Gambar 7.1 Konstruksi Dasar dari Transduser Opto Slot

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 7.1 Konstruksi Dasar dari Transduser Opto Slot"

Transkripsi

1 PERCOBAAN VII TRANSDUSER UNTUK APLIKASI PENGUKURAN POSISI ATAU KECEPATAN ROTASI A. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Mengetahui konstruksi, prinsip kerja dan aplikasi transduser opto slot untuk menghitung dan mengukur kecepatan 2. Mengetahui konstruksi, prinsip kerja dan aplikasi transduser opto pantul dan piringan kode untuk pengukuran posisi 3. Mengetahui konstruksi, prinsip kerja dan aplikasi transduser induktif untuk pengukuran kecepatan 4. Mengetahui konstruksi, prinsip kerja dan aplikasi transduser efek medan untuk pengukuran posisi dan kecepatan 5. Mengetahui konstruksi, prinsip kerja dan aplikasi tachogenerator untuk pengukuran kecepatan. B. TEORI DASAR 1. Transduser Opto Slot Transduser Opto Slot terdiri dari LED infra merah terbuat dari bahan gallium arsenide dan silicon. photo transistor yang mengapit dan searah dengan plat aluminium. LED infra merah dan photo transistor keduanya terbungkus dalam sebuah kotak plastik yang tembus cahaya dan tembus sinar infra merah. Konstruksi dari transduser opto slot diperlihatkan pada gambar 7.1 I.R I.e.d Slotted alum. Disc Photo Transistor C a s e Contacts Gambar 7.1 Konstruksi Dasar dari Transduser Opto Slot

2 Silet Aluminium yang berada diantara LED infra merah dan photo transistor dapat memantulkan sinar infra merah pada saat sinar infra merah terhalang oleh objek yang gelap. Arus kolektor pada photo transistor menjadi rendah (low) pada saat sinar infra merah terpantul dan arus kolektor akan naik jika photo transistor terkena sinar infra merah yang keluar dari LED. Output pulsa tegangan positif di peroleh dari kaki emitor phototransistor, setiap kali phototransistor terkena infra merah yang keluar dari LED. Peralatan atau instrument tersebut dirancang untuk aplikasi pengukuran kecepatan dan perhitungan (counting). Pada peralatan tersebut piringan aluminium yang dihubungkan kebatang motor yang menghasilkan putaran pada slot transduser dan Led infra merah memberi indikasi atau tanda saat posisi slot menyebabkan sinar infra merah mengenai photo transistor. Transduser opto slot tersebut disediakan oleh unit fasilitas DIGIAC 1750 dengan rangkaian listrik diperlihatkan pada gambar 7.2 dibawah ini. +12V +5V To I. e. d. Display O/P K Gambar 7.2 Rangkaian Listrik Transduser Opto Slot Oleh Unit Fasilitas DIGIAC 1750 Karakteristik utama dari peralatan transduser opto slot adalah sebagai berikut: Type K8102 Tegangan output (sinar terpancar) 0,1 V Tegangan output (sinar diterima) 4,9 V 0V

3 . 2. Transduser Opto Pantul Transduser Opto pantul terdiri dari LED infra merah dan photo transistor, seperti halnya pada unit transduser opto slot tetapi pada jenis ini komponen-komponennya dirancang sehingga sinar infra merah yang dipancarkan oleh LED dipantulkan tetap pada permukaan dan jarak yang dekat pada photo transistor. Konstruksi dari transduser opto pantul diperlihatkan pada gambar 7.3 pada peralatan ini terdapat ini terdapat tiga bagian yang terpisah. Tiga bagian ini disediakan oleh Unit DIGIAC 1750 dan tersusun secara vertical. Permukaan pantulannya merupakan sebuah piringan dengan tanda/ jalur berwarna abu-abu yang telah ditetapkan dengan jarak kira-kira 4 mm dari peralatan transduser opto pantul tersebut Gray disc Coded Infra red l. e. D. Contacts Photo transistor Gambar 7-3 Refl Opto Sensor Motherboard Gambar 7.3 Konstruksi Dasar Transduser Opto Pantul Drive sharft Apabila sinar infra merah tidak terpantul dari output LED ke photo transistor maka arus emitor pada phototransistor menjadi rendah (low) dan jika sinar infra merah dipantulkan pada photo transistor maka output arus emitor menjadi tinggi. Tiga buah LED pada peralatan tersebut berfungsi transistor. Piringan untuk menunjukkan saat-saat sinar infra merah dipantulkan dan mengena photo

4 3. Kode Abu-abu Piringan kode ini digunakan untuk pengkodean pada piringan aluminium yamg digunakan pada transduser opto pantul yang menggunakan system satu digit dan lebih baik dari pada bilangan normal (sepuluh digit). Hal ini mengurangi beberapa kemungkinan kesalahan dalam mengidentifikasi ketepatan posisi jika terdeteksi pada bagian batas kode. Penyusunan piringan dengan kode abu-abu dan output LED hasil deteksi ditunjukkan pada gambar 7.4 dibawah ini A BC 6 Position C B A Gambar 7.4 Penyusunan Piringan Kode Abu-Abu dan Output LED Output A menunjukkan bit angka terkecil dan output C menunjukkan angka terbesar. Wilayah berwarna hitam menyerap sinar infra merah dan menyebabkan output menjadi rendah dan wilayah putih memantulkan sinar infra merah dan menghasilkan output tegangan yang tinggi. Pada unit DIGIAC 1750, peralatan beroperasi sebagai transduser posisi lingkar dan rotasi tetapi prinsip dasarnya dapat menggunakan aplikasi posisi linier dan transduser opto slot dapat pula menggunakan piringan transparan. Gambar 7.4 memperlihatkan piringan kode abu-abu yang linier bagian teratas menunjukkan bilangan terkecil (l.s.b) dan bagian terbawah menunjukkan bilangan terbesar (m.s.b). Resolusi posisi dihasilkan dengan tiga rangkaian dam kode 3-bit. Peralatan ini tergolong kecil tetapi dapat

5 ditingkatkan dengan menambah jumlah peralatan. Rangkaian dasar listrik dari unit DIGIAC 1750 diperlihatkan pada gambar 7.5 Gambar 7.5 Rangkaian Dasar Listrik dari Unit DIGIAC 1893 Karakteristik utama dari peralatan tersebut adalah sebagai berikut : Type K8711 Tegangan output (sinar terpencar) 1 V Tegangan output (sinar diterima) 4 V 4. Transduser Induktif Unit transduser induktif terdiri dari sebuah inductor 1 millihenry dan slot piringan aluminium yang dipasang pada batang kendali yang berputar diatas inductor. Induktansi dari rangkaian tersebut bervariasi sesuai dengan posisi piringan aluminium. Nilai induktansi akan meningkat bila posisi slot tepat berada diatas inductor. Konstruksi dan rangkaian listrik dari transduser induktif yang disediakan oleh fasilitas DIGIAC 1750 diperlihatkan pad gambar 7.6 I/P 10 k Thick Slotted Disc O/P Coil 0 V Feerite bobbin Gambar 7.6 Konstruksi dan Rangkaian Listrik dari Transduser Induktif Oleh Unit DIGIAC 1893

6 dengan menggunakan piringan magnet maka induktansinya akan menurun jika piringan magnet berada diatas inductor. Karakteristik utama dari transduser inductor tersebut adalah sebagai berikut: Induktansi Slot dibawah 1 mh Perubahan induktansi Piringan dibawah 15 uh Tegangan output Slot dibawah 130 mh Perubahan tegangan output Piringan dibawah 2 mv 5. Transduser Efek Medan Konstruksi transduser efek medan yang disediakan oleh unit DIGIAC 1750 diperlihatkan pada gambar 7.7 prinsip dasar dari transduser efek medan (hall effect) yakni bila ada arus DC yang mengalir diantara dua permukaan batang konduktor sebagai sensor dan terdapat medan magnet5 yang arahnya melewati bahan konduktor tersebut dengan arah 90 0 memotong aliran arus listrik maka akan membangkitkan arus DC diantara kedua permukaan batang konduktor tersebut, yang akan saling berlawanan arah 90 0 terhadap arus dan medan magnet. Drive Shaff + V Sensor Aluminium Disc Current Magnetic Flux - V Gambar 7.7 Konstruksi Transduser Efek Medan yang Disediakan Oleh Fasilitas DIGIAC 1893 Besarnya tegangan yang dihasilkan sesuai dengan besar arus listrik dan gaya gerak magnet (fluks). Sensor yang menggunakan konduktor logam pengaruhnya memang kecil tetapi konduktor logam ini dapat mempengaruhi beberapa bahan semi konduktor.

7 Transduser efek medan memiliki komponen semi konduktor yang tersusun dalam sebuah rangkaian jembatan. Rangkaian ini mempunyai dua output yaitu output tegangan positif yang dibangkitkan dengan medan magnet dan output tegangan negative yang diturunkan oleh pengaruh medan magnet. Rangkaian dasar listrik transduser efek medan yang disediakan oleh unit fasilitas DIGIAC 1750 diperlihatkan pada gambar V 634SS2 O/P + 2K2 0 V Gambar 7.8 Rangkaian Listrik Efek Medan Oleh Unit DIGIAC 1893 Karakteristik utama dari transduser efek medan adalah sebagai berikut : Type 634SS2 Tegangan output (+) (Tanpa medan) 1,75 V Tegangan Output (-) (Tanpa medan) 1,6 V Perubahan tegangan output 9 mv/mt Perubahan tegangan output (Magnet dibawah) 600 mv 6. Tachogenerator D.C Magnet Permanen Konstruksi dasar dari tachogenerator D.C magnet permanent diperlihatkan pada gambar 7.9 pada dasarnya terdiri dari sebuah pengatur dari kumparan yang dihubungkan ke komulator, kemudian berputa didalam stator magnet permanent. Putaran tersebut diperlihatkan didalam sebuah dynamo.

8 Commutator Coils Brushes Connections Armature Permanen Magnet Stator Gambar 7.9 Konstruksi Dasar dari Techogenerator DC Magnet Permanen dengan kumparan berputar, sebuah tegangan AC dibangkitkan didalamnya dan comutator mengubahnya menjadi tegangan DC. Besarnya tegangan yang dibangkitkan sesuai dengan kecepatan perputaran dan polaritas tergantung pada arah perputarannya. Rangkaian listrik dari tachogenerator D.C magnet permanent yang disediakan oleh unit DIGIAC 1750 diperlihatkan pada gambar 10 dibawah ini. + 12V M O/P 0 V - 12V Gambar 7.10 Rangkaian Listrik dari Tachogenerator D.C Magnet Permanent Pada rangkaian gambar 7.10 dioda dipasang untuk menahan ripple tegangan yang mungkin dibangkitkan oleh proses komutasi yaitu perubahan dari A.C ke D.C untuk maximum tegangan sebesar 12 V. Karakteristik utama dari tachogenerator DC magnet permanent adalah sebagai berikut: Tegangan rangkaian terbuka (12 V ke motor) Arus rangkaian hubung singkat (12 V ke motor) Impedansi output Noise output = 10,5 V = 750 ma = 7 Ω = 200 mv p-p

9 C. GAMBAR PERCOBAAN Power Amp. I/P DC. MOTOR Stotted Opto + 12 V B 10 K C Counter Timer I/P O/P Time O/P Free Run 0 V A Reset Count 1s Gambar 7.11 Karakteristik Transduser Opto Slot dan Aplikasinya untuk Menghitung dan Mengukur Kecepatan Reflective Opto Sensors C B A 0 V V Gambar 7.12 Karakteristik Transduser Opto Pantul dan Pirigan Kode Abu- Abu 40 khz Osc. Inductive Sensor A.C. AMP F.W. Rect. 10 K 10 Turn + 5 V A 0 V Diff. Amp. B A Amp. # ,1 1,0 Amp. # ,1 1, V Gambar 7.13 Rangkaian Karakteristik Transduser Induktif From Amp #2 O/P Differ Entiator L.P. Filter Counter Timer I/P Time Free Run Reset Count 1s Gambar 7.14 Rangkaian Karakteristik Transdser Induktif dari Amplifier #2

10 Hall Effect Sensor Counter Timer I/P Time Free Run - + Reset Count 1s Gambar 7.15 Rangkaian Karakteristik Transduser Efek Medan 0V V Tachogen Slotted Opto Counter Timer I/P Time Free Run Reset Count 1s Gambar 7.16 Karakteristik Tachogenerator DC Magnet Permanent D. ALAT DAN BAHAN 1) Karakteristik Transduser Opto Slot dan Aplikasinya Untuk Menghitung dan Mengukur Kecepatan Unit Transduser Opto Slot Unit Counter/ Timer Voltmeter Digital 20 V Motor D.C Power Amplifier Resistor Kawat Gulung 10 K Jumper/ Kabel Penghubung secukupnya 2) Karakteristik Transduser Opto Pantul dan Pirigan Kode Abu-Abu Unit Transduser Opto Pantul Voltmeter Digital 20 V

11 3) Karakteristik Transduser Induktif Unit Transduser Induktif Osilator 40 KHz Penguat A.C Penyearah Gelombang Penuh Penguat Diffrensial Penguat #1 Penguat #2 Meter Kumparan Putar V Resistor 10 Putaran 10 K Jumper/ Kabel Penghubung secukupnya 4) Karakteristik Transduser Efek Medan Unit Transduser Efek Medan Penguat Diffrensial Voltmeter Digital 20 V Penguat #1 Meter Kumparan Putar V Unit Counter/ Timer Jumper/ Kabel Penghubung secukupnya 5) Karakteristik Tachigenerator D.C Magnet Permanen Unit Tachogenerator Voltmeter Digital 20 V Meter Kumparan Putar V Penguat #1 Unit Transduser Opto Slot Timer/ Counter Jumper/ Kabel Penghubung secukupnya

12 E. LANGKAH KERJA : 1. Karakteristik Transduser Opto Slot dan Aplikasinya untuk Menghitung dan Mengukur Kecepatan 1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan 2. Hubungkan rangkaian seprti tampak pada gambar 7.10 dan atur tombol resistor kawat gulung 10k untuk output tegangan nol, yaitu putar penuh counter searah jarum jam 3. Nyalakan power supply dan catat tegangan output dari soket output trannsduser opto slot dan juga keadaan penunjukan LED : a) Dengan sinar terpancar karena piringan aluminium b) Dengan sinar diterima melewati slot pada piringan aluminium Catatan : batang motor dapat diputar dengan tangan, menggunakan piringan aluminium besar yang disediakan pada transduser efek medan 4. Masukkan hasil pengukuran tegangan output dan keadaan LED pada tabel. 5. Tempatkan saklar pada timer/counter masing-masing pada posisi count dan free run. Display harus menunjukan nol, jika tidak, tekan reset. Sekarang putar batang motor kebelakang dan kedepan sehingga slot piringan aluminium lewat diantara transduser opto 6. Catat tampilan counter tampilannya harus kenaikan 1 setiap kali slot sejajar dengan sinar transduser. Benarkah? Percobaan ini menunjukkan kegunaan transduser opto untuk aplikasi hitungan 7. Sekarang putar tombol resistor kawat gulung 10K searah jarum jam. Motor DC akan beroperasi dan memutar batang. Atur kecepatannya untuk nilai yang rendah. Pengaturan tombol 2,5 akan sesuai dengan keadaan tersebut 8. Nilai counter akan meningkat satu kali untuk tiap putaran batang motor DC dan dapat digunakan untuk mengukur kecepatan putar

13 9. Tekan tombol reset dan tahan. Dengan sebuah jam atau stop watch jika ada, lepaskan tombol reset pada tombol tertentu dan catat nilai hitungan setelah satu menit nilai ini menunjukkan kecepatan putar batang motor DC pada putaran per menit. Masukkan nilainya pada tabel. 10. Ulangi langkah kerja tersebut untuk kecepatan sedikit lebih tinggi dan masukkan nilainya pada tabel. 11. Sekarag tempatkan sakelar counter/timer pada posisi free run/1s pada posisi 1s (1 second). Atur tombol resistor 10K untuk penyetelan 5 sehingga kecepatan motor lebih tinggi. Tekan tombol reset pada counter menyatakan jumlah putaran per-detik dari batang motor. Tekan kembali tombol reset / Nilai tampilan harus sesuai dengan nilai sebelumnya. Masukkan nilainya pada tabel Ulangi langkah kerja dengan mengatur resisitor control seperti tampilan pada tabel dan untuk setiap pengaturan cacat kecepatan roda seperti ditampilkan pada conter. Gabungan transduser dan counter memungkinkan kecepatan ditentukan dengan cepat. 13. Atur kecepatan motor ke 1800 rev/min (30 rev/sec) dan catat pengaturan control yang diperlukan untuk hal ini. Pengaturan control untuk kecepatan 1800 rev/min. Apakah mudah untuk mengatur kecepatan yang ditentukan?. 2. Karakteristik Transduser Opto Pantul dan Pirigan Kode Abu-Abu 1. Hubungkan rangkaian seperti tampak pada gambar 7.11 dan dengan sumber menyala, catat tegangan ada setiap soket output untuk keadaan berturut-turut LED OFF dan ON. Putar kendali roda dengan tegangan untuk mengubah keadaan LED. 2. Masukkan nilainya pada tabel. 3. Sekarang putar roda sampai pada posisi dengan semua LED OFF Putar Roda dan catat sudut akhir yang semua LED OFF. Ini harus 45. Apakah benar?.

14 4. Dengan roda awal pada posisi dengan semua LED OFF, putar roda berlawanan arah jarum jam, ketika melihat pada sisi roda dari piringan, dan catat keadaan dari LED apda setiap perubahan keadaan. Catat kembali LED OFF sebagai keadaan logika 0 dan LED ON sebagai keadaan logika 1. Masukkan nilai-nilainya pada tabel. Apakah urutannya sesuai dengan yang diperlihatkan pada gambar Karakteristik Transduser Induktif 1. Hubungkan rangkaian seperti diperlihatkan pada gambar 7.12 atur tombol gain penguat A.C ke posisi 100 dan penguat #1 dan #1 pada posisi 10 untuk Coarse gain dan 1,0 untuk Fine gain dan atur kembali roda dengan slot piringan pada posisi vertical paling atas. 2. Pindahkan jumper dari input ke penguat differensial dan nyalakan sumber tegangan. 3. Hubungkan MC meter output penguat #1 dan atr tombol offset untuk mendapatkan output mendekati nol dan kemudian atur coarse gain pada posisi 100. sekarang pindahkan probemeter ke output penguat #2 dan atur tombol offset untuk output nol. Kedua tombol offset amplifier tersebut telah diatur dengan tepat. 4. Pindahkan jumper ke input penguat differensial dan atur tombol resisitor 10 putaran 10 K sehingga meter menampilkan nol. Mungkin sebaiknya mengatur Coarse gain penguat #1 ke posisi 10 lebih dahulu untuk memungkinkan penyeimbangan ditetapkan dan kemudian putar lagi ke posisi 100 untuk pengaturan akhir selama pengaturan akan mengoreksi dengan penguatan amplifier yang sangat tinggi. 5. Catat pembacaan meter dengan piringan pada posisi tersebut dan juga dengan roda diputar sehingga slot tepat diatar inductor. Tegangan output dengan piringan diatas inductor. Tegangan output dengan slot diatas inductor. Apakah output berubah ketika slot berada diatas inductor? 6. Hubungkan output dari penguat #2 ke Counter melalui Low Pass Filter dan differensiator seperti pada gambar 7.12.

15 7. Atur control low pass filter dan diffrensiator pada posisi 1s dan atur tombol pada counter pada posisi Count dan 1s. 8. Atur tombol Coarse gain penguat #2 ke posisi 100 dan dengan kabel input dipindahkn ke pengaut differensial, atur tombol offset penguat #2 untuk memperoleh tegangan output nol. 9. Pindahkan kabel input ke penguat diffrensial, atur tombol offset penguat #2 untuk memperoleh tegangan output nol. Pindahkan kabel input ke penguat differensial, atur slot piringan pada posisi vertical atas dan kemudian atur resistor 10 putaran 10K sehingga diperoleh tegangan output sebesar +10V. Dengan slot diatas induktor tegangan output harus berubah ke -10V. 10. Sekarang pasang input pada motor DC sehingga putaran motor lebih lambat. Tekan tobol reset pada counter dan catat nilai tampilannya, nilai ini menyatakan kecepatan dalam sauna rev/sec. Pindahkan kabel input counter dari output diffrensial dan hubungkan ke output transduser opto slot. Tekan tombol reset pada counter dan catat pembacaan tampilan yang juga mewakili kecepatannya. Bandingkan kedua nilai tersebut 11. Ulangi langkah kerja diatas untuk penyetelan yang lain dari kecepatan roda untuk perbandingan dan masukkan nilainya pada table. apakah nialainya sebanding? 4. Karakteristik Transduser Efek Medan 1. Hubungkan rangkaian seperti pada gambar 7.14 dan atur tombol coarse gain penguat #1 ke posisi 10 dan fine gain keposisi 1,0. 2. Atur posisi roda putar sehingga magnet pada piringan efek medan berada pada posisi garis horizontal sehingga tidak ada medan magnet memotong peralatan medan magnet,catat tegangan output dari soket (+) dan (-) peralatan efek medan dengan Voltmeter. 3. Masukan nilainya pada tabel.

16 4. Sekarang putar piringan sehingga magnet tepat berada diatas peralatan efek medan. Posisi ini akan menunjukkan perubahan. Tegangan maksimum pada sekot output yang lain. Masukkan nilainya pad tabel. 5. Atur magnet pada posisi horizontal dan kemudian atur tombol offset penguat #1 untuk penunjukan output nol pada M.C meter. 6. Sekarang atur magnet agar berada diatas peralatan efek medan dan catat tegangan outputnya. Masukkan nilainya pada tabel. 7. Hubungkan output penguat#1 ke input Counter/Timer dan tempatkan tombolnya masing-masing pada posisi Count dan 1s. 8. Gunakan input ke motor sehingga roda berputar lebih lambat, tekan tombol reset dan catat nilai tampilannya, nilai ini menyatakan kecepatan putar roda alam rev/sec. 9. Pindahkan input ke counter dari output penguat #1 dan tempatkan pada output unit opto transduser. Tekan tombol reset counter dan catat nilai tampilannya, nilai kecepatan ini untuk perbandingan dengan pembacaan sebelumnya. Masukan nilainya pada tabel. 10. Ulangi langkah kerja untuk harga kecepatan melebihi skala penuh yang diperbolehkan untuk perbandingan. Apakah nilainya sebanding?. 5. Karakteristik Tachigenerator D.C Magnet Permanen 1. Hubungkan rangkaian seperti pada gambar 7.15, atur tombol counter pada posisi Count dan 1s dan atur tombol Coarse gain pada posisi 10 dan fain gain pada posisi 0,1 dari penguat #1. 2. Gunakan sebuah input ke motor dan atur kecepatan roda mencapai 5 rev/sec yang ditunjukkan oleh counter setelah menekan tombol reset. Catat tegangan output yang ditunjukkan oleh dua Voltmeter dan masukkan nilainya pada tabel. 3. Ulangi langkah kerja diatas untuk penyetelan kecepatan roda yang pada bidang yang disediakan. 4. Gambarkan grafik perbandingan tegangan output terhadap kecepatan roda pada bidang yang disediakan. Apakah tegangan outputnya sebanding dengan kecepatan roda?

17 5. Sekarang kita akan megkalibrasi M.C. Meter untuk menunjukkan kecepatan secara langsung. Kecepatan maximum dari putaran roda yang diperbolehkan 40 Rev/sec. Yaitu 2400 rev/min. 6. Kita akan mengkalibrasikan skala sehingga 10 V mewakili 200 rev/min. Hubungkan M.C Meter ke output penguat #1 seperti ditunjukkan pada gambar Dengan putaran konstan, atur tombol offset dari penguat #1 untuk pembacaan nol pada M.C. meter. 8. Gunakan sebuah input ke motor dan atur kecepatan roda mencapai 200 rev/min. (33 rev/sec). Atur tombol fine gain penguat #1 sehingga M.C. Meter menunjukkan 10 V. Sekarang skala tegangan dikalibrasi sehingga 10 V mewakili 200 rev/min.. 9. Periksa nilai yang lain terhadap nilai yang diperoleh dari opto transduser dan counter. Masukkan nilainya pada tabel. Apakah nilainya sebanding.

PERCOBAAN VIII TRANSDUSER UNTUK PENGUKURAN SUARA

PERCOBAAN VIII TRANSDUSER UNTUK PENGUKURAN SUARA PERCOBAAN VIII TRANSDUSER UNTUK PENGUKURAN SUARA A. TUJUAN PERCOBAAN : Setelah melakukan praktek, mahasiswa diharapkan dapat : 1. Mengetahui konstruksi dasar dan karakteristik dari sebuah microphone dynamic

Lebih terperinci

PERCOBAAN I TRANSDUSER TAHANAN UNTUK APLIKASI POSISI LINIER ATAU ANGULAR

PERCOBAAN I TRANSDUSER TAHANAN UNTUK APLIKASI POSISI LINIER ATAU ANGULAR PERON I TRNSDUSER THNN UNTUK PLIKSI POSISI LINIER TU NGULR. TUJUN PERON Setelah melaksanakan praktek, mahasiswa diharapkan dapat : 1. Mengetahui konstruksi dasar tahanan variabel jenis putar dan geser.

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Rangkaian Jembatan Wheatstone

Gambar 2.1 Rangkaian Jembatan Wheatstone PERCOBN II PLIKSI RNGKIN JEMBTN WHETSTONE DN PENGUKURN NULL BLNCE (KESETIMBNGN NOL) KE PENGUKURN RESISTNSI DN TEGNGN. TUJUN 1. Mengetahui prinsip dasar rangkaian Jembatan Wheatstone untuk pengukuran resistansi.

Lebih terperinci

JOBSHEET SENSOR CAHAYA (PHOTOTRANSISTOR, PHOTODIODA, LDR)

JOBSHEET SENSOR CAHAYA (PHOTOTRANSISTOR, PHOTODIODA, LDR) JOBSHEET SENSOR CAHAYA (PHOTOTRANSISTOR, PHOTODIODA, LDR) A. TUJUAN. Merancang sensor cahaya, LDR, phototransistor, dan photodioda terhadap besaran fisis. 2. Menguji sensor cahaya LDR, phototransistor,

Lebih terperinci

Module : Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC

Module : Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC Module : Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC PERCOBAAN 2 SISTEM PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC 2.1. PRASYARAT Memahami komponen yang digunakan dalam praktikum sistem pengaturan kecepatan motor dc Memahami

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem deteksi keberhasilan software QuickMark untuk mendeteksi QRCode pada objek yang bergerak di conveyor. Garis besar pengukuran

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN. Skema sistem lup tertutup dari alat yang dirancang digambarkan pada Gambar 3.1.

BAB 3 PERANCANGAN. Skema sistem lup tertutup dari alat yang dirancang digambarkan pada Gambar 3.1. BAB 3 PERANCANGAN 3.1 Deskripsi Umum Alat Alat yang dirancang adalah perangkat pelayangan magnetik dengan menggunakan benda berbentuk bola untuk dilayangkan pada rentang waktu tertentu. Perancangan berdasarkan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 12 ALAT UKUR MULTIMETER

PERTEMUAN 12 ALAT UKUR MULTIMETER PERTEMUAN 12 ALAT UKUR MULTIMETER PENGERTIAN Multimeter adalah suatu alat yang dipakai untuk menguji atau mengukur komponen disebut juga Avometer, dapat dipakai untuk mengukur ampere, volt dan ohm meter.

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi FSM based PLC Spesifikasi dari FSM based PLC adalah sebagai berikut : 1. memiliki 7 buah masukan. 2. memiliki 8 buah keluaran. 3. menggunakan catu daya 5

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada rancang bangun pengukur kecepatan kendaraan menggunakan sensor GMR adalah metode deskriftif dan eksperimen. Melalui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III METODOLOGI PENULISAN BAB III METODOLOGI PENULISAN 3.1 Blok Diagram Gambar 3.1 Blok Diagram Fungsi dari masing-masing blok diatas adalah sebagai berikut : 1. Finger Sensor Finger sensor berfungsi mendeteksi aliran darah yang

Lebih terperinci

MOTOR DC BRUSHLESS TIGA FASA-SATU KUTUB

MOTOR DC BRUSHLESS TIGA FASA-SATU KUTUB ORBITH Vol. 8 No. 1 Maret 2012: 32-37 MOTOR DC BRUSHLESS TIGA FASA-SATU KUTUB Oleh : Djodi Antono Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang Jln. Prof. Sudarto Tembalang Semarang 50275

Lebih terperinci

AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk

AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk mengukur voltase atau tegangan. O artinya ohm, untuk mengukur

Lebih terperinci

KENDALI MOTOR DC. 3. Mahasiswa memahami pengontrolan arah putar dan kecepatan motor DC menggunakan

KENDALI MOTOR DC. 3. Mahasiswa memahami pengontrolan arah putar dan kecepatan motor DC menggunakan KEGIATAN BELAJAR 7 KENDALI MOTOR DC A. Tujuan 1. Mahasiswa memahami penerapan switching dengan rangkaian H-bridge pada motor DC 2. Mahasiswa memahami pengontrolan arah dan kecepatan motor DC menggunakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci

Lebih terperinci

Universitas Medan Area

Universitas Medan Area BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori Generator listrik adalah suatu peralatan yang mengubah enersi mekanis menjadi enersi listrik. Konversi enersi berdasarkan prinsip pembangkitan tegangan induksi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak ( Software). Pembahasan perangkat keras meliputi perancangan mekanik

Lebih terperinci

PENULISAN ILMIAH LAMPU KEDIP

PENULISAN ILMIAH LAMPU KEDIP PENULISAN ILMIAH LAMPU KEDIP BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Integrated Circuit 4017 Integrated Circuit 4017 adalah jenis integrated circuit dari keluarga Complentary Metal Oxide Semiconductor (CMOS). Beroperasi

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) I. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai

Lebih terperinci

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN ELEKTRONIKA SISTEM BILANGAN KONVERSI DATA LOGIC HARDWARE KOMPONEN ELEKTRONIKA PASSIVE ELECTRONIC ACTIVE ELECTRONICS (DIODE

Lebih terperinci

61 semua siklus akan bekerja secara berurutan. Bila diantara ke -6 saklar diatur secara manual maka hanya saklar yang terhubung ground saja yang akan

61 semua siklus akan bekerja secara berurutan. Bila diantara ke -6 saklar diatur secara manual maka hanya saklar yang terhubung ground saja yang akan BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas hasil pengamatan dan analisa dari hasil pengukuran rangkaian reliability tes ini yaitu ON/OFF power switch dan ON/OFF remote control berbasis mikrokontroler

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

DASAR PENGUKURAN LISTRIK DASAR PENGUKURAN LISTRIK OUTLINE 1. Objektif 2. Teori 3. Contoh 4. Simpulan Objektif Teori Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu: Menjelaskan dengan benar mengenai prinsip dasar pengukuran. Mengukur arus,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai aplikasi dari rangkaian Op-Amp.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Proses alur penelitian Dalam penelitian ini ada beberapa tahap atau langkah-langkah yang peneliti lakukan mulai dari proses perancangan model hingga hasil akhir dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: Gambar 3.1 Prosedur Penelitian 1. Perumusan Masalah Metode ini dilaksanakan dengan melakukan pengidentifikasian

Lebih terperinci

Laboratorium Sistem Komputer dan Otomasi Departemen Teknik Elektro Otomasi Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh November

Laboratorium Sistem Komputer dan Otomasi Departemen Teknik Elektro Otomasi Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh November PRAKTIKUM 1 COUNTER (ASINKRON) A. OBJEKTIF 1. Dapat merangkai rangkaian pencacah n bit dengan JK Flip-Flop 2. Dapat mendemonstrasikan operasi pencacah 3. Dapat mendemonstrasikan bagaimana modulus dapat

Lebih terperinci

DASAR MOTOR STEPPER. I. Pendahuluan.

DASAR MOTOR STEPPER. I. Pendahuluan. DASAR MOTOR STEPPER I. Pendahuluan Motor stepper adalah perangkat elektromekanis yang bekerja dengan mengubah pulsa elektronis menjadi gerakan mekanis diskrit. Motor stepper bergerak berdasarkan urutan

Lebih terperinci

MOTOR DRIVER. Gambar 1 Bagian-bagian Robot

MOTOR DRIVER. Gambar 1 Bagian-bagian Robot ACTION TOOLS OUTPUT INFORMATION MEKANIK MOTOR MOTOR DRIVER CPU SISTEM KENDALI SENSOR Gambar 1 Bagian-bagian Robot Gambar 1 menunjukkan bagian-bagian robot secara garis besar. Tidak seluruh bagian ada pada

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 9 Motor Stepper

Mekatronika Modul 9 Motor Stepper Mekatronika Modul 9 Motor Stepper Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik dari Motor Stepper Tujuan Bagian ini memberikan informasi mengenai karakteristik dan penerapan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PERANCANGAN SISTEM KONTROL MOTOR LISTRIK DENGAN SAKLAR CAHAYA ( LDR )

BAB IV PROSES PERANCANGAN SISTEM KONTROL MOTOR LISTRIK DENGAN SAKLAR CAHAYA ( LDR ) BAB IV PROSES PERANCANGAN SISTEM KONTROL MOTOR LISTRIK DENGAN SAKLAR CAHAYA ( LDR ) Dalam studi perancangan system control ini melalui beberapa proses yang perlu diperhatikan antara lain proses perakitan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN SISTEM. dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram

BAB III RANCANGAN SISTEM. dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram BAB III RANCANGAN SISTEM 3.1. Diagram Blok Rangkaian Diagram blok merupakan gambaran dasar dari rangkaian sistem yang akan dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram

Lebih terperinci

Multimeter. NAMA : Mulki Anaz Aliza NIM : Kelas : C2=2014. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Lompat ke: navigasi, cari

Multimeter. NAMA : Mulki Anaz Aliza NIM : Kelas : C2=2014. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Lompat ke: navigasi, cari NAMA : Mulki Anaz Aliza NIM : 1400454 Kelas : C2=2014 Multimeter Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Lompat ke: navigasi, cari Multimeter digital Multimeter atau multitester adalah alat

Lebih terperinci

KOMPONEN AKTIF. Resume Praktikum Rangkaian Elektronika

KOMPONEN AKTIF. Resume Praktikum Rangkaian Elektronika Resume Praktikum Rangkaian Elektronika 1. Pertemuan kesatu Membahas silabus yang akan dipelajari pada praktikum rangkaian elektronika. Membahas juga tentang komponen-komponen elektronika, seperti kapasitor,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirancang. Tujuan dari proses ini yaitu agar

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Tujuan Pengujian Prototype Setelah kita melakukan perancangan alat, kita memasuki tahap yang selanjutnya yaitu pengujian dan analisa. Tahap pengujian alat merupakan bagian

Lebih terperinci

Linear Variable Differential Transformer (LVDT)

Linear Variable Differential Transformer (LVDT) Linear Variable Differential Transformer (LVDT) Linear Variable Transformer (LVDT) adalah sensor posisi dengan resolusi tinggi yang menghasilkan tegangan AC dengan magnituda berbanding lurus terhadap posisi

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik Nama : Gede Teguh Pradnyana Yoga NIM : 1504405031 No Absen/ Kelas : 15 / B MK : Teknik Tenaga Listrik PRINSIP KERJA MOTOR A. Pengertian Motor Listrik Motor listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET RANGKAIAN LISTRIK. Pengisian dan Pengosongan Kapasitor dan Induktor

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET RANGKAIAN LISTRIK. Pengisian dan Pengosongan Kapasitor dan Induktor Revisi : 01 Tgl : 1 Maret 2008 Hal 1 dari 5 A. Kompetensi Menggambarkan grafik pengisian dan pengosongan kapasitor dan induktor maupun pengaruh R dan C. B. Sub Kompetensi 1. Menggambarkan grafik pengisian

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV Pengujian Alat dan Analisa BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4. Tujuan Pengujian Pada bab ini dibahas mengenai pengujian yang dilakukan terhadap rangkaian sensor, rangkaian pembalik arah putaran

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

DAN RANGKAIAN AC A B A. Gambar 4.1 Berbagai bentuk isyarat penting pada sistem elektronika

DAN RANGKAIAN AC A B A. Gambar 4.1 Berbagai bentuk isyarat penting pada sistem elektronika + 4 KAPASITOR, INDUKTOR DAN RANGKAIAN A 4. Bentuk Gelombang lsyarat (signal) Isyarat adalah merupakan informasi dalam bentuk perubahan arus atau tegangan. Perubahan bentuk isyarat terhadap fungsi waktu

Lebih terperinci

Bab VI. Motor Stepper

Bab VI. Motor Stepper Bab VI Motor Stepper 64 6.1. Pendahuluan Motor stepper adalah motor DC yang khusus berputar dalam suatu derajat yang tetap yang disebut step (langkah). Satu step antara 0,9 sampai 90. Motor stepper terdiri

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik dan pembuatan mekanik turbin. Sedangkan untuk pembuatan media putar untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... i iii iv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah... 1 1.2. Permasalahan... 1 1.3. Batasan masalah... 2 1.4. Tujuan dan manfaat penelitian...

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI. Kontrol Putaran Motor DC. Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI. Kontrol Putaran Motor DC. Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI Kontrol Putaran Motor DC Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi Oleh: Andrik Kurniawan 130534608425 PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan dioda biasa, komponen elektronika ini akan mengubah cahaya menjadi arus listrik. Cahaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan perangkat keras (hardware) yang berupa komponen fisik penunjang seperti IC AT89S52 dan perangkat

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808) I. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat memahami karakteristik pengkondisi sinyal DAC 0808 2. Mahasiswa dapat merancang rangkaian pengkondisi sinyal DAC 0808

Lebih terperinci

Gambar Lampu kepala

Gambar Lampu kepala BAB 10 SISTEM PENERANGAN (LIGHTING SYSTEM) 10.1. Pendahuluan Penerangan yang digunakan di kendaraan diklasifikasikan berdasarkan tujuannya: untuk penerangan, untuk tanda atau informasi. Contoh, lampu depan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN Oleh : Sunarto YB0USJ ELEKTROMAGNET Listrik dan magnet adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, setiap ada listrik tentu ada magnet dan sebaliknya. Misalnya ada gulungan

Lebih terperinci

TOPIK 5 PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

TOPIK 5 PENGUKURAN BESARAN LISTRIK TOPIK 5 PENGUKURAN BESARAN LISTRIK Pengukuran sering dilakukan dalam melakukan analisis rangkaian. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan nilai besaran listrik, seperti : nilai arus yang melalui suatu

Lebih terperinci

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali BAB III PERANCANGAN 3.1. Blok Diagram Pada dasarnya rangkaian elektronik penggerak kamera ini menggunakan beberapa rangkaian analok yang terbagi menjadi beberapa blok rangkaian utama, yaitu, rangkaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ACS712 dengan menggunakan Arduino Nano serta cara kerjanya.

BAB II LANDASAN TEORI. ACS712 dengan menggunakan Arduino Nano serta cara kerjanya. BAB II LANDASAN TEORI Di bab ini, akan dijelaskan komponen-komponen utama yang digunakan untuk merancang pembuatan suatu prototype kwh meter digital dengan menggunakan sensor ACS712 dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengukuran resistivitas dikhususkan pada bahan yang bebentuk silinder. Rancangan alat ukur ini dibuat untuk mengukur tegangan dan arus

Lebih terperinci

JOBSHEET 6 PENGUAT INSTRUMENTASI

JOBSHEET 6 PENGUAT INSTRUMENTASI JOBSHEET 6 PENGUAT INSTUMENTASI A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Instrumentasi ini adalah :. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat instrumentasi sebagai aplikasi dari rangkaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras ( Hardware) Dalam pembuatan tugas akhir ini diperlukan penguasaan materi yang digunakan untuk merancang kendali peralatan listrik rumah. Materi tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi sistem yang telah dibuat dalam skripsi ini yaitu perancangan sebuah mesin yang menyerupai bor duduk pada umumnya. Di

Lebih terperinci

Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital

Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital 10 Bab II Sensor 11 2.1. Pendahuluan Sesuai dengan banyaknya jenis pengaturan, maka sensor jenisnya sangat banyak sesuai dengan besaran fisik yang diukurnya

Lebih terperinci

TRAINER FEEDBACK THYRISTOR AND MOTOR CONTROL

TRAINER FEEDBACK THYRISTOR AND MOTOR CONTROL TRAINER FEEDBACK THYRISTOR AND MOTOR CONTROL FAKULTAS TEKNIK UNP JOBSHEET/LABSHEET JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO NOMOR : I PROGRAM STUDI : DIV WAKTU : 2 x 50 MENIT MATA KULIAH /KODE : ELEKTRONIKA DAYA 1/ TEI051

Lebih terperinci

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN 12.1. Pendahuluan Bab ini berisi sistem kelistrikan bodi yang berhubungan dengan suatu pengukur bagi pengemudi yang sebagian atau keseluruhannya berada pada panel

Lebih terperinci

Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa mampu memasang dan menganalisis 2. Mahasiswa mampu membuat rangkaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Catu Daya / power supply Power supply adalah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk memberikan tegangan listrik yang dibutuhkan oleh suatu rangkaian elektronika. Dalam

Lebih terperinci

Sensor Proximity Inductive

Sensor Proximity Inductive Sensor Proximity Inductive Proximity secara bahasa artinya jarak atau kedekatan, jadi pengertian dari proximity sensor adalah sensor yang dapat mendeteksi keberadaan objek yang ada di dekatnya tanpa melalui

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Susunan perangkat keras sistem steel ball magnetic levitation

Gambar 3.1 Susunan perangkat keras sistem steel ball magnetic levitation Bab III Perancangan Perangkat Keras Sistem Steel Ball Magnetic Levitation Dalam perancangan perangkat keras sistem Steel Ball Magnetic Levitation ini dibutuhkan pengetahuan dasar tentang elektromagnetik,

Lebih terperinci

Graphics Version Transistor Tester LCR ESR PWM. Graphics Version Transistor Tester LCR ESR PWM with case

Graphics Version Transistor Tester LCR ESR PWM. Graphics Version Transistor Tester LCR ESR PWM with case Graphics Version Transistor Tester LCR ESR PWM Graphics Version Transistor Tester LCR ESR PWM with case Kedua perangkat ukur diatas adalah sama, seri yang atas tanpa casing dan yang bawah seri menggunakan

Lebih terperinci

APLIKASI PLC PADA PENGENDALIAN MESIN BOR OTOMATIS DENGAN SISTEM MONITORING BERBASIS VISUAL BASIC 6.0

APLIKASI PLC PADA PENGENDALIAN MESIN BOR OTOMATIS DENGAN SISTEM MONITORING BERBASIS VISUAL BASIC 6.0 APLIKASI PLC PADA PENGENDALIAN MESIN BOR OTOMATIS DENGAN SISTEM MONITORING BERBASIS VISUAL BASIC 6.0 JUNIMAR TIKA AFFITRI 5223050346 ANGGI NURSANTI 5223053214 Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Juli 2012 yang dilaksanakan di laboratorium Elektronika dan Robotika

Lebih terperinci

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel A. Tujuan Mahasiswa mampu dan terampil melakukan pemasangan instalasi listrik secara seri, paralel, seri-paralel, star, dan delta. Mahasiswa mampu menganalisis rangkaian

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Induksi Elektromagnet Nama : Kelas/No : / - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS BOLAK-BALIK Induksi

Lebih terperinci

Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda.

Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda. OSILOSKOP Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda. Gambar 1. Osiloskop Tujuan : untuk mempelajari cara

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN 4.1 Hasil Pengujian Perangkat Keras Pengujian pada prototype elevator atau lift ini dilakukan melalui beberapa tahap pengujian, yaitu pengujian terhadap perangkat-perangkat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROTOTIPE

BAB III PERANCANGAN PROTOTIPE BAB III PERANCANGAN PROTOTIPE 3.1 TUJUAN PERANCANGAN Pada prinsipnya tujuan dari perancangan alat dan program adalah untuk mempermudah didalam merealisasikan perakitan atau pembuatan alat dan program yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Rangkaian Secara Detail Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT 3.1 DIAGRAM BLOK sensor optocoupler lantai 1 POWER SUPPLY sensor optocoupler lantai 2 sensor optocoupler lantai 3 Tombol lantai 1 Tbl 1 Tbl 2 Tbl 3 DRIVER ATMEGA 8535

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram. Rangkaian Setting. Rangkaian Pengendali. Rangkaian Output. Elektroda. Gambar 3.

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram. Rangkaian Setting. Rangkaian Pengendali. Rangkaian Output. Elektroda. Gambar 3. 27 BAB III PERENCANAAN 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram Power Supply Rangkaian Setting Indikator (Led) Rangkaian Pengendali Rangkaian Output Line AC Elektroda Gambar 3.1 Blok Diagram Untuk

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 3 KOMPONEN ELEKTRONIKA. Create : Defi Pujianto, S,Kom

PERTEMUAN KE 3 KOMPONEN ELEKTRONIKA. Create : Defi Pujianto, S,Kom PERTEMUAN KE 3 KOMPONEN ELEKTRONIKA Create : Defi Pujianto, S,Kom Resistor Merupakan kokponen elektronika yang berfungsi untuk mengatur serta menghambat arus listrik Resistor di bagi menjadi dua yaitu

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan dan Implementasi Pemotong Rumput Lapangan Sepakbola Otomatis dengan Sensor Garis dan Dinding ini, terdapat beberapa masalah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Blok diagram Dibawah ini adalah gambar blok diagram dari sistem audio wireless transmitter menggunakan laser yang akan di buat : Audio player Transmitter Speaker Receiver

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL Dalam bab ini penulis akan mengungkapkan dan menguraikan mengenai persiapan komponen komponen dan peralatan yang dipergunakan serta langkahlangkah praktek,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Perangkat Keras Sistem Perangkat Keras Sistem terdiri dari 5 modul, yaitu Modul Sumber, Modul Mikrokontroler, Modul Pemanas, Modul Sensor Suhu, dan Modul Pilihan Menu. 3.1.1.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dimulai sejak bulan November 2012

METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dimulai sejak bulan November 2012 28 METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dimulai sejak bulan November 2012 hingga Januari 2014, dilakukan di Laboratorium Elektronika Jurusan Teknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem kontrol (control system) Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, memerintah dan mengatur keadaan dari suatu sistem. [1] Sistem kontrol terbagi

Lebih terperinci

KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA. Prakarya X

KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA. Prakarya X KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA Prakarya X Ukuran Komponen Elektronika Komponen Elektronika? Peralatan Elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa Jenis Komponen Elektronika dan masing-masing

Lebih terperinci

Bab III. Operational Amplifier

Bab III. Operational Amplifier Bab III Operational Amplifier 30 3.1. Masalah Interfacing Interfacing sebagai cara untuk menggabungkan antara setiap komponen sensor dengan pengontrol. Dalam diagram blok terlihat hanya berupa garis saja

Lebih terperinci

SOAL UJIAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DAN PRAKARYA REKAYASA TEKNOLOGI (ELEKTRONIKA)

SOAL UJIAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DAN PRAKARYA REKAYASA TEKNOLOGI (ELEKTRONIKA) SOAL UJIAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DAN PRAKARYA REKAYASA TEKNOLOGI (ELEKTRONIKA) 1. Komponen elektronik yang berfungsi untuk membatasi arus listrik yang lewat dinamakan A. Kapasitor D. Transistor B. Induktor

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER Deni Almanda 1, Anodin Nur Alamsyah 2 1) 2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. Cempaka Putih

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi AT89S51 Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1 kristal serta catu daya 5 Volt. Kapasitor 10 mikro-farad dan resistor 10 Kilo Ohm

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

Percobaan 3 Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar

Percobaan 3 Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar Percobaan 3 Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar A. Tujuan Mahasiswa mampu dan terampil melakukan instalasi motor listrik menggunakan kontaktor sebagai pengunci. Mahasiswa mampu dan terampil melakukan instalasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Pengujian dan Analisis Pengujian ini bertujuan untuk mengukur fungsional hardware dan software dalam sistem yang akan dibangun. Pengujian ini untuk memeriksa fungsi dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan medan magnet untuk mengetahui karakteristik sistem sensor magnetik. Tahapan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar. 4.1 Blok Diagram sistem counting bottle. Unit Power. Primus CMP-72T. Keypad.

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar. 4.1 Blok Diagram sistem counting bottle.  Unit Power. Primus CMP-72T. Keypad. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Sistem Counting Bottle Pada prinsipnya sistem ini digunakan untuk menghitung botol tranparan pada conveyor yang sedang beroperasi dengan kecepatan 400-500 botol permenit. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 62 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan dari pembuatan alat ini telah telaksana dengan baik atau tidak, maka perlu dilakukan pengujian dan analisa terhadap alat yang dibuat.

Lebih terperinci

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR I.1. MUATAN ELEKTRON Suatu materi tersusun dari berbagai jenis molekul. Suatu molekul tersusun dari atom-atom. Atom tersusun dari elektron (bermuatan negatif), proton

Lebih terperinci