BAB I PENDAHULUAN. itu terdiri atasbahasa tulis, bahasa lisan dan bahasa isyarat.komunikasilisan yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. itu terdiri atasbahasa tulis, bahasa lisan dan bahasa isyarat.komunikasilisan yang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa tidak dapat dipisahkan dari orang yang menuturkannya. Walaupun perwujudan pertuturan itu adalah hasil kegiatan seseorang sebagai individu, tetapi bahasa tidak dapat wujud dalam sebuah masyarakat jika tidak digunakan oleh kelompok individu dalam hubungan mereka satu sama lain seperti yang dikatakan (Omar, 2008:3) bahwa bahasa adalah hak milik bersama kelompok individu, bukan kepunyaan satu individu tertentu. Di dalam menjalani kehidupannya, manusia berinteraksi dan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa, dan bahasa itu terdiri atasbahasa tulis, bahasa lisan dan bahasa isyarat.komunikasilisan yang dilakukan oleh individu yang satu dengan individu lainnya selalu diiringi atau menggunakan fitur-fitur prosodi. Laksman (1995: 183) berpendapat istilah intonasi sering digunakan dalam pengertian yang luas sebagai persamaan kata prosodi sedangkan dalam pengertian sempit intonasi adalah salah satu jenis prosodi yang mengandung gerakan-gerakan nada. Malmberg (1974: 201) juga berpendapat bahwa intonasi merupakan tekanan musikal, dimana suatu tuturan diucapkan dengan mengubah-ubah tinggi nada dasar. Keberadaan fitur prosodi yang mengikuti gelombang bunyi mempunyai beberapa fungsi. Menurut Rietveld dan Heuven (2001)fitur prosodi dalam tuturan mempunyai empat fungsi yang berbeda, yaitu fungsi leksikal, fungsi demarkatif, fungsi informatif, penanda sikap dan emosi. Keempat fungsi ini dapat dilihat secara jelas melalui persepsi yang ditimbulkan terhadap untaian bunyi satuan

2 bahasa.crystal (1989:171) juga berpendapat bahwa intonasi dan ciri suprasegmental/prosodi itu mempunyai beberapa fungsi yang berbeda yaitu merupakan penanda emosional, penanda gramatikal, penanda struktur informasi, penanda tekstual, penanda psikologi, dan penanda indeksikal. Berbicara mengenai suprasegmental, tentu berkaitan dengan bunyi bahasa karena bunyi bahasa dibedakan antara bunyi segmental dan suprasegmental.bunyi segmental adalah bunyi yang terdapat secara berurutan, sedangkan bunyi suprasegmental adalah bunyi bahasa yang menyertai bunyi segmental tersebut.runtunan bunyi merupakan arus ujaran yang sambung menyambung dan terus menerus yang diselang selingi oleh jeda, dan disertai dengan intensitas suara, frekuensi, durasi dan sebagainya.struktur melodis dan struktur temporal atau ritme adalah ciri akustik yang menyertai sebuah tuturan (van Heuven, 1994:3).Kita dapat melihat bahwa bunyi-bunyi vokal dan konsonan yang kita dengar di dalam arus ujaran disebut bunyi segmental yaitu bunyi yang dapat disegmentasikan, sedangkan bunyi yang tidak dapat disegmentasikan, seperti cepat-lambat, kelantangan, tekanan, dan nada disebut bunyi suprasegmental atau prosodi (Rahyono, 2009:43). Menurut Yusuf (1998), secara fisik bunyi bahasa manusia sangat variatif dan sukar diduga sehingga penelaahan terhadapnya selain memerlukan peralatan yang canggih juga membutuhkan pengamatan yang menyita waktu dan tenaga. Pemakaian alat-alat mutakhir, seperti sound spectrograph digital untuk ketepatan penganalisisan bunyi bahasa, mengisyaratkan bahwa seorang ahli penelitian bunyi bahasa harus mempunyai keterampilan yang khusus, profesional, dan peka terhadap perkembangan teknologi. Kemudian ada pertanyaan tentang bagaimana 2

3 manusia beroleh kemampuan berbicara,atau bertutur serta bagaimana struktur dan sistem bunyi bahasa, memerlukan penelaahan yang sifatnya multidisiplin. Cara bertutur, cara menulis, dan isyaratadalah cara untuk berkomunikasi di dalam masyarakat bahasa. Cara bertutur berhubungan dengan bunyi bahasa yang juga berhubungan dengan fonetik. Penelitian fonetik dibagi menjadi tiga sub bidang utama yaitu penelitian terhadap sistem alat yang menghasilkan bunyi bahasa serta proses yang berkaitan dalam menghasilkan bunyi yaitu fonetik artikulatori; penelitian terhadap gelombang bunyi yang dihasilkan dari pengucapan dan sistem penyiaran gelombang melalui udara di sebut fonetik akustik; penelitian terhadap pendengaran gelombang bunyi bahasa dan alat-alat pendengaran seperti telinga dan anggota-anggota lain yang terlibat dalam sistem pendengaran yaitu fonetik auditori (Chaiyanara, 2006:21). Penelitian tentang suprasegmental atau prosodi masih sangat sedikit dilakukan di Indonesia. Penelitian prosodi baru dilakukan pada bahasa Indonesia dan beberapa bahasa Melayu antara lain, penelitian yang dilakukan oleh Pane (1950), Halim (1969), Samsuri (1971), van Heuven (1994), Laksman (1995), Ode (1997), Ebing (1997), Remijsen (2002), Rahyono (2003), Sugiyono (2003), Stoel (2005), Roosman (2006), Syarfina (2008, 2009),Syarfina dan Silvana Sinar (2010), serta penelitian Rohani Ganie (2014). Yanti (2010) mengatakan penelitian terhadap emosi masih banyak dilakukan dari sudut pandang psikologi, antropologi dan filsafat. Selanjutnya dikatakan emosi secara psikologi dipandang sebagai unsur yang mendasar dari pengalaman manusia, atau sesuatu yang innate, sedangkan antropologi memandang emosi sebagai gagasan kebudayaan akibat hasil interaksi antara 3

4 situasi sosial, perasaan, dan perilaku manusia; sedangkan filsafat memandang emosi sebagai unsur yang selalu mengiringi akal dan pikiran manusia. Dari uraian ini terlihat emosi selalu dikaitkan dengan pengalaman manusia.pengalaman yang baik atau buruk dapat diungkapkan secara verbal dan non verbal.emosi dasar seperti marah, kesal, senang, cemas, sedih dapat diungkapkan melalui kata-kata (verbal) dan gerak-gerik, perilaku, dan mimik (nonverbal).penelitian emosi yang dikaji dengan pendekatan fonetik akustik pun sangat langka dilakukan oleh para peneliti. Padahal, emosi yang umumnya lahir dari tuturan suatu bahasa (verbal), perlu dilihat dari aspek frekuensi, durasi, dan intonasi ujaran dari tuturan emosi tersebut. Pada saat seorang penutur emosi, bagaimana frekuensi, durasi, dan intonasi ujarannya tentunya berbeda ketika seseorang yang tidak dalam suasana emosi. Di sisi lain, semua bahasa di dunia ini, tentu mempunyai unsur emosi yang berkaitan dengan ucapan atau tuturan penuturnya, seperti emosi marah, sedih, dan senang. Dalam hal ini, tidak terkecuali bahasa Melayu dialek Langkat. Sampai saat ini, belum ada yang meneliti mengenai emosi marah, sedih, dan senang terhadap bahasa Melayu Langkat yang dikaji melalui fonetik akustik, yaitu dengan cara mengukur frekuensi, durasi, dan intonasi disaat penutur mengucapkan katakata emosi tersebut. Oleh karena itu peneliti akan mendeskripsikan intonasi dan durasi tuturan bahasa Melayu Langkat pada emosi dasar yaitu emosi marah, emosi sedih, dan emosi senang yang mempunyai fungsi sebagai penanda/ungkapan emosional: 1. Penanda/ungkapan emosi marah, yaitu merupakan suasana hati untuk menyerang atau mencerca seseorang atau sesuatu. 4

5 2. Penanda/ungkapan emosi sedih, yaitu sesuatu yang mendorong perubahan suasana hati seseorang yang menyebabkan orang itu menangis atau sedih. 3. Penanda/ungkapan emosi senang, yaitu sesuatu yang mendorong perubahan suasana hati seseorang yang menyebabkan orang itu tertawa atau senang. Tuturan-tuturan emosi dapat dilihat dalam contoh berikut ini: 1. Tuturan emosi marah, [p deh ati ambaŋ leh k lakua a tang oraŋ tua] Pedih hatiku melihat kelakuannya pada orangtua [k sal amba, dah lama bena amba nuŋgu ŋko di sini n] Kesalsaya, telah lama saya menanti engkau di sini [ma ja aja k rjamu, so siaŋ gini b lum juga baŋket ] Apa saja kerjamu, sudah siang begini belum juga bangun [lama bena ko dataŋ, l teh amba n uŋgu] Lama sekali kaudatang, capai /capek aku menunggu 2. Tuturan emosi sedih, [p reh kali atine, ia gugor dalam ŋe lakukan tugas a ] Sedih sekali hati ini, ia gugurdalam melakukantugasnya [na ŋe s, ŋ leh tuboh oraŋ na ŋ so ma ti] Menangis, melihatjenazah orang yangsudah meninggal dunia [s deh bena atiku,k rna ialah yaŋ s lalu p duli taŋ aku] Sedihbetul hatiku, karena dialah yang selalu perduli padaku [ŋ l tar aku ŋ leh ma jat begelimpaŋa n] 5

6 Sedih akumelihat mayat yang bergelimpangan 3. Tuturan emosi senang, [s na ŋ bena, ambam ndeŋarkabar a jo] Senang sekali, aku mendengar kabar itu [puas atiku ŋ leh ana -ana jaŋ patuh pada oraŋ tua] Senang hatiku melihat anak-anak yang patuh pada orang tuanya Bahasa Melayu Langkat sebagai salah satu bahasa daerah di Indonesia yang digunakan khusus di Sumatera Utara tepatnya di Langkat, berfungsi sebagai alat komunikasi, pendukung kebudayaan, dan lambang identitas masyarakat Melayu Langkat.Ketiga fungsi itu terealisasi dalam kegiatan-kegiatan anggota masyarakat dalam berkomunikasi antarsesamanya.masyarakat Melayu terdiri atas dua golongan, yakni golongan bangsawan dan golongan kebanyakan (Husny, 1975:109).Sesuai dengan pendapat itu, Omar (1985:84) juga mengatakan bahwa pada masyarakat Melayu terdapat dua golongan bahasa, yaitu bahasa diraja dan bahasa orang kebanyakan.kedua golongan itu berbeda berdasarkan atas adatistiadat, gelar kebangsawanan, kedudukan (status) peranan dan pemakaian bahasa. Perbedaan unsur eksternal itu, menyebabkan bahasa Melayu Langkat memiliki kecenderungan perbedaan kualitas prosodi.kualitas prosodi bangsawan diduga berbeda dengan golongan kebanyakan.diduga bahwa kualitas prosodi bahasa Melayu Langkat dari satu generasi ke generasi berikutnya menurun. Bahasa Melayu Langkat sebagai identitas diri dan pembentuk budaya harus dipertahankan oleh penuturnya agar bahasa Melayu dapat bertahan sampai akhir zaman, seperti pepatah mengatakan takkan hilang Melayu di bumi. Generasi muda khususnya di Tanjung Pura kurang menguasai bahasa Melayu, seperti yang 6

7 peneliti dapatkan ketika peneliti berkunjung ke Tanjung Pura untuk menjaring data. Berbagai faktor menjadi penyebab penurunan ataupun pengikisan kompetensi bahasa Melayu Langkat.Pengaruh itu adalah pengaruh lingkungan di sekitar Tanjung Purayang sudah banyak dipengaruhi oleh penduduk sekitar dan bukan penduduk asli suku Melayu, mereka suku-suku lain yang ada di Indonesia, seperti suku Jawa, Minang, Karo dsb. Pemilihan penelitian ini didasarkan atas asumsi bahwa di dalam masyarakat Melayu Langkat terdapat kelompok-kelompok sosial.kelompokkelompok sosial tersebut dalam berinteraksi sehari-hari berbeda di dalam menuturkan atau mengungkapkan emosinya kepada seseorang, apakah itu emosi senang, marah, sedih, benci, kagum, cinta, dan cemas.ekspresi emosi di dalam bahasa Melayu Langkat juga direalisasikan penutur melalui unsur prosodi atau suprasegmental. Diduga dalam pertuturan sehari-hari pola intonasi emosi kelompok bangsawan lebih rendah atau lebih halus dibandingkan dengan kelompok orang kebanyakan. Penelitian terhadap keberadaan bahasa ini relatif sedikit, khususnya terkait dengan penelitian intonasi emosi. Dari beberapa penelitian ini, sepengetahuan peneliti belum ada peneliti yang khusus melakukan penelitian tentang intonasiemosi bahasa Melayu Langkat tersebut.hal ini tentu saja menjadi dorongan yang kuat bagi peneliti untuk menemukan fenomena-fenomena menarik yang terkait dengan intonasi emosi pada bahasa Melayu Langkat. Di samping itu, alasan pemilihan bahasa Melayu Langkat sebagai penelitian didasari oleh beberapa alasan. Pertama, alasan keberagaman latar belakang bahasa yang dimiliki oleh masyarakat. Jika diperhatikan dari latar 7

8 belakang bahasa pertama yang dikuasai, masyarakat Melayu Langkat pada umumnya berlatar belakang bahasa Melayu, bahasa Karo, bahasa Indonesia, dan bahasa lainnya. Hal itu sesuai dengan profil sosiolinguistik Kabupaten Langkat, yang ditandai oleh terdapatnya bahasa Karo dan bahasa Batak sebagai bahasa daerah, yang dipakai oleh komunitas penutur pribumi di wilayahnya masingmasing. Selain itu, terdapat pula bahasa-bahasa daerah lain, yang dikuasai oleh penduduk yang merupakan pendatang dari pelbagai daerah dan akhirnya menetap di wilayah Langkat. Kedua, karena peneliti sendiri merupakan suku bangsa Melayu, sehingga tidak ada hambatan emosional dan psikologis antara peneliti dan subyek yang diteliti. Dengan demikian, data yang diperoleh diharapkan merupakan data alamiah, akurat, konkret, dan bukan hasil rekayasa. Antara peneliti dengan informan dan responden saling mempercayai karena sudah saling mengenal dan saling percaya. Dengan keadaan seperti itu, peneliti mendapatkan kemudahan untuk melakukan pengecekan, konfirmasi, dan penggalian data secara lebih memadai agar beroleh data yang diharapkan. Ketiga, informan dan responden dapat dikondisikan untuk bersedia direkam suaranya serta bersedia mengisi kuesioner secara utuh, jujur, terbuka, dan sesuai dengan kenyataan. Hal itu turut dipertimbangkan mengingat kesediaan responden untuk mengisi kuesioner secara utuh dan lengkap sangat dibutuhkan dalam penjaringan data. Oleh karena itu, dengan pertimbangan ada hubungan emosional yang baik antara peneliti, informan, dan responden, tentunya hasil penelitian dapat lebih memuaskan. 8

9 1.2 Masalah Penelitian Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang tidak terkendali dalam merealisasikan intonasi bahasa yang bersangkutan.perubahan intonasi pada sebuah tuturan menghasilkan perubahan makna, bahkan perubahan itu berkemungkinan mengakibatkan ketaksaan makna.kalaupun si penutur menyampaikan makna sebuah tuturan dengan intonasi tertentu sesuai dengan yang dimaksudkannya, lawan bicara berperan pula dalam menentukan kebermaknaan tuturan yang telah didengarnya.kenyataan ini menunjukkan bahwa sebuah tuturan menuntut persyaratan prosodik yang harus dipenuhi oleh tuturan itu.ketika seorang penutur mengucapkan suatu perkataan, aspek fonetis selalu mengikuti ungkapan serta sikap dan kondisi emosional penutur tersebut.aspek fonetis tersebut berupa fitur suprasegmental/prosodi, seperti nada, intonasi, tekanan, dan durasi.adapun yang dianggap sangat menonjol dan memberi pengaruh di dalam sinyal sikap dan emosi dalam tuturan tersebut adalah intonasi dan durasi.seperti yang dikatakan oleh Mozziconacci (1998:2), bahwa tuturan tidak hanya mengungkapkan pesan-pesan yang disampaikan di dalam bahasa, tetapi memberikan tambahan informasi yang menyangkut identitas, keadaan kesehatan, emosi, sikap dan situasi ketika bertutur.informasi tambahan ini dinyatakan melalui prosodi dan tidak terkandung secara eksplisit di dalam unsur leksikal maupun sintaksis. Sesuai dengan pernyataan Rahyono dan Mozziconacci di atas, peneliti melihat fakta bahwa di dalam masyarakat Melayu Langkat interaksi tuturan antara masyarakat kaum bangsawan dan kaum kebanyakan selalu diikutioleh perubahan- 9

10 perubahan intonasi, misalnya ketika seseorang dari kaum bangsawan marah dan seseorang dari kaum kebanyakan mendengar tuturan itumaka persepsi yang diterima kadang-kadang dapat menghasilkan perubahan makna, bahkan perubahan itu berkemungkinan mengakibatkan ketaksaan makna ataupun untuk mengekspresikan jiwa, contohnya kata iye ke dapat mengungkapkan emosi marah, emosi sedih, dan emosi senang. Persepsi terhadap emosi perlu diteliti melalui intonasi dan durasi tuturan bahasa Melayu Langkat dalam tiga masalah tuturan pada emosi dasar, yaitu emosi marah, emosi sedih, dan emosi senang. Persepsi terhadap emosi dasar ini mengambil bahasan pada pola intonasi tuturan bahasa Melayu Langkat pada tuturan marah, sedih, dan senang. Pola intonasi dapat diperoleh dengan menganalisis frekuensi dan durasi tuturan-tuturan. Sehubungan dengan analisis ini diambil dua variabel kelompok sosial penutur, yaitu kalangan orang kebanyakan dan kalangan kaum bangsawan. Jika terdapat perbedaan signifikan antara tuturan pada kelompok sosial ini. Penelitian ini dipandang perlu memberi penjelasan bahwa ada signifikansi antara variabel masyarakat. Hal ini menjadi temuan yang berharga dan bermanfaat bagi masyarakat luas. Untuk itu, penelitian ini merumuskan empat masalah penelitian yang mencakup sebagai berikut. 1. Bagaimanakah deskripsi pola intonasi tuturan bahasa Melayu Langkat pada tuturan emosi marah, sedih dan senang? 2. Apakah frekuensi dan durasi dari tuturan emosi menandai kelompok sosial penutur bahasa Melayu Langkat? 10

11 3. Apakah intonasi tuturan emosi marah,sedih dan senang dengan kontur intonasi tertentu menandakan ciri tuturan bahasa Melayu Langkat? 4. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara tuturan emosi marah, sedih, dan senangpada kelompok sosial penutur bahasa Melayu Langkat? 1.3 TujuanPenelitian Berdasarkan latar belakang penelitian yang dipaparkan di atas maka tujuan penelitianini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan pola intonasituturan emosi marah, sedih, dan senang dalam bahasa Melayu Langkat. 2. Menentukan/membuktikan ketiga tuturan emosi marah, sedih dan senang menandai kelompok sosial tertentu. 3. Membuktikanciri-ciri intonasi emosi di dalam tuturan emosi marah, sedih, dan senangdengan kontur intonasi tertentu. 4. Menentukan perbedaan tuturan emosi marah, sedih, dan senang pada kelompok sosial penutur bahasa Melayu Langkat. 1.4 Manfaat Penelitian Temuanpenelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1. menjadi patokan realisasi lisan bahasa Melayu Langkat, yang dikemudian hari mempunyai acuan yang jelas dalam merealisasikan intonasi ketika seseorang berbicara, 2. menjadi tolok ukur pengajaran bahasa Melayu Langkat, 11

12 3. memperkaya penelitian tentang kebahasaan, khususnya tentang fonetik eksperimental yang masih sangat terbatas bagi para linguis di Indonesia, dan 4. menjadi dasar penelitian lanjutan bagi peneliti-peneliti lain, misalnya fonetiksosiolinguistik. 1.5 Batasan Penelitian Penelitian ini menitikberatkan pada kajian fonetik eksperimental yaitu melakukan percobaan-percobaan tentang tuturan-tuturan emosi marah, sedih, dan senang pada kalangan orang kebanyakan dan kaum bangsawan yang berada di Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Peneliti membatasi penelitian ini dengan memilih Kecamatan Tanjung Pura sebagai tempat penelitian berlangsung karena Tanjung Pura merupakan tempat pemerintahan Sultan Langkat berlangsung pada masa lalu. Dengan demikian peneliti dapat melihat bahwa warga atau masyarakat di sekitar Tanjung Pura dapat dijadikan sebagai informan maupun sebagai responden. Selain menggunakan pendekatan fonetik eksperimental, di dalam kajian ini, pengkaji juga menggunakan program Praat dan ancangan IPO (Instituut voor Perceptie Onderzoek). 1.6 Definisi Istilah Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah yang akan diuraikan yaitu 1. IPO(Instituut voor Perceptie Onderzoek)adalah model fonetik eksperimental dengan menggunakan pendekatan bottom-up.ancangan IPO dimulai dari signal akustik hingga analisis statistic parameter akustik tuturan yang diteliti ( t Hart et al. 1990:66). 12

13 2. Kontur Nada (pitch contour) merupakan kombinasi nada yang memberi ciri melodik pada tuturan di dalam dominasi kalimat ataupun yang membentuk struktur melodik sebuah tuturan (Rohani Ganie 2014). 3. Nada dasar merupakan nada yang digunakan untuk menyebutkan frekuensi awal di dalam sebuah alir nada ataupun di dalam sebuah kontur. 4. Praatadalah nama sebuah alat program analisis tuturan yang terbitkan oleh Institute for Perception Research, Eindhoven, Belanda. 5. Sound wave atau gelombang suara terjadi dari variasi tekanan di dalam sebuah media dan tercipta dari bergetarnya sebuah benda sehingga udara disekitarnya ikut bergetar kemudian diterima oleh telinga yang menyebabkan gendang telinga manusia bergetar dan otak manusia menafsirkannya sebagai suara ( 13

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 0 BAB METODOLOGI PENELITIAN. Ancangan Penelitian Ancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ancangan IPO (Instituut voor Perceptie Onderzoek). Ancangan IPO (dalam t Hart et. al. 0:, periksa Rahyono,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA PENELITIAN TERKAIT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA PENELITIAN TERKAIT 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA PENELITIAN TERKAIT 2.0 Pengantar Penelitian mengenai prosodi khususnya intonasi kalimat bahasa Indonesia ini adalah bukan merupakan penelitian yang baru. Telah ada sebelumnya beberapa

Lebih terperinci

PROSODI PISUHAN JAMPUT PADA PENUTUR JAWA SURABAYA

PROSODI PISUHAN JAMPUT PADA PENUTUR JAWA SURABAYA PROSODI PISUHAN JAMPUT PADA PENUTUR JAWA SURABAYA Siti Rumaiyah Prodi Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya ayum1_galz@yahoo.com Agusniar Dian Savitri Agusniar_dian@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana komunikasi antarmanusia yang digunakan untuk berinteraksi dalam masyarakat. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Informan dan Lokasi Dalam penelitian ini, pengambilan struktur melodik dan struktur temporal bahasa Indonesia yang digunakan oleh penutur asli bahasa Korea dan penutur asli

Lebih terperinci

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 190 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama ditemukan pola dasar fitur-fitur suprasegmental yang terdiri atas, enam baris pada bait

Lebih terperinci

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober 2014 Aspek Fisiologis Bahasa WUJUD FISIK BAHASA Ciri2 fisik bahasa yg dilisankan Aspek Fisik Bahasa Bgmn bunyi bahasa itu dihasilkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Ciri akustik penutur asli BK dan penutur asli BI, serta perbedaan ciri akustik pada penutur asli BK dan penutur asli BK adalah sebagai berikut. 1. Nada tertinggi penutur

Lebih terperinci

KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA PENUTUR KOREA: KAJIAN PROSODI DENGAN PENDEKATAN FONETIK EKSPERIMENTAL

KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA PENUTUR KOREA: KAJIAN PROSODI DENGAN PENDEKATAN FONETIK EKSPERIMENTAL 52 KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA PENUTUR KOREA: KAJIAN PROSODI DENGAN PENDEKATAN FONETIK EKSPERIMENTAL THE SKILL OF KOREAN SPEAKERS IN INDONESIAN LANGUAGE: PROSODY STUDY USING AN EXPERIMENTAL PHONETICS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengantar Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu menggunakan metode lapangan dan kepustakaan. Metode lapangan digunakan

Lebih terperinci

CIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA

CIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA TUGAS KELOMPOK CIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA MATA KULIAH : FONOLOGI DOSEN : Yuyun Safitri, S.Pd DISUSUN OLEH: ANSHORY ARIFIN ( 511000228 ) FRANSISKA B.B ( 511000092 ) HAPPY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahasa, terdapat aturan-aturan pemakaian bahasa yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahasa, terdapat aturan-aturan pemakaian bahasa yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antar sesama. Melalui bahasa manusia dapat mengekspresikan ide dan gagasan yang ada di dalam pikiran. Di dunia ini terdapat

Lebih terperinci

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : 1402408261 4. Tataran Linguistik (1) : fonologi Ketika kita mendengar orang berbicara, tentang berpidato atau bercakapcakap, maka kita akan runtunan bunyi bahasa yang berubah-ubah.

Lebih terperinci

PEMARKAH KEINTEROGATIFAN CIRI AKUSTIK DALAM BAHASA KARO

PEMARKAH KEINTEROGATIFAN CIRI AKUSTIK DALAM BAHASA KARO TESIS PEMARKAH KEINTEROGATIFAN CIRI AKUSTIK DALAM BAHASA KARO O L E H ASNI BARUS 057009002 SEKOLAH PASCA SARJANA PROGRAM STUDI LINGUISTIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 PEMARKAH KEINTEROGATIFAN

Lebih terperinci

إحياء العربية : السنة الثالثة العدد 2 يوليو -

إحياء العربية : السنة الثالثة العدد 2 يوليو - 217 إحياء العربية : السنة الثالثة العدد 2 يوليو - ديسمبر STRUKTUR FREKUENSI DALAM BAHASA ARAB PADA MODUS KALIMAT DEKLARATIF, INTEROGATIF, DAN IMPERATIF OLEH PEMBELAJAR BAHASA ARAB KOTA MEDAN Khoirul Jamil

Lebih terperinci

Pengertian Universal dalam Bahasa

Pengertian Universal dalam Bahasa Pengertian Universal dalam Bahasa Istilah bahasa didefinisikan sebagai wujud komunikasi antarmanusia untuk dapat saling mengerti satu sama lain, sebagaimana yang dilansir oleh Edward Sapir tahun 1921.

Lebih terperinci

BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM

BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM A. PENGANTAR Fonologi adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa. Fonologi secara Etimologi berasal dari kata fon, yang artinya bunyi dan logi yang berarti ilmu. Fonologi

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI

TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI Nama : Nugraheni Widyapangesti NIM : 1402408207 TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI Runtutan bunyi dalam bahasa ini dapat dianalisis atau disegmentasikan berdasarkan tingkatan kesatuannya yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung

Lebih terperinci

FREKUENSI DAN DURASI KALIMAT BAHASA INDONESIA 1

FREKUENSI DAN DURASI KALIMAT BAHASA INDONESIA 1 FREKUENSI DAN DURASI KALIMAT BAHASA INDONESIA 1 Henry Yustanto Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret henryyustanto@yahoo.com Abstrak Bahasa adalah salah satu alat komunikasi

Lebih terperinci

DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd

DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd Bicara Pemerolehan Bahasa,kesiapan Bicara DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd Pengertian Bicara suatu proses pengucapan bunyi-bunyi bahasa dengan alat ucap manusia. merupakan produksi suara secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua

BAB I PENDAHULUAN. campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bersosial atau hidup bermasyarakat tidak pernah meninggalkan bahasa, yaitu sarana untuk berkomunikasi satu sama lain. Dengan berbahasa kita memahami apa yang orang

Lebih terperinci

ANIS SILVIA

ANIS SILVIA ANIS SILVIA 1402408133 4. TATANAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita nmendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtutan bunyi bahasa yang terus menerus, kadang-kadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan kehidupan tingkat tinggi sehingga menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.

Lebih terperinci

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Nama : Laela Mumtahanah NIM : 1402408305 BAB III OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Objek kajian linguistik yaitu bahasa 3. 1. Pengertian Bahasa Objek kajian linguistik secara langsung adalah parole karena parole

Lebih terperinci

KONTRAS TUTURAN DEKLARATIF DAN INTEROGATIF BAHASA BATAK TOBA (KAJIAN FONETIK AKUSTIK) TESIS

KONTRAS TUTURAN DEKLARATIF DAN INTEROGATIF BAHASA BATAK TOBA (KAJIAN FONETIK AKUSTIK) TESIS KONTRAS TUTURAN DEKLARATIF DAN INTEROGATIF BAHASA BATAK TOBA (KAJIAN FONETIK AKUSTIK) TESIS Oleh : VERACI SILALAHI 057009013/LNG SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 Judul Tesis :

Lebih terperinci

Hartono Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY

Hartono Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY Hartono Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY Dari Kolonel sampai Prajurit Seorang kolonel kepada Perwira Pelaksana Besok malam kira-kira pukul delapan malam Komet Halley akan kelihatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam kehidupannya mulai dari bangun tidur, melakukan aktivitas, menyampaikan pendapat dan informasi melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam kehidupannya mulai dari bangun tidur, melakukan aktivitas, menyampaikan pendapat dan informasi melalui bahasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Fungsi bahasa utama yaitu sebagai alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sintesis suara percakapan adalah pembangkitan suara percakapan dari tulisan atau teks yang dilakukan dengan program komputer. Saat ini sedang diusahakan agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua manusia berpikir, setelah berpikir dia ingin menyatakan pikirannya dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003:

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap

BAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Keraf (1997:1) bahasa merupakan alat komunikasi anggota masyarakat berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. berbeda-beda. Lain bahasa, lain pula bunyinya, dan tidaklah mudah mempelajari suatu

Bab 1. Pendahuluan. berbeda-beda. Lain bahasa, lain pula bunyinya, dan tidaklah mudah mempelajari suatu Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Setiap bahasa yang digunakan di masing-masing negara memiliki bunyi yang berbeda-beda. Lain bahasa, lain pula bunyinya, dan tidaklah mudah mempelajari suatu bahasa,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana atau alat komunikasi yang sangat menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat penting sebagai sarana ilmu dan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau lebih yang disebut masyarakat bilingual (dwibahasawan). Interferensi merupakan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk

Lebih terperinci

DURASI DAN FREKUENSI KALIMAT BAHASA JAWA KODYA YOGYAKARTA

DURASI DAN FREKUENSI KALIMAT BAHASA JAWA KODYA YOGYAKARTA DURASI DAN FREKUENSI KALIMAT BAHASA JAWA KODYA YOGYAKARTA Henry Yustanto 1 ; Djatmika 2 ; Sugiyono 3 1 Mahasiswa S3 Linguistik Deskriptif Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta 2 Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan wahana komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi utama bahasa adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi (Chaer, 2002:30). Bahasa merupakan alat terpenting dalam berkomunikasi antar manusia. Pada hakikatnya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan cerminan dari suatu masyarakat penuturnya dan karya manusia yang hidup. Sebagai sesuatu yang hidup, ia mengalami perkembangan; yaitu mengalami

Lebih terperinci

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang KALIMAT Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang lengkap. Secara struktural: bentuk satuan gramatis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan fenomena yang tidak dapat dilepaskan dari segala kegiatan manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya, beribadah, dan dilatarbelakangi oleh lingkungan budaya di mana ia hidup. Budaya memiliki norma-norma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik antarindividu maupun dengan kelompok. Selama proses komunikasi, komunikator memiliki peranan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa (language) merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi

Lebih terperinci

PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK ABSTRACT

PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK ABSTRACT 1 PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK Dian Setiani 1, Fitria Kasih 2, Mori Dianto 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi, bersifat arbitrer, digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi, bersifat arbitrer, digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi, bersifat arbitrer, digunakan suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Sebagai

Lebih terperinci

PENELITIAN EKSPERIMENTAL INTONASI PEMARKAH KETAKSAAN UJARAN (Kajian Fonetik)

PENELITIAN EKSPERIMENTAL INTONASI PEMARKAH KETAKSAAN UJARAN (Kajian Fonetik) Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 217, pp. 57~65 57 PENELITIAN EKSPERIMENTAL INTONASI PEMARKAH KETAKSAAN UJARAN (Kajian Fonetik) Juniato Sidauruk 1, Jimmi 2 1 AMIK / ABA BSI JAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia kini telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Pengertian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bagian ini, dipaparkan mengenai pendahuluan penelitian yang dapat diuraikan sebagai berikut. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan

Lebih terperinci

LARAS dan RAGAM BAHASA

LARAS dan RAGAM BAHASA LARAS dan RAGAM BAHASA STMIK CIC CIREBON - 2016 Kedudukan Bahasa Indonesia FUNGSI BAHASA LARAS & RAGAM BAHASA Implikasi BI dalam hidup sehari-hari LARAS BAHASA Adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, dan arti atau makna yang tersirat dalam rangkaian bunyi tadi. Bunyi itu

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, dan arti atau makna yang tersirat dalam rangkaian bunyi tadi. Bunyi itu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa terdiri atas bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat-alat ucap manusia, dan arti atau makna yang tersirat dalam rangkaian bunyi tadi. Bunyi itu merupakan getaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengindentifikasi diri (KBBI, 2008:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam yang subur, tetapi juga terdiri atas berbagai suku

Lebih terperinci

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 diuraikan bagian pendahuluan penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa menjadi bagian penting bagi manusia secara mayoritas dan menjadi milik masyarakat pemakainya. Salah satu aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan

Lebih terperinci

ANALISIS UJI PERSEPSI: Intonasi Kalimat Perintah Bahasa Indonesia oleh Penutur Bahasa Jepang

ANALISIS UJI PERSEPSI: Intonasi Kalimat Perintah Bahasa Indonesia oleh Penutur Bahasa Jepang Susi Herti Afriani Analisis Uji Persepsi: Intonasi 149 ANALISIS UJI PERSEPSI: Intonasi Kalimat Perintah Bahasa Indonesia oleh Penutur Bahasa Jepang Oleh: Oleh Susi Herti Afriani Program Studi Bahasa dan

Lebih terperinci

Public Speaking. Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal. Sujanti, M.Ikom.

Public Speaking. Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal. Sujanti, M.Ikom. Public Speaking Modul ke: 03 Ety Fakultas ILMU KOMUNIKASI Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal Sujanti, M.Ikom. Program Studi

Lebih terperinci

KOMUNIKASI EFEKTIF. Mata Kuliah ETIK UMB. Panti Rahayu, SH, MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

KOMUNIKASI EFEKTIF. Mata Kuliah ETIK UMB. Panti Rahayu, SH, MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Mata Kuliah ETIK UMB KOMUNIKASI EFEKTIF Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Panti Rahayu, SH, MH Program Studi MANAJEMEN http://www.mercubuana.ac.id Jika Saya kembali ke kuliah, saya akan berkonsentrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab III pada penelitian ini akan dibahas mengenai metode yang berhubungan dengan penelitian yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Periode ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, tidak langsung dapat berdiri sendiri, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah mendukung kepemilikan kompetensi tamatan Sekolah Dasar yang memiliki pengetahuan, nilai,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 1 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi beberapa simpulan dan saran. Beberapa simpulan hasil penelitian sebagai jawaban terhadap masalah-masalah penelitian yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Adalah suatu kenyataan bahwa manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Hubungannya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Hubungannya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan hubungan dan kerja sama dengan manusia lain. Hubungannya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan perasaan, menyampaikan

Lebih terperinci

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO Endang Sulistyaniningsih Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email: esulistyaniningsih@gmail.com

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Bahasa adalah alat untuk mengungkapkan pikiran, keinginan, pendapat, dan perasaan seseorang kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi, perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia berkembang melalui proses pendidikan, melahirkan suatu pandangan bahwa pendidikan pada dasarnya sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan personel sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomuniksai yang tak pernah lepas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomuniksai yang tak pernah lepas dalam BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat untuk berkomuniksai yang tak pernah lepas dalam kehidupan sehari-hari kita. Dengan bahasa kita dapat menyampaikan maksud, pikiran, akal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi sosial. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi sosial. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi sosial. Dalam hal inilah bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita sebagai alat untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya guna serta hasil guna yang relatif cukup tinggi, termasuk didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. daya guna serta hasil guna yang relatif cukup tinggi, termasuk didalamnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai kodrat yang dimiliki oleh manusia, maka pada diri manusia tumbuh suatu kecenderungan untuk selalu menggunakan segala sesuatu dengan daya guna serta hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat untuk berkomunikasi dan salah satu alat untuk melahirkan suatu keinginan atau pendapat. Bahasa sebagai alat komunikasi bisa berbentuk:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar

Lebih terperinci

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih KONSEP DAN KOMPONEN Oleh: Pujaningsih (puja@uny.ac.id) Target : Pada bahasan ini Mahasiswa akan dapat menjelaskan: 1. Konsep dasar bahasa 2. Komponen bahasa Definisi Wicara : ekspresi bahasa dengan suara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

III. METODE PENELITIAN. yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha atau kegiatan yang disengaja untuk membantu, membina, dan mengarahkan manusia mengembangkan segala kemampuannya yang dilaksanakan

Lebih terperinci

diperoleh mempunyai dialek masing-masing yang dapat membedakannya

diperoleh mempunyai dialek masing-masing yang dapat membedakannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sosial kemasyarakatan, santun berbahasa sangat penting peranannya dalam berkomunikasi. Tindak tutur kesantunan berbahasa harus dilakukan oleh semua pihak untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah masuknya budaya barat yang ikut mempengaruhi perubahan serta perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI NAMA : TAUFIQ SHOFYAN HADI NIM : 1402408291 BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita mendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtunan bunyi bahasa

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di 9 BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) 2.1 Berbicara 2.1.1 Pengertian Berbicara Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di antaranya adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 42 5.1 KESIMPULAN... 42 5.2 SARAN... 43 DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi manusia bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi manusia bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi manusia bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting. Dengan bahasa itu, orang dapat menyampaikan berbagai berita batin, pikiran, dan harapan kepada sesama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan mitra tuturnya baik dari segi makna ataupun maksud tuturannya. Manusia berbicara dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Di dalam interaksi tersebut, terjadi adanya proses komunikasi dan penyampaian pesan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian, BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian, batasan masalah, dan rumusan masalah. Selanjutnya, dipaparkan pula tujuan dan manfaat penelitian. Pada bagian berikutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, gesture, atau tanda-tanda yang

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, gesture, atau tanda-tanda yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat yang sistematis untuk menyampaikan gagasan atau perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, gesture, atau tanda-tanda yang disepakati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang.

BAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang. Pendefinisian kalimat, baik segi struktur, fungsi, maupun maknanya banyak ditemukan dalam buku-buku tata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komunikasi merupakan aspek yang paling penting dan memegang peranan besar dalam kehidupan manusia. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan manusia menyesuaikan diri dengan

Lebih terperinci

SEMINAR KESUSASTERAAN MELAYU ANTAR BANGSA ( INDONESIA, BRUNEI DARUSSALAM, THAILAND DAN MALAYSIA ) 21 MEI 2001 DI LABORATORIUM PARIWISATA USU O L E H

SEMINAR KESUSASTERAAN MELAYU ANTAR BANGSA ( INDONESIA, BRUNEI DARUSSALAM, THAILAND DAN MALAYSIA ) 21 MEI 2001 DI LABORATORIUM PARIWISATA USU O L E H SEMINAR KESUSASTERAAN MELAYU ANTAR BANGSA ( INDONESIA, BRUNEI DARUSSALAM, THAILAND DAN MALAYSIA ) 21 MEI 2001 DI LABORATORIUM PARIWISATA USU O L E H Dra. ROZANNA MULYANI, M.A BAHASA MELAYU DIALEK BATU

Lebih terperinci