POLA-POLA PEMBENTUKAN KEPENDEKAN RAGAM BAHASA INDONESIA INFORMAL PADA TESTIMONIALS AND COMMENTS DALAM SITUS FRIENDSTER DIAN PROBOWATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLA-POLA PEMBENTUKAN KEPENDEKAN RAGAM BAHASA INDONESIA INFORMAL PADA TESTIMONIALS AND COMMENTS DALAM SITUS FRIENDSTER DIAN PROBOWATI"

Transkripsi

1 POLA-POLA PEMBENTUKAN KEPENDEKAN RAGAM BAHASA INDONESIA INFORMAL PADA TESTIMONIALS AND COMMENTS DALAM SITUS FRIENDSTER DIAN PROBOWATI FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN DAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2008

2 POLA-POLA PEMBENTUKAN KEPENDEKAN RAGAM BAHASA INDONESIA INFORMAL PADA TESTIMONIALS AND COMMENTS DALAM SITUS FRIENDSTER Skripsi diajukan untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Humaniora oleh DIAN PROBOWATI NPM Program Studi Indonesia FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN DAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2008

3 Skripsi ini telah diujikan pada hari Selasa, tanggal 22 Juli PANITIA UJIAN Ketua Pembimbing Dewaki Kramadibrata, M. Hum. M. Umar Muslim, Ph.D Panitera Pembaca I Asep S. Sambodja, S.S. Lita Pamela Kawira, M.Si. Pembaca II Dewaki Kramadibrata, M.Hum. Disahkan pada hari..., tanggal , oleh: Koordinator Program studi Indonesia, Dekan FIB UI, Dewaki Kramadibrata, M. Hum. Dr. Bambang Wibawarta

4 Seluruh isi skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis Jakarta, 22 Juli 2008 Dian Probowati

5 Skripsi ini kupersembahkan untuk mereka yang selalu kusayangi sampai kapan pun, Ibu, Bapak, Mba Danik, dan Mas Danang.

6 PRAKATA Syukur alhamdulillah penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah memberiku kehidupan hingga saat ini. Tanpa kehendak-nya karya ini tidak akan pernah ada. Terima kasih saya ucapkan kepada Koordinator Program Studi Indonesia, Ibu Dewaki Kramadibrata yang selalu sabar membimbing kami semua dari awal perkuliahan hingga saat ini. Terima kasih juga saya sampaikan kepada pembimbing akademik, Bapak Frans Asisi Datang yang telah mengajarkan dan memberikan bayak ilmu kepada saya. Saya selalu senang diajarkan bapak di kelas. Tak lupa juga saya sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak M. Umar Muslim selaku dosen pembimbing skripsi saya. Terima kasih atas kesediaan Bapak yang selalu menyediakan waktu bagi saya untuk berkonsultasi. Terima kasih atas bimbingan, saran, dan masukan yang Bapak berikan. Kadangkadang saya sampai terlena dengan kecerdasan dan kepintaran bapak. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada para penguji skripsi, Ibu Lita Pamela Kawira dan Ibu Dewaki atas segala masukan dan koreksinya. Dan semua dosen yang telah mendidik saya selama empat tahun ini. Terima kasih untuk segala ilmu yang telah diberikan. Terima kasih untuk kakak-kakakku, 2002 yang memberikan inspirasi dan mengenalkan pada kami apa itu sastra indonesia. Terima kasih untuk 2001, 2003, yang juga mengajarkan banyak hal dan membuat kami selalu kompak. Terima kasih untuk adik-adik 2005, 2006, 2007 yang membuat tidak terasanya perjalanan empat tahun ini. Terima kasih untuk teman-teman basket FIB UI! Senang bisa menjadi bagian dari tim yang merebut kembali medali emas Olimpiade UI dari tangan sekutu. Untuk bapak-bapak, ibu-ibu, mbak-mbak, mas-mas penjual di kantin, tanpa kalian aku tak akan semangat menuju kampus.

7 Untuk para pesepakbola dunia, terutama tim nasional Inggris dan skuad Sir Alex Ferguson, Manchester United, terima kasih selalu memberikan permainan terbaik untuk disaksikan. Terima kasih selalu menemani di tengah malam yang sunyi, kalian salah satu penyemangatku untuk mengerjakan skripsi ini. Kalian akan selalu kukagumi. Yakinlah saya akan menonton kalian secara langsung. David Beckham, sampai bertemu! Terima kasih juga penulis sampaikan kepada para musisi dunia dan Indonesia terutama, John Legend, Chris Brown, Kahitna, Afgan, Padi, dan lain-lain. Suara kalian selalu membuatku terjaga dan menyemangatiku untuk menyelesaikan skripsi ini. Dan untuk para penyiar radio yang terus semangat hingga malam menjelang pagi. Terima kasih 2004! Yang begitu menyenangkan, menggairahkan, dan menyegarkan hari-hariku. Terima kasih kepada Yasmin yang sempat seminggu 6 kali bertatap muka dan selalu mengagetkan dengan gerakan-gerakan tak terduga terutama gerakan jalan sekretaris camat. Njoph si ibu yang genit selalu dan menerkam ganas laki-laki dari belakang sampai nggak mau lepas. Ayu gembul sexy-ku yang sangat perhatian dan sangat famous. Dea bebiku bala-bala yang centil dan banyak gaya, paling ada-ada aja. Uthe si kecil nomor satu yang mungil lagi centil, temen ketawa paling pas pas pas, nggak nyangka bisa depresi tsunami. Khakha si manja yang bukan hanya pemain terbaik, tetapi juga teman terbaik yang pernah kupunya. Lucky si kuki item yang cerewet dan lucu yang handphone-nya dibeliin siapa. Ega yang paling manis dan siap membantu, yang paling baik, temen nonton Thomas Cup bareng, temen nyabu pacarnya. Genih si kecil nomor dua yang kadang-kadang keribedan sendiri, tetapi selalu lekat dihati. Ida si kecil nomor tiga yang bijak, tetapi bijaknya lebih sering tertutup dengan tingkah dan kekonyolannya. Dhani yang sukanya ngegosip aja, paling tahu Conan yang kumau. Nitongku si anak paling banyak cardigan, tolong kenalkan seorang pria padaku. Rosi yang sama-sama suka si emeng, Fatya yang sedang menuju kecerahan wajah. Ayu Ipe, Putri, Siti, temen seperjuanganku yang paling mengerti akan kesibukan Pak Umar. Oi jadi ingin menikah juga kalau inget kamu. Riska terima kasih untuk sms-nya, Ati si toa

8 penggemar MU juga, Leni yang juga doyan emeng, tetapi nggak melihara. Heni, Fenty ternyata si kecil nomor 4 dan 5. Mila yang ternyata penggemar bola. Chacha si ibu pintar yang tak enggan berbagi ilmu. Ojab ratunya pantun Betawi. Novi yang selalu ceria. Eko, Joko, Catra, Subhi, Tablo, Ochan, Royo, Dimas, Edi, entah betapa gersangnya sastra Indonesia tanpa kalian. MT dan Ospi yang jauh di mata dekat di hati. Terima kasih kepada semua yang tak tersebut karena lupa. Terima kasih! Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman bermain, Farriy si item yang cantik dan selalu tampil modis, temen paling lucu se-antero dunia. Ichiy dan Yudiy yang paling tidak risih diintili saat pacaran. Imeng dan si Kidul teman kecilku hingga kini. Kalian teman terbaik. Last, but not least, terima kasih kepada Ibu dan Bapak orang tuaku tersayang. Maaf kalau selalu membuat susah dan membuat kalian marah. Untuk Bapak, walaupun nun jauh di sana tetapi selalu dekat dihati. Terima kasih atas perjuangannya selama ini untuk menghidupi keluarga. Untuk kakak-kakakku yang juga tersayang di se-anterojagat raya, Mba Danik dan Mas Danang, terima kasih untuk semuanya yang telah kalian berikan. Untuk Embah, aku juga sayang Embah. Dan untuk sepupusepupu dan keponakan-keponakan terkasih, terima kasih selalu meramaikan suasana di hati ini. 23 Juli 2008 Penulis

9 DAFTAR ISI PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR LAMBANG ABSTRAK vi ix xiii xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Sumber Data Metode Penelitian Landasan Teori Penelitian Terdahulu Manfaat Penelitian Sistematika Penyajian 11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kependekan Kata Bentuk-Bentuk Kependekan Beberapa Konsep untuk Menjelaskan Pola Pembentukan Kependekan 17

10 2.3.1 Huruf Kata Suku Kata Diftong dan Gugus 23 BAB 3 POLA-POLA PEMBENTUKAN KEPENDEKAN 3.1 Data Kependekan Pola Pembentukan Kependekan Singkatan Pengekalan dua huruf pertama sebuah kata Pengekalan tiga huruf pertama sebuah kata Pengekalan suku pertama dan huruf pertama dan terakhir suku 29 kedua sebuah kata Pengekalan huruf pertama suku pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kedua sebuah kata Pengekalan huruf pertama suku pertama dan pengekalan suku berikutnya sebuah kata Pengekalan huruf pertama setiap suku sebuah kata Pengekalan huruf pertama suku pertama dan suku kedua dan pengekalan huruf pertama dan terakhir suku ketiga sebuah kata Pengekalan huruf pertama suku pertama dan suku kedua dan pengekalan suku terakhir sebuah kata Pengekalan huruf pertama dan terakhir suku pertama

11 dan suku kedua sebuahn kata Pengekalan huruf pertama dan terakhir suku pertama dan suku kedua sebuah kata Pengekalan huruf pertama dan terakhir sebuah kata Pengekalan huruf pertama dan terakhir suku kata pertama dan huruf pertama suku kedua sebuah kata Pengekalan huruf pertama suku pertama dan dua huruf pertama suku kedua sebuah kata Pengekalan huruf pertama dan terakhir suku kedua sebuah kata Pengekalan huruf pertama sebuah kata Pengekalan huruf pertama dan penggantian kata dasar dengan bilangan Pengekalan huruf pertama dari setiap kata Pengekalan huruf pertama kata pertama dan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata Pengekalan kata pertama dan pengekalan huruf pertama suku pertama Pengekalan huruf pertama suku kedua tiap kata Pengekalan huruf yang tak beraturan Penggalan Pengekalan suku pertama sebuah kata Pengekalan suku kedua atau terakhir sebuah kata 51

12 Pengekalan tiga huruf pertama sebuah kata Pengekalan empat huruf pertama Pengekalan empat huruf pertama Akronim Kontraksi Pengekalan suku pertama kata pertama dan suku terakhir kata Kedua Pengekalan suku terakhir kata pertama dan pengekalan seutuhnya kata kedua Pengekalan tiga huruf pertama tiap kata Pengekalan dua huruf pertama kata pertama dan tiga huruf pertama kata kedua Pengekalan suku pertama kata pertama dan tiga huruf pertama kata kedua Pengekalan dua huruf pertama suku kedua kata pertama dan pengekalan seutuhnya kata kedua Pengekalan dua huruf pertama suku kedua kata pertama dan pengekalan suku terakhir kata selanjutnya Pengekalan suku pertama tiap kata Pengekalan tiga huruf pertama kata pertama dan pengekalan seutuhnya kata kedua 60

13 Pengekalan suku pertama kata pertama dan pengekalan empat huruf pertama kata kedua Pengekalan tiga huruf pertama tiap komponen kata disertai pelesapan konjungsi Pengekalan suku pertama kata pertama dan huruf pertama dan terakhir kata kedua Pengekalan beberapa huruf yang tak beraturan pada sebuah kata Lambang Huruf Bentuk Khusus Pengekalan huruf pertama suku pertama dengan penggantian vokal terakhir sebuah kata Pengekalan huruf pertama suku pertama dan huruf pertama suku pertama dengan penggantian diftong terakhir dari kata Pengekalan huruf pertama suku pertama dan huruf pertama setelah deret vokal dengan penggantian deret vokal di tengah kata Penggantian kata dengan sebuah huruf Pengekalan huruf atau gabungan huruf dengan penggantian huruf Pengekalan suku terakhir kata pertama dengan penggantian seutuhnya kata kedua 71 BAB 4 KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Saran 77

14 DAFTAR PUSTAKA 78 Lampiran 1: Tabel Frekuensi 80 Lampiran 2: Daftar kependekan kata 86 Lampiran 3: Contoh testimonials and comments 99

15 DAFTAR LAMBANG ( - ) = memisahkan suku kata / / = menunjukkan huruf fonemis [ ] = menunjukkan bunyi/lafal Bold = menandakan unsur yang dikekalkan Italic = menunjukkan kependekan kata = menandakan unsur yang dengan unsur lain

16 ABSTRAK DIAN PROBOWATI. Pola-Pola pembentukan Kependekan Ragam Bahasa Indonesia Informal dalam Testimonials and Comments pada situs Friendster. Di bawah bimbingan Bapak M. Umar Muslim, Ph.D. Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, Penelitian mengenai pola-pola pembentukan kependekan ragam bahasa Indonesia informal dalam Testimonials and Comments pada situs Friendster telah selesai dilakukan. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pola-pola pembentukan kependekan ragam bahasa Indonesia informal yang terdapat dalam Testimonials and Comments pada situs Friendster, dan melihat pola pemendekan yang paling sering digunakan dalam penulisan Testimonials and Comments pada situs Friendster. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyimak penggunaan bahasa. Kata-kata dicatat secara manual, dikelompokan berdasarkan bentuk-bentuknya, kemudian dianalisis pola-pola pembentukannya. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa secara keseluruhan terdapat 5 bentuk kependekan dengan 47 pola pembentukan kependekan ragam bahasa Indonesia informal dalam Testimonials and Comments pada situs Friendster. Kependekan bentuk singkatan terdiri atas 21 pola pembentukan, bentuk penggalan terdiri atas 5 pola pembentukan, bentuk kontraksi terdiri atas 13 pola pembentukan, bentuk akronim dan lambang huruf masing-masing hanya terdiri atas satu pola pembentukan. Selain itu, terdapat bentuk khusus dengan 6 pola pembentukan. Kependekan bentuk singkatan dengan pola pengekalan huruf pertama suku pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kedua merupakan pola pembentukan yang paling

17 sering digunakan dalam penulisan Testimonials and Comments pada situs Friendster (18,25%). Bentuk kependekan dengan pola pengekalan huruf pertama suku pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kedua sebuah kata dominan digunakan karena pola ini cenderung meluluhkan semua vokal dalam kata. Huruf vokal memiliki jumlah lebih sedikit daripada jumlah konsonan sehingga membuat kemungkinan salah pengertian makna antara penulis dan penerima pesan lebih kecil.

18 BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kependekan kata dalam tindak komunikasi sehari-hari semakin sering ditemukan. Menurut Harimurti Kridalaksana (2007: 159), kependekan merupakan hasil dari proses pemendekan atau dalam istilah lain disebut abreviasi. Dalam bahasa Indonesia terdapat bentuk-bentuk kependekan, antara lain SMA untuk Sekolah Menengah Atas, bpk untuk bapak, dst untuk dan seterusnya, dgn untuk dengan, pemilu untuk pemilihan umum. Bentuk kependekan bahasa Indonesia sebenarnya sudah sejak lama digunakan, bahkan dalam penulisan naskah proklamasi Presiden Soekarno menggunakan kependekan d.l.l untuk dan lain-lain. Sampai hari ini, kependekan kata itu pun masih terus mengalami pertambahan dengan munculnya ratusan atau bahkan ribuan bentukan baru. Menurut Kridalaksana (2007: 161), bentuk kependekan dalam bahasa Indonesia muncul karena terdesak oleh kebutuhan untuk berbahasa secara praktis dan cepat. Kebutuhan ini terasa di bidang teknis, seperti cabang-cabang ilmu, kepanduan, angkatan bersenjata, dan kemudian menjalar ke bahasa sehari-hari. Sekarang ini, banyak departemen atau instansi, baik pemerintah maupun swasta, yang menggunakan bentuk kependekan. Misalnya, Departemen Pendidikan

19 Nasional dipendekkan menjadi Depdiknas; Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dipendekkan menjadi ABRI; atau Pasukan Pengibar Bendera Pusaka menjadi Paskibraka. Bentuk-bentuk kependekan tersebut lama-kelamaan menjadi suatu kata yang lazim digunakan oleh pemakai bahasa. Selain bentuk kependekan yang telah disebutkan, bentuk kependekan juga banyak digunakan dalam ragam bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari. Kata-kata yang digunakan dalam percakapan sehari-hari biasanya menggunakan katakata populer dan kata-kata percakapan. Bentuk kependekan dalam ragam bahasa informal muncul karena kebutuhan untuk berkomunikasi secara praktis dan cepat dalam kehidupan sehari-hari pemakai bahasa. Dari sana, kemudian muncul bentuk, seperti ngga dari bentuk enggak, gitu dari bentuk begitu, makasih dari bentuk terima kasih, dan bentuk kependekan lain. Bentuk kependekan ragam informal tersebut mudah kita jumpai secara fisik (tulisan) pada beberapa media komunikasi berbasis bahasa tulis yang ada, misalnya pager dan pesan singkat pada telepon seluler. Selain itu, kini internet juga menjadi salah satu media komunikasi berbasis bahasa tulis yang tengah populer di lingkungan masyarakat. Salah satu situs internet yang menggunakan bentuk-bentuk kependekan kata ragam bahasa Indonesia informal ialah Friendster. Sebagai situs yang menghubungkan jalinan antarteman, Friendster memungkinkan adanya interaksi berkomunikasi (secara tulisan) dan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi pun kerap berupa bahasa Indonesia ragam informal atau bahasa percakapan. Dalam interaksi berkomunikasi itulah kependekan kata

20 sering digunakan. Interaksi berkomunikasi dalam Friendster biasanya dilakukan pada bagian yang disebut Testimonials and Comments. Tulisan dalam Testimonials and Comments biasa disebut dengan testimonial. Salah satu hal menarik yang dapat dilihat dalam Testimonials and Comments ialah cara penulisannya yang bermacam-macam, kadang-kadang terjadi pemendekan dan pemanjangan. Salah satu contoh penulisan Testimonials and Comments, misalnya sm tmn'' doang. ga pnya pacaar sh gw. ntar aj dh nyari bule di snaa. haha. yaaah ga ktmu dong kta? tp bali ko horor yaa skrg? serem bgt kykna brita'' di tv. hehe :p sama temen-temen doang. Nggak punya pacar sih gue. Entar aja deh nyari bule di sana. Haha. Yaaah nggak ketemu dong kita? Tapi Bali horor ya sekarang serem banget kayaknya berita-berita di tv. Hehe :p (dikutip dari Testimonials and Comments dalam profil Friendster milik a r n ii iiiiiiiiiiiiiii yang ditulis oleh Listy dalam situs Friendster) Dari contoh di atas, dapat dilihat bahasa yang digunakan merupakan ragam bahasa informal. Kata entar, gw 1 merupakan contoh penggunaan ragam bahasa cakapan. Selain itu, banyak ditemukan pemendekan. Dalam contoh, kata teman ditulis menjadi tmn, kita menjadi kta, banget menjadi bgt, sih menjadi sh, enggak menjadi ga. Penelitian mengenai pemendekan kata ragam bahasa Indonesia informal, khususnya dalam situs Friendster bagian Testimonials and Comments menarik dilakukan. Sejauh ini, belum pernah dilakukan penelitian mengenai bentuk 1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:303), kata entar dan gue termasuk ke dalam ragam cakapan.

21 pemendekan kata ragam bahasa Indonesia informal atau percakapan. Selain itu, saya sebagai pengguna Friendster tertarik untuk melihat adanya fenomena kependekan kata dalam situs tersebut. Penelitian ini akan memperlihatkan pola pembentukan kependekan kata ragam bahasa Indonesia informal yang dipakai pada Testimonials and Comments dalam situs Friendster Rumusan Masalah Setelah melakukan pengamatan terhadap data penelitian, masalah yang terdapat dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut. 1. Pola-pola pemendekan seperti apa saja yang terdapat dalam ragam bahasa Indonesia informal pada Testimonials and Comments? 2. Pola pemendekan kata seperti apa yang sering muncul/digunakan dalam penulisan Testimonials and Comments? 1. 3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, skripsi ini disusun untuk 1. mengidentifikasi pola pembentukan kependekan kata yang terdapat dalam kolom Testimonials and Comments; dan 2. melihat kecenderungan pola pembentukan kependekan kata ragam bahasa Indonesia informal yang paling sering muncul dalam Testimonials and Comments dengan cara menghitung persentase frekuensi kemunculannya.

22 1. 4 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada data berupa kependekan kata ragam bahasa informal atau cakapan bahasa Indonesia. Bentuk kepanjangan dari kependekan yang dimaksud dilihat berdasarkan konteks kalimat yang ditulis. Kependekan yang bukan dari bahasa Indonesia (daerah atau asing), seperti app dari approve, ilysm dari i love you so much, pic dari picture, tidak dimasukkan sebagai data penelitian. Kependekan yang berasal dari gabungan dua kata atau lebih, seperti makasih, yaudh, gapapa; dan kependekan yang hanya terdiri dari satu huruf, seperti c dari sih, d dari di, k dari ke, dimasukkan ke dalam data penelitian. Selain itu, kependekan berupa gabungan kata dengan kata depan, seperti dbdg, ksmrg, juga dijadikan data dalam penelitian ini. Simbol-simbol reduplikasi, seperti ( ) dan (2) diabaikan dalam penelitian ini. Komentar yang dipakai sebagai data adalah komentar yang ditulis oleh mereka yang berdomisili di Jakarta Sumber Data Data dalam penelitian ini diambil dari bagian Testimonials and Comments dalam situs Friendster. Friendster adalah sebuah situs jaringan sosial (social networking website) yang menawarkan pertemanan di dunia maya (Setiawan dan Sopyan, 2005:3). Jadi, situs ini digunakan untuk menjalin pertemanan antara satu orang dengan orang lainnya. Situs Friendster merupakan sebuah situs yang kemunculannya fenomenal dengan pemakainya yang mendunia. Pengambilan data dari situs ini dirasa tepat karena menurut pengamatan saya bentuk kependekan kata

23 ragam bahasa Indonesia informal sering muncul dalam situs ini, khususnya pada bagian Testimonials and Comments. Testimonials and Comments merupakan bagian dari Friendster yang dapat diisi oleh teman pemilik profil untuk menggambarkan pribadi pemilik profil. Penggambaran tersebut menjadi semacam pengakuan dari orang lain terhadap diri pemilik profil tersebut. Selain itu, Testimonials and Comments dapat juga dijadikan tempat untuk sekadar bertegur sapa, bercerita, bahkan bercakap-cakap antara pemilik profil dan temannya. Data yang dipakai dalam penelitian adalah Testimonials and Comments yang ditulis oleh anggota situs Friendster berusia tahun. Menurut pengamatan saya, anggota situs Friendster usia tahun cenderung lebih sering menggunakan kependekan kata dalam menulis Testimonials and Comments sehingga saya lebih mudah mendapatkan data yang diperlukan. Testimonials and Comments yang digunakan sebagai data adalah milik dua orang anggota situs Friendster dengan nama anggota Arnii iiiiiiiiiiiiiii (A) dan Karinaa (K), masing-masing berusia 16 tahun. Berdasarkan profil yang tertera, diketahui (A) adalah seorang siswi sekolah menengah atas di SMA Yasporbi Jakarta, sedangkan (K) adalah seorang siswi sekolah menengah atas di SMAN 34 Jakarta. Profil dua orang anggota Friendster tersebut dipilih secara acak, tidak berdasarkan alasan khusus, hanya sebagai perwakilan usia produktif pemakai kependekan kata, dan memperkaya perbendaharaan kata yang muncul dari orang yang berbeda.

24 Mengingat halaman Testimonials and Comments akan terus bertambah dan dapat terdiri dari ratusan bahkan ribuan halaman, pengambilan data tiap profil dibatasi pada 50 halaman pertama terkini saat penulis mengambil data tersebut (21 Januari 2008) dengan kurun waktu Juli Januari Setiap satu halaman Testimonials and Comments terdiri dari 10 komentar sehingga dari tiap profil didapat 500 komentar. Dari (A) diambil 500 komentar pertama dari 100 orang berbeda, sedangkan dari (K) diambil 500 komentar pertama dari 111 orang berbeda. Pengambilan data sebanyak 50 halaman pertama juga dibatasi oleh pengaturan dari pihak Friendster bahwa seseorang tidak dapat melihat testimonial milik orang lain lebih dari 50 halaman pertama saat membuka testimonial. Setelah melihat dan mengamati sumber data, kata-kata bahasa Indonesia ragam informal yang berupa kependekan penulis kumpulkan. Kependekan yang terkumpul kemudian melalui pendataan. Secara keseluruhan didapat 515 kependekan kata dari 1000 komentar dalam Testimonials and Comments dari 211 orang berbeda Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode deskriptif. Metode deskriptif bersifat pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci. Penelitian dengan metode deskriptif (Sudaryanto, 1992: 62) adalah penelitian yang semata-mata hanya berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya sehingga yang dihasilkan atau dicatat berupa bahasa yang bersifat apa adanya.

25 Langkah awal pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara meng-copy sumber data dari internet ke dalam program microsoft word. Kemudian data dikumpulkan dengan cara menyortir satu per satu kata yang dianggap kependekan kata. Secara keseluruhan ditemukan 547 kependekan kata dalam data. Setelah terkumpul, kependekan-kependekan tersebut kemudian diamati dan diseleksi. Setelah melewati tahap penyeleksian, dari 547 kependekan kata hanya terdapat 515 kependekan kata yang dinyatakan lolos untuk dijadikan data penelitian. Sebanyak 32 kependekan kata lain tidak dapat dijadikan data penelitian karena merupakan kependekan dari kata dalam bahasa asing (Inggris) dan merupakan kependekan dari nama orang atau nama panggilan seseorang. Bentuk kepanjangan dari kependekan tersebut saya ketahui dengan melihat konteks kalimat secara keseluruhan. Sebanyak 515 kependekan yang diteliti, selanjutnya melalui tahap pengklasifikasian untuk menentukan bentuk kependekan dan pola pembentukannya. Dalam pengumpulan data saya menerapkan metode simak. Menurut Mahsun (2005: 90) dinamakan metode simak karena cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Setelah dilakukan penyortiran, kata-kata tersebut dicatat secara manual. Kata-kata yang telah dicatat kemudian melalui tahap pengamatan kembali, sebelum akhirnya dijadikan data penelitian. Setelah semua data terkumpul, data tersebut dianalisis melalui beberapa langkah berikut. 1) Mengidentifikasikan dan menjelaskan pola pembentukan pemendekan kata dari data yang ada.

26 2) Mengklasifikasikan pola-pola yang telah diidentifikasi. 3) Melakukan penghitungan frekuensi pola-pola tersebut untuk mendapatkan kecenderungan pola-pola yang sering digunakan dalam penulisan Testimonials and Comments Landasan Teori Dalam mengidentifikasi dan menganalisis bentuk-bentuk kependekan kata dalam penelitian ini, saya menggunakan konsep abreviasi yang dikemukakan oleh Harimurti Kridalaksana (2007: 162) yang membagi kependekan ke dalam lima bentuk, yaitu singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf. Penjelasan mengenai konsep tersebut dapat dilihat pada bab selanjutnya Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pemendekan kata atau singkatan kata sebelumnya pernah dilakukan oleh Dian Alanudin (2003) dalam skripsinya yang berjudul Bentuk- Bentuk Singkatan Kata Bahasa Indonesia pada Iklan Mini: Studi Kasus pada Iklan Mini Kompas Tanggal 1 31 Agustus Namun, penelitian yang dilakukan oleh Alanudin merupakan penelitian kebahasaan yang mendeskripsikan bentuk-bentuk singkatan yang dipergunakan pada bahasa iklan mini dalam surat kabar Kompas. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa terdapat lima bentuk singkatan yang dipergunakan dalam penulisan iklan mini Kompas, yaitu singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf.

27 Lydia Irawati (2003), meneliti singkatan dan akronim dalam media chatting dan sms. Penelitian yang dilakukan Irawati berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Amran Tasai. Penelitian tersebut menghasilkan pemakaian singkatan pada media chatting dan sms dibagi ke dalam dua bentuk, singkatan dan akronim. Bentuk singkatan diklasifikasikan menjadi enam pola pembentukan, sedangkan bentuk akronim diklasifikasikan menjadi dua pola pembentukan Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai pemendekan kata dalam ragam bahasa Indonesia informal, khususnya pada Testimonials and Comments dalam situs Friendster. Selain itu, penelitian ini diharapkan juga dapat dijadikan perbandingan terhadap penelitian mengenai polapola pembentukan kependekan kata ragam bahasa Indonesia formal, serta memberikan pengetahuan mengenai kependekan kata ragam bahasa Indonesia informal sehingga dapat juga memperkaya kajian bahasa Indonesia Sistematika Penyajian Penelitian ini dibagi menjadi empat bab. Bab pertama adalah bab pendahuluan yang berisi subbab latar belakang, penelitian terdahulu, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penyajian. Bab ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pembaca mengenai penelitian secara garis besar.

28 Bab kedua adalah bab landasan teori. Bab ini menjabarkan teori-teori yang digunakan sebagai acuan oleh saya dalam menganalisis data penelitian. Bab ketiga berisi analisis data. Penganalisisan data pada bab tersebut menggunakan kerangka teori yang telah dijelaskan sebelumnya pada bab kedua. Bab keempat adalah bagian terakhir dalam penelitian ini. Bab tersebut berisi kesimpulan dan saran dari saya setelah melakukan penelitian terhadap bentuk pemendekan data pada Testimonials and Comments dalam situs Friendster.

29 BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini dikemukakan pendapat para ahli yang digunakan sebagai acuan dalam menganalisis data. Konsep-konsep yang dijelaskan dalam bab ini meliputi, huruf, kata, suku kata, diftong, dan gugus konsonan. Namun sebelumnya, terlebih dahulu juga dijelaskan pengertian kependekan, bentuk-bentuk kependekan, serta batasan bentuk kependekan yang digunakan dalam penelitian ini Kependekan Kata Kependekan kata dapat juga disebut singkatan. Dalam penelitian ini saya menggunakan istilah kependekan kata. Istilah kependekan kata merupakan istilah yang digunakan oleh Harimurti Kridalaksana dalam menyebutkan hasil dari proses pemendekan, sedangkan istilah lain untuk pemendekan disebut abreviasi. Menurut Kridalaksana (2007: 159), abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata.

30 2. 2 Bentuk-Bentuk Kependekan Ada beberapa ahli yang memberikan penjelasan mengenai bentuk-bentuk kependekan, di antaranya Ateng Winarno, Raja Massita Raja Arifin, dan Harimurti Kridalaksana Ateng Winarno Dalam Kamus Singkatan dan Akronim: Baru dan Lama, Ateng Winarno (1991: 11) membagi kependekan menjadi dua bentuk, singkatan dan akronim. (1) Singkatan adalah bentuk pemendekan satu kata atau lebih menjadi satu huruf atau lebih yang pengejaannya dilakukan dengan mengucapkan huruf demi huruf yang bersangkutan. Misalnya, DPR dari Dewan Perwakilan Rakyat, SMA dari Sekolah Menengah Atas, sda dari sma dengan atas. (2) Akronim ialah bentuk pemendekan satu kata atau lebih menjadi gabungan beberapa suku kata yang dilafalkan sebagai kata. Misalnya, SIM dari Surat Izin Mengemudi, ABRI dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Puskesmas dari Pusat Kesehatan Masyarakat Raja Masitta Raja Arifin Raja Masitta Raja Arifin seperti yang diungkapkan Parsidi dalam Kamus Akronim, Inisialisme, dan Singkatan (1994: vii) secara garis besar menggolongkan kependekan kata atas tiga bentuk, yakni singkatan, inisialisme, dan akronim.

31 (1) Singkatan kata terbentuk jika suatu istilah tidak ditulis secara penuh, tetapi beberapa bagian daripadanya, satu huruf atau lebih, digugurkan. Misalnya, tgl dari tanggal; PT dari Perseroan Terbatas. (2) Inisialisme terjadi jika huruf pertama dari setiap elemen kata digunakan untuk membentuk nama. Inisialisme juga dapat dilafalkan sebagai sebuah kata, tetapi bisa juga diucapkan huruf per huruf. Misalnya, BCG dari Bacillus Calmette Guerin diucapkan [be], [ce], [ge]; UMNO dari United Malays National Organitations diucapkan sebagai sebuah kata, [umno]. (3) Akronim terbentuk jika suatu istilah tidak ditulis secara penuh, tetapi dengan menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata. Misalnya, KONI dari Komite Olahraga Nasional Indonesia diucapkan [koni]. Dalam konsep yang dikemukakan Raja Arifin ini, batasan antara inisialisme dan akronim menjadi tidak jelas sebab bentuk inisialisme yang dapat dilafalkan sebagai sebuah kata dapat pula disebut akronim Harimurti Kridalaksana Harimurti Kridalaksana (2007: 162) membagi kependekan menjadi lima bentuk, terdapat lima bentuk kependekan, yaitu singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf. (1) Singkatan merupakan salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf maupun yang tidak

32 dieja huruf demi huruf. Misalnya, FSUI dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia; dng dari dengan. (2) Penggalan adalah proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem. Misalnya, Prof dari Profesor; Bu dari Ibu; Pak dari Bapak. (3) Akronim merupakan proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata. Misalnya, ABRI dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia tidak diucapkan [a], [be], [er], [i], tetapi [abri]. (4) Kontraksi adalah proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem. Bentuk kontraksi misalnya, takkan dari tidak akan; sendratari dari seni drama dan tari. (5) Lambang huruf adalah proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan atau unsur. Misalnya, g untuk gram; cm untuk sentimeter; Au untuk aurum. Dari ketiga pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan mendasar mengenai bentuk-bentuk kependekan. Perbedaan bentuk kependekan hanya terletak pada penamaan dan batasan untuk bentuk kependekan kata yang lain. Misalnya, bentuk inisialisme menurut Winarno dan Kridalaksana dimasukkan ke dalam bentuk singkatan jika bentuk tersebut tidak dapat dilafalkan sebagai sebuah kata. Sebaliknya jika bentuk tersebut dapat dilafalkan sebagai sebuah kata, diklasifikasikan ke dalam bentuk akronim. Contoh, PGRI kependekan dari Persatuan

33 Guru Republik Indonesia oleh Kridalaksana dan Winarno dimasukan ke dalam bentuk singkatan, tetapi oleh Raja Arifin dimasukkan ke dalam bentuk inisialisme karena terbentuk dari pengekalan huruf pertama tiap komponen dan membentuk nama organisasi. Selain itu, sama halnya dengan konsep Raja Arifin, dalam konsep yang diterapkan Kridalaksana juga masih terdapat ketumpangtindihan antara akronim dan kontraksi. Kependekan kata, seperti rudal, sendratari yang dimasukkan ke dalam bentuk kontraksi dapat juga dimasukkan ke dalam bentuk akronim jika merujuk pada definisi dari akronim itu sendiri. Belum ada batasan yang jelas mengenai hal tersebut. Dalam melakukan penelitian ini, saya menggunakan konsep yang diterapkan oleh Harimurti Kridalaksana. Pemilihan tersebut berdasarkan anggapan saya bahwa konsep bentuk kependekan yang diterapkan oleh Kridalaksana lebih lengkap dan rinci penjelasannya. Namun dengan adanya masalah ketumpangtindihan yang telah disebutkan, saya merasa perlu adanya batasan konsep yang digunakan. Dalam penelitian ini sebuah kependekan kata dimasukkan ke dalam bentuk akronim jika kependekan tersebut terbentuk dari pengekalan huruf pertama tiap kata dan dilafalkan sebagai sebuah kata. Jadi, akronim selalu terjadi dari dua kata atau lebih yang dipendekkan. Kependekan kata dimasukkan ke dalam bentuk kontraksi jika kependekan tersebut terjadi dari proses pengekalan beberapa bagian kata atau proses meringkas sebuah kata dan dapat dilafalkan sebagai kata. Jadi, kontraksi dapat terjadi dari satu kata atau lebih yang dipendekkan. Misalnya, orba dari Orde Baru dimasukkan ke dalam bentuk kontraksi karena terjadi dari pengekalan bagian kata,

34 sedangkan KONI dari Komite Olahraga Nasional Indonesia dimasukkan ke dalam bentuk akronim karena terjadi dari pengekalan huruf pertama tiap kata dan dapat dilafalkan sebagai kata Beberapa Konsep untuk Menjelaskan Pola Pembentukan Kependekan Kependekan kata dibentuk melalui beberapa proses pembentukan. Ada berbagai pengertian dan istilah yang diperlukan untuk menjelaskan pola pembentukan itu. Beberapa konsep dan istilah yang digunakan dan yang diperlukan dalam menganalisis pola pembentukan kependekan di antaranya huruf, kata, suku kata, diftong dan gugus konsonan Huruf Menurut Gelb dalam Bahasa Sahabat Manusia (2004: 55), huruf adalah a system of human intercommunication by means of conventional visible marks [...], atau sebuah sistem komunikasi antarmanusia yang menggunakan sarana konvensional yang bersifat visual. Misalnya, kalimat Itu Danu menggunakan aksara Latin, abjad Latin yang digunakan terdiri dari enam huruf, yakni i, t, u, d, a, n; ejaan yang digunakan adalah ejaan bahasa Indonesia. Ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku saat ini disebut Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Huruf-huruf yang digunakan adalah huruf Latin. Huruf Latin merupakan huruf yang digunakan oleh sebagian besar bangsa di dunia ini untuk menuliskan bahasa mereka. Namun, meskipun menggunakan huruf yang sama, sistem

35 penggunaan huruf antara satu negara dengan negara lain berbeda karena pada hakikatnya huruf hanyalah suatu konvensi grafis. Bahasa Indonesia pun memiliki sistem ejaannya sendiri. Huruf Latin yang digunakan terdiri dari 26 huruf. Dalam bahasa Indonesia nama ke -26 huruf itu adalah: Jenis Huruf Kecil a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z Kapital A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z Nama Huruf [ a ] [ be ] [ ce ] [ de ] [ e ] [ εf ] [ ge ] [ ha ] [ i ] [ je ] [ ka ] [εl ] [εm ] [εn ] [ o ] [ pe ] [ ki ] [εr ] [εs ] [ te ] [ U ] [ fe ] [ we ] [εks ] [ ye ] [ zεt ]

36 Huruf a, i, u, e, o disebut huruf vokal. Huruf lainnya, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z, disebut huruf konsonan Kata Kata merupakan istilah yang sering kita dengar dan gunakan, bahkan hampir setiap hari dan setiap saat kata digunakan. Chaer (2003: 162) mengungkapkan dalam bukunya, para tata bahasawan tradisional biasanya memberi pengertian terhadap kata berdasarkan arti dan ortografi. Menurut mereka, kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian ; atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua spasi, dan mempunyai satu arti. Jadi, kata yang satu dipisahkan dari kata lainnya oleh satu spasi. Misalnya, dalam kalimat Nama saya Doni. Kalimat itu terdiri dari tiga buah kata, yaitu nama, saya, dan Doni. Ketiganya dipisahkan oleh satu spasi, dan masingmasing memiliki satu pengertian. Namun menurut Chaer, pendekatan arti dan ortografi masih banyak menimbulkan masalah sebab pendekatan ortografi hanya bisa diterapkan untuk bahasa-bahasa yang menggunakan huruf Latin. Menurut Ramlan (1967: 7), kata ialah bentuk bebas yang paling sedikit, atau dengan kata lain, setiap bentuk bebas adalah kata. Kata yang tidak terdiri atas bentuk yang lebih kecil lagi disebut sebagai kata tunggal, sedangkan kata yang terdiri atas bentuk-bentuk yang lebih kecil lagi disebut kata kompleks. Seperti misalnya, kata berjalan merupakan kata kompleks yang terjadi dari ber- (bentuk terikat) dan jalan (bentuk bebas). Berbeda dengan bentuk sepeda yang tidak terdiri atas bentuk yang lebih kecil lagi.

37 Di antara bentuk yang dapat berdiri sendiri ada juga beberapa kata yang secara gramatika mempunyai kebebasan seperti halnya bentuk yang dalam ucapan dapat berdiri sendiri. Misalnya kata di, ke, dari, seperti dalam dari toko, di toko, ke toko, juga kata-kata seperti maka, adapun, sebab, karena, lah, kah, pun, meskipun, antara dan masih banyak lagi. Bentuk dari, di, ke (toko) terlihat terikat pada kata toko. Namun pada bentuk dari suatu toko, dari semua toko, bentuk-bentuk tersebut dapat dipisahkan dari kata toko. Demikian juga dengan bentuk lah. Oleh Ramlan bentuk-bentuk tersebut merupakan bentuk setengah bebas. Djoko Kentjono (2005: 151) menyatakan apa yang dimaksud dengan kata ialah satuan gramatikal bebas yang terkecil. Kata disusun oleh satu atau beberapa morfem. Kata bermorfem satu disebut kata monomorfemis. Kata monomorfemis ditulis sebagai satu kesatuan atau berupa kata dasar, sedangkan kata bermorfem lebih dari satu disebut kata polimorfemis. Kata polimorfemis merupakan kata yang mengalami proses morfologis sebelumnya, misalnya pengimbuhan atau afiksasi. Imbuhan ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Dalam kalimat, Dewa sedang bernyanyi lagu cinta, terdapat empat kata monomorfemis, yaitu dewa, sedang, lagu, dan cinta, dan satu kata polimorfemis, yakni bernyanyi Suku Kata Menurut Alwi, dkk. dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2003: 55), suku kata ialah bagian kata yang diucapkan dalam satu embusan napas dan umumnya terdiri atas beberapa fonem. Misalkan kata, datang diucapkan dengan dua

38 embusan napas: satu untuk da- dan satu untuk -tang. Namun, sebenarnya suku kata tidak berarti selalu sesuai dengan pelafalan. Misalnya, kata caplok yang dilafalkan caplok tidak berarti terdiri atas dua suku kata ca dan plok karena pada kenyataanya kata caplok terdiri atas dua suku kata, cap dan lok. Jadi, suku kata dapat juga berarti pemisahan bagian kata di tempat yang benar dalam penulisan sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Kata dalam bahasa Indonesia dapat terdiri atas satu suku kata atau lebih. Betapa pun panjangnya suatu kata, wujud suku yang membentuknya mempunyai struktur dan kaidah pembentukan yang sederhana. Menurut Alwi, dkk, (2003: 76 77), suku kata dalam bahasa Indonesia ada sebelas macam, sebagai berikut. Jenis suku kata dalam Bahasa Indonesia contoh (1) satu vokal; (2) satu vokal dan satu konsonan; (3) satu konsonan dan satu vokal; (4) satu konsonan, satu vokal, dan satu konsonan; (5) dua konsonan dan satu vokal; (6) dua konsonan, satu vokal, dan satu konsonan; (7) satu konsonan, satu vokal, dan dua konsonan; V VK KV KVK KKV KKVK KVKK a-bu, su-a-tu, do-a am-bil, ber-am-bisi, ma-in ba-ik, men-ja-di, sur-ga tak-si, ter-pak-sa, mo-nas pla-giat, su-tra-da-ra, su-tra tran-sit, kon-trak teks-til, mo-dern

39 (8) tiga konsonan dan satu vokal; (9) tiga konsonan, satu vokal, dan satu konsonan; dalam jumlah terbatas, ada yang terdiri atas, (10) dua konsonan, satu vokal, dan dua konsonan; dan (11) satu konsonan, satu vokal, dan tiga konsonan. KKKV KKKVK KKVKK KVKKK stra-te-gi, stra-ta struk-tur kom-pleks korps Setelah melihat penjabaran di atas, dapat dikatakan bahwa suku kata dalam bahasa Indonesia selalu memiliki vokal yang menjadi inti suku kata. Inti itu dapat didahului dan diikuti oleh satu konsonan atau lebih. Namun, suku kata dapat juga hanya terdiri dari satu vokal saja atau satu vokal dan satu konsonan. Suku kata terdiri dari dua jenis, suku kata terbuka dan suku kata tertutup. Disebut suku kata terbuka jika berakhir dengan vokal, (K)V. Misalnya, a-bu, su-ka. Sebaliknya, jika berakhir dengan konsonan, (K)VK, disebut suku kata tertutup. Misalnya, tu-tup, da-pat Diftong dan Gugus Konsonan Menurut Alwi, dkk. (2003: 27), diftong merupakan gabungan bunyi dalam satu suku kata, tetapi yang digabungkan adalah vokal dengan /w/ atau /y/. Jadi, /aw/ pada /kalaw/ dan /harimaw/ (untuk kata kalau dan harimau) adalah diftong, tetapi /au/ pada /mau/ dan /bau/ (untuk kata mau dan bau) bukan merupakan diftong. Hal itu

40 karena fonem /aw/ pada kata kalau dan harimau termasuk dalam satu suku kata, yakni /ka-law/ dan /ha-ri-maw/; fonem /a/-/u/ pada kata mau dan bau masing-masing tidak terdapat di dalam satu suku kata yang sama, yakni /ma-u/ dan /ba-u/. Dalam bahasa Indonesia terdapat tiga buah diftong, yaitu /ay/, /aw/, dan /oy/ yang masing-masing dituliskan ai, au, dan oi. Kedua vokal pada diftong melambangkan satu bunyi vokal yang tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut harus dibedakan dari dua vokal berjejer. Diftong : /ay/ /intay / intai /aw/ /kacaw/ kalau /oy/ /sepoy/ sepoi Deretan biasa : /ai/ /gulai/ gulai (diberi gula) /au/ /mau/ mau /oi/ /mənjagoi/ menjagoi Selain diftong, terdapat juga istilah gugus. Menurut Alwi, dkk. (2003: 27) gugus adalah gabungan dua konsonan atau lebih yang termasuk dalam satu suku kata yang sama. Jika gabungan dua konsonan tersebut tidak berada dalam satu suku kata yang sama maka tidak dinamakan gugus. Misalnya, /kl/ dalam /klinik/ dan /sl/ dalam /slogan/ adalah gugus karena terdapat dalam satu suku kata, yakni /kli-nik/ dan /slogan/. Gabungan konsonan yang bukan merupakan gugus selalu berada pada suku yang berbeda. Misalnya, /rc/ dalam /arca/; /kl/ dalam /maklum/. Keduanya terdapat dalam suku yang berbeda, yakni /ar-ca/ dan /mak-lum/.

41 Dalam menganalisis pola pembentukan kependekan kata, perlu dijelaskan beberapa hal. Mengenai konsep kata dalam penelitian ini bentuk di, ke, dari, sebab, dan, karena, dan lain-lain dianggap sebagai kata. Bentuk awalan atau akhiran yang ditulis terpisah dari kata dasarnya dianggap sebagai kata seperti halnya kata depan. Misalnya, d pandang. Bentuk d pada contoh merupakan kependekan dari awalan di yang seharusnya ditulis menyatu dengan kata dasarnya. Namun karena dalam data ditulis terpisah dari kata dasarnya, bentuk d dari di- akan dianalisis tersendiri sebagai kata.

42 BAB 3 POLA-POLA PEMBENTUKAN KEPENDEKAN Pada bab ini akan dijelaskan pola-pola pembentukan kependekan ragam bahasa informal yang terdapat pada data penelitian disertai analisisnya. Namun sebelumnya, akan diuraikan terlebih dahulu data dan langkah-langkah analisis Data Kependekan Dalam data yang diteliti, secara keseluruhan terdapat 515 kependekan kata. Kependekan-kependekan didapat dari bagian Testimonials and Comments dalam situs Friendster milik dua orang anggota situs. Sebelum menganalisis data, perlu diperhatikan beberapa hal yang diperlukan untuk mendukung analisis data, seperti tanda-tanda yang digunakan untuk menjelaskan pola-pola pembentukan kependekan. Pada data yang dijadikan contoh, unsur kata yang dicetak tebal menandakan bahwa unsur tersebut dikekalkan. Bagian kata yang diberi garis bawah menandakan bahwa unsur tersebut mengalami penggantian dengan unsur lain. Tanda penghubung (-) digunakan untuk memisahkan suku kata. Tanda garis miring (/../) digunakan untuk menuliskan fonem. Tanda ([..]) digunakan untuk menuliskan bunyi. Bentuk kependekan yang diikuti awalan atau akhiran atau pronomina dianalisis berdasarkan pola pembentukan pada kata dasarnya. Misalnya, kependekan kslhan dari kesalahan dianalisis berdasarkan kata dasarnya, yaitu pengekalan huruf pertama suku pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kedua sebuah kata.

43 Demikian juga dengan bentuk singkatan yang disertai kata depan yang penulisannya digabung dengan kata dasar. Bentuk singkatan tersebut juga akan diklasifikasikan berdasarkan pembentukan kata dasarnya Pola Pembentukan Kependekan Untuk menentukan pola pembentukan kependekan dalam penelitian ini digunakan konsep pembentukan kependekan yang diterapkan oleh Harimurti Kridalaksana. Dalam penelitian ini kependekan dibagi ke dalam lima bentuk, singkatan, penggalan, kontraksi, akronim, dan lambang huruf. Setiap bentuk kependekan mempunyai pola pembentukan yang berbeda-beda Singkatan Singkatan adalah hasil pemendekan berupa huruf atau gabungan huruf yang dapat dieja huruf demi huruf atau tidak dieja huruf demi huruf. Berdasarkan data yang diteliti, singkatan terbentuk dari sebuah kata atau lebih. Selain itu, singkatan dapat juga terbentuk dari kata yang telah mengalami proses morfologis, seperti afiksasi atau reduplikasi. Sebuah singkatan tidak bisa dilafalkan sebagai kata wajar. Bentuk kependekan yang merupakan kependekan dari awalan yang ditulis terpisah dari kata dasarnya diperlakukan sebagai satu kata yang dapat berdiri sendiri. Bentuk singkatan pada data yang diteliti terjadi dari proses-proses berikut Pengekalan dua huruf pertama sebuah kata

44 Dalam data penelitian terdapat 14 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan dua huruf pertama. Pola pemendekan ini menghasilkan dua pola kependekan, yakni VK dan KV. Pola VK cenderung terjadi pada kata yang terdiri atas dua suku. Huruf yang dikekalkan terletak pada suku yang berbeda. Suku pertama biasanya hanya terdiri dari satu huruf vokal. (1) a ja aj V KV VK (2) a ku ak V KV VK Pada contoh (1) kata aja terdiri dari dua suku kata, a dan ja. Huruf yang dikekalkan adalah a yang berada pada suku kata pertama dan j pada suku kata kedua. Hasil kependekannya ialah aj berpola VK. Demikian pula pada contoh (2), kata aku terdiri dari dua suku kata a dan ku. Huruf yang dikekalkan ialah a pada suku pertama dan k pada suku kata kedua. Kependekan yang dihasilkan ialah ak yang berpola VK. Berbeda dengan pola VK, pola KV cenderung terjadi pada kata yang terdiri atas satu suku kata. Biasanya kata-kata tersebut cenderung terdiri dari tiga huruf berpola KVK. (3) kok ko KVK KV (4) nih ni KVK KV

45 Pada contoh (3) kata kok merupakan sebuah kata bersuku satu dengan susunan huruf berpola KVK. Huruf yang dikekalkan, yaitu dua huruf pertama k dan o. Kependekan yang dihasilkan adalah ko yang berpola KV. Contoh (4) kata nih terdiri dari satu suku berpola KVK. Huruf yang dikekalkan, yaitu n dan i. Huruf n dan i berada pada satu suku. Kependekan yang dihasilkan adalah ni yang berpola KV Pengekalan tiga huruf pertama sebuah kata Dalam data penelitian terdapat 5 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan tiga huruf pertama sebuah kata. Pola pemendekan ini cenderung terjadi pada kata yang terdiri dari dua suku atau lebih. Setiap suku pada kata tidak memiliki kecenderungan pola tertentu. Pemendekan ini juga tidak selalu menghasilkan kependekan dengan pola yang sama. (5) ce - wek cew KV KVK KVK (6) no - vem ber nov KVK (7) pe - la - ja ran pel KVK (8) as - sa - la - mu - a - la - i - kum ass VKK Pada contoh (5) kata cewek terdiri atas dua suku, ce dan wek. Huruf yang dikekalkan pada kata cewek, yaitu c dan e yang berada pada suku pertama, dan w yang berada pada suku kedua. Kependekan pada contoh (6) terjadi dari kata bersuku tiga.unsur yang dikekalkan adalah tiga huruf pertama kata november, yaitu n, o dan

46 v. Pada contoh (7) kependekan pel terjadi dari kata bersuku empat. Unsur yang dikekalkan adalah tiga huruf pertama kata, pelajaran, yakni p, e, dan l. Demikian pula contoh (8) kata assalamualaikum yang bersuku delapan mengalami pengekalan tiga huruf pertama, a, s, dan s Pengekalan suku pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kedua sebuah kata Dalam data penelitian terdapat 21 kependekan kata dengan pola pemendekan pengekalan suku pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kedua sebuah kata. Pola pemendekan ini cenderung terjadi pada kata yang terdiri atas dua suku kata. Suku pertama selalu berupa suku terbuka, berpola V atau KV. Suku kedua selalu berupa suku tertutup KVK atau KVKK. Jika kependekan terjadi dari kata yang suku pertamanya hanya terdiri dari satu huruf vokal, kependekan yang dihasilkan akan berpola VKK. Jika terjadi dari kata yang suku pertamanya berpola KV, kependekan yang dihasilkan akan berpola KVKK. (9) e - nak enk V KVK VKK (10) e - mang emg V KVKK VKK Pada contoh (9) kata enak terdiri atas dua suku e dan nak. Huruf yang dikekalkan ialah e yang merupakan suku pertama. Huruf yang dikekalkan pada suku kedua, yakni n dan k. Contoh (10) kata emang terdiri dari dua suku, e dan mang. Suku pertama berupa suku terbuka yang terdiri dari satu huruf, e. Suku kedua berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kependekan kata dalam tindak komunikasi sehari-hari semakin sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Kependekan kata dalam tindak komunikasi sehari-hari semakin sering BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kependekan kata dalam tindak komunikasi sehari-hari semakin sering ditemukan. Menurut Harimurti Kridalaksana (2007: 159), kependekan merupakan hasil dari proses pemendekan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dalam menganalisis data. Konsep-konsep yang dijelaskan dalam bab ini meliputi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. dalam menganalisis data. Konsep-konsep yang dijelaskan dalam bab ini meliputi, BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini dikemukakan pendapat para ahli yang digunakan sebagai acuan dalam menganalisis data. Konsep-konsep yang dijelaskan dalam bab ini meliputi, huruf, kata, suku kata, diftong,

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia

Assalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia Assalamu alaikum Wr. Wb Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA Bahasa yang terpenting di kawasan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kata, baik berbentuk gramatikal maupun leksikal. Bahasa yang digunakan seharihari

BAB 1 PENDAHULUAN. kata, baik berbentuk gramatikal maupun leksikal. Bahasa yang digunakan seharihari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kosakata bahasa Indonesia tidak terlepas dari proses pembentukan kata, baik berbentuk gramatikal maupun leksikal. Bahasa yang digunakan seharihari di masyarakat

Lebih terperinci

ABREVIASI DALAM JUDUL ACARA TELEVISI PADA KURUN WAKTU NURINA ROMADHONA FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA

ABREVIASI DALAM JUDUL ACARA TELEVISI PADA KURUN WAKTU NURINA ROMADHONA FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA ABREVIASI DALAM JUDUL ACARA TELEVISI PADA KURUN WAKTU 2000 2007 NURINA ROMADHONA FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2008 ABREVIASI DALAM JUDUL ACARA TELEVISI PADA KURUN WAKTU 2000 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan berita dan hiburan yang setiap saat selalu bisa di-update. Televisi

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan berita dan hiburan yang setiap saat selalu bisa di-update. Televisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sumber informasi, televisi sangat membantu masyarakat untuk mendapatkan berita dan hiburan yang setiap saat selalu bisa di-update. Televisi merupakan media

Lebih terperinci

BAB 3 POLA-POLA PEMBENTUKAN KEPENDEKAN. bahasa informal yang terdapat pada data penelitian disertai analisisnya. Namun

BAB 3 POLA-POLA PEMBENTUKAN KEPENDEKAN. bahasa informal yang terdapat pada data penelitian disertai analisisnya. Namun BAB 3 POLA-POLA PEMBENTUKAN KEPENDEKAN Pada bab ini akan dijelaskan pola-pola pembentukan kependekan ragam bahasa informal yang terdapat pada data penelitian disertai analisisnya. Namun sebelumnya, akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak

Lebih terperinci

pada Fakultas Sastra Universitas Andalas

pada Fakultas Sastra Universitas Andalas NAMA-NAMA PENGGEMAR GRUP BAND DI INDONESIA TINJAUAN MORFOLOGI SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Sastra Universitas Andalas Oleh Muhammad Fadlan BP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retno Eko Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retno Eko Wulandari, 2013 BAB I PENDAHULUAN Pada bab I akan dipaparkan latar belakang, masalah penelitian yang meliputi identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian yang

Lebih terperinci

Sarjana S-1 UMI SHOLIKATI A

Sarjana S-1 UMI SHOLIKATI A PENGGUNAAN AKRONIM PADA RUBRIK POLITIK DAN HUKUM DALAM SURAT KABAR KOMPAS EDISII AGUSTUS-NOVEMBER 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. jenis kependekan dan proses pembentukan kependekan yang terdapat dalam judul

BAB II LANDASAN TEORI. jenis kependekan dan proses pembentukan kependekan yang terdapat dalam judul 13 BAB II LANDASAN TEORI Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, penelitian ini mengemukakan jenis kependekan dan proses pembentukan kependekan yang terdapat dalam judul acara televisi. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Pembelajaran kosakata bahasa isyarat menggunakan phonegap berbasis android

BAB II DASAR TEORI Pembelajaran kosakata bahasa isyarat menggunakan phonegap berbasis android BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan pustaka Tabel 2.1 Perbedaan Karya Tulis NO Nama Peneliti Tahun Input / Data Metode Output 1 Zhulfi Bajra Wik 2 Luh Putu Eka Damayanti, 3 Gede Adi Aryanata, 4 Made Ervan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan isi hatinya, baik perasaan senang, sedih, kesal dan hal lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan isi hatinya, baik perasaan senang, sedih, kesal dan hal lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa, maka kehidupan manusia akan kacau. Sebab dengan bahasalah manusia

Lebih terperinci

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Abstrak Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah wajib di seluruh universitas, termasuk UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya untuk media cetak, media sosial maupun media yang lainnya. Bahasa kini dirancang semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa dan masyarakat merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan. Bahasa akan selalu berhubungan dengan masyarakat penutur begitu pula sebaliknya, masyarakat

Lebih terperinci

TEKNIK PENULISAN DAN PRESENTASI

TEKNIK PENULISAN DAN PRESENTASI TEKNIK PENULISAN DAN PRESENTASI Membaca Suatu proses yang dilakukan Tata bahasa dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD merupakan standar umum yang ditetapkan oleh Pemerintah,

Lebih terperinci

KAJIAN BENTUK-BENTUK AKRONIM BAHASA INDONESIA DAN KAJIAN FONOTAKTIKNYA DALAM BERITA LIPUTAN KHUSUS PEMILU 2009 PADA SURAT KABAR SOLOPOS SKRIPSI

KAJIAN BENTUK-BENTUK AKRONIM BAHASA INDONESIA DAN KAJIAN FONOTAKTIKNYA DALAM BERITA LIPUTAN KHUSUS PEMILU 2009 PADA SURAT KABAR SOLOPOS SKRIPSI KAJIAN BENTUK-BENTUK AKRONIM BAHASA INDONESIA DAN KAJIAN FONOTAKTIKNYA DALAM BERITA LIPUTAN KHUSUS PEMILU 2009 PADA SURAT KABAR SOLOPOS SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna

Lebih terperinci

PENERAPAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN PADA SURAT PRIBADI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 6 GORONTALO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENERAPAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN PADA SURAT PRIBADI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 6 GORONTALO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENERAPAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN PADA SURAT PRIBADI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 6 GORONTALO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 OLEH Murniyati Gobel Dakia N. Djou Asna Ntelu JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Afiks-afiks bahasa..., Gloria Alfa, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Afiks-afiks bahasa..., Gloria Alfa, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Berlakang Situs pertemanan telah menjadi hal yang tidak asing lagi akhir-akhir ini. Hampir semua orang yang bisa mengoperasikan komputer kini mempunyai sebuah account dalam

Lebih terperinci

JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 p-issn: e-issn:

JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 p-issn: e-issn: PENGARUH BAHASA GAUL TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA MAHASISWA UNSWAGATI Ratna Prasasti Suminar (Universitas Swadaya Gunung Jati) Abstrak Bahasa adalah identitas dari suatu negara sebagai alat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem yang dibutuhkan bagi manusia untuk dapat saling berkomunikasi satu sama lain. Bahasa menyampaikan pesan, konsep, ide, perasaan atau pemikiran

Lebih terperinci

ASPEK SEMANTIK DALAM HUMOR VERBAL PADA KARTUN LAGAK JAKARTA

ASPEK SEMANTIK DALAM HUMOR VERBAL PADA KARTUN LAGAK JAKARTA i ASPEK SEMANTIK DALAM HUMOR VERBAL PADA KARTUN LAGAK JAKARTA oleh Mega Arieyani Dewi NPM 0704010312 Program Studi Indonesia FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2008 ii ASPEK SEMANTIK

Lebih terperinci

PEMAHAMAN MAKNA LINTAS GENERASI PADA SINGKATAN SMS

PEMAHAMAN MAKNA LINTAS GENERASI PADA SINGKATAN SMS PEMAHAMAN MAKNA LINTAS GENERASI PADA SINGKATAN SMS NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah DEWI AYU SETIYOWATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk individu sekaligus makhluk sosial. Untuk memenuhi hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa merupakan alat

Lebih terperinci

Ingatan lo ternyata payah ya. Ini gue Rio. Inget nggak? Rio... Rio yang mana ya? Ok deh, gue maklum kalo lo lupa. Ini gue Rio, senior lo di Univ

Ingatan lo ternyata payah ya. Ini gue Rio. Inget nggak? Rio... Rio yang mana ya? Ok deh, gue maklum kalo lo lupa. Ini gue Rio, senior lo di Univ Bab 1 Dina sangat bingung apa yang harus dilakukannya sekarang. Ia merasa sangat terpojok. Kenapa disaat-saat seperti ini ia bertemu lagi dengannya padahal ia sudah berhasil melupakannya. Dina kan? seorang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN VARIASI BAHASA REMAJA DALAM RUBRIK MISS GAUL PADA MAJALAH GADIS

PENGGUNAAN VARIASI BAHASA REMAJA DALAM RUBRIK MISS GAUL PADA MAJALAH GADIS 0 PENGGUNAAN VARIASI BAHASA REMAJA DALAM RUBRIK MISS GAUL PADA MAJALAH GADIS SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan pendidikan S1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

ABREVIASI BAHASA INDONESIA PADA BAHASA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) SISWA SMA DI KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI. Oleh. Evie Tristianasari

ABREVIASI BAHASA INDONESIA PADA BAHASA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) SISWA SMA DI KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI. Oleh. Evie Tristianasari ABREVIASI BAHASA INDONESIA PADA BAHASA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) SISWA SMA DI KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI Oleh Evie Tristianasari 070210402100 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR LEGI JATINOM KLATEN: Tinjauan Sosiolinguistik

PEMAKAIAN BAHASA TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR LEGI JATINOM KLATEN: Tinjauan Sosiolinguistik PEMAKAIAN BAHASA TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR LEGI JATINOM KLATEN: Tinjauan Sosiolinguistik SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kompas edisi Senin bulan Februari Data itu diambil dari rubrik politik dan hukum, opini,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kompas edisi Senin bulan Februari Data itu diambil dari rubrik politik dan hukum, opini, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Data dan Sumber Data 1. Data Data dalam penelitian ini yaitu singkatan dan akronim yang terdapat dalam surat kabar Kompas edisi Senin bulan Februari 2011. Data itu diambil

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Setiap bahasa di dunia memiliki sistem kebahasaan yang berbeda. Perbedaan sistem bahasa itulah yang menyebabkan setiap bahasa memiliki ciri khas dan keunikan, baik

Lebih terperinci

PETUNJUK PENULISAN NASKAH BERKALA ILMIAH SIGNIFIKAN

PETUNJUK PENULISAN NASKAH BERKALA ILMIAH SIGNIFIKAN PETUNJUK PENULISAN NASKAH BERKALA ILMIAH SIGNIFIKAN 1. Tulisan merupakan karya orisinal penulis (bukan plagiasi) dan belum pernah dipublikasikan atau sedang dalam proses publikasi pada media lain yang

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA SURAT DINAS DI BALAI DESA BUTUH KRAJAN, KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA SURAT DINAS DI BALAI DESA BUTUH KRAJAN, KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA SURAT DINAS DI BALAI DESA BUTUH KRAJAN, KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN DALAM NASKAH DINAS DI KANTOR DESA TEMULUS, KECAMATAN MEJOBO, KABUPATEN KUDUS SKRIPSI

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN DALAM NASKAH DINAS DI KANTOR DESA TEMULUS, KECAMATAN MEJOBO, KABUPATEN KUDUS SKRIPSI PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN DALAM NASKAH DINAS DI KANTOR DESA TEMULUS, KECAMATAN MEJOBO, KABUPATEN KUDUS SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam BAB I, peneliti memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian, uraian masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam BAB I, peneliti memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian, uraian masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian ini. BAB I PENDAHULUAN Dalam BAB I, peneliti memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian, uraian masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian ini. A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pada masa kini, penggunaan HP (handphone) semakin marak. HP tidak

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pada masa kini, penggunaan HP (handphone) semakin marak. HP tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat komunikasi dari zaman ke zaman mengalami perkembangan pesat sehingga informasi didapat dengan mudah dan cepat. Seiring dengan kemajuan teknologi pada masa

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia (Pertemuan

Bahasa Indonesia (Pertemuan Bahasa Indonesia (Pertemuan 2) TKJ Trunojoyo Semester 3 Menyimak untuk Memahami Lafal, Tekanan, Intonasi dan Jeda pada Bahasa Tutur Definisi Menyimak menggunakan indra pendengaran, namun bukan berarti

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENGGUNAAN BAHASA PADA TRANSAKSI JUAL BELI DI TOKO ONLINE: Tinjauan Sosiolinguistik

KARAKTERISTIK PENGGUNAAN BAHASA PADA TRANSAKSI JUAL BELI DI TOKO ONLINE: Tinjauan Sosiolinguistik KARAKTERISTIK PENGGUNAAN BAHASA PADA TRANSAKSI JUAL BELI DI TOKO ONLINE: Tinjauan Sosiolinguistik SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan mediator utama dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, visi, misi, maupun pemikiran seseorang. Bagai sepasang dua mata koin yang selalu beriringan,

Lebih terperinci

Perwujudan Konsep Kewaktuan Bahasa Indonesia dalam Buku Cerita Dwibahasa Spiderman Saves The Day/Spiderman Menyelamatkan Dunia

Perwujudan Konsep Kewaktuan Bahasa Indonesia dalam Buku Cerita Dwibahasa Spiderman Saves The Day/Spiderman Menyelamatkan Dunia Perwujudan Konsep Kewaktuan Bahasa Indonesia dalam Buku Cerita Dwibahasa Spiderman Saves The Day/Spiderman Menyelamatkan Dunia NISA ANDINI FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2008 Perwujudan

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA DALAM JUAL BELI HANDPHONE DAN AKSESORIS HANDPHONE DI SURAKARTA: Suatu Pendekatan Sosiolinguistik

PEMAKAIAN BAHASA DALAM JUAL BELI HANDPHONE DAN AKSESORIS HANDPHONE DI SURAKARTA: Suatu Pendekatan Sosiolinguistik PEMAKAIAN BAHASA DALAM JUAL BELI HANDPHONE DAN AKSESORIS HANDPHONE DI SURAKARTA: Suatu Pendekatan Sosiolinguistik SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada abad ke-17 John Selden, seorang ahli hukum berkebangsaan Inggris, menyatakan: "Syllables govern the world" Selden (1819). Pada zaman itu, pernyataan tersebut

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab 5 ini, peneliti memaparkan hasil simpulan dan saran. Simpulan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab 5 ini, peneliti memaparkan hasil simpulan dan saran. Simpulan 522 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab 5 ini, peneliti memaparkan hasil simpulan dan saran. Simpulan dan saran dipaparkan berdasarkan temuan penelitian dalam menjawab rumusan masalah yang dijabarkan melalui

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia sudah tidak bisa ditahan lagi. Arus komunikasi kian global seiring berkembangnya

Lebih terperinci

Penulisan huruf kapital, huruf miring, penulisan kata, akronim, tanda baca

Penulisan huruf kapital, huruf miring, penulisan kata, akronim, tanda baca LOGO Pertemuan 4. Waktu belajar 100 menit Penulisan huruf kapital, huruf miring, penulisan kata, akronim, tanda baca Outline 1 Penulisan Huruf Kapital 2 Penulisan Huruf Miring 3 Penulisan Kata 4 Akronim

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Silfi Pitriyanti, 2014 Penggunaan Abreviasi Pada Ranah Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Silfi Pitriyanti, 2014 Penggunaan Abreviasi Pada Ranah Kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berbahasa merupakan salah satu kegiatan sehari-hari manusia dalam berkomunikasi, yang artinya dengan berbahasalah manusia saling berkomunikasi dan berinteraksi

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia dan Penggunaannya Zaman Saiki. Ivan Lanin Kafe Basabasi Yogyakarta, 24 Maret 2018

Bahasa Indonesia dan Penggunaannya Zaman Saiki. Ivan Lanin Kafe Basabasi Yogyakarta, 24 Maret 2018 Bahasa Indonesia dan Penggunaannya Zaman Saiki Ivan Lanin Kafe Basabasi Yogyakarta, 24 Maret 2018 Bahasa Indonesia Riwayat Fakta Berasal dari bahasa Melayu yang diperkaya oleh berbagai sumber Lahir pada

Lebih terperinci

UCAPAN SELAMAT IDUL FITRI DAN RAMADAN DALAM SHORT MESSAGE SERVICE (SMS): TINJAUAN MAKNA AFEKTIF DAN MAKNA EMOTIF SKRIPSI

UCAPAN SELAMAT IDUL FITRI DAN RAMADAN DALAM SHORT MESSAGE SERVICE (SMS): TINJAUAN MAKNA AFEKTIF DAN MAKNA EMOTIF SKRIPSI UCAPAN SELAMAT IDUL FITRI DAN RAMADAN DALAM SHORT MESSAGE SERVICE (SMS): TINJAUAN MAKNA AFEKTIF DAN MAKNA EMOTIF SKRIPSI Oleh Lya Lesmana NIM 070110201068 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNVERSITAS

Lebih terperinci

PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA MURID KELAS IX SMP ARGOPURO 2 KECAMATAN PANTI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. oleh Rika Desy Briyanti NIM

PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA MURID KELAS IX SMP ARGOPURO 2 KECAMATAN PANTI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. oleh Rika Desy Briyanti NIM PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA MURID KELAS IX SMP ARGOPURO 2 KECAMATAN PANTI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI oleh Rika Desy Briyanti NIM 070110201069 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA DALAM JUAL BELI HANDPHONE DAN AKSESORIS HANDPHONE DI SURAKARTA: Suatu Pendekatan Sosiolinguistik

PEMAKAIAN BAHASA DALAM JUAL BELI HANDPHONE DAN AKSESORIS HANDPHONE DI SURAKARTA: Suatu Pendekatan Sosiolinguistik PEMAKAIAN BAHASA DALAM JUAL BELI HANDPHONE DAN AKSESORIS HANDPHONE DI SURAKARTA: Suatu Pendekatan Sosiolinguistik SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra

Lebih terperinci

BENTUK-BENTUK AKRONIM BAHASA INDONESIA DAN KAJIAN FONOTAKTIKNYA DALAM RUBRIK PENDIDIKAN PADA SURAT KABAR SOLOPOS EDISI NOVEMBER 2011.

BENTUK-BENTUK AKRONIM BAHASA INDONESIA DAN KAJIAN FONOTAKTIKNYA DALAM RUBRIK PENDIDIKAN PADA SURAT KABAR SOLOPOS EDISI NOVEMBER 2011. BENTUK-BENTUK AKRONIM BAHASA INDONESIA DAN KAJIAN FONOTAKTIKNYA DALAM RUBRIK PENDIDIKAN PADA SURAT KABAR SOLOPOS EDISI NOVEMBER 2011 Jurnal Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

1. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SD/MI

1. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SD/MI SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG KOMPETENSI INTI DAN PELAJARAN PADA KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH 1. KOMPETENSI INTI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA IBU PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI DESA MANGGAL KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA IBU PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI DESA MANGGAL KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA IBU PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI DESA MANGGAL KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan,

Lebih terperinci

MATERI KELAS 1. B. Indonesia

MATERI KELAS 1. B. Indonesia MATERI KELAS 1 TEMA 1 SUB TEMA 1 : Diriku : Aku dan Teman Baru B. Indonesia 1. Mengenal huruf a-z melalui lagu. a. Mengenal dan melafalkan huruf vokal : a, i, u, e, o b. Mengenal dan melafalkan huruf konsonan

Lebih terperinci

ANALISIS PENULISAN TANDA BACA, HURUF KAPITAL, DAN KATA TIDAK BAKU PADA KARANGAN SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 2 BANYUDONO TAHUN AJARAN 2013/2014

ANALISIS PENULISAN TANDA BACA, HURUF KAPITAL, DAN KATA TIDAK BAKU PADA KARANGAN SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 2 BANYUDONO TAHUN AJARAN 2013/2014 ANALISIS PENULISAN TANDA BACA, HURUF KAPITAL, DAN KATA TIDAK BAKU PADA KARANGAN SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 2 BANYUDONO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

ABREVIASI DAN DAMPAKNYA DALAM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA

ABREVIASI DAN DAMPAKNYA DALAM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA ABREVIASI DAN DAMPAKNYA DALAM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA Makalah disajikan dalam Seminar Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia dalam Perspektif Pergaulan Antarbangsa ynag diselenggarakan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG LAGU MARS DAN HYMNE KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG LAGU MARS DAN HYMNE KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG LAGU MARS DAN HYMNE KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dalam rangka membangkitkan semangat kebersamaan persatuan dan

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU MAKALAH BAHASA INDONESIA PENULISAN KATA

TUGAS INDIVIDU MAKALAH BAHASA INDONESIA PENULISAN KATA Makalah Penulisan Kata (Aminah. M - 054) TUGAS INDIVIDU MAKALAH BAHASA INDONESIA PENULISAN KATA DI SUSUN OLEH : NAMA : AMINAH. M. NIM : 1252132054 KELAS : B PRODI : BUSINESS ENGLISH FAKULTAS : BAHASA DAN

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIF PROSES MORFOLOGIS BAHASA KANGEAN DAN BAHASA INDONESIA SKRIPSI. Oleh: Ummu Atika

ANALISIS KONTRASTIF PROSES MORFOLOGIS BAHASA KANGEAN DAN BAHASA INDONESIA SKRIPSI. Oleh: Ummu Atika ANALISIS KONTRASTIF PROSES MORFOLOGIS BAHASA KANGEAN DAN BAHASA INDONESIA SKRIPSI Oleh: Ummu Atika 201010080311056 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Bimo, Ra, Kenapa lagi sama calon lakimu itu duhai Syaqilaku sayang? godaku. Ojo ngenyeklah. Hahaha. Iya, iya. Bimo kenapa? Tadi aku nggak sengaja

Bimo, Ra, Kenapa lagi sama calon lakimu itu duhai Syaqilaku sayang? godaku. Ojo ngenyeklah. Hahaha. Iya, iya. Bimo kenapa? Tadi aku nggak sengaja BAB 1 Peacock Coffee, masih menjadi tempat favoritku dan sahabat untuk melepas penat dari rutinitas sekolah seharihari. Kafe ini tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil, namun terkesan mewah dan simpel.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lambang bunyi yang dipakai oleh suatu masyarakat untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. lambang bunyi yang dipakai oleh suatu masyarakat untuk berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari peritiwa komunikasi.dalam berkomunikasi, manusia memerlukan bahasa.bahasa mempunyai peran penting dalam

Lebih terperinci

SKRIPSI WACANA IKLAN OBAT-OBATAN DI RADIO SRITANJUNG FM BANYUWANGI

SKRIPSI WACANA IKLAN OBAT-OBATAN DI RADIO SRITANJUNG FM BANYUWANGI SKRIPSI WACANA IKLAN OBAT-OBATAN DI RADIO SRITANJUNG FM BANYUWANGI Oleh Vaega Rohidzafi NIM 060210402317 Pembimbing Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II : Drs. Arief Rijadi, M.Si., M.Pd : Anita Widjajanti,

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMAA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata : Bahasa Indonesia Kode Mata : DU 23111 Jurusan / Jenjang : D3 TEKNIK KOMPUTER Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENENTU PEMILIHAN BENTUK ORTOGRAFIS DALAM BAHASA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE)

FAKTOR-FAKTOR PENENTU PEMILIHAN BENTUK ORTOGRAFIS DALAM BAHASA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) FAKTOR-FAKTOR PENENTU PEMILIHAN BENTUK ORTOGRAFIS DALAM BAHASA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) SKRIPSI Oleh Indah Sri Wulandari NIM 030110201028 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS JEMBER

Lebih terperinci

Kelompok 3 1.Ananda 2.Yuni 3.Wulan 4.Femi 5.Syamsul

Kelompok 3 1.Ananda 2.Yuni 3.Wulan 4.Femi 5.Syamsul Kelompok 3 1.Ananda 2.Yuni 3.Wulan 4.Femi 5.Syamsul EJAAN BAHASA INDONESIA Ruang lingkup Ejaan 1. Pemakaian Huruf 2. Penulisan Huruf 3. Penulisan kata 4. Penulisan Unsur Serapan 5. Pemakaian Tanda Baca

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA PERAGA KAMPANYE PARTAI POLITIK PEMILU GUBERNUR JAWA BARAT DAN BUPATI MAJALENGKA PERIODE

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA PERAGA KAMPANYE PARTAI POLITIK PEMILU GUBERNUR JAWA BARAT DAN BUPATI MAJALENGKA PERIODE ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA PERAGA KAMPANYE PARTAI POLITIK PEMILU GUBERNUR JAWA BARAT DAN BUPATI MAJALENGKA PERIODE 2018 2023 Deden Sutrisna Dosen PBSI Universitas Majalengka deden.sutrisna@gmail.com

Lebih terperinci

EJAAN DAN MORFOLOGI PERTEMUAN KETIGA

EJAAN DAN MORFOLOGI PERTEMUAN KETIGA EJAAN DAN MORFOLOGI PERTEMUAN KETIGA Pengertian EJAAN Ejaan ialah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran melalui huruf, menetapkan tanda-tanda baca, memenggal kata, dan bagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa digunakan sebagai alat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa digunakan sebagai alat untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi. Melalui bahasa, kita dapat bertukar pikiran dan informasi dengan orang lain. Seiring

Lebih terperinci

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS Nuraeni, Shinta Yunita Tri. 2017. Abreviasi dalam Menu Makanan dan Minuman di Kota Semarang: Suatu Kajian Morfologis.

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK AKRONIM PADA PAPAN REKLAME DI WILAYAH SUKOHARJO SKRIPSI

ANALISIS BENTUK AKRONIM PADA PAPAN REKLAME DI WILAYAH SUKOHARJO SKRIPSI ANALISIS BENTUK AKRONIM PADA PAPAN REKLAME DI WILAYAH SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Disusun Oleh : DEDI

Lebih terperinci

EJAAN DAN TANDA BACA BAHASA INDONESIA

EJAAN DAN TANDA BACA BAHASA INDONESIA EJAAN DAN TANDA BACA BAHASA INDONESIA 1 2 EJAAN DAN TANDA BACA EJAAN : Keseluruhan peraturan mengenai bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan hubungan antara lambang-lambang itu. Kesantunan Ejaan membicarakan

Lebih terperinci

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Judul Skripsi : Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Nama : Eli Rahmat Tahun : 2013 Latar Belakang Menurut Keraf bahasa memiliki empat fungsi, yaitu (1) sebagai alat untuk mengekpresikan diri, (2)

Lebih terperinci

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI Nama : TITIS AIZAH NIM : 1402408143 LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI I. MORFEM Morfem adalah bentuk terkecil berulang dan mempunyai makna yang sama. Bahasawan tradisional tidak mengenal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran 2011/2012. Bab 1 ini mencakup latar belakang masalah penelitian,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran 2011/2012. Bab 1 ini mencakup latar belakang masalah penelitian, 2 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab 1 peneliti memaparkan yang menjadi pendahuluan penelitian Studi tentang Register Penyiar Radio sebagai Bahan Pembelajaran Berbicara serta Pelaksanaannya pada Siswa Kelas X

Lebih terperinci

KESALAHAN PENGGUNAAN TANDA BACA TITIK DAN KOMA DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR

KESALAHAN PENGGUNAAN TANDA BACA TITIK DAN KOMA DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR KESALAHAN PENGGUNAAN TANDA BACA TITIK DAN KOMA DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR Enung Siti Nurjanah, Aan Kusdiana, Seni Apriliya Program S-1 PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus

Lebih terperinci

ANALISIS TEKS INFORMASI LALU LINTAS DI WILAYAH SURAKARTA

ANALISIS TEKS INFORMASI LALU LINTAS DI WILAYAH SURAKARTA ANALISIS TEKS INFORMASI LALU LINTAS DI WILAYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi persyaratan guna mencapai derajat sarajan S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah S U T A N T I A 310 040 085

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG FONOLOGI CERPEN BERDASARKAN PERISTIWA YANG DIALAMI SISWA KELAS IXA SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG FONOLOGI CERPEN BERDASARKAN PERISTIWA YANG DIALAMI SISWA KELAS IXA SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG FONOLOGI CERPEN BERDASARKAN PERISTIWA YANG DIALAMI SISWA KELAS IXA SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/ 2012 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : TRI MAULIDA WIJAYANTI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA PANDANGAN KOMPAS DAN MEDIA INDONESIA ATAS KONFLIK ISRAEL-PALESTINA: SEBUAH TINJAUAN ANALISIS WACANA KRITIS TERHADAP WACANA BERITA SKRIPSI PURI YUANITA 0705010332 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah KESALAHAN STRUKTUR DAN PEMAKAIAN KATA PADA TUTURAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TKIT AMANAH UMMAH 3 DUWET KECAMATAN WONOSARI DAN TK ABA JAMBU KULON KECAMATAN CEPER KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAHASA JAWA DI KABUPATEN PURBALINGGA (KAJIAN GEOGRAFI DIALEK)

BAHASA JAWA DI KABUPATEN PURBALINGGA (KAJIAN GEOGRAFI DIALEK) BAHASA JAWA DI KABUPATEN PURBALINGGA (KAJIAN GEOGRAFI DIALEK) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Lebih terperinci

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA IKLAN PARFUM DI BROSUR AVON DAN ORIFLAME

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA IKLAN PARFUM DI BROSUR AVON DAN ORIFLAME PENGESAHAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA IKLAN PARFUM DI BROSUR AVON DAN ORIFLAME Oleh: RATNAWATY A310020031 Telah Dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal, 19 Januari 2007 Dan Dinyatakan Telah

Lebih terperinci

APLIKASI KONVERSI TEKS MENJADI SUARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGGAL KATA FINITE STATE AUTOMATA (FSA) Isrokah*), Mohamad Yasin**)

APLIKASI KONVERSI TEKS MENJADI SUARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGGAL KATA FINITE STATE AUTOMATA (FSA) Isrokah*), Mohamad Yasin**) APLIKASI KONVERSI TEKS MENJADI SUARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGGAL KATA FINITE STATE AUTOMATA (FSA) Isrokah*), Mohamad Yasin**) ABSTRAK Konversi teks menjadi suara (text to speech) merupakan perangkat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA TEKNIK PROPAGANDA DALAM LIRIK LAGU BAND PUNK MARJINAL SKRIPSI DIYAH MUSRI HARSINI Y

UNIVERSITAS INDONESIA TEKNIK PROPAGANDA DALAM LIRIK LAGU BAND PUNK MARJINAL SKRIPSI DIYAH MUSRI HARSINI Y UNIVERSITAS INDONESIA TEKNIK PROPAGANDA DALAM LIRIK LAGU BAND PUNK MARJINAL SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Humaniora DIYAH MUSRI HARSINI 070401015Y FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA GAUL PENYIAR RADIO JPI FM DALAM ACARA POPIKU PADA BULAN FEBRUARI MINGGU PERTAMA

PEMAKAIAN BAHASA GAUL PENYIAR RADIO JPI FM DALAM ACARA POPIKU PADA BULAN FEBRUARI MINGGU PERTAMA PEMAKAIAN BAHASA GAUL PENYIAR RADIO JPI FM DALAM ACARA POPIKU PADA BULAN FEBRUARI MINGGU PERTAMA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

ABREVIASI BAHASA INDONESIADALAM SURAT KABAR HARIAN KEDAULATAN RAKYAT

ABREVIASI BAHASA INDONESIADALAM SURAT KABAR HARIAN KEDAULATAN RAKYAT Abreviasi Bahasa Indonesia... (Oktaviani Icha K. W) 63 ABREVIASI BAHASA INDONESIADALAM SURAT KABAR HARIAN KEDAULATAN RAKYAT INDONESIAN ABBREVIATION IN DAILY NEWSPAPER KEDAULATAN RAKYAT Oleh: oktaviani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu akan ditemukan peraturan-peraturan berbahasa yang disebut juga dengan tata

BAB I PENDAHULUAN. selalu akan ditemukan peraturan-peraturan berbahasa yang disebut juga dengan tata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang berperan penting bagi kehidupan manusia. Fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk menyampaikan suatu makna kepada orang

Lebih terperinci

Not Just A Friendship, We Are Big Family

Not Just A Friendship, We Are Big Family Not Just A Friendship, We Are Big Family He s getting married! ucap Laras setengah ragu. So what? pertanyaan tapi dengan pandangan penuh selidik dilontarkan seperti tanpa punya perasaan oleh Lian, sahabat

Lebih terperinci

Makalah Pentingnya Penggunaan EYD dan Pemakaian Kalimat Efektif

Makalah Pentingnya Penggunaan EYD dan Pemakaian Kalimat Efektif Makalah Pentingnya Penggunaan EYD dan Pemakaian Kalimat Efektif Oleh : Nama : Dian Ratna Sari NPM : 12111039 Kelas : 3KA34 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salahsatu alat komunikasi

Lebih terperinci

RAGAM BAHASA REMAJA DALAM SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK SKRIPSI. oleh ELIA PUTRI MAHARANI NIM

RAGAM BAHASA REMAJA DALAM SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK SKRIPSI. oleh ELIA PUTRI MAHARANI NIM RAGAM BAHASA REMAJA DALAM SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK SKRIPSI oleh ELIA PUTRI MAHARANI NIM 070210402091 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA SURAT PRIBADI SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA SURAT PRIBADI SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA SURAT PRIBADI SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Muhammad Syarkawi (1)

Muhammad Syarkawi (1) Jurnal INTENA, Tahun XII, No. 1, Mei 2012 : 77-84 EMAMPUAN MENGGUNAAN EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAAN MAHASISWA SEMESTER IV TAHUN AADEMI 2008/2009 JURUSAN PENDIDIAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KALIMAT DAN EJAAN DALAM SURAT UNDANGAN RESMI KARYA SISWA KELAS VIII SMP PLUS DARUS SHOLAH JEMBER SKRIPSI. oleh

EFEKTIVITAS KALIMAT DAN EJAAN DALAM SURAT UNDANGAN RESMI KARYA SISWA KELAS VIII SMP PLUS DARUS SHOLAH JEMBER SKRIPSI. oleh EFEKTIVITAS KALIMAT DAN EJAAN DALAM SURAT UNDANGAN RESMI KARYA SISWA KELAS VIII SMP PLUS DARUS SHOLAH JEMBER SKRIPSI oleh Lailia Ulfa Wahidah NIM 080210402050 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu membuka diri terhadap perkembangan. Hal ini terlihat pada perilakunya yang senantiasa mengadakan komunikasi dengan bangsa

Lebih terperinci

Bahasa, Tanda Baca & Pencetakan Karya Ilmiah. #Sesi 7, Selasa 1 April 2014

Bahasa, Tanda Baca & Pencetakan Karya Ilmiah. #Sesi 7, Selasa 1 April 2014 Bahasa, Tanda Baca & Pencetakan Karya Ilmiah #Sesi 7, Selasa 1 April 2014 Kaidah Selingkung Kaidah selingkung adalah aturan-aturan yang sifatnya berlaku dalam lingkungan tertentu, misalnya departemen satu

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah suatu bahasa. Sesuai dengan sifat bahasa yang dinamis, ketika pengetahuan pengguna bahasa meningkat,

Lebih terperinci

Hiburan di Sekolah. Belajar Apa di Pelajaran 4? Kegiatan menulis untuk mengenal format surat dan menyampaikan informasinya

Hiburan di Sekolah. Belajar Apa di Pelajaran 4? Kegiatan menulis untuk mengenal format surat dan menyampaikan informasinya 4 Hiburan di Sekolah Hiburan dapat memberikan manfaat, di antaranya menghilangkan kejenuhan. Salah satu caranya adalah dengan melakukan suatu tindakan yang jenaka atau lucu. Kamu boleh melakukan adegan

Lebih terperinci