Analisa Tegangan Tembus Minyak Nabati Dengan Perlakuan Pemanasan Berulang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisa Tegangan Tembus Minyak Nabati Dengan Perlakuan Pemanasan Berulang"

Transkripsi

1 Analisa Tegangan Tembus Minyak Nabati Dengan Perlakuan Pemanasan Berulang Ika Novia Anggraini 1*, Diana 1, M. Khairul Amri Rosa 1 1 Program Studi Teknik Elektro, Universitas Bengkulu, * ikanoviaanggraini@gmail.com ABSTRACT This paper reports the effects of repeated heating on samples of virgin coconut oil (VCO), crude palm oil (CPO) and used transformer oil. Experiments results shows that the repeated heating reduces their water density and viscosity, but increases their breakdown voltage. In addition, breakdown voltage of CPO is higher than VCO but close to that of used transformer oil. Moreover, The breakdown voltages of CPO and transformer oil satisfy the standards IEC 296 and SPLN 49-1 : 1982 Keywords: CPO, breakdown voltage, VCO, viscosity ABSTRAK Tulisan ini melaporkan pengaruh pemanasan berulang pada sampel minyak kelapa murni (VCO), minyak sawit (CPO) dan minyak trafo bekas. Hasil uji coba menunjukkan bahwa pemanasan berulang mengurangi kadar uap air menguap, mengurangi nilai, dan menaikkan tegangan tembus ketiga sampel tersebut. Tegangan tembus CPO lebih tinggi dibanding VCO, serta sebanding dengan sampel minyak trafo bekas. Selain itu, tegangan tembus CPO dan minyak trafo bekas memenuhi standar IEC 296 dan SPLN 49-1 : 1982 Kata kunci: CPO, tegangan tembus, VCO, viskositas 1. PENDAHULUAN Dalam dunia kelistrikan, minyak isolasi banyak digunakan pada peralatan tegangan tinggi seperti transformator daya yang berfungsi sebagai pemisah antara penghantar-penghantar yang bertegangan dan sebagai media pendingin [1]. Minyak isolasi biasanya terbuat dari minyak bumi yang merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, sehingga apabila dipakai secara terusmenerus dan dalam jangka panjang lama-kelamaan minyak tersebut bisa saja habis. Sekarang telah banyak dilakukan penelitian untuk mencari alternatif dari isolasi cair salah satunya adalah minyak berbahan dasar nabati seperti minyak kelapa murni (VCO) dan minyak sawit (CPO). Dari suatu penelitian yang mengkaji tegangan tembus VCO dengan berbagai variasi jarak sela elektroda, didapatkan bahwa tegangan tembus VCO mencapai kv/2.5 mm [2]. Angka ini hampir mendekati standar IEC 156 yaitu sebesar 30 kv/2.5 mm. Temperatur memiliki pengaruh terhadap karakteristik tegangan tembus minyak nabati, dimana kenaikan temperatur dapat meningkatkan tegangan tembus minyak nabati dengan nilai kenaikan yang tidak tetap [3]. Pada penelitian lainnya didapat suatu kesimpulan bahwa bila ditinjau dari sisi tegangan tembus maka minyak sawit mentah yang dipanaskan terlebih dahulu dengan temperatur 190 C selama satu jam sudah memenuhi persyaratan sebagai minyak transformator sedangkan yang tidak dipanaskan belum memenuhi persyaratan. Dengan pemanasan selama satu jam terlebih dahulu, dapat meningkatkan tegangan tembus sebesar 74.41% [4]. Pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan persentase kadar air, nilai viskositas, serta nilai tegangan tembus yang terkandung dalam sampel VCO, CPO serta minyak trafo bekas dengan melakukan pemanasan berulang pada sampel. 2. TINJAUAN PUSTAKA A. Jenis Minyak Isolasi 1. Minyak isolasi mineral Minyak isolasi mineral adalah minyak isolasi yang bahan dasarnya berasal dari minyak bumi yang diproses dengan cara destilasi. Minyak isolasi hasil destilasi ini harus mengalami beberapa proses lagi agar diperoleh tahanan isolasi yang tinggi, stabilitas panas yang baik, mempunyai karakteristik panas yang stabil, dan memenuhi syarat-syarat teknis yang lain. Minyak isolasi mineral banyak digunakan pada transformator daya, kabel, pemutus daya (CB) dan kapasitor. 2. Minyak isolasi sintesis Minyak isolasi sintetis adalah minyak isolasi yang diolah dengan proses kimia untuk mendapatkan karakteristik yang lebih baik. Sifat sifat penting dari minyak isolasi sintetis bila dibandingkan dengan minyak isolasi mineral adalah memiliki kekuatan dielektriknya di atas 40 kv. Berat jenisnya adalah 1.56 dan jika dicampur dengan air, minyak isolasi berada di bawah permukaan air sehingga mempermudah dalam proses pemurnian dan pemisahan kadar air dalam minyak. Pada 62

2 ISSN: Parameter Warna Berat Jenis Bau dan rasa Air dan kotoran Asam lemak bebas Asam lemak jenuh Asam Laurat Asam Miristat Asam Kaprat Asam Palmitat Asam Kaprilat Asam Kaproat Asam lemak tidak jenuh Asam Oleat Asam Palmitoleat TABEL 1 KARAKTERISTIK VCO Kondisi Kuning kecoklatan gr/cm 3 Normal 0.2 % 0.2 % % % % % % % % % kondisi pemakaian yang sama dengan minyak mineral, uap lembab akan menyebabkan oksidasi yang berlebih serta penurunan kekuatan dielektrik lebih cepat pada minyak sintetis bila dibandingkan dengan minyak mineral. 3. Minyak isolasi dari bahan olahan nabati Beberapa jenis minyak isolasi dari bahan olahan nabati antara lain: minyak jarak, VCO, CPO, minyak kedelai dan minyak jagung. Minyak Kelapa Murni (VCO) VCO adalah minyak yang dibuat dari bahan kelapa segar, diproses dengan pemanasan terkendali atau tanpa pemanasan sama sekali, tanpa bahan kimia. Berdasarkan tingkat ketidak jenuhannya yang dinyatakan dengan bilangan Iod (iodine value), maka VCO dapat dimasukkan ke dalam golongan non drying oils, karena bilangan iod minyak tersebut berkisar antara Tabel 1 menyajikan karakteristik dari VCO. Minyak Kelapa Sawit (CPO) Crude Palm Oil (CPO) merupakan hasil olahan dari daging buah kelapa sawit melalui proses perebusan Tandan Buah Segar (TBS), perontokan, dan pengepresan. CPO ini diperoleh dari bagian mesokarp buah kelapa sawit yang telah mengalami beberapa proses yaitu sterilisasi, pengepresan, dan klarifikasi. Proses pembuatan CPO dimulai dengan mensterilkan tandan dengan memberikan steam/uap air ke dalam mesin sterlizier setelah itu buah dipisahkan dari tandan dengan menggunakan alat pemipil (striper), buah yang telah dipisahkan dari tandan ini kemudian dihancurkan untuk selanjutnya diekstraksi dengan menggunakan alat pengempa sehingga dihasilkan minyak kelapa sawit. Namun minyak ini masih banyak pengotornya, oleh sebab itu minyak tersebut harus dilakukan penjernihan dengan cara disaring getar untuk menghilangkan serabut, selanjutnya dipanaskan hingga Parameter Warna Berat jenis Bau dan rasa Air dan kotoran Indeks bias 40ºC Bilangan Iod Titik leleh Asam laurat Asam miristat Asam palmitat Asam palmitoleat Asam stearate Asam oleat Asam linoleiat Asam linolenat Asam arakidenat TABEL 2 KARAKTERISTIK CPO Kondisi Bening 0.9 gr/cm 3 Normal % º C % % % % % % % % % suhu º C, setelah itu baru diendapkan sehingga dihasilkanlah CPO yang baik. Secara umum, minyak sawit mempunyai komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh dengan proporsi yang seimbang. Komposisi asam lemak minyak sawit sebagaimana disajikan pada Tabel 2 menyebabkan minyak sawit bersifat semi-solid, dengan titik leleh berkisar antara 33 ºC sampai 39 ºC. Karakteritik leleh yang demikian ini menyebabkan minyak sawit bisa digunakan untuk berbagai formulasi dalam bentuk alaminya tanpa perlu proses hidrogenisasi. B. Parameter Fisis Pada Bahan Isolasi Cair 1. Kerapatan (Density) Densitas merupakan perbandingan massa dan volume material tertentu. Densitas isolasi cair (minyak dan oli) lebih kecil dibandingkan dengan air, oleh karena itu adanya air dalam minyak akan mudah terpisah. 2. Kekentalan (Viscosity) Viskositas adalah besaran yang menggambarkan kekuatan aliran zat cair. Dalam fungsinya sebagai media pendingin, maka viskositas bahan isolasi cair merupakan faktor penting dalam aliran konversi untuk memindahkan panas. Viskositas tergantung pada temperatur cairan. Nilai viskositas dinamis adalah sebagai berikut: 2 2 r g ( 1) (1) gv Viskositas kinematik adalah ukuran kekentalan atau tahanan dalam untuk mengalir oleh masa jenisnya sendiri dengan satuan cst (centistoke), dinyatakan dalam Persamaan 2: V (2) 1 63

3 Jurnal Amplifier Vol. 5 No. 2, Nopember 2015 Keterangan : = Viskositas dinamis (poise) = Massa jenis bola ukur (g/cm3) r = Jari-jari bola ukur (cm) 1 = Massa jenis minyak isolasi (g/cm3) g = Gaya grafitasi V = Viskositas kinematik (St) v = Kecepatan bola ukur (cm/s) 1 St = 100 cst 3. Tegangan Tembus (Breakdown Voltage) Medan listrik memberi gaya kepada elektron agar terlepas dari ikatannya dan menjadi elektron bebas. Dengan kata lain, medan listrik merupakan suatu beban yang menekan dielektrik agar berubah sifat menjadi konduktor. Beban dari dielektrik dapat disebut sebagai terpaan medan listrik. Jika terpaan listrik melebihi batas kekuatan dielektrik dan berlangsung cukup lama, maka dielektrik akan menghantar arus atau berubah fungsinya sebagai bahan isolasi. Dalam hal ini, dielektrik mengalami kegagalan isolasi. Tegangan yang menyebabkan dielektrik tersebut mengalami kegagalan disebut tegangan tembus (breakdown voltage). Besarnya tegangan tembus pada dielektrik sama dengan atau lebih besar dari kekuatan dielektriknya [5]. C. Pengujian Minyak Isolasi Oksidasi dan kontaminan adalah hal yang dapat menurunkan kualitas minyak yang berarti dapat menurunkan kemampuannya sebagai isolasi. Oksidasi pada minyak isolasi trafo juga akan ikut andil dalam penurunan kualitas isolasi trafo. Pada saat minyak isolasi mengalami oksidasi, maka minyak akan menghasilkan asam. Asam ini apabila bercampur dengan air dan suhu yang tinggi akan mengakibatkan proses hydrolisis pada isolasi. Proses hydrolisis ini akan menurunkan kualitas isolasi. Pada Tabel 3 dan Tabel 4 disajikan spesifikasi minyak isolasi baru yang digunakan untuk standarisasi dari pengujian minyak isolasi. Untuk mengetahui ada tidaknya kontaminan dilakukan pengujian oil quality test. Pengujian kualitas minyak isolasi melingkupi beberapa pengujian yang metodanya mengacu pada standar IEC 422. Pengujian tersebut dapat dilakukan untuk minyak isolasi baru dan juga untuk minyak isolasi bekas. Kualitas dari minyak isolasi baru berbeda dengan isolasi bekas, oleh karena itu untuk isolasi bekas biasanya dilakukan purifikasi atau pemurnian kembali untuk mengurangi kandungan seperti endapan karbon yang terbentuk selama pengoperasian transformator yang dapat menyebabkan gagalnya suatu isolasi. TABEL 3 SPESIFIKASI MINYAK ISOLASI BARU STANDAR IEC 296 [6] No Sifat Minyak Isolasi Satuan Standar 1 Massa Jenis g/cm3 2 Viskositas (40 C) cst 3 Titik Nyala C 4 Titik Tuang C Angka Keasaman mgkoh/g < Korosi Belerang - Tidak korosif 7 Tegangan Tembus kv/2.5 mm 8 Faktor Kebocoran Dielektrik - TABEL 4 SPESIFIKASI MINYAK ISOLASI BARU STANDAR SPLN 49-1: 1982 [7] No Sifat Satuan Kelas 1 Kelas 2 Metode uji 1 Kejernihan - jernih Jernih IEC Massa jenis g/cm IEC Viskositas 20 o C cst Kinematik -15 o C cst - IEC 296 Kinematik -30 o C cst - 4 Titik nyala o C IEC 296 A 5 Titik tuang o C IEC Angka kenetralan MgKOH/g < 0.03 < 0.03 IEC Korosi belerang - Tidak IEC 296 korosif 8 Tegangan tembus KV/2.5mm IEC 156 a. sebelum diolah dan 296 b. setelah diolah 9 Faktor kebocoran dielektrik IEC 250 D. Pengaruh Pemanasan Terhadap Viskositas Minyak Isolasi Viskositas minyak isolasi dinyatakan dengan kemampuan daya alirnya atau kemampuan untuk mendisipasikan panas yang terjadi pada peralatan. Seperti pada transformator, kapasitor daya, kabel daya dan pemutus tenaga digunakan minyak isolasi yang mempunyai viskositas yang rendah, agar aliran atau sirkulasi minyak dapat mengisi celah atau rongga udara yang ada pada peralatan tersebut. Pengaruh pemanasan terhadap viskositas minyak isolasi adalah dengan naiknya temperatur maka viskositas minyak isolasi akan turun. Tetapi kenaikan temperatur ini mempunyai batas tertentu yang diizinkan, sehingga peralatan tidak mengalami gangguan. Jika viskositas turun, pendisipasian panas secara konveksi alamiah akan mempercepat pemburukan minyak isolasi atau kemacetan minyak isolasi yang digunakan. Ini merupakan ciri minyak isolasi, jika temperatur naik maka tegangan permukaan (kapilaritas) minyak isolasi akan turun yang akan mempengaruhi 64

4 ISSN: viskositasnya, sehingga dapat menimbulkan formasi gelembung. Pada saat temperatur minyak isolasi mengalami kenaikan, maka konduktifitas minyak isolasi juga akan mengalami kenaikan karena mobilitas ion-ion akan lebih besar dicapai oleh partike-partikel pada minyak isolasi hasil dari penurunan viskositas minyak isolasi tersebut. E. Pengaruh Pemanasan Terhadap Tegangan Tembus Minyak Isolasi Minyak isolasi pada peralatan tegangan tinggi ada kalanya mengalami kenaikan temperatur di atas temperatur kerjanya. Kenaikan temperatur akibat beban lebih terjadi apabila beban lebih tersebut berlangsung cukup lama. Pada keadaan hubung singkat kenaikan temperatur terjadi akibat arus yang cukup besar yang mengakibatkan pemanasan pada minyak isolasi. Pada keadaan temperatur tertentu kadar air diserap dalam minyak isolasi dapat menguap dengan membentuk gelembung udara, sehingga kadar air semakin rendah. Kenaikan temperatur ini dapat terjadi secara perlahan-lahan dan secara tiba-tiba. Kenaikan temperatur secara tiba-tiba dapat juga menimbulkan pemburukan, karena dapat menimbulkan gelembunggelembung gas yang dapat menyebabkan kegagalan pada minyak isolasi. Kegagalan gelembung atau kavitasi merupakan bentuk kegagalan pada minyak isolasi yang disebabkan oleh adanya gembung gas di dalam minyak isolasi. Adapun penyebab timbulnya gelembung gas ini adalah permukaan elektroda yang tidak rata, sehingga terdapat rongga atau celah udara di permukaannya, adanya tabrakan yang tidak rata sehingga terdapat rongga atau celah udara, penguapan minyak isolasi karena adanya percikan bunga api pada elektroda yang tajam dan tidak teratur dan karena perubahan suhu dan tekanan pada minyak isolasi. Karena pengaruh medan yang kuat di antara kedua elektroda, gelembung udara yang ada dalam minyak isolasi tersebut berubah menjadi memanjang searah dengan medan listrik. Hal ini disebabkan karena gelembung-gelembung tersebut berusaha membuat energi potensialnya minimum. Gelembung-gelembung yang memanjang tersebut kemudian akan saling menyambung dan membentuk jembatan yang akhirnya akan mengawali terjadinya kegagalan. 3. METODE PENELITIAN Pengujian yang dilakukan adalah pengujian kadar air, viskositas dan pengujian tegangan tembus. Sedangkan sampel yang digunakan adalah VCO, CPO dan minyak trafo bekas. Pengujian dilakukan dengan 6 kali pemanasan. Suhu untuk setiap pemanasannya mencapai o C selama ± 10 menit. Gambar 1. Metode Viskometer Bola Jatuh A. Pengujian Kadar Air Alat yang digunakan: 1. Timbangan Analitik 2. Cawan Porselen 3. Oven Elektrik 4. Desikator 5. Tang Penjepit 6. Pipet Tetes Prosedur Pengujian: Pengujian kadar air ini mengacu pada standar SNI 3741:2013. Metode yang digunakan pada pengujian ini yaitu metode hot plate. Prosedur pengujian yaitu sampel minyak dipanaskan dengan temperatur 103 o C selama tiga jam menggunakan cawan porselen. Sebelum sampel minyak dipanaskan, cawan yang digunakan sebagai wadah sampel disterilkan terlebih dahulu dengan cara dipanaskan untuk menghilangkan kadar air yang menempel pada cawan. Selanjutnya cawan yang masih kosong ditimbang untuk mengetahui massanya dan cawan yang telah berisi sampel minyak juga ditimbang untuk mengetahui massa dari sampel minyak. B. Pengujian Viskositas Pengujian viskositas dilakukan dengan metode viskometer bola jatuh (Gambar 1). Alat yang digunakan : 1. Viskometer 2. Stopwatch 3. Thermometer 4. Bejana Ukur 5. Timbangan 6. Bejana Pemanas 7. Bola/kelereng Prosedur Pengujian: Prosedur pengujian viskositas ini menggunakan metode viskometer bola jatuh (Gambar 1). Tahap awal, sampel minyak dipanaskan hingga mencapai temperatur uji 40 o C (standar IEC 296). Sebelum dipanaskan, massa jenis sampel minyak, massa jenis bola dan jari-jari bola, serta panjang tabung yang digunakan untuk pengujian diukur. Selanjutnya sampel minyak yang telah 65

5 Jurnal Amplifier Vol. 5 No. 2, Nopember 2015 (a) (b) Gambar 2. Rangkaian pengujian tegangan tembus: (a) rangkaian pengujian, (b) rangkaian ekivalen pengujian dipanaskan tadi serta bola/kelereng dimasukkan ke dalam tabung uji sampai sampel minyak penuh atau menutupi permukaan tabung. Tahapan berikutnya tabung diputar hingga 180 o sampai bola/kelereng jatuh ke dasar tabung. Waktu yang diperlukan bola untuk mencapai dasar tabung dihitung menggunakan stopwatch. Proses ini diulangi hingga tiga kali, hal ini dilakukan untuk mengambil nilai rata-rata waktu yang dibutuhkan bola untuk mencapai dasar tabung yang selanjutnya akan dipergunakan untuk perhitungan viskositas. Peralatan yang digunakan pada metode viskometer bola jatuh terdiri dari tabung gelas sebagai tempat minyak serta bola ukur yang digunakan sebagai pengukur viskositas minyak nabati. Hal yang pertama dilakukan adalah menghitung massa jenis sampel minyak nabati yang digunakan, selanjutnya panjang tabung, massa bola, serta waktu tempuh bola hingga mencapai dasar tabung juga diukur guna menghitung kecepatan bola jatuh. Kecepatan bola jatuh tersebut selanjutnya akan digunakan untuk perhitungan viskositas. C. Pengujian Tegangan Tembus Alat yang digunakan: 1. Liquid Dielectric Test Sets Megger OTS80AF dengan jarak elektroda 2.5 mm. 2. Thermometer 3. Gelas Ukur 4. Bejana Pemanas Rangkaian Pengujian diperlihatkan oleh Gambar 2. Pengujian tegangan tembus dilakukan menurut standar IEC , menggunakan elektroda setengah Gambar 3. Diagram Alir Tahapan Penelitian bola dengan jarak celah 2.5 mm. Rangkaian pengujian tegangan tembus minyak dapat dilihat pada Gambar 2. Prosedur Pengujian: Sebelum melaksanakan pengujian, sampel VCO, CPO dan minyak trafo dipanaskan terlebih dahulu hingga temperatur uji sebesar 40ºC. Penentuan temperatur tersebut berdasarkan temperatur spesifikasi minyak isolasi SPLN : 30 kv/2.5 mm. Sampel minyak dimasukkan ke dalam bejana uji sebanyak 400 ml, kemudian didiamkan selama ±5 menit untuk menghilangkan gelembung udara pada sampel yang timbul pada saat penuangan sampel ke bejana uji. Bejana yang digunakan harus dalam kondisi tertutup agar tidak terkontaminasi oleh debu. Selanjutnya bejana yang telah berisi sampel tadi disusun pada alat uji tegangan tembus. Kemudian diterapkan beda potensial pada kedua elektroda sampai terjadinya kegagalan isolasi atau bisa dikatakan terjadinya tegangan tembus pada sampel minyak. Diagram alir penelitian diperlihatkan pada Gambar HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Pemanasan Berulang Berdasarkan Tabel 5 pemanasan awal dilakukan sebanyak enam kali dengan temperatur awal sebesar º C serta temperatur akhir sebesar º C. Proses pemanasan dilakukan dengan cara memanaskan sampel minyak dengan menggunakan bejana pemanas sampai temperatur ºC. Setelah mencapai temperatur yang ditentukan selanjutnya sampel minyak didinginkan 66

6 ISSN: Pemanasan TABEL 5 TEMPERATUR PEMANASAN BERULANG Suhu VCO ( o C) Suhu CPO ( o C) Suhu Minyak Trafo ( o C) Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir 1 kali 2 kali kali kali 5 kali kali TABEL 6 PERSENTASE KADAR AIR YANG MENGUAP DENGAN PERLAKUAN PEMANASAN BERULANG No Pemanasan Kadar Air yang Menguap (%) VCO CPO Minyak Trafo 1 1x x x x x x TABEL 7 NILAI VISKOSITAS DENGAN PERLAKUAN PEMANASAN BERULANG Nilai Viskositas (cst) No Pemanasan VCO CPO Minyak Trafo 1 1x x x x x x kembali sampai temperatur 37º C. Proses pendinginan ini dilakukan dengan cara sampel minyak yang telah melalui proses pemanasan didiamkan hingga sampel minyak kembali dingin dengan waktu ±30 menit. Sedangkan proses pemanasan dari temperatur awal hingga mencapai temperatur akhir dibutuhkan waktu ±10 menit untuk satu kali pemanasan, akan tetapi untuk pemanasan yang kedua hanya dibutuhkan waktu ±5 menit. Hal ini dikarenakan pada saat proses pendinginan, temeperatur minyak yang telah dingin melebihi temperatur awal sehingga proses pemanasan untuk yang kedua lebih cepat. B. Pengaruh Pemanasan Berulang Terhadap Persentase Kadar Air Dari hasil penelitian yang diperoleh pada Tabel 6 menunjukkan bahwa untuk ketiga sampel menunjukkan persentase kadar air yang menguap akibat dipanaskan secara berulang akan semakin kecil seiring dengan meningkatnya intensitas pemanasan yang dikondisikan pada sampel minyak. Hal ini terjadi karena pada saat dipanaskan terjadi proses penguapan sehingga menyebabkan kadar air yang terkandung dalam sampel minyak menjadi berkurang. Air memiliki titik didih lebih rendah daripada minyak sehingga ketika sampel minyak dipanaskan air lebih dulu menguap dibandingkan minyak. Ketika diukur berat sampel sebelum dipanaskan dan berat sampel setelah dipanaskan, didapat selisih yang menandakan kadar air yang menguap. Gambar 4. Persentase kadar air yang menguap dengan perlakuan pemanasan berulang Berdasarkan Gambar 4, persentase kadar air yang menguap untuk ketiga sampel minyak mengalami penurunan. Dimulai dari satu kali pemanasan yang menghasilkan kadar air yang menguap masih tinggi sampai enam kali pemanasan menghasilkan kadar air yang menguap semakin rendah. Di antara ketiga sampel, terlihat bahwa persentase kadar air yang menguap untuk CPO paling sedikit dibanding VCO dan minyak trafo, hal ini menunjukkan kandungan kadar air sampel CPO paling sedikit. C. Pengaruh Pemanasan Berulang Terhadap Viskositas Berdasarkan Tabel 7, nilai viskositas yang diperoleh mengalami penurunan seiring meningkatnya intensitas pemanasan. Penurunan nilai viskositas ini 67

7 Jurnal Amplifier Vol. 5 No. 2, Nopember 2015 Gambar 5. Nilai Viskositas dengan Perlakuan Pemanasan Berulang TABEL 8 NILAI TEGANGAN TEMBUS DENGAN PERLAKUAN PEMANASAN BERULANG No Pemanasan Tegangan Tembus (kv) VCO CPO Minyak Trafo 1 1x x x x x x disebabkan karena adanya proses pemuaian pada saat minyak dipanaskan sehingga membuat kondisi fisik sampel minyak menjadi lebih cair bila dibandingkan dengan kondisi sebelum dipanaskan. Berdasarkan Gambar 5, nilai viskositas dari sampel CPO lebih rendah dibanding sampel VCO, dan hampir sebanding dengan minyak trafo bekas. Nilai viskositas yang rendah menunjukkan sampel tersebut lebih cair. Dari data yang didapat untuk pengujian viskositas maka dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa nilai viskositas sampel CPO dan sampel minyak trafo bekas telah memenuhi persyaratan standar IEC 296 karena tidak melebihi standar yakni di bawah 12 cst baik pada pemanasan satu kali hingga pemanasan enam kali. Selain temperatur, viskositas minyak juga dipengaruhi oleh tekanan serta jumlah gas yang terlarut dalam minyak tersebut. Kenaikan temperatur akan menurunkan viskositas minyak dan dengan bertambahnya gas yang terlarut dalam minyak maka viskositas minyak juga akan turun. Isolasi cair yang baik harus memiliki nilai viskositas yang rendah sehingga kemungkinan isolasi cair terkontaminasi akan kecil, selain itu jika viskositas isolasi cair rendah maka proses sirkulasi isolasi cair pada peralatan listrik akan berlangsung dengan baik sehingga akhirnya pendinginan inti dan belitan trasformator dapat berlangsung dengan sempurna. D. Pengaruh Pemanasan Berulang Terhadap Tegangan Tembus Prosedur pengujian tegangan tembus ini mengacu pada standar IEC Berdasarkan dari data yang diperoleh (Tabel 8), nilai tegangan tembus sampel semakin tinggi seiring dengan semakin tinggi intensitas sampel minyak dipanaskan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pemanasan berulang mempengaruhi tegangan tembus pada sampel minyak. Pemanasan berulang menyebabkan kadar air pada sampel berkurang dan lebih cair sehingga tegangan tembusnya akan semakin tinggi. Gambar 6. Nilai Tegangan Tembus dengan Perlakuan Pemanasan Berulang Dari ketiga sampel, VCO memiliki tegangan tembus paling rendah dibanding kedua sampel lainnya. Penyebab dari rendahnya tegangan tembus sampel VCO tersebut antara lain dikarenakan masih terdapat endapan atau sisa ampas pada saat pembuatan sampel minyak walaupun telah dilakukan dua kali penyaringan. Partikel-partikel yang terkandung dalam minyak tersebut sangat mempengaruhi tegangan tembus, karena partikel tersebut lama-kelamaan akan bersatu dan membentuk suatu jembatan yang dapat mempercepat terjadinya tegangan tembus pada isolasi minyak. Tegangan tembus minyak trafo dan CPO melebihi 30 kv, nilai ini memenuhi standar dari spesifikasi minyak isolasi dari SPLN dan IEC 296. Selain itu dengan semakin sering dipanaskan mengakibatkan tegangan tembus semakin tinggi. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dengan enam kali pemanasan, nilai persentase kadar air yang menguap dari minyak VCO, CPO dan minyak trafo bekas menunjukkan bahwa semakin sering dipanaskan maka kadar air uap yang menguap semakin kecil. Dari ketiga sampel tersebut kadar air yang menguap paling sedikit adalah minyak CPO yaitu % % 68

8 ISSN: Nilai viskositas semakin menurun dengan seringnya dilakukan pemanasan. Dari ketiga sampel nilai viskositas minyak CPO paling kecil cst 6.99 cst. Nilai ini telah memenuhi standar SPLN dan IEC Tegangan tembus ketiga sampel minyak semakin meningkat dengan seringnya dilakukan pemanasan. Minyak VCO memiliki tegangan tembus sebesar 17.1 Kv kv, minyak CPO sebesar 29.9 kv hingga 46.3 kv dan minyak trafo sebesar 31.8 kv hingga 46.4 kv. Nilai ini telah memenuhi standar SPLN dan IEC 296. B. Saran 1. Untuk penelitian lebih lanjut, sebaiknya sampel minyak yang akan digunakan harus dipastikan benarbenar bersih tidak ada endapan agar data yang didapat mempunyai nilai yang mendekati standar. 2. Diperlukan pengujian untuk parameter yang lainya agar dapat mengetahui apakah sampel minyak tersebut sudah layak menjadi alternatif isolasi cair atau belum layak. REFERENSI [1] Pangabean, Samuel, Pengaruh Suhu Terhadap Kekuatan Dielektrik Berbagai Minyak Isolasi Transformator, USU: Medan, [2] Budiyantoro, E., S. Syakur dan M. Facta, Analisis Tegangan Tembus Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) Sebagai Isolasi Cair Dengan Variasi Elektroda Uji, Universitas Diponegoro, Semarang. [3] Saha, K., Tapan dan Prithwiraj Purkait, Investigations of Temperature Effect on the Dielectric Response Measurements of Transformer Oil Paper Insulation System, Australia, [4] Bintang, Giovanni dkk, Pengaruh Suhu dan Jarak Sela Udara Terhadap Kegagalan Media Isolasi Udara, FT UGM, [5] Umiati, Ngurah Ayu Ketut, Pengujian Kekuatan Dielektrik Minyak Sawit dan Minyak Castrol Menggunakan Elektroda Bola-Bola dengan Variasi Jarak Antar Eektroda, Universitas Diponegoro : Semarang, [6] IEC Publication 156, Insulatting Liquid Determination of the Breakdown Voltage at Power Frequency Test Method, [7] SPLN 49-1, Minyak Isolasi, Perusahaan Umum Listrik Negara,

PENGARUH PERSENTASE FENOL TERHADAP KEKUATAN DIELEKTRIK MINYAK JAGUNG

PENGARUH PERSENTASE FENOL TERHADAP KEKUATAN DIELEKTRIK MINYAK JAGUNG PENGARUH PERSENTASE FENOL TERHADAP KEKUATAN DIELEKTRIK MINYAK JAGUNG Benito Arif Nugroho, Syahrawardi Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB II MINYAK ISOLASI

BAB II MINYAK ISOLASI BAB II MINYAK ISOLASI II.1. UMUM Bahan isolasi cair merupakan bahan pengisi pada beberapa peralatan listrik. Bahan isolasi cair ini biasanya digunakan pada peralatan seperti transformator, pemutus beban,

Lebih terperinci

BAB II ISOLASI CAIR. Bahan isolasi cair digunakan pada peralatan-peralatan listrik seperti

BAB II ISOLASI CAIR. Bahan isolasi cair digunakan pada peralatan-peralatan listrik seperti BAB II ISOLASI CAIR II.1. Umum Bahan isolasi cair digunakan pada peralatan-peralatan listrik seperti transformator, kapasitor, dan pemutus daya (circuit breaker). Selain sebagai isolasi juga berfungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Isolasi Sistem isolasi merupakan paduan dari beberapa bahan isolasi yang digunakan pada suatu peralatan listrik. Dengan demikian, dapat didefenisikan bahwa sistem isolasi adalah

Lebih terperinci

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MEDIA ISOLASI UDARA DAN MEDIA ISOLASI MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BIDANG

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MEDIA ISOLASI UDARA DAN MEDIA ISOLASI MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BIDANG PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MEDIA ISOLASI UDARA DAN MEDIA ISOLASI MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BIDANG Zainal Abidin Teknik Elektro Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis Riau zainal@polbeng.ac.id

Lebih terperinci

Tegangan Tembus (kv/2,5 mm) Jenis Minyak RBD FAME FAME + aditif

Tegangan Tembus (kv/2,5 mm) Jenis Minyak RBD FAME FAME + aditif Hasil Pengujian Tegangan Tembus : Tegangan Tembus (kv/2,5 mm) Jenis Minyak RBD FAME FAME + aditif ASTM D3487 Minyak Zaitun 60 60 54 Minyak kanola 27 36 30 Minyak Jagung 28 34 29 >30 Minyak Kedelai 30 48

Lebih terperinci

PENGARUH KONTAMINAN AIR TERHADAP TEGANGAN TEMBUS PADA MINYAK TRANSFORMATOR DAN MINYAK KELAPA MURNI

PENGARUH KONTAMINAN AIR TERHADAP TEGANGAN TEMBUS PADA MINYAK TRANSFORMATOR DAN MINYAK KELAPA MURNI http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/gravity ISSN 44-515x, e-issn 58-1976 GRAVITY Vol. No. (016) PENGARUH KONTAMINAN AIR TERHADAP TEGANGAN TEMBUS PADA MINYAK TRANSFORMATOR DAN MINYAK KELAPA MURNI Andri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isolasi memiliki peranan penting pada sistem tenaga listrik. Isolasi melindungi sistem tenaga listrik dari gangguan seperti lompatan listrik atau percikan, isolasi

Lebih terperinci

Dibimbing Oleh: Prof. Dr. Ir. Mahfud, DEA Ir. Rr. Pantjawarni Prihatini

Dibimbing Oleh: Prof. Dr. Ir. Mahfud, DEA Ir. Rr. Pantjawarni Prihatini PEMBUATAN TRANSFORMER OIL DARI MINYAK NABATI MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI DAN PENAMBAHAN ADITIF Akh. Mokh. Hendra C. M. (2306100011) Much. Arif Amrullah (2306100081) Dibimbing Oleh: Prof. Dr. Ir. Mahfud,

Lebih terperinci

BAB II MINYAK ISOLASI

BAB II MINYAK ISOLASI BAB II MINYAK ISOLASI II.1. UMUM Bahan isolasi cair merupakan bahan pengisi pada beberapa peralatan listrik. Bahan isolasi cair ini biasanya digunakan pada peralatan seperti transformator, pemutus beban,

Lebih terperinci

Analisis Kegagalan isolasi Minyak Trafo jenis energol baru dan lama dengan minyak pelumas

Analisis Kegagalan isolasi Minyak Trafo jenis energol baru dan lama dengan minyak pelumas SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND IT S EDUCATIONS 29 Analisis Kegagalan isolasi Minyak Trafo jenis energol baru dan lama dengan minyak pelumas Syafriyudin, ST,MT Jurusan teknik Elektro Institut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Kelapa Sawit Sumber minyak dari kelapa sawit ada dua, yaitu daging buah dan inti buah kelapa sawit. Minyak yang diperoleh dari daging buah disebut dengan minyak kelapa

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. gesekan antara moekul-molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu cairan yang

BAB II DASAR TEORI. gesekan antara moekul-molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu cairan yang BAB II DASAR TEORI 2.1. Definisi Viskositas Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang merupakan gesekan antara moekul-molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu cairan yang mudah

Lebih terperinci

PENGUJIAN ISOLASI MINYAK TROFO TEGANGAN TINGGI TERHADAP PERUBAHAN SUHU.

PENGUJIAN ISOLASI MINYAK TROFO TEGANGAN TINGGI TERHADAP PERUBAHAN SUHU. PENGUJIAN ISOLASI MINYAK TROFO TEGANGAN TINGGI TERHADAP PERUBAHAN SUHU Slamet Hani 1 1 Jurusan Teknik Elektro Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta, e-mail : shani.akprind.@yahoo.com ABSTRACT Transformer

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK DIELEKTRIK MINYAK HIDROLIK SEBAGAI ALTERNATIF ISOLASI CAIR UNTUK TRANSFORMATOR DAYA

ANALISIS KARAKTERISTIK DIELEKTRIK MINYAK HIDROLIK SEBAGAI ALTERNATIF ISOLASI CAIR UNTUK TRANSFORMATOR DAYA ANALISIS KARAKTERISTIK DIELEKTRIK MINYAK HIDROLIK SEBAGAI ALTERNATIF ISOLASI CAIR UNTUK TRANSFORMATOR DAYA Andy Martono *), Juningtyastuti, and Abdul Syakur Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK DIELEKTRIK MINYAK HIDROLIK SEBAGAI ALTERNATIF ISOLASI CAIR UNTUK TRANSFORMATOR DAYA

ANALISIS KARAKTERISTIK DIELEKTRIK MINYAK HIDROLIK SEBAGAI ALTERNATIF ISOLASI CAIR UNTUK TRANSFORMATOR DAYA ANALISIS KARAKTERISTIK DIELEKTRIK MINYAK HIDROLIK SEBAGAI ALTERNATIF ISOLASI CAIR UNTUK TRANSFORMATOR DAYA Andy Martono 1, Juningtyastuti 2, Abdul Syakur 3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS TEGANGAN TEMBUS MINYAK KELAPA MURNI (VIRGIN COCONUT OIL) SEBAGAI ISOLASI CAIR DENGAN VARIASI ELEKTRODA UJI

ANALISIS TEGANGAN TEMBUS MINYAK KELAPA MURNI (VIRGIN COCONUT OIL) SEBAGAI ISOLASI CAIR DENGAN VARIASI ELEKTRODA UJI ANALISIS TEGANGAN TEMBUS MINYAK KELAPA MURNI (VIRGIN COCONUT OIL) SEBAGAI ISOLASI CAIR DENGAN VARIASI ELEKTRODA UJI Eko Budiyantoro 1, Abdul Syakur, ST, MT, M Facta, ST, MT 3 Teknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas BABHI METODA PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas yang diperoleh dari salah satu rumah makan di Pekanbaru,

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK BREAKDOWN VOLTAGE PADA DIELEKTRIK MINYAK SHELL DIALA B PADA SUHU 30 0 C C

ANALISIS KARAKTERISTIK BREAKDOWN VOLTAGE PADA DIELEKTRIK MINYAK SHELL DIALA B PADA SUHU 30 0 C C ANALISIS KARAKTERISTIK BREAKDOWN VOLTAGE PADA DIELEKTRIK MINYAK SHELL DIALA B PADA SUHU 30 0 C-130 0 C Wahyu Kunto Wibowo [1], Ir. Yuningtyastuti []], Abdul Syakur, S.T. M.T. [3] Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

UJI TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRANSFORMATOR TERDESTILASI PADA TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN TEGANGAN IMPULS DI PT. BAMBANG DJAJA

UJI TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRANSFORMATOR TERDESTILASI PADA TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN TEGANGAN IMPULS DI PT. BAMBANG DJAJA Seminar dan Sidang Tugas Akhir Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS UJI TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRANSFORMATOR TERDESTILASI PADA TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN TEGANGAN IMPULS DI PT. BAMBANG DJAJA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isolasi adalah suatu bahan yang berfungsi untuk mengisolasi konduktor yang

I. PENDAHULUAN. Isolasi adalah suatu bahan yang berfungsi untuk mengisolasi konduktor yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Isolasi adalah suatu bahan yang berfungsi untuk mengisolasi konduktor yang mempunyai beda potensial dalam suatu rangkaian listrik. Bahan ini mempunyai sifat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 32 BAB III METODE PENELITIAN Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minyak sawit (palm oil) dapat digunakan sebagai isolasi cair pengganti minyak trafo, dengan melakukan pengujian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Nabati Minyak nabati adalah cairan kental yang diambil atau diekstrak dari tumbuhtumbuhan. Komponen utama penyusun minyak nabati adalah trigliserida asam lemak, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian Skripsi ini antara lain adalah : 1. Studi literatur, yaitu dengan cara menelaah, menggali, serta mengkaji teori-teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kelapa (Cocos Nucifera Linn.) merupakan tanaman yang tumbuh di negara yang beriklim tropis. Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia. Menurut Kementerian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Alat dan Bahan Alat-alat - Beaker glass 50 ml. - Cawan porselin. - Neraca analitis. - Pipet tetes.

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Alat dan Bahan Alat-alat - Beaker glass 50 ml. - Cawan porselin. - Neraca analitis. - Pipet tetes. BAB 3 METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat - Beaker glass 50 ml - Cawan porselin - Neraca analitis - Pipet tetes - Oven - Gelas erlenmeyer 50 ml - Gelas ukur 10 ml - Desikator - Buret digital

Lebih terperinci

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah gliserol kasar (crude glycerol) yang merupakan hasil samping dari pembuatan biodiesel. Adsorben

Lebih terperinci

STUDI KUALITAS MINYAK GORENG DENGAN PARAMETER VISKOSITAS DAN INDEKS BIAS

STUDI KUALITAS MINYAK GORENG DENGAN PARAMETER VISKOSITAS DAN INDEKS BIAS Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol 11,No.2, April 2008, hal 53-58 STUDI KUALITAS MINYAK GORENG DENGAN PARAMETER VISKOSITAS DAN INDEKS BIAS Sutiah, K. Sofjan Firdausi, Wahyu Setia Budi Laboratorium Optoelektronik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN. 1. Analisis Mutu Minyak Sawit Kasar. 2. Pengukuran Densitas Minyak Sawit Kasar

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN. 1. Analisis Mutu Minyak Sawit Kasar. 2. Pengukuran Densitas Minyak Sawit Kasar III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak sawit kasar (crude palm oil/cpo) CPO yang berasal dari empat perusahaan di Indonesia, yaitu PT. Sinar Meadow

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangkitan Tegangan Tinggi Bolak Balik (AC) Tegangan tinggi bolak balik (AC) diperlukan untuk pengujian ketahanan peralatan sistem tenaga listrik terhadap tegangan tinggi

Lebih terperinci

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA 3.1. Pendahuluan Setiap bahan isolasi mempunyai kemampuan menahan tegangan yang terbatas. Keterbatasan kemampuan tegangan ini karena bahan isolasi bukanlah

Lebih terperinci

ISOLASI TEGANGAN TINGGI Bahan Listrik Bahan listrik merupakan elemen yang paling di dalam penyaluran dan penggunaan enaga listrik.

ISOLASI TEGANGAN TINGGI Bahan Listrik Bahan listrik merupakan elemen yang paling di dalam penyaluran dan penggunaan enaga listrik. ISOLASI TEGANGAN TINGGI Bahan Listrik Bahan listrik merupakan elemen yang paling di dalam penyaluran dan penggunaan enaga listrik. Bahan listrik terdiri dari konduktor, semikonduktor dan isolator. Bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendistribusikan energi listrik tersebut. Hal ini tentunya akan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendistribusikan energi listrik tersebut. Hal ini tentunya akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan besarnya energi listrik yang dibangkitkan oleh setiap pusat pembangkit, akan diikuti tuntutan penambahan kapasitas jaringan untuk mendistribusikan energi

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK ARUS DAN TEGANGAN TINGGI

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK ARUS DAN TEGANGAN TINGGI MODUL PRAKTIKUM TEKNIK ARUS DAN TEGANGAN TINGGI LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI DAN PENGUKURAN LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS INDONESIA MODUL 1 PENGANTAR TEKNIK ARUS DAN TEGANGAN TINGGI Tegangan

Lebih terperinci

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

BABffl METODOLOGIPENELITIAN BABffl METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Baban dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah CPO {Crude Palm Oil), Iso Propil Alkohol (IPA), indikator phenolpthalein,

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu : BAB V METODOLOGI Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji nyamplung dari cangkangnya

Lebih terperinci

BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK

BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK 3.1. Flowchart Pengolahan dan Pengujian Minyak Biji Jarak 3.2. Proses Pengolahan Minyak Biji Jarak Proses pengolahan minyak biji jarak dari biji buah

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu: BAB V METODOLOGI Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu: Tahap : Tahap Perlakuan Awal ( Pretreatment ) Pada tahap ini, biji pepaya dibersihkan dan dioven pada suhu dan waktu sesuai variabel.

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu :

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu : 9 BAB V METODOLOGI Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pembersihan kelapa sawit, kemudian dipanaskan

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi mutu komoditas dan produk sawit ditentukan berdasarkan urutan rantai pasok dan produk yang dihasilkan. Faktor-faktor

Lebih terperinci

Karakteristik Tegangan Tembus Arus Bolak Balik Pada Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas) Sebagai Alternatif Isolasi Cair

Karakteristik Tegangan Tembus Arus Bolak Balik Pada Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas) Sebagai Alternatif Isolasi Cair Karakteristik Tegangan Tembus Arus Bolak Balik Pada Jarak Pagar (Jatropha curcas) Sebagai Alternatif Isolasi Cair Rendy Kamerlisa Putra [1], Fri Murdiya [2] [1] Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro S1,

Lebih terperinci

UJI TEGANGAN TEMBUS ARUS BOLAK-BALIK PADA MINYAK JARAK SEBAGAI ALTERNATIF ISOLASI CAIR. Teknik Elektro Universitas Diponegoro Semarang

UJI TEGANGAN TEMBUS ARUS BOLAK-BALIK PADA MINYAK JARAK SEBAGAI ALTERNATIF ISOLASI CAIR. Teknik Elektro Universitas Diponegoro Semarang UJI TEGANGAN TEMBUS ARUS BOLAK-BALIK PADA MINYAK JARAK SEBAGAI ALTERNATIF ISOLASI CAIR Elia Krismiandaru 1, Abdul Syakur, ST, MT 2, M Facta, ST, MT 2 Teknik Elektro Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS Zul Alfian Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN : Uji Kualitas Minyak Goreng Berdasarkan Perubahan Sudut Polarisasi Cahaya Menggunakan Alat Semiautomatic Polarymeter Nuraniza 1], Boni Pahlanop Lapanporo 1], Yudha Arman 1] 1]Program Studi Fisika, FMIPA,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Penelitian penelitian pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan jenis penstabil katalis (K 3 PO 4, Na 3 PO 4, KOOCCH 3, NaOOCCH 3 ) yang

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Tabel 5. Alat yang Digunakan No. Nama Alat Ukuran Jumlah 1. Baskom - 3 2. Nampan - 4 3. Timbangan - 1 4. Beaker glass 100ml,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2013 di Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian, Medan. Bahan Penelitian Bahan utama yang

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK BREAKDOWN VOLTAGE PADA DIELEKTRIK MINYAK TRANSFORMATOR 45 MVA DENGAN SUHU OPERASI YANG BERVARIASI DI PUSAT LISTRIK KOTA PANJANG

ANALISIS KARAKTERISTIK BREAKDOWN VOLTAGE PADA DIELEKTRIK MINYAK TRANSFORMATOR 45 MVA DENGAN SUHU OPERASI YANG BERVARIASI DI PUSAT LISTRIK KOTA PANJANG ANALISIS KARAKTERISTIK BREAKDOWN VOLTAGE PADA DIELEKTRIK MINYAK TRANSFORMATOR 45 MVA DENGAN SUHU OPERASI YANG BERVARIASI DI PUSAT LISTRIK KOTA PANJANG Daniel Harjono Dolok Saribu*, Firdaus** *Teknik Elektro

Lebih terperinci

Minyak Kelapa Beraditif Minyak Zaitun sebagai Isolasi Peralatan Tegangan Tinggi

Minyak Kelapa Beraditif Minyak Zaitun sebagai Isolasi Peralatan Tegangan Tinggi 69 Beraditif Zaitun sebagai Isolasi Peralatan Tegangan Tinggi Moch Dhofir, Nur Rahma Dona, Unggul Wibawa, dan Rini Nur Hasanah Abstract This paper discusses the improvement of dielectric strength of dielectric

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KEADAAN SUHU TERHADAP TEGANGAN TEMBUS AC DAN DC PADA MINYAK TRANSFORMATOR. Sugeng Nur Singgih, Hamzah Berahim Abstrak

ANALISIS PENGARUH KEADAAN SUHU TERHADAP TEGANGAN TEMBUS AC DAN DC PADA MINYAK TRANSFORMATOR. Sugeng Nur Singgih, Hamzah Berahim Abstrak Jurnal Teknik Elektro ol. 1 No.2 93 ANALISIS PENGARUH KEADAAN SUHU TERHADAP TEGANGAN TEMBUS AC DAN DC PADA MINYAK TRANSFORMATOR Sugeng Nur Singgih, Hamzah Berahim Abstrak Tegangan tembus (breakdown) merupakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan september 2011 hingga desember 2011, yang bertempat di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Departemen

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian BAB V METODOLOGI Penelitian ini akan dilakukan 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

Lebih terperinci

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Uji dilakukan selama enam hari dalam tempat dengan kelembaban 70% dan suhu 27ºC, setiap hari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Solar Menurut Syarifuddin (2012), solar sebagai bahan bakar yang berasal dari minyak bumi yang diproses di tempat pengilangan minyak dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan

Lebih terperinci

Perbandingan Tegangan Tembus Isolasi Minyak Transformator Diala B Dan Mesran Super Sae 40 W Menggunakan Hypot Model 04521aa

Perbandingan Tegangan Tembus Isolasi Minyak Transformator Diala B Dan Mesran Super Sae 40 W Menggunakan Hypot Model 04521aa Perbandingan Tegangan Tembus Isolasi Minyak Transformator Dan Mesran Super Sae 40 W Menggunakan Hypot Model 04521aa Agus Darwanto 1) dan Agus Prayitno 2) 1) Staff Pengajar Jurusan Teknik Elektro STTR Cepu

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

BAB II ISOLASI MINYAK

BAB II ISOLASI MINYAK BAB II ISOLASI MINYAK II.1. Umum Didalam transformator ada dua bagian yang secara aktif membangkitkan panas yaitu kumparan (tembaga) dan inti (besi). Jika panas itu tidak diberi pendingin akan menyebabkan

Lebih terperinci

PENGARUH KENAIKAN TEMPERATUR TERHADAP TEGANGAN TEMBUS UDARA PADA ELEKTRODA BOLA TERPOLUSI ASAM

PENGARUH KENAIKAN TEMPERATUR TERHADAP TEGANGAN TEMBUS UDARA PADA ELEKTRODA BOLA TERPOLUSI ASAM SINGUDA ENSIKOM VOL. NO. /Maret PENGARUH KENAIKAN TEMPERATUR TERHADAP TEGANGAN TEMBUS UDARA PADA ELEKTRODA BOLA TERPOLUSI ASAM Christian Daniel Simanjuntak, Syahrawardi Konsentrasi Teknik Energi Listrik,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol Standar Nasional Indonesia SNI 7729:2011 Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol ICS 93.080.20; 19.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian 14 BAB V METODOLOGI 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian No. Nama Alat Jumlah 1. Oven 1 2. Hydraulic Press 1 3. Kain saring 4 4. Wadah kacang kenari ketika di oven 1 5.

Lebih terperinci

ANALISIS MEKANISME KEGAGALAN ISOLASI PADA MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BERPOLARITAS BERBEDA PADA JARUM BIDANG HANUNG SAYOGI L2F302486

ANALISIS MEKANISME KEGAGALAN ISOLASI PADA MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BERPOLARITAS BERBEDA PADA JARUM BIDANG HANUNG SAYOGI L2F302486 ANALISIS MEKANISME KEGAGALAN ISOLASI PADA MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BERPOLARITAS BERBEDA PADA JARUM BIDANG HANUNG SAYOGI L2F32486 TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG ABSTRAK Trafo merupakan

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dimulai pada bulan Mei hingga Desember 2010. Penelitian dilakukan di laboratorium di Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (Surfactant

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK TEGANGAN TEMBUS PADA MINYAK TRAFO NYNNAS DAN APPAR TERHADAP SUHU

ANALISIS KARAKTERISTIK TEGANGAN TEMBUS PADA MINYAK TRAFO NYNNAS DAN APPAR TERHADAP SUHU ANALISIS KARAKTERISTIK TEGANGAN TEMBUS PADA MINYAK TRAFO NYNNAS DAN APPAR TERHADAP SUHU Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana S-1 Oleh : EVITA KRISTIANAH SIHOMBING 102

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Palmitat Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Varietas Kelapa Sawit 1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietasvarietas itu

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK TEGANGAN DAN ARUS TINGGI

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK TEGANGAN DAN ARUS TINGGI MODUL PRAKTIKUM TEKNIK TEGANGAN DAN ARUS TINGGI LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI DAN PENGUKURAN LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS INDONESIA MODUL 1 PENGANTAR TEKNIK TEGANGAN DAN ARUS TINGGI Tegangan

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU TERHADAP KEKUATAN DIELEKTRIK BERBAGAI MINYAK ISOLASI TRANSFORMATOR (Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total) OLEH :

PENGARUH SUHU TERHADAP KEKUATAN DIELEKTRIK BERBAGAI MINYAK ISOLASI TRANSFORMATOR (Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total) OLEH : PENGARUH SUHU TERHADAP KEKUATAN DIELEKTRIK BERBAGAI MINYAK ISOLASI TRANSFORMATOR (Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total) OLEH : SAMUEL PANGGABEAN NIM. 030 422 031 Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi

Lebih terperinci

OPTIMASI RASIO PALM FATTY ACID DESTILATE ( PFAD ) DAN SABUN LOGAM PADA PEMBUATAN PELUMAS PADAT (GREASE ) BIODEGRADABLE

OPTIMASI RASIO PALM FATTY ACID DESTILATE ( PFAD ) DAN SABUN LOGAM PADA PEMBUATAN PELUMAS PADAT (GREASE ) BIODEGRADABLE OPTIMASI RASIO PALM FATTY ACID DESTILATE ( PFAD ) DAN SABUN LOGAM PADA PEMBUATAN PELUMAS PADAT (GREASE ) BIODEGRADABLE 1* Sukmawati, 2 Tri Hadi Jatmiko 12 Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

PENGUJIAN KUALITAS MINYAK GORENG KEMASAN, CURAH YANG BEREDAR DI DAERAH PANAM PEKANBARU DAN MINYAK GORENG JELANTAH BERDASARKAN SIFAT FISIKA

PENGUJIAN KUALITAS MINYAK GORENG KEMASAN, CURAH YANG BEREDAR DI DAERAH PANAM PEKANBARU DAN MINYAK GORENG JELANTAH BERDASARKAN SIFAT FISIKA PENGUJIAN KUALITAS MINYAK GORENG KEMASAN, CURAH YANG BEREDAR DI DAERAH PANAM PEKANBARU DAN MINYAK GORENG JELANTAH BERDASARKAN SIFAT FISIKA *Syifa Fauziah, Riad Syech, Sugianto Mahasiswa Program Studi S1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - Kompor gas - Sendok - Cetakan plastik A.2Bahan

Lebih terperinci

PEMBUATAN VIRGIN COCONUT OIL DENGAN METODE SENTRIFUGASI

PEMBUATAN VIRGIN COCONUT OIL DENGAN METODE SENTRIFUGASI SEMINAR NASIONAL TEKNIK KIMIA INDONESIA 26 ISBN 979-97893--3 Palembang, 19-2 Juli 26 bersamaan dengan Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses 26 (Undip), Soehadi Reksowardojo 26 (ITB), Fundamental &

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian Pada penelitian ini penulis meneliti tentang pengaruh komposisi terhadap sifat campuran minyak jarak dan minyak nyamplung pada suhu 160 C. Campuraan minyak

Lebih terperinci

BAB II GAS INSULATED SWITCHGEAR ( GIS ) GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 ( Sulfur Hexafluoride )

BAB II GAS INSULATED SWITCHGEAR ( GIS ) GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 ( Sulfur Hexafluoride ) BAB II GAS INSULATED SWITCHGEAR ( GIS ) 2.1 SEJARAH GIS GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 ( Sulfur Hexafluoride ) sebagai media isolasi, menjadikannya sebagai sebuah teknologi yang maju dan telah

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. mungkin memiliki keseimbangan antara sistem pembangkitan dan beban, sehingga

1 BAB I PENDAHULUAN. mungkin memiliki keseimbangan antara sistem pembangkitan dan beban, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknik tenaga listrik sudah mengalami kemajuan yang cukup signifikan dalam sistem penyaluran tenaga listrik. Namun, masih ada daerah yang masih sulit dijangkau

Lebih terperinci

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Kedelai Proses pendahuluan Blanching Pengeringan Pembuangan sisa kulit ari pengepresan 5.1.2 Alat yang Digunakan

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen 18 BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Wijen Biji Wijen Pembersihan Biji Wijen Pengovenan Pengepresan Pemisahan Minyak biji wijen Bungkil biji wijen

Lebih terperinci

MEMPERBAIKI KEKUATAN DIELEKTRIK ISOLASI MINYAK TRANSFORMATOR DENGAN HIGH VACUUM OIL PURIFIER

MEMPERBAIKI KEKUATAN DIELEKTRIK ISOLASI MINYAK TRANSFORMATOR DENGAN HIGH VACUUM OIL PURIFIER MEMPERBAIKI KEKUATAN DIELEKTRIK ISOLASI MINYAK TRANSFORMATOR DENGAN HIGH VACUUM OIL PURIFIER Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Departemen Teknik

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus

Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus Standar Nasional Indonesia Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus ICS 91.100 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

PURIFIKASI MINYAK TRANSFORMATOR KAPASITAS 400 KVA

PURIFIKASI MINYAK TRANSFORMATOR KAPASITAS 400 KVA PURIFIKASI MINYAK TRANSFORMATOR KAPASITAS 400 KVA Destario Yan P. 1, Karnoto, ST MT. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHAN 4.1 Data Bahan Baku Minyak Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak jarak. Minyak jarak sendiri memiliki karakteristik seperti Densitas, Viskositas, Flash

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI )

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI ) LAMPIRAN 39 Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI 01-3555-1998) Cawan aluminium dipanaskan di dalam oven pada suhu 105 o C selama 1 jam, kemudian

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Pembebanan Terhadap Kekuatan Dielektrik Minyak Isolasi Transformator 6,6 kv/380 V di PT.INTIBENUA PERKASATAMA Dumai

Analisis Pengaruh Pembebanan Terhadap Kekuatan Dielektrik Minyak Isolasi Transformator 6,6 kv/380 V di PT.INTIBENUA PERKASATAMA Dumai Analisis Pengaruh Pembebanan Terhadap Kekuatan Dielektrik Minyak Isolasi Transformator 6,6 kv/380 V di PT.INTIBENUA PERKASATAMA Dumai Saprianto*, Firdaus ** *Teknik Elektro Universitas Riau **Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak sawit mentah

BAB III. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak sawit mentah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak sawit mentah (CPO), Iso Propil Alkohol (IPA) 96%, Indikator Phenolptalein,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERSIHAN OLEH HUJAN TERHADAP ARUS BOCOR ISOLATOR PIN-POST 20 KV TERPOLUSI

PENGARUH PEMBERSIHAN OLEH HUJAN TERHADAP ARUS BOCOR ISOLATOR PIN-POST 20 KV TERPOLUSI PENGARUH PEMBERSIHAN OLEH HUJAN TERHADAP ARUS BOCOR ISOLATOR PIN-POST 2 KV TERPOLUSI Zico Venancio Sinaga, Hendra Zulkarnain Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah tentang pengaruh komposisi campuran minyak kelapa dan minyak nyamplung pada suhu 90 C. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat alat 1. Neraca Analitik Metter Toledo 2. Oven pengering Celcius 3. Botol Timbang Iwaki 4. Desikator 5. Erlenmayer Iwaki 6. Buret Iwaki 7. Pipet Tetes 8. Erlenmayer Tutup

Lebih terperinci

Ekstraksi Biji Karet

Ekstraksi Biji Karet Ekstraksi Biji Karet Firdaus Susanto 13096501 DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2001 TK-480 PENELITIAN 1 dari 9 BAB I PENDAHULUAN Biji karet berpotensi menjadi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU L1.1 KOMPOSISI TRIGLISERIDA BAHAN BAKU MINYAK SAWIT MENTAH CPO HASIL ANALISA GC-MS Tabel L1.1 Komposisi Trigliserida CPO Komponen Penyusun Komposisi Berat Mol %Mol %Mol x (%)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Minyak merupakan trigliserida yang tersusun atas tiga unit asam lemak, berwujud cair pada suhu kamar (25 C) dan lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh sehingga

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGUJIAN

BAB IV PROSES PENGUJIAN 38 BAB IV PROSES PENGUJIAN Pengujian alat merupakan tahapan terpenting dalam membuat suatu alat, karena dengan adanya suatu pengujian kita dapat mengetahui kinerja dari alat yg kita buat, apakah dapat

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN 1.1 Data Analisis Bahan Baku Pembuatan Surfaktan Metil Ester Sulfonat (MES) Analisis karakter minyak kelapa sawit kasar (CPO) sebelum dan setelah di pre-treatment (tabel 14).

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

Bab I Pengantar. A. Latar Belakang

Bab I Pengantar. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I Pengantar Indonesia merupakan salah satu produsen kelapa sawit (Elaeis guineensis) terbesar di dunia. Produksinya pada tahun 2010 mencapai 21.534 juta ton dan dengan nilai pemasukan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia

Lebih terperinci