Perbedaan Indeks Entomologi... (Fardhiasih Dwi Astuti dan Amalia Susanti)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perbedaan Indeks Entomologi... (Fardhiasih Dwi Astuti dan Amalia Susanti)"

Transkripsi

1 Perbedaan Indeks Entomologi... (Fardhiasih Dwi Astuti dan Amalia Susanti) Perbedaan Indeks Entomologi Pemantauan Jumantik Dewasa dan Jumantik Anak di Dusun Mejing Kidul, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta The Entomological Index Difference Between Adult and Child Jumantik in Mejing Kidul Sub-Village, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta Fardhiasih Dwi Astuti* dan Amalia Susanti Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Jl. Prof Dr. Soepomo, Janturan Warungboto, Yogyakarta 55164, Indonesia INFO ARTIKEL A B S T R A C T / A B S T R A K Article History: Received: 5 April 2017 Revised: 27 April 2017 Accepted: 29 Mei 2017 Keywords: dengue, larva monitoring by children, entomology index Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is still the main problem in Indonesia. A continuous mosquito breeding places control can reduce vector density. The monitoring of mosquito breeding places control has been done by larvae surveyor (jumantik) in community. In Mejing Kidul, larvae monitoring program has been done by children since This study aimed to compare the entomology index monitored by children and adult in Mejing Kidul, Ambarketawang, Gamping, Sleman. This research was an observational analytic research with a cross-sectional design. The population of this study was the people in Mejing Kidul, Ambarketawang, Gamping, Sleman. Samples were taken using total sampling technique from secondary data. Data were analysed using independent T-test and linear regression. The House Index (HI), Container Index (CI), Breteau Index (BI) and Larva Free Index (ABJ) monitored by adult jumantik were 14.99%, 6.92%, 19.01, and 85.01% respectively. Whereas House Index (HI), Container Index (CI), Breteau Index (BI) and Larva Free Index (ABJ) monitored by children jumantik were 21.35%, 11.39%, 27.89, and 78.65% respectively. T-test analysis showed that the p-value of HI, CI, BI, and ABJ were 0.009, 0.028, 0.038, and respectively. This indicates that there is a difference in entomology index monitored by children and adult. There was a difference in average of HI, CI, BI, and ABJ monitored by adult and children. Kata kunci: dengue, jumantik anak, indeks entomologi Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi permasalahan di Indonesia. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara rutin dapat membantu menurunkan kepadatan vektor. Pelaksanaan PSN di monitoring dengan menggerakkan kader juru pemantau jentik (jumantik) di masyarakat. Di Mejing Kidul pemantauan dilakukan oleh anak anak sejak tahun Penelitian ini ingin membandingkan perbedaan indeks entomologi hasil pemantauan jumantik dewasa dan pemantauan jumantik anak di dusun Mejing Kidul, Ambarketawang, Gamping, Sleman. Penelitian ini merupakan penelitan observasional analitik dengan desain crossectional. Populasi dalam studi adalah masyarakat di Dusun Mejing Kidul, Ambarketawang, Gamping, Sleman. Penelitian ini menggunakan total sampel data sekunder. Data dianalisis menggunakan uji independent T tes dan regresi linier. Berdasarkan hasil penelitian, nilai House index (HI), Container index (CI), Breteau index (BI) dan Angka Bebas Jentik hasil pemantauan jumantik dewasa 14,99%, 6,92%, 19,01 dan 85,01%. House index(hi), Container index (CI), Breteau index (BI) dan angka bebas jentik hasil pemantauan jumantik anak 21,35%, 11,39%, 27,89 dan 78,65%. Hasil analisis statistik menggunakan uji T tes menunjukkan House index (HI) p-value 0,009, Container index (CI) p-value 0,028, Breteau Index (BI) p-value 0,038 dan Angka Bebas Jentik p-value = 0,009. Hasil tersebut menunjukan ada perbedaan rata-rata indeks entomologi hasil pemantauan jumantik dewasa dan pemantauan jumantik anak. Terdapat perbedaan rata-rata HI, CI, BI dan angka bebas jentik yang dipantau jumantik dewasa dan anak-anak. *Alamat Korespondensi : fardhiasih.dwiastuti@ikm.uad.ac.id 2017 Jurnal Vektor Penyakit. All rights reserved 33

2 Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 11 No. 1, 2017 : PENDAHULUAN Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi permasalahan di Indonesia. Sekalipun angka kematian DBD terjadi penurunan, namun jumlah dan sebaran kasusnya semakin meningkat sehingga pengendalian dan monitoring terhadap kasus DBD harus senantiasa digerakkan. Pengendalian DBD salah satunya dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) oleh anak sekolah. PSN secara rutin dapat membantu menurunkan kepadatan vektor, yang berdampak pada menurunnya kontak antara manusia dengan vektor, akhirnya 1 terjadinya penurunan kasus DBD. Pelaksanaan PSN dimonitoring dengan menggerakkan kader juru pemantau jentik (Jumantik) di masyarakat. Kader tersebut merupakan orang dewasa yang berperan dalam pemantauan jentik. Keaktifan para kader sangat diperlukan dalam pemantauan lingkungan. Pemantauan jentik berkala (PJB) biasa dilakukan empat kali setahun untuk 2 memonitor kepadatan jentik suatu wilayah. Kader jumantik selain mempunyai tugas memantau jentik di tiap rumah, juga memberi pendidikan kesehatan tentang PSN, menghitung angka bebas jentik (ABJ), menghitung Container Index (CI), dan melaporkan kepada puskesmas apabila 3 ditemukan kasus DBD. Angka Bebas Jentik (ABJ) ditargetkan secara nasional mencapai lebih dari 95%, namun ABJ yang tinggi bukan jaminan akan adanya penurunan kasus. Di Jakarta Utara beberapa daerah ada yang melaporkan ABJ 90% 95% namun penderita DBD masih tetap tinggi. Hal tersebut dimungkinkan oleh kinerja jumantik yang kurang baik yaitu kurang telitinya jumantik dalam melakukan survei. Jumantik mungkin hanya memeriksa tempat penampungan air yang besar, sedangkan wadah yang kecil seperti vas bunga, penampungan air belakang kulkas, dispenser tidak diamati sehingga larva Aedes 2 lepas dari pemeriksaan. Anak sekolah dapat dilibatkan menjadi seorang jumantik dikarenakan menggerakkan anak sekolah lebih mudah dibandingkan orang dewasa. Pemahaman PSN bagi anak sekolah berperan dalam menanamkan perilaku PSN pada usia sedini mungkin, yang akan digunakan sebagai dasar pemikiran dan 1 perilakunya di masa yang akan datang. Kasus DBD di Kabupaten Sleman pada tahun 2014 sebanyak 538 kasus per 1000 penduduk. Kecamatan Gamping menduduki peringkat pertama dalam kasus DBD di Kabupaten Sleman, dengan jumlah kasus 91. Pemantauan jentik berkala dengan memberdayakan kader jumantik anak merupakan salah satu upaya pengendalian terhadap kasus DBD di Puskesmas Gamping I. Program Jumantik anak dimulai sejak tahun Jumantik anak rata-rata berasal dari anak SD. Dusun Mejing Kidul Ambarketawang Gamping merupakan dusun yang telah aktif 4 dalam melaksanakan progam jumantik anak. Anak sekolah dasar dalam teori Freud, masuk kedalam rentang umur masa kelaskelas tinggi dengan karakteristiknya adalah memiliki rasa ingin tahu dan ingin belajarnya besar, sudah dapat mengerjakan tugas secara mandiri, dan senang dalam kegiatan 5 berkelompok. Jumantik anak bertugas melakukan kegiatan pemantauan jentik dan PSN secara rutin, kontainer diperiksa terhadap adanya jentik. Tingkat keberadaan Aedes aegypti dinilai dari hasil pemeriksaan jumlah rumah, kontainer yang ditemukan 1 jentik. Keberhasilan pelaksanaan pemantauan jentik ditinjau dari nilai House Index (HI), Angka Bebas Jentik (ABJ), karena indeks entomologi tersebut digunakan untuk memantau kepadatan populasi Aedes aegypti dalam penyebaran virus dengue. Tujuan dari penelitian ini untuk membandingkan indeks entomologi (HI, BI, CI, ABJ) hasil pengamatan jumantik dewasa dan anak di Dusun Mejing Kidul Desa Ambarketawang Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman. BAHAN DAN METODE Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain crossectional, yakni variabel independen (jumantik dewasa dan anak) dan variabel dependen House Index (HI), Container Index (CI), Bruteau Index (BI), dan Angka Bebas Jentik (ABJ) dari periode pengamatan tahun Penelitian dilakukan di Dusun 34

3 Perbedaan Indeks Entomologi... (Fardhiasih Dwi Astuti dan Amalia Susanti) Mejing Kidul, Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di Dusun Mejing Kidul Desa Ambarketawang Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman. Sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan total sampling di mana data dari penelitian ini menggunakan data sekunder. Analisa data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji T-Test. HASIL Hasil analisis univariat pada Gambar 1 menunjukan hasil pemantauan House Index (HI), Container Index (CI), Breteau Index (BI) dan angka kesakitan DBD dari tahun Hasil tersebut menunjukan adanya fluktuasi kepadatan jentik. House Index (HI), angka kesakitan DBD tertinggi terjadi di tahun Hasil angka pemantauan kepadatan jentik dari tahun dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 2 menunjukkan rata-rata angka House Index (HI), Container Index (CI), Breteau Index (BI) dan Angka Bebas Jentik (ABJ) hasil pemantauan jumantik dewasa periode tahun dan jumantik anak periode pemantauan Rata-rata House Index (HI), Container Index (CI), Breteau Index (BI) hasil pemantauan jumantik dewasa lebih rendah dibandingkan pemantauan jumantik anak. Rata-rata Angka Bebas Jentik (ABJ) pemantauan jumantik dewasa lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pemantauan jumantik anak. Gambar 1. Angka House Index (HI), Container Index (CI), Breteau Index (BI) dan Angka Kesakitan DBD di Dusun Mejing Kidul Tahun Hasil analisis bivariat perbandingan ratarata House Index (HI), Container Index (CI) Breteau Index (BI) dan Angka Bebas Jentik (ABJ) hasil pemantauan jumantik dewasa dan jumantik anak dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil Uji T Test rata-rata HI, BI, CI dan ABJ yang dilakukan jumantik dewasa dan jumantik anak didapatkan nilai p-value < 0,05 artinya ada perbedaan rata-rata House Index (HI), Angka Bebas Jentik (ABJ) yang dilakukan jumantik dewasa dan jumantik anak. Perbedaan rerata menunjukkan angka perbedaan dari hasil pemantauan jumantik dewasa dan anak dengan tingkat kepercayaan 95%. Perbedaan rerata antar kelompok variabel dan besarnya rentang perbedaan House Index (HI), Container Index (CI), Breteau Index (BI), Angka Bebas Jentik (ABJ) hasil pemantauan jumantik dewasa dan anak dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil analisis univariat secara deskriptif rata-rata House Index (HI), Container Index (CI), Breteau Index (BI) dan Angka Bebas Jentik (ABJ) hasil pemantauan jumantik dewasa dan anak ada perbedaan. Rata-rata House Index (HI) hasil pemantauan jumantik dewasa 14,99% dan pemantauan jumantik anak rata-rata House Index (HI) 21,35%. Ratarata Container Index (CI) pemantauan jumantik dewasa 6,92% dan pemantauan jumantik anak Container Index (CI) 11,39%. Rata-rata Breteau Index (BI) pemantauan jumantik dewasa 19,01 dan pemantauan jumantik anak rata-rata Breteau Index (BI) 27,89%. Rata-rata Angka Bebas Jentik (ABJ) pemantauan jumantik dewasa 85,01% dan pemantauan jumantik anak rata-rata Angka Bebas Jentik (ABJ) 78,65%. Hasil uji regresi linier variabel House Index, Container Index, Breteau Index, Angka Bebas Jentik terhadap angka kesakitan didapatkan hanya variabel Breteau Index saja yang berhubungan signifikan terhadap angka kesakitan dengan nilai p-value 0,033 R Square 0,452. Model persamaan regresi dari analisis regresi angka kesakitan dan Breteau Index (BI) sebagai berikut: Angka Kesakitan = - 1, ,131 (Breteau Index (BI)). 35

4 Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 11 No. 1, 2017 : Tabel 1. Hasil Pemantauan House Index (HI), Breteau Index (BI), Container Index (CI) dan Angka Bebas Jentik (ABJ) terhadap Angka Kesakitan DBD di Dusun Mejing Kidul Tahun Tahun Variabel HI (%) CI (%) BI ABJ (%) Angka Kesakitan ,81 2,78 6,81 93, ,19 6,60 18,19 88, ,22 8,28 20,36 81, ,51 11,26 15,31 86, ,13 5,57 24,13 82, ,30 6,00 22,22 83, ,33 8,02 17,33 82, ,35 15,71 37,81 74, ,31 10,69 24,99 77, ,42 7,29 21,18 83,58 0 Tabel 2. Rata-rata House Index (HI), Angka Bebas Jentik (ABJ) Pemantauan Jumantik Dewasa dan Anak di Dusun Mejing Kidul Hasil Pemantauan Variabel X Dewasa X Anak House Index (HI) 14,99% 21,35% Container Index (CI) 6,92% 11,39% Breteau Index (BI) 19,01 27,89 Angka Bebas Jentik (ABJ) 85,01% 78,65% Tabel 3. Hasil Analisis Bivariat Beda Rata-rata House Index (HI), Container Index (CI), Breteau Index (BI) dan Angka Bebas Jentik (ABJ) pemantauan Jumantik Dewasa dan Jumantik Anak di Dusun Mejing Kidul Variabel n Rerata ±SD p- value House Index (HI) Jumantik Dewasa 10 14,99±4,37 0,009 Jumantik Anak 8 21,35±4,62 Container Index (CI) Jumantik Dewasa 10 6,92±2,82 0,028 Jumantik Anak 8 11,39±4,94 Breteau Index (BI) Jumantik Dewasa 10 19,01±7,14 0,038 Jumantik Anak 8 27,89±9,52 Angka Bebas Jentik (ABJ) Jumantik Dewasa 10 85,01±4,37 0,009 Jumantik Anak 8 78,65±4,62 PEMBAHASAN Hasil analisis univariat pada Gambar 1 menujukan hasil pemantauan House Index (HI), Container Index (CI), Breteau Index (BI) dan angka kesakitan DBD dari tahun Hasil tersebut menunjukan adanya fluktuasi kepadatan jentik. House Index (HI), angka kesakitan DBD tertinggi terjadi di tahun Tabel 1 menunjukan hasil pemantauan kepadatan jentik dari tahun , dari tabel tersebut dapat dilihat angka House Index terendah 6,81%, atau ABJ tertinggi 93,16% terjadi di tahun 2006, hal ini menujukan 36

5 Perbedaan Indeks Entomologi... (Fardhiasih Dwi Astuti dan Amalia Susanti) belum tercapainya target nasional House index < 5% atau ABJ > 95%, secara nasional ABJ berturut turut sebesar 84%, 6 82,6%, 71,1% belum mencapai target. Hasil pemantauan selama 10 tahun di Dusun Mejing kidul menunjukan terjadinya peningkatan angka House Index, angka tertinggi terjadi pada tahun Angka Breteau Index terendah dari pemantauan tahun sebesar 6,81 dan tertinggi 37,81 menunjukan banyaknya tempat yang potensial menghasilkan nyamuk dalam 100 rumah yang di pantau. Hal ini menunjukan wilayah Mejing Kidul merupakan daerah yang berisiko tinggi penularan DBD. Hasil penelitian di Cuba tahun 2000 angka breteau index 4 berisiko penularan 6 kali 7 lebih besar (OR 6,00). Hasil analisis beda rata rata secara statistik dengan uji t terdapat perbedaan ratarata House Index (HI), Container Index (CI), Breteau Index (BI) dan Angka Bebas Jentik (ABJ) hasil pemantauan jumantik dewasa dan anak-anak, dengan nilai p-value < 0,05 artinya ada perbedaan rata-rata House Index (HI), Angka Bebas Jentik (ABJ) pemantauan jumantik dewasa dan anak-anak. Hasil angka rata-rata House Index (HI), Container Index (CI), Breteau Index (BI) oleh jumantik dewasa dan anak, rata rata pemantauan anak anak memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pemantauan jumantik dewasa. Angka Bebas Jentik (ABJ) pemantauan jumantik anak nilainya lebih rendah dibandingkan dengan pemantauan dewasa. Hal ini dikarenakan tingkat ketelitian anak-anak lebih tinggi dibandingkan dengan jumantik dewasa. Anakanak cenderung memiliki rasa ingin tahu, belajar lebih tinggi sehingga mereka dalam melakukan pemantauan jentik berkala lebih teliti. Teori Freud, mengatakan rentang umur tersebut masuk kedalam rentang umur kelas 4 sampai 6 yaitu umur 9/10-13 tahun sekolah dasar dengan karakteristiknya adalah memiliki rasa ingin tahu dan ingin belajarnya besar, sudah dapat mengerjakan tugas secara mandiri, dan senang dalam kegiatan 5 berkelompok. Kegiatan pemantauan jentik berkala di Dusun Mejing Kidul yang dilakukan oleh jumantik anak sudah berjalan baik. Jumantik anak sudah mampu menjalankan tugas mereka dalam melakukan pemantauan jentik, membuat laporan hasil pemantauan jentik. Namun mereka belum mampu merubah perilaku masyarakat di Dusun Mejing Kidul untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Sehingga House Index (HI), Container Index (CI), Breteau Index (BI) lebih tinggi dan Angka Bebas Jentik (ABJ) lebih rendah. Nilai House Index (HI), Container Index (CI), Breteau Index (BI) hasil pemantauan jumantik dewasa ataupun anak anak menurut standar dari WHO semuanya masuk dalam kategori kepadatan jentik sedang. Nilai Angka Bebas Jentik dusun Mejing Kidul menurut standar nasional masih belum memenuhi standar Angka Bebas Jentik yaitu 8 95 %. Kepadatan jentik berdasarkan nilai HI, CI, dan BI berdasarkan kriteria Queensland 9 Government (2011) dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil pemantauan terhadap House Index (HI), Container Index (CI), Breteau Index (BI) dan Angka Bebas Jentik hasil pemantauan di Dusun Mejing Kidul walaupun masuk dalam kategori sedang akan tetapi tetap berpotensi terhadap penularan DBD. Hal tersebut dikarenakan House Index (HI) tinggi menandakan dirumah tersebut terdapat jentik yang merupakan perkembangan awal dari vektor penular DBD. House Index (HI) merupakan salah satu indeks entomologi yang digunakan untuk memantau populasi Aedes 10 aegypti dalam penyebaran virus Dengue. House Index (HI) tinggi menandakan bahwa di rumah tersebut terdapat kontainer yang positif jentik. Kontainer yang masih positif dengan keberadaan jentik akan menjadi faktor terjadinya penularan DBD, karena Container Index (CI) merupakan parameter untuk mengetahui keberadaan Aedes aegypti yang dinilai dari hasil pemeriksaan pada sejumlah rumah yang di dalam maupun luar 11 lingkungannya ditemukan jentik. Keberadaan kontainer yang positif jentik di Dusun Mejing Kidul menjadikan resiko terjadinya penularan DBD di wilayah tersebut tinggi. Faktor lingkungan berupa keberadaan kontainer air, baik yang berada didalam maupun di luar rumah menjadi tempat 37

6 Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 11 No. 1, 2017 : perkembangbiakan nyamuk Aedes sebagai vektor penyakit DBD, merupakan faktor yang sangat berperan terhadap penularan ataupun terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) 12 penyakit DBD. Kontainer merupakan tempat bertelur nyamuk, di dalam kontainer tersebut nyamuk bertelur dan mengalami siklus hingga menjadi nyamuk dewasa. Jika kontainer yang terdapat positif jentik tidak dibersihkan dan dipantau keberadaan jentiknya akan berbahaya. Hal tersebut dikarenakan jumlah telur Aedes aegypti yang dikeluarkan sekali waktu adalah sekitar butir. Telur diletakkan pada dinding kontainer air. Jika tidak ada genangan air telur akan bertahan Tabel 4. Kriteria Kepadatan Larva berdasarkan Indeks Jentik Density HI CI BI Kategori figure Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi beberapa minggu sampai beberapa bulan. Telur Aedes aegypti tahan terhadap kering. Kemudian telur menetas menjadi larva atau jentik dalam dua hari jika terkena air selanjutnya menjadi pupa dalam waktu hari dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk dewasa betina merupakan vektor penular virus Dengue penyebab penyakit DBD. Hal ini dikarenakan hanya nyamuk betina yang menghisap darah untuk memperoleh asupan proteinyang diperlukan untuk perkembangan telurnya. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh sumber dari nektar bunga ataupun 14 tumbuhan. Telur nyamuk dewasa betina yang ditemukan di kontainer semakin banyak maka kemungkinan jentik yang menetas akan semakin banyak, sehingga nilai Breteau Index (BI) juga akan semakin tinggi. Hal tersebut berpengaruh terhadap meningkatnya kejadian DBD. Breteau index (BI) merupakan merupakan prediktor KLB, jika Breteau Index (BI) 50 maka daerah tersebut berpotensi 15 untuk mengalami KLB. Indeks entomologi (HI, BI, CI) sangat berpengaruh terhadap nilai ABJ, semakin tinggi indeks entomologi maka semakin rendah nilai ABJ. ABJ yang belum memenuhi standar menandakan di daerah tersebut masih berpotensi terhadap kejadian DBD, karena ABJ merupakan salah satu ukuran epidemiologi yang sering digunakan dalam 8 kegiatan pengendalian DBD. Pengendalian yang dapat dilakukan salah satunya dengan melakukan survei jentik. Hal tersebut senada dengan penelitian di kabupaten Tamil Nadu India, untuk antisipasi dini terjadinya wabah DBD perlu dilakukan surveilans jentik. Surveilans jentik tidak hanya untuk mengetahui kepadatan jentik tetapi juga untuk memprediksi akan terjadinya transmisi d e n g a n c a r a m e m a n t a u t e m p a t p e r k e m b a n g b i a k a n n ya m u k. H a s i l pemantauan larva indeks kemudian dianalisis meliputi HI, CI, BI. Hasil dari analisis HI, BI, CI di seluruh wilayah Tamil Nadu tergolong padat sehingga memungkinkan terjadinya 16 penularan DBD. Survei jentik harus disertai dengan keaktifan kader baik melalui berbagai k e g i a t a n s e p e r t i p e n y u l u h a n, menginfofmasikan kepada masyarakat untuk mengenali vektor penular DBD, sekaligus menerangkan bagaimana cara pencegahan agar tidak tertular DBD yaitu dengan cara membersihkan tempat perkembangbiakan vektor DBD melalui kegiatan 3 M plus dan melindungi diri dari gigitan nyamuk dengan memasang kawat kasa, perlindungan dengan pakaian dan menggunakan obat gosok anti 17 nyamuk. 38

7 Perbedaan Indeks Entomologi... (Fardhiasih Dwi Astuti dan Amalia Susanti) Kegiatan 3 M plus mampu mengurangi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang berada di kontainer-kontainer dan menjadi faktor terjadinya penularan DBD. Hal tersebut senada dengan penelitian yang dilakukan di kota Delhi telah terjadi wabah DBD, kemudian pemerintah setempat melakukan surveilans larva. Hasil surveilans larva kemudian dianalisis House Index (HI), Container Index (CI), Breteau Index (BI). Sebagian besar House Index (HI), Container Index (CI), Breteau Index (BI) berada pada kepadatan jentik tinggi dan masih kurang dari standar. Hasil dari analisis kontainerkontainer penampung air menjadi faktor p e n d u kung u t a m a s e b a g a i t e m p a t perkembangbiakan nyamuk. Survei jentik senantiasa harus dilakukan secara efektif di wilayah endemik karena dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan memperkirakan 18 terjadinya wabah DBD. Kegiatan survei jentik oleh jumantik dan gerakan 3 M plus sangat membantu proses m o n i t o r i n g p e l a k s a n a a n p r o g r a m pengendalian penyakit dan mampu memutus siklus perkembangbiakan nyamuk pada tahap awal. Hal tersebut senada dengan penelitian tentang peran jumantik sangat penting dalam sistem kewaspadaan dini DBD karena berfungsi untuk memantau keberadaan serta menghambat perkembangan awal dari vektor penular DBD. Keaktifan kader jumantik dalam memantau lingkungannya merupakan l a n g k a h p e n t i n g u n t u k m e n c e g a h meningkatnya angka kasus DBD. Oleh karena itu, diperlukan upaya peningkatan keaktifan jumantik melalui motivasi yang diberikan 2" oleh dinas kesehatan setempat. Survei jentik dan gerakan 3 M plus sampai saat ini masih menjadi upaya pengendalian utama yang dapat dilakukan untuk mengurangi penularan DBD di semua kawasan. Penelitian yang dilakukan di India menyebutkan hasil survei jentik diperoleh HI, BI, CI di daerah perkotaan tinggi. Hal tersebut ditemukan berdasarkan banyaknya temuan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk seperti di ban bekas dan kontainer-kontainer yang memungkinkan menjadi tempat perkembangbiakan jentik nyamuk. Survei jentik sangat membantu dalam mengurangi 19 sumber penularan DBD. Hasil dari analisis univariat secara deskriptif HI, BI, CI dan ABJ terhadap angka kesakitan DBD diperoleh hasil angka kesakitan DBD tertinggi terjadi pada tahun 2013 dengan jumlah angka kesakitan 4 kasus. Angka Bebas Jentik dari tahun terendah juga terjadi di tahun 2013 yaitu 74,65%. HI,BI, CI tertinggi juga berada di tahun 2013 yaitu 25,35%, 37,81% dan 15,71. H a s i l a n a l i s i s s e c a r a s t a t i s t i k menggunakan uji regresi linear dari keempat variabel HI, CI, BI dan ABJ terhadap angka kesakitan DBD variabel yang memiliki nilai kemaknaan statistik atau model regresi linear memenuhi kriteria linearitas adalah Breteau Index (BI) dengan nilai p-value 0,033 < 0,05. Sehingga diperoleh model persamaan regresinya angka kesakitan = - 1, ,131 Breteau Index (BI). Hasil uji statistik Breteau Index (BI) memberikan pengaruh 45,2% terhadap angka kesakitan, 54,8% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. HI, CI, BI yang tinggi dan angka bebas jentik yang rendah menyebabkan kasus angka kesakitan tinggi seperti yang terjadi pada tahun Hal tersebut senada dengan suatu penelitian di India yang negaranya masih rentan terhadap DBD. Dari hasil pemeriksaan terhadap kontainer ditemukan kontainer positif jentik. Tingginya angka HI, CI, BI membuat daerah ini memiliki potensi denguogenic tinggi dan menjadi faktor penyebab melonjaknya kasus 20 DBD di wilayah ini. HI, CI, BI yang tinggi dan ABJ yang rendah berpengaruh terhadap angka kesakitan DBD. Menurut sebuah penelitian tentang Maya Index (MI) dan kepadatan larva Aedes aegypti terhadap infeksi dengue di Kecamatan Denpasar diperoleh hasil nilai HI = 23,33; CI = 10,69; BI = 55; pupa index (PI) = 15,33. Berdasarkan indikator HI, CI Kecamatan Denpasar Selatan berarti memiliki risiko penularan sedang terhadap penyebaran penyakit DBD. Berdasarkan indikator BI, berarti memiliki risiko penularan tinggi terhadap penyebaran penyakit DBD. Berdasarkan MI menunjukkan rumah kasus b e r i s i k o t i n g g i s e b a g a i t e m p a t perkembangbiakan nyamuk dibandingkan dengan rumah kontrol. HI, BI, CI, pupa index 39

8 Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 11 No. 1, 2017 : (PI) dan MI memiliki hubungan dengan 21 kejadian DBD. Hal tersebut senada dengan penelitian yang dilakukan di Kuala Lumpur tentang hubungan BI dan HI dengan kejadian demam berdarah angka BI yang tinggi menunjukkan bahwa daerah-daerah tersebut beresiko 22 terjadi wabah demam berdarah. Angka kesakitan DBD dalam penelitian ini, dari hasil uji statistik regresi linier 45,2% dipengaruhi BI dan 54,8% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti. Variabel lain yang tidak diteliti misalnya orang terkena virus Dengue bukan diperoleh dari lingkungan tempat tinggalnya tetapi diperoleh ketika orang tersebut beraktivitas di luar. Tempat-Tempat Umum ( T T U ) y a n g m e r u p a k a n t e m p a t berkumpulnya orang dari berbagai wilayah antara lain sekolah, Puskesmas, rumah sakit, pasar, tempat ibadah, tempat rekreasi, hotel, perpustakaan, restoran, dan lain-lain merupakan tempat potensial terjadinya 23 penularan DBD. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya penularan DBD adalah lokasi Dusun Mejing Kidul berbatasan dengan dua dusun yang angka kesakitannya cukup tinggi atau endemis DBD. Hal tersebut mempengaruhi penularan DBD. Penelitian yang dilakukan di dua daerah dengan kategori berbeda endemis dan sporadis diketahui memiliki rata-rata indeks jentik yang belum mencapai standar y a n g s e h a r u s n y a s e h i n g g a a k a n mengakibatkan besarnya risiko terjadinya 24 penularan DBD. Hasil informasi dari petugas sanitasi puskesmas Gamping I di Dusun Mejing Wetan dan Dusun Mejing Lor yang berbatasan langsung dengan Dusun Mejing Kidul dalam melakukan survei jentik belum melibatkan jumantik anak. Jumantik anak di Dusun Mejing Kidul dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemantau jentik lebih teliti dari pada jumantik dewasa. Oleh karena itu untuk monitoring dan pengendalian DBD di Dusun Mejing Wetan dan Dusun Mejing Lor perlu mengadakan program jumantik anak seperti yang sudah ada di Dusun Mejing Kidul. Penggerakan jumantik anak lebih mudah dibandingkan dengan orang dewasa dalam pelaksanaan PSN. Pemahaman PSN bagi anak sekolah juga berperan dalam menanamkan perilaku PSN pada usia sedini mungkin, yang akan digunakan sebagai dasar pemikiran dan perilakunya dimasa yang akan datang. Selain itu pembentukan dan pelaksanaan Jumantik- PSN anak sekolah dimaksudkan untuk ikut serta mendukung progam pemerintah dalam upaya PSN penular DBD dan chikungunya serta sebagai salah satu upaya pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sejak 1 usia dini. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata House Index (HI), Angka Bebas Jentik (ABJ) pemantauan jumantik dewasa dan anak-anak di Dusun Mejing Kidul Desa Ambarketawang Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman. SARAN Keberadaan jumantik anak dapat meningkatkan ketelitian dalam pemantauan jentik sehingga diharapakan adanya pengembangan program yang dapat meningkatkan pemantauan jentik secara berkala dengan lebih baik. UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih kami ucapkan kepada Puskesmas Gamping dan kader jumantik Dusun Mejing Kidul Ambarketawang Gamping Sleman. DAFTAR PUSTAKA 1. Ditjen PP&PL, Petunjuk Teknis Jumantik PSN Anak Sekolah, Kementerian Kesehatan RI. (2014) Pratamawati, D. A., Peran Juru Pantau Jentik dalam Sistem Kewaspadaan Dini Demam Berdarah Dengue di Indonesia, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No.6, Juni (2012) Rini, A.S., Ferry Efendi dan Eka Misbahatul M.H., Hubungan Pemberdayaan Ibu Pemantau Jentik (Bumantik) dengan Indikator Keberhasilan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di Kelurahan Wonokromo Surabaya, Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 1, No. 1, Oktober Hal

9 Perbedaan Indeks Entomologi... (Fardhiasih Dwi Astuti dan Amalia Susanti) 4. Puskesmas Gamping I, Data Pemantauan Jentik Berkala (2015) Yogyakarta. 5. Andini, A., Pengaruh Keberadaan Siswa Pemantau Jentik Aktif dengan Keberadaan Jentik di Sekolah Dasar Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang Tahun 2013, Skripsi, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Semarang (2013) Kemenkes RI, Demam Berdarah Dengue di Indonesia tahun , Buletin Jendela Epidemiologi 2 Agustus (2010) hal Sanchez L, Vanlerberghe V, Alfonso L, Marquetti MDC, Guzman MG, et al. Aedes aegypti larval indices and risk for dengue epidemics. Emerging Infect Dis : A v a i l a b l e : _article.htm 8. Ditjen PP&PL, Pedoman Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI. (2013) Johariana dan Widiarti, Kepadatan larva nyamuk vektor sebagai indikator penularan demam berdarah dengue di daerah endemis di Jawa Timur, Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 8 No. 2, 2014 : World Health Organization, Demam Berdarah Dengue Diagnosis Pengobatan Pencegahan dan Pengendalian, Edisi 2, Buku Kedokteran EGC, Jakarta (2014) Ditjen PP&PL, Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) oleh Juru Pemantau Jentik, Kementerian Kesehatan RI (2006) Fathi, Soedjajadi Keman dan Chatarina Umbul W, Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram, Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 2, No. 1, Juli (2005) Sucipto, C.D., Vektor Penyakit Tropis, Edisi 1, Gosyen Publishing (2011) Yogyakarta. 14. Ginanjar, G., Demam Berdarah, Mizan Publica, Jakarta. (2007) Ramadhani dan Astuti, Kepadatan dan Penyebara n Aedes a egypti setelah Penyuluhan DBD di Kelurahan Paseban Jakarta Pusat, Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Vol. 1, No 1, April (2013) Bhat M.A, K. K. Krishnamoorthy, Anisa B. Khan, Entomological surveillance of dengue vectors in Tamil Nadu, India, Journal of Entomology and Zoology Studies Vol. 2, No. 6 (2014) Kandun, I.N., Manual Pemberantasan Penyakit Menular, Edisi 17, American Public Health Association (APHA), Amerika (2000) Singh R.K, R.C. Dhimana, V.K. Dua, B.C. Joshi, Entomological investigations during an outbreak of dengue fever in Lal Kuan town Nainital district of Uttarakhand India, Journal Vector Borne Dis 47, September (2010) Vijayakumar K., T.K. Sudheesh Kumar, Zinia T. Nujum, Farook Umarul, Anu Kuriakose, A study on container breeding mosquitoes with special reference to Aedes (Stegomyia) a e g y p t i a n d A e d e s a l b o p i c t u s i n Thiruvananthapuram district, India, Journal Vector Borne Dis 51, March (2014) Sekhon H. dan Sukhmet M., A study of larval indices of Aedes and the risk for Dengue outbreak, Journal of Biosciences Vol. 2, No. 8, (2014) Purnama S.G. dan Tri Baskoro, Maya Index dan Kepadatan Larva Aedes aegypti terhadap Infeksi Dengue, Jurnal Makara Kesehatan Vol. 16, No. 2, Desember (2012) Sulaiman S., Zainol A.P., Zulkifli A., dan Ahmad W., Relationship Between Breteau and House Indices and Case of Dengue, Dengue Hemorrhagic Fever in Kuala Lumpur Malaysia, Journal of the American Mosquito Control Association Vol. 12, No. 3, Tahun (1996) PP Ditjen PP&PL, Pengendalian Demam Berdarah Dengue untuk Pengelola Program DBD Puskesmas, Kementerian Kesehatan RI. (2013) Sholichah Z dan Djati A.P., Indeks Jentik di Daerah Endemis dan Daerah Sporadis Demam Berdarah Dengue di Purwodadi Kabupaten Grobogan, Jurnal Kesehatan Masyarakat BALABA, Ed. 006, No. 1, Juni (2008)

10 Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 11 No. 1, 2017 :

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dari genus Flavivirus ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) pada dekade terakhir menjadi masalah kesehatan global, ditandai dengan meningkatnya kasus DBD di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam berdarah dengue menjadi masalah kesehatan yang sangat serius di Indonesia. Kejadian demam berdarah tidak kunjung berhenti walaupun telah banyak program dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue atau disingkat DBD merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kasus DBD di dunia pada tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Denge (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai pembawa virus. Penyakit ini dapat

Lebih terperinci

Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes sp. (House Index) sebagai Indikator Surveilans Vektor Demam Berdarah Denguedi Kota Semarang

Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes sp. (House Index) sebagai Indikator Surveilans Vektor Demam Berdarah Denguedi Kota Semarang Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes sp. (House Index) sebagai Indikator Surveilans Vektor Demam Berdarah Denguedi Kota Semarang Ummi Khairunisa 1, Nur Endah Wahyuningsih 1, Hapsari 2 1 Bagian Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

SURVEI ENTOMOLOGI, MAYA INDEX DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK TERHADAP KEPADATAN LARVA

SURVEI ENTOMOLOGI, MAYA INDEX DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK TERHADAP KEPADATAN LARVA UNIVERSITAS UDAYANA SURVEI ENTOMOLOGI, MAYA INDEX DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK TERHADAP KEPADATAN LARVA Aedes spp DI DESA KEDIRI, KECAMATAN KEDIRI, KABUPATEN TABANAN I GEDE PANDU WIRANATHA

Lebih terperinci

KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015

KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015 KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015 Aidil Onasis (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT

Lebih terperinci

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE Yunita K.R. dan Soedjajadi K., Perilaku 3M, Abatisasi PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE 3M Behavior, Abatitation, Aedes aegypti Larva

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengue (DEN) dari kelompok Arbovirus B, yaitu termasuk arthtropod-borne virus

BAB 1 PENDAHULUAN. dengue (DEN) dari kelompok Arbovirus B, yaitu termasuk arthtropod-borne virus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di tanah air. Sejak pertama kali dilaporkan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemiologi perubahan vektor penyakit merupakan ancaman bagi kesehatan manusia, salah satunya adalah demam berdarah dengue (DBD). Dengue hemorraghic fever (DHF) atau

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,

Lebih terperinci

SURVEI ENTOMOLOGI DAN PENENTUAN MAYA INDEX DI DAERAH ENDEMIS DBD DI DUSUN KRAPYAK KULON, DESA PANGGUNGHARJO, KECAMATAN SEWON, KABUPATEN BANTUL, DIY

SURVEI ENTOMOLOGI DAN PENENTUAN MAYA INDEX DI DAERAH ENDEMIS DBD DI DUSUN KRAPYAK KULON, DESA PANGGUNGHARJO, KECAMATAN SEWON, KABUPATEN BANTUL, DIY SURVEI ENTOMOLOGI DAN PENENTUAN MAYA INDEX DI DAERAH ENDEMIS DBD DI DUSUN KRAPYAK KULON, DESA PANGGUNGHARJO, KECAMATAN SEWON, KABUPATEN BANTUL, DIY Nur Alvira Pasca Wati 1 INTISARI Latar Belakang: Provinsi

Lebih terperinci

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,

Lebih terperinci

SURVEY KEPADATAN LARVA AEDES AEGYPTI DI KECAMATAN MAMUJU KABUPATEN MAMUJU

SURVEY KEPADATAN LARVA AEDES AEGYPTI DI KECAMATAN MAMUJU KABUPATEN MAMUJU SURVEY KEPADATAN LARVA AEDES AEGYPTI DI KECAMATAN MAMUJU KABUPATEN MAMUJU Zrimurti Mappau, Siti Rahmah, Ridhayani Adiningsih Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Mamuju ABSTRACT Aedes aegypti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. vektor penyakit infeksi antar manusia dan hewan (WHO, 2014). Menurut CDC

I. PENDAHULUAN. vektor penyakit infeksi antar manusia dan hewan (WHO, 2014). Menurut CDC 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insekta telah lama dikenal sebagai kelompok hewan yang memiliki diversitas paling tinggi di muka bumi. Insekta yang tercatat oleh Sabrosky (1952), pada tahun 1948 adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SISWA PEMANTAU JENTIK DENGAN HOUSE INDEX DAN CONTAINER INDEX LARVA NYAMUK Aedes sp.

HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SISWA PEMANTAU JENTIK DENGAN HOUSE INDEX DAN CONTAINER INDEX LARVA NYAMUK Aedes sp. HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SISWA PEMANTAU JENTIK DENGAN HOUSE INDEX DAN CONTAINER INDEX LARVA NYAMUK Aedes sp. *Andreas Woitila Sukur, **Florentina Sustini, ***Subagyo Yotopranoto *STIKES William Booth,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan dampak sosial dan ekonomi. Jumlah kasus yang dilaporkan cenderung

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERADAAN KONTAINER DAN KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti DI KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISIS KEBERADAAN KONTAINER DAN KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti DI KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISIS KEBERADAAN KONTAINER DAN KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti DI KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Betty Nia Rulen, SKM, STIKes Tengku Maharatu Pekanbaru ABSTRAK Keberadaan Jentik merupakan indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus. BAB I PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk keperedaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN.. HALAMAN PERNYATAAN. KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN.. HALAMAN PERNYATAAN. KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN vii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN.. HALAMAN PERNYATAAN. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR SINGKATAN INTISARI ABSTRACT. i ii iii iv

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, dan menjangkit

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh vektor masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam Berdarah Dengue

Lebih terperinci

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN ABIANBASE KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2012

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN ABIANBASE KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2012 FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN ABIANBASE KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2012 I Gusti Putu Anom Surya 1, I Ketut Aryana 2, I Wayan Jana 3 Abstract:

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG Hilda Irianty, Norsita Agustina, Adma Pratiwi Safitri Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk salah satu penyakit yang tersebar di kawasan Asia Tenggara dan sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN TINGKAT ENDEMISITAS DBD DI KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN TINGKAT ENDEMISITAS DBD DI KOTA MAKASSAR HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN TINGKAT ENDEMISITAS DBD DI KOTA MAKASSAR THE RELATIONSHIP OF THE ENVIRONMENTAL FACTORS TO THE LEVEL OF DENGUE ENDEMICITY IN THE CITY OF MAKASSAR Suryadi Hs. Rahim 1, Hasanuddin

Lebih terperinci

Kepadatan dan Penyebaran Aedes aegypti Setelah Penyuluhan DBD di Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat

Kepadatan dan Penyebaran Aedes aegypti Setelah Penyuluhan DBD di Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat Kepadatan dan Penyebaran Aedes aegypti Setelah Penyuluhan DBD di Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat Masitha Mentari Ramadhani, 1 Hendri Astuty 2 1 Program Studi Sarjana Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU 3M DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK DI DUSUN TEGAL TANDAN, KECAMATAN BANGUNTAPAN, KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERILAKU 3M DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK DI DUSUN TEGAL TANDAN, KECAMATAN BANGUNTAPAN, KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA Pekerja Industri Pengolahan KayuDi Industri Pengolahan Kayu PerusahaanX, Badung, Bali. HUBUNGAN PERILAKU 3M DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK DI DUSUN TEGAL TANDAN, KECAMATAN BANGUNTAPAN, KABUPATEN BANTUL

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TEMPAT PERINDUKAN DAN KEPADATAN JENTIK NYAMUK Aedes aegypti

KARAKTERISTIK TEMPAT PERINDUKAN DAN KEPADATAN JENTIK NYAMUK Aedes aegypti MENARA Ilmu Vol. X Jilid No.7 Desember 6 KARAKTERISTIK TEMPAT PERINDUKAN DAN KEPADATAN JENTIK NYAMUK Aedes aegypti Oleh R.Firwandri Marza, Shodikin Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Padang

Lebih terperinci

KEPADATAN JENTIK VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) Aedes sp. DI DAERAH ENDEMIS, SPORADIS DAN POTENSIAL KOTA SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH

KEPADATAN JENTIK VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) Aedes sp. DI DAERAH ENDEMIS, SPORADIS DAN POTENSIAL KOTA SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH BALABA Vol. 10 No. 02, Desember 2014: 71-76 KEPADATAN JENTIK VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) Aedes sp. DI DAERAH ENDEMIS, SPORADIS DAN POTENSIAL KOTA SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH LARVAE DENSITY OF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya

Lebih terperinci

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI Dhina Sari dan Sri Darnoto Program Studi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan di dunia, terutama

Lebih terperinci

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui 1 BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (Dengue Hemorrhagic Fever) atau lazimnya disebut dengan DBD / DHF merupakan suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK AEDES

HUBUNGAN ANTARA TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK AEDES HUBUNGAN ANTARA TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK AEDES sp. DI LINGKUNGAN II KELURAHAN TUMINTING KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO Gabriella P. Talumewo*, Nova H.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakit menular yang jumlah kasusnya dilaporkan cenderung meningkat dan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama hampir dua abad, penyakit Demam Berdarah Dengue dianggap sebagai penyakit penyesuaian diri seseorang terhadap iklim tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI Wulan Sari a dan Tri Puji Kurniawan b a Prodi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI BAB I

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI BAB I HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI BAB I NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akut bersifat endemik yang di sebabkan oleh virus dengue yang masuk ke peredaran

Lebih terperinci

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

STUDI ANGKA BEBAS JENTIK (ABJ) DAN INDEKS OVITRAP DI PERUM PONDOK BARU PERMAI DESA BULAKREJO KABUPATEN SUKOHARJO. Tri Puji Kurniawan

STUDI ANGKA BEBAS JENTIK (ABJ) DAN INDEKS OVITRAP DI PERUM PONDOK BARU PERMAI DESA BULAKREJO KABUPATEN SUKOHARJO. Tri Puji Kurniawan STUDI ANGKA BEBAS JENTIK (ABJ) DAN INDEKS OVITRAP DI PERUM PONDOK BARU PERMAI DESA BULAKREJO KABUPATEN SUKOHARJO Tri Puji Kurniawan Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.

Lebih terperinci

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Insidensi DBD di seluruh dunia telah meningkat tajam dalam beberapa dekade terakhir. Lebih dari 2,5 miliar orang atau 40% penduduk dunia beresiko untuk terkena

Lebih terperinci

Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 9 No. 1, 2015 : 9-14

Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 9 No. 1, 2015 : 9-14 Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 9 No. 1, 2015 : 9-14 Survei Jentik DBD di Tempat-tempat Umum (TTU) di Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah Survey of Dengue Larval in Public Places in

Lebih terperinci

Sitti Badrah, Nurul Hidayah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman 1) ABSTRACT

Sitti Badrah, Nurul Hidayah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman 1)   ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK AEDES AEGYPTI DENGAN KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN PENAJAM KECAMATAN PENAJAM KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA Sitti Badrah, Nurul Hidayah Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG Istiqomah, Syamsulhuda BM, Besar Tirto Husodo Peminatan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health Organization (WHO) menyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp. Virus dengue ada empat

Lebih terperinci

IQBAL OCTARI PURBA /IKM

IQBAL OCTARI PURBA /IKM PENGARUH KEBERADAAN JENTIK, PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN SIANTAR TIMUR KOTA PEMATANG SIANTAR TAHUN 2014 TESIS OLEH IQBAL OCTARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropisdan sub tropis, dan menjangkit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karena jumlah penderita penyakit DBD cenderung meningkat dari tahun ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar paling cepat yang disebabkan oleh virus nyamuk. Dalam 50 tahun terakhir, insiden telah meningkat 30 kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepadatan penduduk. Menurut WHO (2009), Sekitar 2,5 miliar penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. kepadatan penduduk. Menurut WHO (2009), Sekitar 2,5 miliar penduduk dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) sampai saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Jumlah penderita maupun luas daerah penyebarannya semakin bertambah

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

ANALISIS KEPADATAN JENTIK NYAMUK AEDES AEGYPTY

ANALISIS KEPADATAN JENTIK NYAMUK AEDES AEGYPTY 85 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 85 93 ANALISIS KEPADATAN JENTIK NYAMUK AEDES AEGYPTY TERHADAP KASUS DBD DI LHONG RAYA KECAMATAN BANDA RAYA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014 ANALYSIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Virus dengue merupakan Anthropode-Borne Virus (Arbovirus) keluarga Flaviviridae 1, virus ini dapat menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), yang dapat berakibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir di seluruh belahan dunia terutama negara tropik dan subtropik sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir di seluruh belahan dunia terutama negara tropik dan subtropik sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Demam Berdarah Dengue atau DBD merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue dan menjadi masalah kesehatan masyarakat yang mengalami peningkatan beberapa

Lebih terperinci

PENYULUHAN KESEHATAN RUTIN PUSKESMAS UNTUK MENCEGAH SEKOLAH DASAR DENGAN KEJADIAN DBD DI KOTA MADIUN TAHUN 2017

PENYULUHAN KESEHATAN RUTIN PUSKESMAS UNTUK MENCEGAH SEKOLAH DASAR DENGAN KEJADIAN DBD DI KOTA MADIUN TAHUN 2017 PENYULUHAN KESEHATAN RUTIN PUSKESMAS UNTUK MENCEGAH SEKOLAH DASAR DENGAN KEJADIAN DBD DI KOTA MADIUN TAHUN 2017 THE REGULAR HEALTH COUNSELING BY THE HEALTH SERVICE CENTER FOR PREVENTING DHF INCIDENCE IN

Lebih terperinci

STATUS ENTOMOLOGI BERDASARKAN INDEKS KEPADATAN VEKTOR DAN INFEKSI TRANSOVARIAL PADA NYAMUK Aedes sp. DI KELURAHAN METESEH KOTA SEMARANG

STATUS ENTOMOLOGI BERDASARKAN INDEKS KEPADATAN VEKTOR DAN INFEKSI TRANSOVARIAL PADA NYAMUK Aedes sp. DI KELURAHAN METESEH KOTA SEMARANG Volume 5, Nomor 4, Oktober 7 (ISSN: 56-46) STATUS ENTOMOLOGI BERDASARKAN INDEKS KEPADATAN VEKTOR DAN INFEKSI TRANSOVARIAL PADA NYAMUK Aedes sp. DI KELURAHAN METESEH KOTA SEMARANG Armen Zufri; Martini ;

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang menempati posisi penting dalam deretan penyakit infeksi yang masih

Lebih terperinci

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PELAKSANAAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN TALISE KECAMATAN PALU TIMUR KOTA PALU 1) DaraSuci 2) NurAfni Bagian Epidemiologi

Lebih terperinci

SUMMARY HASNI YUNUS

SUMMARY HASNI YUNUS SUMMARY HUBUNGAN KEGIATAN SURVEY JENTIK SEBELUM DAN SETELAH ABATESASI TERHADAP ANGKA BEBAS JENTIK DI KELURAHAN BOLIHUANGGA KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2013 HASNI YUNUS 811409153 Program Studi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota di

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR

HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR Relationship Implementation of Mosquito Nest Eradication With Density Aedes aegypti Larvae in DBD Endemic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini ditemukan nyaris di

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK

HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DAN PELAKSANAAN 3M PLUS DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DBD DI LINGKUNGAN XVIII KELURAHAN BINJAI KOTA MEDAN TAHUN Sulina Parida S, Surya Dharma, Wirsal Hasan Program Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia yang jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

Lebih terperinci

Efektivitas Kader Jumantik... (Tri Wahyuni Sukesi, et. al)

Efektivitas Kader Jumantik... (Tri Wahyuni Sukesi, et. al) Efektivitas Kader Jumantik... (Tri Wahyuni Sukesi, et. al) Efektivitas Kader Jumantik Cilik terhadap Kepadatan Populasi Aedes aegypti di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta The Effectiveness of Child

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Peneitian Penelitian ini merupakan penelitian cross- sectional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian menggunakan instrument berupa kuesioner dan formulir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengeu Hemorragic Fever (DHF) saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung jumlah

Lebih terperinci

KEPADATAN POPULASI NYAMUK Aedes sp DI DAERAH ENDEMIS, SPORADIS DAN NON ENDEMIS DI KECAMATAN PATI

KEPADATAN POPULASI NYAMUK Aedes sp DI DAERAH ENDEMIS, SPORADIS DAN NON ENDEMIS DI KECAMATAN PATI KEPADATAN POPULASI NYAMUK Aedes sp DI DAERAH ENDEMIS, SPORADIS DAN NON ENDEMIS DI KECAMATAN PATI POPULATION DENSITY OF Aedes sp IN ENDEMIC AREAS, SPORADIS, AND NON ENDEMIC IN DISTRICT OF PATI. Tri Mulyowati

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakitnya yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih menjadi

Lebih terperinci

Efryanus Riyan* La Dupai** Asrun Salam***

Efryanus Riyan* La Dupai** Asrun Salam*** Efryanus Riyan* La Dupai** Asrun Salam*** Abstrak Data yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kota Kendari jumlah Penderita DBD pada tahun 2007 yaitu sebanyak 665 orang dengan kematian 6 orang, pada tahun

Lebih terperinci

FAKTOR LINGKUNGAN BIOLOGIS, FISIK DAN SOSIAL YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR TESIS

FAKTOR LINGKUNGAN BIOLOGIS, FISIK DAN SOSIAL YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR TESIS FAKTOR LINGKUNGAN BIOLOGIS, FISIK DAN SOSIAL YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demam Chikungunya merupakan salah satu re-emerging disease di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demam Chikungunya merupakan salah satu re-emerging disease di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam Chikungunya merupakan salah satu re-emerging disease di kawasan Asia Tenggara disamping avian influenza dan demam kuning, penyakit ini tergolong vector-borne

Lebih terperinci

92 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik) PENDAHULUAN. Latar Belakang

92 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik) PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN LINGKUNGAN NON-TPA DALAM RUMAH DENGAN INDEKS LARVA AEDES AEGYPTI DI KABUPATEN REJANG LEBONG H. Rustam Aji (Prodi Keperawatan Curup, Politeknik Kesehatan Kemenkes Bengkulu) ABSTRAK Lingkungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MEMASANG KAWAT KASA, MENGGANTUNG PAKAIAN DI DALAM RUMAH, DAN KEMAMPUAN MENGAMATI JENTIK DENGAN KEJADIAN DBD

HUBUNGAN ANTARA MEMASANG KAWAT KASA, MENGGANTUNG PAKAIAN DI DALAM RUMAH, DAN KEMAMPUAN MENGAMATI JENTIK DENGAN KEJADIAN DBD Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 7 No 2, Hal 60-65, Oktober 2017 Jurnal Sekolah Ilmiah Tinggi Permas: Ilmu Kesehatan Jurnal Ilmiah Kendal STIKES Kendal Volume 7 No 2, Hal 60-65,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005 ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005 Oleh: TH.Tedy B.S.,S.K.M.,M.Kes. PENDAHULUAN Dalam Undang-Undang No.23

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Jumlah penderita maupun luas daerah penyebarannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah terinfeksi salah satu dari empat subtipe virus dengue (Sulehri, et al.,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk sebagai vektornya adalah Demam

I. PENDAHULUAN. Salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk sebagai vektornya adalah Demam 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk sebagai vektornya adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), yang sampai saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ratna Sari Dewi STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis:

PENDAHULUAN. Ratna Sari Dewi STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis: FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA RANTAU RASAU II KECAMATAN RANTAU RASAU TAHUN 2015 Ratna Sari Dewi STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi

Lebih terperinci

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING TAHUN Ronald Imanuel Ottay

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING TAHUN Ronald Imanuel Ottay PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING TAHUN 2012-2014 Ronald Imanuel Ottay *Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Abstrak Manado

Lebih terperinci

FOKUS UTAMA SURVEI JENTIK TERSANGKA VEKTOR CHIKUNGUNYA DI DESA BATUMARTA UNIT 2 KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2009

FOKUS UTAMA SURVEI JENTIK TERSANGKA VEKTOR CHIKUNGUNYA DI DESA BATUMARTA UNIT 2 KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2009 FOKUS UTAMA SURVEI JENTIK TERSANGKA VEKTOR CHIKUNGUNYA DI DESA BATUMARTA UNIT 2 KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2009 Oleh : Yulian Taviv, SKM, M.Si* PENDAHULUAN Chikungunya merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III Reinhard Yosua Lontoh 1), A. J. M. Rattu 1), Wulan P. J. Kaunang 1)

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PADA DISTRIBUSI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN

PEMODELAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PADA DISTRIBUSI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN PEMODELAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PADA DISTRIBUSI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN Wiwik Setyaningsih, Dodiet Aditya Setyawan Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor pembawanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) memperkirakan penduduk yang terkena DBD telah meningkat selama 50 tahun terakhir. Insiden DBD terjadi baik di daerah tropik

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK TEMPAT PENAMPUNGAN AIR BERSIH TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA UPT KESMAS GIANYAR I TAHUN 2012

PENGARUH KARAKTERISTIK TEMPAT PENAMPUNGAN AIR BERSIH TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA UPT KESMAS GIANYAR I TAHUN 2012 PENGARUH KARAKTERISTIK TEMPAT PENAMPUNGAN AIR BERSIH TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA UPT KESMAS GIANYAR I TAHUN 2012 I Ketut Purnajaya¹, Ni Ketut Rusminingsih², I Nyoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae yang mempunyai empat serotipe,

Lebih terperinci

SURVEI ENTOMOLOGI AEDES SPP PRA DEWASA DI DUSUN SATU KELURAHAN MINOMARTANI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN PROVINSI YOGYAKARTA

SURVEI ENTOMOLOGI AEDES SPP PRA DEWASA DI DUSUN SATU KELURAHAN MINOMARTANI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN PROVINSI YOGYAKARTA SURVEI ENTOMOLOGI AEDES SPP PRA DEWASA DI DUSUN SATU KELURAHAN MINOMARTANI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN PROVINSI YOGYAKARTA Entomological Survey on Aedes spp Larvae in Minomartani Village Depok Sub-District

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGETAHUAN PEMANTAUAN JENTIK SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN (Studi Pada Siswa Kelas V SDN Karsamenak Kota Tasikmalaya Tahun 2017)

PERBEDAAN PENGETAHUAN PEMANTAUAN JENTIK SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN (Studi Pada Siswa Kelas V SDN Karsamenak Kota Tasikmalaya Tahun 2017) PERBEDAAN PENGETAHUAN PEMANTAUAN JENTIK SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN (Studi Pada Siswa Kelas V SDN Karsamenak Kota Tasikmalaya Tahun 2017) Ilham Nasrulloh 134101112 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD. Asep Irfan (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD. Asep Irfan (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) Jurnal Sehat Mandiri Volume 11 Nomor 2 Tahun 2016 FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD Asep Irfan (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT The objective of the study was to analyze the relationship

Lebih terperinci

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE I. Kondisi Umum Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota

Lebih terperinci