DIDAKTIKA PGRI, 2, (2), 2016, 238

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DIDAKTIKA PGRI, 2, (2), 2016, 238"

Transkripsi

1 DIDAKTIKA PGRI, 2, (2), 2016, 238 UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN TEMATIK MELALUI LESSON STUDY BAGI GURU KELAS I, II, DAN III SD NEGERI 2 GEDONGMULYO KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG PADA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Puji Astuti *) SD Negeri 2 Desa, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang *) pujiastuti@rocketmail.com ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetehui bagaimana pembelajaran tematik melalui lesson study bagi guru kelas I, II, III SDN 2 Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang dapat meningkatkan pembelajaran bagi kelas I, II dan III. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran tematik melalui lesson study. Pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumen. Analisis data serta pengumpulan hasil nilai pada instrument. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui lesson study dapat meningkatkan pembelajaran tematik ditunjukkan peningkatan rata-rata dari kondisi awal 58,3 kategori cukup, setelah melalui lesoon study berbasis kelompok sekolah pada siklus I ratarata menjadi 79,1 dengan kategori baik, setelah melalui lesson study berbasis sekolah pada siklus II rata-rata menjadi 91,7 dengan kategori amat baik. Kata Kunci: Meningkatkan Pembelajaran Tematik, Lesson Study 1. Pendahuluan Pada struktur kurikulum dalam Standar Isi yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), kelas I, II dan III pada jenjang Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyyah dituliskan Pendekatan Tematik. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam melaksanakan kurikulum SD/MI harus memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Sekolah/Madrasah mengembangkan dengan melibatkan pihak terkait yang berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang disusun oleh BSNP. Berdasarkan standar isi yang terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi dasar dibuatlah silabus. Dalam pembuatan silabus seorang guru dituntut untuk mengembangkan kompetensi dasar yang ada dilengkapi dengan materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Untuk kelas I, II, dan III karena pembelajaran tematik maka langkah pertama membuat pemetaan kompetensi dasar dengan menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam indikator, kemudian menentukan tema, menetapkan jaringan tema, baru menyusun silabus. Hal ini dikarenakan peserta didik kelas I, II, dan III berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih tergantung pada obyek-obyek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung. Masa usia dini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang, oleh karena itu seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Setelah silabus dibuat maka guru baru membuat RPP. RPP merupakan perangkat yang harus dibuat guru untuk persiapan mengajar agar pengolahan kelas bisa berhasil. Kenyataan di lapangan dari hasil observasi guru-guru kelas I, II dan III SDN 2 Kecamatan Lasem pada semester II tahun pelajaran 2014/2015, pelaksanaan tematik (kualitasnya masih sangat rendah), artinya guru belum bisa mengintegrasikan dengan luwes beberapa mata pelajaran dalam satu hari melalui tema yang ada ke dalam kegiatan strategis pembelajaran / langkah-langkah belajar mengajar sehingga pengelolaan kelas dalam proses belajar mengajar belum maksimal. Akar penyebab masalah tersebut antara lain kepala sekolah pada umumnya belum melaksanakan pembinaan pembelajaran secara maksimal, kepala sekolah biasanya hanya memeriksa administrasinya saja terutama ketika guru akan usul PAK, sehingga pelaksanaan pembelajaran belum bisa maksimal. Alternatif tindakan yang peneliti pilih untuk mengatasi permasalahan tersebut antara lain dengan lesson study, bimbingan teknis, dan pendampingan. Peneliti memilih lesson study sebagai akternatif terbaik dikarenakan dengan lesson study terjadi saling memberi dan menerima antar guru sehingga tercipta suasana kolegial antara guru dan kepala sekolah.

2 DIDAKTIKA PGRI, 2, (2), 2016, 239 Penulis mengidentifikasi adanya beberapa masalah, diantaranya adalah: (1) Bagaimana upaya meningkatkan pembelajaran tematik; (2) Hambatan apa yang menyebabkan pembelajaran tematik sulit dilaksanakan oleh guru; (3) Dapatkah pembelajaran tematik meningkatkan prestasi belajar siswa; (4) Apakah siswa tertarik dengan pembelajaran guru yang tematik? Dari permasalahan tersebut, penulis membuat rumusan masalah Apakah melalui lesson study dapat meningkatkan pembelajaran tematik bagi guru-guru kelas I, II dan III SDN 2 Kecamatan Lasem pada semester II tahun pelajaran 2014/2015? Dalam penelitian ini terdapat tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran tematik melaui lesson study. Di samping mempunyai tujuan umum juga mempunyai tujuan khusus. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan pembelajaran tematik guruguru kelas I, II dan III SDN 2 Kecamatan Lasem pada Semester II tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat; (1) Manfaat bagi siswa: murid lebih bergairah dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa, (2) Manfaat bagi guru: Meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik sehingga mampu menciptakan suasana pembelajaran yang lebih bermakna, (3) Manfaat bagi sekolah: menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna di sekolahnya sehingga berdampak pada peningkatan mutu pendidikan di sekolahnya. 2. Kajian Pustaka 2.1. Latar Belakang Pembelajaran Tematik Karakteristik perkembangan anak pada kelas rendah SD/MI biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan menjaga keseimbangan. Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat menangkap bola, dan telah berkembang koordinasi antara mata dan tangan untuk memegang suatu benda. Selain itu perkembangan sosial anak kelas rendah SD/MI antara lain mereka telah dapat membedakan jenis kelamin, telah mulai berkompetensi dengan teman sebayanya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi dan mandiri. Piaget (dalam Masnur Muslich, 2007: 162)) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut skemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap obyek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang obyek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan obyek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan obyek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya Pembelajaran Tematik Menurut Masnur Muslich (2007: 164) menyatakan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran, dasar cerita (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1993: 921). Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran untuk mengadakan hubungan yang erat dan serasi antara berbagai aspek yang mempengaruhi peserta didik dalam proses belajar. Oleh karena itu pendekatan tematik sering juga disebut pendekatan terpadu (integrated). Perlunya pendekatan tematik pada pembelajaran yang mempunyai korelasi tinggi ialah kenyataan bahwa dunia nyata itu menunjukkan adanya keterpaduan dan bahwa peserta didik ternyata lebih baik bila belajar menghubung-hubungkan berbagai fakta yang ada. Sedangkan menurut E. Mulyasa (2007:104) bahwa pendekatan tematik atau pendekatan terpadu merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menyatupadukan serangkaian pengalaman belajar, sehingga terjadi saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dan berpusat pada sebuah pokok atau persoalan. Pendekatan ini didasari oleh Psikologi Gestalt yang menyatakan bahwa keseluruhan/keterpaduan itu lebih berarti dari pada bagianbagiannya. Hal itu disebabkan adanya sinergistik efek (efek keterpaduan) yang ditimbulkan sebagai hasil dari keterpaduan tersebut. Dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang dilakukan melalui Tema sebagai pemersatu, sebagai pusat perhatian yang dipergunakan untuk memahami gejala dan konsep. Menurut BSNP (2007:38-39) bahwa karakteristik pembelajaran tematik adalah: (a) Berpusat pada siswa, (b) Memberikan pengalaman langsung, (c) Pemisahan pembelajaran tidak begitu jelas, (d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, (e) Bersifat fleksibel. Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada, (f) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, (g) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

3 DIDAKTIKA PGRI, 2, (2), 2016, 240 Implikasi bagi guru dalam penerapan pembelajaran tematik antara lain: (1) Pembelajaran tematik merupakan pendekatan yang harus digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di SD/MI. Oleh karena itu, guru perlu mempelajarinya terlebih dahulu sehingga memperoleh pemahaman, baik secara konseptual maupun praktikal, (2) Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan, dan utuh (Masnur Muslich 2007: 167). Implikasi bagi siswa dalam penerapan pembelajaran tematik antara lain: (1) Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja, baik secara individual, pasangan, kelompok kecil, ataupun klasikal, (2) Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif, misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah (Masnur Muslich, 2007: 167). Implikasi bagi sarana prasarana, sumber belajar dan media dalam penerapan pembelajaran tematik antara lain: (1) Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa, baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistis dan autentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar, (2) Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar, baik yang sifatnya didesain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization), (3) Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi. Dengan menggunakan berbagai media akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak, (4) Penerapan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi (Masnur Muslich 2007: ) Lesson Study Menurut Sumar Hendayana dalam Seminar Nasional; Exchange of Experiences on Best Practices of Lesson Study, Community based Teacher Development through MGMP based Lesson Study. Lesson Study yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Dengan demikian Lesson Study bukan metode atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan Lesson Study dapat menerapkan berbagai metode/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru. Menurut I Made Sukarna, dalam makalahnya yang berjudul Lesson Study sebagai Upaya Peningkatan Kinerja Pembelajaran Guru (2008:12). Lesson Study adalah belajar bersama dari suatu pembelajaran yang dilakukan baik pada pembelajaran oleh dirinya sndiri maupun pembelajaran oleh orang lain, mulai dari persiapan sampai pelaksanaan pembelajaran dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran tersebut. Menurut Ridwan Johawarman Lesson Study yang dalam bahasa Jepang disebut Jugyokenkyu adalah bentuk kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru/sekelompok guru yang bekerjasama dengan orang lain (dosen, guru mata pelajaran yang sama/ guru satu tingkat kelas yang sama, atau guru lainnya), merancang kegiatan untuk meningkatkan mutu belajar siswa dari pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru dari perencanaan pembelajaran yang dirancang bersama/sendiri, kemudian diobservasi oleh teman guru yang lain, dan setelah itu mereka melakukan refleksi bersama atas hasil pengamatan yang baru saja dilakukan. Refleksi bersama merupakan diskusi oleh para pengamat dan guru pengajar untuk menyempurnakan proses pembelajaran dimana titik berat pembahasan pada bagaimana siswa belajar, kapan siswa belajar, kapan siswa mulai bosan mendapatkan pengetahuan dan kapan siswa mampu menjelaskan kepada temannya dan kapan siswa mampu mengajarkan kepada seluruh kelas. Dari beberapa definisi lesson study di atas dapat disimpulkan bahwa lesson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dari sekelompok guru dan berkelanjutan melalui kegiatan workshop membuat RPP dan lembar observasi (plan), pelaksanaan Lesson Study dan diskusi (do) dan Refleksi (see) untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran. Adapun manfaat lesson study adalah sebagai berikut: Mengurangi keterasingan guru (dari komunitasnya), khususnya dalam pembelajaran; Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya; Memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan dan urutan materi dalam kurikulum; Membantu guru memfokuskan bantuaannya pada seluruh aktivitas belajar siswa; Menciptakan terjadinya pertukaran pengetahuan tentang pemahaman berpikir dan belajar siswa meningkatkan kolaborasi pada sesama guru.

4 DIDAKTIKA PGRI, 2, (2), 2016, 241 Kondisi Awal Tindakan oleh Kepala Sekolah Kondisi Akhir Kepala Sekolah belum melaksanakan Tindakan Melaksanakan pembinaan dengan melalui Lesson Study Diharapkan melalui Lesson Study berbasis kelompok guru dan berbasis sekolah dapat meningkatkan pembelajaran tematik guru kelas Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik masih rendah Siklus I Tenik Lesson Study berbasis kelompok guru Siklus II Teknik Lesson Study berbasis sekolah Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian 3. Metode Penelitian 3.1. Setting Penelitian Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester II tahun pelajaran 2014 / 2015, selama 3 bulan dimulai pada bulan Januari 2015 sampai dengan Maret Adapun rincian waktu penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rincian Waktu Penelitian No Jenis Kegiatan Jan 15 Feb 15 Maret Pengumpulan Kepustakaan x x x 2 Pembuatan Instrumen x x x 3 Konsultasi, Perijinan Penelitian x x 4 Pelaksanaan Siklus I x x Siklus II x x 5 Pengumpulan Data x x 6 Analisis Data x x x 7 Pelaporan x Tempat Penelitian Lokasi tempat penelitian berada di SD kelas I, II dan III SDN 2 Kecamatan Lasem. Alasan peneliti menggunakan Kelas I-III SDN 2 tersebut karena merupakan sekolah dan guru-guru yang mengajar masih rendah dalam pembelajaran tematik. Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah semua guru kelas I s.d. III pada SDN 2 Kecamatan Lasem yang berjumlah 8 guru. Secara rinci subyek penelitian seperti pada Tabel 2. Sumber Data Data Pembelajaran Tematik: Sumber data variabel pembelajaran tematik diperoleh melalui pengamatan terhadap guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik, data tersebut menunjukkan kualitas pembelajaran tematik yang dilaksanakan oleh guru. Apakah guru masuk kategori amat baik, baik, cukup atau kurang dalam melaksanakan pembelajaran tematik. Data Tindakan Lesson Study: Sumber data variabel keberhasilan tindakan pelaksanaan lesson study yang dilakukan peneliti diperoleh melalui hasil pengamatan kolaborator terhadap peneliti ketika peneliti sedang melakukan tindakan lesson study. Tabel 2. Daftar Subyek Penelitian No Nama L/P Mengajar Kls Asal Sekolah 1 Agustina Riyanti.A.Ma.Pd P I SDN 2 Erfi Nur Nadzifah, P II SDN S.Pd,SD 3 Muslimah,S.Pd P III SDN 4 Adillatul Wadlihah, S.Pd,SD 5 Bambang Margiyono, S.Pd.SD 6 Sayekti P IV SDN L V SDN P VI SDN Harintowati, S.Pd. 7 Muslimah, S.Pd.I P GPAI SDN 8 Sudarsih,A.Ma.Pd P GOR SDN Teknik dan alat pengumpul data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang penulis pergunakan adalah angket dan observasi. Angket digunakan untuk mengetahui kondisi awal, lembar observasi untuk observasi teman yang sedang mengajar dan instrumen penilaian pembelajaran tematik. Indikatorindikator lembar observasi pada kegiatan Lesson Study adalah adanya interaksi antara siswa dengan materi, siswa

5 DIDAKTIKA PGRI, 2, (2), 2016, 242 dengan siswa, siswa dengan guru. Sedang indikatorindikator yang ada pada instrumen pembelajaran tematik kegiatan pendahuluan, kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi) terdiri dari beberapa mata pelajaran dalam satu hari terintegrasi dalam satu tema. Validasi Data Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkattingkat kevalidan suatu instrumen. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas instrumen lembar observasi. Diharapkan setelah diuji cobakan instrumen dapat menunjukkan valid dan dapat digunakan sebagai alat penelitian. Pada penelitian ini validasi data dilakukan dengan cara trianpulasi sumber dengan kolaborasi yaitu bekerjasama dengan teman pengawas sejawat, dan kepala SD, data dari ketiga sumber data tersebut kemudian dicari rata-ratanya. Analisa Data Data Pembelajara Tematik: Skor data yang telah terkumpul akan ditabulasikan dalam tabel, dihitung skornya dan nilainya, kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif atau deskriptif. Setiap butir lembar pengamatan pembelajaran tematik diskor melalui 4 kategori yaitu skor 4 jika amat baik, skor 3 jika baik, skor 2 jika cukup baik, dan skor 1 jika tidak baik. Adapun rumus yang digunakan untuk menilai pengamatan pembelajaran tematik adalah: Nilai pembelajaran tematik = Skor yang diperoleh x 100 (1) Skor maksimal Data Tindakan Lesson Study: Jumlah butir lembar pengamatan bimbingan 10 butir. Setiap butir, mendapat kategori skor 3 jika indikator keberhasilan tampak sangat maksimal, skor 2 jika tampak cukup maksimal,dan skor 1 jika indikator tidak nampak. Skor bimbingan bergerak antara 10 sampai 30. Perolehan skor atau 33%-55% berarti indikator bimbingan tidak nampak, perolehan skor atau 56%-78% berarti indikator bimbingan nampak cukup maksimal, perolehan skor atau 79%-100% berarti indikator bimbingan nampak maksimal. Perhatikan diagram rentang skor pada Gambar 2. Gambar 2. Diagram Rentang Skor 3.2. Indikator Kinerja Indikator Kinerja Lesson Study: Kinerja lesson study dikatakan berhasil jika tindakan pelaksanaan lesson study dari peneliti minimal mendapat kategori cukup maksimal. Indikator Kinerja Tematik: Kinerja pembelajaran tematik dikatakan berhasil jika semua guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik mendapat nilai minimal baik. Adapun kriteria nilai yang peneliti gunakan dalam penerapan indikator kinerja tematik adalah sebagai berikut: a. Nilai = Amat baik (A). b. Nilai = Baik (B). c. Nilai = Cukup (C). d. Nilai < 56 = Kurang (K) Prosedur Penelitian Siklus I Perencanaan Tindakan (planning): Setelah peneliti mengadakan kegiatan awal dan bersama kepala sekolah menerima permintaan guru untuk dibina dalam pelaksanaan pembelajaran peneliti bersama kepala sekolah mengadakan pertemuan dengan guru kelas I-III membicarakan rencana kegiatan Lesson Study. Pelaksanaan tindakan (action): Peneliti bersama kepala sekolah dan guru kelas I, II, dan III untuk membuat RPP Tematik yang akan digunakan dalam lesson study, membuat lembar observasi, dan memilih salah satu guru kelas III yang menjadi model agar dapat mempersiapkan diri dalam kegiatan lesson study serta bersama-sama mempersiapkan semua kebutuhan agar lesson study berjalan lancar dan sukses. Peneliti menyerahkan instrumen pelaksanaan pembelajaran tematik dan petunjuk teknisnya kerpada kepala sekolah. Melaksanakan lesson study berbasis kelompok sekolah. Salah satu guru ditunjuk mengimplementasikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sedangkan guru yang lain dan peneliti sebagai observer. Observer mengambil tempat sedemikian hingga dapat leluasa mengamati jalannya proses pembelajaran tanpa mengganggu aktivitas dan konsentrasi siswa. Observer tidak diperkenankan melakukan intervensi pada pembelajaran, seperti menegur guru, membantu atau bertanya kepada siswa. Fokus observasi pada aktivitas belajar siswa, baik secara individual maupun kelompok. Selesai pembelajaran diadakan diskusi membicarakan hasil lesson study. Observer menyampaikan hasil pengamatannya ditanggapi peserta yang lain dan pengawas sekolah. Hasil dari diskusi ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik kelas I-III. Pengamatan (Observation): Setelah lesson study berbasis kelompok sekolah selesai semua guru kelas I -III mengimplementasikan RPP yang sama di kelasnya masing-masing diamati kepala sekolahnya. Refleksi (reflection): Berdasarkan hasil data dari kolabolator hasil pembelajaran tematik pada siklus I lebih meningkat dibandingkan hasil kondisi awal (masih banyak guru kelas III yang pembelajarannya tidak tematik) maka perlu adanya tindakan siklus II. Siklus II Perencanaan Tindakan (Plaining); Setelah peneliti selesai mengadakan kegiatan lesson study berbasis kelompok sekolah pada siklus I, pada siklus II ini mengadakan kegiatan lesson study berbasis sekolah. Peneliti

6 DIDAKTIKA PGRI, 2, (2), 2016, 243 menyampaikan hasil siklus I, dan menyampaikan rencana pelaksanaan siklus II kepada kolabolator dan subjek. Pelaksanaan Tindakan (action): Peneliti mengadakan pertemuan dengan guru kelas I-III agar masalah yang terjadi pada siklus I, tidak terjadi pada siklus II. Menyusun RPP Tematik dan lembar observasi. Pelaksanaan lesson study. Pada setiap madrasah menunjuk salah satu guru mengiplementasikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sedangkan guru yang lain dan kepala sekolah, dan pengawas mengambil tempat sedemikian hingga dapat leluasa mengamati jalannya proses pembelajaran tanpa mengganggu aktivitas dan konsentrasi siswa. Observer tidak diperkenankan melakukan intervensi pada pembelajaran, seperti menegur guru, membantu atau bertanya kepada siswa. Fokus observasi pada aktivitas belajar siswa, baik secara individual maupun kelompok. Selesai pembelajaran diadakan diskusi membicarakan hasil lesson study. Observer menyampaikan hasil pengamatannya ditanggapi peserta dan observer yang lain. Hasil dari diskusi ini diharapkan dapat lebih meningkatkan kemampuan guru dalam pelaksanaan tematik dibanding hasil siklus I. Pengamatan (Observation): Semua guru kelas I- III melaksanakan pembelajaran tematik menggunakan RPP hasil diskusi, peserta dan observer yang lain mengamati dan menilai pembelajaran tematik menggunakan instrumen seperti pada siklus I. Refleksi (reflection): Pada akhir siklus II ini diadakan refleksi berdasarkan hasil data dari para observer mencatat hal-hal (aspek) yang belum maksimal. Peneliti dapat melihat bahwa lesson study berbasis sekolah ini dapat lebih meningkatkan kualitas pembelajaran tematik dengan membandingkan hasil siklus I. 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Deskripsi Kondisi Awal Temuan di lapangan kelas rendah yaitu kelas I, kelas II, dan kelas III SDN 2 Kecamatan Lasem menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam pembelajaran tematik sangat rendah terbukti dengan pendekatan pembelajaran belum tematik masih mata pelajaran. Hasil rata-rata kondisi awal yaitu 58,3 (kurang), hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Pengamatan Pembelajaran Tematik Guru Kelas I-III pada SDN 2 Kecamatan Lasem pada Kondisi Awal NO NAMA GURU GURU KELAS ASAL SEKOLAH HASIL KONDISI AWAL 1 Agustina Riyanti,A.Ma.Pd I SD N 2 58,3 2 Erfi Nur N,S,Pd.SD II SD N 2 58,3 3 Muslimah,S.Pd III SD N 2 62,5 4 Adillatul.N.S.Pd.SD IV SD N 2 54,0 5 Bambang.M,S.Pd.SD V SD N 2 54,1 6 Sayekti.H.S.Pd VI SD N 2 62,6 7 Muslimah,S.Pd.I Agm SD N 2 58,3 8 Sudarsih,A.Ma.Pd Orkes SD N 2 58,3 RATA-RATA 58,3 Dilihat dari rata-rata kondisi awal di atas kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran masih rendah, maka perlu tindakan pembinaan karena semua guru kelas I- III belum menggunakan pendekatan tematik masih mata pelajaran. Untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran tematik pada penelitian ini tindakan bantuan yang digunakan adalah teknik Lesson Study model berbasis kelompok guru pada siklus I dan model berbasis sekolah pada siklus II. Diharapkan dalam penelitian ini Lesson Study dapat meningkatkan tematik guru kelas I-III SDN 2 Kecamatan Lasem Semester II Tahun Pelajaran 2014/ Diskripsi Tiap Siklus Deskripsi Hasil Siklus I Perencanaan Tindakan: Dalam kegiatan perencanaan tindakan ini peneliti mengadakan pertemuan dengan Guru SDN 2 Kecamatan Lasem untuk membahas persiapan penelitian. Peneliti membagi lembar penilaian pembelajaran tematik dengan petunjuk teknisnya kemudian membahasnya. Peneliti kemudian menyampaikan rencana langkah-langkah penelitian, kemudian menyampaikan ke subjek. Pelaksanaan Tindakan: Peneliti melaksanakan pertemuan dengan guru kelas I-III membuat RPP Tematik yang akan digunakan dalam lesson study, membuat lembar observasi dan memilih salah satu guru kelas I-III yang menjadi model agar dapat mempersiapkan diri dalam kegiatan lesson study serta bersama-sama mempersiapkan semua kebutuhan agar lesson study berjalan lancar dan sukses. Guru kelas I-III mengimplementasikan rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuatnya secara bergiliran, sedangkan guru yang lain dan pengawas sebagai observer. Observer mengambil tempat sedemikian hingga dapat leluasa mengamati jalannya proses pembelajaran tanpa mengganggu aktivitas dan konsentrasi siswa. Observer tidak diperkenankan melakukan intervensi pada pembelajaran, seperti menegur guru, membantu atau bertanya kepada siswa. Fokus observer pada aktivitas belajar siswa, baik secara indiual maupun kelompok. Diskusi membicarakan hasil lesson study. Observer menyampaikan hasil pengamatannya ditanggapi peserta yang lain. Hasil dari diskusi ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam tematik kelas I- III. Pengamatan: Bersama dengan pelaksanaan tindakan observer mengadakan pengamatan pembelajaran tematik

7 DIDAKTIKA PGRI, 2, (2), 2016, 244 pada guru sesuai dengan gilirannya untuk melaksanakan pembelajaran tematik. Di samping itu, teman sejawat mengamati peneliti dalam melaksanakan kegiatan lesson study. Adapun hasil rata-rata pembelajaran tematik dan kegiatan lesson study dapat dilihat pada Tabel 4. Sedangkan hasil penilaian pelaksanaan lesson study oleh teman sejawat, dan Kepala SD pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 5. Dari hasil pengamatan teman sejawat kepada peneliti, ditemukan beberapa kekurangan-kekurangan aktivitas peneliti dalam melaksanakan lesson study yaitu: (1) Penjelasan tentang pembelajaran tematik oleh peneliti masih ada yang belum dipahami oleh para peserta lesson study, dan belum ada upaya yang efektif dalam meningkatkan pemahaman materi keterampilan mengajar oleh peneliti, (2) Peserta lesson study masih ada perasaan sungkan untuk menemukan kekurangan-kekurangan temannya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Refleksi: Hasil rata-rata siklus I menunjukkan kemampuan guru dalam pembelajaran tematik 79,1 (baik) berarti setelah adanya tindakan lesson study berbasis kelompok sekolah kemampuan pembelajaran tematik guru kelas I-III mengalami peningkatan dibandingkan hasil pembelajaran tematik pada kondisi awal. Namun masih ada satu guru yang mendapat nilai pembelajaran tematik dengan kategori cukup, dan hasil pengamatan pada proses pelaksanaan leesons study termasuk kategori tidak nampak, maka perlu ditindak lanjuti dengan pelaksanaan siklus II. Deskripsi Hasil Siklus II Perencanaan Tindakan: Perencanaan tindakan dalam siklus II ini hampir sama dengan tindakan siklus I hanya saja pelaksanaan lesson study dilaksanakan pada masingmasing sekolah. Dalam kegiatan ini peneliti kepala sekolah menyampaiakan hasil pembelajaran siklus I dan menerangkan kegiatan siklus II yang akan dilaksanakan. Pelaksanaan Tindakan: Pelaksanaan tindakan Lesson Study model berbasis sekolah pesertanya guru kelas I, kelas II, dan kelas III. Salah satu menjadi guru modelnya yang lain menjadi observer, dengan skenario kegiatan sebagai berikut: Masing-masing guru membuat RPP yang akan digunakan guru di sekolah tersebut mengajar secara bergiliran. Pelaksanaan lesson study berbasis sekolah. Lesson study dilaksanakan di tiap-tiap sekolah, diikuti oleh guru di SD tersebut, kepala SD dan pengawas sekolah menjadi pakar/tenaga ahli. Jika salah satu guru mengajar maka teman lainnya sebagai observer. Di samping itu pelaksanaan tindakan pembimbingan diamati oleh Kepala SD dan teman kolaborator. Pengamatan: Bersama dengan pelaksanaan tindakan observer mengadakan pengamatan pembelajaran tematik pada guru sesuai dengan gilirannya untuk melaksanakan pembelajaran tematik. Di samping itu, teman sejawat dan Kepala SD mengamati peneliti dalam melaksanakan kegiatan lesson study. Hasil rata-rata pembelajaran tematik dan kegiatan lesson study dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 4. Hasil Pengamatan Pembelajaran Tematik Guru Kelas I-III pada SDN 2 Kecamatan Lasem pada Siklus I NO NAMA GURU GURU KELAS ASAL SEKOLAH HASIL KONDISI AWAL 1 Agustina Riyanti,A.Ma.Pd I SD N Erfi Nur N,S,Pd.SD II SD N Muslimah,S.Pd III SD N Adillatul.N.S.Pd.SD IV SD N Bambang.M,S.Pd.SD V SD N Sayekti.H.S.Pd VI SD N Muslimah,S.Pd.I Agm SD N Sudarsih,A.Ma.Pd Orkes SD N 2 79 RATA-RATA 79,1 Tabel 5. Hasil Pengamatan Tindakan Pelaksanaan Lesson Study pada Siklus 1 No Pengamat Tindakan pembimbingan Skor Maksimal Skor Perolehan Prosentase Keterangan 1 Kolaborator % 2 Peneliti % Triangulasi 3 Kepala SD % Rata-Rata % Nampak kurang maksimal Tabel 6. Hasil Pengamatan Pembelajaran Tematik Guru Kelas I-III pada SDN 2 Kecamatan Lasem pada Siklus II NO NAMA GURU GURU KELAS ASAL SEKOLAH HASIL SIKLUS II 1 Agustina Riyanti,A.Ma.Pd I SD N 2 91,7 2 Erfi Nur N,S,Pd.SD II SD N 2 89,5 3 Muslimah,S.Pd III SD N 2 95,8 4 Adillatul.N.S.Pd.SD IV SD N 2 88,7 5 Bambang.M,S.Pd.SD V SD N 2 91,7 6 Sayekti.H.S.Pd VI SD N 2 95,8 7 Muslimah,S.Pd.I Agm SD N 2 91,7 8 Sudarsih,A.Ma.Pd Orkes SD N 2 88,7 RATA-RATA 91,7

8 DIDAKTIKA PGRI, 2, (2), 2016, 245 Dari hasil pengamatan pembelajaran tematik pada siklus II diketahui bahwa rata-rata pengamatan pembelajaran tematik adalah 91,7 termasuk kategori amat baik dan semua guru kelas I-III baik pada SDN 2 Kecamatan Lasem telah mendapat nilai baik dan amat baik, ini berarti bahwa indikator penelitian telah tercapai karena 100% subyek tindakan telah mendapat nilai minimal baik. Sedangkan hasil penilaian pelaksanaan lesson study oleh teman sejawat, dan Kepala SD pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 7. Dari hasil pengamatan teman sejawat dan guru-guru kepada peneliti diketahui bahwa pelaksanaan lesson study telah nampak maksimal dan ini berarti bahwa indikator pelaksanaan lesson study telah berhasil. Refleksi: Kegiatan refleksi siklus II diisi dengan kegiatan mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan. Dari hasil evaluasi ditemukan hal-hal sebagai berikut: (a) Hasil ratarata penilaian pelaksanaan pembelajaran stematik pada siklus II adalah 91,7, (b) Rata-rata skor pelaksanaan lesson Tabel 7. Hasil Pengamatan Tindakan Pelaksanaan Lesson Study pada Siklus II study adalah 26 atau 87 % dengan kategori nampak maksimal, (c) Dari hasil nilai tersebut, disimpulkan bahwa tindakan lesson study telah berhasil meningkatkan kemampuan guru secara signifikan dalam melaksanakan pembelajaran tematik, karena hasil pada siklus II memperkuat hasil pelaksanaan pada siklus I bahkan terjadi kenaikan yang cukup signifikan. Masing-masing guru telah memperoleh nilai dengan kategori baik atau amat baik berarti semua guru / 100 % telah memperoleh nilai sangat tinggi dalam melaksanakan pembelajaran tematik, (d) Setelah dikonfirmasikan dengan indikator kinerja penelitian maka hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran tematik dan pelaksanaan lesson study menunjukkan bahwa pembelajaran tematik yang dilakukan oleh guru dan pelaksanaan lesson study sudah sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian. Dari hasil tersebut, maka peneliti bersama kolaborator dan peserta lesson study menetapkan untuk tidak melanjutkan ke siklus berikutnya. No Pengamat Pelaksanaan Lesson Study Skor Maksimal Skor Perolehan Prosentase Keterangan 1 Kolaborator % 2 Peneliti % Triangulasi 3 Kepala SD % Rata-Rata % Nampak maksimal 4.3. Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus Siklus I Pelaksanaan siklus I dilaksanakan setelah melihat kondisi awal, kemudian dimulai persiapan dengan menyusun RPP tematik dan memilih salah satu guru untuk tampil pertama kali dan selanjutnya secara bergiliran masing-masing guru mengajar sesuai dengan RPP yang dibuatnya. Setelah perencanaan dilaksanakan, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan lesson study berbasis kelompok guru maksudnya kelompok guru SDN 2 melakanakan lesson study secara bersama-sama. Bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran tematik dan pelaksanaan lesson study oleh peneliti. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran tematik sudah meningkat bila dibandingkan dengan kondisi awal, hanya saja dalam pembelajaran masih ada yang tersekat mata pelajaran dan integrasi antara siswa dengan siswa kurang maksimal karena masih berpasangan satu bangku saja. Hasil pembelajaran tematik disebabkan kurang maksimalnya pelaksanaan lesson study karena pada siklus I hasil pelaksanaan lesson study mendapat skor 23 atau 76 % dengan kategori kurang maksimal. Menurut hasil refleksi nahwa pelaksanaan lesson study kurang maksimal dikarenakan penjelasan tentang pembelajaran tematik oleh peneliti masih ada yang belum dipahami oleh para peserta lesson study, dan belum ada upaya yang efektif dalam meningkatkan pemahaman materi keterampilan mengajar oleh peneliti. Di samping itu, peserta lesson study masih ada perasaan sungkan untuk menemukan kekurangan-kekurangan temannya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Siklus II Setelah mengetahui kekurangan pada siklus I kegiatan refleksi maka perlu diadakan lesson study berbasis sekolah dengan melaksanakan lesson study di sekolahnya masingmasing dan peneliti berusaha untuk memperbaiki tampilannya dalam memfasilitasi pelaksanaan lesson study. Langkah-langkah pelaksanaan lesson study sama seperti pada siklus I, yang berbeda hanya basis pelaksanaan lesson study-nya. Jika siklus I berbasis pada kelompok sekolah sedang pada siklus I berbasis sekolahnya masingmasing. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran tematik meningkat bila dibandingkan dengan siklus I. Rata-rata pengamatan pembelajaran tematik pada siklus II adalah 91,7 termasuk kategori amat baik dan semua guru kelas I-III SDN 2 Kecamatan Lasem telah mendapat nilai baik dan amat baik, ini berarti bahwa indikator penelitian telah tercapai karena 100 % subyek tindakan telah mendapat nilai minimal baik. Di samping itu, hasil pengamatan teman sejawat dan guru-guru SD kepada peneliti diketahui bahwa pelaksanaan lesson study telah nampak maksimal. Keberhasilan pada siklus II disebabkan pelaksanaan lesson study telah nampak maksimal sehingga mempengaruhi para peserta lesson study dalam melaksanakan

9 DIDAKTIKA PGRI, 2, (2), 2016, 246 pembelajaran tematik. Hal ini membuktikan bahwa peran pengawas selaku pembina sangat mempengaruhi guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik. Antar Siklus Jika dibandingkan dengan siklus I, maka pelaksanaan lesson study pada siklus II lebih baik dari pada siklus II, dan tampilan pelaksanaan lesson study yang semakin baik pada siklus II berpengaruh besar terhadap hasil pengamatan pembelajaran tematik. Hasil secara keseluruhan dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II dalam pembelajaran tematik dapat dilihat pada Tabel 8. Adapun gambaran pelaksanaan lesson study dari siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 8. Hasil Pembelajaran Tematik SDN 2 Kec. Lasem pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II NO NAMA HASIL KONDISI AWAL SIKLUS I SIKLUS II 1 Agustina Riyanti,A.Ma.Pd 58, ,7 2 Erfi Nur N,S,Pd.SD 58, ,5 3 Muslimah,S.Pd 62, ,8 4 Adillatul.N.S.Pd.SD 54, ,7 5 Bambang.M,S.Pd.SD 54, ,7 6 Sayekti.H.S.Pd 62, ,8 7 Muslimah,S.Pd.I 58, ,7 8 Sudarsih,A.Ma.Pd 58, ,7 RATA-RATA 58,3 79,1 91,7 Kategori Kurang Baik Amat Baik Tabel 9. Hasil Pengamatan Tindakan Pelaksanaan Lesson Study pada Siklus I dan II No Pengamat Siklus I Pelaksanaan Lesson Study Siklus II Skor Perolehan Prosentase Skor Perolehan Prosentase 1 Kolaborator 22 73% 26 87% 2 Peneliti 23 77% 25 83% 3 Kepala SD % 27 90% Rata-Rata % % 4.4. Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan lesson study dapat meningkatkan pembelajaran tematik ditunjukkan peningkatan rata-rata dari kondisi awal/ sebelum pelaksanaan lesson study 58,3 ( kategori cukup), setelah melalui teknik lesson study secara berbasis kelompok sekolah pada siklus I rata-rata menjadi 79,1 (kategori baik), kemudian pada siklus II melalui pelaksanaan lesson study berbasis sekolah pada siklus II rata-rata menjadi 91,7 dengan (kategori amat baik). 5. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan lesson study dapat meningkatkan pembelajaran tematik ditunjukkan peningkatan rata-rata dari kondisi awal 58,3 (kategori kurang), setelah melalui teknik lesson study secara berbasis kelompok sekolah pada siklus I rata-rata menjadi 79,1 (kategori baik), setelah melalui teknik lesson study berbasis sekolah pada siklus II rata-rata menjadi 91,7 dengan (kategori amat baik). Berarti tindakan lesson study dapat meningkatkan tematik guru kelas I-III SDN 2 Kecamatan Lasem pada Semester II tahun pelajaran 2014/2015. Daftar Pustaka Akbar, Sakdun Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Tuban: Universitas PGRI Ronggolawe Tuban. Aqib, Zainal Penelitian Tindakan Sekolah. Bandung: Irama Widya. Arifin, Zaenal. Metodologi Penelitian Pendidikan: Filosofi, Teori dan Aplikasinya. Surabaya: Lentera Cendikia. Badan Standar Nasional Pendidikan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No:12 tahun 2007 terntang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Jakarta. Depdiknas Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta Depdiknas Petunjuk Teknis Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research) Peningkatan Kompetensi Supervisi Pengawas Sekolah SMA/SMK. Jakarta Penilaian Kinerja Guru. Jakarta Dimensi Kompetensi Penelitian dan Pengembangan. Jakarta Dimensi Kompetensi Supervisi Akademik. Jakarta. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pengelolaan Kegiatan Belajar (Pembelajaran Tematik) di SD. Pemprov Jawa Tengah, Semarang Subyantoro Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Universitas Diponegoro.. Sudrajat, Akhmad Artikel Lesson Study Untuk Meningakatkan Proses dan Hasil Pembelajaran. Sugianto, Dwi. Belajar dan Pembelajaran 1. Tuban: Universitas PGRI Ronggolawe Tuban. Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 109

DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 109 DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 109 MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN TEMATIK MELALUI SUPERVISI KLINIS BAGI GURU KELAS I, DAN I SD NEGERI KARANGTURI KECAMATAN LASEM Teguh Riyanto

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK MODEL LESSON STUDY DI SD NEGERI KENONGO KECAMATAN SEDAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK MODEL LESSON STUDY DI SD NEGERI KENONGO KECAMATAN SEDAN DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 192 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK MODEL LESSON STUDY DI SD NEGERI KENONGO KECAMATAN SEDAN Suharyati *) NIP 19620517 198201 2 004 SD Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peserta didik sekolah dasar kelas awal, yaitu kelas I, II, dan III berada pada rentang usia dini. Masa usia dini merupakan masa yang pendek, tetapi sangat penting bagi

Lebih terperinci

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Masnur Muslich (2010: 1) Berdasarkan Permendiknas No. 22 tahun 2006 (BNSP, 2006: 5-7), KTSP

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Masnur Muslich (2010: 1) Berdasarkan Permendiknas No. 22 tahun 2006 (BNSP, 2006: 5-7), KTSP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum Sekolah Dasar (SD) yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Masnur Muslich (2010: 1) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah tahapan-tahapan atau cara dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU PPT 2.2 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Pengertian Pembelajaran tematik

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III Tujuan MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran tematik. Memberikan pemahaman kepada guru tentang pembelajaran tematik yang sesuai dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang

Lebih terperinci

SUPERVISI INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP. Ena Suprapti

SUPERVISI INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP. Ena Suprapti Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas ISSN 2087-3557 SUPERVISI INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP SD Negeri Kaliwadas 01 Adiwerna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Tamanwinangun yang beralamat di Jalan Bocor Nomor 54, Kelurahan Tamanwinangun,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS RPP TEMATIK MELALUI SUPERVISI AKADEMIK GURU KELAS SMPLB/C PADA SEKOLAH BINAAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KUALITAS RPP TEMATIK MELALUI SUPERVISI AKADEMIK GURU KELAS SMPLB/C PADA SEKOLAH BINAAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 JRR Tahun 2, No. 2, Desember 214 6979 PENINGKATAN KUALITAS RPP TEMATIK MELALUI SUPERVISI AKADEMIK GURU KELAS SMPLB/C PADA SEKOLAH BINAAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 21/214 Oleh: Abdullah Abdullahsiraj96@yahoo.co.id

Lebih terperinci

LESSON STUDY SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KINERJA PEMBELAJARAN YANG DILAKUKAN GURU

LESSON STUDY SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KINERJA PEMBELAJARAN YANG DILAKUKAN GURU SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 LESSON STUDY SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KINERJA PEMBELAJARAN YANG DILAKUKAN GURU Oleh PUSAT LAYANAN PPL & PKL Undang-undang RI No. 14 Tan 2005 ttg Guru dan Dosen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu

Lebih terperinci

Desi Rusnita SDN 08 Kepahiang

Desi Rusnita SDN 08 Kepahiang PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME MELALUI LKS BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD NEGERI 08 KEPAHIANG TAHUN 2013 Desi Rusnita SDN 08 Kepahiang Abstrak:

Lebih terperinci

PENERAPAN LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN MENGELOLA ASESMEN PEMBELAJARAN BAGI MAHASISWA CALON GURU KIMIA

PENERAPAN LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN MENGELOLA ASESMEN PEMBELAJARAN BAGI MAHASISWA CALON GURU KIMIA SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, model yang digunakan yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Kasihani (1998: 13), penelitian tindakan kelas merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 1. Tempat Penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Tindakan Kelas ini telah dilaksanakan di SD Negeri 1 Kebonrejo, Desa Kebonrejo, Kecamatan. Banjarejo Kabupaten.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian, setting penelitian dan subjek penelitian, sasaran penelitian, data dan cara pengambilannya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian. Tahun 2015

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian. Tahun 2015 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SMP N 1 Randublatung Blora, Jl. Diponegoro No. 19, Blora. 2. Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas ( classroom. bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas ( classroom. bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas ( classroom action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. sering disebut Classroom Action Research dalam bahasa inggris. Yaitu

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. sering disebut Classroom Action Research dalam bahasa inggris. Yaitu BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas atau sering disebut Classroom Action Research dalam bahasa inggris. Yaitu penelitian

Lebih terperinci

D036 MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI LESSON STUDY. Ahmadi 1 1,2,3

D036 MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI LESSON STUDY. Ahmadi 1 1,2,3 D036 MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI LESSON STUDY Ahmadi 1 1,2,3 SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro Email: ABSTRAK Merujuk Peraturan Menteri Pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN MEDIA BENDA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III SDN 3 PANJER

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN MEDIA BENDA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III SDN 3 PANJER PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN MEDIA BENDA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III SDN 3 PANJER Dien Puspitawarti 1, Tri Saptuti Susiani 2, Kartika Chrysti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan untuk mengumpulkan dengan tujuan dan kegunaan teretentu. 1 Jenis penelitian yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas berjudul Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Media Konkret dalam Peningkatan Pembelajaran Bangun

Lebih terperinci

MENGAPA PERLU PEMBELAJARAN TEMATIK?

MENGAPA PERLU PEMBELAJARAN TEMATIK? MAKALAH PPM Pelatihan Penerapan Kecerdasan Majemuk melalui Model Pembelajaran Tematik Di SDN Kiyaran I dan II Cangkringan Sleman Oleh: Woro Sri Hastuti/ PGSD FIP UNY woro_uny@yahoo.com MENGAPA PERLU PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

problem-problem praktis masyarakat dalam situasi problematik dan pada Defenisi menurut Stephen Kemmis (1983) :

problem-problem praktis masyarakat dalam situasi problematik dan pada Defenisi menurut Stephen Kemmis (1983) : BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kegiatan ini dilakukan tehadap sejumlah siswa dalam satu kelas. Penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2012/2013 selama bulan Maret-April 2013 di SDN Semowo 01 yang letaknya

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III. Sosialisasi KTSP

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III. Sosialisasi KTSP MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III Latar Belakang Peserta didik kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) sehingga

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK ARTIKEL PENELITIAN OLEH NETTY ZULFITHRATANI NIM : F

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK ARTIKEL PENELITIAN OLEH NETTY ZULFITHRATANI NIM : F PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK ARTIKEL PENELITIAN OLEH NETTY ZULFITHRATANI NIM : F34211049 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN DASAR FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian dengan melakukan tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 4 Tamanwinangun, Kelurahan Tamanwinangun, Kecamatan Kebumen, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III. Metode dan Rencana Penelitian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas. Penelitian ini

BAB III. Metode dan Rencana Penelitian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas. Penelitian ini 43 BAB III Metode dan Rencana Penelitian A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas, karena dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom). PTK merupakan bagian dari penelitian tindakan (Classroom). Classroom Action Research merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 06 November sampai 28 November 2009. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. 1 Dan metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas V MI Wahid Hasyim Desa Kedung Malang Wonotunggal Batang Tahun Pelajaran 2009-2010 dengan jumlah 38 peserta didik, terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research.

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. yang dalam istilah Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR),

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. yang dalam istilah Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR), BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dalam istilah Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MTs Muhammadiyah 6 Karanganyar

Lebih terperinci

PENERAPAN PAKEM DENGAN MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEMESTER 1 SDN TANGGUL KULON 01 TAHUN PELAJARAN 2009/2010

PENERAPAN PAKEM DENGAN MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEMESTER 1 SDN TANGGUL KULON 01 TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENERAPAN PAKEM DENGAN MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEMESTER 1 SDN TANGGUL KULON 01 TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Tutik Yuliarni 7 Abstrak. Proses pembelajaran masih

Lebih terperinci

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH Siti Halimatus Sakdiyah dan Kurnia Tri Yuli Prodi PGSD-FIP Universitas Kanjuruhan Malang E-mail: halimatus@unikama.ac.id

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN TEMATIK: PENYUSUNAN RPP Oleh: Suyantiningsih, M.Ed.

PEMBELAJARAN TEMATIK: PENYUSUNAN RPP Oleh: Suyantiningsih, M.Ed. Latar belakang PEMBELAJARAN TEMATIK: PENYUSUNAN RPP Oleh: Suyantiningsih, M.Ed. Peserta didik usia sekolah dasar, terutama siswa kelas satu, dua, dan tiga, pada hakekatnya berada pada rentangan usia dini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Subjek dan Sample 1. Lokasi Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dalam pelaksanaannya berlokasi di salah satu sekolah lokasi PLP yaitu di SD N 3 Cieunteung yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Kunandar (2011) PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff Deskripsi dan analisis data penelitian ini menggambarkan data yang diperoleh di lapangan melalui instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan penulis yaitu penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Masnur Muslich Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai

Lebih terperinci

PUBLIKASI ILMIAH DYAH LUSIANA A54F ABSTRAK

PUBLIKASI ILMIAH DYAH LUSIANA A54F ABSTRAK PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENTS PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 5 KARANGRAYUNG KECAMATAN KARANGRAYUNG KABUPATEN GROBOGAN TAHUN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini adalah SMA Batik 1 Surakarta. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pada pertimbangan sebagai berikut.

Lebih terperinci

PEMANTAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA GURU-GURU SMP LAB UNESA MELALUI LESSON STUDY

PEMANTAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA GURU-GURU SMP LAB UNESA MELALUI LESSON STUDY PEMANTAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA GURU-GURU SMP LAB UNESA MELALUI LESSON STUDY Oleh Masriyah, Kusrini, Endah B.R., dan Abadi *) Abstrak Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini mengangkat tema mengenai

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI 163086 TEBING TINGGI Helmina Siagian Surel: hrmnsiagian@gmail.com ABSTRACT This aim of this

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA MA Manbaul Ulum Karangawen Demak Tahun Pelajaran 2009-2010 dengan jumlah 38 peserta didik, terdiri dari 12 laki-laki

Lebih terperinci

Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo

Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 2 NAMBAHREJO Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1

Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1 Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1 PENINGKATAN MOTIVASI, AKTIVITAS, DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING KELAS VIIF SMP NEGERI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Rancangan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Rancangan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Rancangan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Boyolali,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: keterampilan proses saintifik, hasil belajar, model PBL

ABSTRAK. Kata kunci: keterampilan proses saintifik, hasil belajar, model PBL PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINTIFIK DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 4 SDN SLUNGKEP 02 TEMA PEDULI TERHADAP MAKHLUK HIDUP MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING Rismaerista Rini hanyamae@yahoo.com

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME. Dina Hikmah Safariyah

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME. Dina Hikmah Safariyah Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 2, April 2016 ISSN 0854-2172 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI

Lebih terperinci

530 Penerapan Model Pembelajaran Tematik (Webbed)

530 Penerapan Model Pembelajaran Tematik (Webbed) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK (WEBBED) DENGAN MEDIA VISUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN TEMA PENDIDIKAN DI KELAS III SDN 1 PURWOGONDO TAHUN AJARAN 2014/2015 Fajar Nurhidayat 1), Suhartono 2),

Lebih terperinci

Oleh: Sulastri SD Negeri 02 Sembon Karangrejo Tulungagung

Oleh: Sulastri SD Negeri 02 Sembon Karangrejo Tulungagung 100 Sulastri, Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS... PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI DISKUSI DAN EKSPOSITORI PADA SISWA KELAS V SDN 02 SEMBON KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penulis memilih bentuk metode Penelitian Tindakan Kelas dengan pertimbangan bahwa guru kelas merupakan pihak yang langsung mengalami dan menemukan berbagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research. PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action Research yaitu suatu action research (penelitian tindakan) yang dilakukan di kelas (Wardhani, 2007:1.3).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tindakan, observasi/pengamatan, dan refleksi. Hubungan keempat komponen. Bagan 2. Alur Pelaksanaan Tindakan Kelas

BAB III METODE PENELITIAN. tindakan, observasi/pengamatan, dan refleksi. Hubungan keempat komponen. Bagan 2. Alur Pelaksanaan Tindakan Kelas BAB III METODE PENELITIAN A. Prosedur dan Alur Penelitian Penelitian dilakukan dengan mengacu pada PTK yang dirumuskan oleh Arikunto, yang terdiri dari empat komponen: perencanaan, pelaksanaan tindakan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jika akar permasalahan sudah diketahui, alternatif berikutnya adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jika akar permasalahan sudah diketahui, alternatif berikutnya adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Tindakan yang mungkin dilakukan oleh guru terkait dengan permasalahan dalam proses pembelajaran adalah mencari akar permasalahan. Jika akar permasalahan sudah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan penulis yaitu penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu kajian sistematik dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis Penelitian yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas istilah dalam

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas istilah dalam 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen (preexperimental) dengan desain penelitian One-Group Pretest-Posttest design,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Seting Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK), karena penelitian yang dilakukan bertujuan untuk memecahkan

Lebih terperinci

PERANGKAT PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR. Sosialisasi KTSP

PERANGKAT PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR. Sosialisasi KTSP PERANGKAT PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR JENIS: 1. PERANGKAT PEMBELAJARAN TEMATIK 2. PERANGKAT PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN Latar Belakang Peserta didik kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia

Lebih terperinci

POTRET KEGIATAN LESSON STUDY BIDANG KIMIA YANG DILAKSANAKAN DI KABUPATEN SUMEDANG

POTRET KEGIATAN LESSON STUDY BIDANG KIMIA YANG DILAKSANAKAN DI KABUPATEN SUMEDANG POTRET KEGIATAN LESSON STUDY BIDANG KIMIA YANG DILAKSANAKAN DI KABUPATEN SUMEDANG OLEH: Florentina Maria Titin Supriyanti Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA, UPI. Pendahuluan Mengapa nilai IPA siswa SMP

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III. Sosialisasi KTSP

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III. Sosialisasi KTSP MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III Latar Belakang Peserta didik kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN 4 Tamanwinangun Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen. SDN $ Tamanwinangun

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Penelitian Tindakan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Penelitian Tindakan 40 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Penelitian Tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pelajaran 2013/2014 selama 3 (tiga) bulan mulai dari bulan Juli sampai

BAB III METODE PENELITIAN. pelajaran 2013/2014 selama 3 (tiga) bulan mulai dari bulan Juli sampai BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Waktu dan tempat penelitian Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 selama 3 (tiga) bulan mulai

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Oleh: EDI BADRISYEH NIP. 19670501 199212 1 001 ABSTRAK Model Ccoperative Learning adalah suatu model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bagian tumbuhan. Dalam pembelajaran IPA siswa belajar dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bagian tumbuhan. Dalam pembelajaran IPA siswa belajar dengan 60 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMP Negeri 12 Bandung Jalan Dr. Setiabudhi No. 195 untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS 32 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 35 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu sebuah kegiatan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Kelas XI TKJ 2 SMK Negeri 1 Banyudono Boyolali tahun ajaran 2015/2016 semester

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 93 A. Hasil Penelitian 1. Refleksi Awal BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas VA SDN 25 Kota Bengkulu. Subyek penelitian ini yaitu guru dan seluruh siswa

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS 35 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di kelas XI IS 2 SMA Negeri 3 Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016, yang beralamat di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Aqib (2014: 18) PTK merupakan cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki

Lebih terperinci

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU IPA MELALUI LESSON STUDY BERBASIS MGMP KAWASAN SURABAYA SELATAN

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU IPA MELALUI LESSON STUDY BERBASIS MGMP KAWASAN SURABAYA SELATAN PENINGKATAN KOMPETENSI GURU IPA MELALUI LESSON STUDY BERBASIS MGMP KAWASAN SURABAYA SELATAN Hainur Rasid Achmadi haradi@telkom.net Jurusan Fisika Unesa ABSTRAK Pada saat ini masih banyak guru yang masih

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK KUPANG LIGITARANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 4 B SDN SIDOMEKAR 08 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER

PENERAPAN TEKNIK KUPANG LIGITARANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 4 B SDN SIDOMEKAR 08 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER PENERAPAN TEKNIK KUPANG LIGITARANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 4 B SDN SIDOMEKAR 08 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER Suprapto 27 Abstrak. Matematika merupakan ilmu terstruktur yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian Setting dalam penelitian ini menggunakan setting kelas di mana data yang diperoleh berasal dari pengamatan saat proses pembelajaran berlangsung di dalam

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KINERJA GURU BAHASA INDONESIA DALAM PEMBELAJARAN MELALUI LESSON STUDY PADA SMA. Oleh Basyiruddin*

MENINGKATKAN KINERJA GURU BAHASA INDONESIA DALAM PEMBELAJARAN MELALUI LESSON STUDY PADA SMA. Oleh Basyiruddin* Jurnal Serambi Ilmu, Edisi September 2017 Volume 29 Nomor 2 112 MENINGKATKAN KINERJA GURU BAHASA INDONESIA DALAM PEMBELAJARAN MELALUI LESSON STUDY PADA SMA Oleh Basyiruddin* Email: zainuddinpayacut@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DENGAN PROSES BELAJAR MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN IPA DI SD NEGERI 04 POASIA JURNAL PENELITIAN

ANALISIS KESESUAIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DENGAN PROSES BELAJAR MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN IPA DI SD NEGERI 04 POASIA JURNAL PENELITIAN ANALISIS KESESUAIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DENGAN PROSES BELAJAR MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN IPA DI SD NEGERI 04 POASIA JURNAL PENELITIAN OLEH NURNIHATI G2J1 15 001 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Wonoharjo, Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Wonoharjo, Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Wonoharjo, Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen. Sekolah ini terdiri dari enam

Lebih terperinci

Oleh AGUNG HASTOMO, M.Pd ANWAR SENEN, M.Pd. Sosialisasi KTSP

Oleh AGUNG HASTOMO, M.Pd ANWAR SENEN, M.Pd. Sosialisasi KTSP MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-IIIIII Oleh AGUNG HASTOMO, M.Pd ANWAR SENEN, M.Pd Latar Belakang Peserta didik kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini yang masih melihat segala

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. awal tahun Menurut Kurt Lewin PTK atau Classroom Action Research

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. awal tahun Menurut Kurt Lewin PTK atau Classroom Action Research BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research merupakan suatu model penelitian yang dikembangkan oleh Kurt Lewin pada awal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, waktu yang digunakan penulis untuk mulai mengadakan penelitian sampai menyelesaikannya adalah selama satu bulan, mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian tindakan merupakan suatu proses yang memberikan kepercayaan kepada pengembang kekuatan berfikir, reflektif, diskusi, penentuan keputusan dan tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang lebih

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang lebih BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang lebih familiar disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Muslikah (2010: 32) mendefinisikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBINAAN PROFESIONALISASI GURU PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR MELALUI LESSON STUDY BERBASIS KELOMPOK KERJA GURU

PENGEMBANGAN MODEL PEMBINAAN PROFESIONALISASI GURU PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR MELALUI LESSON STUDY BERBASIS KELOMPOK KERJA GURU PENGEMBANGAN MODEL PEMBINAAN PROFESIONALISASI GURU PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR MELALUI LESSON STUDY BERBASIS KELOMPOK KERJA GURU Oleh: Indra Safari Dosen Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK

Lebih terperinci