EFEKTIFITAS PEMBERIAN MENTIMUN DAN REBUSAN SELEDRI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI. Sri Handayani* INTISARI
|
|
- Susanti Sudirman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EFEKTIFITAS PEMBERIAN MENTIMUN DAN REBUSAN SELEDRI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI Sri Handayani* INTISARI Latar Belakang : Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal, secara umum seseorang mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmhg. Hipertensi dapat diatasi dengan pemberian terapi non farmakologi dan farmakologi. Salah satu terapi non farmakologi yang dapat menurunkan tekanan darah adalah seledri (Apium graveolens) yang memiliki kandungan aphigenin dan mentimun (cucumis sativuus linn) yang memiliki kandungan kalium. Metode Penelitian : Desain penelitian menggunakan eksperimen semu atau Quasi Eksperimen dengan rancangan Non Equivalent Control Grou. Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling dengan cara memilih sampel sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Dengan jumlah sampel 45 responden. Teknik analisa data mengguna Anova. Tujuan : Untuk mengetahui keefektifan antara pemberian rebusan seledri dan jus mentimun Hasil : Analisa bivariat dengan menggunakan Anova p value<0,05 dan dengan membandingkan antara ketiga kelompok didapatkan hasil terdapat perbedaan bermakna antara ketiga kelompok dan pemberian seledri lebih efektif dibandingkan yang lainnya Kesimpulan : Pemberian rebusan seledri lebih efektif dibandingkan dengan pemberian jus mentimun terhadap penurunan tekanan darah. Kata Kunci : Hipertensi, rebusan seledri, jus mentimun *Dosen Keperawatan Stikes Muhammadiyah Klaten
2 A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan angka kesakitan yang tinggi. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer) karena termasuk yang mematikan tanpa disertai dengan gejalagejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Batas tekanan darah yang masih dianggap normal pada individu dewasa adalah kurang dari 120 mmhg, sedangkan bila tekanan darah lebih dari 120 mmhg individu harus mulai mewaspadai terjadinya hipertensi. ( Joint National Committee 7,2011) Di dunia prevalensi untuk kejadian hipertensi menyumbangkan angka yang sangat besar, yakni ditemukan sekitar 1 milyar kasus individu yang mengalami hipertensi. Angka tersebut terus meningkat setiap tahunnya yang di sebabkan oleh kurangnya pemahaman masyarakat mengenai hipertensi itu sendiri. Prevalensi hipertensi meningkat pada individu dengan usia lanjut, dimana setengah dari orang usia tahun dan sekitar tiga perempat dari orang yang berusia 70 tahun. (Joint national committe 7,2011) Kebanyakan masyarakat awam menganggap bahwa hipertensi hanya akan terjadi pada usia lanjut, namun peneliti kasus baru baru ini mengatakan bahwa resiko hipertensi bisa terjadi dengan siapapun dan dengan usia berapa pun. Penelitian tersebut mengatakan bahwa 90% dari kasus hipertensi terjadi pada laki laki dan perempuan berusia tahun.( Joint National Committee 7,2011) Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertnsi terkontrol. Prevalensi 6 15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor resikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial. (Ardiansyah M,2012) Selain dari data diatas, hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis, hal ini dapat terlihat dari pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas di temukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7% dimana hanya 7,2% yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi. Upaya yang dapat dilakukan untuk menekan angka kejadian hipertensi diantaranya terapi farmakologis dan non farmakologis.
3 Penanganan secara farmakologis terdiri atas pemberian obat yang bersifat diuretik, simpatetik, betabloker, dan vasodilator dengan memperhatikan tempat, mekanisme kerja dan tingkat kepatuhan. Selain itu untuk memperolehnya juga diperlukan biaya yang cukup mahal dan tidak dapat dicapai untuk seluruh kalangan masyarakat. Selain masalah biaya terapi farmakologis juga memiliki efek samping yang dapat mengganggu kinerja anggota organ lain. Sebagai contohnya, seperti yang telah disebutkan oleh wulandari (2011) bahwa efek samping dari obat Calcium Channel Blocker (CCB) yaitu kemerahan pada wajah, pusing dan pembengkakan pergelangan kaki karena efek vasodilatasi CCB dihidropiridin, nyeri abdomen dan mual karena terpengaruh oleh influks ion kalsium, oleh karena itu CCB sering mengakibatkan gangguan gastro intestinal yaitu konstipasi. Untuk mengantisipasi hal tersebut terdapat terapi non farmakologis yakni dengan diet rendah garam dan melakukan pola hidup sehat seperti makan secara teratur dan istirahat yang cukup selain itu diimbangi dengan olahraga yang rutin (Lanny 2011). Selain bisa dilakukan dengan sangat mudah dan menarik terapi non farmakologis ini juga sangat ekonomis dan bisa dijangkau oleh berbagai kalangan. Selain itu tidak adanya efek samping juga merupakan salah satu alasan kenapa terapi non farmakologis ini sangat digemari. Walaupun demikian terapi non farmakologis hanya dapat diberikan pada penderita hipertensi dengan stadium awal. Pada penderita hipertensi dengan stadium lanjut pemberian terapi farmakologis harus tetap diberikan dan sesuai dengan anjuran dokter. Pemberian terapi non farmakologis sifatnya hanya mengontrol tekanan darah agar tetap stabil. (Joint National Committee 7,2011) Salah satu pengobatan alternatif yang dapat menjadi pilihan untuk penurunan tekanan darah yakni dengan terapi herbal. Terapi ini menggunakan tanaman yang telah terbukti secara medis memiliki kandungan obat herbal sebagai antihipertensi, diantaranya adalah bawang putih atau Allium Sativum, seledri atau Apium graveolens, mentimun atau cucumis sativuus linn, Anggur atau Vitis vinifera, avokad atau aguacate. (Soeryoko H,2010) Seledri atau Apium graveolens merupakan salah satu pengobatan herbal untuk mengatasi hipertensi. Seledri mengandung apigenin yang sangat bermanfaat untuk mencegah penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah tinggi. Selain itu, seledri juga mengandung pthalides dan magnesium yang baik
4 untuk membantu melemaskan otot-otot sekitar pembuluh darah arteri dan membantu menormalkan penyempitan pembuluh darah arteri. Pthalides dapat mereduksi hormon stres yang dapat meningkatkan darah dikutip dari Soeryoko (2011). Selain mengandung apigenin dan pthalides seledri juga mengandung gizi yang tinggi, vitamin A,B1, B2, B6 dan juga vitamin C. Seledri juga kaya pasokan kalium, asam folic, kalsium, magnesium, zat besi, fosfor, sodium dan banyak mengandung asam amino esensial. Selain itu untuk mendaptkan seledri ini tdak terlalu sulit dan sangat terjangkau di masyarakat.mentimun atau cucumis sativuus linn juga merupakan salah satu pengobatan herbal yang dapat menurunkan tekanan darah. Kandungan air yang mencapai 90% dalam mentimun serta kalum yang tinggi dipercaya akan mengeluarkan garam dari tubuh. Mentimun sudah sangat populer di masyarakat baik sebagai lalap maupun di sajikan dalam berbagai macam hidangan. Seperti seledri, mentimun juga sangat mudah dicari dan harganya cukup terjangkau. Tidak ditemukan adanya efek samping yang diberikan mentimun menjadikan mentimun ini salah satu rekomendasi yang diberikan ahli medis untuk menurukan tekanan darah. Setelah dilakukan studi pendahuluan di Kampung Todangsan RW 04 dan RW 05 Tonggalan Klaten Tengah ditemukan warga dengan usia dibawah 60 tahun sebanyak 20 orang yang mengalami hipertensi. Ketika ditanya kepada sebagian masyarakat yang terkena hipertensi tentang pengobatan herbal ini, mereka hanya mengetahui bahwa kedua bahan ini hanya dapat dimanfaatkan dalam masakan sehari hari saja. Responden belum mengetahui antara mentimun dan seledri yang paling efektif untuk menurunkan tekanan darah. Sedangkan untuk mengurangi tekanan darah mereka menggunakan obat obat farmakologis. Menurut hasil uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektifitas pemberian rebusan seledri dan mentimun di Kampung Todangsan RW 04 dan RW 05 Tonggalan Klaten Tengah Tahun B. Metode Desain penelitian menggunakan eksperimen semu atau Quasi Eksperimen dengan rancangan Non Equivalent Control Group. Desain ini hampir sama dengan pretest postest control group desain, hanya saja pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random ( Sugiono, 2012 ).
5 Dalam rancangan kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dilakukan pretest dan diikuti intervensi (X). Setelah selang beberapa waktu dilakukan postest pada kedua kelompok tersebut (Notoadmojo, 2002). \ Pretest Perlakuan Postest Kelompok eksperimen O1 X O1 O2 X O2 Kelompok kontrol O3 O3 Keterangan : X : Pemberian rebusan seledri dan mentimun O1 : pengukuran pertama kelompok pemberian seledri O1 : pengukuran kedua kelompok pemberian seledri O2 : pengukuran pertama kelompok pemberian mentimun O2 : pengukuran kedua kelompok pemberian mentimun O3 : pengukuran pertama kelompok kontrol O3 : pengukuran kedua kelompok kontrol Populasi dari penelitian ini adalah warga yang mengalami hipertensi di RW 04 dan RW 05 Tonggalan Klaten Tengah. Sampel yang digunakan adalah non probability sampling dengan metode purposive sampling yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi atas tujuan tertentu (Arikunto, 2010). Peneliti memilih subyek penelitian berdasarkan pada pertimbangan peneliti yaitu yang memenuhi kriteria inklusi : warga yang bersedia menjadi responden penelitian, warga yang berusia >18 tahun 50 tahun, warga yang mengalami hipertensi primer, dapat berkomunikasi secara verbal dan kriteria eksklusi : warga yang mengkonsumsi obat penurun tekanan darah, warga yang mengalami hipertensi primer yang memiliki alergi terhadap pemberian intervensi. Pada penelitian ini peneliti menggunakan sampel sebanyak 45 responden. Pada kelompok mentimun sebanyak 15 responden dan seledri sebanyak 15 responden sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 15 responden. Instrumen penelitian alat sphygmamometer digunakan untuk mengukur tekanan darah sistolik dan diastolik pada responden penelitian. Sphygmamometer yang digunakan adalah sphygmamometer aneroid, timbangan digunakan untuk
6 menimbang berat sayur dan buah yang akan dibuat sari makanan, dan gelas ukur digunakan untuk mengukur seberapa banyak volume sari makanan yang akan diberikan pada respnden. Bahan yang digunakan seledri atau apium graveolens yang diperlukan dalam sekali pembuatan rebusan seledri adalah 200 gram, mentimun atau cucumis sativuus yang diperlukan dalam sekali pembuatan jus mentimun adalah 300 gram. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Analsis Univariat Karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik. Dibawah ini akan dijelaskan satu persatu mengenai karakteristik responden Tabel 1 Hasil Analisis Karakteristik Berdasarkan Usia Responden di Desa Tonggalan Klaten Tengah Klaten Tahun 2013 (n=45) Umur (th) Variabel N Minimum Maksimum Mean Std. Deviasi Umur ,04 7,23 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa usia responden yang intervensi paling muda 23 tahun dan paling tua 50 tahun, rata-rata usia antara 33,04 ± 7,23. Tabel 2 Hasil Analisis Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin Responden di Desa Tonggalan Klaten Tengah Klaten Tahun 2013 (n=45) Jenis Kelamin N % Laki laki Perempuan ,7 53,3 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden laki laki sebanyak 21 responden atau 46,7% dan jumlah responden perempuan adalah sebanyak 24 responden atau 53%.
7 Tabel 3 Hasil Analisis Tekanan Darah Sistolik Sebelum Perlakuan di Desa Tonggalan Klaten Tengah Klaten Tahun 2013 (n=45) Tekanan darah Sistolik Kelompok N Std. Minimum Maksimum Mean Deviasi RebusanSeledri Jus Mentimun Kontrol , ,49 7,52 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tekanan darah sistolik sebelum diberikan intervensi memiliki rata rata yang relatif sama baik antara kelompok rebusan seledri, jus mentimun dan kelompok kontrol. Dan pada kelompok kontrol yang memiliki rata rata paling tinggi yakni 130,6 ± 7,52 Tabel 4 Hasil Analisis Tekanan Darah Sistolik Sesudah Perlakuan di Desa Tonggalan Klaten Tengah Klaten Tahun 2013 (n=45) Tekanan darah Sistolik Kelompok N Std. Minimum Maksimum Mean Deviasi RebusanSeledri ,6 7,18 Jus Mentimun ,0 6,49 Kontrol ,3 5,93 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rata rata tekanan darah pada ketiga kelompok hanya memiliki selisih yang tidak terlalu besar baik antara kelompok rebusan seledri, kelompok jus mentimun dan kelompok kontrol. Tabel 5 Hasil Analisis Tekanan Darah Diastolik Sebelum Perlakuan di Desa Tonggalan Klaten Tengah Klaten Tahun 2013 (n=45) Tekanan darah diastolik Kelompok N Std. Minimum Maksimum Mean Deviasi Rebusan Seledri ,6 4,41 Jus Mentimun , Kontrol ,0 4.14
8 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tekanan darah diastolik sebelum dilakukan perlakuan memiliki rata rata yang relatif sama baik antara kelompok rebusan seledri, jus mentimun dan kelompok kontrol. Tabel 6 Hasil Analisis Tekanan Darah Diastolik Sesudah Perlakuan di Desa Tonggalan Klaten Tengah Klaten Tahun 2013 (n=45) Tekanan darah diastolik Kelompok N Std. Minimum Maksimum Mean Deviasi Rebusan Seledri ,3 4,95 Jus Mentimun ,0 3,68 Kontrol ,6 4,80 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rata rata tekanan darah pada ketiga kelompok hanya memiliki selisih yang tidak terlalu besar baik antara kelompok rebusan seledri dan kelompok yang diberi jus mentimun, namun dapat dilihat bahwa kelompok kontrol memiliki rata rata tekanan darah diastolik paling tinggi yakni 84,6 ± 4,80. Tabel 7 Hasil Analisis Tekanan Darah Pre dan Post Perlakuan di Desa Tonggalan Klaten Tengah Klaten Tahun 2013 (n=45) Rata rata tekanan darah Kelompok N Pre Pre Post Post sistolik sistolik diastolik diastolik Rebusan Seledri ,3 118,6 87,6 74,3 Jus Mentimun ,0 127,0 84,3 78,0 Kontrol ,6 134,3 83,0 84,6 Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa antara kelompok rebusan seledri, jus mentimun dan kelompok kontrol yang memiliki selisih penurunan terbanyak yakni pada kelompok rebusan seledri kemudian dibawahnya kelompok jus mentimun dan yang memiliki selisih penurunan tekanan darah paling sedikit adalah pada kelompok kontrol. Tabel 8 Rata Rata Selisih Penurunan Tekanan Darah di Desa Tonggalan Klaten Tengah Klaten Tahun 2013 (n=45)
9 Kelompok N Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik Rebusan Seledri 15 9,6 10,3 Jus Mentimun ,3 Kontrol 15-3,6-1,6 Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa yang memiliki hasil postif dapat diartikan tekanan darah sebelum perlakuan lebih besar daripada tekanan darah sesudah. Sedangkan untuk hasil negarif dapat diartikan tekanan darah sebelum perlakuan lebih besar daripada tekanan darah sesudah perlakuan. Dari tabel 4.8 diatas maka didapatkan hasil untuk pemberian rebusan seledri memiliki penurunan paling banyak pada tekanan darah sistolik dan diastolik dengan rata rata selisih pada tekanan darah sistolik yaitu 9,6 dan rata rata selisih tekanan darah diastolik yaitu 10,3 b. Analisis Bivariat Hasil analisis pemberian intervensi di desa Tonggalan, Klaten Tengah pada kelompok rebusan seledri, jus mentimun dan kelompok kontrol sesudah diberi perlakuan. Tabel 9 Analisis Rata - Rata Tekanan Darah Sistolik antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Desa Tonggalan Klaten Tengah Klaten Tahun 2013 (n=45) Intervensi N Mean SD F P.value Rebusan seledri 15 9,67 5,16 29,69 0,00 Jus mentimun 15 6,00 6,14 Kontrol 15-3,67 2,8 Berdasarkan tabel maka dapat disimpulkan bahwa rata rata selisih tekanan darah sebelum pemberian intervensi dan setelah pemberian intervensi pada kelompok rebusan seledri 9,67±5,16, pada kelompok jus mentimun 6,00±6,14, dan pada kelompok konrol -3,67±2,8. Sedangkan untuk mengetahui apakah ada perbedaan pada masing masing kelompok baik kelompok intervensi maupun kelompok kontrol yakni dengan membandingkan dengan dengan F tabel dengan tingkat keyakinan 95% dan α = 5%, df 1= 2 dan df 2= 42 hasil untuk F tabel = 3,22. Apabila dibandingkan dengan F hitung = 29,69 maka F
10 Hitung>F tabel dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan untuk tekanan darah pada ketiga kelompok Tabel 10 Analisis perbedaan tekanan darah diastolik antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Desa Tonggalan Klaten Tengah Klaten Tahun 2013 (n=45) Intervensi N mean SD F P.value Rebusan seledri 15 10,3 4,08 40,5 0,00 Jus mentimun 15 6,3 2,96 Kontrol 15-1,67 3,9 Berdasarkan tabel maka dapat disimpulkan rata rata selisih tekanan darah pada kelompok rebusan seledri 10,3±4,08, pada kelompok jus mentimun 6,3±2,96 dan pada kelompok kontrol -1,67±3,9. Sedangkan untuk mengetahui apakah ada perbedaan pada masing masing kelompok baik kelompok intervensi maupun kelompok kontrol yakni dengan membandingkan dengan dengan F tabel dengan tingkat keyakinan 95% dan α = 5%, df 1= 2 dan df 2= 42 hasil untuk F tabel = 3,22. Apabila dibandingkan dengan F hitung = 40,5 maka F Hitung>F tabel dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan untuk tekanan darah diastolik pada ketiga kelompok. Hasil analisis keefektifitasan pemberian rebusan seledri dan mentimun di Desa Tonggalan, Klaten Tengah pada kelompok rebusan seledri, jus mentimun dan kelompok kontrol sesudah diberi perlakuan. Tabel 11 Analisis Keefektifitasan Tekanan Darah Sistollik antara Pemberian Rebusan Seledri dan Mentimun di Desa Tonggalan Klaten Tengah Klaten Tahun 2013 (n=45) Intervensi Vs Mean p.value Rebusan seledri Tidak diberi 13,3 0,00 Jus mentimun Tidak diberi 9,67 0,00 Dari tabel diatas dengan menggunakan uji post hoc LSD dengan p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa antara kelompok kontrol dan rebusan seledri, kelompok kontrol dengan jus mentimun dan jus mentimun dengan rebusan seledri memiliki perbedaan yang bermakna. Dan yang paling menunjukkan angka yang signifikan yakni antara rebusan seledri dan jus mentimun.
11 Tabel 12 Analisis keefektifitasan tekanan darah diastolik antara pemberian rebusan seledri dan mentimuni di Desa Tonggalan Klaten Tengah Klaten Tahun 2013 (n=45) Intervensi Vs mean p.value Rebusan seledri Tidak diberi 12,0 0,00 Jus mentimun Tidak diberi 8,0 0,00 Dari tabel 4.13 diatas dengan menggunakan uji post hoc LSD dengan p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa antara kelompok kontrol dan rebusan seledri, kelompok kontrol dengan jus mentimun dan jus mentimun dengan rebusan seledri memiliki perbedaan yang bermakna. Dan yang paling menunjukkan angka yang signifikan yakni antara rebusan seledri dan jus mentimun. Dari tabel diatas untuk mengetahui kelompok mana yang lebih efektif antara rebusan seledri atau jus mentimun dapat dilihat dengan membandingkan antara kelompok intervensi dengan kelompok yang tidak diberi. Dari tabel diatas pada kelompok rebusan seledri memiliki rata rata penurunan tekanan darah lebih besar daripada kelompok jus mentimun jadi dapat disimpulkan bahwa kelompok rebusan seledri lebih efektif dibandingkan dengan kelompok mentimun. D. Pembahasan Hasil penelitian mengenai keefektifan antara pemberian rebusan seledri dan jus mentimun terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Tonggalan Klaten Tengah Jawa Tengah yang dilakukan selama dua minggu. Pada kelompok jus mentimun dan rebusan seledri diminum satu kali dalam sehari. Didapatkan data menunjukkan bahwa hasil responden pada kelompok yang diberikan rebusan seledri dengan rata-rata tekanan darah sistoliknya memiliki rata rata 118,6 mmhg ±7,18 dan tekanan darah diastoliknya memiliki rata rata 74,3 mmhg ± 4,95, sedangkan kelompok jus mentimun rata-rata tekanan darah sistoliknya memiliki rata rata 127,0 ± 4,95 dan tekanan darah diastoliknya memiliki rata rata 78,0 mmhg ± 4,95. Dan pada kelompok kontrol memiliki tekanan darah sistolik dengan rata rata 134,3 mmhg ± 6,49 dan tekanan darah diastoliknya memiliki rata rata 84,6 mmhg ±3,58.
12 Hasil analisa selanjutnya yang didapatkan dari analisa Post Hoc LSD, ditemukan perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kemudian apabila dilihat dari perbandingan mean antara kelompok yang tidak diberi perlakuan dengan kelompok yang diberi jus mentimun dan rebusan seledri baik pada tekanan darah sistolik maupun diastolik maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian rebusan seledri lebih efektif dibandingkan dengan pemberian jus mentimun terhadap penurunan tekanan darah. Perbedaan yang signifikan antara kelompok yang diberikan jus mentimun dan kelompok kontrol. Pada ketiga kelompok tersebut dapat dilihat bahwa pemberian jus mentimun dan seledri tersebut efektif untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini dapat terlihat dari mekanisme kerja antara jus mentimun dan rebusan seledri. Seledri terbukti berhasil menurunkan tekanan darah tinggi karena terdapat aphigenin. Aphigenin merupakan senyawa flavanoid yang termasuk kedalam golongan plavon. Secara kimia aphigenin didefinisikan sebagai senyawa 4,5,6- trihidosiflavon. Senyawa yang memiliki bobot molekul 270,2 ini dapat larut dalam alkohol panas dan dimetilsulfoksida (DMSO). Titik didih dari senyawa ini adalah C dan lebih baik disimpan dalam suhu 4 C (pinem, 2007). Aphigenin merupakan senyawa flavanoud yang aktifitasnya sebagai calcium antagonis yang berpengaruh pada tekanan darah. Ini artinya senyawa aktif dalam seldri bekerja pada reseptor pembuluh darah yang akhirnya memberi efek relaksasi. Pada pasien hipertensi saat tekanan darah naik maka pembuluh darah akan mengencang dan menegang. Padahal normalnya hanya berdenyut saja. Karena memberi efek relaksasi, konsumsi seledri bisa mengurangi ketegangan pembuluh darah. Efek yang diberikan langsung ke dalam pembuluh darah membuat seledri ini tidak memerlukan waktu yang lama untuk menurunkan tekanan darah. Sedangkan pada mentimun Mentimun ini banyak di gunakan dalam penurunan tekanan darah karena kandungan air dalam mentimun mencapai 90% serta kalium. Kalium dapat menimbulkan efek vasodilatasi sehingga menyebabkan penurunan retensi parifer total dan meningkatkan output jantung. Kalium mempengaruhi aktivitas otot skelet maupun otot jantung ( brunner & suddart, 2001). Selain itu mentimun juga memiliki efek diuretik karena kandungan kalium yang tinggi yakni sekitar 98% kalium terdapat dalam tubuh
13 dan 2% terdapat diluar tubuh sehingga membantu menurunkan tekanan darah. Kalium dengan konsentrasi yang tinggi didalam cairan intraseluler sehingga menarik cairan ekstra seluler dan menurunkan tekanan darah (zauhani, 2010). Karena memiliki efek diuretik sehingga bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga untuk menurunkan tekanan darah di perlukan waktu yang cukup lama untuk menunjukkan hasil yang signifikan. Inilah alasannya kenapa rebusan seledri lebih efektif menurunkan tekanan darah dibandingkan dengan jus mentimun. Pada penelitian ini terdapat dua faktor resiko yakni faktor yang dapat dikendalikan dan faktor yang tidak dapat dikendalikan yang dapat mempengaruhi proses penurunan tekanan darah. Faktor yang dapat dikendalikan antara lain kurang olahraga, konsumsi garam berlebihan, merokok, minum alkohol. Sedangkan faktor yang tidak dapat dikendalikan yakni umur, jenis kelamin dan genetik. Sedangkan untuk penanganan hipertensi sendiri dapat dibagi menjadi 2 yakni penanganan secara farmakologis dan non farmakologis. penanganan secara non farmakologis dapat dilakukan dengan cara mengendalikan faktor faktor yang dapat dikendalikan sehingga hasil yang diberikan oleh terapi itu sendiri dapat bekerja secara maksimal. Penanganan non farmakologis dapat berupa bawang putih ( Allium Sativum), seledri (Apium graveolens), mentimun (cucumis sativuus linn), Anggur (Vitis vinifera), avokad (aguacate). Pada penelitian ini peneliti memilih menggunakan seledri dan mentimun karena kedua bahan ini mudah didapatkan dan tidak mengenal musiman. Selain itu kedua bahan ini dapat dijangkau oleh semua kalangan. Tujuan pengobatan khusus tersebut adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi dan dampak yang lebih serius terhadap kesehatan, selain itu ada pengobatan tradisional yakni pengobatan terhadap hipertensi yang menggunakan bahan bahan alami yang ada di sekitar lingkungan. Terapi yang kedua adalah terapi farmakologis, terapi farmakologis diantaranya Hidroklorotizoid (HCT), Kaptopril 12,5 25 mg, Propanolol. Terapi farmakologis ini memiliki efek samping yang tidak baik bagi tubuh. Namun terapi ini sangat diperlukan apabila hipertensi yang terjadi pada grade yang lebih tinggi. Namun apabila penderita hipertensi masih pada tahap awal dianjurkan
14 untuk mengantisipasinya dengan menggunakan terapi non farmakologis karena tidak memiliki efek samping pada tubuh. ( Nurrahmani U,2012) Pengaruh pemberian rebusan seledri dan jus mentimun dalam penelitian ini juga didukung oleh beberapa faktor yang tidak diteliti tapi dimungkinkan dapat mempengaruhi pengaruh rebusan seledri dalam menurunkan tekanan darah, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal atau faktor dari dalam diri individu dimungkinkan dapat memberikan pengaruh pemberian rebusan seledri. Yang mencakup faktor internal adalah keadaan fisik dan psikis individu (Puspa 2009). Faktor intenal terkait keadaan pskis adalah motivasi responden untuk mengkonsumsi rebusan seledri. Yang dimungkinkan motivasi yang tinggi dapat meningkatkan keinginan responden untuk mengkonsumsi rebusan seledri dan jus mentimun. Hasil penelitian ini sesuai dengan Yanto (2010) tentang pengaruh pemberian rebusan seledri terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di kelurahan sidanegara kecamatan cilacap. Rohaendi, 2008, tentang Pengaruh pemberian teh rosella dan obat terhadap tekanan darah pasien hipertensi primer di Panti Jompo Welas Asih Kota Tasikmalaya dan Rumah Sakit Umum Kota Tasikmalaya. E. Penutup 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Pemberian rebusan seledri lebih efektif dibandingkan dengan pemberian jus mentimun terhadap penurunan tekanan darah. Peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa : a. Terdapat perbedaan bermakna antara tekanan darah sitolik setiap kelompok yang dapat dilihat dari F hitung = 21,426 dan F tabel = 3,22. Dinyatakan ada perbedaan apabila F hitung>f tabel. b. Terdapat perbedaan bermakna antara tekanan darah diastolik setiap kelompok yang dapat dilihat dari F hitung = 19,712 dan F tabel = 3,22. Dinyatakan ada perbedaan apabila F hitung>f tabel. c. Pemberian rebusan seledri lebih efektif dibandingkan dengan jus mentimun terhadap penurunan tekanan darah. Hasil tersebut dapat dilihat dari nilai perbandingan nilai mean antara kelompok yang tidak diberi perlakuan dengan kelompok yang diberi rebusan seledri dan jus
15 mentimun yang menunjukkan hasil adanya perbedaan yang signifikan antara keduanya 2. Saran 1) Bagi Peneliti Diharapkan penelitian dapat memberikan masukan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan keperawatan dengan hipertensi 2) Bagi Institusi Diharapkan dapat menambah khasanah ilmu kesehatan mengenai pengobatan alternatif bagi hipertensi 3) Bagi Masyarakat Diharapkan dapat dijadikan salah satu pengobatan alternatif yang alamiah, mudah didapat dan dapat dijangkau oleh semua kalangan Daftar Pustaka Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA press Arikunto, S. ( 2010). Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Brunner & Suddart. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC Hastono. (2007). Basic Data Analysis for Health Research Trainning, Analisis Data Kesehatan.Depok: FKM UI Lanny, L. (2012). Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Jakarta selatan: Agromedia Pustaka Nurrahmani, U. (2012). STOP! Hipertensi. Yogyakarta: pustaka keluarga Pinem, Laura Juita. (2007). Perbedaan Lingkungan dan Masa Tanam Seledri (Apium graveolens L) terhadap senyawa bioaktif aphigenin.bogor: Skripsi Santjaka, A. (2012). Statistik untuk Penelitian Kesehatan vol 1.Yogyakarta: Mitra Medika Santjaka, A. (2012). Statistik untuk Penelitian Kesehatan vol 2.Yogyakarta: Mitra Medika Sekarindah T. dkk. (2012). Terapi Buah dan Sayur. Jakarta: Puspa Swara Soeryoko, H. (2012). 20 Tanaman Obat Terpopuler Penurun Hipertensi. Yogyakarta: Andi Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Bandung
16 The Seventh Report of the joint National Committe.(2011). Prevention, Defection, Evaluation & Treatment High Blood Pressure. U.S: Departement of health and human service Wulandari, A. dkk. (2011). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: Andi Yanto. (2010). Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Kelurahan Sidanegara Kecamatan Cilacap. Cilacap: Skripsi Zauhani. (2010). Efek Pemberian Jus Mentimun terhadap Penurunan Tekanan Darah. Jombang: Skripsi
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan tekanan darah seseorang berada di atas batas normal atau optimal yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. disebut the silence disease. Penyakit ini juga dikenal sebagai heterogenous
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Salah satu penyakit yang sering dijumpai di masyarakat adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi. Hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi peningkatan tekanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis yang paling sering terjadi baik pada negara maju maupun negara berkembang. Menurut klasifikasi JNC VII
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang mematikan. Hipertensi dijuluki sebagai silent killer, karena klien sering tidak merasakan adanya gejala dan baru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diastolik diatas 90 mmhg (Depkes, 2007).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga melebihi batas normal, dimana tekanan sistolik diatas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga di dunia setiap tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat
Lebih terperinciNeneng Fitria Ningsih S.Kep.M.Biomed
PENGARUH PEMBERIAN JUS MENTIMUN TERHADAP PENURUNAN Neneng Fitria Ningsih S.Kep.M.Biomed Dosen S1 Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau ABSTRAK Tahun 2011 seluruh dunia, sekitar 972 juta orang menderita
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Namun di era
BAB 1 PENDAHULUAN 1.I. LATAR BELAKANG Penyakit hipertensi termasuk penyakit yang banyak diderita orang tanpa mereka sendiri mengetahuinya. Penyakit hipertensi dapat mengakibatkan berbagai hal yang menyusahkan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. akhirnya mengubah gaya hidup manusia. Konsumsi makanan cepat saji, kurang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan kehidupan yang semakin modern dan IPTEK yang berkembang pesat menjadikan hidup lebih mudah dalam berbagai hal. Seluruh aktivitas
Lebih terperinciKata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.
PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT PADA LANSIA DI UPT PANTI SOSIAL PENYANTUNAN LANJUT USIA BUDI AGUNG KUPANG Yasinta Asana,c*, Maria Sambriongb, dan Angela M. Gatumc
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hipertensi merupakan salah satu bagian dari penyakit kardiovaskuler
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi merupakan salah satu bagian dari penyakit kardiovaskuler yang banyak mempengaruhi angka morbiditas dan mortalitas dunia. Hipertensi kini menjadi masalah global,
Lebih terperinciPrevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi atau disebut juga tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Tekanan darah pasien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah gaya yang diberikan oleh darah kepada dinding pembuluh darah yang dipengaruhi oleh volume darah, kelenturan dinding, dan diameter pembuluh darah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai silent killer, karena hampir tidak ditemukan gejala sama. mendadak meninggal dunia (Rofi ie I, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit hipertensi atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi secara umum didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan diastolik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya arus globalisasi di segala bidang dengan adanya perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan gaya hidup pada masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan tekanan darah seseorang berada di atas batas normal atau optimal yaitu 120
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko penyebab kematian, yang dapat menyebabkan gangguan kardiovaskular seperti stroke, gagal jantung dan penyakit jantung koroner.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah merupakan salah satu tanda vital kehidupan manusia. Tekanan darah dibagi menjadi tekanan sistolik yaitu tekanan dalam arteri saat jantung berdenyut (ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. minuman pahit (Soeria, 2013). Coklat berasal dari tanaman kakao dan proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Coklat berasal dari kata xocoatl (bahasa suku Aztec) yang memiliki arti minuman pahit (Soeria, 2013). Coklat berasal dari tanaman kakao dan proses pengolahan biji kakao
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologi. Perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh perlahan-lahan (silent killer) karena termasuk penyakit yang
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. PEMBAHASAN Pada bab ini, penulis akan membahas mengenai pemberian sari mentimun pada lanjut usia Tn.M dengan hipertensi di Desa Wonolopo RT 01 RW 04 Mijen Semarang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara kronik. Joint National Committee VII (the Seventh US National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis paling sering terjadi di negara industri dan berkembang. Klasifikasi menurut JNC VII (the Seventh US
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan berbagai penyakit degeneratif sangatlah pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang mengiringi proses penuaan. Penyakit degeneratif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut The Seventh Report of The Joint National Committe on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun 2003, hipertensi adalah peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi menurut kriteria JNC VII (The Seventh Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High Blood Pressure), 2003, didefinisikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan sangat serius saat ini. Hipertensi disebut juga sebagai the silent killer. Hipertensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan ini tidak hanya
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik
BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 20 responden pada kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi secara paralel, transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengubah pola penyebaran penyakit dari penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di Negara Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh tenaga kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi Hipertensi adalah apabila tekanan sistoliknya diatas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas 90 mmhg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler yang merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia. Penyakit ini berkaitan dengan pola makan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan manusia di seluruh dunia saat ini ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain, demografi penuaan, urbanisasi yang cepat, dan gaya hidup tidak sehat. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada
Lebih terperinciRahma Elya 1, Dessy Hermawan 1, Eka Trismiana 2 ABSTRAK
JURNAL KESEHATAN HOLISTIK Vol 10, No 1, Januari 2016 : 27-31 PENGARUH JUS MENTIMUN (CUCUMIS SATIVUS) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI UPTD PANTI SOSIAL LANJUT USIA TRESNA WERDHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN kematian akibat hipertensi di Indonesia. Hipertensi disebut sebagai. (menimbulkan stroke) (Harmilah dkk., 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas di Indonesia (Soenarta,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan meningkatnya konstraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadi resistensi aliran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah sistem kardiovaskuler. Masalah kesehatan akibat dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Proses ini akan membuktikan masalah fisik mental, sosial, ekonomi, dan psikologi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat. Banyak sekali penemuan-penemuan mutakhir dalam dunia medis, sejalan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia medis dan dunia pengobatan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Banyak sekali penemuan-penemuan mutakhir dalam dunia medis, sejalan dengan hal itu dunia
Lebih terperinciSri Hananto Ponco Nugroho Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN BAWANG PUTIH TUNGGAL (ALLIUM SATIVUM LINN) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DUSUN JUWET DESA MAGERSARI KECAMATAN PLUMPANG KABUPATEN TUBAN Sri Hananto Ponco
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen negara terhadap rakyat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen negara terhadap rakyat sendiri dan masyarakat global yang merupakan suatu kesepakatan dan kemitraan global untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, membuat usia harapan hidup manusia relatif bertambah panjang. Menurut United Nations: World Population
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk telah menjadi penyakit yang mematikan banyak penduduk di negara maju dan Negara berkembang lebih dari delapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
BAB I LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Saat ini penyakit kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
Lebih terperinciDisusun Oleh : MIA JIANDITA
PENGARUH PEMBERIAN JUS ALPUKAT DAN MADU TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU EDELWEIS DUSUN SERUT PALBAPANG BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi
Lebih terperinciPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016
PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU DUSUN JELAPAN SINDUMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: INDAH RESTIANI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal ini dijelaskan dalam undang - undang Nomor 17 tahun 2007 tentang rencana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia merupakan penduduk rentan yang memerlukan perhatian khusus, hal ini dijelaskan dalam undang - undang Nomor 17 tahun 2007 tentang rencana pembangunan jangka panjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat menyebabkan meningkatnya Umur Harapan Hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang sosial ekonomi, pelayanan kesehatan, dan peningkatan pengetahuan masyarakat menyebabkan meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) seseorang. Hasil penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hipertensi sering dikatakan sebagai silent killer atau penyakit yang dapat. dan morbiditas masyarakat (Yogiantoro, 2006).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi sering dikatakan sebagai silent killer atau penyakit yang dapat menimbulkan kematian tanpa disertai dengan gejala -gejala terlebih dahulu sebagai peringatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan jaman dan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat. Banyak masyarakat saat ini sering melakukan pola hidup yang kurang baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia karena prevalensi yang masih tinggi dan terus meningkat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk hipertensi merupakan penyakit umum yang terjadi di masyarakat, seringkali tidak disadari karena tidak mempunyai tanda gejala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menyebabkan komplikasi dan kematian terbesar di dunia (Kristina, 2012). Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler
Lebih terperinciEFEKTIVITAS KONSUMSI MIX JUS SELEDRI (APIUM GRAVEOLENS) DAN JUS NANAS (ANANAS COMOSOS) PADA HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS PEKAUMAN ABSTRAK
EFEKTIVITAS KONSUMSI MIX JUS SELEDRI (APIUM GRAVEOLENS) DAN JUS NANAS (ANANAS COMOSOS) PADA HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS PEKAUMAN Mustaqimah* 1, Anggrita Sari 2, Jainah 2 1 STIKES Sari Mulia Banjarmasin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta adanya perubahan paradigma kefarmasian, yaitu Pharmaceutical Care, konsekuensi dari perubahan orientasi tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Lansia mengalami proses menua (aging process) secara alami yang tidak dapat dihindari (Hawari, 2007). Namun pengaruh proses menua sering menimbulkan bermacam-macam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia tersebut, tidak hanya perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional, telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi seringkali disebut sebagai silent killer, karena termasuk penyakit yang mematikan tersering tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Partisipan Penelitian Partisipan pada penelitian ini yaitu para lanjut usia (lansia) yang ada di Panti Wredha Salib Putih Salatiga sebagai kelompok
Lebih terperinciHipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut JNC 7 adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg. Hipertensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kabo (2010) hipertensi adalah suatu penyakit kronis dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh Report of the Joint National Committe
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN GARAM SODIUM RENDAH TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI BLUD RUMAH SAKIT UMUM PROF.DR.
PENGARUH PEMBERIAN GARAM SODIUM RENDAH TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI BLUD RUMAH SAKIT UMUM PROF.DR.H. ALOE SABOE GORONTALO Salman, Sofyawati Talibo, Nur Rahmi Amma
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian dilakukan dalam bentuk eksperimen semu dengan desain control group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi, atau yang sering disebut dengan hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ditandai oleh penduduk dunia yang mengalami pergeseran pola pekerjaan dan aktivitas. Dari yang sebelumnya memiliki pola kehidupan agraris berubah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (2014), menyebut usia yang telah lanjut atau lebih dikenal dengan istilah lanjut usia (lansia)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di negara-negara maju maupun berkembang. Diseluruh dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi menjadi salah satu prioritas masalah kesehatan di Indonesia maupun di seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang berlangsung
Lebih terperinciFAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI
ABSTRAK FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu Keperawatan Tekanan darah tinggi biasanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi tetap menjadi masalah dikarenakan beberapa hal, antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus berkembang dari tahun ke tahun dan membuahkan banyak komplikasi. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari kemajuan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam bidang medis, ilmu kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan nasional yang berlangsung beberapa tahun terakhir telah menimbulkan pergeseran pola penyebab kematian dan masalah kesehatan. Sunaryo
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling berkaitan. Proses menua dapat diartikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas normal terjadi pada seseorang yang ditunjukkan oleh systolic dan diastolic pada pemeriksaan tekanan darah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam waktu mendatang jumlah golongan usia lanjut akan semakin bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bertambahnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: Mix juice Celery, Apium graveolens, Pineapple juice, Ananas comosos
ABSTRACT Background: Hypertension or high blood pressure is a condition where a person's blood pressure is above the normal range, normal range of 120 mmhg for systolic and 80 mmhg for diastolic. The prevalence
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg. Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Masyarakat terutama yang tinggal di kota-kota besar cenderung mempunyai pola makan yang tidak sehat karena sering mengkonsumsi makanan siap saji, hal ini meningkatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter &Perry, 2010). Sedangkan organisasi kesehatan dunia WHO 2012 dalam Nugroho (2012) menyatakan
Lebih terperinciThe 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
Perbedaan Pengaruh Pemberian Meditasi Sederhana Dan Latihan Deep Breathing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Mentari Senja Semanggi Surakarta Nur Annisa 1, Maryatun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam penyakit akibat gaya hidup yang tidak sehat sangat sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global, banyak stresor dan
Lebih terperinciEFEK PEMBERIAN JUS MENTIMUN TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH
EFEK PEMBERIAN JUS MENTIMUN TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH Zauhani Kusnul 1, Zainal Munir 2 ;./ 1 Akper Bahrul Ulum 2 Stikes Bahrul Ulum Email: zauhani.kusnul@yahoo.com Abstrak Hipertensi merupakan penyakit
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Pasien Hipertensi di Puskesmas Kraton dan Yogyakarta Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antihipertensi yang dapat mempengaruhi penurunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan prevalensinya hampir
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN ALPUKAT TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI BANGUNTAPAN BANTUL
PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN ALPUKAT TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI BANGUNTAPAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Pada
Lebih terperinciFAZAR AZ ZAHARA WANY NIM
Effektifitas Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada Penderita Tekanan Darah Tinggi Di Kelurahan Naga Jaya I Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun SKRIPSI Oleh FAZAR AZ ZAHARA WANY
Lebih terperinciThe 6 th University Research Colloquium 2017 Universitas Muhammadiyah Magelang. Wahyuni, Ferti Estri Suryani 1) 1 STIKES Aisyiyah Surakarta
Pengaruh Pemberian Terapi Jus Buah Tomat terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Primer Stage 1 di Desa Monggot Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Wahyuni, Ferti Estri Suryani 1) 1 STIKES Aisyiyah
Lebih terperinci