MELATIH PEMAHAMAN KONSEP VOLUM BANGUN RUANG DALAM PENGUBAHAN SATUAN MELALUI PENERAPAN METODE DRILL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MELATIH PEMAHAMAN KONSEP VOLUM BANGUN RUANG DALAM PENGUBAHAN SATUAN MELALUI PENERAPAN METODE DRILL"

Transkripsi

1 MELATIH PEMAHAMAN KONSEP VOLUM BANGUN RUANG DALAM PENGUBAHAN SATUAN MELALUI PENERAPAN METODE DRILL Rika Lutvia Jurusan Tadris Matematika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung ABSTRAK Artikel ini membahas tentang kesulitan-kesulitan peserta didik dalam mengaplikasikan konsep volum bangun ruang pada pengubahan satuan. Pemecahan masalah yang tepat untuk digunakan adalah metode drill (latihan). Metode tersebut memiliki prinsip-prinsip yang perlu untuk diterapkan agar kesulitan-kesulitan peserta didik bisa terselesaikan, antara lain 1) Pelatihan itu harus didahului atau diselingi dengan penjelasan guru mengenai dasar pemikiran dan arti penting yang terkandung dalam keterampilam yang sedang dilatihkannya; 2) Pelatihan itu tidak membosankan bagi siswa, oleh karenanya alokasi waktu yang singkat lebih baik; 3) Pelatihan itu harus menarik perhatian dan minat siswa serta menumbuhkan motif siswa untuk berpikir, karena menurut Jean Piaget, seorang siswa selalu berpikir selama ia berbuat. Kata kunci: satuan, metode drill, prinsip, motif ABSTRACT This article discusses the difficulties of the learner s in applying the concept of geometrical volume in unit of conversion. The right way to solve the problem is using such drill method (exercise). This method has some principles that need to be applied so that the difficulties can be resolved by learners, they are 1) Training must be preceded or interspersed with the teacher's explanation of the rationale and important meaning which is contained in the skills that are being taught; 2) The training is not boring for the students, therefore the allocation of a short time is better; 3) The training should attract the attention and interest of the students and build students motivation to think because according to Jean Piaget, a student always thinks as long as he does something. Keywords: unit, drill methods, principles, motives PENDAHULUAN Tujuan pembelajaran Matematika (dalam skripsi Asmawati) adalah terbentuknya kemampuan berfikir, kritis, logis, sistematis dan memiliki sifat objektif, disiplin dalam memecahkan suatu permasalah baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2004: 1). Namun, para pendidik (guru) dalam praktek pendidikan sehari-hari, masih banyak yang melakukan kesalahankesalahan dalam menunaikan tugas dan fungsinya. Kesalahan-kesalahan tersebut sering kali tidak disadari oleh para guru, bahkan masih banyak di antaranya yang menganggap hal biasa dan wajar. Padahal, sekecil apapun kesalahan yang dilakukan guru, khususnya dalam pembelajaran, akan berdampak negatif terhadap perkembangan peserta didik. Sebagai manusia biasa, tentu

2 saja guru tidak akan terlepas dari kesalahan baik dalam berperilaku maupun dalam melaksanakan tugas pokoknya memberi pelajaran. Namun demikian, bukan berarti kesalahan guru harus dibiarkan dan tidak dicarikan cara pemecahannya. Guru harus mampu memahami kondisi-kondisi yang memungkinkan dirinya berbuat salah, dan yang paling penting adalah mengendalikan diri serta menghindari dari kesalahan-kesalahan (E. Mulyasa, 2013: 19-20). Kesalahan yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran salah satunya adalah mengambil jalan pintas. Tugas guru yang paling utama adalah memberi pelajaran, dalam pengertian menata lingkungan agar terjadi kegiatan belajar pada peserta didik. Berbagai kasus menunjukkan bahwa di antara para guru banyak yang merasa dirinya sudah dapat memberi pelajaran dengan baik, meskipun tidak dapat menunjukkan alasan yang mendasari asumsi itu. Asumsi keliru tersebut sering kali menyesatkan dan menurunkan kreatifitas, sehingga banyak guru yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi. Guru harus menyadari bahwa memberi pelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek pedagodis, psikologis, dan didaktis secara bersamaan. Aspek pedagogis menunjuk pada kenyataan bahwa memberi pelajaran di sekolah berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan, karena itu guru harus mendampingi peserta didik menuju kesuksesan belajar atau kedewasaan. Aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa peserta didik yang belajar pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda satu dengan lainnya. Demikian halnya kondisi peserta didik, kompetensi, dan tujuan yang harus mereka capai juga berbeda. Selain itu, aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa proses belajar itu sendiri mengandung variasi, seperti belajar menghapal, belajar keterampilan motorik, belajar konsep, belajar sikap, dan seterusnya. Aspek didaktis menunjuk pada pengaturan belajar peserta didik oleh para guru yang menuntut berbagai prosedur didaktis, berbagai cara mengelompokkan peserta didik, dan beraneka ragam media pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus menentukan secara tepat jenis belajar yang paling berperan dalam proses pembelajaran tertentu, dengan mengingat kompetensi dasar yang harus dicapai (E. Mulyasa, 2013: 20-21). Agar tidak tergiur untuk mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, guru hendaknya memandang pembelajaran sebagai suatu sistem, yang jika salah satu komponennya terganggu, maka akan mengganggu seluruh sistem tersebut. Sebagai contoh, guru harus selalu membuat dan melihat persiapan setiap mau melakukan kegiatan pembelajaran, serta merevisi sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan perkembangan zaman (E. Mulyasa, 2013: 22). Uraian sebelumnya sudah jelas bahwa kesalahan sekecil apapun yang dilakukan guru, khususnya dalam pembelajaran, akan berdampak negatif terhadap perkembangan peserta didik. Contohnya: peserta didik kurang mengetahui dalam pengubahan satuan, maka dalam pengerjaan soal latihan ataupun ujian yang di mana berhubungan dengan pengubahan satuan akan terhenti (terhambat) di tengah jalan. Perlu diketahui bahwa, kesalahan dalam proses pembelajaran tidak semuanya tercurahkan pada pendidik. Namun, peserta didik itu pun juga harus aktif dalam mencari informasi. Artikel ini membahas tentang kesulitan belajar matematika secara umum, yang otomatis akan mencakup pembahasan kesulitan peserta didik dalam pengubahan satuan pada materi volum bangun ruang. Dan juga akan dijelaskan dalam pemecahan masalahnya berupa

3 metode yang tepat untuk digunakan pada proses pembelajaran. TEORI DASAR A. Pembelajaran Matematika 1. Hakikat Matematika Banyak orang yang mempertukarkan antara matematika dengan aritmetika atau berhitung. Padahal, matematika memiliki cakupan yang lebih luas daripada aritmetika. Aritmetika hanya merupakan bagian dari matematika. Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa yang berkesulitan belajar. Menurut Johnson dan Myklebust, matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoretisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Lerner mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Kline juga mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. Menurut Paling, ide manusia tentang matematika berbeda-beda, tergantung pada pengalaman dan pengetahuan masing-masing. Ada yang mengatakan bahwa matematika hanya perhitungan yang mencakup tambah, kurang, kali, dan bagi; tetapi ada pula yang melibatkan topik-topik seperti aljabar, geometri, dan trigonometri. Banyak pula yang beranggapan bahwa matematika mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan berpikir logis. Selanjutnya, Paling mengemukakan bahwa matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan (Mulyono Abdurrahman, 2003: ). Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan juga di perguruan tinggi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Cornelius mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya (Mulyono Abdurrahman, 2003: 253). 2. Pengertian Metode Pembelajaran Matematika Metode adalah suatu cara yang teratur atau yang telah dipikirkan secara mendalam untuk digunakan dalam mencapai suatu tujuan. Hakikat metode mengajar matematika adalah cara yang teratur yang telah dipikirkan secara mendalam untuk digunakan. Metode mengajar berbeda dengan metode pembelajaran. Metode pembelajaran adalah cara menyajikan meliputi: menguraikan,

4 memberi contoh, dan latihan suatu materi pelajaran kepada siswa untuk mencapai kompetensi tertentu. Dalam metode pembelajaran digunakan beberapa metode mengajar. Sedangkan metode mengajar ada di dalam salah satu komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang disingkat RPP. Metode mengajar matematika yang efektif, tepat pemilihannya sesuai dengan pokok bahasan matematika tertentu akan meningkatkan daya serap peserta didik dalam belajar matematika. Metode mengajar yang dipergunakan pendidik membawa peserta didik kepada bagaimana memahami konsep matematika. Guru tidak hanya menggunakan ceramah saja dalam belajar matematika, karena bila guru berbicara terus menyebabkan siswa bosan. Konsentrasi akan menurun bila kebosanan belajar sudah melanda siswa. Itulah kepentingan kenapa harus banyak metode mengajar. Metode mengajar matematika adalah cara yang dapat digunakan untuk membelajarkan suatu bahan pelajaran yang dalam realisasinya diperlukan satu atau lebih teknik. Setiap metode mempunyai kelebihan, kelemahan, dan teknik yang disarankan. Tidak ada satu pun metode mengajar yang berlaku untuk semua materi pokok bahasan matematika baik untuk satuan pendidikan dasar, menengah pertama, dan menengah atas. Satu metode mungkin baik untuk satu pokok bahasan, baik untuk satu tujuan tertentu, baik untuk kondisi dan karakteristik peserta didik tertentu, akan tetapi ketika diterapkan pada materi lain belum tentu tepat dan sesuai. Sebagai guru matematika kita memerlukan metode mengajar agar mengajar sebagai proses memberi perlakuan kepada peserta didik lebih terarah, teratur dan tidak sembarangan atau asal mengajar saja. Keteraturan dalam mengajar itu diperlukan kalau kita ingin tujuan belajar secara efektif tercapai. Penguasaan metode mengajar tidak sekali jadi dapat kita pahami. Paling tidak punya suatu sikap kalau sudah menguasai teori cara mengajar lalu kesempatan berikutnya melatih keterampilan mengajar matematika. Guru atau dosen yang jam terbangnya tinggi memperoleh pengetahuan bagaimana mengajar yang lebih baik ketimbang mereka yang baru mengajar walaupun sudah Strata Dua (S2). Bagaimana kita memperlakukan teori cara mengajar menjadi tantangan kita sebagai guru atau pendidik untuk senantiasa terbiasa dengan cara-cara tertentu yang tepat dengan materi, tujuan dan karakteristik peserta didik. Ketepatan itu pada akhirnya akan terlihat dari tanda-tanda yang ada berupa keberhasilan belajar. Dalam lingkup pendidikan dan pengajaran kadangkala disamakan pengertian pendekatan dengan metode, padahal seharusnya tidak demikian. Pendekatan lebih menekankan pada strategi dalam perencanaan sedangkan metode lebih menekankan pada teknik pelaksanaannya. Perencanaan pendekatan mungkin menggunakan beberapa metode pada pelaksanaanya. Suatu metode dapat direalisasikan beberapa pendekatan misalkan metode eksperimen, digunakan untuk pendekatan keterampilan proses, inkuari, dan konsep. Pembelajaran matematika merupakan proses membangun pemahaman peserta didik tentang fakta, konsep, prinsip, dan skill sesuai dengan kemampuannya. Guru

5 atau dosen menyampaikan materi, peserta didik dengan potensinya masing-masing mengkonstruksi pengertiannya tentang fakta, konsep, prinsip, dan skill, serta problem solving (M. Ali Hamzah dan Muhlisrarini, 2014: ). 3. Metode Drill dan Latihan Drill merupakan suatu cara mengajarkan dengan banyak memberikan latihan. Terhadap apa yang dipelajari siswa sehingga mereka mempunyai suatu keterampilan. Diharapkan dengan melakukan drill atau latihan, hasil pekerjaan siswa akan makin sempurna. Jadi metode drill atau latihan adalah metode pembelajaran yang menekankan pada banyaknya atau seringnya latihan mengerjakan soal atau memecahkan persoalanpersoalan matematika. Kelebihan metode drill: a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris seperti menulis, menghafalkan huruf, membuat, dan menggunakan alatalat. b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental seperti dalam perkalian, pembagian, penjumlahan, pengurangan, tanda/simbol, dan sebagainya. c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan. Kelemahan metode drill: a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian. b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. c. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan malah membosankan. d. Dapat menimbulkan verbalisme (M. Ali Hamzah dan Muhlisrarini, 2014: 267). Maksudnya: kadang-kadang latihan itu langsung dijalankan tanpa penjelasan sebelumnya; sehingga pada siswa tidak terjadi pemahaman. Selanjutnya siswa melakukan saja tanpa mengerti maksud dan tujuan latihan itu (Roestiyah, 2001: 127). Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat/inisiatif peserta didik untuk berpikir, maka hendaknya guru/pengajar memperhatikan tingkat kewajaran dari metode drill, antara lain: a. Latihan, wajar digunakan untuk hal-hal yang bersifat monotorik, seperti menulis, permainan, pembuatan, dan lain-lain. b. Untuk melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan menggunakan rumus-rumus, dan lain-lain. c. Untuk melatih hubungan, tanggapan, seperti penggunaan bahasa, grafik, simbul peta, dan lain-lain (Mulyono, 2012: ). B. Prinsip Metode Drill Ada beberapa prinsip pokok yang perlu diperhatikan guru dalam menyelenggarakan pelatihan, yakni sebagai berikut: 1. Pelatihan itu harus didahului atau diselingi dengan penjelasan guru mengenai dasar pemikiran dan arti penting yang terkandung dalam keterampilam yang sedang dilatihkannya. 2. Pelatihan itu tidak membosankan siswa, oleh karenanya alokasi waktu yang singkat lebih baik. 3. Pelatihan itu harus menarik perhatian dan minat siswa serta menumbuhkan motif siswa untuk berpikir, karena menurut Jean Piaget, seorang siswa

6 selalu berpikir selama ia berbuat (Muhibbin Syah, 2011: 210). C. Pokok Bahasan Volum Bangun Ruang 1. Volum Balok dan Kubus Untuk menyatakan ukuran besar suatu bangun ruang kita gunakan volum. Volum suatu bangun ruang ditentukan dengan membandingkan terhadap satuan pokok volum, misalnya 1 cm 3. a. Volum Balok Dengan demikian, rumus volum V kubus dengan panjang rusuk = s adalah sebagai berikut. V = s s s atau V = s 3 (M. Cholik A. dan Sugijono, 2002: 57-58). 2. Volum Prisma dan Limas a. Volum Prisma t Gambar 1 menunjukkan sebuah balok dengan ukuran panjang = p, lebar = l, dan tinggi = t. Rumus volum V balok di atas dapat diperoleh sebagai berikut: V = p l t atau V = plt Oleh karena p l merupakan luas alas, maka volum balok dapat dinyatakan sebagai berikut. Volum balok = luas alas tinggi b. Volum Kubus s p Gambar 1 Gambar 2 s s Kubus merupakan balok khusus, yaitu balok yang ukuran panjang, lebar, dan tingginya sama. Oleh karena itu, rumus untuk volum kubus diperoleh dari volum balok dengan cara sebagai berikut ini. V = p l t = s s s V = s 3 l Gambar 3 Jika balok dipotong tegak sepanjang salah satu bidang diagonalnya, maka akan terbentuk dua prisma segitiga. Kedua prisma segitiga dapat digabungkan sehingga terbentuk sebuah prisma segitiga. Dengan demikian, prisma dan balok memiliki volum yang sama, luas alas yang sama dan tinggi yang sama pula, sehingga dapat dinyatakan bahwa: Volum prisma segitiga = volum balok = luas alas balok tinggi balok = luas alas prisma tinggi prisma = Lt Untuk setiap prisma berlaku rumus berikut: V = Lt dengan V = volum, L = luas alas, dan t = tinggi atau Volum prisma = luas alas tinggi

7 b. Volum Limas Gambar 4 Suatu kubus yang panjang rusuknya s dengan keempat diagonal ruangnya saling berpotongan pada satu titik. Dalam kubus tersebut ternyata terdapat enam buah limas yang sama. Masing-masing limas tersebut beralaskan bidang alas kubus dan tingginya setengah panjang rusuk kubus. Salah satu limas tersebut ditunjukkan pada gambar 4. Jika volum masing-masing limas adalah V, maka volum enam buah limas sama dengan volum kubus, sehingga diperoleh hubungan berikut ini. Volum 6 limas = volum kubus 6 V = s s s = s s s = s s 1 s 2 2 s s = L dan 1 s = t 2 = L t 2 6 V = 2 Lt V = 2 Lt 6 V = 1 Lt 3 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa: Untuk setiap limas berlaku rumus berikut: V = 1 3 Lt dengan V = volum, L = luas alas, dan t = tinggi (M. Cholik A. dan Sugijono, 2002: 77-81). PEMBAHASAN A. Kesulitan Belajar Matematika 1. Jenis-Jenis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Matematika Adanya hambatan yang dialami siswa pada saat belajar dapat diketahui dengan adanya kesalahankesalahan yang dilakukannya. Hambatan tersebut mungkin disadari atau mungkin juga tidak disadari oleh orang yang mengalami hambatan dalam proses mencapai hasil belajarnya. Akibatnya prestasi yang dicapainya berada di bawah yang semestinya. Kesalahan timbul akibat adanya kesulitan siswa dalam belajar. Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam belajarnya akan menunjukkan ciriciri dari adanya masalah yang dialami, seperti yang dituliskan oleh Mappaita Muhkal (dalam Rahim, 2013) sebagai berikut: (a) menunjukkan hasil belajar yang lebih rendah (di bawah nilai ratarata) yang dicapai oleh kelompoknya; (b) hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya; (c) lambat dalam melaksanakan tugas-tugas belajarnya; (d) menunjukkan sikapsikap yang kurang wajar; (e) menunjukkan tingkah laku yang berkelainan dan; (f) menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesalahan adalah perihal salah; kekeliruan; kealpaan, sehingga jika kesalahan itu dihubungkan dengan objek dasar matematika menurut Soedjadi (2000: 13), kesalahan yang dimaksud yaitu: a. Kesalahan fakta adalah kekeliruan dalam menuliskan konvensikonvensi yang dinyatakan dengan simbol-simbol matematika. Contoh: kesalahan dalam mengubah permasalahan ke

8 dalam bentuk model matematika, kesalahan dalam menginterpretasikan hasil yang didapatkan dan kesalahan dalam menuliskan simbol-simbol matematika. b. Kesalahan konsep adalah kekeliruan dalam menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek. Konsep yang dimaksud dalam matematika dapat berupa definisi. Contoh: kesalahan dalam menggolongkan suatu relasi, apakah merupakan suatu fungsi atau tidak. c. Kesalahan operasi adalah kekeliruan dalam pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar, dan pengerjaan matematika yang lain. Contoh: kesalahan dalam menjumlahkan, mengurangkan, dan kesalahan dalam operasi matematika lainnya. d. Kesalahan prinsip adalah kekeliruan dalam mengaitkan beberapa fakta atau beberapa konsep. Contoh: kesalahan dalam menggunakan rumus ataupun teorema serta kesalahan dalam menggunakan prinsip-prinsip sebelumnya. Rosita (dalam Rifai, 2012) mengemukakan bahwa jenis-jenis kesalahan umum yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika antara lain: a. Kesalahan konsep Kesalahan konsep adalah kesalahan memahami gagasan abstrak. Konsep dalam matematika adalah suatu ide abstrak yang mengakibatkan seseorang dapat mengklasifikasikan objek-objek atau kejadiankejadian dan menentukan apakah objek atau kejadian itu merupakan contoh atau bukan contoh dari ide tersebut. Herman Hudoyo (dalam Rifai, 2012) menyatakan bahwa belajar konsep adalah belajar memahami sifatsifat dari benda-benda atau peristiwa untuk dikelompokkan dalam satu jenis. Kesalahan konsep dalam matematika berakibat lemahnya penguasaan materi sacara utuh dalam matematika, aturan mempunyai makna yang sama dengan prinsip. b. Kesalahan menggunakan data Kesalahan menggunakan data berkenaan dengan kesalahan dalam menggunakan data, seperti tidak menggunakan data yang seharusnya dipakai, salah dalam menstubtitusi data ke variabel atau menambah data yang tidak diperlukan dalam menjawab suatu masalah. c. Kesalahan interpretasi bahasa Kesalahan interpretasi bahasa adalah kesalahan mengubah informasi ke ungkapan matematika atau kesalahan dalam memberi makna suatu ungkapan matematika. Bahasa matematika merupakan bahasa simbol sehingga pemahaman terhadap simbol-simbol tersebut merupakan prasyarat utama untuk dapat memahami matematika. Persoalan matematika biasanya disajikan dalam bentuk diagram, tabel, soal cerita, dan sebagainya. Kesemuanya itu mempunyai arti dan akan menjadi jelas apabila dapat diinterpretasikan dengan benar. Untuk menyelesaikan persoalan matematika yang berbentuk soal cerita maka terlebih dahulu harus mengubah soal cerita yang menggunakan bahasa sehari-hari menjadi kalimat matematika. Jika salah dalam mengartikan maka tidak mungkin memberi solusi yang tepat.

9 d. Kesalahan teknis Kesalahan teknis berkenaan dengan pemilihan yang salah atas teknik ekstrapolasi. Siswa tidak dapat mengidentifikasi operasi yang tepat atau rangkaian operasinya. Kesalahan ini dapat terjadi ketika siswa memilih jalan yang tidak tepat yang mengarah ke jalan buntu yang dapat berupa ketidaktahuan siswa dalam memilih prosedur yang tepat untuk menyelesaikan operasioperasi yang ada. Kesalahan dalam perhitungan termasuk dalam kesalahan teknis. Dalam menyelesaikan masalah matematika, meskipun sudah mampu menentukan dan menggunakan algoritma, tetapi jika melakukan kesalahan perhitungan atau kesalahan operasi aljabar, maka tetap akan memberikan solusi yang tidak tepat atau salah. Jadi dalam menyelesaikan soal matematika sangat diperlukan adanya kemampuan teknis yang baik. e. Kesalahan penarikan kesimpulan Kesalahan dalam penarikan kesimpulan yang dilakukan oleh siswa dapat berupa melakukan penyimpulan tanpa alasan pendukung yang benar atau melakukan penyimpulan pernyataan yang tidak sesuai dengan penalaran logis. Dengan memahami bagaimana seorang siswa melakukan kesalahan, diharapkan baik guru maupun siswa kemudian dapat memiliki solusi terbaik agar kekeliruan serupa tidak terulang kembali (ninamath, 2014). 2. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Kesulitan Belajar Adapun faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam. a. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. b. Faktor ekstern siswa, yakni halhal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa. Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain tersebut di bawah ini. a. Faktor Intern Siswa Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psikofisik siswa, yakni: 1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/inteligensi siswa; 2) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap; 3) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga). b. Faktor Ekstern Siswa Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi tiga macam. 1) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga. 2) Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal. 3) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah. Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, adapula

10 faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar siswa. Di antara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai faktor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom (syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar itu. 1) Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca. 2) Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis. 3) Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika. Akan tetapi, siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas secara umum sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan di antaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas ratarata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfunction, yaitu gangguan ringan pada otak (Muhibbin Syah, 2011: ). Pendidik dalam menyelesaikan masalah tersebut butuh adanya diagnosis. Yaitu, sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar peserta didik, pendidik sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda peserta didik tersebut. Setelah melakukan diagnosis kepada peserta didik, maka langkah yang berikutnya adalah menentukan metode yang tepat untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik. B. Penerapan Metode Drill pada Materi Volum Bangun Ruang Mengingat prinsip pokok dari metode drill yang sudah dijelaskan di atas, maka yang harus dilakukan pendidik adalah sebagai berikut: a. Pendidik menjelaskan sedikit tentang materi yang akan dilatihkannya dan memberi penjelasan bahwa metode yang digunakan adalah metode drill di mana bertujuan untuk melatih kecakapan siswa. Materi yang perlu diberikan adalah yang berhubungan dengan volum bangun ruang. Kemudian peserta didik diberikan contoh-contoh soal agar dalam penerapannya dapat mudah dimengerti. Contoh-contoh soalnya adalah sebagai berikut: Contoh: 1. Volum sebuah tangki air yang berbentuk balok adalah 648 liter. Jika panjangnya 120 cm dan lebarnya 60 cm, berapa cm-kah tinggi tangki tersebut? Jawab: Volum = 648 liter = 648 dm 3 = cm 3 V = p = 120 l = 60 V = p l t = t = t t = t = 90 Jadi, tinggi tangki = 90 cm. Catatan: 1 liter = 1 dm 3 (M. Cholik A. dan Sugijono, 2002: 59). 2. Sebuah bak penampungan air berbentuk kubus dengan panjang rusuk bagian dalam 80 cm. Jika

11 bak itu diisi penuh air yang mengalir dengan kecepatan ratarata 4 liter/menit, berapa lamakah bak tersebut akan penuh? Jawab: Volum bak = volum kubus = 80 3 = cm 3 = 512 dm 3 = 512 liter Lama waktu mengisi air volum bak = = kecepatan aliran air = 128 menit (M. Cholik A. dan Sugijono, 2002: 63). Pemberian contoh yang diberikan pendidik kepada peserta didik tidak perlu banyak. Dengan alasan yang pertama, agar peserta didik bisa belajar mandiri; yang kedua, pendidik juga harus mengetahui kelemahan dari metode drill, yang salah satunya adalah menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian; yang ketiga, untuk meminimalisir kelemahan tersebut. b. Pelatihan yang diberikan oleh pendidik harus tidak membutuhkan waktu yang lama agar peserta didik tidak bosan. Misalnya waktu yang diberikan 30 menit dengan lima soal latihan. Apabila dengan lima soal dirasa kurang cukup maka pendidik bisa memberi soal latihan tambahan sebagai pekerjaan rumah. c. Agar pelatihan menarik perhatian dan minat siswa serta menumbuhkan motif siswa untuk berpikir maka pendidik harus memahami dari tingkat kesulitannya. Soal yang akan diterapkan pendidik mengenai metode drill dengan materi bangun ruang adalah sebagai berikut: 1. Volum bak mandi yang berbentuk kubus adalah 216 liter. Jika panjangnya 60 cm dan lebarnya 60 cm. Berapa cm-kah tinggi bak mandi tersebut? 2. Hitunglah volum balok yang ukurannya sebagai berikut: panjang = 3 dm, lebar = 2 dm, dan tinggi = 12 cm (Volum dalam satuan liter). (M. Cholik A. dan Sugijono, 2002: 59) 3. Suatu kolam renang yang diisi penuh oleh air mempunyai ukuran panjang 20 m dan lebar 5 m. Kedalaman air pada ujung yang dangkal 1 m dan terus melandai sampai 3 m pada ujung yang paling dalam. Berapa literkah volum air dalam kolam itu? (M. Cholik A. dan Sugijono, 2002: 85) 4. Drum berbentuk tabung dengan tinggi 2 m dan panjang jari-jari alasnya 35 cm, berisi penuh dengan minyak tanah yang akan dibagikan sama banyaknya kepada 110 warga masyarakat. Setiap warga masyarakat mendapat minyak tanah sebanyak liter. π = 22 7 (Juwito, dkk.: 58) 5. PENUTUP 5 cm Gambar di atas menunjukkan suatu bandul padat yang terdiri dari belahan bola dan kerucut. Alas kerucut berimpit dengan belahan bola dengan diameter 6 cm. Jika π = 3,14, maka volum bandul tersebut adalah (Juwito, dkk.: 64) A. Kesimpulan 1. Adanya hambatan yang dialami siswa pada saat belajar dapat diketahui dengan adanya kesalahankesalahan yang dilakukannya.

12 Hambatan tersebut mungkin disadari atau mungkin juga tidak disadari oleh orang yang mengalami hambatan dalam proses mencapai hasil belajarnya. Akibatnya prestasi yang dicapainya berada di bawah yang semestinya. Kesalahan timbul akibat adanya kesulitan siswa dalam belajar. Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam belajarnya akan menunjukkan ciriciri dari adanya masalah yang dialami, seperti yang dituliskan oleh Mappaita Muhkal (dalam Rahim, 2013) sebagai berikut: (a) menunjukkan hasil belajar yang lebih rendah (di bawah nilai ratarata) yang dicapai oleh kelompoknya; (b) hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya; (c) lambat dalam melaksanakan tugas-tugas belajarnya; (d) menunjukkan sikapsikap yang kurang wajar; (e) menunjukkan tingkah laku yang berkelainan dan; (f) menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesalahan adalah perihal salah; kekeliruan; kealpaan, sehingga jika kesalahan itu dihubungkan dengan objek dasar matematika menurut Soedjadi (2000: 13), kesalahan yang dimaksud yaitu: a. Kesalahan fakta adalah kekeliruan dalam menuliskan konvensikonvensi yang dinyatakan dengan simbol-simbol matematika. b. Kesalahan konsep adalah kekeliruan dalam menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek. Konsep yang dimaksud dalam matematika dapat berupa definisi. c. Kesalahan operasi adalah kekeliruan dalam pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar, dan pengerjaan matematika yang lain. d. Kesalahan prinsip adalah kekeliruan dalam mengaitkan beberapa fakta atau beberapa konsep. Rosita (dalam Rifai, 2012) mengemukakan bahwa jenis-jenis kesalahan umum yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika antara lain: a. Kesalahan konsep b. Kesalahan menggunakan data c. Kesalahan interpretasi bahasa d. Kesalahan teknis e. Kesalahan penarikan kesimpulan Dengan memahami bagaimana seorang siswa melakukan kesalahan, diharapkan baik guru maupun siswa kemudian dapat memiliki solusi terbaik agar kekeliruan serupa tidak terulang kembali. Adapun faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam. a. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. b. Faktor ekstern siswa, yakni halhal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa. 2. Penerapan metode drill pada materi volum bangun ruang, antara lain: a. Pendidik menjelaskan sedikit tentang materi yang akan dilatihkannya dan memberi penjelasan bahwa metode yang digunakan adalah metode drill di mana bertujuan untuk melatih kecakapan siswa. Materi yang perlu diberikan adalah yang berhubungan dengan volum bangun ruang. Kemudian peserta didik diberikan contoh-contoh soal agar dalam penerapannya dapat mudah dimengerti. b. Pelatihan yang diberikan oleh pendidik harus tidak membutuhkan waktu yang lama agar peserta didik tidak bosan. Misalnya waktu yang diberikan

13 30 menit dengan lima soal latihan. Apabila dengan lima soal dirasa kurang cukup maka pendidik bisa memberi soal latihan tambahan sebagai pekerjaan rumah. c. Agar pelatihan menarik perhatian dan minat siswa serta menumbuhkan motif siswa untuk berpikir maka pendidik harus memahami dari tingkat kesulitannya. B. Saran Demikian artikel ini penulis susun. Penulis hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Karena itu, pastilah artikel ini belum sesuai harapan. Untuk itu, penulis berharap agar para pembaca memberi kritik dan saran kepada penulis. Sehingga artikel saya bisa lebih baik kedepannya. Terima kasih. REFERENSI [1] A, M. Cholik dan Sugijono Matematika untuk SMP Kelas IX. Jakarta: Erlangga. [2] Abdurrahman, Mulyono Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT RINEKA CIPTA [3] Asmawati. Penerapan Metode Drill dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pokok Bahasan Segitiga pada Siswa Kelas VII D SMPN 1 Mataraman Tahun Ajaran 2007/ skripsi-matematika.html. Diakses Minggu, 30 Nopember 2014, pukul 11:46 WIB [4] Hamzah, M. Ali dan Muhlisrarini Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Rajawali Pers. [5] /12/jenis-jenis-kesalahan-dalammenyelesaikan-soal-matematika/. Diakses Minggu, 30 Nopember 2014, pukul 10:54 WIB [6] Mulyasa, E Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA. [7] Mulyono Strategi Pembelajaran. Malang: UIN-MALIKI PRESS. [8] Roestiyah Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. [9] Syah, Muhibbin Psikologi Pendidikan. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA. [10] Juwito Modul Matematika Madrasah Tsanawiyah. Tulungagung.

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Kesalahan Menyelesaikan Soal

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Kesalahan Menyelesaikan Soal 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kesalahan Menyelesaikan Soal 1. Definisi Kesalahan Menyelesaikan Soal Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1996: 865) kesalahan adalah penyimpangan terhadap sesuatu yang benar.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kesulitan Belajar Matematika Pengertian kesulitan dalam kamus umum Bahasa Indonesia menurut Poerwadarminta (2007) adalah suatu keadaan yang sulit. Sedangkan pengertian belajar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus segera direspon secara positif oleh dunia pendidikan. Salah satu bentuk respon positif dunia pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Herlina, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Herlina, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu dasar yang penting untuk dipelajari, karena kegunaannya untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan manfaatnya dalam

Lebih terperinci

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR DI SMK NEGERI 2 GORONTALO. Jufri Idris, Wenny Hulukati, Rustam Husain ABSTRAK

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR DI SMK NEGERI 2 GORONTALO. Jufri Idris, Wenny Hulukati, Rustam Husain ABSTRAK 1 DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR DI SMK NEGERI 2 GORONTALO Jufri Idris, Wenny Hulukati, Rustam Husain ABSTRAK Permasalahan yang dihadapi siswa di SMK Negeri 2 Gorontalo khususnya siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka 1. Masalah Masalah sebenarnya sudah menjadi hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Masalah tidak dapat dipandang sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.2 Pengertian Matematika Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di setiap kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan sampai kepada masalah yang sulit untuk didapatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. setiap manusia akan selalu berusaha untuk menambahi ilmu pengetahuannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. setiap manusia akan selalu berusaha untuk menambahi ilmu pengetahuannya. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Belajar Ilmu pengetahuan sangat penting bagi kehidupan seseorang dengan ilmu pengetahuan seseorang akan berpikir lebih maju dari sebelumnya. Oleh karena itu, setiap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkup persekolahan. Suherman mendefinisikan pembelajaran adalah proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkup persekolahan. Suherman mendefinisikan pembelajaran adalah proses BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses pendidikan dalam ruang lingkup persekolahan. Suherman mendefinisikan pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional

Lebih terperinci

Menurut Jhonson dan Myklebust (1967:244), matematika adalah bahasa. simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan

Menurut Jhonson dan Myklebust (1967:244), matematika adalah bahasa. simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA Oleh: Dra.Hj.Ehan, M.Pd. A. PENDAHULUAN Menurut Jhonson dan Myklebust (1967:244), matematika adalah bahasa simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. yang dikutip oleh Winataputra (2003: 2.3) bahwa belajar adalah suatu proses

I. TINJAUAN PUSTAKA. yang dikutip oleh Winataputra (2003: 2.3) bahwa belajar adalah suatu proses I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan perubahan perilaku individu dalam merespon suatu kondisi dan peristiwa yang terjadi di lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Gagne yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, menjadi salah satu ilmu yang diperlukan pada saat

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, menjadi salah satu ilmu yang diperlukan pada saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan landasan dan kerangka perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menjadi salah satu ilmu yang diperlukan pada saat seseorang harus menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL. terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi dari. dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono, 2

BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL. terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi dari. dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono, 2 BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Di dalam proses pembelajaran hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hal ini sejalan dengan pernyataan

TINJAUAN PUSTAKA. lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hal ini sejalan dengan pernyataan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Matematika Menurut Hamalik (2008:36) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pendapat sangatlah kurang. Seseorang tidak akan pernah mendapat

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pendapat sangatlah kurang. Seseorang tidak akan pernah mendapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kemampuan seseorang mengkomunikasikan ide, pikiran, ataupun pendapat sangatlah kurang. Seseorang tidak akan pernah mendapat gelar master dan doktor sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah sesuatu yang sangat penting untuk dipelajari, karena

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah sesuatu yang sangat penting untuk dipelajari, karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Matematika adalah sesuatu yang sangat penting untuk dipelajari, karena matematika merupakan dasar dari mata pelajaran lain yang saling berkesinambungan. Namun,

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA KESULITAN BELAJAR STATISTIK

PROBLEMATIKA KESULITAN BELAJAR STATISTIK PROBLEMATIKA KESULITAN BELAJAR STATISTIK Nusrotus Sa idah UNISNU Jepara Abstrak Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan

Lebih terperinci

lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh Proses menulis dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas yang bersifat

lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh Proses menulis dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas yang bersifat 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Menulis Pada hakekatnya, menulis ialah menurunkan atau menuliskan lambang lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Menurut Slameto (dalam Bahri, 2008:13), Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempurnaan kurikulum, latihan kerja guru, penyediaan sarana, pengadaan alat

BAB I PENDAHULUAN. penyempurnaan kurikulum, latihan kerja guru, penyediaan sarana, pengadaan alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan antara lain penyempurnaan

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BENTUK ALJABAR DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BENTUK ALJABAR DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2013/2014 HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BENTUK ALJABAR DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Irwitadia Hasibuan Universitas Syiah Kuala irwitadiahasibuanmedan@gmail.com ABSTRAK Aljabar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia dan mempunyai peran yang sangat penting dalam menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan manusia. Pendidikan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika Dosen Pengampu: Dra. MM. Endang Susetyawati, M.Pd Disusun Oleh: Nikmahtun

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD Kegiatan Belajar 3 PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD A. Pengantar Seorang guru SD atau calon guru SD perlu mengetahui beberapa karakteristik pembelajaran matematika di SD. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memerlukan adanya proses untuk menjadi maju, salah satu proses tersebut adalah dengan mencerdaskan anak bangsa.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching, Pembelajaran Konvensional, Kemampuan Komunikasi Matematis dan Skala Sikap 1. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Reciprocal Teaching

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan yang utama sepanjang hayat. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan yang utama sepanjang hayat. Setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang utama sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan dan berhak meendapatkannya sampai kapanpun dan dimanapun. Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN DAN KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 PADANG

ANALISIS KESALAHAN DAN KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 PADANG ANALISIS KESALAHAN DAN KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 PADANG Rika Sri Wahyuni 1, Niniwati 1, Fauziah 1 1 Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 1) : Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 1) : Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 1) Alokasi Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar : 4 x 40 menit : Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas, yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan mampu bersaing. Sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Model Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) a. Pengertian Model Thinking Aloud Pair Problem Solving

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Model Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) a. Pengertian Model Thinking Aloud Pair Problem Solving BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Model Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) a. Pengertian Model Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Dalam bahasa Indonesia thinking aloud artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetisi dalam perkembangan

Lebih terperinci

mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui

mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui belajar. 2 Hakikat pendidikan adalah proses pembelajaran untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta

Lebih terperinci

KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL BANGUN RUANG SISI LENGKUNG SISWA KELAS VIII SMP PGRI 1 KEDIRI

KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL BANGUN RUANG SISI LENGKUNG SISWA KELAS VIII SMP PGRI 1 KEDIRI KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL BANGUN RUANG SISI LENGKUNG SISWA KELAS VIII SMP PGRI 1 KEDIRI Oleh: Aan Nurfahrudianto Dosen Universitas Nusantara PGRI Kediri Abstrak Banyak siswa yang mengalami kesulitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup menjadi alasan, sebab matematika selalu diajarkan di setiap jenjang

BAB I PENDAHULUAN. cukup menjadi alasan, sebab matematika selalu diajarkan di setiap jenjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang penting bagi kemajuan bangsa. Hal inilah yang menyebabkan seringnya matematika dijadikan indikator dalam menentukan maju tidaknya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan

Lebih terperinci

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Di sekolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki zaman modern seperti sekarang ini, manusia dihadapkan pada berbagai tantangan yang ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematikadalamduniapendidikanmerupakansalahsatuilmudasar yangdapatdigunakanuntukmenunjangilmu-ilmulainsepertiilmu fisika,kimia,komputer,danlain-lain.pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak dan terbagi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Peraga Alat peraga merupakan alat bantu atau penunjang yang digunakan oleh guru untuk menunjang proses belajar mengajar. Pada siswa SD alat peraga sangat dibutuhkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa ini merupakan masa kritis dimana anak membutuhkan rangsanganrangsangan yang tepat untuk mencapai

Lebih terperinci

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan 08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar Belajar adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan dengan sadar oleh seseorang ditandai adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan, baik

Lebih terperinci

Remedial Teaching Matematika didasarkan pada Diagnosa Kesulitan Siswa Kelas II Madrasah Tsanawiyah

Remedial Teaching Matematika didasarkan pada Diagnosa Kesulitan Siswa Kelas II Madrasah Tsanawiyah Jurnal Didaktik Matematika ISSN : 2355-4185 Remedial Teaching Matematika didasarkan pada Diagnosa Kesulitan Siswa Kelas II Madrasah Tsanawiyah Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Almuslim,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai (A) Kajian Teori, (B) Kajian Peneliti yang Relevan, dan (C) Kerangka Pikir. A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika 1.1 Hakikat Matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kajian Pembelajaran Langsung a. Pengertian Pembelajaran Langsung Menurut Arends (1997) model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE KONTEKSTUAL POKOK BAHASAN PECAHAN

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE KONTEKSTUAL POKOK BAHASAN PECAHAN 52 UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE KONTEKSTUAL POKOK BAHASAN PECAHAN (PTK SD Negeri Pabelan III Sukoharjo) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DI SMP DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DI SMP DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DI SMP DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA Nurul Kustiyati Mahasiswa Pascasarjana FKIP Universitas Sebelas Maret kustiyatinurul@yahoo.com

Lebih terperinci

Bahan Bacaan 3.3 Volume Bangun Ruang

Bahan Bacaan 3.3 Volume Bangun Ruang Bahan Bacaan 3.3 Volume Bangun Ruang Dalam kehidupan sehari-hari, banyak kejadian-kejadian/peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan pengukuran, khususnya pengukuran tentang volume. Contoh: berapa gelas

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah : SoulMath Vol 5. No. 1, Oktober

Jurnal Ilmiah : SoulMath Vol 5. No. 1, Oktober PENGARUH PENGUASAAN KONSEP BANGUN DATAR TERHADAP KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL BANGUN RUANG SISI DATAR (Studi Kasus pada Siswa Kelas IX MTs Darul Ulum Waru Sidoarjo Tahun Ajaran 2016/2017) Heriyansah

Lebih terperinci

Dr. Winarno, S. Si, M. Pd. - Modul Matematika PGMI - 1 BAB I PENDAHULUAN

Dr. Winarno, S. Si, M. Pd. - Modul Matematika PGMI - 1 BAB I PENDAHULUAN Dr. Winarno, S. Si, M. Pd. - Modul Matematika PGMI - 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada beberapa pendapat yang disampaikan para ahli mengenai definisi dari istilah matematika. Matematika didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kemajuan iptek ini tidak lepas dari perubahan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kemajuan iptek ini tidak lepas dari perubahan yang ada dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada peradaban modern yang makin berkembang pesat sekarang ini, negara kita mengalami persaingan yang luar biasa dalam berbagai kehidupan. Dalam persaingan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan jaman, tentunya pengetahuan semakin berkembang. Supaya suatu negara bisa lebih maju, maka negara tersebut perlu memiliki manusia-manusia yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari bahasa Yunani mathema yang berarti ilmu pengetahuan. Elea Tinggih

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari bahasa Yunani mathema yang berarti ilmu pengetahuan. Elea Tinggih BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Matematika Matematika berasal dari perkataan latin mathematica yang berasal dari bahasa Yunani mathema yang berarti ilmu pengetahuan. Elea Tinggih (Erman Suherman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu yang universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, dan matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Belajar Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar merupakan proses perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. lambang yang formal, sebab matematika bersangkut paut dengan sifat-sifat struktural

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. lambang yang formal, sebab matematika bersangkut paut dengan sifat-sifat struktural 7 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Penguasaan Matematika Menurut Mazhab (dalam Uno, 2011 : 126) matematika adalah sebagai sistem lambang yang formal, sebab matematika bersangkut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT 8 BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT A. Metode Kerja Kelompok Salah satu upaya yang ditempuh guru untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai modal bagi proses pembangunan. Siswa sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu bangsa. Penduduk yang banyak tidak akan menjadi beban suatu negara apabila berkualitas, terlebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Metode Pembelajaran Drill And Practice Pengertian Metode Pembelajaran Drill And Practice

BAB II KAJIAN TEORI Metode Pembelajaran Drill And Practice Pengertian Metode Pembelajaran Drill And Practice BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Metode Pembelajaran Drill And Practice 2.1.1. Pengertian Metode Pembelajaran Drill And Practice Sebelum mendefinisikan tentang metode drill, ada baiknya terlebih dahulu mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang efektif dalam membantu seseorang untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun perubahan sikap atau nilai (afektif). Slameto mendefinisikan belajar

BAB I PENDAHULUAN. maupun perubahan sikap atau nilai (afektif). Slameto mendefinisikan belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang berlangsung seumur hidup, yang menyebabkan perubahan tingkah laku dalam dirinya yang menyangkut perubahan

Lebih terperinci

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2 KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Matematika. : SMP/MTs. : VII s/d IX /1-2 Nama Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Beberapa permasalahan yang ada pada dunia pendidikan menjadikan alasan yang mendasari penelitian ini. Pendahuluan ini akan membahas latar belakang masalah yang mendasari dilakukannya

Lebih terperinci

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PEMBELAJARAN INTERAKTIF Purnama Ramellan 1), Edwin Musdi 2), dan Armiati 3)

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PEMBELAJARAN INTERAKTIF Purnama Ramellan 1), Edwin Musdi 2), dan Armiati 3) KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PEMBELAJARAN INTERAKTIF Purnama Ramellan 1), Edwin Musdi 2), dan Armiati 3) 1) FMIPA UNP, email: Rame_04938@yahoo.com 2,3) Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakekat Belajar Matematika Belajar merupakan proses berpikir seseorang dalam rangka menuju kesuksesan hidup, perubahan aspek kehidupan dari taraf tidak mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini pesatnya kemajuan teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini pesatnya kemajuan teknologi informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun terakhir ini pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah menyebar ke setiap aspek kehidupan. Hampir sebagian besar dimensi

Lebih terperinci

KESULITAN BELAJAR SISWA MEMAHAMI MATEMATIKA POKOK BAHASAN BILANGAN BULAT (Studi Kasus di Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Kota Cirebon)

KESULITAN BELAJAR SISWA MEMAHAMI MATEMATIKA POKOK BAHASAN BILANGAN BULAT (Studi Kasus di Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Kota Cirebon) KESULITAN BELAJAR SISWA MEMAHAMI MATEMATIKA POKOK BAHASAN BILANGAN BULAT (Studi Kasus di Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Kota Cirebon) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penulis mencoba mengungkap beberapa pendapat para ahli tentang Matematika. Menurut Karso dkk (1998: 14), Matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan bahasa universal yang mendasari perkembangan teknologi modern. Matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam berbagai disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan aspek yang terintegrasi dengan pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran merupakan proses yang mendasar dalam aktivitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMAHAMAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN HEURISTIK

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMAHAMAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN HEURISTIK PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMAHAMAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN HEURISTIK (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP N I Sidoharjo Wonogiri) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna

Lebih terperinci

DESKRIPSI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA OPERASI BENTUK ALJABAR

DESKRIPSI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA OPERASI BENTUK ALJABAR Pedagogy Volume 2 Nomor 2 ISSN 2502-3802 DESKRIPSI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA OPERASI BENTUK ALJABAR Andi Jusmiana 1 Jurusan Pendidikan Matematika 1, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. 11 Slameto merumuskan pengertian belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya dan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, sehingga manusia mampu untuk menghadapi

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Manusia sebagai pemegang dan penggerak utama dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui

Lebih terperinci

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A -USAHA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR SOMATIS, AUDITORI, VISUAL DAN INTELEKTUAL (SAVI) ( PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP N II Wuryantoro)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting yaitu sebagai proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting yaitu sebagai proses untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting yaitu sebagai proses untuk mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa sehingga mampu hidup mandiri dan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN SISWA DI KELAS VIIA SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA

OPTIMALISASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN SISWA DI KELAS VIIA SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA OPTIMALISASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN SISWA DI KELAS VIIA SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pendidikan merupakan unsur dasar yang menentukan kecakapan berpikir tentang dirinya dan lingkungannya. Seseorang yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mengembangkan cara berfikir. Sehingga matematika sangat diperlukan baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mengembangkan cara berfikir. Sehingga matematika sangat diperlukan baik 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Matematika Banyak sekali pengertian matematika yang dikemukakan oleh para ahli. Hudojo (2001: 45) 8, menyatakan bahwa matematika adalah merupakan suatu alat untuk mengembangkan

Lebih terperinci

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang berperan penting dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga perkembangan matematika menjadi sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan IPTEK dewasa ini menuntut semua pihak untuk meningkatkan pendidikan sehingga memacu dunia pendidikan untuk berpola pikir cepat, cermat, tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu elemen yang harus dimiliki oleh suatu negara. Karena dengan adanya pendidikan suatu negara tersebut akan mengalami suatu kemajuan

Lebih terperinci