BAB II STUDI PUSTAKA
|
|
- Suparman Kusuma
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II STUDI PUSTAKA II.1. Tanggapan Terhadap Kerangka Acuan Kerja II.1.1. Dasar Pemikiran Berdasarkan KAK (Kerangka Acuan Kerja) yang telah diberikan sebagai pedoman awal perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Pendidikan milik Swasta dengan klasifikasi kelas satelit. Bangunan rumah sakit ini harus memenuhi konsep bangunan gedung hijau atau green building sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 02 Tahun 2015 tentang Bangunan Gedung Hijau serta penilaian dari GBCI (Green Building Council Indonesia) dengan peringkat minimum Gold. Bangunan yang akan dirancang harus mempertimbangkan aspek iklim tropis serta mendukung upaya penggunaan energi yang efisien dan pemanfaatan maksimal potensi tata cahaya dan udara secara cerdas, serta mengadopsi prinsip-prinsip arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture). Bagaimana cara yang efisien menjangkau setiap lantai terutama pada kasus Gawat Darurat, menemukan jenis selubung bangunan yang tepat untuk mereduksi panas dan silau matahari, mencari solusi untuk penghawaan dan pencahayaan alami, serta lokasi tapak yang berada pada daerah bising menjadi tugas arsitek untuk bisa menemukan desain tata ruang yang bisa meredam kebisingan. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 7
2 II.2. Gambaran Umum Rumah Sakit Pendidikan II.2.1. Pengertian Rumah Sakit Pendidikan Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu tempat yang digunakan untuk merawat dan melayani orang sakit dan tempat yang menyediakan pelayanan kesehatan meliput berbagai masalah kesehatan. Institusi Pendidikan Sebuah perguruan tinggi yang memberikan pendidikan akademik, profesi, maupun pendidikan di bidang kedokteran (kedokteran gigi, dan/atau kesehatan lainnya. Serta seperangkat tindakan intelektual yang penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dapat dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang profesi tertentu. Jadi Rumah Sakit Pendidikan ialah rumah sakit yang mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan secara terpadu dalam bidang pendidikan kedokteran maupun kedokteran gigi, pendidikan berkelanjutan, dan pendidikan kesehatan lainnya secara multiprofesi. II.2.2. Rumah Sakit Pendidikan Satelit Rumah Sakit Pendidikan Satelit adalah rumah sakit jejaring Institusi Pendidikan Kedokteran dan jejaring rumah sakit Pendidikan Utama yang digunakan sebagai wahana pembelajaran klinik peserta didik untuk memenuhi sebagian modul pendidikan dalam rangka mencapai kompetensi berdasarkan Standar Pendidikan Profesi Kedokteran. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 8
3 II.2.3. Tujuan Rumah Sakit Pendidikan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1609 Tahun 2008 tentang Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan berisi tujuan dari rumah sakit pendidikan, yaitu: 1. Meningkatnya mutu pelayanan di rumah sakit pendidikan. 2. Meningkatnya mutu pendidikan sesuai dengan standar pendidikan profesi kedokteran. 3. Meningkatnya penelitian dan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran di rumah sakit pendidikan. Rumah sakit pendidikan diharapkan memiliki kemamuan pelayanan yang lebih dari rumah sakit non pendidikan terutama meliputi: 1. Penjaminan mutu pelayanan dan keselamatan pasien serta kedokteran berbasis bukti. 2. Penerapan Metode Penatalaksanaan Terapi terbaru. 3. Teknologi Kedokteran yang bertepat guna. 4. Hari rawat yang lebih pendek untuk penyakit yang sama. 5. Hasil pengobatan dan survival rate yang lebih baik. 6. Tersedianya konsultasi dari staf medis. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 9
4 II.2.4. Standar Rumah Sakit Pendidikan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1609 Tahun 2008 tentang Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan juga menyebutkan standar rumah sakit pendidikan, yaitu: 1. Kedudukan dan Peran Rumah Sakit Pendidikan Tiga komponen yang memegang peranan penting dan saling mendukung, antara lain institusi pendidikan kedokteran, kolegium ilmu kedokteran dan rumah sakit pendidikan. Kedudukan rumah sakit pendidikan meliputi pengetahuan (knowledge), kemampuan psikomotor (skill) dan perilaku (attitude). 2. Klasifikasi Rumah Sakit Pendidikan Konsep dasarnya adalah tiap Institusi Pendidikan Kedokteran harus memenuhi kecukupan tenaga pengajar, jumlah dan jenis variasi kasus. Oleh karena itu setiap Institusi Pendidikan Kedokteran harus mempunyai minimal satu Rumah Sakit Pendidikan Utama dan mempunyai beberapa Rumah Sakit Pendidikan Satelit sebagai jejaring. Selain itu Institusi Pendidikan Kedokteran dapat memiliki satu atau beberapa jejaring RS Afiliasi (Eksilensi) atau Rumah Sakit Umum dengan unggulan tertentu sebagai wahana pembelajaran klinik peserta didiknya. Berdasarkan hal tersebut maka disusun Standar Rumah Sakit Pendidikan menjadi: A. Standar RS Pendidikan Utama. B. Standar RS Pendidikan Afiliasi (Eksilensi). C. Standar RS Pendidikan Satelit. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 10
5 3. Ruang Lingkup Standar Rumah Sakit Pendidikan ini adalah untuk Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus yang digunakan oleh Institusi Pendidikan Kedokteran sebagai wahana pendidikan kedokteran meliputi: A. Visi, Misi, Komitmen dan persyaratan. B. Manajemen dan Administrasi. C. Sumber Daya Manusia untuk program pendidikan klinik. D. Penunjang pendidikan. E. Perancangan dan pelaksanaan program pendidikan klinik yang berkualitas. II.2.5. Ketentuan Standar Ruang Rumah Sakit Pendidikan Satelit Berikut ini standar literatur ruang kesehatan pada rumah sakit pendidikan tipe satelit menurut Depkes (2012) antara lain: Tabel 1. Ketentuan standar ruang rumah sakit Sumber : DepKees 2012 No Jenis ruangan Jumlah unit Ukuran ruangan Ukuran ruangan 1 Rawat jalan atau Poliklinik 20 unit 3x3,5 m² 2 Rawat inap 96 Bed 96 Bed m² 3 UGD 1 unit(4bed) 7,5x18 m² Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 11
6 4 Kamar Operasi 3 unit 6,5x6,5 m² 5 DPM 1 unit 2,7x3 m² 6 Radiologi 1 unit 8,5x13 m² 7 Laboratorium 1 unit 7,5x6,5 m² 8 Sterilisasi 1 unit 6,5x7,5 m² 9 Farmasi 1 unit 3,5x9,5 m² Ruang Pendidikan Office dan Administrasi 1 unit 8,5x9,5 m² 1 unit 9x9 m² 12 Mushola 1 unit 2,9x7,5 m² 13 Ruang Tunggu 1 unit 6,5x6,5 m² Ruang Penyuluhan Ruang Menyusui 1 unit 4,8x5 m² 1 unit 1,5x2 m² 16 Mekanik 1 unit 3,5x9,5 m² 17 Dapur 1 unit 3x3,8 m² 18 Laundry 1 unit 4,5x7,5 m² 19 Kamar Jenazah 1 unit 3x4 m² 20 Taman 1 area 145 m² 21 Pengolahan Sampah 1 unit 4x5 m² 22 Parkir 9 lots 2,7x4 m² 23 Instalasi Air 1 unit 7,5x7,5 m² Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 12
7 Instalasi Mekani kal & Elektrikal Instalasi Gas Medik Instalasi Gas Uap Instalasi Pengol ahan Limbah Pencegahan Pe nanggulangan K ebakaran Petunjuk Standar & Sara na Evakuasi Instalasi Tata Udara Sistim Informasi dan Komunikasi 1 unit 3,5x9,5 m² 1 unit 5x9,5 m² 1 unit 7,6x7,6 m² 1 unit 4x4,5 m² 1 unit 3,5x8 m² 1 unit 3,5x8 m² 1 unit 3,8x9,5 m² 1 unit 3x4 m² 32 Ambulans 1 unit 3x5 m² 33 ICU 1 unit 2,5x2,7 m² 34 Isolasi 1 unit 2,5x2,7 m² II.2.6. Ketentuan Perancangan Ketentuan-ketentuan perancangan dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Bentuk Arsitektural Menyelaraskan dengan kondisi kawasan sekitar dan memenuhi standar bangunan gedung hijau atau green building serta penilaian dari GBCI (Green Building Council Indonesia) dengan peringkat minimum Gold. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 13
8 2. Penataan Site Plan Kawasan yang memiliki luas lahan ± 1 hektar dengan titik perhatian kepada : Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit serta mempertimbangkan akses jalan masuk menuju site, dan kebutuhan keadaan darurat (emergency exit, helipad, akses damkar, tahan gempa). II.2.7. Klasifikasi Beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan dalam perancangan adalah: 1. Hubungan dengan lingkungan A. Mempertimbangan aspek iklim tropis serta mendukung upaya penggunaan energi yang efisien dan pemanfaatan maksimal potensi tata cahaya dan udara secara cerdas. B. Bangunan harus mampu mengakomodir seluruh kegiatan yang dibutuhkan. 2. Menyelaraskan dengan pengembangan perencanaan dan perancangan kawasan khususnya akses jalan masuk menuju site, serta kebutuhan keadaan darurat (emergency exit, helipad, akses damkar, tahan gempa). 3. Penyediaan aksesibilitas bagi para difabel baik di area dalam dan luar bangunan serta lingkungannya. 4. Kesesuaian dengan regulasi daerah setempat yang berlaku, antara lain KDB atau KLB, KDH, ketinggian bangunan maksimum adalah 6 lantai. 5. Memenuhi konsep bangunan gedung hijau atau green building sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 02 Tahun 2015 tentang Bangunan Gedung Hijau serta penilaian dari GBCI (Green Building Council Indonesia) dengan peringkat minimum Gold. 6. Konsistensi antara program ruang, tema, konsep dengan rancangan arsitektur. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 14
9 7. Konsep dan estetika rancangan. 8. Penataan ruang luar A. Terdapat area berkumpul pada kondisi darurat. B. Terdapat plaza pada level lantai dasar bangunan. C. Lansekap yang berkesinambungan dengan kawasan 9. Penataan ruang dalam A. Efisiensi penggunaan ruang. B. Fleksibel dengan desain Detail Teknis Bangunan (sistem struktur, mekanikal dan elektrikal). C. Perawatan bangunan yang tepat guna dan efisien. D. Berorientasi pada kenyamanan pasien. 10. Kemampuan karya rancangan untuk dilanjutkan menjadi dokumen DED. 11. Kejelasan kebutuhan, persyaratan dan standar ruangan. 12. Analisis tapak dan identifikasi masalah. 13. Taksiran biaya pembangunannya masih dalam koridor yang wajar. 14. Spesifikasi teknisnya diupayakan menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat dan diutamakan menggunakan kandungan lokal yang paling optimal. 15. Arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture) A. Konsumsi sumber daya alam, termasuk konsumsi air dan energi secara minimal dan mempertimbangkan penggunaan sumber energi terbarukan. B. Memberikan dampak negatif yang minimal terhadap alam, lingkungan dan manusia, dengan menyediakan konsep sistem pengelolaan dan pengolahan limbah dari bangunan. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 15
10 II.2.8. Fasilitas Rumah Sakit Pendidikan Kelas Satelit Berdasarkan fasilitas baik sarana dan prasarana Rumah Sakit Pendidikan kelas Satelit setara dengan Rumah Sakit Umum Kelas B. Adapun Rumah Sakit Umum Kelas B mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya terdiri dari: 1. Empat Spesialis Dasar Pelayanan Medik Spesialis Dasar adalah pelayanan medik spesialis Penyakit Dalam, Obstetri dan Ginekologi, Bedah dan Kesehatan Anak. 2. Empat Spesialis Penunjang Medik Pelayanan Spesialis Penunjang adalah pelayanan medik Radiologi, Patologi Klinik, Patologi Anatomi, Anaestesi dan Reanimasi, Rehabilitasi Medik. 3. Delapan Spesialis Lainnya Pelayanan Medik Spesialis lain adalah pelayanan medik spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan, Mata, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Syaraf, Gigi dan Mulut, Jantung, Paru, Bedah Syaraf, Ortopedi. 4. Dua Subspesialis Dasar Pelayanan Medik Sub Spesialis adalah satu atau lebih pelayanan yang berkembang dari setiap cabang medik spesialis. Pelayanan Medik Sub Spesialis dasar adalah pelayanan subspesialis yang berkembang dari setiap cabang medik spesialis empat dasar. Pelayanan Medik Sub Spesialis lain adalah pelayanan subspesialis yang berkembang dari setiap cabang medik spesialis lainnya. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 16
11 Tabel 2. Pengelompokkan area fasilitas rumah sakit tipe B Sumber: Pedoman Teknis Rmah Sakit Kelas B, 2012 Kriteria, fasilitas dan kemampuan RSU Kelas B meliputi: 1. Pelayanan Medik Umum Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak atau Keluarga Berencana. Adapun fasilitas yang tersedia pada pelayanan medik umum terdiri dari: A. Ruang Rawat Jalan Fungsi Ruang Rawat Jalan adalah sebagai tempat konsultasi, penyelidikan, pemeriksaan dan pengobatan pasien oleh dokter ahli di bidang masing-masing yang Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 17
12 disediakan untuk pasien yang membutuhkan waktu singkat untuk penyembuhannya atau tidak memerlukan pelayanan perawatan. Poliklinik juga berfungsi sebagai tempat untuk penemuan diagnosa dini, yaitu tempat pemeriksaan pasien pertama dalam rangka pemeriksaan lebih lanjut di dalam tahap pengobatan penyakit. B. Ruang Gawat Darurat Pelayanan gawat darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 jam dan 7 hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar. Setiap Rumah Sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang memiliki kemampuan: Melakukan pemeriksaan awal kasus kasus gawat darurat. Melakukan resusitasi dan stabilisasi. Pelayanan di Ruang Gawat Darurat rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan 24 jam secara terus menerus 7 hari dalam seminggu. Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Kelas B setara dengan unit pelayanan gawat darurat Bintang III, yaitu memiliki dokter spesialis empat besar (dokter spesialis bedah, dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis anak, dokter spesialis kebidanan) yang siaga di tempat (on-site) dalam 24 jam, dokter umum siaga ditempat (on-site) 24 jam yang memiliki kualifikasi medik untuk pelayanan GELS (General Emergency Life Support) dan atau ATLS + ACLS dan mampu memberikan resusitasi dan stabilisasi Kasus dengan masalah ABC (Airway, Breathing, Circulation) untuk terapi definitif serta memiliki alat transportasi untuk rujukan dan komunikasi yang siaga 24 jam. C. Ruang Rawat Inap Lingkup kegiatan di Ruang Rawat Inap rumah sakit meliputi kegiatan asuhan dan pelayanan keperawatan, pelayanan medis, gizi, administrasi pasien, rekam medis, Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 18
13 pelayanan kebutuhan keluarga pasien (berdoa, menunggu pasien, mandi, dapur kecil atau pantry, konsultasi medis). Pelayanan kesehatan di Instalasi Rawat Inap mencakup antara lain: Pelayanan keperawatan. Pelayanan medik (Pra dan Pasca Tindakan Medik). Pelayanan penunjang medik: Konsultasi Radiologi, Pengambilan Sample Laboratorium, Konsultasi Anestesi, Gizi (Diet dan Konsultasi), Farmasi (Depo dan Klinik), Rehab Medik (Pelayanan Fisioterapi dan Konsultasi). D. Ruang Perawatan Intensif Merupakan ruang untuk perawatan pasien yang dalam keadaan belum stabil sehingga memerlukan pemantauan ketat secara intensif dan tindakan segera. Ruang perawatan intensif merupakan unit pelayanan khusus di rumah sakit yang menyediakan pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan selama 24 jam. E. Ruang Operasi atau COT (Central Operation Theatre) Ruang operasi adalah suatu unit di rumah sakit yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya. Luas ruangan harus cukup untuk memungkinkan petugas bergerak sekeliling peralatan bedah. Ruang operasi harus dirancang dengan faktor keselamatan yang tinggi. Pelayanan pembedahan pada rumah sakit kelas B meliputi: Bedah minor (antara lain: bedah insisi abses, ekstirpasi, tumor kecil jinak pada kulit, ekstraksi kuku atau benda asing, sirkumsisi). Bedah umum atau mayor dan bedah digestif. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 19
14 Bedah spesialistik (antara lain: kebidanan, onkologi atau tumor, urologi, orthopedik, bedah plastik dan reanimasi, bedah anak, kardiotorasik dan vaskuler). Bedah sub spesialistik (antara lain: transplantasi ginjal, mata, sumsum tulang belakang; kateterisasi Jantung (;Cathlab); dll). F. Ruang Kebidanan Pelayanan di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Kelas B meliputi: Pelayanan Persalinan Pelayanan persalinan meliputi: pemeriksaan pasien baru, asuhan persalinan kala I, asuhan persalinan kala II (pertolongan persalinan), dan asuhan bayi baru lahir. Pelayanan Nifas Pelayanan nifas meliputi: pelayanan nifas normal dan pelayanan nifas bermasalah (post sectio caesaria, infeksi, pre eklampsi atau eklampsi). Pelayanan KB (Keluarga Berencana) Pelayanan gangguan kesehatan reproduksi atau penyakit kandungan, Fetomaternal, Onkologi Ginekologi, Imunoendokrinologi, Uroginekologi Rekonstruksi, Obgyn Sosial. Pelayanan tindakan atau operasi kebidanan Pelayanan tindakan atau operasi kebidanan adalah untuk memberikan tindakan, misalnya ekserpasi polip vagina, operasi sectio caesaria, operasi myoma uteri, dll. Pelayanan sub spesilistik lainnya di bidang kebidanan dan penyakit kandungan. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 20
15 G. Ruang Rehabilitasi Medik Pelayanan Rehabilitasi Medik bertujuan memberikan tingkat pengembalian fungsi tubuh semaksimal mungkin kepada penderita sesudah kehilangan atau berkurangnya fungsi dan kemampuan yang meliputi, upaya pencegahan atau penanggulangan, pengembalian fungsi dan mental pasien. Lingkup pelayanan Instalasi Rehabilitasi Medik mencakup: Fisioterapi. Terapi Okupasi (OT-Occupation Therapy). Terapi Wicara (TW) atau Terapi Vokasional (Speech Therapy). Orthotik dan Prostetik atau OP. Pelayanan Sosio Medik atau Pekerja Sosial Masyarakat atau PSM. Pelayanan Psikologi Rehabilitasi Medik Spesialistik Terpadu, berada pada unit pelayanan terpadu rumah sakit (UPT-RS), meliputi: Muskuloskeletal, Neuromuskuler, Kardiovaskuler, Respirasi, Pediatri, Geriatri. Pelayanan cidera olahraga. H. Ruang Hemodialisa Pelayanan bagi pasien yang membutuhkan fasilitas cuci darah akibat terjadinya gangguan pada ginjal. I. Ruang Radioterapi Pelayanan radioterapi meliputi: Pelayanan radioterapi eksternal, yaitu pelayanan radioterapi dengan menggunakan sumber radiasi yang berada di luar tubuh atau ada jarak antara pasien dengan alat penyinaran. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 21
16 Pelayanan brakiterapi, yaitu pelayanan radioterapi dengan menggunakan sumber yang didekatkan pada tumor. Pelayanan radioterapi interstisial adalah pelayanan radioterapi dengan menggunakan sumber yang dimasukkan dalam tumor. J. Ruang Kedokteran Nuklir Pelayanan Kedokteran Nuklir adalah pelayanan penunjang dan atau terapi yang memanfaatkan sumber radiasi terbuka dari disinegrasi inti radionuklida yang meliputi pelayanan diagnostik in-vivo dan in-vitro melalui pemantauan proses fisiologi, metabolisme dan terapi radiasi internal. 2. Area Penunjang dan Operasional Fasilitas pada area penunjang dan operasional terdiri dari: A. Ruang Farmasi (Pharmacy) Ruang Farmasi direncanakan mampu untuk melakukan pelayanan: Melakukan perencanaan, pengadaan dan penyimpanan obat, alat kesehatan reagensia, radio farmasi, gas medik sesuai formularium rumah sakit. Melakukan kegiatan peracikan obat sesuai permintaan dokter baik untuk pasien rawat inap ma upun pasien rawat jalan. Pendistribusian obat, alat kesehatan, regensia radio farmasi & gas medis. Memberikan pelayanan informasi obat dan melayani konsultasi obat. Mampu mendukung kegiatan pelayanan unit kesehatan lainnya selama 24 jam. B. Ruang Radiodiagnostik Radiologi adalah Ilmu kedokteran yang menggunakan teknologi pencitraan atau imejing (;imaging technologies) untuk mendiagnosa dan pengobatan penyakit. Merupakan Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 22
17 cabang ilmu kedokteran yang berkaitan dengan penggunaan sinar-x (;X-Ray) yang dipancarkan oleh pesawat sinar-x atau peralatan-peralatan radiasi lainnya dalam rangka memperoleh informasi visual sebagai bagian dari pencitraan/imejing kedokteran (medical imaging). Ruang Radiologi melakukan pelayanan sesuai kebutuhan dan permintaan dari unitunit kesehatan lain di RSU tersebut. Unit Radiologi dapat pula melayani permintaan dari luar. Pelayanan Radiodiagnostik pada Rumah Sakit Kelas B yaitu terdiri dari pemeriksaan general X-Ray, fluoroskopi, Tomografi, Angiografi, Ultrasonografi, CT-Scan, MRI. C. Ruang Laboratorium Laboratorium direncanakan mampu melayani tiga bidang keahlian, yaitu patologi klinik, patologi anatomi dan forensik sampai batas tertentu dari pasien rawat inap, rawat jalan serta rujukan dari rumah sakit umum lain, Puskesmas atau Dokter Praktek Swasta. Pemeriksaan laboratorium pada Rumah Sakit Kelas B adalah: Patologi klinik dengan pemeriksaan: Hematologi sederhana, Hematologi lengkap, Hemostasis penyaring dan bank darah, Analisis urin dan tinja dan cairan tubuh lain, Serologi sederhana atau immunologi, Parasitologi dan mikologi, Mikrobiologi, Bakteriologis air, Kimia Klinik. Patologi Anatomi; Histopatologi lengkap, Sitologi lengkap, Histokimia, Imunopatologi, Patologi Molekuler. Forensik, yaitu melakukan pelayanan kamar mayat dan bedah mayat forensic Otopsi forensik, Perawatan/pengawetan mayat, Visum et repertum mayat, Visum et repertum korban hidup, Medikolegal, Pemeriksaan histopatologi forensik, Pemertiksaan serologi forensik, Pemeriksaan forensik lain, Toksikologi forensik Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 23
18 Pelayanan laboratorium tersebut dilengkapi pula oleh fasilitas berikut: Blood Sampling. Administrasi penerimaan specimen. Gudang regensia dan bahan kimia. Fasilitas pembuangan limbah. Perpustakaan, atau setidaknya rak-rak buku. D. Bank Darah / Unit Transfusi darah (BDRS / UTDRS) Unit Transfusi Darah Rumah Sakit (UTDRS) adalah unit yang berfungsi sebagai pengelola penyediaan darah transfusi yang aman, berkualitas dan efektif, mulai dari pengerahan pendonor sukarela resiko rendah sampai dengan ketersediaan darah aman serta pendistribusiannya kepada rumah sakit. Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) merupakan suatu unit pelayanan di rumah sakit yang bertanggung jawab atas tersedianya darah untuk transfusi yang aman, berkualitas dan dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan kesehatan di rumah sakit. E. Ruang Diagnostik Terpadu Ruang diagnostik terpadu memiliki peranan penting dalam mendukung pelayanan internalisasi diagnostik pencitraan di rumah sakit. Umumnya, ruang diagnostik terpadu merupakan unit unggulan dalam pelayanan di rumah sakit. Pelayanan dalam IDT disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan rumah sakit, jenis pemeriksaan dengan peralatan pencitraan diantaranya adalah: Pemeriksaan dengan Ultra SonoGrafi (USG), USG 3 Dimensi, USG 4 Dimensi. Pemeriksaan dengan Elektro Kardiogram (EKG). Pemeriksaan dengan Endoscopy. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 24
19 Pemeriksaan dengan Electro EEG. Pemeriksaan dengan Echo jantung sonografi. Treadmil, dll F. Ruangi Pemulasaraan Jenazah dan Forensik Fungsi Ruang Jenazah adalah: Tempat meletakkan atau penyimpanan sementara jenazah sebelum diambil keluarganya. Tempat memandikan atau dekontaminasi jenazah. Tempat mengeringkan jenazah setelah dimandikan. Otopsi jenazah. Ruang duka dan pemulasaraan. Laboratorium patologi anatomi G. Ruang Sterilisasi Pusat (CSSD atau Central Supply Sterilization Departement) Ruang Sterilisasi Pusat (CSSD) mempunyai fungsi menerima, memproses, memproduksi, mensterilkan menyimpan serta mendistribusikan instrumen medis yang telah disterilkan ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk kepentingan perawatan dan pengobatan pasien. Kegiatan utama dalam Ruang Sterilisasi Pusat (CSSD) adalah dekontaminasi instrumen dan linen baik yang bekas pakai maupun yang baru serta bahan perbekalan baru. Dekontaminasi merupakan proses m engurangi jumlah pencemar mikroorgsanisme atau substansi lain yang berbahaya baik secara fisik atau kimia sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut. Proses dekontaminasi meliputi proses perendaman, pencucian, pengeringan sampai dengan proses sterilisasi itu sendiri. Barang atau bahan yang Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 25
20 didekontaminasi di CSSD seperti instrumen kedokteran, sarung tangan, kasa atau pembalut, linen, kapas. Sistem ini merupakan salah satu upaya atau program pengendalian infeksi di rumah sakit, dimana merupakan suatu keharusan untuk melindungi pasien dari kejangkitan infeksi. Kegiatan dalam instalasi CSSD adalah sebagai berikut: Menerima bahan, terdiri dari barang atau linen atau bahan perbekalan baru dari instalasi farmasi yang perlu disterilisasi. Instrumen dan linen yang akan digunakan ulang (reuse). Mensortir, menghitung dan mencatat volume serta jenis bahan, barang dan instrumen yang diserahkan oleh ruang-ruang lain di rumah sakit. Melaksanakan proses Dekontaminasi meliputi : perendaman, pencucian dan pengeringan. Melaksanakan proses pengemasan. Melaksanakan proses sterilisasi. Distribusi; menyerahkan dan mencatat pengambilan barang steril oleh ruang/unit /Instalasi Rumah Sakit Umum yang membutuhkan. H. Ruang Dapur Utama Dan Gizi Klinik Sistem pelayanan dapur yang diterapkan di rumah sakit adalah sentralisasi kecuali untuk pengolahan formula bayi. Ruang Dapur Utama dan Gizi Klinik rumah sakit mempunyai fungsi untuk mengolah, mengatur makanan pasien setiap harinya, serta konsultasi gizi. I. Ruang Pencucian Linen atau Londri (Laundry) Londri RS adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan desinfektan, mesin uap (;steam boiler), pengering, meja, dan mesin setrika. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 26
21 J. Ruang Sanitasi Kegiatan pada Ruang sanitasi meliputi: Pengolahan air limbah rumah sakit dan pemeriksaan kualitas air limbah yang dilakukan 3-4 kali dalam setahun. Pemeriksaan sanitasi di ruang instalasi dapur utama yang dilakukan 3-4 kali dalam setahun. Pemeriksaan kualitas air bersih yang dilakukan 2-3 kali dalam setahun. Pemeriksaan kualitas atau kondisi udara di ruang-ruang khusus yang dilakukan 2 kali dalam setahun. Pemeriksaan emisi incenerator dan generator set yang dilakukan 2 kali dalam setahun. Pembuatan dokumen Implementasi Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RKL atau RPL) setiap 6 bulan sekali. Pemantauan, pengawasan dan pengelolaan limbah padat medis (Pewadahan, pengangkutan dan pembuangan/ pemusnahan limbah padat medis). K. Ruang Pemeliharaan Sarana (Bengkel Mekanikal & Elektrikal /Workshop) berikut: Tugas pokok dan fungsi yang harus dirangkum unit workshop adalah, sebagai Pemeliharaan dan perbaikan ringan pada: Peralatan medik (Optik, elektromedik, mekanis dll). Peralatan penunjang medik. Peralatan rumah tangga dari metal/ logam (termasuk tempat tidur). Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 27
22 Peralatan rumah tangga dari kayu Saluran dan perpipaan Listrik dan elektronik. Kegiatan perbaikan-perbaikan dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut: Laporan dari setiap unit yang mengalami kerusakan alat. Analisa kerusakan. Proses pengadaan komponen atau suku cadang. Pelaksanaan perbaikan/pemasangan komponen. Perbaikan bangunan ringan. Listrik atau Elektronik. Telpon atau Aiphone atau Audio Visual. 3. Area Penunjang Umum dan Administrasi Manajemen rumah sakit. terdiri dari: Unsur direksi atau pimpinan rumah sakit. Unsur pelayanan medic dan penunjang medik. Pelayanan keperawatan. Unsur pendidikan dan pelatihan. Administrasi umum dan keuangan. SDM. Komite medik dan Komite etik dan hukum. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 28
23 II.2.9. Struktur dan Alur Kegiatan Rumah Sakit Berikut ialah struktur organisasi pada rumah sakit : Gambar 2. Standar Organisasi Rumah Sakit Sumber : Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 29
24 Gambar 3. Standar Organisasi Rumah Sakit Sumber : Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 30
25 Berikut ialah alur kegiatan dari pasien di rumah sakit : Gambar 4. Alur pelayanan rumah sakit Sumber: Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 31
26 Alur kegiatan pasien rawat inap ke laboratorium : Gambar 5. Alur kegiatan pasien rawat inap ke laboratorium Sumber: Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 32
27 Alur pasien rawat inap ke radiologi : Gambar 6. Alur pasien rawat inap ke radiologi Sumber: Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 33
28 II Lokasi dan Kondisi Lingkungan Tapak Lokasi pembangunan rumah sakit pendidikan (teaching hospital) berada di Cawang, Jakarta Timur dengan luas lahan ± 1 hektar. Berikut ini merupakan pengaturan fungsi kawasan pada lokasi perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Pendidikan (teaching hospital): 1. GSB (Garis Sempadan Bangunan) Garis sempadan bangunan berdasarkan dengan RTRW disebutkan bahwa bangunan harus berjarak 10 m dari jalan. 2. KDB (Koefisien Dasar Bangunan) Sesuai peraturan RTRW bangunan yang didirikan memiliki Koefisien Dasar Bangunan 60% dari luas lahan. 3. KLB (Koefisien Luas Bangunan) Sesuai peraturan RTRW bangunan yang didirikan memiliki Koefisien Luas Bangunan 4 dari luas lahan. 4. KDH (Koefisien Daerah Hijau) Sesuai peraturan RTRW bangunan yang didirikan memiliki Koefisien Dasar Hijau 20% dari luas lahan. 5. Ketinggian Bangunan lantai. Sesuai dengan peraturan KAK mengenai ketinggian bangunan maksimum adalah 6 Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 34
29 II.3. Persyaratan Umum Rumah Sakit Berikut ini adalah penjabaran mengenai persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 diantaranya: II.3.1. Standar Ruang Bangunan dan Halaman Rumah Sakit Berikut ini standar ruang untuk rumah sakit, antara lain: 1. Ruang bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua ruang atau unit dan halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan fisik dan kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan rumah sakit. 2. Pencahayaan di dalam ruang bangunan rumah sakit adalah intensitas penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang bangunan rumah sakit yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. 3. Penghawaan ruang bangunan adalah aliran udara segar didalam ruang bangunan yang memadai untuk menjamin kesehatan penghuni ruangan. 4. Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu dan atau membahayakan kesehatan. 5. Kebersihan ruang bangunan dan halaman adalah suatu keadaan atau kondisi ruang bangunan dan halaman bebas dari bahaya dan risiko minimal untuk terjadinya infeksi silang dan masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 35
30 II.3.2. Syarat Lingkungan Bangunan Rumah Sakit Berikut ini syarat lingkungan untuk rumah sakit, antara lain: 1. Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang jelas, dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas. 2. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan keseluruhan, sehngga tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi dengan rambu parkir. 3. Lingkungan bangunn rumah sakit harus bebas dari banjir. Jika berlokasi di daerah banjir harus menyediakan fasilitas atau teknologi untuk mengatasinya. 4. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok. 5. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup. 6. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek atau tidak terdapat genangan air dan dibuat landa menuju kesaluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas halaman. 7. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah, masingmasing dihubungkan langsung dengan instalasi pengolahan air limbah. 8. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu dan tempat-tempat tertentu yang menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah. 9. Lingkungan, ruang dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang dan bekembangbiaknya serangga, binatang pengerat dan binatang pengganggu lainnya. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 36
31 II.3.3. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit Berikut ini syarat konstruksi untuk bangunan rumah sakit, antara lain: 1. Lantai A. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna terang dan mudah dibersihkan. B. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup kearah saluran pembuangan air limbah. C. Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus atau lengkung agar mudah dibersihkan. 2. Dinding Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung logam berat. Lantai dan dinding harus bersih, dengan tingkat kebersihan sebagai berikut: Ruang operasi : 0-5 CFU/cm2 dan bebas pathogen dan gas gangrene. Ruang perawatan : 5-10 CFU/cm2. Ruang isolasi : 0-5 CFU/cm2. Ruang UGD : 5-10 CFU/cm2. 3. Ventilasi A. Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar atau ruang dengan baik. B. Luas ventilasi alamiah minimum 15% dari luas lantai. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 37
32 C. Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara dengan baik, kamar atau ruang arus dilengkapi penghawaan buatan atau mekanis. D. Penggunaan ventilasi buatan atau mekanis harus disesuaikan dengan peruntukkan ruangan. 4. Atap A. Atap harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat perindukan serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya. B. Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal petir. 5. Langit-langit A. Langit-langit harus kuat, berwarna terang dan mudah dibersihkan. B. Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai. C. Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti rayap. 6. Konstruksi Balkon, beranda dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes. 7. Pintu Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar dan dapat mencegah masuknya serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya. Persyaratan menurut Pedoman Teknis Rumah Sakit Tipe B, diantaranya: Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 38
33 A. Pintu ke luar ataumasuk utama memiliki lebar bukaan minimal 120 cm atau dapat dilalui brankar pasien, dan pintu-pintu yang tidak menjadi akses pasien tirah baring memiliki lebar bukaan minimal 90 cm. B. Di daerah sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari adanya ramp atau perbedaan ketinggian lantai. C. Pintu Darurat Setiap bangunan rumah sakit yang bertingkat lebih dari tiga lantai harus dilengkapi dengan pintu darurat. Lebar pintu darurat minimal 100 cm membuka kearah ruang tangga penyelamatan (darurat) kecuali pada lantai dasar membuka ke arah luar (halaman). Jarak antar pintu darurat dalam satu blok bangunan gedung maksimal 25 m dari segala arah. Pintu khusus untuk kamar mandi di rawat inap dan pintu toilet untuk aksesibel, harus terbuka ke luar dan lebar daun pintu minimal 85 cm. Gambar 7. Pintu kamar mandi pada ruang rawat inap Sumber : Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B, 2012 Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 39
34 8. Toilet a. Pesyaratan Umum. Fasilitas sanitasi yang aksesibel untuk semua orang (tanpa terkecuali penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil) pada bangunan atau fasilitas umum lainnya b. Persyaratan Teknis Toilet umum. A. Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar oleh pengguna. B. Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna ( 36 ~ 38 cm). C. Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin. Lantai tidak boleh menggenangkan air buangan. D. Pintu harus mudah dibuka dan ditutup. E. Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat Toilet untuk aksesibilitas. Toilet atau kamar kecil umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan tampilan rambu/simbol "penyandang cacat" pada bagian luarnya. Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda. Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna kursi roda sekitar (45 ~ 50 cm) Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan penyandang cacat yang lain. Pegangan disarankan memiliki bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu pergerakan pengguna kursi roda. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 40
35 Gambar 8. Ruang Toilet untuk Disabilitas Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Tipe B, Jaringan Instalasi A. Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas,listrik, sistem penghawaan,sarana komuniksi dan lain-lain harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar aman digunakan untuk tujuan pelayanan kesehatan. B. Pemasangan pipa air minum tidakboleh bersilangan dengan pipa air limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untuk menghindari pencemaran air minum. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 41
36 10. Lalu Lintas Antar Ruangan A. Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didesain sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar ruangan serta menghndari risiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi. B. Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dlengkapi dengan sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya, atau untuk lift empat lantai harus dilengkapi ARD (Automatic Reserve Divided) yaitu alat yang dapat mencari lantai terdekat bila listrik mati. C. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya dan dilengkapi ram untuk brankar. 11. Fasilitas Pemadam Kebakaran Bangunan rumah sakit dilengkap dengan fasilitas pemadam kebakaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 42
37 II.3.4. Pencahayaan dan Penghawaan Pencahayaan,penerangan dan intensitasnya di ruang umum dan khusus harus sesuai dengan peruntukannya seperti berikut ini: Tabel 3. Standar pencahayaan dan penghawaan Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MenKes/SK/X/2004 Persyaratan penghawaan untuk masing-masing ruang atau unit seperti berikut: A. Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi, laboraturium, perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat pekerjaan yang terjadi di ruangruang tersebut. B. Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif sedikit (minimum,10 mbar) dibandingkan ruang-ruang lain dirumah sakit. C. Sistem suhu dan kelembaban hedaknya didesain sedemkian rupa sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban seperti dalam tabel berikut: Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 43
38 Tabel 4. Standar suhu, kelembababan dan tekanan udara menurut fungsi ruang/unit Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 D. Ruangan yang tidak menggunakan AC, sistem sirkulasi udara segar dalam ruangan harus cukup (mengikuti pedoman teknis yang berlaku). II.3.5. Kebisingan Berikut persyaratan kebisingan masing-masing rungan atau unit seperti tabel ini: Tabel 5. Indeks kebisingan menurut ruangan / unit Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 44
39 II.3.6. Fasilitas Sanitasi Perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan jumlah kamar mandi seperti pada tabel berikut: Tabel 6. Perbandingan jumlah tempat tidur dengan jumlah toilet & K.Mandi Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MenKes/SK/X/2004 Tabel 7. Perbandingan jumlah karyawan dengan jumlah toilet & K.Mandi Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MenKes/SK/X/2004 Persyaratan menurut Pedoman Teknis Rumah Sakit Tipe B, diantaranya: 1. Toilet umum A. Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar oleh pengguna. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 45
40 B. Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna ( 36 ~ 38 cm). C. Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin. Lantai tidak boleh menggenangkan air buangan. D. Pintu harus mudah dibuka dan ditutup. E. Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat. 2. Toilet untuk aksesibilitas A. Toilet atau kamar kecil umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan tampilan rambu atau simbol "penyandang cacat" pada bagian luarnya. B. Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda. C. Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna kursi roda sekitar (45 ~ 50 cm). D. Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan penyandang cacat yang lain. Pegangan disarankan memiliki bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu pergerakan pengguna kursi roda. E. Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapanperlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus dipasang sedemikian hingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan keterbatasan fisik dan bisa dijangkau pengguna kursi roda. F. Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin. Lantai tidak boleh menggenangkan air buangan. G. Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan pengguna kursi roda. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 46
41 H. Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat. I. Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu masuk, dianjurkan untuk menyediakan tombol bunyi darurat (emergency sound button) bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Gambar 9. Ruang Gerak Toilet Disabilitas Sumber : Pedoman teknis rumah sakit kelas B, 2012 II.3.7. Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk kamar perawatan dan kamar isolasi sebagai berikut: 1. Ruang bayi A. Ruang perawatan minimal 2 m2/tempat tidur. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 47
42 B. Ruang isolasi minimal 3,5 m2/tempat tidur. 2. Ruang dewasa A. Ruang perwatanmnimal 4,5 m2/tempat tidur B. Ruang isolasi minimal 6 m2/tempat tidur. II.3.8. Pengolahan Limbah Rumah Sakit Air buangan sisa pemakaian bersih maupun kotor jika tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pengaruh tidak baik pada lingkungan maupun terhadap kehidupan, antara lain gangguan terhadap kesehatan, gangguan terhadap kehidupan biotik, gangguan terhadap keindahan dan gangguan terhadap kerusakan benda. Terutama pada bangunan rumah sakit yang merupakan bangunan dengan fungsi utama menyembuhkan penyakit, sehingga area rumah sakit haruslah steril dan terhindar dari bahaya-bahaya yang dapat menimbulkan penyakit baru. 1. Pengertian Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas. A. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 48
43 Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman. B. Limbah air adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan. C. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gasyang berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi dan pembuatan obat citotoksik. 2. Persyaratan Limbah A. Limbah Padat - Limbah Medis Padat 1) Minimalisasi limbah. 2) Pemilahan, pewadahan, pemanfatan kembali dan daur ulang. Tabel 8. Kategori limbah padat Sumber : Keputusan Menteri Kesehata Republik Indonesia Nomor 1204/MenKes/SK/2004 Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 49
44 3) Pengumpulan, pengangkutan dan penyimpanan limbah medis padat di lingkungan rumah sakit. 4) Pengumpulan, pengemasan dan pengangkutan ke luar rumah sakit. 5) Pengolahan dan pemusnahan. - Limbah Non Medis Padat 1) Pemilahan dan pewadahan. 2) Pengumplan, penyimpanan dan Pengangkutan. 3) Pengolahan dan pemusnahan. B. Limbah Cair Kualitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau lingkungan harus memenuhi persyaratan baku efluen sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-58/MENLH/12/1995 atau peraturan daerah setempat. C. Limbah Gas Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah medis padat dengan insinerator mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep- 13/MenLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 50
45 3. Teknologi Insenerasi Berikut ini penjabaran dari proses pengolahan limbah, yaitu: Gambar 10. Diagram Pengelolaan Limbah Medis dan Domestik Rumah Sakit Sumber : Pedoman Kriteria Teknologi Pengelolaan Limbah Medis Ramah Lingkungan, 2014 Insenerasi limbah medis adalah proses pengolahan limbah organik (infeksius) yang terkandung dalam limbah medis dengan menggunakan pembakaran suhu tinggi, dalam suatu sistem yang terkontrol dan terisolir dari lingkungannya, agar sifat bahayanya hilang atau berkurang. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 51
46 Gambar 11. Diagram Blok Proses Insenerasi Sumber : Pedoman Kritera Teknologi Pengelolaan Limbah Medis Ramah Lingkungan, 2014 Insenerasi adalah proses pembakaran material (dalam hal ini limbah medis organik) menjadi gas yang bisa dibakar lebih lanjut dan menyisahkan residu yang tidak terbakar dan/atau abu (ash). Gas hasil pembakaran akhir,sesudah mengalami proses penyaringan melalui alat pengontrol polusi udara, dan memenuhi baku mutu emisi udara, kemudian boleh dilepas ke atmosfer. Karena berpotensi menimbulkan bahaya, bila tidak dikelola dengan baik, kegiatan insenerasi semua jenis limbah B3 disyaratkan harus memiliki izin. Residu tidak terbakar dan atau abu berkategori limbah B3 yang terbentuk tersebut kemudian dipisahkan dari insenerator, dikumpulkan, dikemas secara khusus(menggunakan wadah dan atau kantong plastik khusus limbah B3) dan disimpan di TPS (harus memiliki izin penyimpanan) maksimal 90 hari kerja, selanjutnya, bila tidak mampu mengolah atau memanfaatkan lebih lanjut, maka abu insenerasi yang berkategori limbah B3 wajib diserahkan ke pihak lain berizin, yakni: pengangkut, pengumpul, pengolah, pemanfaat atau penimbun akhir (secured landfill). 40 Insenerasi memberi keuntungan tambahan mereduksi massa dan volume limbah B3 hingga tersisa hanya sekitar 15%. Ini secara substansial berarti akan jauh mengurangi biaya pengankutan dan ongkos pengelolaan limbah B3 lebih Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 52
47 lanjut. Khusus untuk limbah B3 yang berasal dari rumah sakit, pemakaian insenerator bersuhu tinggi akan menghancurkan dan mengeliminasi bahaya infeksius dan patologi limbah medis. Proses insenerasi dengan suhu > 800 C juga mengeliminasi kandungan organik pada limbah (zat organik terbakar semua pada suhu > 550 C), berarti mengurangi tingkat keberatan pada proses penimbunan akhir limbah B3 (landfill). Proses pengumpanan dan pembakaran pada incinerator, bisa didesain secara batch, intermitten atau continue, tergantung kebutuhan. Pada saat ini telah dikenal beberapa tipe teknologi insenerasi yang umum dipakai untuk menangani limbah medis rumah sakit, yakni: Adapun kegiatan insenerasi limbah medis rumah sakit dapat dibagi menjadi beberapa tahapan proses berikut: 1. Persiapan limbah medis yang akan diinsenerasi. 2. Pengumpanan atau pengisian limbah medis (waste feeding or charging system). 3. Pembakaran limbah medis (Ruang Bakar 1 dan 2). 4. Pengolahan gas hasil pembakaran akhir menggunakan IPPU (instalasi pengontrol polusi udara). 5. Penanganan dan pengelolaan abu insenerator yang juga berkategori limbah B3 Persyaratan teknis pengolahan limbah medis menggunakan insinerator sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: A. Efisiensi pembakaran sekurang-kurangnya 99,95% (sembilan puluh sembilan koma sembilan puluh lima perseratus). Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 53
48 B. Temperatur pada ruang bakar utama (primary chamber) sekurang-kurangnya 800 C (delapan ratus derajat celsius). C. Temperatur pada ruang bakar kedua (secondary chamber) sekurang-kurangnya 1050 C (seribu lima puluh derajat celsius) dengan waktu tinggal sekurangkurangnya 2 (dua) detik. D. Ketinggian cerobong minimal : m (dua puluh meter) atau 1,5 (satu setengah) kali bangunan tertinggi apabila terdapat bangunan yang memiliki ketinggian lebih dari 20 m (dua puluh meter) dalam radius 50 m (lima puluh meter) dari insinerator, untuk insinerator yang mengolah limbah B3 dari kegiatan sendiri; dan m (tiga puluh meter) atau 1,5 (satu setengah) kali bangunan tertinggi apabila terdapat bangunan yang memiliki ketinggian lebih dari 30 m (tiga puluh meter) dalam radius 50 m (lima puluh meter) dari insinerator, untuk insinerator yang mengolah limbah B3 sebagai jasa. E. Memiliki alat pengendali pencemaran udara berupa wet scrubber atau sejenis F. Memenuhi baku mutu emisi. Pengolahan limbah sitotoksik secara termal wajib dilakukan pada temperatur sekurang-kurangnya 1200 C (seribu dua ratus derajat celsius) Satu unit insenerator rumah sakit sesungguhnya beroperasi sebagai suatu sistem, dimana setiap tahapan proses insenerasi saling berkaitan. Sebagai contoh, prosedur pengumpanan atau pengisian limbah B3 yang berbeda yang dilakukan operator tertentu,bisa berpengaruh pada prestasi pembakaran limbah B3 pada ruang bakar, serta pada jumlah dan karakterabu yang dihasilkan. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 54
49 Gambar 12. Proses Insenerasi dan Komponen Sub-sistemnya Sumber : Pedoman Kriteria Teknologi Pengelolaan Limbah Medis Ramah Lingkungan, 2014 II.3.9. Tujuan Insenerasi Limbah Medis Untuk menghancurkan infeksius dan patologi pada limbah medis. Penyimpanan limbah infeksius maksimum 24 jam (pada musim kemarau, untuk musim hujan hingga 48 jam), agar tidak menyebar dan membahayakan lingkungan sekitar. Sebagaimana diuraikan sebelumnya, beberapa contoh jenis limbah medis rumah sakit ini bisa dikelompokkan sebagai limbah infeksius yang berkategori B3, yakni: 1. Limbah laboratorium mikrobiologi, termasuk sisa jaringan tubuh, sisa reagent dan peralatan lab yang terkontak jaringan tubuh yang terinfeksi. 2. Darah dan produk darah, misal: serum, plasma. 3. Benda-benda tajam, misal: jarum suntik, limbah gelas lab, pecahan pipet. 4. Limbah sisa berupa jaringan tubuh, darah dan cairan tubuh yang terinfeksi pada saat kegitan operasi, otopsi, obsteterik (kandungan). 5. Limbah yang berasal dari ruang isolasi. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 55
50 6. Jaringan tubuh manusia atau hewan yang mengandung patologi dengan kandungan virus tinggi. 7. Limbah terkena darah yang berasal dari unit dialysis. II Zona Bangunan Rumah Sakit antara lain: Pengelompokkan ruangan berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit 1. Zona dengan Risiko Rendah Zona ini meliputi: ruang administrasi, ruang komputer, ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis dan ruang pendidikan atau pelatihan. A. Permukaan dinding harus rata dan berwarna terang. B. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air,berwarna terang dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus. C. Langit-langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka arus kuat,dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai. D. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter. 2. Zona dengan Risiko Sedang Zona ini meliputi: ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian dan ruang tunggu pasien. Persyaratan bangunan pada zona ini sama dengan persyaratan pada zona risiko rendah. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 56
51 3. Zona dengan Risiko Tinggi Zona risiko tinggi meliputi: ruang isolasi, ruang perawaan intensif, laboraturium, ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang bedah mayat (autopsy) dan ruang jenazah dengan ketentuan sebagai berkut: A. Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang. - Dinding ruang laboraturium dibuat dari porselin atau keramk setinggi 1,50 meter dari lantai dan sisanya dicat warna gelap. - Dinding ruang penginderaan medis harus berwarna gelap, dengan ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaran sinar yang dihasilkan dari peralatan yang dipasang di ruangan tersebut, tembok pembatas antara ruang Sinar X dengan kamar gelap dilengkapi dengan transfer cassette. B. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, bewarna terang dan pertemuan antara lantai dengan di dinding harus berbentuk konus. C. Langit-langit terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai. D. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai. E. Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai. 4. Zona dengan Risiko Sangat Tinggi Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 57
52 Zona ini meliputi: ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin dan ruang patologi dengan ketentuan: A. Dinding terbuat dari bahan porselin atau vinyl setinggi langit-langit atau dicat dengan cat tembok yang tidak luntur dan aman, berwarna terang. B. Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai. C. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter dan semua pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup. D. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan berwarna terang. E. Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan langitlangit. F. Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai. G. Ventilasi atau penghawaan sebaiknya digunakan AC tersendiri yang dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang operasi yang terpisah dengan ruang lainnya. Pemasangan AC minimal 2 meter dari lantai dan aliran udara bersih yang masuk ke dalam kamar operasi berasal dari atas kebawah. Khusus untuk ruang bedah ortopedi atau transplantasi organ harus menggunakan pengaturan udara UCA (Ulta Clean Air) System. H. Tidak dbenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar, untuk itu harus dibuat ruang antara. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 58
53 I. Hubungan dengan ruang scrub-up untuk melihat ke dalam ruang operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian cleaning cukup dengan sebuah loket yang dapat dibuka dan ditutup. J. Pemasangan gas medis secara sentral diusahakan melalui bawah lantai atau di atas langit-langit. K. Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis. Gambar 13. Zoning Rumah Sakit Berdasarkan Pelayanan RS Pola Pembangunan Horizontal Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2010 Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 59
54 Gambar 14. Zoning Rumah Sakit Berdasarkan Pelayanan RS Pola Pembangunan Vertikal Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2010 II Perencanaan Bangunan Rumah Sakit Berikut ini penjabaran mengenai perencanaan bangunan rumahsakit, diantaranya: 1. Prinsip Umum Perlindungan terhadap pasien merupakan hal yang harus diprioritaskan. Terlalu banyak lalu lintas akan menggangu pasien, mengurangi efisiensi pelayanan pasien dan meninggikan risiko infeksi, khususnya untuk pasien bedah dimana kondisi bersih sangat penting. Jaminan perlindungan terhadap infeksi merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam kegiatan pelayanan terhadap pasien. Mengontrol aktifitas petugas terhadap pasien serta aktifitas pengunjung rumah sakit yang datang agar aktifitas pasien dan petugas tidak terganggu. Tata letak pos perawat harus mempertimbangkan kemudahan bagi perawat untuk memonitor dan membantu pasien yang Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 60
55 sedang berlatih di koridor pasien dan aktifitas pengunjung saat masuk dan ke luar unit. Bayi harus dilindungi dari kemungkinan pencurian dan dari kuman penyakit yang dibawa pengunjung dan petugas rumah sakit. Pasien di ruang ICU dan ruang bedah harus dijaga terhadap infeksi. 2. Prinsip Khusus Prinsip khusus pada perencanaan bangunan rumah sait terdiri dari: A. Pencahayaan dan penghawaan yang nyaman untuk semua bagian bangunan merupakan faktor yang penting. Ini khususnya untuk rumah sakit yang tidak menggunakan AC. B. Rumah sakit minimal mempunyai tiga akses atau pintu masuk atau gerbang masuk, terdiri dari pintu masuk utama, pintu masuk ke Unit Gawat Darurat dan Pintu Masuk ke area layanan Servis. Gambar 15. Contoh Gambar Akses Pintu Masuk RS Sumber : Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B, 2012 Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 61
56 C. Pintu masuk untuk service sebaiknya berdekatan dengan dapur dan daerah penyimpanan persediaan (gudang) yang menerima barang-barang dalam bentuk curah, dan bila mungkin berdekatan dengan lif service. Bordes dan timbangan tersedia di daerah itu. Sampah padat dan sampah lainnya dibuang dari tempat ini, juga benda-benda yang tidak terpakai. Akses ke kamar mayat sebaiknya diproteksi terhadap pandangan pasien dan pengunjung untuk alasan psikologis. D. Pintu masuk dan lobi disarankan dibuat cukup menarik, sehingga pasien dan pengantar pasien mudah mengenali pintu masuk utama. E. Jendela sebaiknya dilengkapi dengan kawat kasa untuk mencegah serangga lainnya yang berada di sekitar RS, dan dilengkapi pengaman. F. Alur lalu lintas pasien dan petugas RS harus direncanakan seefisien mungkin. G. Koridor publik dipisah dengan koridor untuk pasien dan petugas medik, dimaksudkan untuk mengurangi waktu kemacetan. Bahan-bahan, material dan pembuangan sampah sebaiknya tidak memotong pergerakan orang. H. Lebar koridor 2,40 m dengan tinggi langit-kangit minimal 2,40 m. Koridor sebaiknya lurus. Apabila ramp digunakan, kemiringannya sebaiknya tidak melebihi 1 : 10 ( membuat sudut maksimal 70). I. Alur pasien rawat jalan yang ingin ke laboratorium, radiologi, farmasi, terapi khusus dan ke pelayanan medis lain, tidak melalui daerah pasien rawat inap. J. Alur pasien rawat inap jika ingin ke laboratorium, radiologi dan bagian lain, harus mengikuti prosedur yang telah ditentukan. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 62
57 Gambar 16. Contoh Model Aliran lalu lintas dalam RS Sumber : Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B, 2012 II.4. Studi Banding II.4.1. Dalam Negeri Pada studi preseden (studi banding) rumah sakit pendidikan yang ada di Indonesia, mengambil studi rumah sakit pendidikan yang ada di Lampung. Berikut ini data dan analisanya. Nama proyek Principal Architect Project Architect : Rumah Sakit Pendidikan Universitas Lampung : Ir. Adi Utomo Hatmoko, M.Arch : Mario Andreti, ST Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 63
58 Architecture Firm Owner Lokasi Status Luas Lahan Luas Bangunan : PT. Global Rancang Selaras dengan PT. Patroon Arsindo : Universitas Lampung : Jalan Pagar Alam, Bandar Lampung, Indonesia : Underconstruction : m2 : m2 Desain : 2010 Gambar 17. Perspektif Depan Eksterior RS UNILA Sumber : Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 64
59 Gambar 18. Perspektif Samping Eksterior RS UNILA Sumber : Bangunan Rumah Sakit Pendidikan Universitas Lampung (RSP Unila), direncanakan berada pada kawasan Universitas Lampung. Dengan lokasi yang strategis berada tepat dipinggir jalan Pagar Alam, memudahkan akses menuju rumah sakit ini. RSP Unila ini adalah RS Tipe B yang dilengkapi dengan fasilitas pendidikan untuk para calon dokter. Memiliki kapasitas 240 tempat tidur, dan fasilitas medik lainnya yang lengkap, diharapkan RSP Unila ini nantinya akan meningkatkan mutu layanan kesehatan di wilayah Bandar Lampung dan sekitarnya. Dimana dari hasil studi kelayakan didapatkan fakta bahwa rasio kapasitas tempat tidur rumah sakit dan jumlah masyarakat yang ada di Lampung masih sangat kurang. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 65
60 Gambar 19. Zonasi kawasan pada tapak Sumber : A. Keunggulan : Pemanfaat lahan pengembangan yang luas, menjadi masa-masa bangunan yang tersusun baik, dengan connecting berupa selasar dan jembatan disetiap lantai. Sehingga sirkulasi penggunan gedung akan dapat berjalan baik dan efisien karena zonasi juga disesuaikan dengan mempertimbangkan hubungan antar zona dari fungsi masing-masing ruangan. Sebagai contoh, kedekatan fungsi antara zona ruang bedah dan ICU, sehingga dibuat berada dalam satu lantai bersebelahan. Selain itu peletakkan fungsi didalam masingmasing gedung juga disesuaikan dengan rencana pembangunan yang bertahap, sehingga pembangunan gedung ditahap akhir tidak mengganggu aktifitas di gedung yang sudah dibangun ditahap awal. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 66
61 Gambar 20. Siteplan RS UNILA Sumber : Pembangunan RSP Unila merupakan langkah pengembangan yang dilakukan oleh Universitas Lampung yang memiliki fakultas Kedokteran sebagai salah satu unggulannya. Jika merujuk pada Standar Pendidikan Kedokteran yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, terdapat aturan pelaksanaan pendidikan pada fakultas kedokteran, yaitu: 1. Pendidikan bagi calon dokter dan dokter gigi harus dilakukan di Rumah Sakit Pendidikan 2. Fakultas Kedokteran harus memiliki Rumah Sakit Pendidikan. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 67
62 Gambar 21. Potongan dan Konsep Desain Sumber : Gambar 22. Zoning Vertical / Program ruang perlantai Sumber : Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 68
63 RSP Unila ini terdiri dari enam gedung utama, dimana tiga gedung empat lantai didepan berfungsi sebagai fasilitas layanan kesehatan, antara lain: Instalasi Gawat Darurat, Poliklinik, Instalasi Rawat Inap, Radiologi, Intensive care unit (ICU), Bedah sentral (Operating theatre), Ruang Bersalin, Laboratorium, Farmasi, dan fasilitas lainnya. Sementara tiga gedung empat lantai dibelakang berfungsi sebagai fasilitas pendidikan bagi para mahasiswa dan dosen fakultas kedokteran Unila, terdiri dari fungsi ruang kelas, ruang riset, lab-skill, auditorium, dan kantor bagi staff pengajar fakultas kedokteran. Gambar 23. Perencanaan Penghawaan dan Pencahayaan Alami Sumber : Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 69
64 Gambar 24. Alur Sirkulasi Manusia Sumber : Gambar 25. Denah Semi Basement Sumber : Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 70
65 Gambar 26. Denah lantai 1 Sumber : Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 71
66 Gambar 27. Denah lantai 2 Sumber : Gambar 28. Denah lantai 3 Sumber : Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 72
67 Gambar 29. Denah lantai 4 Sumber : II.4.2. Luar Negeri Rumah Sakit Arizona Phoenix Anak, dirancang dan direnovasi oleh HKS Arsitek, merupakan fasilitas tower 11 lantai yang merupakan salah satu kampus pediatrik terbesar di negara ini. Bangunan ini merupakan bagian dari kampus yang lebih besar dan bagian dari masyarakat Phoenix, yang merupakan faktor dalam menentukan estetika arsitektur baru. Tim desain ditantang untuk meningkatkan kampus, meningkatkan pada perencanaan yang ada dan fleksibilitas, dan tetap setia kepada visi fasilitas untuk menyediakan perawatan anak-anak dalam suasana yang nyaman. Pemrograman, fungsi rawat jalan dan rawat inap yang terletak di salah satu menara. Susun dan pengelompokan program dalam menara ini jarak perjalanan penurunan antara Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 73
68 berbagai bagian dari fasilitas dan meningkatkan orientasi. Estetika menara mencerminkan bunga gurun mekar dan dibagi menjadi tiga bagian. fasad yang diselingi oleh berlayar yang membagi interior bangunan dan masuk ke dalam cerita tiga atrium bawah. berlayar ini adalah sebuah mercusuar yang menyambut keluarga ke dalam fasilitas dan diterangi dengan warna-warna cerah membuat cahaya interior dari dalam. Gambar 30. Perspektif Eksterior Phoenix Children's Hospital Sumber : Dari eksterior, fasilitas bersinar di malam hari harus dilihat dari masyarakat. Komponen utama dari fasilitas ini adalah akses visual yang diberikannya ke luar dengan pemandangan yang tersedia dari kamar pasien dan ruang publik termasuk lift, ruang bermain dan kafe, ruang tunggu dan koridor. Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 74
69 Gambar 31. Interior Phoenix Children's Hospital Sumber : Gambar 32. Aksonometri Bangunan Phoenix Children's Hospital Sumber : Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 75
70 Opsi yang dipilih dihasilkan penghematan energi lebih dari $ per tahun dengan waktu pengembalian modal 4,5 tahun dan penghematan air dari galon per tahun. Fasilitas ini juga dirancang dengan pertumbuhan dan ekspansi dalam pikiran. fase berikutnya yang diramalkan di sisi barat dari fasilitas dan kemudian ke timur, di mana bangunan asli, yang telah melampaui harapan hidup mereka akan diganti. Gambar 33. Siteplan Phoenix Children's Hospital Sumber : Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 76
71 Gambar 34. Lantai Bassement Phoenix Children's Hospital Sumber : Gambar 35. Denah Lantai 1 Phoenix Children's Hospital Sumber : Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 77
72 Gambar 36. Denah Lantai 2 Phoenix Children's Hospital Sumber : Gambar 37. Denah Lantai 3 Phoenix Children's Hospital Sumber : Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 78
73 Gambar 38. Denah Lantai 4 Phoenix Children's Hospital Sumber : II.5. Penjelasan Tema II.5.1. Green Buliding Konsep Green Building bermula sejak datangnya isu tentang pemanasan global. Faktor pemicu pemanasan global ini yaitu semakin menurunnya daya dukung lingkungan akibat pencemaran atau poluasi dan ekploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Menurut GBCI (Green Building Council Indonesia, 2011), Secara definisi Green Building adalah bangunan yang dimana sejak mulai dalam tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga dalam operasional pemeliharaannya memperlihatkan aspek aspek dalam melindungi, menghemat, serta mengurangi penggunaan sumber daya alam, menjaga mutu dari kualitas udara di ruangan, dan memperhatikan kesehatan Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 79
74 penghuninya yang semuanya berpegang pada kaidah pembangunan yang berkesinambungan. Penerapan Green Architecture dalam arsitektur bangunan dapat dikenali dengan penggunaan beberapa konsep seperti: 1. Memiliki Konsep High Perfomance Building dan Earth Friendly Dilihat dari dinding bangunan, terdapat kaca di beberapa bagiannya, yang berfungsi untuk menghemat penggunaan daya listrik pada bangunan (penggunaan pencahayaan lampu). Menggunakan energi alam seperti matahari ataupun angin. Pemanfaatan bahanbahan bangunan yang cenderung ramah lingkungan seperti keramik dan sebagainya. 2. Memiliki Konsep Sustainable Bila lahan lingkungan wilayah yang digunakan sangat terbatas, dengan konsep alamiah dan natural, dipadukan dengan konsep teknologi tinggi, bangunan ini memungkinkan dapat terus bertahan dalam jangka panjang karena tidak merusak lingkungan sekitar yang ada. 3. Memiliki Konsep Future Healthly Dapat dilihat dari penggunaaan tanaman baik dalam interior maupun eksterior bangunan. Tanaman yang rindang membuat iklim udara yang sejuk dan sehat bagi kehidupan sekitar, lingkungan tampak tenang. 4. Memiliki Konsep Climate Supportly Konsep penghijauan sangat cocok untuk iklim yang masih tergolong tropis (khatulistiwa). Pada saat penghujan, dapat sebagai resapan air, dan pada saat kemarau, dapat sebagai penyejuk udara. 5. Memiliki Konsep Esthetic Usefully Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 80
75 Penggunaan green roof pada bangunan yang dapat memberi keindahan serta menyatu dengan alam, juga dapat digunakan sebagai penadah air, untuk proses pendingin ruangan alami karena sinar matahari tidak diserap beton secara langsung, sehingga dapat menurunkan suhu panas di siang hari dan terasa sejuk di malam hari. Green Building (Bangunan Hijau) harus bisa menanggapi dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar dan sumber daya yang efisien diseluruh siklus hidup bangunan baik dari penentuan tapak maupun desain, konstruksi bangunan, operasi banguan, pemeliharaan (maintanence), dan rekonstruksi. II.5.2. Kriteria Green Building Kriteria Green Building menurut Greenship GBCI terdiri dari 6 kriteria umum dari 41 kriteria, dimana setiap kriteria masing-masing berisi 5-8 prasyarat. Kriteria tersebut harus dipenuhi oleh suatu gedung yang ingin menerapkan gedung ramah lingkungan. Tahap penilaian GREENSHIP terdiri dari : 1. Design Recognition (DR), dengan maksimum 2. Final Assessment (FA), dengan maksimum nilai 101 poin Tabel 9. Tabel peringkat GREENSHIP Sumber : GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA Versi 1.1 Ratu Ellena Syadzwina Program Studi Arsitektur Univ. Mercu Buana 81
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja
BAB II: STUDI 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja yang telah diberikan sebagai pedoman awal dalam perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Umum Jakarta Selatan.
Lebih terperinciTUGAS AKHIR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN SITE KARAWACI - TANGERANG. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Arsitektur Strata1(S-1)
TUGAS AKHIR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN SITE KARAWACI - TANGERANG Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Arsitektur Strata1(S-1) Disusun oleh: Nama : Nim : PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR
Lebih terperinciLembar Observasi. Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2004.
Lembar Observasi Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun 2012 Nama : Jenis Kelamin : Umur : Pendidikan : Lama Bekerja : Observasi ini merupakan jawaban tentang persyaratan Hygiene Petgugas Kesehatan
Lebih terperinciAnalisa Program Kebersihan Lingkungan Rumah Sakit PPI RSIA CICIK
Analisa Program Kebersihan Lingkungan Rumah Sakit PPI RSIA CICIK (Berdasarkan KepMenkes RI no. 1204/KEPMENKES/SK/X/2004) 1. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit No Apek yang Dinilai Sudah 1. Pagar atau batas
Lebih terperinciREDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115
BAB I PENDAHULUAN Laporan perancangan ini sebagai tindak lanjut dari Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur dan menjadi satu rangkaian dengan perancangan fisik Rumah sakit Islam Madinah
Lebih terperinciBAB II: TINJAUAN UMUM
BAB II: TINJAUAN UMUM 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Berdasarkan KAK (Kerangka Acuan Kerja) yang telah diberikan sebagai pedoman awal perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Pendidikan milik Swasta
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR,
BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR, Menimbang : Mengingat a. bahwa rumah sakit merupakan
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERANCANGAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN JATISAMPURNA - BEKASI
TUGAS AKHIR PERANCANGAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN JATISAMPURNA - BEKASI Diajukan sebagai syarat untuk meraih Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Nama : RUHENDAR NIM : PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB II : TINJAUAN UMUM
BAB II : TINJAUAN UMUM 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK) Berikut ini merupakan dasar pemahaman terhadap kerangka acuan kerja: 2.1.1. Dasar Pemikiran Secara spesifik lokasi pembangunan
Lebih terperinciBAB III : DATA DAN ANALISA
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Rumah Sakit Umum Daerah ( kelas B ) Jakarta selatan. dengan penekanan bangunan yang ICONIC melalui Green Architecture BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1 Data
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: Definisi lain tentang rumah sakit, seperti dalam Undang-Undang Nomor
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Rumah Sakit 2.1.1 Pengertian Rumah Sakit Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen
Lebih terperinciHALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN
v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH... i ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR DIAGRAM... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB
Lebih terperinciBAB II : TINJAUAN UMUM
BAB II : TINJAUAN UMUM 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK) Berikut merupakan dasar pemahaman terhadap kerangka acuan kerja: Judul Perancangan Rumah Sakit pendidikan di Jatisampurna-Bekasi
Lebih terperinciBAB II : TINJAUAN PUSTAKA
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemahaman terhadap KAK Definisi Ruang pada KAK Unit Gawat Darurat (UGD) Salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Proyek instalasi Listrik Rumah Sakit Royal Sanur ini mulai dikerjakan pada tanggal sampai saat ini. Semua pekerjaan termasuk penyusunan skripsi
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015
EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 I. Pelayanan RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat RSUD Patut Patuh Patju kabupaten Lombok Barat merupakan
Lebih terperinciBUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN KELAS III PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 30 TAHUN : 2014 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG TATA KELOLA HIJAU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WATES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciRUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAKARTA SELATAN Arsitektur Tropis
LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAKARTA SELATAN DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR Disusun Oleh: DATIP M KOSWARI
Lebih terperinci1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
65 1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek pada mulanya merupakan Rumah Sakit Onderneming Pemerintahan hindia belanda yang
Lebih terperincipermanen yang difungsikan sementara sebagai Rumah Sakit. Pasal 12
kontainer, atau bangunan permanen yang difungsikan sementara sebagai Rumah Sakit. Pasal 10 Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara proses perizinan Rumah Sakit bergerak dan Rumah Sakit lapangan sebagaimana
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Badan Layanan Umum. RSUP. DR. Mohammad Hoesin Palembang. Tarif.
No.734, 2014. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Badan Layanan Umum. RSUP. DR. Mohammad Hoesin Palembang. Tarif. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100/PMK.05/2014 TENTANG TARIF
Lebih terperinciGUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG
GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG
BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini
Lebih terperinciCHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana
126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen
Lebih terperinciKEBIJAKAN BANGUNAN, PRASARANA & PERALATAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
KEBIJAKAN BANGUNAN, PRASARANA & PERALATAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT PADA ACARA SEMINAR PERAN HOSPITAL ENGINEERING DALAM PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DIREKTUR JENDRAL PENDIDIKAN TINGGI
Lebih terperinciLAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR PERANCANGAN GEDUNG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN KELAS B SATELIT
LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR PERANCANGAN GEDUNG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN KELAS B SATELIT DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAS SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR Disusun Oleh:
Lebih terperinciPANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI
PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI Jl. Raya Serang Km. 5, Kec. Cadasari Kab. Pandeglang Banten DAFTAR ISI BAB I MANAJEMEN
Lebih terperinciBAB III ELABORASI TEMA
BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Pengertian Tema yang akan diangkat dalam perancangan Rumah Sakit Islam Ini adalah Habluminallah wa Habluminannas yang berarti hubungan Manusia dengan Tuhan dan hubungan Manusia
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN UMUM
RUMAH SAKIT PENDIDIKAN 7 BAB II. TINJAUAN UMUM 2.1 Gambaran Umum Proyek Proyek yang direncanakan adalah Rumah Sakit Pendidikan yaitu rumah sakit pendidikan swasta kelas satelit,dengan spesifikasi sebagai
Lebih terperinciDESAIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS B JAKARTA SELATAN
LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR DESAIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS B JAKARTA SELATAN DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR Disusun Oleh:
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA
LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 30 Tahun 2001 Seri D ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RAWAT JALAN EKSEKUTIF DI RUMAH SAKIT
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RAWAT JALAN EKSEKUTIF DI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I. KESELAMATAN KERJA, KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA (K3)
DAFTAR ISI Surat Keputusan Direktur tentang Kebijakan K3RS --------------------------------------------- Daftar Isi-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan Rumah sakit Sulianti Saroso ini menggunakan tema Arsitektur sirkulasi. Hal ini ditekankan pada : 1. Pemisahan akses dari dan ke instalasi
Lebih terperinciBAB 6 MASTER PLAN & RENCANA PENTAHAPAN
BAB 6 MASTER PLAN & RENCANA PENTAHAPAN Pengadaan dan Pentahapan Penyediaan Rumah Sakit ini adalah bagian utama dari suatu Laporan Rencana Induk/ Master Plan Rumah Sakit, karena pada bagian ini akan didapat
Lebih terperinciPerancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan Green Architecture khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik me
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelanggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
Lebih terperinciLEMBAR OBSERVASI PENELTIAN PENYELENGHGARAAN KESEHATAN LINGKUNGANSEKOLAH DASAR (SD) NEGERI DAN SD SWASTA AL-AZHAR DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN
No LEMBAR OBSERVASI PENELTIAN PENYELENGHGARAAN KESEHATAN LINGKUNGANSEKOLAH DASAR (SD) NEGERI 060934 DAN SD SWASTA AL-AZHAR DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN 2016 Menurut 1429/Menkes/SK/XII/2006 tentang Pedoman
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK
PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang
Lebih terperinciLAMPIRAN : JENIS PELAYANAN, INDIKATOR DAN STANDAR
LAMPIRAN : JENIS PELAYANAN, INDIKATOR DAN STANDAR Jenis 1 Gawat Darurat 2 Rawat Jalan Input 1. Kemampuan menangani life saving 2. Pemberi pelayanan kegawat-daruratan bersertifikat (ATLS/BTLS/ACLS/PPGD/
Lebih terperinciG E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku)
G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku) Kementerian Kesehatan RI 2012 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 115 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENETAPAN BESARAN TARIF PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN
Lebih terperinciB. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan
Syarat kesehatan yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat: A. Lokasi 1. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 10 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG BIAYA PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG DENGAN
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan perlunya
Lebih terperinciWARNA/KELOMPOK MAP BERKAS PELAMAR CPNS KEMENKES
I KUNING (D-IV/S1/S2 Apoteker Dokter Gigi Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut Dokter Gigi Spesialis Endodotik Dokter Gigi Spesialis Gigi Anak Dokter Gigi Spesialis Gigi dan Mulut Dokter Gigi Spesialis Konservasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional Indonesia yang diatur di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dijelaskan bahwa
Lebih terperinciBAB IV ANALISA Analisa Fungsi, aktivitas, pengguna dan ruang Analisa Fungsi
110 BAB IV ANALISA 4.1. Analisa Fungsi, aktivitas, pengguna dan ruang 4.1.1. Analisa Fungsi Ada 3 Fungsi Balai Pengobatan Kanker Terpadu di Kota Malang, yakni fungsi Primer, sekunder dan penunjang. Tabel
Lebih terperinciKeputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Menimbang : MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SARAS HUSADA PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciProsedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan
SOP PENGELOLAAN LIMBAH No : CSU/STI/05 Tanggal pembuatan : 10 FebruarI 2007 Tanggal peninjauan kembali : 10 FebruarI 2008 TUJUAN : Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat
Lebih terperinci1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang. atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila disbanding dengan kegiatan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR: 12 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. LATAR BELAKANG... 1 1.2. TUJUAN DAN SASARAN...
Lebih terperinci2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,
No.315, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. ORTA RS Kelas B dr. Suyoto. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2018 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT KELAS
Lebih terperinciarsitektur fakultas teknik sipil dan perencanaan
TUGAS AKHIR RA 091381 RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT green dentistry LIZA DEWI 3207 100 092 Dosen Pembimbing : Ir. Erwin Sudarma, MT Dosen Koordinator : Ir. M. Salatoen P, MT arsitektur fakultas teknik sipil
Lebih terperinci2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Dewasa ini kehidupan modern telah menjadi prioritas utama bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia, khususnya kalangan masyarakat ekonomi menengah dan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI DAN PERIZINAN RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI DAN PERIZINAN RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPage 1 of 14 Penjelasan >> PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciNo Pengguna Kegiatan Nama Ruang Persyaratan Standard Kapasitas Unit Luas Satuan (m 2 ) Luas Total (m 2 ) Sumber
No Pengguna Kegiatan Nama Ruang Persyaratan Standard Kapasitas Unit Luas Satuan (m 2 ) Luas Total (m 2 ) Sumber Keterangan Instalasi Rawat Jalan 1 Pasien, pengunjung Menunggu saat melakukan pendaftaran
Lebih terperinciRUMAH SAKIT ORTOPEDI PUPUK KALTIM KOTA BONTANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RUMAH SAKIT ORTOPEDI PUPUK KALTIM KOTA BONTANG PENEKANAN DESAIN GREEN BUILDING Halaman Sampul Diajukan Oleh: Philin Sophia 21020113140123 Dosen Pembimbing
Lebih terperinci2016, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yan
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1197, 2016 KEMENKES. Rumah Sakit. Bangunan dan Prsarana. Persyaratan Teknis. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Konsep Dasar Penyakit merupakan salah satu penyebab stres, jika penyakit itu terus-menerus menempel pada tubuh seseorang, dengan kata lain penyakit itu sulit
Lebih terperinciRUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.
RUMAH SAKIT Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt. DASAR HUKUM RUMAH SAKIT UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. PerMenKes RI Nomor 1045/menkes/per/XI/2006 Tentang Pedoman organisasi rumah sakit di lingkungan
Lebih terperinciSyarat Bangunan Gedung
Syarat Bangunan Gedung http://www.imland.co.id I. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia sedang giatnya melaksanakan kegiatan pembangunan, karena hal tersebut merupakan rangkaian gerak perubahan menuju kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan, perubahan dalam pelayanan kesehatan terjadi sangat cepat, tumbuhnya beberapa rumah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar bebas dengan kerangka Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada akhir tahun 2015 merupakan tantangan dan hambatan bangsa Indonesia kedepan. Khususnya bidang pelayanan
Lebih terperinciBAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja
BAB II: STUDI 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau Terms Of Reference (TOR) adalah satu petunjuk atau dasar dari sebuah rencana suatu pekerjaan. Penyusunan Kerangka
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN OBJEK
18 BAB II TINJAUAN OBJEK 2.1. Tinjauan Umum Stasiun Kereta Api Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 dan 43 Tahun 2011, perkeretaapian terdiri dari sarana dan prasarana, sumber daya manusia, norma,
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG POLA TARIF JASA PELAYANAN KESEHATAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 6.1. Program Ruang Rekapitulasi program ruang Rumah Sakit Umum Daerah Bendan Kota Pekalongan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Rekapitulasi
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN TARIF PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK
PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK PEMERINTAHAN KABUPATEN SUMENEP DINAS KESEHATAN PUSKESMAS MONCEK KECAMATAN LENTENG SUMENEP 0 DAFTAR ISI BAB I MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN... A DEFINISI... 2 B RUANG
Lebih terperinciKAJIAN REFERENSI. 1. Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak dalam Bangunan Gedung
KAJIAN REFERENSI Dalam merespon permasalahan yang diangkat didapati kajian kajian berupa peraturan standar yang diambil dari SNI dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum mengenai Pedoman Persyaratan Teknis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan
Lebih terperinciBupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BERKAH
Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BERKAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,
Lebih terperinciTL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3
TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3 Rizka Firdausi Pertiwi, S.T., M.T. Rumah Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Perumahan Kelompok rumah
Lebih terperinciBAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja
BAB II: STUDI 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Berdasarakan Dari kerangka acuan kerja dapat dipahami bahwa Desain Rumah Sakit Jakarta Selatan yang diharapkan Pemda DKI Jakarta adalah desain
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar (tata ruang luar) tetapi juga bagian dalam (tata ruang dalam) bangunan. Inti dari konsep
Lebih terperinciPROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN
PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH JL. BRIGJEND. SUDIARTO NO. 347 SEMARANG 2014 PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN A. Pendahuluan
Lebih terperinciG U B E R N U R J A M B I
G U B E R N U R J A M B I PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang
Lebih terperinci2 Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1221, 2014 KEMENKES. Rumah Sakit. Perizinan. Klasifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI DAN PERIZINAN
Lebih terperinci2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah diberikan sebagai pedoman awal dalam perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan penunjang yang mempunyai tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin dan makanan
Lebih terperinciPEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS SAMBALIUNG
PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS SAMBALIUNG PEMERINTAH KABUPATEN BERAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SAMBALIUNG JL.Mangkubumi II Rt. VII Sambaliung DAFTAR ISI 0 BAB I MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN... A DEFINISI...
Lebih terperinciSANITASI DAN KEAMANAN
SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,
Lebih terperinciDepartemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
KMA 43026 Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Unit Operasional RS Kajian Kajian pada 3 unit kegiatan
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Setiap individu berkewajiban menjaga kesehatan fisik dan rohaninya. Disamping kewajiban, kesehatan juga merupakan salah satu hak masyarakat dan setiap warga memiliki
Lebih terperinciBAB IV KONSEP. Langkah-langkah untuk menerapkan Konsep Green Hospital, yaitu :
BAB IV KONSEP IV.1. Konsep Dasar Green Hospital merupakan rumah sakit yang berwawasan lingkungan dan jawaban atas tuntutan kebutuhan pelayanan dari pelanggan rumah sakit yang telah bergeser ke arah pelayanan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik,
Lebih terperinci3/17/2015 STANDAR PELAYANAN DI PUSKESMAS DESAIN KAMAR OPERASI
STANDAR PELAYANAN DI PUSKESMAS DESAIN KAMAR OPERASI 1 MASALAH KUALITAS/ MUTU PELAYANAN KESEHATAN SAAT INI 2 PENILAIAN KUALITAS/ MUTU PELAYANAN KESEHATAN 3 MUTU Tingkat kesempurnaan SUATU BARANG yang sesuai
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 029 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 416/MENKES/PER/II/2011 TENTANG
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1065, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Badan. Layanan. Umum. Rumah. Sakit. Umum. Pusat Dr.Kariadi Semarang. Tarif. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 156/PMK.05/2014
Lebih terperinciBAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota
BAB II PROFIL PERUSAHAAN A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi mulai dibangun oleh anggota Dewan Perwakilan
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG STADAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT H.L. MANAMBAI ABDULKADIR DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciTARIF LAYANAN BERDASARKAN KELAS BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG PADA KEMENTERIAN KESEHATAN TARIF NON KELAS III
LAMPIRAN I PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100/PMK.OS/2014 TENTANG TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr.MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG PADA KEMENTERJAN KESEHATAN MENTERIKEUANGAN
Lebih terperinci3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992;
PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a.
Lebih terperinciDOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)
DOKUMEN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP MATRIKS PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PUSKESMAS KEBONDALEM 1. Kualitas Udara dan debu Sumber Aktivitas lalul lintas kendaraan diluar dan area parkir berpotensi
Lebih terperinci