ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN CAMPAKA, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN CAMPAKA, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT"

Transkripsi

1 ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN CAMPAKA, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT AKHMAD FAISAL AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Nilai Ekonomi Lahan (Land Rent) pada Lahan Sawah di Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Mei 2011 Akhmad Faisal Amri H

3 RINGKASAN AKHMAD FAISAL AMRI. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Nilai Ekonomi Lahan (Land Rent) pada Lahan Sawah di Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Dibimbing Oleh NINDYANTORO Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten sentra produksi padi di Jawa Barat. Rata-rata produksi padi sawah per kecamatan di Kabupaten Cianjur dari tahun 2005 hingga 2009 mengalami peningkatan, termasuk di Kecamatan Campaka. Namun peningkatan produksi ini lebih dikarenakan peningkatan produktivitas, sedangkan luas lahan sawah di Kecamatan Campaka terus mengalami perubahan penggunaan lahan. Penggunaan lahan di Kecamatan Campaka sebagian besar berupa lahan sawah irigasi dan sisanya lahan sawah tadah hujan. Namun penggunaan lahan sawah ini dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Hal ini disebabkan konversi lahan baik penggunaan untuk kegiatan pertanian lainnya maupun penggunaan untuk sektor non pertanian Konversi lahan sawah untuk sektor non pertanian, terjadi karena kedua sektor ini dinilai memiliki manfaat ekonomi tinggi. Sedangkan lahan sawah dinilai memiliki manfaat ekonomi yang rendah. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perubahan penggunaan lahan sawah yang terjadi di Kecamatan Campaka. Selain itu mengestimasi nilai ekonomi lahan (land rent) pada dua tipologi penggunaan lahan sawah yang berbeda yakni lahan sawah irigasi dan lahan sawah tadah hujan. Kemudian menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi land rent pada kedua tipologi lahan sawah yang berbeda tersebut. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga April Data yang digunakan dalam menganalisis perubahan penggunaan lahan sawah berupa data sekunder dengan membandingkan luas penggunaan lahan pada tahun 2006 dengan Sedangkan dalam menganalisis land rent dan faktorfaktor yang mempengaruhinya digunakan data primer hasil wawancara kepada petani secara purposive sampling sebanyak 60 responden. Data primer diperoleh dengan mengambil kasus di Desa Sukajadi, Desa Girimukti dan Desa Susukan karena mewakili karakteristik penggunaan tipologi lahan sawah yang berbeda. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa selama kurun waktu lima tahun terakhir yakni dari tahun 2006 hingga 2010 luas penggunaan lahan sawah di kecamatan Campaka mengalami penurunan sebesar 188,24 hektar. Selama kurun waktu tersebut persentase laju degradasi lahan sawah adalah sekitar 11,62 persen atau sekitar 2,32 persen per tahun. Laju konversi ini semakin meningkat seiring dengan bertambahnya penduduk. Dalam perhitungan land rent pada dua tipologi lahan sawah yang berbeda diperoleh rata-rata land rent sawah irigasi sebesar Rp 839,69 /m 2 /tahun sedangkan rata-rata land rent sawah tadah hujan sebesar Rp 832,41 /m 2 /tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sawah irigasi lebih efisien atau menguntungkan dibandingkan sawah tadah hujan. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda diketahui faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap land rent sawah irigasi adalah biaya tetap, produktivitas, biaya variabel dan jarak lahan ke pasar. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap land rent sawah tadah hujan adalah biaya tetap, produktivitas dan biaya variabel.

4 ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN CAMPAKA, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT AKHMAD FAISAL AMRI H Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

5 Judul Skripsi : Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Nilai Ekonomi Lahan...(Land Rent) pada Lahan Sawah di Kecamatan Campaka,...Kabupaten Cianjur, Jawa Barat Nama :.Akhmad Faisal Amri NIM :.H Disetujui Ir. Nindyantoro, MSP Pembimbing Diketahui Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen Tanggal Lulus :

6 UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, petunjuk dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa penulis curahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat serta pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dan semoga kita termasuk pengikut beliau yang mendapatkan syafaatnya di yaumul akhir. Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada : 1. Kedua orangtua penulis yaitu Bachtiar dan Euis Suhaeni, serta kakak-kakak (Khairul Ikhsan, S.T., Fajar Fadillah, Husna Meisarah dan Ahmad Rafli Anhar) yang senantiasa selalu mengingatkan dan memberikan dukungan baik material maupun spiritual yang tulus dan ikhlas. 2. Ir. Nindyantoro, MSP, sebagai dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar memberikan bimbingan dan nasehat serta meluangkan waktunya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 3. Adi Hadianto, S.P., M.Si, sebagai dosen penguji utama dan Novindra, S.P., sebagai dosen penguji wakil departemen atas kritik dan saran yang membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini. 4. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan nasehat selama penulis menjalani masa perkuliahan di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. 5. Bapak Aris Haryanto, AP. Msi, (Camat Campaka), Bapak Wawan Ridwanudin (Kepala Desa Sukajadi), Bapak Daman (Kepala Desa Girimukti), dan Bapak Taryana (Kepala Desa Susukan) yang telah memberikan izin kepada penulis dalam melakukan penelitian di wilayahnya. 6. Segenap perangkat Desa Sukajadi, Desa Girimukti, Desa Susukan, KCD Pertanian, PPL, Kecamatan Campaka, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, serta masyarakat Campaka yang telah menerima penulis dengan baik dan memberikan infomasi yang dibutuhkan.

7 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, petunjuk dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN CAMPAKA, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Skripsi ini merupakan suatu karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dalam penelitian ini penulis berupaya menganalisis perubahan penggunaan lahan sawah yang terjadi di Kecamatan Campaka. Selain itu penulis juga mengestimasi nilai ekonomi lahan (land rent) pada dua tipologi penggunaan lahan sawah yaitu sawah irigasi dan sawah tadah hujan dengan mengambil kasus di Desa Sukajadi, Desa Girimukti dan Desa Susukan, Kecamatan Campaka. Kemudian dilakukan analisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai ekonomi lahan (land rent) pada kedua tipologi lahan tersebut. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Sehingga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi. Semoga Allah SWT selalu memberikan petunjuknya kepada kita semua. Amin. Bogor, Mei 2011 Penulis

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Usahatani Padi Lahan Penggunaan Lahan (Land Use) Alih Fungsi Lahan (Konversi Lahan) Lahan Sawah Nilai Ekonomi Lahan (Land Rent) Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Ricardo (Ricardian Rent) Teori Von Thunen (Locational rent) Analisis Regresi Linear Berganda Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Jenis dan Sumber Data Penentuan Jumlah Responden/Sampel Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data viii

9 4.5.1 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Sawah Analisis Land Rent Analisis Regresi Linear Berganda Terhadap Land Rent Uji Kesesuaian Model Kriteria Ekonomi Kriteria Statistik Kriteria Ekonometrika Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Land Rent Analisis Deskriptif V. GAMBARAN UMUM Kondisi Geografis Kondisi Kependudukan Kondisi Perekonomian Kondisi Pertanian Karakteristik Responden Jenis Kelamin, Tingkat Usia dan Pengalaman Bertani Tingkat Pendidikan Tipologi Lahan dan Luas Lahan yang Diusahakan VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Sawah Analisis Land Rent Analisis Regresi Linear Berganda Terhadap Land Rent Uji Kesesuaian Model Kriteria Ekonomi Kriteria Statistik Kriteria Ekonometrika Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Land Rent Faktor Biaya Variabel (X 1 ) Faktor Biaya Tetap (X 2 ) Faktor Luas Lahan (X 3 ) Faktor Produktivitas (X 4 ) Faktor Jarak Lahan ke Pasar (X 5 ) ix

10 6.5.6 Faktor Jarak Lahan ke Jalan Desa (X 6 ) VII. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Nasional ( ) Jenis dan Sumber Data serta Metode Analisis yang Digunakan Variabel Bebas (X) dan Variabel Tak Bebas (Y) yang Digunakan.Dalam Model Banyaknya Dusun, RW, RT, Luas Wilayah dan Ketinggian Dari Permukaan Air Laut Tiap Desa di Kecamatan Campaka Jarak (Orbitasi) dari Tiap Desa ke Ibu Kota Kecamatan, Ibu Kota Kabupaten, dan Ibu Kota Provinsi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Banyaknya Rumah Tangga dan Kepadatannya Tiap Desa Tahun Angka Kelahiran, Kematian dan Migrasi Penduduk Tiap Desa Tahun Banyaknya Fasilitas Perekonomian Menurut Jenis Usaha di Tiap..Desa Tahun Luas Wilayah Menurut Penggunaannya Tiap Desa Tahun Data Kelembagaan Petani Tahun Perubahan Luas Lahan Sawah di Kecamatan Campaka Pada.Tahun Perbandingan Land Rent pada Lahan Sawah Irigasi dan Lahan Sawah Tadah Hujan Hasil Perbandingan Analisis Regresi Linear Berganda Land Rent Sawah Irigasi dan Land Rent Sawah Tadah Hujan Nilai Koefesien Regresi, Koefesien Baku, dan Elastisitas Pada Kedua Model Regresi Berganda xi

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Cianjur per Kecamatan dari Tahun Rata - rata Produksi Padi Sawah per Kecamatan di Kabupaten Cianjur dalam GKG dari Tahun Perubahan Penggunaan Lahan SawahTiap Desa di Kecamatan Campaka Tahun Perbedaan Land Rent Karena Perbedaan Tingkat Kesuburan Lahan Pengaruh Jarak terhadap Biaya Transportasi dan Land Rent Alur Kerangka Pemikiran Sebaran Penduduk Angkatan Kerja Menurut Jenis Pekerjaan (a) Karakteristik Tingkat Usia dan (b) Pengalaman Bertani Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden Persentase Luas Lahan yang Diusahakan xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Kuesioner Penelitian Untuk Responden Laporan Penggunaan Lahan Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Cianjur Data Responden Petani Sawah Irigasi Data Responden Petani Sawah Tadah Hujan Hasil Uji Pearson Correlation pada Model Regresi Land Rent Sawah Irigasi Hasil Uji Pearson Correlation pada Model Regresi Land Rent Sawah Tadah Hujan Hasil Estimasi Model Regresi Land Rent Sawah Irigasi Menggunakan SPSS Hasil Estimasi Model Regresi Land Rent Sawah Irigasi Menggunakan Minitab Hasil Regresi Nilai Absolut Residual [RESI1] Terhadap Variabel Bebas pada Model Land Rent Sawah Irigasi (Uji Glesjer) Hasil Estimasi Model Regresi Land Rent Sawah Tadah Hujan Menggunakan SPSS Hasil Estimasi Model Regresi Land Rent Sawah Tadah Hujan Menggunakan Minitab Hasil Regresi Nilai Absolut Residual [RESI1] dengan Variabel Bebas pada Model Land Rent Sawah Tadah Hujan (Uji Glesjer) Hasil Pengujian Hipotesis dan Selang Kepercayaan bagi Nilai Tengah Dua Populasi Dokumentasi Lokasi Penelitian xiii

14 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi besar pada sektor pertanian, hal ini dapat dilihat dari kekayaan alam yang dimiliki seperti kondisi geografis, iklim dan cuaca yang mendukung untuk berbagai macam tanaman serta ketersediaan lahan yang luas dan subur. Indonesia juga dikenal sebagai negara agraris, dimana sektor pertanian merupakan motor penggerak pertumbuhan ekonomi, karena sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dan melakukan kegiatannya di sektor pertanian. Sehingga peran sektor pertanian menjadi sangat penting dan perlu untuk terus dikembangkan. Pengembangan sektor pertanian, pada umumnya lebih menekankan pada peningkatan output (produksi) dan maksimalisasi produktivitas dari faktor-faktor produksi utama, seperti tanah, tenaga kerja, modal dan manajemen atau pengelolaan (skill). Menurut Daniel (2004), terutama untuk faktor produksi tanah, terdiri dari beberapa faktor alam lainnya seperti air, udara, temperatur, sinar matahari dan lainnya. Semuanya secara bersama menentukan jenis tanaman yang dapat diusahakan atau sebaliknya, dalam hal ini yang dibahas adalah jenis tanaman padi. Dalam usahatani padi, selain mutlak memerlukan faktor produksi juga memerlukan sarana produksi seperti lahan sawah, karena lahan sawah ini merupakan bagian dari faktor produksi tanah sehingga lahan sawah juga memiliki peran penting dalam proses produksi dimana peningkatan luas lahan atau luas panen sangat mempengaruhi hasil panen yang diperoleh. Hal tersebut tentunya harus didukung dengan penerapan teknologi yang efektif dan efisien untuk meningkatkan produktivitas dari usahatani padi. 1

15 Salah satu bentuk teknologi yang diterapkan oleh petani yaitu dengan menggunakan sistem pengairan. Pada umumnya usahatani padi di Indonesia menggunakan dua macam pengairan, yaitu lahan sawah irigasi (teknis, setengah teknis, sederhana dan desa/non PU) dan lahan sawah non irigasi (tadah hujan, pasang surut, lebak, polder dan sawah lainnya). Produksi usahatani padi tidak hanya dapat dihasilkan dari lahan sawah tetapi juga dapat dihasilkan dari lahan non sawah seperti (kebun, ladang, pekarangan, dan lainnya). Sehingga peningkatan luas lahan sawah maupun lahan non sawah tentunya berpengaruh terhadap peningkatan luas panen, produksi dan produktivitas padi. Data BPS tentang luas panen, produksi dan produktivitas padi nasional untuk periode (Tabel 1), menunjukkan bahwa luas panen dalam hektar secara umum mengalami peningkatan dari hektar menjadi hektar, walaupun sempat terjadi fluktuasi pada tahun 2001 sampai dengan 2006 namun setelah itu terus mengalami peningkatan. Tidak berbeda dengan jumlah produksi padi (Gabah Kering Giling atau GKG) dalam ton yang secara umum mengalami peningkatan dari ton menjadi ton, sedangkan produktivitas dalam ton per hektar lahan panen rata-rata per tahun meningkat dari 4,40 hingga 4,99. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah produksi lebih dipengaruhi oleh peningkatan produktivitas dari suatu usahatani, karena jumlah produksi relatif terus meningkat walaupun terjadi penurunan luas panen, sebagai contoh pada tahun 2005 sampai 2006 yang menunjukkan bahwa luas panen mengalami penurunan, akan tetapi jumlah produksi pada tahun tersebut justru mengalami peningkatan. 2

16 Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Nasional ( ) Tahun Luas Panen Produktivitas Produksi (ton) (hektar) (ton/hektar) , , , , , , , , , , * ,01 Ket. : * angka sementara Sumber : BPS Tahun 2010 (diolah) Pada kondisi dimana produktivitas usahatani padi semakin sulit ditingkatkan, peningkatan luas panen merupakan upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan produksi padi nasional (Irawan, 2005). Namun dalam upaya peningkatan luas panen terbentur dengan masalah ketersediaan lahan yang terbatas. Di lain pihak kebutuhan atau permintaan (demand) terhadap beras dan sumberdaya lahan yang terus meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk. Walaupun terjadi peningkatan luas panen, namun hal ini terjadi di luar pulau Jawa dengan pencetakan sawah baru, sedangkan di pulau Jawa yang justru memiliki lahan yang subur mengalami penurunan luas panen akibat terjadinya alih fungsi lahan atau konversi lahan. Oleh karena itu, perencanaan penggunaan lahan menjadi sangat diperlukan untuk mengoptimalkan penggunaan lahan (land use) tersebut. Menurut Dewi (2006), perencanaan penggunaan lahan pertanian merupakan bagian dari perencanaan pembangunan nasional. Dalam perencanaan penggunaan lahan perlu dipertimbangkan berbagai faktor seperti sifat fisik lingkungan dan sosial ekonomi. Sifat fisik lingkungan ini dapat dilihat dengan melakukan evaluasi kesesuaian 3

17 lahan. Sedangkan sosial ekonomi dapat dilihat dari nilai ekonomi lahan (land rent) yang diperoleh dari kegiatan usahatani, dalam hal ini usahatani padi. Dalam Undang-Undang No. 26/2007 tentang penataan ruang disebutkan bahwa perencanaan penggunaan lahan merupakan bagian dari perencanaan tata ruang, karena lahan merupakan bagian dari ruang yang berupa daratan. 1 Penyelenggara penataan ruang pada tingkat provinsi wewenang berada pada Gubernur dan untuk tingkat kabupaten/kota wewenang berada pada Bupati/Walikota. Pada tingkat kabupaten/kota disebut dengan istilah Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RTRW), untuk wilayah Kabupaten Cianjur sendiri penataan ruang lebih difungsikan sebagai daerah pengembangan kegiatan pertanian khususnya bidang tanaman pangan. Kabupaten Cianjur sebagai daerah agraris yang pembangunannya bertumpu pada sektor pertanian dan merupakan salah satu daerah swasembada padi nasional, dengan memiliki areal seluas hektar dari 32 kecamatan, Selain itu sektor pertanian juga merupakan penyumbang terbesar terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dengan kontribusi sebesar 42,80 persen. Produksi padi per tahun sekitar ton GKG dan dari jumlah sebesar itu telah dikurangi dengan kebutuhan konsumsi lokal dan benih, masih memperoleh surplus padi sekitar 40 persen. 2 Realisasi produksi padi Kabupaten Cianjur hingga Juni 2010 sudah lebih dari 75 persen. Dari target produksi tahun 2010 sebesar ton, realisasi produksi sudah mencapai angka ton. 3 Hal ini dapat dicapai karena 1 diakses pada tanggal 15 September diakses pada tanggal 11 September diakses pada tanggal 22 September

18 berbagai upaya telah dilakukan pemerintah kabupaten Cianjur bersamaan dengan gerakan tanam padi, di antaranya bantuan stimulan dengan memberikan benih berlabel kualitas bagus kepada petani, sehingga mampu meningkatkan produksi (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, 2010). Namun peningkatan produksi padi tersebut terjadi karena peningkatan produktivitas, sedangkan luas areal sawah secara keseluruhan mengalami penurunan akibat terjadinya konversi lahan. Konversi lahan ini dapat berupa perubahan penggunaan lahan sawah menjadi bentuk penggunaan lahan untuk komoditas pertanian lainnya maupun penggunaan lahan untuk non pertanian, seperti pemukiman dan industri yang dipandang memiliki manfaat ekonomi tinggi. Khusus konversi lahan menjadi pemukiman dapat dikatakan sulit dicegah dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk. Laju konversi lahan sawah di Kabupaten Cianjur sendiri mengalami peningkatan dan berbanding lurus dengan laju pertumbuhan penduduk. Berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk 2010, jumlah penduduk kabupaten Cianjur sementara adalah orang, yang terdiri lakilaki dan perempuan. Dengan luas wilayah sekitar 3.501,48 kilo meter persegi, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk mencapai 127 orang per kilo meter persegi. Laju pertumbuhan penduduk kabupaten Cianjur per tahun selama 10 tahun terakhir yakni sebesar 1,09 persen. Kecamatan Cilaku merupakan kecamatan dengan laju pertumbuhan tertinggi sebesar 1,75 persen, sedangkan Kecamatan Leles merupakan kecamatan dengan laju pertumbuhan terendah yakni menurun 0,22 persen. Kecamatan Campaka sendiri memiliki laju pertumbuhan sebesar 0,45 persen (Gambar 1). 5

19 2 Laju Pertumbuhan Penduduk (%) Leles Campaka Mulya Cijati Pasir Kuda Campaka Tanggeung Pagelaran Agrabinta Takokak Naringgul Kadupandak Cibinong Cibeber Karang Tengah Cikadu Warung Kondang Bojong Picung Kabupaten Cianjur Cianjur Sukaresmi Kecamatan Sukaluyu Sukanagara Sindang Barang Cikalong Kulon Cidaun Cugenang Haurwangi Ciranjang Pacet Cipanas Gekbrong Mande Cilaku Campaka Kabupaten Cianjur Sumber : BPS Kabupaten Cianjur 2010 Gambar 1. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Cianjur per Kecamatan dari Tahun Dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi tersebut dan mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat dengan titik berat pada sektor pertanian dan pariwisata. Terutama untuk daerah pengembangan Kabupaten Cianjur Bagian Tengah atau Wilayah Pengembangan Tengah (WPT) dengan pusat utama Kota Sukanagara, yang meliputi Kecamatan Campaka, Takokak, Kadupandak, Sukanagara, Tanggeung dan Pagelaran. Berdasarkan pola dasar pembangunan di Kabupaten Cianjur, secara keseluruhan daerah WPT termasuk kecamatan Campaka merupakan jangkauan kota jenjang V yang berfungsi sebagai pusat produksi dan kegiatan pemukiman dalam lingkup pelayanan lokal. 4 Sehingga dalam perencanaan pengembangan wilayah lebih difokuskan dalam peningkatan produksi pertanian khususnya tanaman padi, sedangkan kegiatan pemukiman hanya untuk kepentingan lokal atau tidak dalam skala yang besar. 4 Prospek Kawasan Jabar Selatan Memasuki Millenium Baru Studi Kasus Cianjur Selatan. Laporan Hasil-Hasil Penelitian Puslitbang Geoteknologi-LIPI,

20 Peningkatan produksi padi di kabupaten Cianjur terjadi hampir di seluruh wilayah, termasuk di kecamatan Campaka. Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur tahun 2010 (Gambar 2), menunjukkan bahwa rata-rata produksi padi khususnya padi sawah per kecamatan di Kabupaten Cianjur dari tahun 2005 hingga 2009 secara umum mengalami peningkatan yakni dari angka ton GKG meningkat menjadi ton GKG. Sedangkan peningkatan produksi padi sawah di Kecamatan Campaka masih berada di bawah angka rata-rata produksi padi per kecamatan di Kabupaten Cianjur, yakni hanya mengalami peningkatan dari sebesar ton GKG meningkat menjadi ton GKG, hal ini dikarenakan wilayah kecamatan Campaka yang merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian topografi ratarata di atas 500 mdpl (meter dari permukaan laut) sehingga penggunaan lahan secara keseluruhan lebih dominan kepada penggunaan non sawah. Total Produksi Padi Sawah GKG (ton) Tahun Produksi Rata-rata Kab. Cianjur Produksi Kec. Campaka Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Cianjur Tahun 2010 (diolah) Gambar 2. Rata-rata Produksi Padi Sawah per Kecamatan di Kabupaten Cianjur dalam GKG dari Tahun

21 Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini penulis mencoba melakukan analisis mengenai perubahan penggunaan lahan sawah. Selain itu juga menghitung nilai ekonomi lahan (land rent) berdasarkan tipologi penggunaan lahan sawah yang berbeda yakni lahan sawah irigasi dan lahan sawah tadah hujan. Kemudian menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekonomi lahan (land rent) pada kedua tipologi lahan sawah tersebut di Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. 1.2 Perumusan Masalah Lahan adalah konsep yang dinamis, dimana penggunaan lahan (land use) terjadi sebagai akibat dari tekanan yang dialami lahan secara terus menerus. Perubahan penggunaan lahan bukanlah semata-mata fenomena fisik berkurangnya luas lahan tertentu dan meningkatnya penggunaan lahan yang lain, melainkan mempunyai kaitan yang erat dengan perubahan orientasi ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat. Dari segi pendekatan ekonomi, akan menentukan sikap, tingkah laku dan pengambilan keputusan seseorang dalam penggunaan sumber daya lahan. Pada kondisi ini persaingan dan pergeseran penggunaan lahan akan sesuai dengan kaidah nilai ekonomi lahan (land rent) yang dapat diberikan oleh tiap-tiap penggunaan lahan (Wafda, 2004). Perencanaan penggunaan lahan itu sendiri merupakan bagian dari perencanaan tata ruang. Dalam Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Cianjur sebagian besar wilayah difungsikan untuk sektor pertanian, khususnya bidang tanaman pangan. Sejalan dengan fokus program pembangunan pertanian di Kabupaten Cianjur yang bertumpu pada ketahanan pangan dan 8

22 pengembangan agribisnis, terutama usahatani padi. 5 Pengembangan usahatani padi tidak terkecuali meliputi wilayah Kecamatan Campaka yang merupakan salah satu wilayah dengan luas lahan sawah yang cukup luas. Luas lahan sawah di Kecamatan Campaka sebagian besar adalah lahan sawah irigasi dan sisanya lahan sawah tadah hujan. Namun penggunaan lahan sawah ini dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Pada tahun 2006, luas lahan sawah di kecamatan Campaka berjumlah 1.620,24 hektar dengan perbandingan luas lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan adalah 1.016,51 hektar dan 603,73 hektar. Sedangkan pada tahun 2010 luas lahan sawah adalah sebesar 1432 hektar dengan perbandingan luas lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan adalah hektar dan 260 hektar Luas Lahan Sawah (ha) Cidadap Cimenteng Susukan Sukajadi Sukadana Margaluyu Desa Karyamukti Campaka Girimukti Wangunjaya Mekarjaya Lahan Sawah Irigasi 2006 Lahan Sawah Irigasi 2010 Lahan Sawah Tadah Hujan 2006 Lahan Sawah Tadah Hujan 2010 Total Lahan Sawah 2006 Total Luas Lahan Sawah 2010 Sumber : Data Umum Kec. Campaka dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab..Cianjur Tahun 2010 (diolah) Gambar.3..Perubahan Penggunaan Lahan Sawah Tiap Desa di Kecamatan Campaka Tahun diakses pada tanggal 11 September

23 Perubahan penggunaan lahan sawah dapat disebabkan karena konversi lahan baik penggunaan untuk kegiatan pertanian lainnya maupun penggunaan untuk sektor non pertanian. Konversi lahan sawah untuk non pertanian, seperti pemukiman dan industri terjadi karena kedua sektor ini dinilai memiliki manfaat ekonomi tinggi. Sedangkan lahan sawah dinilai memiliki manfaat atau nilai ekonomi lahan (land rent) yang rendah. Berdasarkan latar belakang dan penjelasan sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana perubahan penggunaan lahan sawah yang terjadi di Kecamatan Campaka? 2. Berapakah nilai ekonomi lahan (land rent) pada dua tipologi penggunaan lahan sawah yang berbeda di Kecamatan Campaka? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai ekonomi lahan (land rent) pada kedua tipologi lahan sawah tersebut di Kecamatan Campaka? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis perubahan penggunaan lahan sawah yang terjadi di Kecamatan Campaka. 2. Mengestimasi nilai ekonomi lahan (land rent) pada dua tipologi penggunaan lahan sawah yang berbeda di Kecamatan Campaka. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekonomi lahan (land rent) pada kedua tipologi lahan sawah di Kecamatan Campaka. 10

24 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam berbagai hal, antara lain bagi : 1. Akademisi dan peneliti, penelitian ini diharapkan menjadi pelengkap khasanah keilmuan ekonomi sumberdaya dan lingkungan, terutama dalam konteks ekonomi sumberdaya lahan. 2. Pemerintah daerah, sebagai bahan masukan dalam perencanaan penggunaan lahan dan juga sebagai masukan dalam penerapan kebijakan pertanian khususnya bidang tanaman pangan seperti padi. 3. Masyarakat setempat terutama bagi petani, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam mengelola usahatani padi agar lebih optimal. 1.5 Batasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa batasan dalam hal ruang lingkup yang dibahas atau dianalisis, yaitu seperti hal-hal sebagai berikut : 1. Sumberdaya lahan yang menjadi objek penelitian adalah lahan sawah terutama pada dua tipologi lahan sawah yaitu lahan sawah irigasi (dalam hal ini sawah irigasi setengah teknis dan pedesaan) dan lahan sawah tadah hujan. 2. Perubahan penggunaan lahan dilhat dari besaran alih fungsi lahan atau konversi lahan sawah yang terjadi dengan membandingkan luasan lahan sawah saat ini dengan tahun-tahun sebelumnya dan besaran dampak yang ditimbulkannya. 3. Konsep nilai ekonomi lahan atau land rent yang digunakan adalah konsep keuntungan usaha (economic rent) yang merupakan surplus pendapatan setelah dikurangi total biaya produksi. 11

25 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Padi Usahatani adalah kegiatan mengorganisasi atau mengelola aset dan cara dalam pertanian. Kegiatan tersebut mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut bidang pertanian. Usahatani lebih diartikan untuk kegiatan usaha di bidang pertanian berskala kecil, seperti usahatani padi (Daniel, 2004). Sehingga dapat dikatakan bahwa usahatani padi merupakan suatu bentuk usaha dalam memproduksi padi, dimana dibutuhkan suatu input (benih, pupuk, pestisida, dan lain-lain) untuk menghasilkan output berupa padi atau biasanya digunakan istilah Gabah Kering Giling (GKG) atau juga Gabah Kering Panen (GKP). Untuk memperoleh input atau faktor produksi tersebut dibutuhkan suatu korbanan yang biasa disebut dengan biaya. Menurut Soekartawi et al. (1986), menyebutkan bahwa biaya atau pengeluaran usahatani adalah semua nilai input yang habis dipakai atau dikeluarkan dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Terdapat dua macam biaya usahatani, yaitu biaya investasi dan biaya produksi. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk investasi usaha, seperti pembelian peralatan produksi. Biaya produksi dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah pengeluaran yang tidak tergantung pada besarnya produksi. Sedangkan biaya variabel adalah pengeluaran untuk produksi yang jumlahnya berubah sebanding dengan besarnya produksi. 12

26 2.2 Lahan Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), lahan adalah ruang daratan meliputi permukaan bumi yang dalam penggunaannya termasuk tubuh bumi dan air serta ruang yang ada di atasnya. Bersama dengan sumber daya fisik wilayah yang lain seperti iklim, topografi, geologi dan lain-lain, sifat lahan sangat menentukan potensinya untuk berbagai jenis penggunaan. Suparmoko dalam Pambudi (2008), menjelaskan bahwa lahan juga merupakan faktor produksi yang sangat menentukan bagi proses pembangunan ekonomi suatu negara. Negara yang memiliki lahan yang subur sangatlah mungkin memiliki tingkat produktivitas pertanian yang tinggi pada tahap awal dari pertumbuhan ekonomi. Peningkatan produktivitas pertanian akan sangat mempengaruhi perkembangan sektor-sektor lain seperti sektor industri dan jasa pada tahap perkembangan ekonomi lebih lanjut. 2.3 Penggunaan Lahan (Land Use) Penggunaan lahan (land use) adalah wujud kegiatan atau usaha memanfaatkan lahan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Penggunaan lahan dapat dibedakan menjadi penggunaan lahan pedesaan (rural land use) yang menitikberatkan pada produksi pertanian dan penggunaan lahan perkotaan (urban land use) yang menitikberatkan pada tujuan untuk pemukiman. Sasaran penggunaan lahan untuk pedesaan menurut Badan Pertanahan Nasional dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) adalah agar lahan dapat digunakan secara lestari, optimal, serasi dan seimbang. Untuk aktivitas pertanian, penggunaan lahan tergantung pada kelas kemampuan lahan yang dicirikan oleh adanya perbedaan atas sifat-sifat yang 13

27 merupakan penghambat bagi penggunaannya. Hal tersebut seperti tekstur tanah, lereng permukaan tanah, kemampuan menahan air dan tingkat erosi yang telah terjadi (Suparmoko dalam Pambudi, 2008). 2.4 Alih Fungsi Lahan (Konversi Lahan) Utomo, et al (1992), mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula menjadi fungsi lain yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan dan potensi lahan tersebut. Konversi lahan disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Konversi lahan pada umumnya dipengaruhi oleh transformasi struktur ekonomi yang semula bertumpu pada sektor pertanian beralih ke sektor ekonomi yang lebih bersifat industrial. Proses transformasi ekonomi tersebut selanjutnya mendorong terjadinya migrasi penduduk ke daerah-daerah pusat kegiatan bisnis sehingga lahan pertanian yang lokasinya mendekati pusat kegiatan bisnis dikonversi untuk pembangunan perumahan. Secara umum, pergeseran atau transformasi struktur ekonomi merupakan ciri dari suatu daerah atau negara yang sedang berkembang. Berdasarkan hal tersebut maka konversi lahan pertanian dapat dikatakan sebagai suatu fenomena pembangunan yang pasti terjadi selama proses pembangunan masih berlangsung. Begitu pula selama jumlah penduduk terus mengalami peningkatan dan tekanan penduduk terhadap lahan terus meningkat maka konversi lahan pertanian sangat sulit dihindari (Kustiawan dalam Sadikin, 2009). 14

28 Pada tingkat mikro, proses konversi lahan pertanian terutama lahan sawah dapat dilakukan oleh petani sendiri atau dilakukan oleh pihak lain. Secara umum konversi lahan yang dilakukan oleh pihak lain memiliki dampak yang lebih besar terhadap penurunan kapasitas produksi pangan karena proses konversi lahan sawah tersebut biasanya mencakup hamparan lahan sawah yang cukup luas, terutama ditujukan untuk pembangunan kawasan perumahan atau pemukiman (Irawan dan Friyatno, 2002). Namun penurunan produksi pangan akibat konversi yang ditujukan untuk kegiatan non pertanian ini bersifat permanen, karena sekali lahan sawah berubah fungsi maka tidak dapat menjadi sawah kembali. Selain berdampak terhadap penurunan kapasitas produksi pangan, konversi lahan sawah juga berdampak terhadap penurunan pendapatan pertanian dan meningkatkan kemiskinan serta pemubadziran investasi. 2.5 Lahan Sawah Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan atau menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memperhatikan dari mana diperolehnya atau status lahan tersebut (BPS: Luas Lahan Menurut Penggunaannya, 2008). Lahan sawah dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan jenis pengairannya, yaitu lahan sawah irigasi (teknis, setengah teknis, sederhana, dan desa/non PU) dan lahan sawah non irigasi (tadah hujan, pasang surut, lebak, polder dan sawah lainnya). Lahan sawah irigasi teknis adalah lahan sawah yang mempunyai jaringan irigasi dimana saluran pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian air ke dalam lahan sawah tersebut dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah. Lahan sawah irigasi setengah teknis adalah lahan sawah 15

29 yang memperoleh irigasi dari irigasi setengah teknis. Lahan sawah irigasi sederhana adalah lahan sawah yang memperoleh pengairan dari irigasi sederhana yang sebagian jaringannya dibangun oleh PU. Lahan sawah irigasi desa/non PU adalah lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem pengairan yang dikelola sendiri oleh masyarakat (BPS: Luas Lahan Menurut Penggunaannya, 2008). 2.6 Nilai Ekonomi Lahan (Land Rent) Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), menjelaskan bahwa lahan sekurang-kurangnya mepunyai tiga jenis rent yaitu ricardian rent (mencakup sifat kualitas dari tanah atau tingkat kesuburan), locational rent (mencakup lokasi relatif dari lahan) dan environmental rent (mencakup sifat lahan sebagai suatu komponen utama dari ekosistem). Umumnya land rent yang merupakan cermin dari mekanisme pasar hanya mencakup ricardian rent dan locational rent saja, sedangkan environmental rent tidak sepenuhnya terjangkau dalam mekanisme pasar. Menurut Barlowe dalam Sadikin (2009), menjelaskan bahwa nilai ekonomi lahan dibedakan menjadi dua, yaitu sewa lahan (contract rent) dan keuntungan usaha (economic rent atau land rent). Sewa lahan (contract rent) sebagai pembayaran aktual dari penyewa kepada pemilik dimana pemilik melakukan kontrak sewa dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan keuntungan usaha (economic rent atau land rent) merupakan surplus pendapatan di atas biaya produksi atau harga input lahan yang memungkinkan faktor produksi lahan dapat dimanfaatkan dalam proses produksi. 16

30 Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep keuntungan usaha (land rent) yang dilakukan pada suatu lahan pertanian tertentu, khususnya lahan sawah. Land rent adalah residu surplus ekonomi atau porsi nilai produksi total dan total penerimaan setelah pembayaran terhadap biaya total dilakukan. Menurut Mubyarto (1989), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi nilai ekonomi lahan (land rent), yaitu perbedaan kesuburan tanah, perbedaan jarak dari pasar, perbedaan biaya produksi, dan perbedaan lahan yang terbatas (scarcity of land) sehubungan dengan kondisi lingkungan lahan tersebut. 2.7 Penelitian Terdahulu Dewi (2006) melakukan penelitian tentang analisis kesesuaian penggunaan lahan serta land rent komoditi sayuran dan teh di Desa Ciguha, Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur. Hasil analisis kesesuaian lahan menunjukkan bahwa seluruh lahan existing untuk budidaya sayuran dan tanaman teh tergolong sesuai (S). Kelas kesesuaian lahan existing yang digunakan berkisar dari Cukup Sesuai (S 2 ) sampai dengan Sesuai Marginal (S 3 ). Hasil analisis land rent menunjukkan urutan nilai land rent dari yang tertinggi sampai yang terendah pada lahan dengan kelas kesesuaian lahan S 2 adalah : 1) cabai rawit Rp 6.660,-/m 2 ; 2) sawi Rp 2.715,-/m 2 ; 3) teh Rp 2.334,-/m 2 ; dan 4) tomat Rp 2.059,-/m 2. Sedangkan urutan nilai land rent pada lahan dengan kelas kesesuaian lahan S 3 adalah : 1) cabai rawit Rp 4.370,-/m 2 ; 2) sawi Rp 1.364,-/m 2 ; dan 3) tomat Rp 979,-/m 2. Pambudi (2008) melakukan penelitian nilai ekonomi lahan (land rent) pada lahan pertanian dan pemukiman di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan land rent pemukiman lebih 17

31 besar 79 kali dibandingkan dengan land rent pertanian. Faktor-faktor yang mempengaruhi land rent pertanian adalah status lahan, total penerimaan dan total biaya operasional sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi land rent pemukiman adalah luas lahan, kondisi rumah, total penerimaan dan jarak lahan ke jalan utama. Rumiris (2008) melakukan penelitian tentang analisis perubahan penggunaan lahan dan land rent antara pertanian dan non pertanian di Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan lahan di Kecamatan Darmaga yang dominan pada tahun 2000 dan 2005 adalah kebun campuran, ruang terbangun dan sawah. Land rent lahan pertanian dan non pertanian di Kecamatan Darmaga menunjukkan nilai land rent lahan pertanian yaitu sawah berkisar antara Rp44,12 hingga Rp 1.070,44/m 2 /tahun, kebun campuran berkisar antara Rp 51,33 hingga Rp1.493,56/m 2 /tahun. Sementara itu land rent non pertanian (pemukiman) berkisar antara Rp 208,33 hingga Rp ,44/m 2 /tahun. Sadikin (2009) melakukan penelitian tentang analisis dampak konversi lahan pertanian terhadap produksi padi dan land rent (kasus perumahan Pakuan Regency, Bogor Barat, Kota Bogor). Hasil penelitian menunjukkan konversi lahan pertanian menjadi perumahan Pakuan Regency menyebabkan hilangnya akses irigasi bagi lahan pertanian di bagian hilir aliran irigasi, hilangnya poduksi padi, hilangnya pemasukan dari usahatani padi dan menyebabkan terjadinya perubahan nilai land rent. Total produksi padi yang hilang adalah sebanyak 414,4 ton Gabah Kering Giling. Hilangnya produksi padi pada lahan terkonversi dan adanya selisih pemasukan usahatani pada lahan yang terganggu aliran air irigasinya merupakan 18

32 dampak konversi terhadap pemasukan petani. Total pemasukan usahatani yang hilang sebesar Rp ,-/tahun. Faktor-faktor yang mempengaruhi land rent pertanian di kawasan perumahan Pakuan Regency adalah luas lahan, penerimaan dan biaya operasional. Masing-masing variabel berpengaruh sebesar -0, ; 1,00001 dan -1,

33 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Ricardo (Ricardian Rent) Menurut Ricardo nilai ekonomi lahan (land rent) merupakan surplus ekonomi yang didapat atas dasar produksi dari suatu lahan setelah dikurangi biaya. Adanya perbedaan surplus ekonomi dikarenakan perbedaan tingkat kesuburan pada lahan tersebut. Hanya lahan paling subur yang digarap dan tidak ada pembayaran rent dikenakan terhadapnya. Rent timbul karena ada peningkatan jumlah penduduk sehingga lahan kurang subur digarap. Konsep perbedaan kesuburan itu dapat dijelaskan dengan konsep biaya dan penerimaan (Gambar 4). (a) lahan sangat subur (b) lahan subur (c) lahan tidak subur Gambar 4. Perbedaan Land Rent Karena Perbedaan Tingkat Kesuburan Lahan Keterangan gambar : P : harga produksi (Rp) C 1.. C 3 : biaya produksi (Rp) X 1.. X 3 : tingkat produksi (ton) AC MC : biaya rata-rata (Rp) : biaya marginal (Rp) 20

34 Menurut teori ini, karena terdapat perbedaan kesuburan lahan, maka pada tingkat harga yang sama akan diperoleh surplus yang berbeda (Pambudi, 2008). Dimana pada tanah atau lahan yang sangat subur memiliki land rent paling tinggi yaitu pada daerah P C1, pada lahan subur hanya memiliki land rent sebesar daerah P C2 atau masih di bawah land rent pada lahan yang sangat subur, sedangkan pada lahan tidak subur tidak memiliki land rent. Hal tersebut terjadi karena terdapat perbedaan pada tingkat biaya rata-rata Teori Von Thunen (Locational Rent) Berdasarkan teori Von Thunen (Suparmoko dalam Pambudi, 2008) menjelaskan bahwa surplus ekonomi suatu lahan banyak ditentukan oleh lokasi ekonomi. Biaya transportasi dari lokasi suatu lahan ke kota atau pasar merupakan input produksi yang penting, semakin dekat lokasi suatu lahan ke pasar maka akan semakin tinggi aksesibilitasnya atau biaya transportasi semakin rendah. Oleh karena itu, biaya sewa lahan akan semakin mahal dan berbanding terbalik dengan jarak. Semakin jauh jarak ke pasar maka biaya transportasi semakin mahal sehingga land rent semakin turun sejalan dengan meningkatnya biaya transportasi. Hal ini dapat diilustrasikan seperti pada gambar 5, misalkan pada jarak 0 km (tepat di lokasi pasar) biaya transportasi tidak ada, maka biaya total produksi sebesar OC (land rent tinggi). Kemudian pada jarak OM biaya transportasi meningkat menjadi BA sehingga biaya total produksi menjadi MA, sehingga land rent menjadi lebih rendah. Pada jarak OK biaya transportasi sebesar UT, sehingga biaya total produksi sebesar KT, pada kondisi demikian tidak mendapatkan surplus. Oleh karena itu, land rent berbanding terbalik dengan jarak, semakin besar jarak maka land rent akan semakin kecil. 21

35 Gambar 5. Pengaruh Jarak Terhadap Biaya Transportasi dan Land Rent Keterangan gambar : O : pusat pasar (km) P : harga produk (Rp) C : biaya produksi (Rp) M,K,L : jarak (km) Analisis Regresi Linear Berganda Menurut Juanda (2009), pada model regresi berganda (multiple regression model) dengan asumsi bahwa variabel tak bebas (dependent variable) Y merupakan fungsi linier dari beberapa variabel bebas (independent variable) X 1, X 2,..., X k dan komponen sisaan ε (error). Model ini sebenarnya merupakan pengembangan model regresi sederhana dengan satu variabel bebas sehingga asumsi mengenai sisaan ε, variabel bebas X dan variabel tak bebas Y juga sama. Persamaan model regresi linear berganda secara umum (model populasi) adalah sebagai berikut : Y i = β 0 X 0i + β 1 X 1i + β 2 X 2i β k X ki + ε i...(3.1) Subskrip i menunjukkan nomor pengamatan dari 1 sampai N untuk data populasi atau sampai n untuk data contoh (sample). X ki merupakan pengamatan ke-i untuk peubah bebas X k. Koefesien β 0 merupakan intersep model regresi linear berganda, jika semua pengamatan X 0i bernilai 1 sehingga model (3.1) menjadi : 22

36 Y i = β 0 + β 1 X 1i + β 2 X 2i β k X ki + ε i...(3.2) Untuk mendapatkan koefesien regresi parsial digunakan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). Metode OLS dilakukan dengan pemilihan parameter yang tidak diketahui sehingga jumlah kuadrat kesalahan pengganggu atau Residual Sum of Square (RSS) yaitu e 2 i = minimum (terkecil). Pemilihan metode OLS didasarkan dengan pertimbangan metode ini mempunyai sifat-sifat karakteristik yang optimal, sederhana dalam perhitungan dan umum digunakan. Menurut Firdaus (2004), asumsi utama yang mendasari model regresi linear berganda dengan metode OLS adalah sebagai berikut : 1. Nilai yang diharapkan bersyarat (Conditional Expected Value) dari ε i tergantung pada X i tertentu adalah nol. 2. Tidak ada korelasi berurutan atau tidak ada korelasi (non autokorelasi) artinya dengan X i tertentu simpangan setiap Y yang manapun dari nilai rata-ratanya tidak menunjukkan adanya korelasi, baik korelasi positif maupun negatif. 3. Varians bersyarat dari adalah konstan, asumsi ini dikenal dengan asumsi homoskedastisitas atau ragam sisaan homogen. 4. Variabel bebas adalah non stokastik yaitu tetap dalam penyampelan berulang jika stokastik maka didistribusikan secara independen dari gangguan. 5. Tidak ada multikolinearitas antara variabel bebas satu dengan yang lainnya. 6. didistribusikan secara normal dengan rata-rata dan varians yang diberikan oleh asumsi 1 dan 2. 23

37 Apabila semua asumsi yang mendasari model tersebut terpenuhi maka suatu fungsi regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan pendugaan dengan metode OLS dari koefesien regresi adalah penduga tak bias linier terbaik (best linier unbiased estimator atau BLUE). Sebaliknya jika ada asumsi dalam model regresi yang tidak terpenuhi oleh fungsi regresi yang diperoleh maka kebenaran pendugaan model tersebut atau pengujian hipotesis untuk pengambilan keputusan dapat diragukan. Penyimpangan asumsi 2, 3, dan 5 memiliki pengaruh yang serius sedangkan penyimpangan asumsi 1, 4, dan 6 tidak terlalu serius. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Sumberdaya lahan sebagai salah satu sumberdaya yang bersifat tidak dapat diperbaharui (non renewable) dengan jumlah yang relatif terbatas sehingga dalam pemanfaatan atau penggunaanya harus dilakukan seoptimal mungkin. Mengingat pentingnya sumberdaya lahan dalam kehidupan manusia, karena lahan merupakan input yang diperlukan untuk setiap bentuk aktivitas manusia seperti pertanian, industri, pemukiman, transportasi, rekreasi dan lain-lain. Khususnya untuk pertanian, lahan merupakan faktor produksi yang sangat penting dimana lahan yang subur sangat menentukan tingkat produksi dan produktivitas dari suatu usahatani. Lahan termasuk didalamnya lahan sawah, dalam kegiatan produksi merupakan salah satu faktor produksi tetap. Penggunaan lahan (land use) untuk lahan sawah difokuskan di wilayah pedesaan (rural) atau daerah penyangga kota (sub urban) terutama yang berada di pulau Jawa karena memiliki lahan yang subur. Hal ini merupakan bagian dari tujuan pembangunan nasional dalam menciptakan ketahanan pangan, baik untuk memenuhi kebutuhan pangan di wilayah pedesaan itu sendiri maupun wilayah 24

38 lainnya termasuk wilayah perkotaan (urban). Pada kenyataannya pembangunan yang dilakukan tidak hanya fokus pada sektor pertanian tetapi juga sektor lainnya seperti kegiatan industri. Sebagai konsekuensi pembangunan di segala bidang yang cenderung terpusat di pulau Jawa ini, sehingga terjadi peningkatan jumlah penduduk dan juga perubahan struktur ekonomi yang mendorong perubahan penggunaan lahan sawah menjadi bentuk lain yang memberikan manfaat ekonomi tinggi, hal ini tidak hanya terjadi pada daerah perkotaan (urban) tetapi juga banyak terjadi di daerah pedesaan (rural). Pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan resultante dari berbagai faktor. Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi suatu wilayah akan mendorong perubahan yang meningkat pada permintaan lahan untuk berbagai kebutuhan, seperti pertanian, industri, jasa dan kegiatan lainnya. Perubahan penggunaan lahan sawah tidak terlepas dari situasi ekonomi secara keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menyebabkan beberapa sektor ekonomi tumbuh dengan cepat. Pertumbuhan sektor tersebut akan membutuhkan lahan yang lebih luas. Apabila lahan sawah letaknya lebih dekat dengan sumber ekonomi maka akan menggeser penggunaannya ke bentuk lain seperti pemukiman, industri manufaktur maupun untuk pembangunan infrastruktur. Perubahan struktur penggunaan lahan sawah tersebut, selain mengurangi luasan lahan sawah yang berdampak pada penurunan jumlah produksi padi juga berpengaruh terhadap penurunan kualitas lahan sawah itu sendiri karena lahan sawah yang berubah fungsi tidak mungkin dapat digunakan kembali seperti semula. Dalam konteks penelitian yang dilakukan di Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur ini, lebih melihat perubahan penggunaan lahan sawah terhadap 25

39 luasan lahan sawah tersebut dengan membandingkan luasan lahan sawah pada tahun 2006 dengan Kemudian menganalisis perubahan penggunaan lahan sawah yang terjadi, seberapa besar luasan lahan sawah yang beralih fungsi selama kurun waktu lima tahun terakhir. Terjadinya perubahan penggunaan lahan sawah ini secara garis besar dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor alam (lingkungan) dan faktor manusia. Faktor alam dapat berupa kondisi geografis yang kurang sesuai maupun akibat bencana alam yang terjadi. Kecamatan Campaka merupakan salah satu daerah yang berada di dataran tinggi bahkan sempat terjadi bencana tanah longsor dan banjir. Sedangkan faktor manusia dapat bersifat per individu yaitu berupa perubahan struktur ekonomi masyarakat pedesaan maupun manusia sebagai kelompok dalam hal pembuat kebijakan (pemerintah) sangat mempengaruhi perubahan penggunaan lahan atau konversi lahan sawah. Perubahan struktur ekonomi tersebut membuat masyarakat menilai lahan sawah memiliki nilai ekonomi lahan (land rent) yang rendah atau di bawah nilai sebenarnya (undervalue). Dalam penelitian ini hanya mencakup faktor-faktor seperti biaya variabel (biaya benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja), biaya tetap (biaya sewa traktor, sewa lahan, dan IPAIR), luas lahan, produktivitas, jarak lahan ke pasar, dan jarak lahan ke jalan. Kemudian faktor tersebut dianalisis dengan menggunakan model regresi linear berganda. Hasil yang diperoleh kemudian dilakukan uji kesesuaian model yang mencakup kriteria ekonomi, kriteria statistik maupun kriteria ekonometrika. Nilai parameter dari masing-masing variabel diinterpretasikan dan dijadikan sebagai nilai pengaruh dari faktor-faktor land rent. 26

40 Perubahan Struktur Ekonomi Masyarakat Pertumbuhan Penduduk Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Perubahan Penggunaan Lahan Sawah Peningkatan Kebutuhan Perumahan Konversi Lahan Sawah Dampak Lingkungan Berkurangnnya Areal Lahan Sawah Penurunan Produksi Padi Analisis Regresi Linear Berganda Analisis Land Rent dan Analisis Deskriptif Faktor-faktor yang Mempengaruhi Land Rent Land Rent Nilai Produksi Padi yang Hilang Berkurangnya Penerimaan Petani Saran dan Implikasi Kebijakan Ket. : ruang lingkup penelitian Gambar 6. Alur Kerangka Pemikiran 27

41 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil kasus di tiga desa yakni Desa Sukajadi, Desa Girimukti dan Desa Susukan, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan kondisi penggunaan lahan sawah. Beberapa dasar pertimbangannya adalah, (1) Kecamatan Campaka merupakan salah satu kecamatan yang memiliki lahan sawah dataran rendah maupun dataran tinggi yang cukup berimbang, selain itu sebagai daerah rural kecamatan Campaka juga mengalami perubahan penggunaan lahan sawah. (2) Desa Susukan merepresentasikan sebagai daerah dataran rendah dengan lahan sawah irigasi, Desa Girimukti merupakan daerah dengan luasan dataran rendah dan dataran tinggi yang berimbang, sedangkan Desa Sukajadi merepresentasikan daerah dataran tinggi dengan mayoritas adalah lahan sawah tadah hujan. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Februari hingga April Jenis dan Sumber Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer digunakan untuk melakukan analisis land rent pada lahan sawah yang diperoleh dari hasil wawancara langsung pada responden baik petani pemilik maupun petani penyewa atau penggarap pada kedua tipologi lahan sawah yang berbeda dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan data sekunder digunakan dalam menganalisis perubahan penggunaan lahan sawah yang terjadi serta untuk melengkapi data yang tidak dapat dijelaskan oleh data primer. Data ini diperoleh dari berbagai instansi pemerintah seperti Badan Pusat Statistik 28

42 Kabupaten Cianjur, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Kabupaten Cianjur, Kantor Kecamatan Campaka, KCD Pertanian Kecamatan Campaka dan instansi-instansi terkait lainnya serta beberapa studi literatur. Tabel 2. Jenis dan Sumber Data serta Metode Analisis yang Digunakan Tujuan Data Jenis Data Sumber Data Metode Analisis Menganalisis Data Sekunder 1. Kantor Kecamatan 1. Analisis perubahan penggunaan Campaka Perubahan lahan sawah di 2. KCD Pertanian Kec. Penggunaan Kecamatan Campaka Campaka 3. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Cianjur Lahan Menghitung nilai ekonomi lahan (land rent) pada dua tipologi penggunaan lahan sawah yang berbeda yakni lahan sawah irigasi dan lahan sawah tadah hujan Menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi nilai ekonomi lahan (land rent) pada kedua tipologi lahan sawah Data Primer dan Data Sekunder Data Primer dan Data Sekunder Sumber : Dikumpulkan Oleh Penulis (2011) 4.3 Penentuan Jumlah Responden/Sampel 4. BPS Kab. Cianjur 1. Wawancara dengan kuesioner terhadap petani pada dua tipologi lahan yang berbeda 2. KCD Pertanian Kec. Campaka 1. Wawancara dengan kuesioner terhadap petani pada dua tipologi lahan yang berbeda 2. Data Statistik 1. Analisis Land Rent 1. Analisis Inferensia dengan Regresi Linear Berganda 2. Analisis Deskriptif Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, menurut Mardalis (2004) penggunaan teknik sampel ini mempunyai suatu tujuan atau dilakukan dengan sengaja. Cara penggunaan sampel ini berada di antara populasi sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal 29

43 sebelumnya. Penelitian ini juga dilakukan berdasarkan pada lokasi dimana terdapat lahan sawah dengan dua tipologi yang berbeda yaitu lahan sawah irigasi (setengah teknis dan pedesaan) maupun lahan sawah tadah hujan serta terjadi perubahan penggunaan lahan sawah. Pada masing-masing desa yaitu Desa Sukajadi, Desa Girimukti dan Desa Susukan juga memiliki karakteristik penggunaan tipologi lahan sawah yang berbeda. 4.4 Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik wawancara menggunakan kuesioner kepada petani pemilik lahan dan petani penyewa atau penggarap. Menurut Juanda (2007), teknik wawancara adalah pengumpulan data dengan bertanya jawab langsung antara peneliti dengan responden. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi dalam mengestimasi nilai ekonomi lahan (land rent) dengan karakteristik yang dimilikinya di Kecamatan Campaka. Responden adalah para petani padi, baik pemilik lahan sawah maupun penyewa atau penggarap lahan sawah yang mengusahakan pada lahan sawah irigasi dan lahan sawah tadah hujan dengan mengambil sampel berjumlah 60 orang responden. Agar proporsional, maka diambil sampel untuk responden yang mengusahakan pada lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan masing-masing adalah 30 responden. Hal ini sesuai dengan batas minimum pengambilan jumlah sampel untuk data penelitian sosial ekonomi. Selain itu dengan pertimbangan bahwa responden pada masing-masing tipologi penggunaan lahan sawah tersebut adalah homogen. 30

44 4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan secara bertahap mulai dari analisis perubahan penggunaan lahan sawah, analisis nilai ekonomi lahan (land rent), dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi land rent tersebut. Dalam analisis perubahan penggunaan lahan dilakukan dengan membandingkan perubahan yang terjadi selama lima tahun terakhir yakni dari tahun Sedangkan dalam analisis land rent menggunakan rumus fungsi penerimaan dan dalam analisis faktor-faktor yang mempengaruhi land rent dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif serta diolah baik secara manual maupun dengan menggunakan program komputer seperti Microsoft Office Excel 2007, SPSS 16.0 dan Minitab Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Sawah Analisis perubahan penggunaan lahan digunakan untuk melihat seberapa besar perubahan yang terjadi, apakah mengalami pertambahan atau pengurangan penggunaan luas lahan sawah di Kecamatan Campaka pada tahun Lahan sawah yang mengalami pertambahan berarti luas lahan sawah tersebut bertambah, sedangkan apabila mengalami pengurangan berarti luas lahan sawah tersebut berkurang. Menurut Pambudi (2008), persamaan yang digunakan untuk menghitung laju perubahan penggunaan lahan sawah adalah sebagai berikut : r P t ) 100 Keterangan : P t t = P0 (1 +...(4.1) = luas penggunaan lahan sawah tahun 2006 (ha) P 0 = luas penggunaan lahan sawah tahun 2010 (ha) r = koefisien laju pertumbuhan (%/tahun) t = rentang waktu (dari tahun 2006 hingga 2010) 31

45 4.5.2 Analisis Land Rent Land rent adalah nilai ekonomi yang diperoleh pada suatu bidang lahan, apabila lahan tersebut digunakan untuk kegiatan proses produksi. Land rent yang diperoleh merupakan manfaat bersih (net benefit) atau selisih dari penerimaan total (total benefit) dengan biaya total (total cost). Penerimaan total adalah seluruh penerimaan yang diterima oleh responden atas pemanfaatan lahan sawah dalam melakukan usahatani padi selama satu tahun, sedangkan biaya total adalah seluruh pengeluaran dalam usahatani padi tersebut selama satu tahun. Data yang digunakan merupakan hasil wawancara terhadap 60 responden. Untuk mendapatkan nilai land rent dapat digunakan persamaan atau fungsi penerimaan yang dirumuskan sebagai berikut : π i = TR - TC = PQ - C i = [P(S*H)] - C i...(4.2) Sedangkan untuk menghitung nilai land rent dari keseluruhan lahan dapat digunakan metode nilai rata-rata dari land rent yang diperoleh dari masing-masing responden. Land rent rata-rata merupakan penjumlahan dari nilai land rent yang diperoleh dari seluruh responden petani dibagi dengan jumlah responden. Rumus yang digunakan untuk menghitung land rent rata-rata adalah sebagai berikut : Σ π i π f =...(4.3) n Keterangan : π f = land rent rata-rata (Rp /m 2 /tahun) π i = land rent dari responden ke-i (Rp /m 2 /tahun) P = harga jual padi dalam GKP (Rp) 32

46 Q = produksi padi selama satu tahun (kg) S = luas tanam atau luas panen (m 2 ) H = produktivitas lahan (kg /m 2 ) C i = seluruh biaya yang dikeluarkan selama satu tahun (Rp /m 2 /tahun) n = jumlah responden (jiwa) Karena terdapat dua nilai rata-rata land rent yang berbeda, maka dilakukan suatu pengujian hipotesis dan pendugaan parameter melalui selang kepercayaan bagi nilai tengah untuk dua populasi. Hal ini diperlukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua nilai rata-rata land rent tersebut. Pada umumnya ragam populasi tidak pernah diketahui, sehingga dilakukan pengujian terhadap dua sampel. Sebelumnya jika tidak ada informasi mengenai kehomogenan ragam antar populasi, dapat juga melakukan pengujian apakah ragam populasi land rent irigasi sama dengan ragam populasi land rent tadah hujan. Atau hipotesis nol (H 0 ) dalam pengujian adalah σ 2 i = σ 2 t, subskrip i untuk land rent irigasi dan subskrip t untuk land rent tadah hujan. Statistik uji yang digunakan adalah uji-f (uji bartllet), karena data berasal dari sebaran yang menyebar normal. Kriteria penolakan H 0 adalah jika nilai-p untuk statistik ujinya < α (taraf nyata) yang telah ditetapkan. Setelah memperoleh kesimpulan bahwa kedua ragam populasi bernilai sama atau tidak, maka langkah selanjutnya adalah menggunakan perintah dua sampel. Hipotesis H 0 : μ μ = 0 i H 1 : μ μ 0 Keterangan : σ 2 = ragam atau varians populasi µ = nilai tengah (median) i t t 33

47 4.5.3 Analisis Regresi Linear Berganda Terhadap Land Rent Pada regresi linear berganda (multiple regression model) dengan asumsi bahwa variabel tak bebas (dependent variable) Y merupakan fungsi linear dari beberapa peubah bebas (independent variable) X 1, X 2,..., X k dan komponen sisaan ε (error). Pendugaan parameter regresi dalam model dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil atau yang lebih dikenal dengan metode OLS (ordinary least square). Variabel-variabel yang digunakan untuk menduga model regresi linear berganda tersebut dapat dilihat pada tabel 3 berikut. Tabel 3. Variabel Bebas (X) dan Variabel Tak Bebas (Y) yang Digunakan.Dalam Model Variabel Satuan Keterangan Y I Y T X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 Rp /m 2 /tahun Rp /m 2 /tahun Rp /m 2 /tahun Rp /m 2 /tahun m 2 kg / m 2 m m Land Rent Sawah Irigasi per Tahun Land Rent Sawah Tadah Hujan per Tahun Biaya Variabel per Tahun Biaya Tetap per Tahun Luas Lahan Produktivitas Jarak Lahan ke Pasar Jarak Lahan ke Jalan Desa Dalam penelitian ini dilakukan dua jenis analisis regresi, yaitu analisis regresi linear berganda land rent sawah irigasi dan analisis regresi linear berganda land rent sawah tadah hujan. Sehingga model persamaan regresinya dibedakan menjadi dua jenis. Untuk model regresi linear berganda land rent sawah irigasi adalah sebagai berikut : Y I = β 0 + β 1 X 1i + β 2 X 2i + β 3 X 3i + β 4 X 4i + β 5 X 5i + β 6 X 6i + ε i...(4.4) Sedangkan untuk model regresi linear berganda land rent sawah tadah hujan adalah sebagai berikut : Y T = β 0 + β 1 X 1i + β 2 X 2i + β 3 X 3i + β 4 X 4i + β 5 X 5i + β 6 X 6i + ε i...(4.5) 34

48 Keterangan : Y I Y T β 0 = variabel tak bebas land rent sawah irigasi = variabel tak bebas land rent sawah tadah hujan = intersep model regresi β 1...β 7 = parameter peubah atau koefesien model regresi X 1...X 7 = variabel bebas ε = unsur galat Dalam pendugaan model persamaan regresi land rent sawah irigasi dan model persamaan regresi land rent sawah tadah hujan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). Namun sebelum melakukan analisis regresi linear berganda tersebut, terlebih dahulu dilakukan analisis koefesien korelasi sederhana (pearson correlation coefficient) antara variabel bebas atau independent variable yang dimasukkan dalam model. Hal ini dilakukan untuk melihat seberapa besar hubungan di antara variabel bebas dalam model Uji Kesesuaian Model Untuk menentukan bahwa model regresi tersebut adalah baik dan dapat digunakan atau valid, maka harus dilakukan suatu uji kesesuaian model. Dalam uji kesesuaian model terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi, yaitu kriteria ekonomi (theoritically meaningful), kriteriastatistik dan kriteria ekonometrika. Model regresi dapat dikatakan baik jika telah memenuhi kriteria ekonomi, sedangkan suatu model regresi dapat digunakan atau valid jika memenuhi kriteria statistika maupun ekonometrika diakses pada tanggal 22 September

49 Kriteria Ekonomi Model yang diuji berdasarkan kriteria ekonomi dapat dilakukan dengan melihat tanda dan besaran tiap koefesien regresi yang diperoleh. Kriteria ekonomi mensyaratkan tanda dan besaran dalam tiap koefesien regresi dugaan harus sesuai dengan teori ekonomi yang ada. Apabila model tersebut memenuhi kriteria ekonomi, maka dapat dikatakan bahwa dugaan model persamaan regresi linear berganda dalam penelitian yang dilakukan adalah baik secara ekonomi Kriteria Statistik Pengujian terhadap kriteria statistik dapat dilihat dari suatu derajat ketepatan (goodness of fit) yang dikenal dengan uji koefisien determinasi R-Sq maupun uji koefesien determinasi yang disesuaikan R-Sq (adj). Uji koefisien determinasi ini digunakan untuk melihat sejauh mana variabel bebas X menerangkan keragaman variabel tak bebas Y. Nilai R-Sq tersebut mengukur tingkat keberhasilan model regresi yang digunakan dalam memprediksi nilai variabelnya. Menurut Gujarati (1978) terdapat dua sifat R-Sq, yaitu : 1. Merupakan besaran non negatif 2. Batasnya adalah antara 0 dan 1. Jika R-Sq bernilai 1 berarti suatu kecocokan sempurna, sedangkan jika R-Sq bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel tak bebas Y dengan variabel bebas X. R 2 = ESS TSS = 1 RSS TSS = ε i σ = y i S...(4.6) y Keterangan : ESS = jumlah kuadrat yang dijelaskan (Explained Sum Squared) TSS = jumlah kuadrat total (Total Sum Squared) σ 2 = ragam atau varians residual = ragam atau varians sampel dari Y S y 2 36

50 Salah satu masalah jika menggunakan ukuran R-Sq untuk menilai baik buruknya suatu model adalah mendapatkan nilai yang terus naik seiring dengan penambahan variabel bebas ke dalam model sehingga digunakan ukuran alternatif yaitu adjusted R-squared atau R-Sq (adj). R-Sq (adj) secara umum memberikan hukuman terhadap penambahan variabel bebas yang tidak mampu menambah daya prediksi suatu model. Nilai R-Sq (adj) tidak akan pernah melebihi nilai R- Sq, bahkan bisa turun jika ditambahkan variabel bebas yang tidak perlu. Nilai R- Sq (adj) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : 2 ε i 2 ( n K) R = 1,......(4.7) 2 yi ( n K) Keterangan : K = banyaknya parameter dalam model termasuk parameter intersep Selain melakukan uji kriteria statistik dengan koefesien determinasi R-Sq maupun R-Sq (adj) tersebut, digunakan juga penghitungan statistik uji. Statistik uji berikutnya adalah uji-f (keseluruhan) dan statistik uji-t (parsial). Uji-F ini dilakukan untuk melihat apakah variabel-variabel bebas X secara bersama-sama berpengaruh nyata pada variabel tak bebas Y. Apabila uji-f diterima atau lebih kecil dari taraf nyata α, hal ini menandakan bahwa ada minimal satu variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan atau berpengaruh nyata pada keragaman variabel tak bebasnya pada taraf nyata α. Mekanisme untuk menguji hipotesis dari parameter dugaan secara keseluruhan atau uji-f adalah sebagai berikut : 37

51 1. Apabila nilai F hit > F tabel, maka tolak H 0. Maksudnya adalah terdapat minimal satu parameter tidak nol dan berpengaruh nyata terhadap keragaman variabel tak bebas. 2. Apabila nilai F hit < F tabel, maka terima H 0. Hal ini berarti bahwa secara bersamaan variabel yang digunakan tidak bisa menjelaskan secara nyata keragaman dari variabel tak bebas. Sedangkan statistik uji-t dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variabel bebas X secara parsial berpengaruh pada variabel tak bebas Y. Selain itu, uji-t dilakukan untuk melihat keabsahan dari hipotesis dan membuktikan bahwa koefisien regresi dalam model secara statistik signifikan atau tidak. Kemudian cari nilai t hit dengan rumus sebagai berikut: t hit b β =,...(4.8) S b Keterangan : b = koefisien regresi parsial sampel β = koefisien regresi parsial populasi S b = simpangan baku koefisien dugaan Hipotesis H 0 : βi = 0 H 1 : βi 0 Kemudian hasil t hit dibandingkan dengan t tabel (t tabel = t α/2(n-k) ). Terdapat dua kriteria uji yang digunakan dalam melakukan uji-t. Pertama, apabila nilai t hit > t tabel maka tolak H 0 yang berarti bahwa variabel-variabel yang digunakan berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya. Kedua, apabila nilai t hit < t tabel maka terima H 0 yang berarti bahwa variabel-variabel yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya. 38

52 Kriteria Ekonometrika Hasil pengolahan data pada model persamaan regresi linear berganda tersebut belum dapat digunakan, sebelum memenuhi beberapa asumsi atau pengujian dengan menggunakan kriteria ekonometrika. Pengujian tersebut didasarkan pada pelanggaran asumsi yang digunakan dalam metode OLS. Karena jika terjadi penyimpangan terhadap asumsi tersebut, maka akan diperoleh estimasi atau dugaan yang tidak valid. Hal-hal yang dilihat dalam kriteria ekonometrika antara lain adalah multikolinearitas (multicollinearity), heteroskedastisitas (heteroscedasticity) dan kenormalan data atau sisaan menyebar normal. Analisis regresi berganda mengisyaratkan bahwa antar variabel bebas tidak boleh ada hubungan linear atau tidak ada masalah multikolinearitas yang mengakibatkan adanya ragam yang besar. Efek dari adanya ragam yang besar antara lain adalah nilai dugaan bagi koefesien regresi β i seringkali menjadi aneh dan dalam pengujian berpengaruh, beberapa variabel bebas akan dinyatakan tidak ada pengaruhnya walaupun dari bidang penerapan regresi tersebut dan data yang didapatkan mengindikasikan hal yang sebaliknya. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilakukan uji marquardt dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari hasil estimasi analisis regresi berganda. Asumsi kehomogenan atau kesamaan ragam (homoscedasticity) memainkan peranan yang sangat penting di dalam pendugaan dengan metode kuadrat terkecil (OLS). Asumsi ini berimplikasi bahwa setiap pengamatan pada variabel tak bebas mengandung informasi yang sama penting. Konsekuensinya, semua pengamatan di dalam OLS mendapatkan bobot yang sama besar. Dengan kata lain, ketidakhomogenan ragam atau heteroskedastisitas (heteroscedasticity) 39

53 mengakibatkan beberapa pengamatan mengandung informasi yang lebih dibandingkan yang lain. Dengan demikian, pengamatan ini seharusnya mendapatkan bobot yang lebih besar dibandingkan pengamatan yang lain. Pengaruh dari tidak dipenuhinya asumsi ini adalah presisi atau kecermatan dari penduga OLS menjadi lebih kecil jika dibandingkan dengan penduga yang mengakomodir ketidakhomogenan ragam tersebut. Heteroskedastisitas tidak merusak sifat ketidakbiasan dan konsistensi dari penaksir OLS, tetapi penaksiran tadi tidak lagi efisien, bahkan tidak lagi asimtotik terutama untuk sampel yang besar. Ketidakefisienan ini membuat prosedur pengujian hipotesis yang biasa, nilainya diragukan. Asumsi bahwa sisaan menyebar normal tidak terlalu penting dalam pendugaan parameter regresi dan pemisahan total keragaman. Penduga dengan metode kuadrat terkecil (OLS) tetap merupakan penduga tak bias terbaik apabila asumsi lain terpenuhi. Kenormalan data hanya diperlukan pada waktu pengujian hipotesis dan penyusunan selang kepercayaan bagi parameter. Secara umum, pengaruh ketidaknormalan sisaan terhadap pengujian dan penyusunan selang kepercayaan adalah bahwa taraf nyata yang berkaitan dengan dua hal tersebut tidak lagi sesuai dengan yang ditentukan. Nilai residual berdistribusi normal merupakan suatu kurva berbentuk lonceng (bell-shaped curve) yang kedua sisinya melebar sampai titik tak terhingga. Distribusi data tidak normal, karena terdapat nilai ekstrem dalam data yang diambil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Land Rent Untuk melihat faktor mana saja yang berpengaruh nyata terhadap model regresi linear berganda pada kedua tipologi lahan tersebut adalah dengan melihat 40

54 nilai signifikansi (p-value) atau nilai t hit dari masing-masing variabel bebas dalam model. P-value ini dapat diinterpretasikan sebagai peluang (resiko) kesalahan dalam menyimpulkan H 1. Semakin kecil p-value pada suatu variabel bebas atau faktor maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas atau faktor tersebut secara signifikan berpengaruh nyata pada taraf nyata α. Sedangkan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap perubahan variabel tak bebasnya dengan melihat koefesien regresinya (β i ). Setelah itu baru dapat diinterpretasikan bahwa suatu variabel atau faktor berpengaruh nyata atau tidak dan seberapa besar pengaruhnya. Dalam melakukan suatu interpretasi pada model persamaan regresi berganda, sebaiknya tidak hanya dilihat dari nilai koefesien regresinya (β i ) saja untuk menggambarkan berapa perubahan Y jika vairabel bebas ke - i berubah 1 satuan. Karena nilai koefesien regresi β i yang paling besar bukan berarti pengaruh variabel bebas ke - i paling besar juga, karena satuan koefesien regresi tergantung pada satuan variabel tak bebas Y dan satuan variabel bebas ke - i. Untuk mengkaji relatif pentingnya masing-masing variabel bebas tersebut, maka dilakukan dengan menggunakan koefisien baku (standardized coefficient) dan juga elastisitas. Menurut Juanda (2009), koefesien baku (β i *) menggambarkan relatif pentingnya variabel bebas X dalam model regresi berganda. Koefesien baku ini sering digunakan untuk melihat perbedaan pengaruh berbagai variabel bebas X terhadap variabel tak bebas Y karena bebas satuan. Nilai koefesien baku dapat dilihat pada hasil pengolahan data model regresi berganda dengan menggunakan paket program komputer SPSS, Minitab, maupun paket program komputer lainnya. 41

55 Elastisitas (E i =η i ) mengukur pengaruh satu persen perubahan dalam variabel bebas X terhadap persentase perubahan variabel tak bebas Y. Secara umum untuk model regresi linear berganda, nilai elastisitas tidak konstan tetapi berubah jika diukur pada titik yang berbeda sepanjang garis regresi. Elastisitas kadangkala dapat juga dikeluarkan oleh paket program komputer yang dihitung pada titik rata-rata masing-masing variabel (Juanda, 2009). Untuk koefesien ke-j, elastisitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut 6 : E j Δ Y Δ X Δ Y X X j = η j = / = β j...(4.9) Y X Δ X Y Y Keterangan : E j = elastisitas variabel bebas ke-j β j = koefesien regresi variabel bebas ke-j X j = nilai rata-rata variabel bebas ke-j Y = nilai rata-rata variabel tak bebas (land rent) Analisis Deskriptif Menurut Hasan (2004), analisis deskriptif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian yang didasarkan atas suatu sampel. Analisis deskriptif ini menggunakan suatu variabel atau lebih tapi bersifat mandiri. Oleh karena itu, analisis ini tidak berbentuk perbandingan atau hubungan. Sedangkan statistik deskriptif merupakan bagian dari statistik yang mempelajari cara pengumpulan dan penyajian data sehingga mudah dipahami. Selain itu hanya berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data, keadaan atau fenomena. 6 Lihat dalam buku Bambang Juanda, Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan, Hal

56 5.1 Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM Kecamatan Campaka berada di daerah pengembangan Kabupaten Cianjur Bagian Tengah atau Wilayah Pengembangan Tengah (WPT), yang berupa daerah perbukitan dengan struktur tanahnya labil sehingga sering terjadi tanah longsor dan rentan jika terjadi bencana gempa bumi. Selain itu terdapat pula dataran rendah yang dimanfaatkan untuk areal perkebunan dan persawahan terutama untuk lahan sawah dengan pengairan irigasi. Secara geografis Kecamatan Campaka memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : - sebelah utara, berbatasan dengan Kecamatan Cibeber; -.sebelah timur, berbatasan dengan Kecamatan Pagelaran dan Kecamatan Gunung Halu (Kab. Bandung); - sebelah selatan, berbatasan dengan Kecamatan Sukanagara dan Kecamatan Takokak; dan -.sebelah barat, berbatasan dengan Kecamatan Takokak dan Kab..Sukabumi. Tabel..4..Banyaknya Dusun, RW, RT, Luas Wilayah dan Ketinggian Dari Permukaan Air Laut Tiap Desa di Kecamatan Campaka No. Desa Dusun RW RT Luas Wilayah Ketinggian (km 2 ) (mdpl) 1 Cidadap , Cimenteng , Susukan , Sukajadi , Sukadana , Margaluyu , Karyamukti , Campaka , Girimukti , Wangunjaya , Mekarjaya , Jumlah ,62 809,09 Sumber : Profil Desa, BPS Kab. Cianjur (Kec. Campaka Dalam Angka 2009) 43

57 Kecamatan Campaka secara administratif mencakup 11 Desa, yang terbagi atas 41 Dusun, 93 Rukun Warga (RW), serta 393 Rukun Tetangga (RT). Dengan luas total wilayah Kecamatan Campaka seluas 142,62 km 2 dan ketinggian ratarata wilayah sekitar 800 m di atas permukaan laut (tabel 4). Suhu udara rata-rata harian adalah 33 derajat celcius dan curah hujan 12,91 mm dengan jumlah bulan hujan per tahun adalah 6 bulan. Kondisi suhu maupun curah hujan tersebut mempengaruhi petani padi dalam memulai kembali bercocok tanam. Jarak atau orbitasi antara tiap desa dengan ibu kota kecamatan, ibu kota kabupaten dan ibu kota provinsi masing-masing berbeda (tabel 5). Tabel 5. Jarak (Orbitasi) dari Tiap Desa ke Ibu Kota Kecamatan, Ibu Kota..Kabupaten, dan Ibu Kota Provinsi Jarak ke No. Desa Ibu Kota Kecamatan (km) Ibu Kota Kabupaten (km) Ibu Kota Provinsi (km) 1 Cidadap 1,5 31,5 91,5 2 Cimenteng Susukan Sukajadi 0, Sukadana Margaluyu Karyamukti Campaka Girimukti Wangunjaya Mekarjaya Rata-rata 9,60 34,32 92,05 Sumber : Profil Desa, BPS Kab. Cianjur (Kec. Campaka Dalam Angka 2009) Berdasarkan data jarak atau orbitasi di atas, rata-rata dari tiap desa ke ibu kota kecamatan, ibu kota kabupaten dan ibu kota provinsi berturut-turut berjarak sekitar 9,6 km, 34,32 km dan 92,05 km. Desa Sukajadi merupakan desa terdekat dengan ibu kota kecamatan yaitu hanya berjarak 0,1 km, hal ini karena desa Sukajadi merupakan ibu kota kecamatan. Akan tetapi, desa Susukan dan desa 44

58 Girimukti merupakan desa terdekat dengan ibu kota kabupaten (Cianjur) yang hanya berjarak sekitar 15 km, maupun dengan ibu kota provinsi (Bandung) yang berjarak sekitar 65 km. Sedangkan desa Cimenteng merupakan desa terjauh dengan jarak ke ibu kota kecamatan, ibu kota kabupaten, dan ibu kota provinsi berturut-turut sejauh 19, 47 dan 107 km. 5.2 Kondisi Kependudukan Jumlah penduduk di kecamatan Campaka berdasarkan hasil sensus penduduk 2010 tercatat berjumlah jiwa yang terdiri atas penduduk lakilaki berjumlah jiwa dan penduduk perempuan berjumlah jiwa. Dengan sex ratio penduduk kecamatan Campaka adalah sebesar 103,39. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki 3,39 persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Sex ratio terbesar terdapat di desa Girimukti yakni sebesar 106,91 dan yang terkecil terdapat di desa Karyamukti yakni sebesar 98,06 yang berarti jumlah penduduk perempuan justru lebih banyak 1,94 persen dibandingkan jumlah penduduk laki-laki (tabel 6). Tabel 6...Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Banyaknya Rumah Tangga dan Kepadatannya Tiap Desa Tahun 2010 No. Desa Jenis Kelamin Sex Ratio Jumlah Jumlah Kepadatan per Rumah Laki-laki Perempuan Penduduk Km 2 Rumah Tangga Tangga 1 Cidadap , ,59 3,45 2 Cimenteng , ,55 3,31 3 Susukan , ,75 3,67 4 Sukajadi , ,33 3,27 5 Sukadana , ,36 3,51 6 Margaluyu , ,50 3,10 7 Karyamukti , ,21 3,41 8 Campaka , ,81 3,76 9 Girimukti , ,69 2,73 10 Wangunjaya , ,16 3,70 11 Mekarjaya , ,03 3,04 Jumlah , ,92 3,35 Sumber : Statistik, Data Umum Kecamatan Campaka Tahun

59 Jika dilihat dengan luas wilayah kecamatan Campaka yang seluas km 2, maka kepadatan penduduk per km 2 adalah sekitar 450 jiwa. Sedangkan kepadatan rata-rata penduduk per rumah tangga dari total rumah tangga adalah sebanyak 3 hingga 4 jiwa dalam satu rumah. Laju pertumbuhan penduduk kecamatan Campaka per tahun selama sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun 2000 hingga 2010 sebesar 0,45 persen, hal ini masih di bawah laju pertumbuhan penduduk kabupaten Cianjur yang sebesar 1,09 persen. Laju pertumbuhan penduduk ini dipengaruhi oleh angka kelahiran, kematian dan juga migrasi penduduk. Pada tahun 2009, pertumbuhan penduduk alamiah yakni antara angka kelahiran dan angka kematian adalah meningkat sebesar 85 jiwa. Namun pertumbuhan penduduk akibat migrasi mengalami penurunan sebesar 23 jiwa. Pertumbuhan penduduk kecamatan Campaka merupakan penjumlahan dari pertumbuhan penduduk alamiah dengan pertumbuhan penduduk akibat migrasi yakni sebesar 62 jiwa (tabel 7). Tabel 7. Angka Kelahiran, Kematian dan Migrasi Penduduk Tiap Desa Tahun 2009 No. Desa Angka Kelahiran Angka Kematian Pertumbuhan Migrasi Datang Pindah Pertumbuhan Migrasi 1 Cidadap Cimenteng Susukan Sukajadi Sukadana Margaluyu Karyamukti Campaka Girimukti Wangunjaya Mekarjaya Jumlah Sumber : Registrasi Penduduk, BPS Kab. Cianjur (Kec. Campaka Dalam.Angka 2009) 46

60 5.3 Kondisi Perekonomian Secara umum kondisi perekonomian kecamatan Campaka dapat dikatakan sama seperti dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Cianjur dimana sektor pertanian menjadi tumpuan perekonomian terutama bagi mayoritas penduduk. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk angkatan kerja yang memiliki pekerjaan sebanyak jiwa, sebagian besar yakni sekitar 69,95 persen atau sebanyak jiwa bekerja di sektor pertanian baik sebagai petani maupun buruh tani. Penduduk yang lainnya bekerja sebagai TNI/Polri berjumlah 39 jiwa atau sekitar 0,12 persen, buruh bangunan berjumlah jiwa atau sekitar 4,06 persen, wiraswasta berjumlah jiwa atau sekitar 5,78 persen, pegawai swasta berjumlah jiwa atau sekitar 7,97 persen, dan sebanyak jiwa atau sekitar 12,12 persen bekerja di sektor lainnya (gambar 7). 5.78% 4.06% 12.12% 0.12% 7.97% 36.47% 33.48% TNI/Polri Peg. Swasta Petani Buruh Tani Buruh Bangunan Wiraswasta Lain-lain Sumber : Data Ekonomi Kecamatan Campaka (diolah), 2009 Gambar 7. Sebaran Penduduk Angkatan Kerja Menurut Jenis Pekerjaan Berdasarkan jumlah penduduk angkatan kerja menurut jenis pekerjaan tersebut, menunjukkan bahwa terdapat jenis pekerjaan yang beragam di luar sektor pertanian. Hal ini memperlihatkan adanya spesialisasi maupun diversivikasi pekerjaan bagi penduduk, dengan keberadaan dan pemberdayaan fasilitas 47

61 perekonomian di luar sektor pertanian yang terdapat di tiap desa. Selain itu dengan adanya program pemerintah pusat untuk pengembangan ekonomi masyarakat seperti pemberian bantuan modal usaha turut berperan dalam peningkatan perekonomian di kecamatan Campaka secara keseluruhan. Sedangkan fasilitas perekonomian yang terdapat di Kecamatan Campaka terdiri dari dua jenis pengelolaan yakni usaha perorangan dan fasilitas pemerintah/bumn. Jenis usaha perorangan yang termasuk dalam bidang jasa berjumlah 495 unit, transportasi 874 unit, dan perdagangan seperti warung maupun toko masing-masing berjumlah dan 52 unit. Sedangkan yang berupa fasilitas pemerintah seperti pasar induk, KUD dan perbankan masingmasing berjumlah 4, 9 dan 2 unit. Sehingga total fasilitas perekonomian berjumlah unit. Desa Sukajadi merupakan desa dengan jumlah fasilitas perekonomian terbanyak yakni 590 unit termasuk sarana perbankan yang hanya terdapat di desa ini, sedangkan desa Karyamukti merupakan desa dengan jumlah fasilitas perekonomian paling sedikit yakni hanya berjumlah 115 unit (tabel 8). Tabel 8. Banyaknya Fasilitas Perekonomian Menurut Jenis Usaha di Tiap..Desa Tahun 2009 Usaha Perorangan/Masyarakat Fasilitas Pemerintah/BUMN No. Desa Transportasi Warung Kios/ Jumlah Jasa Toko Pasar KUD Perbankan 1 Cidadap Cimenteng Susukan Sukajadi Sukadana Margaluyu Karyamukti Campaka Girimukti Wangunjaya Mekarjaya Jumlah Sumber : Data Ekonomi Kecamatan Campaka (diolah),

62 5.4 Kondisi Pertanian Sektor pertanian merupakan sektor utama di kecamatan Campaka, khususnya pertanian tanaman pangan seperti padi sawah. Hal ini didukung oleh ketersediaan lahan sawah yang luas dan juga cukup subur. Berdasarkan data luas wilayah Kecamatan Campaka menurut penggunaan (tabel 9), menunjukkan bahwa luas lahan sawah adalah sekitar 10 persen atau seluas 14,32 kilo meter persegi dari total luas wilayah 142,62 kilo meter persegi. Tabel 9. Luas Wilayah Menurut Penggunaannya Tiap Desa Tahun 2009 Lahan Pertanian (km 2 ) Lahan Bukan Total Luas No Desa Lahan Sawah (km 2 ) Lahan Bukan Sawah (km 2 ) Pertanian (km 2 ) Lahan (km 2 ) 1 Cidadap 0,70 6,15 2,84 9,69 2 Cimenteng 1,50 10,38 0,07 11,95 3 Susukan 1,69 7,56 2,32 11,57 4 Sukajadi 2,15 7,36 0,95 10,46 5 Sukadana 1,16 7,13 4,84 13,13 6 Margaluyu 2,53 3,80 1,86 8,19 7 Karyamukti 0,35 15,17 0,26 15,78 8 Campaka 0,27 12,92 0,39 13,58 9 Girimukti 1,64 11,00 4,20 16,84 10 Wangunjaya 1,28 12,48 1,63 15,39 11 Mekarjaya 1,05 1,37 13,62 16,04 Jumlah 14,32 95,32 32,98 142,62 Sumber : Data Umum Kecamatan Campaka Tahun 2009 Selain ketersediaan lahan yang mendukung yang tidak kalah penting yakni faktor sumberdaya manusia dan keberadaan kelembagaan pertanian. Sektor pertanian menjadi tumpuan perekonomian masyarakat selain itu pertanian juga sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat. Kelembagaan pertanian seperti KUD, koperasi tani, LSM dan KSU maupun dengan adanya kontak tani juga turut berperan dalam peningkatan sektor pertanian khususnya dalam penyediaan input produksi maupun wadah bagi para petani untuk berkumpul dan melakukan berbagai kegiatan yang positif. 49

63 Tabel 10. Data Kelembagaan Petani Tahun 2009 Kelembagaan Kontak Tani No. Desa KUD Koperasi Tani LSM Jumlah Dewasa Taruna Wanita Jumlah 1 Cidadap Cimenteng Susukan Sukajadi Sukadana Margaluyu Karyamukti Campaka Girimukti Wangunjaya Mekarjaya Jumlah Sember : BPP Kec. Campaka (2009) Berdasarkan data kelembagaan petani di atas (tabel 10), menunjukkan bahwa jumlah kelembagaan petani adalah sebanyak 12 kelembagaan dan 110 kontak tani. Jumlah kelembagaan petani seperti KUD dan LSM masing-masing berjumlah satu dan terdapat di desa Sukajadi, serta jumlah koperasi tani sebanyak 10 kelembagaan yang terdapat hampir di seluruh desa, kecuali desa Cidadap, Sukajadi dan Wangunjaya. Sedangkan kontak tani yang terdapat di kecamatan Campaka terdiri dari 98 kontak tani dewasa, 2 kontak tani taruna dan 10 kontak tani wanita. 5.5 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah petani yang melakukan jenis usaha tani padi, baik petani pemilik lahan maupun petani penggarap dengan mengambil kasus di kecamatan Campaka. Karakteristik umum responden diperoleh berasarkan survei yang dilakukan terhadap 60 orang petani. Beberapa karakteristik yang dibahas seperti jenis kelamin, usia dan pengalaman bertani, serta tingkat pendidikan, tipologi lahan dan luas lahan yang diusahakan. 50

64 5.5.1 Jenis Kelamin, Tingkat Usia dan Pengalaman Bertani Sebagian besar yakni sebanyak 54 orang atau sekitar 90 persen dari petani yang menjadi responden berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan sisanya sebanyak 6 orang atau sekitar 10 persen berjenis kelamin perempuan. Dominasi kaum lakilaki dalam usahatani padi dikarenakan peran laki-laki sebagai kepala keluarga, sedangkan kaum perempuan hanya membantu kegiatan usahatani tersebut. Sedangkan berdasarkan perbedaan tingkat usia, sebagian besar responden sudah berusia di atas 50 tahun atau sekitar 38,3 persen berada pada usia antara 51 tahun sampai 60 tahun dan sekitar 21,7 persen responden berusia di atas 60 tahun. Sedangkan yang berusia di bawah 40 tahun dan antara 41 tahun sampai 50 tahun berturut-turut sebanyak 10 persen dan 30 persen. Tingkat usia responden yang paling muda berusia 34 tahun dan yang paling tua berusia 72 tahun (gambar 8). a) b) 21.7% 10.0% 10.0% 30.0% 21.7% 30.0% 38.3% 38.3% <40 th 41-50th >60th 10-20th 21-30th 31-40th >40th Sumber : Data Primer (diolah), 2011 Gambar 8. (a) Karakteristik Tingkat Usia, dan (b) Pengalaman Bertani Pengalaman bertani responden ini sangat berhubungan dengan tingkat usia responden, karena dapat diasumsikan dengan semakin bertambahnya usia maka pengalamannya juga akan bertambah. Responden dengan pengalaman bertani yang paling lama dan minim pengalaman yakni adalah selama 51 tahun dan 14 tahun. Rata-rata pengalaman bertani dari responden adalah 35,68 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa responden dalam melakukan usaha tani padi sudah berpengalaman. 51

65 5.5.2 Tingkat Pendidikan Berdasarkan latar belakang tingkat pendidikan (gambar 9), dapat dilihat bahwa sebagian besar atau sekitar 36,7 persen dari responden hanya tamat sekolah dasar (SD) dan bahkan sekitar 16,7 persen tidak tamat SD. Namun rendahnya tingkat pendidikan ini dapat dimaklumi, karena responden yang berpendidikan rendah tersebut merupakan responden yang sudah berusia di atas 50 tahun dimana sarana pendidikan pada waktu itu masih kurang. Sedangkan responden lainnya yang lebih beruntung dapat merasakan pendidikan yang lebih tinggi seperti sekolah menengah (SMP atau SMA) atau bahkan hingga perguruan tinggi. Jumlah responden yang tamat SMP, tamat SMA, dan Diploma/S1 berturut-turut adalah 28,3 persen, 16,7 persen, dan 1,7 persen. 16.7% 1.7% 16.7% 28.3% 36.7% tidak tamat SD tamat SD tamat SMP tamat SMA Diploma/S1 Sumber : Data Primer (diolah), 2011 Gambar 9. Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden Tipologi Lahan dan Luas Lahan yang Diusahakan Tipologi lahan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu lahan sawah dengan sistem pengairan irigasi dan lahan sawah tadah hujan. Lahan sawah irigasi yang diusahakan petani responden sebagian besar adalah sawah irigasi pedesaan atau masyarakat sekitar menyebutnya dengan sistem ulu-ulu dimana air diperoleh dari mata air pegunungan. Dan sisanya adalah sawah irigasi setengah teknis, dengan 52

66 memanfaatkan pengairan dari sub-sub DAS Cikondang. Sedangkan petani yang bertani pada sawah tadah hujan hanya melakukan usahatani padi ketika musim hujan saja, jika musim kemarau biasanya mereka memanfaatkan lahannya untuk komoditas pertanian lain. Responden untuk masing-masing tipologi lahan tersebut berjumlah 30 orang, namun luas lahan yang diusahakannya berbeda-beda. Luas lahan sawah yang diusahakan responden baik irigasi maupun tadah hujan sebagian besar adalah lahan dengan luas kurang dari 0,25 hektar, yakni responden untuk lahan sawah irigasi sekitar 33,3 persen dan responden lahan tadah hujan sekitar 35 persen sehingga jika dijumlahkan maka total penguasaan lahannya mencapai 68,3 persen. Total penguasaan lahan dengan luas 0,25 hektar sampai 0,5 hektar adalah sekitar 23,3 persen, dengan rincian responden lahan sawah irigasi dan tadah hujan masing-masing sekitar 10 persen dan 13,3 persen. Sedangkan total penguasaan lahan dengan luas antara 0,5 hektar sampai 1 hektar maupun lahan dengan luas di atas 1 hektar masing-masing berjumlah 5 persen dan 3,4 persen (gambar 10). 70.0% 60.0% 50.0% 35.0% persentase penguasaan lahan 40.0% 30.0% 20.0% 33.3% 13.3% lahan tadah hujan lahan irigasi 10.0% 0.0% 10.0% 1.7% 3.3% 3.3% 0.0% <0,25ha 0,25-0,5ha 0,5-1ha >1ha luas lahan Sumber : Data Primer (diolah), 2011 Gambar 10. Persentase Luas Lahan yang Diusahakan 53

67 Berdasarkan luas lahan sawah yang diusahakan tersebut, menunjukkan bahwa sebagian besar petani merupakan petani berlahan sempit atau petani gurem yaitu petani yang mengusahakan lahannya kurang dari 0,5 hektar. Hal ini yang menyebabkan sebagian besar usahatani padi yang dilakukan petani responden menjadi tidak efisien dan kurang produktif. Sehingga usahatani yang dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari atau disebut juga petani subsisten. 54

68 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6. 1 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Sawah Alih fungsi lahan atau konversi lahan merupakan suatu proses yang dinamis dan selalu akan terjadi mengikuti perkembangan penduduk maupun pola pembangunan wilayah. Pada daerah perkotaan (urban) maupun daerah penyangga kota (suburban) konversi lahan mengikuti pola pembangunan yang meninitikberatkan kepada penggunaan lahan yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti pabrik, pusat perbelanjaan, perumahan dan lainnya. Namun untuk daerah pedesaan (rural) dengan pola pembangunan yang menitikberatkan pada sektor pertanian, justru kerap terjadi konversi lahan pertanian khususnya lahan sawah. Konversi terhadap lahan sawah ini justru lebih sering terjadi dibandingkan dengan lahan pertanian lainnya karena lahan sawah terutama yang produktif atau subur biasanya terletak di daerah yang strategis. Penurunan areal persawahan berpengaruh terhadap penurunan produksi padi, walaupun saat ini gencar dilakukan intensifikasi pertanian yang meningkatkan produktivitas. Konversi lahan sawah tidak hanya berdampak pada berkurangnya luas lahan tetapi juga menyimpan dampak yang lebih besar dari pada itu. Lahan sawah yang mengalami konversi lahan terutama untuk kegiatan di luar pertanian, maka sangat sulit bahkan tidak akan dapat dimanfaatkan kembali sebagai lahan sawah. Kasus konversi lahan sawah kerap terjadi di daerah dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, contohnya seperti di pulau Jawa. Tingkat pertumbuhan penduduk ini mendorong peningkatan terhadap permintaan untuk lahan pemukiman, sehingga yang terjadi adalah konversi lahan khususnya lahan sawah sulit terelakkan. 55

69 Seiring dengan perkembangan zaman secara tidak langsung juga mengubah cara fikir masyarakat pedesaan, dimana nilai-nilai budaya yang terkandung di dalam istilah pertanian kini sudah mulai pudar dan diganti dengan istilah bisnis atau kegiatan yang lebih berorientasi pada keuntungan. Sehingga di kalangan masyarakat pedesaan terutama bagi pemuda muncul anggapan bahwa pertanian itu adalah kuno dan tidak menguntungkan. Selain itu dengan adanya sistem waris atau pembagian hak kepemilikan lahan sawah yang memberikan kuasa terhadap beberapa ahli waris sihingga setiap individu memiliki lahan yang semakin sempit dan cenderung untuk menjual lahan sawah tersebut. Beberapa hal tersebut mendorong terjadinya konversi lahan sawah di daerah pedesaan, walapun terjadi dalam skala kecil namun tidak boleh diabaikan dan seharusnya menjadi perhatiaan kita bersama. Kecamatan Campaka seperti halnya daerah pedesaan yang lain di pulau Jawa pada juga mengalami konversi lahan sawah. Konversi yang terjadi berbagai macam bentuknya seperti konversi lahan sawah menjadi lahan pertanian lainnya, maupun konversi lahan menjadi lahan di luar kegiatan pertanian, contohnya untuk pemukiman, infrastruktur dan lainnya. Bentuk konversi yang terakhir ini justru pada umumnya kerap terjadi hampir di semua desa yang terdapat di Kecamatan Campaka. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bentuk konversi seperti ini memiliki dampak yang besar dan juga luas. Untuk saat ini mungkin dampak tersebut belum begitu dirasakan namun pada masa yang akan datang baru akan dirasakan. Sehingga dalam penelitian tidak membahas terlalu jauh dampak yang terjadi dari adanya konversi lahan sawah. Namun lebih menitikberatkan kepada 56

70 besaran konversi lahan sawah yang terjadi, dalam hal ini melakukan analisis terhadap perubahan penggunaan lahan yang terjadi selama lima tahun terakhir dengan membandingkan data luas lahan sawah pada tahun 2006 dan luas lahan sawah pada tahun Tabel 11. Perubahan Luas Lahan Sawah di Kecamatan Campaka Pada.Tahun No. Desa Luas Penggunaan Lahan Pertumbuhan Δ Luas Lahan Sawah (ha) (%) Sawah (ha) Tahun 2006 Tahun 2010 per 5 tahun per tahun 1 Cidadap 30, ,88 132,40 26,48 2 Cimenteng 150, Susukan 199, ,05-15,10-3,02 4 Sukajadi 390, ,00-44,88-8,97 5 Sukadana 135, ,15-14,17-2,83 6 Margaluyu 253, ,65-0,26-0,05 7 Karyamukti 40, ,46-13,50-2,70 8 Campaka 80, ,00-66,25-13,25 9 Girimukti 164, ,52-0,32-0,06 10 Wangunjaya 61, ,01 106,49 21,30 11 Mekarjaya 115, ,30-8,93-1,79 Jumlah 1.620, ,24-11,62-2,32 Sumber : Laporan Tahunan Kecamatan Campaka (diolah), 2011 Berdasarkan data perubahan luas lahan sawah di Kecamatan Campaka (tabel 11), menunjukkan bahwa dalam kurun waktu selama lima tahun yakni dari tahun 2006 sampai dengan 2010 terjadi perubahan luas penggunaan lahan sawah yang menurun sebesar 188,24 hektar. Dengan perbandingan luas lahan sawah pada tahun 2006 yakni sebesar 1.620,24 hektar dan luas lahan sawah pada tahun 2010 yakni sebesar hektar. Selama kurun waktu tersebut juga dapat dilihat persentase pertumbuhan luas lahan sawah, berdasarkan data di atas terlihat bahwa terjadi pertumbuhan yang menurun atau laju degradasi lahan sawah sebesar 11,62 persen per lima tahun atau sekitar 2,32 persen per tahun. Dengan berkurangnya luas penggunaan lahan sawah sebesar 188,24 hektar selama lima tahun terakhir, maka dapat diestimasi potensi nilai produksi padi 57

71 yang hilang dalam GKP. Namun sebelumnya diestimasi jumlah produksi padi yang hilang dengan mengalikan luas lahan yang berkurang dalam meter persegi dengan produktivitas rata-rata kecamatan Campaka sebesar 0,55 kilogram per meter persegi sehingga diperoleh jumlah produksi padi yang hilang sebesar ,32 kilogram. Kemudian dapat diestimasi potensi nilai produksi padi yang hilang dengan asumsi harga jual GKP sebesar Rp 3.000,- per kilogram, maka diperoleh nilai produksi padi yang hilang sebesar Rp ,- per lima tahun atau Rp ,- per tahun. Dari data perubahan penggunaan lahan sawah tersebut juga menunjukkan bahwa tidak semua desa di kecamatan Campaka mengalami perubahan penggunaan lahan sawah. Tercatat sebanyak delapan desa yang mengalami perubahan penggunaan lahan sawah yang menurun, yaitu desa Susukan, Sukajadi, Sukadana, Margaluyu, Karyamukti, Campaka, Girimukti dan Mekarjaya. Desa Sukajadi merupakan desa dengan penurunan luas lahan sawah terbesar yakni 175 hektar. Hal ini dapat dikarenakan desa Sukajadi merupakan ibukota kecamatan dimana terjadi perkembangan yang cukup pesat, sehingga banyak pembangunan lahan pemukiman maupun infrasruktur. Sedangkan Desa Girimukti merupakan desa dengan penurunan luas lahan sawah terkecil yakni hanya 0,52 hektar. Desa Cimenteng merupakan satu-satunya desa yang tidak mengalami perubahan penggunaan lahan sawah. Sedangkan dua desa lainnya yakni desa Cidadap dan Wangunjaya mengalami perubahan luas lahan sawah yang meningkat dengan peningkatan atau terjadi pertumbuhan masing-masing sebesar 39,88 hektar atau 26,48 persen per tahun dan 66,01 hektar atau 21,3 persen per tahun. Peningkatan luas lahan sawah yang terjadi di kedua desa ini menunjukkan 58

72 bahwa program pemerintah untuk hal pencetakan sawah baru terlaksana dengan baik, walaupun lahan sawah tersebut berupa sawah ladang. Luas penggunaan lahan sawah yang semakin menurun di kecamatan Campaka terjadi karena perubahan untuk berbagai macam penggunaan seperti untuk kegiatan pertanian lainnya maupun untuk pemukiman. Penggunaan lahan untuk pemukiman ini tidak dapat dicegah sehubungan dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Selain itu secara hukum pemilik lahan dapat memanfaatkan lahan sawah miliknya untuk penggunaan lain yang dianggap memiliki nilai ekonomi tinggi maupun beralih kepemilikan dengan menjual lahan miliknya. Hal tersebut dapat terjadi karena lahan sawah dinilai sudah tidak menguntungkan atau memiliki nilai ekonomi lahan (land rent) yang rendah. Namun jika ditelaah lebih dalam, sebenarnya lahan sawah tidak hanya sebatas sebagai suatu input produksi tetapi juga memiliki multifungsi lain yang tidak terhitung dalam mekanisme pasar Analisis Land Rent Land rent memiliki nilai yang relatif berbeda-beda tergantung pada wilayah dan waktu penelitian dilakukan, serta penggunaan lahan tersebut. Dalam penelitian ini juga akan membandingkan antara land rent pada lahan sawah irigasi dengan land rent pada lahan sawah tadah hujan, karena pada kedua tipologi lahan tersebut memiliki nilai yang berbeda. Land rent yang diperoleh pada kedua tipologi lahan tersebut merupakan nilai rata-rata dari total 30 responden petani dengan lahan sawah irigasi dan 30 responden petani lahan sawah tadah hujan. Sehingga land rent yang didapat untuk lahan sawah irigasi dan tadah hujan masing-masing adalah Rp 839,69 /m 2 /tahun dan Rp 832,41 /m 2 /tahun. 59

73 Tabel 12..Perbandingan Land Rent pada Lahan Sawah Irigasi dan Lahan Sawah Tadah Hujan Indikator Perbandingan Tipologi Lahan Lahan Sawah Irigasi Lahan Sawah Tadah Hujan Total Penerimaan (Rp/m 2 /tahun) , ,73 Total Biaya (Rp/m 2 /tahun) , ,57 Land Rent (Rp/m 2 /tahun) , ,18 Rata-rata Land Rent (Rp/m 2 /tahun) 839,69 832,41 Ratio Land Rent 1 0,99 Rata-rata Produktivitas (kg/m 2 ) 0,57 0,51 Sumber : Data Primer (diolah), 2011 Berdasarkan data perbandingan land rent pada lahan sawah irigasi dan lahan sawah tadah hujan (tabel 12), menunjukkan bahwa lahan sawah irigasi memiliki land rent yang lebih besar dibandingkan lahan sawah tadah hujan. Ratio land rent sawah tadah hujan adalah sekitar 0,99 dari land rent sawah irigasi. Perbedaan nilai rata-rata land rent maupun perbandingan ratio yang berbeda pada kedua tipologi lahan tersebut, belum tentu berbeda secara statisik. Oleh karena itu, dilakukan pengujian hipotesis dan selang kepercayaan bagi nilai tengah antara land rent sawah irigasi dan land rent sawah tadah hujan. Berdasarkan hasil pengujian ragam dua populasi diperoleh nilai-p untuk uji-f (uji bartllet) adalah 0,815 > 0,05 (α = 5%). Kesimpulannya adalah bahwa ragam populasi pada kedua tipologi lahan adalah sama pada taraf nyata 5 persen. Setelah itu dilakukan pengujian hipotesis dua populasi (sawah irigasi dan sawah tadah hujan), diperoleh nilai statistik uji-t = 0,06 dan nilai-p = 0,954 dengan batas bawah selang kepercayaan 95 persen bagi beda dua nilai tengah adalah sebesar 250,556 dan batas atas sebesar 265,118. Nilai p > 0,05 (α = 5%), berarti terima hipotesis alternatif (H 1 ) pada taraf nyata 5 persen sehingga disimpulkan bahwa secara statistik terdapat perbedaan antara nilai tengah land rent sawah irigasi dan land rent sawah tadah hujan, namun dengan perbedaan yang sangat kecil. 60

74 Selain itu jika dilihat dari produktivitas sebagai indikator tingkat kesuburan menujukkan bahwa rata-rata produktivitas lahan sawah irigasi masih lebih tinggi dibandingkan lahan sawah tadah hujan dengan perbandingan 0,57 kg/m 2 dan 0,51 kg/m 2. Walaupun dengan perbedaan yang kecil, hal ini dikarenakan petani responden yang melakukan kegiatan usaha tani pada lahan sawah irigasi maupun lahan sawah tadah hujan tersebut sebagian besar adalah petani gurem yang berlahan sempit atau mengusahakan lahan kurang dari 0,5 hektar. Dalam penelitian ini, hasil perhitungan land rent yang dilakukan pada kedua tipologi lahan tersebut dapat dikatakan masih terlalu underestimate dikarenakan belum menghitung multifungsi lain dari lahan sawah. Namun perhitungan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori yang ada, sehingga perbedaan land rent pada kedua tipologi lahan tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat keefesienan dalam kegiatan usaha tani. Usaha tani yang dilakukan pada sawah irigasi lebih efisien dibandingkan dengan sawah tadah hujan. Sehingga perlu menjadi perhatian bagi pemerintah khususnya pemerintah daerah setempat untuk membangun suatu infrastruktur pengairan dengan sistem irigasi yang lebih baik agar usahatani yang dilakukan dapat lebih efisien dan pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas dari usaha tani tersebut. 6.3 Analisis Regresi Linear Berganda Terhadap Land Rent Dalam pendugaan model regresi land rent sawah irigasi dan model persamaan regresi land rent sawah tadah hujan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). Namun sebelum melakukan analisis regresi linear berganda tersebut, 61

75 terlebih dahulu dilakukan analisis koefesien korelasi sederhana (pearson correlation coefficient) antara variabel bebas atau independent variable yang dimasukkan dalam model. Hasil analisis koefesien korelasi tersebut dapat dilihat pada lampiran. Hasil analisis menunjukkan bahwa masing-masing variabel bebas pada kedua model persamaan yang diduga tersebut tidak saling berkorelasi atau memiliki nilai koefesien korelasi (r) yang relatif rendah. Kemudian dilakukan analisis regresi linear berganda untuk mendapatkan model pendugaan fungsi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai Y atau variabel tak bebas (dependent variable), dalam hal ini adalah land rent sawah irigasi (Y I ) maupun land rent tadah hujan (Y T ). Sedangkan variabel-variabel bebas (independent variable) pada kedua model tersebut adalah sama, yaitu biaya variabel (X 1 ), biaya tetap (X 2 ), luas lahan (X 3 ), produktivitas (X 4 ), jarak lahan ke pasar (X 5 ), dan jarak lahan ke jalan desa (X 6 ). Hasil pengolahan analisis regresi linear berganda diperoleh dengan bantuan program Microsoft Excel 2007, SPSS 16.0, dan Minitab 14, seperti yang dapat dilihat pada tabel 13 berikut. Tabel 13. Hasil Perbandingan Analisis Regresi Linear Berganda Land Rent Sawah.Irigasi dan Land Rent Sawah Tadah Hujan No Variabel Land Rent Irigasi Land Rent Tadah Hujan Notasi Koefesien p-value Koefesien p-value 1 Intersep β 0 100,965 0,226-57,377 0,750 2 Biaya Variabel X 1-0,797 0,000* -0,751 0,035* 3 Biaya Tetap X 2-0,898 0,000* -0,892 0,000* 4 Luas Lahan X 3 0,001 0,282 0,011 0,682 5 Produktivitas X ,873 0,000* 2982,953 0,000* 6 Jarak Lahan ke Pasar X 5-0,030 0,050* 0,005 0,769 7 Jarak Lahan ke Jalan Desa X 6 0,115 0,101-0,076 0,480 R-Sq = 0,98 R-Sq = 0,944 R-Sq(adj) = 0,975 R-Sq(adj) = 0,929 Ket. : * Taraf nyata 5% Sumber : Data Primer (diolah),

76 Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda tersebut, dapat diperoleh model persamaan regresi land rent sawah irigasi dan model persamaan regresi land rent sawah tadah hujan. Model persamaan regresi land rent sawah irigasi adalah sebagai berikut : Y I = 100,965-0,797X 1-0,898X 2 + 0,001X ,873X 4-0,03X 5 + 0,115X 6 Sedangkan untuk model persamaan regresi land rent sawah tadah hujan adalah sebagai berikut : Y T = -57,377-0,751X 1-0,892X 2 + 0,011X ,953X 4 + 0,005X 5-0,076X Uji Kesesuaian Model Kriteria Ekonomi Pada kedua model persamaan regresi land rent sawah irigasi dan sawah tadah hujan yang diperoleh secara keseluruhan menunjukkan besaran maupun tanda tiap koefesien dugaan sudah sesuai dengan kriteria ekonomi. Seperti halnya dengan model fungsi penerimaan pada umumnya, secara teoritis komponen biaya berkorelasi negatif dengan land rent, dalam hal ini biaya variabel (X 1 ) dan biaya tetap (X 2 ) yang memiliki koefesien bernilai negatif karena dengan semakin meningkatnya komponen biaya maka akan menurunkan land rent. Faktor lainnya yang berpengaruh nyata seperti produktivitas (X 4 ) sebagai indikator dari tingkat kesuburan memiliki koefesien yang bernilai positif, artinya semakin subur atau produktif suatu lahan maka akan meningkatkan land rent. Sedangkan faktor jarak lahan ke pasar (X 5 ) pada kedua model persamaan regresi land rent memiliki pengaruh yang berbeda. Dalam model regresi land rent 63

77 sawah irigasi, faktor jarak lahan ke pasar (X 5 ) berpengaruh nyata dan memilki koefesien bernilai negatif yang artinya semakin jauh jarak lahan ke pasar maka akan menurunkan nilai land rent. Akan tetapi dalam model regresi land rent sawah tadah hujan, faktor jarak lahan ke pasar (X 5 ) tidak berpengaruh nyata atau memiliki pengaruh namun sangat kecil. Hal ini tentu saja bertentangan dengan teori lokasi yang terdapat dalam konsep land rent, sehingga dapat dikatakan pada model regresi land rent sawah tadah hujan tidak sepenuhnya sesuai dengan kriteria ekonomi Kriteria Statistik Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda pada model regresi land rent sawah irigasi diperoleh nilai R-Sq yang cukup tinggi yakni sekitar 0,98. Nilai R-Sq yang sebesar 0,98 menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas yang dimasukkan dalam model menerangkan sekitar 98 persen keragaman dan sisanya sekitar 2 persen keragaman dijelaskan oleh variabel atau faktor lainnya yang tidak dimasukkan dalam model. Sedangkan nilai koefesien determinasi yang disesuaikan atau R-Sq (adj) memiliki nilai yang lebih kecil yakni sekitar 0,975. Nilai R-Sq (adj) tersebut menunjukkan bahwa setelah memperhitungkan derajat kebebasan dan variabel-variabel bebas yang terdapat dalam model masih menjelaskan sekitar 97,5 persen keragaman dalam nilai land rent sawah irigasi (Y I ). Sedangkan pada model regresi land rent sawah tadah hujan, diperoleh nilai R-Sq sekitar 0,944 yang menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas yang dimasukkan dalam model menerangkan sekitar 94,4 persen keragaman dan sisanya sekitar 5,6 persen keragaman dijelaskan oleh variabel atau faktor lainnya 64

78 yang tidak dimasukkan dalam model. Sedangkan nilai koefesien determinasi yang disesuaikan atau R-Sq (adj) sekitar 0,929 yang menunjukkan bahwa setelah memperhitungkan derajat kebebasan dan variabel-variabel bebas yang terdapat dalam model masih menjelaskan sekitar 92,9 persen keragaman dalam nilai land rent sawah tadah hujan (Y T ). Selain itu kriteria statistik juga dapat dilihat dengan melakukan uji-f dan uji-t. Uji-F terhadap kedua model regresi land rent sawah irigasi maupun sawah tadah hujan diperoleh F hit masing-masing sebesar 190,288 dan 64,580. Dengan nilai F hit pada kedua model tersebut lebih besar dari nilai F tabel atau F 0,05(6,23) yang hanya sebesar 2,53 maka dapat disimpulkan bahwa pada kedua model regresi tersebut secara signifikan dapat menjelaskan keragaman land rent sawah irigasi maupun sawah tadah hujan. Atau minimal terdapat satu variabel bebas dalam model yang mempengaruhi land rent. Untuk mengetahui faktor apa saja yang secara signifikan mempengaruhi land rent, diperlukan uji statistik lanjut yakni dengan statistik uji-t. Berdasarkan hasil statistik uji-t pada model regresi land rent sawah irigasi diketahui faktor-faktor yang berpengaruh nyata yakni biaya variabel (X 1 ), biaya tetap (X 2 ), produktivitas (X 4 ), dan jarak lahan ke pasar (X 5 ) dengan masingmasing nilai t hit sebesar -5,309; -25,502; 22,687 dan -2,069. Nilai t hit tersebut masih lebih besar dari nilai t tabel atau t 0,025(23) yang sebesar ± Sedangkan faktor lainnya seperti luas lahan (X 3 ) dan jarak lahan ke jalan desa (X 6 ) tidak berpengaruh nyata atau memiliki pengaruh namun sangat kecil terhadap nilai land rent sawah irigasi (Y I ). 65

79 Sedangkan pada model regresi land rent sawah tadah hujan diketahui faktor-faktor yang berpengaruh nyata yakni biaya variabel (X 1 ), biaya tetap (X 2 ), dan produktivitas (X 4 ) dengan masing-masing nilai t hit sebesar -2,245; -13,165; dan 12,329. Nilai t hit tersebut masih lebih besar dari nilai t tabel atau t 0,025(23) yang sebesar ± Sedangkan faktor lainnya seperti luas lahan (X 3 ), jarak lahan ke pasar (X 5 ) dan jarak lahan ke jalan desa (X 6 ) tidak berpengaruh nyata atau memiliki pengaruh namun sangat kecil terhadap land rent sawah tadah hujan (Y T ) Kriteria Ekonometrika Pengujian yang pertama dilakukan adalah mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dengan melukan uji koefesien korelasi sederhana (pearson correlation coefficient) antara variabel bebas dalam model. Pada model regresi land rent sawah irigasi menunjukkan koefesien korelasi (r) yang relatif kecil yakni kurang dari 50 persen. Selain itu dengan uji marquardt diperoleh nilai VIF kurang dari 10, yakni hanya berkisar di antara 1,153 dan 1,386. Sedangkan pada model regresi land rent sawah tadah hujan diperoleh nilai koefesien korelasi (r) secara umum relatif kecil. Namun antara faktor biaya variabel dengan luas lahan memiliki nilai koefesien korelasi cukup besar yakni 0,57 yang menunjukkan terdapat korelasi yang signifikan pada taraf 1 persen. Efek multikolinearitas antara faktor tersebut tidak begitu besar, hal ini dapat dilihat dari p-value yang kurang dari taraf nyata 1 persen atau 0,01. Bedasarkan uji marquardt diperoleh nilai VIF kurang dari 10, yang hanya berkisar di antara 1,133 dan 2,711. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam kedua model regresi land rent sawah irigasi maupun sawah tadah hujan tidak terjadi multikolinearitas antara variabel bebas dan masing-masing variabel bebas tidak salah menduga. 66

80 Pengujian yang selanjutnya terhadap heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan metode grafik dan juga uji Glesjer. Metode grafik yang digunakan pada kedua model regresi land rent sawah irigasi maupun sawah tadah hujan yaitu dengan memplotkan atau mempetakan kuadrat residual yang ditaksir (e 2 ) diperoleh pencaran data yang bersifat acak atau tidak memiliki pola tertentu. Sedangkan dengan uji Glesjer diperoleh nilai p (signifikansi) keseluruhan maupun dari tiap-tiap variabel bebas pada kedua model secara keseluruhan tidak signifikan yaitu masing-masing sebesar 0,524 dan 0,174 atau masih lebih besar dari taraf nyata 0,05 (α = 5 %). Sehingga dapat disimpulkan bahwa baik dalam dugaan model regresi land rent sawah irigasi maupun model regresi land rent sawah tadah hujan tidak terjadi heteroskedastisitas atau menghasilkan ragam sisaan yang homogen. Pengujian yang terakhir yaitu kenormalan data atau sisaan menyebar normal menjadi tidak terlalu penting dalam pendugaan parameter regresi. Karena penduga dengan metode kuadrat terkecil (OLS) tetap merupakan penduga takbias terbaik apabila asumsi lain terpenuhi, dalam hal ini asumsi tidak terjadi multikolinearitas dan juga tidak terjadi heteroskedastisitas sudah terpenuhi. Dalam kedua model regresi land rent, nilai residual berdistribusi normal yang merupakan suatu kurva berbentuk lonceng (bell-shaped curve) yang kedua sisinya melebar sampai titik tak terhingga. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh asumsi dalam kedua model regresi tersebut menurut kriteria ekonometrika sudah terpenuhi. 67

81 Berdasarkan hasil pengujian terhadap ketiga kriteria uji kesesesuaian model, dalam model regresi land rent sawah irigasi seluruh kriteria tersebut terpenuhi. Sehingga dapat dikatakan bahwa model regresi land rent sawah irigasi secara keseluruhan baik dan juga dapat digunakan atau valid. Sedangkan pada model regresi land rent sawah tadah hujan, terdapat satu kriteria yaitu kriteria ekonomi yang tidak sepenuhnya terpenuhi. Namun untuk kedua kreteria lainnya seperti kriteria statistika dan kriteria ekonometrika dapat terpenuhi. Sehingga dapat dikatakan model persamaan regresi land rent sawah tadah hujan dalam penelitian ini adalah kurang baik menurut teori ekonomi, namun berdasarkan kriteria statistik maupun ekonometrika model tersebut dapat digunakan atau valid. 6.5 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Land Rent Berdasarkan hasil pengolahan data pada kedua model regresi land rent yang diperoleh, masing-masing model regresi memiliki jumlah variabel bebas atau faktor yang berpengaruh pada taraf nyata 0,05 (α = 5 %) terhadap model yang tidak sama atau berbeda. Walaupun variabel-variabel bebas pada kedua model regresi tersebut adalah sama, yaitu biaya variabel (X 1 ), biaya tetap (X 2 ), luas lahan (X 3 ), produktivitas (X 4 ), jarak lahan ke pasar (X 5 ), dan jarak lahan ke jalan (X 6 ). Untuk model regresi land rent sawah irigasi, faktor yang berpengaruh nyata yaitu antara lain biaya variabel (X 1 ), biaya tetap (X 2 ), produktivitas (X 4 ), dan jarak lahan ke pasar (X 5 ). Sedangkan faktor yang berpengaruh nyata dalam model regresi land rent sawah tadah hujan yaitu biaya variabel (X 1 ), biaya tetap (X 2 ), dan produktivitas (X 4 ). Dalam melakukan suatu interpretasi pada model persamaan regresi berganda, tidak hanya diihat dari nilai koefesien regresinya (β i ) saja untuk 68

82 menggambarkan berapa perubahan Y jika variabel bebas ke - i berubah 1 satuan. Karena nilai koefesien β i yang paling besar bukan berarti pengaruh variabel bebas ke - i paling besar karena satuan koefesien regresi tergantung satuan variabel tak bebas Y dan satuan variabel bebas ke - i. Untuk mengkaji relatif pentingnya masing-masing variabel bebas tersebut, dengan menggunakan koefisien baku (standardized coefficient) dan juga elastisitas atau korelasi parsial. Koefesien baku (β i *) menggambarkan relatif pentinnya variabel bebas X dalam model regresi berganda. Koefesien baku ini sering digunakan untuk melihat perbedaaan pengaruh berbagai variabel bebas X terhadap variabel tak bebas Y karena bebas satuan. Sedangkan elastisitas (E i =η i ) mengukur pengaruh satu persen perubahan dalam variabel bebas X terhadap persentase perubahan variabel tak bebas Y. Nilai koefesien baku dan elastisitas tersebut dapat dilihat pada hasil pengolahan data model regresi berganda yang tersaji pada tabel 14 berikut. Tabel 14...Nilai Koefesien Regresi, Koefesien Baku, dan Elastisitas Pada Kedua Model Regresi Berganda Land Rent Irigasi Land Rent Tadah Hujan Variabel β i β i * E i =η i β i β i * E j =η j Intersep (constant) 100, , Biaya Variabel (X 1 ) -0,797-0, ,751-0, Biaya Tetap (X 2 ) -0,898-0, ,892-0, Luas Lahan (X 3 ) 0,001 0, ,011 0, Produktivitas (X 4 ) 2705,873 0, ,953 0, Jarak Lahan ke Pasar (X 5 ) -0,030-0, ,005 0, Jarak Lahan ke Jalan (X 6 ) 0,115 0, ,076-0, Sumber : Data Primer (diolah), 2011 Berdasarkan data koefesien baku dan elastisitas, dapat dilihat faktor mana saja yang relatif lebih berpengaruh atau lebih penting dibandingkan dengan faktor lainnya. Hal tersebut dilakukan dengan melihat besaran nilainya dari yang terbesar 69

83 hingga yang terkecil tanpa melihat tandanya. Pada model regresi land rent sawah irigasi secara berturut-turut dari faktor yang paling berpengaruh adalah biaya tetap, produktivitas, biaya variabel, jarak lahan ke pasar, jarak lahan ke jalan, dan luas lahan. Sedangkan pada model regresi land rent sawah tadah hujan secara berturut-turut dari faktor yang paling berpengaruh adalah biaya tetap, produktivitas, biaya variabel, jarak lahan ke jalan, luas lahan, dan jarak lahan ke pasar Faktor Biaya Variabel (X 1 ) Biaya variabel baik pada model regresi land rent sawah irigasi maupun model regresi land rent sawah tadah hujan secara signifikan berpengaruh nyata pada taraf nyata α = 5 %. Dalam kedua model persamaan regresi, biaya variabel berpengaruh negatif terhadap land rent yang dapat dilihat dari tanda pada koefesien regresinya. Hal ini menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya biaya variabel baik berupa biaya benih, biaya pupuk, biaya pestisida maupun biaya tenaga kerja maka akan menurunkan nilai land rent pada kedua model tersebut. Pada model regresi land rent sawah irigasi, biaya variabel memiliki koefesien regresi maupun elastisitas yang bernilai negatif. Nilai koefesien regresi yaitu -0,797 yang memiliki arti bahwa setiap penambahan biaya variabel sebesar Rp. 1,- /m 2 /tahun yang dikeluarkan akan menurunkan rata-rata nilai land rent sawah irigasi sebesar Rp. 0,80 /m 2 /tahun, pada saat variabel lainnya tetap. Nilai elastisitasnya yaitu sebesar -0,298 yang berarti bahwa secara rata-rata kenaikan 1 persen dalam biaya variabel akan menurunkan rata-rata nilai land rent sawah irigasi sebesar 0,298 persen. 70

84 Sedangkan pada model regresi land rent sawah tadah hujan memiliki nilai koefesien regresi -0,751 yang berarti bahwa setiap penambahan biaya variabel sebesar Rp. 1,- /m 2 /tahun yang dikeluarkan akan menurunkan rata-rata nilai land rent sawah tadah hujan sebesar Rp. 0,75 /m 2 /tahun, pada saat variabel lainnya tetap. Nilai elastisitasnya yaitu sebesar -0,265 yang berarti bahwa secara rata-rata kenaikan 1 persen dalam biaya variabel akan menurunkan rata-rata nilai land rent sawah irigasi sebesar 0,265 persen. Berdasarkan interpretasi terhadap koefesien regresi maupun elastisitas dari faktor biaya variabel pada kedua model terebut menunjukkan sudah sesuai dengan teori ekonomi, dimana jika biaya variabel mengalami kenaikan maka akan menurunkan land rent Faktor Biaya Tetap (X 2 ) Biaya tetap pada kedua model persamaan regresi berganda dalam penelitian ini merupakan faktor yang paling berpengaruh pada taraf nyata α = 5 % atau paling penting berdasarkan pada nilai koefesien baku maupun elastisitas. Nilai koefesien baku untuk kedua model regresi land rent sawah irigasi maupun sawah tadah hujan masing-masing adalah -0,867 dan -0,830. Tanda koefesien menunjukkan hubungan yang negatif antara faktor biaya tetap dengan land rent. Pada model regresi land rent sawah irigasi, biaya tetap memiliki koefesien regresi maupun elastisitas dengan tanda negatif. Nilai koefesien regresinya adalah -0,898 artinya bahwa setiap penambahan biaya tetap sebesar Rp. 1,- /m 2 /tahun yang dikeluarkan akan menurunkan rata-rata nilai land rent sawah irigasi sebesar Rp. 0,90 /m 2 /tahun, pada saat variabel lainnya tetap. Nilai elastisitasnya adalah - 0,585 yang berarti bahwa secara rata-rata kenaikan 1 persen dalam biaya tetap akan menurunkan rata-rata nilai land rent sawah irigasi sebesar 0,585 persen. 71

85 Sedangkan pada model regresi land rent sawah tadah hujan memiliki nilai koefesien regresi -0,892 yang berarti bahwa setiap penambahan biaya tetap sebesar Rp. 1,- /m 2 /tahun yang dikeluarkan akan menurunkan rata-rata nilai land rent sawah tadah hujan sebesar Rp. 0,89 /m 2 /tahun, pada saat variabel lainnya tetap. Nilai elastisitasnya adalah -0,538 yang berarti bahwa secara rata-rata kenaikan 1 persen dalam biaya tetap akan menurunkan rata-rata nilai land rent sawah tadah hujan sebesar 0,538 persen. Berdasarkan interpretasi terhadap koefesien regresi maupun elastisitas dari faktor biaya tetap pada kedua model tersebut menunjukkan sudah sesuai dengan teori ekonomi, dimana jika biaya tetap meningkat maka akan menurunkan land rent Faktor Luas Lahan (X 3 ) Berdasarkan hasil pengolahan pada kedua model regresi berganda diperoleh p-value yang cukup besar yaitu 0,282 dan 0,682 atau lebih besar dari taraf nyata 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa faktor luas lahan baik pada model regresi land rent sawah irigasi maupun model regresi land rent sawah tadah hujan tidak berpengaruh nyata atau memiliki pengaruh namun sangat kecil. Dalam model regresi land rent sawah irigasi, luas lahan bahkan merupakan faktor yang paling kurang berpengaruh. Sedangkan dalam model regrei land rent sawah tadah hujan, faktor luas lahan menempati urutan kedua dari bawah faktor yang berpengaruh dalam model. Faktor luas lahan menjadi tidak berpengaruh nyata dalam model dapat dikarenakan faktor luas lahan ini sudah termasuk ke dalam perhitungan land rent, biaya variabel, biaya tetap maupun produktivitas sebelum dimasukkan ke dalam model pendugaan yang diolah. 72

86 6.5.4 Faktor Produktivitas (X 4 ) Faktor produktivitas dalam penelitian ini mencerminkan tingkat kesuburan baik pada lahan sawah irigasi maupun lahan sawah tadah hujan, karena semakin produktif suatu lahan sawah maka dapat dikatakan lahan sawah tersebut adalah lahan yang subur. Dalam hasil analisis terhadap kedua model regresi land rent menunjukkan bahwa faktor produktivitas ini secara signifikan berpengaruh pada taraf nyata α = 5 %. Faktor produktivitas pada kedua model regresi tersebut berada pada urutan kedua faktor yang paling berpengaruh setelah faktor biaya tetap dengan nilai koefisien baku pada masing-masing model regresi yaitu sebesar 0,783 dan 0,703. Tanda koefesien menunjukkan pola hubungan yang positif antara faktor produktivitas dengan nilai land rent. Pada model regresi land rent sawah irigasi, nilai koefesien regresi adalah 2705,873 yang memiliki arti bahwa setiap peningkatan produktivitas sebesar 1 kg/m 2 maka akan meningkatkan rata-rata nilai land rent sawah irigasi sebesar Rp ,87 /m 2 /tahun, pada saat variabel lainnya tetap. Nilai elastisitasnya adalah 1,826 yang berarti bahwa secara rata-rata peningkatan 1 persen dalam produktivitas akan meningkatkan rata-rata nilai land rent sawah irigasi sebesar 1,826 persen. Sedangkan pada model regresi land rent sawah tadah hujan, faktor produktivitas memiliki nilai koefesien regresi 2982,953 yang berarti bahwa setiap peningkatan produktivitas sebesar 1 kg/m 2 maka akan meningkatkan rata-rata nilai land rent sawah tadah hujan sebesar Rp ,95 /m 2 /tahun, pada saat variabel lainnya tetap. Nilai elastisitasnya adalah 1,841 yang berarti bahwa secara rata-rata peningkatan 1 persen dalam produktivitas akan meningkatkan rata-rata nilai land 73

87 rent sawah tadah hujan sebesar 1,841 persen. Berdasarkan interpretasi pada kedua model terebut dapat dikatakan sudah sesuai dengan teori, dimana semakin produktif atau subur suatu lahan maka akan semakin tinggi nilai land rent-nya Faktor Jarak Lahan ke Pasar (X 5 ) Berdasarkan hasil analisis regresi berganda yang diperoleh terhadap kedua model memperlihatkan hasil yang berbeda, terutama dalam nilai dugaan faktor jarak lahan ke pasar. Pada model regresi land rent sawah irigasi menunjukkan bahwa faktor jarak lahan ke pasar secara signifikan berpengaruh pada taraf nyata α = 5 %, yang dilihat dari nilai p-value sebesar 0,05. Dengan nilai koefesien regresi -0,03 yang berarti setiap penambahan jarak lahan ke pasar sejauh 1 meter akan mengurangi rata-rata nilai land rent sawah irigasi sebesar Rp. 0,03 /m 2 /tahun, pada saat variabel lainnya tetap. Nilai elastisitasnya sebesar -0,098 yang berarti bahwa secara rata-rata peningkatan 1 persen dalam jarak lahan ke pasar akan menurunkan rata-rata nilai land rent sawah irigasi sebesar 0,098 persen. Hal ini sesuai dengan teori lokasi, dimana semakin jauh dengan pasar maka land rent-nya akan berkurang. Sedangkan pada model regresi land rent sawah tadah hujan menunjukkan bahwa faktor jarak lahan ke pasar tidak berpengaruh nyata dengan p-value yang relatif besar yakni 0,769. Sehingga dapat dikatakan dalam model tersebut tidak sesuai dengan teori ekonomi, karena secara teoritis nilai land rent itu dipengaruhi oleh jarak lahan ke pasar. Pelanggaran asumsi yang terjadi dapat dikarenakan sebagian besar lahan sawah tadah hujan yang menjadi objek penelitian berada di kawasan perbukitan dan jauh dari lokasi pasar. Petani dalam memperoleh sarana produksi maupun menjual padi tidak ke pasar tetapi melalui tengkulak. 74

88 6.5.6 Faktor Jarak Lahan ke Jalan Desa (X 6 ) Berdasarkan hasil pengolahan data pada kedua model regresi berganda diperoleh nilai signifikansi (p-value) pada faktor jarak lahan ke jalan desa yang cukup besar yaitu 0,101 dan 0,480 atau lebih besar dari taraf nyata α = 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa baik pada model regresi land rent sawah irigasi maupun sawah tadah hujan, faktor jarak lahan ke jalan desa tidak berpengaruh nyata atau memiliki pengaruh namun sangat kecil. Menurut teori lokasi tentu hal ini dapat dikatakan melanggar asumsi, namun faktor jarak lahan ke jalan menjadi tidak berpengaruh nyata karena pada lokasi penelitian tidak semua lahan yang dekat dengan jalan memilki nilai jual lahan atau tingkat kesuburan yang lebih tinggi dibanding lahan yang jauh dari jalan. 75

89 VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan atas penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Selama kurun waktu lima tahun terakhir yakni dari tahun 2006 hingga 2010 luas penggunaan lahan sawah di kecamatan Campaka mengalami penurunan sebesar 188,24 hektar. Selama kurun waktu tersebut persentase laju degradasi lahan sawah adalah sekitar 11,62 persen atau sekitar 2,32 persen per tahun. Walaupun dengan persentase laju degradasi yang terbilang kecil, hal ini menunjukkan bahwa di daerah pedesaan (rural) yang mayoritas penduduknya adalah petani konversi lahan sawah juga kerap terjadi. Laju konversi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya penduduk, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan pemukiman dan untuk pembangunan infrasturuktur. 2) Dalam perhitungan land rent diperoleh rata-rata land rent yang berbeda, pada sawah irigasi sebesar Rp 839,69 /m 2 /tahun, sedangkan sawah tadah hujan hanya sebesar Rp 832,41 /m 2 /tahun. Namun secara statistik dengan uji nilai tengah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara ratarata land rent pada kedua tipologi lahan tersebut, hal ini terlihat dari perbedaan yang sangat kecil. Perbedaan yang sangat kecil ini dikarenakan baik petani sawah irigasi maupun petani sawah tadah hujan dalam mengusahakan lahannya kurang dari 0,5 hektar atau petani gurem yang berlahan sempit. Sedangkan rata-rata produktivitas sawah irigasi dan sawah tadah hujan masing-masing adalah sebesar 0,57 kg/m 2 dan 0,51 kg/m 2, sehingga dapat dikatakan sawah irigasi lebih produktif dibandingkan sawah tadah hujan. 76

90 3) Berdasarkan hasil analisis regresi berganda yang dilakukan termasuk uji kesesuaian model menunjukkan bahwa pada model regresi land rent sawah irigasi secara keseluruhan sudah sesuai. Sehingga dapat dikatakan bahwa model regresi land rent sawah irigasi adalah baik dan dapat digunakan atau valid. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata secara berurutan dari yang paling berpengaruh adalah biaya tetap, produktivitas, biaya variabel dan jarak lahan ke pasar. Sedangkan pada model regresi land rent sawah tadah hujan terdapat pelanggaran terhadap kriteria ekonomi, jadi hanya terpenuhi kriteria statistik dan ekonomeetrika saja. Sehingga dapat dikatakan jika model regresi kurang baik, namun secara statistik dan ekonometrika model dapat digunakan atau valid. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata secara berurutan dari yang paling berpengaruh adalah biaya tetap, produktivitas dan biaya variabel. 7.2 Saran Beberapa saran yang direkomendasikan untuk implementasi kebijakan adalah sebagai berikut : 1) Untuk meningkatkan penggunaan luas lahan sawah dapat dilakukan dengan pencetakan sawah baru, namun dapat juga dilakukan bersamaan dengan peningkatan produktivitas. Disamping itu pendekatan ekonomi seperti pemotongan pajak bagi pemilik lahan sawah agar pemilik lahan tetap mau mengusahakan lahannya dan tidak menjual lahan tersebut. Dalam pengendalian konversi lahan sawah tidak cukup hanya dengan mengandalkan rencana tata ruang jika tidak ada implikasi dalam pelaksanaanya, perlu didukung oleh peraturan lain dan hendaknya dilaksanakan secara terintegrasi serta terkoordinir antara berbagai pihak atau instansi yang terkait. 77

91 2) Dikarenakan usaha tani padi pada lahan sawah irigasi lebih efisien dibandingkan lahan sawah tadah hujan. Sehingga perlu menjadi perhatian bagi pemerintah untuk membangun suatu infrastruktur pengairan dengan sistem irigasi agar lebih efisien baik efisien waktu maupun biaya yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas usaha tani padi. Selain itu petani perlu selalu diberikan penyuluhan maupun bantuan dan subsidi agar dalam menjalankan usaha tani tersebut menjadi lebih efisien yang pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan atau dalam hal ini dilihat land rent-nya. 78

92 LAMPIRAN

93 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Untuk Responden KUESIONER PENELITIAN Nama : Akhmad Faisal Amri NRP : H Judul Penelitian : Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Nilai Ekonomi Lahan (Land Rent) Pada Lahan Sawah di Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat Dosen Pembimbing : Ir. Nindyantoro, MSP Tanggal : A. Informasi Responden 1. Nama Lengkap : Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan 3. Usia : Alamat : Desa... Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur 5. Pendidikan Terakhir : 1. Tidak Sekolah 4. SMA 2. SD 5. Diploma / Sarjana 3. SMP 6. Bertani sejak tahun :... sampai dengan : Modal awal : Rp Pekerjaan Lainnya : Pendapatan per bulan : 1. < Rp Rp Rp Rp Rp > Rp Pengeluaran per bulan : 1. < Rp Rp Rp Rp Rp > Rp Jumlah Tanggungan Keluarga :... orang 83

94 B. Informasi Usahatani Padi 1. Jenis Lahan Sawah yang Diusahakan *) 1) Sawah irigasi (teknis, setengah teknis, sederhana, atau desa/non PU) 2) Sawah non irigasi (tadah hujan) Paraneter a. Luas Lahan/Tanam (m 2 ) Luas Panen (m 2 ) b. Produksi (kg) 1. Gabah Kering Panen 2. Gabah Kering Giling 3. Padi c. Produktivitas (kg/ m 2 ) ** d. Harga Jual (Rp/kg) Penerimaan Usahatani (Rp) Realisasi Dalam Satu Tahun Rata-rata Tanam ke-1 Tanam ke-2 Tanam ke-3 Ket : *) pilih salah satu ; ** ) produktivitas = hasil panen/luas panen 2. Status Kepemilikan Lahan Sawah : 1) Milik sendiri 2) Bukan milik sendiri (sistem sewa atau garap) Status Lahan Sistem Garap/Bagi Hasil Luas Lahan (m 2 ) Harga Sewa (Rp) Pemilik (%) Penggarap (%) Milik sendiri Sewa - - Garap - 3. Sumber Varietas Benih yang Digunakan : Jenis Benih Sumber Benih Sendiri Pedagang/Beli Harga (Rp) Satuan Jumlah per m 2 Lokal* Unggul* * Sebutkan jenis padi lokal :... Jenis padi unggul :... 84

95 4. Penggunaan Pupuk : 1) Apakah melakukan pemupukan tanaman? 1 = ya ; 2 = tidak 2) Bila ya, berapa kali setiap masa tanam? 1 = 1 kali ; 2 = 2 kali ; 3 =... kali Jenis Pupuk (kg/m 2 ) Harga (Rp/kg) Dosis/m 2 setiap masa tanam Biaya Pemupukan (Rp) a. Pupuk Tunggal : Urea ZA KCL TSP/SP36 b. Pupuk Majemuk (NPK) c. Pupuk Organik/Kandang d. Pupuk Cair e. Lainnya : Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) : 1) Apakah melakukan pengendalian OPT dengan pestisida? 1 = ya ; 2 = tidak 2) Bila ya, berapa kali setiap masa tanam? 1 = 1 kali ; 2 = 2 kali ; 3 =... kali Jenis Pestisida (liter/m 2 ) a. Insektisida granuler (Furadan 3G, Curater 3G, Dharmafur 3G, dsb) b. Insektisida semprot (Applaud 10 WP, MIPCIN 50 WP, dsb) c. Rodentisida (Racumin, Klerat RM,Ratgone,Tiran, Storm,Joss Mikus, dsb) d. Herbisida (Gramoxona S., Round up 75 WSG, Goal 2e, Knock out, dsb) e. Fungisida (Antracol 70WP, Benlate, dsb) f. Lainnya :... Harga (Rp/liter) Dosis/m 2 Biaya Pengendalian OPT setiap masa tanam (Rp) 85

96 6. Input Tenaga Kerja : Kegiatan Jumlah Tenaga Kerja Pria Wanita Anakanak Upah (Rp/hari) HOK Pria HOK Wanita HOK Anak Total Upah (Rp/musim) Pennyiapan lahan Penanaman Pemupukan Pengendalian OPT Penyiraman Penyiangan Panen Total C. Informasi Pendukung a. Jika merupakan lahan irigasi, berapa biaya Iuran Penggunaan Air Irigasi (IPAIR) : Rp... /m 3 /musim tanam b. Jika lahan milik sendiri, berapa biaya pajak lahan : Rp... /tahun c. Penjualan hasil produksi ke**) : 1. Tengkulak 2. KUD 3. Kelompok tani 4. Pedagang/toko 5. Pasar Desa/Kecamatan Ket: **) dapat lebih dari satu jawaban d. Jarak lahan dengan tempat tinggal :...m e. Jarak tempat tinggal dengan pasar atau sentra penjualan :... m f. Jarak lahan dengan pasar atau sentra penjualan :... m g. Jarak lahan dengan jalan raya/utama :... m h. Biaya pengangkutan produksi ke lokasi pemasaran : Rp... i. Cara memperoleh sarana produksi adalah melalui : 1)... 2)... 86

97 Lampiran 2. Laporan Penggunaan Lahan LAPORAN PENGGUNAAN LAHAN (Isian dalam hektar bilangan bulat) PROVINSI : JAWA BARAT KABUPATEN : CIANJUR KECAMATAN : CAMPAKA TAHUN : No. Penggunaan Lahan Realisasi Dalam Satu Tahun Sementara Ditanami Padi Tidak Jumlah Tidak 3 kali 2 kali 1 kali Ditanami (3)+(4)+(5)+(6)+(7) Diusahakan Padi *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. LAHAN PERTANIAN 1.1. Lahan Sawah a. irigasi teknis b. irigasi setengah teknis c. irigasi sederhana d. irigasi desa/non PU e. tadah hujan f. pasang surut g. lebak h. lainnya (polder,rembesan,dll) Jumlah Lahan Sawah No. Penggunaan Lahan Luas (1) (2) (3) 1.2. Lahan Pertanian Bukan Sawah a. Tegal/kebun b. Ladang/huma c. Perkebunan d. Ditanami pohon/hutan rakyat e. Tambak f. Kolam/tebat/empang g. Padang penggembalaan/rumput h. Sementara tidak diusahakan **) i. Lainnya (pekarangan yang ditanami tanaman pertanian, dll) Jumlah Lahan Pertanian Bukan Sawah 2. LAHAN BUKAN PERTANIAN a. Rumah, bangunan dan halaman sekitarnya b. Hutan negara c. Rawa-rawa (tidak ditanami) d. Lainnya (jalan,sungai, danau, lahan tandus, dll) Jumlah Lahan Bukan Pertanian Total (Luas Wilayah Kecamatan) = Jumlah Lahan Sawah + Jumlah Lahan Pertanian Bukan Sawah + Jumlah Lahan Bukan Pertanian Keterangan : *) Ditanami palawija, tanaman semusim lainnya atau tidak ditanami selama 1 tahun **) Lebih dari 1 tahun tetapi 2 tahun, termasuk lahan sawah yang tidak diusahakan > 2 tahun 87

98 Lampiran 3. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Cianjur 88

99 Lampiran 4. Data Responden Petani Sawah Irigasi No Desa Jenis Jarak ke Jarak ke Luas Total Produktivitas Status Biaya Variabel Biaya Tetap Biaya Total Total Penerimaan Land Rent Kelamin Pasar(m) Jalan(m) Lahan(m 2 ) Prod. (kg) (kg/m 2 ) Kepemilikan (Rp/m 2 /tahun) (Rp/m 2 /tahun) (Rp/m 2 /tahun) (Rp/m 2 /tahun) (Rp/m 2 /tahun) 1 Girimukti L Milik 318, , , ,89 2 Girimukti L Milik Girimukti L Milik Girimukti L Bkn Milik Girimukti L Bkn Milik 147,78 796,67 944, ,33 388,89 6 Girimukti L Milik Girimukti L Bkn Milik 253, , ,25 8 Girimukti L Bkn Milik Girimukti P Bkn Milik 264,29 757, , ,71 263,57 10 Girimukti L Milik 413,75 121, Susukan L Milik Susukan L Bkn Milik 381, , ,5 13 Susukan L Bkn Milik 463, , ,67 14 Susukan P Bkn Milik Susukan L Milik Susukan L Milik 328,67 137,5 466, ,83 17 Susukan L Milik 472, , ,38 998,08 18 Susukan L Bkn Milik 267, , ,5 19 Susukan L Bkn Milik 347, , ,4 20 Susukan L Bkn Milik 157,65 772,82 930, ,65 387,18 21 Susukan L Milik Susukan L Bkn Milik 192, , ,33 23 Susukan L Milik 444, , ,5 24 Susukan L Milik 286, , ,75 25 Susukan L Milik 195, ,93 26 Sukajadi L Bkn Milik 246,67 953, ,67 506,67 27 Sukajadi L Milik Sukajadi L Bkn Milik Sukajadi L Bkn Milik Sukajadi L Milik 443, , ,67 89

100 Lampiran 5. Data Responden Petani Sawah Tadah Hujan No Desa Jenis Jarak ke Jarak ke Luas Total Produktivitas Status Biaya Variabel Biaya Tetap Biaya Total Total Penerimaan Land Rent Kelamin Pasar(m) Jalan(m) Lahan(m 2 ) Prod. (kg) (kg/m 2 ) Kepemilikan (Rp/m 2 /tahun) (Rp/m 2 /tahun) (Rp/m 2 /tahun) (Rp/m 2 /tahun) (Rp/m 2 /tahun) 1 Girimukti L Milik 337, , ,44 786,67 2 Girimukti L Bkn Milik 271, , ,67 561,67 3 Girimukti L Bkn Milik 218, , ,25 4 Girimukti L Bkn Milik 251,25 662,5 913, ,25 5 Girimukti L Milik Girimukti L Bkn Milik , , ,5 256,25 7 Girimukti L Bkn Milik Girimukti L Milik 337,33 107,5 444, ,17 9 Girimukti P Milik 444, , ,5 10 Girimukti L Milik 305, , ,29 11 Susukan P Milik 442,5 112, Susukan L Milik 462, , ,5 13 Susukan L Milik 243, , ,25 14 Susukan L Bkn Milik 283, , ,67 15 Susukan L Bkn Milik 215,64 895, , ,91 479,82 16 Sukajadi P Milik 196, , , ,38 17 Sukajadi L Milik 252, , ,71 928,57 18 Sukajadi L Milik Sukajadi L Bkn Milik 203, , ,8 20 Sukajadi L Bkn Milik Sukajadi L Bkn Milik Sukajadi L Bkn Milik Sukajadi P Milik Sukajadi L Milik 182, , ,17 25 Sukajadi L Bkn Milik 151, , ,75 26 Sukajadi L Milik 242, , , Sukajadi L Bkn Milik Sukajadi L Milik Sukajadi L Bkn Milik 203,89 811, ,22 407,22 30 Sukajadi L Bkn Milik

101 Lampiran 6. Hasil Uji Pearson Correlation pada Model Regresi Land Rent Sawah Irigasi Correlations: X1, X2, X3, X4, X5, X6 X1 X2 X3 X4 X5 X X X X X Cell Contents: Pearson correlation P-Value Lampiran 7. Hasil Uji Pearson Correlation pada Model Regresi Land Rent Sawah Tadah Hujan Correlations: X1, X2, X3, X4, X5, X6 X1 X2 X3 X4 X5 X X X X X Cell Contents: Pearson correlation P-Value 91

102 Lampiran 8. Hasil Estimasi Model Regresi Land Rent Sawah Irigasi Menggunakan SPSS 16.0 Frequencies LandRentperLuas Statistics N Valid 30 Missing 0 Mean E2 Std. Error of Mean E1 Median E2 a Mode b Std. Deviation E2 Variance 2.137E5 Range Minimum Maximum Sum 2.52E4 Percentiles E2 c E E3 a. Calculated from grouped data. b. Multiple modes exist. The smallest value is shown c. Percentiles are calculated from grouped data. Regression Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N LandRent E BiayaVariabel E BiayaTetap E LuasLahan Produktivitas JarakLahan_Pasar JarakLahan_Jalan ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression a Residual Total a. Predictors: (Constant), Produktivitas, JarakLahan_Jalan, LuasLahan, BiayaTetap, JarakLahan_Pasar, BiayaVariabel b. Dependent Variable: LandRent 92

103 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin- Watson a a. Predictors: (Constant), Produktivitas, JarakLahan_Jalan, LuasLahan, BiayaTetap, JarakLahan_Pasar, BiayaVariabel b. Dependent Variable: LandRent Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Correlations Collinearity Statistics B Std. Error Beta Zero-order Partial Part Tolerance VIF 1 (Constant) BiayaVariabel BiayaTetap LuasLahan Produktivitas JarakLahan_Pasar JarakLahan_Jalan a. Dependent Variable: LandRent 93

104 Lampiran 9. Hasil Estimasi Model Regresi Land Rent Sawah Irigasi Menggunakan Minitab 14 Regression Analysis: Y versus X1, X2, X3, X4, X5, X6 The regression equation is Y = X X X X X X6 Source DF Seq SS X X X X X X Obs X1 Y Fit SE Fit Residual St Resid X R R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence. 94

105 Residual Plots for [Y] Residual Plots for Y Normal Probability Plot of the Residuals Residuals Versus the Fitted Values Percent Residual Residual Fitted Value Histogram of the Residuals Residuals Versus the Order of the Data 200 Frequency Residual Residual Observation Order Residual Plots for Y Percent Normal Probability Plot of the Residuals Standardized Residual Standardized Residual Residuals Versus the Fitted Values Fitted Value Histogram of the Residuals Residuals Versus the Order of the Data Frequency Standardized Residual 2 Standardized Residual Observation Order

106 Lampiran 10. Hasil Regresi Nilai Absolut Residual [RESI1] Terhadap Variabel Bebas pada Model Land Rent Sawah Irigasi (Uji Glesjer) Regression Analysis: [RESI1] versus X1, X2, X3, X4, X5, X6 The regression equation is [RESI1] = X X X3-6.9 X X X6 Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant X X X X X X S = R-Sq = 18.7% R-Sq(adj) = 0.0% PRESS = R-Sq(pred) = 0.00% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression Residual Error Total Residual Plots for [RESI1] Residual Plots for [RESI1] Percent Normal Probability Plot of the Residuals Standardized Residual Standardized Residual Residuals Versus the Fitted Values Fitted Value Frequency Histogram of the Residuals Standardized Residual Standardized Residual Residuals Versus the Order of the Data Observation Order 96

107 Lampiran 11.Hasil Estimasi Model Regresi Land Rent Sawah Tadah Hujan Menggunakan SPSS 16.0 Frequencies LandRentperLuas Statistics N Valid 30 Missing 0 Mean E2 Std. Error of Mean E1 Median E2 a Mode b Std. Deviation E2 Variance 1.958E5 Range Minimum Maximum Percentiles E2 c E E3 a. Calculated from grouped data. b. Multiple modes exist. The smallest value is shown c. Percentiles are calculated from grouped data. Regression Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N LandRent E BiayaVariabel E BiayaTetap E LuasLahan Produktivitas JarakLahan_Pasar JarakLahan_Jalan ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression a Residual Total a. Predictors: (Constant), JarakLahan_Jalan, BiayaTetap, JarakLahan_Pasar, Produktivitas, LuasLahan, BiayaVariabel b. Dependent Variable: LandRentperLuas 97

108 Model Summary b Adjusted R Std. Error of Change Statistics Durbin- Model R R Square Square the Estimate R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change Watson a a. Predictors: (Constant), Produktivitas, JarakLahan_Pasar, BiayaSewa, JarakLahan_Jalan, LuasLahan, BiayaProduksi b. Dependent Variable: LandRent Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Correlations Collinearity Statistics B Std. Error Beta Zero-order Partial Part Tolerance VIF 1 (Constant) BiayaVariabel BiayaTetap LuasLahan Produktivitas JarakLahan_Pasar JarakLahan_Jalan a. Dependent Variable: LandRent 98

109 Lampiran 12.Hasil Estimasi Model Regresi Land Rent Sawah Tadah Hujan (Y T ) Menggunakan Minitab 14.0 Regression Analysis: Y versus X1, X2, X3, X4, X5, X6 The regression equation is Y = X X X X X X6 Source DF Seq SS X X X X X X Obs X1 Y Fit SE Fit Residual St Resid R R denotes an observation with a large standardized residual. 99

110 Residual Plots for [Y] Residual Plots for Y Normal Probability Plot of the Residuals 99 Residuals Versus the Fitted Values Percent 50 Residual Residual Fitted Value 1600 Histogram of the Residuals Residuals Versus the Order of the Data Frequency Residual Residual Observation Order Residual Plots for Y Percent Normal Probability Plot of the Residuals Standardized Residual Standardized Residual Residuals Versus the Fitted Values Fitted Value Histogram of the Residuals Residuals Versus the Order of the Data Frequency Standardized Residual 2 Standardized Residual Observation Order

111 Lampiran 13. Hasil Regresi Nilai Absolut Residual [RESI1] dengan Variabel Bebas pada Model Land Rent Sawah Tadah Hujan (Uji Glesjer) Regression Analysis: [RESI1] versus X1, X2, X3, X4, X5, X6 The regression equation is [RESI1] = X X X3-59 X X X6 Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant X X X X X X S = R-Sq = 30.3% R-Sq(adj) = 12.1% PRESS = R-Sq(pred) = 0.00% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression Residual Error Total Residual Plots for [RESI1] Residual Plots for [RESI1] Percent Normal Probability Plot of the Residuals Standardized Residual Standardized Residual Residuals Versus the Fitted Values Fitted Value Histogram of the Residuals Residuals Versus the Order of the Data Frequency Standardized Residual 2 Standardized Residual Observation Order

112 Lampiran 14. Hasil Pengujian Hipotesis dan Selang Kepercayaan bagi Nilai Tengah Dua Populasi 1. Pengujian ragam dua populasi dengan uji-f(uji bartllet) Test for Equal Variances 95% Bonferroni confidence intervals for standard deviations Sample N Lower StDev Upper F-Test (normal distribution) Test statistic = 1.09, p-value = Test for Equal Variances F-Test Test Statistic 1.09 P-Value % Bonferroni Confidence Intervals for StDevs Pengujian hipotesis dan selang kepercayaan dari dua populasi (uji-t) Two-Sample T-Test and CI: YI, YT SE N Mean StDev Mean YI YT Difference = mu (YI) - mu (YT) Estimate for difference: % CI for difference: ( , ) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.06 P-Value = DF = 58 Both use Pooled StDev = Individual Value Plot of YI, YT Boxplot of YI, YT Data 1000 Data YI YT 0 YI YT 102

113 Lampiran 15. Dokumentasi Lokasi Penelitian 1. Lahan Sawah Irigasi 2. Lahan Sawah Tadah Hujan 3. Kondisi Pengairan 4. Bencana Longsor 5. Saat Panen 6. Menjemur Padi 103

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur 69 BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Kecamatan Warungkondang secara administratif terletak di Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat. Secara geografis,

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 8 1.3 Tujuan dan Manfaat... 8 1.4 Ruang Lingkup...

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Cianjur memiliki luas wilayah sebesar km 2 dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Cianjur memiliki luas wilayah sebesar km 2 dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Deskripsi Wilayah Deskripsi mengenai karakteristik Wilayah Utara Kabupaten Cianjur dikelompokkan dalam beberapa aspek, yaitu (1) keadaan geografi, (2) pertanian,

Lebih terperinci

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8% VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah Irigasi Teknis di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pada Tabel 16 menunjukkan bahwa model yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan prioritas pada pembangunan sektor pertanian, karena sektor pertanian di Indonesia sampai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (Heady dan Jensen, 2001) penggunaan lahan paling efisien secara ekonomi adalah

TINJAUAN PUSTAKA. (Heady dan Jensen, 2001) penggunaan lahan paling efisien secara ekonomi adalah TINJAUAN PUSTAKA Definisi Land Rent Land rent adalah penerimaan bersih yang diterima dari sumberdaya lahan. Menurut (Heady dan Jensen, 2001) penggunaan lahan paling efisien secara ekonomi adalah hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya

Lebih terperinci

Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran

Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran 151 Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran V.1 Analisis V.1.1 Analisis Alih Fungsi Lahan Terhadap Produksi Padi Dalam analisis alih fungsi lahan sawah terhadap ketahanan pangan dibatasi pada tanaman pangan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C Kriteria yang digunakan dalam penentuan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah adalah sebagai berikut: Bulan kering (BK): Bulan dengan C

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan ruang darat yang dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia memanfaatkan lahan dalam wujud penggunaan lahan. Penggunaan lahan adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih

I. PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief,

II. TINJAUAN PUSTAKA. sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief, II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Sumberdaya Lahan Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan basis perekonomiannya berasal dari sektor pertanian. Hal ini disadari karena perkembangan pertanian merupakan prasyarat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Wilayah Administrasi Kabupaten Cianjur mempunyai luas wilayah daratan 3.646,72 km2, secara geografis terletak di antara garis 6.036 8-7.030 18 LS serta di antara 106.046

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran yang digemari masyarakat. Komoditas ini terkenal karena rasanya yang manis dan aromanya yang khas 1. Selain itu wortel juga

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden. nilai WTA dari masing-masing responden adalah:

III. KERANGKA PEMIKIRAN Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden. nilai WTA dari masing-masing responden adalah: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden Asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pelaksanaan pengumpulan nilai WTA dari masing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran besar dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan pertanian merupakan penghasil bahan makanan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. nafkah. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan. Hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. nafkah. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan. Hampir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan Pertanian Sumberdaya lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki banyak manfaat bagi manusia, seperti sebagai tempat hidup, tempat mencari nafkah. Lahan merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas wilayah

Lebih terperinci

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan 122 Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan IV.1 Kondisi/Status Luas Lahan Sawah dan Perubahannya Lahan pertanian secara umum terdiri atas lahan kering (non sawah)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup 39 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN METODE SRI DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat)

PENGARUH PENERAPAN METODE SRI DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat) PENGARUH PENERAPAN METODE SRI DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat) ERY FEBRURIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Alih fungsi atau konversi lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Alih fungsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan dan Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan dan Penggunaan Lahan 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian istilah tanah dan lahan seringkali dianggap sama. Padahal kedua istilah tersebut memiliki makna yang berbeda. Tanah merupakan kumpulan

Lebih terperinci

VI. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN FASILITAS PELAYANAN WILAYAH CIANJUR SELATAN

VI. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN FASILITAS PELAYANAN WILAYAH CIANJUR SELATAN 93 VI. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN FASILITAS PELAYANAN WILAYAH CIANJUR SELATAN Wilayah yang berperan sebagai pusat pertumbuhan merupakan wilayah yang menjadi pusat pemukiman, pelayanan, industri,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. Lahan berfungsi sebagai tempat manusia beraktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam membentuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah memberikan kontribusi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KONVERSI LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS DI PROVINSI JAWA BARAT ELVIRA G.V. BUTAR-BUTAR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KONVERSI LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS DI PROVINSI JAWA BARAT ELVIRA G.V. BUTAR-BUTAR ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KONVERSI LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS DI PROVINSI JAWA BARAT ELVIRA G.V. BUTAR-BUTAR DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensinya. Penggunaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan daerah, sarana penumbuhan rasa kebersamaan (gotong royong), sarana

TINJAUAN PUSTAKA. dan daerah, sarana penumbuhan rasa kebersamaan (gotong royong), sarana TINJAUAN PUSTAKA Manfaat Lahan Sawah Lahan sawah dapat dianggap sebagai barang publik, karena selain memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan manfaat yang bersifat sosial.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting sebagai penyedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Pengumpulan data primer penelitian dilakukan di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian

A. Latar Belakang. ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan pertanian dapat memberikan banyak manfaat seperti dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian cenderung terus meningkat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

KETIMPANGAN WILAYAH DAN KEDUDUKAN KECAMATAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH. ( Studi Kasus : Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat )

KETIMPANGAN WILAYAH DAN KEDUDUKAN KECAMATAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH. ( Studi Kasus : Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat ) KETIMPANGAN WILAYAH DAN KEDUDUKAN KECAMATAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH ( Studi Kasus : Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat ) Oleh : Evy Syafrina Harahap A14302004 FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI CIANJUR

KEPUTUSAN BUPATI CIANJUR BUPATI CIANJUR KEPUTUSAN BUPATI CIANJUR NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG BESARNYA UANG PERSEDIAAN (UP) BAGI ORGANISASI PERANGKAT DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 BUPATI CIANJUR, Menimbang : a. bahwa untuk kelancaran

Lebih terperinci

T E S I S. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS.

T E S I S. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS. PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH TERHADAP PRODUKSI PANGAN UTAMA DI PROVINSI JAWA TIMUR: SUATU ANALISIS KEBIJAKAN T E S I S Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BUKU STATISTIK PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN. Pemerintah Kabupaten Cianjur 1 Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan

BUKU STATISTIK PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN. Pemerintah Kabupaten Cianjur 1 Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Pemerintah Kabupaten Cianjur 1 Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan BUKU STATISTIK PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN Jl. Selamet Riyadi No. 8 Telp. (0263) 261293 Jl. Arif Rahman Hakim No. 26 Telp.

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi satelit penginderaan jauh merupakan salah satu metode pendekatan penggambaran model permukaan bumi secara terintegrasi yang dapat digunakan sebagai data dasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di Indonesia. Oleh karena itu, semua elemen bangsa harus menjadikan kondisi tersebut sebagai titik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, definisi Undang-Undang Pangan No.7 tahun 1996 menjelaskan, pangan adalah segala sesuatu yang berasl dari sumber hayati dan air, baik yang diolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan

Lebih terperinci

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR. Oleh ANDIKA PAMBUDI A

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR. Oleh ANDIKA PAMBUDI A ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR Oleh ANDIKA PAMBUDI A14304075 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN 2012, No.205 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN, PANGAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Proses alih fungsi lahan dapat dipandang sebagai suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi serta perubahan struktur sosial ekonomi

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 ISSN : No. Publikasi : 3211.1608 Katalog BPS : 1102001.3211050 Ukuran Buku : 17,6 cm 25 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan sawah memiliki manfaat sebagai media budidaya yang menghasilkan bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki manfaat bersifat fungsional

Lebih terperinci

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG Aladin Nasution*) Abstrak Secara umum tingkat pendapatan dapat mempengaruhi pola konsumsi suatu rumah

Lebih terperinci

DAN KERANGKA PEMIKIRAN

DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Utomo dkk (1992) mendefinisikan alih fungsi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting di dalam pembangunan nasional karena sektor ini memanfaatkan sumber daya alam dan manusia yang sangat besar (Soekartawi,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional karena memiliki kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun secara tidak

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Cianjur Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Cianjur Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Cianjur Tahun 2013 sebanyak 282.964 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Cianjur Tahun 2013 sebanyak 65 Perusahaan Jumlah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Penelitian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani sebagai indikator kesejahteraan petani padi di Kabupaten Sragen menggunakan metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Pemilihan tersebut dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU 189 Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bengkulu 7 Juli 2011 ISBN 978-602-19247-0-9 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA JAW A TENGAH 1996-2011 ISSN : 0854-6932 No. Publikasi : 33531.1204 Katalog BPS : 5203007.33 Ukuran Buku : 21 cm x 28 cm Jumlah Halaman : 245 halaman Naskah : Bidang Statistik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian 28 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif kuantitatif. Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat

Lebih terperinci