EKSISTENSI DAN DINAMIKA PERAN GENDER DALAM USAHATANI LAHAN KERING, IMPLIKASINYA BAGI KETAHANAN PANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EKSISTENSI DAN DINAMIKA PERAN GENDER DALAM USAHATANI LAHAN KERING, IMPLIKASINYA BAGI KETAHANAN PANGAN"

Transkripsi

1 EKSISTENSI DAN DINAMIKA PERAN GENDER DALAM USAHATANI LAHAN KERING, IMPLIKASINYA BAGI KETAHANAN PANGAN Rachmat Hendayana 1 dan Yusuf 2 1 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT ABSTRAK Eksistensi dan dinamika peran gender dalam usaha tani lahan Kering merupakan hasil pengkajian kasus di wilayah Kabupaten Sumba Timur Provinsi NTT tahun 2005 yang bertujuan untuk mengetahui keragaan akses, partisipasi dan pengambilan keputusan gender dalam usahatani tanaman pangan di lahan kering dan implikasinya bagi ketahanan pangan. Pengumpulan data dilakukan melalui survey melibatkan 60 rumah tangga petani yang terpilih sebagai responden secara acak sederhana. Pembahasan diperkaya dengan informasi sekunder yang dikumpulkan dari beberapa instansi terkait yang relevan. Dari hasil analisis deskriptif yang digunakan dalam pengkajian ini terungkap, bahwa: (a) Usahatani tanaman pangan di lahan kering telah menjadi mata pencaharian utama bagi penduduk Sumba Timur yang telah dilakukannya secara turun temurun dengan pemilihan komoditas tertentu misalnya jagung, kacang hijau, dan gandum dengan teknologi seadanya secara konvensional; (b) Eksistensi gender dalam kegiatan usaha tani tampak secara ekslusif pada hampir seluruh kegiatan yaitu mulai kegiatan seleksi benih, mengolah tanah, menanam, menyulam tanaman mati, menyemprot hama/penyakit, menyiang, panen, mengangkut dan menjual hasil; (c) Dari sisi akses terhadap kegiatan usahatani, kondisinya relatif sama kecuali terhadap kegiatan pengangkutan hasil. Akan tetapi dari sisi tingkat partisipasinya, menunjukkan keragaan gender yang beragam misalnya dalam kegiatan mengolah tanah, menanam dan menyulam, menyiang dan panen peran Bapak dan Ibu relatif seimbang, namun dalam memilih benih, dan menjual hasil partisipasi Ibu kurang menonjol ketimbang Bapak. Sementara itu dalam pengambilan keputusan usaha tani, secara umum didominasi pihak Bapak kecuali untuk penjualan hasil; (d) Implikasi dari kondisi tersebut menuntut komitmen berbagai pihak utamanya pengambil kebijakan terkait dengan ketahanan pangan untuk lebih banyak melibatkan partisipasi peran gender sejak perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan. Kata kunci: Gender, Usahatani, Lahan Kering, Ketahanan Pangan. PENDAHULUAN Dalam perjalanan sejarah pembangunan di Indonesia, Sumber Daya Manusia (SDM) pria dan perempuan dinyatakan sebagai sumberdaya insani pembangunan yang partisipasinya sangat diharapkan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga Indonesia. Namun demikian, sejarah mencatat bahwa kebijakan pembangunan yang selama ini dinyatakan bersifat netral, dalam implementasinya terdapat ketimpangan gender, dalam arti bahwa yang memperoleh akses dan kontrol berbagai program pembangunan, sejak perencanaan hingga implementasinya di dominasi pria (Sugiah, 2001). Perbedaan gender sesungguhnya tidak akan menjadi masalah sepanjang hal itu tidak melahirkan ketidak adilan gender. Akan tetapi menurut Harsoyo, et al., (1999) dalam prakteknya perempuan tetap saja merupakan pihak yang kurang beruntung dibandingkan dengan pria. Kondisi demikian kurang menguntungkan karena adanya ketidak seimbangan atas dasar perbedaan hak tersebut, merupakan hambatan bagi suatu produktivitas masyarakat yang dapat mengakibatkan melambatnya perkembangan ekonomi (Suhaeti, et al., 2000). Peran gender dalam kegiatan ekonomi menurut Kerston (1993) dapat dipilah ke dalam tiga kegiatan yaitu kegiatan produktif, reproduktif dan sosial. Kegiatan produktif adalah kegiatan yang berhubungan dengan upaya mencari nafkah sehingga kegiatan ini akan memberikan penghasilan baik berupa uang atau dalam bentuk natura. Kegiatan reproduktif tidak menghasilkan uang tetapi menunjang anggota keluarga lainnya untuk dapat melakukan pekerjaan produktif, sedangkan kegiatan sosial berkaitan dengan kegiatan sosial dan tidak menghasilkan uang. Secara umum sumbangan wanita tani dalam penghasilan keluarga cukup besar, baik dengan

2 bekerja di lahan sendiri atau sebagai buruh tani, bekerja di luar sektor pertanian seperti mengerjakan kerajinan, bardagang, menjadi buruh musiman di kota, maupun berkecimpung di dalam pekerjaan yang tidak langsung memberikan penghasilan yaitu pekerjaan mengurus rumah tangga (Zakaria, 1994). Dengan demikian wanita mempunyai potensi dan peranan strategis dalam peningkatan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan keluarga tani. Besar tidaknya sumbangan wanita dalam penghasilan keluarga dipengaruhi oleh peran yang dimainkan wanita itu sendiri. Apakah ia berperan hanya sebagai istri petani, sebagai anggota keluarga tani, kepala keluarga tani, pengusaha tani, anggota atau sebagai ketua kelompok tani. Meskipun keterlibatan wanita dalam berusahatani sudah terbukti memberikan sumbangan yang nyata bagi keberhasilan usahatani, dalam perkembangan pembangunan isu gender dalam aktivitas ekonomi tetap saja menarik untuk dikaji, karena di dalam prakteknya disinyalir muncul ketidak adilan gender sehingga meskipun kaum wanita memberikan kontribusi yang besar, perempuan tetap saja merupakan pihak yang kurang beruntung dibandingkan dengan pria (Harsoyo, et al., 1999). Berkenaan dengan permasalahan gender, makalah bertujuan untuk mengungkap eksistensi dan dinamika peran gender dalam usahatani lahan kering, dan implikasinya terhadap ketahanan pangan. Hasil pembahasan akan menjadi masukan yang bermanfaat bagi Pemerintah Daerah setempat dalam penyusunan kebijakan ketahanan pangan berbasis gender di lahan kering pada masa yang akan datang. METODOLOGI Data dan Sumber Data Makalah dikembangkan dari hasil baseline survei di Kabupaten Sumba Timur, NTT tahun Pengumpulan data dikumpulkan melalui survei melibatkan 60 rumah tangga tani yang terpilih sebagai responden secara acak sederhana melalui survei dan PRA. Survey dilakukan menggunakan kuesioner semi terstruktur. Wawancara dilakukan terhadap individu di lokasi usahatani (ladang/kebun), di tempat pemukiman atau di suatu tempat tertentu yang disepakati, sementara kegiatan PRA dilakukan secara paralel dengan kegiatan survei, melalui metode diskusi kelompok atau Focus Group Discussion (FGD), dilengkapi dengan pengamatan langsung di lapangan (observasi) sebagai langkah cross check. Data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran dokumen laporan kegiatan. Analisis Data Setelah melalui validasi terhadap data yang terkumpul, langkah selanjutnya adalah melakukan pemilahan data sesuai kriteria yang telah ditetapkan dalam bentuk tabulasi silang. Terhadap data kuantitatif dilakukan analisis data secara deskriptif kuantatif dan terhadap informasi kualitatif dibahas secara deskriptif kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Usahatani Meskipun kondisi daerahnya didominasi lahan kering, usaha pertanian tetap menjadi pilihan bagi penduduk di Sumba Timur. Berusahatani di lahan kering bagi penduduk setempat sudah menjadi bagian dari kehidupannya sebagai konsekwensi logis dari kondisi alamnya yang memiliki karakteristik wilayah kering. Masyarakat tani sudah terbiasa menghadapi tantangan dalam usahatani di lahan kering, sehingga tetap bersemangat menjalankan usahataninya. Lokasi kegiatan usahatani mereka umumnya ada di lahan tegalan/kebun dan ladang/ huma. Kondisi lahan kering di Sumba Timur tidak terlepas dari sejarah pembentukannya sebagai pulau karang yang terangkat sehingga wilayahnya didominasi oleh bukitbukit karang, kapur yang gersang dan terjal dan berjurang sempit. Bentang daratan Kabupaten Sumba Timur didominasi oleh topografi selang ketinggian m (42,39%). Setelah itu 26,45 % merupakan bentang daratan dengan selang ketinggian 25 0 m. Sisanya terbagi sebagai daerah dengan selang ketinggian 8 25 m (8,23 %), dan selang ketinggian 0 7 m (3,75 %). Mengingat kondisi lahannya sering kering, maka di dalam memilih komoditas yang akan ditanam, petani lebih memilih untuk mengusahakan tanaman pangan musiman yang memiliki daya suai tinggi terhadap kondisi kekeringan. Petani kebanyakan mengusahakan jagung, shorgum, kacang tanah, kacang hijau dan lainlain. Untuk meningkatkan intensitas tanam biasanya petani menerapkan pota tanam secara tumpang sari. Dengan menerapkan pola tumpangsari harapannya akan terhindar dari risiko

3 penanaman yang gagal panen pada salah satu komoditas yang diusahakan. Jika kedua jenis tanaman yang ditumpangsarikan berhasil, akan diperoleh keragaman produk yang dipanen. Mengerjakan usahatani merupakan pekerjaan pokok yang menjadi andalan bagi kehidupan keluarga. Oleh karena itu di dalam mengerjakan usahatani semua anggota keluarga yang meliputi bapak, ibu dan anakanak (pria maupun perempuan) ikut berpartisipasi. Mereka menjadi bagian dari sumber tenaga kerja keluarga. Bagi masyarakat di daerah Sumba Timur, keterlibatan anggota keluarga di dalam usahatani bukan hal yang luar biasa karena sudah menjadi bagian dari budaya dalam usahatani mereka. Bahkan dari pengkajian Syamsiah, dkk., (1994) terungkap bahwa wanita memberikan kontribusi nyata di bidang pertanian baik berbasis tanaman maupun ternak. Hasil identifikasi di lokasi pengkajian, terungkap beberapa kegiatan dalam usahatani terbukti melibatkan tidak hanya kaum pria akan tetapi juga pihak wanita. Meskipun dari proporsinya tenaga kerja pria lebih tinggi dibanding penggunaan tenaga kerja wanita (Tabel 1).

4 Tabel 1 Rataan Penggunaan Tenaga Kerja Untuk Tanaman Semusim (Musim Hujan) Uraian TK Keluarga (HOK) TK Upahan (HOK) Pria Wanita Pria Wanita Borongan (Rp) Pengolahan tanah : o Traktor 1, o Ternak 2 1 o Orang,6 7, Tanam dan 4,1 3,1 sulam 000 Pemupukan 2 1,6 Penyemprotan Penyiangan 7,9 5, Panen 4,4 3, Pengangkutan 2,5 3, Sumber : Data Primer, 2005 (diolah) Eksistensi Peran Gender Sebelum sampai pada inti permasalahan peran gender dalam kegiatan usahatani, ada baiknya dikemukakan terlebih dahulu keberadaan (eksistensi) peran gender dalam sektor domestik yaitu kegiatan seharihari dalam aktivitas rumah tangga secara umum. Menurut White dan Hastuti (19), dalam masyarakat agraris ada dua anggapan yang saling bertentangan. Pertama disebutkan bahwa kedudukan pria dan wanita itu berbeda tetapi setara, saling melengkapi dan untuk kepentingan bersama. Menurut pandangan ini, pemisahan peran dan pengaruh antar jenis kelamin mencerminkan sifat komplementer dalam upaya mencapai tujuan bersama yaitu kesejahteraan rumah tangga dan masyarakat. Sementara itu anggapan yang kedua menyatakan bahwa kedudukan pria dan wanita itu berbeda dan tidak setara. Kenyataan dari hasil identifikasi di lapangan diketahui, tampaknya pandangan yang pertama yang terjadi. Di desa Watumbaka terungkap adanya nilainilai saling melengkapi antara peran pria dan wanita untuk kepentingan bersama. Kondisi tersebut masih terasa dalam bentuk pembagian kerja di sektor rumah tangga secara tidak formal seperti misalnya bapak mencari nafkah, mencari air dan kayu api sementara ibu memasak, mencuci, mengasuh dan mendidik anak serta membersihkan rumah. Dalam hubungan dengan peran gender di sektor domestik, teridentifikasi paling tidak 8 kegiatan yaitu: (1) memasak, (2) mencuci pakaian, (3) mengambil air, (4) mencari kayu bakar, (5) mengasuh anak, (6) mendidik anak, (7) membersihkan halaman, dan (8) membersihkan rumah. Dilihat dari proporsi waktu yang dicurahkan masingmasing pelaku dalam sektor domestik tersebut informasinya disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Keragaan Peran Gender di Sektor Domestik di Lokasi Pengkajian, 2005 (%) Uraian kegiatan Pria Wanita Anakanak 1. Memasak Mencuci pakaian Mengambil air 4. Mencari kayu bakar 5. Mengasuh anak 0 6. Mendidik anak Membersihkan halaman 8. Membersihkan rumah 20 Sumber: Hendayana, R., dkk (2005) Intensitas partisipasi pihak wanita dalam sektor domestik lebih dominan dibandingkan pria. Wanita berpartisipasi ada semua kegiatan di sector tersebut, sementara pria hanya berpartisipasi pada tiga kegiatan saja yakni mengambil air, mencari kay baker dan membersihkan halaman. Namun demikian, jika dilihat dari intensitas tingkat partisipasinya terutama pada dua kegiatan pertama yakni mengambil air dan mencari kayu baker, peran pria cukup dominant.

5 Inkorporasi Gender Dalam Usahatani Inkorporasi gender dicirikan oleh partisipasi dan pengambilan keputusan gender dalam dalam usahatani. Dari data pada Tabel 3 diketahui terdapat 8 (delapan) kegiatan dalam usahatani yang melibatkan pihak bapak, ibu dan anakanak dengan tingkat partisipasi yang berbeda di antara ketiganya. Tabel 3 Tingkat Partisipasi dan Pengambilan Keputusan Rumah Tangga pada Kegiatan Usahatani di Lokasi Pengkajian, 2005 Uraian kegiatan 1. Memilih benih 2. Pengolahan tanah 3. Tanam dan sulam 4. Penyiangan 5. Panen 6. Pengangkutan 7. Menjual hasil Sumber: Hendayana, R., dkk (2005) Partisipasi (%) Pengambil keputusan (%) Bapak Ibu Anak Bapak Ibu Anak 89,1 50,9 3,6 85,5,9 94,5 83,6 47,3 92,7 5,5 94,5 83,6 47,3 92,7 5,5 94,5 83,6 47,3 92,2 5,5 94,5 83,6 47,3 92,2 5, ,6 16,4 54,5 45,5 Dilihat dari tingkat partisipasi anggota rumah tangga dan pengambilan keputusan pada berbagai kegiatan usahatani, dapat dikemukakan sebagai berikut. Untuk kegiatan memilih benih/bibit, pada dasarnya dilakukan oleh pihak bapak dan ibu di mana proporsinya lebih besar bapak, baik dalam hal berpartisipasi maupun dalam hal pengambilan keputusan; Untuk kegiatan pengolahan tanah, tanam dan sulam, penyiangan serta panen semua responden menyatakan bahwa dalam partisipasi mereka semua ikut dengan proporsi bapak dan ibu hampir berimbang dan pengambilan keputusan dikerjakan oleh pihak bapak. Di desa Watumbaka memiliki budaya bekerja sama dengan tetangga, saling membantu bergiliran di tanah masingmasing. Kegiatan pengangkutan hasil panen untuk tingkat partisipasi dan pengambilan keputusan pada kegiatan ini, semua dikerjakan oleh bapak (0%). Hal ini, dapat dimaklumi karena untuk kegiatan pengolahan tanah sudah sewajarnya pihak bapak yang berperan Kondisi demikian seirama dengan pendapat Sayogyo (1994) yang mengemukakan bahwa pola pembagian kerja antara pria dan wanita yang didasarkan atas pertimbangan biologis, konsekuensinya akan mendudukkan pria pada posisi dan peranan instrumental dalam arti kata produktif, manajerial dan publik, sedangkan wanita didudukkan pada posisi mengelola dan mengurus pekerjaan rumah tangga serta kegiatan reproduksi (aspek ekspresif dari kehidupan keluarga) Dalam kehidupan seharihari, pembagian kerja antara pria dan wanita dalam keluarga, rumah tangga dan masyarakat luas tampak pada kebiasaan lelaki mencari nafkah di luar rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan hidup, sedangkan wanita mengurus pekerjaan rumah tangga. Pembagian kerja pria dan wanita dipengaruhi oleh kekuatankekuatan kultural, sosial, ekonomis dan politik. Hal ini berarti bahwa baik pria maupun wanita mempunyai peran ganda yakni dalam mencari nafkah dan mengurus rumah tangga (Sayogyo,1994), Dalam hal usahatani ada kegiatan dimana partisipasi bapak, ibu dan anak bersamasama sangat menonjol yaitu pada saat mengolah tanah, menanam, menyulam, menyiangi dan panen. Kegiatankegiatan tersebut dilakukan dengan bersamasama tetangga terdekat atau sanak kerabat yang ikut bersamasama menyelesaikan pekejaan tersebut untuk kemudian bergantian di lahan yang lain pada kesempatan yang berbeda. Dengan demikian terjadi penghematan dalam biaya, pelaksanaan pekerjaan yang lebih cepat dan kegembiraan dalam melaksanakan pekerjaan di tengah berbagai masalah yang mungkin menerpa mereka. Hal ini merupakan ciri khas yang masih ada di desa Watumbaka yang mungkin di perkotaan sudah hilang karena sifat individualis masyarakatnya. Menjadikannya peluang bagi pembentukan kelembagaan sosial ataupun keuangan karena telah ada benihbenih kebersamaan diantara masyarakat desa Watumbaka, yang hidup dalam saling kepercayaan dan kebersamaan.

6 Terbukti dengan adanya suatu lembaga keuangan informal dimana setiap orang mengumpulkan uang semampunya untuk digulirkan bagi yang perlu dengan kewajiban pengembalian dana tersebut, di akhir tahun dibagi sisa hasil usaha, dengan faktor penentu jumlah uang yang disimpan yang besarnya berbedabeda setiap orang. Lembaga ini terbukti berhasil menanggulangi keperluan mendesak warganya dalam hal modal untuk berusaha, misalnya membeli mesin perahu tempel untuk melaut. Kiranya perlu untuk memupuk lembagalembaga seperti ini yang ampuh dan nyata dalam menyelesaikan sebagian masalah masyarakat desa Watumbaka. Kesimpulan KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Usahatani tanaman pangan di lahan kering telah menjadi mata pencaharian utama bagi penduduk Sumba Timur. Mereka telah melakukannya secara turun temurun dengan pemilihan komoditas tertentu misalnya jagung, kacang hijau, dan gandum dengan teknologi seadanya secara konvensional; Eksistensi gender dalam kegiatan usaha tani tampak secara ekslusif pada hampir seluruh kegiatan, mulai kegiatan seleksi benih, mengolah tanah, menanam, menyulam tanaman mati, menyemprot hama/penyakit, menyiang, panen, mengangkut dan menjual hasil; Dari sisi akses terhadap kegiatan usahatani, peran Bapak dan Ibu relatif sama kecuali terhadap kegiatan pengangkutan hasil. Akan tetapi dari sisi tingkat partisipasinya, menunjukkan keragaan gender yang beragam misalnya dalam kegiatan mengolah tanah, menanam dan menyulam, menyiang dan panen peran Bapak dan Ibu relatif seimbang, namun dalam memilih benih, dan menjual hasil partisipasi Ibu kurang menonjol ketimbang Bapak. Sementara itu dalam pengambilan keputusan usaha tani, secara umum didominasi pihak Bapak kecuali untuk penjualan hasil; Implikasi Kebijakan Dari temuan hasil pengkajian ini, diketahui bahwa dalam usahatani di lahan kering, kedudukan Bapak dan Ibu relatif sama. Kondisi tersebut menuntut komitmen berbagai pihak utamanya pengambil kebijakan terkait dengan ketahanan pangan untuk lebih banyak melibatkan partisipasi peran gender sejak perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan. DAFTAR PUSTAKA Harsoyo, Eni Harmayani dan Any Suryantini Dampak Pembangunan Pertanian Terhadap Marginalisasi Tenaga Kerja Wanita:Kasus Usahatani Salak di Kabupaten Sleman. Jurnal Gender, Vol.1, No.1. Hendayana, R., dan Sri Wahyuni Dimensi Peran Gender Dalam Pengembangan Usaha Ternak Rakyat di Kawasan Timur Indonesia. Bulletin Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Hendayana, R., Azmi Dhalimi, R. Sad Hutomo, Jetty Setiawaty Pengkajian Sistem Dan Usaha Agribisnis Pada Lahan Kering. Laporan Hasil Pengkajian. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Suhaeti, R.N., dkk., Pembentukan jejaring SAGA (SAGA Networking) di Lingkup Badan Pengkajian dan Pengembangan Pertanian. Laporan Hasil Kegiatan Pusat Pengkajian Sosial Ekonomi Pertanian Bekerjasama Dengan Agricultural Research And Management Project II. Departemen Pertanian. Sugiah, S., Gender Analysis Pathway Dalam Sektor Pertanian dan Kehutanan Kerstan, B Introduction to the Gender Analysis Method: Aims, Catagories and Tools. German Technical Cooperation. Workshop Report. Bandung. Murpratomo Kebijakan Pemerintah Dalam Peningkatan Peranan Wanita Dalam Pembangunan. Pengarahan Menteri Negara Urusan Peranan Wanita. Dalam Sri Suharni Siwi, dkk (Penyunting)

7 Prosiding Lokakarya Gender Analysis dalam Sistem Usahatani: Peranan Wanita Dalam Usaha Tani. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Pengkajian dan Pengembangan Pertanian Sayogyo, P Konsepsi dan Metodologi Dalam Studi Peranan dan Status Sosial Wanita Dalam Keluarga, Rumah Tangga dan Masyarakat. Dalam Sri Suharni Siwi, dkk (Penyunting) Prosiding Lokakarya Gender Analysis dalam Sistem Usahatani: Peranan Wanita Dalam Usaha Tani. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Pengkajian dan Pengembangan Pertanian Syamsiah I, dkk., Partisipasi Wanita Dalam Sistem Usahatani di Lahan Sawah Irigasi: Studi Kasus di Binong Subang Jawa Barat. Dalam Sri Suharni Siwi, dkk (Penyunting) Prosiding Lokakarya Gender Analysis Dalam Sistem Usahatani. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Pengkajian dan Pengembangan Pertanian. Zakaria, A., Peranan wanita Tani dalam Proses Alih Teknologi. Dalam Sri Suharni Siwi, dkk (Penyunting) Prosiding Lokakarya Gender Analysis Dalam Sistem Usahatani. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Pengkajian dan Pengembangan Pertanian.

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT Rachmat Hendayana Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Jl Tentara Pelajar, 10 Bogor ABSTRAK Makalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2 KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT Yusuf 1 dan Rachmat Hendayana 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dan alokasi waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Waktu Kerja Menurut Syukur (1988), waktu sebagai sumberdaya ekonomi rumah tangga petani dapat dialokasikan pada kegiatan yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya bahwa pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan agraris, dimana terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya bercocok tanam atau petani. Pertanian

Lebih terperinci

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN Dina Novia Priminingtyas Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Potensi perempuan dalam pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

CURAHAN WAKTU KERJA PETANI PADA USAHATANI PADI SAWAH DI KECAMATAN PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO JURNAL

CURAHAN WAKTU KERJA PETANI PADA USAHATANI PADI SAWAH DI KECAMATAN PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO JURNAL CURAHAN WAKTU KERJA PETANI PADA USAHATANI PADI SAWAH DI KECAMATAN PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO JURNAL SARFUDIN A. MADINA 6144 11 069 JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2015

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

KERAGAMAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETAHANAN PANGAN DI AGROEKOSISTEM LAHAN KERING. Rachmat Hendayana 1 dan Yusuf 2

KERAGAMAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETAHANAN PANGAN DI AGROEKOSISTEM LAHAN KERING. Rachmat Hendayana 1 dan Yusuf 2 KERAGAMAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETAHANAN PANGAN DI AGROEKOSISTEM LAHAN KERING Rachmat Hendayana 1 dan Yusuf 2 1 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian menjadi dasar dalam pemenuhan kebutuhan pokok nasional. Disamping produk pangan, produk pertanian lainnya seperti produk komoditas sayuran, sayuran, perikanan,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG Aladin Nasution*) Abstrak Secara umum tingkat pendapatan dapat mempengaruhi pola konsumsi suatu rumah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi.

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor pertanian berpengaruh bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, terutama pada wilayah-wilayah di pedesaan. Sektor pertanian juga memegang peranan penting

Lebih terperinci

RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA

RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA (Kasus pada Rumahtangga Petani Desa Cipeuteuy Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat) Oleh FEBRI SATIVIANI PUTRI CANTIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang sangat tinggi, namun belum banyak upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberhasilan agribisnis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa ringkasan hasil dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya. Selanjutnya akan dikemukakan sintesis dari keseluruhan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA MODEL TUMPANGSARI PADA LAHAN PERHUTANI Studi Kasus Di RPH Cipondok BKPH Cibingbin KPH Kuningan

ANALISIS USAHA MODEL TUMPANGSARI PADA LAHAN PERHUTANI Studi Kasus Di RPH Cipondok BKPH Cibingbin KPH Kuningan ANALISIS USAHA MODEL TUMPANGSARI PADA LAHAN PERHUTANI Studi Kasus Di RPH Cipondok BKPH Cibingbin KPH Kuningan Nina Herlina, Syamsul Millah, Oding Syafrudin Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Peranan bagi wanita secara keseluruhan dapat dikatakan sebagai sesuatu yang mulia dan dijunjung

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA Rosalina Berliani, Dyah Mardiningsih, Siwi Gayatri Program Studi

Lebih terperinci

RINGKASAN. sistem kekerabatan dan segala aspek yang berkenaan dengan relasi gender dalam. pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria.

RINGKASAN. sistem kekerabatan dan segala aspek yang berkenaan dengan relasi gender dalam. pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria. RINGKASAN FEBRI SASTIVIANI PUTRI CANTIKA. RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA. Kasus pada Rumahtangga Petani Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

KAJIAN RAGAM SUMBER PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN (STUDI KASUS DESA PRIMA TANI KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR)

KAJIAN RAGAM SUMBER PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN (STUDI KASUS DESA PRIMA TANI KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR) KAJIAN RAGAM SUMBER PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN (STUDI KASUS DESA PRIMA TANI KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR) Kasmiyati, Amik Krismawati dan Dwi Setyorini Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yaitu negara pertanian dengan daratannya yang subur dan didukung oleh iklim yang menguntungkan. Usaha pertanian, budidaya tanaman dan

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 36 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Pembangunan sebagai upaya terencana untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan penduduk khususnya di negara-negara berkembang senantiasa mencurahkan

Lebih terperinci

Faktor Produksi Tenaga Kerja dalam Usahatani

Faktor Produksi Tenaga Kerja dalam Usahatani Faktor Produksi Tenaga Kerja dalam Usahatani Tenaga Kerja Merupakan daya manusia untuk melakukan serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk berbagai macam keperluan Tenaga kerja adalah salah satu unsur

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Mereka menggantungkan hidupnya dari hasil bercocok tanam atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2012. Dengan pertimbangan bahwa di lokasi

Lebih terperinci

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU Andi Ishak, Dedi Sugandi, dan Miswarti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia (Ganesha Enterpreneur Club, Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia (Ganesha Enterpreneur Club, Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara agraris, yaitu negara yang penghasilan penduduknya sebagian besar berasal dari hasil bercocok tanam padi sawah dan kebanyakan penduduknya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO IV. KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO A. Keadaan Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Petani dan Usahatani Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Wilayah Peri-urban Istilah peri merupakan kata sifat yang dapat diberi makna pinggiran atau sekitar dari suatu objek tertentu. Sementara itu istilah

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum 4.1.1. Letak Geografis Desa Beji Lor Desa Beji Lor merupakan salah satu desa di Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Desa ini terletak

Lebih terperinci

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG Oleh: Muchjidin Rachmat*) Abstrak Tulisan ini melihat potensi lahan, pengusahaan dan kendala pengembangan palawija di propinsi Lampung. Potensi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

TINGKAT PENERAPAN DIVERSIFIKASI USAHATANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA

TINGKAT PENERAPAN DIVERSIFIKASI USAHATANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA TINGKAT PENERAPAN DIVERSIFIKASI USAHATANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA Oleh: Muchjidin Rachmat dan Budiman Hutabarat') Abstrak Tulisan ini ingin melihat tingkat diversifikasi

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN UBIKAYU DALAM KAITANNYA DENGAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TRANSMIGRASI DI DAERAH JAMBI

PROSPEK PENGEMBANGAN UBIKAYU DALAM KAITANNYA DENGAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TRANSMIGRASI DI DAERAH JAMBI PROSPEK PENGEMBANGAN UBIKAYU DALAM KAITANNYA DENGAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TRANSMIGRASI DI DAERAH JAMBI Oleh: Aladin Nasution*) - Abstrak Pada dasarnya pembangunan pertanian di daerah transmigrasi

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

MANAJEMEN USAHA TANI PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MANAJEMEN USAHA TANI PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MANAJEMEN USAHA TANI PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pujastuti Sulistyaning Dyah Magister Manajemen, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Yogyakarta,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskrifsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Popayato Barat merupakan salah satu dari tiga belas Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Kecamatan Popayato

Lebih terperinci

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1 DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1 Balai Penelitian Tanaman Serealia 2 Balai Pengkajian teknologi Pertanian

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum dari responden pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pendapatan di luar usahatani

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) (Suatu Kasus di Desa Wanareja Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) Oleh: Eni Edniyanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN , pada RPJMNtahap-3 ( ), sektor pertanian masih. menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN , pada RPJMNtahap-3 ( ), sektor pertanian masih. menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian menjadi prioritas dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015 2019, pada RPJMNtahap-3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa pembangunan sekarang ini sumber daya manusia merupakan faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus tujuan pembangunan. Produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi andalan bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dilengkapi dengan iklim

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Bangun Rejo merupakan pemekaran

Lebih terperinci

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MH. Togatorop dan Wayan Sudana Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Bogor ABSTRAK Suatu pengkajian

Lebih terperinci

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) KONTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI PEREMPUAN TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA BABAKANMULYA KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PEDESAAN SUMATERA BARAT

STRUKTUR DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PEDESAAN SUMATERA BARAT STRUKTUR DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PEDESAAN SUMATERA BARAT Oleh: Mewa Arifin dan Yuni Marisa') Abstrak Membicarakan masalah kemiskinan, baik langsung maupun tidak langsung, berarti membicarakan distribusi

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN AKHMAD HAMDAN dan ENI SITI ROHAENI BPTP Kalimantan Selatan ABSTRAK Kerbau merupakan salah satu ternak ruminansia yang memiliki potensi

Lebih terperinci

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur) DONA WAHYUNING LAILY Dosen Agrobisnis Perikanan ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah penghasilan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN (Studi Kasus di Desa Budi Mulia, Kabupaten Tapin) Oleh : Adreng Purwoto*) Abstrak Di masa mendatang dalam upaya mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Faktor produksi utama dalam produksi pertanian adalah lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya. Tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, artinya kegiatan pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, artinya kegiatan pertanian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, artinya kegiatan pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi

TINJAUAN PUSTAKA. Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Alih Fungsi Lahan dan Faktor-Faktor Penyebabnya Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung oleh ketersediaannya air yang cukup merupakan faktor fisik pendukung majunya potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian perempuan merupakan suatu kajian yang sangat menarik perhatian. Hal ini terbukti banyak penelitian tentang kaum perempuan. Perempuan merupakan hal penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum masalah utama yang sedang dihadapi secara nasional adalah sedikitnya peluang kerja, padahal peluang kerja yang besar dalam aneka jenis pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat perempuan di Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. Kreatifitas pengrajin bambu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangS Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah Indonesia terdiri dari wilayah lautan dan sebagian besar masyarakat pesisir bermata pencaharian

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 SINTESIS KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 SINTESIS KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 SINTESIS KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM Oleh : Sumaryanto PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN

Lebih terperinci

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM 2007-2015 Pendahuluan 1. Target utama Kementerian Pertanian adalah mencapai swasembada

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Geografis Kecamatan Cigombong Kecamatan Cigombong adalah salah satu daerah di wilayah Kabupaten Bogor yang berjarak 30 km dari Ibu Kota Kabupaten, 120 km

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN GENDER PADA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) PENGOLAH HASIL PERTANIAN DI KOTA BENGKULU

POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN GENDER PADA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) PENGOLAH HASIL PERTANIAN DI KOTA BENGKULU POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN GENDER PADA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) PENGOLAH HASIL PERTANIAN DI KOTA BENGKULU Umi Pudji Astuti, Andi Ishak dan Eddy Makruf Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR. Edi Basuno Ikin Sadikin Dewa Ketut Sadra Swastika

LAPORAN AKHIR. Edi Basuno Ikin Sadikin Dewa Ketut Sadra Swastika LAPORAN AKHIR SURVEI PENDASARAN SOSIAL EKONOMI PROYEK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MISKIN MELALUI INOVASI DI KABUPATEN ENDE, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Edi Basuno Ikin Sadikin Dewa Ketut Sadra Swastika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pengakuan dan penghormatan untuk memosisikan dirinya sebagai manusia yang bermartabat. Dalam pandangan politik

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian 28 BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian Strategi nafkah dalam kehidupan sehari-hari direprensentasikan oleh keterlibatan individu-individu

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU 189 Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bengkulu 7 Juli 2011 ISBN 978-602-19247-0-9 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir, sebelah Selatan berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. masa yang akan datang. Selain sebagai sumber bahan pangan utama, sektor pertanian

BAB I PENGANTAR. masa yang akan datang. Selain sebagai sumber bahan pangan utama, sektor pertanian 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang. Pertanian menjadi sektor primer sejak dahulu sebelum manusia mengembangkan sektor ekonomi. Pertanian telah menjadi pemasok utama sumber kehidupan manusia. Kondisi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao merupakan komoditas unggulan nasional dan daerah, karena merupakan komoditas ekspor non migas yang berfungsi ganda yaitu sebagai sumber devisa negara dan menunjang Pendapatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Pertanian merupakan kegiatan yang penting dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sehingga perlu adanya keterampilan dalam mengelola usaha pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci