BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
|
|
- Susanto Darmali
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 xv
2 INTISARI Kota Semarang merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki mobilitas yang tinggi dalam proses pemenuhan kebutuhan hidup. Hal ini ditandai dengan banyaknya pembangunan-pembanguan di berbagai bidang. Proses pembangunan ini berdampak pada peningkatan aspek kehidupan, namun juga diikuti masalah lingkungan. Upaya pembangunan lingkungan hidup dalam upaya pengelolaan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan diharapkan mampu untuk mendukung masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tetap memperhatikan lingkungan hidup. Penggambaran seputar lingkungan kota Semarang dan pengembangan mengenai masalah-masalah lingkungan yang dihadapi, adalah metode awal untuk menemukan solusi dalam pengelolaan kota yang berwawasan lingkungan. Lingkungan kota Semarang dikaji melalui pendekatan kualitatif dan komunikatif untuk mendekatkan masalah kepada solusi dan pemahaman pelestarian lingkungan berdasarkan refleksi etika lingkungan. Pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan mewakili eksistensi daripada etika lingkungan khususnya etika ekosentrime yang ditunjukkan dengan keseimbangan antara hakikat pembangunan yang harus tetap berjalan dan kelestarian alam yang harus selalu dijaga. Hal ini sekaligus menjadi langkah awal dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan di kota Semarang secara bertahap dan berkesinambungan, mengelola dan memulihkan serta merupakan langkah preventif di masa yang akan datang. Kata kunci : Semarang, etika lingkungan, ekosentrisme, pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. 1
3 ABSTRACT Semarang is a city in Indonesia which has high mobility in the process of fulfilling the needs of the living. It is characterized by a large number of construction-construction in various fields. This development process have an impact on improving aspects of life, but also followed environmental problems. Environmental development efforts in the management of sustainable development efforts and insightful environment is expected to be able to support the community in meeting the needs of his life with permanent attention to the environment. The depiction of the environment surrounding the city of Semarang and the development of the environmental problems facing, is the initial method for finding solutions in the management of a city environmentally. Semarang city environment examined through a qualitative approach and communicative approach to the problem to solutions and understanding of environmental conservation based on the reflection of environmental ethics. Sustainable development and environmentally sound represent existence than ethics environment especially ethical ekosentrime demonstrated by the balance between the nature development should run and preserve nature which must always guarded carefully.this has become the first step in solving problem of environment in the city of semarang gradually future, managing and recover as well as the preventive measures in the future. Keywords: environmental ethics, Semarang, ekosentrisme, sustainable development and environmentally. 2
4 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluki lainnya. Manusia tidak menyadari bahwa kemajuan yang terjadi seiring dengan perkembangan teknologi dan budaya dalam kehidupan telah menimbulkan berbagai macam permasalahan. Tingkat peradaban manusia yang semakin hari semakin berkembang membuat manusia senantiasa berurusan dengan lingkungan yang semakin hari sulit untuk dihindari. Lingkungan hidup yang semakin tercemar memungkinkan terjadinya suatu krisis terhadap lingkungan sosial. Krisis terhadap lingkungan hidup merupakan suatu tantangan yang sangat besar. Tantangan ini terutama terjadi di negara-negara yang sedang berkembang, karena adanya berbagai aktivitas pembangunan yang bertujuan
5 2 meningkatkan kesejahteraan umat manusia tetapi sering pula membawa damapak terhadap perubahan lingkungan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tumbuhnya industri yang begitu pesat pada saat itu telah menimbulkan pengaruh baik dampak positif maupun dampak negatifnya. Dampak positifnya adalah peningkatan mutu dan kualitas hidup yang ditandai dengan pemenuhan kebutuhan hidup manusia yang menjadi lebih mudah untuk diwujudkan.akan tetapi dampak negatif dari kemajuan industri ini tentunya harus lebih diwaspadai agar tidak terjadi suatu kerusakan dalam tatanan lingkungan yang ada baik itu lingkungan hidup pada umumnya maupun lingkungan sosial. Dalam perkembangannya, tatanan lingkungan hidup maupun lingkungan sosial seharusnya senantiasa diperhatikan agar tidak mendatangkan berbagai bencana. Tanggungjawab dari semua elemen masyarakat diperlukan dalam menjaga tatanan lingkungan hidup dan lingkungan sosial sehingga diharapkan akan tercipta suatu cara pandang yang lebih baik dalam memandang lingkungan itu sendiri. Daya dukung lingkungan sebagai suatu kemampuan alam untuk mendukung kehidupan manusia harus dijaga. Daya dukung alam ini sangat penting terhadap kelangsungan hidup manusia. Oleh karena itu, keberadaan lingkungan alam perlu dijaga dan dikelola dengan baik agar kehidupan tetap optimal.
6 3 Berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi sekarang ini, baik dalam dalam lingkup global maupun nasional merupaka akibat dari perilaku manusia. Kasus- kasus pencemaran dan kerusakan, seperti air laut, hutan, atmosfer, air, tanah dan lain- lain bersumber pada perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli, dan hanya mementingkan diri sendiri. Menurut Arne Naess, krisis lingkungam dewasa ini hanya dapat diatasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam secara fundamental dan radikal. etika lingkungandibutuhkankarena mampu menuntun manusia untuk berinteraksi secara baru dengan alam semesta. Kesalahan fundamental pemahaman manusia adalah cara pandang terhadap dirinya, alam, dan tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem.salah satu penyebabnya adalah bersumber dari etika antroposentrisme, yang memandang manusia sebagai pusat alam semesta, mempunyai nilai semesta alam, dan boleh melakukan apa saja terhadap alam. Cara pandang inilah yang menimbulkan sikap dan perilaku eksploitatif terhadap alam. Pandangan Galtung terkait dengan lingkungan, bahwa lingkungan tidak semata- mata merupakan sarana, tempat untuk melangsungkan kehidupan, namun juga merupakan Lebenswelt, yaitu medan atau tempat yang memungkinkan manusia untuk berkarya, memenuhi kebutuhan hidup, dan membangun peradaban dan kebudayaannya. Galtung menambahkan bahwa manusia harus mampu menciptakan dan menjaga keharmonisan hidupnya dengan alam, karena berkaitan secara structural. Galtung dalam pendekatan
7 4 sruktural ini, menegaskan bahwa manusia bersahabat dengan alam, menjaga keseimbangan ekologis, memahami bahwa manusia adalah bagian dari alam, begitu juga alam bagian dari kehidupan manusia. Dengan demikian terjadi relasi horizontal supaya tidak terjadi kepincangan di salah satu pihak. Kelestarian alam adalah yang utama karena perlu diingat bahwa alam bukan merupakan warisan, melainkan sebuah titipan. Kota Semarang merupakan salah satu kota di Indonesia yang masyarakatnya memiliki mobilitas yang tinggi dalam upaya menggapai setiap kebutuhan dan impiannya. Hal ini ditandai dengan banyaknya pembangunanpembanguan diberbagai bidang. Proses pembangunan ini mengakibatkan mobilitas penduduk semakin meningkat sehingga keadaan ini membuka peluang untuk meningkatkan sistem perekonomian, tetapi juga meningkatnya masalah pencemaran. Upaya pembangunan lingkungan hidup dalam upaya pengelolaan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan diharapkan mampu memberikan suatu gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang diharapkan mampu untuk mendukung masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tetap memperhatikan lingkungan hidup dengan lebih mengedepankan suatu etika dan pengetahuan mengenai lingkungan dalam suatu cara pandang yang dimiliki oleh masyarakat dan pemerintah kota Semarang.
8 5 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang pengelolaan Lingkungan hidup menyatakan: 1. Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dimaksud adalah upaya terpadu untuk melestarikanfungsi lingkungan hidup, yang meliputi kebujaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. 2. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan mendatang. 3. Pelestarian fungsi lingkungan hidup merupakan rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, guna terjaganya kehidupan berkualitas. 2. Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang masalah pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Apa yang selama ini menjadi persoalan degradasi lingkungan di kota Semarang? 2. Bagaimanakah upaya pemerintah kota Semarang dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan?
9 6 3. Apa revelansi etika lingkungan Galtung dalam kaitannya dengan pembangunan di kota semarang? 3. Keaslian Penelitian Sisi keaslian penelitian ini akan menjawab permasalahan pokok dalam hal pembangunan dan berbagai masalah degradasi lingkungan dalam perspektif etika lingkungan. Penulis dalam penelitian ini memfokuskan diri pada korelasi antara masalah linkungan di Semarang dan pembangunan kota dengan kontribusi etika lingkungan Galtung. Adapun penelitian-penelitian sebelumnya yang serupa, namun sisi variabelatau materi yang membedakan; 1.Elaborasi Konsep Etika Lingkungan, Sebuah Perspektif Bagi Pembangunan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia ( Wahid Teguh Setiawan : 2695, 2002, skripsi Filsafat UGM). 2.Etika Lingkungan Menurut Johan Galtung (Jaelani : 2212, 1996, skripsi Filsafat UGM). 3. Perda Tata Ruang Kota Semarang dan Implementasinya (Bagus Arya Wisnu Wardhana, S.H. : 2008, UNDIP Semarang) 4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat daripada penelitian ini, yaitu: 1. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan
10 7 Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu penegetahuan tentang lingkungan di Indonesia.Pembangunan dan penanganan masalah lingkungan perlu memerhatikan perspektif etika lingkungan. 2. Bagi perkembangan filsafat Penelitian ini diharapkan mampu menambah wacana berpikir kefilsafatan terutama mengenai pembangunan dan penanggulangan masalah lingkungan yang tetap memfokuskan diri pada etika lingkungan. 3. Bagi masyarakat kota Semarang Penelitian ini diharapkan dapat memberi suatu pemahaman baru yang bersifat konstruktif, bahwa betapa pentingnya eksistensi daripada etika lingkungan dalam rangka upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan di kota Semarang002E A. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui secara deskriptif segala hal yang menjadi persoalan lingkungan di kota Semarang sehingga dapat menuju pada pembangunan yang berwawasan etika lingkungan. 2. Merumuskan secara analisis tentang upaya pemerintah kota Semarang dalam mewujudkan suatu pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
11 8 3. Merumuskan secara reflektif mengenai korelasi antara etika lingkungan Galtung dengan pembangunan dan pengelolaan lingkungan di Semarang, sehingga tercipta pemahaman baru mengenai pentingnya etika lingkungan tersebut. B. Tinjauan Pustaka Manusia harus berupaya melakukan pembangunan dengan memanfaatkan sumber-sumber daya alam yang telah disediakan oleh lingkungannya, dan kebutuhan tersebut selalu berkembang sejalan dengan perkembangan yang dicapai oleh manusia yang berdampak pada lingkungan. Besar perhatian terhadap upaya perlindungan dan penggunaan lingkungan dapat dimengerti, oleh karena pada lingkungan itulah manusia hidup, dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Soerjani,1998:4). Etika lingkungan sebagai prinsip dasar moral lingkungan yang merupakan petunjuk atau arah perilaku praktis manusia dalam mengelola dan memanfaatkan alam, dalam hidupnya sebagai masyarakat. Dengan etika lingkungan, kita tidak saja mengimbangi hak dan kewajiban terhadap lingkungan, namun juga membatasi tingkah laku manusia agara dalam setiap kegiatan tetapberada dalam batas kepentingan lingkungan hidup kita (Soerjani, 1998: 36). Semua usaha dan kegiatan pembangunan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup.perencanaan awal suatu usaha atau kegiatan
12 9 pembangunan harus memuat perkiraan dampaknya yang penting terhadap lingkungan hidup, guna dijadikan pertimbangan apakah untuk rencana tersebut perlu dibuat analisis mengenai dampak lingkungan. (Koesnadi Hardjasoemantri, 2000 : 230). Kerusakan lingkungan hidup penyebabnya adalah manusia itu sendiri. Etika lingkungan hidup dapat merangsang manusia untuk memperhatikan dan mempertimbangkan dan menanamkan kesadaran akan segala dampak yang ditimbulkan dalam pengelolaan lingkungan hidup (Emil Salim, 1988: 19). Kota Semarang merupakan salah satu kota di Indonesia yang masyarakatnya memiliki mobilitas yang tinggi dalam menggapai setiap kebutuhan dan impiannya. Hal ini ditandai dengan banyaknya pembangunanpembanguan diberbagai bidang. Proses pembangunan ini juga mengakibatkan mobilitas penduduk semakin meningkat sehingga keadaan ini membuka peluang untuk meningkatkan sistem perekonomian dan meningkatnya masalah pencemaran. Sebagai langkah awal dari pemerintah kota Semarang adalah dengan menerbitkan berbagai peraturan daerah yang digunakan untuk melindungi dan mengatur elemen masyarakat untuk senantiasa mendukung setiap langkah dalam melakukan pembenahan terhadap lingkungan hidup untuk menuju pada suatu pembangungan lingkungan hidup dalam upaya pengelolaan pembangunan yangberkelanjutan dan berwawasan lingkungan (Budianto,2008).
13 10 Pembangunan berwawasan lingkungan hidup merupakan upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan mendatang. Sifat keterkaitan sumber daya alam dan tatanan lingkungan mengharuskan cara mekanisme pembangunan yang memperhatikan keterkaitan tersebut. Hal yang memberi konsekuensi dimana pengembangan yang dilakukan di suatu sektor, harus memperhatikan dampak pada pengembangan sector lain (Aca Sugandhy, 2009: 4) Perubahan fundamental dalam sikap manusia modern terhadap lingkungan hidup dan alam sangat diperlukan. Sikap dasar yang dituntut itu dapat dirumuskan seperti yang dijelaskan oleh Franz Magnis Suseno (1993: 151) sebagai berikut : Menguasai secara berpartisipasi, menggunakan sambil memelihara. Manusia harus tetap menguasai alam. Ia tetap harus menggunakannya, yang perlu berubah adalah cara penguasaan, cara pemanfaatannya. Menguasai tidak sebagai pihak di luar dan di atas alam, melainkan sebagai bagian dari alam, sebagai partisipan dalam ekosistem bumi. Manusia menguasai sambil menghargai, mencintai, mendukung, dan mengembangkannya. Manusia memanfaatkan, tetapi tidak sebagaimana manusia menghabiskan isi sebuah tambang atau penduduk pantai akan memanfaatkan bangkai kapal yang kandas dan ditinggalkan orang. Melainkan seperti kita memanfaatkan seekor sapi perah, dengan sekaligus memeliharanya.
14 11 Manusia harus menjadikan sebagai kewajiban bahwa dalam setiap pertemuan dengan alam, ia meninggalkannya dalam keadaan utuh. (Franz Magnis Suseno, 1993: 151). Pemerintah kota Semarang mengawali langkah dengan menerbitkan berbagai peraturan daerah yang digunakan untuk melindungi dan mengatur elemen masyarakat untuk senantiasa mendukung setiap langkah dalam melakukan pembenahan terhadap lingkungan hidup untuk menuju pada suatu pembangungan lingkungan hidup dalam upaya pengelolaan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Secara garis besar, upaya pembangunan lingkungan hidup dalam upaya pengelolaan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan diharapkan mampu memberikan suatu gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang diharapkan mampu untuk mendukung masyarakat dalam memenuhi. (Budianto, 2008 : 15). Konsep pembangunan berkelanjutan menuntut terwujudnya pengintegrasian kepentingan ekonomi, kepentingan ekologi dan kepentingan sosial. Prinsip dan pola pelaksanaan pembangunan harus mampu memberikan jaminan terhadap terlaksananya azas keadilan dan pemerataan, meningkatnya kualitas keanekaragaman hayati, penerapan pendekatan. Integratif dan harus memiliki perspektif jangka panjang, dalam pembangunan secara fisik agar tidak merusak atau mengenyampingkan aspek lingkungan hidup yang dikontrol oleh Perda tata ruang kota. (BAPEDALDA Tingkat I Jawa Tengah, 1999 : 4).
15 12 Kota Semarang merupakan Kota metropolitan berpenduduk sekitar 1,4 juta jiwa dengan luas wilayah hektar. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan penataan kota semarang yang carut marut yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Nomer 5 Tahun 2004 bila dikaji implementasinya (analisis konsistensi dan harmo nisasi) denganundang undang Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu Undang undang Nomor 32 tahun Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2004 pasal 4 sebagai berikut: Peraturan Daerah ini bertujuan untuk : a. Meningkatkan peran kota dalam pelayanan yang lebih luas agar mampu berfungsi sebagai pusatpembangunan dalam suatu sistem pengembangan wilayah; b. Terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan yang berdasarkan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional; c. Terselenggaranya peraturan pemanfatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya; d. Tercapainya pemanfatan ruang yang akurat dan berkualitas untuk: 1) Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan dengan memperhatikan sumberdaya manusia;
16 13 2) Meningkatkan pemanfatan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan secara berdaya guna, berhasil guna dan tepat guna untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia; 3) Mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur dan sejahtera; 4) Mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan; 5) Mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan. C. Landasan Teori Pandangan Galtung terkait dengan lingkungan, bahwa lingkungan tidak semata- mata merupakan sarana, tempat untuk melangsungkan kehidupan, namun juga merupakan Lebenswelt, yaitu medan atau tempat yang memungkinkan manusia untuk berkarya, memenuhi kebutuhan hidup, dan membangun peradaban dan kebudayaannya. Galtung menambahkan bahwa manusia harus mampu menciptakan dan menjaga keharmonisan hidupnya dengan alam, karena berkaitan secara structural. Galtung dalam pendekatan sruktural ini, menegaskan bahwa manusia bersahabat dengan alam, menjaga keseimbangan ekologis, memahami bahwa manusia adalah bagian dari alam, begitu juga alam bagian dari kehidupan manusia. Dengan demikian terjadi relasi horizontal supaya tidak terjadi kepincangan di salah satu pihak. Kelestarian alam adalah yang utama karena perlu diingat bahwa alam bukan merupakan warisan, melainkan sebuah titipan. Manusia memanipulasi dan
17 14 merusak alam, maka secara tidak langsung akan mempersempit ruang gerak manusia itu sendiri, selain itu akan mengantarkan bumi pada kehancuran (Marsana Windu, 1992: 127). Krisis ekologi dewasa ini telah meluas dan sangat berpengaruh padapandangan kosmologis yang menimbulkan eksploitasi terhadap lingkungan.galtung mengetengahkan tiga teori etika lingkungan, serta menawarkan teori etika yang dapat dijadikan sebagai alternatif pengelolaan lingkungan. (J. Sudriyanto, 1992: 13, Jaelani, 1996: 54-59) 1. Etika Egosentrisme Etika egosentris adalah etika yang berdasarkan ego (diri). Focus etika ini adalah suatu keharusan untuk melakkukan tindakan yang baik bagi diri, self. Kebaikan individu adalah kebaikan masyarakat merupakan klaim yang dianggap sah. Orientasi etika egosentris didasarkan pada filsafat individualisme dengan pandangan bahwa individu merupakan atom sosial yang berdiri sendiri (J.Sudriyanto, 1992: 14). Menurut Sony Keraf (1990: 31) etika egosentrisme mempercayai bahwa tindakan setiap orang pada dasarnya bertujuan mengejar kepentingannya sendiri dan demi keuntungan dan kemajuannya pribadi. Dengan demikian manusia merupakan pelaku rasional dalam mengusahakan hidup dengan memanfaatkan alam yang berdasarkan pada kenyataan pandangan yang mekanistik. Ada yang utama dan adalyang tidak utama seperti dalam
18 15 koorporate.artinya, secara teoritis etika egosentris menempatkan individu manusia sebagai bagian paling pokok dalam membangun lingkungan social (J. Sudriyanto, 1992: 15). 2. Etika Homosentrisme Etika homosentris bertolak belakang dengan etika egosentris dalam arti jika egosentris lebih menekankan pada individu, maka etika homosentrisme lebih menitikberatkan pada masyarakat. Model-model yang dijadikan dasarnya adalah kepentingan social dengan memperhatikan hubungan antara pelaku dengan lingkungan yang mampu melindungi sebagian besar hajat masyarakat.asumsi yang digunakan oleh etika homosentrisme adalah sifat organis mekanis dari alam.setiap bagian merupakan bagian-bagian organ dari bagianlainnya. Jika salah satu bagian hilang maka keseluruhan akan kurang bahkan tidak berguna. Antar bagian dari suatu keseluruhan memiliki hubungan yang tidak terpisahkan dan bersifat saling mempengaruhi.sayangnya, menurut J. Sudriyanto (1990: 16), dengan pandangan demikian sumber-sumber kekayaan alam dikuras terus menerus dengan dalih kepentingan dan kemajuan masyarakat. 3. Etika Ekosentrisme Etika ekosentris merupakan aliran etika yang ideal sebagai pendekatan dalam mengatasi krisis ekologi dewasa ini. Etika ekosentris lebih berpihak pada lingkungan secara keseluruhan, baik biotik maupun abiotik. Hal terpenting dalam pelestarian lingkungan menurut etika ekosentris adalah tetap
19 16 bertahannya segala yang hidup dan yang tidak hidup sebagai komponen ekosistem yang sehat. Benda-benda kosmis memiliki tanggung jawab moralnya sendiri seperti halnya manusia, oleh karena itu diperkirakan memilliki haknya sendiri juga, karena pandangan yang demikian maka etika ini sering kali disebut juga deep ecology (J. Sudriyanto, 1992: 243). Deep ecology juga disebut etika bumi. Bumi dianggap memperluas ikatan-ikatan komunitas secara kolektif yang terdiri atas manusia, tanah, air, tanaman, binatang. Bumi mengubah peran manusia menjadi bagian susunan warga dirinya. Sifat holistik ini menjadikan adanya rasa hormat terhadap bagian yang lain. Etika ekosentris mempercayai bahwa segala sesuatu selalu dalam hubungan dengan yang lain, di samping keseluruhan bukanlah sekedar penjumlahan-penjumlahan, jika bagian berubah, keseluruhan akan berubah pula, tidak ada bagian dalam sesuatu ekosistem yang dapat diubah tanpa mengubah bagian yang lain dan keseluruhan. D. Metode Penelitian 1. Bahan atau materi penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, dimana sumber bahan atau materi penelitian diperoleh melalui sumber tulisan, ataupun pustakapustaka ilmiah.pembagian sumber-sumber data, yaitu:
20 17 a. Sumber primer diperoleh melalui buku, Perda kota Semarang, artikel, thesis, karyakarya ilmiah, maupun pustaka sarjana yang berhubungan mendukung penelitian ini. b. Sumber sekunder Diperoleh melalui surat kabar, berita harian, maupun media massa lainnyayang sekiranya berhubungan dengan penelitian ini. 2. Jalannya penelitian Penelitian ini berjalan secara sistematis dan menyeluruh. Penelitian ini dilakukan 4 tahap, antara lain: a. Pengumpulan data, dalam tahap ini semua yang berhubungan dengan penelitian dikumpulkan secara seksama, meliputi, penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. b. Klasifikasi data, tahap ini adalah tindak lanjut dari tahap pertama yaitu menyeleksi bahan-bahan yang dinilai sangat mendukung pengelolaan lingkungan. c. Penyusunan dan penulisan, tahap dimana semua bahan yang telah dikumpulkan dan diseleksi, untuk seterusnya disusunberdasarkan kaedah penulisan karya ilmiah.
21 18 3. Analisis hasil a. Deskripsi, yaitu pemaparan sekaligus penggambaran segala macam masalah lingkungan dan penanganannya, segala upaya pembangunan berwawasan lingkungan yang dilakukan oleh pemerintah kota Semarang. b. Interpretasi, yaitu pengembangan seputar persoalan-persoalan etika lingkungan yang selayaknya diperhatikan dalam pemulihan lingkungan hidup di kota Semarang. c. Hermeneutika, yaitu pengumpulan keseluruhan data yang berhubungan dengan objek materi penelitian, yaitu lingkungan kota semarang, melalui proses pendekatan secara kualitatif serta komunikatif, untuk mendekati permasalahan dan menemukan solusi permasalahan tersebut. d. Verstehen, yaitu pemahaman mengenai lingkungan kota Semarang, permasalahan lingkungan, dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan lingkungan kota Semarang berdasarkan refleksi etika lingkungan. E. Hasil Yang Ingin Dicapai 1. Mengetahui secara deskriptif segala hal yang menjadi persoalan lingkungan di kota Semarang sehingga dapat menuju pada pembangunan yang berwawasan etika lingkungan.
22 19 2. Merumuskan secara analisis tentang upaya pemerintah kota Semarang dalam mewujudkan suatu pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. 3. Merumuskan secara reflektif mengenai korelasi antara etika lingkungan, khusunya teori Johan Galtung dengan pembangunan dan pengelolaan lingkungan di Semarang, sehingga tercipta pemahaman baru mengenai pentingnya etika lingkungan tersebut. G. Sistematika Penulisan Penelitian ini dibagi menjadi 4 bab, yaitu: Bab I adalah pendahuluan, yang berisi Latar Belakang Masalah yang terdiri dari perumusan masalah, keaslian penelitian, dan manfaat penelitian.selanjutnya diikuti dengan Tujuan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Landasan Teori, Metode Penelitian, Hasil Yang Dicapai, dan Sistematika Penulisan. Bab II tentang seputar kota Semarang dan segala permasalahan lingkungan yang ada. Bab ini dibagi menjadi beberapa sub bab, yaitu mengenai historisitas Semarang, keadaan geografis semarang, dan permasalan lingkungan di Semarang. Bab III yang akan memaparkan mengenai etika lingkungan, khususnya pada etika lingkungan Johan Galtung. Bab ini akan dibagi menjadi sub-bab,
23 20 antara lain, pengetian lingkungan secara umum, pemahaman etika lingkungan, dan teori-teori etika lingkungan Johan Galtung. Bab IV memuat tentang etika lingkungan dalam penanganan masalah lingkungan di Semarang, yang meliputi, kebijakan dan upaya pemerintah kota dalam pembangunan berwawasan lingkungan, serta relevansi etika lingkungan Galtung dalam pembangunan dan pengelolaan kota Semarang. Bab V Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran, sehingga dalam bab ini dapat ditarik suatu kesimpulan dari masing-masing bisa penelitian dalam kajian akademis serta dikemukakan saran-saran yang bersifat konstruktif yang bisa menjadi bermanfaat untuk pembangunan dan pengelolaan kota Semarang mendatang.
ETIKA DAN LINGKUNGAN
ETIKA DAN LINGKUNGAN Pendahuluan Berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi saat ini lokal, regional, nasional, internasional sebagian besar bersumber dari perilaku manusia Kasus-kasus pencemaran dan
Lebih terperinciBaca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman.
Baca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman. 1. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan deep ecology? 2. Bagaimana menerapkan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari? 3. Apa peran pemerintah dalam konsep
Lebih terperinciEtika lingkungan dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih
ix U Tinjauan Mata Kuliah ntuk menjaga agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga, diperlukan etika lingkungan. Etika lingkungan
Lebih terperinciPENANAMAN ETIKA LINGKUNGAN MELALUI SEKOLAH PERDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN
PENANAMAN ETIKA LINGKUNGAN MELALUI SEKOLAH PERDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN Rachmat Mulyana Abstrak Pendidikan merupakan salah satu upaya potensial dalam mengatasi krisis lingkungan yang terjadi saat ini
Lebih terperinciEtika Lingkungan dan Politik Lingkungan
Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan Onrizal Oktober 2008 Daftar Isi Pendahuluan Teori Etika Teori Etika Lingkungan Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan 1 Pendahuluan Berbagai kasus lingkungan hidup
Lebih terperinciETIKA LINGKUNGAN. Dosen: Dr. Tien Aminatun
ETIKA LINGKUNGAN Dosen: Dr. Tien Aminatun DEFINISI ETIKA: Sebuah refleksi kritis tentang norma dan nilai, atau prinsip moral yg dikenal umum selama ini, dalam kaitan dg lingkungan, cara pandang manusia
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Masyarakat Jawa sudah sejak lama mengenal adanya ungkapan-ungkapan
214 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Masyarakat Jawa sudah sejak lama mengenal adanya ungkapan-ungkapan /peribahasa yang bisa dijadikan acuan atau pedoman dalam hidup sehari-hari. Ungkapan-ungkapan dalam bahasa
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa yang tidak terhingga nilainya bagi seluruh umat manusia. Sebagai anugerah, hutan mempunyai nilai filosofi yang
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI
189 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI A. Simpulan Umum Kampung Kuta yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, merupakan komunitas masyarakat adat yang masih teguh memegang dan menjalankan tradisi nenek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat dipelajari dengan cara yang berjarak dan ilmiah. Keberadaannya mendahului
Lebih terperinciMenghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung
ISSN : 205-421 Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung Randy Maulana Institut Teknologi Bandung E-mail : maulana.randy@fe.unpad.ac.id Abstrak. Ekonomi hijau menunjukan hubungan antara degradasi lingkungan,
Lebih terperinciPARADIGMA APARATUR PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR
PARADIGMA APARATUR PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR Oleh: FIERDA FINANCYANA L2D 001 419 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH
Lebih terperinciBAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH
BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH Bengkulu Tengah yang Lebih Maju, Sejahtera, Demokratis, Berkeadilan, Damai dan Agamis 1. Maju, yang diukur dengan : (a) meningkatnya investasi;
Lebih terperinciETIKA LINGKUNGAN (Kuliah V)
ETIKA LINGKUNGAN (Kuliah V) Tim Pengajar MK Ekologi Manusia 2010 Etika Kebiasaan, cara hidup yang baik Dibakukan menjadi Kaidah, norma, aturan Nilai-nilai & prinsip moral Pedoman hidup: Man-Manusia Man-Masyarakt
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah pesisir merupakan kawasan yang memiliki potensi memadai untuk dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam yang tidak
Lebih terperinciI. 0PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. 0PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya alam baik hayati maupun non-hayati sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup manusia. Alam memang disediakan untuk memenuhi kebutuhan manusia di bumi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia dengan luas daratan 1,3% dari luas permukaan bumi merupakan salah satu Negara yang memiliki keanekaragaman ekosistem dan juga keanekaragam hayati yang
Lebih terperinciKULIAH 3. ETIKA LINGKUNGAN : Antroposentris, Biosentris dan Ekosentris
KULIAH 3 ETIKA LINGKUNGAN : Antroposentris, Biosentris dan Ekosentris Pada tahun 2000-2006 24 juta ha hutan dan lahan terbakar 81.1% dari 289 ribu hot spots muncul di konsesi 9,23 % dari 289 ribu hot
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terpadu dengan lingkungannya dan diantaranya terjalin suatu hubungan fungsional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup dipandang sebagai satu sistem yang terdiri dari subsistem-sistem. Dalam ekologi juga manusia merupakan salah satu subsistem dalam ekosistem
Lebih terperinciWawasan Lingkungan Hidup Dan Sustainable Agroecosystem FAKULTAS PETERNAKAN
Wawasan Lingkungan Hidup Dan Sustainable Agroecosystem FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Terminologi Berkaitan dengan Lingkungan Hidup Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mahluk hidup memiliki hak hidup yang perlu menghargai dan memandang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahluk hidup memiliki hak hidup yang perlu menghargai dan memandang makhluk hidup lain sebagai bagian dari komunitas hidup. Semua spesies hidup memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi dengan alam sekelilingnya atau lingkungannya. Seiring dengan perkembangan zaman,
Lebih terperinciEtika dan Filsafat Lingkungan Hidup Lokakarya Peradilan dalam Penanganan Hukum Keanekaragaman Hayati. A.Sonny Keraf Jakarta, 12 Januari 2015
Etika dan Filsafat Lingkungan Hidup Lokakarya Peradilan dalam Penanganan Hukum Keanekaragaman Hayati A.Sonny Keraf Jakarta, 12 Januari 2015 Krisis dan Bencana LH Global (1) 1. Kerusakan: hutan, tanah,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,
GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa Provinsi Jambi merupakan daerah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kekayaan Indonesia akan flora dan faunanya membawa indonesia kepada sederet rekor dan catatan kekayaan di dunia. Tanahnya yang subur dan iklim yang menunjang, memiliki
Lebih terperinciPembangunan Industri Tambang Yang Berwawasan Lingkungan Di Indonesia. Rosmini ABSTRAK PENDAHULUAN
YURISKA, VOL 1, NO 2, FEBRUARI 2010 117 Pembangunan Industri Tambang Yang Berwawasan Lingkungan Di Indonesia Rosmini Dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Samarinda ABSTRAK Memaknai filosofi, menghendaki
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Etika Lingkungan Etika menurut Keraf (2002; 4-5) adalah refleksi kritis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak dalam situasi konkret, situasi khusus tertentu. Etika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup merupakan semua benda, dan kondisi yang terdapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup merupakan semua benda, dan kondisi yang terdapat dalam suatu tempat atau ruang di mana manusia atau makhluk hidup berada dan dapat mempengaruhi
Lebih terperinciPENERAPAN ATURAN HUKUM PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SESUAI DENGAN UU NOMOR 23 TAHUN 2009 DAN PP 27 TAHUN 1999
PENERAPAN ATURAN HUKUM PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SESUAI DENGAN UU NOMOR 23 TAHUN 2009 DAN PP 27 TAHUN 1999 Wira Haryanti S.H., M.Si Dosen FISIP Universitas Mustopo Beragama Abstract
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Objek Persaingan dalam dunia perekonomian kini telah melanda berbagai penjuru dunia. Sebagian orang terjebak dalam egonya untuk memperoleh
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO
PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang : a. bahwa Lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin tidak ada habisnya, mengenai masalah ini dapat dilihat dari pemberitaan media masa seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia jugalah yang melakukan kerusakan di muka bumi ini dengan berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan yang bersih adalah dambaan setiap insan. Namun kenyataannya, manusia jugalah yang melakukan kerusakan di muka bumi ini dengan berbagai macam kegiatan yang
Lebih terperinciETIKA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Oleh : Abdul Mukti, NIM , Fakultas Pertanian Unpar. Abstract
ETIKA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Oleh : Abdul Mukti, NIM 107040100111018, Fakultas Pertanian Unpar Abstract Humans are the main causes of environmental degradation. Therefore required environmental ethics
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang garis pantai Indonesia mencapai 104.000 km dengan jumlah
Lebih terperinciDEFINISI SUMBERDAYA ALAM (UURI NO. 32 TH 2009 ttg Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup)
TOPIK KE-4 DEFINISI SUMBERDAYA ALAM (UURI NO. 32 TH 2009 ttg Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup) SUMBERDAYA ALAM adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya hayati dan nonhayati
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PESISIR DAN LAUT DI KABUPATEN ALOR
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NO. : 20, 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PESISIR DAN LAUT DI KABUPATEN ALOR DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPenataan ruang kawasan perkotaan pantai dalam pembangunan berkelanjutan (kasus: pulomerak-bojonegara)
Universitas Indonesia Library >> UI - Disertasi (Membership) Penataan ruang kawasan perkotaan pantai dalam pembangunan berkelanjutan (kasus: pulomerak-bojonegara) Deskripsi Lengkap: http://lib.ui.ac.id/abstrakpdfdetail.jsp?id=20424965&lokasi=lokal
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan komunitas untuk mengatur individunya merupakan modal sosial
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Modal Sosial Kemampuan komunitas untuk mengatur individunya merupakan modal sosial (social capital) yang mampu membuat individu individu yang ada didalam komunitas tersebut berbagi
Lebih terperinciPERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program
Konsep Perencanaan Pengelolaan DAS Terpadu, dengan ciri-ciri sebagai berikut (1) hutan masih dominant, (2) satwa masih baik, (3) lahan pertanian masih kecil, (4) belum ada pencatat hidrometri, dan (5)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
88 I. PENDAHULUAN Kawasan pesisir memerlukan perlindungan dan pengelolaan yang tepat dan terarah. Keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup menjadi tujuan akhir yang berkelanjutan. Telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengelolaan lingkungan hidup. Afandi (2013) mengatakan bahwa pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
Lebih terperinciUPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY
UPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY Oleh: Kevin Yoga Permana Sub: Pengembangan Minapolitan di Kabupaten Cilacap Tanpa tindakan konservasi dan pengelolaan, sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan bahwa akhlak bersifat abstrak, tidak dapat diukur, dan diberi nilai oleh indrawi manusia (Ritonga,
Lebih terperinciBAB IV VISI DAN MISI DAERAH
BAB IV VISI DAN MISI DAERAH Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lebak 2005-2025 disusun dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan daerah yang diharapkan dapat dicapai pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
Lebih terperinciLaporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN
BA B PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang Sebagai bangsa yang besar dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi pelaku ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diwujudkan sebagai bentuk kebersamaan antara dunia pendidikan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lingkungan adalah segala sesuatu yang terdapat di sekitar makhluk hidup dan berpengaruh terhadap aktivitas makhluk hidup (Sirait, 2011: 3). Menurut Undang-Undang
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem di wilayah pesisir yang kompleks, unik dan indah serta mempunyai fungsi biologi, ekologi dan ekonomi. Dari fungsi-fungsi tersebut,
Lebih terperinciPENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR
PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR Oleh: MULIANI CHAERUN NISA L2D 305 137 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencemaran lingkungan hidup yang disebabkan oleh ulah dan perilaku manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah A. Sonny Keraf mengemukakan bahwa ada dua kategori dari bencana yaitu bencana alam dan bencana lingkungan hidup. Sebagian dikategorikan sebagai bencana alam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sangat bergantung pada lingkungan hidupnya, manusia akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sangat bergantung pada lingkungan hidupnya, manusia akan musnah jika lingkungan hidupnya rusak. Lingkungan hidup yang rusak adalah lingkungan hidup yang tidak
Lebih terperinciLINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda yaitu makhluk hidup dan makhluk tak hidup yang saling mempengaruhi. Dalam kehidupan sehari-hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi konservasi, fungsi lindung dan fungsi produksi. Hutan dengan fungsi lindung yaitu hutan sebagai satu kesatuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 65 ayat 2 UU PPLH menyebutkan Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan belasan ribu pulau besar dan kecil beserta juga dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia (Christanto,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup adalah pengetahuan dasar tentang bagaimana makhluk hidup berfungsi dan bagaimana merreka berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan mereka.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. PBB tentang lingkungan hidup pada bulan Juni Pemerintah Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perhatian dunia terhadap lingkungan hidup telah diawali sejak konferensi PBB tentang lingkungan hidup pada bulan Juni 1972. Pemerintah Indonesia sendiri menaruh
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : a. bahwa dilingkungan hidup adalah merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam yang dimiliki oleh Negara ini sungguh sangat banyak mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
Lebih terperinci*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPARADIGMA DAN PRINSIP ETIKA LINGKUNGAN
PARADIGMA DAN PRINSIP ETIKA LINGKUNGAN Makalah Disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan Konservasi Dosen pengampu : Sri Hartati Disusun oleh: 1.Nurul Khairun Nisa (1401415010) 2.Jamilah (1401415028) PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya manusia selain sebagai makhluk yang harus mengenal dirinya, juga sebagai makhluk sosial, yang harus mampu hidup berinteraksi dengan lingkungan tempat
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. baik produktivitasnya serta memiliki nilai ekonomis lebih tinggi. Kegiatan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Konversi tanaman adalah kegiatan menggantikan tanaman yang sudah rendah produktivitasnya dan tidak ekonomis lagi dengan tanaman baru yang lebih baik produktivitasnya serta memiliki
Lebih terperinciMatakuliah : CB142 Tahun : 2008
Matakuliah : CB142 Tahun : 2008 Pertemuan 2 MANUSIA DAN LINGKUNGAN HIDUP Learning outcome Mahasiswa mempu membedakan beberapa teori etika lingkungan dan konsekwensinya terhadap lingkungan hidup Teori Etika
Lebih terperinci2. Stakeholders dalam Organisasi Bisnis dan Fungsi dari Masing-Masing Stakeholder dalam Organisasi Bisnis
RESUME ETIKA ADMINISTRASI UNTUK PERSIAPAN UTS 1. Makna Penting Administrasi sebagai Filosofi in Action Filsafat merupakan sikap terhadap kegiatan tertentu. Semua administrator memiliki filosofi yang merupakan
Lebih terperinciBAB X PANCASILA DALAM PARADIGMA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA
BAB X PANCASILA DALAM PARADIGMA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA A. Pancasila Paradigma Pembangunan 1. Pengertian Paradigma Istilah paradigma menurut kamus Bahasa Indonesia, yaitu (1) daftar
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub-sektor perikanan tangkap merupakan bagian integral dari pembangunan kelautan dan perikanan yang bertujuan untuk : (1) meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dalam kenyataannya lebih akrab dengan lingkungan alamnya daripada dengan lingkungan teknologi. Keadaan alam masih lebih menentukan sebagian
Lebih terperinciFILOSOFI KULIAH KERJA NYATA Oleh Prof. Dr. H. Deden Mulyana, SE., MSi. Disampaikan Pada: DIKLAT KULIAH KERJA NYATA UNIVERSITAS SILIWANGI 12 JULI 2017
FILOSOFI KULIAH KERJA NYATA Oleh Prof. Dr. H. Deden Mulyana, SE., MSi. Disampaikan Pada: DIKLAT KULIAH KERJA NYATA UNIVERSITAS SILIWANGI 12 JULI 2017 FILOSOFI KULIAH KERJA NYATA Bagian integral dari proses
Lebih terperinci2015 PERANAN PROGRAM ADIWIYATA DALAM MEMBINA KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN SISWA DI SMP NEGERI 6 BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan hidup merupakan segala sesuatu yang berada di bumi, yang terdiri dari komponen biotik maupun abiotik. Lingkungan hidup abiotik terdiri dari tanah, air,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang tersebut, tugas utama guru adalah mendidik, mengajar,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa guru merupakan pendidik profesional. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, tugas utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pembangunan dan pesatnya kemajuan teknologi di berbagai bidang telah dan akan terus menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif pada lingkungan, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Bobonaro merupakan sebuah kabupaten yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan banyaknya potensi
Lebih terperinci1. LEMBAR KERJA. Judul : PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP Sesi : 10 Waktu : 8 45 menit
1. LEMBAR KERJA Judul : PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP Sesi : 10 Waktu : 8 jam @ 45 menit A. Tujuan Setelah mengikuti sesi ini peserta pelatihan dapat; 1. Mengidentifikasikan permasalahan lingkungan hidup
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi pasal 74 Undang-Undang No. 40
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lingkungan hidup dan sumber daya alam merupakan anugerah Tuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan hidup dan sumber daya alam merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa wajib dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar tetap dapat menjadi sumber dan penunjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini pemanfaatan ruang masih belum sesuai dengan harapan yakni terwujudnya ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan. Menurunnya kualitas permukiman
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan luas 49 307,19 km 2 memiliki potensi sumberdaya hayati laut yang tinggi. Luas laut 29 159,04 Km 2, sedangkan luas daratan meliputi
Lebih terperincitermasuk manusia dan prilakunya
Pasal 1 UUPLH Menjelaskan: Pengertian-pengertian dalam UUPLH Lingkungan Hidup Kesatuan Ruang dg semua: - benda - daya dan makhluk hidup termasuk manusia dan prilakunya mempengaruhi - kelangsungan prikehidupan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan garis pantai sepanjang 81.290 km dan luas laut termasuk Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 5,8 juta km 2 (Dahuri et al. 2002).
Lebih terperinciVISI, MISI DAN PROGRAM CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TOLITOLI PERIODE LATAR BELAKANG
VISI, MISI DAN PROGRAM CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TOLITOLI PERIODE 2016-2021 LATAR BELAKANG Periode 2016-2021 adalah bagian integral dari rangkaian aktifitas pembangunan sepanjang tahun 2010-2015.
Lebih terperinciRumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA
Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan 2016 2019 PUSKAMUDA Isu Strategis dalam Kerangka Strategi Kebijakan 1. Penyadaran Pemuda Nasionalisme Bina Mental Spiritual Pelestarian Budaya Partisipasi
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
22 PENDAHULUAN Latar Belakang Fenomena kerusakan sumberdaya hutan (deforestasi dan degradasi) terjadi di Indonesia dan juga di negara-negara lain, yang menurut Sharma et al. (1995) selama periode 1950-1980
Lebih terperinciIDENTIFIKASI BENTUK-BENTUK INVESTASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN OLEH SEKTOR INDUSTRI
IDENTIFIKASI BENTUK-BENTUK INVESTASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN OLEH SEKTOR INDUSTRI (Studi Kasus: PT Coca Cola Bottling Indonesia Divisi Jawa Tengah, PT. Leo Agung Raya, PT Djarum Kudus, dan Sentra Industri
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wini Oktaviani, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada akhir akhir ini, masalah lingkungan terus menjadi pembicaraan dibanyak negara. Pencemaran dan kerusakan lingkungan dimuka bumi sampai isu global warming
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan salah satu sumber daya alam hayati yang memiliki banyak potensi yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat, Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 menyebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan pekerjaan yang baik. Sekolah harus mampu mendidik peserta didik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha penting untuk membentuk martabat setiap manusia. Pendidikan di sekolah tidak cukup hanya dengan mengajar peserta didik membaca, menulis,
Lebih terperinciPUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah lingkungan semakin lama semakin besar, meluas dan serius,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah lingkungan semakin lama semakin besar, meluas dan serius, ibarat bola salju yang menggelinding, semakin lama semakin besar. Persoalannya bukan hanya
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang
Lebih terperinciBAPPEDA KAB. LAMONGAN
BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang terkandung di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dan lingkungan hidup memiliki hubungan yang sangat erat. Keduanya saling mempengaruhi satu sama lain. Manusia memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya
Lebih terperinciPembangunan perekonomian seperti digariskan Garis-garis Besar Haluan. Negara adalah mengembangkan perekonomian yang berorientasi global
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan perekonomian seperti digariskan Garis-garis Besar Haluan Negara 1999-2004 adalah mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai kemajuan telcnologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lingkungan hidup merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang tidak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai harganya, sehingga harus senantiasa dijaga, dikelola, dan dikembangkan dengan baik
Lebih terperinci