UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK UNTUK MENGIDENTIFIKASI KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN TEMA ENERGI PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Progam Studi Pendidikan IPA Oleh Titik Hidayati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

2 ii

3 iii

4 iv

5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Semua yang ada dalam kehidupan ini adalah berpasangan, bahkan ALLAH SWT berfirman dalam surat Al Insyirah bahwa sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan, dan begitupula sebaliknya, maka nikmatilah dengan bijak yang sekarang kau dapatkan karena itu adalah yang terbaik. Hanya kepada-mu kami menyembah dan hanya kepada-mu kami memohon pertongan. (Surat Al-Fatihah: 5 ) Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sholat dan sabarmu sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. (Surat Al-Baqoroh: 153) PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada : 1. Ibu & Bapak ku sayang yang selalu mendo akan, menyayangi, mendukung, dan berkorban, semua ini hanya untukmu seorang. 2. Dek Inay, Dek Ilmy, Kak Hendry dan seluruh keluarga besarku. 3. Almamaterku, khususnya Prodi Pendidikan IPA. 4. Kecerdasan & Kebangkitan Indonesia-ku. v

6 PRAKATA Puji syukur tak henti-hentinya terpanjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang senantiasa memberikan taufiq, hidayah, inayah, serta ni mah kepada hamba-hamba-nya. Sehingga, atas ridha-nya akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan Tes Diagnostik Untuk Mengidentifikasi Keterampilan Proses Sains Dengan Tema Energi Pada Pembelajaran IPA Terpadu. Penulis menyadari penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan bantuan berupa saran, bimbingan, maupun petunjuk dan bantuan dalam bentuk lain. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 2. Ketua Prodi Pendidikan IPA yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M. Si., Dosen pembimbing utama yang telah sabar dalam memberikan bimbingan, saran, masukan, dan kritik selama penyusunan skripsi ini. 4. Dr. Sudarmin, M. Si., Dosen pembimbing pendamping yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta saran selama penyusunan skripsi ini. 5. Dr. Achmad Sopyan, M.Pd. sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan masukan demi kebaikan skripsi ini. 6. Semua Dosen Prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam beserta segenap jajaran kepengurusan Prodi IPA Unnes yang telah membagi ilmunya. 7. Muhamad Bisri, sebagai TU Prodi Pendidikan IPA yang telah membantu kelancaran administrasi. 8. Kepala Madrasah dan bapak/ibu guru serta siswa MTs Sabilurrahman Gubug Kab. Grobogan yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada kami dalam penelitian ini. vi

7 9. Bapak, Ibu, dan Adik-adikku yang tak putus dalam memberikan do a, dukungan dan kasih sayangnya. 10. Kak Hendry yang selalu menasehati, menghibur dan memberi motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 11. Sahabat dan teman seperjuangan Pendidikan IPA Unnes (Uswatun dan Susanto) yang selalu memberikan semangat dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Teman-teman rombel 03 pend. IPA angkatan 09, terimakasih atas kebersamaan dan semangat dari kalian. 13. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pembaca yang telah berkenan membaca skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua. Semarang, 2013 Penulis vii

8 ABSTRAK Hidayati, T Pengembangan Tes Diagnostik Untuk Mengidentifikasi Keterampilan Proses Sains Dengan Tema Energi Pada Pembelajaran IPA Terpadu.Skripsi, Program Studi Pendidikan IPA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si dan Pembimbing Pendamping Dr. Sudarmin, M.Si. Kata kunci: Pengembangan, Tes Diagnostik, Keterampilan Proses Sains, IPA Terpadu, Tema Energi. Pembelajaran IPA Terpadu seharusnya lebih mengedepankan keterampilanketerampilan proses sains Science as procces yang memberi penekanan pada keterampilan berpikir ilmiah yang dapat berkembang pada siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Suatu penilaian yang dapat memberikan informasi mengenai kelemahan-kelemahan, kesulitan-kesulitan, tingkat pencapaian, dan kemampuan dasar siswa dalam keterampilan proses sains sebaiknya adalah menggunakan tes diagnostik. Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar, bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan keterampilan proses, dan sikap itu diperoleh siswa. Penelitian ini merupakan penelitian research and development (R & D), dengan model pengembangan 4-D (Four D). Hasil pengembangan tes diagnostik yang menggunakan pendekatan keterampilan proses sains telah diujicobakan di MTs Sabilurrahman Gubug Kab. Grobogan pada siswa kelas VIII di semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Tes diagnostik yang dikembangkan adalah tes yang menggunakan pendekatan keterampilan proses sains. Bentuk tes yang dikembangkan adalah pilihan ganda disertai alasan menjawab. Soal yang dihasilkan dari penelitian ini adalah 35 soal. Terdiri atas 24 soal yang berdaya beda cukup antara 0,21-0,40. 7 soal berdaya beda baik yaitu antara 0,41-0,60 dan 4 soal berdaya beda baik sekali yaitu antara 0,61-0,80 dan 0,81-1,00. Tes diagnostik yang dihasilkan sudah reliabel dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,95. Karena reliabelitas instrumen lebih besar dari reliabilitas tabel (r11>rtabel= Reliabel) dan Siswa yang mendapatkan nilai 70 berjumlah 80% atau lebih. viii

9 ABSTRACT Hidayati, T Development of Diagnostic Tests To Identify Skills of Sains Process Under The Theme Energy In Integrated Natural Science Learning. Final Project, Sains Education Program, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, State University of Semarang. Main supervisor Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si., and Assistance Supervisor Dr. Sudarmin, M.Si. Keywords: Development, Diagnostic Tests, Skills Of Sains Process, Integrated Natural Science, Energy theme. The study of Integrated natural science should give priority to the skill of sains process "Science as procces" which gives emphasis on scientific thinking skills that can be developed in students in the learning process. An assessment that can provide information about the weaknesses, difficulties, achievement levels, and the basic ability of students in skills of sains process preferably using diagnostic tests. Learning model which is needed is the learning that capable of generating capacity to learn, not only gained some knowledge, skills, and attitudes, but more important is how about the knowledge of science process skills, and attitudes that students acquired. This research are as research and development (R & D), with a 4-D model of development (Four D). The results of the development of diagnostic tests using skills of sains process approach has been tested in MTs Sabilurrahman Gubug, Grobogan Regency on eighth grade students in the even semester of academic year 2012/2013. Diagnostic test which is developed is the test that use skills of sains process approach. The form of the tests that were developed are multiple choice answer with reasons. Questions generated from this study were 35 questions. Consisting of 24 questions that empowered enough between 0.21 to seven questions empowered good between 0.41 to 0.60 and 4 questions empowered very good between 0.61 to 0.80 and 0.81 to The result of diagnostic tests are reliable with a reliability coefficient of Because the instrument of reliability is greater than the table (r11> rtable = Reliable) and students who get total value 75 are equal or more than 75 %. ix

10 DAFTAR ISI PRAKATA... vi ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Penegasan Istilah TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peranan Tes Diagnostik Hakikat Keterampilan Proses Sains Pembelajaran IPA Terpadu Karakteristik Konsep Energi dalam IPA Terpadu METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Subyek Penelitian Jenis Penelitian Prosedur Penelitian Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pembahasan x

11 5. PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Macam-macam KPS dan Indikatornya Empat Model Pembelajaran IPA Terpadu Peta Kompetensi Dasar IPA Terpadu Tema Energi Pengembangan Nilai Karakter Kriteria Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Instrumen Kriteria Daya Pembeda Soal Uji Coba Instrumen Kriteria Keefektifan Soal Tes Diagnostik Kelayakan Validatas Tes Diagnostik Menutur Validator Data Tanggapan Siswa Terhadap Tes Diagnostik Nilai Daya Pembeda Soal Tes Diagnostik Indeks Kesukaran KPS ( Mengamati ) Indeks Kesukaran KPS ( Mengelompokan/klasifikasi ) Indeks Kesukaran KPS ( Menafsirkan/interpretasi) Indeks Kesukaran KPS(Memprediksi atau meramalkan) Indeks Kesukaran KPS (Mengajukan pertanyaan) Indeks Kesukaran KPS ( Berhipotesis) Indeks Kesukaran KPS (Merencanakan percobaan/penyelidikan) Indeks Kesukaran KPS (Menerapkan Konsep) xii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Jaringan Tema Energi Contoh Perubahan Bentuk Energi Pengambangan Tes Diagnostik untuk mengidentifikasi KPS Persentase Profil Tiap Aspek Keterampilan Proses Sains xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Hasil Wawancara Silabus Tema Energi RPP Tema Energi Kisi-kisi Soal Tes Diagnostik Soal Tes Diagnostik KPS Kunci Jawaban Soal Tes Diagnostik Lembar Jawaban Soal Tes Diagnostik (Skala Terbatas) Lembar Jawaban Soal Tes Diagnostik (Skala Luas) Lembar Validasi Oleh Validator Lembar Validasi Oleh Validator Rekapitulasi Penilaian Validator Angket tanggapan Guru IPA 1 pada Uji Coba Skala Terbatas Angket tanggapan Guru IPA 2 pada Uji Coba Skala Terbatas Rekapitulasi Hasil Tanggapan Guru IPA pada Uji Coba Skala Terbatas Angket Tanggapan Siswa pada Uji Coba Skala Terbatas Daftar Perhitungan Tanggapan Siswa pada Uji Coba Terbatas Rekapitulasi Hasil Tanggapan Siswa pada Uji Coba Skala Terbatas Angket Tanggapan Guru IPA 1 pada Uji Coba Skala Luas Angket Tanggapan Guru IPA 2 pada Uji Coba Skala Luas Rekapitulasi Hasil Tanggapan Guru IPA pada Uji Coba Skala Luas Angket Tanggapan Siswa pada Uji Coba Skala Luas Daftar Perhitungan Tanggapan Siswa pada Uji Coba Skala Luas Rekapitulasi Hasil Tanggapan Siswa pada Uji Coba Skala Luas Kriteria Penilaian Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa xiv

15 26. Perhitungan Korelasi Antara Aktivitas Siswa Dan Hasil Belajar Analisis Hasil Uji Coba Skala Terbatas Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa pada Uji Coba Skala Terbatas Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa pada Uji Coba Skala Luas Daftar Nama Siswa Kelas Terbatas Daftar Nama Siswa Kelas Luas Surat Penetapan Dosen Pembimbing Surat Ijin Penelitian Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian Dokumentasi Penelitian xv

16 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan data hasil PISA (Program for International Assessment of Student) tahun 2009, peringkat Indonesia baru menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara. Ada tiga aspek yang diteliti PISA, yakni kemampuan membaca, matematika, dan sains, berikut hasil survey PISA tahun 2009; Reading (57), Matematika (61) dan Sains (60). Berdasarkan data hasil PISA tahun 2009 tersebut, anak Indonesia masih rendah dalam kemampuan literasi sains diantaranya mengidentifikasi masalah ilmiah, menggunakan fakta ilmiah, memahami sistem kehidupan dan memahami penggunaan peralatan sains (BSNP, 2008). Sejalan dengan perkembangan kurikulum di sekolah/madrasah, siswa dituntut untuk berorientasi dalam proses pembelajaran di kelas. Kurikulum yang dibutuhkan oleh sekolah/madrasah yang diperlukan untuk membekali siswa dalam kemampuan dirinya untuk menghadapi tantangan hidup dikemudian hari secara mandiri, cerdas, kritis, rasional, dan kreatif. Sekolah/madrasah harus menciptakan kurikulum yang berbasis kompetensi, supaya kompetensi-kompetensi siswa dapat lebih meningkat. Pada kenyataannya di sekolah/madrasah belum menerapkan kurikulum yang berbasis kompetensi, dan lebih mengutamakan hasil akhir dari siswa-siswanya itu lulus dengan nilai tinggi dan memuaskan, tetapi tidak mempedulikan siswanya apakah siswa-siswanya itu telah benar-banar menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasarnya. Keberhasilan suatu pendidikan di sekolah merupakan salah satu kuncinya adalah keberhasilan guru dalam menyajikan materi pelajaran yang dapat memfasilitasi siswanya untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Pada setiap kurikulum yang berlaku guru diharapkan mengembangkan model pembelajarannya sesuai dengan kondisi lapangan, misalnya intake/asupan siswa dan kelengkapan media pembelajaran.

17 2 Berdasarkan pengamatan di lapangan masih ada guru yang menyajikan pembelajaran hanya dengan Transfer of knowledge atau mentransfer ilmu saja tanpa mengembangkan bagaimana cara belajar apalagi yang mengembangkan keterampilan proses pada siswa. Hasil wawancara seorang guru di MTs Sabilurrahman Gubug Kabupaten Grobogan belum pernah ada satupun guru yang menggunakan keterampilan proses sains dalam proses pembelajaran disetiap mata pelajaran dan khususnya pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). Alasan guru tersebut biasanya karena kurangnya fasilitas laboratorium atau persiapan untuk menyediakan bahan praktikum memerlukan waktu yang lama. Ini menunjukkan masih adanya pandangan bahwa pendekatan keterampilan proses hanya disajikan pada pembelajaran secara eksperimen saja, padahal pembelajaran IPA non-eksperimenpun dapat dilakukan dengan pendekatan keterampilan proses. Bentuk kegiatan non-eksperimen meliputi kegiatan pada konsep-konsep abstrak dan konsep yang tidak mungkin dilakukan melalui eksperimen dengan alasan prakteknya memerlukan alat-alat yang banyak, bahan berbahaya atau memerlukan waktu yang lama. Menurut standar mengajar IPA dan standar untuk pengembangan professional guru IPA, guru harus menyajikan belajar IPA melalui proses penelitian dan inkuiri. Lebih lanjut dikatakan dalam NSES (1996) bahwa Science as procces maka siswa belajar IPA melalui keterampilan-keterampilan proses sains seperti mengamati, menyimpulkan, menafsirkan, mengelompokan, dsb. Keterampilan-keterampilan proses yang diajarkan dalam pendidikan sains memberi penekanan pada keterampilan-keterampilan berpikir yang dapat berkembang pada siswa. Dengan keterampilan-keterampilan proses ini siswa dapat mempelajari sains sebanyak mereka dapat mempelajarinya dan ingin mengetahuinya. Penggunaan keterampilan-keterampilan proses ini merupakan suatu proses yang berlangsung selama hidup. Pengembangan keterampilan proses sangat diperlukan siswa sejak awal belajar IPA, sebab pada dasarnya siswa memiliki keingintahuan yang besar terhadap sesuatu. Menurut hasil penelitian Piaget dan Bruner terungkap bahwa siswa itu dapat berpikir secara tingkat tinggi bila ia mempunyai cukup pengalaman secara kongkret dan bimbingan yang

18 3 memungkinkan pengembangan konsep-konsep dan menghubungkan fakta-fakta yang diperlukan (Kamalia, 2010). Sesuai dengan kurikulum pembelajaran di atas, maka terdapat referensi kurikulum pembelajaran dalam konteks mempersiapkan sumber daya manusia pada abad 21 harus lebih mengacu pada konsep belajar yang dicanangkan oleh Komisi UNESCO dalam wujud the four pillars of education (Delors, 1996:86), yaitu belajar untuk mengetahui learning to know, belajar melakukan sesuatu learning to do, belajar hidup bersama sebagai dasar untuk berpartisipasi dan bekerjasama dengan orang lain dalam keseluruhan aktivitas kehidupan manusia learning to life together, dan belajar menjadi dirinya learning to be. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir ilmiah, terkembangkannya sense of inquiry dan kemampuan berpikir kreatif siswa (Alfred, 1989:120). Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar (Joice & Weil, 1996:7), bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh siswa (Zamroni, 2000:30; Semiawan, 1998:13). Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru juga menyebutkan bahwa kompetensi guru mata pelajaran IPA SMP/MTs salah satunya adalah memahami hubungan antar berbagai cabang IPA, dan hubungan IPA dengan matematika dan teknologi. Sebagai usaha untuk memenuhi tuntutan tersebut, guru-guru IPA SMP/MTs dan calon guru IPA SMP/MTs hendaknya disiapkan untuk memiliki kompetensi dalam biologi, kimia, fisika, bumi, dan antariksa serta bidang IPA lainnya, seperti kesehatan, lingkungan, dan astronomi. Guru-guru IPA seharusnya bukan hanya mempunyai kompetensi guru saja, tetapi harus mempelajarkannya kepada siswanya. Menurut Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

19 4 sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs, meliputi bidang kajian energi dan perubahannya, bumi antariksa, makhluk hidup dan proses kehidupan, dan materi dan sifatnya yang sebenarnya sangat berperan dalam membantu peserta didik untuk memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan tentatif. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya. Kementerian Pendidikan Nasional telah menyusun panduan pengembangan pembelajaran IPA terpadu sejak tahun 2005, namun kenyataan di lapangan hampir semua guru IPA SMP/MTs masih belum menerapkan pembelajaran IPA terpadu tersebut dengan berbagai alasan (Wilujeng, 2011). Sejalan dengan perkembangan kurikulum yang mengacu pada ketuntasan pencapaian kompetensi, maka diperlukan sistem penilaian yang berbasis kelas yang mengarah pada penilaian autentik. Penilaian ini mengharuskan guru untuk mengumpulkan informasi selengkap-lengkapnya untuk tujuan pembuatan keputusan pengajaran, sehingga diharapkan keputusan yang diambil dapat tepat sasaran. Suatu penilaian yang dapat memberikan informasi mengenai kesulitankesulitan, tingkat pencapaian, dan kemampuan dasar siswa adalah menggunakan tes diagnostik.

20 5 Tes diagnostik adalah salah satu tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga dari kelemahan-kelemahan tersebut dapat diberikan perlakuan yang tepat (Suharsimi, 2006: 34). Tes diagnostik dapat digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan utama yang menyebabkan siswa belum mencapai hasil belajar yang ditentukan (Depdiknas, 2003: 2). Dengan menggunakan tes diagnostik diharapkan guru dapat mengidentifikasi ketuntasan pencapaian kompetensi yang telah dikuasai oleh siswa. Berdasarkan tes diagnostik, guru dapat mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki siswa sehingga, dapat memberikan program-program remidial dan pengambilan kebijaksanaan sesuai dengan kebutuhan siswa. Kesulitan dan kelemahan yang dialami siswa ketika belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya adalah penguasaan pengetahuan, kemampuan matematika, serta keterampilan proses sains (kemampuan merumuskan masalah, menyusun hipotesis, menyusun eksperimen, menyajikan data, menarik kesimpulan, dll ). Bentuk tes yang lain dari tes diagnostik adalah tes formatif dan tes sumantif, tes formatif (formative test) yaitu tes yang dilaksanakan setelah selesainya satu pokok bahasan. Tes ini berfungsi untuk menetukan tuntas tidaknya satu pokok bahasan, tes formatif disusun untuk mengukur ketuntasan belajar atau ketuntasan kompetensi minimal (KKM). Apabila dari hasil tes formatif tersebut diketahui ada siswa yang belum tuntas, maka guru melakukan tes untuk mendiagnosis kemungkinan-kemungkinan sumber masalahnya. Sedangkan tes sumatif (summative test), yaitu tes yang diberikan setelah sekumpulan satuan program pembelajaran selesai diberikan. Disekolah tes ini dikenal sebagai ulangan umum (ujian akhir semester). Karakteristik tes diagnostik dibandingkan dengan tes yang biasa di buat yaitu tes diagnostik memiliki karakteristik: (a) dirancang untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa, karena itu format dan respons yang dijaring harus didesain memiliki fungsi diagnostik, (b) dikembangkan berdasar analisis terhadap sumbersumber kesalahan atau kesulitan yang mungkin menjadi penyebab munculnya masalah (penyakit) siswa, dan (c) menggunakan soal-soal bentuk supply response

21 6 (bentuk uraian atau jawaban singkat), sehingga mampu menangkap informasi secara lengkap. Bila ada alasan tertentu sehingga mengunakan bentuk selected response (misalnya bentuk pilihan ganda), harus disertakan penjelasan mengapa memilih jawaban tertentu sehingga dapat meminimalisir jawaban tebakan, dan dapat ditentukan tipe kesalahan atau masalahnya. Sedangkan tes yang biasa dibuat adalah tes yang di desain hanya untuk mengetahui ketuntasan kompetensi minimal siswa dan perolehan hasil belajar siswa yang baik. Sepanjang hidup kita berhubungan dengan pengalaman yang berhubungan dengan Energi. Siswa memiliki konsep dan keterampilan tersendiri dalam memahami pengalaman yang berhubungan dengan energi. Terkadang suatu keterampilan proses siswa dalam memahami sebuah pengalaman ataupun sebuah kejadian, itu tidak sesuai dengan teman yang satu dengan teman yang lain, dapat jadi dengan sang guru juga, serta konsep sebenarnya. Hal tersebut akan mengakibatkan siswa mengalami kesalah pahaman dalam mengasah keterampilan proses siswa pada saat proses belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Para ilmuwan juga berpengalaman bahwasanya dengan sebuah energi dalam kehidupan sehari-hari akan dapat dirubah menjadi energi yang berbedabeda. Hal yang diukur di dalam tes diagnostik antara lain adalah untuk mengidentifikasi kesulitan- kesulitan belajar siswa (Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2003 :1). Salah satu sumber kesulitan belajar adalah keterampilan proses siswa ketika sedang melakukan kegiatan belajar mengajar. Tingkat keterampilan proses siswa dalam pembelajaran dapat diketahui dengan tes diagnostik berpendekatan keterampilan proses. Hal tersebut sesuai dengan hasil studi TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) menunjukkan siswa Indonesia berada pada ranking amat rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang komplek, (2) teori, analisis dan pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah dan (4) melakukan investigasi. Hasil studi ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasi kurikulum dengan tidak membebani peserta didik dengan konten namun pada aspek kemampuan esensial yang diperlukan semua

22 7 warga negara untuk berperan serta dalam membangun negara pada masa mendatang. Didukung juga dengan pentingnya tes diagnostik keterampilan proses dalam konten kurikulum 2013 yang sebagian berisi tentang prinsip pengembangan kurikulum yang salah satu isinya memfokuskan pada model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk pengetahuan dikemas secara khusus dalam satu mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk sikap dan ketrampilan dikemas dalam setiap mata pelajaran dan bersifat lintas mata pelajaran dan diorganisasikan dengan memperhatikan prinsip penguatan (organisasi horizontal) dan keberlanjutan (organisasi vertikal) sehingga memenuhi prinsip akumulasi dalam pembelajaran. Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kemampuan Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaedah kurikulum berbasis kompetensi. Tes diagnostik keterampilan proses digunakan untuk menilai proses pemahaman siswa dalam suatu mata pelajaran. Biasanya guru menggunakan tes diagnostik untuk mendiagnosis kesulitan pencapaian kompetensi siswa, sehingga dalam menyusun tes diagnostik hanya berdasarkan identifikasi saat mengajar (Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2007: 5). Agar dapat menghasilkan diagnostik yang benar, diperlukan suatu tes diagnostik yang baku, sahih, dan handal. Berkaitan dengan uraian dan pemikiran di atas, penulis telah merancang penelitian yang berjudul Pengembangan Tes Diagnostik Untuk Mengidentifikasi Keterampilan Proses Sains Dengan Tema Energi Pada Pembelajaran IPA Terpadu.

23 8 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah Apakah pengembangan tes diagnostik untuk mengidentifikasi keterampilan proses sains dengan tema energi pada pembelajaran IPA terpadu efektif diterapkan dalam pembelajaran? 1.3 Batasan Masalah Untuk menghindari adanya kesalahan pemahaman maka dalam penelitian ini ada beberapa batasan masalah yang perlu diperhatikan : 1) Tes diagnostik dapat dikembangkan untuk setiap pokok bahasan mata pelajaran IPA (fisika, kimia, dan biologi), tetapi dalam penelitian ini dibatasi pada pokok bahasan energi dan perubahan energi. 2) Pengembangan tes diagnostik dapat menggunakan beberapa jenis pendekatan. Namun, dalam penelitian ini tes diagnostik yang dikembangkan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains. 3) Pengujian instrumen tes diagnostik dapat diuji pada beberapa sekolah, tapi dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan MTs Sabilurrahman Gubug Grobogan. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1) Mengembangkan tes diagnostik yang dapat mengidentifikasi keterampilan proses sains dengan tema energi pada pembelajaran IPA terpadu. 2) Mengetahui efektifitas tes diagnostik yang dapat mengidentifikasi keterampilan proses sains dengan tema energi pada pembelajaran IPA terpadu.

24 9 1.5 Manfaat Penelitian Teoritis Manfaat teori dari penelitian ini adalah penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi yang dapat menunjang untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan masukan bagi penelitian-penelitian yang akan datang mengenai perkembangan keterampilan proses sains yang mempengaruhi prestasi siswa Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat tidak hanya bagi guru atau mahasiswa calon guru, siswa, sekolah, tetapi juga bagi peneliti sendiri. 1) Bagi Guru atau Mahasiswa Calon Guru Tes diagnostik keterampilan proses sains yang dikembangkan oleh peneliti diharapkan dapat memberikan informasi dalam mengembangkan keterampilan proses sains untuk siswa, sehingga kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa dapat berkembang dan banyak digunakan dalam mempelajari konsep, fenomena alam dalam bentuk sederhana sesuai dengan taraf perkembangan siswa. 2) Bagi Siswa Tes diagnostik keterampilan proses sains yang dikembangkan oleh peneliti diharapkan dapat menjadi bahan alternatif belajar siswa. 3) Bagi Sekolah Tes diagnostik keterampilan proses sains yang dikembangkan oleh peneliti diharapkan dapat dijadikan sebagai model tes dalam menentukan kebijakan pengembangan tes diagnostik IPA terpadu sesuai kurikulum yang berlaku di Sekolah yang bersangkutan. 4) Bagi Peneliti Tes diagnostik keterampilan proses sains yang dikembangkan oleh peneliti diharapkan dapat meningkatkan semangat untuk menulis dan terus menggali pengetahuan serta keterampilan dalam mengembangkan tes diagnostik keterampilan proses sains sebagai model tes pada pembelajaran IPA Terpadu di Sekolah.

25 Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penafsiran terhadap istilahistilah dalam penelitian ini, maka perlu peneliti berikan penegasan dan pembatasan istilah yang berkaitan dengan judul. Adapun istilah-istilah yang perlu ditegaskan adalah sebagai berikut. 1) Pengembangan Metode penelitian pengembangan biasa disebut penelitian Research and Development (R&D). Penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2008: 297). Dalam penelitian ini produk yang akan dihasilkan adalah instrumen tes diagnostik yang dapat mengidentifikasi keterampilan proses sains energi yang berbentuk soal pilihan ganda, dari soal pilihan ganda tersebut siswa diharapkan mampu untuk menjawabnya dengan benar dan tepat. 2) Tes Diagnostik Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahankelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat diberikan perlakuan-perlakuan yang tepat (Suharsimi, 2006: 34). Kelemahan yang hendak diidentifikasi adalah keterampilan proses sains siswa pada kegiatan belajar mengajar. Tes diagnostik digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengembangkan keterampilan proses dan langkah-langkah seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, merumuskan masalah, menafsirkan, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Tes diagnostik dapat berupa sejumlah pertanyaan atau permintaan melakukan sesuatu untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, intelegensi, bakat, atau kemampuan lain yang dimiliki oleh siswa. Tes diagnostik memiliki dua fungsi utama, yaitu: (a) mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa, (b) merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan sesuai masalah atau kesulitan yang telah teridentifikasi.

26 11 3) Keterampilan Proses Sains Dimyati dan Mudjiono (2009) menyatakan bahwa menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan alam sekaligus. Dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk mendapat pengalaman secara langsung untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya. Keterampilan proses didalam pembelajaran akan membuat siswa belajar proses dan produk secara bersamaan. Pendekatan keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Untuk mengukur komponenkomponen keterampilan proses sains adalah dengan melibatkan keterampilanketerampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses sains siswa menggunakan pikiranya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses sains karena mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan, atau perakitan alat. Keterampilan sosial juga terlibat dalam keterampilan proses sains karena mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan, membuat hipotesis, merumuskan masalah, dan menarik kesimpulan.

27 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peranan Tes Diagnostik Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahankelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat diberikan perlakuan-perlakuan yang tepat (Suharsimi, 2006: 34). Menurut Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah (2003 :1) tes diagnostik dapat mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dalam menjawab soal tes diagnostik baik yang berbentuk pilihan ganda atau jawaban singkat, penjelasan, merumuskan masalah, dan penarikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan tema, masalah, fakta yang ditemui, dll. Namun, dalam penelitian ini akan dikembangkan suatu tes diagnostik yang dapat mengidentifikasi keterampilan proses sains. Menurut Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (2007: 2) tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang tepat sesuai dengan kondisi siswa. Sebelum memberikan bantuan dengan tepat guru harus memberikan tes diagnostik. Sebuah tes diagnostik dapat memberikan dengan segera umpan balik pada perbuatan siswa, jadi pendidik dapat memberikan pengajaran tentang kelemahan siswa. Tes diagnostik diperlukan untuk mengetahui dan menganalisis kesulitan siswa agar dapat membantu siswa secara tepat (Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2007: 1). Berdasarkan uraian tersebut tes diagnostik adalah suatu tes yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa. Fungsi dari tes diagnostik adalah untuk mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa, dan merencanakan tindak lanjut berupa upaya pemecahan kesulitan (Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2007: 2). Berdasarkan hal tersebut maka tes diagnostik harus dirancang agar format dan responnya memiliki fungsi diagnostik. Tes diagnostik harus dikembangkan berdasarkan analisis kemungkinan kesulitan yang dialami siswa. Format tes yang 12

28 13 dapat digunakan untuk mendapatkan informasi secara lengkap diantaranya adalah dengan bentuk pilihan ganda atau jawaban singkat, penjelasan, merumuskan masalah, dan penarikan kesimpulan. Perkembangan kurikulum sekarang ini menuntut adanya pencapaian ketuntasan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan tindakan-tindakan yang tepat oleh guru dalam menentukan keputusan yang berhubungan dengan pembelajaran berkaitan dengan kesulitan yang dialami siswa. Tes diagnostik dapat membantu guru dalam memberikan informasi yang lengkap mengenai kelemahan-kelemahan siswa. Dalam proses pembelajaran diharapkan siswa dapat memperoleh perlakuan yang tepat untuk dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Penyusunan dan Pengembangan Tes Diagnostik Menurut Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah (2003), tahapan penyusunan dan pengembangan tes diagnostik adalah penentuan tujuan, penyusunan kisi-kisi tes, penulisan soal, penelaahan soal dan revisi soal, uji coba soal, analisis dan intrepetasi, perakitan soal, dan implementasi tes. 2.2 Hakikat Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses merupakan suatu strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Keterampilan dapat dididik dengan cara melatih kemampuankemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu sebagai seorang guru harus dapat menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan-kemampuan yang ada dalam diri siswa, yang nantinya diharapkan siswa mempu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta nilai yang dituntut. Menurut Sugandi (2004: 77) menjelaskan bahwa pada keterampilan proses perlu adanya pemikiran, bagaimana memproses hasil belajar yang berupa konsep dan fakta yang diperoleh untuk mengembangkan diri dan untuk menemukan sesuatu yang baru. Dengan konsep dan fakta yang tidak banyak, tetapi dipahami betul, dapat untuk menguasai dan atau menemukan fakta dan konsep yang lebih banyak. Justru pemberian konsep dan fakta yang terlalu banyak yang dapat menghambat kreativitas siswa.

29 14 Pendekatan keterampilan proses adalah strategi yang dilakukan oleh seorang guru dalam melakukan pembelajaran. Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang mengarah kepada pengembangan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa dan menerapkan keterampilan ilmiah untuk memproses konsep atau pengukuran yang telah siswa peroleh. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009) mengungkapkan bahwa pendekatan keterampilan proses bukanlah tindakan instruksional yang berada diluar jangkauan kemampuan siswa. Pendekatan ini bermaksud mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa. Maka pendekatan keterampilan proses adalah keterampilan intelektual pada pertumbuah dan pengembangan sejumlah keterampilan tertentu pada diri siswa agar mampu memproses informasi sehingga ditemukan hal-hal baru yang bermanfaat baik berupa konsep, fakta maupun pengembangan nilai dan sikap. Keterampilan proses sains pada penelitian ini adalah keterampilan siswa MTs Sabilurrahman Gubug, Kabupaten Grobogan dalam mengamati, merumuskan masalah, merancang eksperimen, mengklasifiaksikan, memprediksi, menafsirkan, berhipotesis, menerapkan konsep dan menarik kesimpulan melalui tes diagnostik pada pembelajaran IPA terpadu pada tema energi. Tabel 2.1 Macam-macam Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya (Rustaman, 2005: 86-87) No Keterampilan Proses Sains Indikator 1 Mengamati a) Mengamati dengan indra b) Mencari persamaan dan perbedaan c) Mengumpulkan/menggunakan fakta yang relevan. 2 Mengelompokan/ klasifikasi a) Mencatat setiap hasil pengamatan secara terpisah b) Mencari perbedaan, persamaan c) Mengontraskan ciri-ciri d) Membandingkan e) Mencari dasar pengelompokkan atau penggolongan.

30 15 Lanjutan No Keterampilan Proses Sains 3. Menafsirkan/ interpretasi 4. Memprediksi/ meramalkan 5 Mengajukan pertanyaan Indikator a) Menghubungkan hasil-hasil pengamatan b) Menemukan pola dalam satu seri pengamatan c) Menyimpulkan. a) Menggunakan pola-pola pengamatan b) Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati. a) Bertanya apa, bagaimana, dan mengapa b) Bertanya untuk meminta penjelasan c) Mengajukan petanyaan yang berlatar belakang hipotesis. 6 Berhipotesis a) Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dalam satu kejadian b) Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah. 7 Merencanakan percobaan atau penyelidikan a) Menentukan alat, bahan, dan sumber yang akan digunakan b) Menentukan variabel c) Menentukan apa yang akan diamati, diukur, dan ditulis d) Menentukan langkah-langkah kerja 8 Menerapkan konsep a) Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi yang baru. b) Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi. 2.3 Pembelajaran IPA Terpadu Model pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Bermakna artinya dalam pembelajaran terpadu, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010:6). IPA terpadu adalah sebuah

31 16 pendekatan integratif yang mensintesis perspektif (sudut pandang/tinjauan) semua bidang kajian dalam IPA untuk memecahkan permasalahan. IPA terpadu adalah suatu pendekatan pembelajaran IPA yang menghubungkan atau menyatu-padukan berbagai bidang kajian IPA menjadi satu kesatuan bahasan. Pembelajaran IPA secara terpadu juga harus mencakup dimensi sikap, proses, produk, aplikasi, dan kreativitas (Wilujeng, 2011). Model pembelajaran IPA terpadu direkomendasikan di tingkatan SMP/MTs, karena memiliki beberapa tujuan, yaitu: meningkatkan efesiensi dan efektivitas pembelajaran, meningkatkan minat dan motivasi, serta beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus. Model pembelajaran IPA terpadu juga memiliki beberapa kekuatan dan manfaat, yaitu: penggabungan berbagai bidang kajian terjadi penghematan waktu, karena tiga disiplin ilmu (fisika, kimia dan biologi) dapat sekaligus dibelajarkan (Kemdiknas, 2005: 1). Tumpang tindih materi dapat menjadi lebih efesien dan efektif untuk dibelajarkan; peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antara konsep dari tiga bidang kajian; meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena mereka dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih mendalam ketika menghadapi situasi pembelajaran; menyajikan penerapan atau aplikasi tentang dunia nyata yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPA; motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan; membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam, serta memudahkan memahami hubungan materi IPA dari satu konteks ke konteks lainnya; serta mampu meningkatkan kerja sama antara guru, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan nara sumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna (Kemdiknas, 2005:2). Sejumlah model pembelajaran IPA terpadu yang dikemukakan Fogarty (1991: xv) terdapat empat model yang potensial untuk diterapkan dalam pembela-

32 17 jaran IPA terpadu, yaitu connected, webbed, shared, dan integrated. Empat model tersebut dipilih karena konsep-konsep dalam Kompetensi Dasar (KD) IPA memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga memerlukan model yang sesuai agar memberikan hasil yang optimal. Ada sejumlah KD yang mengandung konsep saling beririsan/tumpang tindih, sehingga bila dibelajarkan secara terpisah-pisah menjadi tidak efisien. Konsep-konsep semacam ini memerlukan pembelajaran model integrated atau shared. Pada model integrated, materi pembelajaran adalah KD-KD atau konsepkonsep dalam KD yang sepenuhnya beririsan; sedangkan pada model shared, KD- KD atau konsep-konsep dalam KD yang dibelajarkan tidak sepenuhnya beririsan, tetapi dimulai dari bagian yang beririsan. Sejumlah KD lain mengandung konsep yang saling berkaitan tetapi tidak beririsan. Untuk menghasilkan kompetensi yang utuh, konsep-konsep atau KD- KD tersebut harus dikaitkan dengan suatu tema tertentu hingga menyerupai jaring laba-laba. Model semacam ini disebut webbed. Oleh karena selalu memerlukan tema pengait, maka model webbed lazim disebut model tematik. Sejumlah KD yang contoh atau terapan konsepnya bertautan dengan KD lain. Agar pembelajarannya menghasilkan kompetensi yang utuh, maka konsep-konsep tersebut harus dipertautkan (connected) dalam pembelajarannya. Pada model connected ini KD atau konsep pokok menjadi materi pembelajaran inti, sedangkan contoh atau terapan konsep yang dikaitkan berfungsi untuk memperkaya. Pada Tabel 2.2 disajikan karakteristik pembelajaran terpadu model integrated, shared, webbed, dan connected (Fogarty, 1991: xv).

33 18 Tabel 2.2 Empat Model Pembelajaran IPA Terpadu yang Potensial untuk Diterapkan(Fogarty, 1991: xv). Model Karakteristik Kelebihan Keterbatasan integrated Membelajarkan konsep pada beberapa KD yang beririsan atau tumpang tindih hanya konsep yang beririsan yang dibelajarkan Contoh: Pemahaman terhadap konsep lebih utuh (holistik) Lebih efisien Sangat kontekstual KD-KD yang konsepnya beririsan tidak selalu dalam semester atau kelas yang sama Menuntut wawasan dan penguasaan materi yang luas Sarana-prasarana, misalnya buku belum mendukung Shared Membelajarkan semua konsep dari beberapa KD, dimulai dari konsep yang beririsan sebagai unsur pengikat Contoh: Pemahaman terhadap konsep utuh Efisien Kontekstual KD-KD yang konsepnya beririsan tidak selalu dalam semester atau kelas yang sama Menuntut wawasan dan penguasaan materi yang luas Sarana-prasarana, misalnya buku belum mendukung Webbed tema a Membelajarkan beberapa KD yang berkaitan melalui sebuah tema Pemahaman terhadap konsep utuh Kontekstual Dapat dipilih tema-tema menarik yang dekat dengan kehidupan KD-KD yang konsepnya berkaitan tidak selalu dalam semester atau kelas yang sama Tidak mudah menemukan tema pengait yang tepat. connected Membelajarkan sebuah KD, konsep-konsep pada KD tersebut dipertautkan dengan konsep pada KD yang lain Melihat permasalahan tidak hanya dari satu bidang kajian Pembelajaran dapat mengikuti KD-KD dalam standar isi Kaitan antara bidang kajian sudah tampak tetapi masih didominasi oleh bidang kajian tertentu

34 19 Empat model keterpaduan dipilih karena konsep-konsep dalam KD IPA memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga memerlukan model yang sesuai agar memberikan hasil yang optimal. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah model Webbed. Karena terdapat beberapa kompetensi dasar yang konsepnya berkaitan ataupun dalam semester yang berbeda sehingga untuk mendapatkan pemahaman yang utuh dan kontekstual maka dipilihlah tema-tema yang menarik yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Alasan pemilihan model webbed dalam penelitian ini adalah untuk menggabungkan bidang kajian fisika dan biologi dalam suatu konsep energi baik secara biologi maupun fisika, dengan melakukan percobaan untuk menyelidiki beberapa perubahan energi dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah Gambar 2.1 Jaringan tema energi. Matahari sebagai sumber energi Perubahan energi matahari menjadi bentuk lain yang dapat digunakan makhluk hidup ENERGI Hukum kekekalan energi Perubahan energi di alam Gambar 2.1 Jaringan Tema Energi Jejaring tema diatas merupakan contoh dari keterpaduan dibidang kajian fisika dan biologi yang menitik beratkan pada tema energi dengan penggabungan antar konsep yang dapat dipadukan antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya. Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam, dan memudahkan memahami hubungan materi IPA dari satu konteks ke konteks lainnya.

35 20 Gambar jaringan tema energi diatas menuntut siswa agar dapat melihat hubungan yang bermakna antar konsep matahari sebagai sumber energi, hukum kekekalan energi, perubahan energi di alam, dan perubahan energi matahari menjadi bentuk lain yang dapat digunakan makhluk hidup. Dengan keterpaduan konsep energi ini bertujuan agar dapat meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena peserta didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih dalam ketika menghadapi situasi dalam proses pembelajaran. 2.4 Karakteristik Konsep Energi Dalam IPA Terpadu Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja atau usaha. Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain (Karim, 2008). Bentuk energi dapat diperoleh karena suatu energi berubah menjadi energi bentuk lain. Pada umumnya, manfaat energi akan terlihat setelah berubah bentuk menjadi energi lain. Misalnya energi listrik akan bermanfaat ketika berubah bentuk menjadi energi cahaya atau panas, contoh perubahan bentuk energi dapat ditulis: Energi kimia Energi listrik Energi kalor Energi cahaya Gambar 2.2 Contoh Perubahan Bentuk Energi Energi yang paling besar adalah energi matahari. Tuhan telah menciptakan matahari khusus untuk kesejahteraan umat manusia. Jarak Matahari ke Bumi yang telah diatur pada jarak juta kilometer memungkinkan energi panas yang diterima manusia di bumi tidak membahayakan. Energi panas dari sinar matahari sangat bermanfaat bagi bumi dan dapat menghasilkan energi-energi yang lain di muka bumi ini. Caranya adalah dengan mengubah energi matahari menjadi energi yang lain, seperti energi kimia, energi listrik, energi bunyi, dan energi gerak.

36 21 Energi tidak dapat diciptakan dan juga tidak dapat dimusnahkan, tetapi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Pada umumnya, manfaat energi akan terlihat setelah berubah bentuk menjadi energi yang lain. Misalnya, energi listrik akan bermanfaat ketika berubah bentuk menjadi energi cahaya atau panas. Untuk memahami perubahan bentuk energi ini, Matahari sebagai sumber energi terbesar yang diciptakan Tuhan telah mengalami beberapa perubahan bentuk energi yang sangat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia. Misalnya, energi panas dan energi cahaya matahari menyinari tumbuhan sehingga tumbuhan dapat melakukan fotosintesis. Dengan demikian, tumbuhan memiliki energi kimia. Tumbuhan dimakan manusia atau hewan sehingga manusia atau tumbuhan memiliki energi untuk melakukan usaha. Karakteristik konsep energi dalam IPA terpadu mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam bidang kajian fisika dan biologi yang dipadukan; Tabel 2.3 Peta Kompetensi Dasar IPA Terpadu Tema Enegi KIMIA FISIKA BIOLOGI TEMA - Standar Kompetensi: 5 Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari Kompetensi Dasar : 5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi serta penerapanya dalam kehidupan sehari-hari Standar Kompetensi : 2 Memahami sistem dalam kehidupan tumbuhan Kompetensi dasar : 2.2 Mendeskripsikan proses perolehan nutrisi dan transformasi energi pada tumbuhan hijau Energi Keterpaduan dalam kedua bidang kajian fisika dan biologi tersebut dapat diterapkan agar siswa mampu: a) Menunjukkan dan menjelaskan dengan cermat bentuk energi dan perubahannya serta contohnya dalam kehidupan sehari-hari b) Mengaplikasikan konsep energi dan perubahannya dengan teliti dalam kehidupan sehari-hari

37 22 c) Membedakan konsep energi kinetik dan energi potensial pada suatu benda dengan penuh tanggung jawab d) Menjelaskan dengan tekun hukum kekekalan energi melalui contoh dalam kehidupan sehari-hari e) Menjelaskan proses fotosintesis dengan cermat f) Menjalaskan faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis dengan cermat dan teliti g) Menjelaskan dengan tekun matahari sebagai sumber energi utama dalam kehidupan. Pengembangan nilai karakter yang diterapkan dalam pembelajaran konsep energi pada IPA terpadu ini adalah a) berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, b) disiplin, c) tanggung jawab, dan d) jujur. Berikut merupakan Tabel 2.4 rincian dari pengembangan nilai karakter di atas. Tabel 2.4 Pengembangan Nilai Karakter. No. Pengembangan Karakter 1. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif Deskripsi Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki. 2. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 3. Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME. 4. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.

38 23 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas VIII pada semester genap di MTs Sabilurrahman Gubug Kabupaten Grobogan dengan alamat Jl. Kauman No. 03/22 Kabupaten Grobogan Kode Pos Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII MTs Sabilurrahman Gubug Kabupaten Grobogan, yang mengimplementasi dengan dua kali pengujian kelas. Untuk implementasi pertama (kelas kecil) sebanyak 10 siswa, untuk implementasi kedua (kelas besar) sebanyak 1 kelas atau 1 rombongan belajar. 3.3 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang bertujuan mengembangkan tes diagnostik mata pelajaran IPA terpadu untuk siswa SMP/MTs berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Metode yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development). Pengembangan suatu produk model tes diagnostik IPA terpadu. Produk yang dikembangkan adalah model tes diagnostik pada pembelajaran IPA terpadu untuk kelas VIII SMP/MTs. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan tes diagnostik. 3.4 Prosedur Penelitian Penelitian ini menggunakan metode (R&D) atau penelitian dan pengembangan, yaitu untuk mengembangkan tes diagnostik tema energi untuk siswa MTs kelas VIII. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi: silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan tes diagnostik untuk mengidentifikasi keterampilan proses sains. 23

39 24 Penelitian ini mempunyai hasil akhir berupa produk, dalam hal ini produknya berupa perangkat tes diagnostik keterampilan proses sains tema energi. Tes yang dihasilkan tersebut merupakan tes yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi keterampilan proses sains tema energi. Penelitian ini untuk menghasilkan tes diagnostik keterampilan proses sains tema energi yang valid, serta mengetahui tingkat reliabilitas, daya beda, dan taraf kesukaran soal tersebut. Hasil dari penelitian ini nantinya dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan, sesuai dengan indikator atau materi yang ingin diidentifikasi keterampilan proses sains. Produk dari penelitian ini adalah tes diagnostik yang digunakan untuk mengidentifikasi keterampilan proses sains. Setelah di implementasikan hasilnya dapat digunakan oleh guru untuk membantu siswa yang mengalami masalah dan kelemahan dalam keterampilan proses sains tema energi. Pada gambar 3.1 diperlihatkan langkah-langkah penyusunan dan pengembangan desain tes diagnostik untuk mengidentifikasi keterampilan proses sains. Pada tahap penetapan (define) model dilakukan kegiatan analisis kebutuhan, studi dokumen dan literatur. Studi dokumen dilakukan dengan menganalisis silabus dan konsep-konsep materi energi, analisis permasalahan pembelajaran di MTs Sabilurrahman Gubug, Kab. Grobogan dan untuk analisis dokumentasi silabus dari konsep-konsep energi dilakukan pada struktur kurikulum yang diterapkan di MTS Sabilurrahman Gubug, Grobogan yaitu KTSP tahun Pada tahap perencanaan (design) tes diagnostik untuk mengidentifikasi keterampilan proses sains siswa pada tema energi. Pada tahap kedua (design) dilakukan penyusunan rancangan tes diagnostik untuk mengidentifikasi keterampilan proses sains yang akan diterapkan, serta penetapan keterampilan proses sains tema energi. Dengan demikian hasil tahap kedua ini berupa draft awal tes diagnostik untuk mengidentifikasi keterampilan proses sains dalam bentuk tes tema energi secara klasikal didalam kelas. Pada tahap pengembangan (development) melalui kegiatan implementasi terbatas draft awal tes diagnostik untuk mengidentifikasi keterampilan proses sains tema energi kemudian dianalisis hasil implementasi, reivisi serta validasi pakar IPA dan pendidikan, sehingga akhirnya diperoleh tes diagnostik untuk

40 25 mengidentifikasi keterampilan proses sains yang siap dilakukan uji coba kedua. Pada uji coba tes diagnostik untuk mengidentifikasi keterampilan proses sains tahap kedua, difokuskan untuk efektifitas tes tema energi yang dikembangkan. Pada Gambar 3.1 disajikan bagan dari langkah-langkah pengembangan tes diagnostik untuk mengidentifikasi keterampilan proses sains tema energi untuk siswa kelas VIII MTs dan penerapannya dalam pelaksanaan penelitian.

41 26 Studi dokumen & literatur (Analisis silabus, RPP, dan konsep materi Energi). Materi subyek pada Tema Energi Analisis Kebutuhan Define Kompetensi peserta didik Tes Diagnostik Penetapan konsep Energi untuk mengembangkan Tes Desain Tes Diagnostik untuk mengidentifikasi KPS Tema Energi Design Rancangan Tes Diagnostik untuk mengidentifikasi KPS Development Uji coba Draft I Analisis Hasil Implementasi, Revisi dan Validasi Oleh Pakar Uji coba secara luas Draft II Tes Diagnostik untuk mengidentifikasi KPS Tema Energi Analisis hasil implementasi, Revisi Tes Diagnostik untuk mengidentifikasi KPS Implementasi Tes Diagnostik untuk mengidentifikasi KPS pada Pelaksanaan Penelitian Pelaporan Penelitian Tes Diagnostik untuk mengidentifikasi KPS Gambar 3.1 Pengambangan Tes Diagnostik untuk mengidentifikasi KPS

42 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data menggunakan teknik berikut: a) Dokumentasi Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan daftar nama siswa, jumlah siswa, dan data lain yang berkaitan dengan penelitian, dapat dilihat pada Lampiran 30. b) Observasi Teknik observasi bertujuan untuk mengumpulkan data penelitian tentang tes diagnostik yang mungkin sudah ada sebelumnya, deskripsi aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Hasilnya berupa observasi dengan guru mata pelajaran dan data deskripsi aktifitas siswa, dapat dilihat pada Lampiran 1. c) Tes Teknik tes digunakan untuk mengetahui ketercapaian kompetensi dasar yang telah ditentukan menggunakan tes tertulis. Pada awal penelitian, teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan wawancara. Sedangkan pada tahap pengembangan, teknik pengumpulan data menggunakan lembar pengamatan dan tes. Teknik tes digunakan ketika mengadakan uji coba produk (instrumen tes diagnostik keterampilan proses sains tema energi). Teknik tes digunakan pada tiga tahapan pengembangan yaitu uji coba skala terbatas, uji coba skala luas, dan implementasi. Berdasarkan data-data hasil tes dapat diketahui tingkat keterbacaan, karakteristik dari instrumen tes yang sedang dikembangkan, serta tingkat keterampilan proses sains siswa. Karakteristik yang dimaksud adalah validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini adalah: a) Instrumen Tes Instrumen tes digunakan untuk menilai kualitas hasil belajar siswa yang berupa tes diagnostik, dapat dilihat pada Lampiran 5.

43 28 b) Lembar Observasi Aktivitas Siswa Lembar observasi digunakan untuk mengetahui dan menilai aktivitas siswa. Siswa dinilai sejauh mana aktivitasnya ketika pembelajaran berlangsung kemudian dicatat pada lembar observasi, dapat dilihat pada Lampiran 24. c) Lembar Angket Tanggapan Siswa Lembar angket tanggapan siswa digunakan untuk mengetahui bagaimana tanggapan/respon siswa mengenai tes diagnostik untuk mengidentifikasi keterampilan proses sains dengan tema energi yang digunakan selama pembelajaran. Informasi yang didapatkan dari angket di antaranya adalah untuk memastikan bahwa siswa sudah pernah mempelajari semua konsep yang ada di dalam tes diagnostik, soal-soal tersebut merupakan permasalahan yang biasa dilihat dalam kehidupan sehari-hari, dan tingkat pemahaman siswa terhadap bahasa yang digunakan. Berdasarkan hasil analisis pemahaman siswa terhadap bahasa yang digunakan, maka dapat diketahui tingkat keterbacaan soal yang dikembangkan, sehingga informasi yang didapatkan dari metode angket juga akan digunakan sebagai pertimbangan dalam mengadministrasikan produk yang dihasilkan. Halhal tersebut meliputi waktu yang diperlukan dalam mengerjakan tes, dan pemahaman siswa terhadap bahasa yang digunakan. 3.6 Teknik Analisis Data Data yang didapatkan dari metode tes adalah data keterampilan proses sains, skor yang akan diberikan untuk jawaban benar adalah 1, jawaban salah adalah 0, apapun jawaban yang ditulis tidak mempengaruhi skor. Skor ini akan digunakan untuk mencari validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda tes diagnostik yang dihasilkan. Data yang berupa keyakinan menjawab alasan dan tingkat keyakinan siswa dalam menjawab dapat dikategorikan menjadi pengetahuan ilmiah, kurang pengetahuan, atau error. sesuai dengan tabel 2.1 setelah siswa dikategorikan maka dapat dihitung jumlah siswa yang termasuk kategori tersebut, sehingga dapat diketahui persentase siswa yang keterampilan proses sainsnya error.

44 29 Validitas instrumen tes diagnostik yang dihasilkan adalah dengan menggunakan validitas isi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi yang tertera dalam kurikulum (Suharsimi, 2006: 67). Validitas isi ini dapat dicapai dengan merinci materi kurikulum. Pada tes diagnostik ini untuk memperoleh validitas isi yang baik maka sebelum membuat tes terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal tes diagnostik tersebut. Selain itu juga dilakukan penelaahan oleh ahli. Kualitas instrumen tes dinilai dengan menentukan validitas tes, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda soal Validitas Tes Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instumen. Validitas digolongkan menjadi 3 kategori, yaitu validitas isi, validitas konstruk, dan validitas berdasarkan kriteria. Validitas tes diketahui dengan menggunakan rumus korelasi product moment (Suharsimi, 2006): r xy Keterangan: r xy N XY ( X )( Y) N X ( X N Y Y : koefisien antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan X : skor butir Y : skor total Setelah diperoleh harga r xy 2 kemudian dikembalikan dengan r kritik product moment dengan taraf α = 5 %, jika r xy > r tabel maka soal dikatakan valid dan sebaliknya. Soal diambil yang mempunyai kriteria cukup, tinggi, dan sangat tinggi. Kriteria validitas soal yang digunakan adalah (Rudyatmi dan Rusilowati, 2009). 0,800 r 1,000 : sangat tinggi 0,600 r <0,800 : tinggi 0,400 r < 0,600 : cukup 0,200 r < 0,400 : rendah

45 Reliabilitas Tes Reliabilitas skor tes menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi, 2006). Tujuan utama menghitung reliabilitas skor tes adalah untuk mengetahui tingkat ketepatan (precision) dan keajegan (consistency) dari skor tes (Rudyatmi dan Rusilowati, 2009). Dalam penelitian ini relibialitas diukur dengan menggunakan rumus K-R 20 karena alat evaluasi berbentuk tes pilihan ganda. Rumus tersebut adalah (Kurder dan Richardson dalam Suharsimi, 2006). r 11 Keterangan: r 11 k Vt p p : k ( Vt pq) k 1 Vt : reliabilitas instrumen : banyaknya butir soal : varians total : proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir (proporsi subjek yang mendapat skor 1) banyaknyasubjek yangskornya 1 N proporsisubjek yang mendapat skor 0 q : ( q 1 p) Apabila r 11 Setelah r11 > r tabel Tingkat Kesukaran diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga r tabel. maka dikatakan instrumen tersebut reliabel. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00 indeks kesukaran soal ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Di dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P (p besar), singkatan dari kata proporsi.

46 31 Rumus mencari P adalah (Rudyatmi dan Rusilowati, 2009). IK B JS Keterangan: IK B JS : Indeks kesukaran : Jumlah siswa menjawab benar butir soal : Jumlah seluruh siswa peserta Tabel 3.1 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Instrumen Interval Indeks Kesukaran Kriteria 0,00-0,29 0,30-0,70 0,71-1,00 Sukar Sedang Mudah Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan siswa yang telah menguasai materi dan belum menguasai materi (Rudyatmi dan Rusilowati 2009). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D (d besar). Rumus mencari indeks diskriminasi (D) (Rudyatmi dan Rusilowati, 2009). 2( BA BB) DP N Keterangan: DP : Daya pembeda Soal. BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab pertanyaan dengan benar. BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab pertanyaan dengan benar. N : Jumlah siswa yang mengerjakan tes.

47 32 Tabel 3.2 Kriteria Daya Pembeda Soal Uji Coba Instrumen (Suharsimi, 2006) Interval daya pembeda Kriteria 0,00<DP 0,19 0,20<DP 0,29 0,30<DP 0,39 0,40<DP 1,00 Soal tidak dipakai Soal diperbaiki Soal diterima tetapi perlu diperbaiki Soal diterima baik Keefektifan Tes Diagnostik Keterampilan Proses Sains Keefektifan tes diagnostik keterampilan proses sains dalam penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui seberapa efektifkah tes diagnostik keterampilan proses sains digunakan. Keefektifan tes diagnostik keterampilan proses sains dapat diperoleh dengan mengkorelasikan antara hasil tes diagnostik keterampilan proses sains siswa dan keterampilan proses sains siswa, untuk mencari korelasinya menggunakn rumus korelasi product moment. Rumus korelasi product moment untuk mencari keefektifan tes diagnostik keterampilan proses sains (Suharsimi, 2006). = Keterangan: r xy : Korelasi antara variabel x dan y X Y : nilai aktivitas siswa : nilai hasil belajar siswa. Tabel 3.3 Kriteria Keefektifan Tes Diagnostik Keterampilan Proses Sains Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 0,199 0,20 0,399 0,40 0,599 0,60 0,799 0,80 1,000 Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat

48 33 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil Pengembangan Tes Diagnostik Pengembangan Tes Diagnostik Penelitian dan pengembangan bertujuan untuk menghasilkan suatu produk. Hasil dari penelitian ini adalah seperangkat tes diagnostik yang dapat mengidentifikasi keterampilan proses sains siswa. Pengembangan produk awal dibuat setelah dilakukan observasi terhadap keterampilan proses sains siswa yang biasa dialami siswa dan dibantu dengan peninjauan literatur yang mendukung. Produk awal yang dikembangkan berupa kisi-kisi, 35 butir soal diagnostik keterampilan proses sains siswa, serta kunci jawaban. Produk awal yang dikembangkan selengkapnya terdapat pada lampiran. Setelah dilakukan pengembangan produk awal maka tahapan selanjutnya adalah dilakukan validasi ahli, uji coba skala terbatas, dan uji coba skala luas Validasi Ahli Pengembangan produk dilakukan sesuai dengan kaidah pengembangan soal diagnostik keterampilan proses sains diantaranya yaitu menggunakan kaidah konstruksi, materi, bahasa yang baik dan lebih mudah dimengerti. Selain itu penggunaan pilihan jawaban tidak menggunakan kata-kata negatif ganda dan memberikan pilihan jawaban yang relatif sama. Sebelum itu juga dilakukan penyusunan kisi-kisi soal untuk menjaga agar terjadi kesesuaian isi soal dengan materi dan tujuan yang diinginkan. Setelah dilakukan pengembangan produk awal, tahapan selanjutnya adalah validasi ahli. Tahapan ini diperlukan untuk menelaah bahwa produk yang dihasilkan mempunyai validitas isi yang baik (content validity). Validasi ahli dilakukan oleh dua dosen. Berdasarkan validasi ahli, masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki diantaranya adalah pertimbangan alokasi waktu pengerjaan, 33

49 34 penggunaan bahasa, dan pemberian pilihan jawaban yang perlu dipertegas. Setelah dilakukan revisi maka produk yang dikembangkan divalidasi. Produk yang telah divalidasi telah ditelaah mempuyai validitas isi yang baik, bahasa yang baku, dan tidak menggunakan pilihan jawaban yang negatif ganda. Tes diagnostik yang mempunyai validitas isi yang baik, bisa dikatakan dapat digunakan untuk mengidentifikasi keterampilan proses sains dengan baik. Kelayakan validitas tes diagnostik disajikan dalam Tabel 4.1. Tabel 4.1 Kelayakan Validitas Tes Diagnostik Menurut Validator. No Responden Kriteria Total skor Persentase (%) 1. Validator I Layak 66 86,84 2. Validator II Layak 60 78,94 Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa validator memberi skor layak sesuai dengan kriteria masing-masing substansi. Perhitungan hasil kelayakan tes diagnostik oleh validator I adalah 86,84%. Persentase hasil kelayakan tes diagnostik oleh validator II adalah 78,94% Uji Coba Skala Terbatas Pelaksanaan uji coba skala terbatas dilaksanakan pada tanggal 01 Mei 2013 di kelas VIII MTs Sabilurrahman Gubug Kabupaten Grobongan. Pada uji coba skala terbatas peneliti menggunakan 10 siswa dari kelas VIII. Tes diagnostik keterampilan proses sains siswa yang diujikan merupakan tes diagnostik yang telah divalidasi ahli, sehingga telah memiliki validitas isi yang baik. Pada uji coba skala terbatas digunakan untuk menguji kelayakan dan keterlaksanaan tes. Tujuan dari uji coba skala terbatas ini adalah untuk mengetahui, a) keterbacaan soal tes diagnostik keterampilan proses sains menurut siswa, b) alokasi waktu mengerjakan soal tes diagnostik keterampilan proses sains sudah cukup waktu, kurang waktu, atau kelebihan waktu, c) bahasa yang digunakan pada soal tes diagnostik keterampilan proses sains mudah dipahami. Dalam penelitian pada uji coba terbatas ini peneliti mengalokasi waktu tes untuk tiap butir soal diagnostik keterampilan proses sains adalah 1,7 sampai 2 menit. Tahapan pertama uji coba

50 35 skala terbatas menggunakan 35 butir soal tes diagnostik. Sebelum mengerjakan soal tes diagnostik, siswa diberi pengarahan tentang cara menjawab soal. a. Tanggapan Siswa Data hasil tanggapan siswa yang berupa angket dianalisis dengan teknik deskriptif persentase. Berdasarkan analisis angket yang diisi siswa, dapat diketahui bahwa soal diagnostik keterampilan proses sains yang dikembangkan ternyata sudah menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh 78% siswa yang menyatakan bahwa bahasa yang digunakan mudah dipahami dan sudah dapat dimengerti dengan baik maksud dari soal tersebut. Selain menggunakan angket, juga dilakukan wawancara terhadap sebagian siswa. Hasil dari wawancara tersebut adalah soal yang diberikan sudah bisa dipahami maksudnya, karena soal sesuai dengan permasalahan yang bisa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, sebanyak 93,75% siswa juga mendukung pernyataan tersebut. Sebanyak 100% siswa menyatakan bahwa konsep yang ada di dalam soal sudah pernah dipelajari sebelumnya, akan tetapi terkadang siswa ada yang lupa dengan jawabanya. Hasil perhitungan tanggapan siswa terhadap tes diagnostik di lihat pada Tabel 4.2 Tabel 4.2 Data Tanggapan Siswa Terhadap Tes Diagnostik No Kriteria tanggapan Jumlah siswa Persentase (%) 1 Sangat baik Baik Cukup baik 0 0 Pada Tabel 4.2 diketahui bahwa siswa dengan tanggapan sangat baik mencapai 30% dan 70% siswa memberi tanggapan baik. Siswa menginginkan tes diagnostik serupa yang dapat digunakan pada pembelajaran lainnya karena sebelumnya mereka belum pernah mengerjakan tes seperti tes diagnostik. Data tanggapan siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15.

51 36 b. Tanggapan guru Tanggapan guru digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemudahan tes diagnostik diberikan oleh peneliti. Berdasarkan angket tanggapan yang diberikan kepada dua guru mapel IPA kelas VIII di MTs Sabilurrahman Gubug Kabupaten Grobogan terhadap penggunaan tes diagnostik untuk mengidentifikasi keterampilan proses sains pada pembelajaran IPA terpadu tema energi 89,6% memberikan tanggapan positif dan sangat baik. Guru menyebutkan bahwa tes dengan tes diagnostik ini menarik, karena tes-tes sebelumnya belum ada yang seperti tes diagnostik dan tes yang ada seperti tes kemampuan mengingat konsep tujuan tes diagnostik dapat dirumuskan dengan jelas, petunjuk penggerjaannya jelas, gambar yang disajikan dapat membantu pemahaman siswa, sehingga memberikan kemudahan bagi siswa, dan membuat siswa lebih aktif dan tertarik untuk belajar. Selain itu tes diagnostik dapat digunakan secara mandiri. Pada tanggapan guru disini guru memberikan saran atau masukan untuk alokasi waktu pengerjaan tes sebaiknya ditambah karena terlalu sedikit dan pendek untuk siswa berfikir dalam menentukan suatu jawaban yang benar dan tepat. c. Hasil analisis uji coba skala terbatas Hasil analisis dari data pada uji coba skala terbatas didapatkan bahwa nilai koefisien reliabilitas dari tes diagnostik yang dikembangkan sebesar 0,95>0,31 dimana jika r11>rtabel maka soal tersebut reliabel. Nilai koefisien reliabilitas lebih besar dibandingkan dengan harga tabel, jadi nilai koefisien reliabilitas tes diagnostik keterampilan proses sains yang dikembangkan dapat dikatakan reliabel. Butir soal pada tes diagnostik juga dianalisis berdasarkan daya beda yang dimiliki butir soal tersebut. Daya beda soal mempunyai rentang dari -1 sampai +1. Apabila daya beda soal tersebut negatif maka soal tersebut tidak boleh digunakan, karena akan memberikan hasil yang berlawanan. Berikut ini daya beda yang dimiliki oleh soal diagnostik pada saat uji coba skala terbatas.

52 37 Tabel 4.3 Nilai Daya Beda Soal Tes Diagnostik Pada Uji Coba Skala Terbatas No. Daya beda Rentang Nilai Koefisien Daya Beda Jumlah soal 1. Tinggi 0,81 1, Baik Sekali 0,61 0, Baik 0,41 0, Cukup 0,21 0, Rendah 0,00 0,20 _ 6. Negatif Semua yang bernilai negatif _ Jumlah 35 Berdasarkan hasil analisis uji coba skala terbatas dapat diketahui bahwa 1 soal termasuk kategori mudah, 28 soal termasuk kategori sedang, dan 6 soal termasuk sukar. Analisis mengenai hasil uji coba skala terbatas dapat dilihat pada lampiran. Sesuai dengan Tabel 4.3 soal yang mempunyai kriteria daya beda dari cukup, baik, dan baik sekali. Ada 24 soal yang mempunyai kriteria daya beda cukup; nomor soal tersebut adalah nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 12, 13, 16,1 7, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 29, 31, 33, 34, dan 35. Ada 7 soal yang mempunyai kriteria daya beda baik; nomor soal tersebut adalah nomor 4, 9, 11, 15, 19, 27, dan 32. Serta 4 soal yang mempunyai kriteria daya beda baik sekali; nomor soal tersebut adalah nomor 10, 14, 28, dan 30. Alokasi waktu yang diberikan sebanyak 1,7 sampai 2 menit untuk tiap soal ternyata terlalu sedikit. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan ketika melakukan penelitian, siswa membutuhkan waktu sekitar 2,1 sampai 2,5 menit untuk setiap soal yang diberikan. Hal tersebut didukung oleh angket yang diisi siswa yaitu sebanyak 90% siswa mengatakan bahwa waktu yang diberikan kurang sehingga siswa sedikit kecewa dengan keterbatasan waktu yang sangat kurang, data selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 15. Setelah dilakukan analisis dari hasil uji coba skala terbatas maka dilakukan revisi terhadap produk yang dikembangkan. Berdasarkan hasil uji coba skala terbatas, ada masukan-masukan yang menyebabkan alokasi waktu dirubah dan

53 38 semua soal dalam tes diagnostik tetap baik digunakan. Tahapan selanjutnya setelah dilakukan uji coba skala terbatas adalah uji coba skala luas. Soal tes diagnostik yang digunakan dalam uji coba skala luas terdiri dari 35 soal Uji Coba Skala Luas Uji coba skala luas dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2013 pada 26 siswa MTs Sabilurrahman Gubug Grobogan. Sebelum mengerjakan soal diagnostik keterampilan proses sains, siswa diberi pengarahan tentang petunjuk pengerjaan tes tersebut. Setelah mengerjakan soal tes diagnostik keterampilan proses sains, siswa disuruh untuk mengisi angket yang berisi tanggapan siswa mengenai tes yang diberikan. Alokasi waktu yang diberikan dalam mengerjakan soal untuk uji coba skala luas adalah 2,5 menit untuk setiap soal. Penentuan ini berdasarkan pertimbangan pada hasil uji coba skala terbatas. Tujuan dilaksanakannya uji coba skala luas adalah untuk menguji hasil dari produk yang telah dihasilkan pada uji coba skala terbatas. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ketika melaksanakan penelitian alokasi waktu 2,5 menit yang diberikan untuk mengerjakan tiap soal kepada siswa ternyata siswa masih agak sedikit kurang. Hal ini didukung dengan hasil analisis angket yang diisi oleh siswa. Pada uji coba skala luas, peneliti tidak menganalisis lagi semua soal tes diagnostik yang dikembangkan. Karena pada uji coba skala terbatas soal tes diagnostik telah dianalisis dan memiliki validitas isi yang baik, dan telah mencapai kriteria reliabel sehingga soal tes diagnostik tersebut sudah mampu digunakan untuk mengidentifikasi keterampilan proses sains siswa, siswa juga telah mencapai nilai KKM, walaupun tidak sepenuhnya siswa tuntas. Tapi siswa telah mendapatkan nilai 75 berjumlah 75% dari seluruh siswa. Produk akhir dari pengembangan tes diagnostik merupakan hasil dari uji coba skala terbatas. Produk hasil pengembangan dapat diimplementasikan pada uji coba skala luas. Hasil dari implementasi uji coba skala luas dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keterampilan proses sains siswa.

54 39 Hasil dari uji coba skala luas akan digunakan untuk menyempurnakan produk yang dikembangkan. Revisi dari produk yang dikembangkan pada uji coba skala luas ini meliputi alokasi waktu yang diperlukan untuk mengerjakan, dan memperbaiki (dapat menambah atau mengurangi) soal yang di rasa mempunyai daya beda negatif. Selain itu soal yang tidak dapat diketahui nilai koefisien korelasinya karena semua soal siswa bisa menjawab, atau tidak ada satupun siswa yang mampu menjawab dengan benar. Dengan begitu maka soal tersebut dapat diganti atau dihilangkan/dihapus. Tapi pada penelitian ini peneliti tidak merevisi soal, tetapi cuma menambahkan alokasi waktu saja, karena soal tes diagnostiknya sudah layak untuk di gunakan. Setelah semua soal tersebut sudah dikatakan layak digunakan, maka soalsoal tersebut disusun kembali dengan tambahan alokasi waktu yang semula 2,5 menit untuk setiap soal juga sudah direvisi menjadi 3 menit. Maka hasil akhir dari pengembangan soal tes diagnostik adalah seperangkat soal tes diagnostik terdiri atas kisi-kisi, panduan pengerjaan soal, 35 soal tes diagnostik, dan kunci jawaban. Sebanyak 88,56% siswa memberikan tanggapan sangat baik dan 11,44% siswa memberi tanggapan baik terhadap tes diagnostik dan dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tes diagnostik cukup efektif diterapkan pada pembelajaran tema energi di SMP/MTs. Setelah melihat tanggapan siswa dan guru serta hasil uji efektivitas, tes diagnostik sudah baik dan layak digunakan sehingga tidak diperlukan revisi. Setelah melalui tahapan-tahapan dalam pengembangan tes diagnostik untuk mengidentifikasi keterampilan proses sains maka dapat dihasilkan produk tes diagnostik yang valid dan efektif untuk digunakan pada pembelajaran IPA terpadu tema energi di SMP/MTs Keefektifan Tes Diagnostik Tingkat keefektifan tes diagnostik untuk mengidentifikasi keterampilan proses sains yang dirasakan sudah efektif, karena telah dikorelasikan antara hasil tes diagnostik dan observasi aktivitas keterampilan proses sains siswa. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 25 dan 26.

55 40 Keefektifan tes diagnostik untuk mengidentifikasi keterampilan proses sains dinyatakan efektif diterapkan dalam pembelajaran IPA terpadu dengan mengkorelasikan antara hasil tes diagnostik dan hasil observasi aktivitas keterampilan proses sains siswa dengan memakai rumus korelasi product moment, hasilnya adalah sebagai berikut. = 1904,4 = (3544,35)(1186,96) 1904,4 = ,56 = 1904,4 2051,1 = 0,928 Berdasarkan hasil dari perhitungan korelasikan antara hasil tes diagnostik dan hasil observasi aktivitas keterampilan proses sains siswa ada hubungan atau korelasi positif sebesar 0,928 antara hasil tes diagnostik dan hasil observasi aktivitas keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran IPA terpadu tema energi Profil Tiap Aspek Keterampilan Proses Sains (KPS) Keterampilan proses sains (KPS) merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada proses IPA. Namun dalam tujuan dan pelaksanaannya terdapat perbedaan. SAPA (Science A Process Approach) tidak mementingkan konsep. Selain itu SAPA menuntut pengembangan pendekatan proses secara utuh yaitu metode ilmiah dalam setiap pelaksanaannya, sedangkan jenis-jenis keterampilan proses dalam pendekatan KPS dapat dikembangkan secara terpisahpisah, bergantung metode yang digunakan. Umpamanya dalam metode demonstrasi dapat dikembangkan keterampilan proses tertentu (observasi, interpretasi, komunikasi, dan aplikasi konsep).

56 41 Keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru. American Association for The Advancement of Science (1970) mengklasifikasikan menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan terpadu. Pendekatan keterampilan proses adalah perlakuan yang diterapkan dalam pembelajaran yang menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan kemudian mengomunikasikan perolehannya. Keterampilan memperoleh pengetahuan dapat dengan menggunakan kemampuan oleh pikir (psikis) atau kemampuan oleh perbuatan (fisik). Keterampilan proses perlu dilatihkan/dikembangkan dalam pengajaran sains karena keterampilan proses mempunyai peran-peran sebagai berikut: a) membantu siswa belajar mengembangkan pikirannya b) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan c) meningkatkan daya ingat d) memberikan kepuasan intrinsik bila siswa telah berhasil melakukan sesuatu e) membantu siswa mempelajari konsep-konsep sains. Berikut adalah gambar persentase profil tiap aspek keterampilan proses sains siswa dalam menjawab soal tes diagnostik keterampilan proses sains.

57 42 Persentase KPS 1 KPS 2 KPS 3 KPS 4 KPS 5 KPS 6 KPS 7 KPS 8 Keterampilan Proses Sains KPS 1 KPS 2 KPS 3 KPS 4 KPS 5 KPS 6 KPS 7 KPS 8 Gambar 4.1 Persentase Profil Tiap Aspek Keterampilan Proses Sains Keterangan; KPS 1 adalah keterampilan proses sains mengamati KPS 2 adalah keterampilan proses sains mengelompokan/klasifikasi KPS 3 adalah keterampilan proses sains menafsirkan/interpretasi KPS 4 adalah keterampilan proses sains memprediksi/meramalkan KPS 5 adalah keterampilan proses sains mengajukan pertanyaan KPS 6 adalah keterampilan proses sains berhipotesis KPS 7 adalah keterampilan proses sains merencanakan percobaan/penyelidikan KPS 8 adalah keterampilan proses sains menerapkan konsep Indeks Kesukaran Soal Tes Diagnostik Keterampilan Proses Sains Pada penelitian ini dilakukan penilaian keterampilan proses sains. Hasil penilaian keterampilan proses sains untuk masing-masing keterampilan proses sains disajikan pada tabel berikutmengamati Keterampilan proses sains mengamati indeks kesukaran soal pada masingmasing soal diperoleh hasil sebagai berikut, dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini.

58 43 Tabel 4.4 Indeks Kesukaran Keterampilan Proses Sains (Mengamati) Jumlah Siswa No. Nomor Soal Indeks Kesukaran Kriteria Yang Menjawab Benar 1 1 0,6 Sedang ,8 Mudah ,6 Sedang ,3 Sedang ,2 Sukar ,5 Sedang ,2 Sukar ,4 Sedang ,6 Sedang 6 Indeks kesukaran soal keterampilan proses sains mengamati mempunyai kriteria mudah sebanyak 1 butir soal, kriteria sedang sebanyak 6 butir soal, dan kriteria sukar sebanyak 2 butir soal dengan jumlah keseluruha soal sebanyak 9 butir soal. 1. Mengelompokan/mengklasifikasi Keterampilan proses sains mengelompokan/klasifikasi indeks kesukaran soal pada masing-masing soal diperoleh hasil sebagai berikut, dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini. Tabel 4.5 Indeks Kesukaran Keterampilan Proses Sains (Mengelompokan/ mengklasifikasi) Jumlah Siswa No. Nomor Soal Indeks Kesukaran Kriteria Yang Menjawab Benar Sedang ,4 Sedang ,5 Sedang 5 Indeks kesukaran soal keterampilan proses sains mengelompokan/ mengklasifikasi mempunyai kriteria sedang sebanyak 3 butir soal dengan jumlah keseluruha soal sebanyak 3 butir soal. 2. Menafsirkan/interpretasi Keterampilan proses sains menafsirkan/interpretasi indeks kesukaran soal pada masing-masing soal diperoleh hasil sebagai berikut, dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini.

59 44 Tabel 4.6 Indeks Kesukaran Keterampilan Proses Sains (Menafsirkan/interpretasi) No. Nomor Soal Indeks Kesukaran Kriteria Jumlah Siswa Yang Menjawab Benar Sedang ,6 Sedang ,5 Sedang ,2 Sukar ,2 Sukar ,4 Sedang Sedang 4 Indeks kesukaran soal keterampilan proses sains menafsirkan/interpretasi mempunyai kriteria sedang sebanyak 5 butir soal, dan kriteria sukar sebanyak 2 butir soal dengan jumlah keseluruha soal sebanyak 7 butir soal. 3. Memprediksi/meramalkan Keterampilan proses sains memprediksi/meramalkan indeks kesukaran soal pada masing-masing soal diperoleh hasil sebagai berikut, dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini. Tabel 4.7 Indeks Kesukaran Keterampilan Proses Sains (Memprediksi/ meramalkan) Jumlah Siswa No. Nomor Soal Indeks Kesukaran Kriteria Yang Menjawab Benar Sedang ,2 Sukar ,2 Sukar 2 Indeks kesukaran soal keterampilan proses sains memprediksi/meramalkan mempunyai kriteria sedang sebanyak 1 butir soal, dan kriteria sukar sebanyak 2 butir soal dengan jumlah keseluruha soal sebanyak 3 butir soal. 4. Mengajukan pertanyaan Keterampilan proses sains mengajukan pertanyaan indeks kesukaran soal pada masing-masing soal diperoleh hasil sebagai berikut, dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini.

60 45 Tabel 4.8 Indeks Kesukaran Keterampilan Proses Sains (Mengajukan pertanyaan) Jumlah Siswa No. Nomor Soal Indeks Kesukaran Kriteria Yang Menjawab Benar Sedang ,2 Sukar ,5 Sedang ,4 Sedang 4 Indeks kesukaran soal keterampilan proses sains mengajukan pertanyaan mempunyai kriteria sedang sebanyak 3 butir soal, dan kriteria sukar sebanyak 1 butir soal dengan jumlah keseluruha soal sebanyak 4 butir soal. 5. Berhipotesis Keterampilan proses sains berhipotesis indeks kesukaran soal pada masingmasing soal diperoleh hasil sebagai berikut, dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini. Tabel 4.9 Indeks Kesukaran Keterampilan Proses Sains (Berhipotesis) No. Nomor Soal Indeks Kesukaran Kriteria Jumlah Siswa Yang Menjawab Benar Sedang ,3 Sedang 3 Indeks kesukaran soal keterampilan proses sains berhipotesis mempunyai kriteria sedang sebanyak 2 butir soal dengan jumlah keseluruha soal sebanyak 2 butir soal. 6. Merencanakan percobaan/penyelidikan Keterampilan proses sains merencanakan percobaan/penyelidikan indeks kesukaran soal pada masing-masing soal diperoleh hasil sebagai berikut, dapat dilihat pada tabel 4.10 di bawah ini. Tabel 4.10 Indeks Kesukaran Keterampilan Proses Sains (Merencanakan percobaan/penyelidikan No. Nomor Soal Indeks Kesukaran Kriteria Jumlah Siswa Yang Menjawab Benar Sedang ,4 Sedang ,3 Sedang ,5 Sedang ,4 Sedang 4

61 46 Indeks kesukaran soal keterampilan proses sains merencanakan percobaan/penyelidikan mempunyai kriteria sedang sebanyak 5 butir soal dengan jumlah keseluruha soal sebanyak 5 butir soal. 7. Menerapkan Konsep Keterampilan proses sains menerapkan konsep indeks kesukaran soal pada masing-masing soal diperoleh hasil sebagai berikut, dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini. Tabel 4.11 Indeks Kesukaran Keterampilan Proses Sains (Menerapkan Konsep) No. Nomor Soal Indeks Kesukaran Kriteria Jumlah Siswa Yang Menjawab Benar Sedang ,6 Sedang 6 Indeks kesukaran soal keterampilan proses sains menerapkan konsep mempunyai kriteria sedang sebanyak 2 butir soal dengan jumlah keseluruha soal sebanyak 2 butir soal. 4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA di MTs Sabilurrahman Gubug Grobogan menunjukan bahwa jenis tes pada pembelajaran yang biasa digunakan adalah tes uji pengetahuan konsep-konsep biasa tidak berpendekatan keterampilan proses baik yang diberikan guru maupun dari LKS juga belum terpadu. Guru ingin menggunakan jenis tes pada pembelajaran yang lebih bervariasi, salah satunya adalah dengan menggunakan tes diagnostik untuk mengidentifikasi keterampilan proses sains. Alangkah lebih baik apabila jenis tes pada pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran disertai dengan keterampilan proses sains pada siswa. Keterampilan proses sains mempunyai potensi yang penting dan besar dalam membangun proses belajar dan memotivasi siswa dalam belajar. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh

62 47 karena itu pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah ( BSNP ). Menurut Jerry (1989) untuk menyajikan pembelajaran yang mengembangkan keterampilan proses guru dapat menggunakan berbagai pendekatan yang utama yaitu pendekatan keterampilan proses sains Produk Tes Diagnostik Setelah melalui proses pengembangan maka telah didapatkan seperangkat tes diagnostik yang dapat mengidentifikasi keterampilan proses sains yang berupa: (1) kisi-kisi soal, (2) petunjuk pengerjaan, (3) soal-soal tes diagnostik, (4) kunci jawaban, dan (5) cara menginterpretasikan hasil tes diagnostik. Alokasi waktu yang diperlukan dalam mengerjakan adalah 3 menit untuk setiap soal. Pada penelitian ini semua soal diagnostik yang dikembangkan telah mempunyai validitas isi yang baik dan menggunakan bahasa yang baku dan mudah dipahami. Hasil akhir tes diagnostik ini terdiri atas 35 soal yang mempunyai daya beda positif dan reliabel Keefektifan Tes Diagnostik Keefektifan tes diagnostik untuk mengidentifikasi keterampilan proses sains dinyatakan efektif diterapkan dalam pembelajaran IPA terpadu, karena sudah dikorelasikan antara aktifitas keterampilan proses sains siswa dan hasil belajar siswa dalam mengerjakan tes diagnostik keterampilan proses sains, keefektifan tes diagnostik sebesar 0,928 sehingga dikatakan berkorelasi positif, hal ini berarti semakin tinggi aktifitas keterampilan proses sains siswa maka akan semakin tinggi pula hasil belajar siswa. Dalam analisis korelasi terdapat suatu angka yang disebut dengan koefisien determinasi, yang besarnya adalah kuadrat dari koefisien korelasi (r 2 ). Koefisien ini disebut koefisien penentu, karena varians yang terjadi pada variabel dependen dapat dijelaskan melalui varians yang terjadi pada variabel independen. Untuk contoh diatas ditemukan r = 0,928.Koefisien determinasinya = r 2 = 0,928 = 0,86. Hal ini berarti varians yang terjadi pada variabel aktifitas atau hasil belajar 86% ditentukan oleh besarnya aktifitas dan

63 48 hasil belajar, 14% oleh faktor lain, misalnya terjadi kesalahan hitung pada saat menjumlahkan hasil atau saat menghitung keefektifan tes diagnostik. Korelasi terdapat tiga macam bentuk hubungan antar variabel, yaitu hubungan simetris, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Interaktif (saling mempengaruhi). Untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih dilakukan dengan menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antar variabel atau lebih. Artinya dinyatakan dalam bentuk hubungan positif atau negatif, sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. Hubungan dua variabel atau lebih dinyatakan positif, bila nilai satu variabel ditingkatkan, maka akan meningkatkan variabel yang lain, dan sebaliknya bila nilai satu variabel diturunkan maka akan menurunkan variabel yang lain. Sedangkan apabila hubungan dua variabel atau lebih dinyatakan negatif, bila nilai satu variabel dinaikkan maka akan menurunkan nilai variabel yang lain, dan juga sebaliknya bila nilai satu variabel diturunkan, maka akan menaikkan nilai variabel yang lain. Hubungan antar variabel meliputi korelasi product moment, korelasi ganda dan korelasi parsial. Pada analisis keefektifan tes diagnostik keterampilan proses ini menggunakan korelasi product moment Profil Keterampilan Proses Sains (KPS) Keterampilan proses sains itu banyak macamnya, namun disini peneliti cuma menggunakan sebagian macam keterampilan proses sains pada tes diagnostik yang dikembangkan karena disesuaikan dengan keterpaduan materi yang digunakan. Pada pembahasan ini peneliti mengunakan uji skala terbatas yang dijadikan sebagai data dan dianalisis berdasarkan validitas, reliabelitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda. Jumlah siswa yang diberikan soal tes diagnostik pada uji coba skala terbatas berjumlah 10 siswa. Setelah dilakukan uji coba terbatas dan penganalisisan soal diperoleh hasil yang reliabel dan valid pada semua soal, sehingga semua soal tes diagnostik dapat digunakan pada tahap berikutnya yaitu tahap uji coba skala luas. Sebelum pada tahap uji coba skala luas guru dan siswa juga diberikan angket tanggapan guru dan siswa, angket tanggapan guru dan siswa ini digunakan untuk mengetahui kelayakan soal tes diagnostik,

64 49 hasil dari angket tanggapan guru dan siswa adalah soal tes diagnostik ini layak untuk digunakan dan sangat menarik. Dengan demikian penelitian ini dapat dilanjutkan pada tahap berikutnya yaitu tahap uji coba skala luas. ada tahap uji coba skala luas jumlah siswa yang diberikan soal tes diagnostik sebanyak 26 siswa. Hasil dari tahap uji coba skala luas adalah sebagian besar siswa tuntas dan dapat mengerjakan soal tes diagnostik tersebut dengan benar. Dari hasil uji coba skala luas soal tes diagnostik seharusnya diimplemetasikan/digunakan karena soal tes diagnostik sudah merupakan produk akhir dari penelitian dan pengembangan. Pada tahap implementasi peneliti tidak menggunakannya secara langsung akan tetapi pada saat uji coba skala luas tersebut itu merupakan tahapan implementasi. Jadi tahapan implementasi digabung menjadi satu pada tahap uji coba skala luas, dengan pertimbangan semua soal telah dinyatakan valid dan reliabel. Dalam tes diagnostik terdapat macam-macam keterampilan proses sains yang masing-masing keterampilan proses sains di bagi pada masing-masing soal. Data Berikut ini merupakan macam-macam dari keterampilan proses sains yang digunakan dalam tes diagnostik; a. Mengamati Mengamati adalah penggunaan indera-indera seseorang. Seseorang mengamati dengan penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, dan pembauan. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat pengamatan adalah: (a) penggunaan indera-indera tidak hanya penglihatan, (b) pengorganisasian obyek-obyek menurut satu sifat tertentu, (c) pengidentifikasian banyak sifat, (d) pengidentifikasian perubahan-perubahan dalam suatu obyek, (e) melakukan pengamatan kuantitatif, dan (f) melakukan pengamatan kualitatif. Pengamatan yang dilakukan hanya dengan menggunakan indera tanpa mengacu kepada satuan pengukuran baku tertentu disebut pengamatan kualitatif, sedangkan pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang mengacu kepada satuan pengukuran baku tertentu disebut pengamatan kuantitatif. Dalam membuat tes diagnostik pada penelitian ini peneliti menggunakan pengamatan

65 50 yang bersifat pengamatan kualitatif karena data pengamatan kualitatif siswa itu lebih mudah memahami pertanyaanya dibandingkan pengamatan kuantitatif. Menurut Semiawan (1992) banyak anak/siswa yang sering menggunakan semua indra, untuk melihat, mendengar, merasa, mengecap, dan mencium akan tetapi mereka tidak mengamati sepenuhnya. Karena mereka mungkin tidak mengamati hal-hal itu secara seksama. Semuanya meraka lihat, dengar, rasakan, dan cium tetapi hal-hal itu berlalu begitu saja tanpa memperoleh suatu makna. Dengan begitu para guru perlu melatih anak agar terampil dalam mengamati atau mengobservasi sesuatu yang pada kenyataanya ada di lingkungan sekitar. Tes diagnostik yang menerapkan keterampilan proses sains (mengamati) terdiri dari 9 soal. Indeks kesukaran soal pada keterampilan proses sains (mengamati) terdiri dari tiga kriteria, pada interval 0,00-0,30 soal tes diagnostik mempunyai kriteria sukar sebanyak 3 soal, pada interval 0,31-0,70 soal tes diagnostik mempunyai kriteria sedang sebanyak 5 soal, dan pada interval 0,71-1,00 soal tes diagnostik mempunyai kriteria mudah sebanyak 1 soal, data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4. b. Mengelompokan/klasifikasi Mengelompokan/klasifikasi adalah pengelompokan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu. Beberapa perilaku siswa adalah: (a) pengidentifikasian suatu sifat umum, (b) memilah-milahkan dengan menggunakan dua sifat atau lebih. Tes diagnostik yang menerapkan keterampilan proses sains (Mengelompokan atau klasifikasi) terdiri dari 3 soal. Indeks kesukaran dari ketiga soal adalah pada interval 0,31-0,70. Maka ketiga soal tes diagnostik mempunyai kriteria sedang, data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.5. Data tes dignostik menunjukkan bahwa siswa itu telah bisa mengklasifikasikan/menggolongkan suatu ciri khusus, tujuan atau kepentingan tertentu. Pengelompokkan dari suatu ciri, sifat, jenis, warna, dsb, itu membutuhkan pembuatan klasifikasi dituntut kecermatan diri dari seorang siswa dalam pengelompokan. Semakin tinggi tingkat pendidikan siswa, maka akan semakin rumit jenis klasifikasi yang dapat dilatih oleh guru (Semiawan, 1992).

66 51 c. Menafsirkan/interpretasi Menafsirkan/interpretasi adalah menjelaskan makna informasi yang telah dikumpulkan.beberapa perilaku siswa adalah: (a) penyusunan data; (b) pengenalan pola-pola atau hubungan-hubungan; (c) merumuskan inferensi yang sesuai dengan menggunakan data; (d) pengikhtisaran secara benar. Tes diagnostik yang menerapkan keterampilan proses sains (Menafsirkan/interpretasi) terdiri dari 7 soal. Indeks kesukaran soal pada interval 0,00-0,30 soal tes diagnostik mempunyai kriteria sukar sebanyak 2 soal, pada interval 0,31-0,70 soal tes diagnostik mempunyai kriteria sedang sebanyak 5 soal, data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.6. Data tes siswa sebagian telah ada yang bisa menginterpretasi data, sebagian yang lain ada yang belum bisa menginterpretasi data, hal ini berarti siswa ada yang kesulitan dalam menginterpretasi data dalam tes diagnostik. Guruguru dapat melatih siswanya dalam menginterpretasi data agar siswa mampu menginterpretasi data, karena semakin tinggi tingkat sekolah siswa maka semakin tingg pula menginterpretasi data yang disajikan. d. Memprediksi/meramalkan Memprediksi/meramalkan adalah pengajuan hasil-hasil yang mungkin dihasilkan dari suatu percobaan. Ramalan-ramalan didasarkan pada pengamatanpengamatan dan inferensi-inferensi sebelumnya. Ramalan merupakan suatu pernyataan tentang pengamatan apa yang mungkin dijumpai di masa yang akan datang, sedangkan inferensi berupaya untuk memberikan alasan tentang mengapa suatu pengamatan terjadi. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa adalah: (a) penggunaan data dan pengamatan yang sesuai; (b) penafsiran generalisasi tentang pola-pola; (c) pengujian kebenaran dari ramalan-ramalan yang sesuai. Menurut Nur M, (2000) menyatakan bahwa memprediksi/meramalkan itu dibuat untuk membuat keputusan setiap hari. Karena meramalkan itu bisa saja susah-susah mudah, dikarenakan seseorang juga dapat menggunakn ramalan untuk meramal cuaca. Tes diagnostik yang menerapkan keterampilan proses sains (Memprediksi atau meramalkan) terdiri dari 3 soal. Indeks kesukaran soal pada interval 0,00-0,30 soal tes diagnostik mempunyai kriteria sukar sebanyak 2 soal,

67 52 pada interval 0,31-0,70 soal tes diagnostik mempunyai kriteria sedang sebanyak 1 soal, data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.7. e. Mengajukan pertanyaan Pertanyaan yang diajukan dapat meminta penjelasan tentang apa, mengapa, bagaimana, atau meminta penjelasan yang melibatkan pikiran. Data tes menunjukkan siswa itu sedikit mengalami kesulitan dalam membuat sebuah pertanyaan, hal ini berarti menunjukkan bahwa siswa masih kesulitan dalam mengajukan pertanyaan. Berdasarkan pengamatan di lapangan menunjukkan bahwasanya ketika siswa diminta untuk betanya oleh guru, siswa cuma diam saja tidak ada satu patah katapun yang diucapkan oleh siswa. hal itu menandakan bahwa bertanya itu tidak mudah (sulit). Menurut Parmin (2013) bahwa mengajukan suatu pertanyaan itu tidak sekedar bertanya, tapi melibatkan pikiran yang mendalam dan realistis juga. Karena bertanya itu bisa tentang apa, mengapa, bagaimana, meminta penjelasan atau menanyakan latar belakang hipotesis. Tes diagnostik yang menerapkan keterampilan proses sains (Mengajukan Pertanyaan) terdiri dari 4 soal. Indeks kesukaran soal pada interval 0,00-0,30 soal tes diagnostik mempunyai kriteria sukar sebanyak 1 soal, pada interval 0,31-0,70 soal tes diagnostik mempunyai kriteria sedang sebanyak 3 soal, data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.8. f. Berhipotesis Perumusan hipotesis adalah perumusan dugaan yang masuk akal yang dapat diuji tentang bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi. Hipotesis sering dinyatakan sebagai pernyataan jika dan maka. Tes diagnostik yang menerapkan keterampilan proses sains (Berhipotesis) terdiri dari 2 soal. Indeks kesukaran soal dari kedua soal tersebut adalah sedang dengan interval indeks kesukaran 0,31-0,70, data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.9. Data tes diagnostik menunjukan bahwasanya berhipotesis itu mudah dengan begitu siswa akan lebih mudah membuat suatu dugaan/perkiraan yang sesuai dengan permasalahan yang ada. Menurut Semiawan (1992) hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu. Dalam kerja ilmiah,

68 53 seorang ilmuan biasanya membuat hipotesis yang kemudian diuji melalui eksperimen. Para guru dapat melatih siswa dalam membuat hipotesis sederhana. Misalnya dalam melakukan percobaan dengan baterai, jika lampu tidak menyala siswa dapat membuat hipotesis mengapa terjadi demikian. Membuat hipotesis yang sederhana akan lebih memudahkan siswa dalam menyusun hipotesis yang salah satu kunci pembuka tabir penemuan berbagai hal yang baru. g. Merencanakan percobaan/penyelidikan Beberapa kegiatan menggunakan pikiran termasuk ke dalam keterampilan proses merencanakan penyelidikan. Apabila dalam lembar kegiatan siswa tidak dituliskan alat dan bahan secara khusus, tetapi tersirat dalam masalah yang dikemukakan, berati siswa diminta merencanakan dengan cara menentukan alat dan bahan untuk penyelidikan tersebut. Menentukan variabel atau peubah yang terlibat dalam suatu percobaan. Selanjutnya menetukan variabel kontrol dan variabel bebas, menentukan apa yang diamati, diukur atau ditulis, serta menetukan cara dan langkah kerja juga termasuk merencanakan penyelidikan. Sebagaimana dalam penyusunan rencana kegiatan penelitian perlu ditentukan cara mengolah data untuk dapat disimpulkan, maka dalam merencanakan penyelidikanpun terlibat kegiatan menetukan cara mengolah data sebagai bahan untuk menarik kesimpulan. Tes diagnostik yang menerapkan keterampilan proses sains (Merencanakan percobaan/penyelidikan) terdiri dari 5 soal. Indeks kesukaran soal dari kelima soal tersebut mempunyai kriteria sedang yaitu pada interval indeks kesukaran 0,31-0,70, data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel Data tes menunjukan sebagian besar siswa sedikit kesulitan dalam hal merencanakan percobaan/penyelidikan, berarti siswa masih binggung dalam merencanakan percobaan. Dalam merencanakan percobaan/ penyelidikan atau penelitian sederhana, guru perlu melatih siswa dalam merencanakan percobaan atau penelitian sederhana itu, karena tanpa rencana bisa terjadi pemborosan waktu, tenaga, dan biaya serta hasilnya mungkin tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dalam merencanakan siswa perlu menentukan alat dan bahan yang akan digunakan, objek yang akan diteliti, faktor atau variabel yang perlu

69 54 diperhatikan, kriteria keberhasilan, cara dan langkah kerja, serta bagaimana mencatatat dan mengeloladata untuk menarik kesimpulan (Semiawan, 1992). h. Menerapkan konsep Setelah memahami konsep, barulah seorang siswa dapat menerapkan konsep tersebut. Apabila seorang siswa mampu menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki, berarti ia menerapkan prinsip yang telah dipelajarinya. Begitu pula apabila siswa menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru. Tes diagnostik yang menerapkan keterampilan proses sains (Menerapkan Konsep) terdiri dari 2 soal. Indeks kesukaran soal dari kedua soal pada interval 0,31-0,70 dan mempunyai kriteria sedang, data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat dibuat rekapitulasi grafik yang dapat dilihat pada lampiran gambar yang menunjukkan bahwa indeks kesukaran tes diagnostik terdiri dari tiga macam kategori; kategori mudah, sedang, dan sukar. Soal yang di kategorikan mudah berjumlah 1 soal, soal yang dikategorikan sedang berjumlah 27 soal, dan soal yang dikategorikan sukar berjumlah 7 soal dari semua jumlah soal tes diagnostik. Pada gambar 4.2 diatas menunjukkan bahwa daya pembeda tes diagnostik terdiri dari tiga macam kategori; kategori cukup, baik, dan baik sekali. Soal yang di kategorikan cukup berjumlah 24 soal, soal yang dikategorikan baik berjumlah 7 soal, dan soal yang dikategorikan baik sekali berjumlah 4 soal dari semua jumlah soal tes diagnostik. Keterampilan proses sains pada hasil dan pembahasan diatas dapat dibuat gambar grafik dengan memadukan jumlah semua soal dan jumlah siswa yang dapat menjawab dengan benar. Gambar grafik keterampilan proses sains yang di buat dari masing-masing keterampilan proses sains dapat dilihat pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 menunjukkan bahwa; a. KPS 1. Mengamati; jumlah soal 9 butir soal, siswa yang dapat menjawab dengan benar sebanyak 42 siswa, dengan persentase 46,67%. b. KPS 2. Mengelompokan/klasifikasi; jumlah soal 3 butir soal, siswa yang dapat menjawab dengan benar sebanyak 15 siswa, dengan persentase 50%.

70 55 c. KPS 3. Menafsirkan/interpretasi; jumlah soal 7 butir soal, siswa yang dapat menjawab dengan benar sebanyak 29 siswa, dengan persentase 41,43%. d. KPS 4. Memprediksi/meramalkan; jumlah soal 3 butir soal, siswa yang dapat menjawab dengan benar sebanyak 8 siswa, dengan persentase 26,67%. e. KPS 5. Mengajukan pertanyaan; jumlah soal 4 butir soal, siswa yang dapat menjawab dengan benar sebanyak 15 siswa, dengan persentase 37,5%. f. KPS 6. Berhipotesis; jumlah soal 2 butir soal, siswa yang dapat menjawab dengan benar sebanyak 7 siswa, dengan persentase 35%. g. KPS 7. Merencanakan percobaan/penyelidikan; jumlah soal 5 butir soal, siswa yang dapat menjawab dengan benar sebanyak 22 siswa, dengan persentase 44%. h. KPS 8. Menerapkan konsep; jumlah soal 2 butir soal, siswa yang dapat menjawab dengan benar sebanyak 12 siswa, dengan persentase 60% Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menghadapi beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi kondisi dari penelitian yang dilakukan. Adapun keterbatasan tersebut antara lain; a. Waktu yang tersedia untuk menyelesaikan tes diagnostik relatif kurang, sehingga siswa banyak yang protes. b. Sebelumnya belum pernah ada tes diagnostik yang megidentifikasi keterampilan proses sains, sehingga siswa sedikit kebinggungan. c. Keterampilan proses siswa belum begitu terlihat pada siswa. d. Setiap pembelajaran berlangsung belum pernah ada guru yang melakukan keterampilan proses sains.

71 56 BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian telah dapat diperoleh tes diagnostik yang efektif dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran IPA tema energi. Soal-soal yang dikembangkan telah memiliki validitas isi yang baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa tes diagnostik yang dihasilkan sudah dapat digunakan untuk mengidentifikasi keterampilan proses sains siswa. Tes diagnostik yang dihasilkan terdiri dari 35 soal tes yang mempunyai daya beda positif dan sudah dikatakan reliabel dengan nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,95. Soal-soal tersebut terdiri dari 24 soal yang berdaya beda cukup, 7 soal berdaya beda baik, dan 4 soal yang berdaya beda baik sekali. Tes diagnostik yang dikembangkan ini merupakan tes diagnostik keterampilan proses sains siswa yang terdiri atas sejumlah keterampilan yang satu sama lain sebenarnya tidak dapat dipisahkan, namun ada penekanan khusus pada masing-masing keterampilan tersebut. Keterampilan proses sains dalam penelitian ini meliputi; mengamati, mengelompokkan/klasifikasi, menafsirkan/interpretasi, memprediksi/meramalkan, mengajukan pertanyaan, berhipotesis, merencanakan percobaan atau penyelidikan, dan menerapkan konsep. 5.2 Saran Sebaiknya tes diagnostik keterampilan proses sains siswa yang masih belum terlihat dalam diri siswa dapat segera diketahui dan diatasi oleh guru, dan waktu yang tersedia untuk menyelesaikan tes diagnostik relatif kurang, sehingga waktu harus ditambah. Penelitian pengembangan tes diagnostik untuk mengidentifikasi keterampilan proses sains semacam ini perlu dikembangkan lagi, supaya hasilnya dapat digunakan sesuai kebutuhan. Jika hal ini dapat dilakukan, maka akan membantu dalam memutuskan kebijaksanaan akademik yang akan diberlakukan. 56

72 57 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. BSNP Pedoman Penyusunan Kurikulun Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta. Carin, Arthur A and Robert B. Sund, Teaching Science Through Discovery. Columbus, Ohio: Merril Publishing Company. Delor, Jacquis Learning: The Treasure Within. Paris: UNESCO. De Vito, Alfred Creative Wellsprings for Science Teaching. West Lafayette, Indiana: Creative Venture. Depdiknas UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Jakarta: Depdiknas Permen Diknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas Devi, Poppy Kamalia Ketrampilan Proses dalam Pembelajaran IPA. Bandung: P4TKIPA. Dimyati, Mudjiono, 2006, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Pedoman Pengembangan Tes Diagnostik Bahasa Inggris SMP. Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas. Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Tes Diagnostik. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. Fogarty, Robin How to Integrated The Curricula. USA: IRI/Skylight Publishing.Inc. Gall, M.D., Gall, J.P. & Borg, W.R. (2003). Educational Research. Boston : Pearson Education, Inc. 57

73 58 Hamdani Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV Pustaka Setia. Joice, Bruce and Marsha Weil Model of Teaching. (Boston: Allyn and Bacon. Karim Saeful, dkk Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar Untuk Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Nur, Mohamad Proses Belajar Mengajar dengan Metode Pendekatan Keterampilan Proses. Surabaya: SIC. Parmin & Sudarmin Strategi Belajar Mengajar IPA. Semarang: Fakultas MIPA UNNES. Rudyatmi E & A Rusilowati Evaluasi Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES. Rustaman, N.Y. (2005). Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri Dalam Pendidikan Sains. Makalah Pada Seminar Nasional II Himpunan Ikatan Sarjana pada Pemerhati Pendidikan IPA Indonesia. FPMIPA UPI Bandung. Semiawan, C Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Sugandi, A. Dan Haryanto Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta. Trianto Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta. Prestasi Pustaka. Wellington, J Skill and Processes in Science Education. New York: Routledge. Wilujeng, I Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sains Terpadu. Yogyakarta: UNY Press. Zamroni Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Biografi Publishing.

74 59 Lampiran 1 HASIL WAWANCARA TES/SOAL YANG DIGUNAKAN OLEH GURU DALAM PEMBELAJARAN IPA Nama : Maulidatur Rokimah, S. Pd NIP : Tanggal : 24 April 2013 No Pertanyaan 1 Pembelajaran IPA yang diterapkan di sekolah apa sudah bersifat terpadu? Jawaban : pembelajaran IPA yang selama ini diterapkan sekolah belum bersifat terpadu dan masih bersifat terpisah-pisah. 2 Bahan ajar IPA apa yang digunakan saat kegiatan belajar mengajar? Jawaban : Bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran biasanya berupa Buku Paket IPA dan LKS. 3 Apakah buku atau LKS IPA yang digunakan sudah bersifat terpadu dan ada tes yang mengunakan keterampilan proses sains (KPS)? Jawaban : Buku atau LKS IPA yang digunakan selama ini belum bersifat terpadu dan masih bersifat terpisah-pisah serta belum pernah ada tes yang mengunakan keterampilan proses sains (KPS). 4 Apakah tes yang ada dalam LKS yang selama ini ada di sekolah sudah bisa melatih keterampilan proses sains siswa? Jawaban : Tes yang ada dalam LKS yang selama ini digunakan sudah cukup bisa melatih kemandirian siswa, akan tetapi belum bisa mengaktifkan siswa dalam keterampilan-keterampilan proses sains karena soal dalam LKS cenderung terlalu banyak tulisan dan soalnya juga hanya berupa pilihan ganda dan uraian saja..

75 60

76 1 Lampiran 2 MAP EL Fisika Sekolah Mata Pelajaran Kelas Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi serta penerapanya dalam kehidupan sehari-hari SILABUS PEMBELAJARAN : SMP/MTs : Ilmu Pengetahuan Alam : VIII : 5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari 2. Memahami sistem dalam kehidupan tumbuhan Penilaian Tema Indikator Kegiatan Teknik Bentuk Contoh Instrumen Pembelajaran Instru men Energi a. Menunjukkan dengan cermat bentuk energi dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari b. Mengaplikasikan konsep energi dan perubahannya dengan teliti dalam kehidupan sehari-hari c. Membedakan konsep energi kinetik dan energi potensial pada suatu benda dengan penuh tanggung jawab d. Mengenalkan hukum kekekalan energi dengan tekun melalui contoh dalam kehidupan sehari-hari. 1. Mendeskripsikan pengertian energi dan bentuk-bentuk energi dengan cermat 2. Membandingkan dengan teliti pengertian energi kinetik dan energi potesial 3. Mencari informasi dengan tekun tentang hukum kekekalan energi Tes tulis Tes pilihan ganda Ketika kita melihat seorang pembalap sepeda agar dapat mencapai garis finish lebih dulu dari lawan-lawannya, seorang pembalap sepeda harus berusaha mengayuh sepeda secepat mungkin. Untuk itu, ia juga harus memiliki yang besar. a. energi b. gaya c. usaha d. daya Alokasi Waktu Sumber Belajar 2 x 40 - Buku siswa - Buku IPA Terpadu Erlangga - Buku IPA BSE

77 2 MAP EL 2.3 Kompetensi Dasar Mendeskripsi kan proses perolehan nutrisi dan transformasi energi pada tumbuhan hijau Materi Pokok/ Pembela jaran Indikator e. Menjelaskan proses fotosintesis dengan cermat f. Menjalaskan faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis dengan cermat dan teliti Kegiatan Pembelajaran 4. Mencari dengan cermat hubungan energi dengan proses fotosintesis. Teknik Tes tulis Bentu k Instru men Tes pilihan ganda Penilaian Contoh Instrumen Pernyataan di bawah ini manakah yang merupakan persamaan reaksi proses fotosintesis? a. klorofil + O 2 cahaya matahari amilum + H 2 O + CO 2 b. cahaya matahari + klorofil amilum + O 2 Alokasi Waktu Sumber Belajar - Buku siswa - Buku IPA Terpadu Erlangga - Buku IPA BSE Biologi + H 2 O + CO 2 c. H 2 O + CO 2 amilum + O 2 d. H 2 O + CO 2 cahaya matahari amilum + klorofil + O 2 Karakter siswa yang diharapkan : Cermat (Cerefull) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility ) Ketelitian ( carefulness)

78 63 Lampiran 3 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah : SMP/MTs Kelas / Semester : VIII (delapan)/i dan II Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Alokasi waktu : 2X40 Standar Kompetensi Fisika (5) : Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan seharihari Biologi (2) : Memahami sistem dalam kehidupan tumbuhan Kompetensi Dasar Fisika (5.3) : Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi serta penerapanya dalam kehidupan sehari-hari Biologi (2.2) :Mendeskripsikan proses perolehan nutrisi dan transformasi energi pada tumbuhan hijau Indikator Pencapaian Kompetensi Siswa mampu : g. Menunjukkan dengan cermat bentuk energi dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari h. Mengaplikasikan konsep energi dan perubahannya dengan teliti dalam kehidupan sehari-hari i. Membedakan konsep energi kinetik dan energi potensial pada suatu benda dengan penuh tanggung jawab j. Mengenalkan hukum kekekalan energi dengan tekun melalui contoh dalam kehidupan sehari-hari. k. Menjelaskan proses fotosintesis dengan cermat l. Menjalaskan faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis dengan cermat dan teliti A. Tujuan Pembelajaran Setelah mendengar penjelasan guru dan melihat slide presentasi dari guru, siswa mampu: 1. Menunjukkan dan menjelaskan dengan cermat bentuk energi dan perubahannya serta contohnya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Mengaplikasikan konsep energi dan perubahannya dengan teliti dalam kehidupan sehari-hari 3. Membedakan konsep energi kinetik dan energi potensial pada suatu benda dengan penuh tanggung jawab 4. Menjelaskan dengan tekun hukum kekekalan energi melalui contoh dalam kehidupan sehari-hari 5. Menjelaskan proses fotosintesis dengan cermat

79 64 6. Menjalaskan faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis dengan cermat dan teliti 7. Menjelaskan dengan tekun matahari sebagai sumber energi utama dalam kehidupan. B. Materi Pembelajaran Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja atau usaha. Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidakdapat dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Bentuk energi dapat diperoleh karena suatu energi berubah menjadi energi bentuk lain. Pada umumnya, manfaat energi akan terlihat setelah berubah bentuk menjadi energy lain. Misalnya energy listrik akan bermanfaat ketika berubah bentuk menjadi energi cahaya atau panas, contoh perubahan bentuk energy dapat ditulis: Energi kimia Energi listrik Energi kalor Energi cahaya Gambar 1.1: contoh perubahan bentuk energi Tumbuhan dalam menjalankan kehidupannya memiliki suatu sistem untuk hidupnya. Sistem tersebut ditunjang oleh beberapa organ, yaitu akar, batang, daun, dan bunga. Pada tumbuhan air diangkut dari akar ke seluruh tubuh sedangkan makanan diangkut dari daun ke seluruh tubuh. Proses lain yang sangat penting dalam tubuh tumbuhan adalah fotosintesis. Fotosintesis merupakan suatu proses pembuatan makanan dengan memanfaatkan energi dari sinar matahari. Dalam fotosintesis dihasilkan karbohidrat dan oksigen yang keduanya sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup yang ada di Bumi ini. Cahaya matahari 6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2 Karbon Air Klorofil Karbohidrat Oksigen Dioksida

80 65 C. Metode Pembelajaran 1. Ceramah (penyampaian informasi) 2. Diskusi kelompok 3. Tanya jawab 4. Tes/evaluasi D. Langkah-langkah Kegiatan Pertemuan Pertama No Kegiatan pembelajaran Aktivitas Pembelajaran 1. Pendahuluan a. Memberi salam dan mengawali pelajaran dengan berdo a b. Mengabsen siswa c. Meminta siswa mempersiapkan alat tulis d. Menyampaiakan tujuan Pembelajaran Memotivasi siswa dengan bertanya Apakah seseorang yang bermain bola basket/sepak bola memerlukan energi? coba kalian fikirkan dari mana energi ia dapatkan? 2. Kegiatan Inti Dalam kegiatan eksplorasi: Eksplorasi a. Siswa mendengarkan dengan penuh perhatian penyampaian materi tentang energi yang disampaikan oleh guru. b. Siswa memperhatikan dengan tekun contoh bentuk dan perubahan energi dalam kehidupan sehari-hari. c. Siswa bertanya dengan cermat tentang hubungan energi dalam proses fotosintesis dalam kehidupan seharihari. d. Siswa mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi (energi) yang akan dipelajari dari aneka sumber (buku paket, modul, LKS, internet, dll) dengan teliti. Sumber Belajar Daftar Absen Buku IPA Terpadu SMP VII yang relevan. Waktu 10 menit 10 menit

81 66 Elaborasi Konfirmasi 3. Kegiatan Penutup Dalam kegiatan elaborasi: a. Guru membimbing siswa dalam pembentukan kelompok dengan penuh tanggung jawab. b. Siswa membentuk kelompok masingmasing kelompok terdiri dari 5 orang c. Siswa (dibimbing oleh guru) mendiskusikan dengan cermat pengertian energi dan bentuk energi serta perubahan energi d. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk menyebutkan perubahan energi apa saja yang biasa ditemui dalam kehidupan sehari-hari dengan teliti. e. Siswa berdiskusi dengan tekun mengenai hubungan energi dalam fotosintesis di dalam kehidupan sehari-hari f. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal dengan penuh tanggung jawab. Dalam kegiatan konfirmasi: a. Guru dan siswa menyamakan Persepsi tentang konsep energi dengan cermat. b. Siswa bertanya, dan guru menjawab/ meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan tentang tema energi dengan tekun dan teliti. Dalam kegiatan penutup: a. Bersama-sama dengan siswa dan atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran dengan teliti b. Siswa diberi tes evaluasi yang berkaitan dengan materi yang diajarkan dengan penuh tanggung jawab. c. Menutup pelajaran dengan salam. Petunjuk percobaan, alat dan bahan percobaan, LKS Buku IPA Terpadu SMP VII yang relevan. Lembar kerja Soal 40 menit 10 menit 10 menit Jumlah 80 menit

82 67

83 68 Lampiran 4 KISI-KISI SOAL No Keterampilan Proses Sains Indikator 1 Mengamati d) Mengamati dengan indra e) Mencari persamaan dan perbedaan f) Mengumpulkan/menggunakan fakta yang relevan. 2 Mengelompokan/ f) Mencatat setiap hasil pengamatan klasifikasi secara terpisah g) Mencari perbedaan, persamaan h) Mengontraskan ciri-ciri i) Membandingkan j) Mencari dasar pengelompokkan atau penggolongan. 3 Menafsirkan/ a) Menghubungkan hasil-hasil interpretasi pengamatan b) Menemukan pola dalam satu seri pengamatan c) Menyimpulkan. 4 Memprediksi/ a) Menggunakan pola-pola pengamatan meramalkan b) Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati. 5 Mengajukan d) Bertanya apa, bagaimana, dan pertanyaan mengapa e) Bertanya untuk meminta penjelasan Nomor Soal 4, 20, 25, 26, 27 18, 1, 2, 3, 28, 24, 6, 14, 23, 22, 15, 12, 19, 29 34, 10, 33, 13, 30, 17, 35, Jumlah Soal f) Mengajukan petanyaan yang berlatar

84 69 belakang hipotesis 6 Berhipotesis c) Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dalam satu kejadian d) Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah. 7 Merencanakan e) Menentukan alat, bahan, dan sumber percobaan atau penyelidikan yang akan digunakan f) Menentukan variabel g) Menentukan apa yang akan diamati, diukur, dan ditulis h) Menentukan langkah-langkah kerja 21, 32, 7, 8, 16, 9, 11, Menerapkan konsep a) Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi yang baru b) Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi. 5, 31, 2

85 70 70 Lampiran 5 Mata Pelajaran Materi Pokok Kelas/Semester : VIII/1 dan 2 Waktu : 60 menit : Ilmu Pengetahuan Alam : Energi PETUNJUK 1. Tulis nama, kelas, dan nomor absen pada lembar jawab 2. Jawablah soal-soal berikut dengan cara menyilang salah satu huruf pada lembar jawaban 3. Cara mengganti jawaban yang salah A. B. C. D. 4. Periksalah jawaban sebelum diserahkan kepada pengawas 5. Selamat mengerjakan Kerjakan soal-soal berikut dengan memilih jawaban yang paling tepat dan benar pada lembar jawaban yang tersedia! 1. Ketika kita melihat seorang pembalap sepeda agar dapat mencapai garis finish lebih dulu dari lawan-lawannya, seorang pembalap sepeda harus berusaha mengayuh sepeda secepat mungkin. Untuk itu, ia juga harus memiliki yang besar. e. energi c. usaha f. gaya d. daya (KPS: Mengamati) Alasan memilih jawaban di atas: Bacaan 1 Perhatikan ruangan kamu pada malam hari. Tanpa lampu, ruangan akan gelap. Tanpa cahaya kita tidak bisa melihat apapun. Kita bisa melihat karena ada sumber cahaya atau benda memantulkan cahaya ke mata kita. Selain itu, cahaya juga dibutuhkan oleh tumbuhan, dengan cahaya itu tumbuhan dapat membuat makanan, tumbuh dan berkembang biak. 2. Pengamatan tentang apakah yang dimaksud dari bacaan di atas. a. gaya c. energi bunyi b. energi cahaya d. usaha (KPS: Mengamati)

86 71 71 Alasan memilih jawaban di atas: 3. Energi cahaya apa saja yang dimaksud pada bacaan di atas. a. cahaya lilin dan batu batrai c. cahaya matahari dan cahaya lampu b. cahaya matahari dan kompor d. cahaya senter dan lilin (KPS: Mengamati) Alasan memilih jawaban di atas: 4. Perhatikan pohon kelapa yang sedang berbuah, jika buah kelapa itu jatuh dari pohonya, maka buah itu akan jatuh ke tanah. Pada saa itu kita sedang mengamati terjadinya perubahan energi dari. a. energi potensial menjadi energi gerak b. energi potensial menjadi energi kinetik c. energi kinetik menjadi energi potensial Alasan d. energi memilih kinetik jawaban menjadi atas: energi mekanik (KPS: Mengamati) 5. Berikut adalah empat dasar pemikiran menyangkut konservasi atau penghematan energi, yaitu. (1) laju konsumsi energi dewasa ini cenderung meningkat (2) keterbatasan jumlah energi yang tidak dapat diperbarui (3) penggunaan energi yang terus menerus (4) ketergantungan masyarakat terhadap energi yang dapat diperbarui sangat besar Pernyataan yang tidak benar adalah. a. (1) saja c. (3) saja b. (2) saja d. (4) saja (KPS: Menerapkan konsep) Alasan memilih jawaban di atas:

87 72 6. Berikut adalah empat contoh sumber energi, yaitu: (1) Minyak bumi, (2) Air, (3) Batu bara, (4) Matahari, Yang tergolong sumber energi yang tidak dapat diperbarui adalah. a. (1), (2), dan (3) c. (2) dan (4) b. (1) dan (3) d. (4) (KPS: Mengelompokan/klasifikasi) Alasan memilih jawaban di atas: Bacaan 2 Suatu ketika, ada seorang pelaut malang yang terdampar di pulau kecil. Dia berpikir hanya dengan tiga cara dia dapat mencari bantuan. Pertama, dia dapat menerbangkan layang-layang dan berharap ada kapal yang melihat layang-layang tersebut. Kedua, dia menyimpan pesan dalam botol dan membiarkannya mengapung di atas air sampai ada orang yang menemukannya. Ketiga, dia membuat rakit untuk mencoba pergi dari pulau itu. Perhatikan gambar di bawah ini! Gambar 1. Gambar 2. Gambar Pada gambar 1 alat, dan bahan apa saja yang digunakan oleh seorang pelaut itu. a. kertas, gunting, dan kayu b. bambu, rotan, kertas, dan tinta c. kertas, benang, lem kertas, bambu, gunting, dan pisau d. pisau, pensil, kayu, dan kertas (KPS: Merencanakan percobaan atau penyelidikan)

88 73 73 Alasan memilih jawaban di atas: 8. Pada gambar 2 variabel apa yang sedang diteliti oleh seorang pelaut itu adalah. a. penyimpanan pesan dalam botol bekas dan kosong b. penyimpanan pesan dalam botol dan membiarkannya mengapung di atas air sampai ada orang yang menemukannya dan menolongnya c. penyimpanan angin dalam botol d. penyimpanan resep masakan (KPS: Mengelompokan/klasifikasi) Alasan memilih jawaban di atas: 9. Pada gambar 3 apa yang sedang diteliti oleh seorang pelaut itu adalah. a. bagaimana cara membuat rakit untuk dapat digunakan untuk mencoba pergi dari pulau itu. b. cara membuat perahu c. bagaimana cara membuat papan seluncur d. cara membuat rakit yang ingin dijualbelikan (KPS: Mengelompokan/klasifikasi) Alasan memilih jawaban di atas: 10. Apabila ada seseorang yang sedang memanjat pohon mangga dan seseorang itu ingin memetik buah mangga tersebut, pada saat buah mangga dijatuhkan kebawah maka jatuhlah buah mangga tersebut ditanah. Apa yang dapat kamu prediksikan dari pernyataan ini. a. setelah di jatuhkan buah mangga itu memiliki energi kinetik b. sebelum dijatuhkan buah mangga itu memiliki energi potensial c. ketika buah mangga masih diatas pohonnya, buah mangga hanya memiliki energi potensial dan setelah buah mangga tersebut jatuh ke tanah buah mangga itu memiliki energi kinetik d. terjadinya hukum kekekalan energi pada buah mangga. (KPS: Memprediksi/meramalkan) Alasan memilih jawaban di atas:

89 Perhatikan gambar dibawah ini! lampu batrai saklar - Tujuan percobaan: memahami bentuk energi - Alat dan bahan: sebuah lampu 3 volt DC, sakelar, baterai, dan kabel secukupnya. - Langkah-langkah kerja mana yang tepat untuk gambar di samping? a. (1) siapkan alat dan bahan, (2) rangkaikan alat dan bahan menjadi rangkaian, (3) tekanlah saklar untuk menghidupkan rangkaian. b. (1) rangkaikan alat dan bahan menjadi rangkaian, (2) siapkan alat dan bahan, (3) tekanlah saklar untuk menghidupkan rangkaian c. (1) siapkan alat dan bahan, (2) tekanlah saklar untuk menghidupkan rangkaian, (3) rangkaikan alat dan bahan menjadi rangkaian d. (1) siapkan alat dan bahan, (2) rangkaikan alat dan bahan menjadi rangkaian, seperti pada gambar di samping (setelah rangkaian jadi), (3) tekanlah saklar untuk menghidupkan rangkaian. (KPS: Merencanakan percobaan atau penyelidikan) Alasan memilih jawaban di atas: 12. Dari gambar di atas dapat kalian perhatikan ada sebuah lampu yang dihubungkan dengan batrai dan dihubungkan juga dengan saklar. Pada rangkaian tersebut perubahan energi apa yang dapat kalian simpulkan. a. energi kimia energi cahaya energi kalor energi listrik b. energi listrik energi cahaya energi kimia energi kalor c. energi kimia energi listrik energi cahaya energi kalor d. energi kimia energi kalor energi listrik energi cahaya (KPS: Menafsirkan/interpretasi) Alasan memilih jawaban di atas: 13. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi laju fotosintesis, kecuali.. a. faktor genetik c. ketersediaan air b. akar pada tumbuhan d. cahaya (KPS: Mengajukan pertanyaan)

90 75 75 Alasan memilih jawaban di atas: 14. Percobaan 1. Bunga 1 Ada dua bunga yang sama tumbuh di halaman rumah. Akan tetapi bunga 1 disiram 1 kali setiap hari sedangkan bunga 2 disiram dua hari sekali. Apa yang akan terjadi? a. bunga 1 lama kelamaan akan tetap hidup dan tumbuh berkembang sedangkan bunga ke-2 akan gugur/mati b. bunga 2 lama kelamaan akan tetap hidup dan tumbuh berkembang sadangkan bunga ke-1 lama kelamaan akan gugur/mati c. bunga 1 lama kelamaan akan gugur/mati d. bunga 2 lama kelamaan akan tetap hidup dan tumbuh berkembang. Bunga 2 (KPS: Menafsirkan/interpretasi) Alasan memilih jawaban di atas: 15. Data observasi, yang isinya itu: - ia berwarna indah (hijau, merah, kuning, dll), - ia hidup di darat dengan menghasilkan makanannya sendiri melalui bantuan cahaya matahari, - namanya dimulai dengan huruf T dari data observasi diatas, kesimpulan apa yang dapat kalian buat. a. tunas b. tikus c. teratai d. tumbuhan (KPS: Menafsirkan/interpretasi) Alasan memilih jawaban di atas:

91 76 76 Bacaan 3 Sinar matahari merupakan suatu bentuk energi. Energi tersebut dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk membuat makanan melalui peristiwa fotosintesis yang secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut: a. Pertama, jika klorofil terkena sinar matahari, maka molekul air (H 2 O) yang ada di klorofil akan terurai menjadi Hidrogen (H) dan Oksigen (O 2 ). Oksigen pada akhirnya akan keluar dari daun melalui mulut daun (stomata). Energi dari sinar matahari juga ditangkap dan disimpan dalam bentuk energi kimia. b. Kedua, dengan menggunakan energi yang telah disimpan tadi, karbon dioksida (CO 2 ) yang berasal dari udara digabungkan dengan bahan yang telah disiapkan (namanya RuBP) sehingga terbentuklah molekul organik baru. Molekul oganik baru tersebut kemudian diproses lebih lanjut melalui beberapa tahapan sehingga terbentuklah karbohidrat (glukosa, amilum) dan bahanbahan organik lainnya. 16. Pada peristiwa fotosintesis di atas variabel apa saja yang diteliti, kecuali. a. kertas aluminum foil dan zat kapur b. karbon dioksida (CO 2 ) dan klorofil c. hidrogen (H) dan oksigen (O 2 ) d. sinar matahari dan air (H 2 O). (KPS: Merencanakan percobaan atau penyelidikan) Alasan memilih jawaban di atas: 17. Mengapa air (H 2 O) sangat dibutuhkan untuk proses fotosintesis. a. karena air memerlancar proses fotosintesis, jadi air diperlukan b. karena air dalam proses fotosintesis itu sangat dibutuhkan dan juga berperan, tetapi jika tidak tersedia air dengan cukup, dapat menggangu pembentukan karbohidrat (glukosa, amilum) c. karena air merupakan salah satu sumber energi dalam kehidupan tumbuhan d. karena air sangat berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan, tanpa air tumbuhan akan mati/gugur (KPS: Mengajukan pertanyaan) Alasan memilih jawaban di atas: 18. Pernyataan di bawah ini manakah yang merupakan persamaan reaksi proses fotosintesis? a. klorofil + O cahaya matahari 2 amilum + H 2 O + CO 2 klorofil b. cahaya matahari + amilum + O 2 c. H 2 O + CO 2 cahaya matahari d. H 2 O + CO 2 amilum + O 2 + H 2 O + CO 2 amilum + klorofil + O 2 (KPS: Mengamati)

92 77 77 Alasan memilih jawaban di atas: 19. Apa yang dapat kita simpulkan dari persamaan reaksi proses fotosintesis diatas. a. proses fotosintesis membutuhkan cahaya matahari dan amilum serta oksigen dalam klorofil, maka dihasilkan karbon dioksida dan air b. proses fotosintesis membutuhkan karbon dioksida dan air yang menggunakan cahaya matahari untuk menghasilkan amilum, klorofil, dan oksigen c. proses fotosintesis membutuhkan klorofil dan oksigen yang menggunakan cahaya matahari untuk menghasilkan amilum, karbon dioksida dan air d. proses fotosintesis membutuhkan karbon dioksida dan air, dengan menggunakan energi cahaya matahari melalui reaksi kimia tertentu, maka dihasilkan karbohidrat(glukosa, amilum) yang diperlukan untuk tumbuhan dan melepaskan oksigen ke udara. (KPS: Menafsirkan/interpretasi) Alasan memilih jawaban di atas: 20. Perhatikan ketika kamu sedang menyalakan kipas angin pada siang hari, disaat kamu merasa kepanasan setelah selesai beraktivitas. Perubahan energi apa yang dapat kamu amati? a. perubahan energi listrik menjadi energi kinetik b. perubahan energi kalor menjadi energi cahaya c. perubahan energi kinetik menjadi energi listrik d. perubahan energi kimia menjadi energi kinetik (KPS: Mengamati) Alasan memilih jawaban di atas: Bacaan 4 Jika kamu sedang berada di daerah pegunungan, padahal kamu belum pernah pergi ke pegunungan sebelumnya, dan ke pergian kamu itu baru pertama kalinya. Sesampainya kamu disana kamu merasa dingin dan lama kelamaan kamu merasa kedinginan sekali. Kemudian kamu membuat api unggun agar suasana di sekitar terasa hangat dan kamu menggosok-gosokan kedua telapak tangan kamu beberapa saat, agar kedua telapak tangan kamu panas dan kamu merasa hangat sehingga tidak kedinginan lagi.

93 Hipotesis (dugaan sementara yang dianggap benar) apa yang dapat kamu susun dari kegiatan diatas? a. dengan kamu membuat api unggun dapat menghangatkan badan dan tidak dingin lagi b. menggosok-gosokan kedua telapak tangan kamu beberapa saat, agar kedua telapak tangan kamu panas dan kamu merasa hangat sehingga tidak kedinginan lagi c. dengan menggosok-gosokan kedua telapak tangan kamu beberapa saat, agar kedua telapak tangan kamu panas dan kamu membuat api unggun agar suasana di sekitar terasa hangat sehingga tidak kedinginan lagi, karena kedua hal tersebut itu dapat menghasilkan energi panas yang bisa meredam dingin pada badan dan juga keadaan sekitar d. terjadinya energi panas yang dihasilkan api unggun dan gosokan pada tanggan (KPS: Berhipotesis) Alasan memilih jawaban di atas: 22. Kegiatan-kegiatan berikut ini kita jumpai dalam metode ilmiah: 1) Membuat eksperimen 2) Menyusun hipotesis 3) Mengumpulkan data 4) Menguji eksperimen 5) Merumuskan masalah 6) Menarik kesimpulan Urutan langkah-langkah metode ilmiah adalah. a b c d (KPS: Menafsirkan/interptetasi) Alasan memilih jawaban di atas: 23. Di dalam laboratorium, siswa mengadakan percobaan. Ada kelompok yang gagal dan seorang teman menyuruh mereka mengubah data laporan untuk menunjukkan keberhasilan percobaan mereka. Akan tetapi kelompok tersebut sepakat membuat laporan percobaan apa adanya. Sikap kelompok tersebut merupakan sifat ilmiah. a. jujur dan objektif b. teliti dan terbuka c. rasa ingin tahu dan keterbukaan d. mau menerima masukan dan teliti (KPS: Menafsirkan/interptetasi) Alasan memilih jawaban di atas:

94 Suatu ketika, ada seseorang petani yang menanam beberapa tanaman ada yang terkena sinar matahari langsung dan ada yang tidak terkena sinar matahari langsung. Dengan begitu secara tidak langsung seorang petani tersebut telah melakukan eksperimen tetapi seorang petani itu tidak menyadari dan mengetahuinya. Dengan demikian eksperimen yang dilakukan oleh seorang petani pastinya akan memperoleh hasil. Apa hasil dari eksperimen tersebut? a. tanaman yang tidak terkena sinar matahari secara langsung perkembangbiakannya akan tumbuh sehat. b. tanaman yang terkena sinar matahari secara langsung perkembangbiakannya akan lambat dan lama kelamaan akan mati, sedangkan tanaman yang tidak terkena sinar matahari secara langsung akan tumbuh sehat c. tanaman yang terkena sinar matahari secara langsung perkembangbiakannya akan lambat dan lama kelamaan akan mati d. tanaman yang terkena sinar matahari secara langsung akan tumbuh sehat dan berkembangbiak, sedangkan tanaman yang tidak terkena sinar matahari secara langsung maka perkembangbiakannya akan lambat dan lama kelamaan akan mati. (KPS: Mengelompokkan/klasifikasi) Alasan memilih jawaban di atas: Bacaan 5 Ketika kalian baru saja selesai bermain badminton. Sesampainya di rumah, kalian membuka almari es dan melihat satu botol jus jeruk. Botol itu, terasa dingin pada saat kalian memegangnya. Kemudian kalian meminum jus jeruk itu, membau jus jeruk itu, dan menikmati rasanya di dalam mulut kalian. Pada saat kalian membayangkan diri kalian sendiri di dalam cerita itu, kalian menggunakan indera-indera kalian untuk membuat pengamatan. 25. Indera apa saja yang kalian gunakan untuk mengamati satu botol jus jeruk yang ada di dalam almari es, pada bacaan di atas? a. indera penglihatan dan indera peraba b. indera pembau dan pengecap c. indera pendengaran d. semua jawaban benar (KPS: Mengamati) Alasan memilih jawaban di atas: 26. Ketika kalian mengamati (melihat) satu botol jus jeruk yang ada di dalam almari es, kalian mengunakan indera penglihatan. Apa fungsi dari indera 80 penglihatan pada bacaan di atas tersebut? a. untuk menemukan satu botol jus jeruk yang ada di dalam almari es b. untuk merasakan dinginnya jus jeruk c. untuk menikmati aroma dan rasa jus jeruk d. untuk mendengarkan jus jeruk itu mengisi gelas.

95 80 80 (KPS: Mengamati) Alasan memilih jawaban di atas: 27. Pada saat kalian meminum jus jeruk tersebut, kalian pasti akan meraskan kesegaran dan aromanya yang khas pada jus jeruk tersebut. Dengan demikian kalian menggunakan indera.... a. Penglihatan c. peraba b. pembau dan pengecap d. pendengaran (KPS: Mengamati) Alasan memilih jawaban di atas: 28. Hasil suatu pengamatan di dapatkan hasil sebagai berikut: Tabel Hasil Pengamatan Jenis Air Pertumbuhan Tanaman dalam Cm Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Air Aqua 1 Cm 1 Cm 2 Cm 2,5 Cm Air Kran 0,5 Cm 2 Cm 2 Cm 3 Cm Dari hasil pengamatan di atas, dapat dianalisis dengan memeriksa kesamaan dan perbedaan antara dua tanaman yang disiram dengan menggunakan dua jenis air yang berbeda. Dari data hasil pengamatan, adakah persamaan pada pertumbuhan tanaman tersebut? a. pertumbuhan kedua tanaman pada minggu ke-2 sama yaitu 1 Cm b. pertumbuhan tanaman yang disiram menggunakan air aqua pada minggu ke-1 yaitu 0,5 Cm, sedangkan pertumbuhan tanaman yang disiram menggunakan air kran yaitu 1 Cm c. Pertumbuhan kedua tanaman pada minggu ke-3 sama yaitu 2 Cm baik disiram menggunakan air aqua ataupun air kran. d. pertumbuhan kedua tanaman pada minggu ke-4 adalah sama yaitu 2,5 Cm. (KPS: Mengelompokan/klasifikasi) Alasan memilih jawaban di atas: Bacaan 6 Seorang siswa melakukan percobaan tentang besar energi potensial gravitasi suatu benda. Terdapat kelereng besar dan kelereng kecil, masing-masing berjumlah 1 buah. Masing-masing kelereng tersebut dijatuhkan di atas plastisin dengan ketinggian yang sama yaitu 0,5 M. Tidak lama kemudian siswa tersebut mengamati kedua bekas/jejak kelereng tersebut. Hasilnya adalah bekas/jejak kelereng besar lebih dalam dari pada bekas/jejak kelereng kecil.

96 Bagaimanakah simpulan yang dapat kalian buat dari percobaan di atas... a. jika massa benda semakin besar, maka energi potensial semakin besar pula b. jika massa benda semakin kecil, maka energi potensial semakin besar c. jika massa benda semakin besar, maka energi potensial sama dengan nol (0) d. jika massa benda semakin kecil, maka energi potensial tetap. (KPS: Menafsirkan/interpretasi) Alasan memilih jawaban di atas: 30. Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari satu bentuk energi menjadi bentuk energi lain. Pernyataan tersebut dikenal dengan hukum. a. II Newton b. I Newton c. III Newton d. Kekekalan Energi (KPS: Mengajukan pertanyaan) Alasan memilih jawaban di atas: 31. Apa yang dapat kalian sarankan pada seseorang yang ingin berolahraga, sedangkan orang tersebut belum makan dan minum walaupun cuma sedikit? a. sebaiknya seseorang yang ingin berolahraga itu tidak harus makan dan minum b. seharusnya seseorang yang ingin berolahraga itu harus dalam keadaan kenyang c. sebaiknya seseorang yang ingin berolahraga itu harus makan dan minum walaupun sedikit, karena orang yang berolahraga itu memerlukan energi dengan energi d. seharusnya seseorang yang ingin berolahraga itu harus dalam keadaan sehat. (KPS: Menerapkan konsep) Alasan memilih jawaban di atas: 32. Pada saat petani menanam sebuah pohon jeruk dan petani itu ingin pohon jeruknya cepat tumbuh dan berkembang. Maka faktor apa yang dapat mempengaruhi kecepatan tumbuh dan berkembangnya pohon jeruk tersebut berdasarkan hipotesis kalian? a. pohon jeruk harus dijaga dan dipelihara dengan baik b. pohon jeruk harus diberi pupuk yang cukup dan disiram setiap harinya, supaya lebih cepat tumbuh dan berkembang c. memberikan pagar di sekeliling pohon jeruk d. menyiram pohon jeruk sehari 3 kali. (KPS: Berhipotesis)

97 82 82 Alasan memilih jawaban di atas: 33. Energi yang paling besar adalah energi matahari. Tuhan telah menciptakan matahari khusus untuk kesejahteraan umat manusia. Energi panas yang diterima manusia di bumi tidak membahayakan. Energi panas dari sinar matahari sangat bermanfaat bagi bumi dan dapat menghasilkan energi-energi yang lain di muka bumi ini. Bagaimana kalian memprediksi caranya. a. dengan mengubah energi matahari menjadi energi yang lain b. dengan mengganti energi matahari menjadi energi yang lain c. dengan menghilangkan energi matahari dan mengganti dengan energi yang lain d. dengan membuat energi matahari menjadi energi baru. (KPS: Memprediksi/meramalkan) Alasan memilih jawaban di atas: 34. Sebuah kelereng yang mempunyai energi kinetik 0,125 J dan mempunyai massa sebesar 10 g, berapa kecepatan yang bisa kalian perkirakan? a. 2 m/s b. 3 m/s c. 5 m/s d. 7 m/s (KPS: Memprediksi/meramalkan) Alasan memilih jawaban di atas: 35. Sebuah buku dengan massa 0,5 kg berada di atas rak almari pada ketinggian 2 m. jika percepatan gravitasi 10 m/s 2, berapakah energi potensial yang dimiliki buku pada ketinggian tersebut? a. 40 joule b. 30 joule c. 20 joule d. 10 joule (KPS: Mengajukan pertanyaan) Alasan memilih jawaban di atas:

98 83 Lampiran 6 KUNCI JAWABAN SOAL TES DIAGNOSTIK 1. A Alasan : 2. B Alasan : 3. C Alasan : 4. B Alasan : Karena energi sangat penting untuk seseorang dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Termasuk juga dengan seorang pembalap sepeda, dia harus memiliki energi yang besar untuk mencapai garis finish lebih dulu dari lawan-lawannya. Karena bacaan di atas membahas tentang pengamatan pada energi cahaya, yang tanpa adanya energi cahaya kita tidak dapat melihat sesuatu di tempat yang gelap. Karena pada bacaan diatas cahaya matahari itu sangat dibutuhkan tumbuhan untuk berfotosintesis dalam menghasilkan makanan, sedangkan cahaya lampu dibutuhkan seseorang ketika berada dalam ruangan yang gelap pada waktu malam hari. Karena pada saat buah kelapa masih pada posisinya buah kelapa mempunyai energi potensial dan ketika buah kelapa itu telah jatuh dari pohonnya, maka buah kelapa itu mempunyai energi kinetik. 5. D Alasan : Karena hanya pemikiran nomor 4 saja yang tidak benar. 6. C Alasan : Karena sumber energi air dan matahari yang merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbarui oleh manusia, karena kedua sumber energi itu merupakan ciptaan Allah SWT. 7. C

99 84 Alasan : 8. B Alasan : 9. A Alasan : 10. C Alasan : 11. D Alasan : Karena pada jawaban pilihan huruf C merupakan jawaban yang tepat, dan terdapat semua bahan-bahan yang dibuat untuk membuat layang-layangdengan baik, benar dan lengkap. Karena maksud seorang pelaut itu adalah menyimpan pesan dalam botol dan membiarkannya mengapung di atas air sampai ada orang yang menemukannya. Dan pernyataan itu ada pada pilihan jawaban huruf C. Karena terlihat jelas pada gambar bahwa seorang pelaut itu sedang membuat rakit untuk mencoba pergi dari pulau tersebut, bukannya dia membuat perahu, papan seluncur atau yang lainnya. Karena jawaban yang paling tepat dan benar untuk memprediksikan pernyataan di atas adalah pada saat buah mangga masih diatas pohonnya, maka buah mangga masih tetap pada posisinya (memiliki energi kinetik, dan setelah buah mangga jatuh ke tanah, maka buah mangga bergerak dan memiliki energi kinetik. Karena jawaban pilihan D yang paling lengkap dan sesuai dengan langkah-langkah kerja. 12. C Alasan : Karena rangkaian lampu itu akan bisa hidup/menyala dengan berbagai perubahan energi, dari energi kimia menjadi energi kalor, dari energi kalor menjadi energi listrik, dari energi listrik menjadi energi cahaya. 13. B Alasan : Karena akar pada tumbuhan tidak merupakan faktor yang mempengaruhi laju fotosintesis.

100 A Alasan : 15. D Alasan : 16. A Alasan : Karena jika bunga disiram 1 hari sekali pertumbuhan bunga itu akan lebih bagus dan berkembang baik dari pada yang disiram 2 hari sekali. Karena ciri-ciri diatas adalah ciri-ciri dari tumbuhan, tumbuhan merupakan tanaman yang berwarna indah, hidupnya di darat dengan menghasilkan makanannya sendiri melalui bantuan cahaya matahari. Karena pilihan jawaban yang tepat adalah A, kertas aluminum foil dan zat kapur tidak merupakan variabel pada peristiwa fotosintesis. 17. B Alasan : Karena air dalam proses fotosintesis itu sangat dibutuhkan, jika tidak ada air proses fotosintesis tidak akan berjalan dengan baik. 18. C Alasan : Karena jawaban yang paling tepat dan sesuai dengan reaksi kimia adalah C, dalam proses fotosintesis membutuhkan air dari dalam tanah dan karbon dioksida dari udara, dengan menggunakan energi dari cahaya matahari, melalui reaksi kimia tertentu, maka dihasilkan karbohidrat yang diperlukan oleh tumbuhan untuk makan dan melepaskan oksigen ke udara. 19. D Alasan : Karena pilihan jawaban huruf D yang paling tepat dan benar untuk simpulan pertanyaan diatas.

101 A Alasan : Karena kipas angin yang dinyalakan itu memiliki perubahan energi dari energi listrik menjadi energi kinetik. 21. C Alasan : Karena pilihan jawaban yang paling tepat dan lengkap adalah C. 22. B Alasan : Karena urutan langkah-langkah metode ilmiah yang paling benar adalah mulai dari merumuskan masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan data, membuat eksperimen, menguji eksperimen, dan menarik kesimpulan. 23. A Alasan : Karena sikap yang dimiliki oleh kelompok adalah merupakan sikap ilmiah yaitu jujur dan objektif dengan membuat laporan hasil percobaan kelompok dengan apa adanya tanpa memanipulasi hasil percobaan. 24. D Alasan : Karena sebagian tanaman yang terkena sinar matahari langsung akan tumbuh baik dan dapat berfotosintesis (menghasilkan makan sendiri) melalui bantuan sinar matahari, sedangkan sebagian tanaman yang tidak terkena sinar matahari secara langsung lama kelamaan tanaman itu akan mati yang mengakibatkan tanaman tidak dapat berfotosintesis dengan baik.

102 D Alasan : 26. A Alasan : - Indera penglihatan dan indera peraba; pada saat melihat satu botol jus jeruk, dan botol jus jeruk itu terasa dingin pada saat memegangnya, - indera pembau dan pengecap; pada waktu meminum jus jeruk itu, membau jus jeruk itu, dan menikmati rasanya di dalam mulut, - indera pendengaran; untuk mendengarkan jus jeruk itu mengisi gelas dan ketika jus jeruk itu melewati tenggorokan. Karena fungsi mata adalah untuk melihat keberadaan satu botol jus jeruk yang ada di dalam almari es. 27. B Alasan : Karena indra pembau adalah hidung, yang berfungsi untuk membau/mencium bau aroma khas pada jus jeruk, dan indra pengecap yaitu lidah, yang berfungsi untuk merasakan kesegaran jus jeruk. 28. C Alasan : Karena hanya di minggu ke-3 yang ada persamaan dari pertumbuhan tanaman yang disiram dengan menggunakan dua jenis air yang berbada. 29. A Alasan : Karena jawaban yang paling tepat adalah A, dapat disimpulkan bahwa jika massa suatu benda semakin besar, maka energi potensial benda tersebut akan semakin besar pula. 30. D Alasan : Karena pernyataan hokum di atas merupakan bunyi hukum kekekalan energi dan bukan merupakan hokum Newton.

103 C Alasan : Karena saran yang benar dan tepat ada pada pilihan jawaban C. 32. B Alasan : Karena dengan pohon jeruk di beri pupuk yang cukup dan disiram setiap harinya, maka pohon jeruk tersebut akan lebih cepat tumbuh dan berkembang. 33. A Alasan : Karena energi matahari itu dapat dirubah dengan cara mengubah energi matahari menjadi bentuk lain. Ex; energi matahari dapat dijadikan untuk mengeringkan pakaian dan lain sebagainya. 34. C Alasan : Karena rumus Ek = ½ mv 2, D1. Ek = 0,125 J m = 10 g (0,01 kg), D2. v? D3. Ek = ½ mv 2 0,125 J =½ x 0,01kg x v 2 v 2 = Ek/½m v 2 = 0,125 / ½.0,01 v 2 = x 2/0.01 v 2 = 0,25 / 0.01 = 25 v 2 = 25 = D Alasan : Karena rumus EP = m.g.h, jadi semua yang telah diketahui nilainya tinggal mengalikannya. D1. m = 0,5 kg, g = 10 m/s 2 h = 2 meter D2. EP? D3. EP = m.g.h = 0,5kg x 10m/s 2 x 2 m = 10 joule (J).

104 Lampiran 7 Uji Coba Terbatas 89

105 90

106 91

107 92

108 93

109 Lampiran 8 Uji Coba Luas 94

110 95

111 96

112 97

113 98

114 Lampiran 9 99

115 Lanjutan 100

116 Lampiran

117 Lanjutan 102

118 103 Lampiran 11 REKAPITULASI PENILAIAN VALIDATOR No Validator Jumlah Skor 1 Dr. Achmad Sopyan, M.Pd 66 2 Dr. Sudarmin, M.Si 60 Jumlah skor total 126 Rata-rata 63 Skor maksimal 76 Persentase 82,89% Kriteria Layak

119 Lampiran

120 Lanjutan 105

121 Lampiran

122 Lanjutan 107

123 108 Lampiran 14 REKAPITULASI HASIL TANGGAPAN GURU TERHADAP TES DIAGNOSTIK SKALA TEBATAS No Butir Guru Guru ni K Kriteria Penampilan Tes Diagnostik secara keseluruhan menarik % Sangat baik 2 Pedoman mengerjakan Tes Diagnostik tersampaikan dengan ,5% Sangat baik jelas. 3 Bahasa yang digunakan dalam Tes Diagnostik mudah dipahami ,5% Sangat baik 4 Penyajian Tes Diagnostik tersusun secara sistematis % Sangat baik 5 Materi dalam Tes Diagnostik sesuai dengan tujuan ,5% Sangat baik pembelajaran. 6 Penggunaan gambar dalam Tes Diagnostik mudah jelas % Sangat baik 7 Kegiatan praktikum merangsang kemampuan berpikir kritis % Sangat baik 8 Jenis kegiatan Tes Diagnostik bervariasi ,5% Sangat baik 9 Penggunaan simbol dalam Tes Diagnostik sesuai dengan aturan ,5% Sangat baik yang ada. 10 Tes Diagnostik membantu siswa memahami materi Energi % Sangat baik 11 Tes Diagnostik berpendekatan Keterampilan Proses Sains ,5% Sangat baik berbeda dari tes biasanya 12 Tes Diagnostik mempermudah guru mengetahui hasil belajar % Sangat baik siswa Rata-rata 3,6 3,5 7,25 89,6% Sangat baik

124 109 Lanjutan Perhitungan : K = 100% keterangan: K = Presentase skor yang diperoleh ni = jumlah skor yang diperoleh N = Jumlah skor maksimal Kriteria persentase skor penilaian Interval % skorkriteria 81,25% <skor 100% Sangat baik 62,50% <skor 81,25% Baik 43,75% <skor 62,50% Cukup Baik 25%<skor 43,75% Tidak baik

125 Lampiran 15 Uji Coba Skala Terbatas 110

126 Lanjutan 111

127 112 Lampiran 16 DAFTAR PERHITUNGAN HASIL TANGGAPAN SISWA (UJI COBA SKALA TERBATAS) No Butir ni K Kriteria 1 Ketertarikan untuk mengerjakan Tes Diagnostik 30 83% Sangat baik 2 Tes Diagnostik berbeda dari tes yang biasanya 32 89% Sangat baik 3 Bahasa yang digunakan dalam Tes Diagnostik mudah dipahami 28 78% Baik 4 Gambar didalam Tes Diagnostik memudahkan dalam memahamai 28 78% Baik materi yang diteskan 5 Kegiatan Tes Diagnostik menyenangkan 30 83% Sangat Baik 6 Mempermudah mengerjakan Tes Diagnostik secara mandiri tanpa 29 80,5% Baik bantuan guru. 7 Tes Diagnostik berpendekatan Keterampilan Proses Sains mempermudah saudara 27 75% Baik memahami materi Energi 8 Tes Diagnostik disajikan secara menarik 27 75% Baik 9 Penggunaan simbol dalam Tes Diagnostik sesuai dengan aturan 28 78% Baik yang ada. 10 Tes Diagnostik menambah rasa ingin tahu untuk mengerjakan tes yang sama dengan materi 29 80,5% Baik berbada/lebih lanjut Rata-rata 28,8 80% Baik

128 113 Lanjutan Perhitungan : K = 100% keterangan: K ni N = Presentase skor yang diperoleh = jumlah skor yang diperoleh = Jumlah skor maksimal Kriteria presentase skor penilaian Interval % Skor Kriteria 81,25% <skor 100% Sangat Baik 62,50% <skor 81,25% Baik 43,75% <skor 62,50% Cukup Baik 25%<skor 43,75% Tidak Baik

129 Lampiran 17 REKAPITULASI HASIL TANGGAPAN PESERTA DIDIK UJI COBA SKALA TERBATAS 114 Responden Aspek Tanggapan UL UL UL UL UL UL UL UL UL UL Jumlah Skor Jumlah skor maksimal Persentase (%) 83% 89% 78% 78% 83% 80,5% 75% 75 % 78% 80,5% Kriteria SB SB B B SB B B B B B Persentase rata-rata 80% B Kriteria persentase skor penilaian Interval % 81,25% <skor 100% 62,50% <skor 81,25% 43,75% <skor 62,50% 25%<skor 43,75% Kriteria Sangat baik Baik Cukup Baik Tidak baik

130 Lampiran

131 Lanjutan 116

132 117 Lampiran 19 Lanjutan

133 118

134 119 Lampiran 20 REKAPITULASI HASIL TANGGAPAN GURU TERHADAP TES DIAGNOSTIK SKALA LUAS No Butir Guru Guru ni K Kriteria Penampilan Tes Diagnostik secara keseluruhan menarik ,5% Sangat baik 2 Pedoman mengerjakan Tes Diagnostik tersampaikan dengan ,5% Sangat baik jelas. 3 Bahasa yang digunakan dalam Tes Diagnostik mudah dipahami ,5% Sangat baik 4 Penyajian Tes Diagnostik tersusun secara sistematis % Sangat baik 5 Materi dalam Tes Diagnostik sesuai dengan tujuan % Sangat baik pembelajaran. 6 Penggunaan gambar dalam Tes Diagnostik mudah jelas % Sangat baik 7 Kegiatan praktikum merangsang kemampuan berpikir kritis ,5% Sangat baik 8 Jenis kegiatan Tes Diagnostik bervariasi ,5% Sangat baik 9 Penggunaan simbol dalam Tes Diagnostik sesuai dengan aturan ,5% Sangat baik yang ada. 10 Tes Diagnostik membantu siswa memahami materi Energi % Sangat baik 11 Tes Diagnostik berpendekatan Keterampilan Proses Sains % Sangat baik berbeda dari tes biasanya 12 Tes Diagnostik mempermudah guru mengetahui hasil belajar % Sangat baik siswa Rata-rata 3,9 3,6 7,75 93,75% Sangat baik

135 120 Lanjutan Perhitungan : K = 100% Keterangan: K = Presentase skor yang diperoleh ni = jumlah skor yang diperoleh N = Jumlah skor maksimal Kriteria persentase skor penilaian Interval % Skor Kriteria 81,25% <skor 100% Sangat baik 62,50% <skor 81,25% Baik 43,75% <skor 62,50% Cukup Baik 25%<skor 43,75% Tidak baik

136 Lampiran 21 Uji Coba Skala Luas 121

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK UNTUK MENGIDENTIFIKASI KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN TEMA ENERGI PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK UNTUK MENGIDENTIFIKASI KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN TEMA ENERGI PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU USEJ 2 (2) (2013) PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK UNTUK MENGIDENTIFIKASI KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN TEMA ENERGI PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU Titik Hidayati, Sunyoto Eko Nugroho, Sudarmin Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keseluruhan dalam proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan

I. PENDAHULUAN. Keseluruhan dalam proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keseluruhan dalam proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (a) pandangan dari samping (wajah orang), (b) lukisan (gambar) orang dr

TINJAUAN PUSTAKA. (a) pandangan dari samping (wajah orang), (b) lukisan (gambar) orang dr 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Profil Keterampilan Proses Sains Profil dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki empat pengertian yaitu: (a) pandangan dari samping (wajah orang), (b) lukisan (gambar) orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang sistematis dan menyeluruh. Ilmu pengetahuan yang holistik, bukan merupakan ilmu yang parsial antara

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013)

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013) PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013) Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd Pendidikan IPA, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Makalah disampaikan dalam PPM Workshop Pengembangan

Lebih terperinci

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 02 No 01 Tahun 2013, 20-25

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 02 No 01 Tahun 2013, 20-25 Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 02 No 01 Tahun 2013, 20-25 ANALISIS PERBANDINGAN LEVEL KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM STANDAR ISI (SI), SOAL UJIAN NASIONAL (UN), SOAL (TRENDS IN INTERNATIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari gejala-gejala alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan berupa fakta, konsep,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) IPA MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP KELAS VII JURNAL

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) IPA MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP KELAS VII JURNAL PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) IPA MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP KELAS VII JURNAL Oleh : Dewi Astuti 10315244010 Pembimbing I Dr.Paidi, M.Si

Lebih terperinci

Standards for Science Teacher Preparation

Standards for Science Teacher Preparation Guru sains di SMP saat ini bukan output S1 Pendidikan IPA Standards for Science Teacher Preparation Memiliki kompetensi dalam biologi, kimia, fisika serta bumi dan antariksa. Guru-guru IPA harus memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad ke-21 Bangsa Indonesia menghadapi tantangan global yang sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan pikiran, komunikasi verbal dan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITF DAN RANAH AFEKTIF SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 KARANGANYAR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa untuk menemukan pengetahuan memerlukan suatu keterampilan. mengamati, melakukan eksperimen, menafsirkan data

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa untuk menemukan pengetahuan memerlukan suatu keterampilan. mengamati, melakukan eksperimen, menafsirkan data 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains (KPS) adalah pendekatan yang mengarahkan bahwa untuk menemukan pengetahuan memerlukan suatu keterampilan mengamati, melakukan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU Kristanti 1), Widha Sunarno 2), Cari 3) 1 tantiwidodo@gmail.com 2 widhasunarno@gmail.com 3 carinln@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. global dengan memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap yang terdidik yang

I. PENDAHULUAN. global dengan memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap yang terdidik yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia menginginkan kualitas lulusan pendidikannya dapat bersaing di pasar global dengan memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap yang terdidik yang dapat memajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Nurhada,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Nurhada,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan yang paling penting dan meresap di sekolah adalah mengajarkan siswa untuk berpikir. Semua pelajaran sekolah harus terbagi dalam mencapai tujuan ini

Lebih terperinci

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi kunci penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. Untuk itu, pendidikan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Kemampuan IPA peserta didik Indonesia dapat dilihat secara Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan seseorang. Melalui pendidikan seseorang akan memiliki pengetahuan yang lebih baik serta dapat bertingkah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan penting terutama dalam kehidupan manusia karena ilmu pengetahuan ini telah memberikan kontribusi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemampuan berpikir siswa pada usia SMP cenderung masih berada pada tahapan kongkrit. Hal ini diungkapkan berdasarkan hasil pengamatan dalam pembelajaran IPA yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan oleh Conant (Pusat Kurikulum, 2007: 8) sebagai serangkaian konsep yang saling berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL Oleh Etik Khoirun Nisa NIM 090210102023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang begitu cepat berimbas pada tuntutan perubahan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan memang selalu dikembangkan

Lebih terperinci

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 2, pp , May 2013

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 2, pp , May 2013 PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA IPA INTRA DISIPLINER KIMIA TIPE CONNECTED MATERI ZAT ADITIF UNTUK MELATIH BERPIKIR KRITIS THE DEVELOPMENT OF STUDENT WORKSHEET ON CHEMISTRY SCIENCE USING CONNECTED PATTERN

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING Yosi Ermalinda, Ratu Betta Rudibyani, Emmawaty Sofya, Ila Rosilawati. Pendidikan Kimia, Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam rangka menghadapi era kompetisi yang mengacu pada penguasaan

Lebih terperinci

Melihat Lebih Jauh Manfaat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Shared

Melihat Lebih Jauh Manfaat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Shared Melihat Lebih Jauh Manfaat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Shared Noeraida, S.Si., M.Pd., Widyaiswara PPPPTK IPA noeraida67@yahoo.co.id Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan tempat berlangsungnya proses pendidikan secara formal. Di sekolah anak-anak mendapatkan pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai bekal untuk masa depannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penguasaan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa yang akan datang. IPA berkaitan dengan cara

Lebih terperinci

ANALISIS PERANGKAT EVALUASI MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SEMESTER GENAP TAHUN 2016/2017 SEKOLAH DASAR NEGERI ADIREJAWETAN 01

ANALISIS PERANGKAT EVALUASI MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SEMESTER GENAP TAHUN 2016/2017 SEKOLAH DASAR NEGERI ADIREJAWETAN 01 ANALISIS PERANGKAT EVALUASI MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SEMESTER GENAP TAHUN 2016/2017 SEKOLAH DASAR NEGERI ADIREJAWETAN 01 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam dunia kehidupan manusia. Pendidikan adalah interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya sebagai kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERPENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA TEMA BUNYI DI SMP KELAS VIII

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERPENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA TEMA BUNYI DI SMP KELAS VIII PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERPENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA TEMA BUNYI DI SMP KELAS VIII skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Etty Twelve Tenth, 2013

BAB I PENDAHULUAN Etty Twelve Tenth, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembelajaran IPA hendaknya dilakukan sebagai produk dan proses sains. Hal ini sesuai dengan Permendiknas nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penilaian 2.1.1 Pengertian Penilaian Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu (Sudjana, 2006). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan nasional. Namun, banyak yang beranggapan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih sangat rendah.

Lebih terperinci

PENGARUH METODE INKUIRI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 NGADIROJO

PENGARUH METODE INKUIRI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 NGADIROJO PENGARUH METODE INKUIRI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 NGADIROJO Oleh: Fendy Ardianto NIM 11321450 Skripsi ini ditulis

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM KEGIATAN LABORATORIUM TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN KETERAMPILAN BERPIKIR PESERTA DIDIK SMP

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM KEGIATAN LABORATORIUM TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN KETERAMPILAN BERPIKIR PESERTA DIDIK SMP PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM KEGIATAN LABORATORIUM TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN KETERAMPILAN BERPIKIR PESERTA DIDIK SMP Oleh: RATNA WULANDARI NIM 10708259013 Tesis ditulis untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses perkembangan di semua aspek kehidupan bangsa. Salah satunya adalah aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dipahami bahwa rendahnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia saat ini adalah akibat rendahnya mutu pendidikan (Tjalla, 2007).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran Biologi untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dikemukakan oleh Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2006:443)

Lebih terperinci

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN 2442-9805 Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN 2086-4701 UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN PEMAHAMAN KONSEP BIOLOGI MELALUI PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagaimana mata dapat melihat? bagaimanakah dengan terjadinya siang

BAB I PENDAHULUAN. Bagaimana mata dapat melihat? bagaimanakah dengan terjadinya siang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagaimana mata dapat melihat? bagaimanakah dengan terjadinya siang dan malam? bagaimana matahari terbit dan tenggelam? bagaimana proses terbentuknya pelangi? Pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran IPA sebagai bagian dari mata pelajaran di SMP menurut kurikulum 2013, dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science atau IPA terpadu bukan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi aspek yang paling berpengaruh dalam upaya membentuk generasi bangsa yang siap menghadapi masalah-masalah di era globalisasi. Namun, kualitas

Lebih terperinci

Laela Ngasarotur Risfiqi Khotimah Partono Pendidikan Fisika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro

Laela Ngasarotur Risfiqi Khotimah Partono Pendidikan Fisika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 METRO SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Laela Ngasarotur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia yang bermutu merupakan faktor penting dalam pembangunan di era globalisasi saat ini. Pengalaman di banyak negara menunjukkan, sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Julia Artati, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Julia Artati, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era pesatnya arus informasi dewasa ini, pendidikan sains berpotensi besar dan berperan penting dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yang cakap

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI IPA MAN SUMENEP

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI IPA MAN SUMENEP IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI IPA MAN SUMENEP IMPLEMENTATION INQUIRY LEARNING MODEL TO TRAIN STUDENT PROCESS SKILLS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika adalah pondasi penting dalam pengembangan sains dan teknologi. Tanpa adanya pondasi fisika yang kuat, keruntuhan akan perkembangan sains dan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu SMP negeri di kabupaten garut tahun pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen penting dalam membentuk manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen penting dalam membentuk manusia yang memiliki A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan abad 21 saat ini ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan teknologi. Terutama pada pembangunan nasional yaitu bidang pendidikan. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendatangkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendatangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendatangkan perubahan global dalam berbagai aspek kehidupan. Kesejahteraan bangsa bukan lagi bersumber pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maju mundurnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh tingkat pendidikannya, sehingga bagi bangsa yang ingin maju, pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.41 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.41 Tahun 2007 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA SMP PADA TEMA ENERGI DALAM TUBUH MENGGUNAKAN METODE 4S TMD

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA SMP PADA TEMA ENERGI DALAM TUBUH MENGGUNAKAN METODE 4S TMD 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di dalam proses belajar mengajar terdapat tiga komponen utama yang terlibat di dalamnya, yaitu pengajar (guru), pembelajar (siswa), dan bahan ajar. Pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA PADA POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA. Skripsi Oleh : Siti Nurrohmah K

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA PADA POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA. Skripsi Oleh : Siti Nurrohmah K PENYUSUNAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA PADA POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA Skripsi Oleh : Siti Nurrohmah K2309072 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 i PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum yang berlaku di sekolah dasar saat ini adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), yang salah satu isi program pembelajarannya adalah Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Integrated Science Worksheet Pembelajaran IPA SMP Dalam Kurikulum 2013

Integrated Science Worksheet Pembelajaran IPA SMP Dalam Kurikulum 2013 Integrated Science Worksheet Pembelajaran IPA SMP Dalam Kurikulum 2013 Disusun Oleh: Susilowati, M.Pd. Pendidikan IPA, Universitas Negeri Yogyakarta Makalah disampaikan dalam PPM Diklat Pengembangan Student

Lebih terperinci

KAJIAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI KELAS XI IPS ANTARA SISWA YANG TINGGAL DI DALAM PONDOK PESANTREN DAN DI LUAR PONDOK PESANTREN DI MAN PURWOKERTO 1

KAJIAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI KELAS XI IPS ANTARA SISWA YANG TINGGAL DI DALAM PONDOK PESANTREN DAN DI LUAR PONDOK PESANTREN DI MAN PURWOKERTO 1 KAJIAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI KELAS XI IPS ANTARA SISWA YANG TINGGAL DI DALAM PONDOK PESANTREN DAN DI LUAR PONDOK PESANTREN DI MAN PURWOKERTO 1 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan standar kompetensi lulusan kelompok mata pelajaran sains, tujuan pendidikan pada satuan pendidikan SMA adalah untuk mengembangkan logika, kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan (Knowledge acquisition), mengembangkan kemampuan/ keterampilan (Skills development), sikap

Lebih terperinci

GALIH PRIAMBADA NIM K

GALIH PRIAMBADA NIM K PENGARUH PEMBELAJARAN VIDEO ANIMASI PANCA INDERA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS XII DI SLB C YPSLB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI Disusun oleh : GALIH PRIAMBADA

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. II. LANDASAN TEORI 1. Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan IPA di sekolah dirumuskan dalam bentuk pengembangan individu-individu yang literate terhadap sains.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN PHYSICS EDUCATION TECHNOLOGY SIMULATIONS

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN PHYSICS EDUCATION TECHNOLOGY SIMULATIONS PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN PHYSICS EDUCATION TECHNOLOGY SIMULATIONS POKOK BAHASAN FLUIDA DINAMIS UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MENINGKATKAN

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011): 106-110

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011): 106-110 ISSN: 1693-1246 Juli 2011 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011): 106-110 J P F I http://journal.unnes.ac.id PEMBELAJARAN SAINS DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prima Mutia Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prima Mutia Sari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sains atau ilmu pengetahuan alam pada hakikatnya merupakan suatu proses penemuan. Hal ini sesuai dengan latar belakang pentingnya IPA dalam Depdiknas (2006:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan melibatkan aktivitas fisik dan mental siswa. Keterlibatan

Lebih terperinci

SRI PUJI HIDAYATI NIM

SRI PUJI HIDAYATI NIM TESIS PENGARUH METODE KERJA LABORATORIUM DAN DEMONSTRASI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES DASAR IPA DAN SIKAP ILMIAH PESERTA DIDIK KELAS VII SMP DARUL HIKMAH KUTOARJO SRI PUJI HIDAYATI NIM 10708251023 Tesis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

2014 IDENTIFIKASI KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH YANG MUNCUL MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM PADA MATERI NUTRISI KELAS XI

2014 IDENTIFIKASI KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH YANG MUNCUL MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM PADA MATERI NUTRISI KELAS XI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (2006), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) termasuk biologi berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi tantangan-tantangan global. Keterampilan berpikir kritis

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi tantangan-tantangan global. Keterampilan berpikir kritis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan arus globalisasi yang semakin pesat menyebabkan terjadinya persaingan di berbagai bidang kehidupan salah satunya yaitu bidang pendidikan. Untuk

Lebih terperinci

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 2, pp , May 2014

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 2, pp , May 2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA SISWA KELAS XI SMA MAZRAATUL ULUM PACIRAN LAMONGAN IMPLEMENTATION OF INQUIRY LEARNING MODEL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 proses pembelajaran pada suatu pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting dalam kehidupan manusia karena ilmu pengetahuan ini telah memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, melalui pendekatan inkuiri pada subkonsep faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

Pembelajaran IPA Terintegrasi di SMP A. Pendahuluan

Pembelajaran IPA Terintegrasi di SMP A. Pendahuluan Pembelajaran IPA Terintegrasi di SMP A. Pendahuluan Ilmu Pengetahuan Alam dapat dilihat sebagai bangunan ilmu (body of knowledge),cara berpikir (way of thinking), cara penyelidikan (way of investigation).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan sebuah kampanye global bertajuk "Education for All" atau "Pendidikan untuk Semua". Kampanye "Education

Lebih terperinci

XI MIA 2 SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

XI MIA 2 SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) DENGAN METODE PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA SISWA PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN IPA SMP MENURUT KURIKULUM 2013

PEMBELAJARAN IPA SMP MENURUT KURIKULUM 2013 MAKALAH PPM PEMBELAJARAN IPA SMP MENURUT KURIKULUM 2013 Oleh : Rita Prasetyowati, M.Si NIP. 19800728 200604 2 001 JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuka batas antar negara. Persaingan hidup pun semakin ketat. Hanya

Lebih terperinci

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA MATERI SIFAT MEKANIK ZAT MELALUI MEDIA EDMODO PADA SISWA KELAS X TKJ B SMK NEGERI 2 SURAKARTA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2013/2014 TESIS Disusun untuk

Lebih terperinci