PERSPEKTIF PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSPEKTIF PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit"

Transkripsi

1 PERSPEKTIF PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit 11 t PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN B D N PENELITI N D N PENGEMB NG N PERT NI N KEMENTERI N PERT NI N 20

2 PERSPEKTIF PENGEMB NG N SISTEM INTEGR SI S PI DI PERKEBUN N S WIT : Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit Penyusun Tjeppy D. Soedjana tien Priyanti Kusuma Diwyanto Budi Haryanto Hasanatun Hasinah Bess Tiesnamurti PUS T PENELITI N D N PENGEMB NG N PETERN K N B D N PENELITI N D N PENGEMB NG N PERT NI N KEMENTERI N PERT NI N

3 PERSPEKTIF PENGEMB NG N SISTEM INTEGR SI S PI DI PERKEBUN N S WIT Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit Hak Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Raya Pajajaran Kav E Bogor Telp Fax criansci indo net id Isi buku dapat disitasi dengan menyebutkan sumbernya Perpustakaan Nasional Katalog Dalam Terbitan KDT Perspektif Pengembangan Sistem Integrasi Sapi di Perkebunan Sawit Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit/ Tjeppy D Soedjana dkk - Bogor Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, vi + 3 hlm ; ilus x cm ISBN Sapi Perkebunan Sawit Integrasi Bungkil Inti Sawit I Judul II Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan III Soedjana T D

4 K T PENG NT R Tidak dapat dipungkiri bahwa industri kelapa sawit di Indonesia semakin berkembang dari tahun ke tahun Diperkirakan perluasan usaha perkebunan sawit merupakan refleksi dari peningkatan kemampuan industri dalam membangun pabrik pengolahan minyak sawit dan produk derivatifnya Sub sektor peternakan memperkirakan adanya ketersediaan biomasa yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak balk berupa rumput daun dan pelepah sawit maupun bahan bahan sisa hasil pengolahan lainnya seperti lumpur sawit dan bungkil inti sawit BIS BIS yang merupakan hasil samping pengolahan minyak sawit merupakan bahan baku pakan yang pada saat ini sudah menjadi produk komersial yang bernilai jual tinggi Rencana pemerintah untuk menetapkan besarnya bea keluar BK untuk ekspor BIS telah banyak mendapat perhatian para stakeholders Kebijakan penetapan BK tersebut akan mempunyai dampak terhadap areal produksi konsumsi ekspor impor harga domestik lapangan kerja nilai tambah pendapatan petani dan kesejahteraan konsumen produsen Hal tersebut didasarkan kepada cukup besarnya kontribusi penerimaan yang berasal dari nilai ekspor BIS Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan melalui Tim nalisis Kebijakan telah melaksanakan roundtable discussion yang bertemakan Perspektif Pengembangan Sistem Integrasi Sapi di Perkebunan Sawit Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit di Bogor pril Hal ini didasari atas terbatasnya informasi yang komprehensif dari hulu ke hilir tentang model pengintegrasian yang paling tepat dan dapat menguntungkan semua pihak yang pada saat ini masih merupakan salah satu kendala Diskusi ini membahas tentang aspek perdagangan internasional kebutuhan nasional terhadap limbah sawit kajian teknis dalam skala lapang kesiapan pelaku usaha pakan berbasis limbah sawit dan regulasi serta koordinasi yang ada III

5 Buku ini berisikan dokumentasi dari hasil diskusi tersebut dan diharapkan dapat menjadi salah satu panduan dalam mengimplementasikan kebijakan terkait dengan pengembangan sistem integrasi ternak sapi di perkebunan sawit Kami mengucapkan terima kasih kepada para narasumber dan semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penulisan buku ini Berbagai saran untuk penyempurnaan buku ini sangat kami hargai dan semoga bermanfaat bagi pembangunan peternakan dalam sistem integrasi di perkebunan sawit Bogor Mei Kepala Badan Penelitian dan Dr Haryono iv

6 D FT R ISI Halaman Kata Pengantar iii Daftar Isi v Pendahuluan Tahapan Kegiatan Sasaran dan Tujuan Sasaran Tujuan Isu Pokok di Bidang Pakan Ternak Integrasi Ternak dan Industri Sawit sebagai lternatif Tantangan dan Kendala Langkah Iangkah Pengembangan Kesimpulan dan Rekomendasi Kebijakan Matriks Rencana Tindak Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit Dalam Pengembangan Sistem Integrasi Sapi di Perkebunan Sawit Daftar Bacaan Tim nalisis Kebijakan Tim Perumus Lampiran Perkembangan Kebijakan Ekspor Sawit Peluang Ekonomi Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit Sebagai Bahan Baku Pakan Ternak Dinamika Ketersediaan Nasional Produk Bungkil Inti Sawit v

7 Kebijakan Pakan dan Regulasi Impor Bahan Pakan Prospek Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit Sebagai Bahan Pakan Ternak Pemanfaatan Limbah Sawit Dalam Ransum Pakan Ternak Ruminansia Pemanfaatan Limbah Sawit Dalam Ransum Pakan Ternak Non Ruminansia vi

8 PEND HULU N Dengan luas areal perkebunan kelapa sawit sekitar juta hektar Indonesia masih merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia yang pada tahun telah mencapai juta ton dengan nilai ekspor sekitar USD miliar Badrun Perkembangan perkebunan kelapa sawit yang cepat ini disebabkan oleh beberapa alasan antara lain i secara agroekologis sangat cocok dikembangkan di Indonesia ii secara sosial ekonomis sangat Iayak dan memberikan keuntungan yang cukup besar bagi pelaku usaha dan iii produktivitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan minyak nabati Iainnya Saat ini perkebunan kelapa sawit tersebar di hampir seluruh pelosok Indonesia kecuali Nusa Tenggara Timar NTT Nusa Tenggara Barat NTB dan Bali Kebun sawit banyak dikembangkan di Sumatera dan Kalimantan dan dalam jumlah terbatas terdapat di Jawa Sulawesi dan Papua Ditinjau dari segi ekonomi pekebun dengan luas tanaman produktif ha dapat menghasilkan sekitar Rp juta bulan Rp kg TBS Hasil ini tidak memerlukan curahan tenaga kerja yang terlalu banyak karena panen tandan buah segar TBS dapat dilakukan setiap minggu dan kegiatan pemupukan serta perawatan kebun relatif sangat ringan dibandingkan budidaya tanaman Iainnya Dari segi produktivitas minyak sawit juta ton ha tahun sangat efisien dibandingkan dengan minyak nabati Iainnya seperti kedelai bunga matahari dan rapeseed masing masing sebesar dan ton ha tahun Sepuluh lokasi utama perkebunan sawit berdasarkan luas arealnya di Indonesia berturut turut terdapat di propinsi Riau juta ha Sumatera Utara juta ha Kalimantan Tengah juta ha Sumatera Selatan juta ha Kalimantan Barat juta ha Jambi juta ha

9 Kalimantan Timur juta ha Sumatera Barat juta ha Kalimantan Selatan juta ha dan N D juta ha Disamping itu perkembangan areal perkebunan sawit masih akan terus meningkat di Sulawesi dan Papua termasuk perkembangan secara terbatas juga tetap terjadi di Kalimantan dan Sumatera Di Pulau Jawa Banten luas perkebunan kelapa sawit diperkirakan tidak akan berkembang bahkan cenderung menyusut dan tidak akan ada penanaman kelapa sawit di NTT NTB maupun Bali Dari luas areal perkebunan sawit tersebut sekitar merupakan usaha perkebunan rakyat dan sisanya merupakan usaha perkebunan besar milik PTPN maupun swasta Diperkirakan perluasan usaha perkebunan besar milik swasta akan meningkat lebih cepat dibandingkan usaha perkebunan rakyat karena kemampuan pembiayaan atau akses kredit yang lebih kuat Hal tersebut sangat terkait erat dengan kemampuan segmen ini dalam membangun pabrik pengolahan minyak sawit dan produk derivatifnya Memperhatikan kenyataan tersebut sub sektor peternakan memperkirakan adanya ketersediaan biomasa yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak baik berupa rumput daun dan pelepah sawit maupun bahan bahan sisa hasil pengolahan lainnya seperti lumpur sawit dan bungkil inti sawit Perkiraan nilai tambah yang disumbangkan oleh bahan bahan tersebut kepada sub sektor peternakan khususnya sapi potong dapat mencapai kontribusi daya tampung sebesar ekor sapi dewasa ha tahun Bungkil inti sawit BIS yang merupakan hasil samping pengolahan minyak sawit merupakan bahan baku pakan yang pada saat ini sudah menjadi produk komersial yang bernilai jual tinggi Produksi BIS diperkirakan mencapai juta ton tahun dimana sebanyak juta ton digunakan sebagai bahan baku pakan unggas dan juta ton untuk pakan ternak pada usaha penggemukan sapi Dengan demikian masih tersisa sekitar juta ton

10 yang belum secara optimal dimanfaatkan bagi kepentingan didalam negeri Pada tahun tercatat angka ekspor sebesar juta ton dengan nilai USD juta yang agak menurun dibandingkan dengan angka tahun yang mencapai juta ton namun dengan nilai yang lebih rendah yaitu sebesar USD juta karena perbedaan harga internasional Kinerja ekspor BIS pada kurun waktu menunjukkan peningkatan sebesar Rencana pemerintah untuk menetapkan besarnya bea keluar BK untuk ekspor BIS telah banyak mendapat perhatian para stakeholders di sisi lain analisis ilmiah mengenai kebijakan tersebut belum dilakukan secara mendalam Kebijakan penetapan BK tersebut akan mempunyai dampak terhadap areal produksi konsumsi ekspor impor harga domestik lapangan kerja nilai tambah pendapatan petani dan kesejahteraan konsumen produsen Hal tersebut didasarkan kepada cukup besarnya kontribusi penerimaan yang berasal dari nilai ekspor BIS disamping itu batas maksimal kandungan cangkang dalam BIS masih diperkenankan sampai Untuk itu kajian secara komprehensif mengenai efisiensi dan daya saing BIS akan menentukan bentuk formulasi BK yang relevan baik dari sisi produsen konsumen maupun pemerintah serta mengestimasi besarnya dampak penetapan BK terhadap produksi konsumsi ekspor impor lapangan kerja di perkebunan kelapa sawit nilai tambah pendapatan petani surplus produsen dan konsumen BIS serta pendapatan pemerintah Diharapkan dengan berkembangnya industri pakan ternak ruminansia dan pola pengembangan ternak ruminansia yang terpadu dalam suatu sistem pengelolaan industri kelapa sawit kebutuhan daging nasional dapat terpenuhi dan terjamin serta menghasilkan produk yang mampu bersaing Disamping itu pola integrasi ini juga memungkinkan penyediaan bahan pupuk organik yang sangat diperlukan untuk merawat kebun sehingga kesuburan lahan dapat

11 terjamin disamping adanya efisiensi penggunaan pupuk anorganik Dengan demikian masuknya sapi dalam sistem integrasi di kawasan perkebunan kelapa sawit dapat menjadi alternatif untuk mengatasi berbagai masalah kendala maupun tantangan yang ada efisiensi kesuburan lingkungan dan sosial serta sekaligus merupakan peluang dalam menjawab masalah dalam menyediakan daging atau sapi bakalan di dalam negeri T H P N KEGI T N Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan melalui Tim nalisis Kebijakan berinisiasi untuk melaksanakan roundtable discussion yang bertemakan Perspektif Pengembangan Sistem Integrasi Sapi di Perkebunan Sawit Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit Hal ini didasari atas terbatasnya informasi yang komprehensif dari hulu ke hilir tentang model pengintegrasian yang paling tepat dan dapat menguntungkan semua pihak Diskusi ini membahas tentang aspek perdagangan internasional kebutuhan nasional terhadap limbah sawit kajian teknis dalam skala lapang kesiapan pelaku usaha pakan berbasis limbah sawit dan regulasi serta koordinasi yang ada Kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik melalui kerjasama berbagai instansi terkait seperti Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Ditjen Perkebunan Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Ditjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan sosiasi Pabrik Pakan Ternak pengamat usaha sapi dan usaha peternakan serta akademisi serta peneliti lingkup Badan Litbang Pertanian Pertemuan dilakukan di ula Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan di Bogor pada tanggal pril yang dihadiri oleh sekitar peserta diskusi

12 Diskusi tersebut ditujukan untuk memperoleh masukan dan berbagai pertimbangan dalam merumuskan kebijakan di bidang peningkatan nilai tambah dan daya saing produksi dalam negeri termasuk dalam rangka mengatasi isu nasional di bidang pakan ternak melalui pemanfaatan BIS sebagai komponen penyusun ransum Hal ini sejalan dengan peran Badan Litbang Pertanian dalam melaksanakan perumusan kebijakan koordinasi dan sinkronisasi pemberian insentif serta fasilitasi dalam bidang pengembangan industri pakan berbasis sumberdaya lokal serta penguatan industri kelapa sawit yang terintegrasi secara vertikal dari hulu sampai hilir Narasumber kegiatan ini meliputi a Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan dengan topik bahasan Perkembangan kebijakan ekspor sawit bungkil inti sawit b Kepala Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian dengan topik bahasan Peluang ekonomi Pemanfaatan bungkil inti sawit sebagai bahan baku pakan ternak di Indonesia c Direktur Tanaman Tahunan Ditjen Perkebunan dengan topik bahasan Dinamika ketersediaan nasional produk bungkil inti sawit d Direktur Pakan Ternak Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan topik bahasan Kebijakan pakan dan regulasi impor bahan pakan e Prof R Dr I W Mathius Balai Penelitian Ternak dengan topik bahasan Pemanfaatan produk samping industri sawit dalam ransum ruminansia f Prof R Dr rnold Sinurat Balai Penelitian Ternak dengan topik bahasan Pemanfaatan hasil samping industri sawit dalam ransum ternak non ruminansia

13 g Desianto B Utomo PhD Sekjen Gabungan Produsen Pakan Ternak dengan topik bahasan Prospek pemanfaatan bungkil inti sawit sebagai bahan pakan ternak S S R N S S R N D N TUJU N Mengupayakan akselerasi implementasi model pengembangan sistem integrasi sapi di perkebunan sawit yang aplikatif terutama dalam rangka pemanfaatan bungkil inti sawit sebagai sumber pakan ternak Meningkatkan sinergisme berkembangnya industri pakan ternak dan pola pengembangan ternak ruminansia yang terpadu dalam suatu sistem pengelolaan industri kelapa sawit Mengembangkan peluang penyediaan bahan pupuk organik yang sangat diperlukan untuk merawat kebun melalui pola integrasi sehingga kesuburan lahan dapat terjamin disamping adanya efisiensi penggunaan pupuk anorganik TUJU N Mensintesis dan menganalisis alternatif dan opsi kebijakan terkait sehingga dapat memberikan rekomendasi implementasi model pengembangan sistem integrasi yang ideal dan saling menguntungkan di antara kedua belah pihak Mengidentifikasi prospek dan kendala pengembangan sistem integrasi sapi di perkebunan sawit dan dapat mengidentifikasi instrumen kebijakan yang dapat diterapkan dari aspek teknis maupun perdagangan internasional

14 L MPIR N

15 ISU POKOK DI BID NG P K N TERN K Berbagai kendala yang dihadapi oleh sub sektor peternakan dalam meningkatkan populasi produktivitas dan daya saing peternakan telah diidentifikasi salah satunya adalah terbatasnya lahan dan sumber pakan untuk menopang usaha peternakan secara Iebih intensif Untuk itu perlu dicarikan jalan keluar bagi permasalahan yang dihadapi Permasalahan utama yang mendasari diselenggarakannya diskusi ini adalah fakta mengenai masih tingginya volume impor bahan baku pakan ternak yang nilainya mencapai Iebih dari Rp triliun per tahun Impor mengakibatkan terkurasnya devisa negara dan menciptakan suasana yang tidak kondusif bagi pengembangan usaha peternakan yang pada akhirnya dapat menghambat berbagai upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan Saat ini sebagian besar BIS diekspor untuk dijadikan bahan baku pakan Dilain pihak pabrik pakan di dalam negeri masih enggan menggunakan BIS karena berbagai alasan dan kendala balk dalam aspek teknis ekonomis maupun alasan alasan Iainnya Bahan pakan sumber protein untuk pabrik pakan ternak non ruminansia lebih banyak menggunakan bungkil kedelai atau tepung Wan yang hampir sepenuhnya merupakan komponen impor Usaha peternakan sapi atau ternak ruminansia pada umumnya hampir tidak mempunyai akses atau tidak berkeinginan untuk menggunakan BIS sebagai sumber gizi dalam ransum ternak untuk keperluan penggemukan atau produksi susu

16 INTEGR SI TERN K D N INDUSTRI S WIT SEB G I LTERN TIF Salah satu alternatif yang dapat dijadikan sebagai kawasan untuk pembudidayaan ternak ruminansia adalah lahan perkebunan sawit yang tersedia cukup luas Pada tahun luas perkebunan sawit di Indonesia mencapai juta hektar yang terdiri dari perkebunan rakyat perkebunan swasta dan milik BUMN Dewan Minyak Sawit Indonesia Secara teoritis lahan perkebunan sawit tersebut dapat menghasilkan biomassa yang dapat dijadikan sebagai pakan ternak Mathius menyatakan bahwa dengan lahan seluas juta hektar secara teoritis mampu menghasilkan juta ton biomassa berupa pelepah daun solid BIS serat perasan dan tandan kosong yang apabila nya saja dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak maka jumlah ternak yang dapat ditampung adalah sebanyak juta ekor sapi dewasa ngka tersebut hampir sama dengan jumlah popula si sapi potong yang ada di Indonesia saat ini yaitu juta ekor yang dikelola oleh juta rumah tangga Statistik Peternakan Selain dapat memanfaatkan biomasa yang tersedia peternakan sapi potong di perkebunan sawit memberikan keuntungan positif bagi pekebun sebagai berikut Dapat dimanfaatkannya ternak sapi sebagai alat untuk mengangkut TBS dari kebun sawit ke tempat pengumpulan yang tidak dapat dijangkau oleh kendaraan bermotor Dengan demikian kebutuhan areal lahan untuk lajur kendaraan dapat dikurangi sehingga dapat menambah areal tanaman sawit Ternak sapi dapat menghasilkan kotoran yang dapat digunakan sebagai pupuk organik bagi tanaman kelapa sawit

17 Dalam beberapa kasus kotoran ternak dapat dimanfaatkan untuk pembangkit energi biogas untuk keperluan energi penjaga kebun Ternak sapi dapat memakan tanaman liar di sekitar pohon sawit gulma yang mengganggu pertumbuhan pohon sawit Dapat dimanfaatkannya Iimbah pabrik kelapa sawit yang belum termanfaatkan untuk pakan ternak dan Dapat memberikan penghasilan tambahan terutama bagi pekebun dari penjualan ternak hasil penggemukan atau dari sapi pedet hasil pembiakan dan Dengan demikian secara teoritis integrasi antara peternakan sapi di kebun kelapa sawit dapat memberikan sinergi yang sangat positif Namun BIS yang merupakan salah satu hasil samping by product pabrik pengolahan minyak sawit saat ini justru lebih banyak diekspor belum dimanfaatkan untuk memperkuat industri pakan ternak Oleh karena itu diperlukan suatu instrumen yang tepat untuk mendorong penggunaan BIS dalam industri pakan ternak atau industri peternakan nasional dan sekaligus meningkatkan daya saing industri minyak sawit berwawasan lingkungan T NT NG N D N KEND L Meskipun pengintegrasian secara in situ antara ternak sapi di kebun sawit memberikan sinergi positif pada kenyataannya belum banyak kebun sawit atau peternak sapi yang melaksanakan pengintegrasian tersebut Sejauh ini hanya beberapa perkebunan sawit yang sukses melaksanakan antara lain PT gricinal di Propinsi Bengkulu PT sian gri di Propinsi Jambi dan Riau dan PT Tribakti Sari Mas di Propinsi Riau Hal ini mengakibatkan keberadaan kebun sawit yang luas belum memberikan dampak terhadap

18 berkembangnya industri peternakan Pemanfaatan BIS untuk memperkuat industri pakan ternak maupun industri peternakan nasional masih sangat terbatas dan sebagian lagi justru masih menjadi masalah karena belum dimanfaatkan untuk keperluan apapun Berdasarkan hasil diskusi ini dapat diidentifikasi kendala kendala yang menyebabkan belum berkembangnya pemanfaatan BIS yaitu a b c d spek perdagangan internasional BIS nalisis efisiensi dan daya saing BIS Stok nasional BIS Regulasi perdagangan BIS e Pemanfaatan Iimbah sawit dalam ransum ternak ruminansia f Pemanfaatan Iimbah sawit dalam ransum ternak non ruminansia Kesiapan pabrik pakan dalam memanfaatkan BIS L NGK H L NGK H PENGEMB NG N Berdasakan penelaahan terhadap kekuatan kelemahan dan peluang dan tantangan terhadap pemanfaatan BIS diperlukan strategi tertentu guna mengupayakan pengembangan industri peternakan yang memanfaatkan potensi perkebunan sawit di Indonesia khususnya pemanfaatan BIS Untuk merumuskan strategi yang tepat maka perlu dilakukan Iangkah Iangkah sebagai berikut

19 Memantau perkembangan harga domestik dan internasional seputar produk kelapa sawit dan derivatifnya melalui Kementerian Perdagangan a Perkembangan ekspor BIS selama tahun terakhir mengalami peningkatan nilai yang signifikan dengan trend kenaikan sebesar tahun b Perkembangan impor BIS selama tahun terakhir juga menunjukkan peningkatan nilai dengan trend kenaikan sebesar tahun dan trend kenaikan volume sebesar Pada tahun nilai impor BIS mencapai Rp milyar dengan total volume mencapai ribu kg c Neraca perdagangan BIS menunjukkan nilai yang positif meskipun hal ini merupakan produk samping dari industri pengolahan minyak sawit namun memberikan nilai tambah yang cukup besar Harmonized systems HS antara produk BIS yang diekspor memiliki kode yang sama dengan produk BIS yang diimpor d Direktorat Teknis Peternakan dan Kesehatan Hewan Karantina berperan dalam rekomendasi pemasukan SPP bahan pakan sehingga terdapat koordinasi dengan perangkat bea cukai dan karantina Melakukan exercise penerapan tariff secara progresif maupun satuan unit bagi seluruh derivatif produk sawit yang bermanfaat bagi pakan ternak a Penetapan BK pada produk BIS sebaiknya ditentukan oleh kebutuhan konsumsi dalam negeri nilai ekspor dan nilai tukar

20 b Perlu didukung oleh kebijakan lintas sektoral dengan mempertimbangkan pengguna produk BIS selain industri pakan ternak kses peternakan rakyat sebagai tulang punggung usaha sapi potong harus didukung dalam memperoleh BIS c turan perdagangan dalam WTO sangat ketat terhadap penerapan tariff namun dengan tujuan melindungi produsen dalam negeri beberapa kebijakan internal dapat diterapkan Melakukan kajian regular mengenai daya saing dan efisiensi produk derivatif kelapa sawit utamanya BIS melalui kajian rasio biaya sumberdaya domestik a Data time series untuk struktur ekspor dan impor produk BIS dalam bentuk nilai dan volume sangat diperlukan b Terdapat perbedaan data yang dipergunakan oleh berbagai instansi dimana hal ini sangat berpengaruh terhadap estimasi dan proyeksi ke depan Melakukan pemutakhiran analisis keputusan yang disebabkan oleh adanya teknologi terapan yang mampu meningkatkan penggunaan bahan bahan derivatif kelapa sawit sebagai sumber pakan ternak non ruminansia dan ruminansia a Potensi penggunaan BIS bagi pakan ternak ruminansia dapat mencapai dalam ransum ternak ruminansia sedangkan pada unggas sekitar ayam ras pedaging dan petelur sebagai substitusi jagung atau bahan pakan lainnnya b Kontaminasi cangkang dalam produk BIS merupakan salah satu pembatas dalam proses aplikasinya bagi pengguna industri pabrik pakan Industri ini maksimum hanya

21 mampu menyerap dari produksi BIS yang ada di dalam negeri Hal ini mengindikasikan bahwa dari produk BIS saat ini memang harus ditujukan untuk diekspor Estimasi kebutuhan BIS untuk bahan baku pakan sekitar juta ton dimana juta ton untuk pakan ternak unggas dan sekitar juta ton untuk pakan ternak ruminansia c Produk samping yang mempunyai potensi bagi pakan ternak hasil produk samping industri pengolahan sawit adalah lumpur sawit dan solid heavy phase Pemanfaatan kedua produk samping ini ini masih memerlukan kajian yang Iebih komprehensif terkait dengan aspek teknis maupun biaya produksi dan harga jual yang kompetitif d Scalling up hasil hasil penelitian pada produk BIS dalam skala komersial dan aplikatif masih sangat rendah Mediasi pemerintah diperlukan dalam menjembatani kesenjangan tersebut dengan melibatkan peran swasta maupun BUMN D Hal ini juga dapat dilakukan dengan pendekatan penggunaan dana dana corporate social responsibility CSR dari perkebunan sawit swasta maupun BUMN antara lain dengan membangun suatu pilot pengembangan pabrik bahan baku pakan konsentrat maupun pakan lengkap dalam bentuk pellet atau blok e Penelitian terkait BIS di negara penghasil BIS relatif sangat sedikit sehingga Indonesia seharusnya dapat memanfaatkan hal ini sebagai kekuatan untuk menghasilkan referensi yang berkualitas Melakukan kajian antar sub sektor didalam Kementerian Pertanian mengenai pengaturan pilihan kebijakan yang mampu memberikan nilai tambah bagi setiap sub sektor maupun kemampuan daya saing secara nasional

22 a Koordinasi antara Ditjen Perkebunan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Ditjen P HP dan Badan Litbang Pertanian b Terus melakukan kajian teknis ekonomis dan sosial terkait pemanfaatan BIS untuk pakan ternak Melakukan road show ke berbagai daerah yang memiliki potensi kelapa sawit dalam rangka menjaring opini dan membangun sinergi penciptaan nilai tambah dengan semangat nasionalisme a Pengembangan sapi di lahan perkebunan sawit tidak semata mata disebabkan oleh masalah teknis namun faktor sosial budaya dan ekonomi menjadi hal yang penting Usaha sawit sudah merupakan usaha yang mapan dengan harga TBS yang meningkat sejak tahun maka petani sawit semakin resisten untuk bersinergi dengan usaha sapi Oleh karena itu harus dapat ditunjukkan bahwa keberadaan sapi mampu meringankan kerja dalam pemanenan TBS penggunaan pupuk dan penyediaan energi alternatif bagi rumah tangga pekebun b Perubahan paradigma dan mind set para pelaku usaha sawit harus dilakukan secara bertahap salah satunya melalui penguatan sistem model usaha yang terintegrasi yang disesuaikan dengan kondisi agroekologi dan sosial budaya setempat c Sosialisasi program integrasi sapi di perkebunan sawit perlu dilakukan terus menerus dengan dukungan penuh dari pemerintah pusat dan daerah serta pelaku usaha Memberikan rekomendasi dan dorongan prioritas bagi pelaksanaan kegiatan penelitian konsorsium di bidang

23 pemanfaatan derivatif produk kelapa sawit sebagai pakan ternak Teknologi untuk pemanfaatan BIS diarahkan pada pembangunan pabrik pakan konsentrat utamanya bagi ternak ruminansia Dari pabrik pakan yang ada di Indonesia adalah pabrik pakan unggas yang sudah mapan padahal penggunaan BIS dalam ransum unggas baru mencapai KESIMPUL N D N REKOMEND SI KEBIJ K N Kesimpulan dan rekomendasi kebijakan yang dapat dirumuskan dari roundtable discussion ini adalah a Perlu adanya sinkronisasi perolehan data dari instansi terkait yang mempunyai tugas dan fungsi sebagai dokumentasi data dalam hal ini adalah Badan Pusat Statistik b Perlu adanya pemisahan HS code untuk produk BIS yang diekspor dengan yang diimpor c Perlunya joint study lintas institusi dalam estimasi efisiensi dan nilai daya saing produk BIS sebagai pakan ternak d Perlunya dilakukan beberapa skenario analisis untuk mensimulasikan penerapan BK yang efektif dan dampaknya bagi produsen maupun konsumer surplus serta penerimaan pemerintah e Perlunya pengkajian secara komprehensif dalam suatu konsorsium penelitian agar dapat dirumuskan model pengintegrasian yang ideal untuk seianjutnya diujicobakan dalam skala lapangan dengan mengundang mitra BUMN atau swasta sebagai pelaksana dengan memanfaatkan dana insentif riset dari Kementerian Riset dan Teknologi

24 M TRIKS RENC N TIND K PEM NF T N BUNGKIL INTI S WIT D L M PENGEMB NG N SISTEM INTEGR SI S PI DI PERKEBUN N S WIT Rencana Tindak Keluaran Sasaran Waktu Penanggung awab I UP Y PENINGK T N PEM NF T N BUNGKIL INTI S WIT SEB G I B H N B KU P K N Inventarisasi kesiapan industri pakan ternak dalam pemanfaatan bungkil inti sawit Terjaminnya ketersediaan jumlah bungkil inti sawit yang dibutuhkan di dalam negeri Gabungan Produsen Pakan Ternak GPMT Meminimalkan kontaminasi cangkang bungkil inti sawit dalam ransum pakan ternak Teknologi peningkatan daya cerna bungkil inti sawit Formulasipakanternak ruminansia dan non ruminansia berbasis bungkil inti sawit Terjaminnya kualitas buingkil inti sawit yang stabil Peningkatan nilai nutrisi pakan ternak berbasis bungkil inti sawit Standar penggunaan bungkil inti sawit dalam ransum pakan ternak Pusat pusat penelitian Perguruan Tinggi Pusat pusat penelitian Perguruan Tinggi Pusat pusat penelitian Perguruan Tinggi II N USIS D Y S ING BUNGKIL INTI S WIT Pemantauan perkembangan harga domestik dan internasional untuk bungkil inti sawit Informasi neraca perdagangan produk bungkil inti sawit Ditjen Perdagangan Luar Negeri Ditjen P HP Penetapan tariff secara progressif pada bungkil inti sawit dan simulasi rutin setiap periode tertentu Kajian regular untuk daya saing dan efisiensi bungkil inti sawit melalui kajian rasio sumberdaya domestik Tingkat bea keluar yang optimal pada bungkil inti sawit Persamaan persepsi dalam penetapan bea keluar bungkil inti sawit Ditjen Perdagangan Luar Negeri Ditjen P HP PSEKP Ditjen Perdagangan Luar Negeri Ditjen P HP PSEKP

25 HI KELEMB G N D N DUKUNG N KEBIJ K N Koordinasi perangkat bea cukai dan karantina dalam HS code produk bungkil inti sawit Rekomendasi pemasukan SPP bahan pakan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Badan Karantina Ditjen Bea Cukai Peningkatan scalling up hasil hasil penelitian bungkil inti sawit dalam skala komersial Sosialisasi program pengembangan sistem integrasi sapi di perkebunan sawit Dukungan dan rekomendasi dalam pengembangan sistem integrasi sapi di perkebunan sawit Meningkatnya penggunaan bungkil inti sawit dalam skala besar Tereplikasinya model model pengembangan sapi di perkebunan sawit Swasta BUMN yang tertarik untuk mengembangkan usaha ternak sapi Pusat pusat penelitian Perguruan Tinggi Perusahaan swasta BUMN D Ditjen Perkebunan Ditjen PKH Perusahaan sawit PTPN Pemprov Pemkab Swasta BUMN Perbankan Pemprov Pemkab

26 D FT R B C N Badrun M Lintasan Tahun Pengembangan Kelapa Sawit Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian bekerjasama dengan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Mathius I W Orasi Pengukuhan Peneliti Utama sebagai Profesor Riset Membedah Permasalahan Pakan Sapi Potong melalui Pemanfaatan Produk Samping Industri Kelapa Sawit Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor Juli Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Sistem Integrasi Ternak Tanaman Padi Sawit Kakao Eds Fagi Subandriyo dan I W Rusastra Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Kumpulan naskah Perspektif Pengembangan Sistem Integrasi Sapi di Perkebunan Sawit Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor pril unpublished

27 TIM N LISIS KEBIJ K N Prof R Dr Tjeppy D Soedjana Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor Prof R Dr Subandriyo Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor Prof R Dr Kusuma Diwyanto Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor Prof R Dr Syamsul Bahri Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor Prof R Dr Budi Haryanto Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor Prof R Dr Ismeth Inounu Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor Dr gus Wiyono Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor Dr tien Priyanti Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor Hasanatun Hasinah SPt MP Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor TIM PERUMUS Prof R Dr Tjeppy D Soedjana Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor Dr tien Priyanti Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor Prof R Dr Kusuma Diwyanto Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor Prof R Dr Budi Haryanto Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor

28 PERKEMB NG N KEBIJ K N EKSPOR S WIT Direktorat Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Ditjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan RINGK S N Ekspor CPO dan produk turunannya mengalami perkembangan positif dalam tahun terakhir Selama tahun ekspor CPO dan produk turunannya meningkat dengan trend sebesar Kontribusi ekspor CPO dan produk turunannya terhadap ekspor non migas pada periode tahun adalah sebesar Pada tahun terjadi peningkatan ekspor CPO dan produk turunanannya sebesar dibandingkan pada tahun Hal serupa pada bungkil inti sawit BIS yang mengalami perkembangan positif selama tahun terakhir Pada periode ekspor BIS meningkat dengan trend Kontribusi ekspor BIS terhadap ekspor non migas sebesar dimana menunjukkan peningkatan dibandingkan pada tahun Impor BIS juga mengalami perkembangan positif dalam tahun terakhir dimana selama periode nilai impor BIS meningkat dengan trend Pada tahun terjadi penurunan nilai impor BIS sebesar dibandingkan dengan tahun Negara utama tujuan ekspor BIS adalah Belanda dan Selandia Baru Negara negara lanilla meliputi Korea Selatan Thailand Vietnam PR of China frika Selatan dan Inggris Sedangkan impor BIS berasal dari negara negara seperti Uni Emirat rab US India Canada dan Malaysia Berdasarkan Permendag No M D G PER tentang Perubahan atas lampiran Keputusan Menperindag No MPP Kep tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor bahwa CPO adalah termasuk barang yang bebas tata niaga ekspornya Produk sawit yang diawasi ekspornya hanyalah inti sawit Buah dan kernel kelapa sawit CPO dan produk turunanannya dikenakan bea keluar

29 PELU NG EKONOMI PEM NF T N BUNGKIL INTI S WIT SEB G I B H N B KU P K N TERN K Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian RINGK S N Kendala terbesar dalam upaya peningkatan produksi daging sapi nasional adalah terbatasnya ketersediaan pakan balk secara kuantitas kualitas dan kontinuitas Pengusahaan ternak sapi masih sangat tergantung pada hijauan konvensional yang sangat rentan terhadap kondisi iklim Bungkil inti sawit BIS adalah salah satu hasil samping proses pengolahan inti sawit yang sangat potensial untuk digunakan sebagai sumber pakan konsentrat bagi ternak sapi Namun hingga saat ini sebagian besar produksi BIS diekspor dan masih sangat sedikit industri pakan ternak yang dapat memanfaatkannya sebagai bahan baku pakan Dibandingkan dengan Malaysia yang merupakan pesaing utama Indonesia harga ekspor BIS Indonesia relatif Iebih mahal BIS memiliki peluang yang sangat besar sebagai bahan baku pakan ternak sehingga mampu menciptakan sumber efisiensi bagi usaha sapi potong dan dapat memberikan daya saing hasil ternak yang relatif Iebih tinggi Pemerintah perlu memberikan insentif kepada pengusaha untuk investasi baru di bidang pakan ternak berbahan baku BIS Misalnya bebas pajak impor untuk mesin pengolahan pakan berbasis BIS atau bebas pajak pendapatan perusahaan selama pabrik belum berproduksi Perlu juga didorong bagi industri pakan yang sudah ada untuk melakukan diversifikasi usaha dengan mengolah BIS menjadi pakan ternak Pengenaan bea keluar atas ekspor BIS perlu dilakukan dalam tingkat yang sewajarnya dalam rangka mengurangi jumlah ekspor sehingga ketersediaan dalam negeri memadai

30 Pengembangan sistem integrasi sapi di perkebunan sawit perlu dikonsentrasikan di daerah daerah sentra produksi kelapa sawit yaitu Sumatera clan Kalimantan dimana jumlah populasi ternak ruminansia sapi masih relatif sedikit jika dibandingkan dengan wilayah di Pulau Jawa

31 DIN MIK KETERSEDI N N SION L PRODUK BUNGKIL INTI S WIT Direktorat Tanaman Tahunan Ditjen Perkebunan RINGK S N Pengembangan integrasi perkebunan kelapa sawit dengan ternak sapi merupakan upaya nyata untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ternak sapi dengan cara memanfaatkan secara optimal potensi yang tersedia Tujuan integrasi adalah dapat memberikan hasil manfaat ganda kepada para petani disamping perolehan bungkil inti sawit BIS yang sangat berguna bagi pakan ternak karena mengandung protein yang cukup tinggi Produksi BIS diperkirakan dapat mencapai ribu ton pada tahun meningkat sekitar dibandingkan dengan tahun Ekspor BIS mencapai ribu ton dengan penggunaan di dalam negeri hanya sekitar ribu ton atau sekitar saja BIS merupakan by product pabrik palm kernel oil PKO yang saat ini baru ada perusahaan di seluruh Indonesia Harga ekspor BIS cukup bervariasi berkisar antara USD ton Sejak tahun harga CPO dan produk turunannya meningkat cukup signifikan Guna memanfaatkan BIS sebagai bahan baku pakan ternak perlu dipertimbangkan tentang lokasi pengembangan sapi dan letak pabrik PKO karena biaya transportasi cukup mahal Pabrik PKO pada umumnya telah melakukan kontrak penjualan dalam waktu bulan sehingga perlu ada kajian yang mendalam tentang kebutuhan BIS di dalam negeri Hal ini untuk mengurangi risiko usaha yang telah berlangsung selama ini dalam industri persawitan secara keseluruhan Pada dasarnya industri kelapa sawit menghasilkan banyak jenis limbah dan hasil samping yang memiliki prospek menjanjikan dan berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak dari perkebunan sawit

32 KEBIJ K N P K N D N REGUL R IMPOR B H N P K N Direktur Pakan Ternak Mursyid Ma sum Ditfen Peternakan dan Kesehatan Hewan RINGK S N Kebijakan bidang pakan pada Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan diharapkan dapat menjawab tantangan permasalahan pakan yang meliputi ketersediaan pakan dalam hal jumlah feed security dan keamanan pakan feed safety Hal ini diprioritaskan dalam memanfaatkan seoptimal mungkin sumberdaya lokal yang ada salah satunya adalah penggunaan bungkil inti sawit BIS Potensi BIS sebagai bahan baku pakan ternak tidak diragukan lagi dengan kandungan nutrisi yang baik Protein kasar yang dikandung oleh BIS bervariasi antara sehingga BIS dapat direkomendasikan sebagai bahan baku pakan sumber protein Terdapat beberapa faktor pembatas dalam pemanfaatan BIS sebagai bahan pakan ternak salah satunya adalah kandungan cangkang yang mencapai sekitar Berbagai inovasi teknologi terus untuk dikembangkan dalam meminimalkan faktor pembatas penggunaan BIS Proses fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi BIS antara lain adalah menurunkan serat kasar meningkatkan kadar protein asam amino dan daya cerna gizi lainnya Kebutuhan BIS untuk pakan ternak ruminansia dan unggas di dalam negeri diperkirakan berjumlah juta ton tahun Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan BIS di dalam negeri baru mencapai dari jumlah ketersediaan BIS yang diproduksi Pemanfataan bahan baku pakan lokal perlu terus digali dan ditingkatkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasokan bahan baku impor

33

34 peluang bagi riset clan teknologi untuk pengembangan bahan baku lokal agar dapat melimpah mudah diakses dengan harga murah Selain faktor teknis tersebut diatas hambatan lain yang timbul adalah belum tersedianya industri pabrik pakan yang menyiapkan BIS sebagai sumber pakan yang slap untuk digunakan

35 PEM NF T N LIMB H S WIT D L M R NSUM P K N TERN K RUMIN NSI I W Mathius Balai Penelitian Ternak Cia wi Bogor RINGK S N Dalam upaya mencari alternatif sumber baru komponen pakan spesifik lokasi dan mengoptimalkan bahan pakan non konvensional maka pemanfaatan produk samping usaha perkebunan perlu dikembangkan Sumber industri kelapa sawit per ha per tahun mampu mencapai ton bahan kering dan dengan asumsi hanya yang dapat dimanfaatkan oleh ternak Sehingga setiap ha dapat menghidupi U setara dengan ekor sapi dewasa Dengan perhitungan industri sawit yang ada TM mampu menampung lebih dari juta ekor sapi dewasa hampir memenuhi jumlah populasi sapi potong saat ini Beragamnya pengolahan palm kernel oil yang menghasilkan limbah bungkil inti sawit BIS diakibatkan oleh lemahnya penanganan pascapanen sehingga kualitas BIS yang diperoleh kurang terjamin tingginya kandungan serat kasar kandungan nutrien yang bervariasi dan tingkat cemaran yang kurang mendapat perhatian BIS dapat berada dalam ransum pakan sapi potong hingga mencapai BIS yang tersedia mampu menyediakan pakan tambahan untuk sekitar juta ekor sapi dewasa selama setahun Pertambahan bobot badan yang diperoleh dengan menggunakan BIS mencapai rata rata kg hari BIS juga dapat digunakan sebagai bahan baku pakan komplit dengan modifikasi bentuk sebagai pelet maupun balok untuk mempermudah transportasi Hal ini diupayakan bagi wilayah wilayah yang jauh dari industri kelapa sawit seperti wilayah Pulau Jawa misalnya Model pengembangan sapi potong yang diintegrasikan dalam perkebunan sawit terdiri dari model

36 perbanyakan penyediaan bakalan dan calon bibit serta model pembesaran dan penggemukan Pola pengembangan intensif dan ekstensif terbatas dapat dibentuk tergantung dari ketersediaan sumber daya yang ada

37 PEM NF T N LIMB H S WIT D L M R NSUM P K N TERN K NON RUMIN NSI rnold P Sinurat Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor RINGK S N Salah satu bahan pakan potensial dari produk samping industri kelapa sawit yang dapat dipergunakan sebagai bahan baku pakan ternak unggas adalah solid heavy phase kering yang jumlahnya mencapai juta ton tahun Kandungan gizi terdiri dari protein kasar lemak dan energi metabolis kkal kg Untuk memperoleh bahan ini diperlukan alat khusus berupa membran keramik dan produk berbentuk pasta dengan kadar air sekitar Melalui proses decanter kadar air dapat diturunkan hingga Kandungan serat kasar relatif tinggi dengan kandungan gizi yang bervariasi Bungkil inti sawit BIS dapat dipergunakan sebagai bahan baku dalam pakan ternak unggas broiler dengan jumlah hanya mencapai dalam ransum untuk memperoleh kinerja produksi yang balk Pada ayam petelur penggunaan BIS dalam ransum tidak mengganggu produksi dan berat telur Teknologi untuk meningkatkan nilai gizi hasil samping industri kelapa sawit meliputi teknologi biofermentasi teknologi proses enzimatis dan penyaringan untuk mengurangi cemaran cangkang BIS Hasil penelitian biofermentasi dengan membiakkan mikroorganisme tertentu spergillus niger Trichoderma viride dlsb dapat meningkatkan nilai gizi produk tersebut Hal serupa pada proses enzimatis juga dapat meningkatkan pertambahan berat badan dan memperbaiki FCR ayam broiler Selain mengurangi cemaran cangkang teknologi penyaringan juga mampu menurunkan kadar serat kasar dan meningkatkan kandungan gizi protein dan energi

38 Kombinasi penyaringan dengan penambahan enzim dapat meningkatkan kecernaan gizi BIS Dalam ransum unggas hal ini dapat mencapai dari komposisi ransum Implementasi hasil hasil inovasi teknologi ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan industri pakan terhadap impor bahan baku pakan

Inovasi Ternak Dukung Swasembada Daging dan Kesejahteraan Peternak

Inovasi Ternak Dukung Swasembada Daging dan Kesejahteraan Peternak Agro inovasi Inovasi Ternak Dukung Swasembada Daging dan Kesejahteraan Peternak Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jl. Ragunan No.29 Pasar Minggu Jakarta Selatan www.litbang.deptan.go.id 2 AgroinovasI

Lebih terperinci

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan BAB VII PENUTUP Perkembangan industri kelapa sawit yang cepat ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain : (i) secara agroekologis kelapa sawit sangat cocok dikembangkan di Indonesia ; (ii) secara

Lebih terperinci

KONSEP PEDOMAN SISTEM INTEG RASI SAPI DI PERKEBU NAN KELAPA SAWIT

KONSEP PEDOMAN SISTEM INTEG RASI SAPI DI PERKEBU NAN KELAPA SAWIT KONSEP PEDOMAN SISTEM INTEG RASI SAPI DI PERKEBU NAN KELAPA SAWIT Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2008 KONSEP PEDOMAN-- SISTEM

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Sebagian komponen dalam industri pakan unggas terutama sumber energi

PENGANTAR. Latar Belakang. Sebagian komponen dalam industri pakan unggas terutama sumber energi PENGANTAR Latar Belakang Sebagian komponen dalam industri pakan unggas terutama sumber energi pakan yang berasal dari jagung, masih banyak yang diimpor dari luar negeri. Kontan (2013) melaporkan bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam perekonomian Indonesia. Pertama, minyak

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL Gamal Nasir Direktorat Jenderal Perkebunan PENDAHULUAN Kelapa memiliki peran strategis bagi penduduk Indonesia, karena selain

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk baik pada tingkat nasional maupun wilayah provinsi. Untuk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS SAPI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS SAPI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS SAPI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho

Lebih terperinci

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN MASKAMIAN Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan Jl. Jenderal Sudirman No 7 Banjarbaru ABSTRAK Permintaan pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAMBING-DOMBA. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAMBING-DOMBA. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAMBING-DOMBA Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU MARZUKI HUSEIN Dinas Peternakan Provinsi RIAU Jl. Pattimura No 2 Pekanbaru ABSTRAK Sebagai usaha sampingan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia Menurut Martha Prasetyani dan Ermina Miranti, sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, luas areal perkebunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat

I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor peternakan merupakan sektor yang cukup penting di dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat. Produk peternakan merupakan sumber protein hewani. Permintaan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BAMBANG PRAYUDI 1, NATRES ULFI 2 dan SUPRANTO ARIBOWO 3 1 Balai Pengkajian

Lebih terperinci

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit. BOKS LAPORAN PENELITIAN: KAJIAN PELUANG INVESTASI PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI PROVINSI JAMBI I. PENDAHULUAN Laju pertumbuhan areal perkebunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia. Selain menghasilkan produksi utamanya berupa minyak sawit dan minyak inti sawit, perkebunan kelapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat kearah protein hewani telah meningkatkan kebutuhan akan daging sapi. Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemandirian pangan pada tingkat nasional diartikan sebagai kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang cukup, mutu yang layak dan aman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT 27 5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit yang menjadi salah satu tanaman unggulan

Lebih terperinci

SUMBERDAYA INDUSTRI KELAPA SAWIT DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI NASIONAL

SUMBERDAYA INDUSTRI KELAPA SAWIT DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI NASIONAL SUMBERDAYA INDUSTRI KELAPA SAWIT DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI NASIONAL Firman RL Silalahi 1,2, Abdul Rauf 3, Chairani Hanum 3, dan Donald Siahaan 4 1 Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Medan,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA KELOMPOK I KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA TOPIK : PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO DAN KIMIA MELALUI PENDEKATAN KLASTER KELOMPOK INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN, KIMIA HULU DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasar bebas dipandang sebagai peluang sekaligus ancaman bagi sektor pertanian Indonesia, ditambah dengan lahirnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 yang diwanti-wanti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

AGRIBISNIS KAMBING - DOMBA

AGRIBISNIS KAMBING - DOMBA PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KAMBING - DOMBA Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010 PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010 (SUATU SUMBANG SARAN PEMIKIRAN) Oleh: Suharyanto PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK JURUSAN

Lebih terperinci

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN 158 VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN Pengelolaan lahan gambut berbasis sumberdaya lokal pada agroekologi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Bengkalis dilakukan berdasarkan atas strategi rekomendasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis sektor pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis seperti

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI. Edisi Kedua

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI. Edisi Kedua PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini pasokan ikan dunia termasuk Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di sejumlah negara

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Perkembangan Konsumsi Minyak Nabati Dunia

Gambar 1.1. Perkembangan Konsumsi Minyak Nabati Dunia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit telah menjadi komoditas andalan sebagai sumber devisa negara non migas, penciptaan lapangan kerja dan pelestarian lingkungan hidup. Berdasarkan informasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai penghasil produk-produk hulu pertanian yang mencakup sektor perkebunan, hortikultura dan perikanan. Potensi alam di Indonesia memungkinkan pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan pangan hewani asal ternak (daging, telur dan susu) dari waktu kewaktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, kesadaran

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KAKAO Penyebaran Kakao Nasional Jawa, 104.241 ha Maluku, Papua, 118.449 ha Luas Areal (HA) NTT,NTB,Bali, 79.302 ha Kalimantan, 44.951 ha Maluku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang berasal dari buah kelapa sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. Minyak

Lebih terperinci

SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA

SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA Suplemen 5 SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA Latar Belakang Sejak tahun 2008, Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan telah menginisiasi program pengembangan ternak sapi yang

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN A. Kesimpulan Secara umum kinerja produksi ternak sapi dan kerbau di berbagai daerah relatif masih rendah. Potensi ternak sapi dan kerbau lokal masih dapat ditingkatkan

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN Jakarta, 26 Januari 2017 Penyediaan pasokan air melalui irigasi dan waduk, pembangunan embung atau kantong air. Target 2017, sebesar 30 ribu embung Fokus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia Sapi lokal memiliki potensi sebagai penghasil daging dalam negeri. Sapi lokal memiliki kelebihan, yaitu daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi, mampu

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Matheus Sariubang, Novia Qomariyah dan A. Nurhayu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl. P. Kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan terpenting ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai juga merupakan tanaman sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI TANAMAN TERNAK

KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI TANAMAN TERNAK LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2014 KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI TANAMAN TERNAK Oleh : Nyak Ilham Saptana Bambang Winarso Herman Supriadi Supadi Yonas Hangga Saputra PUSAT ANALISIS SOSIAL

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia April 2015 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit Pendahuluan Sektor perkebunan terutama kelapa sawit memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai peranan dalam memanfaatkan peluang kesempatan kerja.

I. PENDAHULUAN. mempunyai peranan dalam memanfaatkan peluang kesempatan kerja. 1.1. Latar Belakang Penelitian I. PENDAHULUAN Usaha perunggasan di Indonesia telah menjadi sebuah industri yang memiliki komponen lengkap dari sektor hulu sampai ke hilir. Perkembangan usaha tersebut memberikan

Lebih terperinci

Menakar Penyediaan Daging Sapi dan Kerbau di dalam Negeri Menuju Swasembada 2014

Menakar Penyediaan Daging Sapi dan Kerbau di dalam Negeri Menuju Swasembada 2014 Menakar Penyediaan Daging Sapi dan Kerbau di dalam Negeri Menuju Swasembada 2014 Menakar Penyediaan Daging Sapi dan Kerbau di dalam Negeri Menuju Swasembada 2014 Penyusun: Tjeppy D Soedjana Sjamsul Bahri

Lebih terperinci

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM Hingga tahun 2010, berdasarkan ketersediaan teknologi produksi yang telah ada (varietas unggul dan budidaya), upaya mempertahankan laju peningkatan produksi sebesar

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan

Lebih terperinci

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015 Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Kementerian Perindustrian 2015 I. LATAR BELAKANG 2 INDUSTRI AGRO Industri Agro dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu kegiatan pembangunan yang menjadi skala prioritas karena dapat memenuhi kebutuhan protein hewani yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bio Oil Dengan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Pirolisis Cepat

BAB I PENDAHULUAN. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bio Oil Dengan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Pirolisis Cepat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Selama ini Indonesia menggunakan BBM (Bahan Bakar Minyak) sebagai sumber daya energi primer secara dominan dalam perekonomian nasional.pada saat ini bahan bakar minyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor

Lebih terperinci

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol. 4, No. 2, Desember 2015, pp. 41-47 ISSN 2303 1093 Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower F.N.L. Lubis 1*, S. Sandi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan dan utama Indonesia. Tanaman yang produk utamanya terdiri dari minyak sawit (CPO) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ternak sapi sangat penting untuk dikembangkan di dalam negri karena kebutuhan protein berupa daging sangat dibutuhkan oleh masyarakat (Tjeppy D. Soedjana 2005, Ahmad zeki

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan

Lebih terperinci

PELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA. Makalah. Disusun Oleh : Imam Anggara

PELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA. Makalah. Disusun Oleh : Imam Anggara PELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Makalah Disusun Oleh : Imam Anggara 11.12.5617 11.S1SI.04 STMIK AMIKOM Yogyakarta 2012-03-16 KATA PENGANTAR Makalah ini mengangkat judul tentang Peluang

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim POTENSI LIMBAH SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN ALTERNATIF PADA AYAM NUNUKAN PERIODE PRODUKSI IMAM SULISTIYONO dan NUR RIZQI BARIROH Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur JI. Pangeran M.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi Bali adalah salah satu bangsa sapi murni yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus) dan mempunyai bentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan adalah bagian dari sektor pertanian yang merupakan sub sektor yang penting dalam menunjang perekonomian masyarakat. Komoditas peternakan mempunyai prospek

Lebih terperinci

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016 Disampaikan pada: MUSRENBANGTANNAS 2015 Jakarta, 04 Juni 2015 1 TARGET PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting sebagai suatu sumber minyak nabati. Kelapa sawit tumbuh sepanjang pantai barat Afrika dari Gambia

Lebih terperinci

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH Pita Sudrajad*, Muryanto, Mastur dan Subiharta Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut merupakan faktor pendukung keberhasilan budidaya sapi Bali (Ni am et

I. PENDAHULUAN. tersebut merupakan faktor pendukung keberhasilan budidaya sapi Bali (Ni am et I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sapi di Indonesia terus berkembang seiring meningkatkan pengetahuan dan teknologi dibidang peternakan. Sapi Bali adalah jenis sapi lokal yang memiliki kemampuan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi

Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi Bangkinang-Salah satu kegiatan diseminasi inovasi hasil penelitian dan Pengkajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau adalah kegiatan temu lapang. Pada sabtu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh beberapa sektor usaha, dimana masing-masing sektor memberikan kontribusinya terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia dilihat dari aspek kontribusinya terhadap PDB, penyediaan lapangan kerja, penyediaan penganekaragaman menu makanan,

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK Susy Edwina, Dany Varian Putra Fakultas Pertanian Universitas Riau susi_edwina@yahoo.com

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola konsumsi makanan pada masyarakat memberikan dampak positif bagi upaya penganekaragaman pangan. Perkembangan makanan olahan yang berbasis tepung semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL) LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL) Oleh : Prajogo U. Hadi Adimesra Djulin Amar K. Zakaria Jefferson Situmorang Valeriana Darwis PUSAT ANALISIS SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus diimbangi dengan kesadaran masyarakat akan arti penting peningkatan gizi dalam kehidupan. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur an surat Al-Mu minun ayat 21 yang

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur an surat Al-Mu minun ayat 21 yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Allah SWT berfirman dalam Al-Qur an surat Al-Mu minun ayat 21 yang menjelaskan tentang penciptaan berbagai jenis hewan ternak yang dapat dimanfaatkan untuk manusia.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA

II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA 2.1. Tinjauan Umum Minyak Nabati Dunia Minyak nabati (vegetable oils) dan minyak hewani (oil and fats) merupakan bagian dari minyak

Lebih terperinci

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan salah satu sektor penggerak utama dalam pembangunan ekonomi. Menurut Soekartawi (2000),

Lebih terperinci