BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis Good Corporate Governance 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Devita (2011) hubungan agency muncul ketika satu orang atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut. Hubungan antara pihak agent dan principal mengarah pada kondisi ketidak seimbangan informasi atau asimetri informasi (asymetric information). Asimetri informasi terjadi karena pihak manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimasa datang dibandingkan dengan pemegang saham dan stakeholder lainnya (Permata et al., 2012). Akibat adanya informasi yang tidak seimbang (asimetri) ini, dapat menimbulkan dua permasalahan yang disebabkan adanya kesulitan prinsipal untuk memonitor dan melakukan pengendalian (control) tindakan-tindakan agen. Jensen dan Meckling (1976) dalam Devita (2011) menyatakan permasalahan tersebut adalah: 8

2 9 a. Moral hazard, yaitu permasalahan yang muncul jika agen tidak melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja. b. Adverse selection, yaitu suatu keadaan dimana prinsipal tidak dapat mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benarbenar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas. GCG merupakan konsep pengelolaan yang sesuai untuk meminimalkan masalah keagenan. Untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan wewenang antara pihak manajemen dengan kepentingan pemegang saham. Penerapan GCG diharapkan dapat memonitor dan menjadi alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor dan pemegang saham bahwa mereka akan mendapatkan return atas dana yang telah mereka investasikan. 2. Definisi dan Konsep Good Corporate Governance The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) mendefinisikan GCG adalah struktur, sistem dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan sebagai upaya untuk memberikan tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya berdasarkan norma, etika, budaya dan aturan yang berlaku.

3 10 The Organization for Economic Corporation and Development (OECD) dalam Purwantini (2008) mengartikan Corporate Governance adalah sistem yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan Corporate Governance mengatur pembagian tugas, hak dan kewajiban mereka yang berkepentingan kehidupan perusahaan termasuk para pemegang saham, dewan pengurus, para manajer dan semua anggota, stakeholder non pemegang saham. Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), GCG adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Corporate governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik perusahaan yang melaksanakannya maupun iklim usaha di suatu negara. Penerapan GCG mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif. Oleh karena itu, diterapkannya GCG bagi perusahaanperusahaan di Indonesia sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan (KNKG dalam Setyaningrum, 2012). Dapat disimpulkan GCG adalah sistem yang mengatur hubungan antara pihak-pihak yang berkepentingan dan terdapat proses untuk mengatur bagaimana seharusnya cara menjalankan Penerapan GCG memerlukan komitmen dari seluruh jajaran organisasi dan penerapannya harus dipatuhi oleh semua pihak yang ada didalamnya. Sehingga apabila penerapan GCG dapat dilakukan, dalam jangka panjang

4 11 menciptakan tambah bagi perusahaan untuk semua pihak yang berkepentingan baik pihak internal maupun pihak eksternal. Dengan menerapkan GCG menumbuhkan kepercayaan shareholder dan stakeholder. Dengan kepercayaan yang baik, perusahaan akan meningkat dan membantu investor membuat keputusan dalam investasinya. Bukan hanya dari pihak luar, penerapan GCG juga mempengaruhi perusahaan dalam memperoleh tambahan modal dari bank maupun dari pasar modal. Perusahaan akan lebih mudah mendapatkan modal karena perusahaan telah dipercaya dan mempunyai reputasi positif. Selain itu penerapan GCG dapat memastikan setiap proses bisnis berjalan sesuai prosedur yang berlaku, sehingga perusahaan dapat terhindar dari risiko hukum. 3. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance Prinsip-prinsip GCG yang menjadi indikator, oleh The Indonesian Institute of Corporate Governance dan Organization for Economic Coorperation and Development, yaitu: Pertama, akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organisasi perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secar efektif. Prinsip ini memuat kewenangan-kewenangan yang harus dimiliki oleh dewan komisaris dan direksi berserta kewajiban-kewajibannya kepada pemegang saham dan stakeholder lainnya.

5 12 Kedua, pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian (kepatuhan) didalam pengelolaan perusahaan prinsip korporasi yang sehat serta peraturan yang berlaku. Prinsip ini menekankan pada adanya sistem yang jelas untuk mengukur mekanisme pertanggungjawaban perusahaan pada pemegang saham dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Ketiga, keterbukaan (transparency) yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai Dalam prinsip ini, informasi harus diungkapkan secara tepat waktu dan akurat. Keempat, kewajaran (fairness) yaitu perlakuan yang adil dan setara didalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Perinsip ini menekankan pada jaminan perlindungan hak-hak para pemegang saham. Kelima, kemandirian (independency) yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara propesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korposari yang sehat. Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, tidak saling mendominasi dan tidak dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

6 13 4. Penerapan Good Corporate Governance The Indonesian Insitute for Corporate Governance (IICG) berkerjasama dengan Majalah SWA menyelenggarakan Indonesia Most Trusted Companies based on Corporate Governance Perception Index (CGPI) merupakan program tahunan sejak 2001 sebagai bentuk penghargaan inisiatif dan hasil upaya perusahaan dalam mewujudkan bisnis yang etikal dan bermartabat. CGPI adalah pemeringakatan penerapan GCG pada perusahaanperusahaan di Indonesia melalui riset yang dirancang untuk mendorong perusahaan meningkatkan kualitas penerapan konsep corporate governance melalui perbaikan yang berkesinambungan dengan melaksanakan evaluasi dan melekukan patok banding (benchmarking). CGPI mendorong dan menuntut perusahaan peserta untuk melakukan perbaikan atau peningkatan praktik GCG di lingkungannya (CGPI). Survei CGPI 2012 diikuti oleh 40 perusahaan dengan tema manajemen resiko. Bisnis yang dijalankan perusahaan sangat berkaitan dengan resiko. Dimana banyak terjadi praktik bisnis yang menyimpang dan kasus manipulasi. GCG menjadi kunci untuk mengurangi resiko yang dihadapai perusahaan (SWA, 2012: 32). Tema CGPI 2011 survei membidik tema Good Corporate Governance dalam Perspektif Etika. Tema ini diambil karena merabaknya praktik-praktik isnis yang tak terpuji. Diharapkan para anggota perusahaan bertindak jujur, menepati janji, serta menjunjung tinggi tata dan

7 14 norma yang selaras dengan prinsip GCG dalam upaya mewujudkan bisnis yang beretika dan bermartabat. Survei diikuti oleh 33 perusahaan (SWA, 2011: 35). Good Corporate Governance dalam Perspektif Budaya adalah tema yang dipilih dalam survei CGPI GCG sebagai budaya adalah untuk semakin membudayakan peneraapan GCG pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Survei tersebut diikuti oleh 26 perusahaan (SWA, 2012: 30). Survei CGPI 2009 diikuti 22 perusahaan dengan tema Good Corporate Governance dalam Perspektif Manajemen Stratejik. GCG dapat menjamin dan memastikan keseluruhan proses dari manajemen stratejik berjalan dengan baik dan memberikan tambah secara berkesinambungan bagi perusahaan, serta tidak bertentangan dengan kepentingan seluruh stakeholder. Pean CGPI dalam majalah SWA meliputi empat tahapan pean yakni: self assessment, pean dokumen, pean makalah presentasi, dan Observasi. Hasil riset berupa skor dan index persepsi penerapan GCG pada perusahaan publik dan BUMN di Indonesia. Nilai CGPI dihitung dengan menjumlahkan akhir dari pemenuhan regulasi, kebijakan, pedoman, dan praktik terbaik dalam penerapan GCG. Secara keseluruhan dipersyaratkan sekurang-kurangnya 40 dokumen untuk perusahaan publik dan 36 dokumen untuk BUMN (IICG, 2006: 7 dan 37 dalam Setyaningrum, 2012).

8 15 Tabel 1 Pemeringkatan Pean CGPI Penerapan Corporate Governance Skor CGPI Sangat Terpercaya Terpercaya Cukup Terpercaya Sumber: SWA Sembada 27 XXVIII (20 Desember Januari 2013), hal. 34. SWA Sembada (2012: 36) menyatakan pentingnya penerapan GCG bagi perusahaan adalah: (1) Memastikan setiap proses bisnis berjalan sesuai prosedur yang berlaku. Sehingga perusahaan bisa terhindar dari risiko hukum, (2) Meminimalkan risiko disetiap kegiatan bisnis perusahaan, (3) Menumbuhkan dan mempertahankan reputasi positif perusahaan, (4) Menumbuhkan kepercayaan dari shareholder dan stakeholder, (5) Mendorong pertumbuhan perusahaan yang berkesinambungan (sustainablie), (6) Mepermudah perusahaan untuk memperoleh tambahan modal baik dari bank maupun dari pasar modal atau investor, termasuk investor asing, dan (7) Mendorong investor untuk memberikan apresiasi yang lebih tinggi (saham) Tata kelola perusahaan yang baik akan mampu memastikan aset dikelola secara hati-hati dan dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, perusahaan akan mampu menjalankan bisnisnya sesuai dengan peraturan yang berlaku dilandasi dengan etika bisnis yang telah disepakati dan dijunjung tinggi bersama.

9 Kebijakan dividen 1. Definisi dan Konsep Kebijakan Dividen Sundjaja (2002: 341) mendefinisikan kebijakan dividen perusahaan adalah rencana tindakan yang harus diikuti dalam membuat keputusan dividen. Kebijakan dividen harus diformulasikan dengan memperhatikan tujuan untuk memaksimalisasikan kekayaan dari pemilik perusahaan dan untuk pembiayaan yang cukup. Ketika sebuah perusahaan memperoleh laba bersih (net income) dan tingkat arus kas pada suatu periode tertentu, manajemen dihadapkan pada keputusan pemanfaatan laba tersebut. Dua alternatif penggunaan utama laba adalah : (1) dibagikan sebagai dividen, atau (2) ditahan sebagai laba ditahan (retained earnings). Keputusan inilah yang dikenal sebagai kebijakan dividen, yaitu menentukan seberapa besar atau proporsi laba yang akan dibagikan sebagai dividen (Gultom, 2008). Kebijakan dividen menimbulkan keputusan pembagian dividen yang menyebabkan konflik antara manajer dan pemegang saham. Manajer harus mampu menentukan kebijakan yang akan menyeimbangkan dividen saat ini dan tingkat pertumbuhan dividen di masa yang akan datang sehingga dapat memaksimalkan harga saham dan perusahaan dapat ditingkatkan. Brigham dan Houston (2006: 97) menyatakan dalam praktiknya, kebijakan dividen bukanlah suatu keputusan yang independen. Keputusan dividen dibuat bersama-sama dengan keputusan struktur modal dan

10 17 keputusan penganggaran modal. Alasan yang mendasari adanya proses keputusan bersama ini adalah informasi asimetris, yang mempengaruhi tindakan yang diambil oleh manajemen dalam dua hal: Pertama, manajer tidak ingin menerbitkan saham biasa baru. Informasi asimetris menyebabkan para investor memandang penerbitan saham baru sebagai suatu sinyal negatif dan akibatnya akan menurunkan ekspektasi sehubungan dengan prospek perusahaan di masa mendatang. Hasil akhirnya pengumuman penerbitan saham baru biasanya akan menurunkan harga saham. Kedua, perubahan-perubahan dividen memberikan sinyal dari keyakinan-keyakinan yang dimiliki oleh para manajer akan prospekprospek perusahaan di masa depan. Pengurangan atau penghapusan dividen akan memiliki pengaruh negatif signifikan pada harga saham Pendapat Brigham dan Houston (2006) sejalan dengan penelitian Sutrisno (2009) yang menyatakan bahwa harga saham dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dividen. Dengan demikian besarnya dividen yang dibayarkan akan meningkatkan perusahaan dan harga saham. Pembagian dividen juga dipengaruhi oleh laba Nilai perusahaan akan meningkat bilamana laba perusahaan juga meningkat. Peningkatan laba perusahaan memberi sinyal kepada investor bahwa perusahaan mengalami peningkatan pertumbuhan. Sinyal tersebut ditunjukan dengan adanya pembagian keuntungan perusahaan kepada

11 18 investor berupa dividen. Semakin tinggi tingkat laba yang diperoleh perusahaan, maka keputusan pembagian dividen kepada pemegang saham akan semakin tinggi sebaliknya semakin rendah tingkat laba maka dividen yang dibagikan kepada pemegang saham juga akan semakin rendah (Pradyani et al., 2012). 2. Jenis-Jenis Kebijakan Dividen Sundjaja et al. (2002: ) menyatakan ada tiga jenis kebijakan dividen, yaitu: 1. Kebijakan dividen rasio pembayaran konstan (constant payout ratio dividend policy), yaitu bahwa pembayaran dividen didasarkan dalam persentase tertentu dari pendapatan yang dibayarkan kepada pemilik setiap periode pembagian dividen. Salah satu indikator kebijakan ini adalah dengan rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio), yang adalah persentase dari setiap rupiah yang dihasilkan, yang dibagikan kepada pemilik saham dalam bentuk tunai. Dihitung dengan membagi dividen kas per saham dengan laba per saham. 2. Kebijakan dividen teratur (regular dividend policy), yaitu kebijakan dividen yang didasarkan atas pembayaran dividen dengan rupiah yang tetap dalam setiap periode. Kebijakan ini digunakan dengan menggunakan target rasio pembayaran dividen (target dividend payout ratio).

12 19 3. Kebijakan dividen rendah teratur dan ditambah ekstra (low regular and extra dividend policy), yaitu kebijakan dividen yang didasarkan pada pembayaran dividen rendah yang teratur, ditambah dividen ekstra jika ada jaminan pendapatan. 3. Rasio Pengukuran Kebijakan Dividen Horne dan Wachowicz (2013: 206) menyatakan kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah saldo laba dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Akan tetapi, dengan menahan laba saat ini dalam jumlah yang lebih besar dalam perusahaan juga berarti lebih sedikit uang yang akan tersedia bagi pembayaran dividen saat ini. Jadi, aspek utama dari kebijakan dividen perusahaan adalah menentukan alokasi laba yang tepat antara pembayaran dividen dengan menambahkan saldo laba Kebijakan dividen perusahaan tercermin dalam rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio), yaitu berapa bagian laba bersih yang dibayarkan sebagi dividen kepada pemegang saham. Dividend payout ratio (DPR) menggambarkan besarnya proporsi dividen yang dibagikan pendapatan bersih Semakin besar DPR yang dimiliki oleh perusahaan, maka semakin besar pula perusahaan tersebut membagikan labanya kepada pemegang saham dalam bentuk dividen (Hanafi, 2004: 44).

13 Kinerja Keuangan 1. Definisi dan Konsep Kinerja Keuangan Informasi akuntansi sangat bermanfaat untuk me pertanggungjawaban kinerja manajer. Karena pean kinerja pada dasarnya merupakan pean perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang dimainkannya dalam mencapai tujuan organisasi atau Kemungkinan yang lain adalah digunakannya informasi akuntansi bersamaan dengan informasi non akuntansi untuk me kinerja manajer atau pimpinan perusahaan (Sucipto, 2003 dalam Purwantini, 2008). Calon investor dalam berinvestasi mempertimbangkan beberapa hal yang berhubungan dengan informasi yang dapat mereka pergunakan sebagai dasar keputusan investasi, diantaranya adalah mengenai kinerja keuangan Baik buruknya kinerja keuangan yang dimiliki oleh perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangannya (Mahendra et al., 2012). Menurut Dwiermayanti (2009 dalam Wati 2012), Kinerja keuangan perusahaan adalah suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan. Informasi kinerja keuangan berasal dari laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut dapat membantu investor, kreditor, dan para pengguna lainnya untuk membuat keputusan dan analisis saham serta menentukan prospek suatu perusahaan di masa yang akan datang.

14 21 2. Rasio Pengukuran Kinerja Keuangan Tujuan pean kinerja keuangan untuk mengetahui apakah hasil yang dicapai perusahaan telah sesuai atau tidak dengan perencanaan Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dapat menggunakan rasio profitabilitas. Brigham dan Houston (2003 dalam Mardiyanti et al., 2012) menyatakan rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari kegiatan bisnis yang dilakukan. Hasilnya, investor dapat melihat seberapa efisien perusahaan menggunakan aset dan dalam melakukan operasinya untuk menghasilkan keuntungan. Rasio profitabilitas merupakan hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh Menurut Mahendra et al. (2012) profitabilitas menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah bunga dan pajak, sehingga dengan profitabilitas yang tinggi dapat memberikan tambah kepada perusahaannya yang tercermin pada harga sahamnya. Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh Rasio-rasio profitabilitas yaitu Net Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE), dan Return On Asset (ROA) (Brigham dan Houston, 2006: 107).

15 22 1. Rasio laba bersih (Net Profit Margin) merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan (Wati, 2012). Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan dan menunjukan keefektifan manajemen dalam mengelola laporan keuangan Semakin tinggi NPM yang didapatkan perusahaan, semakin baik operasi suatu perusahaan 2. Rasio laba atas ekuitas (Return On Equity) menunjukan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan buku para pemegang saham. ROE membandingkan neto setelah pajak (dikurangi dividen saham biasa) dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham di perusahaan (Horne dan Wachowicz, 2012: ). ROE yang tinggi menunjukan kinerja keungan perusahaan baik dan mengakibatkan investor tertarik menanamkan modal. 3. Rasio laba atas aset (Return On Asset) menunjukan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan penggunaan asetnya untuk menciptakan laba tanpa membedakan dari mana sumber pendanaannya (Ratih, 2011). ROA membandingkan laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham biasa dengan total aktiva (Brigham dan Houston, 2006: 108). Semakin tinggi ROA menunjukan kinerja keuangan perusahaan semakin baik dan menunjukan laba yang diperoleh atas aset yang digunakan.

16 23 Pengukuran kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu indikator yang di pergunakan oleh investor untuk me suatu perusahaan yang tercermin dari harga pasar saham di Bursa Efek. Semakin tinggi kinerja keuangan perusahaan maka semakin tinggi pula return yang akan di dapatkan oleh investor. Investor akan berusaha mencari perusahaan yang memiliki kinerja yang terbaik dan menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut dengan jalan membeli saham-sahamnya. Sehingga dari peningkatan pembelian saham perusahaan akan meningkatnya harga saham dan perusahaan akan mengikuti Nilai Perusahaan Menurut Andri dan Hanung (2007) dalam Retno dan Priantinah (2012) perusahaan adalah jual perusahaan atau tumbuh bagi pemegang saham, perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi kemakmuran pemegang saham. Nilai perusahaan dicerminkan pada kekuatan tawar menawar saham. Apabila perusahaan diperkirakan sebagai perusahaan mempunyai prospek pada masa yang akan datang, maka sahamnya menjadi tinggi. Sebaliknya, apabila perusahaan di kurang memiliki prospek maka harga saham menjadi rendah (Usunariyah, 2003: 54 dalam Mardiyanti et al., 2012).

17 24 Nilai perusahaan merupakan tujuan utama ( goal ) Salah satu rasio yang bisa digunakan untuk mengukur perusahaan berdasar pasarnya dan buku perusahaan adalah Tobin s-q seperti yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya (Ratih, 2011). Tobin s-q dikembangkan oleh James Tobins (1969). Rasio ini merupakan rasio yang membandingkan pasar saham perusahaan dengan bukunya. Rasio ini dihitung dengan membagi pasar (market value) perusahaan dengan pengganti dari aset perusahaan (replacement value of firm s assets). Tobin s-q yang rendah (antara 0 dan 1) berarti bahwa biaya pengganti dari suatu aset perusahaan adalah lebih besar dibandingkan dengan dari harga sahamnya. Ini mengimplikasikan bahwa saham tersebut di rendah (undervalued), sedangkan Tobin s-q yang tinggi (lebih dari 1) mengimplikasikan bahwa saham perusahaan jauh lebih mahal dari biaya pengganti aset perusahaan tersebut. Pengukuran dari pean saham ini adalah faktor pendorong di balik pengambilan keputusan investasi dalam model Tobin s-q (Gultom, 2008) Penelitian Terdahulu Adapun penelitian terdahulu yang dijaikan sumber penelitian dengan tema penelitian yang sama dan berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

18 25 Tabel 2 Penelitian Terdahulu No Peneliti (Tahun) 1 Carningsih (2009) Tujuan Untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan perusahaan dengan adanya mekanisme good corporate governance. Metode Analisis Analisis regresi berganda independen: 1. Return on Asset (ROA) 2. Return on Equity (ROE) dependen: 1. Tobin s Q moderating: 1. Komisaris independensi Hasil Penelitian 1. ROA negatif 2. ROE tidak 3. Proporsi komisaris independensi tidak mempunyai signifikan 2 Wijaya et al. (2010) Untuk mengetahui pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen Analisis regresi berganda independen: 1. Price Earning Ratio (PER) 2. Debt to Equity Ratio (DER) 3. Dividend Payout Ratio (DPR) dependen: 1. Price Book Value (PBV) 1. Keputusan investasi positif 2. Keputusan pendanaan positif nialai 3. Kebijakan dividen

19 26 positif 3 Ratih (2011) Untuk menguji apakah terdapat pengaruh good corporate governance perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening. Analisis jalur (Path Analysis) independen: 1. Corporate Governance Perception Index (CGPI) dependen: 1. Nilai perusahaan (Tobin s-q) intervening: 1. Net Profit Margin (NPM) 2. Return on Aseets (ROA) Pengaruh langsung: 1. CGPI tidak NPM. 2. CGPI tidak ROA. 3. NPM NP. 4. ROA NP. 5. CGPI tidak NP. Pengaruh tidak langsung: 1. CGPI tidak NP dengan NPM sebagai variabel intervening. 2. CGPI tidak NP dengan ROA sebagai variabel intervening.

20 27 4 Mardiyanti et al. (2012) Untuk membuktika n pengaruh kebijakan dividen, kebijakan hutang, dan profitabilita s Analisis regresi berganda independen: 1. Dividend Payout Ratio (DPR) 2. Debt to Equity Ratio (DER) 3. Return on Equity (ROE) dependen: 1. Price Book Value (PBV) 1. Kebijakan dividen memiliki pengaruh yang tidak signifikan 2. Kebijakan hutang positif tetapi tidak signifikan 3. Profitabilitas memiliki pengaruh yang positif signifikan 5 Via Octinia (2013) Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh penerapan good corporate governance, kebijakan dividen, profitabilita s perusahaan Analisis regresi berganda independen: 1. Corporate Governance Perception Index (CGPI) 2. Devidend Payout Ratio (DPR) 3. Return on Equity (ROE) dependen: 1. Tobin s-q Dalam proses penelitian

21 Rerangka Pemikiran Perusahaan 1 Tujuan Perusahaan 2 Pemegang Saham 3 Nilai Perusahaan Tobin s-q 4 Penerapan GCG CGPI Kebijakan dividen DPR Profitabilitas ROE Gambar 1 Rerangka pemikiran pengaruh penerapan good corporate governance, kebijakan dividen dan profitabilitas perusahaan Keterangan: 1. Dalam mendirikan sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. 2. Tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik perusahaan atau pemegang saham.

22 29 3. Memaksimalkan kesejahteraan pemilik perusahaan yaitu dengan memberikan kemakmuran kepada pemegang saham sehingga perusahaan akan meningkat. Nilai perusahaan menggunakan ukuran yang dikembangkan oleh James Tobins (1969) dalam Gultom (2008) yaitu Tobin s-q. Rasio ini merupakan rasio yang membandingkan pasar saham perusahaan dengan bukunya. 4. Dalam penelitian ini pengujian yang dilakukan adalah apakah penerapan good corporate governance yang diukur dengan Corporate Governance Perception Index (CGPI), kebijakan dividen diukur dengan Dividend Payout Ratio (DPR) dan profitabilitas diukur dengan Return on Equity (ROE) perusahaan yang diukur dengan Tobin s-q. 2.3 Perumusan Hipotesis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Penerapan GCG pada perusahaan adalah sebagai sistem pengawas yang dapat memberikan jaminan keamanan untuk pemegang saham atas dana atau aset yang tertanam pada perusahaan tersebut. Ratih (2011) hasil pengujian pengaruh CGPI perusahaan tidak terbukti kebenarannya. Tidak terdapat pengaruh CGPI Hasil penelitian tersebut mengidentifikasikan tidak dipertimbangkannya informasi tersebut oleh para investor, yang berarti pula dianggap tidak ada

23 30 ekonomis lebih yang bisa ditimbulkan dari perolehan peringkat The Indonesia Most Trusted Company-CGPI. Hasil penelitian Ratih (2011) berbeda dengan pemaparan menurut IICG menyatakan manfaat CGPI adalah: (1) Penataan organisasi perusahaan yang belum sesuai dan belum mendukung terwujudnya GCG, (2) Peningkatan kesadaran dan komitmen bersama dari internal perusahaan dan stakeholder penerapan GCG, (3) Pemetaan masalah-masalah strategis dalam praktik GCG, dan (4) Alternatif perbaikan indikator atau standar mutu pencapaian kualitas corporate governance. Berdasarkan tinjauan teori dan penelitian sebelumnya yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: H1a : Penerapan good corporate governance Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Kebijakan dividen berhubungan dengan Kebijakan dividen menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham perusahaan (Weston dan Brigham, 2005 dalam Mardiyati et al., 2012). Hasil penelitian Wijaya et al. (2010) bahwa kebijakan dividen positif Kebijakan dividen tersebut adalah membagikan laba yang diperoleh perusahaan kepeda pemegang saham dalam bentuk dividen. Implikasi bagi perusahaan adalah perusahaan

24 31 harus merencanakan untuk mengambil kebijakan dividen yang membagikan labanya kepada pemegang saham dalam bentuk dividen daripada menahan labanya dalam bentuk capital gain karena dapat meningkatkan Berbeda dengan hasil penelitian Madayati et al. (2012) menyimpulkan Kebijakan dividen secara parsial memiliki pengaruh yang tidak signifikan perusahaan manufaktur. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Miller dan Modligiani yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi perusahaan karena rasio pembayaran dividen hanyalah rincian dan tidak mempengaruhi kesejahteraan pemegang saham. Meningkatnya dividen tidak selalu diikuti dengan meningkatnya Karena perusahaan ditentukan hanya oleh kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aset-aset perusahaan atau kebijakan investasinya. Berdasarkan tinjauan teori dan penelitian sebelumnya yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: H1b : Kebijakan dividen Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Profitabilitas yang diproksi oleh Return on Equity (ROE) memiliki pengaruh yang positif signifikan Hal ini berarti semakin tinggi profit yang didapat maka akan semakin tinggi Karena profit yang tinggi akan memberikan indikasi prospek

25 32 perusahaan yang baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut meningkatkan permintaan saham. Permintaan saham yang meningkat akan menyebabkan perusahaan yang meningkat (Mardiyanti et al., 2012). Hasil penelitian yang berbeda ditemukan oleh Carningsih (2009) Return on Assets (ROA) terbukti negatif perusahaan, sedangkan Return on Equity (ROE) tidak Suatu perusahaan untuk dapat melangsungkan aktivitas operasinya, haruslah berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Tanpa adanya keuntungan akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan diminati sahamnya oleh investor. Sehingga, dengan demikian profitabilitas dapat mempengaruhi perusahaan (Mardiyati et al., 2012). Berdasarkan tinjauan teori dan penelitian sebelumnya yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: H1c : Profitabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang

BAB 1 PENDAHULUAN. kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Tujuan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal. Tujuan yang kedua adalah ingin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui kebijakan dividen tunai yang matang (Ronosulistyo, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui kebijakan dividen tunai yang matang (Ronosulistyo, 2008). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu dari kebijakan keuangan perusahaan adalah pembayaran dividen kepada investor yang telah menginvestasikan dana mereka pada perusahaan berupa saham.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Nilai Perusahaan Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. Semakin

Lebih terperinci

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, KEBIJAKAN DIVIDEN DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, KEBIJAKAN DIVIDEN DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, KEBIJAKAN DIVIDEN DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Via Octinia via.octinia92@gmail.com Andayani Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Saham merupakan investasi yang banyak dipilih oleh investor

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1 Teori Agency Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan tersebut secara maksimal. Nilai perusahaan dicerminkan dari harga saham

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Good Corporate Governance 2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Istilah corporate governance pertama sekali diperkenalkan oleh Cadbury Comitee

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari pencatatan atas transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun berjalan. Laporan keuangan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Salah satu dasar teori yang dapat digunakan untuk memahami konsep tentang corporate governance adalah teori keagenan, karena pada dasarnya teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan investasi di negara ASEAN lainnya. Bagi produsen, permintaan. keuntungan dari penjualan produk antar negara ASEAN.

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan investasi di negara ASEAN lainnya. Bagi produsen, permintaan. keuntungan dari penjualan produk antar negara ASEAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2015, Indonesia menghadapi AFTA (Asean Free Trade Area), dimana tujuan AFTA adalah meningkatkan daya saing ekonomi negara ASEAN dan menarik investor asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan usaha yang semakin keras menuntut perusahaan untuk semakin meningkatkan nilai perusahaannya. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sistem teknologi informasi dan bertambah luasnya ilmu pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era globalisasi seperti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan kontrak dimana satu atau lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah melakukan produksi dan distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan oleh perusahaan adalah Good Corporate Governance (GCG),

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan oleh perusahaan adalah Good Corporate Governance (GCG), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor maupun calon investor dalam mengambil keputusan. Dibutuhkan informasi yang lengkap, akurat serta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)

Lebih terperinci

2015 PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHAD AP HARGA SAHAM PAD A PERUSAHAAN YANG MENGIKUTI PEMERINGKATAN CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION IND EX

2015 PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHAD AP HARGA SAHAM PAD A PERUSAHAAN YANG MENGIKUTI PEMERINGKATAN CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION IND EX BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Nilai suatu perusahaan sangat penting bagi para pemegang saham. Semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin tinggi pula kemakmuran yang didapat oleh para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya dengan meningkatkan kemakmuran pemegang saham atau pemiliknya. Diperlukan tujuan dan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian di Indonesia semakin berkembang, hal ini dapat tercermin dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian di Indonesia semakin berkembang, hal ini dapat tercermin dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian di Indonesia semakin berkembang, hal ini dapat tercermin dari kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan investasi yang sudah dikeluarkan dapat diperoleh kembali dengan. Perusahaan dapat memberikan return yang tinggi kepada

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan investasi yang sudah dikeluarkan dapat diperoleh kembali dengan. Perusahaan dapat memberikan return yang tinggi kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal merupakan salah satu faktor penting yang diperlukan perusahaan untuk membiayai operasional perusahaan. Kebutuhan modal perusahaan dapat dipenuhi dari sumber internal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Jensen dan Meckling, 1976 (dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007) hubungan keagenan merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan Teori keagenan sudah mulai berkembang berawal dari adanya penelitian oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini meneliti pengaruh ukuran dewan direksi, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini meneliti pengaruh ukuran dewan direksi, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini meneliti pengaruh ukuran dewan direksi, yang merupakan pengukur Corporate Governance (CG), terhadap kinerja keuangan perusahaan property and real estate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Corporate Governance Perception Index (CGPI) adalah riset dan pemeringkatan penerapan Konsep Corporate Governance (CG) pada perusahaan publik dan BUMN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak adanya gerakan reformasi tahun 1998, muncul banyak tekanan dari publik yang menghendaki agar Pemerintah maupun swasta dapat menghapuskan praktek-praktek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta memaksimalkan kekayaan pemegang saham

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan timbul permasalahan agensi, karena masing-masing dari kedua pihak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan timbul permasalahan agensi, karena masing-masing dari kedua pihak 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi Teori agensi menyatakan bahwa apabila terdapat pemisahan antara prinsipal dan agen dimana keduanya menjalankan sebuah perusahaan yang akan timbul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena berkaitan erat dengan corporate governance, sehingga sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena berkaitan erat dengan corporate governance, sehingga sering BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan merupakan dasar untuk memahami lebih mendalam mengenai corporate governance. Teori ini dianggap penting karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laba pada tingkat yang diinginkannya. Angka profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laba pada tingkat yang diinginkannya. Angka profitabilitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan di Indonesia menghadapi sebuah tantangan bisnis yang lebih

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan di Indonesia menghadapi sebuah tantangan bisnis yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan di Indonesia menghadapi sebuah tantangan bisnis yang lebih besar dan terus berkembang dengan cepat. Berbagai jenis perusahaan juga bermunculan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang baik (good corporate governance) (Wicaksono, 2014:1).

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang baik (good corporate governance) (Wicaksono, 2014:1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dunia usaha semakin dinamis. Perkembangan kemampuan perusahaan menjadi suatu hal yang sangat penting agar dapat bertahan di pasar global, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Good corporate governance (selanjutnya disingkat GCG), dalam Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Good corporate governance (selanjutnya disingkat GCG), dalam Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good corporate governance (selanjutnya disingkat GCG), dalam Bahasa Indonesia sering dikaitkan dengan istilah tata kelola perusahaan. Menurut Sugiyanto (2011),

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara manajemen dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan informasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara manajemen dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan informasi BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Signaling Theory (Teori Sinyal) Signaling theory (teori sinyal) menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang akan dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahan. Oleh karena itu, perusahaan harus berupaya terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. bertahan. Oleh karena itu, perusahaan harus berupaya terus-menerus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi mendorong munculnya persaingan usaha yang semakin ketat dan membuat perusahaan harus memiliki kemampuan untuk tetap bertahan. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak cara, salah satunya dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industriindustri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Governance di perusahaan publik, bank maupun BUMN. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Governance di perusahaan publik, bank maupun BUMN. Penerapan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aktivitas bisnis merupakan masalah kompleks yang sedang hangat dibicarakan di tengah-tengah usaha pemerintah untuk mengembalikan kestabilan dunia perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan selalu memiliki nilai jual yang berbeda, yang biasa disebut dengan nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan tercermin dalam harga pasar saham

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Laporan keuangan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan bagi suatu perusahaan merupakan hasil akhir dari pekerjaan bagian pembukuan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998 membuat perekonomian nasional menjadi buruk. Pada pertengahan tahun 1998, bursa ditinggalkan oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Perusahaan Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan atau kekayaan, terutama bagi para pemegang sahamnya, terwujud berupa upaya peningkatan atau memaksimalkan

Lebih terperinci

Oleh: Inayah B

Oleh: Inayah B ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED DAN PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di masyarakat. Perusahaan ini menggambarkan perusahaan yang menawarkan sahamnya kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya sebagai berikut: 1. Novi Anggraini (2015)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas pasar modal. Pasar modal menurut Bursa Efek Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas pasar modal. Pasar modal menurut Bursa Efek Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di negara berkembang seperti Indonesia dipengaruhi oleh aktivitas pasar modal. Pasar modal menurut Bursa Efek Indonesia merupakan pasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini perlu dilakukan peninjauan terhadap berbagai penelitian terkait yang pernah dilakukan sebelumnya guna mendapatkan referensi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Adapun Teori yang dapat mendukung berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti: 1. Teori Keagenan(Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) merupakan teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia merupakan negara berkembang yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dengan tingginya pertumbuhan ekonomi di Indonesia membuat para investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. perusahaan (Sijabat, 2007). Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. perusahaan (Sijabat, 2007). Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Saat ini good corporate governance (GCG) telah menjadi salah satu pilar dalam sistem ekonomi pasar. Ia berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Corporate governance sampai saat ini memiliki peranan yang sangat penting di dalam menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen. Menurut Forum for Corporate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara-negara didunia pada era globalisasi dan pasar bebas saat ini, dituntut untuk menerapkan sistem pengelolaan bisnis yang berbasis prinsip tata kelola perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sartono (2008: 281) kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sartono (2008: 281) kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Kebijakan Dividen Menurut Sartono (2008: 281) dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri manufaktur rmerupakanindustri yang mendominasi perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Industri manufaktur rmerupakanindustri yang mendominasi perusahaanperusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri manufaktur rmerupakanindustri yang mendominasi perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Banyaknya perusahaan dalam industri, serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan antara elemen satu dengan elemen lain dalam suatu laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemilik. Nilai perusahaan yang go public di pasar modal tercermin

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemilik. Nilai perusahaan yang go public di pasar modal tercermin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perusahaan didirikan mempunyai tujuan yang jelas, tujuan perusahaan didirikan adalah untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) sangat penting artinya, karena tujuan dalam mendirikan sebuah perusahaan selain untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya praktek good corporate governance pada korporasi atau perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya praktek good corporate governance pada korporasi atau perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terkena krisis finansial Asia 1997-1998. Krisis finansial yang melanda Indonesia ini dipandang sebagai akibat lemahnya praktek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari peneliti untuk melakukan pengujian kembali yaitu: 2.1.1. Nanda (2011) Penelitian ini menguji pengaruh kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) tersebut akan. menimbulkan permasalahan keagenan (agency problem).

BAB I PENDAHULUAN. dan kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) tersebut akan. menimbulkan permasalahan keagenan (agency problem). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelimpahan kewenangan pengelolaan perusahaan di Indonesia termasuk juga pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari pemilik (shareholders)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, perusahaan dapat memperoleh dana untuk memperluas usahanya, salah satunya dengan mendaftarkan perusahaan pada pasar modal. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemegang saham.good Corporate Governance (GCG) membantu menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemegang saham.good Corporate Governance (GCG) membantu menciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Governance merupakan prinsip pengelolaan perusahaan yang bertujuan untuk mendorong kinerja perusahaan serta memberikan penilaian ekonomis bagi pemegang saham.good

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) a) Pemegang saham dengan manajer.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) a) Pemegang saham dengan manajer. 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Teori keagenan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) diasumsikan menerima

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terus tumbuh dan berkembang. Perusahaan harus memiliki strategi yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. terus tumbuh dan berkembang. Perusahaan harus memiliki strategi yang dapat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, tantangan dalam dunia usaha semakin kuat. Hal ini semakin dirasakan terutama para pengusaha. Mereka bersaing agar usahanya bisa terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan didirikan tentunya mempunyai tujuan yang jelas.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan didirikan tentunya mempunyai tujuan yang jelas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah perusahaan didirikan tentunya mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan semua perusahaan menurut ahli keuangan tidak jauh berbeda satu sama lainnya, hanya saja cara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. perusahaan yang ditransaksikan di bursa untuk perusahaan yang sudah go public. Dalam

PENDAHULUAN. perusahaan yang ditransaksikan di bursa untuk perusahaan yang sudah go public. Dalam PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Peningkatan nilai perusahaan yang tinggi merupakan tujuan jangka panjang yang seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya karena penilaian

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Teori Agensi Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer sebagai agent. Teori agensi menggambarkan bahwa agent memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Hubungan agensi terjadi karena adanya suatu perjanjian atau kontrak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Hubungan agensi terjadi karena adanya suatu perjanjian atau kontrak yang 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Hubungan agensi terjadi karena adanya suatu perjanjian atau kontrak yang dilakukan oleh principal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan akhir dari investor perorangan maupun badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan akhir dari investor perorangan maupun badan usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan akhir dari investor perorangan maupun badan usaha menanamkan dana ke dalam suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan dan memperoleh pendapatan (income)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Brigham dan Houston (2007) isyarat atau signal adalah suatu

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Brigham dan Houston (2007) isyarat atau signal adalah suatu BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Signal (Signalling Theory) Menurut Brigham dan Houston (2007) isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Dividen Dividen merupakan aliran tunai bersih bebas yang didistribusikan perusahaan kepada pemilik saham. Dividen tunai yang diharapkan merupakan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. berdampak terhadap nilai perusahaan (Fama dan French, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. berdampak terhadap nilai perusahaan (Fama dan French, 1998). 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Banyaknya perusahaan dalam industri, serta kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan yang ketat antar perusahaan manufaktur. Persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Nilai Perusahaan Nilai perusahaan diciptakan oleh perusahaan melalui kegiatan perusahaan dari waktu ke waktu agar mencapai nilai perusahaan yang maksimum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mampu menghasilkan keuntungan untuk meningkatkan value of the. firm dan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mampu menghasilkan keuntungan untuk meningkatkan value of the. firm dan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi stratejik yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan. Pengelolaan ini ditujukan agar perusahaan mampu menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan bidang keuangan yang harus selaras dan serasi dengan memaksimalisasi keuntungan suatu perusahaan. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan semakin sengitnya persaingan antar perusahaan, kini perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang besar, hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan yang menyangkut pembelanjaan internal perusahaan sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan menjadi perhatian utama bagi penggunanya sebagai informasi akuntansi kepada pihak internal maupun pihak eksternal untuk pengambilan keputusan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat perekonomian di Indonesi menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat perekonomian di Indonesi menjadi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998 membuat perekonomian di Indonesi menjadi terpuruk. Pada tahun 1998, Indonesia dianggap sebagai negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebuah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebuah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang maupun badan dengan memberikan modal usaha dalam bentuk saham yang digunakan untuk menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kondisi perekonomian negara Indonesia saat ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kondisi perekonomian negara Indonesia saat ini telah mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi perekonomian negara Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan dan perbaikan setelah masa krisis ekonomi global tahun 1998. Perkembangan perekonomian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) Teori ini menyatakan bahwa hubungan keagenan timbul salah satu pihak (principal) menyewa pihak lain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate governance menjadi isu yang sangat menarik dari waktu ke waktu, khususnya mulai mengemuka pada tahun 1998 ketika Indonesia mengalami krisis yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Good Corporate Governance Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee Inggris pada tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Mangkunegara di dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai berikut Kinerja adalah hasil kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan bisnis dalam industri manufaktur semakin ketat seiring dengan perkembangan perekonomian yang mengakibatkan adanya tuntutan bagi perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan kegiatan operasionalnya, yaitu mencari profit, akan tetapi selain

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan kegiatan operasionalnya, yaitu mencari profit, akan tetapi selain BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Setiap perusahaan pada dasarnya mempunyai tujuan dalam melakukan kegiatan operasionalnya, yaitu mencari profit, akan tetapi selain mencari profit, tujuan utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan good corporate governance dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan good corporate governance dengan memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bisnis yang mulai memasuki era globalisasi mengakibatkan persaingan perusahaan semakin tajam. Hal ini menuntut perusahaan untuk melakukan kegiatan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesepakatan untuk pemegang saham dengan pihak manajemen (Agent) dimana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesepakatan untuk pemegang saham dengan pihak manajemen (Agent) dimana BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan suatu perusahaan adalah lokasi terjadinya kesepakatan untuk pemegang saham dengan pihak manajemen (Agent) dimana sering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976) 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menjelaskan hubungan antara pemegang saham sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai 1 BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Masalah Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 09Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Corporate Governance II.1.1 Pengertian Corporate Governance Kata governance berasal dari bahasa Perancis gubernance yang berarti pengendalian. Selanjutnya kata tersebut dipergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan iklim di dunia bisnis yang pesat dewasa ini, kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam. Kondisi ekonomi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis Dividen adalah pembagian laba yang diperoleh perusahaan kepada para pemegang saham yang sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki.

Lebih terperinci

Pendahuluan. Universitas Esa Unggul

Pendahuluan. Universitas Esa Unggul 2 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan Indonesia pada bisnis dunia didukung oleh pengembangan pasar modal yang dipengaruhi oleh sektor industri manufaktur maupun nonmanufaktur. Dibentuknya

Lebih terperinci