BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Proktastinasi Akademik a. Pengertian Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin yaitu procrastination, yang merupakan kombinasi dari kata sifat pro yang berarti sebagai gerakan maju dengan crastinus yang berarti milik hari esok atau jika digabungkan menjadi menangguhkan atau penundaan sampai hari berikutnya (Gufron, 2003:150). Penundaan sampai hari berikutnya atau lebih mudah disebut prokrastinasi. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Brown dan Holtzman untuk menggambarkan sesuatu kecendrungan menundanunda penyelesaian suatu tugas. Seorang yang mempunyai kecenderungan untuk menunda atau tidak segera memulai pekerjaan disebut orang yang melakukan prokrastinasi. Biasanya orang yang melakukan prokrastinasi akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan tugas yang seharusnya dikerjakan. Steel (dalam Kartadinata, I. & Tjundjing, S, 2008:110) mengatakan bahwa prokrastinasi adalah To voluntarily delay an intended course of action despite expecting to be worse-off for the delay. Artinya, prokrastinasi adalah menunda dengan sengaja kegiatan yang diinginkan walaupun mengetahui bahwa penundaannya dapat menghasilkan dampak buruk. Dilihat dari pendapat Steel tersebut berarti prokrastinasi dilakukan secara sadar, akan tetapi tidak menghiraukan akibat atau dampak yang dihasilkan dengan melakukan prokrastinasi akademik. Jika dibiarkan begitu saja akan menjadi suatu kebiasaan buruk. Menurut Glenn (dalam Gufron, 2003:151) proktastinasi berhubungan dengan sindrom-sindrom psikiatri. Seorang 7

2 8 prokrastinator biasanya juga mempunyai tidur yang tidak sehat, mempunyai depresi yang kronis, penyebab stress, dan berbagai penyebab penyimpangan psikologis lainya. Selain itu menurut Lopes (dalam Gufron, 2003:151), prokrastinasi juga mempunyai pengaruh yang paradoksal terhadap bimbingan dan konseling. Artinya prokrastinasi juga dapat berdampak buruk pada kesehatan pelakunya. Seperti yang disebutkan Glenn, seorang yang melakukan prokrastinasi biasanya memiliki kebiasaan-kebiasan yang seharusnya tidak dilakukan oleh siapapun. Menurut Burka dan Yuen (dalam Solomon & Rothblum, 1984:503) Yet procrastination involves far more than deficient time management and study skills. Anecdotal data from procrastination and from clinical observations of procrastination. Ditegaskan dengan menyebutkan adanya aspek irrasional yang dimiliki oleh seorang prokrastinator. Seorang prokrastinator memiliki pandangan bahwa suatu tugas harus diselesaikan dengan sempurna, sehingga dia merasa lebih aman untuk tidak melakukanya dengan segera, karena hal itu akan menghasilkan sesuatu yang tidak maksimal. Dengan kata lain, penundaan dikatagorikan sebagai prokrastinasi adalah apabila penundaan tersebut sudah merupakan kebiasaan atau pola yang menetap yang selalu dilakukan seseorang ketika menghadapi tugas dan penundaan tersebut disebabkan oleh adanya keyakinan-keyakinan yang irrasional dalam memandang tugas. Ferrarri (dalam Gufron, 2003:154) membagi prokrastinasi menjadi dua, yakni (1) functional procrastination, yaitu penundaan mengerjakan tugas yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan akurat; (2) disfunctional procrastination, yaitu penundaan yang tidak bertujuan, berakibat jelek, dan menimbulkan masalah. Kaitannya dengan penelitian ini yang dimaksud dengan prokrastinasi yaitu disfunctional procrastination, karena prokrastinasi

3 9 tersebut yang menjadi masalah dan memberi dampak buruk dalam kehidupan sehari-hari. Istilah prokrastinasi akademik dan non akademik digunakan para ahli untuk membagi jenis-jenis tugas yang cenderung sering ditunda oleh prokrastinator. Prokrastinasi pada area atau bidang akademik yang pada umumnya dilakukan oleh pelajar atau mahasiswa disebut prokrastinasi akademik. Menurut Solomon & Rothblum (1984) prokrastinasi akademik dapat dideskripsikan sebagai kegiatan yang tidak memiliki manfaat yang menunjang akademik yang terjadi akibat perasaan tidak nyaman. Prokrastinasi akademik merupakan penundaan terhadap tugas-tugas akademik yang meliputi enam bidang tugas akademik yaitu tugas menulis paper, belajar menghadapi ujian, membaca, menyelesaikan tugas-tugas administratif, menghadiri pertemuan, dan menyelesaikan tugas-tugas akademik secara umum. Prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, misalnya tugas sekolah atau tugas kursus. (Gufron, 2003:157) Silver (dalam Gufron, 2003:152) mengatakan prokrastinator tidak bermaksud untuk menghindari tugas yang dihadapi tetapi hanya menunda untuk mengerjakannya sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan tugas. Penundaan tersebut mengakibatkan prokrastinator gagal menyelesaikan tugasnya tepat waktu. Ketika seorang pelajar tidak dapat memanfaatkan waktu dengan baik, sering mengulur waktu dengan melakukan kegiatan yang tidak bermanfaat sehingga waktu terbuang dengan sia-sia, tugas terbengkalai dan penyelesaian tugas tidak maksimal berpotensi mengakibatkan kegagalan atau terhambatnya seorang siswa meraih kesuksesan. Kegagalan atau kesuksesan individu sebenarnya bukan karena faktor intelegensi semata namun kebiasaan melakukan penundaan terutama

4 10 penyelesaian tugas akademik yang dikenal dengan istilah prokrastinasi akademik. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik merupakan tindakan menunda menyelesaikan tugas-tugas antara lain tugas menulis paper, belajar menghadapi ujian, membaca, menyelesaikan tugas-tugas administratif, menghadiri pertemuan, dan menyelesaikan tugas-tugas akademik secara umum. b. Ciri-ciri Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi akademik merupakan merupakan tindakan menunda menyelesaikan tugas-tugas antara lain tugas menulis paper, belajar menghadapi ujian, membaca, menyelesaikan tugas-tugas administratif, menghadiri pertemuan, dan menyelesaikan tugas-tugas akademik secara umum. Tindakan menunda yang dapat dikatakan prokrastinasi akademik memiliki ciri-ciri tertentu. Ferrari dkk. (dalam Ghufron, 2003:158) mengatakan bahwa sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati ciri-ciri tertentu. 1) Adanya penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas. Seseorang yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus segera diselesaikan dan berguna bagi dirinya, akan tetapi dia menunda-nunda untuk mulai mengerjakannya atau menunda-nunda untuk menyelesaikan sampai tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan sebelumnya. Dengan kata lain seorang yang melakukan prokrastinasi secara sadar mengetahui bahwa tugas itu penting bagi dirinya, akan tetapi dia tidak ingin memulai untuk mengerjakan tugas, apalagi untuk menyelesaikannya. Seorang yang melakukan prokrastinasi bukan tidak mungkin akan kehabisan waktu untuk menyelesaikan tugas sampai waktu yang ditentukan. 2) Keterlambatan dalam mengerjakan tugas.

5 11 Orang yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan suatu tugas. Seorang prokrastinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadangkadang tindakan tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai. Kelambanan, dalam arti lambannya kerja seseorang dalam melakukan suatu tugas dapat menjadi ciri yang utama dalam prokrastinasi akademik. Kelambanan tersebut disebabkan karena persiapan diri yang berlebihan. Misalnya saja sebelum mengerjakan tugas seorang prokrastinator merasa perlu untuk mendapat hiburan dengan menonton televisi terlebih dahulu. Hal-hal semacam itu akan membuat orang mengalami kelambanan untuk mengerjakan tugas yang seharusnya. Ia akan memasuki zona nyaman dan melupakan hal yang seharusnya ia selesaikan. 3) Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. Seorang prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana-rencana yang telah dia tentukan sendiri. Seseorang mungkin telah merencanakan untuk mulai mengerjakan tugas pada waktu yang telah ia tentukan sendiri, akan tetapi ketika saatnya tiba dia tidak juga melakukannya sesuai dengan apa yang telah direncanakan, sehingga mengakibatkan keterlambatan maupun kegagalan untuk menyelesaikan tugas secara memadai.

6 12 Seorang prokrastinator tidak memiliki konsistensi dalam dirinya. Dapat juga dikatakan ia sebagai orang yang tidak dapat menepati janji, bahkan kepada dirinya sendiri. Seorang prokrastinator tidak dapat melakukan sesuatu seperti apa yang sudah direncanakan. Misal ada seorang pelajar, ia berencana mengerjakan PR sepulang sekolah karena minggu depan dikumpulkan. Setelah sepulang sekolah pelajar tersebut seolaholah melupakan tugas dan justru melakukan kegiatan yang tidak bermanfaat, karena dia merasa masih memiliki waktu yang sangat banyak untuk menyelesaikan tugas. Keesokan harinyapun dia melakukan hal yang sama. Hingga akhirnya setelah hari pengumpulan tugas dia belum selesai karena waktu yang tidak dimanfaatkan dengan baik. 4) Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan. Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan, seperti membaca (koran, majalah, atau buku cerita lainnya), nonton, ngobrol, jalan, mendengarkan musik, dan sebagainya, sehingga menyita waktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikannya. Hal-hal semacam ini sangat sering ditemui, mungkin juga pada pribadi kita masing-masing pernah melakukannya. Seorang prokrastinator akan merasa sulit menghindarkan dari hal-hal yang disebutkan diatas. Karena sebenarnya orang yang melakukan prokrastinasi tidak memiliki keinginan yang kuat untuk menyelesaikan tugas, maka dari itu dia gampang terbujuk melakukan hal-hal lain yang tidak ada kaitanya dengan penyelesaian tugas.

7 13 Menurut Young (dalam Pertiwi, 2014:15) karakteristik orang yang melakukan perilaku menunda yaitu: 1) Kurang dapat mengatur waktu. 2) Percaya diri yang rendah. 3) Menganggap diri terlalu sibuk jika harus mengerjakan tugas. 4) Keras kepala, dalam arti menganggap orang lain tidak dapat memaksanya mengerjakan pekerjaan. 5) Memanipulasi tingkah laku orang lain dan menganggap pekerjaan tidak dapat dilakukan tanpa adanya dia. 6) Menjadikan penundaan sebagai coping untuk menghindari tekanan. 7) Merasa dirinya sebagai korban yang tidak memahami mengapa tidak dapat mengerjakan sesuatu yang dapat dikerjakan orang lain. Seorang yang melakukan prokrastinasi akan melakukan beberapa hal yang disebutkan oleh Young. Pada intinya seorang yang melakukan prokrastinasi akan mencari pengalihan perhatian agar tidak mengerjakan tugasnya sekarang. Padahal sekarang atau nanti ia tetap harus menyelesaikannya, bedanya jika ia mengerjakannya sekarang, ia bisa menyelesaikan tugasnya segara maksimal, sedangkan jika nanti ia akan semakin kehabisan waktu untuk menyelesaikan tugas dan hasil yang diperoleh tidak akan maksimal. Dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek prokrastinasi akademik antara lain adanya penundaan, kelambanan, kesenjangan waktu dan aktivitas lain yang lebih menyenangkan. c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi akademik merupakan sebuah tindakan menunda tugas akademik, setiap tindakan pasti terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi, begitu pula prokrastinasi akademik. Seorang yang melakukan prokrastinasi akademik pasti memiliki faktor yang mempengaruhi tindakan tersebut.

8 14 Menurut Gufron (2003:163), faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan eksternal. 1) Faktor internal, yaitu faktor dari dalam diri individu yang meliputi kondisi fisik dan psikologis. a) Kondisi fisik dan kesehatan akan mempengaruhi munculnya prokrastinasi, misalnya fatigue/stres. Seorang yang mengalami fatigue akan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan prokrastinasi daripada yang tidak mengalami. b) Kondisi psikologis. Menurut Millgram dkk, trait kepribadian yang turut mempengaruhi munculnya perilaku penundaan, misalnya trait psikologis yang turut mempengaruhi munculnya prokrastinasi adalah self regulation dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial. Besarnya motivasi juga mempengaruhi prokrastinasi akademik secara negatif, di mana semakin tinggi motivasi ekstrinsik maka semakin rendah kecenderungan prokrastinasi akademik, selain itu faktor kontrol diri yang rendah juga turut mempengaruhi kecenderungan prokrastinasi akademik. 2) Faktor eksternal, yaitu gaya pengasuhan orang tua dan lingkungan yang kondusif. a) Gaya pengasuhan orang tua. Hasil penelitian Ferrari dan Ollivete menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada subjek penelitian anak perempuan, sedangkan tingkat pengasuhan otoritatif ayah menghasilkan anak perempuan yang bukan prokrastinator. Ibu yang memiliki kecenderungan melakukan avoidance procrastination menghasilkan anak perempuan yang memiliki kecenderungan untuk melakukan avoidance procrastination pula.

9 15 Perlu diketahui bahwa gaya pengasuhan otoriter dan otoritatif berbeda. Gaya pengasuhan otoriter merupakan pola asuh yang menuntut anak agar patuh kepada semua perintah orang tua, sedangkan gaya asuh otoritatif atau demokrasi merupakan gaya asuh orang tua yang mendorong anak agar mandiri namun masih ada batasan-batasan tertentu dalam pengendalian tindakan anak. Oleh sebab itu tidak heran dalam penelitian yang dilakukan Ferrari dan Ollivete menghasilkan kecenderungan yang berbeda terhadap masing-masing gaya asuh. b) Kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan yang lenient prokrastinasi akademik lebih banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah dalam pengawasan daripada lingkungan yang penuh pengawasan. Tingkat atau level sekolah, juga apakah lokasi sekolahterletak di desa ataupun dikota tidak mempengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi akademik seseorang. Menurut pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor tersebut dapat memunculkan perilaku prokrastinasi. d. Dampak Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi akademik merupakan tindakan yang tidak baik jika terus dibiarkan. Prokrastinasi adalah menunda dengan sengaja kegiatan yang diinginkan walaupun individu mengetahui bahwa perilaku penundaanya tersebut dapat menghasilkan dampak buruk. Steel (2007:66) juga pernah mengatakan bahwa Combining these elements suggests that to procrastinate is to voluntarily delay an intended course of action despite expecting to be worse off for the delay. Prokrastinasi adalah suatu penundaan sukarela yang dilakukan

10 16 oleh individu terhadap tugas/pekerjaannya meskipun ia tahu bahwa hal ini akan berdampak buruk pada masa depan. Penundaan yang dilakukan secara suka rela atau tanpa paksaan dari orang lain merupakan perilaku buruk yang jika dibiarkan akan menjadi suatu kebiasaan yang buruk pula. Seorang yang melakukan perilaku prokrastinasi terus menerus akan menjadi orang yang memiliki masa depan yang suram. Menurut Knaus (dalam Pertiwi, 2014:19) perilaku menunda dapat mempengaruhi keberhasilan akademik dan pribadi individu. Sirois (2004: ) juga mengatakan bahwa A variety of negative outcomes have been linked to procrastination including poor academic performance, higher stress, increased illness, and higher anxiety when recalling procrastinating behavior. Konsekuensi negatif yang timbul dari perilaku menunda, yaitu: performa akademik yang rendah, stres yang tinggi, menyebabkan penyakit, dan kecemasan yang tinggi. Dampak negatif dari prokrastinasi jelas tidak menguntungkan bagi siapapun, jika performa akademik rendah bisa jadi seseorang tidak naik kelas. Jika memiliki stress tinggi, bagaimana seseorang dapat menjalani kehidupan seharihari dengan wajar. Mengakibatkan penyakit, jelas sekali merupakan hal buruk. Dan memiliki kecemasan yang tinggi, kehidupan tidak akan benar-benar dijalani dengan kebahagiaan. Dengan berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi memiliki dampak yang buruk dan harus diatasi agar tidak menjadi kebiasaan yang semakin buruk. e. Cara Mengurangi Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi akademik merupakan penundaan menyelesaian tugastugas. Sebelum mengetahui cara mengatasi prokrastinasi akademik kita harus mengetahui beberapa sikap yang dilakukan oleh seseorang yang melakukan prokrastinasi akademik. Menurut Teo Aik Cher (2012:1)

11 17 beberapa sikap yang dilakukan yaitu: perfeksionis, mudah menyerah, kewalahan, sulit berkonsentrasi, bersikap menentang, bersikap khawatir, bersikap malas, berkata belum. Menurut Teo Aik Cher (2012:7) cara mengatasinya adalah sebagai berikut : 1) Bersikap Praktis Arti dari praktis yaitu bersikap realistis dan hati-hati akan hal-hal yang sesungguhnya. Bersikap praktis ini merupakan cara mengatasi sikap perfeksionis. Ada sebuah cerita tentang seorang murid bernama Patrick, seseorang yang perfeksionis. Menjelang ujian di kelas, jawaban dari salah satu pertanyan sudah sangat jelas, seakan-akan jawaban itu sedang tepat memandang kearah wajahnya. Walaupun begitu, sebagai seorang yang perfeksionis, ia sangat yakin bahwa jawabannya tidak semudah itu. Jadi apa yang dia lakukan? Ia membatalkan jawaban yang pertama muncul dengan jawaban yang lain, yang ia pikir lebih baik tapi sebenarnya salah.andai saja Patrick bersikap praktis dan tidak mempersulit diri sendiri, pasti dia sudah menjawab dengan jawaban yang benar. 2) Mengubah Pola Pikir Sikap mudah menyerah merupakn hasil dari pola pikir yang negatif. Untuk mengatasi sikap mudah menyerah kita harus mengubah pola pikir kita agar menimbulkan pemikiran yang positif. Ubahlah pemikiran kita agar fokus terhadap kegagalan atas pekerjaan bukan memperlakukan kita sebagai kegagalan. Sebagai contoh nyata, Thomas Alfa Edison (dalam Cher, T.A 2012:240) tidak menciptakan bola lampu pada percobaan pertama kali. Dikatakan bahwa ia melakukan percobaan yang gagal hampir kali. Lalu J.K Rowling penulis buku Harry Potter, naskah pertamanya ditolak lebih dari 10 penerbit hingga pada

12 18 akhirnya diterima. Buku-bukunya menjadi terkenal dan telah difilmkan. Kegagalan harusnya tidak dijadikan alasan untuk menunda. Berpikir positif tentang kegagalan dan belajar dari kegagalan tersebut. Buatlah kegagalan untuk memacu semangat agar menjadi pribadi yang lebih baik. 3) Mengatasi rintangan Bila kita kewalahan dengan banyaknya pekerjaan, kita perlu menyusun rencana. Terdapat satu metode yang disebut Slice and Dice. Sebuah metode yang efektif yaitu dengan memecah belah pekerjaan besar menjadi pekerjaan yang lebih kecil dan mudah dikerjakan. Contoh seperti pada Gambar 2.1: Hal yang harus dikerjakan: 1) Mengirim pada teman 2) Membantu ibu didapur 3) Menyelesaikan PR Matematika 4) Menyelesaikan PR IPA 5) Memberi makan ikan 6) Gambar 2.1. Penyusunan rencana kegiatan yang harus dilakukan Ketika sebuah pekerjaan sudah selesai, coret dari daftar dan beralih ke nomor selanjutnya. Atur waktu yang ada dan dalam waktu yang singkat kamu akan menyelesaikan seluruh pekerjaan. 4) Berusaha dan bergerak maju Sulit berkonsentrasi salah satu yang mengakibatkan kita akan menunda. Penyebabnya banyak misal keadaan kamar yang berantakan. Jika penyebabnya adalah kamar yang berantakan, kenapa kita tidak berusaha membersihkannya terlebih dahulu. Untuk membersihkan kamar yang berantakan dengan mudah

13 19 buatlah daftar seperti pada nomor 3 diatas. Hal tersebut akan mempermudah untuk mengerjakan tugas dengan waktu yang singkat dan lebih efektif. Jika kamar/tempat belajarmu sudah bersih dan mendukung, kalian akan merasa nyaman dan lebih mudah berkonsentrasi. 5) Belajar untuk menghormati Sikap menentang merupakan sikap seorang penunda. Untuk mematahkan sikap menentang adalah dengan belajar menghormati. Agar kita dapat menghormati orang disekitar kita ingatlah beberapa hal : a. Ingatlah bahwa orang tua kita bekerja keras untuk kebahagian kita b. Ingatlah guru bekerja keras dan dedikasinya adalah untuk kebaikan kita. c. Ingatlah bahwa teman-teman kita ada untuk kita d. Ingatlah bahwa saudara kita adalah orang yang tumbuh bersamamu dari hari kehari. Jangan lupakan juga untuk menghormati diri sendiri. Dengan menghormati diri sendiri kita akan menjadi manusia yang patut untuk dihargai orang lain juga. 6) Mengakui kekhawatiran Dengan mengakui kekhawatiran kita jadi tahu apa sebenarnya yang kita takutkan. Selanjutnya adalah bertindak. Bertindak untuk menghilangkan ketakutan tersebut. Berpikiran positif akan suatu hal juga dapat mengatasi ketakutan. Tanamkan dalam diri pikiran positif ini : Saya tidak takut apapun. Saya dapat melakukan ini. Saya merasa kuat dan fokus. Saya menikmati tantangan yang muncul untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

14 20 Tidak mengapa jika merasa khawatir, yang lebih penting adalah mengakui alasan-alasan mengapa kamu khawatir dan menghilangkanya. 7) Berpikir Insentif untuk mendorong diri sendiri Insentif merupakan penghargaan yang diberikan kepada diri sendiri ketika kita mencapai/menyelesaikan sesuatu. Sebuah insentif dapat menjadi motivator yang kuat agar kita segera bangkit berdiri dan mulai mengerjakan tugas. Kita tidak harus menciptakan suatu insentif yang besar dan luar biasa karena akan memakan biaya yang besar. Sebaliknya hal tersebut akan membuat kita semakin stres karena uang jajan akan terkuras habis. Mulailah dengan sesuatu yang kecil dan pastikan insentif itu sesuai dengan pekerjaan yang kita selesaikan. Jangan berbuat curang dengan menyelesaikan pekerjaan sederhana lalu memberi insentif yang berlebihan. Beberapa insentif yang dapat diberikan : (1) Menonton film, (2) Menelpon teman, (3) Mendengarkan lagu kesukaan, (4) Bermain game favoritmu, (5) Berbelanja, (6) Memakan cemilan favoritmu, (7) Bermain bersama teman-teman. 8) Berlatih Kebiasaan Sekarang Menunda suatu pekerjakan karena kita berpikir selalu ada waktu untuk mengerjakan sebuah pekerjaan/tugas. Tetapi apa yang terjadi saat detik-detik terakhir, kita cenderung akan terburu-buru menyelesaikan tugas. Dan dalam kemungkinan terburuk kita kehabisan waktu untuk mengerjakan tugas tertentu. Untuk menangkis penundaan kita harus berpikir SEKARANG untuk mengerjakan tugas tertentu. Kita bisa menggunakan bahasa sekarang untuk memotivasi diri kita sendiri. Misalnya Saya harus mengerjakan tugas matematika ini

15 21 sekarang. kata harus dan sekarang akan membuat kita bertindak sesegera mungkin. Dapat diketahui bahwa cara mengatasi prokrastinasi akademik yaitu bersikap praktis, mengubah pola pikir, mengatasi rintangan, berusaha dan bergerak maju, belajar untuk menghormati, mengakui kekhawatiran, berpikir insentif untuk mendorong diri sendiri, berlatih kebiasaan sekarang. Dari beberapa usaha tersebut bahkan keseluruhannya tidak lain adalah terkait dengan usaha belajar. Cara untuk mengatasi prokrastinasi akademik adalah dengan melaksanakan beberapa usaha belajar yang sudah disebutkan. Di sekolah, guru bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik untuk mengatasi prokrastinasi akademik. Layanan yang digunakan yaitu layanan bimbingan belajar. Bimbingan belajar yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan memberikan informasi dan pemahaman yang sesuai dengan permasalahan terkait. Maka dari itu peneliti membuat bahan ajar berupa modul yang digunakan untuk mereduksi perilaku prokrastinasi akademik. Modul tersebut berisi tentang pengertian prokrastinasi akademik, mengenali seorang prokrastinator, dan cara mengatasi prokrastinasi akademik yang diambil dari pendapat ahli. 2. Bimbingan Belajar a. Pengertian Bimbingan Belajar Peserta didik adalah seorang atau anak yang sedang dalam proses perkembangan menuju kedewasaan, baik jasmani, mental, spiritual maupun sosial. Dalam belajar peserta didik mempelajari materi ajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang akan berguna dikehidupannya kelak. Proses belajar yang dialami siswa tidak selalu berjalan lancar sebagaimana diharapkan guru dan orang tua, tetapi kadang kala ada peserta didik yang tidak mampu mengatasi persoalan-persoalan belajar yang dihadapi, sehingga tidak

16 22 dapat mencapai tujuan belajar secara optimal. Guna memperlancar siswa yang mengalami permasalahan belajar maka diperlukan adanya bantuan belajar yaitu bimbingan belajar. Menurut Hermawan (2012:30) bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu peserta didik tersebut dapat memahami dirinya, sehingga sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan lingkungannya. Kaitannya dengan belajar, maka bimbingan belajar merupakan bantuan yang diberikan kepada individu atau peserta didik secara berkesinambungan, agar mampu belajar seoptimal mungkin sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Secara khusus bimbingan belajar diberikan kepada peserta didik yang mengalami permasalahan dalam belajar atau mengalami kesulitan belajar, sehingga terlepas dari kesulitan belajar tersebut. Layanan bimbingan belajar merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh guru, karena dalam tugas sehari-hari selalu menghadapi peserta didik yang sedang belajar. Banyak peserta didik yang belum menyadari tentang arah belajar meraka, disamping belum mengetahui bagaimana seharusnya melakukan kegiatan optimal. Bahkan banyak peserta didik yang mengalami kegagalan dalam mencapai cita-cita karena kurang mengetahui cara belajar yang tepat. Ditinjau dari segi perkembangan, anak usia sekolah akan menunjukan hasil yang lebih baik apabila mereka melaksanakan belajar secara tepat. Oleh karena itu memerlukan bantuan atau bimbingan belajar agar dapat memanfaatkan potensinya. (Syamsuri & Chadijah,2011) Menurut Winkel (1991:125) Bimbingan belajar adalah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai dan dalam mengatasi kesukarankesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan. Tuntutan belajar yang dimaksud adalah tujuan

17 23 belajar yang seharusnya dicapai secara optimal. Peserta didik yang mengalami permasalahan belajar akan mendapatkan bantuan berupa bimbingan belajar agar mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Sesuai pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar adalah layanan yang dilakukan untuk membantu peserta didik agar dapat mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi. b. Bentuk Pendekatan dalam Bimbingan Belajar Seperti bimbingan yang lain, bimbingan belajar juga mempunyai pendekatan dalam pelaksanaannya. Bimbingan belajar di sekolah dapat dilakukan dengan pendekatan individual dan pendekatan kelompok. 1) Bimbingan individual Yang dimaksud dengan bimbingan individual adalah bantuan yang diberikan seorang guru kepada seorang peserta didik agar dapat menyelesaikan permasalahan. Bimbingan individual ini dilakukan atas pertimbangan bahwa kesulitan yang dialami peserta didik sifatnya khusus atau sudah berat sehingga memerlukan penyelesaian secara individual. 2) Bimbingan kelompok Bimbingan kelompok adalah bantuan yang dilakukan seorang guru kepada sekelompok peserta didik agar mereka dapat mengenal diri, menyesuaikan diri dan mampu mengatasi masalah atau kesulitannya sehingga dapat mengembangkan diri secara maksimal. Pertimbangan layanan bimbingan belajar dengan menggunakan bimbingan kelompok yaitu adanya masalah yang relative sama pada sekelompok siswa. Di dalam kelompok peserta didik mengadakan hubungan dan memperoleh informasi, tanggapan dan pendapat saat berinteraksi dengan anggota kelompok. Dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok belajar

18 24 dapat diisi dengan berbagai kegiatan, antara lain pemberian informasi, home room, diskusi, belajar dan bekerja kelompok, karya wisata, serta pengajaran remedial. (Syamsuri & Chadijah,2011) Dalam penelitian ini bentuk pendekatan yang digunakan dalam layanan bimbingan belajar yaitu bimbingan kelompok. Peneliti akan memberikan informasi dan pemahaman melalui modul yang sudah disiapkan untuk mereduksi perilaku prokrastinasi akademik, dalam pemberian layanan bimbingan belajar didik juga akan diajak berdiskusi membahas permasalahan tentang prokrastinasi akademik. c. Jenis Layanan Bimbingan Belajar Faktor penyebab kesulitan belajar sangat bervariasi, hal ini menyebabkan sifat kesulitan belajar antara peserta didik yang satu dengan yang lain tidak sama. Faktor penyebab kesulitan belajar yang berbeda pada siswa menuntut jenis layanan bimbingan belajar yang berbeda pula. Bimbingan belajar dapat dilakukan berdasarkan latar belakang non psikologis dan latar psikologis. Layanan bimbingan belajar non psikologis merupakan usaha meningkatkan prestasi belajar dengan cara perbaikan dalam komponen proses belajar mengajar, misalnya perbaikan cara belajar peserta didik, perbaikan cara mengajar guru, perbaikan metode mengajar, perbaikan penyajian materi pelajaran dan sebagainya. Sedangkan layanan bimbingan belajar psikologis berfungsi untuk merangsang peserta didik meningkatkan usaha belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan yaitu tercapainya prestasi belajar yang optimal. Bimbingan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan meningkatkan motivasi belajar, menanamkan prinsip-prinsip belajar, dan melalui penyuluhan perorangan. (Syamsuri & Chadijah,2011)

19 25 Setiap layanan yang dilaksanakan baik psikologis maupun non psikologis bertujuan sama yaitu untuk membantu permasalahan peserta didik, dengan cara-cara tersebut sangat diharapkan adanya perubahan kearah yang lebih baik setelah pemberian layanan. Penelitian ini termasuk layanan bimbingan belajar non psikologis karena dalam penelitian ini peneliti membuat bahan ajar berupa modul untuk menunjang penyajian materi yang diharapkan dapat mereduksi perilaku prokrastinasi akademik. d. Modul Bimbingan Belajar Model-model pembelajaran disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Menurut Joyce & Weil (dalam Rusman, 2010:133) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Joyce & Weil (dalam Wayan S, 2007:6) juga mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat disimpulkan bahwa pengertian dari model pembelajaran adalah rancangan konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Guru bimbingan dan konseling memberikan layanan kepada peserta didik untuk membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi. Maka dari itu model dalam bimbingan dan konseling dapat diartikan

20 26 sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Layanan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu layanan bimbingan belajar. Dalam penelitian ini layanan bimbingan belajar dilaksanakan dengan model pembelajaran mandiri. Menurut Rusman (2010:353) peserta didik dapat mempelajari pokok materi tertentu dengan membaca modul atau melihat dan mengakses program e-learning tanpa bantuan atau dengan bantuan terbatas dari orang lain. Menurut Panen (dalam Rusman 2010:355) belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri. Belajar mandiri bukan merupakan usaha mengasingkan peserta didik dari teman dan guru. Hal yang terpenting adalah peningkatan kemampuan dan keterampilan peserta didik, sehingga pada akhirnya peserta didik tidak tergantung pada guru, pembimbing, teman atau oranglain dalam belajar. Menurut Rusman (2010:355) tugas guru dalam proses belajar mandiri ialah menjadi fasilitator, yaitu menjadi orang yang siap memberikan bantuan kepada peserta didik bila diperlukan. Bentuknya terutama bantuan dalam menentukan tujuan belajar, memilih bahan dan media belajar, serta dalam memecahkan kesulitan yang tidak dapat dipecahkan peserta didik sendiri. Model pembelajaran mandiri mempunyai beberapa bahan belajar mandiri salah satunya yang juga digunakan dalam penelitian ini adalah modul. Modul merupakan suatu paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu dan didesain sedemikian rupa guna kepentingan belajar peserta didik. Satu paket modul biasanya memiliki komponen petunjuk guru, lembar kegiatan, lembar kerja, dan lembar tes. (Rusman, 2010:375). Dalam penelitian ini modul dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan permasalahan peserta didik yaitu prokrastinasi akademik. Di dalam modul terdapat berbagai informasi terkait prokrastinasi akademik, adapun isi modul yaitu pengertian

21 27 prokrastinasi akademik, cara mengenali prokrastinator, cara mengatasi prokrastinasi akademik dan terminasi. Diharapkan dengan tersusunnya modul tersebut dapat mereduksi perilaku prokrastinasi akademik yang dialami oleh peserta didik. 3. Tinjauan tentang Peserta Didik SMP a. Karakteristik Peserta Didik SMP Secara psikologi peserta didik SMP tengah memasuki masa pubertas, yakni suatu masa ketika indivdu mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju masa remaja (adolescence). Sebagian Ahli memandang bahwa peserta didik SMP tengah memasuki masa remaja awal. Akan tetapi semua sepakat bahwa masa-masa tersebut merupakan masa yang sulit dalam perkembangan manusia. Peserta didik SMP termasuk kedalam klasifikasi masa remaja dengan umur tahun dan belum menikah. Periode perkembangan remaja dimulai dengan pubertas. Menurut WHO (dalam Chasiyah,dkk 2009:43) remaja adalah masa pertumbuhan dan perkembangan dimana individu mengalami: 1) Menunjukkan tanda-tanda kelamin sekunder sampai saat mereka mencapai kematanagan seksual 2) Mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. 3) Peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif mandiri. Disebutkan juga dalam Chasiyah dkk (2009:44) karakteristik remaja antara lain: 1) Perkembangan Fisik Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa rentang kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Hal tersebut terutama tampak jelas pada bagian

22 28 hidung, kaki dan tangan. Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri, yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. 2) Perkembangan Intelegensi Remaja, secara mental telah dapat berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata lain berpikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah daripada berpikir kongkret. 3) Perkembangan Emosi Mencapai kematangan emosional merupakan salah satu tugas perkembangan yang cukup sulit, karena masa remaja merupakan puncak emosionalitas (perkembangan emosi yang tinggi). Selain itu proses pencapaiannya juga sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya. 4) Perkembangan Sosial Pada masa remaja berkembang social cognition atau kemampuan untuk memahami orang lain, pemahamannya ini mendorong remaja untuk menjalin persahabatan ataupun percintaan (pacaran). Perkembangan sosial dilakukan dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. 5) Perkembangan Moral Munculnya dorongan untuk melakukan perbuatanperbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain dikarenakan adanya pemahaman tentang nilai-nilai dan konsep-konsep moralitas. 6) Perkembangan Kepribadian Masa remaja merupakan masa berkembangnya identity (jati diri). Pada saat ini berkembang usaha sadar untuk menjawab pertanyaan who am I? (siapa saya?).

23 29 Berbagai macam perkembangan yang dialami oleh peserta remaja, menjadikan remaja menjadi individu yang masih labil dan masih akan berkembang sampai dewasa nanti. Dalam masa-masa remaja ini harus dikontrol oleh orang tua yang memahami perkembangan yang dialami remaja, agar mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan masa perkembangannya. Masa perkembangan remaja seringkali diwarnai dengan permasalahan-permasalahan yang muncul. Untuk itu tugas guru bimbingan dan konseling adalah membantu mengatasi permasalahan yang dialami remaja peserta didik. Termasuk dengan prokrastinasi akademik yang sering terjadi dikalangan remaja. Guru bimbingan dan konseling dapat memberikan pemahaman tentang prokrastinasi akademik agar peserta didik dapat memahami dan mengatasinya. b. Tugas Perkembangan Peserta didik SMP Peserta didik SMP yang memasuki masa puber berhadapan dengan tugas-tugas perkembangan, yang harus dipelajari dan diselesaikan guna mencapai keberhasilan perkembangan pada masa berikutnya. Havighurts (dalam Chasiyah,dkk. 2009:62) mengartikan tugas-tugas perkembangan sebagai berikut: A defelopmental taks is which arises at or about a certain period in the life of individual, successful achievement of which loads to happiness and success with leter task, white failure leads to unhappiness in the individual, disapproval by society, and difficulty with later task. Maksudnya bahwa tugas perkembangan itu merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya; sementara jika gagal, maka menyebabkan ketidakbahagiaan pada individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masayarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas berikutnya.

24 30 Maka dari itu peserta didik harus dapat mengoptimalkan tugas perkembangan sesuai dengan periode yang sedang dialami. Guru bimbingan dan konseling juga dapat membantu mengoptimalkan tugas-tugas perkembangan tersebut, agar peserta didik menjadi individu yang bahagia dan dapat menuntaskan tugas berikutnya. Adapun rumusan tugas perkembangan bagi para remaja termasuk peserta didik SMP di Indonesia menurut Sunaryo Kartadinata,dkk.(2003) yaitu sebagai berikut: 1) Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2) Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat, 3) Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria dan wanita. 4) Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan social yang lebih luas. 5) Mengenal kemampuan, bakat, minat, serta arah kecenderungan karir dan apresiasi seni. 6) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan/atau mempersiapkan karier serta berperan dalam kehidupan masyarakat. 7) Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial dan ekonomi. 8) Mengenal sistem etika dan nilai-nili bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat dan minat manusia. (dalam buku Pedoman Penelusuran Minat Peserta Didik SMP, 2013:12). Menurut Soeharto (1998:32) Tugas-tugas perkembangan anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP):

25 31 1) Memiliki sikap dan perilaku beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa 2) Memperoleh perangkat nilai sebagai pedoman berperilaku 3) Mencapai kemandirian emosional 4) Mengembangkan keterampilan intelektual 5) Berperilaku sosial yang bertanggung jawab 6) Mencapai peran sosial sebagai pria/wanita 7) Menerima keadaan diri dan menggunakannya secara efektif 8) Mencapai kemandirian perilaku ekonomis 9) Memiliki wawasan persiapan karir 10) Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita. Ada banyak tugas perkembangan yang harus dicapai oleh peserta didik. Setiap individu pasti memiliki kesulitan untuk mengoptimalkan beberapa tugas perkembangan yang harus dicapai. Jika peserta didik melakukan prokrastinasi akademik berarti belum melaksanakan tugas perkembangan mencapai kemandirian emosional. Seseorang yang sudah mencapai tugas perkembangan tersebut tidak akan melakukan prokrastinasi akademik karena tahu bahwa prokrastinasi akademik akan memberikan dampak buruk terhadap dirinya. Maka dari itu guru bimbingan dan konseling dapat membantu untuk mengoptimalkan tugas perkembangan peserta didik SMP. 4. Modul Bimbingan Belajar untuk Mengatasi Perilaku Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi akademik merupakan tindakan menunda menyelesaikan tugas-tugas antara lain tugas menulis paper, belajar menghadapi ujian, membaca, menyelesaikan tugas-tugas administratif, menghadiri pertemuan, dan menyelesaikan tugas-tugas akademik secara umum. Prokrastinasi akademik termasuk perilaku negatif yang harus dihindari karena berdampak buruk bagi kehidupan sehari-hari. Dihindari

26 32 apabila belum melakukan, akan tetapi jika sudah termasuk pelaku proktastinasi harus segera diatasi. Cara mengatasi prokrastinasi menurut Toe Aik Cher (2012:7) yaitu bersikap praktis, mengubah pola pikir, mengatasi rintangan, berusaha dan bergerak maju, belajar untuk menghormati, mengakui kekhawatiran, berpikir insentif untuk mendorong diri sendiri, berlatih kebiasaan sekarang. Dari beberapa usaha cara mengatasi prokrastinasi akademik tidak lain keseluruhannya merupakan usaha belajar. Dalam penelitian ini layanan yang digunakan untuk melakasanakan usaha tersebut menggunakan layanan bimbingan belajar. Layanan bimbingan belajar merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh guru, karena dalam tugas sehari-hari selalu menghadapi peserta didik yang sedang belajar. Layanan bimbingan belajar dilakukan untuk membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar, salah satunya yaitu prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik merupakan kesulitan belajar yang sering dialami peserta didik. Bimbingan belajar dapat dilakukan salah satunya dengan pemberian informasi. Pemberian informasi bertujuan untuk membantu peserta didik memperoleh gambaran atau pemahaman tentang suatu masalah, kaitannya dalam hal ini yaitu prokrastinasi akademik. Dalam penelitian ini informasi akan diberikan lewat modul bimbingan belajar yang sudah disiapkan untuk mereduksi perilaku prokrastinasi akademik, dalam pemberian informasi peserta didik juga akan diajak berdiskusi membahas permasalahan tentang prokrastinasi akademik. Dalam modul tersebut ada penjelasan terkait apa itu prokrastinasi, sikap seorang prokrastinator, dan cara mengatasi prokrastinasi akademik yang dirangkum dari pendapat para ahli. Mengacu pada pendapat Syamsuri (2010:46) bahwa Layanan bimbingan belajar dapat dilakukan dengan cara perbaikan dalam komponen proses belajar mengajar, misalnya perbaikan cara belajar

27 33 peserta didik, perbaikan cara mengajar guru, perbaikan metode mengajar, perbaikan penyajian materi pelajaran dan sebagainya. Layanan bimbingan belajar dapat dilakukan dengan perbaikan materi layanan, adanya bahan ajar yang disiapkan dalam pelaksanaan bimbingan belajar ini bertujuan untuk memperbaiki penyajian materi layanan tentang prokrastinasi akademik. Penyajian bahan ajar berupa modul yang menarik dan mudah dimengerti peserta didik. Menyadari akan dampak-dampak buruk yang dapat disebabkan oleh prokrastinasi akademik, maka diselenggarakan pelaksanaan layanan bimbingan belajar untuk mereduksi perilaku proktastinasi akademik. Layanan bimbingan belajar ini diharapkan dapat mereduksi perilaku prokrastinasi akademik yang dialami peserta didik agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. B. Penelitian yang Relevan Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengatasi prokrastinasi akademik. Tetapi penelitian-penelitian tersebut bermacam-macam variabelnya dan hasil penelitian tersebut juga bervariasi. Berikut beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan : 1. Penelitian Ursia, N.R., Siaputra, I.B., dan Sutanto, N (2013) dengan penelitiannya yang berjudul Prokrastinasi Akademik dan Self-Control pada Mahasiswa Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Prokrastinasi telah lama dianggap sebagai perwujudan dari rendahnya self-control. Kemunculan teori motivasi temporal (TMT) sebagai suatu kerangka teoretis untuk menjelaskan prokrastinasi juga mendukung peran self-control dalam memunculkan perilaku prokrastinasi. Penelitian ini ingin menguji kesesuaian TMT dalam menjelaskan pola hubungan antara self-control dan prokrastinasi, baik secara umum maupun dalam pengerjaan skripsi. Subjek penelitian adalah 157 mahasiswa psikologi yang sedang mengerjakan skripsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-control memiliki korelasi negatif dengan prokrastinasi umum (r=-0,663) dan skripsi (r=-0,504). Peran elemen-elemen

28 34 TMT sebagai mediator menjadi terbukti ketika korelasi negatif tersebut melemah secara signifikan setelah dilakukan pengendalian terhadap ketiga elemen TMT. Sekalipun demikian, pelemahan yang lebih besar justru ditemukan ketika self-control yang dijadikan sebagai variabel mediator. Dugaan penyebab dan implikasi temuan terhadap kesesuaian TMT didiskusikan dalam badan tulisan. 2. Penelitian Sujirah, E.A. & Tjundjing, S (2007) yang berjudul Mahasiswa Versus Tugas: Prokrastinasi Akademik dan Conscientiousness. Penelitian ini mengungkap hubungan antara sifat menunda mengerjakan tugas atau prokrastinasi akademik pada para mahasiswa dan aspek conscientiousnessnya. Mahasiswa sebuah fakultas psikologi, angkatan (N = 295) menjadi responden penelitian ini. Para partisipan mengisi 3 jenis skala (satu skala utama dari penulis, dan dua skala pembanding, adaptasi dari skala Aitken Procrastination Inventory dan Big Five Inventory.) Hasil pengujian menggunakan skala utama menunjukkan adanya hubungan negatif (r = ), yang diperkuat oleh hasil pengujian skala pembanding. Hasil tersebut juga menyiratkan bahwa mahasiswa yang memiliki karakter conscientious yaitu terstruktur, tekun, serta memiliki kendali diri yang baik cenderung terhindar dari prokrastinasi. 3. Penelitian Kartadinata, I. & Tjundjing, S (2008) yang berjudul I Love You Tomorrow: Prokrastinasi Akademik dan Manajemen Waktu. Penelitian ini bertujuan mendalami hubungan antara manajemen waktu dan prokrastinasi akademik. Partisipan adalah mahasiswa psikologi (N = 227) angkatan 2004 dan Data diperoleh melalui pengisian Time Management Behavior Scale (TMBS) dan Procrastination Assessment Scale for Student (PASS). Data dianalisis dengan analisis regresi linear dan korelasi product moment dari Pearson. Hasil menunjukkan korelasi negatif ( 0.377) antara pengelolaan waktu dan prokrastinasi akademik. Bagian kedua PASS mengungkap alas an paling dominan prokrastinasi: rasa malas, rasa kewalahan, tak mampu mengatur waktu dengan baik, dan sulit membuat putusan. Didiskusikan

29 35 apakah prokrastinasi merupakan perilaku bawaan (trait) atau situasional (state). C. Kerangka Pemikiran Prokrastinasi akademik merupakan tindakan menunda menyelesaikan tugas-tugas antara lain tugas menulis paper, belajar menghadapi ujian, membaca, menyelesaikan tugas-tugas administratif, menghadiri pertemuan, dan menyelesaikan tugas-tugas akademik secara umum. Dalam proses belajar peserta didik seharusnya tidak melakukan prokrastinasi akademik agar tidak mengalami hambatan dalam proses belajar. Namun masih banyak peserta didik yang masih melakukan prokrastinasi akademik. Adapun cara mengatasi prokrastinasi menurut Cher. T.A (2012:7) yaitu bersikap praktis, mengubah pola pikir, mengatasi rintangan, berusaha dan bergerak maju, belajar untuk menghormati, mengakui kekhawatiran, berpikir insentif untuk mendorong diri sendiri, berlatih kebiasaan sekarang. Dari beberapa usaha cara mengatasi prokrastinasi akademik tidak lain keseluruhannya merupakan usaha belajar. Dalam penelitian ini layanan bimbingan dan konseling yang digunakan untuk menerapkan usaha belajar tersebut yaitu menggunakan layanan bimbingan belajar. Layanan bimbingan belajar merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh guru, karena dalam tugas sehari-hari selalu menghadapi peserta didik yang sedang belajar. Layanan bimbingan belajar dilakukan untuk membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar, salah satunya yaitu prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik merupakan kesulitan belajar yang sering dialami peserta didik, namun belum banyak media yang digunakan untuk mereduksi perilaku prokrastinasi akademik. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya bimbingan belajar dengan dengan menggunakan bahan ajar yang sesuai. Bahan ajar tersebut akan memberikan informasi dan pemahaman kepada peserta didik terkait dengan prokrastinasi akademik. Bahan ajar yang telah disiapkan yaitu berupa modul yang membahas tentang prokrastinasi akademik dan cara mengatasinya. Bimbingan belajar akan memberikan pemahaman peserta didik untuk tidak melakukan

30 36 prokrastinasi akademik. Dengan tersusunnya bahan ajar berupa modul untuk melaksanakan bimbingan belajar diharapkan dapat mereduksi perilaku prokrastinasi akademik. Berdasarkan deskripsi yang telah diuraikan di atas dapat diambil kerangka berpikir sebagai berikut: Peserta didik diharapkan tidak melakukan prokrastinasi akademik Cara mengatasi prokrastinasi menurut Cher, T.A (2012:7) Peserta didik melakukan prokrastinasi akademik Bimbingan belajar berupa pemberian informasi menggunakan bahan ajar berupa modul Bimbingan belajar tersebut akan memberikan pemahaman peserta didik untuk tidak melakukan prokrastinasi akademik maka perilaku prokrastinasi akademik akan tereduksi. Gambar 2.2 Kerangka Berpikir D. Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2010 : 96) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan maslaah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan smeentara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini, yaitu: Bimbingan Belajar Efektif untuk Mereduksi Perilaku Prokrastinasi Akademik Peserta didik Di SMPN 2 Kartasura.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu pro atau forward

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara psikologi peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) tengah memasuki masa pubertas, yakni suatu masa ketika individu mengalami transisi dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian prokrastinasi Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi 1. Pengertian Prokrastinasi Secara bahasa, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendukung maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Pendidikan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari istilah belajar karena pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI BAB 2 TINJAUAN REFERENSI Dalam bab ini, penulis akan membahas variabel tunggal penelitian yaitu prokrastinasi akademik, kemudian bahasan mengenai definisi prokrastinasi akademik, definisi kegiatan ekstrakurikuler,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah jenjang pendidikan pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di Indonesia, SMP berlaku sebagai

Lebih terperinci

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP Dra. Aas Saomah, M.Si JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP A. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian dalam bidang tertentu. Semakin tinggi penguasaan seseorang terhadap suatu bidang, semakin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian dan Pengembangan (Research dan Development/ R&D). Secara sederhana R&D bisa didefinisikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu cara yang digunakan agar sesorang mendapatkan berbagai macam ilmu. Pendidikan dapat diperoleh secara formal maupun informal. Pendidikan secara formal seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S1 ) Psikologi Disusun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Procrastination 1. Pengertian Procrastination Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan awalan pro yang berarti mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap perkembangan remaja akhir (18-20 tahun)

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO Al Khaleda Noor Praseipida 15010113140128 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro alkhaseipida@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut manusia untuk bisa bertindak dan menghasilkan karya. Mahasiswa sebagai anggota dari suatu lembaga

Lebih terperinci

Modul Bimbingan Belajar untuk Mereduksi Perilaku Prokrastinasi Akademik Peserta Didik SMP

Modul Bimbingan Belajar untuk Mereduksi Perilaku Prokrastinasi Akademik Peserta Didik SMP CONSILIUM : Jurnal Program Studi Bimbingan dan Konseling First Published Vol 4 (2) December 2016 CONSILIUM Modul Bimbingan Belajar untuk Mereduksi Perilaku Prokrastinasi Akademik Peserta Didik SMP Woro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa terdiri dari dua kata yaitu maha yang berarti besar dan siswa yang berarti orang yang sedang melakukan pembelajaran, jadi mahasiswa merupakan seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROKRASTINASI AKADEMIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROKRASTINASI AKADEMIK BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROKRASTINASI AKADEMIK 1. Pengertian prokrastinasi Prokrastinasi merupakan suatu fenomena yang seringkali terjadi saat ini terlebih dikalangan pelajar. Milgram (Ferrari, dkk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan sumber daya manusia berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan sumber daya manusia berkualitas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya dalam mewujudkan sumber daya manusia berkualitas dan mampu menghadapi tantangan zaman, yang dapat dilaksanakan salah satunya ialah melalui jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang sering didengungkan oleh para pendidik. Hal ini menekankan pentingnya pendidikan bagi setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengerjakan tugas-tugas studi, baik itu yang bersifat akademis maupun non

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengerjakan tugas-tugas studi, baik itu yang bersifat akademis maupun non BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan subjek yang menuntut ilmu diperguruan tinggi memiliki tanggung jawab pada saat kuliah berlangsung dan menyelesaikan kuliahnya. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ProkrastinasiAkademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastinare, dari kata pro yang artinya maju, ke depan, bergerak maju, dan crastinus yang berarti besok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi 1. Pengertian Prokrastinasi Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang artinya maju, ke depan, bergerak maju dan crastinus yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat BAB II LANDASAN TEORI Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat gambaran prokrastinasi pada mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara. Landasan teori ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa atau peserta didik adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di Universitas X Bandung didirikan berdasarkan pertimbangan praktis, yakni melengkapi syarat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia tidak terlepas dari dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku belajar seorang siswa sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pembelajarannya. Sesuai dengan pendapat Roestiah (2001), belajar yang efisien dapat

Lebih terperinci

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa dalam Peraturan Pemerintah RI No. 30 tahun 1990 adalah: Peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa akhir program S1 harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan. Orang rela membayar mahal untuk dapat mengecap pendidikan di perguruan tinggi. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di suatu lembaga sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai masa remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang diberi berbagai kelebihan yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia adalah akal pikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi anak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Kata prokrastinasi akademik sebenarnya sudah ada sejak lama, bahkan dalam salah satu prasasti di Universitas Ottawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era teknologi dan globalisasi, manusia dituntut untuk menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting (Husetiya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu fenomena yang kerap terjadi di kalangan mahasiswa adalah prokrastinasi akademik. Menurut Lay (LaForge, 2005) prokrastinasi berarti menunda dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan pembangunan di berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, teknologi dan budaya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa 2.1.1. Pengertian Prokrastinasi Para ahli mempunyai pandangan yang berbeda mengenai prokrastinasi. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Salah satu aspek yang penting dalam kehidupan adalah kesuksesan atau kegagalan di bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa sangat diharapkan dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap kemajuan bangsa, juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang sangat membantu dalam meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini pemerintah berupaya meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai subyek menuntut ilmu di perguruan tinggi tidakakan terlepas dari keaktivan belajar dan mengerjakan tugas. Salah satu kriteria yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah. BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai gambaran dari penelitian secara keseluruhan. Isi dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Di Indonesia, pendidikan terbagi menjadi tiga jenis, yang pertama adalah pendidikan non formal (seperti kursus dan les), yang kedua adalah pendidikan informal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG Nindya Prameswari Dewi dan Y. Sudiantara Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.

BAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jejaring Sosial Facebook 2.1.1 Pengertian Jejaring Sosial Facebook Pengertian jejaring sosial menurut Wikipedia (2012) adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan keaslian penelitian 1.1 Latar Belakang Memasuki era perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini remaja memiliki kecenderungan untuk tumbuh berkembang guna mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam suatu pendidikan formal, seperti SMA/SMK terdapat dua kegiatan yang tidak dapat terpisahkan yaitu belajar dan pembelajaran. Kedua kegiatan tersebut melibatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Self efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep self efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN STRATEGI SELF- REGULATED LEARNING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS VIII SMP N 1 TAMBUN SELATAN

HUBUNGAN PENGGUNAAN STRATEGI SELF- REGULATED LEARNING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS VIII SMP N 1 TAMBUN SELATAN Hubungan Penggunaan Strategi Self-regulated Learning Dengan Prokrastinasi Akademik Siswa Kelas VIII... 71 HUBUNGAN PENGGUNAAN STRATEGI SELF- REGULATED LEARNING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Pendidikan bisa berupa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh dinamika-dinamika untuk mengakarkan diri dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. oleh dinamika-dinamika untuk mengakarkan diri dalam menghadapi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa yang dikuasai oleh dinamika-dinamika untuk mengakarkan diri dalam menghadapi kehidupan, dimana masa untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI PADA MAHASISWA PROKRASTINATOR YANG MENGONTRAK SKRIPSI 1 Siti Qadariah, 2 Sukarti Hilmi Manan, 3

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa merupakan sekelompok individu yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan mendapatkan pelajaran dan pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga mahasiswa dapat memilih perguruan tinggi yang hendak mereka masuki. Dalam memilih perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi sekarang ini, manusia dituntut untuk dapat menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting, namun sampai sekarang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Definisi Self Efficacy Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk berhasil melakukan tugas tertentu (Bandura, 1997).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam menyelesaikan pekerjaan mereka. Ada yang menginginkan pekerjaan agar cepat selesai, ada pula yang menunda dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Steel (2007) mengemukakan prokrastinasi sebagai suatu perilaku menunda dengan sengaja melakukan kegiatan yang diinginkan walaupun individu mengetahui bahwa perilaku

Lebih terperinci

Perkembangan Individu

Perkembangan Individu Perkembangan Individu oleh : Akhmad Sudrajat sumber : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/perkembangan-individu/ 1. Apa perkembangan individu itu? Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Suatu kecendrungan menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan dalam dunia psikologi disebut dengan istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prokrastinasi merupakan salah satu masalah dalam lingkungan akademis dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen (dalam Dahlan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Atas adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama. Usia sekolah menengah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini terjadi pada setiap individu manusia sejak dalam kandungan, yaitu sejak terjadi pertemuan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Pendidikan dapat berupa pendidikan formal, non-formal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar dan sedang menempuh proses pendidikan di Perguruan Tinggi. Pada umumnya mahasiswa berusia antara 18-24 tahun

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA IPA MAN MALANG I KOTA MALANG

HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA IPA MAN MALANG I KOTA MALANG HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA IPA MAN MALANG I KOTA MALANG Rojil Gufron Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia melakukan kegiatan sehari-hari sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya, dimana proses kehidupan manusia terus berjalan dimulai sejak lahir (bayi),

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, terutama di kalangan mahasiswa. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, terutama di kalangan mahasiswa. Berdasarkan hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena prokrastinasi terjadi hampir di setiap bidang dalam kehidupan. Prokrastinasi banyak terjadi di lingkungan akademik atau lingkungan sekolah, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak ke periode dewasa. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak

Lebih terperinci

ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING (AMT) SEBAGAI UPAYA PREVENTIF PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA

ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING (AMT) SEBAGAI UPAYA PREVENTIF PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING (AMT) SEBAGAI UPAYA PREVENTIF PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA Ela Minchah L.A, Tabah Subekti, VianaTety Anggraeni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang sangat menentukan, dengan ditandai perubahan-perubahan besar yang belum pernah terjadi sepanjang

Lebih terperinci

Skala Prokrastinasi Akademik. Ciri-Ciri Prokrastinasi Ferrari (dalam Ghufron 2014: ) menyatakan bahwa perilaku prokrastinasi

Skala Prokrastinasi Akademik. Ciri-Ciri Prokrastinasi Ferrari (dalam Ghufron 2014: ) menyatakan bahwa perilaku prokrastinasi Skala Prokrastinasi Akademik Definisi Konseptual Reza (2010: 17) menyatakan bahwa prokrastinasi adalah menunda atau menangguhkan tindakan yang sengaja dilakukan oleh seseorang dan berlangsung dalam waktu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni menciptakan persaingan yang cukup ketat dalam dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai dari tugas rumah tangga, tugas dari kantor ataupun tugas akademis. Banyaknya tugas yang diberikan

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Dalam sebuah perguruan tinggi, perkuliahan merupakan kegiatan yang wajib

BABI PENDAHULUAN. Dalam sebuah perguruan tinggi, perkuliahan merupakan kegiatan yang wajib BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah perguruan tinggi, perkuliahan merupakan kegiatan yang wajib untuk diikuti oleh setiap mahasiswa. Dalam perkuliahan ada bermacam-macam kegiatan yang wajib

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP 137 JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP 137 JAKARTA Hubungan Antara Prokrastinasi Akademik Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP 137 Jakarta HUBUNGAN ANTARA PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP 137 JAKARTA Andini Megiantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah menjadi kebutuhan mendasar bagi semua orang, apalagi di zaman yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan penilaiannya, keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan dan merupakan kunci utama untuk mencapai kemajuan suatu bangsa. Pendidikan dapat memotivasi terciptanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Prokrastinasi akademik merupakan masalah serius yang membawa konsekuensi bagi pelakunya (Gunawinata dkk., 2008: 257). Konsekuensi dari perilaku prokrastinasi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan lulusan sekolah menengah atas sedang menempuh

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan lulusan sekolah menengah atas sedang menempuh BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan lulusan sekolah menengah atas sedang menempuh kuliah pada Perguruan Tinggi. Menurut Monks dkk (2002), mahasiswa digolongkan sebagai remaja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prokrastinasi Akademik

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prokrastinasi Akademik a. Pengertian BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prokrastinasi Akademik Secara harfiah prokrastinasi berasal dari kata Procrastinare dalam bahasa Latin yang berarti menunda sampai hari berikutnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju. dengan tata cara hidup orang dewasa (Ali dan Ansori, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju. dengan tata cara hidup orang dewasa (Ali dan Ansori, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi kematangan fungsi fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang cepat pada laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang

Lebih terperinci