BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prokrastinasi Akademik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prokrastinasi Akademik"

Transkripsi

1 a. Pengertian BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prokrastinasi Akademik Secara harfiah prokrastinasi berasal dari kata Procrastinare dalam bahasa Latin yang berarti menunda sampai hari berikutnya. Solomon dan Rothblum (1984: 503) menyatakan Procrastinasion, the act of needlessly delaying tasks to the poit of experiencing subjective discomfort. Artinya prokrastinasi sebagai tindakan sia-sia menunda tugas ke titik pengalaman ketidaknyamanan subjektif. Penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa prokrastinasi merupakan suatu tindakan yang tidak bermanfaat dan menimbulkan perasaan tidak nyaman pada seseorang yang melakukannya. Colin (2007: 1) menyatakan Procrastination is the deferment or avoidance, without good reason, of an intended or scheduled task until later. Pernyataan tersebut dapat diartikan Prokrastinasi adalah penundaan atau penghindaran yang dilakukan tanpa alasan yang baik untuk menghindari tugas yang dimaksudkan atau dijadwalkan sampai nanti. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa prokrastinasi adalah suatu bentuk menunda atau menghindar dari tugas yang harus dikerjakan melewati waktu yang telah ditentukan. DeQuencey (dalam Octavia, 2007: 11) berpendapat Prokrastinasi merupakan penghindaran untuk melakukan tugas yang seharusnya dikerjakan hari itu ditunda sampai besok. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa prokrastinasi ialah menunda menyelesaikan tugas sampai hari esok padahal tugas tersebut seharusnya diselesaikan hari itu. Midgley (dalam Octavia, 2007: 11) menyataan Pada umumnya para ahli lebih sepakat mengartikan prokrastinasi merupakan penundaan yang tidak berguna (needless) dalam menyelesaikan tugas yang termasuk konotasi negatif. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa prokrastinasi adalah sesuatu yang negatif yang 7

2 8 dilakukan seseorang dalam menyelesaikan tugas dan tidak berguna. Selain itu Lay (dalam Ferrari, 1995: 137) menyatakan Procrastination is defined typically as an irrational tedncy to delay tasks that should be completed. Pernyataan tersebut dapat diartian prokrastinasi didefinisikan sebagai kecenderungan irrasional untuk menunda tugas-tugas yang harus diselesaikan. Penjelasan Lay dapat diartikan bahwa prokrastinasi adalah sesuatu yang tidak masuk akal dan tanpa alasan yang dilakukan dalam menunda menyelesaikan tugas. Pada umumnya seseorang melakukan penundaan mengerjakan tugas tanpa alasan yang jelas, sehingga mengakibatkan ketidak jelasan pula penyelesaian tugasnya. Burka dan Yuan (dalam Ferrari, 1995: 72) menyatakan Procrastination is the behavior of postponing tasks. Pernyataan tersebut dapat diarikan Prokrastinasi merupakan perilaku menunda tugas. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa prokrastinasi merupakan tingkah laku seseorang yang tidak segera menyelesaikan tugas. Napoleon Hill (dalam Reza, 2010: 19) berpendapat Procrastination is the bad habit of putting of until the day after tomorrow what should have been done the day before yesterday. Pendapat tersebut dapat diartikan prokrastinasi adalah kebiasaan buruk menunda sampai lusa tugas yang seharusnya dilakukan sehari sebelum kemarin. Penjelasan tersebut dapat dimaknai bahwa prokrastinasi merupakan suatu kebiasaan yang kurang baik yang dimiliki seseorang dalam menyelesaikan tugas yang seharusnya bisa diselesaikan hari sebelumnya tetapi ditunda sampai hari esok yang tidak jelas batas akhirnya. Pelaku prokrastiniasi pada umumnya disebut prokrastinator. Peserta didik merupakan prokrastinator yang banyak ditemui di bidang akademik. Collin Neville (2007:2) mengatakan a common form of procrastination is for students to delay starting an assignment beyod a scheduled start time and then have to work furiously to finish it on time. Pernyataan tersebut dapat diartikan bentuk umum dari penundaan oleh peserta didik adalah menunda memulai mengerjakan tugas melampaui jadwal yang direncanakan sehingga mengakibatkan harus bekerja mati-matian agar dapat menyelesaikan tugas tepat waktu. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa prokrastinasi yang dilakukan oleh siswa adalah

3 9 penundaan dalam mengerjakan yang dilakukan oleh peserta didik dengan cara mengulur waktu memulai mengerjakan tugas sampai mendekati deadline sehingga membuat peserta didik harus bekerja keras untuk meyelesaikannya tepat waktu. Rachmana (dalam Octavia, 2007: 12) menyatakan Prokrastinasi akademik sebagai perilaku penundaan yang dilakukan pada bidang akademik. Penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa prokrastiasi akademik merupakan penundaan yang terjadi pada bidang akademik dengan alasan tugas semakin banyak dan berat. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prokrastinasi akademik adalah perilaku menunda atau menghindar untuk mulai mengerjakan tugas akademik dengan cara mengulur waktu sehingga menimbulkan perasaan tidak nyaman. b. Bentuk-Bentuk Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh peserta didik biasanya memiliki bentuk yang berbeda-beda. Ada beberapa bentuk prokrastinasi yang dijelaskan oleh para ahli. Ferrari (1995: 12) menyatakan Procrastionation divided make into two; functional procrastination and dysfunctional procrastination. Pernyataan tersebut dapat diartikan prokastinasi dibagi menjadi dua bentuk prokrastinasi, yaitu functional procrastination dan dysfunctional procrastination. Bentuk-bentuk tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Functional Procrastination: Penundaan mengerjakan tugas yang bertujuan untuk memperoleh lebih banyak informasi yang akurat dan lengkap sehingga tugas lebih sempurna. Contohnya, peserta didik merasa informasi yang didapatkan masih kurang dan terus mencari informasi yang lebih banyak dari berbagai sumber sehingga membuat peserta didik menunda untuk menyelesaikan tugas akademik. 2) Disfunctional Procrastination: Penundaan yang tidak bertujuan, penundaan ini tidak bermanfaat, berakibat buruk dan menimbulkan masalah. Disfunctional dibagi menjadi berdasarkan tujuan dilakukannya penundaan, yaitu :

4 10 a. Decisional procrastination merupakan suatu penundaan dalam pengambilan keputusan. Penundaan ini terjadi akibat kegagalan dalam mengidentifikasikan tugas, yang kemudian menimbulkan konflik dalam diri peserta didik, sehingga akhirnya seseorang tersebut menunda untuk memutuskan masalah. Contohnya, peserta didik tidak paham dengan tugas yang diberikan oleh guru dan tidak langsung memutuskan bertanya dengan teman yang lainnya sehingga tugas yang harusnya dikerjakan menjadi tertunda. b. Avoidance procrastination merupakan suatu penundaan dalam perilaku yang tampak. Penundaan dilakukan sebagai suatu cara untuk menghindari tugas yang dirasa tidak menyenangkan dan sulit untuk dilakukan. Contohnya, peserta didik mendapatkan tugas matematika padahal peserta didik tidak menyukai pelajaran matematika. Hal tersebut membuat peserta didik menunda untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk prokrastinasi akademik meliputi dua bentuk, yaitu Functional Procrastination (penundaan bertujuan) dan Disfunctional Procrastination (penundaan tidak bertujuan). c. Ciri-Ciri Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh peserta didik dapat diketahui dengan munculnya beberapa ciri-ciri. Ferrari dkk (dalam Octavia, 2007: 18) menyebutkan, ciri-ciri pelaku prokrastinasi dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu penundaan waktu untuk memulai belajar, penundaan waktu untuk menyelesaikan tugas belajar, ada perbedaan niat untuk mengerjakan tugas dengan tindakan, dan melakukan hal lain daripada belajar. Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut.

5 11 1) Penundaan waktu untuk memulai belajar Belajar merupakan kegiatan yang paling penting bagi peserta didik, tetapi ketika akan memulai mengerjakan tugas peserta didik terpengaruh kegiatan yang dilakukan teman-temannya, misalnya belanja ke mall dan berkumpul di tempat bermain, sehingga tugas yang sedianya dikerjakan menjadi tertunda. 2) Penundaan waktu untuk menyelesaikan tugas belajar Prokrastinator pada umumnya mengetahui bahwa tugas yang harus diselesaikan merupakan tugas yang penting dan berguna, tetapi prokrastinator tetap menunda menyelesaikan tugas sampai mendekati waktu pengumpulan. 3) Ada perbedaan niat untuk mengerjakan tugas dengan tindakan Pada awalnya peserta didik memiliki niat untuk mengerjakan tugas, tetapi pada saat pelaksanaannya berbelok dari niat awal dan menjadi menunda untuk mengerjakan tugas. Misalnya, pengerjaan tugas yang menggunakan laptop membuat peserta didik lebih memilih untuk bermain game terlebih dahulu sebelum memulai mengerjakan tugas yang pada akhirnya membuat tugas menjadi tertunda dan tidak terselesaikan. 4) Melakukan hal lain daripada belajar Belajar terkadang menjadi kegiatan yang membosankan dan tidak menyenangkan bagi peserta didik. Oleh karena itu, banyak peserta didik yang lebih memilih melakukan kegiatan lain yang lebih menyenangkan dibandingkan belajar. Contohnya, peserta didik lebih senang pergi ke tempat bermain atau tempat wisata bersama teman-teman daripada mengerjakan tugas yang dirasa membosankan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri prokrastinasi akademik adalah penundaan waktu belajar, penundaan waktu untuk menyelesaikan tugas belajar, adanya perbedaan niat untuk mengerjakan dengan tindakan dan melakukan hal lain daripada belajar. Ciri-ciri tersebut akan digunakan sebagai dasar pembuatan angket.

6 12 d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik Faktor-faktor prokrastinasi akademik merupakan hal-hal yang mempengaruhi peserta didik melakukan prokrastinasi terhadap tugas yang diberikan. Ferrari dkk (1995: 34-45) menyatakan Factors affecting procrastination are internal factor and external factor. Pernyataan tersebut dapat diartikan faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi menurut yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor tesebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Faktor Internal. Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri peserta didik, faktor tersebut yang menjadi salah satu pembentuk perilaku prokrastinasi, seperti faktor fisik dan psikologis. Contohnya, peserta didik merasa tidak mampu untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru karena merasa tugas yang diberikan sangat sulit. 2) Faktor Eksternal. Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri peserta didik. Contohnya, banyaknya tugas yang diterima peserta didik dan peserta didik dituntut menyelesaikannya dalam waktu yang hampir bersamaan. DeQuancey (dalam Octavia, 2007: ) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya prokrastinasi, yaitu manajemen waktu, tidak bisa mengatur prioritas, menghadapi banyak tugas dalam waktu yang bersamaan, kecemasan menghadapi tugas, sulit berkonsentrasi, kekaburan akan tugas, merasa dibajiri banyak tugas, ketakutan akan gagal, takut sukses, perfeksionis, perasaan negatif, mengalami kebosanan karena tugas, dan menolak untuk melakukan tugas yang sulit atau tidak disukai. Factor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Manajemen waktu Manajemen waktu yang tidak tepat dapat membuat peserta didik mengalami kesulitan ketika menyusun kegiatan yang akan dilakukan. Hal

7 13 tersebut membuat banyak tugas yang tertunda diselesaikan bahkan pada akhirnya tidak terselesaikan. 2) Tidak bisa mengatur prioritas Prioritas merupakan hal yang penting dalam melakukan tugas. Prioritas perlu ditetapkan agar tugas yang penting dan mendesak dapat diselesaikan terlebih dahulu. Selain itu dengan menentukan prioritas tugas yang akan dikerjakan, peserta didik tidak akan melewatkan tugas yang penting untuk diselesaikan. 3) Menghadapi banyak tugas dalam waktu yang bersamaan Tugas merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dan diselesaikan oleh peserta didik. tugas yang diterima terkadang berjumlah banyak dan peserta didik dituntut untuk menyelesaikannya dalam waktu yang bersamaan. Hal tersebut membuat peserta didik pada akhirnya melakukan penundaan sebagai bentuk pelarian atau penghindaran. 4) Kecemasan menghadapi tugas Tugas yang diterima oleh peserta didik tidak selalu sesuatu yang sudah pernah dikerjakan. Banyak tugas-tugas baru atau asing yang harus dikerjakan sehingga membuat peserta didik merasa cemas tidak dapat menyelesaikan tugas tersebut. 5) Sulit berkonsentrasi Konsentrasi merupakan salah satu kondisi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas agar peserta didik dapat fokus pada tugas yang dikerjakan. Jika peserta didik sulit berkonsentrasi, maka peserta didik juga akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas. Akibatnya peserta didik tersebut akan menunda mengerjakan tugas yang harus diselesaikan. 6) Kekaburan akan tugas Kejelasan tentang tugas bagi seorang peserta didik merupaka hal yang penting. Jika tugas yang diterima peserta didik tidak jelas atau kabur, maka peserta didik akan mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas tersebut.

8 14 7) Merasa dibanjiri banyak tugas Peserta didik sebagai pelajar dituntut untuk mempelajari bermacammacam mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Hal tersebut membuat peserta didik menerima banyak tugas yang diberikan oleh guru. Tugas yang diterima dalam waktu yang hampir bersamaan membuat peserta didik merasa malas untuk mulai mengerjakan dan menyelesaikan tugas sehingga terjadilah prokrastinasi akademik. 8) Ketakutan akan gagal Pelaku prokrastinasi merasa takut apabila mengalami kegagalan dalam menyelesaikan tugas sehingga memilih menunda mengerjakan tugas untuk menghindari kegagalan. 9) Takut sukses Kesuksesan merupakan hal yang menjadi idaman bagi para peserta didik berkaitan dengan tercapainya hasil belajar yang memuaskan. Namun bagi peserta didik yang melakukan prokrastinasi akademik kesuksesan terkadang bisa saja menjadi ancaman. Misalnya, terselesaikannya tugas akademik secara mandiri oleh peserta didik membuat perhatian orang tua menjadi kurang karena menganggap peserta didik mampu menyelesaikan tugas akademi tana bantuan atau perhatian dari orang tua. 10) Perfeksionis Peserta didik selalu ingin menghasilkan sesuatu yang sempurna. Hal tersebut membuat peserta didik menunda mengerjakan tugas karena terlalu banyak pemikiran agar tugas yang dikerjakan sempurna hasilnya. Untuk menunggu hasil yang sempurna, maka terjadilah penundaan pengerjaan tugas. 11) Perasaan negatif Perasaan negatif yang dirasakan peserta didik dapat membuat peserta didik merasa tidak mampu untuk menyelesaikan tugas sehingga membuat peserta didik menunda mengerjakan tugas sebagai strategi menghindari perasaan negatif. Misalnya, peserta didik merasa tidak mampu

9 15 mengerjakan tugas akademik yang diberikan oleh guru karena tugas tesebut sangat sulit. 12) Mengalami kebosananan karena tugas Tugas yang banyak dan harus diselesaikan pada waktu yang bersamaan akan membuat peserta didik merasa bosan. Rasa bosan tersebut akan mendorong peserta didik untuk menunda mengerjakan tugas dan meninggalkan tugas untuk beberapa waktu. 13) Menolak untuk melakukan tugas yang sulit atau tidak disukai Tugas yang sulit atau tidak disukai peserta didik cenderung mendorong peserta didik untuk menunda mengerjakan tugas yang diberikan. Hal tersebut terjadi karena peserta didik sudah lebih dulu terstimulus bahwa tugas yang diterima merupakan tugas yang tidak menyenangkan dan sulit untuk diselesaikan, serta hasilnya tidak menjanjikan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang memperngaruhi prokrastinasi akademik adalah faktor internal dan eksternal. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik ialah manajemen waktu, tidak bisa mengatur prioritas, menghadapi banyak tugas dalam waktu yang bersamaan, kecemasan menghadapi tugas, sulit berkonsentrasi, kekaburan akan tugas, merasa dibanjiri banyak tugas, ketakutan akan gagal, takut sukses, perfeksionis, perasaan negatif, mengalami kebosananan karena tugas, menolak untuk melakukan tugas yang sulit atau tidak disukai. a. Pengertian 2. Manajemen Waktu Waktu adalah hal yang unik dan merupakan sumber paling penting bagi seorang individu. Waktu juga tidak bisa dilihat tetapi harus digunakan secara bijaksana. Waktu yang terbuang sia-sia tidak dapat kita putar kembali. Davidson (alih bahasa Niken Hindreswari, 2001: 6) menyatakan Manajemen waktu adalah

10 16 menyelesaikan sesuatu dengan lebih cepat. Hal tersebut dapat diartikan bahwa manajemen waktu adalah pengaturan waktu yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu tugas tanpa mengulur waktu dan berhasil optimal. Timpe (alih bahasa Susanto Budidharmo, 1991: 307) berpendapat Manajemen waktu adalah menentukan suatu prioritas dengan strategis, perencanaan yang efektif, mendelegasikan dengan cukup, pemanfaatan waktu luang, dan menghindari penundaan waktu. Penjelasan di atas dapat dimaknai bahwa manajemen waktu merupakan suatu kegiatan untuk memprioritaskan, merencanakan dan mendelegasikan tugas atau kegiatan yang akan dilakukan guna memanfaatkan waktu yang dimiliki dan menjauhkan diri dari perilaku menunda. Penggunaan waktu yang tepat akan membuat individu mengerjakan segala tugas lebih cepat dan terarah sehingga tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Orr (alih bahasa Budi, 2008: 10) mengatakan Manajemen waktu adalah penggunaan waktu seefesien dan efektif mungkin untuk memperoleh waktu maksimal. Berdasarkan pernyataan Orr di atas dapat dimaknai bahwa manajemen waktu adalah penggunaan waktu yang tepat dan menghasilkan sesuatu yang berguna. Shaw (dalam Anggraini, 2007: 11) menuturkan Manajemen waktu adalah menggunakan waktu secara efisien untuk memperoleh sesuatu yang berharga. Hal tersebut dapat diartikan bahwa manajemen waktu adalah pengunaan waktu secara tepat untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Taylor (alih bahasa Dandan Riskomar, 1990: 9) mengatakan Manajemen waktu adalah pencapaian sasaran utama kehidupan sebagai hasil dari menyisihkan kegiatan-kegiatan yang tidak berarti yang sering memakan waktu banyak. Pernyataan di atas dapat dimaknai bahwa manajemen waktu merupakan menyisihkan kegiata-kegiatan yang tidak berarti yang sering menyita waktu sebagai tujuan kehidupan. Davidson (alih bahasa Niken Hindreswari, 2001: 2) berpendapat Manajemen waktu adalah pengaturan waktu secara efektif dengan memfokuskan pada sasaran yang dituju. Pernyataan tersebut dapat diartikan

11 17 bahwa manajemen waktu adalah mencapai tujuan yang telah difokuskan sebagai sasaran dengan cara mengatur waktu secara tepat. Timpe (alih bahasa Susanto Budidharmo, 1991: 105) menyatakan Manajemen waktu merupakan pengelolaan diri sendiri yang bertujuan untuk menggunakan waktu guna mencapai sasaran. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa manajemen waktu adalah upaya mengelola diri sendiri untuk mencapai sasaran dengan mengatur penggunaan waktu. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen waktu adalah suatu kegiatan memprioritaskan, merencanakan dan mendelegasikan tugas atau kegiatan yang akan dilakukan guna memanfaatkan waktu luang yang dimiliki dan menjauhkan diri dari perilaku menunda untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. b. Aspek-Aspek Manajemen Waktu Manajemen waktu memiliki berbagai aspek. Aspek-aspek tersebut dapat digunakan dalam meningkatkan manajamen waktu. Timpe (alih bahasa Susanto Budidharmo, 1991: 11-19) menjelaskan ada lima aspek yang tidak boleh dilupakan dalam meningkatkan manajemen waktu, yaitu: 1) Menghindari kebiasaan menghabiskan waktu Waktu yang dimiliki harus dimanfaatkan sebaik mungkin dan tidak boleh dibuang begitu saja. Kebiasaan melakukan pekerjaan yang dianggap tidak penting dan tidak berguna sebaiknya digunakan untuk menyelesaikan tugas yang lebih penting. 2) Menetapkan sasaran Penetapan sasaran akan menghindari seseorang dari perilaku membuangbuang waktu karena hal tersebut membuat orang lebih mengerti arah tujuan tentang kegiatan yang harus dilakukan. 3) Menetapkan prioritas Penetapan prioritas merupakan hal yang penting dalam manajemen waktu dengan melibatkan perencanaan untuk menentukan hal yang mendesak

12 18 dan penting. Proses tersebut memang sedikit menyita waktu di awal, tetapi akan menghasilkan penghematan waktu di akhir. 4) Komunikasi Komunikasi singkat, padat dan jelas akan menciptakan kejelasan tentang semua hal yang akan dilakukan ketika seseorang harus bekerja sama dengan orang lain dalam menyelesaikan tugas agar tidak membuangbuang waktu. 5) Penundaan Penundaan merupakan salah satu alasan seseorang untuk menghindar dari tugas yang harus diselesaikan saat itu. Penundaan tersebut menyebabkan seseorang tidak dapat menyelesaikan tugasnya. Ada tiga hal yang mendorong seseorang melakukan penundaan, yaitu: 1) tidak menyenangkan, 2) tugas yang sulit, 3) keragu-raguan. Gie (dalam Anggraini, 2007: 14) menjelaskan bahwa ada empat aspek dalam manajemen waktu yaitu melakukan pencatatan selengkapnya mengenai tugas dan urusan yang diselesaikan, menggolongkan semua tugas menjadi kelompok-kelompok pekerjaan yang sejenis atau pelaksanaannya mempunyai kemiripan, menentukan jatah waktu kerja bagi tiap-tiap kelompok pekerjaan yang sejenis atau mirip itu, dan menyusun seluruh jatah waktu kerja itu menjadi anggaran waktu. Aspek-aspek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Pencatatan selengkapnya mengenai tugas dan urusan yang diselesaikan Pencatatan yang jelas dan lengkap akan mempermudah peserta didik dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas. Hal tersebut berguna agar peserta didik tidak kebingungan dalam menyelesaikan tugas dan tidak ada alasan untuk menunda mengerjakan tugas. 2) Menggolongkan semua tugas menjadi kelompok-kelompok pekerjaan yang sejenis atau pelaksanaannya mempunyai kemiripan Penggolongan tugas sesuai dengan jenis akan memudahkan peserta didik dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas. Penggolongan tersebut

13 19 membuat peserta didik dapat mengerjakan tugas-tugas bersamaan karena tugas memiliki jenis yang sama atau kemiripan. 3) Menentukan jatah waktu kerja bagi tiap-tiap kelompok pekerjaan yang sejenis atau mirip itu Waktu yang ditentukan untuk mengerjakan tugas diharapkan dapat membantu peserta didik memanfaatkan waktu dengan baik. Tugas-tugas yang sudah dikelompokkan dapat terselesaikan tepat waktu apabila peserta didik mematuhi waktu yang telah ditentukan untuk mengerjakan tugastugas tersebut. 4) Menyusun seluruh jatah waktu kerja itu menjadi anggaran waktu Waktu yang telah ditentukan untuk mengerjakan tugas-tugas yang telah dikelompokkan dapat dijadikan anggaran waktu penyelesaian seluruh tugas oleh peserta didik. Anggaran waktu tersebut menjadi acuan peserta didik dalam menyelesaikan tugas agar tercapai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek manajemen waktu adalah menghindari kebiasaan menghabiskan waktu, menetapkan sasaran, menetapkan prioritas, komunikasi dan penundaan. Aspekaspek tersebut akan digunakan sebagai dasar pembuatan angket. c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Waktu Terdapat beberapa faktor yang mepengaruhi manajemen waktu yang dijelaskan oleh para ahli. Macan dkk (dalam Kusuma, 2008: ) menjelaskan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi manajemen waktu, yaitu jenis kelamin dan usia. Penjelasan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Jenis Kelamin Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Macan dkk, wanita mampu memanage waktu lebih baik daripada laki-laki. Hal tersebut ditunjang dengan pendapat bahwa laki-laki lebih suka menggunakan

14 20 waktu luangnya untuk tidur atau santai. Sebaliknya, wanita menggunakan waktu luangnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat daripada hanya bersantai atau tidur. 2) Usia Hasil penelitian Macan dkk menunjukkan bahwa semakin tinggi usia seseorang, semakin baik pula dalam memanage waktu. hal tersebut merupakan hubungan yang positif antara usia dan manajemen waktu. Hofer dkk (dalam Kusuma, 2008: 14) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen waktu pengaturan diri, motivasi dan pencapaian tujuan. Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Pegaturan diri (Self-Regulation) Pengaturan diri yang baik oleh seseorang terhadap dirinya sendiri akan menciptakan manajamen waktu yang baik pula. 2) Motivasi Motivasi tinggi yang dimiliki seseorang menjadi salah satu factor pendukung seseorang dalam mengatur waktu. Motivasi yang tinggi dapat membantu seseorang memiliki manajemen waktu yang tinggi pula. 3) Pencapaian Tujuan Pencapaian tujuan yang menjadi sasaran seseorang akan membuat orang tersebut memanage waktunya dengan baik. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor manajemen waktu ada lima, yaitu jenis kelamin, usia, pengaturan diri (selfregulation), motivasi dan pencapaian tugas. 3. Karakteristik Peserta Didik Peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan peserta didik yang berada dalam tahap perkembangan remaja. Tahap perkembangan remaja merupakan tahapan yang penuh dengan perubahan pada peserta didik

15 21 dalam berbagai aspek. Adolesnence merupakan bahasa asli dari remaja yang berasal dari bahasa latin adolescere, yang berarti tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Hurlock (dalam Ali dan Asrori, 2004: 9) adolescence memiliki arti yang tidak sempit dan mencakup beberapa aspek yaitu, kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Ali dan Asrori (2004: 9) menyatakan bahwa remaja merupakan individu yang sudah tidak termasuk golongan anak-anak tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke dalam golongan dewasa. Oleh karena itu remaja seringkali dikenal dengan fase mencari jati diri karena remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Peserta didik SMK yang tergolong remaja cenderung ingin melakukan dan mengetahui banyak kegiatan non akademik sebagai proses mencari jati diri. Kegiatan-kegiatan non akademik yang dilakukan membuat peserta didik lupa mengerjakan tugas akademik yang diberikan oleh guru. Tugas-tugas akademik menjadi terbengkalai karena peserta didik lebih memilih untuk melakukan kegiatan non akademik atau kegiatan lain yang lebih menarik dan menyenangkan daripada tugas akademik. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh peserta didik. Prokrastinasi akademik terjadi karena peserta didik tidak mampu untuk mamanage waktu antara mengerjakan tugas akademik dan kegiatan non akademik dan kegiatan lain. Kurang mampunya peserta didik dalam memanage waktu berkaitan dengan salah satu tugas perkembangan pada tahap remaja, yaitu mencapai kemandirian emosi. Kemandirian emosi yang belum tercapai oleh peserta didik membuat peserta didik lebih memilih melakukan kegiatan lain yang lebih menyenangkan dibandingkan melakukan kegiatan akademik yang dirasa membosankan dan menjenuhkan. Tercapainya kemandirian emosi yang baik pada peserta didik membuat peserta didik dapat memilih kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat dan lebih penting yang harus dilakukan terlebih dahulu. Ali dan Asrori (2004: 16-18) menjelaskan bahwa ada beberapa sikap yang sering ditunjukkan oleh remaja yang tergolong dalam karakteristik umum perkembangan remaja, yaitu kegelisahan, pertentangan, mengkhayal, aktivitas berkelompok, dan keinginan mencoba segala sesuatu. Hal tersebut menunjukkan

16 22 bahwa peserta didik cenderung menjadi pelaku prokrastinasi akademik karena remaja berada dalam masa mencari jati diri. Banyak kegiatan-kegiatan baru yang ingin dicoba oleh para remaja yang pada akhirnya membuat peserta didik menunda untuk mengerjakan tugas akademik yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu, prokrastinasi akademik merupakan permasalahan yang sangat sering terjadi pada peserta didik SMK dan perlu diatasi atau dicari solusinya agar peserta didik dapat mencapai keberhasilan tepat waktu. 4. Manajemen Waktu untuk Mengatasi Prokrastinasi Akademik pada Peserta Didik Peserta didik menghadapi berbagai permasalahan dalam menjalani keseharian dalam kegiatan akademik di sekolah. Salah satu permasalahan yang dihadapai peserta didik adalah prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik merupakan suatu bentuk penundaan terhadap penyelesaian tugas oleh peserta didik. Peryataan tersebut mengandung makna bahwa peserta didik seringkali menunda untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas akademik yang diberikan oleh guru. Prokrastinasi akademik terkadang terlihat biasa saja dan wajar karena sudah menjadi suatu kebiasaan di dalam keseharian peserta didik, padahal prokrastinasi akademik merupakan hal yang merugikan bagi peserta didik karena prestasi yang rendah dapat menjadi dampak dari prokrastinasi akademik tersebut. Prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh peserta didik disebabkan oleh bermacam-macam faktor, salah satunya ialah manajeman waktu yang kurang tepat. Manajemen waktu yang kurang tepat menyebabkan peserta didik tidak dapat menentukan prioritas dan merencanakan kegiatan yang akan dilakukannya, padahal menentukan prioritas dan merencanakan kegiatan merupakan hal yang penting untuk mencapai keberhasilan belajar. Pada peserta didik yang melakukan prokrastinasi akademik dikarenakan belum mampu memanage waktu dengan tepat, perlu diberikan pelatihan tentang manajemen waktu agar peserta didik dapat membagi waktu secara tepat, memilih

17 23 pelajaran atau tugas yang harus dikerjakan lebih dulu, semangat bekerja dan optimis dapat menyelesaikan tugas dengan baik. 5. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan tentang manajemen waktu yang dilakukan oleh Rika Dyan Anggraini dengan judul Pelatihan Manajemen Waktu pada Sekretaris Hotel X di Semarang pada tahun Hasil analisis data menunjukkan bahwa pelatihan manajemen waktu ini efektif untuk mengembangkan kemampuan memanajemen waktu sekretaris Hotel Grand Candi. Berdasarkan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen waktu dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan memanajemen waktu seseorang dan dapat dikaitkan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian yang relevan tentang manajemen waktu yang dilakukan oleh Iven Kartadinata dan Sia Tjundjing dengan judul I Love You Tomorrow: Prokrastinasi Akademik dan Manajemen Waktu pada tahun Penelitian ini bertujuan untuk mendalami hubungan antara prokrastinasi akademik dengan manajemen waktu. Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan linier dan sumbangan efektif yang diberikan manajemen waktu sebesar 10,8% terhadap prokrastinasi akademik. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa porkrastinasi akademik dan manajemen waktu memiliki kaitan sehingga manajemen waktu dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatasi prokrastinasi akademik pada peserta didik. Penelitian yang relevan tentang prokrastinasi akademik dengan judul Penerapan Strategi Self Management untuk Mengurangi Perilaku Prokrastinasi Akademik pada Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 1 Sukomoro Nganjuk Tahun Ajaran 2012/2013. Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2013 oleh Farida Sholichatun Nisa, dkk. Hasil penelitian menujukkan bahwa Self Management dapat mengurangi perilaku prokrastinasi akademik pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Sukomor Nganjuk tahun ajaran 2012/2013. Hasil penelitian tersebut

18 24 menunjukkan bahwa perilaku prokrastinasi akademik merupakan perilaku yang dapat dikurangi dengan berbagai cara. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, diharapkan manajemen waktu dapat digunakan untuk mengatasi prokrastinasi akademik pada peserta didik yang pada akhirnya akan bermanfaat bagi peserta didik sebagai pelaku prokrastinasi akademik. B. Kerangka Berpikir Sekolah Menengah Kejuruan merupakan tingkat pendidikan lanjutan dari Sekolah Menengah Pertama. Peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan memasuki fase remaja pertengahan dengan ketertarikan yang sangat besar terhadap kegiatan non akademik. Remaja pertengahan akan lebih tertarik untuk melakukan kegiatan lain yang dirasa dapat menunjang diri pada fase tersebut. Kegiatan-kegiatan lain pada umumnya dirasa cukup menantang dan dapat membuat peserta didik menemukan potensi atau pun jati diri mereka. Peserta didik SMK Negeri 1 Banyudono tidak terlepas dari berbagai permasalahan. Salah satu permasalahan yang dialami oleh peserta didik SMK Negeri 1 Banyudono adalah prokrastinasi akademik. Peserta didik cenderung menunda-nunda tugas yang diberikan oleh guru karena belum mampu mengelola waktu dengan tepat. Peserta didik belum mampu membagi waktu antara mengikuti kegiatan non akademik dengan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Hal tersebut membuktikan bahwa peserta didik SMK Negeri 1 Banyudono perlu diberikan bantuan dalam mengelola waktu. Dalam proses pemberian bantuan, peserta didik akan dibantu untuk menentukan prioritas. Selain itu peserta didik juga akan dibantu untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Pembuatan prioritas dan jadwal kegiatan sehari-hari diharapkan dapat membantu siswa untuk mengelola waktunya dengan tepat. Peserta didik nantinya akan dibekali agenda yang akan diisi setiap harinya berkaitan dengan pelaksanaan jadwal yang telah dibuat. Pembagian waktu akan dibagi menjadi: 1) Istirahat (2 jam) 2) Bermain dengan teman-teman (1,5 jam)

19 25 3) Waktu belajar (2 jam) 4) Mengerjakan tugas (1 jam) TIDAK MENGALAMI PESERTA DIDIK KELAS X PROKRASTINASI AKADEMIK MENGALAMI PROKRASTINASI AKADEMIK MANAJEMEN WAKTU Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran C. Hipotesis Sugiyono (2013: 96) menyatakan Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dibuat suatu hipotesis seperti berikut: Manajemen waktu efektif untuk mengatasi prokrastinasi akademik pada peserta didik Kelas X SMK Negeri 1 Banyudono tahun ajaran 2014/2015.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu pro atau forward

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga mahasiswa dapat memilih perguruan tinggi yang hendak mereka masuki. Dalam memilih perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian dalam bidang tertentu. Semakin tinggi penguasaan seseorang terhadap suatu bidang, semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara psikologi peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) tengah memasuki masa pubertas, yakni suatu masa ketika individu mengalami transisi dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat BAB II LANDASAN TEORI Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat gambaran prokrastinasi pada mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara. Landasan teori ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Procrastination 1. Pengertian Procrastination Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan awalan pro yang berarti mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia tidak terlepas dari dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ProkrastinasiAkademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastinare, dari kata pro yang artinya maju, ke depan, bergerak maju, dan crastinus yang berarti besok

Lebih terperinci

SALESMANSHIP MANAJEMEN WAKTU (TIME MANAGEMENT) Dosen : Fitria Nursanti, SE., MPd. Modul ke: 14Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen

SALESMANSHIP MANAJEMEN WAKTU (TIME MANAGEMENT) Dosen : Fitria Nursanti, SE., MPd. Modul ke: 14Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen SALESMANSHIP Modul ke: 14Fakultas Ekonomi dan Bisnis MANAJEMEN WAKTU (TIME MANAGEMENT) Dosen : Fitria Nursanti, SE., MPd. Program Studi S1 Manajemen Pengertian manajemen waktu (Time Management) lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar dan sedang menempuh proses pendidikan di Perguruan Tinggi. Pada umumnya mahasiswa berusia antara 18-24 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap perkembangan remaja akhir (18-20 tahun)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Pendidikan bisa berupa pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi 1. Pengertian Prokrastinasi Secara bahasa, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendukung maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang diberi berbagai kelebihan yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia adalah akal pikiran

Lebih terperinci

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa dalam Peraturan Pemerintah RI No. 30 tahun 1990 adalah: Peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa akhir program S1 harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prokrastinasi merupakan salah satu masalah dalam lingkungan akademis dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen (dalam Dahlan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah. BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai gambaran dari penelitian secara keseluruhan. Isi dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian prokrastinasi Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia, melalui upaya pengajaran dan pelatihan, serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Pendidikan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari istilah belajar karena pada dasarnya

Lebih terperinci

LAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version

LAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version LAMPIRAN KATA PENGANTAR Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar sarjana di Fakultas Psikologi UKM Bandung, salah satu persyaratan tugas yang harus dipenuhi adalah melakukan penelitian. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang sering didengungkan oleh para pendidik. Hal ini menekankan pentingnya pendidikan bagi setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Banyak ahli mendefinisikan motivasi dengan cara dan gaya yang berbeda, namun esensinya menuju kepada maksud yang sama. Kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan. Orang rela membayar mahal untuk dapat mengecap pendidikan di perguruan tinggi. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam menyelesaikan pekerjaan mereka. Ada yang menginginkan pekerjaan agar cepat selesai, ada pula yang menunda dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara. Maju tidaknya suatu negara dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di Universitas X Bandung didirikan berdasarkan pertimbangan praktis, yakni melengkapi syarat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah jenjang pendidikan pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di Indonesia, SMP berlaku sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa terdiri dari dua kata yaitu maha yang berarti besar dan siswa yang berarti orang yang sedang melakukan pembelajaran, jadi mahasiswa merupakan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut manusia untuk bisa bertindak dan menghasilkan karya. Mahasiswa sebagai anggota dari suatu lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan pembangunan di berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, teknologi dan budaya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi 1. Pengertian Prokrastinasi Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang artinya maju, ke depan, bergerak maju dan crastinus yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya kadang kadang (Sapadin & Maguire, 1996:4). Prokrastinasi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya kadang kadang (Sapadin & Maguire, 1996:4). Prokrastinasi sebagai 19 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PROKRASTINASI 1. Pengertian Prokrastinasi Hampir setiap individu melakukan prokrastinasi walaupun mungkin hanya kadang kadang (Sapadin & Maguire, 1996:4). Prokrastinasi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi anak

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO Al Khaleda Noor Praseipida 15010113140128 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro alkhaseipida@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi sekarang ini, manusia dituntut untuk dapat menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting, namun sampai sekarang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S1 ) Psikologi Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak ke periode dewasa. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini remaja memiliki kecenderungan untuk tumbuh berkembang guna mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan sumber daya manusia berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan sumber daya manusia berkualitas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya dalam mewujudkan sumber daya manusia berkualitas dan mampu menghadapi tantangan zaman, yang dapat dilaksanakan salah satunya ialah melalui jalur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa merupakan sekelompok individu yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan mendapatkan pelajaran dan pengalaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu cara yang digunakan agar sesorang mendapatkan berbagai macam ilmu. Pendidikan dapat diperoleh secara formal maupun informal. Pendidikan secara formal seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai subyek menuntut ilmu di perguruan tinggi tidakakan terlepas dari keaktivan belajar dan mengerjakan tugas. Salah satu kriteria yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang sangat membantu dalam meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini pemerintah berupaya meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang sangat menentukan, dengan ditandai perubahan-perubahan besar yang belum pernah terjadi sepanjang

Lebih terperinci

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG Nindya Prameswari Dewi dan Y. Sudiantara Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dapat bertanggung jawab di dunia sosial. Mengikuti organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dapat bertanggung jawab di dunia sosial. Mengikuti organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan yang memberikan pengetahuan akademik bagi mahasiswanya. Mahasiswa tidak hanya dituntut secara akademik, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku belajar seorang siswa sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pembelajarannya. Sesuai dengan pendapat Roestiah (2001), belajar yang efisien dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era teknologi dan globalisasi, manusia dituntut untuk menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting (Husetiya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu fenomena yang kerap terjadi di kalangan mahasiswa adalah prokrastinasi akademik. Menurut Lay (LaForge, 2005) prokrastinasi berarti menunda dalam

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun 1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan, manusia memiliki berbagai macam aktivitas dan tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun terkadang sebaliknya yaitu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI BAB 2 TINJAUAN REFERENSI Dalam bab ini, penulis akan membahas variabel tunggal penelitian yaitu prokrastinasi akademik, kemudian bahasan mengenai definisi prokrastinasi akademik, definisi kegiatan ekstrakurikuler,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Definisi Self Efficacy Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk berhasil melakukan tugas tertentu (Bandura, 1997).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan mahasiswa. Masalah menyontek selalu terjadi dalam dunia pendidikan dan selalu terkait dengan tes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan keaslian penelitian 1.1 Latar Belakang Memasuki era perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.

BAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jejaring Sosial Facebook 2.1.1 Pengertian Jejaring Sosial Facebook Pengertian jejaring sosial menurut Wikipedia (2012) adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Steel (2007) mengemukakan prokrastinasi sebagai suatu perilaku menunda dengan sengaja melakukan kegiatan yang diinginkan walaupun individu mengetahui bahwa perilaku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Kata prokrastinasi akademik sebenarnya sudah ada sejak lama, bahkan dalam salah satu prasasti di Universitas Ottawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai dari tugas rumah tangga, tugas dari kantor ataupun tugas akademis. Banyaknya tugas yang diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan dan merupakan kunci utama untuk mencapai kemajuan suatu bangsa. Pendidikan dapat memotivasi terciptanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni menciptakan persaingan yang cukup ketat dalam dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Self efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep self efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam suatu pendidikan formal, seperti SMA/SMK terdapat dua kegiatan yang tidak dapat terpisahkan yaitu belajar dan pembelajaran. Kedua kegiatan tersebut melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada keseharian, ada berbagai peran yang dijalani oleh individu, salah satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali pekerjaan, tantangan,

Lebih terperinci

Data Pribadi. Kelas/No. Absen. Alamat/Telp :... Pendidikan Ayah/Ibu. c. di bawah rata-rata kelas. Kegiatan yang diikuti di luar sekolah :.

Data Pribadi. Kelas/No. Absen. Alamat/Telp :... Pendidikan Ayah/Ibu. c. di bawah rata-rata kelas. Kegiatan yang diikuti di luar sekolah :. Data Pribadi Nama (inisial) Kelas/No. Absen Usia Alamat/Telp :.(L/P)* :. :. :. :..... Pekerjaan Ayah/Ibu Pendidikan Ayah/Ibu Nilai raport saat ini* : / : / : a. di atas rata-rata kelas b. rata-rata kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Atas adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama. Usia sekolah menengah

Lebih terperinci

[ISSN VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016

[ISSN VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016 EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK RASIONAL EMOSI KEPERILAKUAN UNTUK MENGURANGI PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XII MIPA SMA N 2 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Desi haryanti, Tri Hartini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan yang dihadapi mahasiswa dalam menyelesaikan studi adalah pengelolaan waktu atau disiplin waktu. Mengelola waktu berarti mengarah pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa atau peserta didik adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah, dengan

Lebih terperinci

2016 PROFIL PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA BERDASARKAN TEORI ENAM TIPE PROKRASTINASI DAN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN

2016 PROFIL PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA BERDASARKAN TEORI ENAM TIPE PROKRASTINASI DAN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia saat ini menuntut individu untuk melakukan sesuatu serba cepat. Kompetisi tinggi merupakan salah satu yang mendorong dunia untuk berkembang dengan pesat. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik.tidak dipungkiri lagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik.tidak dipungkiri lagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas begitu penting di era modern ini, yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik.tidak dipungkiri lagi kemajuan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa sangat diharapkan dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap kemajuan bangsa, juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengerjakan tugas-tugas studi, baik itu yang bersifat akademis maupun non

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengerjakan tugas-tugas studi, baik itu yang bersifat akademis maupun non BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan subjek yang menuntut ilmu diperguruan tinggi memiliki tanggung jawab pada saat kuliah berlangsung dan menyelesaikan kuliahnya. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara formal

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara formal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara formal diserahi tugas dan tanggung jawab mempersiapkan mahasiswa sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Di Indonesia, pendidikan terbagi menjadi tiga jenis, yang pertama adalah pendidikan non formal (seperti kursus dan les), yang kedua adalah pendidikan informal

Lebih terperinci

Hubungan Self Efficacy dengan Procrastination pada Pegawai Departemen Pemesinan PT. PINDAD (Persero)

Hubungan Self Efficacy dengan Procrastination pada Pegawai Departemen Pemesinan PT. PINDAD (Persero) Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan Self Efficacy dengan Procrastination pada Pegawai Departemen Pemesinan PT. PINDAD (Persero) 1 Indra Irawan, 2 Ali Mubarak 1 Fakultas Psikologi,Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode saat ini merupakan zaman modern, Negara Indonesia dituntut untuk mampu menjadi sebuah negara yang hebat dan mampu bersaing di era globalisasi dan diharapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam bab ini, penulis akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah serta tujuan dari penelitian ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam bab ini, penulis akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah serta tujuan dari penelitian ini. BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab ini, penulis akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah serta tujuan dari penelitian ini. 1.1 Latar Belakang Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah

Lebih terperinci

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN 54 LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN 55 No. Jurusan Semester Pekerjaan : : : : PETUNJUK PENGISIAN SKALA 1. Skala ini terdiri dari 2, skala yang pertama berjumlah 30 item dan skala yang kedua berjumlah 42 item.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Salah satu aspek yang penting dalam kehidupan adalah kesuksesan atau kegagalan di bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Dalam sebuah perguruan tinggi, perkuliahan merupakan kegiatan yang wajib

BABI PENDAHULUAN. Dalam sebuah perguruan tinggi, perkuliahan merupakan kegiatan yang wajib BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah perguruan tinggi, perkuliahan merupakan kegiatan yang wajib untuk diikuti oleh setiap mahasiswa. Dalam perkuliahan ada bermacam-macam kegiatan yang wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahap perkembangan, siswa SMP dapat dikategorikan sebagai remaja awal. Pada usia remaja, pendidikan menjadi suatu kewajiban yang mutlak harus dijalani. Namun

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP UNJ

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP UNJ Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan... HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan internet saat ini semakin pesat dan menarik pengguna dari berbagai kalangan masyarakat terutama mahasiswa. Pengguna internet di Indonesia telah mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju. dengan tata cara hidup orang dewasa (Ali dan Ansori, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju. dengan tata cara hidup orang dewasa (Ali dan Ansori, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi kematangan fungsi fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang cepat pada laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di suatu lembaga sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai masa remaja.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Sumber daya pada suatu organisasi merupakan kunci dari lajunya dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Sumber daya pada suatu organisasi merupakan kunci dari lajunya dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sumber daya pada suatu organisasi merupakan kunci dari lajunya dan perkembangan suatu perusahaan atau organisasi, karena dengan kualitas sumber daya yang kurang cukup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN STRATEGI SELF- REGULATED LEARNING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS VIII SMP N 1 TAMBUN SELATAN

HUBUNGAN PENGGUNAAN STRATEGI SELF- REGULATED LEARNING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS VIII SMP N 1 TAMBUN SELATAN Hubungan Penggunaan Strategi Self-regulated Learning Dengan Prokrastinasi Akademik Siswa Kelas VIII... 71 HUBUNGAN PENGGUNAAN STRATEGI SELF- REGULATED LEARNING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN PROKRASTINASI KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN PROKRASTINASI KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN PROKRASTINASI KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL SKRIPSI Disusun untuk melengkapi sebagian syarat Mencapai derajat gelar sarjana S-1 Psikologi Oleh : Novita Indria Megawati

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMALASAN SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK. S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

HUBUNGAN ANTARA PEMALASAN SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK. S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 HUBUNGAN ANTARA PEMALASAN SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh : DANU UTOMO F 100 060 039 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci