1.1. Gambaran Umum kegiatan NUSSP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1.1. Gambaran Umum kegiatan NUSSP"

Transkripsi

1 1.1. Gambaran Umum NUSSP egara Indonesia saat ini memiliki jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa dan terkonsentrasi di kota-kota besar terutama di Pulau Jawa. Kesenjangan pembangunan kota-desa telah memicu laju urbanisasi yang tinggi terutama ke kota-kota besar sebagai pusat industri dan perekonomian. National Management Consultant (NMC) 1 Laju urbanisasi ini cukup tinggi dan secara signifikan telah menyebabkan tumbuhnya kawasan permukiman miskin dan kumuh baru di berbagai sudut di perkotaan. Cepatnya laju urbanisasi yang tidak dibarengi dengan ketersediaan ruang, prasarana dan sarana serta utilitas yang cukup menyebabkan suatu kawasan permukiman over capacity dan menjadi kumuh. Pada umumnya kondisi permukiman kumuh menghadapi berbagai permasalahan, antara lain : (1) luas bangunan yang sangat sempit dengan kondisi yang tidak memenuhi standar kesehatan dan kehidupan sosial, (2) kondisi bangunan rumah yang saling berhimpitan sehingga rentan terhadap bahaya kebakaran, (3) kurangnya air bersih, (4) jaringan listrik yang ruwet dan tidak mencukupi, (5) drainase yang sangat buruk, (6) jalan lingkungan yang buruk, (7) ketersediaan sarana MCK yang sangat terbatas. Kondisi dan permasalahan tersebut telah berdampak pada timbulnya berbagai jenis penyakit, menurunnya produktivitas warga penghuni, timbulnya kerawanan dan penyakit sosial. Akibat tingginya laju urbanisasi ini dapat dikatakan bahwa secara umum kota-kota terutama kota besar di Indonesia memiliki permasalahan yang kompleks menyangkut permukiman kumuh serta menanggung beban yang berat terutama dalam memenuhi kebutuhan perumahan warganya yang sebagian besar adalah kelompok KBR. Pada umumnya para warga yang menghuni lokasi kumuh ini menggeluti sektor informal dan secara nyata turut menggerakkan perekonomian di perkotaan. Mereka bekerja sebagai tukang, pedagang kecil, pengasong, buruh bangunan dll, sebagai warga negara tentu saja mereka berhak untuk memperoleh perumahan dan permukiman yang layak. Dalam hal ini sistem penyediaan infrastruktur dalam skala lingkungan permukiman harus dikendalikan dalam kerangka sistem infrastruktur perkotaan termasuk didalamnya adalah upaya pendayagunaan sistem infrastruktur primer perkotaan dalam mendukung peningkatan produktivitas penduduk dan penciptaan kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha khususnya bagi KBR yang memerlukannya. Sehingga benar-benar dapat dibuktikan bahwa terbangunnya insfrastruktur perkotaan yang terintegrasi akan mendorong terwujudnya ekonomi produktif. Pembangunan nasional di bidang perumahan dan permukiman masih menghadapi beberapa kendala antara lain: belum mampu mewujudkan sistem pembiayaan yang didukung dana jangka panjang sebagaimana karakteristik pembiayaan perumahan, harga tanah yang terus meningkat terutama di kota-kota besar, belum memadai dan terstrukturnya pelayanan infrastruktur kawasan/lingkungan siap

2 bangun (Lisiba/Kasiba) dan belum terbangunnya sistem pengelolaan tanah untuk kebutuhan perumahan. Kemampuan pemerintah untuk menangani perumahan dan permukiman kumuh melalui APBN sangatlah terbatas. Secara keseluruhan area permukiman kumuh yang mampu ditangani oleh pemerintah melalui APBN dan APBD sampai tahun 2004 hanya seluas ha, dibandingkan dengan luas keseluruhan area permukiman kumuh seluas maka masih terdapat ha area permukiman kumuh yang belum tertangani. Sehingga untuk mewujudkan Cities without slums pada tahun 2010 Pemerintah Indonesia harus mampu menangani area permukiman kumuh seluas ha/tahun dan di samping itu harus dilaksanakan upaya pencegahan terhadap semakin berkembang dan meluasnya area permukiman kumuh. Penangangan perumahan dan permukiman kumuh dilaksanakan dalam berbagai bentuk pelayanan dan fasilitasi sebagai berikut : (1) pemenuhan kebutuhan hunian yang layak dan terjangkau melalui kredit pemilikan rumah/kpr bersubsidi dan pengembangan perumahan swadaya; (2) peningkatan kualitas lingkungan permukiman melalui bantuan prasarana dan sarana dasar permukiman, penyediaan sarana air bersih pada permukiman rawan air, penataan dan rehabilitasi permukiman kumuh, pemberdayaan dalam rangka perkuatan kapasitas ekonomi dan perbaikan kehidupan sosial; (3) melembagakan sistem penyelenggaraan pengembangan perumahan dan permukiman dengan pelibatan sebagai pelaku utama. Mengingat kemampuan pemerintah secara rutin melalui APBN dan APBD yang sangat terbatas dalam penanganan perumahan dan permukiman kumuh, maka pemerintah mengambil keputusan untuk melaksanakan penanganan perumahan dan permukiman kumuh melalui Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP) dengan menggunakan dana pinjaman dari Asian Development Bank (ADB). Diharapkan melalui peningkatan kapasitas pemerintah dan secara sinergis dibidang perumahan dan permukiman dalam NUSSP maka permasalahan penanganan perumahan dan permukiman kumuh akan lebih cepat tertangani. Kegiatan Neighbourhood Upgrading and Shelter Sector Project/NUSSP menggunakan pendekatan Tridaya. Masyarakat terorganisir dalam kelembagaan lokal bermitra dengan pemerintah daerah dan dunia usaha untuk bekerjasama dalam menyediakan sarana, pembiayaan, dan keahlian teknis. Dalam hal ini secara kolektif tetap dapat memutuskan sendiri segala sesuatu yang membawa akibat langsung maupun tidak langsung bagi mereka. Pelaksanaan pendekatan Tridaya dalam NUSSP meliputi : (1) pemberdayaan pemerintah daerah dan melalui pengembangan kapasitas dalam bentuk pelatihan dan pendampingan; (2) pendayagunaan fasilitas lingkungan dengan peningkatan kualitas lingkungan permukiman melalui pengadaan dan perbaikan prasarana dan sarana dasar primer serta perbaikan rumah tidak layak huni melalui fasilitas kredit mikro perumahan; dan (3) pemberdayaan ekonomi yang dilaksanakan melalui chanelling dengan program lain di bidang Pekerjaan Umum dan berbagai yang dilaksanakan di daerah. Melalui NUSSP proses pembangunan akan dimulai pada kelurahan yang memiliki area kumuh sebagai nuclear spot area selanjutnya diperluas pada area lain dikelurahan yang sama dan selanjutnya dapat dikembangkan di seluruh wilayah kota/kabupaten ybs. Dalam pelaksanaannya, pada tahun pertama akan dimulai di beberapa lokasi sebagai bagian dari proses belajar (learning by doing) oleh dan pemerintah daerah dalam membangun dan mengembangkan kapasitasnya dan sebagai dasar pengalaman untuk memperluas jangkauan penanganan di tahun-tahun selanjutnya Visi, Misi, Prinsip, Nilai-Nilai Visi Terwujudnya Pemerintah Daerah dan yang berdaya dan mampu menciptakan lingkungan perumahan dan permukiman yang layak, sehat dan produktif secara mandiri dan berkelanjutan. National Management Consultant (NMC) 2

3 Misi 1. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah dan secara sinergi dalam rangka menciptakan lingkungan permukiman yang layak, sehat dan produktif secara mandiri dan berkelanjutan. 2. Meningkatkan aksesibilitas KBR dalam membiayai pembangunan, perbaikan dan sertifikasi tanah perumahan melalui kredit mikro perumahan. 3. Mewujudkan RP4D yang visioner berpihak kepada kebutuhan KBR Prinsip Prinsip-prinsip yang harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan secara konsekuen dalam penyelenggaraan NUSSP oleh para pelaku adalah : a) Lokasi sesuai dengan Rencana Tata Ruang setempat, NUSSP hanya melayani KBR yang tinggal di permukiman kumuh yang legal. b) Membangun tanpa menggusur, pengalaman menunjukkan bahwa penggusuran pada kenyataannya sering menimbulkan permasalahan baru dan berakibat kontra produktif terhadap upaya pemenuhan kebutuhan rumah. c) Membangun dari dalam (Development From Within), mengembangkan potensi yang ada secara maksimal melalui penggalian sumberdaya yang ada dalam. d) Peduli lingkungan, NUSSP dilaksanakan dengan mengutamakan keamanan, keselamatan dan kelestarian lingkungan hidup. e) Demokrasi, pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan orang banyak dalam rangka NUSSP harus dilaksanakan secara demokratis, artinya kewenangan keputusan terletak pada. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari proses pembelajaran untuk mewujudkan kemandirian untuk mengambil keputusan yang akan berdampak secara lebih luas dan berjangka panjang. f) Partisipasi dan Keterpaduan, melibatkan semua pelaku terkait secara mandiri, seimbang dan harmonis serta menjalin keterpaduan dengan berbagai pihak. g) Transparansi dan Akuntabilitas, proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan NUSSP dilakukan secara transparan dan akuntabel (diketahui oleh pelaku dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara administratif maupun berdasarkan etika moral). h) Desentralisasi, desentralisasi memiliki makna sejalan dengan transformasi kewenangan dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dan pelaksanaan NUSSP harus diposisikan sedekat mungkin dengan penerima manfaat dan penerima dampak. i) Keberlanjutan, yang diinisiasi melalui NUSSP harus dapat dilestarikan dan kembangkan secara mandiri oleh pemerintah daerah bersama Nilai-Nilai Nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan secara konsekuen dalam penyelenggaraan NUSSP oleh para pelaku adalah : a) Dapat dipercaya (Amanah), semua pelaku terkait harus dapat mengemban kepercayaan yang diberikan baik oleh maupun pemerintah untuk menerapkan aturan main yang telah ditetapkan dan disepakati dalam pelaksanaan NUSSP. Hal ini menyangkut pemilihan pelaku di tingkat agar benar-benar terpilih orang-orang yang dapat mengemban kepercayaan dan tidak berdasarkan ketokohan dan elitisme semata. National Management Consultant (NMC) 3

4 b) Keikhlasan dan Kerelawanan, semua pelaku terkait dalam melaksanakan NUSSP harus didasari oleh niat ikhlas dan sikap kerelawanan. Implementasi dari keikhlasan dan kerelawanan adalah munculnya sikap dan cara pandang yang tidak mengukur segala sesuatu dari ada atau tidaknya imbalan berupa materi. Dalam hal ini harus muncul pemahaman bahwa keikhlasan dan kerelawanan adalah suatu bentuk sumbangsih yang memiliki keagungan nilai moral dan sosial yang akan dikontribusikan oleh seorang warga untuk lingkungan dan sosialnya. c) Kejujuran, seluruh pengambilan keputusan dan pengelolaan NUSSP harus dilaksanakan secara jujur. Perwujudan kejujuran adalah tidak adanya rekayasa dalam pelaksanaan maupun pelaporan, tidak ada tindakan memanipulasi dan menutupi segala kekurangan, kebocoran, ketidak adilan, dan penyelewengan. d) Keadilan, sikap adil dapat dimaknai dengan membagi sesuai porsinya, dalam pelaksanaan NUSSP harus berdasarkan kejujuran (fairness) dalam pemberian pelayanan dan fasilitasi sesuai kebutuhan sesuai yang telah ditetapkan dan disepakati. e) Kesetaraan, dalam pelaksanaan NUSSP semua pelaku dipandang memiliki kesempatan dan hal untuk pengambilan keputusan, berperan aktif dan berkontribusi serta menerima manfaat secara optimal tanpa membedakan jenis kelamin, status sosial, ras, agama dll. f) Kebersamaan dalam Keberagaman, harus disadari dan dibangun pemahaman bahwa keberagaman merupakan suatu potensi yang secara bersama-sama dapat didayagunakan untuk menggerakkan partispasi dan kontribusi dalam pelaksanaan NUSSP. Oleh karena itu dalam pelaksanaan NUSSP harus mengakomodasi keberagaman yang ada di dalam demi membangun kebersamaan sebagai pilar kekuatan komunitas Tujuan, Sasaran, Manfaat Dan Dampak Tujuan Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP) bertujuan untuk membantu pemerintah dalam mengurangi kemiskinan di perkotaan, melalui: (1) Penyediaan sumberdaya bagi pemerintah daerah bekerjasama dengan dan dunia usaha dalam rangka peningkatan kualitas lingkungan permukiman dan perumahan. (2) Pembangunan dan perbaikan rumah tidak layak huni serta sertifikasi tanah perumahan melalui fasilitas kredit mikro perumahan. (3) Peningkatan kemampuan pemerintah daerah dan untuk menyusun perencanaan partisipatif dengan penekanan pada pembagian peran dan tanggung-jawab secara harmoni antara, pemerintah daerah dan dunia usaha. Fokus NUSSP Layanan kepada KBR dengan memberikan hibah berupa infrastruktur permukiman yang bersifat tidak pulih biaya (non cost recovery). Fasilitasi bantuan pinjaman untuk pembangunan dan perbaikan rumah serta sertifikasi tanah perumahan melalui kredit mikro perumahan Kegiatan dilaksanakan bertumpu pada peningkatan kapasitas pemerintah daerah yang bersinergi dengan dan dunia usaha secara berkelanjutan. Penguatan kapasitas kelembagaan lokal dalam upaya peningkatan aksesibilitas KBR terhadap potensi dan sumberdaya pembangunan. National Management Consultant (NMC) 4

5 Sasaran Pengembangan Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP) memiliki sasaran fungsional dan sasaran operasional sebagai berikut: Sasaran Fungsional (1) Terlembaganya pendekatan partisipatif dalam pengembangan perencanaan permukiman oleh secara harmonis yang didukung oleh pemerintah daerah. (2) Tercapainya peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam menangani permasalahan perumahan dan permukiman bagi KBR yang tinggal di lingkungan permukiman kumuh dan tidak layak. (3) Teralokasikannya dukungan kebijakan dan pembiayaan oleh pemerintah daerah dalam rangka memenuhi kebutuhan perumahan dan permukiman bagi KBR. (4) Terbangunnya sistem pembiayaan perumahan yang didukung oleh lembaga keuangan formal pada tingkat pemerintah pusat dan daerah, sehingga program pengembangan perumahan dan permukiman bagi KBR dapat terselenggara secara harmonis dan berkelanjutan. (5) Terbangunnya sistem penyediaan prasarana dan sarana perumahan dan permukiman yang berdaya guna dan berkelanjutan, sehingga dapat mendukung produktivitas KBR. Sasaran Operasional (1) Terbangunnya kelembagaan lokal sebagai representasi warga (Badan Keswadayaan Masyarakat/BKM) yang mampu melakukan peran dan fungsi sebagai fasilitasi role sharing dengan pelaku kunci serta membangun aksesibilitas dan posisi tawar KBR terhadap pemerintah. (2) Terfasilitasinya aksesibilitas KBR terhadap kredit mikro perumahan. (3) Terpenuhinya kebutuhan rumah yang layak huni pada lingkungan permukiman yang sehat dan harmonis Manfaat Penerima manfaat dalam pelaksanaan NUSSP adalah: Komunitas Berpenghasilan Rendah (KBR) KBR yang berdomisili dilingkungan kumuh yang termasuk kategori sasaran sebagaimana tertera didalam hasil pemetaan yang dilakukan secara partisipatif oleh warga. KBR akan memperoleh fasilitasi sebagai berikut : 1) KBR akan mendapatkan bantuan teknis dalam hal penyusunan usulan, akses kepada lembaga keuangan, bimbingan teknis dalam pembangunan fisik serta dukungan pembinaan lain sesuai kebutuhan yang telah teridentifikasi. 2) KBR dapat memperoleh kredit mikro perumahan sesuai kemampuan bayar (repayment capacity) yang didukung dengan bimbingan teknis yang diberikan oleh konsultan/fasilitator. 3) KBR akan mendapatkan lokakarya dan pelatihan, agar semakin peka dan mampu menganalisis permasalahan yang dihadapi serta mampu menyusun perencanaan secara partisipatif, menggali sumberdaya yang ada di sekitarnya serta mampu mendayagunakan sumberdaya secara tepat dan bermanfaat. 4) KBR akan memperoleh pengalaman dalam membangun, mendaya-gunakan dan mengembangkan kelembagaan lokal dalam upaya peningkatan kualitas perumahan dan lingkungan mereka. Pemerintah Daerah Dalam penyelenggaraan NUSSP, pemerintah daerah adalah penyelenggara di daerah, namun demikian juga merupakan salah satu penerima manfaat. Pelaksanaan NUSSP diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pemerintah daerah dalam beberapa hal, antara lain: National Management Consultant (NMC) 5

6 1) Pemerintah daerah memperoleh pengalaman empirik bersama untuk menyusun strategi pengembangan perumahan secara partisipatif. Hal ini akan merupakan investasi sosial (social invesment) yang akan meningkatkan kredibilitas pemerintah daerah setempat. 2) Pemerintah daerah akan memiliki kemampuan dalam menyusun Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D) yang pro poor, mandiri dan berkelanjutan. 3) Pemerintah daerah akan dapat membangun sistem pengembangan dan pengadaan perumahan serta utilitas permukiman yang mantap, operasional, dan didukung oleh lembaga keuangan yang kuat, mandiri dan berkelanjutan Indikator Kinerja Indikator kinerja dalam NUSSP adalah sebagai berikut : 1) Terimplementasikannya prinsip dan nilai NUSSP oleh semua unsur pelaku. 2) Tercapainya peningkatan anggaran pembiayaan yang dialokasikan oleh pemerintah, dan dunia usaha untuk pengembangan perumahan bagi KBR dan perbaikan lingkungan permukiman kumuh. 3) Tercapainya peningkatan kapasitas pemerintah dalam mendorong serta memfasilitasi KBR untuk memenuhi kebutuhan rumah yang layak pada lingkungan yang sehat dan produktif. 4) Tersusunnya RP4D yang partisipatif yang visioner dan berpihak pada kepentingan KBR. 5) Tercapainya peningkatan jumlah rumah layak huni bagi KBR sebagai dampak NUSSP. Terbangunnya sistem pelayanan pengadaan perumahan dan utilitas permukiman yang mantap oleh pemerintah daerah yang didukung oleh lembaga keuangan yang kuat dan stabil. 6) Menurunnya jumlah luasan area permukiman kumuh sebagai dampak NUSSP dan berbagai pendukung yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. 7) Terbangunnya kelembagaan lokal yang diakui secara hukum, mandiri dan responsif terhadap kebutuhan KBR. 8) Meningkatnya kemandirian dalam pengembangan rumah dan perbaikan lingkungan permukiman. 9) Terbangunnya perilaku bermukim yang bersih, sehat dan produktif bagi warga Lokasi NUSSP NUSSP akan dilaksanakan di 32 kota/kabupaten yang dipilih secara kompetitif berdasarkan kriteria yang disepakati oleh tim interdepartemen, sebagai berikut : 1) Komitmen untuk melaksanakan program penanggulangan kemiskinan. 2) Komitmen untuk membentuk lembaga permukiman dan melaksanakan proses secara partisipatif. 3) Mengalokasikan dana pendamping NUSSP pada setiap tahun pelaksanaan yang dinyatakan dalam konfirmasi dengan surat resmi oleh walikota/ bupati dan disetujui oleh DPRD, sesuai dengan Naskah Perjanjian Hibah dengan Departemen Keuangan menurut kapasitas fiskal yang dimiliki. 4) Usulan rencana kebutuhan dan pelaksanaan NUSSP yang termuat dalam SPAR (Subproject Apprarisal Report). Kota/ Kabupaten tersebut adalah: Kota Kendari Kabupaten Luwu Kota Surabaya Kota Yogyakarta Kabupaten Kolaka Kabupaten Luwu Timur Kabupaten Lamongan Kabupaten Rembang Kabupaten Buton Kabupaten Polewali Kota Mataram Kota Pontianak Kabupaten Muna Kota Palopo Kota Bau-Bau Kota Palu Kota Tangerang Kota Tanjung Balai Kabupaten Serang Kota Medan Kota Makasar Kota Palembang Kota Sukabumi Kabupaten Gowa Kota Bengkulu Kabupaten Subang Kota Padang Kabupaten Bone Kota Bandar Lampung Kota Jambi Kabupaten Jeneponto Kabupaten Bulukumba Sumber : Naskah Perjanjian Hibah 2004 National Management Consultant (NMC) 6

7 1.5. Grand Strategi Pelaksanaan NUSSP. Guna pelaksanaan NUSSP secara lebih terarah dan terkendali, telah diprakarsai serangkaian dan perumusan kebijakan operasional di tingkat Pusat. Rangkaian tersebut dapat diringkas sebagai berikut: Kebijakan dan Kerangka Kerja Operasional Melalui Perjanjian Pinjaman ADB telah disepakati bahwa Direktorat Jenderal Cipta Karya akan berfungsi sebagai Executing Egency (EA) dengan Bappenas sebagai ketua Tim Teknis antar Departemen Teknis terkait. Untuk keperluan pelaksanaan konstruksi di lapangan, EA telah membentuk Satuan Kerja Sementara di bawah koordinasi langsung Dit Jen Cipta Karya, sedangkan bagi pengendalian kualitas dibentuk Project Management Unit (PMU) di bawah koordinasi Direktorat Pengembangan Permukiman Dit. Jen Cipta Karya. Konsultan Manajemen Pusat (KMP/ NMC) kemudian ditugaskan untuk membantu pelaksanaan harian PMU, sedangkan untuk bantuan teknis di tingkat wilayah ditugaskan Konsultan Manajemen Wilayah (KMW/ OC). Tugas utama Konsultan Manajemen ini adalah untuk mengarahkan, mengendalikan, monitoring dan melakukan evaluasi pelaksanaan NUSSP sesuai dengan Pada tingkat kota/ kabupaten dibentuk suatu badan yang bertugas untuk mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan, yang disebut Local Coordinating Office (LCO). Badan ini beranggotakan Instansi dan Dinas terkait pada Pemerintah Daerah dengan susunan organisasi yang terdiri dari 5 orang yakni: Kepala LCO Asisten Administrasi dan Keuangan Asisten Perencanaan Asisten Manajemen Asisten Monitoring dan Evaluasi Dalam melakukan pekerjaannya, LCO akan berkoordinasi dan dibawah arahan BKP4K sebagai lembaga pengarah masalah perumahan dan permukiman di tingkat kota/ kabupaten. Pemerintah Daerah juga akan menunjuk Satuan Kerja sebagai penanggung jawab masalah administrasi dan keuangan proyek. Dalam melaksanakan penugasannya di tingkat wilalayah, KMW/ OC akan dibantu oleh beberapa Koordinator Kota (1 kota akan mempunyai 1 Koordinator) dan beberapa Fasilitator Kelurahan (1 kota akan mempunyai 4 orang fasilitator). Selain itu bagi pembelajaran, tim NUSSP di tingkat kota ini juga akan dibantu oleh beberapa tenaga pendamping dari yang sifatnya sukarela. Dengan komposisi dan struktur manajemen sebagai diuraikan di atas; diharapkan tujuan dari NUSSP selain kepada perbaikan lingkungan perumahan komunitas berpenghasilan rendah, juga masalah pemberdayaan dan partisipasi aktif akan tercapai Siklus Pelaksanaan Kegiatan Secara ringkas siklus pelaksanaan NUSSP terikat pada jadwal pelaksanaan yang telah digariskan dalam dokumen pinjaman dengan ADB. Jadwal pelaksanaan selama empat tahun anggaran ini (TA 2005 TA 2009) dapat digambarkan sebagai berikut: National Management Consultant (NMC) 7

8 Gambar 1.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan NUSSP Meskipun jadwal tersebut di atas akan berlangsung selama 4 tahun anggaran, pada hakekatnya pelaksanaan NUSSP juga akan mengikuti siklus anggaran tahunan Pemerintah yang berlaku. Secara garis besar siklus NUSSP di tingkat Kota/ Kabupaten terbagi menjadi dua sub siklus dengan hierarki aktifitas antara lain sebagai berikut: 1. Sub siklus persiapan: Aktifitas 1.1. Persiapan di lingkungan Pemerintah Daerah No Aktifitas Waktu Jadwal Keterangan 1 Evaluasi Kebijakan 3 bulan Januari Maret Pengembangan Sektor Perumahan 2 Prioritas Lokasi dan Rencana 3 bulan Januari Maret Penataan Lingkungan 3 Penyiapan LCO dan Satker Januari 4 Sosialisasi diantara instansi pemerintah daerah Februari April Dukungan dan interaksi lintas sektor 5 Penyiapan Dana Pendamping DIPA Januari Maret Termasuk persetujuan anggaran DPRD 6 Penyiapan Pendampingan dengan Maret Mei Koordinator Kota dan Fasilitator 7 Focus Discussion Group dengan 2 bulan April Mei seluruh stake holder tentang kebijakan dan strategi 8 Persiapan administrasi 1 bulan Mei Aktifitas 1.2. Persiapan di lingkungan Masyarakat/ Komunitas No Aktifitas Waktu Jadwal Keterangan 1 Pembentukan & Penguatan BKM 3 bulan Januari Maret Lembaga Keswadayaan yang berperan dalam Musbangdes 2 Pembentukan & Penguatan Unit 3 bulan Januari Maret Pengelolaan di BKM 3 Penyiapan kader & Januari tenaga sukarela 4 Penyiapan & Penguatan Kelompok Januari Maret Swadaya Masyarakat 5 Sosialisasi Kegiatan April - Juni Dukungan partisipasi 6 Survey Kampung Sendiri oleh April - Juni Kelompok Swadaya Masyarakat 7 Workshop tingkat kelurahan Juni Pemahaman dan kesepakatan pelaksanaan sebagai bagian Rencana Pembangunan Kelurahan National Management Consultant (NMC) 8

9 Aktifitas 1.1. Pelaksanaan di lingkungan Pemerintah Daerah No Aktifitas Waktu Jadwal Keterangan 1 Bimbingan teknis penyiapan desain 2 bulan Juni Juli prasarana 2 Bimbingan persiapan dokumen 2 bulan Juni Juli kontrak 3 Prakwalifikasi 2 bulan Maret Mei 4 Proses Penunjukkan SP3 atau Juni Tender 5 Supervisi berkala dan bimbingan 6 bulan Juni Desember teknis 6 Proses pencairan dana Juni Desember 7 Administrasi Jan - Desember Aktifitas 1.2. Pelaksanaan di lingkungan Masyarakat/ Komunitas No Aktifitas Waktu Jadwal Keterangan 1 Penyusunan NUP 3 bulan Mei - Juli Proses Partisipatif 2 Workshop & Sosialisasi Kelurahan Mei 3 Perkuatan KSM & UPL sebagai 3 bulan Mei - Juli pelaksana 4 Sosialisasi BQ, Spec dan distribusi Juni pekerjaan 5 Proses SP3 Juni - Juli 6 Supervisi berkala dan bimbingan 6 bulan Juni Desember teknis Fasilitator 7 Administrasi 6 bulan Juni Desember 8 Workshop bagi Operasi dan Pemeliharaan Desember Rencana Tindak lanjut Dengan memperhatikan siklus di atas, beberapa rencana tindak harus didifinisikan. Rencana tindak ini sifatnya sangat spesifik untuk tiap Kota/ Kabupaten oleh karena permasalahan yang dihadapi akan sangat bervariasi di antara Kota/ Kabupaten satu dengan lainnya. Meskipun demikian ada beberapa Rencana Tindak yang sifatnya umum yang dapat didifinisikan seperti: a. Rencana tindak 1 tahun kedepan Alokasi APBD sebagai dana pendamping Evaluasi Strategi Pengembangan dan Penataan Lingkungan Perumahan b. Rencana tindak 6 bulan kedepan Persiapan proses perencanaan Persiapan administrasi proyek c. Rencana tindak 3 bulan kedepan Prioritas lokasi Persiapan kelembagaan, baik di lingkungan Pemerintah Daerah maupun Masyarakat National Management Consultant (NMC) 9

10 Dalam rangka mencapai tujuannya Neighborhood Upgrading Shelter Sector Project/NUSSP mengembangkan 4 (empat) komponen, yaitu : A. Penyiapan Rencana Penataan Lingkungan/ RP4D dalam bidang Perumahan dan Permukiman. B. Fasilitasi Kredit Mikro Perumahan kepada KBR. C. Pembangunan Infrastruktur Permukiman bagi KBR. D. Peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah dan Masyarakat melalui Pelatihan dan Pendampingan Keempat komponen di atas diimplementasikan melalui strategi pemberdayaan dengan pengembangan Tridaya Perumahan dan Permukiman yang dilandasi penerapan prinsip dan nilai kemanusiaan yang bersifat universal Komponen Kegiatan Penyiapan Rencana Penataan Lingkungan Perumahan dan Permukiman atau yang setara dengan RP4D. Komponen ini merupakan salah satu bentuk bantuan teknis dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang dimaksudkan untuk membantu dalam penyusunan strategi dan rencana perbaikan dan pembangunan perumahan dan permukiman. Pemerintah kota/kabupaten harus bekerja secara sinergi dengan warga dan dunia usaha untuk menyusun strategi dan rencana tersebut serta sistem pengelolaan permukiman sebagai langkah antisipatif terhadap meluasnya area permukiman kumuh. Dengan melibatkan partisipasi dan kontribusi seluruh unsur yang ada diharapkan akan dapat meningkatkan rasa memiliki terhadap perencanaan dan strategi yang telah disusun, dengan demikian akan mendapatkan banyak dukungan dalam pelaksanaannya Fasilitasi Kredit Mikro Perumahan kepada KBR. Fasilitasi kredit mikro perumahan melalui pelayanan pembiayaan meliputi pembangunan dan perbaikan rumah serta sertifikasi tanah. Dalam hal ini NUSSP bekerjasama dengan PT. Permodalan Nasional Madani (PNM) sebagai induk bagi Lembaga Keuangan Mikro (LKM), yang akan menunjuk lembaga keuangan mikro lokal (LKM) untuk melaksanakan penyaluran kredit mikro perumahan. Pemerintah daerah juga sangat diharapkan dapat menjalin kerjasama dengan lembaga keuangan daerah atau perbankan milik pemerintah daerah dalam menanggulangi kebutuhan pembiayaan bagi kredit mikro perumahan bagi KBR. Pendekatan penyelenggaraan kredit mikro perumahan dalam NUSSP menitik beratkan pada pelayanan kredit secara kelompok namun tidak menutup pelayanan bagi individu. Mekanisme pelayanan kredit mikro perumahan dalam NUSSP selanjutnya ditetapkan dalam pedoman teknis tersendiri. National Management Consultant (NMC) 10

11 Perbaikan dan Pembangunan Infrastruktur Permukiman Bagi KBR. Pelaksanaan peningkatan kualitas lingkungan permukiman ini dilaksanakan oleh pemerintah daerah melalui APBD yang diperkuat dengan dana pinjaman ADB yang besarnya sesuai kapasitas fiskal masing-masing daerah sebagaimana ditetapkan oleh Departemen Keuangan. Dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur permukiman harus mengacu kepada Neighborhood Upgrading Plan (NUP) yang telah disusun secara partisipatif oleh. Selanjutnya proses penyusunan NUP ditetapkan dalam pedoman teknis tersendiri. Sifat pelaksanaan pekerjaan konstruksi diprioritaskan kepada kontrak langsung dengan melalui SP3, meskipun dapat dilaksanakan juga melalui jasa kontraktor bagi pekerjaan yang tidak dapat dikerjakan oleh atau dapat juga melalui KSO (kerjasama operasi) dibawah koordinasi UPL BKM. Dalam pelaksanaan KSO, sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur permukiman dapat saja menyertakan swadaya dalam berbagai bentuk, misalnya uang, bahan bangunan dan tenaga kerja yang tidak bersifat mengikat. Pelaksanaan pekerjaan sedapatdapatnya menggunakan bahan baku dan tenaga lokal. Dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur primer, pemerintah daerah menyediakan dana pendamping yang dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu : (1) dalam bentuk in cash (dana pendamping yang terikat dalam kontrak bersama dengan dana ADB) dan (2) dalam bentuk inkind (dalam bentuk pembangunan untuk menunjang program NUSSP dan dilaksanakan pada lokasi yang sama) Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah dan Masyarakat melalui Kegiatan Pelatihan dan Pendampingan Peningkatan kapasitas bagi pemerintah daerah dan merupakan bentuk bantuan teknis pemerintah pusat untuk menjamin bahwa kedua pelaku strategis dalam NUSSP memiliki kesamaan pandangan dan kesadaran terhadap pentingnya upaya pemenuhan kebutuhan perumahan dan perbaikan kualitas lingkungan permukiman untuk mencapai kondisi hunian yang layak pada lingkungan yang sehat dan produktif Strategi Pelaksanaan Dalam rangka mencapai tujuan NUSSP, strategi pelaksanaan yang ditempuh adalah sebagai berikut : Strategi Pelaksanaan Kegiatan pada Tingkat Pemerintah Daerah Pelaksanaan NUSSP pada tingkat pemerintah daerah harus sejalan dengan pelaksanaan pada tingkat. Hal ini untuk menjamin terbangunnya harmonisasi dan sinergi antara dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan NUSSP. Secara rinci strategi pelaksanaan NUSSP pada tingkat pemerintah daerah adalah sebagai berikut : National Management Consultant (NMC) 11

12 -- A > B > C Banyak KBR yang menghuni rumah tidak layak dan lingkungan kumuh Pemerintah Daerah yang belum peduli Perkim TerwujudnyaStrategi dan Rencana Perumahan yang Pro Poor, Implementatif dan didukung oleh masy, dinas dan lembaga terkait Terpenuhinya kebutuhan rumah layak dan lingkungan permukman sehat bagi KBR Setiap KK menghuni rumah layak pada lingk. yang sehat, sesuai target Milenium Development Goals Mendorong agar Pemda lebih berkompeten dan peduli pada KBR Mendorong agar Pemda lebih akuntabel dan didukung oleh Masyarakat & dunia usaha Mendorong Terciptanya Pemda dalam tatanan Good Governance Per kuatan Peran Pemda sebagai pendorong bagi Peningkatan kapasitas, kompetensi dan akuntabilitas Pengembangan Manajemen Pembangunan Perkim Penyusunan RP4D Pembangunan Infrastruktur perumahan dan permukiman Program Kemitraan Fasilitasi Program kemitraan Pembangunan kemitraan Neighborhood Development Peningkatan akuntabilitas Membangun Kapital Sosial Neighborhood Development yang harmonis, produktif dan berjatidiri Gambar 2.1. Strategi Pelaksanaan Kegiatan Pemerintah Daerah dalam NUSSP A. Mendorong agar Pemerintah Daerah lebih kompeten dan peduli pada KBR 1) Mendorong peningkatan kapasitas, kompetensi serta akuntabilitas pemerintah daerah dalam pelaksanaan program pembangunan daerah. Dalam hal ini pemerintah daerah didorong untuk mampu merencanakan pembangunan perumahan dan permukiman, melalui berbagai pelatihan dan lokakarya. 2) Pengembangan Manajemen Pembangunan Perumahan dan Permukiman bagi pemerintah daerah. Pengembangan manajemen pembangunan perumahan dan permukiman dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi bagi pemerintah daerah dalam mengelola pembangunan perumahan dan permukiman terutama bagi KBR. 3) Penyusunan Strategi dan Rencana Perbaikan dan Pembangunan Perumahan dan Permukiman yang pro poor dan didukung oleh warga dan dunia usaha. Strategi Penataan Kawasan Permukiman merupakan suatu strategi perencanaan yang dibangun melalui sinergi antara pemerintah daerah dengan dan dunia usaha. Strategi penyusunan penataan kawasan permukiman adalah sebagai berikut : (1) mendorong agar National Management Consultant (NMC) 12

13 mampu menghasilkan praktek-praktek terbaik (best practices) dari pelaksanaan NUPs; (2) mendorong agar best practices tersebut dapat tersosialisasikan secara optimal baik kepada instansi pemerintah, kelompok legislatif maupun kepada secara luas; (3) pemerintah daerah dapat menemukan formula dari hasil best practices NUSSP yang ada di wilayahnya kemudian merumuskannya menjadi suatu draft rencana strategi penanganan masalah perumahan yang dikenal dengan nama Strategi Perbaikan dan Pembangunan Perumahandan Permukiman Kota (SP3P City Shelter Strategy/ CSS); (4) mendorong terciptanya kerjasama antara pemerintah daerah dengan lembaga keuangan dan kelompok swasta yang ada di daerahnya dalam rangka pembiayaan pembangunan perumahan bagi warga miskin; (5) melalui serangkaian langkah-langkah pemerintah daerah mendapatkan masukan dari berbagai pihak seperti misalnya para pakar dari perguruan tinggi, kelompok legislatif, lembaga keuangan, LSM dan kelompok peduli lainnya kemudian merumuskannya menjadi masukan strategis; (6) berdasarkan masukan strategis yang ada maka pemerintah daerah dapat memetakan potensi dan permasalahan serta tindakan prioritas yang akan dilakukan dalam rangka mengatasi permasalahan perumahan dan permukiman di wilayahnya, (7) selanjutnya Pemda bersama dengan Local Coordinating Office (LCO) dan pelaku terkait lainnya menyusun Rencana Tata Ruang Perbaikan dan Pembangunan Perumahan dan Permukiman (RTRP3P Spatial Planning for Shelter Strategy/SPSS) atau rencana yang setara dengan RP4D 4) Pembangunan Infrastruktur Perumahan dan Permukiman yang partisipatif dan berkelanjutan. Melalui NUSSP warga akan didorong dan difasilitasi agar mampu menyusun perencanaan pembangunan lingkungannya serta mampu mengelola dan mengembangkan infrastruktur yang ada agar menjadi lebih produktif dan berkelanjutan. Untuk itu pembangunan infrastruktur perumahan dan permukiman sebagian besar akan dilaksanakan oleh sendiri dengan mengacu kepada Neighborhood Upgrading Plans/NUPs. B. Mendorong agar Pemerintah Daerah lebih Akuntabel dan Didukung oleh Masyarakat dan Dunia Usaha Fasilitasi lembaga (seperti BKM) dengan lembaga-lembaga yang memiliki sumberdaya penting Lembaga kean yang berbentuk seperti BKM sebagai representasi warga, perlu memperoleh fasilitasi kemitraan dari pemerintah daerah agar dapat memfasilitasi aksesibilitas warga kepada lembaga-lembaga yang memiliki sumberdaya penting yang mendukung upaya pemenuhan kebutuhan rumah yang layak dan terjangkau bagi KBR. Fasilitasi kemitraan ini harus sejalan dengan meningkatnya kapasitas dan kompetensi BKM dalam mengembangkan advokasi dan pelayanan kepada warga. Sehingga fasilitasi kemitraan yang diberikan oleh pemerintah dimaksudkan juga sebagai upaya pemberdayaan terhadap kelembagaan lokal agar dapat menjadi patner pembangunan yang harmonis, produktif dan berkelanjutan. 1) Membangun kemitraan untuk menjamin pelaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman yang pro poor dan berkelanjutan. NUSSP akan mengembangkan kemitraan dengan stakeholder terkait seperti Badan Pertanahan Nasional (BPN), lembaga keuangan milik pemerintah maupun swasta serta dunia usaha lainnya. Kemitraan ini harus bersifat jangka panjang dan didukung oleh infrastruktur kebijakan yang mantap. C. Mendorong Terciptanya Pemerintah Daerah Dalam Tatanan Good Governance Mendorong terciptanya pemerintah daerah dalam tatanan Good Governance melalui pembelajaran Neighborhood Development. 1) Mendorong peningkatan kapasitas, kompetensi serta akuntabilitas pemerintah daerah dalam pelaksanaan program pembangunan daerah. National Management Consultant (NMC) 13

14 Dalam hal ini strategi yang dilaksanakan adalah : (1) mendorong pemerintah daerah agar mampu melakukan identifikasi terhadap permasalahan perumahan dan permukiman yang dihadapi baik secara makro maupun mikro, baik yang bersifat jangka pendek maupun yang bersifat jangka panjang; (2) meningkatkan kapasitas aparat pemerintah daerah melalui lokakarya dan pelatihan agar mampu untuk mengembangkan pelaksanaan NUSSP di wilayahnya; (3) mendorong pemerintah daerah agar dapat menyusun rencana pembangunan daerah yang pro poor (pro poor policy dan pro poor budget); (4) mendorong pemerintah daerah agar bersamasama mampu mewujudkan rencana perbaikan lingkungan permukiman kumuh dan membangun sistem pengelolaan yang partisipatif; (5) mendorong pemerintah daerah agar dapat membangun dialog dan kerjasama antar kota/kabupaten sekitarnya untuk mengatasi permasalahan urbanisasi baik yang bersifat tetap maupun yang musiman (boro); (6) mendorong terciptanya iklim yang kondusif untuk membangun kerjasama kemitraan antara pemerintah daerah dengan warga dalam menyusun perencanaan bidang perumahan dan permukiman. Dalam implementasi strategi tersebut, NUSSP akan memberikan bantuan teknis dan fasilitasi berupa pelatihan, lokakarya dan monitoring kepada pemerintah kota/kabupaten ybs. 2) Mendorong kemampuan pemerintah daerah dalam mengembangkan program perumahan dan permukiman yang pro poor dan didukung oleh kemampuan pembiayaan jangka panjang. Keberhasil program pengembangan perumahan dan permukiman ditentukan oleh 3 (tiga) faktor penting, yaitu : ketersediaan tanah untuk permukiman, adanya lembaga pelaksana pembangunan dan tersedianya pembiayaan untuk membangun. Pada umumnya karena pengadaan rumah memerlukan dana yang relatif besar maka diperlukan skema pembiayaan jangka panjang. Dalam pengembangang program perumahan dan permukiman yang pro poor pemerintah daerah harus berupaya untuk mendapat dukungan lembaga pembiayaan yang mampu menyediakan skema kredit yang terjangkau bagi KBR. 3) Mendorong terbangunnya Kapital Sosial sebagai salah satu pilar keberhasilan pembangunan daerah. Penumbuhan kapital sosial ini dilakukan melalui strategi berikut : (1) mendorong tumbuhnya kesadaran kritis untuk mengetahui dan memahami mengenai permasalahan kemiskinan, perumahan dan permukiman yang mereka hadapi; (2) mendorong warga agar mampu melakukan identifikasi penyebab persoalan yang mereka hadapi dan kemudian secara bersama-sama mencari solusinya; (3) memampukan warga agar dapat mengorganisasikan diri dalam kelembagaan lokal sebagai wadah dan representasi kebutuhan yang disebut dengan nama generik sebagai Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM); (4) mengembangkan strategi development from within artinya dikembangkan kapasitasnya berbasis pada potensi yang ada melalui metode dan pendekatan self help. Strategi ini dilaksanakan untuk mencegah ketergantungan terhadap sumberdaya dan pemerintah secara terus menerus; (5) mendorong warga agar mampu memahami lingkungan strategis yang dapat didayagunakan dalam rangka menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi. 4) Mendorong terwujudnya Neigborhood Development yang harmonis, produktif dan berjatidiri. Mengingat pentingnya fungsi rumah sebagai pusat pendidikan bagi keluarga, tempat persemaian budaya dan nilai-nilai kearifan, dan juga sebagai tempat mengembangkan ekonomi, terutama bagi usaha skala kecil yang dilakukan oleh kaum perempuan, maka hendaknya pendayagunaan infrastruktur permukiman menjadi pokok perhatian bagi semua pihak. NUSSP akan dikembangkan dalam kerangka pembangunan partisipatif tidak saja untuk membangun infrastruktur permukiman, tetapi sekaligus untuk menanamkan apresiasi dan pemenuhan kebutuhan dasar manusia berupa papan, sandang dan pangan. Masyarakat National Management Consultant (NMC) 14

15 berpenghasilan rendah (KBR) agar lebih mampu termasuk dalam memenuhi kebutuhan rumah yang lebih layak huni dan permukiman yang lebih prospektif. Secara spesial, skala dapat efektif menyentuh, maksimum hanya sampai tingkat kawasan (area wide). Oleh karena itu, melalui NUSSP pembangunan infrastruktur perlu dikemas dalam satu kesatuan pembangunan kawasan yang bersifat menyeluruh (Neighborhood Development) Strategi Pelaksanaan Kegiatan Masyarakat A > B > C Banyak KBR yang menghuni rumah tidak layak dan lingkungan kumuh Pemerintah Daerah yang belum peduli Perkim TerwujudnyaStrategi dan Rencana Pembangunan yang Pro Poor, Implementatif dan didukung oleh masy, dinas dan lembaga terkait Terpenuhinya kebutuhan Rumah layak dan lingkungan permukman sehat bagik BR Setiap KK menghuni rumah layak pada lingk. yang sehat, sesuai target Milenium Development Goals Mendorong Terbangunnya Masyarakat Berdaya yang memiliki pranata bermukim yang harmonis dan kehidupan social ekonomi layak bertumpu pada nilai-nilai universal kemanusiaan Mendorong Terciptanya Masyarakat Mandiri yang mampu menjalin sinergi dengan pemerintah daerah dan dunia usaha dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah yang layak bertumpu pada Azas Tridaya Mendorong Terbentuknya tatanan madanai dalam Good Governance sebagai upaya penanggulangan kemiskinan secara berkelanjutan Pembangunan Tridaya melalui pengembangan infrastruktur Perkim Internalisasi Nilai- Nilai Universal Kemanusiaan Penguatan Kelembagaan BKM Penyusunan NUPs Penyusunan RP4D Pembelajaran Kemitraan Kredit Mikro perumahan Kemitraan Pembelajaran Neighborhood Development berbasis Good Governance Pembangunan Infrastruktur primer Pengakaran kelembagaan Lokal Masyarakat. Meningkatkan akuntabilitas Gambar 2.2. Strategi Pelaksanaan Kegiatan Masyarakat dalam NUSSP Implementasi strategi pelaksanaan pada level dalam NUSSP secara rinci dijelaskan sebagai berikut : A. Mendorong terbangunnya berdaya yang memiliki pranata bermukim yang harmonis dan kehidupan sosial ekonomi yang layak bertumpu pada nilai-nilai universal kemanusiaan. Dilaksanakan melalui strategi Pembelajaran Tridaya melalui pembangunan Insfrastruktur Permukiman, yaitu : a) Internalisasi nilai-nilai universal kemanusiaan dalam menumbuhkan pranata bermukim yang harmonis. National Management Consultant (NMC) 15 Internalisasi nilai-nilai universal kemanusiaan dimaksudkan agar warga memiliki keyakinan kembali akan pentingnya kejujuran, kerelawanan, keikhlasan, dan menghargai keberagaman dan kesetaraan sebagai pedoman yang kokoh untuk membangun pranata bermukim yang harmoni.

16 b) Penguatan kelembagaan (BKM) dalam rangka membangun perilaku hidup sehat secara kolektif dan berkelanjutan. Disadari bahwa membangun pranata bermukim haruslah merupakan keputusan kolektif, sehingga perlu dibangun dan dikuatkannya kelembagaan lokal yang mampu mendorong secara sistemik dan organik tumbuhnya pranata bermukim yang sehat dan harmoni bagi warga. Kelembagaan lokal dalam NUSSP dapat dipahami sebagai lembaga yang memang sudah ada maupun lembaga yang baru dibentuk dilingkungan permukiman tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang mendasari pelaksanaan NUSSP. Dalam hal lokasi yang sama dengan P2KP, maka kelembagaan lokal yang dimaksud adalah kelembagaan lokal yang telah dibentuk sebelumnya melalui P2KP (BKM berserta gugus tugasnya). c) Memfasilitasi terwujudnya Neighborhood Upgrading Plans/NUPs. Paradigma baru pembangunan menempatkan sebagai pelaku utama dan pemerintah sebagai fasilitator. Penyusunan NUPs dilaksanakan secara partisipatif oleh melalui serangkaian survey dan pemetaan mengenai kondisi lingkungan fisik, sosial dan ekonomi. d) Mendorong warga bersama pemerintah dan dunia usaha mewujudkan dan berpartisipasi dalam rencana pembangunan yang bertumpu pada kebutuhan warga dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Rencana Perbaikan Lingkungan atau yang setara dengan RP4D. e) Mendorong warga melalui sinergi dengan pemerintah daerah dan dunia usaha agar dapat menemukan strategi pengembangan perumahan daerah, selanjutnya Pemerintah Daerah dan pelaku terkait lainnya menyusun strategi tersebut dalam Strategi Perbaikan dan Pembangunan Perumahan dan Permukiman. B. Mendorong terciptanya mandiri yang mampu menjalin sinergi dengan pemerintah daerah dan dunia usaha dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah yang layak pada lingkungan yang sehat bertumpu pada azas Tridaya. a) Fasilitasi Kredit Mikro Perumahan kepada KBR dalam rangka pemenuhan kebutuhan rumah. National Management Consultant (NMC) 16 Masyarakat mandiri adalah yang mampu memahami permasalahan yang dihadapi dan mampu mencari upaya pemecahannya. KBR pada dasarnya adalah warga yang mandiri, mereka mampu memenuhi kebutuhan hidupnya melalui pengembangan jasa dan usaha informal. Namun demikian, pada umumnya KBR ini memiliki keterbatasan terutama lemahnya kemampuan akses kepada lembaga keuangan/lembaga bisnis yang memiliki persyaratan administratif dan kolateral yang standar. Sehingga untuk memperoleh akses kepada lembaga keuangan dan pihak-pihak lain diperlukan dukungan dan jaminan moral dari kelembagaan lokal maupun dari pemerintah daerah setempat. Untuk itu KBR ini perlu didukung oleh pihak pemerintah maupun swasta agar dapat segera didorong kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan rumah yang layak dan terjangkau pada lingkungan yang sehat dan produktif. Pemerintah daerah juga harus mengembangkan kerjasama dengan lembaga keuangan yang ada agar dapat menjamin tersedianya pembiayaan jangka panjang dalam rangka membiayai pengadaan rumah murah dan perbaikan rumah bagi KBR melalui skema kredit mikro perumahan. b) Membangun kemitraan antara, pemerintah daerah dan dunia usaha dalam mewujudkan perumahan layak terjangkau pada lingkungan permukiman yang sehat. Masyarakat dalam hal ini memegang peranan yang strategis sebagai pelaku utama, sehingga perlu dibangun kemitraan yang sinergi antara pemerintah daerah dan dunia usaha untuk mewujudkan perumahan layak dan terjangkau pada lingkungan permukiman yang sehat. Fakta

17 menunjukkan bahwa +/- 85% kebutuhan rumah mampu dipenuhi oleh secara mandiri, namun demikian kemampuan tersebut sangat terbatas terutama menyangkut pembiayaan. Untuk mengatasi keterbatasan pembiayaan ini maka perlu dibangun kemitraan dengan pihak lain agar dapat mempercepat dan menggairahkan iklim membangun perumahan secara mandiri bagi KBR. Fasilitasi kemitraan dengan berbagai lembaga yang memiliki sumberdaya strategis sangat penting misalnya dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) dalam rangka kemudahan pengurusan hak atas tanah (sertifikasi tanah). Selain itu juga diperlukan kemitraan dengan lembaga keuangan yang mampu memberikan fasilitasi pembiayaan jangka panjang. C. Mendorong terciptanya tatanan madani dalam iklim Good Governance sebagai upaya penanggulangan kemiskinan secara berkelanjutan. Membangun tatanan madani dalam iklim Good Governance melalui Pembelajaran Pembangunan dan Perbaikan Lingkungan Perumahan dan Permukiman a) Pembangunan infrastruktur primer melalui peningkatan peran serta dan partisipasi dalam penyusunan perencanaan dan pengelolaan prasarana dan sarana dasar primer. National Management Consultant (NMC) 17 Faktor kunci terwujudnya misi pengembangan perumahan dan permukiman pada dasarnya tergantung pada kerangka kerja /sosial frame work yang melibatkan partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan rumah, pembiayaan dan pengembangan infrastruktur lingkungan permukiman. Sesuai komponen yang tersedia dalam NUSSP, maka fokus pemberdayaan adalah pada upaya pengembangan kapasitas melalui pengembangan kelembagaan lokal dan peningkatan kualitas lingkungan permukiman yang sehat dan harmonis. Sedangkan pengembangan daya ekonomi dapat dikembangkan oleh melalui strategi kemitraan yang difasilitasi oleh pemerintah daerah bersama LCO melalui sinergi dengan program dan yang ada didaerah setempat. b) Pengakaran Kelembagaan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui peningkatan kapasitas, kompetensi serta aksesibilitasnya terhadap lembaga-lembaga yang memiliki sumberdaya penting bagi KBR. Lembaga / Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang diakui dan mengakar dalam komunitasnya akan mampu mengartikulasikan dan memberikan pelayanan yang baik sesuai kebutuhan dan rencana. Melalui serangkaian pelatihan dan pendampingan BKM didorong untuk lebih mampu menjadi representasi warga, memfasilitasi pemenuhan kebutuhan serta mampu menjalin aksesibilitas kepada lembaga-lembaga yang memiliki sumberdaya untuk membantu memenuhi kebutuhan perumahan dan permukiman bagi KBR di wilayahnya. BKM juga diharapkan dapat mengembangkan daya kreasi dan inovasi dalam memberikan advokasi dan pelayanan terhadap warga di bidang perumahan dan permukiman. Dalam hal ini BKM perlu diberikan pelatihan dan penyegaran agar dapat mengemban tugas secara lebih amanah. Sejalan dengan itu BKM perlu mengembangkan akuntabilitas sehingga semakin diakui dan mengakar di. c) Meningkatkan akuntabilitas warga sebagai pelaku utama pembangunan sesuai dengan paradigma baru. Warga yang mampu mewujudkan akuntabilitas adalah warga yang dianggap mampu mengimplementasikan nilai-nilai universal kemanusiaan secara konsisten. Dalam hal ini warga perlu didorong agar dapat mewujudkan akuntabilitas sebagai pelaku pembangunan dalam mewujudkan tatanan madani. Masyarakat juga perlu didorong daya kritisnya agar dapat menumbuhkan kontrol sosial terhadap pelaksanaan pembangunan bidang perumahan dan permukiman dan perilaku kehidupan agar sesuai dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan.

18 Pelaksanaan NUSSP terdiri serangkaian yang dilaksanakan secara terintegrasi dalam suatu manajemen yang terpadu, mulai dari tingkat pusat, propinsi, kota/kabupaten dan tingkat. Sifat pelaksanaannya sangat beragam, beberapa jenis dilaksanakan secara berurutan (seri), paralel (tidak saling berurutan), dan secara kontinyu/menerus. Sifat pelaksanaan tersebut secara rinci dijelaskan sebagai berikut : (1) Kegiatan yang pelaksanaannya bersifat seri, merupakan yang berangkai dimana pertama menghasilkan output untuk input pelaksanaan kedua dan demikian selanjutnya. (2) Kegiatan yang pelaksanaannya bersifat paralel, merupakan yang dapat saja dilaksanakan bersamaan dan tidak ada saling ketergantungan antara satu dan lainnya. (3) Kegiatan yang pelaksanaannya bersifat kontinyu/menerus, yang dilaksanakan sepanjang masa pelaksanaan bahkan pada saat paska, sebagai contoh adalah monitoring Tahap Persiapan Tahap persiapan ini dimaksudkan agar seluruh pelaku NUSSP memiliki kesamaan pandang dan pemahaman mengenai substansi NUSSP, sehingga dalam pelaksanaan di lapangan memiliki standar pengetahuan dan kemampuan yang cukup. Tahap persiapan ini terdiri dari beberapa, yaitu : (1) orientasi dan launching NUSSP tingkat nasional, (2) pelatihan bagi KMP dan KMW, (3) lokakarya dan pelatihan dasar bagi para pelaku, (4) fasilitasi penyusunan rencana kerja KMP dan KMW serta sosialisasi rencana kerja kepada pelaku di tingkat pusat dan daerah. Secara rinci langkahlangkah pada tahap persiapan adalah sebagai berikut : National Management Consultant (NMC) 18

19 INPUT OUT PUT Orientasi dan Launching NUSSP Tingkat Nasional NUSSP dikenal secara luas oleh seluruh pelaku, utamanya oleh Pemda dan Pelatihan Bagi Konsultan KMP dan KMW KMP dan KMW memahami substansi dan manajemen pelaksanaan NUSSP Lokakarya Orientasi NUSSP dan Pelatihan Dasar untuk Pelaku Seluruh pelaku kunci NUSSP memiliki kompetensi untuk melaksanakan NUSSP sesuai peran dan fungsinmya Fasilitasi Penyusunan Rencana Kerja KMP dan KMW Terbangun rencana kerja KMP dan KMW yang terpadu dan sinergi dengan rencana Pemda Seluruh pelaku kunci NUSSP memiliki kesamaan pemahaman, memiliki rencana kerja yang saling bersinergi dan memiliki kompetensi yang cukup sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing Gambar 3.1. Bagan Alir Langkah Kegiatan Tahap Persiapan National Management Consultant (NMC) 19

20 No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 1 Lokakarya orientasi NUSSP tingkat nasional Penyelenggara : PMU Peserta : Dirjen Cipta Karya, wakil-wakil instansi pusat, gubernur, DPRD propinsi, Bappeda propinsi. Fasilitator : KMP Pejabat eselon 1 dan 2 instansi terkait, para gubernur, anggota DPRD propinsi, kepala Bappeda propinsi paham substansi dan strategi pe-laksanaan NUSSP Selanjutnya secara rinci tersaji dalam Kerangka Acuan penyelenggaraan Lokakarya NUSSP OC/NMC/ PMU 2 Lokakarya orientasi NUSSP tingkat provinsi Penyelenggara : Bappeda Propinsi Peserta : Walikota/Bupati, KPK Propinsi, KPKD, Ketua Komisi DPRD terkait, kelompok strategis lainnya. Fasilitator : KMW Walikota / Bupati, KPK Propinsi, KPK Kota/kabupaten, Ketua Komisi DPRD terkait Bidang Perkim, kelompok strategis lainnya paham substansi dan strategi pelaksanaan NUSSP Selanjutnya secara rinci tersaji dalam Kerangka Acuan penyelenggaraan Lokakarya NUSSP OC/NMC/ PMU 3 Lokakarya orientasi NUSSP tingkat kota/kabupaten Penyelenggara : Bappeda Kota/kabupaten Peserta : Camat, lurah dan kelompok strategis lainnya Narasumber:KMW Camat, lurah dan kelompok strategis lainnya paham substansi dan strategi pelaksanaan NUSSP Selanjutnya secara rinci tersaji dalam Kerangka Acuan penyelenggaraan Lokakarya NUSSP OC/NMC/ PMU Langkah-langkah Pelaksanaan pada setiap Tahap Persiapan : Tabel 3.1. Launching dan Orientasi NUSSP Tingkat Nasional No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN / WAKTU PELAKSANAAN 1 Pencanangan NUSSP Penyelenggara : PMU Pengarah : Menteri Pekerjaan Umum NUSSP dicanangkan dan tersosialisasi secara nasional Masyarakat luas mengetahui adanya NUSSP 2 Orientasi untuk internal Ditjen Cipta Karya Penyelenggara : PMU Peserta : Pejabat eselon 3 dan 4 serta Pejabat fungsional Ditjen Cipta Karya Seluruh Pejabat eselon 3 dan 4 serta tenaga fungsional Ditjen Cipta Karya paham mengenai substansi NUSSP Selanjutnya secara rinci tersaji dalam Kerangka Acuan Lokakarya 3 Lokakarya orientasi untuk pelaksana NUSSP tingkat pusat Penyelenggara : Tim Interdept Peserta : staf, tim pengarah dan tim pelaksana interdept Fasilitator : PMU Seluruh staf, wakil instansi terkait memiliki pemahaman yang sama Selanjutnya secara rinci tersaji dalam Kerangka Acuan Lokakarya National Management Consultant (NMC) 20

21 Tabel 3.2. Lokakarya Orientasi NUSSP dan Pelatihan Dasar untuk Pelaku Tabel 3.2. Lanjutan No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 4 Lokakarya orientasi NUSSP tingkat kecamatan Penyelenggara : Camat Peserta : wakil-wakil kelurahan, wakil-wakil warga, LSM setempat. Fasilitator : LCO kota/kabupaten Narasumber : KMW Perangkat kelurahan, wakil-wakil warga paham substansi dan strategi pelaksanaan NUSSP Selanjutnya secara rinci tersaji dalam Kerangka Acuan penyelenggaraan Lokakarya NUSSP OC/NMC/ PMU 5 Pelatihan dasar NUSSP bagi pelaksana tingkat kota /kabupaten Penyelenggara : Bappeda kota/kabupaten Peserta : anggota LCO, KPK Kota/kabupaten Narasumber : KMW Anggota LCO, KPK Kota/kabupaten, dan KMW memiliki pemaha-man yang sama me-ngenai NUSSP dan terbangun komit-men mengenai pe-laksanaan NUSSP Selanjutnya secara rinci tersaji dalam Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pelatihan NUSSP OC/NMC/ PMU Tabel 3.3. Pelatihan Konsultan KMP dan KMW No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 1 Pelatihan Dasar NUSSP kepada Konsultan Manajemen Pusat (KMP) Penyelenggara : PMU Peserta : seluruh staf KMP Tim KMP paham substansi dan strategi pelaksanaan NUSSP Selanjutnya secara rinci tersaji dalam Kerangka Acuan, pedoman teknis dan modul 2 Pelatihan Dasar NUSSP kepada Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) Penyelenggara : KMP Peserta : seluruh Tim KMW Seluruh Tim KMW paham substansi dan strategi pelaksanaan NUSSP Selanjutnya secara rinci tersaji dalam Kerangka Acuan, pedoman teknis dan modul 3 Pelatihan dasar NUSSP dan TOT bagi pelaksana NUSSP Penyelenggara : KMP Peserta : seluruh Tenaga Ahli Pelatihan KMW Tersedia Tim Pelatih yang paham NUSSP dan siap melaksanakana pelatihan Selanjutnya secara rinci tersaji dalam pedoman teknis penyelenggaraan pelatihan NUSSP National Management Consultant (NMC) 21

22 Tabel 3.4. Fasilitasi Penyusunan Rencana Kerja KMP dan KMW No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 1 Lokakarya Penyusunan Rencana Kerja KMP dan KMW Penyelenggara : PMU Peserta : KMP dan KMW KMP dan KMW memiliki rencana kerja yang saling bersinergi Rencana kerja ini menjadi acuan bagi seluruh pelaku 2 Sosialisasi Rencana kerja KMP kepada seluruh unsur pelaku di pusat Penyelenggara : PMU Peserta : seluruh unsur pelaku di tingkat pusat Seluruh unsur pelaku di pusat mengetahui rencana kerja KMP Seluruh pelaku memahami rencana kerja KMP dan KMW sehingga dapat mensinergikan dengan pelaksanaan peran dan fungsi masing -masing pelaku 3 Sosialisasi rencana kerja KMW kepada pemerintah daerah Penyelenggara : PMU Fasilitasi : KMP regional Peserta : Pemda dan dinas terkait Seluruh unsur pelaku di daerah mengetahui Diharapkan Pemda dapat mensinergikan KMW dgn pelaksanaan peran dan fungsi LCO 3.2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pada prinsipnya NUSSP harus terlaksana secara sinergi diantara seluruh komponen dan sumberdaya yang ada. Harus dipahami bahwa pembedaan lokus ini hanya untuk memudahkan perencanaan saja, namun sesungguhnya seluruh komponen pelaksanaannya terintegrasi dalam manajemen proyek yang sama. Pelaksanaan NUSSP dapat dikelompokkan sesuai dengan lokus adalah sebagai berikut : Kegiatan Pada Tingkat Pemerintah Daerah Pada dasarnya dipahami bahwa pemerintah daerah memiliki kemampuan dalam perencanaan dan pengelolaan program perumahan dan permukiman, disisi lain warga juga memiliki kemampuan sekaligus keterbatasan-keterbatasan dalam pengadaan perumahan secara mandiri. Dua kondisi ini harus disinergikan sehingga akan menghasilkan suatu strategi dan rencana pengembangan perumahan dan permukiman yang realistis sesuai kebutuhan dan kondisi yang ada. Perkuatan kapasitas pemerintah daerah dimaksudkan dalam rangka meningkatkan kemampuan pemerintah daerah untuk bersinergi dengan dan dunia usaha dalam bekerjasama untuk mewujudkan implementasi RP4D. Secara rinci perkuatan kapasitas pemerintah daerah diharapkan menghasilkan output sebagai berikut : National Management Consultant (NMC) 22

23 1. Terwujudnya aparat pemerintah daerah yang memiliki kompetensi sebagai penyelenggara NUSSP di daerah. 2. Pemerintah daerah mampu melaksanakan fasilitasi dalam rangka perkuatan kapasitas secara berkelanjutan. 3. Pemerintah daerah mampu menghasilkan RP4D melalui proses yang partisipatif dengan melibatkan semua unsur yang ada. 4. Pemerintah daerah mampu memfasilitasi chanelling kelembagaan lokal terhadap instansi pemerintah dan lembaga terkait lainnya yang ada di daerah. 5. Pemerintah daerah mampu melaksanakan RP4D secara konsisten dan efektif. Agar dapat menghasilkan out put tersebut, pada tingkat pemerintah daerah dalam pelaksanaan NUSSP terdiri dari serangkaian sebagai berikut : (1) pembentukan LCO, (2) sosialisasi NUSSP, (3) fasilitasi Neighborhood Upgrading Plans, (4) penyusunan (5) fasilitasi pembangunan dan pengelolaan prasarana dasar primer, (6) monitoring dan evaluasi secara berkala dalam pelaksanaan NUSSP, (7) fasilitasi penguatan kelembagaan BKM dan gugus tugasnya, (8) fasilitasi kemitraan BKM kepada dinas dan lembaga terkait, (9) penyiapan keberlanjutan paska, (10) pengakhiran secara nasional, (11) pelaksanaan paska NUSSP. Pelaksanaan seluruh pada tingkat pemerintah daerah haruslah berjalan seirama dengan pada tingkat. Hal ini disebabkan oleh karena beberapa yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah berperan sebagai pemampu (enabler) dalam pelaksanaan. Selain itu, diharapkan melalui sinergi ini akan terwujud hasil bersama yang akan mendorong terciptanya iklim kerjasama yang kondusif dalam pelaksanaan NUSSP dan dapat membangun keberlanjutan paska NUSSP. Agar tercapai kondisi sinergi dan seirama antara pemerintah daerah dan, maka perlu dibangun mekanisme koordinasi dan konsultasi yang terpadu antara pemerintah daerah dan. Disarankan kepada pemerintah daerah agar dapat membentuk Local Coordinating Office (LCO) yang diketuai oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum setempat. National Management Consultant (NMC) 23

24 Rangkaian pada tingkat pemerintah daerah disajikan dalam bagan alir berikut : Gambar 3.2. Bagan Alir Kegiatan Pemerintah Daerah Dalam NUSSP INPUT Pembentukan LCO OUT PUT Ada Mou Pemda dan Dep. PU mengenai NUSSP Terbentuk perangkat pelaksana Sosialisasi NUSSP Fasilitasi Neighborhood Upgrading Plans Penyusunan RP4D hingga NUP Seluruh dinas dan lembaga terkait memahami peran dan fungsinya dalam NUSSP Seluruh warga di lokasi Warga di lokasi mampu menyusun NUPS. NUPs yang sinergi dengan Terbangun Strategi dan Rencana yang sesuai kebutuhan dan Fasilitasi Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Terbangun Infrastruktur Permukiman dan Masyarakat mampu mengelola secara Fasilitasi Kemitraan BKM dapat mengakses kepada dinas dan lembaga terkait Kebutuhan pembiayaan Monitoring Dan Evaluasi Seluruh Kegiatan terkendalikan sesusi rencana pelaksanaan dan tersusun rencana keberlanjutan Fasilitasi Kegiatan Keberlanjutan Paska Proyek Tersusun rencana tindak lanjut yang sinergi antara Pemda dgn Teralokasikan APBD untuk Hasil NUSSP mampu memberikan pembelajaran bagi Pemda dan dalam mengembangkan program perumahan dan permukiman di daerah Jumlah rumah tidak layak huni secara nyata menurun dengan National Management Consultant (NMC) 24

25 Langkah-langkah pada tingkat pemerintah daerah adalah sebagai berikut : Tabel 3.5. Kegiatan Persiapan LCO No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 1 Penyepakatan MoU dalam penyelenggaraan NUSSP antara Pemda dengan Dep. Pekerjaan Umum Dept. Pekerjaan Umum dan Pemda di lokasi NUSSP Ada dokumen MoU antara Dept. Pekerjaan Umum dgn Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan NUSSP Dokumen ini sebagai acu-an kedua belah pihak dalam pelaksanaan NUSSP OC/NMC/ PMU 2 Pembentukan LCO Pelaksana : Pemda setempat Terbentuk LCO OC/NMC/ PMU 3 Penetapan SKS daerah yang akan menyelenggarakan proses administrasi dan keuangan NUSSP di daerah Pelaksana : Pemda setempat dan LCO setempat Ada SKS yang akan melaksana-kan administrasi dan keuangan NUSSP di daerah Lebih rinci tersaji dalam Pedoman Procurment Consultan OC/NMC/ PMU 4 FGD refleksi permasalahan perumahan dan permukiman kumuh tingkat kota/kabupaten Penyelenggara : LCO setempat Fasilitator : KMW Dokumen yang berisi permasa-lahan riil perumahan dan permukiman sebagai hasil FGD Dokumen ini digunakan sebagai bahan untuk penyusunan CSS dan SPSS OC/NMC/ PMU 5 Penyusunan Rencana Kerja LCO dalam rangka pelaksanaan NUSSP di wilayahnya Penyelenggara : LCO setempat Fasilitator : KMP Regional Peserta : LCO dan KMW LCO memiliki rencana kerja pelaksanaan NUSSP yang sinergi dengan rencana kerja KMW Dokumen rencana kerja ini akan menjadi acuan bersama antara LCO dan KMW OC/NMC/ PMU 6 Verifikasi lokasi NUSSP oleh tim teknis Pelaksana : LCO kota/kabupaten, KMW dan kepala kelurahan Daftar lokasi yang telah sesuai dengan kriteria dan siap diusul-kan kepada PMU NUSSP untuk memperoleh fasilitasi selanjutnya PMU menerima daftar lokasi yang telah diusulkan oleh Walikota / Bupati 7 Pelatihan mana-jemen perenca-naan dan pembangunan perumahan dan permukiman bagi aparat pemerintah daerah Penyelenggara : KMP Peserta : LCO dan wakil dinas instansi terkait Para peserta latih memahami dan mampu melaksa-nakan manaje-men pembangun-an lingkungan Lebih rinci tersaji dalam Kerangka Acuan Pelatihan National Management Consultant (NMC) 25

26 Tabel 3.6. Kegiatan Sosialisai NUSSP No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 1 Sosialisasi NUSSP kepada dinas dan lembaga terkait Penyelenggara : LCO Peserta : Dinas dan lembaga terkait Dinas dan lemba-ga terkait mema-hami substansi NUSSP Lebih rinci tersaji dalam Kerangka Acuan Sosialisasi 2 Sosialisasi NUSSP kepada DPRD Penyelenggara : LCO Peserta : Komisi DPRD yang mem-bidangi masalah perumahan dan permukiman Anggota DPRD memahami subtansi NUSSP Lebih rinci tersaji dalam Kerangka Acuan Sosialisasi 3 Sosialisasi NUSSP kepada aparat kecamatan Penyelenggara : LCO Fasilitasi : KMW Peserta : Camat dan aparatnya Para camat di lokasi NUSSP paham substansi dan peran serta fungsinya dalam pelaksanaan NUSSP Lebih rinci tersaji dalam Kerangka Acuan Sosialisasi 4 Sosialisasi NUSSP kepada aparat kelurahan Penyelenggara : LCO Fasilitasi : KMW Peserta : Lurah dan aparatnya Para lurah di lokasi NUSSP paham substansi dan peran serta fungsinya dalam pelaksanaan NUSSP Lebih rinci tersaji dalam Kerangka Acuan Sosialisasi OC/NMC/ PMU 5 Sosialisasi NUSSP kepada tingkat kelurahan Penyelenggara : LCO dan aparat kelurahan setempat Fasilitasi : KMW Peserta : Lurah dan aparatnya Warga di lokasi NUSSP paham substansi dan peran serta fungsinya dalam pelaksanaan NUSSP Lebih rinci tersaji dalam Kerangka Acuan Sosialisasi OC/NMC/ PMU National Management Consultant (NMC) 26

27 Tabel 3.7. Kegiatan Fasilitasi Neigborhood Upgrading Plans/NUPs No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 1 Fasilitasi lokakarya NUPs pada tingkat kota/kabupaten Penyelenggara : LCO dan aparat kelurahan setempat Fasilitasi : KMW Peserta : KPKD, dinas dan instan-si terkait, camat dan lurah Terbangun sinergi antara rencana pembangunan perumahan dan permukiman daerah dengan NUPs yang disusun secara partisipatif oleh warga Lebih rinci tersaji dalam KAK lokakarya NUPs 2 Sosialisasi NUPs kepada seluruh dinas dan instan-si yang ada di lingkungan pemda Penyelenggara : LCO setempat Fasilitasi : KMW Peserta : lurah dan aparatnya Dinas dan instansi yang ada paham mengenai NUSSP, peran, fungís serta kontribusi yang dapat diberikan Lebih rinci tersaji dalam KAK sosialisasi NUPs 3 Audiensi NUPs kepada kelompok legislatif Penyelenggara : LCO setempat Fasilitasi : KMW Peserta : Komisi DPRD yang membidangi perumahan & permukiman Anggota legislatif paham substansi NUSSP dan mendukung pelaksanaan NUPs Diharapkan kelompok legislatif mendukung seluruh perencanaan yang pro poor 4 Sosialisasi NUPs kepada kelompok swasta Penyelenggara : LCO setempat Fasilitasi : KMW Peserta : Kelompok swasta Kelompok swasta paham NUPs, peran & kontribusi apa yang dapat diberikan Lebih rinci tersaji dalam KAK sosialisasi NUPs National Management Consultant (NMC) 27

28 Tabel 3.8. Penyusunan Rencana Tata Ruang Pembangunan dan Perbaikan Lingkungan Perumahan & Permukiman atau yang setara dengan RP4D No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 1 Perumusan hasil FGD permasalah-an perumahan dan permukiman tingkat daerah Penyelenggara : LCO setempat Fasilitasi : KMW Peserta : dinas dan instansi terkait, PT, LSM dan kelompok swasta Terumuskan permasalahan perumahan dan permukiman di daerah Hasil rumusan ini digunakan sebagai bahan penyusunan Rencana Tata Ruang Pembangunan dan Perbaikan Lingkungan Perumahan & Permukiman 2 Pemetaan potensi dan permasalahan daerah Penyelenggara : LCO setempat bersama tim yang ditunjuk Terumuskan peta potensi dan permasalahan daerah Dokumen ini selanjutnya digunakan sebagai bahan penyusunan RP4D 3 Analisis potensi dan permasalah-an perumahan dan permukiman daerah Penyelenggara : LCO setempat Fasilitasi : KMW Peserta : dinas dan instansi terkait, camat dan lurah Terumuskan potensi dan permasalahan perumahan dan permukiman Dokumen ini digunakan sebagai bahan penyusunan Rencana Tata Ruang Pembangunan dan Perbaikan Lingkungan Perumahan & Permukiman OC/NMC/ PMU 4 Perumusan hasil lokakarya NUPs tingkat daerah Penyelenggara : LCO setempat Fasilitasi : KMW Peserta : dinas dan instansi terkait, camat dan lurah Terumuskan rangkuman NUPs pada tingkat daerah Dokumen ini digunakan sebagai bahan penyusunan Rencana Tata Ruang Pembangunan dan Perbaikan Lingkungan Perumahan & Permukiman OC/NMC/ PMU National Management Consultant (NMC) 28

29 Tabel 3.8. Lanjutan No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 5 Perumusan draft RP4D Pelaksana: LCO Peserta : dinas dan lembaga terkait. 6 Lokakarya penyempurnaan draft RP4D 7 Audiensi draft final RP4D 8 Uji Publik terhadap draft final RP4D 9 Pengesahan Dokumen RP4D 10 Sosialisasi dan kampanye RP4D kepada publik melalui media massa Pelaksana: LCO Fasilitator : KMW Peserta : Dinas dan lembaga terkait, DPRD, PT, LSM. Pelaksana: LCO Peserta : Dinas dan lembaga terkait, DPRD. Pelaksana: lem-baga yang ditunjuk oleh pemda Fasilitasi : KMW Pelaksana: LCO, DPRD Pelaksana: LCO dan dinas terkait Fasilitasi : KMW Dinas dan lemba-ga terkait dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap RP4D yang akan disusun Dinas dan lembaga terkait, DPRD, PT, LSM dapat memberikan sumbangan pemikiran RP4D yang akan disusun draft RP4D sebagai bahan lokakarya draft RP4D yang sesuai dengan potensi dan permasalahan yang ada perbaikan draft RP4D DPRD paham dan memberikan dukungan perbaikan draft RP4D Lebih rinci tersaji dalam KAK uji publik Dokumen RP4D yang telah disahkan Seluruh warga mengetahui RP4D DPRD menyetujui dan menge-sahkan RP4D Diharapkan RP4D akan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak OC/NMC/ PMU National Management Consultant (NMC) 29

30 Tabel 3.9. Fasilitasi Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Permukiman No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 1 Lokakarya Konsultasi Publik dalam rangka pembangunan Infrastruktur Permukiman Penyelenggara : LCO Fasilitasi : KMW Peserta : LCO, BKM, camat, lurah. Semua unsur pelaku mengetahui rencana pembangunan Infrastruktur Permukiman Pembangunan Infrastruktur Permukiman harus sesuai NUPs OC/NMC/ PMU 2 Pengadaan jasa kontraktor dan atau KSO bersama Penyelenggara : LCO Fasilitasi : KMW Peserta : LCO, BKM, camat, lurah. Pekerjaan pembangunan Infrastruktur Permukiman siap dilaksana-kan Pembangunan Infrastruktur Permukiman harus sesuai NUPs OC/NMC/ PMU 4 Monitoring dan supervisi pelaksanaan pembangunan Infrastruktur Permukiman Pelaksana : LCO dan dinas instansi terkait. Fasilitasi : BKM, TPM dan aparat kelurahan Infrastruktur Permukiman yang dibangun sesuai ketentuan yang telah disepakati Diharapkan akan berpartisipasi dan memberikan kontribusinya OC/NMC/ PMU 5 Fasilitasi pelatihan pengelolaan Infrastruktur Permukiman kepada warga Pelaksana : LCO dan dinas instansi terkait. Fasilitasi : KMW Peserta: UPL- BKM, TPM dan warga UPL dan warga telah siap melaksanakan pengelolaan Infrastruktur Permukiman yang telah dibangun UPL-BKM dan warga memiliki ketrampilan untuk mengelola Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun 6 Fasilitasi penyerahan hasil pembangunan Infrastruktur Permukiman kepada warga Pelaksana : LCO dan dinas instansi terkait. Fasilitasi : BKM, TPM dan aparat kelurahan Warga sudah menerima hasil pembangunan Infrastruktur Permukiman yang telah dibangun Warga merasa memiliki prasarana Infrastruktur Permukiman 7 Monitoring dan supervisi pengelolaan Infrastruktur Permukiman Pelaksana : LCO dan dinas instansi terkait. Fasilitasi : BKM, TPM dan aparat kelurahan Pengelolaan Infrastruktur Permukiman terkelola secara baik dan termonitor oleh pemda dan dinas instansi terkait Diharapkan akan dapat terbangun akuntabilitas di tingkat National Management Consultant (NMC) 30

31 Tabel Monitoring dan Evauasi Pelaksanaan NUSSP No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 1 Konsultasi publik dalam penetapan indikator evaluasi bersama Penyelenggara : LCO dan Tim Teknis Fasilitator : KMW Peserta : UPL, BKM dan warga Ada indikator evaluasi yang disepakati bersama warga Diharapkan warga paham indikator keberhasilan pelaksanaan NUSSP 2 Fasilitasi pembentukan tim monitoring dan evaluasi Penyelenggara : LCO dan Tim Teknis Fasilitator : KMW Ada tim evaluator bersama yang terdiri dari unsur Pemda, dinas terkait, UPL dan warga Tim monitoring dan evaluasi ini hendaknya terdiri dari seluruh unsur pelaku yang ada di daerah 3 Monitoring dan evaluasi bersama oleh pemerintah daerah dalam pelaksanaan NUSSP Penyelenggara : LCO dan Tim Teknis Fasilitator : KMW LCO mengetahui hasil pelaksana-an penyeleng-garaaan NUSSP di wilayahnya Hasil monitoring dan evaluasi ini selanjutnya dipergunakan sebagai salah satu bahan dalam penyusunan rencana pada tahun berikutnya National Management Consultant (NMC) 31

32 Tabel Penyusunan Rencana Tindak Lanjut No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 1 Review hasil evaluasi BKM dan gugus tugasnya Penyelenggara : LCO Peserta : wakil dinas instansi terkait, camat, lurah, BKM Tersusun rekomendasi tindakan yang harus dilakukan Selanjutnya digunakan sebagai bahan peyusunan rencana tindak (Action Plan) 2 Fasilitasi legalisasi (pembentukan badan hukum) untuk kelembagaan lokal (BKM, dan atau UPL, UPK, UPS) Penyelenggara : LCO Fasilitasi : KMW Peserta : BKM dan gugus tugasnya BKM dan atau gugus tugasnya memiliki status hukum sesuai dengan keinginan warga Diharapkan setelah memiliki badan hukum, BKM dan atau gugus tugasnya dapat melakukan kemitraraandengan pihak lain 3 Sosialisasi status kelembagaan lokal kepada seluruh unsur Penyelenggara : LCO dan dinas terkait Fasilitasi : Lurah, TPM, BKM dan gugus tugasnya Seluruh warga mengetahui status badan hukum BKM dengan segala peluang dan resikonya Diharapkan BKM dan atau gugus tugasnya dapat memberikan layanan lebih luas kepada warga nya National Management Consultant (NMC) 32

33 Tabel Fasilitasi kemitraan BKM Kepada Dinas dan Lembaga No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 1 Lokakarya need assesment untuk kemitraan bagi kelembagaan lokal Penyelenggara : LCO Fasilitasi : KMW Peserta : BKM & gugus tugasnya Terumuskan kebutuhan kemitraan bagi kelembagaan lokal Rumusan kebutuhan ini selanjutnya digunakan untuk penyusunan program kemitraan oleh Pemda 2 Penyusunan program kemitraan kepenting an warga kepada sumberdaya kelembagaan yang ada di daerah Penyelenggara : LCO dan PT. PNM Fasilitasi : KMW Peserta : Perguruan Tinggi, dan LSM Pemerintah daerah memiliki program kemitraan untuk memfasilitasi kebutuhan warga dalam memenuhi kebutuhan perumahan yang layak sehat dan terjangkau Program ini selanjutnya disosialisasikan kepada dinas dan lembaga terkait 3 Sosialisasi program kemitraan oleh pemerintah daerah kepada DPRD, dinas dan lembaga terkait Penyelenggara : LCO dan PT.PNM Fasilitasi : KMW Peserta : dinas terkait, lembaga keuangan dan kelompok swasta lainnya Dinas dan lembaga terkait serta kelompok dunia swasta lainnya memahami perlunya program kemitraan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah Diharapkan dinas dan lembaga terkait paham dan tanggap terhadap kepentingan KBR dan dapat mensinergikan program yang ada di masing-masing dinas dan lembaga terkait 4 Fasilitasi kemitraan BKM dengan dinas dan lembaga terkait sesuai kebutuhan Penyelenggara : LCO Fasilitasi : KMW Peserta : BKM dan gugus tugasnya Kebutuhan dapat terfasilitasi kemitraan ini harus bersifat multi demensional 5 Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program kemitraan Penyelenggara : LCO dan PT.PNM Fasilitasi : KMW Peserta : dinas terkait, lembaga keuangan dan kelompok swasta lainnya Fasilitasi kemitraan termonitor dan terevaluasi secara periodik sehingga dapat merupakan feed back bagi pemerintah daerah Hasil monev dapat digunakan sebagai bahan perbaikan dan rencana tindak lanjut dan secara periodik 3 bulan sekali 6 Rencana tindak lanjut kemitraan kelembagaan lokal kepada dinas dan lemba-ga terkait Penyelenggara : LCO dan LFI Fasilitasi : KMW Peserta : dinas terkait, lembaga keuangan dan kelompok swasta lainnya Tersusun rencana tindak lanjut kemitraan dalam rangka pemenuhan kebutuhan perumahan bagi warga Selanjutnya sebagai acuan perbaikan dan selanjutnya dan periodik 6 bulan sekali National Management Consultant (NMC) 33

34 Tabel Penyiapan Keberlanjutan Kegiatan Paska NUSSP No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 1 Review hasil pelaksanaan NUSSP Penyelenggara : LCO Peserta : wakil dinas instansi terkait, camat, lurah, BKM Tersusun rekomendasi tindakan yang harus dilakukan Selanjutnya digunakan sebagai bahan peyusunan rencana tindak (Action Plan) 2 Penyusunan Rencana Tindak (Action Plan) pendampingan Keberlanjutan NUSSP Penyelenggara : LCO Peserta : wakil dinas instansi terkait, camat, lurah, BKM Tersusun Action Plan keberlanjutan paska NUSSP Action Plan sebagai panduan pelaksanaan oleh pemerintah daerah. 3 Pengintegrasian SIM NUSSP ke dalam SIM Pemda Penyelenggara : LCO Fasilitator : TA SIM KMW Pemda sudah memahami SIM NUSSP SIM siap digunakan Minggu ke 113 s/d Lokakarya pengakhiran Penyelenggara : KMP Fasilitator : KMP Peserta : KMW dan LCO Tersusun rekomendasi dan rencana tindak lanjut Dokumen ini selanjutnya digunakan dalam penyusunan pendampingan paska NUSSP National Management Consultant (NMC) 34

35 Tabel Pelaksanaan Kegiatan Paska NUSSP No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 1 Penyepakatan MoU untuk pendampingan keberlanjutan paska NUSSP oleh Pemda setempat Pelaksana : Dept. Pekerjaan Umum dan Pemda setempat Terbangun kesepakatan pengelolaan dan keberlanjutan paska NUSSP Selanjutnya MoU diguna-kan sebagai acuan untuk pelaksanaan oleh masing-masing pihak 2 Penyusunan lesson learned dan best practices pelaksanaan NUSSP di daerah Penyelenggara : LCO, dinas dan lembaga terkait Pemerintah daerah memiliki lesson learned dan best practices Hasil lesson learned dan best practices selanjutnya disosialisasikan agar dapat menjadi contoh dan pengalaman yang dapat diterapkan di tempat lain 3 Sosialisasi hasil lesson learned dan best practices Penyelenggara : LCO Peserta : DPRD, dinas dan lembaga terkait DPRD, dinas dan lembaga terkait mengetahui keberhasilan NUSSP Diharapkan pelaksanaan paska NUSSP memperoleh dukungan dari DPRD, dinas dan lembaga terkait lainnya. 4 Penyusunan Program perumahan dan permukiman daerah bagi KBR mengacu kepada RP4D Penyelenggara : LCO, dinas dan lembaga terkait Pemda memiliki program perumahan dan permukiman bagi KBR Diharapkan dapat mendorong terwujudnya pro poor budget 5 Penyusunan Action Plan Pemda dalam bidang perumahan dan permukiman Penyelenggara : LCO, dinas dan lembaga terkait Pemda memiliki action plan sebagai penjabaran program perumahan dan permukiman Selanjutnya Pemda menyusun program kemitraan dengan lembaga pembiayaan National Management Consultant (NMC) 35

36 Tabel Lanjutan No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 6 Membangun kerjasama dengan lembaga keuangan dalam rangka pembiayaan pengadaan dan perbaikan perumahan bagi KBR Pelaksana : Pemda dan dinas terkait KBR terfasilitasi kebutuhan pembiayaan dalam pengadaan dan perbaikan perumahan Pemda hendak-nya mengem-bangkan sistem penjaminan terhadap pinjam-an sebagai bagian dari advokasi thd kebutuhan KBR 7 Pemantauan dan pendampingan lanjutan oleh Pemda Pelaksana : Tim Teknis Kegiatan terpantau oleh LCO Data & informasi terkelola dengan baik oleh Pemda Kegiatan ini dilaksanakan oleh LCO dengan pembiayaan secara mandiri oleh pemda setempat berkelanjutan 8 Evaluasi bersama oleh pemerintah daerah pelaksa-naan NUSSP paska NUSSP Penyelenggara : Pemda, LCO, dinas dan lembaga terkait LCO mengetahui hasil pelaksanaan penyelenggaraaan NUSSP di wilayahnya Hasil evaluasi ini selanjutnya dipergunakan sebagai salah satu bahan dalam penyusunan rencana pada tahun berikutnya 9 Lokakarya Riview Tahunan pelaksanaan paska NUSSP Penyelenggara : LCO Peserta : BKM, lurah, dinas dan lembaga terkait lainnya Para pelaksana dan pelaku NUSSP mengetahui hasil, kendala dan permasalahan pelaksanaan NUSSP Hasil review ini selanjutnya dipergunakan sebagai salah satu bahan dalam penyusunan rencana pada tahun berikutnya 10 Kampanye perilaku hidup sehat dan bersih melalui media massa Penyelenggara : Pemda Warga tergugah untuk berperilaku hidup bersih dan sehat Diharapkan kampanye ini dapat memicu dampak positif thd perilaku hidup bersih selesai National Management Consultant (NMC) 36

37 Kegiatan Pada Tingkat Komunitas Perkuatan kapasitas yang bersinergi dengan pemerintah daerah dan swasta diharapkan menghasilkan output sebagai berikut : 1. Meningkatnya daya kritis warga terhadap permasalahan perumahan dan permukiman yang dihadapi serta mampu mencari upaya pemecahannya. 2. Terbangunnya BKM sebagai representasi warga setempat yang dapat melaksanakan peran dan fungsinya secara efektif, legitimate dan berkelanjutan. 3. Terwujudnya Neighborhood Upgrading Plans/NUPs yang representatif sesuai kondisi dan kebutuhan warga dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah layak pada lingkungan yang sehat. 4. Terbangunnya kemitraan dan kerjasama dengan berbagai lembaga dan dinas pemerintah dalam rangka memfasilitasi aksesibilitas untuk memenuhi kebutuhan rumah layak pada lingkungan yang sehat. 5. Terbangunnya kontrol sosial dan manajemen yang efektif dan berkelanjutan dalam rangka peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan permukimannya. 6. Terbangunnya kemampuan baik secara individu maupun kolektif dalam memenuhi kebutuhan perumahan melalui kemitraan dengan lembaga keuangan yang terimplementasi dalam bentuk kredit mikro perumahan. Agar tercapai output tersebut maka pada tingkat komunitas akan dilaksanakan sebagai berikut : (1) sosialisasi dan persiapan pada tingkat komunitas, (2) Focus Group Discusion/FGD dan rembug warga untuk menentukan kelembagaan lokal yang layak menyelenggarakan NUSSP di kelurahan setempat, (3) pembentukan kelembagaan lokal BKM, (4) peningkatan kapasitas dan pengakaran BKM, (5) penyusunan Neighborhood Upgrading Plans/NUPs secara partisipatif dibawah supervisi pemerintah daerah melalui dinas terkait Pekerjaan Umum, (6) pembangunan dan pengelolaan prasarana dasar primer oleh warga dibawah koordinasi Unit Pengelola Lingkungan/UPL setempat, (7) fasilitasi kredit mikro perumahan bagi warga berpenghasilan rendah, (8) pelaksanaan program chanelling BKM terhadap dinas dan lembaga terkait dibawah fasilitasi pemerintah daerah setempat, (9) monitoring dan evaluasi secara partisipatif dan bersama dengan pemerintah daerah, (10) penyusunan rencana tindak lanjut paska NUSSP, dan (10) pelaksanaan paska NUSSP. Paradigma baru pembangunan telah menempatkan menjadi pelaku utama dalam pembangunan dan pemerintah sebagai pemampu (enabler) dalam pembangunan. Partisipasi warga akan mendorong terciptanya iklim membangun yang baik dan menciptakan kontrol sosial yang akan mejamin akuntabilitas pelaksanaan NUSSP di tingkat. Seluruh NUSSP di tingkat harus dilaksanakan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur yang ada di. Pelaksanaan NUSSP di tingkat harus sinergi dengan pelaksanaan di tingkat pemerintah daerah. Hal ini disebabkan karena sebagian besar pemerintah daerah dalam NUSSP adalah sebagai perwujudan peran pemerintah daerah sebagai pemampu (enabler) bagi pada tingkat komunitas. Oleh karena itu, perlu dibangun sinergi dan kesamaam irama antaraa pelaksanaan pada tingkat komunitas dan pelaksanaan pada tingkat pemerintah daerah. Dalam mencapai out put tersebut perlu dilakukan langkah-langkah berikut : National Management Consultant (NMC) 37

38 INPUT Sosialisasi dan Persiapan NUSSP FGD dan Rembug Warga Masyarakat OUT PUT Seluruh warga mengetahui dan siap melaksanakan NUSSP Ada TPM yang siap memberikan fasilitasi proses di Ada usulan kebutuhan pendampingan yang diajukan kepada Pemda Ada kesepakatan mengenai kelembagaan lokal yang akan menyelenggarakan NUSSP di tingkat kelurahan Pembentukan BKM Terbentuk BKM dan gugus tugasnya sebagai representasi warga Peningkatan Kapasitas dan Pengakaran BKM Penyusunan NUPs BKM mampu melakukan peran dan fungsinya BKM dapat memberikan fasilitasi terhadap kebutuhan warganya Warga memiliki NUPs yang sesuai dengan kebutuhan mereka dan disusun secara partisipatif Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana Dasar Primer Terbangun prasarana dasar primer sesuai dengan NUPs Prasarana dasar terkelola secara baik dan berkelanjutan oleh warga Fasilitasi Kredit Mikro Bagi KBR Warga terfasilitasi kebutuhan pembiayaan untuk pengadaan dan pemugaran rumahnya melalui kredit mikro perumahan Pelaksanaan Kemitraan BKM dapat mengakses kepada dinas dan lembaga terkait Kebutuhan pembiayaan perumahan bagi warga KBR terlayani Monitoring dan Evaluasi Partisipatif BKM dapat mengakses kepada dinas dan lembaga terkait Kebutuhan pembiayaan perumahan bagi warga KBR terlayani Hasil NUSSP mampu memberikan pembelajaran bagi Pemda dan dalam mengembangkan program perumahan dan permukiman di daerah Jumlah rumah tidak layak huni secara nyata menurun dengan kualitas lingkungan permukiman yang semakin meningkat Lingkungan permukiman terkelola secara baik dan berkelanjutan oleh warga Gambar 3.3. Bagan Alir Kegiatan Tingkat Komunitas Dalam NUSSP National Management Consultant (NMC) 38

39 Sedangkan langkah-langkah pada tingkat pemerintah daerah adalah sebagai berikut : Tabel Sosialisasi dan Persiapan pada Tingkat Komunitas No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 1 Sosialisasi NUSSP pada tingkat komunitas Penyelenggara : Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) Peserta : warga tingkat kelurahan Warga masyara-kat yang telah memahami substansi NUSSP akan memiliki wawasan dalam mengambil keputusan secara kolektif apakah akan menerima NUSSP atau tidak Selanjutnya difasilitasi untuk pelaksanaan rembug warga tingkat kelurahan 2 Rembug warga tingkat kelurah-an untuk kesiap-an penyelenggaraan NUSSP Penyelenggara : Kepala Kelurahan Fasilitator : KMW Peserta : warga, terutama di lokasi sasaran NUSSP Ada dokumen hasil rembug warga yang menyatakan kesiapan warga dalam mengikuti NUSSP Dokumen selanjutnya diserahkan kepada pemerintah daerah sebagai bahan usulan kepada PMU untuk memperoleh bantuan teknis fasilitasi 3 Pemilihan dan penyiapan Tenaga Pengge-rak Masyarakat (TPM) Penyelenggara : warga Fasilitasi : kepala kelurahan Terekrut TPM sesuai kriteria sebanyak 2-3 orang TPM ini selanjut-nya merupakan pelaksana/agen NUSSP di lapangan untuk mensosialisasikan NUSSP kepada warga 4 Pengusulan permintaan bantuan teknis untuk penyelenggaraan NUSSP tingkat kelurahan Pelaksana : LCO kota/kab atas usulan warga yang disetujui oleh kepala kelurahan Fasilitator : KMW Ada dokumen usulan permintaan bantuan teknis dari LCO yang diteruskan kepada SKS NUSSP Persyaratan administrasi dan mobilisasi fasilitator sesuai dengan petunjuk kepala PMU Selanjutnya ada perintah kepada KMW untuk mobilisasi tenaga ke kelurahan ybs. 5 Pelatihan TPM Penyelenggara : KMW Fasilitator : TA Pelatihan KMW dan KMP Peserta : para kader yang telah direkrut untuk masing-masing kelurahan sesuai dengan ketentuan kepala PMU Para kader memahami substansi NUSSP serta peran dan fungsi kader dalam penyelenggaraan NUSSP Selanjutnya informasi secara rinci disajikan dalam Kerangka Acuan Kerja Pelatihan Kader Masyarakat untuk NUSSP OC/NMC/ PMU National Management Consultant (NMC) 39

40 Tabel FGD dan Rembug Warga dalam penentuan kelembagaan lokal penyelenggara NUSSP ditingkat kelurahan No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 1 Focus Group Discussion refleksi permasalahan perumahan dan permukiman tingkat komunitas Penyelenggara : warga Fasilitator : KMW Peserta : warga kelurahan setempat Warga masyara-kat memahami akar permasa-lahan dan penyebab tumbuhnya lingkungan permukiman kumuh berikut persoalan dan dampaknya Dokumen hasil FGD selanjutnya digunakan seba gai salah satu bahan dalam penyusunan Neighborhood Upgrading Plans (NUPs) tingkat kelurahan 2 FGD kelembagaan untuk penyelenggaraan NUSSP Penyelenggara : warga masya-rakat Fasilitator : KMW Peserta : warga dan juga wakil organi-sasi yang ada pada tingkat kelurahan Ada dokumen yang menyatakan ada atau tidaknya kelembagaan lokal yang dapat dipercaya sebagai penyelenggara NUSSP sesuai kriteria yang harus dipenuhi Apabila dinyatakan tidak ada lembaga yang memenuhi syarat, maka harus dibentuk kelemba-gaan lokal baru. Lembaga ini secara generik disebut dengan Badan keswada-yaan Masyarakat (BKM) 3 Pemetaan potensi SDM pada tingkat kelurahan Penyelenggara : warga Fasilitator : kader dan fasilitator KMW Ada daftar yang menyatakan potensi SDM yang berpeluang untuk memberikan kontribusi dalam penyelenggaraan NUSSP di kelurahan ybs. Daftar ini selan-jutnya digunakan sebagai dasar pe-nyusunan strategi pengembangan di lapangan (apabila di lokasi telah ada BKM P2KP, maka tidak perlu dibentuk BKM ba-ru) apabila tidak ada kelembagaan lokal yg disetujui oleh warga dan memenuhi per-syaratan BKM maka perlu di-bentuk BKM NUSSP. National Management Consultant (NMC) 40

41 Tabel Pembentukan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 1 Sosialisasi Kelembagaan Warga Masyarakat dan Kemimpinan Kolektif Penyelenggara : Kader Fasilitator: Tim Fasilitator KMW Masyarakat sadar akan ketidakberdayaan yang mereka hadapi dan perlunya berorganisasi Dilanjutkan dgn sosialisasi secara intensif melalui serangkaian FGD 2 Rembug warga pembentukan lembaga lokal penyelenggara NUSSP yang disebut Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Penyelenggara : warga Fasilitator : kader, kepala kelurahan dan fasilitator KMW Ada dokumen hasil rembug warga mengenai kriteria lembaga lokal dan juga anggotanya Dokumen ini selanjutnya akan bermanfaat dalam proses pembentukan BKM 3 Penetapan Kebutuhan Organisasi dan Kelembagaan Masyarakat Penyelenggara : warga Fasilitator: kader dan fasilitator KMW Kesepakatan dan ketegasan perlunya kelembagaan baru (BKM-UPK-KSM dll) Disarkan pada potensi-potensi dan kelemahankelemahan yang ada pada 4 Pembentukan panitia pemilihan anggota BKM Penyelenggara : warga Fasilitator : kader, kepala kelurahan dan fasilitator KMW Terbentuk tim pemilihan anggota BKM Panitia selanjutnya menyusun tatacara pemilihan dan kriteria anggota BKM 5 Pendirian Kelembaga an (Pelaksanaan pembentukan BKM) Penyelenggara : warga Fasilitator : kader, kepala kelurahan dan fasilitator KMW Terbentuk BKM sebagai representasi warga setempat (sesuai dengan NUSSP) Selanjutnya BKM yang telah terbentuk menyusun AD/ART sebagai acuan kerja OC/NMC/ PMU 6 Penyusunan AD/ART BKM Penyelenggara : BKM Fasilitator : Kader dan fasilitator KMW Peserta : anggota BKM dan partisipan lainnya Tersusun AD/ART sebagai dasar acuan pelaksanaan dalam penyelenggaraan NUSSP AD/ART selanjutnya sebagai bahan / dokumen untuk pendafataran ke Notaris OC/NMC/ PMU National Management Consultant (NMC) 41

42 7 Pembentukan gugus tugas BKM Penyelenggara : BKM Fasilitator : Kader Masyarakat dan fasilitator KMW Peserta : anggota BKM dan wakil warga Tersusun struktur organisasi BKM dengan gugus tugasnya UPK, UPL dan UPS serta AD/ART yang siap didaftarkan ke Notaris Gugus tugas ini selanjutnya berfungsi sebagai pelaksana sedangkan BKM sebagai lembaga legislatif dan pengambil keputusan OC/NMC/ PMU 8 Akintabilitas dan Legitimasi Penyelenggara : BKM Fasilitator : Kader Masyarakat dan fasilitator KMW Peserta : anggota BKM dan wakil warga Gugus tugasnya (UPK- UPS-UPL) dari BKM di legitimasi melalui Notaris agar menjadi lembaga yang rasmi dan syah disebarluas kan pada agar mendapat dukungan penuh dari warga (akuntabilitas) dan resmi OC/NMC/ PMU 9 Pendaftaran BKM ke Notaris Pelaksana : BKM Fasilitator : Kader Masyarakat BKM sudah tercatat di lembaga notaris Berita pencatatan ini selanjutnya disebarluaskan kepada untuk diketahui National Management Consultant (NMC) 42

43 Tabel Peningkatan Kapasitas dan Pengakaran BKM No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 1 Pelatihan dasar bagi BKM Penyelenggara : KMW Fasilitator : Tenaga Ahli Pelatihan KMW dan KMP Peserta : anggota BKM masing-masing kelurahan sesuai dengan ketentuan kepala PMU Para anggota BKM memahami substansi NUSSP serta peran dan fungsi kader dalam penyelenggaraan NUSSP Selanjutnya informasi secara rinci disajikan dalam Kerangka Acuan Kerja Pelatihan dasar BKM untuk NUSSP OC/NMC/ PMU 2 Pelatihan Manajemen keuangan Unit Pengelola Keuangan (UPK) Penyelenggara : KMW Fasilitator : Tenaga Ahli Pelatihan KMW dan KMP Peserta : personil UPK dari BKM masing-masing kelurahan sesuai dengan ketentuan kepala PMU Personil UPK-BKM memahami substansi NUSSP serta peran dan fungsinya dalam penyelenggaraan NUSSP Selanjutnya informasi secara rinci disajikan dalam Kerangka Acuan Kerja Pelatihan Manajemen Keaungan Unit Pengelola Keuangan (UPK) untuk NUSSP OC/NMC/ PMU 3 Pelatihan Manajemen penanganan pembangunan lingkungan permukiman bagi UPL Penyelenggara : KMW Fasilitator : Tenaga Ahli Pelatihan KMW dan KMP Peserta : personil UPL dari BKM masing-masing kelurahan sesuai dengan ketentuan kepala PMU Personil UPL-BKM memahami substansi NUSSP serta peran dan fungsinya dalam penyelenggaraan NUSSP Selanjutnya informasi secara rinci disajikan dalam Kerangka Acuan Kerja Pelatihan Manajemen Keaungan Unit Pengelola Lingkungan (UPL) untuk NUSSP OC/NMC/ PMU 4 Pelatihan Penguatan bagi BKM Penyelenggara : KMW Fasilitator : TA Pelatihan KMW dan KMP Peserta : anggota BKM masing-masing kelurahan sesuai dengan ketentuan kepala PMU Para anggota BKM mampu berperan sesuai harapan dan mampu mengembangkan inovasi dan enterpreneurship Selanjutnya pendampingan thd BKM diarahkan untuk pengembangan inovasi dan enterpreneurship dalam upaya perbaikan lingkungan perumahan dan permukiman di wilayahnya OC/NMC/ PMU National Management Consultant (NMC) 43

44 Tabel Lanjutan No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 5 Penguatan dan pengakaran BKM dalam komunitas Pelaksana : LCO Fasilitasi : KMW Peserta : BKM dan gugus tugasnya BKM diakui sebagai lembaga yang kompeten dan mampu menjadi representasi warga Dengan semakin mengakarnya BKM maka diharapkan kompetensi BKM semakin meningkat. berkelanjutan 6 Evaluasi BKM secara partisipatif Penyelenggara : BKM dan gugus tugasnya Fasilitasi : TPM Peserta : BKM berserta warga Kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang terpetakan secara baik melalui evaluasi partisipatif Hasil evaluasi ini selanjutnya digunakan sebagai bahan lokakarya pembentukan badan hukum BKM 7 Review pelaksanaan tugas pokok fungsi BKM dan gugus tugasnya termasuk didalamnya adalah kinerja program chanelling Pelaksana : BKM dan warga Fasilitasi : Fasilitator KMW dan TPM Terumuskan berbagai kendala dan permasalahan sehubungan dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BKM Hasil review sebagai masukan untuk menyusun rencana perbaikan BKM ke depan menyangkut bentuk badan hukum dan chanelling 8 Lokakarya persiapan pembentukan badan hukum BKM dan atau gugus tugasnya Pelaksana : LCO Fasilitasi : KMW Peserta : BKM dan gugus tugasnya BKM dan gugus tugasnya memiliki rencana pembentukan badan hukum sesuai dengan kebutuh-an warga Hasil lokakarya selanjutnya digunakan sebagai bahan dalam penyusunan AD/ART 9 Penyusunan AD/ART BKM dan atau gugus tugasnya sesuai dengan kesepakatan bersama warga Pelaksana : BKM dan gugus tugas-nya Fasilitasi : KMW dan LCO Tersusun draft AD/ART yang sudah siap diajukan kepada Notaris AD/ART diharapkan memberikan pro poor 10 Pengajuan akte pendirian badan ke Notaris Pelaksana : BKM dan gugus tugas-nya Fasilitasi : KMW dan LCO Telah ada lembaga yang memiliki badan hukum Diharapkan setelah memiliki badan hukum, BKM lebih leluasa dalam menjalin kerjasama dengan lembaga lain 11 Sosialisasi kepada warga tentang status badan hukum BKM dan atau gugus tugasnya Pelaksana: Dinas Koperasi Setempat Fasilitator : Fasilitator KMW Masyarakat paham mengenai badan hukum koperasi dan manfaat koperasi Selanjutnya dapat memilih alternatif badan badan hukum National Management Consultant (NMC) 44

45 Tabel Pelaksanaan Evaluasi dan Pertanggungjawaban Tahunan No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 1 Evaluasi partisipatif thd penyelenggaraan NUSSP di tingkat kelurahan oleh Penyelenggara : warga Fasilitator : TPM dan fasilitator KMW Masyarakat memiliki pengalaman melaksanakan evaluasi partisipatif Masyarakat mengetahui hasil pelaksanaan penyelenggaraan NUSSP di wilayahnya Hasil evaluasi ini selanjutnya dipergunakan sebagai salah satu bahan dalam penyusunan rencana pada tahun berikutnya 2 Rembug warga tahunan dalam rangka akunta-bilitas penyeleng-garaan NUSSP pada tingkat komunitas Penyelenggara : BKM Fasilitator : TPM Peserta : warga sesuai kriteria yang disepakati BKM dapat mempertanggungjawabkan amanah sesuai AD/ART Warga menge-tahui hasil pelaksanaan NUSSP di wilayahnya Hasil rembug warga ini selanjutnya dipergunakan sebagai salah satu bahan dalam penyusunan rencana pada tahun berikutnya National Management Consultant (NMC) 45

46 Tabel Penyusunan Neighborhood Upgrading Plans (NUPs) No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 1 Pembentukan tim survei dan pemetaan dari warga Pelaksana : Fasilitator : TPM dan fasilitator KMW Daftar KK miskin dan kumuh Tersusun peta fisik lingkungan setempat Tersusun peta sosial ekonomi warga setempat Hasil pemetaan selanjutnya digunakan dalam penyusunan Neighborhood Upgrading Plan (NUP) 2 Pelatihan/couching tim survei dan pemetaan Penyelenggara : KMW Fasilitator : KMW Peserta : anggota Tim survey memahami teknis survey dan pemetaan Selanjutnya secara lebih rinci disajikan dalam panduan survey dan pemetaan 3 Pelaksanaan survei dan pemetaan kampung sendiri Pelaksana : Fasilitator : TPM dan Fasilitator KMW Masyarakat memiliki pengalaman melaksanakan survei dan pemetaan Selanjutnya akan disusun peta fisik dan peta sosial ekonomi 4 Penyusunan peta fisik kondisi area permukiman (neighborhood) Pelaksana : Fasilitator : TPM dan Fasilitator KMW Masing-masing kelurahan memiliki peta yang menggambarkan kondisi fisik lingkungan dan sosial ekonomi Hasil survei dan pemetaan ini selanjutnya digunakan sebagai bahan penyusunan Neigborhood Upgrading Plans (NUPs) 5 Sosialisasi dan konfirmasi hasil survey dan pemetaan Pelaksana : BKM Fasilitator : TPM dan Fasilitator KMW Masyarakat mengetahui kondisi lingkungan dan kehidupan sosial ekonomi warga secara seutuhnya Sosialisasi ini diharapkan akan menumbuhkan partisipasi dan kontribusi dalam NUSSP selanjutnya National Management Consultant (NMC) 46

47 Tabel Lanjutan No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 6 Penyusunan Neighborhood Upgrading Plans /NUPs Pelaksana : BKM Fasilitator : TPM dan Fasilitator KMW Ada dokumen NUPs yang merupakan rencana yang disusun secara partisipatif oleh warga di kelurahan lokasi NUSSP Dokumen NUP ini selanjutnya di konsultasikan kepada aparat kelurahan untuk memperoleh pengesahan 7 Lokakarya NUPs tingkat kota /kabupaten Penyelenggara : LCO Fasilitator : KMW Peserta : LCO/LCO, DPRD, BKM, camat, lurah. Tiap-tiap kota/kabupaten lokasi NUSSP memiliki NUPs yang sudah disetujui dan dianggarkan NUPs ini akan dimasukkan dalam APBD kota /kabupaten pada tahun anggaran berikutnya 8 Sosialisasi NUPs kepada warga Pelaksana : UPL BKM dan TPM Warga memahami rencana NUPs Diharapkan warga dapat berpartisi-pasi dan berkontribusi pada pembangunan prasarana dasar primer yang dibangun untuk mereka 9 Sosialisai rencana pelaksanaan pembangunan infrastruktur primer Pelaksana : UPL BKM dan TPM Warga mengetahui rencana pemba-ngunan infrastruktur primer Diharapkan warga dapat berparisipasi dan berkontribusi pada pembangunan prasarana dasar primer yang dibangun untuk mereka 10 Pembentukan panitia pembangungan dan atau pelaksanaan pelelangan pekerjaan konstruksi Pelaksana : BKM Fasilitator : TPM dan Fasilitator KMW Terbentuk panitia pembangunan prasarana fisik atau ada kontraktor yang telah siap mengerjakan pembangunan prasarana fisik Selanjutnya secara rinci disajikan panduan pembangunan prasarana fisik untuk NUSSP National Management Consultant (NMC) 47

48 Tabel Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana Dasar Primer No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 1 Rembug warga dalam rangka pelaksanaan pembangunan prasarana dasar primer Pelaksana : BKM Fasilitator : TPM dan Fasilitator KMW Rencana pembangunan prasarana dasar primer telah diketahui dan disetujui oleh warga melalui rembug warga Rembug warga ini sangat diharapkan dapat mendukung pelaksanaan dan dapat menghimpun partisipasi serta kontribusi warga OC/NMC/ PMU 2 Pembentukan panitia pengawas pembangunan oleh UPL BKM Pelaksana : BKM Fasilitasi : TPM Ada tim yang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan prasarana dasar primer Diharapkan tim pengawas pembangunan ini terdiri dari seluruh unsur OC/NMC/ PMU 3 Pelaksanaan pekerjaan konstruksi oleh melalui KSO dan atau dikerjakan oleh kontraktor Pelaksana : panitia pembangunan dan atau kontraktor Fasilitasi : BKM dan LCO/pimpro daerah Tersedia prasarana dasar primer untuk perumahan permukiman sesuai NUPs Pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat dilaksanakan oleh atau oleh kontraktor, tergantung kemampuan dan kondisi yang ada, namun proses pelelangan harus transparan. OC/NMC/ PMU 4 Monitoring partisipatif oleh warga terhadap pelaksanaan pekerjaan konstruksi Pelaksana : warga Fasilitasi : BKM dan TPM Pelaksanaan pembangunan fisik termonitor secara baik. Monitoring ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa memiliki oleh warga setempat. OC/NMC/ PMU National Management Consultant (NMC) 48

49 Tabel Lanjutan No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 5 Serah terima hasil kerja panitia pembangunan dan atau kontraktor kepada pemda dan Pelaksana : UPL (melalui KSO) dan atau kontraktor, BKM dan Pemda Fasilitator : KMW Fasilitas yang dibangun siap untuk dimanfaatkan secara baik oleh warga Serah terima ini harus terdokumentasi secara tertulis, termasuk didalamnya dinyatakan masa complain paska konstruksi selama waktu tertentu menurut perjanjian, hal ini untuk menjamin bahwa fasilitas yang dibangun benar-benar dapat dimanfaatkan oleh warga 6 Pelatihan pengelolaan prasarana fisik untuk komunitas Penyelenggara : KMW Fasilitasi : KMW Peserta : UPL-BKM Ada lembaga sebagai pengelola yang telah siap melaksanakan tugasnya Selanjutnya secara rinci disajikan dalam Kerangka Acuan Kegiatan Pelatihan Pengelolaan prasarana fisik untuk komunitas 7 Evaluasi hasil pembangunan prasarana fisik secara partisipatif Pelaksana: BKM, UPL dan aparat kelurahan Fasilitasi : TPM dan Fasilitator KMW Ada dokumen evaluasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengajuan claim kepada kontraktor Hal ini dilakukan sebagai wujud dari akuntabilitas pelaksanaan dalam NUSSP 8 Penyusunan aturan pengelolaan prasa-rana fisik secara partisipatif dan pembentukan tim pengelola prasarana Pelaksana : UPL BKM dan warga Fasilitatasi : TPM Ada aturan main untuk pengelolaan prasarana fisik yang disusun secara partisipatif Aturan ini penting untuk menjamin bahwa prasarana yang telah terbangun akan dimanfaatkan dan dikelola secara baik 9 Pelaksanaan pengelolaan prasarana fisik secara berkelanjutan oleh warga Pelaksana : panitia pengelola prasarana fisik Monitoring : BKM dan TPM Fasilitas umum dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan Selanjutnya secara rinci disajikan dalam SOP pengelolaan prasarana fisik berkelanjutan National Management Consultant (NMC) 49

50 Tabel Lanjutan No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 10 Laporan tahunan pengelolaan prasarana dasar primer Pelaksana : UPL/ panitia pengelola prasarana fisik Monitoring : BKM dan TPM Laporan pertanggung jawaban pengelolaan Warga dapat belajar bersama mengenai pengelolaan prasarana umum 11 Penyusunan rencana tindak lanjut tahun berikutnya Pelaksana : BKM dan warga Fasilitasi : kader dan fasilitator KMW Tersusun rencana tindak lanjut untuk pengembangan prasarana fisik Sebagai langkah untuk menjamin keberlanjutan peningkatan kualitas lingkungan, perumahan dan permukiman National Management Consultant (NMC) 50

51 Tabel Fasilitasi Kredit Mikro Perumahan bagi KBR No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 1 Sosialisasi Fasilitasi kredit mikro perumahan oleh PT. PNM Penyelenggara : PNM Fasilitasi : Fasilitator KMW dan TPM Peserta : BKM, UPL, UPK, KSM dan warga Warga paham ttg fasilitas kredit mikro perumahan Diharapkan warga tertarik dan mencari informasi lebih lanjut OC/NMC/ PMU 2 Identifikasi kebutuhan untuk perbaikan rumah Pelaksana : BKM dan TPM Fasilitasi : fasilitator KMW Daftar warga yang memiliki rencana memperbaiki rumah Daftar ini selanjutnya dimanfaatkan untuk penyusunan rencana kebutuhan perbaikan rumah OC/NMC/ PMU 3 Penyusunan rencana perbaikan rumah (rencana konstruksi) Pelaksana : BKM dan TPM Fasilitasi : fasilitator KMW Ada rencana konstruksi perbaikan rumah yang dibuat oleh KK yang memerlukan perbaikan rumah Rencana konstruksi ini selanjutnya digunakan sebagai dasar penyusunan proposal untuk perbaikan rumah OC/NMC/ PMU 4 Penyusunan proposal untuk perbaikan rumah Pelaksana : Warga ybs, Fasilitasi : KSM, TPM dan fasilitator KMW Proposal perbaikan rumah yang siap untuk diusulkan pembiayaannya Proposal ini selanjutnya diusulkan untuk dibiayai melalui BPR/mitra PNM OC/NMC/ PMU 5 Pengusulan proposal kepada BPR / LFI Pelaksana : BKM dibantu TPM, dan kepala kelurahan Fasilitasi : Fasilitator KMW Seluruh usulan telah memenuhi persyaratan teknis dan administratif Proses pengusulan pembiayaan ini harus dilaksanakan secara transaparan dan akuntabel Minggu ke-33 6 Penyaluran dana pinjaman untuk perbaikan/pemugaran rumah warga Pelaksana : BKM dan TPM Fasilitasi : fasilitator KMW KK yang membutuhkan perbaikan rumah dapat melaksanakan perbaikan rumah sesuai rencana Perbaikan rumah diperbolehkan melebihi rencana tetapi tidak boleh kurang dari rencana semula 7 Pendampingan pelaksanaan pembangunan/ pemugaran rumah warga Pelaksana : UPL, TPM dan fasilitator KMW Monitoring : Tenaga ahli KMW Pembangunan/ pemugaran/ perbaikan rumah terlaksana sesuai rencana Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi Minggu ke-34 s/d 44 National Management Consultant (NMC) 51

52 Tabel Lanjutan No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 8 Monitoring pelaksanaan pembangunan/perbaik an rumah warga Pelaksana : TPM dan fasilitator KMW Monitoring : Tenaga ahli KMW Pembangunan/ pemugaran/ perbaikan rumah terlaksana sesuai usulan pembiayaan Hal ini dilakukan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas warga OC/NMC/ PMU 9 Evaluasi hasil pebangunan/perbaikan rumah warga Pelaksana : TPM dan fasilitator KMW Monitoring : Tenaga ahli KMW Ada dokumen hasil evaluasi pembangunan/ perbaikan rumah warga Hal ini dilakukan untuk meningkat-kan transparansi dan akuntabilitas warga OC/NMC/ PMU 10 Monitoring lanjutan oleh pemerintah daerah masing-masing Pelaksana : LCO Ada hasil monitoring yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan langkahlangkah dan tindakan Hal ini untuk menjamin pengelolaan paska pendampingan masih dapat berkelanjutan OC/NMC/ PMU berkelanjutan National Management Consultant (NMC) 52

53 Tabel Pelaksanaan Program Kemitraan bersama Pemerintah Daerah No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 1 Identifikasi kebutuhan kemitraan bagi BKM Penyelenggara : LCO Fasilitasi : KMW dan TPM Terumuskan kebutuhan kemitraan bagi BKM Dokumen ini akan digunakan oleh Pemda untuk membangun hubungan kerja-sama dengan dinas dan lembaga terkait. OC/NMC/ PMU 2 Lokakarya bersama Pemda untuk Program kemitraan kepada dinas dan lembaga terkait Penyelenggara : LCO Fasilitasi : KMW Peserta : BKM dan gugus tugasnya Terumuskan model kemitraan, strategi pelaksanaan dan langkah langkahnya Hasil lokakar-ya ini menja-di bahan belajar bagi BKM untuk lebih mempersiapkan diri dengan program kemitraan OC/NMC/ PMU 3 Pelaksanaan Program kemitraan bersama Pemda Pelaksana : BKM dan Pemda BKM dan gugus tugasnya dapat membangun akses kepada dinas dan lembaga terkait Diharapkan program ini akan meningkatkan akses-ibilitas BKM dan gugus tugasnya OC/NMC/ PMU berkelanjutan 4 Monitoring dan konsultasi kepada Pemda tentang pelaksanaan kemitraan Pelaksana : BKM dan Pemda BKM dan Pemda mengetahui perkembangan program kemitraan serta mengetahui permasalahannya Hasil monito-ring dan kon-sultasi ini dapat menja-di bahan masukan untuk keberlanjutan program kemitraan OC/NMC/ PMU secara periodik sebulan sekali National Management Consultant (NMC) 53

54 Tabel Pelaksanaan Kegiatan Paska NUSSP No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN 1 Review pelaksanaan NUSSP Pelaksana : BKM dan warga Fasilitasi : TPM Tersaji dokumen status terakhir pelaksanaan NUSSP Dokumen ini digunakan sebagai bahan lokakarya bersama Pemda 2 Lokakarya Review pelaksanaan NUSSP bersama Pemda Penyelenggara : Pemda Fasilitasi : Pemda Peserta : BKM, dinas dan lembaga terkait, camat dan lurah Terumuskan rencana keberlanjut-an paska NUSSP oleh warga Rencana tindak lanjut ini harus sinergi dengan rencana tindak lanjut yang dibuat oleh Pemda 3 Fasilitasi lanjutan untuk kredit mikro perumahan Pelaksana : BKM dan gugus tugasnya Fasilitasi : Pemda dan lembaga keuangan Kebutuhan pembiayaan perumahan bagi KBR terlayani Kegiatan fasilitasi dilakukan terus menerus sampai semua KBR terlayani Berkelanjutan 4 Monitoring Rutin bersama Pemda dan dalam rangka pelaksanaan paska NUSSP Pelaksana : Pemda dan BKM Fasilitasi : TPM Perkembangan paska NUSSP termoni-tor secara seksa-ma oleh Pemda dan teritegrasi dalam SIM Perkim daerah Kegiatan ini dilaksanakan atas biaya APBD setempat Periodik 3 bulan sekali 5 Lokakarya Tahunan Evaluasi dan perencaan Pemda bersama Penyelenggara : Pemda Fasilitasi : KPKD Peserta : BKM, lurah, camat. Pemda memiliki bahan untuk me-nyusun rencana tahunan untuk program Perkim Kegiatan ini akan mendorong terciptanya good governance. Tahunan Sinergitas Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan seluruh pada tingkat pemerintah daerah dan tingkat komunitas haruslah berjalan seirama dan terpadu. Hal ini disebabkan karena beberapa yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah merupakan fasilitasi kepada pelaksanaan. Selain itu, diharapkan melalui sinergi ini akan terwujud hasil bersama yang akan mendorong terciptanya iklim kerjasama yang kondusif dalam pelaksanaan NUSSP dan dapat membangun keberlanjutan paska NUSSP. Agar tercapai kondisi sinergi dan seirama antara pemerintah daerah dan, maka perlu dibangun mekanisme koordinasi dan konsultasi yang terpadu antara pemerintah daerah dan. National Management Consultant (NMC) 54

55 Sinergitas pada tingkat pemerintah dan tingkat komunitas diilustrasikan sebagai berikut : Kegiatan Tingkat Pemerintah Daerah OUTPUT Pembentukan LCO Ada Mou Pemda dan Dep Kimpraswil mengenai NUSSP Terbentuk perangkat pelaksana NUSSP pada tingkat Pemda Seluruh perangkat pelaksana NUSSP memiliki kompetensi untuk melaksanakan NUSSP Sosialisasi NUSSP Kegiatan Tingkat Komunitas Fasilitasi Penguatan BKM Seluruh dinas dan lembaga terkait memahami peran dan fungsinya dalam NUSSP Seluruh warga di lokasi memahami NUSSP Pembentukan BKM Peningkatan Kapasitas dan Pengakaran BKM BKM mampu melakukan peran dan fungsinya BKM dapat memberikan fasilitasi terhadap kebutuhan warganya BKM mengakar di Fasilitasi Penyusunan NUPs Penyusunan NUPs Warga di lokasi mampu menyusun NUPs. NUPs yang sinergi dengan Program Pemda NUPs memperoleh alokasi APBD tahun berikutnya Penyusunan RP4D Fasilitasi Penguatan BKM Lokakarya NUPs tingkat daerah Terbangun RP4D yang sesuai kebutuhan dan kemampuan Pemda Fasilitasi Pembangunan Infrastruktur Permukiman Pelaksanaan dan Pengelolaan Infrastruktur Permukiman Terbangun infrastruktur permukiman sesuai dengan NUPs infrastruktur permukiman terkelola secara baik dan berkelanjutan oleh warga National Management Consultant (NMC) 55

56 Fasilitasi Kredit Mikro Perumahan Pelaksanaan Kredit Mikro Perumahan Warga terfasilitasi kebutuhan pembiayaan untuk pengadaan dan pemugaran rumahnya melalui kredit mikro perumahan Fasilitasi kemitraan BKM kepada dinas dan lembaga terkait BKM Berdaya dan mampu melaksanakan Program kemitraan BKM dapat mengakses kepada dinas dan lembaga terkait Kebutuhan pembiayaan perumahan bagi KBR terlayani Monitoring dan Evaluasi Bersama Monitoring dan Evaluasi Bersama Warga mengetahui perkem-bangan pelaksanaan NUSSP Pelaksanaan NUSSP terpantau secara baik Ada feedback untuk perbaikan NUSSP Fasilitasi Keberlanjutan Kegiatan Paska NUSSP Implementasi NUP Penyusunan Rencana Keberlanjutan Kegiatan Tersusun rencana tindak lanjut yang sinergi antara Pemda dgn Teralokasikan APBD untuk paska NUSSP Lanjutan pelaksanaan Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur sesuai NUPs Terbangun prasarana dasar primer sesuai dengan NUPs Prasarana dasar terkelola secara baik dan berkelanjutan oleh warga Warga terfasilitasi kebutuhan pembiayaan untuk pengadaan dan pemugaran rumahnya melalui kredit mikro perumahan BKM dapat mengakses kepada dinas dan lembaga terkait Kebutuhan pembiayaan perumahan bagi KBR terlayani secara berkelanjutan lanjutan National Management Consultant (NMC) 56

57 Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Paska NUSSP Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Paska NUSSP Secara Partisipatif Hasil NUSSP mampu memberikan pembelajaran bagi Pemda dan dalam mengembangkan program perumahan dan permukiman di daerah Jumlah rumah tidak layak huni secara nyata menurun dengan kualitas lingkungan permukiman yang semakin meningkat Berkurangnya luasan area permukiman kumuh 3.4. Bagan Alir Sinergitas Kegiatan Tingkat Komunitas dan Tingkat Pemda National Management Consultant (NMC) 57

58 Bab 4 tinggal: agar disesuaikan dengan struktur org yang sudah disetujui oleh Dir Bangkim. - c tingkat kabkot: tambahkan Satker Daerah ya.. Neighborhood Upgrading Shelter Sector Project (NUSSP) merupakan suatu yang diselenggarakan oleh Pemerintah Republik Indonesia yang dibiayai menggunakan dana pinjaman dari Asian Development Bank/ADB. Dalam penyelenggaraan NUSSP Departemen Pekerjaan Umum bekerjasama dengan Departemen Dalam Negeri dan Departemen Keuangan dibawah koordinasi Bappenas. Sifat pelaksanaan NUSSP adalah dekonsentrasi ke daerah, artinya pemerintah pusat dan pemerintah daerah memiliki kewenangan, fungsi dan tanggung jawab yang seimbang, sebagai berikut : Pemerintah Pusat : Menyiapkan Pedoman, manual dan standar Operasional Prosedur (SOP) Melalui KMP melaksanakan manajemen proyek pada tingkat pusat. Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja NUSSP secara nasional. Melaksanakan fungsi administrasi dan penata-usahaan keuangan proyek Pemerintah Daerah : Menyiapkan lokasi NUSSP yang tepat sasaran Menyiapkan anggaran penyelenggaraan NUSSP melalui APBD Mekoordinasikan Pelaksana Kegiatan NUSSP di daerah Melaksanakan fungsi administrasi dan memfasilitasi pelaksanaan pembangunan sesuai NUPs. Melaksanakan supervisi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan NUSSP di wilayahnya National Management Consultant (NMC) 58

59 4.1. Organisasi Pelaksanaan Dalam NUSSP (agar disesuaikan dengan struktur org yang sudah disetujui oleh Dir Bangkim.) Struktur Organisasi Organisasi pelaksanaan dalam NUSSP dirancang sebagai suatu sistem manajemen pelaksanaan secara berjenjang dari pusat sampai ke daerah sebagaimana gambar 4.1. berikut : PMU Satker KMP PC Tim Pengarah Inter Tim Teknis Pusat Ketua : Bappenas Wakil : Dirjen Perkim Anggota : DDN, Depkeu Propinsi KMW RPT Dinas PU Propinsi BKP4P Satker Sementara PKP Propinsi LCO Kota/Kabupaten BKP4K Tim Inter Dinas Ketua Bappeda Kota/Kab. Kabupaten / Kota Tim Fasilitator Kel/Desa Tingkat Kecamatan KSM BKM Tingkat Kelurahan Masyarakat Garis Pengendalian Garis Fasilitasi Garis koordinasi Garis Pelaporan/Informasi (agar disesuaikan dengan struktur org yang sudah disetujui oleh Dir Bangkim.) Gambar 4.1. Struktur Organisasi Pelaksana NUSSP Peran dan Fungsi Pelaku NUSSP A. Tingkat Pusat National Management Consultant (NMC) 59

60 Tim Pengarah Inter Departemen Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas menetapkan surat keputusan tentang Tim Pengarah dan Tim Pelaksana inter departemen untuk Kegiatan NUSSP. Tim Pengarah diketuai oleh Deputi Bidang Otonomi Daerah dan Pengembangan Regional Bappenas dan sebagai wakilnya adalah Direktur Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. Anggota Tim Pengarah terdiri dari unsur-unsur dari Bappenas, Dept. Pekerjaan Umum, Dept. Dalam Negeri, Dept. Keuangan, dan Kantor Menteri Negara Koperasi dan UKM. Tim Pengarah inter departemen, memiliki peran dan fungsi sebagai berikut: (1) Memberikan dasar-dasar kebijakan program, perencanaan, koordinasi, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan NUSSP dan program-program terkait lainnya yang mendukung upaya penanggulangan kemiskinan, terutama dilingkungan permukiman kumuh. (2) Melakukan sinkronisasi pelaksanaan NUSSP dengan program lainnya dalam upaya untuk meningkatkan efektivitas penanganan lingkungan permukim-an kumuh secara menyeluruh. (3) Melakukan evaluasi pelaksanaan NUSSP dengan mengacu kepada kebijakan yang telah ditentukan. (4) Memberikan masukan untuk penyempurnaan pelaksanaan program kepada Direktur Jenderal Cipta Karya. Tim Teknis Tim teknis beranggotakan dari inter departemen memiliki fungsi dan tugas sebagai berikut : (1) Memberikan pendampingan secara teknis dan manajerial kepada Kepala PMU NUSSP dalam penyelenggaraan NUSSP agar dapat dicapai efektivitas, efisiensi, tepat sasaran dan tepat waktu. (2) Memberikan masukan bagi proses pengambilan kebijakan kepada Tim Pengarah. (3) Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan Tim Pengarah. Project Manajemen Unit (PMU) Atas penunjukan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai penyelenggara NUSSP, maka Departemen Kimpraswil bertanggung jawab secara teknis atas penyelenggaraan NUSSP. Dalam penyelenggaraan tersebut Dept. Pekerjaan Umum membentuk unit pengelola atau lebih dikenal Project Manajement Unit/PMU yang dipimpin oleh seorang Kepala PMU untuk melaksanakan tugas-tugas yang bersifat substantif. Project Manajemen Unit (PMU) memiliki memiliki tugas dan fungsi, yaitu : (1) Melaksanakan diseminasi dan sosialisasi NUSSP. (2) Melakukan koordinasi pelaksanaan terhadap seluruh yang dibiayai NUSSP. (3) Melakukan monitoring dan supervisi pelaksanaan lapangan NUSSP. (4) Melakukan kajian dan evaluasi atas pemanfaatan dana NUSSP. (5) Menyusun rekomendasi untuk sinkronisasi pemanfaatan dana NUSSP. (6) Menyampaikan informasi yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan NUSSP. (7) Melakukan penanganan pengaduan dari pihak manapun yang berkaitan dengan NUSSP. Satuan Kerja Sementara (SKS) NUSSP Kepala SKS berkedudukan di pusat, secara teknis bertanggung jawab terhadap pelaksanaan seluruh administrasi dan penata-bukuaan keuangan NUSSP. SKS memiliki peran dan fungsi yang berkaitan dengan administrasi dan keuangan, yaitu : (1) Bertanggung jawab atas kelancaran administratif dan keuangan dalam pelaksanaan NUSSP. (2) Melaksanakan dan bertanggung-jawab terhadap replenishment Loan NUSSP (3) Menyelenggarakan proses pengadaan jasa konsultan dan melaksanakan pembayarannya. Konsultan Manajemen Pusat (KMP) National Management Consultant (NMC) 60

61 Dalam pelaksanaan tugas manajemen keseharian, PMU dibantu oleh Konsultan Manajemen Pusat (KMP) NUSSP. KMP memiliki tugas pokok dan fungsi memberikan bantuan manajemen dan bantuan teknis sebagai berikut : (1) Menyusun perencanaan, strategi, langkah-langkah dan jadwal kerja dalam pengelolaan pelaksanaan NUSSP. (2) Menyiapkan seluruh instrumen pengelolaan di lapangan termasuk di dalamnya adalah pedoman, panduan, petunjuk, form-form monitoring dan evaluasi. (3) Melakukan manajemen data NUSSP dan menyajikan data dan informasi kepada Ditjen Perumahan dan Permukiman secara berkala dan sesuai kebutuhan. (4) Melakukan koordinasi, pembinaan dan supervisi kepada Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) dalam rangka efektivitas kerja dan peningkatan kinerja pelaksanaan di lapangan. (5) Melaporkan dan menyampaikan rekomendasi secara berkala kepada Ditjen Perumahan dan Permukiman berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi. Konsultan Manajemen Pusat (KMP) NUSSP ini akan bekerja dan akan memberikan pelayanan manajemen selama 6 (enam) tahun. Konsultan Pengadaan (Procurement Consultant) Konsultan Pengadaan (PC) berkedudukan di pusat, bertugas membantu pemerintah daerah dalam menyiapkan dokumen lelang. B. Tingkat Propinsi Dinas PU - Propinsi/Satuan Kerja Sementara PKP Berkedudukan di propinsi, bertanggung jawab dalam memberikan monitoring dan supervisi teknis kepada pemerintah daerah dan KMW yang bertugas di wilayahnya. Dalam pelaksanaan NUSSP Dinas PU melalui Satuan Kerja Sementara PKP bertanggung jawab dalam memberikan monitoring dan supervisi teknis kepada pemerintah daerah dan KMW yang bertugas di wilayahnya. Secara rinsi tugas dan fungsi Dinas PU adalah sebagai berikut : (1) Mengkoordinasikan pelaksanaan NUSSP dengan pelaksanaan - lain yang ada di wilayah kerjanya, dengan cara : a) Melaksanakan monitoring terhadap pelaksanaan pekerjaan konsultan NUSSP yang bertugas di wilayahnya. b) Mendorong terciptanya harmonisasi di lapangan menyangkut pelaksanaan - PKL dan NUSSP. c) Memfasilitasi pelaksanaan koordinasi antara tim konsultan yang bertugas untuk - PKL dan NUSSP. (2) Memberikan supervisi teknis kepada pemerintah kota/kabupaten dan KMW NUSSP yang ada di wilayah kerjanya. (3) Melaporkan hasil monitoring bulanan kepada Direktur Jenderal Perumahan dan Permukiman cq. PMU NUSSP. (4) Apabila diperlukan, bersama LCO membantu menyelesaikan perma-salahan yang timbul akibat pelaksanaan NUSSP. Badan Koordinasi Pengembangan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Propinsi (BKP4P) BKP4P dalam pelaksanaan NUSSP diharapkan dapat memberikan masukan teknis mengenai pelaksanaan pekerjaan di tingkat propinsi dan melakukan koordinasi dengan para pelaku terkait lainnya. Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) National Management Consultant (NMC) 61

62 Dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan di tunjuk Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) yang bertanggung-jawab untuk setiap satu Satuan Wilayah Kerja (SWK) yang terdiri dari beberapa kota/kabupaten, sehingga di dalam satu propinsi dapat saja terdapat lebih dari satu KMW. Tim KMW terdiri dari kelompok ahli yang bertugas memberikan bantuan keahlian kepada melalui kerjasama dengan fasilitator lapangan. Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) memiliki tugas dan tanggung jawab dalam menjamin ketepatan waktu pelaksanaan, kualitas pelaksanaan, ketepatan dan kualitas output NUSSP di Satuan Wilayah Kerjanya. Bentuk implementasi tugas dan tanggung jawab KMW adalah sebagai berikut : (1) Menyusun strategi manajemen pelaksaaan KMW, strategi sosialisasi NUSSP, strategi pelaksanaan pekerjaan, strategi monitoring dan strategi evaluasi serta jadwal pelaksanaan. (2) Menjamin ketepatan sasaran dengan melakukan verifikasi terhadap ketepatan lokasi sasaran sebelum pendampingan dimulai. (3) Menjamin kesiapan warga dalam pelaksanaan NUSSP melalui serangkaian rembug warga yang berlangsung secara partisipatif dan akuntabel. (4) Menyediakan fasilitator yang memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup sehingga kinerja fasilitasi dapat diandalkan. (5) Melakukan pembinaan dan peningkatan kapasitas fasilitator secara terstruktur dan reguler melalui pelatihan dan supervisi. (6) Melakukan supervisi dan monitoring ke lokasi sasaran secara berkala dan insidentil sesuai kebutuhan sebagai bentuk dari jaminan pelaksanaan yang baik. (7) Menyiapkan instrumen-instrumen yang dibutuhkan dalam pelaksanaan di lapangan. (8) Melaksanakan manajemen data dan secara periodik melaporkan kepada Konsultan Manajemen Pusat. (9) Menyusun laporan bulanan perkembangan pelaksanaan pekerjaan berbasis SIM. (10) Menyusun laporan pelaksanaan pekerjaan dan laporan pertanggung-jawaban sebagaimana ketentuan dalam kontrak kerja. Dalam manajemen pelaksanaan pekerjaannya, KMW memiliki jenjang pelaksana yaitu koordinator kota/kabupaten dan Tim Fasilitator. Koordinator Kota / Kabupaten berkedudukan di kota/kabupaten, sedangkan Tim Fasilitator bekerja untuk satuan kawasan dampingan yang terdiri dari beberapa kelurahan. Regional Procurement Technician (RPT) Dalam pelaksanaan lapangan, Procurement Consultant/ PC akan dibantu oleh RPT terutama dalam masalah pengadaan penyusunan dokumen kontrak pengadaan jasa konstruksi. Team ini akan berkedudukan di kantor KMW dan bertugas antara lain untuk menyusun laporan monitoring progres pengadaan konstruksi baik melalui KSO dengan kontraktor maupun yang dilaksanakan melalui SP3 dengan BKM setempat. C. Tingkat Kota/kabupaten Satuan Kerja Sementara (SK) NUSSP Kepala SK Pemerintah Daerah berkedudukan di Kota/ Kabupaten, bertanggung jawab terhadap pelaksanaan seluruh administrasi dan penata-bukuaan keuangan NUSSP. SKS memiliki peran dan fungsi yang berkaitan dengan administrasi dan keuangan, yaitu : (4) Bertanggung jawab atas kelancaran administratif dan keuangan dalam pelaksanaan NUSSP di Kota/ Kabupaten pada umummya. (5) Melaksanakan dan bertanggung-jawab terhadap pencairan dana pendamping dari APBD dan DIPA dari KPKN di kota/ kabupaten masing masing. (6) Menyelenggarakan proses pengadaan jasa konsultan, jasa kontraktor, perjanjian langsung dengan dan melaksanakan pembayarannya National Management Consultant (NMC) 62

63 Local Coordinating Office (LCO) Kota/kabupaten Sebagai pelaksana NUSSP tingkat kota/kabupaten, maka Pemda kota/kabupaten membentuk LCO untuk NUSSP. LCO Kota/Kabupaten ini diketuai oleh Kepala Dinas Teknis (Dinas Pekerjaan Umum) kota/kabupaten. Peran dan tanggung jawab LCO Kota/kabupaten adalah sebagai berikut: 1) Mengajukan usulan lokasi sasaran untuk NUSSP kepada PMU NUSSP. 2) Melakukan verifikasi calon lokasi dan selanjutnya menyampaikan rekomendasi mengenai lokasi sasaran kepada PMU NUSSP. 3) Menjamin bahwa pelaksanaan NUSSP berada pada lokasi yang tepat dan sesuai dengan kriteria seleksi yang telah disepakati. 4) Bersama pelaku terkait lainnya menyusun RP4D sebagai upaya pemenuhan kebutuhan perumahan bagi warganya. 5) Melakukan pemantauan dan supervisi terhadap pelaksanaan NUSSP, memberikan masukan dan informasi kepada KMW, KMP dan PMU. 6) Melakukan supervisi secara teknis dalam rangka pelaksanaan NUSSP di wilayahnya. 7) Memberikan input dan fasilitasi penyiapan Neighborhood Upgrading Plans/NUPs yang disusun oleh. 8) Membangun chanelling dengan lembaga pembiayaan dalam rangka membantu miskin untuk memperoleh aksesibilitas. 9) Mengakomodasikan NUPs ke dalam Rencana Pembangunan Pemerintah Daerah. 10) Mensosialisasikan NUPs yang telah disusun secara partisipatif oleh warga kepada dinas dan instansi terkait. 11) Mendorong partisipasi kelembagaan untuk turut serta berperan aktif di dalam proses penyusunan Rencana Pembangunan Daerah. 12) Mendorong terbentuknya forum BKM pada tingkat kota/kabupaten. Tim Inter Dinas Tim Interdinas diketuai oleh Kepala Bappeda kota/kabupaten beranggotakan dinas dan instansi terkait, peran dan fungsi tim ini antara lain adalah : (1) Memberikan dasar-dasar kebijakan program, perencanaan, koordinasi, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan NUSSP dan program-program terkait lainnya yang mendukung upaya penanggulangan kemiskinan, terutama di tingkat kota/kabupaten. (2) Melakukan sinkronisasi pelaksanaan NUSSP dengan program lain dalam upaya untuk meningkatkan efektivitas penanganan lingkungan permukiman kumuh secara menyeluruh di tingkat kota/kabupaten. (3) Melakukan evaluasi pelaksanaan NUSSP dengan mengacu kepada kebijakan yang telah ditentukan. (4) Memberikan masukan untuk penyempurnaan pelaksanaan program kepada LCO dan KMW setempat. Badan Koordinasi Pengembangan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Daerah (BKP4D) BKP4P dalam pelaksanaan NUSSP diharapkan dapat memberikan masukan teknis mengenai pelaksanaan pekerjaan di tingkat kota/kabupaten dan melakukan koordinasi dengan para pelaku terkait lainnya. Koordinator Kota KMW NUSSP Pada setiap kota/kabupaten akan ditempatkan seorang Koordinator Kota yang merupakan unsur KMW. Koordinator Kota ini bertanggung jawab untuk pelaksanaan lapangan di wilayah kota/kabupaten ybs. Koordinator Kota, adalah tenaga ahli KMW yang berkedudukan di kota/kabupaten lokasi NUSSP memiliki peran dan tugas pokok sebagai berikut : National Management Consultant (NMC) 63

64 (1) Berkoordinasi dengan pemerintah daerah (LCO kota/kab) dan dinas terkait. (2) Membantu pemerintah daerah dalam proses penyiapan RP4D (3) Menyusun strategi manajemen, strategi sosialisasi NUSSP, strategi pelaksanaan pekerjaan, strategi monitoring dan strategi evaluasi serta jadwal pelaksanaan pekerjaan pada tingkat kota/kabupaten. (4) Melakukan manajemen pelaksanaan pekerjaan lapangan pada tingkat kota/kabupaten. (5) Melakukan pendampingan dan pembelajaran secara intensif kepada Tim Fasilitator yang ada di wilayah kerjanya sebagai jaminan kualitas layanan kepada. (6) Melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pekerjaan fasilitator di lapangan sebagai perwujudan tanggung-jawab terhadap ketepatan substansi, kualitas dan waktu pelaksanaannya. Kontraktor Pelaksana Pembangunan (KPP) Kontraktor pelaksana pembangunan (KPP) dapat ditunjuk oleh pemerintah kota /kabupaten sesuai dengan hasil kesepakatan tiga pihak, yaitu : BKM, LCO dan dinas terkait Pekerjaan Umum apabila pelaksanaan pekerjaan pembangunan fisik tidak memungkinkan dilaksanakan oleh dalam bentuk Kerjasama Operasi (KSO). KPP memiliki tugas dan tanggung jawab dalam menjamin ketepatan waktu pelaksanaan, kualitas pelaksanaan, ketepatan dan kualitas prasarana dan sarana dasar perumahan dan permukiman yang dibangun. Bentuk implementasi tugas dan tanggung jawab KPP adalah sebagai berikut : 1) Berkoordinasi dengan LCO kota/kab, dinas terkait Pekerjaan Umum, dan BKM dalam rangka pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana dasar perumahan dan permukiman. 2) Pelaksanaan pembangunan harus mengacu kepada NUPs yang telah dihasilkan oleh dan disejui oleh Walikota/Bupati. 3) Menggunakan dan mengutamakan bahan baku bangunan dan tenaga kerja lokal dalam rangka mendukung peningkatan pendapatan setempat. 4) Mengakomodasi serta mendorong partisipasi warga dalam rangka pembangunan prasarana dan sarana dasar perumahan dan permukiman. 5) Menyerahkan hasil pekerjaan kepada pemerintah kota/kabupaten dan warga yang diwakili oleh BKM, dalam bentuk berita acara penerimaan pekerjaan. 6) Memberikan asistensi teknis kepada warga menganai teknik pengelolaan dan perawatan prasarana dan sarana fisik yang telah dibangun. D. Tingkat Kecamatan Penanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan NUSSP di suatu kecamatan menjadi tanggung jawab camat dan perangkatnya (walau keterlibatannya terbatas). Peran dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan adalah : 1) Melakukan sosialisasi NUSSP kepada lurah/kepala desa dan para perangkatnya. 2) Memfasilitasi pelaksanaan koordinasi pelaksanaan NUSSP yang ada di wilayahnya. 3) Mendorong pelaksanaan NUPs secara partisipatif, melakukan monitoring dan supervisi terhadap pelaksanaannya. 4) Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan forum BKM di tingkat kecamatan (apabila forum terebut telah terbentuk). Tim Fasilitator NUSSP Pelaksanaan NUSSP pada tingkat akan dibantu oleh tim fasilitator. Setiap tim terdiri dari beberapa orang terdiri dari beberapa tenaga lapangan yang mumpuni serta memiliki pengalaman lapangan yang cukup, bekerja pada beberapa kelurahan/desa sesuai penugasannya. Fasilitator direkrut oleh KMW-NUSSP dengan masa penugasan sesuai kontrak. Tim fasilitator memiliki tugas pokok sebagai berikut : (1) Berkoordinasi dengan pelaku terkait tingkat kelurahan/desa, (2) sosialisasi NUSSP, (3) pengorgani-sasian, (4) fasilitasi penyusunan NUPs, (5) Pelatihan dan pemberdayaan. Secara rinci adalah sebagai berikut : National Management Consultant (NMC) 64

65 (1) Berkoordinasi dengan camat, kepala kelurahan/desa dan perangkatnya serta kelembagaan yang ada di wilayah kerjanya. (2) Sosialisasi NUSSP, sosialisasi NUSSP dilakukan sebagai upaya untuk mengajak untuk memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap kebutuhan akan rumah yang layak huni dan lingkungan yang sehat. Strategi dan langkah-langkah pelaksanaan sosialisasi adalah sebagai berikut : Menyebarkan luaskan informasi mengenai substansi NUSSP melalui berbagai media kepada di wilayah kerjanya. Mendorong warga secar luas untuk berpartisipasi dan terlibat dalam NUSSP. Menfasilitasi pertemuan dan Focus Group Discusion (FGD) bersama warga untuk melakukan identifikasi serta membahas permasalahan dan solusi mengenai rumah dan lingkungan tempat mereka tinggal. Membangun motivasi dan semangat untuk melakukan perbaikan rumah dan lingkungan tempat tinggalnya. Mensosialisasikan standar dan persyaratan perumahan dan permukim-an layak huni, sehat dan harmoni. (3) Pengorganisasian Masyarakat, dimaksudkan untuk membangun kemampuan secara kolektif, memahami permasalahan, dan menemukan solusinya. Kegiatan ini dapat dilaksanakan melalui strategi dan langkah-langkah sebagai berikut : Melakukan FGD bersama untuk melakukan konfirmasi apakah ada lembaga yang merupakan representasi warga yang dinalai dapat berperan sebagai penyelenggara NUSSP pada tingkat kelurahan. Kalau ada maka kelembagaan tersebut harus diperkuat, apabila tidak ada maka akan dibentuk lembaga baru secara demokratis, transparan dan akuntabel yang disebut secara generik sebagai Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Mendorong, memfasilitasi dan mendampingi dalam proses pengambilan keputusan secara kolektif, demokratis, transparan dan akuntabel. Memfasilitasi tumbuhnya iklim belajar yang kondusif dan mendorong keterlibatan dalam perencanaan dan pengawasan pelaksanaan. (4) Fasilitasi Penyusunan NUPs, merupakan suatu proses yang dilaksanakan secara partisipatif oleh warga untuk menghasilkan suatu Rencana Program Jangka Menengah (PJM) dalam rangka peningkatan kualitas lingkungan permukiman. Dalam ini fasilitator memiliki peran dan fungsi sebagai berikut : Bersama TPM memfasilitasi pembentukan tim survei untuk melaksanakan Survei Kampung Sendiri (SKS). Memberikan pelatihan kepada tim SKS untuk memampukan dalam pelaksanaan survei kampung sendiri. Memfasilitasi dan mendampingi warga dan kelompok sasaran dalam penyusunan NUPs. Mendampingi KSM dan warga dalam mengakses fasilitas kredit mikro perumahan. (5) Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat, peningkatan kapasitas masya-rakat dapat dilaksanakan melalui pelatihan dan pendampingan. Pelatihan dilakukan dengan pendekatan Pelatihan Orang Dewasa/POD. Artinya warga belajar dianggap mampu, telah memiliki pengetahuan, mampu mengambil keputusan serta dapat mampu mempertanggung jawabkan segala resiko dari setiap pengambilan keputusan. Dalam peningkatan kapasitas, hal-hal yang dilaku-kan adalah sebagai berikut : Memberikan pelatihan kepada para TPM dan Masyarakat (KSM) dalam rangka membangun motivasi (motivation achievement training) dan kesadaran kritis agar terdorong untuk memperbaiki rumah dan lingkungannya. National Management Consultant (NMC) 65

66 Memberikan pelatihan untuk peningkatan kapasitas dalam pelaksanaan manajemen organisasi, manajemen, dan manajemen keuangan. Menguatkan dan mengembangkan kapasitas Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) termasuk di dalamnya adalah penguatan manajemen kelembagaan, aksesibilitas dan chanelling kepada sumberdaya kunci dan lingkungan strategis yang ada. Membantu dan memfasilitasi dalam mengembangkan iklim yang kondusif bagi penerapan dan pengembangan nilai dan prinsip NUSSP di dalam. National Management Consultant (NMC) 66

67 Persyaratan Fasilitator Sesuai dengan konsep NUSSP, maka setiap Fasilitator minimal harus memenuhi kriteria-kriteria sbb: 1) Memahami dan menguasai tehnik-tehnik dasar pendampingan dan pengembangan 2) Mempunyai komitmen dan kepedulian yang tinggi terhadap masalah ketidak-berdayaan, terutama kepada tidak mampu dan berpendapatan rendah 3) Mempunyai kemampuan dan ketrampilan untuk melakukan fasilitasi kepada di akar rumput, terutama orang dewasa 4) Memiliki prinsip, keyakinan dan kepercayaan diri, disiplin dan tekun serta sikap tidak kenal meyerah 5) Memahami persoalan-persoalan, terkait perumahan/tempat tinggal layak huni dan lingkungan permukiman kumuh 6) Menguasai praktek pelaksanaan untuk untuk menyusun dan mengembangkan proses perencanaan secara partisipatif bersama-sama (misalnya Survey Kampung Sendiri/SKS dan penyusunan NUP) 7) Mampu melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan penyediaan data dan informasi sesuai dengan kebutuhan administrasi dan management proyek dengan menggunakan komputer 8) Mampu mengoperasikan komputer yang berhubungan dengan jaringan internet 9) Mempunyai track record dan catatan prilaku yang baik dalam melaksanakan tugas-tugas profisional sebelumnya serta tidak cacat secara hukum E. Tingkat Kelurahan / Masyarakat Kepala Kelurahan / Kepala Desa Dalam pelaksanaan NUSSP pada tingkat kelurahan/desa, kepala kelurahan/desa merupakan pelaksana administratif. Dalam hal ini memberikan persetujuan dan melaksanakan peran koordinatif. Bertanggung jawab dan memberikan dukungan serta jaminan kelancaran pelaksanaan NUSSP di wilayahnya. Peran kepala kelurahan/desa dalam NUSSP adalah sebagai berikut : 1) Membantu dan mendukung pelaksanaan sosialisasi NUSSP kepada seluruh lapisan di wilayahnya. 2) Menjamin kesiapan warga dalam pelaksanaan yang dibuktikan dengan surat pernyataan warga yang ditanda-tangani kepala kelurahan/ kepala desa untuk diusulkan kepada pemerintah kota/kabupaten dan KMW. 3) Bersama warga dan fasilitator memfasilitasi rekrutmen Tenaga Penggerak Masyarakat (TPM) secara partisipatif, transparan dan akuntabel. 4) Mendukung terlaksananya pertemuan warga dalam rangka sosialisasi NUSSP. 5) Mendorong peran serta seluruh warga dan membantu memfasilitasi penyusunan NUPs secara partisipatif, transparan dan akuntabel. 6) Mensinergikan pembangunan yang ada di wilayahnya dalam rangka peningkatan efisiensi dan manfaat serta meminimalkan resiko dan dampak negatif yang mungkin timbul. Tenaga Penggerak Masyarakat (TPM) Tenaga Penggerak Masyarakat (TPM) adalah anggota warga yang memiliki kepedulian, kerelawanan serta kecakapan dalam bidang kean. Kepada TPM akan diberikan serangkaian pelatihan mengenai substansi NUSSP dan strategi pelaksanaannya serta teknik-teknik pendampingan. TPM memiliki fungsi dan tanggung jawab dalam hal : 1) Membantu BKM dalam rangka sosialisasi substansi dan proses-proses serta tahapan dalam penyelenggaraan NUSSP di wilayahnya. 2) Mendorong dan menggerakkan partisipasi dan keswadayaan dalam rangka pembangunan lingkungannya. 3) Melakukan pendampingan pada proses pemberdayaan dalam penyelenggaraan NUSSP. National Management Consultant (NMC) 67

68 4) Membantu BKM memberikan asistensi kepada KSM dalam rangka penyusunan usulan pembiayaan perbaikan rumah. 5) Bersama BKM dan warga melaksanakan monitoring dan evaluasi secara partisipatif sebagai wujud dari kepedulian terhadap upaya peningkatan kualitas lingkungan serta keberpihakan kepada kepentingan kelompok miskin. 6) Bersama BKM dan warga berupaya untuk mengembangkan, menguatkan dan melestarikan nilai, prinsip dan hasil-hasil pelaksanaan NUSSP sebagai bagian dari perjuangan dalam memenuhi kebutuhan dasar yaitu pangan, sandang dan papan (tempat tinggal). Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) adalah lembaga lokal representasi yang dibangun melalui serangkaian proses dengan pendekatan partisipatif sehingga tersaring warga yang memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi sebagai anggota BKM. Pencerminan nilai-nilai kemanusiaan dicerminkan oleh sifat-sifat luhur antara lain jujur dan dapat dipercaya, berjiwa relawan serta memiliki kecakapan dalam menajemen sosial dan dikehendaki oleh sebagian besar warga. Peran dan tanggung jawab BKM dalam penyelenggaraan NUSSP di tingkat kelurahan antara lain meliputi : 1) Sebagai representasi warga maka berkewajiban dan bertanggung jawab dalam menyuarakan aspirasi warga dalam rangka pelaksanaan NUSSP di kelurannya. 2) Mengorganisir proses penyusunan NUPs yang partisipatif, menumbuhkan solidaritas, kontribusi dan daya kresi warga dalam rangka pembangunan lingkungan permukiman setempat. 3) Mendorong dan menumbuhkan iklim belajar saling asah asih dan asuh dalam kehidupan sosial warga setempat. 4) Memberikan contoh dan tauladan dalam penerapan prinsip dan nilai dalam pelaksanaan NUSSP bagi warga setempat. 5) Menjalin kemitraan kerja dalam rangka proses pemberdayaan warga untuk memperoleh akses dan layanan serta hak-hak miskin yang lebih proporsional. Sebagai kelengkapan organ BKM membentuk gugus tugas yang akan berfungsi dalam pelaksanaan secara eksekutif. Gugus tugas yang dibentuk adalah : Unit Pengelola Lingkungan (UPL); Unit Pengelola Keuangan (UPK); Unit Pengembangan Sosial (UPS). Tanggung jawab dan fungsi masingmasing gugus tugas tersebut adalah sebagai berikut : a. Unit Pengelola Lingkungan (UPL) Unit Pengelola Lingkungan (UPL) adalah gugus tugas BKM yang melaksana-kan fungsi, tugas dan tanggung jawab secara teknis di bidang pengembangan lingkungan. Anggota UPL adalah warga yang memiliki jiwa kerelawanan serta memiliki kecakapan di bidang teknik dan bangunan. Peran dan tanggung jawab UPL antara lain adalah : 1) Mengorganisir potensi dan kontribusi warga dalam rangka pengembangan lingkungan perumahan dan permukiman. 2) Mengkoordinir pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana sesuai NUPs. 3) Bersama melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil-hasil pembangunan prasarana dan sarana sesuai NUPs. 4) Mendorong dan memprakarsai terciptanya mekanisme pengelolaan, pelestarian serta pengembangan prasarana dan sarana secara partisipatif. 5) Mendorong tumbuhnya prakarsa dan rencana serta memberikan bantuan teknik bagi warga untuk memperbaiki tempat tinggalnya. b. Unit Pengelola Keuangan (UPK) Unit Pengelola Keuangan (UPK) adalah gugus tugas BKM yang melaksana-kan fungsi tugas dan tanggung jawab secara teknis dalam penata bukuan keuangan. Anggota UPK adalah warga yang memiliki jiwa kerelawanan serta memiliki kecakapan di bidang penata bukuan keuangan. Peran dan tanggung jawab UPK antara lain adalah : 1) Menata-bukukan keuangan yang berkaitan dengan pelaksanaan NUSSP di kelurahannya. National Management Consultant (NMC) 68

69 2) Membantu warga untuk memperoleh akses layanan keuangan dari lembaga keuangan formal dan informal dalam rangka perbaikan rumah. 3) Mendorong dan memprakarsai tumbuhnya simpan pinjam, arisan bahan bangunan, arisan pemugaran dan ekonomi lainnya dalam rangka mempercepat proses peningkatan kualitas rumah. 4) Memberikan asistensi dan pendampingan dalam perencanaan keuangan keluarga bagi KK yang memiliki program pengadaan, pemugaran dan pengembangan rumah. 5) Melayani pembayaran kredit mikro perumahan dari KSM/individu kemudian menyetorkannya pada lembaga keuangan kreditur. c. Unit Pengembangan Sosial (UPS) Unit Pengembangan Sosial Ke (UPS) adalah gugus tugas BKM yang melaksanakan fungsi tugas dan tanggung jawab secara teknis di bidang pengembangan sosial. Anggota UPS adalah warga yang memiliki jiwa kerelawanan serta memiliki kecakapan mengelola yang bersifat sosial kean. Peran dan tanggung jawab UPS antara lain adalah : 1) Mengorganisir potensi dan swadaya dalam rangka pengembangan kehidupan sosial bagi warga setempat. 2) Menumbuhkan dan mengembangkan prakarsa untuk terciptanya mekanisme penyantuan bagi warga yang tidak memiliki tempat tinggal. 3) Mendorong tumbuhnya iklim gotong royong dalam rangka mempercepat proses perbaikan rumah bagi warga. Kelompok Swadaya Masyarakat /KSM (dibentuk apabila dibutuhkan) Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dimaksudkan sebagai wadah partisipasi dalam proses pengelolaan hasil-hasil pembangunan infrastruktur permukiman yang telah dibangun melalui NUSSP. KSM dibentuk sesuai kebutuhan dan pengelolaannya berada di bawah UPL BKM. KSM yang akan difasilitasi dalam NUSSP adalah KSM memenuhi kriteria berikut : 1) Memiliki orientasi untuk menampung partisipasi warga dalam satuan yang kecil (RT/RW) dalam pelaksanaan peningkatan kualitas lingkungan secara berkelanjutan. 2) Dapat merupakan kelompok yang telah ada sebelum adanya NUSSP maupun kelompok yang dibentuk selama penyelenggaraan NUSSP. 3) Berdomisili di kelurahan lokasi NUSSP ybs. 4) Tidak berafiliasi pada suatu partai atau lembaga swasta tertentu. Warga Masyarakat Dalam paradigma baru pembangunan peran adalah sebagai pelaku utama, sedangkan pemerintah berperan sebagai fasilitator dan dinamisator. Masyarakat sebagai pelaku utama memiliki peran dan fungsi sebagai berikut : a) Merencanakan, warga sebagai penerima manfaat dan sekaligus penerima resiko dari seluruh perencanaan yang telah dibangun. Oleh karena itu harus didorong untuk mampu berperan dalam proses perencanaan sebagai bagian dari hak dan tanggung jawab sebagai warga sipil. Sebagai produk dari pelaksanaan peran dan fungsi dalam perencanaan oleh warga adalah NUPs. b) Melaksanakan, keterlibatan dalam pelaksanaan merupakan suatu hal yang sangat positif dan harus didorong. Keterlibatan akan berdampak terhadap tumbuhnya partisipasi, kontribusi dan rasa memiliki terhadap tersebut oleh warga. Kondisi ini akan mampu mendorong tumbuhnya akuntabilitas dan kontrol sosial. Peran warga dalam pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana dapat dilaksanakan dalam 2 (dua) cara, yaitu melaui UPL dalam bentuk Kerjasama Operasi (KSO) dengan pemerintah daerah setempat dan atau sebagai tenaga kerja lokal. National Management Consultant (NMC) 69

70 c) Mengawasi, pengawasan yang dikembangkan adalah pengawasan oleh secara partisipatif yang terkoordinir melalui UPL-BKM. Masyarakat didorong kepeduliaannya terhadap perencanaan dan pelaksanaan NUSSP, agar berpartisipasi dan berkontribusi dalam pengawasan. Pengawasan dilaksanakan dan tumbuhkan secara organik, ramah dan tidak memojokkan, memberi kesempatan berlangsungnya proses pembelajaran kepada semua warga Pembiayaan Sumber Dana dan Peruntukan Dana Kegiatan NUSSP dilaksanakan dengan dana APBN, APBD Kota/kabupaten yang diperkuat dengan dana pinjaman dari Asian Development Bank (ADB). Pemanfaatan dana NUSSP dari ketiga sumber tersebut dimanfaatkan dalam membiayai komponen dijelaskan melalui skema berikut : Gambar 4.2. Pola Pembiayaan Kegiatan NUSSP Komponen 3: Peningkatan kualitas prasarana lingkungan & pengembangan area baru Grant dari Pemerintah Pusat dengan sumber dana pinjaman ADB Grant dari Pemerintah Pusat dengan sumber dana pinjaman ADB Ditjen Cipta Karya Dep. Pekerjaan Umum Statement of Expense Account Pemerintah Kota/Kabupaten Local Coordinating Offices (LCOs) matching grant dari Pemerintah Kota/Kabupaten Dana Pinjaman ADB (ADF dan OCR) Departemen Keuangan Komponen 1 & 4: Capacity Building and Project Implementation Support Konsultan dan Jasa Pelatihan di Tk. Nasional, Kota dan Lokal Komponen 2: Shelter Microfinance Subsidiary Loan Agreement s PT. PNM Bank Prekreditan Rakyat (BPR) Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Komunitas Berpenghasilan Rendah (KBR) di Wilayah Sasaran National Management Consultant (NMC) 70

71 1. Pemberdayaan Masyarakat dan Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah, pembiayaan lokakarya, pelatihan dan pendampingan oleh fasilitator dibiayai oleh dana pinjaman ADB. Sedangkan dana APBN dan APBD dimanfaatkan untuk pembiayaan lokakarya dan pelatihan untuk peningkatan kapasitas aparat pemerintah di lingkungan masing-masing. Lokakarya dan pelatihan dalam NUSSP ditentukan oleh PMU NUSSP. 2. Pembiayaan Kegiatan perbaikan rumah dapat diakses melalui Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) maupun secara Individual, pembiayaan yang bersifat individual dalam rangka peningkatan kualitas hunian disediakan melalui kredit mikro perumahan dapat diakses oleh melalui suatu usulan yang ajukan kepada Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang telah ditunjuk sebagai LFI oleh PT. PNM untuk menyalurkan kredit mikro untuk perbaikan rumah. Dalam hal mana di suatu daerah tidak terdapat LFI maka PT. PNM akan menunjuk LKM formal lainnya yang terdekat dengan kelompok yang dilayani (lihat bagan alir penyaluran kredit mikro). 3. Pembiayaan pembangunan infrastruktur permukiman, disediakan oleh pemerintah melalui dana pinjaman dari ADB dan APBD kota/kabupaten. Sedangkan infrastruktur dalam kapling individual, disediakan sendiri oleh rumah tangga yang bersangkutan. 4. Pembiayaan Bantuan Teknis/Konsultan dan Fasilitator Pendamping, pembiayaan atas bantuan teknis yang diberikan oleh konsultan/fasilitator sepenuhnya dibiayai dari dana pinjaman ADB. Bantuan teknis yang diberikan termasuk fasilitasi, pelatihan, pendampingan, monitoring dan supervisi. Sedangkan - yang dilaksanakan oleh pemerintah propinsi dan pemerintah kota/kabupaten sehubungan dengan NUSSP, misalnya lokakarya dan pelatihanpelatihan untuk aparat di instansi masing-masing maka pembiayaannya adalah melalui APBD propinsi dan APBD Kota/kabupaten ybs. 1) Dana pinjaman perumahan disalurkan melalui lembaga keuangan lokal pada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan individu untuk memperbaiki rumah termasuk status kepemilikannya. 2) Pinjaman ini dapat diberikan kepada individu-individu yang tinggal di lokasi yang termasuk dalam daftar calon yang layak memperoleh pinjaman. 3) Anggota lainnya bisa memperoleh kesempatan untuk memperoleh kredit apabila kelompok pertama atau sebelumnya telah melunasi kreditnya. National Management Consultant (NMC) 71

72 Penyelenggaraan dan Pembiayaan Kegiatan Sosialisasi NUSSP Kegiatan sosialisasi NUSSP merupakan yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan pemahaman, mendekatkan cara pandang dan cara tindak terhadap NUSSP oleh calon pelaku, calon sasaran dan calon penerima manfaat langsung dan secara luas dan kelompok pemeduli lainnya. Kegiatan sosialisasi ini harus dipahami sebagai kebutuhan semua pihak, bukan hanya kebutuhan pihak penyelenggara (leading sector) semata-mata. National Management Consultant (NMC) 72

73 Penyelenggaraan sosialisasi NUSSP dilaksanakan secara berjenjang dari tingkat pusat sampai tingkat daerah dan tingkat komunitas. Pembiayaan sosialisasi secara garis besar adalah sebagai berikut : Level Kegiatan Sosialisasi tingkat pusat Sosialisasi tingkat propinsi Sosialisasi tingkat kota/kabupaten Sosialisasi tingkat kecamatan Penyelenggaraan dan Pembiayaan Diselenggarakan di pusat oleh Departemen Kimpraswil dan dibiayai melalui APBN dan atau ADB Diselenggarakan oleh Pemerintah Propinsi dan dibiayai melalaui APBD Propinsi dan atau ADB Diselenggarakan oleh pemerintah kota/kabupaten dan dibiayai oleh APBD kota/kabupaten dan atau ADB Diselenggarakan oleh kecamatan yang bersangkutan dengan melalui APBD setempat dan atau ADB Pembiayaan Kegiatan Masyarakat Paradigma baru pembangunan menempatkan sebagai pelaku utama sedangkan pemerintah berperan sebagai fasilitator. Dalam pelaksanaan, menyediakan bantuan teknis berupa fasilitasi oleh Konsultan Manajemen Wilayah (KMW). Pelaksanaan dalam NUSSP sebagaimana diuraikan dalam komponen merupakan wahana belajar bagi dalam implementasi Tridaya dan pelaksanaan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang diterapkan dalam NUSSP. Oleh karena itu NUSSP di tingkat harus dipahami sebagai kebutuhan warga secara luas yang dilaksanakan secara sukarela dan tidak mengharapkan adanya imbalan. Gambaran ringkas mengenai penyelenggaraan adalah sebagai berikut : National Management Consultant (NMC) 73 Jenis Kegiatan Rembug warga Survei dan pemetaan Pelatihan (BKM, UPK, UPL, UPS) Aktivitas rutin BKM dan gugus tugasnya (sosialisasi swakarsa rapat-rapat, perjalanan dinas, penyelesaian masalah, dll) Aktivitas TPM Penyusunan NUPs/PJM (pertemuan, alat tulis, perjalanan, akomodasi, konsumsi, dll) Sosialisasi NUPs / PJM (perjalanan, sewa tempat, konsumsi, dll) Penyelenggaraan dan Pembiayaan Diselenggarakan oleh warga dan difasilitasi oleh fasilitator KMW, pembiayaan penyelenggaraan termasuk akomodasi pertemuan adalah merupakan swadaya warga setempat Diselenggarakan oleh warga dan difasilitasi oleh fasilitator KMW, pembiayaan penyelenggaraan termasuk akomodasi pertemuan adalah merupakan swadaya warga setempat Diselenggarakan oleh Konsultan Manajemen Wilayah (KMW), pembiayaan melalui dana pinjaman ADB termaktub dalam kontrak kerja KMW. Dilaksanakan oleh BKM dan dibiayai secara swadaya oleh warga dan dibantu oleh melalui APBD kota/kabupaten. Pada dasarnya adalah relawan yang memberikan kontribusinya untuk pelaksanaan NUSSP di kelurahannya, TPM ini akan mendapat bantuan biaya operasional dari pemerintah kota /kabupaten setempat. Dilaksanakan oleh BKM dan difasilitasi oleh fasilitator KMW, dibiayai secara swadaya oleh warga dan dibantu melalui APBD kota/kabupaten setempat Dilaksanakan oleh BKM dan difasilitasi oleh fasilitator KMW,

74 Monitoring partisipatif (perjalanan, konsumsi, akomodasi, alat tulis, dll) Evaluasi partisipatif (perjalanan, konsumsi, akomodasi, alat tulis) Penyusunan Rencana Tindak Lanjut (konsumsi, akomodasi, alat tulis) dibiayai secara swadaya oleh warga dan dibantu melalui APBD kota/kabupaten setempat Dilaksanakan oleh BKM dan dibiayai secara swadaya oleh warga dan dibantu melalui APBD kota/kabupaten Dilaksanakan oleh BKM dan dibiayai secara swadaya oleh warga dan dibantu melalui APBD kota/kabupaten setempat Dilaksanakan oleh BKM dan dibiayai secara swadaya oleh warga dan dibantu melalui APBD kota/kabupaten setempat Dalam pelaksanaannya pembiayaan harus dirembug secara bersama, diambil keputusan yang terbaik, yang kuat membantu yang lemah, dilaporkan secara transparan dan dapat dipertanggung jawabkan secara moral maupun material. Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Permukiman Neighbourhood Upgrading Plans/NUPs merupakan suatu usulan yang disusun secara partisipatif oleh warga, disetujui oleh pemerintah daerah. Untuk mengimplementasikan yang ada dalam NUPs, yaitu meliputi sebagai berikut : Jenis Kegiatan Pembebasan tanah (land acquisition) Pembangunan Infrastruktur primer (infrastruktur works) Pinjaman Pembangunan Rumah Baru dan Pengembangan dan Perbaikan Rumah oleh warga Pelatihan dan lokakarya Administrasi dan supervisi pelaksanaan pembangunan Keterangan/Pembiayaan Dilaksanakan dan dibiayai oleh pemerintah kota/kabupaten setempat Dilaksanakan oleh pemerintah kota/kabupaten; dibiayai dari dana ADB, dan APBD kota/kabupaten setempat Dilaksanakan oleh ; disediakan dari dana ADB yang dioperasionalisasikan sebagai kredit mikro perumahan melalui PT. PNM. Dilaksanakan oleh Konsultan Manajemen Pusat (KMP), Konsultan Manajemen Wilayah (KMW); dibiayai melalui dana dari ADB Dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan pemerintah kota/kabupaten; disediakan darai dana APBN dan APBD kota/kabupaten setempat Pengendalian Dan Pelaporan Pengendalian dan pelaporan merupakan bagian penting dari manajemen pelaksanaan NUSSP. Pengedalian dan pelaporan dilaksanakan secara berjenjang oleh tiap-tiap segmen pada masing-masing lini pelaku. Pengendalian Pengendalian dilakukan untuk menjamin bahwa NUSSP dilaksanakan sesuai dengan tatacara yang ditetapkan dalam buku pedoman, dapat diselesaikan sesuai jadwal serta menghasilkan kinerja output sesuai dengan target yang ditetapkan. Pelaporan Pelaporan dilaksanakan secara berjenjang pada masing-masing lini, namun tidak menutup kemungkinan terjadinya mekanisme lintas lini. Bagan alir pelaporan adalah sebagai berikut : National Management Consultant (NMC) 74

75 Tim Pengarah BAPPENAS Tim Teknis Pusat PMU/Pimpro Depdagri KMP KMW Dinas PU Stakeholder P2KP Bappeda Prop. Propinsi Korkot Bappeda Kab./Kota Kab./Kota Kecamatan TPM/Kader BKM Lurah Kelurahan KSM Masyarakat Gambar 4.3. Bagan Alir Pelaporan National Management Consultant (NMC) 75

76 Bab 5 ok Pelaksanaan pendampingan dalam NUSSP selama 24 bulan untuk pemberdayaan pada kenyataannya belum dapat menghasilkan kemandirian secara keseluruhan, sehingga peran pemerintah kota/kabupaten dalam fasilitasi dan pendampingan paska NUSSP sangat diperlukan. Pendampingan paska NUSSP diharapkan dapat memberikan dampak dalam mendukung keberlanjutan, mendorong reorientasi menjadi program, bahkan mendorong agar program dapat menjadi gerakan. Oleh karena itu, pelibatan pemerintah kota/kabupaten sejak awal dalam pelaksanaan NUSSP sangat penting artinya dalam mempersiapkan pengelolaan paska NUSSP. Pada masa, seluruh pemberdayaan dilasanakan secara kolaboratif antara pemerintah pusat (yang dilaksanakan melalui jasa KMW) bersama pemerintah daerah, namun secara berangsur-angsur peran pemerintah pusat dikurangi dan peran pemerintah kota/kabupaten di tingkatkan. Peningkatan peran pemerintah kota/kabupaten seyogyanya sejalan dengan meningkatnya kapasitas pemerintah daerah dalam pelaksanaan pengelolaan NUSSP dan pembangunan daerah secara umum, untuk itulah kiranya diperlukan suatu kesungguhan pemerintah kota/kabupaten dalam upaya peningkatan kapasitas aparatnya serta perbaikan manajemen pembangunan daerah secara umum. Peran pemerintah daerah dalam menjamin keberlanjutan adalah memberikan dukungan, fasilitasi dan menjaga keseimbangan. Dalam hal ini pemerintah daerah harus memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai sektor perumahan dan permukiman, kepedulian terhadap kebutuhan dan kondisi kelompok miskin, serta pemerintah daerah harus memiliki perencanaan yang berkelanjutan. Untuk menjamin keberlanjutan maka perlu dilakukan sinergi dengan lain yang dikembangkan baik yang bersifat inter departemen maupun yang antar departemen. Sinergi antara berbagai penanggulangan kemiskinan oleh berbagai pihak sebagaimana diilustrasikan pada gambar 5.1. berikut Gambar 5.1. Orientasi Keberlanjutan Kegiatan dan Chanelling dalam NUSSP National Management Consultant (NMC) 76 ORIENTASI KEBERLANJUTAN NUSSP Channeling Program Aspek TRIDAYA DEPKIMPRASWIL Pembangunan Prasarana Lingkungan Permukiman Program Perumahan Swadaya Perbaikan Lingkungan Permukiman Kumuh Program RASKIN Penyaluran Program Pemberdayaan Lingkungan Pemberdayaan Masyarakat Squatter DEPSOS, DEPKES, DEPDIKNAS Lingk Kartu Sehat Bea siswa Anak Sekolah Sos BKM HK Penyaluran Program Pemberdayaan Sosial Program Sertifikasi Tanah BPN Makanan Tambahan Anak Sekolah Ek Penyaluran Program Pemberdayaan Ekonomi Pelatihan2 10 Inkubasi Bisnis Penyaluran Kredit UKM /Koperasi Kredit UKM Perbankan Kerjasama Modal Ventura

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM Deputi Meneg PPN/Kepala Kepala Bappenas Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan UKM Rakornas Gubernur dan Bupati/Walikota dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN STIMULAN UNTUK PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN Keynote Speech Kebijakan Business Development Center Untuk Mendukung Penanganan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.57, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT. Peningkatan. Pengawasan. Pengendalian. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor: 01/PERMEN/M/2009 TENTANG ACUAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI W A L I K O T A K E D I R I PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI Menimbang WALIKOTA KEDIRI, : a. bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN STIMULAN UNTUK PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum Pd T-05-2005-C Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (P BM) 1. Pedoman umum 1 Ruang lingkup Pedoman ini meliputi ketentuan umum dalam penyelenggaraan, kelembagaan, pembiayaan, pembangunan prasarana

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Taipa, 10 September 2016

KATA PENGANTAR. Taipa, 10 September 2016 KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan telah tersusunnya buku Laporan Akhir Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK) Kelurahan Taipa Kota Palu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP 1. PENDAHULUAN BKM adalah lembaga masyarakat warga (Civil Society Organization), yang pada hakekatnya mengandung pengertian sebagai wadah masyarakat untuk

Lebih terperinci

Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, Agustus 2013

Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, Agustus 2013 DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, 28-30 Agustus 2013 Pada Tahun 2013, Pemerintah telah menetapkan berbagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 01 /PERMEN/M/2009 TENTANG ACUAN PENYELENGGARAAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 01 /PERMEN/M/2009 TENTANG ACUAN PENYELENGGARAAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 01 /PERMEN/M/2009 TENTANG ACUAN PENYELENGGARAAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang

Lebih terperinci

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM Draft PETUNJUK PELAKSANAAN Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM I. Pendahuluan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan salah satu upaya penanganan masalah kemiskinan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas : BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1. Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perancangan Dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas di Desa Jomblang

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi

Lebih terperinci

Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013

Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN LATAR BELAKANG Pada Tahun

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

4.1. TINGKAT NASIONAL Project Management Unit (PMU)

4.1. TINGKAT NASIONAL Project Management Unit (PMU) PNPM Mandiri Perkotaan merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan dari PNPM Mandiri Nasional oleh sebab itu pengelolaan program ini juga merupakan bagian dari pengelolaan program nasional PNPM Mandiri

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERANAN USDRP DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERKOTAAN

PERANAN USDRP DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERKOTAAN PERANAN USDRP DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERKOTAAN PROJECT LAUNCHING & WORKSHOP URBAN SECTOR DEVELOPMENT REFORM PROGRAM (USDRP) LOAN NO. 4786-IND, PHRD GRANT NO. TF-053555-IND JAKARTA, 24 26 JULI 2006

Lebih terperinci

Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP

Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP I. PENDAHULUAN Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) adalah suatu lembaga milik

Lebih terperinci

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF Nama Alamat : Ronggo Tunjung Anggoro, S.Pd : Gendaran Rt 001 Rw 008 Wonoharjo Wonogiri Wonogiri

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN WILAYAH PERMUKIMAN DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT studi kasus : kawasan permukiman Kalianak Surabaya

PEMBANGUNAN WILAYAH PERMUKIMAN DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT studi kasus : kawasan permukiman Kalianak Surabaya 1 PEMBANGUNAN WILAYAH PERMUKIMAN DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT studi kasus : kawasan permukiman Kalianak Surabaya Ir. Wiwik Widyo W., MT. Jurusan Teknik Arsitektur, FTSP - ITATS Jl. Arief Rachman Hakim

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian proses multidimensial yang berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu terciptanya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kubu Raya Tahun 2009-2029, bahwa RPJMD

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

Study On Community-Organized Social Activities In PNPM Mandiri

Study On Community-Organized Social Activities In PNPM Mandiri Study On Community-Organized Social Activities In PNPM Mandiri Tim Peneliti Sunyoto Usman (Sosiologi) Purwanto (Sosiologi) Derajad S. Widhyharto (Sosiologi) Hempri Suyatna (Sosiatri) Latar Belakang Program

Lebih terperinci

reciprocal dengan menggalang kemitraan sinergis antara pemerintah,

reciprocal dengan menggalang kemitraan sinergis antara pemerintah, STRATEGI MEMASUKKAN PJM-PRONANGKIS DALAM ALUR PEMBANGUNAN DAERAH Oleh : Sudrajat 1 A. Pendahuluan Masalah kemiskinan di Indonesia merupakan masalah mendasar yang segera ditangani. Penanggulangan kemiskinan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA Kemiskinan adalah masalah kompleks sehingga Penanggulangan kemiskinan perlu dilakukan secara komprehensif Kondisi lingkungan dan permukiman yang

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN ADAT ISTIADAT DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA ADAT MELAYU BELITONG KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran

Lebih terperinci

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif 1 Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif (a) Perencanaan Partisipatif disebut sebagai model perencanaan yang menerapkan konsep partisipasi, yaitu pola perencanaan yang melibatkan semua pihak (pelaku)

Lebih terperinci

KOORDINASI PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM USDRP

KOORDINASI PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM USDRP Republik Indonesia Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS KOORDINASI PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM USDRP DISAMPAIKAN OLEH: DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL DAN OTONOMI DAERAH BAPPENAS PADA:

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELATIHAN DASAR P2KP BAGI KONSULTAN PELAKSANA DAERAH DAN FASILITATOR REPLIKASI PROGRAM P2KP

KERANGKA ACUAN PELATIHAN DASAR P2KP BAGI KONSULTAN PELAKSANA DAERAH DAN FASILITATOR REPLIKASI PROGRAM P2KP KERANGKA ACUAN PELATIHAN DASAR P2KP BAGI KONSULTAN PELAKSANA DAERAH DAN FASILITATOR REPLIKASI PROGRAM P2KP I. LATAR BELAKANG Usaha mendorong kemandirian dan kemitraan masyarakat bersama Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

1.8.(2) Peremajaan Permukiman Kota Bandarharjo. Semarang

1.8.(2) Peremajaan Permukiman Kota Bandarharjo. Semarang 1.8.(2) Peremajaan Permukiman Kota Bandarharjo Semarang Tipe kegiatan: Peremajaan kota Inisiatif dalam manajemen perkotaan: Penciptaan pola kemitraan yang mempertemukan pendekatan top-down dan bottom-up

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) PELATIHAN DASAR BAGI KONSULTAN REPLIKASI PROGRAM REPLIKASI P2KP KHUSUS BALI Di Kab. Jembrana & Kab.

Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) PELATIHAN DASAR BAGI KONSULTAN REPLIKASI PROGRAM REPLIKASI P2KP KHUSUS BALI Di Kab. Jembrana & Kab. Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) PELATIHAN DASAR BAGI KONSULTAN REPLIKASI PROGRAM REPLIKASI P2KP KHUSUS BALI Di Kab. Jembrana & Kab. Karangasem I. LATAR BELAKANG Usaha mendorong kemandirian dan kemitraan

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN DALAM PROSES PERENCANAAN PARTISIPATIF PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

PENDAMPINGAN DALAM PROSES PERENCANAAN PARTISIPATIF PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) PENDAMPINGAN DALAM PROSES PERENCANAAN PARTISIPATIF PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) Jurusan Arsitektur Universitas Merdeka Malang; budiyanto_hery@yahoo.com Abstract Program

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONAL PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH Jakarta, 22 Desember 2014

KEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONAL PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH Jakarta, 22 Desember 2014 KEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONAL PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH 2015-2019 Jakarta, 22 Desember 2014 Persentase Juta Jiwa Kondisi dan Tantangan Permukiman Kumuh Urbanisasi yang pesat memberikan implikasi terhadap

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal ekonomi. Salah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya

KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN 2014-2015 Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya LINGKUP PAPARAN 1 Pendahuluan 2 Landasan Kebijakan 3 Arah

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2006

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2006 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN BANTUAN / HIBAH LANGSUNG KEPADA MASYARAKAT UNTUK PELAKSANAAN NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER SECTOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan menurut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia (TKPKRI, 2008) didefinisikan sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. BAB I PENDAHULUAN Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. Penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, terusmenerus, dan terpadu dengan menekankan pendekatan

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP) - II

PEDOMAN UMUM PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP) - II PEDOMAN UMUM PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP) - II Bab 1. Pendahuluan 1.1 LATAR BELAKANG Masalah kemiskinan di Indonesia saat ini dirasakan sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal yang terdiri dari beberapa tempat hunian. Rumah adalah bagian yang utuh

BAB I PENDAHULUAN. tinggal yang terdiri dari beberapa tempat hunian. Rumah adalah bagian yang utuh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal yang terdiri dari

Lebih terperinci

Konsep Dasar. Mau. Paham. Mampu

Konsep Dasar. Mau. Paham. Mampu Konsep Dasar Paham Mau Pelatihan yang berorientasi pada penumbuhan pemahaman, motivasi, dan kemampuan dari Fasilitator untuk penanganan program secara partisipatif, transparan, akuntabel, mandiri dan berkelanjutan.

Lebih terperinci

Bersama Program KOTAKU Kita Tuntaskan Kumuh.

Bersama Program KOTAKU Kita Tuntaskan Kumuh. Bersama Program KOTAKU Kita Tuntaskan Kumuh. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) merupakan Program lanjutan dari Program PNPM Mandiri Perkotaan. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)telah disosialisasikan di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk dapat memperbaiki tingkat kesejahteraannya dengan berbagai kegiatan usaha sesuai dengan bakat,

Lebih terperinci

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN Non Pro Poor Policies Pro-Poor Policies Pro-Poor Program & Budgeting Good Local Governance PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN Merubah cara pandang terhadap pendekatan pembangunan

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP 6.1 Prioritas Aspek yang Berperan dalam Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis

Lebih terperinci

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN Bappenas menyiapkan strategi penanggulangan kemiskinan secara lebih komprehensif yang berbasis pada pengembangan penghidupan berkelanjutan/p2b (sustainable livelihoods approach).

Lebih terperinci

PRESS RELEASE JAYAPURA, PAPUA 15 MARET 2011

PRESS RELEASE JAYAPURA, PAPUA 15 MARET 2011 PRESS RELEASE JAYAPURA, PAPUA 15 MARET 2011 Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum terus berupaya agar keterlibatan pemerintah provinsi dalam PNPM Mandiri Perkotaan meningkat dari waktu

Lebih terperinci

Arah Kebijakan Percepatan Penanganan Kumuh dan Gambaran Umum Program KOTAKU

Arah Kebijakan Percepatan Penanganan Kumuh dan Gambaran Umum Program KOTAKU Z Arah Kebijakan Percepatan Penanganan Kumuh 2015-2019 dan Gambaran Umum Program KOTAKU Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Latar Belakang & Kebijakan Amanat

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN BAB V. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (Pemilukada)

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN SENTRA HASIL HUTAN BUKAN KAYU UNGGULAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 28 TAHUN 2015jgylyrylyutur / SK / 2010 TENTANG MEKANISME PENYALURAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

Peran Sektor Swasta dalam Percepatan Pembangunan Ekonomi di Daerah Tertinggal, Pendekatan Progam P2DTK 1

Peran Sektor Swasta dalam Percepatan Pembangunan Ekonomi di Daerah Tertinggal, Pendekatan Progam P2DTK 1 Peran Sektor Swasta dalam Percepatan Pembangunan Ekonomi di Daerah Tertinggal, Pendekatan Progam P2DTK 1 1. Latar Belakang Program prioritas yang terkait dengan percepatan pembangunan daerah tertinggal

Lebih terperinci

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) mulai tahun Konsepsi Pemberdayaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan harus memperhatikan segala sumber-sumber daya ekonomi sebagai potensi yang dimiliki daerahnya, seperti

Lebih terperinci

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Agenda 21 yang dicanangkan di Rio de Janeiro tahun 1992

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN ADAT ISTIADAT DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA ADAT MELAYU BELITONG KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan BUKU 1 SERI SIKLUS PNPM- Mandiri Perkotaan Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan 3 Membangun BKM 2 Pemetaan Swadaya KSM 4 BLM PJM Pronangkis 0 Rembug Kesiapan Masyarakat 1 Refleksi Kemiskinan 7 Review: PJM,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK)

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) atau Support for Poor and Disadvantaged Area (SPADA) merupakan salah satu program dari pemerintah

Lebih terperinci

HARMONISASI PROGRAM PEMBERDAYAAN. Oleh: Irawan Hasan, Askoorkot Kab. Karo, KMW IV P2KP-3 Sumatera Utara. Karo, 02 Juni 2007

HARMONISASI PROGRAM PEMBERDAYAAN. Oleh: Irawan Hasan, Askoorkot Kab. Karo, KMW IV P2KP-3 Sumatera Utara. Karo, 02 Juni 2007 Karo, 02 Juni 2007 HARMONISASI PROGRAM PEMBERDAYAAN Oleh: Irawan Hasan, Askoorkot Kab. Karo, KMW IV P2KP-3 Sumatera Utara Kemiskinan. Kata yang sangat sederhana, namun mengandung arti yang sangat dalam.

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan

Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan 1. Pengantar Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan Proses pemberdayaan masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan dilakukan untuk menumbuhkembangkan kesadaran kritis masyarakat terhadap nilai-nilai

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PENGUATAN SUBSTANSI P2KP DAN REPLIKASI PROGRAM P2KP

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PENGUATAN SUBSTANSI P2KP DAN REPLIKASI PROGRAM P2KP KERANGKA ACUAN PELATIHAN PENGUATAN SUBSTANSI P2KP DAN REPLIKASI PROGRAM P2KP I. LATAR BELAKANG Salah satu prioritas pembangunan saat ini adalah penanggulangan kemiskinan dengan target pada tahun 2009,

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI PEMBANGUNAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, sesungguhnya adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah yang

Lebih terperinci

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Pendekatan Kultural Pendekatan Struktural Model Pendekatan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan 1. Pendekatan Kultural adalah program

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

BAGIAN I. PENDAHULUAN

BAGIAN I. PENDAHULUAN BAGIAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Kegiatan di sektor ketenagalistrikan sangat berkaitan dengan masyarakat lokal dan Pemerintah Daerah. Selama ini keberadaan industri ketenagalistrikan telah memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah adalah merupakan suatu manifestasi yang diraih oleh masyarakat tersebut yang diperoleh dari berbagai upaya, termasuk

Lebih terperinci