BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keanekaragaman Hayati dan Norma Masyarakat Adat. 1. Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Norma Masyarakat Adat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keanekaragaman Hayati dan Norma Masyarakat Adat. 1. Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Norma Masyarakat Adat"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keanekaragaman Hayati dan Norma Masyarakat Adat 1. Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Norma Masyarakat Adat Masyarakat adat menganggap dirinya sebagai bagian dari alam. Masyarakat berkembang bersama seluruh komponen yang ada di dalamnya, baik secara individual maupun kelompok. Masyarakat adat tidak menjalani hidup yang hanya mementingkan hubungan dengan sesama (manusia). Penting bagi mereka untuk melakukan interaksi dengan ekosistem di sekitarnya. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa cara hidup masyarakat adat sangat berkaitan dengan kondisi alam disekitarnya (Keraf. 2010: ). Masyarakat adat memandang alam, sumber daya, dan karakteristik ekosistem merupakan komponen yang menentukan totalitas kegiatannya. Dengan kata lain, kegiatan masyarakat adat berkaitan dengan pengelolaan alam di sekitarnya (Suryadarma, 2009: 46). Pada dasarnya pengelolaan dilakukan untuk memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan. Begitu pula, pada aspek pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Menurut Mitchell (2010:253), aspek-aspek kunci pembangunan berkelanjutan meliputi pemberdayaan masyarakat lokal (masyarakat adat), swasembada dan keadilan sosial. Salah satu usaha untuk mencapai hal 11

2 tersebut adalah berpindah dari bentuk pengelolaan lingkungan dan sumberdaya, yang didominasi oleh ahli professional dari sektor pemerintah dan swasta, menuju pendekatan yang mengkombinasikan pengalaman, pengetahuan, dan pemahaman berbagai kelompok masyarakat tradisional. 2. Nilai Religius Masyarakat Adat dan Keanekaragaman Hayati Kesamaan pemahaman merupakan hal yang paling mendasar dari seluruh masyarakat adat di dunia dipandang dari sudut etika lingkungan. Masyarakat tradisional memandang alam dan interaksi antara dirinya dengan alam dari sudut pandang religius dan spiritual. Interaksi antar keduanya diwarnai oleh kesadaran spiritual yang merupakan kesadaran paling tinggi. Spiritual mewarnai seluruh interaksi antara manusia dengan seluruh komponen yang ada di alam termasuk interaksi antara manusia dengan sesamanya, manusia dengan alam, dan manusia dengan yang gaib. Dengan demikian, pandangan inilah yang menjadikan agama sebagai sebuah cara hidup yang meuntun manusia untuk mencapai tujuan yang selaras dengan alam. Dengan kata lain yang spiritual menyatu dengan yang material (Keraf. 2010: ). Menurut (Mitchell, 2010: 298), pengetahuan masyarakat lokal yang terakumulasi sepanjang sejarah hidupnya mempunyai peran sangat besar. Pandangan bahwa manusia merupakan bagian dari alam dan sistem kepercayaan yang menekankan penghormatan terhadap lingkungan alam merupakan nilai yang sangat positif untuk pembangunan berkelanjutan. 12

3 Salah satu bentuk praktik kearifan lokal masyarakat adat Jawa ialah menganggap beringin sebagai pohon keramat dan angker. Pandangan tersebut memberikan stigma bahwa sesuatu yang keramat tidak dapat diperlakukan sembarangan. Jika, stigma tersebut dilanggar, maka pelakunya kana mendapat sanksi baik dari alam. Dengan demikian, konservasi terhadap keutuhan beringin tetap lestari. Hal tersebut merupakan bentuk aksi konservasi yang bersumber dari masyarakat lokal. Pohon beringin memiliki akar yang dalam dan biasanya di bawahnya terdapat sumber air. Berdasarkan hal tersebut, aksi masyarakat adat membantu melestarikan konservasi pohon beringin dan sumber air (Suhartini, 2009: ). Menurut Zuhud (2007: 5), suatu spesies tumbuhan yang berinteraksi dengan manusia dalam jangka waktu yang sangat lama, diyakini konservasi dan bioekologinya banyak terkait dengan sikap dan perilaku manusia. Hal ini mengindikasikan bahwa sikap dan perilaku manusia menyesuaikan dengan kebutuhan hidup spesies tumbuhan tersebut. Dengan pengertian lain, bahwa keberlangsungan suatu spesies tumbuhan tergantung pada sinyal sebagai informasi yang ditangkap oleh manusia. Sinyal tersebut dapat berupa infromasi kelangkaan yang berhubungan dengan regenerasi spesies tumbuhan tersebut, sehingga dapat menjadi stimulus maupun pendorong terhadap sikap masyarakat maupun pengelola untuk aksi konservasi. Beyond Belief, melaporkan potensi ajaran agama dapat mendorong dan berkontribusi sebagai salah satu sarana dalam melindungi kawasan konservasi. 13

4 Tempat-tempat suci yaitu tempat atau situs-situs dan lingkungan yang telah dibentuk dan hadir secara alami maupun semi alami dapat secara langsung berkontribusi pada upaya-upaya konservasi global. Ajaran agama memberikan pengaruh melalui filsafat, aksi dan pengaruh dan dampak dimana para pengikutnya memandang tentang perlindungan alam (Mangunjaya. 2007: 31). B. Pohon Beringin dalam Budaya Jawa Menurut Sunjata et al, (1995), menyatakan bahwa masyarakat Jawa mengenal Ficus benjamina dengan sebutan beringin atau waringin. Pemaknaan terhadap pohon beringin ini diantaranya sebagai komponen simbol dalam lambang negara Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yaitu Garuda Pancasila dan simbol partai politik. Penggunaan simbol pohon Beringin ini tidak serta merta muncul saat kemerdekaan Negara Indonesia. Namun, sudah ada sejak masa kerajaan Mataram yang terus berlangsung hingga saat ini. Dalam budaya Jawa, beringin merupakan simbol pohon kehidupan yaitu pohon yang mampu memberikan hayat atau kehidupan kepada manusia yang fungsinya dapat memberikan pengayoman dan perlindungan serta mempertebal semangat dan keyakinan masyarakat. Bentuknya yang besar dan rimbun menimbulkan rasa gentar dan hormat serta berkesan menakutkan. Oleh karenanya banyak masyarakat yang beranggapan bahwa pohon beringin mempunyai kekuatan istimewa. Beringin sering di tanam di halaman pusat pemerintahan maupun di pusat keramaian (alunalun, pasar, pertigaan/perempatan jalan, dan di tempat lainnya). Hal ini tidak lepas dari makna yang terdapat di serat Salokapatra yang menyatakan bahwa pohon 14

5 beringin ditanam di lingkungan pusat pemerintahan/keraton sebagai perwujudan lambang perlindungan, pengayoman pemimpin (raja) kepada rakyatnya serta melambangkan bersatunya raja dan rakyatnya (Baskara dan Wicaksana: ). Gambar 1. Pohon Beringin Ditanam Sejak Zaman Kerajaan Mataram di Halaman Masjid Besar Kota Gede (Sumber: Dokumentasi Pribadi). C. Keistimewaan Arsitektur Tata Ruang Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta memiliki filosofi dan histori penataan ruang yang erat kaitannya dengan aspek lingkungan. Sejak masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono I, pembentukan struktur ruang kota sudah direncanakan melalui keselarasan lingkungan yang didasari oleh nilai-nilai budaya yang kuat. Konsep pembentukan struktur ruang Kota Yogyakarta divisualisasikan melalui formasi linier yang meliputi garis imajiner Gunung Merapi, Kraton, Laut Selatan. Sumbu imajiner tersebut selaras dengan konsep Tri Hita Karana dan Tri Angga (Parahyangan-Pawongan-Palemahan atau Hulu-Tengah-Hilir serta nilai Utama- 15

6 Madya-Nistha) melambangkan keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia, manusia dengan alam yang termasuk lima komponen pembentukannya, yakni api (dahana) dari Gunung Merapi, tanah (bantala) dari bumi Ngayogyakarta, dan air (tirta) dari Laut Selatan, angin (maruta) dan angkasa (eiter) (Kurniawan & Sadali. 2015: 162) Gambar 2. Visualisasi Garis Imaginer Tata Ruang Yogyakarta Keraton Yogyakarta adalah kompleks kedudukan Sultan Hamengku Buwana selaku pemimpin Kasultanan Yogyakarta sejak Sultan I hingga X yang sekarang bertahta. Keraton ini menyumbang tiga peran penting. Pertama, sebagai tempat 16

7 kediaman raja dan keluarga terdekatnya yang melayani kegiatan keseharian. Kedua, sebagai tempat upacara yang terkait dengan raja dan kerajaan yang menampilkan keagungan dan kewibawaan. Ketiga, sebagai ungkapan filosofis yang mewujudkna gagasan-gagasan luhur tentang diri manusia dan semesta yang disimbolkan dalam ruang, bangunan, tanaman, dan tindakan (Dinas Kebudayaan DIY. 2009: 2). D. Tumbuhan dalam Mereduksi Polutan di Udara Perkotaan Daun tanaman dapat mengintersepsi, merefleksi, mengabsorbsi, dan mentransmisikan sinar matahari. Efektivitasnya tergantung pada karakteristik spesies tumbuhan, misalnya bertajuk tebal dan rapat atau tipis dan renggang, berkulit batang kasar atau halus, dan memiliki aksesoris lainnya seperti akar nafas. Setiap spesies tumbuhan mempunyai bentuk karakteristik, warna, tekstur, dan ukuran. Tumbuhan dapat digunakan sebagai pembentuk ruang, pembatas, pengatap, pelantai, dan dapat memberikan efek ruang luas menjadi sempit serta memberikan suasana yang tentram dan nyaman. Habitus tumbuhan dapat dimanfaatkan untuk menciptakan latar yang unik dalam pembentukan ruang. Pepohonan dapat memberikan kesan ruang tiga dimensi, menutupi pemandangan yang kurang indah (Irwan. 2005: 51). 17

8 Gambar 3. Tanaman sebagai Pembentuk Ruang dan Pengarah Jalan di Jalan Tamansiswa (Sumber: Dokumentasi Pribadi) Jenis tanaman yang berbeda sebagai komponen tanaman hutan kota merupakan faktor yang berpengaruh dalam kemampuan mereduksi kandungan logam berat. Jarak tanam dari tanaman ke sumber pencemar akan mempengaruhi jumlah logam berat yang terjerap oleh tanaman. Bentuk dan struktur daun serta umur tanaman yang ditunjukkan dari tinggi dan keliling batang juga berpengaruh dalam mereduksi kandungan logam berat. Semakin tinggi dan besar ukurannya dalam membentuk tajuk pohon maka reduksi logam berat akan semakin tinggi dan kandungan unsur pencemar logam berat di udara ambien akan berkurang (Fahruddin. 2014: 147). Menurut Zulkifli (2014: 55-56), prinsip pencemaran udara adalah apabila di dalam udara terdapat unsur-unsur pencemar baik primer maupun sekunder yang melebihi ambang batas normal. Sumber pencemar tersebut dapat berasal dari aktivitas manusia dan sebagian kecil dari aktivitas alam yang dapat mempengaruhi 18

9 keseimbangan komponen udara normal. Selain itu, juga mengakibatkan gangguan terhadap komponen biotik dalam ekosistem. Di Indonesia terjadi peningkatan jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya. Semakin meningkatnya jumlah kendaraan dan pemakaian bahan bakar minyak, maka emisi yang diintroduksikan ke atmosfer juga semakin meningkat jumlahnya. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon dioksida (CO2), karbon monooksida (CO), maupun logam berat plumbum (Pb) yang dilepaskan ke udara (Eka, dan Husin, 2006: 4). Selanjutnya Wright (2008: 546) menyatakan bahwa Pb merupakan polusi udara golongan primer karena berasal langsung dari pembakaran. Aktivitas transportasi kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Diperkirakan pada tahun 2020 setengah dari jumlah penduduk Indonesia akan menghadapi permasalahan pencemaran udara perkotaan, yang didominasi oleh emisi dari kendaraan bermotor (Kusminingrum, dan Gunawan, 2008: 3). Manusia selalu membuang kembali ke lingkungan segala sesuatu yang sudah tidak dipergunakannya lagi. Misalnya, pembuangan logam berat timbal sisa pembakaran bahan bakar minyak melalui knalpot kendaraan bermotor. Salah satu dampak ditimbulkan adalah adanya penurunan kualitas udara terutama di daerah perkotaan yang padat lalu lintas dan industri. Selain itu, pembuangan ini dapat berakibat buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia. (Akhadi. 2009: 116). 19

10 1. Timbal (Pb) Timbal (Pb) merupakan unsur kimia jenis logam berat yang lunak berwarna kebiru-biruan atau kelabu keperakan. Luasnya penggunaan Pb dalam aktivitas industri menyebabkan unsur ini dapat ditemukan pada berbagai tempat di lingkungan sekitar. Salah satu penggunaan unsur Pb adalah untuk meningkatkan nilai oktan bahan bakar minyak. Bensin yang kaya akan kandungan Pb dengan nilai oktannya 98 memungkinkan kendaraan unutk berlari kencang (Akhadi. 2009:117). Logam berat Pb dijumpai dalam sisa pembakaran bahan bakar minyak sebagai pengikat untuk meningkatkan nilai oktan. Sampai saat ini BBM yang beredar di Indonesia sebagian besar mengandung Pb dalam bentuk TEL (Tetra Ethyl Lead). Hal ini menyebabkan semakin tingginya pencemaran udara, khususnya di perkotaan yang padat lalu lintas (Eka, dan Husin, 2006: 4). Tabel 1. Perkiraan Persentase Komponen Pencemar Sumber Pencemar Transportasi di Indonesia Komponen pencemar Persentase CO 70,50 % NOX 8,89 % SOX 0.88 % HC 18,34 % Partikel 1,33 % Total 100 Sumber: Zulkifli (2014:61). Timbal (Pb) yang terpapar ke dalam tubuh manusia akan menganggu sirkulasi peredaran darah, sistem saraf, ginjal dan sistem reproduksi. Pengaruh Pb dapat menyebabkan anemia. Efek Pb yang terpapar pada ibu hamil dapat 20

11 menghambat pertumbuhan janin, sedangkan pada anak-anak dapat menurunkan tingkat kecerdasan (IQ) (Zulkifli. 2014: 61). 2. Mekanisme Tanaman dalam Mereduksi Logam Berat Polusi logam berat di dalam organisme memberikan efek yang berbahaya bagi sistem kehidupan. Logam berat yang bersifat toksik diantaranya ialah timbal (Pb), kobalt (Co), dan kadmium (Cd). Hal ini dikarenakan logam berat tersebut dapat terakumulasi di dalam organisme tetapi tidak dapat didegradasi. Hal tersebut memberikan keuntungan bagi lingkungan. Namun, tidak bagi tanaman itu sendiri. Tanaman mereduksi logam berat melalui beberapa cara yang disebut fitoremidiasi. Fitoremidiasi meliputi mekanisme fitoekstraksi, fitostabilisasi, rhizofiltrasi, dan fitovolatilisasi. Dengan demikian, tanaman dapat mereduksi logam berat dari udara, tanah, dan air melalui akar, batang, dan daunnya. (Tangahu, dkk. 2011: 5). E. Keunikan Tumbuhan Beringin sebagai Mitigasi Kerusakan Lingkungan Akar selalu mencari zat hara untuk menyokong pertumbuahan tanaman. Akar tanaman secara alami menyerap berbagai mineral dari tanah dan air di sekitarnya. Beberapa akar dapat menyerap dan mencerna bahan berbahaya. Sampai saat ini tanaman terus beradaptasi dengan lingkungannya, sehingga munculah suatu mekanisme toleransi, agar tanaman mampu bertahan hidup (survive) pada lingkungan yang kurang sesuai. Secara kontinyu tanaman melawan pencemaran organik dan hasil metabolik yang bersifat toksik melalui mekanisme untuk 21

12 beradaptasi, sehingga tanaman mampu tetap tumbuh kondisi lingkungan kurang sesuai (Fahruddin. 2014: 145). Tajuk pohon beringin yang rapat mampu menangkap air dan akar pohon ini dapat menyerap dan menyimpan air dalam jumlah banyak dari sekitar tempat tumbuhnya, sehingga pohon ini sering dijumpai di lokasi mata air. Pohon beringin mudah tumbuh pada lahan kritis (sebagai pohon pionir). Beringin mampu tumbuh di tanah yang tandus, gersang, berbatu, bercadas, dan lereng berbatu yang terjal. Perakarannya yang dalam dan memiliki akar pengikat yang banyak dan menyerabut sehingga tidak mudah tumbang. Selain itu pohon beringin ini dapat ditanam sebagai pohon pionir untuk rehabilitasi lahan kritis (Mukhlisa. 2015: 21). Gambar 4. Beringin Tumbuh di Media Beton di Jembatan Lempuyangan Kota Yogyakarta (Sumber: Dokumentasi Pribadi) Baskara dan Wicaksana (2013: 23), melaporkan bahwa beringin oleh masyarakat Jawa dipercayai sebagai tanaman suci dan memiliki daya magis yang tinggi. Beringin memiliki nilai ekologis dan hidrologis yang tinggi. Beringin dijumpai pada berbagai sumber mata air yang berada di kawasan karst bagian 22

13 selatan Jawa Timur seperti Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang. Kemampuan ini tak lepas dari arsitektur pohon beringin yang memiliki bentuk tajuk yang tebal dan rapat, sekaligus menunjukkan sistem perakaran yang dalam dan menyebar dan mencengkeram tanah dengan baik. Akar pohon beringin dapat menyebar dan mencengkeram dengan kedalaman tanah hingga di area sungai bawah tanah yang banyak tersedia di kawasan karst. Beringin dimaknai sebagai pohon suci dan pohon kehidupan yang diimplementasikan dalam bentuk simbol pada lambang NKRI maupun partai politik. Dalam budaya Jawa, pohon beringin tidak lepas dari kehidupan masyarakat kerajaan khususnya Yogyakarta dan masyarakat Jawa yang lainnya. Beringin ditanam di tempat-tempat strategis seperti di alun-alun, halaman perkantoran, taman-taman, pasar, halaman pusat pendidikan, hutan kota, di pertigaan jalan, dan di jalur hijau seperti di tepi jalan raya. Penanaman di lokasi strategis ini selain sebagai filosofis simbol hubungan pemerintah dan rakyatnya, juga didasarkan pada alasan fungsional beringin sebagai tanaman penghijau jalan di Kota Yogyakarta. Bentuk tajuk yang lebar dan rapat serta memiliki sifat evergreen mampu memberikan efek yang menentramkan. Dalam hal ini, pohon beringin memberikan efek suhu yang sesuai dengan kata lain nyaman untuk beraktivitas di sekitarnya. 23

14 Gambar 5. Pohon Ficus di Sumber Air Ngedaren I, Ponjong, Gunung Kidul (Sumber: Dokumentasi Pribadi) F. Tinjauan Umum tentang Beringin 1. Taksonomi Beringin Menurut Heyne (1987) dalam Desyanti (2012: 11), klasifikasi tumbuhan beringin adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Urticales : Moraceae : Ficus. Pohon beringin tergolong ke dalam suku Moraceae. Ficus merupakan marga terbesar dalam suku Moraceae yang banyak dijumpai Indonesia. 24

15 Terdapat sekitar 1000 jenis suku Moraceae dan sebagiannya adalah Ficus. Pohon ini dapat tumbuh di tanah dan di pohon lainnya sebagai hemi-epifit (Ulum,2010). 2. Persebaran dan Habitat Beringin Marga Ficus merupakan jenis yang hidup pada tempat dengan intensitas cahaya yang mencukupi, sehingga jarang tumbuh pada tegakan hutan yang rapat. Beringin terbagi menjadi tiga cara hidup yaitu epifit, hemi-epifit, dan pohon. Epifit biasanya hidup menumpang pada batang pohon lain dan pada akhirnya membunuh pohon inangya. Hemi-epifit pada awalnya hidup menumpang, tetapi kemudian akarnya dapat mencapai tanah dan akhirnya dapat hidup sendiri, sedangkan jenis beringin yang termasuk pohon dapat hidup langsung di tanah tanpa perantara pohon inang (Astika, 2003). Menurut Harrison (2005), marga Ficus mempunyai sistem penyerbukan yang berbeda dengan pohon-pohon lainnya. Penyerbuk bunga Ficus disebut tawon Ficus (figwasp) dari suku Agaoninae, Agaonidae, dan Chalcidoidea. Tawon masuk ke dalam sikonium muda untuk melakukan polinasi dan meletakkan telur pada beberapa ovul. Saat telur mulai menetas dan beranjak dewasa, buah Ficus terutama yang berumah satu (satu buah terdapat fungsi bunga jantan dan betina) kemudian akan terjadi penyerbukan di dalam buah. Sekitar satu bulan setelah telur diletakkan, tawon akan menetas dan tawon jantan akan mati setelah kawin, sedangkan tawon betina keluar dan menyebar membawa serbuk sari dari buah Ficus asal. Tawon betina harus menemukan 25

16 sikonium muda yang reseptif dari spesies yang sesuai selama rentang hidupnya (2 sampai 3 hari) untuk bereproduksi. Seiring dengan hal tersebut, serbuk sari bunga Ficus yang terbawa oleh tawon betina akan membantu penyerbukan pada sikonium yang beruntung untuk pembentukan biji (Baskara dan Wicaksono (2013:24). Di seluruh dunia terdapat sekitar 1200 spesies satwa pemakan buah beringin yang berbuah sepanjang tahun yang penting bagi satwa liar ketika buah-buahan lainnya yang tidak tersedia. Keberadaan beringin pada kawasan hutan dapat dijadikan sebagai indikator proses terjadinya suksesi hutan karena peran dari satwa liar yang memakan bijinya, kemudian memicu terjadinya komunitas lanjutan. Beringin juga sebagai sumber pakan dan suaka bagi beberapa jenis burung, serangga, reptilia, dan mamalia. Akar gantung pohon beringin merupakan tempat bermain untuk beberapa jenis primata (Ulum, 2009; Baskara dan Wicaksana, 2013: 24). 3. Botani Beringin Van Stenis, et. al (1975) dalam (Suwarno, 2006: 4) menyatakan bahwa marga Ficus termasuk ke dalam suku Moraceae. Anggota famili Moraceae dapat berupa pohon, tanaman memanjat atau perdu, dan biasanya bergetah. Daun duduknya berlainan dan tunggal. Marga Ficus mempunyai satu daun penumpu pada setiap daun, ujung daunnya menggulung. Daun penumpu yang rontok akan meninggalkan bekas (scar) yang jelas. Susunan bunganya memiliki berbagai tipe yakni bulir rapat atau sikonium. Sikonium berbentuk bola atau 26

17 buah peer dan memiliki lubang (ostiol) di bagian ujungnya. Bunga berkelamin dua, berumah satu dan atau dua. Bunga jantan memiliki daun tenda bunga 4 dan stamen berjumlah 4, kepala sari beruang dua. Bunga betina memiliki daun tenda bunga 4, bebas dan atau melekat, tidak rontok dan membesar setelah mekar. Bakal buah menumpang dan atau tenggelam, beruang 1, bakal biji berjumlah 1, tangkai putik berjumlah 1 sampai 2. Sebagian dari bunga berubah bentuk menjadi bunga gall (bunga yang disebabkan oleh adanya serangga yang tumbuh di dalamnya). 4. Kegunaan Beringin Menurut Heyne (1987), tumbuhan beringin sering ditanam di alun-alun dan halaman serta sangat dinilai tinggi oleh penduduk. Secara teknis, pohon ini bernilai rendah sama seperti jenis Ficus lainnya. Tumbuhan ini juga berkhasiat untuk obat-obatan yaitu pada bagian akar udara dan daun. Akar nafas pohon beringin bermanfaat untuk mengatasi pilek, demam, radang amandel, dan rematik. Daunnya bermanfaat untuk mengatasi malaria, radang usus akut, disentri, dan influenza (Desyanti, 2012: 12). Dari aspek lingkungan, pohon Ficus berperan dalam menjaga siklus air serta mencegah erosi karena secara alami struktur perakaran lateralnya yang dalam mampu mencengkram tanah dengan baik. Tajuknya yang tebal dapat menyerap CO2 dalam jumlah yang relatif tinggi dan polutan lainnya dari udara (Ulum, 2009). 27

18 G. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Masyarakat tradisional Timbal (Pb) Debu Eksistensi Beringin dalam Mereduksi Bahan Pencemar Udara Distribusi Pohon Beringin Peta Distribusi Ukuran pohon Beringin DBH Tinggi Pohon CC Pemangkasan Pot/Bis Pengetahuan Masyarakat tentang Pohon Beringin Umur Basal Area Luas CC Lingkungan Mitologi Sejarah Gambar 6. Kerangka Berpikir Penelitian 28

BAB I PENDAHULUAN. Telah disepakati oleh beberapa ahli bahwa ajaran agama merupakan aspek

BAB I PENDAHULUAN. Telah disepakati oleh beberapa ahli bahwa ajaran agama merupakan aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah disepakati oleh beberapa ahli bahwa ajaran agama merupakan aspek fundamental dalam pengelolaan lingkungan khususnya dalam konservasi keanekaragaman hayati.

Lebih terperinci

Tumbuhan Ficus: Penjaga Keberlanjutan Budaya dan Ekonomi di Lingkungan Karst

Tumbuhan Ficus: Penjaga Keberlanjutan Budaya dan Ekonomi di Lingkungan Karst TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Tumbuhan Ficus: Penjaga Keberlanjutan Budaya dan Ekonomi di Lingkungan Karst Medha Baskara (1), Karuniawan Puji Wicaksono (2) (1) Konsentrasi Arsitektur Lanskap, Laboratorium Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan akan menyebabkan kualitas lingkungan menurun karena tingginya aktivitas manusia. Perkembangan kota seringkali diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemar kendaraan bermotor di kota besar makin terasa. Pembakaran bensin dalam kendaraan bermotor merupakan lebih dari separuh penyebab polusi udara. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sarana dan prasarana fisik seperti pusat-pusat industri merupakan salah satu penunjang aktivitas dan simbol kemajuan peradaban kota. Di sisi lain, pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan campuran beberapa gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitar. Udara juga adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan sumber daya yang penting dalam kehidupan, dengan demikian kualitasnya harus dijaga. Udara yang kita hirup, sekitar 99% terdiri dari gas nitrogen dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun di Indonesia terjadi peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang cukup besar. Di sisi lain dengan makin meningkatnya jumlah kendaraan dan pemakaian bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pencemaran udara adalah proses masuknya atau dimasukkannya zat pencemar ke udara oleh aktivitas manusia atau alam yang menyebabkan berubahnya tatanan udara sehingga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara yang dikenal memiliki banyak hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan tropis Indonesia adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor (Chandra,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan hidup merupakan masalah yang penting karena memberikan pengaruh bagi kesehatan individu dan masyarakat. Faktor yang menyebabkan penurunan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata, budaya, dan pendidikan. Hal ini menjadikan perkembangan kota ini menjadi pesat, salah satunya ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, terutama di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, terutama di negara-negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi sebagai tulang punggung manusia mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi pencemaran udara. Pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005). I. PENDAHULUAN Hutan adalah masyarakat tetumbuhan dan hewan yang hidup di lapisan permukaan tanah yang terletak pada suatu kawasan, serta membentuk suatu kesatuan ekosistem yang berada dalam keseimbangan

Lebih terperinci

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Distribusi Pohon Beringin di Kota Yogyakarta. a. Kategori jumlah beringin di Kota Yogyakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Distribusi Pohon Beringin di Kota Yogyakarta. a. Kategori jumlah beringin di Kota Yogyakarta BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Distribusi Pohon Beringin di Kota Yogyakarta a. Kategori jumlah beringin di Kota Yogyakarta Berikut ini adalah tabel kategori jumlah pohon pada lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandung merupakan kota dengan aktivitas masyarakat yang tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung dikunjungi banyak masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara semakin hari semakin memprihatinkan. Terutama dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut Ismiyati dkk (2014), kendaraan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia dan hidup serta tumbuh berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bogor merupakan kota yang terus berkembang serta mengalami peningkatan jumlah penduduk dan luas lahan terbangun sehingga menyebabkan terjadinya penurunan luas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Nasional Way Kambas Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan lindung. Pendirian kawasan pelestarian alam Way Kambas dimulai sejak tahun 1936

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gas seperti sulfur dioksida vulkanik, hidrogen sulfida, dan karbon monoksida selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gas seperti sulfur dioksida vulkanik, hidrogen sulfida, dan karbon monoksida selalu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Udara Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali. Beberapa gas

Lebih terperinci

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis ix H Tinjauan Mata Kuliah utan tropis yang menjadi pusat biodiversitas dunia merupakan warisan tak ternilai untuk kehidupan manusia, namun sangat disayangkan terjadi kerusakan dengan kecepatan yang sangat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan dapat diberi batasan sesuai dengan sudut pandang masing-masing pakar. Misalnya dari sisi ekologi dan biologi, bahwa hutan adalah komunitas hidup yang terdiri dari

Lebih terperinci

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer Ekosistem adalah kesatuan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem juga dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang komplek antara organisme dengan lingkungannya. Ilmu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan hujan tropis merupakan salah satu tipe ekosistem hutan yang sangat produktif dan memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Kawasan ini terletak di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman hutan raya merupakan kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan

Lebih terperinci

KERUSAKAN LINGKUNGAN

KERUSAKAN LINGKUNGAN bab i KERUSAKAN LINGKUNGAN A. KONSEP KERUSAKAN LINGKUNGAN Kerusakan lingkungan sangat berdampak pada kehidupan manusia yang mendatangkan bencana saat ini maupun masa yang akan datang, bahkan sampai beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan fisik kota yang ditentukan oleh pembangunan sarana dan prasarana. Lahan yang seharusnya untuk penghijauan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP

HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP Hubungan Antarmakhluk Hidup Kita sering melihat kupu-kupu hinggap pada bunga atau kambing berkeliaran di padang rumput. Di sawah, kita juga sering melihat

Lebih terperinci

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suksesi dan Restorasi Hutan Hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di dominasi oleh pepohonan. Masyarakat hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang hidup dan tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisme atau makhluk hidup apapun dan dimanapun mereka berada tidak akan dapat hidup sendiri. Kelangsungan hidup suatu organisme akan bergantung kepada organisme lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tumbuhan Herba Herba adalah semua tumbuhan yang tingginya sampai dua meter, kecuali permudaan pohon atau seedling, sapling dan tumbuhan tingkat rendah biasanya banyak ditemukan

Lebih terperinci

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. 1. Sejarah Perkembangan Timbulnya Pencemaran Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Anggrek 2.1.1 Deskripsi Anggrek Anggrek merupakan famili terbesar dalam tumbuhan biji, seluruhnya meliputi 20.000 jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Dephut, 1998): Kingdom : Plantae Divisio : Spematophyta

Lebih terperinci

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanasan global (global warming) menjadi salah satu isu lingkungan utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses meningkatnya suhu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global merupakan salah satu isu di dunia saat ini. Masalah pemanasan global ini bahkan telah menjadi agenda utama Perserikatan Bangsabangsa (PBB). Kontributor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan ekosistem buatan yang terjadi karena campur tangan manusia dengan merubah struktur di dalam ekosistem alam sesuai dengan yang dikehendaki (Rohaini, 1990).

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian

Lebih terperinci

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D 300 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan jalan memiliki fungsi yang sangat penting yaitu sebagai prasarana untuk memindahkan/transportasi orang dan barang, dan merupakan urat nadi untuk mendorong

Lebih terperinci

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA Disusun oleh: Mirza Zalfandy X IPA G SMAN 78 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas

Lebih terperinci

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi.

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi. MINGGU 3 Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 1 Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian ekosistem b. Karakteristik ekosistem c. Klasifikasi ekosistem Pengertian Ekosistem Istilah ekosistem merupakan kependekan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat BAB I PENDAHULUAN 1.I Latar belakang Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Tetapi keberadaan jalur hijau jalan pada saat ini di Indonesia

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA ABSTRAK

PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA ABSTRAK PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA Putri Ayuningtias Mahdang, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1 ayumahdang@gmail.com Program Studi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Vegetasi Hutan Hutan merupakan ekosistem alamiah yang sangat kompleks mengandung berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh rapat mulai dari jenis tumbuhan yang kecil hingga berukuran

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n Materi #4 Bahasan 2 Penipisan Ozon (Ozone Depletion). Pemanasan global dan Perubahan Iklim Global. Hujan Asam. Penyebaran Kehidupan (Biological Magnification). Dampak manusia pada Air, Udara, dan Perikanan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan merupakan kumpulan pepohonan yang tumbuh rapat beserta tumbuh tumbuhan memanjat dengan bunga yang beraneka warna yang berperan sangat penting bagi kehidupan di bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang manfaat serta fungsinya belum banyak diketahui dan perlu banyak untuk dikaji. Hutan berisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. Adapun yang membedakannya dengan hutan yang lainnya yaitu

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Bahasan 2 Penipisan Ozon (Ozone Depletion). Pemanasan global dan Perubahan Iklim Global. Hujan Asam. Penyebaran Kehidupan (Biological Magnification). Dampak manusia pada Air, Udara, dan Perikanan.

Lebih terperinci

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pandangan al-qur an, mempelajari dan mengamati fenomena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pandangan al-qur an, mempelajari dan mengamati fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pandangan al-qur an, mempelajari dan mengamati fenomena makhluk hidup sangat dianjurkan. Kita semua dianjurkan untuk menjaga kelestarian yang telah diciptakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia.

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak kota di dunia dilanda oleh permasalahan lingkungan, paling tidak adalah semakin memburuknya kualitas udara. Terpapar oleh polusi udara saat ini merupakan

Lebih terperinci

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kawasan hutan hujan tropis dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan kawasan pelestarian alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas kehidupan manusia yang sangat tinggi telah menimbulkan banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan pembangunan, terutama di sektor industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki luas sekitar Ha yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. memiliki luas sekitar Ha yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lereng selatan Gunung Merapi meliputi Taman Nasional Gunung Merapi merupakan salah satu kawasan konservasi yang ada di Yogyakarta. Kawasan ini memiliki luas sekitar

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor sudah menjadi kebutuhan mutlak pada saat ini. Kendaraan yang berfungsi sebagai sarana transportasi masyarakat adalah salah satu faktor penting

Lebih terperinci

Manfaat hutan kota diantaranya adalah sebagai berikut :

Manfaat hutan kota diantaranya adalah sebagai berikut : BENTUK DAN FUNGSI HUTAN KOTA 1. Bentuk Hutan Kota Pembangunan hutan kota dan pengembangannya ditentukan berdasarkan pada objek yang dilindungi, hasil yang dicapai dan letak dari hutan kota tersebut. Berdasarkan

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4 1. Penanaman pohon bakau di pinggir pantai berguna untuk mencegah.. Abrasi Erosi Banjir Tanah longsor Jawaban a Sudah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Propinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 98 o o 30 Bujur

II. TINJAUAN PUSTAKA. Propinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 98 o o 30 Bujur II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Lokasi a. Letak dan Luas Taman Wisata Alam (TWA) Sicike-cike secara administratif berada di Dusun Pancur Nauli Desa Lae Hole, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota merupakan suatu tempat yang menjadi pusat dari berbagai kegiatan manusia. Saat ini kota menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan, dan pemukiman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas kehidupan yang sangat tinggi yang dilakukan oleh manusia ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan tatanan lingkungan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pencemaran Udara, Timbal (Pb), Daun Mahoni (Swietenia mahagoni), Daun Mangga (Mangifera indica l)

Kata Kunci : Pencemaran Udara, Timbal (Pb), Daun Mahoni (Swietenia mahagoni), Daun Mangga (Mangifera indica l) PERBEDAAN EFEKTIVITAS DAUN MAHONI (Swietenia mahagoni) DAN DAUN MANGGA (Mangifera indica l) DALAM MENYERAP TIMBAL (Pb) DI UDARA Djubaida, Dian Saraswati, Sri Manovita Pateda 1 djubaidakesmas@gmail.com

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di Kabupaten Gorontalo. Cagar Alam ini terbagi menjadi dua kawasan yaitu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Jagung - Akar Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah,

Lebih terperinci

ke tiga dan seterusnya kurang efektif dalam mereduksi konsentrasi partikel timbal di udara. Halangan yang berupa vegetasi akan semakin efektif

ke tiga dan seterusnya kurang efektif dalam mereduksi konsentrasi partikel timbal di udara. Halangan yang berupa vegetasi akan semakin efektif PEMBAHASAN UMUM Dalam studi ini salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji hubungan antara konsentrasi partikel Pb yang berasal dari emisi kendaraan bermotor dengan besarnya penurunan konsentrasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Keunikan Kawasan Gunung Merapi Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena adanya interaksi yang kuat antar berbagai komponen di dalamnya,

Lebih terperinci

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati 1 Konservasi Lingkungan Lely Riawati 2 Dasar Hukum Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber

Lebih terperinci

Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem

Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem DAYA DUKUNG LINGKUNGAN JASA EKOSISTEM PADA TUTUPAN HUTAN DI KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN oleh: Ruhyat Hardansyah (Kasubbid Hutan dan Hasil Hutan pada Bidang Inventarisasi DDDT SDA dan LH) Daya Dukung

Lebih terperinci

Analisis dan Pemetaan Tingkat Polusi Udara di Zona Pendidikan (Studi Kasus : Wilayah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dan Universitas Jambi)

Analisis dan Pemetaan Tingkat Polusi Udara di Zona Pendidikan (Studi Kasus : Wilayah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dan Universitas Jambi) Analisis dan Pemetaan Tingkat Polusi Udara di Zona Pendidikan (Studi Kasus : Wilayah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dan Universitas Jambi) Vandri Ahmad Isnaini 1, Indrawata Wardhana 2, Rahmi Putri

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. buang tanpa adanya pengolahan limbah yang efesien dan terbuang mengikuti arus

BAB 1 PENDAHULUAN. buang tanpa adanya pengolahan limbah yang efesien dan terbuang mengikuti arus BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indramayu merupakan salah satu daerah yang penduduknya terpadat di Indonesia, selain itu juga Indramayu memiliki kawasan industri yang lumayan luas seluruh aktivitas

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inventarisasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang jenis-jenis tumbuhan bawah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inventarisasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang jenis-jenis tumbuhan bawah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inventarisasi Inventarisasi adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumber daya alam untuk perencanaan pengelolaan sumber daya tersebut. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara yang berada di bumi merupakan komponen yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Penggunaannya akan tidak terbatas selama udara mengandung unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap detik selama hidupnya akan membutuhkan udara. Secara ratarata manusia tidak dapat mempertahankan hidup tanpa udara lebih dari tiga menit. Udara tersebut

Lebih terperinci