ANALISIS RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH WARUNG MIKRO PRODUKTIF BANK SYARIAH MANDIRI KCP DRAMAGA BOGOR RIEZKY NOVYANDIKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH WARUNG MIKRO PRODUKTIF BANK SYARIAH MANDIRI KCP DRAMAGA BOGOR RIEZKY NOVYANDIKA"

Transkripsi

1 ANALISIS RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH WARUNG MIKRO PRODUKTIF BANK SYARIAH MANDIRI KCP DRAMAGA BOGOR RIEZKY NOVYANDIKA DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko Pembiayaan Murabahah Warung Mikro Produktif Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2016 Riezky Novyandika NIM H

4 ABSTRAK RIEZKY NOVYANDIKA. Analisis Risiko Pembiayaan Murabahah Warung Mikro Produktif Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga. Dibimbing oleh DEDI BUDIMAN HAKIM. Kemiskinan dan pengangguran menjadi permasalahan multidimensi yang mengganggu kesejahteraan penduduk Indonesia. Pemberdayaan usaha mikro dan kecil menjadi solusi untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Namun usaha mikro dan kecil tidak berkembang dengan baik karena mengalami keterbatasan permodalan, aset, dan agunan, sehingga tidak bankable dan sulit untuk mendapatkan pembiayaan dari lembaga keuangan formal. Pemerintah mengeluarkan kebijakan bahwa bank umum wajib memberikan pembiayaan usaha mikro dan kecil. Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga merupakan salah satu bank yang memberikan pembiayaan usaha mikro dan kecil melalui pembiayaan murabahah Warung Mikro Produktif. Diperlukan manajemen risiko yang baik untuk meminimalisir peluang kerugian dari risiko pembiayaan default. Berdasarkan temuan pada penelitian dengan menggunakan metode CreditRisk +, nilai expected loss adalah sebesar Rp dan 2 nasabah berpeluang untuk default dengan total potential loss Rp (0.76%) dari total exposure Rp Kata Kunci: Analisis Risiko, CreditRisk +, Pembiayaan Murabahah, Usaha Mikro dan Kecil ABSTRACT RIEZKY NOVYANDIKA. Risk Analysis of Murabaha Financing in Warung Mikro Produktif Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga. Supervised by DEDI BUDIMAN HAKIM. Poverty and unemployment are multidimensional problems. They distract Indonesian s welfare. Micro, Small Enterprises (MSEs) empowerment is a solution to alleviate poverty and overcome unemployment problems. But MSEs are not able to develop properly because they have capital, asset, and collateral limitations. MSEs is not bankable, risky to default and difficult to get financing from formal financial institution because of those factors. The central bank provided policies to support MSEs development by requesting banks to facilitate MSEs financing. Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga is one of banks that facilitates MSEs financing through a product named Warung Mikro Produktif in Murabaha scheme. Good corporate governance is needed to minimize a probability of loss of default risk. This research used CreditRisk + method. The result of this research discovered that the value of expected loss is Rp and 2 creditors have probability to default with potential loss value of Rp (0.76%) of the total exposure in Warung Mikro Produktif financing is Rp Keywords: CreditRisk +, Micro and Small Enterprises, Murabaha Financing, Risk Analysis

5 ANALISIS RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH WARUNG MIKRO PRODUKTIF BANK SYARIAH MANDIRI KCP DRAMAGA BOGOR RIEZKY NOVYANDIKA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

6

7

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2016 ini berjudul Analisis Risiko Pembiayaan Murabahah Warung Mikro Produktif Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada: 1. Bapak Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MA Ec selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah membimbing dan memberikan kritik dan saran kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Dr Irfan Syauqi Beik, SP MSc Ec selaku dosen penguji utama dan ibu Heni Hasanah SE MSi selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Bapak Misja, Ibu Nunung Ratnaningsih dan Acep Rhieza Wardhany selaku keluarga penulis yang telah selalu mendoakan dan mendukung penulis untuk menyelesaikan studi sarjana ini. 4. Bapak Rahardian Riza selaku Kepala Cabang Pembantu, Bapak Tiar Rachman selaku Pimpinan Unit Warung Mikro dan Ibu Rosi selaku Bagian Administrasi Warung Mikro yang telah mengizinkan penulis melaksanakan penelitian di Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga. 5. Teman-teman satu bimbingan, Aisyah Nur Rachma dan Ririn Istiqamah yang telah memberikan kritik, saran, bantuan, serta motivasi untuk bersama-sama menyelesaikan skripsi ini. Semoga karya skripsi ini dapat bermanfaat. Bogor, Juli 2016 Riezky Novyandika

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 6 Manfaat Penelitian 6 Ruang Lingkup Penelitian 7 TINJAUAN PUSTAKA 7 Tinjauan Teori-Teori 7 Penelitian Terdahulu 16 Kerangka Pemikiran Operasional 18 METODE PENELITIAN 20 Jenis dan Sumber Data 20 Waktu dan Lokasi Pengambilan Data 20 Metode Pengumpulan Data 21 Metode Analisis Data 21 GAMBARAN UMUM 24 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 24 Karakteristik Nasabah Warung Mikro Produktif 27 HASIL DAN PEMBAHASAN 32 Potensi Kerugian Risiko Pembiayaan Murabahah Warung Mikro Produktif Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga 32 Pengumpulan dan Pengolahan Data 32 Penyusunan Exposure dan Pengelompokan Band dan Kelas 32 Penentuan Nilai Probability of Default 33 Penghitungan Expected Loss 33 Penghitungan Recovery Rate dan Real Loss 34 Penentuan Expected Loss Individual dan Peluang Jumlah Nasabah Default dengan Poisson Distribution 34 ix ix ix

10 Penghitungan Potential Loss 36 SIMPULAN DAN SARAN 37 Simpulan 37 Saran 37 DAFTAR PUSTAKA 38 LAMPIRAN 41 RIWAYAT HIDUP 52

11 DAFTAR TABEL 1 Perkembangan UMKM 1 2 Perkembangan data usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) dan usaha besar (UB) tahun Jumlah rekening Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) 3 4 Perbandingan bank syariah dengan bank konvensional 8 5 Analisis Statistika Deskriptif 28 6 Karakteristik nasabah warung mikro produktif menurut jangka waktu pembiayaan 28 7 Pengelompokkan nilai pembiayaan atau plafon nasabah 29 8 Karakteristik nasabah warung mikro produktif menurut nilai pembiayaan 29 9 Karakteristik nasabah warung mikro produktif menurut kolektibilitas Pembagian band Karakteristik nasabah warung mikro produktif menurut band Tingkat kelancaran pembiayaan nasabah berdasarkan jangka waktu pembiayaan Tingkat kelancaran pembiayaan nasabah berdasarkan nilai pembiayaan Jumlah nasabah setiap kelas dalam band Jumlah nasabah dan nilai expected loss masing-masing band Nilai expected loss individual setiap kelas dalam band (n j ) Penghitungan jumlah nasabah berpeluang macet setiap kelas dalam band Nilai potential loss dalam band 36 DAFTAR GAMBAR 1 Perkembangan rasio NPF warung mikro Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga 5 2 Skema murabahah secara cicilan pada bank 10 3 Kerangka pemikiran 19 DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil wawancara dengan pihak Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga 41 2 Data nasabah Warung Mikro Produktif Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga 44 3 Hasil analisis Poisson Distribution dengan n-default (α=5%) 48 4 Data nasabah pembiayaan warung mikro produktif bermasalah 51

12

13 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kemiskinan menjadi permasalahan kompleks dan bersifat multidimensional di Indonesia (Kementerian Sekretaris Negara 2013). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2015), jumlah penduduk miskin hingga bulan Maret 2015 adalah sebanyak juta orang dengan nominal garis kemiskinan Rp per kapita setiap bulan. Tingkat pengangguran Indonesia pun mengalami peningkatan. Menurut data BPS (2015), jumlah pengangguran hingga Agustus 2015 adalah 7.56 juta orang dari total angkatan kerja sebanyak juta orang. Jika kondisi tersebut dibiarkan akan menimbulkan dampak yang buruk bagi stabilitas perekonomian Indonesia. Permasalahan kemiskinan dapat diatasi dengan mengembangkan ekonomi kerakyatan yakni dengan mengembangkan sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Sektor UMKM telah terbukti mampu menjadi solusi bagi perekonomian Indonesia sejak terjadinya krisis periode 1998 hingga UMKM berperan dalam memperluas kesempatan kerja, pendistribusian pendapatan, pengurangan kemiskinan, menjadi sumber pendapatan bagi kelompok miskin serta pembangunan perekonomian secara nasional (Putriana 2012). Kinerja UMKM dalam perekonomian diukur dari kontribusinya dalam peningkatan pendapatan, penyerapan tenaga kerja, serta pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) (BAPPENAS 2014). Tabel 1 Perkembangan UMKM No. Indikator Satuan Jumlah UMKM Juta unit Jumlah Tenaga Kerja UMKM Juta orang Sumbangan PDB UMKM (harga berlaku) Rp Triliun Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM 2013 (diolah). Tabel 1 menunjukkan bahwa UMKM terus mengalami perkembangan dalam segi jumlah unit, tenaga kerja, dan sumbangannya pada PDB. Sebanyak juta UMKM mampu menyerap juta orang tenaga kerja serta menyumbang PDB sebesar Rp triliun pada tahun Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor UMKM merupakan sektor yang memiliki peran dalam meningkatkan perekonomian negara. Usaha mikro berjumlah juta unit yang berarti pangsa pasarnya di Indonesia sebanyak 98.77%, sedangkan usaha kecil berjumlah 654 ribu unit dengan pangsa pasar 1.13%. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha mikro dan kecil menjadi usaha yang paling banyak jumlahnya di Indonesia. Usaha mikro mampu menyerap tenaga kerja sebanyak juta orang (88.9%) dan usaha kecil sebanyak 5.5 ribu orang (4.73%). Usaha mikro mampu menyumbang PDB sebesar Rp milyar (36.90%) dan usaha kecil menyumbang PDB sebesar Rp milyar (9.72%) (Tabel 2). Hal tersebut menunjukkan bahwa unit usaha mikro dan kecil memiliki potensi untuk mengembangkan perekonomian Indonesia. Namun usaha mikro memiliki beberapa kendala dalam operasional usahanya sehingga tidak mampu berkembang dengan baik.

14 2 Tabel 2 Perkembangan data UMKM dan usaha besar (UB) tahun 2013 No. Indikator Jumlah Pangsa (%) 1 Unit Usaha a Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Besar Tenaga Kerja b Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Besar PDB c Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Besar Sumber: Kementerian Koperasi dan UMKM 2013 (diolah); a dalam satuan unit; b dalam satuan orang; c dalam satuan Rp milyar. Muhammad (2005) menyatakan bahwa unit usaha mikro pada umumnya memiliki aksesibilitas yang rendah terhadap lembaga keuangan formal (not bankable) karena dianggap tidak memiliki potensi pendanaan, diasumsikan kemampuannya dalam mengembalikan pinjaman rendah, serta tidak memiliki agunan. Hal tersebut menyebabkan laju pertumbuhan usahanya terhambat karena hanya dapat mengandalkan modal seadanya, sehingga masih diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan produktivitas usaha mikro dan kecil. Menurut Tambunan (2002), usaha mikro dan kecil di Indonesia pun sering kali dikaitkan dengan upaya pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan, mengurangi pengangguran dan pemerataan pendapatan sehingga pengembangan usaha kecil dan menengah sering dianggap sebagai kebijakan (policy) penciptaan kesempatan kerja, atau kebijakan anti kemiskinan, atau kebijakan redistribusi pendapatan. Pemerintah melaksanakan beberapa upaya dan kebijakan untuk mengembangkan sektor usaha mikro dan kecil melalui beberapa program seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri serta pemberian kredit kepada usaha mikro dan kecil melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pemerintah pun mengeluarkan kebijakan untuk memfasilitasi usaha mikro dan kecil agar lebih bankable dalam mendapatkan bantuan pembiayaan dari lembaga keuangan formal melalui Peraturan Bank Indonesia nomor 17/12/PBI/2015 tentang pemberian kredit atau pembiayaan oleh bank umum dan bantuan teknis dalam rangka pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah, pasal 2 ayat 1 yang menyatakan bahwa bank umum wajib memberikan kredit atau pembiayaan UMKM (Bank Indonesia 2015). Saat ini produk layanan pembiayaan kepada sektor mikro telah berkembang di sektor perbankan. Indonesia menganut dual banking system yakni perbankan dengan sistem konvensional dan prinsip syariah Islam. Khan dan Ahmed (2008) menyatakan bahwa sejak pertama kali beroperasi pada tahun 1970-an, pertumbuhan industri keuangan syariah sangat pesat. Bank syariah telah menunjukkan kinerja yang cukup bagus dalam usianya yang masih belia. Studi tentang kinerja bank syariah menunjukkan bahwa lembaga ini mempunyai kapitalisasi yang baik, profitable, dan

15 3 relatif stabil. Hal tersebut dikarenakan bank syariah dengan misi Islami rahmatan lil alamin menjadi solusi atas ketidakmampuan bank konvensional untuk menjadi lembaga keuangan formal rakyat. Bank syariah menjadi lembaga keuangan bersifat kerakyatan yang kegiatan operasionalnya didasarkan pada prinsip-prinsip syariah Islam mampu memberikan jaminan pengembangan usaha kepada masyarakat karena tidak menggunakan sistem bunga yang mengakibatkan eksploitasi modal serta ketidakadilan terhadap masyarakat kecil yang menyebabkan ekonominya tidak berkembang secara mandiri. Produk-produk bank syariah menerapkan prinsip kehatihatian (prudential principles) serta bagi hasil (profit sharing) seperti mudharabah, musyarakah, murabahah, qardh, istishna dan lain-lain semakin diminati oleh masyarakat (Muhammad 2005). Tabel 3 Jumlah rekening pembiayaan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) Tahun Mudharabah Musyarakah Murabahah Qardh Istishna' Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2014 (diolah). Tabel 3 menunjukkan perkembangan jumlah rekening beberapa akad pembiayaan di Bank Umum Syariah (BUS) serta Unit Usaha Syariah (UUS) di Indonesia dari tahun 2008 hingga tahun Tabel tersebut memperlihatkan perkembangan jumlah rekening pembiayaan akad mudharabah, musyarakah, istishna, dan qardh. Rekening pembiayaan akad murabahah terus meningkat hingga tahun Kondisi tersebut berbeda dengan akad lainnya yang berfluktuasi dan memiliki jumlah yang jauh lebih kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa akad murabahah lebih diminati oleh masyarakat dibandingkan dengan akad lainnya. Salah satu bank syariah yang melaksanakan jasa pelayanan murabahah kepada usaha mikro dan kecil adalah Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga. Bank Syariah Mandiri memberikan layanan pembiayaan kepada usaha mikro dan kecil dengan prinsip syariah Islam melalui produk pembiayaan Warung Mikro yang telah dimulai sejak tahun Akad yang digunakan untuk pembiayaan ini adalah akad murabahah dan ijarah. Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga berada di Jl. Perwira No. 151, Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Terdapat 198 nasabah pada pembiayaan Murabahah Warung Mikro Produktif di Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga. Total nilai pembiayaan hingga 8 Maret 2016 adalah Rp (total harga pokok adalah Rp dan total margin adalah Rp ). Terdapat 10 nasabah yang memiliki pembiayaan bermasalah dengan total nilai outstanding adalah Rp (total outstanding pokok adalah Rp dan total outstanding margin adalah Rp ). Hal tersebut menunjukkan bahwa pembiayaan Warung Mikro Produktif potensial dikembangkan karena memberikan profit yang besar, namun di sisi lain layanan warung mikro ini memiliki risiko pembiayaan macet atau gagal bayar. Risiko pembiayaan macet atau gagal bayar dapat dilihat dari rasio Non Performing Financing (NPF) pembiayaan tersebut.

16 4 NPF adalah tingkat pengembalian pembiayaan yang diberikan deposan kepada bank atau dengan kata lain NPF dapat disebut sebagai pembiayaan yang bermasalah. Risiko kerugian bank akibat pembayaran kembali pembiayaan yang tidak lancar akan berpengaruh terhadap pendapatan dan profit yang diterima oleh bank (Nugroho 2014). Oleh karena itu diperlukan upaya preventif untuk meminimalisir peluang kerugian yang dapat terjadi. Allah SWT. berfirman dalam QS. Yusuf 46-49: Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orangorang itu, agar mereka mengetahuinya. Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di bulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur.... Ayat tersebut mengisahkan upaya Nabi Yusuf dalam meminimalisir dampak negatif yang dapat disebabkan oleh risiko yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Nabi Yusuf melakukan pengukuran dan pengendalian atas risiko kelaparan dengan cara menyimpan bahan makanan pada saat masa banyak makanan untuk masa paceklik yang mungkin dihadapi tujuh tahun ke depan sehingga rakyatnya terhindar dari risiko kelaparan yang mengancam negerinya. Sesuai dengan ayat tersebut, diperlukan langkah preventif dari Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga Bogor untuk mengestimasi kemungkinan kerugian yang dialami akibat risiko pembiayaan. Serangkaian prosedur dan metodologi diperlukan untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengendalikan risiko yang timbul sehingga dapat meminimalisir dampak kerugian dari kegiatan usaha bank tersebut. Model CreditRisk + yang diperkenalkan oleh Credit Suisse First Boston (CSFB) pada tahun 1996 digunakan dalam penelitian ini sebagai metode penelitian dalam menganalisis potensi kerugian dari pembiayaan Warung Mikro Produktif sehingga Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga dapat melakukan serangkaian tindakan dan prosedur untuk meminimalisir risiko dari pembiayaan bermasalah pembiayaan murabahah Warung Mikro Produktif Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga. Perumusan Masalah Sektor usaha kecil dan mikro dalam perkembangannya mengalami kesulitan akses terhadap lembaga keuangan formal. Bank syariah sebagai lembaga intermediary antara pihak surplus modal dengan defisit modal harus mampu menangani pemasalahan yang dihadapi oleh sektor usaha mikro dan kecil. Hal tersebut dikarenakan sektor usaha mikro dan kecil memiliki potensi untuk mengembangkan perekonomian nasional. Namun di sisi lain, usaha mikro dan kecil memiliki keterbatasan dalam hal modal, manajemen risiko terpadu, serta agunan sehingga dengan melakukan pembiayaan kepada sektor usaha mikro dan kecil, bank syariah

17 5 akan menghadapi risiko pembiayaan yang dapat berdampak negatif terhadap stabilitas kesehatan bank tersebut. Salah satu risiko yang menjadi ancaman dari pembiayaan sektor mikro dan kecil bagi pihak bank adalah risiko pembiayaan macet atau gagal bayar. Hal tersebut disebabkan karena sektor mikro dan kecil memiliki kelemahan dalam hal pendanaan, manajemen bisnis, serta agunan (collateral), sehingga kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan macet atau gagal bayar di sektor mikro dan kecil lebih tinggi. Nilai pembiayaan macet atau gagal bayar ditunjukkan dalam nilai NPF. NPF merupakan salah satu indikator kesehatan kualitas aset bank. Semakin tinggi nilai NPF (di atas 5%) maka bank tersebut tidak sehat. NPF yang tinggi menurunkan laba yang dapat diterima oleh bank (Wangsawidjaja 2012). Rasio NPF (%) Desember 2015 Januari 2016 Februari 2016 Maret 2016 Periode (Bulan) Sumber: Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga Gambar 1 Perkembangan NPF warung mikro Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga Berdasarkan Gambar 1, rasio NPF Warung Mikro Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga megalami peningkatan dari Desember 2015 hingga Maret 2016 menjadi 6.07%. Menurut ketentuan Bank Indonesia (BI), NPF yang baik memiliki nilai kurang dari 5%. Oleh karena itu rasio NPF pembiayaan Warung Mikro Produktif Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga yang mencapai 6.07% mengindikasikan kondisi pembiayaan tersebut tidak sehat. Jika rasio NPF tinggi, maka nilai penyisihan, penghapusan aktiva yang harus disiapkan oleh bank tinggi sehingga menyebabkan likuiditas bank dalam menyediakan pembiayaan menurun dan menyebabkan volume pembiayaan yang dapat dilakukan menurun. Hal tersebut terjadi sebagai dampak dari peningkatan nilai penyisihan, penghapusan aktiva bank yang meningkat menyebabkan biaya-biaya pencadangan modal bank meningkat sehingga mengurangi profit bank menurun. Apabila kondisi tersebut terus bertahan, maka profit bank akan terus menurun bahkan mencapai negatif karena bank harus menyisihkan modalnya untuk menutupi kerugian yang terjadi sehingga dapat mengurangi aset bank. Berdasarkan kondisi tersebut, harus dilakukan manajemen yang baik terhadap risiko pembiayaan Warung Mikro Produktif sebagai kegiatan bisnis yang dilakukan Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga yang dapat memberikan dampak negatif terhadap permodalan dan pendapatan, dan aset bank. Diperlukan metodologi serta prosedur untuk mengukur risiko pembiayaan untuk meminimalisir terjadinya kerugian. Menurut Khan dan Ahmed (2008), perhitungan atas kerugian pembiayaan adalah hal penting dalam proses mitigasi risiko pembiayaan. Perhitungan atas kerugian pembiayaan memerlukan perhitungan atas kemungkinan debitur mengalami gagal bayar (probability of default), waktu jatuh tempo fasilitas pembiayaan, kerugian

18 6 yang akan diderita bank jika debitur benar-benar gagal bayar (loss given default), besarnya eksposur debitur pada saat terjadi gagal bayar (exposure at default), serta sensitivitas nilai aset terhadap risiko sistematis dan nun sistematis. Sesuai dengan teori Khan dan Ahmed (2008), penelitian ini menggunakan metode CreditRisk + untuk mengestimasi kemungkinan kerugian, peluang nasabah gagal bayar, serta nilai pencadangan modal yang harus disiapkan Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga pada pembiayaan Murabahah Warung Mikro Produktif. Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut. 1. Berapa besar nilai kerugian yang dapat diperkirakan (expected loss) dari nasabah pembiayaan Warung Mikro Produktif untuk menentukan nilai pencadangan modal yang harus dilakukan Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga? 2. Berapa banyak nasabah yang memiliki peluang untuk default dan berapa nilai kerugian (potential loss) yang dapat disebabkan oleh nasabah yang berpeluang default tersebut dalam pembiayaan murabahah Warung Mikro Produktif berdasarkan metode CreditRisk +? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah penelitian, berikut adalah tujuan dari penelitian ini. 1. Mengukur nilai kerugian yang dapat diperkirakan (expected loss) dari nasabah pembiayaan Warung Mikro Produktif untuk menentukan nilai pencadangan modal yang harus dilakukan Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga. 2. Mengestimasi jumlah nasabah yang memiliki peluang untuk default dan nilai kerugian (potential loss) yang dapat disebabkan oleh nasabah yang berpeluang default tersebut dalam pembiayaan murabahah Warung Mikro Produktif berdasarkan metode CreditRisk +. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Secara spesifik dan terperinci, manfaat yang akan didapatkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi pihak Bank Syariah Mandiri, dapat dijadikan sumber informasi serta rekomendasi untuk menyusun strategi mitigasi risiko dan mengatasi kerugian yang terjadi akibat pembiayaan yang disalurkan. Menjamin kepercayaan nasabah Bank Syariah Mandiri dengan menerapkan sistem mitigasi risiko terpadu untuk mengatasi risiko pembiayaan atau pembiayaan. 2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan dan pemberdayaan usaka mikro dan kecil serta perbankan. 3. Bagi masyarakat luas termasuk pelaku usaha mikro dan kecil, dapat dijadikan sumber pengetahuan dan informasi mengenai teknis, prosedur dan operasional pembiayaan usaha mikro dan kecil di bank syariah. 4. Akademisi dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan rujukan atau studi literatur untuk penelitian lebih lanjut.

19 Ruang Lingkup Penelitian 7 Penelitian ini hanya dilakukan di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Dramaga Bogor, sehingga hasil penelitian tidak dapat dipastikan sama pada Bank Syariah Mandiri kantor cabang lain maupun bank konvensional lainnya. Skema pembiayaan yang akan diteliti adalah pembiayaan murabahah Warung Mikro Produktif dari nasabah aktif (belum lunas) pembiayaan tersebut mulai periode 2013 hingga Maret 2016 yakni sebanyak 198 nasabah. Pengukuran risiko pembiayaan dilakukan dengan menggunakan metode CreditRisk + untuk menganalisis kerugian yang dapat diperkirakan akibat pembiayaan nasabah yang bermasalah, pencadangan modal yang harus dilakukan Bank Syariah Mandiri KCP Dramaga, serta peluang jumlah dan nilai kerugian nasabah default. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Teori-Teori Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Menurut Bank Indonesia (2008) berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), kriteria usaha mikro, kecil dan menengah adalah sebagai berikut. 1. Usaha Mikro Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria yaitu memiliki kekayaan bersih maksimal Rp , tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp Usaha Kecil Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria yaitu memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp sampai dengan Rp , tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp sampai dengan Rp Usaha Menengah Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar serta memiliki jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan yang memenuhi kriteria yakni memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500 juta sampai dengan Rp10 miliar, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.5 miliar sampai dengan Rp50 miliar.

20 8 Bank Syariah Perbankan syariah diatur dalam Undang-Undang nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Menurut undang-undang tersebut, Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Berikut adalah perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah. Tabel 4 Perbandingan bank syariah dengan bank konvensional Aspek Bank Syariah Bank Konvensional Legalitas Akad Syariah Akad Konvensional Struktur organisasi Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional Tidak terdapat dewan sejenis Bisnis dan usaha yang 1. Melakukan investasiinvestasi 1. Investasi yang halal dan dibiayai yang halal saja haram profit oriented 2. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan 3. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa 4. Berorientasi pada keuntungan (profit oriented) dan kemakmuran dan kebahagiaan dunia akhirat Lingkungan kerja Islami Non islami Sumber: Machmud dan Rukmana (2010). 2. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kreditor-debitor 3. Memakai perangkat bunga Produk dan Jasa Perbankan Syariah Menurut Bank Indonesia (2008) berdasarkan Undang-Undang nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 19, kegiatan usaha yang dilakukan bank syariah meliputi sebagai berikut. 1. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 2. Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 3. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 4. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad murabahah, akad salam, akad istishna, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 5. Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan akad qardh atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 6. Menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada nasabah berdasarkan akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bit tamlik atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 7. Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

21 9 8. Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. 9. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan prinsip syariah, antara lain, seperti akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafazlah, atau hawalah. 10. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia. 11. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antar pihak ketiga berdasarkan prinsip syariah. 12. Melakukan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu akad yang berdasarkan prinsip syariah. 13. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan prinsip syariah. 14. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah berdasarkan prinsip syariah. 15. Melakukan fungsi sebagai wali amanat berdasarkan akad wakalah. 16. Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan prinsip syariah. 17. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pembiayaan Murabahah Menurut Karim (2004), murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (marjin) yang disepakati oleh penjual maupun pembeli. Penjual harus memberi tahu harga perolehan dari produsen dan keuntungan yang ditambahkan kepada pembeli. Murabahah dapat dilakukan secara tunai ataupun cicilan. Nilai pembiayaan akan berbeda sesuai dengan cara pembayaran yang dilakukan. Murabahah yang dilakukan secara cicilan (murabahah muajjal) dicirikan dengan adanya penyerahan barang di awal akad dan pembayaran kemudian (setelah awal akad), baik dalam bentuk angsuran maupun dalam bentuk sekaligus (lump sum). Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Murabahah berdasarkan pesanan terjadi apabila bank melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah dengan spesifikasi barang tertentu. Murabahah berdasarkan pesanan ini dapat bersifat mengikat (bank dapat meminta uang muka pembelian kepada nasabah) ataupun tidak. Penjual (bank) dapat meminta pembayaran hamish ghadiyah yakni uang tanda jadi ketika ijab kabul untuk menunjukkan keseriusan pembeli, sehingga apabila terjadi pembatalan, hamish ghadiyah tersebut digunakan untuk menutupi kerugian akibat pembatalan dari pihak pembeli. Apabila nilai kerugian lebih tinggi, maka penjual (bank) boleh meminta kekurangannya kepada pembeli tersebut. Murabahah dapat melibatkan dua pihak ataupun tiga pihak dalam praktiknya. Murabahah melibatkan dua pihak apabila transaksi dilakukan langsung antara penjual dan pembeli. Murabahah melibatkan tiga pihak terjadi apabila terdapat pihak perantara di antara pembeli dan penjual yang dalam hal ini adalah bank. Istilah tersebut dikenal dengan murabahah lil amir bisy-syra (Nawawi 2012). Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari

22 10 produsen ditambah keuntungan (marjin). Berikut adalah skema murabahah yang terjadi di bank. 2 3 Supplier Bank Nasabah 1 4 Sumber: Karim (2004). Gambar 2 Skema murabahah secara cicilan pada bank Keterangan: 1 : Supplier menjual secara tunai. 2 : Bank membeli secara tunai seharga Rpx. 3 : Bank menjual secara cicilan. 4 : Nasabah membayar secara cicilan Rpx ditambah keuntungan (marjin) bank. Berdasarkan Gambar 2, pembiayaan murabahah terjadi ketika nasabah melakukan transaksi jual beli suatu barang melalui bank. Bank membeli barang yang diinginkan oleh nasabah dari supplier. Bank menjual barang tersebut kepada nasabah baik secara tunai maupun cicilan kepada nasabah dengan menyebutkan harga perolehan barang ditambah dengan biaya perolehan, serta marjin yang diambil oleh bank. Bank juga memberikan informasi mengenai jangka waktu pembiayaan dan jumlah cicilan setiap bulan. Setelah disepakati oleh kedua belah pihak, nasabah berkewajiban untuk mengangsur jumlah cicilan kepada bank tersebut. Menurut Nawawi (2012), bai murabahah akan sah apabila memenuhi rukun sebagai berikut. 1. Mengetahui harga pokok (harga beli). Informasi mengenai harga pokok harus diketahui secara jelas oleh kedua belah pihak yang terlibat jual beli. 2. Menjelaskan keuntungan (marjin) yang diambil dalam jual beli. Marjin harus diketahui secara jelas baik berupa nominal maupun persentase. 3. Modal yang digunakan untuk membeli objek transaksi harus merupakan barang mitsli artinya terdapat padanannya di pasar, alangkah lebih baiknya menggunakan uang. Apabila menggunakan barang ghairu mitsli/qimi, atau dalam bahasa populernya adalah transaksi tukar tambah, maka diperbolehkan. Misalnya saya menjual sepeda motor Yamaha lalu terdapat pembeli yang membeli sepeda motor saya dengan sepeda motor Honda ditambah uang Rp1 juta sebagai marjin, maka transaksi tersebut sah. 4. Objek transaksi dan alat pembayaran yang digunakan tidak boleh berupa barang ribawi. Misalkan menjual uang Rp100 ribu dengan Rp110 ribu, maka transaksi tersebut tidak sah, karena Rp10 ribu bukan dianggap marjin. 5. Akad jual beli pertama harus sah, artinya transaksi yang dilakukan penjual pertama dengan pembeli pertama harus sah. Apabila tidak sah, maka akad penjual selanjutnya dengan pembeli selanjutnya dinyatakan rusak dan tidak sah. 6. Tidak boleh saling berkhianat. Bai murabahah harus dilandasi saling percaya antara pembeli dan penjual terhadap informasi jual beli yang dilakukan bahkan

23 11 kondisi cacat barang yang diperjualbelikan harus diinformasikan secara detail. Apabila pembeli dirugikan karena kecurangan informasi mengenai barang yang diperjualbelikan, maka pembeli memiliki hak khiyar, yakni hak option untuk melanjutkan atau membatalkan jual beli. Harga jual bai murabahah terdiri dari harga pokok barang ditambah marjin yang disepakati serta biaya-biaya pendukung. Biaya-biaya pendukung tersebut berupa biaya yang digunakan untuk mendapatkan komoditas yang menjadi objek murabahah seperti biaya transportasi, administrasi, pemeliharaan, dan distribusi. Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pribadi tidak dimasukan dalam harga jual murabahah, seperti biaya makan, minum, kesehatan, dan lain-lain. Risiko Bank Syariah Menurut Rivai dan Arifin (2010), terdapat beberapa jenis risiko yang dihadapi bank syariah, yakni sebagai berikut. 1. Risiko pembiayaan Risiko pembiayaan adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) dalam memenuhi kewajibannya. Risiko pembiayaan dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti pembiayaan (penyediaan dana), tresuri dan investasi, dan pembiayaan perdagangan. 2. Risiko pasar Risiko pasar merupakan risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar dari portofolio yang dimiliki bank yang dapat merugikan bank (adverse movement). Variabel pasar yang dimaksud adalah interest dan nilai tukar termasuk derivasi dari kedua jenis risiko pasar tersebut yaitu perubahan harga options. Risiko pasar terdapat pada aktivitas fungsional bank seperti kegiatan tresuri dari investasi dalam bentuk surat berharga dan pasar uang maupun penyertaan pada lembaga keuangan lainnya, penyediaan dana (pinjaman dan bentuk sejenis), kegiatan pendanaan dan penerbitan surat utang, serta kegiatan pembiayaan perdagangan. 3. Risiko likuiditas Risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan karena bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo. Risiko likuiditas dapat dikategorikan sebagai berikut. a. Risiko likuiditas pasar yaitu risiko yang timbul karena bank tidak mampu melakukan offsetting posisi tertentu dengan harga pasar karena kondisi likuiditas pasar yang tidak memadai atau terjadi gangguan di pasar (market disruption). b. Risiko likuiditas pendanaan yaitu risiko yang timbul karena bank tidak mampu mencairkan asetnya atau memperoleh pendanaan dari sumber dana lain. Risiko likuiditas dapat melekat pada aktivitas fungsional pembiayaan (penyediaan dana), tresuri dan investasi, kegiatan pendanaan, dan instrumen uang. Risiko likuiditas dapat mengganggu bukan hanya internal bank namun sistem perbankan secara keseluruhan. 4. Risiko operasional Risiko operasional adalah risiko yang disebabkan karena ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya masalah eksternal yang memengaruhi operasional bank. Risiko operasional dapat menimbulkan kerugian secara langsung maupun tidak langsung

24 12 dan kerugian potensial atas hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan. Risiko operasional dapat melekat pada setiap aktivitas fungsional bank, seperti kegiatan penyediaan dana, tresuri dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, teknologi, sistem informasi, sistem manajemen, dan pengelolaan sumber daya manusia. 5. Risiko hukum Risiko hukum adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis, yang antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna. 6. Risiko reputasi Risiko reputasi adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi negatif terkait dengan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank. 7. Risiko strategik Risiko strategik adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat, atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal. 8. Risiko kepatuhan Risiko kepatuhan adalah risiko yang disebabkan bank tidak memenuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Pada prakteknya risiko kepatuhan melekat pada risiko bank yang terkait peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku, seperti risiko pembiayaan terkait dengan ketentuan kewajiban pemenuhan modal minimum, kualitas aktif produktif, pembentukan penyisihan aktiva produktif, batas minimum pemberian pembiayaan, risiko pasar terkait dengan ketentuan Rencana Kerja Anggaran Tahunan (RKAT) bank, dan risiko lain terkait dengan ketentuan tertentu. Risiko Pembiayaan Natural certainty contracts adalah kontrak yang dilakukan dengan menentukan secara pasti nilai nominal dari keuntungan di awal kontrak perjanjian (Hayati 2015). Pembiayaan berbasis natural certainty contracts antara lain pembiayaan murabahah, ijarah, ijarah muntahia bit tamlik, salam, dan istishna. Menurut Karim (2004), penilaian risiko tersebut mencakup dua aspek, yaitu default risk dan recovery risk. a. Default Risk (Risiko Kebangkrutan) Default risk adalah risiko yang terjadi pada first way out. First way out merupakan sumber pembayaran yang berasal dari kelayakan usaha dan berdasarkan cash flow perusahaan. Hal-hal yang memengaruhi default risk adalah sebagai berikut: 1. Industry risk Industry risk merupakan risiko yang terjadi pada jenis usaha yang ditentukan oleh hal-hal berikut. a. Karakteristik masing-masing jenis usaha yang bersangkutan. b. Riwayat eksposur pembiayaan yang bersangkutan di bank syariah, terutama perkembangan NPF jenis usaha yang bersangkutan. c. Kinerja keuangan jenis usaha yang bersangkutan. (industry financial standard).

25 13 2. Kondisi internal perusahaan nasabah, seperti manajemen, organisasi pemasaran, teknis produksi, dan keuangan. 3. Faktor negatif lainnya yang memengaruhi perusahaan nasabah, seperti kondisi group usaha, keadaan force majeure, permasalahan hukum, permogokan, kewajiban off balance sheet (L/C import dan bank garansi), market risk (forex risk, interest risk, security risk), riwayat pembayaran (tunggakan kewajiban) dan restrukturasi pembiayaan. b. Recovery Risk (Risiko Jaminan) Recovery risk yaitu risiko pembayaran kembali atas sisa pinjaman nasabah dari hasil penjualan jaminan, apabila first way out tidak dapat diharapkan lagi (risiko second way out). Second way out adalah adanya jaminan aktiva likuid dan marketable sebagai kontra garansi apabila first way out dinilai kurang atau tidak memadai. Recovery risk dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut. a. Kesempurnaan pengikatan jaminan b. Nilai jual kembali jaminan (marketability jaminan) c. Faktor negatif lainnya, misalnya tuntutan hukum pihak lain atas jaminan, lamanya taksasi ulang jaminan. d. Kredibilitas penjamin (jika ada). Proses Manajemen Risiko Operasional Bank Islam Proses manajemen risiko bank Islam dan bank konvensional berbeda. Menurut Karim (2004), perbedaan mendasar antara bank Islam dengan bank konvensional bukan terletak pada bagaimana cara mengukur (how to measure), melainkan pada apa yang dinilai (what to measure). Perbedaan tersebut akan tampak terlihat dalam proses manajemen risiko operasional bank Islam yang meliputi identifikasi risiko, penilaian risiko, antisipasi risiko, dan monitoring risiko. 1. Identifikasi Risiko Identifikasi risiko yang dilakukan dalam bank Islam tidak hanya mencakup berbagai risiko yang ada pada bank-bank pada umumnya, melainkan juga meliputi berbagai risiko yang khas hanya ada pada bank-bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Keunikan bank Islam terletak pada hal-hal sebagai berikut. a. Proses transaksi pembiayaan Karakteristik bank Islam dalam proses ini terlihat pada tiga aspek, proses transaksi pembiayaan syariah, proses transaksi bagi hasil dana pihak ketiga, dan proses transaksi devisa. b. Proses manajemen Sistem dan prosedur operasional akuntansi dan Chart of Account (CoA), sistem dan prosedur operasional teknologi informasi, sistem dan prosedur tutup buku, serta sistem dan prosedur operasional pengembangan produk. c. Sumber daya manusia Spesifikasi kapabilitas sumber daya manusia yang tidak hanya mencakup dalam bidang perbankan secara umum tetapi juga meliputi aspek-aspek syariah. d. Teknologi Business Requirement Specification (BRS) untuk pembiayaan berbasis bagi hasil dan BRS dana pihak ketiga. e. Lingkungan eksternal Keberadaan dual regulatory body, yaitu Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional (DSN).

26 14 f. Kerusakan Keunikan bank Islam terlihat misalnya ketika terjadi kerusakan pada objek ijarah atau IMBT. 2. Penilaian Risiko Keunikan bank Islam dalam penilaian risiko terlihat pada hubungan antara probability dan impact. 3. Antisipasi Risiko Antisipasi risiko dalam bank Islam bertujuan untuk sebagai berikut. a. Preventive Bank Islam memerlukan persetujuan Dewan Pengawas Syariah (DPS) untuk mencegah kekeliruan proses dan transaksi dari aspek syariah. Bank Islam juga memerlukan opini bahkan fatwa DSN bila Bank Indonesia memandang persetujuan DPS belum memadai atau berada di luar kewenangannya. b. Detective Pengawasan dalam bank Islam meliputi dua aspek, yaitu aspek perbankan oleh Bank Indonesia dan aspek syariah oleh DPS. Kadangkala timbul pemahaman yang berbeda atas suatu transaksi apakah melanggar syariah atau tidak. c. Recovery Koreksi atas suatu kesalahan dapat melibatkan Bank Indonesia untuk aspek perbankan dan DSN untuk aspek Syariah. 4. Monitoring Risiko Aktivitas monitoring dalam bank Islam tidak hanya meliputi manajemen bank Islam, tetapi juga melibatkan DPS. Warung Mikro Bank Syariah Mandiri Menurut Bank Mandiri Syariah (2010), pembiayaan Warung Mikro adalah sebagai berikut. 1. Pembiayaan Warung Mikro Pembiayaan Mikro adalah pembiayaan bersifat produktif kepada nasabah/calon nasabah perorangan/badan usaha dengan limit sampai dengan Rp100 juta. Termasuk dalam segmen mikro adalah pembiayaan dengan tujuan multiguna kepada nasabah perorangan dengan limit sampai dengan Rp50 juta yang disalurkan melalui Warung Mikro. a. Multiguna Pembiayaan Bank Syariah Mandiri yang ditujukan kepada seseorang (golongan berpenghasilan tetap seperti PNS, pegawai swasta, dan sebagainya) dan badan usaha untuk memenuhi kebutuhan dengan plafon pembiayaan mulai dari Rp2 juta s.d. Rp50 juta. Pembiayaan ini dibagi menjadi 3 sebagai berikut. 1. Tunas Plafon pembiayaan Rp2 Juta Rp10 Juta. Margin (berdasarkan jenis produk) setara 36% dan dengan jangka waktu waktu maksimal 36 bulan. 2. Madya Plafon pembiayaan Rp11 juta Rp50 juta. Margin (berdasarkan jenis produk) setara 32% dan jangka waktu waktu maksimal 36 bulan.

27 15 3. Utama Plafon pembiayaan Rp51 juta Rp100 juta. Margin (berdasarkan jenis produk) setara 28% dan jangka waktu waktu maksimal 48 bulan. b. Produktif Pembiayaan Bank Syariah Mandiri yang ditujukan kepada seseorang (wiraswasta, profesi, dan lain sebagainya) dan badan usaha untuk memenuhi kebutuhan produktif dengan plafon pembiayaan mulai dari Rp2 juta s.d. Rp50 juta. Pembiayaan ini dibagi menjadi 3 sebagai berikut. 1. Tunas Plafon pembiayaan Rp2 Juta Rp10 Juta. Margin (berdasarkan jenis produk) setara 36% dan dengan jangka waktu waktu maksimal 36 bulan. 2. Madya Plafon pembiayaan Rp11 juta Rp50 juta. Margin (berdasarkan jenis produk) setara 32% dan jangka waktu waktu maksimal 36 bulan. 3. Utama Plafon pembiayaan Rp51 Rp100 juta. Margin (berdasarkan jenis produk) setara 28% dan jangka waktu waktu maksimal 48 bulan. Kolektibilitas Kolektibilitas merupakan penggolongan nasabah yang dilakukan oleh bank dalam lima kategori berdasarkan lamanya hari tunggakan kewajiban atau persyaratan lainnya untuk mengetahui kualitas pembiayaan sehingga bank dapat mengestimasi tingkat cadangan yang harus disiapkan untuk mengantisipasi kerugian dari pembiayaan bermasalah tersebut. Terdapat tiga kriteria untuk menentukan kualitas pembiayaan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia nomor 13/13/PBI/2011 tentang penilaian kualitas aktiva bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam pasal 8, yakni prospek usaha, kinerja debitur, dan kemampuan membayar (Bank Indonesia 2011). Setelah dilakukan penilaian terhadap tiga kategori tersebut, kualitas pembiayaan dapat digolongkan menjadi lima kategori, yakni sebagai berikut. 1. Kolektibilitas 1 yang dikategorikan sebagai lancar apabila tidak terdapat tunggakan pembayaran pinjaman baik pokok ataupun bunga. 2. Kolektibilitas 2 yang dikategorikan sebagai dalam perhatian khusus apabila terdapat tunggakan pinjaman pembayaran pokok atau bunga sampai dengan 90 hari. 3. Kolektibilitas 3 yang dikategorikan sebagai kurang lancar apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga sampai dengan 120 hari. 4. Kolektibilitas 4 yang dikategorikan sebagai diragukan apabila terdapat tunggakan pembayaran pinjaman baik pokok dan atau bunga sampai dengan 180 hari. 5. Kolektibilitas 5 yang dikategorikan sebagai macet apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga lebih dari 180 hari. Lima kategori tersebut dikelompokkan dalam dua kelompok. Kolektibilitas 1 dan 2 disebut Performing Financing, sedangkan kolektibilitas 3, 4, dan 5 disebut Non Performing Financing. CreditRisk + Menurut Credit Suisse First Boston International (1997), metode ini diperkenalkan oleh Credit Suisse First Boston (CSFB 1997) pada tahun Metode ini muncul setelah terjadi kasus asuransi kebakaran. Kerugian besar yang diderita oleh

28 16 perusahaan asuransi kebakaran ditentukan oleh dua faktor, yaitu probabilitas kejadian rumah terbakar (frequency of event) dan nilai kerugian dari rumah yang terbakar (severity of loss). Kemudian ide ini diterapkan untuk menghitung risiko kredit. Distribusi kerugian dari portofolio kredit dicerminkan oleh frekuensi dari default (frequency of event) dan nilai dari kredit yang gagal (severity of loss). Menurut CSFB (1997), CreditRisk + is based on a portofolio approach to modelling credit default risk that takes into account information relating to size and maturity of an exposure and credit quality and systematic risk of an obligor. The CreditRisk + model is a statistical model of credit default risk that makes no assumption about the cause of default. CreditRisk + menganalisis risiko default dari pembiayaan bermasalah atau default setiap debitur. CreditRisk + mencari peluang jumlah debitur yang default dalam satu periode yang dinyatakan dengan alat bantu analisis statistik Poisson Distribution. Kelebihan dari model CreditRisk + adalah mudah dimplementasikan dan data mudah didapatkan. Model ini hanya membutuhkan data exposure, probability of default, dan recovery rate. Model ini tidak harus mengetahui identitas nasabah pembiayaan tersebut yang biasanya data identitas tersebut dilindungi oleh lembaga keuangan. Hal tersebut dikarenakan fokus model ini adalah mengestimasi potensi risiko serta nilai potensi risiko tersebut pada setiap nasabah. Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian yang menjadi referensi penelitian ini. Penelitian berjudul Analisis Risiko Pembiayaan Syariah, Pendekatan Metode CreditRisk + Portofolio (Studi Kasus: BMT Prima Dinar Cabang Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah) dilakukan oleh Achmad Iqbal pada tahun Penelitian yang dilakukan Iqbal (2006) menguji kemampuan metode CreditRisk + dalam mengestimasi risiko kredit pembiayaan syariah di BMT Prima Dinar Cabang Tawangmangu pada bulan Desember 2004, serta mencari alternatif strategi mitigasi risiko yang dapat meminimalisir risiko yang dihadapi BMT Prima Dinar Cabang Tawangmangu. Kesimpulan dari penelitian tersebut menyatakan bahwa metode CreditRisk + mampu mengestimasi potensi kerugian BMT Prima Dinar Cabang Tawangmangu pada periode Desember Metode CreditRisk + dinyatakan sesuai untuk mengestimasi risiko kredit pembiayaan syariah di BMT Prima Dinar Cabang Tawangmangu yang beroperasi di sentra produksi pertanian dan melayani sebagian besar debitur yang berprofesi sebagai petani. Strategi mitigasi risiko yang dapat dilaksanakan yaitu strategi penyaluran pembiayaan, penanganan portofolio pembiayaan bermasalah, penggunaan CreditRisk + portofolio untuk mengestimasi risiko pembiayaan, pembentukan cadangan penghapusan utang dan modal ekonomi untuk risiko. Berbeda dengan Iqbal, Tsabita (2013) melakukan penelitian melalui skripsinya tentang risiko pembiayaan pertanian di Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Tsabita meneliti mengenai Analisis Risiko Pembiayaan Syariah pada Sektor Pertanian, Kasus: BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor. Perbedaannya terletak pada lembaga yang dijadikan objek penelitian serta adanya penambahan metode yang dilakukan oleh Tsabita. Skala usaha BPRS cenderung lebih besar dibandingkan dengan BMT. Metode analisis yang digunakan yakni metode CreditRisk+ untuk menghitung peluang kerugian dan metode Enterprise Risk Mangement untuk mengetahui langkah-langkah strategi mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi

MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN SYARIAH

MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN SYARIAH MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN SYARIAH Tujuan Manajemen Risiko 1. Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator. 2. Memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat unacceptable. 3. Meminimalisasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum PT Bank Syariah X PT Bank Syariah X merupakan salah satu Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia dan anak perusahaan dari salah satu bank konvensional terbesar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari dunia ekonomi. Aspek dunia ekonomi yang dikenal saat ini sangat luas. Namun yang sering digunakan oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam menstabilkan perekonomian suatu negara. Bank sebagai lembaga intermediasi yang mempertemukan antara pihak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian a) Implementasi Akad Murabahah Di Indonesia, aplikasi jual beli murabahah pada perbankan syariah di dasarkan pada Keputusan Fatwa Dewan Syariah

Lebih terperinci

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008.

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008. A. Pengertian Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan. 19 Usaha

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kinerja dan kelangsungan usaha bank yang melakukan kegiatan

Lebih terperinci

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA PENGERTIAN LEMBAGA KEUANGAN Lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menanamkannya dalam bentuk aset keuangan lain, misalnya kredit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pelaku ekonomi yang melakukan kegiatannya melalui jasa perbankan.

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 9 /PBI/2003 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 9 /PBI/2003 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 9 /PBI/2003 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kelangsungan usaha bank yang melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan sejak dikeluarkannya UU No.10 Tahun 1998 yang mengatur dual banking system dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali Lembaga Keuangan baik konvensional maupun syariah yang memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk menjadi lembaga perantara atau intermediasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya oleh orang lain. Penulis ingin melakukan pembahasan dan penelitian terhadap pengaruh prinsip jual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia ditandai dengan perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan lembaga kuangan syariah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu negara pada umumnya tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan dari para pelaku ekonomi yang menjalankan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Non Performing Financing (NPF) merupakan salah satu instrumen penilaian

BAB I PENDAHULUAN. Non Performing Financing (NPF) merupakan salah satu instrumen penilaian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Non Performing Financing (NPF) merupakan salah satu instrumen penilaian kinerja sebuah bank syariah yang menjadi interpretasi penilaian pada aktiva produktif, khususnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank Syariah Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, definisi bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi syariah secara konsisten telah menunjukan perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di wilayah mesir pada tahun

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH SESI 5: Manajemen Risiko Syariah Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA Definisi Risiko Dalam konteks perbankan, adalah suatu kejadian potensial yang dapat diperkirakan maupun yang

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai keunikan secara prinsip dapat mendukung usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai keunikan secara prinsip dapat mendukung usaha mikro, kecil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Unit usaha syariah merupakan salah satu perbankan syariah yang mempunyai keunikan secara prinsip dapat mendukung usaha mikro, kecil dan menengah antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank menurut istilah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank syariah sebagaimana bank konvensional memiliki fungsi sebagai perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu menghimpun

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kelangsungan usaha Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak tahun 997 telah menyadarkan semua pihak bahwa perbankan dengan sistem konvensional bukan merupakan satu-satunya

Lebih terperinci

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pembiayaan Dua fungsi utama bank syariah adalah menghimpun dana dan menyalurkan dana. Penyaluran dana yang dilakukan bank syariah adalah pemberian

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kinerja dan kelangsungan usaha Bank Perkreditan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Nasabah Nasabah adalah aset atau kekayaan utama perusahaan karena tanpa pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang mengatakan pelanggan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah juga merupakan salah satu hal yang cukup berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah juga merupakan salah satu hal yang cukup berpengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama tahun 2012, perbankan syariah Indonesia mengalami tantangan yang cukup berat dengan mulai dirasakannya dampak melambatnya pertumbuhan perekononomian

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH. PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada

BAB II LANDASAN TEORI. oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada 12 BAB II LANDASAN TEORI A. Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian yang mengelola dana dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, lembaga pembiayaan

Lebih terperinci

Fungsi, Peran dan Perkembangan Daya saing BPR/BPRS

Fungsi, Peran dan Perkembangan Daya saing BPR/BPRS Fungsi, Peran dan Perkembangan Daya saing BPR/BPRS Ir. Andreas Eddy Susetyo, M.M. Anggota Komisi XI DPR-RI Dalam Seminar Perbarindo Pontianak, 26 Oktober 2016 1 Agenda Fungsi dan Peran BPR/BPRS Sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking

BAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran perbankan berfungsi melayani masyarakat di daerah pedesaan atau pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di ndonesia, rural banking diakomodasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak hanya diperuntukkan bagi umat Islam saja, tetapi untuk semua kalangan masyarakat. Bank

Lebih terperinci

BAB III PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO MENURUT KETENTUAN PBI 13/23/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

BAB III PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO MENURUT KETENTUAN PBI 13/23/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH 34 BAB III PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO MENURUT KETENTUAN PBI 13/23/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH A. Pengertian Pengertian manajemen risiko menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula permintaan atau kebutuhan pendanaan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan. Namun,

Lebih terperinci

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengantar Metodologi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada sub bab 1.2, yaitu besarnya Capital Charge yang harus disediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan memiliki peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi tantangan dunia usaha dan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sebelum krisis tahun 1998 sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak dilirik oleh perbankan karena mereka menilai sektor ini tidak layak untuk dibiayai,

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40/POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40/POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40/POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA - 2 - I. PEDOMAN PENILAIAN

Lebih terperinci

REGULASI ENTITAS SYARIAH

REGULASI ENTITAS SYARIAH REGULASI ENTITAS SYARIAH KURNIAWAN STRUKTUR REGULASI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH HUKUM SYARIAH HUKUM POSITIF FATWA DSN UU ATAU ATURAN DARI LEMBAGA TERKAIT 2 1 LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan operasionalnya pasti tidak akan terlepas dari risiko.

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan operasionalnya pasti tidak akan terlepas dari risiko. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan baik bank maupun lembaga keuangan non bank saat menjalankan kegiatan operasionalnya pasti tidak akan terlepas dari risiko. Menurut Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /POJK.03/2017 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK BAGI DAERAH TERTENTU DI INDONESIA YANG TERKENA BENCANA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Signal Teori yang menjelaskan pentingnya pengukuran kinerja ialah teori signal (signalling theory). Teori signal menyarankan perusahaan yang percaya bahwa

Lebih terperinci

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH (Sulhan PA Bengkulu) 1. Perbankan Syari ah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syari ah dan Unit Usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Landasan teori sangat mutlak diperlukan dalam sebuah penelitian karena di dalam kerangka teori penelitian akan mempunyai dasar yang jelas untuk menganalisa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 20 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu negara pada umumnya tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan dari para pelaku ekonomi yang menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan umat Islam, banyak idealisme yang muncul mempertanyakan apakah praktik ekonomi yang sudah dijalankan saat ini sudah sesuai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menegah (UMKM) di Indonesia mengalami pertumbuhan yang menggembirakan. Keberadaan UMKM di Indonesia pada tahun 2010 sangat besar jumlahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu Negara yaitu sebagai lembaga perantara keuangan. Sistem

Lebih terperinci

2017, No khusus terhadap kredit atau pembiayaan bank bagi daerah tertentu di Indonesia yang terkena bencana alam; e. bahwa berdasarkan pertimba

2017, No khusus terhadap kredit atau pembiayaan bank bagi daerah tertentu di Indonesia yang terkena bencana alam; e. bahwa berdasarkan pertimba LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.151, 2017 KEUANGAN OJK. Bank. Bencana Alam. Daerah Tertentu. Kredit. Pembiayaan. Perlakuan Khusus. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah ini salah satunya dicirikan dengan sistem bagi hasil (non bunga)

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah ini salah satunya dicirikan dengan sistem bagi hasil (non bunga) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konsep perbankan syariah adalah hal yang baru dalam dunia perbankan di Indonesia, terutama apabila dibandingkan dengan penerapan konsep perbankan konvensional.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X

BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X 51 BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK + Dalam Bab 4 secara lebih mendalam akan dibahas analisis mengenai pengukuran risiko kredit konsumtif pada bank X dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. krisis, perbankan syariah mulai dapat berdiri sedangkan sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. krisis, perbankan syariah mulai dapat berdiri sedangkan sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim kini semakin mengenal perbankan syariah. Semakin banyak yang menyadari bahwa perlunya lembaga keuangan yang beroperasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dananya kepada pihak lain yang membutuhkan dana. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dananya kepada pihak lain yang membutuhkan dana. Salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank syariah sebagai lembaga intermediasi antara pihak investor yang menginvestasikan dananya di bank kemudian selanjutnya bank syariah menyalurkan dananya kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan perhatian yang serius dan bersungguh sungguh dalam mendorong perkembangan perbankan syariah. Semangat ini dilandasi

Lebih terperinci

2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 3 Tahun 2004

2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 3 Tahun 2004 GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN 1 VI. BANK UMUM & BANK PERKREDITAN RAKYAT ( B P R ) A. Pengertian Bank Menurut Undang Undang No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam karya akhir ini pengukuran risiko yang ditunjukan terhadap pembiayaan murabahah pada BNI Syariah dengan menggunakan Metode CreditRisk +, Dalam penerapan metode pengukuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kinerja dan tingkat perekonomian yang dihasilkan, dimana salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Perbankan Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan. Perkembangan perbankan syariah di indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pemerintah secara formal meletakkan dasar-dasar hukum operasionalnya

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pemerintah secara formal meletakkan dasar-dasar hukum operasionalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem keuangan syariah sebenarnya telah dimulai sebelum pemerintah secara formal meletakkan dasar-dasar hukum operasionalnya melalui UU No.7 Tahun 1992

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 5.1. Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan yang melakukan pengawasan terhadap prinsip syariah dalam kegiatan usaha lembaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan perbankan di Indonesia sejak tahun 1992 berdasarkan ketentuan

I. PENDAHULUAN. Kebijakan perbankan di Indonesia sejak tahun 1992 berdasarkan ketentuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan perbankan di Indonesia sejak tahun 1992 berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, yang kemudian diperkokoh dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan khususnya sektor perbankan menempati posisi sangat strategis dalam menjembatani kebutuhan modal kerja dan investasi riil dengan pemilik dana.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia saat ini organisasi bisnis Islam yang berkembang adalah bank syariah. Salah satu penyebab yang menjadikan bank syariah terus mengalami peningkatan adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perekonomian dunia saat ini tidak dapat dipisahkan dari dunia perbankan. Jika dilihat dari pendanaan, hampir semua aktivitas pendanaan menggunakan perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada bentuk alternatif lain disamping bank konvensional yang sudah dikenal masyarakat yaitu bank yang berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/13 /PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/13 /PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/13 /PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peran perbankan dalam menggerakkan perekonomian suatu negara yang berdampak pada peningkatan pendapatan nasional adalah cermin efektifitas perbankan dalam menjalankan fungsinya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. usaha yang dibiayainya. Risiko ini dapat diatasi dengan cara memberikan

PENDAHULUAN. usaha yang dibiayainya. Risiko ini dapat diatasi dengan cara memberikan 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank pada umumnya tentu saja menjalankan fungsi utamanya yakni fungsi intermediasi sebagai penyalur dana dan penghimpun dana. Khususnya pada Bank konvensional dan Bank Syariah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan dapat diartikan sebagai aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dananya kepada pihak nasabah yang membutuhkan dana. Penyaluran dana dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana (defisit unit). Bank syariah secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana (defisit unit). Bank syariah secara resmi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara. Bank berfungsi sebagai Financial Intermediary, yaitu suatu

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan

Lebih terperinci

RISIKO PERBANKAN ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN RISIKO

RISIKO PERBANKAN ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN RISIKO RISIKO PERBANKAN ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN RISIKO Introduction Bank adalah sebuah institusi yang memiliki surat izin bank, menerima tabungan dan deposito, memberikan pinjaman, dan menerima serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Agama islam tidak hanya meliputi

BAB I PENDAHULUAN. umum dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Agama islam tidak hanya meliputi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Islam merupakan agama yang bersifat universal dan komprehensif Islam bersifat umum dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Agama islam tidak hanya meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan dunia perbankan. Hampir semua aktivitas perekonomian memanfaatkan perbankan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan yang bersifat konvensional dan bank yang bersifat syariah. Bank yang bersifat konvensional adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah suatu pandangan atau cara hidup yang mengatur semua sisi kehidupan manusia, maka tidak ada satu pun aspek kehidupan manusia yang terlepas dari ajaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 49 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Berdasarkan UU No. 21 Pasal 38 Tahun 2008 Tentang UU Perbankan Syariah disebutkan bahwa bank syariah dan UUS wajib menerapkan manajemen risiko,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan-pembiayaan yang dapat membantu masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan-pembiayaan yang dapat membantu masyarakat dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu kegiatan operasional perbankan syariah adalah memberikan pembiayaan-pembiayaan yang dapat membantu masyarakat dalam menjalankan kegiatan usahanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah di Indonesia diawali dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tanggal 1 November 1991 yang kemudian diikuti dengan keluarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktik perbankan di Indonesia saat ini menganut dual banking system, yaitu adanya bank konvensional dan bank syariah. Sistem ini di dasarkan atas Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan yang merupakan salah satu lembaga keuangan paling strategis sangat penting bagi pendorong kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank sebagai salah satu lembaga keuangan merupakan sarana dalam meningkatkan kualitas kehidupan ekonomi masyarakat. Bank sebagai lembaga keuangan yang seharusnya

Lebih terperinci

BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer

BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer Yaya R., Martawiredja A.E., Abdurahim A. (2009). Salemba Empat Tujuan Instruksional Pembelajaran Memahami

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/9/PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha Bank Mandiri Syariah Bentuk Usaha Bank Syariah Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha Bank Mandiri Syariah Bentuk Usaha Bank Syariah Mandiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha Bank Mandiri Syariah 1.1.1 Bentuk Usaha Bank Syariah Mandiri PT. Bank Syariah Mandiri merupakan lembaga keuangan syariah, bank syariah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak memiliki

Lebih terperinci

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Data Penelitian BNI Syariah memiliki visi menjadi bank umum syariah yang unggul dalam layanan dan kinerja dengan menjalankan bisnis sesuai kaidah sehingga insya

Lebih terperinci