BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia Hal 4
|
|
- Yohanes Budiono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya, bahasa, dan seni. Jakarta sebagai ibu kota Indonesia pun memiliki keanekaragaman tersebut. Masyarakat Jakarta terdiri dari individu-individu yang beragam. Mereka berasal dari daerah yang berbeda-beda, berbicara dengan bahasa yang berbeda-beda, menganut agama atau kepercayaan yang berbeda-beda, serta memiliki kebiasaan yang berbeda-beda. Setiap individu di Jakarta unik. Mereka memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Di tengah variasi individu ini terdapat individu-individu yang memiliki disabilitas. Mangunsong (2009) menyatakan bahwa disabilitas adalah kondisi yang menggambarkan adanya disfungsi atau berkurangnya suatu fungsi yang secara objektif dapat diukur / dilihat, karena adanya kehilangan / kelainan dari bagian tubuh atau organ. 1 Dengan kata lain, individu-individu yang memiliki disabilitas adalah mereka yang mengalami kerusakan atau kelainan fisik dan/atau mental yang dapat menghambat atau membatasi aktivitas kehidupannya. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 mengenai penyandang cacat membagi penyandang disabilitas ke dalam tiga kelompok, yaitu: (a) penyandang disabilitas fisik, yaitu individu yang mengalami kecacatan fisik yang mengakibatkan gangguan pada fungsi tubuh, antara lain gerak tubuh, penglihatan, pendengaran dan kemampuan bicara; (b) penyandang disabilitas mental yaitu individu yang mengalami kelainan mental dan / atau tingkah laku, baik cacat bawaan maupun 1 Frida Mangunsong. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Jilid Kesatu. Jakarta. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia Hal 4 1
2 2 akibat dari penyakit; (c) penyandang disabilitas fisik mental yaitu individu yang mengalami dua jenis kecacatan sekaligus. 2 Jumlah penyandang disabilitas pun tidak sedikit. Berdasarkan data dari Pusat Data Informasi Nasional (PUS DATIN) Kementrian Sosial tahun 2010, penyandang disabilitas di Indonesia berjumlah orang.jumlah ini diprediksi akan terus meningkat diikuti dengan semakin meningkatnya angka kecelakaan (Nuansa, 2014 dalam Virlia, dkk). 3 Sementara itu, jumlah penyandang disabilitas di dunia adalah sekitar 10% dari seluruh penduduk dunia. Untuk menyikapi angka yang cukup besar ini, pemerintahan di berbagai negara telah membuat kebijakan demi meningkatkan kesejahteraan para penyandang disabilitas. Pada tahun 2006, PBB menyelenggarakan The UN with Disability Conventionyang ditandatangani oleh 60 negara di dunia termasuk Indonesia. Ketika seseorang memiliki disabilitas, mereka harus berhadapan dengan keterbatasan pada dirinya sendiri. Mereka dituntut untuk tetap dapat berfungsi dengan baik di masyarakat, meskipun situasi di lingkungan kurang memadai atau kurang menunjang. Individu-individu yang memiliki disabilitas tetap harus bersekolah, bekerja, dan berpartisipasi di masyarakat. Hal ini tentunya tidak mudah bagi mereka.tantangan ini juga dialami keluarga penyandang disabilitas. Ketika orangtua mengetahui bahwa anaknya mengalami disabilitas, mereka perlu menempuh proses penerimaan yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu bermula dengan tidak mau menerima keadaan, marah, menolak, depresi, menyalahkan keadaan, hingga akhirnya menerima dan berupaya untuk 2 Frida Mangunsong. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Jilid Kesatu. Jakarta. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia Hal 4 3 Tety Laqvi. Disabilitas dalam perspektif eksistensialisme dikutip dari diakses pada 13 Agustus 2016
3 3 melangkah maju. Peran keluarga turut menentukan apakah sang individu yang memiliki disabilitas ini kelak akan berhasil atau malah kalah dalam perjuangannya. Meskipun jumlah penyandang disabilitas cukup banyak, namun jika dibandingkan dengan masyarakat umum yang tidak memiliki disabilitas, jumlah mereka tergolong sedikit sehingga kebutuhannyacenderung terabaikan atau kurang diakomodir. Oleh sebab itu, para penyandang disabilitas ini perlu beradaptasi dengan lingkungan yang kurang menunjang fungsi kehidupan mereka. Untuk membantu kelangsungan hidup penyandang disabilitas, dibutuhkan fasilitas atau alat-alat tertentu yang dapat membantu fungsi kerja organ tubuh mereka, serta dukungan dari lingkungan sekitar. Tanpa bantuan alat atau dukungan khusus, individu dengan disabilitas memiliki kesulitan untuk berpartisipasi dalam lingkungan, merawat diri sendiri serta hidup dengan mandiri dan sejahtera (Little, 2000). Dengan kata lain, bantuan alat yang sesuai dengan kebutuhan serta dukungan dari lingkungan yang memadai, membuat individu-individu tersebut dapat menjalankan fungsi kehidupannya selayaknya individu lain yang tidak mengalami disabilitas. Kondisi lingkungan di Indonesia khususnya Jakarta sebagai ibu kota masih belum memadai untuk menunjang kebutuhan para penyandang disabilitas. Pemerintah Indonesia pun baru mulai berupaya membentuk masyarakat inklusif, yaitu masyarakat yang peduli dan melibatkan semua individu tanpa membeda-bedakan kondisi mereka. Pembangunan fasilitas yang mempertimbangkan kepentingan berbagai kalangan khususnya yang selama ini kurang diperhatikan juga baru mulai dilakukan. Seperti, penyediaan parkir khusus untuk orang-orang dengan kursi roda dan pengadaan program pendidikan inklusi yang baru mulai digalakkan sejak tahun Pembentukan masyarakat inklusi masih terus diupayakan sehingga para penyandang disabilitas masih perlu melakukan banyak usaha agar dapat berfungsi di tengah masyarakat seperti individu lainnya.
4 4 Masalah utama yang dihadapi oleh individu yang mengalami disabilitas berkaitan dengan masalah aksesibilitas, pendidikan dan pekerjaan. Masalah aksesibilitas juga berkaitan dengan penggunaan transportasi umum, kemudahan dalam mendapatkan informasi, kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial, serta kemudahan untuk mendapatkan alat bantu atau dukungan khusus. Kesempatan bagi individu yang memiliki disabilitas untuk memperoleh pendidikan di Indonesia masih terbatas. Jumlah Sekolah Luar Biasa (SLB), Sekolah Inklusi, atau sekolah umum yang menerima penyandang disabilitas masih terbilang sedikit, sehingga para penyandang disabilitas pun cenderung kesulitan untuk memperoleh pendidikan yang sesuai. Individu dengan disabilitas yang bersekolah di sekolah umum memiliki tantangan lebih besar dibandingkan dengan yang bersekolah di SLB karena tidak tersedianya fasilitas untuk mempermudah aktivitas mereka. Selain itu, mereka juga dituntut untuk bergaul, bersosialisasi sekaligus bersaing dengan anak-anak yang tidak memiliki disabilitas. Untuk menunjang kelancaran proses belajar anak-anak yang memiliki disabilitas, orangtua perlu menyampaikan kepada pihak sekolah kebutuhan anaknya dan meminta para guru untuk membantu dan memahami kondisi anaknya. Kemudian, ketika individu yang memiliki disabilitas tersebut memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan berkuliah di sebuah perguruan tinggi di Jakarta,ia harus berjuang sendiri untuk menyampaikan kondisi dan kebutuhannya kepada pihak universitas, mencari orang untuk membantunya saat ujian dan sebagainya. Hal ini menunjukkan banyaknya tantangan yang dialami penyandang disabilitas dalam dunia pendidikan. Kesulitan lain yang juga kerap kali dialami para penyandang disabilitas adalah mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997, perusahaan milik negara dan perusahaan swasta diwajibkan memperkerjakan penyandang
5 5 disabilitas sebanyak 1 % dari seluruh jumlah karyawan. 4 Namun menurut ketua PPCI, Siswadi, pada kenyataannya, rasio penyandang disabilitas yang dipekerjakan di perusahaan-perusahaan di Indonesia masih kurang dari 0,5 %. 5 Sementara itu, Wuri Handayani, ketua sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak di bidang pemberdayaan penyandang disabilitas mengemukakan bahwa dari 20 juta penyandang cacat di Indonesia saja, 80 persen atau setara dengan 16 juta orang tercatat tidak memiliki pekerjaan akibat diskriminasi dari pihak perusahaan. 6 Hal ini menunjukkan kecilnya peluang bagi penyandang disabilitas untuk mendapatkan pekerjaan. Di tengah masyarakat, para penyandang disabilitas tidak lepas dari stigma masyarakat yang sudah lama terbangun di mana disabilitas yang dialami merupakan tanggung jawab individu yang bersangkutan dan bukan urusan masyarakat. Penelitian menunjukkan bahwa masyarakat cenderung bersikap negatif dan berpandangan bahwa individu dengan disabilitas memiliki karakteristik yang lebih tidak menyenangkan dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki disabilitas (dalam Perry, 2000). Dalam menghadapi situasi seperti ini, penyandang disabilitas perlu memiliki keberanian untuk masuk menjadi bagian dari masyarakat. Untuk dapat membuka diri kepada masyarakat, penyandang disabilitas perlu menerima dan memahami kondisi dirinya sendiri agar mereka juga dapat membuat orang lain menerima dan memahami mereka. Selain itu, individu yang memiliki disabilitas juga perlu menjalin relasi yang baik dengan orang lain sehingga orang lain dapat memberikan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. 4 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat. Diakses dari Diakses pada 13 Agustus PPCI: Perusahaan Harus Mempekerjakan 1 Persen Penyandang Cacat dikutip dari diakses pada 1 Oktober Hak Kerja 16 Juta Penyandang Cacat Terabaikan dikutip dari diakses pada 1 Oktober 2016
6 6 Sebagian besar masyarakat berpandangan bahwa disabilitas merupakan malapetaka. Mereka menilai bahwa individu-individu yang memiliki disabilitas pasti sulit memiliki masa depan yang cerah. Bahkan kecil kemungkinannya mereka dapat berkontribusi terhadap masyarakat, bangsa, dan negara. Pandangan ini tidak sepenuhnya salah, karena sebagian individu dengan disabilitas memang mengalami kesulitan dalam menghadapi kehidupannya, karena berbagai keterbatasan yang dialami, baik keterbatasan dari dirinya sendiri maupun keterbatasan lingkungan. Akan tetapi, sebagian individu dengan disabilitas justru menunjukkan hal yang sebaliknya. Mereka dapat mengatasi keterbatasan dan kelemahan diri, beradaptasi dengan lingkungan, mengatur strategi untuk menghadapi tantangan, dan melangkah maju untuk mencapai cita-cita. Salah satu individu dengan disabilitas yang berhasil ini adalah Mimi Mariani Lusli (Mimi). Mimi lahir di Jakarta pada 17 Desember 1962.Saat duduk di bangku kelas empat Sekolah Dasar, penglihatan Mimi berangsur-angsur menurun, hingga akhirnya ia menjadi buta total. Meskipun awalnya terpuruk, Mimi berhasil menumbuhkan semangat dalam dirinya untuk bangkit dan maju menghadapi tantangan sebagai penyandang disabilitas. Ia menempuh pendidikan hingga jenjang doktoral. Ia terlibat dalam berbagai kegiatan sosial. Kemudian pada tahun 2009 ia mendirikan Mimi Institute. Mimi Institute adalah sebuah lembaga yang bergerak di bidang disabilitas. Pelayanan yang diberikan Mimi Institute adalah konsultasi, edukasi, dan publikasi. Pelayanan ini diberikan kepada anak-anak dengan disabilitas dan keluarganya, serta institusi dan masyarakat yang membutuhkan edukasi mengenai isu disabilitas. Melalui pelayanan yang diberikan, Mimi Institute bergerak untuk membuat masyarakat lebih terbuka, lebih memahami, untuk kemudian lebih mampu berinteraksi dan mendukung individu dengan disabilitas.
7 7 Semangat dan kegigihan Mimi dalam menghadapi tantangan sebagai penyandang disabilitas dan memberikan pelayanan kepada masyarakat telah menginspirasi banyak pihak. Bersama makalah ini penulis membuat sebuah film dokumenter yang berjudul Bersahabat Dengan Mimi. Film dokumenter ini mengangkat masalah yang dialami oleh individu dengan disabilitas serta berbagai strategi yang dapat dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut, dengan menghadirkan sosok Mimi Mariani Lusli sebagai salah satu figur individu dengan disabilitas yang tidak hanya berhasil menghadapi tantangan kehidupannya, melainkan juga membantu banyak orang untuk menghadapi tantangan yang berkaitan dengan disabilitas. Melalui film ini masyarakat akan mendapatkan pengetahuan mengenai isu disabilitas, termasuk strategi yang dapat dilakukan untuk menjadi masyarakat inklusi. Tidak hanya sisi kognitif saja yang disentuh, film ini juga menyentuh sisi emosional masyarakat dengan hadirnya kisah hidup Mimi yang menginspirasi Permasalahan Hingga saat ini, masyarakat Indonesia belum sepenuhnya mampu menjadi masyarakat inklusi. Masyarakat inklusi adalah masyarakat yang terbuka, mau menghargai dan melibatkan setiap individu dengan keunikannya masing-masing. Masyarakat inklusi mampu memahami keunikan individu dengan disabilitas, serta menerima dan menghargai mereka sebagai bagian dari keberagaman. Sebagian warga Jakarta memang sudah menunjukkan karakteristik masyarakat inklusi, namun masih banyak pihak yang belum melakukannya. Film dokumenter Bersahabat Dengan Mimi mengajak masyarakat untuk menjadi masyarakat inklusi. Dalam film ini, para pemirsa akan menyaksikan permasalahan dan tantangan yang dihadapi individu dengan disabilitas, serta pentingnya menjadi masyarakat inklusi. Selain itu, pemirsa pun akan melihat bagaimana perubahan perilaku terhadap orang dengan disabilitas ini
8 8 akan membawa dampak positif, baik bagi individu dengan disabilitas itu sendiri, maupun bagi perkembangan masyarakat luas. Dalam proses komunikasi, komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan untuk mempengaruhi pola pikir, sehingga dapat terjadi perubahan pandangan atau perilaku. Dalam hal ini, film dokumenter Bersahabat Dengan Mimi hendak mengubah pandangan dan/atau perilaku pemirsa terhadap individu dengan disabilitas atau disabilitas itu sendiri. Agar hal ini dapat tercapai, maka film ini menyentuh aspek kognitif dan afektif para pemirsa. Ketika pemirsa telah menyadari dan mengetahui, maka dapat terjadi perubahan pandangan dan perilaku Tujuan Perancangan Film dokumenter Bersahabat Dengan Mimi dibuat sebagai tugas akhir yang merupakan syarat kelulusan program sarjana. Tidak hanya itu, film ini dibuat agar masyarakat semakin memahami keunikan individu dengan disabilitas, sehingga akhirnya mampu merima, melibatkan, dan mendukung mereka. Film ini dibuat untuk memberikan pengetahuan, menyentuh sisi emosi, serta mengubah pandangan, sikap, dan perilaku pemirsa terhadap individu dengan disabilitas Alasan Pemilihan Judul Film dokumenter ini berjudul Bersahabat Dengan Mimi. Dalam kalimat judul ini mengandung dua makna. Bagi seorang individu yang memiliki disabilitas, kalimat ini berarti individu tersebut dapat menerima kondisi disabilitas yang dialami, serta hidup berdampingan secara harmonis dengan situasi disabilitas itu. Sedangkan bagi masyarakat umum yang tidak memiliki disabilitas, kalimat ini berarti menjadi teman yang hidup berdampingan dengan individu yang mengalami disabilitas.
9 9 Film ini mengungkap kisah hidup Mimi Mariani Lusli, seorang individu dengan disabilitas yang telah menyelesaikan studi doktoral dan mendirikan lembaga sosial yang bersifat nonprofit. Sosok Mimi dapat dikatakan sebagai individu dengan disabilitas yang berhasil mengatasi tantangan kehidupannya, bahkan berkontribusi besar terhadap masyarakat. Dengan kata lain, Mimi menunjukkan bahwa dirinya dapat bersahabat dengan disabilitas yang dialaminya. Film ini juga mengungkap permasalahan dan tantangan yang dihadapi individu dengan disabilitas, serta strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Strategi yang dimaksud meliputi strategi bagi individu dengan disabilitas itu sendiri, serta strategi yang dapat dilakukan keluarga, teman, dan masyarakat di sekitar individu dengan disabilitas itu sendiri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa film dokumenter ini pun mengajak pemirsa sebagai bagian dari masyarakat untuk dapat bersahabat dengan disabilitas, baik individu yang memiliki disabilitas maupun isu disabilitas itu sendiri. Bersahabat artinya dapat hidup berdampingan dengan harmonis, memahami, menerima, dan mendukung Manfaat Perancangan Manfaat Akademis Makalah ini memberikan kontribusi terhadap perkembangan Ilmu Komunikasi, khususnya dalam bidang Broadcasting. Dalam hal ini bidang broadcasting yang dimaksud mengarah pada film dokumenter. Makalah ini juga memperkaya variasi skripsi aplikatif yang ada Manfaat Praktis Film dokumenter Bersahabat Dengan Mimi dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai permasalahan dan tantangan hidup para individu dengan disabilitas, serta strategi untuk
10 10 mengatasi hambatan dan tantangan tersebut. Selain itu, film ini juga dapat digunakan oleh Dinas Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk mengedukasi masyarakat mengenai isu disabilitas dan pembentukan masyarakat inklusi. Dengan menyaksikan film ini, pemirsa dapat semakin memahami isu disabilitas, menyadari pentingnya menjadi masyarakat inklusi, serta belajar dari sosok Mimi yang menginspirasi.
BAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah hak asasi sekaligus sebuah sarana untuk merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan sangat strategis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semua individu berhak mendapatkan pendidikan. Hal tersebut sesuai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua individu berhak mendapatkan pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan yang terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional Bab
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang melekat pada setiap kehidupan bersama dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa pendidikan tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Badan Pusat Statistik Nasional, pada tahun 2007, terdapat 82.840.600 anak berkebutuhan khusus diantara 231.294.200 anak Indonesia. (Kementrian Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkomunikasi merupakan suatu hal yang mendasar bagi semua orang. Banyak orang yang menganggap bahwa berkomunikasi itu suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Namun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi terminologi, dan
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi terminologi, dan cakupan batasan penelitian. 1.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, baik jasmani maupun rohani. Kondisi ini adalah kesempurnaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang paling sempurna, baik jasmani maupun rohani. Kondisi ini adalah kesempurnaan yang dianugerahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan, tanpa ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang lengkap untuk dapat
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Gambaran resiliensi dan kemampuan...dian Rahmawati, FPsi UI, Universitas Indonesia
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki atribut fisik dan/atau kemampuan belajar yang berbeda dari anak normal, sehingga membutuhkan program individual dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. A. Simpulan. Berdasarkan hasil pembahasan dari permasalahan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
BAB IV PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan dari permasalahan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perlindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas yang diatur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbedaan antara manusia dengan fisik yang sempurna dengan mereka yang memiliki kekurangan fisik ternyata melahirkan berbagai diskriminasi yang berupa 'ketidakadilan'.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesejahteraan sosial adalah upaya peningkatan kualitas kesejahteraan sosial masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap orang mampu mengambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga Negara dengan negaranya begitu juga sebaliknya. Hak dan kewajiban ini diatur dalam undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang berusaha menjangkau semua orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai upaya meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penyandang disabilitas di Indonesia saat ini dapat dikatakan memiliki angka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penyandang disabilitas di Indonesia saat ini dapat dikatakan memiliki angka yang tidak sedikit. Data dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Sosial
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Persepsi keluarga terhadap anak dengan ID Keluarga dapat memiliki persepsi yang benar maupun salah terhadap anak dengan ID, khususnya terkait dengan disabilitas
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak adalah masa yang terindah dalam hidup dimana semua terasa menyenangkan serta tiada beban. Namun tidak semua anak dapat memiliki kesempatan untuk
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 24 TAHUN
SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Negeri (SMPN) inklusif di Kota Yogyakarta, tema ini penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tesis ini bertujuan untuk menganalisis pelayanan pendidikan inklusif bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) 1. Dengan mengambil lokus pada Sekolah Menengah Pertama Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kelahiran anak dalam kondisi sehat dan normal adalah harapan setiap ibu (UNICEF,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelahiran anak dalam kondisi sehat dan normal adalah harapan setiap ibu (UNICEF, 2010). Namun faktanya, tidak semua anak lahir dalam kondisi normal. Anak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam lini kehidupan. Semua orang membutuhkan pendidikan untuk memberikan gambaran dan bimbingan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keharusan negara untuk mampu menciptakan rakyat yang cerdas ditiap-tiap bidangnya dan mengenai pendidikan sebagai suatu alat terciptanya negara yang baik dalam perspektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
111 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia diciptakan dengan hak dan kewajiban yang sama dimata Tuhan Yang Maha Esa. Manusia hidup berkembang sebagai makhluk sosial dengan menjalankan peran dan tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual anak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap orang tua untuk dirawat dan dididik sebaik-baiknya agar kelak menjadi anak yang berguna. Anak juga dikatakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu usaha yang memiliki tujuan, maka pelaksanaannya harus berada dalam proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan suatu bangsa karena menjadi modal utama dalam pengembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi kebutuhan paling dasar untuk membangun kehidupan suatu bangsa karena menjadi modal utama dalam pengembangan sumber daya manusia. Bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu bangsa tak lepas dari poros penggerak anak muda. Potensi dan jati diri anak muda lah yang merupakan potensi penerus masa depan yang cerah. Namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai perubahan besar, diantaranya perubahan fisik, kognitif, dan psikososial.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah anak-anak normal yang tidak mengalami kebutuhan khusus dalam pendidikannya. Hal ini sudah berjalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ema Rahmawati, 2014 Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik 1945, Amandemen IV Pembukaan, alinea IV yaitu dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia pengklasifikasian anak itu sudah dibagi dengan jelas. Untuk anak yang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Anak cacat adalah anak yang berkebutuhan khusus karena mereka adalah anak yang memiliki kekurangan. Anak cacat atau berkelainan juga memiliki klasifikasi. Di
Lebih terperinciMartina Navratilova, Pelatih dan Pemain Tenis Stephen Hawking, Fisikawan Christopher Reeve, Aktor, Sutradara, Produser Film, dan Penulis Skenario
Disabilitas itu masalah persepsi. Jika engkau dapat melakukan satu hal dengan baik, orang lain akan membutuhkanmu. Martina Navratilova, Pelatih dan Pemain Tenis Marah kepada disabilitas saya hanya membuang-buang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Luar Biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses penbelajaran karena kelainan fisik,
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya. Surabaya semakin di percaya oleh mayarakat.
BAB V PEMBAHASAN A. Peran guru bimbingan konseling dalam menangani anak berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya Pada intinya layanan bimbingan karir di SMK Negeri 8 Surabaya berjalan efektif sesuai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan untuk membangun Negara yang merdeka adalah dengan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut telah diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak setiap orang. Begitu pula pendidikan untuk orang orang yang memiliki kebutuhan khusus. Seperti dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Disabilitas (Convention On the Rights of Persons with Disabilities) dengan UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sepuluh tahun yang lalu tepatnya tanggal 13 Desember 2006 Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa menyepakati Konvesi Hak-hak Penyandang Disabilitas (Convention On
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu maupun Ayah memiliki hak yang sama dalam merawat dan membesarkan anak. Membesarkan anak bukanlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945, setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Oleh karenanya,
Lebih terperinciPELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara umum memiliki tujuan untuk membentuk kedewasaan individu dalam berbagai aspek, baik pengetahuannya, sikapnya, maupun keterampilannya. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara. Oleh karena itu, pendidikan tidak hanya untuk anak normal saja, anak berkebutuhan khusus pun mempunyai hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan inklusi, yaitu Peraturan Gubernur No. 116 tahun 2007 saja, masih belum
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kesempatan untuk mendapatkan akses pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah umum, masih rendah bahkan boleh dikatakan memprihatinkan. Salah satu indikatornya
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang menginginkan tubuh yang sempurna. Banyak orang yang mempunyai anggapan bahwa penampilan fisik yang menarik diidentikkan dengan memiliki tubuh yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asasi manusia. Perlakuan khusus tersebut dipandang sebagai upaya maksimalisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyandang disabilitas memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indonesia, sudah sepantasnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) hendaknya merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu negara memiliki kewajiban untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu proses atau kegiatan yang sukar dihindari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu proses atau kegiatan yang sukar dihindari dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi merupakan suatu hal yang penting dalam berbagai strategi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diciptakan dengan berbagai keberagaman dimana terdapat persamaan dan perbedaan serta kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri setiap inividu. Setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri dari fungsi intelektual yang dibawah rata rata dan gangguan dalam keterampilan adaptif yang ditemukan
Lebih terperincipada saat ini muncullah paradigma baru pendidikan, dimana anak berkebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) dahulu sebatas penyediaan layanan pendidikan dengan sistem segregrasi, hingga akhirnya pada saat ini muncullah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. Namun terkait
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan pendidikan tentu dirasakan oleh semua orang, termasuk anak berkebutuhan khusus. Keterbatasan yang dialami menjadikan anak berkebutuhan khusus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajarnya. Segala bentuk kebiasaan yang terjadi pada proses belajar harus. terhadap kemajuan dalam bidang pendidikan mendatang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budaya belajar merupakan salah satu usaha yang diciptakan manusia untuk mencapai tujuan dalam hidupnya. Dalam pendidikan, keberhasilan peserta didik dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. banyak anak yang mengalami gangguan perkembangan autisme. Dewasa ini,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekitar 15-20 tahun yang lalu, autisme pada masa kanak-kanak dianggap sebagai gangguan perkembangan yang sangat jarang terjadi. Hanya ditemukan dua hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkebutuhan khusus. Permasalahan pendidikan sebenarnya sudah lama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Masalah difabel atau penyandang ketunaan merupakan satu masalah yang kompleks karena menyangkut berbagai aspek. Salah satu hal yang masih menjadi polemik adalah
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh
PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN 2016 Oleh SRI DELVINA,S.Pd NIP. 198601162010012024 SLB NEGERI PELALAWAN KEC. PANGKALAN KERINCI KAB. PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk yang. berguna bagi agama, berbangsa dan bernegara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk yang memiliki kemampuan untuk berfikir, berkreasi dan juga beragam serta beradaptasi dengan lingkungannya.
Lebih terperinciMAKALAH PEMBERDAYAAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS
MAKALAH PEMBERDAYAAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS Disusun Oleh: YAKOBUS N. LALAPRAING Fasilitator Pendukung Yayasan Bahtera Desa Tana Rara dan Bali Ledo SUMBA BARAT 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penddikan adalah hak setiap warga negara. Negara berkewajiban menyelenggarakan pendidikan untuk semua warga negaranya tanpa diskriminasi. Pendidikan untuk semua diwujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu.
Lebih terperinciKONSEP, FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK
Konsep, Fungsi dan Prinsip Bimbingan di Taman Kanak-kanak 34 KONSEP, FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Kebutuhan akan layanan bimbingan di taman kanak-kanak muncul dari karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik yang terjadi pada peradaban umat manusia sebagian besar disebabkan oleh ketidakmampuan manusia untuk dapat menerima perbedaan yang terjadi diantara umat manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk proses pendidikan yang memiliki peranan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai wadah untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pembelajaran dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah panti asuhan terbesar di dunia dengan perkiraan jumlah lembaga pengasuhan anak pada tahun 2007 sekitar 5.250 hingga 8.610 (Unicef
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pada tahun 2013, terdapat 2,8 juta penyandang disabilitas di Indonesia (Antara News, 2013). Jumlah penyandang disabilitas fisik tersebut menunjukkan semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar dan merupakan salah satu negara berkembang, yang pada saat ini sedang giat melakukan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Disability (kekhususan) merupakan konsekuensi fungsional dari kerusakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disability (kekhususan) merupakan konsekuensi fungsional dari kerusakan bagian tubuh, atau kondisi yang menggambarkan adanya disfungsi atau berkurangnya suatu fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang khusus agar memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Terkait dengan isu Social Development: Eradication of Poverty, Creation of
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terkait dengan isu Social Development: Eradication of Poverty, Creation of Productive Employement and Social Integrationyaitu Promote equal access to all levels of
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. data Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) persennya merupakan penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang tentu menikah dengan harapan memiliki keturunan yang sehat dan cerdas, namun semuanya tetap kembali pada kehendak Sang Pencipta. Setiap harinya,
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS
1 SALINAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia berharap dilahirkan dalam keadaan yang normal dan sempurna, akan tetapi tidak semua manusia mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan,
Lebih terperincirepository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar untuk perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar untuk perkembangan manusia dan menjadi kebutuhan bagi semua manusia. Pemerintah juga memberikan kewajiban setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia. Sebagai hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, hak
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat dalam diri manusia. Sebagai hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, hak asasi manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari. memperoleh perlakuan yang layak dalam kehidupan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman membuat manusia menyesuaikan diri dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari bahwa setiap individu memiliki hak untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterbatasan jumlah sekolah luar biasa di daerah-daerah yang jauh dari perkotaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan sering kita temukan berbagai macam permasalahan, salah satunya adalah masalah diskriminasi yang secara tidak langsung dialami oleh para
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh :
Lebih terperinciPENANGANAN TERHADAP anak dengan disabilitas (anak berkebutuhan khusus) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH 1
PENANGANAN TERHADAP anak dengan disabilitas (anak berkebutuhan khusus) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH 1 PEMBANGUNAN ANAK Bagaimana suatu bangsa memberikan prioritas kepada pembangunan anak menunjukkan
Lebih terperinciBAB I 1.1 Latar Belakang
BAB I 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih
Lebih terperinci2017, No d. bahwa upaya untuk memenuhi hak serta mempercepat perlindungan khusus bagi anak penyandang disabilitas perlu dikoordinasikan dengan
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.963, 2017 KEMENPP-PA. Anak Penyandang Disabilitas. Perlindungan Khusus. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan, kini orangtua semakin memiliki banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk mendaftarkan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Penghayatan hidup tak bermakna yang menyertai pengalaman derita di
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Penghayatan hidup tak bermakna yang menyertai pengalaman derita di awal tunanetra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota-kota di Indonesia tengah mengalami perkembangan populasi yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kota-kota di Indonesia tengah mengalami perkembangan populasi yang sangat pesat dan tantangan perkotaan lainnya, peningkatan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap individu pasti mengalami kesulitan karena individu tidak akan terlepas dari berbagai kesulitan dalam kehidupannya. Kesulitan dapat terjadi pada
Lebih terperinciHUBUNGAN MINAT MEMBACA KOMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SMA S K R I P S I
HUBUNGAN MINAT MEMBACA KOMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SMA S K R I P S I Disusun Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh: MD. ARDIANSYAH F
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hak warga negara sebagai sumber daya insani yang sepatutnya mendapat perhatian terus menerus dalam upaya peningkatan mutunya. Peningkatan mutu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, seperti yang tercantum dalam Undang Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada setiap budaya dan lingkungan masyarakat, keluarga memiliki struktur yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada setiap budaya dan lingkungan masyarakat, keluarga memiliki struktur yang mungkin saja berbeda dan terbentuk dengan cara-cara yang juga beragam. Namun sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan yang layak belum tentu dapat dirasakan oleh semua orang. Berbagai macam perlakuan yang tidak layak sering dirasakan hampir pada semua orang, baik dalam pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin lahir dalam keadaan normal, namun pada kenyataannya ada orang yang dilahirkan dengan keadaan cacat. Bagi orang yang lahir dalam keadaan cacat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam proses perkembangannya, setiap individu terkadang mengalami suatu hambatan. Hambatan yang terjadi pada suatu individu beragam jenisnya. Beberapa jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar
Lebih terperinciSEMINAR MEWUJUDKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS
SEMINAR MEWUJUDKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS 23 AGUSTUS 2016 Forum Penguatan Hak-hak Penyandang Disabilitas Peraturan Daerah Tentang
Lebih terperinciBUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada umumnya adalah suatu anugerah Tuhan yang sangat berharga dan harus dijaga dengan baik agar mampu melewati setiap fase tumbuh kembang dalam kehidupannya.
Lebih terperinci