Analisis Strategis Optimalisasi Serap Gabah di Petani oleh Bulog
|
|
- Herman Budiaman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Analisis Strategis Optimalisasi Serap Gabah di Petani oleh Bulog I Putu Cakra P.A,SP. MMA, Dr. Saleh Mukhtar, Mardiana, SP. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB Jl Raya Peninjauan Narmada Lombok Barat NTB putucakra@yahoo.co.id Abstrak Puncak panen pada musim hujan (MH) 2015/2016 terjadi pada Bulan Maret Mei Data serapan gabah oleh Bulog Propinsi NTB sampai dengan tanggal 10 Mei 2016 adalah sebesar ton GKP atau ton setara beras (18.66%) dari total target ton beras. Angka ini lebih rendah dari target yang ditetapkan. Sehingga perlu dikaji bagaimana mengoptimalkan serapan gabah di tingkat petani (SERGAP). Tujuan pengkajian ini adalah mendapatkan opsi kebijakan untuk mengoptimalkan serap gabah petani di NTB. Metodologi adalah menggunakan pendekatannya partisipatif melibatkan seluruh stakeholder. Analisis kebijakan dengan metode deskstudy, FGD, survey / wawancara kemudian dianalisis secara deskriptif, dan Analisis SWOT. Kegiatan ini dilaksanakan sejak Januari sampai dengan Juni 2016 di Kabupaten/Kota se NTB. Hasil dari pengkajian adalah Bulog memiliki faktor kelemahan dan ancaman yang tinggi dalam mengoptimalkan SERGAP sehingga perlu adanya kerjasama semua stakeholder terkait, perlu adanya akurasi data luas tanam, panen, produksi padi dan data gabah yang disimpan petani yang dicatat secara sistemastis oleh dinas pertanian bersama penyuluh, perlu merevitalisasi cara pembelian gabah oleh bulog dengan membeli GKP, serta memberi modal awal ke mitra kerja untuk membeli GKP, Perlu merevitalisasi sarana dan prasarana Bulog, pendampingan tentang teknologi budidaya padi perlu ditingkatkan oleh penyuluh dan peneliti, TNI perlu melakukan pendampingan dalam mempercepat serapan gabah oleh bulog, perlu merevitalisasi aturan HPP, sosialisasi HPP di petani, meningkatkan kapasitas SDM Bulog. Kata kunci : gabah, optimalisasi, serap, strategis. Pendahuluan Latar Belakang Luas lahan pertanian padi di Nusa Tenggara Barat ( NTB) mencapai Ha dengan produksi pangan mencapai ton per tahun (BPS NTB, 2015). Konstribusi sektor pertanian mencapai 23,54 persen tahun 2014 meningkat 10,46 persen pada tahun Dengan kenyataan tersebut masyarakat di NTB bisa dikatakan sebagai masyarakat pertanian. Dalam hal ketersediaan konsumsi pangan khususnya padi pemerintah berencana menjadikan Perum Bulog sebagai badan penyangga untuk mewujudkan kedaulatan pangan. Pada tahun 2003, laju impor pangan di Indonesia sebesar 3,34 Milyar USD dan di akhir-akhir tahun 2013 laju impor pangan menjadi 14,9 Milyar USD. Ini merupakan angka yang sangat signifikan dan cukup ironis mengingat target swasembada yang dicanangkan pemerintah, bahkan impor beras sampai tahun 2015/2016 masih tetap berlanjut untuk menjaga stok cadangan beras Bulog. Perubahan status Bulog dari Lembaga Pemerintah Non Departemen menjadi Perusahaan Umum(Perum) membuat Bulog memiliki dua fungsi yang bertentangan yaitu fungsi sosial dan fungsi komersil. Perubahan tersebut menjauhkan harapan akan terwujudnya kedaulatan pangan (Erico Leonard Hutauruk, 2014). Pada tahun 2016 propinsi NTB melalui Bulog dalam memenuhi pengadaan pusat tersebut pada tahun 2016 ini ditargetkan untuk mampu menyediakan sebesar ton GKP atau setara dengan ton beras ( ton untuk PSO dan ton untuk komersil). Bulog membeli gabah dalam bentuk kering giling dengan harga Rp per kg (terima di gudang Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 527
2 Bulog), atau membeli beras dengan harga Rp.7300/kg. (Bulog Divre NTB, 2016). Perkiraan produksi gabah di Pulau Lombok pada tahun 2016 ini yakni sebesar ton. Sedangkan perkiraan produksi gabah di Pulau Sumbawa sebanyak ton. (Dinas Pertanian Propinsi NTB, 2016). Puncak panen pada musim hujan (MH) 2015/2016 akan terjadi pada Bulan Maret Mei 2016 sehingga produksi padi tertinggi akan terjadi pada rentang waktu tersebut. Data serapan gabah oleh Bulog Propinsi NTB sampai dengan tanggal 10 Mei 2016 adalah sebesar ton GKP atau ton setara beras (18.66%) dari total target ton beras) (Bulog NTB, 2016). Angka ini terbilang masih cukup rendah dari target yang ditetapkan Bulog sebagai lembaga yang ditunjuk pemerintah untuk melakukan penyerapan gabah/beras di NTB. Sehingga perlu dikaji bagaimana mengoptimalkan serapan gabah (SERG AP) ditingkat petani sesuai dengan Inpres yang baru dalam upaya mewujudkan pertanian tangguh untuk pemantapan kedaulatan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produksi pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani. Tujuan, Keluaran, Manfaat Tujuan dari kajian ini adalah untuk mendapatkan opsi kebijakan mengoptimalkan serap gabah petani di NTB, sehingga diperoleh keluaran opsi kebijakan mengoptimalkan serap gabah petani di NTB. Adapun manfaat dari kajian ini adalah sebagai referensi pemerintah dalam mengotimalkan serap gabah petani untuk stok atau pengamanan beras nasional di NTB. Agar petani dapat menerima harga sesuai HPP dan kepastian pembelian gabah/jaminan pasar Metodologi Pendekatan, Ruang lingkup kegiatan Pendekatannya partisipatif melibatkan seluruh stakeholder yang terilbat dalam SERGAP (ex: petani, KTNA, pedagang, Bulog, dinas pertanian, dinas perdagangan, Dandim, penyuluh). Analisis kebijakan dilaksanakan dengan metode deskstudy, FGD, survey / wawancara mendalam yang kemudian dianalisis secara deskriptif, dan Analisis SWOT (Rangkuti, 1998). Kegiatan ini dilaksanakan sejak Januari sampai dengan Juni 2016 di Kabupaten/Kota se NTB. Hasil dan Pembahasan Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan lingkungan dan yang direncanakan untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan (Glueck dan Jauch dalam Rangkuti, 1998); (Michael E Porter, 1990). Analisis SWOT adalah adalah alat analisis yang mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (Rangkuti, 1998). A. Kekuatan Gudang Divre & Subdivre Bulog NTB sebanyak 16 komplek Gudang yang terdiri dari 60 unit gudang dengan Kapasitas ton. Kapasitas gudang ton realisasi serapan 2015 GKP ton sedangkan realisasi distribusi beras ton sedangkan target beras ton ( ton GKP atau ton GKG) (Bulog NTB,2016). 528 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
3 Garfik 1 menunjukkan jumlah akumulasi tertinggi sisa gabah/beras di gudang pada bulan agustus sebesar ton sedangkan kapasitas gudang ton sehingga dilihat dari pola ini kapasitas gudang sudah mencukupi untuk tahun 2015 (Bulog NTB, 2016). Jika terjadi penambahan target stok beras 2016 sebesar 19,15% dari realisasi 2015 maka perlu adanya penambahan kapasitas gudang sekitar menjadi ton, sehingga penambahan kapasitas gudang melalui sewa gudang sekitar ton sudah cukup tepat, namun hal ini berdampak pada meningkatnya biaya operasional. Jumlah SDM Divre dan subdivre NTB : 113 orang. Kualitas SDM pendidikan SMA, D3 dan S1. Jumlah Satgas sergap sangat sedikit terdiri dari 2-4 orang masing-masing divre dan subdivre. Kualitas satgas sergap pendidikan SMA, D3 dan S1. Diklat berkala selalu dilakukan oleh perum Bulog (Bulog, NTB). Anggaran dalam menyerap gabah/beras selalu tersedia dalam jumlah yang banyak. Biaya serap gabah dan beras melalui mitra dan bulog biasanya membayar harga beras atau gabah terima digudang. Biaya operasional satgas dibiayai dari anggaran manajemen kantor bulog. Pengadaan gabah atau beras melalui Mitra Kerja Pengadaan (MKP) sesuai SOP pengadaan SOP-20/DA300/02/2016. Dimana sesuai SOP ada mitra dengan kontrak terikat dan ada yang terputus. Mekanisme kerja bulog dengan mitra kontrak terikat sebagai berikut: mitra menjual gabah seharga Rp 4.650/ kg GKG ke bulog, kemudian GKG dikirim ke gudang bulog. Selanjutnya mitra ini berkewajiban menggiling gabah tadi menjadi beras untuk bulog. Bulog tidak lagi mengeluarkan biaya penggilingan. Namun bulog hanya menerima beras dengan nilai rendemen 63,5 %. Mitra mendapat keuntungan dan biaya giling dari dedak dan kelebihan rendemen. B. Faktor Kelemahan Lantai jemur Divre NTB tidak memiliki lantai jemur, Bulog subdivre Lombok timur tidak memiliki lantai jemur dan dryer, Bulog subdivre sumbawa memiliki lantai jemur, Bulog subdivre bima tidak memiliki lantai jemur namun Bulog subdivre bima menyewa gudang mitra yang dilengkapi fasilitas lantai jemur sebagai tempat menyimpan gabah kering giling maupun gabah kering panen. Divre/Subdivre NTB memiliki 3 unit Penggilingan Gabah ( UPGB) dengan kapasitas masing masing 10 ton/hari terdiri dari : 1 UPGB lembar di divre NTB, 1 UPGB Bolo di subdivre Bima sebenar punya namun sudah 3 tahun tidak aktif karena sensor penggerak rusak. UPGB untir malang di subdivre Sumbawa belum berfungsi optimal karena RMU belum digunakan dari awal tahun rencana difungsikan bulan agustus-oktober. Subdivre lotim tidak punya UPGB. Divre/subdivre memiliki masing-masing 1 alat pengering kapasitas 10 ton/hari kecuali Subdivre Lombok timur tidak memiliki alat pengering/dryer, sedangkan di subdivre Bima Alat Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 529
4 pengering/dryer tidak aktif digunakan karena kendala pengoperasian UPGB yang rusak, begitu juga dryer di subdivre sumbawa dan divre NTB yang belum difungsikan dari awal tahun. Transportasi serap gabah jumlahnya sangat terbatas: Subdivre Bima tersedia 3 unit pick up, subdivre di lotim tidak punya, subdivre Sumbawa punya 1 unit truk. Divre NTB tidak punya. Biaya pemeliharaan sarana dan prasarana tersedia rutin setiap 1 bulan dan 3 bulan untuk pemeliharaan gudang dan fasilitas bulog, contoh subdivre Lombok timur Rp /bulan. Mekanisme penyerapan beras melibatkan mitra perjanjian terputus yaitu mitra yang jual gabah ke bulog tidak ada kewajiban melakukan penggilingan gabah menjadi beras. Cara ini tidak optimal dalam menyerap karena Bulog tidak turun membeli gabah GKP di petani melainkan menggunakan pedagang atau RMU lokal untuk mendapatkan gabah petani sehingga rantai pembelian tetap panjang dan jumlah gabah yang didapatkan kecil. Pembelian GKP oleh mitra menggunakan dana mitra sendiri bukan dana bulog. Hasil penelitian Notonegoro (2014) menjelaskan bahwa pedagang pengumpul membeli gabah dan beras di tingkat petani yang kemudian menjual ke mitra Bulog yang selanjutnya menjual ke Bulog. Teknologi bulog up to date mendukung sergap: saat ini menggunakan bantuan teknologi HP dan WA untuk info panen dan komunikasi lain. R dan D tidak dilakukan ditingkat divre dan subdivre NTB. C. Faktor Peluang Mitra Kerja Pengadaaan (MKP) memiliki 110 gudang tersebar di NTB Kualitas MKP 88,2% yang kalsifikasi C dan hanya 11,8% yang klasifikasi B. Kapasitas ton. Bentuk kerja sama berupa sewa gudang penyimpanan gabah atau beras, pemasok gabah atau beras bagi bulog. Keuntungan yang diperoleh adalah dengan keterbatasan sarana dan fasilitas, keberadaan mitra ini menjadi penting dalam membantu Bulog menjalankan tupoksinya. TNI bagian tim sergap memiliki fungsi pengamanan, info panen dan sekaligus membantu proses serapan gabah petani. Dinas pertanian memberikan informasi data luas lokasi panen. BPTP sebagai salah satu tim sergap juga berbagi informasi tentang data penelitian. KTNA bentuk kerjasama dalam hal info panen. Sedangkan PPL sampai saat ini belum menjalin kerja sama dengan Bulog. Padahal PPL adalah tenaga lapangan yang ada di setiap desa yang mengetahui kondisi desa yang dibinanya. Bulog dalam menyerap atau membeli gabah petani harus mengacu pada HPP yang telah ditetapkan oleh pemerintah sesuai Inpres No.5 Tahun 2015 dan Permentan No.21/Permentan/ PP.200/4/2015, sedangkan pada saat musim kemarau harga GKP sudah meningkat diatas HPP sehingga Bulog tidak mampu membeli GKP. Hal ini, dapat mengganggu proses penyerapan gabah untuk memenuhi stok nasional dan stok NTB khususnya. Secara keseluruhan keamanan kondisi dalam mendukung sergap adalah baik. Tidak ada ancaman dan hambatan yang berarti. Sejauh ini belum ada laporan penyalahgunaan dan kehilangan atau kondisi tidak aman. Data serap gabah oleh Bulog NTB sampai dengan tanggal 25 mei 2016 sebanyak ton beras ( ton setara GKP) atau 26,84% dari total target beras ton atau ton GKP (Bulog NTB, 2016). 530 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
5 Grafik 2. Model Waktu Penyerapan Gabah Tahun 2015 dan 2016 Berdasarkan grafik 2. waktu serapan yang paling baik pada tahun 2015 dan 2016 adalah pada bulan April - Mei karena harga gabah GKP di petani rendah 2,70-8,11% < HPP, supply gabah banyak, bulog membeli seharga HPP dan petani dapat terbantu untuk mendapatkan harga yang baik. Produksi padi pada panen raya menimbulkan surplus yang demikian besar, maka akan menekan harga gabah yang dibeberapa daerah sering dibawah harga HPP (Anonim, 2007). Berdasarkan data survey mei-juni tahun 2016 Petani menyimpan hasil panen padi mereka sebesar 39% dari total produksi yang mereka hasilkan sisanya dijual ke pedagang. Menurut Dawe (1997) dab Tsuji (1998) Pada umumnya volume beras yang diperdagangkan merupakan sisa konsumsi dalam negara, semakin tidak stabil harga beras suatu negara semakin besar tingkat swasembada (self sufficiency) yang dianut oleh suatu negara demikian juga rumah tangga tani di asia (Amang dan Sawit, 1999). Berdasarkan Data Bulog : harga Beras konsumen NTB termahal Tahun 2016 Rp Rp /kg, sedangkan HPP Rp 7.300/kg sehingga tidak menjual ke Bulog lebih tertarik jual ke pasar. Distribusi beras oleh Bulog Divre NTB bulan januari sampai mei tahun 2016 beras baru mencapai ton terjadi keterlambatan distribusi raskin karena penyerapan gabah petani yang lambat. Keterlambatan disrtibusi beras raskin ini bisa memicu peningkatan harga beras di pasar sesuai dengan penelitian Yuli Triadi, (2011) bahwa faktor yang menyebabkan meningkatnya harga beras adalah terlambatnya penyaluran raskin. Sosialisasi HPP gabah dan beras umumnya disosialiasikan dalam kegiatan operasi pasar dan ditingkat kabupaten. Sosialisasi HPP gabah dan beras kurang dirasakan petani karena sosialisasi hanya tingkat kabupaten, dimana hasil survey menunjukkan sekitar 90% petani tidak menerima informasi HPP gabah dan beras, yang tahu hanya pedagang. Petani kurang mengenal Bulog dan manfaat Bulog. D. Faktor Ancaman Regulasi pemda berupa instruksi lisan Gubernur NTB yaitu mengeluarkan larangan memasukkan dan mengeluarkan beras dari dan ke luar pulau atau propinsi NTB untuk menjaga kestabilan stok pangan daerah, menurut data karantina kelas I Mataram tahun, (2016) sampai dengan bulan mei 2016 belum ada beras yang keluar maupun yang masuk NTB. Kebijakan ini berdampak pada kekosongan stok Bulog NTB diawal tahun Bila regulasi ini tidak Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 531
6 diterapkan secara bijaksana maka akan mengganggu distribusi pemasaran beras secara nasional ditambah adanya MEA yang meminimalisasi/menderegulasi aturan-aturan yang membatasi perdagangan antar daerah dan antar negara. Luas panen Produksi padi 2016 diramalkan lebih rendah 19,53 % dari Produksi padi (Asem 2015) hal ini berdampak pada penurunan produksi gabah GKG sebesar 19,25 pada tahun 2016 akibat kekeringan yang berkepanjangan MH 2015/2016 mulai dari bulan Desember 2015 sampai Februeri 2016 (BMKG, 2016). Penurunan produksi dan kualitas padi ini juga disebabkan oleh penggunaan varietas lama serta tidak bersertifikat. Adapun sebaran varietas di NTB sd maret 2016 terdapat 24 varietas padi, tertinggi masih varietas lama yaitu varietas ciliwung dan cigeulis tersebar di sentra produksi padi salah satunya Lombok tengah sedangkan varietas unggul baru belum digunakan secara luas sehingga bisa mempengaruhi kualitas gabah tahun Hal ini sesuai dengan pendapat Tambunan, (2003); Malian dkk (2004) dan Rethna Hessie, (2009), bahwa penurunan produksi dipengaruhi oleh cuaca, luas lahan, harga beras domestik, harga pupuk, intensifikasi, irigasi. Hasil survey lapangan banyak ditemukan gabah hampa dengan rata-rata 11.50%, rata-rata rendemen GKP ke GKG 82%, sedangkan kadar air GKP 31.58% lebih tinggi dibandingkan kadar air GKP yang ditetapkan pemerintah sebesar 25 %. Kadar hampa GKP juga lebih tinggi 11.5% dibandingkan kadar hampa GKP yang ditetapkan pemerintah sebesar 10%. Rata-rata rendemen giling GKG ke beras sebesar 62.8 dibawah rendemen yang ditetapkan dalam pemerintah sebesar 63.5%, sedangkan kadar air GKG sebesar 14% sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah. Persaingan dalam penyerapan gabah baik antar MKP atau MKP dengan pedagang lainnya, ditambah lagi tidak adanya komunikasi yang baik antar MKP menyebabkan MKP berlomba-lomba menaikkan harga namun kemudian menjual gabahnya ke pasar, bukan ke Bulog untuk menutupi harga beli yang tinggi. Selain itu, untuk menutup kerugian mitra melakukan kecurangan, seperti misalnya mencampur beras kualitas baik dengan beras yang tidak baik sehingga kuotanya ke Bulog dapat tercapai. E. Analisis Space Matrix Berdasarkan analisis space matrik garis vector bersifat negative baik untuk kelemahan maupun ancaman, sehingga dapat dikatakan bahwa Bulog memiliki faktor kelemahan dan ancaman yang tinggi dalam mengoptimalkan serap gabah di petani. F. Strategi-strategi dalam mengoptimalkan serap gabah. Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya (Chandler, 1962 dalam rangkuti, 1998 : 3). Adapun strategi dalam optimalisasi serap gabah petani adalah: kerjasama semua stakeholder terkait, akurasi data luas tanam, panen, produksi padi dan data gabah yang disimpan petani yang dicatat secara sistemastis oleh dinas pertanian bersama penyuluh, merevitalisasi cara pembelian gabah oleh bulog dengan membeli GKP, serta memberi modal awal ke mitra kerja untuk membeli GKP, Perlu merevitalisasi sarana dan prasarana Bulog, pendampingan tentang teknologi budidaya padi perlu ditingkatkan oleh penyuluh dan peneliti, TNI perlu melakukan pendampingan dalam mempercepat serapan gabah oleh bulog, perlu merevitalisasi aturan HPP, sosialisasi HPP di petani, meningkatkan kapasitas SDM Bulog. 532 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
7 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah Bulog memiliki faktor kelemahan dan ancaman yang tinggi dalam mengoptimalkan SERGAP sehingga perlu adanya kerjasama semua stakeholder terkait, perlu adanya akurasi data luas tanam, panen, produksi padi dan data gabah yang disimpan petani yang dicatat secara sistemastis oleh dinas pertanian bersama penyuluh, perlu merevitalisasi cara pembelian gabah oleh bulog dengan membeli GKP, serta memberi modal awal ke mitra kerja untuk membeli GKP, Perlu merevitalisasi sarana dan prasarana Bulog, pendampingan tentang teknologi budidaya padi perlu ditingkatkan oleh penyuluh dan peneliti, TNI perlu melakukan pendampingan dalam mempercepat serapan gabah oleh bulog, perlu merevitalisasi aturan HPP, sosialisasi HPP di petani, meningkatkan kapasitas SDM Bulog. Daftar Pustaka Amang, B. Dan Sawit, M.H Kebijakan beras dan pangan Nasional Pelajaran dari Orde Baru dan era reformasi. Jakarta. IPN press. Anonim Kajian Kemungkinan Kembali ke Kebijakan Harga Dasar gabah, Kenaikan Harga Gabah dan tarif tahun pertanian.go.id/ BMKG, Buletin Iklim. Stasiun Klimatologi Klas I Kediri Mataram. Lombok Barat BPS NTB, 2013, NTB Dalam Angka. NTB BPS NTB Nusa Teggara Barat dalam Angka. Nusa Tenggara Barat. Bulog NTB Laporan Perkembangan serapan gabah di propinsi NTB. Bulog Divre NTB Dinas Pertanian Prov NTB, Data base. Mataram Erico Leonard Hutauruk, Jurnal; Tinjauan Yuridis Kedudukan Dan Fungsi Bulog Pasca Dikeluarkannya Keppres Nomor 166 Tahun 2000 Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Pangan. Universitas Atma Jaya Yogyakarta Fakultas Hukum Inpres no Karantina Kelas 1 Mataram, Data beras/gabah yang keluar masuk lewat lembar. mataram Michael E Porter, (1990). The Competetive Advantage of Nations, New York. The Free Press. Notonegoro, W. J Analisis Kebijakan Ketersedian Stok Beras Studi Kasus Pada Pergudangan Beras Perum Bulog Kota Palu). Agrotekbis 2 (1) : Permentan No.21/Permentan/PP.200/4/2015 Rangkuti, Freddy, Analisis SWOT, teknik membedah kasus BIsnis. Penerbit PT Granedia Pustaka Utama, Jakarta. Rethna Hessie, Analisis produksi dan konsumsi beras dalam negeri serta implikasinya terhadap swasembada beras di Indonesia. Skripsi. Departemen ekonoomi Sumberdaya dan lingkungan. Fakultas ekonomi dan manajemen. IPB. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 533
8 Tambunan, Perkembangan sector pertanian di Indonesia. Beberapa isu penting. Jakarta. Ghalia Indonesia. Malian A. H. dkk Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, konsumsi, dan harga beras serta inflasi bahan makanan. Di dalam jurnal Agro Ekonomi. Volume 22 Nomor 2. Pusat penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertani Departemen Pertanian. Yuli Triadi, Skripsi ; Evaluasi kinerja perum bulog dalam pengendalian harga beras. Universitas negeri Semarang Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok di Indonesia. Beras bagi masyarakat Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik di negara ini. Gejolak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor pertanian masih menjadi mata pencaharian umum dari masyarakat Indonesia. Baik di sektor hulu seperti
Lebih terperinciKAJIAN PENURUNAN KUALITAS GABAH-BERAS DILUAR KUALITAS PENDAHULUAN
KAJIAN PENURUNAN KUALITAS GABAH-BERAS DILUAR KUALITAS PENDAHULUAN Latar Belakang Beras berperan besar dalam hidup dan kehidupan sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya golongan menengah kebawah. Bahkan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset
Lebih terperinciKEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS
KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS Strategi Operasional Bulog Awal Tahun Awal tahun 2007 dibuka dengan lembaran yang penuh kepedihan. Suasana iklim yang tidak menentu. Bencana demi bencana terjadi di hadapan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut
Lebih terperinciDAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.
DAFTAR ISI DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. iv viii xi xii I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Perumusan Masalah 9 1.3. Tujuan Penelitian 9 1.4. Manfaat Penelitian 10
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi
Lebih terperinciKAJIAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH-BERAS : Kasus Propinsi Jawa Barat
KAJIAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH () GABAH-BERAS : Kasus Propinsi Jawa Barat PENDAHULUAN dasar gabah mulai diterapkan sejak 1969 dan terus dipertahankan hingga kini dengan konsep harga pembelian pemerintah
Lebih terperinciKEBIJAKAN MENYANGGA ANJLOKNYA HARGA GABAH PADA PANEN RAYA BULAN FEBRUARI S/D APRIL 2007
KEBIJAKAN MENYANGGA ANJLOKNYA HARGA GABAH PADA PANEN RAYA BULAN FEBRUARI S/D APRIL 2007 Pendahuluan 1. Produksi padi di Indonesia mengikuti siklus musim, dimana panen raya dimulai pada bulan Februari sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran
Lebih terperinciOptimalisasi Penyerapan Gabah/Beras Dalam Negeri Tahun Surakarta, 28 April 2016 PERUM BULOG DIVRE JATENG
Optimalisasi Penyerapan Gabah/Beras Dalam Negeri Tahun 2016 Surakarta, 28 April 2016 PERUM BULOG DIVRE JATENG ALUR OPERASIONAL PROGRAM KETAHANAN PANGAN PETANI PRODUSEN SATKER ADA DN Mitra Kerja Pengadaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan dalam pembangunan Indonesia, namun tidak selamanya sektor pertanian akan mampu menjadi
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sampai saat ini 95% masyarakat Indonesia masih mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang paling asasi.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang paling asasi. Kecukupan, aksesibilitas dan kualitas pangan yang dapat dikonsumsi seluruh warga masyarakat, merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang berfungsi sebagai makanan pokok sumber karbohidrat. Beras merupakan komoditi pangan yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.
Lebih terperinciKAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN
Pendahuluan KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN 1. Dalam upaya mewujudkan stabilitas harga beras, salah satu instrumen kebijakan harga yang diterapkan pemerintah adalah kebijakan harga dasar dan harga maksimum,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Musyawarah perencanaan pembangunan pertanian merumuskan bahwa kegiatan pembangunan pertanian periode 2005 2009 dilaksanakan melalui tiga program yaitu :
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras bagi bangsa Indonesia dan negara-negara di Asia bukan hanya sekedar komoditas pangan atau
Lebih terperinciKAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH
KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH Oleh: Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian TUJUAN KEBIJAKAN DAN KETENTUAN HPP Harga jual gabah kering panen (GKP) petani pada saat panen raya sekitar bulan Maret-April
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas
Lebih terperinciOPERASIONALISASI KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH DAN HARGA ATAP BERAS
OPERASIONALISASI KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH DAN HARGA ATAP BERAS A. Landasan Konseptual 1. Struktur pasar gabah domestik jauh dari sempurna. Perpaduan antara produksi padi yang fluktuatif, dan penawaran
Lebih terperinciKepala Badan PPSDMP KEMENTERIAN PERTANIAN. Disampaikan pada Rapat Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah, 28 April 2016
Kepala Badan PPSDMP KEMENTERIAN PERTANIAN Disampaikan pada Rapat Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah, 28 April 2016 KONDISI SAAT INI Sentra Produksi Padi Nasional tahun 2016 memiliki masa panen
Lebih terperinciDeputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Unit : Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Indikator Target Terwujudnya koordinasi dan Presentase hasil
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 8 1.3 Tujuan Penelitian... 9 1.4 Manfaat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok dari 98 persen penduduk Indonesia (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia beras mempunyai bobot yang paling
Lebih terperinciANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)
74 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 74-81 Erizal Jamal et al. ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) Erizal Jamal, Hendiarto, dan Ening Ariningsih Pusat Analisis Sosial Ekonomi
Lebih terperinciAndalan Ketahanan Pangan
Andalan Ketahanan Pangan Disampaikan pada Workshop Pemantauan Stok Gabah/Beras di Tingkat Penggilingan Surabaya, 4-6 Juli 2012 KETAHANAN PANGAN UU. N0.7/1996 Tentang Pangan Adalah kondisi terpenuhinya
Lebih terperinciKEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA
KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA Direktur Utama Perum BULOG Disampaikan pada Seminar & Pameran Pangan Nasional Pasok Dunia FEED THE WORLD Tema : Menuju Swasembada yang Kompetitif dan Berkelanjutan
Lebih terperinciPeriodisasi Musim Tanam Padi Sebagai Landasan Manajemen Produksi Beras Nasional
Periodisasi Musim Tanam Padi Sebagai Landasan Manajemen Produksi Beras Nasional Oleh : Sumarno Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Dalam usaha agaribisnis, pengaturan ketersediaan produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian antara lain: menyediakan pangan bagi seluruh penduduk,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, artinya sektor pertanian memegang peranan penting dalam tatanan pembangunan nasional. Peran yang diberikan sektor pertanian antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan
Lebih terperinciKAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI
KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI Pendahuluan 1. Situasi perberasan yang terjadi akhir-akhir ini (mulai Maret 2008) dicirikan dengan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pangan yang sampai saat ini dianggap sebagai komoditi terpenting dan strategis bagi perekonomian adalah padi, karena selain merupakan tanaman pokok bagi sebagian
Lebih terperinciProduksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada
47 Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada Abstrak Berdasarkan data resmi BPS, produksi beras tahun 2005 sebesar 31.669.630 ton dan permintaan sebesar 31.653.336 ton, sehingga tahun 2005 terdapat
Lebih terperinciLAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN
LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN ahanan pangan nasional harus dipahami dari tiga aspek, yaitu ketersediaan, distribusi dan akses, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam usaha pemenuhan kebutuhan hidupnya selalu berusaha mencari yang terbaik. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia
Lebih terperinciPROSPEK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) MULTIKUALITAS GABAH DAN BERAS DI INDONESIA
PROSPEK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) MULTIKUALITAS GABAH DAN BERAS DI INDONESIA Mohamad Maulana Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161 Email
Lebih terperinciPENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)
BAB II PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS) Agung Prabowo, Hendriadi A, Hermanto, Yudhistira N, Agus Somantri, Nurjaman dan Zuziana S
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan
Lebih terperinciJUSTIFIKASI DAN RESIKO PENINGKATAN HARGA DASAR GABAH PEMBELIAN PEMERINTAH
JUSTIFIKASI DAN RESIKO PENINGKATAN HARGA DASAR GABAH PEMBELIAN PEMERINTAH Dilihat dari segi kandungan proteksi dan kemampuan untuk mengefektifkannya, harga dasar gabah pembelian pemerintah (HDPP) yang
Lebih terperinciPerilaku Petani pada Hasil Panen Gabah di Nusa Tenggara Barat
Perilaku Petani pada Hasil Panen Gabah di Nusa Tenggara Barat I Putu Cakra P.A., SP. MMA., Dr. Saleh Mukhtar, Irma Mardian MS Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB Jl Raya Peninjauan Narmada Lombok
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor pertanian tanaman pangan memiliki peranan sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting
Lebih terperinciTabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah penyerapan
Lebih terperinci429 Desa 80% - Sosialisasi Pedum - Di Prov Banten ada perubahan lokasi dari kab pandeglang ke kota serang
A PENETAPAN KINERJA Penurunan Penduduk Rawan Pangan Per Tahun 1 % 10 % - Rakor/pertemuan dengan instansi terkait Mengingat capaian penurunan penduduk rawan pangan per tahun, sangat tergantung dengan instansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Beras merupakan makanan pokok utama penduduk Indonesia
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani dan untuk peningkatan ketahanan pangan serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari
Lebih terperinciBab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permalan mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan, untuk perlunya dilakukan tindakan atau tidak, karena peramalan adalah prakiraan atau memprediksi peristiwa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang paling
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras adalah salah satu sumber makanan pokok masyarakat Indonesia khususnya dan bangsa-bangsa di Asia pada umumnya. Tingkat komsumsi beras nasional relatif lebih tinggi
Lebih terperinciSURVEI LUAS PANEN DAN LUAS LAHAN TANAMAN PANGAN 2015
RAHASIA VP2015-S 001. Subround yang lalu: 1. Januari-April 2. Mei-Agustus 3. September-Desember REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI LUAS PANEN DAN LUAS LAHAN TANAMAN PANGAN 2015 PENCACAHAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Pada tahun 1960, Indonesia mengimpor beras sebanyak 0,6 juta ton. Impor beras mengalami peningkatan pada tahun-tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sulit diperoleh. Di Indonesia kondisi ini masih diperburuk dengan adanya kendala
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di sebagian besar Negara Asia, beras mempunyai nilai politik strategis, yang mempunyai implikasi, pemerintahan akan labil jika beras harganya tidak stabil
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk
Lebih terperinciKAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka
KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN PENDAHULUAN Bambang Sayaka Gangguan (shocks) faktor-faktor eksternal yang meliputi bencana alam, perubahan
Lebih terperinciBahan FGD Antisipasi Penerapan Kebijakan RASTRA Sistem Tunai Oleh : Dirjen Pemberdayaan Sosial
Bahan FGD Antisipasi Penerapan Kebijakan RASTRA Sistem Tunai Oleh : Dirjen Pemberdayaan Sosial Kementerian sosial RI 1 SEJARAH SINGKAT PROGRAM SUBSISI RASTRA Kemarau panjang, serangan wereng & belalang,
Lebih terperinciANALISIS TATANIAGA BERAS
VI ANALISIS TATANIAGA BERAS Tataniaga beras yang ada di Indonesia melibatkan beberapa lembaga tataniaga yang saling berhubungan. Berdasarkan hasil pengamatan, lembagalembaga tataniaga yang ditemui di lokasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERTANIAN
PROGRAM SWASEMBADA PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI SERTA PENINGKATAN PRODUKSI GULA DAN DAGING SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN Dialog dalam Rangka Rapimnas Kadin 2014 Hotel Pullman-Jakarta, 8 Desember
Lebih terperinciMANAJEMEN KETAHANAN PANGAN ERA OTONOMI DAERAH DAN PERUM BULOG 1)
56 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 56-65 Handewi P.S. Rachman et al. MANAJEMEN KETAHANAN PANGAN ERA OTONOMI DAERAH DAN PERUM BULOG 1) Handewi P.S. Rachman, A.Purwoto, dan G.S. Hardono Pusat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. komponen dasar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Lebih terperinciPERLUNYA RESI GUDANG UNTUK MENSTABILKAN HARGA BERAS DI PROVINSI BANTEN
PERLUNYA RESI GUDANG UNTUK MENSTABILKAN HARGA BERAS DI PROVINSI BANTEN Dewi Haryani, Viktor Siagian dan Tian Mulyaqin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten Jln.Ciptayasa KM.01 Ciruas Serang (42182)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia, sebagaimana dalam pasal 27 Undang-undang Dasar Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya Undang-undang No.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras merupakan kebutuhan dasar pangan utama bagi penduduk Indonesia. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana dalam pasal 27
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pengekspor jagung (net exporter), namun situasi ini secara drastis berubah setelah
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai kurun waktu 1976 Indonesia masih termasuk salah satu negara pengekspor jagung (net exporter), namun situasi ini secara drastis berubah setelah kurun waktu tersebut,
Lebih terperinciHARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH-BERAS TAHUN 2010 : Efektivitas dan Implikasinya Terhadap Kualitas dan Pengadaan oleh Dolog
HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH-BERAS TAHUN 2010 : Efektivitas dan Implikasinya Terhadap Kualitas dan Pengadaan oleh Dolog Mohamad Maulana dan Benny Rachman Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Lebih terperinciProspek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005
Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang telah berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk
Lebih terperinciKarakteristik Sistem Usahatani Bawang Merah Dan Potensi Sebagai Penyangga Supplay Di Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat
Karakteristik Sistem Usahatani Bawang Merah Dan Potensi Sebagai Penyangga Supplay Di Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat Muji Rahayu dan Irma Mardian Balai pengkajian Teknologi Pertanian Jl. Raya Peninjauan
Lebih terperinciAnalisis Penyebab Kenaikan Harga Beras
Analisis Kebijakan 1 Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Ada dua pendapat mengenai faktor penyebab kenaikan harga beras akhirakhir ini yaitu : (1) stok beras berkurang;
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem
No.476, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Penyerapan Gabah di Luar Kualitas. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/PP.200/3/2017 TENTANG PENYERAPAN GABAH DI LUAR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas keanekaragaman hasil pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi
Lebih terperinci2017, No menyebabkan berkurangnya pendapatan petani dan turunnya penyerapan gabah dan beras; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dima
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.364, 2017 KEMTAN SELAKU KETUA HARIAN DEWAN KETAHANAN PANGAN. Pembelian Harga Gabah dan Beras Diluar Kualitas Oleh Pemerintah. Pedoman. Perubahn Ketiga. PERATURAN MENTERI
Lebih terperinci1 % 1,73% Data capaian penduduk rawan pangan tergambar pada akhir tahun dan capaian tersebut tergantung pada instansi lain.
Matrik Pemantauan Capaian Kinerja Berdasarkan PK Triwulan III Tahun 2015 A PENETAPAN KINERJA Penurunan Penduduk Rawan Pangan Per Tahun 1 % 1,73% Data capaian penduduk rawan pangan tergambar pada akhir
Lebih terperinciEVALUASI KEBIJAKAN HARGA GABAH TAHUN 2004
EVALUASI KEBIJAKAN HARGA GABAH TAHUN 2004 Paket Kebijakan Harga Dasar Gabah/Beras Pembelian Pemerintah (HDPP) yang belaku saat ini ditetapkan melalui Inpres No.9, 31 Desember 2002 efektif sejak 1 Januari
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/PP.200/3/2017 TENTANG PENYERAPAN GABAH DILUAR KUALITAS DALAM RANGKA PENUGASAN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, peningkatan ketahanan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia berhasil meningkatkan produksi padi secara terus-menerus. Selama
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produksi padi nasional terus menerus mengalami peningkatan sepanjang empat tahun terakhir. Pada saat dunia mengalami penurunan produksi pangan, Indonesia berhasil meningkatkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan
PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh masyarakat, juga merupakan sektor andalan
Lebih terperinciOleh : Sri Emilia Mudiyanti Kepala Sub Divisi Regional Kedu Magelang, 20 Maret 2018
PENGADAAN, PENGELOLAAN DAN PENYIMPANAN CADANGAN PANGAN PERUM BULOG Oleh : Sri Emilia Mudiyanti Kepala Sub Divisi Regional Kedu Magelang, 20 Maret 2018 KETAHANAN PANGAN (UU. Pangan No 18 Tahun 2012) Ketahanan
Lebih terperinciPEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016
PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari 3 kebutuhan pokok yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, kebutuhan pokok tersebut
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. karena pangan menempati urutan terbesar pengeluaran rumah tangga. Tanaman
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan paling mendasar bagi manusia. Ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan ketahanan sosial, stabilitas politik dan keamanan atau ketahanan
Lebih terperinciBoks 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU
Boks 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU Daerah sentra beras di Maluku terletak di Buru, Maluku Tengah, dan Seram Bagian Barat. Beras yang dihasilkan merupakan beras dari padi sawah. Selain itu, terdapat juga
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TIMUR
GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR SALINAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR 55 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciPerkembangan Harga Beras, Terigu Dan Gula Di Indonesia Tahun 2008 Selasa, 31 Maret 2009
Perkembangan Harga Beras, Terigu Dan Gula Di Indonesia Tahun 2008 Selasa, 31 Maret 2009 Sembilan bahan pokok (Sembako) merupakan salah satu masalah vital dalam suatu Negara. Dengan demikian stabilitasnya
Lebih terperinciDUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN
DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KEMENTAN REALISASI FISIK KEGIATAN BKP April REALISASI (Rp) Mei Juni KETERANGAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman
24 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Tebu 2.1.1 Budidaya Tebu Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimum dan dicapai hasil yang diharapkan.
Lebih terperincipeningkatan produksi dan produktifitas melalui intensifikasi, ekstensifikasi,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Untuk menjaga konsistensi produksi beras dan oleh karena urgensi dari pangan itu sendiri maka dibutuhkan sebuah program yang bisa lebih mengarahkan petani dalam pencapaiannya.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras
Lebih terperinciPELAKSANAAN KEMITRAAN PT. MEDCO INTIDINAMIKA DENGAN PETANI PADI SEHAT
VI PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. MEDCO INTIDINAMIKA DENGAN PETANI PADI SEHAT 6.1. Gambaran Umum Kemitraan Kemitraan antara petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes dengan PT. Medco Intidinamika berawal pada
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
EVALUASI CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Tanaman
Lebih terperinciSTRATEGI SISTIM PEMASARAN DAN DISTRIBUSI BERAS, JAGUNG, KEDELAI
STRATEGI SISTIM PEMASARAN DAN DISTRIBUSI BERAS, JAGUNG, KEDELAI 2013-2020 Yusni Emilia Harahap Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 POLA FIKIR Kedaulatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut data BPS (2010), jumlah penduduk yang bekerja di sektor
Lebih terperinci