BAB I PENDAHULUAN. masih tersisa di dunia. Sejak Uni Soviet runtuh pada 1991, negara ini kesulitan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. masih tersisa di dunia. Sejak Uni Soviet runtuh pada 1991, negara ini kesulitan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Republik Demokratik Rakyat Laos adalah salah satu negara komunis yang masih tersisa di dunia. Sejak Uni Soviet runtuh pada 1991, negara ini kesulitan menentukan kebijakannya dalam ranah ekonomi dan politik yang kian berubah. Kekuatan Komunis yang menggulingkan pemerintah kerajaan pada 1975, membuat negara tersebut terisolasi. Laos baru membuka diri ke dunia pada an. Pada Maret 1991, Laos melakukan perubahan jangka panjang dalam struktur ekonominya yaitu membuka kesempatan untuk penanaman modal asing dan swasta, persaingan pasar bebas dan sebagainya. Perkembangan ekonomi yang cukup signifikan berhasil dicapai Laos setelah mendapat bantuan finansial dari International Monetary Fund (IMF). Laos membuka diri pada kerja sama di berbagai bidang meski sistem politiknya masih tertutup. Negara ini terus menempuh kebijakan ekonomi yang mengarah pada pasar bebas. Bidang-bidang sumber pendapatan ekonomi mulai mendapat perhatian dari investor asing, seperti pertambangan tembaga, emas dan produk tambang lain, bidang pemrosesan makanan, pariwisata dan bidang lainnya. Kebijakan pemerintah untuk membuka diri membuahkan hasil yang signifikan di bidang industri pariwisata. Keterbukaan ekonomi yang dilakukan secara dramatis membuat potensi wisata negara tersebut ikut terdongkrak. 1

2 Negara Laos diapit oleh Thailand, Vietnam, Kamboja, Myanmar dan China, yang menjadikannya sebagai negara yang tidak memiliki pantai atau laut. Namun, Laos dilewati Sungai Mekong yang dijuluki sebagai Ibu Sungai. Meski tidak memiliki obyek wisata laut, obyek wisata lain di negara yang berlogo bunga Dok Champa (frangipani) ini tidak kalah menariknya. Survei pada 2010 menunjukkan ada 1493 situs pariwisata resmi di Laos yang meliputi 849 lokasi dengan keindahan alam, 435 situs budaya dan 209 situs bersejarah. 1 Sektor pariwisata menjadi salah satu pemasukan penting bagi pertumbuhan ekonomi negara yang terkurung daratan di Asia Tengggara tersebut Pada 2008 terjadi krisis keuangan global. Negara-negara di kawasan Asia termasuk Asia Tenggara juga terkena dampak krisis keuangan tersebut. Laporan World Bank menyatakan bahwa Laos mengatasi krisis keuangan global lebih baik dibanding negara tetangga", namun sektor pariwisata Laos cukup rentan 2 dan turut merasakan goncangan finansial dengan menurunnya jumlah wisatawan. Angka resmi pemerintah menyebutkan sejak akhir , sekitar 15%-20% wisatawan asing membatalkan kunjungan ke negara komunis tersebut. 3 1 Soal Pariwisata Laos pun Menggeliat (online), 8 Mei 2012, Menggeliat, diakses 22 Mei Impact of the Global Financial Crisis and Recent Economic Developments in Lao PDR (online),, Juni 2009, Lao_Economic_Monitor.pdf, diakses 2 Juni Pariwisata Laos Mulai Berkembang (online), 8 Januari 2010, diakses 22 Mei

3 Pariwisata Laos kemudian cukup terangkat berkat perhelatan SEA Games yang diselenggarakan pada Desember 2009 di Vientiane, kehadiran tamu asing mengalami peningkatan. Bukan hanya atlet, pejabat olah raga dan penggemar olah raga saja yang datang, namun wisatawan juga memanfaatkan momentum pesta olah raga tersebut. Sementara itu pada tingkat pariwisata global, semakin banyak negara berkembang yang masuk ke sektor pasar pariwisata dengan menawarkan beragam atraksi alternatif. Pergeseran pasar wisatawan ke kawasan Asia Pasifik dalam satu dasawarsa terakhir dapat dipetik sebagai bukti kompetisi destinasi yang sangat dinamis di aras internasional. Negara Laos yang mengusung slogan Simply Beautiful dari tahun ke tahun semakin memperlihatkan keseriusannya menata industri pariwisatanya, agar dapat bersaing dengan sesama negara kawasan ASEAN lainnya. Keberhasilan Laos dalam menata dan memajukan industri pariwisatanya telah mendapatkan berbagai pengakuan dari dunia internasional. Pada 2008, New York Times memasukkan Laos sebagai salah satu dari 53 negara tujuan utama wisata di dunia. Situs warisan dunia Luang Prabang menerima penghargaan the Top City Gold Award, setelah kota tersebut keluar sebagai the world's top tourist destination oleh Wanderlust, sebuah majalah Inggris berbasis travel dari dan Laos juga dinobatkan sebagai World's Best Tourist 4 Award will spur growth of Lao tourism (online), 10 Mei 2014, diakses 26 Agustus

4 Destination for 2013 oleh European Council on Tourism and Trade (ECTT) atau Dewan Pariwisata dan Perdagangan Eropa. ECCT merupakan organisasi nirlaba yang mempromosikan pariwisata di luar Uni Eropa. Penghargaan World's Best Tourist Destination merupakan yang tertinggi bagi sebuah negara atas pencapaiannya di sektor pariwisata. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Laos Bosengkham Vongdara menghadiri acara penganugerahan tersebut yang diadakan di Vientiane, ibukota Laos, pada 9 Mei Tingkat kedatangan turis meningkat hingga mencapai 22% per tahunnya, diperkirakan jumlah wisatawan yang mengunjungi negara itu mencapai 3,3 juta pada Keberhasilan pemerintah Laos dalam mengelola sektor pariwisata telah berhasil meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan asing. Kemudian diikuti oleh meningkatnya pendapatan negara di sektor pariwisata, serta mendapatkan penghargaan internasional. Semua itu tidak terlepas dari langkah-langkah pemerintah Laos dalam menyusun strategi pengembangan pariwisata nasional Laos dari tahun ke tahun. B. Rumusan Masalah Bagaimana strategi pemerintah Laos dalam mengembangkan sektor pariwisata negaranya pada pasca Krisis Keuangan Global pada 2008 hingga akhirnya berhasil mendapatkan penghargaan predikat World's Best Tourist 5 Lao PDR Awarded World's Best Tourist Destination (online), 22 Mei 2013, diakses 24 Mei

5 Destination for 2013 oleh ECTT? C. Landasan Konseptual Penulis menggunakan tiga konsep utama yaitu teori normative power dari Ian Manners, Manajemen Sektor Publik atau Public Sector Management (PSM) dari James Elliot dan Tourism Development Strategies dari J.R. Brent Ritchie dan Geoffrey Crouch. 1. Normative Power Terkait dengan keberhasilan sektor pariwisata Laos yang memperoleh penghargaan sebagai World's Best Tourist Destination for 2013 oleh European Council on Tourism and Trade (ECTT), dapat ditelaah melalui salah satu kajian yang mendasari ECTT untuk mendeklarasikan pemberian penghargaan tersebut yaitu melalui teori normative power yang dikumandangkan oleh Ian Manners. Konsep normative power memiliki fungsi untuk menjelaskan definisi Uni Eropa sebagai aktor dalam dinamika hubungan internasional. Definisi Uni Eropa sebagai aktor normatif ditegaskan Sonia Lucarelli yang mengatakan bahwa: Europe is a normative actor because Europe itself is based on normative principle (Lucarelli, 2008). Artinya, Uni Eropa dapat dikategorikan sebagai aktor normatif karena dia dibangun dengan menggunakan satu set nilai dan norma (prinsip-prinsip) yang disepakati bersama. Seperangkat norma tersebut juga sekaligus menjadi alat pengikat dan kerangka berpikir Uni Eropa dalam berinteraksi dengan aktor eksternal. Ian Manners menjelaskan bahwa bentuk kekuasaan yang dimiliki Uni Eropa berlandaskan pada bentuk ide (norma, nilai) dibanding bentuk materi atau 5

6 fisik, di mana Uni Eropa menyatukan visi mereka bukan melalui kepentingan nasional melainkan melalui pemenuhan terhadap ide-ide universal. Uni Eropa adalah aktor normatif, karena karakter mereka yang dibentuk oleh kumpulan norma universal. Dari karakterisasi ini, norma tidak hanya menjadi sebuah metode yang dilakukan Uni Eropa, melainkan menjadi sesuatu yang seharusnya atau idealnya dilakukan oleh mereka (Manners, 2009, hal. 1). Ian Manners merangkum ide dan norma-norma Eropa ke dalam lima bidang, yaitu: 1. Peace perdamaian 2. Liberty kemerdekaan 3. Democracy demokrasi 4. Rule of law penegakan hukum 5. Human rights hak asasi manusia (Manners, 2002:242). Kelima norma tersebut sebagai core atau inti dari prinsip-prinsip yang dibawa Eropa dalam kebijakan internal maupun eksternal. Selain kelima norma tersebut, masih ada pula beberapa norma sekunder seperti: 1. Social solidarity- solidaritas sosial. 2. Anti Discrimination anti diskriminasi. 3. Sustainable Development pembangunan berkelanjutan, 4. Good Governance tata kelola pemerintahan yang baik (Manners, 2002). 6

7 2. Manajemen Sektor Publik (Public Sector Management /PSM) Menurut pendekatan manajemen sektor publik, pariwisata tidak terlepas dari aspek politik, karena keterlibatan aktif pemerintah dalam permasalahan pariwisata suatu negara. Pemerintah Laos berperan penting dalam mengembangkan sektor pariwisatanya. Pemerintah adalah pemegang kekuasaan, namun keterlibatannya dengan pariwisata tidak hanya sebagai sebuah industri, melainkan sebagai pendidikan dan pengalaman budaya bagi para wisatawan maupun masyarakat. Pariwisata tidak hanya berdampak ekonomi, namun juga mempengaruhi lingkungan alam dan budaya lokal. Besarnya dinamika dan dampak pariwisata menjadikan tangan pemerintah begitu diperlukan dan keberadaan Departemen dan Kementerian Pariwisata serta Organisasi Pariwisata Nasional (National Tourism Organization) pun sangat penting. Sementara kebanyakan pariwisata disediakan dan dikendalikan oleh sektor swasta, sektor publik berperan penting dalam memberikan pedoman kebijakan yang diperlukan, lingkungan, infrastruktur dan manajemen yang diperlukan di bidang ekonomi dan non-ekonomi. Keberhasilan pemerintah Laos dalam menjalankan fungsinya untuk terlibat dalam sektor pariwisata sebagai pihak yang memiliki kewenangan dan kekuasaan tertinggi dalam suatu negara ditentukan oleh keberadaan PSM (Public Sector Management). Hal ini karena PSM tersebut yang mengeksekusi segala bentuk kewenangan pemerintah dalam sektor pariwisata. Pemerintah bersifat sebagai fasilitator, sedangkan masyarakat berperan sebagai tuan rumah atau tamu itu sendiri. 7

8 Elliot menyatakan alasan terpenting pemerintah harus terlibat adalah karena pemerintah memiliki power. Pemerintah sebagai otoritas tertinggi di negara memiliki kekuatan politik terkuat di negara dan berpengaruh terhadap kebijakan serta sumber daya yang terkait dengan sektor pariwisata suatu negara. PSM yang secara konsep berada di bawah pemerintah, juga terlibat dalam lingkungan politik, terutama dengan budaya birokrasi, sistem administratif, ideologi politis, konflik kekuatan dan prioritas kepentingan kebijakan yang dibentuk oleh pemerintah. Keutamaan pemerintah dalam sektor pariwisata berada pada kekuasaan pemerintah itu sendiri atas konstelasi politik, keamanan, serta kerangka finansial dan hukum yang dibutuhkan oleh sektor pariwisata. Elliott menyebutkan bahwa hanya pemerintahlah yang mampu bernegosiasi dan membuat perjanjian dengan pemerintah lain mengenai isu-isu strategis seperti prosedur imigrasi atau teritorial penerbangan dengan negara lain. Kewenangan yang dimiliki pemerintah pun berbeda pada setiap negara, tergantung pada budaya politik dan persepsi ekonomi pariwisata pada masing-masing negara. Namun pada umumnya, pemerintah memiliki fungsi legitimasi yang dapat diterapkan untuk kepentingan publik, terutama dalam sektor pariwisata. 6 PSM sebagai alat utama yang digunakan oleh pemerintah untuk mengelola pariwisata mencakup semua jenis organisasi publik, dimulai dari departemen pemerintah berskala nasional sampai unit kecil pariwisata yang dikelola oleh pemerintah daerah. Badan pariwisata di Laos yaitu Lao National Tourism 6 James Elliot, Tourism: Politics and Public Sector Management (NewYork:Routledge, 1997), hal

9 Administration (LNTA), sebuah organisasi negara di tingkat kementerian, berada langsung di bawah Departemen Kebudayaan, Informasi dan Pariwisata. Pemerintah memberikan legitimasinya kepada LNTA untuk mengembangkan strategi nasional dan menerapkan kebijakan dan perencanaan pariwisata Laos. Pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak dalam sektor pariwisata dalam lingkup domestik atau mancanegara. Aktor-aktor lainnya yang dapat diidentifikasi dalam sektor pariwisata adalah organisasi pariwisata internasional, industri pariwisata, organisasi internasional, partai politik, media massa, opini publik dan interest group. Laos juga bekerja sama melalui the Greater Mekong Subregion (GMS) yang beranggotakan 6 negara kawasan Indochina (China, Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand dan Vietnam) dan kerangka kerja sama pariwisata ACMECS (The Ayeyawady ChaoPhraya - Mekong Economic Cooperation Strategy). 3. Strategi Pengembangan Pariwisata (Tourism Development Strategies) Suatu kebijakan dibuat agar terciptanya suatu strategi yang tersusun untuk mendorong proses pembangunan industri pariwisata. Peran kebijakan pariwisata adalah untuk menciptakan lingkungan sosial ekonomi yang akan mendorong pariwisata untuk berkembang dan berhasil secara berkelanjutan. LNTA sebagai lembaga resmi pariwisata dibentuk oleh pemerintah Laos. LNTA menciptakan master plan yang disebut National Tourism Strategy and Action Plan (NTSAP). Master plan tersebut sesuai dengan konsep Strategi 9

10 Pengembangan Pariwisata (Tourism Develpoment Strategies/TDS) yang dikemukakan oleh J.R. Brent Ritchie dan Geoffrey Crouch yaitu: 7 a. Strategi Pembangunan Pasokan (Supply Development Strategies) Strategi kategori ini berbasis tindakan utama, berkaitan dengan 5 kelompok utama sumber daya, masing-masing diperlukan untuk memberikan tujuan wisata menarik dan layak. Lima kategori sumber daya mendasar ini mencakup banyak faktor penentu daya saing / keberlangsungan destinasi. Lima komponen utama kebijakan supply pariwisata itu adalah: 1). Kebijakan Sumber Daya Fisik (Physical Resources Policy). Sumber daya fisik dari suatu destinasi pariwisata merepresentasikan daya tariknya yang mungkin menjadi faktor penentu paling mendasar. Konservasi dan peningkatan materi nasional dan warisan budaya, penerbitan izin untuk melakukan perjalanan bisnis, mengontrol kegiatan ilegal agen perjalanan, hotel, penginapan, restoran dan infrastruktur lainnya dengan menggunakan denda, pencabutan izin dan suspensi bekerja. 2). Kebijakan Sumber Daya Manusia (Human Resources Policy). Kebijakan ini berfokus pada kuantitas, kualitas dan campuran personil yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pariwisata negara atau wilayah bersangkutan. Pemeliharaan kebijakan personil di daerah wisata untuk meningkatkan perannya dalam perekonomian. 3). Kebijakan Sumber Daya Finansial (Financial Resources Policy). 7 Mekong Tourism Service Center (online), diakses 3 Juli

11 Diperlukan modal untuk mengimplementasikan strategi yang telah dibuat. Pembiayaan eksternal diperlukan juga untuk merealisasikan rencana dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan ini. Untuk merealisasikannya juga perlu dilakukan pemantauan penggunaan dana pengembangan dan promosi pariwisata. 4). Kebijakan Sumber Daya Informasi (Information Resources Policy). Kemampuan merespon permintaan pasar dan meningkatnya tekanan sosial terhadap pariwisata tergantung pada kesadaran dan pemahaman faktor tersebut. Tidak hanya arus informasi, namun juga penyebarluasan informasi diperlukan untuk membangun hubungan antara wisatawan, masyarakat dan pembuat kebijakan (Pengumpulan dan pengolahan statistik pariwisata). 5). Kebijakan Sumber Daya Program / Aktivitas (Programme / Activity Resources Policy). Diperlukan eksekusi atau pelaksanaan yang efektif, agar kebijakan yang telah dibuat dapat dibuktikan bernilai. Bermacam fokus aktivitas DMO (Destination Management Organization) harus dapat memastikan kebijakan, ide-ide dan konsep diterjemahkan menjadi kenyataan pada basis prakteknya. b. Strategi (Pemasaran) Pembangunan Permintaan (Demand Development Strategies). Strategi ini melibatkan keputusan tiga komponen utama dan komponen sekunder. Komponen utamanya yaitu: 11

12 1). Level of marketing expenditures. The overall level of marketing support that should be provided. Tingkat dukungan pemasaran secara keseluruhan yang disediakan untuk menarik arus wisatawan di Laos. 2). Strategic target market selection. Pemilihan target pasar strategis diterapkan untuk menyasar target pasar yang signifikan untuk pariwisata Laos, yaitu wisatawan internasional. 3). Destination positioning in the marketplace. Pemosisian tujuan strategis di pasar strategis, artinya langkah-langkah untuk menarik wisatawan asing ke obyek-obyek kesenian dan kerajinan, diterapkan dalam rangka untuk meningkatkan kondisi kehidupan orang-orang di lapangan. Komponen sekunder yaitu kebijakan promosi atau periklanan, kebijakan kebijakan harga, kebijakan kemasan dan distribusi (Penyebaran produk dengan baris cetak, iklan, online yang berisi gambaran obyek wisata, lokasi atau rute wisata dan tur). c. Kebijakan Pembangunan dan Organisasional (Organizational and Development Policy). Agar suatu destinasi bisa kompetitif atau berkelanjutan, suatu badan bertanggungjawab untuk kepemimpinan efektif dan koordinasi yang berkomitmen yaitu Destination Management Organization (DMO). Konsep DMO menunjuk pada badan yang memiliki otoritas dan kompetensi dalam mengelola destinasi pariwisata. DMO berperan penting menjadi suatu organisasi yang terstruktur sebagai wadah untuk mengordinasikan seluruh kebijakan dan erat kaitannya dengan manajemen destinasi sebagai suatu rangkaian tindakan terencana. Badan 12

13 Pariwisata Dunia (WTO,2004) mengartikan DMO sebagai organisasi yang bertanggungjawab untuk mengelola dan memasarkan destinasi pariwisata. 8 Komponen utama pengembangan organisasi dan kebijakan yaitu DMO Roles Policy, DMO Structure Policy dan DMO Funding Policy. Peranan DMO secara kebijakan organisasional menyediakan pedoman yang berkaitan dengan struktur internal yang memadai untuk hal tersebut. Beberapa alternatif memungkinkannya. Beberapa DMO terutama berdasarkan pada keanggotaan individu dan kecenderungan yang terstruktur sebagai sebuah federasi organisasi dukungan seperti kamar dagang, asosiasi hotel, asosiasi restoran dan kelompok lainnya. Struktur internal lainnya merefleksikan kenyataan bahwa DMO tersebut merupakan departemen atau bagian dari pemerintahan daerah setempat. Peran LNTA sebagai DMO melaksanakan semua pekerjaan dan kegiatan konsultasi dan koordinasi dengan Asosiasi Agen Perjalanan Laos (Lao Association of Travel Agents), Asosiasi Hotel dan Restoran Laos (Lao Hotel dan Restaurant Association) dan Dewan untuk Pemasaran dan Promosi Pariwisata (Tourism Marketing Promotion Board). Selain itu, juga melakukan koordinasi kerja dengan organisasi pariwisata lokal dan internasional, manajemen dan kontrol atas pelaksanaan rencana kerja dalam industri pariwisata. 9 D. Argumen Utama Strategi Pemerintah Laos yang telah berhasil dalam mengembangkan pariwisatanya, pada akhirnya dianugerahkan New York Times' List of World's Top 8 Damanik, Janianton dan Frans Teguh, Manajemen Destinasi Pariwisata. Sebuah Pengantar Ringkas, Yogyakarta, Kepel Press. 9 J.R. Brent Ritchie dan Geoffrey Crouch, The Competitive Destination; A Sustainable Tourism Perspective (Cambridge: CABI Publishing, 2003), hal

14 Tourist Destinations dan Best Tourist Destination for 2013 oleh ECTT. ECTT sebagai bagian dari Uni Eropa yang merupakan aktor normatif, memiliki kualifikasi tersendiri dalam menilai kepantasan suatu negara untuk menyandang penghargaan tersebut. Terdapat satu norma didalam normative power yang memiliki keterkaitan yang cukup signifikan dengan kualifikasi ECCT untuk memberikan penghargaan di bidang pariwisata. Norma tersebut adalah sustainable development (pembangunan berkelanjutan). Dalam hal ini pembangunan berkelanjutan yang dimaksud mengarah pada keberlanjutan atau pembangunan dan pengembangan jangka panjang pariwisata di Laos. Pada penelitian ini, konsep normative power yang diusung oleh Uni Eropa merupakan hal yang melandasi ECCT untuk memberikan penghargaan kepada Laos dalam bidang pariwisata. Prinsip dasar yang menjadi kunci utama dalam pemberian penghargaan tersebut yaitu sustainable development yang mengarah pada sustainable tourism. Pemerintah Laos di bawah Partai Komunis (Partai Revolusioner Rakyat Laos) berperan besar sebagai pemegang kekuasaan untuk mengembangkan pariwisata. Pemerintah Laos berusaha mensinergikan dan mengkoordinasi para aktor yang terlibat dalam proses pengembangan pariwisata. Pemerintah berstrategi melalui LNTA dalam mengembangkan potensi pariwisata dan menjadikannya sebagai destinasi pariwisata unggulan. LNTA gencar menjalankan strategi pengembangan pariwisata (Tourism Development Strategies) dengan menggunakan pedoman pengembangan manajemen destinasi pariwisata nasional yang jelas dan secara aplikatif yaitu 14

15 Tourism Law and National Tourism Strategy and Action Plan (NTSAP). NTSAP memuat arahan strategis dan operasional sebagai basis untuk mengelola sumber daya pariwisata secara profesional dalam destinasi pariwisata dan berfungsi sebagai acuan bagi pemangku kepentingan untuk mengakselerasi, serta menjamin keberlanjutan pariwisata itu sendiri. Strategi lainnya adalah menjalin kerja sama eksternal dengan IGO seperti Asian Development Bank (ADB), Greater Mekong Subregion (GMS) dan ASEAN. Pembangunan pariwisata di Laos mendapat dukungan dan pinjaman dari Asian Development Bank (ADB), karena ADB melihat kemapanan sistem politik di Laos yang memungkinkan pengembangan pariwisata dengan baik. LNTA bersama Tourism Law dan NTSAP beserta aktor-aktor lainnya yang turut mengembangkan Manajemen Destinasi Pariwisata dan menerapkan pelaksanaan Strategi Pengembangan Pariwisata (Tourism Development Strategies). E. Metode Penelitian Penulisan skripsi ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu berupa pengumpulan data melalui studi pustaka, yang terdiri dari literatur bukubuku, jurnal-jurnal, website, bentuk dokumentasi yang relevan dengan perkembangan pariwisata di Laos. Adapun data-data yang diperoleh tersebut akan dikompilasi dan dianalisis untuk kemudian dituliskan dalam skripsi sebagai hasil dari penelitian elaboratif. 15

16 F. Sistematika Penulisan Bab I berisi Pendahuluan yang menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, landasan konseptual, dan argumen utama, metode penelitian, serta organisasi penulisan. Bab II berisi Dinamika Perkembangan Pariwisata Laos yang menjelaskan mulai dari sejarah kepariwisataan Laos hingga berhasil meraih predikat World's Best Tourist Destination dari ECTT. Serta penjelasan standar dan kriteria yang ditetapkan oleh ECTT sebagai dasar dalam pemberian penghargaan terhadap Laos. Bab III berisi Peran Pemerintah dalam Strategi Pengembangan Pariwisata Laos yang menjelaskan peran pemerintah domestik dan strategi aktor-aktor yang terlibat dalam pengembangan pariwisata Laos. Bab IV berisi tentang Peranan dan Kerjasama Lembaga Internasional dalam Strategi Pengembangan Pariwisata Laos yang menjelaskan tentang keterlibatan pihak eksternal yang dirangkul pemerintah Laos untuk mendukung pembangunan sektor pariwisata Laos. Bab V sebagai penutup yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari seluruh pembahasan. 16

BAB I - PENDAHULUAN. 1 Perjanjian Westphalia pada tahun 1648 menciptakan konsep kedaulatan Westphalia

BAB I - PENDAHULUAN. 1 Perjanjian Westphalia pada tahun 1648 menciptakan konsep kedaulatan Westphalia BAB I - PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini ingin melihat kebijakan eksternal Uni Eropa (UE) di Indonesia yang dapat dikategorikan sebagai bentuk implementasi dari konsep kekuatan normatif. Konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, distirbusi informasi serta mobilitas manusia menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan dampak langsung dari adanya pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 A. J. Mulyadi, Kepariwisataan dan Perjalanan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2009, p.13

BAB I PENDAHULUAN. 1 A. J. Mulyadi, Kepariwisataan dan Perjalanan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2009, p.13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang digemari oleh banyak kalangan pada saat ini, bahkan dapat dikatakan bahwa pariwisata merupakan salah satu kebutuhan yang

Lebih terperinci

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN. BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global

Lebih terperinci

Sistematika presentasi

Sistematika presentasi Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan Wiwik D Pratiwi Sistematika presentasi Mengapa? Apa prinsipnya? Apa pertimbangannya? Apa elemen-elemen strategisnya? Apa hal-hal yang diperlukan bila berdasar pada

Lebih terperinci

MEMANFAATKAN KERJASAMA PARIWISATA ASEAN UNTUK MENDORONG INDUSTRI PARIWISATA INDONESIA

MEMANFAATKAN KERJASAMA PARIWISATA ASEAN UNTUK MENDORONG INDUSTRI PARIWISATA INDONESIA MEMANFAATKAN KERJASAMA PARIWISATA UNTUK MENDORONG INDUSTRI PARIWISATA INDONESIA Oleh: Suska dan Yuventus Effendi Calon Fungsional Peneliti Badan Kebijakan Fiskal Pertumbuhan pariwisata yang cukup menggembirakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di provinsi ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama beberapa dekade terakhir, pariwisata telah mengalami perkembangan dan perubahan yang membuat pariwisata menjadi salah satu industri tercepat dan terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan guna untuk mencapai hasil yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan guna untuk mencapai hasil yang diinginkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi pada saat ini menjadi bagian yang sangat penting di dalam kehidupan manusia. Hal tersebut didasarkan pada perkembangan jaman menuju arah yang lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 Dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 maka ada beberapa kekuatan yang dimiliki bangsa Indonesia, di antaranya: (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya alam maupun kebudayaan unik dan tidak dimiliki oleh Negara lain. Oleh karena itu, Indonesia menjadi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu industri yang memiliki pertumbuhan pembangunan yang cepat. Saat ini sektor pariwisata banyak memberikan kontribusi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ana Fajriasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ana Fajriasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World Tourism Organization (WTO), telah mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian yang

Lebih terperinci

RESUME. Nusa Tenggara Timur kaya akan budaya dan tradisi, keindahan alam, potensi perikanan dan kelautan

RESUME. Nusa Tenggara Timur kaya akan budaya dan tradisi, keindahan alam, potensi perikanan dan kelautan ABSTRAK Upaya Swisscontact yang dilakukan di dalam negeri, bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat lokal melalui pengembangan infrastruktur, pemberdayaan sumber daya manusia, dan mensosialisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada masa sekarang kepariwisataan menjadi topik utama di seluruh dunia. Isu-isu mengenai pariwisata sedang banyak dibicarakan oleh masyarakat luas baik di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor yang sangat strategis dan memiliki trend kontribusi positif terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia. Menurut data BPS,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perjalananan wisatawan dunia mencapai 1 miliar pada tahun 2012. Menurut Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Smart tourism telah banyak dikembangkan dan diterapkan di berbagai negara. Smart tourism atau pariwisata cerdas merupakan gagasan yang dikembangkan berdasarkan infrastruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional. Jumlah kunjungan

BAB I PENDAHULUAN. mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional. Jumlah kunjungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.1.1 Perkembangan Industri Pariwisata Dunia Industri pariwisata dunia pada tahun 2015 mengalami perkembangan yang mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Molinda Hotmauly, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Molinda Hotmauly, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman dalam hal kebudayaan dan sumber daya alamnya. Hal ini merupakan daya tarik yang sangat kuat yang dimiliki oleh Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kepariwisataan pada umumnya diarahkan sebagai sektor potensial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan menarik bagi sebagian orang adalah mencoba berbagai makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong utama perekonomian dunia pada abad ke-21, dan menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong utama perekonomian dunia pada abad ke-21, dan menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, sektor pariwisata merupakan industry terbesar dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi global. Sektor pariwisata akan menjadi pendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lagi. Penelitian yang dilakukan oleh World Tourism Organizatioan (WTO)

BAB I PENDAHULUAN. lagi. Penelitian yang dilakukan oleh World Tourism Organizatioan (WTO) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata sebagai indusri terbesar di dunia, tidak ada yang meragukan lagi. Penelitian yang dilakukan oleh World Tourism Organizatioan (WTO) menunjukkan kecenderungan

Lebih terperinci

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya BAB III Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya Potensi pariwisata di Indonesia sangat tinggi, dari Aceh hingga Papua dengan semua macam obyek pariwisata, industri pariwisata Indonesia

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA TANGERANG TAHUN 2017 Rencana Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Tahun 2017 yang selanjutnya disebut Renja Disbudpar adalah dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. mengalami peningkatan dengan prakira total jumlah wisatwan akan mencapai 10.3 %

BAB V KESIMPULAN. mengalami peningkatan dengan prakira total jumlah wisatwan akan mencapai 10.3 % BAB V KESIMPULAN Perkembangan pariwisata ASEAN sejak tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami peningkatan, peningkatan tersebut didorong dengan meningkatnya jumlah wisatawan baik wisatawan dari negara anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang sangat menarik telah secara serius memperhatikan perkembangan sektor pariwisata, dapat dilihat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAYA DUKUNG DAN PEMASARAN PARIWISATA BERKELANJUTAN. Oleh : M. Liga Suryadana

PENGELOLAAN DAYA DUKUNG DAN PEMASARAN PARIWISATA BERKELANJUTAN. Oleh : M. Liga Suryadana PENGELOLAAN DAYA DUKUNG DAN PEMASARAN PARIWISATA BERKELANJUTAN Oleh : M. Liga Suryadana KLASIFIKASI WISATA Wisata alam (nature tourism), merupakan aktifitas wisata yang ditujukan pada pemanfaatan terhadap

Lebih terperinci

Penguatan Kapasitas Kelembagaan Melalui Kebijakan Insentif Anggaran Program DMO Kemenpar Terhadap Forum Tata Kelola Pariwisata di Kawasan Destinasi.

Penguatan Kapasitas Kelembagaan Melalui Kebijakan Insentif Anggaran Program DMO Kemenpar Terhadap Forum Tata Kelola Pariwisata di Kawasan Destinasi. Penguatan Kapasitas Kelembagaan Melalui Kebijakan Insentif Anggaran Program DMO Kemenpar Terhadap Forum Tata Kelola Pariwisata di Kawasan Destinasi. Latarbelakang - Benjamin Abdurahman benrahman@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, ciri itulah yang menandai pola kehidupan manusia. Mobilitas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, ciri itulah yang menandai pola kehidupan manusia. Mobilitas merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya kegiatan perjalanan telah lama dilakukan oleh manusia. Di dalam hidupnya manusia selalu bergerak, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, ciri itulah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dr. Sapta Nirwandar selaku Wakil

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dr. Sapta Nirwandar selaku Wakil BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dr. Sapta Nirwandar selaku Wakil Menteri Pariwisata dan

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran. Mahasiswa mampu memahami tinjauan kebijakan pariwisata Mahasiswa mengidentifikasi interaksi wisatawan

Tujuan Pembelajaran. Mahasiswa mampu memahami tinjauan kebijakan pariwisata Mahasiswa mengidentifikasi interaksi wisatawan NUR ENDAH JANUARTI Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu memahami tinjauan kebijakan pariwisata Mahasiswa mengidentifikasi interaksi wisatawan dengan masyarakat lokal Mari ingat kembali Unsur Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unggulan di Indonesia yang akan dipromosikan secara besar-besaran di tahun 2016.

BAB I PENDAHULUAN. unggulan di Indonesia yang akan dipromosikan secara besar-besaran di tahun 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata mempersiapkan 10 destinasi wisata unggulan yang akan menjadi prioritas kunjungan wisatawan di tahun 2016, dan Flores

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor kepariwisataan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang semakin tampak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan perekonomian nasional maupun daerah. Seperti yang dituangkan dalam konsep Masterplan Percepatan

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Pengembangan potensi pariwisata telah terbukti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian signifikan merupakan suatu tantangan sekaligus peluang bagi industri transportasi dalam mengembangkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR. Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR. Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D 605 199 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini maupun pada masa yang akan datang, kebutuhan untuk berwisata akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dunia, serta perkembangan penduduk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN. adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pariwisata di Indonesia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, terlihat dari bertambahnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia. Pariwisata

Lebih terperinci

NUR END NUR AH END JANU AH AR JANU TI AR

NUR END NUR AH END JANU AH AR JANU TI AR NUR ENDAH JANUARTI Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu memahami tinjauan kebijakan pariwisata Mahasiswa mengidentifikasi interaksi wisatawan dengan masyarakat lokal dengan masyarakat lokal Mari ingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World Tourism Organization (WTO) telah mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR Oleh : M. KUDRI L2D 304 330 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PETIKAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA KONFERENSI TINGKAT TINGGI ASIA AFRIKA TAHUN 2015 DALAM RANGKA PERINGATAN KE-60 KONFERENSI ASIA AFRIKA

Lebih terperinci

Mewujudkan Ekosistem e-tourism di Indonesia Oleh: Donatus Fernanda Putra

Mewujudkan Ekosistem e-tourism di Indonesia Oleh: Donatus Fernanda Putra Mewujudkan Ekosistem e-tourism di Indonesia Oleh: Donatus Fernanda Putra Pariwisata merupakan harapan bagi kesejahteraan bangsa di masa depan. Karakter pariwisata yang terus mengalami ekspansi dan diversifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara saat ini. Potensi pasar global yang amat besar

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara saat ini. Potensi pasar global yang amat besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor jasa terutama pariwisata memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara saat ini. Potensi pasar global yang amat besar mengakibatkan banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Arno Maierbrugger, Planned Common ASEAN Visa Expected to Boost Visits from Mideast,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Arno Maierbrugger, Planned Common ASEAN Visa Expected to Boost Visits from Mideast, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, semakin berkembang pula tujuan dan motivasi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata. Tidak hanya sebatas hiburan melainkan meliputi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari banyak nya wisatawan asing yang datang ke Indonesia. Dengan berkembang nya

BAB 1 PENDAHULUAN. dari banyak nya wisatawan asing yang datang ke Indonesia. Dengan berkembang nya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan sektor pariwisata di Indonesia berkembang sangat pesat, terlihat dari banyak nya wisatawan asing yang datang ke Indonesia. Dengan berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

A. Pengertian dan Fungsi Umum Pemasaran Kata pemasaran sering dipersepsikan oleh orang sebagai promosi dan periklanan, namun makna dari kata

A. Pengertian dan Fungsi Umum Pemasaran Kata pemasaran sering dipersepsikan oleh orang sebagai promosi dan periklanan, namun makna dari kata A. Pengertian dan Fungsi Umum Pemasaran Kata pemasaran sering dipersepsikan oleh orang sebagai promosi dan periklanan, namun makna dari kata pemasaran sendiri lebih luas dari hanya sekedar promosi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat

Lebih terperinci

PROGRAM PRIORITAS FORUM KERJASAMA DAERAH MITRA PRAJA UTAMA TAHUN

PROGRAM PRIORITAS FORUM KERJASAMA DAERAH MITRA PRAJA UTAMA TAHUN PROGRAM PRIORITAS FORUM KERJASAMA DAERAH MITRA PRAJA UTAMA TAHUN Bidang Ekonomi : Isu Program Prioritas Tahun 1. Pemberdayaan IKM/UKM yang berorientasi produk/jasa kreatif 2. Pengembangan IKM/UKM yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, hal ini terjadi karena pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara-negara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. mengalami degradasi. Bali, sebagai daerah yang dibom dan mengandalakan

BAB V KESIMPULAN. mengalami degradasi. Bali, sebagai daerah yang dibom dan mengandalakan BAB V KESIMPULAN Peritiwa Bom Bali I dan II benar-benar mengguncang pariwisata Indonesia. Daerah-daerah yang mengandalkan pariwisata sebagai sumber pendapatan utama mendapatkan imbas secara langsung sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance ini diharapkan ada regulasi serta aturan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance ini diharapkan ada regulasi serta aturan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate governance saat ini merupakan kebutuhan vital bagi seluruh pelaku bisnis dan menjadi tuntutan bagi masyarakat dengan adanya corporate governance ini diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata di dunia dewasa ini berkembang dengan sangat cepat dan dikatakan berada ada tingkat sekunder, artinya keberadaan pariwisata bisa di sejajarkan dengan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin. meningkat baik dari jumlah wisatawan maupun pembelanjaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin. meningkat baik dari jumlah wisatawan maupun pembelanjaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat baik dari jumlah wisatawan maupun pembelanjaannya. Bagi sebagian orang, berwisata menjadi

Lebih terperinci

STUDI POTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KOTA TERNATE, MALUKU UTARA (STUDI DINAS PARIWISATA KOTA TERNATE) JURNAL.

STUDI POTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KOTA TERNATE, MALUKU UTARA (STUDI DINAS PARIWISATA KOTA TERNATE) JURNAL. STUDI POTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KOTA TERNATE, MALUKU UTARA (STUDI DINAS PARIWISATA KOTA TERNATE) JURNAL Oleh : Nama : Meilina Abdul Halim Nomor Mahasiswa : 14313155 Jurusan : Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dalam bab hasil penelitian dan pembahasan maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Strategi komunikasi pemasaran terpadu Dinas Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik, Kementrian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif, Survey Pengeluaran Wisatawan Mancanegara, 2015.

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik, Kementrian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif, Survey Pengeluaran Wisatawan Mancanegara, 2015. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan pada data Badan Pusat Statistik (BPS) dari tahun 2000 hingga 2014 pariwisata di Indonesia selalu mengalami peningkatan dalam hal kunjungan wisatawan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata telah menjadi salah satu sektor perekonomian utama di Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata telah menyumbangkan

Lebih terperinci

DUKUNGAN PROYEK SREGIP DALAM PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

DUKUNGAN PROYEK SREGIP DALAM PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL DUKUNGAN PROYEK SREGIP DALAM PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL Disampaikan Oleh: Depu0 Bidang Pengembangan Regional Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Dalam Acara Seminar Penutupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain oleh masing-masing destinasi pariwisata. melayani para wisatawan dan pengungjung lainnya 1

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain oleh masing-masing destinasi pariwisata. melayani para wisatawan dan pengungjung lainnya 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Aktivitas wisata dalam hakekatnya merupakan salah satu kebutuhan tersier untuk menghilangkan kepenatan yang diakibatkan oleh rutinitas. Umumnya orang berlibur ketempat-tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan wisatawan muslim ke berbagai dunia, perlu adanya sebuah konsep baru

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan wisatawan muslim ke berbagai dunia, perlu adanya sebuah konsep baru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Global Muslim Travel Index (GMTI) tahun 2015, pada tahun 2014 pasar wisatawan muslim bernilai $ 145 juta, dengan 108 juta wisatawan yang mewakili 10%

Lebih terperinci

PRINSIP PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN

PRINSIP PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN PRINSIP PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN Sebagai Pedoman Dasar Penentu Keberhasilan Oleh : Cri Murthi Adi 1 Prinsip Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Sebagai Pedoman Dasar Penentu Keberhasilan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dan merupakan sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan paling pesat di dunia saat ini. World Tourism

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat, dikarenakan oleh kunjungan wisatawan yang semakin meningkat untuk datang

BAB I PENDAHULUAN. cepat, dikarenakan oleh kunjungan wisatawan yang semakin meningkat untuk datang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata (DTW) yang terkenal di Indonesia dan mancanegara. Pariwisata di Bali memberikan pesona wisata yang berbeda dari daerah

Lebih terperinci

LAMPIRAN I MATRIKS ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI. No. Arah Kebijakan Kemenlu Strategi Kemenlu Strategi Perwakilan

LAMPIRAN I MATRIKS ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI. No. Arah Kebijakan Kemenlu Strategi Kemenlu Strategi Perwakilan LAMPIRAN I MATRIKS ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI No. Arah Kebijakan Kemenlu Strategi Kemenlu Strategi Perwakilan 1. Peningkatan peran Memperkuat postur Meningkatkan hubungan pengaruh Indonesia diplomasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan daerah maupun bagi devisa negara, bahkan negara-negara maju

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan daerah maupun bagi devisa negara, bahkan negara-negara maju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kepariwisataan dunia telah mengalami peningkatan yang pesat dalam beberapa dekade terakhir. Sektor pariwisata merupakan alternatif pemasukan bagi pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mengembangkan sektor pariwisata, hal ini dilihat dari pertumbuhan sektor pariwisata yang tumbuh pesat. Dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu produk yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara cepat dalam hal kesempatan kerja, peningkatan taraf hidup yaitu dengan mengaktifkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand dengan ditandatanganinya deklarasi Bangkok

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sajian pemberitaan media oleh para wartawan narasumber penelitian ini merepresentasikan pemahaman mereka terhadap reputasi lingkungan sosial dan budaya Kota Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena memberikan manfaat ekonomi, termasuk Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia berlomba mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pariwisata adalah sektor yang membutuhkan berbagai sektor lain sebagai pendukung. Sektor pendukung tersebut dapat berasal dari tingkat atas dan berskala besar,

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Provinsi Bali Tahun 2013-2018 peranan Bali dengan sektor unggulan pariwisata telah memiliki posisi strategis pada

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN OBJEK WISATA VULKANOLOGI KETEP DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENUNJANG INDUSTRI PARIWISATA DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR

STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN OBJEK WISATA VULKANOLOGI KETEP DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENUNJANG INDUSTRI PARIWISATA DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN OBJEK WISATA VULKANOLOGI KETEP DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENUNJANG INDUSTRI PARIWISATA DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR Oleh : DEWI NURHILYATI MIRZA L2D 099 413 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepariwisataan). Selain itu pariwisata juga merupakan salah satu sub ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. kepariwisataan). Selain itu pariwisata juga merupakan salah satu sub ekonomi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas dan layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

kepada budi adi luhur masyarakat Bali sendiri. Penetapan pariwisata budaya yang

kepada budi adi luhur masyarakat Bali sendiri. Penetapan pariwisata budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebagai Daerah Tujuan Wisata yang sudah dikenal secara luas, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, telah memberikan dampak positif terhadap perkembangan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2017-2027 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World Tourism Organization (WTO), telah mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian yang tidak

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Perkembangan yang terjadi dalam bidang ICT (Information and Communication Technology) telah membawa dampak yang cukup signifikan pada kehidupan manusia. Terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci