WASIL IBN ATHO` DAN PEMIKIRAN TEOLOGI MU`TAZILAH (Studi Kritis Menuju Teologi Populis)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "WASIL IBN ATHO` DAN PEMIKIRAN TEOLOGI MU`TAZILAH (Studi Kritis Menuju Teologi Populis)"

Transkripsi

1 WASIL IBN ATHO` DAN PEMIKIRAN TEOLOGI MU`TAZILAH (Studi Kritis Menuju Teologi Populis) Muhammad Ufuqul Mubin Universitas Islam Darul Ulum Lamongan Jl. Airlangga 03 Sukodadi Lamongan Jawa Timur Abstract The emergence of Mu'tazilah school is resulted from the thinking to the answer of a question whether capital sinners (murtakib al kabair) can be adressed as a moslem or a kafir (non believer), which is proposed to Hasan Al Basri in his forum. As noted before, the Khawarij belive that capital sinners has been a kafir, but according to the Murji'ah they are still moslems. While Hasan al-basri is still thinking, Wasil ibn Atho', the founder of Mu'tazilah school, proposed his idea. In his opinion, the capital sinners are not both of them, but they are in the middle of them. This article will study the Mu'tazilah theology from the perspective of populic theology. The populic theology is emphirical. It is resulted from dialectic of critical antagony between reality and its universal message. Keywords: Wasil ibn Atho', Populic Theology, Mu'tazilah Abstrak Timbulnya aliran Mu`tazilah merujuk kepada peristiwa diskusi antara Wasil ibn Atho` dengan Hasan al-basri di Basrah, Wasil selalu mengikuti pelajaran yang diberikan oleh Hasan al-basri di Masjid Basrah, pada suatu hari datang seseorang kepada Hasan al-basri, lalu menanyakan pendapatnya tentang orang - orang yang telah berbuat dosa besar (murtakib al-kaba>ir/ capital sinners), sebagaimana diketahui kaum khawarij memandang mereka telah kafir, sedang kaum Murji`ah memandang mereka masih mukmin, ketika Hasan al- Basri masih berpikir, Wasil mengeluarkan pendapatnya sendiri mengenai hal itu dengan mengatakan :"saya berpendapat bahwa orang yang telah berbuat dosa besar itu sudah bukan mukmin, tetapi juga bukan kafir, akan tetapi menempati posisi antara keduanya, tidak mukmin dan tidak kafir (al-manzilah baina al-manzilatain). Tumbuhnya telogi mu`tazilah pada abad pertengahan sebagai pengabdian pada kepentingan doktrin atau teologi dialektik retorik, merupakan dialektika yang terjadi dalam proses penghadapan antagonis antara satu doktrin dengan doktrin yang lainnya, maka dialektika teologi yang bersifat populis itu bersifat empiris yang merupakan dialektika dari proses penghadapan kritis anatara realitas kehidupan dengan pesan-pesan universal. Kata Kunci : Washil Ibn Atho`, Mu`tazilah dan Teologi Populis.

2 317 Kontemplasi, Vol 01 No 02, Nopember 2013 PENDAHULUAN Dalam pembahasan mengenai pemikiran teologi keagamaan lahir dari suatu pola keprihatinan, bagaimana ajaran agama bisa dipahami secara benar, perkembangan pemikiran manusia mengakibatkan berubah-ubahnya interpretasi ummat manusia terhadap aqidah. Teologi sebagaimana diketahui, membahas ajaran-ajaran dari suatu agama, setiap orang yang ingin menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, perlu mempelajari teologi yang terdapat dalam agama yang dianutnya, mempelajari teologi yang terdapat dalam agama yang dianutnya, mempelajari teologi akan memberi seseorang keyakinan-keyakinan yang berdasarkan pada landasan kuat yang tidak mudah diumbang-ambingkan oleh peredaran zaman. 1 Teologi Islam yang diajarkan di Indonsia pada umumnya adalah teologi dalam bentuk ilmu Tauhid, ilmu Tauhid biasanya kurang kurang mendalam dalam pembahasannya dan kurang bersifat filosofis, selanjutnya ilmu Tauhid bisanya memberi pembahasan sepihak dan tidak mengemukakan pendapat dan paham dari aliran-aliran atau golongan lain yang ada dalam teologi Islam, dan ilmu Tauhid yang diajarkan umumnya menurut aliran Asy`ariyyah, sehingga timbul kesan dikalangan sementara ummat Islam Indonesia, bahwa inilah satu-satunya teologi yang ada dalam Islam. Dalam Islam sebenaranya ada beberapa aliran teologi, ada aliran yang bersifat liberal, ada aliran yang bersifat tradisional, dan ada aliran yang bersifat antara liberal dan tradisional. Hal ini mungkin ada hikmahnya, bagi orang yang bersifat tradisional mungkin lebih sesuai dengan jiwa teologi tradisional, sementara orang lain yang bersifat liberal dalam pemikirannya lebih tepat menerima ajaran-ajaran teologi liberal, dalam soal fatalisme dan free will umpamnya, orang yang bersifat liberal tidak dapat menerima faham fatalisme, bagi free will yang terdapat dalam teologi liberal lebih sesuai dengan jiwanya. Kedua corak teologi ini, liberal dan tradisional, tidak bertentangan dengan dengan ajaran-ajaran dasar Islam, dengan demikian orang yang memilih mana saja dari aliran itu sebagai teologi yang dianutnya, tidaklah keluar dari Islam. 1 Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta : UI Press, 1986), h. ix.

3 M. Ufuqul Mubin, Wasil Ibn Atho WASIL IBN ATHO` DAN PEMIKIRAN TEOLOGI MU`TAZILAH Dalam pembahasan teologi, Mu`tazilah banyak memakai akal sehingga mereka mendapat nama: "kaum rasionalis Islam". 2 Pemikiran rasional memang banyak mempengaruhi kaum mu`tazilah dalam menentukan pendapat keagamaan mereka, Abu Huzail memberikan penjelasan sejauh mana akal manusia dapat mengetahui masalah-masalah keagamaan, menurut pendapatnya, akal dapat mengetahui dua masalah dasar dan pokok dalam tiap-tiap agama, yaitu Tuhan dan soal kebaikan serta kejahatan, ia menjelaskan bahwa akal manusia dapat mengetahui adanya Tuhan, mengetahui kewajiban manusia berterima kasih pada Tuhan, mengetahui apa yang baik dan yang buruk, mengetahui kewajiban manusia berbuat baik dan kewajibannya menjauhi perbuatan jahat. Akal, betul dapat mengetahui kewajiban manusia berterima kasih kepada Tuhan, tetapi tidak mengetahui cara atau ritual berterima kasih itu, kata Ibn Hasyim, ibadah diketahui bukan melalui akal tetapi melalui wahyu. 3 Hal ini tidak lepas dari pemikiran-pemikiran Wasil ibn Atho`, karena beliau merupakan orang pertama yang membina aliran mu`tazilah, sebagaiaman dikatakan bahwa wasil ibn Atho`adalah shaikh al-mu tazilah wa qadimuha 4, sebelum melihat jauh tentang pemikiran itu, terlebih dahulu disajikan sekilas riwayat hidup Wasil ibn Atho`. Riwayat Hidup Wasil ibn Atho` Wasil ibn Atho` hidup dan berprestasi pada paruh pertama abad ke-2 H. 5 Nama lengkapnya Abu Huzaifah Wasil ibn Atho` al-ghazzal 6 al-alsaq. Timbulnya di zaman Abdul Malik ibn Marwan, ia adalah golongan mawalli pada Bani Dhobah dan Bani Mahjum, diriwayatkan pula ia adalah mawalli pada Bani 2 Ibid, h Abd al-jabbar Ahmad, al-usu>l al-khamsah, (Kairo :Dar al-maktabah al-ilmiyyah, 1965), h Ahmad Mahmud Subhi, Fi> Ilm al-kala>m, (Mesir: Dar al-kutib al-jami`ah, 1969), h Al-Gurabi, Tarikh al-firaq al-isla>miyyah, (Mesir: Maktabah `Ali Sya`bah, 1958), h. 6 Suatu tempat di mana Wasil membantu para wanita dalam menjauhkan diri dari perkara

4 319 Kontemplasi, Vol 01 No 02, Nopember 2013 Hasyim. 7 Wasil lahir di Madinah pada tahun 80 H/ 689 M, dan meninggal pada tahun 131 H / 749 M di Basrah. 8 Wasil belajar dengan Hasan al-basri juga belajar kepada ulama-ulama lainnya, diantaranya materi yang ia tekuni adalah ilmu Hadis, dengan dasar ilmu yang ia pelajari menjadikannya seorang pemikir besar, membawa metode dialektika ke dalam aliran Mu`tazilah. Aliran Mu`tazilah dengan segala kemajuan dan perkembangannya menjadi suatu pertanda Wasil ibn Atho` adalah sebagai orang yang berprestasi, disamping itu menurut Ahmad Amin dia adalah pengarang yang produktif, namun sayang karyanya tidak sampai kepada kita. 9 Wasil ibn Atho` mempunyai dua murid yang penting yang masing-masing bernama Bisyri ibn Sa`id dan Abu `Usman al-za`fani, dari kedua murid inilah dua pemimpin lainnya Abu Huzail al-`allaf dan Bisyri ibn Mu`tamar menerima ajaran-ajaran Wasil, Bisyri sendiri kemudian menjadi Mu`tazilah cabang Bagdad, sedangkan Abu Huzail tetap di Basrah. 10 Pemikiran Wasil ibn Atho` Teologi Wasil ibn Atho` adalah teologi modern yang mengambil posisi antara liberal rasionalis yang menggunakan metode penafsiran kontekstual pada dalil-dalil normatif, mempergunakan pemikiran secara sistematis dalam memecahkan pesoalan-persoalan teologis. Ketika masalah aqidah Islam mengalami krisis, kontroversi antara khawarij dan murji`ah, Wasil dengan aliran Mu`tazilahnya menjembatani permasalahan yang terjadi. yang tidak halal, asy-syahrastani, al-milal wa an-nih}al.. I: h M. Th. Houstma dkk (ed), First Enciyclopedia of Islam, (Leiden: E. J. Brill s, 1987), VIII : Ahmad Amin, Fajr al-isla>m, (Beirut : Dar al-fikr, 1975), h Ibid. 10 An-Nasysyar, Nash`ah al-fikr al-falsafi> fi> al-isla>m, (Kairo: Dar al-maktabah al- Islamiyyah, 1971), h. 473.

5 M. Ufuqul Mubin, Wasil Ibn Atho Menjelaskan pemikiran-pemikiran Wasil ibn Atho` ini, sebagaimana rumusan yang dikemukakan oleh Harun Nasution, 11 bahwa pemikiran Wasil dapat dibagi pada: 1. Al-Manzilah Baina al-manzilatain Awal pembicaraan berangkat dari masalah iman, predikat seseorang ditentukan oleh imannya. Iman tidak hanya ditetapkan dalam hati, ia membutuhkan aplikasi praktis. Apabila iman tidak direalisasikan dalam bentuk amal, tidaklah diberi predikat mukmin, prinsip ini menunjukkan pembelaan kaidah aqidah yang terkandung dalam al-qur`an dengan pemikiran rasional. Pembahasan dosa terbagi menjadi dosa kecil dan dosa besar, dosa kecil apabila tidak diiringi dosa besar kemungkinan dapat diampuni, ada dosa besar yang tingkatannya menjadi rendah, pelakunya tidak dikatakan kafir, menurut Wasil orang yang melakukan dosa besar bukan kafir sebagaimana dikatakan kaum khawarij, dan bukan pula mukmin sebagaimana dikatakan kaum murji`ah, tetapi menempati tempat orang yang fasiq yang menduduki posisi diantara posisi mukmin dan posisi kafir. Kata mukmin dalam pendapat Wasil merupakan sifat baik dan nama pujian yang tidak dapat diberikan kepada fasiq, dengan dosa besarnya. Tetapi predikat kafir tidak dapat pula diberikan kepadanya, karena disebabkan ia masih mengucapkan syhadat dan mengerjakan perbuatan baik baik, orang semacam ini, kalau meninggal dunia tanpa tobat, akan masuk dalam neraka, hanya siksaan yang yang diberikan lebih ringan dari siksaan yang terima orang kafir, demikianlah pendapat yang diberikan oleh Wasil ibn Atho`. 12 Tidak seperti halnya khawarij dan murji`ah, Wasil berpendapat bahwa masalah dosa kecil dan dosa besar, diserahkan kepada pembuat dosa itu, jika orang yang berbuat dosa mau untuk bertobat maka punya peluang untuk diampuni Tuhan dan apabila tidak bertobat maka akan mendapat siksaan. 11 Harun Nasution, Islam Rasional, (Bandung : Mizan, 1995), h asy-syahrastani, al-milal wa an-nih}al, (Beirut : Dar al-ma`rifah, 1975), I : 48.

6 321 Kontemplasi, Vol 01 No 02, Nopember 2013 Melihat pemikiran Wasil diatas, peranan akal mempunyai fungsi dalam meletakkan pendirian, sikap mengambil jalan tengah menunjukkan bahwa ajaran ini begitu liberaral, pendirian Wasil tidak menyandarkan pada dogma semata, hal ini sesuai dengan pendapat Harun yang menyatakan bahwa teologi dalam Islam tidak berarti bahwa mereka tidak terikat pada al-qur`an dan Hadis, mereka liberal dalam arti tidak terikat pada pemahaman - pemahaman yang bersifat sederhana, dangkal atau harfiyyah sebagaimana sebagian ulama diluar golongan mu`tazilah yang mengatakan bahwa ajaran dan pemikiran Wasil adalah liberal serta rasional cukup beralasan Faham Qadariyyah. Menurut Wasil, Tuhan bersikap bijaksana lagi adil, tidak dapat berbuat jahat dan tidak pula berlaku zalim, tidak mungkin Tuhan menghendaki supaya manusia berbuat hal-hal yang bertentangan dengan perintah-nya. Dengan demikian manusia sendirilah sebenarnya yang mewujudkan perbuatan baik dan perbuatan jahatnya, iman dan kufurnya, kepatuhan dan durhakanya kepada Tuhan, atas perbuatan-perbuatannya ini, manusia memperoleh balasan. Tuhan telah memberikan kekuatan dan daya kepada menusia untuk menjalankan perintah-nya, tidak mungkin Tuhan menurunkan perintah kepada manusia untuk berbuat sesuatu kalau manusia tidak mempunyai daya tau kekuatan untuk menjalankan perintah-nya. 14 Faham keadilan ini berarti manusia sendirilah yang menentukan perbuatan, kehendak atau daya untuk mewujudkan perbuatan itu merupakan kehendak atau daya manusia itu sendiri, perkembangan selanjutnya faham ini dinamakan faham kebebasan manusia dalam kehendak dan perbuatan atau free will / free act. Dengan prinsip kebebasan inilah manusia secara moral dapat dituntut pertanggungjawaban di kemudia hari, senada dengan itu, kata Mas`udi : manusia yang bebas dan bertanggung jawab, pasti manusia yang memiliki kemampuan yang memungkinkan dirinya menentukan mana yang baik dan 13 Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta : Djambatan, 1992), h Asy-Syahrastani, al-milal wa an-nihal, I, h. 47.

7 M. Ufuqul Mubin, Wasil Ibn Atho mana yang buruk, dengan potensi nalar, manusia dapat tumbuh sebagai makhluq yang mandiri, tidak menggantungkan kepada pihak lain dalam menentukan jalan hidupnya. 15 Pada intinya faham ini kebebasan ini, berangkat dari Nas-Nas yang menerangkan bahwa Tuhan Maha Adil, merumuskan konsep adil melalui penalaran akal, secara logika apabila perbuatan manusia ditentukan Tuhan, maka manusia tidak dituntut untuk berusaha dengan demikian Tuhan tidak adil, pada dataran ini kemudian orang menyebut teologi yang bercorak rasional, menurut Harun Nasution, rasional tidak berarti ia hanya berpegang kepada akal atau lebih meninggikan akal dari pada wahyu, ia sebenarnya berpegang pada keterangan akal dalam rangka menjelaskan atau membela keterangan wahyu Peniadaan Sifat-sifat Tuhan. Pemberian sifat pada Tuhan akan memberikan kepada banyaknya jumlah yang qadim, sedangkan dalam paham teologi yang qadim itu esa dan tiada yang qadim selain Allah SWT, menurut Harun, ketika Wasil meniadakan sifat Tuhan bukan berarti Wasil menolak ayat-ayat yang menggambarkan sifat Tuhan, selanjutnya menurut Harun, bahwa Wasil dan pengikutnya menerima kebenaran ayat-ayat al-qur`an, hanya penafsiran mereka berbeda dengan penafsiran aliran teologi Islam lainnya, sifat Tuhan yang digambarkan al- Qur`an, bukanlah sifat Tuhan yang zahir, tetapi aspek dari zat Tuhan atau esensi Tuhan. Dengan demikian Tuhan, untuk mengetahui tidak perlu pada sifat mengetahui dan pula tidak pada keadaan mengetahui. 17 Tidak diragukan lagi, bahwa teori ketuhanan ini adalah teori abstrak dan rasional, yang mengatasi semua yang bersifat material dan jasmani, berbeda dengan aliran anthopomorphism yang biasa disebut tajassum atau tashbih. Menurut paham peniadaan sifat-sifat Tuhan ini, Tuhan tidak mungkin diberikan sifat yang mempunyai wujud tersendiri dan kemudian melekat pada 15 Masdar F. Mas`udi, Telaah Kritis Atas Teologi Mu`tazilah, dalam, Budhi Munawwar Rahman (Ed), Kontektualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah, (Jakarta : Paramadina, 1995), h Harun Nasution, Ensiklopedi, h. 711.

8 323 Kontemplasi, Vol 01 No 02, Nopember 2013 zat Tuhan, karena zat Tuhan bersifat Qadim, maka apa yang melekat pasa zat itu bersifat Qadim pula, dengan demikian sifat adalah bersifat Qadim. Akan tetapi Tuhan menyebut dirinya mempunyai sifat-sifat seperti sifat mendengar, bagaimana menjawab isi wahyu ini dengan logika diatas? Tuhan memang mempunyai sifat mendengar, akan tetapi Tuhan mendengar bukan dengan sifat malahan mendengar dengan pendengaran-nya dan pendengaran- Nya adalah zat-nya, demikian pula sifat-sifat lainnya. 18 Wasil ibn Atho` sebagaimana pemikiran diatas merupakan inti dari ajaran-ajaran yang ditinggalkan, dua dari ajaran tersebut yaitu posisi menengah dan peniadaan sifat Tuhan, kemudian ajaran tersebut menjadi bagian yang integral dari lima pokok ajaran mu`tazilah yaitu al- adl (keadilan Tuhan), alwa d wa al-wa i>d (janji baik dan ancaman) dan al-amr bi al-ma ru>f wa alnahyi an al-munkar (memerintah orang untuk berbuat baik dan mencegah untuk berbuat jahat). Al-`adl erat kaitannya dengan Tauhid, kalau tauhid ingin menyucikan diri Tuhan dengan persamaan dengan diri makhluq-nya, maka denga adl ingin menyucikan pernuatan Tuhan dari persamaan dengan perbuatan makhluq, hanya Tuhan yang pasti berbuat adil, Tuhan tidak berbuat zalim, perbuatan zalim hanya terdapat pada makhluq, dengan kata lain, kalau Tauhid membahas diri Tuhan, maka adl membahas perbuatan Tuhan. Kalau disebut Tuhan Adil, maka sebagaimana dikatakan Abd al-jabbar, berarti semua perbuatan Tuhan bersifat baik, Tuhan tidak berbuat buruk, dan tidak melupakan apa yang wajib dikerjakan-nya, dengan demikian Tuhan tidak berdusta, tidak bersikap zalim, tidak menyiksa anak-anak orang politheist, lantaran dosa orang tua mereka, tidak menunurunkan mu`jizat bagi pendusta tidak memberi beban yang tidak dapat dipikul manusia, selanjutnya itu berarti bahwa Tuhan memberi daya kepada manusia untuk dapat memikul beban yang diletakkan Tuhan atas dirinya, menerangkan hakikat beban itu, dan memberi upah atau hukuman atas perbuatan manusia, dan kalau Tuhan 17 Asy-Syahrastani, al-milal wa an-nih}al., I, h Ibid, h. 49.

9 M. Ufuqul Mubin, Wasil Ibn Atho memberi siksaan, maka siksaan itu adalah untuk kepentingan dan maslahat manusia, karena kalau siksaan diturunkan bukan untuk kepentingan dan maslahat manusia, Tuhan dengan demikian akan melalaikan salah satu kewajiban-nya. 19 Tuhan bersifat Maha Sempurna, karena itu, dalam paham mu`tazilah Tuhan tidak berbuat buruk, bahkan menurut salah satu golongan tidak dapat berbuat buruk, karena perbuatan buruk hanya dari orang yang tidak sempurna. Semua perbuatan Tuhan bersifat baik, ekspresi ke-maha-baikan Tuhan, oleh karena itu mereka mengatakan wajib bagi Tuhan mendatangkan yang baik untuk manusia, inilah yang biasa disebut dengan dengan al-s}alah wa alas}lah. Selanjutnya soal keadilan Tuhan ini menimbulkan persoalan tentang perbuatn manusia, apakah manusia itu diwujudkan oleh Tuhan atau diwujudkan oleh manusia sendiri, paham jabariyyah jelas tidak sesuai dengan paham keadilan Tuhan, karena menurut paham jabariyyah manusia itu tidak mempunyai kemerdekaan dalam kemauan dan perbuatan, segala perbuatannya sudah ditentukan seak azali, dengan kata lain, manakala manusia malakukan perbuatan buruk, itu ia lakukan bukan atas kemauannya sendiri, tetapi ia lakukan karena terapksa, tidakah dapat dikatakan Tuhan disebut adil sekiranya Ia menghukum orang yang berbuat bukan atas kemauannya sendiri, tetapi atas paksaan dari luar dirinya, oleh karena itu kaum mu`tazilah mengambil paham qadariyyah, paham inilah yang sesuai dengan keadilan Tuhan. 20 Sedangkan al-wa`d wa al-wa`id merupakan lanjutan dari ajaran bahwa Tuhan tidak dapat disebut adil kalau Ia tidak memberi pahala kepada orangorang yang berbuat baik, dan tidak menghukum orang-orang yang berbuat zalim, keadilan menghendaki orang yang bebuat baik diberi upah dan orang bersalah atau berbuat buruk diberi hukuman sebagaiamana Tuhan janjikan Harun Nasution, Teologi Islam, h Abu Zahrah, al-siya>sah wa Aqi>dah fi> al-isla>m, edisi Indonesia, Aliran Politik dan Aqidah Islam, terj. Abdurrahman (Jakarta : Logos, 1996), h Ibid.

10 325 Kontemplasi, Vol 01 No 02, Nopember 2013 Sedangkan al-`amr bi al-ma`ruf wa an-nahy `an al-munkar, harus dijalankan oleh setiap muslim untuk menyiarkan agama dan memberi petunjuk kepada orang -orang yang sesat, dengan demikian ajaran al-`amr bi al-ma`ruf wa an-nahy `an al-munkar, itu sebetulnya bukan monopoli ajaran mu`tazilah, tetapi ajaran semua ummat Islam, perbedaan antara ajaran ini dalam kalangan mu`tazilah dengan ajaran ini dalam kalangan ummat Islam yang lain terdapat dalam pelaksanannya, apakah perintah dan larangan itu cukup dilaksanakan dengan seruan saja, ataukah harus sampai dengan kekerasan, kaum khawarij berpendapat harus sampai dengan kekerasan, kaum mu`tazilah berpendapat kalau dapat, cuckup dengan seruan saja, tetapi kalau tidak dapat, harus sampai dengan kekerasan, sejarah membuktikan bahwa kaum mu`tazilah pernah menggunakan kekerasan dalam penyampaian ajaran-ajarannya. 22 PERKEMBANGAN TEOLOGI MU`TAZILAH Timbulnya aliran Mu`tazilah merujuk kepada peristiwa diskusi antara Wasil ibn Atho` dengan Hasan al-basri di Basrah, Wasil selalu mengikuti pelajaran yang diberikan oleh Hasan al-basri di Masjid Basrah, pada suatu hari datang seseorang kepada Hasan al-basri, lalu menanyakan pendapatnya tentang orang - orang yang telah berbuat dosa besar (murtakib al-kaba>ir/ capital sinners), sebagaimana diketahui kaum khawarij memandang mereka telah kafir, sedang kaum Murji`ah memandang mereka masih mukmin, ketika Hasan al-basri masih berpikir, Wasil mengeluarkan pendapatnya sendiri mengenai hal itu dengan mengatakan :"saya berpendapat bahwa orang yang telah berbuat dosa besar itu sudah bukan mukmin, tetapi juga bukan kafir, akan tetapi menempati posisi antara keduanya, tidak mukmin dan tidak kafir (al-manzilah baina al-manzilatain). Kemudian dia berdiri dan dan menjauhkan diri dari Hasan al-basri, pergi ke tempat lain masjid itu, dan di sana ia mengulangi pendapatnya kembali, atas ini Hasan al-basri mengatakan: "Wasil menjauhkan diri dari kita", dengan sebab itulah Wasil dan teman-temanya kata asy-syahrastani di sebut kaum Mu`tazilah Ibid, h Asy-Syahrastani, al-milal wa an-nih}al, (Beirut : Dar al-ma`rifah, 1975), I : 48.

11 M. Ufuqul Mubin, Wasil Ibn Atho Menurut al-bagdadi, Wasil dan teman-temannya diusir oleh Hasan al-basri dari majlisnya karena adanya pertikaian antara mereka mengenai persoalan qadar dan orang yang berbuat dosa besar, keduanya menjauhkan diri dari Hasan al- Basri, mereka dan para pengikut mereka disebut kaum Mu`tazilah karena mereka menjauhkan diri dari paham ummat Islam tentang soal dosa besar, menurut mereka orang seperti ini tidak mukmin, tidak juga kafir. 24 Teologi Mu`tazilah memulai sejarahnya dari kota Basrah, karena di kota inilah dia mulai berdiri, orang pertama yang memolopori adalah Wasil ibn Atho` ( H/), beliau adalah peletak dasar ajaran-ajaran Mu`tazilah, hanya saja ajaran-ajarannya belum begitu meluas, dalil-dalil yang digunakan untuk menegakkan ajarannya masih bersifat sepenuhnya dalil al-qur`an dan as-sunnah, walaupun cara berpikir dan cara beragumentasinya sudah berbeda dengan caracara ulama tradisional, namun pemikiran-pemikirannya masih terbatas pada halhal yang dapat dijangkau oleh arti nas (lahiriyyah). 25 Aliran ini mendapat bentuk yang lebih sempurna pada masa Abu Huzail al- `Allaf ( ) dan Ibrahim ibn Sayyar an-nazam ( ), kedua tokoh ini membawa aliran mu`tazilah kepada pemakaian akal secara besar-besaran dan banyak berhubungan dengan filsafat Yunani, pada waktu itu aliran Mu`tazilah tidak lagi berpusat di Basrah, tetapi juga di kota bagdad, serta diikuti tidak hanya orang kebanyakan tetapi juga oleh penguasa negara. Masa kejayaan aliran Mu`tazilah adalah pada masa pemerintahan al- Ma`mun ( ), al-mu`tasim ( ) dan al-wasiq ( ). Ini adalah karena ketiga orang khilafah ini selain menganut aliran Mu`tazilah juga menjadikan aliran Mu`tazilah sebagai mazhab resmi negara, dan memaksa rakyat untuk menganut aliran Mu`tazilah, mereka menggunakan banyak cara untuk memaksa rakyat menganut aliran Mu`tazilah, diantaranya ialah dengan mihnah, yakni menguji pejabat-pejabat negara dan tokoh-tokoh mesyarakat, mereka ditanya apakah al-qur`an itu qadim atau hadis. Orang yang menjawab al-qur'an itu qadim dicambuk dan dimasukkan kedalam penjara, dan orang yang menjawab 1958), h Al-Bagdadi, al-farq Baina al-fira>q, (Mesir: Maktabah asy-sya`bah, t.t), h Al-Gurabi, Ta>ri>kh al-fira>q al-isla>miyyah, (Mesir : Maktabah `Ali Sya`bah,

12 327 Kontemplasi, Vol 01 No 02, Nopember 2013 al-qur`an itu hadis dibebaskan, ini adalah karena aliran Mu`tazilah berpendapat bahwa al-qur`an itu Hadis. Dari segi geografis, aliran mu`tazilah ada yang berkembang di Basrah dan di Bagdad, mu`tazilha Basrah tumbuh dan berkembang dengan tokoh Wasil ibn Atho`, Amr ibn Ubay, Abu al-huzail al-`allaf, An-Nazzam dan al-juba`i, sementara mu`tazilah Bagdad tumbuh dan berkembang dengan tokoh Bisyr ibn Mu`tamir, Mu`mmar ibn `Abbad, al-khayyat, al-qadli `Abd al-jabbar dan azzamakhsari. Perbedaan antara kedua aliran mu`tazilah ini pada umumnya terjadi karena perbedaan situasi geografis dan kultural, kota Basrah lebih dahulu didirikan dan lebih dahulu mengenal perpaduan aneka ragam kebudayaan dan agama dari pada kota Bagdad, kota Bagdad memang lebih akhir didirikan, tetapi menjadi ibu kota negara, pusat pemerintahan dan tempat bertahtanya para khalifah, kota Basrah dan kota Bagdad kedua-duanya mempunyai keistimewaan dan memberi kesempatan kepada aliran mu`tazilah untuk tumbuh dan berkembang, karena itu yang di Basrah maupun yang di Bagdad, aliran mu`tazilah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Menurut Ahmad Amin, sebagaimana dikutip oleh A. Hanafi, pengaruh filsafat Yunani pada aliran mu`tazilah Bagdad lebih tampak, ini selain karena adanya kegiatan penerjemahan buku-buku filsafat di bagdad, juga karena istana khalifah-khalifah Abbasiyyah di Bagdad menjadi tempat pertemuan ulama-ulama Islam. Aliran mu`tazilah Basrah lebih banyak menekankan segi pelaksanaan ajaran, aliran Basrah tidak begitu dipengaruhi, tetapi aliran Bagdad sangat dipengaruhi oleh kekuasaan khalifah-khalifah, aliran mu`tazilah Basrah lebih banyak lebih banyak memulai pembahasan, sedang aliran mu`tazilah Bagdad lebih banyak melanjutkan pembahasan soal-soal yang sudah dimulai pembahasannya oleh aliran mu`tazilah basrah dengan memperdalam atau memperluas pembahasannya. 26 ANALITIS KRITIS MENUJU TEOLOGI POPULIS 26 A. Hanafi, Pengantar Teologi Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), h. 68.

13 M. Ufuqul Mubin, Wasil Ibn Atho Sudah menjadi fakta sejarah, bahwa pemikiran keagamaan baik teologi ataupun fiqh, sebagai amal yang ditawarkan para pemikir muslim sejak abad pertengahan adalah lahir dari suatu pola keperihatinan yang serupa yaitu bagaimana ajaran agama bisa dipahami ummat secara benar (suatu pemikiran yang jelas berangkat dari keperihatinan teoretik),berbicara tentang mu`tazilah yang merujuk pada peristiwa diseputar tema muslim yes, muslim no yang menekankan perlunya seseorang diperjelas kedudukannya apakah termasuk orang dalam (in group, minna) atau orang luar (out group, minhum) terhadap orang yang melakukan dosa besar, ini nampaknya diselimuti latar belakang politis, maka selanjutnya tentang "kebebasan manusia" yang ditelorkan mu`tazilah benar-benar tumbuh sebagai aliran teologi yang murni bersifat teologis, dan dari sinilah mu`tazilah benar-benar sebagai teologi yang tersendiri diantara aliran teologi lainnya, karena dalam mu`tazilah secara tegas dinyatakan bahwa "manusia sepenuhnya memiliki kebebasan dalam bertindak" baginya dengan prinsip kebebasan inilah manusia secara moral dapat dituntut pertanggungjawaban dikemudian hari, prinsip al-wa d wa al-wa id, tak bisa dipahami tanpa adanya prinsip kebebasan, sebaliknya prinsip kebebasan hanya berarti kalau ada al-wa d wa al-wa id yang setimpal dikemudian hari. Mu`tazilah yakin bahwa manusia diakhirat nanti ditentukan oleh amal perbuatannya, yang dilakuakan secara bebas, sebagai yang Maha Adil Tuhan harus membalas perbuatan manusia, sementara manusia yang bebas dan bertanggungjawab pastilah manusia yang memiliki kemampuan yang memungkinkan dirinya menentukan yang baik dan yang buruk (al-h}asan wa alqubh}). Pada poin inilah mu`tazilah populer sebagai aliran yang rasionalistik yang menggunakan otoritas "akal (nalar) atas naqal". Prinsip keesaan Tuhan yang dibangunnya murni dengan pendekatan filosofis, yang merupakan pembebasan (tanzih) Tuhan dari seluruh "sifat" bahkan yang ekspilsit dalam al-qur`an, dikatakan Tuhan itu qadim, maka segala yang selainnya, termasuk sifat-sifat yang dikenakan kepada-nya adalah hadis, dengan menarik postulat ini lebih jauh, maka al-qur`an sebagai ekspresi salah satu sifat-

14 329 Kontemplasi, Vol 01 No 02, Nopember 2013 Nya (al-kala>m) yang hadis, dengan demikian juga hadis, yang diciptakan (makhluq). Dari paparan diatas, ada beberapa catatan kritis tentang mu`tazilah ini, pertama: ketika terjadi dialog antara al-juba`i (tokoh mu`tazilah) dengan al- Asy`ari, tentang nasib anak kecil, orang mukmin, orang kafir, menurut al-juba`i: yang mukmin masuk sorga, kafir masuk neraka dan anak kecil terlepas dari bahaya, kemudian al-asy-`ari mengatakan: mungkinkan yang kecil menempati yang lebih tinggi masuk sorga, al-juba`i menjawab: tidak mungkin, karena yang kecil belum mempunyai kepatuhan pada Tuhan, al-asy`ari bertanya: kalau anak itu mengatakan pada Tuhan, itu bukan salahku, jika aku tetap hidup aku akan menjadi orang mukmin, al-juba`i berkata: Allah akan menjawab, Aku tahun jika kamu tetap hidup kamu akan bebrbuat dosa, maka untuk kepentinganmu Aku cabut nyawamu sebelum kamu dewasa, al-asy`ari bertanya: sekiranya yang kafir mengatakan, Engkau tahu masa depanku sebagaiaman engkau ketahui masa depan anak kecil itu, mengapa engkau tidak menjaga kepentinganku? kemudian al-juba`i terpaksa diam. Yang menarik dari diskusi diatas, bukan al-juba`i kehabisan akal menjawabnya, akan tetapi sebagaiaman al-juba`i, al-ays`ari juga menggunakan akal (logika) untuk mendukung argumentasinya, bedanya kalau al-juba`i (mu`tazilah) dengan logika akalnya bersikeras untuk mendefinisikan Tuhan menurut batas-batas manusia, sedngkan al-asy`ari menggunakan logika akalnya, justru ingin membebaskan-nya tetap berada diatas batas-batas manusia tadi. Kedua: Klaim adanya kebenaran tunggal yang harus diterima semua pihak, kritik ini juga tidak hanya pada mu`tazilah, akan tetapi juga pada lainnya yang merasa paling benar, hanya saja bedanya mu``tazilah mengaku telah menemukan kebenaran tunggal melalui logika akal, sedang lawanya mengaku menemukan kebenaran melalui huruf-huruf naqal. Ketiga: prinsip yang dipropagandakan mu`tazilah adalah tentang "keadilan" suatu isu yang sebenarnya sangat relevan, akan tetapi keadilan yang dimaksud rupanya bersifat eskatalogis, yang berkaitan dengan peranan Tuhan di hari kemudian, sementara keadilan yang dirasakan ummat, kelompok mu`tazilah

15 M. Ufuqul Mubin, Wasil Ibn Atho justru bergandengan tangan dengan rejim yang berkuasa saat itu, untuk melakukan tindak sewenang-wenang terhadap siapa saja yang tidak disukainya, tragedi teologi ini dikenal dengan mihanah atau inquition dengan dukungan kekuaasaan. Maka dari itu sistem teologis yang dibangun sebaiknya benar-benar berangkat dari lapisan paling bawah, dari dasar keperihatinan ini muncul apa yang disebut teologi populis atau teologi kerakyatan, sehingga kalau realitas yang menggugah keperihatiannya adalah soal keadilan, maka keadilan yang dimaksud bukan hanya keadilan Tuhan yang harus ditegakkan disana, tapi keadilan yang menjadi tanggung jawab manusia dalam kehidupan sini. PENUTUP Sebagaimana paparan yang telah dijelaskan diatas, ada beberapa kesimpulan bahwa Wasil ibn Atho` merupakan pelopor dan tokoh aliran mu`tazilah, yang mendapat julukan shaikh al-mu tazilah wa qadimuha, pemikiran Wasil ibn Atho` adalah rasional. Adapun pemikiran mu`tazilah tercakup dalam al-usu>l al-khamsah yaitu at- Tauhid, al- Adl, al-wa d wa al-wa id, al-manzilah baina al-manzilatain dan al- Amr bi al-ma ruf wa al-nahy an al-munkar. Tumbuhnya telogi mu`tazilah pada abad pertengahan sebagai pengabdian pada kepentingan doktrin atau teologi dialektik retorik, merupakan dialektika yang terjadi dalam proses penghadapan antagonis antara satu doktrin dengan doktrin yang lainnya, maka dilektika teologi yang bersifat populis itu bersifat empiris yang merupakan dialektika dari proses penghadapan kritis antara realitas kehidupan dengan pesan-pesan universal. Dengan demikian concernya teologi dialektika retorik adalah terbangunya kesesuaian realitas pemahaman dengan bunyi doktrin, sementara teologi dilalektika populis adalah terbangunnya kesesuaian antara realitas kehidupan dengan semangat doktrin yang dinamis. Maka dengan terbangunya teologi dialektika empiris yang terbuka, membawa masyarakat pada keterbukaan yang menerima perbedaan pendapat

16 331 Kontemplasi, Vol 01 No 02, Nopember 2013 sebagai realitas kehidupan yang wajar, justru dengan pendapat yang beda-beda itu, kemungkinan menemukan pilihan yang terbaik, menjadi tersedia, dimana secara vertikal berwatak populis, sementara secara horizontal berwatak demokratis, dua sisi yang selama ini terabaikan. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Abd al-jabbar, al-usu>l al-khamsah, Kairo: Dar al-maktabah al- Ilmiyyah, 1965 Al-Bagdadi, al-farq Baina al-firaq, Mesir: Maktabah asy-sya`bah, t.t. Amin, Ahmad, Fajr Islam, Beirut: Dar al-fikr, F. Mas`udi, Masdar, Telaah Kritis Atas Teologi Mu`tazilah, dalam, Budhi Munawwar Rahman (Ed), Kontektualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah, Jakarta: Paramadina, Al-Gurabi, Tarikh al-firaq al-isla>miyyah, Mesir: Maktabah `Ali Sya`bah, Hanafi, A., Pengantar Teologi Islam, Jakarta: Bulan Bintang, Mahmud Subhi, Ahmad, Fi Ilm al-kala>m, Mesir: Dar al-kutub al-jami`ah, Nasution, Harun, Teologi Islam, Jakarta: UI Press, 1986., Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992., Islam Rasional, Bandung: Mizan, Al-Nasysyar, Nashah al-fikr al-falsafi> fi> al-isla>m, Kairo: Dar al-maktabah al-islamiyyah, Al-Syahrastani, al-milal wa an-nih}al, Beirut: Dar al-ma`rifah, Th. Houstma, M., dkk (ed), First Enciyclopedia of Islam, Leiden: E. J. Brill s, Zahrah, Abu, as-siya>sah wa Aqi>dah fi> al-isla>m, edisi Indonesia, Aliran Politik dan Aqidah Islam, terj. Abdurrahman, Jakarta : Logos, 1996.

Kritik Terhadap Ajaran Mu tazilah 3 4 5

Kritik Terhadap Ajaran Mu tazilah 3 4 5 Kritik Terhadap Ajaran Mu tazilah 3 4 5 Guna memenuhi tugas Mata kuliah : Tauhid Dosen pengampu : Bpk. Ghofir Romas Yang disusun oleh : 1. Halimatussa diyah ( 1601016073 ) 2. Laili Ristiani ( 1601016074

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran mu tazilah adalah golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosofis dari pada persoalan-persoalan yang dibawa kaum

Lebih terperinci

BAB III TEOLOGI ISLAM. Setiap orang menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, perlu

BAB III TEOLOGI ISLAM. Setiap orang menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, perlu BAB III TEOLOGI ISLAM A. Pengertian Teologi Islam Teologi sebagaimana diketahui, membahas ajaran dasar dari suatu agama. Setiap orang menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, perlu mempelajari teologi

Lebih terperinci

Oleh : Drs. ABU HANIFAH, M.Hum. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Palembang

Oleh : Drs. ABU HANIFAH, M.Hum. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Palembang 1 ALIRAN MU TAZILAH DAN ASY- ARIYAH Oleh : Drs. ABU HANIFAH, M.Hum. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Palembang ABSTRAKS Mu tazilah dan As- Ariyah merupakan dua aliran pemikiran dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejarah menunjukan bahwa, Islam sebagai salah satu bagian dalam sejarah dunia, telah menorehkan sebuah sejarah yang sulit bahkan tidak mungkin terlupakan dalam sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertengahan kedua dari abad IX M. Aliran ini didirikan oleh Abu Mansur Muhammad Ibn Mahmud Al-Maturidi. Kemudian namanya dijadikan sebagai nama aliran Maturidiah. Aliran

Lebih terperinci

KONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI AH DAN MU TAZILAH (STUDI KOMPARATIF)

KONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI AH DAN MU TAZILAH (STUDI KOMPARATIF) KONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI AH DAN MU TAZILAH (STUDI KOMPARATIF) A. Latar Belakang Setiap orang yang ingin menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, terperinci, perlu mempelajari teologi yang terdapat

Lebih terperinci

KRITIK TERHADAP ALIRAN MU TAZILAH. Makalah. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata Kuliah : ILMU TAUHID. Dosen Pengampu : Drs.

KRITIK TERHADAP ALIRAN MU TAZILAH. Makalah. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata Kuliah : ILMU TAUHID. Dosen Pengampu : Drs. KRITIK TERHADAP ALIRAN MU TAZILAH Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : ILMU TAUHID Dosen Pengampu : Drs.Ghofir Romas Disusun Oleh: 1. Iffatul umiyati (1501016014) 2. Siti ratna (1501016032)

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pemahaman, Berpikir Rasional, Pembangunan

Kata Kunci: Pemahaman, Berpikir Rasional, Pembangunan PAHAM TEOLOGI RASIONAL MU'TAZILAH DI INDONESIA Oleh : M. Baharudin Abstrak Studi terhadap sejarah perkembangan dan pemikiran dalam Islam khususnya dalam bidang teologi telah menarik minat para ulama Islam

Lebih terperinci

KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata kuliah : Ilmu Tauhid. Dosen Pengampu : Drs.

KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata kuliah : Ilmu Tauhid. Dosen Pengampu : Drs. KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah : Ilmu Tauhid Dosen Pengampu : Drs. Ghofir Romas Disusun oleh: Shafira Caesar Savitri ( 1501016001 ) Rohmatul

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012 KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah (Keagamaan) Bentuk Soal : Pilihan Ganda Mata Pelajaran : Ilmu Jumlah Soal : 50 Butir Kurikulum acuan :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam, kepada tiap-tiap golongan umat pada

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG HUBUNGAN TENTANG KEHENDAK TUHAN DENGAN KEADILAN TUHAN Oleh : sariah

TINJAUAN TENTANG HUBUNGAN TENTANG KEHENDAK TUHAN DENGAN KEADILAN TUHAN Oleh : sariah TINJAUAN TENTANG HUBUNGAN TENTANG KEHENDAK TUHAN DENGAN KEADILAN TUHAN Oleh : sariah 1. PENDAHULUAN Sebagaimana diketahui, bahwa perselisihan faham yang mengakibatkan timbulnya aliran dalam Islam, pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam BAB V KESIMPULAN Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam disebabkan oleh dua faktor yaitu, faktor politik dan faktor sosial. Ditinjau dari aspek politik, perselisihan antara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 81 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berangkat dari uraian yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Makna tawassul dalam al-qur an bisa dilihat pada Surat al-

Lebih terperinci

MU TAZILAH; KAUM RASIONALIS ISLAM. Fuad Mahbub Siraj

MU TAZILAH; KAUM RASIONALIS ISLAM. Fuad Mahbub Siraj MU TAZILAH; KAUM RASIONALIS ISLAM Fuad Mahbub Siraj Abstract Al-Qur an consists of the mutashabihat verses, it is the verse that has a universal meaning or unequivocal meaning and has contribution to the

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Teologi Teologi adalah ilmu yang membahas tentang keesaan Allah, asma (nama- nama), af al (perbuatan- perbuatan) Allah yang wajib, mustahil, jaiz, dan sifat wajib, mustahil,

Lebih terperinci

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi) Muhammad SAW adalah seorang nabi terakhir yang diutus ke bumi oleh Allah SWT. Sebagai seorang nabi dan rasul, nabi Muhamad SAW membawakan sebuah risalah kebenaran yaitu sebuah agama tauhid yang mengesakan

Lebih terperinci

`BAB I A. LATAR BELAKANG

`BAB I A. LATAR BELAKANG `BAB I A. LATAR BELAKANG Sebelum munculnya aliran teologi asy ariyyah, aliran muktazilah menjadi pusat pemikiran kalam pada waktu itu yang memperkenalkan pemikiran yang bersifat rasional. Akan tetapi,

Lebih terperinci

BAB IV STUDI ANALISA PANDANGAN TOKOH AGAMA SUKU SAMIN MODERN DI DESA TAPELAN TENTANG TEOLOGI ISLAM

BAB IV STUDI ANALISA PANDANGAN TOKOH AGAMA SUKU SAMIN MODERN DI DESA TAPELAN TENTANG TEOLOGI ISLAM BAB IV STUDI ANALISA PANDANGAN TOKOH AGAMA SUKU SAMIN MODERN DI DESA TAPELAN TENTANG TEOLOGI ISLAM Dari hasil paparan bab sebelumnya, yang telah mengupas secara jelas problematika ataupun permaslahan teologi,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS Mekanisme PAW Anggota DPR/DPRD Menurut UU RI No 27 Tahun 2009 dalam Persepektif Fiqh Siyasah

BAB IV ANALISIS Mekanisme PAW Anggota DPR/DPRD Menurut UU RI No 27 Tahun 2009 dalam Persepektif Fiqh Siyasah BAB IV ANALISIS Mekanisme PAW Anggota DPR/DPRD Menurut UU RI No 27 Tahun 2009 dalam Persepektif Fiqh Siyasah A. Analisis Fiqh Siyasah Terhadap Syarat PAW DPR/DPRD 1. Sejarah dalam Islam, pemecatan bisa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. dalam jenis paguyuban atau gemeinschaft, tepatnya paguyuban karena solidaritas.

BAB IV ANALISA. dalam jenis paguyuban atau gemeinschaft, tepatnya paguyuban karena solidaritas. BAB IV ANALISA A. Keberadaan Kaum Gay Dalam klasifikasi kelompok sosial Komunitas Adinata Family termasuk dalam jenis paguyuban atau gemeinschaft, tepatnya paguyuban karena solidaritas. Sebab komunitas

Lebih terperinci

BAB III A. GAMBARAN UMUM TENTANG MU TAZILAH. mengasingkan atau memisahkan diri. Dalam lembaran sejarah Islam,

BAB III A. GAMBARAN UMUM TENTANG MU TAZILAH. mengasingkan atau memisahkan diri. Dalam lembaran sejarah Islam, BAB III MU TAZILAH DAN DOA A. GAMBARAN UMUM TENTANG MU TAZILAH Secara etimologis, kata Mu tazilah berarti golongan yang mengasingkan atau memisahkan diri. Dalam lembaran sejarah Islam, golongan ini pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul Kedudukan agama dalam kehidupan masyarakat maupun kehidupan pribadi sebagai makhluk Tuhan merupakan unsur yang terpenting, yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MIHNAH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MIHNAH BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MIHNAH A. Pengertian Mihnah secara bahasa kata Mihnah ( (مح ن ة adalah kata jamak dari mahana مح ن, yumhinu bala. 1 yang memiliki arti cobaan, ujian atau يمحن Sedangkan secara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH AL-ZAMAKHSHARY DALAM TAFSIR AL-KASHSHA

Lebih terperinci

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang MAJLIS TAFSIR AL-QUR AN (MTA) PUSAT http://www.mta-online.com e-mail : humas_mta@yahoo.com Fax : 0271 661556 Jl. Serayu no. 12, Semanggi 06/15, Pasarkliwon, Solo, Kode Pos 57117, Telp. 0271 643288 Ahad,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KISAH-KISAH DALAM AL-QUR AN. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-qur an secara harfiyah berarti bacaan

BAB II GAMBARAN UMUM KISAH-KISAH DALAM AL-QUR AN. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-qur an secara harfiyah berarti bacaan BAB II GAMBARAN UMUM KISAH-KISAH DALAM AL-QUR AN Al-Qur an merupakan sumber hukum paling utama bagi umat Islam, M. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-qur an secara harfiyah berarti bacaan sempurna. Kata

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dipaparkan simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang penulis kaji. Sebagaimana yang telah dikaji

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD A. Persamaan dan Perbedaan Pandangan Masdar Farid Mas udi dan Kiai Husen Muhammad Tentang Kepemimpinan Perempuan

Lebih terperinci

Kewajiban berdakwah. Dalil Kewajiban Dakwah

Kewajiban berdakwah. Dalil Kewajiban Dakwah Kewajiban berdakwah Dalil Kewajiban Dakwah Sahabat, pada dasarnya setiap Muslim dan Muslimah diwajibkan untuk mendakwahkan Islam kepada orang lain, baik Muslim maupun Non Muslim. Ketentuan semacam ini

Lebih terperinci

Persatuan Islam dalam Perspektif Imam Shadiq

Persatuan Islam dalam Perspektif Imam Shadiq Persatuan Islam dalam Perspektif Imam Shadiq Pada Jumat, 17 Rabiul Awal 83 H (702 M), lahir seorang manusia suci dan penerus risalah Nabi Muhammad Saw. Pada hari yang bertepatan dengan maulid Rasulullah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mempelajari suatu agama, aspek yang pertama dipertimbangkan sekaligus harus dikaji ialah konsep ketuhanannya. Dari konsep ketuhanan, akan diketahui

Lebih terperinci

KECENDERUNGAN TEOLOGI MATURIDIYAH SAMARKAND

KECENDERUNGAN TEOLOGI MATURIDIYAH SAMARKAND Kecenderungan Teologi Maturidiyah Samarkand (Amat Zuhri) 103 KECENDERUNGAN TEOLOGI MATURIDIYAH SAMARKAND Amat Zuhri* Abstrak: Al-Maturidi tokoh Maturidiyah cabang Samarkand adalah pengikut Abu Hanifah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bernegara. Islam telah mengaturnya sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bernegara. Islam telah mengaturnya sedemikian rupa sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama yang universal. Dalam Islam, tidak ada pemisahan antara agama dan politik. Karena keduanya saling berkaitan. Termasuk dalam kehidupan bernegara. Islam

Lebih terperinci

ILMU TAUHID. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata Kuliah : Ilmu Tauhid. Dosen Pengampu : Dr. Syafi i M.Ag

ILMU TAUHID. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata Kuliah : Ilmu Tauhid. Dosen Pengampu : Dr. Syafi i M.Ag ILMU TAUHID Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Ilmu Tauhid Dosen Pengampu : Dr. Syafi i M.Ag Disusun oleh : ANNISA AGUSTINA ( 1504026039 ) NISA HARIANI FITRI ( 1504026029 ) FAKULTAS USHULUDIN ILMU

Lebih terperinci

DASAR PEMIKIRAN ALIRAN MURJI AH DAN KELOMPOKNYA Oleh: Edi Suriaman

DASAR PEMIKIRAN ALIRAN MURJI AH DAN KELOMPOKNYA Oleh: Edi Suriaman DASAR PEMIKIRAN ALIRAN MURJI AH DAN KELOMPOKNYA Oleh: Edi Suriaman Persoalan teologi dimulai pada masa pemerintahan Usman dan Ali, yaitu disaat terjadinya pergolakan-pergolakan politik dikalangan umat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki kesempurnaan lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dalam al-quran, Allah berfirman:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Al-Ghazali (w. 1111 M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi umat Islam hingga saat ini. Montgomerry Watt (Purwanto dalam pengantar Al- Ghazali,

Lebih terperinci

- Hakekat Tersembunyi Syi'ah Rafidhoh ٢

- Hakekat Tersembunyi Syi'ah Rafidhoh ٢ Lisensi Dokumen: Seluruh artikel, makalah, dan e-book yang terdapat di www.hakekat.com boleh untuk digunakan dan disebarluaskan dengan syarat tidak untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan www.hakekat.com

Lebih terperinci

BAB I KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM. Tujuan bab : Setelah membaca bab ini anda diharapkan dapat menjelaskan konsep ketuhanan dalam Islam

BAB I KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM. Tujuan bab : Setelah membaca bab ini anda diharapkan dapat menjelaskan konsep ketuhanan dalam Islam BAB I KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM Tujuan bab : Setelah membaca bab ini anda diharapkan dapat menjelaskan konsep ketuhanan dalam Islam Sasaran bab : Anda dapat: 1. Menjelaskan falsafah ketuhanan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan umat Islam dari periode Nabi Muhammad Saw. diutus sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan dan kemunduran yang dialami

Lebih terperinci

Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam

Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam *Biografi Singkat Empat Imam Besar dalam Dunia Islam* *Imam Hanafi (80-150 H)* Beliau dilahirkan pada tahun 80 H dan meninggal dunia di Bagdad pada tahun

Lebih terperinci

BAB IV Persamaan dan Perbedaan Dari Murji ah dan Mu tazilah.

BAB IV Persamaan dan Perbedaan Dari Murji ah dan Mu tazilah. BAB IV Persamaan dan Perbedaan Dari Murji ah dan Mu tazilah. Murjiah dan Mu tazilah sebagai aliran kalam (teologi), mempunyai cara pandang yang berbeda tentang orang-orang yang menerima peristiwa tahkim.

Lebih terperinci

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. I Hukum Islam telah ada dan berkembang seiring dengan keberadaan Islam itu sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi pengaruh dalam rangka mengembangkan potensi manusia menuju kepada kedewasaan diri agar mampu

Lebih terperinci

IMAMAH DALAM PANDANGAN POLITIK SUNNI DAN SYI AH

IMAMAH DALAM PANDANGAN POLITIK SUNNI DAN SYI AH IMAMAH DALAM PANDANGAN POLITIK SUNNI DAN SYI AH SKRIPSI Disusun Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam Jurusan Syari ah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAKDIR MENURUT MAUHAMMAD ABDUH DAN AGUS MUSTOFA

BAB IV ANALISA TAKDIR MENURUT MAUHAMMAD ABDUH DAN AGUS MUSTOFA 63 BAB IV ANALISA TAKDIR MENURUT MAUHAMMAD ABDUH DAN AGUS MUSTOFA Mencermati latar belakang kehidupan dan perkembangan pemikiran Muhammad Abduh dan Agus Mustofa dalam bab II dan III, maka sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010. BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Islam kultural dalam konsep Nurcholish Madjid tercermin dalam tiga tema pokok, yaitu sekularisasi, Islam Yes, Partai Islam No, dan tidak ada konsep Negara Islam atau apologi

Lebih terperinci

3 Wasiat Agung Rasulullah

3 Wasiat Agung Rasulullah 3 Wasiat Agung Rasulullah Dalam keseharian kita, tidak disangsikan lagi, kita adalah orang-orang yang senantiasa berbuat dosa menzalimi diri kita sendiri, melanggar perintah Allah atau meninggalkan kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan pedoman yang abadi untuk kemaslahatan umat manusia, merupakan benteng pertahanan syari at Islam yang utama serta landasan sentral bagi tegaknya

Lebih terperinci

TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA)

TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA) TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA) KAJIAN DALIL (AL-Qur an & Hadits) 30. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang

Lebih terperinci

Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Urgensi Menjaga Lisan

Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Urgensi Menjaga Lisan Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA Urgensi Menjaga Lisan Satu waktu Rasulullah saw pernah ditanya: keislamanan bagaimana yang utama? Beliau menjawab: siapa yang perkataan dan perbuatannya menjadikan orang Islam

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah (Prg Keagamaan) Bentuk Sal : Pilihan Ganda Mata Pelajaran

Lebih terperinci

Islam Satu-Satunya Agama Yang Benar

Islam Satu-Satunya Agama Yang Benar Islam Satu-Satunya Agama Yang Benar Khutbah Pertama:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????:?????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

UKHUWAH ISLAMIYYAH Oleh : Agus Gustiwang Saputra

UKHUWAH ISLAMIYYAH Oleh : Agus Gustiwang Saputra UKHUWAH ISLAMIYYAH Oleh : Agus Gustiwang Saputra Hukum Ukhuwah Islamiyyah (Persaudaan sesama muslim) adalah : WAJIB dan TAFARRUQ (berpecah belah) adalah HARAM. Allah berfirman : Sesungguhnya orang-orang

Lebih terperinci

MUTLAK DAN MUQAYYAD DALAM AL-QURAN

MUTLAK DAN MUQAYYAD DALAM AL-QURAN MUTLAK DAN MUQAYYAD DALAM AL-QURAN A. Latar Belakang Al-quran adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah Swt kepada nabi Muhammad Saw lebih kurang XV abad yang lampau yang dijadikan sebagai pedoman hidup

Lebih terperinci

PROBLEMA SYAFAAT DI AKHIRAT MENURUT MUTAKALIMIN. Ermagusti Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang

PROBLEMA SYAFAAT DI AKHIRAT MENURUT MUTAKALIMIN. Ermagusti Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang PROBLEMA SYAFAAT DI AKHIRAT MENURUT MUTAKALIMIN Ermagusti Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang Abstract Belief in the Hereafter is one of the pillars of faith should believe every individual

Lebih terperinci

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I. Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I. Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? Yaitu neraka Jahannam; mereka masuk ke

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M.

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M. BAB V KESIMPULAN Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M. Dasar-dasar teosofi tumbuh bersamaan dan bercampur dalam perkembangan teoriteori tasawuf; filsafat; dan --dalam

Lebih terperinci

Majlis Ugama Islam Singapura Khutbah Jumaat 17 April 2015 / 27 Jamadilakhir 1436 Memahami Hikmah Dalam Pengamalan Agama

Majlis Ugama Islam Singapura Khutbah Jumaat 17 April 2015 / 27 Jamadilakhir 1436 Memahami Hikmah Dalam Pengamalan Agama Majlis Ugama Islam Singapura Khutbah Jumaat 17 April 2015 / 27 Jamadilakhir 1436 Memahami Hikmah Dalam Pengamalan Agama Sidang Jumaat yang dirahmati Allah sekalian, Marilah kita bertakwa kepada Allah s.w.t.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM AL-QURAN TELAAH PENDIDIKAN ISLAM

BAB IV ANALISIS TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM AL-QURAN TELAAH PENDIDIKAN ISLAM BAB IV ANALISIS TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM AL-QURAN TELAAH PENDIDIKAN ISLAM A. Hakikat Toleransi dalam Al-Quran Telaah Pendidikan Islam Allah telah membimbing manusia kepada toleransi melalui

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan Syariat Islam telah menjadikan pernikahan menjadi salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian manusia diatur dalam prinsip

Lebih terperinci

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

Di antaranya pemahaman tersebut adalah: MENYOAL PEMAHAMAN ATAS KONSEP RAHMATAN LI AL- ÂLAMÎN Kata Rahmatan li al- Âlamîn memang ada dalam al-quran. Namun permasalahan akan muncul ketika orang-orang menafsirkan makna Rahmatan li al- Âlamîn secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu, Islam dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. 1

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu, Islam dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan keyakinan orang mukmin dan penegasan Allah SWT, Islam adalah satu-satunya agama yang diridhai Allah dan diperintahkan kepada manusia untuk memeluknya.

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama

Lebih terperinci

A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep

A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep BAB IV PERBANDINGAN KONSEP NEGARA MENURUT PEMIKIRAN IMAM MAWARDI DENGAN ALI ABDUL RAZIQ A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep Negara Dalam tulisan ini hampir semua pemikiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.

Lebih terperinci

MEMAHAMI AJARAN FANA, BAQA DAN ITTIHAD DALAM TASAWUF. Rahmawati

MEMAHAMI AJARAN FANA, BAQA DAN ITTIHAD DALAM TASAWUF. Rahmawati MEMAHAMI AJARAN FANA, BAQA DAN ITTIHAD DALAM TASAWUF Rahmawati Abstrak: Tulisan ini akan membahas sekelumit tentang konsep fana dan baqa, dari segi pengertian, tujuan dan kedudukannya. Juga dibahas sejarah

Lebih terperinci

UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA STATUS DAN TANGGUNGJAWAB MANUSIA

UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA STATUS DAN TANGGUNGJAWAB MANUSIA UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA STATUS DAN TANGGUNGJAWAB MANUSIA OBJEKTIF Membincangkan peranan manusia dan faktor kemuliaannya. Menjelaskan matlamat penciptaan manusia. Membincangkan etika dan nilai manusia

Lebih terperinci

MENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN

MENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN c Menghormati Kemanusiaan d MENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN Oleh Nurcholish Madjid Sidang Jumat yang berbahagia. Dalam kesempatan khutbah kali ini, saya ingin mengajak semuanya untuk merenungkan ajaran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ A. Analisis Pendapat Tentang Iddah Wanita Keguguran Dalam Kitab Mughni Al-Muhtaj Dalam bab ini penulis akan berusaha

Lebih terperinci

Macam-Macam Dosa dan Maksiat

Macam-Macam Dosa dan Maksiat Macam-Macam Dosa dan Maksiat Khutbah Pertama:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.???????????????????????????????????????????????:????????????????

Lebih terperinci

BAB II KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA

BAB II KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA 18 BAB II KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA A. Konsep Syura dalam Islam Kata syura berasal dari kata kerja syawara>> yusyawiru yang berarti menjelaskan, menyatakan

Lebih terperinci

Dusta, Dosa Besar Yang Dianggap Biasa

Dusta, Dosa Besar Yang Dianggap Biasa Dusta, Dosa Besar Yang Dianggap Biasa Khutbah Pertama:???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.???????????????????????????????????????????????:???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

CINTA KEPADA ALLAH SWT (Aqidah Islam) Bag. II MANFAAT MENCINTAI ALLAH & BAHAYA MENGINGKARINYA Dalam topik terdahulu telah dijelaskan bahwa Hukum Mencintai Allah SWT adalah WAJIB. Sehingga konsekuensinya

Lebih terperinci

Aqidah beliau tentang tauhid (Pengesaan Allah) dan tentang tawassul syar i serta kebatilan taw assul bid i

Aqidah beliau tentang tauhid (Pengesaan Allah) dan tentang tawassul syar i serta kebatilan taw assul bid i Pertama Aqidah beliau tentang tauhid (Pengesaan ) dan tentang tawassul syar i serta kebatilan taw assul bid i 1. Imam Abu Hanifah berkata: Tidak pantas bagi seorang untuk berdia kepada kecuali dengan asma.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA

KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA DOKUMEN STANDARD PRESTASI PENDIDIKAN ISLAM TINGKATAN 2 1 FALSAFAH PENDIDIKAN KEBANGSAAN Pendidikan di Malaysia adalah satu usaha berterusan ke arah memperkembangkan lagi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA

KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA DOKUMEN STANDARD PRESTASI PENDIDIKAN ISLAM TINGKATAN 2 1 FALSAFAH PENDIDIKAN KEBANGSAAN Pendidikan di Malaysia adalah satu usaha berterusan ke arah memperkembangkan lagi

Lebih terperinci

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis.

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis. MANHAJ AJJAJ AL-KHATIB (Analisis Kritis terhadap Kitab Ushul al-hadis, Ulumuh wa Mushtalahuh) Sulaemang L. (Dosen Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Kendari) Abstrak: Penelitian ini mebmahas Manhaj Ajjaj

Lebih terperinci

Allah Al-Ghalib (Maha Menang) dan An-Nashir (Maha Penolong)

Allah Al-Ghalib (Maha Menang) dan An-Nashir (Maha Penolong) Allah Al-Ghalib (Maha Menang) dan An-Nashir (Maha Penolong) Khutbah Pertama:???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????:???????????????????????????????????????

Lebih terperinci

PENGERTIAN, SEJARAH DAN SEBAB-SEBAB TIMBULNYA ILMU KALAM

PENGERTIAN, SEJARAH DAN SEBAB-SEBAB TIMBULNYA ILMU KALAM PENGERTIAN, SEJARAH DAN SEBAB-SEBAB TIMBULNYA ILMU KALAM Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah ILMU KALAM Dosen Pengampu : Drs. H. ABDULLAH ZAINI Disusun oleh : 1. Muhammad Sokhib : (106013343)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hukum islam merupakan serangkaian kesatuan dan bagian integral dari ajaran agama islam yang memuat seluruh ketentuan yang mengatur perbuatan manusia. Baik yang manshuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Shalat telah diwajibkan pada malam Isra sebanyak lima puluh kali dalam

BAB I PENDAHULUAN. Shalat telah diwajibkan pada malam Isra sebanyak lima puluh kali dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Shalat telah diwajibkan pada malam Isra sebanyak lima puluh kali dalam sehari semalam, kemudian diturunkan hingga lima kali shalat, tetapi ganjarannya menyamai

Lebih terperinci

Berhati-Hati Dalam Menjawab Permasalahan Agama

Berhati-Hati Dalam Menjawab Permasalahan Agama Berhati-Hati Dalam Menjawab Permasalahan Agama Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????: (????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????)??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia A. Landasan Sosial Normatif Norma berasal dari kata norm, artinya aturan yang mengikat suatu tindakan dan tinglah laku manusia. Landasan normatif akhlak

Lebih terperinci

INDAHNYA PERSATUAN DARI MANA MENGENAL MAZHAB SYI'AH?

INDAHNYA PERSATUAN DARI MANA MENGENAL MAZHAB SYI'AH? Lisensi Dokumen: Seluruh artikel, makalah, dan e-book yang terdapat di www.hakekat.com boleh untuk digunakan dan disebarluaskan dengan syarat tidak untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan www.hakekat.com

Lebih terperinci

"PEMIMPIN ADIL NEGARA MAKMUR"

PEMIMPIN ADIL NEGARA MAKMUR "PEMIMPIN ADIL NEGARA MAKMUR" Saya menyeru agar kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-nya dan meninggalkan segala larangan-nya. Kepimpinan di

Lebih terperinci

EFEK KESEHARIAN TAKWA

EFEK KESEHARIAN TAKWA c Menghormati Kemanusiaan d EFEK KESEHARIAN TAKWA Oleh Nurcholish Madjid Hadirin sidang Jumat yang terhormat. Dalam rangka memahami takwa lebih lanjut, saya ingin mengemukakan efek takwa dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pengaruh pembaharuan Islam yang dilakukan oleh umat Islam di Saudi Arabia, Mesir, dan India

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan hasil dari proses pendidikan berupa manusia yang berkualitas. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan hasil dari proses pendidikan berupa manusia yang berkualitas. Manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi global yang sangat cepat perlu diimbangi dengan konsep yang bersifat kontruktif. Begitupula dalam lembaga pendidikan,

Lebih terperinci

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya.

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya. ILMU TAUHID / ILMU KALAM Ilmu Tauhid sering disebut juga dengan istilah Ilmu Kalam, Ilmu 'Aqaid, Ilmu Ushuluddin, dan Teologi Islam. Menurut bahasa (etimologis) kata "tauhid" merupakan bentuk masdar yang

Lebih terperinci

Oleh: Rokhmat S.Labib, M.E.I.

Oleh: Rokhmat S.Labib, M.E.I. Oleh: Rokhmat S.Labib, M.E.I. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Lebih terperinci

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak Paham Asy ariyah sangat kental sekali dalam tubuh umat Islam dan akidah tersebut terus menyebar di tengah kaum muslimin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lahir ke alam dunia dalam keadaan yang paling sempurna. Selain diberi akal manusia juga diberi kesempurnaan jasmani. 1 Dengan akal dan jasmani yang sempurna

Lebih terperinci

OLAH RAGA DALAM PANDANGAN ULAMA. Abdullah Al-Baatil

OLAH RAGA DALAM PANDANGAN ULAMA. Abdullah Al-Baatil OLAH RAGA DALAM PANDANGAN ULAMA Abdullah Al-Baatil Syekh Abdurrahman As Sa di Rahimahullah menulis dalam kitabnya yang indah: Ar-Riyad hah An-Nadhirah pada bab ke-27 tentang olahraga yaitu latihan dan

Lebih terperinci

27 Mac 2015 (Jumaat) / 6 Jamadilakhir 1436H

27 Mac 2015 (Jumaat) / 6 Jamadilakhir 1436H Program Cinta Ilmu 27 Mac 2015 (Jumaat) / 6 Jamadilakhir 1436H AJARAN SESAT Bahagian Hal Ehwal Islam Akademi Pengajian Islam Kontemporari UiTM Shah Alam Sesungguhnya ugama (yang benar dan diredai) di sisi

Lebih terperinci

TAKFIR DAN HAK BERBEDA PENDAPAT

TAKFIR DAN HAK BERBEDA PENDAPAT TAKFIR AN HAK BERBEA PENAPAT Yusuf Rahman 1 Takfir dan Hak Berbeda Pendapat alam salah satu karyanya yang cukup terkenal Tahafut al- Falasifa (Kerancuan para Filusuf), Abu Hamid al-gazali (w. 1111) memberikan

Lebih terperinci