PENGUBURAN MASA LALU PADA MASYARAKAT SUPIORI DI KABUPATEN SUPIORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGUBURAN MASA LALU PADA MASYARAKAT SUPIORI DI KABUPATEN SUPIORI"

Transkripsi

1 PENGUBURAN MASA LALU PADA MASYARAKAT SUPIORI DI KABUPATEN SUPIORI Rini Maryone (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Death got more attention, in the event of death the funeral ceremony will be performed. In a ceremony tailored to the age and social status of the deceased. The funeral procession comes armed with the grave and the bodies of the dead pet. Form of burial was found at the site in Kampung Pasir Panapasyem Bamboo Supiori Eastern District, is a type of burial in the cave / recess in the form of burial types of primary (direct) without a container. Keyword: funeral ceremony, burial in cave, burial types of primary Latar Belakang Salah satu konsepsi kepercayaan yang sangat menonjol dalam masyarakat prasejarah di Indonesia adalah sikap terhadap alam kehidupan sesudah mati. Kepercayaan yang berlatar belakang animisme dan dinamisme ini beranggapan bahwa roh seseorang dianggap mempunyai kehidupan di alamnya tersendiri sesudah orang meninggal sehingga perlu diadakan upacara upacara keagamaan sebelum dikuburkan, konsepsi kepercayaan yang paling menyolok dalam kaitannya dengan upacara kematian adalah sistem penguburan. Penguburan memegang peranan penting dalam sistem kehidupan masyarakat masa lalu. Hal ini dipengaruhi oleh adanya kepercayaan bahwa masih adanya hubungan antara orang yang masih hidup dengan orang-orang yang sudah meninggal. Mereka percaya bahwa orang yang meninggal akan hidup kembali di alam arwah. Masyarakat pendukung tradisi ini (tradisi megalit) mereka percaya bahwa arwah orang yang sudah meninggal akan hidup kembali didunia arwah dan menjalani kehidupan sebagaimana orang hidup. Papua TH. III NO. 2 / November

2 Dengan demikian, orang yang sudah meninggal diperlakukan seperti layaknya orang yang masih hidup, dengan berbagai tradisi. Konsep pemikiran inilah yang melatar belakangi berbagai upacara yang berhubungan dengan kematian dan penguburan. Bukti-bukti tentang adanya jejak penguburan mulai muncul ketika manusia telah mengenal adanya tempat tinggal atau menetap (sementara) dalam gua-gua dan ceruk alam. Bukti-bukti arkeologis tersebut yang berhubungan dengan penguburan masa prasejarah ditemukan meluas hampir di seluruh wilayah Indonesia. Ini menandakan bahwa penguburan dan konsep kepercayaan yang melatar belakangi upacara penguburan merupakan sesuatu yang universal dalam kehidupan masyarakat prasejarah di Indonesia yang menunjukan kekhasan masing-masing. Demikian halnya Suku Biak secara keseluruhan, mereka mengenal bahkan melaksanakan upacara penguburan yang berakar dari masa prasejarah, mulai dari kematian, pengafanan mayat, sampai penguburan. Secara umum sistem penguburan di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sistem penguburan langsung (primer) dan sistem penguburan tidak langsung (sekunder). Sistem penguburan dengan menggunakan wadah dijumpai pada beberapa situs arkeologi di Indonesia. Jenis wadah yang dipergunakan terdiri dari beragam bentuk dan terbuat dari beragam bahan baik kayu, tanah liat dan logam. Penelitian sistem penguburan masa lampau di Kabupaten Supiori belum pernah dilakukan, sehingga diharapkan melalui penelitian sistem penguburan masa lampau ini dapat mengungkapkan bagaimana sistem pelaksanaan penguburan dan bentuk wadah penguburan yang digunakan oleh masyarakat Supiori pada masa lampau. Permasalahan Adapun permasalahan yang akan diungkapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana sistem pelaksanaan penguburan yang ada di Kabupaten Supiori? 2. Bagaimana bentuk/wadah penguburan yang digunakan oleh masyarakat Supiori pada masa lampau. 98 Papua TH. III NO. 2 / November 2011

3 Tujuan dan Kegunaan Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas maka adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sistem pelaksanaan penguburan dan bentuk/wadah penguburan yang digunakan masyarakat Supiori pada masa lampau. Sedangkan kegunaan penelitian ini dapat direkomendasikan kepada pemerintah daerah dimana situs tersebut dapat dijadikan sebagai tempat wisata dan bahan pengembangan ilmu pengetahuan. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan adalah tinjauan pustaka yang relevan dengan penulisan yaitu dimana penelitian tentang tradisi penguburan pernah dilakukan oleh Early Sahuteru di Maluku dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa penguburan memegang peranan penting dalam sistem kehidupan masyarakat masa lalu. Sebab dipengaruhi oleh adanya kepercayaan bahwa masih adanya hubungan antara orang yang masih hidup dengan orang-orang yang sudah meninggal, orang yang meninggal akan hidup kembali di alam arwah, dan menjalani kehidupan sebagaimana orang hidup. Dengan demikian, orang yang sudah meninggal diperlakukan seperti layaknya orang yang masih hidup, dengan berbagai tradisi. Konsep pemikiran inilah yang melatarbelakangi berbagai upacara yang berhubungan dengan kematian dan penguburan (Sahuteru, 2006). Selain tinjauan pustaka yang relevan, penulis membendingkan penelitianpenelitian yang sama mengenai sistem penguburan masa lampau di daerah lain misalnya penelitian mengenai sistem kepercayaan di Biak, berdasarkan hasil penelitian tersebut ada bentuk-bentuk peninggalan yang terkait dengan aktivitas religi masa lampau yaitu sisa-sisa penguburan di gua. Dimana penguburan di gua dilakukan karena mereka percaya bahwa gua merupakan tempat asal nenek moyang mereka, sehingga bagi keturunan mereka yang meninggal akan disimpan atau dikuburkan di gua agar dapat bersatu dengan leluhur mereka. Dalam penelitian tersebut ditemukan tulang-tulang manusia yang berada dalam wadah/ peti-peti kayu / abai, pecahan keramik, dan pecahan gerabah. Berdasarkan pada temuan tersebut mereka mengenal adanya dua sistem penguburan yaitu sistem penguburan primer dan sistem penguburan sekunder (Tim Penelitian, 2006). Papua TH. III NO. 2 / November

4 Metode Penelitian Cara Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, ada dua jenis data yang diperlukan, yakni data primer dan data sekunder. Data primer ialah data yang diperoleh dari lapangan melalui observasi lapangan yang juga dilengkapi dengan wawancara. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan dari sumbersumber lain yang relevan. Karena itu, di dalam pengumpulan datanya ditempuh tahapan-tahapan penelitian melalui prosedur studi kepustakaan (library research). Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Tahap pengumpulan data a. Studi pustaka Kegiatan ini merupakan pengumpulan data-data tertulis berkaitan dengan objek yang akan diteliti sehingga dapat memberikan gambaran tentang keberadaan objek tersebut b. Wawancara Kegiatan ini dilakukan untuk mencari keterangan dari penduduk di sekitar lokasi penelitin berkaitan dengan objek yang akan diteliti c. Survei Kegiatan ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap daerah yang akan dijadikan objek penelitian 2. Tahap pengolahan data Pada tahap ini dilakukan deskripsi dan klasifikasi data-data yang terkumpul untuk dilanjutkan pada tahap berikutnya tahap penarikan kesimpulan. Hasil dan Pembahasan Kabupaten Supiori secara administrasi terletak di sebelah utara Pulau Biak 100 Papua TH. III NO. 2 / November 2011

5 Numfor. Pulau ini terletak antara koordinat 0 37, 0 47 LS dan BT. Kabupaten Biak Numfor dan Kabupaten Supiori dipisahkan oleh satu selat dangkal yang terdiri dari karang. Karang-karang tersebut bersambung, tetapi pantainya menjulang tegak dengan ketinggian kadang-kadang mencapai 100 m diatas permukaan laut. Pemukiman orang Biak pada umumnya di Kampung Yedongker dan Kampung Pasir Bambu di Distrik Supiori Timur didirikan di tepi pantai dengan kontruksi bangunan berupa rumah panggung dengan atap berbentuk panjang. Umumnya arah hadap rumah ke laut dan darat, (rumah bagi orang Biak merupakan tempat tinggal keluarga luas secara patrilokal). Rumah penduduk Kampung Yedongker (dokumentasi Balar Jayapura) Dalam perkampungan orang Supiori terdapat dua jenis rumah tinggal yaitu Aberdado dan Rumkambar. Aberdado adalah rumah panggung yang memiliki kamar sebelah menyebelah dan terdapat lorong tengahnya yang cukup luas sebagai tempat makan, pada bagian atas lorong digunakan untuk menggantung badan perahu. Sedangkan rumkambar adalah rumah yang hanya pada salah satu sisinya dibuat kamar-kamar. Selain rumah tinggal, terdapat satu rumah pusat sakral (rum sram). Rum sram ini bertujuan untuk memperoleh perlindungan dan pertolongan dari nenek moyang agar terhindar dari musibah. Papua TH. III NO. 2 / November

6 Kesatuan kekerabatan orang Biak pada umumnya adalah keret (patrilineal). Kelompok kekerabatan yang paling luas berasal dari satu nenek moyang yang merupakan klen-klen (keret/ er) nenek moyang tersebut dijadikan sebagai tokoh suci. Masyarakat Biak pada umummnya menikah dengan anggota keret lain. Seorang pria yang akan menikah diharuskan membayar mas kawin ararim, kepada keluarga calon isterinya. Mas kawin berupa piring-piring antik, piring-piring porselin biasa, gelang perak dan samfar yaitu sejenis gelang dari kulit kerang (paus/ raoibema). Segala kegiatan perekonomian orang Biak selalu dikaitkan dengan gejala-gejala alam, misalnya dalam bercocok tanam mereka setelah melihat bintang swakoi (orion) hilang dari pandangan, kemudian mereka mulai menanam, agar hasil tanaman mereka baik. Begitu pula dengan penangkapan ikan, mereka harus melakukan bermacam-macam upacara ritual agar penangkapan ikan di laut berhasil dan banyak. Menurut kepercayaan orang Biak di dunia ada dua macam kekuasaan, yaitu kekuatan baik dan buruk. Kekuatan baik berada di timur dan utara, sedangkan yang buruk di barat dan selatan, Kekuatan-kekuatan ini tinggal di awan, lapis kedua dibawah nanggi. Lapis ketiga adalah bumi, dan lapis keempat adalah dunia bawah, terletak dalam laut dan dalam bumi. Disinilah kerajaan maut. Orang Biak pada umumnya percaya bahwa kekuasaan dalam alam ini dimiliki oleh nanggi (Tuhan langit). Upacara spiritual yang menyeluruh adalah fannanggi. Yaitu memberi makan pada langit. Upacara ini dipimpin oleh spiritual yang disebut mon. sewaktu pemimpin upacara tokoh spiritual berdiri di atas panggung, disamping barangbarang yang dikurbankan, jika kurban diterima, tangan mon akan bergetar, sebagai tanda bahwa kekuatan nanggi sudah masuk ketubuh mon. pemimpin religi juga meramalkan apa yang akan terjadi, menentukan nasib orang yang hadir, dan menyampaikan pesanpesan baik dan buruk. Orang Biak percaya juga kepada roh-roh yang berada di alam semesta, dan juga kepada roh-roh orang mati. Orang Biak percaya roh-roh orang mati tersebut berada dalam sebuah patung yang dibuat, patung tersebut disebut patung arwah ( amfi anir korwar). Roh orang mati mendapat tempat yang istimewa dalam kehidupan orang Biak sehingga dipuja dan disembah. Pemujaan tersebut dilakukan karena mereka percaya bahwa roh tersebut dapat menolong, melindungi, dan menjaga mereka. Namun demikian tidak semua korwar 102 Papua TH. III NO. 2 / November 2011

7 yang dipanggil mereka sembah, tetapi hanya korwar yang menyatakan dirinya kepada mon, mon yang berbicara (mon be yowas.) Dalam pemujaan diikuti oleh seluruh anggota keret dan kadang juga oleh keret lain. Istilah mon juga dipakai untuk menyebut pendiri keret baru atau pemimpin suatu kelompok imigran, sesudah mon ini meninggal, mereka akan dipuja didalam rumah rum sram. Dalam kaitan ini rumah (rum sram) dianggap sebagai pusat keramat dari keretkeretnya. Orang Biak melaksanakan upacara-upacara religi dalam seluruh kehidupannya, karena ngo wor ba ido neri mar yang artinya tanpa upacara, kami akan mati. Upacaraupacara yang dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Upacara fan nanggi Upacara fan nanggi merupakan upacara untuk memberi makan langit, upacara ini dilakukan apabilah terjadi kelaparan yang mengancam (angkakori). 2. Upacara Kematian Mulai dari kematian, pengafanan mayat sampai penguburan. 3. Upacara Inisiasi (ritus k bor) biasanya dilakukan di dalam rum sram, upacara ini dilakukan pada saat seorang anak laki-laki mencapai usia tahun. Hasil pengamatan lapangan yang dilakukan di Kabupaten Supiori, ditemukan 1 situs penguburan gua masa lampau, 1 buah wadah untuk menaruh tengkorak dan 1 situs lukisan cadas yang tidak berhubungan dengan sistem penguburan masa lalu. Tinggalan arkeologis tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1. Situs Panapasyem Situs ini berada di Desa Pasir Bambu di Distrik Supiori Timur, situs tersebut merupakan ceruk alam yang di dalamnya mengandung tinggalan arkeologis berupa tengkorak manusia. Bagi masyarakat setempat mengatakan bahwa gua tersebut merupakan tanah milik keluarga Swom, tempat leluhur dimakamkan. Keberadaan lokasi dekat dengan jalan raya, diperkirakan karena pembuatan jalan raya sehingga, situs tersebut dibuka yang berukuran relatif kecil ± (kedalaman 5 m, tinggi langitlangit gua 2,5 m), dengan lapisan lantai gua, cukup tebal. Papua TH. III NO. 2 / November

8 Foto Situs Panapasyem (dokumentasi Balar Jayapura) 2. Situs Fas-fas na Situs ini berada di Desa Yedongker, Distrik Supiori Timur. Situs ini, berada di tengah laut, untuk dapat mencapai situs tersebut, menggunakan perahu. Tetapi jika air surut dapat dijangkau melalui jalan kaki, dari pesisir pantai, menuju situs tersebut. Situs tersebut merupakan situs lukisan cadas, yang didindingnya mengandung data budaya masa lampau berupa lukisan yang ditulis dua garis lurus hampir berbentuk huruf V yang ditulis dengan warna merah. Situs Fas-fasna 104 Papua TH. III NO. 2 / November 2011

9 3. Wadah menaruh tengkorak Wadah untuk menaruh tengkorak dari keluarga Imbab. Wadah berupa piring porselin Eropa, ukuran diameter 22 cm, warna keramik putih biru, sedangkan motifnya adalah motif flora. Wadah porselin (dokumentasi Balar Jayapura) Pembahasan Hasil pengamatan lapangan yang dilakukan di wilayah Kabupaten Supiori Distrik Supiori Timur di Kampung Yedongker dan Pasir Bambu, ditemukan situs penguburan masa lalu yaitu situs Panapasyem. Menurut cerita dari keluarga Swom, tempat tersebut merupakan tempat pertama moyang mereka menetap dan tempat itu pula mereka memakan arang, keladi dan daging mentah. Menurut cerita dari keluarga Swom, bahwa moyang mereka yang disemayamkan di tempat tersebut, tidak mau dikuburkan di tempat lain, karena ingin selalu bersatu dengan keluarga, kerabat dan moyang dari keturunan mereka. Sehingga mayat tersebut diletakan di dalam gua dengan dialasi sebuah tikar. Penguburan di dalam gua dilakukan karena mereka percaya bahwa gua merupakan tempat asal nenek moyang mereka, sehingga bagi keturunan mereka yang meninggal akan disimpan atau dikuburkan di gua tersebut agar bersatu dengan leluhur mereka. Menurut cerita, Papua TH. III NO. 2 / November

10 dari lokasi tersebut masuk lagi ke dalam hutan ada terdapat gua, dimana gua tersebut merupakan tempat dikuburkannya moyang-moyang dari keturunan Swom. Tetapi lokasi tersebut, belum sempat untuk dijajaki dan dijangkau, sehingga direkomendasikan untuk penelitian mendatang. Selain ditemukan situs Panapasyem, ditemukan juga wadah untuk menaruh tengkorak, yang mana tengkorak tersebut merupakan moyang dari keluarga Imbab yang karena tsunami yang lalu, hampir terbawa arus. Kemudian diambil dan diletakan dalam piring tersebut dan dikuburkan kembali. Ditemukan pula situs yang tidak berhubungan dengan sistem penguburan masa lalu yaitu: situs Fas-fas na. Situs Fas-fas na menurut informasi yang diterima dari beberapa informan, situs tersebut merupakan bukti, dimana ada perjanjian di masa lampau dengan saudara-saudara mereka yang keluar dari Pulau Biak, menetap ke Raja Ampat. Dalam perjanjian tersebut mereka tidak boleh kembali ke Pulau Biak sebelum mencabut perjanjian tersebut. Kalaupun mereka kembali, mereka akan mati beserta keturunan mereka. Dalam kehidupan orang Biak pada umumnya, dan khususnya pada masyarakat Supiori, kematian mendapat perhatian yang penuh, sehingga jika terjadi suatu kematian maka mereka akan melakukan upacara kematian. Biasanya dalam upacara tersebut disesuaikan dengan umur dan status sosial si mati. Bila kematian sudah dekat, (denfarwar), orang yang sudah mau mati tersebut akan diberi makan banyak. Ia akan makan dan makan sampai ia mati. Apabilah pada waktu terakhir (sebelum kematian menjemput), saudaranya yang hidup memberi makan kepada saudaranya yang akan mati, maka makanan terakhir yang diberikan kepada saudaranya tersebut tidak akan pernah dimakan lagi oleh saudaranya yang hidup seumur hidupnya. Maka ia akan sumpah tidak akan pernah makan makanan tersebut, sumpah potong bambu (bambu mata kalawai) ambawer. Bila ada anggota keluarga atau sanak famili yang meninggal, mereka akan menjaga mayat sambil menyanyi, nyanyian-nyanyian ratapan (kankakes kayab). Ratapan tersebut mengisahkan segala sesuatu yang berkaitan dengan masa hidup si mati, ratapan ini terus dilakukan berulang-ulang oleh sanak famili dengan tujuan untuk menghantar jiwa si mati. Mulut dan telinga mayat tersebut disumbat dengan tembakau. Sedangkan 106 Papua TH. III NO. 2 / November 2011

11 lubang pelepasan tidak disumbat karena lubang tersebut dianggap sebagai jalan keluar roh si mati. Mata mayat tersebut harus ditutup dan waktu melakukan hal tersebut harus memalingkan muka, hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan bila orang yang menutup mata si mati melihat atau menatap mata si mati, maka ia akan jatuh sakit atau bahkan ikut menyusul ke alam baka. Dalam acara pembungkusan mayat, apabila yang meninggal adalah seorang laki-laki maka yang membungkus dan mengurus mayat tersebut adalah saudara perempuan yang tertua. Sedangkan apabilah yang meninggal itu seorang perempuan maka yang membungkus dan mengurus mayat tersebut adalah saudara lakilaki yang tertua. Dalam upacara perkabungan ini kaum laki-laki yang datang menjengguk tidak boleh berbicara, dan harus mencukur rambut pendek atau mencukur rambut sampai botak. Kaum wanita menutup kepala dan bahu dengan tikar/ kulit kayu, sebagai tanda perkabungan. Biasanya bila yang meninggal adalah orang terpandang maka, mereka harus menghancurkan harta miliknya, karena mereka percaya bahwa barang-barang yang dihancurkan tersebut menyertai si mati di alamnya dan pecahan-pecahan tersebut akan diletakan diatas kubur simati. Barang-barang yang tidak dihancurkan merupakan barang-barang pusaka/ warisan yang tidak dapat dijual dan dilepaskan, dan pada saat itu orang-orang yang berkabung mengenang dan berjaga-jaga sambil makan bersama (nanwark). Acara selanjutnya adalah pembungkusan mayat (s pangun bemarya) dengan menggunakan peti atau batang pohon menyerupai perahu (abai) dan tikar sebanyak empat lapis. Mayat dibungkus dengan keadaan kaki yang dilipat dan terikat. Dalam acara ini biasanya disertakan pinang dan tembakau. Setelah acara ini selesai maka akan dilakukan penguburan (s eraki), penguburan dilakukan dengan meletakan mayat di guagua maupun ceruk-ceruk karang dan juga dikuburkan dalam tanah. Upacara penguburan selalu dilakukan pada waktu pasang surut. Setelah kubur ditutup semua anggota keret melangkah di atasnya. Biasanya diatas kuburan tersebut dibangun sebuah arpor (rumah kecil). Diatas kuburan tersebut diletakan perkakas rumah dan senjata si mati semasa hidupnya (jika laki-laki), dan barang-barang pecah belah yang sudah dihancurkan. Semakin tinggi status sosialnya semakin banyak pula didapat barang-barang berharga diatas kuburannya, seperti perahu pecah. Sedangkan pada kuburan seorang budak (orang biasa dalam masyarakat) hanya didapat beberapa potong keladi bakar. Diatas kuburan itu pula, diletakan juga bendera dan lampu yang dipasang untuk beberapa waktu lamanya. Papua TH. III NO. 2 / November

12 Selama tiga puluh (30) hari, kaum keluarga simati berada dalam keadaan frur sarop (sangat berduka). Mereka harus tinggal didalam rumah dengan menutup tubuh mereka dengan tikar kokoya, dengan berjalan membungkuk supaya tidak menarik perhatian roh yang meninggal. Penduduk desa yang lain mengantarkan makanan kepada keluarga yang berduka. Dalam masa itu mereka tidak boleh makan makanan yang keras dan tidak boleh berbicara yang keras. Masa frur sarop dianggap selesai pada saat air pasang surut. Sedangkan posisi mayat di dalam kubur, pada umumnya masyarakat Biak, bagian kepala mengarah ke arah barat sesuai dengan posisi matahari terbenam. Tetapi di daerah Supiori khususnya di Kampung Sauyas, Distrik Supiori Timur, posisi kepala mayat membelakangi laut dan mukanya menghadap ke hutan, yang artinya, walaupun ia sudah mati, rohnya akan selalu hidup untuk menjaga dan melindungi hutan tempat kerabatnya mencari makan/ hidup. Konsep tentang kematian dan sistem penguburan masa prasejarah pada masyarakat Supiori sebelum masyarakat Supiori mengenal Injil, mereka masih melakukan tradisi persemayaman jenasah yang diwariskan nenek moyang. Dimana mereka masih memegang kepercayaan asli yang mengakui kekuasaan alam, yakni (Tuhan langit). Mereka percaya bila orang meninggal lalu dikubur, maka anggota keluarga dari yang meninggal akan ada yang sakit. Karena hal tersebut, maka orang-orang Supiori umumnya hanya meletakan mayat yang dibungkus dengan tikar di atas panggung atau di letakan di gua atau di cerukceruk alam sampai daging hancur seluruhnya (Koentjaraningrat, 1963:129), cara ini disebut penguburan primer, setelah hancur biasanya tulang-tulangnya kembali dibungkus dan jahitkan dalam sebuah tikar, atau pun dibuatkan peti menyerupai perahu (abai). Cara ini disebut penguburan sekunder. Sedangkan prosesi penguburan di daerah Supiori ini biasanya dilengkapi dengan bekal kubur berupa keramik porselin yang dipecahkan oleh kerabat yang dianggap lebih tua, gelang dari kulit bia (kerang), benda kesayangan dari si mati sewaktu ia masih hidup dan senjata. Bekal tersebut dapat menunjukan kemampuan orang yang meninggal berdasarkan kekayaan dan pangkat. Bentuk wadah yang ditemukan dari beberapa situs pada umumnya terdiri dari beragam bentuk dan beragam bahan baik dari kayu, tanah liat logam dan keramik. 108 Papua TH. III NO. 2 / November 2011

13 Bentuk penguburan yang ditemukan pada situs Panapasyem di Kampung Pasir Bambu, Distrik Supiori Timur adalah jenis penguburan di ceruk berupa jenis penguburan primer (langsung) tanpa wadah. Diletakan diatas tanah dialasi dengan tikar, setelah menjadi tulang-belulang mereka meletakannya dicelah-celah batu dengan posisi tulang tengkorak terpisah dari badan. Bukti adanya sisa penguburan yang ditemukan di Gua Panapasyem menunjukan bahwa terakhir abad 19 yang lalu, pernah melakukan prosesi penguburan di situs tersebut. Menurut cerita dari keturunan Swom, bahwa tulang belulang tersebut milik dari kakek mereka, (orang tua, dari ayahnya), informan berumur 60 tahun (wawancara 2007). Kesimpulan Dari hasil survei penelitian yang diadakan di Kampung Yendongker, dan Kampung Pasir Putih di Distrik Supiori Timur, terdapat dua situs yang merupakan peninggalan tradisi hidup dari masa prasejarah. Yaitu situ Panapasyem dan situs Fat-fat na, tetapi situs ini tidak berhubungan dengan sistem penguburan masa lalu. Ditemukan pula wadah untuk menaruh tengkorak (piring porselin). Pada umumnya kebudayaan masyarakat Biak dan Supoiri adalah satu kebudayaan yaitu kebudayaan Biak, begitu pula dengan sistem penguburan masa lampau di Kabupaten Supiori memiliki kesamaan dengan sistem penguburan orang Biak pada umumnya. DAFTAR PUSTAKA Prasetyo, Bagyo Religi Pada Masyarakat Prasejarah Di Indonesia Kementian Kebudayaan dan Pariwisata, Proyek Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Jakarta. Sahuteru, Early Tradisi Penguburan Prasejarah Di Desa Aboru Pulau Haruku Maluku Tengah, dalam Kapata Vol 2. Balai Arkeologi Ambon. Sunarningsih Sistem Penguburan dan Upacara Ijambe pada Masyarakat Paju Epat di Kabupaten Barito Timur Kalimanyan Tengah, Berita Penelitian Arkeologi No 15. Balai Arkeologi Banjarmasin. Papua TH. III NO. 2 / November

14 Sulistyanto, Bambang Upacata Tiwah Masyarakat Dayak di Pendahara Berita Penelitian Arkeologi No 13. Balai Arkeologi Banjarmasin. Soejono, R.P On prehistorik burial methods in Indonesia. Buletin of the Archaeological Institute of the Republic of Indonesia No 7. Jakarta: PPPPN. 110 Papua TH. III NO. 2 / November 2011

PENGUBURAN MASA LALU DI KAMPUNG BAINGKETE DISTRIK MAKBON KABUPATEN SORONG

PENGUBURAN MASA LALU DI KAMPUNG BAINGKETE DISTRIK MAKBON KABUPATEN SORONG PENGUBURAN MASA LALU DI KAMPUNG BAINGKETE DISTRIK MAKBON KABUPATEN SORONG Rini Maryone (Balai Arkeologi Jayapura, e-mail: maryonerini@gmail.com) Abstract Research on past burials conducted in Sorong is

Lebih terperinci

TRADISI PENGUBURAN DALAM GUA DAN CERUK PADA MASYARAKAT WEB DI KAMPUNG YURUF DISTRIK WEB KABUPATEN KEEROM

TRADISI PENGUBURAN DALAM GUA DAN CERUK PADA MASYARAKAT WEB DI KAMPUNG YURUF DISTRIK WEB KABUPATEN KEEROM TRADISI PENGUBURAN DALAM GUA DAN CERUK PADA MASYARAKAT WEB DI KAMPUNG YURUF DISTRIK WEB KABUPATEN KEEROM Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Burial in caves and niches on the Web is a

Lebih terperinci

JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH

JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstrack Humans and the environment are interrelated and inseparable. Environment provides everything and

Lebih terperinci

KERAMIK DALAM RITUS PENGUBURAN PADA MASYARAKAT NAPAN WAINAMI KABUPATEN NABIRE

KERAMIK DALAM RITUS PENGUBURAN PADA MASYARAKAT NAPAN WAINAMI KABUPATEN NABIRE KERAMIK DALAM RITUS PENGUBURAN PADA MASYARAKAT NAPAN WAINAMI KABUPATEN NABIRE Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura, e-mail: fairyoklementin@yahoo.co.id) Abstract Ceramic plates are used as stock

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik

Lebih terperinci

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami perkembangan. Perkembangan itu dapat disebabkan karena ada

Lebih terperinci

GERABAH SITUS MANSINAM KAJIAN ETNOARKEOLOGI

GERABAH SITUS MANSINAM KAJIAN ETNOARKEOLOGI GERABAH SITUS MANSINAM KAJIAN ETNOARKEOLOGI Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract The Process of vessels making in Mansinam site was not far too different with other places in Indonesia:

Lebih terperinci

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Komunikasi Lintas Budaya Oleh : Jesicarina (41182037100020) PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNKASI

Lebih terperinci

TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH

TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH A. Pendahuluan Maluku merupakan propinsi dengan sebaran tinggalan arkeologis yang cukup beragam. Tinggalan budaya ini meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di sektor industri pariwisata menjadi perhatian serius

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di sektor industri pariwisata menjadi perhatian serius BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di sektor industri pariwisata menjadi perhatian serius pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kalimantan Tengah Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa kebudayaan diantaranya dimulai pada masa prasejarah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan pustaka yang berkaitan dengan topik yang

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1 1. Bangunan megalithikum yang berbentuk batu bertingkat berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap nenek moyang disebut...

Lebih terperinci

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain sebagai cara untuk memahami eksistensinya sebagai manusia. Sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. lain sebagai cara untuk memahami eksistensinya sebagai manusia. Sebagai makhluk sosial, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Piring dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah wadah berbentuk bundar pipih dan sedikit cekung (atau ceper), terbuat dari porselen (seng, plastik), tempat meletakkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara sederhana perkawinan adalah suatu hubungan secara lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. 1 Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan

Lebih terperinci

TATA CARA PEMAKAMAN JENAZAH PADA MASA MOYANG MARGA SWABRA SECARA ADAT ISTIADAT DI PADWA

TATA CARA PEMAKAMAN JENAZAH PADA MASA MOYANG MARGA SWABRA SECARA ADAT ISTIADAT DI PADWA TATA CARA PEMAKAMAN JENAZAH PADA MASA MOYANG MARGA SWABRA SECARA ADAT ISTIADAT DI PADWA Setiap bangsa, suku bangsa bahkan kelompok marga memiliki adat istiadat dan kebudayaan yang berbeda antara bangsa,

Lebih terperinci

BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI

BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI Hari Suroto (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Based on the research done, earthenware is found in Sentani Lake. The earthenware which is found in pieces,

Lebih terperinci

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja Upacara pemakaman yang dilangsungkan saat matahari tergelincir ke barat. Jenazah dimakamkan di gua atau rongga di puncak tebing batu. Sebagai tanda

Lebih terperinci

Oleh : Jumbuh Karo K ( ) Tommy Gustiansyah P ( )

Oleh : Jumbuh Karo K ( ) Tommy Gustiansyah P ( ) Oleh : Jumbuh Karo K (13148134) Tommy Gustiansyah P (14148114) Suku Nias adalah suku bangsa atau kelompok masyarakat yang mendiami pulau Nias, Provinsi Sumatera Utara. Gugusan pulaupulau yang membujur

Lebih terperinci

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA.

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA. LAMPIRAN 90 Filled Notes 1. Wawancara dengan Bapak YB Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret 2012 : Rumah Bapak YB : 16.30-18.35 WITA a) Arti kematian bagi orang Sabu. Made atau meninggal menurut kepercayaan

Lebih terperinci

MAKNA PENGUBURAN BERSAMA MASA PRASEJARAH DAN TRADISINYA DI SUMATERA BAGIAN UTARA

MAKNA PENGUBURAN BERSAMA MASA PRASEJARAH DAN TRADISINYA DI SUMATERA BAGIAN UTARA MAKNA PENGUBURAN BERSAMA MASA PRASEJARAH DAN TRADISINYA DI SUMATERA BAGIAN UTARA THE MEANING OF PRE-HISTORIC COMMUNAL BURIAL AND ITS TRADITION IN NORTHEN SUMATERA Ketut Wiradnyana Balai Arkeologi Medan

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano Menurut Hertz, kematian selalu dipandang sebagai suatu proses peralihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

Pengemasan Benda Cagar Budaya sebagai Aset Pariwisata di Papua Klementin Fairyo, Balai Arkeologi Jayapura

Pengemasan Benda Cagar Budaya sebagai Aset Pariwisata di Papua Klementin Fairyo, Balai Arkeologi Jayapura Pengemasan Benda Cagar Budaya sebagai Aset Pariwisata di Papua Klementin Fairyo, Balai Arkeologi Jayapura Abstrak The packaging of archaeological remains is the way to advantage archaeological remains

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Pembagian Harta Warisan. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk membedakan dengan istilah-istilah

Lebih terperinci

Jenis Pertanyaan 1 Untuk Mengetahui makna Bendera Merah Putih dalam upacara perkawinan:

Jenis Pertanyaan 1 Untuk Mengetahui makna Bendera Merah Putih dalam upacara perkawinan: Lampiran 1 Transkrip Wawancara Nama : Costan Rumabar (63 Tahun) Status : Kepala Dewan Adat Ambroben, Biak Kota Alamat : Jl. Pramuka, Ambroben, Biak Kota Tanggal/Jam : 24 Juni 2015 / 13.00-14.00 WIT BENDERA

Lebih terperinci

FUNGSI SITUS PAGAR BATU DI DESA PARDOMUAN, SIMANINDO, SAMOSIR, SUMATERA UTARA

FUNGSI SITUS PAGAR BATU DI DESA PARDOMUAN, SIMANINDO, SAMOSIR, SUMATERA UTARA 1 FUNGSI SITUS PAGAR BATU DI DESA PARDOMUAN, SIMANINDO, SAMOSIR, SUMATERA UTARA Anugrah Syahputra Singarimbun Program Studi Arkeologi Fakultas Sastra dan Budaya Unud Abstract Archeology studies attempting

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen BAB II LANDASAN TEORI Cina adalah Negara komunis yang terdiri dari hampir seluruh kebudayaan, sejarah dan geografis. Negara Cina memiliki banyak kebudayaan, namun salah satu kebudayaan yang paling terkenal

Lebih terperinci

KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Ni Nyoman Ayu Vidya Trisna Prilyandani 1*, I Wayan Ardika 1, Coleta Palupi Titasari 3 [123] Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang diungkapkan dalam bentuk cara bertindak, berbicara, berfikir, dan hidup. Daerah kebudayaan Kalimantan

Lebih terperinci

Arsitektur Dayak Kenyah

Arsitektur Dayak Kenyah Arsitektur Dayak Kenyah Propinsi Kalimantan Timur memiliki beragam suku bangsa, demikian pula dengan corak arsitekturnya. Namun kali ini hanya akan dibahas detail satu jenis bangunan adat yaitu lamin (rumah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti

Lebih terperinci

JEJAK BUDAYA PENUTUR AUSTRONESIA PADA SITUS KAMPUNG FORIR, FAKFAK (The Last Vestiges of The Austronesian Culture in Kampung Forir Site, Fakfak)

JEJAK BUDAYA PENUTUR AUSTRONESIA PADA SITUS KAMPUNG FORIR, FAKFAK (The Last Vestiges of The Austronesian Culture in Kampung Forir Site, Fakfak) JEJAK BUDAYA PENUTUR AUSTRONESIA PADA SITUS KAMPUNG FORIR, FAKFAK (The Last Vestiges of The Austronesian Culture in Kampung Forir Site, Fakfak) Sri Chiirullia Sukandar Balai Arkeologi Jayapura, Jalan Isele,

Lebih terperinci

89 Kapata Arkeologi Vol. 1 No. 1 Agustus / Marlyn Salhuteru Masyarakat Maluku Tenggara

89 Kapata Arkeologi Vol. 1 No. 1 Agustus / Marlyn Salhuteru Masyarakat Maluku Tenggara pulau Bali ke daerah mereka, maka pasti ada unsur budaya yang dibawa serta pada saat kedatangan mereka, dalam hal ini budaya Hindu-Budha. Berpatokan pada keadaan di atas, dengan menggunakan data sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Yehezkiel: Manusia Penglihatan

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Yehezkiel: Manusia Penglihatan Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Yehezkiel: Manusia Penglihatan Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : Lazarus Disadur oleh: Ruth Klassen Diterjemahkan

Lebih terperinci

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN Hukum adat kekerabatan adalah hukum adat yang mengatur tentang bagaimana kedudukan pribadi seseorang sebagai anggota kerabat, kedudukan anak terhadap orangtua dan sebaliknya

Lebih terperinci

46 47 48 49 50 Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Bapak Albert Taguh (Domang Kabupaten Lamandau) 1. Apakah yang dimaksud dengan upacara Tewah? 2. Apa tujuan utama upacara Tewah dilaksanakan? 3. Siapa yang

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Yehezkiel: Manusia Penglihatan

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Yehezkiel: Manusia Penglihatan Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Yehezkiel: Manusia Penglihatan Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : Lazarus Disadur oleh: Ruth Klassen Diterjemahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

Cover Page. The handle holds various files of this Leiden University dissertation.

Cover Page. The handle  holds various files of this Leiden University dissertation. Cover Page The handle http://hdl.handle.net/1887/20262 holds various files of this Leiden University dissertation. Author: Tulius, Juniator Title: Family stories : oral tradition, memories of the past,

Lebih terperinci

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara majemuk yang dikenal dengan keanekaragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli negara memiliki

Lebih terperinci

FUNGSI KAPAK BATU PAPUA DALAM MEMPERSATUKAN KERAGAMAN

FUNGSI KAPAK BATU PAPUA DALAM MEMPERSATUKAN KERAGAMAN FUNGSI KAPAK BATU PAPUA DALAM MEMPERSATUKAN KERAGAMAN Rini Maryone (Balai Arkeologi Jayapura, balar_jpr@yahoo.co.id) Abstract Stone axe found at several prehistoric sites in Papua, shows the infl uence

Lebih terperinci

Tabel 30 Jumlah Kunjungan Domestik dan Non Domestik. Non Domestik (luar negeri)

Tabel 30 Jumlah Kunjungan Domestik dan Non Domestik. Non Domestik (luar negeri) 2.5.3 PARIWISATA Kabupaten Lamandau merupakan daerah hutan tropis. Keadaan landscape daerah ini yang terdiri dari perbukitan, sungai dan jeram ditambah lagi dengan adat istiadat dan budaya masyarakat yang

Lebih terperinci

FUNGSI SISTEM MANIBOB DALAM KEHIDUPAN ORANG BIAK

FUNGSI SISTEM MANIBOB DALAM KEHIDUPAN ORANG BIAK FUNGSI SISTEM MANIBOB DALAM KEHIDUPAN ORANG BIAK Windy Hapsari (BPSNT Jayapura) Abstract For the Biak people, manibob means friend. Manibob is a trade relation, whereas manibob system is a system in which

Lebih terperinci

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa Daftar Informan No Nama Umur Pekerjaan Alamat 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai Negeri Sipil, tokoh adat Desa Senakin 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa Senakin 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek

Lebih terperinci

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Bab GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hansundutan. Desa ini memiliki batas-batas administratif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman dan kekayaan akan budaya yang telah dikenal luas baik oleh masyarakat baik dalam maupun luar negeri, sehingga menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan keanekaragaman hasil kebudayaan. Keanekaragaman hasil kebudayaan itu bisa dilihat dari wujud hasil kebudayaan

Lebih terperinci

E. Siklus Kehidupan Masyarakat Dayak 1. Kelahiran

E. Siklus Kehidupan Masyarakat Dayak 1. Kelahiran E. Siklus Kehidupan Masyarakat Dayak 1. Kelahiran Seperti pada kebanyakan suku bangsa lain di dunia, suku Dayak di Kalimantan juga memiliki siklus hidup yang kesemuanya terangkai dalam ritual-ritual adat

Lebih terperinci

Ketika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari

Ketika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari Ketika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari Kuwati, M. Martosupono dan J.C. Mangimbulude Magister Biologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Email: kuwatifolley@yahoo.co.id Pendahuluan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah diuraikan pada bagian terdahulu, maka pada bagian ini peneliti akan menarik beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa

BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa pengaruh islam dan masa pengaruh eropa. Bagian yang menandai masa prasejarah, antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS 2.1 Identifikasi Kecamatan Batang Kuis, termasuk di dalamnya Desa Bintang Meriah, merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

Lebih terperinci

KAJIAN KERAJINAN UKIRAN KAYU SUKU ASMAT

KAJIAN KERAJINAN UKIRAN KAYU SUKU ASMAT KAJIAN KERAJINAN UKIRAN KAYU SUKU ASMAT Oleh Hernis Novayanti Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Univeristas Telkom. Abstrak Budaya mengukir di Asmat lahir dari upacara keagamaan. Di sebagian daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia memiliki keanekaragaman suku yang tersebar diseluruh bagian tanah air. Masing-masing dari suku tersebut memiliki sejarahnya tersendiri. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap suku biasanya memiliki tradisi yang menjadi keunikan tersendiri yang menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku bangsa

Lebih terperinci

Yehezkiel: Manusia Penglihatan

Yehezkiel: Manusia Penglihatan Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Yehezkiel: Manusia Penglihatan Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: Lazarus Diterjemahkan oleh: Widi Astuti Disadur oleh: Ruth Klassen Cerita 29 dari 60 www.m1914.org

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam ritual yang menjadi ciri khasnya. Masyarakat Karo pada masa dahulu percaya akan kekuatan mistis yang

Lebih terperinci

Hotel Wisata Etnik di Palangka Raya

Hotel Wisata Etnik di Palangka Raya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang 1.1.1. Latarbelakang Pemilihan Tempat Kota Palangka Raya merupakan kota yang memiliki keunikan dengan letaknya yang berada di tengah pulau Kalimantan. Pembangunan kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau kecil maupun besar. Wilayah Indonesia yang terdiri dari banyak pulau menjadikan Indonenesia dihuni oleh

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS Salah satu adat perkawinan di Paperu adalah adat meja gandong. Gandong menjadi penekanan utama. Artinya bahwa nilai kebersamaan atau persekutuan atau persaudaraan antar keluarga/gandong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan serta memiliki keturunan, dimana keturunan merupakan salah satu tujuan seseorang melangsungkan

Lebih terperinci

Yehezkiel: Manusia Penglihatan

Yehezkiel: Manusia Penglihatan Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Yehezkiel: Manusia Penglihatan Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : Lazarus Disadur oleh: Ruth Klassen Diterjemahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai halhal yang

Lebih terperinci

TANA TORAJA P E N G A N T A R P E N G A N T A R K E P E R C A Y A A N. Aluk Todolo. Puang Matua. Desain Interior - Akademi Teknik PIKA 1

TANA TORAJA P E N G A N T A R P E N G A N T A R K E P E R C A Y A A N. Aluk Todolo. Puang Matua. Desain Interior - Akademi Teknik PIKA 1 TANA TORAJA Perkembangan Arsitektur Tradisional Oleh : Eka Kurniawan A.P, ST 1 P E N G A N T A R Nama Toraja diberikan suku Bugis Sidenreng dan suku Luwu. Orang Bugis Sidengreng menyebut orang Toraja dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan salah satu sunatullah yang berlaku pada semua mahluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dengan naluri mahluk, dan masing-masing

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling BAB IV ANALISA DATA A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya bisa tergolong memiliki makna, Diantara makna tersebut bisa di bilang

Lebih terperinci

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan A. Latar Belakang Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-nya. Ikatan suci ini adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16. Masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Tionghoa adalah salah satu kelompok masyarakat yang mendiami wilayah Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 A Sopaheluwakan, Tjeritera tentang Perdjandjian Persaudaraan Pela (Bongso-bongso) antara negeri

BAB I PENDAHULUAN. 1 A Sopaheluwakan, Tjeritera tentang Perdjandjian Persaudaraan Pela (Bongso-bongso) antara negeri BAB I PENDAHULUAN Di Ambon salah satu bentuk kekerabatan bisa dilihat dalam tradisi Pela Gandong. Tradisi Pela Gandong merupakan budaya orang Ambon yang menggambarkan suatu hubungan kekerabatan atau persaudaraan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya BAB V ANALISA DATA A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya Upacara kematian ini bersifat wajib bagi keluarga yang telah ditinggal mati. Dalam proses upacara kematian, ada yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia sangat luas, juga mempunyai puluhan bahkan ratusan adat budaya. Begitu juga dengan sistem kekerabatan yang dianut, berbeda sukunya maka berbeda pula

Lebih terperinci

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut.

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut. BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT Bab ini merupakan pembahasan atas kerangka teoritis yang dapat menjadi referensi berpikir dalam melihat masalah penelitian yang dilakukan sekaligus menjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Begawai Pernikahan adalah suatu momen yang sakral, dimana penyatuan dua insan ini juga harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah

Lebih terperinci

ASPEK-ASPEK REVITALISASI KAWASAN SITUS KALI RAJA KABUPATEN RAJA AMPAT

ASPEK-ASPEK REVITALISASI KAWASAN SITUS KALI RAJA KABUPATEN RAJA AMPAT ASPEK-ASPEK REVITALISASI KAWASAN SITUS KALI RAJA KABUPATEN RAJA AMPAT Sri Chiirullia Sukandar (Balai Arkeologi Jayapura) Abstrak Kali Raja site has the potential to be developed as a tourist destination.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

Mukjizat dari penciptaan Adam

Mukjizat dari penciptaan Adam Lebih dari lima puluh tahun, saya mencoba untuk menolong orang-orang dengan berbagai masalah di dalam hidup mereka. Dan saya tiba pada suatu kesimpulan bahwa : masalah kita yang paling mendasar sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik dan peninggalan yang dimaksud masih tetap berdiri tegar diperkampunganperkampungan tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan usahanya seperti untuk tempat perdagangan, industri, pendidikan, pembangunan sarana dan perasarana lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan usahanya seperti untuk tempat perdagangan, industri, pendidikan, pembangunan sarana dan perasarana lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah karunia dari Tuhan Yang Maha Esa berupa sumber daya alam yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan baik yang langsung untuk kehidupanya

Lebih terperinci

NISAN ARCA SITUS MAKAM KUNO MANUBA KECAMATAN MALLUSETASI KABUPATEN BARRU

NISAN ARCA SITUS MAKAM KUNO MANUBA KECAMATAN MALLUSETASI KABUPATEN BARRU NISAN ARCA SITUS MAKAM KUNO MANUBA KECAMATAN MALLUSETASI KABUPATEN BARRU Bau Mene (Balai Arkeologi Jayapua) Abstract Statue tomb at the site of Manuba ancient grave at Mallusetasi District in Barru Residence.

Lebih terperinci

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI Nama : Ruth Stella Novianty Marbun NPM : 18813140 Dosen Pembimbing : Moch. Ravii Marwan, S.T., M.I.Kom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kematian merupakan suatu hal yang pasti dialami oleh semua orang, tanpa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kematian merupakan suatu hal yang pasti dialami oleh semua orang, tanpa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian merupakan suatu hal yang pasti dialami oleh semua orang, tanpa terkecuali. Setiap manusia tidak akan mengetahui kapan seseorang akan meninggal, dan setiap

Lebih terperinci

MEGALITIK DI MALUKU. Marlyn Salhuteru*

MEGALITIK DI MALUKU. Marlyn Salhuteru* MEGALITIK DI MALUKU Marlyn Salhuteru* Abstrak Tradisi megalitik di Indonesia menandai lahirnya kepercayaan masyarakat prasejarah akan adanya suatu kekuatan yang menggerakkan alam semesta serta makhluk

Lebih terperinci

FUNGSI MAKNA DAN SIMBOL PADA KARWAR (Function and Meaning of Karwar Symbol)

FUNGSI MAKNA DAN SIMBOL PADA KARWAR (Function and Meaning of Karwar Symbol) FUNGSI MAKNA DAN SIMBOL PADA KARWAR (Function and Meaning of Karwar Symbol) Rini Maryone Balai Arkeologi Jayapua maryonerini@gmail.com ABSTRACT The existence of natural caves and niches wild in Biak and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat.

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kematian adalah akhir dari kehidupan. Dalam kematian manusia ada ritual kematian yang disebut dengan pemakaman. Pemakaman dianggap sebagai akhir dari ritual kematian.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Budaya Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial pasti membutuhkan orang lain untuk menjalin komunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial pasti membutuhkan orang lain untuk menjalin komunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia mengalami proses dimana seseorang mulai lahir, menjadi dewasa, tua dan akhirnya meninggal. Dalam perjalanan hidupnya, manusia sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang A. Penelitian Relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian ini memiliki relevansi dengan penelitian sebelumnya yaitu: a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang Tradisi Fida

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia

BAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia Tenggara menjelang akhir plestosen, yang didasarkan akan adanya kebutuhan manusia akan tempat yang

Lebih terperinci