BAB I PENDAHULUAN. masih menganut Animisme. Setelah masuknya pengaruh Agama Hindu kepada
|
|
- Sudirman Hadiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebelum masuknya pengaruh Agama Hindu masyarakat di Desa Tanjung Pulo masih menganut Animisme. Setelah masuknya pengaruh Agama Hindu kepada masyarakat di Desa Tanjung Pulo, menyebabkan Animisme yang dianut masyarakat mengalami perubahan menjadi Agama Pemena. Setelah masuknya Agama Hindu ke Tanjung Pulo, masyarakat Desa Tanjung Pulo menggunakan upacara keagamaan yang memiliki persamaan dengan budaya Agama Hindu di India. Salah satu persamaannya adalah kremasi atau pembakaran mayat untuk mendapatkan abu jenasah dan masyarakat di Desa Tanjung Pulo telah menyembah Dewa di dalam kepercayaan Agama Hindu yaitu Dewa Siwa. Pada tahun 1985 Agama Pemena telah disahkan menjadi Agama Hindu, dan penganut Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo telah resmi diakui menjadi Agama yang resmi karena bukan lagi disebut dengan Agama Pemena. Penganut Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo mengalami penurunan jumlah penganutnya. Sebelum masuknya kristenisasi dan pengaruh pemberontakan komunis penganut Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo merupakan Agama yang dominan. Namun akibat dari faktor tersebut penganut Agama Hindu mengalami penurunan yang sangat banyak. Dibangunnya Pura pada tahun 1985 di Desa Tanjung Pulo sempat memberi harapan untuk penganut Agama Hindu yang tersisa untuk
2 berkembang, namun pembangunan Pura yang diberi nama Pura Sekula Serasi tidak mampu meningkatkan jumlah penganut Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo. Masyarakat di Desa Tanjung Pulo mulai meninggalkan Agama Hindu akibat persepsi negatif dari masyarakat yang belum mengetahui latar belakang Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo. Penganut adalah individu yang mengikuti sebuah kepercayaan dan menjadi sebuah Komunitas yang saling membantu antara sesama. Komunitas adalah suatu kesatuan hidup manusia, yang menempati suatu wilayah yang nyata dan berintraksi menurut suatu sistem adat istiadat, serta terikat oleh suatu rasa identitas komunitas 1. Komunitas dapat bertahan, berkembang ataupun menurun secara kuantitas. Pemicu munculnya penurunan komunitas disebabkan oleh suatu sistem yang tidak lagi dianggap menarik, menguntungkan atau tidak sesuai lagi dengan pola pikir masyarakat pada umumnya, tidak sesuai dengan adat istiadat dan lahirnya komunitas baru yang lebih diterima karena sesuai dengan kondisi yang sedang berlangsung, yang mengakibatkan komunitas sebelumnya ditinggalkan. Komunitas bisa juga dijelaskan sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. 2 Sejarah adalah kisah atau cerita yang terjadi pada masa lampau yang memiliki bukti yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Keberadaan Agama Hindu adalah salah satu sejarah yang perlu untuk diketahui karena merupakan agama pertama yang masuk ke 1 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta:F.a.Aksara Baru, 1985, hal diakses tanggal 12 Juni 2016.
3 Indonesia. Sebelum masuknya Hindu masyarakat di Nusantara masih menganut animisme dan dinamisme. 3 Masuknya Agama Hindu ke Nusantara dibawa oleh Bangsa India.Mereka masuk ke Indonesia melalui jalur laut dan melakukan perdagangan karena Indonesia memiliki letak geografis yang strategis dan sumber alam yang bernilai dalam perdagangan.bersamaan dengan kegiatan tersebut mereka menyebarkan Agama Hindu kepada masyarakat di nusantara. Kedatangan orang India ke kawasan Asia Tenggara membawa serta agama dan kebudayaan Hindu, bermula sekitar awal tarikh Masehi. Kebudayaan Hindu berkembang dan mempengaruhi hampir semua bangsa di dunia. Ketika itu India dan Cina adalah dua kekuatan besar di Asia yang telah memiliki peradaban yang kokoh dan sudah berkembang sejak ribuan tahun sebelumnya. Kebudayaan intelektual Agama Hindu mempengaruhi kawasan Asia Tenggara yang sangat jauh tertinggal. Sedemikian kuatnya dominasi politik dan kebudayaan tersebut.pengaruh kedua bangsa besar India dan Cina, negeri-negeri di Asia Tenggara makin berkembang dan mampu mencapai tingkat yang lebih tinggi Etnis Tamil di Indonesia berasal dari India bagian selatan. Kelompok suku bangsa Tamil ini banyak terdapat di Sumatera Utara seperti Pematang Siantar, Lubuk Pakam, Langkat, Binjai dan Medan. Banyak dari mereka yang didatangkan pada zaman kolonial Belanda untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan yang 4 3 Animisme adalah sebuah kepercayaan terhadap roh nenek moyang(leluhur) sedangkan dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda benda yang dianggap sakral dan memiliki kekuatan gaib. 4 J.Fachruddin Daulay Bandar Barus dalam catatan sejarah.medan :Buletin Historisme,. Departemen Sejarah Fakultas Sastra USU, No. 21, pp ,2009.
4 dibangun di daerah tersebut. Kelompok bangsa Tamil kemudian berkembang secara turun temurun hingga sekarang di Indonesia. 5 Kuil Agama Hindu yang tertua di Sumatera Utara terletak di Kampung Madras, Sri Mhariaman, didirikan pada tahun Ketika itu sudah banyak kuli orang Tamil bekerja di perkebunan-perkebunan di sekitar Medan. Sedangkan Kuil Agama Sikh di samping Candi Tamil di Kampung Madras didirikan oleh Gurdhuara Sahib. Pendetanya yang pertama ialah Bhai Surain Singh Ji. Kedatangan orang India selatan(tamil) 6 ke Sumatera Utara tidak lepas dari hubungan erat yang pernah terjadi antara Kerajaan Cola, Kolutungga I dengan kerajaan Sriwijaya. Dimana Kerajaan Cola menguasai wilayah Tamil di India selatan. Hal ini menyebabkan banyak Etnis Tamil yang menetap di Barus, dimana pada waktu itu Barus dibawah kekuasaan kerajaan Sriwijaya. Pada saat itu kerajaan Cola memiliki hubungan erat dengan Kerajaan kerajaan yang ada di Nusantara. Begitu juga dengan Kerajaan Sriwijaya dan cukup berpengaruh dalam bidang politik, ekonomi dan kebudayaan. Hal ini telah diteliti oleh Prof. Nilakantisastri, guru besar dari Universitas Madras pada tahun 1932 bahwa pada tahun 1080 M di Lobu Tua tak jauh dari sungai Singkil ada pemukiman pedagang dari India Selatan. 7 Keterangan batu bertulis Lobu Tua sangatlah penting artinya karena merupakan bukti yang menunjukkan bahwa masyarakat Tamil dalam kegiatan perdagangannya 5 Ayu Sri Mahasti, 2016, Pangguni Uttiram(Suatu Ritual Hindu-Tamil di Kuil Shri Thendayanudabani, Kota Lubuk Pakam, Sumatera Utara, Skripsi, Medan: belum diterbitkan,2012, Hal: 1. 6 Tamil adalah etnis dari India selatan yang mayoritas memeluk Agama Hindu. 7 kompasiana.com, diakses tanggal 11 juli 2016
5 sudah tiba di Sumatera, bahkan sudah ada perkampungan mereka di Barus. Di antara para pedagang terdapat juga seniman yang memahat batu bertulis tersebut. Dengan demikian, selain orang-orang Tamil yang menetap di Barus, yang tercatat sebagai pedagang India, maka pedagang asing lain yang sudah mengunjungi langsung Barus ialah saudagar-saudagar asal Timur Tengah (abad ke-10). 8 Setelah Etnis Tamil di Barus mulai dimasuki bangsa Arab dan Timur tengah pada abad ke-10 dan proses Islamisasi di Barus, maka banyak dari mereka yang kemudian pergi ke daerah pedalaman Etnis Batak dan hilangnya hubungan Etnis Tamil dengan tanah leluhurnya, begitu juga dengan Kerajaan Panei di Padang Lawas maka berkembanglah unsur-unsur budaya Hindu kepada masyarakat Batak. Di antaranya adalah Aksara Karo, pengetahuan astrologi, sejumlah kata-kata Sansekerta, pertanian irigasi, termasuk beberapa alat pertanian, pertenunan dan kesenian, permainan catur, beberapa konsep dan praktek keagamaan, sebagian Marga Sembiring, upacara kurban dalam hubungan pertanian, organisasi masyarakat dalam klen-klen berkaitan dengan totemisme. Totemisme adalah istilah menunjuk pada suatu kepercayaan atau agama yang hidup pada suatu komunitas atau organisasi yang mempercayai adanya daya atau sifat Ilahi yang dikandung sebuah benda atau mahkluk hidup selain manusia 9. Adat perkawinan eksogami yaitu istilah Antropologi prinsip perkawinan yang mengharuskan orang mencari jodoh di luar lingkungan 8 J.Fachruddin Daulay. Loc. Cit 9 Hassan Shadily, Ensklopedia Indonesia Jilid 6(SHI-VAJ). Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve, hal. 3604, 1980.
6 sosialnya seperti di luar lingkungan kerabat, golongan sosial, dan lingkungan pemukiman 10, dan lain-lain. Perkataan marga (klen) sendiri dalam istilah bahasa Batak berasal dari bahasa Sansekerta, Varga. Jadi dapat disimpulkan penyebaran Hindu di Sumatera Utara dimulai dari daerah Barus. Hal ini terjadi akibat hubungan diplomatis Kerajaan Cola dengan Kerajaan Sriwijaya pada waktu itu. Sebagai bukti sewaktu batu bertulis Lobu Tua dibuat di India terdapat berbagai perkumpulan dagang orang-orang Tamil. Salah satunya yang menetap di Barus ialah perkumpulan bernama Mupakat 500. Perkumpulan dagang ini sangat kuat organisasinya dan berdiri sendiri serta tidak tunduk secara politis kepada seseorang Raja mana pun, sehingga mereka diterima dengan tangan terbuka di negeri-negeri yang dikunjunginya. Perkumpulan dagang ini mempunyai pasukan tentara bayaran sendiri yang bertugas menjaga barang-barang terutama sewaktu transit dari satu tempat ke tempat lain. Sejarah kedatangan Hindu pertama kalinya ke Barus merupakan cikal bakal perkembangan Hindu ke daerah lainnya di Sumatera utara. Sesuai dengan judul penelitian penulis maka dijelaskan juga proses perkembangan Agama Hindu ke Tanah Karo dimana Kebudayaan Hindu yang dibawa oleh orang India Selatan ke Tanah Karo memiliki peninggalan budaya seperti Sejarah Marga Sembiring yaitu Sembiring Brahmana, Colia, Meliala, Pandia, Muham dimana marga marga ini identik dengan Bahasa India. Brahmana (Kasta), dan Colia (Cola), Pandia (Pandyth), diakses tanggal 13 juli J Fachruddin Daulay, Loc.Cit
7 Muham (Mouham). Begitu juga tulisan aksara Karo dan kata kata seperti Nggara, Tula, Cukra dudu dan lain lain merupakan pengaruh dari kebudayaan Etnis tamil Hindu.Sebelum Agama Hindu ada pada etnis Karo, etnis Karo sudah menggunakan sesajen pada kegiatan religi tradisionalnya. Karena pada saat itu, etnis Karo masih menganut Agama Perbegu atau Pemena. Jenis sesajen yang digunakan berupa bunga, air, buah-buahan, (jeruk, apel dan lain-lain), makanan, hewan berupa ayam yang dipersembahkan kepada Tuhan, roh nenek moyang, dan mahluk halus. 12 Tentang adanya pengaruh Hindu ke Tanah Karo disamping bukti tentang ditemukanya Pura di Sembahe, Bangun Purba, dan Sarinembah, juga terlihat dari upacara yang berhubungan dengan roh atau tendi (dalam bahasa karo) 13. Umpamanya dalam upacara Persilihi dan Erpangir ku Lau 14 Salah satu bukti lain peninggalan kebudayaan Hindu di masyarakat karo adalah Erlige-lige yaitu suatu upacara penguburan yang menarik jenazah di atas lige-lige yaitu suatu bangunan tinggi yang ditarik ratusan orang. Upacara ini sangat mirip dengan upacara yang ada pada Agama Hindu, yang hingga kini masih dilakukan di Bali. Erlige lige ini terakhir dilakukan di Medan pada tahun Upacara Pakuwaluh (membakar dan menghanyutkan abu jenazah) yang dilakukan di sungai Lau Biang dengan dimasukkan dalam sebuah guci diatas perahu dengan panjang sekitar satu meter. Hal ini dilakukan di Lau Biang karena dalam tafsiran masyarakat 12 Noprianta A, Tarigan,Sesajen: (StudiDeskripsi Mengenai makna Sesajen pada Penganut Agama Hindu Etnis Karo di Desa Lau Rakit, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara), Skripsi, Medan: belum diterbitkan. Hal: Sarjani Tarigan,Dinamika Orang Karo, Budaya dan Modernisasi. Medan: Balai Adat Budaya Karo Indonesia, 2008, hal Sempa Sitepu, dkk, Pilar Budaya Karo, Medan: Belum diterbitkan, hal. 166, 171,1996.
8 dahulu, sungai Lau Biang yang perpanjanganya adalah Sungai Wampu di Langkat mengalir ke Selat Malaka dan dari sana dengan tuntunan roh-roh akan mengalir ke Samudra Hindia dan selanjutnya akan sampai di Sungai Gangga di India. Bukan itu saja, banyak tradisi di Karo yang sama dengan kebiasaan masyarakat di India Selatan misalnya Etnis Karo dahulu selalu melakukan doa di malam bulan purnama serta menyanyikan mangmang/tabas (mantra/doa). Dahulu wanita di Karo juga suka membuat titik merah di keningnya seperti halnya yang dilakukan wanita di India. 15 Asal kata Hindu berasal dari kata Sungai Shindu yang mengalir di India dan Pakistan. Bangsa asing yang datang ke daerah itu menyebutkannya sungai Hindu. Lalu Suku Bangsa Arya yang mendiami lembah sungai Hindu, menyebutkan tempat itu kediamaan orang Hindu. Orang asinglah yang kemudian menyebutkan Hindu untuk nama bangsa dan agama di India, sedangkan rakyat di desa pada umumnya tidak mengetahui Hindu. Agamaya hanya diketahui Agama Dharma dan Thirta. 16 Kedatangan Hindu ke Tanah Karo dibawa pertama kali oleh Bahgawan Bergu yang berasal dari India selatan. Setelah Bahgawan Bergu menyelesaikan pelayanannya di Tanah Karo, perkembangan Agama Hindu di Tanah karo kemudian dilanjutkan oleh Lemba Ginting. Pada masa Lemba Ginting ajaran Hindu lebih disesuaikan dengan tradisi dan Budaya Karo. Sedangkan di Desa Tanjung Pulo sendiri Pura Hindu yang pertama dibangun adalah Pura Sekula Serasi yang dibangun pada tahun Pada tahun 1984 masyarakat yang ada di desa Tanjung 15 blogspot.com, diakses tanggal 18 september Sarjani Tarigan.Kepercayaan Orang Karo Tempoe Doeloe,Medan:Balai Adat Budaya Karo Indonesia,hal, 24, 2011.
9 Pulo masih banyak memeluk Agama Hindu. Sedangkan menurunnya pemeluk agama Hindu di Desa Tanjung Pulo Kecamatan Payung dimulai pada tahun Hal ini terjadi karena para leluhur yang sudah meninggal yang gigih dalam mengembangkan Agama Hindu, tidak diikuti dengan generasi berikutnya. Salah satu faktor penyebab penurunan Hindu akibat perkembangan Agama Kristen di wilayah Tanah Karo. Di dalam Agama Hindu ada istilah Kalapatra yang artinya di daerah mana Hindu berada maka Hindu itu mengikuti budaya, daerah tersebut baik berupa bahasa, ritual dan sembah sembahan. Di desa Tanjung Pulo sendiri Agama Hindu mengalami perkembangan yang pesat pada tahun Hal ini terjadi karena Pandita yang dipilih adalah masyarakat yang dianggap memiliki kemampuan baik, tanpa terkecuali pria dan wanita maupun kaum muda Desa. Hal ini mengakibatkan masyarakat yang belum beragama tertarik dan memeluk Agama Hindu. Sampai saat ini penganut Agama Hindu yang ada di Desa Tanjung Pulo masih ada lima kepala keluarga dan Pandetanya adalah Katar Kacaribu.Terdapat Pura yang bernama Pura Sekula Serasi. Tanah tempat dibangunnya Pura Sekula Serasi ini adalah milik Alm. Nikep Singarimbun Beliau dahulu sebagai koordinator Parisada Hindu Kecamatan Payung sebelum berganti menjadi Kecamatan Tiganderket sekarang. 17 Persatuan Agama Hindu di Tanah Karo berpusat di Kabanjahe yaitu Parisada Hindu Darma Karo. Terdapat koordinator di setiap kecamatan yang mengawasi desa. 17 Wawancara dengan Katar Kacaribu (Pendeta Agama Hindu) di Desa Tanjung Mbelang kecamatan Tiganderket rabu 18 november 2015.
10 Pihak yang mengawasi dan mengayomi Agama Hindu adalah Parisada Desa. Penganut Hindu di Desa Tanjung Pulo dahulu banyak belajar ke Pura Agung yang berada di jalan Polonia Medan yaitu Pura Raksabuana Pendeta dari Pura Agung tersebut melayani ke Desa Tanjung Pulo yaitu Pak Dewa. Dia datang ketika pura didirikan padatahun Pada masa pelayanan Pak Dewa masyarakat Hindu di Desa Tanjung Pulo pernah dibawa ke Pura Agung untuk melakukan penataran dan mempelajari ajaran Agama Hindu lebih mendalam. Hasil dari penataran tersebut terjadi regenerasi Pandita atau Guru Hindu dari Karo yang sudah memiliki kemampuan yang baik tentang Agama Hindu. Pendeta Hindu yang pernah berada di Desa Tanjung Pulo: 1.Pendeta Las Melas Sinulingga berasal dari Desa Bintang Meriah 2.Pendeta Kajam Ginting berasal dari Desa Kidupen 3.Pendeta Rem Ginting berasal dari Desa Durin rugun 4.Pendeta Ngajar Bana Sinuraya berasal dari Desa Sigenderang Juhar Penulis tertarik melakukan penelitian tentang Penganut Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo Kecamatan Payung Kabupaten Karo ( ) karena Agama Hindu mengalami akulturasi dengan Budaya karo khususnya di Desa Tanjung Pulo Kecamatan Payung, bisa dilihat dari adanya komunitas Hindu di Desa Tanjung Pulo. Agama Hindu di Desa ini tetap bertahan meskipun pada tahun 1965 kristenisasi semakin mrningkat di Tanah Karo. Selain di Tanjung Pulo ada juga wilayah di Tanah Karo yang memiliki hubungan dengan Hindu seperti di Desa Pintu Besi,
11 Kecamatan Lau Rakit, Kabupateen Deliserdang, Desa Bintang Meriah Kecamatan Kutabuluh Simole,di Desa Rumah Pil Pil Sibolangit. Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo pernah sangat berkembang sehingga penulis tertarik mencari informasi tentang hal tersebut.tahun penelitian yang dipilih oleh penulis sendiri pada tahun Hal ini karena pada tahun 1985 dibangun Pura Sekula Serasi di Desa Tanjung Pulo dan merupakan tempat ibadah pertama di Desa Tanjung Pulo Kecamatan Payung. Pada tahun 1985 masyarakat Tanjung Pulo masih banyak menganut Hindu.Penganut Agama Hindu di desa ini mampu bertahan walaupun terjadi proses peningkatan kristenisasi di Tanah Karo pada waktu itu. Mereka juga membangun sebuah Pura Sekula Serasi bergaya Bali. Ada juga pemeluk Hindu dari Bali yang ikut membangun Pura tersebut. Eksistensi inilah yang menjadikan penelitian ini menarik untuk dikaji. Pada tahun 1985 banyak juga penganut Hindu di Desa Tanjung Pulo dan sekitarnya belajar ke Parisada Hindu di kota Medan yang terletak di jalan Polonia tepatnya di Pura Raksabuana. Penulis membatasi pada tahun 2000 karena pada tahun ini terakhir, dilakukan tradisi Hindu seperti upacara besar keagamaan Hindu, upacara kematian, dan tradisi Hindu lainnya yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tanjung Pulo, Kecamatan Payung. Saat itu hanya tersisa lima kepala Keluarga dan tetap bertahan menjalankan aturan Agama Hindu itu sendiri. Pada tahun proses Kristenisasi di Tanah Karo mengalami perkembangan yang sangat pesat dimana banyak pembabtisan massal sebagai dampak dari peristiwa G 30 S. Sebelum tahun 1965 Etnis Karo mayoritas menganut Agama
12 Pemena dan Hindu. Dampak peristiwa G 30 S tahun 1965, masyarakat yang beragama Hindu khususnya di Tanah Karo mulai meninggalkan Agama Hindu dan memeluk Agama Kristen. Hal ini karena masyarakat kuatir dianggap sebagai atheis. Pada waktu itu di Indonesia Komunis dianggap orang yang tidak beragama dan Agama Hindu di Tanah Karo pada waktu itu tidak diakui oleh pemerintah. Akan tetapi di Desa Tanjung Pulo sendiri Agama Hindu masih bertahan dan sampai sekarang terdapat lima kepala keluarga pemeluk Agama Hindu. Inilah salah satu alasan kenapa penulis tertarik menelitinya.
13 1.2. Rumusan Masalah Dalam penelitian ilmiah sering dikatakan bahwa merumuskan masalah dengan baik merupakan hal yang paling penting 18. Setelah dijelaskan latar belakang penelitian di atas, maka dapat diproleh sebuah permasalahanyang akan dibahas dalam penelitian ini. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.Bagaimana latar belakang masuknya Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo Kecamatan Payung Kabupaten Karo? 2. Bagaimana perkembangan Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo Kecamatan Payung Kabupaten Karo (tahun )? 3. Bagaimana keberadaan penganut Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo Kecamatan Payung Kabupaten Karo tahun 2000? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Peristiwa yang telah berlalu tidak dapat dipertunjukkan kembali, tetapi dapat direkonstruksi berdasarkan realita yang ada. Rekonstruksi itu diharapkan dapat memberikan renungan bagi kehidupan manusia yang menjadi cerminan dari masa lampau, pelajaran di masa kini dan menjadi patokan di masa depan. 18 P.Manurung Metode Penelitian. Jakarta: Halaman Moeka Publishing, 2012, hal. 28.
14 Tujuan penelitian: 1. Mengetahui latar belakang masuknya Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo Kecamatan Payung Kabupaten Karo. 2. Mengetahui perkembangan Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo Kecamatan Payung Kabupaten Karo (tahun ). 3. Mengetahui keberadaan penganut Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo Kecamtan Payung Kabupaten Karo (tahun 2000). Manfaat penelitian: 1. Manfaat Teoritis: Diharapkan dengan adanya tulisan ini dapat menambah ilmu dan wawasan penulis dan untuk kepentingan penelitian lanjutan. 2. Manfaat praktis:manfaat bagi masyarakat untuk menambah informasi dan mengetahui akan sejarah Agama Hindu di Desa Tanjung Pulo dan mengetahui keberadaan Agama Hindu tersebut. 1.4 Tinjauan Pustaka Penulis menggunakan beberapa buku karya ilmiah untuk membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian. Berkaitan dengan kajian yang dilakukan, buku yang digunakan sebagai bahan pustaka dalam penelitian ini dan mampu mencari kerangka teoritis yaitu ; Sarjani Tarigan dalam Dinamika Orang Karo, Budaya, dan Modernisasi (2008) menjelaskan pengaruh Agama Hindu terhadap Masyarakat Karo. Buku ini
15 membantu peneliti mengenai adanya pengaruh budaya Hindu terhadap etnis Karo dan bagaimana dahulu tradisi Agama Hindu di masyarakat Karo. Sempa Sitepu,dkk dalam Pilar Budaya Karo(1996) menjelaskan beberapa upacara upacara tradisional Karo yang memiliki persamaan dengan kebudayaan Hindu, misalnya persilihi, erpangir kulau. Buku ini menjelaskan bahwa berbagai jenis tradisi budaya Karo memiliki akulturasi dengan budaya Etnis Tamil Hindu dan adanya pengaruh dari Etnis tersebut baik di dalam sejarah dan religi yang dianut oleh Etnis Karo. Buku ini membantu penulis untuk mengenali seperti apa kebudayaan Etnis Karo dahulu. Koentjaraningrat dalam Pengantar Ilmu Antropologi (1985) menjelaskan Komunitas adalah suatu kesatuan hidup manusia, yang menempati suatu wilayah yang nyata, dan berintraksi menurut suatu sistem adat istiadat, serta terikat oleh suatu rasa identitas komunitas. Peneliti menggunakan buku ini untuk mengetahui pengertian dan bentuk komunitas. Tengku Lukman Sinar dalam Sejarah Medan Tempoe Doeloe (1996) menjelaskan kedatangan Bangsa India memperkenalkan kebudayaan dan Agama Hindu ke wilayah pesisir kiri dan kanan Selat Malaka, begitu juga tulisan Bangsa India yang disebut aksara Pallawa (Wenggi) dan bahasa Sanskerta. Membantu penulis menambah informasi kedatangan Bangsa India ke Nusantara dan pengaruhnya. Di dalam buku ini juga diterangkan bagaimana budaya Hindu adalah salah satu budaya yang memperkenalkan zaman Prasejarah ke zaman sejarah, dan membawakan bahasa sanskerta ke Nusantara.
16 Noprianta A Tarigan dalam Sesajen (Studi Deskripsi Mengenai Makna Sesajen Pada Penganut Agama Hindu di Desa Lau Rakit, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deliserdang, Propinsi Sumatera Utara) (2011), menjelaskan bagaimana tradisi ritual agama Hindu dan seperti apa teknik ibadah yang dilakukan Agama Hindu yang bercampur dengan kebudayaan masyarakat Karo. Buku ini membantu penulis untuk mengetahui bahwa di Hindu ada istilah Kalapatra yaitu dimana Hindu berada maka Dia akan mengikuti budaya daerah tersebut. E.P Ginting dalam Religi Karo (1999) menjelaskan bagaimana sejarah kepercayaan masyarakat Karo pada zaman dahulu sebelum masuknya Zending ke Tanah Karo. Buku ini Membantu penulis mengetahui bagaimana kepercayaan sebenarnya masyarakat Karo sebelum masuknya Zending. Selain itu juga untuk mengetahui proses kristenisasi dimana pada masa ini banyak Etnis Karo meninggalkan Agama Hindu. 1.5 Metode Penelitian Metode sejarah merupakan sebuah cara yang bertujuan untuk memastikan dan menganalisis serta mengungkapkan fakta-fakta mengenai masa lampau. Sistematika dalam sebuah penulisan mengenai penelitian yang akan dilaksanakan terangkum di dalam sebuah metode penelitian sejarah yang membantu setiap penelitian dalam tujuan untuk merekonstruksi ataupun melakukan reka ulang terhadap kejadiankejadian ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau.
17 Seorang peneliti, dalam melakukan penelitian di lapangan terlebih dahulu mengadakan sejumlah pengamatan untuk membuktikan akan anggapan-anggapan dasar yang berdsarkan pada kenyataan yang ada di lokasi penelitian. Di dalam metode penelitian sejarah, ada beberapa teknik ataupun langkah-langkah yang telah dilakukan oleh penulis. Adapun langkah-langkah yang dimaksudkan adalah sebagai berikut : 1. Heuristik atau pengumpulan sumber yang sesuai dan mendukung dalam penelitian. Metode penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan (libraryresearch) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan buku yang berkaitan dengan topik penelitian. Sumber tertulis tersebut diproleh dari Toko Buku Abdi Karya, Kantor Moderamen GBKP (Gereja Batak Karo Protestan), Perpustakaan, Perpustakaan daerah Karo, Kantor Kementrian Agama Kabupaten Karo, Skripsi Noprianta A Tarigan, sesajen (Studi Deskripsi Mengenai Makna Sesajen pada Penganut Agama Hindu Etnis Karo di Desa Lau Rakit, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara), Museum GBKP di Retreat Center Sukamakmur.Penelitian lapangan dilakukan dengan menggunakan wawancara terhadap informan yaitu pemeluk Hindu Desa Tanjung Pulo, Pendeta Hindu Desa Tanjung Pulo dan masyarakat Desa Tanjung Pulo serta pegawai instansi Departemen Agama Kabupaten Karo.
18 2. Kritik Sumber Data yang terkumpul pada kegiatan heuristik kemudian disaring dan diseleksi guna mengetahui asli atau tidaknya sumber tersebut. Kritik sumber ini terbagi atas dua yaitu kritik ekstern yang dilakukan untuk menguji sumber guna mengetahui keaslian bahan dan tulisan dalam sumber tertulis. Kemudian kritik intern yang dilakukan untuk menilai isi sumber yang dikehendaki untuk mendapatkan fakta yang kredibel. 3. Interpretasi Setelah fakta untuk mengungkap dan membahas masalah yang diteliti cukup memadai, dilakukan interpretasi, yaitu penafsiran akan makna fakta dan hubungan antara satu fakta dengan fakta lain. Penafsiran atas fakta harus dilandasi oleh sikap objektif. Kalaupun dalam hal tertentu bersikap subjektif, Rekonstruksi peristiwa sejarah harus menghasilkan sejarah yang benar atau mendekati kebenaran. 4. Historiografi Kegiatan terakhir dari penelitian sejarah (metode sejarah) adalah merangkaikan fakta berikut maknanya secara kronologis/diakronis dan sistematis, menjadi tulisan sejarah yang ilmiah.
BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN
BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN a. Latar Belakang (Times New Roman 14) Menguraikan tentang alasan dan motivasi dari penulis terhadap topik permasalahan yang diteliti / dikaji. Indonesia memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini didiami oleh beberapa kelompok etnis yaitu Etnis Melayu, Batak Karo dan Batak Simalungun.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertengahan abad ke-19 sebagai sebuah kota berpenduduk majemuk, baik dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Medan di Sumatera Utara adalah sebuah kota yang tumbuh pesat sejak pertengahan abad ke-19 sebagai sebuah kota berpenduduk majemuk, baik dari kalangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam ritual yang menjadi ciri khasnya. Masyarakat Karo pada masa dahulu percaya akan kekuatan mistis yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk kota terbesar ketiga di Indonesia. Tidak hanya besar dari segi wilayah, namun juga besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam keberislamannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa silam. Tidak heran bahwa setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa telah berkembang sejak masa silam. Tidak heran bahwa setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki aliran kepercayaan lokal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di seluruh nusantara. Setiap daerah memiliki suku asli dengan adatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlaku dalam masyarakat suku bangsanya sendiri-sendiri. Kondisi ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajemukan masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya suku bangsasuku bangsa yang masing-masing mempunyai cara hidup atau kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan suatu daerah dengan daerah lain pada umumnya berbeda, dan kebudayaan tersebut seantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Kebudayaan tersebut berkembang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau, dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. Keberagaman budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Desa Sukkean Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian masa lampau, baik bidang politik, militer, sosial, agama, dan ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kata Methodist adalah banyak atau macam cara dalam tata cara beribadah (tidak
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Kata Methodist berasal dari kata Method yang artinya cara, jadi arti dari kata Methodist adalah banyak atau macam cara dalam tata cara beribadah (tidak monoton).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan semua peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah merupakan semua peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau, baik dalam bidang politik, militer, sosial, agama, dan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR. tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR Gambaran umum Kecamtan STM Hilir yang merupakan lokasi penilitian ini adalah, letak geografis, komposisi penduduk, dan perkembangan pemerintahan. Hal ini untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa perkembangan seni rupa Indonesia dimulai sejak zaman prasejarah. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut juga seni primitif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan untuk makan. Dalam upayanya untuk mempertahankan hidup, manusia memerlukan makan. Makanan adalah sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Binjai merupakan kota multi etnik yang dihuni oleh etnis Melayu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Binjai merupakan kota multi etnik yang dihuni oleh etnis Melayu, Jawa, Batak Karo, India dan Cina. Di antara etnik tersebut terdapat dua kelompok etnik yang berasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1 Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Kota ini terletak sekitar 40 km arah Timur dari ibukota Kabupaten Simalungun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Karo itu suku bangsa Haru kemudian di sebut Haru dan akhirnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Karo itu suku bangsa Haru kemudian di sebut Haru dan akhirnya dinamai suku Karo sekarang ini (P. Sinuraya,2000: 1). Setelah hancurnya Kerajaan Haru Wampu, Kerajaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran
BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran kristus) dimulai dari kesadaran teologis oleh seorang pendeta Inggris bernama John Wesley,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. demokrasi, memiliki 33 provinsi yang terbagi kedalam lima pulau besar yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu Negara kesatuan yang menganut paham demokrasi, memiliki 33 provinsi yang terbagi kedalam lima pulau besar yaitu Pulau Jawa, Pulau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. unsur sosial budaya yaitu: bahasa, sistem ilmu pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah adalah peristiwa yang ada hubungannya dengan kegiatan manusia sehingga terjadi berbagai dimensi perubahan baik politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi
Lebih terperinciBAB VII RAGAM SIMPUL
BAB VII RAGAM SIMPUL Komunitas India merupakan bagian dari masyarakat Indonesia sejak awal abad Masehi. Mereka datang ke Indonesia melalui rute perdagangan India-Cina dengan tujuan untuk mencari kekayaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sesuai dengan yang dinyatakan
Lebih terperinciAKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)
AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang merupakan pusat budaya batak toba. Selain itu samosir juga di kenal dengan ke indahan panorama alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat orang lebih berpikir maju dan berwawasan tinggi. Pendidikan. majunya teknologi informasi dalam dunia pendidikan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan akan membawa perubahan sikap, perilaku, nilai-nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari Sabang sampai Merauke terdapat suku dan ragam tradisi, seperti tradisi yang ada pada suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah satu penyumbang kemajemukan di Indonesia karena masyarakatnya yang tidak hanya terdiri dari
Lebih terperinciBAB V SIMPUL DAN SARAN. yang bergambar Ayam jantan, kemudian melakukan doa-doa kepada
BAB V SIMPUL DAN SARAN A. Simpulan 1. Tata cara ritual Pangguni Uttiram pelaksanaannya dilakukan dan dimulai dengan rangkaian doa doa dan membakar sesaji di depan omom (api) dan dilanjutkan dengan menaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terbentuknya sebuah desa tidak dapat dipisahkan dari manusia. Faktor utama terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada karena ada masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud kebudayaan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Masyarakat majemuk yang hidup bersama dalam satu wilayah terdiri dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda tentunya sangat rentan dengan gesekan yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Kedatangan etnis Tamil dimulai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari Sabang sampai Merauke terdapat suku dan ragam tradisi, seperti tradisi yang ada pada suku Jawa,
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual
BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia memiliki keanekaragaman suku yang tersebar diseluruh bagian tanah air. Masing-masing dari suku tersebut memiliki sejarahnya tersendiri. Selain
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan
Lebih terperincimenghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan sebuah kebisaan yang lahir atas dasar perilaku seharihari yang dianggap berkaitan erat dengan kehidupan dan proses perilaku kebiasaan itu menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Membahas Masjid Raya Binjai tidak terlepas dari peran Kesultanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Membahas Masjid Raya Binjai tidak terlepas dari peran Kesultanan Langkat. Sultan Musa membangun masjid ini karena pada masa itu kawasan ini merupakan tempat berkumpulnya
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 INFORMED CONSENT Lembar Pernyataan Persetujuan oleh Subjek Saya yang bertanda tangan dibawah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Desa Sugau Nama desa secara administrasi disebut desa Sugau, masyarakat sering menyebut desa ini dengan nama Simpang Durin Pitu. Simpang Durin Pitu dibuat
Lebih terperinciMATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau
MATERI USBN SEJARAH INDONESIA PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH 1. PENGERTIAN SEJARAH Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon. Penggunaan kata tersebut dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa wilayah di Indonesia. Di pulau Sumatera sendiri khususnya di Sumatera Utara, suku Batak bisa ditemukan
Lebih terperinciBAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389
BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak bangunan-bangunan megah yang sengaja dibangun oleh tangan-tangan manusia sebagai wujud berdiamnya Allah di
Lebih terperinciB A B II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
B A B II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Letak Desa Desa Lau Rakit merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Desa Lau
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing
BAB V KESIMPULAN Barus merupakan bandar pelabuhan kuno di Indonesia yang penting bagi sejarah maritim Nusantara sekaligus sejarah perkembangan Islam di Pulau Sumatera. Pentingnya Barus sebagai bandar pelabuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Inkulturasi budaya Indonesia berawal dari masuknya bangsa-bangsa asing ke Indonesia yang awalnya memiliki tujuan untuk berdagang. Dengan masuknya budaya-budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya
Lebih terperinciini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat Karo adalah masyarakat yang menganut sistem patriaki, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Karo adalah masyarakat yang menganut sistem patriaki, yang artinya garis keturunan berdasarkan ayah. Hal ini jelas dilihat dari kehidupan sosial
Lebih terperinciUKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia.
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang permasalahan 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia. Orang-orang Tionghoa asli sudah datang ke pulau Jawa jauh sebelum kedatangan orang Barat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keragaman aktivitas musik pada kelompok agama dan etnis di dunia. Musik tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemahaman tentang hakikat musik dapat menyadarkan kita tentang keragaman aktivitas musik pada kelompok agama dan etnis di dunia. Musik tidak saja melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budayabudaya lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak ada begitu saja, tetapi juga karena
Lebih terperinci2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif
2. Fungsi tari Tumbuh dan berkembangnya berbagai jenis tari dalam kategori tari tradisional dan tari non trasional disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan bangsanya. Sebagai bangsa yang heterogen, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki kebudayaan, tradisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. [Type text]
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka corak budaya yang beraneka ragam. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki
Lebih terperinciBAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian
BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian di setiap bagian yang diperlukan dalam penelitian ini. Kita dapat mulai untuk meneliti apa
Lebih terperinciKONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja
KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja Upacara pemakaman yang dilangsungkan saat matahari tergelincir ke barat. Jenazah dimakamkan di gua atau rongga di puncak tebing batu. Sebagai tanda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masing manusia tersebut mewujudkan kebudayaannya dalam bentuk ide - ide,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia memiliki kebudayaannya masing - masing, dan masing - masing manusia tersebut mewujudkan kebudayaannya dalam bentuk ide - ide, gagasan, nilai - nilai,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan panjang masa lampau oleh para generasi sebelumnya atau para leluhur yang diabadikan berupa kisah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai upacara ritual yang bersifat magis, adat istiadat maupun hiburan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan salah satu sarana bagi manusia untuk berkreasi dan berkarya. Manusia berkarya melalui cara dan media yang berbeda-beda sesuai dengan bakat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung
Lebih terperinciMASUKNYA HINDU-BUDHA KE INDONESIA
MASUKNYA HINDU-BUDHA KE INDONESIA A. Masuknya Hindu Ada pendapat yang menganggap bahwa bangsa Indonesia bersikap Pasif dan hanya menerima saja pengaruh budaya yang datang dari India. Menurut para ahli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan penyebaran agama-agama di Indonesia selalu meningkat, baik itu agama Kristen Katholik, Protestan, Islam, dan sebagainya. Tidak hanya menyebarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten dan kota di Sumatera Utara. Tebing Tinggi memiliki luas daerah kurang dari 31 km² dan berjarak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Mustopo Habib berpendapat bahwa kesenian merupakan jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan yang bertujuan untuk menambah dan melengkapi kehidupan. Namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal juga terlestari di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun yang lampau, ini yang dapat di lihat dari kayakarya para leluhur bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan yang terdapat dimasa kini. Perspektif sejarah selalu menjelaskan ruang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada suatu peristiwa, tetapi hanya peristiwa yang banyak mengubah kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa lampau manusia untuk sebagian besar tidak dapat ditampilkan kembali, bahkan mereka yang dikaruniai ingatan sekalipun tidak akan dapat menyusun kembali
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM DESA TONGKOH. Desa Tongkoh berada diantara jalan raya Berastagi-Medan, jarak dari Ibukota
BAB II GAMBARAN UMUM DESA TONGKOH 2.1 Letak Geografis Desa Tongkoh berada diantara jalan raya Berastagi-Medan, jarak dari Ibukota Kabupaten ke desa ini lebih kurang sekitar 26 km, sedangkan dari kota Berastagi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sesuai dengan
Lebih terperinci