Provinsi Sumatera Selatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Provinsi Sumatera Selatan"

Transkripsi

1 Provinsi Sumatera Selatan GAMBARAN UMUM WPPI SUMATERA SELATAN Geografi Letak Geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 o sampai 4 o Lintang Selatan dan antara 102 o 3 54 dan 106 o Bujur Timur. Provinsi Sumatera Selatan merupakan bagian dari Pulau Sumatera yang mempunyai luas wilayah ,36 km 2. Provinsi Sumatera Selatan secara administrasi menjadi 13 (tiga belas) Kabupaten dan 4 (empat) Kota dengan jumlah desa sebanyak desa, 363 kelurahan dan 231 kecamatan. Gambar 1 Peta Administrasi Provinsi Sumatera Selatan Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan dialiri banyak sungai besar dan kecil dengan kekayaan sumber daya yang melimpah antara lain minyak bumi, batu bara dan gas alam. Sungai Musi merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera dengan panjang sekitar 750 km menjadi tempat yang subur bagi budi daya pertanian dan perikanan, dan penghubung bagi perdagangan antardaerah sejak jaman kerajaan Sriwijaya. Dengan letak geografis yang strategis, Sumatera Selatan menjadi salah satu pusat pertemuan dan interaksi para pedagang-pedagang asing terutama dari Arab, India dan Cina. Letak geografis ini memberikan peluang bagi Sumatera Selatan untuk cepat maju dan berkembang. Batas-batas wilayah Provinsi Sumatera Selatan sebagai berikut Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Jambi, Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Lampung, Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Bangka Belitung, Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Bengkulu

2 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2015 Tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun , Provinsi Sumatera Selatan merupakan bagian dari Wilayah Pengembangan Industri Sumatera Bagian Selatan, dengan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) Provinsi terdiri atas Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), dan Kabupaten Banyuasin. Gambar 2 Peta Administrasi WPPI Provinsi Sumatera Selatan

3 Profil Umum Provinsi Sumatera Selatan Jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2015 sebanyak jiwa dengan penduduk laki-laki 4.097,177 ribu dan 3.960,138 jiwa penduduk perempuan. Kepadatan penduduk di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015 mencapai 92 orang/km 2. Tabel 1 Kependudukan WPPI Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 No Kabupaten/Kota Ibukota Jumlah Luas (Km 2 Kepadatan ) Penduduk Jiwa/Km 2 1. Banyuasin Pangkalan Balai , Muara Enim Muara Enim , PALI Talang Ubi ,71 97 Jumlah Provinsi Sumatera Selatan ,36 92 Sumber : Provinsi Sumatera Selatan Dalam Angka, 2016 Provinsi Sumatera Selatan memiliki wilayah pengembangan yang terbagi menjadi 3 bagian yakni Low Land, Middle Land, dan Upper Land dengan potensi kekayaan alam yang beragam. Potensi kekayaan alam di Provinsi Sumatera Selatan terdiri atas batubara, kelapa sawit, karet, dan kopi. Gambar 3 Profil Umum Provinsi Sumatera Selatan

4 PENGEMBANGAN INDUSTRI Potret Pertumbuhan Industri Provinsi Sumatera Selatan Jumlah industri menengah dan besar di Provinsi Sumatera Selatan terjadi peningkatan dari tahun 2014 ke tahun 2015 baik dari jumlah unit usaha maupun serapan tenaga kerja. kelompok industri dengan jumlah unit usaha terbanyak adalah makan dan minuman kemudian barang kayu dan hasil hutan serta pupuk kimia dan barang karet pada urutan ketiga dengan 95 unit usaha dan menyerap tenaga kerja sebanyak orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2 Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Kelompok Industri Menengah dan Besar di Provinsi Sumatera Selatan, Tahun No Kelompok Industri Unit Usaha Tenaga Kerja Unit Usaha Tenaga Kerja A. INDUSTRI DASAR 1 Kertas Barang dan Cetakan Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet Semen dan Galian Non Logam Logam Dasar, Besi dan Baja Alat Angkut, Mesin, dan Peralatan Barang Lainnya B. INDUSTRI ANEKA 1 Makanan, Min uman dan Tembakau Barang Kayu dan Hasil Hutan Total Sumber : Disperindag Provinsi Sumatera Selatan, 2016 Peranan sektor industri pengolahan dalam PRDB Sumatera Selatan berada pada urutan ke tiga setelah sektor pertambangan dan penggalian serta sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dengan kontribusi sebesar 18,58 % pada tahun Jika kita perhatikan tabel di bawah dapat dilihat adanya penurunan peran sektor ini dari tahun 2010 ke tahun 2014 tetapi di tahun 2015 terjadi kenaikan jika dibandingkan dengan tahun 2014.

5 Tabel 3 Perkembangan Distribusi Sektor Industri Pengolahan Terhadap PDRB ADHK 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun Kategori Uraian A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 19,62 19,44 19,30 19,29 19,17 18,99 B Pertambangan dan Penggalian 23,32 23,14 22,64 22,19 21,82 21,80 C Industri Pengolahan 18,86 18,78 18,61 18,38 18,36 18,53 D Pengadaan Listrik dan Gas 0,08 0,08 0,08 0,08 0,09 0,08 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 0,12 0,11 0,11 0,11 0,11 0,12 Limbah dan Daur Ulang F Konstruksi 10,58 10,77 11,30 11,72 11,67 11,18 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 9,45 9,57 9,69 9,76 9,74 9,65 Mobil dan Sepeda Motor H Transportasi dan Pergudangan 1,68 1,72 1,73 1,76 1,80 1,89 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,10 1,13 1,15 1,12 1,13 1,19 J Informasi dan Komunikasi 2,85 2,88 2,92 2,94 3,04 3,16 K Jasa Keuangan dan Asuransi 2,28 2,32 2,53 2,64 2,62 2,62 L Real Estate 2,53 2,59 2,67 2,76 2,83 2,90 M,N Jasa Perusahaan 0,09 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 3,49 3,42 3,26 3,12 3,19 3,38 dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan 2,39 2,43 2,43 2,54 2,82 2,92 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,63 0,63 0,64 0,64 0,67 0,69 R,S,T,U Jasa lainnya 0,91 0,89 0,84 0,82 0,81 0,80 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Bappeda Provinsi Sumatera Selatan, 2016 Kabupaten Banyuasin Kabupaten banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang termasuk WPPI di Provinsi Sumatera Selatan. Jumlah Industri menengah dan besar di Kabupaten Banyuasin ada 75 unit usaha dengan menyerap tenaga kerja, terdapat 4 unit usaha pengolah karet berupa karet remah, lateks pekat dan industri ban vulkanisir serta 7 unit usaha pengolahan sawit yaitu 3 unit usaha CPO, 3 unit produksi minyak goreng serta 1 unit produksi pembuatan sabun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4 Industri Menengah dan Besar di Kabupaten Banyuasin, Tahun 2105 NO JENIS INDUSTRI UNIT USAHA TENAGA KERJA KAPASITAS/TAHUN 1 KERTAS DAN BARANG CETAKAN - Industri Kertas Ton - Industri Kemasan dari kertas PUPUK, KIMIA DAN BARANG DARI 2 KARET - Pupuk Ton - Sabun Ton - Karet Remah & Lateks Pekat Ton - Ban Vulkanisir Buah - Lain-lain SEMEN DAN GALIAN NON LOGAM LOGAM DASAR DAN BESI BAJA 6 333

6 5 ALAT ANGKUT, MESIN DAN PERALATAN - Perkapalan Baru 6 MAKANAN, MINUMAN & LAINNYA - Minyak Goreng Ton - CPO Ton - Makanan dan Minuman Lainnya BARANG KAYU DAN HASIL HUTAN BARANG LAINNYA Jumlah Sumber : Disperindag Provinsi Sumatera Selatan, 2016 Industri kecil formal di Kabupaten Banyuasin didominasi oleh kelompok industri kimia dan bahan bangunan yaitu ada 386 unit usaha atau 71,5% dengan menyerap tenaga kerja sebanyak atau 73% dari jumlah tenaga kerja yang diserap industri kecil formal. Urutan kedua adalah kelompok industri pangan sejumlah 107 unit atau 19,8% dari unit industri kecil formal yang ada di kabupaten Banyuasin. Tabel 5 Industri Kecil Formal di Kabupaten Banyuasin, Tahun 2015 UNIT TENAGA INVESTASI NO CABANG INDUSTRI % % USAHA KERJA (000) 1 PANGAN ,8% ,6% SANDANG DAN KULIT 6 1,1% 27 0,5% KIMIA DAN BAHAN BANGUNAN (KBB) ,5% ,0% LOGAM DAN JASA 37 6,9% 238 4,4% KERAJINAN DAN UMUM (KRAUM) 4 0,7% 28 0,5% JUMLAH % % Sumber : Disperindag Provinsi Sumatera Selatan, 2016 Kabupaten Muara Enim Kabupaten Muara Enim juga merupakan Kabupaten yang telah ditetapkan sebagai WPPI dalam RIPIN, saat ini telah ada 25 unit industri menengah besar, di antaranya terdiri dari: industri pengolahan karet menjadi crumb rubber ada 9 unit dengan kapasitas produksi ton pertahun sementara produksi bahan baku karet di Kabupaten Muara Enim adalah ton pertahun; industri pengolahan sawit menjadi CPO dan PKO sebanyak 6 unit dengan kapasitas produksi ton pertahun; tambang dan pengolahan batu bara dengan kapasitas ton pertahun. Sedangkan untuk industri kecil formal di Kabupaten Muara Enim ada 758 unit usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak orang. Yang paling menonjol adalah kelompok industri kecil kimia dan bahan bangunan sebanyak 316 unit usaha atau 42 % dengan menyerap tenaga kerja orang, kemudian kelompok industri kecil pangan

7 sebanyak 152 unit dengan menyerap tenaga kerja 733 orang atau 28%. Dalam kelompok industri kecil pangan terdapat 23 unit usaha yang melakukan pengolahan kopi dengan kapasitas produksi ton pertahun sementara total produksi kopi di Kabupaten Muara Enim adalah ton pertahun. Untuk informasi lebih jelas mengenai kondisi industri yang ada di Kabupaten Muara Enim dapat dilihat pada dua tabel berikut. Tabel 6 Industri Menengah dan Besar di Kabupaten Muara Enim, Tahun 2015 UNIT TENAGA INVESTASI NO JENIS INDUSTRI KAPASITAS/TAHUN USAHA KERJA (Rp. 000) 1 KERTAS DAN BARANG CETAKAN - PULP (PT Tanjung Ton $ Enim Lestari) 2 PUPUK, KIMIA DAN BARANG DARI KARET - CRUMB Rubber Ton CPO & PKO Ton MAKANAN, MINUMAN DAN TEMBAKAU - Olahan Nenas Kaleng Drum - Industri olahan ubi Ton kayu, jagung dan kedel 4 BARANG KAYU DAN HASIL HUTAN 5 SEMEN DAN GALIAN NON LOGAM - Batu bara untuk PLTU Ton - Antrasit Ton - Batu bara Ton Briket batu bara Ton Jumlah Ton JUMLAH Sumber : Disperindag Provinsi Sumatera Selatan, 2016 Tabel 7 Industri Kecil Formal di Kabupaten Muara Enim, 2015 UNIT TENAGA NO CABANG INDUSTRI % USAHA KERJA % 1 PANGAN % % 2 SANDANG DAN KULIT 85 11% 98 4% 3 KIMIA DAN BAHAN BANGUNAN (KBB) % % 4 LOGAM DAN JASA % % 5 KERAJINAN DAN UMUM (KRAUM) % 89 3% JUMLAH % % Sumber : Disperindag Provinsi Sumatera Selatan, 2016

8 Kawasan Industri Prioritas Sesuai dengan arahan dalam RIPIN, maka fokus dan prioritas utama pengembangan Kawasan Industri di Provinsi Sumatera Selatan akan difokuskan ke rencana Kawasan Industri di Kabupaten yang termasuk WPPI, yaitu Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten Muara Enim, karena telah terjadi pemekaran Kabupaten Muara Enim menjadi Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten PALI pada tahun 2014 maka rencana kawasan industri di Kabupaten PALI dibahas juga dalam penyusunan rencana induk ini. Dengan demikian kawasan industri prioritas yang dibahas dalam rencana induk ini meliputi : Kawasan Industri Tanjung Api-Api di Kabupaten Banyuasin, Kawasan Industri Gelumbang di Kabupaten Muara Enim, Pendopo Integrated Industrial Park (PIIP) di Kecamatan Talang Ubi Kabupaten Pali. 1) Kawasan industri Tanjung Api-Api Kawasan Industri Tanjung Api-Api (KI TAA) dengan rencana luas lahan ± hektar di Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Banyuasin, difokuskan untuk meningkatkan nilai tambah dari pemanfaatan sumber daya alam di Sumatera Selatan yaitu kelapa sawit, karet, dan batubara dengan mengembangkan pabrik pengolahan karet, sawit, batubara dan turunannya. KI TAA akan dibangun melalui 4 (empat) tahapan, yakni : Tahap I (seluas ± 217,18 ha), meliputi Kantor Manajemen, Kantor Pemerintahan, Kantor Perijinan Satu Atap, Pos Keamanan, Unit Pemadam Kebakaran, Kantor Administrasi Keluar Masuk Barang, Pertokoan, Industri Kimia Dasar, Water Treatment Plant, Waste Water Treatment Plant, Ruang Terbuka Hijau. Tahap II (seluas 749,26 ha), meliputi Industri Kimia Dasar, Industri Kecil-Usaha Kecil Menengah, Waste Water Treatment Plant, Power Plant, Ruang Terbuka Hijau. Tahap III (seluas 490,49 ha), meliputi Kantor Manajemen, Kantor Pemerintahan, Industri Kimia Dasar, Ruang Terbuka Hijau dan Kolam Retensi. Tahap IV (seluas 573,07 ha), meliputi Kantor Pemerintahan, Kantor Manajemen, Industri Kimia Dasar, Industri Kecil Menengah, Aneka Industri, dan Ruang Terbuka Hijau.

9 Gambar 4 Peta Tahapan Pengembangan Kawasan Industri TAA 2) Kawasan Industri di Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim. Dalam konteks Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Muara Enim, Kecamatan Gelumbang merupakan kecamatan yang dijadikan sebagai pusat pertumbuhan wilayah bagian timur Kabupaten Muara Enim, dimana potensi yang dimilikinya terdiri dari perdagangan, jasa, pendidikan dan industri. Luas wilayah Kecamatan Gelumbang 644,20 Km2. Sumber daya alam utama yang dihasilkan dari Kabupaten Muara Enim terdiri dari perkebunan, pertambangan dan perikanan. Komoditas perkebunan yang menjadi produk unggulan di Kabupaten Muara Enim adalah komitas karet, kelapa sawit dan kopi. Untuk sektor pertambangan komoditas minyak dan gas, serta batubara merupakan komoditas yang berperan cukup besar dalam perekonomian Kabupaten Muara Enim. Kawasan Industri Gelumbang termasuk di wilayah sekitar kawasan Perkotaan Gelumbang. Sesuai dengan arahan rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Muara Enim dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Ibukota Kecamatan Gelumbang merupakan arahan lokasi kegiatan agro-industri yang mengolah hasil-hasil sumberdaya alam dengan arahan lokasi seluas lebih kurang 500 Ha. Adapun rencana zonasi Kawasan Industri Gelumbang, terdiri dari zona kavling industri yang terdiri dari zona industri besar, industri sedang dan industri kecil; kemudian zona komersil dan zona perumahan.

10 Gambar 5 Peta Rencana Lokasi Kawasan Industri Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim 3) Kawasan Industri Pendopo Integrated Industrial Park di Kecamatan Talang Ubi Kabupaten PALI. Arahan lokasi kawasan industri di Kabupaten PALI berdasarkan revisi RTRWP Sumatera Selatan terletak di Kecamatan Talang Ubi dengan nama Pendopo Integrated Industrial Park (PIIP) dengan fokus pada hilirisasi batubara menjadi energi dan gas.

11 Gambar 6 Rencana Lokasi Kawasan Industri di Kecamatan Talang Ubi - Kabupaten PALI Luas lokasi yang direncanakan untuk Pendopo Integrated Industrial Park (PIIP) adalah sekitar Hektare, dengan peruntukan sebagai berikut : 1. Zona pemrosesan untuk eksport (Export Processing Zone) luas 407 Ha 2. Zona Energy luas 990 Ha 3. Zona Manufaktur luas 129 Ha 4. Zona Logistik 15 Ha 5. Zona Wisata (Tourism Zone) luas 9 Ha 6. Zona untuk aktivitas ekonomi lainnya luas 9 Ha 7. Zona unuk perumahan luas 30 Ha 8. Zona infrastruktur pendukung luas 112 Ha Sumber Daya Industri Potensi sumber daya alam di Provinsi Sumatera Selatan tergolong sangat besar. Potensi terbesar yang ada di Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari sektor Energi, pertanian dan perkebunan. 1) Sektor Energi Potensi energi primer di Provinsi Sumatera Selatan tersebar di sejumlah kabupaten/kota, yakni Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Lahat, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ilir, dan Kota Prabumulih. Diantara sejumlah kabupaten/kota tersebut, Kabupaten Muara Enim merupakan kabupaten yang memiliki cadangan minyak dan gas bumi serta batubara terbesar. a. Minyak Bumi Potensi cadangan minyak bumi di Provinsi Sumatera Selatan hingga saat ini tersebar di Kabupaten Lahat, Muara Enim, Musi Banyuasin, Banyuasin, Musi Rawas, Ogan Komering Ulu, Ogan Ilir dan Kota Prabumulih. Cadangan minyak di 8 (delapan) daerah tersebut diperkirakan sebesar 757,6 MMSTB atau sekitar 8,78 % dari total cadangan minyak bumi nasional. Berdasarkan statusnya cadangan minyak bumi di Provinsi Sumatera Selatan dengan status terbukti sebesar 448,2 MMSTB atau 10,7 % dari total cadangan terbukti minyak bumi nasional. Cadangan minyak bumi tercatat diperkirakan sebesar ,0 MSTB (Metrik Stock Tank Barrel)

12 dengan cadangan terbesar terdapat di Kabupaten Musi Banyuasin sebanyak ,6 MSTB dan di Kabupaten Muara Enim sebanyak ,3 MSTB. b. Gas Bumi Cadangan gas bumi di Provinsi Sumatera Selatan sebesar BSCF. Bila dibandingkan dengan cadangan gas bumi nasional yaitu BSCF, maka rasio potensi gas bumi Provinsi Sumatera Selatan terhadap cadangan gas bumi nasional adalah 13,01%. Ada 2 (dua) sentra akumulasi besar dari gas alam di Provinsi Sumatera Selatan apabila dilihat berdasarkan lifting gas buminya, yaitu Kabupaten Musi Banyuasin (48,41%) dan Kabupaten Musi Rawas (39,21%). Wilayah kerja pertambangan gas bumi di kedua kabupaten tersebut dapat dikategorikan sebagai area prospek ekonomi tinggi. Cadangan gas bumi di Provinsi Sumatera Selatan sebanyak ,46 BSCF (Billion Square Cubic Feet). c. Batubara Potensi batubara di Provinsi Sumatera Selatan cukup besar, yaitu ,4 juta ton atau sekitar 38,5 % dari total cadangan sumberdaya batubara nasional yaitu ,7 juta ton. Sedangkan potensi cadangan yang siap tambang di Provinsi Sumatera Selatan adalah sekitar 2.653,9 juta ton atau sekitar 38 % dari cadangan siap tambang nasional yaitu 6.981,6 juta ton. Cadangan batubara di Provinsi Sumatera Selatan tersebar di 6 (enam) kabupaten. Daerah yang paling banyak menyimpan sumber daya batubara adalah Kabupaten Muara Enim, yakni sejumlah 13,56 milliar ton. 2) Sektor Perkebunan a. Karet Produksi Karet di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2014 mencapai ton dengan lahan seluas ha. Sementara itu juga Sumatera Selatan memiliki tingkat produktifitas sebesar 1,113 kg/ha diatas nilai produktifitas Karet nasional (1,080 kg/ha). Produksi Karet pada tahun 2014 tersebut mengalami peningkatan sebesar 1.88 persen dibandingkan pada tahun b. Kelapa Sawit Produksi Kelapa Sawit di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2014 mencapai ton dengan lahan seluas ha, menempatkan Sumatera Selatan

13 sebagai daerah nomer 3 terbesar tingkat nasional penghasil produk Kelapa Sawit setelah Provinsi Riau dan Sumut. Produksi Sawit pada tahun 2014 tersebut mengalami peningkatan sebesar 5,8% dari tahun tahun Tabel 8 Luas Areal (Ha) dan Produksi (ton) Pertanian dan Perkebunan di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 Komoditi Karet Luas Areal Produksi Kelapa Sawit Luas Areal Produksi Kopi Luas Areal Produksi Kelapa Luas Areal Produksi Lain-Lain Luas Areal Produksi TOTAL Luas Areal Produksi Sumber : Provinsi Sumatera Selatan Dalam Angka Tahun 2016 Pengembangan Industri Prioritas Dengan melihat kondisi sumberdaya alam yang ada, industri yang telah berkembang saat ini, serta berbagai kajian yang telah dilakukan di Provinsi Sumatera Selatan ( antara lain: Road Map Pengembangan Industri Unggulan Tahun , Road map Penguatan SIDa, Target Pengembangan Industri Tahun serta prioritas potensi investasi dari BP3MD Provinsi Sumatera Selatan), maka industri prioritas yang perlu dikembangkan di WPPI Sumatera Selatan adalah industri pengolahan karet, kelapa sawit, kopi, batu bara dan industri turunannya. Industri prioritas yang sebaiknya dikembangkan di setiap kawasan industri di WPPI Provinsi Sumatera Selatan adalah : 1. Kawasan Industri Tanjung Api Api (KAA), terdiri dari Kawasan Industri Gasing dan Pangkalan Benteng yang ditetapkan melalui Perda Kabupaten Banyuasin Nomor 15 Tahun 2009 serta di Kawasan Tanjung Api-Api Kecamatan Banyuasin II. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2011 telah mengembangkan kawasan industri di Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Banyuasin dan ditingkatkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus, yaitu KEK Tanjung Api-Api seluas 2030 Ha melalui PP No 51 Tahun Pengembangan Kawasan Industri di Tanjung Api-Api Kabupaten Banyuasin diarahkan sebagai pusat pertumbuhan regional yang meliputi Provinsi Bengkulu, Lampung, Jambi dan Sumatera Selatan dengan ditopang Pelabuhan Tanjung Api-Api / Tanjung Carat sebagai Pelabuhan Internasional dan Pusat Distribusi Regional. Industri

14 yang sebaiknya dikembangkan di TAA antara lain industri pengolahan karet, kelapa sawit, batu bara dan turunannya serta industri aneka. 2. Kawasan Industri Gelumbang, adapun arahan lokasi kawasan industri di Kabupaten Muara Enim sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim Nomor 13 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Muara Enim Tahun , dan Rencana Detail Tata Ruang Ibukota Kecamatan Gelumbang terletak di Kecamatan Gelumbang dengan skala menengah dan untuk pengolahan hasil pertanian dan perkebunan / Agro Industri terutama industri pengolahan karet, kopi dan turunannya. Lokasi kawasan industri tersebut terletak di sekitar perkotaan Kecamatan Gelumbang. 3. Pendopo Integrated Industrial Park (PIIP), arahan lokasi kawasan industri di Kabupaten PALI berdasarkan revisi RTRWP Sumatera Selatan terletak di Kecamatan Talang Ubi dengan nama Pendopo Integrated Industrial Park (PIIP) dengan fokus pada hilirisasi batubara menjadi energy dan gas. PERKEMBANGAN IKM DAN SENTRA IKM Dalam rencana tata ruang yang lebih makro seperti RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota arahan mengenai rencana sebaran lokasi Sentra Industri Kecil Dan Menengah pada umumnya belum direncanakan secara terperinci. Adapun rencana sebaran lokasi industri dalam RTRW Kota yang skalanya sudah lebih besar, beberapa kota-kota di Provinsi Sumatera Selatan telah menetapkan titik-titik lokasi dan sebarannya, seperti di Kota Palembang dan Kota Lubuk Linggau. Namun dalam RTRW Kabupaten/Kota tersebut pada umumnya arahan Sentra IKM diidentikan dengan pengelompokan industri kecil dan industri rumah tangga yang luasannya tidak sebesar standar Sentra IKM yakni sebesar 5 hektar. Sebaran sentra industri kecil dan menengah di lokasi WPPI Provinsi Sumatera Selatan, seperti Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten PALI juga belum direncanakan secara utuh. Sebaran potensi lokasi dan produk Sentra IKM di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 9 Daftar Potensi Sentra IKM di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 NO KABUPATEN KECAMATAN PRODUK 1 OKU Lubuk Batang Sentra batu akik 2 Mura Tara Muara Lumpit Sentra batu akik 3 Banyu Asin Banyu Asin I - Kerupuk Udang - Pempek bahan dasar udang Banyu Asin II - Industri kelapa terpadu

15 NO KABUPATEN KECAMATAN PRODUK 4 Kota Palembang - Sebrang Ulu I Songket dan aneka kerajinan - Ilir Barat II 5 OKI Kayu Agung - Kerupuk Kemplang - Pempek 6 Musi Banyu Asin Lowong Wetan Getah gambir (untuk bahan kosmetik dan tekstil) 7 Lubuk Linggau Lubuk Linggau Barat Makanan ringan (kerupuk, kue kering) 8 Ogan Ilir Tanjung Batu - Songket dan kerajinan tangan lainnya - Pandai besi - Pandai emas - Peralatan dapur dari alumunium Payaraman Bordir dan baju muslim Tanjung Batu (Desa Rumah knock down Seberang) Indralaya Timur Songket Tanjung Pinang (Desa - Pandai besi modern Tanung Laut dan Tanjung - Alat mesin pertanian Pinang) 9 OKU Timur Belitang Makanan ringan Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumsel, 2015 INFRASTRUKTUR PENUNJANG WPPI Konektivitas WPPI 1. Infrastruktur pendukung yang telah ada di sekitar Kawasan Industri Tanjung Api-Api antara lain terdiri dari : Akses jalan dari kota Palembang sepanjang 70 km. Lokasi kawasan industri dekat dengan bandara internasional Sultan Mahmud Badaruddin II dengan jarak sekitar 56 km. Berjarak sekitar 70 km dengan Stasiun Kereta Api Kertapati Palembang Di sebelah utara Kawasan Tanjung Api-Api telah beroperasional Pelabuhan Penyeberangan Tanjung Api-Api sejak 11 Desember 2013 dan sejajar dengan lokasi tersebut, sedang dalam tahap penyelesaian Pelabuhan Laut Regional Tanjung Api-Api. Telah tersedia prasarana listrik di KEK TAA yakni Gardu Induk dari PT. PLN dengan kapasitas sebesar 2 x 30 MW, dimana kebutuhan listrik ini telah mencukupi untuk tahap I dan akan dikembangkan lagi. Telah ada Base Transceiver Station (BTS) atau menara telepon seluler sebanyak 4 buah. 2. Infrastruktur pendukung a di sekitar Kawasan Industri Gelumbang dan Pendopo antara lain terdiri dari :

16 Kecamatan Gelumbang dan lokasi kawasan industri Gelumbang ini merupakan lokasi strategis dan dapat dilalui oleh sistem jaringan jalan kolektor (Palembang Indralaya Gelumbang Prabumulih - Muara Enim) yang merupakan akses antara wilayah kabupaten / kota maupun antar provinsi bahkan antar pulau (Sumatera -Jawa). Selain angkutan jalan raya, terdapat juga sistem angkutan kereta api untuk angkutan barang dan penumpang yang menghubungkan Palembang Gelumbang Prabumulih Muara Enim Baturaja -Lampung dan Muara Enim Lahat Lubuk Linggau. Dalam kebijakan pengembangan rencana jalan tol trans Pulau Sumatera, Lokasi kawasan industri Gelumbang ini merupakan bagian dari rencana akses jalan tol Indralaya Prabumulih - Muara Enim Lahat. Kebutuhan Infrastruktur Pendukung WPPI Kebutuhan infrastruktur jalan dan perpipaan : Peningkatan kapasitas jalan yang lebarnya masih di bawah 7 meter yang mendukung WPPI Sumsel untuk pengangkutan bahan baku industri. Penyediaan jalur perpipaan dari Kawasan Industri ke Pelabuhan untuk mendukung distribusi hasil produksi seperti hasil produksi industri petrokimia hulu. Penyediaan jalur perpipaan dari Palembang ke Kawasan Industri untuk mendukung penyaluran bahan baku industri terutama untuk industri petrokimia hulu.

17 Gambar 7 Peta Kebutuhan Infrastruktur Jalan di Provinsi Sumatera Selatan Kebutuhan Pelabuhan : Dermaga Kontainer Jetty untuk dermaga bahan-bahan kimia, oil & gas Gudang Container Yard Tangki untuk penyimpanan barang jenis liquid Sistem Perpipaan untuk mendukung distribusi barang-barang jenis liquid Peralatan bongkar muat untuk mempercepat pergerakan barang di pelabuhan Sistem operasional pelabuhan 24 jam untuk mengurangi biaya logistik akibat menginapkan barang

18 Gambar 8 Peta Kebutuhan Infrastruktur Pelabuhan di Provinsi Sumatera Selatan Gambar 9 Peta Kebutuhan Infrastruktur Kereta Api di Provinsi Sumatera Selatan

19 RENCANA INDUK PENGEMBANGAN WPPI Isu Strategis Pengembangan WPPI Provinsi Sumatera Selatan Kerangka issue dan masalah terkait dengan pengembangan WPPI di Provinsi Sumatera Selatan dapat diidentifikasi, mulai dari masalah yang kecil, masalah vokal (strategis), hingga masalah utama. Beberapa Isu Strategis yang dapat diidentifikasi terkait dengan pengembangan WPPI di Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut: 1. Kebutuhan ekspor yang cukup besar untuk menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi daerah. 2. Nilai tambah yang hilang terlalu besar, akibat penjualan bahan baku mentah secara langsung. 3. Tambahan industri pengolahan lebih rendah dari tambahan volume eksploitasi komoditas unggulan. 4. Masih terhambatnya dukungan Logistik (Pengangkutan, Pergudangan, Pengemasan dan Pengelolaan). 5. Bahan baku pelengkap (atau penolong) di daerah masih sangat terbatas. 6. Daya Saing dan daya jelajah industri pengolahan karet, sawit, kopi, batu bara dan industry turunannya masih belum maksimal 7. Belum ada lokus spesifik untuk industri pengolahan komoditas unggulan dan turunannya. 8. Industri pengolahan belum efisien dalam memanfaatkan energi, dan sumberdaya yang ada. 9. Masih belum siapnya Kawasan Ekonomi Khusus untuk menampung dan mewadahi industri pengolahan. 10. Masalah pembebasan lahan untuk kawasan industri yang akan dikembangkan.

20 Kelemahan Ancaman Peluang (opportunity) Kekuatan Analisis SWOT untuk pengembangan WPPI Sumsel adalah sebagai berikut : Kekuatan (Strength) 1. Dukungan kebijakan spasial tata ruang Strategi SO Kelemahan ( Weaknesses) 1. Dukungan kebijakan Pemerintah Pusat Strategi WO Mengembangkan KI sesuai dengan kebijakan spasial tata ruang dan dukungan kebijakan pemerintah pusat, yaitu KI TAA, KI dan Pelabuhan Internasional Tanjung Carat, KI Gelumbang dan KI Pendopo/PALI. Fokus industri yang dikembangkan adalah industri hilir dari komoditas unggulan (karet, sawit, kopi, sawit dan batubara). Mengarahkan target pasar industri hilir di dalam negeri (substitusi impor) maupun luar negeri Meningkatkan daya dukung infrastruktur untuk pengembangan WPPI. Meningkatkan kemampuan SDM daerah sesuai dengan kebutuhan industri hilir yang akan dikembangkan. Melakukan kerjasama antara pemerintah, pemerintah daerah, BUMN, BUMD maupun swasta dalam mengembangkan kawasan industri. Strategi ST Strategi WT 1. Belum meratanya infrastruktur dan sarana pendukung industri (ketimpangan barat, tengah dan timur) 2. Kurang tersedianya tenaga terampil bidang industri 3. Masih ada industri yang belum mengelola air limbahnya dengan baik. 1. Persaingan produk industri hilir dari daerah / negara lain yang telah berkembang lebih dahulu. 2. Banyaknya tenaga kerja dari luar daerah termasuk tenaga kerja asing yang akan bersaing dengan tenaga kerja lokal. 3. Pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah industri yang dapat merusak ekosistem lingkungan 4. Kepemilikan lahan oleh pihak asing dan luar Sumsel 4. Sulitnya implementasi pengembangan KI Tanjung Api-Api dan KI lainnya akibat pembebasan lahan (anggaran besar) (WeaknessesGambar 10 WPPI Provinsi S Analisa SWOT Untuk Pengembangan WPPI di Provinsi Aceh Selanjutnya alternatif strategi pengembangan WPPI di Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut :

21 Visi, Misi dan SasaranPengembangan WPPI di Provinsi SumateraSelatan Visi WPPI Provinsi Sumatera Selatan dirumuskan dengan mengacu kepada Visi Pembangunan Provinsi Sumatera Selatan. Rumusan Visi Pengembangan WPPI Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut : WPPI Sumatera Selatan Berdaya Saing Internasional dengan Sumber Daya Industri yang Unggul. Adapun misi pengembangan WPPI Provinsi Sumatera Selatan adalah : 1. Mewujudkan pengembangan idustri hilir berbasis sumber daya alam; 2. Mewujudkan tersedianya sumber daya industri yang unggul dan berdaya saing tinggi; 3. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Sasaran Pengembangan WPPI Sumatera Selatan dibagi ke dalam 6 aspek, yaitu Pengembangan perwilayahan industri, pengembangan industri, pengembangan social ekonomi, pengembangan sumber daya industri dan infratrsuktur. 1. Pengembangan perwilayahan industri 1.1. Terwujudnya pemanfaatan ruang industri pada Kawasan Peruntukan Industri (KPI) Sumatera Selatan 1.2. Tersusunnya Perencanaan Kawasan Industri di WPPI Sumatera Selatan Tersedianya lahan untuk pengembangan Kawasan Industri (KI) Gelumbang, PALI dan TAA 1.4. Berkembangnya KI Muara Enim, KI PALI, dan KI TAA 1.5. Tersedianya lahan untuk Sentra IKM Pendukung Industri Hilir 1.6. Berkembangnya sentra IKM baik di dalam maupun di luar KI 2. Pengembangan Industri 2.1. Terbangunnya industri penggerak utama (champion) pengolahan karet, sawit dan batu bara di TAA; pengolahan karet dan kopi di Muara Enim; pengolahan batu bara di PALI (PIIP) beserta industri turunannya Berkembangnya industri pengolahan komoditas karet, kelapa sawit, kopi, batubara dan turunannya Berkembangnya Industri Komponen, Bahan Penolong, Barang Modal dan Jasa Industri sebagai pendukung industri inti Meningkatnya kapasitas dan kualitas industri hulu karet, sawit, kopi dan batubara

22 di Provinsi Sumatera Selatan. 3. Pengembangan Sosial Ekonomi 3.1. Meningkatnya kesempatan kerja Meningkatnya pertumbuhan sektor lain sebagai akibat dari efek berganda. 4. Pengembangan Sumber Daya Industri 4.1. Meningkatnya kualitas SDM (tenaga kerja, wirausaha & konsultan industri); 4.2. Berkembangnya pusat pelatihan dan pengembangan keahlian industri pengolahan karet, kelapa sawit, kopi, batu bara dan turunannya Berkembangnya litbang pengolaan karet, sawit, kopi, batu bara dan turunannya Terjaminnya pasokan bahan baku industri pengolahan karet, kelapa sawit, kopi & batubara serta industri turunannya secara berkelanjutan. 5. Infrastruktur Pendukung Perwilayahan Industri Terpenuhinya kebutuhan infrastruktur bidang energi dan listrik Terpenuhinya kebutuhan infrastruktur terminal, pelabuhan, dan bandara Terpenuhinya kebutuhan infrastruktur jalan dan kereta api Terpenuhinya kebutuhan infrastruktur sumber daya air Terpenuhinya kebutuhan sarana perumahan, rumah sakit, sekolah, belanja/niaga dan lain-lain. Strategi Pengembangan WPPI Provinsi Sumatera Selatan Ada beberapa arah kebijakan dan strategi pengembangan WPPI Provinsi Sumatera Selatan yaitu : 1. Strategi Perwilayahan Industri STRATEGI TAHAP I ( ) TAHAP II ( ) 1. Penyusunan Rencana Kawasan Industri 2. Penyediaan Lahan Kawasan Industri untuk KI TAA, KI Muara Enim dan KI PALI Penyusunan / Peninjauan ulang Masterplan, Studi Kelayakan, Renstra, DED dan AMDAL KI TAA, KI Muara Enim, KI PALI (PIIP) Pembentukan Badan Pengelola Kawasan ( Pemda BUMN BUMD Swasta) Pembebasan lahan tahap awal Pembebasan lahan tahap selanjutnya

23 3. Pengembangan KI TAA, KI Muara Enim dan KI PALI Pembangunan Infrastruktur dasar tahap awal dengan bantuan dana dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Pengembangan infrastruktur kawasan industri tahap awal oleh badan pengelola. Pengembangan infrastruktur kawasan industri tahap berikutnya oleh badan pengelola. 2. Strategi pengembangan Industri STRATEGI TAHAP I ( ) TAHAP II ( ) 1. Penentuan Industri Penggerak Utama 2. Pengembangan industri pengolahan karet, sawit, kopi, batu bara dan industri turunannya. 3. Pengembangan industri pendukung. 4. Penguatan industri hulu komoditas unggulan Pemilihan industri penggerak utama pengolohan karet, sawit dan batu bara di TAA; karet dan kopi di KI Muara Enim; pengolahan batu bara di PALI. Promosi investasi Peningkatan program PTSP Mendorong industri pengolahan karet, sawit, kopi, batu bara dan industri turunannya untuk substitusi impor. Promosi investasi pengembangan industri komponen dan bahan penolong Pengembangan industri komponen dan bahan penolong Peningkatan kapasitas dan kualitas industri hulu Peningkatan kapasitas dan sarana pengangkutan batubara Perluasan dan diversifikasi usaha industri penggerak utama untuk pengolahan karet, sawit, kopi batu bara dan industri turunannya. Promosi investasi Mendorong industri pengolahan karet, sawit, kopi, batu bara dan industri turunannya untuk substitusi impor maupun untuk ekspor. Promosi investasi pengembangan industri barang modal dan jasa industri Pengembangan industri barang modal dan jasa industri. Peningkatan kapasitas dan kualitas industri hulu karet, sawit dan kopi. Peningkatan kapasitas dan sarana pengangkutan batubara

24 3. Strategi Pengembangan Sumber Daya Industri STRATEGI TAHAP I ( ) TAHAP II ( ) 1. Mengutamakan penyerapan tenaga kerja lokal 2. Peningkatan kapasitas dan kualitas karet, sawit dan kopi sebagai bahan baku industri. 3. Peningkatan penguasaan teknologi. Penyusunan kebijakan penyerapan tenaga kerja lokal. Peningkatan kompetensi SDM lokal Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Latihan Keterampilan Kerja Penyediaan bibit unggul karet, sawit dan kopi. Peningkatan kerjasama penyedia bahan baku industri hulu industri hilir Penguatan lembaga pusat inovasi dan inkubasi barang jadi karet. Fasilitasi kerjasama antara lembaga litbang / PT dengan industri pengolahan karet, sawit, kopi dan industri turunannya. Peningkatan standar kompetensi SDM industri Pengembangan SMK dan Perguruan Tinggi untuk mendukung industri industri pengolahan karet, sawit, kopi, batu bara dan industri turunannya serta industri pendukungnya. Peningkatan produkstivitas tanaman karet, sawt dan kopi. Perluasan areal produksi karet, sawit dan kopi. Pembangunan sarana dan prasarana litbang pengolahan karet, sawit, kopi dan batu bara. 4. Strategi Pengembangan Infrastruktur Pendukung STRATEGI TAHAP I ( ) TAHAP II ( ) Pengembangan infrastruktur energi dan listrik Pengembangan terminal, pelabuhan dan bandara. Pengembangan sarana jalan dan kereta api Pengembangan sarana sumber daya air Pengembangan sarana perumahan, kesehatan, sekolah, niaga dan lainlain. Pembangunan PLTU di KI- TAA Pembangunan Pembangkit Panas Bumi di Muara Enim Beroperasinya Pelabuhan TAA Beroperasinya Bandara Serdang Gelumbang Pembangunan jalan tol Palembang - TAA Pembangunan saluran air baku dari Sungai Musi Pengembangan sarana perumahan, kesehatan, sekolah, dan niaga disetiap KI atau sekitar KI secara bertahap Pembangunan PLTU di KI- TAA Pembangunan Pembangkit Panas Bumi di Muara Enim Pengembangan Pelabuhan Tanjung Carat Peningkatan Bandara Serdang Gelumbang Pembanguna jalan KA Tanjung Enim - TAA Pembangunan saluran air baku dari Sungai Musi tahap II Pengembangan sarana perumahan, kesehatan, sekolah, dan niaga disetiap KI atau sekitar KI secara bertahap

25 Rencana Aksi Pengembangan WPPI Sumatera Selatan Program pengembangan WPPI Provinsi Sumatera Selatan disusun dengan memperhatikan pengertian dari WPPI itu sendiri, serta permasalahan maupun isu-isu strategis yang dihadapi dalam pengembangan WPPI di Provinsi Sumatera Selatan. Adapun Indikasi program perwujudan Rencana induk Pengembangan WPPI Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut : 1. Program Penyusunan Rencana, pengurusan legalitas dan pembebasan lahan Kawasan Industri 2. Program Pengembangan Kawasan Industri 3. Program Pengembangan Industri 4. Program Pengembangan Sumber Daya Industri 5. Program Pengembangan Sarana Pendukung kegiatan Industri 6. Program Pengembangan Infrastruktur pendukung industri

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

BUKU SAKU KINERJA PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

BUKU SAKU KINERJA PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN BUKU SAKU KINERJA PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN Daftar Isi A. Fiskal... B. Program Prioritas Tahun 2017 dan 2018... C. Proyek Strategis Nasional Sumatera Selaan... D. Capaian Kinerja Tahun 2016,

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2015

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2015 ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2015 disampaikan oleh : Kepala Bappeda Provinsi Sumatera Selatan pada acara : KONSULTASI PUBLIK DALAM RANGKA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Palembang Kota Palembang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis Kota Palembang terletak antara 2 52' - 3 5' Lintang Selatan dan 104 37'

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Provinsi Sumatera Selatan No. 30/05/16/Th. XIX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN Hasil Pendaftaran (Listing)

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 No. 54/08/19/Th.XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 1,70 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi disampaikan pada Forum Sinkronisasi Perencanaan Strategis 2015-2019 Dalam Rangka Pencapaian Sasaran Kebijakan Energi Nasional Yogyakarta, 13 Agustus 2015

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 94/M-IND/PER/8/2010 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016 No. 74/11/19/Th. X, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III- TUMBUH 3,83 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN TRIWULAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG EKONOMI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I-2016 TUMBUH 3,30 PERSEN, MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- No. 32/05/19/Th.X,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2019 Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara Jakarta, 16 Februari 2016 I. TUJUAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL 2 I. TUJUAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2014 No. /2/1/Th.XVI, 5 Februari 215 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN Release PDRB tahun dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2 berbasis SNA 28 EKONOMI RIAU TAHUN TUMBUH 2,62 PERSEN Perekonomian Riau tahun

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam pengembangan suatu wilayah, terdapat beberapa konsep pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS), konsep pengembangan

Lebih terperinci

Sumatera Selatan. Jembatan Ampera

Sumatera Selatan. Jembatan Ampera Laporan Provinsi 169 Sumatera Selatan Jembatan Ampera Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 BPS PROVINSI BENGKULU No. 10/02/17/XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,30 PERSEN, MENINGKAT DIBANDINGKAN TAHUN 2015 Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016 No. 55/08/19/Th.X, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 3,67 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I-2015 No. 26/5/14/Th.XVI, 5 Mei 215 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I-215 EKONOMI RIAU TRIWULAN I-215 MENGALAMI KONTRAKSI,18 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-214 Perekonomian Riau yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA KELOMPOK I KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA TOPIK : PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO DAN KIMIA MELALUI PENDEKATAN KLASTER KELOMPOK INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN, KIMIA HULU DAN

Lebih terperinci

Provinsi Aceh. GAMBARAN UMUM WPPI ACEH Geografi

Provinsi Aceh. GAMBARAN UMUM WPPI ACEH Geografi Provinsi Aceh GAMBARAN UMUM WPPI ACEH Geografi Letak geografis Provinsi Aceh terletak di ujung barat laut Pulau Sumatera dengan Ibukota Banda Aceh yang memiliki posisi strategis sebagai pintu gerbang lalu

Lebih terperinci

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA Wilayah Pekanbaru dan Dumai berada di Provinsi Riau yang merupakan provinsi yang terbentuk dari beberapa kali proses pemekaran wilayah. Dimulai dari awal

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I TAHUN 2015 No. 34/05/19/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I-2015 TUMBUH 4,10 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- Perekonomian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/05/18/Th.XVII, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 EKONOMI LAMPUNG TUMBUH 5,05 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN I-2015 Perekonomian Lampung triwulan I-2016

Lebih terperinci

KLASIFIKASI INDUSTRI A. Industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya 1. Aneka industri 2. Industri mesin dan logam dasar

KLASIFIKASI INDUSTRI A. Industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya 1. Aneka industri 2. Industri mesin dan logam dasar KLASIFIKASI INDUSTRI Industri adalah suatu usaha atau kegiatan yang melakukan proses atau aktivitas yang mengubah dari sesuatu atau bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi berupa barang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 58/8/21/Th. XII, 7 Agustus 217 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-217 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II 217 (Q TO Q) TUMBUH SEBESAR 1,16 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 38/05/21/Th.XI, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

PDRB Harga Berlaku Kepulauan Bangka Belitung triwulan II-2015) Rp miliar dan PDRB Harga Konstan atas dasar Rp miliar.

PDRB Harga Berlaku Kepulauan Bangka Belitung triwulan II-2015) Rp miliar dan PDRB Harga Konstan atas dasar Rp miliar. PDRB Harga Berlaku Kepulauan Bangka Belitung triwulan II-2015) Rp15.184 miliar dan PDRB Harga Konstan atas dasar Rp 11.451 miliar. Perekonomian triwulan II-2015 tumbuh sebesar 3,93 persen, namun mengalami

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu Triwulan III-2017 No. 70/11/17/XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI BENGKULU Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu Triwulan III-2017 Ekonomi Bengkulu

Lebih terperinci

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015 Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Kementerian Perindustrian 2015 I. LATAR BELAKANG 2 INDUSTRI AGRO Industri Agro dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2017 Ekonomi Provinsi Lampung Triwulan III- 2017 Tumbuh 5,21 Persen Melambat Dibandingkan Triwulan III- 2016 Perekonomian

Lebih terperinci

POTENSI BATUBARA DI SUMATERA SELATAN

POTENSI BATUBARA DI SUMATERA SELATAN POTENSI BATUBARA DI SUMATERA SELATAN Sumber batubara di Sumsel cukup besar sekitar 22,24 miliar ton (48% dari total sumber daya batubara di Indonesia) tersebar di 8 kabupaten yaitu Kab. Musi Banyuasin,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 TUMBUH 1,11 PERSEN LEBIH BAIK DIBANDING TRIWULAN III/2015 No. 054/11/14/Th.XVII, 7 November 2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 12/02/52/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT PADA TRIWULAN IV 2015 TUMBUH 11,98 PERSEN Sampai dengan

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 I PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 250,0 275,0 320,0 360,0 1 Peningkatan Pengelolaan Pelayanan Publik 2 Pengembangan SDM Industri Tersebarnya informasi,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model Boks 1 Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model I. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Riau selama beberapa kurun waktu terakhir telah mengalami transformasi.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III-2015 No.58/11/14/Th.XVI, 5 November 215 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III-215 EKONOMI RIAU TRIWULAN III-215 MENGALAMI PERTUMBUHAN 4,68 PERSEN DIBANDING TRIWULAN II-215 Perekonomian Riau yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG No. 12/02/19/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG EKONOMI TAHUN TUMBUH 4,08 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kepulauan Bangka Belitung

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 09/02/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH EKONOMI ACEH SELAMA TAHUN DENGAN MIGAS TUMBUH 3,31 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 4,31 PERSEN. Perekonomian Aceh

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA 2009 & RENCANA KERJA 2010 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

PROGRAM KERJA 2009 & RENCANA KERJA 2010 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA PROGRAM KERJA 2009 & RENCANA KERJA 2010 DITJEN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA Disampaikan oleh : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA pada Rapat Kerja Departemen Perindustrian dengan Dinas Propinsi/Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 90/11/21/Th.X, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,37 PERSEN (C-TO-C) Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 63/11/34/Th.XVIII, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 4,68 PERSEN, LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

Pengembangan Pusat Pertumbuhan Industri 1. Sumatera 2. Kalimantan 3. Jawa

Pengembangan Pusat Pertumbuhan Industri 1. Sumatera 2. Kalimantan 3. Jawa Pertumbuhan. Sumatera Sei Mangke, Sumatera Utara (Kelapa Sawit) Dumai, Riau (Kelapa Sawit) Muara Enim, Sumatera Selatan (Batubara) Sei Bamban, Sumatera Utara (Karet) Karimun, Kepulauan Riau (Perkapalan).

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015 No. 10/02/14/Th. XVII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN EKONOMI RIAU TAHUN TUMBUH 0,22 PERSEN MELAMBAT SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Riau tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional Surabaya, 8 Oktober 2015 DAFTAR ISI Hal I Kinerja Makro Sektor Industri 3 II Visi, Misi,

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5.

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5. IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 0 0 45 sampai 2 0 45 lintang selatan dan antara 101 0 10

Lebih terperinci

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013 Disampaikan pada Seminar Nasional dan Kongres VIII MKTI Di Palembang 5-7 November 2013 Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013 Permasalahan Pengelolaan SDA Sampah Pencemaran Banjir Kependudukan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Letak Geografis Kabupaten Brebes Jawa Tengah Kabupaten Brebes merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Jawa Tengah yang berada di sepanjang pantai utara Laut Jawa letaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/05/18/Th.XIX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 EKONOMI LAMPUNG TUMBUH 5,11 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN I-2016 Perekonomian Lampung triwulan I-2017

Lebih terperinci

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015 MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development Jakarta, 19 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 37/08/Th.XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I - 2017 EKONOMI ACEH SEMESTER I-2017 DENGAN MIGAS NAIK 3,67 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,54 PERSEN

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Yth. : 1. Menteri Perdagangan; 2. Menteri Pertanian; 3. Kepala BKPM;

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK No. 65/08/21/Th.X, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN TRIWULAN II-2015 TUMBUH 6,35 PERSEN (C-TO-C) Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 TUMBUH 2,34 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TRIWULAN I/2015 No. 24/05/14/Th. XVII, 4 Mei 2016 Perekonomian Riau

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2015 No. 06/5/62/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2015 TUMBUH 7,82 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah Triwulan I-2015

Lebih terperinci

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

BAB III Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 33 Tahun 2015

BAB III Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 33 Tahun 2015 BAB III 33 TINJAUAN MENURUT LAPANGAN USAHA 34 0,96 7,52 8,62 7,90 29,62 25,76 22,78 22,96 36,25 32,35 34,06 31,10 29,86 30,82 42,95 44,89 44,84 41,18 39,94 39,52 41,37 48,12 49,07 BAB III BAB III TINJAUAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 40/05/21/Th.X, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 TUMBUH 7,14 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2014

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 No. 56/08/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 TUMBUH 6,27 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2015 yang

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

Bappeda Provinsi Sumatera Selatan

Bappeda Provinsi Sumatera Selatan Bappeda Provinsi Sumatera Selatan 2 Bappeda Provinsi Sumatera Selatan 4 5 Tabel 4.2 6 Tabel 4.8. 7 TABEL 5.2 Bappeda Provinsi Sumatera Selatan 9 Tabel 4.9 Sinkronisasi Isu Strategis dan Program Prioritas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/08/18/Th.XVIII, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2016

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi Triwulan III-2017 No. 062/11/15/Th.XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi Triwulan III-2017 EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Pada awal abad ke-15 berdirilah Kesultanan Palembang yang berkuasa sampai datangnya

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Pada awal abad ke-15 berdirilah Kesultanan Palembang yang berkuasa sampai datangnya LAMPIRAN-LAMPIRAN A. Profil Sumatera Selatan Provinsi Sumatera Selatan sejak berabad yang lalu dikenal juga dengan sebutan Bumi Sriwijaya, pada abad ke-7 hingga abad ke-12 Masehi wilayah ini merupakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 26/05/Th.XIX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 TUMBUH 5,11

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/08/Th.XVII, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015 Perekonomian

Lebih terperinci

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2) Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No.34/05/52/Th. IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2015 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2015 TUMBUH 1,21 PERSEN Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 45/08/34/Th.XVIII, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2016 TUMBUH 5,57 PERSEN LEBIH

Lebih terperinci

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016 Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 36/05/21/Th. XII, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I 2017 (Q TO Q) MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR -2,76 PERSEN

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN II/2016 TUMBUH 2,40 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TRIWULAN II/2015 No. 42/08/14/Th.XVII, 05 Agustus 2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2016 BPS PROVINSI BENGKULU No. 47/08/17/X, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,41 PERSEN, MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015 (Y-ON-Y ) Perekonomian

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI I. KINERJA AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 93/11/21/Th.XI, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016 (Y-ON-Y) TUMBUH 4,64 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 15/02/21/Th.XI, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 TUMBUH 6,02 PERSEN Perekonomian Kepulauan Riau tahun 2015

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017 2 BPS PROVINSI DI YOGYAKARTA No 46/08/34/ThXIX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2017 TUMBUH 5,17 PERSEN LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG INVESTASI. Kabupaten belitung

POTENSI DAN PELUANG INVESTASI. Kabupaten belitung POTENSI DAN PELUANG INVESTASI Kabupaten belitung POSISI KABUPATEN BELITUNG Kabupaten Belitung terletak antara 107 08' BT sampai 107 58' BT dan 02 30' LS sampai 03 15' LS dengan luas seluruhnya 229.369

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA TAHUN 2014 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 13//1/Th.XVIII, 5 Februari 15 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA TAHUN 1 EKONOMI SUMATERA UTARA TAHUN 1 TUMBUH 5,3 PERSEN Perekonomian Sumatera Utara tahun 1 yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 51/11/Th.XIX, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III - EKONOMI ACEH TRIWULAN III TAHUN DENGAN MIGAS TUMBUH 2,22 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,31 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN I

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN I BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 22/05/Th.XX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN I - 2017 EKONOMI ACEH TRIWULAN I-2017 DENGAN MIGAS NAIK 2,87 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,97 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017 No. 27/05/36/Th.X, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017 EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017 TUMBUH 5,90 PERSEN LEBIH CEPAT DIBANDING TRIWULAN I TAHUN 2016 Perekonomian Banten triwulan

Lebih terperinci