UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE MENGGUNAKAN PENDEKATAN PERMAINAN LOMPAT PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Transkripsi

1 1 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE MENGGUNAKAN PENDEKATAN PERMAINAN LOMPAT PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Ruhaefi 1) Iis Marwan 2) 1) SDN 2 Tawangbanteng Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya: ruhaefi@yahoo.com 2) Program studi PJKR FKIP Universitas Siliwangi : marwaniis@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar lompat tinggi dengan menggunakan metode permainan lompat tali pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Tawangbanteng Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (class action research) dilakukan dalam dua siklus. Penelitian ini di observasi oleh teman sejawat sebagai mitra penelitian sehingga pelaksanaan refleksi dapat dilakukan dengan lancar. Instrumen penelitian berupa observasi dan tes lompat tinggi. Hasil penelitian menunjukan terjadinya hasil belajar lompat tinggi dari siklus ke I hingga siklus ke II dan ketuntasan hasil belajar dapat terlaksana yakni 80 % rata rata siswa telah tuntas hasil belajarnya Kepada semua pihak yang memiliki perhatian terhadap peningkatan hasil belajar lompat tinggi agar dapat menggunakan pendekatan permainan lompat tali sebagai salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar lompat tinggi di sekolah dasar. Kata Kunci : Pembelajaran, Pendekatan Permainan Lompat Tali, Lompat Tinggi

2 2 EFFORTS TO IMPROVE LEARNING STYLES HIGH JUMP STRADDLE JUMP USING GAME APPROACH TO ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS CLASS V Ruhaefi 1) Iis Marwan 2) 1) Primary School 2 Tawangbanteng District Sukaratu Tasikmalaya : ruhaefi@yahoo.com 2) The program of study PJKR FKIP Siliwangi University: marwaniis@yahoo.co.id ABSTRACT The purpose of this research is to improve the learning outcomes of the high jump with an approach play jump on class V student Elementary School District 2 Tawangbanteng Sukaratu Tasikmalaya District Academic Year 2013/2014. This study uses action research class (class action research) was conducted in two cycles. This study on the observation by peers as research partners so that the implementation can be carried out smoothly reflection. The research instrument in the form of observations and tests high jump. The results showed the high jump result of learning from cycle to cycle to the I to II and mastery learning outcomes can be accomplished is 80% average - the average student has completed their study results To all parties concerned with the improvement of learning outcomes in order to use the high jump jumping play approach as a way to improve learning outcomes in elementary school high jump. Keywords: Learning, Playing Approach Jump, High Jump

3 3 PENDAHULUAN Pembelajaran lompat tinggi di sekolah dasar dilaksanakan dengan melihat pada keberadaan sarana dan prasarana sekolah yang bersangkutan, kemampuan siswa dan arah pengembangan selanjutnya. Lompat tinggi yang diajarkan di sekolah dasar merupakan latihan bagi siswa untuk melakukan gerakan menolak setinggi-tingginya melewati mistar yang merupakan ukuran ketinggian. Lompat tinggi termasuk salah satu sub pokok bahasan (kompetensi) materi pelajaran yang terdapat dalam pokok bahasan atletik. Esensi dari belajar lompat tinggi adalah siswa mampu menolakkan kaki dengan kuat (fase awalan), melakukan lentingan badan (fase melewati mistar), dan pendaratan (fase akhir). Untuk mencapai gerak tersebut, maka belajar lompat tinggi dapat disederhanakan apabila sarana dan prasarana lapangan tidak tersedia. Modifikasi tugas gerak merupakan alternatif yang dapat dilaksanakan dengan tidak menyimpang dari tujuan pembelajaran lompat tinggi yang sebenarnya. Banyak macam cara untuk terlaksananya proses pembelajaran lompat tinggi salah satunya adalah dalam bentuk pendekatan permainan lompat. Pada umumnya pembelajaran lompat tinggi yang sering dilaksanakan guru penjasorkes masih bersifat tradisional. Pembelajaran penjasorkes secara tradisional yaitu guru menerangkan materi pelajaran yang diajarkan, kemudian memberikan contoh dan siswa harus mengulang-ulang sampai materi yang dipelajari dikuasai siswa. Jika materi belum dapat diselesaikan, maka pada pertemuan berikutnya diulang kembali. Pembelajaran seperti ini sangat monoton, siswa merasa jenuh, siswa harus mengikuti semua instruksi dari guru, bahkan terkadang siswa merasa takut dengan gurunya bila tidak dapat melaksanakannya. Di samping itu juga, guru terkadang kurang inovatif dan kreatif, sehingga pembelajarannya kelihatan monoton. Menerapkan model pembelajaran yang tepat adalah sangat penting dalam pembelajaran lompat tinggi pada siswa sekolah dasar. Dengan model pembelajaran yang baik dan tepat, direncanakan dengan baik, disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik siswa, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, maka pembelajaran penjas akan berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran akan tercapai. Di samping itu juga, siswa akan termotivasi dalam belajarnya, merasa senang karena bentuk pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan kondisi dirinya. Tetapi sebaliknya, jika pembelajaran tidak sesuai dengan kondisi dan

4 4 karakteristik siswa, maka siswa akan merasa bosan dan jenuh, sehingga siswa akan malas melaksanakan tugas ajar, sehingga penguasaan materinya menurun. Model pembelajaran pendidikan jasmani khususnya teknik lompat tinggi gaya straddle pada siswa kelas V SDN 2 Tawangbanteng Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014 dengan metode permainan lompat tali. Metode pembelajaran permainan lompat tali adalah suatu cara di mana guru menyiapkan berbagai rintangan (terbuat dari bahan karet elastis), selanjutnya siswa melakukan lompatan-lompatan dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Tujuan penelitian untuk mengetahui peningkatan keterampilan lompat tinggi gaya straddle dalam pembelajaran penjasorkes siswa kelas V SDN 2 Tawangbanteng Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014 dengan penerapan pendekatan permainan lompat tali. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Class Action Research) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama-sama untuk peneliti dan decision maker tentang variabel yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan. Suharsimi (2010) mengatakan bahwa penelitian tidakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Salah satu ciri penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) adalah cyclic atau adanya langkah-langkah yang terukur dan terencana dalam sebuah siklus. Sehingga rancangan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus. Model siklus dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart, (1992). Setiap siklus melalui fasefase: Planning (Perencanaan), Acting (Tindakan), Observing (Pengamatan), dan Reflecting (Refleksi). Hal yang sama dikemukakan oleh Suharsimi (2010) bahwa dalam penelitian tindakan kelas desain panel terdiri dari langkah-langkah yaitu perencanaan atau planning tindakan atau acting, pengamatan atau observing dan refleksi atau reflecting. Desain penelitian tindakan kelas, digunakan oleh peneliti adalah model siklus meliputi yaitu:

5 5 Gambar 1 Alur Penelitian Tindakan Kelas Model siklus meliputi yaitu: 1. Rencana. Rencana adalah tindakan apa yang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan mutu atau perbaikan perilaku dan sikap sebagai solusi. 2. Tindakan. Tindakan apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perbaikan yang diinginkan. 3. Observasi. Observasi adalah mengamati atau hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan atau dikenakan terhadap siswa. 4. Refleksi. Refleksi adalah peneliti mengkaji, melihat dan memperhitungkan atas hasil refleksi ini peneliti bersama-sama guru dapat melalakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal (Soedarsono, 2001). Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SDN 2 Tawangbanteng Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014. Kelas ini tergolong kelompok siswa dengan prestasi sedang bahkan cenderung rendah, sebuah kelas yang terdiri dari kombinasi antara siswa dengan dengan prestasi belajar yang rendah dan siswa dengan prestasi belajar cukup tinggi. Kondisi tersebut turut berakibat pada munculnya kesenjangan partisipasi dan prestasi dalam kegiatan pembelajaran, khususnya mata pelajaran penjasorkes lompat tinggi gaya straddle. Sumber data penelitian ini diperoleh dari hasil unjuk kerja keterampilan dasar lompat tinggi gaya straddle yang dilakukan pada kegiatan pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 yang termasuk dalam aspek penilaian psikomotor. Selain itu sumber data juga diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh observer terhadap kegiatan pembelajaran teknik lompat tinggi gaya straddle dengan melihat hasil dari aspek kognitif dan afektif.

6 6 Sesuai dengan data yang ingin diperoleh dan teknik yang digunakan, maka alat pengumpul data yang digunakan sebagai berikut : a. Quesioner; b. Panduan wawancara; c. Rubrik unjuk kerja; d. Lembar Observasi; e. Rubrik tugas; f. Catatan siswa. Selain dalam bentuk tersebut digunakan instrumen tes baku untuk mengukur keterampilan lompat tinggi gaya straddle yang dikembangkan Depdiknas (2003). Setelah merumuskan cara pemecahan masalah, kegiatan tahap perencanaan ini menyiapkan rencana pembelajaran meliputi: pembuatan Silabus Mata Pelajaran Penjasorkes lompat tinggi gaya straddle, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lompat Tinggi Gaya Straddle dan Sistem Penilaian Teknik Lompat tinggi gaya straddle. Validasi dan reliabilitas instrumen/data digunakan practically validity/reability, artinya sepanjang peneliti dan guru mitra memutuskan bahwa istrumen layak digunakan maka instrumen/data tersebut dapat dinyatakan valid dan reliabel. Untuk meningkatkan validasi digunakan pula strategi berikut, yakni: 1. Face validity, setiap anggota saling menilai/memutuskan validitas suatu instrument/data dalam proses kolaborasi. 2. Triangulation, menggunakan berbagai sumber data untuk meningkatkan kualitas penilaian/ Skematik Triangulation. Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini yakni: (1). Identifikasi data, (2). Melihat pola-pola, dan (3) Membuat interpretasi data. PEMBAHASAN Hasil belajar teknik dasar lompat tinggi gaya straddle siswa kelas V SDN 2 Tawangbanteng Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014 pra siklus diperoleh skor rerata sebesar 106,95 cm hal ini menandakan bahwa ketuntasan belajar siswa masih dibawah KKM (skor minimum 125 cm atau KKM sebesar 72). Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I yang dilakukan oleh peneliti bersama observer diperoleh hasil bahwa tes hasil belajar keterampilan lompat tinggi gaya straddle siswa kelas V SDN 2 Tawangbanteng Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014 pada siklus I diperoleh skor rerata sebesar 122,39 cm hal ini menandakan bahwa ketuntasan belajar siswa masih dibawah KKM (skor minimum 125 cm atau KKM sebesar 72), sehingga perlu dilakukan penyempurnaan dari

7 7 berbagai tahapan, karena itu melaksanakan siklus 2. direkomendasikan perlu ditindaklanjuti dengan Berdasarkan hasil refleksi pada siklus 2 yang dilakukan oleh peneliti bersama observer diperoleh hasil bahwa tes hasil belajar lompat tinggi gaya straddle siswa kelas V SDN 2 Tawangbanteng Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014 pada siklus 2 diperoleh skor rerata sebesar 142,65 cm hal ini menandakan bahwa ketuntasan belajar siswa sudah di atas KKM (skor minimum 125 cm atau KKM sebesar 72), sehingga direkomendasikan sudah tidak perlu melaksanakan siklus 3. berikut ini Hasil Observasi aktivitas siswa dari siklus ke siklus dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1 Data Aktivitas Siswa yang Relevan dengan Pembelajaran No 1. Aspek Psikomotor Indikator Ketercapaian Siklus I Siklus II Jml % Jml % Keterampilan siswa dalam melakukan teknik lompat tinggi gaya straddle 2 Aspek Kognitif Kemampuan siswa mengetahui dan memahami teknik lompat tinggi gaya straddle. 3 Aspek Afektif 16 62% 21 81% 18 69% 22 85% Interaksi siswa dalam mengikuti lompat tinggi gaya straddle secara berkelompok 17 65% 23 88% Hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran lompat tinggi 17 65% 22 85% gaya straddle Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran lompat tinggi gaya straddle (menyelesaikan tugas 17 65% 22 85% mandiri atau tugas kelompok ) Kemampuan siswa dalam pembelajaran lompat tinggi gaya straddle dengan peraturan yang dimodifikasi % 21 81% Rata-rata Afektif 66 % 84,75 % Jumlah Rata-rata 65,83% 84,17%

8 8 Berdasarkan Tabel 1 tersebut, terlihat bahwa aktivitas siswa yang relevan dengan kegiatan pembelajaran lompat tinggi gaya straddle pada siklus 2 mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus1 yaitu sebesar 18,34%. Dari Tabel 1 tersebut, maka dapat digambarkan data siswa yang relevan dengan aktivitas pembelajaran sebagaimana dalam Diagram 1 berikut ini: Afektif Psikomotor Kognitif Siklus I Siklus 2 Diagram 1 Aktivitas Pembelajaran Selanjutnya data aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran terlihat pada Tabel 2 di bawah ini. No Tabel 2 Data Aktivitas Siswa yang Kurang Relevan dengan Pembelajaran Indikator Siklus I Ketercapaian Siklus II Jml % Jml % 1. Tidak memperhatikan penjelasan guru 17 65% 8 31% 2. Mengobrol dengan teman 18 69% 10 38% 3. Mengerjakan tugas lain 18 69% 9 35% Rata rata 67,7% 34,7% Berdasarkan Tabel 2 di atas terlihat bahwa aktivitas siswa yang kurang relevan dengan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 mengalami penurunan dibandingkan dengan siklus 1 yaitu sebesar 33%. Dari Tabel 2 di atas, maka dapat dibuat diagram ketercapaian aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran dalam Diagram 3 sebagai berikut

9 Siklus 1 Siklus 2 Tdk Memperhatikan Mengobrol Mengerjakan tgs lain Rata - rata Diagram 2 Ketercapaian Aktivitas Siswa Data pemahaman siswa tentang teknik lompat tinggi gaya straddle dan ketuntasan belajar dari siklus 1 ke siklus 2 dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut. Tabel 3 Data Pemahaman Siswa tentang Teknik Lompat Tinggi Gaya Straddle dan Ketuntasan Belajar Siswa No Aspek yang diamati Ketercapaian Siklus I Siklus II 1. Nilai Rata-rata teknik lompat tinggi gaya straddle 114,56 142,39 2. Siswa yang telah tuntas 65% 87% 3. Siswa yang belum tuntas 35% 13% Berdasarkan Tabel 3 di atas, nilai rata-rata pemahaman siswa tentang teknik lompat tinggi gaya straddle mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2, begitu juga prosentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar meningkat dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 22%. Dari Tabel 3 dapat didiagramkan pemahaman siswa tentang teknik lompat tinggi gaya straddle dan ketuntasan belajar siswa sebagaimana pada Diagram 3 dibawah ini Siklus 1 Siklus 2 Rata-rata Lompat Tinggi Telah Tuntas Belum Tuntas Diagram 3 Teknik Lompat Tinggi Gaya Straddle Dan Ketuntasan Belajar Siswa

10 10 Berdasarkan data-data tersebut, maka hasil penelitian ini dapat dianalisis sebagai berikut: Siklus pertama siswa melakukan proses pembelajaan lompat tinggi gaya straddle dengan menggunakan pendekatan bermain lompat. Hasil pengamatan guru menunjukkan pada pembahasan siklus pertama dengan menggunakan pendekatan bermain lompat, terlihat para siswa sangat antusias dalam melaksanakan teknik lompat tinggi gaya straddle, terlihat keterampilan siswa dalam melakukan lompat tinggi gaya straddle dengan menggunakan pendekatan bermain lompat rerata perolehan skor pada pra siklus 105,58 cm dan pada siklus pertama 123,08 cm pada siklus kedua menjadi 141,58 cm mengalami kenaikan 15,23 cm. Begitupun dalam indikator motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran lompat tinggi gaya straddle (menyelesaikan tugas mandiri atau tugas kelompok) pada siklus pertama rata-rata 65 % dan pada siklus kedua 85 % mengalami kenaikan 20 %. Dalam indikator interaksi siswa dalam mengikuti belajar lompat tinggi gaya straddle secara berkelompok pada siklus pertama 65 % dan pada siklus kedua 88 % mengalami kenaikan sebesar 23 %. Dalam indikator hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran lompat tinggi gaya straddle, pada siklus pertama 65 % dan pada siklus kedua 85 % mengalami kenaikan sebesar 20 %. Dalam kemampuan siswa memahami teknik lompat tinggi gaya straddle, pada siklus pertama 69 % sedangkan pada siklus kedua 85 % mengalami kenaikan sebesar 16 %. Dalam kemampuan siswa dalam pembelajaran lompat tinggi gaya straddle dengan peraturan yang dimodifikasi pada siklus pertama 62 %, sedangkan pada siklus kedua 81 % mengalam kenaikan sebesar 19 %. Melalui pembelajaran lompat tinggi gaya straddle dengan pendekatan permainan lompat dan peraturan yang dimodifikasi ini terlihat hubungan siswa dengan guru sangat signifikan karena guru tidak dianggap sosok yang menakutkan tetapi sebagai fasilitator dan mitra untuk berbagi pengalaman sesuai dengan konsep creatif learning yaitu melalui discovery dan invention serta creativity and diversity sangat menonjol dalam model pembelajaran ini. Dengan model pembelajaran menggunakan pendekatan permainan lompat guru hanya mengarahkan strategi yang efektif dan efisien yaitu belajar bagaimana cara belajar (learning how to learn).

11 11 Dalam pendekatan permainan lompat guru hanya sebagai guide (pemberi arah/petunjuk) untuk membantu siswa jika menemukan kesulitan dalam mempelajari dan menyelesaikan masalah pembelajaran teknik lompat tinggi gaya straddle. Melalui pendekatan permainan lompat siswa dapat mengeksplorasi dan mengkaji setiap aspek gerak lompat tinggi gaya straddle sehingga siswa dapat menguasai teknik lompat tinggi gaya straddle secara optimal. Hasil penelitian ini selaras dengan teori dan pendapat para ahli yang mengungkapkan teori belajar gerak. Schmidt (1991) mengemukakan bahwa, belajar motorik adalah suatu proses perbaikan kemampuan-kemampuan koordinasi motorik, melalui optimalisasi faktor-faktor persyaratan luar dan dalam yang bertujuan untuk mendapatkan keterampilan, kemampuan dan tingkah laku tertentu. Sugiyanto (1993) mengemukakan, bahwa belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui responrespon muskuler. Hal yang serupa dijelaskan oleh Kiram, Yanuar (2000) mengutip beberapa pendapat ahli sebagai berikut Gagne dan Briggs (1979) mengemukakan bahwa, belajar motorik adalah sebagai perubahan tingkah laku atau perubahan kecakapan yang mampu bertahan dalam jangka waktu tertentu dan bukan berasal dari proses pertumbuhan. Penelitian tindakan kelas ini, menerapkan tahapan pembelajaran sebagaimana diungkapkan Lutan, Rusli (1988) tahap-tahap belajar gerak yakni : (1) tahap kognitif, (2) tahap asosiatif, dan (3) tahap otomatisasi. 1) Tahap Kognitif Ketika seseorang baru mulai mempelajari sesuatu tugas, katakanlah keterampilan motorik, maka yang menjadi pertanyaan baginya ialah bagaimana cara melaksanakan tugas gerak yang bersangkutan. Dia membutuhkan informasi melaksanakan tugas gerak itu diawali dengan penerimaan informasi dan pembentukkan pengertian, termasuk bagaimana penerapan informasi atau pengetahuan yang diperoleh. 2) Tahap Asosiatif Permulaan dari tahap ini ditandai oleh semakin efektif cara-cara siswa melaksanakan tugas gerak, dan dia mulai menyesuaikan diri dengan keterampilan yang dilakukan. Akan nampak, penampilan yang terkoordinasi dengan perkembangan yang terjadi secara bertahap, dan lambat laun gerakan semakin konsisten.

12 12 3) Tahap Otomatisasi Setelah seseorang berlatih selama beberapa hari, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun, dia memasuki tahap otomatisasi. Dikatakan demikian, karena pelaksanaan tugas gerak yang bersangkutan tak seberapa terganggu oleh kegiatan lainnya yang terjadi secara simultan. PENUTUP Berdasarkan temuan hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan bermain lompat dalam proses pembelajaran lompat tinggi gaya straddle dapat meningkatkan kemampuan siswa menguasai teknik lompat tinggi gaya straddle dalam proses pembelajaran penjasorkes siswa V SDN 2 Tawangbanteng Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014. Berdasarkan temuan-temuan dan simpulan tersebut di atas, dapat diasarankan agar pembelajaran atletik nomor lompat tinggi gaya straddle dapat menggunakan pendekatan permainan lompat, sebagai salah satu alternatif dalam proses penyampaian pembelajaran materi penjasorkes untuk siswa sekolah dasar. Selanjutnya bagi peneliti yang bermaksud untuk mengadakan penelitian yang sejenis dianjurkan untuk melakukan penelitian pada jenjang pendidikan berikutnya (SLTP atau SLTA). DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, PT. Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi, Suhardjono dan Supardi, (2010). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bumi Aksara. Depdiknas (2003). Kurikulum dan Hasil Kompetensi Dasar Pendidikan Anak Usia 4-6 Tahun. Jakarta, Depdiknas. Gagne dan Briggs (1979). Principles of Instruktional Design. New York. Holt Rinehart and Winston Gagne, M. Robert. (1989). The Condition of Learning and Theory of Instruction. Terjemahan Munadir. Jakarta: PAU-PPAI Universitas. Kemmis and Mc. Taggart, (1992). The Action Research Planner. Dekain University, Vic. Kiram, Yanuar, (2000). Metode Pembelajaran Keterampilan Motorik Dasar Bagi Anak Usia Sekolah Dasar, Jakarta, Pusat Kesegaran Jasmani, Depdiknas.

13 13 Lutan, Rusli (1988 ). Belajar Keterampilan Motorik: Pengantar Teori dan Metode, Jakarta, Depdikbud Dirjendikti P2LPTK., (2001), Mengajar Pendidikan Jasmani, Pendekatan Pendidikan Gerak di Sekolah Dasar, Jakarta Depdiknas, Dirjen, Dikdasmen. Schmidt, Richard, A., (1991). Motor Learning and Performance: Human Kinetic Application to Motor Skill and Movement Behaviors. New York: Macmillan Publishing Co.Inc. Sudarsono, FX., Apikasi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Pusat Antar Universitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Dirjen Dikti Depdiknas.