TINJAUAN PUSTAKA Sistem Agroforestri Istilah agroforestri mulai mendapat perhatian dunia internasional secara global sejak tahun 1970-an (van Maydel
|
|
- Erlin Gunardi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TINJAUAN PUSTAKA Sistem Agroforestri Istilah agroforestri mulai mendapat perhatian dunia internasional secara global sejak tahun 1970-an (van Maydel Ada banyak pengertian dan batasan agroforestri. ICRAF, International Centre for Research in Agroforestry, memberi definisi tentang agroforestri sebagai suatu nama kolektif untuk sistem dan penggunaan lahan, dimana tanaman keras berkayu (pepohonan, perdu, palem, bambu, dsb) ditanam secara bersamaan dalam unit lahan yang sama dengan tanaman pertanian dan/atau ternak, dengan tujuan tertentu, dalam bentuk pengaturan ruang atau urutan waktu, dan didalamnya terdapat interaksi ekologi dan ekonomi di antara berbagai komponen yang bersangkutan (Lundgren and Raintree 1982 diacu Nair 1993). Whitten et al (1999) menyatakan bahwa agroforestri, agroperhutanan atau wanatani merupakan sistem tata guna lahan yang sesuai dengan praktek-praktek budaya dan kondisi lingkungan setempat, yang tanaman semusim atau tahunan dapat dibudidayakan secara bersama-sama atau rotasi, bahkan kadang-kadang dalam beberapa lapisan sehingga memungkinkan produksi yang dilakukan terus menerus karena pengaruh peningkatan kondisi tanah dan iklim mikro yang tersedia di hutan. Agroforestri dipahami secara sederhana sebagai sebuah konsep umum mengenai sistem pengelolaan lahan yang mengkombinasikan pohon dan tanaman pertanian (agricultural crops). Berbagai teknik membangun agroforestri dalam aplikasinya dapat dipilih yang mana pemilihan suatu teknik disesuaikan dengan kondisi biofisik dan faktor sosial ekonomi. Beragam teknik seperti alley cropping, taungya, dan lainnya akhirnya melahirkan beragam bentuk sistem agroforestri. Beragam bentuk sistem agroforestri yang ada oleh Nair (1991) yang diacu dalam Nair (1993) dikelompokkan agar memudahkan untuk memahami, mengevaluasi dan mengembangkan agroforest berdasarkan kriteria umum. Menurut Nair (1993), praktek-praktek agroforestri dibagi menjadi 3 kategori utama berdasarkan komponen agroforestri yaitu agrisilvicultural systems, silvopastural systems dan agrosilvopastoral systems. Praktek-praktek agroforestri yang termasuk kategori agrisilvicultural systems memiliki karakter bahwa komponenya adalah tanaman 4
2 yang terdiri atas tanaman semusim, tanaman semak belukar, tanaman merambat dan pohon. Berbeda dengan agrisilvicultural systems, silvopastural systems memiliki karakter utama dengan komponen agroforestri adalah pohon, ternak dan atau binatang. Kategori yang terakhir, agrosilvopastoral systems, memiliki karakter utama komponen penyusunya adalah pohon, tanaman semusim dan ternak atau binatang. Singh (1995) secara rinci menyebutkan beberapa potensi pemanfaatan agroforestri untuk petani pedesaan yaitu : - memperbaiki tanah, melalui pencegahan erosi, siklus nutrien, penambahan bahan organik, dan fiksasi nitrogen - meningkatkan panenan karena perbaikan tanah dan perubahan mikroklimat - meningkatkan produksi ternak melalui perbaikan kualitas makanan ternak, persediaan makanan ternak selama musim kering, dan perubahan iklim - pendapatan cash dari produk pohon seperti buah dan kayu - memperkecil risiko melalui diversifikasi - ketersediaan kayu bakar (dan menghemat waktu dan biaya untuk pengumpulan kayu bakar) - kayu untuk bangunan dan pagar batas - batas demarkasi dan pagar hidup menggunakan pohon. Kebun Pepohonan Tree Garden Istilah kebun pepohonan, tree garden, digunakan Wiersum (1982) untuk menunjukkan pada sistem agroforestri tajuk berlapis, multiple-storeyed agroforestry system, yang didalamnya terdapat campuran beberapa pohon buahbuahan dan pohon lainnya, terkadang juga ada tanaman pangan semusim. Terra GJA (1953) dalam Wiersum (1982) mengungkap bahwa ada 3 tipe tree gardening (penanaman pohon) yang ada di Jawa yaitu home garden (pekarangan), tree garden (kebun atau talun) dan clumps of fruit. Karateristik untuk masing-masing tipe adalah sebagai berikut : 5
3 a) pekarangan (home garden) : kebun diberi pagar, terdapat di pekarangan rumah, terdapat pohon penghasil buah dan kayu serta sayuran dan tanaman pangan tahunan. Menurut sejarahnya pekarangan ini terkait dengan lahan basah untuk tanaman padi (sawah) namun selanjutnya terkait dengan lahan kering. Kebanyakan ditemukan di lahan milik individu yang memiliki latar belakang budaya martiarkal. Secara khusus pekarangan terdapat di Jawa Tengah dan dikelola oleh orang-orang Jawa. b) kebun atau talun ( tree garden) : merupakan campuran pepohonan yang terdapat di lahan milik komunal yang berada di sekitar desa yang padat dengan pemukiman. Terkadang juga terletak agak jauh dari desa. Kebun atau talun tidak dikelola dan menurut sejarahnya terlait dengan praktek perladangan berpindah. Banyak ditemukan di lahan milik komunal dan memiliki budaya yang bersifat partriarkal. Kebanyakan ditemukan di Jawa Barat yang dikelola oleh orang-orang Sunda. Jika dibandingkan dengan pekarangan, kebun atau talun kurang terawat dan nampaknya lebih menyerupai hutan alam c) Rumpun pohon buah-buahan atau pohon kayu yang ditanam di lahan yang telah digunakan untuk praktek perladangan berpindah. Penanaman rumpun pohon ini menunjukkan hak milik utama terhadap pohon yang ada di lahan milik komunal. Tree garden tumbuh dan berkembang lebih awal dibandingkan dengan home garden. Hal itu dapat dipahami dari histori home garden muncul pada saat kebun-kebun pada lahan komunal dibagi-bagi menjadi kebun-kebun milik individual. Seseorang lalu membangun rumah di kebunnya, sebagian lahan kebun yang tidak menjadi rumah menjadi pekarangan. Pada tree garden yang lain, tanaman musiman diintroduksi dan tree garden dikelola lebih intensif. Perubahan terjadi pada tree garden ini. Perubahan juga terjadi pada clumps of fruit yang berubah menjadi tree garden. Perubahan-perubahan yang terjadi pada ketiga sistem tersebut mendorong Wiersum (1982) membedakan tree gardening menjadi : home garden (pekarangan), mixed garden (kebun campuran) dan forest garden (talun, kebun). Berikut karakteristik untuk masing-masing tipe. a) Pekarangan (home gardens): bentuk penggunaan lahan di lahan milik yang berada di pekarangan rumah dengan pagar yang jelas dengan beberapa jenis 6
4 pohon yang ditanamn bersamaan dengan tanaman semusim dan tanaman tahunan dan seringkali dijumpai sedikit ternak. b) Kebun campuran (mixed gardens): bentuk penggunaan lahan di lahan milik yang terletak di luar desa yang didominasi dengan tanaman tahunan kebanyakan pepohonan dan dibawahnya ditanami dengan tanaman tahunan. c) Talun atau kebun (forest gardens): bentuk penggunaan lahan di lahan milik di luar desa yang ditanami pepohonan atau pohon yang tumbuh sendiri dan terkadang ditanami pula dengan tanaman pangan tahunan. Beragam tipe tree gardening systems yang ada namun secara keseluruhan sebenarnya memiliki persamaan karakter (Wiersum 1982) yaitu : 1. memiliki keragaman jenis yang tinggi yang kebanyakan terdapat tanaman MPTS dari beragam tajuk (terkadang ada ternak misalnya ayam) yang menjamin variasi produksi dalam tahunan 2. kebanyakan didominasi oleh pepohonan daripada tanaman pertanian musiman yang menghasilkan nutrien sebagian besar tersimpan dalam vegetasi sehingga mengurangi risiko pelindisan hara dan erosi. 3. kebun pepohonan merupakan bagian dari sistem pertanian keseluruhan, dimana kebun pepohonan menyediakan produk tambahan dengan kandungan gizi tinggi, tanaman obat-obatan dan rempah-rempah, kayu bakar, pakan ternak dan kayu-kayu untuk konstruksi. 4. dalam kondisi normal, kebun pepohonan hanya menghasilkan produk tambahan untuk keperluan subsisten dan jika memungkinkan saat ada kelebihan hasil maka produk tersebut dijual. 5. praktek kebun pepohonan akan berbeda karena lingkungan lokal, kondisi sosial ekonomi masyarakat, preferensi dan keterampilan individu yang berbeda. Fungsi Agroforestri Soemarwoto (1984) dalam Iskandar (2001) menyatakan bahwa agroforestri berstruktur menyerupai hutan alam sehingga memiliki fungsi ekologi seperti layaknya hutan alam. Disamping itu agroforestri memiliki manfaat sosial, budaya 7
5 dan ekonomi bagi masyarakat pedesaan. Fungsi ekologi yang melekat pada agroforestri diantaranya menahan erosi tanah, mengatur sistem hidrologi, konservasi plasma nutfah, memberikan efek positif pada iklim mikro. Fungsi ekologi sistem agroforestri khususnya dalam konservasi tanah dan air menurut Noorwijk et al (2004) tercipta karena adanya unsur pepohonan dan vegetasi lainnya melalui mekanisme pepohonan yang berperan dalam intersepsi air hujan, daya pukul air tanah, infiltrasi air dan serapan air. Fungsi ekologi lainnya yang penting adalah adanya keragaman jenis yang dapat berperan sebagai cadangan genetik untuk kebutuhan manusia di masa mendatang. Fungsi sosial budaya dan ekonomi dari agroforestri adalah menopang kehidupan baik kebutuhan hidup sehari-hari (subsistence) maupun untuk menghasilkan produksi komersil yang dapat diperjualbelikan (Soemarwoto 1984 dalam Iskandar 2001). Sementara itu fungsi sosial yang diemban sistem agroforestri antara lain berbagi hasil kebun dengan kerabat ataupun tetangga ( Parikesit et al 2004; Abdullah et al 2006). Dinamika Sistem Agroforestri Kebun campuran seperti ekosistem hutan senantiasa berubah dan diperbaharui dengan adanya hubungan saling mempengaruhi antara faktor manusia dan struktur kebun. Ini menjadikan kondisi struktur kebun bersifat dinamis (Michon et al 1983). Hal ini menunjukkan bahwa dinamika kebun dapat dilihat dari adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada struktur kebun. Michon et al 1983 menguraikan bagaimana faktor manusia mempengaruhi kebun dimana menurutnya bahwa penduduk merupakan bagian dari ekosistem agroforestri di pedesaan. Pengetahuan, pengalaman dan praktek-praktek yang dilakukannya mengatur dan memodifikasi fungsi dan dinamika komponen yang ada dalam sistem agroforestri tersebut. Terkait dengan kebun campuran maka karakter pemilik kebun campuran turut berperan dalam proses dinamika kebun campuran. Faktor dari lingkungan yang tidak diharapkan terjadi telah membawa perubahan pada dinamika kebun (village garden) di Cibitung Bogor yaitu tidak adanya lembaga lokal yang mengatasi pemasaran cengkeh, harga cengkeh lokal 8
6 yang turun, adanya pengembangan proyek resort holiday dan pembangunan lapangan golf (Michon dan Mary 1994). Kebutuhan tempat pemukiman dan lahan untuk pertanian yang intensif telah menyebabkan perubahan yang cepat pada kebun tradisional di Cibitung. Fitur hutan alam yang ada pada kebun secara gradual berubah menjadi kebun pekarangan yang tidak kompleks (Michon dan Mary 1994). Parikesit et al (2004) menyatakan dalam penelitiannya bahwa perluasan sistem pertanian intensif mempengaruhi keberadaan kebon tatangkalan di DAS Citarum. Disamping itu pertumbuhan penduduk menjadi salah satu penyebab terjadi konversi kebon tatangkalan. Faktor ekonomi pasar berkonsekuensi terhadap maksimisasi produksi dan penggunaan input eksternal sehingga kebun pekarangan hilang (Kumar dan Nair 2004). Input eksternal dalam sistem pertanian tradisional ini merupakan masuknya inovasi teknologi dalam sistem tersebut. Tekanan pasar, komersialisasi dan adopsi teknologi mendorong perubahan dalam agroekosistem termasuk pekarangan (Abdoellah et al 2001 dalam Abdoellah 2006). Faktor pasar ini juga dikatakan oleh Abdoellah et al (2006) bahwa keperluan khusus, preferensi pemilik dan pasar merupakan faktor utama yang memicu pembangunan pertanian intensif dan menyebabkan meningkatnya komersialisasi pekarangan. Nautiyal et al (1998) menyatakan bahwa pada sistem agroforestri di Garhwal Himalaya, India perubahan yang terjadi pada penggunaan lahan didorong karena adanya interaksi antara faktor ekologi, kebijakan dan faktor manusia. Palte (1980) dalam Wiersum (1982) menyebutkan bahwa ada 11 faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi keberadaan sistem agroforestri yaitu (1) metode pengelolaan dan atau keberhasilan pengenalan sistem agroforesti pada petani, (2) situasi demografi, (3) ukuran lahan pertanian dan kepemilikan lahan, (4) struktur kekuatan lokal, (5) kohesi desa (modal sosial), (6) keberadaaan lembaga sosial, (7) pendapatan petani, (8) tekanan dan pemanfaatan tenaga kerja, (9) produktivitas, (10) komersialisasi dan pasar, (11) ketersediaan modal dan kredit serta penyuluhan. 9
7 Faktor-faktor penyebab terjadinya dinamika pada pekarangan diantaranya faktor sosial ekonomi ( Peyre et al 2006 ). Wiersum (2004) menyebutkan faktorfaktor yang menyebabkan dinamika tersebut adalah peran pekarangan dalam semua sistem pertanian, pendapatan petani dan akses pada pekerjaan di luar pertanian. Beberapa hasil penelitian tentang dinamika sistem agroforestri seperti yang telah diungkapkan di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya dinamika sebuah sistem agroforestri yakni faktor pengelola sistem agroforestri, pasar, kelembagaan, kebijakan, teknologi, dan budaya. Penelitian dinamika agroforestry yang telah dilakukan selama ini umumnya mengungkap perubahan keragaman jenis (Augusseau et al 2006; Peyre et al 2006; Abdoellah et al 2006), homogenisasi struktur (Peyre et al 2006), alih guna lahan ( Michon dan Mary 1994). Namun ukuran dari dinamika itu sendiri belum ada suatu ukuran standar hanya menurut Perikesit et al (2004) kecenderungan menurunnya kebon tatangkalan dapat didekati dengan indikator penurunan luasan areal kebun. Vandermeer et al (1998) dalam Parikesit et al (2004) memandang bahwa dalam sistem multi-species (termasuk kebun campuran) dimensi manusia membuat persoalan yang ada pada sistem tersebut menjadi lebih kompleks karena indikatornya memiliki karakter yang lebih bersifat dinamik daripada biofisik. Hal ini membuat istilah dinamika kebun campuran dipandang sebagai suatu perubahan yang terjadi pada kebun campuran yang memiliki keterkaitan dengan unsur sosial. Dinamika yang terjadi pada kebun campuran dan pada sistem-sistem agroforestri lainnya merupakan sebuah kelaziman. Hal yang penting adalah keberlanjutan fungsi sistem agroforestri tersebut. Awalnya konsep kelestarian hanya dilihat dari prinsip stabilitas ekologi namun demikian konsep kelestarian dari prinsip sosial ekonomi juga menjadi penting. Kelestarian fungsi sosial ekonomi diharapkan tidak hanya berkaitan dengan kondisi penghidupan saat ini saja akan tetapi bagaimana sistem tersebut mampu menyesuaikan dengan perubahan sosial ekonomi masyarakat (Wiersum 2006). 10
8 Konsep Adaptasi Ada beberapa konsep adaptasi manusia dengan lingkungannya yang telah dikembangkan oleh para ahli. Salah satu konsep adaptasi dikembangkan oleh Bennett pada tahun Adaptasi merupakan suatu perilaku responsif manusia terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Perilaku responsif tersebut memungkinkan mereka dapat menata sistem-sistem tertentu bagi tindakan atau tingkah lakunya, agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada. Perilaku tersebut di atas berkaitan dengan kebutuhan hidup, setelah sebelumnya melewati keadaan-keadaan tertentu dan kemudian membangun suatu strategi serta keputusan tertentu untuk menghadapi keadaan-keadaan selanjutnya (Bennett 1976 dalam Golar 2007). Konsep adaptasi Bennet memfokuskan pada cara-cara aktif dari pertalian manusia dengan fenomena alam. Hal ini menunjuk pada mekanisme bagaimana manusia memperoleh keinginannya atau menyesuaikan hidupnya terhadap lingkungannya atau sebaliknya menyesuaikan lingkungan kepada tujuan-tujuan hidupnya (Suharjito 2002). Perilaku adaptif dapat berupa inovatif, mencari perubahan, memproduksi sesuatu yang baru atau konservatif dan tenggangrasa (Bennett 1976 dalam Suharjito 2002). Salah satu kunci konsep adaptasi yaitu konsep strategi adaptasi dari Bennett (1976) digunakan oleh Suharjito (2002) untuk menjelaskan bagaimana keluarga/rumahtangga mengembangkan sistem agroforestry kebun-talun, dalam menghadapi tekanan penduduk dan intervensi ekonomi pasar. Dijelaskan bahwa pasar telah mendorong keluarga/rumahtangga, yang sebelumnya subsisten, untuk mengkonsumsi barang-barang pasar yang tidak diproduksi sendiri, sehingga petani dipaksa untuk menghasilkan surplus produksi yang akan digunakan membeli barang-barang tersebut. Di sisi yang lain, tekanan terhadap lahan meningkat, baik karena jumlah atau rasio penduduk-lahan yang terus bertambah, maupun disebabkan oleh kebutuhan hidup yang terus meningkat. 11
DINAMIKA KEBUN CAMPURAN : Studi Kasus Praktek Pemanfaatan Lahan Kering Secara Berkelanjutan di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor
DINAMIKA KEBUN CAMPURAN : Studi Kasus Praktek Pemanfaatan Lahan Kering Secara Berkelanjutan di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor KUSHARTATI BUDININGSIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1. Pengertian Dalam UU No. 41 tahun 1999, hutan rakyat merupakan jenis hutan yang dikelompokkan ke dalam hutan hak. Hutan hak merupakan hutan yang berada di
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati
Lebih terperinciAGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri
AGROFORESTRI Ellyn K. Damayanti, Ph.D.Agr. M.K. Ekoteknologi Konservasi Tumbuhan Bogor, 19 Maret 2013 PENDAHULUAN Apa itu Agroforestri? Agro/agriculture; forestry Nama bagi sistem-sistem dan teknologi
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengelolaan lahan berkelanjutan (sustainable land management) adalah pengelolaan lahan secara terpadu berbasis ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan akan pangan dan serat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Hutan Rakyat dan Agroforestry. maupun lahan yang dikuasai oleh negara. Hutan rakyat tersusun dari satuan
TINJAUAN PUSTAKA Hutan Rakyat dan Agroforestry Hutan rakyat adalah hutan yang pengelolaannya dilaksanakan oleh organisasi masyarakat baik pada lahan individu, komunal (bersama), lahan adat, maupun lahan
Lebih terperinciAGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN
AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN Noviana Khususiyah, Subekti Rahayu, dan S. Suyanto World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan atau ternak) membuat
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Agroforestri Sistem agroforestri memiliki karakter yang berbeda dan unik dibandingkan sistem pertanian monokultur. Adanya beberapa komponen berbeda yang saling berinteraksi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada pulau. Berbagai fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Hutan merupakan bagian penting di negara Indonesia. Menurut angka resmi luas kawasan hutan di Indonesia adalah sekitar 120 juta hektar yang tersebar pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1. Pengertian Hutan Rakyat Hutan secara singkat dan sederhana didefinisikan sebagai suatu ekosistem yang didominasi oleh pohon (Suharjito, 2000). Menurut
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Undang-Undang RI No. 41 tahun 1999, hutan rakyat adalah hutan yang
4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Rakyat Dalam Undang-Undang RI No. 41 tahun 1999, hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh diatas tanah yang dibebani hak milik (Departeman Kehutanan dan Perkebunan, 1999).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agroforestry 2.1.1. Definisi Agroforestry Agroforestry adalah suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan teknologi, dimana tanaman keras berkayu (pohon-pohonan,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Kemasyarakatan Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan perkebunan No. 677/Kpts-II/1998, hutan kemasyarakatan adalah hutan negara yang dicadangkan atau ditetapkan oleh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan menjadi suatu sistem yang menguntungkan adalah sistem agroforestri.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sistem pemanfaatan lahan yang optimal dalam menghasilkan produk dan menjadi suatu sistem yang menguntungkan adalah sistem agroforestri. Agroforestri menurut
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. kehidupan mulai dari tanaman keras, non kayu, satwa, buah-buahan, satuan budi
TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Hutan rakyat adalah hutan yang pengelolaannya dilaksanakan oleh organisasi masyarakat baik pada lahan individu, komunal (bersama), lahan adat, maupun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat dengan memperhatikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya masyarakat sekitar hutan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Khusus di Propinsi Lampung, pembukaan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. menggabungkan unsur tanaman dan pepohonan. Agroforestri adalah suatu
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Agroforestri Hairiah, dkk (2003) mendefinisikan agroforestri merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan di bidang pertanian dan kehutanan yang mencoba menggabungkan unsur tanaman dan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah
PENDAHULUAN Latar Belakang Alih-guna lahan hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam perkembangannya memanfaatkan hutan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan kayu bangunan, hasil
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan tropis di Indonesia meliputi areal seluas 143 juta hektar dengan berbagai tipe dan peruntukan (Murdiyarso dan Satjaprapdja, 1997). Kerusakan hutan (deforestasi) masih
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri dan Kawasan Industri Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroforestri Definisi agroforestri
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroforestri 2.1.1 Definisi agroforestri Dalam Bahasa Indonesia, kata agroforestry dikenal dengan istilah wanatani atau agroforestri yang arti sederhananya adalah menanam pepohonan
Lebih terperinciPERANAN AGROFORESTRY UNTUK KONSERVASI TANAH DAN AIR. Oleh Firmansyah, S.Hut, M.Si Penyuluh Kehutanan Ahli Pusat Penyuluhan Kehutanan BP2SDM
PERANAN AGROFORESTRY UNTUK KONSERVASI TANAH DAN AIR Oleh Firmansyah, S.Hut, M.Si Penyuluh Kehutanan Ahli Pusat Penyuluhan Kehutanan BP2SDM anah dan air merupakan komponen yang sangat vital dalam menopang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk menopang perekonomian nasional. Pembangunan pertanian yang baik untuk Negara Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya pemanfaatan sumber daya alam khususnya hutan, disamping intensitas teknologi yang digunakan. Kehutanan
Lebih terperinciEKOLOGI MANUSIA : PERTANIAN DAN PANGAN MANUSIA. Nini Rahmawati
EKOLOGI MANUSIA : PERTANIAN DAN PANGAN MANUSIA Nini Rahmawati Pangan dan Gizi Manusia Zat gizi merupakan komponen pangan yang bermanfaat bagi kesehatan (Mc Collum 1957; Intel et al 2002). Secara klasik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967, arti hutan dirumuskan sebagai Suatu lapangan tetumbuhan pohon-pohonan yang secara keseluruhan merupakan
Lebih terperinciGeografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami kegiatan pertanian
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Agroforestri: ilmu baru, teknik lama. Penanaman berbagai jenis. pohon dengan atau tanpa tanaman semusim (setahun) pada sebidang
BAB I. PENDAHULUAN Deskripsi Singkat Pokok Bahasan : Pengantar Agroforestri Waktu : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan Tujuan : Agar Praja mampu menjelaskan definisi, ruang lingkup, tujuan dan sasaran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Agropolitan Agropolitan mempunyai pengertian sebagai upaya pengembangan kawasan pertanian yang tumbuh dan berkembang,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia dihadapkan pada tantangan besar untuk memperbaiki sektor pertanian dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan, peningkatan pendapatan masyarakat pedesaan serta mengatasi
Lebih terperinciTEKNOLOGI PENGELOLAAN & PANEN AIR HUJAN (MK. Manajemen Agroekosistem, smno.jurtnh.fpub.2013)
TEKNOLOGI PENGELOLAAN & PANEN AIR HUJAN (MK. Manajemen Agroekosistem, smno.jurtnh.fpub.2013) Prinsip-prinsip Panen Air Hujan Pemanenan-air-hujan dalam makna yang luas dapat didefinisikan sebagai kegiatan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. komunitas biologi yang didominanasi oleh pohon-pohonan tanaman keras
5 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan dan Kehutanan Secara sederhana, ahli kehutanan mengartikan hutan sebagai suatu komunitas biologi yang didominanasi oleh pohon-pohonan tanaman keras (Arief,2001). Sedangkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan penduduk yang cukup tinggi di negara sedang berkembang termasuk Indonesia menyebabkan kebutuhan pangan dan lahan pertanian semakin besar. Disamping itu, perkembangan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian hutan kemasyarakatan Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry memiliki beberapa pengertian, yaitu : 1. Hutan kemasyarakatan menurut keputusan menteri
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
15 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan lingkungan daerah tropik berkaitan erat dengan pembukaan hutan dan lahan yang menyebabkan erosi, kepunahan flora dan fauna serta terjadinya perluasan lahan kritis.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem,
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang pengembangannya sangat besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan agroforestri. Sistem agroforestri yang banyak berkembang pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan lahan kering pada tanah milik di Desa Wukirsari umumnya dikelola dengan agroforestri. Sistem agroforestri yang banyak berkembang pada lahan yang sempit
Lebih terperinciMenengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry
Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry Oleh : Binti Masruroh Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciKONSERVASI TANAH DAN AIR DI LAHAN TAMAN HUTAN RAYA: UPAYA PENCEGAHAN DAN PERBAIKAN KERUSAKAN. Syekhfani
1 KONSERVASI TANAH DAN AIR DI LAHAN TAMAN HUTAN RAYA: UPAYA PENCEGAHAN DAN PERBAIKAN KERUSAKAN Syekhfani TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) 2 Fungsi: Tempat Rekreasi Sumber Plasma Nutfah Hutan Lindung (penyangga
Lebih terperinciPOLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING
POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;
Lebih terperinciBAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN
BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN A. Kondisi Kekinian dan Status Kawasan Gunung Aseupan Hasil analisis yang dilakukan terhadap citra Landsat 7 liputan tahun 2014, kondisi tutupan lahan Gunung Aseupan terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya dan ekonomi. Fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, pemerintah menetapkan bahwa dalam kerangka pencapaian pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sistem yang kompleks dan terdiri dari komponen utama seperti vegetasi (hutan), tanah, air, manusia dan biota lainnya. Hutan sebagai
Lebih terperinciMoch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013
Tentang Sistem Pertanian Konvensional Sistem pertanian konvensional adalah sistem pertanian yang pengolahan tanahnya secara mekanik (mesin). Sistem pertanian konvensional memiliki tujuan untuk meningkatkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Perhatian terhadap kegiatan petani pada agroforestri sebagian besar tentang adopsi teknologi pertanian dan kehutanan. Pattanayak et al. (2003) telah me-review 120 artikel mengenai
Lebih terperinciOleh : Sri Wilarso Budi R
Annex 2. The Training Modules 1 MODULE PELATIHAN RESTORASI, AGROFORESTRY DAN REHABILITASI HUTAN Oleh : Sri Wilarso Budi R ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan
Lebih terperinciLaboratorium Tanaman Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Laboratorium Tanaman Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Inilah Gambaran Peternak Dalam Mencari Hijauan Bagaimna Penanaman Rumput Pada Peternak Ruminansia Bagaimna Penanaman Rumput
Lebih terperinciSISTEM AGROFORESTRI DAN EUTROFIKASI DANAU UNTUK KELESTARIAN BIOFISIK DAS DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT *)
SISTEM AGROFORESTRI DAN EUTROFIKASI DANAU UNTUK KELESTARIAN BIOFISIK DAS DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT *) Oleh: Ir. Semuel P. Ratag, MP **) I. PENDAHULUAN Sumberdaya alam merupakan keadaan lingkungan alam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan lingkungan seperti banjir, erosi dan longsor terjadi dimana-mana pada musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau terjadi kekeringan dan kebakaran hutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia tergolong besar. Saat ini berdasarkan survey terakhir, jumlah penduduk Indonesia adalah 230 juta lebih. Laju pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang TAHURA Bukit Soeharto merupakan salah satu kawasan konservasi yang terletak di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara dengan luasan 61.850 ha. Undang-Undang
Lebih terperinciBAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN
BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN A. Kondisi Kekinian dan Status Kawasan Gunung Pulosari Hasil analisis yang dilakukan terhadap citra Landsat 7 liputan tahun, kondisi tutupan lahan Gunung Pulosari terdiri dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan seluruh satuan lahan yang menunjang kelompok vegetasi yang didominasi oleh pohon segala ukuran, dieksploitasi maupun tidak, dapat menghasilkan kayu
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Hutan merupakan suatu asosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian
TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Hutan merupakan suatu asosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian besar terdiri dari pohon-pohon atau vegetasi berkayu yang menempati areal luas.
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane)
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane) Oleh : Edy Junaidi Balai Penelitian Kehutanan Ciamis ABSTRAK Luasan penggunaan
Lebih terperinciDINAMIKA KEBUN CAMPURAN : Studi Kasus Praktek Pemanfaatan Lahan Kering Secara Berkelanjutan di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor
DINAMIKA KEBUN CAMPURAN : Studi Kasus Praktek Pemanfaatan Lahan Kering Secara Berkelanjutan di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor KUSHARTATI BUDININGSIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Penerapan Agroekologi Pertanian agroekologi atau pertanian ramah lingkungan saat ini mulai banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu
Lebih terperinciBAGIAN EMPAT KLASIFIKASI AGROFORESTRI. Panduan Praktis Agroforestri
KLASIFIKASI AGROFORESTRI Sebagaimana telah diuraikan pada bahan terdahulu, agroforestri atau sering disebut dengan wanatani hanyalah sebuah istilah kolektif dari berbagai pemanfaatan lahan terpadu (kehutanan,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)
TINJAUAN PUSTAKA Definisi Hutan Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Menurut Undang- Undang tersebut, hutan adalah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hubungan Curah Hujan dengan Koefisien Regim Sungai (KRS) DAS Ciliwung Hulu Penggunaan indikator koefisien regim sungai pada penelitian ini hanya digunakan untuk DAS Ciliwung
Lebih terperinciS i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n
T E N T A N G P E R M A K U L T U R S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n A PA ITU P ERMAKULTUR? - MODUL 1 DESA P ERMAKULTUR Desa yang dirancang dengan Permakultur mencakup...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berkembang dari masa ke masa, konsekuensinya kebutuhan primer semakin bertambah terutama pangan. Krisis pangan saat ini sedang dialami
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk dan masuknya migrasi penduduk di suatu daerah, maka akan semakin banyak jumlah lahan yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan sandang, papan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hutan adalah suatu asosiasi kehidupan, baik tumbuh-tumbuhan (flora)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan adalah suatu asosiasi kehidupan, baik tumbuh-tumbuhan (flora) maupun binatang (fauna) dari yang sederhana sampai yang bertingkat tinggi dan dengan luas sedemikian
Lebih terperinciStudi Praktek Agroforestri di Desa Talawaan Kecamatan Talawaan Kabupaten Minahasa Utara
Studi Praktek Agroforestri di Desa Talawaan Kecamatan Talawaan Kabupaten Minahasa Utara W. Kogoya 1), R. Kainde 2), W. Nurmawan 2) dan A.G. Tulungen 2) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Kehutanan UNSRAT
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Penggunaan Lahan
21 TINJAUAN PUSTAKA Indonesia merupakan negara yang penting dalam konteks perubahan iklim dunia karena memiliki luas hutan tropis terbesar setelah Brasil. Namun kanyataannya saat ini degradasi hutan dan
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. 1. Sistem pertanaman agroforestry dengan komposisi
VI. I KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Sistem pertanaman agroforestry dengan komposisi Kayu AfrikalPadi gogo/jagung/singkong dan Kayu Afrika/Padi gogo/singkong, dapat lebih mampu menahan tanah terhadap
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan juga diartikan sebagai setiap
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)
TINJAUAN PUSTAKA Definisi Hutan Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Menurut Undangundang tersebut, hutan adalah suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang yang dibutuhkan manusia, dengan cara budidaya usaha tani. Namun pertumbuhan manusia dan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. hutan harus dilakukan dengan tetap memelihara kelestarian, keharmonisan, dan
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai karunia Tuhan memang diperuntukkan bagi manusia sehingga harus dimanfaatkan atau diambil manfaatnya. Di sisi lain dalam mengambil manfaat hutan harus
Lebih terperincicommit to user BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang
Lebih terperinciKONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik
KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik Latar Belakang: Penghutan kembali atau reboisasi telah banyak dilakukan oleh multipihak untuk menyukseskan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4
DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengesahan Skripsi... ii Halaman Pernyataan... iii Halaman Persembahan... iv Kata Pengantar... vi Daftar Isi... vii Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... x Daftar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Hutan Kemasyarakatan
7 TINJAUAN PUSTAKA Hutan Kemasyarakatan Hutan kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara dengan sistem pengelolaan hutan yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat (meningkatkan nilai ekonomi, nilai budaya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang mampu dan dapat diperbaharui. Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang besar peranannya dalam berbagai aspek kehidupan
Lebih terperinciPrestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng
KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng Abstrak Sektor pertanian di Indonesia masih mempunyai peran yang penting, khususnya untuk mendukung program ketahanan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional. Berbagai jenis tanaman pangan diusahakan untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan dapat diberi batasan sesuai dengan sudut pandang masing-masing pakar. Misalnya dari sisi ekologi dan biologi, bahwa hutan adalah komunitas hidup yang terdiri dari
Lebih terperinciMODEL AGROFORESTRY BERBASIS TONGKONAN YANG BERWAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANA TORAJA. Oleh: SAMUEL ARUNG PAEMBONAN.
MODEL AGROFORESTRY BERBASIS TONGKONAN YANG BERWAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANA TORAJA Oleh: SAMUEL ARUNG PAEMBONAN Dosen pada Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Bahasan mengenai degradasi dan resiliensi (resilience) merupakan hal
TINJAUAN PUSTAKA Bahasan mengenai degradasi dan resiliensi (resilience) merupakan hal penting, karena terkait dengan sistim penggunaan lahan secara lestari. Bahasan tersebut merupakan salah satu kesimpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan milik masyarakat berangsur-angsur menjadi pemukiman, industri atau usaha kebun berorientasi komersil. Karena nilai ekonomi lahan yang semakin meningkat maka opportunity
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya hutan dalam dasawarsa terakhir dihadapkan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan sumberdaya hutan dalam dasawarsa terakhir dihadapkan pada gangguan akibat beragam aktivitas manusia, sehingga mengakibatkan kerusakan ekosistem hutan yang
Lebih terperinciDAFTAR ISTILAH Air lebih: Bahan pembenah tanah ( soil conditioner Bangunan terjunan: Bedengan: Berat isi tanah: Budidaya lorong ( alley cropping
DAFTAR ISTILAH Air lebih: Air yang tidak dapat dipegang atau ditahan oleh butir-butir tanah dan memenuhi atau menjenuhi pori-pori tanah Bahan pembenah tanah (soil conditioner): Bahan-bahan yang mampu memperbaiki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi nasional tekanan terhadap sumber daya hutan semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan di Indonesia mempunyai peranan baik ditinjau dari aspek ekonomi, sosial budaya, maupun secara ekologis. Sejalan dengan pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia merupakan kekayaan yang wajib disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara
Lebih terperinci-- Tanah dingin: pemahaman petani terhadap kesuburan tanah
Pemberian pupuk inorganik saja memang tidak dapat menyelesaikan masalah kerusakan fisik akibat erosi. Tetapi jika dikelola dengan baik, usaha ini dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman sehingga permukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal dasar pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan secara tepat dengan memperhatikan
Lebih terperincisehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).
PEMBAHASAN UMUM Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap kekeringan sehingga berpotensi untuk dikembangkan di lahan kering masam di Indonesia. Tantangan
Lebih terperinciTUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN
TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun
Lebih terperinci