KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTUKEBUL (HEMIPTERA: ALEYRODIDAE) DI TAMAN BUAH MEKARSARI KABUPATEN BOGOR NURJANAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTUKEBUL (HEMIPTERA: ALEYRODIDAE) DI TAMAN BUAH MEKARSARI KABUPATEN BOGOR NURJANAH"

Transkripsi

1 KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTUKEBUL (HEMIPTERA: ALEYRODIDAE) DI TAMAN BUAH MEKARSARI KABUPATEN BOGOR NURJANAH DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Keanekaragaman Spesies Kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) di Taman Buah Mekarsari Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2016 Nurjanah NIM A

4

5 ABSTRAK NURJANAH. Keanekaragaman Spesies Kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) di Taman Buah Mekarsari Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh PURNAMA HIDAYAT. Taman Buah Mekarsari merupakan taman rekreasi yang berlokasi di Bogor dengan koleksi buah sebanyak 226 spesies. Tanaman buah merupakan inang utama bagi kutukebul selain sayuran dan tanaman hias. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan jenis inang kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) pada berbagai tanaman buah di Taman Buah Mekarsari Kabupaten Bogor. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode pengambilan secara langsung (Purposive Sampling). Sampel yang diperoleh dari lokasi pengamatan dibuat preparat slide dan diidentifikasi. Sebanyak 20 spesies kutukebul diperoleh dari 56 spesies tanaman yang terdiri dari 20 famili tanaman buah. Dari 20 spesies yang diperoleh, 16 spesies berhasil teridentifikasi dan empat spesies belum teridentifikasi. Kutukebul yang diperoleh terdiri dari dua subfamili, yaitu 17 spesies termasuk subfamili Aleyrodinae dan tiga spesies termasuk subfamili Aleurodicinae. Paraleyrodes minei merupakan spesies kutukebul yang paling banyak memiliki tanaman inang, yaitu 14 spesies dari 11 famili tanaman. Sebanyak 13 spesies kutukebul hanya ditemukan pada satu spesies tanaman inang, satu spesies kutukebul menyerang dua spesies tanaman dalam satu famili dan enam spesies kutukebul lainnya menyerang lebih dari satu famili tanaman buah. Famili Euphorbiaceae dan Rubiaceae merupakan tanaman buah yang paling banyak terserang oleh kutukebul. Kata kunci: hama tanaman, hortikultura, identifikasi morfologi, tanaman buah

6

7 ABSTRACT NURJANAH. Biodiversity of Whiteflies (Hemiptera: Aleyrodidae) in Mekarsari Fruit Park Bogor Regency. Supervised by PURNAMA HIDAYAT. Mekarsari Fruit Park is the recreational park located in Bogor with 226 fruit species collection. Fruit plants are the major hosts for whiteflies beside vegetables and ornamentals. This study aimed to determine the species diversity of whiteflies and their host ranges in Mekarsari Fruit Park. Sample collection was conducted by purposive sampling. Collected samples were prepared for microscope slides and identified. As many as 20 species of whiteflies were collected from 56 species of fruit plants consist of 20 families. Out of 20 collected species, 16 species were succesfuly identified and four species were unidentified. The collected whiteflies consist of two subfamilies, 17 species belong to subfamily Aleyrodinae and three species belong to subfamily Aleurodinicinae. Paraleyrodes minei was the most abundant whitefly attacking 14 species of host plants consist of 11 families. There were 13 whitefly species found only on one species of fruit plant, one whitefly species on two species belong to one family of fruit plants, and six whitefly species on more than one family of fruit plants. The families of Euphorbiaceae and Rubiaceae were the most fruit plants attacked by whiteflies. Key word: fruit plant, horticulture, morphological identification, pest plant

8

9 KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTUKEBUL (HEMIPTERA: ALEYRODIDAE) DI TAMAN BUAH MEKARSARI KABUPATEN BOGOR NURJANAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

10

11 Judul Skripsi : Keanekaragaman Spesies Kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) di Taman Buah Mekarsari Kabupaten Bogor Nama Mahasiswa: Nurjanah NIM : A Disetujui oleh Dr. Ir. Purnama Hidayat, MSc Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir. Suryo Wiyono, MScAgr Ketua Departemen Tanggal lulus:

12

13

14 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2016 sampai Agustus 2016 ini ialah kutukebul, dengan judul Keanekaragaman Spesies Kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) di Taman Buah Mekarsari Kabupaten Bogor. Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Purnama Hidayat, MSc selaku dosen pembimbing yang senantiasa membimbing sejak awal penelitian hingga akhir penyelesaian skripsi. Terimakasih saya sampaikan kepada ibu Aisyah beserta teman-teman Laboratorium Biosistematika dan Taksonomi Serangga serta teman-teman Proteksi Tanaman 49 yang telah banyak membantu dan memberikan sarannya. Selain itu penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh pihak Taman Buah Mekarsari yang telah membantu dalam proses penelitian. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini bermanfaat. Bogor, Desember 2016 Nurjanah

15

16 DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR ii DAFTAR LAMPIRAN ii PENDAHULUAN 1 Latar belakang 1 Tujuan 2 Manfaat penelitian 2 BAHAN DAN METODE 2 Lokasi dan Waktu Penelitian 2 Bahan dan Alat 2 Metode Penelitian 3 Pengambilan Sampel 3 Pembuatan Preparat Mikroskop 3 Identifikasi dan Pembuatan Kunci Kutukebul 3 Kondisi Umum Lokasi Pengambilan Sampel 4 Identifikasi Sampel Kutukebul 4 Deskripsi Kutukebul 7 Subfamili Aleurodicinae 7 Subfamili Aleyrodinae 9 LAMPIRAN 21 RIWAYAT HIDUP 35

17 ii DAFTAR GAMBAR 1 Gejala serangan kutukebul pada daun tanaman mengkudu (a); embun jelaga pada daun buni (b); pupa kutukebul pada daun buni (c) 7 2 Eksuvia P. minei (a); pori majemuk abdominal yang berbentuk splinal (b); nimfa P. minei pada daun tanaman alpukat (c) 8 3 Eksuvia A. dispersus (tampak ventral) (a); bentuk pori majemuk abdominal (b); pupa A. dispersus (c) 8 4 Eksuvia A. dugesii (tampak ventral) (a); empat pasang pori berbentuk kerucut (b); bentuk pupa pada daun tanaman jeruk pamelo (b) 9 5 Eksuvia A. antidesmae (tampak ventral) (a); dua pasang seta yang berbentuk seperti kembang api (b); pupa kutukebul pada daun tanaman abiu (c) 10 6 Eksuvia A. lushanensis (a); bentuk pupa pada daun jambu mawar (b) 10 7 Eksuvia Cockerelliella sp. (a); bentuk pupa pada daun tanaman kopi (b) 11 8 Eksuvia Aleurotrachelus sp. 1 (a); bentuk pupa pada daun tanaman ceremai (b) 11 9 Eksuvia Aleurotrachelus sp. 2 (a); pupa yang berwarna kuning transparan pada daun ceremai (b) Eksuvia D. kirkaldyi (a); bentuk pupa pada daun alpukat (b) Eksuvia Dialeurodes sp. (a), bentuk pupa pada daun tanaman murbei (b) Eksuvia D. decempuncta (a); pori-pori sederhana pada bagian submargin (b); pupa berwarna kuning transparan dan terdapat benang-benang berwarna metalik (c) Eksuvia Dialeuropora sp. (tanpa seta) (a); Eksuvia Dialeuropora sp. (dengan seta) (b); pori sederhana (c); pupa pada daun mangga (d) Eksuvia A. psidii (a), bentuk pupa pada daun tanaman jambu biji (b) Eksuvia A. jasmini (a); bentuk pupa pada daun tanaman jeruk pamelo (b) Eksuvia A. aucubae pada daun tanaman nangka Eksuvia Aleuroclava sp. (a), bentuk pupa pada daun tanaman kecapi (b) Eksuvia Aleyrodinae sp. 1 pada daun tanaman rukem Eksuvia Aleyrodinae sp. 2 pada daun tanaman alpukat Eksuvia Aleyrodinae sp. 3 pada daun tanaman mengkudu Eksuvia Aleyrodinae sp. 4 (a); bentuk pupa pada daun tanaman sawo (b) 18 DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta lokasi pengamatan di Taman Buah Mekarsari 21 2 Karakter morfologi yang digunakan pada kunci identifikasi dan deskripsi kutukebul famili Aleyrodinae (sumber: Martin 1987) 22 3 Karakter morfologi yang digunakan pada kunci identifikasi dan deskripsi kutukebul famili Aleurodicinae (sumber: Martin 2008) 23 4 Kunci identifikasi kutukebul 24 5 Jumlah kutukebul yang diambil setiap pengamatan selama bulan April-Juni

18 PENDAHULUAN Latar belakang Kutukebul atau Whitefly (Hemiptera: Aleyrodidae) merupakan salah satu kelompok serangga hama penting pada tanaman hortikultura. Klasifikasi kutukebul termasuk ke dalam ordo Hemiptera, subordo Sternorrhyncha, dan famili Aleyrodidae yang terbagi ke dalam tiga subfamili, yaitu Aleurodicinae, Aleyrodinae dan Udamoselinae. Seluruh stadia kutukebul hidup pada bagian bawah daun agar ekskresi embun madu yang dikeluarkan jatuh dan tidak mengotori tubuhnya. Cairan embun madu yang jatuh pada permukaan atas daun akan memicu tumbuhnya cendawan Capnodium sp., karena cairan embun madu tersebut menyediakan substrat yang ideal bagi perkembangan cendawan tersebut (Hoddle 2004; Hidayat dan Bintoro 2009). Pertumbuhan Capnodium sp. dapat menutupi daun tanaman inang sehingga dapat menghalangi cahaya matahari yang diperlukan tanaman untuk melakukan proses fotosintesis (Watson 2007). Beberapa spesies kutukebul diketahui dapat menyebabkan kerusakan langsung maupun tidak langsung pada tanaman, khususnya pada kelompok tanaman budidaya yang bersifat komersial. Serangan kutukebul dapat mengganggu fotosintesis dan respirasi tanaman, estetika tanaman hias, dan menjadi vektor virus pada tanaman (Nurulalia 2012). Kerusakan langsung disebabkan oleh aktivitas makan fase nimfa dan imago yang menusuk menghisap cairan daun sehingga mengakibatkan matinya jaringan daun. Kerusakan tidak langsung berupa ekskresi embun madu yang dijadikan media bagi pertumbuhan embun jelaga (Hoddle 2004). Indonesia memiliki tanaman buah-buahan yang beranekaragam. Salah satu tempat koleksi buah di Indonesia adalah Taman Buah Mekarsari. Taman Buah Mekarsari merupakan suatu obyek rekreasi agrowisata buah dengan luas kawasan 264 ha yang terbagi dalam beberapa zona. Tujuan awal pembangunan Taman Buah Mekarsari adalah sebagai pusat pelestarian plasma nutfah hortikultura atau buah-buahan Indonesia (tropis) dan dimanfaatkan untuk kegiatan penelitian, pendidikan, budidaya, dan wisata (Triseptyanti 2008). Taman Buah Mekarsari memiliki koleksi tanaman buah yang cukup banyak, yaitu sebanyak 226 spesies dari 55 famili tanaman buah. Serangan kutukebul yang menyerang tanaman buah belum diketahui jenis spesiesnya. Famili Aleyrodidae hingga saat ini berjumlah 1200 spesies yang telah dilaporkan dari berbagai negara. Stadia imago dan nimfa sama-sama mempunyai struktur yang sangat khusus di sekitar anus (vasiform orifice, operculum dan lingula) yang berperan dalam ekskresi embun madu agar embun madu yang dikeluarkan tidak membasahi tubuh (Watson 2007). Menurut Rahayuwati (2009) bentuk dari puparium kutukebul dapat berubah secara drastis tergantung dari banyak sedikitnya bulu halus atau lapisan lilin pada permukaan daun. Bentuk nimfa kutukebul pada berbagai tanaman inang sering bervariasi, sehingga hal tersebut dapat menyebabkan salah identifikasi. Kesalahan identifikasi dapat menyebabkan informasi yang kurang akurat untuk penelitian selanjutnya. Informasi mengenai keanekaragaman kutukebul yang menyerang berbagai tanaman di Indonesia masih terbatas, untuk itu penelitian tentang informasi dasar

19 2 seperti taksonomi dan biologi kutukebul yang menyerang tanaman hortikultura sangat diperlukan. Tujuan Mengetahui keanekaragaman dan jenis inang kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) pada berbagai tanaman buah di Taman Buah Mekarsari Kabupaten Bogor. Manfaat penelitian Informasi tentang keanekaragaman, jenis inang, dan persebaran spesies kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) pada berbagai tanaman buah di Taman Buah Mekarsari Kabupaten Bogor dapat digunakan untuk dasar pengelolaan hama pada tanaman buah-buahan. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada berbagai areal pertanaman buah di Taman Buah Mekarsari Kabupaten Bogor. Lokasi pengambilan sampel kutukebul terdiri dari lima area atau blok pertanaman buah yang tersebar yaitu blok A, blok B, blok C, blok D dan blok E. Identifikasi kutukebul dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan Taksonomi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dimulai dari bulan April sampai Agustus Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel kutukebul yang berupa daun yang terserang, alkohol 70% dan alkohol 80% yang berfungsi untuk melarutkan lapisan lilin pada puparium kutukebul. Acid fuchsin dan acetic glacial acid berfungsi untuk memberi warna pada preparat kutukebul, larutan KOH 10%, carbol xylene, minyak cengkeh, alkohol 100%, acid alcohol 95%, dan canada balsam berfungsi sebagai media dalam pembuatan preparat slide. Alat yang digunakan adalah kantung plastik transparan, tabung eppendorf, alat tulis, label, jarum, kuas, tabung reaksi, cawan sirakus untuk perendaman, kaca objek, kaca penutup preparat, kunci identifikasi, mikroskop cahaya, mikroskop stereo, dan kamera.

20 3 Metode Penelitian Pengambilan Sampel Lokasi pengambilan sampel kutukebul dan inangnya dilakukan di lima area atau blok pertanaman buah yang tersebar di Taman Buah Mekarsari yaitu blok A, blok B, blok C, blok D, dan blok E. Pengamatan kutukebul dilakukan sebanyak enam kali dari bulan April sampai Juni 2016, diharapkan dapat memperoleh jenis kutukebul lebih banyak. Pengambilan sampel dipilih sebanyak 20 famili tanaman dengan total tanaman yang diamati berjumlah 478 pohon dari 56 spesies tanaman buah. Metode pengambilan sampel kutukebul dilakukan dengan cara memotong daun tanaman buah yang terserang dari empat ranting pohon yang diamati. Setiap ranting diambil 30 cm dari pucuk ranting tanaman yang terdapat koloni kutukebul. Kutukebul yang diambil yaitu dari stadia telur, nimfa, pupa, dan kantung pupa kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik transparan. Pembuatan Preparat Mikroskop Spesimen kutukebul yang diperoleh dari lapangan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang di dalamnya telah terdapat larutan alkohol 80%. Selanjutnya dipanaskan ke dalam gelas ukur berukuran 500 ml yang berisi air. Spesimen dituangkan ke dalam cawan sirakus, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah terdapat KOH 10% sekitar 2 ml. Setelah itu spesimen dipanaskan selama lima menit agar kutukebul menjadi transparan. Kemudian spesimen dituangkan ke dalam cawan sirakus untuk mengeluarkan cairan tubuh dengan menekan terus-menerus secara perlahan bagian lingkar dorsal posterior spesimen hingga cairan tubuhnya keluar, setelah itu larutan KOH 10% dibuang dengan menggunakan pipet. Selanjutnya akuades dimasukkan untuk mencuci sisa larutan KOH 10%. Tahap berikutnya adalah proses pewarnaan kutukebul dengan menggunakan campuran acid fuchsin dan asetic glacial acid dengan perbandingan 1:1 pada cawan sirakus selama 10 sampai 20 menit. Setelah melalui tahap ini, spesimen akan berwarna merah pekat sampai keunguan. Kutukebul direndam dalam acid alcohol 95% sampai warna kutukebul agak memudar, hal ini bertujuan untuk mengurangi efek pewarnaan. Selanjutnya kutukebul dipindahkan ke dalam larutan carbol xylene dan direndam selama satu menit kemudian diganti dengan alkohol absolut dan dipindahkan ke dalam cawan sirakus yang berisi minyak cengkeh selama 10 menit. Selanjutnya pupa diambil dan diletakkan di tengah kaca objek. Setelah spesimen ditata lurus, diteteskan canada balsam secara merata dan ditutup dengan kaca penutup, kemudian preparat dikeringkan ke dalam elemen pengering selama 7 sampai 10 hari (Bintoro 2008). Identifikasi dan Pembuatan Kunci Kutukebul Pengamatan morfologi dan identifikasi kutukebul dilakukan di bawah mikroskop stereo dengan perbesaran 400x. Kutukebul diidentifikasi dengan megacu pada buku An Identification Guide to Common Whitefly Pest Spesies of the World (Homoptera: Aleyrodidae) oleh Martin (1987), Identification of Whiteflies (Hemiptera: Aleyrodidae) Watson (2007) dan tesis Keanekaragaman Spesies dan Kunci Identifikasi Kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) pada Tanaman Pertanian di Jawa Barat oleh Nurulalia (2012).

21 4 Preparat slide kutukebul dibuat secara permanen agar dapat disimpan dalam jangka waktu lama. Pengambilan foto morfologi preparat kutukebul dilakukan dengan menggunakan mikroskop Leica M205C dan kamera digital yang dihubungkan dengan mikroskop compound. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Pengambilan Sampel Taman Buah Mekarsari secara geografis terletak pada LS dan BT dengan kemiringan lahan 0-8% dan terletak pada ketinggian mdpl, serta memiliki topografi tanah yang relatif datar. Zona kebun buah yang terdapat di Taman Buah Mekarsari berbentuk seperti daun lamtoro (Leucaena leucocephala). Taman Buah Mekarsari memiliki banyak jenis dan varietas tanaman khususnya buah-buahan. Koleksi kebun buah yang dimiliki sebanyak 55 famili dan 226 spesies tanaman buah yang tersebar pada lima blok yaitu blok A, B, C, D, dan E (Lampiran 1). Blok A terdapat 10 famili tanaman dengan jumlah segmen sebanyak 21 segmen, blok B terdapat 13 famili yang terdiri dari sembilan segmen, blok C terdapat sembilan famili dengan 13 segmen, blok D terdapat 28 famili dengan 13 segmen dan blok E terdapat enam famili tanaman buah dengan 11 segmen. Masing-masing luas kebun buah persegmen sekitar satu ha. Identifikasi Sampel Kutukebul Berdasarkan pengambilan sampel sebanyak 56 spesies (20 famili tanaman buah) hanya 25 spesies tanaman yang terserang. Kutukebul yang diperoleh sebanyak 20 spesies diantaranya dari subfamili Aleyrodinae sebanyak 17 spesies, sedangkan subfamili Aleurodicinae ditemukan sebanyak tiga spesies. Kutukebul yang termasuk ke dalam subfamili Aleyrodinae yaitu Asiothrixus antidesmae, Asialeyrodes lushanensis, Cockerelliella sp., Aleurotrachelus sp. 1, Aleurotrachelus sp. 2, Dialeurodes kirkaldyi, Dialeurodes sp., Dialeuropora decempuncta, Dialeuropora sp., Aleuroclava psidii, Aleuroclava jasmini, Aleuroclava aucubae, Aleuroclava sp., Aleyrodinae sp. 1, Aleyrodinae sp. 2, Aleyrodinae sp. 3, dan Aleyrodinae sp. 4. Sedangkan spesies kutukebul yang termasuk ke dalam subfamili Aleurodicinae yaitu Paraleyrodes minei, Aleurodicus dispersus, dan Aleurodicus dugesii. Kutukebul dari subfamili Aleyrodinae yang paling banyak ditemukan di lapangan adalah Dialeuropora decempuncta yang menyerang lima spesies tanaman dari empat famili tanaman buah yaitu tanaman buni dan menteng (Euphorbiaceae), alpukat (Lauraceae), Gayam (Leguminoceae), dan pisang (Musaceae). Sedangkan kutukebul dari subfamili Aleurodicinae adalah Paraleyrodes minei yang menyerang 14 spesies tanaman dari 11 famili tanaman buah yaitu tanaman jambu biji (Myrtaceae), alpukat dan tangkalak (Lauraceae), jeruk chokun (Rutaceae), kecapi (Meliaceae), buni (Euphorbiaceae), gayam (Leguminoceae), buah nona dan srikaya (Annonaceae), rambutan (Sapindaceae), rukem (Flacourtiaceae), sawo kecik (Sapotaceae), serta murbei dan nangka

22 (Moraceae) (Tabel 1). Hal tersebut dapat dilihat dari faktor fisik permukaan daun yang memiliki trikoma yang lebih banyak. Kutukebul lebih dominan ditemukan mengelompok pada permukaan daun yang kasar atau berambut, hal ini sebagai sistem pertahanan dan perlindungan diri dari hujan. Telur kutukebul berada di bawah permukaan daun, hal ini dikarenakan untuk menghindari dari pengaruh angin. Sedangkan pada daun yang permukaannya halus kutukebul hanya ditemukan dengan jumlah sedikit dan menyebar (soliter) seperti jambu mawar, kopi, dan abiu yang memiliki permukaan daun yang halus. Menurut Schoonhoven et al. (1998) daun tanaman yang memiliki trikoma, nimfa kutukebul lebih sering ditemukan mengelompok daripada menyebar pada permukaan daun yang halus. Nimfa kutukebul lebih sering ditemukan pada daun yang terdapat pada permukaan bawah daun daripada permukaan atas daun tanaman. Kutukebul termasuk serangga polifag yang dapat menyerang lebih dari satu famili tanaman inang. Beberapa spesies kutukebul yang tergolong polifag adalah P. minei, D. decempuncta, A. antidesmae, D. kirkaldyi, Aleyrodinae sp. 1, Aleyrodinae sp. 3. Ditemukan juga spesies kutukebul yang menyerang dua jenis tanaman inang dalam satu famili yaitu spesies Dialeuropora sp. dan spesies yang paling banyak ditemukan hanya pada satu tanaman inang adalah spesies A. lushanensis, Cockerelliella sp., A. psidii, A. dispersus, A. dugesii, Dialeurodes sp., A. aucubae, Aleuroclava sp., Aleurotrachelus sp. 1, Aleurotrachelus sp. 2, A. jasmini, Aleyrodinae sp. 2, dan Aleyrodinae sp. 4 (Tabel 1). Keanekaragaman spesies kutukebul yang paling banyak ditemukan dari kelima blok pengamatan yaitu pada blok D sebanyak 10 spesies. Hal ini dikarenakan keanekaragaman tanaman yang terdapat pada lokasi tersebut lebih banyak dibandingkan dengan tanaman di blok lain. Famili tanaman pada blok D berjumlah 28 famili sedangkan pada blok A, B, C, dan E kurang dari 15 famili. Jumlah seluruh famili tanaman buah yang diamati ditemukan sebanyak 14 famili tanaman buah terserang oleh kutukebul. Menurut Karami (2012), makin luasnya kisaran inang dari satu kutukebul makin banyak pula keberadaan kutukebul tersebut di lapangan. Menurut Muniappan et al. (2009), beberapa kutukebul merupakan serangga invasif (Hemiptera: Sternorrhyncha) di Asia Tenggara dan Afrika Barat salah satunya A. dugesii yang disebut dengan giant whitefly. Spesies ini lebih menyukai tanaman berkayu, tanaman buah-buahan, dan Hibiscus sp.. Kutukebul di California dan Hawaii berhasil dikendalikan menggunakan parasitoid Idioporus affinis LaSalle & Polaszek (Hymenoptera: Pteromalidae), Encarsiella noyesii Hayat (Hymenoptera: Aphelinidae), dan Entedononecremnus krauteri Zolnerowich & Rose (Hymenoptera: Eulophidae). Gejala kutukebul paling terlihat pada tanaman buni (Euphorbiaceae) dan diikuti dengan tanaman mengkudu (Rubiaceae). Berdasarkan data pada tabel 1 bahwa kedua tanaman tersebut paling banyak terserang kutukebul. Hal tersebut dikarenakan tanaman mengkudu dan buni merupakan tanaman yang memiliki kondisi pohon yang rimbun, sehingga memiliki kelembaban yang lebih tinggi. Selain itu dilihat dari permukaan daun, kedua tanaman tersebut memiliki rambut daun yang cukup banyak. 5

23 6 Tabel 1 Keanekaragaman spesies kutukebul yang ditemukan pada berbagai lokasi selama enam kali pengamatan pada bulan April-Juni 2016 Famili tanaman Tanaman inang Blok Spesies kutukebul Anacardiaceae Mangga (Mangifera indica) C Dialeuropora sp. Gandaria (Bouea D Dialeuropora sp. marchophylla) Annonaceae Buah nona (Anona D P. minei reticulata) Srikaya (Anona squamosa) A D. decempuncta P. minei Euphorbiaceae Buni (Antidesma bunius) C A. antidesmae P. minei Menteng (Baccaurea D A. antidesmae javanica) Ceremai (Phylanthus B Aleurotrachelus sp. 1 acidus) Aleurotrachelus sp. 2 Flacourtiaceae Rukem (Flacourtia rukam) B Aleyrodinae sp. 1 P. minei Lauraceae Alpukat (Persea B D. kirkaldyi americana) D. decempuncta Aleyrodinae sp. 2 P. minei Rata-rata individu/ ranting * * * 9.01* 6.28* Tangkalak (Litsea garciae) C P. minei Leguminoceae Gayam (Eugenia uniflora) D D. decempuncta P. minei 1.57* Meliaceae Kecapi (Sandoricum B P. minei koetjape) D. decempuncta Aleuroclava sp. 0.73* Moraceae Murbei (Morus nigra) D Dialeurodes sp. P. minei 0.86* Nangka (Arthocarpus A P. minei heterophyllus) A. aucubae 1.78* Musaceae Pisang (Musa x B D. decempuncta paradisiaca) 0.14 Myrtaceae Jambu biji (Psidium C A. psidii guajava) A. dispersus P. minei 5.13* Jambu mawar (Syzygium E A. lushanensis jambos) 0.96 Rubiaceae Kopi (Coffea arabica) D Cockerelliella sp Mengkudu (Morinda D Aleyrodinae sp. 3 citrifolia) D. kirkaldyi 93.81* Rutaceae Jeruk pamelo (Citrus E A. dugesii grandis) A. jasmini 1.72* Jeruk chokun (Citrus sp.) B P. minei Aleyrodinae sp * Sapindaceae Rambutan (Nephelium A P. minei lappaceum) Aleyrodinae sp * Sapotacea Abiu (Puteria caimito) B A. antidesmae 0.39 Sawo kecik (Manicara D P. minei 4.20* kauki) A. antidesmae Sawo (Achras zapota) A Aleyrodinae sp Keterangan: *: gabungan spesies dari masing-masing tanaman inang

24 Tanaman mengkudu menunjukan gejala perubahan daun dari bentuk normal menjadi keriput (malformasi daun) akibat serangan kutukebul, sedangkan pada tanaman buni terlihat pada permukaan daun yang dipenuhi adanya embun jelaga (Gambar 1). Kerusakan yang terjadi pada tanaman sulit dinilai secara kuantitatif meskipun pada kenyataannya serangga menghisap sumber nutrisi tanaman. Dampak dari serangan serangga bertipe alat mulut menusuk-menghisap dapat dideteksi dengan membandingkan tanaman terinfestasi dengan tidak terinfestasi serangga. Pada saat menghisap cairan tanaman, serangga ini dapat menghasilkan cairan yang mirip dengan ludah yang mengandung enzim yang dapat menyebabkan nekrosis pada 70 jaringan tanaman (Gullan dan Cranston 2000). a b c 7 Gambar 1 Gejala serangan kutukebul pada daun tanaman mengkudu (a); embun jelaga pada daun buni (b); pupa kutukebul pada daun buni (c) Deskripsi Kutukebul Subfamili Aleurodicinae Ciri khas dari subfamili ini yaitu terdapat dua sampai empat pasang pori pada bagian subdorsal, satu pasang compound pore pada bagian kepala (cephalic). Pori tersebut merupakan salah satu ciri khusus yang berbentuk seperti mahkota atau bentuk splinal yang berfungsi untuk menghasilkan lilin. Ciri khusus lain yang terdapat pada subfamili ini yaitu pada bagian vasiform orifice yang mempunyai lingula yang menjulur membentuk seperti lidah dan terdapat dua pasang rambut pada bagian ujung lingula. Paraleyrodes minei Iaccarino Spesies ini memiliki ciri morfologi antara lain: pada eksuvia terdapat lima pasang pori majemuk abdominal yang berbentuk seperti mahkota/splinal. Satu pasang pada bagian kepala dan empat pasang pada bagian subdorsal dari segmen lima sampai delapan. Selain itu terdapat dua pasang pori yang tereduksi pada bagian anterior abdominal dan pada ujung lingula terdapat dua pasang seta. Spesies ini berwarna kuning pucat dan dapat mengeluarkan lilin putih yang dapat menutupi tubuhnya (Iaccarino et al. 2011). Ukuran panjang tubuhnya kurang lebih 0.73 mm dan lebarnya sekitar 0.46 mm. Kisaran inang dari P. minei cukup banyak yaitu menyerang 14 spesies tanaman dari 11 famili tanaman yakni tanaman jambu biji (Myrtaceae), alpukat (Lauraceae), jeruk chokun (Rutaceae), kecapi (Meliaceae), buni (Euphorbiaceae), gayam (Leguminoceae), buah nona dan

25 8 srikaya (Annonaceae), rambutan (Sapindaceae), rukem (Flacourtiaceae), sawo kecik (Sapotaceae), tangkalak (Lauraceae), serta murbei dan nangka (Moraceae). a b c Gambar 2 Eksuvia P. minei (a); pori majemuk abdominal yang berbentuk splinal (b); nimfa P. minei pada daun tanaman alpukat (c) Aleurodicus dispersus Russell Spesies ini memiliki ciri morfologi antara lain: terdapat empat pasang pori yang berukuran sama pada segmen III sampai VIII, tidak ada pori yang tereduksi. Lingula memiliki empat setae yang biasanya terlihat jelas, tetapi kadang-kadang ada dua atau lebih setae yang tereduksi. Pupa sering ditutupi oleh sekresi kelenjar lilin yang kusut (Yuliani et al. 2005). Ukuran panjang tubuhnya kurang lebih 1.11 mm dan lebarnya sekitar 0.79 mm. Lingkaran dorsal dengan pola pori berseptat pada wilayah submedian dan kebanyakan dari pori tersebut berukuran agak besar dan tebal. Diskus dorsal dengan pori-pori septat yang jelas terdapat di daerah submedian, sebagian besar dengan pori-pori rimmed yang luas dan padat terdapat di daerah subdorsal (Murgianto 2010). Spesies ini ditemukan pada daun alpukat dan jambu biji. Menurut Murgianto (2010), kutukebul A. dispersus ditemukan menyerang 111 spesies dari 53 famili tanaman di daerah Dramaga Bogor dan sekitar Jawa Barat. a b c Gambar 3 Eksuvia A. dispersus (tampak ventral) (a); bentuk pori majemuk abdominal (b); pupa A. dispersus (c) Aleurodicus dugesii Cockerell Spesies ini memiliki ciri morfologi antara lain: terdapat pori abdominal compound pores seperti kerucut sebanyak empat pasang pada bagian subdorsal. Pupa kutukebul ini mengeluarkan lilin berwarna putih seperti jenggot. Ukuran

26 panjang tubuhnya kurang lebih 0.48 mm dan lebarnya sekitar 0.30 mm. A. dugesii disebut sebagai giant whitefly dengan ukuran panjang tubuh imago mm (Muniappan et al. 2009). Spesies ini hanya ditemukan pada famili Rutaceae yaitu pada tanaman jeruk pamelo. Menurut Murgianto (2010) kutukebul A. dugesii ditemukan menyerang 40 spesies dari 27 famili tanaman dan banyak menyerang spesies tanaman dari famili Solanaceae. Selain itu spesies ini lebih banyak ditemukan di dataran tinggi seperti Cipanas dan telah menjadi hama utama pada tanaman Alpukat. Berdasarkan pengamatan di Taman Buah Mekarsari A. dugesii tidak ditemukan pada tanaman alpukat, hal ini dikarenakan Taman Buah Mekarsari berada pada ketinggian yang rendah yaitu sekitar mdpl. 9 a b c Gambar 4 Eksuvia A. dugesii (tampak ventral) (a); empat pasang pori berbentuk kerucut (b); bentuk pupa pada daun tanaman jeruk pamelo (b) Subfamili Aleyrodinae Ciri khusus dari subfamili ini yaitu tidak memiliki pori pada bagian subdorsal ataupun pada bagian cephalic. Walaupun pada sebagian spesies dari subfamili ini memiliki lima pasang pori sederhana. Lingula biasanya berukuran kecil tidak membentuk seperti lidah, biasanya memiliki bentuk yang berbeda-beda dan mempunyai warna yang beragam (Gambar 8). Spesies kutukebul dari subfamili aleyrodinae biasanya sedikit yang menghasilkan lilin. Asiothrixus antidesmae Takahashi Spesies ini memiliki ciri morfologi antara lain: terdapat seta atau duri sebanyak dua pasang pada bagian dorsum. Seta berbentuk seperti kembang api pada bagian dasar dan meruncing pada bagian ujungnya. Terdapat dua baris gerigi pada seluruh bagian tepi tubuhnya. Pupa mengeluarkan lilin dari bagian tepi tubuhnya berwarna putih yang membentuk seperti bunga matahari. Ukuran panjang tubuhnya kurang lebih 0.66 mm dan lebarnya sekitar 0.47 mm. Spesies ini menyerang empat spesies dari dua famili tanaman buah yaitu abiu (Sapotaceae), buni (Euphorbiaceae), menteng (Euphorbiaceae), dan sawo kecik (Sapotaceae).

27 10 a b c Gambar 5 Eksuvia A. antidesmae (tampak ventral) (a); dua pasang seta yang berbentuk seperti kembang api (b); pupa kutukebul pada daun tanaman abiu (c) Asialeyrodes lushanensis Ko Spesies ini memiliki ciri morfologi antara lain: terdapat satu pasang pori trakea toraks pada bagian margin. Memiliki ciri khusus tubuh seperti sisir pada seluruh bagian margin sampai submargin. Spesies ini memiliki sutura moulting longitudinal yang mencapai area submargin dan sutura moulting transversal membentuk ruas yang berbeda pada bagian sefalotoraks. Pupa berukuran sedang dan berwarna pucat, memiliki vasiform orifice relatif kecil dan operculum yang berbentuk sama dan menutupi lingula (Ko et al. 1993). Ukuran panjang tubuhnya kurang lebih 0.85 mm dan lebarnya sekitar 0.79 mm. Pupa spesies ini berwarna transparan dan eksuvia sangat tipis sehingga rusak saat pengambilan pupa dari daun tanaman inang Spesies ini bersifat soliter dan tersebar pada permukaan daun dan hanya ditemukan pada tanaman jambu mawar (Myrtaceae). a b Gambar 6 Eksuvia A. lushanensis (a); bentuk pupa pada daun jambu mawar (b) Cockerelliella sp. Spesies ini memiliki ciri morfologi antara lain: pupa berbentuk oval, terdapat satu pasang pori trakea toraks pada bagian margin. Mempunyai sutura sefalotoraks yang bersatu dengan sutura molting transversal dan sutura molting longitudinal. Sutura transversal mencapai bagian tepi pupa. Lingula tidak terlihat jelas karena berukuran kecil. Ukuran panjang tubuhnya kurang lebih 0.76 mm dan lebarnya sekitar 0.45 mm. Spesies ini hanya ditemukan dalam bentuk pupa dan tidak ada telur, nimfa ataupun imagonya. Cockerelliella sp. mempunyai sifat soliter dan tersebar pada permukaan daun dan hanya ditemukan pada daun kopi

28 saja (Rubiaceae). Spesies Cockerelliella sp. tidak terlihat adanya lilin pada permukaan bawah daun, pupa hanya menempel pada permukaan bawah daun berwarna putih transparan. 11 a b Gambar 7 Eksuvia Cockerelliella sp. (a); bentuk pupa pada daun tanaman kopi (b) Aleurotrachelus sp. 1 Spesies ini memiliki ciri morfologi antara lain: memiliki alur longitudinal di bagian subdorsal yang memanjang dari bagian sefalotoraks hingga bagian anterior abdomen. Adanya pola lekukan (rhachis) pada bagian subdorsal abdomen. Pupa berwarna gelap dan terdapat lilin berwarna putih yang menutupi tubuh bagian margin dan submargin. Bagian margin Aleurotrachelus sp. 1 berbentuk seperti adanya gerigi yang mengelilingi tubuhnya. Terdapat seta kauda yang terlihat tipis. Ukuran panjang tubuhnya kurang lebih 0.67 mm dan lebarnya sekitar 0.45 mm. Pupa ini hanya ditemukan pada tanaman ceremai (Euphorbiaceae). a b Gambar 8 Eksuvia Aleurotrachelus sp. 1 (a); bentuk pupa pada daun tanaman ceremai (b) Aleurotrachelus sp. 2 Spesies ini memiliki ciri morfologi antara lain: pupa kutukebul ini memiliki alur longitudinal di bagian subdorsal yang memanjang dari bagian sefalotoraks hingga bagian anterior abdomen. Tidak memiliki rachis atau lekukan pada bagian subdorsal abdomen. Terdapat seta kauda yang tipis. Lingula tidak terlalu jelas dan pupa berwarna transparan agak sedikit kuning. Ukuran panjang tubuhnya kurang

29 12 lebih 0.66 mm dan lebarnya sekitar 0.47 mm. Spesies ini menyerang daun tanaman ceremai (Euphorbiaceae). a b Gambar 9 Eksuvia Aleurotrachelus sp. 2 (a); pupa yang berwarna kuning transparan pada daun ceremai (b) Dialeurodes kirkaldyi Kotinsky Spesies ini memiliki ciri morfologi antara lain: terlihat adanya pori dan lipatan trakea toraks pada bagian sefalotoraks. Bentuk tubuh bulat dan memiliki permukaan yang halus, tidak ada seta atau papil. Pupa berwarna putih transparan dan tidak menghasilkan lilin, tidak ditemukan telur ataupun nimfa spesies ini pada tanaman inang. Ukuran panjang tubuhnya cukup besar kurang lebih 1.24 mm dan lebarnya sekitar 1.03 mm. Kutukebul ini menyerang dua spesies dari dua famili tanaman buah yaitu pada daun tanaman alpukat (Lauraceae) dan daun tanaman mengkudu (Rubiaceae). a b Gambar 10 Eksuvia D. kirkaldyi (a); bentuk pupa pada daun alpukat (b) Dialeurodes sp. Spesies ini memiliki ciri morfologi antara lain: terdapat sutura molting longitudinal dan terdapat pigmentasi warna yg lebih terang pada ruas II abdomen. Pada bagian submarginal terdapat pola bulat kecil yang tersebar merata. Bentuk tubuh oval dan terdapat seta kauda yang terlihat tipis. Pupa berwarna putih sedikit kecoklatan dan ukuran panjang tubuhnya kurang lebih 0.70 mm dan lebarnya sekitar 0.53 mm. Pupa ini hanya ditemukan pada tanaman murbei (Moraceae).

30 13 a b Gambar 11 Eksuvia Dialeurodes sp. (a), bentuk pupa pada daun tanaman murbei (b) Dialeuropora decempuncta Quaintance & Baker Pupa kutukebul ini ditemukan di bawah permukaan daun alpukat dan bersifat soliter. Spesies ini memiliki ciri morfologi antara lain: terdapat lima pasang pori sederhana, pada seluruh daerah subdorsal terdapat seta seperti duri tajam. Pupa berwana kuning sedikit transparan dan terdapat koloni seperti benang berwarna putih metalik. Ukuran panjang tubuhnya kurang lebih 0.62 mm dan lebarnya sekitar 0.45 mm. Kutukebul ini menyerang lima spesies dari lima famili tanaman buah yaitu tanaman srikaya (Annonaceae), Alpukat (Lauraceae), Kecapi (Meliaceae), Pisang (Musaceae), dan Gayam (Leguminoceae). a b c Gambar 12 Eksuvia D. decempuncta (a); pori-pori sederhana pada bagian submargin (b); pupa berwarna kuning transparan dan terdapat benang-benang berwarna metalik (c) Dialeuropora sp. Pupa kutukebul ini ditemukan di bawah permukaan daun mangga dan bersifat soliter. Spesies ini memiliki ciri morfologi antara lain: terdapat lima pasang pori sederhana, permukaan seluruh subdorsal licin dan tidak memiliki seta/duri. Ada atau tidak ada yang memiliki seta. Pupa berwarna putih transparan sedikit terdapat warna kekuningan dan terdapat koloni yang tipis berwarna biru. Ukuran panjang tubuhnya kurang lebih 1.18 mm dan lebarnya sekitar 0.92 mm. Spesies ini menyerang tanaman mangga (Anacardiaceae) dan gandaria (Anacardiaceae).

31 14 a b c d Gambar 13 Eksuvia Dialeuropora sp. (tanpa seta) (a); Eksuvia Dialeuropora sp. (dengan seta) (b); pori sederhana (c); pupa pada daun mangga (d) Aleuroclava psidii Singh Spesies ini memiliki ciri morfologi antara lain: bentuk tubuh lonjong dan terdapat seperti pola bulat beraturan diseluruh tubuhnya. Terdapat tuberkel disepanjang bagian median tubuhnya dan pada bagian Cephalothoracic. Ukuran panjang tubuhnya kurang lebih 0.59 mm dan lebarnya sekitar 0.30 mm. Wilayah submargin ditandai dengan garis yang berlekuk-lekuk, dan terpisah dengan lingkaran dorsal oleh lipatan yang konsentris dengan garis tepi (margin) dan seperti sutura mulai dari wilayah rambut pada kepala hingga ujung dari vasiform orifice. Pada bagian subdorsum terdapat butiran kasar dan benjolan kerut yang besar diatas tiap tungkai. Bagian median atau bagian tengah agak meninggi sehingga terbentuk kerutan rhachis yang memiliki perpanjangan dari subdorsum anterior hingga ke rambut bagian atas dan tungkai tengah, rhachis pada bagian abdomen tanpa perpanjangan lateral. Rhachis biasanya dengan pigmen tertentu, setidaknya terdapat pada segmen abdomen ke VIII dan perpajangan lateral thoraks, atau rhachis berwarna coklat. Tanaman inangnya adalah Cinnamomum camphora, Eugenia jambos, Litchi chinensis dan Psidium guajava (Watson 2007). Namun di Taman Buah Mekarsari spesies ini hanya menyerang tanaman jambu biji (Myrtaceae). a b Gambar 14 Eksuvia A. psidii (a), bentuk pupa pada daun tanaman jambu biji (b) Aleuroclava jasmini Takahashi Spesies ini memiliki ciri morfologi antara lain: pada bagian submargin terdapat barisan papil dan terdapat satu pasang pori trakea toraks. Tubuh

32 berbentuk oval dan terdapat lipatan sefalotoraks dan sutura molting longitudinal. Memiliki seta kauda pada bagian posterior. Pupa berwarna putih sedikit kecoklatan dan ukuran panjang tubuhnya kurang lebih 0.67 mm dan lebarnya sekitar 0.50 mm. Pupa ini ditemukan pada daun jeruk pamelo (Rutaceae). 15 a b Gambar 15 Eksuvia A. jasmini (a); bentuk pupa pada daun tanaman jeruk pamelo (b) Aleuroclava aucubae Kuwana Spesies ini memiliki ciri morfologi antara lain: pupa spesies ini berwarna gelap dan tubuh melebar pada bagian subdorsal. Area tubuh margin sampai submargin spesies ini berbentuk seperti sisir (bergerigi). Terdapat sutura molting longitudinal dan sutura molting transversal serta memiliki sutura yang jelas pada bagian submarginal. Bagian lingula tidak terlalu jelas karena terlihat kecil. Ukuran panjang tubuhnya kurang lebih 0.56 mm dan lebarnya sekitar 0.42 mm. Spesies ini menyerang tanaman nangka (Moraceae). Gambar 16 Eksuvia A. aucubae pada daun tanaman nangka Aleuroclava sp. Spesies ini memiliki ciri morfologi antara lain: pupa berbentuk oval dan sedikit melebar pada bagian subdorsal. Terdapat sutura molting longitudinal. Pupa ini mempunyai sepasang seta kauda, satu pasang seta pada bagian sefalotoraks dan satu pasang lainnya pada bagian abdomen ruas pertama. Pada bagian submargin terdapat pola bergaris yang berlekuk dan warna yang lebih gelap. Pupa berwarna putih kekuningan dan ukuran panjang tubuhnya kurang lebih 0.58 mm

33 16 dan lebarnya sekitar 0.44 mm. Pupa ini ditemukan pada tanaman kecapi (Meliaceae). a b Gambar 17 Eksuvia Aleuroclava sp. (a), bentuk pupa pada daun tanaman kecapi (b) Aleyrodinae sp. 1 Spesies ini memiliki ciri morfologi antara lain: pada bagian margin berbentuk seperti sisir (bergerigi) dan terdapat satu pasang pori trakea toraks. Tubuhnya berbentuk oval dan terdapat lipatan sefalotoraks. Ukuran panjang tubuhnya kurang lebih 0.62 mm dan lebarnya sekitar 0.44 mm. Pupa ini ditemukan pada tanaman rukem (Flacourtiaceae). Gambar 18 Eksuvia Aleyrodinae sp. 1 pada daun tanaman rukem Aleyrodinae sp. 2 Spesies ini memiliki ciri morfologi antara lain: pada bagian margin berbentuk seperti sisir (bergerigi) dan terdapat satu pasang pori trakea toraks. Tubuh berbentuk oval dan terdapat lipatan sefalotoraks. Vasiform orifice berbentuk bulat dengan dua benjolan yang terdapat disamping kanan kirinya. Spesies ini memiliki barisan papil pada bagian subdorsal. Ukuran panjang tubuhnya kurang lebih 0.46 mm dan lebarnya sekitar 0.35 mm. Kutukebul ini menyerang tanaman alpukat (Lauraceae).

34 17 Gambar 19 Eksuvia Aleyrodinae sp. 2 pada daun tanaman alpukat Aleyrodinae sp. 3 Spesies ini memiliki ciri morfologi antara lain: pada bagian margin memiliki permukaan yang licin. Tubuh berbentuk oval dan terdapat lipatan sefalotoraks dan sutura molting longitudinal. Memiliki seta kauda pada bagian posterior yang terlihat tipis. Ukuran panjang tubuhnya kurang lebih 0.73 mm dan lebarnya sekitar 0.56 mm. Spesies ini menyerang tanaman mengkudu (Rubiaceae). Gambar 20 Eksuvia Aleyrodinae sp. 3 pada daun tanaman mengkudu Aleyrodinae sp. 4 Spesies ini memiliki ciri morfologi antara lain: memiliki lima pasang pori sederhana pada bagian submargin. Memiliki dua pasang seta pada bagian sefalotoraks dan terdapat sutura molting longitudinal. Seluruh tubuhnya membentuk pola bergaris. Pupa spesies ini memiliki lilin yang berwarna putih berbentuk seperti bintang yang menutupi seluruh bagian tubuhnya dan hidup soliter. Ukuran panjang tubuhnya kurang lebih 1.07 mm dan lebarnya sekitar 0.74 mm. Kutukebul ini menyerang tanaman sawo (Sapotaceae).

35 18 a b Gambar 21 Eksuvia Aleyrodinae sp. 4 (a); bentuk pupa pada daun tanaman sawo (b) SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kutukebul yang ditemukan di Taman Buah Mekarsari sebanyak 20 spesies, 17 spesies termasuk subfamili Aleyrodinae dan tiga spesies termasuk subfamili Aleurodicinae. Paraleyrodes minei merupakan spesies kutukebul yang paling banyak ditemukan pada tanaman buah di Taman Buah Mekarsari. Famili Euphorbiaceae dan Rubiaceae merupakan tanaman buah yang paling banyak terserang oleh kutukebul. Sebagian besar spesies kutukebul yang ditemukan di Taman Buah Mekarsari bersifat monofag. Saran Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai keanekaragaman spesies kutukebul dan jenis keanekaragaman tanaman inangnya, khususnya tanaman hortikultura di Indonesia. Selain itu perlu dilakukan pembuatan buku kunci identifikasi yang mencakup seluruh spesies kutukebul yang ada di Indonesia, agar membantu memudahkan proses identifikasi.

36 19 DAFTAR PUSTAKA Bintoro D Keanekaragaman kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) di wilayah Bogor [skripsi]. Bogor (ID): IPB. Gullan PJ, Cranston PS The Insect: An Outline of Entomology. 2nd Ed. London (UK): Blackwell Science Ltd. Hidayat P, Bintoro D Perbedaan karakter morfologi pupa Aleurodicus dispersus dan Aleurodicus dugesii (Hemiptera: Aleyrodidae) dan sebaran inangnya di Bogor. Bogor (ID): IPB. Hoddle MS The biology and management of the silverleaf whitefly, Bemisia argentifolii Bellows and Perring (Homoptera: Aleyrodidae) on greenhouse grown ornamentals. Biol Contr 13(3): Iaccarino FM, Jesu R, Giacometti Paraleyrodes minei Iaccarino 1990 (Homoptera: Aleyrodidae), new species for Italy, on Citrus aurantium L. J Ent Acar Res 43 (1): 1-6. Karami M Kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) pada tanaman hortikultura di wilayah Bogor [skripsi]. Bogor (ID): IPB. Ko CC, Hsu TC, Wu WJ Aleyrodidae of Taiwan Part II, Asialeyrodes CORBETT. Jpn J Ent 61 (3): Martin JH An identification guide to common whitefly species of the world (Homoptera: Aleyrodidae). Tropical Pest Management 33(4): Martin JH A revision of Aleurodicus Douglas (Sternorrhyncha, Aleyrodidae), with two new genera proposed for palaeotropical natives and an identification guide to world genera of Aleurodicinae. Zootaxa 1835: Muniappan R, Shepard BM, Watson GW, Carner GR, A. Rauf, Sartiami D, Hidayat P, Afun JVK, Goergen G, Ziaur Rahman AKM New record of invasive insect (Hemiptera: Sternorrhyncha) in Southeast Asia and West Africa. J Agric and Urban Entomol 26 (4): Murgianto F Kisaran inang kutukebul Aleurodicus destructor Mackie, Aleurodicus dispersus Russell dan Aleurodicus dugesii Cockerell (Hemiptera: Aleyrodidae) di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan daerah lain di sekitarnya [skripsi]. Bogor (ID): IPB. Nurulalia L Keanekaragaman spesies dan kunci identifikasi kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) pada tanaman pertanian di Jawa Barat [tesis]. Bogor (ID): IPB. Rahayuwati S Variasi morfologi puparium dan DNA penyandi gen mitokondria sitokrom oksidase I Bemisia tabaci (Gennadius) (Hemiptera: Aleyrodidae) [tesis]. Bogor (ID): IPB. Schoonhoven LM, Jermy T, van Loon JJA Insect-Plant Biology: From Physiology to Evolution. London (UK): Chapman and Hall. Triseptyanti R Persepsi dan aktivitas pengunjung agrowisata kebun buah di Taman Wisata Mekarsari Bogor [skripsi]. Bogor (ID): IPB. Watson GW Identification of Whiteflies (Hemiptera: Aleyrodidae). APECRe-entry Workshop on Whiteflies and Mealybugs in Malaysia, 16th to 26th April 2007.

37 20 Yuliani, Hidayat P, Sartiami D Identifikasi kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) dari beberapa tanaman inang dan perkembangan populasinya. J Entomol Ind 3(1):

38 21 LAMPIRAN Lampiran 1 Peta lokasi pengamatan di Taman Buah Mekarsari A D B C E

39 22 Lampiran 2 Karakter morfologi yang digunakan pada kunci identifikasi dan deskripsi kutukebul famili Aleyrodinae (sumber: Martin 1987)

40 23 Lampiran 3 Karakter morfologi yang digunakan pada kunci identifikasi dan deskripsi kutukebul famili Aleurodicinae (sumber: Martin 2008)

41 24 Lampiran 4 Kunci identifikasi kutukebul Kunci dikotom 1a Memiliki dua sampai empat pasang pori pada bagian subdorsal (abdominal compound pores); satu pasang cephalic compound pore pada bagian kepala (cephalic). Pada bagian vasiform orifice mempunyai lingula yang menjulur membentuk seperti lidah. Pada bagian ujung lingula terdapat dua pasang rambut/seta...subfamili Aleurodicinae (2) Cephalic compound pore Abdominal compound pores Vasiform orifice 1b Tidak memiliki pori pada bagian subdorsal (abdominal compound pores), jika ada biasanya pori tersebut merupakan pori sederhana. Bentuk Vasiform orifice beragam dan sederhana. Lingula berukuran kecil dan tidak membentuk seperti lidah. Pada ujung lingula tanpa adanya dua pasang rambut/seta...subfamili Aleyrodinae (5) Tanpa pori sederhana Dengan 5 pasang pori sederhana 2a 2b Mempunyai dua sampai empat pasang pori majemuk abdominal (abdominal compound pores) yang berbentuk seperti mahkota atau tangkai pada bagian subdorsal... (3) Mempunyai empat pasang pori majemuk abdominal (abdominal compound pores) yang berbentuk seperti kerucut pada bagian subdorsal...(4)

42 25 Abdominal compound pores berbentuk kerucut 4 pasang abdominal compound pores 3a Terdapat dua pasang pori yang tereduksi pada bagian anterior abdominal...paraleyrodes minei Iaccarino Pori yang tereduksi 2 pasang pori tereduksi 4 pasang abdominal compound pores abdominal compound pores 3b 4a Tidak memiliki pori yg tereduksi pada bagian anterior abdominal...(4) Abdominal compound pores berbentuk kerucut lebih pendek. Memiliki alur pori-pori padat di sekitar lingula. Pupa menghasilkan sekresi kelenjar lilin yang kusut...aleurodicus dispersus Russell 4 pasang abdominal compound pores Alur padat 4b Abdominal compound pores berbentuk kerucut lebih panjang. Tidak memiliki alur pori-poripadat. Pupa menghasilkan lilin berwarna putih seperti jenggot...aleurodicus dugesii Cockerell

43 26 4 pasang abdominal compound pores Abdominal compound pores kerucut panjang 5a 5b 6a Memiliki lima pasang pori sederhana pada bagian submargin...6 Tidak memiliki pori sederhana pada bagian submargin...7 Permukaan margin terdapat seta seperti duri tajam. Bentuk pori sederhana sedikit meruncing. Pupa berwana kuning sedikit transparan dan terdapat koloni seperti benang berwarna putih metalik...dialeuropora decempuncta Quaintance & Baker Terdapat duri pada bagian margin Bentuk pori 6b Permukaan margin licin/tidak memiliki seta/duri. Pori sederhana berbentuk lingkaran. Pupa berwarna putih transparan sedikit kekuningan dan terdapat koloni yang tipis berwarna biru...dialeuropora sp. Tidak ada seta Sepasang seta Bentuk pori sederhana 7a Memiliki tuberkel yang berbentuk bulat pada bagian mesotoraks...8

44 27 Tuberkel 7b Tidak memiliki tuberkel pada bagian mesotoraks, pupa berwarna gelap...aleuroclava aucubae Kuwana 8a Terdapat barisan papil atau pola pada bagian submargin...9 8b Tidak terdapat barisan papil pada bagian submargin a Terdapat lipatan sefalotoraks, bentuk tubuh bagian tengah melebar...aleuroclava jasmini Takahashi Cepalothoracic suture Barisan papil 9b Terdapat sutura molting longitudinal dan terdapat pigmentasi warna yang lebih terang pada ruas II abdomen. Pada bagian submarginal terdapat pola berbentuk bulat kecil yang tersebar merata...dialeurodes sp.

45 28 Pola bulat beratura Pigmentasi warna lebih terang 10a Memiliki alur longitudinal pada bagian mesotoraks b Tidak memiliki alur longitudinal pada bagian mesotoraks a Terdapat pola lekukan (rhachis) pada bagian subdorsal abdomen. Pupa berwarna gelap dan terdapat lilin berwarna putih yang menutupi tubuh bagian margin dan submargin...aleurotrachelus sp. 1 Alur Lekukan (rhachis) 11b Tidak memiliki lekukan (rachis) pada bagian subdorsal abdomen. Pupa berwarna transparan agak sedikit kuning...aleurotrachelus sp. 1 Alur longitudinal 12a Terdapat sutura molting longitudinal. Mempunyai satu pasang seta pada bagian sefalotoraks dan satu pasang lainnya pada bagian abdomen ruas pertama...aleuroclava sp.

46 29 Longitudinal moulting suture Satu pasang seta pada sefalotoraks Satu pasang seta pada abdomen ruas 12b Tidak terdapat sutura molting longitudinal dan tidak memiliki ciri-ciri yang disebutkan pada poin 12a a Terdapat seperti pola bulat beraturan diseluruh tubuhnya. Terdapat rhachis berwarna coklat pada bagian median. Pada bagian Cephalothoracic terdapat pola seperti huruf T...Aleuroclava psidii Singh Pola seperti huruf T Rhachis berwarna coklat 13b Tidak memiliki ciri yang disebutkan pada poin 12a a Memiliki satu pasang pori trakea toraks pada bagian margin b Tidak memiliki satu pasang pori trakea toraks pada bagian margin a Memiliki sutura submarginal longitudinal, sutura submarginal transversal dan sutura moulting longitudinal. Sutura sefalotoraks bersatu dengan sutura molting transversal dan sutura molting longitudinal...cockerelliella sp. Longitudinal moulting suture Cephalothotacic suture Pori trakea toraks Tranversal moulting suture

47 30 15b Memiliki ciri khusus tubuh seperti sisir pada seluruh bagian margin sampai submargin. Pupa tidak menghasilkan lilin...asialeyrodes lushanensis Ko Trakea toraks Seperti sisir 16a Terdapat seta atau duri sebanyak dua pasang pada bagian dorsum. Seta berbentuk seperti tabung pada bagian dasar dan meruncing pada bagian ujungnya. Terdapat dua baris gerigi pada seluruh bagian tepi tubuhnya. Pupa mengeluarkan lilin dari bagian tepi tubuhnya berwarna putih yang membentuk seperti bunga matahari... Asiothrixus antidesmae Takahashi 2 pasang seta 16b Pori dan lipatan trakea toraks pada bagian sefalotoraks. Bentuk tubuh bulat dan memiliki permukaan yang halus, tidak ada seta atau papil. Pupa berwarna putih transparan dan tidak menghasilkan lilin...dialeurodes kirkaldyi Kotinsky

48 31 Lipatan trakea toraks Permukaan margin halus/rata Spesies kutukebul yang belum teridentifikasi Aleyrodinae sp. 1 Aleyrodinae sp. 2 Aleyrodinae sp. 3 Aleyrodinae sp. 4

Lampiran 1 Bagian dorsal eksuvia dan karakter morfologi yang umum digunakan pada kunci identifikasi dan deskripsi kutukebul famili Aleurodicinae

Lampiran 1 Bagian dorsal eksuvia dan karakter morfologi yang umum digunakan pada kunci identifikasi dan deskripsi kutukebul famili Aleurodicinae LAMPIRAN 81 82 Lampiran 1 Bagian dorsal eksuvia dan karakter morfologi yang umum digunakan pada kunci identifikasi dan deskripsi kutukebul famili Aleurodicinae (contoh spesies: Aleurodicus pulvinatus (Maskell))

Lebih terperinci

BAB III SPESIES KUTUKEBUL YANG DITEMUKAN PADA TANAMAN PERTANIAN DI JAWA BARAT DAN KUNCI IDENTIFIKASINYA

BAB III SPESIES KUTUKEBUL YANG DITEMUKAN PADA TANAMAN PERTANIAN DI JAWA BARAT DAN KUNCI IDENTIFIKASINYA 13 BAB III SPESIES KUTUKEBUL YANG DITEMUKAN PADA TANAMAN PERTANIAN DI JAWA BARAT DAN KUNCI IDENTIFIKASINYA Abstrak Kutukebul merupakan salah satu serangga hama yang penting karena dapat menyebabkan kerusakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pengoleksian Kutu Tanaman

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pengoleksian Kutu Tanaman BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan dengan mengoleksi kutu putih dari berbagai tanaman hias di Bogor dan sekitarnya. Contoh diambil dari berbagai lokasi yaitu : Kelurahan Tanah baru

Lebih terperinci

Identifikasi Kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) dari Beberapa Tanaman Inang dan Perkembangan Populasinya

Identifikasi Kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) dari Beberapa Tanaman Inang dan Perkembangan Populasinya Perhimpunan Entomologi Indonesia J. Entomol. Ind., April 2006, Vol. 3, No. 1, 41-49 Identifikasi Kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae) dari Beberapa Tanaman Inang dan Perkembangan Populasinya YULIANI, PURNAMA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Biologi

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Biologi 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Sebagian besar taksonomi kutukebul adalah berdasarkan karakteristik nimfa tahap ke empat yang dikenal sebagai puparium, namun informasi mengenai fase kehidupan lainnya juga

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Wawancara Pengamatan dan Pengambilan Contoh

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Wawancara Pengamatan dan Pengambilan Contoh 21 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di enam perkebunan buah naga di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdiri dari tiga kabupaten. Kebun pengamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN SPESIES DAN KUNCI IDENTIFIKASI KUTUKEBUL (HEMIPTERA: ALEYRODIDAE) PADA TANAMAN PERTANIAN DI JAWA BARAT LIA NURULALIA

KEANEKARAGAMAN SPESIES DAN KUNCI IDENTIFIKASI KUTUKEBUL (HEMIPTERA: ALEYRODIDAE) PADA TANAMAN PERTANIAN DI JAWA BARAT LIA NURULALIA KEANEKARAGAMAN SPESIES DAN KUNCI IDENTIFIKASI KUTUKEBUL (HEMIPTERA: ALEYRODIDAE) PADA TANAMAN PERTANIAN DI JAWA BARAT LIA NURULALIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

Kutu Kebul (Homoptera : Aleyrodidae) pada Tanaman Cabai, Tomat dan Kedelai di Bogor, Cianjur dan Sukabumi

Kutu Kebul (Homoptera : Aleyrodidae) pada Tanaman Cabai, Tomat dan Kedelai di Bogor, Cianjur dan Sukabumi Kutu Kebul (Homoptera : Aleyrodidae) pada Tanaman Cabai, Tomat dan Kedelai di Bogor, Cianjur dan Sukabumi Yuliani, SP., M.Si.* Abstrak Kutu kebul (Hemiptera : Aleyrodidae) dapat menyebabkan kerusakan langsung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Siklus Hidup B. tabaci Biotipe-B dan Non-B pada Tanaman Mentimun dan Cabai

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Siklus Hidup B. tabaci Biotipe-B dan Non-B pada Tanaman Mentimun dan Cabai 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Hasil identifikasi dengan menggunakan preparat mikroskop pada kantung pupa kutukebul berdasarkan kunci identifikasi Martin (1987), ditemukan ciri morfologi B. tabaci

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Kutukebul Pengkoloni Pertanaman Tomat Kutukebul yang dikumpulkan dari pertanaman tomat di daerah Cisarua, Bogor diperbanyak di tanaman tomat dalam kurungan kedap serangga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Buah-buahan

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Buah-buahan 3 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah-buahan Taksonomi Tanaman Buah-buahan Tanaman buah-buahan termasuk ke dalam divisi Spermatophyta atau tumbuhan biji. Biji berasal dari bakal biji yang biasa disebut makrosporangium,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Distribusi Spasial A. tegalensis pada Tiga Varietas Tebu Secara umum pola penyebaran spesies di dalam ruang terbagi menjadi tiga pola yaitu acak, mengelompok, dan teratur. Sebagian

Lebih terperinci

Hama penghisap daun Aphis craccivora

Hama penghisap daun Aphis craccivora Hama Kacang tanah Hama penghisap daun Aphis craccivora Bioekologi Kecil, lunak, hitam. Sebagian besar tdk bersayap, bila populasi meningkat, sebagian bersayap bening. Imago yg bersayap pindah ke tanaman

Lebih terperinci

BAB IV KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTUKEBUL PADA TANAMAN PERTANIAN DENGAN KETINGGIAN TEMPAT BERBEDA DI JAWA BARAT

BAB IV KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTUKEBUL PADA TANAMAN PERTANIAN DENGAN KETINGGIAN TEMPAT BERBEDA DI JAWA BARAT BAB IV KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTUKEBUL PADA TANAMAN PERTANIAN DENGAN KETINGGIAN TEMPAT BERBEDA DI JAWA BARAT 49 Abstrak Kutukebul sering terbawa melalui material tanaman pada kegiatan perdagangan antar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengendalian Hayati, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari

Lebih terperinci

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi penelitian berada pada ketinggian 343 meter

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Imago Bemisia tabaci.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Imago Bemisia tabaci. TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Morfologi B. tabaci digolongkan ke dalam ordo Hemiptera, subordo Sternorrhyncha, superfamili Aleyrodoidea, dan termasuk kedalam famili Aleyrodidae (Boror et al. 1996). B.

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK

BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK A. Kehadiran dan Keragaman Jenis Tanaman Pada lokasi gunung parakasak, tidak dilakukan pembuatan plot vegetasi dan hanya dilakukan kegiatan eksplorasi. Terdapat

Lebih terperinci

J. Agric. Sci. and Biotechnol. ISSN: Vol. 4, No. 1, Juli 2015

J. Agric. Sci. and Biotechnol. ISSN: Vol. 4, No. 1, Juli 2015 PENGARUH PENGGUNAAN BARIER NET BERWARNA (MERAH DAN PUTIH) TERHADAP POPULASI Bemisia tabaci PADA TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) DI DESA KERTA Made Mika Mega Astuthi 1, I Putu Sudiarta 1 *

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan di penangkaran PT. Mega Citrindo di Desa Curug RT01/RW03, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Entomologi Fakultas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang 5 4 TINJAUAN PUSTAKA A. Kutu Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk ke dalam kulit inangnya. Bagian-bagian mulut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keanekaragaman Spesies Kutu Putih

HASIL DAN PEMBAHASAN Keanekaragaman Spesies Kutu Putih 11 HSIL DN PEMHSN Keanekaragaman Spesies Kutu Putih Pada penelitian ini ditemukan 20 spesies kutu putih yang menyerang 23 jenis tanaman buah-buahan (Tabel 2 ), yaitu: Dysmicoccus brevipes (Cockerell),

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lapang dan di Laboratorium Bioekologi Parasitoid dan Predator Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor, pada bulan Mei

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Bidang Proteksi Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Morfologi Trialeurodes vaporariorum (Westwood)

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Morfologi Trialeurodes vaporariorum (Westwood) TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Morfologi Trialeurodes vaporariorum (Westwood) Kutukebul T. vaporariorum merupakan hama utama pada berbagai tanaman hortikultura dan tanaman hias. Kutukebul ini bersifat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kedelai (Glycines max L. Merril) Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman eksotik yang diperkirakan berasal dari Manshukuw (Cina) yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian deskriptif dengan kegiatan secara eksploratif yaitu observasi dengan mengambil sampel secara langsung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cengkeh adalah tumbuhan asli Maluku, Indonesia. Cengkeh dikenal dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman asli Indonesia ini tergolong

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika IPB (PKBT-IPB) Pasir Kuda, Desa Ciomas, Bogor, dan Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan,

Lebih terperinci

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila I. Praktikum ke : 1 (satu) II. Hari / tanggal : Selasa/ 1 Maret 2016 III. Judul Praktikum : Siklus Hidup Drosophila melanogaster IV. Tujuan Praktikum : Mengamati siklus hidup drosophila melanogaster Mengamati

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian dasar. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yaitu untuk menganalisis hubungan kekerabatan kultivar Mangifera

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Sycanus sp. (Hemiptera: Reduviidae) Telur Kelompok telur berwarna coklat dan biasanya tersusun dalam pola baris miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa

Lebih terperinci

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Serangga predator adalah jenis serangga yang memangsa serangga hama atau serangga lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan serangga predator sudah dikenal

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Penanaman Tanaman Uji

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Penanaman Tanaman Uji 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Cikabayan, University Farm, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Laboratorium Virologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman,

Lebih terperinci

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Oleh : Umiati, SP dan Irfan Chammami,SP Gambaran Umum Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman perkebunan industry berupa pohon batang lurus

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Perbanyakan B. tabaci dan M. persicae

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Perbanyakan B. tabaci dan M. persicae 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung dari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Metode Penelitian Pengambilan Sampel Kutukebul dan Tanaman Tomat Sumber TICV

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Metode Penelitian Pengambilan Sampel Kutukebul dan Tanaman Tomat Sumber TICV BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Kegiatan survei dan pengambilan sampel kutukebul dilakukan di sentra produksi tomat di Kecamatan Cikajang (kabupaten Garut), Kecamatan Pacet (Kabupaten Cianjur), Kecamatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2014 di Kecamatan Kepenuhan, Kepenuhan Hulu Dan Kecamatan Rambah Hilir di Kabupaten Rokan Hulu.

Lebih terperinci

HERBARIUM. Purwanti widhy H 2012

HERBARIUM. Purwanti widhy H 2012 HERBARIUM Purwanti widhy H 2012 Agar suatu tumbuhan dapat terus dilihat keberadaannya, maka pengawetan tumbuhan menjadi alternative cara untuk melindungi keberadaan tumbuhan Salah satu pengawetan tumbuhan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. tiga tipe kebun kakao di Desa Cipadang. Secara administratif, Desa Cipadang

III. METODOLOGI PENELITIAN. tiga tipe kebun kakao di Desa Cipadang. Secara administratif, Desa Cipadang 23 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survai, yaitu pengambilan sampel semut pada tiga tipe kebun kakao di Desa Cipadang. Secara administratif,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari genus Vignadan termasuk ke dalam kelompok yang disebut catjangdan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang melihat langsung fenomena, gejala, atau ciri-ciri secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Seperti yang dijelaskan Sudaryanto dan Swastika (2007), bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Seperti yang dijelaskan Sudaryanto dan Swastika (2007), bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting bagi penduduk Indonesia. Seperti yang dijelaskan Sudaryanto dan Swastika (2007), bahwa kedelai merupakan sumber

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Pengamatan Lokasi pengamatan dilaksanakan di dua kecamatan yaitu Kecamatan Cipanas dan Kecamatan Cisarua. Berikut ini adalah profil kedua kecamatan: a. Kecamatan

Lebih terperinci

Nimfa instar IV berwarna hijau, berbintik hitam dan putih. Nimfa mulai menyebar atau berpindah ke tanaman sekitarnya. Lama stadium nimfa instar IV rata-rata 4,5 hari dengan panjang tubuh 6,9 mm. Nimfa

Lebih terperinci

Pengorok Daun Manggis

Pengorok Daun Manggis Pengorok Daun Manggis Manggis (Garcinia mangostana Linn.) merupakan tanaman buah berpotensi ekspor yang termasuk famili Guttiferae. Tanaman manggis biasanya ditanam oleh masyarakat Indonesia di pertanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tembakau adalah: Menurut Murdiyanti dan Sembiring (2004) klasifikasi tanaman tembakau Kingdom Divisi Sub divisi Class Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang memiliki tubuh buah, serasah daun, ranting, kayu

Lebih terperinci

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantiatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar 4 TINJAUAN PUSTAKA Pepaya (Carica papaya L.) Asal-usul Pepaya Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba yang diduga berasal dari Amerika Tropis, diantaranya Meksiko dan Nikaragua. Penyebaran tanaman pepaya

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PARASITOID DAN PREDATOR KUTU KEBUL PADA TANAMAN MURBEI (Morus sp)

IDENTIFIKASI PARASITOID DAN PREDATOR KUTU KEBUL PADA TANAMAN MURBEI (Morus sp) IDENTIFIKASI PARASITOID DAN PREDATOR KUTU KEBUL PADA TANAMAN MURBEI (Morus sp) LINCAH ANDADARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 8 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1.1 Materi Penelitian 1.1.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang bertubuh buah, serasah daun, batang/ranting

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang Kehilangan hasil yang disebabkan gangguan oleh serangga hama pada usaha tani komoditas hortikultura khususnya kentang, merupakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Individu betina dan jantan P. marginatus mengalami tahapan perkembangan hidup yang berbeda (Gambar 9). Individu betina mengalami metamorfosis paurometabola (metamorfosis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Attacus atlas (L.) Klasifikasi Attacus atlas (L.) menurut Peigler (1980) adalah Filum Klasis Ordo Subordo Superfamili Famili Subfamily Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi yang diamati dalam penelitian ini adalah seluruh

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 16 3. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Pola reproduksi ikan swanggi (Priacanthus tayenus) pada penelitian ini adalah tinjauan mengenai sebagian aspek reproduksi yaitu pendugaan ukuran pertama

Lebih terperinci

(HEMIPTERA: BOGOR BUSTANUL

(HEMIPTERA: BOGOR BUSTANUL KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTU PUTIH (HEMIPTERA: PSEUDOCOCCIDAE) PADA TANAMAN BUAH-BUAHAN DI BOGOR BUSTANUL ARIFIN NASUTION DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah (S. coarctata) Secara umum tampak bahwa perkembangan populasi kepinding tanah terutama nimfa dan imago mengalami peningkatan dengan bertambahnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca dan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

JENIS_JENIS TIKUS HAMA

JENIS_JENIS TIKUS HAMA JENIS_JENIS TIKUS HAMA Beberapa ciri morfologi kualitatif, kuantitatif, dan habitat dari jenis tikus yang menjadi hama disajikan pada catatan di bawah ini: 1. Bandicota indica (wirok besar) Tekstur rambut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memasukkan kelenjar ludah kedalam kulit inangnya serta mengangkut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memasukkan kelenjar ludah kedalam kulit inangnya serta mengangkut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pinjal 1. Morfologi Pinjal Pinjal penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk kedalam kulit

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Hal

DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal SAMPUL DALAM... PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... ABSTRAK... ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN... TIM PENGUJI... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten Purbalingga.

Lebih terperinci

TEKNIK PENGIDENTIFIKASIAN JAMUR KARAT PADA RUMPUT-RUMPUTAN. Ole h. DORlY. JURUSAN BIOlOGI. FAKUl TAS MATEMATIKA DAN IlMU PENGETAHUAN AlAM

TEKNIK PENGIDENTIFIKASIAN JAMUR KARAT PADA RUMPUT-RUMPUTAN. Ole h. DORlY. JURUSAN BIOlOGI. FAKUl TAS MATEMATIKA DAN IlMU PENGETAHUAN AlAM pl.r$z. if 1: TEKNIK PENGIDENTIFIKASIAN JAMUR KARAT PADA RUMPUT-RUMPUTAN Ole h DORlY JURUSAN BIOlOGI FAKUl TAS MATEMATIKA DAN IlMU PENGETAHUAN AlAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 198 9 TEKNIK PENGIDENTIFIKASIAN

Lebih terperinci

TEKNIK PENGIDENTIFIKASIAN JAMUR KARAT PADA RUMPUT-RUMPUTAN. Ole h. DORlY. JURUSAN BIOlOGI. FAKUl TAS MATEMATIKA DAN IlMU PENGETAHUAN AlAM

TEKNIK PENGIDENTIFIKASIAN JAMUR KARAT PADA RUMPUT-RUMPUTAN. Ole h. DORlY. JURUSAN BIOlOGI. FAKUl TAS MATEMATIKA DAN IlMU PENGETAHUAN AlAM pl.r$z. if 1: TEKNIK PENGIDENTIFIKASIAN JAMUR KARAT PADA RUMPUT-RUMPUTAN Ole h DORlY JURUSAN BIOlOGI FAKUl TAS MATEMATIKA DAN IlMU PENGETAHUAN AlAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 198 9 TEKNIK PENGIDENTIFIKASIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai (Capsicum annuum L.) termasuk dalam genus Capsicum yang spesiesnya telah dibudidayakan, keempat spesies lainnya yaitu Capsicum baccatum, Capsicum pubescens,

Lebih terperinci

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Faperta, Universitas Sriwijaya, Indralaya 2

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Faperta, Universitas Sriwijaya, Indralaya 2 J. HPT Tropika. ISSN 1411-7525 136 J. HPT Tropika Vol. 14, No. 2, 2014: 136-141 Vol. 14, No. 2: 136 141, September 2014 POPULASI DAN SERANGAN KUTU PUTIH PEPAYA PARACOCCUS MARGINATUS (HEMIPTERA: PSEUDOCOCCIDAE)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehidupan serangga sudah dimulai sejak 400 juta tahun (zaman devonian). Kirakira

I. PENDAHULUAN. Kehidupan serangga sudah dimulai sejak 400 juta tahun (zaman devonian). Kirakira I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serangga merupakan kelompok hewan dengan jumlah spesies serta kelimpahan tertinggi dibandingkan denga n makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Terdapat berbagai

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati HASIL Jumlah Imago Lebah Pekerja A. cerana Berdasarkan hasil pembuatan peta lokasi sel pupa, dapat dihitung jumlah imago lebah pekerja yang keluar dari sel pupa. Jumlah imago lebah pekerja A. cerana (yang

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif yaitu suatu

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif yaitu suatu 44 BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Serangga Vektor

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Serangga Vektor HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Serangga Vektor Kutudaun Aphis craccivora yang dipelihara dan diidentifikasi berasal dari pertanaman kacang panjang, sedangkan A. gossypii berasal dari pertanaman cabai.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut Dwidjoseputro (1978) sebagai berikut : Divisio Subdivisio Kelas Ordo Family Genus Spesies : Mycota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua ilmu pengetahuan sesungguhnya bersumber dari Al Qur an, karena

BAB I PENDAHULUAN. Semua ilmu pengetahuan sesungguhnya bersumber dari Al Qur an, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua ilmu pengetahuan sesungguhnya bersumber dari Al Qur an, karena di dalam Al Qur an telah dijelaskan proses penciptaan alam semesta termasuk makhluk hidup yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Biologi Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis

II. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Biologi Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kutu Perisai (Aulacaspis tegalensis) 2.1.1 Morfologi dan Biologi Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis Zehntner termasuk dalam Ordo Hemiptera,

Lebih terperinci

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Sarjana Pendidikan (S-1)

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN KUTUKEBUL DALAM MENULARKAN VIRUS PENYEBAB PENYAKIT KUNING PADA TANAMAN TOMAT EVA DWI FITRIASARI

KEEFEKTIFAN KUTUKEBUL DALAM MENULARKAN VIRUS PENYEBAB PENYAKIT KUNING PADA TANAMAN TOMAT EVA DWI FITRIASARI 35 KEEFEKTIFAN KUTUKEBUL DALAM MENULARKAN VIRUS PENYEBAB PENYAKIT KUNING PADA TANAMAN TOMAT EVA DWI FITRIASARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 i PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus Hidup dan Morfologi

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus Hidup dan Morfologi TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Attacus atlas Attacus atlas merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (Chapman, 1969). Klasifikasi A. atlas menurut Peigler (1989) adalah sebagai berikut: Kelas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitoid yang ditemukan di Lapang Selama survei pendahuluan, telah ditemukan tiga jenis parasitoid yang tergolong dalam famili Eupelmidae, Pteromalidae dan Scelionidae. Data pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4 TINJAUAN PUSTAKA Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) Biologi Siklus hidup S. litura berkisar antara 30 60 hari (lama stadium telur 2 4 hari, larva yang terdiri dari 6 instar : 20 26 hari, pupa 8

Lebih terperinci

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013) II. TELH PUSTK Nyamuk edes spp. dewasa morfologi ukuran tubuh yang lebih kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family

Lebih terperinci

No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Alkohol 70% Mencegah kerusakan akibat jamur dan serangga

No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Alkohol 70% Mencegah kerusakan akibat jamur dan serangga Lampiran 1. Spesifikasi bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bambu tali (G. apus (Schult.f.) Kurz) yang terdapat di pinggiran

Lebih terperinci

Host Range of Cashew Shoots Hopper (Sanurus indecora) in the Nursery

Host Range of Cashew Shoots Hopper (Sanurus indecora) in the Nursery JURNAL AGROTEKNOS Juli 2012 Vol.2. No.2. hal. 92-96 ISSN: 2087-7706 KISARAN INANG WERENG PUCUK METE (Sanurus indecora) DI PEMBIBITAN Host Range of Cashew Shoots Hopper (Sanurus indecora) in the Nursery

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang Soil

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang Soil III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang Soil Rehabilitation yang dilaksanakan atas kerjasama GMP-UNILA-YNU. Pengambilan sampel

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci