BAB I PENDAHULUAN. ganda yang dialami oleh perempuan-perempuan menjadi hal yang biasa ditemui.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. ganda yang dialami oleh perempuan-perempuan menjadi hal yang biasa ditemui."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang, fenomena marginalisasi dan beban ganda yang dialami oleh perempuan-perempuan menjadi hal yang biasa ditemui. Konsep sexual division of labor 1, atau pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin nampaknya semakin menempatkan perempuan pada posisi yang sangat lemah. Perempuan juga memiliki beban ganda karena mereka harus mencari nafkah untuk keluarga dan dituntut untuk menyelesaikan sebagian besar pekerjaan domestik, sehingga mereka harus membagi waktu dan sumber daya untuk memenuhi kedua kewajiban tersebut secara bersamaan (Kusujiarti, 1997: 83). Daulay mengatakan bahwa jika merujuk pada teori-teori feminis yang berkembang, teori feminis Marxist melihat bahwa sumber penindasan perempuan adalah karena mereka tidak punya akses dalam penguasaan modal atau kapital (Daulay, 2001: 8). Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa sumber dari marginalisasi perempuan di Indonesia adalah perekonomian perempuan yang belum kuat, sehingga menyebabkan adanya beban ganda yang dialami oleh perempuan. Sejak tahun 1970-an, pemerintah mulai memperhatikan isu-isu mengenai marginalisasi perempuan di Indonesia dengan menjadikan perempuan sebagai subjek pelaksanaan dalam proses pembangunan negara untuk mengatasi permasalahan 1 Sexual division of labor merupakan gagasan dari Maxine Molyneux (2010) yang terdapat dalam Jurnal How Gendered is Gender and Development? Culture, Masculinity, and Gender Difference. 1

2 mengenai marginalisasi perempuan dan memperkuat perekonomian perempuan. Tepatnya pada masa pemerintahan Presiden Soekarno mulai dibentuk Menteri Negara Urusan Peranan Wanita (MenUPW). MenUPW memiliki visi untuk meningkatkan peranan perempuan dalam pembangunan yang kemudian memunculkan ideologi Panca Dharma Wanita 2, yang berisi mengenai hak-hak yang dimiliki oleh wanita, yakni wanita sebagai: 1) istri dan pendamping suami, 2) pendidik dan pembina generasi muda, 3) ibu pengatur rumah tangga, 4) pekerja yang menambah penghasilan keluarga, dan 5) anggota organisasi masyarakat khususnya organisasi wanita dan organisasi sosial. Maka dari itu, dibutuhkan suatu program-program baik dari pemerintah, maupun nonpemerintah untuk memajukan perekonomian negara melalui pemberdayaan perempuan. Konsep keterlibatan perempuan dalam negara yang kemudian dikenal dengan istilah GAD (Gender and Development) 3 ini tidak akan terlaksana jika politik suatu 2 M. Darwin telah menghadiri secara langsung perumusan Panca Dharma Wanita pada tahun Hasil dari penelitiannya mengenai perempuan, termasuk juga perumusan mengenai Panca Dharma Wanita kemudian dituangkan ke dalam bukunya yang berjudul Negara dan Perempuan. Reorientasi Kebijakan Publik (2005). 3 GAD bukan hanya melihat masalah perempuan saja, tetapi lebih menitikberatkan pembangunan yang akan dilihat dari sudut pandang keadilan gender. Konsep GAD muncul pada tahun 1980-an sebagai bentuk implementasi dari konsep WID (Women In Development). 2

3 negara masih menempatkan perempuan dalam posisi yang inferior dan subordinatif (Handayani dan Sugiarti, 2008: 42). Oleh karena itu, salah satu upaya yang kemudian dilakukan agar perempuan tidak ditempatkan pada posisi yang inferior adalah dengan pemberdayaan perempuan melalui organisasi-organisasi perempuan. Hal-hal tersebut kemudian menimbulkan munculnya organisasi-organisasi pemberdayaan perempuan di Indonesia. Munculnya organisasi-organisasi pemberdayaan perempuan ini diharapkan mampu menempatkan perempuan pada posisi yang sejajar dengan laki-laki. Maka dari itu, pada tahun 1990, salah satu organisasi pemberdayaan perempuan bernama Himpunan Serikat Perempuan Independen Indonesia yang biasa disebut dengan HAPSARI muncul. HAPSARI yang pertama kali muncul di Deli Serdang, Sumatra Utara memiliki tujuan utama yakni untuk membebaskan perempuan dari ketidakadilan yang disebabkan oleh budaya patriarki. HAPSARI yang kemudian menjadi organisasi berbentuk federasi mulai mendirikan serikat-serikat perempuan yang tersebar hampir di seluruh Indonesia. Perluasan jaringan tersebut tidak dapat terjadi tanpa bantuan dari pihak donor yang turut membantu dalam bidang materi maupun non materi. Perluasan jaringan HAPSARI ke wilayah-wilayah di Indonesia ini kemudian memunculkan organisasiorganisasi yang disebut dengan Serikat Perempuan. Pada dasarnya Serikat-serikat Perempuan anggota HAPSARI memiliki tujuan yang sama, yakni untuk membebaskan perempuan dari ketidakberdayaan baik dalam bidang sosial maupun ekonomi melalui pemberdayaan perempuan. Pemberdayaan perempuan di masing- 3

4 masing wilayah di Indonesia didasarkan pada potensi-potensi yang dimiliki oleh masing-masing wilayah tersebut. Potensi-potensi yang dimiliki oleh masing-masing wilayah tersebut kemudian dikembangkan oleh HAPSARI dengan bantuan para donor untuk memberdayakan perempuan. Sampai saat ini sudah ada 10 Serikat Perempuan anggota HAPSARI yang tersebar di wilayah-wilayah di Indonesia. Salah satu dari anggota HAPSARI yang ada di Kulon Progo, yakni SPI (Serikat Perempuan Independen) Kulon Progo, yang kemudian akan menjadi subjek penelitian saya dibentuk pada tahun SPI Kulon Progo memiliki programprogram yang didasarkan pada pemberdayaan perempuan desa melalui penguatan ekonomi. Sebagian besar masyarakat di Kulon Progo berprofesi sebagai petani kopi, teh, dan kakao (cokelat), sehingga program pemberdayaan perempuan di Kulon Progo dipusatkan pada penguatan ekonomi melalui program pertanian. Anggota SPI Kulon Progo berasal dari tujuh Kecamatan, empat Desa, serta tiga Dusun di wilayah Kabupaten Kulon Progo. Dusun Keceme yang berada di wilayah perbukitan bagian utara Kulon Progo memiliki rata-rata ketinggian m di atas permukaan air laut menjadikan masyarakatnya memiliki kesulitan untuk mencapai akses perekonomian. Perempuan-perempuan Keceme sebagai penentu perdagangan hasil pertanian di dalam rumah tangga masih kesulitan untuk mengakses pasar. Jarak Dusun Keceme ke pasar yang berada di dekat Kantor Kecamatan Samigaluh dan Borobudur sangat jauh. Waktu yang ditempuh untuk sampai ke pasar bisa berkisar antara dua sampai empat jam dengan berjalan kaki angkutan umum jarang sekali melintas di Dusun Keceme. Melihat hal tersebut, HAPSARI dan SPI 4

5 Kulon Progo kemudian memusatkan penerapan program-programnya di Dusun Keceme Rumusan Masalah Sebagai organisasi pemberdayaan perempuan melalui penguatan ekonomi SPI Kulon Progo akan memberikan dampak pada anggota-anggotanya serta keluarga para anggotanya, terutama anggota-anggota yang tinggal di Dusun Keceme. Programprogram yang dilakukan oleh SPI Kulon Progo akan memberikan dampak terhadap kehidupan sehari-hari para anggotanya. Jika akses perempuan terhadap sumbersumber ekonomi berubah, maka relasi-relasi gender dalam keluarga akan mengalami perubahan pula. Keterlibatan perempuan anggota SPI Kulon Progo akan berdampak pula pada aktivitas di dalam keluarga (domestik) dan aktivitas di luar rumah (publik). Dampak yang diperoleh akan berbeda dengan perempuan yang bukan merupakan anggota SPI Kulon Progo. Maka dari itu muncul pertanyaan-pertanyaan, yakni: 1. Apa saja program-program yang telah dilakukan oleh SPI Kulon Progo? 2. Mengapa perempuan-perempuan di Dusun Keceme memutuskan untuk menjadi anggota SPI Kulon Progo? 3. Bagaimana pengaruh keikutsertaan Perempuan Keceme ke dalam SPI Kulon Progo terhadap perekonomian keluarga, aktivitas domestik, serta aktivitas publik para anggotanya? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengatahui apa saja program-program yang telah dilakukan oleh SPI Kulon Progo serta pengaruh dari 5

6 program-program tersebut terhadap anggotanya. Penulisan skripsi ini juga bertujuan untuk mengetahui apa motivasi para anggota untuk masuk dalam organisasi SPI Kulon Progo. Serta untuk mengetahui perubahan-perubahan relasi gender yang terjadi pada keluarga anggota sebelum dan setelah menjadi anggota SPI Kulon Progo, apakah keterlibatan perempuan pada organisasi SPI Kulon Progo mempengaruhi aktivitas domestik, publik, dan ekonomi mereka Tinjauan Pustaka Sejak perempuan mulai dilibatkan di dalam pembangunan banyak penelitianpenelitian mengenai organisasi pemberdayaan perempuan dan perubahan relasi gender. Anwar (2007) dalam penelitiannya mengenai pemberdayaan perempuan melalui pembelajaran vocational skill pada keluarga nelayan di Bandung setuju dengan pernyataan Hagen dan Mc. Cleland yang mengatakan bahwa titik awal dari perubahan sosial adalah pendidikan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan peran individu dan masyarakat melalui pemanfaatan potensi dirinya. Ia juga mengatakan bahwa pengorganisasian dapat dilakukan dengan menanamkan perasaan solidaritas dan jiwa pembangunan di antara mereka. Selain itu, dengan memahami sifat partisipasi perempuan di dalam organisasi baru akan memungkinkan bila kendala terhadap patisipasi tersebut diakui (Mosse, 2003: 233). Harsono (1997) dalam tulisannya mengatakan bahwa partisipasi perempuan dalam pembangunan di Indonesia dilakukan oleh pemerintah dengan membentuk organisasi resmi pemerintah maupun organisasi non pemerintah (ORNOP). Organisasi resmi pemerintah seperti PKK dengan program 10 pokok segi PKK 6

7 menjadikan peran ibu sangat penting dalam keutuhan masyarakat yang sedang membangun. Namun, dalam hal ini partisipasi perempuan dalam pembangunan hanya dipandang sebatas peran mereka dalam sektor domestik saja. Mereka tidak diberi pemahaman bahwa idealisasi semacam itu membawa perempuan kepada keterasingan sosial, karena beratnya beban ganda yang harus mereka perankan bagi orang lain. Orientasi pembangunan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi tersebut didasarkan pada model WID, sehingga perempuan yang digalang untuk turut berpartisipasi, bukan pembangunan yang diubah menurut kebutuhan perempuan. Nugroho (2011) mengatakan bahwa konsep pemberdayaan digunakan untuk membangun kesetaraan relasi antara laki-laki dan perempuan. Anwar (2007) menambahkan bahwa pembangunan masyarakat merupakan perpaduan antara pengorganisasian masyarakat (community organization) dengan pengembangan ekonomi (economy development) (Cary, 1970; Sudjana, 2000a: 132). Nugroho juga menambahkan bahwa pendekatan Woman in Development (WID) memberikan perhatian pada peran produktif perempuan dalam pembangunan yang menekankan pada sisi produktivitas tenaga kerja perempuan, khususnya yang berkaitan dengan pendapatan perempuan, tanpa mempedulikan sisi reproduktifnya. Selain itu, Hendito dan Barbari, 1996 mengatakan bahwa pemberdayaan pada dasarnya mengacu pada usaha menumbuhkan keinginan pada diri seseorang untuk tahu, mampu, dan mau mengaktualisasi dirinya, melakukan mobilitas ke atas, serta 7

8 memberikan pengalaman-pengalaman psikologis yang membuat tenaga kerja perempuan merasa lebih berdaya (Sukesi, 2003). Tulisan yang dibuat oleh Anwar, Harsono, Nugroho, dan Sukesi menunjukkan bahwa pemberdayaan perempuan dalam bentuk pengorganisasian dengan pengembangan ekonomi merupakan usaha untuk mencapai kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Dalam penelitiannya, Anwar dan Sukesi sudah mengetahui bahwa pendidikan yang didapatkan untuk meningkatkan peran individu akan menimbulkan perubahan psikologis yang berpengaruh juga pada perubahan sosial, namun mereka belum melihat perubahan yang terjadi pada relasi gender di dalam keluarga ketika ekonomi perempuan sudah mapan. Maka dari itu, pada penelitian ini akan dibahas lebih lanjut mengenai perubahan relasi gender yang terbentuk akibat dari keterlibatan perempuan dalam organisasi pemberdayaan perempuan. Pada penelitian lain, Daulay (2001) yang meneliti mengenai perubahan relasi gender pada keluarga Tenaga Kerja Indonesia Wanita (TKIW) di Karawang, Jawa Barat, mengatakan bahwa para TKIW yang sudah memiliki akses secara ekonomi ternyata tidak ingin mendominasi dalam pengambilan keputusan seperti pemanfaatan uang dan sektor publik lainnya. Penelitian Daulay memang menunjukkan adanya perubahan relasi gender pada keluarga TKIW. Ia mengatakan bahwa basis ekonomi yang dimiliki TKIW tidak mempengaruhi mereka untuk mendominasi pengambilan keputusan, tetapi memberikan pengaruh pada pola hubungan gender, sehingga perempuan dapat tawar menawar kekuasaan (bargaining position). Penelitian yang 8

9 dilakukan Daulay memperlihatkan bahwa kemapanan ekonomi yang didapatkan perempuan tidak semata-mata memberi kebebasan perempuan TKIW dalam pengambilan keputusan publik. Perubahan relasi gender yang terjadi adalah permisifnya suami terhadap istri yang ingin memperbaiki ekonomi keluarga, seperti kelonggaran norma yang kemudian didapatkan para TKIW. Penelitian Daulay pada keluarga menunjukkan bahwa ada pergeseran pola relasi gender di keluarga TKIW dalam pergeseran norma, yakni semula perempuan dilarang untuk bekerja di luar rumah, namun karena tuntutan ekonomi, para suami kemudian memberi izin istrinya untuk bekerja di luar negeri. Penelitian Daulay ini dilakukan pada keluarga migran, sementara permasalahan yang akan diteliti pada skripsi ini adalah mengenai perubahan relasi gender pada keluarga petani yang menjadi anggota organisasi pemberdayaan perempuan. Maka dari itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pembaruan pada penelitian mengenai studi perubahan relasi gender pada keluarga petani Kerangka Teori Gender sebagai suatu konstruksi sosial yang sudah disosialisasikan sejak lahir ternyata menyumbangkan ketidakadilan (inequalities). Manifestasi ketidakadilan ini terjadi pada penentuan kebijakan, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, mekanisme pengambilan keputusan, metode riset, serta pelaksanaan maupun evaluasi proyek pembangunan di lapangan (Mosse, 1996). Maka dari itu, pemerintah Indonesia mulai melibatkan perempuan dalam pembangunan negara. Menteri Negara Urusan Peranan Wanita (MenUPW) mulai dibentuk, dan pada lingkup yang lebih 9

10 kecil dibentuk Dharma Wanita, PKK, dan organisasi-organisasi perempuan lain, baik organisasi pemerintah maupun non pemerintah (Darwin, 1980). Pada penelitiannya terhadap TKIW di Karawang, Jawa Barat, Daulay (2001: 10) mengatakan bahwa prioritas hidup perempuan adalah anak-anak, perkawinan, dan karir suami, sehingga keluarga akan sangat penting bagi perempuan. Hal di atas juga sejalan dengan teori dari Parsons dan Balles ( ) 4 yang kemudian dikenal dengan paham fungsionalis struktural. Parsons dan Balles mengatakan bahwa keluarga sebagai unit sosial memberikan perbedaan peran suami dan istri untuk saling membantu dapat diterima asalkan dilakukan secara demokratis dan dengan kesepakatan antara suami dan istri dalam keluarga atau kehidupan masyarakat. Handayani dan Novianto (2004: 13) mengatakan jika peranan perempuan Jawa dalam ekonomi keluarga jauh lebih berarti dibandingkan suami, maka perempuan akan mempunyai kekuasaan, pengaruh, kekuatan, posisi tawar yang baik, serta kebebasan yang sama dengan suaminya, sehingga muncul gejala matrifokalitas 5. Sejalan dengan Handayani dan Novianto, Burr Ahern dan Knowles (1977) 6 berpendapat bahwa ketika pendapatan istri meningkat dan sebanding dengan pendapatan suami, maka ada kecenderungan pengaruh istri juga meningkat. Hal 4 Dikutip dari Modul Kuliah Gender. 5 Gejala matrifokalitas adalah dominasi perempuan melalui jaringan yang terjadi di dalam keluarga inti dan antarkeluarga inti yang terbentuk dan terpelihara oleh perempuan, sehingga perempuan lebih berkuasa dan dominan dalam urusan rumah tangga, sedangkan laki-laki tidak berfungsi (Handayani dan Novianto, 2004:13). 6 Dikutip dari Harmona Daulay (2001: 11). 10

11 tersebut dapat dikaitkan dengan konteks penelitian pada skripsi ini, di mana perempuan-perempuan anggota sebuah organisasi pemberdayaan perempuan bernama SPI Kulon Progo bekerja di sektor domestik maupun sektor publik yang mengarah pada membantu perekonomian keluarga seperti pernyataan Daulay. Beban ganda yang dialami oleh perempuan-perempuan Kulon Progo khususnya Dusun Keceme, yang kemudian menjadi lokasi penelitian, memunculkan adanya SPI Kulon Progo yang bertujuan untuk meningkatkan ekonomi keluarga melalui perempuan tanpa mengeksploitasi perempuan. Keikutsertaan perempuan ke dalam organisasi SPI Kulon Progo memunculkan perubahan relasi gender pada keluarga. Untuk mengetahui perubahan gender yang terjadi di dalam keluarga, maka dibutuhkan sebuah analisis gender 7. Analisis gender membantu mengidentifikasi dan mengungkapkan: a. Situasi aktual laki-laki dan perempuan, yang meliputi peranan, tingkat kesejahteraan, keperluan, dan permasalahan yang dihadapi dalam berbagai unit sosial, budaya, dan ekonomi. b. Pembagian beban kerja laki-laki dan perempuan, khususnya dalam keluarga yang meliputi lingkup tanggung jawab, curahan tenaga, dan curahan waktu. c. Saling keterkaitan, saling ketergantungan, dan saling mengisi antara peranan laki-laki dan perempuan, khususnya di dalam keluarga. 7 Analisis gender adalah usaha sistematis untuk mencatat tingkat partisipasi laki-laki dan perempuan dalam kegiatan sistem produksi barang dan jasa maupun dalam kegiatan reproduksi dan pembinaan sumber daya manusia dalam berbagi unit sosial budaya, dan ekonomi, mulai dari keluarga sebagai unit terkecil sampai berbagai unit kelompok atau organisasi di dalam masyarakat (Daulay, 2001: 20). 11

12 d. Tingkat akses dan kekuatan kontrol laki-laki dan perempuan terhadap sumber-sumber dan manfaat yang diperoleh dari pengerahan sumber-sumber pembangunan atau sumber-sumber produktif maupun sumber daya manusia, khususnya keluarga Metode Penelitian Lokasi Penelitian Pertemuan saya dengan SPI Kulon Progo diawali dengan program mata kuliah Praktik Profesi Antropologi (PPA) yang mengharuskan mahasiswanya untuk magang. Pada waktu itu, saya magang di Pusat Studi Wanita yang sedang memiliki kerja sama proyek penelitian dengan HAPSARI yang salah satu anggotanya adalah SPI Kulon Progo. Pada waktu itu, saya berperan sebagai notulen pada acara seminar hasil penelitian yang dilakukan oleh HAPSARI. Saya kemudian tertarik melakukan penelitian dengan organisasi HAPSARI serta SPI Kulon Progo karena organisasi ini memiliki visi untuk pemberdayaan serta penguatan ekonomi perempuan. Penelitian ini dilakukan pada SPI Kulon Progo yang merupakan salah satu anggota dari federasi HAPSARI yang kantornya bertempat di Banjararum, Semaken II, Kecamatan Kali Bawang, Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta. Penelitian ini kemudian dilakukan di Dusun Keceme, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kulon Progo yang merupakan lokasi di mana program-program SPI Kulon Progo sering diadakan. Selain itu, SPI Kulon Progo menaruh perhatian sendiri pada Dusun 8 Yamsiah, Achmad, Tehnik Analisis Gender, Makalah SEMINAR Nasional Pengembangan Studi Perempuan, Agustus, Jakarta, 1991 yang dikutip dari Harmona Daulay (2001: 20-21). 12

13 Keceme karena topografi wilayahnya yang menyulitkan warganya, terutama perempuan mencapai akses-akses perekonomian, seperti akses menuju pasar serta pusat-pusat pemerintahan daerah. Para perempuan anggota SPI Kulon Progo di wilayah Suroloyo ini sebagian besar berprofesi sebagai petani teh dan kopi Pemilihan Informan SPI Kulon Progo menaruh perhatian khusus pada Dusun Keceme, maka dari itu tiga orang anggota SPI yang bertempat tinggal di Dusun Keceme dipilih sebagai informan. Informan yang dipilih adalah tiga perempuan anggota SPI Kulon Progo di Dusun Keceme yang aktif dan tidak aktif beserta keluarganya termasuk suami dan anak mereka. Informan lain, yakni keluarga anggota SPI, seperti suami dan anak dipilih agar informasi yang didapat merupakan pengalaman yang sebenarnya terjadi pada para keluarga anggota SPI. Pemilihan anggota aktif SPI sebagai informan untuk melihat lebih dalam pengaruh program-program SPI pada diri anggota melalui sudut pandang perempuan anggota SPI itu sendiri. Anggota tidak aktif juga dipilih untuk mengetahui perbedaan penerapan program SPI pada anggota yang aktif dan tidak aktif, sehingga didapatkan hasil nyata yang didapatkan dari keterlibatan perempuan ke dalam SPI. Suami dan anak dari anggota aktif SPI Kulon Progo dipilih menjadi informan agar informasi mengenai perubahan-perubahan sosial maupun ekonomi yang terjadi pada keluarga dapat diketahui. Selain itu, tokoh masyarakat yang ada di sana juga menjadi informan untuk memperdalam informasi mengenai SPI Kulon Progo, serta untuk mengetahui pengaruh SPI Kulon Progo terhadap anggota beserta keluarga pada 13

14 aktivitas publik. Pendiri HAPSARI dan SPI Kulon Progo juga menjadi salah satu informan dalam penelitian ini agar informasi yang didapatkan mengenai organisasi SPI Kulon Progo akurat Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi. Setelah sebelumnya observasi dilakukan selama magang dengan organisasi HAPSARI pada bulan Desember 2014, selanjutnya teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipatoris. Observasi partisipatoris dilakukan selama bulan September 2015 dengan menginap di rumah salah satu anggota SPI di Dusun Keceme untuk mengetahui lebih dalam kegiatan informan serta keluarga sehari-hari. Selain itu, teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan wawancara berupa wawancara lepas maupun mendalam, serta life history. Wawancara life history digunakan untuk mengetahui kisah hidup para informan, sehingga didapatkan hasil yang lebih mendalam. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan studi dokumen, yakni pengumpulan data melalui pengumpualan dokumen atau file tertulis seperti buku, artikel, dan data harian (diary), biografi, autobiografi, data-data statistik dan seterusnya dilakukan ketika akan melakukan penelitian dan setelah melakukan penelitian (Davies, 1998). 14

15 Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerangka Analisa Harvard (Overhold dkk., 1985) 9 tentang profil aktivitas, akses dan profil kontrol, dan faktor-faktor yang berpengaruh (perubahan masa lampau dan masa sekarang). Profil aktivitas digunakan untuk mengidentifikasi ciri-ciri produktif dan tugas reproduksi yang relevan dengan tujuan penelitian. Akses dan profil kontrol digunakan untuk menunjukkan siapa yang mempunyai akses terhadap sumber daya, sumber ekonomi, serta sumber waktu. Faktor-faktor yang berpengaruh (perubahan masa lampau dan masa sekarang) digunakan untuk mengidentifikasi pengaruh masa lampau dan sekarang agar dapat memberikan petunjuk tentang perubahan. Kerangka ini dipergunakan untuk membangun sebuah uraian dan hubungan analisis gender pada masyarakat tertentu Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab. Bab pertama yang merupakan pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, dan metode penelitian. Bab dua berisi tentang profil wilayah, profil HAPSARI, serta SPI Kulon Progo. Pada bab tiga berisi tentang pengalaman perempuan sebagai anggota SPI Kulon Progo. Bab ini juga berisi tentang respon dari anggota keluarga laki-laki tentang keterlibatan anggota keluarga mereka di SPI Kulon Progo. 9 Terdapat pada buku Peranan Jender dalam Proyek Pembangunan karangan Catherine Overhold, Mary B Anderson, Kathleen Cloud, James E Austin. 15

16 Bab selanjutnya, yakni bab empat berisi tentang perubahan-perubahan relasi gender yang terjadi sebelum dan sesudah adanya organisasi SPI Kulon Progo. Pada bab ini juga dijelaskan perubahan apa saja yang terjadi pada keluarga anggota SPI Kulon Progo. Kemudian tulisan ini akan diakhiri dengan bab lima yang berisi tentang kesimpulan. 16

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam menegakkan NKRI dipelopori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN G E N D E R B R I E F S E R I E S NO. 1 GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN The Australia-Indonesia Partnership for Reconstruction and Development Local Governance and Community Infrastructure for Communities

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa pembangunan sekarang ini sumber daya manusia merupakan faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus tujuan pembangunan. Produktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Perempuan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan Hutan memiliki kedekatan hubungan dengan masyarakat disekitarnya terkait dengan faktor ekonomi, budaya dan lingkungan. Hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan sistem informasinya memberikan banyak dampak positif bagi kalangan yang jeli membaca

Lebih terperinci

GENDER DAN KELUARGA MIGRAN DI INDONESIA 1

GENDER DAN KELUARGA MIGRAN DI INDONESIA 1 GENDER DAN KELUARGA MIGRAN DI INDONESIA 1 Drs. Togiaratua Nainggolan, M.Si 2 ABSTRAK Penelitian ini didasarkan pada kenyataan bahwa para TKW melakukan migrasi ke luar negeri dengan meninggalkan keluarganya.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya tergantung pada keunggulan teknologi, sarana dan prasarana, melainkan juga tergantung pada kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki pada posisi dan kekuasaan yang lebih dominan dibandingkan perempuan. Secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengembangan atau pemberdayaan terhadap sumber daya manusia dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengembangan atau pemberdayaan terhadap sumber daya manusia dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan Masyarakat Dalam menanggulangi masalah kemiskinan perlu adanya suatu proses pengembangan atau pemberdayaan terhadap sumber daya manusia dalam menggali potensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika dahulu dunia pekerjaan hanya didominasi oleh kaum laki-laki, sekarang fenomena tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan merupakan basis utama dan fokus dari segala persoalan pembangunan. Hampir semua kegiatan pembangunan baik yang bersifat sektoral maupun lintas sektor terarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan karir, dalam segala levelnya, kian hari kian mewabah. Dari posisi pucuk pimpinan negara, top executive, hingga kondektur bus bahkan tukang becak. Hingga kini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara sedang berkembang adalah jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Emansipasi wanita telah memberikan semangat dan dorongan bagi kaum perempuan untuk tampil secara mandiri dalam mencapai segala impian, cita-cita dan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan kota yang inovatif dan serba maju dalam aspek kehidupan sosial ternyata telah menimbulkan berbagai permasalahan didalamnya seperti, semakin bertambahnya

Lebih terperinci

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK (Studi Kasus di Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai pemaknaan pasangan suami-istri di Surabaya terkait peran gender dalam film Erin Brockovich. Gender sendiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Behavior dalam Pandangan Nitze tentang Perspektif Tuan dan Buruh Sosiologi perilaku memusatkan perhatian pada hubungan antara pengaruh perilaku seorang aktor terhadap lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi dari pekerja perempuan di Indonesia untuk setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi dari pekerja perempuan di Indonesia untuk setiap tahun semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Partisipasi dari pekerja perempuan di Indonesia untuk setiap tahun semakin meningkat. Jika dalu dalam dunia pekerjaan hanya didominasi oleh kaum laki-laki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. feminisme yang berkembang mulai abad ke-18 telah menjadi salah satu penanda

BAB I PENDAHULUAN. feminisme yang berkembang mulai abad ke-18 telah menjadi salah satu penanda 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kaum perempuan hari ini tidak hanya beraktifitas di ranah domestik saja. Namun, di dalam masyarakat telah terjadi perubahan paradigma mengenai peran perempuan di

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka 5 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Gender Gender merupakan suatu konsep yang merujuk pada peran dan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, tetapi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya. BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Gagasan Emansipasi Kartini Tiga gagasan yang diperjuangkan Kartini yaitu emansipasi dalam bidang pendidikan, gagasan kesamaan hak atau

Lebih terperinci

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mahasiswa identik dengan kaum terdidik yang sedang menjalani proses pematangan intelektual. Peran ganda yang dijalani oleh mahasiswa mendorong mereka untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Kebanyakan sistem patriarki juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat. Keluarga terdiri dari kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi menciptakan

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan industri modern mempengaruhi perkembangan kehidupan sosial di masyarakat. Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat tentu saja tidak lepas dari pengaruh

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 36 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Pembangunan sebagai upaya terencana untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan penduduk khususnya di negara-negara berkembang senantiasa mencurahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Gender Gender menggambarkan peran laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan biologis, melainkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara sedang berkembang kemiskinan adalah masalah utama. Menurut Chambers (1983), kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik 68 BAB IV KESIMPULAN Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik (ekonomi) merupakan konsep kesetaraan gender. Perempuan tidak selalu berada dalam urusan-urusan domestik yang menyudutkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia diarahkan untuk pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Termasuk dalam proses pembangunan adalah usaha masyarakat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi ini membahas tentang bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi ini membahas tentang bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skripsi ini membahas tentang bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan ketimpangan gender pada posisi jabatan struktural di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, yang dilihat

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon...

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon... DAFTAR TABEL Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan... 40 Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon... 54 Tabel IV.3 Komposisi pegawai berdasarkan golongan kepangkatan...

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia, namun selama ini selalu dirahasiakan atau ditutup-tutupi oleh keluarga maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat

Lebih terperinci

TEKNIK ANALISIS GENDER. Oleh: Dr. Nahiyah Jaidi Faraz, M.Pd

TEKNIK ANALISIS GENDER. Oleh: Dr. Nahiyah Jaidi Faraz, M.Pd TEKNIK ANALISIS GENDER Oleh: Dr. Nahiyah Jaidi Faraz, M.Pd FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012 MAKALAH TEKNIK ANALISIS GENDER Dr. Nahiyah Jaidi Faraz M.Pd nahiyah@uny.ac.id Pengertian Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan agraris, dimana terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya bercocok tanam atau petani. Pertanian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan BAB V PENUTUP Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan melakukan kesimpulan dan mengusulkan saran, sebagai berikut: A. KESIMPULAN Indonesia adalah sebuah kata yang dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah daripada kaum laki-laki masih dapat kita jumpai saat ini. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang telah dikonstruksikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buruh adalah salah satu bagian sosial dari bangsa yang seharusnya dianggap penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. Opini masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Timbulnya anggapan bahwa perempuan merupakan kaum lemah masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan perempuan yang telah di konstruksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender XVII Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender Salah satu strategi pokok pembangunan Propinsi Jawa Timur 2009-2014 adalah pengarusutamaan gender. Itu artinya, seluruh proses perencanaan,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Kelompok Tani Lestari Indah di Tanjung Laut Indah, Bontang Selatan, Bontang adalah:

BAB V PENUTUP. Kelompok Tani Lestari Indah di Tanjung Laut Indah, Bontang Selatan, Bontang adalah: BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan dari analisis data mengenai Dampak Pemberdayaan Masyarakat bagi Perempuan mengenai Pelaksanaan CSR PT. Badak NGL terhadap Anggota Perempuan Kelompok Tani Lestari

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 318 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan capaian hasil penelitian dan pembahasan seperti yang tertuang pada bab IV, bahwa penelitian ini telah menghasilkan dua analisis, pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk suatu negara merupakan sumber daya manusia yang memiliki potensi atau peranan yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi. Penduduk tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

PEREMPUAN DALAM PEMANFAATAN AIR SUNGAI KAPUAS KOTA PONTIANAK TUGAS AKHIR

PEREMPUAN DALAM PEMANFAATAN AIR SUNGAI KAPUAS KOTA PONTIANAK TUGAS AKHIR PEREMPUAN DALAM PEMANFAATAN AIR SUNGAI KAPUAS KOTA PONTIANAK (Kajian Pemanfaatan Air dalam Lingkup Domestik di Kelurahan Tambelan Sampit) TUGAS AKHIR Oleh: YUNI KUSUMADEWI L2D 000 465 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa Setiap warga Negara Republik Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Tahun 1967 telah mengeluarkan Deklarasi mengenai Penghapusan Diskriminasi Terhadap Wanita. Deklarasi tersebut memuat hak dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : bargaining position, vasektomi.

ABSTRAK. Kata kunci : bargaining position, vasektomi. ABSTRAK Program KB yang dilaksanakan oleh pemerintah saat ini juga disediakan bagi laki-laki, yang salah satunya yaitu vasektomi. Seorang laki-laki sebagai suami juga harus mempunyai tanggung jawab yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana tertulis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, pemerintah menetapkan visi pembangunan yaitu Terwujudnya Indonesia yang

Lebih terperinci

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016 Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016 Pijakan Awal Pengalaman perjuangan rakyat untuk gagasan2, prinsip2 dan kemungkinan2 baru, perlu terus berada

Lebih terperinci

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang merupakan negara maju yang terkenal dengan masyarakatnya yang giat bekerja dan juga dikenal sebagai negara yang penduduknya masih menjunjung tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama. Hal ini terlihat jelas dalam kamus bahasa Indonesia yang tidak secara jelas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama. Hal ini terlihat jelas dalam kamus bahasa Indonesia yang tidak secara jelas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Gender dan Ketidakadilan Gender Hal penting yang harus dipahami dalam rangka membahas masalah perempuan adalah membedakan antara konsep seks dan gender. Kedua konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan

Lebih terperinci

PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG

PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG Oleh : Dra. Sofi Sufiarti. A ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia sejak era orde baru hingga saat ini buruh migran Indonesia ikut

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia sejak era orde baru hingga saat ini buruh migran Indonesia ikut BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena buruh migran di Indonesia khususnya buruh migran perempuan yang bekerja diluar negeri menjadi isu sentral ketenagakerjaan di tanah air. Dalam struktur ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pengakuan dan penghormatan untuk memosisikan dirinya sebagai manusia yang bermartabat. Dalam pandangan politik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu upaya pemberdayaan masyarakat miskin adalah melalui pemberdayaan wanita sebagai mitra sejajar dengan pria, peran nafkah tidak lagi didominasi hanya oleh pria sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao merupakan komoditas unggulan nasional dan daerah, karena merupakan komoditas ekspor non migas yang berfungsi ganda yaitu sebagai sumber devisa negara dan menunjang Pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan laki-laki, ataupun dengan lingkungan dalam konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan laki-laki, ataupun dengan lingkungan dalam konstruksi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sistem nilai, norma, stereotipe, dan ideologi gender telah lama dianggap sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi posisi serta hubungan antara perempuan dengan laki-laki,

Lebih terperinci

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN Dina Novia Priminingtyas Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Potensi perempuan dalam pembangunan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 39 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pembagian peran/aktivitas yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional telah memberikan kesempatan yang seluasluasnya kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu dalam penerimaan siswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembicaraan tentang gender sudah semakin merebak. Konsep gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Emplek-emplek menir ketepu, wong lanang goleke kayu wong wadon sing adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki carilah kayu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjaun Pustaka Mempelajari peranan wanita pada dasarnya adalah menganalisis tentang dua peranan dari wanita itu. Pertama,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Nelayan Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara berkembang, Indonesia turut serta dan berperan aktif dalam setiap kegiatan dan program-program pembangunan yang menjadi agenda organisasi negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan merupakan makhluk yang diciptakan dengan berbagai kelebihan, sehingga banyak topik yang diangkat dengan latar belakang perempuan. Kelebihan-kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tiongkok merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia. Saat ini total populasi penduduk Tiongkok tahun 2015 kurang lebih 1,49 milyar jiwa. Jumlah populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan nasional yang selama ini diarahkan untuk. manfaat yang setara bagi perempuan dan laki-laki. Bahkan belum efektif

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan nasional yang selama ini diarahkan untuk. manfaat yang setara bagi perempuan dan laki-laki. Bahkan belum efektif BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Upaya pembangunan nasional yang selama ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ternyata belum dapat memberikan manfaat yang setara bagi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Provinsi Sumatera Barat yang identik dengan Minangkabau merupakan satu-satunya daerah di Indonesia yang menganut sistem matrilineal. Masyarakat Minangkabau ini pun merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan institusi terkecil dalam masyarakat yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan bahwa keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perempuan adalah tiang negara, artinya tegak runtuhnya suatu negara berada di tangan kaum perempuan. Penerus peradaban lahir dari rahim seorang perempuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset masa depan dalam kehidupan berbangsa. Anak

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset masa depan dalam kehidupan berbangsa. Anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset masa depan dalam kehidupan berbangsa. Anak merupakan modal utama bagi suatu negara dalam mempersiapkan kondisi negara yang kuat, aman dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai Penelitian tentang Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai ini dilakukan oleh Hendry Sitorus (2003). Dalam penelitian ini dijelaskan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Relasi Kekuasaan Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki- laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga 7 Definisi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sekarang sangat panjang. Disebagian bangsa lain mengganggap perempuan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. sekarang sangat panjang. Disebagian bangsa lain mengganggap perempuan tidak 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbincangan mengenai perempuan jika diuraikan dari akarnya sampai sekarang sangat panjang. Disebagian bangsa lain mengganggap perempuan tidak mempunyai ruh, dia

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 233 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Setelah peneliti melakukan analisis mulai dari level teks, level konteks, hingga menemukan frame besar Kompas, peneliti menarik beberapa kesimpulan untuk menjawab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. peran wanita berbeda bagi setiap masyarakat (Hutajulu, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. peran wanita berbeda bagi setiap masyarakat (Hutajulu, 2004). BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Perilaku keluarga dan peran serta setiap individu anggota keluarga akan membantu kita untuk mengerti

Lebih terperinci

KONSEP DAN ANALISIS JENDER. Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd

KONSEP DAN ANALISIS JENDER. Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd KONSEP DAN ANALISIS JENDER Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd Pengantar Dalam banyak budaya tradisional, perempuan ditempatkan pada posisi yang dilirik setelah kelompok laki-laki. Fungsi dan peran

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci