BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Definisi dan Pengertian Perpajakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Definisi dan Pengertian Perpajakan"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Definisi dan Pengertian Perpajakan Para pakar telah mengeluarkan banyak pendapat tentang definisi pajak. Masing-masing pakar merumuskan definisi pajak yang berbedabeda sesuai dengan pendapat-pendapat mereka dari sudut pandang yang berbeda pula. Smeets dalam buku karangan Ilyas dan Burton (2008:6) memaparkan definisi pajak sebagai prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukan dalam hal individual, maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Sedangkan menurut Soemitro yang dikutip dalam buku karangan Mardiasmo (2011:1) menyatakan bahwa Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi lainnya dikemukakan oleh Seligman (2011:432), seorang ekonom, guru besar, pendiri dan presiden pertama dari American Economic Association, menyatakan bahwa Tax is compulsory contribution from the person, to the government to defray the expenses incurred in the common interest of all, without reference to special benefit conferred. Dari definisi tersebut, dijelaskan bahwa terdapat kontribusi 11

2 seseorang kepada negara tanpa adanya fasilitas yang ditujukan secara langsung kepada seseorang. Dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 Angka 1 menyatakan bahwa: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperlukan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Beragam pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas, kemudian dapat dirangkum sebagai berikut: 1. Pajak adalah iuran wajib; 2. Pajak bersifat memaksa; 3. Pajak diatur berdasarkan Undang-Undang; 4. Pembayar pajak tidak mendapat imbalan yang dapat dirasakan langsung; dan 5. Pajak digunakan untuk kepentingan umum Fungsi Pajak Mardiasmo (2011:1) menjabarkan dua fungsi pajak, yaitu: 1. Fungsi budgeter Merupakan pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya, contohnya adalah pajak digunakan untuk pembiayaan rutin negara, seperti pemeliharaan dan pembangunan fasilitas umum. 12

3 2. Fungsi regulerend Merupakan pajak sebagai pengatur dan alat untuk melaksanakan kebijaksanaan pemerintah di bidang sosial dan ekonomi, contohnya adalah diberlakukannya tarif PPN atas ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasaran dunia Jenis Pajak Gambar 2.1 Jenis Pajak Menurut Waluyo (2011:12), jenis pajak dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu: A. Jenis pajak berdasarkan pihak yang menanggung: 1. Pajak Langsung, adalah pajak yang pembayarannya harus ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). 2. Pajak Tidak Langsung, adalah pajak yang pembayarannya dapat dialihkan kepada pihak lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai 13

4 (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Bea Materai (BM). B. Jenis pajak berdasarkan pihak yang memungut: 1. Pajak Negara atau Pajak Pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Pajak pusat merupakan salah satu sumber penerimaan negara. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Bea Materai (BM). 2. Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintahan daerah. Pajak Daerah terdiri atas: a. Pajak Propinsi, contoh: pajak kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak air permukaan. b. Pajak Kabupaten/Kota, contoh: pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan. C. Jenis pajak berdasarkan sifatnya: 1. Pajak Subjektif, adalah pajak yang berdasarkan subjek atau yang memperhatikan kondisi keadaan Wajib Pajak. Adanya alasanalasan objektif yang berhubungan erat dengan potensial/kemampuan membayar Wajib Pajak akan berpengaruh pada penentuan besarnya jumlah pajak. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh). 2. Pajak Objektif, adalah pajak yang berdasarkan pada objek atau tanpa memperhatikan kondisi keadaan Wajib Pajak. Contoh: Pajak 14

5 Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) Pajak Penghasilan Dasar hukum dan Pengertian Dasar Pajak Penghasilan Dasar hukum pengenaan PPh adalah Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 sebagai perubahan keempat atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau bagian tahun pajak. Waluyo (2011:12) menyatakan bahwa pajak penghasilan termasuk sebagai kategori pajak pusat dan juga termasuk sebagai kategori pajak subjektif jika ditinjau dari sifatnya. Dalam arti bahwa pajak penghasilan berdasarkan pada subjek pajaknya Subjek dan Objek Pajak Penghasilan a) Subjek Pajak Penghasilan Subjek pajak penghasilan adalah wajib pajak yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan harus membayar, memotong, atau memungut pajak yang terutang atas objek pajak. Dalam Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 2 Ayat 1, subjek pajak penghasilan terdiri atas: Orang Pribadi; Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak; Badan; dan Bentuk Usaha Tetap. 15

6 b) Objek Pajak Penghasilan Objek pajak penghasilan adalah penghasilan. Dalam Undang- Undang PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 4 Ayat 1, penghasilan diartikan sebagai setiap tambahan kemampuan ekonomis yang menambah kekayaan wajib pajak atau yang dipergunakan untuk keperluan konsumsi dengan nama dan bentuk apapun yang diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia. Objek pajak penghasilan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: penghasilan yang merupakan objek pajak, penghasilan yang dikenakan PPh Final dan penghasilan yang bukan merupakan objek pajak penghasilan Tarif PPh Badan Berdasarkan Undang-Undang PPh No. 17 Tahun 2000 Pasal 17 tentang pajak penghasilan yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 2001, tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk usaha Tetap adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Tarif PPh Badan Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp ,00 10% Diatas Rp ,00 sampai dengan Rp. 15% ,00 Diatas Rp ,00 30% Sumber: Undang-Undang PPh No. 17 Tahun

7 Kemudian, setelah reformasi perpajakan pada Undang- Undang PPh No. 36 tahun 2008 Pasal 17 Ayat (1b) diatur bahwa untuk Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap dikenakan tarif sebesar 28%. Tarif sebagaimana dimaksud pada Ayat (1b) berubah menjadi 25% yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010 (Pasal 17 Ayat (2a)) Perbedaan Laporan Keuangan Menurut Akuntansi dan Perpajakan Laporan keuangan menurut akuntansi disebut juga sebagai laporan keuangan komersial. Laporan keuangan komersial merupakan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan merupakan suatu informasi yang bersifat tidak memihak, baik digunakan untuk memenuhi kebutuhan pihak internal maupun eksternal perusahaan. Laporan keuangan menurut perpajakan disebut juga sebagai laporan keuangan fiskal. Laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai peraturan perpajakan dan digunakan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak yang sesuai dengan ketentuan perpajakan. Perbedaan konsep laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal terdapat pada: 1. Perbedaan mengenai konsep penghasilan Penghasilan (income) menurut IAI (2007:13) adalah sebagai kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban 17

8 yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Penghasilan dalam perpajakan menurut Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 4 Ayat 1 tidak jauh berbeda dengan sisi akuntansi, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang menambah kekayaan wajib pajak atau yang dipergunakan untuk keperluan konsumsi dengan nama dan bentuk apapun yang diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia. Penghasilan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: a) Penghasilan yang merupakan Objek Pajak Penghasilan (Undang- Undang PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 4 Ayat 1); b) Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final (Undang- Undang PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 4 Ayat 2); dan c) Penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak Penghasilan (Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 4 Ayat 3). Perbedaan konsep penghasilan antara komersial dengan fiskal merupakan dampak dari adanya pengelompokan penghasilan dalam Undang-Undang PPh tersebut. Sebagai contoh: penghasilan yang bukan objek pajak merupakan penghasilan yang tidak dikenakan pajak sehingga tidak menambah laba fiskal. 2. Perbedaan mengenai konsep beban atau biaya Beban (expense) menurut IAI (2007:13), diartikan sebagai penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban 18

9 yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Beban dalam perpajakan menurut Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 6 adalah sebagai biaya untuk menagih, mendapatkan dan memelihara penghasilan atau biaya yang berhubungan langsung dengan perolehan penghasilan. Perbedaan konsep beban atau biaya antara komersial dengan fiskal terjadi dalam hal menentukan beban atau biaya yang boleh atau tidak boleh dikurangkan sehingga harus dikeluarkan atau tidak boleh diperhitungkan sebagai pengurangan penghasilan bruto. Sebagai contoh: wajib pajak memberikan sumbangan kepada karyawan yang rumahnya kebakaran dengan disertai bukti-bukti pendukung. Kemudian wajib pajak menganggap biaya sumbangan yang dikeluarkan tersebut dapat dibiayakan karena dikeluarkan dari kas perusahaan, sedangkan pihak fiskus menganggap biaya tersebut termasuk hibah, bantuan dan sumbangan yang tidak boleh dikurangkan karena tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha wajib pajak. 3. Perbedaan mengenai konsep penyusutan dan nilai persediaan a) Konsep Penyusutan Akuntansi menentukan masa manfaat aktiva berdasarkan masa manfaat yang sebenarnya walaupun penentuan masa manfaat tersebut lebih cenderung berdasarkan pada tafsiran atau kebijakan masing-masing perusahaan. Menurut IAI dalam PSAK 16 revisi 19

10 2011 tentang Aset Tetap pada Paragraf ke-63, akuntansi memiliki beberapa metode penyusutan yaitu: 1) Metode garis lurus (straight line method), yaitu menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat aset jika dinilai residunya tidak berubah. 2) Metode saldo menurun (diminishing balance method), yaitu menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat aset. 3) Metode jumlah unit (sum of the unit method), yaitu menghasilkan pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output yang diharapkan dari suatu aset. Sedangkan ketentuan perpajakan hanya menetapkan dua metode penyusutan berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 11 tentang Pajak Penghasilan yaitu berdasarkan metode garis lurus dan metode saldo menurun untuk non bangunan dan metode garis lurus untuk bangunan. Harta berwujud dikelompokkan berdasarkan jenis harta dan masa manfaat sebagai berikut: 20

11 Tabel 2.2 Tarif Penyusutan Harta Berwujud Kelompok Harta Berwujud I. Bukan Bangunan Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV II. Bangunan Permanen Tidak Permanen Masa Manfaat 4 Tahun 8 Tahun 16 Tahun 20 Tahun 20 Tahun 10 Tahun Tarif Penyusutan Sebagaimana Dimaksud dalam Ayat (1) Ayat (2) 25% 12,5% 6,25% 5% 5% 10% 50% 25% 12,5% 10% Sumber: Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008 Dalam Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 11A, peraturan mengenai amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tidak berwujud dan pengeluaran lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun dilakukan juga dengan menggunakan dua metode, yaitu metode garis lurus dan metode saldo menurun. Harta tidak berwujud dikelompokkan berdasarkan jenis harta dan masa manfaat sebagai berikut: Tabel 2.3 Tarif Amortisasi Harta Tidak Berwujud Kelompok Harta Tidak Berwujud Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Masa Manfaat 4 Tahun 8 Tahun 16 Tahun 20 Tahun Tarif Amortisasi Berdasarkan Metode Garis Lurus Saldo Menurun 25% 50% 12,5% 25% 6,25% 12,5% 5% 10% Sumber: Undang-Undang PPh No. 36 Tahun

12 Penggunaan metode penyusutan dan amotisasi dalam perpajakan harus dilaksanakan wajib pajak secara konsisten dari tahun ke tahun disertai dengan penentuan masa manfaat, jenis harta, serta tarif yang bertujuan untuk membentuk keseragaman dalam melakukan penyusutan maupun amortisasi. b) Konsep Nilai Persediaan Metode untuk menilai persediaan untuk menghitung harga pokok penjualan dalam akuntansi sesuai dengan PSAK No. 14 Tahun 2007 terdiri dari 3 metode, yaitu First In First Out (FIFO) biaya masuk pertama keluar pertama, Last In First Out (LIFO) biaya masuk terakhir keluar pertama dan Weighted Average Cost Method biaya rata-rata tertimbang. Sedangkan metode penilaian persediaan untuk menghitung harga pokok penjualan yang digunakan dalam Undang-Undang perpajakan adalah dinilai berdasarkan harga perolehan (cost) dengan metode First In First Out (FIFO) yang mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama atau dengan metode biaya rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost Method). Penggunaan metode tersebut harus dilaksanakan wajib pajak secara konsisten dari tahun ke tahun Koreksi Fiskal Dalam menyusun laporan keuangan fiskal, laporan keuangan komersial yang dibuat berdasarkan SAK harus dibuat penyesuaiannya terlebih dahulu sebelum menghitung besarnya PKP dengan berdasarkan pada peraturan perundang-undangan perpajakan. Penyesuaian tersebut dikenal dengan koreksi fiskal. 22

13 Laporan Keuangan Komersial Koreksi Fiskal Laporan Keuangan Komersial Gambar 2.2 Koreksi Fiskal Sumber: Erly Suandy (2011:87) Koreksi fiskal adalah koreksi/penyesuaian yang harus dilakukan oleh Wajib Pajak sebelum menghitung PPh bagi Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang Pribadi (yang menggunakan pembukuan). Koreksi fiskal terdiri dari 2 jenis, yaitu: 1. Koreksi fiskal positif, yaitu koreksi atas laporan keuangan komersial agar sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan yang menyebabkan jumlah Penghasilan Kena Pajak dan PPh terutang bertambah. 2. Koreksi fiskal negatif, yaitu koreksi atas laporan keuangan komersial agar sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan yang menyebabkan jumlah Penghasilan Kena Pajak dan PPh terutang berkurang. Koreksi fiskal terjadi karena adanya perbedaan pengakuan penghasilan maupun biaya antara akuntansi dengan perpajakan. Perbedaan antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu perbedaan waktu dan perbedaan tetap Beda Tetap Beda tetap atau permanent differences adalah perbedaan pengakuan pendapatan dan biaya antara prinsip akuntansi dengan 23

14 peraturan perundang-undangan perpajakan sehingga menyebabkan laba menurut akuntansi dengan laba menurut pajak berbeda. Contoh beda tetap adalah beban entertainment yang tidak ada daftar nominatif, kerugian usaha luar negeri, sumbangan yang bersifat sebagai natura, dan lain sebagainya. Erly Suandy (2011:87) menyatakan bahwa Perbedaan tetap/permanen adalah perbedaan yang terjadi karena peraturan perpajakan menghitung laba fiskal berbeda dengan perhitungan laba menurut SAK tanpa ada koreksi di kemudian hari Beda Waktu Beda waktu atau timing differences adalah perbedaan waktu dalam mengakui pendapatan dan biaya antara prinsip akuntansi dengan peraturan perundang-undangan perpajakan sehingga menyebabkan laba menurut akuntansi dengan laba menurut pajak berbeda. Beda waktu menyebabkan terjadinya perpindahan pengakuan pendapatan dan biaya dari suatu periode ke periode lainnya. Contoh beda waktu adalah penyusutan, amortisasi, penilaian persediaan, dan lain sebagainya. Erly Suandy (2011:87) menyatakan bahwa Perbedaan waktu adalah perbedaan yang bersifat sementara karena adanya ketidaksamaan waktu pengakuan penghasilan dan beban antara peraturan perpajakan dengan SAK Tarif Pajak Efektif dan Tarif Pajak Wajib Tarif pajak efektif (Effective Tax Rate) adalah tarif pajak yang dihitung yang berasal dari informasi keuangan yang dihasilkan perusahaan 24

15 yang diperoleh dari perhitungan rasio antara beban pajak penghasilan kini (current tax expense) dengan laba sebelum pajak penghasilan (earning before income tax/ebit) pada laporan keuangan komersial. Sedangkan tarif pajak wajib (Statutory Tax rate) adalah tarif PPh yang tertera di dalam Undang-Undang PPh atau tarif pajak yang ditetapkan pemerintah dengan rasio antara beban pajak penghasilan kini (current tax expense) terhadap PKP (taxable income) pada laporan keuangan fiskal Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan (size) merupakan suatu skala untuk menilai besar kecilnya suatu perusahaan. Pada penelitian ini, ukuran perusahaan dinilai dengan total aset masing-masing perusahaan di akhir tahun. Total aset akan dikonversikan ke dalam natural logaritma (Ln) agar besarnya nilai tidak terlalu berbeda dan digit tidak terlalu panjang. Hal yang sama juga dilakukan oleh Delgado, Rodriguez dan Arias (2012) yang menggunakan total aset sebagai penentu ukuran perusahaan. Sehingga dapat dihitung secara manual dengan rumus sebagai berikut: Pada umumnya, perusahaan besar mempunyai total aset yang besar pula jumlahnya. Perusahaan dengan total aset yang besar menandakan bahwa perusahaan tersebut relatif lebih stabil bila dibandingkan dengan perusahaan dengan total aset yang jumlahnya kecil. 25

16 Perusahaan cenderung memiliki arus kas perusahaan yang positif dan dianggap memiliki kinerja serta prospek yang bagus dalam jangka waktu yang lama bila total aset perusahaan tersebut besar jumlahnya. Selain itu, perusahaan yang beroperasi dengan total aset yang besar juga lebih mampu menghasilkan profit dibandingkan dengan perusahaan dengan total aset yang kecil. Oleh karena itu, total aset merupakan dasar tolak ukur skala suatu perusahaan Intensitas Sediaan dan Intensitas Modal Intensitas sediaan (inventory intensity) adalah rasio antara persediaan (inventory) terhadap total aset. Intensitas sediaan memberi gambaran akan jumlah persediaan perusahaan yang dibutuhkan perusahaan untuk beroperasi. Sedangkan intensitas modal (capital intensity) adalah rasio antara fixed asset seperti peralatan, mesin dan berbagai property terhadap total aset, dimana rasio ini menggambarkan besar aset perusahaan yang diinvestasikan dalam bentuk aset tetap yang dibutuhkan perusahaan untuk beroperasi Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Modal Perusahaan dapat menggunakan modal sendiri atau modal yang berasal dari pemilik perusahaan dalam upaya memenuhi kebutuhan dananya. Selain itu, perusahaan juga dapat menggunakan dana yang 26

17 berasal dari pinjaman atau hutang. Jika perusahaan menggunakan dana dari pinjaman atau hutang, maka perusahaan secara rutin mencatat beban tetap atas pembayaran bunga yang timbul akibat pinjaman atau hutang tersebut. Dengan demikian, dapat pula dikatakan bahwa perusahaan yang menggunakan sumber dana dari pihak luar mempunyai financial leverage. Rasio hutang jangka panjang terhadap modal (leverage) menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat digunakan untuk melihat seberapa besar perusahaan dibiayai oleh pihak luar/pihak ketiga yang digambarkan dengan hutang dibandingkan dengan kemampuan perusahaan sendiri yang digambarkan dengan modal/aset. 2.2 Pengembangan Hipotesis Penelitian Terdahulu Acuan atau dasar yang berupa temuan-temuan atau teori-teori melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat penting untuk dijadikan sebagai data pendukung. Penulis berpendapat bahwa data pendukung yang perlu dijadikan bagian tersendiri adalah data pendukung atas penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Oleh karena itu, fokus penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah terkait dengan masalah tarif pajak efektif. 27

18 Penulis telah melakukan langkah kajian terhadap beberapa hasil penelitian berupa tesis dan jurnal-jurnal melalui internet dan perpustakaan. Lalu, sebuah skematis hasil penelitian terdahulu telah dibuat oleh penulis dalam sebuah tabel yang disusun mulai dari tahun penelitian dari yang terdahulu hingga yang terkini. Adapun tabel tersebut dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu No. Tahun Peneliti Keterangan Hasil Penelitian Stickney dan McGee Menguji pengaruh atas size, capital intensity, leverage dan faktor lainnya terhadap ETR Zimmerman Menguji hubungan antara ETR dengan firm size di USA - Tidak ada pengaruh antara size dengan ETR. - Leverage dan capital intensity berbanding terbalik dengan ETR. - Pengaruh lain seperti foreign operation berbanding terbalik terhadap ETR. - Terdapat pengaruh/dampak atas industri terhadap ETR, dimana industri tertentu di AS (natural resources) diperlakukan lebih menguntungkan dalam kebijakan perpajakan. - Size berbanding lurus terhadap ETR. - Inventory intensity berbanding lurus terhadap ETR. - Industri dagang membayar ETR yang lebih rendah dibandingkan dengan industri manufaktur. 28

19 Gupta dan Newberry Kim dan Limpaphayom Menguji determinan variabelvariabel terhadap ETR Menguji hubungan antara ETR dengan ukuran perusahaan yang terletak di non USA - Perusahaan berskala besar memiliki ETR yang tinggi guna memberi kesan patuh terhadap peraturan perpajakan. - Size, leverage, capital intensity dan R&D expenditure berbanding terbalik dengan ETR. - Inventory intensity berbanding lurus terhadap ETR. - ETR dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, struktur permodalan, bauran aset dan tingkat keuntungan perusahaan. - Terdapat pengaruh antara reformasi perpajakan di USA tahun 1986 (the Tax Reform Act of 1986) terhadap ETR dengan mengacu pada Penghasilan Kena Pajak perusahaan. - Perusahaan berskala besar di Taiwan, Korea, Malaysia dan Thailand membayar ETR lebih rendah dibandingkan perusahaan kecil di negara tersebut. - Perusahaan berskala besar di Hongkong membayar ETR yang lebih besar 29

20 Pelsko Menguji pengukuran alternatif atas corporate tax rates Grant Richardson dan Roman Lanis Annisa Gama Widjaya dan Drs. H. Moh. Didik Ardiyanto, M. Si, Akt Gatot Soepriyanto Menguji determinan variabel atas ETR perusahaan dan reformasi perpajakan di Australia Evaluasi kepatuhan Wajib Pajak sebelum dan sesudah reformasi perpajakan 2008 di kota Semarang, Indonesia Menguji faktorfaktor yang mempengar uhi variasi tarif pajak efektif pada perusahaan yang terdaftar di BEI dibandingkan dengan perusahaan kecil. - Size dan leverage berbanding terbalik terhadap ETR. - Capital intensity berbanding lurus terhadap ETR. - Size, leverage dan capital intensity berbanding terbalik terhadap ETR. - R&D intensity (inventory intensity) berbanding lurus terhadap ETR. - ETR dipengaruhi oleh size, capital structure (leverage), dan bauran aset setelah reformasi perpajakan. - Jumlah Wajib Pajak terdaftar sesudah reformasi perpajakan lebih baik dibandingkan dengan sebelum adanya reformasi perpajakan. - Penyampaian SPT pada KPP Pratama kota Semarang meningkat secara signifikan setelah adanya reformasi perpajakan. - Capital intensity berbanding terbalik terhadap ETR. - Inventory intensity berbanding lurus terhadap ETR. - Tidak ada pengaruh antara size dan leverage ETR. terhadap Francisco J. Menguji - Hubungan non- 30

21 Delgado, Elena Fernandez- Rodriguez dan Antonio Martinez-Arias Duanjie Chen dan Jack Mintz size dan determinan pada ETR perusahaan go public di USA Menganalis a kompetitif PPh Badan linear antara size dengan ETR dengan semakin kecil perusahaan, beban pajak yang dibayar semakin besar. - Hubungan nonlinear antara debt (leverage) dan capital intensity terhadap ETR dimana perusahaan dapat mengurangi beban pajak mereka pada tingkat debt (leverage) dan capital intensity tertentu. - Setelah reformasi perpajakan tahun 2000 di Canada dengan menurunkan tarif PPh Badan dari menjadi 15%, penerimaan negara atas PPh Badan tetap konstan. - Dengan melakukan reformasi perpajakan di USA, diharapkan agar dapat menumbuhkan ekonomi negara dengan berdasarkan pada penerimaan negara yang stabil dalam jangka panjang dan begitu pula dengan penerimaan negara atas PPh Badan Kerangka Pemikiran Hipotesis 31

22 Berdasarkan pada telaah pustaka dan penelitian terdahulu, maka variabel dependen (variabel yang dipengaruhi oleh varibel independen) dalam penelitian ini adalah ETR, sedangkan size, leverage, inventory intensity, capital intensity dan Statutory Tax Rate digunakan sebagai variabel independen (variabel bebas). Adapun kerangka pemikiran penelitian digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Hipotesis Seluruh perusahaan yang diteliti kemudian dikelompokkan menjadi dua bagian berdasarkan karakteristik perusahaan tersebut, yaitu: - Tipe 1: perusahaan dengan ETR yang semakin mendekati STR atau bahkan telah melampaui STR dalam arti yang positif. Dalam arti positif berarti bahwa ETR tersebut menguntungkan pihak pemerintah dan merugikan pihak perusahaan. Untuk lebih jelasnya, tipe 1 ditunjukan pada gambar di bawah ini pada Gambar 2.4 ETR vs STR - Harapan Pemerintah Tipe 1. - Tipe 2: perusahaan dengan ETR yang semakin menjauhi STR maupun semakin mendekati STR dalam arti yang negatif. Dalam arti negatif berarti bahwa menguntungkan pihak perusahaan dan merugikan pihak 32

23 pemerintah. Untuk lebih jelasnya, tipe 2 ditunjukan pada gambar di bawah ini pada Gambar 2.5 ETR vs STR - Harapan Perusahaan Tipe 2. 33

24 Keterangan: STR 0 : Progressive Tax Rate paling tinggi 30% ETR 0 : Tarif Pajak Efektif saat STR 0 STR 1 : Fixed Tax Rate 28% ETR 1 : Tarif Pajak Efektif saat STR 1 STR 2 : Fixed Tax Rate 25% ETR 2 : Tarif Pajak Efektif saat STR 2 Gambar 2.4 ETR vs STR - Harapan Pemerintah Tipe 1 34

25 Keterangan: S TR 0 : Progressive Tax Rate paling tinggi 30% E TR 0 : Tarif Pajak Efektif saat STR 0 S TR 1 : Fixed Tax Rate 28% E TR 1 : Tarif Pajak Efektif saat STR 1 S TR 2 : Fixed Tax Rate 25% E TR 2 : Tarif Pajak Efektif saat STR 2 Gambar 2.5 ETR vs STR - Harapan Perusahaan Tipe 2 35

26 2.2.3 Perumusan Hipotesis Pengaruh Size terhadap ETR Perusahaan Zimmerman (1983) dan Kim dan Limpaphayom (1998, pada perusahaan di Hongkong) menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara ETR dengan firm size, yang berarti bahwa semakin besar ukuran perusahaan, semakin besar pula ETR. Sebaliknya, hubungan yang negatif antara kedua variabel tersebut dikemukakan oleh Gupta and Newberry (1997), Kim dan Limpaphayom (1998, pada perusahaan di Taiwan, Korea, Malaysia dan Thailand), Pelsko (2003), Richardson dan Lanis (2007) dan Delgado, Rodriguez dan Arias (2012). Lain halnya dengan Stickney dan McGee (1982) dan Soepriyanto (2011) yang menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh antara size dengan ETR. Kecenderungan untuk melakukan penghematan pajak (parent/subsidiaries) dalam suatu perusahaan lebih mungkin terjadi pada perusahaan berskala besar dimana mereka memiliki lebih banyak anak perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan berskala besar memiliki ETR yang rendah. Perusahaan yang ter-listed di BEI dikategorikan sebagai perusahaan yang berpotensial dan berskala besar, sehingga hipotesis dapat disusun untuk masing-masing karakteristik perusahaan sebagai berikut (dinyatakan dalam hipotesis alternatif): H 1 : Size memberikan pengaruh terhadap ETR perusahaan. Dimana: 36

27 - Hipotesis untuk tipe 1 H 1A : Size berbanding terbalik terhadap ETR perusahaan. - Hipotesis untuk tipe 2 H 1B : Size berbanding terbalik terhadap ETR perusahaan Pengaruh Capital Intensity dan Inventory Intensity terhadap ETR Perusahaan Pada penelitian terdahulu, Pelsko (2003) menemukan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus antara proporsi aset tetap terhadap total aset dengan ETR. Namun, Stickney dan McGee (1982), Gupta dan Newberry (1997), Grant Richardson dan Roman Lanis (2007) dan Soepriyanto (2011) menyatakan bahwa capital intensity berbanding terbalik terhadap ETR. Hal ini dikarenakan preferensi perpajakan yang terkait dengan investasi dalam aset tetap, terutama pada ketentuan depresiasi yang dipercepat. Perusahaan diperbolehkan untuk menyusutkan aset tetap sesuai dengan perkiraan masa manfaat pada kebijakan perusahaan. Namun, pada preferensi perpajakan menetapkan aset tetap dengan masa manfaat tertentu yang umumnya lebih cepat bila dibandingkan dengan masa manfaat yang diprediksi perusahaan. Lain halnya dengan persediaan, Zimmerman (1983), Gupta dan Newberry (1997), Pelsko (2003) dan Soepriyanto (2011) menemukan bahwa proporsi sediaan terhadap total aset berbanding lurus terhadap ETR karena inventory akan habis dalam jangka waktu yang singkat (satu tahun). Hal ini terjadi pada kebanyakan perusahaan, sehingga hipotesis dapat disusun untuk masing-masing 37

28 karakteristik perusahaan sebagai berikut (dinyatakan dalam hipotesis alternatif): H 2 : Inventory intensity memberikan pengaruh terhadap ETR perusahaan. H 3 : Capital Intensity memberikan pengaruh terhadap ETR perusahaan. Dimana: - Hipotesis untuk Tipe 1: H 2A : Inventory intensity berbanding lurus terhadap ETR perusahaan. H 3A : Capital intensity berbanding terbalik terhadap ETR perusahaan. - Hipotesis untuk tipe 2: H 2B : Inventory intensity berbanding lurus terhadap ETR perusahaan. H 3B : Capital intensity berbanding terbalik terhadap ETR perusahaan Pengaruh Leverage terhadap ETR Perusahaan 38

29 Selanjutnya, peneliti pada umumnya menemukan terdapat hubungan yang negatif antara ETR dengan rasio hutang jangka panjang terhadap modal (Stickney dan McGee, 1982; Gupta and Newberry, 1997; Pelsko, 2003; dan Richardson dan Lanis, 2007). Hal ini menandakan bahwa perusahaan dengan leverage yang lebih besar memiliki hutang yang lebih banyak dan juga memiliki ETR yang lebih rendah karena pengeluaran bunga pinjaman yang merupakan deductible expense yang menyebabkan Penghasilan Kena Pajak menjadi lebih rendah sehingga hipotesis yang disusun untuk masingmasing karakteristik perusahaan sebagai berikut (dinyatakan dalam hipotesis alternatif): H 4 : Leverage memberikan pengaruh terhadap ETR perusahaan. Dimana: - Hipotesis untuk tipe 1 H 4A : Leverage berbanding terbalik terhadap ETR perusahaan. - Hipotesis untuk tipe 2 H 4B : Leverage berbanding terbalik terhadap ETR perusahaan. 39

ANALISIS DAMPAK REFORMASI PERPAJAKAN PPH BADAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TARIF PAJAK EFEKTIF PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA

ANALISIS DAMPAK REFORMASI PERPAJAKAN PPH BADAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TARIF PAJAK EFEKTIF PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA ANALISIS DAMPAK REFORMASI PERPAJAKAN PPH BADAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TARIF PAJAK EFEKTIF PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA Tiffany Tanoto, Gatot Soepriyanto Binus University,

Lebih terperinci

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak dikemukakan oleh beberapa ahli telah memberikan batasan-batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemerintahan, dimana sumbangan terbesar adalah dari penerimaan pajak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemerintahan, dimana sumbangan terbesar adalah dari penerimaan pajak BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Pajak Di Indonesia pada saat ini pajak merupakan salah satu komponen terbesar dalam penerimaan negara yang digunakan untuk membayai kegiatan pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara. Pajak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara. Pajak merupakan hal yang penting bagi sebagian besar negara karena dengan pungutan pajak, pemerintah dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan. Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan. Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Definisi Pajak Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak 1. Pengertian Pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran atau pungutan yang dilakukan oleh pemerintah dari masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran atau pungutan yang dilakukan oleh pemerintah dari masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah iuran atau pungutan yang dilakukan oleh pemerintah dari masyarakat berdasarkan Undang-Undang, dan hasilnya digunakan demi pembiayaan pengeluaran umum pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap akhir tahun perusahaan akan membuat laporan keuangan untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak khususnya para pemakai laporan keuangan yang berguna

Lebih terperinci

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH.

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH. 1 Pengertian Pajak (1) Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH. Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Pajak merupakan salah satu pungutan negara terhadap rakyatnya. Pada hakekatnya, pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta Wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 yaitu kontribusi wajib kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. Undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 yaitu kontribusi wajib kepada negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi negara, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaannya diatur dalam undang-undang dan peraturan-peraturan. untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaannya diatur dalam undang-undang dan peraturan-peraturan. untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemandirian suatu bangsa, dapat diukur dari kemampuan bangsa untuk melaksanakan dan membiayai pembangunan sendiri. Salah satu sumber pembiayaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Definisi Pajak Secara Umum Pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

BAB II LANDASAN TEORI. iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan Jenis Pajak Ada berbagai pengertian pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli perpajakan, antara lain: Soemitro, seperti dikutip Waluyo dan Ilyas (2002) mendefinisikan,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERPAJAKAN

MANAJEMEN PERPAJAKAN MANAJEMEN PERPAJAKAN MODUL 11 Dosen : Jemmi Sutiono Ruang : B-305 Hari : Minggu Jam : 13:30 16:00 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2011 Manajemen Perpajakan Jemmi Sutiono Pusat

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. menghubungkan antara karakteristik perusahaan khususnya capital intensity dan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. menghubungkan antara karakteristik perusahaan khususnya capital intensity dan BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian tentang tax avoidance telah banyak dilakukan, begitu pula dengan penelitian tentang karakteristik perusahaan. Namun penelitian

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

DASAR-DASAR PERPAJAKAN DASAR-DASAR PERPAJAKAN DEFINISI PAJAK Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue)

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue) BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue) Maupun keuntungan ( gain ). Definisi penghasilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Hukum pajak disebut juga hukum fiskal yaitu keseluruhan dari peraturanperaturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Ni Putu Lestari dan I.G.A.M Asri Dwija Putri (2015)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Ni Putu Lestari dan I.G.A.M Asri Dwija Putri (2015) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu 1. Ni Putu Lestari dan I.G.A.M Asri Dwija Putri (2015) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh book-tax difference yang dikelompokkan atas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Secara umum pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terlihat bahwa salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari sektor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal a. Definisi Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal Laporan keuangan komersial adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib rakyat kepada kas negara.definisi pajak menurut beberapa ahli adalah : 1) Menurut Soemitro (Mardiasmo, 2011:1),

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan adalah penerimaan yang berasal dari dalam negeri yaitu dari sektor pajak.

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan adalah penerimaan yang berasal dari dalam negeri yaitu dari sektor pajak. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Umum Tentang Pajak II.1.1 Definisi Pajak Salah satu sumber penerimaan negara yang paling potensial untuk membiayai pembangunan adalah penerimaan yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan Tugas Akhir Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktis di lapangan secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang KUP No. 16 Tahun 2009 Pasal 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai populasi

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai populasi BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini, digunakan tabulasi data sekunder berupa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai populasi penelitian.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Pajak mempunyai definisi yang berbeda-beda menurut sudut pandang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Pajak mempunyai definisi yang berbeda-beda menurut sudut pandang yang 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi a. Pengertian Pajak Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada zaman orde baru mengandalkan penerimaan negara pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada zaman orde baru mengandalkan penerimaan negara pada sektor BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian Indonesia pada zaman orde baru mengandalkan penerimaan negara pada sektor migas. Pendapatan ini diperoleh dengan mengekspor migas ke luar negeri. Tetapi pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: Pajak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan terbesar bagi negara. Menurut Soemitro (Resmi, 2014:1), pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sedangkan menurut R.Santoso Brotodihardjo, hukum pajak adalah:

BAB 1 PENDAHULUAN. Sedangkan menurut R.Santoso Brotodihardjo, hukum pajak adalah: 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Salah satu hukum yang harus ditaati di Negara ini yaitu hukum

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam kedaan siap dipakai atau dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya orang mendirikan perusahaan untuk mencapai laba. Oleh karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang dibangun. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan tujuan utama adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan kontribusi positif bagi pelaksanaan pembangunan. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan kontribusi positif bagi pelaksanaan pembangunan. Pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pelaksanaan pembangunan. Pajak merupakan iuran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perpajakan Menurut Undang-Undang no. 28 th. 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan memiliki tujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat baik secara material

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang

BAB II LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pajak Penghasilan II.1.1 Pengertian Umum Pajak Definisi pajak menurut Prof. DR. Rochmat Soemitro, SH. dalam Resmi (2007) adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Soemitro, SH (Mardiasmo, 2006) adalah iuran rakyat kepada negara yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Soemitro, SH (Mardiasmo, 2006) adalah iuran rakyat kepada negara yang dapat BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar Perpajakan II.1.1. Definisi dan Fungsi Pajak Definisi atau pengertian pajak yang mengacu pada pendapat Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH (Mardiasmo, 2006) adalah iuran rakyat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara untuk menjalankan pemerintahan. Pemungutan pajak sudah lama ada, dari adanya upeti wajib kepada

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan kewajiban setiap orang yang berada di suatu negara dan yang berada di seluruh dunia, oleh karena itu pajak merupakan suatu permasalahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Rochmat Soemitro, dalam buku Mardiasmo, (2011:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pajak a. Pengertian Pajak Banyak definisi atau batasan yang telah dikemukakan oleh pakar yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Pajak merupakan sumber utama penerimaan Negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan Negara tidak dapat dilaksanakan. Diantara sekian

Lebih terperinci

Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh. untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh. untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian pajak Menurut UU No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) secara sederhana adalah suatu cara kerja yang langsung dapat membimbing kita kedalam dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan defenisi dari laporan keuangan yaitu catatan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan defenisi dari laporan keuangan yaitu catatan informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan berguna untuk memberikan gambaran atau informasi keuangan yang lengkap mengenai jenis dan jumlah setiap aset, kewajiban, dan ekuitas serta jenis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan umum (Siti Resmi, 2011:1). Fungsi pajak ada 2 yaitu fungsi

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan umum (Siti Resmi, 2011:1). Fungsi pajak ada 2 yaitu fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik yang dapat langsung ditujukan,

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. PAJAK Masalah Pajak adalah masalah Negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu Negara pasti berurusan dengan Pajak, oleh karena itu masalah Pajak juga menjadi masalah seluruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PAJAK 1. Pengertian Pajak Menurut S.I.Djajadiningrat (Resmi,2009:1) Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Metode Perolehan Aktiva Tetap Aktiva tetap berwujud sebagai salah satu aktiva penting yang dimiliki perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi pajak dalam pasal 1 ayat 1 UU KUP No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Definisi Pajak Banyak definisi atau batasan pajak yang telah dikemukakan oleh para ahli yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disederhanakan dengan memerhatikan asas keadilan, pemerataan, manfaat, dan

BAB I PENDAHULUAN. disederhanakan dengan memerhatikan asas keadilan, pemerataan, manfaat, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang- undang perpajakan di Indonesia selalu mengalami perubahan sesuai dengan perubahan ekonomi. Untuk itu sistem perpajakan terus di sempurnakan dan disederhanakan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan kehidupan suatu negara. Dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. dikenakan atas laba kena pajak perusahaan. yang diterima atau yang diperolehnya dalam tahun pajak.

BAB II TELAAH PUSTAKA. dikenakan atas laba kena pajak perusahaan. yang diterima atau yang diperolehnya dalam tahun pajak. BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Pajak Penghasilan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2010:46), Pajak Penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan transfer kekayaan dari wajib pajak orang pribadi atau badan kepada negara yang pemungutannnya dilaksanakan berdasarkan undang-undang dan bersifat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

Lebih terperinci

HAKIKAT REKONSILIASI. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi.

HAKIKAT REKONSILIASI. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi. HAKIKAT REKONSILIASI Pelaksanaan pembukuan berdasar kebijakan akuntansi perusahaan menyimpang dari ketentuan perpajakan. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi. Penyesuaian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Penyusunan laporan keuangan sangatlah penting bagi perusahaan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan perusahaan dan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak memiliki dimensi atau pengertian yang berbeda-beda menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3) menyatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat (1) adalah : Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

Lebih terperinci

iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan

iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi atau pengertian pajak menurut Mardiasmo (2011:1), pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat

Lebih terperinci

PENGGOLONGAN PAJAK, JENIS PAJAK, TARIF PAJAK, DAN SANKSI DALAM PAJAK

PENGGOLONGAN PAJAK, JENIS PAJAK, TARIF PAJAK, DAN SANKSI DALAM PAJAK PENGGOLONGAN PAJAK, JENIS PAJAK, TARIF PAJAK, DAN SANKSI DALAM PAJAK Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan Pajak penghasilan, PPn, PPnBM, PBB,

Lebih terperinci

A. Pengertian Laporan Keuangan

A. Pengertian Laporan Keuangan BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah kesimpulan dari hasil pencatatan yang disusun secara sistematis berdasarkan standar akuntansi yang di terima umum dan menggambarkan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TAX PLANNING DALAM UPAYA PENGHEMATAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) BADAN (Studi Pada Koperasi Wanita Serba Usaha Setia Budi Wanita Jawa Timur)

IMPLEMENTASI TAX PLANNING DALAM UPAYA PENGHEMATAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) BADAN (Studi Pada Koperasi Wanita Serba Usaha Setia Budi Wanita Jawa Timur) IMPLEMENTASI TAX PLANNING DALAM UPAYA PENGHEMATAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) BADAN (Studi Pada Wanita Jawa Timur) Tyas Titi Alkasari Fransisca Yaningwati Topowijono Fakultas Ilmu Administrasi Universitas

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan kewajiban setiap orang yang berada di suatu negara dan yang berada di seluruh dunia, oleh karena itu pajak merupakan suatu permasalahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

Lebih terperinci

BAB 3 RERANGKA KONSEPTUAL. intervening. Ukuran perusahaan (size) mempunyai pengaruh yang positif terhadap

BAB 3 RERANGKA KONSEPTUAL. intervening. Ukuran perusahaan (size) mempunyai pengaruh yang positif terhadap BAB 3 RERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Rerangka Konseptual Rerangka konseptual menjelaskan logika teoritis atas faktor-faktor yang mempengaruhi manajeman laba dengan perencanaan pajak sebagai variabel intervening.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara harus melakukan kegiatan pembangunan demi kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara harus melakukan kegiatan pembangunan demi kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap negara harus melakukan kegiatan pembangunan demi kemajuan negaranya, tidak terkecuali dengan Indonesia. Kegiatan pembangunan dapat terlaksana jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerimaan pajak merupakan sumber pendapatan yang cukup besar yang penting bagi negara untuk menjalankan pembangunan negaranya. Karena itu pemungutan pajak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan memiliki persediaan yang dimiliki dan digunakan atau

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan memiliki persediaan yang dimiliki dan digunakan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada umumnya perusahaan memiliki persediaan yang dimiliki dan digunakan atau diproses untuk menghasilkan barang atau jasa yang memberikan nilai tambah dan

Lebih terperinci

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 13 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1. 2. 3. 4. Pajak dalam LK Pajak dan Akuntansi Akt.

Lebih terperinci

BAHAN MATERI MATA PELAJARAN EKONOMI DAN BISNIS KOMPETENSI DASAR KETENTUAN PERPAJAKAN KELAS XI AP TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAHAN MATERI MATA PELAJARAN EKONOMI DAN BISNIS KOMPETENSI DASAR KETENTUAN PERPAJAKAN KELAS XI AP TAHUN PELAJARAN 2014/2015 BAHAN MATERI MATA PELAJARAN EKONOMI DAN BISNIS KOMPETENSI DASAR KETENTUAN PERPAJAKAN KELAS XI AP TAHUN PELAJARAN 2014/2015 A. Pengertian Pajak Beberapa ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai pajak,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara, berupa iuran yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak) yang tidak mendapat balas jasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak 2.1.1 Menurut Para Ahli a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK TANGGUHAN PADA LAPORAN KEUANGAN PT BUMI SARANA UTAMA. Dahniyar Daud *)

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK TANGGUHAN PADA LAPORAN KEUANGAN PT BUMI SARANA UTAMA. Dahniyar Daud *) ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK TANGGUHAN PADA LAPORAN KEUANGAN PT BUMI SARANA UTAMA Dahniyar Daud *) niardaudismail@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa penerapan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Implementasi Tax Planning Pada PT. XYZ Penerapan pajak yang dilakukan oleh PT. XYZ tidak dapat dipisahkan dengan upayaupaya yang dilakukan pihak manajemen untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ada berbagai pengertian pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli perpajakan,

BAB II LANDASAN TEORI. Ada berbagai pengertian pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli perpajakan, BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pengertian dan Jenis Pajak Ada berbagai pengertian pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli perpajakan, antara lain : Feldmann yang diterjemahkan oleh Resmi (2003) mendefinisikan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pajak 2.1.1.1. Definisi Pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo

Lebih terperinci

PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak.

PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak. PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak. DEFINISI PAJAK: menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Akuntansi Keuangan Eksistensi suatu perusahaan sangat tergantung pada transaksitransaksi yang dilakukannya. Perusahaan yang dapat melakukan transaksi dengan baik berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penghasilan didefinisikan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) sebagai peningkatan manfaat ekonomis selama suatu periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dalam negeri sangatlah penting serta mempunyai kedudukan yang

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dalam negeri sangatlah penting serta mempunyai kedudukan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional, peranan penerimaan dalam negeri sangatlah penting serta mempunyai kedudukan yang sangat strategis. Roda pemerintahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi BAB II LANDASAN TEORI II.1. Definisi Pajak Pengertian pajak menurut Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS Pada laporan rugi laba yang telah dibuat oleh PT TGS yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2003 menunjukkan adanya unsur penjualan yang telah berhasil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan Nomor 28 tahun 2007 pasal 1 ayat 1: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

Lebih terperinci

Sama seperti pajak, namun terdapat imbalan (kontra-prestasi) secara langsung yang dapat dirasakan oleh pembayar retribusi

Sama seperti pajak, namun terdapat imbalan (kontra-prestasi) secara langsung yang dapat dirasakan oleh pembayar retribusi Apakah pajak itu? Kenapa pajak timbul dalam masyarakat? Apakah peranan pajak bagi negara? Iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa-timbal (kontra-prestasi),

Lebih terperinci

ekonomi K-13 PERPAJAKAN K e l a s A. PENGERTIAN PAJAK Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 PERPAJAKAN K e l a s A. PENGERTIAN PAJAK Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI PERPAJAKAN Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami pengertian, unsur-unsur, fungsi dan peranan, pemungutan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Joanna Junaedi (2010) dengan judul Analisis Rekonsiliasi Fiskal Atas

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Joanna Junaedi (2010) dengan judul Analisis Rekonsiliasi Fiskal Atas BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Joanna Junaedi (2010) dengan judul Analisis Rekonsiliasi Fiskal Atas Laporan Laba Rugi Komersial Dalam Penentuan PPh Terhutang Pada PT. Mutiara Intrareksa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. pajak ini dikenakan atas laba kena pajak perusahaan. diperolehnya dalam tahun pajak.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. pajak ini dikenakan atas laba kena pajak perusahaan. diperolehnya dalam tahun pajak. 6 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1.1 Tinjauan Teoritis 1.1.1 Pengertian Pajak Penghasilan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2010:46), Pajak Penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA PROSEDUR PELAKSANAAN DAN PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) ATAS PENGADAAN BARANG DAN JASA PADA PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA X KEBUN KERTOSARI JEMBER LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi Anggaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2017 penerimaan negara dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan (2012:46.2) pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan atas

Lebih terperinci