BAB VII PENUTUP. Yogyakarta yang diinisiasi oleh Pemerintah Kota Yogyakarta terbukti efektif
|
|
- Farida Budiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VII PENUTUP VII.1. Kesimpulan Kebijakan investasi pembangunan Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta yang diinisiasi oleh Pemerintah Kota Yogyakarta terbukti efektif memberikan dampak kesejahteraan. Melalui perhitungan Net Present Value diperoleh nilai positif (+) sebesar Rp ,00. Melalui pembangunan PASTY, investasi yang dilakukan pemerintah berhasil membawa dampak kesejahteraan bagi masyarakat. Pemerintah merasakan manfaat dengan nilai negatif, sedangkan pedagang satwa, pedagang tanaman hias, pedagang makanan dan pengelola parkir merasakan manfaat dengan nilai positif dari investasi pembangunan PASTY. Meskipun merasakan manfaat dengan nilai positif, pedagang satwa mengalami tren penurunan nilai manfaat. Penurunan nilai manfaat terjadi karena pedagang satwa cenderung memperkecil skala usahanya ketika terjadi penurunan jumlah konsumen. Selain karena perubahan skala usaha, penurunan nilai manfaat juga terjadi karena terdapat pedagang liar di lingkungan pasar yang mengambil alih konsumen pedagang satwa. Kondisi usaha pedagang satwa semakin memburuk karena tidak tersedia mekanisme pinjaman modal yang mudah diakses. Fenomena ini harus menjadi perhatian bagi upaya investasi lanjutan yang dilakukan pemerintah karena keberadaan pedagang satwa memberi dampak kesejahteraan bagi pedagang tanaman hias, pedagang makanan dan pengelola parkir. 137
2 Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas kebijakan pembangunan PASTY yaitu dominasi elit pada proses formulasi kebijakan, kolaborasi berbagai pihak pada proses implementasi kebijakan, pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas pada organisasi pemerintah serta ketersediaan sumberdaya yang memadai. Dominasi elit yang bersumber dari nilai budaya lokal pada proses formulasi kebijakan mampu menghasilkan mekanisme pengambilan keputusan yang cepat dan tanpa diwarnai konflik. Kolaborasi berbagai pihak dan pembagian tugas yang jelas pada proses implementasi kebijakan berhasil mewujudkan pembangunan komponen fisik serta kehidupan sosial ekonomi PASTY secara efektif. Ketersediaan sumberdaya berupa uang, lahan dan SDM yang berasal dari berbagai pihak juga memiliki peranan dalam mendukung pembangunan kehidupan sosial ekonomi pasar. Berdasarkan analisis pada kebijakan investasi pembangunan PASTY, dapat dipahami bahwa kebijakan investasi yang dilakukan daerah mampu membawa dampak kesejahteran bagi masyarakat. Meskipun kebijakan investasi yang diinisiasi daerah mampu membawa dampak kesejahteraan bagi masyarakat, tata kelola pemerintahan daerah yang baik melalui kolaborasi berbagai pihak dalam proses kebijakan belum sepenuhnya terjadi. Pemanfaatan nilai budaya lokal justru menimbulkan fenomena dominasi elit pada proses kebijakan. Pembelajaran tersebut kemudian memunculkan sebuah tesis bahwa efektivitas dampak kesejahteraan dari sebuah kebijakan tidak sepenuhnya dihasilkan dari proses kebijakan yang kolaboratif. 138
3 VII.2. Saran Berdasarkan analisis yang telah dihadirkan pada bagian sebelumnya, pedagang satwa merupakan komunitas pedagang yang berperan memberikan dampak kesejahteraan berupa manfaat langsung bagi pedagang tanaman hias, pedagang makanan dan pengelola parkir. Berdasarkan pemahaman tersebut, dirumuskan beberapa saran dari hasil penelitian sebagai berikut 1) Pelatihan Manajemen Usaha Bagi Pedagang Satwa Diperlukan langkah pelatihan mengenai manajemen usaha bagi para pedagang satwa. Kegiatan ini menjadi penting untuk segera dilakukan karena terdapat beberapa pedagang satwa yang memperkecil skala usahanya agar dapat terus berdagang. Aktivitas belanja modal yang dilakukan Dinlopas Yogyakarta harus lebih diarahkan pada usaha pengembangan kehidupan ekonomi pasar dibandingkan usaha pengadaan alat-alat kantor yang kurang produktif. Pelatihan manajemen usaha dapat diinisiasi pemerintah dengan melibatkan kalangan akademisi. Melalui pelatihan manajemen usaha, pedagang satwa diharapkan dapat melakukan pengelolaan keuangan dan upaya pemasaran secara lebih baik sehingga tercipta pengembangan skala usaha. 2) Perlindungan Pedagang Satwa dari Pedagang Liar Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti, pedagang satwa mengalami penurunan pendapatan karena keberadaan pedagang liar yang seringkali beroperasi di lingkungan pasar. Kehadiran pedagang liar di lingkungan pasar menciptakan kondisi 139
4 persaingan usaha yang tidak seimbang dan adil. Berbeda dengan pedagang satwa, pedagang liar dapat beroperasi di lingkungan pasar tanpa melakukan pembayaran retribusi. Berdasarkan fenomena tersebut, pemerintah harus melakukan langkah perlindungan bagi pedagang satwa. Langkah perlindungan dapat dilakukan pemerintah dengan menciptakan kondisi persaingan usaha secara seimbang melalui pemberian insentif atau disinsentif bagi pedagang liar. Pemberian insentif dapat dilakukan pemerintah dengan menyediakan kios atau los dan menerapkan penarikan retribusi operasional usaha bagi pedagang liar. Pemberian disinsentif dapat dilakukan pemerintah dengan menerapkan aturan denda bagi pedagang liar yang beroperasi di lingkungan pasar. Upaya perlindungan pedagang satwa perlu segera mendapat perhatian agar tidak muncul permasalahan di masa mendatang akibat pertumbuhan jumlah pedagang liar. 3) Bantuan Pinjaman Modal Bagi Pedagang Satwa Melalui observasi yang dilakukan peneliti, para pedagang satwa cenderung lebih memilih melakukan pinjaman modal kepada pemburu rente dibandingkan melakukan pinjaman kepada jasa Bank BRI yang telah disediakan di lingkungan PASTY. Pedagang satwa cenderung melakukan pinjaman modal kepada pemburu rente karena tidak diperlukan persyaratan khusus untuk mencairkan dana. Selain itu, dengan melakukan pinjaman kepada pemburu rente, para pedagang dapat memperoleh uang dengan cepat dan mudah sesuai nominal yang mereka butuhkan. Berdasarkan fenomena tersebut, diperlukan upaya 140
5 fasilitasi para pedagang satwa melalui bantuan pinjaman modal dengan syarat yang lebih mudah dan bunga pinjaman yang rendah. Selain akses permodalan, mekanisme pelayanan yang diberikan oleh pihak perbankan harus benar-benar dapat menjangkau pedagang satwa. Institusi perbankan tidak hanya cukup menyediakan kantor pinjaman di lingkungan pasar namun para petugas harus datang langsung kepada para pedagang untuk memberikan informasi dan menawarkan kesempatan pinjaman. VII.3. Catatan Bagi Penelitian Selanjutnya Pada masa mendatang, efektivitas dampak kesejahteraan pembangunan PASTY masih perlu diamati karena tersisa 20 tahun umur ekonomis proyek. Meskipun telah dihadirkan upaya analisis evaluasi dampak kesejahteraan secara komprehensif dengan analisis investasi publik menggunakan metode CBA, juga diperlukan langkah penelitian yang lebih luas untuk melihat dampak lain dari pembangunan PASTY. Analisis dampak lingkungan dari pembangunan PASTY juga perlu dilakukan karena terdapat kemungkinan beberapa jenis satwa maupun tanaman yang dilindungi oleh aturan perundangan diperjualbelikan. 141
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP)
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP) URL: http://ejour nalfia.ub. ac.id/ind e x. ph p/jiap JIAP Vol. 2, No. 1, pp 74-90, 2016 2016 FIA UB. All right reserved ISSN 2302-2698 e-issn 2503-2887 Efektivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui efektivitas dampak kesejahteraan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui efektivitas dampak kesejahteraan investasi yang dilakukan pemerintah daerah dengan mengeluarkan kebijakan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Iklim persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha dewasa ini,
Bab 1. Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Iklim persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha dewasa ini, menuntut setiap bidang usaha untuk lebih produktif. Krisis ekonomi
Lebih terperinciDr. PANDI AFANDI, SE, MM EKONOMI MANAJERIAL PASCA SARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS LANCANG KUNING 2015/2016
Dr. PANDI AFANDI, SE, MM EKONOMI MANAJERIAL PASCA SARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS LANCANG KUNING 2015/2016 SESSION : 1 INTRODUCTION YOU ENQUIRE? 1. Mengapa saya mempelajari ilmu ekonomi?
Lebih terperincikapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut:
Rincian kebutuhan pendanaan berdasarkan prioritas dan kapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.27. Kerangka Pendaaan Kapasitas Riil kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Temanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Secara umum pasar adalah sebuah tempat bertemunya pihak penjual dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara umum pasar adalah sebuah tempat bertemunya pihak penjual dan pihak pembeli untuk melaksanakan transaksi dimana proses jual beli terbentuk. Pasar menurut
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dianggap dapat membantu pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Pasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya pasar modal yang semakin pesat belakangan ini dianggap dapat membantu pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemilik modal (investor) yang akan menginvestasikan dananya di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilik modal (investor) yang akan menginvestasikan dananya di Indonesia mempunyai beberapa pilihan bentuk investasi antara lain tabungan, deposito, reksadana, surat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor kunci kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itulah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor kunci kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itulah faktor ini harus mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak. Upaya peningkatan
Lebih terperinciPenerapan Biaya Diferensial Dalam Rencana Membeli Atau Menyewa Alat Bulldozer Pada CV. Niagara Di Bekasi
Penerapan Biaya Diferensial Dalam Rencana Membeli Atau Menyewa Alat Bulldozer Pada CV. Niagara Di Bekasi Nama :Ervina Kusnata Npm : 22213965 Pembimbing : Dr. Sigit Sukmono,S.E.,M.M. Latar Belakang Peralatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Kabar Indonesia pada tanggal 13 Januari 2008, di era globalisasi, pasar modal
Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kabar Indonesia pada tanggal 13 Januari 2008, di era globalisasi, pasar modal atau bursa merupakan pendanaan yang cukup penting. Pasar modal
Lebih terperinciSTUDI KELAYAKAN BISNIS PADA TOKO ALAM BAHAGIA FURNITURE
STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA TOKO ALAM BAHAGIA FURNITURE Nama : Ahmad Rifai NPM : 10213458 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Pembimbing : Christera Kuswahyu Indira SE., MM. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB V PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran... 75
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN... ii SURAT KETERANGAN PERBAIKAN/REVISI LAPORAN TUGAS AKHIR iii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR... iv ABSTRAK... v UCAPAN TERIMAKASIH... vi DAFTAR ISI...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia terdapat sekitar 57,9 juta pelaku UMKM dan diperkirakan akan semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan pelaku usaha industri UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Indonesia termasuk paling banyak di antara negara lainnya. Saat ini populasi penduduk dengan usia
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Proyek Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Perancangan ruang publik di kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan meliputi luasan sebesar 34.240,73 m 2. Koefisien dasar bangunan (KDB) yang diterapkan
Lebih terperinciAnalisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang
Analisis Kelayakan Proyek Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang Kebijakan Publik Perlukah membangun rumah sakit baru? Membangun bandara atau menambah
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia saat ini terus mengalami peningkatan dalam hal Dana
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan Indonesia saat ini terus mengalami peningkatan dalam hal Dana Pihak Ketiga (DPK). Salah satu indikatornya adalah pertumbuhan dana kelolaan yang berasal
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Kinerja keuangan daerah khususnya APBA sedikit membaik dibandingkan tahun lalu. Hal ini tercermin dari adanya peningkatan persentase realisasi anggaran. Hingga November 2012,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Sangkuriang Jaya yang terletak di Desa Babakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor berkeinginan untuk melakukan pengembangan usaha untuk meraup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikarenakan emas semakin lama disimpan harganya semakin tinggi. Perlahan tapi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Menabung tentu merupakan budaya masyarakat kita, namun menabung emas tampaknya hanya sebagian kecil saja orang yang melakukannya. Padahal menabung emas adalah
Lebih terperinciBAB I BAB I PENDAHULUAN
BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini perkembangan pemanfaatan teknologi internet untuk melakukan transaksi bisnis di Indonesia telah maju dengan pesat, dimana trend ini terlihat dengan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional
Lebih terperinciSTUDI KELAYAKAN USAHA TOKO MEGA ELEKTRONIK JLN DUKUH ZAMRUD BEKASI TIMUR
STUDI KELAYAKAN USAHA TOKO MEGA ELEKTRONIK JLN DUKUH ZAMRUD BEKASI TIMUR Nama : Fera Hernawati NPM : 12212892 Jurusan : S1/MANAJEMEN Pembimbing : Dr Reni Diah Kusumawati., SE., MMSI BAB I PENDAHULUAN LATAR
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PERUMAHAN (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Perumahan Griya Tegal Sari Asri Sragen)
ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PERUMAHAN (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Perumahan Griya Tegal Sari Asri Sragen) TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk
Lebih terperinciBAB III Tahapan Pendampingan KTH
BAB III Tahapan Pendampingan KTH Teknik Pendampingan KTH 15 Pelaksanaan kegiatan pendampingan KTH sangat tergantung pada kondisi KTH, kebutuhan dan permasalahan riil yang dihadapi oleh KTH dalam melaksanakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu Negara dibutuhkan biaya atau dana yang tidak sedikit. Dana tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam meningkatkan percepatan pembangunan perekonomian suatu Negara dibutuhkan biaya atau dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari pinjaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. seringkali membuat adanya konflik kepentingan antara kedua belah pihak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemisahan antara kepemilikan perusahaan dan manajemen perusahaan seringkali membuat adanya konflik kepentingan antara kedua belah pihak. Konflik yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-undang Nomor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi daerah, sebagaimana halnya di bidang-bidang lainnya. Usaha untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah pusat telah menggariskan kebijaksanaan untuk mengembangkan dan meningkatkan peranan dan kemampuan pemerintah daerah di bidang keuangan dan ekonomi daerah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu bisnis yang dinilai prospektif saat ini. Karakteristik investasi dibidang perkebunan kelapa sawit teramat berbeda
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia sebagai makhluk hidup sangatlah beragam, untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia sebagai makhluk hidup sangatlah beragam, untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia bekerja untuk menghasilkan sejumlah uang sebagai pendapatan. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara. sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perbankan dari sekian jenis lembaga keuangan, merupakan sektor yang paling
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan dari sekian jenis lembaga keuangan, merupakan sektor yang paling besar pengaruhnya dalam aktifitas perekonomian masyarakat modern. Dimensi baru dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-undang No 20 tahun 2008, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Oleh karena itu,
Lebih terperinciAspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si
Aspek Keuangan Dosen: ROSWATY,SE.M.Si PENGERTIAN ASPEK KEUANGAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran yang
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN, KEDUDUKAN DAN RINCIAN TUGAS PADA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seorang manajer yang diberikan kepercayaan oleh para pemegang saham untuk mengelola dan menjalankan perusahaan merupakan inti dari keberhasilan suatu perusahaan. Manajer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lingkungan pasar yang tidak menentu dan tingkat persaingan antar bank yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Portofolio kredit pada suatu bank merupakan tolok ukur yang dapat digunakan oleh manajemen bank untuk mengetahui tingkat kesehatan bank tersebut. Lingkungan
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)
Lebih terperinciKata Kunci : Information Economics, Teknologi Informasi, Sistem Informasi Pemasaran, Domain Bisnis, Domain Teknologi. DAFTAR ISI
ABSTRAK Dalam menghadapi ekonomi yang global dewasa ini, perusahaan dituntut untuk dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam persaingan bisnis yang semakin tajam terutama dalam melakukan investasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan UMKM di Indonesia dilihat dari tahun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan UMKM di Indonesia dilihat dari tahun ketahun berkembang pesat, hal ini dikarenakan UMKM memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia.
Lebih terperinciV. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
92 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka beberapa kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut : a. Potensi- potensi daya tarik wisata
Lebih terperinci8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI
8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI Pengembangan agroindustri terintegrasi, seperti dikemukakan oleh Djamhari (2004) yakni ada keterkaitan usaha antara sektor hulu dan hilir secara sinergis dan produktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah pihak yang menjalankan dan mengendalikan jalannya perusahaan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dalam era ekonomi modern sekarang ini, khususnya pada perusahaan Go Public, terdapat pemisahan antara pihak manajemen dan pemilik. Manajemen adalah pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan keuangan daerah adalah seluruh kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah
Lebih terperinciKAJIAN PELUANG INVESTASI PABRIKASI KECAP DI KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN Oleh : Refius Pradipta S * BAB I PENDAHULUAN
KAJIAN PELUANG INVESTASI PABRIKASI KECAP DI KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2008 Oleh : Refius Pradipta S * Abstract The aim of this research is to analyze suitable natural phosphate manure production in Sawangan
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipicu oleh fenomena gagal bayar subprime mortgage bertransformasi menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis finansial tercatat banyak terjadi hingga tahun 2013. Krisis tersebut menimpa perusahaan, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kegagalan menjaga likuiditas
Lebih terperinci2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional.
BAB XVII DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 334 Susunan organisasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Obyek penelitian berupa proyek pembangunan apartemen Grand Taman
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Deskripsi Obyek Penelitian Obyek penelitian berupa proyek pembangunan apartemen Grand Taman Melati Margonda yang terletak di Jalan Margonda, Kota Depok. Proyek tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya lembaga keuangan merupakan sebuah perantara di mana
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya lembaga keuangan merupakan sebuah perantara di mana lembaga tersebut mempunyai fungsi dan peranan sebagai suatu lembaga yang menghimpun dana dari
Lebih terperinciBAB I. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah yang. mempunyai beragam budaya dan menjadi pusat kegiatan belajar. Kota
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah yang mempunyai beragam budaya dan menjadi pusat kegiatan belajar. Kota Yogyakarta dijuluki sebagai kota budaya sekaligus
Lebih terperinciJUDUL KAJIAN (PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN) BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN
JUDUL KAJIAN (PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN) BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2009-2016 No. Tahun Kegiatan 1. 2009 Pelaksanaan Evaluasi Kinerja bidang pendidikan - Kegiatan Jaringan Penelitian berbasis IT untuk
Lebih terperinciManajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM. LOGO
Manajemen Investasi Febriyanto, SE, MM. www.febriyanto79.wordpress.com LOGO 2 Manajemen Investasi Aspek Keuangan Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persaingan menekankan pada tuntutan untuk memberikan nilai (value) yang lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan perusahaan untuk tetap dapat beroperasi dalam jangka panjang, tentunya hanya dapat dicapai jika menghasilkan keuntungan yang memadai dari operasinya
Lebih terperinciSambutan Utama. Gubernur Agus D.W. Martowardojo. Pada Seminar Internasional IFSB. Meningkatkan Keuangan Inklusif melalui Keuangan Islam
Sambutan Utama Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Seminar Internasional IFSB Meningkatkan Keuangan Inklusif melalui Keuangan Islam Jakarta, 31 Maret 2015 Bismillahirrahmanirrahiim, Yang Terhormat: Tn.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi diartikan sebagai suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan yang dilakukan
Lebih terperinciBAB IV KERANGKA PEMIKIRAN
23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesulitan keuangan (financial distress) yang kemungkinan dapat menyebabkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan baik perusahaan manufaktur, perdagangan dan jasa pasti menginginkan kinerja yang baik diperusahaannya. Namun, perubahan globalisasi sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menerbitkan obligasi dengan tujuan untuk menghindari risiko yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu kebijakan perusahaan agar bisa mendapatkan dana tanpa harus berutang ke perbankan dan menerbitkan saham baru adalah menerbitkan obligasi. Perusahaan
Lebih terperinciPedoman Wawancara Penelitian Dengan Pemerintah
105 Pedoman Wawancara Penelitian Dengan Pemerintah 1. Apa latar belakang Pemkot Yogyakarta mengeluarkan kebijakan relokasi pedagang Pasar Ngasem? 2. Bagaimana proses pembahasan masalah keberadaan pedagang
Lebih terperinciAspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11
Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. non keuangan sangatlah penting. Informasi yang terkandung dalam laporan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam konteks bank syariah, penyampaian informasi keuangan dan non keuangan sangatlah penting. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan sangat penting
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dapat dilihat dari jumlah rumah sakit yang ada saat ini di Indonesia terus
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dunia kesehatan di Indonesia saat ini berkembang sangat pesat, hal ini dapat dilihat dari jumlah rumah sakit yang ada saat ini di Indonesia terus bertambah. Penambahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 25 tahun 1999
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manajemen pemerintah daerah di Indonesia memasuki era baru seiring dengan diberlakukannya desentralisasi fiskal. Kebijakan terkait yang tertuang dalam UU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan pasar modal yang pesat memiliki peran penting dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan pasar modal yang pesat memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Pada penelitian yang dilakukan (Sulystari, 2013),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam praktiknya tidak semua perusahaan memperoleh laba seperti yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laba merupakan tujuan utama berdirinya suatu badan usaha, baik badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), firma maupun perusahaan perseorangan (Kasmir, 2000).
Lebih terperinciNCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG
NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUMEDANG BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT
Lebih terperinci3. MENDORONG PENGEMBANGAN INDUSTRI BATIK JAMBI DENGAN PENINGKATAN AKSES PERMODALAN MELALUI PENYUSUNAN LENDING MODEL INDUSTRI DAN PEDAGANG BATIK JAMBI
Boks 3. MENDORONG PENGEMBANGAN INDUSTRI BATIK JAMBI DENGAN PENINGKATAN AKSES PERMODALAN MELALUI PENYUSUNAN LENDING MODEL INDUSTRI DAN PEDAGANG BATIK JAMBI Kebijakan pembangunan yang mengkombinasikan pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi pembangunan, juga sebagai upaya untuk memeratakan hasil-hasil. pembangunan yang telah dicapai. Di sektor-sektor penting dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian Indonesia, sektor usaha kecil memegang peranan yang sangat penting, terutama bila dikaitkan dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap
Lebih terperinciBAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. yang akan didirikan oleh PT. Pertama Adhi Karya atau ANTARTIKA MANAGEMENT ini adalah
BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1. Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria Optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha di pabrik baru yang akan didirikan oleh PT. Pertama Adhi Karya atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi membutuhkan modal dasar sebagai alat untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi membutuhkan modal dasar sebagai alat untuk menggerakkan perekonomian. Modal dasar pembangunan dapat berupa kekayaan alam, sumberdaya manusia, teknologi,
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR : 30 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN DANA PENGUATAN MODAL USAHA SUBAK ABIAN
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR : 30 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN DANA PENGUATAN MODAL USAHA SUBAK ABIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI Menimbang : a. bahwa subak abian merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, masyarakat perlu melakukan usaha untuk memenuhi. kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraannya. Tetapi tidak semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat perlu melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraannya. Tetapi tidak semua masyarakat terutama masyarakat lapisan
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. pandang. Sudut pandang pertama dilihat berdasarkan lingkungan eksternalnya
BAB I LATAR BELAKANG Latar belakang penelitian dalam perencanaan bisnis menggunakan dua sudut pandang. Sudut pandang pertama dilihat berdasarkan lingkungan eksternalnya yaitu terkait dengan regulasi pemerintah,
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY KEBIJAKAN PENDUKUNG KEBERLANJUTAN USAHA KECIL DAN MENENGAH (STUDI KASUS KABUPATEN BOGOR DAN KOTA MALANG)
EXECUTIVE SUMMARY KEBIJAKAN PENDUKUNG KEBERLANJUTAN USAHA KECIL DAN MENENGAH (STUDI KASUS KABUPATEN BOGOR DAN KOTA MALANG) Peneliti: SAHAT ADITUA FANDHITYA SILALAHI PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN SETJEN
Lebih terperinciWALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan
Lebih terperinciPADA USAHA JASA SERVIS KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA BENGKEL INDAH JAYA MOTOR ANALISIS STUDI KELAYAKAN BISNIS
PADA USAHA JASA SERVIS KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA BENGKEL INDAH JAYA MOTOR ANALISIS STUDI KELAYAKAN BISNIS Mayang Hadi Ratnawati ABSTRAKSI ANALISIS STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA JASA SERVIS KENDARAAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman kopi rakyat sebagian besar merupakan tanaman tua, tanaman semaian dari bibit tanaman lokal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama didirikannya perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Kesejahteraan dapat ditingkatkan melalui kinerja perusahaan (firm performance)
Lebih terperinciPENDAHULUAN. peternak, khususnya bagi yang berminat meningkatkan skala usahanya. Salah satu
I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pemberian kredit pada saat ini telah banyak dilakukan oleh berbagai lembaga keuangan yang ada di Indonesia. Jenis kredit yang diberikan pun sudah menyesuaikan dengan berbagai
Lebih terperinciIV METODOLOGI PENELITIAN
IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengertian bank menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 yaitu Bank adalah badan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga keuangan yang memiliki peranan penting dalam menunjang pertumbuhan perekonomian nasional. Hal ini sesuai dengan pengertian bank menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batam adalah salah satu kota industri di Indonesia. Pada dekade 1970-an sesuai dengan Keputusan Presiden nomor 41 tahun 1973, Pulau Batam ditetapkan sebagai lingkungan
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan Dan Saran
BAB V Kesimpulan Dan Saran 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis, maka dapat diperoleh kesimpulan antara lain: 1. Kebutuhan dana untuk investasi awal untuk proyek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menarik investor dari luar dalam hal pendanaan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan-perusahaan yang ingin mengembangkan usahanya membutuhkan dana yang besar. Kebutuhan inilah yang mendasari suatu perusahaan untuk menarik investor dari luar
Lebih terperinciPendapatan dan Belanja Daerah (Nasional)
POTRET APBD TA 2013 Secara umum struktur APBD terdiri dari Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayan Daerah. Pendapatan Daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain
Lebih terperinciOPTIMASI DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERUMAHAN PURI KARANG MULYO RESIDENCE DENGAN MENGGUNAKAN METODE SYMPLEKS DAN QM FOR WINDOWS VERSI 2.
OPTIMASI DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERUMAHAN PURI KARANG MULYO RESIDENCE DENGAN MENGGUNAKAN METODE SYMPLEKS DAN QM FOR WINDOWS VERSI 2.0 (1) (1) Program Studi Teknik Sipil S2, Program Pascasarjana, Institut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha di Indonesia tidak terlepas dari peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha di Indonesia tidak terlepas dari peranan Pemerintah yang memberikan kesempatan terutama pada perusahaan-perusahaan untuk dapat mengembangkan
Lebih terperinciBAB V RENCANA AKSI. bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini
BAB V RENCANA AKSI Bab ini menjelaskan rencana aksi atau realisasi dari perancangan model bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini meliputi rencana kegiatan dan waktu pelaksanaan,
Lebih terperinciTAUFIQ GUNAWANSYAH, S.IP. WAKIL BUPATI KABUPATEN SUMEDANG. DR. H. DON MURDONO, SH., M.Si. BUPATI KABUPATEN SUMEDANG
VISI - MISI JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG (Perda No. 13 Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2009-2013) DR. H. DON MURDONO, SH., M.Si. BUPATI KABUPATEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman atau usaha restoran merupakan suatu industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri makanan dan minuman atau usaha restoran merupakan suatu industri yang selalu tumbuh dan tidak pernah mati, usaha sepanjang masa karena setiap orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi berkembang dengan pesat. Dunia bisnis pun terpengaruh dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada abad ini seperti yang kita ketahui dunia ekonomi dan teknologi berkembang dengan pesat. Dunia bisnis pun terpengaruh dengan adanya perkembangan teknologi itu
Lebih terperinci