BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 1

2 BAB II LANDASAN TEORI Bab 2 atau landasan teori ini berisi tentang variabel yang berkaitan dengan penelitian, penjelasandari tema,permasalahan dan teori yang turut membantu memberi penyelesaian terhadap masalah yang ada dalam tapak. dan kemudian dari semua hal tersebut mendapatkan jawaban. 2.1 VariabelPenelitian Variabel dalam penelitian ini adalah kawasan perkampungan dan pelestarian budaya betawi di Setubabakan. dimana berkaitan dengan perancangan bangunan terpadu dalam kawasan setubabakan, fasilitas yang ada dalam kawasan setubabakan sekarang ini. 2.2 Definisi Morfologi Morfologi dalam menurut sabari, 2005 adalah sebuah kota yang akan selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, perkembangan tersebut akan menyangkut aspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi dan fisiksehingga pembahasan tentang kota sedikitnya dapat dilihat dari beberapa pendekatan seperti ekologi, ekonomi,sistem kegiatan, ekologi faktorial dan morfologi. Menurut Alvares 2002, Pendekatan morfologi memberikan kesempatanuntuk melihat fisik kota dengan konsepsi yang lebih komplit 2

3 3 sebagai tempat yangditransformasikan bagi kehidupan yang lebih manusiawi, sehingga kota adalahsebuah tatanan yang chaotic richness, sebuah collage dan sebuah dialektikaakibat perbedaan atau pemisahan antara lama dengan baru. Kota bukanlahsebuah dialek akibat perbedaan atau pemisahan antara lama dan baru, tetapiyang satu diikat bersama dengan yang lain. Oleh karena itu, Morfologi merupakan proses perkembangan dalam aspek politik, sosial, teknologi, ekonomi ataupun budaya dalam suatu daerah dan morfologi merupakan bentuk dan wujud ciri karakteristik suatu kota dengan manusia didalamnya. Berdasarkan pendekatan morfologi menurut Sabari, dan Alvares maka morfologi dalam desain yang akan dibangun berhubungan dengan fisik dan non fisik. fisik disini terlihat dalam penggunaaan material yang telah disesuaikan dengan perkembangan jaman saat ini dengan tidak menghilangkan bentuk kebudayaan yang sudah ada sejak dahulu kala. bentuk kebudayaan yang tidak dihilangkan ini merupakan kondisi non fisik Pembangunan terpadu Kawasan terpadu memiliki arti luas yaitu setiap perkotaan, pinggir kota, pembangunan desa atau bahkan suatu area yang menggabungkan fungsi pemukiman, komersial budaya, kelembagaan. dimana mereka berfungsi secara baik secara fisik dan fungsional terintegrasi dan yang menyediakan akses pejalan kaki dengan beberapa elemen pelengkap yang saling terhubung satu sama lain. (Perancangan Tata Urban, Danisworo) Pembangunan mixed atau pembangunan terpadu yang mengacu dalam sektor budaya memiliki gabungan beberapa fungsi yang menonjolkan budaya-

4 budaya suatu suku tertentu. biasanya pembangunan terpadu dalam sektor cultur atau budaya cenderung bersifat memperlihatkan ragam seni, seperti : - Pemukiman ( hunian ) - Galeri seni dan budaya - Artshop - Gedung sendratari - Convention hall - Amphitheater Waterfront Definisi Waterfrontdalam Bahasa Indonesia secara harafiah adalah daerah tepi laut, bagian kotayang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan(echols, 2003). Sedangkan, urban waterfront mempunyaiarti suatu lingkungan perkotaan yang berada ditepi atau dekat wilayah perairan, misalnya lokasi diarea pelabuhan besar di kota metropolitan (Wrenn,1983). Dari kedua pengertian tersebut maka definisi waterfront adalah suatu daerah atau area yang terletakdi dekat/berbatasan dengan kawasan perairan dimanaterdapat satu atau beberapa kegiatan dan aktivitas Dalam area pertemuan tersebut.dan Waterfront terdiri dari beberapa tipe proyeknya, waterfront dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu konservasi, pembangunan kembali (redevelopment), dan pengembangan (development). - Konservasi

5 5 Adalah penataan waterfront kuno atau lama yang masih ada sampai saat ini dan menjaganya agar tetap dinikmati masyarakat. - Redevelopment Adalah upaya menghidupkan kembali fungsi-fungsi waterfront lama yang sampai saat ini masih digunakan untuk kepentingan masyarakat dengan mengubah atau membangun kembali fasilitas - fasilitas yang ada. - Development Adalah usaha menciptakan waterfront yang memenuhi kebutuhan kota saat ini dan masa depan dengan cara mereklamasi pantai. Waterfront berdasarkan fungsinya, dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu : - Mixed Used Waterfront Adalah waterfront yang merupakan kombinasi dari perumahan, perkantoran, restoran, pasar, rumah sakit, dan/atau tempat-tempat kebudayaan. - Recreational Waterfront Adalah adalah semua kawasan waterfront yang menyediakan saranasarana dan prasarana untuk kegiatan rekreasi, seperti taman, arena bermain, tempat pemancingan, dan fasilitas untuk kapal pesiar. - Residential Waterfront Adalah perumahan, apartemen, dan resort yang dibangun di pinggir perairan - Working Waterfront Adalah tempat-tempat penangkapan ikan komersial, reparasi kapal pesiar, industri berat, dan fungsi-fungsi pelabuhan.

6 Terdapat kriteria - kriteria Waterfrontantara lain : Dalam menentukan suatu lokasi tersebut waterfront atau tidak maka ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menilai lokasi suatu tempat apakah masuk dalam waterfront atau tidak. Berikut kriteria yang ditetapkan : - Berlokasi dan berada di tepi suatu wilayah perairan yang besar (laut, danau, sungai, dan sebagainya). -Biasanya merupakan area pelabuhan, perdagangan, permukiman, atau pariwisata. - Memiliki fungsi-fungsi utama sebagai tempat rekreasi, permukiman, industri, atau pelabuhan. - Dominan dengan pemandangan dan orientasi ke arah perairan. - Pembangunannya dilakukan ke arah vertikalhorisontal Pada perancangan kawasan tepian air, ada dua aspek penting yang mendasari keputusan - keputusan rancangan yang dihasilkan. Kedua aspek tersebut adalah faktor geografis serta konteks perkotaan (Wren, 1983 dan Toree, 1989). a. Faktor Geografis Merupakan faktor yang menyangkut geografis kawasan dan akan menentukan jenis serta pola penggunaannya. Termasuk di dalam hal ini adalahkondisi perairan, yaitu dari segi jenis (laut, sungai, dst), dimensi dan konfigurasi, pasang-surut, serta kualaitas airnya. - Kondisi lahan, yaitu ukuran, konfigurasi, daya dukung tanah, serta kepemilikannya. - Iklim, yaitu menyangkut jenis musim, temperatur, angin, serta curah hujan.

7 7 b. Konteks perkotaan (Urban Context) Adalah merupakan faktor-faktor yang nantinya akan memberikan ciri khas tersendiri bagi kota yang bersangkutan serta menentukan hubungan antara kawasan waterfront yang dikembangkan dengan bagian kota yang terkait. Termasuk dalam aspek ini adalah: -Pemakai, yaitu mereka yang tinggal, bekerja atau berwisata di kawasan waterfront, atau sekedar merasa "memiliki" kawasan tersebut sebagai sarana publik. - Khasanah sejarah dan budaya, yaitu situs atau bangunan bersejarah yang perlu ditentukan arah pengembangannya (misalnya restorasi, renovasi atau penggunaan adaptif) serta bagian tradisi yang perlu dilestarikan. - Pencapaian dan sirkulasi, yaitu akses dari dan menuju tapak serta pengaturan sirkulasi didalamnya. - Karakter visual, yaitu hal-hal yang akan memberi ciri yang membedakan satu kawasan waterfront dengan lainnya. 2.3 Teori yang Berkaitan Hamid Shirvani Menurut Hamid Shirvani, terdapat delapan macam elemen yang membentuk sebuah kota terutama pusat kota. yakni - tata guna lahan - bentuk dan kelompok bangunan - ruang terbuka - parkir dan sirkulasi

8 - tanda-tanda (signage) - jalur pejalan kaki - pendukung kegiatan - preservasi - Tata guna lahan : merupakan rancangan 2 dimensi berupa denah peruntukan lahan sebuah kota. contoh dalam sebuah kawasan industri terdapat berbagai macam bangunan industri atau didalam kawasan perekonomian terdapat berbagai macam pertokoan. kebijakan tata guna lahan juga membentuk hubungan antara sirkulasi parkir dan kepadatan aktifitas individual - Bentuk dan Masa Bangunan bagaimana bentuk dan massa bangunan dapat membentuk suatu kota serta bagaimana hubungan antar-massa yg ada. a) ketinggian bangunan : berkaitan dengan jarak pandang manusia, baik yang berada dalam bangunan yang ada dalam pejalan kaki, ketinggian yang menunjukan atau memperlihatkan garis horizon. contoh : bangunan di bandara akan memiliki ketinggian yang lebih rendah. b) kepejalan bangunan : perbandingan tinggi luas lebar dan panjang, olahan massa dan variasi penggunaan material. c) Koefisien lantai bangunan d) Koefisen Dasar bangunan e) GSB f) Langgam g) Skala h) Material i) Tekstur

9 9 j) Warna - Sirkulasi dan Parkir sirkulasi elemen penting yang dapat membentuk dan mengontrol pola kegiatan kota, sebagaimana halnya dengan keberadaan sistem transportasi dari jalan publik dan pedestrian way. dan tempat-tempat transit yang saling berhubungan dan membentuk suatu kegiatan. tempat parkir yaitu elemen penyedia ruang yang paling memberi visual dan pengaruh kepada beberapa daerah perkotaan dan yg paling memberi efek visual dalan merancang kota - Ruang Terbuka (open space) elemen lansekap terdiri dari elemen keras ( jalan, trotoar, bebatuan ) elemen lunak berupa tanaman dan air. ruang terbuka dapat berupa jalan lapangan dan sepadan sungai. - Jalur Pejalan Kaki interaksi pada elemen-elemen dasar desain tata kota harus berkaitan dengan lingkungan kota dan pola aktivitas seta sesuai dengan rencana perubahan dan pembangunan fisik kota di masa mendatang. aspek-aspek pendukung : a) sarana komersial seperti toko restoran cafe b) street furniture seperti pohon, rambu dan tempt duduk dsbharus memiliki syarat seperti : a) aman dan leluasa dari kendaraan bermotor b) menyenangkan dengan rute yang mudah dan jelas yang disesuaikan dengan hambatan kepadatan pejalan kaki.

10 c) mudah menuju segala arah tanpa hambatan yang disebabkan gangguan ruang yg sempit. d) punya nilai estetika dan daya tarik dengan penyediaan sarana dan prasarana sepreti taman bangku dsb - Pendukung Aktifitas aktifitas pendukung tidak hanya menyediakan jalan pedestrian tetapi juga mempertimbangkan fungsi utama dan penggunaan elemen-elemen kota yg dapat menggerakan aktifitas. hal-hal yang harus diperhatikan dalam penerapan desain akitifitas support : - koordinasi antara kegiatan dengan lingkungan binaan yang dirancang - keragaman intensitas kegiatan yang dihadirkan dalam suatu ruang tertentu - bentuk kegiatan memperhatikan aspek kontekstual - pengadaan fasilitas lingkungan - Penandaan (signage) diperlukan untuk menunjukan aksesbilitas dari satu ruang menuju ruang berikutnya. sebagai penunjuk antar ruang. a) penggunaan penandaan harus merefleksikan karakter kawasan b) jarak dan ukuran harus memadahi dan diatur sedemikian rupa agar menjamin jarak penglihatan dan menghindari kepadatan c) penggunaan harus harmonis dengan bangunan arsitektur di sekitar lokasi. d) pembatasan penggunaan lampu hias khusus tempat pertunjukan e) pembatasan penggunaan signage berukuran besar agar tidak menimbulkan visual negatif dan mengganggu rabu lalu-lintas - Preservasi

11 11 preservasi dalam perancangan kota adalah perlindungan terhadap lingkungan tempat tinggal ( pemukiman ) dan urban places Berkaitan dengan keadaan tapak yang akan diolah, maka penggunaan teori Hamid shirvani hanya menggunakan 3 elemen saja, yaitu elemen tata guna lahan yang berfungsi mengidentifikasi kawasan yang ada dalam tapak, elemen Pendukung fasilitas yang berfungsi mengembalikan ruang yang tidak ada dalam kawasan tersebut sesuai dengan filosofi kebudayaan betawi dan elemen preservasi yaiut perlindungan terhadap lingkungan tempat tinggal Figure/ ground Teori ini dapat dipahami melalui pola perkotaan dengan hubungan antara bentuk yang dibangun (building mass) dan ruang terbuka (open space) Analisis Figure/ ground adalah alat yang baik untuk: 1. Mengidentifikasi sebuah tekstur dan pola-pola tata ruang perkotaan (urban fabric); 2. Mengidentifikasi masalah keteraturan massa/ ruang perkotaan Gambar 2.1 Figure/Ground Sumber :Buku Perancangangan Kota, Figure / Ground (1987) Pendekatan figure ground adalah suatu bentuk usaha untuk memanipulasi atau mengolah pola eksisting figure ground dengan cara penambahan,

12 pengurangan, atau pengubahan pola geometris dan juga merupakan bentuk analisa hubungan antara massa bangunan dengan ruang terbuka. a. Urban solid Tipe urban solid terdiri dari: 1. Massa bangunan, monumen 2. Persil lahan blok hunian yang ditonjolkan 3. Edges yang berupa bangunan Gambar 2.2 Pola Kota 1 Sumber :Buku Perancangangan Kota, Figure / Ground (1987) b. Urban void Tipe urban void terdiri dari: 1. Ruang terbuka berupa pekarangan yang bersifat transisi antara publik dan privat 2. Ruang terbuka di dalam atau dikelilingi massa bangunan bersifat semi privat sampai privat 3. Jaringan utama jalan dan lapangan bersifat publik karena mewadahi aktivitas publik berskala kota 4. Area parkir publik bisa berupa taman parkir sebagai nodes yang berfungsi preservasi kawasan hijau

13 5. Sistem ruang terbuka yang berbentuk linier dan curvalinier. Tipe ini berupa daerah aliran sungai, danau dan semua yang alami dan basah 13 Gambar 2.3 Pola Kota 2 Sumber :Buku Perancangan Kota, Figure / Ground (1987) Tiga prinsip open space dalam fokus kota: 1. Open space adalah ruang terbuka yang lebih berarti dari pada sesuatu yang kosong saja. 2. Open space dibentuk secara organis atau teknis oleh benda-benda yang membatasinya. 3. Open space dapat dilihat dari aspek fungsional public space dan semi public space. Di dalam pola-pola kawasan kota secara tekstural mengekspresikan rupa kehidupan dan kegiatan perkotaan secara arsitektural dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok: 1. Susunan kawasan bersifat homogen yang jelas, dimana ada satu pola penataan. 2. Susunan kawasan yang bersifat heterogen, dimana dua atau lebih pola berbenturan.

14 3. Susunan kawasan yang bersifat menyebar dengankecenderungan kacau Gambar 2.4 Kawasan Homogen Sumber :Buku Perancangan Kota, Figure / Ground (1987) Gambar 2.5 Kawasan Heterogen Sumber :Buku Perancangan Kota, Figure / Ground (1987) Figure ground dibedakan menjadi 2 yaitu : Figure Ground berskala besar dan kecil, - Figure ground skala makro besar Dalam skala makro besar, figure ground memperhatikan kota keseluruhan. Artinya sebuah kawasan kota yang kecil dalam skala ini menjadi tidak terlalu penting. - Figure ground skala makro kecil Dalam skala makro kecil, biasanya yang diperhatikan adalah sebuah figure ground kota dengan fokus pada satu kawasan saja. Artinya pada skala ini kota secara keseluruhan tidak terlalu penting. Karena gambar figure ground secara makro kecil berfokus pada ciri khas testur dan masalah tekstur sebuah kawasan secara mendalam Solid dan Void sebagai elemen perkotaan

15 15 Sistem hubungan di dalam tekstur figure ground mengenal dua kelompok elemen, yaitu solid dan void. Ada tiga elemen dasar yang bersifat solid, yaitu blok tunggal, blok yang mendefinisi sisi dan blok medan 1. Elemen solid blok tunggal Bersifat agak individual, elemen ini juga dapat dilihat sebagai bagian dari satu unit yang lebih besar, dimana elemen tersebut sering memiliki sifat penting (misalnya sebagai penentu sudut, hirarki atau penyambung) Gambar 2.6 Blok Tunggal Sumber :Buku Perancangan Kota, Figure / Ground (1987) 2. Elemen solid blok yang mendifinisi sisi Berfungsi sebagai pembatas secara linear, pembatas tersebut dapat dibentuk oleh elemen ini dari satu, dua atau tiga sisi. Gambar 2.7 Blok Solid Sumber :Buku Perancangan Kota, Figure / Ground (1987) 3. Elemen solid blok medan Blok ini memiliki bermacam-macam massa dan bentuk, namun masingmasing tidak dapat dilihat secara individu-individu, melainkan harus dilihat keseluruhan massaanya secara bersama.

16 Gambar 2.8 Blok Solid Medan SSumber :Buku Perancangan Kota, Figure / Ground (1987) Terdapat empat elemen dasar yang bersifat void yang mempunyai kecenderungan untuk berfungsi sebagai sistem yang memiliki hubungan erat dengan massa, yaitu sistem penutup yang linear, sistem tertutup yang memusat, sistem terbuka yang sentral dan sistem terbuka yang linear. 1. Elemen void sistem tertutup yang linear Sistem ini memperhatikan ruang yang bersifat linear tetapi memiliki kesan tertutup. Elemen ini sering dijumpai di kota. 2. Elemen void sistem tertutup yang memusat Sistem ini sudah lebih sedikit jumlahnya karena memiliki pola ruang yang berkesan terfokus dan tertutup. Ruang tersebut di kota dapat diamati pada skala besar (misalnya di pusat kota) maupun di berbagai kawasan (di dalam kampung dan lainlain). 3. Elemen void sistem terbuka yang sentral Sistem ini memperlihatkan dimana kesan ruang bersifat terbuka namun masih tampak terfokus (misalnya alun-alunbesar, taman kota dan lain-lain) Pola dan dimensi unit-unit perkotaan Elemen-elemen solid dan void tidak boleh dilihat secara terpisah satu dengan yang lain, karena secara bersama-sama membentuk unit-unit perkotaan

17 17 yang sering menunjukkan sebuah tekstur perkotaan di dalam dimensi yang lebih besar. Ada enam pola kawasan kota secara tektural: 1. Grid 2. Angular 3. Kurvilinear 4. Radial konsentris 5. Aksial 6. Organis Gambar 2.9 Pola Kota Diagmatris Sumber :Buku Perancangan Kota, Figure / Ground (1987) Teori Linkage Merupakan analisis rupa perkotaan melalui pergerakan dan aktivitas yang dapat menegaskan hubungan dalam suatu tata ruang perkotaan. Teori ini menjelaskan hubungan solid-voids dalam sistem pergerakan dan antar kawasan dalam suatu urban fabrics yang kenyataannya diwujudkan berupa jalan, jalur pedestrian atau ruang terbuka lainnya. Linkage ini tidak hanya membentuk ruang luar tetapi juga membentuk struktur

18 kota karena akhirnya diwujudkan dalam jaringan jalan, pola pergerakan dan sirkulasi. Sehingga sebenarnya bahasan tentang sistem linkage ini sangat erat kaitannya dengan struktur ruang kota. Dalam kawasan tapak yang akan diolah, linkage berfungsi untuk menghubungkan 3 kawasan yang ada dalam tapak, dan mengatur pola jalur pedestrian yang ada dalam kawasan sehingga membentuk elemen garis berupa jalan, pejalan kaki dan ruang terbuka. 2.4 Morfologi budaya tradisional betawi Budaya Betawi. Morfologi Budaya Betawi menurut Muhammad Syaiful Moechtar,2012 mengenai Identifikasi Pola Permukiman Tradisional Kampung Budaya Betawi Setu Babakan adalah perkembangan budaya betawi dari segi fisik dan non fisik dari masa ke masa, oleh karena itu, morfologi budaya betawi menampilkan kegiatan dan filosofi budaya yang ada dalam suku betawi dalam segi arsitektural hingga budaya yaitu seni tari, pencaksilat, keseharian, dan tradisi lainnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui filosofi dan tradisi yang sudah ada secara turun temurun yang ada dalam budaya betawi sehingga proses perancangan kawasan terpadu yang akan dilakukan itdak melenceng dan tetap mengacu kepada kebudayaan suku betawi itu sendiri, dalam morfologi budaya betawi, dapat diketahui bahwa dalam segi non fisik memperlihatkan tradisi tari-tarian dan kebudayaan seperti pencak silat dan ondel-ondel yang ada dalam kegiatan mereka. Hal ini tidak terlepas dari ragam etnis yang lahir dalam budaya betawi itu sendiri, setiap etnis biasanya mempengaruhi setiap perayaan

19 19 etnis Betawi. Seperti budaya penyalaan petasan, Lenong, Cokek, hingga pakaian pernikahan adat Betawi yang didominasi warna merah, itu semua dipengaruhi kuat oleh budaya Tionghoa.Kemudian etnis Arab sangat mempengaruhi musik gambus dalam warna musik marawis dan Tanjidor. Tanjidor sendiri adalah perpaduan budaya Eropa, Cina, Melayu dan Arab Salah satu musik khas dari kesenian Betawi yang paling terkenal adalah Gambang Kromong, Gambang Kromong selalu menjadi ilustrasi musiknya. dan masih banyak lagi budaya betawi antara lain, - Gambang Kromong : Kesenian Gambang Kromong berkembang pada abad 18, khususnya di sekitaran daerah Tangerang. Bermula dari sekelompok grup musik yang dimainkan oleh beberapa orang pekerja pribumi di perkebunan milik Nie Hu Kong yang berkolaborasi dengan dua orang wanita perantauan Cina yang baru tiba dengan membawa Tehyan dan Kongahyan.

20 Gambar 2.10 Gambang Kromong Sumber : Kelurahan Srengseng Sawah - Tari Topeng Betawi Tarian betawi yang cukup lama dikenal masyarakat adalah Tari Topeng Betawi. Dalam Tari Topeng Betawi, Anda dapat melihat tiga unsur seni sekaligus. Yaitu tari, teater dan musik. Musik pengiring Tari Topeng Betawi banyak sekali. Topeng Betawi tumbuh dan berkembang di pinggir-pinggir Jakarta. Biasanya digelar saat ada pernikahan, acara sunatan dan membayar nazar. Dalam Topeng Betawi, para penari memakai topeng dan bercerita lewat seni gerak. Kini tari Topeng Betawi sudah banyak dikreasikan. Sehingga Tarian Betawi pun semakin beragam. Gambar 2.11 Tari Topeng Betawi Sumber : Kelurahan Srengseng Sawah - Tari Lenggang Nyai Adalah Wiwik Widiastuti yang mengembangkan Tarian Lenggang Nyai ini. Atau lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Tari Lenggang Betawi. Wiwik sendiri bukan orang Betawi asli, ia adalah orang Yogyakarta. Namun kecintaannya kepada budaya dan tarian betawi, membuat Wiwik menciptakan kreasi Tari Lenggang Betawi ini. Dalam

21 tarian ini dapat melihat ada unsur tanjidor dan tari topeng yang kental sekali. 21 Gambar 2.12 Tari Lenggang Nyai Sumber : Kelurahan Srengseng Sawah - Tari Japin Tari Japin sebenarnya adalah tari Zapin. Kebiasaan orang betawi menyebut Z dengan huruf J membuat nama tarian ini secara otomatis berubah menjadi Japin. Tarian ini mendapat pengaruh besar dari budaya Arab.Yang membedakan tarian betawi Japin dengan Zapin pada umumnya adalah musik pengiringnya. Tari Japin menggunakan musikmusik lagu betawi seperti gambus. Tari Zapin ditarikan secara melompatlompat sambil memukul sebuah kendang rebana kecil Gambar 2.13 Tari Japin Sumber : Kelurahan srengseng Sawah

22 - Tari Cokek Betawi Tarian betawi yang satu ini dibawa oleh para cukong atau tuan tanah peranakan tionghoa yang kaya raya. Dulu mereka merawat penari cokek dan pemain-pemain Gambang Kromong. Tarian cokek ini diiringi oleh musik Gambang Kromong Gambar 2.14 Tari Cokek betawi Sumber : Kelurahan srengseng Sawah - Beladiri Beksi Sejak dahulu kala, masyarakat Betawi selalu dikenal dan diidentikan dengan pencak silat dan pengajiannya. Kabarnya, sejak zaman kompeni Belanda, remaja Betawi selalu dituntut untuk rajin beribadah dan mampu menjaga diri dengan mempelajari ilmu beladiri pencak silat. Tak heran ilmu beladiri ini menjadi salah satu jenis kebudayaan milik masyarakat Betawi. Di tanah Betawi ini, ternyata banyak menyimpan berbagai jenis seni beladiri, salah satunya silat Beksi. Seni beladiri yang satu ini merupakan perpaduan antara bela diri dengan seni, keindahan, dan ketepatan dalam mencapai sasaran lawan.

23 23 Gambar 2.15 Bela diri Beksi Sumber : Kelurahan srengseng Sawah - Ondel-ondel Ondel-ondel merupakan hasil dari kebudayaan Betawi yang berupa boneka besar yang tingginya mencapai sekitar ± 2,5 m dengan garis tengah ± 80 cm, boneka ini dibuat dari anyaman bambu yang dibuat agar dapat dipikul dari dalam oleh orang yang membawanya. Boneka tersebut dipakai dan dimainkan oleh orang yang membawanya. Pada wajahnya berupa topeng atau kedok yang dipakaikan ke anyaman bamboo tersebut, dengan kepala yang diberi rambut dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya di cat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan dicat dengan warna putih Arsitektur Betawi Gambar 2.16 Ondel-ondel Sumber : Kelurahan srengseng Sawah A. Pembagian Wilayah dan Karakter Rumah

24 Menurut jakarta.go.id/encyclopedia, secara suku betawi tinggal di kawasan dengan batas sebagai berikut. - Batas Timur : Sungai Citarum - Batas barat : Sungai Cisadane - Batas Utara: Laut Jawa - Batas Selatan : Kaki Gunung Salak Berdasarkan Wilayah Administrasinya, Suku Betawi mendiami wilayah sebagai berikut. - Provinsi DKI Jakarta\ - Kotamadya Bekasi - Kabupaten Bekasi - Kotamadya Tangerang - Kabupaten Tangerang - Kotamadya Tangerang - Kotamadya Depok - Kabupaten Bogor Berdasarkan kesamaan unsur budayanya, Betawi meliputi Betawi pesisir, Betawi tengah dan Betawi pinggir. - Betawi pesisir. Betawi pesisir terbagi menjadi 2 bagian yaitu Betawi darat dan Betawi pulo. Betawi pesisir meliputi daerah pesisir atau yang berbatasan dengan laut. Prototipe betawi pesisir adalah rumah Panggung.

25 25 Gambar 2.17 Rumah panggung Sumber : Gambang.wordpress.com - Betawi tengah/kota Betawi tengah/kota meliputi beberapa wilayah seperti Condet, Senen, Kwitang, Tanah abang, Tambora, Tanah Sareal, taman Sari. Arsitektur rumah memiliki pengaruh arsitektur belanda dan sudah menggunakan material yang lebih eksploratif seperti besi, ubin, genteng dan plesteran. Gambar 2.18 Rumah Betawi tengah Sumber : Buku Griya Kreasi Betawi pinggir dan udik

26 Betawi pinggir berada didaerah pinggir jakarta seperti Depokm Setubabakan dan Jagakarsa, Arsitektur Betawi pinggiran lebih berani dalam hal eksplorasi warna seperti warna hijau dan kuning. warna hijau melambangkan kecerahan dan warna hijau kesuburan. Rumah betawi pinggir merupakan peralihan rumah betawi kolong menuju ke rumah betawi tidak berkolong, hal ini disebabkan masyarakat betawi merupakan komunitas sungai dan emreka membangun rumah di sepanjang sungai dengan menghadap ke sungai. B. Tipologi Bentuk Rumah Betawi Gambar 2.19 Rumah Betawi Udik Sumber : Buku Griya Kreasi 2011 Rumah Betawi secara umum mempunyai bentuk yang terbuka, antara lain tidak ada bentukan atau peraturan khusus yang terdapat dalam Rumah betawi. Arsitektur Rumah Betawi dikelompokan dalam 3 Jenis yaitu Rumah Gudang, Rumah Joglo, Rumah Bapang. Berdasarkan ketiga jenis tersebut, maka Rumah Betawi memiliki 3 unsur yaitu Paseban, Bangunan inti, bagian belakang. Masyarakat Betawi juga gemar untuk menanam tanaman, oleh karena itu

27 27 banyak halaman rumah betawi ditanami dengan pot-pot dan tanaman lainnya. (sumber : Doni Swadarma & Yunus Aryanto2011, Rumah Etnik Betawi) - Rumah Joglo Rumah Joglo merupakan rumah yang mendapatkan pengaruh kebudayaan jawa dan memiliki penyesuaian. rumah Joglo merupakan rumah keturunan bangsawan. beberapa ciri yang tampak pada rumah Joglo Betawi, - Bentuk atap Joglo berbentuk Limas terpasung dengan ketinggian yang menjulang. Bagian atasnya mendatar dengan miring kearah empat sisi. - Denah secara keseluruhan berbentuk bujur sangkar walaupun tidak mengikat. - Bagian depan adalah ruangan luas tanpa sekat Gambar 2.20 Rumah Betawi Joglo Sumber : Buku Griya Kreasi 2011 Gambar 2.21Denah Rumah Joglo

28 Sumber : Buku Griya Kreasi Rumah Gudang Rumah Gudang merupakan jenis kedua dalam Arsitektur Betawi, rumah Gudang memiliki ciri sebagai berikut, - Atap Rumah Gudang berbentuk perisai atau pelana. - Struktur atap tersusun dari kerangka kuda-kuda penuh dari depan dan belakang. - Bagian depan diberi tambahan topi dak atau markis. Biasanya struktur atap pada kuda-kudanya mendapat tambahan struktur atap jurai di kedua ujung bangunan. Gambar 2.22 Rumah Gudang Sumber : Buku Griya Kreasi 2011

29 29 Gambar 2.23Denah Rumah Gudang Sumber : Buku Griya Kreasi Rumah Kebaya Rumah ini diberi nama kebaya karena mempunyai beberapa pasang atap dan apabila dilihat dari samping terlihat lipatan menyerupai lipatan kebaya. Bentuk kebaya/ bapang tidak penuh ettapi hanya berada ditengah bagian rumah saja. dibagian depan dan belakang diberi erusan berupa srondoyan. Gambar 2.24 Rumah Bapang Sumber : Buku Griya Kreasi 2011 Gambar 2.25Denah Rumah Bapang Sumber : Buku Griya Kreasi 2011 C. Struktur Rumah Betawi

30 Struktur rumah betawi dibedakan menjadi 2 jenis yaitu, rumah panggung dan darat. ketiga jenis rumah betawi yaitu rumah Joglo, rumah Gudang, rumah kebaya mempunyai persamaan struktur, material dan organisasi ruang. pada umumnya menggunakan kayu nangka kecuali bagian pintu. dikarenakan kayu nangka minim perawatan dan kuat terhadap rayap dan air. Gambar 2.26Organisasi Ruang Rumah Betawi Sumber : Buku Griya Kreasi Hubungan ketiga denah diatas merupakan tipologi rumah betawi sama-sama memiliki paseban yang digunakan sebagai area interaksi antar penghuni satu dengan yang lainnya. sedangkan didalam rumah terdapat ruang makan dan ruang keluarga yang tidak dibatasi sekat pemisah. hal ini agar dapat lebih menyatukan interaksi antar penghuni rumah didalamnya (sumber : Doni Swadarma & Yunus Aryanto2011, Rumah Etnik Betawi) Tabel 2.2Elemen Rumah Betawi No Struktur Keterangan Gambar 1. Fondasi - Fondasi setempat - roolag -Fondasi rumah panggung

31 31 2. Jendela dan Pintu - Jendela krepyak - Jendela Bujang 3. Dinding - Dinding Beton - Dinding anyaman bambu - Dinding Kayu 4 Kolom Dan Balok - Kolom kayu - Kolom Beton Sumber : Griya kreasi,2011 D. Elemen Fungsional Rumah Betawi Berdasarkan fungsinya, Rumah Betawi dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu, spasial vertikal dan spasial horizontal. 1. Penataan Spasial Vertikal

32 Spasial Vertikal adalah bagian rumah yang meliputi dan terlihat secara vertikal atau secara fasad rumah yaitu, atap, paseban, langkan, tapang, jendela jejake dan jendela krepyak. Tabel 2.3Elemen Rumah Betawi No Struktur Keterangan Gambar 1 Atap - Bapang - Joglo - Gudang 2. Paseban Bagian depan bangunan betawi yang terbentuktanpa dinding. Terbuat dari kayu atau papan yang biasanya terbuat dari pohon nangka 3. Langkan Bagian tepi paseban, dan memiliki motif yang bervariasi, yang biasanya memiliki motif gigi balang. 4. Tapang Tapang adalah balebale bambu yang digunakan sebagai tempat bersantai

33 33 5. Jendela Jejake Jendela intip dan tidak mempunyai daun jendela 6. Jendela Krepyak Sumber : Griya kreasi, Penataan Spasial Horisontal Penataan spasial horisontal adalah pembagian ruang yang ada dalam rumah Betawi, yaitu empat bagian utama

34 Tabel 2.4Elemen Rumah Betawi No Ruang Keterangan Gambar 1 Pangkeng Pangkeng, diadaptasi dari bahasa Cina yaitu ruangan atau kamar tidur. Didalam 1 rumah terdapat beberapa pangkeng, contoh pangkeng tamu yaitu ruang menerima tamu./ pangkeng tidur yaiut kamar tidur. 2 Pendaringan Pendaringan adalah tempat menaruh beras, dan identik tempat menaruh cadangan makanan sang pemilik rumah. Biasanya terletak dalam pangkeng dapur. 3. Padasan Padasan adalah sumur timba, dilengkapi dengan pancuran air yang berguna untuk mandi, mencuci, wudu.

35 35 Terletak di area kebun rindang untuk menghalangi pandangan dari luar. 4. Dapur Dapur dalam rumah betawi merupakan bangunan terpisah yang masih menyatu dengan bangunan inti. Atap tersambung dan terbuat dari seng sehingga rumah seakan memiliki 3 bubungan. Sumber : Griya kreasi,2011 E. Filosofi Masyarakat Betawi mempunyai nilai filosofi yang berhubungan dengan makna rumah dan desain beserta isinya. walaupun banyak filosofi yang sudah hilang, namun masih ada yang dilestarikan yaitu, Tabel 2.5Elemen Rumah Betawi No Filosofi Keterangan Gambar 1. Filosofi Konstruksi tangga pada balaksuji rumah Betawi. betawi panggung Pada rumah panggung siapapun yang akan memasuki rumah harus melewati tangga

36 terlebih dahulu. artinya orang yang sedang memasuki tangga menuju proses kesucian. 2. Filosofi Ragam hias Ragam Hias yang ada dalam adat betawi melambangkan maknamakna filosofi yang menggambarkan sifatsifat yang dimiliki masyarakat Betawi. 3. Filosofi Langkan Langkan atau pembatas yang ada didalam rumah betawi memiliki simbol patung manusia yang diartikan sebagai simbol penjaga rumah. 4. Filosofi Pendaringan diartikan pendaringan sebagai tempat pusaka menaruh pendaringan beras. biasanya diletakan didalam dapur dan tidak boleh terlihat oleh orang luar rumah.

37 37 5. Filosofi Kendi Kendi memiliki filosofi sebagai tempat menaruh air dan digunakan untuk membasuh muka dan kaki para musafir yang sedang melewat. 6. Filosofi Lampu Lampu dalam adat betawi merupakan lampu gembreng, yang memiliki sebagai filosofi penyeimbang hidup dalam menjalani kehidupan. 7. Filosofi Kaca Cermin Kaca dalam rumah betawi memiliki arti sebagai sifat orang dimana harus mengetahui posisi dia dalam menempatkan diri di kehidupan.

38 8. Filosofi Kebun Kebun digunakan sebagai cadangan makanan dan obatobatan dalam kehidupan masyarakat betawi. 9. Filosofi Tanaman yang ada Tanaman dalam merupakan kebun tanaman obat untuk kepentingan pemilik rumah. 10. Filosofi warna Fasad rumah betawi hijau dan memiliki campuran kuning warna hijau dan kuning, yang memiliki arti warna hijau adalah kesuburan dan warna kuning adalah kesejahteraan. Sumber : Griya kreasi,2011 Kesimpulannya adalah, dalam hal filosofi budaya betawi ada beberapa simbol dan detail arsitektural yang penting untuk ditampilkan, ini berkaitan dengan pemaknaan simbol dan detail tersebut dalam kegiatan sehari-hari.

39 39 F. Perubahan Material Rumah tradisional Betawi mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Rumah betawi memiliki transisi menjadi rumah modern. perubahan material meliputi bagian konstruksi fondasi dinding atap dan lantai. Bagian Rumah Tabel 2.6 Elemen Rumah Betawi Perkembangan Perkembangan Perkembangan Tradisional Semi modern Modern Fondasi Fondasi awal Penggunaan Sudah mengalami menggunakan bentuk panggung fondasi batu kali dan umpak dengan mulai berkurang aplikasi prefab frame tinggi tiang kayu dan mengenal house 15-20cm fondasi roolag Dinding Berdinding kayu Mengenal Semua menggunakan atau bilik bambu dinding beton, dinding beton meskipun hanya Kolom Balok Tidak mengenal setengah beton. ( bawah beton atas papan kayu) Sudah mengenal Sudah menggunakan kolom bertulang, kolom dan konstruksi baja hanya mengenal struktur beton ringan balok dan kolom bertulang yang terbuat dari kayu nangka,

40 kecapi dan rambutan. Penutup Atap Beratap Berganti dengan Penutup atap dari sederhana dari asbes, seng atau genteng bahan yang genteng tersedia di alam Rangka atap Dikenal dengan 3 Sudah Hanya model dan model yaitu menggunakan desain garde yang bapang, joglo dan gudang dinding beton tetap dipertahankan,namun sudah divariasikan model rumah modern Pintu krepyak Elemen yang Masih digunakan Hanya menggunakan dan bujang teidak terpisahkan tetapi tidak model namun dari garde menyatu dengan garde struktur dan bahan berbeda Paseban dan Paseban dan Tapang mulai Mulai berubah tapang tapang berganti dengan menjadi gazebo merupakan ciri meja dan kursi rumah yang khas dalam rumah betawi. Langkan Selalu hadir Langkan kayu Langkan hanya dalam elemen divariasikan pemanis teras dan

41 41 rumah tradisional dengan tembok area yang terbatas betawi bata Lisplang Menjadi ikon Mulai simpel Sekedar ornamen dalam rumah dalam segi desain dekoratif yang tidak tradisional Betawi maupun bahan sealalu hadir Dapur dan Dapur didesain Padasan dengan Konsep padasan pedasan terpisah dan sumur timba hanya sebagai menyatu hanya sudah diganti ornamen dekoratif pada bagian atap saja dengan pompa air dan tungku sudah dan kompor minyak sudah diganti dengan diganti dengan kompor gas kompor minyak Sumber : Griya kreasi,2011 Kesimpulan yang didapat dari data yang diperoleh, morfologi budaya betawi terlihat dari perubahan struktur material yang digunakan, sesuai dengan perkembangan jaman yang ada. Namun filosofi kebudayaan yang sudah ada sejak dulu didalam arsitektur betawi ada yang tetap dipertahankan namun ada juga yang dihilangkan, sesuai dengan kebutuhan ruang pada jaman sekarang.\ 2.5 Studi banding Terdapat beberapa studi lapangan yang berkaitan dengan musium, gallery kebudayaan. Yaitu :

42 Taman Budaya Yogyakarta Taman Budaya Yogyakarta awalnya mulai dibangun di daerah Bulaksumur pada tanggal 11 Maret 1977 sebagai sebuah kompleks Pusat Pengembangan Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Peresmian pembangunan kompleks seni budaya tersebut dilakukan oleh Sri Sultan Hamengku Buwana IX sebagai Wakil Presiden RI saat itu. Awalnya Taman Budaya Yogyakarta disebut sebagai Purna Budaya yang dibuat sebagai sarana dan prasarana untuk membina, memelihara, dan mengembangkan kebudayaan, terutama di Daerah Istimewa Yogyakarta. Purna Budaya dibangun dengan dua konsep bangunan, yaitu Pundi Wurya dan Langembara. Pundi Wurya menjadi pusat kesenian dengan berbagai macam fasilitas seperti panggung kesenian, studio tari, perpustakaan, ruang diskusi, dan administrasi. Bagian kedua, yaitu Langembara, menjadi ruang pameran, ruang workshop, kantin, dan juga beberapa guest house. Di tahun 1978, Purna Budaya menjadi unit pelaksana teknik bidang kebudayaan di bawah Dirjen Kebudayaan Taman Budaya dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0276/O/1978. Pada tahun 1991, dilakukan pembaharuan pada organisasi dan tatakerja Purna Budaya berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0221/O/1991. Taman Budaya Yogyakarta kemudian memulai babak baru dan menjadikannya sebagai "The Window of Yogyakarta". Situs seni budaya ini pun semakin meruncingkan misi dan visi dalam dunia seni rupa (biennale seni rupa), dunia media rekam (pemutaran film sepanjang tahun), dunia seni pertunjukan (festival teater, ketoprak, dalang, tari, dll), program-program pendidikan

43 (bimbingan dan pelatihan seni untuk anak dan remaja), dan juga penerbitan (profil seniman budayawan, antologi sastra, kritik seni rupa, dll). 43 Gambar 2.27 Taman Budaya Yogyakarta Sumber : diakses pada 25//8/201 Pemilihan Studi banding Taman budaya Yogyakarta atas dasar tujuan kawasan yang sama-sama digunakan sebagai tempat wisata budaya. Tempat wisata budaya yang disebutkan disini adalah mengenalkan budaya Jawa dari kebudayaan tarian hingga arsitekturalnya. dan Taman budaya Yogyakarta juga memiliki pengelompokan ruang yang dibutuhkan dalam tempat wisata budaya. 2.6 Kerangka Berpikir

44 JUDUL TUGAS AKHIR PERANCANGAN TERPADU DENGAN MORFOLOGI BUDAYA BETAWI DI SETUBABAKAN Latar Belakang Masalah 1. Kawasan Setubabakan merupaja kawasan pelestarian budaya betawi namun berbanding terbalik dengan kenyataannya. 2. Kawasan Hunian jauh akan morfologi arsitektural budaya betawi, melainkan bangunan biasa dengan zoning tidak teratur Maksud Dan Tujuan Penataan kembali hunian pelestarian kampung betawi dengan teknik konsolidasi tanah, dan penambahan elemen pembentuk kawasan budaya bertujuan mengembalikan tujuan awal kawasan tersebut menjadi kawasan pelestarian kampung budaya betawi setubabakan Permasalahan 1. Permukiman warga tidak tertata dan sirkulasi tidak terlihat 2. Kurangnya morfologi dan Fungsi elemen ruang yang ada dalam kawasan tapak tersebut Analisa Mengumpulkan data data permasalahan berdasarkan observasi/survey lapangan, interview, studi literatur, membaca teori teori, mengenai Budaya Betawi dan dari segi fisik maupun non fisik Konsep Bangunan Dan Lingkungan Bangunan memiliki konsep Sustainable culture dan tetap menjaga budaya betawi dengan adat Betawi yang telah terbentuk sejak lama. SKEMATIK DESAIN PERANCANGAN 2.7 Sistematika Pembahasan TUJUAN Perancangan Terpadu dengan morfologi Budaya Betawi di Setubabakan. Perancangan Terpadu meliputi kawasan Hunian, Fasilitas Umum dan penyusunan Zoning

45 45 Pendahuluan Permasalah yang terjadi dalam konteks umum Permasalahan yang terjadi di lokasi Alasan Pemilihan tempat BAB 1 Latar Belakang Permasalahan Latar Belakang Pemilihan Lokasi BAB 2 Teori terkait penyelesaian permasalahan &Hipotesis Landasan Teori Penjabaran mengenai lingkup sustainable culture development permukiman Suku Budaya Betawi pinggiran di kawasan setubabakan - Teori-teori yang berkaitan BAB 3 Proses mencari data BAB 4 Analisa data-data disertai kesimpulan sementara Metode Penelitian -Cara pengumpulan data -Proses pengolahan data BAB 5 Rangkuman dari hasil analisa dan saran bagi peneliti selanjutnya Hasil dan Bahasan - Analisa Non fisik analisa tentang manusia kegiatan bermukim dan aktifitas budaya betawi. analisa tentang arsitektural budaya betawi - Analisa Urban texture - Analisa Urban Infrastruktur - Analisa Morfologi budaya - Analisa Tipologi Bangunan

46

47 47

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diambil adalah, kawasan setubabakan merupakan kawasan yang tepat untuk digunakan sebagai kawasan wisata budaya betawi, terlihat dari sejarah dan

Lebih terperinci

Teori Urban Desain. Mata Kuliah Arsitektur Kota. Figure ground

Teori Urban Desain. Mata Kuliah Arsitektur Kota. Figure ground Teori Urban Desain Mata Kuliah Arsitektur Kota Figure ground 1 Teori Figure/ ground Teori ini dapat dipahami melalui pola perkotaan dengan hubungan antara bentuk yang dibangun (building mass) dan ruang

Lebih terperinci

KAWASAN TERPADU DENGAN MORFOLOGI BUDAYA BETAWI DI SETUBABAKAN

KAWASAN TERPADU DENGAN MORFOLOGI BUDAYA BETAWI DI SETUBABAKAN KAWASAN TERPADU DENGAN MORFOLOGI BUDAYA BETAWI DI SETUBABAKAN Prabaswara S.G, Noegroho, Yanita Milla Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480, telp/fax (62-21)

Lebih terperinci

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Gambar 3.1 Gerbang Masuk Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan adalah sebuah perkampungan budaya yang dibangun untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Redevelopment atau yang biasa kita kenal dengan pembangunan kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara mengganti sebagian dari,

Lebih terperinci

TEORI PERANCANGAN KOTA : FIGURE GROUND THEORY

TEORI PERANCANGAN KOTA : FIGURE GROUND THEORY TEORI PERANCANGAN KOTA : FIGURE GROUND THEORY D://Vero/Juta/Akademik/Bahankulia h/peranc.kota Teori Perancangan Kota (Urban Design) ( Roger Trancik ) TEORI PERANCANGAN KOTA 1. Teori Figure Ground 2. Teori

Lebih terperinci

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD by NURI DZIHN P_3204100019 Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD Kurangnya minat warga untuk belajar dan mengetahui tentang budaya asli mereka khususnya generasi muda. Jawa Timur memiliki budaya

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai beragam kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan tersebut mempunyai unsur yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Andhika Bayu Chandra 15600022 4A Arsitektur Teknik Universitas PGRI Semarang Andhikabayuchandra123@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemahaman judul. Untuk mengartikan judul Kajian pengaruh Pembangunan Jalan Layang Terhadap Perkembangan Tata Ruang Kawasan Janti, Desa Caturtunggal, Kabupaten Sleman kita perlu

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan DKI Jakarta yang terkenal dengan kota yang tidak pernah berhenti beraktifitas menyebabkan meningkatnya tingkat stress penduduknya. Oleh karena itu, dibutuhkan

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

Penerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi

Penerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) G-15 Penerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi Alivia Bianca Bella Diena dan Murtijas Sulistijowati Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN V.1 Strategi Karena batasan luas yang besar maka pengembangan kawasan kerajinan gerabah membutuhkan pembagian pengembangan menjadi

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Pengembangan sanggar tari tradisional berbasis pendidikan di kota tangerang selatan Kota Tangerang Selatan, yang merupakan sebuah pemekaran dari Kabupaten Tangerang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kebudayaan Taylor dalam Sulaeman (1010: 35) menyatakan bahwa kebudayaan merupakan suatu kesatuan atau jalinan kompleks, yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I... 0 PENDAHULUAN PENGERTIAN JUDUL LATAR BELAKANG Kawasan Betawi Condet Program Pemerintah

DAFTAR ISI BAB I... 0 PENDAHULUAN PENGERTIAN JUDUL LATAR BELAKANG Kawasan Betawi Condet Program Pemerintah DAFTAR ISI BAB I... 0 PENDAHULUAN... 0 1.1 PENGERTIAN JUDUL... 0 1.2 LATAR BELAKANG... 0 1.2.1 Kawasan Betawi Condet... 0 1.2.2 Program Pemerintah Terkait Kawasan Betawi Condet... 1 1.2.4 Kawasan Wisata

Lebih terperinci

ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA

ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA Tataguna Lahan Aktivitas Pendukung Bentuk & Massa Bangunan Linkage System Ruang Terbuka Kota Tata Informasi Preservasi & Konservasi Bentuk dan tatanan massa bangunan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA. ±4000 org b. Debarkasi Penumpang

BAB III ANALISA. ±4000 org b. Debarkasi Penumpang BAB III ANALISA 3.1 Analisa Pengguna Munculnya Kegiatan Pengguna tak dapat lepas dari ragam kegiatan yang akan diwadahi serta pengaruh dai pelaku kegiatan itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut nantinya

Lebih terperinci

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung 5. HASIL RANCANGAN 5.1 Hasil Rancangan pada Tapak Perletakan massa bangunan pada tapak dipengaruhi oleh massa eksisting yang sudah ada pada lahan tersebut. Di lahan tersebut telah terdapat 3 (tiga) gedung

Lebih terperinci

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) pengertian Penataan bangunan dan lingkungan : adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki,mengembangkan atau melestarikan

Lebih terperinci

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI 1 Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI Membuat analisa pada tapak, mencakup orientasi matahari, lingkungan, sirkulasi dan entrance, kontur. Analisa Zoning, mencakup zona public, semi public dan private serta

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar mengacu kepada tema yang telah diusung yaitu Ekspos Arsitektur untuk Rakyat, dalam tema ini arsitektur haruslah beradaptasi dengan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perancangan Pasar Astana Anyar ini merupakan konsep yang menjadi acuan dalam mengembangkan konsep-konsep pada setiap elemen perancangan arsitektur

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni Kota Yogyakarta merupakan kota yang terkenal dengan anekaragam budayanya, seperti tatakrama, pola hidup yang

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber : BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Konsep makro merupakan konsep perancangan sebuah tapak secara luas, hal ini ditujukan untuk mendefinisikan wujud Padepokan Pencak Silat yang akan dibangun. Konsep makro yang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Penerapan Tema dasar Arsitektur Islam yang berwawasan lingkungan pada

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Penerapan Tema dasar Arsitektur Islam yang berwawasan lingkungan pada 190 BAB VI HASIL PERANCANGAN Penerapan Tema dasar Arsitektur Islam yang berwawasan lingkungan pada bangunan, terbagi menjadi tiga wujud nilai yaitu Hablumminal alam, Hablumminannas, dan Hablumminallah,

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA

ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA SULAWESI SELATAN DI YOGYAKARTA 5.1. KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1.1. Penentuan Zoning Pembagian zone ruang pada

Lebih terperinci

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB III.1. TAMANSARI GAMBAR III.1. Umbul Winangun Tamansari dibangun pada tahun 1749, oleh sultan Hamengkubuwomo I (Pangeran Mangkubumi) kompiek ini merupakan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Kompleks kawasan smart masjid terbagi atas beberapa massa yang terdiri dari bangunan masjid, penitipan anak, kantin dan bussiness center. Dalam penataan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ARSITEKTUR DAN PERANCANGAN KOTA

PERANCANGAN ARSITEKTUR DAN PERANCANGAN KOTA PERANCANGAN ARSITEKTUR DAN PERANCANGAN KOTA D://Vero/Juta/Akademik/Bahankulia h/peranc.kota D://Vero/Juta/Akademik/Bahankuliah/Peranc.Kota D://Vero/Juta/Akademik/Bahankuliah/Peranc.Kota KOTA ( Grunfeld

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL RANCANGAN

BAB 5 HASIL RANCANGAN BAB 5 HASIL RANCANGAN 6. Desain Bangunan Desain bangunan pertunjukan seni ini memiliki bentuk kotak masif untuk efisiensi bentuk bangunan dan ruang bangunan. Bentuk bangunan yang berbentuk kotak masif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257.

BAB VI HASIL PERANCANGAN. simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257. BAB VI HASIL PERANCANGAN Revitalisasi kawasan wisata makam Kartini ini berlandaskan pada konsep simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257. Nilai-nilai Islam yang terkandung

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG V. KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam merancang sebuah sekolah mengengah luar biasa tunanetra ialah dengan cara membuat skenario perancangan pada desain yang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan

Lebih terperinci

Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta. Dengan letak yang berdekatan

Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta. Dengan letak yang berdekatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kebutuhan Fasilitas Pariwisata Kota Kota Depok adalah sebuah kota yang terletak di perbatasan antara wilayah Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini berupa hasil jawaban dari pertanyaan penelitian dan tujuan awal dari penelitian yaitu bagaimana karakter Place kawasan,

Lebih terperinci

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. No. Kategori Elemen Bangunan Istana Kepresidenan Bogor. Arsitektur Palladian. Kesesuaian 1. Wujud Tatanan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian BAB VI HASIL RANCANGAN Hasil perancangan yang menggunakan konsep dasar dari prinsip teritorial yaitu privasi, kebutuhan, kepemilikan, pertahanan, dan identitas diaplikasikan dalam perancangan tapak dan

Lebih terperinci

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang EKONOMI SOSIAL POLITIK INDUSTRI PARIWISATA BUDAYA mengalami perkembangan mengikuti kemajuan zaman meningkatkan

Lebih terperinci

Konsep Tata Masa. Parkir. Green area. Green area

Konsep Tata Masa. Parkir. Green area. Green area Konsep Tata Masa 1. Bagian Barat langgar 2. Bagian Utara Rumah induk 3. Bagian Selatan Rumah 4. Bagian Timur kandang & Dapur Parkir Green area Konsep tata masa dalam perancangan taman wisata budaya mengutip

Lebih terperinci

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan dunia yang terus bergerak dinamis dan kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata dalam berbagai pola yang berbeda merupakan

Lebih terperinci

2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997).

2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997). Oleh: Zaflis Zaim * Disampaikan dalam acara Sosialisasi Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang, Hotel Sapadia Pasir Pengaraian, 21 Desember 2011. (*) Dosen Teknik Planologi, Program Studi Perencanaan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal BAB IV KONSEP 4.1 Ide Awal Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian yang baru dengan kelengkapan berbagai fasilitas. Fasilitas utama pada kawasan

Lebih terperinci

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HABITAT SOSIAL

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HABITAT SOSIAL KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HABITAT SOSIAL Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret Disusun oleh: AKBAR HANTAR ROCHAMADHON NIM. I 0208092

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta juga mempunyai seni dan budaya didalamnya. Orang Betawi yang

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta juga mempunyai seni dan budaya didalamnya. Orang Betawi yang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jakarta adalah kota besar yang tumbuh karena proses sejarah yang panjang. Disamping menjadi pusat pemerintahan dan kota metropolitan, Jakarta juga mempunyai seni

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. KONSEP MAKRO Secara makro, konsep perencanaan dan perancangan Museum Tekstil Indonesia ini merupakan sebuah alat untuk mendekatkan masyarakat Indonesia agar

Lebih terperinci

Pusat Penjualan Mobil Hybrid Toyota di Surabaya

Pusat Penjualan Mobil Hybrid Toyota di Surabaya JURNAL edimensi ARSITEKTUR, No. 1 (2012) 1-6 1 Pusat Penjualan Mobil Hybrid Toyota di Surabaya Gladwin Sogo Fanrensen, Esti Asih Nurdiah Program Studi Teknik Arsitektur, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

JURNAL UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN HOTEL RESORT DI WISATA PANTAI ALAM INDAH. Disusun Oleh :

JURNAL UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN HOTEL RESORT DI WISATA PANTAI ALAM INDAH. Disusun Oleh : JURNAL UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN HOTEL RESORT DI WISATA PANTAI ALAM INDAH Disusun Oleh : Nama : M. Edi Kurniawan NPM : 20303058 Fakultas : Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 RENCANA TAPAK Pencapaian melalui tapak melalui jalan R. E. Martadinata dapat diakses oleh pejalan kaki, kendaraan umum, maupun kendaraan pribadi. Jalan dengan lebar 8 m ini, dapat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan

Lebih terperinci

ANYER BEACH RESORT BAB V KONSEP PERANCANGAN

ANYER BEACH RESORT BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam perancangaan Resort ini penulis menggunakan kosep dasar TROPIS MODERN yang dimana bangunan ini tetap mengacu pada ciri bangunan tropis lainnya,

Lebih terperinci

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE Pemograman merupakan bagian awal dari perencanaan yang terdiri dari kegiatan analisis dalam kaitan upaya pemecahan masalah desain. Pemograman dimulai

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR.

PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR. PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh Carolina 1301028500 08 PAR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Rancangan Tapak Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet Malang ini mencangkup empat aspek yaitu: Standar Perancangan Objek Prinsip-prinsip

Lebih terperinci

KAWASAN WISATA BETAWI DI CONDET DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR REGIONALISME

KAWASAN WISATA BETAWI DI CONDET DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR REGIONALISME KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN WISATA BETAWI DI CONDET DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR REGIONALISME Disusun oleh : Ardi Hirzan D I0212021 Dosen Pembimbing: Ir. Marsudi, M.T NIP. 195603141986011001

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta sebagai Ibukota Negara, sehingga eksistensi kebudayaannya juga

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta sebagai Ibukota Negara, sehingga eksistensi kebudayaannya juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya suatu daerah berkembang dari adat kebiasaan setempat, perilaku khusus etnis bersangkutan yang terus menerus dipupuk dan dipelihara dalam jangka panjang sehingga

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep utama yang mendasari Rancang Ulang Stasiun Kereta Api Solobalapan sebagai bangunan multifungsi (mix use building) dengan memusatkan pada sistem dalam melayani

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1 Konsep Utama Perancanaan Youth Center Kota Yogyakarta ini ditujukan untuk merancang sebuah fasilitas pendidikan non formal untuk menghasilkan konsep tata ruang dalam dan luar

Lebih terperinci

Perencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG)

Perencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG) Perencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG) Kilas balik Komponen Rancangan Permen PU no 06/2007 tentang Pedoman Umum RTBL, dengan penyesuaian 1. Struktur peruntukan lahan ( bangunan)

Lebih terperinci

THE BATAVIAN BUTIK HOTEL

THE BATAVIAN BUTIK HOTEL BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Latar Belakang Pemilihan Tema Pada rancangan Hotel Butik ini mengambil tema (Green Architecture) yang dikenal dengan Green Design, dengan makin terancamnya peradaban manusia

Lebih terperinci

+ 3,63 + 2,60 ± 0, ,00

+ 3,63 + 2,60 ± 0, ,00 LANTAI DAN DINDING Seluruh ruangan dalam rumah Bubungan Tinggi tidak ada yang dipisahkan dinding. Pembagian ruang hanya didasarkan pembagian bidang horisontal atau area lantai yang ditandai dengan adanya

Lebih terperinci

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN 6.1. Struktur Peruntukan Lahan e t a P Gambar 6.1: Penggunaan lahan Desa Marabau 135 6.2. Intensitas Pemanfaatan Lahan a. Rencana Penataan Kawasan Perumahan Dalam

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta Augustinus Madyana Putra (1), Andi Prasetiyo Wibowo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Struktur penelitian ini berhubungan dengan ekologi-arsitektur yaitu hubungan interaksi ekosistem mangrove dengan permukiman pesisir Desa Tanjung Pasir

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. Tema desain menjadi sebuah konsep untuk merancang dan membuat

BAB V KAJIAN TEORI. Tema desain menjadi sebuah konsep untuk merancang dan membuat BAB V KAJIAN TEORI 5.1 KAJIAN TEORI PENEKANAN / TEMA DESAIN 5.1.1 Tema Desain Tema desain menjadi sebuah konsep untuk merancang dan membuat desain sebuah karya arsitektural. Pada proyek resort di komplek

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan Sekolah Islam Terpadu memiliki image tersendiri didalam perkembangan pendidikan di Indonesia, yang bertujuan memberikan sebuah pembelajaran

Lebih terperinci