BAB V. SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI. diasumsikan sebagai faktor kritis dalam proses implementasi teknologi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V. SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI. diasumsikan sebagai faktor kritis dalam proses implementasi teknologi"

Transkripsi

1 BAB V. SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI 5.1. Simpulan Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa faktor-faktor yang diasumsikan sebagai faktor kritis dalam proses implementasi teknologi berpengaruh signifikan terhadap niat penerimaan teknologi SIMKeu. Kelima faktor tersebut adalah: 1) sikap, 2) kontrol teknologi persepsian, 3) kegunaan persepsian, 4) kemudahan penggunaan persepsian, dan 5) kompatibilitas. Faktorfaktor kritis tersebut merepresentasikan tiga konteks yang diwakilinya, yaitu individu, teknologi, dan implemantasi. Ketiga konteks tersebut adalah faktorfaktor kritis yang perlu diperhatikan, dimonitor, dan dievaluasi secara rutin oleh Universitas maupun para pimpinan pusat. Peningkatan pengelolaan terhadap ketiga konteks tersebut dapat meningkatkan tingkat penerimaan teknologi SIMKeu. Semakin tinggi niat untuk menerima teknologi akan berpengaruh terhadap peningkatan penggunaan teknologi yang tentu diharapkan tidak lagi hanya sekedar tuntutan kerja, melainkan menjadi bagian dari kebutuhan dalam mengelola keuangan. Dengan semakin meningkatnya niat penerimaan terhadap SIMKeu ini maka integrasi manajemen keuangan yang akuntabel, transparan dan selalu real time dapat semakin cepat terwujud. Mengingat hingga saat ini masih ada unit kerja yang belum menggunakan maupun sudah menggunakan tetapi belum mengikuti kaidah yang semestinya. 80

2 Sikap pengguna, persepsi penguasaan, persepsi kemudahan penggunaan, persepsi kegunaan atas teknologi SIMKeu dan kompatibilitasnya adalah faktorfaktor kritis yang cukup signifikan berpengaruh langsung maupun tidak langsung pada niat pengguna menerima teknologi SIMKeu. Proses integrasi suatu sistem membutuhkan tidak hanya biaya yang tinggi tetapi juga komitmen dan konsistensi dari seluruh pihak yang terlibat terlebih Universitas sebagai penentu kebijakan. Implementasi teknologi SIMKeu sudah tidak hanya fokus pada bagaimana teknologi tersebut didesain sedemikian hingga agar mampu mengakomodir seluruh kegiatan manajemen keuangan. Proses implementasi juga ditentukan oleh aspek psikologis para pengguna, karena bagaimanapun teknologi hanyalah sebagai alat, sedangkan pengguna tetap yang berperan besar dalam kesuksesan implementasi. Komitmen, koordinasi, dan komunikasi menjadi kebutuhan yang harus selalu dimiliki untuk mencapai kesuksesan integrasi teknologi SIMKeu di UGM Keterbatasan Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan penelitianpenelitian dengan topik yang sama yang digunakan. Penelitian utama yang digunakan hanya fokus pada penelitian Chau dan Hu (2002). Sedangkan penelitian-penelitian sebelumnya tentang konfirmasi model penelitian Chau dan Hu (2002) pada proses implementasi teknologi sistem informasi manajemen keuangan di universitas atau lembaga negara belum maksimal ditemukan oleh peneliti. Instrumen penelitian yang digunakan masih sebagian besar mengadopsi 81

3 penelitian sebelumnya. Penambahan indikator sangat terbatas, dan hanya melakukan penyesuaian pada penggunaan istilah teknologi yang membedakan. Jumlah sampel dalam penelitian ini juga menjadi salah satu keterbatasan. Jumlah reponden yang akhirnya mengumpulkan kuesionernya adalah 151 responden dari target 200 responden dan dari 240 kuesioner yang disebarkan. Sehingga meskipun untuk melakukan analisis menggunakan SEM jumlah sampel masih memadai, ukuran sampel seharusnya dimaksimalkan lagi. Keterbatasan lain adalah tentang penggunaan metoda penelitian. Dalam penelitian ini meskipun peneliti mengikuti metoda pada penelitian Chau dan Hu (2002), tetapi dalam mengolah data menggunakan modifikasi dalam menentukan beberapa hasil analisisnya. Oleh karena itu, masih mungkin dan perlu dilakukan tinjauan kembali karena kemungkinan terjadi perbedaan intepretasi data. Meskipun model penelitian Chau dan Hu (2002) pada penelitian ini terbukti seluruh jalur atau hipotesis signifikan secara statistik maupun pengaruh Implikasi Hasil penelitian ini diharap dapat memberikan kontribusi bagi kelancaran implementasi teknologi SIMKeu di unit-unit kerja di UGM di tengah kebijakan pusat yang terus berubah-ubah. Ketiga aspek yang dijadikan konteks dalam penelitian ini merupakan faktor kritis yang seharusnya menjadi perhatian Universitas maupun Fakultas/Program Studi. Tidak hanya aspek teknologi yang harus diperhatikan, namun aspek proses implementasi dan individu sebagai 82

4 pengguna harus dipandang sebagai satu sinergi sehingga penerimaan teknologi SIMKeu meningkat dan integrasi dapat segera diwujudkan. Tujuan integrasi SIMKeu dapat terwujud salah satunya dengan mempertimbangkan perancangan teknologi yang tepat guna, yang sesuai dengan kebutuhan manajemen keuangan, dan yang terpenting adalah mudah digunakan. Untuk memenuhi kriteria tersebut maka universitas harus memastikan tercukupinya sumber daya-sumberdaya yang menjamin performa teknologi, salah satunya koneksi internet yang bagus sehingga dapat dioperasikan kapan saja dan dimana saja. Disamping masalah koneksi, bimbingan teknis dan forum untuk konsultasi bagi para pengguna teknologi SIMKeu perlu dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Sehingga kebingungan-kebingungan atau masalahmasalah teknis pengoperasian teknologi dapat dengan cepat ditangani. Hotline di Direktorat Keuangan untuk bimbingan teknis atau pendampingan difungsikan dan dijamin reliabilitasnya. Masa transisi merupakan bagian dari proses implementasi teknologi SIMKeu di unit-unit kerja di UGM. Teknologi yang diimplementasikan ini merupakan hasil desain yang telah disesuaikan dengan kebutuhan manajemen keuangan terkini. Salah satunya mengakomodir kebutuhan teknologi informasi manajemen keuangan di UGM yang sesuai dengan kebijakan BLU. Tingkat kerumitan manajemen keuangan saat ini dengan skema BLU menjadi tantangan tersendiri bagi UGM. Oleh karena itu kompatibilitas teknologi SIMKeu menjadi konsekuensi sarat mutlak bagi tingkat kegunaan teknologi dalam mengakomodir setiap kebutuhan atau aktivitas dalam manajemen keuangan di UGM. Peningkatan 83

5 kompatibilitas teknologi dapat meningkatkan kegunaan teknologi. Yang dapat dilakukan antara lain penyeragaman akun-akun kegiatan (COA) yang dapat mengakomodir sistem pencatatan dan pelaporan berdasarkan SAK maupun SAP, sesuai dengan skema BLU. UGM memiliki hak untuk menentukan standar biaya universitas yang kemudian menjadi input akun kegiatan dalam teknologi SIMKeu dengan pagu yang ditetapkan oleh Universitas. Dengan penyeragaman akun kegiatan atau disediakannya opsi-opsi kegiatan yang memang belum secara rinci tercantum dalam SBU akan memudahkan pengguna sekaligus meningkatkan kegunaan teknologi dalam melancarkan proses-proses keuangan. Masalah ini yang selama ini menjadi salah satu gangguan dalam pelaksanaan kegiatan. Kegiatan tidak dapat dilaksanakan hanya karena tidak ada pos kegiatan dalam SIMKeu. Hal ini juga berhubungan dengan tingkat serapan anggaran di unit-unit kerja karena dibatasinya pagu kegiatan yang diatur dalam SBU. Implikasi penelitian dalam konteks individu sebagai pengguna teknologi SIMKeu adalah bahwa teknologi SIMKeu sejauh ini telah memberikan kegunaan. Nilai guna ini yang membantu penguatan sikap pengguna terhadap teknologi SIMKeu. Salah satunya adalah keuntungan yang diperoleh oleh para pengguna baik dari segi waktu, kepraktisan, maupun penyeragaman format keuangan antar unit kerja di UGM. Meskipun belum secara menyeluruh teknologi SIMKeu terintegrasi di unit-unit kerja, tata kelola keuangan di UGM sudah jauh lebih rapi. Namun, dengan masih sering ditemuinya masalah teknis maupun substansi pada SIMKeu menimbulkan gangguan dalam proses penguatan sikap. Oleh karena itu dalam proses implementasi SIMKeu harus memiliki tahapan yang jelas dan 84

6 terstruktur. Informasi juga harus dikemas secara menyeluruh dengan alur penyampaian yang jelas. Pertemuan-pertemuan yang sering diselenggarakan yang berhubungan dengan monitoring dan evaluasi manajemen keuangan tidak hanya mengundang para pemangku jabatan tertinggi (verifikator) tetapi akan lebih efektif jika melibatkan staf validator maupun operator. Upaya ini dapat dilakukan untuk efektivitas waktu dan penyampaian informasi, sehingga bahasa kebijakan langsung dapat diterjemahkan ke dalam bahasa teknis. Kemudahan pengoperasian teknologi juga telah memberikan persepsi yang kuat bagi para pengguna SIMKeu di unit-unit kerja bahwa teknologi tersebut didesain untuk dapat dengan mudah dikuasai dan dikendalikan oleh pengguna. Peran universitas dan pimpinan unit kerja dalam hal ini adalah memberikan komitmen penuh agar penguasaan dan kontrol teknologi tersebut terus meningkat. Penyediaan bimbingan teknis atau pelatihan operasi teknologi SIMKeu menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan. Tidak seluruh staf yang mempunyai jabatan pada pengguna SIMKeu adalah staf bagian keuangan. Kondisi ini yang dapat mempengaruhi tingkat penguasaan teknologi, sehingga pendampingan dan pelatihan dapat menjadi media yang tepat. Yang tidak kalah penting adalah masalah pendelegasian tugas dan tanggung jawab pengguna SIMKeu harus menjadi perhatian baik Universitas maupun pimpinan unit kerja. Karena dari beberapa temuan di lapangan, tidak sedikit para pengguna SIMKeu tidak memenuhi standar kompetensi yang ditentukan dalam aturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada masingmasing jabatannya. 85

7 Implikasi lain adalah hasil penelitian dapat memberikan referensi baru dalam bidang keilmuan. Meskipun hasil penelitian ini masih memiliki keterbatasan dan sangat khusus cakupan kajiannya, tetapi diharapkan dapat menyuguhkan warna baru penelitian dengan topik yang sejenis atau spesifik tentang proses implementasi sistem informasi manajemen keuangan di perguruan tinggi. Teknologi SIMKeu ini bukanlah suatu pilihan yang dapat diterima atau ditolak oleh pengguna di unit-unit kerja di UGM, melainkan suatu kewajiban atau mandatori. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki karakter yang berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan landasan teori yang sama. Penelitian-penelitian sebelumnya digunakan untuk menganalisis penerimaan terhadap suatu teknologi, dalam penelitian ini teori tersebut digunakan untuk menilai tingkat penerimaan teknologi. Hasil penelitian terhadap tingkat penerimaan teknologi SIMKeu ini kemudian digunakan untuk menganalisis pengaruh masing-masing faktor-faktor kritis dalam proses implementasi teknologi terhadap niat pengguna dalam mengoperasikan teknologi SIMKeu di unit-unit kerja di UGM. Jika penelitian Chau dan Hu (2002) dilakukan untuk eksplorasi teori penerimaan teknologi dan pengujian model, maka hasil penelitian ini digunakan untuk mengkonfirmasi model penelitian Chau dan Hu (2002) dengan menggunakannya sebagai alat untuk melakukan analisis. Pendekatan yang berbeda terhadap penerimaan teknologi dilakukan dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan di budaya kerja yang berbeda dan dilakukan di instansi pemerintah atau formal. Tuntutan kepatuhan terhadap kebijakan sangat tinggi, sehingga penelitian ini berupaya untuk membuat terobosan studi menganalisis tingkat penerimaan 86

8 teknologi yang merupakan sebuah mandatori bukan sebuah pilihan. Berbeda dengan penelitian Chau dan Hu dengan obyek penelitian tenaga medis yang notabene memiliki kebebasan dalam menerima ataupun menolak teknologi telemedice. Model penelitian Chau dan Hu (2002) berhasil menjelaskan pengaruh dari masing-masing faktor-faktor kritis terhadap niat penerimaan SIMKeu di unitunit kerja di UGM menggunakan tiga konteks yaitu implementasi, teknologi dan individu. Namun demikian penelitian ini masih memiliki banyak keterbatasan, baik keterbatasan dari sisi materi atau referensi dan pengintepretasian hasil analisis. Oleh karena itu penelitian selanjutnya masih sangat perlu dilakukan untuk mengukur kesesuaian model penelitian dan juga validitas kerangka pikir penelitian. Perlu dikembangkan penyesuaian-penyesuaian terhadap variabel penelitian dan penyusunan variabel-variabel baru dengan indikator yang memiliki kekuatan aplikatif atau generalisasi untuk kasus-kasus di tempat penelitian yang lain. 87

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia, dan Universitas Airlangga (PP RI No. 74 Tahun 2012).

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia, dan Universitas Airlangga (PP RI No. 74 Tahun 2012). BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan keuangan semakin ketat di lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM) sejak ditetapkannya Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metoda campuran ( mixed method), yaitu

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metoda campuran ( mixed method), yaitu BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN 5.1. Kesimpulan Penelitian ini menggunakan metoda campuran ( mixed method), yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Desain penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Pendidikan menetapkan Universitas Gadjah Mada sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Pendidikan menetapkan Universitas Gadjah Mada sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan menetapkan Universitas Gadjah Mada sebagai perguruan tinggi dengan

Lebih terperinci

c. Pembangunan sistem Berdasarkan analisa sistem yang telah dilakukan, dibuat rancangan/desain sistem yang selanjutnya diterjemahkan kedalam bentuk

c. Pembangunan sistem Berdasarkan analisa sistem yang telah dilakukan, dibuat rancangan/desain sistem yang selanjutnya diterjemahkan kedalam bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, tujuan sistem perencanaan pembangunan adalah untuk mendukung koordinasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN. mengeksplorasi faktor-faktor consequence (akibat) dari diterapkannya salah satu

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN. mengeksplorasi faktor-faktor consequence (akibat) dari diterapkannya salah satu BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Penelitian ini mencoba melakukan pengujian secara simultan atas aspek power sebagai faktor antecedent (pemicu) penerapan suatu sistem

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paska reformasi, Indonesia mengalami banyak perubahan pada seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Paska reformasi, Indonesia mengalami banyak perubahan pada seluruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paska reformasi, Indonesia mengalami banyak perubahan pada seluruh aspek kehidupan. Perubahan tersebut memberikan dampak yang cukup besar terhadap penyediaan jasa

Lebih terperinci

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. dilengkapi dengan hasil wawancara, implikasi, keterbatasan, dan saran-saran

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. dilengkapi dengan hasil wawancara, implikasi, keterbatasan, dan saran-saran BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian ini akan menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilengkapi dengan hasil wawancara, implikasi, keterbatasan, dan saran-saran penelitian terhadap pengembangan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indo

2017, No Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indo No.1611, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENLU. Manajemen Risiko. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari masing-masing unit kerjanya. Sistem tersebut antara lain Internal Electronic

BAB I PENDAHULUAN. dari masing-masing unit kerjanya. Sistem tersebut antara lain Internal Electronic BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Gadjah Mada (UGM) memiliki beberapa sistem yang menunjang kinerja dari masing-masing unit kerjanya. Sistem tersebut antara lain Internal Electronic Mailing

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 130 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan berisi penjelasan mengenai ringkasan kesimpulan, kondisi penelitian yang didapatkan selama proses penelitian dan pembahasan serta rekomendasi untuk perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diwujudkan dalam bentuk penerapan prinsip good governance. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang diwujudkan dalam bentuk penerapan prinsip good governance. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan aspek

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN 170 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab 4, terdapat beberapa simpulan sebagai berikut :

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.938, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Evaluasi Kinerja. RKA-K/L. Pengukuran. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 249/PMK.02/2011 TENTANG PENGUKURAN DAN EVALUASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance based

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance based BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi Pengelolaan Keuangan Negara Indonesia yang diawali dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, telah membawa dampak

Lebih terperinci

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. saran-saran penelitian terhadap pengembangan teori dan aplikasi.

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. saran-saran penelitian terhadap pengembangan teori dan aplikasi. BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian ini akan menguraikan kesimpulan, implikasi, keterbatasan, dan saran-saran penelitian terhadap pengembangan teori dan aplikasi. 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR / PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR / PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR / PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PRESS RELEASE. (Hari Kamis tanggal 08 Desember 2014)

PRESS RELEASE. (Hari Kamis tanggal 08 Desember 2014) PRESS RELEASE ACARA PENYERAHAN SERTIFIKAT SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008, PERESMIAN DATA CENTER DAN LAUNCHING SISTEM RKPD ONLINE, SIPPE (SISTEM INFORMASI PEMANTAUAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI), SIMANJA

Lebih terperinci

LAPORAN MENTERI KEUANGAN ACARA PENYERAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) TAHUN ANGGARAN 2011

LAPORAN MENTERI KEUANGAN ACARA PENYERAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) TAHUN ANGGARAN 2011 LAPORAN MENTERI KEUANGAN ACARA PENYERAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) TAHUN ANGGARAN 2011 Jakarta, 28 Desember 2010 1 Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera untuk kita

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA S A L I N A N BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan sebagaimana peneliti menjawab pertanyaan dalam permasalahan penelitian seperti diuraikan pada bab pertama, yakni bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI 6.1 Gambaran Umum Struktur Monev Sanitasi Tujuan utama strategi Monev ini adalah menetapkan kerangka kerja untuk mengukur dan memperbaharui kondisi dasar sanitasi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori penetapan tujuan atau goal-setting theory awalnya dikemukakan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori penetapan tujuan atau goal-setting theory awalnya dikemukakan oleh 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Goal-SettingTheory Teori penetapan tujuan atau goal-setting theory awalnya dikemukakan oleh Locke (1968), yang menunjukkan adanya keterkaitan antara tujuan dan kinerja seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, serta

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi ini adalah bagaimana menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kualitas, kapabilitas dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42/Permentan/SM.200/8/2016 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA SEKTOR PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN N RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

METODOLOGI MANAJEMEN PROYEK

METODOLOGI MANAJEMEN PROYEK Pertemuan ke-3 METODOLOGI MANAJEMEN PROYEK Project Planning (Fase Definisi) Tujuan Fase Definisi Tujuan fase definisi adalah memahami dengan baik masalah-masalah yang dihadapi oleh user dalam memperkirakan

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tengang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negar

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tengang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negar KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. /MEN/SJ/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS MONITORING DAN EVALUASI TERPADU PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Kebijakan Manajemen Risiko

Kebijakan Manajemen Risiko Kebijakan Manajemen Risiko PT Indo Tambangraya Megah, Tbk. (ITM), berkomitmen untuk membangun sistem dan proses manajemen risiko perusahaan secara menyeluruh untuk memastikan tujuan strategis dan tanggung

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. - Informasi dan komunikasi dikategorikan Baik. Secara keseluruhan penerapan kelima unsur SPI dalam pengelolaan keuangan daerah

BAB V PENUTUP. - Informasi dan komunikasi dikategorikan Baik. Secara keseluruhan penerapan kelima unsur SPI dalam pengelolaan keuangan daerah BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya serta hasil pengujian terhadap jawaban responden, diperoleh kesimpulan terhadap evaluasi penerapan SPI pada Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 63 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi merupakan panduan, cara dan urutan pengerjaan yang akan digunakan dalam penelitian tesis ini. Selain itu juga, metodologi menentukan output yang diharapkan dari

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 30 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN

Lebih terperinci

B A B 1 P E N D A H U L U A N

B A B 1 P E N D A H U L U A N B A B 1 P E N D A H U L U A N 1.1 Pengantar Pengelolaan negara yang mengarah kepada penerapan konsep New Public Management (NPM) mengiringi proses reformasi sektor publik di Indonesia. Salah satu hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dielakkan lagi. Dengan semakin tinggi tuntutan tersebut berdampak terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dielakkan lagi. Dengan semakin tinggi tuntutan tersebut berdampak terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan masyarakat kepada pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah baik pusat maupun daerah tidak dapat dielakkan lagi. Dengan

Lebih terperinci

Updating Aplikasi SIPPDA (Lanjutan) DAFTAR ISI

Updating Aplikasi SIPPDA (Lanjutan) DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 BAB II MENU ADMIN DAN CARA PENGGUNAANNYA... 3 A. Persyaratan Penggunaan Aplikasi... 3 1. Kebutuhan Sistem... 3 2. Hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan pendahuluan penelitian. Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2011 NOMOR : 16 TAHUN 2011 TENTANG : PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

SKRIPSI. Diajukan sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. MOTIVASI DAN PELIMPAHAN WEWENANG SEBAGAI VARIABEL MODERATING DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DENGAN KINERJA MANAJERIAL (Studi Kasus Pada Perusahaan Manfaktur Di Kota tegal ) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk. menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk. menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan pemerintah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan tentang posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis, pengujian, dan pembahasan sebelumnya, maka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis, pengujian, dan pembahasan sebelumnya, maka BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, pengujian, dan pembahasan sebelumnya, maka dapat diperoleh kesimpulan dari hasil penelitian sebagai berikut: a. Variabel kualitas sistem

Lebih terperinci

2013, No BAB I PENDAHULUAN

2013, No BAB I PENDAHULUAN 2013, No.233 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN ARSIP ELEKTRONIK BAB I PENDAHULUAN A. Umum Kemajuan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING MODEL STIMULUS TERHADAP KEYAKINAN INDIVIDU DALAM ADOPSI TEKNOLOGI PERBANKAN BERBASIS SELF-SERVICE TECHNOLOGIES: KASUS E-BANKING DI SOLO Oleh: Edy Purwo Saputro, SE, MSi

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Pada saat ini Pemrintah Daerah diberikan kewenangan untuk menyusun sendiri

1.1 Latar Belakang Pada saat ini Pemrintah Daerah diberikan kewenangan untuk menyusun sendiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini Pemrintah Daerah diberikan kewenangan untuk menyusun sendiri rencana pembangunan yang akan dilaksanakan, rencana tersebut biasanya dituangkan dalam Peraturan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar No.924, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN

Lebih terperinci

Inovasi Jogjaplan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Inovasi Jogjaplan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Inovasi Jogjaplan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Penggagas/Inovator Nama Editor : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi DIY : A.A. Sri Astiti Permasalahan dalam Penyusunan Dokumen

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan inovasi,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan inovasi, BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Dalam industri yang berbasis teknologi, inovasi sangat diperlukan untuk meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan inovasi, pengelolaan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Lebih terperinci

2016, No Nomor 826, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (

2016, No Nomor 826, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara ( No.879, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKN. RIA. Penggunaan.Metode. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENGGUNAAN METODE REGULATORY IMPACT ASSESSMENT (RIA) DALAM

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUN ANGGARAN 2013

RENCANA KERJA TAHUN ANGGARAN 2013 RENCANA KERJA TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA JL. RAYA SOREANG KM. 17 SOREANG TELP. (022) 5897432 2012 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB V PELAKSANAAN, MONITORING, DAN EVALUASI SOP

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB V PELAKSANAAN, MONITORING, DAN EVALUASI SOP BAB V PELAKSANAAN, MONITORING, DAN EVALUASI SOP A. Pelaksanaan SOP Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan SOP adalah sebagai berikut. 1. Perencanaan Pelaksanaan SOP

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Tujuan Laporan Manajemen

Tujuan Laporan Manajemen Latar Belakang Dalam rangka peningkatan kualitas laporan keuangan, pimpinan Departemen Pendidikan Nasional membutuhkan sarana yang efektif, efisien, akurat dan mampu memberikan kemudahan dalam menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, yang dilakukan oleh pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, pada bab ini akan dijelaskan mengenai simpulan, keterbatasan dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem informasi digunakan untuk mempresentasikan informasi untuk pengelolaan pengambilan keputusan dan menjalankan aktivitas-aktivitas yang terkait dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan di Indonesia sejak ditetapkannya Undang-undang Nomor 17 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan di Indonesia sejak ditetapkannya Undang-undang Nomor 17 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerapan anggaran berbasis kinerja pemerintah daerah mulai dilaksanakan di Indonesia sejak ditetapkannya Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah yang BAB 1 PENDAHULUAN Bab pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah yang diteliti dan dikerucutkan dalam bentuk rumusan permasalahan. Kemudian dilanjutkan dengan uraian pertanyaan, tujuan, dan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN, PENGANGGARAN, DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 15 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 504 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Pada bab ini akan dipaparkan kesimpulan, keterbatasan, saran, serta implikasi sebagai bagian akhir dari penelitian. Kesimpulan didasarkan pada hasil análisis data yang telah dilakukan dan

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA 2018 BAB I PENDAHULUAN

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA 2018 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana Kerja (Renja) Organisasi Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan Organisasi Perangkat Daerah untuk periode satu tahun. Hal tersebut ditetapkan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Informasi merupakan sumberdaya organisasi yang sangat penting untuk dikelola, meliputi data dan informasi, perangkat keras, perangkat lunak, dan tenaga. Operasional

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DIREKTORAT BINA SERTIFIKASI PROFESI TAHUN 2009 DAN 2010

RENCANA KERJA DIREKTORAT BINA SERTIFIKASI PROFESI TAHUN 2009 DAN 2010 RENCANA KERJA DIREKTORAT BINA SERTIFIKASI PROFESI TAHUN 2009 DAN 2010 Tugas (Sesuai Peraturan Kepala LKPP No Per. 01/Kep. LKPP/06/2008) Penyusunan strategi, kebijakan, pedoman, standar, dan manual di bidang

Lebih terperinci

UNTUK KEMENTERIAN/LEMBAGA

UNTUK KEMENTERIAN/LEMBAGA KUESIONER EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PP NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN UNTUK KEMENTERIAN/LEMBAGA Biro Hukum Kementerian PPN/BAPPENAS Jakarta,

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA,

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA, PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 60 Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden

2017, No Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden No.1675, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Manajemen Risiko. PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN KERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR AUDIT DAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGI APARAT PENGAWAS INTERN

Lebih terperinci

Bab VII : Monitoring dan Evaluasi Sanitasi Kota Bogor

Bab VII : Monitoring dan Evaluasi Sanitasi Kota Bogor Bab VII : Monitoring dan Evaluasi Sanitasi Kota Bogor 7.1. Gambaran Umum Struktur Monitoring dan Evaluasi Sanitasi Tujuan utama strategi monitoring dan evaluasi (monev) ini adalah menetapkan kerangka kerja

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 64 4. METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Desain penelitian atau rancang bangun penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat memperoleh

Lebih terperinci

Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun Latar Belakang

Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Daerah, yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Lebih terperinci

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2 ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors 1 N/A Perencanaan Visi, Misi, Nilai 2 1.d.2 Daftar pemegang kepentingan, deskripsi organisasi induk, situasi industri tenaga kerja, dokumen hasil evaluasi visi

Lebih terperinci

RENCANA KERJA 2017 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA 2017 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana Kerja (Renja) Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan PD untuk periode satu tahun. Hal tersebut ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN. dijelaskan keterbatasan dan implikasi dari hasil penelitian ini

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN. dijelaskan keterbatasan dan implikasi dari hasil penelitian ini BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir ini disajikan kesimpulan dari hasil analisa data terhadap perumusan masalah yang diuraikan pada bab sebelumnya. Pada bab ini juga akan dijelaskan keterbatasan

Lebih terperinci

EVALUASI MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI MENGGUNAKAN INDEKS KEAMANAN INFORMASI (KAMI) PADA KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN NEGARA JAWA TIMUR

EVALUASI MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI MENGGUNAKAN INDEKS KEAMANAN INFORMASI (KAMI) PADA KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN NEGARA JAWA TIMUR EVALUASI MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI MENGGUNAKAN INDEKS KEAMANAN INFORMASI (KAMI) PADA KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN NEGARA JAWA TIMUR EVALUASI MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI MENGGUNAKAN INDEKS KEAMANAN

Lebih terperinci