerjaan pokok, pendapatan kebun campuran, biaya pengelolaan kebun campuran, pendapatan total rumah tangga, dan biaya total rumah tangga. - Karakteristik kebun campuran responden (sistem pengelolaan, jenis tanaman, dan permasalahan. Responden dan kebun campuran responden. Wawancara, observasi dan pengukuran langsung di lapangan menggunakan plot 3.5. Metode Pengambilan Contoh Unit contoh yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu unit contoh responden dan unit contoh kebun campuran. Pengambilan unit contoh responden dilakukan terhadap petani pemilik kebun campuran yang berjumlah 35 jiwa yang selanjutnya dikelompokkan menurut kategori luas kebun campuran yang dimiliki. Jumlah responden yang diambil berbeda tiap kategori disesuaikan

29 17 dengan proporsi jumlah pemilik kebun campuran di Desa Sukadamai untuk menjamin keterwakilan tiap kategori. Jumlah responden yang diambil tiap kategori luas kebun campuran dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah responden tiap kategori luas kebun campuran No. Kategori Luas Jumlah Responden Kebun Campuran (jiwa) 1. < 0,25 ha ,25 < 0,5 ha ,5 < 1 ha ha 3 Total 35 Pengambilan unit contoh kebun campuran dilakukan melalui pengukuran langsung yang dilakukan di kebun campuran responden menggunakan plot berukuran 20 x 50 m (Gambar 2). Jumlah total plot yang dibuat adalah satu tiap kategori luas kebun campuran untuk memberikan gambaran mengenai komposisi jenis tanaman, pola penanaman, dan pembagian strata tajuk tiap kategori luas kebun campuran. Pengukuran yang dilakukan untuk jenis tanaman pertanian hanya meliputi jenis, sedangkan untuk jenis tanaman kayu dan tanaman buah meliputi jenis, jumlah masing-masing jenis, diameter, dan tinggi pohon. 20 m 50 m Gambar 2 Plot contoh penelitian. Soerianegara dan Indrawan (1982) menyatakan bahwa terdapat lima lapisan (stratum) tajuk pada hutan hujan tropis, yaitu lapisan A,B,C,D, dan E. Lapisan A,B, dan C merupakan lapisan tajuk dari tingkat pohon, lapisan D merupakan lapisan perdu dan semak, sedangkan lapisan E adalah lapisan tumbuh-

30 18 tumbuhan penutup tanah (ground cover). Ciri dan kriteria masing-masing lapisan adalah : 1. Lapisan A a. Lapisan teratas b. Tinggi total pohon > 30 m c. Pohon tinggi,lurus dan batang bebas cabang tinggi d. Semi-toleran 2. Lapisan B a. Lapisan kedua b. Tinggi total pohon m c. Tajuk kontinu (rapat) d. Pohon banyak cabang, batang bebas cabang tidak terlalu tinggi dan jenis toleran. 3. Lapisan C a. Lapisan ketiga b. Tinggi pohon 4 20 m c Tajuk kontinu (rapat) d. Rendah kecil dan banyak cabang 4. Lapisan D a. Perdu dan semak b. Tinggi 1 4 m 5. Lapisan E a. Tumbuhan penutup tanah b. Tinggi 0-1 m 3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode analisis kualitatif dilakukan dengan melakukan pengumpulan data, mengelompokkan, dan identifikasi karakteristik responden dan kebun campuran responden. Sedangkan metode analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan perhitungan dalam hubungannya dengan jumlah jenis tanaman, dan kontribusi kebun campuran

31 19 terhadap pendapatan rumah tangga. Beberapa analisis yang digunakan dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Analisis Deskriptif Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai sistem pengelolaan kebun campuran yang meliputi latar belakang pengelolaan kebun campuran, tahapan kegiatan pengelolaan, jenis tanaman, latar belakang pemilihan jenis tanaman, dan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kebun campuran. Informasi yang diperoleh selanjutnya dikelompokan dan disajikan dalam bentuk tabulasi angka dan gambar sesuai dengan hasil yang diperoleh. 2. Analisis Kuantitatif Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai komposisi tanaman kebun campuran yang meliputi jumlah jenis dan jumlah tanaman, dan kontribusi pendapatan kebun campuran terhadap pendapatan rumah tangga responden yang meliputi sumber-sumber pendapatan dan pengeluaran responden dari kebun campuran dan di luar kebun campuran. Informasi selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan perhitungan untuk kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi angka dan gambar sesuai dengan hasil yang diperoleh.

32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Tempat Penelitian Letak Administratif Wilayah Desa Sukadamai merupakan desa pemekaran dari Desa Cicantayan yang diresmikan tanggal 3 Oktober 2005 oleh Bupati Sukabumi dan secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Desa Sukadamai berada di bagian timur Kabupaten Sukabumi yang sebelah Utara berbatasan langsung dengan wilayah Desa Cicantayan, sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Desa Bojong, sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Desa Hegarmanah, dan sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Desa Sirnaresmi. Desa Sukadamai berjarak 30 km dari ibukota kecamatan (Cikembar) dan 85 km dari ibukota kabupaten (Pelabuhan Ratu) (Buku Monografi Desa Sukadamai Tahun 2008). Sumber : Peta Rupa Bumi Kabupaten Sukabumi. Gambar 3 Peta Desa Sukadamai.

33 Topografi dan Iklim Desa Sukadamai memiliki topografi berbukit-bukit dan merupakan kawasan campuran dan industri dengan kemiringan lahan mencapai 15. Desa Sukadamai terletak pada ketinggian mdpl dengan suhu rata-rata harian sebesar 35 C. Berdasarkan klasifikasi tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson, Desa Sukadamai termasuk ke dalam tipe iklim A yang memiliki curah hujan rata-rata sebesar mm/tahun dengan bulan kering rata-rata 2,7 dan bulan basah rata-rata 9,8. Jumlah bulan hujan di Desa Sukadamai adalah 6 bulan per tahunnya (Buku Monografi Desa Sukadamai Tahun 2008) Luas Wilayah dan Pola Penggunaan Lahan Luas Desa Sukadamai secara keseluruhan adalah 409,628 ha yang terbagi menjadi 4 dusun yang terdiri dari 16 rukun warga dan 29 rukun tetangga. Sebesar 371,743 ha atau sekitar 91 % wilayah Desa Sukadamai merupakan lahan milik individu yang terdiri dari 281,325 ha atau sekitar 68 % berupa kebun; 50,360 ha atau sekitar 12 % berupa persawahan; 40,058 atau sekitar 10 % berupa pemukiman; dan 12,285 ha atau sekitar 3 % adalah tanah kosong. Penggunaan lahan kebun yang relatif besar menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Desa Sukadamai merupakan lahan yang sangat cocok untuk kegiatan pengelolaan kebun campuran karena didukung oleh topografi dan iklim yang baik. Luas dan persentase penggunaan lahan di Desa Sukadamai selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Luas dan persentase penggunaan lahan di Desa Sukadamai Luas Persentase Penggunaan Lahan (ha) (%) Pemukiman 40, Persawahan 50, Kebun 281, Perkantoran 2,720 1 Tanah kosong 12,285 3 Prasarana umum 22,880 6 Total 409, Sumber : Monografi Desa Sukadamai tahun 2008.

34 Keadaan Sosial dan Ekonomi Penduduk Jumlah penduduk di Desa Sukadamai seluruhnya adalah jiwa yang terbagi menjadi KK dengan jumlah penduduk laki-laki adalah jiwa dan jumlah penduduk perempuan adalah jiwa. Tingkat pendidikan penduduk di Desa Sukadamai masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari hanya sekitar 37 % atau sebanyak penduduk yang mengenyam pendidikan sampai tingkat menengah ke atas (SMP/SMU dan Perguruan Tinggi). Sebanyak 23 % atau sebanyak 983 penduduk memiliki tingkat pendidikan tidak sekolah dan sebanyak 40 % atau sebanyak penduduk adalah tamatan Sekolah Dasar (SD). Pengelompokkan penduduk menurut tingkat pendidikan selengkapnya disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah dan persentase penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Sukadamai Jumlah Penduduk Persentase Tingkat Pendidikan (jiwa) (%) Tidak sekolah SD SMP/SMU Perguruan Tinggi Total Sumber : Monografi Desa Sukadamai Tahun Jenis pekerjaan pokok yang dipilih penduduk sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimiliki. Penduduk yang memiliki tingkat pendidikan rendah akan memilih tani dan buruh tani sebagai pekerjaan pokok karena jenis pekerjaan ini relatif mudah dilakukan dan tidak memerlukan keterampilan yang tinggi. Di beberapa wilayah tertentu, tanah di Desa Sukadamai mengandung belerang dan sangat baik sebagai bahan baku pembuatan bata merah. Hal ini yang menyebabkan sebanyak 175 jiwa (7 %) penduduk mendirikan industri pembuatan bata dalam usaha kecil dan menengah. Bata yang dihasilkan dari desa ini dikenal memiliki kekuatan yang lebih baik dibandingkan produk dari daerah lain sehingga pendistribusiannya sudah sampai ke Kota Sukabumi, Cianjur, Tangerang, Bogor, dan Jakarta.

35 23 Terdapatnya beberapa pabrik garmen di sekitar Desa Sukadamai menyebabkan jenis pekerjaan pokok sebagai buruh swasta relatif tinggi (24 %). Sedangkan yang tergolong pekerjaan pokok yang termasuk ke dalam jenis pekerjaan lainnya (3 %) antara lain tukang ojek, montir, TNI/Polri, peternak, guru dan lain-lain. Pengelompokkan penduduk berdasarkan jenis pekerjaan pokok penduduk disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5 Jumlah dan persentase penduduk menurut jenis pekerjaan pokok di Desa Sukadamai Jumlah Penduduk Persentase Pekerjaan Pokok (jiwa) (%) Tani Buruh tani Dagang Pengrajin Buruh swasta PKM Lainnya 72 3 Total Sumber : Monografi Desa Sukadamai tahun Karakteristik Responden Responden yang diteliti dalam penelitian ini adalah para pemilik kebun campuran yang bertempat tinggal di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Hasil rekap kuisioner yang meliputi umur, tingkat pendidikan, pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan, jumlah tanggungan keluarga, dan kepemilikan lahan Lampiran 1. selengkapnya disajikan pada Responden yang diteliti berjumlah 35 orang dengan kisaran umur antara tahun. Menurut Bakir dan Maning (2005), kisaran umur produktif penduduk di negara berkembang adalah antara tahun, jadi dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden termasuk kedalam usia produktif (68 %). Pengelompokan responden berdasarakan kelompok umur selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.

36 24 Tabel 6 Jumlah dan persentase responden menurut kelompok jenis umur Kelompok Umur (tahun) Jumlah Responden (jiwa) Persentase (%) Total Sumber : Data Primer Penelitian. Jumlah responden yang memiliki tingkat pendidikan sampai tingkat menengah ke atas (SMP/SMU dan Perguruan Tinggi) hanya sebanyak 12 jiwa atau sekitar 34 %. Sebagian besar responden yang memiliki tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 14 jiwa atau sekitar 40 %. Sedangkan penduduk yang tidak bersekolah sebanyak 7 jiwa atau sekitar 20 % responden. Tingkat pendidikan responden yang relatif rendah disebabkan karena pendidikan belum menjadi prioritas. Pendidikan dinilai sebatas dapat membaca, menulis, dan berhitung. Biaya pendidikan yang tidak sedikit juga menjadi pertimbangan dalam menentukan sejauh mana tingkat pendidikan yang dapat dicapai responden. Pengelompokan responden berdasarkan tingkat pendidikan selengkapnya disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (jiwa) Persentase (%) Tidak sekolah 7 20 SD SMP/SMU Perguruan Tinggi 2 6 Total Sumber : Data Primer Penelitian.

37 25 Pekerjaan pokok adalah pekerjaan yang dilakukan dimana intensitas kegiatan yang dilakukan lebih tinggi dibanding pekerjaan lain. Pekerjaan lain dilakukan untuk menambah pendapatan dan termasuk ke dalam jenis pekerjaan sampingan. Pada umumnya pekerjaan pokok responden berhubungan langsung dengan lahan yang mereka miliki, baik sebagai petani ataupun buruh tani karena tingkat pendidikan yang dimiliki relatif rendah. Menurut hasil wawancara yang dilakukan diperoleh hasil sebanyak 29 jiwa atau sekitar 82 % responden memiliki pekerjaan pokok yang berhubungan langsung dengan lahan yang dimiliki, yaitu sebagai petani (54 %) dan buruh tani (28 %). Hanya sebanyak 6 jiwa atau sekitar 18 % responden memiliki pekerjaan pokok di luar tani, yaitu sebagai pedagang (9 %), peternak (3 %), dan pekerjaan lainnya (6 %). Jenis pekerjaan pokok responden yang tergolong pekerjaan lainnya adalah sebagai pengrajin dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pengelompokan responden menurut jenis pekerjaan pokok selengkapnya disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan pokok Jumlah Responden Persentase Pekerjaan Pokok (jiwa) (%) Tani Buruh tani Dagang 3 9 Peternak 1 3 Lainnya 2 6 Total Sumber : Data Primer Penelitian Sistem Pengelolaan Kebun Campuran Latar Belakang Kegiatan Pengelolaan Sistem pengelolaan kebun campuran merupakan salah bentuk agroforestry yang termasuk ke dalam jenis agrisilvikultur. Agrisilvikultur merupakan salah satu bentuk agroforestry tradisional yang merupakan campuran kegiatan kehutanan dan pertanian dimana tanaman pertanian dan tanaman kehutanan dikelola bersamaan dalam suatu lahan milik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan

38 26 sebagai sumber pendapatan. Petani dapat mengusahakan lahan kehutanan dengan jenis tanaman buah dan tanaman pangan seperti manggis, padi, jagung, tomat, kelapa, singkong dan ubi jalar, di samping tanaman kehutanan seperti sengon, suren dan afrika. Bentuk pola agrisilvikultur ini lebih dikenal dengan nama tumpangsari. Kegiatan pengelolaan kebun campuran yang terdapat di Desa Sukadamai telah dilakukan sejak dahulu dan masih dilakukan secara turun temurun sampai saat ini oleh petani kebun campuran karena besarnya manfaat yang diperoleh. Manfaat yang diperoleh antara lain manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan. Kebun campuran selain merupakan sumber penghasil kayu maupun sumber pendapatan rumah tangga, disamping hasil-hasil lain seperti buah-buahan, daun, dan bahan makanan lainnya, juga penting bagi lingkungan sebagai pelindung tata air pada lahan-lahan petani. Orientasi petani melakukan usaha pengolahan kebun campuran adalah bertujuan untuk memperoleh pendapatan materi (uang). Faktor lainnya yaitu disebabkan oleh kebutuhan keluarga, kesesuaian lahan, pengetahuan yang dimiliki, waktu dan modal (Suharjito 2002). Faktor yang melatarbelakangi petani dalam melakukan kegiatan pengelolaan kebun campuran antara lain faktor budaya, faktor ekonomi, faktor teknik pengelolaan, dan faktor ekologi. Faktor budaya merupakan latar belakang kegiatan pengelolaan kebun campuran responden yang disebabkan karena turunan/warisan dari orang tua mereka. Petani akan tetap melakukan kegiatan pengelolaan kebun campuran untuk menghormati dan melanjutkan usaha yang telah dijalankan. Faktor ekonomi berhubungan erat dengan tingkat pendapatan yang ingin diperoleh dan menjadi alasan utama sebagian besar petani kebun campuran. Hal ini sangat dipengaruhi oleh luas lahan yang dimiliki petani karena berpengaruh terhadap jumlah jenis dan jarak antar tanaman. Untuk luas kebun campuran yang besar petani dapat memperbanyak jenis tanaman dengan tetap memperhatikan jarak antar tanaman agar dapat menghasilkan pendapatan yang maksimal. Sedangkan untuk luas kebun campuran yang kecil petani akan memaksimalkan

39 27 pendapatan dengan tetap memperbanyak jumlah jenis tanaman tanpa memperhatikan jarak antar tanaman. Faktor teknik pengelolaan berkaitan dengan keunggulan teknis pengelolaan kebun campuran. Keunggulan teknis yang dimaksud antara lain pengelolaan yang mudah untuk dilakukan karena tidak membutuhkan tingkat keterampilan yang tinggi dan dapat dijadikan sebagai kegiatan atau usaha sambilan. Sedangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan manfaat yang diperoleh, kondisi fisik lahan meliputi tingkat struktur tanah, tingkat kecukupan unsur hara, kemiringan lahan dan tingkat kecuraman lereng merupakan faktor ekologi yang menjadi latar belakang kegiatan pengelolaan kebun campuran. Faktor ekonomi merupakan alasan utama petani melakukan kegiatan pengelolaan kebun campuran yaitu sebesar 60 %. Sebesar 31 % responden melakukan kegiatan pengelolaan kebun campuran karena faktor budaya turun temurun. Pengelompokan responden berdasarkan latar belakang pengelolaan kebun campuran disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Latar belakang responden melakukan pengelolaan kebun campuran Jumlah Responden Persentase Latar Belakang (jiwa) (%) Faktor budaya Faktor ekonomi Faktor teknik pengelolaan 2 6 Faktor ekologi 1 3 Total Sumber : Data Primer Penelitian Tahapan Kegiatan Pengelolaan Teknik pengelolaan kebun campuran di Desa Sukadamai pada dasarnya telah dikuasai oleh para petani walaupun secara sederhana. Hal ini dapat diartikan bahwa kebun campuran yang terdapat di Desa Sukadamai merupakan kebun campuran tradisional yang secara umum masih dikelola menggunakan alat dan pengetahuan yang sederhana. Pengetahuan yang dimiliki petani, dalam hubungannya dengan kegiatan pengelolaan kebun campuran sebagian besar diperoleh dari pengalaman orang tua mereka. Pemilik lahan akan mengelola

40 28 kebun campuran yang dimilikinya sendiri atau dengan bantuan keluarganya. Penggunaan jasa tenaga kerja (buruh) untuk kegiatan pengelolaan lahan akan dilakukan apabila pemilik lahan memiliki kesibukan lain yang dianggap dapat menghasilkan pendapatan lebih besar atau lahan yang dimiliki luas. Tahapan kegiatan pengelolaan yang dilakukan meliputi pemilihan jenis tanaman, pengolahan tanah, pengadaan benih dan bibit, penanaman, pemeliharaan, pemanenan hasil, dan pemasaran hasil. Tahapan kegiatan pengelolaan kebun campuran antara lain dijelaskan sebagai berikut : Pemilihan Jenis Tanaman Jenis tanaman yang terdapat di kebun campuran petani dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu tanaman kayu, tanaman buah, dan tanaman pertanian. Sebagian besar petani memilih sengon sebagai tanaman keras penghasil kayu, baik kayu bakar sebagai bahan bakar maupun kayu gelondongan sebagai bahan baku furniture dan bangunan. Jenis sengon banyak dipilih karena budaya turun temurun yang diwariskan orang tua. Terdapat juga beberapa petani yang menanam tanaman kayu jenis afrika dan suren di kebun campuran yang mereka miliki karena nilai jual yang lebih tinggi. Jenis tanaman penghasil buah yang banyak terdapat di kebun campuran petani adalah manggis, pisang, dan kelapa. Sebagian besar petani memilih tanaman manggis sebagai pilihan utama karena harga jual yang relatif stabil dan banyaknya tengkulak yang membantu memasarkan hasil panen mereka. Sampai saat ini Desa Sukadamai merupakan salah satu desa penghasil manggis terbesar setelah Desa Hegarmanah dengan hasil buah mencapai lebih dari ton/ha/tahun (Buku Monografi Desa Sukadamai 2008). Sedangkan untuk jenis tanaman pisang dan kelapa dipilih petani karena hasilnya dapat dipanen beberapa kali dalam satu tahun. Jenis tanaman pertanian yang menjadi komoditas yang paling utama dipilih petani adalah singkong. Hal ini disebabkan karena mudahnya kegiatan pemasaran hasil karena banyaknya industri kecil pembuatan enyé-enyé dan kripik singkong di wilayah Desa Sukadamai. Tanaman pertanian lain yang banyak ditanam petani antara lain ubi jalar, cabai, tomat, kacang merah, kacang buncis, kacang panjang, serai, dan petai. Jenis-jenis ini ditanam petani untuk memenuhi

41 29 kebutuhan sehari-hari rumah tangga sebagai bahan makanan dan tanaman obatobatan. Apabila dirasa telah cukup atau hasil panen besar petani akan menjual hasil dari jenis tanaman pertanian ke pasar, tengkulak, dan industri pengolahan. Sumber : Dokumentasi Penelitian. Gambar 4 Berbagai jenis tanaman kebun campuran responden Faktor utama pemilihan jenis tanaman kebun campuran adalah faktor budaya, faktor ekonomi, faktor teknik pemeliharaan tanaman, dan faktor morfologi tanaman. Berdasarkan penelitian sebesar 23 % responden memilih jenis tanaman karena faktor budaya, yaitu merupakan warisan turun temurun dari orang tua mereka. Jenis tanaman yang banyak dipilih responden karena faktor ini adalah sengon, manggis, dan singkong. Faktor ekonomi sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan yang ingin diperoleh yang dipengaruhi oleh nilai jual, biaya pengelolaan dan waktu panen dan merupakan faktor tertinggi dalam memilih jenis tanaman (64 %). Sebagian besar responden memilih jenis tanaman buah dan tanaman pertanian karena harga jual yang tinggi dan dapat dipanen minimal 1 kali/tahun. Sebesar 9 % responden memilih jenis tanaman yang akan ditanam karena teknis pemeliharaan tanaman yang mudah. Tanaman tidak membutuhkan perlakuan pemeliharaan intensif agar tumbuh dengan baik. Jenis tanaman ini adalah sengon, manggis, pisang, kelapa, cabai, tomat, jahe, lengkuas, serai, dan petai. Faktor morfologi tanaman berhubungan dengan sifat fisik tanaman yang meliputi bentuk batang dan tajuk. Tanaman yang memiliki batang cukup besar dan penutupan tajuk renggang digunakan sebagai pelindung tanaman lain terhadap

42 30 angin dan sinar matahari yang berlebih. Jenis tanaman buah seperti manggis, mangga, dan alpukat yang memiliki batang besar dan penutupan tajuk tinggi dimanfaatkan sebagai tempat berteduh. Pengelompokan responden berdasarkan latar belakang pemilihan jenis tanaman disajikan dalam Tabel 10. Tabel 10 Latar belakang responden dalam memilih jenis tanaman Jumlah Responden Persentase Latar Belakang (jiwa) (%) Faktor budaya 8 23 Faktor ekonomi Faktor teknik pemeliharaan 3 9 Faktor morfologi tanaman 2 6 Total Sumber : Data Primer Penelitian. Jenis tanaman yang terdapat pada berbagai macam kategori luas kebun campuran responden relatif sama dengan jumlah jenis tanaman rata-rata sebanyak 14 jenis tanaman dengan jumlah jenis tanaman rata-rata tertinggi berasal dari kategori 1 ha (16 jenis tanaman). Sedangkan jumlah jenis tanaman rata-rata terendah berasal dari kategori luas kebun campuran 0,25 - < 0,5 ha (12 jenis tanaman). Jumlah jenis tanaman rata-rata tertinggi berasal dari jenis tanaman pertanian, yaitu sebanyak 8 jenis tanaman. Jumlah jenis tanaman kayu rata-rata hanya sebanyak 1 jenis tanaman sedangkan jumlah jenis tanaman buah rata-rata sebanyak 5 jenis tanaman. Pengelompokan responden menurut jumlah jenis tanaman yang terdapat selengkapnya disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Rata-rata jumlah jenis tanaman menurut kategori luas kebun campuran Jumlah Jenis Tanaman Rata-rata Kategori Luas Kebun Campuran Tanaman Tanaman Tanaman Total Kayu Buah Pertanian < 0,25 ha ,25 - < 0,5 ha ,5 - < 1 ha ha Rata-rata Sumber : Data Primer Penelitian.

43 Pengolahan Tanah Pengolahan tanah dilakukan petani untuk mempersiapkan kebun campuran agar siap tanam. Para petani melakukan pengolahan tanah menggunakan alat yang sederhana seperti cangkul, parang, dan golok. Kegiatan pengolahan tanah biasanya dilakukan paling lambat seminggu sebelum kegiatan penanaman dilakukan. Para pemilik kebun campuran, khususnya pemilik lahan yang luas, biasa mempekerjakan minimal satu orang buruh untuk mempercepat proses pengolahan tanah agar lahan dapat segera ditanam. Upah yang diberikan sebesar Rp /HOK untuk waktu kerja 6-7 jam dalam satu harinya. Kegiatan pengolahan tanah dilakukan pada seluruh lahan baik untuk penanaman jenis tanaman kayu, tanaman buah, maupun tanaman pertanian. Pengolahaan tanah yang dilakukan adalah penyiangan dan pendangiran. Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-rumput liar yang dapat menggangu tanaman dan menutup permukaan tanah untuk memberi ruang pada tanaman yang akan ditanam agar tumbuh dengan baik tanpa adanya gangguan dari tanaman lain. Setelah dilakukan penyiangan, selanjutnya dilakukan kegiatan pendangiran. Pendangiran dilakukan dengan cara mencangkul tanah secara bolak-balik. Hal ini dilakukan agar tanah menjadi gembur sehingga sirkulasi udara dalam tanah dapat berlangsung dengan baik Pengadaan Benih dan Bibit Sebagian besar petani kebun campuran memperoleh benih dan bibit dari sekitar wilayah kebun campuran yang mereka miliki. Benih dan bibit yang akan ditanam di kebun biasanya didapatkan dari lahan kebun mereka sendiri atau dengan cara menemukan di lingkungan sekitar kebun, meminta atau membeli kepada petani lain. Jenis bibit dan benih yang biasa diperoleh petani dari lahan sendiri atau lingkungan sekitar kebun antara lain cabai, tomat, pisang, mangga, manggis, dan kelapa. Sedangkan bibit dan benih yang diperoleh dengan cara membeli atau meminta kepada petani lain adalah sengon, afrika, dan durian. Jenis benih dan bibit yang ditanam adalah jenis tanaman cepat tumbuh dan lambat tumbuh, tetapi keduanya sudah memiliki pasar. Pemilihan jenis tananam didasari atas kebutuhan petani dan petani dapat mengganti beberapa atau bahkan

44 32 seluruh jenis tanaman apabila dianggap tanaman pengganti memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Pengadaan benih dan bibit untuk jenis tanaman buah dan tanaman pertanian biasa dilakukan sendiri oleh para petani dengan memaksimalkan tanaman yang sudah terlebih dahulu ditanam untuk menekan biaya pengelolaan kebun campuran yang dikeluarkan. Cara yang dilakukan untuk memperbanyak jenis tanaman buah, seperti manggis dan mangga yaitu dengan cara mencangkok pohon induk terpilih untuk kemudian ditanam di tempat lain. Sedangkan bibit untuk jenis tanaman singkong petani diperoleh dengan cara menyetek tanaman induk. Bibit untuk jenis tanaman kayu, seperti sengon, afrika, dan suren biasanya diperoleh petani dengan terlebih dahulu menyemaikan benih dalam polibag. Penanaman bibit dapat dilakukan setelah tanaman mencapai tinggi kurang dari 30 cm. Cara lain yang dilakukan yaitu dengan membeli bibit siap tanam. Pengadaan benih dan bibit yang dilakukan petani kebun campuran selengkapnya disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Asal benih dan bibit berbagai jenis tanaman kebun campuran Jenis Tanaman Asal Benih dan Bibit Cara Memperoleh Kayu Buah Pertanian Sumber : Data Primer Penelitian Penanaman Petani lain, pasar, kebun sendiri dan sekitarnya Kebun sendiri dan sekitarnya Menyemai, membeli atau meminta Mengambil biji, cangkok, dan stek Kegiatan penanaman dilakukan petani kebun campuran untuk menambah jenis-jenis tananam tertentu guna meningkatkan pendapatan dan mengganti tanaman yang sudah mati atau telah dipanen. Kegiatan penamanan dalam intensitas besar akan dilakukan apabila petani telah memiliki benih dan bibit untuk ditanam minimal 1 minggu setelah panen besar untuk memberikan waktu istirahat bagi tanah agar unsur hara tetap terjaga. Sedangkan untuk kegiatan penamanan dalam intensitas yang kecil dapat dilakukan setiap saat apabila benih dan bibit telah tersedia.

45 33 Kegiatan penanaman untuk jenis tanaman kayu seperti sengon, afrika, dan suren diawali dengan pembuatan lubang tanam setelah tanah terlebih dahulu diolah. Lubang tanam yang dibuat berukutan 30 x 30 x 30 cm atau sesuai dengan ukuran polibag dengan jarak antar tanaman 10 x 10 m. Penanaman untuk jenis tanaman buah, seperti manggis, mangga, dan durian dilakukan dengan diawali pembuatan lubang tanam berukuran 10 x 10 x 10 cm dengan jarak antar tanaman minimal 5 x 5 m. Sedangkan untuk jenis tanaman pertanian, penanaman dilakukan pada lahan yang masih terbuka setelah tanah digemburkan terlebih dahulu dengan jarak antar tanaman maksimal 1 x 1 m. Kegiatan penanaman kebun campuran yang dilakukan petani tidak dapat dilakukan secara rutin. Hal ini disebabkan karena jumlah bibit yang dimiliki para petani sehingga rencana penanaman yang dilakukan tidak dapat dilakukan. Petani hanya akan melakukan kegiatan penanaman apabila bibit telah tersedia. Pola penanaman untuk jenis tanaman kayu dan tanaman buah yang memiliki batang besar dan penutupan tajuk lebar, seperti manggis dan sengon dilakukan petani di sekitar tanaman pertanian sebagai pelindung dari angin dan sinar matahari yang berlebih. Untuk tanaman pisang penanaman dilakukan petani di sela-sela pepohonan yang tajuknya belum rindang. Jenis tanaman yang digunakan sebagai tanaman pagar biasanya adalah kelapa, selain buahnya juga diambil untuk dijual. Gambaran umum pola penanaman kebun campuran di Desa Sukadamai selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5. Sumber : Dokumentasi Penelitian. Gambar 5 Pola penanaman kebun campuran di Desa Sukadamai. Tingkat kerapatan tegakan pada tiap kategori luas kebun campuran terlihat berbeda. Kerapatan tertinggi terlihat pada kategori luas kebun campuran < 0,25 ha

46 34 yaitu sebesar 170 pohon/ha dengan jumlah pohon/ha tertinggi berasal dari jenis tanaman buah rata-rata sebesar 140 pohon/ha. Hal ini disebabkan karena jenis tanaman buah memiliki harga jual yang tinggi dan relatif stabil Kayu gelondongan yang diperoleh dari jenis tanaman kayu yang terdapat di kebun campuran hanya akan diambil apabila telah berumur 5 7 tahun atau terdapat kebutuhan yang sangat mendesak. Oleh karena itu jumlah tanaman kayu di kebun campuran relatif sedikit. Jumlah pohon/ha rata-rata yaitu sebesar 37 pohon/ha dengan jumlah pohon terendah pada kategori < 0,25 ha (30 pohon/ha). Jumlah pohon/ha jenis tanaman kayu dan tanaman buah berbagai kategori luas kebun campuran selengkapnya disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Jumlah pohon/ha jenis tanaman kayu dan tanaman buah berbagai kategori luas kebun campuran Kategori Luas Jumlah Pohon/ha Kebun Campuran Tanaman Kayu Tanaman Buah Total < 0,25 ha ,25 - < 0,5 ha ,5 - < 1 ha ha Rata-rata Sumber : Data Primer Penelitian. Secara umum tanaman kebun campuran di Desa Sukadamai ditanam secara tidak beraturan sedangkan untuk jenis tanaman relatif sama. Petani kurang memperhatikan jarak tanam sebagai ruang tumbuh bagi perkembangan tanaman. Sebagian besar petani beranggapan bahwa dengan menanam semakin banyak tanaman yang ditanam dengan tanpa memperhatikan jarak antar tanaman maka mereka akan memperoleh pendapatan yang tinggi. Hal ini menyebabkan tidak meratanya pembagian sinar matahari yang diperoleh tanaman. Berdasarkan pembagian lapisan strata tajuk menurut Soerianegara dan Indrawan (1982) di atas, kebun campuran di Desa Sukadamai memiliki lapisan tajuk C, D dan E dengan jenis tanaman yang termasuk ke dalam lapisan tajuk C adalah sengon, manggis, kelapa, dan bambu. Sedangkan jenis tanaman yang termasuk ke dalam lapisan D adalah pisang, dan singkong. Untuk lapisan tajuk E

47 35 jenis tanamannya adalah ubi jalar dan rumput sebagai tanaman penutup tanah (Gambar 6). Pembagian strata tajuk berdasarkan kategori luas kebun campuran selengkapnya disajikan pada Lampiran 2. C 4 m D 1 m E Sumber : Data Primer Penelitian. Gambar 6 Pembagian strata tajuk di kebun campuran Pemeliharaan Tanaman Kegiatan pemeliharaan tanaman, baik jenis tanaman kayu, tanaman buah, maupun tanaman pertanian yang dilakukan petani kebun campuran adalah pembersihan lahan, pemupukan, dan pemberantasan hama dan penyakit. Kegiatan pembersihan lahan atau yang biasa disebut ngored dilakukan untuk membersihkan lahan dari tumbuhan bawah agar dapat mengurangi atau membatasi perkembangan tumbuhan liar yang tidak dikehendaki sehingga merangsang tumbuhnya jenis tanaman yang dinilai lebih berharga. Kegiatan ini biasa dilakukan sendiri oleh pemilik atau dengan menggunakan jasa buruh dengan frekuensi dua sampai empat kali dalam satu tahunnya. Sebagai pembasmi rumput pengganggu biasanya digunakan herbisida jenis Round up. Kegiatan pemupukan dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah agar tanaman dapat tumbuh optimal. Pupuk yang biasa digunakan adalah jenis pupuk kandang yang dicampur dengan pupuk kompos, Urea, TSP dan KCL dengan frekuensi pemupukan satu smpai empat kali dalam satu tahunnya. Pupuk yang diperoleh dapat berasal dari ternak peliharaan milik sendiri atau membeli dari petani lain. Jenis tanaman yang biasanya diberikan pupuk adalah tanaman buah dan tanaman pertanian. Kegiatan pemberantasan hama dan penyakit dilakukan untuk mengurangi kerusakan tanaman yang tumbuh di kebun campuran para

48 36 petani dengan frekuensi satu sampai empat kali dalam satu tahun. Jenis obat yang biasa dipakai adalah Decis karena harganya yang murah. Decis juga mengandung kadar residu yang rendah sehingga tidak terlalu membahayakan bagi petani tetapi cukup ampuh untuk mematikan hama. Harga pupuk dan obat-obatan yang biasa digunakan petani selengkapnya disajikan pada Lampiran 3. Menurut hasil wawancara langsung kepada responden diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden melakukan kegiatan pembersihan lahan, baik lahan untuk jenis tanaman kayu, tanaman buah, maupun tanaman pertanian. Pembersihan untuk jenis tanaman pertanian dilakukan oleh hampir seluruh responden (33 jiwa). Berbeda dengan jenis tanaman kayu dan buah, jenis tanaman pertanian memerlukan kegiatan pembersihan lahan yang intensif guna menjaga tanaman tumbuh dengan baik. Sama halnya dengan kegiatan pembersihan lahan, kegiatan pemupukan dan pemberantasan hama dan penyakit untuk jenis tanaman pertanian lebih banyak dilakukan daripada jenis tanaman kayu dan buah. Hal ini dilakukan karena jenis tanaman pertanian memerlukan kegiatan pemeliharaan yang lebih intensif dibandingkan dengan jenis tanaman kayu dan buah. Pengelompokan responden berdasarkan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada berbagai jenis tanaman kebun campuran selengkapnya disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan responden pada berbagai jenis tanaman kebun campuran Jumlah Responden dalam Kegiatan Pemeliharaan Jenis Tanaman Pembersihan Lahan (jiwa) % Pemupukan (jiwa) % Pemberantasan Hama/Penyakit (jiwa) Kayu 11 31,4 6 17,1 8 22,9 Buah 15 42,9 9 25, Pertanian 33 94, , ,3 Ket : Jumlah responden = 35 Sumber : Data Primer Penelitian Pemanenan Hasil Pemanenan hasil dari kebun campuran tidak dapat dilakukan pada waktu yang bersamaan karena kebun campuran merupakan kebun yang ditanami berbagai jenis tanaman dengan waktu pemanenan yang berbeda-beda. Kegiatan %

49 37 pemanenan yang dilakukan pun berbeda untuk tiap jenis tanaman. Pemanenan untuk jenis tanaman kayu, baik kayu gelondongan maupun kayu bakar akan dilakukan bila petani sangat membutuhkan saja. Kayu gelondongan ditebang dengan sistem tebang pilih setelah pohon berumur lima sampai sepuluh tahun atau diameter minimal 7 cm menggunakan golok atau kapak. Petani kebun campuran hanya akan menjual pohon apabila sudah ada penawaran dari petani lain atau tengkulak sebagai pengumpul. Sedangkan untuk kayu bakar petani akan mengambil sesuai dengan kebutuhan dengan memotong ranting pohon menggunakan golok atau kapak atau mengumpulkan ranting yang telah jatuh. Hasil yang diperoleh dari jenis tanaman buah antara lain buah, kayu, dan daun. Hasil buah dan daun dari jenis tanaman buah ini tidak dapat dilakukan secara menyeluruh walaupun buah berasal dari pohon yang sama. Hal ini disebabkan karena tingkat kematangan buah yang tidak sama. Dengan begitu, petani akan mengambil hasil buah secara bertahap. Sedangkan untuk hasil kayu biasa dilakukan dengan menebang pohon buah yang dianggap sudah tidak produktif atau terkena penyakit. Kayu yang diperoleh dapat digunakan untuk membuat jembatan, berbagai macam furniture, dan bahan bakar. Sebagian besar petani melakukan kegiatan pemanenan hasil tanaman pertanian sendiri oleh pemilik lahan atau menggunakan jasa tenaga kerja minimal 1 orang buruh untuk mempercepat proses pemanenan dengan upah Rp ,-/HOK. Penggunaan jasa buruh banyak dilakukan pada waktu panen singkong dan ubi jalar. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan parang, cangkul, dan golok Pemasaran Hasil Petani kebun campuran di Desa Sukadamai sebagian besar merupakan petani kecil. Produk yang dihasilkan pun beragam dan tersebar hampir di seluruh wilayah desa. Proses pengumpulan dan pengangkutan dibutuhkan guna memudahkan kegiatan pemasaran dan menekan biaya transportasi. Tengkulak adalah pengumpul hasil panen petani kebun campuran untuk kemudian disalurkan ke pasar, industri pengolahan, dan atau ke konsumen langsung. Kegiatan pemasaran hasil kebun campuran dari jenis tanaman buah dan tanaman pertanian yang banyak dilakukan petani adalah penjualan ke tengkulak

50 38 langsung setelah proses tawar-menawar. Tengkulak datang langsung ke kebun campuran petani dengan tujuan agar dapat melihat dengan jelas jumlah dan kondisi hasil kebun campuran yang selanjutnya akan dipasarkan. Namun terdapat sebagian kecil petani yang langsung memasarkan hasil kebun campuran yang dimilikinya dengan cara menjualnya di warung sendiri dan pasar. Saluran pemasaran hasil kebun campuran di Desa Sukadamai selengkapnya disajikan pada Gambar 7. Petani Kebun Campuran Pasar atau Konsumen Pengumpul Industri Pengolahan Gambar 7 Saluran pemasaran hasil kebun campuran. Selain sistem pembayaran secara langsung, beberapa sistem pembayaran yang biasa digunakan oleh para petani sebelum kegiatan pemanenan adalah sistem tebasan, sistem kontrak, dan sistem borongan. Sistem tebasan yaitu petani menawarkan kepada pembeli pohon jenis tanaman buah-buahan atau tanaman pertanian ketika tanaman tersebut sedang berbunga sedangkan sistem kontrak yaitu petani menawarkan kepada pembeli untuk mengontrak tanamannya tanpa melihat apakah tanaman tersebut berbunga atau tidak. Kedua sistem ini kerap dipakai karena petani sudah memperoleh uang sebelum panen dilakukan sehingga petani dapat menggunakan uang yang telah diperoleh untuk keperluan lain. Pemasaran hasil untuk jenis tanaman kayu biasanya tengkulak sudah memesan ketika masih berumur muda karena jumlah pohon yang terdapat di kebun campuran responden terbatas. Sistem borongan biasa dilakukan petani untuk jenis tanaman manggis, pisang, kelapa, mangga, dan alpukat. Sistem borongan yang dilakukan yaitu pembeli akan menawarkan suatu harga tertentu dengan penilaian menurut hasil yang dapat diperoleh secara keseluruhan dari tiap pohon.

51 Kontribusi Pendapatan Kontribusi pendapatan kebun campuran adalah besarnya pendapatan total tiap kategori luas kebun campuran responden dibandingkan dengan jumlah pendapatan total rumah tangga yang diterima responden. Pendapatan total kebun campuran adalah jumlah seluruh pendapatan dari seluruh kategori luas kebun campuran yang diperoleh dari hasil tanaman kayu, tanaman buah, dan tanaman pertanian. Sedangkan pendapatan total rumah tangga adalah jumlah seluruh pendapatan yang diperoleh dari berbagai sumber pendapatan, baik dari lahan (kebun campuran, sawah, ladang, dan kolam) maupun yang berasal dari pekerjaan lainnya (dagang, ternak, karyawan/pns, buruh dan pengrajin). Harga jual ratarrata dan hasil rekap kuisioner yang meliputi pendapatan, pengeluaran, dan pendapatan bersih responden selengkapnya disajikan pada Lampiran 4 dan Lampiran Kebun Campuran Biaya Pengelolaan Kebun Campuran Kegiatan pengelolaan kebun campuran yang dilakukan responden pada umumnya dilakukan secara sederhana. Kegiatan pengelolaan yang dilakukan walaupun terlihat sederhana namun membutuhkan biaya. Para petani mengalami kesulitan ketika menjelaskan mengenai besarnya biaya pengelolaan kebun campuran setiap tahunnya karena tidak pernah dilakukan perhitungan secara rinci. Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pengelolaan kebun campuran dibagi menjadi dua, yaitu biaya investasi dan biaya variabel pengelolaan. Biaya investasi meliputi biaya pembelian lahan dan alat. Biaya kegiatan pengelolaan kebun campuran yang dihitung dalam penelitian ini adalah biaya total yang dikeluarkan petani yang berasal dari biaya variabel pengelolaan, meliputi pembelian bahan (bibit, pupuk dan obat-obatan), penggunaan jasa tenaga kerja, dan pengeluaran pajak lahan yang sebelumnya tidak diperhitungkan oleh petani. Menurut hasil wawancara dan perhitungan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa biaya pengelolaan kebun campuran pada masing-masing kategori luas kebun campuran memiliki nilai yang bervariasi dengan biaya pengeluaran rata-rata total Rp /tahun dimana biaya pengelolaan

52 40 tertinggi berasal dari pengeluaran untuk penggunaan jasa tenaga kerja dengan pengeluaran rata-rata sebesar Rp /tahun (57,3 %). Biaya pengelolaan rata-rata yang dikeluarkan responden untuk pembelian bahan, meliputi pembelian bibit, pupuk dan obat adalah sebesar Rp /tahun (36,3 %) dan untuk pajak lahan sebesar Rp /tahun (3,7 %). Biaya pengelolaan yang dikeluarkan responden sangat dipengaruhi oleh luas kebun campuran yang dimiliki. Semakin luas kebun campuran yang dimiliki, maka semakin tinggi biaya pengelolaan yang meliputi pembelian bahan, penggunaan jasa tenaga kerja dan pembayaran pajak lahan. Biaya pengelolaan rata-rata tertinggi dikeluarkan responden dari kebun campuran yang termasuk dalam kategori luas kebun campuran 1 ha yaitu sebesar Rp /tahun. Jenis pengeluaran terbesar pada kategori ini berasal dari penggunaan jasa tenaga kerja, yaitu sebesar Rp /tahun (61,6 %). Hal ini disebabkan karena besarnya luas kebun campuran yang dimiliki sehingga responden menggunakan jasa buruh untuk mengelola kebun campurannya. Biaya pengelolaan rata-rata pada kategori luas kebun campuran < 0,25 ha merupakan yang terendah yaitu sebesar Rp /tahun dengan jenis pengeluaran terendah berasal dari biaya bahan, yaitu Rp /tahun (35,7 %). Hal ini disebabkan karena responden tidak melakukan pembelian bahan yang tinggi karena luas lahan yang kecil. Biaya pengelolaan kebun campuran rata-rata responden menurut berbagai kategori luas kebun campuran dan jenis pengeluaran selengkapnya disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Biaya pengelolaan kebun campuran rata-rata menurut kategori luas kebun campuran dan jenis biaya Biaya Pengelolaan Rata-rata Kebun Campuran Kategori (Rp/tahun) Luas Kebun Tenaga Campuran Bahan* % % Pajak Total % Kerja Lahan < 0,25 ha , , , ,25 - < 0,5 ha , , , ,5 - < 1 ha , , , ha , , , Rata-rata , ,3 59,862 3, Keterangan : * = Pembelian bibit, pupuk dan obat-obatan.

53 41 Sumber : Diolah dari data primer penelitian Pendapatan Kebun Campuran Pendapatan yang diperoleh responden dari kebun campuran terdiri atas pendapatan dari hasil tanaman kayu, tanaman buah, dan tanaman pertanian. Pendapatan terbesar kebun campuran diperoleh petani dari jenis tanaman buahbuahan seperti pisang, manggis, kelapa, mangga dan alpukat karena harga yang relatif tinggi dan stabil. Tanaman buah yang dinilai paling menguntungkan petani adalah manggis dengan kisaran produksi tanaman buah manggis per pohon dapat mencapai kg/tahun dan harga jual rata-rata Rp /kg. Jenis tanaman pertanian, seperti singkong, kacang buncis, kacang panjang, ubi jalar, bambu dan cabai, menghasilkan pendapatan yang cukup tinggi karena pemanenan dapat dilakukan 3-4 kali/tahun. Pendapatan terbesar kebun campuran dari tanaman pertanian berasal dari tanaman singkong dengan kisaran produksi kg dalam satu tahun dengan harga jual rata-rata Rp. 500/kg. Pendapatan responden dari jenis tanaman kayu berasal dari kayu gelondongan karena hasil kayu bakar biasa digunakan sendiri oleh responden sebagai bahan bakar dengan hasil yang diperoleh responden antara 2-25 pohon/tahun dan harga jual Rp /pohon. Pengambilan hasil kayu akan dilakukan petani apabila pohon telah mencapai umur 5-10 tahun atau sudah adanya permintaan penebangan oleh pembeli. Harga jual rata-rata berbagai komoditas hasil kebun campuran selengkapnya disajikan pada Lampiran 3. Menurut hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa pendapatan total kebun campuran rata-rata tertinggi diperoleh dari jenis tanaman buah yaitu sebesar Rp /tahun (46,2 %). Pendapatan total rata-rata dari jenis tanaman pertanian merupakan yang tertinggi kedua dengan pendapatan total rata-rata sebesar Rp /tahun (37,4 %). Pendapatan total rata-rata terendah diperoleh dari jenis tanaman kayu, yaitu sebesar Rp /tahun (16,3 %). Tingginya pendapatan yang diperoleh dari jenis tanaman buah disebabkan oleh karena harga jual yang tinggi dan banyaknya jumlah tanaman buah di kebun campuran responden. Pendapatan yang diperoleh responden dari jenis tanaman pertanian yang tidak terlalu tinggi disebabkan oleh karena sebagian hasil tanaman

54 42 pertanian dikonsumsi sendiri oleh responden untuk kebutuhan sehari-hari. Sedangkan rendahnya pendapatan yang diperoleh responden dari jenis tanaman kayu disebabkan oleh karena sedikitnya jumlah pohon di kebun campuran yang diakibatkan karena waktu panen yang relatif lama. Pendapatan total rata-rata tertinggi diperoleh responden dari kategori luas kebun campuran 1 ha, yaitu sebesar Rp /tahun dengan kisaran pendapatan Rp /tahun - Rp /tahun. Pendapatan rata-rata tertinggi pada kategori ini dihasilkan dari jenis tanaman buah yaitu sebesar Rp /tahun (43,4 %). Pendapatan rata-rata terendah pada kategori ini diperoleh dari jenis tanaman kayu yaitu sebesar Rp /tahun (25,9%). Sedangkan pendapatan rata-rata dari jenis tanaman pertanian pada kategori ini adalah sebesar Rp /tahun (30,7 %). Pendapatan total rata-rata pada kategori luas kebun campuran < 0,25 ha merupakan yang terendah dengan pendapatan total rata-rata sebesar Rp /tahun dengan kisaran pendapatan Rp /tahun - Rp /tahun. Pendapatan tertinggi pada kategori ini diperoleh dari jenis tanaman buah dengan pendapatan rata-rata Rp /tahun (52,2 %). Sedangkan pendapatan dari jenis tanaman kayu merupakan yang terkecil yaitu sebesar Rp /tahun (10,8%). Pendapatan total yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh luas kebun campuran yang dimiliki. Semakin luas kebun campuran yang dimiliki, maka semakin besar pula pendapatan total yang diperoleh responden. Pendapatan total rata-rata kebun campuran selengkapnya disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Pendapatan total kebun campuran rata-rata menurut kategori luas kebun campuran dan jenis pendapatan Kategori Luas Kebun Pendapatan Total Kebun Campuran Rata-rata (Rp/tahun) Total Campuran Tanaman % Tanaman Tanaman % % Kayu Buah Pertanian < 0,25 ha , , , ,25 - < 0,5 ha , , , ,5 - < 1 ha , , , ha , , , Rata-rata , , ,

55 43 Sumber : Diolah dari data primer penelitian. Pendapatan bersih responden dari kebun campuran diperoleh dari hasil pengurangan antara pendapatan total dengan biaya pengelolaan yang dikeluarkan. Pendapatan bersih rata-rata responden sebesar Rp /tahun. Pendapatan bersih rata-rata tertinggi diperoleh dari kategori luas 0,5 - < 0,1 ha yaitu sebesar Rp /tahun yang disebabkan karena tingginya pendapatan yang diperoleh akibat lahan yang dimiliki cukup luas. Sedangkan pendapatan bersih rata-rata terendah diperoleh dari kategori luas kebun campuran < 0,25 ha yaitu sebesar Rp /tahun yang disebabkan karena rendahnya pendapatan yang diperoleh akibat lahan yang dimiliki kecil. Pendapatan bersih rata-rata kebun campuran responden disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Pendapatan bersih kebun campuran rata-rata berbagai kategori luas kebun campuran Pendapatan Biaya Pendapatan Kategori Luas Total Pengelolaan Bersih Kebun Campuran (Rp/tahun) (Rp/tahun) (Rp/tahun) < 0,25 ha ,25 - < 0,5 ha ,5 - < 1 ha ha Rata-rata Sumber : Diolah dari data pimer penelitian Rumah Tangga Biaya Total Rumah Tangga Biaya total rumah tangga adalah jumlah total biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pengelolaan kebun campuran ditambah biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga meliputi biaya pangan, sandang, pendidikan, transportasi dan biaya lainnya seperti cicilan motor, dan tabungan. Besarnya biaya rumah tangga sangat dipengaruhi oleh jumlah tanggungan keluarga responden. Biaya pangan merupakan biaya rumah tangga yang dikeluarkan petani untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari keluarganya dan biaya sandang merupakan biaya yang dikeluarkan petani dalam memenuhi kebutuhan pakaian

56 44 keluarganya, biasa dikeluarkan petani satu kali dalam satu tahun, yaitu pada saat Idul Fitri. Sebagian besar petani tidak menganggarkan biaya untuk pendidikan dan transportasi. Biaya pendidikan yang dianggarkan biasanya hanya sampai tingkat menengah (SMP/SMU). Menurut hasil wawancara dan pengolahan data yang telah dilakukan biaya total rata-rata tertinggi dihasilkan dari biaya pangan dengan biaya total rata-rata Rp /tahun (47,0 %). Biaya total rata-rata yang dikeluarkan untuk biaya pengelolaan kebun campuran merupakan yang tertinggi kedua dengan biaya total rata-rata Rp /tahun (26,7 %). Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk non-pangan, yang terdiri dari biaya untuk sandang, pendidikan, transportasi, cicilan motor dan tabungan, merupakan yang terendah dengan biaya total rata-rata Rp /tahun (26,3 %). Biaya total rumah tangga rata-rata tertinggi dikeluarkan responden dari kategori luas kebun campuran 1 ha yaitu sebesar Rp /tahun dengan pengeluaran tertinggi berasal dari biaya pengelolaan kebun campuran yaitu sebesar Rp /tahun (46,1%). Sedangkan biaya total rumah tangga ratarata terendah dikeluarkan responden dari kategori luas kebun campuran < 0,25 ha yaitu sebesar Rp /tahun. Biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan kebun campuran pada kategori ini merupakan yang terendah yaitu sebesar Rp /tahun (11,7%). Biaya total rumah tangga rata-rata yang dikeluarkan responden selengkapnya disajikan pada Tabel 18. Tabel 18 Biaya total rumah tangga rata-rata menurut luas kebun campuran dan jenis pengeluaran Kategori Luas Kebun Campuran Pengelolaan Kebun Campuran Biaya Total Rumah Tangga Rata-rata (Rp/tahun) % Pangan % Non Pangan* % Total < 0,25 ha , , , ,25 - < 0,5 ha , , , ,5 - < 1 ha , , , ha , , , Rata-rata , , , Ket : * = biaya sandang, pendidikan, transportasi, cicilan motor, dan tabungan. Sumber : Data Primer Penelitian.

57 Pendapatan Rumah Tangga Beragamnya jenis pekerjaan petani secara langsung akan berpengaruh terhadap jumlah pendapatan rumah tangga yang diperoleh. Sumber-sumber pendapatan petani dapat berasal dari lahan maupun pekerjaan lain. Sumber pendapatan dari lahan berasal dari kebun campuran, sawah, ladang, dan kolam. Sedangkan sumber pendapatan lain berasal dari jenis pekerjaan dagang, pengrajin, upah buruh, dan karyawan/pns. Menurut hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa pendapatan total responden tertinggi diperoleh dari kebun campuran yaitu sebesar Rp /tahun (60,6%). Pendapatan dari jenis pekerjaan lainnya merupakan tertinggi kedua yaitu sebesar Rp /tahun (28,9 %). Pendapatan dari kolam merupakan yang terendah dengan pendapatan rata-rata sebesar Rp /tahun (1,8 %). Tingginya kontribusi pendapatan dari kebun campuran terhadap pendapatan total rumah tangga responden disebabkan karena sebagian besar responden memiliki pekerjaan pokok sebagai petani dan kebun campuran merupakan sumber pendapatan utama responden. Pendapatan rata-rata responden tertinggi diperoleh dari kategori luas kebun campuran 1 ha yaitu sebesar Rp /tahun. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki luas kebun campuran yang besar dapat memperoleh pendapatan yang besar pula karena jumlah tanaman yang tinggi dan jenis tanaman yang ditanam dapat relatif bervariasi. Pendapatan rata-rata responden terendah diperoleh dari kategori luas kebun campuran < 0,25 ha dengan pendapatan rata-rata Rp /tahun. Hal ini menjadikan kebun campuran merupakan usaha sampingan karena kecilnya luas yang dimiliki (jumlah dan jenis tanaman yang ditanam terbatas). Responden akan memilih jenis pekerjaan pokok lain untuk meningkatkan pendapatan sehingga pendapatan tertinggi kategori ini dari jenis pekerjaan lainnya yaitu Rp /tahun. Pendapatan yang diperoleh tergantung dari luas kebun campuran yang dimiliki. Responden yang memiliki kebun campuran yang besar akan memperoleh pendapatan yang besar karena mereka dapat memperbanyak jenis dan jumlah tanaman. Pendapatan rata-rata

58 46 rumah tangga responden menurut luas kebun campuran selengkapnya disajikan pada Tabel 19.

59 46 Tabel 19 Pendapatan total rumah tangga rata-rata menurut kategori luas kebun campuran dan sumber pendapatan Pendapatan Total Rumah Tangga Rata-rata Kategori Luas Kebun Campuran Kebun Campuran (Rp/tahun) % Sawah % Ladang % Kolam % Pekerjaan Lainnya* % Total < 0,25 ha , , , , , ,25 - < 0,5 ha , , , , , ,5 - < 1 ha , , ,1 0 0, , ha , ,2 0 0,0 0 0, , Rata-rata , , , , , Ket : * = Non-farm (dagang, pengrajin, buruh, dan karyawan/pns). Sumber : Data Primer Penelitian.

60 47 Pendapatan bersih rumah tangga adalah jumlah seluruh pendapatan total yang diperoleh responden dikurangi dengan biaya total rumah tangga yang dikeluarkan responden. Menurut pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh hasil pendapatan bersih rata-rata responden sebesar Rp /tahun. Pendapatan bersih rata-rata terbesar diperoleh dari kategori luas kebun campuran 1 ha yaitu sebesar Rp /tahun karena pendapatan total yang diperoleh memiliki kenaikan yang sangat tinggi (2,4 kali) dibandingkan pendapatan total pada kategori < 0,25 ha. Sedangkan pendapatan bersih pada kategori luas kebun campuran 0,25 - < 0,5 ha merupakan yang terendah yaitu sebesar Rp /tahun karena biaya total yang dikeluarkan meningkat (1,4 kali) dibandingkan biaya total pada kategori 0,25 - < 0,5 ha. Pendapatan bersih rata-rata responden dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Pendapatan bersih rata-rata menurut kategori luas kebun campuran Pendapatan Kategori Luas Biaya Rumah Total Rumah Pendapatan Bersih Kebun Tangga Tangga (Rp/tahun) Campuran (Rp/tahun) (Rp/tahun) < 0,25 ha ,25 - < 0,5 ha ,5 - < 1 ha ha Rata-rata Sumber : Data Primer Penelitian Permasalahan Pengelolaan Kebun Campuran Petani kebun campuran masih mempertahankan usaha kebun campuran karena usaha kebun campuran dapat memberikan jaminan bagi kelangsungan hidup mereka sehari-hari. Kebun campuran yang mereka miliki telah memberikan kontribusi bagi pemenuhan kebutuhan material dan pangan sepanjang tahun yang dapat dikonsumsi sendiri atau dijual. Hal ini sangat berarti terutama bagi keluarga yang memiliki pendapatan rendah karena memberikan pendapatan tambahan. Manfaat yang didapatkan dari kebun campuran selain manfaat ekonomi antara lain manfaat ekologi dan sosial. Manfaat ekologi seperti menjaga keseimbangan

61 48 distribusi hara tanah, pencegahan erosi tanah dan penyediaan oksigen bagi lingkungan sekitar. Sedangkan manfaat sosial dari adanya kebun campuran yaitu dapat membantu petani lain dari hasil kebunnya dan penyedia lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Kegiatan pengelolaan kebun campuran yang dilakukan petani di Desa Sukadamai tidak lepas dari berbagai macam permasalahan atau kendala yang harus dihadapi. Permasalahan utama yang dihadapai sebagian besar petani adalah terbatasnya modal yang dimiliki. Menurut hasil wawancara kepada responden diperoleh hasil sebanyak 24 jiwa atau sekitar 70 % responden menganggap faktor ekonomi, yaitu terbatasnya modal merupakan permasalahan utama pengelolaan kebun campuran. Sebanyak 8 jiwa atau sekitar 23 % responden menganggap bahwa belum adanya organisasi/lembaga yang mewadahi para petani kebun campuran, seperti pembentukan koperasi sebagai permasalahan utama pengelolaan. Hanya sebanyak 2 jiwa atau sekitar 6 % responden yang menganggap bahwa faktor keamanan yaitu masih adanya pencurian terhadap hasil kebun campuran sebagai permasalahan utama. Permasalahan utama pengelolaan kebun campuran di Desa Sukadamai selengkapnya disajikan pada Tabel 21. Tabel 21 Permasalahan utama pengelolaan kebun campuran responden Jumlah Responden Persentase Permasalahan Utama (jiwa) (%) Modal Pembentukan koperasi/kelompok tani 8 23 Pencurian 2 6 Hama/penyakit 1 1 Total Sumber : Data Primer Penelitian. Para petani berharap dengan modal yang cukup mereka dapat lebih mengembangkan usaha kebun campuran untuk dapat meningkatkan pendapatan. Pembentukan sebuah organisasi/lembaga sebagai wadah para petani bertukar informasi dan pengalaman juga dianggap dapat meningkatkan tingkat keamanan karena dapat dibentuk satuan petugas keamanan yang akan mengawasi lahan para petani dengan lebih terorganisasi.

62 49 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Sistem Pengelolaan Dan Kontribusi Kebun Campuran Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Sistem pengelolaan kebun campuran di Desa Sukadamai termasuk kedalam pola penggunaan lahan agroforestry jenis agrisilvikultur dengan tahapan kegiatan pengelolaan yang dilakukan yaitu pemilihan jenis tanaman, pengolahan tanah (penyiangan dan pendangiran), pengadaan benih dan bibit, penanaman, pemeliharaan (pembersihan lahan, pemupukan, dan pemberantasan hama/penyakit), pemanenan, dan pemasaran. 2. Latar belakang petani dalam mengelola kebun campuran antara lain faktor budaya (31 %), faktor ekonomi (60 %), faktor teknik pengelolaan (6 %), dan faktor ekologi (3 %). 3. Jenis tanaman kayu yang banyak ditanam adalah sengon karena budaya turun temurun. Jenis tanaman buah yang banyak ditanam adalah manggis, pisang, dan kelapa karena nilai jual yang tinggi dan harga yang stabil. Sedangkan jenis tanaman pertanian yang banyak ditanam adalah singkong karena banyak terdapat usaha pengolahan enyek-enyek dan keripik. 4. Kontribusi kebun campuran terhadap pendapatan rumah tangga yaitu sebesar 60,6 % (Rp /tahun) dan pendapatan tertinggi dari jenis tanaman buah sebesar 46,2 % (Rp /tahun). Pendapatan dari jenis tanaman kayu hanya sebesar 16,3 % (Rp /tahun). 5. Permasalahan utama yang dihadapi petani dalam kegiatan pengelolaan kebun campuran adalah modal (70 %), pembentukan koperasi/kelompok tani (23 %), pencurian (6 %), dan hama/penyakit (1%).

63 Saran Adapun saran yang dapat dijadikan rekomendasi dalam usaha pengembangan pengelolaan kebun campuran di Desa Sukadamai antara lain : 1. Perlu dibentuk suatu lembaga (koperasi atau kelompok tani) sebagai wadah para petani hutan rakyat untuk mempermudah akses petani dalam menjalin kerjasama dengan pihak luar (kelompok tani lainnya, HPGW, mitra usaha, dan LSM) oleh pihak desa dan pihak lain yang berwenang. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai analisis strategi pengembangan untuk meningkatkan pendapatan petani di Desa Sukadamai dari jenis tanaman kayu.

64 DAFTAR PUSTAKA Andayani W Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Usaha Tani Pola Agroforestry. Jurnal Hutan Rakyat. Vol. 4 No. 1 : Departemen Kehutanan Manual Kehutanan. Jakarta : Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Fauzi A Prinsip-prinsip Sosial Ekonomi. Panduan singkat. Bogor : Departemen Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Foresta et all Ketika Kebun Berupa Hutan Agroforest khas Indonesia Sumbangan masyarakat bagi pembangunan berkelanjutan, International Centre of Research in Agroforestry, Bogor Indonesia; Institut de Recherche pour le Development France; dan Ford Foundation, Jakarta Indonesia. Hairiah K, Sardjono M A, Sabarnurdin S Pengantar Agroforestry. Bahan Ajaran I. Bogor : World Agroforestry Centre (ICRAF). Hernanto F Ilmu Usaha Tani. Jakarta : Penebar Swadaya. Hutomo T Sistem Pengelolaan dan Kontribusi Kebun Campuran terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Hegarmanah, Kecamtan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. [skripsi]. Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Ika R Sistem Pengelolaan Kebun Campuran dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta. [skripsi]. Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Jumin H B Dasar-dasar Agronomi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Kartasubrata J Agroforestry. Bogor : Pusat Studi Pembangunan Lembaga Penelitan. Institut Pertanian Bogor. Kasryno Prospek Pembangunan Ekonomi Pedesaan Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

65 Kristiani H Kajian Sistem Pengelolaan dan Kontribusi Kebun Campuran terhadap Pendapatan Rumah Tangga pada Masyarakat Desa Jlarem, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. [skripsi]. Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Kumpulan Informasi Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering di Indonesia. Jakarta. Lembaga Penelitian IPB Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat. Bogor : Lembaga Penelitian IPB. Nair An Introduction to Agroforestry. Kluwer Academis Publishers. The Netherlands, 499 pp. Nurhayati Mengurangi Sistem Ijon dengan Perbaikan Pola Tanam. Majalah Salam. Edisi No. 8, tanggal 13 Desember Hal Riva W F Kajian Pengelolaan Kebun Campuran Tradisional dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Studi Kasus di Kampung Naga, Kecamatan Selawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat). [skripsi]. Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Satjapradja O Agroforestry di Indonesia : Pengertian dan Implementasinya Bogor : Balai Penelitian Hutan Soedyanto et al Bercocok Tanam (Jilid III). Yogyakarta : CV. Yasaguna. Simon H Pengelolaan Hutan Bersama Rakyat: Teori dan Aplikasi pada Hutan Jati di Jawa. Yogyakarta : BIGRAF Publishing. Soedyanto et all Bercocok Tanam (Jilid III). Jakarta : CV.Yasaguna. Soerianegara I dan A Indrawan Ekologi Hutan Indonesia. Bogor : Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Subroto I H Sistem Pengelolaan dan Kontribusi Sosial Ekonomi Hutan Rakyat. Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Suharjito D. (Penyunting) Hutan Rakyat di Jawa. Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat (P3KM). Fakultas Kehutanan Institut Petanian Bogor. 52

66 LAMPIRAN

67 Lampiran 1 Hasil rekap kuisioner dan kepemilikan lahan responden No. Umur Pekerjaan Tanggungan Luas Kepemilikan Lahan (ha) Pendidikan (tahun) Pokok Sampingan Keluarga Kebun Campuran Sawah Ladang Kolam Lainnya 1 37 tamat SMP/SMU Buruh Tani 3 0, tamat SD Tani Lainnya 4 0,1 0, tamat SMP/SMU Buruh Tani 3 0, tamat SMP/SMU Tani Dagang 3 0,2 0, Perguruan Tinggi Tani Dagang 2 0, tamat SD Buruh Tani 3 0, , tidak sekolah Tani Lainnya 2 0, tamat SMP/SMU Tani Peternak 5 0, , tamat SMP/SMU Tani Dagang 4 0,1 0,2 0, tamat SD Buruh Tani 3 0,2 0, tidak sekolah Tani Lainnya 3 0,1-0,01-0, tamat SD Buruh Tani 4 0,2 0, tidak sekolah Tani Peternak 1 0, tidak sekolah Tani Lainnya 2 0, tidak sekolah Tani Dagang 2 0, , tamat SD Tani Lainnya 3 0, tamat SD Tani Dagang 4 0,25 0, tamat SD Buruh Tani 2 0,3-0, tamat SD Dagang Tani 3 0, , Perguran Tinggi Tani Dagang 3 0,25 0, tamat SD Buruh Tani 4 0, tamat SMP/SMU Tani Dagang 4 0, , tidak sekolah Dagang Tani 5 0,4 0, tamat SD Tani Dagang 3 0, tamat SMP/SMU Tani Lainnya 3 0,25-0, tidak sekolah Tani Dagang 2 0, , tamat SMP/SMU Tani Dagang 4 0, tamat SD Buruh Lainnya 3 0,5-0, tamat SMP/SMU Buruh Dagang 3 0, tamat SD Peternak Buruh 3 0,5 0, tamat SMP/SMU Buruh Dagang 4 0, tamat SMP/SMU Lainnya Tani 2 0, tamat SD Tani Lainnya 3 1 0, tamat SMP/SMU Dagang Tani 2 1, tamat SD Lainnya Peternak total ,41 0,20 1 Rata-rata ,35 0,26 0,08 0,07 0,20 54

68 Lampiran 2 Profil vertikal berbagai kategori luas kebun campuran < 0,25 ha 0,25 - < 0,5 ha 0,5 - < 1 ha > 1 ha 55

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agroforestry 2.1.1. Definisi Agroforestry Agroforestry adalah suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan teknologi, dimana tanaman keras berkayu (pohon-pohonan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1. Pengertian Dalam UU No. 41 tahun 1999, hutan rakyat merupakan jenis hutan yang dikelompokkan ke dalam hutan hak. Hutan hak merupakan hutan yang berada di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan atau ternak) membuat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan atau ternak) membuat 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Agroforestri Sistem agroforestri memiliki karakter yang berbeda dan unik dibandingkan sistem pertanian monokultur. Adanya beberapa komponen berbeda yang saling berinteraksi dalam

Lebih terperinci

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri AGROFORESTRI Ellyn K. Damayanti, Ph.D.Agr. M.K. Ekoteknologi Konservasi Tumbuhan Bogor, 19 Maret 2013 PENDAHULUAN Apa itu Agroforestri? Agro/agriculture; forestry Nama bagi sistem-sistem dan teknologi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN Noviana Khususiyah, Subekti Rahayu, dan S. Suyanto World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan menjadi suatu sistem yang menguntungkan adalah sistem agroforestri.

I. PENDAHULUAN. dan menjadi suatu sistem yang menguntungkan adalah sistem agroforestri. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sistem pemanfaatan lahan yang optimal dalam menghasilkan produk dan menjadi suatu sistem yang menguntungkan adalah sistem agroforestri. Agroforestri menurut

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati Ringkasan Penelitian ini dilakukan terhadap anggota Kelompok Tani

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1. Pengertian Hutan Rakyat Hutan secara singkat dan sederhana didefinisikan sebagai suatu ekosistem yang didominasi oleh pohon (Suharjito, 2000). Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk menopang perekonomian nasional. Pembangunan pertanian yang baik untuk Negara Indonesia adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Marga dan Hutan Rakyat 1. Hutan Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Lebih terperinci

EKOLOGI MANUSIA : PERTANIAN DAN PANGAN MANUSIA. Nini Rahmawati

EKOLOGI MANUSIA : PERTANIAN DAN PANGAN MANUSIA. Nini Rahmawati EKOLOGI MANUSIA : PERTANIAN DAN PANGAN MANUSIA Nini Rahmawati Pangan dan Gizi Manusia Zat gizi merupakan komponen pangan yang bermanfaat bagi kesehatan (Mc Collum 1957; Intel et al 2002). Secara klasik

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat dengan memperhatikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah PENDAHULUAN Latar Belakang Alih-guna lahan hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menggabungkan unsur tanaman dan pepohonan. Agroforestri adalah suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. menggabungkan unsur tanaman dan pepohonan. Agroforestri adalah suatu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Agroforestri Hairiah, dkk (2003) mendefinisikan agroforestri merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan di bidang pertanian dan kehutanan yang mencoba menggabungkan unsur tanaman dan

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kecamatan Conggeang 4.1.1 Letak geografis dan administrasi pemerintahan Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara Kabupaten Sumedang. Kecamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas

III. METODE PENELITIAN. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas III. METODE PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas minimum 0,25 ha. Hutan rakyat ini merupakan suatu pengembangan pengelolaan hutan yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya masyarakat sekitar hutan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Khusus di Propinsi Lampung, pembukaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 19 PENDAHULUAN Latar Belakang Kebun campuran sebagai salah satu contoh sistem agroforestry kompleks merupakan suatu sistem pemanfaatan lahan berbasiskan pada pengetahuan tradisional masyarakat yang telah

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat yang masih memiliki nilai-nilai dan kultur tradisional. Sejak jaman dahulu, mereka tidak hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jenis salak yang terdapat di Indonesia, yakni : salak Jawa Salacca zalacca

I. PENDAHULUAN. jenis salak yang terdapat di Indonesia, yakni : salak Jawa Salacca zalacca I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salak merupakan salah satu buah tropis yang banyak diminati orang karena memiliki keunggulan baik dari segi rasa maupun penampilan buahnya. Ada 3 (tiga) jenis salak yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kombinasi antara produksi pertanian, termasuk pohon, buah-buahan dan atau

TINJAUAN PUSTAKA. kombinasi antara produksi pertanian, termasuk pohon, buah-buahan dan atau TINJAUAN PUSTAKA Agroforestri Agroforestri adalah suatu sistem pengelolaan lahan yang merupakan kombinasi antara produksi pertanian, termasuk pohon, buah-buahan dan atau peternakan dengan tanaman kehutanan.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas HPGW secara geografis terletak diantara 6 54'23'' LS sampai -6 55'35'' LS dan 106 48'27'' BT sampai 106 50'29'' BT. Secara administrasi pemerintahan HPGW

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

PERANAN AGROFORESTRY UNTUK KONSERVASI TANAH DAN AIR. Oleh Firmansyah, S.Hut, M.Si Penyuluh Kehutanan Ahli Pusat Penyuluhan Kehutanan BP2SDM

PERANAN AGROFORESTRY UNTUK KONSERVASI TANAH DAN AIR. Oleh Firmansyah, S.Hut, M.Si Penyuluh Kehutanan Ahli Pusat Penyuluhan Kehutanan BP2SDM PERANAN AGROFORESTRY UNTUK KONSERVASI TANAH DAN AIR Oleh Firmansyah, S.Hut, M.Si Penyuluh Kehutanan Ahli Pusat Penyuluhan Kehutanan BP2SDM anah dan air merupakan komponen yang sangat vital dalam menopang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desa Pesawaran Indah ini merupakan salah satu desa yang semua penduduknya

III. METODE PENELITIAN. Desa Pesawaran Indah ini merupakan salah satu desa yang semua penduduknya 19 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran. Lokasi ini dipilih secara sengaja dikarenakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat dan Pengelolaannya Hutan rakyat adalah suatu lapangan yang berada di luar kawasan hutan negara yang bertumbuhan pohon-pohonan sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan semakin banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia seiring dengan perkembangan zaman. Pemanfaatan hutan biasanya sangat bervariasi, mulai dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH 5.1. Kondisi Umum Kecamatan Leuwisadeng Kecamatan Leuwi Sadeng merupakan kecamatan yang terletak di Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor. Kecamatan Leuwi Sadeng terdiri dari 8

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri dan Kawasan Industri Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan mulai dari tanaman keras, non kayu, satwa, buah-buahan, satuan budi

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan mulai dari tanaman keras, non kayu, satwa, buah-buahan, satuan budi TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Hutan rakyat adalah hutan yang pengelolaannya dilaksanakan oleh organisasi masyarakat baik pada lahan individu, komunal (bersama), lahan adat, maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Responden Tingkat pendidikan di Desa Babakanreuma masih tergolong rendah karena dari 36 responden sebagian besar hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SD,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Nasional Way Kambas Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan lindung. Pendirian kawasan pelestarian alam Way Kambas dimulai sejak tahun 1936

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Wilayah Kabupaten Ciamis Berdasarkan data geografis, wilayah Kabupaten Ciamis berada pada 108 20' sampai dengan 108 40' Bujur Timur dan 7 40'20" Lintang

Lebih terperinci

Oleh : Sri Wilarso Budi R

Oleh : Sri Wilarso Budi R Annex 2. The Training Modules 1 MODULE PELATIHAN RESTORASI, AGROFORESTRY DAN REHABILITASI HUTAN Oleh : Sri Wilarso Budi R ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam perkembangannya memanfaatkan hutan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan kayu bangunan, hasil

Lebih terperinci

Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry

Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry Oleh : Binti Masruroh Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n T E N T A N G P E R M A K U L T U R S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n A PA ITU P ERMAKULTUR? - MODUL 1 DESA P ERMAKULTUR Desa yang dirancang dengan Permakultur mencakup...

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk ALFARED FERNANDO SIAHAAN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

SISTEM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT

SISTEM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT SISTEM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT (Studi Kasus : Nagori Raya Huluan Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun) SKRIPSI Oleh : CHARIS B.K.N.SIMANGUNSONG 031201027/MANAJEMEN

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989.

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989. V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil dan Kelembagaan UBH-KPWN Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) merupakan koperasi yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada

Lebih terperinci

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM PENDUGAAN POTENSI TEGAKAN HUTAN PINUS (Pinus merkusii) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM START MENGGUNAKAN UNIT CONTOH LINGKARAN KONVENSIONAL

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sistem Agroforestri Istilah agroforestri mulai mendapat perhatian dunia internasional secara global sejak tahun 1970-an (van Maydel

TINJAUAN PUSTAKA Sistem Agroforestri Istilah agroforestri mulai mendapat perhatian dunia internasional secara global sejak tahun 1970-an (van Maydel TINJAUAN PUSTAKA Sistem Agroforestri Istilah agroforestri mulai mendapat perhatian dunia internasional secara global sejak tahun 1970-an (van Maydel 19850. Ada banyak pengertian dan batasan agroforestri.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Petani PENDAHULUAN umumnya lebih memusatkan pada Hutan rakyat merupakan hutan yang pendapatan atau faktor ekonominya

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Petani PENDAHULUAN umumnya lebih memusatkan pada Hutan rakyat merupakan hutan yang pendapatan atau faktor ekonominya 1 PENDAHULUAN Hutan rakyat merupakan hutan yang dibangun oleh masyarakat pada lahan milik rakyat. Hutan rakyat tetap penting, karena selain secara ekologi dapat mendukung lingkungan (menahan erosi, mengurangi

Lebih terperinci

Ekologi Padang Alang-alang

Ekologi Padang Alang-alang Ekologi Padang Alang-alang Bab 2 Ekologi Padang Alang-alang Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Rakyat 1. Pengertian Hutan Rakyat Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan Rakyat dan Agroforestry. maupun lahan yang dikuasai oleh negara. Hutan rakyat tersusun dari satuan

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan Rakyat dan Agroforestry. maupun lahan yang dikuasai oleh negara. Hutan rakyat tersusun dari satuan TINJAUAN PUSTAKA Hutan Rakyat dan Agroforestry Hutan rakyat adalah hutan yang pengelolaannya dilaksanakan oleh organisasi masyarakat baik pada lahan individu, komunal (bersama), lahan adat, maupun lahan

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroforestri Definisi agroforestri

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroforestri Definisi agroforestri II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroforestri 2.1.1 Definisi agroforestri Dalam Bahasa Indonesia, kata agroforestry dikenal dengan istilah wanatani atau agroforestri yang arti sederhananya adalah menanam pepohonan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya pemanfaatan sumber daya alam khususnya hutan, disamping intensitas teknologi yang digunakan. Kehutanan

Lebih terperinci

ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H.

ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H. ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H. DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan merupakan suatu asosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan merupakan suatu asosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Hutan merupakan suatu asosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian besar terdiri dari pohon-pohon atau vegetasi berkayu yang menempati areal luas.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN A. Kondisi Kekinian dan Status Kawasan Gunung Pulosari Hasil analisis yang dilakukan terhadap citra Landsat 7 liputan tahun, kondisi tutupan lahan Gunung Pulosari terdiri dari

Lebih terperinci

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN A. Kondisi Kekinian dan Status Kawasan Gunung Aseupan Hasil analisis yang dilakukan terhadap citra Landsat 7 liputan tahun 2014, kondisi tutupan lahan Gunung Aseupan terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 35 IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Barat Menurut Pemerintah Kabupaten Lampung Barat (2011) bahwa Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Kondisi Geografis Desa Suka Damai merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Gereudong Pase, Kabupaten Aceh Utara. Ibu kota kecamatan ini berada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. 4 TINJAUAN PUSTAKA Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang di tunjuk dan atau di tetapkan oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. Kawasan hutan perlu di tetapkan untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Undang-Undang RI No. 41 tahun 1999, hutan rakyat adalah hutan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Undang-Undang RI No. 41 tahun 1999, hutan rakyat adalah hutan yang 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Rakyat Dalam Undang-Undang RI No. 41 tahun 1999, hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh diatas tanah yang dibebani hak milik (Departeman Kehutanan dan Perkebunan, 1999).

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Desa Ciaruteun Ilir Desa Ciaruteun Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 360 ha,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang 79 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur 1. Keadaan Umum Pemerintahan Kecamatan Teluk Betung Timur terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN 2012-2014 TUJUAN untuk merumuskan model agroforestry yang dapat diterapkan dengan mempertimbangkan aspek budidaya, lingkungan dan sosial ekonomi SASARAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup penting keberadaannya di Indonesia. Sektor inilah yang mampu menyediakan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, sehingga

Lebih terperinci

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh MENDUT NURNINGSIH E01400022 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli BAB V Pembangunan di Kabupaten Bangli Oleh: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Bangli. Dewasa ini, permintaan kayu semakin meningkat, sementara kemampuan produksi kayu dari kawasan hutan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan ekosistem alami yang sangat kompleks dan juga merupakan salah satu gudang plasma nutfah tumbuhan karena memiliki berbagai spesies tumbuhan. Selain itu,

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN PRODUK HUTAN RAKYAT BAMBU

ANALISIS PEMASARAN PRODUK HUTAN RAKYAT BAMBU ANALISIS PEMASARAN PRODUK HUTAN RAKYAT BAMBU (Studi Kasus : Desa Telagah Kec.Sei Binggei Kab.Langkat) SKRIPSI OLEH IMMER SIMAMORA 051201004 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Sistem pertanian polikultur didefinisikan sebagai sebuah metode pertanian yang memadukan lebih dari 4 jenis tanaman lokal bernilai

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Petani Hutan Rakyat 5.1.1. Karakteristik Petani Hutan Rakyat Karakteristik petani hutan rakyat merupakan suatu karakter atau ciri-ciri yang terdapat pada responden.

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci