BAB II: TINJAUAN UMUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II: TINJAUAN UMUM"

Transkripsi

1 BAB II: TINJAUAN UMUM 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Berdasarkan KAK (Kerangka Acuan Kerja) yang telah diberikan sebagai pedoman awal perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Pendidikan milik Swasta dengan klasifikasi kelas satelit. Secara spesifik lokasi pembangunan berada di Rumah Sakit Jatisampurna Kota Bekasi dan di dalam tapak eksisting terdapat Rumah Sakit Jatisampurna, pemukiman penduduk sekitar dan yang dihancurkan sehingga dapat dialih fungsikan. Adapun luas luas lahan yang dapat di desain adalah 2,2 Ha. Bangunan rumah sakit ini harus memenuhi konsep bangunan gedung hijau atau green building sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 02 Tahun 2015 tentang Bangunan Gedung Hijau serta penilaian dari GBCI (Green Building Council Indonesia) dengan peringkat minimum Gold. Bangunan yang akan dirancang harus mempertimbangkan aspek iklim tropis serta mendukung upaya penggunaan energi yang efisien dan pemanfaatan maksimal potensi tata cahaya dan udara secara cerdas, serta mengadopsi prinsip-prinsip arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture). Bangunan ini juga harus tahan terhadap gempa, memiliki akses damkar, helipad dan emergency exit. Bagaimana cara yang efisien menjangkau setiap lantai terutama pada kasus Gawat Darurat, menemukan jenis selubung bangunan yang tepat untuk mereduksi panas dan silau matahari, mencari solusi untuk penghawaan dan pencahayaan alami, serta lokasi tapak yang berada pada daerah bising menjadi tugas arsitek untuk bisa menemukan desain tata ruang yang bisa meredam kebisingan. 2.2 Tinjauan Teoritis Rumah Sakit Pendidikan Pengertian Rumah Sakit Pendidikan Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 93 Tahun 2015 Tentang Rumah Sakit Pendidikan Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan secara terpadu Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 6

2 dalam bidang pendidikan kedokteran dan/atau kedokteran gigi, pendidikan berkelanjutan, dan pendidikan kesehatan lainnya secara multiprofesi. Rumah Sakit Pendidikan adalah digunakan Indeks Prestasi Komulatif dan berfungsi sebagai wahana pembelajaran klinik peserta didik untuk memenuhi seluruh atau sebagian besar modul/kurikulum pendidikan klinik dalam rangka mencapai kompetensi berdasarkan Standard Pendidikan Profesi Kedokteran dan/atau Standard Profesi Kesehatan lainnya (Saltman RB, 2011) Fungsi dan Tugas Rumah Sakit Pendidikan(Teaching Hospital) Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 93 tahun 2015 tentang rumah sakit pendidikan fungsi dan tugas rumah sakit pendidikan, yaitu : 1. Rumah Sakit Pendidikan memiliki fungsi pelayanan, pendidikan, dan penelitian bidang kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lain: a. Dalam menjalankan fungsi pelayanan bidang kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Rumah Sakit Pendidikan bertugas menyelenggarakan pelayanan kesehatan terintegrasi dengan mengutamakan tata kelola klinis yang baik, perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lain berbasis bukti dengan memperhatikan aspek etika profesi dan hukum kesehatan. b. Pelayanan bidang kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai kebutuhan medis pasien/klien, standar pelayanan, dan mengutamakan keselamatan pasien/klien. 2. Dalam menjalankan fungsi pendidikan bidang kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Rumah Sakit Pendidikan bertugas: a. menyediakan dosen yang melakukan bimbingan dan pengawasan terhadap Mahasiswa dalam memberikan pelayanan klinis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. berperan serta dalam menghasilkan dokter, dokter gigi, dokter layanan primer, dokter spesialis-subspesialis, dan/atau dokter gigi spesialis-subspesialis, dan tenaga kesehatan lain; Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 7

3 c. membina rumah sakit dan tempat pendidikan lain di dalam jejaring Rumah Sakit Pendidikan; dan d. menyediakan pasien/klien dengan variasi kasus dan jumlah yang sesuai dengan. 3. Tugas Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam rangka mencapai kompetensi tenaga kesehatan. 4. Dalam menjalankan fungsi penelitian bidang kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Rumah Sakit Pendidikan bertugas: a. melaksanakan penelitian translasional dan/atau penelitian di bidang ilmu dan teknologi kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lainnya; b. menilai, menapis, dan/atau mengadopsi teknologi kedokteran dan/atau kedokteran gigi, serta teknologi kesehatan lainnya; c. mengembangkan pusat unggulan bidang kedokteran spesialistik-subspesialistik dan/atau kedokteran gigi spesialistik-subspesialistik, serta spesialisasi bidang kesehatan lainnya; d. mengembangkan penelitian dengan tujuan untuk kemajuan pendidikan kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lainnya; dan e. mengembangkan kerjasama dengan pelaku industri bidang kesehatan dan pihak lain yang terkait. 5. Penelitian bidang kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh dosen, Mahasiswa, dan peneliti lain dengan memperhatikan etika 6. Hasil penelitian bidang kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disebarluaskan dengan cara diseminarkan dan/atau dipublikasikan dalam jurnal ilmiah nasional dan/atau international yang terakreditasi kecuali hasil penelitian yang bersifat rahasia, berpotensi mengganggu, dan/atau membahayakan kepentingan umum. Fungsi penelitian bidang kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 menjadi tanggung jawab bersama antara Menteri dan menteri yang bertanggung jawab di bidang riset, teknologi, dan pendidikan tinggi. Ketentuan lebih lanjut mengenai fungsi pelayanan, pendidikan, dan penelitian bidang kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6 diatur dengan Peraturan Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang bertanggung jawab di bidang riset, teknologi, dan pendidikan tinggi. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 8

4 Klasifikasi Rumah Sakit Pendidikan Rumah sakit pendidikan terdiri dari 3 jenis yaitu rumah sakit pendidikan umum, afiliasi dan satelit. 1. Rumah Sakit Pendidikan Utama adalah rumah sakit umum yang digunakan Fakultas Kedokteran dan/atau rumah sakit gigi mulut yang digunakan Fakultas Kedokteran Gigi untuk memenuhi seluruh atau sebagian besar Kurikulum dalam rangka mencapai kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi. 2. Rumah Sakit Pendidikan Afiliasi adalah rumah sakit khusus atau rumah sakit umum dengan unggulan pelayanan kedokteran tertentu yang digunakan Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi untuk memenuhi Kurikulum dalam rangka mencapai kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi. 3. Rumah Sakit Pendidikan Satelit adalah rumah sakit umum yang digunakan Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi untuk memenuhi Kurikulum dalam rangka mencapai kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi Fasilitas Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit Berdasarkan fasilitas baik sarana dan prasarana Rumah Sakit Pendidikan kelas Satelit setara dengan Rumah Sakit Umum Kelas B. Adapun Rumah Sakit Umum Kelas B mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya terdiri dari : 1. 4 Spesialis Dasar Pelayanan Medik Spesialis Dasar adalah pelayanan medik spesialis Penyakit Dalam, Obstetri dan ginekologi, Bedah dan Kesehatan Anak Spesialis Penunjang Medik Pelayanan Spesialis Penunjang adalah pelayanan medik Radiologi, Patologi Klinik, Patologi Anatomi, Anaestesi dan Reanimasi, Rehabilitasi Medik Spesialis Lainnya Pelayanan Medik Spesialis lain adalah pelayanan medik spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan, Mata, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Syaraf, Gigi dan Mulut, Jantung, Paru, Bedah Syaraf, Ortopedi Subspesialis Dasar Pelayanan Medik Sub Spesialis adalah satu atau lebih pelayanan yang berkembang dari setiap cabang medik spesialis. Pelayanan Medik Sub Spesialis dasar adalah pelayanan subspesialis yang berkembang dari setiap cabang medik spesialis 4 Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 9

5 dasar. Dan Pelayanan Medik Sub Spesialis lain adalah pelayanan subspesialis yang berkembang dari setiap cabang medik spesialis lainnya. Berikut adalah pengelompokan area fasilitas berdasarkan jenisnya ; Gambar 2. Pengelompokan Area Fasilitas Rumah Sakit Kelas B (Sumber : Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B, 2012) Kriteria, fasilitas dan kemampuan RSU Kelas B meliputi : 1. Pelayanan Medik Umum Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana. Adapun fasilitas yang tersedia pada pelayanan medik umum terdiri dari : a. Ruang Rawat Jalan Fungsi Ruang Rawat Jalan adalah sebagai tempat konsultasi, penyelidikan, pemeriksaan dan pengobatan pasien oleh dokter ahli di bidang masing-masing yang disediakan untuk pasien yang membutuhkan waktu singkat untuk penyembuhannya Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 10

6 atau tidak memerlukan pelayanan perawatan. Poliklinik juga berfungsi sebagai tempat untuk penemuan diagnosa dini, yaitu tempat pemeriksaan pasien pertama dalam rangka pemeriksaan lebih lanjut di dalam tahap pengobatan penyakit. Konsep dasar poliklinik pada prinsipnya ditetapkan sebagai berikut: 1. Letak Poliklinik berdekatan dengan jalan utama, mudah dicapai dari bagian administrasi, terutama oleh bagian rekam medis, berhubungan dekat dengan apotek, bagian radiologi dan laboratorium. 2. Ruang tunggu di poliklinik, harus cukup luas. Ada pemisahan ruang tunggu pasien untuk penyakit infeksi dan non infeksi. 3. Sistem sirkulasi pasien dilakukan dengan satu pintu (sirkulasi masuk dan keluar pasien pada pintu yang sama). 4. Klinik-klinik yang ramai sebaiknya tidak saling berdekatan. 5. Klinik anak tidak diletakkan berdekatan dengan Klinik Paru, sebaiknya Klinik Anak dekat dengan Kllinik Kebidanan. 6. Sirkulasi petugas dan sirkulasi pasien dipisahkan. 7. Pada tiap ruangan harus ada wastafel (air mengalir). 8. Letak klinik jauh dari ruang incenerator, IPAL dan bengkel ME. 9. Memperhatikan aspek gender dalam persyaratan fasilitas IRJ. b. Ruang Gawat Darurat Pelayanan gawat darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 jam dan 7 hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar. Setiap Rumah Sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang memiliki kemampuan : Melakukan pemeriksaan awal kasus kasus gawat darurat 2. Melakukan resusitasi dan stabilisasi 3. Pelayanan di Ruang Gawat Darurat rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan 24 jam secara terus menerus 7 hari dalam seminggu. Persyaratan khusus: 1. Area IGD harus terletak pada area depan atau muka dari tapak RS. 2. Area IGD harus mudah dilihat serta mudah dicapai dari luar tapak rumah sakit (jalan raya) dengan tanda-tanda yang sangat jelas dan mudah dimengerti masyarakat umum. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 11

7 3. Area IGD harus memiliki pintu masuk kendaraan yang berbeda dengan pintu masuk kendaraan ke area Instalasi Rawat Jalan atau Poliklinik, Instalasi rawat Inap serta Area Zona Servis dari rumah sakit. 4. Untuk tapak RS yang berbentuk memanjang mengikuti panjang jalan raya maka pintu masuk kearea IGD harus terletak pada pintu masuk yang pertama kali ditemui oleh pengguna kendaraan untuk masuk ke area RS. 5. Untuk bangunan RS yang berbentuk bangunan bertingkat banyak (Super Block Multi Storey Hospital Building) yang memiliki ataupun tidak memiliki lantai bawah tanah (Basement Floor) maka perletakan IGD harus berada pada lantai dasar (Ground Floor) atau area yang memiliki akses langsung. 6. IGD disarankan untuk memiliki Area yang dapat digunakan untuk penanganan korban bencana massal (Mass Disaster Cassualities Preparedness Area). 7. Disarankan pada area untuk menurunkan atau menaikan pasien (Ambulance Drop- In Area) memiliki sistem sirkulasi yang memungkinkan ambulan bergerak satu arah (One Way Drive or Pass Thru Patient System). 8. Letak bangunan IGD disarankan berdekatan dengan Inst. Bedah Sentral. 9. Letak bangunan IGD disarankan berdekatan dengan Unit Rawat Inap Intensif (ICU (Intensive Care Unit)/ ICCU (Intensive Cardiac Care Unit) atau HCU (High Care Unit)). 10. Letak bangunan IGD disarankan berdekatan dengan Unit Kebidanan. 11. Letak bangunan IGD disarankan berdekatan dengan Inst. Laboratorium. 12. Letak bangunan IGD disarankan berdekatan dengan Instalasi Radiologi. 13. Letak bangunan IGD disarankan berdekatan dengan BDRS (Bank Darah Rumah Sakit) atau UTDRS (Unit Transfusi Darah Rumah Sakit) 24 jam. Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Kelas B setara dengan unit pelayanan gawat darurat Bintang III. Yaitu memiliki dokter spesialis empat besar (dokter spesialis bedah, dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis anak, dokter spesialis kebidanan) yang siaga di tempat (on-site) dalam 24 jam, dokter umum siaga ditempat (on-site) 24 jam yang memiliki kualifikasi medik untuk pelayanan GELS (General Emergency Life Support) dan atau ATLS + ACLS dan mampu memberikan resusitasi dan stabilisasi Kasus dengan masalah ABC (Airway, Breathing, Circulation) untuk terapi definitif serta memiliki alat transportasi untuk rujukan dan komunikasi yang siaga 24 jam. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 12

8 c. Ruang Rawat Inap Lingkup kegiatan di Ruang Rawat Inap rumah sakit meliputi kegiatan asuhan dan pelayanan keperawatan, pelayanan medis, gizi, administrasi pasien, rekam medis, pelayanan kebutuhan keluarga pasien (berdoa, menunggu pasien, mandi, dapur kecil/pantry, konsultasi medis).pelayanan kesehatan di Instalasi Rawat Inap mencakup antara lain : 1. Pelayanan keperawatan 2. Pelayanan medik (Pra dan Pasca Tindakan Medik) 3. Pelayanan penunjang medik :Konsultasi Radiologi, Pengambilan Sample Laboratorium, Konsultasi Anestesi, Gizi (Diet dan Konsultasi), Farmasi (Depo dan Klinik), Rehab Medik (Pelayanan Fisioterapi dan Konsultasi). Persyaratan khusus: 1. Perletakan ruangannya secara keseluruhan perlu adanya hubungan antar ruang dengan skala prioritas yang diharuskan dekat dan sangat berhubungan atau membutuhkan. 2. Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan perancangan, sehingga blok unit sebaiknya sirkulasinya dibuat secara linier atau lurus (memanjang). 3. Konsep Rawat Inap yang disarankan Rawat Inap Terpadu (Integrated Care) untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan ruang. 4. Apabila Ruang Rawat Inap tidak berada pada lantai dasar, maka harus ada tangga landai (Ramp) atau Lift Khusus untuk mencapai ruangan tersebut. 5. Bangunan Ruang Rawat Inap harus terletak pada tempat yang tenang (tidak bising), aman dan nyaman tetapi tetap memiliki kemudahan aksesibilitas dari sarana penunjang rawat inap. 6. Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ruangan. 7. Alur petugas dan pengunjung dipisah. 8. Masing-masing ruang Rawat Inap empat spesialis dasar mempunyai ruang isolasi. 9. Ruang Rawat Inap anak disiapkan satu ruangan neonatus. 10. Lantai harus kuat dan rata tidak berongga, bahan penutup lantai, mudah dibersihkan, bahan tidak mudah terbakar. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 13

9 11. Pertemuan dinding dengan lantai disarankan berbentuk lengkung agar memudahkan pembersihan dan tidak menjadi tempat sarang debu atau kotoran. 12. Plafon harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak menghasilkan debu atau kotoran lain. 13. Tipe R. Rawat Inap adalah Super VIP, VIP, Kelas I, Kelas II dan Kelas III. 14. Khusus untuk pasien-pasien tertentu harus dipisahkan seperti: Pasien yang menderita penyakit menular. Pasien dengan pengobatan yang menimbulkan bau (seperti penyakit tumor, ganggrein, diabetes, dan sebagainya). Pasien yang gaduh gelisah (mengeluarkan suara dalam ruangan). 15. Stasi perawat harus terletak di pusat blok yang dilayani agar perawat dapat mengawasi pesiennya secara efektif, maksimum melayani 25 tempat tidur. d. Ruang Perawatan Intensif Merupakan ruang untuk perawatan pasien yang dalam keadaan belum stabil sehingga memerlukan pemantauan ketat secara intensif dan tindakan segera. Ruang perawatan intensif merupakan unit pelayanan khusus di rumah sakit yang menyediakan pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan selama 24 jam. Persyaratan khusus: 1. Letak bangunan instalasi ICU harus berdekatan dengan instalasi bedah sentral, instalasi gawat darurat, laboratorium dan instalasi radiologi. 2. Harus bebas dari gelombang elektromagnetik dan tahan terhadap getaran. 3. Gedung harus terletak pada daerah yang tenang. 4. Temperatur ruangan harus terjaga tetap dingin. 5. Aliran listrik tidak boleh terputus. 6. Harus tersedia pengatur kelembaban udara. 7. Sirkulasi udara yang dikondisikan seluruhnya udara segar (fresh air). 8. Ruang pos perawat (Nurse station) disarankan menggunakan pembatas fisik transparan atau tembus pandang (antara lain kaca tahan pecah, flexi glass) untuk mengurangi kontaminasi terhadap perawat. 9. Perlu disiapkan titik grounding untuk peralatan elektrostatik. 10. Tersedia aliran Gas Medis (O2, udara bertekanan dan suction). Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 14

10 11. Pintu kedap asap dan tidak mudah terbakar, terdapat penyedot asap bila terjadi kebakaran. 12. Terdapat pintu evakuasi yang luas dengan fasilitas ramp apabila letak instalasi ICU tidak pada lantai dasar. 13. Ruang ICU atau ICCU sebaiknya kedap api (tidak mudah terbakar baik dari dalam atau dari luar). 14. Pertemuan dinding dengan lantai dan pertemuan dinding dengan dinding tidak boleh berbentuk sudut atau harus melengkung agar memudahkan pembersihan dan tidak menjadi tempat sarang debu dan kotoran. e. Ruang Operasi (COT/Central Operation Theatre) Ruang operasi adalah suatu unit di rumah sakit yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya. Luas ruangan harus cukup untuk memungkinkan petugas bergerak sekeliling peralatan bedah. Ruang operasi harus dirancang dengan faktor keselamatan yang tinggi.pelayanan pembedahan pada rumah sakit kelas B meliputi : 1. Bedah minor (antara lain : bedah insisi abses, ekstirpasi, tumor kecil jinak pada kulit, ekstraksi kuku / benda asing, sirkumsisi). 2. Bedah umum/ mayor dan bedah digestif. 3. Bedah spesialistik (antara lain: kebidanan, onkologi/tumor, urologi, orthopedik, bedah plastik dan reanimasi, bedah anak, kardiotorasik dan vaskuler). 4. Bedah sub spesialistik (antara lain: transplantasi ginjal, mata, sumsum tulang belakang; kateterisasi Jantung (;Cathlab); dll) Persyaratan khusus: 1. Jalan masuk barang-barang steril harus terpisah dari jalan keluar barang-barang dan pakaian kotor. 2. Koridor steril (steril corridor) dipisahkan atau tidak boleh bersilangan alurnya dengan koridor kotor (dirty corridor). 3. Pembagian daerah sekitar kamar bedah: Zona 1, Tingkat Resiko Rendah (Normal). Zona 2, Tingkat Resiko Sedang (Normal dengan Pre Filter). Zona 3, Tingkat Resiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter). Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 15

11 Zona 4, Tingkat Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan Pre Filter, Medium Filter, Hepa Filter). Area Nuklei Steril. 4. Setiap dua kamar operasi harus dilayani oleh setidaknya satu ruang scrub station. 5. Harus disediakan pintu ke luar tersendiri untuk jenazah dan bahan kotor yang tidak terlihat oleh pasien dan pengunjung. 6. Persyaratan ruang operasi: Pintu kamar operasi yang ideal harus selalu tertutup selama operasi. Pergantian udara yang dianjurkan sekitar kali/jam. Tekanan udara yang positif di dalam kamar pembedahan, dengan demikian akan mencegah terjadinya infeksi airborne. Sistem AC Sentral, suhu kamar operasi yang ideal C yang harus terjaga kestabilannya dan harus menggunakan filter absolut untuk menjaring mikroorganisme. Kelembaban ruang yang dianjurkan 70% (jika menggunakan bahan anaestesi yang mudah terbakar, maka kelembaban maksimum 50%). Penerangan alam menggunakan jendela mati, yang diletakkan dengan ketinggian diatas 2 m. Lantai harus kuat dan rata atau ditutup dengan vinyl yang rata atau teras sehingga debu dari kotoran-kotoran tidak tertumpuk, mudah dibersihkan, bahan tidak mudah terbakar. Pertemuan dinding dengan lantai dan dinding dengan dinding harus melengkung agar mudah dibersihkan dan tidak menjadi tempat sarang abu dan kotoran. Plafon harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak menghasilkan debu atau kotoran lain. Pintu harus yang mudah dibuka dengan sikut, untuk mencegah terjadinya nosokomial, disarankan menggunakan pintu geser dengan system membuka dan menutup otomatis. Harus ada kaca tembus pandang di dinding ruang operasi yang menghadap pada sisi dinding tempat ahli bedah mencuci tangan. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 16

12 Gambar 3. Pembagian Zona pada Ruang Operasi Sumber: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi, 2012 Gambar 4. Kompleks Ruang Operasi Sumber: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi, 2012 Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 17

13 Ruang operasi untuk bedah minor atau tindakan endoskopi dengan pembiusan lokal, regional atau total dilakukan pada ruangan steril. Ruang Induksi dan ruang penyiapan alat untuk bedah minor dapat dilakukan di ruang operasi dan bak cuci tangan (scrub-up) ditempatkan berdekatan dengan bagian luar ruangan ruang operasi ini. Area yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pembedahan minor ± 36 m2, dengan ukuran ruangan panjang x lebar x tinggi adalah 6m x 6m x 3 m. Gambar 5. Contoh Denah Ruang Operasi Minor Sumber: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi, 2012 Gambar 6. Contoh Suasana Ruang Operasi Minor Sumber: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi, 2012 Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 18

14 Kamar operasi umum menyediakan lingkungan yang sterile untuk melakukan tindakan bedah dengan pembiusan lokal, regional atau total. Kamar operasi umum dapat dipakai untuk pembedahan umum dan spesialistik termasuk untuk ENT, Urology, Ginekolog, Opthtamologi, bedah plastik dan setiap tindakan yang tidak membutuhkan peralatan yang mengambil tempat banyak. Area yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pembedahan umum minimal 42 m2, dengan ukuran panjang x lebar x tinggi adalah 7m x 6m x 3m. Gambar 7. Contoh Ruang Operasi Umum Sumber: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi, 2012 Gambar 8. Contoh Suasana Ruang Operasi Umum Sumber: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi, 2012 Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 19

15 Kamar Besar menyediakan lingkungan yang steril untuk melakukan tindakan bedah dengan pembiusan lokal, regional atau total. Ruang operasi besar dapat digunakan untuk tindakan pembedahan yang membutuhkan peralatan besar dan memerlukan tempat banyak, termasuk diantaranya untuk bedah Neuro, bedah orthopedi dan bedah jantung. Kebutuhan area ruang operasi besar minimal 50 m2, dengan ukuran panjang x lebar x tinggi adalah 7.2m x 7m x 3m. Gambar 9. Contoh Ruang Operasi Besar Sumber: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi, 2012 Gambar 10. Contoh Suasana Ruang Operasi Besar Sumber: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi, 2012 Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 20

16 Ruang induksi atau sering juga disebut sebagai ruang anastesi ditunjukkan pada gambar berikut ini. Pasien bedah menunggu di ruangan ini, apabila belum siap. Pembiusan lokal, regional dan total dapat dilakukan diruangan ini. Ruangan harus tenang, dan ruangan ini terbebas dari bahaya listrik. Area ruang induksi (preoperatif) yang dibutuhkan sekurangkurangnya 15 m2. Gambar 11. Contoh Denah Ruang Induksi atau Persiapan Sumber: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi, 2012 Gambar 12. Contoh Denah Ruang Untuk Peralatan Bedah Sumber: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi, 2012 Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 21

17 f. Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan (Obstetri dan Ginekologi) Pelayanan di Fasilitas Kebidanan Rumah Sakit Kelas B meliputi: 1. Pelayanan persalinan Pelayanan persalinan meliputi: pemeriksaan pasien baru, asuhan persalinan kala I, asuhan persalinan kala II (pertolongan persalinan), dan asuhan bayi baru lahir. 2. Pelayanan nifas Pelayanan nifas meliputi: pelayanan nifas normal dan pelayanan nifas bermasalah (post sectio caesaria, infeksi, pre eklampsi atau eklampsi). 3. Pelayanan KB (Keluarga Berencana) Pelayanan gangguan kesehatan reproduksi atau penyakit kandungan, Fetomaternal, Onkologi Ginekologi, Imunoendokrinologi, Uroginekologi Rekonstruksi, Obgyn Sosial. 4. Pelayanan tindakan atau operasi kebidanan Pelayanan tindakan atau operasi kebidanan adalah untuk memberikan tindakan, misalnya ekserpasi polip vagina, operasi sectio caesaria, operasi myoma uteri, dan lan-lain. 5. Pelayanan sub spesilistik lainnya di bidang kebidanan dan penyakit kandungan. Persyaratan Khusus 1. Letak bangunan instalasi kebidanan dan penyakit kandungan harus mudah dicapai, disarankan berdekatan dengan instalasi gawat darurat, ICU dan Instalasi Bedah Sentral, apabila tidak memiliki ruang operasi atau ruang tindakan yang memadai. 2. Bangunan harus terletak pada daerah yang tenang atau tidak bising. 3. Ruang bayi dan ruang pemulihan ibu disarankan berdekatan untuk memudahkan ibu melihat bayinya, tapi sebaiknya dilakukan dengan sistem rawat gabung. 4. Memiliki sistem sirkulasi udara yang memadai dan tersedia pengatur kelembaban udara untuk kenyamanan termal. 5. Memiliki sistem proteksi dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran. 6. Terdapat pintu evakuasi yang luas dengan fasilitas ramp apabila letak instalasi kebidanan dan penyakit kandungan tidak pada lantai dasar. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 22

18 7. Harus disediakan pintu ke luar tersendiri untuk jenazah dan bahan kotor yang tidak terlihat oleh pasien dan pengunjung. 8. Limbah padat medis yang dihasilkan dari kegiatan kebidanan dan penyakit kandungan ditempatkan pada wadah khusus berwarna kuning bertuliskan limbah padat medis infeksius kemudian dimusnahkan di insenerator. g. Ruang Rehabilitasi Medik Pelayanan Rehabilitasi Medik bertujuan memberikan tingkat pengembalian fungsi tubuh semaksimal mungkin kepada penderita sesudah kehilangan/ berkurangnya fungsi dan kemampuan yang meliputi, upaya pencegahan/ penanggulangan, pengembalian fungsi dan mental pasien.lingkup pelayanan Instalasi Rehabilitasi Medik mencakup : 1) Fisioterapi 2) Terapi Okupasi (;OT-Occupation Therapy) 3) Terapi Wicara (TW) / Terapi Vokasional (;Speech Therapy) 4) Orthotik dan Prostetik/ OP 5) Pelayanan Sosio Medik/ Pekerja Sosial Masyarakat/PSM 6) Pelayanan Psikologi 7) Rehabilitasi Medik Spesialistik Terpadu, berada pada unit pelayanan terpadu rumah sakit (UPT-RS), meliputi : Muskuloskeletal, Neuromuskuler, Kardiovaskuler, Respirasi, Pediatri, Geriatri 8) Pelayanan cidera olahraga h. Ruang Hemodialisa Pelayanan bagi pasien yang membutuhkan fasilitas cuci darah akibat terjadinya gangguan pada ginjal. i. Ruang Radioterapi Pelayanan radioterapi meliputi : 1) Pelayanan radioterapi eksternal, yaitu pelayanan radioterapi dengan menggunakan sumber radiasi yang berada di luar tubuh atau ada jarak antara pasien dengan alat penyinaran. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 23

19 2) Pelayanan brakiterapi, yaitu pelayanan radioterapi dengan menggunakan sumber yang didekatkan pada tumor. 3) Pelayanan radioterapi interstisial adalah pelayanan radioterapi dengan menggunakan sumber yang dimasukkan dalam tumor. j. Ruang Kedokteran Nuklir Pelayanan Kedokteran Nuklir adalah pelayanan penunjang dan/atau terapi yang memanfaatkan sumber radiasi terbuka dari disinegrasi inti radionuklida yang meliputi pelayanan diagnostik in-vivo dan in-vitro melalui pemantauan proses fisiologi, metabolisme dan terapi radiasi internal. 2. Area Penunjang dan Operasional Fasilitas pada area penunjang dan operasional terdiri dari : a. Ruang Farmasi (Pharmacy) Ruang Farmasi direncanakan mampu untuk melakukan pelayanan : Melakukan perencanaan, pengadaan dan penyimpanan obat, alat kesehatan reagensia, radio farmasi, gas medik sesuai formularium RS. Melakukan kegiatan peracikan obat sesuai permintaan dokter baik untuk pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan Pendistribusian obat, alat kesehatan, regensia radio farmasi & gas medis. Memberikan pelayanan informasi obat dan melayani konsultasi obat. Mampu mendukung kegiatan pelayanan unit kesehatan lainnya selama 24 jam. b. Ruang Radiodiagnostik Radiologi adalah Ilmu kedokteran yang menggunakan teknologi pencitraan/ imejing (imaging technologies) untuk mendiagnosa dan pengobatan penyakit. Merupakan cabang ilmu kedokteran yang berkaitan dengan penggunaan sinar-x (X-Ray) yang dipancarkan oleh pesawat sinar-x atau peralatan-peralatan radiasi lainnya dalam rangka memperoleh informasi visual sebagai bagian dari pencitraan/imejing kedokteran (;medical imaging). Ruang Radiologi melakukan pelayanan sesuai kebutuhan dan permintaan dari unit-unit kesehatan lain di RSU tersebut. Unit Radiologi dapat pula melayani permintaan dari luar.pelayanan Radiodiagnostik pada Rumah Sakit Kelas B yaitu terdiri dari pemeriksaan general X-Ray, fluoroskopi, Tomografi, Angiografi, Ultrasonografi, CT-Scan, MRI. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 24

20 c. Ruang Laboratorium Laboratorium direncanakan mampu melayani tiga bidang keahlian yaitu patologi klinik, patologi anatomi dan forensik sampai batas tertentu dari pasien rawat inap, rawat jalan serta rujukan dari rumah sakit umum lain, Puskesmas atau Dokter Praktek Swasta.Pemeriksaan laboratorium pada Rumah Sakit Kelas B adalah : Patologi klinik dengan pemeriksaan :Hematologi sederhana, Hematologi lengkap, Hemostasis penyaring dan bank darah, Analisis urin dan tinja dan cairan tubuh lain, Serologi sederhana/ immunologi, Parasitologi dan mikologi, Mikrobiologi, Bakteriologis air, Kimia Klinik. Patologi Anatomi, Histopatologi lengkap, Sitologi lengkap, Histokimia, Imunopatologi, Patologi Molekuler Forensik, yaitu melakukan pelayanan kamar mayat dan bedah mayat forensik Otopsi forensik, Perawatan/pengawetan mayat, Visum et repertum mayat, Visum et repertum korban hidup, Medikolegal, Pemeriksaan histopatologi forensik, Pemertiksaan serologi forensik, Pemeriksaan forensik lain, Toksikologi forensik Pelayanan laboratorium tersebut dilengkapi pula oleh fasilitas berikut : Blood Sampling Administrasi penerimaan specimen Gudang regensia & bahan kimia Fasilitas pembuangan limbah Perpustakaan, atau setidaknya rak-rak buku d. Bank Darah / Unit Transfusi darah (BDRS / UTDRS) Unit Transfusi Darah Rumah Sakit (UTDRS) adalah unit yang berfungsi sebagai pengelola penyediaan darah transfusi yang aman, berkualitas dan efektif, mulai dari pengerahan pendonor sukarela resiko rendah sampai dengan ketersediaan darah aman serta pendistribusiannya kepada rumah sakit. Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) merupakan suatu unit pelayanan di rumah sakit yang bertanggung jawab atas tersedianya darah untuk transfusi yang aman, berkualitas dan dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan kesehatan di rumah sakit. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 25

21 e. Ruang Diagnostik Terpadu Ruang diagnostic terpadu memiliki peranan penting dalam mendukung pelayanan internalisasi diagnostik pencitraan di rumah sakit. Umumnya, ruang diagnostic terpadu merupakan unit unggulan dalam pelayanan di rumah sakit. Pelayanan dalam IDT disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan rumah sakit, jenis pemeriksaan dengan peralatan pencitraan diantaranya adalah : Pemeriksaan dengan Ultra Sono Grafi (USG), USG 3 Dimensi, USG 4 Dimensi Pemeriksaan dengan Elektro Kardiogram (EKG) Pemeriksaan dengan Endoscopy Pemeriksaan dengan Electro EEG Pemeriksaan dengan Echo jantung sonografi Treadmil, dll f. Ruangi Pemulasaraan Jenazah dan Forensik Fungsi Ruang Jenazah adalah : Tempat meletakkan/penyimpanan sementara jenazah sebelum diambil keluarganya Tempat memandikan/dekontaminasi jenazah Tempat mengeringkan jenazah setelah dimandikan Otopsi jenazah Ruang duka dan pemulasaraan Laboratorium patologi anatomi g. Ruang Sterilisasi Pusat (CSSD/Central Supply Sterilization Departement) Ruang Sterilisasi Pusat (CSSD) mempunyai fungsi menerima, memproses, memproduksi, mensterilkan menyimpan serta mendistribusikan instrumen medis yang telah disterilkan ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk kepentingan perawatan dan pengobatan pasien. Kegiatan utama dalam Ruang Sterilisasi Pusat (CSSD) adalah dekontaminasi instrumen dan linen baik yang bekas pakai maupun yang baru serta bahan perbekalan baru. Dekontaminasi merupakan proses mengurangi jumlah pencemar mikroorgsanisme atau substansi lain yang berbahaya baik secara fisik atau kimia sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut. Proses dekontaminasi meliputi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 26

22 proses perendaman, pencucian, pengeringan sampai dengan proses sterilisasi itu sendiri. Barang/ bahan yang didekontaminasi di CSSD seperti Instrumen kedokteran, sarung tangan, kasa/ pembalut, linen, kapas. Sistem ini merupakan salah satu upaya atau program pengendalian infeksi di rumah sakit, dimana merupakan suatu keharusan untuk melindungi pasien dari kejangkitan infeksi.kegiatan dalam instalasi CSSD adalah sebagai berikut: Menerima bahan, terdiri dari Barang/linen/bahan perbekalan baru dari instalasi farmasi yang perlu disterilisasi. Instrumen dan linen yang akan digunakan ulang (reuse). Mensortir, menghitung dan mencatat volume serta jenis bahan, barang dan instrumen yang diserahkan oleh ruang-ruang lain di RS. Melaksanakan proses Dekontaminasi meliputi : perendaman, pencucian dan pengeringan; Melaksanakan proses pengemasan; Melaksanakan proses sterilisasi; Distribusi; menyerahkan dan mencatat pengambilan barang steril oleh ruang/unit /Instalasi Rumah Sakit Umum yang membutuhkan. h. Ruang Dapur Utama Dan Gizi Klinik Sistem pelayanan dapur yang diterapkan di rumah sakit adalah sentralisasi kecuali untuk pengolahan formula bayi. Ruang Dapur Utama dan Gizi Klinik RS mempunyai fungsi untuk mengolah, mengatur makanan pasien setiap harinya, serta konsultasi gizi. i. Ruang Pencucian Linen/ Londri (Laundry) Londri RS adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan desinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja, dan mesin setrika. j. Ruang Sanitasi Kegiatan pada Ruang sanitasi meliputi : Pengolahan air limbah rumah sakit dan pemeriksaan kualitas air limbah yang dilakukan 3-4 kali dalam setahun. Pemeriksaan sanitasi di ruang instalasi dapur utama yang dilakukan 3-4 kali dalam setahun. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 27

23 Pemeriksaan kualitas air bersih yang dilakukan 2-3 kali dalam setahun. Pemeriksaan kualitas/ kondisi udara di ruang-ruang khusus yang dilakukan 2 kali dalam setahun. Pemeriksaan emisi incenerator dan generator set yang dilakukan 2 kali dalam setahun. Pembuatan dokumen Implementasi Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RKL/RPL) setiap 6 bulan sekali. Pemantauan, pengawasan dan pengelolaan limbah padat medis (Pewadahan, pengangkutan dan pembuangan/ pemusnahan limbah padat medis). k. Ruang Pemeliharaan Sarana (Bengkel Mekanikal & Elektrikal /Workshop) Tugas pokok dan fungsi yang harus dirangkum unit workshop adalah, sebagai berikut : Pemeliharaan dan perbaikan ringan pada : Peralatan medik (Optik, elektromedik, mekanis dll) Peralatan penunjang medik Peralatan rumah tangga dari metal/ logam (termasuk tempat tidur) Peralatan rumah tangga dari kayu Saluran dan perpipaan Listrik dan elektronik. Kegiatan perbaikan-perbaikan dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut : Laporan dari setiap unit yang mengalami kerusakan alat Peralatan diteliti tingkat kerusakannya untuk mengetahui tingkat perbaikan yang diperlukan kepraktisan teknis pelaksanaan perbaikannya (apakah cukup diperbaiki ditempatnya, atau harus dibawa ke ruang workshop) Analisa kerusakan Proses pengadaan komponen/suku cadang Pelaksanaan perbaikan/pemasangan komponen Perbaikan bangunan ringan Listrik/ Elektronik Telpon / Aiphone / Audio Visual. 3. Area Penunjang Umum dan Administrasi Suatu bagian dari rumah sakit tempat dilaksanakannya manajemen rumah sakit. Terdiri dari : Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 28

24 Unsur direksi/ pimpinan rumah sakit Unsur pelayanan medik Unsur pelayanan penunjang medik Pelayanan keperawatan Unsur pendidikan dan pelatihan Administrasi umum dan keuangan SDM Komite medik Komite etik dan hukum Persyaratan Umum Bangunan Rumah Sakit Massa Bangunan Intensitas antar Bangunan Gedung di RS harus memperhitungkan jarak antara massa bangunan dalam RS dengan mempertimbangkan hal-hal berikut ini : Keselamatan terhadap bahaya kebakaran; Kesehatan termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan; Kenyamanan; Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan; a. Perencanaan RS harus mengikuti Rencana Tata Bangunan & Lingkungan (RTBL), yaitu : Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Ketentuan besarnya KDB mengikuti peraturan daerah setempat. Misalkan Ketentuan KDB suatu daerah adalah maksimum 60% maka area yang dapat didirikan bangunan adalah 60% dari luas total area/ tanah. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Ketentuan besarnya KLB mengikuti peraturan daerah setempat. KLB menentukan luas total lantai bangunan yang boleh dibangun. Misalkan Ketentuan KLB suatu daerah adalah maksimum 3 dengan KDB maksimum 60% maka luas total lantai yang dapat dibangun adalah 3 kali luas total area area/tanah dengan luas lantai dasar adalah 60%. Koefisien Daerah Hijau (KDH) Perbandingan antara luas area hijau dengan luas persil bangunan gedung negara, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan daerah setempat tentang Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 29

25 bangunan gedung, harus diperhitungkan dengan mempertimbangkan daerah resapan air dan ruang terbuka hijau kabupaten/kota. Untuk bangunan gedung yang mempunyai KDB kurang dari 40%, harus mempunyai KDH minimum sebesar 15%. Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan Garis Sepadan Pagar (GSP) Ketentuan besarnya GSB dan GSP harus mengikuti ketentuan yang diatur dalam RTBL atau peraturan daerah setempat. b. Memenuhi persyaratan Peraturan Daerah setempat (tata kota yang berlaku) c. Pengembangan RS pola vertikal dan horizontal Penentuan pola pembangunan RS baik secara vertikal maupun horisontal, disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan kesehatan yang diinginkan RS (health needs), kebudayaan daerah setempat (cultures), kondisi alam daerah setempat(climate), lahan yang tersedia (sites) dan kondisi keuangan manajemen RS (budget) Zonasi Pengkategorian pembagian area atau zonasi rumah sakit adalah zonasi berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit, zonasi berdasarkan privasi dan zonasi berdasarkan pelayanan. a. Zonasi berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit terdiri dari : area dengan risiko rendah, yaitu ruang kesekretariatan dan administrasi, ruang komputer, ruang pertemuan, ruang arsip/rekam medis. area dengan risiko sedang, yaitu ruang rawat inap non-penyakit menular, rawat jalan. area dengan risiko tinggi, yaitu ruang isolasi, ruang ICU/ICCU, laboratorium, pemulasaraan jenazah dan ruang bedah mayat, ruang radiodiagnostik. area dengan risiko sangat tinggi, yaitu ruang bedah, IGD, ruang bersalin, ruang patolgi. b. Zonasi berdasarkan privasi kegiatan terdiri dari : area publik, yaitu area yang mempunyai akses langsung dengan lingkungan luar rumah sakit, misalkan ruang rawat jalan, gawat darurat apotek). Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 30

26 area semi publik, yaitu area yang menerima tidak berhubungan langsung dengan lingkungan luar rumah sakit, umumnya merupakan area yang menerima beban kerja dari area publik, misalnya laboratorium, radiologi, rehabilitasi medik. area privat, yaitu area yang dibatasi bagi pengunjung rumah sakit, umumnya area tertutup, misalnya seperti ruang perawatan intensif, ruang operasi, ruang kebidanan, ruang rawat inap. c. Zonasi berdasarkan pelayanan terdiri dari : Zona Pelayanan Medik dan Perawatan yang terdiri dari : ruang rawat jalan, ruang gawat darurat, ruang rawat inap, ruang perawatan Intensif, ruang operasi, ruang rehabilitasi medik, ruang kebidanan, ruang hemodialisa, ruang radioterapi, ruang kedokteran nuklir, ruang transfusi darah/bank darah. Zona Penunjang dan Operasional yang terdiri dari : ruang farmasi, ruang radiodiagnostik, laboratorium, ruang diagnostik terpadu, ruang sterilisasi/cssd), dapur utama, laundri, pemulasaraan jenazah dan forensik, ruang sanitasi, ruang pemeliharaan sarana. Zona Penunjang Umum dan Administrasi yang terdiri dari : Bagian Kesekretariatan dan Akuntansi, Bagian Rekam Medik, Bagian Logistik/ Gudang, Bagian Perencanaan, Sistem Pengawasan Internal (SPI), Bagian Pendidikan dan Penelitian, Bagian Personalia, Bagian Pengadaan, Bagian Informasi dan Teknologi (IT). Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 31

27 Gambar 13. Zoning Rumah Sakit Berdasarkan Pelayanan Pada RS Pola Pembangunan Horisontal Sumber : Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B, 2012 Gambar 14. Zoning Rumah Sakit Berdasarkan Pelayanan Pada RS Pola Pembangunan Vertikal Sumber : Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B, Kebutuhan Luas Lantai Kebutuhan total luas lantai untuk rumah sakit umum ini disarankan + 80 m2/ tempat tidur. Sebagai contoh, rumah sakit umum dengan kapasitas 300 tempat tidur, kebutuhan luas lantainya adalah sebesar 80 m2 x 300 tempat tidur = m2. Tabel 1. Kebutuhan Ruang Minimal untuk Rumah Sakit Umum z Luas (m 2 ) per tempat Daerah tidur 1 Administrasi 3 ~ 3,5 2 Unit Gawat Darurat 1 ~ 1,5 3 Poliklinik 1 ~ 1,5 4 Pelayanan social 0,1 5 Pendaftaran 0,2 6 Laboratorium Klinis, Pathologi 2,5 ~ 3 7 Kebidanan dan kandungan 1,2~ 1,5 8 Diagnostik dan Radiologi 3~ 4 9 Dapur makanan 2,5~ 3,0 10 Fasilitas petugas 0,5~ 0,8 11 Ruang pertemuan, pelatihan 0,5 ~ 1 12 Terapi Wicara dan pendengaran. 0,1 13 Rumah tangga/kebersihan 0,4~ 0,5 Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 32

28 14 Manajemen material 0,4 ~ 0,5 15 Gudang pusat 2,5~ 3,5 16 Pembelian 0,2 17 Laundri 1 ~ 1,5 18 Rekam medis 0,5~ 0,8 19 Fasilitas staf medic 0,2~ 0,3 20 Teknik dan pemeliharaan 5~ 6 21 Pengobatan nuklir 0,4~ 0,5 22 Ruang anak 0,4~ 0,5 23 Petugas 0,3~ 0,4 24 Farmasi 0,4~ 0,6 25 Ruang public 1 ~ 1,5 26 Ruang pengobatan kulit 0,1~ 0,2 27 Therapi radiasi 0,8 ~ 1 28 Therapi fisik 1 ~ 1,2 29 Therapi okupasi 0,3~ 0,5 30 Ruang bedah 3,5 ~ 5 31 Sirkulasi 10~ Unit rawat inap 25~ 35 (Sumber : Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B, 2012) Sirkulasi Rumah Sakit Dalam Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas B mengatakan bahwa perlindungan terhadap pasien merupakan hal yang harus diprioritaskan. Terlalu banyak lalu lintas akan menggangu pasien, mengurangi efisiensi pelayanan pasien dan meninggikan risiko infeksi, khususnya untuk pasien bedah dimana kondisi bersih sangat penting. Jaminan perlindungan terhadap infeksi merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam kegiatan pelayanan terhadap pasien. Merencanakan sependek mungkin jalur lalu lintas. Kondisi ini membantu menjaga kebersihan dan mengamankan langkah setiap orang, perawat, pasien dan petugas rumah sakit lainnya. Rumah sakit adalah tempat dimana sesuatunya berjalan cepat, mengingat jiwa pasien taruhannya, oleh karena itu jalur lalu lintas harus direncanakan seefisien mungkin baik dari segi waktu, biaya maupun tenaga. Pemisahan aktivitas yang berbeda, pemisahan antara pekerjaan bersih dan pekerjaan kotor, aktivitas tenang dan bising, perbedaan tipe layanan pasien, dan tipe berbeda dari lalu lintas di dalam dan di luar bangunan. Mengontrol aktifitas petugas terhadap pasien serta aktifitas pengunjung rumah sakit yang datang agar aktifitas pasien dan petugas tidak terganggu. Tata letak pos perawat harus mempertimbangkan kemudahan bagi perawat untuk memonitor dan membantu pasien yang sedang berlatih di koridor pasien dan aktifitas pengunjung saat masuk dan ke luar unit. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 33

29 Bayi harus dilindungi dari kemungkinan pencurian dan dari kuman penyakit yang dibawa pengunjung dan petugas rumah sakit. Pasien di ruang ICU dan ruang bedah harus dijaga terhadap infeksi. Gambar 15. Contoh Akses Masuk Rumah Sakit Sumber: Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Tipe B, 2010 a. Pintu masuk untuk service sebaiknya berdekatan dengan dapur dan daerah penyimpanan persediaan (gudang) yang menerima barang-barang dalam bentuk curah, dan bila mungkin berdekatan dengan lif service. Bordes dan timbangan tersedia di daerah itu. Sampah padat dan sampah lainnya dibuang dari tempat ini, juga benda-benda yang tidak terpakai. Akses ke kamar mayat sebaiknya diproteksi terhadap pandangan pasien dan pengunjung untuk alasan psikologis. b. Pintu masuk dan lobby disarankan dibuat cukup menarik, sehingga pasien dan pengantar pasien mudah mengenali pintu masuk utama. c. Jendela sebaiknya dilengkapi dengan kawat kasa untuk mencegah serangga lainnya yang berada di sekitar RS dan dilengkapi pengaman. d. Alur lalu lintas pasien dan petugas RS harus direncanakan seefisien mungkin. e. Koridor publik dipisah dengan koridor untuk pasien dan petugas medik, dimaksudkan untuk mengurangi waktu kemacetan. Bahan-bahan, material dan pembuangan sampah sebaiknya tidak memotong pergerakan orang. Rumah sakit perlu dirancang agar petugas, pasien dan pengunjung mudah orientasinya jika berada di dalam bangunan. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 34

30 f. Lebar koridor 2,40 m dengan tinggi langit-langit minimal 2,40 m. Koridor sebaiknya lurus. Apabila ramp digunakan, kemiringannya sebaiknya tidak melebihi 1 : 10 ( membuat sudut maksimal 7 0 ). g. Alur pasien rawat jalan yang ingin ke laboratorium, radiologi, farmasi, terapi khusus dan ke pelayanan medis lain, tidak melalui daerah pasien rawat inap. h. Alur pasien rawat inap jika ingin ke laboratorium, radiologi dan bagian lain, harus mengikuti prosedur yang telah ditentukan. Gambar 16. Contoh Model Alran Lalu Lintas Rumah Sakit Sumber: Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Tipe B, Syarat Lingkungan Bangunan Rumah Sakit Berikut ini syarat lingkungan untuk rumah sakit, antara lain: a. Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang jelas, dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas. b. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan keseluruhan, sehngga tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi dengan rambu parkir. c. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir. Jika berlokasi di daerah banjir harus menyediakan fasilitas atau teknologi untuk mengatasinya. d. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 35

31 e. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup. f. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek atau tidak terdapat genangan air dan dibuat landa menuju kesaluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas halaman. g. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah, masingmasing dihubungkan langsung dengan instalasi pengolahan air limbah. h. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu dan tempat-tempat tertentu yang menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah. i. Lingkungan, ruang dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang dan bekembangbiaknya serangga, binatang pengerat dan binatang pengganggu lainnya Penghawaan, Pencahayaan dan Kebisingan Persyaratan penghawaan untuk masing-masing ruang atau unit seperti berikut: A. Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi, laboraturium, perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat pekerjaan yang terjadi di ruangruang tersebut. B. Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif sedikit (minimum,10 mbar) dibandingkan ruang-ruang lain dirumah sakit. C. Sistem suhu dan kelembaban hedaknya didesain sedemkian rupa sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban seperti dalam tabel berikut: Tabel 2. Standar Suhu, Kelembaban dan Tekanan Udara Menurut Fungsi Ruang atau Unit No Ruang atau Unit Suhu ( o C) Kelembaban (%) Tekanan 1 Operasi Positif 2 Bersalin Positif 3 Pemulihan atau perawatan Seimbang 4 Observasi bayi Seimbang Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 36

32 5 Perawatan bayi Seimbang 6 Perawatan premature Positif 7 ICU Positif 8 Jenazah atau otopsi Negative 9 Pengindraan medis Seimbang 10 Laboratorium Negative 11 Radiologi Seimbang 12 Sterilisasi Negative 13 Dapur Seimbang 14 Gawat darurat Positif 15 Administrasi, pertemuan Seimbang 16 Ruang luka bakar Positif Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 D. Ruangan yang tidak menggunakan AC, sistem sirkulasi udara segar dalam ruangan harus cukup (mengikuti pedoman teknis yang berlaku). Pencahayaan, penerangan dan intensitasnya di ruang umum dan khusus harus sesuai dengan peruntukannya seperti berikut ini: Tabel 3. Indeks Pencahayaan Menurut Jenis Ruangan atau Unit NO Ruangan atau Unit Intensitas Cahaya (lux) Keterangan Ruang pasien 1 Saat tidak tidur Warna cahaya terang Saat tidur Maksimal 50 2 Ruang operasi umum Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 37

33 3 Meja operasi Warna cahaya sejuk atau sedang tanpa bayangan 4 Anastesi, pemulihan Endoskopi, laboraturium Sinar X Minimal 60 7 Koridor Minimal Tangga Minimal 100 Malam hari 9 Administrasi atau kantor Minimal R. alat atau gudang Minimal Farmasi Minimal Dapur Minimal R. cuci Minimal Toilet Minimal R. isolasi khusus untuk penyakit tetanus Warna cahaya biru 16 R. poli gigi Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 Berikut persyaratan kebisingan masing-masing rungan atau unit seperti tabel ini: NO 1 Tabel 4. Indeks Kebisingan Menurut Ruangan atau Unit Ruangan atau Unit Ruang pasien Saat tidak tidur Saat tidur Maksimum Kebisingan (waktu pemaparan 8 jam dan satuan dba) Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 38

34 2 Ruang operasi umum 45 3 Anastesi, pemulihan 45 4 Endoskopi, laboraturium 65 5 Sinar X 40 6 Koridor 40 7 Tangga 45 8 Kantor atau lobby 45 9 R. alat atau gudang Farmasi Dapur R. cuci R. isolasi R. poli gigi 80 Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/ Persyaratan Teknis Sarana Rumah Sakit Persyaratan teknis sarana rumah sakit terdiri dari atap, langit-langit, 1. Atap Atap harus kuat, tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi tempat perindukan serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya. Adapun persyartannya terdiri dari : Penutup Atap Rangka Atap Tabel 5. Persyaratan Atap Rumah Sakit Dari bahan beton harus dilapisi dengan lapisan tahan air Bila genteng keramik, atau genteng beton, atau genteng tanah liat (plentong), pemasangannya harus dengan sudut kemiringan sesuai ketentuan yang berlaku Mengingat pemeliharaannya yang sulit khususnya bila terjadi kebocoran, penggunaan genteng metal sebaiknya dihindari Rangka atap harus kuat memikul beban penutup atap. Apabila rangka atap dari bahan kayu, harus dari kualitas yang baik dan kering, dan dilapisi dengan cat anti rayap. Apabila rangka atap dari bahan metal, harus dari metal yang tidak Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 39

35 mudah berkarat, atau di cat dengan cat dasar anti karat. (Sumber : Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B, 2012) 2. Langit-langit Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan. Adapun persyartannya terdiri dari : Tabel 6. Persyaratan Langit-langit Rumah Sakit Tinggi di ruangan minimal 2,80 m di selasar (koridor) minimal 2,40 m Rangka harus kuat Bahan gipsum, acoustic tile, GRC (Grid Reinforce Concrete), bahan logam/metal (Sumber : Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B, 2012) 3. Dinding dan Partisi Dinding harus keras, rata, tidak berpori, tidak menyebabkan silau, tahan api, kedap air, tahan karat, tidak punya sambungan (utuh), dan mudah dibersihkan. Adapun persyartannya terdiri dari : a. dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca dan tidak berjamur. b. lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung pori-pori) sehingga dinding tidak dapat menyimpan debu. c. warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata. d. khusus pada ruangan-ruangan yang berkaitan dengan aktivitas anak, pelapis dinding warna-warni dapat diterapkan untuk merangsang aktivitas anak. e. pada daerah tertentu, dindingnya harus dilengkapi pegangan tangan (handrail) yang menerus dengan ketinggian berkisar 80 ~ 100 cm dari permukaan lantai. Pegangan harus mampu menahan beban orang dengan berat minimal 75 kg yang berpegangan dengan satu tangan pada pegangan tangan yang ada. f. Bahan pegangan tangan harus terbuat dari bahan yang tahan api, mudah dibersihkan dan memiliki lapisan permukaan yang bersifat non-porosif (tidak mengandung pori-pori). Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 40

36 g. khusus untuk daerah yang sering berkaitan dengan bahan kimia, daerah yang mudah terpicu api, maka dinding harus dari bahan yang tahan api, cairan kimia dan benturan. h. pada ruang yang menggunakan peralatan yang menggunakan gelombang elektromagnit (EM), seperti Short Wave Diathermy atau Micro Wave Diathermy, penggunaan penutup dinding yang mengandung unsur metal atau baja sedapat mungkin dihindarkan. i. khusus untuk daerah tenang (misalkan daerah perawatan pasien), maka bahan dinding menggunakan bahan yang kedap suara atau area/ruang yang bising (misalkan ruang mesin genset, ruang pompa, dll) menggunakan bahan yang dapat menyerap bunyi. 4. Lantai Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna terang, dan mudah dibersihkan. A. Persyaratan lantai. Komponen penutup lantai memiliki persyaratan sebagai berikut : a. tidak terbuat dari bahan yang memiliki lapisan permukaan dengan porositas yang tinggi yang dapat menyimpan debu. b. mudah dibersihkan dan tahan terhadap gesekan. c. penutup lantai harus berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata. d. memiliki pola lantai dengan garis alur yang menerus keseluruh ruangan pelayanan. e. pada daerah dengan kemiringan kurang dari 70, penutup lantai harus dari lapisan permukaan yang tidak licin (walaupun dalam kondisi basah). f. khusus untuk daerah yang sering berkaitan dengan bahan kimia, daerah yang mudah terbakar, maka bahan penutup lantai harus dari bahan yang tahan api, cairan kimia dan benturan. g. khusus untuk daerah perawatan pasien (daerah tenang) bahan lantai menggunakan bahan yang tidak menimbulkan bunyi atau area/ruang yang bising menggunakan bahan yang dapat menyerap bunyi. (h) Pada ruang-ruang khusus yang menggunakan peralatan (misalkan ruang bedah), maka lantai harus cukup konduktif, sehingga mudah untuk menghilangkan muatan listrik statik dari peralatan dan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 41

37 petugas, tetapi bukan sedemikian konduktifnya sehingga membahayakan petugas dari sengatan listrik. 5. Struktur Bangunan. Persyaratan pembebanan Bangunan Rumah Sakit. 1. Persyaratan Umum: a. Setiap bangunan rumah sakit, strukturnya harus direncanakan dan dilaksanakan agar kuat, kokoh, dan stabil dalam memikul beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan keselamatan (safety), serta memenuhi persyaratan kelayanan (serviceability) selama umur layanan yang direncanakan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan rumah sakit, lokasi, keawetan, dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya. b. Kemampuan memikul beban diperhitungkan terhadap pengaruh-pengaruh aksi sebagai akibat dari beban-beban yang mungkin bekerja selama umur layanan struktur, baik beban muatan tetap maupun beban muatan sementara yang timbul akibat gempa, angin, pengaruh korosi, jamur, dan serangga perusak. c. Dalam perencanaan struktur bangunan rumah sakit terhadap pengaruh gempa, semua unsur struktur bangunan rumah sakit, baik bagian dari sub struktur maupun struktur gedung, harus diperhitungkan memikul pengaruh gempa rencana sesuai dengan zona gempanya. d. Struktur bangunan rumah sakit harus direncanakan secara detail sehingga pada kondisi pembebanan maksimum yang direncanakan, apabila terjadi keruntuhan, kondisi strukturnya masih dapat memungkinkan pengguna bangunan rumah sakit menyelamatkan diri. e. Untuk menentukan tingkat keandalan struktur bangunan, harus dilakukan pemeriksaan keandalan bangunan secara berkala sesuai dengan Pedoman Teknis atau standar yang berlaku. f. Perbaikan atau perkuatan struktur bangunan harus segera dilakukan sesuai rekomendasi hasil pemeriksaan keandalan bangunan rumah sakit, sehingga bangunan rumah sakit selalu memenuhi persyaratan keselamatan struktur. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 42

38 g. Pemeriksaan keandalan bangunan rumah sakit dilaksanakan secara berkala sesuai dengan pedoman teknis atau standar teknis yang berlaku, dan harus dilakukan atau didampingi oleh ahli yang memiliki sertifikasi sesuai. 2. Persyaratan Teknis: a. Analisis struktur harus dilakukan untuk memeriksa respon struktur terhadap bebanbeban yang mungkin bekerja selama umur kelayanan struktur, termasuk beban tetap, beban sementara (angin, gempa) dan beban khusus. b. Penentuan mengenai jenis, intensitas dan cara bekerjanya beban harus sesuai dengan standar teknis yang berlaku, seperti : SNI atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan gedung. SNI atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung Struktur Atas 3. Persyaratan Umum. Konstruksi atas bangunan rumah sakit dapat terbuat dari konstruksi beton, konstruksi baja, konstruksi kayu atau konstruksi dengan bahan dan teknologi khusus 6. Struktur Bawah 1. Persyaratan Umum. Struktur bawah bangunan rumah sakit dapat berupa pondasi langsung atau pondasi dalam, disesuaikan dengan kondisi tanah di lokasi didirikannya rumah sakit. 2. Persyaratan Teknis. a. Pondasi Langsung Kedalaman pondasi langsung harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dasarnya terletak di atas lapisan tanah yang mantap dengan daya dukung tanah yang cukup kuat dan selama berfungsinya bangunan tidak mengalami penurunan yang melampaui batas. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 43

39 Perhitungan daya dukung dan penurunan pondasi dilakukan sesuai teori mekanika tanah yang baku dan lazim dalam praktek, berdasarkan parameter tanah yang ditemukan dari penyelidikan tanah dengan memperhatikan nilai tipikal dan korelasi tipikal dengan parameter tanah yang lain. Pelaksanaan pondasi langsung tidak boleh menyimpang dari rencana dan spesifikasi teknik yang berlaku atau ditentukan oleh perencana ahli yang memiiki sertifikasi sesuai. Pondasi langsung dapat dibuat dari pasangan batu atau konstruksi beton bertulang. b. Pondasi Dalam Dalam hal penggunaan tiang pancang beton bertulang harus mengacu pedoman teknis dan standar yang berlaku. Dalam hal lokasi pemasangan tiang pancang terletak di daerah tepi laut yang dapat mengakibatkan korosif harus memperhatikan pengamanan baja terhadap korosi memenuhi pedoman teknis dan standar yang berlaku. Dalam hal perencanaan atau metode pelaksanaan menggunakan pondasi yang belum diatur dalam SNI dan/atau mempunyai paten dengan metode konstruksi yang belum dikenal, harus mempunyai sertifikat yang dikeluarkan instansi yang berwenang. Dalam hal perhitungan struktur menggunakan perangkat lunak, harus menggunakan perangkat lunak yang diakui oleh asosiasi terkait) Pondasi dalam pada umumnya digunakan dalam hal lapisan tanah dengan daya dukung yang cukup terletak jauh di bawah permukaan tanah, sehingga penggunaan pondasi langsung dapat menyebabkan penurunan yang berlebihan atau ketidakstabilan konstruksi. Perhitungan daya dukung dan penurunan pondasi dilakukan sesuai teori mekanika tanah yang baku dan lazim dalam praktek, berdasarkan parameter tanah yang ditemukan dari penyelidikan tanah dengan memperhatikan nilai tipikal dan korelasi tipikal dengan parameter tanah yang lain. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 44

40 Umumnya daya dukung rencana pondasi dalam harus diverifikasi dengan percobaan pembebanan, kecuali jika jumlah pondasi dalam direncanakan dengan faktor keamanan yang jauh lebih besar dari faktor keamanan yang lazim. Percobaan pembebanan pada pondasi dalam harus dilakukan dengan berdasarkan tata cara yang lazim dan hasilnya harus dievaluasi oleh perencana ahli yang memiliki sertifikasi sesuai. Jumlah percobaan pembebanan pada pondasi dalam adalah 1% dari jumlah titik pondasi yang akan dilaksanakan dengan penentuan titik secara random, kecuali ditentukan lain oleh perencana ahli serta disetujui oleh instansi yang bersangkutan. c. Keselamatan Struktur Untuk menentukan tingkat keandalan struktur bangunan, harus dilakukan pemeriksaan keandalan bangunan secara berkala sesuai dengan ketentuan dalam Pedoman Teknis Tata Cara Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung. Perbaikan atau perkuatan struktur bangunan harus segera dilakukan sesuai rekomendasi hasil pemeriksaan keandalan bangunan rumah salikit, sehingga rumah sakit selalu memenuhi persyaratan keselamatan struktur. Pemeriksaan keandalan bangunan rumah sakit dilaksanakan secara berkala sesuai klasifikasi bangunan, dan harus dilakukan atau didampingi oleh ahli yang memiliki sertifikasi sesuai. Keruntuhan Struktur Untuk mencegah terjadinya keruntuhan struktur yang tidak diharapkan, pemeriksaan keandalan bangunan harus dilakukan secara berkala sesuai dengan pedoman/petunjuk teknis yang berlaku. d. Persyaratan Bahan Bahan struktur yang digunakan harus sudah memenuhi semua persyaratan keamanan, termasuk keselamatan terhadap lingkungan dan pengguna bangunan, serta sesuai pedoman teknis atau standar teknis yang berlaku. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 45

41 Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum mempunyai SNI, dapat digunakan standar baku dan pedoman teknis yang diberlakukan oleh instansi yang berwenang. Bahan yang dibuat atau dicampurkan di lapangan, harus diproses sesuai dengan standar tata cara yang baku untuk keperluan yang dimaksud. Bahan bangunan prefabrikasi harus dirancang sehingga memiliki sistem hubungan yang baik dan mampu mengembangkan kekuatan bahan-bahan yang dihubungkan, serta mampu bertahan terhadap gaya angkat pada saat pemasangan/pelaksanaan. 7. Pintu. 1. Persyatan Umum. Pintu adalah bagian dari suatu tapak, bangunan atau ruang yang merupakan tempat untuk masuk dan ke luar dan pada umumnnya dilengkapi dengan penutup (daun pintu). 2. Persyaratan Teknis a. Pintu ke luar/masuk utama memiliki lebar bukaan minimal 120 cm atau dapat dilalui brankar pasien, dan pintu-pintu yang tidak menjadi akses pasien tirah baring memiliki lebar bukaan minimal 90 cm. b. Di daerah sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari adanya ramp atau perbedaan ketinggian lantai. c. Pintu Darurat Setiap bangunan RS yang bertingkat lebih dari 3 lantai harus dilengkapi dengan pintu darurat. Lebar pintu darurat minimal 100 cm membuka kearah ruang tangga penyelamatan (darurat) kecuali pada lantai dasar membuka ke arah luar (halaman). Jarak antar pintu darurat dalam satu blok bangunan gedung maksimal 25 m dari segala arah. Pintu khusus untuk kamar mandi di rawat inap dan pintu toilet untuk aksesibel, harus terbuka ke luar dan lebar daun pintu minimal 85 cm. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 46

42 Gambar 17. Pintu Kamar Mandi pada Ruang Rawat Inap Sumber: Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Tipe B, Toilet (Kamar kecil). 1. Pesyaratan Umum. Fasilitas sanitasi yang aksesibel untuk semua orang (tanpa terkecuali penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil) pada bangunan atau fasilitas umum lainnya Persyaratan Teknis a. Toilet umum. Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar oleh pengguna. Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna ( 36 ~ 38 cm). Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin. Lantai tidak boleh menggenangkan air buangan. Pintu harus mudah dibuka dan ditutup. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 47

43 Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat b. Toilet untuk aksesibilitas. Toilet atau kamar kecil umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan tampilan rambu/simbol "penyandang cacat" pada bagian luarnya. Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda. Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna kursi roda sekitar (45 ~ 50 cm) Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan penyandang cacat yang lain. Pegangan disarankan memiliki bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu pergerakan pengguna kursi roda. Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapanperlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus dipasang sedemikian hingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan keterbatasan fisik dan bisa dijangkau pengguna kursi roda. (f) Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin. Lantai tidak boleh menggenangkan air buangan. Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan pengguna kursi roda. Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat. Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu masuk, dianjurkan untuk menyediakan tombol bunyi darurat (emergency sound button) bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 48

44 Gambar 18. Ruang Gerak Toilet Disabilitas Sumber: Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Tipe B, Tangga a. Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam Tinggi masing-masing pijakan/tanjakan adalah cm b. Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 600. c. Lebar tangga minimal 120 cm untuk membawa usungan dalam keadaan darurat, untuk mengevakuasi pasien dalam kasus terjadinya kebakaran atau situasi darurat lainnya. d. Harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail). Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 49

45 Gambar 19. Tipkal Tangga Sumber: kemenkes Lift Lift untuk Rumah Sakit Karena fungsinya untuk RS maka dimensi besarannya memanjang dengan 2 pintu pada sisinya. Ranjang pasien dapat terakomodasi dengan layak. Rumah lift terbagi menjadi 3: a. Lift pit merupakan tempat pemberhentian akhir yang paling bawah, berupa buffer sangkar dan buffer beban penyeimbang. Karena letaknya yang paling bawah, harus dibuat dari dinding kedap air. b. Ruang luncur (hoistway) tempat meluncurnya sangkar/kereta lift, terdapat pintu2 masuk ke kereta lift, tempat meluncurnya beban penyeimbang, meletakkan rel peluncur dan beban penyeimbang. c. Ruang mesin tempat meletakkan mesin/ motor traksi lift, dan tempat control panel (yang mengatur jalannya. 11. Ramp a. Kemiringan suatu ram di dalam bangunan tidak boleh melebihi 70, perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk awalan dan akhiran ram (curb ramps/landing) b. Panjang mendatar dari satu ram (dengan kemiringan 70) tidak boleh lebih dari 900 cm. Panjang ram dengan kemiringan yang lebih rendah dapat lebih panjang. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 50

46 c. Lebar minimum dari ram adalah 2,40 m dengan tepi pengaman. d. Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ram harus bebas dan datar sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya untuk memutar kursi roda dan brankar/tempat tidur pasien, dengan ukuran minimum 160 cm e. Lebar tepi pengaman ram (low curb) maksimal 10 cm sehingga dapat mengamankan roda dari kursi roda atau brankar/ tempat tidur pasien agar tidak terperosok atau keluar ramp. Gambar 20. Tipkal Ramp Sumber: kemenkes 2012 Gambar 21. Kemiringan Ramp Sumber: kemenkes 2012 Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 51

47 Gambar 22. Bentuk-bentuk Ramp Sumber: kemenkes Persyaratan Teknis Prasarana Rumah Sakit Persyaratan teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah Sakit. 1. Persyaratan teknis Bangunan Rumah Sakit terdiri atas: a. Rencana Blok Bangunan; b. Massa Bangunan; c. tata letak bangunan (site plan); d. pemanfaatan Ruang; dan e. desain tata Ruang dan komponen bangunan. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 52

48 2. Rencana Blok Bangunan harus sesuai peruntukan dan intensitas Bangunan Rumah Sakit. Rencana Blok Bangunan Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan: a. peruntukan lokasi bangunan; b. kepadatan bangunan; c. ketinggian bangunan; dan d. jarak bebas bangunan. 3. Peruntukan dan intensitas Bangunan Rumah Sakit dilaksanakan berdasarkan ketentuan tentang tata Ruang wilayah daerah, rencana tata bangunan dan lingkungan yang ditetapkan, dan peraturan bangunan daerah setempat. 4. Massa Bangunan Rumah Sakit harus memenuhi syarat sirkulasi udara dan pencahayaan, kenyamanan, keselarasan, dan keseimbangan dengan lingkungan. 5. Tata letak bangunan (site plan) harus memenuhi syarat zonasi berdasarkan tingkat risiko penularan penyakit, zonasi berdasarkan privasi, dan zonasi berdasarkan pelayanan atau kedekatan hubungan fungsi antar Ruang pelayanan. 6. Pemanfaatan Ruang dalam Bangunan Rumah Sakit harus efektif sesuai fungsi pelayanan. 7. Desain tata Ruang dan desain komponen bangunan harus dapat meminimalisir risiko penyebaran infeksi. 8. Desain tata Ruang harus memperhatikan alur kegiatan petugas dan pengunjung Rumah Sakit. 9. Bangunan Rumah Sakit harus memenuhi peil banjir dengan tetap menjaga keserasian lingkungan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pada masing-masing wilayah. Peil merupakan elevasi atau titik ketinggian yang dinyatakan dengan satuan meter sebagai pedoman dalam mendirikan bangunan. 10. Lahan bangunan Rumah Sakit harus dibatasi dengan pemagaran yang dilengkapi dengan akses/pintu yang jelas. Akses/pintu yang jelas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit untuk akses/pintu utama, akses/pintu pelayanan gawat darurat, dan akses/pintu layanan servis. 11. Akses/pintu utama harus terlihat dengan jelas agar pasien dan pengantar pasien mudah mengenali pintu masuk utama. Akses/pintu pelayanan gawat darurat harus mudah diakses dan mempunyai ciri khusus. 12. Akses/pintu layanan servis berdekatan dengan dapur dan daerah penyimpanan persediaan/gudang penerimaan barang logistik dari luar serta berdekatan dengan lift servis. 13. Bangunan Rumah Sakit harus menyediakan fasilitas yang aksesibel bagi penyandang cacat dan lanjut usia untuk menjamin terwujudnya kemudahan bagi semua pengguna Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 53

49 baik di dalam maupun diluar Bangunan Rumah Sakit secara mudah, aman, nyaman dan mandiri. Fasilitas yang aksesibel meliputi: a. toilet; b. koridor; c. tempat parkir; d. telepon umum; e. jalur pemandu; f. rambu atau marka; g. pintu; dan h. tangga, lift, dan/atau ram. 14. Bangunan Rumah Sakit terdiri atas: a. Ruang rawat jalan; b. Ruang rawat inap; c. Ruang gawat darurat; d. Ruang operasi; e. Ruang perawatan intensif; f. Ruang kebidanan dan penyakit kandungan; g. Ruang rehabilitasi medik; h. Ruang radiologi; i. Ruang laboratorium; j. bank darah Rumah Sakit; k. Ruang sterilisasi; l. Ruang farmasi; m. Ruang rekam medis; n. Ruang tenaga kesehatan; o. Ruang pendidikan dan latihan; p. Ruang kantor dan administrasi; q. Ruang ibadah; r. Ruang tunggu; s. Ruang penyuluhan kesehatan masyarakat Rumah Sakit; t. Ruang menyusui; u. Ruang mekanik; v. Ruang dapur dan gizi; w. laundry; x. kamar jenazah; Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 54

50 y. taman; z. pengelolaan sampah; aa. pelataran parkir yang mencukupi. Prasarana Rumah Sakit meliputi : a. Instalasi air; b. Instalasi mekanikal dan elektrikal; c. Instalasi gas medik dan vakum medik; d. Instalasi uap; e. Instalasi pengelolaan limbah; f. pencegahan dan penanggulangan kebakaran; g. petunjuk, persyaratan teknis dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat; h. Instalasi tata udara; i. sistem informasi dan komunikasi; dan j. ambulans. A. Instalasi air 1. Instalasi air meliputi: a. Instalasi air minum/bersih; b. Instalasi air kotor/limbah; dan c. Instalasi air hujan. 2. Persyaratan Instalasi air minum/bersih terdiri atas: a. perencanaan sistem distribusi air minum/bersih dalam Bangunan Rumah Sakit harus memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan; b. penampungan air minum/bersih dalam Bangunan Rumah Sakit diupayakan sedemikian rupa agar menjamin kualitas air. 3. Persyaratan Instalasi air kotor/limbah terdiri atas: a. sistem Instalasi air kotor/limbah harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya; b. pertimbangan jenis air kotor/limbah diwujudkan dalam bentuk pemilihan sistem pengaliran/pembuangan dan penggunaan peralatan yang dibutuhkan; c. pertimbangan tingkat bahaya air kotor/limbah diwujudkan dalam bentuk sistem pengolahan dan pembuangannya; d. air kotor/limbah yang mengandung bahan beracun dan berbahaya tidak boleh digabung dengan air kotor/limbah domestik; Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 2

51 e. air kotor/limbah yang berisi bahan beracun dan berbahaya (B3) harus diproses sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan f. air kotor/limbah domestik sebelum dibuang ke saluran terbuka harus diproses sesuai dengan pedoman dan standar teknis yang berlaku. 4. Persyaratan Instalasi air hujan terdiri atas: a. sistem Instalasi air hujan harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas tanah, dan ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota; b. bangunan Rumah Sakit dan pekarangannya harus dilengkapi dengan sistem Instalasi air hujan; c. untuk daerah tertentu, air hujan harus diresapkan ke dalam tanah pekarangan dan/atau dialirkan ke sumur resapan sebelum dialirkan ke jaringan drainase lingkungan/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; d. bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang dapat diterima, maka penyaluran air hujan harus dilakukan dengan cara lain yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang; e. sistem Instalasi air hujan harus dipelihara untuk mencegah terjadinya endapan dan penyumbatan pada saluran; dan f. pemanfaatan kembali air hujan dapat dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 3

52 5. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan Instalasi air minum/bersih, Instalasi air kotor/limbah, dan Instalasi air hujan dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. B. Instalasi mekanikal dan elektrikal 1. Instalasi mekanikal dan elektrikal pada Bangunan Rumah Sakit meliputi: a. Instalasi transportasi vertikal; b. Instalasi sistem pencahayaan; c. Instalasi sistem kelistrikan; dan d. Instalasi proteksi petir. 2. Instalasi transportasi vertikal terdiri atas lift, eskalator, dan/atau lift pelayan (dumbwaiter). 3. Lift terdiri atas lift pasien, lift pengunjung, dan lift servis. 4. Jumlah, kapasitas, ukuran, dan konstruksi lift harus berdasarkan fungsi dan luas Bangunan Rumah Sakit, jumlah pengguna Ruang, dan keselamatan pengguna Bangunan Rumah Sakit. 5. Luas lift pasien paling kecil berukuran 1,50 x 2,30 meter dengan lebar pintu tidak kurang dari 1,20 meter untuk memungkinkan lewatnya tempat tidur dan brankar/tempat tidur pasien bersama-sama dengan pengantarnya. 6. Dalam hal lift pengunjung digunakan sebagai lift pasien, ukuran lift pengunjung harus sama dengan lift pasien. 7. Setiap bangunan Rumah Sakit yang menggunakan lift harus menyediakan lift khusus kebakaran yang dimulai dari lantai dasar bangunan (ground floor). 8. Dalam hal Rumah Sakit tidak memiliki lift khusus kebakaran, lift pasien, lift pengunjung, atau lift servis dapat diatur pengoperasiannya sehingga dalam keadaan darurat dapat digunakan khusus oleh petugas kebakaran. 9. Ketentuan teknis lift kebakaran dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. C. Instalasi sistem pencahayaan 1. Instalasi sistem pencahayaan terdiri atas sistem pencahayaan alami, pencahayaan buatan, dan pencahayaan darurat. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 46

53 2. Sistem pencahayaan alami dan buatan diterapkan pada Ruangan baik di dalam bangunan maupun di luar Bangunan Rumah Sakit. Sistem pencahayaan alami harus optimal disesuaikan dengan fungsi Bangunan Rumah Sakit dan fungsi masingmasing Ruang di dalam Bangunan Rumah Sakit. 3. Sistem pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi yang dipersyaratkan sesuai fungsi Ruang Bangunan Rumah Sakit dengan mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi yang digunakan, dan penempatannya tidak menimbulkan efek silau atau pantulan. Sistem pencahayaan buatan harus dilengkapi dengan pengendali manual dan/atau otomatis, dan ditempatkan pada tempat yang mudah dicapai/dibaca oleh pengguna Ruang. 4. Sistem pencahayaan darurat harus dipasang pada Bangunan Rumah Sakit dengan fungsi tertentu dan dapat bekerja secara otomatis, serta mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup untuk evakuasi yang aman. D. Instalasi sistem kelistrikan 1. Instalasi sistem kelistrikan harus memenuhi persyaratan yang meliputi: a. sumber daya listrik; b. panel hubung bagi; c. jaringan distribusi listrik; d. perlengkapan serta Instalasi listrik untuk memenuhi kebutuhan Bangunan Rumah Sakit yang terjamin terhadap aspek keselamatan manusia; e. keamanan Instalasi listrik beserta perlengkapannya; f. keamanan Rumah Sakit serta isinya; dan g. perlindungan lingkungan dari bahaya listrik. 2. Ketentuan lebih lanjut mengenai Instalasi kelistrikan di Rumah Sakit dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Instalasi proteksi petir bertujuan untuk mengurangi secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan oleh petir terhadap Bangunan Rumah Sakit, termasuk manusia, peralatan, dan perlengkapan bangunan lainnya dalam Bangunan Rumah Sakit. E. Instalasi Gas Medik dan Vakum Medik 1. Instalasi gas medik dan vakum medik meliputi : a. sumber gas medik dan vakum medik; b. jaringan pemipaan sistem gas medik dan vakum medik; dan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 47

54 c. terminal sistem gas medik dan vakum medik. 2. Sumber gas medik dan vakum medik meliputi : a. silinder medik; b. oksigen konsentrator; c. kompresor udara; d. pompa vakum; dan e. pompa buangan sisa gas anastesi. 3. Silinder medik meliputi silinder gas, silinder gas cair (PGS), dan container cair (cryogenik). 4. Jaringan pemipaan sistem gas medik dan vakum medik meliputi : a. katup; b. rakitan buatan pabrik; c. rel gas medik (rgm) yang terpasang pada permukaan; d. indikator tekanan dan vakum; e. sistem peringatan; f. distribusi; dan g. penamaan dan identifikasi. 5. Terminal sistem gas medik dan vakum medik meliputi: a. stasiun outlet dan inlet; dan b. regulator tabung, yang dipergunakan langsung ke pasien melalui tabung gas medik. 6. Ketentuan lebih lanjut mengenai Instalasi gas medik dan vakum medik di Rumah Sakit dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. F. Instalasi uap 1. Instalasi uap meliputi sumber uap, distribusi uap, dan terminal uap. 2. Sumber uap diperoleh dari boiler (katel uap). Penempatan sumber uap harus mudah diamati, dipelihara, dan tidak membahayakan, mengganggu dan merugikan lingkungan, bagian Bangunan Rumah Sakit dan Instalasi lain, serta diperhitungkan berdasarkan peraturan dan standar teknik yang berlaku. Uap yang dialirkan untuk dipergunakan pada peralatan dapur atau keperluan laundry atau jenis lainnya harus mengikuti peraturan dan standar teknik yang berlaku. 3. Sistem distribusi uap harus direncanakan dan diatur sehingga dengan tekanan uap yang minimal, peralatan yang menggunakan uap dapat bekerja dengan baik. Sistem distribusi uap harus dipelihara untuk mencegah kebocoran. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 48

55 4. Instalasi uap dan kelengkapannya harus diuji sebelum digunakan dan diperiksa secara berkala oleh instansi yang berwenang. 5. Ketentuan lebih lanjut mengenai Instalasi uap di Rumah Sakit dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. G. Instalasi pengelolaan limbah 1. Instalasi pengelolaan limbah meliputi: a. Instalasi pengelolaan limbah padat; b. Instalasi pengelolaan limbah cair; c. Instalasi pengelolaan limbah gas; d. Instalasi pengelolaan limbah radioaktif; dan e. Instalasi pengolahan limbah bahan beracun dan berbahaya. 2. Instalasi pengelolaan limbah padat, limbah cair, limbah gas, limbah radioaktif, dan limbah bahan beracun dan berbahaya meliputi: a. sumber/pewadahan/alat sanitasi; b. jaringan; dan c. pengolahan akhir. 3. Akses menuju Instalasi pengelolaan limbah melalui akses/pintu layanan servis. 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Instalasi pengelolaan limbah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. H. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran 1. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran terdiri atas: a. sistem proteksi pasif; dan b. sistem proteksi aktif. 2. Penerapan sistem proteksi pasif didasarkan pada fungsi/klasifikasi risiko kebakaran, geometri Ruang, bahan bangunan terpasang, dan/atau jumlah dan kondisi penghuni dalam Bangunan Rumah Sakit.Sistem proteksi pasif harus memenuhi: a. persyaratan kinerja; b. tingkat ketahanan api dan stabilitas; c. tipe konstruksi tahan api; d. tipe konstruksi yang diwajibkan; e. kompartemenisasi kebakaran; dan f. perlindungan pada bukaan. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 49

56 3. Penerapan sistem proteksi aktif didasarkan pada fungsi, klasifikasi, luas, ketinggian, volume bangunan, dan/atau jumlah dan kondisi penghuni dalam Bangunan Rumah Sakit. Sistem proteksi aktif meliputi: a. sistem pemadam kebakaran; b. sistem deteksi dan alarm kebakaran; dan c. sistem pengendalian asap kebakaran. I. Petunjuk, Persyaratan Teknis dan Sarana Evakuasi Saat Terjadi Keadaan Darurat 1. Setiap Bangunan Rumah Sakit harus menyediakan sarana evakuasi yang meliputi sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi, yang dapat menjamin pengguna Bangunan Rumah Sakit untuk melakukan evakuasi dari dalam Bangunan Rumah Sakit secara aman apabila terjadi bencana atau keadaan darurat. 2. Sarana evakuasi harus dapat digunakan oleh semua orang termasuk penyandang cacat dan lanjut usia. 3. Sarana evakuasi merupakan sarana keselamatan jiwa pada Bangunan Rumah Sakit. J. Instalasi Tata Udara 1. Instalasi tata udara pada Bangunan Rumah Sakit meliputi : a. Instalasi ventilasi; dan b. Instalasi sistem pengkondisian udara. 2. Instalasi ventilasi terdiri atas ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan yang memenuhi syarat sesuai dengan fungsinya. 3. Sistem Instalasi tata udara pada Bangunan Rumah Sakit harus dirancang tidak menyebabkan terjadinya penularan penyakit. 4. Pemasangan Instalasi tata udara di Rumah Sakit harus mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan energi dan ramah lingkungan. K. Sistem Informasi dan Komunikasi 1. Sistem informasi di Rumah Sakit harus didesain dengan sistem keamanan yang optimal untuk menjamin aplikasi hanya dapat diakses oleh petugas yang berwenang. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 50

57 2. Sistem komunikasi dalam Bangunan Rumah Sakit dimaksudkan sebagai penyediaan sistem komunikasi baik untuk keperluan internal bangunan maupun untuk hubungan ke luar pada saat terjadi kebakaran dan/atau kondisi darurat lainnya. 3. Sistem komunikasi antara lain sistem telepon, sistem tata suara, sistem panggil perawat, dan sistem voice evacuation. 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi dan sistem komunikasi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. L. Ambulans 1. Ambulans meliputi ambulans air, darat, dan udara. 2. Ambulans darat meliputi ambulans transport, ambulans gawat darurat, dan kereta jenazah. M. Pengaturan lebih lanjut Ketentuan lebih lanjut mengenai Instalasi mekanikal dan elektrikal pencegahan dan penanggulangan,petunjuk, persyaratan teknis dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat, Instalasi tata udara, dan ambulans, diatur dengan Peraturan Menteri. N. Pemeliharaan Bangunan Dan Prasarana Rumah Sakit 1. Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit harus dipelihara secara berkala dengan periode waktu tertentu. 2. Kegiatan Pemeliharaan bangunan dan Prasarana Rumah Sakit meliputi Pemeliharaan promotif, Pemeliharaan pemantauan fungsi/inspeksi (testing), Pemeliharaan preventif, dan Pemeliharaan korektif/perbaikan. 3. Pemeliharaan promotif merupakan kegiatan Pemeliharaan yang bersifat memberikan petunjuk penggunaan atau pengoperasian bangunan dan Prasarana Rumah Sakit. 4. Pemeliharaan pemantauan fungsi/ inspeksi (testing) merupakan kegiatan Pemeliharaan yang bersifat melakukan pemantauan fungsi/testing pada setiap bangunan dan prasarana yang akan digunakan atau dioperasionalkan. 5. Pemeliharaan preventif merupakan kegiatan Pemeliharaan yang bersifat pembersihan, penggantian komponen/suku cadang yang masa waktunya harus diganti. 6. Pemeliharaan korektif/perbaikan merupakan kegiatan pemeliharaan yang bersifat penggantian suku cadang sampai dilakukan overhaull. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 51

58 7. Rumah Sakit harus mempunyai program Pemeliharaan, pedoman dan panduan Pemeliharaan, serta lembar kerja Pemeliharaan bangunan dan prasarana. 8. Rumah Sakit harus menyediakan biaya Pemeliharaan paling rendah 15% (lima belas persen) dari nilai bangunan dan Prasarana Rumah Sakit. O. Sumber Daya Manusia 1. Rumah Sakit harus memiliki sumber daya manusia yang berkompeten di bidang bangunan dan Prasarana Rumah Sakit. 2. Kompetensi dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat telah mengikuti pelatihan. P. Pembinaan Dan Pengawasan 1. Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan persyaratan teknis bangunan dan prasarana Rumah Sakit sesuai kewenangan masing-masing. 2. Pembinaan dan pengawasan untuk memenuhi kebutuhan pasien, tenaga di Rumah Sakit, dan masyarakat akan bangunan dan Prasarana Rumah Sakit yang memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan. 3. Pembinaan dan pengawasan berupa pemberian bimbingan, supervisi, monitoring dan evaluasi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan, dan kegiatan pemberdayaan lain. 4. Dalam rangka pengawasan, Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota dapat memberikan tindakan administratif sesuai dengan kewenangan masingmasing. Tindakan administratif berupa: a. teguran lisan, b. teguran tertulis, c. tidak diberikan izin mendirikan Rumah Sakit, d. tidak diperpanjang izin operasional Rumah Sakit; dan/atau e. pencabutan izin operasional Rumah Sakit. 5. Tindakan administratif dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 52

59 2.4 Tinjauan Tema Green building Menurut Nugroho (2011) dan Pambudi dan Handayani (2014) Konsep Green Building bermula sejak datangnya isu tentang pemanasan global. Faktor pemicu pemanasan global ini yaitu semakin menurunnya daya dukung lingkungan akibat pencemaran atau poluasi dan ekploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Menurut Sudarwani (2012) Green Architecture ialah sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal. Menurut GBCI (Green Building Council Indonesia, 2011), Secara definisi Green Building adalah bangunan yang dimana sejak mulai dalam tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga dalam operasional pemeliharaannya memperlihatkan aspek aspek dalam melindungi, menghemat, serta mengurangi penggunaan sumber daya alam, menjaga mutu dari kualitas udara di ruangan, dan memperhatikan kesehatan penghuninya yang semuanya berpegang pada kaidah pembangunan yang berkesinambungan. Menurut Rachmayanti dan Roesli (2014) dan Putri, dkk (2012) Konsep Green Buiding merupakan salah satu upaya penghematan energi yang dapat diterapkan pada suatu gedung dan juga bertujuan untuk melindungi sumber daya alam yang ada serta meminimalisir kerusakan yang ada.konsep ini diterapkan mulai dari saat perencaanan, pelaksanaan pembangunan hingga pengoperasionalan pada bangunan itu sendiri. Rachmayanti dan Roesli (2014) menjelaskan penerapan Green Architecture dalam arsitektur bangunan dapat dikenali dengan penggunaan beberapa konsep seperti: 1. Memiliki Konsep High Perfomance Building dan Earth Friendly Dilihat dari dinding bangunan, terdapat kaca di beberapa bagiannya, yang berfungsi untuk menghemat penggunaan daya listrik pada bangunan (penggunaan pencahayaan lampu). Menggunakan energi alam seperti matahari ataupun angin. Pemanfaatan bahan-bahan bangunan yang cenderung ramah lingkungan seperti keramik dan sebagainya. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 53

60 2. Memiliki Konsep Sustainable Bila lahan lingkungan wilayah yang digunakan sangat terbatas, dengan konsep alamiah dan natural, dipadukan dengan konsep teknologi tinggi, bangunan ini memungkinkan dapat terus bertahan dalam jangka panjang karena tidak merusak lingkungan sekitar yang ada. 3. Memiliki Konsep Future Healthly Dapat dilihat dari penggunaaan tanaman baik dalam interior maupun eksterior bangunan. Tanaman yang rindang membuat iklim udara yang sejuk dan sehat bagi kehidupan sekitar, lingkungan tampak tenang. 4. Memiliki Konsep Climate Supportly Konsep penghijauan sangat cocok untuk iklim yang masih tergolong tropis (khatulistiwa). Pada saat penghujan, dapat sebagai resapan air, dan pada saat kemarau, dapat sebagai penyejuk udara. 5. Memiliki Konsep Esthetic Usefully Penggunaan green roof pada bangunan yang dapat memberi keindahan serta menyatu dengan alam, juga dapat digunakan sebagai penadah air, untuk proses pendingin ruangan alami karena sinar matahari tidak diserap beton secara langsung, sehingga dapat menurunkan suhu panas di siang hari dan terasa sejuk di malam hari. Bangunan hijau (Green Building) mengacu pada struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidup bangunan: dari penentuan tapak sampai desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi pembongkaran, dan. Praktik ini memperluas dan melengkapi desain bangunan klasik keprihatinan ekonomi, daya tahan utilitas dan kenyamanan Prinsip Green Architecture Menurut Brenda dan Robert Vale dalam buku Green Architecture: Design for A Sustainable Future, ada 6 prinsip dasar dalam perencanaan Green Architecture: 1. Conserving energy (Hemat Energi) Sebuah bangunan seharusnya didesain / dibangun dengan pertimbangan operasi bangunan yang meminimalisir penggunaan bahan bakar dari fosil. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 54

61 2. Working with climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami) Bangunan seharusnya didesain untuk bekerja dengan baik dengan iklim dan sumber daya energi alam. 3. Minimizing new resources (Meminimalkan sumber daya baru) Bangunan seharusnya didesain untuk meminimalisir penggunaan sumber daya dan pada akhir penggunaannya bisa digunakan untuk hal (arsitektur) lainnya. 4. Respect for users (Memperhatikan pengguna bangunan) Green architecture mempertimbangkan kepentingan manusia didalamnya. 5. Respect for site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan) Bangunan didesain dengan sesedikit mungkin merusak alam. 6. Holism Semua prinsip diatas harus secara menyeluruh dijadikan sebagai pendekatan dalam membangun sebuah lingkungan Strategi Desain Berdasarkan Alison G.Kwok, AIA dan Walter T. Grondzik, PE dalam buku The Green Studio Handbook, Environmental strategies for schematic design ) Ada 6 strategi utama yang bisa diterapkan dalam desain green architecture yaitu: a. Envelope : berkaitan dengan pelingkup ruang b. Lighting : berkaitan dengan pencahayaan c. Heating : berkaitan dengan pemanasan d. Cooling : berkaitan dengan pendinginan e. Energy production : berkaitan dengan produksi energy f. Water and waste : berkaitan dengan air dan sampah 1. Envelope Aplikasi yang bisa dilakukan yang berkaitan dengan envelope (pelingkup) adalah: a. Insulation Material adalah material tambahan yang berfungsi menghambat transfer energi panas melalui pelingkup ruang b. Structural Insulated Panels (SIPs) adalah panel struktur yang telah dilengkapi dengan material insulasi sehingga dapat menghambat transfer energi panas c. Double envelopes adalah penggunaan pelingkup ganda. Biasanya digunakan pada pelingkup transparan. Terdiri dari 3 bagian yaitu: Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 55

62 Outer facade: berfungsi sebagai pelindung dari cuaca dan isolasi akustik awal Intermediate space: berfungsi sebagai buffer thermal Inner facade: berfungsi sebagai optimum thermal barrier Dengan pengunaan double envelope ini, transfer energi panas dapat dihambat d. Green Roof adalah penggunaan atap bertanaman. Dengan menggunakan atap bertanaman bisa menurunkan suhu pada bagian atap dan ruangan dibawahnya beberapa derajat. 2. Lighting Aplikasi yang bisa dilakukan yang berkaitan dengan lighting (pencahayaan) adalah: a. Daylight Factor (DF) adalah perbandingan intensitas di dalam ruangan dengan di luar ruangan Faktor yang mempengaruhi DF antara lain: 1. Ukuran lubang pemasuk cahaya (seperti jendela, skylight dan lain-lain). 2. Lokasi lubang pemasuk cahaya (seperti sidelighting, toplighting dan lain-lain). 3. Akses untuk cahaya matahari (seperti pertimbangan site, bangunan, Furnitur dan lain-lain). 4. Geometri ruang ( seperti tinggi, lebar dan kedalaman). 5. Lokasi daerah yang menarik dari lubang pemasuk cahaya. 6. Pantulan permukaan ruang dan isinya. 7. Pantulan benda-benda diluar ruang yang mempengaruhi pada cahaya matahari yang masuk melalui lubang pemasuk cahaya. 8. Daylight zoning adalah pengelompokan ruangan dengan kebutuhan penerangan yang sama. Efeknya adalah pada penempatan posisi ruang terhadap sumber cahaya. 9. Toplighting adalah strategi pencahayaan alami dengan lubang masuk cahaya berada di atas / atap. 10. Sidelighting adalah strategi pencahayaan alami dengan lubang masuk cahaya berada di samping. Efek dalam desain adalah penentuan ukuran jendela. 11. Light shelves adalah permukaan yang digunakan untuk mendistribusikan dan mengurangi penerangan berlebih cahaya matahari yang masuk dari sidelighting. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 56

63 12. Internal reflectances adalah permukaan yang digunakan untuk memantulkan cahaya yang ada / masuk dalam ruang.permukaan ini akan mempengaruhi kualitas pencahayaan dalam ruang. 13. Shading devices adalah permukaan yang digunakan untuk menghalangi cahaya matahari. Ada 2 macam: Shading devices tetap. Shading devices bergerak. Efek penggunaan: Mengurangi beban pendinginan. Solar access when desired. Mengurangi silau. Electric lighting adalah pencahayaan tambahan menggunakan energi listrik. 3. Cooling Aplikasi yang bisa dilakukan yang berkaitan dengan cooling (pendinginan) adalah: a. Cross ventilation adalah airan udara dingin dari luar ruangan ke dalam ruang dan membawa udara panas keluar ruangan. b. Stack ventilation adalah sistem ventilasi yang bekerja berdasarkan sifat udara terhadap temperatur. Prinsip dasar a. Udara panas punya kerapatan rendah, bersifat ringan dan bergerak ke atas. b. Udara lain yang lebih dingin akan mengisi ruang kosong yang ditinggalkan udara panas yang bergerak ke atas. c. Earth cooling tubes adalah pendinginan ruangan menggunakan udara yang dilewatkan dibawah tanah. Selama perjalanan dibawah tanah udara didinginkan sesuai suhu tanah. d. Earth sheltering adalah pendinginan ruangan menggunakan suhu tanah karena sebagian pelingkup ruang langsung berbatasan dengan tanah. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 57

64 4. Water and Waste Aplikasi yang bisa dilakukan yang berkaitan dengan water and waste (air dan sampah/limbah) adalah: a. Water reuse / recycling adalah penggunaan kembali air setelah melalui pengolahan. Biasanya air yang diolah berasal dari grey water dan bukan dari black water. b. Water reuse: penggunaan kembali air untuk aplikasi yang lain. c. Water recycling: penggunaan kembali air untuk aplikasi yang sama. d. Living machines adalah sistem pengolahan limbah dengan melalui serangkaian tangki anaerobik dan aerobik sebagai rumah bakteri yang menkonsumsi patogen, karbon, dan nutrisi lainnya dalam air limbah. Tipe living machines yang sering digunakan adalah sistem hidroponik yang menggunakan bakteri dan tanaman. e. Rainwater harvesting adalah mengumpulkan air hujan untuk berbagai keperluan. Ada 2 skala pengguna: 1. Sistem kecil: mengumpulkan air hujan pada atap untuk penggunaan domestik. 2. Sistem besar: menggunakan penyaring besar untuk keperluan pengairan tanaman. 3. Pervious surfaces adalah penutup permukaan tanah yang memungkinkan air masuk dan mengalir ke lapisan yang lebih bawah. 4. Bioswales adalah penanaman tumbuhan pada aliran air dangkal terbuka yang berguna sebagai penyaring dan memperlambat aliran air permukaan. 5. Retention ponds adalah kolam yang digunakan untuk mengontrol dan menghilangkan polutan dari air dalam site. Fungsi umum adalah menangkap, menyimpan, membersihkan, memperlambat aliran air dan memungkinnya meresap ke dalam tanah GBCI (Green Building Council Indonesia) Bangunan hijau adalah bangunan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien dari sejak perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pemanfaatan, pemeliharaan, sampai dekonstruksi. Berikut adalah beberapa kriteria penerapan GBCI pada bangunan: 1. Appropriate Site Development a. Terdapat minimal 5 jenis fasilitas umum dalam jarak pencapaian jalan utama sejauh 1500 m dari tapak. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 58

65 b. Menyediakan fasilitas pejalan kaki yang aman, nyaman dan bebas dari perpotongan akses kendaraan bermotor untuk menghubungkan minimal 3 fasilitas umum diatas dan atau dengan stasiun transportasi masal. c. Menyediakan shuttle bus bagi pengguna gedung untuk mencapai stasiun transportasi umum atau car pooling yang terintegrasi dengan shuttle bus tersebut. Jumlah bus minimum 2 unit. d. Adanya implementasi dari salah satu opsi: car pooling, feeder bus, voucher kendaraan umum, dan diskriminasi tarif parkir 2. Energy Efficiency & Conservation a. Memperlihatkan adanya penghematan energi 5 % atau lebih pada 6 bulan terakhir. b. Panduan pengoperasian dan pemeliharaan seluruh sistem AC (chiller, Air Handling Unit, cooling tower). 3. Water Conservation a. Menggunakan air daur ulang dengan kapasitas yang cukup untuk kebutuhan flushing WC sesuai dengan standar WHO untuk medium contact (<100 Fecal Coliform /100 ml). b. Mempunyai sistem air daur ulang yang keluarannya setara dengan standar air bersih sesuai Permenkes No. 416 thn 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air untuk memenuhi kebutuhan air bersih. c. Menggunakan air daur ulang dengan kapasitas yang cukup untuk kebutuhan make up water cooling tower. Tolok Ukur ini hanya berlaku bagi gedung yang menggunakan cooling tower pada sistem pendinginnya. d. d. 100 % kebutuhan irigasi tidak bersumber dari sumber air primer gedung (PDAM dan air tanah) e. Memantau konsumsi air pada sub-sistem gedung. f. 50% penggunaan keran air pada area public menggunakan fitur auto stop g. 80% penggunaan keran air pada area public menggunakan fitur auto stop. h. Meminimalisasi pemborosan dengan pengontrolan perilaku pengguna air dengan pemakaian fixture pengontrol air pada gedung. 4. Material Resource and Cycle a. Mendorong penggunaan material yang ramah lingkungan, seperti: Produksi regional Bersertifikat SNI / ISO / ecolabel Material yang dapat didaur ulang (recycle) Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 59

66 Material Bekas (reuse) Material Terbarukan (renewable) Kayu bersertifikas Material modular atau Pre fabrikas Lampu yang tidak mengandung merkuri Insulasi yang tidak mengandung styrene Plafond atau Partisi yang tidak mengandung asbestos Produk kayu komposit dan agrifiber beremisi formaldehyde rendah Produk cat dan karpet yang beremisi VOC rendah b. Adanya surat pernyataan yang memuat kebijakan manajemen puncak yang mengatur pengelolaan sampah berdasarkan pemisahan antara: Sampah Organik Sampah Anorganik Sampah yang Mengandung B3 c. Mengurangi dampak kerusakan lapisan ozon akibat penggunaan material yang mengandung Ozone d. Jika telah melakukan pemilahan organik dan anorganik, melakukan pengolahan sampah organik secara mandiri atau bekerja sama dengan badan resmi pengolahan limbah organik. e. Adanya upaya pengurangan sampah kemasan yang terbuat dari styrofoam dan non-food grade plastic. f. Adanya upaya penanganan sampah dari kegiatan renovasi ke pihak ketiga minimal 10% dari total anggaran renovasi dalam 6 bulan terakhir untuk sertifikasi perdana g. Jika telah melakukan pemilahan organik dan anorganik, melakukan pengolahan sampah anorganik secara mandiri atau bekerja sama dengan badan resmi pengolahan limbah anorganik yang memiliki prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). 5. Indoor Health and Comfort a. Mengatur tingkat pencahayaan yang sesuai dengan daya akomodasi mata untuk menjaga kenyamanan visual b. Untuk ruang parkir tertutup di dalam gedung dilengkapi dengan instalasi sensor gas karbon monoksida (CO) yang memiliki mekanisme untuk Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 60

67 mengatur jumlah ventilasi udara luar sehingga konsentrasi CO di dalam ruangan tidak lebih dari 23 ppm. Sensor diletakkan 50 cm di atas lantai dekat exhaust grille. 6. Building Environment Management a. Untuk bangunan yang dipakai sendiri, memiliki SOP dan Training yang mencakup upaya-upaya untuk memenuhi kriteriakriteria dalam GREENSHIP for Existing Building minimum 1 rating dalam tiap kategori ASD, EEC, WAC, IHC dan MRC. b. Adanya jadwal berkala minimum tiap 6 bulan & Program Training dalam pengoperasian dan pemeliharaan untuk tapak, energi, air, material dan HSES Sertifikasi Rujukan Sertifikasi yang menjadi rujukan dalam desain green apartment ini adalah Green Building Index (GBI). Green Building Index (GBI) adalah sebuah sistem penilaian lingkungan untuk bangunan yang dikembangkan oleh PAM (Pertubuhan Arkitek Malaysia) dan ACEM (Perhimpunan Konsultan Teknik Malaysia). Green Building Index (GBI) memberikan penilaian berdasarkan 6 kriteria utama, yaitu: Efisiensi Energi Kualitas lingkungan dalam ruang Perencanaan dan manajemen lahan yang berkelanjutan Material dan Sumber daya Efisiensi air Inovasi yang berkaitan dengan green building Pada tabel 7 berikut ini nilai maksimum dalam penilaian 6 kriteria utama GBI, yaitu: Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 61

68 Tabel 7. Kriterian GBI (Sumber : dalam Asrial) Pada tabel 8 berikut ini merupakan klasifikasi nilai pada GBI : Tabel 8. Klasifikasi Nilai GBI (Sumber : dalam Asrial) Pada tabel di bawah ini merupakan item dari masing-masing kriteria desain. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 62

69 Tabel 9. Kriteria Skor GBI (Sumber : dalam Asrial) Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 63

70 2.5. Studi Banding Rumah Sakit Penididikan di Indonesia Pada studi preseden (studi banding) rumah sakit pendidikan yang ada di Indonesia, mengambil studi rumah sakit pendidikan yang ada di Lampung. Berikut ini data dan analisanya. Nama proyek Principal Architect Project Architect Architecture Firm Owner Lokasi Status Luas Lahan Luas Bangunan : Rumah Sakit Pendidikan Universitas Lampung : Ir. Adi Utomo Hatmoko, M.Arch : Mario Andreti, ST : PT. Global Rancang Selaras dengan PT. Patroon Arsindo : Universitas Lampung : Jalan Pagar Alam, Bandar Lampung, Indonesia : Underconstruction : m2 : m2 Desain : 2010 Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 64

71 Gambar 23. Perspektif Eksterior Sumber: Bangunan Rumah Sakit Pendidikan Universitas Lampung (RSP Unila), direncanakan berada pada kawasan Universitas Lampung. Dengan lokasi yang strategis berada tepat dipinggir jalan Pagar Alam, memudahkan akses menuju rumah sakit ini. RSP Unila ini adalah RS Tipe B yang dilengkapi dengan fasilitas pendidikan untuk para calon dokter. Memiliki kapasitas 240 tempat tidur, dan fasilitas medik lainnya yang lengkap, diharapkan RSP Unila ini nantinya akan meningkatkan mutu layanan kesehatan di wilayah Bandar Lampung dan sekitarnya. Dimana dari hasil studi kelayakan didapatkan fakta bahwa rasio kapasitas tempat tidur rumah sakit dan jumlah masyarakat yang ada di Lampung masih sangat kurang. Gambar 24. Perencanaan Zonasi Kawasan Sumber: Keunggulan desain dari bangunan RSP Unila ini adalah pemanfaat lahan pengembangan yang luas, menjadi masa-masa bangunan yang tersusun baik, dengan connecting berupa selasar dan jembatan disetiap lantai. Sehingga sirkulasi penggunan gedung akan dapat berjalan baik dan efisien karena zonasi juga disesuaikan dengan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 65

72 mempertimbangkan hubungan antar zona dari fungsi masing-masing ruangan. Sebagai contoh, kedekatan fungsi antara zona ruang bedah dan ICU, sehingga dibuat berada dalam satu lantai bersebelahan. Selain itu peletakkan fungsi didalam masing-masing gedung juga disesuaikan dengan rencana pembangunan yang bertahap, sehingga pembangunan gedung ditahap akhir tidak mengganggu aktifitas di gedung yang sudah dibangun ditahap awal. Gambar 25. Siteplan Sumber: Pembangunan RSP Unila merupakan langkah pengembangan yang dilakukan oleh Universitas Lampung yang memiliki fakultas Kedokteran sebagai salah satu unggulannya. Jika merujuk pada Standar Pendidikan Kedokteran yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, terdapat aturan pelaksanaan pendidikan pada fakultas kedokteran, yaitu: 1. Pendidikan bagi calon dokter dan dokter gigi harus dilakukan di Rumah Sakit Pendidikan 2. Fakultas Kedokteran harus memiliki Rumah Sakit Pendidikan. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 66

73 Gambar 26. Konsep Desain Sumber: Gambar 27. Program Ruang perlantai Sumber: RSP Unila ini terdiri dari enam gedung utama, dimana tiga gedung empat lantai didepan berfungsi sebagai fasilitas layanan kesehatan, antara lain: Instalasi Gawat Darurat, Poliklinik, Instalasi Rawat Inap, Radiologi, Intensive care unit (ICU), Bedah sentral (Operating theatre), Ruang Bersalin, Laboratorium, Farmasi, dan fasilitas lainnya. Sementara tiga gedung empat lantai dibelakang berfungsi sebagai fasilitas pendidikan bagi para mahasiswa dan dosen fakultas kedokteran Unila, terdiri dari fungsi ruang kelas, ruang riset, lab-skill, auditorium, dan kantor bagi staff pengajar fakultas kedokteran. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 67

74 Gambar 28. Mekanisme Pencahayaan dan Penghawaan Sumber: Gambar 29. Jalur Sirkulasi Orang Sumber: Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 68

75 Gambar 30. Denah Lantai Basement RSP UNILA Sumber: Gambar 31. Denah Lantai 1 RSP UNILA Sumber: Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 69

76 Gambar 32. Denah Lantai 2 RSP UNILA Sumber: Gambar 33. Denah Lantai 3 RSP UNILA Sumber: Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 70

77 Gambar 34. Denah Lantai 4 RSP UNILA Sumber: Rumah Sakit Pendidikan di Luar Negri Rumah Sakit Arizona Phoenix Anak, dirancang dan direnovasi oleh HKS Arsitek, merupakan fasilitas tower 11 lantai yang merupakan salah satu kampus pediatrik terbesar di negara ini. Bangunan ini merupakan bagian dari kampus yang lebih besar dan bagian dari masyarakat Phoenix, yang merupakan faktor dalam menentukan estetika arsitektur baru. Tim desain ditantang untuk meningkatkan kampus, meningkatkan pada perencanaan yang ada dan fleksibilitas, dan tetap setia kepada visi fasilitas untuk menyediakan perawatan anak-anak dalam suasana yang nyaman. Pemrograman, fungsi rawat jalan dan rawat inap yang terletak di salah satu menara. Susun dan pengelompokan program dalam menara ini jarak perjalanan penurunan antara berbagai bagian dari fasilitas dan meningkatkan orientasi. Estetika menara mencerminkan bunga gurun mekar dan dibagi menjadi tiga bagian. fasad yang diselingi oleh berlayar yang membagi interior bangunan dan masuk ke dalam cerita tiga atrium bawah. berlayar ini adalah sebuah mercusuar yang menyambut keluarga ke dalam fasilitas dan diterangi dengan warna-warna cerah membuat cahaya interior dari dalam. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 71

78 Gambar 35. Perspektif Eksterior Phoenix Children's Hospital Sumber: Dari eksterior, fasilitas bersinar di malam hari harus dilihat dari masyarakat. Komponen utama dari fasilitas ini adalah akses visual yang diberikannya ke luar dengan pemandangan yang tersedia dari kamar pasien dan ruang publik termasuk lift, ruang bermain dan kafe, ruang tunggu dan koridor. Gambar 36. Interior Phoenix Children's Hospital Sumber: Misi fasilitas ini dikhususkan untuk memberikan perawatan dan kenyamanan untuk seluruh keluarga dan tidak hanya pasien. Oleh karena itu, HKS Arsitek merawat untuk menyediakan lingkungan nyaman dengan lansekap subur, berwarna cerah dan patung lucu Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 72

79 dan kehidupan tanaman asli. Hari-pencahayaan juga digunakan untuk menundukkan dan menenangkan ruang utama seperti ruang tunggu, serta ruang tanda baca seperti koridor. Gambar 37. Aksonometri Bangunan Phoenix Children's Hospital Sumber: Bahan yang dipilih untuk meminimalkan off-penyerangan dgn gas beracun, dan memaksimalkan bahan daur ulang dan diproduksi secara lokal. pemulihan panas dan penggunaan air juga dianalisis untuk menyediakan lingkungan terbaik. Opsi yang dipilih dihasilkan penghematan energi lebih dari $ per tahun dengan waktu pengembalian modal 4,5 tahun dan penghematan air dari galon per tahun. Fasilitas ini juga dirancang dengan pertumbuhan dan ekspansi dalam pikiran. fase Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 73

80 berikutnya yang diramalkan di sisi barat dari fasilitas dan kemudian ke timur, di mana bangunan asli, yang telah melampaui harapan hidup mereka akan diganti. Gambar 38. Siteplan Phoenix Children's Hospital Sumber: Gambar 39. Lantai Bassement Phoenix Children's Hospital Sumber: Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 74

81 Gambar 40. Denah Lantai 1 Phoenix Children's Hospital Sumber: Gambar 41. Denah Lantai 2 Phoenix Children's Hospital Sumber: Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 75

82 Gambar 42. Denah Lantai 3 Phoenix Children's Hospital Sumber: Gambar 43. Denah Lantai 4 Phoenix Children's Hospital Sumber: Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 76

83 Gambar 44. Denah Lantai 5 Phoenix Children's Hospital Sumber: Gambar 45. Denah Lantai 6 Phoenix Children's Hospital Sumber: Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 77

BAB II : TINJAUAN UMUM

BAB II : TINJAUAN UMUM BAB II : TINJAUAN UMUM 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK) Berikut ini merupakan dasar pemahaman terhadap kerangka acuan kerja: 2.1.1. Dasar Pemikiran Secara spesifik lokasi pembangunan

Lebih terperinci

BAB II : TINJAUAN UMUM

BAB II : TINJAUAN UMUM BAB II : TINJAUAN UMUM 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK) Berikut merupakan dasar pemahaman terhadap kerangka acuan kerja: Judul Perancangan Rumah Sakit pendidikan di Jatisampurna-Bekasi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN SITE KARAWACI - TANGERANG. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Arsitektur Strata1(S-1)

TUGAS AKHIR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN SITE KARAWACI - TANGERANG. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Arsitektur Strata1(S-1) TUGAS AKHIR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN SITE KARAWACI - TANGERANG Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Arsitektur Strata1(S-1) Disusun oleh: Nama : Nim : PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

Lebih terperinci

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja BAB II: STUDI 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja yang telah diberikan sebagai pedoman awal dalam perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Umum Jakarta Selatan.

Lebih terperinci

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB III : DATA DAN ANALISA Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Rumah Sakit Umum Daerah ( kelas B ) Jakarta selatan. dengan penekanan bangunan yang ICONIC melalui Green Architecture BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1 Data

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115 BAB I PENDAHULUAN Laporan perancangan ini sebagai tindak lanjut dari Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur dan menjadi satu rangkaian dengan perancangan fisik Rumah sakit Islam Madinah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN JATISAMPURNA - BEKASI

TUGAS AKHIR PERANCANGAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN JATISAMPURNA - BEKASI TUGAS AKHIR PERANCANGAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN JATISAMPURNA - BEKASI Diajukan sebagai syarat untuk meraih Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Nama : RUHENDAR NIM : PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemahaman terhadap KAK Definisi Ruang pada KAK Unit Gawat Darurat (UGD) Salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit

Lebih terperinci

No Pengguna Kegiatan Nama Ruang Persyaratan Standard Kapasitas Unit Luas Satuan (m 2 ) Luas Total (m 2 ) Sumber

No Pengguna Kegiatan Nama Ruang Persyaratan Standard Kapasitas Unit Luas Satuan (m 2 ) Luas Total (m 2 ) Sumber No Pengguna Kegiatan Nama Ruang Persyaratan Standard Kapasitas Unit Luas Satuan (m 2 ) Luas Total (m 2 ) Sumber Keterangan Instalasi Rawat Jalan 1 Pasien, pengunjung Menunggu saat melakukan pendaftaran

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 6.1 Perencanaan 6.1.1 Program Ruang A. Berdasarkan Kelompok Ruang Pada gedung paviliun II garuda RSUP Dr. Kariadi, ruang-ruang dibuat sesuai No. dengan

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH... i ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR DIAGRAM... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA II.1. Tanggapan Terhadap Kerangka Acuan Kerja II.1.1. Dasar Pemikiran Berdasarkan KAK (Kerangka Acuan Kerja) yang telah diberikan sebagai pedoman awal perencanaan dan perancangan Rumah

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Konsep Dasar Penyakit merupakan salah satu penyebab stres, jika penyakit itu terus-menerus menempel pada tubuh seseorang, dengan kata lain penyakit itu sulit

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 30 Tahun 2001 Seri D ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA

Lebih terperinci

BAB 6 MASTER PLAN & RENCANA PENTAHAPAN

BAB 6 MASTER PLAN & RENCANA PENTAHAPAN BAB 6 MASTER PLAN & RENCANA PENTAHAPAN Pengadaan dan Pentahapan Penyediaan Rumah Sakit ini adalah bagian utama dari suatu Laporan Rencana Induk/ Master Plan Rumah Sakit, karena pada bagian ini akan didapat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Badan Layanan Umum. RSUP. DR. Mohammad Hoesin Palembang. Tarif.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Badan Layanan Umum. RSUP. DR. Mohammad Hoesin Palembang. Tarif. No.734, 2014. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Badan Layanan Umum. RSUP. DR. Mohammad Hoesin Palembang. Tarif. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100/PMK.05/2014 TENTANG TARIF

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN KELAS III PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR PERANCANGAN GEDUNG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN KELAS B SATELIT

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR PERANCANGAN GEDUNG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN KELAS B SATELIT LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR PERANCANGAN GEDUNG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN KELAS B SATELIT DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAS SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR Disusun Oleh:

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. LATAR BELAKANG... 1 1.2. TUJUAN DAN SASARAN...

Lebih terperinci

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana 126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: Definisi lain tentang rumah sakit, seperti dalam Undang-Undang Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: Definisi lain tentang rumah sakit, seperti dalam Undang-Undang Nomor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Rumah Sakit 2.1.1 Pengertian Rumah Sakit Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Proyek instalasi Listrik Rumah Sakit Royal Sanur ini mulai dikerjakan pada tanggal sampai saat ini. Semua pekerjaan termasuk penyusunan skripsi

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAKARTA SELATAN Arsitektur Tropis

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAKARTA SELATAN Arsitektur Tropis LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAKARTA SELATAN DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR Disusun Oleh: DATIP M KOSWARI

Lebih terperinci

1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 65 1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek pada mulanya merupakan Rumah Sakit Onderneming Pemerintahan hindia belanda yang

Lebih terperinci

BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja BAB II: STUDI 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau Terms Of Reference (TOR) adalah satu petunjuk atau dasar dari sebuah rencana suatu pekerjaan. Penyusunan Kerangka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan 3.1.Lokasi Penelitian Rumah Sakit Medika Permata Hijau yang menjadi objek penelitian penulis merupakan Rumah Sakit umum swasta yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja BAB II: STUDI 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Berdasarakan Dari kerangka acuan kerja dapat dipahami bahwa Desain Rumah Sakit Jakarta Selatan yang diharapkan Pemda DKI Jakarta adalah desain

Lebih terperinci

3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992;

3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992; PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a.

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115 LOKASI TAPAK Jl. Ngunut I, Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung-Jawa Timur Terletak di luar perencanaan BWK Kabupaten Tulungagung Luas Lahan ±14.823,28 m 2 Jl. Jatiwayang Jl. Jatiwayang 7.00 PERATURAN

Lebih terperinci

Analisa Program Kebersihan Lingkungan Rumah Sakit PPI RSIA CICIK

Analisa Program Kebersihan Lingkungan Rumah Sakit PPI RSIA CICIK Analisa Program Kebersihan Lingkungan Rumah Sakit PPI RSIA CICIK (Berdasarkan KepMenkes RI no. 1204/KEPMENKES/SK/X/2004) 1. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit No Apek yang Dinilai Sudah 1. Pagar atau batas

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 115 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENETAPAN BESARAN TARIF PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALINAU NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MALINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALINAU,

Lebih terperinci

Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BERKAH

Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BERKAH Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BERKAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Lebih terperinci

arsitektur fakultas teknik sipil dan perencanaan

arsitektur fakultas teknik sipil dan perencanaan TUGAS AKHIR RA 091381 RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT green dentistry LIZA DEWI 3207 100 092 Dosen Pembimbing : Ir. Erwin Sudarma, MT Dosen Koordinator : Ir. M. Salatoen P, MT arsitektur fakultas teknik sipil

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan Rumah sakit Sulianti Saroso ini menggunakan tema Arsitektur sirkulasi. Hal ini ditekankan pada : 1. Pemisahan akses dari dan ke instalasi

Lebih terperinci

PROFIL. RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG

PROFIL. RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG PROFIL RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG STATUS RSUD Dr.ISKAK Milik Pemerintah Kabupaten Tulungagung Mulai 31 Desember 2008 telah ditetapkan sebagai PPKBLUD. Tahun 2015 di tetapkan sebagai RS Rujukan Regional

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 I. Pelayanan RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat RSUD Patut Patuh Patju kabupaten Lombok Barat merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RAWAT JALAN EKSEKUTIF DI RUMAH SAKIT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RAWAT JALAN EKSEKUTIF DI RUMAH SAKIT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RAWAT JALAN EKSEKUTIF DI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR: 12 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. Langkah-langkah untuk menerapkan Konsep Green Hospital, yaitu :

BAB IV KONSEP. Langkah-langkah untuk menerapkan Konsep Green Hospital, yaitu : BAB IV KONSEP IV.1. Konsep Dasar Green Hospital merupakan rumah sakit yang berwawasan lingkungan dan jawaban atas tuntutan kebutuhan pelayanan dari pelanggan rumah sakit yang telah bergeser ke arah pelayanan

Lebih terperinci

TARIF LAYANAN BERDASARKAN KELAS BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG PADA KEMENTERIAN KESEHATAN TARIF NON KELAS III

TARIF LAYANAN BERDASARKAN KELAS BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG PADA KEMENTERIAN KESEHATAN TARIF NON KELAS III LAMPIRAN I PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100/PMK.OS/2014 TENTANG TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr.MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG PADA KEMENTERJAN KESEHATAN MENTERIKEUANGAN

Lebih terperinci

2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah diberikan sebagai pedoman awal dalam perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Pendidikan

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.315, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. ORTA RS Kelas B dr. Suyoto. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2018 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT KELAS

Lebih terperinci

WARNA/KELOMPOK MAP BERKAS PELAMAR CPNS KEMENKES

WARNA/KELOMPOK MAP BERKAS PELAMAR CPNS KEMENKES I KUNING (D-IV/S1/S2 Apoteker Dokter Gigi Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut Dokter Gigi Spesialis Endodotik Dokter Gigi Spesialis Gigi Anak Dokter Gigi Spesialis Gigi dan Mulut Dokter Gigi Spesialis Konservasi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR, BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR, Menimbang : Mengingat a. bahwa rumah sakit merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini

Lebih terperinci

G U B E R N U R J A M B I

G U B E R N U R J A M B I G U B E R N U R J A M B I PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Tapak 5.1.1 Perletakan Bangunan Adapun konsep tapak diuraikan sebagai berikut: Bangunan RSO ini bermassa banyak Letak bangunan diberi jarak dengan jalan raya Rawat inap

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KOTA SEMARANG DENGAN KONSEP HEALING ENVIRONMENT

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KOTA SEMARANG DENGAN KONSEP HEALING ENVIRONMENT RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KOTA SEMARANG DENGAN KONSEP HEALING ENVIRONMENT Oleh : Indah Dwi Putria S, Wijayanti, Bambang Supriyadi Kota Semarang merupakan ibukota provinsi Jawa Tengah, jumlah penduduk Kota

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 6.1. Program Ruang Rekapitulasi program ruang Rumah Sakit Umum Daerah Bendan Kota Pekalongan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Rekapitulasi

Lebih terperinci

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Dewasa ini kehidupan modern telah menjadi prioritas utama bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia, khususnya kalangan masyarakat ekonomi menengah dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum RSUD Bekasi 1. Sejarah berdirinya RSUD Bekasi RSUD Bekasi didirikan pada tahun 1939, pada waktu itu masih berupa poliklinik dengan sarana yang sangat minim

Lebih terperinci

KEBIJAKAN BANGUNAN, PRASARANA & PERALATAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

KEBIJAKAN BANGUNAN, PRASARANA & PERALATAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT KEBIJAKAN BANGUNAN, PRASARANA & PERALATAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT PADA ACARA SEMINAR PERAN HOSPITAL ENGINEERING DALAM PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DIREKTUR JENDRAL PENDIDIKAN TINGGI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA Analisa Fungsi, aktivitas, pengguna dan ruang Analisa Fungsi

BAB IV ANALISA Analisa Fungsi, aktivitas, pengguna dan ruang Analisa Fungsi 110 BAB IV ANALISA 4.1. Analisa Fungsi, aktivitas, pengguna dan ruang 4.1.1. Analisa Fungsi Ada 3 Fungsi Balai Pengobatan Kanker Terpadu di Kota Malang, yakni fungsi Primer, sekunder dan penunjang. Tabel

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 029 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 416/MENKES/PER/II/2011 TENTANG

Lebih terperinci

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB III : DATA DAN ANALISA BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1. Data Non Fisik Berikut ini data non fisik untuk perancangan rumah sakit pendidikan ini terdiri dari: 3.1.1. Data Kepemilikan Rumah Sakit Pendidikan Data yang terkait, yaitu:

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota BAB II PROFIL PERUSAHAAN A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi mulai dibangun oleh anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt. RUMAH SAKIT Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt. DASAR HUKUM RUMAH SAKIT UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. PerMenKes RI Nomor 1045/menkes/per/XI/2006 Tentang Pedoman organisasi rumah sakit di lingkungan

Lebih terperinci

KAJIAN RESIKO PENGENDALIAN INFEKSI MATRIX PENCEGAHAN UNTUK PEMBANGUNAN DAN RENOVASI

KAJIAN RESIKO PENGENDALIAN INFEKSI MATRIX PENCEGAHAN UNTUK PEMBANGUNAN DAN RENOVASI KAJIAN RESIKO PENGENDALIAN INFEKSI MATRIX PENCEGAHAN UNTUK PEMBANGUNAN DAN RENOVASI Langkah Pertama : Identifikasi Tipe Aktifitas Proyek Konstruksi (Tipe A-D) Tipe Aktifitas inspeksi dan non-invasif. A

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Peraturan pada tapak Lokasi Tapak : Jl. Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur Luas Lahan : 18.751,5 m 2 KDB : 40 % Luas

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30. p TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG STADAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT H.L. MANAMBAI ABDULKADIR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 10 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG BIAYA PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang

Lebih terperinci

(021) Direktur RSUD Kota Bekasi

(021) Direktur RSUD Kota Bekasi SPGDT PRA RUMAH SAKIT (021) 884 1005 Dr. dr. Titi Masrifahati, MKM Direktur RSUD Kota Bekasi Untuk melaksanakan SPGDT perlu dilakukan secara : Terkoordinasi antar berbagai sektor dan program terkait.

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Pengertian Tema yang akan diangkat dalam perancangan Rumah Sakit Islam Ini adalah Habluminallah wa Habluminannas yang berarti hubungan Manusia dengan Tuhan dan hubungan Manusia

Lebih terperinci

permanen yang difungsikan sementara sebagai Rumah Sakit. Pasal 12

permanen yang difungsikan sementara sebagai Rumah Sakit. Pasal 12 kontainer, atau bangunan permanen yang difungsikan sementara sebagai Rumah Sakit. Pasal 10 Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara proses perizinan Rumah Sakit bergerak dan Rumah Sakit lapangan sebagaimana

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT ORTOPEDI PUPUK KALTIM KOTA BONTANG

RUMAH SAKIT ORTOPEDI PUPUK KALTIM KOTA BONTANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RUMAH SAKIT ORTOPEDI PUPUK KALTIM KOTA BONTANG PENEKANAN DESAIN GREEN BUILDING Halaman Sampul Diajukan Oleh: Philin Sophia 21020113140123 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

DESAIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS B JAKARTA SELATAN

DESAIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS B JAKARTA SELATAN LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR DESAIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS B JAKARTA SELATAN DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR Disusun Oleh:

Lebih terperinci

BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1 Dasar Pendekatan Gedung paviliun garuda RSUP Dr. Kariadi kota Semarang akan berfungsi secara optimal jika mempunyai kriteria umum yang

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 -

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 34 IPMK. 05 I 2014 TENTANG TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL Dr.CJP'fO MANGUNKUSUMO JAKARTA PADA KEMENTERIAN KESEHATAN MENTERIKEUANGAN

Lebih terperinci

Kamar Operasi. Dewi Feri, ST., MKes

Kamar Operasi. Dewi Feri, ST., MKes Kamar Operasi Dewi Feri, ST., MKes Pendahuluan Kamar Operasi adalah salah satu fasilitas yang ada di rumah sakit dan termasuk sebagai fasilitas yang mempunyai banyak persyaratan. Fasilitas ini dipergunakan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum RSAB Harapan Kita 3.1.1 Sejarah RSAB Harapan Kita Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita pada awal berdirinya memiliki nama Rumah Sakit Anak

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER ABDOER RAHEM KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2007 TANGGAL 1 PEBRUARI 2007

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2007 TANGGAL 1 PEBRUARI 2007 LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2007 TANGGAL 1 PEBRUARI 2007 RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DAN FASILITAS LAINNYA PADA BADAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM dr. SLAMET KABUPATEN GARUT

Lebih terperinci

[RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KOTA SEMARANG]

[RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KOTA SEMARANG] BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 6.1. Konsep Dasar Perencanaan Konsep dasar perencanaan Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Semarang sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN 1.1 Kesimpulan Pada bab sebelumnya telah diuraikan pembahan mengenai Rumah Sakit Korban Lakalantas Kendal, sehingga dapat disimpulkan berbagai masalah, dan potensi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR RANCANGAN PERATURAN DAERAH INDRAGIRI HILIR NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PURI HUSADA TEMBILAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG POLA TARIF JASA PELAYANAN KESEHATAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

a. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda. b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda. Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu.

a. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda. b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda. Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu. Kamar Operasi 1 A. PENGERTIAN Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan keadaan suci hama (steril). B.

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG BESARNYA BIAYA JASA SARANA DAN BIAYA JASA PELAYANAN PADA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG BESARNYA BIAYA JASA SARANA DAN BIAYA JASA PELAYANAN PADA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG BESARNYA BIAYA JASA SARANA DAN BIAYA JASA PELAYANAN PADA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 54 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN RUMAH

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Batasan pengertian judul 1

DAFTAR ISI. Batasan pengertian judul 1 DAFTAR ISI Lembar Pengesahan Abstraksi Lembar Persembahan Kata pengantar Daftar isi Bab I. Pendahuluan Batasan pengertian judul 1 1. Latar belakang permasalahan 2 Latar belakang objek 2 Kondisi eksisting

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT UMUM KELAS C KABUPATEN CIREBON

RUMAH SAKIT UMUM KELAS C KABUPATEN CIREBON RUMAH SAKIT UMUM KELAS C KABUPATEN CIREBON RUMAH SAKIT UMUM KELAS C KABUPATEN CIREBON Oleh : Abu Chaerudin Kabupaten Cirebon merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang sedang berkembang, seperti

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH JL. BRIGJEND. SUDIARTO NO. 347 SEMARANG 2014 PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN A. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program Ruang Berikut adalah tabel program ruang yang akan digunakan sebagai acuan dalam perancangan Rumah Sakit

Lebih terperinci

Pengembangan RS Harum

Pengembangan RS Harum BAB IV ANALISA PERANCANGAN MENINGKATKAN RS KELAS B 4.1. STANDARISASI RS KELAS B 4.1.1. ALUR SIRKULASI PASIEN Alur Sirkulasi Pasien dalam Rumah Sakit adalah sebagai berikut: a. Pasien masuk rumah sakit

Lebih terperinci

Syarat Bangunan Gedung

Syarat Bangunan Gedung Syarat Bangunan Gedung http://www.imland.co.id I. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia sedang giatnya melaksanakan kegiatan pembangunan, karena hal tersebut merupakan rangkaian gerak perubahan menuju kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, perubahan dalam pelayanan kesehatan terjadi sangat cepat, tumbuhnya beberapa rumah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, perubahan dalam pelayanan kesehatan terjadi sangat cepat, tumbuhnya beberapa rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar bebas dengan kerangka Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada akhir tahun 2015 merupakan tantangan dan hambatan bangsa Indonesia kedepan. Khususnya bidang pelayanan

Lebih terperinci

Digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Digunakan untuk memeriksa suara dari dalam tubuh seperti detak jantung, usus, denyut nadi dan lain-lain

Digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Digunakan untuk memeriksa suara dari dalam tubuh seperti detak jantung, usus, denyut nadi dan lain-lain BEBERAPA PERALATAN DI RUANG ICU 1. Termometer 2. Stethoscope Digunakan untuk mengukur suhu tubuh 3. Tensimeter Digunakan untuk memeriksa suara dari dalam tubuh seperti detak jantung, usus, denyut nadi

Lebih terperinci

LAMPIRAN : JENIS PELAYANAN, INDIKATOR DAN STANDAR

LAMPIRAN : JENIS PELAYANAN, INDIKATOR DAN STANDAR LAMPIRAN : JENIS PELAYANAN, INDIKATOR DAN STANDAR Jenis 1 Gawat Darurat 2 Rawat Jalan Input 1. Kemampuan menangani life saving 2. Pemberi pelayanan kegawat-daruratan bersertifikat (ATLS/BTLS/ACLS/PPGD/

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN TARIF PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT LINEN DAN LAUNDRY

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT LINEN DAN LAUNDRY PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT LINEN DAN LAUNDRY RUMAH SAKIT ISLAM MALAHAYATI Jl. Pangeran Diponegoro No.2-4 Medan Telp : (061) 4518766 DAFTAR ISI BAB I : PENDAHULUAN... 1 BAB II : GAMBARAN UMUM RS... 3

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SARAS HUSADA PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG POLA TARIF PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KEBUMEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG POLA TARIF PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KEBUMEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG POLA TARIF PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci