BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA SEKOLAH LUAR BIASA KARYA MURNI. 2.1 Sejarah Singkat Pendidikan Luar Biasa di Indonesia
|
|
- Siska Gunawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA SEKOLAH LUAR BIASA KARYA MURNI 2.1 Sejarah Singkat Pendidikan Luar Biasa di Indonesia Pandangan Masyarakat terhadap peranan pendidikan untuk anak tunanetra mulai berubah sejak pertengahan abad ke 18, peningkatan pandangan dan sikap masyarakat terhadap orang tunanetra sampai pada taraf belas kasihan, masyarakat mulai ikut merasakan betapa penderitaan para tunanetra hidup tanpa penglihatan. Rasa belas kasihan masyarakat diwujudkan dalam bentuk usaha pemeliharaan saja, belum ada sikap dan usaha untuk memberikan pendidikan untuk hari depan anak tunanetra. Barulah pada tahun 1784 di Paris dibuka lembaga pendidikan untuk anakanak tunanetra oleh Valentine hauy dengan bantuan dana dari filantropi Paris dan ini merupakan titik tolak sejarah perkembangan pendidikan anak-anak tunanetra. Sejarah singkat pendidikan luar biasa di Indonesia dapat dilihat dari dua periode yaitu periode sebelum kemerdekaan dan setelah kemerdekaan. Berdirinya Blinden Institut tahun 1901 di Bandung yang diprakarsai dr.west Hooff merupakan awal pelayanan terhadap penyandang cacat di mana para tuna netra diberikan latihan dengan cara program shetered workshop (bengkel kerja). Program inilah yang merupakan cikal-bakal berdirinya sekolah khusus bagi tuna netra di Indonesia.Selanjutnya pada tahun 1927, juga di Bandung, dibuka sekolah khusus bagi anak tuna grahita yang didirikan oleh Bijzonder Onder Wijs yang di prakarsai oleh
2 seorang yang bernama Folker, sehingga sekolah ini disebut Folkerschool.Pada tahun 1930 sekolah khusus untuk tuna rungu juga di buka di Bandung oleh seorang Belanda yang bernama C.M.Roelsema.Pada masa kemerdekaan, keberadaan sekolah bagi penyandang cacat makin terjamin dengan adanya UUD 1945 yang menyatakan setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. 18 Disamping itu UU Pendidikan NO.12 tahun 1945 memuat ketentuan tentang pendidikan dan pengajuan luar biasa.mulai saat itulah sekolah bagai penyandang cacat disebut sekolah luar biasa (SLB). Penyelenggara SLB, sejak dulu hingga kini, sebagian besar adalah pihak swasta yang merupakan yayasan. 19 Meskipun demikian penyelenggaran SLB dibina oleh pemerintah yang mulamula oleh seksi pengajaran luar biasa merupakan bagian dari Balai Pendidikan Guru kemudian urusan Pendidikan Luar Biasa, bagian dari jawatan pengajaran, selanjutnya oleh urusan pendidikan luar biasa. Bagian dari Jawatan pendidikan umum. Sejak tahun 1980 SLB dibina oleh Subdirektorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (Subdit PSLB), di bawah Direktorat Pendidikan Dasar pada Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Selanjutnya Subdit PSLB ditingkatnya fungsinya menjadi Direktorat Pendidikan Luar Biasa (Dit PLB) dan terakhir. Berikut data pertumbuhan dan perkembangan sekolah tunanetra sejak dimulainya pendidikan tunanetra di Indonesia, yakni pada tahun memperlihatkan keadaan sebagai berikut: 18 Johnsen, Band Skjorten, Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar, Oslo : Uni Pub, 2004, Hlm 5 19 Ibid., Hlm.7
3 TABEL 1 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SEKOLAH TUNANETRA TAHUN NO PROVINSI JUMLAH SEKOLAH 1 JAKARTA RAYA 1 2 JAWA BARAT 8 3 JAWA TENGAH 13 4 YOGYAKARTA 13 5 JAWA TIMUR 3 6 BALI 1 7 JAKARTA SELATAN 1 8 SUMATERA UTARA 1 9 KALIMANTAN BARAT 1 10 KALIMANTAN SELATAN 1 11 SULAWESI SELATAN 1 12 SULAWESI TENGGARA 1 Sumber : Pradopo Soekini, Pendidikan anak anak tunanetra hlm 53
4 2.2 Awal terbentuknya Sekolah Luar Biasa Karya Murni Di Indonesia perkembangan pendidikan luar biasa di Indonesia sebagian besar masih bersifat segregratif. 20 dari sini maka terbentuk sekolah luar biasa. Sekolah luar biasa terdiri dari jenjang pra sekolah yaitu TKLB, pendidikan dasar seperti SDLB dan SMPLB dan pendidikan menengah seperti SMALB.Model pendidikan segregratif bertujuan agar anak-anak memperoleh pendidikan yang sesuai dengan karakteristik ketunaan/kecacatannya sehingga dapat mengembangkan kemampuan secara optimal. 21 Tidak hanya di pulau Jawa sekolah ini berkembanga, di pulau Sumatera juga khususnya di Medan.Ada beberapa sekolah untuk anak penyandang tunanetra salah satunya adalah sekolah luar biasa Karya Murni, Medan Johor. Awal berdirinya SLB/A karya murni diinspirasikan oleh kisah kedatangan seorang gadis kecil yang tidak dapat melihat, bernama Ponikem. Gadis kecil berusia 13 tahun ini ditemukan oleh serdadu Belanda di sebuah jalan kota martapura kabupaten langkat. Oleh belas kasihan, serdadu ini membawa Ponikem ke susteran Santo Yoseph Jl. Hayamwuruk Medan, untuk diasuh dan dirawat.kedatangan mereka diterima oleh suster yang baik, yaitu Suster Ildefonsa yang berhati emas.ponikem kemudian tinggal dan diasuh oleh suster-suster Hayamwuruk.Ini terjadi pada tahun Lama kelamaan ada suatu pemikiran di benak suster Ildefonsa ini. Ponikem bisa diasuh dan tumbuh berkembang, namun apa jadinya kelak kalau harus di tuntun dan dipapah Tidak bisa membaca dan menulis. Suster Ildefonsa ingin agar Ponikem 20 Segregratif adalah memisahkan anak anak berkebutuhan khusus dari anak anak normaldan menempatkan mereka di sekolah khusus. 21 Hidayat, Asep AS.Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunanetra. PT. Luxima Metro Media.Jakarta.2003 (hlm 24 25)
5 juga bisa berarti dan punya nilai, tidak tergantung seumur hidupnya pada orang lain. Dia harus mendapatkan pendidikan sebagai tunanetra. Pada tahun 1950 Suster Ildefonsa mengambil cuti ke Nederland. Kesempatan itu ia pergunakan pergi ke Grave sebuah institut anak tunanetra de wijnbreg untuk mem-pelajari huruf braille dan metode pengajarannya. Ia pun berulang-ulang pergi kesana untuk belajar. Pada suatu hari ia bertemu dengan seorang gadis Tionghoa yang juga tunanetra. Ia berasal dari Bangka Indonesia yang telah enam belas tahun tinggal di institut tersebut Tress Kim Lan Bong ini adalah nama anak lengkap tionghoa tersebut. Suster Ildefonsa akhirnya mengutarakan niatnya pada kongregasi di Belanda dan pada Tress Kim Lan Bong ini untuk membuka sekolah luar biasa di Indonesia tepatnya di jalan Hayam Wuruk no.11 Medan. Kongregasi sangat menyetujui niat baik ini. Namun itu bukanlah masalah gampang karena perlu pemikiran yang matang dan dukungan dana. Tetapi akhirnya diputuskan SLB/A ini akan didirikan. Tress Bong yang telah lama ingin pulang dengan senang hati ikut suster Ildefonsa ke Indonesia untuk mengajar tulisan braille. Mereka tiba di pelabuhan Belawan pada 15 Agustus 1950, persis hari Santa perawan Maria diangkat kesurga. Dapat dibayangkan seluruh penghuni di susteran Hayam huruk menyambut mereka dengan sangat gembira.begitulah Tress Bong pada awalnya cukup sulit untuk beradaptasi dalam hal bahasa maupun budaya yang ada di komunitas ini, namun semua itu dapat diikutinya dengan perjuangan keras demi mengemban tugas yang mulia. Ia pun mulai mengajari gadis Ponikem tulisan braille. Orang buta mengajari orang buta.unik, namun disitulah komunikasi dalam kontak batin terbangun.tidak
6 beberapa lama datanglah dua orang anak, Agustina Wilhelmia Halatu (7 tahun) pada tahun 1950 dan Cicilia Pardede (21 tahun) pada tahun 1951.Begitulah pendidikan anak tunanetra itu mulai berjalan dan berkembang walaupun belum secara resmi. Sosialisasi mengenai telah dibukanya pendidikan anak-anak tunanetra ini juga semakin digencarkan.para Pastor maupun Suster yang sedang bertugas ke daerahdaerah selalu menyempatkan diri menyampaikan berita gembira ini, agar bila ada keluarga mereka yang buta dapat dididik dan di bina di sekolah baru ini.hal ini memang bukan soal gampang.sebab banyak keluarga-keluarga yang mempunyai anak tunanetra tidak rela anaknya dibawa tinggal di asrama. Ada semacam kekhawatiran bahwa mereka tidak akan berjumpa lagi kelak. Namun usaha tetap dijalankan meyakinkan mereka bahwa sekolah ini adalah yang terbaik untuk pembinaan anak mereka. Mereka harus dididik untuk bisa mendiri demi masa depan mereka sendiri. Penyakit pokken atau yang dikenal dengan sebutan cacar memang suatu penyakit yang menakutkan Karena pada waktu itu belum ditemukan vaksinnya dan penyakit inilah ternyata salah satu penyebab kebutaan.mayoritas anak-anak tunanetra yang masuk ke Karya Murni adalah sebagai akibat penyakit pokken dan juga sebagai akibat kekurangan gizi.pada tahun 1953 datang pula Leo Siregar, kemudian Saulina oda Sijabat dan SamaunSu ut.rasanya sudah perlu didirikan suatu badan yang mengeloala pendidikan ini.maka pada tanggal 26 Agustus 1953 dibentuklah Badan santa Oda Stichting.Murid-murid terus bertambah satu demi satu mereka berdatangan sehingga di tahun 1950 murid disekolah ini 13 orang.pada tahun 1964 dibuka pula
7 sekolah untuk anak-anak tunarunggu atau bisu tuli.dengan dibukanya sekolah ini, Santa Oda Stichting yang selama ini mengelola sekolah tunanetra kini diganti menjadi Yayasan Karya Murni dan sekaligus mengelola kedua sekolah ini. Lokasi Hayamwuruk dirasakan telah menjadi sangat sempit untuk menampung dua sekolah SLB/A dan SLB/B maka ditahun 1969 SLB/B ini, dipindahkan kejalan HM.Joni Pasar Merah sebuah lokasi pertapakan dua setengah hektar, sedangkan SLB/A tetap di Hayamwuruk. Sampai tahun 1969 sudah ada pertambahan murid sebanyak 14 orang, walaupun sudah ada pula yang keluar karena telah lulus sebanyak tujuh orang, sehingga murid sekolah ada 20 orang. Begitu dari waktu kewaktu sekolah ini semakin banyak peminantya sementara lokasi tetap tidak ada perkembangan.disamping itu memang ada cita-cita luhur bahwa sekolah tunanetra ini harus bisa lebih mandiri dan berkembang lagi.cita-cita itu hanya bisa dicapai apalagi ada saran dan prasarana yang cukup memadai. Sebagai langkah awal dibelilah sebidang tanah seluas tiga setengah hetrar di daerah Medan Johor Jl.Karya Wisata. Sembari terus berjuang mencari dana, pembangunan gedungpun dimulai secara bertahap. Gedung yang dibangun pertama kali di kompleks Karya Wisata ini adalah sebuah rumah untuk suster-suster dan sebuah lagi untuk SLB/A. ini dilakukan pada tahun 1978, atas bantuan dari Lions Club Medan beserta donator yang lain. Selanjutnya ditahun 1979 dibangun pula sebuah asrama. Dengan selesainya asrama ini, Kompleks karya Wisata sudah bisa dihuni.pada tahun 1980 dengan sukacita yang sangat besar, keluarga besar tunanetra Karya Murni pindah dari Hayamwuruk Ke Karya Wisata.
8 2.3 Tantangan berdirinya Sekolah Luar Biasa Karya Murni di Kecamatan Medan Johor Sekolah Luar Biasa Karya Murni tidak terlepas dari tantangan dan permasalahan yang dihadapi selama berdirinya sekolah sampai saat ini, ini merupakan tuntutan akan perkembangan yang bersifat internal dan eksternal, mengingat semakin bertambahnya kebutuhan akan Pendidikan Luar Biasa di Medan, untuk itu Sekolah Luar Biasa diupayakan berbenah diri memenuhi semua itu. Tantangan dan permasalahan merupakan parameter keberhasilan sekolah sebab dari disinilah dapat dilihat sejauh mana sekolah mampu merespon dalam artian menyelesaikan tantangan dan permasalahan yang dihadapi sebagai acuan dan pedoman kedepan demi keberlangsungan sekolah Berikut dapat dijabarkan tantangan serta permasalahan yang dialami sekolah Kekurangan biaya selalu menjadi persoalan terlebih dalam persoalan memperlengkapi bangunan, sebagaimana diketahui berdirinya sekolah ini tidak terlepas dari uluran tangan dari donatur yang dermawan dan juga dukungan masyarakat. Maka dari itu sumber dana nya sangat terbatas, akibat dampak dari kekurangan dana itu banyak hal yang tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Seperti pengadaan tenaga professional untuk mendidik tunanetra, kekurangan fasilitas penunjang pendidikan, belum lagi keinginan tunanetra untuk melanjutkan pendidikan nya ke jenjang yang lebih tinggi Wawancara, Sr. Leony di SLB Karya Murni tanggal 03 April 2017.
9 Permasyarakatan Pendidikan luar Biasa dimana sikap masyarakat yang belum sepenuhnya menerima anak tunanetra, Mahalnya biaya operasional Pendidikan tunanetra, Output lulusan yang belum tertangani secara serius serta kerja sama antar Intansi yang belum sepenuhnya terealisir. 23 Keanekaragaman siswa Tunanetra yang diasuh di Sekolah Luar Biasa Karya Murni, latar belakang anak yang berbeda-beda serta karakteristik yang susah dimengerti juga menjadi tantangan sendiri bagi Sekolah Luar Biasa Karya Murni 24 perlu dilakukan upaya upaya khusus secara terpadu untuk mencegah agar jangan sampai permasalahan tersebut muncul, meluas, dan mendalam yang akhirnya dapat merugikan perkembangan sekolah dan tunanetra itu sendiri. Sementara hambatan dari tunanetra itu sendiri adalah, akibat kekurangan penglihatan atau bahkan kehilangan alat indera menyebabkan anak tunanetra sulit mengalami perkembangan yang signifikan dibandingkan dengan anak anak normal lain nya karena anak tunanetra merupakan orang yang gampang curiga dengan orang lain, mereka merasa takut, berhati hati dalam setiap melakukan aktifitas, baik itu dalam bekerja maupun berbicara kepada seseorang yang belum dikenal. Demikian juga ketika ada yang menegur yang belum dikenal oleh mereka, mereka akan mudah was-was dan curiga kecuali 25 beragamnya hambatan yang ada di dalam diri anak tunanetra mengakibatkan tenaga pendidik merasa kewalahan dan ini membawa 23 Wawancara, Linus Manurung di SLB Karya Murni tanggal 04 April Wawancara, R tarigan, di SLB Karya Murni tanggal 04 April Wawancara,Sabar Sitepu, Murid SLB di Karya Murni tanggal tanggal 03 April 2017
10 pengaruh besar terhadap keduabelah pihak. Ditambah lagi soal kurangnya fasilitas yang disediakan sekolah tidak menunjang proses belajar mengajar mereka Wawancara, K Sembiring di SLB Karya Murni tanggal 04 April 2017
BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA SLB-E NEGERI PEMBINA TINGKAT PROPINSI. 2.1 Sejarah Singkat Pendidikan Luar Biasa di Indonesia
BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA SLB-E NEGERI PEMBINA TINGKAT PROPINSI 2.1 Sejarah Singkat Pendidikan Luar Biasa di Indonesia Sejarah singkat pendidikan luar biasa di Indonesia dapat dilihat dari dua periode
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM YAYASAN KARYA MURNI Latar Belakang Berdirinya Yayasan Karya Murni
BAB II TINJAUAN UMUM YAYASAN KARYA MURNI 2.1 Sejarah Yayasan Karya Murni 2.1.1 Latar Belakang Berdirinya Yayasan Karya Murni Awal pendirian SLB/A Karya Murni diinspirasikan oleh kisah kedatangan seorang
Lebih terperinciBAB II ANAK TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA KARYA MURNI. Bab ini akan menjelaskan tentang keberadaan anak tunanetra di sekolah luar biasa
BAB II ANAK TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA KARYA MURNI 2.1 Awal Berdirinya SLB/A Bab ini akan menjelaskan tentang keberadaan anak tunanetra di sekolah luar biasa Karya Murni, Medan Johor. Meliputi kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan dirawat dengan sepenuh hati. Tumbuh dan berkembangnya kehidupan seorang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Kehadiran seorang anak ditengah sebuah keluarga adalah merupakan anugerah yang terindah bagi orang tua dari Tuhan Yang Maha Esa. Anak merupakan penerus garis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia pengklasifikasian anak itu sudah dibagi dengan jelas. Untuk anak yang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Anak cacat adalah anak yang berkebutuhan khusus karena mereka adalah anak yang memiliki kekurangan. Anak cacat atau berkelainan juga memiliki klasifikasi. Di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang melekat pada setiap kehidupan bersama dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa pendidikan tidak
Lebih terperinciPenyandang Cacat dan Permasalahannya
Penyandang Cacat dan Permasalahannya Juang Sunanto Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia Pandangan dan Sikap Masyarakat Keberadaan penyandang cacat (penca) telah ada sejak dahulu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan untuk membangun Negara yang merdeka adalah dengan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut telah diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam lini kehidupan. Semua orang membutuhkan pendidikan untuk memberikan gambaran dan bimbingan dalam
Lebih terperinciLAPORAN OBSERVASI SLB-A-YKAB SURAKARTA
LAPORAN OBSERVASI SLB-A-YKAB SURAKARTA DISUSUN OLEH : Chrisbi Adi Ibnu Gurinda Didik Eko Saputro Suci Novira Aditiani (K2311013) (K2311018) (K2311074) PENDIDIKAN FISIKA A 2011 FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. merespon perubahan perubahan yang terkait secara cepat, tepat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Sebagai dampak berkembangnya suatu organisasi dan teknologi, menyebabkan pekerjaan manajemen pendidikan semakin kompleks.
Lebih terperinciSLB TUNAGRAHITA KOTA CILEGON BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kunci penting dalam menentukan masa depan suatu bangsa. Pengertian pendidikan sendiri ialah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara yang telah ditunjuk untuk menyelenggarakan Sekolah Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga Negara dengan negaranya begitu juga sebaliknya. Hak dan kewajiban ini diatur dalam undang-undang
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar belakang 1.1.1 Judul Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Karakteristik Pengguna 1.1.2 Definisi dan Pemahaman Judul Perancangan : Berasal
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang menginginkan tubuh yang sempurna. Banyak orang yang mempunyai anggapan bahwa penampilan fisik yang menarik diidentikkan dengan memiliki tubuh yang
Lebih terperinciBAB VIII PROSEDUR MENDIRIKAN SEKOLAH LUAR BIASA
BAB VIII PROSEDUR MENDIRIKAN SEKOLAH LUAR BIASA Undang-Undang No. 4 tahun 1950 yang kemudian menjadi Undang-Undang No. 12 tahun 1954 tentang pendidikan dan pengajaran bagi anak berkelainan dan wajib belajar
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI MEDITASI ŻIKIR DI SLB. A. Profil SLB Negeri Ungaran Barat
42 BAB III DESKRIPSI MEDITASI ŻIKIR DI SLB A. Profil SLB Negeri Ungaran Barat SLB Negeri Ungaran (sebagai pengembangan dari SDLB Ungaran Tahun 2007), merupakan SLB yang pertama kali berdiri di Ungaran,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan dan kemanusiaan adalah dua hal yang saling berkaitan, pendidikan selalu berhubungan dengan tema-tema kemanusiaan. Artinya pendidikan diselenggarakan dalam
Lebih terperinciPendidikan Berkebutuhan Khusus II. Materi: Segregasi Artinya: segregation (pemisahan)
Pendidikan Berkebutuhan Khusus II Materi: Segregasi Artinya: segregation (pemisahan) Latar Belakang 1. Adanya pandangan masyarakat bahwa: ABK berbeda sedemikian rupa dari anak pada umumnya,seperti: perbedaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia mempunyai hak yang sama sebagai warga Negara, salah satunya adalah pendidikan yang layak sampai waktu wajib yang telah ditentukan oleh pemerintah. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PNDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada
Lebih terperinciPendidikan Inklusif. Latar Belakang, Sejarah, dan Konsep Pendidikan Inklusif dengan Fokus pada Sistem Pendidikan Indonesia
Pendidikan Inklusif Latar Belakang, Sejarah, dan Konsep Pendidikan Inklusif dengan Fokus pada Sistem Pendidikan Indonesia Perkembangan SLB di Dunia 1770: Charles-Michel de l Epee mendirikan SLB pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak-anak yang Spesial ini disebut juga sebagai Anak Berkebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh sempurna, sehat, tanpa kekurangan apapun. Akan tetapi, terkadang ada hal yang mengakibatkan anak tidak berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Gilang Angga Gumelar, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Proses pendidikan dapat berlangsung dalam berbagai lingkungan, baik lembaga formal maupun lembaga informal. Pendidikan di sekolah mengarahkan belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang beralamat di Jl. Rajekwesi 59-A Perak Bojonegoro. Di SLB-B Putra
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang SLB-B Putra Harapan Bojonegoro merupakan salah satu sekolah luar biasa khusus penyandang cacat tunarungu yang ada di Bojonegoro yang berada di bawah naungan yayasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan segala potensi yang dimilikinya, Maka sangatlah wajar apabila
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempakan hak dan kewajihan bagi setiap individu untuk memanfaatkan segala potensi yang dimilikinya, Maka sangatlah wajar apabila pendidikan memiliki posisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan di bawah pengawasan guru. Ada dua jenis sekolah, yaitu sekolah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan sebuah wadah seseorang mendapatkan suatu pendidikan di bawah pengawasan guru. Ada dua jenis sekolah, yaitu sekolah formal dan sekolah non formal.
Lebih terperinciINSTRUMEN PENGUMPULAN DATA DI SLB ABC SWADAYA KENDAL
Lampiran I INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA DI SLB ABC SWADAYA KENDAL 1. Pedoman Observasi Penulis dalam melaksanakan observasi atau pengamatan di SLB ABC SWADAYA Kendal, mengamati baik secara langsung maupun
Lebih terperinciINOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO
INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id Abstrak Artikel dengan judul Model penanganan Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah akan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sumber : 21 SLB Widya Bhakti Semarang didirikan sejak tahun 1981 di atas lahan seluas 1548 meter persegi dengan luas bangunan 546 meter persegi
Lebih terperinciSEKOLAH LUAR BIASA YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (SLB YPAC) DI SEMARANG. (Penekanan Desain Arsitektur Post Modern) IDA ASTRID PUSPITASARI L2B
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) TUGAS AKHIR PERIODE 33 SEKOLAH LUAR BIASA YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (SLB YPAC) DI SEMARANG (Penekanan Desain Arsitektur Post Modern) Diajukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata sebagai indera penglihatan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi dan berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian. Dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perjalanan kehidupan suatu Bangsa selalu terjadi proses regenerasi yang pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian. Dengan kata
Lebih terperinciPENDIDIKAN LUAR BIASA DI INDONESIA. Juang Sunanto Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
PENDIDIKAN LUAR BIASA DI INDONESIA Juang Sunanto Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Sikap Masyarakat terhadap Penyandang Cacat Tidak satupun negara
Lebih terperinciPANDUAN PELASANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS
PANDUAN PELASANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS PROGRAM KHUSUS : ORIENTASI DAN MOBILITAS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA TUNANETRA (SMPLB-A) DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH LUAR BIASA DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI MOTIVASI KERJA GURU SEKOLAH LUAR BIASA
NASKAH PUBLIKASI MOTIVASI KERJA GURU SEKOLAH LUAR BIASA Oleh : HAFRIYANI DALIMUNTHE SUS BUDIHARTO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI ILMU SOSIAL DAN BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan selalu berhubungan dengan tema-tema kemanusiaan.artinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan kemanusiaan adalah dua identitas yang saling berkaitan. Pendidikan selalu berhubungan dengan tema-tema kemanusiaan.artinya pendidikan diselenggarakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, budaya, agama, dan sebagainya. sebaliknya dalam individu berbakat pasti ditemukan kecacatan tertentu.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Filosofi Bhineka Tunggal Ika merupakan wujud kebhinekaan manusia, baik vertikal maupun horizontal. Kebhinekaan vertikal ditandai dengan perbedaan kecerdasan, fisik, finansial,
Lebih terperinciPENDIDIKAN PENYANDANG CACAT DARI SUDUT PANDANG MODEL PENDIDIKAN INKLUSI DI INDONESIA. Oleh: Haryanto
PENDIDIKAN PENYANDANG CACAT DARI SUDUT PANDANG MODEL PENDIDIKAN INKLUSI DI INDONESIA Oleh: Haryanto REALITA PENCA DI LAPANGAN Belum ada data riil jumlah penca di Indonesia, Diperkirakan 10% dari populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban memenuhi dan melindungi hak asasi tersebut dengan memberikan kesempatan
Lebih terperinciINOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO
INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkebutuhan khusus. Permasalahan pendidikan sebenarnya sudah lama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Masalah difabel atau penyandang ketunaan merupakan satu masalah yang kompleks karena menyangkut berbagai aspek. Salah satu hal yang masih menjadi polemik adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih tanggung jawab orang tua. Kewajiban orang tua terhadap anak yaitu membesarkan,
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak adalah anugrah dan titipan dari tuhan yang harus di jaga dan di pelihara dengan baik. Seseorang yang masih dikategorikan sebagai seorang anak adalah sepenuhnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semua individu berhak mendapatkan pendidikan. Hal tersebut sesuai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua individu berhak mendapatkan pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan yang terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional Bab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, tidak semua orang berada pada kondisi fisik yang sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan ada
Lebih terperinciBuku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru.
PEDOMAN PELAKSANAAN PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI GURU DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2008 KATA PENGANTAR UU No 14 Tahun 2005 Tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa awal adalah individu yang berada pada rentang usia antara 20 hingga 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan bangsa dan negara Indonesia pada umumnya ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu manusia yang cerdas, terampil, kreatif, mau
Lebih terperinci2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, dihadapkan pada banyak tantangan baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, budaya juga pendidikan. Semakin hari persaingan sumber
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PROFESI GURU PLB
PENGEMBANGAN PROFESI GURU PLB Oleh Drs. Yuyus Suherman,M.Si PLB FIP UPI yuyus@upi.edu Menjadi guru Pendidikan Luar Biasa (PLB) berarti kita menjadi guru bidang keahlian khusus. Dengan demikian sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan, sehingga menjadi orang yang terdidik. dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Di negara kita ini pendidikan menjadi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia, dengan pendidikan yang matang suatu bangsa akan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas.
Lebih terperinciMETODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA
METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi kasus di Kelas VIII SMPLB-B Yayasan Rehabilitasi Tuna Rungu Wicara
Lebih terperinciPANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS
S PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS PROGRAM KHUSUS: ORIENTASI DAN MOBILITAS SEKOLAH DASAR LUAR BIASA TUNANETRA (SDLB-A) DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH LUAR BIASA DIREKTORAT JENDERAL MANEJEMEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dengan masing-masing perbedaan, baik fisik maupun mental.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkkan dari kehidupan. Pada dasarnya hakekat pendidikan tidak akan terlepas dari hakekat manusia, sebab urusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia menghadapi tantangan yang cukup berat untuk saat ini dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia menghadapi tantangan yang cukup berat untuk saat ini dan masa yang akan datang, tantangan seperti bagaimana mempersiapkan sumber daya
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1
LAMPIRAN Lampiran Lampiran KATA PENGANTAR Saya adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang dilakukan dalam rangka memenuhi syarat untuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian SMPK Bhakti Luhur termasuk di dalam jenjang pendidikan yang ada di SLB Bhakti Luhur. Sekolah seluas 3613,23 m² ini berada di Jl. Dieng
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia tercipta sebagai mahluk indvidu dan juga sebagai mahluk sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia memiliki keunikan dan karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia Hal 4
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya, bahasa, dan seni. Jakarta sebagai ibu kota Indonesia pun memiliki keanekaragaman tersebut. Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk mencetak sumber daya manusia yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap potensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sulit untuk mencapai perkembangan yang optimal. kebutuhanya serta menjalankan kegiatan sehari-hari membutuhkan
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan manusia merupakan perubahan yang progresif dan berlangsung terus menerus atau berkelanjutan. Keberhasilan dalam mencapai suatu tahap perkembangan
Lebih terperinciPENYELENGGARAAN TK-SD SATU ATAP
PENYELENGGARAAN TK-SD SATU ATAP LATAR BELAKANG Taman Kanak-kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan anak usia dini jalur formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai masuk pendidikan
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa dalam upaya memberikan
Lebih terperinciPENERAPAN PRINSIP-PRINSIP PEKERJAAN SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENDERITA CACAT NETRA DI PANTI ASUHAN KARYA MURNI
PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP PEKERJAAN SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENDERITA CACAT NETRA DI PANTI ASUHAN KARYA MURNI SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Untuk Meraih
Lebih terperinciREDESAIN YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SEMARANG. disusun oleh : KHOERUL UMAM L2B
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) TUGAS AKHIR PERIODE 36 REDESAIN YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Menempuh Gelar Sarjana Arsitektur Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Di perjalanan kehidupan suatu Bangsa selalu terjadi proses regenerasi yang pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian. Dengan kata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam usaha menciptakan masyarakat yang beriman, berakhlak mulia, berilmu serta demokratis dan bertanggungjawab. Pendidikan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pendidikan adalah hak bagi setiap anak, termasuk anak dengan disabilitas atau Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Pendidikan bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Menurut kajian,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak usia sekolah yang mengalami gangguan pendengaran sulit menerima pelajaran, produktivitas menurun dan biaya hidup tinggi. Hal ini disebabkan, telinga memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ita Witasari, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ialah salah satu hal penting bagi manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan potensinya melalui pembelajaran. Melalui pendidikan
Lebih terperinciBAB 3 ANALISA SISTEM YANG BERJALAN. tersebut siarannya ditujukan untuk kepentingan negara. Sejak berdirinya
BAB 3 ANALISA SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Analisa Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan lembaga penyiaran yang menyandang nama negara mengandung arti bahwa dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak-anak yang dikategorikan memiliki kelainan dalam aspek fisik meliputi kelainan indra penglihatan (tuna netra), kelainan indra pendengaran (tuna rungu), kelainan
Lebih terperinci2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara yang sudah merdeka sudah sepatutnya negara tersebut mampu untuk membangun dan memperkuat kekuatan sendiri tanpa harus bergantung pada negara lain. Maka
Lebih terperinci1.7 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.7 LATAR BELAKANG Seiring perkembangan jaman yang disertai dengan perkembangan di berbagai sector diantaranya perindustrian, transportasi dan kesehatan di Indonesia khususnya di Semarang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu sebagai salah satu sumber daya yang sangat penting dalam rangka pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi mungkin agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu pun dari semua ini ada karena hak manusia memutuskan untuk. kebesaran dan kekuasaan Allah di alam semesta ciptaan-nya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Pemilik seluruh jagat raya adalah Allah yang Maha Perkasa, penguasa seluruh alam. Jasad fisik berada dalam genggaman Allah yang menciptakan, dan Dia tidak bergantung
Lebih terperinciPELAKSANAAN PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING ANAK LOW VISION SEKOLAH DASAR KELAS IV DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Setiap individu ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan, tanpa ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki alat indera yang lengkap, terutama mata.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam melaksanakan tugas belajar yang dilakukan oleh siswa sehingga menjadi kebiasaan. Dalam pendidikan keberhasilan
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh
PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN 2016 Oleh SRI DELVINA,S.Pd NIP. 198601162010012024 SLB NEGERI PELALAWAN KEC. PANGKALAN KERINCI KAB. PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN
Lebih terperinci2 sumber daya manusia, peran masyarakat, dan dukungan pendanaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan adanya upaya terarah, terpadu, dan
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perbedaan kecerdasan, fisik, finansial, pangkat, kemampuan, pengendalian diri,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Filosofi Bhineka Tunggal Ika merupakan wujud kebhinekaan manusia, baik vertikal maupun horizontal. Kebhinekaan vertikal ditandai dengan perbedaan kecerdasan, fisik, finansial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang begitu bahagia dan ceria tanpa lagi ada kesepian. dengan sempurna. Namun kenyataannya berkata lain, tidak semua anak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, anak merupakan anugerah terindah dari Tuhan yang Maha Esa bagi orang tua. Kehadiran seorang anak begitu dinantikan dan ditunggu dalam sebuah
Lebih terperinciBAB I. A. Latar Belakang Masalah
BAB I A. Latar Belakang Masalah Pendidikan harus mendapatkan dukungan untuk menjalankan fungsi penyelenggaraannya bagi masyarakat dengan sebaik-baiknya. Fungsi pendidikan baik bersifat formal maupun non
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak diantaranya adalah guru dan siswa. Pembelajaran adalah pembelajaran yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum pembelajaran merupakan sebuah proses yang di dalamnya melibatkan berbagai pihak diantaranya adalah guru dan siswa. Pembelajaran adalah pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan rancangan kegiatan yang paling banyak berpengaruh terhadap perubahan perilaku seseorang dan masyarakat luas. Menurut UU Sisdiknas tahun
Lebih terperinciPEND. ANAK LUAR BIASA
PEND. ANAK LUAR BIASA Mana yang Termasuk ALB? Mana yang Termasuk ALB? Pengertian Anak Luar Biasa Anak yang membutuhkan pendidikan dan layanan khusus untuk mengoptimalkan potensi kemanusiaannya secara utuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang kehidupan. Persaingan, baik di bidang ekonomi, pendidikan, teknologi politik, menuntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilatarbelakangi munculnya fenomena anak autis yang menempuh pendidikan di lembaga pendidikan umum selayaknya anak normal atau bahkan banyak dari
Lebih terperinciBUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J.
1 BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Bulan Oktober adalah bulan Maria. Banyak orang menyempatkan diri untuk menghormati Bunda Maria dan mohon bimbingannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tiap tahunnya, hal ini ditandai dengan prestasi anak bangsa yang sudah mampu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obyek Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang cukup baik tiap tahunnya, hal ini ditandai dengan prestasi anak bangsa yang sudah mampu menunjukkan
Lebih terperinciBUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU SATUAN PENDIDIKAN JENJANG SEKOLAH DASAR DAN SEKOLAH DASAR LUAR BIASA DI KABUPATEN JEMBER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam Djumhur mengartikan
Lebih terperincirepository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar untuk perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar untuk perkembangan manusia dan menjadi kebutuhan bagi semua manusia. Pemerintah juga memberikan kewajiban setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang lain. Dari lahir sampai mati, cenderung memerlukan bantuan dari orang lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikasi bahwa manusia sebagai makhluk sosial, adalah perilaku komunikasi antar manusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri, pasti membutuhkan orang lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus telah dicantumkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Pendidikan tidak hanya bertindak sebagai alat yang dapat meningkatkan kapasitas kemampuan
Lebih terperinci